Post on 16-Feb-2018
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
1/110
KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR : 441/KPTS/1998
TENTANG
PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
MENTERI PEKERJAAN UMUM,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1987
tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah di bidang
Pekerjaan Umum kepada Daerah, urusan penyelenggaraan
bangunan gedung telah diserahkan kepada Daerah baik Daerah
Tingkat I maupun Daerah Tingkat II;
b. bahwa perkembangan penyelenggaraan bangunan gedung dewasaini semakin kompleks sehingga perlu adanya pengaturan mengenai
ketentuan teknis yang menyangkut peruntukan dan intensitas
bangunan, arsitektur dan lingkungan, serta keandalan bangunan
yang menjadi persyaratan pokok suatu bangunan gedung;
c. bahwa sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun
1987, kepada Menteri Pekerjaan Umum diberi wewenang untuk
melakukan pembinaan teknis dan pengawasan teknis dalam
penyelenggaraan bangunan gedung di Daerah;
d. bahwa sehubungan dengan pertimbangan pertimbangan tersebutdiatas perlu mengatur persyaratan teknis bangunan gedung, dengan
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan di Daerah;
2. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun;
3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Parumahan dan
Permukiman;
4. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1987 tentang Penyerahan
Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Pekerjaan Umum
kepada Daerah;
6. Keputusan Presiden Rl Nomor 44 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Organisasi Departemen;
7. Keputusan Presiden Rl Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perubahan
atas Keputusan Rl Nomor 15 tahun 1984 tentang Susunan
Organisasi Departemen Sebagaimana Telah Tiga Puluh Kali
Diubah Terakhir Dengan Keputusan Rl Nomor 23 Tahun 1994
8. Keputusan Presiden Rl Nomor 122/M Tahun 1998 tentang
Pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan;
OBSO
LETE
telah diganti dengan PerMen PU 29/2006 PedomanPersyaratan Teknis Bangunan Gedung
http://../Daftar_8.pdf7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
2/110
9. Keputusan Menteri PU Nomor 211/KPTS/1994 tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANGPERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Pertama
Pengertian
Pasal 1
Dalam Keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Bangunan gedung adalah bangunan yang didirikan dan atau diletakkan dalam suatu
lingkungan sebagian atau seluruhnya pada, diatas, atau di dalam tanah dan atau perairan
secara tetap yang berfungsi sebagai tampat manusia melakukan kegiatannya.
2. Penyelenggaraan bangunan gedung adalah proses kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan
pemanfaatan bangunan gedung
3. Daerah adalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau Kabupaten/Kotamadya DaerahTingkat II.
4. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kotamadya Daerah T'ngkat II.
Bagian Kedua
Maksud dan Tujuan
Pasal 2
(1) Pengaturan persyaratan teknis bangunan gedung dimaksudkan untuk mewujudkan
bangunan gedung yang berkualitas sesuai dengan fungsinya.
(2) Pengaturan persyaratan teknis bangunan gedung bertujuan terselenggaranya fungsi
bangunan gedung yang aman, sehat, nyaman, efisien, seimbang, serasi dan selaras dengan
lingkungannya
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
3/110
BAB II
PENGATURAN PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG
Bagian Pertama
Persyaratan Teknis
Pasal 3
(1) Persyaratan teknis bangunan gedung meliputi persyaratan mengenai :
a. Peruntukan dan Intensitas Bangunan.
b. Arsitektur dan lingkungan.
c. Struktur Bangunan Gedung.
d. Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran.
e. Sarana Jalan Masuk dan Keluar.
f. Transportasi dalam Gedung.g. Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Keluar, dan Sistem Peringatan Bahaya.
h. Instalasi Listrik Penangkal Petir, dan Komunikasi dalam Gedung
i. Instalasi Gas.
j. Sanitasi dalam gedung.
k. Ventilasi dan Pengkondisian Udara
I. Pencahayaan.
m. Kebisingan dan Getaran.
(2) Rincian persyaratan teknis bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pasal ini tercantum pada lampiran Keputusan Menten ini yang merupakan satu
kesatuan pengaturan dalam keputusan ini
(3) Setiap orang atau badan termasuk instansi Pemerintah dalam penyelenggaraan
pembangunan bangunan gedung wajib memenuhi ketentuan persyaratan teknis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) Pasal ini.
Pasal 4
Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Kedua
Pengaturan Pelaksanaan di Daerah
Pasal 5
(1) Untuk pedoman pelaksanaan penyelenggaraan bangunan gedung di Daerah perlu dibuat
Peraturan Daerah yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan dalam Keputusan Menteri
ini.
(2) Dalam hal Daerah belum mempunyai Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Pasal ini maka terhadap penyelenggaraan bangunan gedung di Daerah
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
4/110
diberlakukan ketentuan-ketentuan Persyaratan teknis bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada Pasal 3.
(3) Daerah yang telah mempunyai Peraturan Daerah tentang persyaratan teknis bangunan
gedung sebelum Keputusan Menteri ini diterbitkan harus menyesuaikannya dengan
ketentuan-ketentuan persyaratan teknis bangunan gedung sebagaimana dimaksud padaPasal 3.
Pasal 6
(1) Dalam melaksanakan pembinaan pembangunan bangunan gedung, Pemerintah Daerah
melakukan peningkatan kemampuan aparat Pemerintah maupun masyarakat dalam
memenuhi ketentuan persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 untuk
terwujudnya tertib pembangunan bangunan gedung.
(2) Dalam melaksanakan pengendalian pembangunan bangunan gedung, Pemerintah
Daerah wajib menggunakan persyaratan teknis bangunan gedung sebagaimana
dimaksud pada Pasal 3 sebagai landasan dalam mengeluarkan persetujuan atau
perizinan yang diperlukan.
(3) Terhadap aparat Pemerintah Daerah yang bertugas dalam pengendalian pembangunan
bangunan gedung yang melakukan pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3 dikenakan
sanksi administrasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Ketiga
Sanksi Administrasi
Pasal 7
(1) Penyelenggaraan bangunan gedung yang melanggar ketentuan-ketentuan Pasal 3 dan
Pasal 4 Keputusan Menteri ini dikenakan sanksi administrasi yang ditetapkan dalam
Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 5.
(2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dikenakan sesuai
dengan tingkat pelanggaran dapat berupa:
a. Peringatan tertulis
b. Pembatasan kegiatan
c. Penghentian sementara kegiatan sampai dilakukannya pemenuhan persyaratanteknis bangunan gedung.
d. Pencabutan izin yang telah dikeluarkan untok menyelenggarakan pembangunan
bangunan gedung.
(3) Selain sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), di dalam Peraturan
Daerah dapat diatur mengenai pengenaan denda dan tindakan Pembongkaran atas
terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan persyaratan teknis bangunan gedung.
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
5/110
BAB III
PEMB1NAAN DAN PENGAWASAN TEKNIS
Pasal 8
(1) Pembinaan dan Pengawasan Teknis untuk pelaksanaan ketentuan persyaratan teknis
bangunan gedung dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 58/PRT/1991 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Teknis
dan Pengawasan Teknis Bidang Pekerjaan Umum kepada Dinas Pekerjaan Umum.
(2) Pelaksanaan pembinaan teknis dan pengawasan teknis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) Pasal ini didasarkan pada Rencana dan program yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Cipta Karya.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 9
Dengan berlakunya Keputusan Menteri inl, maka semua ketentuan persyaratan teknis
bangunan gedung yang telah ada sepanjang tidak bertentangan dengan Keputusan Menteri ini
masih tetap berlaku, sampai digantikan dengan yang baru.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 10
(1) Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
(2) Keputusan Menteri ini disebarluaskan kepada pihak-pihak yang bersangkutan untuk
diketahui dan dilaksanakan.
DITETAPKAN Dl : J A K A R T A
PADA TANGGAL : 10 NOPEMBER 1998
MENTERI PEKERJAAN UMUM
RACHMADI BAMBANG SUMADHIJO
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
6/110
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR 441/KPTS/1998
TANGGAL 10 NOPEMBER 1998
DAFTAR ISIBAGIAN IKETENTUAN UMUM
I. 1 PENGERTIAN
1. Umum
2. Teknis
I.2 MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud
2. Tujuan
BAGIAN II
PERUNTUKAN DAN INTENSITAS BANGUNAN
II.1 PERUNTUKAN, FUNGSI DAN KLASIFIKASI BANGUNAN
1. Peruntukan Lokasi
2. Fungsi Bangunan
3. Klasifikasi Bangunan
II.2 INTENSITAS BANGUNAN
1. Kepadatan dan Ketinggian Bangunan
2. Penetapan KDB dan Jumlah Lantai/KLB
3. Perhitungan KDB dan KLB
II.3 GARIS SEMPADAN BANGUNAN
1. Garis Sempadan (muka) Bangunan
2. Garis Sempadan Samping dan Belakang Bangunan
3. Pemisah di Sepanjang Halaman Depan, Samping, dan Belakang Bangunan
BAGIAN III
ARSITEKTUR DAN LINGKUNGAN
III.1 ARSITEK BANGUNAN
1. Tata Letak Bangunan
2. Bentuk Bangunan
3. Tata Ruang Dalam4. Kelengkapan Bangunan
III.2 RUANG TERBUKA HIJAU PEKARANGAN
1. Fungsi dan Persyaratan Ruang Tebuka Hijau Pekarangan
2. Ruang Sempadan Bangunan
3. Tapak Basement
4. Hijau Pada Bangunan
5. Tata Tanaman
III.3 SIRKULASI, PERTANDAAN, DAN PENCAHAYAAN RUANG LUAR BANGUNAN
1. Sirkulasi dan Fasilitas Parkir2. Pertandaan (Signage)
3. Pencahayaan Ruang Luar Bangunan
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
7/110
III.4 PENGELOLAAN DAMPAK LINGKUNGAN
1. Dampak Penting
2. Ketentuan Pengelolaan Dampak Ligkungan
3. Ketentuan UPL dan UKL
4. Persyaratan Teknis Pengelolaan Dampak Lingkungan
5. Pengelolaan Daerah Bencana
BAGIAN IV
STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG
IV.1 PERSYARATAN STRUKTUR DAN BAHAN
1. Persyaratan Struktur
2. Persyaratan Bahan
IV.2 PEMBEBANAN
IV.3 STRUKTUR ATAS
1. Kontruksi Bangunan2. Kontruksi Baja
3. Kontruksi Kayu
4. Kontruksi Dengan Bahan dan Teknologi Khusus
5. Pedoman Spesifik Untuk Tiap Jenis Konstruksi
IV.4 STRUKTUR BAWAH
1. Pondasi Langsung
2. Pondasi Bawah
IV.5 KEANDALAN STRUKTUR
1. Keselamatan Struktur
2. Keruntuhan Struktur
IV.6 DEMOLISI STUKTUR
1. Kriteria Demolisi
2. Prosedur dan Metoda
BAGIAN V
PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN
V.1 SISTEM PROTEKSI PASIF
1. Ketahanan Api dan Stabilitas
2. Tipe Konstruksi Tahan Api3. Tipe Konstruksi Yang Diwajibkan
4. Kompartemensasi dan Pemisahan
5. Proteksi Bukaan
V.2 SISTEM PROTEKSI AKTIF
1. Sistem Pemadam Kebakaran
2. Sistem Diteksi & Alarm Kebakaran
3. Pengendalian Asap Kebakaran
4. Pusat Pengendali Kebakaran
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
8/110
BAGIAN VI
SARANA JALAN MASUK DAN KELUAR
VI.1 FUNGSI DAN PERSYARATAN KINERJA
1. Fungsi
2. Pesyaratan Kinerja
VI.2 KETENTUAN JALAN KELUAR
1. Persyaratan Keamanan
2. Kebutuhan Jalan Keluar
3. Jalan Keluar Yang Diisolasi Terhadap Kebakaran
4. Jarak Jalur Menuju Pintu Keluar
5. Jarak antara Pintu-pintu Keluar Alternatif
6. Dimensi/ukuran Pintu Keluar
7. Jalur Lintasan Melalui Jalan Keluar Yang Diisolasi Tehadap Kebakaran
8. Tangga Luar Bangunan
9. Lintasan Melalui Tangga/ramp Yang Tidak Diisolasi Terhadap Kebakaran
10. Keluar Melalui Pintu-pintu Keluar11. Pintu Keluar Horisontal
12. Tangga, Ramp atau Eskalator Yang Tidak Disyaratkan
13. Ruang Peralatan dan Ruang Motor Lift
14. Jumlah Orang Yang Ditampung
VI.3 KONTRUKSI JALAN KELUAR
1. Penerapan
2. Tangga dan Ramp Yang Diisolasi Terhadap Kebakaran
3. Tangga dan Ramp Yang Tidak Diisolasi Terhadap Kebakaran
4. Pemisahan Tanjakan dan Turunan Tangga
5. Ramp dan Balkon Akses Yang Terbuka
6. Lobby Bebas Asap
7. Instalasi pada Pintu Keluar dan Jalan Lintasan
8. Perlindungan pada Ruang di Bawah Tangga dan Ramp
9. Lebar Tangga
10. Ramp Pejalan Kaki
11. Lorong Yang Diisolasi Terhadap Kebakaran
12. Atap sebagai Ruang Terbuka
13. Injakan dan Tanjakan Tangga
14. Bordes
15. Ambang Pintu
16. Balustrade
17. Pegangan Rambat pada Tangga18. Pintu
19. Pintu Ayun
20. Pengoperasian Gerendel Pintu
21. Masuk dari Pintu Keluar Yang Diisolasi Terhadap Kebakaran
22. Rambu pada Pintu
VI.4 AKSES BAGI PENYANDANG CACAT
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
9/110
BAGIAN VII
TRANSPORTASI DALAM GEDUNG
VII.1 LIF
1. Kapasitas Lif
2. Lif Kebakaran
3. Peringatan Terhadap Pengguna Lif pada Saat Terjadi Kebakaran
4. Lif untuk Rumah Sakit
5. Sangkar Lif
6. Saf Lif
7. Mesin Lif dan Ruang Mesin Lif
8. Instalasi Listrik
9. Pemeriksaan, Pengujian dan Pemeliharaan
VII.2 TANGGA BERJALAN DAN LANTAI BERJALAN
BAGIAN VIIIPENCAHAYAAN DARURAT, TANDA ARAH KELUAR, SISTEM PERINGATAN BAHAYA
VIII.1 1SISTEM PENCAHAYAAN DARURAT
VIII.2 TANDA ARAH KELUAR
VIII.3 SISTEM PERINGATAN BAHAYA
BAGIAN IX
INSTALANSI LISTRIK, PENANGKAL PETIR, DAN KOMUNIKASI DALAM GEDUNG
IX.1 INSTALANSI LISTRIK
1. Perencanaan Instalansi Listrik
2. Jaringan Distribusi Listrik
3. Beban Listrik
4. Sumber Daya Listrik
5. Transformator Distribusi
6. Pemerikasaan dan Pengujian
7. Pemeliharaan
IX.2 INSTALANSI PENANGKAL PETIR
1. Perencanaan Penangkal Petir2. Instalansi Penangkal Petir
3. Pemeriksaan dan Pengujian
4. Pemeliharaan
IX.3 INSTALASI KOMUNIKASI DALAM GEDUNG
1. Perencanaan Komunikasi dalam Gedung
2. Instalansi Telepon
3. Instalansi Tata Suara
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
10/110
BAGIAN X
INSTALANSI GAS
X.1 INSTALANSI GAS PEMBAKARAN
1. Jenis Gas
2. Jaringan Distribusi Gas Kota
3. Pemeriksaan dan Pengujian
X.2 INSTALANSI GAS MEDIK
1. Jenis Gas
2. Jaringan Distribusi Gas Medik
3. Pemeriksaan dan Pengujian
BAGIAN XI
SANITASI DALAM GEDUNG
XI. 1 SISTEM PLAMBING1. Perencanaan Sistem Plumbing
2. Sistem Penyediaan Air Bersih
3. Sistem Pembuangan Air Kotor
4. Alat Plambing
5. Tangki Penyediaan Air Bersih
6. Pompa Air Bersih
XI. PERSAMPAHAN
1. Penempatan pada Bangunan
2. Pewadahan
3. Sampah Berbahaya
BAGIAN XII
VENTILASI DAN PENGKONDISIAN UDARA
XII.1 VENTILASI
1. Kebutuhan Ventilasi
2. Ventilasi Alami
3. Ventilasi Buatan
XII.2 PENGKONDISIAN UDARA
1. Kebutuhan Pengkondisian Udara2. Konservaasi Energi
3. Perhitungan Perkiraan Beban Pendinginan
BAGIAN XIII
PENCAHAYAAN
XIII.1 KEBUTUHAN PENCAHAYAAN
XIII.2 PENCAHAYAAN BUATAN
XIII.3 PENCAHAYAAN ALAMI
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
11/110
XIII.4 PENGENDALIAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN
BAGIAN XIV
KEBISINGAN DAN GETARAN
XIV.1 KEBISINGAN
XIV.2 GETARAN
BAGIAN XV
PENUTUP
LAMPIRAN
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
12/110
I. KETENTUAN UMUM
1. PENGERTIAN
1. Umum
Dalam pedoman teknis ini yang dimaksud dengan:
a. Daerahadalah Kabupaten/ Kotamadya Daerah Tingkat II atau Daerah Khusus
Ibukota Jakarta.
b. Kepala Daerahadalah Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II, atau
Gubernur untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
c. Dinas Bangunan adalah salah satu Dinas Teknis di Daerah yang diantaranya
mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan pengaturan, pembinaan, dan
pengendalian pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung yang berada diDaerah yang bersangkutan.
d. Pengawas/Penilik Bangunan adalah pejabat atau tenaga teknis profesional
yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Daerah atau ketentuan yang
berlaku untuk bertugas mengawasi/menilik bangunan gedung.
2. Teknis
a. Air kotor adalah semua air yang bercampur dengan kotoran-kotoran dapur,
kamar mandi, kakus dan peralatan-peralatan pembuangan lainnya.
b. Atriumadalah suatu ruang dalam suatu bangunan yang menghubungkan 2 atau
lebih tingka/lantai, di mana:
i. seluruh atau sebagian ruangnya tertutup pada bagian atasnya oleh lantai atau
atap, termasuk struktur atap kaca;
ii. termasuk setiap ruang yang berbatasan/ berdekatan tetapi tidak terpisahkan
oleh pembatas;
iii. tidak termasuk lorong tangga, lorong ramp, atau ruang dalam shaft.
c. Bangunan gedungadalah bangunan yang didirikan dan atau diletakkan dalam
suatu lingkungan sebagian atau seluruhnya pada, di atas, atau di daiam tanah
dan/atau perairan secara tetap yang berfungsi sebagai tempat manusia untuk
melakukan kegiatan bertempat tinggal, berusaha, bersosial-budaya, dan
kegiatan lainnya.
d. Bangunan turutan adalah bangunan sebagai tambahan atau pengembangan
dari bangunan yang sudah ada.
e. Bangunan umum adalah bangunan yang berfungsi untuk tempat manusia
berkumpul, mengadakan pertemuan, dan melaksanakan kegiatan yang bersifat
publik lainnya, seperti keagamaan, pendidikan, rekreasi, olah raga,
perbelanjaan, dsb.
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
13/110
f. Bangunan Induk adalah bangunan yang mempunyai fungsi dominan dalam
suatu persil.
g. Baku Tingkat Getaran mekanik dan getaran kejut adalah batas maksimal
tingkat getaran mekanik yang diperbolehkan dan usaha atau kegiatan pada
media padat sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dankesehatan serta keutuhan bangunan.
h. Baku tingkat Kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang
diperbolehkan dituang kelingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
a. Daerah HijauBangunan, yang selanjutnya disebut DHB adalah ruang terbuka
pada bangunan yang dimanfaatkan untuk penghijauan.
b. Demolisiadalah kegiatan merobohkan atau membongkar bangunan secara total.
c. Dinding Pembatasadalah dinding yang menjadi pembatas antara bangunan.
d. Dinding Luar adalah suatu dinding bangunan terluar yang bukan merupakan
dinding pembatas.
e. Dinding Luar Non-strukturaladalah suatu dinding luar yang tidak memikul
beban dan bukan merupakan dinding panel.
f. Garis Sempadan Bangunan merupakan jarak bebas minimum dari bidang
terluar suatu massa bangunan terhadap:i. Batas lahan yang dikuasai,
ii. Batas tepi sungai/pantai,
iii. Antar massa bangunan lainnya, atau
iv. Rencana saluran, jaringan tegangan tinggi listrik, jaringan pipa gas dan
sebagainya.
g. Garis sempadan pagar adalah garis bagian luar dari pagar persil atau pagar
pekarangan.
h. Garis sempadan lotengadaiah garis yang terhitung dan tepi jalan berbatasan
yang tidak diperkenankan didirikan tingkat bangunan.
i. Getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui keadaan seimbang
terhadap suatu titik acuan.
j. Getaran kejut adalah getaran yang berlangsung secara tiba-tiba dan sesaat.
k. Getaran mekanikadalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan
kegiatan manusia.
l. Getaran seismik adalah getaran tanah yang disebabkan oleh peristiwa alamdan kegiatan manusia.
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
14/110
m. Jarak antara bangunan adalah jarak terkecil antara bangunan yang diukur
antara permukaan-permukaan denah bangunan.
n. Jaringan persil adalah jaringan sanitasi dan jaringan drainasi dalam persil.
o. Jaringan saluran umum kota adalah jaringan sarana dan prasarana saluranumum perkotaan, seperti jaringan sanitasi dan jaringan drainasi.
p. Kamar adalah ruangan yang tertutup seluruhnya atau sebagian, untuk tempat
kegiatan manusia, selain kamar untuk MCK dan dapur.
q. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan.
r. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)adalah koefisien perbandingan antara luas
lantai dasar bangunan terhadap luas persil/ kaveling/ blok peruntukan.
s. Koefisien Daerah Hijau (KDH)adalah angka prosentase perbandingan antara
luas ruang terbuka di luar bangunan yang diperuntukkan bagi pertamanan/
penghijauan dengan luas tanah perpetakan/ daerah perencanaan yang dikuasai
sesuai rencana tata ruang dan tata bangunan yang ada.
t. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)adalah koefisien perbandingan antara luas
keseluruhan lantai bangunan terhadap luas persil/ kaveling/ blok peruntukan.
u. Koefisien Tapak Basement (KTB)adalah angka prosentasi perbandingan luastapak basement dengan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang
dikuasai sesuai dengan rencana tata ruang dan tata bangunan yang ada.
v. Lubang Atrium adalah ruang dari suatu atrium yang dikelilingi oleh batas
pinggir bukaan lantai atau oleh batas pinggir lantai dan dinding luar.
w. Mendirikan Bangunan
i. Mendirikan, memperbaiki, memperluas, mengubah atau membongkar secara
keseluruhan atau sebagian suatu bangunan;
ii. Melakukan pekerjaan tanah untuk keperluan pekerjaan-pekerjaan yang
dimaksud pada butir 2.w.i.
x. Pekarangan adalah bagian yang kosong dari suatu persil/ kaveling/blok
peruntukan bangunan.
y. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)adalah pedoman rencana
teknik, program tata bangunan dan lingkungan, serta pedoman pengendalian
pelaksanaan yang umumnya meliputi suatu lingkungan/kawasan (urbandesign
and development guidelines).
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
15/110
z. Ruang persiapanadalah ruang yang berhubungan dengan, dan berbatasan ke
suatu panggung pada bangunan klas 9b yang dipergunakan untuk barang-barang
dekorasi panggung, peralatan, ruang ganti, atau sejenisnya.
aa. Rumahadalah bangunan yang terdiri atas ruangan atau gabungan ruangan yang
borhubungan satu sama lain, yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau huniandan sarana pembinaan keluarga.
bb. Sambungan jaringanadalah penghubung antara sesuatu jaringan persil dengan
jaringan saluran umum kota.
cc. Tingkat kebisinganadalah ukuran energi bunyi yang akan dinyatakan dalam
satuan Desibel disingkat dB.
dd. Tinghat Ketahanan Api (TKA), adalah tingkat ketahanan api yang
dipersyaratakan pada bagian atau komponen bangunan sesuai ketentuan butir
V.1.2 dalam ukuran waktu satuan menit, dengan kriteria-kriteria berurut yaitu
aspek ketahanan struktural, integritas, dan insulasi. Contoh: TKA 90/-/60
berarti hanya terdapat persyaratan TKA untuk ketahanan struktural 90 menit
dan insulasi 60 menit.
ee. Tinggi bangunan adalah jarak antara garis potong permukaan atap dengan
muka bangunan bagian luar dan permukaan lantai denah bawah.
I.2 MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung ini dimaksudkan sebagai acuan persyaratan
teknis yang diperlukan dalam mengatur dan mengendalikan penyelenggaraan
bangunan gedung di Indonesia, termasuk dalam rangka proses perijinan pelaksanaan
dan pemanfaatan bangunan, serta pemeriksaan kelaikan fungsi/keandalan bangunan
gedung.
2. Tujuan.
Tujuan Pedoman Teknis ini bertujuan untuk dapat terwujudnya bangunan gedung
sesuai fungsi yang ditetapkan dan yang memenuhi persyaratan teknis, yaitu meliputipersyaratan peruntukan dan intensitas bangunan, arsitektur dan lingkungan, serta
keandalan bangunan.
Adapun tujuan dari pengaturan per-bagian adalah:
a. Peruntukan dan Intensitas:
i. menjamin bangunan gedung didirikan berdasarkan ketentuan tata ruang dan tata
bangunan yang ditetapkan di Daerah yang bersangkutan,
ii. menjamin bangunan dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya,
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
16/110
iii. menjamin keselamatan pengguna, masyarakat, dan lingkungan.
b. Arsitektur dan Lingkungan:
i. menjamin terwujudnya bangunan gedung yang didirikan berdasarkan
karakteristik lingkungan, ketentuan wujud bangunan, dan budaya daerah,sehingga seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya.
ii. menjamin terwujudnya tata ruang hijau yang dapat memberikan keseimbangan
dan keserasian bangunan terhadap lingkungannya.
iii. menjamin bangunan gedung dibangun dan dimanfaatkan dengan tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.
c. Strukfur Bangunan:
i. menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang
timbul akibat perilaku alam dan manusia.
ii. menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaan atau luka yang
disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan.
iii. menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan benda yang
disebabkan oleh perilaku struktur.
iv. menjamin perlindungan properti lainnya dari kerusakan fisik yang disebabkan
oleh kegagalan struktur.
d. Ketahanan terhadap Kebakaran:
i. menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat mendukung beban yang
timbul akibat perilaku alam dan manusia pada saat terjadi kebakaran.
ii. menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dibangun sedemikian rupa
sehinga mampu secara struktural stabil selama kebakaran, sehingga:
(1) cukup waktu bagi penghuni melakukan evakuasi secara aman;
(2) cukup waktu bagi pasukan pemadam kebakaran memasuki lokasi untuk
memadamkan api;
(3) dapat menghindari kerusakan pada properti lainnya.
e. Sarana Jalan Masuk dan Keluar:
i. menjamin terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai akses yang layak,
aman dan nyaman ke dalam bangunan dan fasilitas serta layanan di dalamnya.
ii. menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari cedera atau luka saat
evakuasi pada keadaan darurat
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
17/110
iii. menjamin tersedianya aksesibilitas bagi penyandang cacat, khususnya untuk
bangunan fasilitas umum dan sosial.
f. Transportasl dalam Gedung:
i. menjamin tersedianya alat transportasi yang layak, aman, dan nyaman di dalam
bangunan gedung.
ii. menjamin tersedianya aksesibiltas bagi penyandang cacat khususnya untuk
bangunan fasilitas umum dan sosial.
g. Pencahayean Darurat, Tanda arah Keluar, dan Sistem Peringatan Bahaya:
i. menjamin tersedianya pertandaan dini yang informatif di dalam bangunan
gedung apabila terjadi keadaan darurat;
ii. menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan aman, apabila
terjadi keadaan darurat.
h. Instalasi Listrik, Penangkal Petir dan Komunikasi:
i. menjamin terpasangnya instalasi listrik secara cukup dan aman dalam
menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan
fungsinya;
ii. menjamin terwujudnya keamanan bangunan gedung dan penghuninya daribahaya akibat petir;
iii. menjamin tersedianya sarana komunikasi yang memadai dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
i. Instalasi Gas:
i. menjamin terpasangnya instalasi gas secara aman dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya;
ii. menjamin terpenuhinya pemakaian gas yang aman dan cukup;
iii. menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan secara baik.
j. Sanitasi dalam Bangunan:
i. menjamin tersedianya sarana sanitasi yang memadai dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya;
ii. menjamin terwujudnya kebersihan, kesehatan dan memberikan kenyamanan
bagi penghuni bangunan dan lingkungan;
iii menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan sanitasi secara baik.
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
18/110
k Ventilasi dan Pengkondisian Udara:
i. menjamin terpenuhinya kebutuhan udara yang cukup, baik alami maupun
buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan dalam bangunan gedung
sesuai dengan fungsinya;
ii. menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata udara secara
baik.
l. Pencahayaan:
i. menjamin terpenuhinya kebutuhan pencahayaan yang cukup, baik alami
maupun buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan
gedung sesuai dengan fungsinya;
ii. menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan pencahayaan secara
baik.
m. Kebisingan dan Getaran:
i. menjamin terwujudnya kehidupan yang nyaman dari gangguan suara dan
getaran yang tidak diinginkan;
ii. menjamin adanya kepastian bahwa setiap usaha atau kegiatan yang
menimbulkan dampak negatif suara dan getaran perlu melakukan upaya
pengendalian pencemaran dan atau mencegah perusakan lingkungan.
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
19/110
II. PERUNTUKAN DAN INTENSITAS BANGUNAN
II.I. PERUNTUKAN, FUNGSI DAN KLASIFIKASI BANGUNAN
1. Peruntukan Lokasi
a. Bangunan gedung harus diselenggarakan sesuai dengan peruntukan lokasi yang
diatur dalam ketentuan tata ruang dan tata bangunan dari lokasi yang
bersangkutan.
b. Ketentuan tata ruang dan tata bangunan ditetapkan melalui:
i. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Daerah,
ii. Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR),
iii. Peraturan bangunan setempat dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL).
c. Peruntukan lokasi sebagaimana dimaksud dalam butir a, merupakan peruntukan
utama, sedangkan peruntukan penunjangnya sebagaimana ditetapkan di dalam
ketentuan tata bangunan yang ada di Daerah setempat atau berdasarkan
pertimbangan teknis Dinas Bangunan.
d. Setiap pihak yang memerlukan keterangan atau ketentuan tata ruang dan tata
bangunan dapat memperolehnya secara terbuka melalui Dinas Bangunan.
e. Keterangan atau ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir d meliputiketerangan tentang peruntukan lokasi dan intensitas bangunan, seperti
kepadatan bangunan, ketinggian bangunan, dan garis sempadan bangunan.
f. Dalam hal rencana-rencana tata ruang dan tata bangunan sebagaimana
dimaksud pada butir b belum ada, Kepala Daerah dapat memberikan
pertimbangan atas ketentuan yang diperlukan, dengan tetap mengadakan
peninjauan seperlunya terhadap rencana tata ruang dan tata bangunan yang ada
di Daerah.
g. Bagi Daerah yang belum memiliki RTRW, RRTR, ataupun peraturan bangunan
setempat dan RTBL, maka Kepala Daerah dapat memberikan persetujuanmembangun bangunan gedung dengan pertimbangan:
i. Persetujuan membangun tersebut berstfat sementara sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan tata ruang yang lebih makro,
kaidah perencanaan kota dan penataan bangunan
ii. Kepala Daerah segera menyusun dan menetapkan RRTR, peraturan
bangunan setempat dan RTBL berdasarkan rencana tata ruang yang lebih
makro.
iii. Apabila persetujuan yang telah diberikan terdapat ketidak sesuaian dengan
rencana tata ruang dan tata bangunan yang ditetapkan kemudian, maka perlu
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
20/110
diadakan penyesuaian dengan resiko ditanggung oleh pemohon/pemilik
bangunan.
iv. Bagi Daerah yang belum memilih RTRW Daerah, Kepala Daerah dapat
memberikan persetujuan membangun bangunan pada daerah tersebut untuk
jangka waktu sementara.
v. Apabila di kemudian hari terdapat penetapan RTRW Daerah yang
bersangkutan, maka bangunan tersebut harus disesuaikan dengan rencana
tata ruang yang ditetapkan.
h. Pembangunan bangunan gedung diatas jalan umum, saluran, atau sarana lain
perlu mendapatkan persetujuan Kepala Daerah dengan pertimbangan sebagai
berikut:
i. tidak bertentangan dengan rencana tata ruang dan tata bangunan Daerah;
ii. tidak mengganggu kelancaran arus lalu lintas kendaraan, orang, maupun
barang;
iii. tidak mengganggu fungsi sarana dan prasarana yang berada dibawah dan
atau diatas tanah;
iv. tetap memperhatikan keserasian bangunan terhadap lingkungannya.
i. Pembangunan bangunan gedung dibawah tanah yang melintasi sarana dan
prasarana jaringan kota perlu mendapatkan persetujuan Kepala Daerah dengan
pertimbangan sebagai berikut:
i. tidak bertentangan dengan rencana tata ruang dan tata bangunan Daerah;
ii. tidak untuk fungsi hunian atau tempat tinggal;
iii. tidak mengganggu fungsi sarana dan prasarana yang berada dibawah tanah;
iv. penghawaan dan pencahayaan bangunan telah memenuhi persyaratan
kesehatan sesuai fungsi bangunan;
v. memiliki sarana khusus untuk kepentingan keamanan dan keselamatan bagipengguna bangunan.
j. Pembangunan bangunan gedung dibawah atau diatas air perlu mendapatkan
persetujuan Kepala Daerah dengan pertimbangan sebagai berikut:
i. tidak bertentangan dengan rencana tata ruang dan tata bangunan Daerah;
ii. tidak mengganggu keseimbangan lingkungan,dan fungsi indung kawasan;
iii. tidak menimbulkan perubahan atau arus air yang dapat merusak
lingkungan;
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
21/110
iv. tidak menimbulkan pencemaran;
v. telah mempertimbangkan faktor keamaan, kenyamanan, kesehatan dan
aksesibilitas bagi pengguna bangunan.
k. Pembangunan bangunan gedung pada daerah hantaran udara (transmisi
tegangan tinggi perlu mendapatkan persetujuan Kepala Daerah denganpertimbangan sebagai perikut:
i. tidak bertentangan dengan rencana tata ruang dan tata bangunan Daerah;
ii. letak bangunan minimal 10 (sepuluh) meter diukur dari as (proyeksi) jalur
tegangan tinggi terluar;
iii. letak bangunan tidak boleh melebihi atau melampaui garis sudut 45 (empat
puluh lima derajat) diukur dari as (proyeksi) jalur tegangan tinggi terluar;
iv. setelah mendapat pertimbangan teknis dari para ahli terkait.
2. Fungsi Bangunan
a. Fungsi dan klasifikasi bangunan merupakan acuan untuk persyaratan teknis
bangunan gedung, baik ditinjau dari segi intensitas banguanan arsitektur dan
lingkungan, keselamatan, keamanan, kesehatan, kenyamanan, maupun dari segi
keserasian bangunan terhadap lingkungannya.
b. Penetapan fungsi dan klasifikasi bangunan yang bersifat sementara harus dengan
mempertimbangkan tingkat permanensi, keamanan, pencegahan danpenanggulangan terhadap bahaya kebakaran, dan sanitasi yang memadai.
c. Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan fungsi utama bangunan.
d. Fungsi bangunan dapat dikelompokkan dalam fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi
sosial dan budaya, dan fungsi khusus.
e. Bangunan dengan fungsi hunian meliputi bangunan gedung dengan fungsi utama
hunian yang merupakan:
i. Rumah tinggal tunggal
ii. Rumah tinggal deret
iii. Rumah tinggal susun
iv. Rumah tinggal vila
v. Rumah tinggal asrama
f. Bangunan dengan fungsi usaha meliputi bangunan gedung dengan fungsi utama
untuk:
i. Bangunan perkantoran: perkantoran pemerintah, perkantoran niaga, dansejenisnya.
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
22/110
ii. Bangunan perdagangan: pasar, pertokoan, pusat perbelanjaan, mal, dan
sejenisnya.
iii. Bangunan Perhotelan/Penginapan: hotel, motel, hostel, penginapan, dan
sejenisnya.
iv. Bangunan Industri : industri kecil, industri sedang, industri besar/berat.
v. Bangunan Terminal: stasiun kereta, terminal bus, terminal udara, halte bus,
pelabuhan laut.
vi. Bangunan Penyimpanan: gudang, gedung tempat parkir, dan sejenisnya.
vii Bangunan Pariwisata: tempat rekreasi, bioskop, dan sejenisnya.
g. Bangunan dengan fungsi umum, sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung
dengan fungsi utama untuk :
i. Bangunan pendidikan: sekolah taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah
lanjutan, sekolah tinggi/universitas.
ii. Bangunan pelayanan kesehatan: puskesmas, poliklinik, rumah bersalin, rumah
sakit klas A, B. & C, dan sejenisnya.
iii. Bangunan peribadatan: mesjid, gereja, pura, kelenteng, dan vihara.
iv. Bangunan kebudayaan : museum, gedung kesenian, dan sejenisnya
h. Bangunan dengan fungsi khusus meliputi bangunan gedung dengan fungsi utama
yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi, atau tingkat resiko bahaya tinggi :
seperti bangunan kemiliteran, bangunan reaktor, dan sejenisnya.
i. Dalam suatu persil, keveling, atau blok peruntukan dimungkinkan adanya fungsi
campuran (mixed use), sepanjang sesuai dengan peruntukan lokasinya dan standar
perencanaan lingkungan yang berlaku.
j. Setiap bangunan gedung, selain terdiri dari ruang-ruang dengan fungsi utama, jugadilengkapi dengan ruang fungsi penunjang, serta dilengkapi pula dengan instalasi
dan kelengkapan bangunan yang dapat menjamin terselenggaranya fungsi bangunan,
sesuai dengan persyatatan pokok yang diatur dalam Pedoman Teknis ini.
3. Klasifikasi Bangunan
Klasifikasi bangunan atau bagian dari bangunan ditentukan berdasarkan fungsi yang
dimaksudkan di dalam perencanaan, pelaksanaan, atau perubahan yang diperlukan pada
bangunan.
a. Klas 1: Bangunan Hunian Biasa
Adalah satu atau lebih bangunan yang merupakan:
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
23/110
i. Klas 1a: bangunan hunian tunggal yang berupa:
(1) satu rumah tunggal; atau
(2) satu atau lebih bangunan hunian gandeng, yang masing-masing
bangunannya dipisahkan dengan suatu dinding tahan api, termasukrumah deret, rumah taman, unit town house , villa, atau
ii. Klas 1b: rumah asrama/kost, rumah tamu, hostel, atau sejenisnya dengan luas
total lantai kurang dari 300 m2 dan tidak ditinggali lebih dari 12 orang secara
tetap, dan tidak terletak diatas atau dibawah bangunan hunian lain atau
bangunan klas lain selain tempat garasi pribadi.
b. Klas 2: Bangunan hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian yang
masing-masing merupakan tempat tinggal terpisah.
c. Klas 3: Bangunan hunian diluar bangunan klas 1 atau 2, yang umum digunakansebagai tempat tinggal lama atau sementara oleh sejumlah orang yang tidak
berhubungan, termasuk:
i. rumah asrama, rumah tamu, losmen; atau
ii bagian untuk tempat tinggal dari suatu hotel atau motel; atau
iii. bagian untuk tempat tinggal dari suatu sekolah; atau
iv. panti untuk orang berumur, cacat, atau anak-anak; atau
v. bagian untuk tempat tinggal dari suatu bangunan perawatan kesehatan yang
menampung karyawan-karyawannya.
d. Klas 4 : Bangunan Hunian Campuran
Adalah tempat tinggal yang berada didalam suatu bangunan klas 5, 6, 7, 8 atau 9 dan
merupakan tempat tinggal yang ada dalam bangunan tersebut
e. Klas 5:Bangunan kantor
Adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuk tujuan-tujuan usaha profesional,
pengurusan administrasi, atau usaha komersial, diluar bangunan klas 6, 7, 8, atau 9.
f. Klas 6:Bangunan Perdagangan
Adalah bangunan toko atau bangunan lain yang dipergunakan untuk tempat
penjualan barang-barang secara eceran atau pelayanan kebutuhan langsung kepada
masyarakat, termasuk
i. ruang makan, kafe, restoran,; atau
ii. ruang makan malam, bar, toko atau kios sebagai bagian dari suatu hotel atau
motel; atau
iii. tempat potong rambut /salon, tempat cuci umum; atauiv. pasar, ruang penjualan, ruang pamer, atau bengkel.
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
24/110
g. Klas 7: Bangunan Penyimpanan/Gudang
Adalah bangunan gedung yang dipergunakan penyimpanan, termasuk:
i. tempat parkir umum; atau
ii. gudang, atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual atau cuci gudang.
h. Klas 8: Bangunan Laboratorium/lndustri/Pabrik
Adalah bangunan gedung laboratorium dan bangunan yang dipergunakan untuk
tempat pemrosesan suatu produksi, perakitan, perubahan, perbaikan, pengepakan,
finishing, atau pembersihan barang-barang produksi dalam rangka perdagangan atau
penjualan.
i. Klas 9: Bangunan Umum
Adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuk melayani kebutuhan masyarakat
umum, yaitu:
i. Klas 9a: bangunan perawatan kesehatan, termasuk bagian-bagian dari bangunan
tersebut yang berupa laboratorium;
ii. Klas 9b: bangunan pertemuan, temmasuk bengkel kerja, laboratorium atau
sejenisnya di sekolah dasar atau sekolah lanjutan, hall, bangunan peribadatan,
bangunan budaya atau sejenis, tetapi tidak temmasuk setiap bagian dari
bangunan yang merupakan klas lain.
j. Klas 10: Adalah bangunan atau struktur yang bukan hunian:
i. Klas 10a: bangunan bukan hunian yang merupakan garasi pribadi, carport, atau
sejenisnya;
ii. Klas 10b: struktur yang berupa pagar, tonggak, antena, dinding penyangga atau
dinding yang berdiri bebas, kolam renang, atau sejenisnya.
k. Bangunan-bangunan yang tidak diklasifikasikan khusus
Bangunan atau bagian dari bangunan yang tidak termasuk dalam klasifikasi bangunan
1 s/d 10 tersebut, dalam Pedoman Teknis dimaksudkan dengan klasifikasi yang
mendekati sesuai dengan peruntukannya
l. Bangunan yang penggunaannya insidentil
Bagian bangunan yang penggunaannya insidentil dan sepanjang mengakibatkan
gangguan pada bagian bangunan lainnya, dianggap memiliki klasifikasi yang sama
dengan bangunan utamanya.
m. Klasifikasi jamak
Bangunan dengan klasifikasi jamak adalah bila beberapa bagian dari bangunan harusdiklasifikasikan secara terpisah, dan:
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
25/110
i. bila bagian bangunan yang memiliki fungsi berbeda tidak melebihi 10% dari luas
lantai dari suatu tingkat bangunan, dan b' laboratorium, klasifikasinya disamakan
dengan klasifikasi bangunan utamanya;
ii. Klas-klas 1a, 1b, 9a, 9b, 10a dan 10b adalah klasifikasi yang terpisah;
iii. Ruang-ruang pengolah, ruang mesin, ruang mesin lift, ruang boiler atau sejenisnya
diklasifikasikan sama dengan bagian bangunan dimana ruang tersebut terletak
II.2 INTENSITAS BANGUNAN
1. Kepadatan dan Ketinggian Bangunan
a. Bangunan gedung yang didirikan harus memenuhi persyaratan kepadatan dan
ketinggian bangunan gedung berdasarkan rencana tata ruang wilayah Daerah
yang bersangkutan, rencana tata bangunan dan lingkungan yang ditetapkan, dan
peraturan bangunan setempat.
b. Kepadatan bangunan sebagaimana dimaksud dalam butir a, meliputi ketentuan
tentang Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yang dibedakan dalam tingkatan KDB
padat, sedang, dan renggang.
c. Ketinggian bangunan sebagaimana dimaksud dalam butir a, meliputi ketentuan
tentang Jumlah Lantai Bangunan (JLB), dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
yang dibedakan dalam tingkatan KLB tinggi, sedang, dan rendah.
d. Persyaratan kinerja dari ketentuan kepadatan dan ketinggian bangunan ditentukan
oleh:
i. kemampuannya dalam menjaga keseimbangan daya dukung lahan dan
optimalnya intensitas pembangunan,
ii. kemampuannya dalam mencerminkan keserasian bangunan dengan
lingkungan,
iii. kemampuannya dalam menjamin kesehatan dan kenyamanan pengguna sertamasyarakat pada umumnya.
e. Untuk suatu kawasan atau lingkungan tertentu, seperti kawasan wisata,
pelestarian dan lain lain, dengan pertimbangan kepentingan umum dan dengan
persetujuan Kepala Daerah dapat diberikan kelonggaran atau pembatasan
terhadap ketentuan kepadatan, ketinggian bangunan dan ketentuan tata bangunan
lainnya dengan tetap memperhatikan keserasian dan kelestarian lingkungan.
f. Ketinggian bangunan sebagaimana dimaksud pada butir c tidak diperkenankan
mengganggu lalu-lintas udara.
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
26/110
2. Penetapan KDB dan Jumlah Lantai/KLB
a. Penetapan besarnya kepadatan dan ketinggian bangunan gedung sebagaimana
dimaksud dalam II.2.1 butir b dan c, ditetapkan dengan mempertimbangkan
perkembangan kota, kebijaksanaan intensitas pembangunan, daya dukung lahan/
lingkungan, serta keseimbangan dan keserasian lingkungan.
b. Apabila KDB dan JLB/KLB belum ditetapkan dalam rencana tata ruang, rencana
tata bangunan dan lingkungan, peraturan bangunan setempat, maka Kepala
Daerah dapat menetapkan berdasarkan berbagai pertimbangan dan setelah
mendengarkan pendapat teknis para ahli terkait.
c. Ketentuan besarnya KDB dan JLB/KLB dapat diperbanui sejalan dengan
pertimbangan perkembangan kota, kebijaksanasn intensitas pembangunan, daya
dukung lahan/lingkungan, dan setelah mendengarkan pendapat teknis para ahli
terkait.
d. Dengan pertimbangan kepentingan umum dan ketertiban pembangunan, Kepala
Daerah dapat menetapkan rencana perpetakan dalam suatu kawasan/lingkungan
dengan persyaratan:
i. setiap bangunan yang didirikan harus sesuai dengan rencana perpetakan yang
telah diatur di dalam rencana tata ruang,
ii. apabila perpetakan tidak ditetapkan, maka KDB dan KLB diperhitungkan
berdasarkan luas tanah di belakang garis sempadan jalan (GSJ) yang dimiliki.
iii. untuk persil-persil sudut bilamana sudut persil tersebut dilengkungkan atau
disikukan, untuk memudahkan lalu lintas, maka lebar dan panjang persil
tersebut diukur dari titik pertemuan garis perpanjangan pada sudut tersebutdan luas persil diperhitungkan berdasarkan lebar dan panjangnya.
iv. penggabungan atau pemecahan perpetakan dimungkinkan dengan ketentuan
KDB dan KLB tidak dilampaui, dan dengan memperhitungkan keadaan
lapangan, keserasian dan keamanan lingkungan serta memenuhi persyaratan
teknis yang telah ditetapkan.
v. dimungkinkan adanya pemberian dan penerimaan besaran KDB/KLB diantara
perpetakan yang berdekatan, dengan tetap menjaga keseimbangan daya
dukung lahan dan keserasian lingkungan.
e. Dimungkinkan adanya kompensasi berupa penambahan besarnya KDB JLB/KLB
bagi perpetakan tanah yang memberikan sebagian luas tanahnya untukkepentingan umum.
f. Penetapan besamya KDB, JLB/KLB untuk pembangunan bangunan gedung
diatas fasilitas umum adalah setelah mempertimbangkan keserasian,
keseimbangan dan persyaratan teknis serta mendengarkan pendapat teknis para
ahli terkait.
3. Perhitungan KDB dan KLB
Perhitungan KDB maupun KLB ditentukan dengan pertimbangan sebagai berikut:
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
27/110
a. perhitungan luas lantai bangunan adalah jumlah luas lantai yang diperhitungkan
sampai batas dinding terluar;
b. luas lantai ruangan beratap yang sisi-sisinya dibatasi oleh dinding yang tingginya
lebih dari 1,20 m di atas lantai ruangan tersebut dihiitung penuh 100 %;
c. luas lantai ruangan beratap yang bersifat terbuka atau yang sisi-sisinya dibatasi
oleh dinding tidak lebih dari 1,20 m diatas lantai ruangan dihitung 50 %, selama
tidak melebihi 10 % dari luas denah yang diperhitungkan sesuai dengan KDB
yang ditetapkan;
d. overstek atap yang melebihi lebar 1,50 m maka luas mendatar kelebihannya
tersebut dianggap sebagai luas lantai denah;
e. teras tidak beratap yang mempunyai tinggi dinding tidak lebih dari 1,20 m di atas
lantai teras tidak diperhitungkan sebagai luas lantai;
f. luas lantai bangunan yang diperhitungkan untuk parkir tidak diperhitungkan
dalam perhitungan KLB, asal tidak melebihi 50 % dari KLB yang ditetapkan,
selebihnya diperhitungkan 50 % terhadap KLB;
g. ramp dan tangga terbuka dihitung 50 %, selama tidak melebihi l0% dari luas
lantai dasar yang diperkenankan;
h. Dalam perhitungan KDB dan KLB, luas tapak yang diperhitungkan adalah yang
dibelakang GSJ;
i. Batasan perhitungan luas ruang bawah tanah (basement) ditetapkan Kepala
Daerah dengan pertimbangan keamanan, keselamatan, kesehatan, dan pendapat
teknis para ahli terkait;
j. Untuk pembangunan yang berskala kawasan (superblock), perhitungan KDB dan
KLB adalah dihitung terhadap total seluruh lantai dasar bangunan, dan total
keseluruhan luas lantai bangunan dalam kawasan tersebut tehadap total
keseluruhan luas kawasan;
k. Dalam perhitungan ketinggian bangunan, apabila jarak vertikal dari lantai penuh
ke lantai penuh berikutnya lebih dari 5 m, maka ketinggian bangunan tersebutdianggap sebagai dua lantai;
l. Mezanine yang luasnya melebihi 50 % dari luas lantai dasar dianggap sebagai
lantai penuh;
I.3 GARIS SEMPADAN BANGUNAN
1. Garis Sempadan (muka) Bangunan
a. Garis Sempadan Bangunan ditetapkan dalam rencana tata ruang, rencana tata
bangunan dan lingkungan, serta peraturan bangunan setempat.
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
28/110
b. Dalam mendirikan atau memperbarui seluruhnya atau sebagian dari suatu
bangunan, Garis Sempadan Bangunan yang telah ditetapkan sebagaimana
dimaksud dalam butir a. tidak boleh dilanggar.
c. Apabila Garis Sempadan Bangunan sebagaimana dimaksud pada butir a.tersebut belum ditetapkan, maka Kepala Daerah dapat menetapkan GSB yang
bersifat sementara untuk lokasi tersebut pada setiap permohonan perijinan
mendirikan bangunan.
d. Penetapan Garis Sempadan Bangunan didasarkan pada pertimbangan
keamanan, kesehatan, kenyamanan, dan keserasian dengan lingkungan serta
ketinggian bangunan.
e. Daerah menentukan garis-garis sempadan pagar, garis sempadan muka
bangunan, garis sempadan loteng, garis sempadan podium, garis sempadan
menara, begitu pula garis-garis sempadan untuk pantai, sungai, danau,
jaringan umum dan lapangan umum.
f. Pada suatu kawasan/lingkungan yang diperkenankan adanya beberapa klas
bangunan dan di dalam kawasan peruntukan campuran, untuk tiap-tiap klas
bangunan dapat ditetapkan garis-garis sempadannya masing-masing.
g. Dalam hal garis sempadan pagar dan garis sempadan muka bangunan
berimpit (GSB sama dengan nol), maka bagian muka bangunan harus
ditempatkan pada garis tersebut.
h. Daerah berwenang untuk memberikan pembebasan dari ketentuan dalam butir
g, sepanjang penempatan bangunan tidak mengganggu jalan dan penataan
bangunan sekitarnya.
i Ketentuan besarnya GSB dapat diperbarui dengan pertimbangan
perkembangan kota, kepentingan umum, keserasian dengan lingkungan,
maupun pertimbangan lain dengan mendengarkan pendapat teknis para ahli
terkait.
2. Garis sempadan samping dan belakang bangunan
a. Kepala Daerah dengan pertimbangan keselamatan, kesehatan dan
kenyamanan, juga menetapkan garis sempadan samping kiri dan kanan, serta
belakang bangunan terhadap batas persil, yang diatur di dalam rencana tata
ruang, rencana tata bangunan dan lingkungan, dan peraturan bangunan
setempat.
b. Sepanjang tidak ada jarak bebas samping maupun belakang bangunan yang
ditetapkan, maka Kepala Daerah menetapkan besarnya garis sempadan
tersebut dengan setelah mempertimbangkan keamanan kesehatan dan
kenyamanan, yang ditetapkan pada setiap permohonan perijinan mendirikan
bangunan.
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
29/110
c. Untuk bangunan yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan-
bahan/benda-benda yang mudah terbakar dan atau bahan berbahaya, maka
Kepala Daerah dapat menetapkan syarat-syarat lebih lanjut mengenai jarak-
jarak yang harus dipatuhi, diluar yang diatur dalam butir a.
d. Pada daerah intensitas bangunan padat/rapat, maka garis sempadan sampingdan belakang bangunan harus memenuhi persyaratan:
i. bidang dinding terluar tidak boleh melampaui batas pekarangan;
ii. struktur dan pondasi bangunan terluar harus berjarak sekurang-kurangnya
10 cm kearah dalam dari batas pekarangan, kecuali untuk bangunan rumah
tinggal;
iii. untuk perbaikan atau perombakan bangunan yang semula menggunakan
bangunan dinding batas bersama dengan bangunan di sebelahnya,
disyaratkan untuk membuat dinding batas tersendiri disamping dinding
batas terdahulu;
iv. pada bangunan rumah tinggal rapat tidak terdapat jarak bebas samping,
sedangkan jarak bebas belakang ditentukan minimal setengah dari
besarnya garis sempadan muka bangunan.
e. Pada daerah intensitas bangunan rendah/renggang, maka jarak bebas samping
dan belakang bangunan harus memenuhi persyaratan:
i. jarak bebas samping dan jarak bebas belakang ditetapkan minimum 4 mpada lantai dasar, dan pada setiap penambahan lantai/tingkat bangunan,
jarak bebas di atasnya ditambah 0,50 m dari jarak bebas lantai di bawahnya
sampai mencapai jarak bebas terjauh 12,5 m, kecuali untuk bangunan
rumah tinggal, dan sedangkan untuk bangunan gudang serta industri dapat
diatur tersendiri.
ii. sisi bangunan yang didirikan harus mempunyai jarak bebas yang tidak
dibangun pada kedua sisi samping kiri dan kanan serta bagian belakang
yang berbatasan dengan pekarangan.
f. Pada dinding batas pekarangan tidak boleh dibuat bukaan dalam bentukapapun.
g Jarak bebas antara dua bangunan dalam suatu tapak diatur sebagai berikut:
i. dalam hal kedua-duanya memiliki bidang bukaan yang saling berhadapan,
maka jarak antara dinding atau bidang tersebut minimal dua kali jarak
bebas yang ditetapkan;
ii. dalam hal salah satu dinding yang berhadapan merupakan dinding tembok
tertutup dan yang lain merupakan bidang terbuka dan atau berlubang, maka
jarak antara dinding tersebut minimal satu kali jarak bebas yang
ditetapkan;
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
30/110
iii. dalam hal kedua-duanya memiliki bidang tertutup yang saling berhadapan,
maka jarak dinding terluar minimal setengah kali jarak bebas yang
ditetapkan.
3. Pemisah disepanjang halaman depan, samping, dan belakang bangunan
a. Halaman muka dari suatu bangunan harus dipisahkan dari jalan menurut cara
yang ditetapkan oleh Kepala Daerah, dengan memperhatikan keamanan,
kenyamanan, serta keserasian lingkungan.
b. Kepala Daerah menetapkan ketinggian maksimum pemisah halaman muka.
c. Untuk sepanjang jalan atau kawasan tertentu, Kepala Daerah dapat menerapkan
desain standar pemisah halaman yang dimaksudkan dalam butir a.
d. Dalam hal yang khusus Kepala Daerah dapat memberikan pembebasan dari
ketentuan-ketentuan dalam butir a dan b, dengan setelah mempertimbangkan
hal teknis terkait.
e. Dalam hal pemisah berbentuk pagar, maka tinggi pagar pada GSJ dan antara
GSJ dengan GSB pada bangunan rumah tinggal maksimal 1,50 m di atas
permukaan tanah, dan untuk bangunan bukan rumah tinggal termasuk untuk
bangunan industri maksimal 2 m di atas permukaan tanah pekarangan.
f. Pagar sebagaimana dimaksud pada butir e harus tembus pandang, dengan
bagian bawahnya dapat tidak tembus pandang maksimal setinggi 1 m diatas
permukaan tanah pekarangan.
g Untuk bangunan-bangunan tertentu, Kepala Daerah dapat menetapkan lain
terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir e dan f.
h Penggunaan kawat berduri sebagai pemisah disepanjang jalan-jalan umum
tidak diperkenankan.
i. Tinggi pagar batas pekarangan sepanjang pekarangan samping dan belakang
untuk bangunan renggang maksimal 3 m di atas permukaan tanah pekarangan,
dan apabila pagar tersebut merupakan dinding bangunan rumah tinggal
bertingkat tembok maksimal 7 m dari permukaan tanah pekarangan, atauditetapkan lebih rendah setelah mempertimbangkan kenyamanan dan
kesehatan lingkungan.
j. Antara halaman belakang dan jalur-jalur jaringan umum kota harus diadakan
pemagaran. Pada pemagaran ini tidak boleh diadakan pintu-pintu masuk,
kecuali jika jalur-jalur jaringan umum kota direncanakan sebagai jalur jalan
belakang untuk umum .
k. Kepala Daerah berwenang untuk menetapkan syarat-syarat lebih lanjut yang
berkaitan dengan desain dan spesifikasi teknis pemisah di sepanjang halaman
depan, samping, dan belakang bangunan.
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
31/110
l. Kepala Daerah dapat menetapkan tanpa adanya pagar pemisah halaman
depan, samping maupun belakang bangunan pada ruas-ruas jalan atau
kawasan tertentu, dengan pertimbangan kepentingan kenyamanan kemudahan
hubungan (aksesibilitas), keserasian lingkungan, dan penataan bangunan dan
lingkungan yang diharapkan.
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
32/110
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
33/110
ii. Setiap bangunan gedung yang didirikan berdampingan dengan bangunan
yang dilestarikan, harus serasi dengan bangunan yang dilestarikan
tersebut.
iii. Bangunan yang didirikan sampai pada batas samping persil tampak
bangunannya harus bersambungan secara serasi dengan tampak bangunan
atau dinding yang telah ada di sebelahnya.iv. Bentuk bangunan gedung harus dirancang dengan mempertimbangkan
terciptanya ruang luar bangunan yang nyaman dan serasi terhadap
lingkungannya.
v. Bentuk, tampak, profil, detail, material maupun warna bangunan harus
dirancang memenuhi syarat keindahan dan keserasian lingkungan yang
telah ada dan atau yang direncanakan kemudian dengan tidak
menyimpang dari persyaratan fungsinya.
vi. Bentuk bangunan gedung sesuai kondisi daerahnya harus dirancang
dengan mempertimbangkan kestabilan struktur dan ketahanannya
terhadap gempa.
vii. Syarat-syarat lebih lanjut mengenai tinggi/tingkat dan sesuatunya
ditetapkan berdasarkan ketentuan-ketentuan rencana tata ruang, dan atau
rencana tata bangunan lingkungan yang ditetapkan untuk daerah/lokasi
tersebut.
b. Perancangan Bangunan
i. Bentuk bangunan gedung harus dirancang sedemikian rupa sehingga
setiap nuang dalam dimungkinkan menggunakan pencayahayaan dan
penghawaan alami.
ii. Ketentuan sebagaimana dimaksudkan pada butir II 1.1.2.b.i tidak berlaku
apabila sesuai fungsi bangunan diperlukan sistem pencahayaan danpenghawaan buatan.
iii. Ketentuan pada butir II.1.1.2.b.ii harus tetap mengacu pada prinsip-
prinsip konservasi energi.
iv. Untuk bangunan dengan lantai banyak, kulit atau selubung bangunan
harus memenuhi persyaratan konservasi energi.
v. Aksesibilitas bangunan harus mempertimbangkan kemudahan bagi semua
orang, termasuk para penyandang cacat dan usia lanjut.
vi. Suatu bangunan gedung tertentu berdasarkan letak ketinggian dan
penggunaannya, harus dilengkapi dengan perlengkapan yang berfungsi
sebagai pengaman terhadap lalu lintas udara dan atau lalu lintas laut.
3. Tata Ruang Dalam
a. Ketentuan Umum
i. Tinggi ruang adalah jarak terpendek dalam ruang diukur dari permukaan
bawah langit-langit ke permukaan lantai.
ii. Ruangan dalam bangunan harus mempunyai tinggi yang cukup untuk
fungsi yang diharapkan.
iii. Ketinggian ruang pada lantai dasar disesuaikan dengan fungsi ruang dan
arsitektur bangunannya.
iv. Dalam hal tidak ada langit-langit, tinggi ruang diukur dari permukaan atas
lantai sampai permukaan bawah dari lantai di atasnya atau sampai
permukaan bawah kaso-kaso.
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
34/110
v. Bangunan atau bagian bangunan yang mengalami perubahan perbaikan,
perluasan, penambahan, tidak boleh menyebabkan berubahnya
fungsi/penggunaan utama, karakter arsitektur bangunan dan bagian-bagian
bangunan serta tidak boleh mengurangi atau mengganggu fungsi sarana
jalan keluar/masuk.
vi. Perubahan fungsi dan penggunaan ruang suatu bangunan atau bagianbangunan dapat diijinkan apabila masih memenuhi ketentuan penggunaan
jenis bangunan dan dapat menjamin keamanan dan keselamatan bangunan
serta penghuninya.
vii Ruang penunjang dapat ditambahkan dengan tujuan memenuhi kebutuhan
kegiatan bangunan, sepanjang tidak menyimpang dari penggunaan utama
bangunan.
viii.Jenis dan jumlah kebutuhan fasilitas penunjang yang harus disediakan
pada setiap jenis penggunann bangunan ditetapkan oleh Kepala Daerah.
ix. Tata ruang dalam untuk bangunan tempat ibadah, bangunan monumental,
gedung serbaguna, gedung pertemuan, gedung pertunjukan, gedung
sekolah, gedung olah raga, serta gedung sejenis lainnya diatur secara
khusus.
b. Perancangan Ruang Dalam
i. Bangunan tempat tinggal sekurang-kurangnya memiliki ruang-ruang fungsi
utama yang mewadahi kegiatan pribadi, kegiatan keluarga bersama dan
kegiatan pelayanan.
ii. Bangunan kantor sekurang-kurangnya memiliki ruang-ruang fungsi utama
yang mewadahi kegiatan kerja, ruang umum dan ruang pelayanan.
iii. Bangunan toko sekurang-kurang memiliki ruang-ruang fungsi utama yang
mewadahi kegiatan toko, kegiatan umum dan pelayanan.iv. Suatu bangunan gudang, sekurang-kurangnya harus dilengkapi dengan kamar
mandi dan kakus serta nuang kebutuhan karyawawan
v. Suatu bangunan pabrik sehurang-kurangnya harus dilengkapi dengan fasilitas
kamar mandi dan kakus, ruang ganti pakaian karyawan, ruang makan, ruang
istirahat, serta ruang pelayanan kesehatan yang memadai.
vi. Perhitungan ketinggian bangunan, apabila jarak vertikal dari lantai penuh ke
lantai penuh berikutnya lebih dari 5 meter, maka ketinggian bangunan
dianggap sebagai dua lantai, kecuali untuk penggunaan ruang lobby, atau
ruang pertemuan dalam bangunan komersial (antara lain hotel, perkantoran,
dan pertokoan).
vii. Mezanin yang luasnya melebihi 50% dari luas lantai dasar dianggap sebagailantai penuh. ;
viii. Penempatan fasilitas kamar mandi dan kakus untuk pria dan wanita harus
terpisah.
ix. Ruang rongga atap hanya dapat diijinkan apabila penggunaannya tidak
menyimpang dari fungsi utama bangunan serta memperhatikan segi
kesehatan, keamanan dan keselamatan bangunan dan lingkungan.
x. Ruang-rongga atap untuk rumah tinggal harus mempunyai penghawaan dan
pencahayaan alami yang memadai.
xi. Ruang rongga atap dilarang dipergunakan sebagai dapur atau kegiatan lain
yang potensial menimbulkan kecelakaan/ kebakaran
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
35/110
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
36/110
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
37/110
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
38/110
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
39/110
b. Sirkulasi
i. Sistem sirkulasi yang direncanakan harus saling mendukung, antara
sirkulasi eksternal dengan internal bangunan, serta antara individu
pemakai bangunan dengan sarana transportasinya. Sirkulasi harus
memberikan pencapaian yang mudah dan jelas, baik yang bersifatpelayanan publik maupun pribadi.
ii. Sistem sirkulasi yang direncanakan harus telah memperhatikan
kepentingan bagi aksesibilitas pejalan kaki.
iii. Sirkulasi harus memungkinkan adanya ruang gerak vertikal (clearance)
dan lebar jalan yang sesuai untuk pencapaian darurat oleh kendaraan
pemadam kebakaran, dan kendaraan pelayanan lainnya.
iv. Sirkulasi pertu diberi perlengkapan seperti tanda penunjuk jalan,
rambu-rambu, papan informasi sirkulasi, elemen pengarah sirkulasi (dapat
berupa elemen perkerasan maupun tanaman), guna mendukung sistim
sirkulasi yang jelas dan efisien serta memperhatikan unsur estetika.
c. Jalan
i. Penataan jalan tidak dapat terpisahkan dari penataan pedestrian,
penghijauan, dan ruang terbuka umum.
ii. Penataan ruang jalan dapat sekaligus mencakup ruang-ruang antar
bangunan yang tidak hanya terbatas dalam Damija, dan termasuk untuk
penataan elemen lingkungan, penghijauan, dll.
iii. Pemilihan bahan pelapis jalan dapat mendukung pembentukan identitas
lingkungan yang dikehendaki, dan keJelasan kontinyuitas pedestrian.
d. Pedestrian
i. Jalur utama pedestrian harus telah mempertimbangkan sistem pedestrian
secara keseluruhan, aksesibilitas terhadap subsistem pedestrian dalam
lingkungan, dan aksesibilitas dengan lingkungan sekitarnya.
ii. Jalur pedestrian harus berhasil menciptakan pergerakan manusia yang
tidak terganggu oleh lalu lintas kendaraan.
iii. Penataan pedestrian harus mampu merangsang terciptanya ruang yang
layak digunakan/manusiawi, aman, nyaman, dan memberikan
pemandangan yang menarik.
iv. Elemen pedestrian (street fumiture) harus berorientasi pada kepentinganpejalan kaki.
e. Parkir
i. Penataan parkir harus berorientasi kepada kepentingan pejalan kaki,
memudahkan aksesibilitas, dan tidak terganggu oleh sirkulasi kendaraan.
ii. Luas, distribusi dan perletakan fasilitas parkir diupayakan tidak
mengganggu kegiatan bangunan dan lingkungannya, serta disesuaikan
dengan daya tampung lahan.
iii. Penataan parkir tidak terpisahkan dengan penataan lainnya seperti untuk
jalan, pedestrian dan penghijauan.
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
40/110
2. Pertandaan (Signage)
a. Penempatan signage termasuk papan iklan/ reklame, harus membantu
orientasi tetapi tidak mengganggu karakter lingkungan yang ingin diciptakan/
dipertahankan, baik yang penempatannya pada bangunan keveling, pagar,
atau ruang publik.
b. Untuk penataan bangunan dan lingkungan yang baik untuk lingkungan/
kawasan tertentu, Kepala Daerah dapat mengatur pembatasa-pembatasan
ukuran, bahan, motif, dan lokasi dari signage.
3. Pencahayaan Ruang Luar Bangunan
a. Pencahayaan ruang luar bangunan harus disediakan dengan memperhatikan
karakter lingkungan, fungsi dan arsitektur bangunan estetika amenity, dan
komponen promosi.
b. Pencahayaan yang dihasilkan harus memenuhi keserasian dengan
pencahayaan dari dalam bangunan dan pencahayaan dari jalan umum
c. Pencahayaan yang dihasilkan dengan telah menghindari penerangan ruang
luar yang berlebihan, silau, visual yang tidak menarik, dan telah
memperhatikan aspek operasi dan pemeliharaan.
III.4 PENGELOLAAN DAMPAK LAINGKUNGAN
1. Dampak Penting
a. Setiap kegiatan dalam bangunan dan atau lingkungannya yang mengganggu
dan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan harus dilengkapi
dengan AMDAL sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Setiap kegiatan dalam bangunan dan atau lingkungannya yang menimbulkan
dampak tidak penting terhadap lingkungan, atau secara teknologi sudah dapat
dikelola dampak pentingnya, tidak perlu dilengkapi dengan AMDAL, tetapi
diharuskan melakukan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan
adalah bila rencana kegiatan tersebut akan:
i. menyebabkan perubahan pada sifat-sifat fisik dan atau hayati lingkungan,
yang melampaui baku mutu lingkungan menurut peraturan
penundang-undangan yang bertaku;
ii. menyebabkan perubahan mendasar pada komponen lingkungan yang
melampaui kriteria yang diakui, berdasarkan pertimbangan ilmiah;
iii. mengakibatkan spesies-spesies yang langka dan atau endemik, dan atau
dilindungi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku terancam
punah; atau habitat alaminya mengalami kerusakan;
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
41/110
iv. menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap kawasan lindung (hutan
lindung, cagar alam, taman nasional, suaka margasatwa, dan sebagainya)
yang telah ditetapkan menunut peraturan perundang-undangan;
v. merusak atau memusnahkan benda-benda dan bangunan peninggalan
sejarah yang bernilai tinggi;
vi. mengubah atau memodifikasi areal yang mempunyai nilai keindahanalami yang tinggi;
vii. mengakibatkan/ menimbulkan konflik atau kontroversi dengan
masyarakat, dan atau pemerintah.
d. Kegiatan yang dimaksud pada butir III.3.1.c merupakan kegiatan yang
berdasarkan pengalaman dan tingkat perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi mempunyai potensi menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan hidup.
2. Ketentuan Pengelolaan Dampak Lingkungan
Jenis-jenis kegiatan pada pembangunan bangunan gedung dan atau lingkungannya
yang wajib AMDAL, adalah sesuai Ketentuan pengelolaan Dampak Lingkungan
yang berlaku.
3. Ketentuan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL)
Jenis-jenis kegiatan pada pembangunan bangunan gedung dan atau lingkungannya
yang harus melakukan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) adaiah sesuai ketentuan yang berlaku.
4. Persyaratan Teknis Pengelolaan Dampak Lingkungan
a. Persyaratan Bangunan
i. Untuk mendirikan bangunan yang menurut fungsinya menggunakan
menyimpan atau memproduksi bahan peledak dan bahan-bahan lain yang
sifatnya mudah meledak, dapat diberikan ijin apabila:
(1) Lokasi bangunan terletak di luar lingkungan perumahan atau berjarak
tertentu dari jalan umum, jalan kereta api dan bangunan lain di
sekitarnya sesuai rekomendasi dinas teknis terkait.
(2) Bangunan yang didirikan harus terletak pada jarak tertentu daribatas-batas pekarangan atau bangunan lainnya dalam pekarangan
sesuai rekomendasi dinas terkait.
(3) Bagian dinding yang terlemah dari bangunan tersebut diarahkan ke
daerah yang paling aman.
ii. Bangunan yang menurut fungsinya menggunakan, menyimpan atau
memproduksi bahan radioaktif, racun, mudah terbakar atau bahan lain
yang berbahaya, harus dapat menjamin keamanan keselamatan serta
kesehatan penghuni dan lingkungannya.
iii. Pada bangunan yang menggunakan kaca pantul pada tampak bangunan,
sinar yang dipantulkan tidak boleh melebihi 24% dan dengan
memnperhatikan tata letak serta orientasi bangunan terhadap matahari.
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
42/110
iv. Bangunan yang menurut fungsinya memerlukan pasokan air bersih
dengan debit > 5 l/dt atau > 500 m3/hari dan akan mengambil sumber air
tanah dangkal dan atau air tanah dalam (deep well) harus mendapat ijin
dari dinas terkait yang bertanggung jawab serta menggunakan hanya
untuk keperluan darurat atau alternatif dari sumber utama PDAM.
v. Guna pemulihan cadangan air tanah dan mengurangi debit air larian, makasetiap tapak bangunan gedung harus dilengkapi dengan bidang resapan
yang ukurannya disesuaikan dengan standar teknis yang berlaku.
vi. Apabila bangunan yang menurut fungsinya akan membangkitkan LHR >=
60 SMP per 1000 ft2 luas lantai, maka rencana teknis sistem jalan akses
keluar masuk bangunan gedung harus mendapat ijin dari dinas teknis yang
berwenang.
b. Persyaratan Pelaksanaan Konstruksi
i. Setiap kegiatan konstruksi yang menimbulkan genangan baru sekitar
tapak bangunan harus dilengkapi dengan saluran pengering genangan
sementara yang nantinya dapat dibuat permanen dan menjadi bagian
sistem drainase yang ada.
ii. Setiap kegiatan pelaksanaan konstruksi yang dapat menimbulkan
gangguan terhadap lalu lintas umum harus dilengkapi dengan
rambu-rambu lalu lintas yang dioperasikan dan dikendalikan oleh tim
pengatur lalu lintas.
iii. Penggunaan hammer pile untuk pemancangan pondasi hanya diijinkan
bila tidak ada bangunan rumah sakit di sekitarnya, atau tidak ada
bangunan rumah yang rawan keretakan.
iv. Penggunaan peralatan konstruksi yang diperkirakan menimbulkankeretakan bangunan, sekelilingnya harus dilengkapi dengan kolam
peredam getaran.
v. Setiap kegiatan pengeringan (dewatering) yang menimbulkan kekeringan
sumur penduduk harus memperhitungkan pemberian kompensasi berupa
penyediaan air bersih kepada masyarakat selama pelaksanaan kegiatan,
atau sampai sumur penduduk pulih seperti semula.
c. Pembuangan limbah cair dan padat
i. Setiap bangunan yang menghasilkan limbah cair dan padat atau buangan
lainnya yang dapat menimbulkan pencemaran air dan tanah, harusdilengkapi dengan sarana pengumpulan dan pengolahan limbah sebelum
dibuang ke tempat pembuangan yang diijinkan dan atau ditetapkan oleh
instansi yang berwenang.
ii. Sarana pongumpulan dan pongolahan air limbah harus dipelihara secara
berkala untuk menjamin kualitas effluen yang memenuhi standar baku
mutu limbah cair.
iii. Sampah yang dikumpulkan di sarana pengumpulan sampah padat harus
selalu dikosongkan setiap hari untuk menjamin agar lalat tidak
berkembang biak dan mengganggu kesehatan lingkungan bangunan
gedung.
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
43/110
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
44/110
IV. STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG
IV. 1 PERSYARATAN STRUKTUR DAN BAHAN
1. Persyaratan Struktur
a. Struktur bangunan yang direncanakan secara umum harus memenuhi
persyaratan keamanan (safety) dan kelayakan (serviceability).
b. Struktur bangunan harus direncanakan dan dilaksanakan sedemikian rupa,
sehingga pada kondisi pembebanan maksimum, keruntuhan yang terjadi
menimbulkan kondisi struktur yang masih dapat mengamankan penghuni,
harta benda dan masih dapat diperbaiki.
c. Struktur bangunan harus direncanakan mampu memikul semua beban dan /
atau pengaruh luar yang mungkin bekerja selama kurun waktu umur layan
struktur, termasuk kombinasi pembebanan yang kritis (antara lain: meliputi
beban gempa yang mungkin terjadi sesuai zona gempanya), dan beban-beban
lainnya yang secara logis dapat terjadi pada struktur.
2. Persyaratan Bahan
a. Bahan struktur yang digunakan harus sudah memenuhi semua persyaratan
keamanan, termasuk keselamatan terhadap lingkungan dan pengguna
bangunan, serta sesuai standar teknis (SNI) yang terkait.
b. Dalam hal bilamana bahan struktur bangunan belum mempunyai SNI maka
bahan struktur bangunan tersebut harus memenuhi ketentuan teknis yang
sepadan dari negara/ produsen yang bersangkutan.
c. Bahan yang dibuat atau dicampurkan di lapangan, harus diproses sesuai
dengan standar tata cara yang baku untuk keperluan yang dimaksud.
d. Bahan bangunan prefabrikasi harus dirancang sehingga memiliki sistem
hubungan yang baik dan mampu mengembangkan kekuatan bahan-bahan
yang dihubungkan, serta mampu bertahan terhadap gaya angkat pada saatpemasangan/pelaksanaan.
IV.2 PEMBEBANAN
1 Analisa struktur harus dilakukan untuk memeriksa tanggap struktur terhadap
beban - beban yang mungkin bekerja selama umur layan struktur, termasuk beban
tetap, beban sementara (angin, gempa) dan beban khusus.
2. Penentuan mengenai jenis, intensitas dan cara bekerjanya beban harus sesuai
dengan standar teknis yang berlaku, seperti :
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
45/110
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
46/110
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
47/110
IV.4 STRUKTUR BAWAH
1. Pondasi Langsung
a. Kedalaman pondasi langsung harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
dasarnya terletak di atas lapisan tanah yang mantap dengan daya dukungtanah yang cukup kuat dan selama berfungsinya bangunan tidak mengalami
penurunan yang melampaui batas.
b. Perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan sesuai teori
mekanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek, berdasarkan parameter
tanah yang ditemukan dari penyelidikan tanah dengan memperhatikan nilai
tipikal dan korelasi tipikal dengan korelasi tipikal parameter tanah yang lain.
c. Pelaksanaan pondasi langsung tidak boleh menyimpang dari rencana dan
spesifikasi teknik yang berlaku atau ditentukan oleh perencana ahli yang
memiiki sertifikasi sesuai.
d. Pondasi langsung dapat dibuat dari pasangan batu atau konstruksi beton
bertulang.
2. Pondasi Dalam
a. Pondasi dalam pada umumnya digunakan dalam hal lapisan tanah dengan
daya dukung yang cukup terletak jauh di bawah permukaan tanah sehingga
penggunaan pondasi langsung dapat menyebabkan penurunan yang
berlebihan atau ketidakstabilan konstruksi.
b. Perhitungan daya dukung dan penurunan pondasi dilakukan sesuai teori
mekanika tanah yang baku dan lazim dalam praktek, berdasarkan parameter
tanah yang ditemukan dari penyelidikan tanah dengan memperhatikan nilai
tipikal dan korelasi tipikal dengan parameter tanah yang lain.
c. Umumnya daya dukung rencana pondasi dalam harus diverifikasi dengan
percobaan pembebanan, kecuali jika jumlah pondasi dalam direncanakan
dengan faktor keamanan yang jauh lebih besar dari faktor keamanan yang
lazim.
d. Percobaan pembebanan pada pondasi dalam harus dilakukan dengan
berdasarkan tata cara yang lazim dan hasilnya harus dievaluasi oleh
perencana ahli yang memiliki sertifikasi sesuai.
e. Jumlah percobaan pembebanan pada pondasi dalam adalah 1 % dari jumlah
titik pondasi yang akan dilaksanakan dengan penentuan titik secara random,
kecuali ditentukan lain oleh perencana ahli serta disetujui oleh Dinas
Bangunan.
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
48/110
IV.5 KEANDALAN STRUKTUR
1. Keselamatan Struktur
a. Keselamatan struktur tergantung pada keandalan struktur tersebut terhadap
gaya-gaya yang dipikulnya, beban akibat perilaku manusia maupun bebanyang diakibatkan oleh perilaku alam.
b. Untuk menentukan tingkat keandalan struktur bangunan, harus dilakukan
pemeriksaan keandalan bangunan secara berkala sesuai dengan ketentuan
dalam Pedoman/ Petunjuk Teknis Tata Cara Pemeriksaan Keandalan
Bangunan Gedung.
c. Perbaikan atau perkuatan struktur bangunan harus segera dilakukan sesuai
rekomendasi hasil pemeriksaan keandaian bangunan gedung, sehingga
bangunan gedung selalu memenuhi persyaratan keselamatan struktur.
d. Pemeriksaan keandalan bangunan gedung dilaksanakan secara berkala sesuai
klasifikasi bangunan, dan harus dilakukan atau didampingi oleh ahli yang
memiliki sertifikasi sesuai.
2. Keruntuhan Struktur
a. Keruntuhan sruktur adalah diakibatkan oleh ketidak andalan suatu sistem
atau komponen stnuktur untuk memikul beban sendiri, beban yang
didukungnya, beban akibat perilaku manusia, dan atau beban yang
diakibatkan oleh perilaku alam.
b. Ketidak andalan struktur akibat beban sendiri dan atau beban yang
didukungnya disebabkan oleh karena umur bangunan yang secara teknis
telah melebihi umur yang direncanakan, atau karena dilampauinya beban
yang harus dipikulnya sesuai rencana sebagai akibat berubahnya fungsi
bangunan atau kesalahan dalam pemanfaatannya.
c. Ketidak andalan struktur akibat beban perilaku alam dan atau manusia dapat
diakibatkan oleh adanya kebakaran, gempa, maupun bencana lainnya.
d. Untuk mencegah terjadinya keruntuhan struktur yang tidak diharapkanpemeriksaan keandalan bangunan harus dilakukan secara berkala sesuai
dengan pedoman/ petunjuk teknis yang berlaku.
IV.6 DEMOLISI STRUKTUR
1. Kriteria Demolisi
Demolisi struktur dilakukan apabila:
a. Struktur bangunan sudah tidak andal, dan kerusakan struktur sudah tidak
memungkinkan lagi untuk diperbaiki karena alasan teknis dan atau
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
49/110
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
50/110
V. PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN
V.1 SISTEM PROTEKSI PASIF
1. Ketahanan Api dan Stabilitas.
a. Bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran,
sehingga:
i. cukup waktu untuk evakuasi penghuni secara aman;
ii. cukup waktu bagi pasukan pemadam kebakaran memasuki lokasi untuk
memadamkan api;
iii. dapat menghindari kerusakan pada properti lainnya.
b. Bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana/ prasarana pengamanan dan
pencegahan penyebaran api, terutama pada bangunan klas 2, 3 atau bagian dan
bangunan klas 4:
i. yang menghubungkan kompartemen api, dan
ii. antara bangunan.
c. Bangunan gedung harus mempunyai bagian atau elemen bangunan yang pada
tingkat tertentu akan mempertahankan stabilitas struktural selama kebakaran,
yang sesuai dengan:
i. fungsi atau penggunaan bangunan;
ii. beban api;
iii. intensitas kebakaran;
iv. tingkat bahaya api;
v. ketinggian bangunan;
vi. kedekatan dengan bangunan lain;
vii sistem proteksi aktif yang dipasang pada bangunan;
viii.ukuran setiap kompartemen api;
ix intervensi pasukan pemadam kebakaran; dan
x. elemen bangunan lainnya.
d. Ruang perawatan pasien dari bangunan klas 9a harus dilindungi daripenyebaran api dan asap untuk memberi waktu cukup untuk evakuasi yang
tertib dalam keadaan darurat.
e. Bahan dan komponen bangunan harus tahan-penyebaran api, membatasi
berkembangnya asap dan panas, serta gas-gas beracun yang mungkin timbul,
sampai dengan tingkat tertentu, yang sesuai dengan:
i. waktu evakuasi
ii. jumlah, mobilitas dan karakteristik penghuni lainnya;
iii. fungsi atau penggunaan bangunan;
iv. sistem proteksi aktif yang dipasang dalam bangunan.
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
51/110
f. Dinding luar beton yangdapat runtuh dalam bentuk panel yang utuh (misalnya
beton pracetak) harus dirancang sehingga pada kejadian kebakaran dalam
bangunan, keruntuhan tersebut dapat dihindari.
g. Bangunan gedung harus mempunyai elemen bangunan yang pada tingkat
tertentu menghindarkan penyebaran api dari peralatan utilitas yang mempunyaipengaruh bahaya api yang tinggi, atau potensial dapat meledak.
h. Bangunan gedung harus mempunyai elemen bangunan yang pada tingkat
tertentu menghindarkan penyebaran api, sehingga peralatan darurat yang
tersedia dalam bangunan tetap beroperasi pada jangka waktu yang diperlukan
pada waktu terjadi kebakaran.
i. Setiap elemen bangunan yang disediakan untuk menahan penyebaran api, yaitu
pada bukaan, sambungan konstruksi, dan lubang untuk instalasi harus
dilindungi sedemikian, sehingga diperoleh tingkat kinerja yang memadai dari
elemen tersebut.
j. Akses ke dan sekeliling bangunan harus disediakan bagi kendaraan dan personil
pemadam kebakaran, untuk memudahkan tindakan pasukan pemadam
kebakaran secara memadai, sesuai dengan:
i. fungsi bangunan,
ii. beban api,
iii. intensitas kebakaran,
iv. tingkat bahaya api,
v. sistem proteksi aktif, dan
vi. ukuran kompartemen.
2. Tipe Konstruksi Tahan Api.
Dikaitkan dengan ketahanannya terhadap api, terdapat 3 (tiga) tipe konstruksi yaitu:
a. Tipe A:
Konstruksi yang unsur-unsur struktur pembentuknya adalah tahan api dan
mampu menahan secara struktural terhadap kebakaran pada bangunan minimal
2 (dua) jam. Pada konstruksi ini terdapat dinding pemisah pembentuk
kompartemen untok mencegah penjaiaran panas ke ruang-ruang yang
bersebelahan di dalam bangunan dan dinding luar untuk mencegah penjalaranapi ke dan dari bangunan didekatnya.
b. Tipe B:
Konstruksi yang unsur-unsur struktur pembentuk kompartemen penahanan api
mampu mencegah penjalaran kebakaran ke ruang-ruang bersebelahan di dalam
bangunan dan unsur dinding luarnya mampu menahan penjalaran kebakaran
dari luar bangunan selama sekurang kurangnya 1 (satu) jam.
c. Tipe C:
Konstruksi yang terbentuk dari unsur-unsur struktur yang dapat terbakar dan
tidak dimaksudkan untuk mampu bertahan terhadap api.
OBSO
LETE
7/23/2019 Permen PU 441-1998_Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
52/110
3. Tipe konstruksi yang diwajibkan
Minimum tipe konstruksi tahan api dari suatu bangunan harus sesuai dengan
ketentuan pada tabel berikut:
Tabel V.1.3Tipe Konstruksi yang diwajibkan
KLAS BANGUNANKETINGGIAN
(dalam jumlah lantai) 2,3,9 5,6,7,8
4 atau lebih A A
3 A B
2 B C
1 C C
4. Kompartemenisasi dan Pemisahan
a. Ukuran Kompartemen
Ukuran k