Post on 11-Sep-2021
1
Personal branding online
(studi deskriptif kualitatif mengenai personal branding online anggota Soloraya
Facebook Community (SFC))
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna
memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi
Skripsi
Disusun Oleh:
Dyah Ayu Yunita D.0205061
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Selama ini istilah “brand”, biasanya selalu lekat dengan suatu perusahaan,
produk maupun suatu organisasi. Dalam Bahasa Indonesia, kata brand diartikan
sebagai nama merek. Sedangkan brand itu sendiri sebenarnya banyak
cakupannya, meliputi logo, simbol, dan sebagainya. Branding memang dikenal
dengan beberapa klasifikasi, misalnya Product Branding, Corporate Branding,
bahkan kemudian belakangan dikenal pula Internal Branding, City Branding, dan
lain sebagainya. Namun saat ini ternyata tidak hanya produk, perusahaan, maupun
suatu organisasi saja yang dapat melakukan branding. Seseorang atau individu
pun dapat melakukan branding terhadap dirinya, yang kemudian disebut dengan
istilah Personal branding.
Semua orang yang berupaya untuk membangun karir dapat dianggap
sedang berusaha untuk menciptakan brand-nya sendiri. Fakta ini benar-benar
terjadi terutama bila dikaitkan dengan public figure (tokoh masyarakat) seperti
politisi, entertainer, atau atlet profesional. Semua public figure bersaing demi
mendapat keuntungan dan dukungan oleh masyarakat sehingga mereka berusaha
agar bisa diterima oleh masyarakat melalui citra yang diinginkan dan kuat.
Seseorang tidak harus terkenal untuk dipandang sebagai sebuah brand. Personal
branding merupakan hal yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Membentuk
1
3
personal branding adalah sesuatu yang penting saat ini. Membicarakan personal
branding berarti membahas mengenai “value” atau “nilai”diri kita.
Setiap orang akan dinilai oleh orang lain. Baik itu dari penampilan fisik,
kepribadian, maupun karakter. Dan ini-lah yang akan melekat pada kita, yang
akhirnya digunakan oleh orang lain mencap bagaimana diri kita. Sangat perlu bagi
kita mempersiapkan diri untuk mempunyai personal branding atau “merek diri”
yang positif. Karena hal ini akan menjadikan diri kita pantas untuk dihargai,
dimiliki, bahkan untuk disayangi orang lain. Bahkan mungkin “dibeli” oleh orang
lain. Dalam kehidupan ini, kita akan selalu melakukan kegiatan-kegiatan yang
terus kita lakukan selama hidup kita. Dari kegiatan-kegiatan ini-lah yang
menyebabkan kita mempunyai suatu kebiasaan. Bila kebiasaan-kebiasaan ini terus
dipelihara akan melahirkan sebuah karakter di mana karakter ini-lah yang menjadi
salah satu penilaian orang lain terhadap diri kita. Bagaimana kita berpenampilan
pun akan mencerminkan siapa diri kita, oleh karena itu kita pun perlu menjaga
penampilan kita.
Penampilan, kepribadian, dan karakter merupakan elemen pembentuk
personal branding. Personal branding yang unik, artinya tidak dimiliki oleh
banyak orang, cenderung mempunyai daya jual yang tinggi. Personal branding
berbeda dengan titel atau gelar yang kita punya, karena personal branding tak
semudah kita mendapatkan ijazah atau gelar. Personal branding diraih dengan
perjuangan yang terus menerus dari waktu ke waktu. Banyak dari kita menilai
orang yang berhasil karena memiliki personal branding yang bagus, tetapi jarang
dari kita mengetahui perjuangannya dalam memperoleh personal branding yang
4
ingin dibangun. Berdasarkan teori menurut Kristie Tamvecius dan Hubert K.
Rampersad, untuk membangun Personal Brand pun diperlukan terdapat tahap-
tahap tertentu.
Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, personal branding pun
dapat dibangun dengan memanfatkan teknologi media massa, yaitu melalui
internet atau media online. Online personal branding sebenarnya bukan hal baru
di dunia teknologi informasi. Para penggiat dunia internet dan teknologi informasi
sebenarnya telah melakukan online personal branding, bahkan sering hidup dari
hasil kegiatan tersebut, meskipun kadang mereka tidak sadar melakukannya. Para
programmer open source melakukan personal branding ketika mereka
mengembangkan suatu software dan me-release-nya dengan bebas (free) ke
publik. Para system administrator, system analyst, dan security expert, semakin
meningkat personal branding-nya ketika mereka berhasil membuat tulisan
menarik dan unik di blog mereka tentang tren terbaru di bidangnya masing-
masing. Personal branding semakin cepat terbentuk karena fenomena booming-
nya layanan situs social networking bagi pengguna internet.
Situs jejaring sosial diawali oleh Classmates.com pada tahun 1995 yang
berfokus pada hubungan antar mantan teman sekolah dan SixDegrees.com pada
tahun 1997 yang membuat ikatan tidak langsung. Dua model berbeda dari jejaring
sosial yang lahir sekitar pada tahun 1999 adalah berbasiskan kepercayaan yang
dikembangkan oleh Epinions.com, dan jejaring sosial yang berbasiskan
pertemanan seperti yang dikembangkan oleh Uskup Jonathan yang kemudian
dipakai pada beberapa situs UK regional di antara 1999 dan 2001.(www.eepis-
5
its.edu update 7 Juli 2009). Inovasi meliputi tidak hanya memperlihatkan siapa
berteman dengan siapa, tetapi memberikan pengguna kontrol yang lebih akan isi
dan hubungan.
Jejaring sosial merupakan struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen
individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukkan jalan di mana mereka
berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-
hari sampai dengan keluarga. Istilah ini diperkenalkan oleh profesor J. A. Barnes
di tahun 1954. Jejaring sosial bisa dikatakan sebagai suatu struktur sosial yang
dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi)
yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman,
keturunan, dan lain-lain.
Dengan kata lain, jejaring ini merupakan suatu jalan di mana setiap
individu maupun organisasi berhubungan baik dalam dunia maya. Jejaring sosial
di dunia maya ini berbasiskan web yang menyediakan beragam cara bagi
pengguna untuk berinteraksi antar sesama. Sebenarnya, jejaring sosial (social
networking) ini sudah lama ada seperti chatt, email, blog, mailing list, dan lain
sebagainya. Kebanyakan dari jejaring sosial ini memberikan layanan untuk
membuat biodata diri, seperti meng-upload foto, hobi, dan dapat menjadi teman
antarpengguna jejaring sosial.
Jejaring sosial pada umumnya memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan
oleh pengguna dalam hal:
· Memperluas interaksi berdasarkan kesamaan nilai yang dimiliki masing-
masing individu.
6
· Menambah wawasan dan atau pengetahuan dengan sarana information
sharing dan comment
· Pencitraan atau memasarkan diri secara artian positif, dalam hal ini juga
berkaitan dengan prestige dan kemauan untuk update teknologi informasi.
· Media transaksi dan pemikiran dalam hal perdagangan, politik, budaya,
bahkan dimungkinkan juga pendidikan.
(http://library.perbanas.ac.id/ updates 7 Juli 2009)
Tentunya masih banyak fungsi lain dalam pemanfaatan jejaring sosial di
atas, sehingga tak heran bermunculan banyak sekali sarana jejaring sosial dengan
berbagai kelebihan dan kekurangannya, misalnya Friendster, Hi5, Flixster,
MySpace, Tagged, Multiply, Twitter, serta Facebook yang saat ini menjadi
fenomena di antara para penikmat situs jejaring sosial.
Sejak pertengahan tahun 2008, situs social networking yang menjadi
fenomena di Indonesia adalah Facebook. Fenomena Facebook memang luar biasa,
selain saat ini situs tersebut mencapai posisi teratas ke-5 di dunia, Facebook juga
menciptakan standar baru dalam hal situs pertemanan. Teknologi yang digunakan
Facebook memang jauh di atas pesaingnya. Pengguna Facebook menghabiskan
13,9 miliar menit pada situs jejaring sosial tersebut pada bulan April lalu. Angka
tersebut merupakan peningkatan yang pesat dari 1,7 miliar menit di bulan yang
sama tahun 2008. Data tersebut terungkap dalam sebuah laporan The Nielsen Co.
Peningkatan 70% pengguna membuat Facebook dapat dengan mudah
mempertahankan posisinya sebagai pemimpin di industri jejaring sosial.
7
Di Indonesia pun Facebook telah memikat jutaan hati penggunanya. Mulai
dari anak sekolah, mahasiswa, karyawan, ibu rumah tangga, selebriti, hingga
politisi, kini memiliki jejaring sosial Facebook. Facebook adalah situs nomor 12
yang paling banyak dikunjungi di Indonesia, menurut situs statistik Alexa.com. Di
Asia sendiri, Indonesia adalah negara nomor satu sebagai pengguna Facebook dan
nomor empat di tingkat dunia. Tercatat empat belas juta orang Indonesia sudah
mempunyai akun di Facebook dan terus bertambah. Facebook saat ini memang
magnet bagi banyak orang. Tidak heran karena Facebook memanjakan para
penggunanya dengan berbagai fitur dan kemudahan-kemudahan di dalamnya.
Selain kita bisa menambah teman baru, kita pun bisa bertemu kembali dengan
teman-teman lama. Saling bertukar cerita, meng-upload foto-foto lama maupun
baru, mengirim email bahkan chatting pun dapat dilakukan di Facebook.
Hal ini menjadi satu hal yang menarik bagi setiap orang terutama di
Indonesia, karena ada keinginan dalam diri setiap pribadi untuk membandingkan
apa yang dipunyai saat ini dengan orang lain. Perbandingan yang ingin dilihat
antara lain adalah apa yang sudah dipunyai teman, kemampuan apa yang saat ini
bisa dilakukan oleh orang lain, dan pembanding-pembanding lainnya. Keinginan
untuk memamerkan diri. Ingin memperlihatkan “siapa saya”, yang salah satunya
bisa terlihat dengan memperhatikan foto-foto yang beredar di Facebook.
Sedangkan hasrat atau keinginan untuk menunjukkan bagaimana diri kita di mata
orang lain ini pun berkaitan dengan personal branding.
8
Melihat berbagai kemudahan dan fasilitas yang disediakan oleh Facebook
bagi para anggotanya, seperti Facebook Profile Information, Video Album, Photo
Album, Event, Status Update, Notes, dan lain sebagainya, membuat para
anggotanya bebas mengekspresikan diri hingga disadari atau tidak, mereka telah
membangun personal branding sesuai yang diinginkan agar diketahui oleh
khalayak, terutama sesama pemilik account Facebook.
Membicarakan mengenai salah satu kemudahan yang diberikan Facebook
dalam membentuk grup, di mana grup ini memiliki fitur yang sangat baik untuk
membentuk komunitas online seperti diskusi, foto, Wall atau testimonial, dan fitur
lainnya. Fasilitas ini yang kemudian dimanfaatkan para pecinta Facebook di Kota
Solo yang akhirnya membentuk grup Soloraya Facebook Community (SFC).
Komunitas ini terbentuk guna menunjukkan jati diri Kota Solo sesuai slogannya,
yakni Solo Bangkit, Solo Kreatif, dan Solo Sejahtera. Anggota SFC sendiri sejak
20 Mei 2009, telah menembus angka lebih dari tiga ribu orang.
Penulis menemukan hal yang menarik untuk diteliti berdasarkan uraian di
atas. Mengingat maraknya pengguna Facebook di Indonesia, terutama di Kota
Solo, hingga menjadi hal yang fenomenal, menarik perhatian penulis untuk
meneliti lebih lanjut mengenai bagaimana para pemilik account Facebook yang
tergabung dalam Soloraya Facebook Community membangun personal branding
yang diinginkan secara online.
9
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian di atas, bisa dirumuskan permasalahan yang ada, yaitu
1. Personal branding seperti apakah yang dibangun anggota Soloraya
Facebook Community (SFC) secara online di Facebook?
2. Bagaimana cara anggota Soloraya Facebok Community (SFC)
melakukan personal branding online di Facebook?
3. Bagaimana anggota Soloraya Facebook Community (SFC) melalui
tahapan dalam membangun personal branding menurut teori Kristie
tamvecius dan Hubert K. Rampersad?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan ini, yang didasarkan pada rumusan masalah di atas,
adalah:
1. Untuk mendeskripsikan personal branding seperti apakah yang
dibangun anggota Soloraya Facebook Community (SFC) secara online
di Facebook
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana anggota Soloraya Facebook
Community (SFC) melakukan personal branding online di Facebook.
3. Untuk mengetahui bagaimana anggota Soloraya Facebook Community
(SFC) melalui tahapan dalam membangun personal branding menurut
teori Kristie tamvecius dan Hubert K. Rampersad
10
D. MANFAAT PENULISAN
Dalam setiap penulisan, tentunya diharapkan ada manfaat yang bisa
dipetik. Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:
1. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa
kajian dalam kaitannya dengan online personal branding melalui
situs jejaring sosial.
2. Penulisan ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai
online personal branding melalui Facebook yang dilakukan oleh
anggota Soloraya Facebook Community (SFC). Online personal
branding inilah yang akan bermanfaat bagi khalayak pada umumya,
dan bagi para pengguna Facebook pada khususnya, dalam
meningkatkan kualitas personal branding mereka melalui account
Facebook yang dimiliki.
E. TELAAH PUSTAKA
1. Konsep Mengenai Brand
Sebelum kita membahas lebih dalam mengenai personal branding, akan
dijelaskan terlebih dahulu mengenai konsep “brand”itu sendiri. John Wiley dalam
Kevin Lane Keller, mengungkapkan bahwa brand berasal dari kata dalam Bahasa
Morse kuno ”brandr”, yang dalam Bahasa Inggris berarti ”to burn”, di mana pada
saat itu dimaknai sebagai penanda yang digunakan oleh peternak untuk
mengidentifikasi ternak yang dimiliki. American Marketing Association
mengartikan bahwa brand adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain, atau
kombinasi dari salah satu atau keseluruhan yang digunakan untuk
11
mengidentifikasi barang atau jasa oleh penjual atau sekelompok penjual dan untuk
membedakan dari para pesaing (Keller, 1998: 2).
Sedangkan dalam Kamus Inggris-Indonesia oleh John M. Echols dan
Hassan Shadily, kata brand diterjemahkan sebagai macam atau jenis. Tetapi
dalam Bahasa Indonesia sehari-hari, brand diartikan sebagai merek. Merek dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai tanda yang dikenakan oleh
pengusaha, pabrik, produsen, dan sebagainya, pada barang-barang yang dihasilkan
sebagai tanda pengenal; cap, atau tanda yang menjadi pengenal untuk menyatakan
nama. Ike Janita dalam Creating and Sustaining Brand Equity, brand diartikan
sebagai ide, kata, desain grafis, dan suara atau bunyi yang mensimbolisasikan
produk, jasa, dan perusahaan yang memproduksi produk dan jasa tersebut (Janita,
2009: 4). Lebih jauh, merek sebenarnya merupakan nilai tangibel dan intangibel
yang terwakili dalam sebuah merek dagang (trademark) yang mampu
menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di pasaran bila dikelola dengan tepat
(Durianto, 2004: 2). Merek atau brand dapat dibagi dalam pengertian lainnya
seperti:
a. Brand name (nama merek) yang merupakan bagian dari yang dapat
diucapkan (Rangkuti, 2002: 2).
b. Brand mark (tanda merek) yang merupakan sebagian dari merek yang
dapat dikenali namun tidak dapat diucapkan seperti lambang, desain
huruf, atau warna khusus (Rangkuti, 2002: 2).
c. Trade mark (tanda merek dagang) yang merupakan atau sebagian dari
merek yang dilindungi hukum karena kemampuannya untuk
12
menghasilkan sesuatu yang istimewa (Rangkuti, 2002: 2).
d. Copyright (hak cipta) yang merupakan hak istimewa yang dilindungi
oleh undang-undang untuk memproduksi, menerbitkan, dan menjual
karya tulis, karya musik, atau karya seni (Rangkuti, 2002: 2).
Namun merek tidak sekadar sebuah nama, logo, atau simbol. Merek dapat
menjadi “payung (umbrella)” yang mampu mempresentasikan produk atau
layanan. Merek memiliki arti penting dalam pemasaran karena sangat efektif
sebagai alat untuk meningkatkan atau mempertahankan jumlah penjualan
(Ambadar, 2007: 2-3). Merek mengandung janji perusahaan untuk secara
konsisten memberikan ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek
lebih dari sekadar jaminan kualitas karena di dalamnya tercakup enam pengertian
berikut ini (Durianto, 2004: 2):
a. Atribut produk
Setiap merek memiliki atribut. Atribut ini perlu dikelola dan diciptakan
agar pelanggan dapat mengetahui dengan pasti atribut-atribut apa saja
yang terkandung dalam suatu merek (Rangkuti. 2002: 3). Seperti halnya
kualitas, gengsi, nilai jual kembali, desain, dan lain-lain (Durianto, 2004:
2).
b. Manfaat
Meskipun suatu merek membawa sejumlah atribut, konsumen membeli
manfaat dari produk tersebut. Dalam hal ini atribut merek diperlukan
untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional atau manfaat emosional
(Durianto, 2004: 2).
13
c. Nilai
Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai bagi produsen. Merek yang
memiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai merek yang
berkelas sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek tersebut
(Rangkuti. 2002: 4).
d. Budaya
Merek juga mewakili budaya tertentu (Durianto, 2004: 3).
e. Kepribadian
Merek juga memiliki kepribadian, yaitu kepribadian bagi para
penggunanya. Jadi diharapkan dengan menggunakan merek, kepribadian si
pengguna akan tercermin bersamaan dengan merek yang ia gunakan
(Rangkuti. 2002: 4). Seringkali produk tertentu menggunakan kepribadian
orang yang terkenal untuk mendongkrak atau menopang merek produknya
(Durianto, 2004: 3).
f. Pemakai
Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan
produk tersebut (Durianto, 2004: 3). Itulah sebabnya para pemasar selalu
menggunakan analogi orang terkenal untuk penggunaan mereknya
(Rangkuti. 2002: 4).
Philip Kotler, seorang akademisi dan pakar marketing Amerika Serikat,
membedakan antara produk dengan brand merupakan hal yang penting (Keller,
1998: 2). Produk diartikan sebagai segala sesuatu yang ditawarkan kepada pasar
yang dapat memenuhi kebutuhan maupun keinginan. Produk dapat berupa barang,
14
jasa, pasar retail, orang, organisasi, maupun tempat. Sedangkan brand sendiri
merupakan sebuah produk yang memiliki titik penekanan pada adanya dimensi
tambahan yaitu kemampuan untuk membedakan diri dan memberi nilai kepuasan
lebih dari produk-produk lain yang sejenis (Keller, 1998: 3). Stephen King
membedakan produk dan brand, sebagai berikut:
“A product is something that is made in factory; a brand in something is bought by a customer. A product can be copied by a competitor; a brand is unique. A product can be quickly outdated; a successful brand is timeless.”
(Sebuah produk adalah sesuatu yang dibuat di pabrik; sebuah brand dalam suatu produk dibeli oleh konsumen. Sebuah produk dapat ditiru; brand itu unik. Sebuah produk bisa menjadi kuno; sebuah brand yang sukses akan abadi) (Janita, 2009: 4)
Brand diartikan sebagai simbol dari suatu perwujudan semua informasi
yang berhubungan dengan suatu produk dan jasa yang bertujuan untuk
menciptakan suatu asosiasi yang berbeda dan harapan terhadap lingkungan sekitar
(www.en.wikipedia.org/ update 5 Juli 2009). Situs Investopedia A Forbes Media
Company, sebuah situs tentang public relations, marketing, dan media
komunikasi, mendefinisikan brand tidak jauh berbeda, yaitu sebuah pembedaan
simbol, tanda, nama, kata, kalimat, atau kombinasi di antaranya yang digunakan
untuk membedakan diri atau produk mereka dari yang lain
(www.investopedia.com/update 5 Juli 2009). Selanjutnya kata ”branding” yang
mengacu pada proses penciptaan suatu brand diterjemahkan menjadi ”proses
penciptaan merek” (Janita, 2009: 4). Merek memiliki dua manfaat. Yang pertama,
merek memberikan identifikasi terhadap suatu produk sehingga konsumen
15
mengenali merek dagang yang berbeda dengan produk lain. Kedua, merek
membantu untuk menarik calon pembeli (Ambadar, 2007: 4-5).
Konsumen bersedia membayar lebih untuk suatu brand di atas produk-
produk sejenis karena suatu brand dipersepsikan mempunyai nilai lebih (added
value) dibandingkan komoditas generik. Jadi pada dasarnya, branding adalah
penciptaan nilai tambah atas suatu produk (Janita, 2009: 9-10). Ada beberapa hal
yang bisa di-branding-kan. Branding tidak saja berlaku pada suatu produk atau
layanan saja namun juga bisa terhadap retailer dan distributor, orang, organisasi,
perusahaan, berbagai event olahraga, karya seni, tempat, atau daerah tertentu
(Ambadar, 2007: 7-8).
2. Elemen Brand
Elemen brand atau yang sering pula disebut dengan identitas brand adalah
seperangkat penanda yang digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan
suatu brand. Elemen brand sangat berperan dalam membangun brand awareness
(kesadaran brand) dan membentuk formasi brand yang kuat, asosiasi brand yang
unik dan menarik. Elemen brand yang utama terdiri dari nama, logo atau symbol,
dan karakter (Keller, 1998: 131).
a. Nama
Pada dasarnya adalah sebuah pilihan yang penting karena dapat menjadi
tema utama atau kunci asosiasi bagi sebuah produk. Nama mampu menjadi
alat komunikasi yang efektif. Nama itu menjadi perhatian dan artinya
tertanam dalam benak konsumen. Secara otomatis, nama menjadi hal yang
melekat pada sebuah produk bagi konsumen. Namun sebaliknya, nama
16
merupakan salah satu elemen brand bagi para pemasar yang sulit untuk
diubah. Beberapa kriteria untuk mengembangkan nama brand yang efektif
adalah (Keller, 1998: 131-132):
(1) Sederhana dan mudah untuk diucapkan
Agar brand mudah diingat diharapkan bahwa nama brand berupa
nama yang sederhana dan mudah diucapkan atau dieja. Nama yang
sederhana dapat membuat konsumen mudah untuk memahaminya
dan mengingatnya (Keller, 1998: 132).
(2) Familiar dan bermakna
Pertimbangan kedua untuk membuat sebuah brand diingat oleh
konsumen, adalah dengan membuat nama brand tersebut familiar
dan bermakna. Sehingga nama brand itu mampu mengingatkan
konsumen kepada struktur pengetahuan yang sudah ada
sebelumnya. Arti dari nama brand bisa konkrit atau abstrak. Semua
objek dapat digunakan untuk membentuk sebuah nama. Seperti
orang, tempat, hewan, atau objek tak bergerak lainnya. Karena
objek-objek tersebut telah melekat dalam ingatan konsumen baik
secara verbal maupun visual.
(3) Nama fiktif
Untuk membuat nama bagi sebuah brand tidak harus diambil dari
kata-kata yang nyata. Konsumen mampu memahami makna nama
sebuah brand meskipun nama tersebut sebuah kata khayalan atau
fiksi.
17
b. Logo atau simbol
Logo atau simbol merupakan elemen visual dari suatu brand yang
berperan penting dalam membangun kesadaran (awareness) terhadap suatu
brand. Logo berfungsi dapat untuk menguatkan dan menekankan nama
dan makna dari sebuah brand (Keller, 1998: 143).
c. Karakter
Karakter mewakili tipe-tipe tertentu dari sebuah simbol brand. Baik
berupa manusia atau karakteristik nyata lainnya. Karakter brand biasanya
diperkenalkan melalui iklan dan memainkan peran utama dalam iklan
tersebut. Wujud dari karakter brand tersebut bisa berbagai macam bentuk
(Keller, 1998: 146-147).
d. Slogan
Slogan merupakan frase singkat untuk mengkomunikasikan informasi
deskriptif atau persuasif mengenai sebuah brand. Slogan biasanya muncul
dalam iklan namun dapat menaikkan peran penting dalam pengemasan dan
dalam berbagai aspek lainnya dari pemasaran brand tersebut. Slogan
merupakan alat branding yang kuat karena seperti halnya nama brand,
slogan manjadi alat yang benar-benar efisien untuk keseimbangan. Slogan
dapat berfungsi sebagai ”pengait” atau ”pegangan” untuk membuat
konsumen memahami sebuah brand dan menjadikan brand tersebut
istimewa (Keller, 1998: 151).
e. Jingle
Jingle adalah pesan musikal yang ditulis berkenaan dengan brand.
18
Biasanya ditulis oleh penulis lagu profesional yang memiliki banyak
refren yang mudah tertanam di benak pendengarnya. Jingle dianggap
sebagai slogan yang berbentuk musik sehingga dapat diklasifikasikan
sebagai elemen brand (Keller, 1998: 157).
f. Pengemasan
Terdiri atas aktivitas mendesain dan memproduksi wadah atau
pembungkus untuk sebuah produk. Komponen estetika dan fungsional
dalam pengemasan harus dipilih dengan cermat. Pertimbangan estetika
berkaitan dengan ukuran dan bentuk kemasan, bahan, warna, teks, dan
grafis. Unsur-unsur penting dalam pengemasan adalah dapat
mengidentifikasi brand, memberikan informasi yang deskriptif dan
persuasif, memfasilitasi tranportasi dan perlindungan bagi produk, dapat
disimpan di rumah dengan mudah, serta mempermudah konsumsi produk
tersebut (Keller, 1998: 157 ).
Kriteria umum yang dapat digunakan dalam menentukan elemen brand
antara lain adalah (Keller, 1998: 131-133):
a. Memorability (memiliki kemampuan untuk mudah dikenali dan diingat)
b. Meaningfulness (memiliki makna yang dapat dideskripsikan, bersifat
persuasif dan menarik)
c. Transferability (memiliki kemampuan untuk mudah diterapkan atau
digunakan untuk semua turunan brand)
d. Adaptability (bersifat flexible dan mudah diterima)
e. Protectability (memiliki legalitas dan daya kemampuan bersaing)
19
Martin Lindstrom, seorang praktisi public relations ternama dari Amerika
Serikat dalam tulisannya yang berjudul Smashing Your Brand mengemukakan
tentang bagaimana cara membuat suatu brand menjadi terkenal:
“The idea of smashing your brand is simple. It’s all about identifying the components you want to be famous for and leverage the fact that the logo is only a very small component of your overall brand visibility. Consider what your brand should be well known for in five years time from today and then consistently begin to build up the association with your signals. But be consistent and be persistent.
(Tidak terlalu sulit untuk mendongkrak suatu brand. Semua hanya tentang mengidentifikasikan komponen apa yang ingin dipopulerkan dan pengaruh fakta bahwa bagian kecil dari keseluruhan komponen brand yang dapat dilihat. Mempertimbangkan bahwa brand yang ingin dipopulerkan dalam kurun waktu lima tahun dan kemudian mulai membangun asosiasi dengan pihak terkait. Harus konsisten dan persisten)”.
3. Personal Branding
Timothy P. O’Brien, penulis buku The Power of Branding, dalam Judhie
Setiawan, menjelaskan bahwa personal branding merupakan identitas pribadi
yang mampu menciptakan sebuah respon emosional terhadap orang lain mengenai
kualitas dan nilai yang dimiliki orang tersebut (http://pksm.mercubuana.ac.id/
update 5 Juli 2009).
Personal branding adalah apa yang dirasakan, dipikirkan, dipahami oleh
orang lain terhadap diri seseorang. Hal tersebut merupakan sesuatu yang dapat
terlihat pada seorang individu dari luar melalui kemasan dan pemasaran nilai-nilai
inti individu tersebut, faedah, dan talenta hingga mencapai pengaruh terbaik.
http://www.blisspr.com/ update 6 Agustus 2009). Sedangkan Peter Montoya
dengan bukunya bertajuk The Brand Call You dalam Nitish Bhalotia mengartikan
personal branding adalah suatu proses yang membutuhkan keahlian, kepribadian,
20
dan karakteristik unik, yang dikemas dalam suatu identitas yang kuat yang mampu
mengingatkan seseorang di tengah masyarakat dan pesaing lainnya. Peter
Montoya meyakini bahwa kunci dari personal branding adalah bagaimana
seseorang dikenal atau menjadi perhatian bagi orang lain.
“Personal branding lets you control how other people perceive you... You'retelling them what you stand for — but in a way that's so organic and Unobtrusive that they think they've developed that perception all by themselves.… When done right, it's irresistible.” (Personal Branding Press, 2002).
(Personal branding membuat seseorang dapat mengendalikan tentang bagaimana anggapan orang lain terhadap orang tersebut, orang tersebutlah yang memberi tahu orang lain apa yang dipertahankan-namun dengan suatu cara yang alami dan rendah hati hingga masyarakat mengira bahwa mereka sendirilah yang membuat persepsi tersebut.)
Dalam seminarnya, Indira Abidin, seorang praktisi public relations
sekaligus managing director “Fortune PR”, membagi unsur pokok dalam
pengertian personal branding adalah:
a. Nama dan identitas yang diingat publik
b. Penghubung dan pengikat diri dengan publik (connection and
bonding)
c. Merupakan penentu keberhasilan dan nilai pribadi secara jangka
panjang (Abidin: 13 Juni 2009).
Masih dalam Nitish Bhalotia, Julie Fuimano mengungkapkan, personal
branding mencakup penciptaan asosiasi yang kuat, unik, dan menguntungkan ke
dalam pikiran orang-orang di sekeliling. Personal brand dikembangkan secara
tanpa sadar. Bahkan ketika seseorang tidak memainkan peran apa pun untuk
mem-branding dirinya sendiri, secara otomatis orang lain akan menciptakan
21
asosiasi-asosiasi mengenai orang tersebut sesuai dengan sifat dan kebiasaannya.
Oleh karena itu, seseorang harus memainkan peran aktif dalam menciptakan
brand bagi dirinya sendiri (http://www.brandchannel.com/ update 6 Agustus
2009).
Hubert K. Rampersad dalam tulisannya “A New Blueprint for Powerful
and Authentic Personal Branding” mengemukakan bahwa setiap orang memiliki
brand, namun sebagian besar orang tidak menyadarinya dan tidak mengelolanya
secara strategic, konsisten, dan efektif. Setiap orang harus mengambil alih kendali
atas brand dan pesan-pesan yang disampaikan, karena hal tersebut mempengaruhi
bagaimana orang lain memandangnya. Hal ini akan membantu seseorang untuk
mampu berkembang dan membedakan diri dengan orang lain. Personal branding
lebih dari sekadar memasarkan dan mempromosikan diri. Personal branding
merupakan sintesis dari semua pengharapan, citra dan persepsi yang diciptakan
dalam pemikiran orang lain sewaktu mereka membaca atau mendengar nama
seseorang. (http://www.brandchannel.com/update 3 Januari 2010)
Steve Van, penulis Get Slightly Famous, menyatakan keunggulan
branding terhadap diri sendiri:
· Membedakan diri sendiri dari para pesaing
· Memposisikan fokus pesan dari seseorang ke dalam hati dan pikiran
konsumen yang menjadi target
· Memberikan status “pemikiran peringkat puncak”
· Meningkatkan kewenangan dan kepercayaan mengenai keputusan-
keputusan
22
· Menempatkan seseorang di peran kepemimpinan
· Meningkatkan prestise
· Menarik perhatian orang-orang dan peluang yang tepat
· Menambah nilai pemikiran orang lain terhadap apa yang dijual oleh
seseorang
· Membuat orang lain mengenali seseorang dengan mudah
· Meningkatkan potensi penghasilan (http://www.brandchannel.com/
update 6 Agustus 2009)
4. Membangun Personal Branding
Menciptakan personal branding sangat mirip dengan cara menciptakan
brand lainnya. Kita harus memutuskan elemen brand, memberi makna terhadap
brand tersebut, memposisikan, mengkomunikasikan makna, dan mengatur
sedemikian rupa sepanjang waktu. Menciptakan personal brand sama saja seperti
halnya menciptakan brand apa pun. Seseorang harus menentukan elemen-elemen
brand, memberikan makna bagi elemen tersebut, menempatkannya di posisi yang
tepat, mengkomunikasikan makna tersebut, dan terus mengelolanya.
Menurut konsultan marketing Kristie Tamsevicius dalam Nitish Bhalotia,
asumsi yang perlu digarisbawahi mengenai filosofi personal branding adalah
masing-masing individu mendapatkan anugerah yang unik dan tujuan yang
berbeda-beda dalam hidup. Seperti gambar piramida dalam membangun personal
branding berikut ini:
23
Gb. 1.1 Piramida Personal Branding Menurut Kristie Tamvecius
Sumber: Nitish Bhalotia (http://www.brandchannel.com/update 6 Agustus 2009)
1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Sendiri)
Karena personal brand memiliki refleksi langsung terhadap
seseorang, untuk mengidentifikasi personal brand, seseorang harus bisa
memahami apa membuat dirinya berbeda dari orang lain (Tom Peters).
Seseorang harus mengidentifikasi kelebihan dan pembawaannya yang patut
menjadi perhatian orang lain. Personal branding semata-mata mengenai
menentukan siapa diri seseorang sebenarnya dalam hal karakter inti yang
otentik, ketimbang menciptakan brand yang diinginkan. Personal brand
seseorang muncul dari pencarian identitas dan makna, yang kemudian
menimbulkan kesadaran akan adanya kelebihan dan talenta yang dimiliki
(http://www.brandchannel.com/ update 6 Agustus 2009)
2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan)
24
Hal ini mencakup tindakan menuliskan bidang-bidang yang menjadi
kelebihan yang dimiliki oleh seseorang yang berkaitan dengan minat
profesional atau keinginan. Tahap ini meliputi tindakan untuk bertanya pada
diri sendiri—Apa yang harus dilakukan agar nilai-nilai yang dicapai bisa
menjadi luar biasa, terarah, beda dari yang lain, dan unggul? Pekerjaan/hal
apa yang paling bisa dibanggakan oleh seorang individu?
Personal branding sama sekali bukan hal yang mengharuskan seorang
individu mengenakan kedok yang memikat, melainkan memahami nilai-
nilai yang dimiliki oleh seorang individu, dan belajar untuk membuat nilai-
nilai tersebut menjadi relevan bagi orang lain. Banyak hal dalam
pengembangan personal brand yang berpusat pada mengidentifikasi nilai-
nilai pribadi seseorang (http://www.brandchannel.com/ update 6 Agustus
2009)
3. Position Yourself (Memposisikan Diri)
Dengan mengidentifikasi kualitas atau karakteristik yang membuat
seseorang berbeda dari pesaing atau koleganya, seorang individu dapat
menciptakan positioning (penempatan posisi) bagi dirinya sendiri. Personal
brand yang baik tidaklah serupa dari yang lain, serta menciptakan asosiasi
yang kuat, menguntungkan, dan unik. Tujuan dari personal brand adalah
untuk membuat personal brand tersebut menjadi jelas, unik, dan dengan
mudah dapat dimengerti, dan untuk menunjukkan keunikan, meraih
keuntungan sehingga membuat orang percaya
(http://www.brandchannel.com/ update 6 Agustus2009)
25
4. Manage Your Brand (Mengelola Brand)
Menurut Montoya, kunci untuk promosi personal branding jenis apa
pun adalah “pemasaran dari mulut-ke-mulut”. Jaringan sahabat, kolega,
klien, dan konsumen merupakan sarana/kendaraan pemasaran/marketing
yang paling penting yang dimiliki oleh personal brand. Apa yang mereka
katakan mengenai sebuah brand adalah apa yang pada akhirnya akan diukur
oleh pasar sebagai nilai dari brand tersebut.
Personal brand harus membangun sebuah tempat yang mencakup
kepercayaan dan keterkaitan di dalam pemikiran calon konsumen. Semakin
personal brand bisa dipercaya oleh orang lain, maka personal brand
tersebut akan semakin menyebar luas di seluruh pasar tanpa harus
memaksakannya (http://www.brandchannel.com/ update 6 Agustus2009).
Sedangkan menurut Hubert K. Rampersad, Personal brand yang dimiliki
oleh seseorang haruslah otentik; merefleksikan karakter yang sebenarnya; dan
diciptakan berdasar pada nilai-nilai yang dipegang oleh seseorang, keunggulan,
keunikan, dan kepandaian orang tersebut.
1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal
Fase atau tahap ini terdiri atas mendefinisikan dan merumuskan
personal ambition dalam suatu cara yang menyenangkan dan persuasif
untuk kemudian diwujudkan. Tahap ini berkenaan dengan mengidentifikasi
diri dan mencaritahu apa impian seseorang, siapa dirinya, pemikiran apa
yang dipertahankannya, apa yang membuat dirinya unik dan istimewa,
mengapa diri seseorang berbeda dari orang lain, apa nilai-nilai yang
26
dipegangnya, dan mengidentifikasi kepandaian, serta melatih diri untuk
mengatasi keadaan. (http://www.brandchannel.com/ update3 Januari2010)
2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand
Mendefinisikan dan merumuskan janji personal brand yang otentik,
unik, relevan, konsisten, singkat, bermakna, dan persuasif, serta
mempergunakannya sebagai poin utama dari sikap dan tindakan. Pada titik
inilah seseorang harus menentukan spesialisasinya, dengan memfokuskan
pada sebuah talenta utama. Orang itu harus menguraikan layanan
spesifiknya, ciri khas utamanya, serta atribut utamanya yang paling kuat.
Yang terakhir, ia harus menentukan siapa audience-nya (domain) dan apa
kebutuhan utama mereka.
Pernyataan personal brand terdiri atas keseluruhan personal ambition,
sasaran brand, keunggulan, atribut dominan layanan, dan domain.
Pernyataan personal brand tersebut juga mencakup proposisi nilai unik
(unique value proposition). Langkah kedua di fase ini adalah
mendefinisikan kisah personal brand, yang merupakan intisari dari apa
yang ingin diungkapkan mengenai personal brand untuk mendapatkan
reaksi emosional yang positif. Yang terakhir, ia harus mendesain personal
logo, simbol grafis yang mampu mewakili personal brand-nya.
(http://www.brandchannel.com/ update 3 Januari2010).
3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC)
Personal brand dan personal ambition tidak ada artinya bila
seseorang tidak mengambil tindakan untuk mewujudkannya. Oleh
27
karenanya, fase ini ditekankan pada pengembangan rencana tindakan yang
terintegrasi dan seimbang berdasar pada personal brand dan personal
ambition untuk meraih sasaran dan tujuan brand, serta mengurangi semua
elemen negatif. Segalanya adalah mengenai menerjemahkan personal
ambition dan personal brand ke dalam PBSC (tindakan). PBSC akan
menerjemahkan personal ambition dan personal brand ke dalam sasaran
personal yang dapat dikendalikan dan dapat diukur, batu loncatan,
peningkatan tindakan dalam suatu cara yang holistik (menyeluruh) dan
seimbang. PBSC dibutuhkan untuk meningkatkan dan me-manage diri
sendiri berdasar pada personal ambition dan brand.
Personal ambition dan personal brand berkaitan erat dengan isi hati
seseorang (emosi/perasaan) serta otak kanan seseorang. Sementara PBSC
berkaitan erat dengan otak kiri, yang sebagian besar memiliki fungsi
analitis, logis, dan kuantitatif. Otak kanan memiliki fungsi intuitif,
emosional, spiritual, dan holistik. Salah satu hasil dari menerapkan model
personal branding yang holistik dan otentik tersebut seiring dengan sarana-
sarana lain yang telah disebutkan di atas adalah keseimbangan antara otak
kiri dan otak kanan serta keseimbangan antara hati dan kepala.
(http://www.brandchannel.com/ update 3 Januari2010).
4. Mengimplementasikan dan mengolah ambisi personal, personal brand, dan
personal balanced scorecard
Personal ambition, personal brand, dan PBSC tidak akan ada artinya
bila seseorang tidak mengimplementasikan ketiganya hingga terwujud. Oleh
28
karenanya, tahap selanjutnya adalah mengimplementasikan, menjaga atau
mempertahankan, dan mengolah ambisi, brand, dan PBSC secara efektif.
Sebagai tambahan, berusaha untuk membangun kredibilitas, dan menjadi
pakar dalam bidang masing-masing.
Sebarkan informasinya melalui beragam saluran media, lakukan
pekerjaan yang benar-benar disukai yang sesuai dengan personal brand dan
personal value, memperoleh pengalaman dalam bidang di mana brand yang
diciptakan mengalami kelemahan, mempromosikan diri sendiri,
memasarkan brand secara terus-menerus dan secara konsisten, membuat
pilihan secara sadar mengenai orang-orang yang akan diasosiasikan,
membangun jaringan yang kuat, menyampaikan janji brand, dan
ringkasnya, hidup menurut janji brand yang telah disampaikan tersebut.
(http://www.brandchannel.com/ update 3 Januari2010).
5. Personal Branding Online melalui Facebook
Seperti yang dituliskan oleh Osa Rosita dalam bukunya yang berjudul
Gabung di Facebook, Coy, Facebook memang mempunyai beberapa keuntungan
salah satunya adalah “mempromosikan diri”. Karena berdasarkan survey yang
dilakukan oleh Robert Half International (RHI) oleh para eksekutif di Kanada dan
Amerika Serikat, menunjukkan bahwa beberapa perusahaan mulai memasukkan
profil para pelamar kerja di situs pertemanan sebagai bahan penilaian (Rosita: 14-
15).
Sejak Facebook semakin mewabah di alam maya, perusahaan-perusahaan
global kaliber dunia pun ikut terjangkit tren situs jejaring yang sedang digemari
29
banyak orang untuk mencapai kesuksesan. Sebut saja Louis Vuitton, sebuah
brand terkenal yang lekat dengan produk-produk mewahnya bagi kalangan
menengah ke atas seperti aksesoris, pakaian, jam, perhiasan, dan produk sejenis
lainnya. Louis Vuitton atau yang lebih dikenal dengan inisial LV ini memiliki
Facebook page yang diberi nama The Art of Travel by Louis Vuitton.
Promosi yang dilakukan LV di Facebook mengandalkan koleksi foto
produk dengan model-model cantik yang ditampilkannya. Di bagian Photos,
pengelola Facebook page The Art of Travel by Louis Vuitton.ini menampilkan tak
kurang dari 50 foto koleksi produk yang artistic dan menarik (Enterprise: 6).
Untuk melengkapi promosi yang dilakukan melalui foto-foto produk, pengelola
Facebook page The Art of Travel by Louis Vuitton yang beranggotakan 30.210
orang ini menampilkan sejumlah link yang berisi informasi pendukung promosi
produk, misalnya saja link video pembuatan iklan produk LV terbaru dan link
menuju official website LV (Enterprise: 7).
Tidak hanya Louis Vuitton saja yang melakukan promosi melalui
Facebook. Sebuah perusahaan yang lekat dengan anak-anak dan berpusat di
Burbank, California, yaitu Walt Disney sendiri memanfaatkan Facebook untuk
mempromosikan perusahaan dan kreasi-kreasi yang dihasilkannya. Facebook
page yang beranggotakan 40.784 ini memanfaatkan fasilitas Notes dan fasilitas
Photos untuk melakukan promosi. Di bagian Notes, pihak pengelola menampilkan
sejumlah artikel mengenai Walt Disney, acara-acara yang mereka adakan, dan
artikel ringan yang bisa menambah wawasan (Enterprise: 34-35).
30
Sedangkan BBC, sebuah stasiun televisi berita, juga menggunakan
Facebook page yang berlabel BBC World News. Facebook page ini semata-mata
mengandalkan fasilitas Wall untuk promosi. Di bagian Wall ini pengelola
menampilkan informasi terbaru yang diperolehnya. Para anggota Facebook yang
berjumlah 1.431 ini juga menggunakan fasilitas Wall untuk memberikan komentar
atau menyampaikan liputan kejadian di lingkungan mereka (Enterprise: 38-39).
Xerox Corporation adalah sebuah perusahaan yang dikenal secara global
karena produk mesin photocopy-nya yang telah digunakan di seluruh dunia
selama puluhan tahun. Tidak mau ketinggalan, Xerox juga menggunakan
Facebook page untuk semakin menduniakan perusahaannya. Facebook page
perusahaan pada umumnya menggunakan nama perusahaannya sebagai identitas.
Tetapi hal ini tidak berlaku pada Facebook page milik Xerox. Perusahaan ini
memilih nama unik berupa sebuah kalimat “So What DOES Xerox do?”.
Pemilihan nama yang unik dan menarik ini sepertinya telah mampu menarik 2.938
orang untuk menjadi anggota Facebook page yang mereka kelola (Enterprise: 72-
73).
Perusahaan minuman ringan PepsiCo, yang telah mendunia di berbagai
lapisan masyarakat ikut meramaikan dunia Facebook dengan mengelola Facebook
page miliknya. Selain memanfaatkan Wall, Photos, dan Notes untuk mendekatkan
produk dan perusahaan pada masyarakat, marketing PepsiCo tidak lupa
menggunakan aplikasi Video di halaman Facebook untuk memasarkan produk-
produknya. Tampilan video ini memiliki fungsi yang sama dengan iklan di media
televisi dan media elektronik lainnya. Terdapat lebih dari 21 video yang berisi
31
iklan produk-produk terbaru dari PepsiCo yang bisa dilihat oleh para pengguna
Facebook (Enterprise: 162).
Bila melihat kembali pada ulasan di atas, bisa diambil suatu kesimpulan
bahwa perusahaan-perusahaan tersebut melakukan promosi produk dan
perusahaan melalui Facebook dengan menggunakan beberapa fitur-fitur yang
telah disediakan Facebook di antaranya Wall, Photos, Note, Link, Video, bahkan
ada perusahaan yang menggunakan sebuah nama unik dalam Facebook page-nya
untuk menarik perhatian pengguna Facebook.
Maka dari itu, mengacu pada cara yang telah digunakan beberapa
perusahaan kelas dunia tersebut, penulis memutuskan untuk mengadaptasinya
sebagai item-item yang menjadi tolok ukur penulisan ini.
6. Fungsi-Fungsi Media
Perkembangan zaman mempengaruhi media massa jika pada tahun-tahun
sebelumnya, orang hanya mengenal media cetak dan media elektronik (televisi
dan radio), namun sejak orang mulai mengenal internet sebagai bentuk media
massa yang baru, internet pun mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tidak
hanya menyajikan informasi dan berita, internet pun berkembang dengan
munculnya trend situs jejaring sosial yang semakin menjamur sejak tahun 1995.
Katz, Gurevitch, dan Haas (1973) dalam Warner et. al. memandang media
massa sebagai suatu alat yang digunakan oleh masyarakat untuk saling
berhubungan satu dengan yang lain. Ketiga tokoh tersebut menggolongkan fungsi
media massa menjadi lima kategori, yaitu:
32
1. Kebutuhan kognitif—memperoleh informasi, pengetahuan, dan
pemahaman
2. Kebutuhan afektif—emosional, pengalaman menyenangkan, atau estetis
3. Kebutuhan integratif personal—memperkuat kredibilitas dan rasa percaya
diri, stabilitas, dan status
4. Kebutuhan integratif sosial—mempererat hubungan dengan keluarga,
teman, dan sebagainya
5. Kebutuhan pelepasan ketegangan—pelarian dan pengalihan (Warner-
Tankard, 2007: 357).
Dari fungsi-fungsi media massa yang tertulis di atas, bisa dilihat bahwa
personal branding melalui media Facebook sebagai situs jejaring sosial, termasuk
dalam pemenuhan kebutuhan intergratif personal. Karena tujuan dari personal
branding itu sendiri adalah bagaimana membuat diri seseorang mempunyai nilai
di mata orang lain. Seseorang akan memiliki nilai bagi orang lain bila dia mampu
berbuat sesuatu terhadap dirinya dan orang di sekitarnya. Tentunya dengan
sendirinya nilai tersebut akan membentuk suatu kredibilitas dan status seseorang,
hingga akan meningkatkan kepercayaan diri orang yang bersangkutan.
7. Teori Kebutuhan Maslow
Abraham Maslow seorang ahli psikologi menggolongkan kebutuhan
manusia yang disebut sebagai hierarki kebutuhan. Berikut klasifikasi kebutuhan
manusia menurut Maslow:
1. Kebutuhan fisiologis: lapar, haus, dan sebagainya
2. Kebutuhan rasa aman: merasa aman, bebas dari bahaya
33
3. Kebutuhan dimiliki dan dicintai: bergabung dengan orang lain, diterima,
dan dicintai
4. Kebutuhan harga diri: untuk mencapai, kompeten, serta mendapatkan
persetujuan dan pengakuan
5. Kebutuhan kognitif: untuk mengetahui, memahami, dan mengeksplorasi
6. Kebutuhan estetik; simetri, keteraturan, dan keindahan
7. Kebutuhan aktualisasi diri: untuk menemukan pemenuhan diri dan
menyadari potensi diri.
Gb 1.2 Piramida Hierarki Kebutuhan Manusia
Sumber: Maslow dalam Atkinson (1998: 293)
Kebutuhan fisiologis: rasa lapar, haus, dan sebagainya
Kebutuhan rasa aman: merasa aman bebas dari bahaya
Kebutuhan dimiliki dan dicintai: bergabung dengan orang lain, diterima, dan dicintai
Kebutuhan harga diri: untuk mencapai kompeten dan mendapatkan persetujuan dan pengakuan
Kebutuhan kognitif: untuk mengetahui, memahami, dan mengeksplorasi
Kebutuhan estetik: simetri, keteraturan, dan keindahan
Kebutuhan aktualisasi diri
34
Bisa dilihat pada piramida di atas bahwa kebutuhan aktualisasi diri adalah
kebutuhan yang tertinggi dan hanya dapat terpenuhi setelah semua kebutuhan
terpenuhi (Atkinson: 293). Sedangkan aktualisasi diri adalah suatu kebutuhan
psikologis untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan menggunakan
kemampuannya untuk menjadi diri sendiri sesuai dngan kemampuannya
(elearning.gunadarma.ac.id/2009). Dalam penulisan ini salah satu cara untuk
memenuhi kebutuhan aktualisasi diri adalah dengan memanfaatkan situs jejaring
sosial (Facebook). Dengan mengaktualisasikan diri di Facebook, maka
sebenarnya seseorang secara disadari maupun tidak, telah membangun personal
branding-nya.
F. BATASAN TERMINOLOGI
Dari penjabaran di atas dapat dikemukakan definisi konseptual yang sesuai
dengan konsep pnelitian ini. Definisi tersbut adalah sebagai berikut:
1. Personal branding menurut The Institute of Chartered Accountants in
Australia adalah mengenai bagaimana orang lain memperhatikan, berpikir,
dan merasakan tentang diri seseorang (http://www.blisspr.com/ update 6
Agustus 2009).. Sedangkan menurut Peter Montoya, personal branding
adalah suatu proses yang membutuhkan keahlian, kepribadian, dan
karakteristik unik, yang dikemas dalam suatu identitas yang kuat yang
mampu mengangkat seseorang di tengah masyarakat dan pesaing lainnya.
2. Online dalam Bahasa Indonesia berarti “dalam jaringan”. Sedangkan
online merupakan istilah dalam Bahasa Inggris yang berarti keadaan di
35
mana seseorang terhubung ke dalam suatu jaringan ataupun sistem yang
lebih besar. Dalam percakapan umum, online dapat berarti seseorang
terhubung dengan jaringan (network) yang lebih besar seperti internet, atau
sedang terhubung dengan orang lain melalui sambungan telepon.
(Http://en.wikipedia.org/update 6 Agustus 2009)
3. Anggota Soloraya Facebook Community (SFC) adalah anggota dari grup
Facebook bernama Soloraya Facebook Community (SFC), yang
diprakarsai oleh beberapa pemilik account Facebook yang ada di Kota
Soloraya yang dibentuk sebagai salah satu wadah para pemilik account
Facebook yang berada dalam wilayah Soloraya.
G. METODOLOGI
1. Jenis Penulisan
Penulisan ini merupakan penulisan deskriptif kualitatif. Seperti yang
diungkapkan oleh Atherton & Klemmack, penulisan deskriptif bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang
tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau
lebih. Biasanya penulisan deskriptif seperti ini menggunakan metode survei.
Penulisan deskriptif ini bisa meliputi beberapa jenis penulisan yang lebih
spesifik, yaitu:
a. Penulisan yang menggambarkan karakteristik suatu masyarakat atau
suatu kelompok orang tertentu.
b. Penulisan yang menggambarkan penggunaan fasilitas masyarakat.
36
c. Penulisan yang memperkirakan proporsi orang yang mempunyai
pendapat atau sikap, atau bertingkah laku tertentu.
d. Penulisan yang berusaha untuk melakukan semacam ramalan.
e. Penulisan yang mencari hubungan antara dua variable atau lebih
Penulisan deskriptif adalah penulisan untuk menggambarkan tentang
karakteristik individu, situasi, atau kelompok tertentu. Penulisan ini relatif
sederhana yang tidak memerlukan landasan teoritis yang rumit atau pengajuan
hipotesis tertentu dan dapat meneliti hanya satu variable saja (Ruslan, 2003: 12).
Sedangkan menurut Bodgan dan Taylor dalam Moleong (2002: 3),
kualitatif merupakan tata cara penulisan yang menghasilkan data deskriptif yang
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang, dan perilaku yang diamati
sebagai suasana yang utuh.
2. Lokasi Penulisan
Penulisan ini dilakukan di Kota Surakarta dan juga www.facebook.com.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang cirinya
dapat diduga. Dalam kaitannya dengan penulisan ini, maka mengambil
anggota Soloraya Facebook Community sebagai populasinya.
b. Sampel
Dalam penulisan ini digunakan teknik purposive sampling atau
pengambilan sample berdasarkan tujuan. Dengan kata lain penulis diberi
kebebasan untuk memilih siapa saja yang akan dijadikan sebagai sumber
37
data atau informan sesuai dengan maksud dan tujuan penulisan. Selain
itu, dengan teknik ini, berguna mendapatkan informan yang tepat yang
mengurai permasalahan yang menjadi obyek penulisan (Mulyana, 2004:
187). Sebagai sample dalam penulisan ini yang bertindak sebagai
informan adalah anggota-anggota dari Soloraya Facebook Community
(SFC).
4. Sumber data
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui
wawancara. responden yang diwawancarai sebagai sumber data dalam
penulisan ini adalah anggota Soloraya Facebook Community (SFC).
b. Data Sekunder
Yaitu data yang dikumpulkan untuk mendukung dan melengkapi
data primer yang berkenaan dengan masalah penulisan. Data sekunder ini
berupa halaman Facebook yang dimiliki oleh anggota Soloraya
Facebook Community (SFC) yang menjadi sumber data primer.
5. Validitas Data
Validitas membuktikan bahwa apa yang diamati sesuai dengan apa yang
ada dalam kenyataan dan apakah penjelasan yang diberikan memang sesuai
dengan apa yang sebenarnya terjadi. Penulisan ini mengusahakan hal tersebut
dilakukan dengan cara triangulasi data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data, untuk
38
keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data. Ada empat macam teknik
triangulasi yaitu pemeriksaan terhadap sumber, metode, penyidik, dan teori.
Dalam penulisan ini, yang digunakan adalah teknik triangulasi sumber.
Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam metode kualitatif.
Seperti yang diungkapkan Moleong dan Bardiansyah, hal ini dapat
dilakukan dengan jalan:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penulisan
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
bersangkutan (Bungin, 2008: 257).
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah
sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah salah satu sumber bukti yang paling penting.
Wawancara bisa mengambil beberapa bentuk, tetapi dalam penulisan
39
ini yang digunakan adalah wawancara yang menggunakan petunjuk
umum wawancara dan wawancara tak terstruktur.
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan tipe wawancara yang
yang menggunakan petunjuk umum wawancara dengan membuat
kerangka dan garis besar pokok-pokok yang akan ditanyakan.
Pelaksanaan wawancara dan pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan
keadaan responden. (Moleong, 2002 : 138)
Sementara meski penulis membuat terlebih dahulu semua garis
besar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, namun dilapangan penulis
menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara lebih mendalam pada setiap
responden, hingga penulis mendapatkan data yang lengkap dari setiap
responden, maka wawancara ini juga merupakan jenis wawancara tak
terstruktur. Karena wawancara tak terstruktur dapat dilakukan pada
keadaan ketika pewawancara ingin menyakan sesuatu secara lebih
mendalam lagi pada subjek tertentu, dan tertarik untuk mengungkapkan
motivasi, maksud atau penjelasan dari responden. (Moleong, 2002: 139)
b. Analisis dokumen
Teknik pengumpulan data dengan Analisa dokumen dapat
dilakukan dengan menganalisa otobiografi, memoir, catatan harian,
surat-surat, artikel, brosur, buletin, maupun foto-foto. Dokumen-
dokumen ini dapat mengungkapkan bagaimana responden
mendefinisikan dirinya sendiri, lingkungan, dan bagaimana kaitan
antara definisi-definisi diri tersebut dalam kaitannya dengan orang-
40
orang di sekelilingnya dengan tindakannya (Mulyana, 2004: 195).
Dalam penulisan ini, penulis akan menganalisis setiap halaman atau
page account Facebook responden, yang di dalamnya meliputi fitur-
fitur yang digunakan responden, yaitu Profile Information, friends,
Status Update, Note, link, dan Photo.
7. Analisis Data
Dalam penulisan ini, data dianalisis secara deskriptif, dalam artian data-
data hanya dipaparkan sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan berdasarkan
konsep-konsep yang ada. Terdapat tiga komponen pokok yang akan diikuti
penulis. Tiga komponen tersebut adalah:
a. Reduksi
Reduksi data dimulai sejak penulis mengambil keputusan tentang
kerangka kerja konseptual, tentang pemilihan kasus, pertanyaan yang
diajukan, dan tentang cara pengumpulan data yang dipakai. Pada saat
pengumpulan data berlangsung, reduksi data dengan memusatkan tema,
membuat batasan permasalahan, menulis memo. Reduksi data
berlangsung terus menerus selama penulisan kualitatif berlangsung dan
merupakan bagian dari analisis. (Sutopo, 2002: 91-92).
b. Sajian Data (data display)
Sajian data adalah suatu rakitan organisasi informasi yang
memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Dengan melihat suatu
penyajian data, penulis akan mudah memahami apa yang sedang terjadi
dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun
41
mengambil tindakan lain berdasarkan penulisan tersebut. Jadi dengan
adanya data display ini, akan mempermudah penulis dalam mengambil
kesimpulan. (Sutopo, 2002 :92)
c. Penarikan kesimpulan
Proses konklusi yang terjadi selama pengumpulan data dari awal
hingga akhir. Kesimpulan yang perlu diverifikasikan yang dapat berupa
suatu pengulangan, sebagai pemikiran kedua yang timbul dalam pikiran
penulis pada waktu menulis dengan melihat kembali fieldnote. (Sutopo,
2002:93).
Gb.: 1.3 Interactive Models of Analysis
Sumber: H.B Sutopo, 2002: 96
Reduksi Data
Pengumpulan Data
Penarikan Kesimpulan
Sajian Data
42
H. KERANGKA BERPIKIR
Gb. 1.4 Skema Kerangka Pikir
Anggota Soloraya Facebook Community (SFC) sebagai objek penulisan,
yang diambil beberapa dari anggotanya untuk menjadi sampel penulisan mengenai
“Bagaimana cara anggota-anggota Soloraya Facebook Community (SFC) tersebut
melakukan Personal Branding melalui account Facebook yang dimiliki?” yang
kemudian akan dianalisis tentang “Bagaimana anggota-anggota Soloraya
Facebook Community (SFC) tersebut melakukan tahap-tahap dalam membangun
personal branding?”.
Kegiatan personal branding tersebut dapat diidentifikasi dengan beberapa
fitur yang tersedia dalam Facebook (Profile Information, friends, Status Update,
Anggota Soloraya Facebook Community
(SFC)
Facebook: ü Profile
Information ü Friends ü Status Update ü Note ü Link ü Photos
Personal Branding
Tahapan Membangun
personal branding menurut Kristie Tamvecius dan
Hubert K. Rampersad
Personal Branding Online Anggota
Soloraya Facebook Community (SFC) melalui Facebook
43
Note, link, dan Photo) kemudan dari fitur-fitur yang diidentifikasi tersebut, dapat
terlihat bagaimana anggota SFC melalui tahapan dalam membangun personal
branding. Pada akhirnya kegiatan penulisan ini akan menghasilkan deskripsi atau
gambaran mengenai Personal Branding Online Anggota Soloraya Facebook
Community (SFC) melalui Facebook.
44
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
A. Facebook
1. Sejarah Facebook
Facebook adalah sebuah website jaringan sosial di mana para pengguna
dapat bergabung dalam komunitas seperti kota, kerja, sekolah, dan daerah untuk
melakukan koneksi dan berinteraksi dengan orang lain. Orang juga dapat
menambahkan teman-teman mereka, mengirim pesan, dan memperbarui profil
pribadi agar orang lain dapat melihat tentang user.
Facebook yang diluncurkan pertama kali pada 4 Februari 2004 ini,
didirikan oleh Mark Zuckerberg, yang merupakan seorang mahasiswa
lulusan Harvard dan mantan murid Ardsley High School, bersama teman
sekamarnya, Dustin Moskovitz dan Chris Hughes. Pertama kali saat diluncurkan,
situs jejaring sosial ini masih memakai nama TheFacebook.com, bukan
Facebook.com. TheFacebook sendiri diambil dari nama lembar dokumen yang
diberikan ke setiap mahasiswa baru di Harvard University yang menampilkan
profil civitas akademika. Situs ini berganti nama menjadi Facebook.com pada
bulan Agustus 2005.
Awalnya, situs ini hanya diperuntukkan bagi siswa Harvard College.
Dalam dua bulan selanjutnya, keanggotaannya diperluas ke sekolah lain di
wilayah Boston (Boston College, Boston University, MIT, Tufts), Rochester,
Stanford, NYU, Northwestern, dan semua sekolah yang termasuk dalam Ivy
43
45
League. (Community, 2009: 1). Banyak perguruan tinggi lain yang selanjutnya
ditambahkan berturut-turut dalam kurun waktu satu tahun setelah peluncurannya.
Akhirnya, orang-orang yang memiliki alamat surat elektronik suatu universitas
(seperti .edu, .ac.uk, dll) dari seluruh dunia dapat juga bergabung dengan situs ini.
Selanjutnya Facebook dikembangkan pula jaringan untuk sekolah-sekolah
tingkat atas dan beberapa perusahaan besar. Sejak 11 September 2006, orang
dengan dengan alamat email apa pun dapat mendaftar di Facebook. Pengguna
dapat memilih untuk bergabung dengan satu atau lebih jaringan yang tersedia,
seperti berdasarkan sekolah tingkat atas, tempat kerja, atau wilayah geografis.
Hingga Juli 2007, situs ini memiliki jumlah pengguna terdaftar paling
besar di antara situs-situs yang berfokus pada sekolah dengan lebih dari 34 juta
anggota aktif yang dimilikinya dari seluruh dunia. Dari September 2006 hingga
September 2007, peringkatnya naik dari posisi ke-60 ke posisi ke-7 situs paling
banyak dikunjungi, dan merupakan situs nomor satu untuk foto di Amerika
Serikat, mengungguli situs publik lain seperti Flickr, dengan 8,5 juta foto dimuat
setiap harinya. Hingga saat ini Facebook telah memiliki lebih dari 170 juta
pengguna dari seluruh dunia, di mana tujuh puluh persen (70%) dari penggunanya
berasal dari luar Amerika dan telah menjadi fenomena bahkan telah berubah
menjadi komunitas digital terbesar di dunia (http://
www.kelompoktujuh.blogdetik.com/ update 24 Oktober 2009).
2. Fitur-Fitur Facebook
Facebook memiliki fitur-fitur yang memungkinkan para usernya
berinteraksi. Fitur-fitur Facebook antara lain:
46
Status update, adalah pesan singkat yang berisi komentar pribadi user
(Community, 2009: 87). Status bisa dilihat oleh semua teman user, karena status
update ini memang dirancang untuk memperlihatkan status user saat ini. User
bisa bercerita tentang apa yang sedang dilakukannya, namun agar tidak
mengganggu brand yang dibangun sebaiknya memilih aktivitas apa yang akan
dituliskan pada status update (Satvika, 2009: 31)
Wall, Wall fitur yang berupa ruang dalam setiap halaman profil user yang
memungkinkan teman-teman user untuk mengirim pesan pada user, dan pesan ini
dapat dilihat oleh semua orang (Satvika, 2009: 66).
Friends, unsur ketertarikan utama dalam jaringan sosial adalah pencarian
teman-teman. Inilah fitur utama dalam sebuah situs jejaring sosial di mana user
bisa memiliki sejumlah teman. (Satvika, 2009: 16).
Photo, salah satu aplikasi paling populer di Facebook, fitur ini
memungkinkan user untuk memuat foto-foto dan membuat album foto. Facebook
membolehkan user-nya untuk memuat foto hingga tanpa batas maksimal
(unlimited). Seting privasi bisa diterapkan di tiap album yang dimiliki oleh user,
membatasi orang-orang yang ingin melihat album foto user. Yang menarik dari
fitur Photo ini adalah proses “tagging” atau melabeli user dalam foto. Selanjutnya
sebuah pemberitahuan dikirimkan kepada teman yang dilabeli tersebut, dan
menghadirkan link padanya untuk melihat foto tersebut. (Satvika, 2009: 23).
Info atau profile information, halaman ini berisi segala informasi tentang
user. Data pribadi, hingga afiliasi user bisa diisikan di halaman ini. Facebook
memungkinkan user untuk mencantumkan link ke website yang user miliki.
47
Note atau catatan Facebook, fitur ini mirip dengan blog, di mana user
bebas menuliskan apa saja di sini yang relevan dengan brand yang dibangun.
Fitur note memiliki fasilitas tagging dan penambahan foto maupun video.
(Satvika, 2009: 26)
Video, fitur ini mirip dengan photos, namun untuk video, user dapat meng-
upload video yang dimiliki sebelumnya.
Menurut situs comScore, Facebook berhasil mengungguli pesaingnya,
MySpace, pada April 2008. comScore melaporkan bahwa Facebook telah
menjaring 132,1 juta pengunjung pada Juni 2008, dibandingkan dengan MySpace
yang “hanya” 117,6 juta pengunjung. Sementara itu menurut Alexa, peringkat
situs ini melejit dari peringkat 60 ke peringkat 7 dalam penilaian dari traffic/lalu
lintas akses di seluruh dunia, dari bulan September 2006 hingga September 2007.
Quantcast memberi ranking 15 dalam peringkat situs paling populer di Amerika
Serikat (Alexa.com, diakses Agustus 2008) dan Compete.com memberi peringkat
14 untuk wilayah Amerika Serikat.
Facebook adalah situs jejaring sosial di beberapa negara-berbahasa
Inggris, termasuk Kanada, dan Inggris. Sementara di Amerika saja Facebook
memiliki sekitar 60 juta user dibanding dengan MySpace yang memiliki 73 juta
pengguna. Website ini telah memenangkan beberapa penghargaan “Top 100
Classic Websites” dari PC Magazine di tahun 2007, dan memenangkan “People
Voice Awards” dari Webby Award di tahun 2008. Tahun 2009, Mark Zuckerberg
selaku pendiri Facebook menerima penghargaan 'No Boundaries' Innovation
Award dari The World Economic Forum. Ini merupakan pengakuan terhadap
48
temuan yang paling inovatif, situs jejaring sosial yang paling diminati di muka
bumi ini. Facebook mendapatkan predikat sebagai “World’s Most Innovative
Company” di tahun 2010, karena digunakan oleh 400 juta pengguna internet di
seluruh dunia. (http://www.teknologinet.com/ update 30 Februari 2010)
3. Kelebihan Facebook
a. Lebih informatif. Ada News Feed (kemudian dikenal dengan nama “Wall”,
Status Update, foto-foto, Posted Item, baik berupa catatan, atau berita-
berita dari situs lain, live feed seperti tautan video streaming di
Youtube.com maupun situs sejenis, dan tautan berisi rekaman lagu atau
suara. Semuanya yang berhubungan dengan apa yang terjadi dengan
network kita (komunitas kita). Kita dapat dengan mudah memantau hal apa
saja yang terjadi di Facebook dengan adanya fitur-fitur tersebut. Terlebih
lagi Facebook memungkinkan kita untuk menambah aplikasi dengan
mudah.
b. Lebih mudah mengecek pembicaraan kita dengan rekan-rekan kita. Saat
saling berkomentar dan kita bisa mengecek langsung setiap pembicaraan
kita dengan teman-teman kita. Tidak hanya di Wall, kita dapat
meninggalkan komentar di manapun sesuka kita, baik itu di catatan, foto,
live feed, kuis atau permainan yang kita ikuti.
c. Jika ada event kita juga bisa membuat undangan virtual yang kemudian
disebar ke teman-teman kita untuk kemudian dikonfirmasi. Apabila kita
punya foto-foto, kita bisa men-“tagged” (mencantumkan nama-nama)
49
teman kita sehingga mereka bisa melihat foto tersebut dari Facebook
mereka.
d. Kita bisa membuat Facebook yang berupa semacam fans club bagi idola
kita. Dan dengan fitur ini kita dapat menjadi seorang supporter/fan bagi
Facebook jenis ini. Belakangan fitur seperti ini dipakai sebagai Facebook
untuk sosialisasi politik dan kampanye, contoh yang paling nyata adalah
ketika Barrack Obama berkampanye dalam situs jaringan pertemanan ini
yang kemudian membuat dia didukung oleh banyak pendukung dan
menjadi “teladan” bagi kampanye online.
4. Keanggotaan
Facebook adalah situs jejaring sosial gratis, di mana pendaftar tidak perlu
melakukan pembayaran untuk menjadi user atau anggotanya. Untuk mendaftar
menjadi user Facebook sangat mudah, hanya perlu memasukkan data berupa
nama lengkap, e-mail, kemudian password Facebook, jenis kelamin, dan tanggal
lahir.
Dalam Term of Use Facebook tercantum hak dan kewajiban dari user
Facebook. Hak user adalah memperoleh akses dan layanan dari Facebook.com,
user bebas untuk mengisi halaman Facebooknya dengan informasi-informasi
apapun (http://www.surya.co.id/ update 26 September 2009).
B. Soloraya Facebook Community (SFC)
Soloraya Facebook Community merupakan selah satu grup dalam
Facebook, yang diciptakan untuk mewadahi komunitas pecinta Facebook yang
berada di wilayah Soloraya.
50
Komunitas yang secara resmi diluncurkan pada 20 Mei 2009 ini, tidak
hanya membuat komunitas ini eksis secara online. Berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan, Soloraya Facebook Community (SFC) pun berusaha untuk eksis secara
offline dengan para member dan juga dengan berbagai pihak. Hal ini dilakukan
karena Soloraya Facebook Community (SFC) juga mendukung segala kegiatan
yang bertujuan untuk memajukan dan mengembangkan wilayah Soloraya, baik di
bidang informasi, teknologi, pendidikan, maupun kebudayaan. Hingga kini telah
lebih dari lima ribu pemilik account Facebook menjadi member Soloraya
Facebook Community (SFC).
1. Visi dan misi
a. Visi: menjalin dan mempererat networking di antara para pengguna
Facebook di Soloraya
b. Misi:
- Menjalin kerja sama di antara para pengguna Facebook di Soloraya
- Menjalin tali silahturahmi di antara pengguna Facebook di
Soloraya.
- Turut berpartisipasi dan mendukung Pemerintah Kota Solo dalam
mengembangkan Kota Solo
51
2. Keanggotaan
Ada dua macam keanggotaan dalam Soloraya Facebook Community
(SFC), yaitu:
a. Anggota pasif
Yang termasuk anggota ini adalah para pemilik account Facebook
yang hanya bergabung dalam grup Soloraya Facebook Community
(SFC) secara online
b. Anggota aktif
Sedangkan yang termasuk dalam anggota aktif adalah para
pemilik account Facebook yang tidak hanya bergabung dalam grup
Soloraya Facebook Community (SFC) secara online, namun juga
secara offline dengan memenuhi beberapa persyaratan tertentu dan
mendapatkan beberapa fasilitas sesuai ketentuan yang berlaku, serta
aktif melibatkan diri dalam beberapa kegiatan Soloraya Facebook
Community (SFC).
3. Pengurus Soloraya Facebook Community (SFC)
1. Penasihat:
- Priyo Hadi Sutanto
- Sumartono Hadinoto
- Dwi Heriyanto
- Bambang “Benk” Mitosih
2. Ketua:
- Bambang Nugroho
52
3. Sekretaris:
- Oky P. Isnanto
- Sadrah Deep
4. Bendahara:
- Eni Maryuni
5. Humas:
- Herman Priyono
- Vita
- Jimmy
6. Government relations:
- Pedhet Wijaya
7. Seksi Umum:
- Lia Duwita
- Diaz Arjun Ardian
53
BAB III
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini akan disajikan data-data yang telah didapatkan dan akan
langsung dianalisis oleh penulis satu persatu, terkait permasalahan yang menjadi
fokus penulisan. Data-data tersebut didapatkan penulis dari sebelas orang anggota
Soloraya Facebook Community (SFC) yang menjadi responden. Data-data yang
didapatkan penulis untuk penulisan ini berasal dari sumber data primer yang
berupa wawancara langsung dengan setiap responden, serta dokumen yang berupa
halaman Facebook yang dimiliki oleh masing-masing responden.
Terkait analisis data, penulis akan menganalisis data dengan dua macam
model fase-fase membangun personal branding, seperti yang telah dibahas secara
lengkap sebelumnya pada Bab I. yang pertama, membangun personal branding
menurut Kristie Tamvesicius, yaitu:
1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya)
Pada tahap ini, seseorang akan mengidentifikasi dirinya, agar lebih
mengenal diri sendiri, hingga ditemukan kelebihan yang membuatnya
berbeda dari orang lain. Lebih detail, pada tahap ini pun seseorang juga
menentukan pembawaan yang pantas untuk mendapakan perhatian dari
orang lain (http://www.brandchannel.com/ update 6 Agustus2009)
2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan)
Setelah melakukan identifikasi diri, selanjutnya pada tahap ini
seseorang harus menentukan hal-hal yang bisa dilakukan untuk
52
54
mendukung personal branding yang ingin dibangun, hingga membuat
seseorang memiliki nilai lebih di mata orang lain dan berbeda dengan
yang lainnya. (http://www.brandchannel.com/ update 6 Agustus2009)
3. Position Yourself (Memposisikan Diri)
Ketika mampu mengidentifikasi diri dan menetukan apa yang bisa
dilakukan untuk membangun personal branding, maka seseorang
dapat menciptakan positioning atau penempatan bagi dirinya dimata
orang lain. Hal ini berkaitan erat tentang bagaimana seseorang
menempatkan dirinya melalui tindakan-tindakan yang dilakukan,
hingga mampu membuat orang percaya akan personal branding yang
dibangunnya. (http://www.brandchannel.com/ update 6 Agustus2009)
4. Manage Your Brand (Mengelola Brand)
Personal branding yang dibangun harus dikelola dengan baik. Hal
ini mencakup bagaimana mengevaluasi dan memasarkan personal
brand seseorang kepada khalayak atau orang lain. Pemasaran berperan
penting dalam pengelolaan personal brand. Seperti yang dituliskan
Montoya, berikut ini :
“the key to any personal branding campaign is "word-of-mouth marketing." The network of friends, colleagues, clients, and customers is the most important marketing vehicle that a personal brand has got” (http://www.brandchannel.com/ update 6 Agustus2009).
Berdasarkan metode membangun personal branding menurut Kristie di
atas, maka setiap responden pada penulisan ini telah melalui tahap “Manage Your
Brand (Mengelola Brand)”, karena semua responden telah memasarkan personal
55
brand-nya masing-masing secara online melalui media Facebook, seperti yang
menjadi fokus utama dari penulisan ini, (Personal Branding Online). Namun yang
menarik dan menjadi bahan analisis oleh penulis adalah tahap I sampai tahap III
sebelum mencapai tahap “Manage Your Brand (Mengelola Brand)”.
Di mana pada tahap I hingga tahap III ini, setiap responden melakukan hal
yang berbeda-beda antara satu responden dengan responden yang lainnya,
berdasarkan pada profesi, latar belakang, kepribadian serta cara pandang masing-
masing responden.
Yang kedua, penulis juga menganalisis menggunakan “model membangun
personal branding oleh Hubert K. Rampersad, sebagai berikut:
1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal
Menurut Hubert, pada tahap ini seseorang mengidentifikasi
dirinya, untuk lebih mengenal diri sendiri, sehingga diperoleh
kesadaran akan keinginan atau ambisi yang dimiliki, kemampuan diri,
kelebihan yang ada, serta nilai-nilai yang menjadi pegangan.
(http://www.brandchannel.com/ update 3 Januari2010).
2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand
Setelah merumuskan personal ambition, selanjutnya adalah
mendefinisikan dan merumuskan personal brand yang ingin dibangun
hingga mendapatkan respon secara emosional yang positif dari orang
lain. Personal brand ini mencakup personal ambition, sasaran brand,
ciri khas dan keunggulan yang menonjol, hingga memiliki UVP
56
(unique value proposition) nilai yang unik atau berbeda dibanding
orang lain. (http://www.brandchannel.com/ update 3 Januari2010).
3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC)
Jika personal ambition dan personal branding berkaitan dengan isi
hati dan emosional sesuai fungsi otak kanan seseorang, sedangkan
PBSC ini berkaitan dengan otak kiri yang memiliki fungsi analitis,
logis, dan kuantitatif. Maka PBSC adalah pengembangan personal
ambition dan personal branding ke dalam tindakan yang bisa
dilakukan untuk mendukung dan memperkuat personal branding yang
dibangun. (http://www.brandchannel.com/ update 3 Januari2010).
4. Mengimplementasikan dan mengelola ambisi personal, personal
brand, dan personal balanced scorecard
Tahap terakhir adalah bagaimana seseorang mengimplementasikan
dan mengelola ketiga tahap di atas dalam kehidupan sehari-hari. Selain
itu, memasarkan diri melalui berbagai saluran media juga merupakan
salah satu bentuk dari pengimplentasian personal brand yang dibangun
(http://www.brandchannel.com/ update 3 Januari2010)..
Berdasarkan metode personal branding yang otentik milik Hubert K.
Rampersad, penulis juga menganilisis tahap I sampai tahap III sebelum mencapai
tahap “Mengimplementasikan dan mengolah ambisi personal, personal brand,
dan personal balanced scorecard”. Di mana pada tahap I hingga tahap III ini,
setiap responden juga melakukan hal yang berbeda-beda antara satu responden
dengan responden yang lainnya, berdasarkan pada profesi, latar belakang,
57
kepribadian serta cara pandang masing-masing responden. Hal ini dikarenakan
setiap responden dari penulisan ini telah melakukan promosi personal branding
melalui Facebook. Di mana pemasaran diri melalui Facebook merupakan salah
satu bentuk implementasi dalam membangun personal branding. Seperti kutipan
dari tulisan Hubert K. Rampersad berikut ini :
“…Sebarkan informasinya melalui beragam saluran media, lakukan pekerjaan yang benar-benar disukai yang sesuai dengan personal brand dan personal value, memperoleh pengalaman dalam bidang di mana brand yang diciptakan mengalami kelemahan, mempromosikan diri sendiri, memasarkan brand secara terus-menerus dan secara konsisten, membuat pilihan secara sadar mengenai orang-orang yang akan diasosiasikan, membangun jaringan yang kuat, menyampaikan janji brand…” (http://www.brandchannel.com/ update 3 Januari2010).
A. PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA
1. Rohmad Nur Cahyo – Motivator
a. Penyajian data
Aktif dan selalu bersemangat adalah dua hal yang bisa dilihat dari sosok
Rohmad Nur Cahyo atau akrab dipanggil dengan sebutan ‘Ryo’. Dalam usia
muda, pria berumur 22 tahun yang mempunyai segudang aktivitas ini juga
memanfaatkan Facebook untuk membangun personal branding sebagai seorang
motivator sejak tahun 2009. Meski pada awalnya hanya sekadar mengikuti trend
di dunia maya, ternyata selain bisa bertemu dengan teman-teman lamanya, Ryo
mengaku, Facebook bisa digunakan sebagai media mempromosikan diri. “Selain
bisa bertemu dengan teman-teman lama, FB juga bisa untuk mempromosikan
diri,” ujarnya. Berkaitan dengan personal branding sebagai seorang motivator,
58
menurut Ryo, seorang motivator seharusnya memberikan inspirasi dan menjadi
penyemangat bagi orang lain serta mampu menjadi solusi bagi permasalahan
orang lain. Seperti yang diungkapkan Ryo berikut ini:
“Menurutku, dia sering memberikan inspirasi atau menjadi penyemangat bagi orang lain, bisa menjadi solusi bagi permasalahan orang lain. Makanya aku kalau memang ada waktu dan aku baca status teman-teman yang mungkin lagi kurang semangat, aku sering semangatin dia. Ibaratnya memberi inspirasi dan memberi solusi meskipun tidak diminta” (20/01/2010).
(1) Profile Information
Dalam menggunakan Facebook untuk mempromosikan diri sebagai
seorang motivator, Ryo memanfaatkan beberapa fitur pada Facebook. Yang
pertama, Ryo menuliskan data dirinya pada Profile Information, seperti yang bisa
dilihat pada gambar tampilan Profile Information ‘Ryo’ berikut ini:
Gb. 3.1 Profile Information Rohmad Nur Cahyo
59
60
Sumber:http://www.Facebook.com/home.php?#!/rohmad.n.cahyo?v=info&ref=ts, update 20 Januari 2010
Pada tampilan gambar di atas, bisa dilihat bahwa setiap item, diisi secara
detail dan lengkap. Akan tetapi menurut Ryo, apa yang dituliskannya pada Profile
Information tersebut masih sederhana bila dibandingkan dengan Profile Motivator
lainnya seperti Ibnu Santoso. Bagi dia apa yang telah diisi dalam Profile
Information sudah cukup bisa menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang
motivator. Mulai dari aktivitasnya yang banyak bergabung dengan organisasi-
organisasi pengusaha yang identik dengan semangat motivasi. Ketertarikan Ryo
dalam suatu lembaga pengembangan diri, acara-acara TV, dan buku-buku yang
menjadi favoritnya bisa menjadi salah satu indikasi yang menunjukkan bahwa dia
seorang motivator. Berikut ini petikan penjelasan Ryo pada penulis:
61
“…apa yang kutulis di Profile Information sebagai seorang motivator masih dibilang sederhana dibanding dengan apa yang ditulis Ibnu Santoso di FB dia sebagai sesama motivator. Aku cuma menulis secukupnya, seperti di aktivitas aku cantumkan segala organisasi yang aku ikuti di mana mayoritas dari organisasi tersebut adalah organisasi dan komunitas berbau motivasi dan juga pengusaha muda, terus dari Interest juga di situ kutulis LP3S, itu lembaga yang aku punya di bidang pengembangan diri, favorit TV juga kan aku tulis acara-acara kesukaanku berbau motivasi seperti: Golden Ways, dari buku-buku yang aku suka baca juga buku-buku seputar pengembangan diri kayak Berani gagal, Quantum Ikhlas, atau juga bisa dilihat juga dari About Me yang kutulis, beberapa prestasi yang sudah aku peroleh ada, di antaranya: Best Educator Moslem, Pemimpin Terbaik dan Teladan Sejoglo Semar, dan lain sebagainya. Yang terbaru sih ini menunjukkan aku juga terjun ke budaya dengan jadi Putra Sragen 2009 dan Putra Soloraya 2009. Nah dari itu semua, kurasa orang yang baca sudah bisa berpikir bahwa aku ini ‘motivator’” (20/01/2010).
Namun pada kenyataannya, dalam Profile Information, bisa dilihat bahwa
ketertarikan Ryo tertulis “Enterpreneur dan Motivator”. Hal ini berkaitan, karena
selain sebagai seorang motivator, Ryo juga seorang pengusaha muda, yang salah
satu usahanya bergerak di bidang pengembangan diri.
Penggunaan Bahasa Indonesia dalam penulisan data dirinya, dimaksudkan
agar orang-orang Indonesia yang menjadi temannya mengerti, tentang apa yang
dituliskannya. Meskipun menggunakan Bahasa Jawa atau Bahasa Inggris tidak
akan mengurangi citra dirinya sebagai motivator. Hal ini dilatarbelakangi karena
teman-temannya tidak hanya orang Jawa saja dan juga tidak semua orang bisa
berbahasa Inggris. Seperti pernyataannya berikut ini:
“Ya bukan berarti pakai bahasa lain akan mengurangi citra. Tapi lebih dari sisi tingkat kemudahan dimengertinya apa yang aku tulis. Contoh saja, kemarin aku baru saja dari Bandung ada pelatihan, di mana pesertanya dari setiap wilayah di Indonesia. Nah, saat aku pakai Bahasa Jawa, banyak dari daerah lain yang nggak paham. Jadi ya, alangkah baiknya kalau pakai Bahasa Indonesia kan semua
62
bisa ngerti. Begitu juga Bahasa Inggris, kan nggak semua orang juga bisa Bahasa Inggris” (28/12/2009).
Keseriusannya dalam membangun personal branding sebagai motivator,
dibuktikannya dengan mencantumkan nama lengkapnya. Hal ini dikarenakan dia
ingin tampil dan ingin orang mengenalnya sebagai pribadi Rohmad Nur Cahyo
yang sebenarnya. Namun Ryo mengaku hanya mencantumkan alamat e-mailnya
saja, dengan alasan khawatir banyak orang tidak dikenal yang sengaja
mengganggunya jika dia juga mencantumkan lengkap nomor telepon. Ternyata
kini, setelah melihat Contact Information-nya, Ryo telah mencantumkan lengkap
nomor teleponnya. Setelah dikonfirmasi, dia mengatakan, kini dia merasa tidak
perlu khawatir akan orang-orang yang mengganggunya, karena dia lebih
mementingkan memberi kemudahan bagi orang yang benar-benar serius ingin
menjalin kerja sama dengannya, agar lebih mudah menghubunginya. Seperti
penuturannya berikut ini:
“Karena sekarang kupikir buat apa aku khawatir sama orang yang iseng itu? Ada teman yang menyarankan aku untuk mencantumkan nomor telepon saja agar orang-orang yang benar-benar ada perlu sama aku lebih mudah menghubungi aku. Kurasa akan lebih banyak juga orang yang serius daripada yang iseng. Jadi buat apa aku ambil pusing takut sama yang suka iseng itu, mending aku pikirkan yang lebih penting aja” (8/03/2010).
Gb. 3.2 Semboyan Rohmad Nur Cahyo
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/rohmad.n.cahyo?v=Wall&ref=ts,update 7 Januari 2010
63
Personal branding sebagai seorang motivator juga bisa dilihat dari
semboyan dirinya “Ryo sang Motivaction! Pilihanku…(PS)3: Pembelajar Sejati,
Pemimpin Sejati, Pemenang Sejati” yang juga ditulisnya sebagai favorite quotes-
nya. Hal tersebut dimaksudkan untuk memotivasi dirinya dan juga orang lain yang
membacanya.
(2) Friends
Dalam hal berteman di Facebook, Ryo mengaku lebih banyak
mendapatkan Friend Request daripada mengundang orang agar menjadi
temannya. Ryo termasuk orang yang tidak pilih-pilih, karena hampir setiap orang
yang meminta dia untuk berteman, Ryo selalu menerima mereka menjadi teman-
temannya. Namun memang ada orang-orang tertentu yang di-ignore olehnya.
Biasanya mereka adalah orang-orang yang tampil dengan foto-foto seronok.
Menurutnya, tidak sepantasnya foto-foto seperti itu ditampilkan di Facebook dan
demi mencegah hal-hal yang tidak baik. Berikut pernyataan Ryo:
“…jika ada teman-temanku melihat Friends List yang aku punya, dan seandainya ada di antara cewek-cewek ‘tidak pantas’ tersebut ada di Friend List-ku, bisa-bisa image-ku sebagai motivator menjadi menurun. Takut orang-orang berpikir ‘Oh ternyata Rohmad suka juga sama cewek beginian?’ dan menurutku malah banyak nggak bagusnya untuk ke depannya” (28/12/2009).
Gb. 3.3 Teman Rohmad Nur Cahyo di Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/rohmad.n.cahyo?v=Wall&ref=ts,update 20 Januari 2010
64
Karena Ryo banyak bergabung pada grup-grup entrepreneur atau
motivasi, membuat sebagian besar teman-teman Facebook-nya berasal dari
kalangan pengusaha dan motivator. Hal ini pun mendukung personal brand Ryo
sebagai seorang motivator. Namun bukan berarti dia akan meng-ignore orang-
orang yang tidak serumpun dengannya. Dengan orang-orang yang berbeda latar
belakang pun Ryo mengaku tetap bisa berbagi masalah, dan berdiskusi. Seperti
yang dikatakan Ryo berikut ini:
“Kebetulan sebagian besar biasanya yang minta aku sebagai teman mereka adalah orang-orang serumpun, dalam artian orang-orang yang tergabung dalam grup yang sama sama aku di FB dan mempunyai background yang sama dengan aku, karena dari awal kan aku pingin dikenal sebagai seorang motivator, jadi aku bergabung dengan grup-grup tentang motivator dan pengusaha” (28/12/2009).
“…mereka bisa berbagi problem dan banyak juga di antara mereka yang minta tolong dimotivasi dan meminta pendapatku, tidak jarang juga beberapa di antara mereka juga ingin langsung bertemu untuk diskusi masalah-masalah mereka” (28/12/2009).
Sedangkan Ryo hanya mengundang orang untuk menjadi teman di
Facebook hanya bagi orang-orang yang telah dikenal sebelumnya dan teman-
teman yang satu grup. “Biasanya aku meng-add orang yang kukenal, dan yang
tergabung dalam satu grup yang sama denganku,” tandasnya.
(3) Status Update
Pemuda asal Kabupaten Sragen ini juga menguatkan personal branding-
nya sebagai seorang motivator melalui status update. Ryo memanfaatkan pesan
singkat dalam Facebook ini dengan menuliskan kalimat-kalimat motivasi.
Menurut penilaiannya, personal branding seorang motivator bisa terlihat dari
65
status update-nya. “…seharusnya bisa dilihat dari statusnya yang selalu berbau
kata-kata motivasi,” ujarnya. Lebih lanjut dalam petikan wawancara berikut ini:
“Aku selalu menuliskan kalimat atau kata-kata motivasi dan biasanya sekali update kalimat motivasi itu untuk beberapa hari sekitar 4-8 hari, kemudian biasanya baru kuganti dengan kalimat motivasi yang baru” (28/12/2009).
Gb. 3.4 Status Update Rohmad Nur Cahyo
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/rohmad.n.cahyo?v=Wall&ref=ts, update 7 Januari 2010
Seperti yang bisa dilihat pada tampilan di atas, dalam menuliskan status-
status update-nya, Ryo selalu memakai Bahasa Indonesia formal. Menurutnya,
bahasa formal bisa diterima oleh semua kalangan. Hal ini bertujuan agar orang
mampu menerima apa yang disampaikannya hingga orang-orang yang membaca
66
bisa ikut termotivasi dengan apa yang ditulis Ryo dalam status update-nya.
Berikut petikan penjelasan Ryo saat wawancara:
“…karena ketika kita memakai bahasa formal kan bisa diterima semua kalangan, baik itu teman-teman yang seumuran, lebih muda maupun juga akan bisa kena juga bagi teman-temanku yang senior atau orang-orang penting yang kukenal” (28/12/2009).
“…berkaitan erat dengan bagaimana ketika seseorang mampu menerima apa yang kita sampaikan hingga dia bisa termotivasi, dan kupikir bahasa formal kan dapat dengan mudah dimengerti” (28/12/2009).
Status-status Ryo yang sarat akan kalimat motivasi tersebut biasanya
selalu menuai komentar dari teman-temannya. Meski mengaku sering terlambat
menanggapi komentar-komentar dari teman-temannya, namun dia selalu berusaha
memberikan feedback yang baik. Seperti yang bisa dilihat dari gambar di atas,
yang memuat bagaimana gaya bahasa yang digunakan Ryo ketika membalas
komentar seorang temannya. Dia menggunakan kata-kata yang baik dan semakin
memberikan motivasi pada orang yang bersangkutan. Ryo pun sangat
menghindari penggunaan kata-kata vulgar atau kata-kata kasar, karena
menurutnya kata-kata seperti itu bisa mengurangi personal branding sebagai
seorang motivator. Seperti petikan wawancara berikut ini:
“Karena kan ibaratnya aku mem-‘brand’ diriku ini sebagai seorang motivator dan pengusaha muda, jadi aku juga tidak mau menulis yang ‘nyeleneh-nyeleneh’ yang bisa merusak image-ku” (28/12/2009).
“…kata-kata yang jorok, vulgar…atau Bahasa Jawanya ‘Misuh’ itu aku hindari. Selain itu bisa menurunkan kredibilitasku, kupikir juga semua orang tau kalau kata-kata seperti seharusnya tidak tertulis di suatu media dalam hal ini FB yang bisa dibaca siapa saja. Jadi yang sebaiknya dihindari dan memakai kata-kata yang baik kan masih banyak” (28/12/2009)
67
Gb. 3.5 Pesan-pesan Wall untuk Rohmad Nur Cahyo
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/rohmad.n.cahyo?v=Wall&ref=ts, update 7 Januari 2010
Gambar di atas bisa mendeskripsikan bagaimana cara Ryo menanggapi
pesan dinding atau Wall dari teman-temannya. Dia pun tetap menjaga setiap kata-
kata yang dituliskannya tetap baik dan sopan.“…intinya aku selalu menggunakan
kalimat yang sopan, Bahasa Indonesia yang baik,” tegasnya.
Demi menjaga personal branding-nya di Facebook, Ryo mengaku pernah
menghapus komentar dan Wall dari orang lain. Hal tersebut terpaksa dilakukannya
karena bisa menurunkan kredibilitas dan semangatnya. Seperti kalimat-kalimat
yang meremehkan atau mencelanya. Berikut petikan penuturan Ryo:
“…menyakitkan hati, yang bisa menurunkan kredibilitasku dan juga ya, yang pasti bisa menurunkan semangatku gitu” (28/12/2009).
“…seperti mencela, meremehkanku. ‘Rochmat ko saiki ngono to? Harusnya kamu kan bla…bla…bla…’ nggak enak kalau aku harus bilang semua. Intinya dari comment itu terkesan nggak suka, atau sirik gitu jadi ya aku hapus aja” (28/12/2009).
68
(4) Foto
Sama seperti fitur-fitur Facebook di atas, fitur foto juga dimanfaatkan oleh
pemuda yang lahir dua puluh tiga tahun silam ini, untuk semakin menguatkan
personal branding sebagai motivator.
Gb. 3.6 Foto-foto Rohmad Nur Cahyo di Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/rohmad.n.cahyo?v=photos&ref=ts, update 7 Januari 2010
Mahasiswa Ilmu Komunikasi ini meng-upload foto-foto yang sebagian
besar merupakan foto-foto seputar kegiatannya yang bermuatan pesan positif,
seperti kegiatan berhubungan dengan motivasi, bisnis, maupun prestasi yang
diraihnya. Bisa terlihat dari gambar foto-foto di atas, yang menunjukkan Ryo
ketika bersama tokoh-tokoh penting yang menjadi panutannya, kemudian
69
terpasang juga foto Ryo yang bergaya layaknya seorang yang menunjukkan
semangat. Logo “Bimanusa” sebagai salah satu ladang bisnis Ryo di bidang
pengembangan diri, foto saat Ryo menerima penghargaan sebagai Duta Wisata
Sukowati Kabupaten Sragen 2009, serta foto-foto Ryo menjelaskan foto-foto
bisnis milik Ryo yang lainnya. Agar orang yang melihat dapat mengerti pesan dari
foto yang ditampilkan dalam Facebook-nya, Ryo memberikan sedikit deskripsi
pada foto yang termuat dengan tetap menggunakan Bahasa Indonesia yang baik
“…aku tulis sedikit deksripsi tentang foto-foto itu…kan biar orang yang liat bisa
tau tentang pesan yang termuat di foto tersebut,” terangnya. Seperti yang bisa
dilihat pada contoh salah satu foto berikut ini:
Gb. 3.7 Foto Rohmad bersama orang-orang yang menjadi guru baginya
Sumber: http://www.Facebook.com/rohmad.n.cahyo?v=photos&ref=ts#!/photo.php?pid=30607695&id=1162461040 update 7 Januari 2010
70
Gb. 3.8 Foto profile Facebook Rohmad
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/rohmad.n.cahyo?v=Wall&ref=ts, update 7 Januari 2010
Sedikit terasa ganjil ketika sebagai seorang motivator, Ryo menggunakan
foto dengan memakai pakaian adat Jawa seperti yang bisa dilihat di atas. Namun
ketika diminta menjelaskan perihal gambar yang menjadi foto profilnya tersebut,
Ryo menjawab bahwa Menjadi Duta Wisata Jawa Tengah 2009 merupakan
prestasi kebanggaannya. “…itu kan prestasiku. Prestasi yang positif. Dengan
harapan sih, bisa memotivasi orang yang tahu untuk tetap maju berprestasi apapun
itu bentuknya,” tuturnya. Dalam ajang pemilihan-pemilihan duta wisata tersebut
Ryo mengaku telah banyak dikenal sebagai seorang motivator. Meski hingga saat
ini selain dikenal sebagai seorang motivator, Ryo juga dikenal sebagai Duta
Wisata Jawa Tengah dan sebagai pengusaha muda, Ryo tetap bersikukuh lebih
ingin dikenal sebagai motivator. Seperti yang dikatakannya pada penulis berikut
ini:
71
“…ya tetap motivator. Di kalangan teman-teman Putra-Putri Sragen dan Soloraya kemarin aku juga dikenal sebagai motivator. Mereka tau kalau aku itu motivator “(20/01/2010).
“…sudah dari awal memang begitu. Aku sengaja mem-branding-kan diriku sebagai motivator. Selain itu toh usahaku yang di Solo ini LP3S Bima Nusa kan berkutat di bidang pengembangan diri juga” (20/01/2010).
Dalam wawancara yang dilakukan penulis dengan Ryo, Ryo mengaku
bahwa dia merasa telah cukup membangun personal branding sebagai seorang
motivator melalui Facebook dengan memanfaatkan beberapa fitur seperti yang
telah teruraikan di atas. “Ya, aku rasa cukup. Karena bisa diamati dari status
update-ku, Profile Information, dari juga bisa dilihat dari comment yang aku tulis,
foto juga,” tandasnya.
Dari ulasan-ulasan di atas, tampak jelas bahwa Ryo atau Rochmad Nur
Cahyo ini telah membangun personal branding-nya sebagai seorang motivator.
Namun bukan sekadar motivator biasa yang hanya bisa memberikan semangat
melalui kata-katanya. Ryo adalah seorang motivator yang mampu memberikan
semangat bagi orang lain dengan memberikan contoh dengan apa yang dia
lakukan. Ryo membuktikannya dengan menjadi seorang pengusaha muda sukses
yang juga memiliki kepedulian akan dunia pariwisata. Sisi motivator sudah bisa
terlihat jelas dari Profile Information, status update, foto, dan pernyataannya yang
menyatakan bahwa dia memang sengaja membangun personal branding sebagai
seorang motivator di Facebook. Sedangkan sisi lain dari motivator ini sebagai
pengusaha muda, tampak dari Profile Information, dan foto-foto usahanya.
Terakhir, beberapa gelar juara kompetisi pemilihan duta wisata periode 2009 yang
72
berhasil diraihnya, merupakan salah satu bukti kepeduliannya akan kemajuan
ranah pariwisata.
b. Analisis data
(1) Analisis menggunakan metode membangun personal branding menurut
Kristie Tamvecius, sebagai berikut:
1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya)
Rohmad atau lebih akrab disapa Ryo ini telah memutuskan untuk
menentukan dirinya sebagai seorang motivator. “Aku ingin lebih dikenal sebagai
seorang motivator,” ungkapnya. Namun Ryo bukan hanya sekadar motivator
biasa, kemampuannya dalam mengukir beberapa prestasi gemilang dalam dunia
kepariwisataan, serta tebalnya jiwa wirausaha dalam diri Ryo menjadi kelebihan
dan ciri khas tersendiri bagi pemuda ini. Seperti yang tercermin pada
pernyataannya berikut ini:
“Ya begitu…itu kan prestasiku. Prestasi yang positif. Dengan harapan sih, bisa memotivasi orang yang tahu untuk tetap maju berprestasi apapun itu bentuknya” (20/01/2010).
“Iya aku memang pengusaha juga…memang ada dua bidang usaha yang aku jalani, satu di Sragen Digital Printing, dll. yang tergabung di ‘Kingdom Kono Grup’, terus usaha yang di Solo ya ini, lembaga pengembangan diri” (20/01/2010).
“Ya begitu…jadi memang aku pingin dikenal kalau aku ini motivator yang menjadi tokoh muda dunia pariwisata sekaligus pengusaha muda” (20/01/2010).
Pribadinya yang selalu bersemangat dan positif juga menjadi nilai tambah
dalam mendukung personal branding yang dibangunnya sebagai seorang
motivator. Sebelum Ryo bisa memotivasi orang lain, dia selalu memotivasi
73
dirinya dengan motto dalam hidupnya, yaitu “Ryo sang Motivaction!
Pilihanku…(PS) 3: Pembelajar Sejati, Pemimpin Sejati, Pemenang Sejati”.
Bahkan dia selalu mencegah orang-orang yang berpengaruh negatif yang bisa
menurunkan semangat dalam dirinya, meski dalam bentuk kata-kata sekalipun.
Dalam mengawali suatu hubungan pertemanan pun, Ryo menanamkan pikiran
positif di pikirannya terkait dengan orang-orang yang menjadi teman barunya.
Seperti yang tersirat pada penuturannya berikut ini:
“Karena itu merupakan kata-kata yang bisa memotivasi aku setiap saat. Selain itu, jika ada orang lain yang membacanya pun siapa tau juga bisa ikut termotivasi” (28/12/2009).
“…komentar yang menyakitkan hati, yang bisa menurunkan kedibilitasku dan juga ya, yang pasti bisa menurunkan semangatku gitu, aku hapus” (28/12/2009).
“Karena aku pikir mereka semua bisa menjadi teman, mereka punya niat baik hingga mengundang aku sebagai teman mereka” (28/12/2009).
2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan)
Pada tahap ini Ryo pun telah menentukan tindakan-tindakan nyata yang
bisa dilakukannya, demi memperkuat personal brand yang sedang dibangunnya
sebagai seorang motivator. Kelebihan Ryo yang selalu bersemangat dan bersikap
positif seperti yang telah dibahas pada tahap sebelumnya, menjadi salah satu
modal dalam menunjang personal branding-nya sebagai seorang motivator. Ryo
yang selalu berusaha menuliskan kalimat-kalimat pemberi semangat atau
motivasi, menampilkan foto-foto yang bermakna positif, hingga banyak berteman
dengan sesama motivator. Berikut petikan-petikan pernyataan Ryo yang
menyiratkan tindakan-tindakan yang dilakukannya guna mendukung personal
branding-nya sebagai seorang motivator:
74
“Aku selalu menuliskan kalimat atau kata-kata motivasi dan biasanya sekali update kalimat motivasi itu untuk beberapa hari sekitar 4-8 hari, kemudian biasanya baru aku ganti dengan kalimat motivasi yang baru” (28/12/2009).
“…motivator menurutku berkaitan erat dengan bagaimana ketika seseorang mampu menerima apa yang kita sampaikan hingga dia bisa termotivasi, dan aku pikir bahasa formal kan dapat dengan mudah dimengerti” (28/12/2009).
“…aku menanggapi seperlunya aja tergantung komentar orang tersebut. Tapi tetap berbau kata-kata motivasi. Karena kan ibaratnya aku mem-‘brand’ diriku ini sebagai seorang motivator” (28/12/2009).
“Makanya aku kalau memang ada waktu dan aku baca status teman-teman yang mungkin lagi kurang semangat, aku sering semangatin dia. Ibaratnya memberi inspirasi dan memberi solusi meskipun tidak diminta” (20/01/2010).
“Jenis-jenis foto yang aku upload di FB biasanya foto-foto yang positif entah itu kegiatanku, positif prestasi, yang mengandung makna-makna nasihat, motivasi” (28/12/2009).
“…aku cantumkan segala organisasi yang aku ikuti di mana mayoritas dari organisasi tersebut adalah organisasi dan komunitas berbau motivasi dan juga pengusaha muda, terus dari Interest juga di situ aku tulis LP3S, itu lembaga yang aku punya di bidang pengembangan diri, favorit TV juga kan aku tulis acara-acara kesukaanku berbau motivasi seperti: Golden Ways, dari buku-buku yang aku suka baca juga buku-buku seputar pengembangan diri kayak Berani Gagal, Quantum Ikhlas, atau juga bisa dilihat juga dari About Me yang aku tulis, beberapa prestasi yang sudah aku peroleh ada di antaranya: Best Educator Moslem, Pemimpin Terbaik dan Teladan Sejoglo Semar, dan lain sebagainya. Yang terbaru sih ini menunjukkan aku juga terjun ke budaya dengan jadi Putra Sragen 2009 dan Putra Soloraya 2009. Nah dari itu semua, kurasa orang yang baca sudah bisa berpikir bahwa aku ini ‘motivator’. Ditambah dengan status-status yang aku tulis sebagian besar memang memotivasi orang. Itu yang aku maksud sudah cukup memberikan gambaran diriku sebagai seorang motivator” (20/01/2010).
“…aku juga lebih mengkonsentrasikan bergabung dengan grup-grup yang berkaitan dengan motivator, pengusaha, dan sekarang karena jadi Putra Sragen 2009 dan Putra Soloraya 2009, aku juga gabung dengan grup berbau budaya” (20/01/2010).
75
Walaupun begitu, Ryo juga berhati-hati dalam usaha menjaga image
baiknya sebagai seorang motivator. Seperti yang tersirat dari petikan penuturan
Ryo berikut ini:
“Karena dengan Bahasa Indonesia lebih sopan dan lebih enak jika dibaca semua orang, dan tidak akan mengurangi citra sebagai seorang motivator dan pengusaha muda” (28/12/2009).
“Biasanya yang aku ignore adalah orang-orang yang foto profile-nya memakai foto-foto seronok yang tidak pantas diliat. Biasanya cewek-cewek yang pakai gambar seronok Kepercayaan orang sama aku mungkin juga bisa saja berkurang. Memang belum terbukti sih, tapi ya intinya aku tidak suka dari yang begituan yang diumbar, dan aku mencegah diri saja dari hal-hal seperti itu” (28/12/2009).
“…kata-kata yang jorok, vulgar…atau Bahasa Jawanya ‘Misuh’ itu aku hindari. Selain itu bisa menurunkan kredibilitasku, aku pikir juga semua orang tau kalau kata-kata seperti seharusnya tidak tertulis di suatu media dalam hal ini FB yang bisa dibaca siapa saja. Jadi yang sebaiknya dihindari dan memakai kata-kata yang baik kan masih banyak” (28/12/2009).
“…intinya aku selalu menggunakan kalimat yang sopan, Bahasa Indonesia yang baik” (28/12/2009).
3. Position Yourself (Memposisikan Diri).
Ryo secara tidak langsung telah menciptakan positioning sebagai seorang
motivator bagi dirinya di mata orang lain, setelah melalui tahap pengidentifikasian
diri dan tahap penentuan tindakan. Hal ini terbukti dari respon beberapa orang
yang menjadi teman Ryo diFacebook, seperti petikan pengakuan Ryo serta
tampilan gambar berikut ini:
“Di kalangan teman-teman Putra-Putri Sragen dan Soloraya kemarin aku juga dikenal sebagai motivator. Mereka tau kalau aku itu motivator” (20/01/2010).
“…dari Personal Information yang aku tulis, dari update status yang aku tulis, terus dari yang aku tulis di kotak di bawah foto itu yang ‘Ryo sang motivaction’, terus foto-foto yang aku pasang juga. Dari status juga sering ada yang
76
comment balik ke aku ‘Mas…ini motivator ya?’ nah itu kan bisa jadi contoh bahwa orang pun sudah bisa tau aku ini motivator” (20/01/2010).
Gb. 3.9 Pesan-pesan Wall untuk Ryo
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/rohmad.n.cahyo?v=Wall&ref=ts, update 7 Januari 2010
Terkenal sebagai seorang motivator dikalangan teman-teman serta,
disebutnya Ryo sebagai motivator oleh teman-teman di Facebook, secara otomatis
telah menujukkan bahwa Ryo mendapatkan posisi dan pengakuan sebagai seorang
motivator dimata orang lain.
4. Manage Your Brand (Mengelola Brand)
Melihat tahap-tahap yang telah dilakukan Ryo tersebut, serta kembali
memperhatikan pada penyajian data sebelumnya, bisa disimpulkan Ryo pun telah
melakukan tahap pengelolaan personal brand yang sedang dibangunnya. Karena
pemasaran diri seperti yang telah dilakukan Ryo melalui Facebook sebagai media
promosi, merupakan salah satu wujud dari pengelolaan personal branding-nya
sebagai seorang motivator.
77
(2) Analisis menggunakan metode membangun personal branding menurut
Hubert K. Rampersad:
1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal
Ryo telah menetapkan ambisi pribadinya sebagai seorang motivator.
Ambisi tersebut bisa dilihat dari penuturan Ryo yang tanpa ragu-ragu menyatakan
keinginannya yang ingin dikenal orang sebagai motivator. “Aku ingin lebih
dikenal sebagai seorang motivator,” ungkapnya. Sebagai seorang motivator, Ryo
memegang teguh nilai-nilai kesopanan baik dalam bertindak maupun berucap. Hal
ini tercermin dari pernyataan-pernyataan Ryo berikut ini:
“…intinya aku selalu menggunakan kalimat yang sopan, Bahasa Indonesia yang baik” (28/12/2009).
“Kalimat seperlunya saja untuk menerangkan tentang foto tersebut. Yang sopan dan baik tentunya” (28/12/2009).
“…takutnya, jika ada teman-temanku melihat Friends List yang aku punya, dan seandainya ada di antara cewek-cewek ‘tidak pantas’ tersebut ada di Friend List-ku, bisa-bisa image-ku sebagai motivator menjadi menurun. Takut orang-orang berpikir ‘Oh ternyata Rohmad suka juga sama cewek beginian?’ dan menurutku malah banyak nggak bagusnya untuk ke depannya” (28/12/2009).
“…karena ketika kita memakai bahasa formal kan bisa diterima semua kalangan, baik itu teman-teman yang seumuran, lebih muda maupun juga akan bisa kena juga bagi teman-temanku yang senior atau orang-orang penting yang aku kenal” (28/12/2009).
“Ya…kata-kata yang jorok, vulgar...atau Bahasa Jawanya ‘Misuh’ itu aku hindari. Selain itu bisa menurunkan kredibilitasku, aku pikir juga semua orang tau kalau kata-kata seperti seharusnya tidak tertulis di suatu media dalam hal ini FB yang bisa dibaca siapa saja. Jadi yang sebaiknya dihindari dan memakai kata-kata yang baik kan masih banyak” (28/12/2009)
78
Selain kesopanan, sebagai seorang motivator, Ryo pun berpendapat
bahwa seorang motivator sebaiknya mampu menjadi inspirasi, serta bisa menjadi
solusi bagi orang lain. Berikut penuturan Ryo:
“…sering memberikan inspirasi atau menjadi penyemangat bagi orang lain, bisa menjadi solusi bagi permasalahan orang lain. Makanya aku kalau memang ada waktu dan aku baca status teman-teman yang mungkin lagi kurang semangat, aku sering semangatin dia. Ibaratnya memberi inspirasi dan memberi solusi meskipun tidak diminta” (20/01/2010).
Sebagai seorang motivator yang senantiasa harus memberikan semangat
bagi orang lain, tentunya Ryo harus selalu optimis dan penuh semangat dalam
setiap hal yang dilakukannya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam
hidupnya. Selalu optimis dan bersemangat inilah yang menjadi kelebihan dari
pribadi seorang Ryo. Hal ini tersirat dari keoptimisan dan semangatnya dalam
meraih prestasi menjadi duta wisata. “…dengan menjadi duta wisata kan
prestasiku. Prestasi yang positif. Dengan harapan sih, bisa memotivasi orang yang
tahu untuk tetap maju berprestasi apapun itu bentuknya,” ungkapnya.
Gb. 3.10 status-status update Rohmad yang sarat akan kata-kata motivasi
79
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/rohmad.n.cahyo?v=Wall&ref=ts, update 7 Januari 2010
2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand
Sebagai seorang motivator, Ryo membuat dirinya berbeda dari motivator
lainnya. Tidak hanya berhenti pada sebutan sebagai seorang motivator, namun
lebih dari itu, Ryo pun merupakan seorang pengusaha serta menjadi salah satu
tokoh muda dunia pariwisata. Seperti yang tercermin pada penuturannya berikut
ini:
“…jadi memang aku pingin dikenal kalau aku ini motivator yang menjadi tokoh muda dunia pariwisata sekaligus pengusaha muda” (20/01/2010)
“Iya aku memang pengusaha juga…memang ada dua bidang usaha yang aku jalani, satu di Sragen Digital Printing, dll yang tergabung di ‘Kingdom Kono Grup’, terus usaha yang di Solo ya ini, lembaga pengembangan diri” (20/01/2010).
Keahlian Ryo dalam memberikan motivasi melalui rangkaian kata-katanya
merupakan ciri khas tersendiri bagi sosok motivator ini. Bahkan talenta Ryo di
beberapa bidang menjadi keunikan tersendiri. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya bahwa Ryo adalah motivator yang tidak hanya bisa memberikan
inspirasi melalui kata-kata namun dia pun bisa menunjukkan buah dari
keoptimisan dan semangatnya yang dibuktikan dengan kesuksesan lahan
bisnisnya dan beberapa prestasi di bidang kepariwisataan.
3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC).
Untuk mengembangkan dua tahap sebelumnya, pada tahap ini Ryo telah
merumuskan personal balanced scorecard (PBSC). Sebagai seorang motivator,
80
Ryo tidak hanya memanfaatkan Facebook, sebagai media pertemanan saja. Lebih
dari sekadar situs pertemanan, Ryo sengaja menggunakan Facebook untuk
mempromosikan dirinya sebagai motivator. Seperti yang diutarakannya pada
penulis berikut ini:
“Ya awalnya memang hanya mengikuti trend yang berkembang di kalangan masyarakat, tapi ternyata bisa dimanfaatkan untuk mem-brand-kan diriku sebagai motivator” (28/12/2009).
Ryo sadar betul bahwa melalui Facebook, dia bisa selalu menyebarkan
energi positif kepada banyak orang dalam waktu yang singkat. Seperti
memanfaatkan status-status update-nya yang selalu mengandung pesan-pesan
motivasi dan foto-foto yang dapat menginspirasi bagi orang-orang yang
melihatnya.
“Tiap pagi pasti aku tulis status yang positif untuk menyemangati orang” (20/01/2010).
“Aku selalu menuliskan kalimat atau kata-kata motivasi dan biasanya sekali update kalimat motivasi itu untuk beberapa hari sekitar 4-8 hari, kemudian biasanya baru aku ganti dengan kalimat motivasi yang baru” (28/12/2009).
“Jenis-jenis foto yang aku upload di FB biasanya foto-foto yang positif entah itu kegiatanku, positif prestasi, yang mengandung makna-makna nasihat, motivasi” (28/12/2009)
Hal-hal yang dilakukan Ryo tersebut di atas secara otomatis menunjukkan
kesengajaan Ryo dalam merencanakan semuanya terlebih dahulu, perihal apa
yang akan dilakukannya terhadap Facebook-nya untuk menunjang personal
branding yang dibangunnya sebagai seorang motivator.
4. Mengimplementasikan dan mengolah ambisi personal, personal brand,
dan personal balanced scorecard
81
Promosi diri yang telah dilakukan Ryo melalui Facebook seperti yang
telah diulas secara lengkap pada penyajian data sebelumnya, menunjukkan bahwa
Ryo telah sampai pada tahap pengimplementasian personal branding yang
dibangunnya sebagai seorang motivator, karena seperti yang telah disebutkan
sebelumnya bahwa pemasaran diri merupakan salah satu bentuk dari pengelolaan
personal brand.
2. Sigit Rastaman – Marketing Manager
a. Penyajian data
Jujur serta apa adanya adalah hal yang terkesan pertama kali saat penulis
berbicara dengan sosok yang satu ini. Sigit Rastaman, begitu dia menyebut
dirinya di Facebook. Kepala marketing ini, tetap tidak mau menyebutkan nama
aslinya ketika penulis bertanya. Berbeda dengan responden sebelumnya, yang
membangun personal branding sesuai dengan profesinya. Sigit yang satu ini tidak
membangun personal branding sesuai profesinya sebagai seorang marketing. Dia
justru menampilkan diri dan secara tidak langsung membangun personal branding
sebagai seorang penganut paham reggae atau sering disebut sebagai “rastaman”.
“It’s about how you respect life. Bagaimana kita menghargai hidup. Hidup
sederhana, nggak muluk-muluk,” ujarnya ketika ditanya mengenai filosofi hidup
seorang rastaman. Menurut Sigit, seorang rastaman tidak harus selalu tampil
dengan simbol-simbol khas ‘rasta’, namun lebih pada bagaimana cara dia berpikir
dan memandang kehidupan. Seperti yang diungkapkannya pada penulis berikut
ini:
82
“Kalau bicara soal penampilan, seperti yang saya bilang tadi, nggak selalu pakai simbol-simbol rasta. Tapi ya biasanya memang secara kasat mata terlihat dari yang dia pakai, baju, topi, atau tas ada simbol-simbol rasta, kayak daun ganja, warna ijo-kuning-merah, atau Bob Marley juga. Rambut juga gimbal, tapi nggak semua rastaman rambutnya selalu digimbal. Mbak bisa lihat, saya tidak menggimbal rambut saya kan? Dulu sih memang pernah, tapi bukan berarti karena sekarang rambut saya sudah nggak gimbal lagi, saya bukan rastaman kan? Soul saya tetap rastaman” (29/01/2010).
“Orang rasta itu cuek biasanya, apa adanya. Kami biasanya tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi di sekitar kita, berbicara tentang apa yang kami pikirkan, kami tidak berpikir yang rumit-rumit. Segalanya dibuat simple, santailah saja-lah. Nggak ambil pusing sama hidup, enjoying life aja. Apa yang ada ya diterima dijalani, nggak berambisi yang muluk-muluk lah” (29/01/2010).
Menyoal bagaimana idealnya seorang rastaman menampilkan diri di
Facebook, menurut Sigit bisa terlihat dari foto-foto yang di-upload, serta dari
status yang ditulis. Berikut penjelasan Sigit kepada penulis:
“Biasanya foto-foto dia banyak yang memakai pernak-pernik rasta atau memperlihatkan simbol-simbol yang identik dengan rasta, meski rambut nggak harus di-dreadlock atau digimbal, ya? Terus mungkin juga dari statusnya kalau ada tulisan ‘wooyoo’…itu rasta biasanya atau yang lebih khas lagi ada tulisannya ‘Bob Marley said: ...’, ‘Sang Nabi bilang: …’ tapi itu juga nggak harus. Itu saja menurut saya” (29/01/2010).
Berikut adalah ulasan bagaimana seorang Sigit Rastaman menampilkan
diri sebagai seorang Rastaman.
(1) Profile Information
Informasi yang tercantum pada Profile Information Facebook Sigit, bisa
menunjukkan bahwa dia seorang rastaman. Seperti yang bisa dilihat pada tampilan
berikut ini:
83
Gb. 3.11 Profile Information Sigit Rastaman
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1477927857&v=info&ref=ts#!/profile.php?id=1477927857&v=info&ref=ts, update 28 Januari 2010
Dari tampilan Profile Information singkat di atas yang bisa menunjukkan
bahwa pria yang satu ini merupakan seorang penganut paham reggae adalah
dengan memakai nama “Sigit Rastaman”. Kemudian pada Personal Information
pun, tertulis tentang dirinya “Pure Rastaman”, dari seratus dua puluh pages yang
84
diikutinya, salah satunya adalah page “Bob Marley” yang menjadi icon bagi kaum
reggae, serta dari grup yang diikutinya pun terdapat beberapa grup beraliran
reggae seperti Bob Marley Fans, Conscious Reggae Music Lovers, A Tribute To
Bob Marley, dan lain sebagainya yang merupakan grup bagi para pecinta reggae.
Bagi Sigit, paham seorang rastaman yang diilhami dari musik-musik
reggae ini tidak hanya sekadar selera musik dan fashion style. Namun lebih dari
itu, filosofi reggae ini telah merasuk jauh di dalam benak dan pikirannya. Seperti
pengakuannya berikut ini:
“Sebenarnya bukan ingin menunjukkan saya seorang rastaman, Mbak. Tapi memang itulah saya. Nuwun sewu kalau dibilang penggemar berat, saya sudah masuk pada tahap soul. Jadi filosofi rasta, reggae, sudah masuk dalam jiwa saya, dan cara pandang hidup saya. Itu kalau Anda paham mengenai filosofi reggae. Dan saya, rasta bangetnya itu bukan dalam sebatas penampilan saja. Penampilan bisa menipu, Mbak. Dalam artian begini, kadang orang yang memakai pernak-pernik berbau rasta, belum tentu dia seorang rastaman, mungkin dia hanya sebatas sebagai fashion saja. Tapi sebaliknya, saya kalau di kantor atau dalam suatu keperluan tidak selalu menggunakan item-item tertentu yang menempel di badan saya yang menunjukkan simbol-simbol rasta, tapi kalau orang yang paham saya paham filosofi reggae, bisa melihat dari inner saya kalau saya ini rastaman. Nama saya kasih nama rastaman di belakang nama Sigit itu juga karena saya merasa nyaman dengan ‘rastaman’. Karena memang itu saya” (29/01/2010).
(2) Foto
Dalam hal penggunaan fitur foto dalam Facebook, Sigit yang jarang meng-
upload foto-foto baru ini adalah orang yang suka meng-upload foto-foto bersama
anak dan istrinya, selain foto diri dan foto bersama teman-temannya.
85
Gb. 3.12 foto-foto Sigit Rastaman di Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1477927857&v=info&ref=ts#!/profile.php?id=1477927857&v=photos&ref=ts, update 28 Januari 2010
Pada tampilan di atas bisa terlihat bahwa foto-foto yang di-upload
penyuka musik reggae ini tetap mencerminkan bahwa dirinya adalah seorang
rastaman. Simbol-simbol rasta yang termuat pada foto-foto di atas terlihat jelas,
seperti bendera Jamaika yang merupakan asal mula musik reggae, topi khas
berwarna merah-kuning-hijau, foto Bob Marley pun termuat dalam album
86
fotonya. Foto-foto ini semakin mendukung personal branding yang dibangunnya
sebagai seorang rastaman.
Di sisi lain, rastaman yang satu ini ternyata merupakan sosok yang sangat
mencintai keluarganya. Tampil bersama istri dan putrinya tercinta menjadi salah
satu wujud untuk menunjukkan rasa cinta terhadap keluarga kecilnya yang
memiliki arti penting bagi dirinya. Karena keluarga menjadi sumber kebahagiaan
pada hidupnya. Terkesan dari Facebook seorang Sigit Rastaman, bahwa dia
adalah seorang rastaman yang dekat dengan keluarganya. Seperti pernyataan Sigit
saat wawancara, berikut ini:
“Ya karena saya ingin menunjukkan saya ini juga pria normal yang punya keluarga, punya anak istri. Saya cinta keluarga saya. Itu istri, istri saya yang saya perjuangkan untuk jadi istri saya, saya pilih sendiri. Anak juga itu darah daging saya, ya saya pingin orang tau kalau saya punya keluarga yang bahagia” (29/01/2010).
“…bagi saya keluarga saya itu sumber kebahagiaan saya. Ya yang saya lakukan juga buat keluarga saya” (29/01/2010).
Sangat jelas dari uraian di atas, bahwa Sigit Rastaman tanpa sengaja
sedang membangun personal branding sebagai seorang rastaman pada Account
Facebook miliknya. Hal ini tampak dari caranya memanfaatkan fitur Profile
Information dan foto yang keduanya menunjukkan bahwa manager marketing ini
adalah seorang rastaman.
b. Analisis Data
(1) Analisis menggunakan metode membangun personal branding menurut
Kristie Tamvecius:
1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya)
87
Sama seperti halnya dengan responden sebelumnya, pada tahap ini Sigit
juga telah menentukan dirinya sebagai seorang penganut paham rasta yang
kemudian biasa disebut dengan sebutan “Rastaman”, sesuai dengan nama yang
dipakainya ‘Sigit Rastman’. Hal tersebut tercermin dari ungkapannya berikut ini:
“…saya ini pribadi yang apa adanya. Saya pencinta dan penganut rasta, saya ya begini ini” (29/01/2010).
Dengan menjadi penganut paham rasta yang berprinsip hidup sederhana,
memiliki konsep penghargaan atas kehidupan dengan saling menghormati orang
lain, serta mensyukuri atas apa yang telah didapatkan, telah menjadi ciri dan
kelebihan tersendiri dari Sigit yang satu ini. Hal tersebut dapat tercermin dari
penjelasan Sigit berikut ini:
“Jadi filosofi rasta, reggae, sudah masuk dalam jiwa saya, dan cara pandang hidup saya. Itu kalau Anda paham mengenai filosofi reggae” (29/01/2010).
“It’s about how you respect life. Bagaimana kita menghargai hidup. Hidup sederhana, nggak muluk-muluk. Kita menghormati hak-hak orang lain, orang lain juga menghargai hak-hak kami, cukup sudah” (29/01/2010).
“Orang rasta itu cuek biasanya, apa adanya. Kami biasanya tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi di sekitar kita, berbicara tentang apa yang kami pikirkan, kami tidak berpikir yang rumit-rumit. Segalanya dibuat simple, santailah saja-lah. Nggak ambil pusing sama hidup, enjoying life aja. Apa yang ada ya diterima dijalani, nggak berambisi yang muluk-muluk lah” (29/01/2010)
Satu lagi kelebihan pada Sigit. Meski cenderung terkesan cuek, akan tetapi
bukan berarti Sigit juga tidak peduli terhadap keluarganya. Sebaliknya, Sigit
sangat mencintai istri serta putri semata wayangnya. Berikut pernyataan Sigit
yang menyiratkan rasa sayangnya terhadap keluarga:
88
“…istri saya yang saya perjuangkan untuk jadi istri saya, saya pilih sendiri. Anak juga itu darah daging saya, ya saya pingin orang tau kalau saya punya keluarga yang bahagia” (29/01/2010).
“Ya itu, bagi saya keluarga saya itu sumber kebahagiaan saya. Ya yang saya lakukan juga buat keluarga saya” (29/01/2010).
2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan)
Dalam rangka menunjang personal branding yang sedang dibangunnya
sebagai seorang “Rastaman”, Sigit pun tanpa disadarinya telah menentukan hal-
hal yang bisa dilakukannya. Hal ini tersirat dari penuturannya berikut ini:
“Ya sebenarnya saya nggak pernah menghitung waktu…jadi sebenarnya saya nggak terlalu perduli sejak kapan saya punya Facebook” (29/01/2010).
“Terutama yang saya masih ingat itu Work Information saya saya hapus karena ternyata saya tulis pun nggak ada keuntungannya buat saya. Saya pikir dulu ketika saya cantumkan di situ bakal ada yang kasih saya kerja atau project, tapi karena nggak ada saya pikir nggak ada gunanya jadi saya hapus saja” (29/01/2010).
“Ya karena tidak semua teman-teman rastaman yang saya kenal bikin Facebook juga. Dan kalau ada sesama rastaman yang nggak benar-benar kenal ya saya juga nggak akan nge-add” (29/01/2010).
“Saya males aja. Nggak benar-benar tau. Kan kalau ada orang yang sesama rastaman, menurut saya bukan suatu keharusan juga kan saya harus nge-add dia?” (29/01/2010).
Beberapa pernyataan Sigit di atas, sangat tersirat sifat cuek dari seorang
Sigit Rastaman. Mulai dari ketidakpeduliannya akan waktu, alasan sederhana
untuk menghapus Work Information di Facebook-nya, serta alasannya yang tidak
mengundang orang sesama rastaman untuk menjadi temannya yang terkesan
sangat simple dan cuek.
3. Position Yourself (Memposisikan Diri).
89
Sigit telah menciptakan positioning dirinya sebagai seorang rastaman di
mata orang lain setelah melalui tahap mengidentifikasi diri dan tahap menentukan
tindakan yang dilakukan untuk memperkuat personal branding yang dibangun
sebagai seorang rastaman. Hal tersebut tercermin dari gambar berikut ini yang
menampilkan ucapan selamat ulang tahun pada Sigit:
Gb. 3.13 Pesan -pesan Wall untuk Sigit Rastaman
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=100000211746659&ref=search#!/profile.php?id=100000211746659&ref=ts, update 6 Mei 2010
4. Manage Your Brand (Mengelola Brand)
Tidak berbeda dengan yang telah penulis ulas sebelumnya bahwa dengan
mempromosikan personal branding melalui media, dalam hal ini melalui
Facebook, maka Sigit pun telah sampai pada tahap mengelola personal brand
yang dibangunnya. Hal ini pun didukung dengan cara Sigit memanfaatkan fitur-
fitur Facebook demi menunjang personal branding yang dibangunnya sebagai
seorang rastaman, seperti yang telah dibahas sebelumnya pada penyajian data.
90
(2) Analisis menggunakan metode membangun personal branding menurut
Hubert K. Rampersad:
1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal
Pada tahap ini, Sigit merumuskan pilihan ambisinya sebagai seorang
rastaman. Ambisi ini tersirat dari pernyataannya yang ingin dikenal sebagai
pribadi yang menganut paham rasta, hingga familiar dengan sebutan rastaman.
“…saya ini pribadi yang apa adanya. Saya pencinta dan penganut rasta, saya ya
begini ini,” ungkapnya. Sigit memiliki nilai-nilai tertentu sebagai seorang
rastaman, yaitu hidup sederhana, menghormati kehidupan dengan saling
menghargai orang lain, serta mensyukuri atas apa yang telah didapatkan. Hal ini
tercermin dari beberapa penuturannya berikut ini:
“Jadi filosofi rasta, reggae, sudah masuk dalam jiwa saya, dan cara pandang hidup saya. Itu kalau Anda paham mengenai filosofi reggae” (29/01/2010).
“It’s about how you respect life. Bagaimana kita menghargai hidup. Hidup sederhana, nggak muluk-muluk. Kita menghormati hak-hak orang lain, orang lain juga menghargai hak-hak kami, cukup sudah” (29/01/2010).
“Orang rasta itu cuek biasanya, apa adanya. Kami biasanya tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi di sekitar kita, berbicara tentang apa yang kami pikirkan, kami tidak berpikir yang rumit-rumit. Segalanya dibuat simple, santailah saja-lah. Nggak ambil pusing sama hidup, enjoying life aja. Apa yang ada ya diterima dijalani, nggak berambisi yang muluk-muluk lah” (29/01/2010).
Sigit pun memiliki kelebihan yang menjadi nilai tambah baginya. Meski
terkesan cuek dan acuh tak acuh, namun rastaman yang satu ini tetap bertanggung
jawab atas keluarganya dan sangat menyayangi anak serta istrinya. Seperti yang
tercermin dari petikan penuturannya berikut ini:
91
“…keluarga saya itu sumber kebahagiaan saya. Ya yang saya lakukan juga buat keluarga saya” (29/01/2010).
2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand
Tahap rumusan personal ambition yang telah diulas sebelumnya, menjadi
dasar dari tahap perumusan personal branding ini. Untuk memperkuat personal
branding yang sedang dibangunnya, Sigit membuat nilai-nilai yang dipegangnya
sebagai seorang rastaman, menjadi modal penting demi menunjang personal
branding yang dirumuskannya. Rasa cintanya terhadap sang istri dan putri semata
wayangnya merumuskan personal branding yang dibangunnya sebagai seorang
rastaman yang mencintai keluarganya.
3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC)
Untuk semakin menunjang personal branding yang sedang dibangunnya
sebagai seorang rastaman yang mencintai keluarganya, tanpa disadarinya Sigit
telah menentukan tindakan yang bisa dilakukannya, atau dalam tahap ini disebut
dengan merumuskan personal balanced scorecard (PBSC).
Tindakan yang dilakukannya berlandaskan atas dorongan emosional kuat
di hatinya yang memegang teguh paham-paham rasta, serta ikatan kasih sayang
dengan keluarganya. Seperti yang tersirat dari pernyataannya berikut ini:
“Nama saya kasih nama rastaman di belakang nama Sigit itu juga karena saya merasa nyaman dengan ‘rastaman’. Karena memang itu saya” (29/01/2010).
“…saya tidak menggimbal rambut saya kan? Dulu sih memang pernah, tapi bukan berarti karena sekarang rambut saya sudah nggak gimbal lagi, saya bukan rastaman kan? Soul saya tetap rastaman” (29/01/2010).
“…foto-foto anak istri saya. Juga ada saya upload… karena saya ingin menunjukkan saya ini juga pria normal yang punya keluarga, punya anak istri. Saya cinta keluarga saya. Itu istri, istri saya yang
92
saya perjuangkan untuk jadi istri saya, saya pilih sendiri. Anak juga itu darah daging saya, ya saya pingin orang tau kalau saya punya keluarga yang bahagia” (29/01/2010).
“…bagi saya keluarga saya itu sumber kebahagiaan saya. Ya yang saya lakukan juga buat keluarga saya.” (29/01/2010)
Gb. 3.14 Foto-foto Sigit Rastaman bersama keluarga
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1477927857&v=info&ref=ts#!/profile.php?id=1477927857&v=photos&ref=ts, update 28 Januari 2010
4. Mengimplementasikan dan mengelola ambisi personal, personal brand,
dan personal balanced scorecard
Dengan memasarkan personal brand-nya melalui Facebook, dan
mengelola Facebook-nya sedemikian rupa seperti yang telah diulas lengkap pada
penyajian data sebelumnya, menunjukkan bahwa Sigit telah sampai pada tahap
pengimplementasian personal branding yang dibangun sebagai seorang rastaman
yang mencintai keluarganya. Karena promosi juga merupakan salah satu bagian
penting dari pengimplementasian personal branding.
3. Bambang Dwi Sasongko – Guru
a. Penyajian Data
Bambang Dwi Sasongko atau yang lebih akrab disapa Bambang adalah
seorang Guru di SMA Negeri 3 Surakarta, lebih tepatnya guru mata pelajaran
93
Bahasa Indonesia. Dengan motivasi demi meningkatkan dan mendukung kegiatan
belajar mengajar dengan siswa, sejak awal tahun 2008 dia membuat Account di
Facebook. Di dunia situs jejaring sosial Facebook, dia adalah salah satu dari
pemilik Account yang ingin dikenal sebagai seorang pengajar atau guru yang lebih
mampu memahami siswa dan mengikuti perkembangan anak-anak didiknya.
Bagi pria yang memiliki dua anak ini, guru yang memahami murid-
muridnya adalah guru yang mampu mengikuti perkembangan para siswa. “Ada
satu pendapat bahwa ‘Jangan pernah ajak anakmu memasuki duniamu, tapi
cobalah ikut memasuki dunia mereka’ jadi kalau saat ini murid-murid berinternet,
ber-Facebook, jadi saya juga memasuki menjelajahi Facebook bersama mereka,”
tandasnya.
Bambang mampu melihat sisi positif Facebook dan memanfaatkan
Facebook sebagai sarana untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar bersama
para siswanya, agar menjadi lebih efektif dan efisien dalam memanfaatkan
interaksi kegiatan belajar mengajar, sehingga tidak ada salahnya guru-guru yang
lain pun ikut menggunakan Facebook bagi kepentingan bersama antara guru dan
siswa. Baginya, kegiatan belajar mengajar melalui Facebook bisa menciptakan
suatu interaksi yang saling menguntungkan antara guru dan siswa, terutama dalam
segi waktu. “…Intinya efisiensi efektivitas. Ada materi yang tidak mungkin
diselesaikan dalam kelas, bolehlah dibawa pulang, tapi bagaimana agar tidak
kehilangan banyak waktu bisa dikirim lewat Facebook,” jelasnya.
Berkaitan dengan profesinya sebagai tenaga pendidik, menurutnya,
Account Facebook seorang guru biasanya terlihat dari bahasa yang digunakan dan
94
dalam kegiatan-kegiatan yang dituliskan di Facebook. Karena apa yang dituliskan
berkaitan dengan etika dan moralitas yang tercermin dari seorang guru. Berikut
petikan penuturan Bambang pada penulis:
“Kalau guru kan sedikit banyak biasanya berkaitan dengan etika, moralitas, sedikit banyak sebagai guru sudah terpatri sebagai guru itu otomatis akan tercerminlah dalam bahasa, dalam agenda kegiatan atau acara pun guru itu kalau pagi juga di sekolah, ngajar…ya aktivitasnya nggak jauh beda dari aktivitas sehari-hari sebagai guru” (12/01/2010).
(1) Profile Information
Dalam Profile Information Facebook, seseorang bisa menuliskan data
dirinya, baik secara lengkap maupun secara singkat. Mengenai substansi dari data
diri yang bisa diisikan dalam Profile Information tersebut telah disediakan oleh
Facebook, dan sebagai pemilik Account orang yang bersangkutan tinggal
mengisinya saja. Fitur ini yang dimanfaatkan Bambang untuk membangun
personal branding sebagai seorang guru. Berikut tampilan profile information
Bambang Dwi Sasongko.
95
Gb. 3.15 Profile Information Bambang Dwi Sasongko
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=100000211746659&ref=search#!/bambangds?v=info&ref=ts, update 23 Desember 2009
Dalam membangun personal branding sebagai seorang guru, dia mengaku
tidak hanya sekadar main-main memanfaatkan Facebook. Dia mengutamakan
kejujuran dalam ber-Facebook. Hal ini, dimulai dari nama, yang digunakan dalam
Account Facebook-nya dituliskan nama sebenarnya secara lengkap. Dia pun
menceritakan bahwa dia mengisi dengan cukup lengkap segala informasi yang
berkaitan dengan dirinya. “Kejujuran” menjadi prinsipnya dalam pengisian
informasi tentang dirinya. Seperti yang dikatakannya berikut ini:
“Bagi saya itu berkaitan dengan kejujuran. Saya pingin orang tahu banyak tentang saya. Saya seorang guru. Saya bangga sebagai guru. Mungkin yang lain ada yang kurang puas dengan profesi guru. Saya
96
terbuka saja dan jujur. Di blog saya pun saya lengkap cantumkan nama istri saya juga” (12/01/2010).
Keseriusan Bambang dalam menggunakan Facebook, dibuktikannya
dengan mengisi lengkap segala informasi tentang dirinya, mulai dari Basic
Information dan Personal Information yang sejak pertama membuat Account
Facebook hingga sekarang belum pernah diubahnya. Meski ada pencapaian baru
yang didapatkannya, tidak pernah menjadi bahan untuk meng-update informasi
dirinya. Namun sayangnya, dia tidak menuliskan pekerjaannya secara spesifik dan
lengkap, dalam Work Information yang telah tersedia di Facebook. Salah satu
indikasi yang bisa menunjukkan bahwa profesi Bambang ini adalah seorang guru,
hanya tertulis dalam salah satu bagian dari Personal Information.
Berkaitan dengan spesialisasi sebagai guru Bahasa Indonesia, dalam
penulisan informasi tentang dirinya, dia menuliskan dengan Bahasa Indonesia,
karena dirasa lebih universal bagi orang Indonesia. “Bahasa Indonesia lebih
universal saya rasa bagi semua kalangan orang Indonesia. Selain itu saya juga
sebagai guru Bahasa Indonesia jadi sebaiknya memakai Bahasa Indonesia juga,”
terangnya.
(2) Status Update
Personal branding sebagai seorang guru pun dibangunnya melalui status
update yang ditulisnya. Pria yang jarang meng-update status ini, mengaku setiap
kalimat yang ditulis dalam statusnya selalu menggunakan Bahasa Indonesia yang
sopan dan mengandung pesan-pesan motivasi. Dengan harapan bahwa para siswa
yang menjadi target utamanya, ikut termotivasi pula.
97
Gb. 3.16 Status update Bambang Dwi Sasongko
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=100000211746659&ref=search#!/bambangds?v=Wall&ref=ts, update 23 Januari 2010
Bambang berpendapat bahwa hal ini penting apabila guru-guru lainnya
juga menuliskan hal-hal yang positif serta mengandung kejujuran di Facebook,
termasuk dalam penulisan update status demi mendidik para siswanya. Seperti
petikan wawanacara berikut ini:
“…sudah merupakan panggilan naluri seorang guru seharusnya apa yang kita katakan, kita tulis itu mengandung kejujuran…karena jujur itu bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk murid-murid kita juga untuk anak didik kita juga. Jadi kalau saya misalnya berkata jujur tapi murid saya belum bisa jujur, itu berarti saya belum berhasil dalam mendidik mereka. Maka saya dalam berkata atau menulis harus berupaya berdasarkan pada kejujuran. Sehingga anak-anak itu tanpa diberitahu mereka akan meniru. Ya, sebaiknya yang dituliskan memang mengandung makna positif-lah” (12/01/2010).
Image sebagai pengajar Bahasa Indonesia pun tetap dijaganya dengan
selalu berusaha menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, tidak hanya
dalam menuliskan status update tetapi juga dalam setiap kalimat yang ada dalam
Facebook-nya. Karena menurutnya hal tersebut telah menjadi tugas dan tanggung
98
jawab sebagai guru Bahasa Indonesia untuk menggunakan Bahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Begitupun harapannya terhadap guru Bahasa Indonesia
lainnya yang menurut dia sebaiknya lebih memperhatikan apa yang ditulis. Lebih
lanjut dijelaskan oleh Bambang berikut ini:
“Tugas guru Bahasa Indonesia satu tingkat lebih berat dari guru lainnya, yaitu menjadi contoh figur pemakai Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jadi kalau misal saya memakai bahasa yang acak-acakan, otomatis orang akan berpikiran ‘wah…Pak Bambang ini sebagai guru Bahasa Indonesia kok bahasanya nggak mencerminkan guru Bahasa Indonesia?’ jadi apapun yang saya tulis, apa yang saya katakan ada sedikit banyak harapan orang lain mau berapresiasi positif. Jadi kalau saya berbahasa buruk, citra saya kan jadi turun, ya bukan bermaksud jaga image sekali, tapi itu kan memang secara otomatis menjadi tugas dan kewajiban moral seorang guru Bahasa Indonesia untuk berbahasa Indonesia yang baik. Ketika orang lain tidak menganggap itu bukan hal yang baik ya monggo, yang penting saya berniat seperti itu. Akhirnya apapun yang saya tulis, yang saya katakan saya upayakan baik” (12/01/2010).
Gb. 3.17 Hadiah puisi yang ditampilkan Bambang di Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=100000211746659&ref=search#!/bambangds?v=Wall&ref=ts, update 23 Desembaer 2009
99
Gambar di atas menampilkan status update Bambang ketika mendapatkan
hadiah sebait puisi dari anak-anak didiknya yang menobatkan dirinya sebagai
guru favorit. Seperti petikan penuturan Bambang berikut ini:
“…saya juga pernah dapet dukungan dari murid-murid sebagai guru favorit. Saya diberi hadiah sebuah puisi dari murid. Puisi ini menjadi kurang bermakna ketika hanya saya saja yang baca. Akhirnya saya muat sebagai status saya” (12/01/2010).
Selain status update, dalam berkomunikasi dengan orang di Facebook
melalui comment dia berusaha menjadi komunikator yang baik, dalam
menanggapi komentar-komentar orang. Dia memang tidak selalu menggunakan
Bahasa Indonesia, akan tetapi menyesuaikan bahasa komentar yang ada, baik
menggunakan Bahasa Inggris maupun Bahasa Jawa. Seperti yang dijelaskan
Bambang berikut ini:
“Hakekat komunikasi itu kan terciptanya komunikasi yang baik. Nah, ketika orang berbahasa Jawa, kemudian kita nekat memakai Bahasa Indonesia menurut saya itu bukan seorang komunikator atau komunikan yang baik. Bahasa Inggris juga begitu, saya ikuti dia berbahasa Jawa atau Bahasa Inggris saya ikuti beberapa kalimat, kemudian saya kembali ajak pakai Bahasa Indonesia” (12/01/2010).
(3) Foto
Guru yang sedang menempuh jenjang pendidikan Strata 2 (S2) ini,
mengaku membangun personal branding sebagai guru, terutama melalui foto-foto
yang ditampilkannya di Facebook. Seperti yang bisa dilihat pada beberapa contoh
tampilan gambar berikut ini:
100
Gb. 3. 18 foto-foto Bambang di Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1287178505&v=Wall#!/bambangds?v=photos&ref=ts, update 28 Desember 2009
Terpasang beberapa foto Bambang ketika mengikuti kegiatan olahraga,
foto diri, dan juga fotonya bersama anak dan istrinya. Baginya, sebuah foto
mampu menyampaikan pesan-pesan tertentu. Maka dari itu, dia pun berusaha
untuk tetap tampil positif dalam foto-foto yang ditampilkannya. Dari beberapa
foto yang diunggahnya pun menunjukkan sisi lain dari seorang guru, dengan
harapan bisa menjadi contoh bagi murid-muridnya. Berikut petikan pernyataan
Bambang pada penulis:
“Terutama melalui gambar, karena foto kan bisa mencerminkan sebuah maksud. Foto-foto yang saya upload juga bukan foto-foto sembarangan. Sekali waktu saya upload foto saya foto resmi ketika pakai jas rapi, orang akan berpikir ‘Wah, Pak Bambang sedang apa
101
ya, rapi sekali?’ atau foto saya pas pakai baju olahraga di lapangan, mereka mungkin berpikir ‘Oh Pak Bambang suka olahraga juga’. Intinya begini saya tidak perlu memberi tahu orang saya itu suka olahraga, nggak perlu. Dengan saya tampilkan foto itu kan orang sudah bisa berpikir sendiri. Jadi intinya apa yang saya tampilkan adalah sebuah contoh” (12/01/2010).
Dari sekian foto-foto yang di-upload, foto-foto bersama keluarga menjadi
favoritnya, seperti yang bisa dilihat di atas. Pria yang hobi bermusik ini ingin
menunjukkan bahwa dia mempunyai keluarga yang bahagia dan mencintai
keluarganya, karena baginya keluarga adalah bagian dari hidup yang sangat
berarti. Seperti yang diungkapkannya berikut ini:
“Paling saya favoritkan itu foto keluarga, foto bersama keluarga. Karena saya emang saya punya keluarga, buat apa saya tampil sendiri. Dengan saya tampil bersama keluarga saya pingin menunjukkan kalau keluarga itu sebuah komitmen yang serius dan salah satu bagian hidup yang penting dalam hidup saya” (23/12/2009).
Gb. 3.19 Foto-foto post Bambang yang sarat dengan kata-kata motivasi
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=100000211746659&ref=search#!/bambangds?v=Wall&ref=ts, update 23 Desember 2009
102
Pria yang gemar melakukan kegiatan pecinta alam ini mengatakan selain
dengan foto-foto, dia pun membangun dan menjaga personal branding sebagai
seorang guru melalui kata-kata yang dituliskannya tidak hanya melalui status, atau
comment tetapi juga dalam menuliskan kata-kata dalam foto yang diunggahnya,
menjadi kalimat bermakna positif, seperti terlihat pada tampilan di atas. Kalimat-
kalimat yang ditulisnya saat menampilkan foto di Bromo dan foto mobil miliknya
mengandung kalimat-kalimat bijak yang sarat akan pesan positif.
(4) Link
Personal brand sebagai guru yang bijak juga bisa terlihat dari link yang
ada di Facebook-nya, dia mengaku lebih suka menulis sesuatu yang bermakna dan
bermanfaat bagi orang lain.
Gb 3.20 Blog dan website yang dihubungkan Bambang ke Facebook-nya
103
Sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1583627545, update 28 Desember 2009
Bagi Bambang, dengan menulis sesuatu yang bisa berguna bagi orang lain
bisa menjadi nilai ibadah. Dia banyak menulis di blog yang dihubungkan juga ke
Facebook, agar orang dapat langsung membaca tulisan-tulisannya yang lain.
Selain itu dia pun menghubungkan Facebook-nya dengan website SMA Negeri 3
Surakarta, dan website lainnya yang berhubungan dengan bidang pengajaran,
seperti yang bisa dilihat dari beberapa gambar di atas. Berikut penuturan
Bambang:
“Ya biasanya hal-hal yang berbau ilmiah…pokoknya hal-hal yang mungkin bisa bermanfaat atau bermakna bagi yang membacanya” (23/12/2009).
“Dalam usia saya ini pingin-nya berbuat baik, syukur ada nilai ibadahnya. Kalau ada informasi yang baik, yang mungkin bisa bermanfaat bagi orang lain, kan nggak ada jeleknya kita berikanlah. Itu kan niat kita baik” (23/12/2009).
Dari uraian di atas, terlihat jelas bahwa Bambang Dwi Sasongko sedang
membangun personal branding sebagai guru Bahasa Indonesia yang sangat
104
menyayangi keluarganya. Hal ini tercermin dari cara-cara Bambang dalam
memanfaatkan fitur-fitur Facebook, mulai dari Profile Information, status update,
foto, hingga link pun digunakannya satu per satu untuk semakin memperkuat
personal branding-nya sebagai seorang guru secara online. Bukan hanya sekadar
guru yang memanfaatkan Facebook untuk mendukung kegiatan belajar mengajar,
namun juga secara tidak langsung Bambang senantiasa mendidik murid-muridnya
dengan memberikan contoh positif melalui kata-kata yang baik dan sopan sesuai
dengan tanggung jawabnya sebagai guru Bahasa Indonesia. Sebagai sosok
seorang ayah pun tercermin dari foto-foto keluarga yang diunggahnya sebagai
salah satu wujud ungkapan rasa sayang terhadap keluarganya.
b. Analisis Data
(1) Analisis menggunakan metode membangun personal branding menurut
Kristie Tamvecius:
1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya)
Bambang telah menentukan dirinya sebagai seorang guru sesuai dengan
profesi yang digelutinya. Hal tersebut tercermin dari ungkapannya berikut ini:
“Sebagai seorang guru yang lebih mampu memahami dan mengikuti siswa” (23/12/2009).
Pribadinya yang fleksibel, pengertian, terbuka, dan dinamis menjadi
kelebihan dirinya yang bisa mendukung personal brand yang dibangunnya
sebagai seorang guru. Flexible dan pengertian, bisa tercermin dari kemudahan
yang diberikan pada murid-muridnya dalam hal kegiatan belajar yang berkaitan
105
dengan pengumpulan tugas. Beliau begitu memahami anak-anak didiknya, berikut
petikan penjelasan Bambang:
“Ada materi yang tidak mungkin diselesaikan dalam kelas, bolehlah dibawa pulang, tapi bagaimana agar tidak kehilangan banyak waktu bisa dikirim lewat Facebook. Jadi terjadi interaksi yang saling menguntungkan” (12/01/10).
“Ya…misalnya dari segi waktu tidak mengalami kesulitan. Mereka juga bisa lebih enjoy.” (12/01/10)
Bambang yang suka berteman dengan siapa saja, serta mengikuti
perkembangan teknologi, menunjukkan pribadinya yang terbuka dan dinamis. Hal
ini bisa terlihat dari caranya berteman di Facebook, aktif menulis di blog pribadi,
serta membuat Account Facebook. Seperti petikan pernyataan Bambang berikut
ini:
“…saya confirm semua. Karena saya yakin dia mungkin punya maksud baik. Jadi saya confirm” (23/12/2009).
“…tapi saya lebih suka menulis dari blog yang saya link-an ke FB saya” (23/12/2009).
“Ada satu pendapat bahwa ‘jangan pernah ajak anakmu memasuki duniamu, tapi cobalah ikut memasuki dunia mereka’ jadi kalau saat ini murid-murid berinternet, ber-Facebook, jadi saya juga memasuki menjelajahi Facebook bersama mereka” (12/01/10).
Dalam berteman di Facebook, dia berteman dengan siapa pun yang ingin
menjadi temannya. Tidak memandang siapa dan dari kalangan mana. Hal ini
menunjukkan sisi keterbukaannya pada orang lain. Dengan aktif menulis di blog
dan memanfaatkan Facebook demi memasuki dunia anak-anak didiknya,
mencerminkan bahwa dia guru yang dinamis mengikuti perkembangan zaman.
Hal ini menjadi salah satu kelebihan dari Bambang, karena melihat kenyataan
bahwa masih banyak guru yang tidak terlalu peduli dan menutup mata dengan
106
adanya teknologi. Padahal mungkin teknologi tersebut bisa dimanfaatkan untuk
menunjang kegiatan belajar-mengajar bersama murid-murid.
Sisi lain dari Bambang sebagai guru, dia juga seorang ayah bagi kedua
putra-putrinya. Sosoknya yang kebapakkan dan begitu mencintai keluarganya
terlihat dari bagaimana caranya memaknai nilai sebuah keluarga. Seperti yang
disampaikannya berikut ini:
“…keluarga itu sebuah komitmen yang serius dan salah satu bagian hidup yang penting dalam hidup saya” (23/12/2009).
“…keluarga itu segala-galanya. Kita tertimpa masalah juga pulangnya ke keluarga, senang juga pingin-nya senang-senang bersama keluarga, cari duit juga buat keluarga. Akhirnya keluarga menjadi sangat yang berarti” (23/12/2009).
2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan)
Mengadopsi istilah Jawa, Guru itu “ditiru lan digugu”, Bambang pun
menentukan hal-hal yang dilakukannya untuk memperkuat personal branding-nya
sebagai seorang guru. Tugas dan tanggung jawab guru tidak terlepas dari
bagaimana guru tersebut mampu menjadi contoh dan mendidik murid-muridnya.
Selalu bersikap positif dan jujur adalah dua hal yang dilakukannya demi
memberikan contoh dan secara tidak langsung untuk mendidik para siswanya. Hal
ini bisa tercermin dari beberapa pernyataannya berikut ini:
“Dalam usia saya ini pingin-nya berbuat baik, syukur ada nilai ibadahnya. Kalau ada informasi yang baik, yang mungkin bisa bermanfaat bagi orang lain, kan nggak ada jeleknya kita berikanlah” (23/12/2009).
“Saya selalu menuliskan kata-kata yang bisa memberi semangat atau motivasi, bagi siswa khususnya, atau mungkin juga bagi orang lain yang membacanya” (23/12/2009).
“…karena pada prinsip saya memberi sesuatu yang baik…yang positif itu hasilnya akan menjadi baik juga” (23/12/2009).
107
“Saya itu intinya itu ibarat air itu menyejukkan…jadi saya selalu berusaha pakai bahasa yang baik…menyesuaikan yang penting positif” (23/12/2009).
“…apapun yang baru yang mengandung makna positif. Baru kalau tidak bermakna baik untuk apa? Jadi sebener-nya bagi saya, foto itu mengandung sebuah makna. Mungkin saya mengikuti suatu kegiatan menurut saya bermakna atau di jalan saya menjumpai sesuatu yang menyentuh dan mengandung pesan positif saya upload juga. Intinya, yang mempunyai pesan positif” (23/12/2009).
“Itu sudah merupakan panggilan naluri seorang guru seharusnya apa yang kita katakan, kita tulis itu mengandung kejujuran…karena jujur itu bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk murid-murid kita juga untuk anak didik kita juga. Jadi kalau saya misalnya berkata jujur tapi murid saya belum bisa jujur, itu berarti saya belum berhasil dalam mendidik mereka. Maka saya dalam berkata atau menulis harus berupaya berdasarkan pada kejujuran. Sehingga anak-anak itu tanpa diberitahu mereka akan meniru. Ya, sebaiknya yang dituliskan memang mengandung makna positif-lah” (12/01/10).
Sebagai guru yang mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia,
Bambang juga selalu berusaha menjaga setiap kata-katanya guna menciptakan
komunikasi yang baik. Hal ini tersirat dari beberapa penuturannya berikut ini:
“…jadi apapun yang saya tulis, apa yang saya katakan ada sedikit banyak harapan orang lain mau berapresiasi positif. Jadi kalau saya berbahasa buruk, citra saya kan jadi turun, ya bukan bermaksud jaga image sekali, tapi itu kan memang secara otomatis menjadi tugas dan kewajiban moral seorang guru Bahasa Indonesia untuk berbahasa Indonesia yang baik. Ketika orang lain tidak menganggap itu bukan hal yang baik ya monggo, yang penting saya berniat seperti itu. Akhirnya apapun yang saya tulis, yang saya katakan saya upayakan baik” (12/01/10).
Hakekat komunikasi itu kan terciptanya komunikasi yang baik. Nah, ketika orang berbahasa Jawa, kemudian kita nekat memakai Bahasa Indonesia menurut saya itu bukan seorang komunikator atau komunikan yang baik. Bahasa Inggris juga begitu, saya ikuti dia berbahasa Jawa atau Bahasa Inggris saya ikuti beberapa kalimat, kemudian saya kembali ajak pakai Bahasa Indonesia” (12/01/10).
3. Position Yourself (Memposisikan Diri).
108
Pada tahap ini, Bambang secara tidak langsung telah menciptakan
positioning bagi dirinya di mata orang lain, setelah melalui tahap
pengidentifikasian diri dan tahap penentuan tindakan. Hal ini terbukti dari
penghargaan yang diterima Bambang sebagai guru favorit di kalangan anak-anak
didiknya. Bahkan sebagai bentuk penghargaan tersebut, dia menerima hadiah
sebuah puisi. “Bahkan saya juga pernah dapet dukungan dari murid-murid sebagai
guru favorit. Saya diberi hadiah sebuah puisi dari murid,” ungkapnya. Selain
menjadi guru favorit, muridnya juga menempatkan Bambang sebagai guru yang
sabar dan merakyat. Berikut ini beberapa tampilan yang bisa menunjukkan
positioning Bambang terhadap murid-muridnya maupun terhadap orang-orang
yang menjadi temannya:
Gb. 3.21 Tampilan puisi dan pesan Wall untuk Bambang
109
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=100000211746659&ref=search#!/bambangds?v=Wall&ref=ts, update 28 Desember 2009
4. Manage Your Brand (Mengelola Brand)
Dengan memasarkan personal branding sebagai seorang guru Bahasa
Indonesia melalui Facebook, dan mengelola fitur-fitur Facebook sedemikian rupa
seperti yang telah diulas secara lengkap pada penyajian data sebelumnya,
menunjukkan bahwa Bambang telah sampai pada tahapan pengelolaan brand.
Selain Facebook, Bambang pun memanfaatkan blog pribadinya sebagai salah satu
media mempromosikan dirinya. Berikut tampilan tulisan Bambang di blog
pribadinya yang dihubungkan melalui Facebook:
Gb.3.22 Blog pribadi Bambang yang dihubungkan ke Facebook
sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1583627545, update 28 Desember 2009
110
(2) Analisis membangun personal branding menurut Hubert K. Rampersad:
1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal
Dalam tahap ini Bambang telah menetapkan ambisinya sebagai seorang
tenaga pendidik atau guru. Ambisi ini tersirat dari pernyataannya yang ingin
dikenal sebagai seorang guru. “Sebagai seorang guru…” ungkapnya. Bambang
memiliki nilai-nilai yang selalu dipegangnya, sebagai pengajar, yaitu sebuah
kejujuran dan selalu positif baik dalam berpikir dan bertindak. Hal ini tercermin
dari beberapa pernyataannya berikut ini:
“Itu sudah merupakan panggilan naluri seorang guru seharusnya apa yang kita katakan, kita tulis itu mengandung kejujuran…karena jujur itu bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk murid-murid kita juga untuk anak didik kita juga” (12/01/10).
“Bagi saya itu berkaitan dengan kejujuran. Saya pingin orang tahu banyak tentang saya. Saya seorang guru. Saya bangga sebagai guru. Mungkin yang lain ada yang kurang puas dengan profesi guru. Saya terbuka saja dan jujur” (12/01/10).
“Dalam usia saya ini pingin-nya berbuat baik, syukur ada nilai ibadahnya” (23/12/2009).
“Saya itu intinya itu ibarat air itu menyejukkan…jadi saya selalu berusaha pakai bahasa yang baik…menyesuaikan yang penting positif” (23/12/2009).
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki Bambang di antaranya adalah fleksibel
dan pengertian. Hal tersebut bisa tercermin dari kemudahan yang diberikan
Bambang pada siswanya dalam pengumpulan tugas sekolah. Beliau begitu
memahami anak-anak didiknya, berikut petikan penjelasan Bambang:
“Ada materi yang tidak mungkin diselesaikan dalam kelas, bolehlah dibawa pulang, tapi bagaimana agar tidak kehilangan banyak waktu bisa dikirim lewat Facebook” (12/01/10).
111
“Ya…misalnya dari segi waktu tidak mengalami kesulitan. Mereka juga bisa lebih enjoy” (12/01/10).
Terlihat dari caranya berteman di Facebook, aktif menulis di blog pribadi,
serta memiliki Account Facebook yang dimanfaatkan secara baik, mencerminkan
Bambang adalah pribadi yang terbuka dan dinamis. Berikut petikan pernyataan
Bambang berikut ini:
“…saya confirm semua. Karena saya yakin dia mungkin punya maksud baik. Jadi saya confirm” (23/12/2009).
“…tapi saya lebih suka menulis dari blog yang saya link-an ke FB saya” (23/12/2009).
“Ada satu pendapat bahwa ‘jangan pernah ajak anakmu memasuki duniamu, tapi cobalah ikut memasuki dunia mereka’ jadi kalau saat ini murid-murid berinternet, ber-Facebook, jadi saya juga memasuki menjelajahi Facebook bersama mereka” (12/01/10).
Di Facebook, dia berteman dengan siapa saja, tidak memandang dari
kalangan tertentu. Hal ini menunjukkan sisi keterbukaannya pada orang lain.
Dengan aktif menulis di blog dan memanfaatkan Facebook demi memasuki dunia
anak-anak didiknya, mencerminkan bahwa dia guru yang dinamis mengikuti
perkembangan zaman. Hal ini menjadi salah satu kelebihan dari Bambang, karena
melihat kenyataan bahwa masih banyak guru yang tidak terlalu peduli dan
menutup mata dengan adanya teknologi. Padahal mungkin teknologi tersebut bisa
dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar bersama murid-murid.
Selain sebagai guru, Bambang juga seorang ayah bagi kedua putra-
putrinya dan kepala keluarga. Sosoknya yang kebapakkan dan begitu mencintai
keluarganya terlihat dari bagaimana caranya memaknai nilai sebuah keluarga.
Seperti yang disampaikannya berikut ini:
112
“…keluarga itu segala-galanya. Kita tertimpa masalah juga pulangnya ke keluarga, senang juga pingin-nya senang-senang bersama keluarga, cari duit juga buat keluarga. Akhirnya keluarga menjadi sangat yang berarti” (23/12/2009).
“…keluarga itu sebuah komitmen yang serius dan salah satu bagian hidup yang penting dalam hidup saya” (23/12/2009).
2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand
Demi membangun personal branding-nya, Bambang membuat dirinya
berbeda dengan yang lain. Pada tahap ini, Bambang membuat dirinya dikenal
sebagai seorang guru Bahasa Indonesia yang bisa mengerti dan mengikuti anak-
anak didiknya. “Sebagai seorang guru yang lebih mampu memahami dan
mengikuti siswa,” ujarnya. Dengan membuka diri terhadap murid-muridnya,
Bambang berusaha ikut mendalami dunia para siswanya, yang saat ini memang
tidak bisa lepas dari teknologi internet. Hal ini sekaligus menjadi ciri khas
tersendiri, terutama bagi para muridnya, karena belum banyak guru yang benar-
benar mau ikut terjun dan belajar menyelami dunia murid-muridnya hingga
terjalin hubungan yang akrab antara seorang guru dengan para siswanya.
Tidak mengherankan jika dia mendapatkan gelar sebagai guru terfavorit
dari anak-anak didiknya hingga, sebuah puisi pun menjadi hadiah khusus
dipersembahkan hanya bagi Bambang. “…saya juga pernah dapet dukungan dari
murid-murid sebagai guru favorit. Saya diberi hadiah sebuah puisi dari murid,”
ungkapnya. Berikut puisi tersebut:
113
Gb. 3.23 Hadiah puisi untuk Bambang
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=100000211746659&ref=search#!/bambangds?v=Wall&ref=ts, update 23 Desembaer 2009
Puisi ini bisa menjadi salah satu bentuk reaksi emosional murid-muridnya,
sebagai ungkapan rasa kekaguman dan ucapan terima kasih kepada Bambang
yang meninggalkan kesan tersendiri bagi mereka para siswanya.
Pada tahap ini Bambang hanya merumuskan personal branding-nya
sebagai guru yang mengerti dan mengikuti siswanya yang sekaligus menjadi ciri
khas dan keunikan tersendiri bagi Bambang. Ciri khas ini menimbulkan ikatan
emosional yang positif terhadap orang-orang yang masih dan pernah menjadi
muridnya di mana mereka adalah sasaran utama bagi brand yang sedang dibangun
Bambang. Berikut penjelasan Bambang:
“Saya punya target atau sasaran yang pasti, minimal murid saya, kalau anak istri kan nggak usah lewat FB aja bisa. Murid-murid atau alumni banyak yang dekat dengan saya, apapun yang saya update di FB saya mereka sering comment. Ini bisa menunjukkan bahwa apapun yang saya tulis ini adalah targetnya adalah mereka sebagian besar murid-murid atau yang pernah jadi murid saya” (23/12/2009).
114
3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC)
Pada tahap ini, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis
dengan Bambang, penulis bisa menilai bahwa Bambang telah merumuskan
personal balanced scorecard (PBSC). Sebagai seorang guru dia telah berpikir
bagaimana memanfaatkan Facebook tidak hanya sebagai situs pertemanan semata.
Akan tetapi lebih dari itu, dia bisa melihat peluang bahwa Facebook dapat
digunakan sebagai media yang bisa menunjang kegiatan belajar mengajar. “Latar
belakang saya membuat FB karena untuk meningkatkan dan mendukung kegiatan
belajar mengajar dengan siswa,’ ungkapnya.
Bambang tahu betul bahwa dengan memanfaatkan Facebook ini, murid-
muridnya akan menikmati proses belajar bersamanya tanpa perlu merasa
terbebani. Hal ini pun akhirnya bisa menciptakan interaksi yang saling
menguntungkan. Pada akhirnya sebagai seorang guru yang membangun personal
branding-nya di Facebook, Bambang memperhatikan apa yang ditulisnya, apa
yang ditampilkannya di Facebook. Untuk menunjang personal branding yang
sedang dibangunnya ini, Bambang selalu berupaya untuk menuliskan hal-hal yang
positif, dengan kata-kata yang baik, mengingat tanggung jawabnya sebagai guru
Bahasa Indonesia. Berikut pernyataan Bambang yang bisa mendukung
tindakannya dalam membangun personal branding:
“Bahasa Indonesia lebih universal saya rasa bagi semua kalangan orang Indonesia. Selain itu saya juga sebagai guru Bahasa Indonesia jadi sebaiknya memakai Bahasa Indonesia juga” (23/12/2009).
“Kalimat yang sopan tentunya. Ya…sampai sekarang masih selalu menggunakan Bahasa Indonesia” (23/12/2009).
115
“Tugas guru Bahasa Indonesia satu tingkat lebih berat dari guru lainnya, yaitu menjadi contoh figur pemakai Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jadi kalau misal saya memakai bahasa yang acak-acakan, otomatis orang akan berpikiran “wah…Pak Bambang ini sebagai guru Bahasa Indonesia kok bahasanya nggak mencerminkan guru Bahasa Indonesia?” jadi apapun yang saya tulis, apa yang saya katakan ada sedikit banyak harapan orang lain mau berapresiasi positif. Jadi kalau saya berbahasa buruk, citra saya kan jadi turun, ya bukan bermaksud jaga image sekali, tapi itu kan memang secara otomatis menjadi tugas dan kewajiban moral seorang guru Bahasa Indonesia untuk berbahasa Indonesia yang baik. Ketika orang lain tidak menganggap itu bukan hal yang baik ya monggo, yang penting saya berniat seperti itu. Akhirnya apapun yang saya tulis, yang saya katakan saya upayakan baik” (12/01/10).
Begitu juga dengan foto yang ditampilkannya di Facebook, adalah foto-
foto yang memiliki makna positif, seperti pernyataannya berikut ini:
“Kalau saya, apapun yang baru yang mengandung makna positif. Baru kalau tidak bermakna baik untuk apa? Jadi sebener-nya bagi saya, foto itu mengandung sebuah makna. Mungkin saya mengikuti suatu kegiatan menurut saya bermakna atau di jalan saya menjumpai sesuatu yang menyentuh dan mengandung pesan positif saya upload juga. Intinya, yang mempunyai pesan positif” (23/12/2009).
“Jadi intinya apa yang saya tampilkan adalah sebuah contoh, artinya ya mari apakah mau dicontoh atau tidak, itu urusan mereka. Yang jelas tidak mungkin saya memasang foto yang buruk atau yang interpretasikan negatif” (12/01/10).
Untuk menunjukkan bahwa di sisi lain Bambang adalah seorang ayah
sekaligus kepala rumah tangga, dia pun menunjukkan foto-foto bersama
keluarganya, sebagai salah satu bentuk ungkapan rasa sayangnya terhadap
keluarga, berikut penuturan Bambang:
“Paling saya favoritkan itu foto keluarga, foto bersama keluarga. Karena saya emang saya punya keluarga, buat apa saya tampil sendiri. Dengan saya tampil bersama keluarga saya pingin menunjukkan kalau keluarga itu sebuah komitmen yang serius dan salah satu bagian hidup yang penting dalam hidup saya” (23/12/2009).
116
Uraian pada tahap ini, tentu saja menunjukkan hal-hal yang dilakukan
Bambang untuk memperkuat personal branding yang dibangun.
4. Mengimplementasikan dan mengolah ambisi personal, personal brand,
dan personal balanced scorecard
Mempromosikan personal brand yang dibangun melalui Facebook, serta
memanfaatkan Facebook seperti yang telah diulas pada penyajian data
sebelumnya, menunjukkan bahwa Bambang juga telah melakukan tahap
pengimplementasian personal branding sebagai seorang guru Bahasa Indonesia
yang memahami dan mengerti siswa-siswinya serta menyayangi keluarganya.
Karena pemasaran merupakan salah satu bentuk pengimplementasian personal
branding. Tidak hanya melalui Facebook, personal brand Bambang juga
dipromosikan melalui blog pribadinya yang dihubungkan ke Facebook-nya,
seperti berikut ini:
Gb. 3.24 Blog pribadi Bambang yang dihubungkan ke Facebook
sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1583627545, update 28 Desember 2009
117
4. Punti Mayasari – Ibu Rumah Tangga
a. Penyajian Data
Facebook memang benar-benar diminati berbagai kalangan. Tidak hanya
mereka yang berkarir, pelajar, mahasiswa, pengusaha, namun ibu rumah tangga
pun ikut memanfaatkan Facebook. Salah satunya Punti Mayasari. Punti adalah
seorang ibu rumah tangga yang seolah tidak ingin ketinggalan trend dunia maya.
Meski pada awalnya Punti mengaku awam perihal Facebook, namun situs jejaring
sosial ini mampu membuat Punti kembali dapat melakukan komunikasi dengan
teman-teman lamanya semasa bangku kuliah dan sekolah. Ibu muda ini pun
mengaku dapat menyalurkan hobi berbelanjanya secara online melalui Facebook.
“Dulu sebenarnya nggak begitu tahu Facebook itu apa, tapi kok temen-temen lama
kok suruh saya bikin Facebook, ya udah saya bikin aja. Ya ternyata manfaatnya
kok banyak, bisa buat komunikasi lagi aja sama teman-teman, menyambung
silaturahmi lagi. Terus juga saya bisa shopping online juga ternyata,” ungkapnya.
Sebagai ibu rumah tangga, kegiatan Punti sehari-hari tidak jauh berbeda
dengan kebanyakan ibu rumah tangga lainnya, seperti mengurus anak dan suami,
mengurus rumah. Namun, wanita yang satu ini juga mempunyai usaha sampingan
dengan membuka warung kelontong di samping rumah, hingga praktis dia pun
disibukkan dengan agenda harian mengurus usahanya tersebut. “Sehari-hari biasa
aja, Mbak, ngurus anak, suami, bersih-bersih rumah kadang kalau nggak ada
pembantu, sama paling kulakan barang toko hampir tiap hari, jagain toko juga,”
terangnya. Menurut wanita berjilbab ini, seorang ibu rumah tangga yang baik
118
adalah ibu yang selalu ada untuk keluarga dan membuat keluarga sebagai prioritas
utamanya. Seperti penuturannya berikut ini:
“Menurut saya, yang penting selama dibutuhkan anak dan suami harus selalu ada. Keluarga nomor satu” (18/01/2010).
“Wah…keluarga ya nomor satu, Mbak. Segala-galanya. Bagian hidup saya, anak saya…suami saya. Namanya seorang istri udah jadi ibu juga Mbak, apa sih yang nggak buat anak sama suami?” (18/01/2010).
Bagi wanita yang mengaku lebih ingin dikenal sebagai seorang ibu rumah
tangga ini, Facebook ideal seorang ibu rumah tangga bisa dilihat dari foto-foto
yang di-upload terdapat foto bersama anak dan suami. Status update-nya pun
biasanya tertulis seputar kegiatan mengurus keluarga, serta tetap menjaga kata-
kata yang ditulisnya. Berikut penjelasan Punti pada penulis:
“…kalau menurut saya, biasanya dari foto-fotonya ada foto anak-anak sama suaminya, statusnya biasanya ada yang kayak curhat lagi ngapain, kayak “setrikaan menumpuk” “cucian banyak, sendiri, nggak ada pembantu” kayak gitu paling. Sama yang jelas menjaga kata-katanya aja, nggak nulis kata-kata kasar atau yang nggak pantas” (18/01/2010).
(1) Status Update
Fitur status update merupakan fitur yang paling sering digunakan oleh ibu
muda ini ketika ber-Facebook. Fitur yang satu ini memang memberi kebebasan
bagi para pemilik Account Facebook untuk menuliskan segala hal yang ingin
dituangkan dalam bentuk kata-kata untuk kemudian dipublikasikan pada
pengguna Facebook yang lain. Berikut adalah beberapa tampilan status update
yang pernah ditulis oleh Punti:
119
Gb. 3. 25 Status-status update Punti
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/profile.php?id=100000496237882&ref=ts, update 6 Maret 2010
Dalam memanfaatkan fitur status update, Punti yang mengaku sering
mengganti status update-nya ini biasa menuliskan hal-hal yang berhubungan
dengan kegiatannya maupun ungkapan isi hatinya. “Biasanya saya tulis kegiatan
saya aja. Atau isi hati aja, kadang juga saya tulis,” ungkapnya. “Ya, misal saya
lagi repot ngurus anak sama ngurus rumah, tentang anak saya yang lagi sakit.
Atau saya mau ‘kulakan’ stok barang di toko, paling seputar itu aja,” tandasnya
ketika penulis bertanya seputar contoh status update yang ditulisnya. Hal tersebut
memang dapat dilihat pada tampilan status-status update yang pernah dituliskan
Punti di atas. Apa yang dituliskannya tidak jauh dari topik seputar putra semata
wayangnya, perihal kegiatan-kegiatannnya mengurus rumah, hingga kegiatan
bulanan seperti berbelanja.
120
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Punti pun selalu
berusaha menjaga kata-kata yang ditulisnya. Karena bagi Punti, dengan dia
menjaga kata-katanya meski di dunia maya, secara tidak langsung demi mendidik
putranya untuk berkata-kata yang baik dan sopan. Seperti yang diungkapnya pada
penulis berikut ini:
“Ya, bagaimanapun juga menjaga kata-kata itu kan penting, Mbak. Saya rasa nggak cuma ibu rumah tangga aja. Tapi semua pengguna Facebook juga. Bagaimana kita harus menjaga image kita meskipun itu hanya di dunia maya. Kalau kita pakai kata-kata kasar nggak pantas, seperti yang saya pernah baca juga di status orang yang pakai kata-kata kasar. Aduh, kok kayak nggak kata-kata lain apa yang lebih enak dibaca? Apalagi kalau punya anak, secara tidak langsung menjaga kata-kata itu perlu untuk memberi contoh yang baik buat anak” (18/01/2010).
(2) Foto
Dari foto-foto yang ditampilkan oleh wanita ini menunjukkan salah satu
wujud rasa cinta seorang ibu sekaligus istri pada keluarganya.:
Gb. 3.26 foto-foto Punti di Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/album.php?aid=-3&id=100000496237882&ref=pa, update 16 Januari 2010
121
Tampilan foto di atas adalah sebagian kecil dari sekian banyak foto Dafa
yang tampil dalam album foto Facebook Punti. Punti mengaku dia sengaja
menampilkan banyak foto anaknya sebagai salah satu ungkapan rasa sayangnya
terhadap keluarganya. Bagi Punti, keluarga adalah bagian terpenting dan menjadi
prioritas utama dalam hidupnya. “Keluarga ya nomor satu, Mbak. Segala-galanya.
Bagian hidup saya, anak saya…suami saya. Namanya seorang istri udah jadi ibu
juga Mbak, apa sih yang nggak buat anak sama suami?” ujarnya. Maka dari
penjabaran cara Punti memanfaatkan fitur-fitur di Facebook di atas, bisa terlihat
bahwa tanpa disadarinya Punti sedang membangun personal branding-nya
sebagai seorang ibu rumah tangga.
b. Analisis Data
(1) Analisis menggunakan metode membangun personal branding menurut
Kristie Tamvecius:
1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya)
Punti telah menentukan pilihan bahwa dirinya adalah seorang ibu rumah
tangga, meskipun dia seorang sarjana psikologi dari sebuah universitas swasta
terkemuka di Solo. “Saya ini cuma ibu rumah tangga,” ujarnya.
Sebagai ibu rumah tangga, yang bertanggung jawab akan segala
kewajiban dan tugasnya terhadap keluarga menjadi kelebihan Punti untuk
mendukung personal branding yang dibangunnya. Hal ini bisa tercermin dari
pernyataan-pernyataan Punti akan arti sebuah keluarga yang membuatnya merasa
122
bahwa mengabdi untuk keluarga adalah tugas dan kewajibannya sebagai seorang
ibu rumah tangga:
“Menurut saya, yang penting selama dibutuhkan anak dan suami harus selalu ada. Keluarga nomor satu” (18/01/2010).
“…keluarga ya nomor satu, Mbak. Segala-galanya. Bagian hidup saya, anak saya…suami saya. Namanya seorang istri udah jadi ibu juga Mbak, apa sih yang nggak buat anak sama suami?” (18/01/2010).
Pernyataan di atas, menunjukkan bahwa dia meletakkan keluarga sebagai
prioritas utama dalam hidupnya. Dia mengurus segala sesuatu yang dibutuhkan
anak dan suaminya. Bahkan dengan jiwa entrepreneurship yang dimilikinya, juga
menjadi nilai tambah bagi dirinya. “Saya suka bisnis kecil-kecilan lah, Mbak.
Kayak buka toko kelontong meski kecil-kecilan,” ungkapnya.
2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan)
Pada tahap ini, Punti telah menentukan apa yang bisa dilakukannya untuk
memperkuat personal branding yang dibangunnya sebagai ibu rumah tangga.
Kegiatan yang dilakukannya setiap hari merupakan cerminan bentuk pengabdian
dan rasa kasih sayangnya terhadap keluarga. Bahkan untuk menyalurkan jiwa
kewirausahaannya, dia membuka suatu lahan bisnis yang bisa menunjang
perekonomian keluarganya. Hal ini yang membuat Punti memiliki nilai lebih
sebagai seorang ibu rumah tangga. Punti tidak hanya mengandalkan suami dalam
hal keuangan keluarga, namun dia ikut membantu suami mencari nafkah dengan
berbisnis di rumah sendiri, agar dia tetap tidak kehilangan waktu bersama buah
hatinya. Berikut penuturan Punti yang bisa mencerminkan bentuk tugas dan
kewajibannya sebagai seorang ibu rumah tangga:
123
“Sehari-hari biasa aja Mbak ngurus anak, suami, bersih-bersih rumah kadang kalau nggak ada pembantu, sama paling kulakan barang toko hampir tiap hari, jagain toko juga”. (18/01/2010).
“…cuma warung kelontong kecil aja di rumah. Buat tambahan aja Mbak. Tiap hari juga harus jaga, gantian sama yang bantuin saya di toko”. (18/01/2010).
“…saya suka bisnis kecil-kecilan lah, Mbak. Kayak buka toko kelontong meski kecil-kecilan tapi yang penting banyak yang beli di toko saya. Jual pulsa juga…ya lumayan buat nambah-nambah buat beli jajan anak” (22/01/2010).
3. Position Yourself (Memposisikan Diri).
Menentukan diri sebagai ibu rumah tangga yang juga berbisnis dan
menentukan apa yang bisa dilakukannya, maka Punti secara tidak langsung telah
memposisikan dirinya atau menciptakan positioning dirinya di mata orang lain.
Hal ini tercermin dari bagaimana teman-teman Facebook-nya memberi komentar
terhadap status update yang pernah dituliskan Punti, pada tampilan berikut ini:
Gb. 3.27 Status update Punti dan comment dari teman-teman Punti
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/profile.php?id=100000496237882&ref=ts, update 6 Maret 2010
124
Pada tampilan di atas terlihat beberapa komentar teman-teman Punti
terhadap status update-nya yang mencerminkan kegiatan dan tugas seorang ibu di
rumah. Hal ini menunjukkan bahwa personal branding yang sedang dibangun
Punti dapat ditangkap oleh orang lain dan mendapatkan tempat di mata orang lain
sebagai seorang ibu rumah tangga.
4. Manage Your Brand (Mengelola Brand)
Seperti yang telah penulis ulas sebelumnya bahwa dengan menunjukkan
dan memasarkan personal branding melalui media, dalam hal ini melalui
Facebook, maka Punti pun telah sampai pada tahap mengelola personal brand
yang dibangunnya. Hal ini pun didukung dengan cara Punti memanfaatkan fitur-
fitur Facebook demi memperkuat personal branding yang dibangunnya sebagai
seorang ibu rumah tangga, seperti yang telah dibahas sebelumnya pada penyajian
data.
(2) Analisis membangun personal branding menurut Hubert K. Rampersad:
1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal
Pada tahap ini, Punti merumuskan pilihan ambisinya sebagai seorang ibu
rumah tangga, seperti yang tersirat dari pernyataannya berikut ini:
“Saya ibu rumah tangga, jadi ya, pasti pingin-nya dikenal apa adanya saya, ya sebagai ibu rumah tangga” (18/01/2010).
Menempatkan keluarga sebagai prioritas utama dan menjaga kata-kata
yang diucapkan adalah nilai-nilai yang menjadi pedomannya sebagai ibu rumah
tangga. Hal ini terlihat dari petikan penjelasannya berikut ini:
125
“…sama yang jelas menjaga kata-katanya aja, nggak nulis kata-kata kasar atau yang nggak pantas” (18/01/2010).
“Ya, bagaimanapun juga menjaga kata-kata itu kan penting, Mbak. Saya rasa nggak cuma ibu rumah tangga aja. Tapi semua pengguna Facebook juga” (18/01/2010).
“…yang penting selama dibutuhkan anak dan suami harus selalu ada. Keluarga nomor satu” (18/01/2010).
Punti pun memiliki kelebihan yang bisa mendukung personal branding
yang dibangunnya sebagai ibu rumah tangga. Kelebihan tersebut adalah rasa
tanggung jawab yang tinggi akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang ibu dari
putra semata wayangnya sekaligus sebagai seorang istri. Memprioritaskan
keluarga di tempat utama, merupakan cerminan bentuk tanggung jawab dan kasih
sayangnya terhadap keluarga. Tidak hanya rasa tanggung jawab yang tinggi
terhadap keluarga, namun naluri bisnis Punti pun menjadi nilai tambah bagi ibu
muda ini. Seperti yang diungkapkan Punti berikut ini:
“…keluarga ya nomor satu, Mbak. Segala-galanya. Bagian hidup saya, anak saya…suami saya. Namanya seorang istri udah jadi ibu juga Mbak, apa sih yang nggak buat anak sama suami?” (18/01/2010).
“…cuma warung kelontong kecil aja di rumah. Buat tambahan aja Mbak. Tiap hari juga harus jaga, gantian sama yang bantuin saya di toko” (18/01/2010).
2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand
Bila memperhatikan tahap sebelumnya, pada tahap rumusan personal
ambition tersebut menjadi dasar dari tahap perumusan personal branding ini.
Demi memperkuat personal branding yang sedang dibangunnya, Punti membuat
kelebihan yang ada pada dirinya, menjadi modal utama untuk menunjang personal
branding yang dirumuskannya. Personal branding yang dibangunnya adalah
126
sebagai seorang ibu rumah tangga yang bertanggung jawab akan segala kewajiban
dan tugasnya terhadap keluarga. Selain itu, jiwa kewirausahaannya menjadi
keunggulannya dalam membangun personal branding-nya tersebut. Punti tidak
hanya mengandalkan suami dalam hal keuangan keluarga, namun dia ikut
membantu suami mencari nafkah dengan berbisnis di rumah sendiri namun dia
tetap tidak kehilangan waktu bersama buah hatinya.
3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap Punti,
penulis bisa menilai bahwa Punti telah merumuskan personal balanced scorecard
(PBSC). Tindakan yang dilakukannya untuk menunjang personal branding-nya,
dilatarbelakangi oleh ikatan emosi yang kuat antara Punti dengan anak dan
suaminya. Berikut pernyataan-pernyataan Punti yang mencerminkan bentuk tugas
dan kewajibannya sebagai seorang ibu rumah tangga:
“Sehari-hari biasa aja, Mbak, ngurus anak, suami, bersih-bersih rumah kadang kalau nggak ada pembantu, sama paling kulakan barang toko hampir tiap hari, jagain toko juga” (18/01/2010).
“…cuma warung kelontong kecil aja di rumah. Buat tambahan aja Mbak. Tiap hari juga harus jaga, gantian sama yang bantuin saya di toko” (18/01/2010).
“…saya suka bisnis kecil-kecilan lah, Mbak. Kayak buka toko kelontong meski kecil-kecilan tapi yang penting banyak yang beli di toko saya. Jual pulsa juga…ya lumayan buat nambah-nambah buat beli jajan anak” (18/01/2010).
Gb. 3.28 Status update Punti
127
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/profile.php?id=100000496237882&ref=ts, update 6 Maret 2010
Sebagai ibu rumah tangga yang merasa perlu mendidik putranya, Punti
pun senantiasa memberikan contoh yang baik, termasuk dalam menuliskan
kalimat demi kalimat di Facebook, seperti pernyataannya berikut ini:
“Ya, bagaimanapun juga menjaga kata-kata itu kan penting, Mbak. Saya rasa nggak cuma ibu rumah tangga aja. Tapi semua pengguna Facebook juga. Bagaimana kita harus menjaga image kita meskipun itu hanya di dunia maya. Kalau kita pakai kata-kata kasar nggak pantas, seperti yang saya pernah baca juga di status orang yang pakai kata-kata kasar. Aduh, kok kayak nggak kata-kata lain apa yang lebih enak dibaca? Apalagi kalau punya anak, secara tidak langsung menjaga kata-kata itu perlu untuk memberi contoh yang baik buat anak” (18/01/2010).
4. Mengimplementasikan dan mengelola ambisi personal, personal brand,
dan personal balanced scorecard
Seperti yang diulas sebelumnya bahwa dengan melakukan promosi diri
melalui media dalam hal ini adalah Facebook, maka Punti telah melakukan tahap
pengimplementasian personal branding sebagai seorang ibu rumah tangga yang
bertanggung jawab akan segala kewajiban dan tugasnya terhadap keluarga.
Karena pemasaran adalah salah satu bentuk dari tahap mengimplementasikan
personal branding. Pengimplementasian ini ditunjang dengan ulasan yang
sebelumnya telah dibahas pada bagian penyajian data.
5. Donny Galendra – IT
a. Penyajian Data
128
Seiring perkembangan zaman, manusia semakin cerdas dalam
menciptakan inovasi-inovasi dalam bidang teknologi. Beberapa teknologi
mutakhir selalu datang silih berganti setiap waktu. Salah satu teknologi yang
banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat dunia masa kini adalah teknologi
computer dengan segala kecanggihan yang bisa dilakukannya, hingga muncul era
internet yang membuat dunia terasa dalam genggaman.
Hal ini menciptakan suatu peluang lapangan kerja bagi orang-orang yang
mampu menguasai teknologi informasi, hingga di Indonesia pun orang-orang
dengan profesi tersebut lebih familiar dengan sebutan IT (Information
Technology). Profesi sebagai seorang IT inilah yang digeluti oleh Donny Galendra
Setiawan. Sebagai seorang IT, tidaklah asing bagi Donny dalam menyelami situs
jejaring sosal, termasuk Facebook. Donny telah menggunakan Facebook sejak
lima tahun silam, jauh sebelum situs ini menjadi situs pertemanan yang
fenomenal.
Dulu dia hanya menggunakan Facebook sebagai media untuk bertukar
program-program computer dengan teman-teman sesama IT yang ada di luar
Indonesia. “Saya dulu hanya memakai FB untuk sharing program dengan teman-
teman IT yang ada di luar negeri agar lebih aman. Sampai pada akhirnya saya juga
bisa bertemu dengan para IT yang ikut mengembangkan FB,” terangnya. Tidak
berbeda dengan profesinya, dalam dunia Facebook pun pria berkacamata ini
membangun personal branding sebagai seorang IT. Menurut Donny, Account
Facebook seorang IT seharusnya menyampaikan informasi-informasi yang
berkaitan dengan masalah komputer, dari Profile Information, serta dari
129
komunitas yang diikutinya di Facebook, biasanya komunitas atau grup yang
berhubungan dengan computer. Seperti penuturan Donny berikut ini:
“Sebaiknya dia seharusnya menginfokan tentang yang berbau IT gitu, bisa lewat status tapi bisa juga di link-kan ke web dia, kan bisa itu dari data diri dia dicantumkan link-link web, blog-nya dia. Dari informasi profile-nya, terus dari update status belum tentu juga, tapi kalau ada ciri-ciri berbau IT bisa juga, kalau foto-foto, nggak saya rasa. Terus bisa juga dari komunitas forum IT, seperti Kaskus, Detik, itu yang bagus di Indonesia, biasanya IT gabung di situ banyak” (4/02/2010).
(1) Personal Information
Sekali melihat Profile Information pada Account Facebook Donny,
pengguna Facebook pun akan bisa langsung mengetahui siapakah pria ini.
Gb. 3.29 Profile Information Donny Galendra
130
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/donnygale?v=info&ref=ts update 16 Desember 2009
131
Berdasarkan tampilan Profile Information di atas, bisa menunjukkan
bahwa pria kelahiran Kota Solo ini seorang IT. Dari aktivitas Donny yang tertulis
di atas adalah Developer and Web design related, buku yang menjadi favoritnya
tertulis pula All IT books, tertulis pula pada bagian About Me yang menyatakan
bahwa Donny tertarik akan software dan web design, pada Education Information
menerangkan bahwa Donny pernah mengenyam pendidikan Manajemen
Informatika di STIKOM Surabaya, kemudian tertulis pula pada Work Information
bahwa dia bekerja untuk PT Global Inovation International, sebuah perusahaan
yang bergerak di bidang Web and Software Development plus hosting.
Pada grup yang diikutinya pun banyak grup di bidang IT seperti Indonesia
Web Parliament, Forum It Support Solo, Ubuntu Solo, AMD User Only, dan lain
sebagainya. Pria yang sebagian besar menggunakan Bahasa Indonesia dalam
menuliskan Profile Information ini juga menuliskan “(code skybow)” di belakang
namanya ini agar bisa memperluas networking melalui game “Mavia War”.
Berikut keterangan Donny kepada penulis:
“Skybow adalah nickname online saya…dan saya juga pakai nickname itu di game Mavia War. Dan manfaatnya dari main game online itu…saya bisa dapat banyak networking dari dalam maupun luar. Satu keuntungan untuk saya sebagai salah satu cara memasarkan program saya. Jadi maksud saya menulis itu di box profile biar orang yang buka profile saya dan sama-sama suka main Mavia War, bisa add saya dengan nick name skybow” (18/12/2009).
(2) Status Update
Seperti pengguna Facebook lainnya, Donny pun sering menggunakan fitur
status update untuk menunjukkan eksistensinya di Facebook. Tak hanya itu,
Personal branding sebagai seorang IT dibangunnya melalui fitur ini. Untuk
132
mendukung personal Brand sebagai seorang IT, pria yang mengaku cukup sering
meng-update statusnya ini, lebih sering menuliskan kalimat-kalimat motivasi.
“Yang saya tulis di status saya di pagi hari biasanya kalimat-kalimat motivasi, biar
yang baca juga bisa ikut termotivasi. Kalo selanjutnya saya tuliskan hal-hal yang
positif-positif saja,” jelasnya.
Gb. 3.30 Status-status Update Donny
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/donnygale?ref=ts, update 8 Maret 2010
Seperti pada tampilan di atas, dengan tujuan agar memiliki kualitas dan nilai
diri yang baik di mata orang lain, maka pria yang lahir di Kota Solo ini
menuliskan kalimat-kalimat positif, baik dalam Bahasa Indonesia maupun Inggris.
Seperti penuturannya berikut ini:
“…menurut saya dari status-status yang kita tulis bisa menggambarkan seperti apa diri kita…jadi saya pingin mempunyai nilai diri atau bisa dibilang kualitas yang bagus lah di mata orang…dalam hal ini kan temen-temen di FB” (18/12/2009).
“…orang itu dihargai dan dihormati karena apa yang diomongkan-nya meski bisa juga lewat tulisannya. Statement yang kita lempar bisa memotivasi orang atau bisa mempengaruhi orang menjadi lebih baik, pengaruhnya orang akan lebih menghargai kita. Intinya bagaimana kita bisa mendedikasikan diri terhadap apa yang kita kerjakan atau apa yang kita concern” (4/02/2010).
133
Gb. 3.31 Status update Donny dan komentar Donny
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/donnygale?ref=ts, update 8 Maret 2010
Untuk menjaga image baiknya, pria yang memiliki hobi fotografi ini selalu
berusaha menggunakan bahasa yang baik dan sopan dalam menanggapi komentar
orang terhadap status-status Update-nya. “Bahasa yang saya pakai ya…flexible
aja, tergantung comment-nya…kalau Bahasa Indonesia ya, saya balas Bahasa
Indonesia juga…kalau Inggris ya saya Bahasa Inggris, kalau Jawa juga saya balas
pakai Bahasa Jawa juga. Asal sepanjang itu bahasa yang baik dan sopan,”
terangnya. Donny tidak akan menanggapi komentar-komentar yang dianggapnya
merugikan dirinya, bahkan menghapus komentar-komentar tersebut. Seperti yang
dikatakannya pada penulis berikut ini:
“Ya kalau saya pas sempat ada waktu…saya selalu menanggapi comment temen di status saya asal comment yang mereka tulis itu tidak merugikan saya. Kalau ada yang komentar negatif tentang saya ngga akan saya tanggapi…pernah saya menghapus, beberapa kali. Apalagi kalau yang menurut saya yang mereka tulis itu nggak bermutu” (18/12/2009).
134
Gb. 3.32 Pesan Wall untuk Donny
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/donnygale?ref=ts, update 8 Maret 2010
Seperti yang bisa dilihat pada gambaran di atas yang merupakan tampilan
pesan Wall di Facebook Donny, meski tidak pernah mengomentari pesan-pesan
Wall dari teman-temannya, namun dia mengaku melakukan hal yang sama dalam
menulis pesan Wall balasan atau biasa disebut Wall To Wall. “Bahasa yang saya
tulis ya sama…tergantung saya sedang berkomunikasi dengan siapa…fleksibel
asal satu yang saya pegang…sopan dan positif-positif aja…dan hal itu biar tetap
menjaga image saya aja,” ujarnya.
(3) Friends
Dalam urusan berteman di Facebook, pimpinan dari PT Global Innovation
Intenational ini terbilang cukup selektif. Meski mengaku teman-teman IT yang
menjadi temannya di Facebook tidak lebih dari separuh dari jumlah total teman-
teman Facebook-nya, Donny gemar mengundang orang menjadi temannya dan
tidak sedikit pula yang sering mengundangnya untuk menjadi teman.
135
Gb. 3.33 Daftar teman-teman Donny di Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/donnygale?ref=ts, update 8 Maret 2010
“Alasan saya add orang jadi teman saya ada dua alasan. Alasan pribadi
mungkin karena saya memang kenal dia, kalau secara bisnis atau profesi biasanya
saya add yang IT-IT juga,” terangnya perihal mengundang seseorang menjadi
teman-temannya. Sedangkan untuk menerima seseorang masuk menjadi Friends
List-nya Donny cukup berhati-hati. Dia tidak asal meng-confirm orang yang
mengundangnya. Berikut penuturannya pada penulis:
“Kalau saya menerima orang jadi teman di FB saya pilih-pilih…saya selalu tanya dulu dia kenapa dia add saya, kalo alasannya logis dan jelas…saya terima dia jadi teman saya” (18/12/2009).
“Yang jelas, kalau nggak ada fotonya, NO! kalau mutual friends-nya dia saya nggak kenal, saya ignore juga” (18/12/2009).
Hal ini dilakukan Donny dalam berteman di Facebook karena dia harus
yakin bahwa orang yang mengundangnya bukan orang yang bisa membahayakan
pekerjaannya sebagai IT, orang yang hanya ingin menjelek-jelekkannya saja.
Seperti penjelasannya berkut ini:
136
“…saya harus memastikan bahwa mereka-mereka ini tidak akan membahayakan saya, menjelek-jelekkan saya” (18/12/2009).
“Begini, IT itu bisa bermuka ganda, bisa baik bisa jahat. Kadang ada yang iseng ganggu web yang saya bikin, jadi pemilik web itu telepon saya pagi-pagi karena web-nya nggak bisa dibuka. Kan malah nambah kerjaan saya, kerjaan saya masih banyak yang lain. Mereka biasanya suka ngetes saya gara-gara saya sebagai kepala IT” (18/12/2009).
(4) Link
Dalam ber-Facebook, Donny sering menulis pada blog yang dimilikinya
kemudian dihubungkan ke Facebook, hingga teman-teman Facebook-nya bisa
langsung mengunjungi blog atau website pribadinya. “…saya lebih suka menulis
di blog saya, yang saya link-kan lewat Facebook saya,” ungkapnya.
Gb. 3.34 Blog Donny yang dihubungkan ke Facebook
137
Sumber: http://www.Facebook.com/donnygale?v=app_9953271133&ref=ts, update 8 Maret 2010
“Yang saya tulis nggak jauh-jauh dari yang ada hubungannya sama
program-program atau computer gitu…ya sharing ilmu aja” terangnya ketika
penulis bertanya seputar topik yang sering menjadi materi dalam tulisan-
tulisannya di blog. Memang dari contoh tampilan di atas, bisa dilihat bahwa
sebagian besar yang ditulis dan dibagikan pada teman-temannya di Facebook
adalah seputar program atau software computer. Di atas hanya beberapa saja dari
sekian banyaknya ilmu yang coba dibagikan oleh Donny. Hal ini dapat semakin
memperkuat personal branding yang dibangunnya sebagai seorang IT. Seperti
penuturannya berikut ini:
“Pastilah…yang saya tulis sebagian besar kan tentang program-program computer atau yang berkaitan dengan computer, jadi ini saya rasa bisa menambah penilaian orang terhadap saya, bahwa saya ini orang IT” (18/12/2009).
Dapat dilihat dari uraian-uraian di atas, sangat jelas terlihat bahwa Donny
sedang membangun personal branding-nya sebagai seorang IT secara online
melalui Account Facebook miliknya. Bukan hanya sekadar IT yang memikirkan
kemajuan diri sendiri, namun Donny adalah IT yang suka berbagi ilmu dan
sesuatu yang positif pada khalayak, dalam hal ini orang-orang yang menjadi
138
temannya di Facebook. Hal ini tercermin dari caranya memanfaatkan fitur-fitur
Facebook seperti status Update, Link, Profile Information, serta caranya berteman
atau Friends.
b. Analisis Data
(1) Analisis berdasarkan pada model membangun personal branding milik
Kristie Tamvecius, sebagai berikut:
1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya)
Pada tahap ini, sesuai dengan profesinya, Donny telah menentukan
pilihannya untuk lebih dikenal sebagai seorang IT. “…ya pastinya saya pingin
orang tau saya sebagai seorang IT”, ungkapnya. Sopan, adalah nilai tambah bagi
Donny sebagai seorang IT. Sosok Donny yang sopan bisa tercermin dari caranya
dalam menjaga setiap kata-kata yang ditulis serta caranya berteman. Seperti
beberapa petikan pernyataan Donny berikut ini:
“Bahasa yang saya tulis ya sama…tergantung saya sedang berkomunikasi dengan siapa…fleksibel asal satu yang saya pegang…sopan dan positif-positif aja” (18/12/2009).
“…saya cuma mau punya teman-teman yang qualified. Qualified di sini bisa bermacam-macam…yang jelas sopan, jelas, dan positif. Meski nggak harus melulu dengan dunia IT saya” (18/12/2009).
Selain sopan, pribadi Donny yang merupakan seorang pekerja keras,
optimis, positif, dan bersemangat menjadi kelebihannya. Hal ini yang bisa terlihat
dari pernyataan Donny berikut ini:
“Ya…kita kan hidup ini harus selalu optimis dan semangat. Dan keluarga saya terutama orang tua saya itu yang utama. Karena mereka saya bisa seperti sekarang ini. Saya dulu banyak bikin kecewa orang tua saya, dengan sempat menjadi pecandu narkoba, setelah saya sembuh saya bekerja keras membahagiakan orang tua saya” (18/12/2009).
139
“…saya ingin menunjukkan bahwa apapun yang kita lakukan, apapun pekerjaan kita, termasuk saya, pun harus tetap optimis, dan bersikap positif” (18/12/2009).
2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan)
Jika hanya sebatas mengidentifikasi diri sebagai seorang IT, tentu saja
tidak akan cukup untuk menunjang personal brand yang sedang dibangun oleh
Donny. Donny pun harus menentukan tindakan-tindakan tertentu untuk
memperkuat personal brand yang sedang dibangunnya sebagai seorang IT yang
berkualitas. Berbagai hal-hal positif berusaha untuk dibagikan Donny salah
satunya melalui status-status yang dituliskannya. Seperti pernyataan Donny
berikut ini:
“…saya tulis di status saya di pagi hari biasanya kalimat-kalimat motivasi, biar yang baca juga bisa ikut termotivasi. Kalo selanjutnya saya tuliskan hal-hal yang positif-positif saja” (18/12/2009).
“…menurut saya dari status-status yang kita tulis bisa menggambarkan seperti apa diri kita…jadi saya pingin mempunyai nilai diri atau bisa dibilang kualitas yang bagus lah di mata orang…” (18/12/2009).
“…orang itu dihargai dan dihormati karena apa yang diomongkan-nya meski bisa juga lewat tulisannya. Statement yang kita lempar bisa memotivasi orang atau bisa mempengaruhi orang menjadi lebih baik, pengaruhnya orang akan lebih menghargai kita. Intinya bagaimana kita bisa mendedikasikan diri terhadap apa yang kita kerjakan atau apa yang kita concern” (4/02/2010).
Sebagai seorang IT, Donny bukan orang yang pelit membagi ilmu-
ilmunya. Dengan kemampuannya di bidang teknologi informasi ini, Donny sering
membuat tulisan di blog pribadi, seputar berbagai topik dunia IT. Tulisan-tulisan
di blog-nya itu pun kemudian dihubungkannya dengan Facebook, hingga orang-
140
orang yang menjadi temannya di Facebook, bisa langsung mengakses informasi-
informasi tersebut. Berikut penuturan Donny:
“…yang saya tulis sebagian besar kan tentang program-program computer atau yang berkaitan dengan computer, jadi ini saya rasa bisa menambah penilaian orang terhadap saya, bahwa saya ini orang IT” (18/12/2009).
3. Position Yourself (Memposisikan Diri).
Secara tidak langsung pada tahap ini, Donny telah menciptakan
positioning bagi dirinya di mata orang lain, setelah melalui tahap
pengidentifikasian diri dan tahap penentuan tindakan. Hal ini bisa dilihat dari
tampilan berikut ini yang memperlihatkan pengakuan teman Donny terhadap
manfaat atas ilmu yang dibagikan Donny serta tanggapan teman Donny yang
meminta izin Donny sebagai penulis informasi-informasi tersebut untuk
diperbolehkan menyebarluaskannya.
Gb. 3.35 komentar terhadap Blog Donny yang dihubungkan ke Facebook
141
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/donnygale?ref=ts, update 8 Maret 2010
4. Manage Your Brand (Mengelola Brand)
Sama seperti halnya dengan responden yang lain, Donny pun telah sampai
pada tahap mengelola personal brand yang dibangunnya sebagai seorang IT.
Seperti yang bisa terlihat pada penyajian data sebelumnya yang menunjukkan cara
Donny dalam memasarkan dirinya melalui Facebook dengan mengelola fitur-fitur
Facebook sedemikian rupa, hingga mampu menunjang personal brand yang
dibangunnya sebagai seorang IT. Bahkan Donny tidak hanya mempromosikan
dirinya melalui Facebook, namun juga menggunakan blog pribadi. Berikut
tampilan tulisan Donny di blog pribadinya yang dihubungkan melalui Facebook:
Gb. 3.36 Website Donny yang dihubungkan ke Facebook
142
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/donnygale?ref=ts, update 8 Maret 2010
(2) Analisis berdasarkan pada model membangun personal branding milik
Hubert K. Rampersad
1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal
Donny telah merumuskan pilihan ambisi pribadinya sebagai seorang IT.
“…ya pastinya saya pingin orang tau saya sebagai seorang IT”, ungkapnya.
Secara pribadi, Donny memiliki nilai yang menjadi pedomannya, yaitu
kesopanan. Donny menjunjung nilai-nilai kesopanan, yang tersirat dari
pernyataannya yang mengesankan Donny mengutamakan kesopanan baik dalam
berkata maupun dalam menjalin pertemanan atau dalam dunia sosial berikut ini:
“Bahasa yang saya tulis ya sama…tergantung saya sedang berkomunikasi dengan siapa…fleksibel asal satu yang saya pegang…sopan dan positif-positif aja” (18/12/2009).
“…saya cuma mau punya teman-teman yang qualified. Qualified di sini bisa bermacam-macam…yang jelas sopan, jelas, dan positif. Meski nggak harus melulu dengan dunia IT saya” (18/12/2009).
Pekerjaan seorang IT yang tidak bisa dibilang mudah, harus banyak belajar
dari kesalahan (trial and eror), membutuhkan kesabaran dan ketekunan
membentuk karakter Donny sebagai sosok pekerja keras yang selalu bersemangat
143
dan bersikap positif. Karakter ini menjadi kelebihan dari pribadi Donny, yang bisa
tersirat dari penuturannya berikut ini:
“Ya…kita kan hidup ini harus selalu optimis dan semangat. Dan keluarga saya terutama orang tua saya itu yang utama. Karena mereka saya bisa seperti sekarang ini. Saya dulu banyak bikin kecewa orang tua saya, dengan sempat menjadi pecandu narkoba, setelah saya sembuh saya bekerja keras membahagiakan orang tua saya” (18/12/2009).
“…saya ingin menunjukkan bahwa apapun yang kita lakukan, apapun pekerjaan kita, termasuk saya, pun harus tetap optimis, dan bersikap positif” (18/12/2009).
2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand
Tahap perumusan personal ambition tersebut menjadi dasar dari tahap
perumusan personal brand ini. Nilai yang menjadi pegangan Donny serta
kelebihan-kelebihan yang melekat pada dirinya merupakan modal penting untuk
menunjang personal branding yang sedang dibangunnya. Sebagai seorang IT,
Donny tahu betul arti penting dari sebuah networking atau jaringan yang bisa
mendukung pekerjaannya di dunia teknologi informasi. Bahkan dia bisa
memasarkan program-programnya serta bisa bertukar program dengan para IT
lainnya yang menjadi sasaran bagi brand yang sedang dibangunnya. Hal ini
tersirat dari penjelasan Donny yang sengaja mencantumkan nickname online-nya
‘Skybow’ berikut ini:
“Skybow adalah nickname online saya…dan saya juga pakai nickname itu di game Mavia War. Dan manfaatnya dari main game online itu…saya bisa dapat banyak networking dari dalam maupun luar. Satu keuntungan untuk saya sebagai salah satu cara memasarkan program saya. Jadi maksud saya menulis itu di box profile biar orang yang buka profile saya dan sama-sama suka main Mavia War, bisa add saya dengan nick name skybow” (18/12/2009).
144
“Karena kalau kita yang IT-IT yang expert kalau sharing program yang di-crack seperti itu nggak lewat Facebook, rentan. Lebih enak lewat YM, Gtalk karena kan lebih private” (4/02/2010).
Donny yang suka berbagi ilmu pada orang lain, tidak terbatas pada
kalangan IT saja menjadi ciri dan nilai tambah bagi Donny yang merupakan
golongan IT kelas expert atau ahli. Hal ini tersirat dari pernyataannya berikut ini:
“…saya lebih suka menulis di blog saya, yang saya link-kan lewat Facebook saya” (18/12/2009).
“…saya tulis nggak jauh-jauh dari yang ada hubungannya sama program-program atau computer gitu…ya sharing ilmu aja” (18/12/2009).
3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC)
Tidak berhenti pada tahap perumusan personal ambition dan personal
brand saja. Selanjutnya Donny pun merumuskan personal balanced scorecard
(PBSC) atau tindakan yang perlu dilakukannya untuk memperkuat personal
branding yang dibangunnya. Seperti yang terlihat pada pernyataannya, yang ingin
mempunyai kualitas yang baik di mata orang lain, Donny selalu berusaha berbagi
sesuatu yang baik dan bermanfaat tidak hanya bagi dirinya namun juga bagi orang
lain. Bisa tercermin dari kata-kata yang ditulisnya pada status update, dan juga
tulisan-tulisannya seputar dunia IT pada blog pribadinya yang dihubungkan ke
Facebook, agar semua temannya dapat dengan mudah mengakses informasi-
informasi tersebut. Berikut penuturan Donny:
“…orang itu dihargai dan dihormati karena apa yang diomongkan-nya meski bisa juga lewat tulisannya. Statement yang kita lempar bisa memotivasi orang atau bisa mempengaruhi orang menjadi lebih baik, pengaruhnya orang akan lebih menghargai kita. Intinya bagaimana kita bisa mendedikasikan diri terhadap apa yang kita kerjakan atau apa yang kita concern” (4/02/2010).
145
“…saya tulis di status saya di pagi hari biasanya kalimat-kalimat motivasi, biar yang baca juga bisa ikut termotivasi. Kalo selanjutnya saya tuliskan hal-hal yang positif-positif saja” (18/12/2009).
“…karena kan…menurut saya dari status-status yang kita tulis bisa menggambarkan seperti apa diri kita…jadi saya pingin mempunyai nilai diri atau bisa dibilang kualitas yang bagus lah di mata orang” (18/12/2009).
“…saya tulis sebagian besar kan tentang program-program computer atau yang berkaitan dengan computer, jadi ini saya rasa bisa menambah penilaian orang terhadap saya, bahwa saya ini orang IT” (18/12/2009).
4. Mengimplementasikan dan mengolah ambisi personal, personal brand,
dan personal balanced scorecard
Memasarkan personal brand yang dibangun melalui Facebook, serta
memanfaatkan Facebook seperti yang telah dibahas pada penyajian data
sebelumnya, menunjukkan bahwa Donny telah melakukan tahap
pengimplementasian personal branding sebagai seorang IT. Tidak hanya melalui
Facebook, Donny pun mempromosikan diri dengan blog dan website pribadinya
yang dihubungkan ke account Facebook-nya, seperti berikut ini:
Gb. 3.37 Blog dan website pribadi Donny yang dihubungkan ke Facebook
146
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/donnygale?ref=ts, update 8 Maret 2010
6. Sigit Nugroho – Pegawai Swasta
a. Penyajian Data
Tanggal 22 Desember di Indonesia biasa diperingati sebagai Hari Ibu, hari
di mana orang-orang membuat sesuatu yang spesial bagi sang ibu. Tapi
bagaimana dengan ayah? Ayah pun telah membesarkan dan mendidik anak-
anaknya dengan penuh kasih sayang yang sama dengan yang diberikan ibu. Ayah
pun sosok mulia dalam sejarah hidup setiap orang. Sayang, di Indonesia
peringatan Hari Ayah yang jatuh pada tanggal 12 November belum banyak
diketahui orang. Namun masihkah teringat jasa-jasa seorang ayah meski tak ada
peringatan khusus bagi para ayah?
Sedikit renungan di atas mengingatkan penulis akan sosok Sigit Nugroho.
Sigit yang merupakan pegawai swasta di salah satu perusahaan keuangan yang
cukup ternama ini adalah pria yang kebapakan saat penulis pertama kali bertemu
dengannya. Dalam ber-Facebook pun, ayah dua putra ini mengaku lebih ingin
tampil dan secara tidak langsung membangun personal branding sebagai figur
147
seorang ayah. “Saya malah lebih ingin dikenal sebagai pribadi saya saja. Gimana
ya? Mungkin bisa dibilang lebih sebagai bapak. Ayah dari anak-anak saya saja.
Karena yang saya punya ya cuma mereka,” ungkapnya.
Kecintaan dan kebanggaan akan kedua putranyalah yang menjadi
alasannya untuk lebih ingin dikenal sebagai sosok ayah daripada sebagai pegawai
swasta di perusahaan yang cukup bergengsi. “Ya…yang pasti seperti ayah-ayah
lainnya yang pasti sayang sama anak-anaknya,” ungkapnya ketika penulis
bertanya padanya mengenai figur ayah yang ingin ditunjukkannya pada orang
lain.
Sigit adalah ayah yang sangat dekat dengan kedua anaknya. Menurutnya
ayah yang mempunyai hubungan yang dekat dengan anak-anaknya adalah ayah
yang tidak hanya bekerja mencari uang, namun juga selalu meluangkan waktu
khusus bagi darah dagingnya. Begitu pentingnya arti anak dalam hidupnya.
Merekalah yang menjadi sumber semangat Sigit dalam menjalani hidup. Seperti
tutur Sigit saat wawancara dengan penulis berikut ini:
“…menurut saya, mereka tidak hanya bekerja cari uang saja. Tapi juga dia bisa dekat dengan anak, sesibuk-sibuknya dia tetap berusaha menyediakan waktu bagi anak-anak. Kalau saya kerja pagi sampai sore. Nah, saya sediakan waktu untuk bercanda bersama mereka, menidurkan mereka. Jangan sampai anak-anak di rumah itu malah dekat sama pembantu. Karena anak kecil itu memory yang kuat dan saya ingin membuat kenangan indah bersama anak saya. Saya ingin anak-anak saya merasa diperhatikan oleh ayahnya. Kalau di rumah ya waktu saya hanya untuk anak-anak saya. Kadang kalau teman-teman saya ngajak saya nongkrong dulu pulang kantor. Tapi saya selalu nolak. Kalau mau ya nanti malam-malam setelah anak-anak saya tidur. Teman-teman saya sampai hafal saya itu apa-apa anak saya dulu. Intinya, apapun yang saya lakukan untuk anak lah Mbak” (6/01/2009).
148
“Bisa dibilang bagi saya anak itu segala-galanya bagi saya. Karena saya merawat anak-anak saya sendiri, tanpa istri. Bisa disebut saya ini single parent. Istri saya jauh, di Sumatra. Sedangkan saya di sini. Anak-anak saja kalau bangun tidur nangis yang dicari bukan ibunya, tapi saya, bapaknya. Mereka itu semangat hidup saya. Mereka bikin saya semangat kerja keras. Apapun yang saya lakukan juga semua untuk mereka, demi mereka” (6/01/2009).
Sigit yang baru memiliki Account Facebook sejak awal tahun 2009 ini
mengaku dapat bertemu dan menjalin komunikasi kembali dengan teman-teman
lamanya di lintas pulau sejak memanfaatkan Facebook. Sigit pun memiliki teman-
teman yang sama seperti dirinya, yang menunjukkan figur seorang ayah yang
menyayangi keluarganya melalui Facebook. Bagi pria yang lahir dan besar di
Provinsi Nusa Tenggara Timur ini, Facebook ideal bagi figur seorang ayah, dan
hal ini bisa terlihat dari foto-foto yang di-upload adalah foto-foto keluarganya,
bahkan foto profilnya pun foto ketika bersama keluarganya, serta dari status
update yang mengungkapkan rasa perhatiannya akan keluarga. Berikut lebih
lanjut Sigit menjelaskan pada penulis:
“Kalau menurut saya, bisa dilihat dari foto-fotonya banyak yang menampilkan bersama keluarganya. Kan kliatan itu Mbak, dia menomorsatukan keluarganya. Ada juga teman saya yang dia kliatan banget pamer keluarganya, selalu dia menampilkan apa-apa tentang keluarganya. Bahkan dia punya blog sendiri untuk menulis tentang anak-anaknya. Foto profile-nya juga dia sama keluarganya juga. Kadang dari status juga tentang keluarganya, kayak misal ada yang pernah tulis teman saya itu nulis ‘Kantor bikin sumpek, pingin cepet pulang main sama anak-anak,’ atau semacam itu lah. Kan dari situ bisa dilihat kalau orang ini terkesan sayang sama keluarganya, anak-anaknya” (6/01/2009).
Sedangkan Sigit sendiri mengaku menampilkan dirinya sebagai seorang
ayah di Facebook melalui foto-foto, status update, Note, bahkan video. “…lewat
foto-foto dan video anak-anak saya, kemudian juga kadang juga saya tulis status
149
tentang anak saya. Anak saya lagi sakit saya tulis di status juga. Di Note juga saya
pernah menuliskan tentang anak saya juga,” ungkapnya.
(1) Status Update
Fitur status update yang disediakan Facebook agar setiap saat bisa
diperbarui oleh para penggunanya dengan menuliskan kegiatan yang dilakukan,
atau menuliskan apapun yang diinginkan para penggunanya ini dimanfaatkan oleh
Sigit untuk mengungkapkan suasana hatinya, termasuk menuliskan tentang anak-
anaknya. “…beberapa kali saya pernah nulis tentang anak saya waktu mereka
sakit, saya curhat lewat status juga,” tandasnya.
Gb. 3.38 Status-status Update Sigit Nugroho
150
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&ref=ts, update 21 Maret 2010
“…beberapa kali saya pernah nulis tentang anak saya waktu mereka sakit,
saya curhat lewat status juga,” ujar Sigit saat ditanya seputar status update yang
pernah ditulisnya. Memang dari tampilan di atas, beberapa status update yang
ditulis oleh pria asal Kota Ende ini mengenai kedua putranya. Baik ketika ulang
tahun anaknya hingga ketika salah satu putranya jatuh sakit. Sangat terkesan
bagaimana Sigit mengungkapkan rasa perhatian seorang ayah terhadap kedua
darah dagingnya.
Dalam ber-Facebook, Sigit memiliki prinsip tersendiri. Dia selalu
berusaha menjaga kata-kata yang ditulisnya dengan kata-kata yang baik, dan
menghindari pemakaian kata-kata yang tidak pantas untuk dibaca bahkan
tergolong kata-kata yang kasar. Termasuk dalam setiap kalimat yang dibuatnya
pada status update. Hal ini dilakukannya untuk memberi contoh pada Adi dan
Abiyyu agar selalu berkata-kata yang baik. Seperti yang diungkapkannya berikut
ini:
“Saya menjaga setiap kata-kata yang saya tulis. Jangan sampai lah saya menulis kata-kata yang kasar, dan tidak sopan. Karena saya nggak mau anak-anak saya bisa berkata kasar dan tidak pantas. Memang tidak akan dibaca anak saya Facebook saya, tapi kan naluri ayah, paling nggak, menjadi contoh bagi anak-anaknya. Salah satunya saya menjaga kata-kata saya, salah satunya dalam ber-Facebook. Pernah waktu itu saya kelepasan saya menulis kata-kata yang tidak enak…meski tidak kasar…tapi langsung saya hapus
151
sendiri, karena kok rasanya nggak enak saja kalau dibaca” (6/01/2009).
(2) Note
Fitur Note adalah sebuah fitur semacam mini blog yang disediakan
Facebook bagi para penggunanya untuk menuliskan tentang suatu topik tertentu.
Meski tidak banyak Note yang pernah ditulisnya, Note ini dimanfaatkan Sigit
untuk menyalurkan keinginannya menulis mengenai putra-putranya.
Gb. 3.39 Note yang ditulis Sigit di Facebook
Sumber:http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&ref=ts#!/notes.php?id=1421855032, update 21 Maret 2010
152
“…sebagai ungkapan rasa sayang saya buat dia. Kalau nggak salah inget
waktu dia ulang tahun,” ungkap Sigit tentang isi Note yang pernah ditulisnya. Bisa
dilihat pada tampilan di atas, tertulis rangkaian kata-kata yang indah terangkai
apik, sebagai perwujudan dan ungkapan kasih sayang seorang ayah yang begitu
dalam kepada kedua putranya. “…saya memang sangat sayang sama anak-anak
saya, dan kadang sampai saya ungkapkan seperti itu,” tandasnya.
(3) Foto
Dari foto-foto yang ditampilkan oleh ayah dari M. Abiyyu Faras dan M.
Adi Firdaus ini semakin menunjukkan perwujudan kasih sayang seorang ayah
pada anak-anaknya.
Gb. 3.40 Foto-foto di Facebook Sigit
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&ref=ts#!/profile.php?id=1421855032&v=photos, update 21 Maret 2010
Tampilan di atas hanya beberapa contoh foto dari sekian banyak foto Adi
dan Abiyyu yang termuat di Facebook. “…saya memang sangat sayang sekali
sama anak-anak saya. Biar mereka bandelnya seperti apa, nggak bisa diam, tapi
saya sangat sayang mereka,” ungkap Sigit. Sigit mengaku dari sekian banyak foto
153
yang diunggahnya, sebagian besar bukan foto dirinya melainkan foto-foto dua
jagoan ciliknya, yang sekaligus menjadi foto-foto favoritnya. Bukan tanpa tujuan
ayah yang satu ini meng-upload foto-foto tersebut di Facebook. Selain untuk
menunjukkan rasa kebanggaannya akan anak-anaknya pada orang lain, Sigit pun
berharap suatu saat nanti Adi dan Abiyyu mengerti bahwa Sigit sangat
menyayangi mereka berdua. Berikut penuturan Sigit pada penulis saat wawancara:
“…saya ingin suatu saat nanti anak ke depannya saya ingin anak-anak saya tahu saya sangat menyayangi mereka. Salah satunya dengan saya tunjukkan mereka menyimpan kenangan-kenangan bersama anak-anak saya di FB. Yang kedua ya saya pingin orang tahu kalau saya sayang anak-anak saya. Saya bangga punya anak-anak saya ini” (6/01/2009).
(4) Video
Tak hanya status update, Note, dan foto saja fitur yang dipakai Sigit untuk
menunjukkan diri sebagai seorang ayah yang sangat menyayangi anak-anaknya.
Namun video pun dimanfaatkannya untuk tampil sebagai sosok seorang ayah.
Seperti pada tampilan berikut ini.
Gb. 3.41 Video-video di Facebook Sigit
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137, update 21 Maret 2010
Dari semua video yang terpampang pada Facebook Sigit, keempat-
empatnya merupakan video-video yang mengabadikan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dua putra kesayangannya. Pemanfaatan fitur video ini dan uraian di atas
154
semakin memperkuat personal branding yang secara tidak sengaja dibangun Sigit
sebagai seorang ayah yang begitu menyayangi anak-anaknya.
b. Analisis Data
(1) Analisis membangun personal branding menurut Kristie Tamvecius:
1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya)
Pada tahap ini, Sigit menyatakan pilihannya untuk dikenal sebagai seorang
ayah dari kedua putranya, daripada statusnya sebagai karyawan sebuah
perusahaan swasta di Solo. Seperti penuturannya berikut ini:
“Kalau saya nggak pingin dikenal sebagai pegawai swasta atau saya bekerja di mana. Saya nggak pakai Facebook untuk urusan yang berhubungan sama kerjaan. Saya malah lebih ingin dikenal sebagai pribadi saya saja. Gimana ya? Mungkin bisa dibilang lebih sebagai bapak. Ayah dari anak-anak saya saja. Karena yang saya punya ya cuma mereka” (6/01/2009).
Sosoknya yang penyayang dan penuh perhatian akan kedua buah hatinya
menjadi kelebihan Sigit untuk mendukung personal branding yang sedang
dibangunnya sebagai seorang ayah yang begitu menyayangi anak-anaknya. Hal ini
sangat jelas tercermin dari bagaimana Sigit mengungkapkan rasa sayangnya pada
pernyataan-pernyataannya berikut ini:
“…bukan memang sengaja menunjukkan pada orang, tapi saya memang sangat sayang sama anak-anak saya, dan kadang sampai saya ungkapkan seperti itu” (6/01/2009).
“…bagi saya anak itu segala-galanya bagi saya. Karena saya merawat anak-anak saya sendiri, tanpa istri. Bisa disebut saya ini single parent. Istri saya jauh, di Sumatra. Sedangkan saya di sini. Anak-anak saja kalau bangun tidur nangis yang dicari bukan ibunya, tapi saya, bapaknya. Mereka itu semangat hidup saya. Mereka bikin saya semangat kerja keras. Apapun yang saya lakukan juga semua untuk mereka, demi mereka” (6/01/2009).
155
“…saya memang sangat sayang sekali sama anak-anak saya. Biar mereka bandelnya seperti apa, nggak bisa diam, tapi saya sangat sayang mereka” (6/01/2009).
2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan)
Sigit juga telah menentukan hal-hal yang bisa dilakukannya demi
memperkuat personal branding yang dibangunnya sebagai seorang ayah. Salah
satu wujud rasa sayang seorang ayah, bisa tercermin dari cara Sigit memanfaatkan
beberapa fitur Facebook. Seperti penuturan Sigit, berikut ini:
“Ya…waktu itu saya nulis di Note sebagai ungkapan rasa sayang saya buat dia. Kalau nggak salah inget waktu dia ulang tahun” (6/01/2009).
“Foto-foto anak saya. Bisa dilihat lebih banya foto-foto anak-anak saya daripada foto saya. Bahkan foto istri saya malah nggak ada. Sering ditanya teman-teman mana foto istri saya, saya cuma jawab ‘istri saya sudah punya FB sendiri' jadi nggak usah di-upload. Bahkan saya juga upload video tentang anak-anak saya” (6/01/2009).
“Pernah pastinya, beberapa kali saya pernah nulis tentang anak saya waktu mereka sakit, saya curhat lewat status juga” (6/01/2009).
Tentu saja rasa sayangnya terhadap kedua putranya tidak hanya
diungkapkan melalui Facebook, namun salah satu bentuk perhatian Sigit adalah
dengan meluangkan waktu khusus bagi Adi dan Abbiyu, meski di samping itu
Sigit pun harus tetap bekerja keras. Seperti yang bisa terlihat dari pernyataan Sigit
berikut ini:
“Kalau saya kerja pagi sampai sore. Nah, saya sediakan waktu untuk bercanda bersama mereka, menidurkan mereka. Jangan sampai anak-anak di rumah itu malah dekat sama pembantu. Karena anak kecil itu memory yang kuat dan saya ingin membuat kenangan indah bersama anak saya. Saya ingin anak-anak saya merasa diperhatikan oleh ayahnya. Kalau di rumah ya waktu saya hanya untuk anak-anak saya. Kadang kalau teman-teman saya ngajak saya nongkrong dulu pulang kantor. Tapi saya selalu nolak. Kalau mau ya nanti malam-malam setelah anak-anak saya tidur. Teman-teman saya sampai hafal saya
156
itu apa-apa anak saya dulu. Intinya, apapun yang saya lakukan untuk anak lah Mbak” (6/01/2009).
“Mereka itu semangat hidup saya. Mereka bikin saya semangat kerja keras. Apapun yang saya lakukan juga semua untuk mereka, demi mereka” (6/01/2009).
3. Position Yourself (Memposisikan Diri).
Setelah melakukan identifikasi diri dan menentukan tindakan yang bisa
dilakukannya untuk mendukung personal branding yang dibangunnya, tanpa
disadari Sigit telah membuat positioning bagi dirinya sebagai seorang ayah, di
mata orang lain. Berikut pernyataan Sigit dan tampilan respon teman-teman Sigit
yang mencerminkan bahwa mereka telah mengerti Sigit adalah seorang ayah yang
sangat menyayangi kedua putranya:
“Kadang kalau teman-teman saya ngajak saya nongkrong dulu pulang kantor. Tapi saya selalu nolak. Kalau mau ya nanti malam-malam setelah anak-anak saya tidur. Teman-teman saya sampai hafal saya itu apa-apa anak saya dulu. Intinya, apapun yang saya lakukan untuk anak lah Mbak” (6/01/2009).
Gb. 3.42 published photos di Facebook Sigit dan komentar-komentar dari teman-teman
157
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&ref=ts, update 21 Maret 2010
4. Manage Your Brand (Mengelola Brand)
Bila melihat penjabaran data sebelumnya yang menunjukkan cara Sigit
menggunakan fitur-fitur di Facebook, membuktikan bahwa Sigit telah melakukan
promosi personal branding sebagai seorang ayah yang sangat menyayangi anak-
anaknya. Sedangkan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa
memasarkan diri adalah bagian dari metode mengelola personal branding. Hal ini
menjelaskan bahwa Sigit telah melakukan tahap pengelolaan brand.
158
(2) Analisis menggunakan metode membangun personal branding menurut
Hubert K. Rampersad:
1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal
Sigit Nugroho telah merumuskan ambisinya sebagai seorang ayah. Ambisi ini
tersirat dari penuturannya yang lebih ingin dikenal sebagai sosok seorang ayah
daripada dikenal sebagai pegawai di salah satu perusahaan swasta:
“Kalau saya nggak pingin dikenal sebagai pegawai swasta atau saya bekerja di mana. Saya nggak pakai Facebook untuk urusan yang berhubungan sama kerjaan. Saya malah lebih ingin dikenal sebagai pribadi saya saja. Gimana ya? Mungkin bisa dibilang lebih sebagai bapak. Ayah dari anak-anak saya saja. Karena yang saya punya ya cuma mereka” (6/01/2009).
Selalu menjaga kata-kata yang diungkapkan serta menjaga kedekatan
dengan buah hatinya, adalah nilai yang dipegang oleh Sigit sebagai seorang ayah.
Seperti yang tercermin dari petikan pernyataan-pernyataannya berikut ini:
“Saya menjaga setiap kata-kata yang saya tulis. Jangan sampai lah saya menulis kata-kata yang kasar, dan tidak sopan. Karena saya nggak mau anak-anak saya bisa berkata kasar dan tidak pantas” (6/01/2009).
“Kalau saya kerja pagi sampai sore. Nah, saya sediakan waktu untuk bercanda bersama mereka, menidurkan mereka. Jangan sampai anak-anak di rumah itu malah dekat sama pembantu. Karena anak kecil itu memory yang kuat dan saya ingin membuat kenangan indah bersama anak saya. Saya ingin anak-anak saya merasa diperhatikan oleh ayahnya. Kalau di rumah ya waktu saya hanya untuk anak-anak saya” (6/01/2009).
Kelebihan Sigit untuk mendukung personal branding yang sedang
dibangunnya sebagai seorang ayah yang begitu menyayangi anak-anaknya, adalah
sosoknya yang penyayang dan penuh perhatian. Hal ini sangat jelas tercermin dari
bagaimana Sigit mengungkapkan kasih sayangnya, terhadap Adi dan Abbiyu,
dalam pernyataan-pernyataannya berikut ini:
159
“…bukan memang sengaja menunjukkan pada orang, tapi saya memang sangat sayang sama anak-anak saya, dan kadang sampai saya ungkapkan seperti itu” (6/01/2009).
“…bagi saya anak itu segala-galanya bagi saya. Karena saya merawat anak-anak saya sendiri, tanpa istri. Bisa disebut saya ini single parent. Istri saya jauh, di Sumatra. Sedangkan saya di sini. Anak-anak saja kalau bangun tidur nangis yang dicari bukan ibunya, tapi saya, bapaknya. Mereka itu semangat hidup saya. Mereka bikin saya semangat kerja keras. Apapun yang saya lakukan juga semua untuk mereka, demi mereka” (6/01/2009).
“…saya memang sangat sayang sekali sama anak-anak saya. Biar mereka bandelnya seperti apa, nggak bisa diam, tapi saya sangat sayang mereka” (6/01/2009).
2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand
Jika melihat tahap sebelumnya di atas, tahap perumusan personal
ambition, di mana tahap tersebut merupakan dasar dari tahap perumusan personal
brand ini. Untuk semakin memperkuat personal branding yang sedang
dibangunnya, Sigit menjadikan kelebihan pada dirinya serta nilai-nilai yang
dipegangnya sebagai modal utama demi mendukung personal branding yang
dirumuskannya.
Personal branding yang dibangunnya adalah sebagai seorang ayah yang
sangat menyayangi kedua buah hatinya. Tidak mudah tentunya, sendiri dalam
mengasuh, membesarkan dan mendidik anak-anak, namun Sigit senantiasa
bekerja keras untuk memberikan kebahagiaan dalam hal materi sekaligus
meluangkan waktu bagi putra-putranya, menjadi ciri tesendiri bagi Sigit Nugroho.
Hal ini tersirat dari petikan pernyataan Sigit, berikut ini:
“Karena saya merawat anak-anak saya sendiri, tanpa istri. Bisa disebut saya ini single parent. Istri saya jauh, di Sumatra. Sedangkan saya di sini. Anak-anak saja kalau bangun tidur nangis yang dicari bukan ibunya, tapi saya, bapaknya” (6/01/2009).
160
“Kalau saya kerja pagi sampai sore. Nah, saya sediakan waktu untuk bercanda bersama mereka, menidurkan mereka. Jangan sampai anak-anak di rumah itu malah dekat sama pembantu. Karena anak kecil itu memory yang kuat dan saya ingin membuat kenangan indah bersama anak saya. Saya ingin anak-anak saya merasa diperhatikan oleh ayahnya. Kalau di rumah ya waktu saya hanya untuk anak-anak saya” (6/01/2009).
“Mereka itu semangat hidup saya. Mereka bikin saya semangat kerja keras. Apapun yang saya lakukan juga semua untuk mereka, demi mereka” (6/01/2009).
3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap Sigit,
penulis bisa menilai bahwa Sigit telah merumuskan personal balanced scorecard
(PBSC). Tindakan yang dilakukannya untuk menunjang personal branding-nya,
dilatarbelakangi oleh ikatan emosional yang kuat antara Sigit dengan kedua
putranya. Berikut pernyataan-pernyataan Sigit yang mencerminkan tindakan Sigit
untuk menujukkan kasih sayangnya sebagai seorang ayah:
“Saya upload foto-foto anak-anak saya. Yang pertama saya ingin suatu saat nanti anak ke depannya saya ingin anak-anak saya tahu saya sangat menyayangi mereka. Salah satunya dengan saya tunjukkan mereka menyimpan kenangan-kenangan bersama anak-anak saya di FB. Yang kedua ya saya pingin orang tahu kalau saya sayang anak-anak saya. Saya bangga punya anak-anak saya ini” (6/01/2009).
“…lewat foto-foto dan video anak-anak saya, kemudian juga kadang juga saya tulis status tentang anak saya. Anak saya lagi sakit saya tulis di status juga. Di Note juga saya pernah menuliskan tentang anak saya juga” (6/01/2009).
“…beberapa kali saya pernah nulis tentang anak saya waktu mereka sakit, saya curhat lewat status juga” (6/01/2009).
“…waktu itu saya nulis di Note sebagai ungkapan rasa sayang saya buat dia. Kalau nggak salah inget waktu dia ulang tahun” (6/01/2009).
161
Sebagai seorang ayah yang merasa perlu untuk mendidik putra-putranya,
Sigit selalu memberikan contoh teladan, termasuk dalam menuliskan kata demi
kata di Facebook, seperti penuturan Sigit berikut ini:
“Saya menjaga setiap kata-kata yang saya tulis. Jangan sampai lah saya menulis kata-kata yang kasar, dan tidak sopan. Karena saya nggak mau anak-anak saya bisa berkata kasar dan tidak pantas. Memang tidak akan dibaca anak saya Facebook saya, tapi kan naluri ayah, paling nggak, menjadi contoh bagi anak-anaknya. Salah satunya saya menjaga kata-kata saya, salah satunya dalam ber-Facebook. Pernah waktu itu saya kelepasan saya menulis kata-kata yang tidak enak…meski tidak kasar…tapi langsung saya hapus sendiri, karena kok rasanya nggak enak saja kalau dibaca” (6/01/2009).
4. Mengimplementasikan dan mengelola ambisi personal, personal brand,
dan personal balanced scorecard
Seperti yang telah diulas sebelumnya bahwa dengan melakukan promosi
diri melalui media dalam hal ini adalah Facebook, maka Sigit telah melakukan
tahap pengimplementasian personal branding sebagai seorang ayah yang sangat
menyayangi kedua putranya. Karena pemasaran adalah salah satu bentuk dari
tahap mengimplementasikan personal branding. Pengimplementasian ini
ditunjang dengan penyajian data yang sebelumnya telah diulas pada bagian
penyajian data.
7. Mas Liezt – Pegawai Negeri Sipil
a. Penyajian Data
Ramah dan halus adalah kesan pertama saat penulis berbicara dengan
sosok pria yang akrab dipanggil Mas Liezt ini. Bapak yang bekerja untuk
Departemen Pariwisata Kota Solo ini juga terimbas oleh maraknya situs jejaring
162
sosial Facebook sejak April 2009. “Mengikuti zaman aja…biar nggak
ketinggalan,” terangnya ketika ditanya alasan membuat Account di Facebook.
Mas Liezt, mengaku bahwa ternyata Facebook memiliki banyak fungsi, seperti
membuatnya bisa bernostalgia kembali bersama teman-teman lama dan
menambah informasi. “…ternyata setelah saya punya, manfaatnya banyak
sekali…bisa bertemu teman-teman lama, nambah informasi,” ungkapnya.
Menjadi bagian dari Departemen Pariwisata Kota Solo, membuat Mas
Liezt pun ingin tampil sebagai sosok yang mencintai seni dan budaya, terutama
budaya Kota Solo sendiri di Facebook. Begitu juga harapannya pada rekan-rekan
kerjanya yang juga mengabdi pada departemen pariwisata untuk ikut mencintai
seni dan budaya Kota Solo dengan menggunakan cara yang mudah dan murah,
mempromosikan Kota Solo lewat Facebook. “…menurut saya sebaiknya otomatis
begitu. Meskipun tidak secara langsung, sebaiknya ada upaya untuk turut ya,
katakanlah mempromosikan Kota Solo, karena kan Facebook kan cara yang
paling murah dan mudah untuk promosi. Dalam hal ini promo Kota Solo,”
ungkapnya.
Membangun personal branding sebagai seorang pecinta sekaligus
penikmat hasil seni dan budaya yang ditunjukkannya secara online dengan
memanfaatkan beberapa fitur yang disediakan Facebook menyimpan harapan agar
teman-teman di Facebook juga turut mencintai seni dan budaya bangsa. “Ada
harapan apa yang ada pada diri saya sukur bisa jadi panutan atau contoh. Seperti
saya ini yang cinta seni dan budaya ini khususnya budaya Jawa, Solo pingin juga
163
secara tidak langsung teman-teman ikut juga cinta seni dan budaya sendiri,”
jelasnya.
Menurutnya, seseorang yang membangun personal branding sebagai
seorang pecinta seni dan budaya, bisa terlihat dari foto-foto yang ditampilkannya
memakai pakaian adat, dari Group yang diikutinya biasanya adalah grup tentang
budaya, dari data dirinya maupun status-statusnya. Seperti penuturannya berikut
ini:
“…dilihat dari foto Profile-nya, biasanya dia foto berkostum baju tradisional atau adat, atau bisa dari background fotonya dia yang mungkin pas dia sedang di suatu tempat kayak di candi atau tempat-tempat lain yang berbau seni budaya gitu. Terus dari foto-fotonya yang lain yang sebagian besar, juga setipe, terus dari Profile Information-nya kan ada yang Interest-nya juga ditulis ‘seni, arts, atau culture’ begitu, kemudian dari komunitas yang dia ikuti di FB banyak yang komunitas bidang budaya seni, juga statusnya yang sering ditulis dia lagi di suatu tempat, contohnya ya…ada yang nulis ‘Lagi nonton Kethoprak’lah, ya yang seperti itu” (18/01/2010).
(1) Profile Information
Fitur di Facebook yang bisa menampilkan data diri pemilik Account ini
dimanfaatkan Mas Liezt untuk mencantumkan beberapa hal mengenai dirinya.
164
Gb. 3.43 Profile Information Mas Liezt
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/Mas.liezt?v=info&ref=ts, Update 23 Maret 2010
165
Bisa dilihat pada tampilan Profile Information Mas Liezt di atas, dia
mengisi dengan cukup lengkap. Mas Liezt menunjukkan ketertarikannya akan
seni budaya pada Interest dan Favorite Book. Sedangkan pekerjaannya sebagai
seorang pegawai negeri sipil (PNS) tidak tercantum pada Work Information,
namun bisa terlihat dari aktivitasnya pada Personal information, tertulis
Government Official.
Pada grup yang diikutinya, ada beberapa grup yang berhubungan dengan
seni dan budaya yang tercantum, seperti Kinarya Soerya Soemirat, Joglo
Percussion, Pariwisata Indonesia, Ludrukan Wong Bondowoso, dan lain
sebagainya. “Jadi biar teman-teman yang di FB juga bisa akrab dengan saya
juga,” ungkap Mas Liezt saat penulis bertanya seputar alasan penggunaan nama
“Mas Liezt” di Facebook
Pria berkumis ini pun mengaku sengaja menulis namanya dengan “Mas
Liezt” dengan rangkaian huruf “L-I-E-Z-T” untuk membedakan diri dengan orang
lain yang memiliki nama “Lis”. “…biar untuk membedakan dengan Lies-lies yang
lain. Kalau Lies atau Lis L-I-S kan udah banyak. Jadi kalau “Lis”nya “L-I-E-Z-T”
teman-teman sudah hafal “oh…itu Liezt saya.” Sebagai pembeda aja,” terangnya.
(2) Status Update
Dalam penulisan status update, pria yang sempat mengenyam pendidikan
di Universitas Sebelas Maret ini, mengaku terbiasa menggunakan Bahasa
Indonesia sehari-hari, Bahasa Jawa, dan Bahasa Inggris dalam menuliskan status
update-nya.
166
Gb. 3.44 Status-status update Mas Liezt
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/Mas.liezt?v=Wall&ref=ts, Update 23 Maret 2010
Demi menunjang dirinya dalam membangun personal branding sebagai
pecinta seni dan budaya, tidak hanya sekadar ungkapan suasana hati yang menjadi
topik pilihan Mas Liezt dalam menuliskan status update. Namun juga kegiatan
yang berhubungan dengan budaya. Seperti yang dikatakannya berikut ini:
“Biasanya sebagian besar suasana hati aja tapi juga kalau ada kegiatan kantor yang ada hubungannya sama budaya juga kadang saya tulis juga. Contohnya yang saya bilang tadi waktu Tahun Baru Suro, saya tulis status ‘Happy Javanese New Year’. Jadi biar teman-teman saya yang orang luar biar tahu kalau Jawa itu punya tahun baru sendiri” (23/12/2009).
Seperti halnya yang bisa dilihat di atas sebagai contoh bagaimana Mas
Liezt ini mengucapkan “Selamat Tahun Baru Jawa” dalam Bahasa Inggris.
167
Kemudian dia justru menggunakan Bahasa Jawa untuk mengucapkan tahun baru
lengkap dengan foto diri yang mengenakan beskap, yang bisa mencerminkan dia
adalah orang Jawa. Pria yang selalu meng-confirm permintaan teman ini, selalu
berusaha menjaga image baiknya di Facebook. Untuk menjaga image baik
tersebut, Mas Liezt mengaku selalu berusaha menciptakan komunikasi yang baik,
dengan menjaga kata-kata yang ditulisnya. Berikut pengakuan Mas Liezt:
“Ya, misalnya kalau nulis status, atau komentar menggunakan kata-kata yang baik, sopan tidak kasar lah di FB. Kan kadang ada orang yang mengumpat ko di FB. Nggak enak sekali dibaca. Kemudian juga apa yang kita tuliskan diusahakan jangan sampai terkesan sombong atau tinggi hati” (18/01/2010).
(3) Foto
Mas Liezt mengaku bahwa untuk menunjukkan personal branding sebagai
seorang yang mencintai seni dan budaya, fitur foto dalam Facebook adalah fitur
yang paling sering digunakan oleh pria yang mengaku suka mengganti foto
Profile-nya ini. Seperti yang diterangkannya berikut ini:
“Kalau saya paling banyak dari foto Profile saya, saya kan sering gonta-ganti foto Profile. Sebagian besar foto Profile yang saya pasang biasanya pas saya pakai beskap, kadang pakai adat Bali, Madura, kebetulan ada juga. Dari situ kan orang bisa menilai wah…Bapak yang satu ini pecinta budaya, sampai saya di FB namanya Komunitas Ikatan Remaja Adi Sumarmo, saya kan dulu ceritanya waktu masih muda, remaja gitu, saya kan pernah tinggal di kompleks AURI, kita punya kelompok itu dan banyak dari teman-teman dari komunitas itu yang sekarang foto Profile-nya yang dipasang itu pas mereka lagi pakai beskap semua. Ya karena pengaruh saya, ikut-ikutan saya. Terus juga dari album foto yang saya upload juga bisa dilihat. Misalnya foto kemarin waktu Malam 1 Suro, saya ikut kirab di Mangkunegaran, saya foto juga terus saya upload, saya publish di Wall, saya kasih keterangan di bawahnya kalau itu Malam 1 Suro, Malam Tahun Baru Jawa di Mangkunegaran. Waktu itu juga saya tulis status ‘Happy Javanese New Year’” (18/01/2010).
168
Hal ini bisa terlihat dari banyaknya foto yang di-upload. Jenis-jenis foto
yang diunggahnya pun selain foto-foto pribadi, foto-foto bertema seni dan budaya
juga menjadi koleksi foto-foto yang ditampilkan di Facebook. Seperti yang bisa
dilihat pada tampilan di bawah ini.
Gb. 3.45 Foto-foto di Facebook Mas Liezt
Sumber : http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/Mas.liezt?v=photos&sb=0, update 23 Maret 2010
Foto pertunjukan wayang orang, foto salah satu alat musik karawitan, foto
Mas Liezt ketika memakai beskap, batik dan memakai ikat kepala khas Bali
adalah beberapa contoh yang bisa menunjukkan bagaimana ketertarikannya akan
seni dan budaya. Mas Liezt pun memberikan sedikit kalimat untuk menerangkan
foto-foto tersebut, agar orang-orang yang melihat foto-foto tersebut mengerti
makna dari foto-foto tersebut. “…pastinya, kan percuma kalau ngga dikasih
keterangan tentang fotonya,” terangnya.
169
Gb. 3.46 Published photos di Facebook Mas Liezt
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/Mas.liezt?v=Wall&ref=ts, Update 23 Maret 2010
“Saya kalau boleh jujur saya paling suka foto-foto saya yang pakai baju
Jawa, pakai beskap. Karena kalau pakai baju itu terkesan berwibawa, sabar,
njaweni,” ujarnya ketika menceritakan perihal foto favoritnya, yang sekaligus
menjadi suatu kebanggaan baginya ketika tampil memakai pakaian adat Jawa.
“Saya kan orang Jawa, jadi yang saya bangga jadi orang Jawa pakai baju adat
Jawa,” jelasnya.
Dari uraian-uraian di atas, tampak sangat jelas bahwa Mas Liezt tanpa
disadarinya sedang membangun personal branding-nya sebagai seorang pegawai
negeri sipil yang mencintai hasil karya seni dan budaya. Hal ini bisa dilihat dari
cara Mas Liezt memanfaatkan fitur-fitur Facebook yang ada, seperti Profile
Information, status update, dan juga fitur foto.
170
b. Analisis Data
(1) Penyajian data di atas dapat dianalisis dengan menggunakan metode
membangun personal branding menurut Kristie Tamvecius:
1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya)
Seperti responden lainnya, pada tahap ini Mas Liezt yang bekerja untuk
Departemen Pariwisata Surakarta telah menentukan diri sebagai seorang “Pecinta
Seni dan Budaya”. “…saya itu pingin-nya orang tahu saya ini pegawai
departemen pariwisata yang juga mencintai seni dan budaya Kota Solo ini,”
ungkapnya.
Sosoknya yang ramah, terbuka, sopan, serta berdedikasi tinggi menjadi
kelebihan Mas Liezt untuk menunjang personal brand yang dibangun. Keramahan
dan keterbukaan Mas Liezt bisa tercermin dari caranya menjalin hubungan sosial
atau berteman. Dia suka berteman dengan siapa saja, tanpa memandang latar
belakang seseorang. Pada teman-temannya inilah, Mas Liezt pun bisa
mempromosikan seni dan budaya Kota Solo. Berikut pernyataan Mas Liezt:
“Saya pikir kalau mereka add saya mungkin ada dari diri saya yang menarik bagi mereka, entah apa itu, mereka punya niat baik, maka mereka add saya. Kasian juga kalau di-ignore. Makanya saya confirm semuanya aja” (18/01/2010).
“…saya nawarin ngajak temen di FB, dia seorang guru, saya bilang ke dia, ‘mbok kalau study tour jangan cuma ke Jogja aja, mampir Solo juga’ gitu. Saya kirimi dia brosur, videonya juga biar dia pelajari, siapa tahu tertarik” (18/01/2010).
Dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaannya sebagai salah satu pegawai
departemen pariwisata serta sebagai pecinta seni dan budaya juga merupakan
kelebihan dari Mas Liezt. Hal ini bisa tersirat dari penuturannya berikut ini:
171
“…kalau bisa sedikit banyak seperti apa yang saya lakukan, ya…yang saya bilang tadi…ikutlah promosi seni budaya dan pariwisata Kota Solo. Karena temen-temen dari pariwisata kan harusnya mampu memberikan informasi yang lebih akurat atau detail tentang Solo” (18/01/2010).
“…saya ini yang cinta seni dan budaya ini khususnya budaya Jawa, Solo pingin juga secara tidak langsung teman-teman ikut juga cinta seni dan budaya sendiri. Tapi ya kalau tidak diikuti ya monggo…nggak apa-apa. Tapi itu kan hanya keinginan saya. Pingin-nya begitu” (18/01/2010).
“…saya ini hanya pengamat seni, penikmat hasil seni dan budaya. Jadi, PNS yang mencintai seni dan budaya mungkin bisa dibilang begitu. Ya…apalagi saya kerja di pariwisata, jadi secara otomatis ada rasa dalam diri saya, naluri bahwa saya paling tidak seharusnya peduli terhadap seni dan budaya terutama Solo” (18/01/2010).
2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan)
Untuk memperkuat personal branding yang dibangun, tentu saja tidak
berhenti pada tahap di atas. Sama seperti dengan responden yang lain, Mas Liezt
pun telah menentukan hal-hal yang bisa dilakukan demi membangun personal
brand sebagai seorang pecinta seni dan budaya. Mempromosikan seni dan budaya
Solo kepada orang lain, gemar memakai pakaian-pakaian adat, serta peduli akan
acara-acara budaya merupakan bentuk-bentuk ungkapan rasa cintanya akan hasil-
hasil seni dan budaya. Berikut penuturan Mas Liezt:
“Sebagian besar foto Profile yang saya pasang biasanya pas saya pakai beskap, kadang pakai adat Bali, Madura, kebetulan ada juga” (18/01/2010).
“Terus juga dari album foto yang saya upload juga bisa dilihat. Misalnya foto kemarin waktu Malam 1 Suro, saya ikut kirab di Mangkunegaran, saya foto juga terus saya upload, saya publish di Wall, saya kasih keterangan di bawahnya kalau itu Malam 1 Suro, Malam Tahun Baru Jawa di Mangkunegaran. Waktu itu juga saya tulis status ‘Happy Javanese New Year’” (18/01/2010).
“Meskipun tidak secara langsung, sebaiknya ada upaya untuk turut ya, katakanlah mempromosikan Kota Solo, karena kan Facebook kan
172
cara yang paling murah dan mudah untuk promosi. Dalam hal ini promo Kota Solo. Kalau saya, saya sering kirim atau upload brosur-brosur tentang Kota Solo. Bagian per bagian, sedikit sedikit. Entah tentang Keraton Kasunanan atau Mangkunegaran, atau juga obyek lain yang menarik di Solo. Terus kadang juga pernah saya nawarin ngajak temen di FB, dia seorang guru, saya bilang ke dia, ‘mbok kalau study tour jangan cuma ke Jogja aja, mampir Solo juga’ gitu. Saya kirimi dia brosur, videonya juga biar dia pelajari, siapa tahu tertarik. Ya begitu kalau kebetulan ada celah-celah yang bisa dimanfaatkan untuk promo Solo, ya kenapa tidak saya manfaatkan” (18/01/2010).
“Biasanya sebagian besar suasana hati aja tapi juga kalau ada kegiatan kantor yang ada hubungannya sama budaya juga kadang saya tulis juga. Contohnya yang saya bilang tadi waktu Tahun Baru Suro, saya tulis status ‘Happy Javanese New Year’. Jadi biar teman-teman saya yang orang luar biar tahu kalau Jawa itu punya tahun baru sendiri” (18/01/2010).
“Lalu pas tahun baru kemarin saya kirim Wall ucapan itu, foto saya pakai beskap Jawa gitu saya tulis ‘Ngaturaken Happy New Year’ nah…kadang saya kombinasi begitu juga” (18/01/2010).
“…kalau boleh jujur saya paling suka foto-foto saya yang pakai baju Jawa, pakai beskap. Karena kalau pakai baju itu terkesan berwibawa, sabar, njaweni” (18/01/2010).
Kebudayaan Jawa yang sarat akan tata krama dan sopan santun telah
melekat pada identitas Kota Solo. Begitu juga dengan Mas Liezt, yang selalu
mengutamakan kesopanan, semakin mendukung personal brand yang
dibangunnya sebagai seorang pecinta seni dan budaya. Hal ini tersirat dari
beberapa pernyataannya berikut:
“…kalau nulis status, atau komentar menggunakan kata-kata yang baik, sopan tidak kasar lah di FB. Kan kadang ada orang yang mengumpat ko di FB. Nggak enak sekali dibaca” (18/01/2010).
“…kalau itu teman yang sudah dekat atau akrab saya biasanya pakai Bahasa Jawa kalau dia orang Jawa atau Indonesia santai saja. Tapi kalau belum begitu akrab…saya pakai Bahasa Indonesia yang sopan saja” (18/01/2010)
3. Position Yourself (Memposisikan Diri).
173
Personal brand yang dibangun Mas Liezt sebagai seorang pegawai
departemen pariwisata yang mencintai hasil seni dan budaya, ternyata telah dapat
ditangkap orang lain. Tanpa sengaja, Mas Liezt telah menciptakan positioning
dirinya di mata orang lain. Respon terhadap foto-foto yang ditampilkan Mas Liezt
melalui Facebook-nya berikut ini menyiratkan bahwa orang telah menempatkan
Mas Liezt sebagai pegawai departemen pariwisata yang mencintai hasil seni dan
budaya, di mana mempromosikan pariwisata Kota Solo merupakan bagian dari
tanggung jawabnya sebagai pegawai departemen pariwisata:
Gb. 3.47 Komentar –komentar foto Mas Liezt
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?id=1003318934, update 23 maret 2010
174
4. Manage Your Brand (Mengelola Brand)
Menampilkan sekaligus mempromosikan diri sedemikian rupa di
Facebook, seperti yang telah diulas pada penyajian data sebelumnya,
menunjukkan bahwa Mas Liezt telah sampai pada tahap pengelolaan brand.
Karena pemasaran diri merupakan elemen penting dalam mengelola personal
brand yang sedang dibangunnya sebagai seorang pegawai departemen pariwisata
yang mencintai seni dan budaya Kota Solo.
(2) Analisis membangun personal branding menurut Hubert K. Rampersad:
1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal
Dalam tahap ini Mas Liezt telah menetapkan ambisinya sebagai seorang
pegawai negeri sipil (PNS). Ambisi ini tersirat dari pernyataannya yang ingin
lebih dikenal sebagai seorang pegawai negeri yang bekerja untuk departemen
pariwisata. “…saya itu pingin-nya orang tahu saya ini pegawai departemen
pariwisata,” ungkapnya. Sebagai salah satu abdi masyarakat, Mas Liezt selalu
menjaga perkataan maupun sikapnya. Sehingga kesopanan adalah sebuah nilai
menjadi pedomannya. Hal ini tersirat dari pernyataanya berikut:
“…kalau nulis status, atau komentar menggunakan kata-kata yang baik, sopan tidak kasar lah di FB. Kan kadang ada orang yang mengumpat ko di FB. Nggak enak sekali dibaca” (18/01/2010).
“…kalau itu teman yang sudah dekat atau akrab saya biasanya pakai Bahasa Jawa kalau dia orang Jawa atau Indonesia santai saja. Tapi kalau belum begitu akrab…saya pakai Bahasa Indonesia yang sopan saja” (18/01/2010).
Keramahan dan keterbukaan Mas Liezt menjadi kelebihan dirinya. Hal ini
bisa tercermin dari bagaimana Mas Liezt bersosialisasi atau berteman. Mas Liezt
175
tidak pernah ragu untuk menjalin pertemanan dengan siapapun dari berbagai
kalangan. Seperti yang tersirat dari penuturannya berikut ini:
“Saya pikir kalau mereka add saya mungkin ada dari diri saya yang menarik bagi mereka, entah apa itu, mereka punya niat baik, maka mereka add saya. Kasian juga kalau di-ignore. Makanya saya confirm semuanya aja” (18/01/2010).
Dedikasi diri yang tinggi terhadap departemen pariwisata yang
menaunginya, merupakan kelebihan lain dari Mas liezt untuk menunjang personal
branding sebagai pegawai departemen pariwisata. Seperti yang tercermin dari
pernyataannya berikut ini:
“…kalau bisa sedikit banyak seperti apa yang saya lakukan, ya…yang saya bilang tadi…ikutlah promosi seni budaya dan pariwisata Kota Solo. Karena temen-temen dari pariwisata kan harusnya mampu memberikan informasi yang lebih akurat atau detail tentang Solo” (18/01/2010).
“…saya kerja di pariwisata, jadi secara otomatis ada rasa dalam diri saya, naluri bahwa saya paling tidak seharusnya peduli terhadap seni dan budaya terutama Solo” (18/01/2010).
2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand
Tidak hanya sekadar ingin dikenal sebagai seorang pegawai departemen
pariwisata, Mas Liezt lebih spesifik mengutarakan rumusan personal branding-
nya, sebagai pegawai departemen pariwisata yang mencintai warisan seni dan
budaya. “…saya ini pegawai departemen pariwisata yang juga mencintai seni dan
budaya Kota Solo ini,” ungkapnya. Rasa memiliki dan kekagumannya akan hasil
karya anak bangsa, membuat Mas Liezt ingin menularkannya kepada orang lain
dan menyimpan harapan agar mereka ikut mencintai warisan budaya negeri.
Reaksi emosional antara Mas Liezt dengan hasil kesenian dan kebudayaan
sekaligus menjadi ciri khas dari Mas Liezt. Berikut penuturannya:
176
“…saya ini yang cinta seni dan budaya ini khususnya budaya Jawa, Solo pingin juga secara tidak langsung teman-teman ikut juga cinta seni dan budaya sendiri. Tapi ya kalau tidak diikuti ya monggo…nggak apa-apa. Tapi itu kan hanya keinginan saya. Pingin-nya begitu” (18/01/2010).
“…saya ini hanya pengamat seni, penikmat hasil seni dan budaya. Jadi, PNS yang mencintai seni dan budaya mungkin bisa dibilang begitu. Ya…apalagi saya kerja di pariwisata, jadi secara otomatis ada rasa dalam diri saya, naluri bahwa saya paling tidak seharusnya peduli terhadap seni dan budaya terutama Solo” (18/01/2010).
3. Merumuskan Personal Balanced Score Card (PBSC)
Pada tahap ini, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis
dengan Mas Liezt, penulis bisa menilai bahwa Mas Liezt telah merumuskan
personal balanced scorecard (PBSC). Mas Liezt tidak hanya bisa
mengekspresikan rasa cintanya akan seni dan budaya, namun juga bisa secara
tidak langsung mengajak orang lain untuk ikut menghargai karya seni dan budaya
serta mempromosikannya. Mas Liezt yang ramah dan terbuka, memiliki banyak
teman merupakan kelebihan Mas Liezt yang telah disebutkan sebelumnya.
Teman-temannya inilah yang menjadi sasaran bagi Mas Liezt untuk
mempromosikan hasil seni dan budaya Kota Solo.
“…saya nawarin ngajak temen di FB, dia seorang guru, saya bilang ke dia, ‘mbok kalau study tour jangan cuma ke Jogja aja, mampir Solo juga’ gitu. Saya kirimi dia brosur, videonya juga biar dia pelajari, siapa tahu tertarik” (18/01/2010).
Kebudayaan Jawa atau sering disebut Kejawen yang sarat akan tata krama
dan sopan santun ini telah erat terikat pada identitas Kota Solo. Begitu juga
dengan Mas Liezt, yang selalu mengutamakan kesopanan, semakin mendukung
personal brand yang dibangunnya sebagai seorang pecinta seni dan budaya. Hal
ini tersirat dari beberapa pernyataanya berikut:
177
“…kalau nulis status, atau komentar menggunakan kata-kata yang baik, sopan tidak kasar lah di FB. Kan kadang ada orang yang mengumpat ko di FB. Nggak enak sekali dibaca” (18/01/2010).
“…kalau itu teman yang sudah dekat atau akrab saya biasanya pakai Bahasa Jawa kalau dia orang Jawa atau Indonesia santai saja. Tapi kalau belum begitu akrab…saya pakai Bahasa Indonesia yang sopan saja” (18/01/2010).
Mas Liezt telah menciptakan sebuah simbol brand bagi dirinya. Dia telah
dikenal akrab dengan sebutan Mas Liezt, di kalangan teman-temannya. Bahkan
dia sengaja menggunakan nama tersebut untuk lebih mengakrabkan diri dengan
orang-orang baru. Penulisan nama “Mas Liezt” mempunyai ciri khas tersendiri
untuk membedakan diri dengan Lis-lis yang lain. Berikut penuturannya:
“…itu nama panggilan akrab saya. Kalau yang udah kenal seringnya manggil saya ‘Mas Liezt’, kalau belum pasti manggilnya ‘Pak Liezt’. Jadi biar teman-teman yang di FB juga bisa akrab dengan saya juga” (18/01/2010).
“…itu biar untuk membedakan dengan Lies-lies yang lain. Kalau Lies atau Lis L-I-S kan udah banyak. Jadi kalau ‘Lis’nya ‘L-I-E-Z-T’ teman-teman sudah hafal ‘oh…itu Liezt saya.’ Sebagai pembeda aja” (18/01/2010).
Untuk semakin memperkuat personal branding yang dibangunnya sebagai
seorang pegawai departemen pariwisata yang mencintai seni dan budaya, Mas
Liezt peduli terhadap acara-acara budaya, serta gemar memakai pakaian-pakaian
adat. Hal tersebut merupakan wujud rasa cintanya terhadap warisan seni dan
budaya. Berikut penuturan Mas Liezt:
“Sebagian besar foto Profile yang saya pasang biasanya pas saya pakai beskap, kadang pakai adat Bali, Madura, kebetulan ada juga” (18/01/2010).
“Terus juga dari album foto yang saya upload juga bisa dilihat. Misalnya foto kemarin waktu Malam 1 Suro, saya ikut kirab di Mangkunegaran, saya foto juga terus saya upload, saya publish di Wall, saya kasih keterangan di bawahnya kalau itu Malam 1 Suro,
178
Malam Tahun Baru Jawa di Mangkunegaran. Waktu itu juga saya tulis status ‘Happy Javanese New Year’” (18/01/2010).
“Meskipun tidak secara langsung, sebaiknya ada upaya untuk turut ya, katakanlah mempromosikan Kota Solo, karena kan Facebook kan cara yang paling murah dan mudah untuk promosi. Dalam hal ini promo Kota Solo. Kalau saya, saya sering kirim atau upload brosur-brosur tentang Kota Solo. Bagian per bagian, sedikit sedikit. Entah tentang Keraton Kasunanan atau Mangkunegaran, atau juga obyek lain yang menarik di Solo. Terus kadang juga pernah saya nawarin ngajak temen di FB, dia seorang guru, saya bilang ke dia, ‘mbok kalau study tour jangan cuma ke Jogja aja, mampir Solo juga’ gitu. Saya kirimi dia brosur, videonya juga biar dia pelajari, siapa tahu tertarik. Ya begitu kalau kebetulan ada celah-celah yang bisa dimanfaatkan untuk promo Solo, ya kenapa tidak saya manfaatkan” (18/01/2010).
“Biasanya sebagian besar suasana hati aja tapi juga kalau ada kegiatan kantor yang ada hubungannya sama budaya juga kadang saya tulis juga. Contohnya yang saya bilang tadi waktu Tahun Baru Suro, saya tulis status ‘Happy Javanese New Year’. Jadi biar teman-teman saya yang orang luar biar tahu kalau Jawa itu punya tahun baru sendiri” (18/01/2010).
“Lalu pas tahun baru kemarin saya kirim Wall ucapan itu, foto saya pakai beskap Jawa gitu saya tulis ‘Ngaturaken Happy New Year’ nah…kadang saya kombinasi begitu juga” (18/01/2010).
“…kalau boleh jujur saya paling suka foto-foto saya yang pakai baju Jawa, pakai beskap. Karena kalau pakai baju itu terkesan berwibawa, sabar, njaweni” (18/01/2010).
4. Mengimplementasikan dan mengolah ambisi personal, personal brand,
dan Personal Balanced Score Card (PBSC)
Melihat cara yang dilakukan Mas Liezt dalam menggunakan fitur-fitur
Facebook untuk memasarkan personal brand yang dibangunnya sebagai seorang
pegawai departemen pariwisata yang mencintai seni dan budaya pada penyajian
data sebelumnya, menunjukkan bahwa Mas Liezt telah sampai pada tahap ini.
Karena promosi adalah salah satu bagian penting dalam membangun personal
branding.
179
8. Eko Kepik – Dokter Spesialis Kulit Kelamin
a. Penyajian Data
Sosok dokter yang biasanya selalu serius tidak tampak pada dokter Eko.
Dokter spesialis kulit kelamin ini justru terlihat santai dan banyak bercanda ketika
penulis mewawancarainya. Tak mau dibilang ‘ketinggalan zaman’, dokter yang
bekerja di salah satu rumah sakit pemerintah ini pun ikut meramaikan maraknya
dunia Facebook. Di dunia Facebook, dokter yang rendah hati ini mengaku lebih
ingin dikenal sebagai pribadinya daripada profesinya sebagai seorang dokter.
“Saya tidak pingin dikenal sebagai dokter di FB. Saya hanya pingin dikenal saja
sebagai pribadi saya sebagai ‘Eko Kepik’ bukan dokter Eko,” terangnya. Maka
nama “Eko Kepik” adalah nama yang tercantum pada Account Facebook yang
dimilikinya.
Eko Kepik adalah nama julukan yang telah menempel pada dirinya sejak
duduk di bangku sekolah dasar, dan hingga saat ini pun nama tersebut masih
populer di kalangan teman-temannya. Hal ini pula yang menjadi alasan di balik
pemakaian nama tersebut pada Account Facebook-nya. Unik, humoris, nyentrik
adalah beberapa karakter yang menjadi ciri khasnya, hingga banyak disukai oleh
teman-temannya. Seperti yang diceritakannya berikut ini:
“Pakai nama ‘Eko Kepik’, karena saya lebih dikenal dengan nama itu di kalangan teman-teman saya. Itu julukan saya sejak saya SD sampai zaman mahasiswa, sampai lulus, sampai sekarang, udah terkenalnya dengan nama ‘Eko Kepik’. Nama asli saya malah nggak ada yang tau. Dan saya memang lebih ingin dikenal sebagai Eko Kepik daripada sebagai dokter” (6/01/2010).
“Saya itu biasa dikenal nyentrik, lucu suka humoris, nyantai, nggak grusa-grusu, nggak emosi, senang bergaul dengan siapa saja, usahakan semua kalangan bisa kenal dengan saya dan orang juga
180
begitu ketemu saya nyantai, ngga pakewuh-pakewuh. Terbuka sama semua orang, nggak gampang tersinggung. Kata teman-teman saya itu unik juga” (6/01/2010).
“... hobi saya itu bikin rame, bikin acara seneng-seneng, jadi seksi rame.
Kalau ada ide bikin acara gitu. Kalau kumpul-kumpul ada saya jadi rame,”
ujarnya ketika menceritakan hobinya yang suka menghibur orang. Dokter yang
terkenal nyentrik ini juga mengaku sering menarik perhatian orang dengan
penampilannya yang terlihat lain dibanding teman-temannya semasa kuliah dulu.
Namun ketika waktu terus berjalan, keadaan telah berubah dan sekarang Eko
Kepik mengaku tak bisa tampil seperti dulu lagi, dan yang tersisa hanyalah
kebiasaan Eko Kepik yang masih sering mengadakan acara untuk mengumpulkan
teman-temannya seperti dulu. Berikut cerita Eko Kepik kepada penulis:
“Nyentrik bisa dilihat dulu saya rambut saya gondrong…baju juga, kalau yang lain cuma pakai kemeja kotak-kotak atau polos, saya dulu suka pakai baju batik yang motifnya ramai. Selain itu juga saya suka usil, ngumpetin sepatunya cewek-cewek yang kalau pas kuliah suka dilepas…kalau ada sepatu yang hilang, pasti mereka bilang ‘oh…iki mesti kepik iki!’ pokoknya dulu orang melihat saya itu terkesan beda dari teman-teman lainnya. Ada kesan saya itu nggak mau terlihat sama seperti yang lain” (6/01/2010).
“Karena keadaan juga sudah beda nggak bisa seperti dulu lagi. Jadi yang masih suka ngadain acara-acara yang bisa mengumpulkan dokter-dokter di sini, kegiatan yang santai. Kan tiap hari sudah sibuk sama kerjaan jadi bikin kegiatan yang bisa bikin refresh lagi, seperti bikin klub sepak bola dokter di sini (RS. Dr. Muwardi). Udah latihan sekali, tapi terus saya cedera, yang lain ikut berhenti nunggu saya menggerakkan mereka lagi. Terus yang terakhir kemarin diundang main di acara jazz di Ngarsopuro sama dokter-dokter lainnya juga” (6/01/2010).
(1) Profile Information
181
Dalam mengisikan Profile Information ini, Eko Kepik mengaku mengisi
seperlunya saja. Sejak pertama membuat Facebook sampai sekarang dia belum
pernah mengubah atau meng-update Profile Information-nya.
Gb. 3.48 Profile Information Eko kepik
182
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?id=1155568510&v=info&ref=ts , Update 8 Maret 2010
Seperti yang bisa kita lihat di atas, dokter ini memang mengisi seperlunya
saja. Berbeda dengan Profile Information pada Account Friendster-nya, yang
dikemasnya dengan kocak. Sayang dalam Profile Information Facebook, dia
hanya memakai Bahasa Indonesia, tanpa dibumbui oleh kalimat-kalimat lucu,
sesuai dengan kepribadiannya. “ Nah itu yang ngisi teman saya. Kalau di
Friendster, saya tulis sendiri, saya isi lucu-lucu. Ini yang nulis teman saya, belum
sempat saya ganti pakai bahasa saya sendiri,” terangnya. Akan tetapi ketika
penulis ingin melihat Profile Friendster Eko Kepik guna membandingkan dengan
Profile Facebook-nya, Account Friendster Eko Kepik sudah tidak bisa ditemukan
kembali.
183
Tampak pada tampilan di atas, meski lebih ingin dikenal sebagai
pribadinya, namun Eko Kepik juga tidak menutupi latar belakangnya sebagai
seorang dokter. Terlihat dari Education Information-nya, tercantum dua
universitas tempat dia menimba ilmu kedokteran. Page yang diikutinya juga di
bidang kedokteran seperti “Dokter Kulit Ku” dan “Medical Rescue Team
Unisma”. Sedangkan bisa dilihat pula beberapa grup bidang kedokteran yang dia
ikuti seperti MFC FK UNS, Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Dukung R.S
Indonesia, dan lain sebagainya menunjukkan bahwa di luar pribadinya, “Eko
Kepik” adalah seorang dokter.
(2) Friends
Situs jejaring pertemanan memang dibuat untuk menjalin hubungan
pertemanan di antara anggotanya. Maka tidak heran pula, Eko Kepik yang
mengaku lebih sering diundang sebagai teman ini, memiliki banyak teman di
Facebook.
Gb. 3.49 Daftar Teman Facebook Eko Kepik
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?id=1155568510&ref=ts , Update 8 Maret 2010
184
“Saya positive thinking saja, saya berpikir kalau orang meng-add saya dia
mungkin punya niat baik…apapun itu…jadi ya, buat apa di-ignore?” ungkapnya
ketika bercerita tentang bagaimana menjalin pertemanan di Facebook. Eko Kepik
bukan tergolong orang yang pilih-pilih teman. Dia suka berteman dengan siapa
saja dan dari kalangan mana saja. Hal ini menunjukkan bahwa Eko Kepik adalah
pribadi yang terbuka. “…saya memang terbuka berteman dengan siapa saja,”
ujarnya.
(3) Status Update
Dalam ber-Facebook, Eko Kepik adalah orang yang sangat jarang meng-
update statusnya. “Tidak terlalu sering banget kayak yang lain. Kalau saya lagi
dapat ide yang ‘lain’ daripada yang lain untuk menuliskannya di update status,
baru saya ganti,” ujarnya. Dia hanya akan menuliskan status update baru bila ada
sebuah ‘ide‘ di kepalanya, yang bisa menarik perhatian orang-orang untuk
memberikan komentar terhadap statusnya itu. “Ya kalau nggak dikomentari nggak
asyik Mbak…saya pingin teman-teman memperhatikan yang saya tulis di update
status, ” ujarnya. Seperti tampilan berikut ini:
Gb. 3.50 Status-Status Update Eko Kepik
185
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?id=1155568510&ref=ts , Update 8 Maret 2010
Dari tampilan di atas, bisa dilihat bahwa dokter yang sering menuliskan
status update dengan Bahasa Indonesia atau Bahasa Jawa ini, suka menarik
perhatian orang lewat status-status update yang ditulisnya. Hal ini terbukti dari
banyaknya teman yang mengomentari status update-nya. Baginya, dengan
menuliskan statu-status update seperti di atas bertujuan agar orang yang membaca
status update-nya tidak bosan dan hal tersebut mencerminkan kepribadiannya
yang humoris. Seperti yang tertuang pada petikan wawancara di bawah ini:
“…saya pingin nulis status yang lucu atau status-status yang bisa mengundang orang untuk mengomentari status saya. Status yang
186
menarik jadi orang mengomentari status saya. Kalau yang lain cuma nulis status curhat, terus semua kegiatannya ditulis…kalau saya nggak suka seperti itu. Buat saya nggak menarik. Jadi saya buat status yang menarik perhatian teman-teman, seperti tentang Miyabi, yang nggak biasa” (6/01/2010).
“Eko Kepik kan dikenal teman-teman saya orang yang lucu, humoris, agak nyeleneh…pokoknya lain lah…jadi orang yang baca nggak bosen” (6/01/2010).
Dalam menanggapi komentar-komentar orang terhadap status update-nya
pun dokter yang gemar bermusik ini mengaku hanya akan menanggapi komentar
orang-orang setelah komentar-komentar itu menumpuk. “…saya selalu saya
tanggapi sebisa mungkin. Tapi saya tunggu dulu komentar-komentar numpuk dulu
baru saya tanggapi,” ungkapnya. Tetap dalam konteks bercanda, Eko Kepik
biasanya menggunakan Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia dalam menulis
komentar balik pada status update-nya ini.
Gb. 3.51 Pesan Wall untuk Eko Kepik
187
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?id=1155568510&ref=ts , Update 8 Maret 2010
Namun ternyata pribadi Eko Kepik memang tidak bisa lepas dari
profesinya sebagai seorang dokter. Hal ini membuat beberapa temannya di
Facebook sering berinteraksi dengan Eko Kepik, melalui pesan Wall yang berisi
konsultasi masalah kesehatan. Seperti pada tampilan di atas. Berikut petikan
pernyataan Eko Kepik :
“…biasanya yang nulis di Wall saya biasanya hal-hal yang cukup penting, kayak ada yang konsultasi penyakit kulit…biasanya itu mahasiswa saya yang konsultasi” (6/01/2010).
(4) Foto
Meski lebih ingin dikenal sebagai Eko Kepik, namun seperti yang telah
diulas sebelumnya, bahwa Eko Kepik tidak keberatan jika orang tahu bahwa
dirinya pun seorang dokter. Hal ini-lah yang membuatnya tidak keberatan saat
sahabatnya meng-upload foto Profile-nya yang menampilkan dirinya dengan jas
putih, sebagai pakaian kebesaran seorang dokter.
188
Gb. 3.52 Foto-Foto di Facebook Eko Kepik
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?id=1155568510&ref=ts , Update 8 Maret 2010
Tidak seperti anggota Facebook lainnya yang gemar meng-upload foto-
foto mereka, sisi unik dari kepribadian seorang Eko Kepik ini terlihat, dengan dia
tidak pernah meng-upload foto-fotonya sendiri. Semua foto yang ada di halaman
189
Facebook-nya adalah hasil kiriman teman-temannya. Hal ini ternyata memang
sengaja dilakukan ayah satu putra ini untuk menantang dirinya sendiri agar tidak
meng-upload foto-fotonya sendiri, meskipun dalam hati sebenarnya dia sangat
menginginkannya. Seperti yang diungkapkannya berikut ini:
“Biarin aja. Nyentriknya saya, saya nggak mau upload foto saya sendiri, saya cuma suka di tag-in aja” (6/01/2010).
“Ya saya menantang diri saya sendiri sampai kapan saya bertahan nggak upload foto saya. Padahal dalam hati saya pingin juga upload foto-foto yang lucu-lucu sama anak saya. Tapi ya saya nggak mau upload foto–foto saya sendiri. Kedengarannya aneh ya, Mbak? Tapi ya itu saya. Yang penting intinya kan saya pakai FB untuk komunikasi dengan teman-teman lama…sebagai sarana hiburan juga kadang-kadang…jadi memang saya di FB pingin lebih dikenal sebagai seorang Eko Kepik yang lucu, unik…lain dari yang lain…tapi saya juga tidak menyembunyikan di sisi lain bahwa saya juga seorang dokter. Atau mungkin orang bisa menilai saya dokter yang nyentrik atau unik” (6/01/2010).
Meski Eko Kepik lebih ingin dikenal sebagai pribadinya, namun dari
penjabaran-penjabaran di atas tidak bisa dipungkiri bahwa dari cara-caranya
memanfaatkan fitur-fitur Facebook, secara tidak langsung dia sedang membangun
personal branding-nya sebagai seorang dokter yang unik, ramah, terbuka, dan
rendah hati. Unik bisa dilihat dari caranya menuliskan kata-kata di status update
serta prinsipnya yang tidak mau meng-upload foto. Ramah dan terbuka tercermin
dari caranya menjalin pertemanan. Pengakuannya yang ingin lebih dikenal
sebagai seorang Eko Kepik daripada seorang dokter spesialis, menunjukkan
kerendahan hatinya.
190
b. Analisis Data
(1) Analisis berdasarkan pada model membangun personal branding milik
Kristie Tamvecius, sebagai berikut:
1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya)
Eko Kepik telah menetapkan pilihan untuk menentukan dirinya sebagai
pribadi Eko Kepik, daripada dikenal sesuai dengan profesinya sebagai seorang
dokter spesialis. Seperti pernyataannya berikut ini:
“Saya tidak pingin dikenal sebagai dokter di FB. Saya hanya pingin dikenal saja sebagai pribadi saya sebagai ‘Eko Kepik’ bukan dokter Eko” (6/01/2010).
Unik, ramah, terbuka, dan rendah hati adalah beberapa kelebihan dari
pribadi seorang Eko Kepik. Tidak mau terlihat sama seperti yang lain, nyentrik,
humoris, namun cerdas membuat Eko Kepik masuk golongan orang yang unik.
Bisa terlihat dari pernyataannya berikut ini:
“…saya dulu terkenal dulu juga karena penampilan saya terlihat beda sendiri dari mahasiswa kedokteran lainnya. Dulu juga teman-teman heran sama saya. Karena saya kan jarang masuk kuliah…Cuma suka main, nge-band, sepak bola, tapi kalau ujian nilai saya itu bisa lebih bagus daripada mereka yang belajarnya lebih keras dari saya” (6/01/2010).
“Nyentrik bisa dilihat dulu saya rambut saya gondrong…baju juga, kalau yang lain cuma pakai kemeja kotak-kotak atau polos, saya dulu suka pakai baju batik yang motifnya ramai. Selain itu juga saya suka usil, ngumpetin sepatunya cewek-cewek yang kalau pas kuliah suka dilepas…kalau ada sepatu yang hilang, pasti mereka bilang ‘oh…iki mesti kepik iki!’ pokoknya dulu orang melihat saya itu terkesan beda dari teman-teman lainnya. Ada kesan saya itu nggak mau terlihat sama seperti yang lain” (6/01/2010).
Eko Kepik yang mudah bergaul dan senang berteman dengan siapa pun
dari berbagai kalangan menunjukkan bahwa dia adalah pribadi yang ramah dan
terbuka. Berikut pernyataan Eko Kepik:
191
“Saya itu biasa dikenal nyentrik, lucu suka humoris, nyantai, nggak grusa-grusu, nggak emosi, senang bergaul dengan siapa saja, usahakan semua kalangan bisa kenal dengan saya dan orang juga begitu ketemu saya nyantai, ngga pakewuh-pakewuh. Terbuka sama semua orang, nggak gampang tersinggung. Kata teman-teman saya itu unik juga” (6/01/2010).
Keputusannya yang ingin lebih dikenal sebagai pribadi Eko Kepik
daripada dikenal sebagai seorang dokter menunjukkan sifatnya yang rendah hati.
Tapi meskipun Eko Kepik lebih ingin dikenal sebagai pribadinya, Eko Kepik tetap
tidak bisa lepas dari gelar yang disandangnya sebagai seorang dokter spesialis
kulit dan kelamin.
“…pingin lebih dikenal sebagai seorang Eko Kepik yang lucu, unik…lain dari yang lain…tapi saya juga tidak menyembunyikan di sisi lain bahwa saya juga seorang dokter. Atau mungkin orang bisa menilai saya dokter yang nyentrik atau unik” (6/01/2010).
“Ya memang profesi dokter bisa dibilang profesi yang membanggakan, tapi menurut saya, pamer-pamer seperti itu nggak perlu. Tanpa saya bilang saya ini dokter lho…toh orang nantinya akan tau dengan sendirinya. Ada juga beberapa teman saya yang sama-sama dokter. Namanya juga pakai gelar dokternya. Kalau abis punya mobil, bisa beli rumah suka dipamerin lewat Facebook. “Mobil pertama kebeli, rumah kebeli,” kayak gitu dipamerin lewat foto atau status. Tapi kalau saya nggak mau seperti itu. Buat apa? Malu…pekewuh, Mbak. Intinya bagi saya nggak perlu lah yang seperti terlalu dipamerin” (6/01/2010).
2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan)
Untuk memperkuat personal brand-nya sebagai dokter yang unik, Eko
Kepik telah menentukan hal-hal yang bisa dilakukannya. Untuk menunjukkan
keunikannya, Eko selalu menuliskan status update yang menggelitik dan mampu
memancing orang untuk memberikan tanggapan atas apa yang ditulisnya di status
update. Tidak hanya terlihat dari caranya memanfaatkan status update, keunikan
Eko tercermin pula dari pengakuan dirinya yang sengaja menantang dirinya untuk
192
tidak meng-upload sendiri foto-foto di Facebook. Seperti yang tercermin dari
penuturan-penuturan Eko berikut ini:
“Kalau saya lagi dapat ide yang ‘lain’ daripada yang lain untuk menuliskannya di update status, baru saya ganti. Saya itu moody…jadi saya kalau nggak mood update status, saya ya nggak ganti status” (6/01/2010).
“…saya pingin nulis status yang lucu atau status-status yang bisa mengundang orang untuk mengomentari status saya. Status yang menarik jadi orang mengomentari status saya. Kalau yang lain cuma nulis status curhat, terus semua kegiatannya ditulis…kalau saya nggak suka seperti itu. Buat saya nggak menarik. Jadi saya buat status yang menarik perhatian teman-teman, seperti tentang Miyabi, yang nggak biasa” (6/01/2010).
“…kalau nggak dikomentari nggak asyik Mbak…saya pingin teman-teman memperhatikan yang saya tulis di update status” (6/01/2010).
“Nyentriknya saya, saya nggak mau upload foto saya sendiri, saya cuma suka di tag-in aja” (6/01/2010).
“…saya menantang diri saya sendiri sampai kapan saya bertahan nggak upload foto saya. Padahal dalam hati saya pingin juga upload foto-foto yang lucu-lucu sama anak saya. Tapi ya saya nggak mau upload foto-foto saya sendiri. Kedengarannya aneh ya, Mbak? Tapi ya itu saya” (6/01/2010).
Sebagai pribadi yang terbuka, Eko Kepik tidak pernah keberatan untuk
menjalin pertemanan dengan siapa saja yang ingin menjadi temannya tanpa
memandang latar belakang seseorang. Inilah yang menyebabkan Eko selalu
menerima permintaan teman dari semua orang yang mengundangnya menjadi
temannya:
“…saya confirm semua karena saya memang tidak pernah pilih-pilih teman” (6/01/2010).
“Saya positive thinking saja, saya berpikir kalau orang meng-add saya dia mungkin punya niat baik…apapun itu…jadi ya, buat apa di-ignore?” (6/01/2010).
193
“…bukan pingin dikenal, tapi ya…saya memang terbuka berteman dengan siapa saja” (6/01/2010).
3. Position Yourself (Memposisikan Diri).
Setelah melalui tahap pengidentifikasian diri dan tahap melakukan
tindakan yang bisa dilakukan, Eko Kepik telah menciptakan positioning bagi
dirinya. Selain dikenal sebagai pribadi Eko Kepik, ternyata di mata orang lain,
Eko Kepik pun dikenal sebagai seorang dokter. Seperti pada tampilan berikut ini:
Gb. 3.53 Pesan Wall untuk Eko Kepik
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?id=1155568510&ref=ts , Update 8 Maret 2010
4. Manage Your Brand (Mengelola Brand)
Melihat tahap-tahap yang telah dilakukan Eko Kepik tersebut, serta
kembali memperhatikan pada penyajian data sebelumnya, bisa disimpulkan Eko
Kepik pun telah melakukan tahap pengelolaan personal brand yang sedang
dibangunnya. Karena pemasaran diri seperti yang telah dilakukan Eko Kepik
melalui Facebook sebagai media promosi, merupakan salah satu wujud dari
194
pengelolaan personal branding-nya sebagai seorang dokter yang unik, ramah,
terbuka, dan rendah hati.
(2) Analisis membangun personal branding menurut Hubert K. Rampersad:
1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal
Pada tahap ini Eko Kepik tidak merumuskan ambisinya sesuai profesinya
sebagai seorang dokter, namun dia menetapkan ambisinya sebagai pribadi Eko
Kepik sendiri. Berikut pernyataannya:
“Saya tidak pingin dikenal sebagai dokter di FB. Saya hanya pingin dikenal saja sebagai pribadi saya sebagai ‘Eko Kepik’ bukan dokter Eko” (6/01/2010).
Sosok Eko Kepik yang unik, ramah, terbuka, serta rendah hati menjadi
beberapa kelebihannya. Supel atau pandai bergaul dan senang berteman dengan
siapa pun tanpa memandang latar belakang seseorang, merupakan indikasi bahwa
Eko Kepik merupakan pribadi yang ramah dan terbuka. Berikut pernyataannya:
“Saya itu biasa dikenal nyentrik, lucu suka humoris, nyantai, nggak grusa-grusu, nggak emosi, senang bergaul dengan siapa saja, usahakan semua kalangan bisa kenal dengan saya dan orang juga begitu ketemu saya nyantai, ngga pakewuh-pakewuh. Terbuka sama semua orang, nggak gampang tersinggung” (6/01/2010).
Ingin terlihat berbeda, senang menarik perhatian orang, nyentrik, humoris,
tapi cerdas membuat Eko Kepik disebut orang yang berkepribadian unik. Bisa
terlihat dari pernyataannya berikut ini:
“…saya dulu terkenal dulu juga karena penampilan saya terlihat beda sendiri dari mahasiswa kedokteran lainnya. Dulu juga teman-teman heran sama saya. Karena saya kan jarang masuk kuliah…Cuma suka main, nge-band, sepak bola, tapi kalau ujian nilai saya itu bisa lebih bagus daripada mereka yang belajarnya lebih keras dari saya” (6/01/2010).
195
“Nyentrik bisa dilihat dulu saya rambut saya gondrong…baju juga, kalau yang lain cuma pakai kemeja kotak-kotak atau polos, saya dulu suka pakai baju batik yang motifnya ramai. Selain itu juga saya suka usil, ngumpetin sepatunya cewek-cewek yang kalau pas kuliah suka dilepas…kalau ada sepatu yang hilang, pasti mereka bilang ‘oh…iki mesti kepik iki!’ pokoknya dulu orang melihat saya itu terkesan beda dari teman-teman lainnya. Ada kesan saya itu nggak mau terlihat sama seperti yang lain” (6/01/2010).
Meski Eko Kepik lebih ingin dikenal sebagai pribadinya, daripada dikenal
sebagai seorang dokter, namun dia tetap tidak bisa lepas dari gelarnya sebagai
dokter spesialis seperti yang telah banyak diketahui teman-temannya. Hal ini
mencerminkan sifatnya yang rendah hati. Kerendahan hatinya inilah yang menjadi
kelebihan sekaligus merupakan nilai yang menjadi pegangannya. Berikut
penuturan Eko:
“…pingin lebih dikenal sebagai seorang Eko Kepik yang lucu, unik…lain dari yang lain…tapi saya juga tidak menyembunyikan di sisi lain bahwa saya juga seorang dokter. Atau mungkin orang bisa menilai saya dokter yang nyentrik atau unik” (6/01/2010).
“Ya memang profesi dokter bisa dibilang profesi yang membanggakan, tapi menurut saya, pamer-pamer seperti itu nggak perlu. Tanpa saya bilang saya ini dokter lho…toh orang nantinya akan tau dengan sendirinya. Ada juga beberapa teman saya yang sama-sama dokter. Namanya juga pakai gelar dokternya. Kalau abis punya mobil, bisa beli rumah suka dipamerin lewat Facebook. “Mobil pertama kebeli, rumah kebeli,” kayak gitu dipamerin lewat foto atau status. Tapi kalau saya nggak mau seperti itu. Buat apa? Malu…pekewuh, Mbak. Intinya bagi saya nggak perlu lah yang seperti terlalu dipamerin: (6/01/2010).
2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand
Tahap perumusan personal ambition menjadi dasar dari perumusan
personal brand. Kelebihan-kelebihan yang ada pada diri Eko menjadi modal
utama untuk menunjang personal brand yang dibangunnya. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya bahwa meski Eko lebih ingin dikenal sebagai pribadi Eko
196
Kepik, namun profesinya sebagai seorang dokter spesialis tetap tidak bisa terlepas
dari dirinya. Pada akhirnya tanpa disadarinya, Eko Kepik telah merumuskan
personal brand-nya sebagai seorang dokter yang unik, ramah, terbuka, dan rendah
hati. Hal inilah yang membuat Eko Kepik unik dan menjadi ciri khas tersendiri.
3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC)
Tidak hanya sebatas merumuskan personal ambition dan personal brand.
Demi memperkuat personal brand-nya sebagai dokter yang unik, Eko Kepik juga
telah merumuskan tindakan tertentu. Pertama, Eko memperlihatkan keunikannya,
dengan selalu menuliskan status update yang menggelitik dan dapat menarik
perhatian orang untuk memberikan komentar. Eko yang sengaja tidak meng-
upload sendiri foto-foto di Facebook untuk menantang dirinya sendiri juga
menjadi sisi unik dari dokter yang satu ini. Berikut penuturan Eko yang
mencerminkan keunikannya:
“Kalau saya lagi dapat ide yang ‘lain’ daripada yang lain untuk menuliskannya di update status, baru saya ganti. Saya itu moody…jadi saya kalau nggak mood update status, saya ya nggak ganti status” (6/01/2010).
“…saya pingin nulis status yang lucu atau status-status yang bisa mengundang orang untuk mengomentari status saya. Status yang menarik jadi orang mengomentari status saya. Kalau yang lain cuma nulis status curhat, terus semua kegiatannya ditulis…kalau saya nggak suka seperti itu. Buat saya nggak menarik. Jadi saya buat status yang menarik perhatian teman-teman, seperti tentang Miyabi, yang nggak biasa” (6/01/2010).
“…kalau nggak dikomentari nggak asyik Mbak…saya pingin teman-teman memperhatikan yang saya tulis di update status” (6/01/2010).
“Nyentriknya saya, saya nggak mau upload foto saya sendiri, saya cuma suka di tag-in aja” (6/01/2010).
“…saya menantang diri saya sendiri sampai kapan saya bertahan nggak upload foto saya. Padahal dalam hati saya pingin juga upload
197
foto-foto yang lucu-lucu sama anak saya. Tapi ya saya nggak mau upload foto-foto saya sendiri. Kedengarannya aneh ya, Mbak? Tapi ya itu saya” (6/01/2010). Eko Kepik yang ramah dan terbuka ini tidak pernah ragu untuk menjalin pertemanan dengan semua orang dari berbagai kalangan yang ingin menjadi temannya. Hal ini tercermin dari Eko yang selalu menerima permintaan teman dari setiap orang yang mengundangnya untuk berteman:
“…saya confirm semua karena saya memang tidak pernah pilih-pilih teman” (6/01/2010).
“Saya positive thinking saja, saya berpikir kalau orang meng-add saya dia mungkin punya niat baik…apapun itu…jadi ya, buat apa di-ignore?” (6/01/2010).
“…bukan pingin dikenal, tapi ya…saya memang terbuka berteman dengan siapa saja” (6/01/2010).
4. Mengimplementasikan dan mengolah ambisi personal, personal brand,
dan personal balanced scorecard
Pemasaran diri merupakan bagian penting dari pengimplementasian
personal brand. Maka dengan Eko Kepik mempromosikan dirinya melalui media
Facebook, dengan menggunakan fitur-fitur Facebook seperti yang telah diulas
lengkap pada penyajian data sebelumnya, menunjukkan bahwa Eko Kepik telah
melakukan pengimplementasian personal brand-nya sebagai seorang dokter yang
unik, ramah, terbuka, dan rendah hati.
9. Riza Ayu Purnamasari – Mahasiswa
a. Penyajian Data
Kecil namun lincah adalah dua hal yang bisa dilihat dari mahasiswi
bernama Riza Ayu Purnamasari atau biasa dipanggil dengan sebutan “Riza”.
Gadis asal Temanggung ini tak pernah lengang dari kesibukan. Berbagai macam
198
aktivitas menjadi makanan wajib dalam kesehariannya, karena dia mengaku
sebagai tipe gadis yang aktif. Berikut penuturan Riza pada penulis:
“Aku itu kebetulan orang yang bisa dibilang kelebihan energi. Jadi harus disalurkan ke kegiatan-kegiatan yang positif. Malah bahaya nanti kalau aku salah menyalurkan energiku ini. Jadi aku suka ikut kegiatan-kegiatan semacam organisasi, ikut terlibat dalam event-event, dan macem-macem lah Mbak. Dan semua kegiatan yang aku lakukan itu menurutku berguna bagi diriku sendiri dan mungkin juga orang lain, yang jelas aku bisa mengembangkan diriku dalam kegiatan-kegiatan itu, nambah pengalaman dan koneksi gitu” (8/01/2010).
Begitu juga dalam dunia maya, khususnya situs jejaring sosial Facebook.
Riza yang mengaku mulai aktif dengan Facebook sejak tahun 2008 lalu ini
memanfaatkan Facebook tidak hanya untuk menjalin pertemanan, namun juga
secara tidak langsung membangun personal branding-nya sebagai seorang
“mahasiswa”. Dia ingin menampilkan diri sebagai seorang mahasiswa yang aktif.
“Ya kayak berorganisasi, atau dia ternyata bekerja part time, jadi volunteer gitu,”
ujarnya saat menyebutkan contoh kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan
mahasiswa yang aktif. Baginya, mahasiswa yang aktif adalah mahasiswa yang
melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang bermanfaat tidak hanya bagi dirinya
sendiri, namun juga bagi orang lain. Seperti yang diungkapnya berikut ini:
“Ya kalau aktifnya cuma dolan-dolan nggak jelas, ya itu bagi aku bukan mahasiswa aktif. Siapa juga pasti mau kalau aktifnya cuma main-main aja. Yang pasti menurutku, mahasiswa yang aktif itu tentunya yang aktif terlibat atau melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan yang berisi, yang berguna baik itu bagi diri sendiri maupun bagi yang lain yang ada maksud membuka jaringan, ya…pokoknya yang berguna” (8/01/2010).
Menurut gadis yang sedang mengenyam pendidikan Ilmu Komunikasi
semester enam ini, Facebook seorang mahasiswa yang aktif, bisa dilihat dari
199
status update-nya. Mahasiswa yang aktif biasanya mampu menjaga kalimat-
kalimat yang ditulis, dan mengandung makna yang positif. Dari data diri yang
tercantum pada Profile Information menerangkan organisasi atau kegiatan-
kegiatan yang diikuti, serta dari foto-foto yang diunggah pun bisa menunjukkan
keterlibatannya dalam berbagai aktivitas yang dilakukan. Lebih lanjut, berikut
ungkap Riza pada penulis:
“Kalau menurutku, pertama, dari status-status yang ditulisnya. Biasanya mereka kalau nulis status itu jelas, nggak macem-macem, bahasanya nggak pakai bahasa alay, lebay kayak “akyu capek beuud” “koq gitchu sieh”? (sambil menuliskan contoh) Kalau dia mahasiswa aktif, statusnya itu berisi, biasanya mayoritas positif, dia bisa jaga kata-katanya, kalimat yang ditulisnya, buat jaga image-nya dia. Bukan isinya curhat-curhat yang nggak mutu gitu. Terus juga dari foto-foto yang dia upload, banyak yang menunjukkan dirinya terlibat di beberapa aktivitas atau kegiatan. Yang pasti juga dari data diri dia yang ditulis di FB kan juga bisa dilihat, apa saja aktivitasnya, organisasinya, interest-nya apa aja” (8/01/2010).
(1) Profile Information
Dari data diri yang tercantum pada Profile Information ini bisa didapat
informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Berikut tampilan dari
Profile Information Riza di Facebook
200
Gb. 3.54 Profile Information Riza Ayu Purnamasari
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?id=1041997282&v=info&ref=ts, update 5 Januari 2010
Dari tampilan di atas terlihat hanya sedikit kegiatan yang diikuti Riza
selain kuliah, yaitu “FisipFotografiClub”. Padahal dia mengaku ingin dikenal
sebagai mahasiswa yang aktif dan memiliki segudang kegiatan, namun ternyata
201
dari tampilan di atas bahwa tidak semua organisasi dan kegiatan yang dilakukan
oleh gadis yang satu ini dimuatnya dalam Profile Information.
Riza memang mengaku dirinya hanya mengisi data diri pada Profile
Information seperlunya saja. “Seperlunya aja…nggak lengkap juga. Aku cuma
aku isi yang penting-penting aja. Sekedar informasi yang umum aja, nggak detail
banget,” ujarnya. Meski Riza menyadari bahwa dengan menuliskan secara lebih
lengkap data dirinya dan mencantumkan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya
dapat mendukung personal branding-nya sebagai seorang mahasiswa yang aktif,
akan tetapi Riza sengaja tidak menuliskan semua kegiatannya tersebut karena dia
tidak mau terkesan menyombongkan diri. Baginya, dengan fitur-fitur lainnya di
Facebook yang digunakannya, akan menunjukkan bahwa dia seorang mahasiswa
yang aktif. Seperti yang dikatakannya berikut ini:
“Nggak…aku nggak mau terlihat nyombong banget dengan menuliskan semuanya detail di FB. Aku juga bisa terlihat aktif kok dari status yang aku tulis, dengan mengajak teman-teman selalu datang ke acara aku dan tahu kegiatan-kegiatan aku” (8/01/2010).
Meski Riza adalah gadis yang tidak tahan jika hanya berpangku tangan,
bukan berarti segala kegiatan dan organisasi selalu diikutinya. Dia hanya
melakukan suatu kegiatan jika dia nyaman terlibat pada kegiatan tersebut dan
hanya melakukan apa yang dia ingin lakukan. Hal ini sesuai dengan kalimat yang
ditulisnya pada bagian About Me “I just do what I wanna do”, yang bagi Riza itu
menjadi prinsipnya. Berikut lebih lanjut penuturan Riza pada penulis:
“Kalau aku dikenal orang yang nggak bisa diam, banyak kegiatan, terus terbuka, extrovert dan aku suka memilih jalan yang aman. Jalan yang aman di sini, aku memilih sesuatu yang bisa membuat aku merasa nyaman. Jika suatu lingkungan yang tidak bisa menerima aku apa adanya berbeda pandangan atau kurang welcome, aku lebih baik
202
menarik diri dan aku akan kembali atau lebih memilih lingkungan yang menerima aku. Intinya di mana aku nyaman, di situ aku akan berkembang. Jadi aku hanya akan melakukan kegiatan itu kalau aku mau dan nyaman berada di situ” (8/01/2010).
(2) Friends
Perihal menjalin pertemanan dalam Facebook, Riza adalah pengguna
Facebook yang selektif dalam memilih orang untuk menjadi temannya. Riza
mengaku hanya orang-orang dengan profile yang jelas, seperti nama, foto profil,
serta memiliki Mutual Friends dengan Riza, yang bisa menjadi temannya di
Facebook. Karena baginya, jika orang-orang dengan profil yang tidak jelas
menjadi temannya, lebih berpotensi membawa dampak yang kurang baik pada
image-nya sebagai seorang mahasiswa. Gadis berkacamata ini, lebih memilih
orang-orang yang bisa membawa pengaruh yang baik bagi dirinya, untuk menjadi
temannya di Facebook. Berikut penuturan Riza pada penulis:
“Menurut aku bisa ada pengaruhnya. Aku nggak suka sama orang yang aneh-aneh dan nggak jelas begitu. Dan aku nggak mau orang-orang itu jadi temanku di FB, cuma menuh-menuhin Friends List aja. Nanti khawatir kalau dampaknya jelek malah nggak baik juga buat aku sendiri” (8/01/2010).
“…karena nama-nama nggak jelas, nggak kenal, terus aku lihat profile-nya juga nggak jelas, nggak ada Mutual Friends-nya. Menurutku itu cuma menuh-menuhin Friends List aja. Nanti pas aku buka home banyak sekali status-status nggak jelas dari orang-orang yang nggak jelas itu tadi. Padahal kita membuka FB buat refreshing, eh…Masak pas buka home, isinya status misuh-misuh? Wah malah bawa aura negative, nggak manfaat. Mending aku cari teman yang bisa membawa pengaruh baik aja lah, yang jelas. Membawa manfaat. Jadi nggak percuma punya FB” (8/01/2010).
203
Gb. 3.55 Daftar teman Riza di Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?id=1041997282&v=Wall&ref=ts, update 5 Januari 2010
Tentunya Riza tidak hanya diundang orang menjadi teman. Riza juga
mengundang orang-orang tertentu untuk menjadi temannya di Facebook. Gadis
yang mencintai seni fotografi ini, hanya mengundang orang-orang yang telah
dikenalnya serta orang-orang yang dianggap penting bagi dirinya. “Aku biasanya
nge-add orang di FB biasanya mereka teman-teman lama, teman-teman yang
belum jadi temanku di FB, atau juga orang-orang penting berpengaruh juga aku
add buat membangun relasiku,” ungkapnya.
(3) Status Update
Dalam menggunakan fitur status update di Facebook, Riza yang mengaku
lebih sering menggunakan Bahasa Indonesia dalam menuliskan status update ini
bukan tipe orang yang sering mengganti status update. Bagi Riza, fitur ini juga
cukup berperan penting sebagai media untuk mempromosikan kegiatan-
kegiatannya pada khalayak. Seperti yang diungkapnya berikut ini:
204
“Kalau itu penting, karena kan sekarang bisa jadi media yang efektif untuk menarik massa, atau mendapat perhatian dari khalayak dibandingkan SMS pakai HP, untuk konteks ini bisa sangat membantuku dalam promosi kegiatanku” (8/01/2010).
Gb. 3.56 Status-status Update Riza
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?id=1041997282&v=Wall&ref=ts, update 20 Maret 2010
Seperti yang bisa dilihat pada tampilan di atas, tampilan status-status
update tersebut adalah beberapa contoh status update yang pernah dituliskan Riza.
Ada yang berupa kalimat motivasi, dan ada juga yang menginformasikan
kegiatan-kegiatan yang melibatkan dirinya. Seperti pengakuannya pada penulis,
bahwa dirinya hanya menuliskan hal-hal yang bermuatan positif serta hal-hal yang
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Karena dengan
menuliskan kegiatan-kegiatan tersebut dalam status update, bisa menunjukkan
bahwa dia adalah seorang mahasiswa yang aktif. “Aku tulis yang positif-positif
aja. Biar auranya enak dibaca orang. Ya…kata-kata yang bisa membangkitkan
205
semangat atau biasanya aku juga tulis tentang kegiatan-kegiatan yang aku terlibat,
sekalian promo ke orang-orang juga,” ungkapnya.
(4) Foto
Dalam penggunaan fitur foto di Facebook, Riza mengaku jarang meng-
upload foto-foto koleksinya. Meski banyak terlibat dalam berbagai kegiatan,
ternyata tidak berarti Riza mengunggah setiap foto yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatannya tersebut. Riza hanya mengunggah beberapa foto pribadi dan
sedikit foto kegiatannya.
Gb. 3.57 Foto-foto di Facebook Riza
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1041997282&v=photos&ref=ts, update 20 Maret 2010
Gadis berusia 21 tahun ini lagi-lagi tidak mau terlalu memamerkan foto-
fotonya di Facebook. “Aku memang nggak suka terlalu banyak kliatan pamer
kegiatan-kegiatanku di FB lewat foto, lagipula juga udah di-tag-in temen-temen-
206
ku,” terangnya. Seperti pada beberapa tampilan foto di atas, adalah foto-foto yang
menunjukkan beberapa kegiatan yang melibatkan Riza di dalamnya serta beberapa
hasil karya seni fotografi.
Riza menjadi lebih berhati-hati dalam meng-upload foto di Facebook
setelah menyadari bahwa pengamanan foto-foto di Facebook dirasa sangat
kurang. Meski gemar akan seni fotografi, gadis yang satu ini tidak memamerkan
hasil bidikan kameranya di Facebook, karena baginya ada media selain Facebook
yang dikhususkan untuk memajang hasil karya fotografi secara online yang lebih
aman dibanding Facebook. Seperti yang diungkapkannya berikut ini:
“Kalau dulu memang aku sering upload foto-foto ‘narsis’-ku, tapi ternyata dari Facebook sendiri pengamanannya kurang. Foto kita bisa saja dicomot oleh siapa saja. Dan dunia maya kan bagiku adalah dunia yang liar. Jadi aku sangat berhati-hati dalam upload. Cukup upload foto-foto yang wajar-wajar saja. Kalau memang pingin pamer foto-foto, sudah ada medianya sendiri seperti di multiplay atau di fotografer.net. Aku lebih banyak menggunakan media itu untuk memamerkan hasil jepretan kameraku. Jadi kalau di FB foto yang wajar tapi tetap bagus. Seperti foto di Taman Sari dengan langit yang biru banget, di Ancol dengan ekspresiku yang kayak anak ilang, foto-foto siluet” (8/01/2010).
“…aku lebih memilih multiply atau fotografer.net. karena di FB takutnya bisa dibajak orang. Nggak mau lah meski memang itu hanya hasil jepretan-ku yang mungkin masih dibilang dalam tataran belajar kalau dibanding tingkat profesional. FB bagi aku bukan media yang tepat untuk memperlihatkan karya foto-foto, karena faktor kurangnya pengamanan” (8/01/2010).
Namun meski jarang meng-upload foto-foto kegiatan-kegiatannya, foto-
foto pada Facebook Riza yang memperlihatkan keterlibatan Riza dalam berbagai
kegiatan yang berbeda-beda, mendukung personal branding yang dibangunnya
sebagai seorang mahasiswa yang aktif. Tidak hanya dari foto saja, dari uraian di
207
atas dapat menunjukkan personal branding yang dibangun Riza sebagai
mahasiswa yang aktif.
b. Analisis Data
(1) Penyajian data di atas dapat dianalisis dengan menggunakan metode
membangun personal branding menurut Kristie Tamvecius:
1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya)
Riza Ayu Purnamasari telah menentukan diri sebagai seorang mahasiswa.
Terlihat dari pernyataannya yang menegaskan keinginannya agar lebih dikenal
sebagai mahasiswa oleh orang lain. “…pingin-nya orang tau aku sebagai
mahasiswa aja,” ungkapnya. Lebih spesifik lagi, Riza tidak hanya sekadar
menentukan dirinya sebagai mahasiswa yang biasa namun mahasiswa yang aktif.
“Mahasiswa yang nggak cupu aja...yang aktif lah,” terangnya.
Aktif, dinamis, percaya diri, serta rendah hati adalah beberapa kelebihan
dari pribadi Riza. Gadis yang aktif, dinamis, dan percaya diri tercermin dari
kegemarannya mengikuti berbagai macam kegiatan dan menjalin jaringan atau
networking dengan berbagai kalangan. Tentu saja untuk melibatkan diri pada
suatu kegiatan dan membuat suatu networking dibutuhkan kepercayaan diri untuk
dapat melakukannya. Tanpa rasa percaya diri, seseorang tidak akan mampu
melibatkan diri dan menciptakan suatu networking yang baik. Hal tersebut tersirat
dari beberapa petikan pernyataan Riza berikut ini:
“…menurut aku, mahasiswa yang aktif itu tentunya yang aktif terlibat atau melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan yang berisi, yang berguna baik itu bagi diri sendiri maupun bagi yang lain yang ada
208
maksud membuka jaringan, ya…pokoknya yang berguna” (8/01/2010).
“…aku suka ikut kegiatan-kegiatan semacam organisasi, ikut terlibat dalam event-event, dan macem-macem lah Mbak. Dan semua kegiatan yang aku lakukan itu menurutku berguna bagi diriku sendiri dan mungkin juga orang lain, yang jelas aku bisa mengembangkan diriku dalam kegiatan-kegiatan itu, nambah pengalaman dan koneksi gitu” (8/01/2010).
“Networking itu penting sekali bagiku, karena sepintar atau seahli apapun kita kalau nggak punya network, sama aja bohong. Kita nggak akan bisa apa-apa” (8/01/2010).
Meski Riza adalah mahasiswa yang memiliki berbagai pengalaman dalam
berorganisasi dan kegiatan-kegiatan tertentu, namun ternyata dia tetap rendah hati,
tidak ingin selalu menunjukkan semua pengalaman dan kemampuannya kepada
orang lain. Berikut penuturan Riza yang menyiratkan kerendahan hatinya yang
merupakan salah satu kelebihan Riza:
“…aku nggak mau terlihat nyombong banget dengan menuliskan semuanya detail di FB. Aku juga bisa terlihat aktif kok dari status yang aku tulis, dengan mengajak teman-teman selalu datang ke acaraku dan tahu kegiatan-kegiatanku” (8/01/2010).
“…Aku memang nggak suka terlalu banyak kliatan pamer kegiatan-kegiatanku di FB lewat foto, lagipula juga udah di-tag-in temen-temen-ku” (8/01/2010).
2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan)
Tak cukup bagi Riza jika hanya sebatas menentukan diri, sebagai
mahasiswa yang aktif. Riza juga telah menentukan beberapa hal yang bisa
dilakukannya untuk memperkuat personal brand yang sedang dibangunnya
sebagai seorang mahasiswa yang aktif. Hal ini tercermin dari cara Riza
memanfaatkan fitur-fitur Facebook seperti status update, Friends, dan foto untuk
209
mempromosikan kegiatan dan menunjukkan aktivitasnya. Berikut beberapa
petikan pernyataan Riza:
“…aku kan sering terlibat dalam event gitu, jadi ya aku ajak temen-temen atau orang buat datang ke event itu lewat status yang aku tulis” (8/01/2010).
“Di status aku tulis yang positif-positif aja. Biar auranya enak dibaca orang. Ya…kata-kata yang bisa membangkitkan semangat atau biasanya aku juga tulis tentang kegiatan-kegiatan yang aku terlibat, sekalian promo ke orang-orang juga” (8/01/2010).
“Kalau itu penting, karena kan sekarang menurutku status update bisa jadi media yang efektif untuk menarik massa, atau mendapat perhatian dari khalayak dibandingkan SMS pakai HP, untuk konteks ini status bisa sangat membantu aku dalam promosi kegiatan aku” (8/01/2010).
“Aku biasanya nge-add orang di FB biasanya mereka teman-teman lama, teman-teman yang belum jadi temanku di FB, atau juga orang-orang penting berpengaruh juga aku add buat membangun relasiku” (8/01/2010).
“…yang aku upload biasanya foto pribadi yang nggak close up sama beberapa foto kegiatanku aja” (8/01/2010).
Sebagai mahasiswa aktif yang mempunyai beberapa networking, menjaga
image baik merupakan hal yang penting untuk menumbuhkan kepercayaan orang
terhadapnya. Maka dari itu Riza selalu menjaga sikap dan tindakannya. Mulai dari
menggunakan nama yang sebenarnya di Facebook untuk menjaga nama baiknya
di mata orang-orang yang dianggapnya penting. Riza pun hanya memilih orang-
orang yang membawa pengaruh baik bagi dirinya untuk menjadi temannya. Dia
juga menjaga kata-kata yang ditulisnya. Hal tersebut tersirat dari beberapa
pernyataannya berikut ini:
“…aku pikir buat apa kita pakai nama yang nama aneh-aneh? Aku bangga sama nama pemberian orangtuaku. Kan kalau pakai nama asli lebih mudah untuk bertemu dengan teman lama. Dan juga secara etika kurang bagus. Nanti kalau kita bertemu, berhubungan dengan
210
orang-orang penting di FB kalau nama kita nggak sebenarnya kan terkesan kita nggak serius, cuma main-main aja” (8/01/2010).
“…kalau nama mereka nggak jelas…atau namanya jelas tapi foto profile-nya seronok aku ignore” (8/01/2010).
“Menurut aku orang-orang seperti itu bisa ada pengaruhnya. Aku nggak suka sama orang yang aneh-aneh dan nggak jelas begitu. Dan aku nggak mau orang-orang itu jadi temanku di FB, cuma menuh-menuhin Friends List aja. Nanti khawatir kalau dampaknya jelek malah nggak baik juga buat aku sendiri” (8/01/2010).
“…karena nama-nama nggak jelas, nggak kenal, terus aku lihat profile-nya juga nggak jelas, nggak ada Mutual Friends-nya. Menurutku itu cuma menuh-menuhin Friends List aja. Nanti pas aku buka home banyak sekali status-status nggak jelas dari orang-orang yang nggak jelas itu tadi. Padahal kita membuka FB buat refreshing, eh…Masak pas buka home, isinya status misuh-misuh? Wah malah bawa aura negative, nggak manfaat. Mending aku cari teman yang bisa membawa pengaruh baik aja lah, yang jelas. Membawa manfaat. Jadi nggak percuma punya FB” (8/01/2010).
“…selama masih positif selalu aku tanggepin. Alhamdulillah selama ini sih yang komentar nggak pernah yang negatif” (8/01/2010).
“Bahasa Indonesia sehari-hari aja. Kecuali kalau yang komentar orang yang lebih tua dari aku ya, pakai bahasa yang lebih sopan aja. Menyesuaikan aja” (8/01/2010).
3. Position Yourself (Memposisikan Diri).
Setelah melewati tahap penentuan diri dan penentuan tindakan dalam
membangun personal brand, maka Riza telah menciptakan positioning bagi
dirinya. Personal brand yang dibangun Riza sebagai mahasiswa yang aktif
terlihat dari banyaknya kegiatan yang sering dilakukannya. Hal ini pun ternyata
sudah menempel di benak teman-teman Riza, seperti yang bisa terlihat dari
petikan pernyataannya berikut ini:
“Aku juga bisa terlihat aktif kok dari status yang aku tulis, dengan mengajak teman-teman selalu datang ke acaraku dan tahu kegiatan-kegiatanku. Nggak usah aku tulis, teman-teman udah hafal aku gimana. Pasti ada yang bilang ‘Sibuk opo maneh, Za? Opo ora nduwe
211
kesel?’ (Sibuk apa lagi, Za? Apa kamu nggak capek?) kalau udah gitu aku paling cuma ngeles aja jawabnya” (8/01/2010).
4. Manage Your Brand (Mengelola Brand)
Pemasaran merupakan salah satu elemen penting dalam sebuah
pengelolaan brand. Melihat cara yang digunakan Riza dalam memanfaatkan fitur-
fitur Facebook untuk mempromosikan personal branding-nya sebagai seorang
mahasiswa yang aktif, seperti yang telah dipaparkan pada penyajian data
sebelumnya menunjukkan bahwa Riza telah sampai pada tahap mengelola
personal brand yang dibangunnya. Selain memanfaatkan Facebook, Riza juga
membangun personal branding-nya melalui blog pribadinya:
http://rizapurnama.mutiplay.com
Gb. 3.58 Contact Information Riza
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?id=1041997282&v=info&ref=ts, update 5 Januari 2010
(2) Analisis membangun personal branding menurut Hubert K. Rampersad:
1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal
Pada tahap ini Riza merumuskan ambisi personal-nya sebagai seorang
mahasiswa sesuai dengan statusnya yang saat ini masih duduk di bangku ilmu
komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta. “Ya pingin-nya orang tau aku
sebagai mahasiswa aja,” ungkapnya. Dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari,
gadis ini berprinsip bahwa dia hanya melakukan hal-hal yang ingin dilakukannya,
212
atau dia sering menyebutnya dengan istilah Bahasa Inggris “I just do what I
wanna do,” berikut pernyataannya:
“Kalau aku dikenal orang yang nggak bisa diam, banyak kegiatan, terus terbuka, extrovert dan aku suka memilih jalan yang aman. Jalan yang aman di sini, aku memilih sesuatu yang bisa membuat aku merasa nyaman. Jika suatu lingkungan yang tidak bisa menerima aku apa adanya berbeda pandangan atau kurang welcome, aku lebih baik menarik diri dan aku akan kembali atau lebih memilih lingkungan yang menerima aku. Intinya di mana aku nyaman, di situ aku akan berkembang. Jadi aku hanya akan melakukan kegiatan itu kalau aku mau dan nyaman berada di situ” (8/01/2010).
Sosok Riza yang selalu aktif, dinamis, percaya diri, serta rendah hati
menjadi nilai tambah bagi dirinya. Mengisi waktu dengan melibatkan diri dalam
berbagai macam kegiatan dan networking dengan berbagai kalangan menunjukkan
pribadinya yang dinamis dan aktif. Dibutuhkan rasa percaya diri yang tinggi untuk
berperan dalam berbagai kegiatan dan menjalin networking yang baik dengan
orang lain. Begitu juga dengan Riza yang memiliki rasa kepercayaan diri untuk
mengikuti berbagai macam aktivitas dan menjalin hubungan dengan berbagai
kalangan. Hal tersebut tersirat dari beberapa petikan pernyataan Riza berikut ini:
“…menurut aku, mahasiswa yang aktif itu tentunya yang aktif terlibat atau melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan yang berisi, yang berguna baik itu bagi diri sendiri maupun bagi yang lain yang ada maksud membuka jaringan, ya…pokoknya yang berguna” (8/01/2010).
“…aku suka ikut kegiatan-kegiatan semacam organisasi, ikut terlibat dalam event-event, dan macem-macem lah Mbak. Dan semua kegiatan yang aku lakukan itu menurutku berguna bagi diriku sendiri dan mungkin juga orang lain, yang jelas aku bisa mengembangkan diriku dalam kegiatan-kegiatan itu, nambah pengalaman dan koneksi gitu” (8/01/2010).
“Networking itu penting sekali bagiku, karena sepintar atau seahli apapun kita kalau nggak punya network, sama aja bohong. Kita nggak akan bisa apa-apa” (8/01/2010).
213
Walaupun memiliki berbagai pengalaman dalam berorganisasi dan
kegiatan-kegiatan tertentu, akan tetapi Riza tidak ingin selalu menunjukkan semua
pengalaman dan kemampuannya tersebut kepada orang lain. Hal ini
mencerminkan bahwa Riza adalah pribadi yang rendah hati seperti penuturannya
berikut ini:
“…aku nggak mau terlihat nyombong banget dengan menuliskan semuanya detail di FB. Aku juga bisa terlihat aktif kok dari status yang aku tulis, dengan mengajak teman-teman selalu datang ke acaraku dan tahu kegiatan-kegiatanku” (8/01/2010).
“…Aku memang nggak suka terlalu banyak kliatan pamer kegiatan-kegiatanku di FB lewat foto, lagipula juga udah di-tag-in temen-temen-ku” (8/01/2010).
2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand
Dari kelebihan-kelebihan yang dimiliki Riza yang telah diulas pada tahap
sebelumnya membuat Riza memiliki perbedaan dengan mahasiswa yang lain.
Maka pada tahap ini Riza menetapkan personal yang dibangunnya sebagai
mahasiswa yang aktif dengan menjadikan kelebihannya sebagai modal utama.
Demi memperkuat personal brand sebagai seorang mahasiswa yang aktif, Riza
mengikuti berbagai macam aktivitas seperti organisasi maupun terlibat dalam
suatu penyelenggaraan acara-acara tertentu. Dengan kepercayaan dirinya yang
tinggi, Riza mampu menciptakan suatu jaringan atau link dengan berbagai macam
kalangan, di mana suatu link atau networking sangat penting dalam kesuksesan
acara yang diselenggarakannya. Selain itu, ketertarikannya terhadap dunia
fotografi menjadi nilai tambah bagi gadis ini. Belum banyak mahasiswa yang
menyukai dan mengerti seni fotografi. Bahkan Riza juga berkecimpung dalam
214
suatu komunitas fotografi untuk mengembangkan kemampuan fotografinya.
Berikut pernyataan-pernyataan Riza:
“..aku suka, aku kan juga ikut organisasi FFC di kampus. Itu organisasi komunitas fotografi, dan itu jadi hobby aku juga.” (8/01/2010)
“…aku lebih memilih multiply atau fotografer.net. karena di FB takutnya bisa dibajak orang. Nggak mau lah meski memang itu hanya hasil jepretan-ku yang mungkin masih dibilang dalam tataran belajar kalau dibanding tingkat profesional. FB bagiku bukan media yang tepat untuk memperlihatkan karya foto-foto, karena faktor kurangnya pengamanan” (8/01/2010).
3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC)
Riza telah merumuskan personal balanced scorecard (PBSC) untuk
memperkuat personal branding yang dibangunnya sebagai seorang mahasiswa
yang aktif. Berikut beberapa petikan pernyataan Riza yang mencerminkan cara
Riza memanfaatkan fitur-fitur Facebook seperti status update, Friends, dan foto
untuk mempromosikan kegiatan dan menunjukkan aktivitasnya:
“…aku kan sering terlibat dalam event gitu, jadi ya aku ajak temen-temen atau orang buat datang ke event itu lewat status yang aku tulis” (8/01/2010).
“Di status aku tulis yang positif-positif aja. Biar auranya enak dibaca orang. Ya…kata-kata yang bisa membangkitkan semangat atau biasanya aku juga tulis tentang kegiatan-kegiatan yang aku terlibat, sekalian promo ke orang-orang juga” (8/01/2010).
“Kalau itu penting, karena kan sekarang menurutku status update bisa jadi media yang efektif untuk menarik massa, atau mendapat perhatian dari khalayak dibandingkan SMS pakai HP, untuk konteks ini status bisa sangat membantu aku dalam promosi kegiatan aku” (8/01/2010).
“Aku biasanya nge-add orang di FB biasanya mereka teman-teman lama, teman-teman yang belum jadi temanku di FB, atau juga orang-orang penting berpengaruh juga aku add buat membangun relasiku” (8/01/2010).
215
“…yang aku upload biasanya foto pribadi yang nggak close up sama beberapa foto kegiatanku aja” (8/01/2010).
Riza selalu menjaga sikap dan tindakannya untuk menjaga kepercayaan
orang terhadap dirinya. Dapat tercermin mulai dari menuliskan nama asli di
Facebook, memilih orang-orang yang membawa pengaruh baik bagi dirinya untuk
menjadi temannya, serta menjaga setiap kata-kata yang ditulisnya. Hal tersebut
tersirat dari beberapa pernyataannya berikut ini:
“…aku pikir buat apa kita pakai nama yang nama aneh-aneh? Aku bangga sama nama pemberian orangtuaku. Kan kalau pakai nama asli lebih mudah untuk bertemu dengan teman lama. Dan juga secara etika kurang bagus. Nanti kalau kita bertemu, berhubungan dengan orang-orang penting di FB kalau nama kita nggak sebenarnya kan terkesan kita nggak serius, cuma main-main aja” (8/01/2010).
“…kalau nama mereka nggak jelas…atau namanya jelas tapi foto profile-nya seronok aku ignore” (8/01/2010).
“Menurut aku orang-orang seperti itu bisa ada pengaruhnya. Aku nggak suka sama orang yang aneh-aneh dan nggak jelas begitu. Dan aku nggak mau orang-orang itu jadi temanku di FB, cuma menuh-menuhin Friends List aja. Nanti khawatir kalau dampaknya jelek malah nggak baik juga buat aku sendiri” (8/01/2010).
“…karena nama-nama nggak jelas, nggak kenal, terus aku lihat profile-nya juga nggak jelas, nggak ada Mutual Friends-nya. Menurutku itu cuma menuh-menuhin Friends List aja. Nanti pas aku buka home banyak sekali status-status nggak jelas dari orang-orang yang nggak jelas itu tadi. Padahal kita membuka FB buat refreshing, eh…Masak pas buka home, isinya status misuh-misuh? Wah malah bawa aura negative, nggak manfaat. Mending aku cari teman yang bisa membawa pengaruh baik aja lah, yang jelas. Membawa manfaat. Jadi nggak percuma punya FB” (8/01/2010).
“…selama masih positif selalu aku tanggepin. Alhamdulillah selama ini sih yang komentar nggak pernah yang negatif” (8/01/2010).
“Bahasa Indonesia sehari-hari aja. Kecuali kalau yang komentar orang yang lebih tua dari aku ya, pakai bahasa yang lebih sopan aja. Menyesuaikan aja” (8/01/2010).
216
4. Mengimplementasikan dan mengelola ambisi personal, personal brand,
dan personal balanced scorecard
Seperti yang diulas sebelumnya bahwa dengan melakukan promosi diri
melalui media dalam hal ini adalah Facebook, maka Riza telah melakukan tahap
pengimplementasian personal branding sebagai seorang mahasiswa yang aktif.
Karena pemasaran adalah salah satu bentuk dari tahap mengimplementasikan
personal branding. Pengimplementasian ini ditunjang dengan ulasan yang
sebelumnya telah dibahas pada bagian penyajian data. Tidak hanya melalui
Facebook, personal brand Riza juga dipromosikan melalui blog pribadinya
seperti berikut ini:
Gb. 3.59 Contact Information Riza
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?id=1041997282&v=info&ref=ts, update 5 Januari 2010 10. Wahyu Liz AdaIdeAja – Wiraswasta
a. Penyajian Data
Manfaat Facebook sebagai situs jejaring sosial ternyata memang tidak
terbatas pada hubungan pertemanan saja. Banyak yang bisa dilakukan melalui
Facebook, selain berkomunikasi dengan teman, sahabat, saudara ataupun kolega,
Facebook pun bisa menjadi media bisnis yang mudah dan murah. Hal inilah yang
dimanfaatkan oleh seorang pengusaha muda asal Kota Gudeg, bernama Wahyu
Liz. Meski Wahyu yang baru setahun lalu menjadi pemakai Facebook ini pada
217
awalnya awam akan Facebook, namun hingga kini dia benar-benar merasakan
manfaat Facebook. “Dulu si awalnya saya nggak tahu apa itu Facebook, tapi
setelah tau saya pingin aja ikutan buat biar ga ketinggalan, tapi ternyata setelah
punya, ngerasain manfaatnya…jadi ketagihan…ternyata selain bisa untuk
berkomunikasi dengan teman-teman lama, saya juga bisa bisnis lewat FB,”
ungkapnya.
Sosoknya yang kocak ketika penulis bertemu dengan Wahyu memang
menjadi ciri khas tersendiri. Leluconnya yang segar dan kreatif membuat penulis
tidak bisa menahan tawa. Sesuai dengan karakternya yang lucu dan kreatif ini,
menjadi sesuatu yang ingin ditonjolkannya melalui Facebook. Di Facebook,
Wahyu mengaku ingin dikenal dan membangun personal branding sebagai
seorang pengusaha yang kreatif. Pria lulusan Universitas Gajah Mada ini
menggeluti sebuah lahan bisnis yang menuntut kreativitas tinggi untuk
berkembang sekaligus menjadi nilai jual serta ciri khas tersendiri. Wahyu adalah
seorang pengusaha ide kreatif yang diungkapkannya melalui kaos-kaos, dengan
brand “AdaIdeAja”. Bagi Wahyu, sosok seorang pengusaha memang dituntut
harus pantang menyerah dan kreatif baik dalam menciptakan produk tertentu
maupun menemukan peluang-peluang. Selain itu, pengusaha juga sebaiknya dapat
bermanfaat tidak hanya bagi diri sendiri, namun juga bagi orang lain. Berikut
penuturannya:
“Menurut saya, dia (pengusaha) bisa bermanfaat bagi orang banyak. Karena seorang pengusaha sukses itu sebaiknya bisa juga membuat sukses orang lain. Minimal kan pegawai-pegawai. Karena kita kan menciptakan lapangan kerja. Biasanya kreatif, terus pantang menyerah” (12/01/2010).
218
Terkait dengan Facebook, Wahyu menggunakan fitur-fitur dalam
Facebook untuk membangun personal branding sebagai sosok seorang
pengusaha, seperti foto, Note, status update, serta link. Tidak jauh berbeda dengan
Account Facebook miliknya, menurut Wahyu, Facebook ideal seorang pengusaha
bisa terlihat dari foto-foto yang di-upload biasanya foto produk-produk yang
ditawarkannya, kemudian juga menghubungkan dengan website atau blog pribadi
yang dimiliki ke Facebook. Status update pun tidak hanya berisi kalimat-kalimat
motivasi, namun juga bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan produk. Seperti
yang dijelaskannya berikut ini:
“Biasanya, paling banyak dari foto-foto, saya sering upload foto sample produk saya. Note, juga saya pakai, seperti yang saya bilang tadi, saya kan suka nulis, jadi saya suka nulis yang lucu-lucu juga, sama status yang paling sering saya ganti-ganti. Nanti saya tulis status yang lucu-lucu. Oya, sama saya link-an juga tadi website-website saya ke Facebook” (12/01/2010).
“Biasanya ya, nggak beda jauh sama Facebook saya. Biasanya dia upload foto-foto produknya buat promosi atau bahkan video, kalau dia punya website bisnisnya, ya biasanya di-link-kan dari FB-nya itu, terus juga kadang dari statusnya juga bisa. Misalnya kalau lagi promo produk baru, selain upload foto, tulis juga di status. Atau status-status update-nya biasanya banyak kalimat positif kayak kata-kata motivasi” (12/01/2010).
(1) Profile Information
Wahyu memanfaatkan fitur Profile Information untuk menuliskan segala
data dirinya, guna mendukung personal branding-nya sebagai seorang pengusaha.
219
Gb. 3.60 Profile Information Wahyu Liz “Ada Ide Aja”
220
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1041997282&v=photos&ref=ts#!/WahyuLiz?v=info&ref=ts, Update 10 Januari 2010
“…karena itu nama brand kaos saya…jadi ya kan bisa lebih dikenal
sebagai Wahyu itu yang punya kaos ‘Ada Ide Aja’, ungkapnya ketika penulis
bertanya seputar alasan di balik penggunaan nama ‘Wahyu Liz AdaIdeAja’ di
Facebook-nya. Hal tersebut bisa menunjukkan bahwa dia seorang pengusaha.
Selain dari nama yang dipakainya, kesan bahwa Wahyu ini adalah seorang
pengusaha, dia menuliskan pada “I am interesting in Business” dan “business
development” pada activities dan Interest. Beberapa website usahanya tercantum
pula pada contact information, pada grup yang diikuti oleh Wahyu ada beberapa
grup-grup bertema entrepreneurship, seperti waralaba Indonesia, pesta wirausaha,
dan TDA Jogja. Work Information pun semakin menguatkan bahwa Wahyu
adalah seorang pengusaha, karena dengan jelas tertulis bahwa dia adalah CEO
dari Adaideaja enterprise.
221
Sementara itu kesan pengusaha yang memiliki ide kreatif bisa terlihat dari
kata-kata yang ditulisnya pada bagian About Me, ditulisnya “Penderita humor
ganas stadium Gambir, sebelum lihat karyaku sediakan P3K (pertolongan pertama
pada kecekakaan)”, jelas ini adalah kata-kata yang diolah oleh Wahyu menjadi
kata-kata plesetan yang kocak. Meski banyak ide kreatif di kepalanya, namun
Wahyu dalam beberapa item dalam Profile Information tetap mengisinya dengan
jujur dan lengkap, karena baginya sebagian besar data diri tersebut berkaitan
dengan kepercayaan orang terhadap dia dan bisnis yang dijalankannya. Berikut
penjelasannya pada penulis:
“Wah, kalau data diri semacam itu kan berkaitan dengan kepercayaan orang terhadap saya, dalam hal ini hubungannya dengan bisnis saya. Jadi saya tulis lengkap, nggak main-main. Jadi saya semua yang saya tulis itu jujur tidak ada yang saya tutupi. Karena jujur dan kepercayaan kan penting dalam bisnis. Kalau nggak jujur, nggak dipercaya, gimana mau dapat rekan bisnis. Gimana bisnis saya bisa laku?” (12/01/2010).
(2) Friends
Dalam hal berteman di Facebook, pengusaha muda ini termasuk orang
yang terbuka pada siapa saja yang ingin berteman dengannya di Facebook.
Wahyu bukan tipe orang yang pilih-pilih dalam berteman. Dia sering mengundang
orang menjadi temannya maupun diundang untuk menjadi teman. Orang-orang
yang telah dikenal sebelumnya dan orang-orang yang berpeluang menjadi rekan
bisnisnya, adalah alasannya mengundang seseorang menjadi temannya. “Saya
nggak terlalu milih-milih…Justru kalau mereka me-add saya menjadi teman
mereka kan berarti menambah kesempatan saya menawarkan produk saya sama
222
mereka,” ungkapnya ketika ditanya perihal alasannya selalu menerima orang
menjadi temannya di Facebook.
Gb. 3.61 Daftar Teman Wahyu di Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1041997282&v=photos&ref=ts#!/WahyuLiz?v=Wall&ref=ts, update 30 Maret 2010
Namun Wahyu juga tetap berhati-hati pada orang-orang tertentu yang
menjadi temannya di Facebook, yang berniat jahat padanya dengan membajak
karya-karya yang dimuatnya pada album fotonya. “…kalau pada akhirnya saya
tau dia membajak karya-karya saya yang saya pajang di FB, langsung saya
remove aja dia. Karena banyak juga yang nakal kayak gitu,” ujarnya. Dari caranya
berteman di Facebook yang terbuka pada semua orang untuk menjadi temannya
sebagai sasaran atau target market bisnisnya ini, mendukung personal branding-
nya sebagai seorang pengusaha.
(3) Status Update
Seperti yang telah dituliskan di atas sebelumnya, mengungkapkan bahwa
status update adalah salah satu fitur yang dimanfaatkan oleh pria yang mengaku
223
sering meng-update status ini, untuk mendukung personal brand yang
dibangunnya sebagai seorang pengusaha. Berikut beberapa tampilan status-status
update yang pernah ditulis Wahyu:
Gb. 3.62 Status-status Update Wahyu
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1041997282&v=photos&ref=ts#!/WahyuLiz?v=Wall&ref=ts, update 30 Maret 2010
Seperti yang bisa dilihat pada tampilan di atas, Wahyu mengaku sering
menuliskan status-status update yang lucu, kreatif, dan kocak. Namun selain itu
dia menuliskan kalimat-kalimat motivasi. Tulisan seputar kegiatannya yang
berhubungan dengan bisnis dan mempromosikan produk terbarunya pun tidak
ketinggalan menjadi bahan untuk memperbarui statusnya. Seperti yang
dituturkannya pada penulis berikut ini:
“Saya selalu nulis status yang lucu-lucu dan asyik aja. Pokoknya yang membuat kesan orang lain ke saya itu ‘Ini Anak Ada Ide Aja’. Jadi, ide itu nggak ada matinya buat saya. Sampai ada bilang ke saya ‘Saya dan teman-teman di kantor itu kalau pagi buka FB yang dibuka
224
langsung liat FB-nya Mas, soalnya lucu-lucu bikin ketawa’ contohnya karena ini kan lagi heboh kasus pembobolan ATM, tadi pagi saya tulis status ‘Panik! ATM-ku kebobolan juga…Duit-ku raib! Setelah diusut-usut ternyata tak jikuk dhewe! Lali…’ ya pokoknya kayak gitu. Semacam itu. Kadang juga ada kalimat motivasi juga. Atau saya tulis kegiatan saya yang berhubungan dengan bisnis, terus promo produk baru saya juga kadang” (12/01/2010).
Wahyu yang suka menuliskan status update dengan gaya bahasa yang
kocak ini mengaku sengaja menuliskan status-status semacam itu untuk
mendukung personal branding-nya sebagai seorang pengusaha ide kreatif. “…kan
usaha saya kan juga nggak jauh-jauh dari dunia kreatif,” ujarnya. Selain itu pria
yang satu ini pun mengaku memiliki banyak ide-ide lucu di kepalanya, yang
memang ingin dia ungkapkan lewat status-status update tersebut. Seperti
pengakuannya berikut ini;
“Karena saya suka aja. Lagipula juga memang saya ini kelebihan ide-ide lucu gitu. Ada yang sering komentar ke saya, ‘wah…emang nggak ada matinya. Ada…aja idenya’. Aku kan pernah bilang dan aku jadiin desain kaosku aku tulis ‘FB itu Futih Biru’ FB itu kan memang selalu putih biru kan” (12/01/2010).
(4) Note
Dalam fitur Note ini, Wahyu bisa menyalurkan hobi menulisnya. Berbagai
macam topik pernah ditulis pria yang sering menjadi penulis cerita beberapa
episode acara komedi Opera Van Java ini di dalam Note. Namun dari semua topik
yang dipilih untuk menjadi bahan tulisannya adalah topik-topik yang unik, dengan
kemasan gaya bahasa yang kocak dan kreatif. “Ya beda-beda…tergantung apa
yang lagi “In’ di masyarakat…kayak kemarin waktu heboh film 2012, ya saya
tulis, terus waktu ramadhan juga saya buat tulisannya juga, yang jelas kalau unik
dan asyik ya saya tulis. Saya juga nulis-nya dengan judul yang unik dengan gaya
225
bahasa yang lucu dan asyik. Jadi kan orang tu seneng kalau baca tulisan saya,”
ungkapnya. Unik di mata seorang Wahyu adalah sesuatu yang belum pernah atau
tidak terpikirkan oleh orang lain sebelumnya. “Ya…contohnya ‘Mengapa di
Indonesia banyak sekali DVD bajakan dijual di jalan? Karena akibat penjajahan
Belanda sejak zaman dulu yang menerapkan politik DiViDi et emperan’. Ya
semacam itulah,” ujarnya ketika penulis memintanya menyebutkan contoh ide
yang unik tersebut
226
Gb. 3.63 Note di Facebook Wahyu
227
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1041997282&v=photos&ref=ts#!/WahyuLiz?v=app_2347471856&ref=ts, update 30 Maret 2010
Bisa dilihat pada contoh dua buah Note yang pernah ditulis pria yang
penuh ide-ide gila ini. Mulai dari kalender Bangsa Maya yang sempat menjadi
pembicaraan hangat ketika isu kiamat di tahun 2012, dan Wahyu membuat
tulisannya dikemas dengan kreatif. Yang kedua, menyambut Piala Dunia 2010,
Wahyu pun membuat tulisan yang kocak tentang panduan menonton acara bola,
lengkap dengan logo Piala Dunia 2010 yang diplesetkannya. Dua tulisan di atas
semakin memperkuat personal branding Wahyu sebagai seorang pengusaha yang
memiliki segudang ide-ide kreatif.
228
(5) Link
Fitur link ini dimanfaatkannya untuk menghubungkan Facebook langsung
ke website dan blog pribadinya. Seperti tampilan di bawah ini:
Gb. 3.64 Blog Pribadi Wahyu yang Dihubungkan ke Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1109064817&start=20&hash=2f1948ea535fb7daec66ec72da0d06a0#!/posted.php?id=1109064817&start=0&hash=89ade47bbc73320b87a1de13b58a7345, update 16 Maret 2010
Dengan menggunakan fitur link ini, semakin menguntungkan bagi Wahyu.
Karena segala informasi tentang produk-produk kaos “AdaIdeAja” semakin
mudah diakses oleh teman-teman yang menjadi target market dalam bisnis ini.
229
Tulisan-tulisan di blog-nya yang mengambil topik bahasan seputar kewirausahaan
dengan mudahnya bisa langsung diakses.
(6) Foto
Pada fitur foto ini banyak dimanfaatkan oleh pria yang mengaku sering
meng-upload foto-foto ini untuk mempromosikan produk kaos “AdaIdeAja” serta
kegiatan-kegiatannya yang berhubungan dengan bisnisnya. “Ya sebagian besar
contoh gambar produk kaos saya…desain-desain terbaru kalau ada saya upload
aja. Kemudian kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan bisnis saya, kayak
waktu saya diliput juga saya upload,” ujarnya.
Gb. 3.65 Foto-foto di Facebook Wahyu
Sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1109064817&start=20&hash=2f1948ea535fb7daec66ec72da0d06a0#!/WahyuLiz?v=photos, Update 16 Maret 2010
230
Foto-foto tersebut hanyalah sebagian kecil dari sekian banyaknya foto
yang diunggah Wahyu dalam album foto Facebook. Mulai dari foto produk
kaosnya, foto salah satu outlet yang dimilikinya, fotonya bersama komunitas
pengusaha, foto website-website usahanya, serta foto sebuah liputan dalam koran
tentang bisnisnya yang telah meraup sukses, hingga mampu membuka cabang di
beberapa kota seperti Depok, Solo, Yogyakarta, Bogor, dan Bandung. Bagi
Wahyu, dengan menampilkan foto-foto tersebut bisa semakin mendukung kuat
personal branding-nya sebagai seorang pengusaha. “…lewat-lewat foto-foto itu
kan orang bisa lihat produk-produk saya, kan dari situ juga orang bisa kenal saya,
kalau saya kreatif dengan menciptakan berbagai macam desain kaos-kaos lucu
kreatif to…sukur-sukur tertarik bisa langsung pesen kaos saya,” ungkapnya.
Sudah bisa terlihat jelas dari uraian di atas, bahwa Wahyu membangun
personal branding-nya di Facebook sebagai seorang pengusaha ide-ide kreatif.
Wahyu memiliki sesuatu yang menjadi ciri khasnya yaitu berupa kemampuan
mengolah kata-kata menjadi sebuah lelucon yang segar dan kreatif. Ide-ide kreatif
yang diungkapkannya melalui kaos tersebut membuatnya berbeda dengan
pengusaha lainnya dan semakin memperkuat personal branding online yang
dibangunnya. Hal ini bisa tercermin dari cara-caranya menggunakan fitur-fitur di
Facebook seperti Profile Information, Friends, status update, foto, Note, serta link
yang telah dibahas sebelumnya di atas.
231
b. Analisis Data
(1) Analisis berdasarkan pada model membangun personal branding milik
Kristie Tamvecius, sebagai berikut:
1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya)
Wahyu telah menentukan diri sebagai seorang pengusaha. Lebih tepatnya
sebagai pengusaha ide-ide kreatif. “Ya…pingin dikenal sebagai seorang
entrepreneur…pengusaha,” ungkapnya. Pembawaannya yang humoris, hingga
mampu membuat lelucon yang segar dan unik, menjadi salah satu kelebihannya.
“Lagipula juga memang saya ini kelebihan ide-ide lucu gitu. Ada yang sering
komentar ke saya, ‘wah…emang nggak ada matinya. Ada…aja idenya’,” tuturnya
pada penulis.
2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan)
Sekadar mengidentifikasi diri sebagai pengusaha dengan segudang ide
kreatif tentu saja tidak akan cukup bagi Wahyu untuk membangun personal
branding. Demi memperkuat personal branding yang dibangun sebagai seorang
pengusaha, maka Wahyu pun menentukan hal-hal yang bisa dilakukannya.
Membuat dirinya unik dan berbeda dari pengusaha yang lain, dengan menuangkan
ide-ide kreatifnya pada media kaos. Ide-ide kreatifnya seakan tidak pernah habis
untuk memproduksi sesuatu produk-produk baru dalam bentuk kalimat-kalimat
plesetan yang unik dan kocak. Tidak terbatas pada media kaos, ide-ide kreatifnya
dituangkannya dalam bentuk tulisan yang rencananya akan dibukukan. “Ini sih
sebenarnya saya lagi nyusun tulisan-tulisan lucu saya itu buat dicetak jadi buku,”
tuturnya. Selain itu, salah satu stasiun televisi sering memintanya untuk
232
menuliskan ide cerita sebuah acara komedi. “Saya juga sering ko diminta nulis
naskah cerita buat Opera Van Java,” ungkapnya.
Dilihat dari penyajian data sebelumnya, bisa terlihat bahwa di Facebook
pun Wahyu sengaja menentukan hal-hal yang dilakukannya agar membuat
Account Facebook-nya memiliki ciri khas tersendiri untuk membangun personal
branding-nya sebagai pengusaha ide-ide kreatif yang unik dan kocak.
3. Position Yourself (Memposisikan Diri)
Wahyu yang memiliki kelebihan dan ciri khas tersendiri dibanding yang
lain, telah menciptakan positioning bagi dirinya sebagai pengusaha yang penuh
dengan ide-ide yang lucu dan unik. Hal ini tercermin dari respon beberapa orang
yang menjadi temannya di Facebook, seperti petikan pengakuannya berikut ini:
“Ada yang sering komentar ke saya, ‘wah…emang nggak ada matinya. Ada…aja idenya’” (12/01/2010).
“Sampai ada bilang ke saya ‘Saya dan teman-teman di kantor itu kalau pagi buka FB yang dibuka langsung liat FB-nya Mas, soalnya lucu-lucu bikin ketawa’” (12/01/2010).
Gb. 3.66 Pesan Wall untuk Wahyu
Sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1109064817&start=20&hash=2f1948ea535fb7daec66ec72da0d06a0#!/WahyuLiz?v=Wall, update 30 Maret 2010
233
Tampilan di atas, bisa menunjukkan bagaimana respon orang-orang
terhadap Wahyu. Ada yang memuji produk kaosnya dan ada yang mengakui ide
kreatif Wahyu. Hal tersebut bisa mengindikasikan positioning Wahyu di mata
orang-orang yang menjadi temannya di Facebook.
4. Manage Your Brand (Mengelola Brand)
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa dengan memanfaatkan
Facebook sebagai media untuk memasarkan dirinya, serta mengelola Account
Facebook-nya seperti yang diulas pada penyajian data sebelumnya, maka Wahyu
telah sampai pada tahap pengelolaan brand untuk memperkuat dan menjaga
personal brand yang dibangun sebagai seorang pengusaha ide-ide kreatif yang
unik dan kocak.
(2) Analisis berdasarkan pada model membangun personal branding milik
Hubert K. Rampersad:
1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal
Pada tahap ini, Wahyu telah menentukan ambisi pribadinya, sebagai
seorang pengusaha. Hal ini tersirat dari pilihannya untuk menjadi seorang
pengusaha. “Ya…pingin dikenal sebagai seorang entrepreneur…pengusaha,”
ungkapnya. Sebagai seorang pengusaha, Wahyu pun memegang teguh akan
sebuah “kejujuran”. “…semua yang saya tulis itu jujur tidak ada yang saya tutupi.
Karena jujur dan kepercayaan kan penting dalam bisnis,” tandasnya. Selain
kejujuran, sebagai seorang pengusaha, Wahyu pun berpendapat bahwa pengusaha
234
harus bermanfaat tidak bagi diri sendiri saja namun juga bagi orang lain, harus
kreatif dan pantang menyerah. Berikut pernyataannya pada penulis:
“…bisa bermanfaat bagi orang banyak. Karena seorang pengusaha sukses itu sebaiknya bisa juga membuat sukses orang lain. Minimal kan pegawai-pegawai. Karena kita kan menciptakan lapangan kerja. Biasanya kreatif, terus pantang menyerah” (12/01/2010).
Pribadinya yang humoris hingga mampu membuat banyak lelucon kreatif
adalah hal yang menjadi daya tarik tersendiri. Dia pun mengaku sebagai orang
yang memiliki banyak ide-ide lucu di kepalanya, “Lagipula juga memang saya ini
kelebihan ide-ide lucu gitu. Ada yang sering komentar ke saya, ‘wah…emang
nggak ada matinya. Ada…aja idenya’,” tuturnya. Hingga dirinya pun sering
diminta menulis cerita acara komedi televisi yang menjadi salah satu acara yang
menjadi favorit, yaitu Opera Van Java, “Saya juga sering ko diminta nulis naskah
cerita buat Opera Van Java,” ungkapnya. Kelebihannya ini membuatnya
tertantang membuat sebuah buku yang berisi kumpulan tulisan-tulisannya yang
kocak, yang saat ini masih dalam tahap penyusunan. “Ini sih sebenarnya saya lagi
nyusun tulisan-tulisan lucu saya itu buat dicetak jadi buku,” jelasnya. Ambisinya
sebagai seorang pengusaha, nilai-nilai yang dipegangnya, serta kelebihan yang
dimilikinya tersebut menunjukkan bahwa Wahyu telah melakukan tahap ini.
2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand
Sebagai seorang pengusaha, Wahyu membuat dirinya berbeda dari
pengusaha lainnya. Tidak terbatas hanya pada sebutan sebagai pengusaha kaos,
namun lebih dari itu Wahyu ingin lebih dikenal orang sebagai pengusaha yang
kaya akan ide-ide kreatif. Baginya, kaos hanya salah satu media yang bisa
dimanfaatkan untuk menyalurkan ide-ide kreatifnya hingga mampu meraup
235
pundi-pundi rupiah. “Pengusaha ‘Ide kreatif lucu’, yang dalam hal ini saya
ungkapkan melalui bisnis kaos-kaos,” tuturnya.
Kemampuannya berkreasi dalam membuat kalimat-kalimat plesetan yang
kocak, unik, orisinal, dan tidak terpikirkan sebelumnya oleh orang lain menjadi
ciri khas dan nilai lebih bagi Wahyu maupun produk-produk kaosnya. Hal
tersebut bisa tercermin dari petikan pengakuannya berikut ini:
“Saya selalu nulis status yang lucu-lucu dan asyik aja. Pokoknya yang membuat kesan orang lain ke saya itu ‘Ini Anak Ada Ide Aja’. Jadi, ide itu nggak ada matinya buat saya” (12/01/2010).
“Bagi saya unik itu yang belum pernah atau nggak pernah terpikirkan orang lain sebelumnya” (12/01/2010).
“Ya…contohnya ‘Mengapa di Indonesia banyak sekali DVD bajakan dijual di jalan? Karena akibat penjajahan Belanda sejak zaman dulu yang menerapkan politik DiViDi et emperan.’ Ya semacam itulah” (12/01/2010).
“Aku kan pernah bilang dan aku jadiin desain kaosku aku tulis ‘FB itu Futih Biru’ FB itu kan memang selalu putih biru kan” (12/01/2010).
Sampai saat ini, “Ada Ide Aja” menjadi sebuah brand dari dirinya,
sekaligus produk-produk kaosnya. “…bisa lebih dikenal sebagai Wahyu itu yang
punya kaos ‘Ada Ide Aja’,” ujarnya. Hingga sekarang banyak orang yang lebih
mengenalnya sebagai “Wahyu Ada Ide Aja”.
Keunikan Wahyu tersebut mampu menarik perhatian orang-orang secara
emosional. Leluconnya yang mengundang tawa dan menghibur, banyak disukai
orang-orang. Hal ini tercermin dari petikan cerita Wahyu berikut ini:
“Sampai ada bilang ke saya ‘Saya dan teman-teman di kantor itu kalau pagi buka FB yang dibuka langsung liat FB-nya Mas, soalnya lucu-lucu bikin ketawa’, contohnya karena ini kan lagi heboh kasus pembobolan ATM, tadi pagi saya tulis status ‘Panik! ATM-ku
236
kebobolan juga…Duit-ku raib! Setelah diusut-usut ternyata tak jikuk dhewe! Lali…’ ya pokoknya kayak gitu” (12/01/2010).
3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC).
Pada tahap ini, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis
terhadap Wahyu, penulis bisa menilai bahwa Wahyu telah merumuskan personal
balanced scorecard (PBSC). Sebagai seorang pengusaha dia telah berpikir
bagaimana memanfaatkan Facebook tidak hanya sebagai situs pertemanan semata.
Akan tetapi lebih dari itu, dia bisa melihat peluang bahwa Facebook dapat
digunakan sebagai media pemasaran bagi lahan bisnisnya. “…ternyata selain bisa
untuk berkomunikasi dengan teman-teman lama, saya juga bisa bisnis lewat FB,”
terangnya.
Wahyu sadar betul bahwa apa yang dilakukan terhadap Facebook-nya,
seperti penulisan status-status update yang kocak, tulisan-tulisannya di Note yang
unik, kata-kata yang dituliskannya pada About Me, serta foto-foto yang dimuatnya
di Facebook demi mendukung personal branding yang dibangunnya sebagai
seorang pengusaha ide-ide kreatif yang sekaligus mampu memperkuat brand dari
produk kaosnya (Ada Ide Aja). Berikut penuturan Wahyu:
“…paling banyak dari foto-foto, saya sering upload foto sample produk saya. Note, juga saya pakai, seperti yang saya bilang tadi, saya kan suka nulis, jadi saya suka nulis yang lucu-lucu juga, sama status yang paling sering saya ganti-ganti. Nanti saya tulis status yang lucu-lucu. Oya, sama saya link-an juga tadi website-website saya ke Facebook” (12/01/2010).
Hal-hal yang dilakukan Wahyu tersebut di atas secara otomatis
menunjukkan kesengajaan Wahyu dalam merencanakan semuanya terlebih
dahulu, perihal apa akan dilakukannya terhadap Facebook-nya untuk mendukung
personal branding yang dibangunnya sebagai seorang pengusaha ide-ide kreatif.
237
4. Mengimplementasikan dan mengolah ambisi personal, personal brand,
dan personal balanced scorecard
Dengan memasarkan personal brand-nya melalui Facebook, dan
mengelola Facebook-nya sedemikian rupa seperti yang telah diulas lengkap pada
penyajian data sebelumnya, menunjukkan bahwa Wahyu telah sampai pada tahap
pengimplementasian personal branding yang dibangun sebagai seorang
pengusaha ide-ide kreatif. Bahkan dari Facebook-nya, dapat diketahui bahwa
Wahyu tidak hanya menggunakan Facebook saja dalam memasarkan personal
brand-nya. Website, blog pribadi, serta tulisan media cetak (surat kabar),
digunakannya untuk semakin memperkuat personal brand yang dibangunnya.
Berikut hal-hal yang bisa membuktikan pemasaran personal brand-nya di media
massa selain Facebook:
Gb. 3.67 Website, Blog, media cetak yang mendukung personal brand Wahyu
238
Sumber; http://www.Facebook.com/posted.php?id=1109064817&start=20&hash=2f1948ea535fb7daec66ec72da0d06a0#!/WahyuLiz, update 30 Maret 2010
11. Bima – Pelajar
a. Penyajian Data
Facebook memang telah menjamur pada semua kalangan tingkat ekonomi
dan usia. Tidak terkecuali Bima Atmaja Nityasa Pambudi Kartika Putra, salah
seorang pelajar yang ikut terkena demam situs jejaring sosial Facebook. Bima
yang akrab dipanggil Rere ini mengaku menjadi salah satu pemakai Facebook
sejak dia duduk di bangku kelas VIII atau kelas II SMP, hingga kini dia duduk di
kelas XI. Tren ber-Facebook menjadi alasan Bima untuk ikut membuat Account
Facebook.
239
Dalam dunia Facebook, Bima yang hobi bermain game ini mengaku lebih
ingin dikenal sesuai dirinya apa adanya, sebagai seorang pelajar. Menurutnya,
dirinya adalah pelajar yang biasa seperti layaknya pelajar-pelajar lainnya.
Kegiatan yang dilakukannya dengan yang dilakukan pun tak jauh berbeda dengan
pelajar pada umumnya, seperti bersekolah, belajar, mengerjakan tugas, mengikuti
organisasi atau bahkan mempunyai prestasi tersendiri. Seperti yang diutarakan
oleh Bima berikut ini:
“...jadi siswa yang wajar-wajar aja, kalau sekolah ya sekolah, belajar, ngerjain tugas, mungkin ikut les-les, gabung organisasi kalau perlu. Lebih bagus lagi kalau bisa jadi juara apa gitu, punya prestasi. Intinya yang nggak usah neko-neko, kayak kebut-kebutan, ngerokok, nggak ugal-ugalan lah Mbak” (24/01/2010).
Dalam ber-Facebook bagi Bima, Facebook seorang pelajar bisa dilihat
dari foto yang dipasang biasanya ada yang memakai seragam sekolah, dari Profile
Information-nya bisa dilihat juga berapa umur Bima dan di mana ia bersekolah.
Kemudian yang unik adalah biasanya para siswi yang menulis status update
menggunakan bahasa “Alay” yang saat ini sedang menjadi tren. Seperti yang
diungkapkan Bima berikut ini:
“Kalau menurut saya, biasanya anak sekolah bisa dilihat dari foto-fotonya. Kadang pas pakai seragam, lagi foto di sekolahnya, di kelas. Terus didukung juga sama dari Profile Information-nya dia, yang menyebutkan dia sekolah di mana. Terus juga kalau FB-nya temen-temen saya yang cewek-cewek itu nulis status itu nulis-nya pakai singkatan yang nggak lazim, nggak bisa dimengerti, terlalu lebay. Kayak nulis “Aku capek banget” aja jadi “Akyu cpeg beudd” nulis “kok gitu sih?” juga jadi “ kugh gitchuu ciihh?” (sambil menuliskan contoh) aduh…hampir semua temen-temen yang cewek kayak gitu nulis-nya. Tapi cuma cewek aja. Cowok nggak ada, kalau ada malah aneh kalau ikut-ikutan nulis kayak gitu juga. Kalau cowok nulis-nya ya biasanya aja. Lazim. Nggak tau kenapa cewek-cewek itu pada lebay” (24/01/2010).
240
Namun ternyata pelajar yang menimba ilmu di sekolah bertaraf
internasional ini mempunyai pendapat tersendiri tentang bagaimana Facebook
ideal yang sebaiknya dimiliki oleh seorang pelajar. Menurut Bima, seorang pelajar
tidak seharusnya memasang foto-foto vulgar serta menghindari penulisan kalimat-
kalimat yang kasar. Seperti yang dijelaskan Bima di bawah ini:
“Ya intinya, yang bener aja. Kalau comment misalnya ya, yang bener jangan aneh-aneh, sampai menulis kata-kata kasar atau vulgar sampai mesti pake bintang-bintang (*) gitu. Ya udahlah nulis-nya kalau emang pingin nulis marah-marah di FB mbok ya jangan sampai berlebihan kayak gitu. Kan soalnya kadang ada yang kayak gitu Mbak. Terus kalau masang foto jangan sampai yang vulgar. Kalau itu cewek-cewek banyak juga yang pakai foto sexy. Janganlah. Kalau kayak gitu rusak..nggak bener. Terus gitu ntar dapet temen-temen juga biasanya yang sama nggak bener-nya” (24/01/2010).
(1) Profile Information
Dalam mengisikan data dirinya pada halaman Profile Information, Bima
menuliskan segala informasi mengenai dirinya, seperti yang bisa dilihat pada
tampilan berikut ini:
Gb. 3.68 Profile Information Bima NPKP
241
Sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1109064817&start=20&hash=2f1948ea535fb7daec66ec72da0d06a0#!/bimatmaja?v=info&ref=ts, update 11 Maret 2010
Terlihat dari tampilan di atas, tertulis nama Bima NPKP (Rere NPKP)
adalah nama panjang Bima yang disingkat, sedangkan Rere adalah nama
panggilan Bima yang telah akrab di kalangan teman-temannya. Tidak seperti
teman-temannya yang lebih sering memakai nama yang bukan sebenarnya di
Facebook, Bima justru memakai nama aslinya. Seperti yang diungkapkan Bima
berikut ini:
“Ya, saya suka nama saya. Saya bangga, nama saya kan bagus Mbak. Udah bagus, kenapa harus diganti pakai nama palsu? Banyak memang temen yang pakai nama palsu, nama yang aneh-aneh. Mbak bisa lihat di daftar temen-temen itu. Sebenarnya sebel juga Mbak, kenapa nama kok diganti-ganti nggak pakai nama asli aja. Kadang saya jadi nggak tau orang ini siapa. Setelah saya liat Profile-nya ternyata temen saya sendiri. Cuma gara-gara dia ganti nama, jadi nggak kenal” (24/01/2010).
242
Rasa kekagumannya akan negara Rusia pun, diungkapkannya dengan
menuliskan “Vladivostok Russia” sebagai tempat tinggal dan tanah kelahirannya
meski Bima mengaku sebagai asli “Wong Solo” dan tinggal di Solo. “…itu cuma
karena suka Rusia aja. Jadi saya tulis begitu”, ujarnya
Pada bagian “About Me” tertulis pula “Saya sekarang sekolah di SBBS”
dan pada bagian Education Information tercantum informasi nama sekolah tempat
Bima menimba ilmu yaitu “Sragen Bilingual Boarding School ’09”. Dengan
informasi-informasi tersebut Bima ingin menunjukkan bahwa dia adalah seorang
pelajar.
(2) Friends
Dalam hal berteman di Facebook, Bima yang mengaku lebih sering
mengundang orang untuk menjadi temannya ini, hanya mengundang orang-orang
yang sudah dikenalnya. “Biasanya saya cari teman-taman lama, sama teman-
teman yang saya kenal tapi belum jadi teman di FB”, ungkapnya.
Gb. 3.69 Daftar Teman-Teman Bima di Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1109064817&start=20&hash=2f1948ea535fb7daec66ec72da0d06a0#!/bimatmaja?v=Wall&ref=ts, update 11 Maret 2010
243
Namun ternyata Bima termasuk orang yang cukup selektif dalam
menerima seseorang menjadi teman di Facebook. “kalau Profile mereka jelas, ada
fotonya, dan Mutual Friends-nya banyak, saya confirm. Soalnya kalau nggak ada
fotonya, atau Mutual Friends-nya cuma dikit atau bahkan nggak ada sama sekali
ya di-ignore aja. Itu nggak niat temenan namanya. Saya nggak suka”, terangnya
ketika penulis bertanya perihal kriteria orang-orang yang diterima menjadi
temannya di Facebook. Bima yang mengaku sebagian besar teman-temannya di
Facebook adalah teman-teman sekolahnya sejak bangku sekolah dasar hingga
SMA, secara tidak langsung mendukung personal branding yang dibangun
sebagai seorang pelajar. “Ya emang sebagian besar temen-temen sekolah zaman
SD sampai SMA ”, ujarnya.
(3) Foto
Fitur foto ini juga tidak luput dari perhatian Bima, untuk meng-upload
foto-foto yang dimilikinya. “Macem-macem. Kalau kemarin baru aja, saya upload
foto pas lagi kegiatan di sekolah. Ada juga foto-foto sama temen-temen sekolah,
sama keluarga”, ujar Bima ketika ditanya perihal foto-foto apa saja yang biasa
ditampilkannya di Facebook. Berikut beberapa contoh foto-foto yang tersimpan di
Facebook Bima.
244
Gb. 3.70 Foto-Foto di Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1109064817&start=20&hash=2f1948ea535fb7daec66ec72da0d06a0#!/bimatmaja?v=photos&ref=ts, update 11 Maret 2010
Dari foto-foto di atas, menampilkan kegiatan Bima pada saat kegiatan di
sekolah serta foto-foto saat bersama keluarganya. Bima yang mengaku memiliki
hubungan yang dekat dengan keluarga ini, sangat menyayangi keluarganya.
Baginya keluarga memiliki arti yang sangat besar. Seperti yang diceritakan Bima
berikut ini:
“Ya artinya besar banget, Mbak. Keluarga itu kan tempat kumpul-kumpul. Kalau kumpul sama temen kan belum tentu semuanya bener, tapi kalau keluarga kan kita berkumpul dengan orang-orang yang bener. Terus kalau lagi sakit juga pulangnya ke keluarga. Apalagi sekarang saya tinggal di asrama yang pulangnya dua minggu sekali, jadi sering kangen sama keluarga” (24/01/2010).
Maka dari itu, Bima menampilkan foto-foto bersama keluarganya di
Facebook. Dengan dia menampilkan kedekatannya bersama keluarga di
Facebook, dia memiliki harapan agar teman-temannya juga memiliki hubungan
yang dekat dengan keluarga mereka. Seperti yang diungkap Bima di bawah ini:
“Ya…harapan dalam hati maksudnya sih, biar temen-temen yang lain ikutan juga, pasang foto keluarga mereka. Kan saya pernah tanya
245
temen sekolah, “kenapa kamu nggak pulang?” dia-nya cuma jawab “nggak, enakkan di asrama” kan gitu bisa dinilai anak ini nggak deket sama keluarga. Padahal kalau saya udah kangen banget pinginnya pulang terus” (24/01/2010).
Selain foto-foto bersama keluarga, foto-foto Bima bersama teman-teman
di sekolahnya, sengaja ditunjukkannya melalui Facebook, karena Bima mengaku
bangga bisa mendapat kesempatan untuk belajar di sekolah elit dan bertaraf
internasional tersebut. “Iya, bangga banget, bisa sekolah di SBBS. Kan itu
sekolah elite dan masuknya aja susah, sekolah internasional,” terangnya. Dan hal
ini semakin memperkuat personal branding Bima sebagai seorang pelajar yang
juga dekat dengan keluarganya.
Dari uraian di atas, tampak bahwa Bima secara tidak langsung sedang
membangun personal branding-nya sebagai seorang pelajar yang dekat dengan
keluarga. Hal ini bisa terlihat dari beberapa fitur yang digunakan Bima, mulai dari
profile information yang menunjukkan bahwa dia salah seorang siswa dari Sragen
Bilingual Boarding School, Friends yang sebagian besar merupakan teman-teman
sesama pelajar, serta foto yang menampilkan kegiatan Bima di sekolah dan
moment kedekatan Bima bersama keluarganya.
b. Analisis Data
(1) Penyajian data di atas dapat dianalisis dengan menggunakan metode
membangun personal branding menurut Kristie Tamvecius:
1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya)
Bima Atmaja Nityasa Pambudi Kartika Putra saat ini telah menetapkan
pilihan dirinya sebagai seorang pelajar, seperti statusnya yang hingga kini masih
246
terdaftar sebagai murid di Sragen Bilingual Boarding School. “Ya pingin dikenal
sebagai anak sekolah saja, ya pelajar gitu,” ungkapnya. Cerdas menjadi kelebihan
bagi Bima. Mendapatkan kesempatan untuk bersekolah di Sragen Bilingual
Boarding School, merupakan salah satu bukti bahwa Bima termasuk anak yang
cerdas. Untuk mampu menjadi murid di sekolah elite bertaraf internasional yang
mengadopsi sistem pendidikan dari Negara Turki ini, harus memiliki kemampuan
Bahasa Inggris yang baik. Karena hampir semua materi yang diajarkan
menggunakan Bahasa Inggris. Seperti Bima yang mengaku bangga bisa diterima
di sekolah tersebut, “…bangga banget, bisa sekolah di SBBS. Kan itu sekolah
elite dan masuknya aja susah, sekolah internasional”. Selain itu Bima yang juga
ditunjuk untuk mewakili sekolahnya dalam lomba karya ilmiah tingkat nasional
berhasil menyabet juara pertama dan akan dikirim ke Negara Brazil. Seperti
petikan pernyataannya berikut ini dan tampilan status update Bima:
“Kebetulan sekarang saya lagi ngerjain project karya ilmiah buat lomba jadi boleh bawa laptop, karena ada Wi-Fi nya saya bisa curi-curi sedikit.” (24/01/2010)
Gb. 3.71 Status Update Bima dan Komentar-Komentar Dari Teman
Sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1109064817&start=20&hash=2f1948ea535fb7daec66ec72da0d06a0#!/bimatmaja?v=Wall&ref=ts, update 11 Maret 2010
247
Selain sebagai seorang pelajar, sisi lain dari Bima yang tidak bisa lepas
dari dirinya adalah sebagai seorang anak kedua dari tiga bersaudara. Bima adalah
anak yang beruntung karena memiliki keluarga yang bahagia dan dekat dengan
dirinya. Kedekatannya bersama keluarga menjadi nilai tambah tersendiri bagi
Bima. Hal ini menunjukkan bahwa Bima mendapatkan perhatian dan kasih sayang
yang utuh dari keluarganya sebagai lingkungan terdekat yang ikut bertanggung
jawab mendidik remaja seusianya. Seperti yang tercermin dari pernyataan Bima
berikut ini:
“Iya Mbak. Saya deket sama keluarga. Saya sayang sama keluarga lah Mbak . Ya artinya besar banget, Mbak. Keluarga itu kan tempat kumpul-kumpul. Kalau kumpul sama temen kan belum tentu semuanya bener, tapi kalau keluarga kan kita berkumpul dengan orang-orang yang bener. Terus kalau lagi sakit juga pulangnya ke keluarga. Apalagi sekarang saya tinggal di asrama yang pulangnya dua minggu sekali, jadi sering kangen sama keluarga.” (24/01/2010)
2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan)
Untuk memperkuat personal branding yang dibangunnya sebagai seorang
pelajar, Bima tidak berhenti sampai pada menentukan siapa dirinya, namun Bima
juga menentukan tindakan yang bisa dilakukannya. Bersikap wajar dan positif
sebagai seorang pelajar adalah hal yang dilakukannya untuk menjadi pelajar yang
baik. Berikut pernyataan Bima yang mencerminkan sikap positif sebagai pelajar:
“...jadi siswa yang wajar-wajar aja, kalau sekolah ya sekolah, belajar, ngerjain tugas, mungkin ikut les-les, gabung organisasi kalau perlu. Lebih bagus lagi kalau bisa jadi juara apa gitu, punya prestasi. Intinya yang nggak usah neko-neko, kayak kebut-kebutan, ngerokok, nggak ugal-ugalan lah Mbak.” (24/01/2010)
248
“Kalau comment misalnya ya, yang bener jangan aneh-aneh, sampai menulis kata-kata kasar atau vulgar sampai mesti pake bintang-bintang (*) gitu. Ya udahlah nulis-nya kalau emang pingin nulis marah-marah di FB mbok ya jangan sampai berlebihan kayak gitu. Kan soalnya kadang ada yang kayak gitu Mbak. Terus kalau masang foto jangan sampai yang vulgar. Kalau itu cewek-cewek banyak juga yang pakai foto sexy. Janganlah. Kalau kayak gitu rusak..nggak bener. Terus gitu ntar dapet temen-temen juga biasanya yang sama nggak bener-nya” (24/01/2010)
3. Position Yourself (Memposisikan Diri).
Setelah melalui dua tahap sebelumnya, dengan sendirinya secara tidak
langsung, Bima telah menciptakan suatu positioning bagi dirinya sebagai pelajar
yang cerdas di mata orang lain. Hal ini bisa tampak dari gambar berikut ini yang
menampilkan komentar teman Bima saat mengetahui Bima berhasil meraih juara
satu:
Gb. 3.72 Status Update Bima Dan Komentar-Komentar Dari Teman
Sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1109064817&start=20&hash=2f1948ea535fb7daec66ec72da0d06a0#!/bimatmaja?v=Wall&ref=ts, update 11 Maret 2010
249
4. Manage Your Brand (Mengelola Brand)
Mengingat pemasaran diri adalah bagian penting dalam mengelola sebuah
brand, maka dengan Bima mempromosikan dirinya sebagai seorang pelajar
melalui Facebook dan memanfaatkan fitur-fitur Facebook sedemikian rupa seperti
yang telah diulas lengkap pada penyajian data sebelumnya, menunjukkan bahwa
Bima telah mencapai tahap pengelolaan brand.
(2) Analisis membangun personal branding menurut Hubert K. Rampersad:
1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal
Bima telah merumuskan ambisinya saat ini sebagai seorang pelajar yang
bisa tersirat dari pernyataannya yang ingin dikenal sebagai seorang pelajar. “Ya
pingin dikenal sebagai anak sekolah saja, ya pelajar gitu,” ungkapnya. Sebagai
seorang pelajar, kecerdasan yang dimiliki Bima merupakan suatu kelebihan dalam
dirinya. Terdaftar sebagai salah satu siswa di sekolah elite bertaraf internasional
yang hampir semua materinya berbahasa Inggris, adalah salah satu indikasi bahwa
Bima adalah siswa yang cerdas. Dia pun ditunjuk untuk mewakili sekolahnya
dalam lomba karya ilmiah tingkat nasional yang berhasil meraih juara pertama
dan akan dikirim ke Brazil. Hal tersebut tersirat dari penuturan Bima dan tampilan
berikut ini:
“…bangga banget, bisa sekolah di SBBS. Kan itu sekolah elite dan masuknya aja susah, sekolah internasional” (24/01/2010).
“Kebetulan sekarang saya lagi ngerjain project karya ilmiah buat lomba jadi boleh bawa laptop, karena ada Wi-Fi nya saya bisa curi-curi sedikit” (24/01/2010).
250
Gb. 3.73 Status Update Bima Dan Komentar-Komentar Dari Teman
Sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1109064817&start=20&hash=2f1948ea535fb7daec66ec72da0d06a0#!/bimatmaja?v=Wall&ref=ts, update 11 Maret 2010
Bersikap positif layaknya seorang pelajar pada umumnya, merupakan
sebuah nilai yang menjadi pegangan Bima dalam menjalankan perannya sebagai
pelajar. Seperti melakukan kegiatan yang membawa manfaat baik serta
menghindari aktivitas negatif. Berikut pernyataan Bima:
“...jadi siswa yang wajar-wajar aja, kalau sekolah ya sekolah, belajar, ngerjain tugas, mungkin ikut les-les, gabung organisasi kalau perlu. Lebih bagus lagi kalau bisa jadi juara apa gitu, punya prestasi. Intinya yang nggak usah neko-neko, kayak kebut-kebutan, ngerokok, nggak ugal-ugalan lah…” (24/01/2010).
2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand
Tahap rumusan personal ambition tersebut merupakan dasar dari tahap
perumusan personal branding ini. Bima menjadikan kelebihan pada dirinya dan
nilai yang menjadi pedomannya sebagai dasar penting demi menunjang dan
memperkuat personal yang sedang dibangunnya. Bima merumuskan personal
brand-nya sebagai seorang pelajar yang dekat dengan keluarganya. Keluarga
memiliki arti penting baginya. Kedekatan Bima dengan keluarganya tampak dari
251
pernyataannya yang mengaku secara lugas, bahwa dia sangat dekat dan begitu
menyayangi keluarganya, berikut ini:
“Iya Mbak. Saya deket sama keluarga. Saya sayang sama keluarga lah Mbak Ya artinya besar banget, Mbak. Keluarga itu kan tempat kumpul-kumpul. Kalau kumpul sama temen kan belum tentu semuanya bener, tapi kalau keluarga kan kita berkumpul dengan orang-orang yang bener. Terus kalau lagi sakit juga pulangnya ke keluarga. Apalagi sekarang saya tinggal di asrama yang pulangnya dua minggu sekali, jadi sering kangen sama keluarga” (24/01/2010).
Kedekatan hubungan Bima dengan keluarganya inilah yang sekaligus
menjadi keunggulan Bima. Hal ini menunjukkan bahwa remaja seusia Bima
mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari keluarganya sebagai
lingkungan yang ikut berperan dalam mendidik Bima. Tidak semua remaja seusia
Bima mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari keluarganya.
3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC)
Bima juga telah merumuskan personal balanced scorecard (PBSC), bila
dilihat dari hasil wawancara penulis dengan Bima. Bima yang menuliskan nama
aslinya di Facebook tidak seperti kebanyakan remaja seusianya yang sering
memakai nama yang bukan sebenarnya di Facebook, serta Bima yang juga tidak
menyukai teman-temannya jika menuliskan kata-kata kasar dan memasang foto-
foto yang vulgar, mencerminkan sikap positif Bima sebagai seorang pelajar.
Selain itu, untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang pelajar yang juga
memiliki hubungan dekat dengan keluarganya, Bima pun menampilkan foto-foto
kegiatan sekolah dan foto-fotonya bersama keluarga. Seperti yang tersirat dari
pernyataan-pernyataannya berikut ini:
“…intinya, yang bener aja. Kalau comment misalnya ya, yang bener jangan aneh-aneh, sampai menulis kata-kata kasar atau vulgar sampai
252
mesti pake bintang-bintang (*) gitu. Ya udahlah nulis-nya kalau emang pingin nulis marah-marah di FB mbok ya jangan sampai berlebihan kayak gitu. Kan soalnya kadang ada yang kayak gitu Mbak. Terus kalau masang foto jangan sampai yang vulgar. Kalau itu cewek-cewek banyak juga yang pakai foto sexy. Janganlah. Kalau kayak gitu rusak..nggak bener. Terus gitu ntar dapet temen-temen juga biasanya yang sama nggak bener-nya” (24/01/2010).
“…saya suka nama saya. Saya bangga, nama saya kan bagus Mbak. Udah bagus, kenapa harus diganti pakai nama palsu? Banyak memang temen yang pakai nama palsu, nama yang aneh-aneh. Mbak bisa lihat di daftar temen-temen itu. Sebenarnya sebel juga Mbak, kenapa nama kok diganti-ganti nggak pakai nama asli aja. Kadang saya jadi nggak tau orang ini siapa. Setelah saya liat Profile-nya ternyata temen saya sendiri. Cuma gara-gara dia ganti nama, jadi nggak kenal” (24/01/2010).
“…saya upload foto pas lagi kegiatan di sekolah. Ada juga foto-foto sama temen-temen sekolah, sama keluarga” (24/01/2010).
4. Mengimplementasikan dan mengolah ambisi personal, personal brand,
dan personal balanced scorecard
Seperti yang diulas sebelumnya bahwa dengan melakukan promosi diri
melalui media dalam hal ini adalah Facebook, maka Bima telah melakukan tahap
pengimplementasian personal branding sebagai seorang pelajar yang dekat
dengan keluarga. Karena pemasaran adalah salah satu bentuk dari tahap
mengimplementasikan personal branding. Pengimplementasian ini ditunjang
dengan ulasan yang sebelumnya telah dibahas pada bagian penyajian data.
253
B. KESIMPULAN:
1. Personal brand yang ditampilkan di Facebook:
a. Rohmad Nur Cahyo – Motivator:
Sebagai motivator, di Facebook Rohmad sengaja membangun dan
menampilkan diri sebagai seorang motivator yang sekaligus menjadi tokoh
muda bidang pariwisata dan wirausahawan muda.
b. Sigit Rastaman – Manager Marketing:
Di Facebook, Sigit tidak membangun personal brand sebagai seorang
manager marketing. Akan tetapi tanpa disadari oleh Sigit bahwa aliran
music reggae dianutnya telah membuat dirinya tampil sebagai seorang
rastaman yang dekat dengan keluarganya
c. Bambang Dwi Sasongko – Guru:
Sesuai dengan profesinya, di Facebook Bambang sengaja menampilkan
diri sebagai seorang guru Bahasa Indonesia yang mampu mengerti dan
memahami siswanya serta menyayangi keluarganya.
d. Punti Mayasari – Ibu Rumah Tangga:
Ibu muda ini tanpa disadarinya, telah membangun personal brand sebagai
ibu rumah tangga yang sangat menyayangi keluarganya, sekaligus sebagai
seorang wiraswasta.
e. Donny Gallendra – IT:
Donny sebagai seorang IT, sejak awal sengaja menampilkan personal
brand sesuai dengan profesinya sebagai seorang IT yang suka berbagi ilmu
dan berbagi sesuatu yang positif.
254
f. Sigit Nugroho – Pegawai Swasta:
Profesinya sebagai pegawai swasta tidak membuat Sigit juga ingin
menampilkan diri sebagai seorang karyawan swasta. Di Facebook, tanpa
sengaja Sigit telah membangun personal brand sebagai seorang ayah yang
sangat menyayangi kedua putranya.
g. Mas Liezt – Pegawai Negeri Sipil (PNS):
Sebagai seorang pegawai negeri sipil yang bekerja untuk Departemen
Pariwisata Kota Solo, tanpa sengaja ia telah membangun personal brand
sesuai dengan profesinya, yaitu sebagai seorang pegawai departemen
pariwisata yang mencintai hasil karya seni dan budaya.
h. Eko Kepik – Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin:
Meski ingin menampilkan diri sebagai pribadinya yang unik, namun tanpa
disadari Eko Kepik, ia telah membangun personal brand sebagai seorang
dokter yang unik, ramah, dan terbuka.
i. Riza Ayu Purnamasari – Mahasiswa:
Di Facebook telah sengaja membangun personal brand sebagai mahasiswa
yang aktif dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat.
j. Wahyu Liz “AdaIdeAja” – Pengusaha:
Sejak awal membuat Facebook, Wahyu sadar betul untuk memanfaatkan
Facebook untuk memasarkan personal brand sebagai seorang pengusaha
ide-ide kreatif yang unik dan kocak.
255
k. Bima NPKP – Pelajar:
Tanpa disadarinya, Bima telah menampilkan diri dan membangun
personal brand sebagai seorang pelajar yang cerdas dan dekat dengan
keluarga.
256
2. Cara yang digunakan untuk membangun personal brand di Facebook:
Tabel 4.1 Tabel Pemanfaatan Fitur-Fitur Facebook oleh Responden
Fitur-Fitur Facebook No
Responden
Profesi Profile
Information Status Update
Friends Photos Link Note Video
1 Rohmad Nur Cahyo
Motivator
2 Sigit Rastaman Manager Marketing
3 Bambang Dwi Sasongko
Guru
4 Punti Mayasari Ibu Rumah Tangga
5 Donny Gallendra
IT
6 Sigit Nugroho Pegawai Swasta
7 Mas Liezt PNS
8 Eko Kepik Dokter
9 Riza Ayu Purnamasari
Mahasiswa
10 Wahyu Liz “AdaIdeAja”
Pengusaha
11 Bima NPKP Pelajar
Jumlah 9 9 6 10 3 2 1
257
3. Tahap-Tahap Membangun Personal branding:
Dari analisis tahapan membangun personal brand yang telah diulas
sebelumnya, dapat diambil kesimpulan:
a. Berdasarkan profesi, kesimpulan ini dilihat dari personal brand yang
dibangun para responden melalui Facebook, apakah sesuai dengan profesi
mereka. Seperti yang dilakukan oleh Rohmad Nur Cahyo (Motivator),
Wahyu Liz “AdaIdeAja” (Pengusaha), Bambang Dwi Sasongko (Guru),
Donny Gallendra (IT), Punti Mayasari (Ibu Rumah Tangga), Mas Liezt
(PNS), Eko Kepik (Dokter), Riza (Mahasiswa), dan Bima (Pelajar).
Mereka adalah responden-responden yang membangun personal brand
dan tampil sesuai dengan profesi mereka masing-masing terlepas dari
unsur sengaja maupun tidak sengaja dalam membangun personal brand
tersebut secara online melalui Facebook. Sedangkan dua respoden lainnya
tidak membangun personal brand sesuai dengan profesinya. Mereka
adalah Sigit Rastaman (Manager Marketing) dan Sigit Nugroho (Pegawai
Swasta) yang masing-masing membangun personal brand sebagai seorang
rastaman yang mencintai keluarganya dan sebagai seorang ayah yang
sangat menyayangi kedua putranya.
b. Berdasarkan unsur kesengajaan. Kesimpulan ini diambil dari sisi unsur
kesengajaan responden dalam membangun personal brand melalui
Facebook, apakah mereka membangun personal brand dengan sengaja
(sadar) atau tidak sengaja (tidak sadar). Kesengajaan dalam membangun
personal brand dapat dijumpai pada beberapa responden, terlepas dari
258
apakah personal brand yang dibangun sesusai dengan profesi mereka.
Seperti respoden di bawah ini:
(1) Rohmad Nur Cahyo (Motivator), dengan sadar dia sengaja
menampilkan diri sebagai seorang motivator yang sekaligus
menjadi tokoh muda bidang pariwisata dan wirausahawan muda.
Hal ini bisa dilihat dari pengakuan Rohmad dan cara Rohmad
memanfaatkan fitur-fitur di Facebook yang selalu mencerminkan
personal brand yang dibangunnya tersebut.
(2) Wahyu Liz “AdaIdeAja” (Pengusaha), juga secara sengaja
memanfaatkan Facebook untuk membangun personal brand-nya
sebagai seorang pengusaha kreatif yang unik dan kocak sekaligus
untuk memajukan lahan bisnisnya. Hampir semua fitur di
Facebook digunakannya untuk mendukung personal brand-nya dan
apa yang dilakukannya dalam mengelola Account Facebook-nya
menampilkan diri sebagai pengusaha ide-ide kreatif yang unik dan
kocak.
(3) Bambang Dwi Sasongko (Guru) yang sengaja menampilkan diri
dan membangun personal brand sebagai seorang guru Bahasa
Indonesia yang mengerti dan memahami siswa-siswanya.
Tercermin dari caranya mengelola fitur-fitur Facebook sedemikian
rupa hingga dapat digunakannya sebagai salah satu media
pendukung kegiatan belajar mengajar bersama para muridnya.
259
(4) Donny Gallendra (IT), tidak berbeda dengan responden-responden
di atas, Donny pun sengaja membangun personal brand sebagai
seorang IT yang suka berbagi ilmu dan berbagi sesuatu yang
positif. Tercermin dari tindakannya dalam memanfaatkan fitur-fitur
Facebook, yang juga digunakan Donny untuk membagikan ilmu
yang dimilikinya kepada teman-teman yang menjadi temannya di
Facebook.
(5) Mas Liezt (PNS), sama halnya dengan Mas Liezt yang juga secara
sadar membangun personal brand sebagai pegawai departemen
pariwisata yang mencintai seni dan budaya terutama budaya Kota
Solo. Karena Mas Liezt sadar bahwa Facebook tidak hanya dapat
digunakan untuk menjalin pertemanan, akan tetapi Mas Liezt pun
sengaja memanfaatkan fitur-fitur Facebook untuk mempromosikan
seni dan budaya Kota Solo, dan mengekspresikan rasa cintanya
terhadap seni dan budaya, sehubungan dengan Mas Liezt yang juga
merupakan pegawai departemen pariwisata.
(6) Riza Ayu Purnamasari (Mahasiswa), unsur kesengajaan dalam
membangun personal brand di Facebook juga terjadi pada Riza
yang menampilkan diri sebagai mahasiswa yang aktif. Tercermin
dari caranya memanfaatkan Facebook tidak hanya sebagai situs
pertemanan saja, namun Riza menyadari manfaat lain dari
Facebook yang dapat digunakannya untuk mempromosikan
kegiatan-kegiatan yang diselenggarakannya.
260
Sedangkan respoden berikut ini adalah responden yang secara
tidak sengaja atau tidak sadar bahwa mereka secara tidak langsung telah
membangun personal brand mereka di Facebook. Responden-responden ini
kesemuanya memang mengaku ingin dikenal sebagai sosok yang
ditampilkannya di Facebook. Namun mereka tidak sadar bahwa apa yang
mereka lakukan terhadap Account Facebook mereka telah menciptakan
suatu brand bagi diri mereka.
(1) Sigit Rastaman (Manager Marketing), meski mengaku kepada penulis
ingin dikenal sebagai penganut rasta atau disebut rastaman, namun dia
tidak sadar atau tidak sengaja telah membangun personal brand
sebagai seorang rastaman yang menyayangi keluarganya. Hal ini bisa
dilihat dari pernyataannya, yang mengaku Sigit sebenarnya tidak ingin
sengaja menunjukkan sebagai seorang Rastaman, namun karena
rastaman memang merupakan kepribadiannya, maka itulah yang
ditunjukkannya di Facebook.
(2) Punti Mayasari (Ibu Rumah Tangga), sama seperti halnya dengan Sigit
Rastaman, Punti juga tidak sengaja telah membangun personal brand
sebagai seorang ibu rumah tangga yang bertanggung jawab akan segala
kewajiban dan tugasnya terhadap keluarga. Hal ini terlihat dari
pengakuannya yang menyatakan bahwa Punti hanya ingin dikenal
sebagai dirinya apa adanya, di mana Punti merupakan seorang ibu
rumah tangga. Sehingga sosok ibu rumah tangga adalah sosok yang
ditampilkannya di Facebook. Caranya dalam memanfaatkan fitur-fitur
261
di Facebook juga menunjukkan bahwa Punti tanpa sadar telah
membangun personal brand bagi dirinya.
(3) Sigit Nugroho (Pegawai Swasta), selain memanfaatkan Facebook
untuk menjalin pertemanan, Sigit juga menggunakan Facebook untuk
mengekspresikan rasa sayangnya terhadap kedua putranya, sehingga,
tanpa sengaja telah membangun personal brand-nya sebagai seorang
ayah yang sangat menyayangi anak-anaknya. Hal ini bisa terlihat dari
caranya menggunakan fitur-fitur Facebook yang mencerminkan rasa
sayangnya yang begitu dalam terhadap anak-anaknya.
(4) Eko Kepik (Dokter), walau mengaku lebih ingin dikenal sebagai
pribadi Eko Kepik yang unik, ramah, dan terbuka, daripada dikenal
sebagai seorang dokter namun cara Eko Kepik memanfaatkan fitur-
fitur Facebook juga tetap memperlihatkan dirinya sebagai dokter.
Sehingga tanpa disadarinya, Eko telah membangun personal brand
sebagai seorang dokter spesialis kulit dan kelamin yang unik, ramah,
dan terbuka.
(5) Bima NPKP (Pelajar), meskipun mengaku ingin orang lain
mengenalnya sebagai seorang pelajar yang biasa-biasa saja, namun bila
melihat dari cara-cara yang telah dilakukan Bima dalam memanfaatkan
fitur-fitur di Facebook, tanpa disadari Bima telah menunjukkan
personal brand sebagai pelajar yang cerdas dan dekat dengan
keluarganya.
262
c. Berdasarkan latar belakang tindakan yang dilakukan. Kesimpulan ini
diambil berdasarkan latar belakang tindakan yang dilakukan untuk
membangun personal brand. Apakah tindakan-tindakan tersebut
didasarkan pada logika atau dilatarbelakangi oleh dorongan emosional
responden. Tindakan yang dilakukan para responden yang sengaja
membangun personal brand bagi dirinya di Facebook didasarkan atas
logika. Cara-cara yang dilakukan dalam memanfaatkan fitur-fitur di
Facebook pun diupayakan agar dapat mendukung personal brand yang
dibangun. Seperti yang terjadi pada Rohmad Nur Cahyo (Motivator),
Wahyu Liz “AdaIdeAja” (Pengusaha), Bambang Dwi Sasongko (Guru),
Donny Gallendra (IT), Riza (Mahasiswa), dan Mas Liezt (PNS).
Sedangkan bagi para responden yang tidak sadar atau tidak sengaja
membangun personal brand mereka di Facebook, tindakan yang mereka
lakukan dalam memanfaatkan Facebook dilatarbelakangi oleh dorongan
emosional sebagai manusia. Seperti Sigit Rastaman (Manager Marketing)
tindakan yang dilakukannya berdasarkan kepribadiannya sebagai seorang
rasta dan rasa sayangnya terhadap keluarga. Sama halnya dengan Punti
Mayasari (Ibu Rumah Tangga) yang juga melibatkan rasa cinta terhadap
keluarganya menjadi latar belakang tindakan yang dilakukannya di
Facebook. Tidak berbeda pula yang terjadi pada Sigit Nugroho (Pegawai
Swasta) yang memiliki ikatan emosional yang kuat dengan kedua putranya
hingga diungkapkannya melalui Facebook. Begitupun dengan Eko Kepik
(Dokter) yang ingin menunjukkan kepribadiannya yang unik, ramah, dan
263
terbuka. Terakhir terjadi pada Bima NPKP (Pelajar) yang terdorong oleh
rasa sayangnya terhadap keluarganya, hingga menampilkan diri sebagai
pelajar yang cerdas dan dekat dengan keluarganya.
264
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Personal brand yang dibangun oleh anggota-anggota Soloraya Facebook
Community (SFC) yang berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda secara
online melalui Facebook adalah sebagai berikut:
1. Rohmad Nur Cahyo (Motivator): seorang motivator yang sekaligus
menjadi tokoh muda bidang pariwisata dan wirausahawan muda.
2. Sigit Rastaman (Manager Marketing): sebagai seorang rastaman yang
mencintai keluarganya.
3. Bambang Dwi Sasongko (Guru): sebagai seorang guru Bahasa
Indonesia yang mampu mengerti dan memahami siswanya serta
menyayangi keluarganya.
4. Punti Mayasari (Ibu Rumah Tangga): sebagai seorang ibu rumah
tangga yang sangat menyayangi keluarganya, sekaligus sebagai
seorang wiraswasta.
5. Donny Gallendra (IT): sebagai seorang IT yang suka berbagi ilmu dan
berbagi sesuatu yang positif.
6. Sigit Nugroho (Pegawai Swasta): sebagai seorang ayah yang sangat
menyayangi kedua putranya.
7. Mas Liezt (Pegawai Negeri Sipil (PNS)): sebagai seorang pegawai
departemen pariwisata yang mencintai hasil karya seni dan budaya.
261
265
8. Eko Kepik (Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin): sebagai seorang
dokter yang unik, ramah, dan terbuka
9. Riza Ayu Purnamasari (Mahasiswa): sebagai seorang mahasiswa yang
aktif dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat.
10. Wahyu Liz “AdaIdeAja” (Pengusaha): sebagai seorang pengusaha ide-
ide kreatif yang unik dan kocak.
11. Bima NPKP (Pelajar): sebagai seorang pelajar yang cerdas dan dekat
dengan keluarga.
Pada penulisan ini, dalam membangun personal brand secara online di
Facebook, masing-masing responden menggunakan cara yang berbeda-beda
dalam memanfaatkan fitur-fitur yang disediakan oleh Facebook. Fitur-fitur
tersebut di antaranya Profile Information, Status Update, Friend, Photos, Link,
Note, serta Video. Namun di antara fitur-fitur tersebut yang paling sering
digunakan adalah fitur Photos, fitur di mana pengguna Facebook bisa
menampilkan foto-foto yang dikehendaki untuk dipamerkan pada khalayak.
Hampir semua respoden atau lebih tepatnya sepuluh (10) responden
memanfaatkan Photo sebagai salah satu media untuk menunjang personal brand
yang dibangun.
Setelah Photo diikuti oleh Profile Information yang memuat data diri
pengguna (user) serta Status Update yang memungkinkan user untuk menuliskan
sesuatu tentang user yang akan terpublikasikan pada user-user lainnya. Sembilan
(9) responden memanfaatkan kedua fitur ini demi semakin memperkuat personal
brand yang sedang dibangun. Selanjutnya, enam (6) responden mengoptimalkan
266
fitur Friends yang merupakan fitur utama dalam sebuah situs jejaring sosial.
Hanya tiga (3) responden yang telah memakai fitur Link untuk menghubungkan
blog atau website pribadi melalui Facebook. Dua (2) responden menulis di
Facebook dengan memanfaatkan miniblog atau biasa disebut sebagai Note. Fitur
video yang telah disediakan Facebook bagi user agar dapat menunjukkan gambar
video, hanya digunakan oleh seorang responden dalam penulisan ini untuk
menunjang personal brand yang sedang dibangun.
Karena telah memasarkan personal brand masing-masing melalui media
Facebook, maka bisa disimpulkan berdasarkan dua teori membangun personal
brand, baik menurut Kristie Tamvecius maupun Hubert K. Rampersad, semua
responden dalam penulisan ini telah mencapai tahap akhir, dalam membangun
personal brand mereka masing-masing. Dalam melalui tahap-tahap membangun
personal brand tersebut, setiap responden memiliki cara yang berbeda satu
dengan yang lain. Akan tetapi dari penulisan ini diperoleh tiga dasar yang
mengkategorikan setiap responden, yaitu:
1. Berdasarkan profesi:
a. Respoden-responden yang membangun personal brand sesuai dengan
profesi: Rohmad Nur Cahyo (Motivator), Wahyu Liz “AdaIdeAja”
(Pengusaha), Bambang Dwi Sasongko (Guru), Donny Gallendra (IT),
Punti Mayasari (Ibu Rumah Tangga), Mas Liezt (PNS), Eko Kepik
(Dokter), Riza Ayu Purnamasari (Mahasiswa), dan Bima (Pelajar).
267
b. Responden-responden yang membangun personal brand tidak sesuai
dengan profesi: Sigit Rastaman (Manager Marketing) dan Sigit
Nugroho (Pegawai Swasta).
2. Berdasarkan unsur kesengajaan:
a. Respoden-responden yang membangun personal brand dengan sengaja
(sadar): Rohmad Nur Cahyo (Motivator), Wahyu Liz “AdaIdeAja”
(Pengusaha), Bambang Dwi Sasongko (Guru), Donny Gallendra (IT),
Mas Liezt (PNS), dan Riza Ayu Purnamasari (Mahasiswa).
b. Respoden-responden yang membangun personal brand tanpa sengaja
(tidak sadar): Sigit Rastaman (Manager Marketing), Sigit Nugroho
(Pegawai Swasta), Punti Mayasari (Ibu Rumah Tangga), Eko Kepik
(Dokter), dan Bima (Pelajar).
3. Berdasarkan latar belakang tindakan yang dilakukan:
a. Respoden-responden yang mendasarkan tindakan-tindakan yang
dilakukan untuk membangun personal branding, berdasarkan logika:
Rohmad Nur Cahyo (Motivator), Wahyu Liz “AdaIdeAja” (Pengusaha),
Bambang Dwi Sasongko (Guru), Donny Gallendra (IT), Riza
(Mahasiswa), dan Mas Liezt (PNS).
b. Respoden-responden yang mendasarkan tindakan-tindakan yang
dilakukan untuk membangun personal branding, berdasarkan dorongan
emosional: Sigit Nugroho (Pegawai Swasta), Eko Kepik (Dokter), Sigit
Rastaman (Manager Marketing), Punti Mayasari (Ibu Rumah Tangga)
dan Bima NPKP (Pelajar).
268
B. SARAN-SARAN
Untuk penelitian ini, peneliti mencoba untuk memberikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Selama ini brand masih banyak dipakai dalam tataran suatu perusahaan atau
produk. Sedangkan personal brand yang menyangkut brand bagi individu
ini masih sangat jarang ditulis oleh para praktisi. Maka dari itu, diharapkan
akan ada lebih banyak buku yang membahas mengenai personal branding.
2. Diharapkan penelitian selanjutnya mengenai personal branding tidak
sebatas hanya menggunakan metodologi deskripsti kualitatif, namun dapat
menggunakan metodologi-metodologi lainnya yang memungkinkan seorang
penelti dapat mengkaji lebih dalam.
3. Di masa yang akan datang diharapkan akan lebih banyak lagi mahasiswa
yang berminat mengangkat personal branding sebagai tema penelitian
skripsi.
4. Saat ini, teknologi internet telah menjadi bagian dari kehidupan khalayak.
Namun penelitian yang berkonsentrasi pada media online sebagai bentuk
media massa yang baru, masih sangat jarang. Untuk itulah diharapkan di
kemudian hari lebih banyak lagi penelitian tentang media online.
269
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Ambadar, Jackie dan Miranty abiding, et.al. 2007. Mengelola Merek. Jakarta:
Yayasan Bina Karasa Mandiri
Atkinson, Rita L and Richard Atkinson et. al. 2000. Pengantar Psikologi. Batam:
Interaksara.
Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakkan
Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Community, Ebizsoft. 2009. Ayo Gaul dan Jadi Seleb di Facebook. Yogyakarta:
Sakti.
Durianto, Darmadi dan Sugiarto, et.al. 2004. Brand Equity Ten: Strategi
Memimpin Pasar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Enterprise, Jubilee. 2009. Facebook Inc: Kisah-Kisah Perusahaan Global di
Dunia Facebook. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Janita, Ike. 2009. Creating and Sustaining Brand Equity: Aspek Manajerial dan
Akademis dari Branding. Yogyakarta: Amara Books
Keller, Kevin Lane. 1998. Strategic Brand Managemen, Building, Measuring, and
Managing Brand Equity. New Jersey: Prentice Hall
Moleong, Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya
Mulyana Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi Dan Ilmu Social Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
270
Rangkuti, Freddy. 2002. Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi
Pengembangan Merek. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Rosady, Ruslan. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rosita, Osa. 2009. Gabung di Facebook Coy. Yogyakarta: Jalasutra
Satvika, Pitra. 2009. Fmarketing: Optimalkan Personal Image dan Product
Branding Anda. Jakarta: Pustaka Bina Swadaya
Severin J Warner et al. 2007. Teori Komunikasi : Sejarah, Metode, dan Terapan
di Dalam Media Massa, Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sutopo, H.B.. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret
University Press, 2002
2. Website
Artikel Kelompok Tujuh, berjudul Facebook Vs Friendster,
http://kelompoktujuh.blogdetik.com/2009/03/06/facebook-vs-
friendster/update 24 Oktober 2010
Artikel Santoso Mahargono, berjudul Dinamika Jejaring Sosial: Sebuah
Deskripsi Umum. Pustakawan STIE Perbanas Surabaya,
http://library.perbanas.ac.id/news/information-literacy-seharusnya-bukan-
lagi-mimpi-pustakawan.html, update 7 Juli 2009
271
Artikel Surya Online, berjudul Bertamu di Situs Jejaring Facebook (1),
http://www.surya.co.id/2009/01/24/bertamu-di-situs-jejaring-facebook-
1.html, update 26 September 2009.
Artikel Teknologinet, berjudul Facebook Raih Penghargaan Perusahaan
Terinovatif Didunia, http://www.teknologinet.com/2010/02/facebook-raih-
penghargaan-perusahaan-terinovatif-di-dunia.html, update 30 Februari
2010
Artikel Tri Agustiyadi, berjudul Pentingnya Membangun Personal Branding.
http://triagus.multiply.com/reviews/item/37, update 27 Agustus 2009
Chartered Accountants dalam jurnal berjudul: Personal Branding : What It Can
Do For Your Career?.
http://www.blisspr.com/about_us/thought_leadership/full_articles/ps_pers
onal_brand.pdf, update 6 Agustus 2009
Dharmawan Hendra, Edi Satriyanto, et.al dalam jurnal Perancangan dan
Pembuatan Jejaring Edukasi Anak Sebagai Media Interaktif Berbasis
Ajax. www.eepis-its.edu/uploadta/downloadmk.php?id=884, update 7 Juli
2009
Hubert K. Rampersad, dalam Jurnal berjudul A New Blueprint for Powerful and
Authentic Personal Branding.
http://www.brandchannel.com/images/Papers/ANewBlueprintforPowerful
andAuthenticPersonalBranding.pdf, update 3 Januari 2010
272
Judhie Setiawan, Dalam jurnal berjudul: Personal&Cyber Branding,
http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/43033-13-
904670813233.doc, update 5 Juli 2009
Nitish Bhalothia dalam Jurnal berjudul Personal branding-“Me Inc”,
http://www.brandchannel.com/images/Papers/PersonalBrandingMeInc.pdf.
,update 6 Agustus 2009
Http://elearning.gunadarma.ac.id/.../aktualisasi_diri/bab3-konsep_diri.pdf - update
3 Maret 2010
Http://en.wikipedia.org/wiki/Brand/5 Juni 2009.
Http://en.wikipedia.org/wiki/online_and_offline, update 6 Agustus 2009
www.investopedia.com/term/b/brand.asp/5 Juni 2009.
http://www.alexa.com/data/details/traffic_details/facebook.com/update 5 Agustus
2009