Post on 04-Oct-2021
1
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM
JUAL-BELI ONLINE DITINJAU DALAM
HUKUM ISLAM
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum Ekonomi Syariah (SH) Pada Program Studi
Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
RIZKI AMELIA KADIR
NIM : 105251101916
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H / 2020 M
2
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM
JUAL-BELI ONLINE DITINJAU DALAM
HUKUM ISLAM
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum Ekonomi Syariah (SH) Pada Program Studi
Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
RIZKI AMELIA KADIR
NIM : 105251101916
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H / 2020 M
ii
3
4
5
v
6
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Rizki Amelia Kadir
NIM : 105 25 11019 16
Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas : Agama Islam
Kelas : A
Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi, saya
menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Saya tidak melakukan penjiplakan ( Plagiat ) dalam menyusun skripsi ini.
3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 maka bersedia
untuk menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 29 Syawal 1441 H
21 Juni 2020 M
Yang Membuat Pernyataan
Rizki Amelia Kadir
NIM 105251101916
vi
7
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Lakukan sekecil appapun perubahan jangan tunggu perubahan itu sempurna
seketika karena alam butuh beradaptasi.”
(Penulis)
PERSEMBAHAN
“Skripsi ini bagian dari ibadahku kepada Allah SWT dan persembahan
teristimewa kepada kedua orang tua yang senangtiasa mendoakan dan
memberikan motivasi dan moral serta material yang luar biasa terima kasih juga
kepada sahabat-sahabat yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan
Skripsi ini.”
vii
8
ABSTRAK
Rizki Amelia Kadir. 105251101916. 2016. Perlindungan Hukum Terhadap
Konsumen Dalam Jual Beli Online Ditinjau Dalam Hukum Islam. Dibimbing oleh
Hurriah Ali Hasan dan Wahidah Rustam.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu bertujuan untuk
mengetahui perlindungan hukum terhadap konsumen dalam jual beli online ditinjau
dari hukum islam.
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Bontolebang Kecamatan Galesong
Utara Kabupaten Takalar. yang berlangsung selama 2 bulan yakni mulai Januari- Maret
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan
dan penelitian lapangan seperti observasi dan wawancara. Analisis data dalam
penelitian ini melalui reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dalam transaksi jual-beli online terjadi
atas kesepakatan antara dua belah pihak yaitu pembeli dan penjual serta Perlindungan
konsumen yang belum diaplikasikan sesuai dengan UU Perlindungan Konsumen serta
tinajuan dalam islam. Konsumen disini yang belum mengerti apa yang menjadi hak
mereka, dan hanya tahu membeli tetapi tidak tahu bagaimana dia bisa terlindungi oleh
hak dia sebagai konsumen.
Kata Kunci : Hukum Islam, Jual Beli Online, Perlindungan Konsumen
viii
9
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, puji dan syukur senantiasa teriring do’a dalam
setiap hela nafas atas kehadirat Allah SWT. Tuhan yang senatiasa melindungi
hambanya dan segala Nikmat dan Rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan proposal ini dengan baik. Salawat serta salam
tercurah kepada baginda Rasulullah SAW. Para sahabat, dan keluarganya serta
ummat yang senantiasa istiqomah dijalan-Nya.
Tiada pencapaian yang sempurna dalam setiap langkah, karena rintangan tak
akan meninggalkan harapan dan cita-cita agung. Segalanya penulis lalui dengan
kesungguhan dan keyakinan untuk terus melangkah, akhirnya sampai dititik akhir
penyelesaian Skirpsi ini. Namun semua tidak lepas dari uluran tangan berbagai
pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan, serta bantuan moril dan materil.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga dan teristimewa peneliti hanturkan
kepada: Kedua orang tua tercinta, yaitu: Alm. Kadir dan Maemuna, mama yang
senantiasa mendo’akan, memberi dukungan moril maupun materil selama
menempuh Pendidikan, bapak yang selalu kudoakan dalam sujudku Untukmu kedua
sosok yang luar biasa dalam hidupku, terimalah persembahan kecilku dari
pengorbanan besarmu, iringilah anakmu ini dengan do’a dalam setiap sujudmu.
1. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., MM. selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar;
2. Bapak Dr. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Agama Islam;
ix
10
3. Bapak Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP. Selaku Ketua Prodi Hukum Ekonomi
Syariah dan Bapak Hasanuddin, SE. Sy., selaku Sekretaris Prodi Hukum Ekonomi
Syariah yang senantiasa memberikan arahan-arahan selama menempuh
pendidikan.
4. Ibu Hurriah Ali Hasan, ST.,ME,.,Ph.D (Selaku Pembimbing I) Ibu Wahidah
Rustam S.Ag.,MH (Selaku Pembimbing II) yang setia membimbing dan
memberikan arahan dalam menyelesaikan Skripsi ini;
5. Bapak/Ibu para dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar yang senantiasa membimbing penulis selama menempuh pendidikan di
Hukum Ekonomi Syariah.;
6. Terima kasih juga kepada tante Hasnah yang sudah seperti kakak perempuan yang
selalu mendukung dan membantu selama ini .
7. Terima kasih kepada kalian yang senantiasa selalu bersama selama kurang
lebih 4 tahun ini, semoga ini bukan akhir dari hubungan kita kepada, Ikmawati,
Mulya Ramadana, Arwinni eka putri ahmad, Nurmala Sari, Nurfadillah Arifuddin
dan Adisya Nurul Fadillah.
8. Terima kasih kepada Nur Ariska yang selalu ada setiap saat dan kapan pun Ketika
saya butuh bantuan, thanks you so much semoga segera menyusul.
9. Berterimah kasih atas support dan saran dari sahabat dalam lingkungan organisasi
immawatiku, Resky amaliah, kurniati dan Munirah ainun dan Immawan demisioner
pikom Galesong thanks you so much.
x
11
10. Berterimah kasih kepada keluarga dan teman-teman yang memberikan dukungan
dan semangat.
11. Dan terakhir penulis ucapkan terima kasih atas segala dao’a dan
dukungannya kepada keluarga besar, teman-teman angkatan 2016 kelas A,
serta mereka yang tidak sempat disebutkan namanya satu-persatu.
Makassar, 20 Mei 2020
Penulis,
RIZKI AMELIA KADIR
xi
12
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL. .................................................................................. i
HALAMAN JUDUL. ..................................................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................. iii ....
BERITA ACARA MUNAQASYAH ............................................................ iv
PERSETUJAN PEMBIMBING ................................................................... v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. ....................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN. ................................................................ vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Jual Beli ................................................................................... 8
B. Prinsip Jual-Beli Online ....................................................................... 12
C. Jual-Beli Online Dalam Hukum Islam ................................................. 17
D. Perlindungan Konsumen ...................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 29
B. Lokasi dan Objek Penelitian ................................................................ 29
C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Penelitian ........................................... 30
D. Jenis Data dan Sumber Data ................................................................. 30
E. Instrumen Penelitian ............................................................................. 31
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 31
xii
13
G. Analisa Data ......................................................................................... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian.............................................. 34
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ......................................................... 40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 54
B. Saran ..................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 56
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 58
LAMPIRAN .................................................................................................... 59
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi telah mengubah kebiasaan masyarakat
dalam melakukan jual-beli, masyarakat yang sebelumnya melakukan
transaksi jual-beli secara langsung atau bertatap muka perlahan berubah
menjadi sebuah gaya baru yaitu transaksi jual-beli melalui internet atau
transaksi online yang merupakan cara baru dalam melakukan kegiatan jual-
beli. Hal ini membuat banyak penjual Online Shop yang berlomba– lomba
menawarkan produknya dengan berbagai cara untuk menarik konsumen
berbelanja, mereka memanfaatkan keadaan Online Shopping yang sedang
diminati oleh masyarakat Indonesia sampai saat ini. Sebagian masyarakat
menikmati keadaan yang mempermudah mereka dalam berbelanja dan
sebagian lagi memanfaatkan situasi yang terjadi dengan cara berbisnis
online.1
Konsumen Menurut ketentuan pasal 1 angka 2 Undang-Undang No.8
Tahun 1999, Tentang Perlindungan Konsumen adalah setiap orang
pemakai barang dan/jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhlSuk hidup
lain dan tidak untuk diperdagangkan.2
1 Kowewsky,R.,Die siege rim Netz, in:Capital 14/2004,p.55 2 Ahmadi Miru Prinsip-prinsip perlindungan konsumen di Indonesia, Bandung. 2009. Hal.
121
1
2
Menurut Arwiedya menjamurnya Online Shop membuka peluang usaha
dalam bidang produk fashion di internet yang banyak membidik remaja sebagai
konsumennya. Keunggulan bisnis Online Shop selain mudah dalam melakukan
promosi, juga sangat efisien karena hanya membutuhkan biaya berlangganan
internet untuk dapat menjalankan bisnisnya.3 Perkembangan bisnis melalui
media internet semakin hari semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya
pengguna internet di dunia terutama di Indonesia. Media internet telah menjadi
salah satu sarana promosi produk yang memiliki prospek sangat baik saat ini,
dimana melalui media internet penjual dapat menjangkau. Kelebihan-kelebihan
dari Online Shop inilah yang menyebabkan bisnis online menjadi tren yang
sangat luar biasa, dalam lima tahun terakhir bisnis via internet semakin meluas.
Bahkan perusahaan-perusahaan besar pada akhirnya menggunakan Online Shop
sebagai citra diri perusahaan untuk lebih menjangkau konsumennya.4
Bisnis Online adalah segala kegiatan bisnis atau urusan/ kepentingan yang
menggunakan fasilitas internet untuk mencapai tujuan (keuntungan atau profit).
Perlindungan konsumen pada saat ini tidak dapat dipisahkan dari kegiatan jual-
beli. Dalam kegiatan perdagangan ini diharapkan menimbulkan keseimbangan
hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan konsumen. Di Indonesia saat ini
perlindungan konsumen mendapat perhatian yang cukup baik karena
3 Ahmad M. Ramli, 2004, Cyber Law dan HAKI dalam sistem hukum Indonesia, Refika Aditama,
Jakarta, hlm. 4 Jurnal Serambi Hukum Vol. 08 No. 02 Agustus 2014 – Januari 2015 Page
3
menyangkut aturan untuk menciptakan kesejahteraan. Dengan adanya
keseimbangan antara pelaku usaha dan konsumen dapat menciptakan rakyat
yang sejahtera dan Makmur.5
Secara umum dan mendasar hubungan antara produsen (perusahaan
penghasil barang dan atau jasa) dan konsumen (pemakai akhir dari barang dan
atau jasa untuk diri sendiri atau keluarganya) merupakan hubungan yang terus
menerus atau berkesinambungan. Hubungan tersebut terjadi karena keduanya
memang saling menghendaki dan mempunyai tingkat ketergantungan yang
cukup tinggi antara yang satu dengan yang lainnya. Produsen sangat
membutuhkan dan sangat bergantung atas dukungan konsumen sebagai
pelanggan. Tanpa dukungan konsumen, tidak mungkin produsen dapat terjamin
kelangsungan usahanya dengan beragam pilihan.6
Kondisi seperti ini, pada sisi lain menguntungkan konsumen, karena
kebutuhan terhadap barang dan/ jasa yang di inginkan dapat terpenuhi namun di
sisi lain, fenomena tersebut menempatkan kedudukan konsumen terhadap
produsen tidak seimbang di mana konsumen berada pada posisi yang lemah
Karena konsumen sebagai objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang
besar melalui kiat promosi dan cara penjualan yang merugikan konsumen.
5Erman Rajagukguk, makalah “Pentingnya Hukum Perlindungn Konsumen Dalam Era
Perdagangan Bebas”, dalam buku Hukum Perlindungan Konsumen, penyunting Husni
Syawali dan Neni Sri Imaniyati, (Bandung: Mandar Maju, 2000), hlm. 12 6 Husni Syawali dan neni SriImaniyati, 2000, dalam buku Hukum Perlindungan Konsumen,
Mandar Maju, Bandung,
4
Undang-undang di Indonesia saat ini yang dapat digunakan sebagai pedoman
adalah Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(UUPK) karena bertujuan untuk menciptakan sistem perlindungan konsumen
yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses
untuk mendapatkan informasi, meskipun di dalamnya tidak secara khusus
mengatur transaksi online selain dikarenakan konsumen memiliki hak-hak yang
penting untuk ditegakkan, tetapi juga demi menumbuhkan kesadaran pelaku
usaha agar tidak melakukan penipuan terhadap konsumen. Dengan
menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha. Dalam hal ini di samping keberadaan UUPK, regulasi yang secara
khusus mengatur tentang kegiatan jual beli online diperlukan karena tidak hanya
dapat memberikan perlindungan bagi konsumen tetapi juga pelaku bisnis online.7
Hukum syariat Islam sendiri telah mengatur kegiatan jual beli ini dengan
cukup ketat, baik dalam dalil Al-Qur’an, Hadits, Ijma’, dan juga Qiyas. Di mana
dibahas tentang syarat-syarat penjual, pembeli, barang yang dijual, juga tentang
akad jual beli yang dilarang karena menimbulkan kemudharatan di salah satu
pihak.Dengan alasan yang telah terpaparkan secara jelas dalam latar belakang di
atas, kiranya penulis merasa perlu mengangkat tema untuk membahas tentang
7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
5
bagaimana jual beli melalui internet ditinjau dari hukum Islam dan kaitannya
terhadap perlindungan konsumen sebagai pihak yang paling banyak dirugikan.
Dengan melihat dasar itulah, Penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian, memberikan gambaran apa dan bagaimana perlindungan hukum
terhadap konsumen dalam jual-beli online serta bagaimana jual-beli online dalam
tinjauan hukum islam. Sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul
“Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Jual-Beli Online Di
Tinjau Dari Hukum Islam”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pokok-pokok permasalahan yang di
bahas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Praktik Jual-Beli Online?
2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen dalam jual-beli
online?
3. Bagaimana tinjauan hukum Islam dalam praktik jual-beli online?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui mekanisme praktik jual beli online
2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam dalam jual-beli online
3. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen
dalam jual-beli online.
6
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, semoga dapat memberikan manfaat antara
lain:
a. Bagi peneliti
1. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai hak
konsumen termasuk konsumen Online bahwa tidak hanya kemudahan
tetapi kepuasan dan kenyaman konsumen yang perlu diperhatikan
2. Dapat mengetahui bagaimana pandangan hukum islam tentang jual-
beli online
b. Bagi Majerial
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan
dan evalusi bagi palaku usaha atau pebisnis dalam meningkatkan
perlindungan konsumen dalam bertransaksi online.
c. Bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang perlunya perlindungan
hukum terhadap konsumen dalam transaksi jaul-beli online.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Jual-Beli
Jual-beli adalah salah satu transaksi tukar menukar barang yang mempunyai
nilai, yang di mana salah satu pihak menjual barang tersebut, dan pihak lain
membelinya sesuai dengan kesepakatan.
1. Barang
Menurut Undang-Undang perlindungan pasal 1 butir 4, “Barang
adalah setiap benda baik berwujud, baik bergerak maupun tidak
bergerak, dapat dihabiskan, yang dapat untuk di perdagangkan, di
pakai dan dipergunakan atau di manfaatkan oleh konsumen”.
2. Pelaku Usaha
Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen pasal 1 butir
3, “Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum yang di dirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara
republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalaui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang
ekonomi.8
8 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
8
3. Konsumen
Menurut Undang-Undang Perlindungan konsumen pasal 1 angka 2,
“Konsumen adalah setiap orang pemakai barangdan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lainnya dan tidak untuk
di perdagangkan”.
Berikut pengertian konsumen menurut para ahli:
a. Menurut Philip Kotler dalam bukunya Prinsipleas Of Marketing
adalah semua individu dan rumah tangga yang membeli atau
memperoleh barang atau jasa untuk di konsumsi pribadi, Konsumen
atau Pelanggan adalah orang yang membeli barang atau jasa secara
berulang.
b. Menurut Dewi, Konsumen adalah seseorang yang menggunakan
produk atau jasa yang dipasarkan.
c. Menurut Sri Handayani, Konsumen (sebagai alih Bahasa dari
Consumen), secara harfuah berarti “seseorang atau suatu
perusahaan yang membeli barang atau menggunakan jasa dalam
berbagai perundang-undangan negara”
4. Hak dan Kewajiban Konsumen
Adapun hak dan kewajiban komsumen yang diatur dalam Undang
undang Perlindungan konsumen, adalah berikut ini:
9
a. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa.
b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan
barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi
serta jaminan yang dijanjikan.
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barangdan/atau jasa.
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang
dan/atau jasa yang digunakan.
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.
f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
tidak deskriminatif.
h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian, apabila barangdan/atau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya.
Selain hak yang telah disebutkan diatas, konsumen juga memiliki
beberapa kewajiban yang harus dilakukan. Hal ini berguna sebagai
bentuk kehati-hatian dalam melakukan transaksi supaya tidak
10
mengakibatkan kerugian pada diri sendiri. Kewajiban tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan
dan keselamatan.
b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang
dan/atau jasa.
c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.
d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut.9
B. Prinsip JuaL-Beli Online
1. Pengertian Jual-Beli Online
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jual beli adalah
persetujuan saling mengikat antara penjual, yakni pihak yang
menyerahkan barang, dan pembeli sebagai pihak yang membayar harga
barang yang dijual.10Online adalah keadaan terkoneksi dengan jaringan
internet. Dalam keadaan online, kita dapat melakukan kegiatan secara
aktif sehingga dapat menjalin komunikasi, baik komunikasi satu arah
seperti membaca berita dan artikel dalam website maupun komunikasi
9 Muhammad dan Alimin, Etika dan perlindungan konsumen dalam ekonomi
islam,(Yogyakarta: BPEF, 2004), H. 129. 10 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi IV
(Cet. 1; Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2008). h. 589.
11
dua arah seperti chatting dan saling berkirim email. Online bisa
diartikan sebagai keadaan dimana sedang menggunakan jaringan, satu
perangkat dengan perangkat lainnya saling terhubung sehingga dapat
saling berkomunikasi. Dari pengertian-pengertian tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa jual beli online adalah persetujuan saling mengikat
melalui internet antara penjual sebagai pihak yang menjual barang dan
pembeli sebagai pihak yang membayar harga barang yang dijual. Jual
beli secara online menerapkan sistem jual beli di internet Tidak ada
kontak secara langsung antara penjual dan pembeli. Jual beli dilakukan
melalui suatu jaringan yang terkoneksi dengan menggunakan
handphone, komputer, tablet, dan lain-lain.11
2. Sistem Transaksi Jual-Beli Online (E-Commerce)
E-Commerce atau transaksi elektronik merupakan sistem yang di
lakukan menggunakan sistem informasi. Elektronik commerce (E-
Commerce) adalah kegiatan-kegiatan bisnis yang menyangkut
konsumen (consumers), manufaktur(manufacturers), servis providers
dan pedagang penata (intermediaries) dengan menggunakan jaringan-
jaringan computer (computer network) yaitu internet.12Adanya
11 “Sederet.com”, Online Indonesian English Dictionary. http://mobile.sederet.com/ (5
Februari 2015 12 Imam Mustofa, “Transaksi Elektronik (E -Commerce) Dalam Perspektif Fikih”,
Jurnal
Hukum Islam, ( Pekalongan: Stain Pekalongan, Volume 10, No. 2, Desember 2012),
H. 150.
12
hubungan secara langsung antara satu jaringan komputer
dengan jaringan yang lainnya maka sangat memungkinkan untuk
melakukan satu transaksi langsung melalui jaringan komputer,
Transaksi langsung inilah yang kemudian disebut transaksi online.
Menurut Arsyad Samuni dalam transaksi Online setidaknya ada tiga tipe
yaitu: (1) Kontrak melalui chatting atau video conference
(2) Kontrak melalui E-mail (3) Kontrak melalui situs atau web.
a. Ilustrasi lain dari proses transaksi elektronik adalah sebagai berikut:
1. Konsumen meletakkan barang belanjaa nnya dengan memilih item dari
sebuah situs dan memasukkanya dalam troli belanja, ketika pembeli
melakukan request, maka situs akan me-replay berdasarkan total
barang yang dipesan, harga jumlah, total harga dan sampai nomor urut
transaksi.
2. Pembeli mengirimkan pemesanan barang, termasuk didalamnya
melengkapi data pembayaran. Informasi pembayaran ini akan
terenkripsi menggunakan piperline software socket layer (SSL) yang
terpasang antara web pembeli dan sertifikat wab SSL penjual
terenkripsi menggunakan piperline software socket layer (SSL) yang
terpasang antara web pembeli dan sertifikat wab SSL penjual.
3. Selanjutnya situs e-commere akan me-request otorisasi pembayaran
dari payment gateway. payment gateway meneruskan memintanya ke
13
bank dan pengolah pembayaran. Pada bagian ini, otorisasi dilakukan
dengan me-request harga kepemegang kartu dan harus disetel untuk
disesuaikan dengan mengurangi saldo rekening pemegang kartu (card
bolder). Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa pembayaran
disetujui oleh perusahaan yang mengeluarkan kartu kredit bagi
pembeli (user) dan memastikan bahwa penjual mendapatkan
pembayaran
4. Penjual mengonfirmasi dan segera mengirimkan barang atau jasa
kepada pembeli
5. Selanjutnya penjual me-request pembayaran, mengirimkan kepada
request tersebut ke payment gateway yang menangani proses
pembayaran menggunakan processor.
6. Transaksi disetel atau diteruskan oleh pihak bank untuk segera
mendeposit saldo rekening penjual di bank.13Model transaksi jual beli
online saat ini berkembang sangat pesat dan umumnya menggunakan
WhatsApp, Facebook, E-mail dan lainya.14
b. Dalam transaksi jual beli secara elektronik, pihah-pihak yang
terkait antara lain:
14 Ridwan Sanjaya dan Wisnu Sanjaya, Membangun Kerajaan Bisnis Online (Tuntunan
Praktis Menjadi Pebisnis Online), Jakarta: Kompas Gramedia, 2009), Hal.69-70.
14
1. Penjual atau marchant atau pengusaha yang menawarkarkan sebuah
produk melalui internet sebagai pelaku usaha
2. Pembeli atau konsumen yaitu setiap norang yang tidak dilarang oleh
undang-undang, melakukan transaksi jual beli produk yang di
tawarkan oleh penjual/pelaku usaha/merchant.
3. Bank sebagai pelaku penyalur dana dari pembeli atau konsumen
kepada pejual/pelaku usaha/kepada merchant
4. Provider sebagai penyedia jasa layanan akses internet.15dalam rekening
Bersama pihak ketiga adalah lembaga pembayaran yang telah di
percaya oleh pihak pelaku usaha atau konsumen.
3. Dasar Hukum Jual-Beli Online
Perundang-undangan yang dapat dijadikan sebagai dasar hukum
dalam setiap transaksi jual beli online adalah sebagai berikut:
1. UU ITE (UU No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik).
2. UUPK (UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen).
PP No. 82 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik.
15 Makarim Edmon , Kompilasi Hukum Telematik,( Jakarta:PT. Gravindo Persada, 2000), H. 65.
15
4. Dampak Negatif Jual-Beli Online bagi konsumen
1. Konsumen tidak dapat langsung mengidentifikasi, melihat, atau
menyentuh barang yang akan dipesan. Contohnya, konsumen hanya
melihat foto barang yang diiginkan melalui postingan pelaku usaha
2. Ketidakjelasan informasi tentang barang yang ditawarkan.
Contohnya, konsumen tidak dapat mengetahui secara jelas apakah
barang tersebut berkualitas a atau b karena hanya melihat foto
barangnya saja;
3. Tidak jelasnya status subjek hukum dari si pelaku usaha. Contohnya,
penjual selaku pelaku usaha yang tidak memberikan jaminan
kepastian agar konsumen tidak merasa dirugikan;
4. Tidak ada jaminan keamanan bertransaksi dan privasi, serta
penjelasan terhadap resiko-resiko yang berkenaan dengan sistem
yang digunakan, khususnya dalam16
C. Jual-Beli Online Dalam hukum Islam
1. Pengertian Jual-Beli
Jual beli atau perdagangan dalam bahasa Arab, yaitu al-Bay’ berarti
menjual, mengganti, dan menukar (sesuatu dengan sesuatu yang lain).
Kata al-Bay’ dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian
lawannya, yakni kata asy-Syira’ (beli). Dengan demikian, maka kata al-
16Rif’ah Roihanah, Perlindungan Hak Konsumen Dalam Transaksi Elektronik (E-
commerce),h. 113.
16
Bay’ berarti “jual”, tetapi sekaligus juga berarti “beli”. Persoalan jual
beli dalam fikih Islam dibahas secara luas oleh ulama fikih, sehingga
dalam berbagai literatur ditemukan pembahasan dengan topik kitab
alBuy’ (kitab jual beli).17
2. Dasar Hukum Jual-Beli
a. Al-Quran
Islam telah mengatur prinsip Jual-Beli Yaitu dalam Al-Quran,
hadist dan ijma, perintah bagi manusia dalam mencari rejeki di
jelaskan dalam QS Al-Baqarah/2: 198 dan 275 aturan yang harus di
penuhi dalam jual-beli diatur dan Islam melarang penipuan dalam jual-
beli di jelaskan di QS An-Nisa/4: 29
1. QS Al-Baqarah/2: 198
ليس عليكم جناح أن تبتغوا فضلا من ربكم فإذا أفضتم
عند المشعر الحرام واذكروه كما من عرفات فاذكروا الله
الين هداكم وإن كنتم من قبله لمن الضه
Terjemahnya:“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia
(rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu.”18
17 Abdul Azis Dahlan, ed., Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 3 (Cet. I; Jakarta: PT. Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1996), h. 82
18Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 38.
17
2. QS Al-Baqarah/2:275
با ل يقومون إله كما يقوم الهذي يتخبهطه الهذين يأكلون الر
با الشهيطان لك بأنههم قالوا إنهما البيع مثل الرمن المس ذ
با فمن جاءه موعظة من ربه م الر البيع وحره وأحله الله
ئك أ ومن عاد فأول صحاب فانتهى فله ما سلف وأمره إلى الله
النهار هم فيها خالدون
Terjemahannya :
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka itulah demikian itu di
sebabkan mereka berkata (berpendapat). Sesungguhnya jual-beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambil dahulu (sebelum datang
larangan), dalam urusannya (terserah) kepada Allah. Yang kembali
(mengambil riba) maka orang itu penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya”
18
3. QS An-Nisa/4: 29
تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إله أن يا أيها الهذين آمنوا ل
كان نكم ول تقتلوا أنفسكم إنه الله تكون تجارةا عن تراض م
ا بكم رحيما
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan
janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.”
4. QS Ar-Rum : 39
باا ليربوا ن ر تيتم م في اموال النهاس فل يربوا عند وما ا
ئك هم فاولوة تريدون وجه الله ن زك تيتم م وما ا
الله
المضعفون
Terjemahannya:
aeD n sausD n)aDguau)aiaebDuae(DaausD)n naaeDa(a Dia uaDuaes naD
)n uau)aimDuaaaDunraaD)n uau)aiDralauDraerae(aeDmllai D aeDaraD
19
uae(D aausD )n naaeD )n sraD yaaauD uae(D aausD uaa sraaeD seusaD
unurn elniD an nraaeD mllaimD uaaaD nuslaiD e ae(-e ae(D uae(D
unlnrau(aeraaaeDgraialaeuag
b. Hadist
Jual-beli harus mengutamakan suka rela antara kedua belah pihak
sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan
Maimun bin Muhran bahwa Rasulullah saw. bersabda: sebagai
berikut:
ل ي ح ل ل م سلم ول هصفق ة ا ب عد ر ل خيا ا ض وا لبي ع ع ن ت را
يرجر٢٣بن روه اي ض هر م سل اما ا ن
Artinya:
“Jual beli hendaklah berlaku dengan rela dan suka sama suka dan
pilihan sesudah tercapai persetujuan. Dan tidaklah halal bagi
seorang muslim menipu sesama muslimnya (H.R Ibnu Jarir dari
Maimun Bin Muhran)”19
الغرر بيع عن وسلهم عليه الل صلهى الل رسول نهى
19Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Mausuu’ah al-Manaahisy Syat’iyyah fii Shahiihis
Sunnah an-Nabawiyyah, Jilid 2, terj. Abu Ihsan al-Atsari, Ensiklopedi Larangan
Menurut Al-Qur’an dan AsSunnah, Jilid 2, h. 248.
20
Artinya : Rasulullah saw melarang jual beli yang didalamnya terdapat
penipuan. (HR.Muslim).
c. Ijma
Ijma “Dalil kebolehan jual beli menurut ijma” ulama adalah telah
sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia
tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan
orang. Hukum jual beli bisa menjadi haram, mubah, sunnah, dan
wajib atas ketentuan sebagai berikut:
1. Hukum jual beli menjadi wajib pada saat darurat atau terpaksa
yang sangat membutuhkan sekali terhadap makanan atau
minuman sedang ia mampu untuk melakukan jual beli.
2. Hukum jual beli menjadi haram, jika menjual belikan sesuatu
yang di haramkan oleh syara‟ seperti menjual babi
3. Jual beli hukumnya sunnah apabila seorang bersumpah untuk
menjual barang yang tidak membahayakan maka Jual beli, maka
melaksanakan yang demikian itu sunnah Jual beli di hukumi
makruh, apabila transaksi dilakukan pada saat selesai.20
3. Rukun dan Syarat Jual-Beli
a. Rukun Jual-Beli
20Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqh Empat Mazhab, Muamalat II, Alih Bahasa Chatibul Umam dan
Abu Hurairah, Darul Ulum Press, Jakarta, 2001, hlm. 11
21
Menurut jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli ada empat,
yaitu:
1. Ada orang yang melakukan akad atau al-muta’aqidain (penjual dan
pembeli)
2. Ada sighat (lafal ijab dan qabul)
3. Ada barang yang dibeli,
4. Ada nilai tukar pengganti barang.
Menurut Imam Taqiyudin Abi Bakar Muh. Al-Husaini menyatakan
rukun jual beli yaitu sebagai berikut:
1. Penjual
2. Pembeli
3. Barang yang dijual
4. Harga
5. Ucapan ijab dan qabul.21
b. Syarat jual Beli
Mengenai syarat-syarat barang yang diperjual belikan menurut Sayid
Sabiq yaitu sebagai berikut:
1. Bersih barangnya
2. Dapat dimanfaatkan
3. Milik orang yang melakukan akad/milik sendiri
21 Taqiyudin Abi Bakar Muh. Al-Husaini, Kifayatul Akhyar, Juz IV, Al-Ma‟arif, Bandung,
tt, hlm. 89
22
4. Mampu menyerahkan
5. Di ketahui barangnya dengan jelas dan
6. Barang yang diakadkan ada di tangan.22
5. Macam-Macam Jual-Beli
Jual beli secara umum berdasarkan pertukarannya, dibagi
menjadi empat macam, yaitu:
1. Jual beli salam (pesanan), yaitu jual beli melalui pesanan dengan
cara menyerahkan terlebih dahulu uang muka, kemudian barangnya
diantar belakangan
2. Jual beli muqayadhah (barter), yaitu jual beli dengan cara menukar
barang dengan barang, seperti menukar baju dengan sepatu.
3. Jual beli muthlaq, yaitu jual beli barang dengan sesuatu yang telah
disepakati sebagai alat pertukaran, seperti uang.
4. Jual beli alat penukar dengan alat penukar, yaitu jual beli barang
yang biasa dipakai sebagai alat penukar dengan alat penukar
lainnya, seperti uang perak dan uang kertas.23
D. Perlindungan Konsumen
Pengertian Perlindungan konsumen menurut UU No. 8 Tahun 1999 Pasal 1
angka 1 yang berbunyi “Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang
22 Abd. Rahman Al-Jaziri, Kitabul Fiqh Ala Madzahi bil Arba’ah, Az-Zariyah, Kairo Mesir,
Cet. VI, Juz II, tt, hlm. 141 23 Andi Intan Cahyani, Fiqh Muamalah, h. 57-58.
23
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada
konsumen.” Rumusan pengertian perlindungan konsumen yang terdapat
dalam pasal tersebut, cukup memadai. Kalimat yang menyatakan “Segala
upaya yang menjamin adanya kepastian hukum”, diharapkan sebagai
benteng untuk meniadikan tindakan sewenang-wenang yang merugikan
pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan perlindungan konsumen, begitu
pula sebaliknya menjamin kepastian hukum bagi konsumen. Perlindungan
terhadap konsumen dipandang secara materiil maupun formiil makin terasa
sangat penting mengingat makin majunnya ilmu pengetahuan dan teknologi
yang merupakan motor penggerak bagi produktivitas dan efisiensi produsen
atas barang atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai sasaran
usaha. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut, akhirnya
baik langsung atau tidak langsung, maka konsumenlah yang pada umumnya
merasakan dampaknya. 24
Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
menetapkan dua acara penyelesaian yaitu diluar pengadilan dan melalui
pengadilan. Konsumen langsung mengadu dan menggugat pelaku usaha,
bentuk penyelesain dan besarnya ganti rugi diserahkan kepada kesepakatan
para pihak dengan syarat tercapainya penyelesaian sengketa, kedua belah
24Ahamadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 1.
24
pihak harus mempunyai kemauan dan etika. Pengaduan dan gugatan
pengaduan atau gugatan diajukan kepada Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK) untuk menangani sengketa konsumen diluar pengadilan.
1. BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen)
Dalam konteks penyelesaian sengketa e-commerce, peran BPSK
sangat penting untuk segera memberikan perlindungan bagi para pelaku
perdagangan. Hal ini tentunya dilakukan sesuai dengan tugas BPSK yaitu
melalui penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen dengan cara
konsiliasi, mediasi, atau arbitrase. Oleh karena itu, agar dapat melakukan
tugas tersebut secara efektif pada penyelesaian sengketa ecommerce, BPSK
juga harus dapat menyesuaikan dengan karakteristik dari penyelenggaraan
sistem dan transaksi elektronik yang ada saat ini. Penyelenggaraan sistem
dan transaksi elektronik saat ini diatur dalam Undang-Undang ITE dan PP
PSTE. Artinya, BPSK sudah seharusnya menyesuaikan diri dengan
ketentuan tersebut. Badan penyelesaian sengketa konsumen, menangani
perkara melalui
1. Mediasi yaitu proses yang di gunakan untuk menyelesaikan sengketa
konsumen di pengadilan melelui BPSK. Dalam hal ini bpsk sebagai
penasehat sementara masalah di serahkan kepada pihak yang
bersengketa.
25
2. Konsolidasi yaitu metode ini digunakan untuk penuntasan masalah di
luar pengadilan, majelis bertugas untuk mendamaikan pihak yang
bersengketa.
3. Arbitrase yaitu majelis berlaku aktif dalam menyelesaikan perkara.25
2. Perlindungan Konsumen Pandangan Islam
Perlindungan konsumen dalam menyelesaikan sengketa dengan
arbitrase yang di kenal dengan Tahkim yaitu pengangkatan seorang atau
lebih sebagai wasit mereka untuk menyelesaikan perselisihan dengan
damai. Tahkim secara literal adalah mengembil jalan dengan damai
namun konsep tahkim disini bukan lembaga tetapi hanya cara
penyelesainnya saja. Adapun beberapa perlindungan konsumen dalam
islam adalah sebagai berikut:
1. Khiyar Majelis yaitu hak yang ditetapkan pelaku usaha dan konsumen
jika terjadi ijab Kabul antara konsumen dan pelaku usaha dan
akadnya telah sempurna maka masing-masing pihak hak untuk
membatalkan atau mempertahankan akad selam masih satu majelis.
2. Khiyar Syarat yaitu khiyar yang disyaratkan oleh salah satu pembeli
atau penjual setelah akad selama masa yang di tentukan walaupun
sangat lama.
25 Celina tri siwi kristianti,hukum perlindungan konsumen,h,127.
26
3. Khiyar Aibi yaitu Hak pada yang pembeli untuk membatalkan atau
meneruskan akad apabila tiba-tiba terdapat cacat pada barang.
4. Khiyar Tadlis Khiyar tadlis yaitu penjual mengelabui pembeli
sehingga menaikkan harga barang, maka hal itu haram dalam hal ini
pembeli 3 hari adanya pengembalian barang.26
26 FaturRahman Djamil, Penerapan hukum perjanjian dalam treansaksi di lembaga keuangan
syariah (jakarta:sinar grafika,2013,cet,2),h,50
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan Bahasa pada suatu konteks
khusus yang alamia dan dengan memanfaatkan berbagai metedologi
ilmiah. Penelitian ini juga merupakan penelitian deskriptif yang
dimaksudkan untuk menggali dan dan informasi baik tentang proses
dan mekanisme. Selain itu, penelitian ini merupakan panduan dan
penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan, karena diawali dengan
telaah bahan pustaka dan bahan literatur.27
B. Lokasi Dan Objek Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada masyarakat yang menjadi
konsumen dan sebagai pelaku usaha online yang ada KelurahaN
Bontolebang Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.
Penelitian akan dilakukan selama kurang lebih Dua bulan.
C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Penelitian
27LexyMeleong Metedologi Penelitian Kualitatif (Bandung:PT.RemajaRosdakarya,2006),h.6
29
28
Fokus dalam penelitian ini adalah jual-beli dan perlindungan terhadap
konsumen Online, Jual beli adalah salah satu transaksi tukar menukar
barang yang mempunyai nilai, yang di mana salah satu pihak menjual
barang tersebut, dan pihak lain membelinya kesepakatan. Perlindungan
konsumen di definisikan sebagai perangkat hukum yang diciptakan
untuk melindungi terpenuhinya hak konsumen, Jadi setiap transaksi
dapat terlindungi dengan adanya hukum tersebut dan agama juga sudah
mengatur tentang hal ini.
D. Jenis Data dan Sumber Data
a. Data Primer
Merupakan data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Data yang diperoleh langsung dari wawancara
dengan pihak para pelaku usaha online dan konsumen yang melakukan
transaksi jual-beli online.
b. Data Sekunder
Merupakan sumber data yang tidak langsung diberikan data
kepada pengumpul data. Data yang di peroleh dari literatur-literatur
kepustakaan seperti buku-buku, majalah, artikel atau literature lain.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, mengelolah,
menganalisis dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif
dengan tujuan untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu
29
hipotesis instrument penelitian digunakan untuk mengukur nilai
variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi
instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri sehingga
peneliti harus di “validasi”. validasi terhadap peneliti meliputi:
pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasan wawasan terhadap
bidang yang diteneliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek baik
secara akademik maupun logikanya. Peneliti kualitatif human
instrument berfungsi menetapkan focus penelitian, memilih informasi
sebagai sumber data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas
temuannya.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan
ini,maka Teknik pemgumpulan data yang digunakan adalah:
a. Penelitian Kepustakaan
Yaitu penelitian yang dialakukan dengan cara mengumpulkan dan
mempelajari data-data atau bahan-bahan dari berbagai daftar
kesusatraan yang ada. Dengan membaca, yang relavan dengan
pembahasan dalam penelitian ini. mempelajari dan mencatat, dan
merangkum teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah pokok
pembahasan melalui buku-buku, skripsi terdahulu, internet dan
media lainnya yang berhubungan dengan pembahsan penelitian
ini.
30
b. Penelitian Lapangan
Penulis melakukan peninjauan langsung ke lokasi, dalam hal ini
masyarakat yang sebagai konsumen dalam transaksi jual-beli
online, sehingga dapat melakukan observasi langsung masalah-
masalah yang dihadapi selama melakukan transaksi online.
Penulis juga menggunakan Teknik
1. wawancara atau interview dengan narasumber yang cakap dan
kompoten pada bidangnya untuk memberikan keterangan dari
masalah yang dibahas.
2. Observasi yaitu mengamati dan mencatat fenomena-fenomena
yang berhubungan langsung dengan tujuan pelaksanaan dari
masalah yang di bahas.
G. Analisa Data
Analisa data adalah proses menyusun data agar data tersebut
ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkan ke dalam pola,
tema atau kategori. Berikut ini adalah langkah-langkah model analisis
data miles dan Huberman menyatakan sebagai berikut:
1. Reduksi Data, data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya sangat
banyak, untuk itu maka perlu dicatat dengn teliti dan rinci. Seperti
yang telah dikemukan maka lama peneliti ke lapangan maka jumlah
data semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera
dilakukan analisis dan melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok memfokuskan pada hal-
31
hal penting. Dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang jelas, mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mecarinya bila
diperlukan.
2. Display Data, setelah di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplay data, penyajian data dapat disajikan dalam urauian
singkat, bagan hubungna antara kategori. Kategori flowchat dan
sejenisnya. Dengan mendisplaykan data maka akan memudahkan
untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan selanjutnya
berdasarkan dengan apa yang di pahami tersebut.
3. Penarikan Kesimpulan atau verifikasi kesimpulan awal yang di
kemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
di temukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya.
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian
1. Kondisi Geografis
Kelurahan Bontolebang merupakan salah satu dari 8 Desa di
wilayah Kecamatan Galesong Utara dan secara Administratif
Terbagi menjadi tujuh Lingkungan yakni: Bontolebang 1,
Bontopajja, Jamarang, Kampung Parang, Kampung Tala, Bonto
Majannang, Tabaringan. Adapun batas administratif Kelurahan
Bontolebang Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar,
yaitu:
Sebelah Utara : Desa Bontolanra
Sebelah Selatan : Desa Tamasaju
Sebelah Barat : Desa Tamalate
Sebelah Timur : Kabupaten Gowa
Ditinjau dari jarak transportasi ke pusat pemerintahan, Desa
Bontolebang mempunyai jarak :
Jarak ke kantor Kecamatan Galesong Utara : :0,45 km
Jarak ke kantor Pemerintah Kabupaten Takalar : 25 km
Jarak ke kantor Provinsi Sulawesi Selatan
: 21 km
Jarak Ke Pemerintah Pusat
: 1.609 km
33
Luas lahan kelurahan Bontolebang meliputi area seluas 157,4
hektar, terdiri dari lahan sawah 100 Ha dan lahan darat 57,4 Ha.
2. Keadaan Penduduk
a. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis
Kelamin di Kelurahan Bontolebang Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar.
NO Indikator
Tahun 2018
Jumlah %
1 Jumlah Penduduk 6310
2 Jumlah Laki-laki 3.368 53,38%
3 Jumlah Perempuan 2.942 46,62%
4 Jumlah KK 1.573
Pembagian penduduk kelurahan Bontolebang menurut tingkat
pendidikan yang telah diselesaikan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1 Pembagian Penduduk Desa Bontolebang Tingkat
Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Tahun 2018
Jumlah
(orang) %
Tidak/Belum Sekolah 1567 24,83%
Tidak Tamat SD 1456 504,00%
34
Tamat SD 1578 1222,00%
Tamat SMP/SLTP 656 1862,00%
Tamat SMA 734 1568,00%
Akademi/Sarjana Muda 76 823,00%
Sarjana 243 1035,00%
J u m l a h 6310 100
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu faktor yang sangat
berpengaruh terhadap penyerapan dan penerapan ilmu pengetahuan
dan teknologi adalah tingkat pendidikan yang dicapai masyarakat, baik
formal, non formal maupun informal. Tingkat pendidikan berpengaruh
juga terhadap berbagai program pembangunan di Desa Bontolebang.
b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di
Kelurahan Bontolebang Kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar.
NO Indikator
Tahun 2018
Jumlah %
1 Jumlah Penduduk 6310
2 Jumlah Laki-laki 3.368 53,38%
3 Jumlah Perempuan 2.942 46,62%
4 Jumlah KK 1.573
35
c. Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Kondisi pendidikan masyarakat tentunya sangat berkaitan
dengan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan di
masyarakat. Sarana dan prasarana pendidikan di Kelurahan
Bontolebang dari jenjang prasekolah, SD, SMP sampai SMK
telah tersedia, dan hal tersebut menjadi sumber daya penting
untuk meningkatkan derajat pendidikan masyarakat
Bontolebang. Data sarana dan prasarana Kelurahan Bontolebang
disajikan pada tabel 1.3 sebagai berikut :
Tabel 1.3 Sarana dan Prasarana Pendidikan di Kelurahan
Bontolebang
No. Jenjang Sekolah Tahun 2018
1. SLTA/sederajat 1 unit
2. SLTP/sederajat 1 unit
3. SD/sederajat 5 unit
5. PAUD sederajat 3 unit
6. Lembaga pendidikan agama 4 unit
7. Lembaga pendidikan lain
(kursus/sejenisnya)
0 unit
Jumlah 14 unit
36
3. Keadaan Sosial
Agama yaitu Mayoritas penduduk Kelurahan Bontolebang adalah
beragama Islam dengan persentase mencapai 99,8% dan Sisanya
beragama Kristen.
a. Kesehatan Kelurahan Bontolebang terus berupaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan sampai saat ini
kondisi kesehatan masyarakat Bontolebang secara umum terkendali
antara lain tercermin dari minimnya kasus-kasus penyakit
menular/berbahaya maupun kasus endemik gizi buruk. Hal ini tidak
terlepas dari adanya sejumlah sarana penunjang pelayanan kesehatan
yang cukup tersedia di lingkungan Kelurahan Bontolebang.
b. Ekonomi Penduduk Kelurahan Bontolebang saat ini sebagian besar
bermata pencaharian Sebagai Petani dan Nelayan, Perdagangan,
ASN dan Karyawan Swasta.
4. Lembaga kemasyarakatan
1. Organisasi Mitra Kelurahan
Organisasi mitra Kelurahan terdiri dari LPM (Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat), TP PKK Bontolebang dan
Majelis Ta’lim. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)
dan lainnya sebagai mitra kerja Pemerintahan Kelurahan
mempunyai peranan dan fungsi sangat strategis dalam
memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan
kemasyarakatan yang berdasarkan swadaya,
37
kegotongroyongan dan kekeluargaan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan, ketentraman dan ketertiban
dalam kehidupan bermasyarakat, dangkan mitra kerja
kelurahan lainnya yaitu Babinkamtibmas dan Babinsa.
2. Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan Bontolebang
Sesuai struktur organisasi kelurahan di atas, untuk
rincian tugas pokok dan fungsi satuan organisasi pada
kelurahan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Takalar, telah
ditetapkan dengan Peraturan Bupati Takalar No. 67 Tahun
2016 Tentang Kedudukan, Susunan, Organisasi, Tugas Dan
Fungsi Serta Tata Kerja Kelurahan Kabupaten Takalar sebagai
berikut :
a. Lurah
b. Sekretaris Lurah
c. Kepala Seksi Pemerintahan, Ketentraman dan KetertibanUmum
d. Kepala Seksi Ekonomi dan Kesra
e. Kepala Seksi Pembangunan 28
28 Monografi kelurahan 2019
38
Tabel 1.4 Struktur organisasi Kelurahan Bontolebang
B. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
1. Praktik Jual Beli Online
Berikut ini adalah ulasan mengenai hasil penelitian dilapangan baik
melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi mengenai
perlindungan hukum terhadap konsumen dalam jual-beli online
ditinjau dalam hukum islam di Kelurahan Bontolebang Kecamatan
Galesong Utara Kabupaten Takalar adalah sebagai berikut:
Kegiatan Jual-Beli Online memiliki beberapa tahapan yaitu: penjual
mempromosikan di media sosial, dan kemudian konsumen memilih
39
barang yang di inginkan dan terjadi transaksi sesuai dengan
kesepakatan kedua belah pihak.
Adapun hasil wawancara pada beberapa informan mengenai jual-
beli Online ditinjau dalam hukum Islam yaitu sebagai berikut:
Pendapat dari Informan 1 Kak Mia mengatakan :
“Sistem jual-belsi Kalau dibidang kosmetik itu sistemnya keep
order transfer tapi kalau di fashion itu tidak ada sistem keep
pokoknya kalau suka langsung transfer dan kalau fashion
tidak ada kata-kata cancel tapi return boleh”.29
Kemudian informan 2 Hijriah mengatakan hal yang sama dengan
informan 1sebagai berikut :
“Dalam jual-beli online konsumen itu keep-order dulu baru
transfer kemudian setelah itu baru bisa diproses
pengirimannya”.
Kemudian Informan 3 Ifah mengatakan hal yang sama dengan inform
an 1 dan 2 sebagai berikut:
“sistem PO jadi, orang-orang liat gambar dipostingan saya
kemudian dia keep kemudian saya orderkan, jadi barangnya
datang setelah beberapa hari pengiriman”.30
Hasil wawancara yang dikemukan oleh Ketiga informan menunjukkan
bahwa dalam transaksi jual-beli online konsumen harus keep-order
kemudian transfer agar penjual bisa mempacking barang yang
diinginkan dan juga supaya dapat melakukan transaksi dengan baik
jika konsumen sudah mentransfer dan barang siap diantar.
Kemudian Kak Mia juga mengatakan bahwa:
29 Wawancara Kak Mia 29 Februari 2020 30 Wawancara ifah, 07 Maret 2020
40
“cara merekrut penawaran barang itu dengan posting-posting
barang dagangan di ig, facebook, dan juga ada group
Whatsapp”.
Kemudian hal yang sama dikatakan oleh informan 2 dan 3 yaitu:
“Dengan cara posting jualan promosi di facebook, Instagram
dan whatsapp”
Hasil Wawancara yang dikemukakan oleh ketiga informan mereka
melakukan penawaran barang dan memanfaatkan media sosial seperti
facebook, instagram dan whattsaap, pada umumnya reseller
melakukan promosi dan penawaran memanfaatkan media sosial
sekaligus proses transaksi.
Sementara itu, dari sisi Konsumen informan 4 mengatakan :
“saya suka belanja online karena transaksi jual-belinya mudah
dan saya bebas memilih tanpa harus datang ke tokonya.”
Belanja Online di media sosial juga dilakukan oleh Informan 5, yang
menjelaskan sebagai berikut:
“Saat belanja Online selain memudahkan saya untuk memilih
barang yang di inginkan tanpa harus keluar rumah.”31
Pendapat yang sama dijelaskan oleh Informan 6 sebagai berikut:
“Keuntungannya saya belanja online cukup diam dirumah
langsung ada barangnya.”32
Pendapat yang sama dijelaskan oleh Informan 7 sebagai berikut:
“ saya tertarik berbelanja online karena tidak ribet harus ke
tokonya”33
31 Wawancara Informan 5 , 07 Maret 2020 32 Wawancara Informan 6 , 07 Maret 2020 33 Wawancara Informan 7, 07 maret 2020
41
Dari pendapat keempat Informan diatas, dapat disimpulkan bahwa
belanja online sangat memudahkan konsumen dalam memilih
barang dan tidak perlu keluar rumah.
Online shop atau toko daring merupakan salah satu hasil pemikiran
cerdas manusia. Adanya online shop mempermudah manusia dalam
melakukan kegiatan transaksi jual-beli. Seperti yang sudah disinggung
sebelumnya, dengan berbelanja memanfaatkan sistem online shop kita
hanya perlu menyiapkan gawai serta koneksi internet. Perkembangan
belanja melalui sistem daring di Indonesia berkembang dengan pesat.
Indonesia menjadi salah satu negara yang tren dengan kehadiran toko
daring. Hal ini dibuktikan dengan munculnya berbagai macam toko
daring seperti Kaskus, Tokopedia, Bukalapak, Shopee hingga Lazada.
Perbandingan Data Aplikasi Media Sosial yang diminati Masyarkat.
Hasilnya, 66% memilih Shopee sebagai situs belanja online yang
paling diingat, Shopee mengumpulkan angka 58%, adapun di luar
Jabodetabek meraih 72%. Adapun situs berikutnya yang paling diingat
aadalah Tokopedia (16%), diikuti Lazada (12%), Bukalapak (4%), dan
berikutnya Blibli, JD.ID, Akulaku, OLX, dan Sociolla. Situs
berikutnya adalah Tokopedia (15%), Lazada (12%), dan Bukalapak
(5%), disusul JD.ID, Blibli, Zalora, Sorabel, Berrybenka, Qoo10, dan
Zilingo.
42
Dari perspektif gender, perempuan cenderung memilih Shopee
sebagai sarana berbelanja (77%). Ini berkebalikan dengan situs
lain yang cenderung lebih disukai laki-laki, yakni Tokopedia
(22%),Lazada (14%), dan Bukalapak (9%).
Adapun berdasarkan kelompok umur, Shopee paling banyak
disukai di kelompok umur konsumen 19-24 tahun (72%),
Tokopedia yang lebih disukai kalangan 35 tahun keatas (24%),
Lazada lebih disukai kelompok umur kurang 19 tahun (14%), dan
Bukalapak lebih disukai oleh kelompok umur 35 tahun keatas
(10%).
“Shopee menjadi pilihan utama bagi kelompok umur muda yaitu usia
19-24 tahun dan 25-30 tahun, kami menilai fitur-fitur Shopee lebih
interaktif dan selalu ada tema baru pada setiap momentum,berikut
aplikasi online shop yang sering digunakan
1. Shopee
Shopee merupakan aplikasi belanja online yang menyediakan
berbagai macam produk diantaranya kosmetik, perawatan dan
kesehatan, fashion pria dan wanita, dekorasi rumah dan masih banyak
lainnya. Disamping belanja, di aplikasi shopee ini anda bisa menjual
produk Anda sendiri tanpa dipungut biaya apapun. Anda bisa
mengunduh Aplikasi tersebut melalui Playstore.
43
2. Lazada
Lazada merupakan aplikasi belanja online yang menawarkan berbagai
produk mulai dari buku, elektronik, mainan anak, alat kesehatan,
kecantikan, perlengkapan bayi, peralatan olahraga, dan masih banyak
yang lainnya. Lazada ini telah menerima banyak penghargaan, bahkan
di tahun ini Lazada juga menerima penghargaan dari Marketeers 2017-
Best WOW Brand E-Commerce. Untuk diskon dan promo di Lazada
silahkan kunjungi website Resmi Lazada. Silahkan download secara
gratis aplikasinya melalui Google Play.
3. Tokopedia Tokopedia merupakan aplikasi jual beli online yang memudahkan para
penggunanya dalam bertransaksi online. Disamping Anda bisa
berbelanja berupa barang, di aplikasi tokopedia ini Anda bisa membeli
pulsa, paket kuota internet, bayar tagihan listrik, bayar tagihan PDAM
dan masih banyak juga fitur lainnya yang memudahkan para
pelangganya.
4. Bukalapak
Bukalapak merupakan aplikasi jual beli online di Android. Aplikasi
jual beli online ini menyediakan berbagai produk yang diminati oleh
masyarakat. Disamping itu di Bukalapak ini Anda bisa membuka toko
untuk berjualan.
5. Blibli
Blibli merupakan aplikasi belanja online yang menyediakan berbagai
macam promosi menarik. Di aplikasi ini Anda bisa membeli berbagai
macam produk, termasuk pembelian berbagai tiket transportasi.
44
6. AkuLaku
Akulaku merupakan aplikasi belanja online yang melakukan
pembelian dengan metode cicilan tanpa kartu kredit. Jangka waktu
cicilan mulai dari 3, 6, 9, dan 12 bulan. Di akulaku juga terdapat
berbagai promo dan diskon yang tidak kalah dengan aplikasi belanja
online saingannya.
2. Perlindungan konsumen
Berbelanja Online, sangat bermanfaat baik bagi penjual
terutama pembeli, resiko yang dapat di hadapi oleh pembeli antara lain:
barang tidak sesuai, barang ada cacat atau barang tidak dikirim sama
sekali.
Dalam jual-beli Online pelaku usaha berupaya memberikan
perlindungan konsumen dalam membeli barang yang mereka inginkan,
Sebagai berikut dijelaskan oleh Informan 1 sebagai berikut:
“Dalam transaksi jual-beli online di toko kami jika barang yang
dibeli konsumen mendapat keluhan seperti ukurannya tidak
sesuai maka kami akan melakukana return atau penukaran
barang.”
Pendapat yang sama dijelaskan oleh Informan 3 sebagai berikut:
“iya kalau konsumen complain maka kami akan lakukan
pengiriman ulang barang atau pengembalian uangnya”
Sementara informan 2 juga berpendapat dengan mengatakan :
“barang yang sudah dibeli tidak dapat di tukar karena sudah
kesepakatan bersama.”
Selanjutnya informan 1 juga mengatakan :
45
“Konsumen sudah mendapatkan informasi jelas seperti kosmetik
sudah dituliskan tentang efek samping dan manfaatnya, dan di
fashion juga dijelaskan detail bahan, ukuran dll.”
Pendapat yang sama dijelaskan Informan 2 sebagai berikut:
“iya sudah jelas karena sudah tertera di deskripsi produk yang
kami jual”
Hasil wawancara dari kedua Informan yaitu Untuk mengurangi
kesalahan dalam penjualan sebaiknya penjual memberikan info yang
jelas tentang produk yang di pasarkan penjual kepada konsumen
dengan iklan-iklan melalui media sosial.
Hal yang sama disampaiakn oleh informan 3 dengan mengatakan:
“iya kita sudah tulis keterangan barang dengan jelas di caption
media sosial.”
Dengan demikian penjual dapat mengurangi kesalahan dalam transaksi
dengan memberikan informasi yang sangat jelas kepada konsumen,Hak
atas kenyaman dan keamanan dalam bertransaksi juga dijelaskan olen
informan 1 sebagai berikut:
“Dalam proses transaksi kita usahakan balas chat
konsumen dengan ramah dan cepat”
Pendapat yang sama dijelaskan oleh Informan 2 sebagai berikut:
“membalas chat dengan ramah dan mengoptimalkan
pengiriman dengan baik dan past respon”
3. Tinjauan Hukum Islam dalam Praktik Jual-Beli Online
Dalam Islam jual beli adalah bagian dari kegiatan mu’amalah
dimana terjadi tolong menolong, mengenai transaksi jual-beli
46
online terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak
sebagaiman dalam surah An-Nisa ayat 29:
يا أيها الهذين آمنوا ل تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إله .
نكم ول تقتلوا أنفسكم إنه أن تكون تجارةا عن تراض م
ا كان بكم رحيما الله
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”34
Ayat diatas menjelaskan tentang perniagaan atau jual-beli
yang dilakukan oleh dua belah pihak yang saling ridho (suka
sama suka), dalam transaksi online terjadi penjualan barang
yang disepakati oleh dua belah pihak berarti ini tidak
bertentangan dengan Q.S An-Nisa :29.
4. Hukum Perdata (Buku II Tentang benda-KUHPerdata)
a. KUHPerdata (kitab undang-undang perdata) dan/ atau
KUHD (kitab undang-undang hukum dagang) memberikan
34Ibid h. 107.
47
pengertian dan/atau memuat kaidah-kaidah tentang
periklanan. Menurut ketentuan dari UU No. 8 Tahun 1999
tentang perlindungan konsumen, pasal 9 ayat (1) berbunyi:
“Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan,
mengiklankan suatu barang dan/atau jasa secara tidak
benar seolah-olah”.
“Bagian 1 Barang dan Pembagiannya, Bagian 1 Barang
pada Umumnya Pasal 499 Menurut Undang-undang,
barang adalah tiap benda dan tiap hak yang dapat menjadi
obyek dari hak milik”.
b. Sanksi terhadap pelaku usaha yang melakukan wanprestasi
terdapat pengaturannya di dalam Kitab UndangUndang
Hukum Perdata maupun dalam UndangUndang
Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999. Di dalam
KUHPerdata, pihak yang tidak melaksanakan isi perjanjian
akan dikenakan sanksi. Akibatakibat terhadap kelalaian
atau kealpaan oleh debitur, diancam beberapa sanksi atau
hukuman, ada 4 (empat) macam sanksi, yaitu: Pertama,
membayar kerugian yang diderita kreditur atau dinamakan
ganti rugi. Kedua, pembatalan perjanjian atau juga
dinamakan pemecahan perjanjian. Adapun
pertanggungjawaban privat produsen-pelaku usaha disebut
dalam Pasal 19 – 26 Undang-Undang No4. hak guna usaha;
48
Tanggung jawab pelaku usaha pada umumnya, Pasal 19
menentukan bahwa “pelaku usaha bertanggung jawab
memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran,
dan/atau kerugian konsumen akibat mengonsumsi barang
dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan”.
Maksud dari pasal ini adalah bahwa jika konsumen
menderita kerugian berupa terjafinya kerusakan,
pencemaran, atau kerugian finansial dan kesehatan karena
mengonsumsi produk yang diperrdagangkan, produsen
sebagai pelaku usaha wajib memberi penggantian kerugian
baik dalam bentuk pengembalian uang, penggantian
barang, perawatan, maupun dengan pemberian santunan.
c. Tanggung jawab pelaku usaha periklanan. Pasal 20
menentukan bahwa “pelaku usaha periklanan
bertanggungjawab atas iklan yang diproduksi dan segala
akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut”. Pasal ini
menegaskan bahwa tanggung jawab atas iklan dan segala
akibatnya berada di tangan pelaku usaha periklanan.
d. Tanggung jawab improtir 16 Pasal 21 menentukan bahwa
“importir barang bertanggung jawab sebagai pembuat
barang yang diimpor apabila importasi barang tersebut
tidak dilakukan oleh agen atau perwakilan produsen luar
negeri.” Maksud pasal ini bahwa pelaku usaha sebagai
49
importir bertanggung jawab sebagai pembuat barang
dan/atau jasa.
e. Tanggung jawab pedagang perantara. Pasal 24
menentukan bahwa “pelaku usaha yang menjual barang
dan/atau jasa kepada pelaku usaha lain bertanggung jawab
atas tuntutan ganti rugihlm. 8 pasal ini bahwa selain pelaku
usaha masih ada pihak pelaku usaha lain yang terlibat,
dengan demikian yang bertanggung jawab adalah pelaku
usaha yang membuat barang yang diperdagangkan.
f. Tanggung jawab pelaku usaha barang tidak habis pakai;18
Pasal 25 menentukan bahwa “pelaku usaha yang
memproduksi barang yang pemanfaatnnya berkelanjutan
dalam batas waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun
wajib menyedikan suku cadang” maksud pasal ini bahwa
pelaku usaha harus menyediakan suku cadang dan fasilitas
purnajual serta garansi sekurangkurangnya dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun.
g. Tanggung jawab pelaku usaha dagang jasa;19 Pasal 26
menentukan bahwa“pelaku usaha yang memperdagangkan
jasa wajib memenuhi jaminan dan/atau garansi yang
disepkakti dan/atau yang diperjanjikan. Menurut penulis,
pengaturan dalam Pasal 8 sampai Pasal 18 Undang-
Undang No. 8 Tahun 1999 tentang larangan-larangan bagi
50
pelaku usaha di dalam menjalankan usahanya, benarbenar
harus dipatuhi oleh pelaku usaha, karena tidak dapat
diingkari bahwa, dengan maraknya perdagangan online
saat sekarang ini, juga perdagangan secara elektronik (e-
commerce) yang lagi marak saat ini membuka peluang
bagi pelaku usaha untuk membuat perbuatan perbuatan
yang tidak terpuji. Banyak perbuatan-perbuatan tidak
terpuji yang dapat dilakukan pelaku usaha, antara lain
barang yang dipesan tidak sesuai dengan yang ditawarkan
dan sudah di upload di media sosial, barang yang diorder
tidak tepat waktu sesuai dengan yang dijanjikan yang bisa
saja disebabkan karena ongkos kirimnya tidak dibayarkan
sesuai dengan yang dimintakan kepada konsumen, barang
yang rusak tidak lagi dapat ditukar bahkan ada pelaku
usaha yang tidak mengirimkan barang yang sudah
dibayarkan via transaksi online yaitu pembayaran melalui
transferan via ATM.35
5. Tinjauan Hukum perlindungan konsumen
a. perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaaha dalam
perlindungan konsumen yaitu:
“Pasal 13 ayat (2) pelaku usaha dilarang menawarkan,
memproosikan atau mengiklankan obat, obat tradisionsl,
35 Jurnal Darma Agung Volume XXVII, Nomor 3, Desember 2019: 1072– 1081
51
suplemen makanan, alat ksehatan, dan jasa pelayanan
kesehatan dengan cara menjanjikan pemberian hadiah
berupa barang dan/atau jasa lain
b. sanksi bagi pelaku usaha yang melanggar larangan dalam
memperdagangkan barang atau jasa yang tidak sesuai
dengan janji yang di nyatakan dalam label, etiket,
keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/ atau
jasa tersebut maka pelaku usaha dapat dipidana berdasarkan
pasal 62 ayat (1) UU Perlindungan Konsumen yang
berbunyi: Pelaku usaha yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, pasal 9, pasal 10,
pasal 13 ayat (2), pasal 15, pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b,
huruf c , huruf e ayat (2) dan pasal 18 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling
banyak 2.000.000.000.00 ( dua milyar rupiah).
“Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimna
dimaksud dalam pasal 11, pasal 12, pasal 13 ayat (1), pasal
14 dan pasal 16, dan pasal 17 ayat (1) huruf d dan huruf f
dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling
banyak Rp. 500.000.000.00 ( Lima Ratus Juta Rupiah) “
c. Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha yaitu :
52
“Pasal 8 ayat (2)Pelaku usaha dilarang memperdagangkan
barang yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa
memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang
dimaksud”.36
36 Husni Syawali, Neni Sri Imaniyati, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju,
Bandung, h. 22.
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam transaksi jual-beli Online memiliki beberapa tahapan yaitu :
penjual mempromosikan barang dagangan melalaui medias sosial
kemudian konsumen memilih dan memesan kemudian terjadi transaksi
antar dua belah pihak dengan kesepakatan Bersama.
2. Perlindungan konsumen khususnya Di Sulawesi Selatan hak-haknya
belum mengerti apa yang menjadi hak mereka, dan hanya tahu membeli
tetapi tidak tahu bagaimana dia bisa terlindungi oleh hak dai sebagai
konsumen.
3. Jual-beli online dalam islam yang harus diperhatikan yaitu dari sisi
penjual, barang yang diperjualkan dan pada prinsipnya Al Ashlu Fil
Muamalatti Al Ibaha Hatta Yadullu Ad Daliilu Ala Tahrimiha “ Hukum
asal dalam urusan Muamalah adalah boleh, kecuali ada dalil yang
mengharamkannya”, jadi asal muasal spirit awal dari mualah itu adalah
dibolehkan oleh agama kecuali ada dalil-dalil yang menghramkannya
atau melarangnya itu sprit awalnya. Setelah itu baru diliat baru dilihat
semua elemen yang terkait dengan proses transaksi jual-beli.
53
52
54
B. Saran
1. Bagaimana UU Perlindungan Konsumen dan Al-Quran serta As-Sunnah
yang berkaitan dengan jual-beli itu kemudian bisa disosialisasikan pada
masyarakat yang lebih luas supaya mereka tidak dirugikan oleh pihak-
pihak yang mungkin sengaja untuk merugikan konsumen.
2. Sebagai konsumen Belanja Online harus memiliki sifat kehati-hatian
dan teliti dalam memilih barang yang diinginkan.
3. Sebagai Pelaku usaha selain mengutamakan profit atau keuntungan juga
harus memberikan sikap jujur kepada konsumen agar hak-hak
konsumen dapat terpenuhi.
55
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abu Abdillah al-Hakim Muhammad bin, ed. Al-Mustadrak ‘Alash
Sholihin, Cet. I; Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah, 1411H/1990M. Ali,
Abdullah
Edmon Makarim, 2000 Kompilasi Hukum Telematik, (Jakarta: PT. Gravindo
Persada
Yusuf. Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya. Cet. I; Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993
Miru Rahmat, 2009 Prinsip-prinsip perlindungan konsumen di Indonesia.
Bandung: Pustaka Azzam.
Ramli M Ahmad,2004 Cyber Law dan HAKI Dalam sistem hukum Indonesia.
jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Roihanah Rif’ah, 2000 Perlindungan Hak Konsumen Dalam Transaksi Elektronik
(E-commerce),Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Rajangkuk Eman, 2017. Makalah pentingnya perlindungan konsumen dalam era
perdagangan bebas. Bandung:Mandar Maju. Bandung:Mandar Maju.
M. Yusrie, 2009, Kajian Undang-undang Perlindungan Konsumen dalam
Perspektif Hukum Islam. Yogyakarta: Gramedia.
Neni Sri Imayanti, Syawali Husni, 2000. Perlindungan konsumen. Bandung:
Mandar Maju
Widjaya Gunawan. 2003. Jakarta: Gramedia
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
Kristiyanti siwi Tri Selina. 2008. Hukum perlindungan konsumen. Cetakan
pertama. Jakarta: Sinar Grafika
Firmasyah Anang M. Perilaku Konsumen. 2018 Yokyakarta: Group penerbit CV.
Budi Utama
Husni Syawali dan Neni Sri Maniyati, 2000, Aspek Hukum Transaksi Online,
CV. Mandar Maju, Bandung.
56
Suhendi, Hendi, 2010, Hendi. Fiqh Muamalah. Cet. VI; Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Syafe’i, Rahmat, 2001Fiqh Muamalah. Cet. X; Bandung: CV. Pustaka Setia.
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif : Suatu
Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), Terjemahan R.
Subekti dan R.Tjitrosudibio, 2008, Pradya Paramita, Jakarta.
Wawancara informan 1
Zulham. Hukum, 2003, Perlindungan Konsumen. Cet. I; Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
57
RIWAYAT HIDUP
Rizki Amelia Kadir, Ujung Pandang, 30 November 1997, Putri Pertama dari
pasangan Kadir dan Maemuna, Riwayat Pendidikan (SDN. Inpres No. 87 Taman
Roya) Tahun 2003-2009,
SMP. Negeri 2 Galesong Utara Tahun 2009-2012,
SMA Negeri 1 Galesong Utara 2012-2015), dan
kuliah di program studi Hukum Ekonomi Syariah
(HES) Universitas Muhammadiyah Makassar mulai-
tahun 2016, Pernah Berorganisasi di daerah
Galesong utara yaitu IMM Galesong (Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah Galesong Kabupaten
Takalar).
58
L
A
M
P
I
R
A
N
59
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pedoman Wawancara
A. Jual-Beli Online
1. Jenis usaha apa yang anda jalankan, sudah berapa lama dan sebelumnya
usaha apa yang anda jalankan?
2. Apakah online shop satu-satunya cara jualan anda?
3. sudah berapa lama anda menggunakan online shop untuk jualan ?
4. bagaimana cara anda mendapatkan pelanggan?
5. Media apa saja yang anda gunakan dalam online shop anda?
6. Bagaimana proses pelaksanaan atau mekanisme transaksi jual-beli
Online di toko anda?
7. Apakah dalam transaksi jual-beli Online, perjanjian tersebut
berdasarkan atas kesepakatan Bersama?
8. Pernakah anda mendapat komplain dari pelanggan atau konsumen?
9. Berapa jumlah keluhan konsumen dalam transaksi jual-beli online shop
milik anda?
10. Hal-hal apa saja yang biasa di keluhkan konsumen terkait dengan
pembelian online shop?
11. Apa saja upaya yang di lakukan pelaku usaha ketika ada konsumen yang
melakukan komplain terhadap barang ataupun pelayanan yang di
berikan?
12. Apakah anda sudah memberikan informasi yang jelas mengenai barang
yang anda jual?
13. Apakah anda menyediakan media keluhan bagi konsumen untuk
memberikan saran/ komplain atas barang yang di jual?
14. Apa saja langkah-langkah yang dilakukan pelaku usaha agar konsumen
tetap mempercayai online shop anda?
15. Menurut anda bagaimana menangkal penjual online shop yang suka
menipu?
60
B. Pertanyaan untuk pembeli
1. Pernahkah anda melakukan transaksi jual-beli online?
2. Mengapa anda memilih online shop dalam memilih barang yang anda
inginkan?
3. Menurut anda keuntungan apa saja yang di dapatkan dalam berbelanja
online?
4. Barang apa saja yang anda biasa anda beli di online shop?
5. Mengapa anda percaya berbelanja pada online shop?
6. Apakah anda puas dengan pelayanan online shop?
7. Selama anda menggunakan jasa online shop, adakah keluhan-keluhan
yang anda alami?
8. Apa yang anda lakukan jika mengalami kerugian atau di kecewakan
oleh pelaku usaha?
9. Apa saja kendala yang di hadapi selama berbelanja di online shop?
10. Apakah anda sudah mendapatkan informasi yang jelas mengenai barang
yang akan anda beli?
11. Apakah anda sebagai konsumen mendapatkan ganti rugi jika
mendapatkan barang yang rusak, dll? Dalam bentuk apa ganti rugi yang
pelaku usaha berikan?
12. Bagaimana proses pembayaran yang anda lakukan dalam berbelanja di
online shop?
61
62
63
64