Perencanaan-Rem-Tromol-Pada-Honda-Karisma.docx

Post on 08-Apr-2016

328 views 5 download

description

jjj

Transcript of Perencanaan-Rem-Tromol-Pada-Honda-Karisma.docx

PERENCANAAN REM TROMOL PADA HONDA KARISMA

TUGAS ELEMEN MESIN I

Dibuat untuk memenuhi syarat Mengikuti matakuliah Elemen Mesin I/Tugas

Jurusan Teknik Mesin

Oleh

Nama : Dedi Suparman

NIM : 03043150006

Nama : Muhammad Noufal

NIM : 03043150088

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2006

PERENCANAAN REM TROMOL

PADA HONDA KARISMA

TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN II

Disetujui oleh jurusan Teknik Mesin

Mengetahui Fakultas Teknik UNSRI

Dosen Pengasuh Elemen Mesin I Dosen Pembimbing

Ir.Firmansyah.MT Irsyadi Yani.ST.MT

NIP. 131416216 NIP. 132126057

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ilmiah dengan judul

Perencanaan Rem Tromol Pada Honda Karisma. Laporan ini disusun untuk

mengikuti matakuliah Elemen Mesin II/Tugas.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

Bapak Irsyadi, ST, MT, dosen pembimbing dalam penyusunan laporan ini.

Bapak Ir.Firmansyah, dosen pengasuh matakuliah Elemen Mesin II/Tugas.

Orangtua penulis yang telah memberi dukungan moral dan materi dalam penyusunan laporan ini.

Teman-teman yang telah memberi masukan untuk laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih terdapat kesalahan dan kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tulisan ini pada masa yang akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita.

Inderalaya, Desember 2006

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

ABSTRAK viii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan dan Manfaat 1

C. Pembatasan Masalah 2

D. Metode Penulisan 2

E. Sistematika penulisan 2

II TINJAUAN PUSTAKA 4

A. Pengertian rem 4

B. Macam – macam rem 5

C. Elemen rem sepatu 10

III PERENCANAAN REM 15

A. Rem sepatu15

B. Pegas 18

C. Pena pin 23

D. Poros 29

E. Bantalan 33

IV KESIMPULAN 36

DAFTAR PUSTAKA 38

TABEL - TABEL 39

KARTU ASISTENSI TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN II 42

DAFTAR GAMBAR

Halaman

GAMBAR.

1 Macam – macam rem 6

2 Rem blok tunggal 13

3 Rem blok ganda 13

4 Rem cakera 13

5 Rem drum 14

6 Rem pita 14

7 Bantalan 35

DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL.

Tekanan maksimum yang diizinkan untuk sepatu rem 12

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN

Tabel – tabel 39

Kartu Asistensi Tugas Elemen Mesin II 42

ABSTRAK

Rem merupakan suatu elemen mesin yang digunakan untuk menghentikan putaran poros, mengatur putaran poros dan juga mencegah putaran yang tidak dikehendaki. Dalam proses pengereman, rem menyerap energi kinetik dari elemen yang bergerak. Energi diserap dalam bentuk panas dan panas ini lalu dilepaskan, sehingga panas yang berlebihan tidak terjadi.

Kapasitas pengereman bergantung pada beberapa factor yaitu tekanan pada permukaan sepatu rem, koefisien gesekan dan kapasitas radiasi panas dari rem. Faktor-faktor ini harus dipenuhi oleh bahan gesek yang mempunyai sifat koefisien yang tinggi dan merata, daya tahan terhadap suhu yang tinggi, kekenyalan yang baik dan ketahanan yang tinggi terhadap keausan, goresan, penggumpalan. Bahan benda gesek yang umumnya digunakan pada rem tromol adalah asbestos dan ferrrado

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu mesin terdiri dari suatu komponen yang jumlahnya dapat mencapai lebih dari seribu bagian. Semua bekerja saling mendukung dan terpadu, sehingga dapat menghasilkan suatu gerakan. Banyak hal yang harus diperhatikan oleh seorang perancang dalam perancangan suatu komponen dari sebuah mesin antara lain yaitu menyesuaikan suatu komponen dengan fungsi sebenarnya, faktor keamanan dari komponen yang direncanakan, efisiensi serta faktor biaya.

Pada tugas elemen mesin ini akan direncanakan suatu alat yang berfungsi untuk menghentikan poros atau benda yang mengalami gerakan yaitu rem. Rem adalah suatu alat yang berguna untuk menghentikan atau memperlambat putaran dari suatu poros yang berputar dengan perantara gesekan. Peranan rem sangat penting dalam sebuah konstruksi kendaraan bermotor. Oleh karena itu, penulis mengambil “Rem Tromol Pada Motor Karisma“ sebagai judul dari tugas perencanaan elemen mesin ini

B. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Sasaran yang hendak dicapai dengan diadakannya Tugas Perencanaan Elemen Mesin ini adalah sebagai berikut :

Menerapakan kajian teoritis dalam bentuk rancang bangun elemen mesin khususnya pada rem tromol pada motor karisma.

Mampu merencanakan elemen-elemen mesin yang berdasarkan pada perhitungan-perhitungan yang bersumber dari literatur sekaligus mengaplikasikan teori yang dilihat langsung di lapangan.

Perbatasan Masalah

Berdasarkan pada pembagian rem yang terdiri dari beberapa jenis maka permasalahan yang akan dibahas adalah :

Prinsip kerja rem tromol pada motor karisma

Ukuran-ukuran rem tromol motor karisma dari hasil perhitungan.

Gambar kerja dengan ukurannya berdasarkan hasil survey.

D. Metode Pembahasan

Pada perencanaan rem tromol motor karisma ini, pembahasan akan dilakukan dengan menggunakan literatur yang memuat data-data serta rumus-rumus yang berkaitan dengan masalah yang diambil serta dilengkapi dengan studi lapangan.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam laporan ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan dan Manfaat Penulisan

Pembatasan Masalah

Metode Pembahasan

Sistematika Penulisan BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Rem

Macam – macam rem

Elemen Rem Cakram motor rx king BAB III : PERENCANAAN REM

Rem Cakram

Poros

BAB IV KESIMPULAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Rem

Rem adalah suatu alat yang berguna untuk menghentikan atau memperlambat putaran dari suatu poros yang berputar dengan perantara gesekan Efek pengereman secara mekanis diperoleh dengan gesekan secara listrik dengan serbuk magnet, arus putar, fasa yang dibalik, arus searah yang dibalik atau penukaran katup dan lain-lain.

Karena itu dalam banyak hal rem tidak bertindak sebagai rem penyetop, dalam hal instalasi dihentikan oleh gaya rem, melainkan mempunyai tugas untuk mempertahankan pesawat dalam suatu kedudukan tertentu (rem penahan).

Momen rem terkecil terjadi pada poros yang berputar paling cepat. Karena itulah maka rem sedapat mungkin kebanyakan dipasang pada poros yang digerakkan oleh motor.

Syarat paling utama yang harus dipenuhi oleh rem ialah kelembutan artinya tidak ada tumbukan ketika menghubungkan dan melepaskan rem, pelepasan kalor yang cukup ketika terjadi kemungkinan penyetelan ulang setelah aus.

Pada mesin pengangkat, rem digunakan untuk mengatur kecepatan penurunan muatan atau untuk menahan muatan agar diam dan untuk menyerap inersia massa yang bergerak seperti truk, crane, muatan dan sebagainya.

Berdasarkan fungsinya, rem dapat diklasifkasikan sebagai berikut :

Jenis penahan.

Jenis penurunan.

Jenis penahan dan penurunan, rem ini melayani kedua fungsi penghentian muatan dan mengatur kecepatan penurunan.

Macam-macam Rem

Menurut efek pengereman secara mekanis rem terbagi beberapa golongan. Masing-masing golongan terdiri dari beberapa jenis rem, seperti terlihat pada Gambar. 1

Rem gesek berguna untuk menghentikan poros, mengatur putaran poros, mencegah putaran yang tidak dikehendaki agar tidak terjadinya slip, dimana poros tersebut terletak pada suatu garus lurus atau sedikit berbeda.

Macam-macam rem gesek :

Rem Blok

a. Rem Blok Tunggal

Rem ini merupakan rem yang paling sederhana yang terdiri dari satu blok rem, pada permukaan geseknya dipasang lapisan rem atau bahan gesek yang dapat diganti bila aus. Suatu hal yang kurang menguntungkan pada rem blok tunggal

adalah gaya tekan yang bekerja dalam satu arah saja pada drum, sehingga pada poros timbul momen lentur serta gaya tambahan pada bantalan yang tidak dikehendaki. Demikian pula dengan pelayanan manual jika diperlukan gaya pengereman yang besar, tuas perlu dibuat sangat panjang sehingga kurang ringkas.

REM

GESEK

LISTRIK

ARUS PUTAR

PENUKARAN KATUP

DLL

FASA BALIK

REM BLOK

REM CAKERA

REM DRUM

REM PITA

SEPATU DEPAN BELAKANG

REM TUNGGAL

DUA SEPATU DEPAN

REM GANDA

DUO SERVO

Gambar 1

Macam-macam rem

Pada dasarnya rem blok tunggal beroperasi karena aksi satu arah blok tunggal sehingga menimbulkan lenturan pada poros rem. Rem blok tunggal hanya dapat

dipakai untuk menahan momen gaya yang kecil pada penggerak tangan bila diameter poros tidak melebihi lima puluh milimeter. Tekanan yang diberikan oleh blok besi cor pada rem

haruslah sedemikian rupa sehingga gaya gesek yang dihasilkan pada permukaan roda mengimbangi gaya sekelilingnya.

b. Rem Blok Ganda

Kekurangan rem blok tunggal yang hanya mendapat gaya tekan dalam arah saja hingga menimbulkan momen lentur yang besar pada poros serta gaya tambahan pada bantalan, dapat diatasi jika dipakai dua blok rem yang menekan drum dari dua arah yang berlawanan baik dari sebelah dalam atau dari sebelah luar drum.

Rem blok ganda sering digunakan pada mekanisme pengangkat, pemindahan dan pemutaran crane yang berbeda dengan rem blok tunggal. Rem blok ganda tidak menimbulkan defleksi pada poros rem. Penjepit dan crane yang digerakkan listrik hampir selalu didesain dengan rem blok ganda. Rem digerakkan oleh pemberat dan dilepaskan oleh elektromagnet, akibatnya pengereman permanen hanya bekerja bila elektromagnet. Biasanya rangkaian listriknya dibuat saling mengunci antara motor dan magnet sehingga secara otomatis menghasilkan aksi pengereman walaupun motor berhenti secara mendadak.

Pengoperasian rem dengan pemberat yang dipasang pada tuas rem mempunyai kelemahan yaitu setelah arus diputuskan dan pemberatnya jatuh, pemberat ini akan bergetar bersama dengan tangkainya, menurunkan dan menaikkan tekanan sepatu roda dan akan mengubah besarnya momen gaya pengereman. Perubahan secara

periodik pada momen gaya pengereman ini merupakan fenomena yang tidak dikehendaki pada mekanisme pemindah.

2. Rem Drum

Rem yang biasa digunakan untuk otomobil berbentuk rem drum (macam ekspansi) dan rem cakera (disc). Rem drum mempunyai ciri lapisan rem yang terlindungi, dapat menghasilkan gaya yang besar untuk ukuran rem yang kecil, dan umur lapisan rem yang cukup panjang. Suatu kelemahan rem ini ialah pemancar panasnya buruk. Blok rem dari rem ini disebut sepatu rem dan silinder hidrolik serta arah putaran roda.

Biasanya rem ini banyak dipakai dengan sepatu depan dan sepatu belakang. Pada rem sjenis ini, meskipun roda berputar pada arah yang berlawanan, besar gaya rem tetap karena memakai dua sepatu depan, dimana gaya rem dalam arah putaran jauh lebih besar daripada dalam arah yang berlawanan. Ada juga rem yang disebut dengan duo servo.

Cara kerjanya :

Pada umumnya perencanaan rem drum menggunakan perhitungan yang sederhana dan akan diperoleh ukuran bagian-bagian yang bersangkutan serta gaya untuk menekan sepatu.

Tekanan minyak dalam silinder diperbesar atau diperkecil olek gaya injakan pada pedal rem yang menggerakkan piston silinder master rem, secara langsung atau penguat gaya. Untuk mencegah kenaikan gaya rem yang terlalu melonjak pada saat pengereman darurat maka kenaikan

tekanan minyak yang ditimbulkan oleh injakan pedal akan lebih lunak daripada injakan dibawah.

Perbandingan gaya rem tetap sama, namun demikian untuk kontruksi, baru menjaga agar pada waktu pengereman tidak terjadi slip antara telapak ban dan permukaan jalan, maka pengurangan kenaikan tekanan minyak diatas pedal tertentu dikemukakan diatas.

3. Rem Cakera

Rem cakera terdiri atas sebuah cakera dari baja yang dijepit lapisan rem kedua sisinya pada waktu pengereman. Rem ini mempunyai sifat-sifat yang baik seperti mudah dikendaikan, pengereman yang stabil, radiasi panas yang baik sehingga banyak dipakai untuk rem depan. Adapun kelemahannya yaitu umur lapisan yang pendek serta ukuran silinder rem yang besar pada roda.

Dibandingkan dengan macam rem yang lain, rem cakera mempunyai harga FER terendah karena pemancaran panas yang baik.

4. Rem Pita

Rem pita pada dasarnya terdiri dari sebuah pita baja yang disebelah dalamnya dilapisi dengan bahan gesek, drum rem dan tuas. Gaya rem akan timbul bila pita dikaitkan pada drum dengan gaya tarik pada kedua ujung pita tersebut. Salah satu atau kedua pita dikaitkan pada tuas.

Rem pita mempunyai beberapa keuntungan seperti luas lapisan permukaan dapar dibuat besar, pembuatan mudah, pemasangan tidak sukar, gaya rem besar dalam keadaan berhenti. Tetapi karena sukar

dikendalikan rem ini tidak cocok untuk putaran tinggi, karena pita dapat mengalami putus. Rem semacam ini dipandang tidak cocok untuk alat-alat pengangkut manusia, rem pita banyak dipakai untuk derek. Rem sebuah derek dimaksudkan untuk menghentikan putaran drum penggulung kabel dan mencegah beban turun sendiri.

C. Elemen Rem Sepatu

Pada rem sepatu terdapat bagian atau elemen yang sangat penting, elemen tersebut terdiri dari :

1. Roda Rem

Biasanya mesin pengangkat yang digerakkan tangan didesain dengan roda dari besi cor dan digerakkan oleh penggerak daya. Roda yang dipakai tersebut dari baja cor dengan tingkat diatas 55J I grup III, atau baja tempa dengan 45 sesuai dengan standar Soviet dengan kekerasan minimum permukaan gesek 280 BHN.

Lebar roda boleh melebihi lebar sepatu sebesar lima sampai sepuluh milimeter. Roda rem harus diberi sirip untuk pelepasan kalor yang lebih baik dan dilengkapi dengan lubang diantara siripnya untuk mendapatkan sirkulasi udara yang lebih baik dan untuk melepaskan kalor lebih efektif ke atmosfer.

2. Sepatu Rem

Sepatu rem dibuat dari kayu mapel atau poplar yang dipasang pada tuas dengan baut. Untuk mekanisme penggerak sepatu dibuat dari besi cor

(dengan cetakan permanen, tingkat CH 12-28) dan diberikan lapisan rem khusus. Lapisan tersebut dapat diikat dengan paku keling ataupun dengan sekrup yang terbenam.

Lapisan Rem

Lapisan rem harus memenuhi syarat sebagai berikut:

Mempunyai koefisien gesek yang besar

Mampu bekerja dengan baik sampai temperatur tiga ratus derajat celcius

Dapat menahan keausan pada kecepatan, tekanan, satuan, dan temperatur tinggi

Mudah dibuat dan murah

Saat ini bahan yang paling banyak dipakai ialah pita canai. Pita

canai dibuat dengan mesin canai dari asbes non tekstil yang murah dengan

karet dan ditambahkan belerang untuk proses vulkanisir. Pita canai dibuat

dengan ketebalan sampai delapan milimeter dan lebar sampai seratus

milimeter. Pita canai sangat elastis dan dapat ditengkuk dengan mudah,

mempunyai koefisien gesek yang stabil dan tinggi antara 0,42 - 0,53 dan

dapat menahan temperatur sampai 2200 C.

Percobaan-percobaan menyarankan nilai koefisisen gesek untuk

berbagai bahan tanpa pelumasan sebagai berikut :

Besi cor dengan besi cor 0,15

Baja dengan besi cor 0,15

Pita rem asbes tipe A dengan besi cor atau baja 0,37

Pita rema asbes tipe B dengan besi cor atau baja 0,37

Pita canai dengan besi cor atau baja 0,42

Kayu dengan besi cor 0,3

Kayu dengan baja 0,25

Kulit dengan besi cor 0,20

Kulit dan baja 0,20

Kuningan dan kuningan 0,17

Kuningan dan baja 0,16

Baja padat serat 0,17

Untuk mengetahui tekanan satuan maksimum yang dizinkan untuk

sepatu rem diberikan pada Tabel. 1:

Tabel. 1 : Tekanan maksimum yang diizinkan untuk sepatu rem

Material sebagai permukaan

Tekanan per unit Kg/cm2

pengereman

Rem di atas

Rem di bawah

Besi dan baja

20

15

Baja dan besi

20

15

Baja dan baja

4

2

Pita rem asbes dan logam

6

3

Pita canai dan logam

6

4

4. Tuas rem dan batang tarik

Tuas rem dibuat dari baja tuang-tempa cetak. Tegangan lentur

aman tuas dengan memperhitungkan kejutan patahnya bernilai antara

empat ratus sampai delapan ratus kilogram per sentimeter bujur sangkar

tergantung ukuran rem tersebut. Tuas baja tuang lebih mahal tetapi

memiliki kekakuan yang lebih baik dan lebih sedikit gerakannya ketika

berputar.

Gambar. 2 Rem blok tunggal

Gambar. 3 Rem blok ganda

Gambar. 4 Rem cakeram

(a) (b) (c)

Gambar. 5 Macam – macam rem drum

(a) sepatu depan belakang (b) dua sepatu depan (c) duo servo

Gambar. 6

Rem pita

BAB III

PERENCANAAN REM

A. Rem Sepatu

Dalam perencanaan rem ada beberapa macam persyaratan penting yang harus dipenuhi yaitu besarnya momen pengereman, besarnya energi yang diubah menjadi panas terutama bahan gesek yang dipakai. Pemanasan yang berlebihan bukan hanya akan merusak bahan lapisan rem, tetapi juga

akan menurunkan koefisien gesekannya.

Bahan rem harus memenuhi syarat keamanan, ketahanan dan dapat melakukan proses pengereman dengan halus. Disamping itu bahan rem juga harus memiliki koefisien gesek yang tinggi, keausan kecil, kuat dan tidak

melukai permukaan drum dan dapat menyerap getaran yang timbul.

Pada perencanaan rem sepatu dalam diketahui data-data sebagai

berikut :

r

= 54 mm

= 0,054 m

a

= 42 mm

= 0,042 m

f

= 0,47 (Tabel. 2)

Pa

= 690 Kpa

(Tabel. 2)

θ1

= 00

θ2

= 1450

θ

= 900 (karena θ2 ≥ 900)

a

Dari data yang didapat kita dapat mengetahui persamaan gaya gerak untuk dapat menggerakkan rem.

F =

Mn − Mf

................................................ (literatur 2 – hal 295)

C

Mf = Mn – FC

Moment Mf dari gaya gesekan adalah :

Mf =

Mf =

Mf =

Mf =

Mf =

∫fd .

n (r − a cos θ)

........

........

........

........

.... (literatur 2 – Hal 295)

f Pa br

θ2

sin θ(r −a cos θ) dθ

sin θa

θ1 f Pa br

− r cos θ

θ2

− a

1

sin

2

θ

θ2

sin

θa

θ1

2

θ1

f Pa br

(r − r cos θ2

a

sin2 θ2 )

sin

θa

2

0,47 . 690 . 103 . b . 0,054

0

0,042

2

0

0,054

− 0,054 cos145

sin

145

sin 900

2

Mf = 17512,2 . b (0,054 + 0,04423 - 0,00691)

Mf = 17512,2 . b . (0,09132)

Mf = 1599,214 . b

Momen dari gaya-gaya normal diberikan :

Mn =

∫dN (a sinθ) ............................................... (literatur 2 – hal 297)

P . b . r . a

θ2

=

a

∫sin2 θ dθ

sinθ a

θ1

P

. b . r . a

1

θ2

=

a

[θ2 −

sin 2θ]θ1

sinθ a

4

=

P a . b . r . a

[θ22

1

sin 2θ2 ]

4

sinθ a

=

690.103 .b.0,054.0,042 π

145

1

2

sin 900

180

4

sin 2.1450

1564,92 . b (1,265 + 0,235)

1564,92 . b (1,5)

Mn = 2347,38b

Jadi :

Mf + F . c = Mn

1599,214 b + F . c = 2347,38 b F . c = 748,166 b

F = 748,166b c

180°−θ

2

c = 2

a cos

2

c = 2

0,042 cos

180°−145°

2

c = 2 (0,042 cos 17,5o) c = 0,08011 m

A = 360θ2° 2π.r.b

145360

°° 2(3,14)(0,054)b

0,13659 b

F =

Pa . A(b − fa)

b

748,166b

=

690.103 (0,13659)b(b − 0,47x0,042)

c

b

748,166 b

=

690. 103(0,13659)(b-0,01974)c

784,166 b

=

690 . 103 (0,13659) (b- 0,01974) (0,08011)

748,166 b = 7550,135 b -149,04

6801,969 b = 149,04 b = 6801,969149,04

b = 0,02191 m = 21,91 mm ≈ 22 mm

Jadi lebar muka dari kanvas rem yang diambil sebesar b = 22 mm. Mn = 2347,38 b

2347,38 . 22

51642,36 Nm Mf = 1599,214 b

1599,214 . 22

35182,708 Nm C = 0,08011 m

Pegas

Pada perencanaan ini pegas yang direncanakan merupakan pegas yang menghubungkan antara rem sepatu kanan dan kiri yang digolongkan sebagai pegas tarik, pegas tarik umumnya dipandang kurang aman dibandingkan dengan pegas ulir tekan. Karena itu, tegangan yang diizinkan pada pegas tarik diambil 20% lebih redah dari pegas tekan.

Pegas tarik harus mempunya beberapa alat untuk memindahkan beban dari tumpuannya kebadan pegas. Walaupun ini dapat dilakukan dengan suatu sumbat berulir atau suatu cantelan berputar. Hal ini menambahkan biaya pada produksi akhir dan karenanya salah satu dari metode biasanya dipakai dalam merencanakan suatu pegas dengan suatu cantelan, pengaruh pusat tegangan perlu diperhatikan. Data-data yang dimiliki dalam merencanakan pegas antara

lain :

d

= 1,4 mm

D

=

(8,5 - 1,4) mm = 7,1 mm

A

=

1750 Mpa (Tabel. 3)

m

=

0,192 (Tabel. 3)

Maka didapat :

Sut

=

A

=

1750

dm

(1,4)0,192

=

1750

1,067

= 1640 Mpa

persamaan pendekatan antara kekuatan menyerah dan kekuatan akhir dalam tarik, didapat :

Sy

=

0,75 . Sut ....................................................

(Literatur 2

– hal 12)

=

0,75 . 1640 Mpa

Sy

= 1230 Mpa

Dengan menggunakan teori energi distorsi, didapat :

Ssy

=

0,577 . Sy ..................................................

(Literatur 2

– Hal 12)

= 0,577 . 1230 Mpa

Ssy = 709,71 Mpa

Indeks pegas adalah :

C = D

d .............................................................

= 7,1 1,4

C = 5.071

Maka faktor perkalian tegangan geser adalah :

Ks = 1 + 0,5

....................................................

C

1 + 0,5

5,071

1 + 0,098

(Literatur 2 – Hal 3)

(Literatur 2 – Hal 3)

Ks = 1,098

Sehingga Fmax didapat dengan menggantikan tegangan geser dengan kekuatan mengalah puntir, didapat :

Fmax

=

Ssy .π . d 3

(Literatur 2 - Hal 13)

..........

....................................

8 K s . D

=

709,71. 3,14 . (1,4)3

8 . 1,098. 7,1

Fmax

=

6114,975

62,366

Fmax

=

98,0498 N

Besarnya gaya yang diperlukan untuk menimbulkan tegangan puntir pada ujung cantelan, adalah :

Dimana : rm = D

4

7,1

4

1,775 mm

ri

d

= rm

-

..................................................

(Literatur 2 - Hal 16)

2

1,775 - 2

1,775 - 0,7

ri

= 1,075 mm

maka :

K

=

rm

(Literatur 2 - Hal 8)

......................................................................

r

i

1,775

1,075

K = 1,65

Dimana K = Ks

Jadi :

Fmax =

Ssy . π . d 3

(Literatur 2 - Hal 13)

8 K . D.............................................

= 709,71 . 3,14 . (1,4)3 8 . 1,65 . 7,1

= 6114,975 93,72

Fmax = 62,247 N

Tegangan normal pada cantelan diperoleh dari gaya untuk menimbulkan

tegangan normal yang mencapai kekuatan mengalah :

Dimana :

rm = D

2

rm = 7,1

2

= 3,55 mm

ri

d

= rm -

2

= 3,55 – 1.4

2

= 3,55 – 0,7

ri = 2,85 mm

maka :

K = r

m ri

3,55

2,85

K = 1,245

Dengan memasukkan τ = Sy dan harga-harga yang diketahui dalam

persamaan :

τ

=

M

+

F

=

K 32 .F .rm

+

4 F

............ (Literatur 2 - Hal 16)

I

A

π . d 2

C

n d 3

1230

=

1,245 . 32.Fmax

. 3,55

+

4 . Fmax

3,14 (1,4)3

3,14 (1,4)2

1230

=

141,432Fmax

+

4 . Fmax

8,616

6,15

1230

=

16,415 . Fmax + 0,65 . Fmax

1230

=

17,065 . Fmax

Fmax

=

1230

17,065

Fmax

=

72,07 N

C. Pena Pin

Dalam perhitungan pena pin kita memerlukan data-data berupa Mn, Mf, dan c. Dimana data-data tersebut telah didapat dalam perhitungan sebelumnya. Dimana :

Mn = 51,64 Nm

Mn = 35,18 Nm

c = 0,08011 m ……………… (c = jarak titik puncak ke pegas +

jarak titik puncak ke pena pin)

Sehingga gaya gerak yang diperoleh sebesar :

F =

Mn −Mf

……………………………….. (Literatur 2 – Hal 295)

C

51,64 −35,18

0,08011

0,0801116,46

F = 205,47 N = 0,206 kN

Gaya gerak pada sumbu x dan y diperoleh sebesar :

Fx

= F . sin 00

= 0,206 sin 00

Fx

= 0 kN

Fy

= F . cos 00

= 0,206 cos 00

Fy

= 0,206 kN

Ry

Ry

Rx

Rx

Sepatu pertama

Sepatu kedua

Untuk mendapatkan reaksi pena engsel, kita mencatat :

θ1 = 00

maka :

A = ( ½ sin 2θ2) θ2 …………………………. (Literatur 2 – Hal 297)

θ1

12 sin 2 θ2

½ sin2 1450

0,165

θ

B

=

∫2 sin2 θ dθ

θ1

θ

1

θ2

=

sin 2θ

2

4

θ1

θ2

1

θ1

1

=

sin 2θ

2

sin 2θ

2

4

2

4

1

=

π 155

1

sin

2(1550 ) −0

2 180

4

= 1,265 + 0,235

B

= 1,5

D

=

Pa. b . r

………………………………….. (Literatur 2 – Hal 301)

sin θa

=

690 . 103 . 0,022 0.054

sin 900

D

=

0,81972 kN

1

= 0,81972 kN

Maka reaksi gaya-gaya pada pena engsel sepanjang sumbu x dan y adalah :

Rx =

Pa. b . r

(A – f.B) - Fx

(Literatur 2 – Hal 297)

sin θa

.................................

D (A – f.B) - Fx

0,81972 (0,165 – 0,47 . 1,5) – 0

0,81972 (0,165 – 0,705)

-0,44 kN

Ry = D (B + f A) – Fy

0,81972 (1,5 + 0,47 . 0,165) – 0,206

0,81972(1,57755) – 0,206

1,09 kN

Resultan dari gaya-gaya pada pena engsel sumbu x dan y adalah :

R = Rx2 + R y2 ............................................... (Literatur 2 – Hal 301)

(−0,44)2 + (1,09)2

1,3817

1,175 kN

Dimana momen gesek (MF) dan normal (Mn) adalah perbandingan lurus dengan tekanan sehingga daya putar yang disumbangkan oleh sepatu rem sebelah kiri dipenuhi oleh persamaan

Mn = 51,64 Pa

1000

Mf = 35,18 Pa

1000

Maka tekanan pada sepatu sebelah kiri sebesar :

F

=

Mn + Mf

(Literatur 2 – Hal 297)

............................................

C

51,64 Pa

+

35,18 Pa

0,206

=

1000

1000

0,08011

0,0165 =

51,64 Pa + 35,18 Pa

1000

16,5

=

86,82 Pa

Pa

=

16,5

86,82

Pa

=

0,19 kPa

D

=

Pa. b . r

sin θa

=

0,19 . 0,022 . 0,054

sin 900

D

=

0,00022572 kN

Maka reaksi gaya-gaya pada pena engsel sepanjang sumbu x dan y untuk putaran yang berlawanan dengan arah jarum jam sebesar :

Rx = D (A + f.B) - Fx ........................................ (Literatur 2 – Hal 297)

0,00022572 (0,165 + 0,47 . 1,5) – 0

0,00022572 (0,87)

1,96 . 10-4 kN

Ry = D (B - f.A) – Fy

0,00022572 (1,5 - 0,47 . 0,165) – 0,206

0,00022572 (1,42245) – 0,206

= - 0,2057 kN

Resultan dari gaya-gaya pada pena engsel sumbu x dan y adalah :

R = Rx2 + R y2 ................................................ (Literatur 2 – Hal 301)

(1,96.10−4 )2 + (−0,2057)2

0,042312

R = 0,206 kN

Momen yang terjadi pada pena pin sebesar :

= R1 . 1 - R2 . 1

1,175 . 0,0151 – 0,206 . 0,0151

0,0177425 – 0,0031106

M = 0,0146319 kNm = 14,63 kNmm

Bahan dari pena pin adalah Baja AISI 1050 dengan :

σ

= 49 kPsi = 33761 . 104 Pa

σ

=

M

MC

=

M d

2

=

Z

I

πd 4

64

d3 =

32M

σπ

32(14,63)

π . (337610000)

468,16

1060095400

d = 0,00762 m

d = 7,62 mm ≈ 8 mm

Diameter pena pin yang didapat adalah sebesar 8 mm.

D. Poros

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.

Panjang dari poros yang direncanakan adalah sepanjang 160 mm dengan bahan poros berupa Baja AISI 1010 dengan tegangan sebesar 26 kPsi atau setara dengan

179,14 N/mm2 .

Maka didapat :

m = Berat kosong sepeda motor + Berat 2 penumpang 2

=

98,9 kg + 140 kg

2

=

238,9 kg

2

m

= 119,45 kg

F

= m . g = 119,45 . 9,8 = 1170,61 N

Reaksi pada batang poros :

½ F ½ F

A C D B

L/4

3L/4

L

RA RB

∑Fy = 0

RA – ½ F - 12 F + RB = 0

RA – F + RB = 0

RA + RB = F

RA + RB = 1170,61 N

∑MA = 0

12 F .

L

+ 12

F .

3L

- RB . L = 0

4

4

FL8 + 8

3 FL − RB .L = 0

12 FL − RB .L = 0

RB .L = 1

2 FL

RB = 12 F = 12 (1170,61) = 585,305N

RA + RB =1170,61

RA + 585,305 =1170,61

RA = 585,305N

Perhitungan gaya geser dan momen untuk daerah 0 ≤ x ≤ L 4

X

V M

A

∑Fy = 0

RA −V = 0

V = RA = 585,305N

∑M = 0

RA .x − M = 0

= RA .x

Jika x = 0 mm, maka : MA = 0 Nmm

Jika x = L 4 = 40 mm, maka :

M C = 585,305(40) = 23412,2Nmm

Perhitungan gaya geser dan momen untuk daerah L 4 ≤ x ≤ 3L 4

1/2F

L 4

x

V M

RA

∑Fy = 0

RA − 12 F −V = 0

V = RA − 12 F = 585,305 − 12 (1170,61) = 0N

∑M = 0

RA .x − 12 F (x − L 4) − M = 0

= RA .x − 12 F.x + 1

8 F.L

Jika x = L 4 = 40 mm, maka :

M C = 585,305(40) − 12 (1170,61)(40) + 18 (1170,61)(160) M C = 23412,2 − 23412,2 + 23412,2 = 23412,2Nmm

Jika x = 3L 4 = 120 mm, maka :

M D = 585,305(120) − 12 (1170,61)(120) + 18 (1170,61)(160)

M D = 70236,6 − 70236,6 + 23412,2 = 23412,2Nmm

Perhitungan gaya geser dan momen untuk daerah 3L 4 ≤ x ≤ L

L/4 ½ F

½ F

V M

3L/4

x

RA

∑Fy = 0

RA − 12 F − 12 F −V = 0

V = RA − F = 585,305 −1170,61 = −585,305N

RA .x − 12 F (x − L 4) − 12 F (x − 3L 4) − M = 0

M = RA .x − 12 F.x + 18 F.L − 12 F.x + 38 F.L

= RA .x − F.x + 12 F.L

Jika x = 3L 4 = 120 mm, maka :

M D = 585,305(120) − (1170,61)(120) + 12 (1170,61)(160) M D = 70236,6 −140473,2 + 93648,8 = 23412,2Nmm

Jika x = L = 160 mm, maka :

M B = 585,305(160) − (1170,61)(160) + 12 (1170,61)(160)

M B = 93648,8 −187297,6 + 93648,8 = 0Nmm

Diagram gaya geser :

V (N) 585,305

-585,305 Diagram momen :

M (Nmm)

23412,2

σ =

32 M... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... ....

(Literatur 2 – Hal 263)

πd3

179,14

=

32 ( 23412,2)

π d 3

562,4996 d3

= 749190,4

d3

=

749190,4

562,4996

d3

= 1331,9

d

= 11 mm ≈ 12 mm

Diameter poros yang digunakan adalah 12 mm

E. Bantalan

Pada perencanaan ini menggunakan bantalan luncur. Bantalan ialah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak-balik dapat berlangsung secara halus, aman dan panjang umur. Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya

bekerja dengan baik maka prestasi seluruh mesin lainnya bekerja dengan baik.

Pada bantalan luncur ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantara lapisan pelumas.

Pada perencanaan ini didapat data-data sebagai berikut : m = 119,45 kg

N = 7500 rpm (pv)a = 1,5 (Tabel. 4)

l ≥

π

mN

................................................ (Literatur 3 - Hal 114)

1000x60 ( pv)a

l ≥

3,14

119,45(7500)

1000x60

1,5

l ≥

3,14 895875

60000

1,5

l ≥

2813047,5

90000

l≥ 31,26 mm ≈ 32 mm Asumsikan harga l/d = 2,5 Maka :

31d = 2,5

d = 232

,5 =12,8mm ≈ 13 mm

Diameter bantalan yang digunakan adalah 12,5 mm.

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan perhitungan-perhitungan pada bab terdahulu didapat data

sebagai bahan untuk merencanakan rem tromol yaitu :

1. Perencanaan Sepatu rem

Data yang diambil dari literature didapat sebagai berikut :

r = 54 mm

a = 42 mm

f = 0,47

Pa = 690 kPa

Dari data di atas didapat lebar muka sepatu rem (b) = 22 mm.

2. Perencanaan Pegas

Data yang diambil adalah sebagai berikut : d = 1,4 mm

D = 7,1 mm A = 1750 Mpa m = 0,192

Dari data di atas didapat :

Fmax = 62,247 N (diambil dari F1max = 98,0498 N ; F2max = 62,247 N ;

F3max = 72,07 N)

3. Perencanaan Pin Penahan

Pin penahan terbuat dari bahan Baja AISI 1050

Mn = 51,64 Nm

Mf

= 35,18 Nm

c

= 0,08011 m

= 49 kPsi = 33761 . 104 Pa

Dari hasil perhitungan didapat diameter pin (d) = 8 mm. 4. Perencanaan Poros

Bahan poros terbuat dari Baja AISI 1010

= 26 kPsi = 179,14 N/mm2

L = 160 mm m = 119,45 kg

Maka didapat diameter poros (d) = 12 mm

Perencanaan Bantalan Bantalan terbuat dari besi cor. τ = 0,3 - 0,6

m = 119,45 kg N = 7500 rpm (pv)a = 1,5

Dari hasil perhitungan didapat diameter dalam bantalan (d) = 13 mm.

Terlihat bahwa perhitungan poros dan bantalan sesuai, karena diameter poros lebih kecil daripada diameter bantalan.

DAFTAR PUSTAKA

Khurmi, RS, Gupto JK, “A Text Book Of Machine Design”, Eurasia Publishing House, New Delhi, 1982.

Shigley, Joseph, L.D Mitchell, “Perencanaan Teknik Mesin”, Jilid 2, Edisi 4, Erlangga, Jakarta, 1994.

Sularso, Ir, MSME, “Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin”, PT Pradya Paramitha, Jakarta, 1981.

PT Astra Honda Motor, “Panduan Penjualan Karisma”, Jakarta, 2002.

PT Astra Honda Motor, “Buku Pedoman Reparasi Honda Karisma”, Jakarta, 2002.

PT Astra Honda Motor, “Parts Katalog Honda Karisma”, Edisi 1, Jakarta, 2002.

Tabel. A Beberapa Sifat Lapisan Rem

Lapisan yang

Lapisan yang

Balok yang

ditenun

dicetak

kaku

Kekuatan tekan, kpsi

10

– 15

10

– 18

10

– 15

Kekuatan tekan, MPa

70 – 100

70 – 125

70 – 100

Kekuatan tarik, kpsi

2.5 – 3

4

– 5

3

– 4

Kekuatan tarik, MPa

17

– 21

27

– 35

21

– 27

Suhu maksimum, oF

400

– 500

500

750

Suhu maksimum, oC

200

– 260

260

400

Kecepatan maks., fpm

7500

5000

7500

Kecepatan maks.,m/s

38

25

38

Tekanan maks., psi

50 – 100

100

150

Tekanan maks., kPa

340

– 690

690

1000

Koefisien gesekan rata-rata

0,45

0,47

0,40 – 45

Tabel. B Konstanta yang dipakai untuk memperkirakan kekuatan tarik dari baja pegas yang dipilih

Bahan

Eksponen

Konstanta A

m

kpsi

Mpa

Senar musik

0,146

196

1350,44

Kawat yang dikeraskan dengan penarikan

0,192

254

1750

Tabel. 4

Tabel. 2 : Sifat – sifat Mekanis dari Baja

Nomor

Nomor

Cara

Kekuatan

Kekuatan

Pemanjangan

Pengurangan

Kekerasan

UNS

AISI

Pengerjaan

Mengalah

Tarik

dalam 2 in

Luas

Brinell

kpsi

kpsi

%

%

HB

G10100

HR

26

47

28

50

95

G10150

1010

CD

44

53

20

40

105

HR

27

50

28

50

101

G10180

1015

CD

47

56

18

40

111

HR

32

58

25

50

116

1018

CD

54

64

15

40

126

HR

33

56

25

45

121

G10350

1112

CD

60

78

10

35

167

HR

39

72

18

40

143

1035

CD

67

80

12

35

163

Drawn 800oF

81

110

18

51

220

Drawn 1000oF

72

103

23

59

201

Drawn 1200oF

62

91

27

66

180

G10400

HR

42

76

18

40

149

1040

CD

71

85

12

35

170

Drwan 1000oF

86

113

23

62

235

G10450

HR

45

82

16

40

163

1045

CD

77

91

12

35

179

G10500

HR

49

90

15

35

179

1050

CD

84

100

10

30

197

KARTU ASISTENSI

TUGAS PERENCANAAN ELEMEN MESIN I

1. NAMA : - DEDI SUPARMAN

(03043150006)

- MUHAMMAD NOUFAL

(03043150088)

JUDUL :

PERENCANAAN REM TROMOL PADA HONDA KARISMA

NO

HARI/TANGGAL

MATERI

KETERANGAN

PARAF

Inderalaya, Desember 2006

Dosen Pembimbing

Irsyadi Yani.ST.MT

PERHITUNGAN POROS

Daya yang ditransmisikan (P) = 5 HP = (5 x 0,735) kW = 3,675 kW

Faktor koreksi (fc) = 1,0 (Tabel. 6)

Daya yang direncanakan (Pd)

Pd = fc . P ............................................................... (Sularso, hal 7)

= 1,0 . 3,675

= 3,675 kW

- Momen rencana (T)

T = 9,74 . 105

Pd

................................................. (Sularso, hal 7)

n

1

3,675

9,74 . 105 639,2

5600 kgmm

Bahan poros : S40C - H

B = 62 kg/mm2 (Tabel. 7)

Faktor keamanan (Sf1) = 6,0 (Untuk bahan SC) ...................

(Sularso, hal 8)

Faktor kekasaran permukaan (Sf2) = 2,5 ...............................

(Sularso, hal 8)

- Tegangan geser yang diizinkan (τa )

τ

a

=

σB

Sf1.Sf2

=

62

(6,0)(2,5)

= 4,13 kg/mm2

- Faktor pengaruh beban lentur (Cb ) = 2,3 ..............................

(Sularso, hal 8)

Faktor koreksi yang dianjurkan ASME (Kt ) = 1,5 ................

(Sularso, hal 8)

- Diameter poros (ds )

1

5,1.Kt .Cb .T

ds =

3

(Sularso, hal 8)

.............................................

τa

1

(5,1)(2,3)(1,5)(5600)

=

3

4,13

= 28,8 mm

- Tegangan geser yang terjadi (τ )

τ =

5,1.T...........................................................

(Sularso, hal 7)

ds

3

=

(5,1)(5600)

28,83

= 1,2 kg/mm2

Sehingga :

τa .Sf2 ⟩ τCb Kt

10,3 > 4,1 ; maka poros aman

C. PERHITUNGAN PASAK

- Bahan pasak : S35C-H

Kekuatan tarik (σB ) = 58 kg/mm2 (Tabel. 8)

Faktor keamanan Sfk1 = 6 ; Sfk2 = 3 ............................... (Sularso, hal 25)

- Ukuran pasak untuk diameter poros 22 – 30 mm yaitu : (Tabel.7)

b (lebar pasak)

= 8 mm

h (tinggi pasak)

= 7 mm

t1 (kedalaman alur pasak pada poros)

= 4,0 mm

t2 (kedalaman alur pasak pada naf)

= 3,3 mm

Panjang pasak (lk)

= 40 mm

- Gaya tangensial (F)

F =

T

d

s

2

=

5600

28,8

2

= 388,8 kg

- Tegangan geser yang diizinkan (τka )

τka

=

σB

Sfk1.Sfk 2

58

(6)(3)

3,2 kg/mm2

- Tekanan permukaan yang diizinkan ρa = 8 kg/mm2

- Panjang pasak dari tegangan geser yang diizinkan

τk = 388,8

≤ 3,2 ; l1 ≥ 15,18 8.l1

Panjang pasak dari tekanan permukaan yang diizinkan

ρ =

388,8

≤ 8,0 ; l2 ≥ 14,72

l2.3,3

Harga terbesar antara l1 dan l2

L = 15,18 mm

Sehingga :

b

=

8

= 0,28

; 0,25 < 0,28 < 0,35

baik

ds

28,8

lk

=

40

= 1,38

; 0,75 < 1,38 < 1,5

baik

ds

28,8

BAB XI

PENGUKURAN PERPINDAHAN DAN DIMENSI

11. 1 PENDAHULUAN

Penentuan perpindahan linear adalah salah satu yang paling mendasar dari seluruh pengukuran. Perpindahan mungkin menentukan tingkat suatu bagian fisis, atau mungkin menentukan jauhnya suatu gerakan.

Bentuk yang paling umum dari pengukuran perpindahan ialah membandingkan langsung dengan suatu standar sekunder (pembandingan langsung). Alat-alat ukur tesebut diklasifikasikan dalam Tabel. 11.1.

11. 2 SUATU MASALAH DALAM PENGUKURAN DIMENSI

Suatu masalah yang sering dihadapi dalam pengukuran suatu dimensi adalah tidak adanya standar pengukuran. Misalnya untuk mengukur suatu lubang yang dibor digunakan suatu pengukur Diterima / Tidak Diterima jenis sumbat. Sekarang yang menjadi masalah apakah alat pengukur tersebut masih dalam toleransi ? Kita hanya akan mengetahui dengan cara mengukurnya dengan balok ukur. Tetapi

untuk bisa berguna, batang ukur itu sendiri harus diukur dan seterusnya sampai akhirnya kembali ke standar panjang dasar.

Contoh lainnya yang menggambarkan betapa pentingnya standar pengukuran yaitu pembuatan lubang di atas sebuah eleman. Dimensi yang diperinci oleh suatu pabrik tidak akan bisa terpenuhi oleh pembuat

pengukur kecuali kedua perangkat balok ukur yang digunakan diturunkan dengan teliti dari standar dasar yang sama.

Tabel. 11.1 Klasifikasi Alat-alat Pengukur Perpindahan

Alat-alat dengan Resolusi Rrendah (sampai dengan 1/100 in) (0,25 mm)

Penggaris baja yang digunakan langsung atau dengan bantuan

Kaliper

Pembagi

Pengukur permukaan

Pengukur tebal

Alat-alat dengan Resolusi Menengah (sampai dengan 1/10.000 in)(2,5 x 10-3 mm)

1.Mikrometer (dalam bermacam- macam bentuk, misalnya jenis biasa , di dalam, kedalaman, ulir sekrup dan lain-lain) yang digunakan langsung atau dengan bantuan asesori seperti :

Pengukur teleskopik

Pengukur-pengukur bola yang bisa diperpanjang

2.Alat-alat vernier, dalam bermacam-macam bentuk seperti jenis di luar, di dalam, kedalaman, tinggi dan sebagainya

3.Pengukur–pengukur khusus (dinamai bermacam-macam seperti sumbat, cincin, snap, tirus dan sebagainya)

Indikator dial

Mikroskop pengukur

Alat-alat Resolusi Tinggi (sampai dengan mikroin)(2,5 x 10-5 mm)

Balok-ukur (gage block) digunakan langsung atau dengan bantuan beberapa bentuk pembanding (comparator ) seperti

Pembanding mekanis

Komparator listrik

Komparator pneumatik

Sumber cahaya monokhromatik dan lempeng optis

Alat-alat Resolusi Super

Bermacam-macam bentuk interferrometer yang digunakan dengan sumber cahaya khusus

3 BALOK UKUR

Balok ukur adalah kuantitas yang diketahui yang digunakan untuk mengalibrasi alat–alat pengukur dimensi, untuk menyetel alat–alat khusus, untuk digunakan langsung dengan asesori sebagai alat ukur dan merupakan standar dimensi dalam industri. Alat–alat ini merupakan balok–balok kecil

yang dibuat dari baja yang telah diberi perlakuan panas untuk menstabilkan guna mengurangi perubahan ukuran sesudah lama dipakai, dan mempunyai permukaan paralel serta ukuran yang teliti dengan toleransi yang ditentukan untuk kelasnya. Kombinasi yang teliti dimungkinkan dalam kenaikan sepersepuluh ribu sampai lebih dari 120.000 variasi dimensi.

11. 4 RAKITAN TUMPUKAN BALOK-UKUR

Balok-balok ukur tersebut dirakit dengan menumpuknya bersama-sama untuk mendapatkan dimensi yang dikehendaki.

Prosedur yang dianjurkan untuk merakit balok-balok itu adalah sebagai berikut : Bersihkan permukan-permukaan balok tersebut dengan alkohol dan kapas yang bisa menghisap; kemudian lapisilah dengan minyak tanah dengan menggunakan kain bersih yang lain. Bersihkanlah permukaan tersebut dengan kapas bedah sampai tidak ada lapisan minyak yang kelihatan. Pegang kedua ujung balok yang berlawanan bersama-sama agar sisa-sisa kotoran atau benda yang mungkin masih menempel bisa hilang. Dan mereka terkombinasi secara sempurna bila dilakukan penjepitan kedua balok dengan tepat akan menghalangi kedua balok tersebut lepas kembali karena gaya adhesi antara kedua permukaanya kira-kira 30 kali lebih besar daripada tekanan atmosfer.