Post on 26-Nov-2021
1
PERJANJIAN KERJA SAMA
ANTARA
DIREKTUR JENDERAL HUBUNGAN HUKUM KEAGRARIAAN,
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN
NASIONAL
DENGAN
DIREKTUR JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH,
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN,
KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM
DIREKTUR JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN,
KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN TANGKAP,
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DAN
DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA,
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
TENTANG
PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN HAK ATAS TANAH MASYARAKAT BAGI
PELAKU USAHA MIKRO DAN KECIL, PETANI, NELAYAN, DAN PEMBUDI
DAYA IKAN
NOMOR : 29/SKB-400/IV/2018
NOMOR : 500/1738/Banda/2018
NOMOR : 01/PKS/Dep.2/IV/2018
NOMOR : 03/MoU/OT.160/B/04/2018
NOMOR : 01/PKS/DJPT-KKP/IV/2018
NOMOR : 01/DJPB-KKP/PKS/IV/2018
2
Pada hari ini, Kamis tanggal Lima bulan April
tahun dua ribu delapan belas bertempat di Jakarta, kami yang
bertandatangan di bawah ini:
DJAMALUDDIN : Direktur Jenderal Hubungan Hukum
Keagrariaan, Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional, diangkat berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 46/TPA
Tahun 2016, berkedudukan di Jalan
Sisingamangaraja Nomor 2, Jakarta
Selatan, bertindak untuk dan atas
nama Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional,
yang selanjutnya disebut PIHAK
PERTAMA.
DIAH INDRAJATI : Plt. Direktur Jenderal Bina
Pembangunan Daerah, Kementerian
Dalam Negeri, diangkat berdasarkan
Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 807.1-77 Tahun 2016,
berkedudukan di Jalan Taman Makam
Pahlawan Nomor 20, Kalibata, Jakarta
Selatan, bertindak untuk dan atas
nama Kementerian Dalam Negeri, yang
selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.
3
YUANA SUTYOWATI
BARNAS
: Deputi Bidang Pembiayaan,
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah, diangkat berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 92/TPA
Tahun 2017, berkedudukan di Jalan
H.R Rasuna Said Kav. 3–4, Kuningan,
Jakarta Selatan, bertindak untuk dan
atas nama Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah, yang
selanjutnya disebut PIHAK KETIGA.
PENDING DADIH
PERMANA
: Direktur Jenderal Prasarana Dan
Sarana Pertanian, Kementerian
Pertanian, diangkat berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 07/TPA
Tahun 2017, berkedudukan di Jl.
Harsono RM. Nomor 3, Ragunan,
Jakarta Selatan, bertindak untuk dan
atas nama Kementerian Pertanian, yang
selanjutnya disebut PIHAK KEEMPAT.
SJARIEF WIDJAJA : Direktur Jenderal Perikanan Tangkap,
Kementerian Kelautan dan Perikanan,
diangkat berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 26/TPA Tahun 2017,
berkedudukan di Jalan Medan Merdeka
Timur Nomor 16, Jakarta Pusat,
bertindak untuk dan atas nama
Kementerian Kelautan dan Perikanan,
yang selanjutnya disebut PIHAK
KELIMA.
4
SLAMET SOEBJAKTO : Direktur Jenderal Perikanan Budidaya,
Kementerian Kelautan dan Perikanan,
diangkat berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 136/M Tahun 2015,
berkedudukan di Jalan Medan Merdeka
Timur Nomor 16, Jakarta Pusat,
bertindak untuk dan atas nama
Kementerian Kelautan dan Perikanan,
yang selanjutnya disebut PIHAK
KEENAM.
PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA, PIHAK KETIGA, PIHAK KEEMPAT,
PIHAK KELIMA, dan PIHAK KEENAM, selanjutnya secara bersama-sama
disebut PARA PIHAK dan secara sendiri-sendiri disebut PIHAK, terlebih
dahulu menerangkan beberapa hal sebagai berikut:
1. bahwa telah ditandatangani Nota Kesepahaman antara Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kementerian
Dalam Negeri, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah,
Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, NOMOR
: 37/SKB/XII/2017, NOMOR : 593/9395/SJ, NOMOR
:14/KB/M.KUKM/XI/2017, NOMOR : 07/Mou/HK.220/M/12/2017,
NOMOR : 16/MEN-KP/KB/XII/2017, tentang Pemberdayaan Hak Atas
Tanah Masyarakat bagi Pelaku Usaha Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan
dan Pembudi Daya Ikan;
2. bahwa berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Nota Kesepahaman sebagaimana
dimaksud pada angka 1, PARA PIHAK telah sepakat dan setuju untuk
menindaklanjuti Nota Kesepahaman tersebut dengan suatu Perjanjian
Kerja Sama.
5
Berdasarkan hal tersebut, PARA PIHAK sepakat untuk membuat Perjanjian
Kerja Sama tentang Pelaksanaan Pemberdayaan Hak Atas Tanah
Masyarakat bagi Pelaku Usaha Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan, dan
Pembudi Daya Ikan, yang selanjutnya disebut Perjanjian Kerja Sama,
dengan ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
KETENTUAN UMUM
1. Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat bagi Pelaku Usaha Mikro
dan Kecil, Petani, Nelayan, dan Pembudi Daya Ikan adalah kegiatan
yang dilakukan lintas sektoral secara terintegrasi dan
berkesinambungan dalam rangka penyediaan subyek dan obyek (pra
sertipikasi), sertipikasi, dan pengaksesan aset ke sumber-sumber
ekonomi, produksi dan pasar (pasca sertipikasi).
2. Sertipikasi Hak Atas Tanah bagi Pelaku Usaha Mikro dan Kecil, Petani,
Nelayan, dan Pembudi Daya Ikan, yang selanjutnya disebut Sertipikasi
adalah proses administrasi pertanahan yang meliputi adjudikasi,
pendaftaran tanah, dan penerbitan sertipikat hak atas tanah yang
dimiliki/dikuasai oleh Pelaku Usaha Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan,
dan Pembudi Daya Ikan.
3. Sertipikat Hak Atas Tanah adalah surat tanda bukti hak atas tanah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor
5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria.
4. Kelompok Kerja Lintas Sektor pra Sertipikasi, yang selanjutnya disebut
Pokja Pra Sertipikasi adalah pokja yang anggotanya terdiri dari
6
beberapa sektor yang berfungsi menyediakan subyek dan obyek hak
atas tanah.
5. Kelompok Kerja Pemberdayaan Masyarakat melalui Sertipikasi Hak
Atas Tanah Lintas Sektor, yang selanjutnya disebut Pokja
Pemberdayaan Masyarakat melalui Sertipikasi Hak Atas Tanah Lintas
Sektor adalah pokja yang anggotanya terdiri dari beberapa sektor yang
berfungsi membina, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan
Sertipikasi Hak Atas Tanah Lintas Sektor.
6. Kelompok Kerja Pasca Sertipikasi, yang selanjutnya disebut Pokja
Pasca Sertipikasi adalah pokja yang anggotanya terdiri dari beberapa
sektor yang berfungsi memfasilitasi kelompok masyarakat untuk
membuka akses ke sumber-sumber ekonomi, produksi, dan pasar.
7. Fasilitasi adalah Upaya yang dilakukan Kelompok Kerja Pasca
Sertipikasi Hak Atas Tanah secara berkesinambungan dengan
memberikan kemudahan kepada kelompok masyarakat untuk
mengakses sumber-sumber ekonomi, produksi, dan pasar dalam
rangka mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan usaha.
8. Inventarisasi Potensi Pemberdayaan Masyarakat adalah kegiatan yang
dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai potensi
pada suatu daerah tertentu yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan dalam menentukan model pemberdayaan
masyarakat pasca legalisasi aset.
Pasal 2
MAKSUD DAN TUJUAN
(1) Maksud dari Perjanjian Kerja Sama ini adalah sebagai landasan kerja
sama yang mengikat secara hukum bagi PARA PIHAK dalam
7
melaksanakan Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat bagi Pelaku
Usaha Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan, dan Pembudi Daya Ikan.
(2) Tujuan dari Perjanjian Kerja Sama ini adalah:
a. sebagai pedoman untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan pra
Sertipikasi, Sertipikasi, dan pasca Sertipikasi dalam rangka
Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat bagi Pelaku Usaha Mikro
dan Kecil, Petani, Nelayan, dan Pembudi Daya Ikan;
b. memfasilitasi pemerintah daerah dalam rangka program
Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat bagi Pelaku Usaha
Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan, dan Pembudi Daya Ikan melalui
kegiatan pra Sertipikasi, Sertipikasi, dan pasca Sertipikasi; dan
c. menciptakan jejaring kerja dan sinergi Program Pemberdayaan Hak
Atas Tanah Masyarakat bagi Pelaku Usaha Mikro dan Kecil, Petani,
Nelayan, dan Pembudi Daya Ikan melalui kegiatan pra Sertipikasi,
Sertipikasi, dan pasca Sertipikasi.
Pasal 3
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Perjanjian Kerja Sama ini meliputi:
a. koordinasi dan sosialisasi program Pemberdayaan Hak Atas Tanah
Masyarakat bagi Pelaku Usaha Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan, dan
Pembudi Daya Ikan melalui kegiatan pra Sertipikasi, Sertipikasi, dan
pasca Sertipikasi;
b. bimbingan, pembinaan dan pendampingan kegiatan pra Sertipikasi,
Sertipikasi, dan pasca Sertipikasi; dan
c. pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan pra Sertipikasi,
Sertipikasi, dan pasca Sertipikasi.
8
Pasal 4
PENETAPAN LOKASI PROGRAM PEMBERDAYAAN HAK ATAS TANAH
MASYARAKAT BAGI PELAKU USAHA MIKRO DAN KECIL, PETANI,
NELAYAN, DAN PEMBUDI DAYA IKAN
Dalam menentukan calon lokasi kegiatan pra Sertipikasi, dan Sertipikasi,
sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017
tentang Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap, PARA PIHAK
melaksanakan koordinasi dengan perangkat daerah provinsi dan
kabupaten/kota, kantor wilayah (Kanwil) Badan Pertanahan Nasional
provinsi, dan kantor pertanahan kabupaten/kota.
Pasal 5
TUGAS PARA PIHAK
(1) Dalam rangka pemberdayaan masyarakat pra Sertipikasi dan
Sertipikasi, PARA PIHAK mempunyai tugas sebagai berikut:
a. melakukan koordinasi dalam rangka perumusan kebijakan
pemerintah terkait Program Pemberdayaan Hak Atas Tanah
Masyarakat bagi Pelaku Usaha Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan,
dan Pembudi Daya Ikan melalui kegiatan pra Sertipikasi, dan
Sertipikasi;
b. melaksanakan koordinasi dan sosialisasi bersama perangkat
daerah yang membidangi pelaku usaha mikro dan kecil, pertanian,
perikanan tangkap, pembudidayaan ikan, lembaga keuangan,
perbankan atau non perbankan dan instansi terkait lainnya dalam
rangka Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat bagi Pelaku
Usaha Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan dan Pembudi Daya Ikan
dalam percepatan pelaksanaan pra Sertipikasi dan Sertipikasi;
9
c. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kegiatan pra Sertipikasi, Sertipikasi dan pasca Sertipikasi dalam
rangka Program Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat bagi
Pelaku Usaha Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan, dan Pembudi Daya
Ikan; dan
d. melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
pra Sertipikasi dan Sertipikasi.
(2) Dalam rangka pemberdayaan masyarakat pasca Sertipikasi, PARA
PIHAK mempunyai tugas sebagai berikut:
a. melaksanakan sosialisasi tentang kebijakan Program
Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat bagi Pelaku Usaha
Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan, dan Pembudi Daya Ikan bersama
perangkat daerah yang membidangi usaha mikro dan kecil,
pertanian, perikanan tangkap, dan pembudi daya ikan dalam
rangka melaksanakan pemberdayaan masyarakat; dan
b. menyusun pedoman umum tentang kebijakan Program
Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat bagi Pelaku Usaha
Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan, dan Pembudi Daya Ikan untuk
peningkatan fasilitasi akses permodalan dan pendampingan ke
akses usaha, produksi, dan pasar; dan
c. memantau perkembangan pelaksanaan Program Pemberdayaan
Hak Atas Tanah Masyarakat bagi Pelaku Usaha Mikro dan Kecil,
Petani, Nelayan, dan Pembudi Daya Ikan.
Pasal 6
TUGAS MASING-MASING PIHAK
(1) Dalam rangka pra Sertipikasi dan Sertipikasi, masing-masing PIHAK
mempunyai tugas sebagai berikut:
10
a. PIHAK PERTAMA bertugas:
1. menyusun pedoman umum tentang kebijakan program pra
Sertipikasi dan Sertipikasi;
2. menerima daftar usulan calon peserta dan calon lokasi yang
memenuhi syarat yang diajukan oleh PIHAK KETIGA, PIHAK
KEEMPAT, PIHAK KELIMA, dan PIHAK KEENAM;
3. membuat rencana target jumlah bidang tanah per kabupaten
yang akan disertipikatkan sesuai rencana strategi dari PIHAK
KETIGA, PIHAK KEEMPAT, PIHAK KELIMA, dan PIHAK
KEENAM;
4. menetapkan jumlah bidang tanah yang akan disertipikatkan
melalui kegiatan Sertipikasi; dan
5. menyampaikan daftar usulan calon subyek dan obyek hak atas
tanah dari PIHAK KETIGA, PIHAK KEEMPAT, PIHAK KELIMA,
dan PIHAK KEENAM kepada Kanwil Badan Pertanahan
Nasional provinsi untuk rencana kegiatan Sertipikasi.
b. PIHAK KEDUA bertugas:
1. memfasilitasi pelaksanaan urusan pemerintahan daerah di
bidang usaha mikro dan kecil, pertanian, serta kelautan dan
perikanan;
2. menyelaraskan perencanaan, pelaksanaan pemberdayaan Hak
Atas Tanah Masyarakat Bagi Pelaku Usaha Mikro Dan Kecil,
Petani, Nelayan, Dan Pembudi Daya Ikan antardaerah
kabupaten/kota dan antardaerah provinsi dan antardaerah
kabupaten/kota di wilayahnya;
3. monitoring dan evaluasi kepada pemerintah daerah atas
pelaksanaan pelaksanaan pemberdayaan hak atas tanah
11
masyarakat bagi pelaku usaha mikro dan kecil, petani, nelayan,
dan pembudi daya ikan;
4. melakukan pembinaan dan pengawasan umum kepada
pemerintah daerah terhadap pelaksanaan Pemberdayaan Hak
Atas Tanah Masyarakat Bagi Pelaku Usaha Mikro Dan Kecil,
Petani, Nelayan, Dan Pembudi Daya Ikan untuk memastikan
program tepat sasaran.
c. PIHAK KETIGA bertugas:
1. melaksanakan koordinasi dengan perangkat daerah yang
membidangi usaha mikro dan kecil untuk menyiapkan daftar
calon peserta dan calon lokasi (sesuai dengan lokasi yang telah
disepakati bersama dengan Kanwil Badan Pertanahan Nasional
provinsi dan kantor pertanahan kabupaten/kota) dengan
melakukan identifikasi, inventarisasi, dan verifikasi;
2. menyediakan anggaran bagi kegiatan pra sertipikasi hak atas
tanah pelaku usaha mikro dan kecil;
3. menyampaikan usulan calon lokasi, daftar calon peserta, dan
jumlah bidang tanah kegiatan sertipikasi hak atas tanah yang
diperoleh dari perangkat daerah provinsi, kabupaten/kota
seluruh Indonesia berdasarkan hasil identifikasi, inventarisasi,
dan verifikasi (sesuai dengan lokasi yang telah disepakati
bersama antara perangkat daerah provinsi, kabupaten/kota
dengan Kanwil Badan Pertanahan Nasional provinsi dan kantor
pertanahan kabupaten/kota) kepada PIHAK PERTAMA paling
lambat bulan Mei setiap tahunnya, untuk ditetapkan dalam
kegiatan sertipikasi hak atas tanah pelaku usaha mikro dan
kecil tahun anggaran berikutnya;
4. menyiapkan petunjuk teknis kegiatan pra sertipikasi hak atas
tanah pelaku usaha mikro dan kecil;
12
5. melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
pra sertipikasi hak atas tanah pelaku usaha mikro dan kecil;
dan
6. menyusun laporan atas kegiatan pra sertipikasi hak atas tanah
pelaku usaha mikro dan kecil.
d. PIHAK KEEMPAT bertugas:
1. melaksanakan koordinasi dengan perangkat daerah yang
membidangi pertanian untuk menyiapkan daftar calon peserta
dan calon lokasi (sesuai dengan lokasi yang telah disepakati
bersama dengan Kanwil Badan Pertanahan Nasional provinsi
dan kantor pertanahan kabupaten/kota) dengan melakukan
identifikasi, inventarisasi, dan verifikasi;
2. menyediakan anggaran bagi kegiatan pra sertipikasi hak atas
tanah petani;
3. menyampaikan usulan calon lokasi, daftar calon peserta, dan
jumlah bidang tanah kegiatan sertipikasi hak atas tanah yang
diperoleh dari perangkat daerah provinsi, kabupaten/kota
seluruh Indonesia berdasarkan hasil identifikasi, inventarisasi
dan verifikasi (sesuai dengan lokasi yang telah disepakati
bersama antara perangkat daerah provinsi, kabupaten/kota
dengan Kanwil Badan Pertanahan Nasional provinsi dan kantor
pertanahan kabupaten/kota), kepada PIHAK PERTAMA paling
lambat bulan Mei setiap tahunnya, untuk ditetapkan dalam
kegiatan sertipikasi hak atas tanah petani tahun anggaran
berikutnya;
4. menyusun pedoman umum kegiatan pra sertipikasi lahan
pertanian;
13
5. melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
pra sertipikasi hak atas tanah petani; dan
6. menyusun laporan atas kegiatan pra sertipikasi hak atas tanah
petani.
e. PIHAK KELIMA bertugas:
1. melaksanakan koordinasi dengan perangkat daerah yang
membidangi perikanan tangkap untuk menyiapkan daftar calon
peserta dan calon lokasi (sesuai dengan lokasi yang telah
disepakati bersama dengan Kanwil Badan Pertanahan Nasional
provinsi dan kantor pertanahan kabupaten/kota) dengan
melakukan identifikasi, inventarisasi, dan verifikasi;
2. menyediakan anggaran bagi kegiatan pra sertipikasi hak atas
tanah nelayan;
3. menyampaikan usulan calon lokasi, daftar calon peserta dan
jumlah bidang tanah kegiatan sertipikasi hak atas tanah yang
diperoleh dari perangkat daerah provinsi, kabupaten/kota
seluruh Indonesia berdasarkan hasil identifikasi, inventarisasi
dan verifikasi (sesuai dengan lokasi yang telah disepakati
bersama antara perangkat daerah provinsi, kabupaten/kota
dengan Kanwil Badan Pertanahan Nasional provinsi dan kantor
pertanahan kabupaten/kota), kepada PIHAK PERTAMA paling
lambat bulan Mei setiap tahunnya, untuk ditetapkan dalam
kegiatan sertipikasi hak atas tanah nelayan tahun anggaran
berikutnya;
4. menyiapkan petunjuk teknis kegiatan pra sertipikasi hak atas
tanah nelayan;
5. melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
pra sertipikasi hak atas tanah nelayan; dan
14
6. menyusun laporan atas kegiatan pra sertipikasi hak atas tanah
nelayan.
f. PIHAK KEENAM bertugas:
1. melaksanakan koordinasi dengan perangkat daerah yang
membidangi perikanan budidaya untuk menyiapkan daftar
calon peserta dan calon lokasi (sesuai dengan lokasi yang telah
disepakati bersama dengan Kanwil Badan Pertanahan Nasional
provinsi dan kantor pertanahan kabupaten/kota) dengan
melakukan identifikasi, inventarisasi, dan verifikasi;
2. menyediakan anggaran bagi kegiatan pra sertipikasi hak atas
tanah Pembudi Daya ikan;
3. menyampaikan usulan calon lokasi, daftar calon peserta, dan
jumlah bidang tanah kegiatan sertipikasi hak atas tanah yang
diperoleh dari perangkat daerah provinsi, kabupaten/kota
seluruh Indonesia berdasarkan hasil identifikasi, inventarisasi,
dan verifikasi (sesuai dengan lokasi yang telah disepakati
bersama antara perangkat daerah provinsi, kabupaten/kota
dengan Kanwil Badan Pertanahan Nasional provinsi dan kantor
pertanahan kabupaten/kota), kepada PIHAK PERTAMA paling
lambat bulan Mei setiap tahunnya, untuk ditetapkan dalam
kegiatan sertipikasi hak atas tanah pembudi daya ikan tahun
anggaran berikutnya;
4. menyiapkan petunjuk teknis kegiatan pra sertipikasi hak atas
tanah pembudi daya ikan;
5. melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
pra sertipikasi hak atas tanah pembudi daya ikan; dan
6. menyusun laporan atas kegiatan pra sertipikasi hak atas tanah
pembudi daya ikan.
15
(2) Dalam rangka Pemberdayaan Masyarakat pasca Sertipikasi, masing-
masing PIHAK mempunyai tugas sebagai berikut:
a. PIHAK PERTAMA bertugas:
1. menyusun rencana kegiatan inventarisasi potensi
pemberdayaan masyarakat melalui pemetaan sosial yang akan
dilaksanakan di kantor pertanahan kabupaten/kota;
2. menyusun pedoman umum tentang kebijakan program
pemberdayaan masyarakat pasca Sertipikasi;
3. memfasilitasi pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota untuk berperan membuka akses ke sumber-
sumber ekonomi produksi dan pasar sesuai dengan wewenang,
tugas pokok, dan fungsinya;
4. menyediakan data pemberdayaan masyarakat pasca Sertipikasi;
dan
5. memantau dan memonitor perkembangan pelaksanaan program
pemberdayaan hak atas tanah masyarakat pasca Sertipikasi.
b. PIHAK KEDUA bertugas melakukan koordinasi, sinkronisasi,
supervisi dan fasilitasi pemerintah dengan pemerintah daerah
dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah di bidang
usaha mikro dan kecil, pertanian, serta kelautan dan perikanan.
c. PIHAK KETIGA bertugas:
1. menyediakan data inventarisasi potensi pemberdayaan
masyarakat pelaku usaha mikro dan kecil pasca Sertipikasi;
2. memantau dan memonitor perkembangan pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat pelaku usaha mikro dan kecil pasca
Sertipikasi;
16
3. melaksanakan sosialisasi bersama perangkat daerah yang
membidangi usaha mikro dan kecil dan instansi terkait lainnya
dalam pemberdayaan masyarakat pelaku usaha mikro dan kecil
pasca Sertipikasi;
4. memberi dukungan dan kemudahan untuk penyediaan
anggaran kegiatan pemberdayaan masyarakat pelaku usaha
mikro dan kecil pasca Sertipikasi;
5. memfasilitasi kelompok pemberdayaan masyarakat untuk
membentuk koperasi; dan
6. menyusun pedoman umum tentang kebijakan program
pemberdayaan masyarakat bagi pelaku usaha mikro dan kecil
untuk meningkatkan fasilitasi akses permodalan dan
pendampingan ke akses usaha, produksi, dan pasar pasca
sertipikasi hak atas tanah yang dilaksanakan di wilayah
kabupaten/kota.
d. PIHAK KEEMPAT bertugas:
1. menyediakan data inventarisasi potensi pemberdayaan
masyarakat petani pasca Sertipikasi;
2. memantau dan memonitor perkembangan pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat petani pasca Sertipikasi;
3. melaksanakan sosialisasi bersama perangkat daerah yang
membidangi pertanian dan instansi terkait lainnya dalam
pemberdayaan masyarakat petani pasca Sertipikasi;
4. memberi dukungan dan kemudahan untuk penyediaan
anggaran kegiatan pemberdayaan masyarakat petani pasca
Sertipikasi; dan
5. menyusun pedoman umum tentang kebijakan program
pemberdayaan masyarakat petani dalam rangka peningkatan
17
fasilitasi akses permodalan dan pendampingan ke akses usaha,
produksi, dan pasar pasca Sertipikasi yang dilaksanakan di
wilayah kabupaten/kota.
e. PIHAK KELIMA bertugas:
1. menyediakan data inventarisasi potensi pemberdayaan
masyarakat nelayan pasca Sertipikasi;
2. memantau dan memonitor perkembangan pelaksanaan progam
pemberdayaan masyarakat nelayan pasca Sertipikasi;
3. melaksanakan sosialisasi bersama perangkat daerah yang
membidangi usaha perikanan tangkap dan instansi terkait
lainnya dalam pemberdayaan masyarakat nelayan pasca
Sertipikasi;
4. memberi dukungan dan kemudahan untuk penyediaan
anggaran kegiatan pemberdayaan masyarakat nelayan pasca
Sertipikasi; dan
5. menyusun pedoman umum tentang kebijakan program
pemberdayaan masyarakat nelayan dalam rangka peningkatan
fasilitasi akses permodalan dan pendampingan ke akses usaha,
produksi, dan pasar pasca Sertipikasi yang dilaksanakan di
wilayah kabupaten/kota.
f. PIHAK KEENAM bertugas:
1. menyediakan data inventarisasi potensi pemberdayaan
masyarakat pembudi daya ikan pasca Sertipikasi;
2. memantau dan memonitor perkembangan pelaksanaan program
pemberdayaan masyarakat pembudi daya ikan pasca
Sertipikasi;
3. melaksanakan sosialisasi bersama perangkat daerah yang
membidangi perikanan budidaya dan instansi terkait lainnya
18
untuk pemberdayaan masyarakat pembudi daya ikan pasca
Sertipikasi;
4. memberi dukungan dan kemudahan untuk penyediaan
anggaran kegiatan pemberdayaan masyarakat pembudi daya
ikan pasca Sertipikasi; dan
5. menyusun pedoman umum tentang kebijakan program
pemberdayaan masyarakat pembudi daya ikan dalam rangka
untuk peningkatan fasilitasi akses permodalan dan
pendampingan ke akses usaha, produksi, dan pasar pasca
sertipikasi hak atas tanah pembudi daya ikan yang
dilaksanakan di wilayah kabupaten/kota.
Pasal 7
PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA SERTIPIKASI HAK ATAS TANAH
(1) PARA PIHAK sepakat membentuk Kelompok Kerja Pemberdayaan
Masyarakat Pra Sertipikasi, Sertipikasi dan Pasca Sertipikasi Hak Atas
Tanah Lintas Sektor, yang selanjutnya disebut dengan Pokja
Pemberdayaan Masyarakat Pra Sertipikasi, Sertipikasi dan Pasca
Sertipikasi Hak Atas Tanah Lintas Sektor.
(2) Pokja Pemberdayaan Masyarakat Pra Sertipikasi, Sertipikasi dan Pasca
Sertipikasi Hak Atas Tanah Lintas Sektor terdiri dari:
a. Pokja Pemberdayaan Masyarakat Pra Sertipikasi, Sertipikasi dan
Pasca Sertipikasi Hak Atas Tanah Lintas Sektor Pusat;
b. Pokja Pemberdayaan Masyarakat Pra Sertipikasi, Sertipikasi dan
Pasca Sertipikasi Hak Atas Tanah Lintas Sektor Provinsi; dan
c. Pokja Pemberdayaan Masyarakat Pra Sertipikasi, Sertipikasi dan
Pasca Sertipikasi Hak Atas Tanah Lintas Sektor Kabupaten/Kota.
19
(3) Susunan keanggotaan Pokja Pemberdayaan Masyarakat Pra Sertipikasi,
Sertipikasi dan Pasca Sertipikasi Hak Atas Tanah Lintas Sektor adalah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan satu
kesatuan dan bagian tidak terpisahkan dengan Perjanjian Kerja Sama
ini.
Pasal 8
PEMBIAYAAN
Seluruh biaya yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan Perjanjian Kerja
Sama ini dibebankan kepada anggaran masing-masing PIHAK sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 9
JANGKA WAKTU
(1) Perjanjian Kerja Sama ini berlaku selama 5 (lima) tahun terhitung sejak
tanggal ditandatangani sampai dengan 27 November 2022, dan dapat
diperpanjang berdasarkan kesepakatan tertulis PARA PIHAK.
(2) Perjanjian Kerja Sama ini dapat diakhiri sebelum berakhirnya jangka
waktu dengan ketentuan PIHAK yang akan mengakhiri menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis kepada PIHAK lainnya 3 (tiga) bulan
sebelum berakhirnya Perjanjian Kerja Sama.
20
Pasal 10
PERUBAHAN (ADDENDUM)
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Perjanjian Kerja Sama ini, akan
diatur dan ditetapkan berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK yang
dituangkan secara tertulis dalam perubahan perjanjian (addendum)
yang merupakan satu kesatuan dan menjadi bagian tidak terpisahkan
dari Perjanjian Kerja Sama ini.
(2) Apabila terjadi perbedaan penafsiran dalam pelaksanaan Perjanjian
Kerja Sama ini, maka penyelesaiannya dilakukan bersama-sama
dengan cara musyawarah untuk mufakat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
23
LAMPIRAN
PERJANJIAN KERJA SAMA
NOMOR : 29/SKB-400/IV/2018
NOMOR : 500/1738/Bangda/2018
NOMOR : 01/PKS/Dep.2/IV/2018
NOMOR : 03/MoU/OT.160/B/04/2018
NOMOR : 01/PKS/DJPT-KKP /IV/2018
NOMOR: 01/DJPB-KKP/PKS/IV/2018
TENTANG
PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN HAK ATAS
TANAH MASYARAKAT BAGI PELAKU USAHA
MIKRO DAN KECIL, PETANI, NELAYAN, DAN
PEMBUDI DAYA IKAN
POKJA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PRA SERTIPIKASI,
SERTIPIKASI DAN PASCA SERTIPIKASI HAK ATAS TANAH LINTAS
SEKTOR
I. Pokja Pemberdayaan Masyarakat Pra Sertipikasi, Sertipikasi dan
Pasca Sertipikasi Hak Atas Tanah Lintas Sektor Pusat
a. Susunan keanggotaan Pokja Pemberdayaan Masyarakat Pra
Sertipikasi, Sertipikasi dan Pasca Sertipikasi Hak Atas Tanah Lintas
Sektor adalah sebagai berikut :
Tim Pengarah : 1. Direktur Jenderal Hubungan Hukum
Keagrariaan, Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
2. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah,
Kementerian Dalam Negeri;
24
3. Deputi Bidang Pembiayaan, Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
4. Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana
Pertanian, Kementerian Pertanian;
5. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap,
Kementerian Kelautan dan Perikanan;
6. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya,
Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Tim Pelaksana
Ketua : Direktur Pemberdayaan Hak Atas Tanah
Masyarakat, Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
Wakil Ketua : 1. Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan
Daerah I, Kementerian Dalam Negeri;
2. Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan
Daerah III, Kementerian Dalam Negeri;
3. Asisten Deputi Asuransi, Penjaminan dan
Pasar Modal, Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah;
4. Direktur Perluasan dan Perlindungan Lahan,
Kementerian Pertanian;
5. Direktur Perizinan dan Kenelayanan,
Kementerian Kelautan dan Perikanan;
6. Direktur Produksi dan Usaha Budidaya,
Kementerian Kelautan dan Perikanan;
Sekretaris : Kepala Subdirektorat Inventarisasi Potensi dan
Pendampingan, Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
25
Anggota : 1. Kepala Bidang Asuransi, Deputi Bidang
Pembiayaan, Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah;
2. Kepala Subdirektorat Kelembagaan Ekonomi
Daerah, Direktorat Jenderal Bina
Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam
Negeri;
3. Kepala Subdirektorat Perlindungan Lahan,
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana
Pertanian, Kementerian Pertanian;
4. Kepala Subdirektorat Usaha Nelayan,
Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap,
Kementerian Kelautan dan Perikanan;
5. Kepala Subdirektorat Pengembangan Usaha,
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,
Kementerian Kelautan dan Perikanan;
6. Kepala Bagian Perencanaan Program dan
Anggaran Pusat, Biro Perencanaan dan Kerja
Sama Luar Negeri, Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
7. Kepala Subdirektorat Pengembangan dan
Diseminasi Model Pemberdayaan, Direktorat
Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional;
8. Kepala Subdirektorat Fasilitasi dan Kerja
Sama, Direktorat Pemberdayaan Hak Atas
Tanah Masyarakat, Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
26
9. Kepala Subbidang Asuransi Kredit, Deputi
Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah;
10. Kepala Subbidang Asuransi Umum, Deputi
Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah;
11. Kepala Seksi Pengembangan Kelembagaan
Ekonomi Daerah, Direktorat
Pengembangan Ekonomi Daerah,
Kementerian Dalam Negeri;
12. Kepala Seksi Pengembangan Diversifikasi
Usaha Nelayan, Direktorat Perizinan dan
Kenelayanan, Kementerian Kelautan dan
Perikanan;
13. Kepala Seksi Kelembagaan, Direktorat
Produksi dan Usaha Budidaya, Kementerian
Kelautan dan Perikanan;
14. Kepala Seksi Fasilitasi dan Kerja Sama
Lembaga Pemerintah, Direktorat
Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional;
15. Kepala Seksi Fasilitasi dan Kerja Sama
Lembaga Non Pemerintah, Direktorat
Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional;
27
16. Kepala Seksi Identifikasi dan Inventarisasi
Potensi, Direktorat Pemberdayaan Hak Atas
Tanah Masyarakat, Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
17. Kepala Seksi Pendampingan Pemberdayaan
Hak Atas Tanah Masyarakat, Direktorat
Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional;
18. Kepala Seksi Pengembangan Model
Pemberdayaan, Direktorat Pemberdayaan
Hak Atas Tanah Masyarakat, Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional;
19. Kepala Seksi Diseminasi Model
Pemberdayaan, Direktorat Pemberdayaan
Hak Atas Tanah Masyarakat, Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional;
20. Kepala Subbidang Pertimbangan dan
Bantuan Hukum, Bidang Perundang-
Undangan, Pusat Hukum dan Hubungan
Masyarakat, Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
21. Maria Setianingrum, S.AB, Penyuluh Tata
Usaha Kepegawaian dan Jabatan Fungsional,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional;
28
22. Nur Rijal, S.Kom, Analis Pemberdayaan Hak
Atas Tanah Masyarakat, Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional;
23. Alam Nugraha Sambas, S.ST., M.H, Analis
Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional.
b. Pokja Pemberdayaan Masyarakat Pra Sertipikasi, Sertipikasi dan
Pasca Sertipikasi Hak Atas Tanah Lintas Sektor Pusat mempunyai
tugas sebagai berikut:
Tim Pengarah :
1. menetapkan kebijakan, mengarahkan dan mengendalikan
pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan
pra sertipikasi dan pasca sertipikasi hak atas tanah lintas sektor
untuk peningkatan akses permodalan, usaha, produksi dan pasar;
2. monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas Pokja Pemberdayaan
Masyarakat Pra Dan Pasca Sertipikasi Lintas Sektor; dan
3. melaksanakan supervisi program.
Tim Pelaksana :
1. menyusun dan merumuskan kebijakan dan menjabarkan ke dalam
program pemberdayaan masyarakat pra dan pasca sertipikasi hak
atas tanah;
2. melakukan koordinasi dengan instansi dan lembaga terkait dalam
mewujudkan implementasi program pemberdayaan masyarakat
agar berdayaguna dan berhasil guna;
3. melakukan sosialisasi, konsultasi, surpervisi dan pengendalian
program;
29
4. menginventarisasi dan memfasilitasi penyelesaian permasalahan
program di provinsi dan kabupaten/kota;
5. monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas Pokja Pemberdayaan
Masyarakat Pra Dan Pasca Sertipikasi Hak Atas Tanah Lintas
Sektor Provinsi Dan Kabupaten/Kota; dan
6. menghimpun dan menyusun laporan pelaksanaan program kepada
pimpinan kementerian/lembaga terkait, setiap triwulan dan
laporan tahunan (akhir).
II. Pokja Pemberdayaan Masyarakat Pra Sertipikasi, Sertipikasi dan
Pasca Sertipikasi Hak Atas Tanah Lintas Sektor Provinsi
a. Susunan keanggotaan Pokja Pemberdayaan Masyarakat Pra
Sertipikasi, Sertipikasi dan Pasca Sertipikasi Hak Atas Tanah Lintas
Sektor Provinsi, sebagai berikut:
Ketua : Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional di masing-masing provinsi;
Wakil Ketua : Kepala Dinas/Pejabat yang membidangi
pertanian, kelautan dan perikanan, dan/atau
koperasi dan UKM yang ditunjuk oleh Sekretaris
Daerah di masing-masing provinsi;
Sekretaris Kepala Bidang Hubungan Hukum Pertanahan
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional di
masing-masing provinsi;
Anggota : 1. Kepala Dinas yang membidangi koperasi,
usaha kecil dan menengah;
2. Kepala Dinas yang membidangi Pertanian
(subsektor tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, dan peternakan);
3. Kepala Dinas yang membidangi kelautan dan
30
perikanan;
4. Asisten Sekretariat Daerah yang membidangi
pemberdayaan masyarakat;
5. Kepala Kantor Perwakilan Perbankan dan
Lembaga Keuangan Non Bank.
b. Pokja Pemberdayaan Masyarakat Pra Sertipikasi, Sertipikasi dan
Pasca Sertipikasi Hak Atas Tanah Lintas Sektor Provinsi mempunyai
tugas sebagai berikut:
1. melakukan koordinasi pelaksanaan program pra dan pasca
Sertipikasi di lingkup provinsi;
2. memantau, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaaan
kegiatan program pada Pokja Pemberdayaan Masyarakat Pra Dan
Pasca Sertipikasi Hak Atas Tanah Lintas Sektor Kabupaten/Kota;
3. melakukan bimbingan/konsultasi teknis terhadap Pokja
Pemberdayaan Masyarakat Pra Dan Pasca Sertipikasi Hak Atas
Tanah Lintas Sektor Kabupaten/Kota;
4. menginventarisasi dan memfasilitasi penyelesaian permasalahan
program di Kabupaten/Kota; dan
5. menghimpun, menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan
program kepada Pokja Pemberdayaan Masyarakat Pra Dan Pasca
Sertipikasi Hak Atas Tanah Lintas Sektor Pusat.
III. Pokja Pemberdayaan Masyarakat Pra Sertipikasi, Sertipikasi dan
Pasca Sertipikasi Hak Atas Tanah Lintas Sektor Kabupaten/Kota
a. Susunan keanggotaan Pokja Pemberdayaan Masyarakat Pra
Sertipikasi, Sertipikasi dan Pasca Sertipikasi Hak Atas Tanah Lintas
Kabupaten/Kota sebagai berikut:
31
Ketua : Kepala Kantor Pertanahan masing-masing
Kabupaten/Kota;
Wakil Ketua : Kepala Dinas/Pejabat yang membidangi
pertanian, perikanan, dan/atau koperasi dan
UKM yang ditunjuk oleh Sekretaris Daerah;
Sekretaris : Kepala Seksi Hubungan Hukum Pertanahan,
Kantor Pertanahan masing-masing
Kabupaten/Kota
Anggota : 1. Kepala Dinas yang membidangi Koperasi dan
UKM;
2. Kepala Dinas yang membidangi prasarana
dan sarana pertanian;
3. Kepala Dinas yang membidangi pertanian
tanaman pangan, dan hortikultura;
4. Kepala Dinas yang membidangi perkebunan;
5. Kepala Dinas yang membidangi peternakan;
6. Kepala Dinas yang membidangi kelautan dan
perikanan;
7. Kepala Dinas yang membidangi pendapatan
daerah;
8. Kepala Dinas yang membidangi perindustrian
dan perdagangan;
9. Kepala Kantor Perwakilan Perbankan dan
Lembaga Keuangan Non Bank.
b. Pokja pemberdayaan masyarakat pra dan pasca Sertipikasi Hak Atas
Tanah Lintas Sektor Kabupaten/Kota:
a. melakukan koordinasi pelaksanaan pra dan pasca Sertipikasi Hak
Atas Tanah pelaksanaan program di lingkup Kabupaten/Kota;
32
b. melakukan seleksi atas calon peserta program hasil identifikasi,
inventarisasi dan verifikasi subyek dan obyek pada calon lokasi
(sesuai dengan lokasi yang telah disepakati bersama antara satuan
kerja perangkat daerah Kabupaten/Kota dengan Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota) oleh dinas/instansi terkait dan
menyampaikan daftar nominatif hasil seleksi calon peserta dan
alas hak kepada Kantor Pertanahan kabupaten/kota paling lambat
bulan Januari tahun anggaran berjalan (T0) dengan tembusan
kepada kementerian terkait dan Kepala Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional Provinsi;
c. melakukan sosialisasi kegiatan pra dan pasca Sertipikasi kepada
Pelaku Usaha Mikro dan Kecil, petani, nelayan, dan Pembudi Daya
ikan;
d. menyediakan data inventarisasi potensi berupa lokasi, potensi dan
jenis kegiatan pemberdayaan masyarakat pasca sertipikasi hak
atas tanah;
e. memfasilitasi pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk
berperan membuka akses ke sumber-sumber ekonomi (modal),
usaha, produksi dan pasar sesuai dengan wewenang dan
tupoksinya;
f. menyusun pedoman umum tentang kebijakan program
pemberdayaan masyarakat pasca Sertipikasi hak atas tanah;
g. menghimpun, menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan
program pemberdayaan masyarakat kepada pokja pra dan pasca
Sertipikasi Hak Atas Tanah Lintas Sektor Provinsi;
h. melakukan monitoring, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan
kegiatan program pemberdayaan masyarakat pra dan pasca
Sertipikasi Hak Atas Tanah.