Post on 30-Jun-2015
PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 23 TAHUN 2006
TENTANG PELAYANAN KETENAGAKERJAAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka dalam upaya
meningkatkan pelayanan di bidang ketenagakerjaan perlu
dilakukan pembinaan, pengawasan/ pengendalian dan
perlindungan terhadap tenaga kerja di Daerah ;
b. bahwa dalam rangka pembinaan, pengawasan/pengendalian dan
perlindungan tenaga kerja sebagaimana huruf a di atas, serta
guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), diatur dalam
suatu Pelayanan Ketenagakerjaan dengan Peraturan Daerah ;
Mengingat : 1. Undang-Undang Uap Tahun 1930 (Staatsblad Tahun 1930
Nomor 225) ;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa
Timur juncto Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang
Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah
Tingkat II Surabaya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2730) ;
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970
Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2918) ;
- 2 -
4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor
Ketenagakerjaan di Perusahaan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1981 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3201) ;
5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209) ;
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3699) ;
7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3851) ;
8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279) ;
9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389) ;
10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4493) yang ditetapkan dengan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) ;
- 3 -
11. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) ;
12. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 133, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4445) ;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258) ;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1991 tentang Latihan
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor
92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3458) ;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593) ;
16. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1980 tentang Wajib Lapor
Lowongan Pekerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1980 Nomor , Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor ) ;
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1986 tentang
Ketentuan Umum Mengenai Penyidik Pegawai Negeri Sipil di
Lingkungan Pemerintah Daerah ;
18. Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 1 Tahun 1988
tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Daerah Tingkat II Mojokerto (Lembaran Daerah
Kabupaten Mojokerto Tahun 1988 Nomor 2 Seri C) ;
- 4 -
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO
dan
BUPATI MOJOKERTO
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PELAYANAN KETENAGAKERJAAN.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Mojokerto.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Mojokerto.
3. Bupati adalah Bupati Mojokerto.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD, adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Mojokerto.
5. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Mojokerto.
6. Dinas Teknis adalah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Mojokerto.
7. Kantor Kas Daerah, adalah Kantor Kas Daerah Kabupaten Mojokerto.
8. Pejabat yang ditunjuk adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang
Retribusi sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
9. Badan adalah sekumpulan orang dan/ atau modal yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik
Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi,
koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa,
organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha
tetap, dan bentuk badan lainnya.
10. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang mempekerjakan tenaga kerja
dengan tujuan mencari keuntungan, baik milik swasta, Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
- 5 -
11. Tenaga Kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam
maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang dengan
menggunakan ketrampilan tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
12. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.
13. Pemagangan adalah bagian dari sistem pengembangan sumber daya manusia
yang dilaksanakan oleh perusahaan atau mitra, dimana peserta memperoleh
pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja yang diarahkan untuk suatu jabatan
tertentu melalui jalur pengalaman yang dilaksanakan secara sistematis menurut
kemampuan kedua belah pihak dan diikat dalam suatu kontrak pemagangan
yang tidak dengan sendirinya menjamin penempatan oleh pelaksanaan.
14. Pembinaan Keterampilan Tenaga Kerja disingkat PKTK adalah suatu sistem
pengelolaan ketrampilan kerja yang wajib diikuti oleh perusahaan yang memiliki
tenaga kerja minimal 25 orang, diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil.
15. Lembaga Pelatihan Swasta yang selanjutnya disingkat LPS adalah suatu badan,
organisasi atau lembaga yang menyelenggarakan latihan kerja bagi angkatan
kerja dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
16. Antar Kerja bentuk Satu yang selanjutnya disingkat AK-1 adalah kartu yang
ditetapkan sebagai tanda bukti seseorang yang telah mendaftarkan diri sebagai
pencari kerja.
17. Dewan Latihan Kerja Daerah yang selanjutnya disingkat DLKD adalah Suatu
Lembaga yang bertugas mengkoordinasikan kegiatan latihan kerja di daerah.
18. Lembaga Latihan Swasta yang selanjutnya disingkat LLS adalah suatu badan,
organisasi atau lembaga yang menyelenggarakan latihan kerja bagi angkatan
kerja dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
19. Lembaga Latihan Perusahaan yang selanjutnya disingkat LLP adalah suatu
badan, organisasi, bagi yang menyelenggarakan latihan bagi karyawan
perusahaan sendiri, karyawan perusahaan lain, maupun masyarakat umum.
20. Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disingkat TKI adalah Warga Negara
Indonesia baik laki-laki maupun perempuan yang bekerja di luar negeri dalam
jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja.
21. Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri, yang selanjutnya disebut
Penempatan TKI adalah kegiatan penempatan tenaga kerja yang dilakukan
dalam rangka mekanisme antar kerja, untuk mempertemukan persediaan TKI
dengan permintaan di pasar kerja di luar negeri.
- 6 -
22. Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta yang selanjutnya disingkat LPTKS
adalah lembaga pelatihan berbadan hukum yang melakukan pelayanan
penempatan tenaga kerja dengan memberikan informasi, pendaftaran, pelatihan,
bimbingan dan penyuluhan jabatan untuk penempatan serta tindak lanjut
penempatan.
23. Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta yang selanjutnya
disingkat PPTKIS adalah badan hukum yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT)
yang mendapat ijin Pelaksana Penempatan TKI dari Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia.
24. Kantor Cabang PPTKIS adalah perwakilan PPTKIS di Kabupaten Mojokerto yang
bertindak untuk dan atas nama PPTKIS Pusat.
25. Bursa Kerja Khusus yang selanjutnya disingkat BKK adalah Bursa Kerja yang
berada di satuan pendidikan Menengah Kejuruan dan Pendidikan Tinggi untuk
melakukan kegiatan antar kerja khusus bagi siswa/mahasiswa dan alumninya
sendiri.
26. Antar kerja adalah suatu proses kegiatan penempatan Tenaga Kerja yang
meliputi pelayanan Informasi pasar kerja (IPK), pendaftaran pencari kerja,
pendaftaran lowongan kerja, bimbingan dan penyuluhan jabatan, penempatan
dan tindak lanjut penempatan.
27. Antar Kerja Lokal yang selanjutnya disingkat AKL, adalah antarkerja antar Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten dalam satu wilayah kerja Dinas Tenaga Kerja Propinsi.
28. Antar Kerja Antar Daerah yang selanjutnya disingkat AKAD adalah antar kerja
antar Dinas Tenaga Kerja Propinsi dalam wilayah Republik Indonesia.
29. Pelatihan Kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,
meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin,
sikap dan etos kerja pada tingkat ketrampilan dan keahlian sesuai dengan
jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan.
30. Kompetensi kerja adalah kemampuan bagi setiap individu yang mencakup aspek
pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
31. Pengguna Tenaga Kerja adalah orang atau badan hukum yang menggunakan
tenaga kerja dengan imbalan upah.
32. Perjanjian Kerja Bersama yang selanjutnya disingkat PKB adalah perjanjian yang
diselenggarakan oleh Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang telah tercatat pada
Pemerintah Daerah dengan Pihak Pengusaha atau beberapa Pengusaha, yang
memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak, masa
- 7 -
berlakunya maksimal 2 (dua) tahun dan atas kesepakatan tertulis kedua belah
pihak dapat diperpanjang maksimal 1 (satu) tahun.
33. Perusahaan Penyedia Jasa pekerja/ buruh adalah perusahaan berbadan hukum
yang di dalam kegiatan usahanya menyediakan jasa pekerja atau buruh untuk
dipekerjakan diperusahaan pemberi pekerjaan.
34. Peraturan Perusahaan yang selanjutnya disingkat PP adalah peraturan yang
wajib dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang mempekerjakan sejumlah 10
orang buruh atau lebih yang memuat ketentuan-ketentuan tentang syarat-syarat
kerja serta tata tertib perusahaan, berlaku paling lama 2 (dua) tahun dan
disyahkan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
35. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu yang selanjutnya disingkat PKWT adalah
perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan
hubungan kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu.
36. Pengawasan adalah kegiatan pemeriksaan dan/ atau pengujian secara langsung
yang dilakukan oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan terhadap syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan Peraturan Perundangan-
undangan yang berlaku.
37. Pemeriksaan dan/ atau Pengujian Pertama adalah pemeriksaan dan/ atau
pengujian terhadap obyek pengawasan yang baru atau yang belum pernah
diperiksa.
38. Pemeriksaan dan/ atau Pengujian Berkala adalah pemeriksaan dan/ atau
pengujian yang dilakukan secara periodik untuk mengetahui dipenuhinya syarat
keselamatan dan kesehatan kerja, sesuai ketentuan yang berlaku.
39. Pengujian adalah kegiatan penilaian terhadap obyek pengawasan yang bersifat
teknis dan mempunyai resiko bahaya dengan cara memberi beban atau dengan
teknik pengujian lain sesuai ketentuan yang berlaku.
40. Pemeriksaan atau Pengujian Ulang adalah pemeriksaan atau pengujian kembali
oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan atau Ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang lebih senior atas permintaan pengusaha.
41. Perusahaan jasa Pemeriksaan dan Pengujian Teknik Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah perusahaan yang ditunjuk oleh Bupati yang bergerak di
bidang jasa pemeriksaan dan pengujian teknik keselamatan dan kesehatan kerja.
42. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah Pegawai Teknis berkeahlian khusus
yang ditunjuk oleh Bupati.
43. Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tenaga teknis berkeahlian khusus
dari luar Pemerintah/ Pemerintah Daerah untuk mengawasi ditaatinya Undang-
Undang tentang Keselamatan Kerja.
- 8 -
44. Tempat Kerja adalah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber bahaya.
BAB II PELATIHAN TENAGA KERJA
Bagian Kesatu Pembinaan Keterampilan Tenaga Kerja
Pasal 2
(1) Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/ atau meningkatkan dan/ atau
mengembangkan kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya melalui pelatihan kerja.
(2) LPTKS yang melakukan kegiatan rekrut dan penempatan tenaga kerja wajib
memperoleh ijin dari Gubernur dengan dilampiri rekomendasi dari Bupati.
(3) Tata cara dan persyaratan pemberian rekomendasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 3
(1) Bagi perusahaan yang tidak melaksanakan pelatihan kerja untuk memenuhi hak
tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), pelatihan kerja
dilaksanakan oleh DLKD.
(2) Anggota DLKD terdiri dari unsur Pemerintah, Pengusaha dan Pekerja yang
dibentuk dengan Peraturan Bupati.
Pasal 4
(1) Pelatihan kerja yang dilaksanakan oleh DLKD pembiayaannya menjadi tanggung
jawab perusahaan.
(2) Bentuk, tata cara dan pengenaan biaya pelatihan kerja sebagaimana dimaksud
ayat (1), diatur dengan Peraturan Bupati.
- 9 -
Pasal 5
(1) Bagi Perusahaan yang melaksanakan Pelatihan kerja wajib memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Memiliki program pelatihan ;
b. Memiliki tenaga kepelatihan ;
c. Memiliki sarana dan prasarana pelatihan.
(2) Tata cara dan persyaratan pelaksanaan PKTK sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kedua
Pelatihan Kerja
Pasal 6
(1) Pelatihan kerja diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kerja pemerintah atau
lembaga pelatihan kerja swasta atau perusahaan.
(2) LPS wajib memiliki ijin dari Bupati.
(3) Masa berlakunya ijin selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang;
(4) Tata Cara dan persyaratan perijinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 7
(1) Lembaga Pelatihan kerja perusahaan yang meyelenggarakan pelatihan tanpa
memungut biaya tidak wajib memiliki ijin.
(2) Lembaga Pelatihan kerja perusahaan yang melakukan pelatihan kerja bagi
pekerja/ buruh dan/ atau melatih masyarakat umum tanpa biaya, wajib
melaporkan kegiatan program pelatihan pada Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk.
- 10 -
Bagian Ketiga Pemagangan
Pasal 8
(1) Setiap Perusahaan yang telah memenuhi kelayakan sebagai pelaksana
pemagangan wajib melaksanakan pemagangan.
(2) Pemagangan dilaksanakan atas dasar perjanjian pemagangan antara peserta
magang dengan pengusaha yang dibuat secara tertulis.
(3) Isi perjanjian pemagangan sekurang-kurangnya memuat :
a. Hak dan kewajiban pelaksana;
b. Hak dan kewajiban peserta ;
c. Program pemagangan ;
d. Jangka waktu ;
e. Tata tertib pemagangan ;
f. Tempat pelaksanaan magang.
(4) Setiap perjanjian pemagangan wajib didaftarkan pada Pemerintah Daerah.
(5) Tata cara dan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), (3) dan
(4), diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB III
PENEMPATAN TENAGA KERJA Bagian Kesatu
Umum
Pasal 9
(1) Setiap pengguna tenaga kerja wajib melaporkan secara tertulis setiap ada atau
akan ada lowongan pekerjaan kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Jika lowongan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah terisi,
maka pengguna tenaga kerja wajib melaporkan secara tertulis kepada Bupati
atau pejabat yang ditunjuk.
(3) Setiap pencari kerja wajib memiliki AK-1 dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
- 11 -
(4) Tata Cara dan persyaratan wajib lapor lowongan kerja dan pembuatan AK-1
diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kedua
Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta Dan Kantor Cabang PPTKIS
Pasal 10
(1) Setiap orang atau badan hukum yang bergerak di bidang PPTKIS dan membuka
cabang di Kabupaten Mojokerto wajib mendaftarkan kepada Bupati atau pejabat
yang ditunjuk.
(2) Setiap PPTKIS dan/ atau kantor cabangnya atau petugas Rekrut Calon TKI yang
akan melakukan rekrut calon TKI wajib melaporkan kepada Bupati atau pejabat
yang ditunjuk.
(3) PPTKIS wajib membuat perjanjian penempatan dengan pencari kerja yang telah
dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi dan diketahui oleh Bupati atau
pejabat yang ditunjuk.
(4) Tata Cara dan persyaratan pendaftaran dan pelaporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan (2), diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 11
(1) Bagi PPTKIS yang berkedudukan di Propinsi Jawa Timur dan akan mendirikan
Unit Pelayanan, Penyuluhan dan Pendaftaran Calon TKI (UP3CTKI) ke Luar
Negeri wajib memiliki ijin dari Bupati.
(2) Tata cara dan persyaratan memiliki ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Ketiga Lembaga Penempatan Tenaga Kerja Swasta
dan Bursa Kerja Khusus
Pasal 12
(1) Pelaksana pelayanan penempatan tenaga kerja terdiri dari :
a. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi ;
b. LPTKS.
- 12 -
(2) LPTKS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, wajib mendapatkan
rekomendasi dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
(3) LPTKS yang melakukan kegiatan rekrut dan penempatan tenaga kerja wajib
membuat laporan kegiatan setiap bulan yang disampaikan kepada Bupati.
(4) Tata cara pemberian rekomendasi dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan (3), diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 13
Pelaksanaan pelayanan penempatan tenaga kerja dalam negeri terdiri dari :
a. Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) ;
b. Antar Kerja Lokal (AKL).
Pasal 14
(1) Ijin operasional LPTKS untuk kegiatan AKL diterbitkan Gubernur setelah
mendapat rekomendasi oleh Bupati.
(2) Ijin operasional LPTKS untuk kegiatan AKAD dikeluarkan oleh Menteri Tenaga
Kerja setelah mendapatkan rekomendasi Bupati dan Gubernur.
(3) Tata cara dan persyaratan pengajuan ijin dan/ atau rekomendasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 15
(1) Setiap pimpinan satuan Pendidikan Menengah, satuan Pendidikan Tinggi dan
Lembaga Pelatihan kerja dapat mendirikan BKK.
(2) Setiap pendirian BKK wajib mendapatkan ijin dari Bupati.
(3) Surat Ijin Pendirian BKK berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang
untuk jangka waktu yang sama.
(4) Tata cara dan persyaratan pengajuan ijin BKK sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) diatur dalam Peraturan Bupati.
- 13 -
Bagian Keempat Penggunaan Tenaga Kerja Asing
Pasal 16
(1) Setiap pengguna tenaga kerja yang mempekerjakan Tenaga Kerja Asing wajib
melaporkan kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Setiap pengguna Tenaga Kerja Asing Wajib menunjuk tenaga kerja warga
Negara Indonesia sebagai tenaga pendamping TKA kecuali jabatan komisaris
dan direktur.
(3) Tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Bupati.
BAB IV
HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN SYARAT KERJA Bagian Kesatu
Peraturan Perusahaan dan Perjanjian Kerja Bersama
Pasal 17
(1) Setiap pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) orang wajib membuat PP.
(2) Kewajiban membuat PP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak berlaku
bagi perusahaan yang telah memiliki PKB.
(3) PP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diajukan untuk mendapatkan
pengesahan Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
(4) Tata Cara dan persyaratan pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 18
(1) PKB dibuat oleh Serikat Pekerja/ Serikat Buruh atau beberapa Serikat Pekerja/
Serikat Buruh yang telah tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha atau beberapa pengusaha.
- 14 -
(2) PKB yang telah ditandatangani oleh Pihak Pengusaha dan Serikat
Pekerja/Serikat Buruh, Pihak Pengusaha wajib mendaftarkan kepada Bupati
atau Pejabat yang ditunjuk.
(3) Tata Cara dan persyaratan pendaftaran PKB sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kedua
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
Pasal 19
(1) Bagi Perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh dalam waktu tertentu
wajib membuat PKWT antara Pengusaha dengan pekerja/buruh sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
(2) PKWT sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-kurangnya memuat :
a. Hak dan Kewajiban Pengusaha dan Pekerja/Buruh ;
b. Jangka Waktu Pelaksanaan ;
c. Jenis Pekerjaan ;
d. Besarnya Upah.
(3) PKWT sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dicatatkan pada Pemerintah
Daerah selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak ditandatangani.
(4) Tata Cara Pencatatan PKWT sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diatur
dengan Peraturan Bupati.
Pasal 20
(1) Perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh (outsourcing) wajib memiliki ijin
operasional dari Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
(2) Tata Cara memiliki ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Bupati.
- 15 -
BAB V PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
Bagian Kesatu
Wajib Lapor Ketenagakerjaan
Pasal 21
(1) Setiap perusahaan atau pengurus wajib melaporkan secara tertulis apabila
mendirikan, menghentikan, menjalankan kembali, memindahkan atau
membubarkan perusahaan kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah mendirikan, menjalankan kembali atau
memindahkan perusahaan.
(2) Selain menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengusaha
atau pengurus diwajibkan melaporkan setiap tahun secara tertulis mengenai
ketenaga kerjaan, tempat perusahaan atau kantor-kantor cabang maupun bagian
yang berdiri sendiri dari perusahaan tersebut berada.
(3) Tata Cara dan persyaratan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
(2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Bagian Kedua
Pengawasan Norma Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
Pasal 22
(1) Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja dilakukan terhadap
setiap perusahaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan, kebakaran,
peledakan dan penyakit akibat kerja.
(2) Obyek pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tempat kerja,
mesin-mesin, pesawat-pesawat, instalasi-instalasi dan bahan berbahaya.
(3) Obyek pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk gambar
rencana.
- 16 -
Pasal 23
(1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 meliputi, pemeriksaan atau
pengujian pertama atau berkala atau ulang terhadap suhu kerja atau kebisingan
atau kelembaban atau cahaya penerangan atau debu atau sanitasi atau kantin
atau sarana keselamatan dan kesehatan kerja.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2), terdiri dari
pemeriksaan dan/ atau pengujian terhadap ketel (uap, air panas , minyak, listrik),
bejana uap, pemanas air, superheater dan ekonomiser yang berdiri sendiri,
bejana tekan, instalasi pemipaan, dapur atau tanur, pesawat pembangkit gas
karbit, pembangkit listrik atau generator, lokomotif, jalan rel industri, konveyor,
escalator, mesin perkakas, mesin produksi, pesawat angkat (crane), gondola,
forklift, sky lift, perancah, tangki apung,instalasi listrik, instalasi alarm kebakaran
otomotic, instalasi pemadam kebakaran, alat pemadam api ringan, instalasi
hydrant, instalasi springkler, instalasi pemadam otomotic, instalasi pemadam
radio, instalasi menara kontrol, instalasi elektromedic, pesawat penerima
gelombang elektronik, instalasi penyalur petir, lift, kipas tekanan udara, instalasi
pengolah limbah, instalasi radiasi, dan bahan kimia berbahaya.
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3) meliputi, gambar
rencana pembuatan atau perakitan atau reparasi atau modifikasi dari ketel (uap,
air panas, minyak, listrik), bejana uap, pemanas air, superheater, dan
ekonomiser yang berdiri sendiri, bejana tekan, instalasi pemipaan, dapur atau
tanur, pesawat pembangkit gas karbit, pembangkit listrik atau generator,
lokomotif, jalan rel industri, konveyor, escalator, mesin perkakas, mesin produksi,
pesawat angkat (crane), gondola, forklift, sky lift, perancah tangki apung,
instalasi listrik, instalasi alarm kebakaran otomotic, instalasi pemadam
kebakaran, alat pemadam api ringan, instalasi hydrant,instalasi springkler,
instalasi hidrostatis, pompa hydrant, instalasi pemadam otomatic, instalasi
pemancar radio, instalasi menara kontrol, instalasi pelayanan medis, pesawat
antena penerima gelombang elektronik, instalasi penyalur petir, lift, instalasi
pengolah limbah, instalasi radiasi dan bahan yang berbahaya.
(4) Tata Cara, pemeriksaan dan/ atau pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), (2) dan (3), diatur dengan Peraturan Bupati.
- 17 -
Pasal 24
Pemeriksaan dan/ atau pengajuan sebagaimana dalam Pasal 23 dapat dilaksanakan
kerjasama dengan pihak ketiga.
BAB VI PENGAWASAN PELAKSANAAN
Pasal 25
Pengawasan ketenagakerjan dilakukan oleh Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan
yang mempunyai kompetensi dan independensi guna menjamin pelaksanaan
Peraturan Perundang-undangan.
BAB VII
KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 26
(1) Selain penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, juga kepada pegawai
pengawas ketenagakerjaan dapat diberi wewenang khusus sebagai penyidik
Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang
adalah :
a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang
tindak pidana di bidang ketenagakerjaan ;
b. Melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak
pidana di bidang ketenagakerjaan ;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum
sehubungan dengan tindak pidana di bidang ketenagakerjaan ;
d. Melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti dalam
perkara tindak pidana di bidang ketenagakerjaan ;
e. Melakukan pemeriksaan atas surat dan/ atau dokumen lain tentang tindak
pidana di bidang ketenagakerjaan ;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang ketenagakerjaan ; dan
g. Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang
membuktikan tentang adanya tindak pidana di bidang ketenagakerjaan.
- 18 -
(3) Kewenangan penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 27
(1) Setiap pengusaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 dikenakan pidana sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku.
(2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ketentuan Pelanggaran
terhadap Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah).
(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), merupakan tindak
pidana pelanggaran.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 28
Setiap Perusahaan harus menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.
Pasal 29
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai
pelaksanaannya, akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 30
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
- 19 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto.
Ditetapkan di Mojokerto
pada tanggal 20 - 12 - 2006
BUPATI MOJOKERTO,
ttd
A C H M A D Y Diundangkan di Mojokerto
pada tanggal 28 - 121 - 2006
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO,
ttd
R. SOEPRAPTO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2007 NOMOR 15
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2006
TENTANG PELAYANAN KETENAGAKERJAAN
I. UMUM
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dalam upaya meningkatkan pelayanan di bidang ketenagakerjaan perlu
dilakukan pembinaan, pengawasan/ pengendalian dan perlindungan terhadap
tenaga kerja di Daerah.
Dalam pelaksanaan pembinaan, pengawasan/ pengendalian dan
Perlindungan tenaga kerja sebagaimana huruf a di atas, serta guna
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta untuk memberikan
penegasan bagi Pemerintah Daerah dalam pelayanan ketenagakerjaan dengan
sistematika pelatihan tenaga kerja, penempatan tenaga kerja, hubungan
industrial dan syarat kerja, wajib lapor ketenagakerjaan, pengawasan norma
keselamatan dan kesehatan kerja, pengawasan pelaksanaan, ketentuan
penyidikan, ketentuan pidana, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup, maka
perlu dituangkan dalam suatu Peraturan Daerah.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Dewan Latihan Kerja Daerah (DLKD) di bentuk melalui
Keputusan Bupati bertanggung jawab terhadap perencanaan dan
evaluasi pelaksanaan pelatihan kerja di daerah.
- 2 -
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Ayat (1)
Perusahaan dapat melakukan pelatihan sendiri dengan
membentuk Unit Pelayanan Pelatihan dan Produktivitas (UP3) di
Perusahaan. UP3 adalah bagian integral dari pengembangan
Pelatihan dan Produktivitas secara nasional merupakan lembaga
bersifat organik dan non organik yang berfungsi sebagai
motivator dan dinamisator kegiatan Pelatihan dan Produktivitas
di Perusahaan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Ayat (1)
Perusahaan Pelaksana Pemagangan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Telah beroperasi / berproduksi secara aktif sekurang-
kurangnya 3 tahun.
b. Memperkerjakan karyawan tetap minimal 25 orang.
c. Berdomisili di wilayah hukum Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Hak peserta pemagangan antara lain memperoleh uang saku
dan/ atau uang transport, memperoleh jaminan sosial tenaga
kerja, memperoleh sertifikat apabila lulus di akhir program.
Hak pengusaha antara lain berhak atas hasil kerja/ jasa peserta
pemagangan, merekrut pemagang sebagai pekerja/ buruh bila
memenuhi persyaratan.
Kewajiban peserta pemagangan antara lain mentaati perjanjian
pemagangan, mengikuti tata tertib program pemagangan, dan
mengikuti tata tertib perusahaan.
- 3 -
Adapun kewajiban pengusaha antara lain menyediakan uang
saku dan/ atau uang transport bagi peserta pemagangan,
menyediakan fasilitas pelatihan, menyediakan instruktur, dan
perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja.
Jangka waktu pemagangan bervariasi sesuai dengan jangka
waktu yang diperlukan untuk mencapai standar kompetensi yang
ditetapkan dalam program paltihan pemagangan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Pengusaha atau pengurus melaporkan secara tertulis setiap
ada atau akan ada lowongan pekerjaan. Laporan tersebut
memuat :
a. Jumlah TK yang dibutuhkan.
b. Jenis pekerjaan dan syarat-syarat jabatan yang di golongkan
dalam jenis kelamin, usia, pendidikan, ketrampilan/ keahlian,
pengalaman dan syarat-syarat lain yang dipandang perlu.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Pelayanan Perantaraan kerja guna menyalurkan pencari kerja ke dalam
pekerja dalam hubungan kerja.
- 4 -
Pasal 14
Ayat (1)
Rekomendari diberikan kepada LPTKS yang mengajukan ijin baru
maupun perpanjangan
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Ayat (1)
Perlunya pengguna tenaga kerja melaporkan penggunaan
tenaga kerja asing dimaksud agar mendapatkan pembinaan dan
pengawasan dalam pelaksanaan tugas dalam jabatan.
Ayat (2)
Tenaga kerja pendamping TKA tidak secara otomatis
menggantikan atau menduduki jabatan tenaga kerja asing yang
didampinginya.
Pendamping tersebut lebih di titik beratkan pada alih teknologi
dan alih keahlian agar tenaga kerja pendamping dapat memiliki
kemampuan sehingga pada waktunya diharapkan dapat
mengganti tenaga kerja asing yang didampinginya.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Ayat (1)
Pembuatan Perjanjian Kerja Bersama harus dilandasi dengan
itikad baik yang berarti harus ada kejujuran dan keterbukaan
para pihak serta kesukarelaan / kesadaran yang artinya tanpa
ada tekanan dari satu pihak lain.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
- 5 -
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Apabila di perusahaan telah ada peraturan perusahaan atau
Perjanjian Kerja Bersama, maka isi perjanjian kerja baik kualitas
maupun kuantitas tidak boleh lebih rendah dari peraturan
perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama di perusahaan yang
bersangkutan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Ayat (1)
Laporan untuk ketenagakerjaan dimaksudkan sebagai bahan
informasi resmi bagi pemerintah dalam menetapkan
kebijaksanaan di bidang ketenagakerjaan.
Ayat (2)
Laporan dibuat berkala setiap tahun terhitung sejak perusahaan
tersebut dilaporkan pada laporan pertama.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Yang dimaksud “independen”, adalah pegawai pengawas dalam
mengambil keputusan tidak terpengaruh oleh pihak lain.
Pasal 25
Bupati dapat menunjuk petugas sebagai pengawas ketenagakerjaan
untuk mengisi kekurangan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan yang
ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
- 6 -
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR