Post on 25-Nov-2020
PERSEPSI MAHASISWA KESEJAHTERAAN SOSIAL
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TERHADAP BAHASA ISYARAT DALAM
MENINGKATKAN KOMPETENSI PEKERJA SOSIAL
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
Fatkhur Dewantara
NIM 11150541000074
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2020 M
v
ABSTRAK
Fatkhur Dewantara. Persepsi Mahasiswa Kesejahteraan Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Bahasa Isyarat dalam
Peningkatan Kompetensi Pekerja Sosial, 2019.
Pekerja sosial adalah profesi yang bertujuan untuk meningkatkan
keberfungsian sosial individu, secara sendiri-sendiri atau dalam kelompok,
dengan kegiatan-kegiatan yang dipusatkan pada hubungan-hubungan
sosial.Untuk mencapai tujuan tersebut pekerja sosial harus memiliki skill
khusus yang diatur dalam Permensos Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Standar Kompetensi Pekerja Sosial, dalam Bab 3 tentang Kompetensi
Pekerja Sosial, yang beririsi pekerja sosial harus memiliki kemampuan
dalam melakukan kontak dengan klien dan lingkunganya.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui persepsi mahasiswa
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap bahasa
isyarat dalam meningkatkan kompetensi pekerja sosial. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik analisis deskriptif dan
metode penelitian survei dengan responden sebanyak 197 orang. Metode
penggumpulan data penelitian menggunkan angket dan diukur dengan
menggunakan Skala Likert.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa persepsi mahasiswa
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap bahasa
isyarat dalam meningkatkan kompetensi pekerja sosial dikatagorikan Baik,
yaitu dengan persepsi sebesar 77,72%. Dan berdasarkan klasifikasi
responden, karakteristik berdasarkan pemahaman bahasa isyarat dapat
disimpulkan lebih banyak angkatan 2015 berjumlah 25%.
Kata kunci : Persepsi, Bahasa Isyarat, Kompetensi Pekerja Sosial
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT karena atas semua limpahan rahmat, nikmat dan bimbingan-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Persepsi Mahasiswa
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah terhadap Bahasa Isyarat
dalam Meningkatkan Kompetensi Pekerja Sosial”. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa berjalan di jalan
Allah sampai akhir zaman dan membawa ajaran Islam sebagai rahmat bagi
alam semesta.
Penelitiimenyadariisepenuhnyaibahwaiskripsiiiniimasihibanyak
kekurangan,ibaikikekuranganvdariisegi isi ataupunidariiteknikipenulisan,
sekalipun peneliti telah berusaha melakukan yang terbaik. Untuk itu, kritik
dan saran yangimembangunimerupakan masukan bagi peneliti sehingga
bisa menghasilkan karya ilmiah yangilebih baik lagi.
BerkatikeridhoanvdaribAllahbSWT,bakhirnyabskripsibiniwdapat
terselesaikan. Serta tak lupa peneliti menyampaikan ungkapan banyak
terimakasih kepada berbagaiwpihak yang telahwmemberikan bantuan,
motivasi, dan arahan-arahanwterhadap peneliti sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.wDenganwsegalawkerendahan hati peneliti
menyampaikanwucapanwterimakasihikepada:
1. Suparto, M.Ed., Ph.D, sebagaiwDekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dr. Siti Napsiyah
Ariefuzzaman, MSW sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr.
Sihabuddin Noor, MA sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi
vii
Umum. Drs. Cecep Sastrawijaya, MA sebagai Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan.
2. Ahmad Zaky, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Hj. Nunung Khoiriyah, MA
selaku Sekretaris.
3. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi., sebagai dosen pembimbing skripsi
yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan
memberikan motivasi hingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. H. Arief Subhan, MA sebagai dosen pembimbing akademik.
5. Seluruh Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah
memberikan wawasan dan keilmuan serta membimbing peneliti
selama menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan
Civitas Akademika yang telah memberikan sumbangan wawasan dan
keilmuan dan membimbing peneliti selama menjalani perkuliahan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, peneliti ucapkan
terimakasih karena telah membantu dalam memberikan referensi buku,
jurnal, maupun skripsi dari penelitian-penelitian terdahulu.
8. Kedua orang tuaku tercinta, yang tidak pernah henti memberikan
dukungan baik moril maupun materil, kasih sayang, dan cinta yang tak
pernah ada habisnya. Tidak pernah bosan untuk memberikan semangat
kepada peneliti. Rasa sayang peneliti tidak akan cukup tergambar
melalui kata-kata yang tertulis, peneliti juga merasa tidak sanggup
untuk membalas semua kebaikan yang diberikan kedua orang tua yang
sangat peneliti sayangi.
viii
9. Kakakku, Ummul Ayuni yang terus mendukung agar tetap berjuang
dan semangat yang tiada henti agar tidak pernah letih untuk menuntut
ilmu.
10. Humaira Miftahur Rahmi sebagai temen dekat saya atas dukungan dan
waktunya untuk saling bertukar fikiran dan menyemangati saya dalam
proses pengerjaan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat “Setiaku” yang selalu bersama di kala senang maupun
susah sampai dengan akhir masa kuliah dan berharap bisa seterusnya
hingga tua nanti.
12. Teman seperjuangan Kesejahteraan Sosial 2015 yang selalu menemani
dan memberikan dukungan kepada peneliti selama menjalani
perkuliahan.
13. Himpunan Mahasiwa Islam Komisariat Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi cabang Ciputat yang telah memberikan ilmu untuk
bertukar fikiran untuk membantu penyelesaian skripsi ini.
Demikianlah skripsi ini peneliti persembahkan, besar harapan peneliti
agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca pada
umumnya dan bagi peneliti sendiri.
Jakarta, 31 Januari 2020
Fatkhur Dewantara
ix
DAFTAR ISI
PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................................................. iii
PERNYATAAN ....................................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xii
DAFTAR DIAGRAM .............................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Pembatas Masalah dan Perumusan Masalah............................................ 5
1. Pembatas Masalah ................................................................................ 5
2. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
E. Tinjauan Kajian Terdahulu......................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 12
A. Landasan Teori ........................................................................................ 12
1. Bahasa Isyarat ..................................................................................... 12
2. Difabel Tuli .......................................................................................... 16
3. Pekerjaan Sosial .................................................................................. 19
4. Persepsi ............................................................................................... 30
B. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 37
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................... 39
A. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................... 39
x
B. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 39
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .............................................. 42
1. Populasi ............................................................................................... 42
2. Sampel ................................................................................................ 42
3. Teknik Sampling .................................................................................. 42
D. Teknik Analisis Data ................................................................................ 44
a. Pengolahan Data ................................................................................. 44
b. Penganalisisan Data ............................................................................ 45
c. Interpertasi Data ................................................................................. 46
d. Penafsiran Hasil Analisis ...................................................................... 47
E. Uji Instrumen .......................................................................................... 47
F. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 48
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................. 50
A. Pengelolaan Uji Instrumen ...................................................................... 50
B. Rekapitulasi Validitas dan Reliabilitas Instrumen .................................... 50
1. Uji Validitas ......................................................................................... 50
2. Uji Reliabilitas ...................................................................................... 52
C. Klasifikasi Responden .............................................................................. 53
D. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................................ 55
E. Analisis dan Interpertasi Data ................................................................. 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 64
A. Kesimpulan ............................................................................................. 64
B. Saran ....................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 67
LAMPIRAN ........................................................................................................... 69
Lampiran 1 (Izin Penelitian) ............................................................................ 69
Lampiran 2 (Surat Pembimbing Skripsi) .......................................................... 70
xi
Lampiran 3 (Angket Kuisioner) ........................................................................ 71
Lampiran 4 (Uji Validitas) ................................................................................ 74
Lampiran 5 (Uji Rehabilitas) ............................................................................ 79
Lampiran 6 (Tabulasi Jawaban Responden) .................................................... 80
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Skor Item Skala Likert ....................................................................... 45
Tabel 3. 2 Timeline Penelitian ............................................................................ 48
Tabel 4. 1 Uji Validitas ....................................................................................... 50
Tabel 4. 2 Uji Reliabilitas ................................................................................... 52
Tabel 4. 3 Dimensi Bentuk-Bentuk Bahasa Isyarat dalam Meningkatkan
Kompetensi Pekerja Sosial ................................................................................. 55
Tabel 4. 4 Kuisioner Fungsi Bahasa Isyarat dalam Meningkatkan Kompetensi
Pekerja Sosial. .................................................................................................... 57
Tabel 4. 5 Kemampuan mahasiswa dalam Memahami dan Mempraktekan Bahasa
Isyarat ................................................................................................................. 59
Tabel 4. 6 Katagori Nilai .................................................................................... 62
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 SIBI ................................................................................................ 15
Gambar 2. 2 BISINDO ....................................................................................... 16
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4. 1 Karaktristik Responden berdasarkan Angkatan ............................. 53
Diagram 4. 2 Karakteristik Responden berdasarkan Pemahaman Bahasa Isyarat 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bagi masyarakat Indonesia bahasa isyarat merupakan sebuah istilah
yang tidak asing lagi. Meskipun demikian, bahasa isyarat sebagai alat
komunikasi non verbal masih terdengar asing di masyarakat Indonesia.
Komunikasi sendiri merupakan alat yang selalu digunakan oleh individu
dengan individu lainnya untuk berinteraksi baik secara verbal maupun
non verbal. David K. Berlo mendefinisikan komunikasi sebagai
instrumen dari interaksi sosial, yang berguna untuk mengetahui dan
memprediksi sikap orang lain, serta mengetahui keberadaan diri sendiri.
Dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan keseimbangan dalam
masyarakat (Haried Cangara, 2013). Dari peryataan David K. Berlo,
menandakan bahwa seiring dengan perkembangan zaman dan
kebudayaan, manusia akan selalu melakukan perubahan dan pergerakan,
tak terkecuali dengan penggunaan bahasa. Bahkan akan ada tambahan
bahasa baru sebagai alat mempermudah interaksi manusia sebagai
harapan berjalannya komunikasi yang efektif baik secara verbal maupun
non verbal.
Sedangkan menurut Onong Uchjana Effendy (2009), komunikasi
adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan
(langsung) ataupun tidak langsung (melalui media). Proses komunikasi
yang berlangsung ini tentu membutuhkan indikator-indikator serta
elemen-elemen yang ada di dalam komunikasi tersebut.
2
Komunikasi dalam Al- Quran disebutkan pada Surat Al- Ahzab
ayat 70 yaitu:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.
Berdasarkan ayat tersebut dapat dimaknai bahwa dengan perkataan
yang tepat dan baik yang terucapkan dengan lidah dan isyarat serta
diterima orang banyak, maka akan tersebar luas informasi dan memberi
pengaruh yang tidak kecil bagi jiwa dan pikiran manusia. Kalau ucapan
itu baik maka baik pula pengaruhnya, dan bila buruk maka buruk pula
pengaruhnya.
Difabel tuli menggunakan alat media bahasa isyarat untuk
berkomunikasi agar terjadinya interaksi. Kita sebagai makhluk sosial
harus mempelajari alat media bahasawisyaratiuntuk berkomunikasi
dengan teman - temanituli.
Dari pengertian ini menunjukan bahwa komunikasi dapat bertujuan
mengubah sifat, sikap, dan perilaku seseorang. Untuk
mengimplementasikan itu, mengirim makna-makna dengan
menggunakan simbol-simbol perlu memperhatikan kondisi semua elemen
yang ada dalam komunikasi. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan
keefektifan komunikasi yang dilakukan agar pesan-pesan tersebut dapat
mudah diterima dan tujuannya dapat tercapai. Berbicara mengenai tranfer
makna dan elemen yang ada di dalam tubuh komunikasi, kita tidak bisa
melepas difabel tuli yang ada dalam penelitan ini. Difabel tuli dan bahasa
isyarat yang dipakai, juga merupakan elemen dalam komunikasi non-
verbal. Demikian perlu diperhatikan karena transfer makna-makna ketika
3
berjalannya komunikasi tentunya membutuhkan jembatan yang dapat
menghubungkan komunikator dengan komunikan. Dalam hal ini berarti
non- difabel sebagai sender kepada difabel tuli sebagai penerima pesan.
Kemampuan dalam menguasai bahasa isyarat ini sangat penting
untuk meningkatkan kualitas komunikasi terutama untuk pekerja sosial
yang sering bersinggungan dengan permasalahan sosial, dimana terdapat
temen-temen tuli ada didalamnya menggunakan bahasa isyarat sebagai
media bantu dalam berkomunikasi. Komunikasi sendiri sebagai landasan
awal pekerja sosial dalam menggali infomasi permasalahan yang
dihadapi oleh klien. Menurut Charles Zastrow dalam Heru Sukoco (1995)
pekerjaan sosial merupakan kegiatan profesional untuk membantu
individu-individu, kelompok-kelompok dan masyarakat guna
meningkatkan atau memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi
sosial serta menciptakan kondisi masyarakat yang memungkinkan
mereka mencapai tujuan.
Dari pengertian di atas, maka seorang pekerja sosial harus bisa
menciptakan kondisi masyarakat yang baik dan teratur dalam menjaga
setiap keberfungsian elemennya yang menjadi berbagai peran di dalam
masyarakat, menciptakan kondisi masyarakat yang kondusif dengan
relasi-relasi yang ada didalamnya untuk bisa memberikan keterikatan di
antara para pemegang peran tersebut.
Kompetensi pekerja sosial diatur dalam Permensos Nomor 12 Tahun
2017 tentang Standar Kompetensi Pekerja Sosial, dalam Bab 3 tentang
kompetensi pekerja sosial. Dari landasan tersebut dapat disimpulkan
kompetensi yang harus dimiliki pekerja sosial yaitu :
4
Standar Kompetensi Pekerja Sosial adalah kemampuan yang harus
dimiliki oleh pekerja sosial berdasarkan pada
1. Pengetahuan
Merupakan pengetahuan yang dibangun dari konsep ilmu perilaku
dan ilmu sosial dan dikembangkan melalui penelitian dan praktik.
2. Keterampilan
Merupakan keterampilan yang harus dimiliki Pekerja Sosial dalam
melaksanakan praktik pekerjaan sosial, yang didasarkan pada
pengetahuan serta nilai dasar, prinsip umum, dan kode etik profesi
pekerjaan sosial. Keterampilan Pekerja Sosial terdiri atas
keterampilan umum mencakup pada menelaah permasalahan yang
sedang dihadapi dengan nilai dan etika pelayanan sosial, dan
keterampilan khusus mencakup kepada kemampuan dalam
melakukan kontak dengan klien dan lingkunganya sesuai standar
pelayanan sosial.
3. Sikap
Merupakan sikap yang dibangun dari nilai dasar, prinsip umum, serta
kode etik Pekerja Sosial.
Standar Kompetensi Pekerja Sosial ditujukan sebagai acuan bagi
Pekerja Sosial dalam melaksanakan praktik pekerjaan sosial dan/atau
bagi lembaga sertifikasi untuk menguji kompetensi Pekerja Sosial.
Sebagai acuan dasar dalam penelitian ini, mahasiwa kesejahteraan
sosial perlu memiliki kemampuan khusus dalam berinteraksi, sebagai
pijakan awal untuk menjadi seorang pekerja sosial yang akan banyak
berinterkasi dengan klien. Peneliti melihat perlu adanya peningkatan
kompetensi pekerja sosial, ditinjau dari telah banyaknya lulusan sarjana
5
kesejahteraan sosial di UIN Syarif Hidayatulullah Jakarta maka
peningkatan kompetensi pekerja sosial sangatlah penting, karena juga
berlandaskan pada Permensos Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Standar
Kompetensi Pekerja Sosial, dalam Bab 3 pasal 6 tentang keterampilan
khusus terkait kemampuan dalam berinteraksi dengan klien, maka
peneliti merasa penelitian ini penting untuk mengetahui bagaimana
“Persepsi Mahasiswa Kesejahteraan Sosial UIN Syarif
Hidayatulullah Jakarta terhadap Bahasa Isyarat dalam
Meningkatkan kompetensi Pekerja Sosial”
B. Pembatas Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatas Masalah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan pelebaran
pembahasan maka peneliti mencoba memfokuskan mengenai
persepsi mahasiswa Kesejahteraan Sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta terhadap bahasa isyarat dalam
meningkatkan kompetensi pekerja sosial
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di latar
belakang maka dapat disusun rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana persepsi mahasiswaiKesejahteraanwSosial
UINiSyarifwHidayatullahiJakarta terhadap bahasa isyarat
dalam meningkatkan kompetensi pekerja sosial?
2. Bagaimana persepsi pemahaman bahasa isyarat mahasiswa
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
6
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa Kesejahteraan Sosial
UIN Syarif Hidayatulullah Jakarta terhadap bahasa isyarat
dalam meningkatkan kompetensi pekerja sosial.
2. Untuk mengetahui persepsi pemahaman bahasa isyarat
mahasiswa Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
dan dokumentasi ilmiah serta dapat memberikan sumbangan
pemikiran pada lembaga pendidikan. Peneliti juga berharap
penelitian ini dapat menambah wawasan bagi pembaca dalam
memperkaya ilmu pengetahuan.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan informasi
yang berguna bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa Program
Studi Kesejahteraan Sosial dalam mengetahui persepsi mahasiswa
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap
bahasa isyarat sebagai media bantu untuk difabel tuli dalam
Lembaga Pendidikan Umum.
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
Dalam penelitian ini, peneliti membaca penelitian terdahulu untuk
menjadi referensi dalambmelakukanbpenelitianwisehingga dapat
memperkayaiteori yang akanidigunakan. Dariihasil ipenelitiiterdahulu,
7
penulisstidak imenemukan penelitian dengan judul yang isama iseperti
penelitiani penulis. Berikut imerupakan penelitiani terdahului yang
terkait dengan penelitian yang akani dilakukan penulis.iiiiiii
1. Nama : Tri Diwa
Universitasi : Universitasi Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Program Studi Kesejahteraan
Sosial. 2011.
Judul : Implementasii Kebijakan Pendidikan Inklusif
Bagi iMahasiswa iDifabel di UIN Syarif
Hidayatullah iJakarta. Skripsi tesebut mengenai
bentuk implementasi kebijakan pendidikan
inklusif bagi mahasiswa difabel. Perbedaan
skripsi peneliti adalah peneliti mengarah kepada
persepsi mahasiswa terhadap bahasa isyarat
dalam bentuk upaya peningkatan kompetensi
pekerja sosial.
2. Nama : Andi Majid
Universitas : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Fakultasi Ilmu iDakwah dan Ilmu
Komunikasi, program Studi Kesejahteraan
Sosial. 2014
Judul : Peningkatan Keberfungsian Sosial Penyandang
Tunagrahita. Skripsi tersebut mengenai
peningkatan dan mengembalikan keberfungsian
sosial penyandang tunagrahita. Perbedaan skripsi
8
peneliti adalah penelitian akan mengukur
persepsi mahasiswa terhadap bahasa isyarat yang
digunakan difabel tuli untuk peningkatan
kompetensi pekerja sosial.
3. Nama : Mustarjudin
Universitas : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, program Studi Kesejahteraan
Sosial.
Judul
: Efektifitas khutbah bahasa isyarat di
laboratorium masjid UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Skripsi tersebut mengenai
Efektifitas bahsa isyarat di laboratorium Masjid
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk difabel
tuli. Perbedaan skripsi peneliti adalah penelitian
akan mengukur pengetahuan mahasiswa dalam
pengunaan bahasa isyarat untuk peningkatan
kompetensi pekerja sosial.
4. Nama : Muhammad Imanudin Lubis
Universitas : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
9
Jakarta, Fakultas Sains dan Teknologi, Program
Studi Teknik Informatika, 2009.
Judul
: Aplikasi Pembelajaran Bahasa Isyarat Tuna
Runggu Berbasis Multimedia (Studi Kasus :
Sekolah Luar Biasa Bagian B Sana Dharma).
Skripsi tersebut membahas tentang bagaimana
proses belajar menggunakan bahasa isyarat
dalam sekolah luar biasa. Perbedaan skripsi
adalah bagaimana persepsi mahasiswa terhadap
bahasa isyarat untuk meningkatkan kualitas
pekerja sosial.
5. Nama : Mira Fatma
Universitas : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Program Studi Kesejahteraan
Sosial. 2010.
Judul
: Persepsi Warga di Kelurahan Petogongan
Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan
terhadap Program Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial Kesehatan. Skripsi tersebut
mengenai persepsi masyarakat terhadap program
BPJS. Perbedaan skripsi adalah mengukur
persepsi mahasiswa terhadap bahasa isyarat
dalam meningkatkan kompetensi pekerja sosial.
10
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan kali ini disajikan dalam 5 (lima) Bab, sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian terdahulu, dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Berisi tentang landasan teori apa yang akan digunakan dalam
membahas persepsi mahasiswa Kesejahteraan Sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta terhadap bahasa isyarat dalam meningkatkan
kompetensi pekerja sosial, kerangka berpikir, dan hopotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Berisi tentang metede penelitian yang digunakan yang meliputi
metede penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, sumber data,
teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan tempat dan waktu
penelitian.
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHSAN
Berisi uraian penyajian dan data temuan penelitian yang dilakukan
di lapangan sesuai dengan judul “Persepsi Mahasiswa Kesejahteraan
Sosial UIN Syarif Hidayatulullah Jakarta terhadap Bahasa Isyarat dalam
Meningkatkan Kompetensi Pekerja Sosial”, dan membahas tentang
bagaimana proses analisis data yang sudah diperoleh sebelumnya. Hal-
hal yang harus dijelaskan: memberikan interpretasi hasil penelitian yang
dilakukan, membandingkan hasil penelitian yang dilakukan dengan teori,
dan kajian penelitian yang relevan yang mendukung penelitiannya.
11
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Yang terdiri dari kesimpulan dan saran untuk lembaga atau untuk
prodi Kesejahteraan Sosial kedepannya.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Bahasa Isyarat
a. Pengertian bahasa isyarat
Bahasa isyarat merupakan salah satu bentuk alat
komunikasi non-verbal yang bisa digunakan oleh difabel tuli.
Bahasa isyarat bentuk bahasa yang bisa dipelajari dengan
mengunakan bahasa tubuh, ekspresi muka, dan beberapa sinyal
yang tidak menggunakan suara. Bahasa isyarat ini banyak
digunakan oleh orang dengan ganguan pendengaran atau
penyandang difabel tuli. Standar bahasa isyarat yang
digunakan di dunia adalah American sign Language (ASL).
Sistem Isyarat Bahasa Indonesia merupakan salah satu media
yang membantu komunikasi individu difabel tuli di dalam
masyarakat yang luas. Wujudnya adalah tatanan yang
sistematis bagi seperangkat isyarat jari, tangan dan berbagai
gerak untuk melambangkan kosa kata bahasa Indonesia.
Sistem yang umum digunakan di Indonesia ada dua yakni
BISINDO (Bahasa Sistem Isyarat Indonesia) yang
dikembangkan oleh difabel tuli sendiri melalui organisasi
GERKATIN (Gerakan Kesejahteraan Tunarunggu Indonesia)
dan (SIBI) Sistem Isyarat Bahasa Indonesia hasil rekayasa
orang normal bukan hasil dari individu difabel tuli sendiri yang
sama dengan bahasa isyarat American Sign Language (ASL).
13
b. Jenis Bahasa Isyarat
Bahasa isyarat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu sebagai
berikut:
1) Bahasa Isyarat Alamiah
Bahasa isyarat alamiah yaitu isyarat yang berkembang
secara alamiah diantara individu difabel tuli dengan
pengenalan serta penggunaannya terbatas. Dengan kata lain
bahasa isyarat ini hanya digunakan dan dikenal dalam suatu
lingkungan keluarga ataupun Sekolah Luar Biasa (SLB)
untuk difabel tuli. Bahasa isyarat ini tidak diajarkan secara
resmi, pengunaan bahasa isyarat alamiah ini digunakan di
sekolah-sekolah, daerah-daerah tertentu ataupun di negara
tertentu yang menggunakan motede oral pada SLB.
Penggunaan bahasa isyarat alamiah ini menurut
penelitian Van Uden dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan,
yaitu :
1. Isyarat hanya digunakan sebagai penunjang dalam
membaca ujuran atau bicara. Membaca ujaran atau
bicara merupakan peranan utama.
2. Ucapan yang dikeluarkan oleh anak-anak kurang
baik maka sejumlah isyarat sudah digunakan sebagai
kata-kata.
3. Isyarat alamiah lebih berperan dalam berkomunikasi
sedangkan bicara hanya sebagai penunjang atau
pemegang peranan kecil.
14
2) Bahasa isyarat konseptual
Bahasa isyarat konseptual merupakan bahasa isyarat
yang resmi digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah.
Bahasa isyarat ini sering digunakan oleh difabel tuli dalam
berinteraksi dengan kelompok mereka. Adapun sistem
bahasa isyarat konseptual adalah BISINDO (Bahasa Sistem
Isyarat Indonesia). BISINDO adalah sistem komunikasi yang
praktis dan efektif untuk penyandang difabel tuli Indonesia
yang dikembangkan oleh difabel tuli sendiri.
BISINDO digunakan untuk berkomunikasi antar individu
sebagaimana halnya dengan bahasa Indonesia pada
umumnya. Dengan BISINDO, difabel tuli dapat
mengungkapkan pikiran dan perasaan secara leluasa dan
mengekspresikan dirinya sebagai warga negara Indonesia
yang bermartabat sesuai dengan falsafah hidup dan HAM
(Hak Asasi Manusia). BISINDO dikembangkan dan
disebarluaskan melalui wadah organisasi GERKATIN
(Gerakan Kesejahteraan Tunarunggu Indonesia). Pada saat
ini pusat BISINDO sedang mengkaji penyusunan standar,
penyusunan kamus BISINDO, dan buku mata pelajaran
BISINDO.
3) SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia)
SIBI merupakan salah satu alat media komunikasi non-
verbal yang membantu untuk kaum difabel tuli dalam
berinteraksi dengan masyarakat luas. Wujud SIBI adalah
tantangan sistematis tentang seperangkat jari tangan, dan
15
berbagai gerak yang melambangkan kosa kata bahasa
Indonesia. Kamus SIBI mengacu pada sistem isyarat
struktural bukan sistem isyarat konseptual.
Sistem Isyarat Indonesia yang dibakukan ini merupakan
media bantu komunikasi sesama difabel tuli dalam
berinteraksi dengan masyarakat luas. Wujudnya adalah
tatanan yang sistematik bagi seperangkat isyarat jari, tangan,
dan berbagai gerak untuk melambangkan kosa kata
Indonesia. SIBI merupakan bahasa isyarat yang dibuat oleh
pemerintah tanpa melibatkan difabel tuli sebagai pihak
pengguna bahasa isyarat. Berikut contoh perbedaan SIBI dan
BISINDO dalam abjad isyarat jari:
Gambar 2. 1 SIBI
16
Gambar 2. 2 BISINDO
2. Difabel Tuli
a. Pengertian Difabel Tuli
Banyak istilah yang sudah dikenal dilapisan masyarakat
untuk anak yang mengalami gangguan pendengaran, misalnya
dengan istilah: tuli, cacat dengar, kurang dengar ataupun tuna
rungu. Istilah-istilah tersebut tidak semuanya benar, sebab
pengertiannya masih kabur dan tidak menggambarkan keadaan
yang sebenarnya. Saat ini sudah ada istilah lain yang
menggantikan istilah penyandang cacat atau istilah lain yang
menggambarkan ketidakmampuan individu akibat keterbatasan
fisiknya. Istilah tersebut adalah “difabel”. Difabel merupakan
kepanjangan dari “differently abled” (orang dengan kemampuan
yang berbeda-beda).
Istilah difabel ini berdasarkan pada realitasnya bahwa setiap
manusia diciptakan berbeda dan tidak menutup kesempatan untuk
setiap individu masuk dan terlibat dalam kegiatan bermasyarakat.
Adapun pengertian difabel tuli menurut Seomantri adalah suatu
keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang
17
tidak dapat menangkap rangsangan, tertutama melalui indra
pendengarannya. Klasifikasi berdasarkan tarafnya, menurut Samuel
A. Kirk gangguan pendengaran dapat dibedakan menjadi :
a. 0 dbB : Menunjukan pendengaran yang optimal
b. 0-26 dB : Menunjukan seseorang masih mempunyai
pendengaran yang optimal.
c. 27-40 dB : Mempunyai kesulitan mendengar bunyi-
bunyi yang jauh, membutuhkan tempat
duduk yang stategis letaknya dan
memerlukan terapi bicara (tergolong tuli
ringan).
d. 41-45 dB : Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat
mengikuti diskusi kelas, membutuhkan
alat bantu dengar dan terapi bicara
(tergolong tuli sedang).
e. 56-70 dB : Hanya bisa mendengar suara dari jarak
yang dekat, masih mempunyai sisa
pendengaran untuk belajar bahasa dan
berbicara dengan menggunakan alat bantu
mendengar serta dengar cara khusus
(tergolong tuli agak berat).
f. 71-90 dB : Hanya bisa mendengar bunyi sangat dekat,
kadang-kadang dianggap tuli,
membutuhkan pendidikan luar biasa yang
18
intensif, membutuhkan alat bantu dengar
dan latihan bicara secara khusus
(tergolong tuli berat).
g. 91 dB : Mungkin sadar akan adanya bunyi atau
suara dan getaran, banyak bergantung
pada penglihatan dari pada pedengaran
untuk proses menerima informasi, dan
yang bersangkutan dianggap tuli
(tergolong tuli berat sekali)
b. Dampak difabel tuli
Menurut Leigh, dampak dari ganguan pendengaran ialah
kemiskinan bahasa dan penguasaan bahasa secara keseluruhan
(Wasita, 2012). Daniel Ling menguatkan pandangannya dengan
mengutip pernyataan Katryn Meadows dalam buku “Pendidikan
Bahasa bagi Anak Gangguan Pendengaran Dalam Keluarga”,
kemiskinan yang dialami seseorang yang tuli sejak lahir adalah
bukan kemiskinan atau kehilangan akan rasangan bunyi, melainkan
kemiskinan dalam berbahasa.
Dampak dari adanya gangguan pendengaran yaitu seseorang
kurang dalam memperoleh kosa kata dan bahasa yang tidak
beraturan, sehingga mereka menganggap bahasa Indonesia sebagai
bahasa asing dikarenakan tidak pernah mendengar bahasa yang kita
ucapkan setiap hari seperti orang normal lainya. Sehingga mereka
sangat sulit dalam pemahaman bahasa atau mereka memiliki
perihal berbahasa maupun berkomunikasi dengan baik, dan semua
persoalan itu akan sangat menghambat untuk teman –teman tuli
19
berinteraksi dengan seseorang non tuli. Sehingga akan muncul
stigma difabel tuli susah untuk berinteraksi dengan non tuli yang
akan mengakibatkan teman-teman tuli merasa minder untuk
berinteraksi dengan masyarakat luas, serta juga akan berdampak
pada pisikologis dan perkembangan difabel tuli itu sendiri.
3. Pekerjaan Sosial
a. Pengertian pekerjaan sosial
Menurut studi kurikulum yang disponsori oleh The Council
on Social Work Education dalam tahun 1959 dinyatakan bahwa:
Pekerjaan sosial berusaha untuk meningkatkan keberfungsian
sosial individu, secara sendiri-sendiri atau dalam kelompok,
dengan kegiatan-kegiatan yang dipusatkan pada hubungan-
hubungan sosial mereka yang merupakan interaksi antara orang
dan lingkungannya. Kegiatan-kegiatan ini dapat dikelompokkan
menjadi tiga fungsi: pemulihan kemampuan yang terganggu,
penyediaan sumber-sumber individu dan sosial dan pencegahan
disfungsi sosial.
Menurut Asosiasi Nasional Pekerja Sosial Amerika Serikat
(NASW) pekerjaan sosial dirumuskan sebagai berikut: Pekerjaan
sosial adalah kegiatan profesional membantu individu, kelompok,
atau masyarakat untuk meningkatkan atau memulihkan
kemampuan mereka berfungsi sosial dan untuk menciptakan
kondisi sosial yang mendukung tujuan-tujuan ini. Praktik
pekerjaan sosial terdiri atas penerapan profesional dari nilai-nilai,
prinsip-prinsip, dan teknik-teknik pekerjaan sosial pada satu atau
lebih dari tujuan berikut: membantu orang memperoleh
20
pelayanan-pelayanan nyata memberikan konseling dan
psikoterapi untuk individu-individu, keluarga-keluarga, dan
kelompok-kelompok; membantu komunitas atau kelompok
memberikan atau memperbaiki pelayanan-pelayanan sosial dan
kesehatan dan ikut serta dalam proses-proses legislatif yang
berkaitan. Praktik pekerjaan sosial memerlukan pengetahuan
tentang perkembangan dan perilaku manusia; tentang institusi-
institusi sosial, ekonomi, dan kultural; dan tentang interaksi antara
semua faktor ini.
Siporin (1975) mendefinisikan pekerjaan sosial sebagai
berikut: “Social work is defined as a social institutional method of
helping people to prevent and to resolve their social problems, to
restore and enhance their social functioning.” (hal. 3). Pekerjaan
sosial didefinisikan sebagai metode kelembagaan sosial untuk
membantu orang untuk mencegah dan memecahkan masalah-
masalah sosial mereka, untuk memulihkan dan meningkatkan
keberfungsian sosial mereka. Lebih lanjut Siporin menyatakan
bahwa pekerjaan sosial adalah suatu institusi sosial, suatu profesi
pelayanan manusia, dan suatu seni praktik teknis dan ilmiah.
Dalam meta-institusi Kesejahteraan Sosial, pekerjaan sosial
mempunyai posisi pokok dan sejumlah fungsi dasar yang
merupakan tugas-tugas kemasyarakatan. Fungsi-fungsi inti dan
pelayanan-pelayanan pertolongan khusus dalam sistem
Kesejahteraan Sosial dilaksanakan oleh anggota-anggota profesi
pekerjaan sosial dalam bentuk apa yang disebut sebagai praktik
pekerjaan sosial.
21
b. Keberfungsian Sosial (Social Functioning)
Definisi pertama, kedua, dan ketiga di atas dengan jelas
mengemukakan bahwa fokus atau pusat perhatian pekerjaan sosial
yaitu social functioning atau keberfungsian sosial. Pekerjaan
sosial berusaha untuk memperbaiki, mempertahankan atau
meningkatkan keberfungsian sosial orang, kelompok atau
masyarakat. Hal ini tersirat dalam pernyataan bahwa pekerjaan
sosial melakukan intervensi pada titik-titik di mana orang
berinteraksi dengan lingkungannya.
Bartlett (1970) menyatakan bahwa keberfungsian sosial
merupakan fokus utama pekerjaan sosial. Menurut Bartlett
keberfungsian sosial adalah kemampuan mengatasi (coping)
tuntutan (demands) lingkungan yang merupakan tugas-tugas
kehidupan. Dalam kehidupan yang baik dan normal terdapat
keseimbangan antara tuntutan lingkungan dan kemampuan
mengatasinya oleh individu. Kalau terjadi ketidakimbangan antara
keduanya maka terjadi masalah, misalnya tuntutan lingkungan
melebihi kemampuan mengatasi yang dimiliki individu. Dalam
hal ini pekerjaan sosial membantu menyeimbangkan tuntutan
lingkungan dengan kemampuan mengatasinya oleh individu.
Siporin (1975) menyatakan bahwa keberfungsian sosial
merujuk pada cara individu-individu atau kolektivitas – seperti
keluarga, perkumpulan, komunitas, dan sebagainya-berperilaku
untuk dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupan mereka dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Karena orang berfungsi
dalam arti peranan-peranan sosial mereka, maka keberfungsian
sosial menunjukkan kegiatan-kegiatan yang dipandang pokok
22
untuk pelaksanaan beberapa peranan , karena keanggotaannya
dalam kelompok-kelompok sosial, setiap orang diminta untuk
melakukannya. Peranan sosial, misalnya peranan sebagai suami,
adalah pola tugas yang diharapkan dan perilaku lain yang
berhubungan dengan status sosial. Setiap orang menduduki
beberapa status sosial sekaligus, misalnya status sebagai suami,
sebagai ayah, sebagai pegawai, sebagai warga masyarakat, dan
sebagainya. Setiap status sosial disertai oleh peranan sosial
tertentu, dan pelaksanaan peranan-peranan sosial ini menunjukkan
keberfungsian sosial.
Keberfungsian sosial menunjukkan keseimbangan
pertukaran, kesesuaian, kecocokan, dan penyesuaian timbal balik
antara orang, secara individual atau secara kolektif, dan
lingkungan mereka. Keberfungsian sosial dinilai berdasarkan
apakah keberfungsian sosial tersebut memenuhi kebutuhan dan
memberikan kesejahteraan kepada orang dan komunitasnya, dan
apakah keberfungsian sosial itu normal dan dibenarkan secara
sosial.
c. Pekerjaan Sosial sebagai Profesi
Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary, profession
adalah “a paid occupation, especially one that requires advanced
education and training.” (Hornby, 1995, hal. 924). Profesi adalah
pekerjaan yang dibayar, khususnya yang memerlukan pendidikan
dan pelatihan lanjut, dan menurut Webster’s New Universal
Unabriged Dictionary (1983), profession adalah “a vocation or
occupation requiring advanced training in some liberal art or
science, and usually involving mental rather than manual work.”
23
(hal. 1437). Profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pelatihan
lanjut dalam suatu bidang pengetahuan budaya atau sains, dan
biasanya yang melibatkan kerja mental ketimbang kerja tangan.
Jadi profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan tinggi
sebagai landasannya. Tidak setiap pekerjaan yang menghasilkan
uang adalah profesi. Kesalahan penggunaan kata profesi dalam
kehidupan sehari-hari adalah misalnya digunakan untuk tukang
baca, sopir angkutan, pedagang, dan bahkan juga digunakan untuk
pekerja seks komersial. Berdasarkan pengertian sebagaimana
tersebut di atas, jelas pekerjaan-pekerjaan itu dan semacamnya
bukanlah profesi. Hal ini akan lebih jelas lagi kalau kita
membicarakan kriteria profesi.
Dalam tahun 1915, Abraham Fiesner dalam Konferensi
tentang Amal dan koreksi di Baltimore mempertanyakan apakah
pekerjaan sosial suatu profesi. Berdasarkan kriteria yang
digunakannya, Flexner menyimpulkan bahwa pekerjaan sosial
belum merupakan suatu profesi. Hal ini tentu saja membuat resah
para pekerja sosial waktu itu. Atas dasar ini, mereka berusaha
dengan giat untuk mengembangkan landasan ilmu
pengetahuannya. Kebetulan pada waktu itu di Amerika mulai
dikembangkan ajaran Sigmund Freud tentang psikoanalisis. Para
pekerja sosial yang mengikuti kuliah psikoanalisis ini merasa
bahwa pengetahuan ini dapat diterapkan dalam pekerjaan sosial.
Para pekerja sosial lain juga berusaha mencari landasan ilmu
pengetahuan lain yang dapat memperkuat status pekerjaan sosial
sebagai profesi.
24
Dalam tahun 1957, Ernest Greenwood menulis artikel
tentang atribut suatu profesi. Kriteria profesi yang dikemukakan
oleh Greenwood adalah sebagai berikut:
1. Suatu profesi mempunyai pengetahuan dasar dan
mengembangkan sekumpulan teori yang sistematik yang
mengarahkan keterampilan-keterampilan praktik persiapan
pendidikan haruslah bersifat intelektual ataupun praktikal.
2. Kewenangan dan kredibilitas dalam hubungan klien-tenaga
profesional didasarkan atas penggunaan pertimbangan dan
kompetensi profesional.
3. Suatu profesi diberi kekuatan untuk mengatur dan
mengontrol keanggotan, praktik profesional, pendidikan, dan
standar kinerjanya sendiri. Masyarakat membenarkan
kekuatan-kekuatan pengaturan dan hak-hak istimewa
profesional.
4. Suatu profesi mempunyai kode etik pengaturan yang
meningkat, yang dapat ditegakkan, eksplisit dan sistematik
yang memaksa perilaku etik oleh anggota-anggotanya.
5. Suatu profesi dibimbing oleh budaya nilai-nilai, norma-
norma, dan symbol-simbol dalam suatu jaringan organisasi
dari kelompok-kelompok formal dan informal, sebagai
saluran untuk profesi itu berfungsi dan melaksanakan
pelayanan-pelanannya (dalam DuBois & Miley, 2005).
d. Unsur-unsur Pekerjaan Sosial
Pekerjaan sosial sebagai profesi mempunyai empat unsur
utama, yang pada umumnya, tiga unsur diantaranya dikatakan
25
sebagai pengetahuan, sikap dan keterampilan. Tetapi jika diteliti
lebih jauh, sikap dan keterampilan sudah bersatu dengan
individunya, sedangkan pengetahuan terlepas dari individu. Sikap
adalah kecenderungan yang relatif bertahan lama dari seorang
individu untuk mengamati, merasakan, berpikir dan bertindak
dalam suatu cara tertentu terhadap suatu objek tertentu (Komorita,
Neel, & Wagman, 1962). Sedangkan keterampilan adalah
kemahiran dalam menerapkan pengetahuan dan dalam
menggunakan metode dan teknik tertentu.
Jika unsur-unsur tersebut akan dipisahkan dari orangnya,
maka unsur-unsur tersebut menjadi “pengetahuan”, “nilai-nilai”,
yaitu yang mendasari sikap, dan “metode serta teknik” yang akan
digunakan dalam proses pertolongan. Hal ini sejalan dengan
definisi kerja „praktik pekerjaan sosial‟ yang komponennya secara
lengkap adalah: nilai, maksud atau misi, sanksi yang berarti
kewenangan untuk melaksanakan praktik, pengetahuan dan
metode (Barlett, 1988). Hepworth, Rooney dan Larsen (2002)
juga menyatakan bahwa unsur-unsur inti yang mendasari
pekerjaan sosial di mana pun dipraktikkan adalah sebagai berikut:
1. Maksud/tujuan profesi itu.
2. Nilai-nilai dan etika.
3. Dasar pengetahuan praktik langsung.
4. Metode-metode dan proses-proses yang dilakukan.
Dengan demikian seseorang yang memasuki lembaga
pendidikan pekerjaan sosial akan mempelajari pengetahuan, nilai-
nilai serta etika, dan metode serta teknik pekerjaan sosial dari
lembaga pendidikan tersebut. Setelah semua itu dipelajari dan
26
dikuasai, maka dalam diri calon pekerja sosial ini akan terbentuk
“kemampuan melakukan analisis” (dilandasi oleh pengetahuan),
“sikap” (dilandasi oleh nilai-nilai yang diyakini dan dianut), dan
“keterampilan” (dilandasi oleh metode dan teknik yang telah
dipelajari dan dikuasai). Dengan berpedoman pada ilmu
pengetahuan yang telah dipelajarinya, serta dibimbing oleh nilai-
nilai yang dianutnya, pekerja sosial menggunakan
keterampilannya dalam membantu individu, kelompok atau
masyarakat.
e. Tujuan Pekerjaan Sosial
Misi utama profesi pekerjaan sosial menurut National
Association of Social Workers (NASW) adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia (human well-being) dan
membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia,
dengan perhatian khusus pada kebutuhan-kebutuhan orang-orang
yang rawan, tertindas dan miskin. Demikian pula Dewan
Pendidikan Pekerjaan Sosial (CSWE) menggambarkan profesi
pekerjaan sosial sebagai mempunyai komitmen untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia (human well-being) dan
untuk mengurangi kemiskinan dan penindasan (dalam Hepworth,
Rooney, & Larsen, 2002). Pekerjaan sosial berusaha untuk
memperkuat keberfungsian orang dan meningkatkan efektivitas
lembaga-lembaga dalam masyarakat yang menyediakan sumber-
sumber serta kesempatan-kesempatan bagi warganya yang
menyumbang kepada kesejahteraan masyarakat.
27
Tujuan praktik pekerjaan sosial menurut NASW adalah:
1. Meningkatkan kemampuan-kemampuan orang untuk
memecahkan masalah, mengatasi (coping),
perkembangan.
2. Menghubungkan orang dengan sistem-sistem yang
memberikan kepada mereka sumber-sumber, pelayanan-
pelayanan dan kesempatan-kesempatan.
3. Memperbaiki keefektifan dan bekerjanya secara
manusiawi dari sistem-sistem yang menyediakan orang
dengan sumber-sumber dan pelayanan-pelayanan.
4. Mengembangkan dan memerbaiki kebijakan sosial
(dalam Zastrow, 2008).
Selain keempat tujuan itu, Zastrow (2008) juga
menambahkan empat tujuan lagi yang dikemukakan oleh CSWE
sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesejahteraan manusia dan mengurangi
kemiskinan, penindasan, dan bentuk-bentuk
ketidakadilan sosial lainnya.
2. Mengusahakan kebijakan, pelayanan dan sumber-sumber
melalui advokasi dan tindakan-tindakan sosial dari
politik yang meningkatkan keadilan sosial dan ekonomi.
3. Mengembangkan dan menggunakan penelitian,
pengetahuan dan keterampilan yang memajukan praktik
pekerjaan sosial.
28
4. Mengembangkan dan menerapkan praktik dalam konteks
budaya yang bermacam-macam
f. Kompetensi Pekerjaan Sosial
Kompetensi adalah suatu kemampuan atau kecakapan yang
dimiliki oleh seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau
tugas dibidang tertentu. Menurut National Association of Social
Workers (NASW) kompetensi pekerja sosial adalah keterampilan-
keterampilan yang penting bagi pelaksanaan praktik pekerjaan
sosial, yaitu sebagai berikut:
1. Keterampilan dalam mendengarkan orang lain dengan
pengertian dan tujuan.
2. Keterampilan dalam mendapatkan informasi dan dalam
mengumpulkan fakta yang relevan untuk
mempersiapkan riwayat sosial, asesmen (penilaian),
dan laporan.
3. Keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan
hubungan pertolongan profesional dan dalam
menggunakan diri sendiri dalam hubungan.
4. Keterampilan dalam mengamati dan menafsirkan
perilaku verbal dan nonverbal dan dalam menggunakan
pengetahuan tentang teori kepribadian dan metode-
metode diagnostik.
5. Keterampilan dalam menyertakan klien dalam usaha
untuk memecahkan masalah mereka sendiri dan dalam
memperoleh kepercayaan.
29
6. Keterampilan dalam mendiskusikan masalah-masalah
emosional yang sensitif dalam cara yang mendukung
dan tidak mengancam.
7. Keterampilan dalam menciptakan solusi inovatif atas
kebutuhan-kebutuhan klien.
8. Keterampilan dalam menentukan kebutuhan untuk
mengakhiri hubungan terapeutik dan bagaimana
melakukannya.
9. Keterampilan dalam menafsirkan temuan-temuan
penelitian dan literatur profesional.
10. Keterampilan dalam memediasi dan negosiasi antara
pihak-pihak yang saling konflik.
11. Keterampilan dalam menyediakan pelayanan
penghubung antar organisasi.
12. Keterampilan dalam menafsirkan atau
mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhan sosial
kepada sumber-sumber pemberi dana, publik, atau para
legislator (Zastrow, 2008).
Berkaitan dengan keterampilan-keterampilan penting ini,
NASW juga mengidentifikasi kemampuan-kemampuan yang
diperlukan untuk praktik pekerjaan sosial:
1. Kemampuan untuk berbicara dan menulis dengan jelas.
2. Kemampuan untuk mengajar orang lain.
3. Kemampuan untuk merespon secara mendukung dalam
situasi-situasi krisis atau penuh emosi.
4. Kemampuan untuk bertindak sebagai model peranan
dalam hubungan profesional.
30
5. Kemampuan untuk menafsirkan gejala psikososial yang
kompleks.
6. Kemampuan untuk mengatur beban kerja untuk
memenuhi tanggung jawab.
7. Kemampuan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
sumber-sumber yang diperlukan untuk membantu orang
lain.
8. Kemampuan untuk menilai kinerja dan perasaan-
perasaan sendiri, dan untuk menggunakan pertolongan
dan konsultasi,
9. Kemampuan untuk berpartisipasi dalam dan memimpin
kegiatan-kegiatan kelompok.
10. Kemampuan untuk berfungsi walaupun dalam keadaan
stress.
11. Kemampuan untuk mengatasi situasi-situasi konflik
atau kepribadian-kepribadian yang suka bertengkar.
12. Kemampuan untuk menghubungkan teori sosial dan
psikologis pada situasi praktik.
13. Kemampuan untuk mengidentifikasi informasi yang
perlu untuk memecahkan suatu masalah.
14. Kemampuan untuk melakukan penelitian tentang
pelayanan lembaga atau praktik diri sendiri (Dalam
Zastrow, 2008).
4. Persepsi
a. Pengertian persepsi
Menurut Astori (2009) pengertian persepsi adalah “proses
individu dalam menginterpretasikan, mengorganisasikan dan
31
memberi makna terhadap stimulus yang berasal dari lingkungan
dimana individu itu berada yang merupakan hasil dari proses
belajar dan pengalaman.” Dalam pengertian persepsi tersebut
terdapat dua unsur penting yakni interprestasi dan
pengorganisasian. Interprestasi merupakan upaya pemahaman dari
individu terhadap informasi yang diperolehnya. Sedangkan
perorganisasian adalah proses mengelola informasi tertentu agar
memiliki makna.
Persepsi merupakan suatu proses yang dipelajari melalui
interaksi dengan lingkungan sekitar. Persepsi seseorang timbul
sejak kecil melalui interaksi dengan manusia lain. Menurut
Robbins pengertian persepsi merupakan kesan yang diperoleh
oleh individu melalui panca indera kemudian dianalisa
(diorganisir), diinterpretasi dan kemudian dievaluasi, sehingga
individu tersebut memperoleh makna. Sedangkan menurut
Thoha, pengertian persepsi pada hakekatnya adalah proses
kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami setiap
informasi tentang lingkungannya baik melalui penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman.
b. Proses terbentuknya persepsi
Persepsi tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui suatu proses.
Walgito (1998) menyatakan bahwa terbentuknya persepsi melalui
suatu proses, dimana secara alur proses persepsi dapat
dikemukakan sebagai berikut: berawal dari objek yang
menimbulkan rangsangan dan rangsangan tesebut mengenai alat
indra atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik).
32
Kemudian rangsangan yang diterima oleh alat indra dilanjutkan
oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini dinamakan proses
fisiologis. Selanjutnya terjadilah suatu proses di otak, sehingga
individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu,
sebagai suatu rangsangan yang diterimanya. Proses yang terjadi
dalam otak/pusat kesadaran itulah yang dinamakan dengan proses
psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari
proses persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang
diterima melalui alat indra (reseptor).
Persepsi merupakan bagian dari seluruh proses yang
menghasilkan respon atau tanggapan yang dimana setelah
rangsangan diterapkan kepada manusia. Subprosesnya adalah
pengenalan, perasaan, dan penalaran. Persepsi dan kognisi
diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Rasa dan nalar
bukan merupakan bagian yang perlu dari setiap situasi
rangsangan-tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan individu
yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan, dianggap
dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya.
Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponan utama
berikut:
1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap
rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak
atau sedikit.
2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi
sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa
lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan
33
kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan
seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi
yang kompleks menjadi sarjana.
3. Interprestasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam
bentuk tingkah laku sebagai reakasi (Depdikbud, 1985),
dalam Soelaeman, 1987). Jadi, prosespersepsi adalah
melakukan seleksi, interprestasi, dan pembulatan terhadap
informasi yang sampai
c. Jenis Jenis Persepsi
1. Persepsi visual
Persepsi visual dari indera penglihatan yaitu mata.
Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang
pada bayi dan mempengaruhi bayi dan balita untuk
memahami dunianya. Persepsi visual adalah hasil dari apa
yang kita lihat, baik sebelum kita melihat atau masih
membayangkan serta sesudah melakukan pada objek yang
dituju.
2. Persepsi auditoria atau pendengaran
Persepsi auditori merupakan persepsi yang didapatkan dari
indera pendengaran yaitu telinga. Seseorang dapat
mempersepsikan sesuatu dari apa yang didengarnya.
3. Persepsi perabaan
Persepsi perabaan merupakan persepsi yang didapatkan
dari indera perabaan yaitu kulit. Seseorang dapat
mempersepsikan sesuatu dari apa yang disentuhnya atau
akibat persentuhan sesuatu dengan kulitnya
34
.
4. Persepsi penciuman
Persepsi penciuman merupakan persepsi yang didapatkan
dari indera penciuman yaitu hidung. Seseorang dapat
mempersepsikan sesuatu dari apa yang dicium.
5. Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa merupakan jenis persepsi
yang didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.
Seseorang dapat mempersepsikan sesuatu dari apa yang
dikecap atau rasakan.
d. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Seseorang
Miftah Toha menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut :
a. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu,
prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus),
proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai
dan kebutuhan, minat, serta motivasi.
b. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang
diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas,
ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru
dan familiar atau ketidakasingan suatu objek.
Sedangkan menurut Stephen P. Robbins, (1996) terdapat 3
faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu:
1. Individu yang bersangkutan (pemersepsi)
35
Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha
memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya , ia akan
dipengaruhi oleh karakteristik individual yang dimilikinya
seperti sikap, motif, kepentingan, minta, pengalaman,
pengetahuan, dan harapannya.
2. Sasaran dari persepsi
Sasaran dari persepsi dapat berupa orang, benda, ataupun
peristiwa. Sifat-sifat itu biasanya berpengaruh terhadap
persepsi orang yang melihatnya.Persepsi terhadap sasaran
bukan merupakan sesuatu yang dilihat secara teori
melainkan dalam kaitannya dengan orang lain yang terlibat.
Hal tersebut yang menyebabkan seseorang cenderung
mengelompokkan orang, benda, ataupun peristiwa sejenis dan
memisahkannya dari kelompok lain yang tidak serupa.
3. Situasi perspsi
Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti
situasi dimana persepsi tersebut timbul, harus mendapat
perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan
dalam proses pembentukan persepsi seseorang.
Menurut Bimo Walgito faktor-faktor yang berperan
dalam persepsi, yaitu:
1) Objek yang dipersepsi objek menimbulkan stimulus yang
mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat
datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga
dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan
36
yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja
sebagai reseptor
2) Alat indera, syaraf dan susunan syaraf alat indera atau
reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, di
samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat
untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke
pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan
motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang.
3) Perhatian untuk menyadari atau dalam
mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu
merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam
rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan
pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas
individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan
objek
Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda
satu sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam
mempersepsi suatu objek, stimulus, meskipun objek tersebut
benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh
berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun
situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya
perbedaan-perbedaan individu, perbedaan dalam kepribadian,
perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada
dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri
seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman,
proses belajar, dan pengetahuan.
37
B. Kerangka Pemikiran
Komunikasi merupakan hak bagi setiap warga negara, tanpa
terkeucuali bagi orang dengan kebutuhan khusus, termasuk difabel tuli.
Hak-hak para difabel tuli pun telah termaktub dalam Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1997 tentang hak-hak yang harus diperoleh orang
dengan berkebutuhan khusus atau different ability people (difabel).
Melihat kemampuan dalam berkomunaksi sebagai langkah awal yang
harus dimiliki pekerja sosial dalam mengatasi permasalahan kliennya,
maka pekerja sosial harus memiliki kemampuan khusus dalam
menggunakan alat komunikasi, seperti yang telah termaktub dalam
Permensos nomor 12 tahun 2017 tentang standar kompetensi pekerja
sosial, dalam Bab 3 pasal 6 tentang keterampilan khusus dimiliki oleh
pekerja sosial.
Namun perlu dicermati sebagai pekerja sosial, bahwa difabel tuli
sebagai pengguna bahasa isyarat sebagai alat komunkasi untuk
melakukan interaksi, memiliki hak yang sama untuk diselesaikan
permasalahanya oleh pekerja sosial. Karena komunikasi bisa merubah
sifat, sikap, dan perilaku seseorang dalam mengatasi permasalahan yang
dihadapinya.
Peningkatan kemampuan pekerja sosial dalam menguasai
penggunakan bahasa isyarat sangatlah penting, karena dalam menggali
suatu permasalah yang dihadapi oleh klien terkhususnya klien yang
menggunakan bahasa isyarat sebagai alat komunkasi, ketika pekerja
sosial melakukan interaksi harus tercapai pesan-pesan yang akan
38
berdampak kepada penyelesaian permasalah yang sedang dihadapi oleh
klien. Komunikasi sendiri sebagai pijakan awal pekerja sosial, ketika
seorang pekerja sosial tidak dapat mengirim pesan-pesan kepada klienya
maka pekerja sosial tersebut gagal dalam memenuhi kebutuhan klien
untuk mengatasi permasalahnya. Oleh sebab itu maka pekerja sosial
harus mampu menguasai alat komunikasi bahasa isyarat yang digunakan
oleh difabel tuli, sehingga tidak gagal dalam menyampaikan pesan-pesan
untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh klien tekusnya
teman-teman difabel tuli. Dengan seorang pekerja sosial mempunyai
kemampuan dalam penggunaan bahasa isyarat dapat meningkatkan
kompetensi yang harus dimiliki yang sudah tercantum dalam undang-
undang.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah proses pengumpulan dan analisis data
yang dilakukan secara sistematis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Metode peneliti berkaitan dengan alat apa dan bagaimana urutan serta
cara suatu penelitian dilakukan (Nazir, 2003). Mengenai metode
penelitian yang terbagi menjadi subjek dan objek penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik sampling, metode dan teknik analisis data.
A. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah
mahasiswa Kesejahteraan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2018 sampai angkatan 2015. Alasan
pengambilan subjek ini adalah karena subjek ini sangat tepat sebagai
bahan penelitian, dimana mereka paham tentang pekerjaan sosial,
sehingga hasil penelitian akan lebih objektif karena jawaban yang
diberikan adalah berdasarkan pengetahuan yang mereka pelajari di
bangku perkuliahan dan bukan berdasarkan media sosial atau cerita orang
lain. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Persepsi
mahasiswa Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatulullah Jakarta
terhadap bahasa isyarat dalam meningkatkan kompetensi pekerja sosial.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti
untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang benar akan
menghasilkan data dengan kredibelitas tinggi. Dalam penelitian ini,
penulis melakukan serangkaian kegiatan yang bersumber dari:
40
1. Data primer
Data primer adalah data yang didapatkan dari hasil observasi
dan pengambilan data langsung di lapangan menggunakan
kuisioner kepada responden berdasarkan panduan pertanyaan yang
telah disiapkan.
a. Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data untuk
mendapatkan data tentang pikiran, perasaan, sikap, keyakinan,
nilai, persepsi, kepribadian dan sikap responden terhadap suatu
hal. Kuisioner yaitu berupa set pertanyaan logis yang
berhubungan dengan penelitian dan setiap pertanyaannya
memiliki tujuan dalam menguji hipotesis penelitian (Nazir,
2003). Pada penelitian ini, kuesioner yang digunakan adalah
kuesioner tertutup dengan responden adalah mahasiswa
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kategori responden dipilih secara acak dari mahasiswa yang
melewati lokasi studi dengan jumlah responden ditentukan
melalui teknik sampling.
Jenis kuisioner yang digunakan pada penelitian ini yaitu
kuisioner tertutup. Kuisioner tertutup yaitu kuisioner yang tidak
memberi kesempatan kepada responden untuk menentukan
jawaban sesuai keinginan mereka. Jawaban pada kuisioner
tertutup sudah dirancang dengan pilihan jawaban tertentu yang
harus dipilih oleh responden. Jenis skala yang digunakan pada
kuisioner penelitian ini adalah skala Guttman dan Skala Likert.
• Skala Guttman adalah skala komulatif yang bersifat
undimensional. Skala guttman digunakan untuk jawaban
41
yang bersifat jelas, tegas dan konsisten. Contoh jawaban
kuisioner dengan skala Guttman misalnya, ya-tidak,
setuju-tidak setuju, dan lain-lain.
• Sedangkan Skala Likert adalah skala yang digunakan
untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat seseorang
atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau keadaan
berdasarkan definisi operasional yang telah ditetapkan
oleh peneliti. Saat menanggapi pertanyaan dalam Skala
Likert, responden menentukan tingkat persetujuan
mereka terhadap suatu pertanyaan dengan memilih
salah satu dari pilihan yang tersedia. Bentuk jawaban
yang digunakan dalam Skala Likert yaitu skala ordinal
berupa rangking atau urutan jawaban. Contoh jawaban
kuesioner pada Skala Likert misalnya sangat setuju,
setuju, cukup setuju, dan tidak setuju.
b. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang berkaitan
dengan masalah penelitian atau untuk menelusuri data historis,
dapat berupa buku, majalah, artikel, foto, dan lain-lain. Dalam
penelitian ini peneliti mengumpulkan data dokumentasi berupa
foto-foto, dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari hasil studi
literatur, artikel, jurnal ataupun situs internet yang berkaitan dengan
42
tema penelitian dan pihak yang berkaitan dengan penelitian, seperti
profil kampus (Christian, 2011).
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Suharsimi Arikunto (2005) mengatakan bahwa populasi ialah
wilayah umum yang terdiri dari subyek yang memiliki kualitas
serta karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipahami
dan dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswa Kesejahteraan Sosial Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2000) sampel ialah suatu bagian dalam
populasi, bagian jumlah dan karateristik dari populasi. Jika jumlah
populasi besar maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi tersebut dikarenakan keterbatasan tenaga,
waktu maupun dana. Oleh sebab itu sampel yang diambil haruslah
bersifat representativ (mewakili) populasinya.
3. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik dalam pengambilan sampel
yang bertujuan menentukan sampel yang akan digunakan dalam
sebuah penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan sampel probabilitas (probability sampling) yang
didasarkan pada konsep stratified random sampling yaitu proses
pengambilan sampel pada pembagian populasi kedalam srata,
memilih sampel secara acak dari setiap stratum, dan
43
menggabungkannya kedalam sampel untuk menaksir parameter
populasinya.
Dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin dalam
menentukan sampel dengan rumus
N
n =
N.d2+1
Keterangan: n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
d = galat pendugaan/error tolerance (toleransi
terjadinya galat; taraf signifikansi; untuk sosial
dan pendidikan pada umumnya 0,05)
Sumber: Setiawan, 2007 (Universitas Padjajaran)
Berdasarkan rumus di atas maka peneliti menghitung sampel
dari populasi mahasiswa Kesejahteraan Sosial Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjumlah 388
mahasiswa. Maka peneliti menghitung
n = 388/((388x0,05x0,05)+1) = 197
Berdasarkan perhitungan tersebut maka sampling minimal
197. Populasi sendiri terbagi dalam empat bagian yaitu:
1) Kesejahteraan Sosial angkatan 2018 berjumlah 122
mahasiswa
2) Kesejahteraan Sosial angkatan 2017 berjumlah 98 mahasiswa
3) Kesejahteraan Sosial angkatan 2016 berjumlah 89 mhasiswa
4) Kesejahteraan Sosial angkatan 2015 berjumlah 79 mahasiswa
44
Maka jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-masing
bagian tersebut ditentukan kembali dengan rumus n= (populasi
angkatan / jumlah populasi keseluruhan ) x jumlah sampel yang
ditentukan.
1. Kesejahteraan Sosial angkatan 2018 : (122 / 388) x 197 = 62
2. Kesejahteraan Sosial angkatan 2017 : (98 / 388) x 197 = 50
3. Kesejahteraan Sosial angkatan 2016 : (89 / 388) x 197 = 45
4. Kesejahteraan Sosial angkatan 2015 : (79 / 388) x 197 = 40
Sehingga dari keseluruhan sampel tersebut adalah 62 + 50 + 45
+ 40 = 197 sempel.
D. Teknik Analisis Data
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian
kuantitatif. Penelitian kuntitatif merupakan penelitian yang analisisnya
secara umum memakai analisis statistik. Pendekatan kuntitatif ini
merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang lebih ditekankan
pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif
yang kokoh. Penelitian kuantitatif bersifat objektif, karenapada dasarnya
penulis dapat melihat secara langsung sebuah keadaan yang sebenarnya
terjadi.
a. Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul di dalam tahap pengumpulan data
menggunakan software SPSS (Statistical Package for Social
Science) for Windows versi 20.0. Pengolahan data tersebut
memiliki tujuan agar data lebih sederhana, sehingga semua data
yang telah terkumpul dan menyajikannya sudah tersusun dengan
baik dan rapi kemudian baru dianalisis.
45
b. Penganalisisan Data
Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk
memaparkan hasil yang diperoleh. Dengan mengunakan analisa
data statistik distribusi frekuensi dengan rumus
P = F X 100 %
N
Keterangan
P = Angka presentase
F = Frenkuensi
N = Jumlah responden
100% = Nilai konstanta
(Anas Sudjino, Pengantar Statistik Pendidikan (2003)
Dalam mendeskripsikan hasil penelitian penulis juga
menggunakan Skala Likert, Skala Likert paling sering digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. ( Sugiono, 1992)
Tabel 3. 1 Skor Item Skala Likert
no Alternatif jawaban Positif Negatif
1 Sangat setuju 4 1
2 Setuju 3 2
3 Tidak setuju 2 3
4 Sangat tidak setuju 1 4
46
c. Interpertasi Data
Untuk memberikan interpertasi atas nilai rata-rata yang
diporoleh digunakan pedoman interpertasi sebagaimana
dikemukakan oleh (Suharsimi Arikunto, 2009)
1. Baik, jika nilai diporoleh berada pada interval 75%-100%
2. Cukup baik, jika nilai yang diporoleh berada pada interval
55%-75%
3. Kurang baik, jika nilai yang diporoleh berada pada interval
40%-55%
4. Tidak baik, jika nilai yang diporoleh berda pada interval
0%-40%
Untuk menentukan presentase digunakan perhitungan
sederhana dengan langkah-langkah sebagai brikut:
1. Menentukan nilai harapan (NH), nilai ini dapat diketahui
mengalikan jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi
2. Menghitung nilai skor (NS), nilai ini merupakan rata-rata
sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian.
3. Menentukan katagori yaitu dengan menggunakan rumus :
P = NS X 100%
NH
Keterangan :
P = Angka presentase
NS = Nilai skor
NH = Nilai harapan
100% = Nilai konstanta
47
d. Penafsiran Hasil Analisis
Kemudian bila data sudah selesai dianalisis, kegiatan yang
harus dilakukan yaitu menafsirkan hasil analisa data tersebut.
Tujuan penafsiran analisis ini adalah untuk menarik kesimpulan
dari penelitian kualitatif yang telah dilakukan.
E. Uji Instrumen
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk melihat dengan mengukur valid
atau tidaknya suatu kuisioner. Sebuah kuisioner dapat dikatakan
valid apabila pertanyaan dalam kuisioner mampu mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur dalam kuisioner tersebut. (Ghozali,
2016). Kriteria untuk pengujiannya yaitu rhitung > rtabel (uji 2
dengan sig. 0,05) maka instrumen pertanyaan atau pernyataan
berkorelasi signifikan terhadap skor total maka dinyatakan valid,
dan sebaliknya apabila rhitung < rtabel maka dinyatakan tidak
valid.
b. Uji Reliabilitas
Suatu alat pengukur dikatakan reliable apabila dalam
mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa
menunjukan hasil yang sama. Jadi alat yang reliable secara kosisten
memberi hasil ukuran yang sama. Reliabilitas adalah indeks yang
menunjukan sejauah mana sesuatu alat pengukur dapat dipercaya
atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali
untuk mengukur gejala yanag sama dan hasil pengukuran yang
diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel.
48
Dengan kata lain realibilitas menunjukan konsistensi suatu alat
pengukur di dalam mengukur suatu gejala yang sama.
Makin kecil kesalahan pengukuran, maka reliabel alat
pengukur. Sebaliknya makin besar kesalahan pengukuran makin
tidak reliabel alat pengukur tersebut. Jika hasil dari contoh alpha >
0,06 maka data tersebut mempunyai reliabilitas kurang baik,
sedangkan crounchbach alpha > 0,7 dapat diterima, dan
crounchbach alpha > 0,8 adalah baik.
F. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan. Lokasi penelitian dipilih secara
sengaja dalam wilayah kampus karena kampus adalah tempatnya para
mahasiswa yang dikatakan sebagai agen perubahan, agen kontrol sosial
dan penerus bangsa untuk masa depan dan akan terjun bersama
masyarakat. Oleh karena itu, lokasi ini dianggap mewakili untuk melihat
persepsi mahasiswa Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta terhadap bahasa isyarat dalam meningkatkan kompetensi pekerja
sosial.
Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan Maret 2019. Kegiatan
penelitian ini meliputi penyusunan proposal, pengambilan data lapangan,
pengolahan data dan analisis data, penulisan draft skripsi, sidang skripsi
serta revisi laporan penelitian.
Tabel 3. 2 Timeline Penelitian
No. Uraian
Kegiatan
Alokasi Waktu
Maret Juli Agustus September Oktober November Desember
1. Penyusunan
Proposal
49
No. Uraian
Kegiatan
Alokasi Waktu
Maret Juli Agustus September Oktober November Desember
2. Pengambilan
Data Lapangan
3. Pengolahan
Data
4. Analisis Data
50
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Uji Instrumen
Untuk mendapatkan data primer dilakukan penyebaran kuesioner
kepada mahasiswa Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dari angkatan 2015 sampai 2018 yang berjumlah 197 responden, penulis
memberikan 18 butir pertanyaan untuk di uji validitas dan reabilitas dari
pertanyaan yang diajukan. Analisis dilakukan dengan menggunakan
software SPSS 20.0 for windows release.
B. Rekapitulasi Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Uji Validitas
Untuk mengetahui validitas instrumen, dari masing-masing
pertanyaan, maka penulis akan memaparkan pada tabel 4.1.
Tabel 4. 1 Uji Validitas
No Butir r hitung r tabel Hasil
Instrumen
1
Interaksi mengunakan bahasa
isyarat dapat mengungkapkan
pikiran difabel tuli.
0.461 0.1391 Valid
2
Simbol - simbol merupakan
bentuk komunikasi yang dapat
membantu dalam penyelesaian
masalah klien.
0.557 0.1391 Valid
3
Gerakan merupakan bentuk
komunikasi yang dapat
membantu pekerja sosial dalam
menyelesaikan permasalahan
klien.
0.628 0.1391 Valid
51
No Butir r hitung r tabel Hasil
Instrumen
4 Bahasa isyarat tidak dapat
menerjemahkan gerakan 0.15 0.1391 Tidak Valid
5
Ekspresi wajah merupakan
komunikasi yang dapat
membantu pekerja sosial dalam
menangani kilen
0.565 0.1391 Valid
6
Bahasa isyarat membantu
pekerja sosial dalam
penyelesaian permasalahan klien
0.596 0.1391 Valid
7
Menguasai bahasa isyarat dapat
meningkatkan keterampilan
pekerja sosial
0.528 0.1391 Valid
8
Kemampuan menguasai bahasa
isyarat membantu pekerja sosial
dalam mendapatkan informasi
klien
0.656 0.1391 Valid
9
Penggunaan bahasa isyarat dapat
meningkatkan keberfungsian
sosial klien
0.703 0.1391 Valid
10
Bahasa isyarat membantu dalam
menggali informasi atas
kebutuhan klien
0.637 0.1391 Valid
11 Perilaku difabel tuli sulit
dipahami dengan bahasa isyarat 0.164 0.1391 Valid
12 Bahasa isyarat SIBI mudah
dipahami 0.172 0.1391 Valid
13 Bahasa isyarat BISINDO mudah
dipahami 0.378 0.1391 Valid
14
Bahasa isyarat dapat
meningkatkan kualitas
komunikasi dengan difabel tuli
0.624 0.1391 Valid
15
Memahami bahasa isyarat dapat
menimbulkan keberanian untuk
berinteraksi dengan difabel tuli
0.523 0.1391 Valid
16 Saya kesulitan memahami
bahasa isyarat 0.310 0.1391 Valid
52
No Butir r hitung r tabel Hasil
Instrumen
17 Saya sulit berinterakasi
menggunakan bahasa isyarat 0.296 0.1391 Valid
18 Saya tidak percaya diri
berinterkasi dengan difabel tuli 0.307 0.1391 Valid
Berdasarkan data yang tertera pada tabel 4.1, dapat diketahui
bahwa nilai untuk uji validitas instrumen X yang diperoleh rata-rata
lebih besar dari “r” tabel dan seluruh pernyataan yang berjumlah 17
butir yang dikatakan butir favorable dan 1 butir unfavorable.
2. Uji Reliabilitas
Melalui perhitungan dengan software SPSS 20 for windows
release, nilai koefisien reabilitas croanbach’s Alpha sebagai
berikut:
Tabel 4. 2 Uji Reliabilitas
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 197 100.0
Excludeda 0 .0
Total 197 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Hasil koefisien Reabilitas yang tertera pada tabel dapat
dikatakan bahwa instrumen yang digunakan handal, karena
croanbach’s Alpha > 0.6 adalah baik. Artinya data instrumen dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat ukur pengumpulan data
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.775 18
53
atau pengukur objek yang sudah ditetapkan karena instumen
tersebut tergolong baik.
C. Klasifikasi Responden
Dalam penelitian yang dilakukan tentang persespsi mahasiwa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap bahasa isyarat dalam meningkatkan
kompetensi pekerja sosial, peneliti banyak menemukan data yang relevan
didalam penelitian tersebut. Banyak mahasiswa yang mempersepsikan
positif, namun beberapa diantaranya memiliki pandangan yang berbeda
terhadap peningkatan kompetensi tersebut. Hal tersebut dapat kita lihat
dalam dimensi bentuk-bentuk bahasa isyarat, fungsi bahasa isyarat, dan
kemampuan dalam memahami bahasa isyarat. Penelitian ini dilakukan
dibulan September. Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah
mahasiswa Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dari
197 responden yang disebar, peneliti mendapatkan data mengenai
indentitas responden berdasarkan angkatan responden.
Adapun frekuensi jumlah responden berdasarkan angkatan dapat
dilihat diagram 4.1 dibawah ini:
Diagram 4. 1 Karakteristik Responden berdasarkan Angkatan
20,30%
22,80%
25,30%
31,40%
2015
2016
2017
2018
54
Berdasarkan diagram 4.1 dapat diketahui bahwa mahasiswa
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta setiap tahunnya
terus bertambah, dan diketahui bahwa dengan meningkatnya mahasiswa
setiap tahunnya maka calon pekerja sosial pun akan bertambah. Hal
tersebut dapat diartikan bahwa dengan bertambahnya calon pekerja sosial
setiap tahunnya maka kebutuhan dan peningkatan kompetensi pekerja
sosial harus ditingkatkan karena semakin banyaknya peminat jurusan
Kesejahteraan Sosial.
Diagram 4. 2 Karakteristik Responden berdasarkan Pemahaman
Bahasa Isyarat
Berdasarkan diagram 4.2 dapat diketahui bahwa masih sedikit
mahasiswa yang memiliki pemahaman mengenai bahasa isyarat, bisa
dilihat dari diagram diatas 197 responden, angkatan 2015 hanya 25%
yang memahami bahasa isyarat, angkatan 2016 hanya 17,77% yang
memahami bahasa isyarat, angkatan 2017 hanya 24% yang memahami
bahasa isyarat, angkatan 2018 hanya 14,51% yang memahami bahasa
isyarat.
25%
17,77%
24%
14,51% 2015
2016
2017
2018
55
D. Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan pengkumpulan data yang peneliti lakukan terhadap
197 responden mengenai persepsi mahasiswa Kesejahteraan Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap bahasa isyarat dalam meningkatkan
kompetensi pekerja sosial, maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4. 3 Dimensi Bentuk-Bentuk Bahasa Isyarat dalam
Meningkatkan Kompetensi Pekerja Sosial
Tabel 4.3 menunjukan bahwadimensi interaksi menggunakan
bahasa isyarat dapat mengungkapkan pikiran difabel tuli, banyak
responden yang menyetujui bahwa interaksi menggunakan bahasa isyarat
NO DAFTAR PERTANYAAN SS S TS STS Skor
1 Interaksi mengunakan bahasa isyarat dapat
mengungkapkan pikiran difabel tuli. 90 105 1 1 678
2
Simbol - simbol merupakan bentuk komunikasi
yang dapat membantu dalam penyelesaian
masalah klien. 82
108
6 1 665
3
Gerakan merupakan bentuk komunikasi yang
dapat membantu pekerja sosial dalam
menyelesaikan permasalahan klien.
78 106 13 0 656
4 Bahasa isyarat tidak dapat menerjemahkan
gerakan 8 19 144 26 582
5
Ekspresi wajah merupakan komunikasi yang
dapat membantu pekerja sosial dalam
menangani kilen 80 105 12 0 659
Total 3.240
56
dapat mengungkapkan apa yang ada di dalam fikiran difabel tuli yang
berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.
Hal tersebut dapat dilihat dari jawaban persepsi responden
mengenai interaksi mengunakan bahasa isyarat dapat mengungkapkan
pikiran difabel tuli, responden yang menjawab sangat setuju berjumlah
90 responden, yang menjawab setuju berjumlah 105 responden, 1
responden yang menjawab tidak setuju dan 1 responden yang menjawab
sangat tidak setuju. Ini berarti bahwa penggunaan bahasa isyarat dalam
interaksi dengan difabel tuli menurut mahasiswa Kesejahteran Sosial
sangatlah bisa menuangkan apa yang dipikiran difabel tuli dan sangat
membantu pekerja sosial dalam menggali permasalah klien difabel tuli.
Selain itu dilihat dari jawaban responden mengenai simbol - simbol
merupakan bentuk komunikasi yang dapat membantu dalam penyelesaian
masalah klien, responden yang menjawab sangat setuju 83 responden dan
yang menjawab setuju 107 responden, yang menjawab tidak setuju 6
responden, dan yang menjawab sangat tidak setuju hanya 1 responden.
Dilhat dari jawaban responden tersebut bahwa mahasiswa setuju bahwa
simbol-simbol dalam komunikasi yang merupakan juga bagian dari
bahasa isyarat sangatlah penting dalam berinteraksidengan klien.
Kemudian dari jawaban responden terkait gerakan bentuk
komunikasi yang dapat mempermudah pekerja sosial dalam
menyelesaikan permasalahan klien, 78 responden yang menjawab sangat
setuju, 106 yang menjawab setuju, 13 responden yang menjawab tidak
setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju, dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa Kesejahteraan Sosial setuju terhadap
pentingnya gerakan dalam membantu penyelesaian permasalahan klien.
57
Setelah itu, jawaban responden terkait bahasa isyarat tidak dapat
menterjemahkan gerakan 8 responden yang menjawab sangat setuju, 19
responden yang menjawab setuju, 144 responden yang menjawab tidak
setuju, dan 26 responden yang menjawab sangat tidak setuju. Dapat
diartikan bahwa mahasiswa Kesejahteraan Sosial menilai terkait bahasa
isyarat itu dapat menterjemahkan gerakan terkhususnya difabel tuli.
Lalu, butir terkait Ekspresi wajah merupakan komunikasi yang
dapat membantu pekerja sosial dalam menangani kilen, 80 responden
yang menjawab sangat setuju, 105 yang menjawab setuju, 12 responden
yang menjawab tidak setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat tidak
setuju. Dari hal tersebut mahasiswa kesejahteraan sosial menilai bahwa
expresi wajah sangat membantu dalam proses penanganan terhadap klien,
karena ekspresi wajah dapat membantu dalam membaca komunikasi
yang disampaikan klien.
Tabel 4. 4 Kuesioner Fungsi Bahasa Isyarat dalam Meningkatkan
Kompetensi Pekerja Sosial.
NO DAFTAR PERTANYAAN SS S TS STS Skor
1 Bahasa isyarat membantu pekerja sosial
dalam penyelesaian permasalahan klien 68 126 3 0 656
2 Menguasai bahasa isyarat dapat
meningkatkan keterampilan pekerja sosial 134 62 1 0 724
3
Kemampauan menguasai bahasa isyarat
membantu pekerja sosial dalam mendapatkan
informasi klien
105 92 0 0 696
4 Penggunaan bahasa isyarat dapat
meningkatkankeberfungsian sosial klien 75 117 5 0 661
5 Bahasa isyarat membantu dalam menggali
informasi atas kebutuhan klien 117 80 0 0 708
6 Perilaku difabel tuli sulit dipahami dengan
bahasa isyarat 10 38 134 15 548
Total 3.993
58
Tabel 4.4 menunjukan bahwa dimensi fungsi bahasa isyarat dalam
meningkatkan kompetensi pekerja sosial, responden banyak yang
menyetujui bahwa fungsi bahasa isyarat sangatlah penting dalam
peningkatan kompetensi pekerja sosial, hal terebut dapat dilihat dari
jawaban responden mengenai bahasa isyarat dapat membantu dalam
penyelesaian masalah klien, 68 responden yang menjawab sangat setuju,
126 responden yang menjawab setuju, 3 responden yang menjawab tidak
setuju, dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju, dapat diartikan
bahwa menurut mahasiswa Kesejahteraan Sosial menganggap bahasa
isyarat sangatlah penting dalam membantu pekerja sosial menghadapi
permasalahan klien apalagi mendapatkan klien yang berkaitan dengan
difabel tuli.
Selain itu dilihat dari jawaban responden mengenai menguasai
bahasa isyarat dapat meningkatkan keterampilan pekerja sosial, 134
responden yang menjawab sangat setuju, 62 responden yang menjawab
setuju, 1 responden yang menjawab tidak setuju, dan tidak ada responden
yang menjawab sangat tidak setuju. Hal ini dapat diartikan bahwa
mahasiswa Kesejahteraan Sosial menilai bahwa bahasa isyarat sengat
penting karena dapat meningkatkan keterampilan pekerja sosial terutama
keterampilan khusus.
Kemudian dilihat dari jawaban responden mengenai kemampuan
menguasai bahasa isyarat membantu pekerja sosial dalam mendapatkan
informasi klien, 105 responden yang menjawab sangat setuju, 92
responden yang menjawab setuju, dan tidak ada yang menjawab tidak
setuju dan sangat tidak setuju. Mahasiswa Kesejahteraan Sosial menilai
bahwa kemampuan dalam menguasai bahasa isyarat itu sangatlah penting
59
karena dapat membantu dalam mencari informasi dalam menangani
permasalahan klien terutama yang berkaitan dengan difabel tuli.
Setelah itu dilihat dari jawaban responden mengenai penggunaan
bahasa isyarat dapat meningkatkankeberfungsian sosial klien, 75
responden yang menjawab sangat setuju, 117 responden yang menjawab
setuju, 5 responden yang menjawab tidak setuju, dan tidak ada yang
menjawab sangat tidak setuju. Hal tersebut dapat diartikan bahwa
penggunaan bahasa isyarat menurut mahasiswa Kesejahteraan Sosial
dapat meningkatkan fungsi sosial klien terkhususnya klien yang
menggunakan komunikasi dengan bahasa isyarat.
Dapat dilihat juga dari jawaban responden mengenai bahasa isyarat
membantu dalam menggali informasi atas kebutuhan klien, 117
responden yang menjawab sangat setuju, 80 responden yang menjawab
setuju, dan tidak ada responden yang menjawab tidak setuju dan sangat
tidak setuju, dapat diartikan bahwa responden menilai bahasa isyarat
sangatlah membantu dalam menggali informasi apalagi informasi yang
didapatkan harus menggunakan bahasa isyarat.
Lalu, dilihat juga dari jawaban responden mengenai perilaku difabel
tuli sulit dipahami dengan bahasa isyarat, 10 responden yang menjawab
sangat setuju, 38 responden yang menjawab setuju, 134 yang menjawab
tidak setuju, dan 15 responden yang manjawab sangat tidak setuju. Hal
tersebut dapat disimpulkan bahwamenurut responden bahasa isyarat
sangatlah bisa dipahami dengan penggunaan bahsa isyarat.
Tabel 4. 5 Kemampuan mahasiswa dalam Memahami dan
Mempraktekan Bahasa Isyarat
NO DAFTAR PERTANYAAN SS S TS STS Skor
60
1 Bahasa isyarat SIBI mudah dipahami 4 125 64 4 523
2 Bahasa isyarat BISINDO mudah
dipahami 32 137 26 2 593
3 Bahasa isyarat dapat meningkatkan
kualitas komunikasi dengan difabel tuli 92 104 1 0 682
4
Memahami bahasa isyarat dapat
menimbulkan keberanian untuk
berinteraksi dengan difabel tuli
90 104 2 1 677
5 Saya kesulitan memahami bahasa isyarat 33 125 39 0 400
6 Saya sulit berinterakasi menggunakan
bahasa isyarat 33 128 36 0 397
7 Saya tidak percaya diri berinterakasi
dengan difabel tuli 21 97 67 12 464
Total 3.739
Tabel 4.5 menunjukan bahwa dimensi Kemampuan mahasiswa
dalam memahami dan mempraktekan bahasa isyarat sangatlah penting
dalam meningkatkan kompentesi pekerja sosial, hal tersebut dapat dilihat
dari jawaban resnponden mengenai bahasa isyarat SIBI mudah dipahami,
4 responden yang menjawab sangat setuju, 125 responden yang
menjawab setuju, 64 responden tidak setuju, dan 4 responden yang
menjawab sangat tidak setuju, dapat diartikan bahwa responden menilai
bahwa banyak yang menyetujui terkait pemahaman terhadap bahasa
isyarat SIBI.
Kemudian dilihat dari jawaban responden mengenai bahasa isyarat
BISINDO mudah dipahami, 32 responden yang menjawab sangat setuju,
137 yang menjawab setuju, 26 yang menjawab tidak setuju, dan 2
responden yang menjawab sangat tidak setuju. Dapat disimpulkan bahwa
61
responden menilai bahwa bahasa isyarat BISINDO cukup mudah
dipahami.
Selain itu dapat dilihat dari jawaban responden mengenai bahasa
isyarat dapat meningkatkan kualitas komunikasi dengan difabel tuli, 92
responden yang menjawab sangat setuju, 104 responden yang menjawab
setuju, 1 responden yang menjawab tidak setuju, dan tidak ada responden
yang menjawab sangat tidak setuju. Dilihat dari hal tersebut responden
menilai bahwa bahasa isyarat sanagt setuju dapat meningkatkan kualitas
komunikasi terutama dengan difabel tuli.
Lalu, dilihat dari jawaban responden mengenai memahami bahasa
isyarat dapat menimbulkan keberanian untuk berinteraksi dengan difabel
tuli, 90 responden yang menjawab sangat setuju, 104 responden yang
menjawab setuju, 2 responden yang menjawab tidak setuju, dan 1
responden yang menjawab sangat tidak setuju. Responden banyak yang
menyetujui pemahaman bahasa isyarat dapat menimbul keberanian
berkomunikasi dengan difabel tuli.
Setelah itu dilihat dari jawaban responden mengenai kesulitan dalam
memahami bahasa isyarat, 33 responden yang menjawab sangat setuju,
125 responden yang menjawab setuju, 39 responden yang menjawab
tidak setuju, dan tidak ada responden yang menjawab sangat tidak setuju.
Banyak responden yang menyetujui ada kesulitan dalam memahami
bahasa isyarat.
Dilihat juga dari jawaban responden mengenai kesulitan berinteraksi
menggunakan bahasa isyarat, 33 responden yang menjawab sangat
setuju, 128 responden yang menjawab setuju, 36 responden yang
menjawab tidak setuju, dan tidak ada responden yang menjawab sangat
62
tidak setuju. Dilihat dari hal tersebut responden banyak yang menyetujui
adanya kesulitan dalam berinteraksi mengunakan bahasa isyarat.
Dapat dilihat juga dari jawaban responden mengenai ketidak
percayaan diri berinteraksi dengan difabel tuli, 21 responden yang
menjawab sangat setuju, 97 responden yang menjawab setuju, 67
responden yang menjawab tidak setuju, dan 12 responden yang
menjawab sangat tidak setuju. Banyak responden yang menyetujui
adanya ketidak kepercayaan diri dalam berinteraksi dengan difabel tuli.
E. Analisis dan Interpertasi Data
Data yang diporoleh kemudian dianalisis dan diinterpertasikan.
Interpertasi penelitian dimaksudkan untuk memperoleh nilai rata-rata
setiap dimensi variabel penelitian. Berikut ini data hasil penyebaran
angket terhadap 197 responden yang terdiri dari tiga dimensi :
Tabel 4. 6 Katagori Nilai
No Dimensi Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai skor
(NS) NS/NH X 100%
Katagori
Nilai
1
Bentuk- bentuk
bahasa isyarat dalam
meningkatkan
kompetensi pekerja
sosial
3.240 5 x 4 = 20 3.240/197
= 16,44
16,44/20X100%
= 82,2% Baik
2
Fungsi bahasa isyarat
dalam meningkatkan
kompetensi pekeerja
sosial
3.993 6 x 4 = 24 3.993/197
= 20,26
20,26/24X100%=
84,41% Baik
3
Kemampuan dalam
memahami dan
memperaktekan
bahasa isyarat
3.739 7 x 4 = 28 3.739/197
= 18,97
18,97/28X100%=
67,75%
Cukup
Baik
Rata- rata 10.972 72
10.972/197
= 55,69
55,96/72X100%=
77,72% Baik
63
Berdasarkan tabel 4.6, hasil interpretasi data dari ketiga dimensi
yaitu dimensi bentuk- bentuk bahasa isyarat dalam meningkatkan
kompetensi pekerja sosial, fungsi bahasa isyarat dalam meningkatkan
kompetensi pekeerja sosial, kemampuan dalam memahami dan
memperaktekan bahasa isyarat. Nilai rata-rata dimensi bentuk- bentuk
bahasa isyarat dalam meningkatkan kompetensi pekerja sosial diperoleh
sebesar 82,2% dengan katagori nilai baik, kemudian nilai rata-rata
dimensi fungsi bahasa isyarat dalam meningkatkan kompetensi pekeerja
sosial diperoleh sebesar 84,41% dengan katagori nilai baik, dan nilai rata-
rata dimensi kemampuan dalam memahami dan memperaktekan bahasa
isyarat diporoleh sebesar 67,75% dengan katagori cukup baik. Hasil nilai
rata-rata dari ketiga dimensi yaitu sebesar 77,72% dan dikatagorikan
baik.
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam penelitian ini ingin mengetahui persepsi mahasiswa
Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap bahasa
isyarat dalam meningkatkan kompentensi pekerja sosial, berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat merumuskan beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Persepsi mahasiswa kejehateraan sosial UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menilai bahwa bahasa isyarat sangatlah
penting dalam menunjang peningkatan kompetensi pekerja
sosial, karana dengan memiliki kemapuan dalam memhami
bahasa isyarat dapat mingkatkan keterampilan pekerja sosial
yang dapat mempermudah dalam proses penyelesaian
permasalahan klien. Dengan bahasa isyarat pekerja sosial juga
dipermudah dalam mencari informasi terhadap klien yang
sedang ditangani apalagi informasi yang mengunakan bahasa
isyarat dalam berkomunikasi.
2. Dalam memahami bahasa isyarat mahasiswa Kesejahteraan
Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga mendapatkan
kendala karena tidak adanya informasi pengetahuan terkait
bahasa isyarat secara berkelanjutan, sehingga membuat
pemahaman terkait bahasa isyarat menjadi minim, dan juga
masi adanya rasa canggung untuk memulai berkomunikasi
dengan difabel tuli
65
B. Saran
1. Saran Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan terutama pada
bidang studi ilmu Kesejahteraan Sosial.
b. Untuk menambah penelitian terkait bahasa isyarat dan
peningkatan kompetensi pekerja sosial, diharapkan
menjadi masukan untuk mahasiswa Kesejahteraan Sosial
dan juga calan pekerja sosial.
c. Adanya pengembangan selanjutnya terhadap alat ukur
peningkatan kompentensi pekerja sosial dengan
melakukan uji coba kembali pada validitas dan reliabilitas.
d. Faktor lain yang dapat menambah pengetahuan mengenai
bahasa isyarat sebagai alat komunikasi dan juga
menambah keterampilan pekerja sosial dalam menangani
permasalahan klien.
2. Saran Praktis
a. Untuk meningkatkan keterampilan pekerja sosial dalam
menangani klien maka prodi kesejahteraan sosial harus
memberikan pengetahuan dan keterampilan bahasa isyarat
kepada calon pekerja sosial yaitu mahasiswa
Kesejahteraan Sosial dalam bentuk adanya matakuliah
bahsa isyarat.
b. Pekerja sosial dan mahasiswa Kesejahteraan Sosial juga
diharapkan bisa memahami dan mempraktekkan
komunikasi mengunakan bahasa isyarat untuk
66
meningkatkan kualitas komunikasi terutama dengan
difabel tuli.
c. Pemahaman terhadap bahasa isyarat tidak hanya dapat
meningkatkan kompetensi peksos tapi juga dapat
meningkatkan keberfungsian sosial difabel tuli, karena
dengan kita memahami bahasa isyarat membuat
komunikasi menjadi lebih berkualitas.
d. Untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahasa isyarat
perlu adanya intesitas komunikasi dengan difabel tuli
sebagai pengguna bahasa isyarat sebagai alat komunikasi.
67
DAFTAR PUSTAKA
Asrori, Mohammad. (2009). Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV
Wacana Prima.
Berlo, David K. (2013). Pengantar Ilmu Komunikasi. Raja Grafinfo
Perseda.
Ghozali, Imam. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
IBM SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Indrawan, Rully dan Yaniwati, R. Poppy. (2016). Metode Peneliatian
Kuantitatif, Kulaitatif Dan Campuran Untuk Manajemen, Pembangunan,
Dan Pendidikan. PT. Refika Aditama.
Luter, Martin. (2015). SO-Ice (sign to voice) Aplikasi alat bantu
komunikasi untuk tunarungu wicara. Bandung: Universitas
Telkom.
Narbuko, Cholid, dan Acmadi, Abu. (1999). Metedologi Penelitian,
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Onong, Uchyana Effendy. (20019). Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Peraturan Menteri Sosial Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Standar
Kompetensi Pekerja Sosial.
Robbins, Stephen P. (1996). Perilaku Organisai : Konsep, Kontroversi,
aplikasi, edisi Bahasa Indonesia, Jakarta : PT. Prenhalindo.
68
Sadjaah, Edja. (2005). Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan
Pendengaran Dalam Keluarga, (Jakarta: Dit. PPTK dan KPT,
Ditjen Dikti, Depdiknas).
Siregar, Sopyan.(2011). Statiska Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Somad, dan Hernawati, Tati. (1995). Ortopedagogik Anak Tuna Jakarta:
Dekdikbud dirjen Dikti.
Somad, Permanarian dan Hernawati, Tati. (1995). Ortopedagogik Anak
Tunarungu. Jakarta: Depdikbud Drijen Dikti.
Sudjino, Anas. (2003). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Susanto, Hanny Novitasari. (2014). Aplikasi Pembelajaran Bahasa
Isyarat Untuk Tunawicara dengan Standar American Sign
Language, Jurnal Ilmiah Universitas Surabaya,surabaya:
universitas surabaya.
Syugianto, Ari. (2014). Pemaknaan Tunarungu Dalam Penyampaian
Informasi Oleh SLI (Sign Languange Interprener). Jakarta:
Universitas Mercu Buana
Toha, Miftah. (2003). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan
Aplikasinya. Jakarta: Grafindo Persada.
Walgito, Bimo. (1989). Pengantar Psikologi Umum. Surabaya: Bina
Ilmu.
Wasita, Ahmad. (2012). Seluk Beluk Tunarungu Dan Tunawicara Serta
Srategi Pemelajaranya. Yogyakarta: Javelitera
71
Lampiran 3 (Angket Kuisioner)
PENELITIAN TUGAS AKHIR
“PERSEPSI MAHASISWA KESEJAHTERAAN SOSIAL UIN SYARIF
HIDAYATULULLAH JAKARTA TERHADAP BAHASA ISYARAT
DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEKERJA SOSIAL”
KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
2019
Petunjuk pengisian
Berikan tanda centang (√) pada satu pilihan jawaban yang paling benar
dengan keterangan :
SS = Sangat setuju
S = Setuju
TS = Tidak setuju
STS = Sangat tidak setuju
A. Identitas Responden
Nama :
Nim :
Jenis kelamin :
B. Kuisioner Bentuk-Bentuk Bahasa Isyarat dalam Meningkatkan
Kompetensi Pekerja Sosial
NO DAFTAR PERTANYAAN SS S TS STS
1 Interaksi mengunakan bahasa isyarat dapat
mengungkapkan pikiran difabel tuli.
2
Simbol - simbol merupakan bentuk
komunikasi yang dapat membantu dalam
penyelesaian masalah klien.
72
NO DAFTAR PERTANYAAN SS S TS STS
3
Gerakan merupakan bentuk komunikasi
yang dapat membantu pekerja sosial dalam
menyelesaikan permasalahan klien.
4 Bahasa isyarat tidak dapat
menerjemahkan gerakan
5
Ekspresi wajah merupakan komunikasi yang
dapat membantu pekerja sosial dalam
menangani kilen
C. Kuisioner Fungsi Bahasa Isyarat dalam Meningkatkan
Kompetensi Pekerja Sosial.
NO DAFTAR PERTANYAAN SS S TS STS
1 Bahasa isyarat membantu pekerja sosial
dalam penyelesaian permasalahan klien
2 Menguasai bahasa isyarat dapat
meningkatkan keterampilan pekerja sosial
3
Kemampauan menguasai bahasa isyarat
membantu pekerja sosial dalam
mendapatkan informasi klien
4 Penggunaan bahasa isyarat dapat
meningkatkankeberfungsian sosial klien
5 Bahasa isyarat membantu dalam menggali
informasi atas kebutuhan klien
6 Perilaku difabel tuli sulit dipahami dengan
bahasa isyarat
D. Kemampuan mahasiswa dalam Memahami dan Mempraktekan
Bahasa Isyarat
NO DAFTAR PERTANYAAN SS S TS STS
1 Bahasa isyarat SIBI mudah dipahami
2 Bahasa isyarat BISINDO mudah dipahami
3 Bahasa isyarat dapat meningkatkan kualitas
73
NO DAFTAR PERTANYAAN SS S TS STS
komunikasi dengan difabel tuli
4
Memahami bahasa isyarat dapat
menimbulkan keberanian untuk berinteraksi
dengan difabel tuli
5 Saya kesulitan memahami bahasa isyarat
6 Saya sulit berinterakasi menggunakan
bahasa isyarat
7 Saya tidak percaya diri berinterakasi dengan
difabel tuli
74
Lampiran 4 (Uji Validitas)
Correlations
x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18 total_x
Spearman'
s rho
x1 Correlation
Coefficient 1.000 .363
** .270
** -.193
** .248
** .339
** .249
** .334
** .408
** .427
** -.119 -.017 .242
** .323
** .315
** -.102 -.095 .056 .461
**
Sig. (2-tailed) . .000 .000 .007 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .096 .807 .001 .000 .000 .154 .184 .435 .000
N 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197
x2 Correlation
Coefficient .363
** 1.000 .492
** -.190
** .292
** .284
** .202
** .364
** .474
** .459
** -.010 -.020 .183
* .358
** .277
** .112 .095 .001 .557
**
Sig. (2-tailed) .000 . .000 .008 .000 .000 .004 .000 .000 .000 .886 .778 .010 .000 .000 .116 .186 .993 .000
N 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197
x3 Correlation
Coefficient .270
** .492
** 1.000 -.127 .349
** .415
** .300
** .348
** .562
** .412
** .003 .093 .256
** .479
** .274
** .114 .052 -.010 .628
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 . .076 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .966 .191 .000 .000 .000 .110 .469 .890 .000
N 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197
x4 Correlation
Coefficient -.193
** -.190
** -.127 1.000 -.117 -.124 -.008 -.156
* -.042 -.159
* .226
** .170
* -.151
* .025 -.194
** .243
** .228
** .255
** .015
Sig. (2-tailed) .007 .008 .076 . .101 .083 .912 .029 .554 .026 .001 .017 .034 .728 .006 .001 .001 .000 .833
75
N 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197
x5 Correlation
Coefficient .248
** .292
** .349
** -.117 1.000 .480
** .125 .347
** .413
** .337
** .041 -.059 .129 .428
** .323
** .084 .107 .017 .565
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .101 . .000 .080 .000 .000 .000 .569 .408 .071 .000 .000 .238 .135 .815 .000
N 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197
x6 Correlation
Coefficient .339
** .284
** .415
** -.124 .480
** 1.000 .304
** .557
** .567
** .595
** .036 -.020 .276
** .312
** .363
** -.056 -.123 .015 .596
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .083 .000 . .000 .000 .000 .000 .615 .781 .000 .000 .000 .433 .084 .835 .000
N 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197
x7 Correlation
Coefficient .249
** .202
** .300
** -.008 .125 .304
** 1.000 .472
** .366
** .324
** .029 .161
* .161
* .288
** .296
** .072 .019 .127 .528
**
Sig. (2-tailed) .000 .004 .000 .912 .080 .000 . .000 .000 .000 .682 .024 .024 .000 .000 .312 .796 .076 .000
N 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197
x8 Correlation
Coefficient .334
** .364
** .348
** -.156
* .347
** .557
** .472
** 1.000 .515
** .629
** -.033 .152
* .386
** .277
** .344
** -.049 -.059 .033 .656
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .029 .000 .000 .000 . .000 .000 .646 .033 .000 .000 .000 .495 .407 .643 .000
N 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197
76
x9 Correlation
Coefficient .408
** .474
** .562
** -.042 .413
** .567
** .366
** .515
** 1.000 .607
** -.057 .058 .218
** .439
** .350
** -.002 -.050 .082 .703
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .554 .000 .000 .000 .000 . .000 .425 .414 .002 .000 .000 .978 .489 .250 .000
N 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197
x10 Correlation
Coefficient .427
** .459
** .412
** -.159
* .337
** .595
** .324
** .629
** .607
** 1.000 -.037 .063 .422
** .418
** .345
** -.163
* -.154
* .052 .637
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .026 .000 .000 .000 .000 .000 . .603 .378 .000 .000 .000 .022 .031 .468 .000
N 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197
x11 Correlation
Coefficient -.119 -.010 .003 .226
** .041 .036 .029 -.033 -.057 -.037 1.000 .070 -.063 -.088 -.013 .253
** .205
** .207
** .164
*
Sig. (2-tailed) .096 .886 .966 .001 .569 .615 .682 .646 .425 .603 . .325 .381 .218 .856 .000 .004 .004 .021
N 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197
x12 Correlation
Coefficient -.017 -.020 .093 .170
* -.059 -.020 .161
* .152
* .058 .063 .070 1.000 .388
** .050 .099 -.071 -.039 -.093 .172
*
Sig. (2-tailed) .807 .778 .191 .017 .408 .781 .024 .033 .414 .378 .325 . .000 .484 .167 .323 .589 .194 .015
N 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197
77
x13 Correlation
Coefficient .242
** .183
* .256
** -.151
* .129 .276
** .161
* .386
** .218
** .422
** -.063 .388
** 1.000 .272
** .277
** -.275
** -.156
* -.039 .378
**
Sig. (2-tailed) .001 .010 .000 .034 .071 .000 .024 .000 .002 .000 .381 .000 . .000 .000 .000 .028 .585 .000
N 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197
x14 Correlation
Coefficient .323
** .358
** .479
** .025 .428
** .312
** .288
** .277
** .439
** .418
** -.088 .050 .272
** 1.000 .489
** .097 .091 .014 .624
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .728 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .218 .484 .000 . .000 .173 .202 .845 .000
N 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197
x15 Correlation
Coefficient .315
** .277
** .274
** -.194
** .323
** .363
** .296
** .344
** .350
** .345
** -.013 .099 .277
** .489
** 1.000 .012 .013 -.028 .523
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .006 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .856 .167 .000 .000 . .867 .859 .699 .000
N 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197
x16 Correlation
Coefficient -.102 .112 .114 .243
** .084 -.056 .072 -.049 -.002 -.163
* .253
** -.071 -.275
** .097 .012 1.000 .806
** .424
** .310
**
Sig. (2-tailed) .154 .116 .110 .001 .238 .433 .312 .495 .978 .022 .000 .323 .000 .173 .867 . .000 .000 .000
N 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197
78
x17 Correlation
Coefficient -.095 .095 .052 .228
** .107 -.123 .019 -.059 -.050 -.154
* .205
** -.039 -.156
* .091 .013 .806
** 1.000 .496
** .296
**
Sig. (2-tailed) .184 .186 .469 .001 .135 .084 .796 .407 .489 .031 .004 .589 .028 .202 .859 .000 . .000 .000
N 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197
x18 Correlation
Coefficient .056 .001 -.010 .255
** .017 .015 .127 .033 .082 .052 .207
** -.093 -.039 .014 -.028 .424
** .496
** 1.000 .307
**
Sig. (2-tailed) .435 .993 .890 .000 .815 .835 .076 .643 .250 .468 .004 .194 .585 .845 .699 .000 .000 . .000
N 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197
total
_x
Correlation
Coefficient .461
** .557
** .628
** .015 .565
** .596
** .528
** .656
** .703
** .637
** .164
* .172
* .378
** .624
** .523
** .310
** .296
** .307
** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .833 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .021 .015 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .
N 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197 197
**. Correlation is significant at the 0.01
level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05
level (2-tailed).
79
Lampiran 5 (Uji Rehabilitas)
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 197 100.0
Excludeda 0 .0
Total 197 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.775 18
80
Lampiran 6 (Tabulasi Jawaban Responden)
No
Responden x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18
1 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 1 1 4 4 4 2 2 2
2 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3
3 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 1
4 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2
5 4 4 4 1 4 4 3 4 4 4 3 2 4 4 3 3 3 3
6 4 4 4 1 4 4 4 4 3 4 2 2 2 2 2 3 3 3
7 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2
8 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 2 2 2 4 3 3 3 3
9 4 3 4 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2
10 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
11 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 1
12 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2
13 4 3 3 1 4 3 4 3 2 3 4 3 4 4 4 2 2 1
14 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 3 3
15 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 2 2 2
16 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2
17 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2
18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
19 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 1 3 3 4 4 3 2 1
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3
21 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
22 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
23 4 3 4 1 4 4 4 4 4 4 2 2 3 3 4 2 2 3
24 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 4 3 3 3
81
No
Responden x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18
25 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 3 2
26 4 4 3 2 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2
27 3 4 3 2 3 3 4 4 3 4 2 3 4 3 3 2 3 3
28 4 3 2 2 3 3 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3
29 4 3 2 2 4 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 3 3 3
30 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 2 2 3 3 3 4 3 4
31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 4 3 3 2 2
32 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3
33 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 2
34 4 3 2 2 4 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 3 3 3
35 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 2 2 3 3 3 4 3 4
36 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 4 3 3 2 2
37 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3
38 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 2
39 4 3 3 2 4 4 4 4 3 3 3 2 3 4 4 3 3 2
40 3 4 4 2 4 3 3 3 4 4 2 2 3 4 3 3 2 3
41 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 1 3 4 4 4 3 4 3
42 4 3 3 2 3 3 4 4 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3
43 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3 3 2
44 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 2
45 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 3 4 4
46 3 4 3 2 3 3 4 4 3 3 2 3 3 4 4 4 4 3
47 4 3 3 2 3 3 4 4 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3
48 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2
49 3 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 2 4 4 4 4 4
50 4 4 4 1 4 4 3 4 4 4 1 2 3 4 4 3 3 3
51 4 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 4 3 2 3 4
82
No
Responden x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18
52 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 3 2 3 2
53 3 4 4 2 4 4 4 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3
54 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
55 3 3 2 2 4 4 4 4 3 4 1 3 4 4 4 2 2 1
56 4 3 3 2 3 4 4 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3
57 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 2 2 4 4 3 3 3
58 3 3 2 2 4 4 4 4 3 4 2 3 3 4 4 3 3 3
59 4 3 3 2 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2
60 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 2 2 2
61 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
62 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3 2 3 4 4 4 4 4
63 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 1 3 4 4 4 2 2 2
64 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2
65 3 4 4 2 4 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 4 4 2
66 3 3 4 2 4 4 4 4 3 4 2 3 3 4 4 4 4 2
67 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2
68 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4
69 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 2 3 3 4 2 4 4 4
70 3 1 3 4 3 3 4 4 3 3 2 3 3 4 3 2 2 2
71 3 3 3 2 4 4 4 4 3 3 2 2 2 3 4 4 4 4
72 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 3 3
73 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 2 1 1 3 3 4 4 4
74 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 2 2 3
75 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 3 3
76 4 3 3 2 4 3 4 4 4 4 1 3 4 4 4 3 3 3
77 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3
78 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2
83
No
Responden x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18
79 4 4 3 2 3 3 4 3 3 3 2 2 3 4 4 3 3 3
80 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3
81 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3
82 3 4 3 2 3 3 4 4 3 4 2 3 4 3 3 2 3 3
83 4 3 2 2 3 3 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3
84 3 4 4 2 4 3 4 3 4 3 2 2 2 4 3 4 4 3
85 3 3 4 2 3 4 4 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3
86 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4
87 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
88 4 4 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3
89 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 3 3
90 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 2 1 1 3 3 4 4 4
91 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 2 2 3
92 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 3 3
93 4 3 3 2 4 3 4 4 4 4 1 3 4 4 4 3 3 3
94 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3
95 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2
96 4 4 3 2 3 3 4 3 3 3 2 2 3 4 4 3 3 3
97 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2
98 3 4 4 2 3 3 4 4 3 3 2 2 3 3 3 4 4 3
99 4 4 3 2 4 3 4 4 4 4 2 3 4 4 3 3 3 3
100 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 2 2 2
101 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3
102 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 2 3
103 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
104 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3
105 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4
84
No
Responden x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18
106 4 4 4 1 4 4 3 4 4 4 1 2 4 4 4 2 3 1
107 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2
108 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3
109 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 4 2 2 2
110 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 2
111 3 2 3 1 3 2 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2
112 3 4 3 2 3 4 4 4 4 4 2 3 3 3 3 2 2 2
113 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 3 2 2 3 3 3 3 3
114 4 3 4 2 4 4 3 4 4 4 1 2 3 4 4 3 3 3
115 4 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4
116 3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 2 3 3 4 4 2 2 1
117 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 2 3 3 3 4 2 2 2
118 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 1 3 4 4 4 3 4 3
119 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4
120 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 1 1 4 4 4 2 2 2
121 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3
122 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 1
123 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2
124 4 4 4 1 4 4 3 4 4 4 3 2 4 4 3 3 3 3
125 4 4 4 1 4 4 4 4 3 4 2 2 4 4 4 3 3 3
126 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2
127 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 2 2 2 4 3 3 3 3
128 4 3 4 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2
129 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
130 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 1
131 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2
132 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
85
No
Responden x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18
133 3 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3
134 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2
135 3 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 2 4 4 4 4 4
136 3 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3
137 3 4 4 1 4 3 4 4 3 3 2 3 3 4 4 3 3 2
138 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 3 2
139 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2
140 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3
141 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3
142 3 4 3 2 3 3 4 4 3 4 2 3 4 3 3 2 3 3
143 4 3 2 2 3 3 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3
144 3 4 4 2 4 3 4 3 4 3 2 2 2 4 3 4 4 3
145 3 3 4 2 3 4 4 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3
146 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
147 4 4 3 2 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2
148 4 4 4 2 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3
149 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 3 3 2
150 4 3 3 2 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2
151 4 3 4 1 3 3 4 4 3 4 2 3 4 4 4 3 3 3
152 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 4 3 3 3
153 3 4 3 2 3 4 3 4 3 4 2 3 3 3 3 3 2 2
154 4 4 4 2 3 3 4 3 4 4 2 3 4 4 4 3 3 2
155 3 4 4 1 4 3 4 4 3 3 2 3 3 4 4 3 3 2
156 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 3 2
157 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2
158 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3
159 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3
86
No
Responden x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18
160 3 4 4 2 4 3 4 3 4 3 2 2 2 4 3 4 4 3
161 3 3 4 2 3 4 4 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3
162 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
163 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 4 3 3 2
164 4 3 3 2 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2
165 4 3 4 1 3 3 4 4 3 4 2 3 4 4 4 3 3 3
166 3 4 3 2 3 4 3 4 3 4 2 3 3 3 3 3 2 2
167 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 4 2
168 4 4 4 2 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 4 3 3 2
169 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
170 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 4 4 2
171 4 4 4 2 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 4 3 3 2
172 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
173 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3
174 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 2 3 3
175 3 3 3 2 2 3 3 4 3 4 2 2 2 3 1 2 3 2
176 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3
177 4 4 4 1 3 4 4 4 4 4 1 3 3 4 4 3 2 1
178 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
179 3 3 2 2 4 4 4 4 3 4 1 3 4 4 4 2 2 1
180 3 4 4 1 4 3 4 4 3 3 2 3 3 4 4 3 3 2
181 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 3 2
182 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2
183 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3
184 4 3 4 2 4 4 3 4 4 4 1 2 3 4 4 3 3 3
185 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
186 4 3 3 2 3 4 4 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3
87
No
Responden x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18
187 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
188 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3
189 4 3 4 1 4 4 4 4 4 4 2 2 3 3 4 2 2 3
190 3 3 4 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3
191 3 4 3 2 3 3 4 4 3 4 2 3 4 3 3 2 3 3
192 4 3 2 2 3 3 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3
193 4 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4
194 4 3 3 2 3 3 4 3 2 3 2 3 3 4 4 3 3 1
195 3 4 4 2 4 3 4 3 4 3 2 2 2 4 3 4 4 3
196 3 3 4 2 3 4 4 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3
197 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3