perencanaan geometeri jalan

Post on 14-Aug-2015

113 views 9 download

description

materi

Transcript of perencanaan geometeri jalan

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA

Pengertian Jalan Raya : adalah suatu lintasan yang bertujuan menlewatkan lalu lintas dari suatu tempat ke tempat lainnya.

Arti Lintasan : menyangkut jalur tanah yang diperkuat ( diperkeras ) dan jalur tanah tanpa perkerasan.

Arti Lalu Lintas : menyangkut semua benda dan makhluk yang melewati jalan tsb.

PENGGOLONGAN JALANDari sejarah jalan dapat digolongkan sbb :1. Sesuai Pelayanan, yang didasarkan atas :

• Prasarana Sosial dan Ekonomi ( jalan ekonomi )• Prasarana Politik dan Militer ( jalan strategi )

2. Sesuai Pengawasannya seperti :• Jalan Desa, meliputi jalan – jalan dilingkungan desa.• Jalan Kabupaten/ Kotamadya, meliputi lingkungan

kabupaten dan kotamadya yang bersangkutan.• Jalan Propinsi, selain melayani dalam propinsi, juga

bertugas menghubungi dengan ibukota propinsi.• Jalan Negara yang menghubungi ibukota propinsi.

3. Klasifikasi Jalan yang Diatur Dalam Undang – Undang a. Undang – undang lalu lintas lama b. Undang – undang lalu lintas baru.

Undang – Undang Lalu Lintas Lama : klas jalan didasarkan atas tekanan gandar belakang. Tekanan gandar belakang menyatakan berat total kendaraan.

0,2 w = tekanan roda0,8 w = tekanan roda1,0 w = tekanan gandar belakang

0,2 w

W

0,8 w

Klasifikasi Klas Jalan

Berat Tekanan Gandar

I 7 tonII 5 tonIII 3,5 tonIV 2,75 tonV 2 tonVI 2 ton

Undang – Undang Lalu Lintas BaruSesuai dengan peraturan Perencanaan Geometrik Jalan

Raya No 13 / 1970 dan Pedoman Perencanaan Geometrik Jalan untuk Perkotaan tahun 1992, maka jalan dibagi dalam kelas – kelas berdasarkan :

A. Fungsi JalanB. Volume dan Sifat Jalan

A. Fungsi JaLan Mencakup 3 golongan penting :1. Jalan Utama : yaitu jalan raya yang melayani LL yang

tinggi antara kota – kota penting, sehingga harus direncanakan untuk dapat melayani LL yang cepat dan berat.

2. Jalan Sekunder : yaitu jalan raya yang melayani LL yang cukup tinggi antara kota – kota penting dan kota – kota yang lebih kecil serta sekitarnya.

3. Jalan Penghubung : yaitu jalan untuk keperluan aktifitas daerah yang juga dipakai sebagai penghubung antara jalan – jalan dari golongan yang sama atau berlainan.

B. Volume dan Sifat Lalu LintasVolume LL menyatakan jumlah LL perhari dalam 1 tahun untuk kedua jurusan.Jumlah LL perhari dalam satu tahun dinyatakan sebagai LL harian rata – rata ( disingkat LHR )

hr)(365th1dalamhariJumlah

1thdalamLLJumlahLHR

Berhubung pada umumnya LL pada jalan raya terdiri dari campuran kendaraan lambat, ringan dan kendaraan tak bermotor, maka dalam hubungannya dengan kapasitas jalan mengakibatkan adanya pengaruh dari setiap jenis kendaraan tersebut terhadap keseluruhan arus LL. Pengaruh ini diperhitungkan dengan miring. Ekivalen kendaraan standart.Faktor ekivalen berdasarkan penelitian AASHTO :• Sepeda Motor FE = 0,5• Mobil Penumpang FE = 1• Truk Ringan FE = 2• Truk Sedang FE = 2,5• Truk Berat FE = 3• Bus FE = 3• Kendaraan tak bermotor FE = 7

Klasifikasi Jalan adalah sebagai berikut :

KLASIFIKASI LL HARIAN RATA-RATA (LHR) DALAM smpFUNGSI KELAS

UTAMA IA 20.000

SEKUNDER IIA 6000 - 20.000

IIB 1500 - 6000

IIIC 2000

PENGHUBUNG III 0

Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan geometrik jalan raya :1.LALU LINTAS, masalah yang menyangkut LL meliputi :

a. Volume / jumlah LLb. Sifat dan komposisi LLc. Kecepatan rencana LL

2.TOPOGRAFI, merupakan faktor penting dalam menentukan lokasi jalan dan pada umumnya mempengaruhi alinemen sebagai standart perencanaan geometrik seperti landai jalan, jarak pandangan, penampang melintang dan lain-lain.3.KAPASITAS, yaitu kemampuan suatu jalan menerima LL. Jadi kapasitas menyatakan jumlah kendaraan maksimum yang melewati suatu titik dalam satu satuan waktu.

Kapasitas terbagi dalam tiga golongan :a. Kapasitas Dasar (kapasitas ideal), yaitu kapasitas jalan dalam

ideal yang meliputi :• LL mempunyai ukuran standard• Lebar perkerasan ideal = 3,6 m• Lebar bahu = 1,8 m• Jumlah tikungan dan tanjakan

b. Kapasitas Rencana, yaitu kapasitas jalan untuk perencanaan yang dinyatakan sebagai jumlah kendaraan yang melalui suatu tempat dalam satuan waktu (jam)

c. Kapasitas Mungkin, yaitu jumlah kendaraan yang melalui suatu titik (satu tempat) dalam satu satuan waktu dengan memperhatikan percepatan ataupun perlambatan yang terjadi pada jalan tersebut.

Eb . Pb Pb - 100

100 Bc

Et . Pb Pt - 100

100 Tc

Bc . Tc . Wc2000 C : UmumRumus

Dimana : C = kapasitas ; 2000 = kapasitas dasarWc = pengaruh samping jalanTc = pengaruh truk; Pt = Prosentase trukEt = Ekivalen trukBc = pengaruh bus; Pb = Prosentase busEb = Ekivalen bus

PERENCANAAN GEOMETRIK1. Jarak PandanganA. Pengertian Umum : adalah bagian jalan didepan pengemudi yang masih dapat dilihat dengan jelas, diukur dari tempat kedudukan mata pengemudi. Jarak pandangan yang cukup dapat direncanakan dengan menyesuaikan rencananya pada dua hal, yaitu :a. Jarak yang diperlukan oleh kendaraan untuk berhenti ( stopping ), jarak ini harus berlaku pada semua jalan.b.Jarak yang diperlukan oleh kendaraan untuk melakukan penyiapan ( passing ) kendaraan lain, sangat diperlukan pada jalan dengan dua jalur atau tiga jalur.

B. Jarak Pandangan HentiJarak pandangan henti adalah panjang bagian jalan yang diperlukan oleh pengemudi untuk menghentikan kendaraannya. Oleh karena itu suatu jalan harus direncanakan sehiingga dapat memberikan jarak pandangan yang lebih besar atau paling sedikit sama dengan jarak pandangan henti minimum tersebut. Jarak pandangan henti merupakan penjumlahan dua buah jarak, yaitu :1. Jarak PIEV, yaitu jarak yang ditempuh oleh kendaraan pada saat pengemudi melihat suatu halangan ( object ), hingga saat pengemudi menginjak rem.

2. Jarak Mengerem ( braking distance ), yaitu jarak yang diperlukan untuk menghentikan kendaraan dengan menginjak rem.

a. Waktu Persepsi dan ReaksiWaktu Persepsi adalah waktu yang dibutuhkan oleh

pengemudi untuk menyadari adanya halangan pada lintasannya, dan pemikiran untuk mengantisipasi keadaan tsb dengan keharusan menginjak rem.

Waktu Reaksi adalah waktu yang diperlukan oleh pengemudi untuk menghentikan kendaraanya setelah mengambil keputusan untuk menginjak rem.

Kedua waktu tsb dipengaruhi oleh waktu PIEV.

Dan waktu PIEV ini juga tergantung pada beberapa faktor, yaitu :-Karakteristik fisik dan mental pengemudi-Tipe dan kondisi jalan-Warna ukuran dan bentuk halangan-Kemampuan pengemudi mengontrol kendaraan-Tujuan perjalanan-Kecepatan kendaraanMenurut pengukuran AASHTO bahwa total waktu persepsi dan reaksi adalah 2,5 detik.

b. Jarak Waktu Persepsi dan ReaksiAdalah jarak perjalanan kendaraan selama waktu persepsi dan reaksi. Jarak ini merupakan hasil perkalian antara kecepatan kendaraan dengan waktunya. Besar jarak PIEV dapat dirumuskan :dp = 0,278 V. tDimana : dp = jarak PIEV ( m ) V = kecepatan rencana ( km/ jam t = waktu PIEV ( detik )

c. Jarak MengeremRumus dari besarnya jarak mengerem sbb :

Karena tg γ adalah kemiringan/ kelandaian G ( dalam % ) maka pers itu dapat ditulis :

Jika g ditetapkan 9,8 m/det2 dan V dalam km/ jam, maka pers. tsb disederhanakan menjadi :

)(2

2

tgfg

VDb

)(2

2

Gfg

VDb

)(254

2

Gf

VDb

Jarak yang ditempuh kendaraan saat pengemudi melihat halangan pada lintasannya dan saat kendaraan akan berhenti lebih besar daripada jarak yang ditempuh dengan mengerem. Penjumlahan kedua bagian jarak tersebut merupakan jarak pandangan henti.Jadi perumusan untuk jarak pandangan henti :

Dimana : Ds = jarak pandangan henti t = total waktu persepsi friksi dan reaksi (dt) f = koef gesekan

G = kelandaian jalan ( % )

)(254..278,0

2

Gf

VtVDs

C. Jarak Pandangan Menyiap , adalah panjang bagian jalan yang diperlukan oleh pengemudi suatu kendaraan untuk melaksanakan gerakan menyiap kendaraan yang lain yang lebih lambat dengan aman. Jarak pandangan menyiap diperlukan untuk menjamin pengemudi dalam gerakan menyiap terhadap kendaraan dimuka dengan menggunakan jalur lain yang berlawanan arah pada jalan dua jalur dengan memberikan pandangan kemuka yang cukup jauh agar memperkecil kemungkinan benturan dengan kendaraan yang datang dari arah berlawanan.

Jarak pandangan menyiap rencana didasarkan pada hasil studi lapangan dan menggunakan asumsi sbb :1.Kendaraan yang disiap berjalan dengan kecepatan tetap.2.Kendaraan menyiap mengurangi kecepatannya hingga sama, dan selanjutnya mengikuti kendaraan yang disiap.3.Ketika berada didaerah menyiap, pengemudi memerlukan waktu persepsi untuk mengamati daerah menyiap didepannyadan bersiapuntuk menambahkecepatannya.

4. Saat menyiap dapat dilakukandan kendaraan segera menempati jalur LL berlawanan, kendaraan meyiap menambah kecepatannya selama menempati jalur berlawanan sebesar 15 km/ jam.

5. Ketika kendaraan yang menyiap segera kembali ke jalur lintasannya, terdapat suatu jarak bebas yang cukup antara kendaraan menyiap dengan kendaraan yang datang dari arah berlawanan.

Berdasarkan asumsi tersebut, standar AASHTO mendifinisikan jarak pandangan menyiap minimum sebagai penjumlahan dari empat bagian jarak, seperti pada gambar berikut :

C C

A A A B d1 1/3 d2 2/3 d2

TAHAP PERTAMA

C A A B

d1 d2 d3 d4 TAHAP KEDUADimana :A = Kendaraan yang mendahuluiB = Kendaraan yang berlawanan arah

C = Kendaraan yang didahului kendaraan A

Dimana : V = Kec. Rencana (km/jam)R = Jari-jari tikungan (m)fm = Koefisien gesekan maksimum g = Grafitasi bumi (m/dt2)

Rg

VGFamF

.

..

2

R

V

Rg

Vfm

.127.

22

2. Stadium II : dalam stadium ini perkerasan jalan diberi kemiringan sebesar “k” (e), sehingga gaya centrifugal yang timbul dapat diimbangi sepenuhnya oleh kemiringan jalan tadi. Keadaan ini adalah merupakan keadaan yang paling ideal dari suatu tikungan.

3. Stadium III : dalam stadium ini kemiringan sebesar “k” yang diadakan tidak cukup mengimbangi gaya centrifugal yang timbul sehingga timbul gaya gesekan antara ban dan perkerasan jalan, maka berlaku hubungan :

R

Vek

.127)(

2

Karena sudut α (sudut miring jalan) adalah sangat kecil, maka dapat dianggap cos α = 1 dan sin α = tg α, jadi :

cos.

.)21(sin.

2

Rg

VGfmNNG

cos.

.)21(sin.

2

Rg

VGFFG

R

Vfme

R

Vfmtg

.127.127

22

Dimana : e = Kemiringan jalan fm = Koefisien gesekan melintangV = Kec. Kendaraan (km/jam)R = Jari-jari lengkung tikungan (m)

Gambar :

Stadium I

F1 F1N1 N1

F1

F2

N1

N2

α

Rg

VG

.

. 2

Stadium III

Rg

VG

.

. 2

Stadium II

G

G sin α

Rumus-rumus ketiga stadium dapat digunakan untuk menentukan Rmin tikungan.

mf

VR

.127min.1

2

me

VR

.127min.2

2

)(127min.3

2

mm fe

VR

II.Lengkung PeralihanDi dalam suatu perencanaan garis lengkung perlu diketahui hubungannya dengan kecepatan rencana dan kemiringan melintang jalan (superelevasi)

Bentuk-Bentuk Tikungan :Bentuk lengkungan yang biasa digunakan :a.Lingkaran (Circle)b.Spiral - Circle - Spiral c.Spiral - Spiral

Tidak semua lengkungan boleh berbentuk lingkaran, ini tergantung pada besarnya kecepatan rencana serta jari-jari lingakran itu sendiri

a. Circle - Circle ( full circle )

½ ∆C

½ ∆

RC RC

CT

∆CEc

TC

T

Lc

Tbs

PI

Bentuk tikungan pada tikungan yang mempunyai jari-jari besar dan sudut tangen relatif kecil.Batasan yang biasa digunakan di Indonesia dimana diperbolehkan menggunakan bentuk circle adalah sebagai berikut :

Kecepatan Rencana ( km/jam )

Jari-jari Lengkung Minimum( meter )

120 2000100 150080 110060 70040 30030 180

Keterangan dan Rumus umntuk bentuk Circle :PI sta = nomor stationV = kecepatan rencana ( km/jam ) R = jari-jari ( meter )Δ = sudut tangent ( diukur dari gambar trase ) (…o(derajat))TC = tangent circle T = jarak antara TC dan PI ( dihitung ) ( meter)L = panjang bagian tikungan ( dihitung ) ( meter )E = jarak PI ke lengkung peralihan ( dihitung ) ( meter )Tbs= tali busur dari TC ke CT ( dihitung ) ( meter )

Menentukan Harga T, L, dan E

CC

CCCCC

C

C

C

C

RTbs

RLRL

RE

tgTE

tgRTR

Ttg

21sin.2

..01745,02.360

)

21cos

1(

4

12

1

2

1

b. Bentuk Spiral - Circle - Spiral

E

P

Hk H’

Xc

T

Yc

BUSUR LINGKARAN

θs∆c

∆/2

TS

TbsSC CS

ST

RC

PI

spiral pada titik sembarang ke

Ts dari spiralbusur panjang

Ls.R.40 X

Ls .RC . 6Y

22

5

l

ll

l

TS = titik peralihan dari tengah ke spiralSC = titik peralihan dari spiral ke circleCS = titik peralihan dari circle ke spiralST = titik peralihan dari spiral ke tangenLS = panjang total busur spiral dari TS ke SCθ S = sudut pusat dari busur spiral sepanjang LS, disebut

“sudut spiral”ΔC= sudut pusat dari lingkaran sepanjang dari SC ke CSΔ = sudut pusat total pada tikungan p = offset = pergeseran busur lingkaran k = jarak dari TS ke titik HE = jarak PI ke busur lingkaran T = jarak dari PI ke TS

Lengkung spiral merupakan peralihan dari bagian lurus ke bagian circle, yang panjangnya diperhitungkan dengan mempertimbangkan bahwa perubahan gaya sentrifugal dari nol ( bagian lurus ) sampai mencapai dimana harga berikut :

C

k . V722,2

C . R

V . 0,022 min Lsharga

.

.

2

2

sLR

VmsentF

Dimana : Ls = panjang lengkung spiral ( meter )V = kecepatan rencana ( km/jam )R = jari-jari circle ( meter )

C = perubahan kecepatan ( m/dt3 ) harga C dianjurkan = 0,4 m/dt3

k = superelevasi / kemiringanAdapun jari-jari yang diambil untuk tikungan Spiral-Circle-Spiral harus sesuai dengan kecepatan rencana dan tidak mengakibatkan adanya kemiringan tikungan yang melebihi harga maksimum yang ditentukan yaitu :• Kemiringan maksimum jalan antar kota = 0,10• Kemiringan maksimum jalan dalam kota = 0,08

Pemakaian Praktis Melalui Tabel emaks

R atau DV

Yang telah ditetapkan, lihat tabel emaks

Didapat : e = ………( m/m)Ls = ………( m )

Selanjutnya lihat tabel untuk lengkung spiral :Ls = …..R = …..

Dari harga-harga diatas disubtitusikan ke :ΔC = Δ – 2 θs (derajat)

Didapat harga θ s = ………..(derajat) p = ………..(meter) k = ………..(meter)

RcC

Ls 2.360

Bila Lc < 20 meter, maka bentuk tikungan S-S

( meter )

L = Lc + 2 Ls ( meter )Ts = ( Rc + p ) tg ½ Δ + k ( meter )Es = ( Rc + p ) sec ½ Δ - Rc ( meter )

CONTOH :Diketahui : V = 60 km/jam

fm = 0,15emaks = 0,10

Δ = 66o

Dicoba dengan tikungan S-C-S

meter115112)0,15(0,10127

60

)fm(e127

VLs

22

Dicoba dengan R = 300 meter V = 60 km/jam

Didapat dari tabel Barnet :e = 0,06Ls = 50 meter

Kontrol “ e ”

Dengan cara interpolasi dari tabel barnet didapat :

7747,4300

4,1432

R

4,1432D

059,0057,0062,050,400,5

50,47747,4057,0emin

Syarat : emin < e < emaks

0,059 < 0,06 < 0,10

KONTROL Ls :

meter102,15

0,4

06,0.60722,2

4,0.300

600,022

C

k.V722,2

C.R

V0,022Ls

2

2

min

Syarat : Ls > Lsmin ; 50 meter > 15,102 meter (OK)

45,5677,4266Δc

θs2ΔΔc

4,7750.300

28,648Ls.

R

28,648θs

Dari θs = 4,77o didapatkan dari tabel dangan cara interpolasi

OK20meter300295,57

300π2.360

56,45Rπ2.

360

ΔcLc

meter0,0068777

0,00654350,0072024,505,00

4,775,000,0065435p

meter0,4998861

0,49987310,49989724,505,00

4,775,000,4998972k

k = k* . Ls = 0,4998861 . 50 = 24,99486p = p* . Ls = 0,0068777 . 50 = 0,348850

Ttot = ( R + p ) tg ½ Δ + k

= ( 300 + 0,343885 ) tg 33 + 24,99486= 220,04 225 meter

meter60meter58

3008386705,0

343885,0300R

21cos

REs

p

L = Lc + 2 Ls < 2 Ttot

= 300 + 2 . 50 = 400 meter < 2 . 225 = 450 meter (ok)

C. BENTUK TIKUNGAN SPIRAL – SPIRAL

O

ST

ES

Yc

θs

scs

θs

Ts

Xc

k

Bentuk tikungan jenis ini dipergunakan pada tikungan yang tajam. Rumus-rumus yang digunakan seperti pada perhitungan tikungan Spiral - Circle - Spiral, tetapi dengan cara menghilangkan panjang Circlenya, seperti berikut ini :

2

22

.40.6*)

Rc

LsXcdan

Rc

LsYc

1. SC berimpit dengan CSΔc = 0 → Δ = 2 θs

2. Lc = 0 → L = 2 Ls

sR

2.360

..2Ls.3

Harga = p = p* . Ls dan k = k* . Lsatau : p = Yc - Rc (1 - cos ½Δ )

k = Xc - Rc sin ½ΔSelanjutnya harga Ts dan Es dihitung :Ts = ( R + p ) tg ½Δ + kEs = ( R + p ) cos ½Δ - R

Kontrol : L < 2 . TS

PELEBARAN PERKERASAN PADA TIKUNGANPada saat kendaraan berada di tikungan, roda depan dan belakang tidak pada lintasan yang sama. Oleh karena roda depan berbelok sehingga lintasan roda belakang akan lebih ke dalam pada lintsannya (off tracking).Agar roda belakang tidak keluar dari tepi permukaan jalan karena dapat menyebabkan kerusakan pada tepi dalam perkerasan di tikungan, maka lapis permukaan dilakukan pelebaran ke arah sebelah dalam.Dengan menggunakan grafik dapat ditentukan lebar perkerasan yang harus ditambahkan ke arah dalam.Rumus untuk menghitung lebar perkerasan adalah sebagai berikut :

B = n ( b’ + c ) + ( n - 1 ) Td + z

Dimana :B = lebar perkerasan pada tikungan ( m )n = jumlah jalur lalu lintas b’ = lebar lintasan truk pada tikungan ( m )Td= lebar melintang akibat tonjolan depan ( m )z = lebar tambahan akibat kelainan dalam mengemudi ( m )c = kebebasan samping = 0,8

Sehingga besarnya pelebaran pada tikungan adalah :

B” = B - B’

Dimana : B” = pelebaran di tikungan ( m )B = lebar perkerasan di tikungan ( m )B’ = lebar perkerasan di bagian tangen ( m )

Bila lebar B’ > B, maka tikungan yang bersangkutan tidak memerlukan pelebaran tikungan. Hal ini dapat terjadi pada tikungan dengan jari-jari besar ( R > 1200 meter ) serta untuk sudut tangen kecil ( Δ 10o ).Rumus lebar perkerasan seperti tertulis di atas hanya berlaku bila :

6R

1000 ,untuk harga R kurang dari 167 meter maka pelebaran

di tikungan ditetapkan sebesar 0,6 meter.

ALINEMEN VERTIKAL Alinemen vertikal adalah perpotongan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan.Bentuk alinemen vertikal ini menentukan jalannya kendaraan, karena berpengaruh pada kecepatan, percepatan, perlambatan, jarak pandang, keamanan, dan kenyamanan.

1. Kelandaian Landai maksimum adalah besarnya kelandaian yang masih diijinkan untuk memungkinkan kendaraan pada kecepatan rencana dapat melaju tidak mengalami hambatan.

Tabel Kelandaian Maksimum

Kecepatan Rencana( km/jam)

Kelandaian Maksimum

Dalam Kota Luar Kota

Standar Mutlak

100 3 - -

80 4 4 8

60 5 5 9

50 6 6 10

40 7 7 11

30 8 8 12

20 9 9 13

Panjang maksimum landai yang masih dapat diterima tanpa mengakibatkan gangguan jalannya arus lalu lintas yang berarti atau panjang yang mengakibatkan pengurangan kecepatan maksimum sebesar 25 km/jam, disebut panjang kritis landai. Ketentuan untuk panjang kritis pada jalan perkotaan untuk kecepatan rencana dan kelandaiannya seperti tertulis di bawah ini.

kecepatan rencana kelandaian panjang kritis

(km/jam) (%) dalam kota luar kota

100

4 700 -

5 500 -

6 400 -

7 - -

80

5 600 500

6 500 500

7 400 500

8 - 420

60

6 500 500

7 400 500

8 300 420

9 - 340

50

7 500 500

8 400 420

9 300 340

10 - 250

40

8 400 420

9 300 340

10 200 250

11 - 250

30

9 - 340

10 - 250

11 - 250

12 - 250

20

13 - 250

14 - 250

15 - 250

16 - 250

2. LENGKUNG VERTIKALPada setiap pergantian landai harus dibuat suatu lengkung vertikal yang memenuhi keamanan, kenyamanan, dan drainase yang baik. Lengkung vertikal yang digunakan adalah lengkung parabola sederhana. Secara teoritis perhitungan lengkung vertikal yang berupa lengkung parabola sederhana dapat dijabarkan seperti berikut :

y = ax2 + bx + c

Dimana : y = elevas sta. X dimulai dari awal kurva vertikal c = elvasi dari titik PVC / PLV

“b” dapat ditentukan dengan penurunan pertama dari y :

1.a)

awal (tangen) kelandaianadalah G b ;

: sehingga 0 x maka PVC titik pada;2

1

dx

dyb

baxdx

dy

1.b)

Sedangakan “ a “ dapat ditentukan dari tingkat perubahan rata-rata kemiringan yang dinyatakan dengan penurunan kedua dari y :

L

GG

L

GG

dx

yd

adx

yd

2

2 a : sehingga,

2

:dengan dinyatakn kemiringanperubahan rata-rata

2

222

2

1.c)

Dari persamaan 1.b dan 1.c disubtitusikan ke persamaan 1.a didapat persamaaan :

xGxL

GGy

cxGxL

GGy

1212

1212

2

:sehingga 0 c maka 0, dan x 0 y untuk

2

Lihat gambar berikut :

L

L/2

x

Y}

Ym (Ev)

y1

( PLV )

PVC ( PVT )

PTV

PVI

G1

G2

22 x2

2 Y

L

GG

Rumus di atas menyatakan perumusan untuk lengkung fertikal cembung mempunyai tanda negatif ( - )Persamaan untuk lengkung vertikal secara umum adalah :

22

11

x2

2 Y :demikian dengan

y -x G Ysehinggaadalah )(Gtangen

L

GGx

Yy

LENGKUNG VERTIKAL CEMBUNGPanjang minimum dari lengkung vertikal ditentukan berdasarkan syarat-syarat pandangan henti dan drainase sebagaimana terlihat pada grafik di bawah ini yang berlaku untuk semua jalan raya dan berdasarkan pandangan menyiap.Bentuk persamaan umum lengkung vertikal cembung adalah :

22 x2

2 Y

L

GG

Bila : Ym = penyimpanan dari titik potongkedua tangen ke lengkung vertikal ( x = 0,5 L )

A = perbedaan aljabar kedua tangen = G2 – G1

L = panjang lengkung vertikal cembung

8

L .A Ym

Yang perlu dihitung :1. Syarat keamanan

Jarak pandangan henti → grafik III Jarak pandangan menyiap → grafik VI

2. Keluwesan bentuk = Lv = 0,6 . V3. Syarat drainase = Lv = 40 . A

LENGKUNG VETIKAL CEKUNGPanjang lengkung vertikal cekung minimum ditentukan berdasarkan jarak pandangan waktu malam dan syarat drainase.Untuk vertikal cekung dirumuskan :

8

L .A Ym

Rumus di atas digunakan bilamana % disertakan dalam perhitungan, bila % tidak disertakan maka rumus seperti di atas berubah menjadi :

800

L .A Y

PLV

PVI

PTVyi

i

x1

Ev

½ Lv½ Lv

g1 g2

Yang perlu dihitung :1. Syarat Keamanan ( grafik V ) ; S < L atau S > L

0,1 diambil umumnya ,det

m 0,3 a

alsentripent percepatan a ;a .1300

V.A Lv KenyamananSyarat 2.

2

2

3. Keluwesan Bentuk = Lv = 0,6 . V4. Syarat Drainase = Lv = 40 . A

Contoh :

PLV

PVI

PTVS

y

1 2

200 300

Sta. 5 + 300 Sta. 5 + 800

x

Lv

A ( + 34,50 ) B ( + 39,00 )

Q

Diket : V : 60 km/jam S < L

Hitung : Elevasi dan Station PLV, PTV, S dan Q jika diketahui perbandingan SQ : Q - PTV = 1 : 2

% 5,7 2,5 3,2 g - g

naik % 3,2 100% 300

29,50 - 39,00 g B - PVI Grade

turun % 2,5 100% 200

29,50 - 34,50 g PVI -A Grade*)

12

2

1

meter158 0,1 . 1300

60 . 5,7

a . 1300

V .A Lv : KenyamananSyarat 2.

22

3. Keluwesan Bentuk : 0,6 . V = 0,6 . 60 = 36 meter

4. Drainase : Lv : 40 . A = 40 . 5,7 = 228 meter

meter1,6 800

(230) . 5,7

800

Lv .A Ev

sehingga meter, 230meter 228 : Lv diambil

1. Syarat Keamanan : grafik V ( hal 22 I PGJR )didapat Lv = 85 meter ( S < L )

ELEVASI DAN STATIONING• Elevasi PLV = elev. PVI + g1 ( ½ . LV )

= 29,50 + 2,5 % ( 230/2 ) = 32.4 meter • Station S = elev. PVI + Ev

= 29,50 + 1,6 = 31,10 meterStation S = 5 + 500

• Elevasi PTV = elev. PVI + g2 ( ½ Lv )

= 29,50 + 3,2 % ( 115 ) = 33,18 meterStation PTV = ( 5 + 500 ) + ½ Lv

= 5 + 615

PLV

PVI

PTVEvy

38,3 76,7

115 115

• SQ : Q - PTV = 1 : 2 SQ = 1/3 x 115 = 38,3 meter atau : 76,7 meter dari PTV

meter 0,73 76,7 . 230 . 200

5,7 x.

Lv . 200

A y 22

• Elevasi Q = ( elev. PTV – g2 . 76,7 ) + y

= ( 33,18 - 3,2 % . 76 ) + 0,73 = 31,45 meter

• Station Q = sta. PTV - 76,7 meter = ( 5 + 615 ) - 76,7 = ( 5 + 538 )