Post on 24-Feb-2018
i
PERENCANAAN PAJAK PENYUSUTAN AKTIVA TETAP
PADA PT. ASURANSI BINTANG TBK
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh
M. BURHAN KHAIRONI
NIM : 103082029422
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Muhammad Yani. SE. MM NIP : 131 474 891
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
ii
Hari ini Selasa Tanggal 25 bulan September Tahun Dua Ribu Tujuh telah
dilakukan Ujian Komprehensif atas nama M. Burhan Khaironi NIM:
103082029422 dengan judul Skripsi “PERENCANAAN PAJAK PENYUSUTAN
AKTIVA TETAP PADA PT. ASURANSI BINTANG TBK”. Memperhatikan
penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah
dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Desember 2007
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak. MBA Amilin. SE. Ak. M.Si Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
iii
Hari ini Jum'at tanggal 28 bulan Maret Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan
Ujian Skripsi atas nama M. Burhan Khaironi NIM 103082029422 dengan judul
skripsi: "Perencanaan Pajak Penyusutan Aktiva Tetap Pada PT. Asuransi
Bintang Tbk". Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian
berlangsung, maka sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 Maret 2008
Tim Penguji Ujian Skripsi
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Muhammad Yani. SE. MM Ketua Sekretaris
Drs. Abdul Hamid Cebba, Ak.,MBA Penguji Ahli
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Biodata Pribadi
1. Nama Lengkap : M. Burhan Khaironi
2. Nama Panggilan : Roni
3. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 30 November 1984
4. Alamat : Jl. Tembakau III No. 11 RT 002/01
Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta
Selatan 12510
5. Agama : Islam
6. No HP/Telpon : 08567902832 / (021) 99170094
7. Orang Tua : Ayahanda Drs. H. Soegino dan Ibunda
Hj. Sriyatun
8. Kewarganegaran : Indonesia
9. Email : mb_roni@yahoo.com
II. Pendidikan Formal
1. TK Islam Nurul Hidayah Jakarta 1990-1991
2. SDN Pejaten Timur 17 Pagi 1991-1997
3. SLTPN 163 Jakarta 1997-2000
4. SMUN 55 Jakarta 2000-2003
5. Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial (FEIS), Jurusan
Akuntansi Perpajakan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 2003-2008
III. Pengalaman Organisasi
1. Wakil Ketua OSIS SLTPN 163 Jakarta 1997-1998
2. Ketua OSIS SLTPN 163 Jakarta 1998-1999
3. Ketua Pramuka SLTPN 163 Jakarta 1998-1999
4. Wakil Ketua Rohis SLTPN 163 Jakarta 1999-2000
5. Anggota MPK OSIS SMU 55 Jakarta 2000-2001
v
6. Anggota Sekbid V Bidang Keosisan SMU 55 Jakarta 2001-2002
7. Wakil Ketua Basket SMU 55 Jakarta 2002-2003
III. Pengalaman Kerja
1. Staf bagian Akuntansi PT. Sena Satwika RPX Pusat
Jakarta 2005-2006
2. Staf bagian Administrasi dan Kepegawaian Badan
Perencanaan Keuangan Pemerintahan (BPKP) Jakarta 2005-2006
3. Staf bagian PPN Kantor Pajak Kebon Jeruk Jakarta 2005-2006
vi
ABSTRACT
M. Burhan Khaironi " Tax Planning Of Decrease of fixed at PT. Asuransi Bintang tbk". Skripsi Strata One (S1) Majors Accountancy Faculty Of Economics and Social Science Islamic State University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Intention of this reaserch is to know PT Asuransi Bintang tbk do tax planning of decrease of fixed asset. Data the used is fiscal and commercial data year 2006. At this researchs made by an calculation simulating using two different method that is straight line and decline balance. Both the calculation evaluated from two different angle that is fiscal and commercial.
Pursuant to this research result can know that PT. Asuransi Bintang of Tbk do not conduct tax planning to decrease of fixed asset. Provable of difference comparison of result of calculation among commercial data which do not conduct planning tax with commercial data which done by tax planning. Result of him there are enough difference isn’t it among both so that can be concluded that PT. Asuransi Bintang Tbk do not conduct thrift of lease to decrease of fixed asset.
Keyword: decrease method, fixed asset, straight line, decline balance, thrift of lease.
vii
ABSTRAK
M. Burhan Khaironi “Perencanaan Pajak Penyusutan Aktiva Tetap pada
PT. Asuransi Bintang tbk”. Skripsi Strata Satu (S1) Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah PT Asuransi Bintang Tbk melakukan perencanaan pajak penyusutan aktiva tetap. Data yang digunakan adalah data komersial dan fiskal tahun 2006. Pada penelitian ini dibuat suatu simulasi perhitungan yang menggunakan dua metode yang berbeda yaitu garis lurus dan saldo menurun. Kedua perhitungan tersebut ditinjau dari dua sudut yang berbeda yaitu komersial dan fiskal.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa PT Asuransi Bintang Tbk tidak melakukan perencanaan pajak terhadap penyusutan aktiva tetap. Dapat dibuktikan dari selisih perbandingan hasil perhitungan antara data komersial yang tidak melakukan tax planning dengan data komersial yang dilakukan tax planning. Hasilnya terdapat selisih yang cukup signifikan diantara keduanya sehingga dapat disimpulkan bahwa PT. Asuransi Bintang Tbk tidak melakukan penghematan pajak terhadap penyusutan aktiva tetap. Kata kunci: metode penyusutan, aktiva tetap, garis lurus, saldo menurun, penghematan pajak
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala Puji dan Syukur senantiasa penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Hanya berkat curahan Rahmat, Taufik, Hidayah dan Innayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perencanaan Pajak
Penyusutan Aktiva Tetap pada PT Asuransi Bintang Tbk”. Shalawat serta salam
semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar kita, suri tauladan kita,
baginda Rasulullah SAW, beserta para keluarganya, para sahabat, dan para
pengikutnya yang setia pada ajarannya, dan Insya’allah kita semua termasuk
kedalam pengikutnya yang setia pada ajarannya sampai akhir zaman. Amin.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya serta teriring doa kepada seluruh pihak
yang sudah berkenan untuk menyisihkan sebagian waktu, tenaga, pikiran serta
bantuan lainnya yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Atas segala kerendahan hati, izinkanlah kepada penulis untuk
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga khusus kepada:
1. Kedua Orang Tuaku Tercinta, yaitu Ibunda Hj. Sriyatun dan Ayahanda
Drs. H. Soegino. Penulis hanya ingin mengatakan “ayah, mama, terima
kasih atas semua kasih sayang yang telah diberikan, tiada suatu apapun
yang dapat membalas semua yang telah ayah dan mama berikan kepada
anakmu ini, roni hanya bisa berharap dan memohon doa kepada Allah
SWT, agar selalu diberikan kesehatan dan panjang umur, serta selalu
dalam lindungan dan karunia dari Allah SWT. Dan Ya Allah, sayangilah
kedua orang tuaku sebagaimana kedua orang tuaku menyayangi aku sejak
kecil sampai dengan detik ini, amin. Kepada adik-adikku, Ahmad Burhan
Rifa’i (ifan), Mufti Syafi’i Zamzami (Mufti), serta adikku yang paling
cantik Nabila Zahara (Bela), “makasih ya udah selalu do’ain dan selalu
ngasih kakak support. Kakak akan selalu doa’in semoga adik-adikku yang
manis dan cantik, bisa jadi apa yang kalian inginkan dan kakak juga
ix
berpesan agar selalu ingat dan sayang kepada ayah dan mama ya. Dan
kakak juga minta maaf kepada ayah dan mama kalau skripsi ini baru dapat
diselesaikan saat ini dan kepada adik-adikku maaf juga ya kalau kakak
sering marah-marah dan suka nyuruh-nyuruh. Maaf ya...”
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dosen Pembimbing I yang
senantiasa ikhlas ditengah berbagai kesibukannya untuk meluangkan
waktu dalam memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan
skripsi ini serta yang telah menguji penulis pada waktu sidang
komprehensif, terima kasih ya pak.
3. Bapak M. Yani, SE, MM selaku Dosen Pembimbing II dan keluarga.
Terima kasih ya pak atas bimbingannya, karena dengan bimbingan dari
bapak, semua masalah dalam pengerjaan skripsi saya ini jadi lebih mudah.
Dan saya mohon maaf kepada bapak dan keluarga yang telah sempat saya
repotkan atas skripsi ini dan terima kasih atas motivasi-motivasi yang
diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat lebih bijak lagi dalam
menghadapi hidup ini.
4. Bapak Drs. Faisal Badroen, MBA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial yang telah mengarahkan penulis selama menggali ilmu di
FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Abdul Hamid Cebba dan Amilin, SE, Ak, MSi selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Akuntansi yang telah memotivasi penulis selama
mengikuti kegiatan belajar di FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
juga yang telah menguji penulis pada sidang komprehensif, terima kasih
banyak ya pak.
6. Bapak Amilin, SE, Ak, Msi selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi yang
telah banyak membantu dalam memberikan informasinya dan juga
sebagai penguji pada sidang komprehensif yang telah berhasil membuat
penulis keringat dingin, tapi Alhamdulillah akhirnya saya lulus juga ya
pak.
x
7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang tidak dapat penulis
sebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan ilmu-ilmunya yang
sangat bermanfaat kepada para mahasiswanya.
8. Segenap staf Tata Usaha FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya
Bu Lily, Bu Dewi, Bu Siska, Bu Umy, Pak Rahmat, Pak Bambang, Pak
Sugeng yang telah banyak membantu penulis dalam pengurusan nilai dan
administrasi lainnya.
9. Staf Perpustakaan, Pak Zuhro dan Pak Ali yang telah melayani penulis
dalam peminjaman buku.
10. Segenap pimpinan dan staf PT. Asuransi Bintang Tbk, khususnya kepada
Bapak Agus Jumadi yang telah membantu dan memberikan data serta
masukan-masukan dan diskusinya mengenai skripsi yang dibahas oleh
penulis.
11. Keluarga Pakde dan Bude Suprapto, Keluarga Om Didit dan Tante Tani
serta kepada seluruh sepupu-sepupu yang penulis sayangi khususnya
keluarga Mas Iwan dan Mbak Nida (makasih ya buat contoh skripsinya
Mas Iwan yang sudah menginspirasi Roni dalam membuat skripsi ini)
serta untuk keluarga Mas Teguh dan isteri, Mbak santi, Mbak Nur, Mas
Taufiq, Aufani dan Aufana, makasih ya, semoga kita bisa jadi keluarga
besar yang solid..
12. Teman-teman penulis dari sejak lahir, TK, SD, SMP, SMA dan hingga
saat ini dan sampai kapanpun, G-8, Andri (Payung), Bowi, Revan, Iim,
Heri, Pras, Teguh, and me. Sukses ya untuk semua, semoga kita semua
bisa menjadi teman sejati dan bisa tetap jadi keluarga besar. Amin....
13. Khusus teruntuk org yg sgt b’rti utk Mas, Pritta Megasari, SE (Mega).
“mksh byk y syg,utk sma ksh syg&perhatiannya ke aq,aq bhrp kt bs ky gn
trs smp sma hrpn&cta2 kt t’wjd.aq jg mnt maaf ats sma kslhn yg prnh aq
pbwt,smg sma itu bs jd pljrn yg bhrg utk kt.skali lg mksh y syg, aq syg bgt
sm km...”
14. Teman-teman seperjuangan di Akuntansi C: Adi:“kpn ni kt
touring&nginep lg drmh lo di?”, Setyo, Adit, Agung, Yadi:”yg plg sering
xi
dtg ke kmps duluan”, Ucok:”dr medan&pgn bgt jd bisnisman”, Dawi:”lo
skr kmn?kul yg rajin y wi..”, Yanti, Danang, Dina, Dita, Feril:”tmn gw yg
plg lngkp kl crita”, Anton:”tmn gw yg plg tau gw siapa”, Heru:”soulmate
gw bgt ni,tmn gw yg plg baik,boleh numpang
mandi,makan,tdr,ngprint,pokoknya ni org baek bgt deh,mdh2an lo dpt
jdoh yg baik jg y,amin” Ilham, Indra:”krj yg rjn&ingt cita2 kt,3th krj trs
lngsng nikh ok”, Intan, Irna:”tmn gw yg plg rjn,baik sm sapa aj n setia bgt
sm yasin,undg2 kl nikh y”, Abduh, Fahmi:”ini kiper gw dl,jgn ngjr silat
mulu,kulny diselesain dl”, Mumuh, Rosidi, Lisa:”suka bwain kupon
Bundo,kl nkh blg2 y?”, Neneng, Nina:”org jg yg prnh berjasa bwt jodohin
gw sm Mega”, Wachi, Fajri, Hadi:”tmn gw satu porsi,satu bimbingan,tmn
gw nasyid jg di EVO”, Nurul, Sala:”tmn gw yg plg tau jg gw sapa,smg cpt
ktm jodoh yg pas ya La”, Sandi, Uum, Eha:”cpt nabung ya Ha bwt biaya
nkh sm Acong?”, Zulfa:”jgn krj mulu, kulnya selesain dl”, Solikhin:”ini
tmn gw satu porsi yang plg jago akuntansinya”, Mia, Yasin:”soulmate gw
jg ni,sprjuangan wkt dkstn,maen bola,naek gnng&tmn gw yg plg g pntg
mnyrah dlm ngdpn masalah ap aj&jd PNS plg duluan”, Yunita, Fitri.
15. Teman-teman seperjuangan di Akuntansi (A, B, D, Pajak A, Pajak B,
Auditing dan Akmen), di Manajemen, Tim Basket FEIS (Rama dkk), Tim
Nasyid EVO (Dadun dkk), Anak-anak Futsal (Aria dkk), teman-teman
seperjuangan di kostan (Yasin, Uyan, Fajrin, Rahmat, Anton, Faesal, Ari),
teman-teman seperjuangan waktu sidang komprehensif dan teman-teman
seperjuangan waktu sidang skripsi, dan khususnya untuk Eko_D yang
udah minjemin buku MK-nya (Thanks banyak ya Ko). Serta kakak-kakak
kelas dan adik-adik kelas yang mengenal penulis.
Terima kasih penulis ucapkan kepada teman-teman dan pihak-pihak yang
telah disebutkan di atas semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat
ganda, dan kepada pihak-pihak yang tidak sempat disebutkan namanya satu
persatu, penulis juga ucapkan terima kasih dan mohon maaf atas kealpaan penulis.
Sesungguhnya segala kebenaran itu hanyalah milik Allah SWT dan manusia tidak
xii
luput dari kesalahan. Kritik konstruktif dari para pembaca sangat penulis harapkan
demi perbaikan tulisan ini.
Akhirnya penulis senantiasa memanjatkan doa kehadirat Allah SWT,
Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang agar dapat menjadi hamba Allah
SWT yang sukses di dunia dan akhirat, dibukakan pintu rizki yang luas,
memperoleh ilmu manfaat dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi sesama
khususnya segenap pembaca, Amiin.
Jakarta, April 2008
M. Burhan Khaironi
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................... iv
ABSTRACT ....................................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Sudut Pandang Akuntansi ........................................................ 10
1......................................................................................Aktiv
a Tetap................................................................................ 10
2......................................................................................Peny
usutan ................................................................................. 11
a. ...............................................................................Fakto
r-Faktor yang Mempengaruhi Beban
Penyusutan ................................................................... 12
b. ...............................................................................Meto
de Penyusutan .............................................................. 13
B. .........................................................................................Sudut
Pandang Pajak .......................................................................... 19
1. Undang-Undang No.17 Tahun 2000.................................. 19
xiv
2. Cara dan Tarif Penyusutan Aktiva Tetap ........................... 20
C. .........................................................................................Mana
jemen Pajak .............................................................................. 21
1......................................................................................Peren
canaan Pajak (Tax Planning) ............................................. 22
2......................................................................................Pelak
sanaan Kewajiban Perpajakan............................................ 24
3......................................................................................Peng
endalian Pajak .................................................................... 26
D. .........................................................................................Peng
hasilan ...................................................................................... 26
1......................................................................................Peng
hasilan Kena Pajak ............................................................. 26
2......................................................................................Peng
hasilan Tidak Kena Pajak................................................... 27
E...........................................................................................Perbe
daan Perlakuan Penyusutan dari Sudut Pandang
Akuntansi dan Pajak................................................................. 29
F. ..........................................................................................Penel
itian Terdahulu ......................................................................... 30
G. .........................................................................................Kera
ngka Pemikiran......................................................................... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian........................................................ 39
B. Metodologi Penarikan Sampel ................................................. 39
1. Populasi .............................................................................. 39
2. Sampel................................................................................ 40
C. .........................................................................................Meto
dologi Pengumpulan Data ........................................................ 40
xv
1......................................................................................Cont
ent Analysis........................................................................ 40
2......................................................................................Data
Primer (Primary Data)........................................................ 41
3......................................................................................Data
Sekunder (Secondary Data)................................................ 41
D. .........................................................................................Meto
de Analisis................................................................................ 41
1......................................................................................Pend
ekatan Kuantitatif ............................................................... 41
2......................................................................................Pend
ekatan Kualitatif ................................................................. 42
E...........................................................................................Oper
asional Variabel Penelitian....................................................... 42
1......................................................................................Aktiv
a Tetap (Fixed Assets)........................................................ 42
2......................................................................................Peny
usutan ................................................................................. 42
3......................................................................................Peren
canaan Pajak (Tax Planning).............................................. 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. .........................................................................................Profil
PT. Asuransi Bintang TBK ...................................................... 44
1. Latar Belakang Berdirinya PT. Asuransi Bintang TBK..... 44
2. Visi, Misi dan Nilai-Nilai Inti Perusahaan......................... 45
a. Visi ............................................................................... 45
b. Misi .............................................................................. 45
c. Nilai-Nilai Inti Perusahaan........................................... 46
3. Penghargaan ....................................................................... 47
4. Produk ................................................................................ 48
xvi
a. Bintang e-Cargo ........................................................... 48
b. Perlindungan PERISAY............................................... 48
c. Perlindungan Non PERISAY....................................... 48
5. Struktur Organisasi ............................................................ 49
B. .........................................................................................Hasil
dan Pembahasan....................................................................... 51
1......................................................................................Kebij
akan Pajak untuk Penyusutan............................................. 51
2......................................................................................Aktiv
a Tetap PT. Asuransi Bintang TBK ................................... 52
3......................................................................................Meto
de Penyusutan .................................................................... 54
4......................................................................................Perhi
tungan................................................................................. 55
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan .............................................................................. 95
B. Implikasi................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 97
LAMPIRAN..................................................................................................... 99
xvii
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Penyusutan Menurut Metode Garis Lurus 14
2.2 Penyusutan Menurut Metode Jumlah Angka Tahun 15
2.3 Penyusutan Menurut Saldo Menurun Ganda 16
2.4 Penyusutan Berdasarkan Group Method 18
2.5 Cara penyusutan dan tarif pernyusutan aktiva tetap dengan UU No. 17 tahun 2000 pasal 11 ayat (6)
20
2.6 Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
28
2.7 Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Badan Usaha Tetap
28
2.8 Perbedaan Perlakuan Penyusutan dari Sudut Pandang Akuntansi dan Pajak
29
2.9 Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal
32
2.10 Beda Tetap dan Beda Sementara Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal
33
4.1 Daftar Aktiva Tetap PT. Asuransi Bintang Tbk 54
4.2 Aktiva Tetap PT. Asuransi Bintang Tbk dan Anak Perusahaan Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi Untuk Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2006 (Dinyatakan dalam Ribuan Rupiah)
55
4.3 Contoh Perhitungan Penyusutan Menurut Saldo Menurun dari Sudut Pandang Komersial
59
4.4 Perhitungan Biaya Penyusutan dan Nilai Tunai dengan Tingkat Diskon 8.25% antara Komersial dan Fiskal disertai dengan Perbandingan Penghematan Pajaknya
61
xviii
4.5 Perhitungan Harga Perolehan Aktiva Tetap 67
4.6 Perhitungan Biaya Penyusutan dan Present Value dengan Tarif Pajak 30% menurut Fiskal
70
4.7 Perhitungan Biaya Penyusutan dan Present Value dengan Tarif Pajak 30% menurut Komersial
76
4.8 Rangkuman Hasil Perhitungan Biaya Penyusutan dan Present Value dengan Tarif Pajak 30% menurut Komersial dan Fiskal
80
4.9 Perhitungan Penghematan Pajak Biaya Penyusutan dan PV antara Metode Garis Lurus dan Saldo Menurun dari Sudut Pandang Fiskal
84
4.10 Perhitungan Penghematan Pajak Biaya Penyusutan dan PV antara Metode Garis Lurus dan Saldo Menurun dari Sudut Pandang Komersial
84
4.11 Perbandingan Penghematan Pajak antara Fiskal dan Komersial
85
4.12 Rangkuman Total Penghematan Pajak Aktiva Tetap PT. Asuransi Bintang Tbk
92
4.13 Perhitungan Biaya Penyusutan dan Nilai Tunai dengan Tingkat Diskon 8.25% antara Komersial dan fiskal
94
4.14 Perbandingan Total Hasil Perhitungan Biaya Penyusutan&Present Value pada saat PT. Asuransi Bintang TBK Rugi dan Untung Diatas Rp. 100.000.000,-
98
xix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 39
4.1 Struktur Organisasi 51
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Surat Kunjungan Riset kepada PT. Asuransi Bintang
TBK
110
2 Surat Persetujuan Riset dari PT. Asuransi Bintang TBK 111
3 Data Suku Bunga dari Koran Investor Daily Edisi Jum’at 14 Desember 2007
112
4 SPT Tahunan Pajak Penghasilan WP Badan PT. Asuransi Bintang TBK
113
5 Lampiran Khusus SPT Tahunan Pajak Penghasilan WP Badan PT. Asuransi Bintang TBK
126
6 Laporan Keuangan PT. Asuransi Bintang TBK 134
7 Jurnal-Jurnal Tax Planning 149
xxi
PERENCANAAN PAJAK PENYUSUTAN AKTIVA
TETAP PADA PT. ASURANSI BINTANG TBK
Oleh
M. BURHAN KHAIRONI NIM : 103082029422
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
xxii
1429 H/2008 M BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi dengan arah dan tujuan
tertentu. Secara ekonomis, tujuan daripada perusahaan adalah untuk mencari
laba atau nilai tambah dengan menyediakan barang atau jasa kepada
masyarakat (konsumen).
Untuk tujuan ini, manajemen sebagai pihak yang diserahi hak dan
tanggung jawab memiliki dan menguasai faktor–faktor produksi seperti
money, man, material dan method. Faktor–faktor produksi diatas juga sering
disebut sebagai faktor penentu daripada proses produksi yang dimaksudkan
untuk menghasilkan penerimaan kas melalui penjualan produk atau jasa yang
menjadi salah satu sumber daya utama bagi pelaksanaan kegiatan perusahaan.
Investasi pada barang modal (aktiva tetap) merupakan salah satu bentuk
“deferred cost” yang akan dipertemukan secara sistematis dan rasional kepada
masa manfaat atau nilai tambah yang diperoleh dari partisipasi investasi
dimaksud. Penyebaran “cost of capital” secara sistematis dan rasional ini
apabila dikaitkan dengan “tangible assets” sering disebut depresiasi dan
apabila dikaitkan dengan “intangible assests” disebut amortisasi, dan apabila
dikaitkan dengan sumber daya alam disebut deplesi.
xxiii
Penyusutan yang menurut Shopar Lumbantoruan (1996) merupakan suatu
proses alokasi sebagian sebagian harga perolehan aktiva menjadi biaya (cost
allocation), sehingga biaya tersebut mengurangi laba usaha, dan menurut
PSAK: 17, Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat
disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Dan jika dilihat dari
sudut pandang pajak, penyusutan adalah salah satu jenis biaya yang dapat
dikurangkan terhadap penghasilan Wajib Pajak.
Terhadap penghasilan yang dihasilkan, menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-
Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan, Setiap Wajib Pajak diharuskan untuk menyelenggarakan
pembukuan. Terhadap pembukuan tersebut, Wajib Pajak diharuskan
melakukan koreksi fiskal sehingga dihasilkan Laporan Keuangan Fiskal yaitu
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan peraturan perpajakan dan
digunakan untuk keperluan penghitungan pajak. Wajib Pajak boleh menyusun
laporan keuangan komersial dan fiskal secara terpisah atau melakukan koreksi
fiskal terhadap laporan keuangan komersial.
Penghasilan Kena Pajak atau laba fiskal diperoleh dari hasil koreksi fiskal
terhadap laba bersih sebelum pajak berdasarkan laporan keuangan komersial
(laporan keuangan akuntansi)
Koreksi fiskal harus dilakukan karena adanya perbedaan perlakuan atas
pendapatan maupun biaya yang berbeda antara standar akuntansi dengan
perlakuan perpajakan yang berlaku. Untuk kepentingan internal dan
xxiv
kepentingan lain Wajib Pajak dapat menggunakan standar akuntansi yang
berlaku umum, sedangkan untuk penghitungan dan pembayaran pajak harus
berdasarkan peraturan perpajakan, dalam hal ini adalah Undang–Undang
Pajak Penghasilan dan peraturan lainnya yang terkait. Perbedaan ini dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu beda tetap/beda permanen (permanent
defference) dan beda waktu/sementara/temporer (temporary difference).
Beda tetap/permanen (permanent difference) adalah perbedaan yang
disebabkan oleh adanya perbedaan pengakuan pendapatan dan beban antara
Standar Akuntansi Keuangan dan peraturan perpajakan. Perbedaan ini akan
mengakibatkan perbedaan besarnya laba bersih sebelum pajak dengan laba
fiskal atau Penghasilan Kena Pajak.
Beda waktu/sementara/temporer (temporary defference) adalah perbedaan
yang disebabkan adanya perbedaan waktu dan metode pengakuan penghasilan
dan beban tertentu berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan dengan
peraturan perpajakan. Perbedaan ini mengakibatkan perbedaan waktu
pengakuan pendapatan dan beban antara tahun pajak yang satu ke tahun pajak
berikutnya.
Minimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai
dari yang masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan sampai dengan
yang melanggar peraturan perpajakan. Upaya minimalisasi pajak secara
eufimisme sering disebut dengan perencanaan pajak (tax planning) atau tax
sheltering. Umumnya perencanaan pajak merujuk pada proses merekayasa
usaha dan transaksi wajib pajak supaya utang pajak berada dalam jumlah yang
xxv
minimal tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun
perencanaan pajak juga dapat berkonotasi positif sebagai perencanaan
pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar dan tepat waktu
sehingga dapat menghindari pemborosan sumber daya.
Dengan perencanaan pajak yang baik kita bisa membayar pajak secara
efisien karena umumnya perencanaan pajak selalu dimulai dengan
meyakinkan apakah suatu transaksi atau fenomena terkena pajak, apakah
dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya,
selanjutnya apakah pembayaran pajak dimaksud dapat ditunda pembayarannya
dan lain sebagainya. Strategi yang biasanya dilakukan oleh perusahaan adalah
mengatur pembayaran pajak atau meminimalisasi kewajiban pajak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan pajak dengan jalan memanfaatkan
kelemahan yang ada pada undang-undang (loopholes) dengan tidak melanggar
ketentuan perundang-undangan itu sendiri karena tujuan dari tax planning
adalah agar tejadi penghematan pajak (tax saving) dan penghindaran pajak
(avoidance) agar posisi beban pajak baik pajak penghasilan maupun pajak-
pajak lainnya berada dalam posisi yang paling minimal.
Tax planning adalah sejumlah perencanaan dibidang perpajakan yang
dibentuk untuk meningkatkan efisinsi pengelolahan pajak untuk mendapatkan
alternatif terbaik dalam hal penghematan pajak yang tidak melanggar
ketentuan dengan tujuan agar dapat meminimalisasi hambatan dari sektor
pajak dan memaksimalkan pertumbuhan perusahaan.
xxvi
Dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan kepentingan antara Wajib Pajak
dengan pemerintah. Wajib Pajak berusaha membayar pajak sekecil mungkin
karena dengan membayar pajak berarti mengurangi kemampuan ekonomis
Wajib Pajak. Di lain pihak pemerintah memerlukan dana untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, yang sebagian besar berasal dari penerimaan
pajak.
Adanya perbedaan kepentingan ini menyebabkan Wajib Pajak cenderung
untuk mengurangi jumlah pembayaran pajak, baik secara legal maupun illegal.
Hal ini dimungkinkan jika ada peluang yang dapat dimanfaatkan, baik karena
kelemahan peraturan pajak maupun sumber daya manusia (fiskus).
Beberapa faktor yang memotivasi Wajib Pajak untuk melakukan
penghematan pajak dengan ilegal, adalah:
a. Jumlah pajak yang harus dibayar. Besarnya jumlah pajak yang harus
dibayar oleh Wajib Pajak. Semakin besar pajak yang harus dibayar,
semakin besar pula kecenderungan Wajib Pajak untuk melakukan
pelanggaran.
b. Biaya untuk menyuap fiskus. Semakin kecil biaya untuk menyuap fiskus,
semakin besar kecenderungan Wajib Pajak untuk melakukan pelanggaran.
c. Kemungkinan untuk ketahuan. Semakin kecil kemungkinan suatu
pelanggaran terdeteksi, semakin besar kecenderungan Wajib Pajak untuk
melakukan pelanggaran.
xxvii
d. Besar sanksi. Semakin ringan sanksi yang dikenakan terhadap
pelanggaran, semakin besar kecenderungan Wajib Pajak untuk melakukan
pelangaran.
Di luar negeri terutama Amerika Serikat, perencanaan pajak (tax planning)
ini sudah cukup dikenal dan hampir semua perusahaan melakukannya. Cara
ini cukup efektif dalam rangka melakukan efisiensi dan penghematan, namun
demikian ada sebagian orang berpendapat bahwa tindakan tax planning
bertentangan dengan moral, karena di dalamnya penuh dengan trik–trik
(siasat) yang digunakan lebih banyak yang mengarah pada pengelakan pajak
dan pada prinsipnya jelas hal ini akan mengurangi pendapatan negara dari
pajak yang dapat menggangu fiskal negara dan merugikan penerimaan negara.
Di Indonesia, yang menjadi pertanyaan adalah apakah perusahaan–perusahaan
yang saat ini beroperasi sudah mengetahui tentang tax planning, dan apabila
sudah, apakah perusahaan–perusahaan tersebut sudah melakukan tax planning
dengan baik dan benar, karena kecenderungan yang ada banyak perusahaan
yang sebenarnya mempunyai keuntungan atau laba yang cukup besar akan
tetapi setelah dikurangi dengan pajaknya maka laba perusahaan tersebut
menjadi kecil. Dan seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pajak
merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih.
Dalam kaitannya dengan perencanaan pajak (tax planning), penyusutan
juga merupakan salah satu bagian yang dilaporkan oleh pihak akuntansi yang
juga dapat mempengaruhi daripada Penghasilan Kena Pajak suatu perusahaan,
karena penyusutan adalah salah satu jenis biaya yang dapat dikurangkan
xxviii
terhadap penghasilan Wajib Pajak. Untuk itu, perlu dilakukan upaya untuk
meminimalisasi beban pajak dari penyusutan tersebut. Upaya minimalisasi
pajak secara eufimisme sering disebut dengan perencanaan pajak (tax
planning) atau tax sheltering.
Umumnya perencanaan pajak merujuk pada proses merekayasa usaha dan
transaksi Wajib Pajak supaya utang pajak berada dalam jumlah yang minimal
tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun perencanaan pajak
juga dapat berkonotasi positif sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban
perpajakan secara lengkap, benar dan tepat waktu sehingga dapat menghindari
pemborosan sumber daya.
Karena tax planning ini sangat penting bagi perusahaan, banyak sekali
penelitian yang dilakukan oleh para ahli seperti:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yenni Mangonting (1999), yang berjudul
Tax planning: sebuah pengantar sebagai alternatif meminimalkan pajak.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Hasfin Hardi (2000), yang berjudul tax
planning sebagai alternatif meminimalkan pajak.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Hidayat (2003), yang berjudul
menelusuri tax planning dalam kerangka undang-undang.
4. Penelitian yang dilakukan oleh M. Zain (2004), yang berjudul manajemen
perpajakan
5. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Amalia (2005), yang berjudul
perbedaan kebijakan akuntansi dan fiskal: penyusutan dan amortisasi,
leasing dan revaluasi aktiva tetap.
xxix
6. Penelitian yang dilakukan oleh Yongki Cahyaningrum (2005), yang
berjudul beda akuntansi dan fiskal dalam menentukan Penghasilan Kena
Pajak dan Pajak Penghasilan Badan.
7. Penelitian yang dilakukan oleh DR. Gunadi (1999), yang berjudul
depresiasi aktiva tetap: suatu tinjauan pajak dan akuntansi.
Perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian–penelitian
sebelumnya adalah penelitian ini membahas tentang perencanaan pajak (tax
planning) yang akan difokuskan pada penyusutan aktiva tetap pada PT.
Asuransi Bintang Tbk.
Dengan adanya perencanaan pajak yang baik terhadap penyusutan
tersebut, diharapkan akan mengurangi beban pajak (Penghasilan Kena Pajak)
daripada PT. Asuransi Bintang Tbk. Merujuk pada latar belakang inilah, maka
penulis tertarik untuk memberi judul pada skripsi ini yaitu “Perencanaan
Pajak Penyusutan Aktiva Tetap Pada PT Asuransi Bintang Tbk”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan diatas,
permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut adalah apakah PT Asuransi
Bintang Tbk melakukan perencanaan pajak terhadap penyusutan aktiva tetap?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah PT Asuransi
Bintang Tbk melakukan perencanaan pajak terhadap penyusutan aktiva tetap.
xxx
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
1. Pihak perusahaan
Sebagai bahan masukan untuk mengetahui manfaat mengenai perencanaan
pajak terhadap penyusutan aktiva tetap pada PT Asuransi Bintang Tbk.
2. Pihak penulis
a. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi.
b. Dengan adanya penelitian ini penulis dapat menerapkan teori-teori
yang telah diperoleh selama ini.
3. Pihak pembaca
Dapat menambah wawasan dan informasi mengenai perencanaan pajak
penyusutan aktiva tetap.
xxxi
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Sudut Pandang Akuntansi
1. Aktiva Tetap
Pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Tahun 2004
No.16 paragraf 5 disebutkan bahwa definisi daripada aktiva tetap yaitu:
“Aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.”
Selanjutnya, dijelaskan kembali pada Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) Tahun 2004 No.16 paragraf 6, disebutkan bahwa:
“Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap bila: a. Besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian
dimasa yang akan datang yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir kedalam perusahaan, dan
b. Biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal.”
Kecuali tanah, semua jenis aktiva tersebut mempunyai umur terbatas.
Baik menurut akuntansi maupun ketentuan perpajakan nilai aktiva tetap
tidak boleh dibebankan sekaligus sebagai biaya. Dalam ketentuan fiskal,
aktiva tetap disebut dengan istilah harta berwujud yang dimiliki dan
digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Menurut akuntansi
komersial, aktiva tetap yang diperoleh dalam bentuk siap pakai dicatat
xxxii
berdasarkan harga beli ditambah biaya yang tejadi dalam rangka
menempatkan aktiva tersebut pada kondisi dan yang siap dipergunakan,
seperti: bea masuk, PPN, biaya pengangkutan dan lain sebagainya.
2. Penyusutan
Menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfield
(2002:61), penyusutan adalah:
“Suatu usaha untuk menandingkan biaya aktiva dengan periode yang mendapat manfaat dari penggunaan aktiva tersebut.”
Pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Tahun 2004
No.16 paragraf 5 baris ke 16 dan 17 juga disebutkan bahwa definisi
daripada penyusutan yaitu:
“Alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa manfaat.”
Menurut Sophar Lumbantoruan (1996:248), penyusutan adalah:
“Proses alokasi sebagian harta perolehan aktiva menjadi biaya (cost allocation), sehingga biaya tersebut mengurangi laba usaha.”
Biaya penyusutan adalah biaya yang bukan merupakan biaya yang
dikeluarkan dari kas. Penyusutan dilakukan sebab masa manfaat dan
potensi aktiva yang dimiliki semakin berkurang. Pengurangan nilai aktiva
tersebut dibebankan sebagai biaya secara berangsur–angsur atau
proporsional.
Alokasi biaya aktiva tetap dilakukan dengan membukukannya ke
rekening biaya (debet) dan ke rekening akumulasi penyusutan (kredit).
xxxiii
Rekening biaya akan tampak dalam perhitungan laba rugi, sedangkan
akumulasi penyusutan terlihat dalam neraca.
a. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Beban Penyusutan
Menurut akuntansi, ada empat faktor yang harus diperhatikan
dalam perhitungan besarnya biaya penyusutan suatu aktiva yaitu:
1) Nilai Perolehan
Nilai perolehan suatu aktiva yaitu jumlah yang dikeluarkan
atau uang atau biaya yang timbul untuk memperoleh aktiva
tersebut. Aktiva tetap dapat diperoleh antara lain dengan cara
pembelian, sewa guna usaha dan pertukaran. Pada masing–masing
cara penentuan harga perolehannya dan aktiva tetap dicatat sesuai
dengan harga perolehannya. Secara akuntansi, tanggal perolehan
juga sangat menentukan besar kecilnya biaya penyusutan, tetapi
secara pajak tidaklah demikian.
2) Nilai Sisa
Nilai sisa adalah jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh
pada akhir masa manfaat suatu aktiva setelah dikurangi taksiran
biaya pelepasan.
3) Sifat Aktiva
Sifat dan cara penggunaan aktiva tetap tersebut dalam kegiatan
usaha juga sangat mempengaruhi besar kecilnya penentuan biaya
penyusutan. Misalnya mesin atau kendaraan bermotor adalah
xxxiv
aktiva yang sifatnya bergerak, oleh karena itu, cara penyusutannya
berbeda dengan penyusutan atas gedung yang bersifat statis.
4) Masa Manfaat Atau Umur Aktiva
Masa manfaat atau umur aktiva adalah periode suatu aktiva
diharapkan digunakan oleh perusahaan atau jumlah produksi atau
unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan.
Umur aktiva dapat dilihat dari umur teknis dan umur ekonomis.
Umur teknis adalah umur aktiva sesuai dengan kriteria teknis
aktiva. Umur ekonomis adalah jangka waktu pemanfaatannya
secara ekonomis.
Jadi dari empat faktor diatas dapat disimpulkan bahwa, pada saat
aktiva diakui atau dipakai oleh perusahaan tersebut, pada saat itu juga
penyusutan tersebut dimulai. Dan penyusutan mulai dihitung sejak
tanggal pengakuan sampai dengan tanggal penarikan aktiva dari
pemakaian.
b. Metode Penyusutan
Pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Tahun
2004 No. 17 Paragraf 8 dan 9, diatur mengenai metode akuntansi yang
diakui secara akuntansi. Paragraph 8 berisi:
“Jumlah yang dapat disusutkan dialokasi ke setiap periode akuntansi selama masa manfaat aktiva dengan berbagai metode yang sistematis. Metode manapun yang dipilih, konsistensi dalam penggunaannya adalah perlu, tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode.”
xxxv
Selanjutnya, menurut Sophar Lumbantoruan (1996:250) dan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 2004 Paragraf 9
menyatakan bahwa penyusutan dilakukan dengan beberapa metode
yang dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut:
1) Berdasarkan waktu terdiri dari:
(a) Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Dapat dihitung dengan rumus:
Nilai Perolehan – Nilai residu Penyusutan tiap tahun: Umur Pemakaian
Contoh:
Sebuah aktiva dibeli dengan harga Rp. 100.000,- nilai buku ditaksir
Rp. 5.000,- umur teknis ditaksir 5 tahun. Biaya penyusutan per
tahun:
100.000 – 5000 = 5
= Rp. 19.000,-
Tabel 2.1
Penyusutan Menurut Metode Garis Lurus Akhir Tahun
Harga Pokok Penyusutan Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku
0 100.000 - - 100.000 1 100.000 19.000 19.000 81.000 2 100.000 19.000 38.000 62.000 3 100.000 19.000 57.000 43.000 4 100.000 19.000 76.000 24.000 5 100.000 19.000 95.000 5.000 95.000
Sumber:Sophar Lumbantoruan Akuntansi Pajak
xxxvi
(b) Metode Pembebanan yang Menurun (Declining Balance
Method)
1. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of The Years Digits
Method)
Metode ini akan menghasilkan beban penyusutan
yang menurun berdasarkan pecahan yang menurun dari
biaya yang dapat disusutkan (biaya awal dikurangi nilai
sisa). perhitungannya, apabila umur aktiva sama dengan 4
tahun maka penyebut angka pecahannya adalah jumlah
angka tahun yaitu 1+2+3+4=10. angka pembilang pada
tahun pertama sampai dengan keempat masing–masing
adalah 4/10, 3/10, 2/10 dan 1/10. Contohnya, sama dengan
data contoh 1, harga perolehan Rp. 6.000 dengan taksiran
nilai residu Rp. 1.000 dasar penyusutan adalah Rp. 5.000
dengan umur pemakaian 4 tahun.
Tabel 2.2 Penyusutan Menurut Metode Jumlah Angka Tahun
Tahun Tarif Dasar Penyusutan Penyusutan 1 4/10 5.000 2.000 2 3/10 5.000 1.500 3 2/10 5.000 1.000 4 1/10 5.000 500 Jumlah 5.000
Sumber:Sophar Lumbantoruan Akuntansi Pajak
xxxvii
2. Metode Saldo Menurun/Saldo Menurun Ganda
(Declining/Double Declining Balance Method)
Metode ini termasuk metode penyusutan yang
dipercepat dan dapat dipakai dalam perpajakan. Tarif pajak
dalam metode ini telah ditentukan terlebih dahulu dan
besarnya sama untuk setiap tahun. Contohnya yaitu, data
sama dengan contoh 1, tetapi ditentukan bahwa tarif
pajaknya adalah 50% pertahun.
Tabel 2.3 Penyusutan Menurut Saldo Menurun Ganda
Tahun Nilai Buku Tarif Penyusutan 1 6.000 50% 3.000 2 3.000 50% 1.500 3 1.500 50% 750 4 750 50% 375 Jumlah 5.625
Sumber:Sophar Lumbantoruan Akuntansi Pajak
2) Berdasarkan Penggunaan terdiri dari:
(a) Metode jam jasa (service hour method)
Dapat dihitung dengan rumus:
Nilai Perolehan – Nilai residu Penyusutan tiap tahun: Taksiran Jam Kerja Produktif
Dengan contoh ilustrasi diatas, misalnya jam kerja aktiva tetap
selama 50.000 jam maka per jam adalah sebagai berikut:
xxxviii
100.000 – 50.000 = 50.000
= Rp. 1,9 per jam
(b) Metode jumlah unit produksi (produktif output method)
dapat dihitung dengan rumus:
Nilai Perolehan – Nilai residu Penyusutan tiap tahun: Taksiran Jumlah Produksi
Penyusutan setahun = Jumlah produksi setahun X Penyusutan per Unit Jika ilustrasi diatas ditaksir bahwa aktiva itu akan dapat
berproduksi 500.000 unit, maka penyusutan per unit output adalah:
100.000 – 5.000 = 500.000
= Rp. 0,19 per output
3) Berdasarkan kriteria lainnya, terdiri dari:
(a) Metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite
method)
Dapat dihitung dengan rumus:
1 Penyusutan tiap tahun: Taksiran rata-rata umur grup aktiva
xxxix
Usaha Dairi mempunyai tiga truk dengan nilai perolehan Rp.
3.000,- Rp. 5.000,- dan Rp. 7.000,- Nilai residu masing–masing
truk Rp. 250,- Rp. 500,- dan Rp. 750,- umur pemakaian semua truk
5 tahun
Tabel 2.4 Penyusutan Berdasarkan Group Method
No. Truk Nilai Perolehan Nilai Residu Penyusutan 1 3.000 250 2.750 2 5.000 500 4.500 3 7.000 750 6.250 15.000 1.500 13.500
Sumber:Sophar Lumbantoruan Akuntansi Pajak
Tarif penyusutan group= 1 : 5 = 20%
Penyusutan tiap tahun= 20% * Rp. 15.000,- = Rp. 3.000,-
(b) Metode Anuitas (Annuity Method)
Dapat dihitung dengan rumus:
Harga Pokok – Present Value Nilai Buku Penyusutan tiap tahun: PVUFni
Contoh:
Sebuah peralatan yang dibeli seharga Rp. 800.000,- ditaksir nilai
bukunya Rp. 67.388,- tingkat bunga 10% taksiran umur 5 tahun
= 800.000 – PV 67.388 PVIF = 800.000 – (67.388 X 0,620921) 3,79078
xl
= 800.000 – 41.834 3,79078
= 200.000
(c) Sistem persediaan (inventory system)
B. Sudut Pandang Pajak
1. Undang – Undang No.17 Tahun 2000
Menurut Undang Undang No.17 tahun 2000 tentang Pajak
Pengahasilan, penyusutan merupakan konsep alokasi harga perolehan
harta tetap berwujud.
UU No. 17 tahun 2000 pasal 11 ayat (3) dan ayat (4), menentukan saat
penyusutan dimulai pada:
1. Tahun dikeluarkannya pengeluaran, atau
2. Untuk harta yang masih dalam pengerjaan, penyusutannya dimulai
pada tahun harta tersebut selesai, atau
3. Dengan ijin Dirjen Pajak, penyusutan dapat dimulai pada tahun harta
berwujud mulai digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan atau pada tahun harta tersebut menghasilan.
4. Jadi saat dimulainya penyusutan adalah awal tahun pembelian/
pengeluaran atau pada awal tahun selesainya pengerjaan harta atau
awal tahun harta berwujud tersebut mulai digunakan. Sedangkan saat
xli
berakhirnya penyusutan adalah awal tahun penarikan aktiva tersebut
dari pemakaian.
2. Cara dan Tarif Penyusutan Aktiva Tetap
UU No.17 Tahun 2000 pasal 11 ayat (6) menyatakan bahwa harta tetap
berwujud digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:
a. Golongan bukan bangunan yang dirinci menjadi empat kelompok, dan
b. Golongan bangunan yang dirinci menjadi dua kelompok, yaitu
bangunan yang bersifat permanen dan tidak permanen.
Tabel 2.5 Cara penyusutan dan tarif pernyusutan aktiva tetap dengan UU No. 17
tahun 2000 pasal 11 ayat (6) Tarif Penyusutan Masa Manfaat (Tahun)
Straight Line Method (Ayat 1)
Double Declining Method (Ayat 2)
1.Bukan Bangunan Kelompok 1 4 25% 50% Kelompok 2 8 12,5% 25% Kelompok 3 16 6,25% 12,5% Kelompok 4 20 5% 10%
2. Bangunan Permanen 20 5% -
Tidak 10 10% - Sumber:Undang–Undang Pajak RI
Cara penentuan penyusutan menurut UU No. 17 tahun 2000 pasal 11
ayat (1) dan ayat (2) metode penyusutan yang digunakan adalah:
(1) metode garis lurus (straight line method) untuk semua harta berwujud
dan
xlii
(2) metode pembebanan menurun (declining balance method), untuk harga
berwujud selain bangunan.
Selain itu tarif penyusutan tiap golongan dan kelompok berbeda–beda
menurut masa manfaat. Tabel diatas telah menyajikan cara penyusutan dan
tarif penyusutan aktiva tetap sesuai dengan UU No. 17 tahun 2000 pasal
11 ayat (6).
C. Manajemen Pajak
Upaya dalam melakukan penghematan pajak secara legal dapat dilakukan
melalui manajemen pajak. Namun perlu diingat bahwa legalitas menajemen
pajak tergantung dari instrumen yang dipakai. Legalitas baru dapat diketahui
secara pasti setelah ada putusan pengadilan. Secara umum manajemen pajak
menurut Sophar Lumbantoruan dapat didefinisikan sebagai berikut:
Sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan.
Tujuan manajemen pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Menerapkan peraturan perpajakan secara benar
2. Usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya
Tujuan manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi–fungsi manajemen
pajak yang terdiri atas:
1. Perencanaan pajak (tax planning)
2. Pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation)
3. Pengendalian pajak (tax control)
xliii
1. Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam menajemen pajak. Pada
tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan
perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang
akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak (tax
planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak. Hal ini dapat
dilihat dari dua definisi perencanaan pajak (tax planning) di bawah ini:
a. Menurut Crumbley D. Larry, Friedman Jack P, dan Andres Susan,
tax planning is the systematic analysis of deferring tax options
aimed at the minimization of tax liability in current and future tax
periods
b. Dan menurut Lyons Susan M, Tax planning is arrangements of a
persons business andlor private affairs in order to minimize tax
liability
Jika tujuan perencanaan pajak adalah merekayasa agar beban pajak
(tax burden) dapat ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan
peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuat undang–undang,
maka perencanaan disini sama dengan tax avoidance karena secara hakikat
ekonomis keduanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah
pajak (after tax return) karena pajak merupakan unsur pengurang laba
yang tersedia baik untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun
untuk diinvestasikan kembali.
xliv
Untuk meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan
berbagai cara, baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful)
maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful). Istilah yang
sering digunakan adalah tax avoidance dan tax envasion. Penghindaran
pajak adalah rekayasa “tax affairs” yang masih tetap berada dalam bingkai
ketentuan perpajakan (lawful). Penghindaran pajak dapat terjadi didalam
bunyi ketentuan atau tertulis di undang–undang dan berada dalam jiwa
dari undang–undang atau dapat juga terjadi dalam bunyi ketentuan
undang–undang tetapi berlawanan dengan jiwa undang–undang. Komite
urusan fiskal dari Organization For Economic Corporation And
Development (OECD) menyebutkan ada tiga karakter penghindaran pajak,
yaitu:
a. Adanya unsur artificial dimana berbagai pengaturan seolah–olah
terdapat didalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena
ketiadaan faktor pajak
b. Skema semacam ini sering memanfaatkan loopholes dari undang-
undang atau menerapkan ketentuan–ketentuan legal untuk berbagai
tujuan, padahal bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh
pembuat undang–undang
c. Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini dimana umumnya
para konsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan
penghindaran pajak dengan syarat wajib pajak menjaga serahasia
mungkin.
xlv
Perencanaan perpajakan umumnya selalu dimulai dengan
menyakinkan apakah suatu transaksi atau fenomena terkena pajak. Kalau
fenomena tersebut terkena pajak, apakah dapat diupayakan untuk
dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya, selanjutnya apakah
pembayaran pajak dimaksud dapat ditunda pembayarannya dan lain
sebagainya.
Oleh karena itu, setiap Wajib Pajak akan membuat rencana pengenaan
pajak atas setiap tindakan (taxable event) secara seksama. Dengan
demikian bisa dikatakan bahwa perencanaan pajak adalah proses
pengambilan faktor pajak yang relevan dan faktor non pajak yang material
untuk menentukan:
a. Apakah
b. Kapan
c. Bagaimana, dan
d. Dengan siapa (pihak mana),
dilakukan transaksi, operasi dan hubungan dagang yang memungkinkan
tercapainya beban pajak pada tax events yang serendah mungkin dan
sejalan dengan tercapainya tujuan perusahaan (Barry Spitz: 1983)
2. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan
Apabila pada tahap perencanaan pajak telah diketahui faktor–faktor
yang akan dimanfaatkan untuk melakukan penghematan pajak, maka
langkah selanjutnya adalah mengimplementasikannya baik secara formal
maupun material. Harus dipastikan bahwa pelaksanaan kewajiban
xlvi
perpajakan telah memenuhi peraturan perpajakan yang berlaku.
Manajemen pajak tidak dimaksudkan untuk melanggar peraturan dan jika
dalam pelaksanannya menyimpang dari peraturan yang berlaku, maka
praktik tersebut telah menyimpang dari tujuan manajemen pajak.
Untuk mencapai tujuan menejemen pajak ada dua hal yang perlu
dikuasai dan dilaksanakan yaitu:
a. Memahami ketentuan peraturan perpajakan
Dengan mempelajari peraturan perpajakan seperti undang–undang,
Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan
Dirjen Pajak, dan Surat Edaran Dirjen Pajak dapat diketahui
peluang–peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menghemat
pajak.
b. Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat
Pembukuan merupakan sarana yang sangat penting dalam
penyajian informasi keuangan perusahaan yang disajikan dalam
bentuk laporan keuangan dan menjadi dasar dalam menghitung
besarnya jumlah pajak terutang. Mengingat pentingnya pembukuan
maka menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan, telah
menetapkan bahwa Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di
Indonesia wajib melakukan pembukuan.
xlvii
3. Pengendalian Pajak
Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban
pajak telah dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan dan telah
memenuhi persyaratan formal maupun material. Hal terpenting dalam
pengendalian pajak adalah pemeriksaan pembayaran pajak. Oleh sebab itu,
pengendalian dan pengaturan arus kas sangat penting dalam strategi
penghematan pajak, misalnya melakukan pembayaran pajak pada saat
terakhir tentu lebih menguntungkan jika dibandingkan membayar lebih
awal. Pengendalian pajak termasuk pemeriksaan jika perusahaan telah
membayar pajak lebih besar dari jumlah pajak terutang.
D. Penghasilan
1. Penghasilan Kena Pajak
Sesuai dengan Pasal 6 Undang-undang Pajak Penghasilan besarnya
PKP bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap ditentukan
berdasarkan penghasilan bruto dikurangi:
1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,
termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan
atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan
tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti,
biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, premi asuransi, biaya
administrasi, dan pajak kecuali pajak penghasilan.
xlviii
2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.
3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan.
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan.
5. Kerugian dari selisih kurs mata uang asing.
6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di
Indonesia.
7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih.
2. Penghasilan Tidak Kena Pajak
a. Adapun kepada orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri
diberikan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak sebesar:
1. Rp 13.200.000,00 untuk diri Wajib Pajak pribadi;
2. Rp 1.200.000,00 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;
3. Rp 13.200.000,00 tambahan untuk seorang isteri yang mempunyai
penghasilan dari usaha atau dari pekerjaan yang tidak ada
hubungannya dengan usaha suami atau anggota keluarga.
4. Rp 1.200.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah
dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak
xlix
angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3
orang untuk setiap keluarga.
b. Penerapan besarnya PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun
pajak atau awal bagian tahun pajak.
c. Penyesuaian besarnya PTKP ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan.
Berdasarkan Pasal 17 ayat (1) No. 17 Tahun 2000 yaitu:
1. Tarif pajak yang ditentukan atas Penghasilan Kena Pajak bagi:
a. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:
Tabel 2.6 Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Negeri No Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak 1 Sampai dengan Rp 25.000.000,00 5 % 2 Diatas Rp 25.000.000,00 s/d Rp 50.000.000,00 10 % 3 Diatas Rp 50.000.000,00 s/d Rp 100.000.000,00 15 % 4 Diatas Rp 100.000.000,00 s/d Rp 200.000.000,00 25 % 5 Diatas Rp 200.000.000,00 35 %
Sumber:Undang–Undang Pajak RI
b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah
sebagai berikut;
Tabel 2.7
Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Badan Usaha Tetap
No Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak 1 Sampai dengan Rp 50.000.000,00 10 % 2 Diatas Rp 50.000.000,00 s/d Rp 100.000.000,00 15 % 3 Diatas Rp 100.000.000,00 30 %
Sumber:Undang–Undang Pajak RI
l
E. Perbedaan Perlakuan Penyusutan dari Sudut Pandang Akuntansi dan Pajak
Tabel 2.8 Perbedaan Perlakuan Penyusutan dari Sudut Pandang Akuntansi dan Pajak
Akuntansi Komersial Akuntansi Fiskal Masa manfaat: a. Masa manfaat ditentukan aktiva
berdasarkan taksiran umur ekonomis maupun teknis
b. Ditelaah ulang secara periodik c. Nilai residu bisa diperhitungkan
Masa manfaat: a. Ditetapkan berdasarkan keputusan
Menteri Keuangan b. Nilai residu tidak diperhitungkan
Harga perolehan: a. Untuk pembelian menggunakan
harga sesungguhnya b. Untuk pertukaran aktiva tidak sejenis
menggunakan harga wajar c. Untuk pertukaran sejenis
berdasarkan nilai buku aktiva yang lepas
d. Aktiva sumbangan berdasarkan harga pasar
Harga perolehan: a. Untuk transaksi yang tidak
mempunyai hubungan istimewa berdasarkan harga yang sesungguhnya
b. Untuk transaksi yang mempunyai hubungan istimewa berdasarkan harga pasar
c. Untuk transaksi tukar–menukar adalah berdasarkan harga pasar
d. Dalam rangka likuidasi, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau penggabungan adalah harga pasar kecuali ditentukan lain oleh Menteri Keuangan
e. Jika direvaluasi adalah sebesar nilai setelah revaluasi
Metode penyusutan: a. Garis lurus b. Jumlah angka tahun c. Saldo menurun / menurun ganda d. Metode jam jasa e. Unit produksi f. Anuitas g. Sistem persediaan Perusahaan dapat memilih salah satu metode yang dianggap sesuai, namun harus diterapkan secara konsisten dan harus ditelaah secara periodik
Metode penyusutan: a. Untuk aktiva tetap bangunan adalah
garis lurus b. Untuk aktiva tetap bukan bangunan
Wajib Pajak dapat memilih garis lurus atau saldo menurun ganda asal diterapkan secara taat asas
Sistem penyusutan: a. Penyusutan individual b. Penyusutan gabungan / kelompok
Sistem penyusutan: a. Penyusutan secara individual kecuali
untuk peralatan kecil, boleh secara golongan
Saat dimulainya penyusutan: a. Saat perolehan b. Saat penyelesaian
Saat dimulainya penyusutan: a. Saat perolehan b. Dengan izin Menteri Keuangan dapat
dilakukan pada tahun penyelesaian atau tahun mulai menghasilkan
Sumber:Early Suandy Perencanaan Pajak
li
F. Penelitian Terdahulu
Terdapat penelitian terdahulu yang berkaitan dengan perencanaan pajak
dan penyusutan aktiva tetap, yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Amalia (2005), yang berjudul
perbedaan kebijakan akuntansi dan fiskal: penyusutan dan amortisasi,
leasing dan revaluasi aktiva tetap. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
antara kebijakan akuntansi dan fiskal banyak memiliki perbedaan–
perbadaan ini lebih disebabkan oleh perbedaan tujuan dari masing–masing
kebijakan tersebut. Kebijakan fiskal ditujukan untuk menyajikan informasi
perpajakan yang cepat, tepat, dan lengkap kepada administrasi pajak. Oleh
karena itu, penampilan akuntansi (metode, prosedur, dan teknik
pembukuan) sangat dipengaruhi oleh hukum pajak. Selain itu tujuan
kebijkan pemajakan meliputi tiga aspek yaitu: (a) alokasi, (b) distribusi,
(c) stabilisasi. Secara singkat perbedaan kebijakan akuntansi dan fiskal
dalam hal penyusutan dan amortisasi, leasing dan revaluasi aktiva tetap
tampak seperti: (1) penetapan pendapatan dan beban, (2) konsistensi, (3)
konservatisme, (4) substansi mengesampingkan bentuk formal.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Yongki Cahyaningrum pada tahun 2005,
yang berjudul beda akuntansi dan fiskal dalam menentukan Penghasilan
Kena Pajak dan Pajak Penghasilan Badan. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah terdapat perbedaan konsep dan tujuan pelaporan penghasilan
menurut PSAK dan UU PPh dimana dalam PSAK mengacu pada
bertambahnya aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan
lii
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi dari kontribusi
penanam modal sedangkan dalam UU PPh mengacu pada penerapan broad
based taxation yang mengenakan pajak atas semua tambahan kemampuan
ekonomis yang diperoleh dari Indonesia maupun luar Indonesia.
Tujuan laporan keuangan komersial adalah memberikan informasi tentang
posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan bagi pengguna laporan
keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan serta merupakan
pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan sumber–sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka. Tujuan penyusunan laporan keuangan
fiskal adalah untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak dan Pajak
Penghasilan terutang yang berkaitan dengan penerimaan Negara.
Tabel 2.9 Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan
Fiskal LKK LKF Dasar penyusunan
Standar Akuntansi Keuangan Undang–Undang Perpajakan
Tujuan 1. Menghitung laba bersih 2. Mengukur kinerja
Menghitung besarnya pajak terutang
Akibat penyimpangan
1. Pengambilan keputusan yang tidak tepat oleh manajemen
2. Opini yang buruk terhadap laporan keuangan dari stakeholder
Sanksi dibidang perpajakan berupa: 1. Sanksi
administrasi 2. Sanksi pidana
Sumber:Yongki Cahyaningrum beda akuntansi dan fiskal dalam menentukan Penghasilan Kena Pajak dan Pajak Penghasilan Badan Perbedaan konsep maupun tujuan laporan keuangan antara akuntansi dan
fiskal perbedaan tersebut mengakibatkan perlunya rekonsiliasi laporan
keuangan fiskal yaitu koreksi fiskal positif maupun negatif terhadap
Laporan Keuangan Komersial hingga diperoleh sebuah Laporan Keuangan
liii
Fiskal. Wajib Pajak harus membuat koreksi fiskal tersebut dalam laporan
keuangan yang disampaikan sebagai lampiran SPT Tahunan PPh Badan.
Perbedaan antara LKK dan LKF dapat dikelompokkan menjadi perbedaan
tetap dan perbedaan sementara dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 2.10 Beda Tetap dan Beda Sementara Laporan Keuangan Komersial dan
Laporan Keuangan Fiskal Beda Tetap Penghasilan Beda Tetap Biaya Beda Sementara
1. Penerimaan yang menurut SAK merupakan penghasilan tetapi menurut UU PPh bukan merupakan penghasilan
1. Pengeluaran – pengeluaran yang menurut SAK adalah biaya tetapi menurut UU PPh tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto (pasal 9 UU PPh)
1. Perbedaan pembebanan biaya tiap periode akuntansi karena perbedaan metode yang digunakan tetapi secara keseluruhan jumlah yang dibebankan sebagai biaya adalah sama.
2. Penghasilan yang dikenakan PPh final
3. Penerimaan yang menurut SAK bukan penghasilan tetapi menurut UU PPh adalah penghasilan
Sumber:Yongki Cahyaningrum beda akuntansi dan fiskal dalam menentukan Penghasilan Kena Pajak dan Pajak Penghasilan Badan
Selain perbedaan menurut kelompok beda tetap dan beda sementara,
biasanya sering timbul perbedaan yang disebabkan beda persepsi antara
Wajib Pajak dengan fiskus atas suatu peraturan perundang–undangan
dimana Wajib Pajak dan fiskus mempunyai interprestasi masing–masing
terhadap sebuah peraturan.
liv
Harmonisasi akuntansi dan pajak dapat meningkatkan efisiensi dan
pengawasan karena tidak banyak menggunakan sumber daya untuk
melakukan koreksi fiskal namun demikian harmonisasi tersebut agaknya
sulit dilaksanakan secara penuh karena pada dasarnya tujuan dari Laporan
Keuangan Komersial dan Fiskal berbeda.
4. Penelitian yang dilakukan oleh DR. Gunadi (1999), yang berjudul
depresiasi aktiva tetap: suatu tinjauan pajak dan akuntansi. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah perusahaan yang bersifat “capital intensive
enterprise” mempunyai investasi dalam barang modal yang cukup
signifikan dibanding investasi pada barang selain itu. Tujuan perusahaan,
secara ekonomis adalah mencari laba atau nilai tambah dengan
menyediakan barang atau jasa kepada masyarakat. Investasi pada barang
modal (aktiva tetap) merupakan salah satu bentuk (deferred cost) yang
akan dipertemukan secara sistematis dan rasional kepada masa manfaat
atau nilai tambah yang diperoleh dari partisipasi investasi dimaksud.
Penyebaran “cost of capital” secara sistematis dan rasional ini apabila
dikaitkan dengan “tangible asset” sering disebut depresiasi (international
tax glossary, IBDF Netherland, 1998). Selanjutnya apabila dikaitkan
dengan “intangible asset” disebut amortisasi dan apabila dikaitkan dengan
sumber daya alam “natural resources” disebut deplesi. Dalam menghitung
penghasilan neto baik “accounting profit” maupun “taxable profit”,
depresiasi merupakan biaya pengurang.
lv
5. Penelitian yang dilakukan oleh M. Zain (2004), yang berjudul manajemen
perpajakan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah (1) Beberapa cara yang
dapat ditempuh dalam rangka memanajemeni pajak, sebagai usaha untuk
mengefisiensikan beban pajak melalui penghindaran pajak (tax avoidance)
dan penghematan pajak (tax saving) tetapi tidak melalui penyelundupan
pajak (tax evasion) yang tidak akan ditolelir oleh fiskus. (2)
Memanajemeni pajak tidak akan dapat disusun tanpa didahului penelitian
yang mendalam mengenai masalahanya untuk kemudian distruktur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang–undangan perpajakan, setelah
mempertimbangkan faktor non tax lainnya dan faktor keunggulan dan
kekurangannya untuk jangka waktu yang relatif panjang. (3) faktor bentuk
usaha, metode akuntansi, periode akunting, dan pengertian penghasilan
yang dapat dikenakan pajak serta keterkaitannya dengan biaya sesuai
ketentuan peraturan perundang–undangan perpajakan, merupakan faktor
yang sangat berperan dalam mendesain manajemen perpajakan. (4)
pemantauan sikap dan tindakan aparat perpajakan dalam melaksanakan
undang–undang (law enforcement) dan secara terus menerus mengikuti
perkembangan perubahan ketentuan peraturan perundang–undangan
perpajakan, merupakan hal yang mutlak untuk dilaksanakan dan dipelajari
dengan tujuan agar dengan segera dapat dilakukan perubahan manajemen
perpajakan, apabila desain yang lama sudah tidak sesuai lagi dengan
ketentuan baru tersebut serta kemungkinan munculnya celah–celah untuk
efisiensi pembayaran pajak.
lvi
6. Penelitian yang dilakukan oleh Hasfin Hardi (2000), yang berjudul tax
planning sebagai alternatif meminimalkan pajak. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah untuk perusahaan besar mengatur jumlah pajak
seminimal mungkin akan sangat bermanfaat bagi mereka, karena ada
aliran kas (cash flow) yang nantinya dapat dipergunakan dan dimanfaatkan
untuk kepentingan perusahaan lainnya, dalam artian untuk pengeluaran–
pengeluaran yang berhubungan langsung dengan kegiatan pokok
perusahaan. Yang paling penting dalam hal mengatur jumlah pajak yang
harus dibayar sehinga seminimal mungkin adalah pengetahuan yang
mendalam tentang peraturan–peraturan perpajakan itu sendiri. Karena, hal
tersebut dialakukan dengan memanfaatkan celah–celah atau hal–hal yang
belum diatur dalam undang–undang (loopholes). Ada beberapa strategi
yang bisa dilakukan dalam meminimalkan jumlah pajak yang harus
dibayar yaitu pergeseran (shifting), kapitalisasi, transformasi,
penghindaran (avoidance) dan penyelundupan (evasion). Semua strategi
diatas merupakan bagian dari tax planning. Tax planning memberikan
suatu formula umum yang bisa digunakan untuk mengatur secara
sistematis jumlah pajak yang harus dibayar. Di dalam formula umum ini,
ada item–item yang nantinya harus menjadi pusat perhatian dari Wajib
Pajak atau apabila menggunakan konsultan adalah tax planner.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Yenni Mangonting (1999), yang berjudul
Tax planning: sebuah pengantar sebagai alternatif meminimalkan pajak.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah banyak orang baik secara pribadi
lvii
maupun kelompok merasa enggan untuk membayar pajak. Keengganan ini
bisa jadi disebabkan karena tidak adanya kontraprestasi langsung yang
diberikan akibat pembayaran tersebut, bisa juga karena pajak itu oleh
mereka dianggap sebagai beban sehingga ada usaha–usaha untuk
menguranginya. Untuk perusahaan besar mengatur jumlah pajak
seminimal mungkin akan sangat bermanfaat bagi mereka, karena ada
aliran kas (cash flow) yang nantinya dapat dipergunakan dan dimanfaatkan
untuk kepentingan perusahaan lainnya, dalam artian untuk pengeluaran–
pengeluaran yang berhubungan langsung dengan kegiatan pokok
perusahaan. Yang paling penting dalam hal mengatur jumlah pajak yang
harus dibayar sehinga seminimal mungkin adalah pengetahuan yang
mendalam tentang peraturan–peraturan perpajakan itu sendiri. Karena, hal
tersebut dialakukan dengan memanfaatkan celah–celah atau hal–hal yang
belum diatur dalam undang–undang (loopholes). Ada beberapa strategi
yang bisa dilakukan dalam meminimalkan jumlah pajak yang harus
dibayar yaitu pergeseran (shifting), kapitalisasi, transformasi,
penghindaran (avoidance) dan penyelundupan (evasion). Semua strategi
diatas merupakan bagian dari tax planning. Tax planning memberikan
suatu formula umum yang bisa digunakan untuk mengatur secara
sistematis jumlah pajak yang harus dibayar. Di dalam formula umum ini,
ada item–item yang nantinya harus menjadi pusat perhatian dari wajib
pajak atau apabila menggunakan konsultan adalah tax planner.
lviii
G. Kerangka Pemikiran
Laporan keuangan berfungsi sebagai alat pengukur kinerja suatu
perusahaan. apakah perusahaan dapat berjalan dengan baik atau tidak, dapat
diketahui dari laporan keuangan. Laporan keuangan terdiri dari: neraca,
laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan tambahan lainnya. Laporan
yang dimaksudkan tersebut adalah laporan keuangan komersil. Yaitu laporan
yang dibuat oleh pihak manajemen yang mengacu kepada Standar Akuntansi
Keuangan.
Untuk kepentingan pajak, laporan tersebut tidak dapat digunakan sehingga
perlu dibuat suatu laporan keuangan untuk perpajakan yang disebut dengan
laporan keuangan fiskal. Laporan keuangan fiskal dapat dibuat mengacu
kepada Undang–Undang Pajak yang berlaku.
Laporan keuangan yang telah dibuat sesuai dengan Undang–Undang Pajak
tadi atau disebut laporan keuangan fiskal kemudian dilakukan koreksi fiskal
dan dibuat perencanaan pajaknya (tax planning), sehingga terbentuk suatu
laporan keuangan dengan perencanaan pajak. Laporan keuangan ini dibuat
untuk mengurangi atau meminimalisasi perbedaan–perbedaan yang
disebabkan oleh perbedaan perlakuan dan penerapan segala sesuatu yang
berkaitan dengan penyusutan antara komersial (mengacu pada Standar
Akuntansi Keuangan) dan fiskal (mengacu pada Undang–Undang Pajak).
Perbedaan yang diminimalisasi yaitu Beda Tetap/Beda Permanen (Permanent
Difference) dan Beda Waktu/Beda Temporer (Temporary Difference).
lix
Perencanaan yang telah dibuat pada laporan keuangan tadi berkaitan dengan
skripsi ini yaitu mengarah kepada perencanaan penyusutan aktiva tetap.
Minimalisasi terhadap perbedaan tersebut akan sangat berpengaruh
terhadap besar kecilnya laba perusahaan, baik laba secara komersial maupun
laba secara fiskal. Pengaruh terhadap laba perusahaan tersebut juga akan
sangat berpengaruh kepada Penghasilan Kena Pajak perusahaan dan akhirnya
akan berpengaruh kepada Pajak Penghasilan (PPh) perusahaan. Penulis
merumuskan kerangka pemikiran tersebut dalam bagan berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Laporan Keuangan Perusahaan
SAK Laporan Keuangan Komersial
Laporan Keuangan Fiskal
Koreksi Fiskal Perencanaan Pajak
Laporan Keuangan dengan Perencanaan Pajak
UU Pajak
Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Pajak Penghasilan (PPh)
lx
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Tempat penelitian yang dipilih oleh penulis pada penelitian kali ini yaitu
pada PT. Asuransi Bintang Tbk, karena PT. Asuransi Bintang Tbk adalah
salah satu perusahaan yang bergerak dibidang asuransi yang telah berdiri sejak
tanggal 17 Maret 1995, selain itu PT. Asuransi Bintang Tbk juga telah go
public atau terbuka untuk umum, hal inilah yang membuat peneliti tertarik
untuk memilih PT. Asuransi Bintang Tbk sebagai tempat penelitian. Pada
penelitian ini, penulis membahas tentang perencanaan pajak pada PT Asuransi
Bintang Tbk, tetapi karena keterbatasan pengetahuan penulis, penulis tidak
membahas perencanaan pajak secara keseluruhan tetapi hanya membahas
perencanaan pajak penyusutan aktiva tetap saja.
Dalam penelitian ini, penulis mengambil objek penelitian yaitu pada
bagian/divisi akuntansi khususnya bagian (staf) yang mengerjakan aktiva tetap
PT. Asuransi Bintang Tbk. Adapun data yang digunakan pada penelitian ini
adalah data mengenai aktiva tetap PT. Asuransi Bintang Tbk disertai dengan
laporan keuangan tahun 2006 dan SPT serta data–data pendukung lainnya.
B. Metode Penarikan Sampel
1. Populasi
Ukuran populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bagian dalam
struktur organisasi PT. Asuransi Bintang Tbk. Sedangkan yang menjadi
lxi
unit analisisnya adalah bagian/divisi akuntansi khususnya bagian (staf)
yang mengerjakan aktiva tetap pada PT. Asuransi Bintang Tbk. Adapun
yang dianalisa yaitu, laporan keuangan tahun 2006, daftar aktiva tetap
perusahaan serta SPT Tahunan tahun 2006.
2. Sampel
Melihat unit analisis diatas, maka teknik penarikan sampel dalam
penelitian ini adalah dengan mengambil teknik Pemilihan Sampel
Bertujuan (Purposive Sampling). Pemilihan Sampel Bertujuan (Purposive
Sampling) yaitu penentuan sampel dengan mengambil data-data tertentu
yang dianggap sesuai dan terkait dengan penelitian yang dilakukan.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dapat penulis uraikan adalah dengan
menggunakan Content analysis, data primer (Primary Data) dan data
sekunder (Secondary Data).
1. Content Analysis
Merupakan matode pengumpulan data dengan menggunakan data primer.
Content analysis merupakan metode pengumpulan data penelitian melalui
teknik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu dokumen.
Tujuan content analysis melakukan identifikasi terhadap karakteristik atau
informasi spesifik yang terdapat pada suatu dokumen untuk menghasilkan
deskripsi yang objektif dan sistematik (indriantoro dan supomo,
2002:159). Adapun dokumen yang dianalisis dalam penelitian ini
lxii
diantaranya adalah laporan keuangan tahunan, SPT Tahunan dan
dokumen–dokumen lain yang mendukung.
2. Data Primer (Primary Data)
Yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Dan pada
penelitian ini, metode yang digunakan yaitu metode survey dengan cara
wawancara langsung kepada responden. Dan selain wawancara, cara yang
digunakan juga teknik observasi.
3. Data Sekunder (Secondary Data)
Yaitu, data yang diperoleh secara tidak langsung/melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini berasal dari sumber eksternal, yaitu seperti dari
membaca buku–buku dan referensi, jurnal–jurnal, catatan-catatan
perkuliahan, artikel, peraturan-peraturan perpajakan dan lain sebagainya.
D. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini
menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
1. Pendekatan Kuantitatif
Penelitian kuantitatif menekankan pada pengujian teori-teori melalui
pengkuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan
analisis data dengan membuat simulasi-simulasi mengenai metode
penyusutan.
lxiii
2. Pendekatan Kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menekankan kepada
pemahaman mengenai masalah-masalah atau gambaran secara deskriptif
mengenai objek yang sedang diteliti. Adapun pendekatan kualitatif ini
lebih menekankan pada penjabaran mengenai perencanaan pajak
penyusutan aktiva tetap yang dilakukan oleh PT. Asuransi Bintang Tbk.
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel operasional adalah sebuah konsep yang mempunyai variasi nilai
yang diterapkan dalam satu penelitian dan dimaksudkan untuk memastikan
agar variabel yang diteliti secara jelas dapat dilihat indikatornya atau sub
variabelnya. Operasional variabel penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Aktiva tetap (Fixed assets)
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap
pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi
perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
2. Penyusutan
Penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan
dari suatu aktiva sepanjang masa manfaat.
3. Perencanaan Pajak (Tax planning)
Perencanaan pajak adalah proses pengorganisasian usaha Wajib Pajak
sedemikian rupa sehimgga hutang pajaknya baik Pajak Penghasilan
lxiv
maupun pajak–pajak lainnya berada dalam posisi yang minimal, sepanjang
hal ini dimungkinkan oleh ketentuan peraturan perundang–undangan yang
berlaku.
lxv
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil PT. Asuransi Bintang TBK
1. Latar Belakang Berdirinya PT. Asuransi Bintang TBK
PT. Asuransi Bintang Tbk, yang dikenal dikalangan industri asuransi
dengan sebutan "Bintang", adalah salah satu di antara perusahaan asuransi
nasional. "Bintang" didirikan pada tanggal 17 Maret 1955 oleh beberapa
tokoh pengusaha nasional, yang sebagian besar juga adalah pelaku
revolusi fisik menjelang kemerdekaan pada tahun 1945. Mereka adalah Ali
Algadri, Idham, Ismet, Wibowo (almarhum), Soedarpo Sasrosatomo, Pang
Lay Kim (almarhum), Roestam Moenaf dan Johan Radi Koesman
(almarhum). Saat ini sebagian dari para pendiri perusahaan tersebut masih
aktif memberikan arah kebijakan perusahaan dalam kapasitas mereka
sebagai komisaris.
Sejak tanggal 3 November 1989 "Bintang" telah menjadi perusahaan
Publik dimana sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kemampuan
"Bintang" untuk terus tumbuh selama empat dasawarsa adalah berkat
ketaatazasan kepada dasar-dasar perusahaan asuransi yang sehat, yang
terutama, prinsip keseimbangan (equilibrium) antara penerapan
underwriting policy yang konservatif, dengan operasi pengembangan pasar
secara dinamis.
lxvi
Manajemen "Bintang" percaya bahwa peningkatan profesionalisme
dan kesejahteraan karyawan, serta penyediaan kesempatan seluas-luasnya
bagi setiap personil untuk aktualisasi diri dalam tim kerja yang produktif,
pada gilirannya akan mendorong peningkatan kualitas pelayanan kepada
para nasabah. Dengan demikian akan menjamin kelangsungan
pertumbuhan perusahaan di masa mendatang.
2. Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Inti Perusahaan
a. VISI
Menjadi pemain utama dan pencipta tren bisnis Asuransi
konsumer, melalui perusahaan yang dikelola oleh orang-orang dengan
produktivitas dan kemampuan yang tinggi, agar dapat menghasilkan
pertumbuhan usaha dan manfaat bagi para pemegang saham, pegawai
dan nasabah dengan tetap mematuhi nilai-nilai inti perusahaan dan
peraturan yang berlaku.
b. MISI
Menghasilkan produk dan jasa yang mudah dinikmati dan dapat
memberi nilai tambah sesuai kebutuhan konsumen; serta memberi
kesempatan kepada para karyawan terbaik untuk berkembang sejalan
dengan perkembangan perusahaan.
lxvii
c. NILAI-NILAI INTI PERUSAHAAN
Nilai-nilai inti perusahaan yaitu berkomitmen, berpikir positif,
dapat dipercaya (“credible”), menerima dan menjalankan tanggung
jawab, hati-hati dalam segala keputusan bisnis (‘prudent’), bekerja
dalam kelompok (“teamwork”), memahami dan menganut etika bisnis
yang sehat (“integrity”), pelayanan pelanggan (internal dan eksternal),
memenuhi standar kualitas serta inovatif.
Unsur-unsur nilai inti diformulasikan dalam semboyan “MAJU”.
M=Mendukung pencapaian visi dan misi perusahaan serta
melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan.
A=Amanah dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab serta
senantiasa mencari cara terbaik untuk mencapai tujuan.
J=Jujur, mampu bekerja sama, saling menghormati, disiplin dan
bersedia melakukan perubahan yang bermanfaat bagi semua pihak.
U=Unggul dalam memberikan pelayanan, memahami kebutuhan
pelanggan dan menciptakan produk/jasa yang berkualitas secara
berkesinambungan.
Dalam mengimplementasikan nilai-nilai inti perusahaan, semua
unsur yang ada dimasukkan dalam manajemen kinerja individu
(SISMAJA PRIMA) sebagai faktor-faktor penilaian
lxviii
3. Penghargaan
a. Annual Report Award 2002, Peringkat IV, diselenggarakan pada tahun
2003 oleh Panitia Penghargaan Laporan Tahunan 2002.
b. Insurance Award 2002, dengan predikat “sangat bagus”,
diselenggarakan pada tahun 2002 oleh majalah Info Bank.
c. Annual Report Award 2001, Peringkat I, diselenggarakan pada tahun
2002 oleh Panitia Penghargaan Laporan Tahunan 2001.
d. Juara III Bidang Asuransi, Sayembara Laporan Tahunan Perusahaan
1987, diselenggarakan pada tahun 1988 oleh Bapepam.
e. Juara II Bidang Asuransi, Sayembara Laporan Tahunan Perusahaan
1986, diselenggarakan pada tahun 1987 oleh Bapepam.
f. Juara III Bidang Asuransi, Sayembara Laporan Tahunan Perusahaan
1985, diselenggarakan pada tahun 1986 oleh Bapepam.
g. Juara II Bidang Asuransi, Sayembara Laporan Tahunan Perusahaan
1983, diselenggarakan pada tahun 1984 oleh Bapepam.
h. Juara I Bidang Asuransi, Sayembara Laporan Tahunan Perusahaan
1981, diselenggarakan pada tahun 1982 oleh Bapepam.
i. Juara II Bidang Asuransi, Sayembara Laporan Tahunan Perusahaan
1980, diselenggarakan pada tahun 1981 oleh Bapepam.
j. Juara I Bidang Asuransi, Sayembara Laporan Tahunan Perusahaan
1979, diselenggarakan pada tahun 1980 oleh Bapepam.
lxix
4. Produk
a) Bintang eCargo
b) Perlindungan PERISAY
Semua produk asuransi dengan merek PERISAY dirancang untuk
memenuhi kebutuhan perorangan. Perlindungan PERISAY
memberikan perlindungan asuransi dengan memberikan kebebasan
bagi nasabah untuk memilih luas lingkup jaminan dengan harga yang
terjangkau. Tingkat premi juga ditentukan oleh pengalaman klaim dan
faktor lainnya dari calon tertanggung atau objek pertanggungan. Jenis
perlindungan PERISAY ini adalah:
1. PERISAY Mobil Individual (PMI)
2. PERISAY Rumah Seisinya (PRS)
3. PERISAY Sehat Individual (PSI)
c) Perlindungan Non PERISAY
Mencangkup semua perlindungan atas; kerugian atau kerusakan
atas harta benda, gangguan usaha, tanggung jawab hukum, dengan
menggunakan berbagai ragam polis standar berikut perluasan-
perluasannya yang tersedia di pasar lokal. Pertanggungan dapat juga
diberikan secara “tailor made” sesuai dengan kebutuhan tertanggung.
Jenis pertangungan Non PERISAY anatara lain:
a) Asuransi Pengangkutan
b) Asuransi Kebakaran
c) Asuransi Gangguan Usaha
lxx
d) Asuransi Rekayasa dan Kerusakan Mesin
e) Asuransi Kendaraan Bermotor
f) Asuransi Kecelakaan Diri
g) Asuransi Tanggung Gugat
h) Asuransi Usaha Kecil Menengah (UKM)
i) Asuransi Konstruksi
5. Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT. Asuransi Bintang Tbk adalah sebagai berikut:
lxxi
Gambar 4.1
Struktur Organisasi
Sumber: data komersial
Board of Commissioners Audit Committee
Board of Directors
Internal Audit Corporate Secretary
Directorate of Business Services
Directorate of Technical Services
Directorate of Financial Services
Directorate of Administration Services
Sales Division
Technical Division
Account&Sop Dev Division
Information Tech Division
Agency Dept
Brokers Serv Dept
Direct Sales Dept
Tele Sales Dept
Claim Dept
Underwriting Dept
Reinsurance Dept
Accounting Dept
SOP Development Dept
System Management Dept
Sysytem Development Dept
Marketing Division
Marketing Comm Dept
Business&Product Dept
Customer Service Dept
Finance&Investment Division
Finance Dept
Investment Dept
Support Service Division
HRD Dept
General Service Dept
lxxii
B. Hasil dan Pembahasan
1) Kebijakan Pajak Untuk Penyusutan
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan
sepanjang masa mafaat yang diestimasi. Penyusutan perlu dilakukan
karena manfaat yang diberikan dan nilai dari aktiva tersebut semakin
berkurang. Pengurangan nilai aktiva dibebankan secara bertahap.
Kebijakan pajak untuk penyusutan harus mempertimbangkan tiga hal
yaitu:
a) Keadilan Pajak (tax equity)
Untuk keadilan pajak perlu diperhatikan jenis kegiatan dari Wajib
Pajak, apakah perusahaan manufaktur atau perusahaan jasa, bagaimana
struktur modalnya, padat modal (capital intensive) atau padat karya
(labour intensive). Dengan adanya penyusutan maka kegiatan uasaha
manufaktur atau jenis usaha yang padat modal akan lebih diuntungkan
dibanding dengan yang lainnya.
b) Kebijakan Ekonomi
Dengan adanya penyusutan membawa akibat pada peningkatan
modal (capital growth). Jika penyusutan besar maka laba setelah pajak
juga besar, pengembalian atas investasi (return on investment/ROI)
besar, sehingga arus kas menjadi tinggi. Menurut ketentuan
perpajakan, perhitungan penyusutan dimulai pada tahun perolehan.
Secara ekonomis dapat diatur dengan peraturan tertentu secara selektif,
lxxiii
untuk mendorong atau menghambat suatu peningkatan modal.
Penyusutan secara selektif dapat dibedakan menjadi:
a) Penyusutan untuk barang baru atau barang bekas
b) Penyusutan berdasarkan jenis industri tertentu
c) Penyusutan berdasarkan jenis aktiva
d) Penyusutan berdasarkan lokasi (terpencil)
c) Administrasi
Secara administrasi penyusutan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
sederhana dan kompleks. Pemilihan jenis penyusutan, baik yang
sederhana ataupun yang kompleks, tergantung pada beberapa hal,
seperti besarnya biaya administrasi, sumber daya manusia, dan
kepatuhan dari Wajib Pajak.
2) Aktiva Tetap PT. Asuransi Bintang Tbk
PT. Asuransi Bintang Tbk adalah sebuah perusahaan yang bergerak
di bidang jasa asuransi. Jika dilihat dari jenis perusahaannya, PT. Asuransi
Bintang Tbk bukan termasuk jenis perusahaan yang padat modal, karena
perusahaan ini tidak memiliki banyak aktiva tetap seperti perusahaan padat
modal. Berikut ini akan dijabarkan jenis-jenis aktiva tetap beserta
kelompoknya, masa manfaat serta tarif penyusutan dari masing-masing
aktiva tetap yang dimiliki oleh PT. Asuransi Bintang Tbk.
lxxiv
Tabel 4.1 Daftar Aktiva Tetap PT. Asuransi Bintang Tbk
Jenis Aktiva Masa Manfaat Tarif Penyusutan
1. Gedung Kantor 20 Tahun 5% 2. Mesin Kantor 8 Tahun 12.5% 3. Sepeda Motor 5 Tahun 20% 4. Mobil 5 Tahun 20% 5. Mebel dan Peralatan dari
logam 8 Tahun 12.5%
Sumber: Laporan Keuangan Komersial
Menurut catatan atas laporan keuangan konsolidasi perusahaan,
aktiva tetap yang dimiliki oleh PT. Asuransi Bintang Tbk yang dapat
disusutkan selain tanah terbagi menjadi tiga, yaitu: bangunan, perabot dan
peralatan, dan kendaraan bermotor. Berikut ini akan dijabarkan nilai
perolehan beserta nilai penyusutan dari aktiva tetap PT. Asuransi Bintang
Tbk berdasarkan catatan atas laporan keuangan konsolidasi perusahaan.
lxxv
Tabel 4.2 Aktiva Tetap
PT. Asuransi Bintang Tbk dan Anak Perusahaan Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi
Untuk Tahun yang Berakhir pada tanggal 31 Desember 2006 (Dinyatakan dalam Ribuan Rupiah)
Uraian 1 Januari Penambahan Pengurangan 31 Desember
Biaya perolehan atau penilaian kembali Tanah 18,906,417 - - 18,906,417
Bangunan 10,042,664 35,465 - 10,078,883 Perabot dan
peralatan kantor
10,116,129 691,819 71,065 10,736,883
Kendaraan Bermotor 6,922,883 686,150 826,500 6,782,533
Jumlah 45,988,093 1,413,434 897,565 46,503,962 Akumulasi Penyusutan
Bangunan 2,423,556 763,859 - 3,187,415 Perabot dan
Peralatan Kantor
5,940,677 1,347,516 44,794 7,243,399
Kendaraan Bermotor 5,161,878 917,194 707,750 5,371,322
Jumlah 13,526,111 3,028,569 752,544 15,802.136 Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Asuransi Bintang Tbk
3) Metode Penyusutan
Mulai tahun 1995 Wajib Pajak diperkenankan untuk memilih metode
penyusutan fiskal untuk aktiva tetap berwujud bukan bangunan yaitu
metode saldo menurun atau metode garis lurus. Metode mana yang akan
dipakai tergantung kepada Wajib Pajak, sepanjang dilaksanakan dengan
taat azas. Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa metode yang dipilih
harus diterapkan terhadap seluruh kelompok harta. Dengan demikian,
tidak dapat terhadap kelompok satu diterapkan metode saldo menurun,
sedangkan kepada kelompok lainnya diterapkan metode garis lurus. Dalam
hal Wajib Pajak memilih saldo menurun maka pada tahun terakhir masa
lxxvi
manfaat nilai sisa buku harta yang bersangkutan disusutkan seluruhnya.
Aktiva tetap bangunan hanya menggunakan satu metode yaitu metode
garis lurus. Penentuan metode penyusutan secara tepat penting untuk
dilakukan dalam perencanaan pajak terutama untuk perusahaan-
perusahaan yang padat modal. Berdasarkan pasal 11 UU PPh metode
penyusutan yang dapat digunakan untuk melakukan penyusutan terhadap
aktiva tetap bukan bangunan adalah garis lurus dan saldo menurun.
Pada SPT Tahunan Pajak Penghasilan Badan PT. Asuransi Bintang
Tbk tahun pajak 2006 dapat terlihat bahwa untuk seluruh kelompok aktiva
tetap yang dimiliki oleh PT. Asuransi Bintang Tbk menggunakan metode
penyusutan garis lurus. Sedangkan menurut fiskal selain kelompok aktiva
tetap gedung kantor, metode yang dipakai adalah saldo menurun.
4) Perhitungan
Secara umum tax planning didefinisikan sebagai proses
mengorganisasi usaha wajib pajak sedemikian rupa sehingga hutang
pajaknya berada pada posisi yang minimal, sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku. Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa tujuan
daripada perencanaan pajak penyusutan aktiva tetap adalah untuk untuk
meminimalisasi jumlah pajak yang dibayarkan dengan cara membuat
perencanaan terhadap penyusutan aktiva tetap perusahaan tersebut.
Berikut ini akan dijabarkan perhitungan terhadap penyusutan aktiva
tetap PT. Asuransi Bintang Tbk disertai dengan simulasi mengenai metode
lxxvii
penyusutan yang berbeda dengan yang digunakan oleh PT. Asuransi
Bintang Tbk. Perhitungan dibawah ini adalah contoh perhitungan terhadap
aktiva tetap yang mengunakan data pada SPT Tahunan Pajak Penghasilan
Badan PT. Asuransi Bintang Tbk pada tahun pajak 2006. Perhitungan di
bawah ini juga disertai dengan discount factor 8.25% jumlah nilai tunai
(present value) dari akumulasi biaya penyusutan dengan menggunakan
dua metode yaitu metode garis lurus dan saldo menurun. Selain discount
factor 8.25% juga digunakan tarif pajak sebesar 30% yaitu tarif pajak
tertinggi, karena kondisi dari PT. Asuransi Bintang Tbk pada tahun 2006
mengalami kerugian, maka tarif pajak 30% hanya diasumsikan bahwa PT.
Asuransi Bintang Tbk telah mencapai laba diatas Rp. 100,000,000.00
(seratus juta rupiah)
Perhitungan untuk mendapatkan Faktor Bunga Nilai Sekarang
(Present Value Interest Factor/PVIF) ini menggunakan rumus sebagai
berikut:
PVIF i,n = 1 / (1+i)n
Dari rumus Faktor Bunga Nilai Sekarang (Present Value Interest
Factor/PVIF) dengan tingkat diskon 8.25% (Data Lembaga Penjamin
Saham (LPS) yang dikutip dari Koran Investor Daily edisi Jum’at tanggal
14 Desember 2007) didapat perhitungan dan hasilnya sebagai berikut:
PVIF i,n = 1 / (1+i)n
1. PVIF Tahun 1 = 1 / (1+0.0825)1 = 0. 923788
2. PVIF Tahun 2 = 1 / (1+0.0825)2 = 0.853383
lxxviii
3. PVIF Tahun 3 = 1 / (1+0.0825)3 = 0.788345
4. PVIF Tahun 4 = 1 / (1+0.0825)4 = 0.728263
5. PVIF Tahun 5 = 1 / (1+0.0825)5 = 0.672760
6. PVIF Tahun 6 = 1 / (1+0.0825)6 = 0.621488
7. PVIF Tahun 7 = 1 / (1+0.0825)7 = 0.574123
8. PVIF Tahun 8 = 1 / (1+0.0825)8 = 0.530367
9. dst.
Dari hasil perhitungan yang menggunakan rumus Faktor Bunga Nilai
Sekarang (Present Value Interest Factor/PVIF) dengan tingkat diskon
8.25%, hasilnya dapat digunakan untuk menghitung penyusutan terhadap
aktiva tetap yang ada. Sehingga akan didapat Present Value (PV) dari
kedua metode penyusutan yang dipakai yaitu garis lurus dan saldo
menurun. Dibawah ini akan dijabarkan beberapa contoh perhitungan
(simulasi) terhadap kedua metode penyusutan antara garis lurus dan saldo
menurun, perhitungan yang akan dijabarkan yaitu perhitungan terhadap
salah satu aktiva pada masing–masing jenis aktiva pada tiap-tiap
kelompoknya. Perhitungannya dilakukan terhadap semua aktiva tetap yang
dimiliki oleh PT Asuransi Bintang Tbk, terkecuali pada kelompok
permanen yaitu gedung kantor, karena pada aktiva tetap gedung kantor,
baik masa manfaatnya yaitu 20 tahun maupun persentase penyusutannya
sama dengan yang ditentukan oleh UU Perpajakan yaitu 5% dan juga
metode yang dipakai oleh PT. Asuransi Bintang Tbk dengan yang diakui
atau diperbolehkan oleh UU Pajak sama yaitu garis lurus, sehingga jika
lxxix
dihitung hasilnya akan nol atau tidak terdapat penghematan pajak.
Perhitungannya dimulai dari perhitungan Present Value (PV) per tahun
sampai dengan penghematan pajak akibat perbedaan pemakaian kedua
metode penyusutan yang diakui atau diperbolehkan oleh UU Perpajakan.
Khusus untuk perhitungan metode saldo menurun dari sudut pandang
komersial, perhitungannya menggunakan nilai buku bukan menggunakan
harga perolehan. Nilai buku tersebut didapat dengan cara harga perolehan
aktiva tersebut dikalikan dengan tarif dua kali tarif garis lurus, lalu didapat
nilai beban penyusutan, karena pada tahun pertama nilai beban penyusutan
adalah termasuk saldo akumulasi penyusutan, maka kemudian harga
perolehan dikurangi nilai saldo akumulasi penyusutan tahun pertama
didapat nilai buku akhir tahun pertama, dan pada perhitungan untuk tahun-
tahun berikutnya adalah sama dengan perhitungan tahun pertama.
Dibawah ini akan dijabarkan salah satu contoh perhitungan saldo menurun
pada aktiva mesin kantor:
Tabel 4.3 Contoh Perhitungan Penyusutan Menurut Saldo Menurun dari
Sudut Pandang Komersial
Tahun
Nilai buku aktiva pada
tahun pertama
Tarif saldo
menurun
Debet beban penyusutan
Saldo akumulasi
penyusutan
Nilai buku akhir tahun
1 11,765,000 25% 2,941,250 2,941,250 8,823,750 2 8,823,750 25% 2,205,937.5 5,147,187.5 6,617,812.5 3 6,617,812.5 25% 1,654,453.13 6,801,640.63 4,963,359.38 4 4,963,359.38 25% 1,240,839,84 8,042,480.47 3,722,519.54 5 3,722,519.54 25% 930,629.88 8,973,110.35 2,791,889.66 6 2,791,889.66 25% 697,972.41 9,671,082.76 2,093,917.25 7 2,093,917.25 25% 523,479.31 10,194,562.07 1,570,437.93 8 1,570,437.93 25% 1,570,437.93 11,765,000.00 0
Sumber: Data diolah
lxxx
Perhitungan penyusutan selanjutnya akan dijabarkan dibawah ini,
akan tetapi hanya dijabarkan contoh dari masing-masing jenis aktivanya
saja, perhitungannya sebagai berikut:
lxxxi
Tabel 4.4 Perhitungan Biaya Penyusutan dan Nilai Tunai dengan Tingkat Diskon 8.25% antara Komersial dan Fiskal disertai dengan
Perbandingan Penghematan Pajaknya
1. MESIN KANTOR 12/2005 KELOMPOK 1
HP 11,765,000.00 UE FISKAL 4 SM = 50% GL = 25%
UE KOMESIAL 8 GL = 12.5% SM = 25%
FISKAL
METODE PENYUSUTAN
GARIS LURUS SALDO MENURUN TH
NOMIAL PV NOMINAL PV
TINGKAT DISKON
1 2,941,250.00 2,717,091.46 5,882,500.00 5,434,182.91 0.923788
2 2,941,250.00 2,510,012.75 2,941,250.00 2,510,012.75 0.853383
3 2,941,250.00 2,318,719.73 1,470,625.00 1,159,359.87 0.788345
4 2,941,250.00 2,142,003.55 1,470,625.00 1,071,001.77 0.728263
11,765,000.00 9,687,827.48 11,765,000.00 10,174,557.30
GARIS LURUS SALDO MENURUN KET
NOMINAL PV NOMINAL PV
HARGA PEROLEHAN 11,765,000.00 11,765,000.00 11,765,000.00 11,765,000.00
BIAYA PENYUSUTAN 11,765,000.00 9,687,827.48 11,765,000.00 10,174,557.30
PPh 30% 3,529,500.00 2,906,348.24 3,529,500.00 3,052,367.19
PENGHEMATAN PAJAK 146,018.95
KOMERSIAL
METODE PENYUSUTAN
GARIS LURUS SALDO MENURUN TH
NOMIAL PV NOMINAL PV
TINGKAT DISKON
1 1,470,625.00 1,358,545.73 2,941,250.00 2,717,091.46 0.923788
2 1,470,625.00 1,255,006.37 2,205,937.50 1,882,509.56 0.853383
3 1,470,625.00 1,159,359.87 1,654,453.13 1,304,279.85 0.788345
4 1,470,625.00 1,071,001.77 1,240.839.84 903,657.75 0.728263
5 1,470,625.00 989,377.68 930,629.88 626,090.56 0.672760
6 1,470,625.00 913,975.79 697,972.41 433,781.48 0.621488
7 1,470,625.00 844,319.64 523,479.31 300,541.51 0.574123
8 1,470,625.00 779,970.97 1,570,437.93 832,908.45 0.530367
11,765,000.00 8,371,557.81 11,765,000.00 9,000,860.61
GARIS LURUS SALDO MENURUN KET
NOMINAL PV NOMINAL PV
HARGA PEROLEHAN 11,765,000.00 11,765,000.00 11,765,000.00 11,765,000.00
BIAYA PENYUSUTAN 11,765,000.00 8,371,557.81 11,765,000.00 9,000,860.61
PPh 30% 3,529,500.00 2,511,467.34 3,529,500.00 2,700,258.18
PENGHEMATAN PAJAK (188,790.84)
PERBANDINGAN HASIL METODE PENYUSUTAN
KOMERSIAL FISKAL KET
GL SM GL SM SELISIH
lxxxii
PV 2,511,467.34 2,700,258.18 2,906,348.24 3,052,367.19 PHMTN
PJK (188,790.84) 14,631.32 (203,422.16)
GL:GL 2,511,467.34 2,906,348.24 (394,880.90)
GL:SM 2,511,467.34 3,052,367.19 (540,899.95)
SM:GL 2,700,258.18 2,906,348.24 (206,090.06)
SM:SM 2,700,258.18 3,052,367.19 352,109.00
2. SEPEDA MOTOR 5/2003 KELOMPOK 1
HP 12,100,000.00 UE FISKAL 4 TAHUN SM = 50% GL = 25%
UE KOMESIAL 5 TAHUN GL = 20% SM = 40%
FISKAL
METODE PENYUSUTAN
GARIS LURUS SALDO MENURUN TH
NOMIAL PV NOMINAL PV
TINGKAT DISKON
1 3,025,000.00 2,794,458.70 6,050,000.00 5,588,917.40 0.923788
2 3,025,000.00 2,581,483.58 3,025,000.00 2,581,483.58 0.853383
3 3,025,000.00 2,384,743.63 1,512,500.00 1,192,371.81 0.788345
4 3,025,000.00 2,202,995.58 1,512,500.00 1,101,497.79 0.728263
12,100,000.00 9,963,681.48 12,100,000.00 10,464,270.58
GARIS LURUS SALDO MENURUN KET
NOMINAL PV NOMINAL PV
HARGA PEROLEHAN 12,100,000.00 12,100,000.00 12,100,000.00 12,100,000.00
BIAYA PENYUSUTAN 12,100,000.00 9,963,681.48 12,100,000.00 10,464,270.58
PPh 30% 3,630,000.00 2,989,104.44 3,630,000.00 3,139,281.17
PENGHEMATAN PAJAK 150,176.73
KOMERSIAL
METODE PENYUSUTAN
GARIS LURUS SALDO MENURUN TH
NOMIAL PV NOMINAL PV
TINGKAT DISKON
1 2,420,000.00 2,235,566.96 4,840,000.00 4,471,133.92 0.923788
2 2,420,000.00 2,065,186.86 2,904,000.00 2,478,224.23 0.853383
3 2,420,000.00 1,907,794.90 1,742,400.00 1,373,612.33 0.788345
4 2,420,000.00 1,762,396.46 1,045,440.00 761,355.27 0.728263
5 2,420,000.00 1,628,079.20 1,568,160.00 1,054,995.32 0.672760
12,100,000.00 9,599,024.38 12,100,000.00 10,139,321.07
GARIS LURUS SALDO MENURUN KET
NOMINAL PV NOMINAL PV
HARGA PEROLEHAN 12,100,000.00 12,100,000.00 12,100,000.00 12,100,000.00
BIAYA PENYUSUTAN 12,100,000.00 9,599,024.38 12,100,000.00 10,139,321.07
PPh 30% 3,630,000.00 2,879,707.31 3,630,000.00 3,041,796.32
PENGHEMATAN PAJAK (162,089.01)
PERBANDINGAN HASIL METODE PENYUSUTAN
KOMERSIAL FISKAL KET
GL SM GL SM SELISIH
lxxxiii
PV 2,879,707.31 3,041,796.32 2,989,104.44 3,139,281.17 PHMTN
PJK (162,089.01) (150,176.73) (11,912.28)
GL:GL 2,879,707.31 2,989,104.44 109,397.13
GL:SM 2,879,707.31 3,139,281.17 259,573.86
SM:GL 3,041,796.32 2,989,104.44 (52,691.88)
SM:SM 3,041,796.32 3,139,281.17 97,484.85
3. MEBEL&PERALATAN DARI LOGAM 1/2006 KELOMPOK 2
HP 1,400,000.00 UE FISKAL 8 TAHUN SM = 25% GL = 12.5%
UE KOMESIAL 8 TAHUN GL = 12.5% SM = 25%
FISKAL
METODE PENYUSUTAN
GARIS LURUS SALDO MENURUN TH
NOMIAL PV NOMINAL PV
TINGKAT DISKON
1 175,000.00 161,662.90 350,000.00 323,325.80 0.923788
2 175,000.00 149,342.03 262,500.00 224,013.04 0.853383
3 175,000.00 137,960.38 196,875.00 155,205.42 0.788345
4 175,000.00 127,446.03 147,656.25 107,532.58 0.728263
5 175,000.00 117,733.00 110,742.59 74,502.91 0.672760
6 175,000.00 108,760.40 83,056.64 51,618.71 0.621488
7 175,000.00 100,471.53 62,292.48 35,763.55 0.574123
8 175,000.00 92,814.23 186,877.44 99,113.63 0.530367
1,400,000.00 996,190.48 1,400,000.00 1,071,075.64
GARIS LURUS SALDO MENURUN KET
NOMINAL PV NOMINAL PV
HARGA PEROLEHAN 1,400,000.00 1,400,000.00 1,400,000.00 1,400,000.00
BIAYA PENYUSUTAN 1,400,000.00 996,190.48 1,400,000.00 1,071,075.64
PPh 30% 420,000.00 298,857.14 420,000.00 321,322.69
PENGHEMATAN PAJAK (22,465.55)
KOMERSIAL
METODE PENYUSUTAN
GARIS LURUS SALDO MENURUN TH
NOMIAL PV NOMINAL PV
TINGKAT DISKON
1 175,000.00 161,662.90 350,000.00 323,325.80 0.923788
2 175,000.00 149,342.03 262,500.00 224,013.04 0.853383
3 175,000.00 137,960.38 196,875.00 155,205.42 0.788345
4 175,000.00 127,446.03 147,656.25 107,532.58 0.728263
5 175,000.00 117,733.00 110,742.59 74,502.91 0.672760
6 175,000.00 108,760.40 83,056.64 51,618.71 0.621488
7 175,000.00 100,471.53 62,292.48 35,763.55 0.574123
8 175,000.00 92,814.23 186,877.44 99,113.63 0.530367
1,400,000.00 996,190.48 1,400,000.00 1,071,075.64
KET GARIS LURUS SALDO MENURUN
lxxxiv
NOMINAL PV NOMINAL PV
HARGA PEROLEHAN 1,400,000.00 1,400,000.00 1,400,000.00 1,400,000.00
BIAYA PENYUSUTAN 1,400,000.00 996,190.48 1,400,000.00 1,071,075.64
PPh 30% 420,000.00 298,857.14 420,000.00 321,322.69
PENGHEMATAN PAJAK (22,465.55)
PERBANDINGAN HASIL METODE PENYUSUTAN
KOMERSIAL FISKAL KET
GL SM GL SM SELISIH
PV 298,857.14 321,322.69 298,857.14 321,322.69 0
PHMTN PJK (22,465.55) (22,465.55) 0
GL:GL 298,857.14 298,857.14 0
GL:SM 298,857.14 321,322.69 (22,465.55)
SM:GL 321,322.69 298,857.14 (22,465.55)
SM:SM 321,322.69 321,322.69 0
4. MOBIL 12/2003 KELOMPOK 2
HP 2,704,715,000.00 UE FISKAL 8 TAHUN SM = 25% GL = 12.5%
UE KOMESIAL 5 TAHUN GL = 20% SM = 40%
FISKAL
TH METODE PENYUSUTAN TINGKAT DISKON
GARIS LURUS SALDO MENURUN
NOMIAL PV NOMINAL PV
1 338,089,375.00 312,322,907.55 676,178,750.00 624,645,815.11 0.923788
2 338,089,375.00 288,519,725.11 507,134,062.50 432,779,587.66 0.853383
3 338,089,375.00 266,531,068.33 380,350,546.88 299,847,451.88 0.788345
4 338,089,375.00 246,217,982.51 285,262,910.16 207,746,422.74 0.728263
5 338,089,375.00 227,453,007.93 213,947,182.62 143,935,106.58 0.672760
6 338,089,375.00 210,118,489.49 160,460,386.96 99,724,204.97 0.621488
7 338,089,375.00 194,104,886.24 120,460,386.96 69,092,999.06 0.574123
8 338,089,375.00 179,311,447.55 361,035,870.67 191,481,511.62 0.530367
2,704,715,000.00 1,924,579,514.71 2,704,715,000.00 2,069,253,099.61
GARIS LURUS SALDO MENURUN KET
NOMINAL PV NOMINAL PV
HARGA PEROLEHAN 2,704,715,000.00 2,704,715,000.00 2,704,715,000.00 2,704,715,000.00
BIAYA PENYUSUTAN 2,704,715,000.00 1,924,579,514.71 2,704,715,000.00 2,069,253,099.61
PPh 30% 811,414,500.00 577,373,854.41 811,414,500.00 620,775,929.55
PENGHEMATAN PAJAK (43,402,075.47)
KOMERSIAL
TH METODE PENYUSUTAN TINGKAT DISKON
GARIS LURUS SALDO MENURUN
NOMIAL PV NOMINAL PV
1 540,943,000.00 499,716,652.08 1,081,886,000.00 999,433,304.17 0.923788
2 540,943,000.00 461,631,560.17 649,131,600.00 553,957,872.20 0.853383
3 540,943,000.00 426,449,709.34 389,478,960.00 307,043,790.72 0.788345
4 540,943,000.00 393,948,772.01 233,687,376.00 170,185,869.51 0.728263
lxxxv
5 540,943,000.00 363,924,812.68 350,531,064.00 235,823,278.62 0.672760
2,704,715,000.00 2,145,671,506.28 2,704,715,000.00 2,266,444,115.22
GARIS LURUS SALDO MENURUN KET
NOMINAL PV NOMINAL PV
HARGA PEROLEHAN 2,704,715,000.00 2,704,715,000.00 2,704,715,000.00 2,704,715,000.00
BIAYA PENYUSUTAN 2,704,715,000.00 2,145,671,506.28 2,704,715,000.00 2,266,444,115.22
PPh 30% 811,414,500.00 643,701,451.88 811,414,500.00 679,933,234.56
PENGHEMATAN PAJAK (36,231,782.68)
PERBANDINGAN HASIL METODE PENYUSUTAN
KOMERSIAL FISKAL KET
GL SM GL SM SELISIH
PV 643,701,451.88 679,933,2343.56 577,373,854.41 620,775,929.88
PHMTN PJK (36,231,782.68) (43,402,075.47) 7,170,292.79
GL:GL 643,701,451.88 577,373,854.41 66,327,597.47
GL:SM 643,701,451.88 620,775,929.88 22,925,522.00
SM:GL 679,933,2343.56 577,373,854.41 (102,559,380.15)
SM:SM 679,933,2343.56 620,775,929.88 (59,157,304.68)
Sumber: Data diolah
Data diatas adalah salah satu data aktiva tetap PT. Asuransi Bintang
Tbk yang sudah diolah dan kemudian selanjutnya dihitung mengenai harga
perolehan dari aktiva tetap dari masing-masing kelompok aktiva yang
hasilnya perhitungannya dapat dilihat pada bab lampiran.
Setelah harga perolehan dari setiap kelompok aktiva dihitung,
kemudian perhitungan selanjutnya yaitu perhitungan mengenai biaya
penyusutan dan present value dengan tarif pajak 30% menurut komersial
dan fiskal. Untuk menghitung biaya penyusutan, cara menghitungnya
adalah sebagai berikut:
Biaya Penyusutan = Harga perolehan X Tarif Penyusutan Pajak X PVIF pertahun
Seperti yang sudah dijelaskan pada rumus diatas, biaya penyusutan
dapat diperoleh dengan cara mengalikan antara harga perolehan dari
masing-masing aktiva dengan tarif penyusutan menurut pajak dan
mengalikannya kembali dengan Present Value Interest Factor (PVIF)
lxxxvi
pertahun. Lalu, setelah mendapatkan nilai dari biaya penyusutan tersebut
hasilnya kemudian dijumlahkan dengan nilai biaya penyusutan dari aktiva
sejenis.
Kemudian dari hasil perhitungan data diatas juga akan diperoleh
total hasil perhitungan mengenai nilai tunai (Present Value) dari akumulasi
biaya penyusutan masing-masing aktiva menurut kedua metode yang ada.
Cara menghitungnya adalah sebagai berikut:
Present Value (PV) = Biaya Penyusutan X PPh 30%
Rumus diatas digunakan untuk mencari nilai tunai (Present Value)
dari masing-masing aktiva yaitu dengan cara mengalikan nilai dari biaya
penyusutan yang telah dihitung sebelumnya dengan tarif Pajak
Penghasilan tertinggi yaitu 30%, karena diasumsikan bahwa perusahaan
memperoleh laba lebih dari Rp. 100,000,000.00. Perhitungan mengenai
biaya penyusutan dan persent value denga tarif pajak 30% menurut fiskal
dan komersial untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bab lampiran.
lxxxvii
Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Perhitungan Biaya Penyusutan dan Present Value
dengan Tarif Pajak 30% menurut Komersial dan Fiskal
FISKAL
BIAYA PENYUSUTAN PV PPh 30% JENIS AKTIVA
HARGA PEROLEHAN
GL SM GL SM MESIN
KANTOR 666,764,323.00 549,043,581.26 579,110,729.63 164,713,074.38 172,988,486.42
SEPEDA MOTOR 69,604,000.00 57,315,048.38 60,194,635.46 17,194,514.51 18,058,390.64
MOBIL 4,417,427,225.00 3,143,284,946.82 3,379,570,482.51 942,985,484.05 1,013,871,144.75 MEBEL&PER
ALATAN DARI LOGAM
457,222,158.00 325,343,113.40 349,799,652.70 97,602,934.02 104,939,895.81
GEDUNG KANTOR 9,270,684,913.00 1,526,779,364.10 - 458,033,809.23 -
TOTAL 14,881,702,619.00 5,601,766,053.96 4,368,675,500.00 1,680,529,816.19 1,309,857,917.72
KOMERSIAL
BIAYA PENYUSUTAN PV PPh 30% JENIS AKTIVA
HARGA PEROLEHAN
GL SM GL SM MESIN
KANTOR 666,764,323.00 474,445,905.46 510,110,729.63 142,333,771.64 153,033,218.89
SEPEDA MOTOR 69,604,000.00 55,217,396.11 58,325,297.02 16,565,218.83 17,497,619.11
MOBIL 4,417,427,225.00 3,504,379,473.52 3,701,629,169.25 1,051,313,842.06 1,110,488,750.77 MEBEL&PER
ALATAN DARI LOGAM
457,222,158.00 325,343,113.40 349,799,652.70 97,602,934.02 104,939,895.81
GEDUNG KANTOR 9,270,684,913.00 1,526,779,364.10 - 458,033,809.23 -
TOTAL 14,881,702,619.00 5,886,165,252.59 4,619,864,848.60 1,765,849,575.78 1,385,959,484.58
Sumber: Data diolah
Tabel 4.8 menjelaskan tentang rangkuman dari hasil perhitungan
mengenai biaya penyusutan dan PV dari masing-masing aktiva. Dari tabel
tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk aktiva mesin kantor yang memiliki
harga perolehan Rp. 666,764,323.00, dihitung dari sudut pandang
komersial memiliki total biaya penyusutan sebesar Rp. 474,445,905.46
menurut metode garis lurus dan Rp. 510,110,729.63 menurut metode saldo
menurun, dan menurut sudut pandang fiskal didapat angka sebesar Rp.
549,043,581.26 menurut matode garis lurus dan Rp. 579,110,729.63
menurut metode saldo menurun. Begitu pula dengan PV aktiva mesin
lxxxviii
kantor, dari sudut pandang komersial didapat hasil Rp. 142,333,771.64
menurut metode garis lurus dan Rp. 153,033,218.89 menurut metode saldo
menurun. Jika dilihat dari sudut pandang fiskal didapat hasil Rp.
164,713,074.38 menurut metode garis lurus dan Rp. 172,988,486.42
menurut metode saldo menurun.
Sedangkan untuk aktiva sepeda motor yang memiliki harga
perolehan Rp. 69,604,000.00 dihitung dari sudut pandang komersial
memiliki total biaya penyusutan sebesar Rp. 55,217,396.11 menurut
metode garis lurus dan Rp. 58,325,297.02 menurut metode saldo menurun,
dan menurut sudut pandang fiskal didapat angka sebesar Rp.
57,315,048.38 menurut metode garis lurus dan Rp. 57,704,136.93 menurut
metode saldo menurun. Begitu pula dengan PV aktiva sepeda motor,dari
sudut pandang komersial didapat hasil Rp. 16,565,218.83 menurut metode
garis lurus dan Rp. 24,607,865.73 menurut metode saldo menurun. Jika
dilihat dari sudut pandang fiskal didapat hasil Rp. 17,194,514.51 menurut
metode garis lurus dan Rp 17,311,241.08 menurut metode saldo menurun.
Lalu, untuk aktiva mobil yang memiliki harga perolehan Rp.
4,417,427,225.00 dihitung dari sudut pandang komersial memiliki total
biaya penyusutan sebesar Rp. 3,504,379,473.52 menurut metode garis
lurus dan Rp. 3,701,629,169.25 menurut metode saldo menurun, dan
menurut sudut pandang fiskal didapat angka sebesar Rp. 3,143,284,946.82
menurut metode garis lurus dan Rp. 3,379,570,482.51 menurut metode
saldo menurun. Begitu pula dengan PV aktiva mobil, dari sudut pandang
lxxxix
komersial didapat hasil Rp. 1,051,313,842.06 menurut metode garis lurus
dan Rp. 1,110,488,750.77 menurut metode saldo menurun. Jika dilihat dari
sudut pandang fiskal didapat hasil Rp. 942,985,484.05 menurut metode
garis lurus dan Rp. 1,013,871,144.75 menurut metode saldo menurun.
Sedangkan untuk aktiva mebel dan peralatan dari logam yang
memiliki harga perolehan Rp. 457,222,158.00 dihitung dari sudut pandang
komersial memiliki total biaya penyusutan sebesar Rp. 325,343,113.40
menurut metode garis lurus dan Rp. 349,799,652.70 menurut metode saldo
menurun, dan menurut sudut pandang fiskal didapat angka sebesar Rp.
325,343,113.40 menurut matode garis lurus dan Rp. 349,799,652.70
menurut metode saldo menurun. Begitu pula dengan PV aktiva mebel dan
peralatan dari logam, dari sudut pandang komersial didapat hasil Rp.
97,602,934.02 menurut metode garis lurus dan Rp. 104,939,895.81
menurut metode saldo menurun. Jika dilihat dari sudut pandang fiskal
didapat hasil Rp. 97,602,934.02 menurut metode garis lurus dan Rp.
104,939,895.81 menurut metode saldo menurun.
Lalu untuk aktiva yang terakhir yaitu gedung kantor yang memiliki
harga perolehan Rp. 9,270,684,913.00 karena metode penyusutan yang
dipakai oleh komersial dan fiskal sama yaitu garis lurus, maka
perhitungannya hanya menurut garis lurus saja yaitu sebesar Rp.
1,526,779,364.10 baik menurut komersial maupun fiskal, dan untuk nilai
PV dari aktiva gedung kantor ini adalah Rp. 458,033,809.23 baik menurut
komersial maupun fiskal.
xc
Setelah kita mengetahui total dari harga perolehan, biaya penyusutan
dan PV dari masing-masing aktiva, maka langkah selanjutnya yaitu
membandingkan hasil dari total-total hasil perhitungan yang telah kita
bahas sebelumnya. Berikut ini akan ditampilkan tabel, yang mana tabel ini
adalah inti atau puncak daripada skripsi ini, tabel ini memuat perbandingan
total dari hasil perhitungan sebelumnya yang mana hasil perbandingan ini
yang disebut dengan penghematan pajak.
Tabel 4.6 Perhitungan Penghematan Pajak Biaya Penyusutan dan PV antara
Metode Garis Lurus dan Saldo Menurun dari Sudut Pandang Fiskal
FISKAL BIAYA PENYUSUTAN PV NO NAMA AKTIVA
GL : SM GL : SM 1 MESIN KANTOR 30,067,148.37 8,275,412.04 2 SEPEDA MOTOR 2,879,587.08 863,876.13 3 MOBIL 236,285,535.69 70,885,660.70
4 MEBEL DAN
PERALATAN DARI LOGAM
24,456,539.30 7,336,961.79
5 GEDUNG KANTOR 1,526,779,364.10 458,033,809.23 TOTAL 1,820,468,174.54 545,395,719.89
Sumber:Data diolah
Tabel 4.7 Perhitungan Penghematan Pajak Biaya Penyusutan dan PV antara
Metode Garis Lurus dan Saldo Menurun dari Sudut Pandang Komersial
KOMERSIAL BIAYA PENYUSUTAN PV NO NAMA AKTIVA
GL : SM GL : SM 1 MESIN KANTOR 35,664,824.17 10,699,447.25 2 SEPEDA MOTOR 3,107,900.91 932,400.28 3 MOBIL 197,249,695.73 59,174,908.71
4 MEBEL DAN
PERALATAN DARI LOGAM
24,456,539.30 7,336,961.79
5 GEDUNG KANTOR 1,526,779,364.10 458,033,809.23 TOTAL 1,787,258,324.21 536,177,527.26
Sumber:Data diolah
xci
Tabel 4.8 Perbandingan Penghematan Pajak antara Fiskal dan Komersial
FISKAL DAN KOMERSIAL
BIAYA PENYUSUTAN PV NO NAMA AKTIVA GL : SM GL : SM
1 MESIN KANTOR 5,597,675.80 2,424,035.21 2 SEPEDA MOTOR 228,313.83 68,524.15 3 MOBIL 39,035,839.96 11,710,751.99
4 MEBEL DAN
PERALATAN DARI LOGAM
0.00 0.00
5 GEDUNG KANTOR 0 0 TOTAL 44,861,829.59 14,203,311.35
Sumber:Data diolah
Tabel 4.9 dan tabel 4.10 adalah tabel yang berisi tentang perhitungan
penghematan pajak biaya penyusutan dan PV antara metode garis lurus
dan saldo menurun dari sudut pandang fiskal dan komersial. Penjelasan
dari kedua tabel tersebut adalah sebagai berikut, pada tabel 4.9 dapat
dilihat bahwa untuk semua aktiva yang ada, berdasarkan perhitungan-
perhitungan sebelumnya mengenai biaya penyusutan dapat dibandingkan
totalnya antara yang menggunakan metode garis lurus dengan yang
menggunakan metode saldo menurun dari sudut pandang fiskal. Aktiva
yang akan dijelaskan pertama yaitu mesin kantor, berdasarkan
perhitungan-perhitungan sebelumnya mengenai biaya penyusutan mesin
kantor, didapat totalnya yaitu, dari sudut pandang dan perhitungan
menurut fiskal didapat total biaya penyusutan menurut garis lurus yaitu
sebesar Rp. 549,043,581.26 dan menurut metode saldo menurun didapat
total biaya penyusutan sebesar Rp. 579,110,729.63, sehingga jika dilihat
pada tabel 4.9 terdapat selisih antara kedua angka tersebut yaitu sebesar
xcii
Rp. 30,067,148.37. Setelah nilai biaya penyusutan dari kedua metode
penyusutan tesebut diperoleh, maka selanjutnya kedua nilai penyusutan
tersebut setelah dikalikan dengan tarif pajak tertinggi yaitu 30%, maka
akan didapat angka Rp.164,713,074.38 untuk metode garis lurus dan Rp.
172,988,486.42 untuk metode saldo menurun. Jika kedua angka tersebut
dibandingkan yaitu Rp.164,713,074.38 - Rp. 172,988,486.42 = Rp.
8,275,412.04, jadi dapat kita lihat yaitu dari sudut pandang fiskal akan
diperoleh besarnya penghematan pajak jika memilih metode penyusutan
garis lurus adalah sebesar Rp. 8,275,412.04.
Selanjutnya dari sudut pandang dan perhitungan menurut komersial
didapat total biaya penyusutan menurut garis lurus yaitu sebesar Rp.
474,445,905.46 dan menurut metode saldo menurun didapat total biaya
penyusutan sebesar Rp. 510,110,729.63, sehingga jika dilihat pada tabel
4.10 terdapat selisih antara kedua angka tersebut yaitu sebesar Rp.
35,664,824.17. Setelah nilai biaya penyusutan dari kedua metode
penyusutan tersebut diperoleh, maka selanjutnya kedua nilai penyusutan
tersebut setelah dikalikan dengan tarif pajak tertinggi yaitu 30%, maka
akan didapat angka Rp. 142,333,771.64 untuk metode garis lurus dan Rp.
153,033,218.89 untuk metode saldo menurun. Jika kedua angka tersebut
dibandingkan yaitu Rp. 153,033,218.89 – Rp. 142,333,771.64 = Rp.
10,699,447.25, jadi dapat kita lihat yaitu dari sudut pandang komersial
akan diperoleh besarnya penghematan pajak jika memilih metode
penyusutan saldo menurun adalah sebesar Rp. 10,699,447.25.
xciii
Jika kita bandingkan antara kedua penghematan pajak yang
dilakukan oleh komersial dan fiskal akan diperoleh hasilnya yaitu, Rp.
10,699,447.25 - Rp. 8,275,412.04 = Rp. 2,424,035.21 sesuai dengan yang
tercantum pada tabel 4.11. Jadi, dapat kita tarik kesimpulan bahwa
penghematan yang dilakukan dari sudut pandang komersial lebih
menguntungkan, karena terdapat selisih hasil penghematan pajak sebesar
Rp. 2,424,035.21.
Aktiva yang akan dijelaskan selanjutnya yaitu sepeda motor,
berdasarkan perhitungan-perhitungan sebelumnya mengenai biaya
penyusutan sepeda motor, didapat totalnya yaitu, dari sudut pandang dan
perhitungan menurut fiskal didapat total biaya penyusutan menurut garis
lurus yaitu sebesar Rp. 57,315,048.38 dan menurut metode saldo menurun
didapat total biaya penyusutan sebesar Rp. 60,194,635.46, sehingga jika
dilihat pada tabel 4.9 terdapat selisih antara kedua angka tersebut yaitu
sebesar Rp. 2,879,587.08. Setelah nilai biaya penyusutan dari kedua
metode penyusutan tesebut diperoleh, maka selanjutnya kedua nilai
penyusutan tersebut setelah dikalikan dengan tarif pajak tertinggi yaitu
30%, maka akan didapat angka Rp. 17,194,514.51 untuk metode garis
lurus dan Rp. 18,058,390.64 untuk metode saldo menurun. Jika kedua
angka tersebut dibandingkan yaitu Rp. 18,058,390.64 - Rp. 17,311,241.08
= Rp. 863,876.13, jadi dapat kita lihat yaitu dari sudut pandang fiskal
akan diperoleh besarnya penghematan pajak jika memilih metode
penyusutan saldo menurun adalah sebesar Rp. 863,876.13.
xciv
Selanjutnya dari sudut pandang dan perhitungan menurut komersial
didapat total biaya penyusutan menurut garis lurus yaitu sebesar Rp.
55,217,396.11 dan menurut metode saldo menurun didapat total biaya
penyusutan sebesar Rp. 58,325,297.02, sehingga jika dilihat pada tabel
4.10 terdapat selisih antara kedua angka tersebut yaitu sebesar Rp.
3,107,900.91. Setelah nilai biaya penyusutan dari kedua metode
penyusutan tersebut diperoleh, maka selanjutnya kedua nilai penyusutan
tersebut setelah dikalikan dengan tarif pajak tertinggi yaitu 30%, maka
akan didapat angka Rp. 16,565,218.83 untuk metode garis lurus dan Rp.
17,497,619.11 untuk metode saldo menurun. Jika kedua angka tersebut
dibandingkan yaitu Rp. 17,497,619.11 - Rp. 16,565,218.83 = Rp.
932,400.28, jadi dapat kita lihat yaitu dari sudut pandang komersial akan
diperoleh besarnya penghematan pajak jika memilih metode penyusutan
saldo menurun adalah sebesar Rp. 932,400.28.
Jika kita bandingkan antara kedua penghematan pajak yang
dilakukan oleh komersial dan fiskal akan diperoleh hasilnya yaitu, Rp.
932,400.28 - Rp. 863,876.13 = Rp. 68,524.15 sesuai dengan yang
tercantum pada tabel 4.11. Jadi, dapat kita tarik kesimpulan bahwa
penghematan yang dilakukan dari sudut pandang komersial lebih
menguntungkan, karena terdapat selisih hasil penghematan pajak sebesar
Rp. 68,524.15.
Selanjutnya aktiva yang akan dijelaskan yaitu mobil, berdasarkan
perhitungan-perhitungan sebelumnya mengenai biaya penyusutan mobil,
xcv
didapat totalnya yaitu, dari sudut pandang dan perhitungan menurut fiskal
didapat total biaya penyusutan menurut garis lurus yaitu sebesar Rp.
3,143,284,946.82 dan menurut metode saldo menurun didapat total biaya
penyusutan sebesar Rp. 3,379,570,482.51, sehingga jika dilihat pada tabel
4.9 terdapat selisih antara kedua angka tersebut yaitu sebesar Rp.
236,285,535.69. Setelah nilai biaya penyusutan dari kedua metode
penyusutan tesebut diperoleh, maka selanjutnya kedua nilai penyusutan
tersebut setelah dikalikan dengan tarif pajak tertinggi yaitu 30%, maka
akan didapat angka Rp. 942,985,484.05 untuk metode garis lurus dan Rp.
1,013,871,144.75 untuk metode saldo menurun. Jika kedua angka tersebut
dibandingkan yaitu Rp. 1,013,871,144.75 – Rp. 942,985,484.05 = Rp.
70,885,660.70, jadi dapat kita lihat yaitu dari sudut pandang fiskal akan
diperoleh besarnya penghematan pajak jika memilih metode penyusutan
garis lurus adalah sebesar Rp. 70,885,660.70.
Selanjutnya dari sudut pandang dan perhitungan menurut komersial
didapat total biaya penyusutan menurut garis lurus yaitu sebesar Rp.
3,504,379,473.52 dan menurut metode saldo menurun didapat total biaya
penyusutan sebesar Rp. 3,701,629,169.25, sehingga jika dilihat pada tabel
4.10 terdapat selisih antara kedua angka tersebut yaitu sebesar Rp.
197,249,695.73. Setelah nilai biaya penyusutan dari kedua metode
penyusutan tersebut diperoleh, maka selanjutnya kedua nilai penyusutan
tersebut setelah dikalikan dengan tarif pajak tertinggi yaitu 30%, maka
akan didapat angka Rp. 1,051,313,842.06 untuk metode garis lurus dan
xcvi
Rp. 1,110,488,750.77 untuk metode saldo menurun. Jika kedua angka
tersebut dibandingkan yaitu Rp. 1,110,488,750.77 - Rp. 1,051,313,842.06
= Rp. 59,174,908.71, jadi dapat kita lihat yaitu dari sudut pandang
komersial akan diperoleh besarnya penghematan pajak jika memilih
metode penyusutan saldo menurun adalah sebesar Rp. 59,174,908.71.
Jika kita bandingkan antara kedua penghematan pajak yang
dilakukan oleh komersial dan fiskal akan diperoleh hasilnya yaitu, Rp.
59,174,908.71 - Rp. 70,885,660.70 = Rp. 11,710,751.99 sesuai dengan
yang tercantum pada tabel 4.11. Jadi, dapat kita tarik kesimpulan bahwa
penghematan yang dilakukan dari sudut pandang komersial lebih
menguntungkan, karena terdapat selisih hasil penghematan pajak sebesar
Rp. 11,710,751.99.
Aktiva yang akan dijelaskan selanjutnya yaitu mebel dan peralatan
dari logam, berdasarkan perhitungan-perhitungan sebelumnya mengenai
biaya penyusutan mebel dan peralatan dari logam, didapat totalnya yaitu,
dari sudut pandang dan perhitungan menurut fiskal didapat total biaya
penyusutan menurut garis lurus yaitu sebesar Rp. 325,343,113.4 dan
menurut metode saldo menurun didapat total biaya penyusutan sebesar Rp.
349,799,652.70, sehingga jika dilihat pada tabel 4.9 terdapat selisih antara
kedua angka tersebut yaitu sebesar Rp. 24,456,539.30. Setelah nilai biaya
penyusutan dari kedua metode penyusutan tesebut diperoleh, maka
selanjutnya kedua nilai penyusutan tersebut setelah dikalikan dengan tarif
pajak tertinggi yaitu 30%, maka akan didapat angka Rp. 97,602,934.02
xcvii
untuk metode garis lurus dan Rp. 104,939,895.81 untuk metode saldo
menurun. Jika kedua angka tersebut dibandingkan yaitu Rp.
104,939,895.81 – Rp. 97,602,934.02 = Rp. 7,336,961.79, jadi dapat kita
lihat yaitu dari sudut pandang fiskal akan diperoleh besarnya penghematan
pajak jika memilih metode penyusutan garis lurus adalah sebesar Rp.
7,336,961.79.
Selanjutnya dari sudut pandang dan perhitungan menurut komersial
didapat total biaya penyusutan menurut garis lurus yaitu sebesar Rp.
325,343,113.40 dan menurut metode saldo menurun didapat total biaya
penyusutan sebesar Rp. 349,799,652.70, sehingga jika dilihat pada tabel
4.10 terdapat selisih antara kedua angka tersebut yaitu sebesar Rp
24,456,539.30. Setelah nilai biaya penyusutan dari kedua metode
penyusutan tersebut diperoleh, maka selanjutnya kedua nilai penyusutan
tersebut setelah dikalikan dengan tarif pajak tertinggi yaitu 30%, maka
akan didapat angka Rp. 97,602,934.02 untuk metode garis lurus dan Rp.
104,939,895.81 untuk metode saldo menurun. Jika kedua angka tersebut
dibandingkan yaitu Rp. 104,939,895.81 - Rp. 97,602,934.02 = Rp.
7,336,961.79, jadi dapat kita lihat yaitu dari sudut pandang komersial akan
diperoleh besarnya penghematan pajak jika memilih metode penyusutan
saldo menurun adalah sebesar Rp. 7,336,961.79.
Jika kita bandingkan antara kedua penghematan pajak yang
dilakukan oleh komersial dan fiskal akan diperoleh hasilnya yaitu, Rp.
7,336,961.79 - Rp. 7,336,961.79 = Rp. 0 sesuai dengan yang tercantum
xcviii
pada tabel 4.11 Jadi, dapat kita tarik kesimpulan bahwa tidak terdapat
penghematan pajak, karena masa manfaatnya yang digunakan baik
komersial dan fiskal adalah sama yaitu 8 tahun dan tarif penyusutannya
juga sama yaitu 12.5%
Selanjutnya, untuk aktiva yang terakhir yaitu gedung kantor karena
metode penyusutan yang digunakan antara komersial dan fiskal sama yaitu
garis lurus, dan masa manfaatnya juga sama yaitu 20 tahun dan tarif
penyusutannya juga sama yaitu 5%, maka diperoleh hasil yang sama yaitu
untuk biaya penyusutan adalah sebesar Rp. 1,526,779,364.10 dan untuk
PV daripada gedung kantor, baik komersial maupun fiskal yaitu sebesar
Rp. 458,033,809.23. Jadi karena alasan diatas, maka untuk aktiva gedung
kantor tidak dapat dilakukan penghematan pajak.
Untuk lebih memudahkan dalam melihat hasil penghematan pajak
terhadap penyusutan aktiva tetap, maka dibawah ini akan ditampilkan
tabel yang merangkum tentang total penghematan pajak untuk setiap
aktiva, tabelnya sebagai berikut:
xcix
Tabel 4.9 Rangkuman Total Penghematan Pajak Aktiva Tetap PT. Asuransi
Bintang Tbk
PENGHEMATAN PAJAK FISKAL KOMERSIAL NO NAMA AKTIVA
PV PV SELISIH
1 MESIN KANTOR 8,275,412.04 10,699,447.25 2,424,035.21
2 SEPEDA MOTOR 863,876.13 932,400.28 68,524.15
3 MOBIL 70,885,660.70 59,174,908.71 11,710,751.99
4 MEBEL DAN PERALATAN DARI LOGAM
7,336,961.79 7,336,961.79 0
5 GEDUNG KANTOR 458,033,809.23 458,033,809.23 0
TOTAL 545,395,719.89 536,177,527.26 14,203,311.35 Sumber: Data diolah
Tabel diatas menjelaskan bahwa penghematan yang dilakukan dari
sudut pandang fiskal jauh lebih besar dibandingkan dengan penghematan
pajak yang dilakukan dari sudut pandang komersial. Total hasil
penghematan fiskal jika dibandingkan dengan total hasil penghematan
komersial yaitu, Rp. 545,395,719.89 – Rp. 536,177,527.26 = Rp.
14,203,311.35, jadi dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat melakukan
penghematan sebesar Rp. 14,203,311.35 apabila perusahaan melakukan
perhitungan mengenai penyusutan aktiva tetap sesuai dengan atau
mengikuti perhitungan menurut fiskal.
Seluruh perhitungan diatas mulai dari perhitungan biaya penyusutan
pada masing-masing aktiva tetap yang dimiliki PT. Asuransi Bintang Tbk
sampai kepada perhitungan penghematan pajaknya, kondisi daripada PT.
Asuransi Bintang Tbk, diasumsikan PT. Asuransi Bintang Tbk posisinya
yaitu mengalami laba diatas Rp. 100,000,000.00. Kemudian dibawah ini
c
akan dijabarkan mengenai perhitungan biaya penyusutan dan present value
dengan tingkat diskon 8.25% dan PT. Asuransi Bintang Tbk posisinya
yaitu mengalami rugi diatas Rp. 100,000,000.00 yaitu posisi sebenarnya
yang dialami oleh PT. Asuransi Bintang Tbk ada tahun buku 2006.
ci
Tabel 4.10 Perhitungan Biaya Penyusutan dan Nilai Tunai dengan Tingkat Diskon
8.25% antara Komersial dan Fiskal
1. MESIN KANTOR 12/2005 KELOMPOK 1
HP 11,765,000.00 UE FISKAL 4 SM = 50% GL = 25%
UE KOMESIAL 8 GL = 12.5% SM = 25%
FISKAL
METODE PENYUSUTAN
GARIS LURUS SALDO MENURUN TH
NOMIAL PV NOMINAL PV
TINGKAT DISKON
1 2,941,250.00 2,717,091.46 5,882,500.00 5,434,182.91 0.923788
2 2,941,250.00 2,510,012.75 2,941,250.00 2,510,012.75 0.853383
3 2,941,250.00 2,318,719.73 1,470,625.00 1,159,359.87 0.788345
4 2,941,250.00 2,142,003.55 1,470,625.00 1,071,001.77 0.728263
11,765,000.00 9,687,827.48 11,765,000.00 10,174,557.30
KOMERSIAL
METODE PENYUSUTAN
GARIS LURUS SALDO MENURUN TH
NOMIAL PV NOMINAL PV
TINGKAT DISKON
1 1,470,625.00 1,358,545.73 2,941,250.00 2,717,091.46 0.923788
2 1,470,625.00 1,255,006.37 2,205,937.50 1,882,509.56 0.853383
3 1,470,625.00 1,159,359.87 1,654,453.13 1,304,279.85 0.788345
4 1,470,625.00 1,071,001.77 1,240.839.84 903,657.75 0.728263
5 1,470,625.00 989,377.68 930,629.88 626,090.56 0.672760
6 1,470,625.00 913,975.79 697,972.41 433,781.48 0.621488
7 1,470,625.00 844,319.64 523,479.31 300,541.51 0.574123
8 1,470,625.00 779,970.97 1,570,437.93 832,908.45 0.530367
11,765,000.00 8,371,557.81 11,765,000.00 9,000,860.61
PERBANDINGAN HASIL METODE PENYUSUTAN
KOMERSIAL FISKAL KET
GL SM GL SM SELISIH
PV 9,687,827.48 10,174,557.30 8,371,557.81 9,000,860.61
SELISIH (540,296.69) (500,589.10) (39,707.59)
2. SEPEDA MOTOR 5/2003 KELOMPOK 1
HP 12,100,000.00 UE FISKAL 4 TAHUN SM = 50% GL = 25%
UE KOMESIAL 5 TAHUN GL = 20% SM = 40%
FISKAL
METODE PENYUSUTAN
GARIS LURUS SALDO MENURUN TH
NOMIAL PV NOMINAL PV
TINGKAT DISKON
1 3,025,000.00 2,794,458.70 6,050,000.00 5,588,917.40 0.923788
2 3,025,000.00 2,581,483.58 3,025,000.00 2,581,483.58 0.853383
3 3,025,000.00 2,384,743.63 1,512,500.00 1,192,371.81 0.788345
cii
4 3,025,000.00 2,202,995.58 1,512,500.00 1,101,497.79 0.728263
12,100,000.00 9,963,681.48 12,100,000.00 10,464,270.58
KOMERSIAL
METODE PENYUSUTAN
GARIS LURUS SALDO MENURUN TH
NOMIAL PV NOMINAL PV
TINGKAT DISKON
1 2,420,000.00 2,235,566.96 4,840,000.00 4,471,133.92 0.923788
2 2,420,000.00 2,065,186.86 2,904,000.00 2,478,224.23 0.853383
3 2,420,000.00 1,907,794.90 1,742,400.00 1,373,612.33 0.788345
4 2,420,000.00 1,762,396.46 1,045,440.00 761,355.27 0.728263
5 2,420,000.00 1,628,079.20 1,568,160.00 1,054,995.32 0.672760
12,100,000.00 9,599,024.38 12,100,000.00 10,139,321.07
PERBANDINGAN HASIL METODE PENYUSUTAN
KOMERSIAL FISKAL KET
GL SM GL SM SELISIH
PV 9,599,024.38 10,139,321.07 9,963,681.48 10,464,270.58
SELISIH (540,296.69) (500,589.10) (39,707.59)
3. MEBEL&PERALATAN DARI LOGAM 1/2006 KELOMPOK 2
HP 1,400,000.00 UE FISKAL 8 TAHUN SM = 25% GL = 12.5%
UE KOMESIAL 8 TAHUN GL = 12.5% SM = 25%
FISKAL
METODE PENYUSUTAN
GARIS LURUS SALDO MENURUN TH
NOMIAL PV NOMINAL PV
TINGKAT DISKON
1 175,000.00 161,662.90 350,000.00 323,325.80 0.923788
2 175,000.00 149,342.03 262,500.00 224,013.04 0.853383
3 175,000.00 137,960.38 196,875.00 155,205.42 0.788345
4 175,000.00 127,446.03 147,656.25 107,532.58 0.728263
5 175,000.00 117,733.00 110,742.59 74,502.91 0.672760
6 175,000.00 108,760.40 83,056.64 51,618.71 0.621488
7 175,000.00 100,471.53 62,292.48 35,763.55 0.574123
8 175,000.00 92,814.23 186,877.44 99,113.63 0.530367
1,400,000.00 996,190.48 1,400,000.00 1,071,075.64
KOMERSIAL
METODE PENYUSUTAN
GARIS LURUS SALDO MENURUN TH
NOMIAL PV NOMINAL PV
TINGKAT DISKON
1 175,000.00 161,662.90 350,000.00 323,325.80 0.923788
2 175,000.00 149,342.03 262,500.00 224,013.04 0.853383
3 175,000.00 137,960.38 196,875.00 155,205.42 0.788345
4 175,000.00 127,446.03 147,656.25 107,532.58 0.728263
5 175,000.00 117,733.00 110,742.59 74,502.91 0.672760
6 175,000.00 108,760.40 83,056.64 51,618.71 0.621488
7 175,000.00 100,471.53 62,292.48 35,763.55 0.574123
ciii
8 175,000.00 92,814.23 186,877.44 99,113.63 0.530367
1,400,000.00 996,190.48 1,400,000.00 1,071,075.64
PERBANDINGAN HASIL METODE PENYUSUTAN
KOMERSIAL FISKAL KET
GL SM GL SM SELISIH
PV 996,190.48 1,071,075.64 996,190.48 1,071,075.64
SELISIH (74,885.16) (74,885.16) 0
4. MOBIL 12/2003 KELOMPOK 2
HP 2,704,715,000.00 UE FISKAL 8 TAHUN SM = 25% GL = 12.5%
UE KOMESIAL 5 TAHUN GL = 20% SM = 40%
FISKAL
TH METODE PENYUSUTAN TINGKAT DISKON
GARIS LURUS SALDO MENURUN
NOMIAL PV NOMINAL PV
1 338,089,375.00 312,322,907.55 676,178,750.00 624,645,815.11 0.923788
2 338,089,375.00 288,519,725.11 507,134,062.50 432,779,587.66 0.853383
3 338,089,375.00 266,531,068.33 380,350,546.88 299,847,451.88 0.788345
4 338,089,375.00 246,217,982.51 285,262,910.16 207,746,422.74 0.728263
5 338,089,375.00 227,453,007.93 213,947,182.62 143,935,106.58 0.672760
6 338,089,375.00 210,118,489.49 160,460,386.96 99,724,204.97 0.621488
7 338,089,375.00 194,104,886.24 120,460,386.96 69,092,999.06 0.574123
8 338,089,375.00 179,311,447.55 361,035,870.67 191,481,511.62 0.530367
2,704,715,000.00 1,924,579,514.71 2,704,715,000.00 2,069,253,099.61
KOMERSIAL
TH METODE PENYUSUTAN TINGKAT DISKON
GARIS LURUS SALDO MENURUN
NOMIAL PV NOMINAL PV
1 540,943,000.00 499,716,652.08 1,081,886,000.00 999,433,304.17 0.923788
2 540,943,000.00 461,631,560.17 649,131,600.00 553,957,872.20 0.853383
3 540,943,000.00 426,449,709.34 389,478,960.00 307,043,790.72 0.788345
4 540,943,000.00 393,948,772.01 233,687,376.00 170,185,869.51 0.728263
5 540,943,000.00 363,924,812.68 350,531,064.00 235,823,278.62 0.672760
2,704,715,000.00 2,145,671,506.28 2,704,715,000.00 2,266,444,115.22
PERBANDINGAN HASIL METODE PENYUSUTAN
KOMERSIAL FISKAL KET
GL SM GL SM SELISIH
PV 2,145,671,506.28 2,266,444,115.22 1,924,579,514.71 2,069,253,099.61
SELISIH (120,772,608.94) (144,673,584.90) 0
5. GEDUNG KANTOR 12/2000 KELOMPOK PERMANEN
HP 9,039,616,977.00 UE FISKAL 20 TAHUN
UE KOMESIAL 20 TAHUN
KOMERSIAL & FISKAL
METODE PENYUSUTAN TH
GARIS LURUS
TINGKAT DISKON
civ
NOMIAL PV
1 451,980,848.85 417,534,484.40 0.923788
2 451,980,848.85 385,712,772.73 0.853383
3 451,980,848.85 356,316,842.29 0.788345
4 451,980,848.85 329,160,928.93 0.728263
5 451,980,848.85 304,074,635.87 0.672760
6 451,980,848.85 280,900,673.79 0.621488
7 451,980,848.85 259,492,600.88 0.574123
8 451,980,848.85 239,715,726.86 0.530367
9 451,980,848.85 221,446,660.95 0.489947
10 451,980,848.85 204,569,696.06 0.452607
11 451,980,848.85 188,978,616.67 0.418112
12 451,980,848.85 174,576,246.93 0.386247
13 451,980,848.85 161,271,286.68 0.356810
14 451,980,848.85 148,980,571.46 0.329617
15 451,980,848.85 137,626,360.55 0.304496
16 451,980,848.85 127,137,240.99 0.281289
17 451,980,848.85 117,448,127.54 0.259852
18 451,980,848.85 108,497,098.80 0.240048
19 451,980,848.85 100,228,109.18 0.221753
20 451,980,848.85 92,589,632.83 0.204853
9,039,616,977.00 4,356,258,314.38
PERBANDINGAN HASIL METODE PENYUSUTAN
KOMERSIAL FISKAL KET
GL SM GL SM SELISIH
PV 4,356,258,314.38 - 4,356,258,314.38 -
SELISIH 4,356,258,314.38 4,356,258,314.38 0
Sumber: data diolah
Tabel 4.13 diatas adalah tabel yang menjelaskan tentang contoh
perhitungan biaya penyusutan dan present value dari masing-masing
aktiva tetap yang dimiliki oleh PT. Asuransi Bintang Tbk akan tetapi pada
keadaan perusahaan mengalami rugi diatas Rp. 100,000,000.00. Untuk
lebih lengkapnya, dibawah ini akan dijabarkan total present value dari
masing-masing aktiva.
cv
Tabel 4.11 Perbandingan Total Hasil Perhitungan Biaya Penyusutan&Present Value
Pada Saat PT. Asuransi Bintang Tbk Rugi Dan Untung Diatas Rp. 100,000,000.00
FISKAL BIAYA PENYUSUTAN&PV PADA
SAAT PERUSAHAAN RUGI DIATAS Rp. 100,000,000.00
BIAYA PENYUSUTAN&PV PADA SAAT PERUSAHAAN UNTUNG
DIATAS Rp. 100,000,000.00 JENIS AKTIVA HARGA
PEROLEHAN
GL SM GL SM MESIN
KANTOR 666,764,323.00 549,043,581.26 579,110,729.63 164,713,074.38 172,988,486.42
SEPEDA MOTOR 69,604,000.00 57,315,048.38 60,194,635.46 17,194,514.51 18,058,390.64
MOBIL 4,417,427,225.00 3,143,284,946.82 3,379,570,482.51 942,985,484.05 1,013,871,144.75 MEBEL&PERALATAN DARI
LOGAM 457,222,158.00 325,343,113.40 349,799,652.70 97,602,934.02 104,939,895.81
GEDUNG KANTOR 9,270,684,913.00 1,526,779,364.10 - 458,033,809.23 -
TOTAL 14,881,702,619.00 5,601,766,053.96 4,368,675,500.00 1,680,529,816.19 1,309,857,917.72
KOMERSIAL BIAYA PENYUSUTAN&PV PADA
SAAT PERUSAHAAN RUGI DIATAS Rp. 100,000,000.00
BIAYA PENYUSUTAN&PV PADA SAAT PERUSAHAAN UNTUNG
DIATAS Rp. 100,000,000.00 JENIS AKTIVA HARGA
PEROLEHAN
GL SM GL SM MESIN
KANTOR 666,764,323.00 474,445,905.46 510,110,729.63 142,333,771.64 153,033,218.89
SEPEDA MOTOR 69,604,000.00 55,217,396.11 58,325,297.02 16,565,218.83 17,497,619.11
MOBIL 4,417,427,225.00 3,504,379,473.52 3,701,629,169.25 1,051,313,842.06 1,110,488,750.77 MEBEL&PERALATAN DARI
LOGAM 457,222,158.00 325,343,113.40 349,799,652.70 97,602,934.02 104,939,895.81
GEDUNG KANTOR 9,270,684,913.00 1,526,779,364.10 - 458,033,809.23 -
TOTAL 14,881,702,619.00 5,886,165,252.59 4,619,864,848.60 1,765,849,575.78 1,385,959,484.58 SELISIH BIAYA PENYUSUTAN&PV PADA SAAT PERUSAHAAN RUGI
DAN UNTUNG DIATAS Rp. 100,000,000.00 FISKAL KOMERSIAL JENIS AKTIVA HARGA
PEROLEHAN GL SM GL SM
MESIN KANTOR 666,764,323.00 384,330,506.88 406,122,243.21 332,112,133.82 357,077,510.74
SEPEDA MOTOR 69,604,000.00 40,120,533.87 42,136,244.82 38,652,177.28 40,827,677.91
MOBIL 4,417,427,225.00 2,200,299,462.77 2,365,699,337.76 2,453,065,631.46 2,591,140,418.48 MEBEL&PERALATAN DARI
LOGAM 457,222,158.00 227,740,179.38 244,859,756.89 227,740,179.38 244,859,756.89
GEDUNG KANTOR 9,270,684,913.00 1,068,745,554.87 0 1,068,745,554.87 0
TOTAL 14,881,702,619.00 3,921,236,237.77 3,058,817,582.28 4,120,315,676.81 3,233,905,364.02
Sumber: data diolah
Tabel 4.14 menjelaskan tentang rangkuman dari hasil perhitungan
mengenai biaya penyusutan dan PV dari masing-masing aktiva pada saat
PT. Asuransi Bintang Tbk rugi dan untung diatas Rp. 100,000,000.00.
cvi
Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa untuk aktiva mesin kantor pada
saat PT. Asuransi Bintang Tbk rugi diatas Rp. 100,000,000.00 yang
memiliki harga perolehan Rp. 666,764,323.00, dihitung dari sudut
pandang komersial memiliki total biaya penyusutan sebesar Rp.
474,445,905.46 menurut metode garis lurus dan Rp. 510,110,729.63
menurut metode saldo menurun, dan menurut sudut pandang fiskal didapat
angka sebesar Rp. 549,043,581.26 menurut metode garis lurus dan Rp.
579,110,729.63 menurut metode saldo menurun. Sedangkan untuk aktiva
mesin kantor pada saat PT. Asuransi Bintang Tbk untung diatas Rp.
100,000,000.00 dihitung dari sudut pandang komersial didapat hasil Rp.
142,333,771.64 menurut metode garis lurus dan Rp. 153,033,218.89
menurut metode saldo menurun. Jika dihitung dari sudut pandang fiskal
didapat hasil Rp. 164,713,074.38 menurut metode garis lurus dan Rp.
172,988,486.42 menurut metode saldo menurun. Jadi dari kedua kondisi
yang dialami perusahaan tersebut untuk aktiva mesin kantor, menurut
perhitungan fiskal didapatkan selisih sebesar Rp. 384,330,506.88 menurut
metode garis lurus dan Rp. 406,122,243.21 menurut metode saldo
menurun. Sedangkan menurut perhitungan komersial, didapatkan selisih
sebesar Rp. 332,112,133.82 menurut metode garis lurus dan Rp.
357,077,510.74 menurut metode saldo menurun. Jadi dari kedua kondisi
perusahaan yang ada, dapat disimpulkan bahwa nilai biaya penyusutan
yang lebih besar diperoleh pada saat perusahaan rugi diatas Rp.
cvii
100,000,000.00 dan dengan menggunakan metode penyusutan saldo
menurun dan menurut perhitungan fiskal.
Selanjutnya untuk aktiva sepeda motor pada saat PT. Asuransi
Bintang Tbk rugi diatas Rp. 100,000,000.00 yang memiliki harga
perolehan Rp. 69,604,000.00, dihitung dari sudut pandang komersial
memiliki total biaya penyusutan sebesar Rp. 55,217,396.11 menurut
metode garis lurus dan Rp. 58,325,297.02 menurut metode saldo menurun,
dan menurut sudut pandang fiskal didapat angka sebesar Rp.
57,315,048.38 menurut metode garis lurus dan Rp. 60,194,635.46 menurut
metode saldo menurun. Sedangkan untuk aktiva sepeda motor pada saat
PT. Asuransi Bintang Tbk untung diatas Rp. 100,000,000.00 dihitung dari
sudut pandang komersial didapat hasil Rp. 16,565,218.83 menurut metode
garis lurus dan Rp. 17,497,619.11 menurut metode saldo menurun. Jika
dihitung dari sudut pandang fiskal didapat hasil Rp. 17,194,514.51
menurut metode garis lurus dan Rp. 18,058,390.64 menurut metode saldo
menurun. Jadi dari kedua kondisi yang dialami perusahaan tersebut untuk
aktiva sepeda motor, menurut perhitungan fiskal didapatkan selisih sebesar
Rp. 40,120,533.87 menurut metode garis lurus dan Rp. 42,136,244.82
menurut metode saldo menurun. Sedangkan menurut perhitungan
komersial, didapatkan selisih sebesar Rp. 38,652,177.28 menurut metode
garis lurus dan Rp. 40,827,677.91 menurut metode saldo menurun. Jadi
dari kedua kondisi perusahaan yang ada, dapat disimpulkan bahwa nilai
biaya penyusutan yang lebih besar diperoleh pada saat perusahaan rugi
cviii
diatas Rp. 100,000,000.00 dan dengan menggunakan metode penyusutan
saldo menurun dan menurut perhitungan fiskal.
Untuk aktiva mobil pada saat PT. Asuransi Bintang Tbk rugi diatas
Rp. 100,000,000.00 yang memiliki harga perolehan Rp. 4,417,427,225.00,
dihitung dari sudut pandang komersial memiliki total biaya penyusutan
sebesar Rp. 3,504,379,473.52 menurut metode garis lurus dan Rp.
3,701,629,169.25 menurut metode saldo menurun, dan menurut sudut
pandang fiskal didapat angka sebesar Rp. 3,143,284,946.82 menurut
metode garis lurus dan Rp. 3,379,570,482.51 menurut metode saldo
menurun. Sedangkan untuk aktiva mobil pada saat PT. Asuransi Bintang
Tbk untung diatas Rp. 100,000,000.00 dihitung dari sudut pandang
komersial didapat hasil Rp. 1,051,313,842.06 menurut metode garis lurus
dan Rp. 1,110,488,750.77 menurut metode saldo menurun. Jika dihitung
dari sudut pandang fiskal didapat hasil Rp. 942,985,484.05 menurut
metode garis lurus dan Rp. 1,013,871,144.75 menurut metode saldo
menurun. Jadi dari kedua kondisi yang dialami perusahaan tersebut untuk
aktiva mobil, menurut perhitungan fiskal didapatkan selisih sebesar Rp.
2,200,299,462.77 menurut metode garis lurus dan Rp. 2,365,699,337.76
menurut metode saldo menurun. Sedangkan menurut perhitungan
komersial, didapatkan selisih sebesar Rp. 2,453,065,631.46 menurut
metode garis lurus dan Rp. 2,591,140,418.48 menurut metode saldo
menurun. Jadi dari kedua kondisi perusahaan yang ada, dapat disimpulkan
bahwa nilai biaya penyusutan yang lebih besar diperoleh pada saat
cix
perusahaan rugi diatas Rp. 100,000,000.00 dan dengan menggunakan
metode penyusutan saldo menurun dan menurut perhitungan komersial.
Selanjutnya untuk aktiva mebel dan peralatan dari logam pada saat
PT. Asuransi Bintang Tbk rugi diatas Rp. 100,000,000.00 yang memiliki
harga perolehan Rp. 457,222,158.00, dihitung dari sudut pandang
komersial memiliki total biaya penyusutan sebesar Rp. 325,343,113.40
menurut metode garis lurus dan Rp. 349,799,652.70 menurut metode saldo
menurun, dan menurut sudut pandang fiskal didapat angka sebesar Rp.
325,343,113.40 menurut metode garis lurus dan Rp. 349,799,652.70
menurut metode saldo menurun. Sedangkan untuk aktiva mebel dan
peralatan dari logam pada saat PT. Asuransi Bintang Tbk untung diatas
Rp. 100,000,000.00 dihitung dari sudut pandang komersial didapat hasil
Rp. 97,602,934.02 menurut metode garis lurus dan Rp. 104,939,895.81
menurut metode saldo menurun. Jika dihitung dari sudut pandang fiskal
didapat hasil Rp. 97,602,934.02 menurut metode garis lurus dan Rp.
104,939,895.81 menurut metode saldo menurun. Jadi dari kedua kondisi
yang dialami perusahaan tersebut untuk aktiva mebel dan peralatan dari
logam, menurut perhitungan fiskal didapatkan selisih sebesar Rp.
227,740,179.38 menurut metode garis lurus dan Rp. 244,859,756.89
menurut metode saldo menurun. Sedangkan menurut perhitungan
komersial, didapatkan selisih sebesar Rp. 227,740,179.38 menurut metode
garis lurus dan Rp. 244,859,756.89 menurut metode saldo menurun. Jadi
dari kedua kondisi perusahaan yang ada, dapat disimpulkan bahwa nilai
cx
biaya penyusutan yang lebih besar diperoleh pada saat perusahaan rugi
diatas Rp. 100,000,000.00 dan dengan menggunakan metode penyusutan
saldo menurun dan menurut perhitungan komersial dan fiskal.
Untuk aktiva yang terakhir yaitu gedung kantor pada saat PT.
Asuransi Bintang Tbk rugi diatas Rp. 100,000,000.00 yang memiliki harga
perolehan Rp. 9,270,684,913.00, dihitung dari sudut pandang baik fiskal
maupun komersial memiliki total biaya penyusutan sebesar Rp.
1,526,779,364.10 menurut metode garis lurus dan Rp. 0 menurut metode
saldo menurun karena baik fiskal maupun komersial tidak menggunakan
metode saldo menurun. Sedangkan untuk aktiva gedung kantor pada saat
PT. Asuransi Bintang Tbk untung diatas Rp. 100,000,000.00 dihitung dari
sudut pandang baik fiskal maupun komersial didapat hasil Rp.
458,033,809.23 menurut metode garis lurus dan Rp. 0 menurut metode
saldo menurun, karena baik fiskal maupun komersial tidak menggunakan
metode penyusutan saldo menurun. Jadi dari kedua kondisi yang dialami
perusahaan tersebut untuk aktiva mebel dan peralatan dari logam, baik
menurut perhitungan fiskal maupun komersial didapatkan selisih sebesar
Rp. 1,068,745,554.87 menurut metode garis lurus dan Rp. 0 menurut
metode saldo menurun. Jadi dari kedua kondisi perusahaan yang ada,
dapat disimpulkan bahwa nilai biaya penyusutan yang lebih besar
diperoleh pada saat perusahaan rugi diatas Rp. 100,000,000.00 dan dengan
menggunakan metode penyusutan garis lurus baik menurut fiskal maupun
komersial, karena keduanya memiliki nilai yang sama.
cxi
Jadi dari kelima aktiva yang dimiliki oleh PT. Asuransi Bintang
Tbk setelah dibandingkan menggunakan dua kondisi perusahaan yaitu
untung dan rugi diatas Rp. 100,000,000.00, dapat ditarik kesimpulan
bahwa perusahaan akan menanggung biaya penyusutan yang besar pada
saat perusahaan rugi diatas Rp. 100,000,000.00 dan mayoritas
menggunakan metode penyusutan saldo menurun baik menurut fiskal
maupun komersial.
Seluruh hasil perhitungan mengenai perencanaan pajak penyusutan
aktiva tetap yang telah dibahas diatas, dapat disimpulkan bahwa
perencanaan pajak (tax planning) terhadap aktiva tetap yang apabila
dilakukan oleh PT. Asuransi Bintang tbk akan dapat membantu dalam
mengurangi beban pajak yang ditanggung oleh PT. Asuransi Bintang tbk.
Hal ini sesuai dengan tujuan daripada tax planning yang diutarakan oleh
Erly Suandy dalam bukunya yang berjudul perencanaan pajak, pada
halaman 7 dikatakan bahwa pada umumnya penekanan dan tujuan
perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan pajak.
Selanjutnya, Achmad Tjahjono dalam jurnalnya yaitu tax planning:
suatu upaya meminimisasi pembayaran beban pajak terutang dan Hasfin
Hardi dalam jurnalnya tax planning sebagai alternatif meminimalkan pajak
serta diperkuat pada Pasal 6 Undang-Undang Pajak Penghasilan No.10
Tahun 1994 mengatakan bahwa langkah-langkah tax planning salah
satunya adalah dengan memaksimalisasi biaya-biaya fiskal yang pada poin
b disebutkan salah satunya adalah penyusutan atas pengeluaran untuk
cxii
memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk
memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempuyai masa manfaat lebih
dari satu tahun. Hal tersebut sangat sesuai dengan langkah perencanaan
pajak yang dilakukan terhadap PT. Asuransi Bintang tbk yang dibahas
pada skripsi ini.
Pada skripsi ini, langkah perencanaan pajak yang diambil yaitu
dengan perencanaan pajak terhadap penyusutan aktiva tetap, dalam Pasal 6
Undang-Undang Pajak Penghasilan No.10 Tahun 1994 mengatakan bahwa
salah satu biaya yang dapat dikurangkan adalah penyusutan, oleh karena
itu tax planning yang dilakukan terhadap aktiva tetap PT. Asuransi
Bintang tbk sudah sesuai dengan aturan Undang-Undang Pajak yang
berlaku, hasil dari perencanaan pajak penyusutan aktiva tetap dapat dilihat
pada tabel rangkuman perhitungan perencanan pajak penyusutan aktiva
tetap PT. Asuransi Bintang tbk di bawah ini.
cxiii
Tabel 4.12 Rangkuman Perhitungan Perencanan Pajak Penyusutan
Aktiva Tetap PT. Asuransi Bintang tbk
FISKAL BIAYA PENYUSUTAN PV KONDISI
PERUSAHAAN GL SM GL SM
PERUSAHAAN UNTUNG
A. tax planning 5.601.766.053,96 4.368.675.500,00 1.680.529.816,19 1.309.857.917,72 selisih(penghematan) 1.233.090.553,96 370.671.898,47 selisih(penghematan) BIAYA PENYUSUTAN fiskal&komersial 33.209.850,03 B. Tidak tax planning
PERUSAHAAN RUGI 5.601.766.053,96 4.368.675.500,00
selisih 1.233.090.553,96 KOMERSIAL
BIAYA PENYUSUTAN PV KONDISI PERUSAHAAN
GL SM GL SM PERUSAHAAN UNTUNG
A. tax planning 5.886.165.252,59 4.619.864.848,60 1.765.849.575,78 1.385.959.484,58 selisih(penghematan) 1.266.300.403.99 379.890.091,20 selisih(penghematan) PV fiskal&komersial 9.218.192,73 B. Tidak tax planning 5.886.165.252,59
PERUSAHAAN RUGI 5.886.165.252,59 4.619.864.848,60
selisih 1.266.300.403.99 Sumber: data diolah
Tabel 4.12 diatas adalah tabel yang menjelaskan tentang
rangkuman dari perhitungan perencanan pajak penyusutan aktiva tetap PT.
Asuransi Bintang tbk, yang dapat dijelaskan sebagai berikut, pada kondisi
perusahaan untung diatas Rp. 100.000.000,00 jika PT. Asuransi Bintang
tbk melakukan tax planning, maka menurut perhitungan fiskal akan
didapat hasil biaya penyusutan sebesar Rp. 5.601.766.053,96 menurut
garis lurus dan Rp. 4.368.675.500,00 menurut saldo menurun, jadi terdapat
cxiv
selisih sebesar Rp. 1.233.090.553,96. Untuk PV menurut fiskal didapat
hasil sebesar Rp. 1.680.529.816,19 menurut garis lurus dan Rp.
1.309.857.917,72 menurut saldo menurun, jadi terdapat selisih sebesar Rp.
370.671.898,47. Sedangkan menurut perhitungan komersial jika dilakukan
tax planning akan didapat hasil biaya penyusutan sebesar Rp.
5.886.165.252,59 menurut garis lurus dan Rp. 4.619.864.848,60 menurut
saldo menurun, jadi terdapat selisih sebesar Rp. 1.266.300.403.99. Untuk
PV menurut komersial didapat hasil sebesar Rp. 1.765.849.575,78
menurut garis lurus dan Rp. 1.385.959.484,58 menurut saldo menurun,
jadi terdapat selisih sebesar Rp. 379.890.091,20. jadi dapat disimpulkan
bahwa dari kedua perhitungan antara fiskal dan komersial, untuk nilai dari
biaya penyusutan lebih besar diperoleh oleh komersial dengan selisih
sebesar Rp. 33.209.850,03 dan untuk nilai dari PV lebih besar
penghematan yang dilakukan oleh komersial dengan selisih sebesar Rp.
9.218.192,73.
Sedangkan pada kondisi perusahaan untung dan tidak melakukan
tax planning maka akan didapat hasil sebesar Rp. 5.886.165.252,59 yaitu
nilai biaya penyusutan menurut garis lurus saja, karena PT. Asuransi
Bintang tbk sampai saat ini masih menggunakan metode penyusutan garis
lurus.
Selanjutnya, pada kondisi PT. Asuransi Bintang tbk rugi diatas Rp.
100.000.000,00 maka menurut perhitungan fiskal akan didapat hasil biaya
penyusutan sebesar Rp. 5.601.766.053,96 menurut garis lurus dan Rp.
cxv
4.368.675.500,00 menurut saldo menurun, jadi terdapat selisih sebesar Rp.
1.233.090.553,96. Sedangkan menurut perhitungan komersial akan didapat
hasil biaya penyusutan sebesar Rp. 5.886.165.252,59 menurut garis lurus
dan Rp. 4.619.864.848,60 menurut saldo menurun, jadi terdapat selisih
sebesar Rp. 1.266.300.403.99.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa jika PT. Asuransi Bintang tbk
melakukan tax planning akan terdapat hasil yang cukup signifikan,
contohnya pada nilai biaya penyusutan garis lurus menurut komersial akan
didapat hasil sebesar Rp. 5.886.165.252,59 jika tidak melakukan tax
planning, jika melakukan tax planning akan didapat hasil sebesar Rp.
1.765.849.575,78 menurut garis lurus dan Rp. 1.385.959.484,58. Jika PT.
Asuransi Bintang tbk memilih untuk melakukan tax planning dengan garis
lurus, maka akan terdapat penghematan sebesar Rp. 4.120.315.676,81 (Rp.
5.886.165.252,59 - Rp. 1.765.849.575,78), dan jika PT. Asuransi Bintang
tbk memilih untuk melakukan tax planning dengan saldo menurun, maka
akan terdapat penghematan sebesar Rp.4.500.205.768,01 (Rp.
5.886.165.252,59 - Rp. 1.385.959.484,58).
cxvi
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
PT. Asuransi Bintang Tbk tidak melakukan perencanaan pajak
terhadap penyusutan aktiva tetap. Hal ini terbukti dengan perbandingan
hasil perhitungan, baik data komersial maupun data fiskal yang keduanya
dibuatkan simulasi perhitungan terhadap perencanaan pajak penyusutan
aktiva tetapnya, dengan menggunakan dua metode penyusutan yang
berbeda yang diakui oleh UU Pajak. Pada tabel 4.12 dapat dilihat bahwa
pada nilai biaya penyusutan garis lurus menurut komersial akan didapat
hasil sebesar Rp. 5.886.165.252,59 jika tidak melakukan tax planning,
karena sampai saat ini PT. Asuransi Bintang tbk menggunakan metode
penyusutan garis lurus. Jika melakukan tax planning akan didapat hasil
sebesar Rp. 1.765.849.575,78 menurut garis lurus dan Rp.
1.385.959.484,58. Jika PT. Asuransi Bintang tbk memilih untuk
melakukan tax planning dengan garis lurus, maka akan terdapat
penghematan sebesar Rp. 4.120.315.676,81 (Rp. 5.886.165.252,59 - Rp.
1.765.849.575,78), dan jika PT. Asuransi Bintang tbk memilih untuk
melakukan tax planning dengan saldo menurun, maka akan terdapat
penghematan sebesar Rp.4.500.205.768,01 (Rp. 5.886.165.252,59 - Rp.
1.385.959.484,58).
cxvii
B. Implikasi
Perencanaan pajak penyusutan aktiva tetap tidak dilakukan oleh PT.
Asuransi Bintang Tbk, dapat dibuktikan dari selisih hasil perhitungan antara
data komersial yang tidak melakukan tax planning dengan data komersial
yang dilakukan tax planning. Hasilnya terdapat selisih yang cukup signifikan
diantara keduanya. Hal ini yang harus diperhatikan oleh PT. Asuransi Bintang
tbk, karena sampai saat ini metode penyusutan yang masih digunakan oleh PT.
Asuransi Bintang tbk adalah garis lurus.
Berdasarkan hasil perhitungan pada bab empat mengenai penghematan
pajak yang menggunakan simulasi-simulasi, ada baiknya PT. Asuransi
Bintang Tbk untuk mengevaluasi terhadap keputusan-keputusan yang diambil
yang berkaitan dengan aktiva tetap ini. Salah satunya adalah pemilihan metode
penyusutan, karena apabila PT. Asuransi Bintang Tbk dapat merubah metode
penyusutan yang digunakan, dari garis lurus menjadi saldo menurun, maka
penghematan pajak yang dapat dilakukan akan sangat besar, karena hasil dari
perhitungan tersebut cukup signifikan. Selain daripada itu, PT. Asuransi
Bintang Tbk juga harus memperhatikan baik tarif pajak dan masa manfaat
yang ditentukan oleh perusahaan dan juga harus selalu mengikuti
perkembangan peraturan-peraturan perpajakan yang berlaku, sehingga PT.
Asuransi Bintang Tbk juga dapat melakukan perencanaan-perencanaan pajak
yang lain selain penyusutan terhadap aktiva tetap agar dapat meminimalisasi
beban pajak PT. Asuransi Bintang Tbk tersebut.
cxviii
DAFTAR PUSTAKA Amalia, Nur, “Perbedaan Kebijakan Akuntansi dan Fiskal: Penyusutan dan Amortisasi, Leasing dan Revaluasi Aktiva Tetap”, Jurnal Perpajakan Indonesia Volume 4 Nomor 6, Jakarta, 2005. Cahyaningrum, Yongki, “Beda Akuntansi dan Fiskal Dalam Menentukan Penghasilan Kena Pajak dan Revaluasi Aktiva Tetap”, Jurnal Perpajakan Indonesia Volume 4 Nomor 5, Jakarta, 2005. Gunadi, “Depresiasi Aktiva Tetap: Suatu Tinjauan Pajak dan Akuntansi”, Jurnal Kipas Volume 1 Nomor 7, Jakarta, 1999. Hamid, Abdul, “Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Grafika Karya Utama, Jakarta, 2005. Hardi, Hasfian, “Tax Planning Sebagai Alternatif Meminimalkan Pajak”, Jurnal Perpajakan Indonesia Volume 4 Nomor 6, Jakarta, 2005. Hidayat, Nur, “Menelusuri Tax Planning Dalam Kerangka Undang-Undang”, Jurnal Perpajakan Indonesia Volume 2 Nomor 10, Jakarta, 2003. Indriantoro, Bambang Supomo, “Metodologi Penelitian Bisnis”, Edisi Pertama, BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 2002. Investor Daily Edisi Jum’at Tanggal 14 Desember 2007 Kieso, Donald dkk, “Akuntansi Intermediate”, Edisi Kesepuluh Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 2002. Kieso, Donald dkk, “Akuntansi Intermediate”, Edisi Kesepuluh Jilid 2, Erlangga, Jakarta, 2002. Kurniawan, “Pengaruh Perlakuan Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Standar Akuntansi Keuangan 1994 dan Undang-Undang No.10 Tahun 1994 Tentang Pajak Penghasilan Terhadap Penentuan Penghasilan Kena Pajak PT.Bahtera Admina Samudra”, Skripsi Sarjana, Universitas Trisakti, Jakarta, 2001. Lembaga Manajemen Formasi, ”Tax Planning”, Jakarta, 2005. Lumbantoruan, Sophar,”Akuntansi Pajak”, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1996.
cxix
Republik Indonesia, ”Undang-Undang RI No.17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan”, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2006. Resmi, Siti, ”Perpajakan: Teori dan Kasus”, Salemba Empat, Jakarta, 2003. Sangudi, Teddy, ”Kompensasi Kerugian Terhadap Selisih Lebih Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan”, Jurnal Kipas Volume 1 No.8, Jakarta, 1999. www.pajak.go.id
cxx
Lampiran-Lampiran
cxxi