Post on 11-Dec-2016
PERATURAN MENTERI KEUANGAN RINOMOR 201/PMK.06/2010TENTANG
KUALITAS PIUTANG KEMENTERIANNEGARA/LEMBAGA DAN PEMBENTUKANPENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 201/PMK.06/2010
TENTANG
KUALITAS PIUTANG KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN,
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, laporan keuangan pemerintah menggunakan basis akrual untuk pengakuan aset;
b. bahwa aset berupa piutang di neraca harus terjaga agar nilainya
sama dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value);
c. bahwa untuk menyajikan piutang kementerian negara/lembaga dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan, diperlukan penyesuaian dengan membentuk penyisihan piutang tidak tertagih berdasarkan penggolongan kualitas piutang;
d. bahwa ketentuan mengenai kualitas piutang kementerian negara/lembaga dan pembentukan penyisihan piutang tidak tertagih selama ini belum diatur dalam peraturan perundang-undangan;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Kualitas Piutang Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak
Tertagih;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999);
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661);
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3613) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4755);
4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3686) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3987);
5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687);
6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3694) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3760);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2008 tentang Pengenaan Bea Keluar Terhadap Barang Ekspor (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4886);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG KUALITAS PIUTANG KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan:
1. Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada kementerian negara/lembaga dan/atau hak kementerian negara/lembaga yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah.
2. Menteri/Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang bertanggung
jawab atas pengelolaan keuangan kementerian negara/lembaga yang bersangkutan.
3. Kementerian Negara/Lembaga adalah kementerian
negara/lembaga pemerintah non kementerian negara/lembaga negara, termasuk instansi vertikalnya.
4. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih adalah cadangan yang harus
dibentuk sebesar persentase tertentu dari akun piutang berdasarkan penggolongan kualitas piutang.
5. Kualitas Piutang adalah hampiran atas ketertagihan piutang yang
diukur berdasarkan kepatuhan membayar kewajiban oleh debitor.
6. Debitor adalah badan atau orang yang berutang menurut
peraturan, perjanjian atau sebab apapun.
7. Restrukturisasi adalah upaya perbaikan yang dilakukan Menteri/Pimpinan Lembaga terhadap Debitor yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya yang meliputi pemberian keringanan hutang, persetujuan angsuran, atau persetujuan penundaan pembayaran.
BAB II
KUALITAS PIUTANG
Pasal 2
1. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih pada Kementerian
Negara/Lembaga wajib dilaksanakan berdasarkan prinsip kehati-hatian.
2. Dalam rangka melaksanakan prinsip kehati-hatian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Menteri/Pimpinan Lembaga wajib:
a. menilai Kualitas Piutang;
b. memantau dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan
agar hasil penagihan Piutang yang telah disisihkan senantiasa dapat direalisasikan.
3. Penilaian Kualitas Piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dilakukan dengan mempertimbangkan sekurang-kurangnya:
a. jatuh tempo Piutang; dan
b. upaya penagihan.
4. Kementerian Negara/Lembaga yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana diatur pada ayat (1) dan ayat (2)
dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis oleh Menteri Keuangan.
Pasal 3
(1) Kualitas Piutang ditetapkan dalam 4 (empat) golongan, yaitu
kualitas lancar, kualitas kurang lancar, kualitas diragukan, dan kualitas macet.
(2) Penilaian Kualitas Piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan berdasarkan kondisi Piutang pada tanggal laporan keuangan.
Pasal 4
Piutang diklasifikasikan menjadi:
a. Piutang penerimaan negara bukan pajak.
b. Piutang pajak yang meliputi piutang di bidang:
1) perpajakan yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak;
2) kepabeanan dan cukai yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
c. Piutang lainnya.
Pasal 5
(1) Penggolongan Kualitas Piutang penerimaan negara bukan pajak
dilakukan dengan ketentuan:
a. kualitas lancar apabila belum dilakukan pelunasan sampai
dengan tanggal jatuh tempo yang ditetapkan;
b. kualitas kurang lancar apabila dalam jangka waktu 1 (satu)
bulan terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan;
c. kualitas diragukan apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan
terhitung sejak tanggal Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan; dan
d. kualitas macet apabila:
1) dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal
Surat Tagihan Ketiga tidak dilakukan pelunasan; atau
2) Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang
Negara/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggolongan Kualitas Piutang:
a. pajak di bidang perpajakan diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak;
b. pajak di bidang kepabeanan dan cukai diatur dengan Peraturan
Direktur Jenderal Bea dan Cukai;
c. lainnya diatur dengan peraturan unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan sesuai tugas dan fungsinya sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan.
BAB III
PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH
Pasal 6
(1) Kementerian Negara/Lembaga wajib membentuk Penyisihan
Piutang Tidak Tertagih yang umum dan yang khusus.
(2) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih yang umum ditetapkan paling
sedikit sebesar 5‰ (lima permil) dari Piutang yang memiliki kualitas lancar.
(3) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih yang khusus ditetapkan sebesar:
a. 10% (sepuluh perseratus) dari Piutang dengan kualitas kurang
lancar setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan;
b. 50% (lima puluh perseratus) dari Piutang dengan kualitas
diragukan setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan; dan
c. 100% (seratus perseratus) dari Piutang dengan kualitas macet
setelah dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan.
(4) Agunan atau barang sitaan yang mempunyai nilai di atas
Piutangnya diperhitungkan sama dengan sisa Piutang.
(5) Penyisihan Piutang Tidak Tertagih yang dibentuk berdasarkan Piutang yang kualitasnya menurun, dilakukan dengan mengabaikan persentase Penyisihan Piutang Tidak Tertagih pada Kualitas Piutang sebelumnya.
(6) Kementerian Negara/Lembaga yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana diatur pada ayat (1) dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis oleh Menteri Keuangan.
Pasal 7
(1) Nilai agunan yang diperhitungkan sebagai pengurang dalam
pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) ditetapkan sebesar:
a. 100% (seratus perseratus) dari agunan berupa surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, surat berharga negara, garansi bank, tabungan dan deposito yang diblokir pada bank, emas dan logam mulia;
b. 80% (delapan puluh perseratus) dari nilai hak tanggungan atas
tanah bersertifikat hak milik (SHM) atau hak guna bangunan (SHGB) berikut bangunan di atasnya;
c. 60% (enam puluh perseratus) dari nilai jual objek pajak atas tanah bersertifikat hak milik (SHM), hak guna bangunan (SHGB), atau hak pakai, berikut bangunan di atasnya yang tidak diikat dengan hak tanggungan;
d. 50% (lima puluh perseratus) dari nilai jual objek pajak atas tanah dengan bukti kepemilikan bukti kepemilikan berupa Surat Girik (letter C) atau bukti kepemilikan non sertifikat lainnya yang dilampiri surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) terakhir;
e. 50% (lima puluh perseratus) dari nilai hipotik atas pesawat
udara dan kapal laut dengan isi kotor paling sedikit 20 (dua puluh) meter kubik;
f. 50% (lima puluh perseratus) dari nilai jaminan fidusia atas
kendaraan bermotor; dan
g. 50% (lima puluh perseratus) dari nilai atas pesawat udara,
kapal laut, dan kendaraan bermotor yang tidak diikat sesuai ketentuan yang berlaku dan disertai bukti kepemilikan.
(2) Agunan selain yang dimaksud pada ayat (1) dapat diperhitungkan sebagai faktor pengurang dalam pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih setelah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan.
Pasal 8
(1) Nilai barang sitaan yang diperhitungkan sebagai pengurang dalam
pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) ditetapkan sebesar:
a. 100% (seratus perseratus) dari agunan berupa surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, surat berharga negara, tabungan dan deposito yang diblokir pada bank, emas dan logam mulia;
b. 60% (enam puluh perseratus) dari nilai jual objek pajak atas
tanah bersertifikat hak milik (SHM), hak guna bangunan (SHGB), atau hak pakai, berikut bangunan di atasnya;
c. 50% (lima puluh perseratus) dari nilai jual objek pajak atas tanah dengan bukti kepemilikan berupa Surat Girik (letter C) atau bukti kepemilikan non sertifikat lainnya yang dilampiri surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) terakhir; dan
d. 50% (lima puluh perseratus) dari nilai atas pesawat udara,
kapal laut, dan kendaraan bermotor yang disertai bukti kepemilikan.
(2) Barang sitaan selain yang dimaksud pada ayat (1) tidak
diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih.
Pasal 9
(1) Nilai agunan atau barang sitaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) huruf g dan Pasal 8 ayat (1) huruf d bersumber dari nilai yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
(2) Dalam hal sumber nilai agunan atau barang sitaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diperoleh, agunan atau barang sitaan tidak diperhitungkan sebagai faktor pengurang Penyisihan Piutang Tidak Tertagih.
Pasal 10
(1) Menteri Keuangan berwenang melakukan penilaian kembali atas nilai agunan dan/atau barang sitaan yang telah diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih apabila Kementerian Negara/Lembaga tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9.
(2) Kewenangan Menteri Keuangan melakukan penilaian kembali
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didelegasikan kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
BAB IV
RESTRUKTURISASI
Pasal 11
Kementerian Negara/Lembaga dapat melakukan Restrukturisasi terhadap Debitor sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dalam hal:
a. Debitor mengalami kesulitan pembayaran; dan/atau
b. Debitor memiliki prospek usaha yang baik dan diperkirakan
mampu memenuhi kewajiban setelah dilakukan Restrukturisasi.
Pasal 12
(1) Kualitas Piutang setelah persetujuan Restrukturisasi dapat diubah
oleh Kementerian Negara/Lembaga:
a. setinggi-tingginya kualitas kurang lancar untuk Piutang yang
sebelum Restrukturisasi memiliki kualitas diragukan atau kualitas macet; dan
b. tidak berubah, apabila Piutang yang sebelum Restrukturisasi
memiliki kualitas kurang lancar.
(2) Dalam hal kewajiban yang ditentukan dalam Restrukturisasi tidak dipenuhi oleh Debitor, Kualitas Piutang yang telah diubah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dinilai kembali seolah-olah tidak terdapat Restrukturisasi.
BAB V
PENCATATAN PERUBAHAN JUMLAH PIUTANG
Pasal 13
Dalam hal terdapat penghapusan, penambahan, atau pengurangan jumlah Piutang sebagai akibat pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan, dilakukan pencatatan perubahan jumlah Piutang.
Pasal 14
(1) Penghapusan Piutang oleh Kementerian Negara/Lembaga
dilakukan terhadap seluruh sisa Piutang per Debitor yang memiliki kualitas macet.
(2) Penghapusan Piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Perlakuan akuntansi penghapusan Piutang sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan dengan cara mengurangi akun Piutang dan akun Penyisihan Piutang Tidak Tertagih sebesar jumlah yang tercantum dalam surat keputusan.
Pasal 15
(1) Dalam hal terdapat penambahan jumlah Piutang, pencatatan
perubahan jumlah Piutang dilakukan dengan cara menambah akun Piutang sebesar selisihnya.
(2) Pencatatan penambahan jumlah Piutang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan segera setelah penerbitan surat tagihan/persetujuan/keputusan.
Pasal 16
(1) Dalam hal terdapat pengurangan jumlah Piutang, pencatatan
perubahan jumlah Piutang dilakukan dengan cara mengurangi akun Piutang sebesar selisihnya.
(2) Pencatatan pengurangan jumlah Piutang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan apabila:
a. surat tagihan/persetujuan/keputusan telah terbit; atau
b. Restrukturisasi telah selesai dilaksanakan.
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 17
Ketentuan mengenai penilaian agunan atau barang sitaan yang diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9 Peraturan Menteri Keuangan ini dilaksanakan secara bertahap dalam 5 (lima) tahun.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih, sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri Keuangan ini, dinyatakan tetap berlaku.
Pasal 19
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 23 November 2010
MENTERI KEUANGAN
AGUS D. W. MARTOWARDOJO
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 23 November 2010
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,
PATRIALIS AKBAR
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 565
PERATURAN DIRJEN PERBENDAHARAANNOMOR PER 85/PB/2011TENTANG
PENATAUSAHAAN PIUTANG NEGARA BUKANPAJAK PADA SATUAN KERJAKEMENTERIAN NEGARA/ LEMBAGA
PERATURAN DIRJEN PERBENDAHARAANNOMOR PER 82/PB/2011TENTANG
PEDOMAN AKUNTANSI PENYISIHAN PIUTANGTAK TERTAGIH PADA PADAKEMENTERIAN NEGARA/ LEMBAGA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAANNOMOR PER- 82/PB/2011
TENTANG
PEDOMAN AKUNTANSI PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH
PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka terwujudnya penyajian piutang di neracaterjaga agar nilainya sama dengan nilai bersih yang dapatdirealisasikan, perlu dilakukan penyisihan piutang tak tertagih;
b. bahwa sesuai dengan Pasal 75 Peraturan Menteri KeuanganNomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan PelaporanKeuangan Pemerintah Pusat, Direktur Jenderal Perbendaharaanmengatur ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunanlaporan keuangan bagi entitas pelaporan dan pos-pos tertentuyang memerlukan perlakuan khusus;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalamhuruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur JenderalPerbendaharaan tentang Pedoman Akuntansi Penyisihan PiutangTak Tertagih Pada Kementerian Negara/Lembaga;
Mengingat : 1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.05/2007 tentangBagan Akun Standar;
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentangSistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.06/2010 tentangKualitas Piutang Kementerian Negara/Lembaga dan PembentukanPenyisihan Piutang tak tertagih;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAANTENTANG PEDOMAN AKUNTANSI PENYISIHAN PIUTANG TAKTERTAGIH PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA.
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini yang dimaksuddengan:
1. Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepadaKementerian Negara/Lembaga dan/atau hak KementerianNegara/Lembaga yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibatperjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah.
2. Kualitas Piutang adalah hampiran atas ketertagihan piutang yangdiukur berdasarkan kepatuhan membayar kewajiban oleh debitor.
3. Penyisihan Piutang Tak tertagih adalah cadangan yang harusdibentuk sebesar persentase tertentu dari akun piutangberdasarkan penggolongan kualitas piutang.
4. Piutang Jangka Pendek adalah piutang yang akan jatuh tempoatau akan direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan sejaktanggal pelaporan.
5. Piutang Jangka Panjang adalah piutang yang akan jatuh tempoatau akan direalisasikan lebih dari 12 bulan sejak tanggalpelaporan.
6. Neraca adalah komponen laporan keuangan yangmenggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporanmengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
7. Catatan atas Laporan Keuangan adalah laporan yang menyajikaninformasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atasnilai suatu pos yang disajikan dalam laporan realisasi anggaran,neraca, dan laporan arus kas dalam rangka pengungkapan yangmemadai
8. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran, yang selanjutnyadisebut UAKPA, adalah unit akuntansi instansi yang melakukankegiatan akuntansi dan pelaporan tingkat satuan kerja, termasuksatuan kerja perangkat daerah yang menerima alokasi danadekonsentrasi/tugas pembantuan.
9. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah, yangselanjutnya disebut UAPPA-W, adalah unit akuntansi instansi yangmelakukan kegiatan penggabungan laporan, baik keuanganmaupun barang seluruh UAKPA yang berada dalam wilayahkerjanya.
10. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1, yangselanjutnya disebut UAPPA-E1, adalah unit akuntansi instansiyang melakukan kegiatan penggabungan laporan, baik keuanganmaupun barang seluruh UAPPA-W yang berada di wilayahkerjanya serta UAKPA yang langsung berada di bawahnya.
11. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran, yang selanjutnya disebutUAPA, adalah unit akuntansi instansi pada tingkat KementerianNegara/Lembaga (Pengguna Anggaran) yang melakukan kegiatanpenggabungan laporan, baik keuangan maupun barang seluruhUAPPA-E1 yang berada di bawahnya.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Pedoman akuntansi penyisihan piutang tak tertagih yang diaturdalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini meliputi:
a. Piutang PNBP di lingkungan Kementerian Negara/Lembagaberdasarkan pungutan pendapatan negara, tidak termasuk dilingkungan Bendahara Umum Negara;
b. Piutang PNBP di lingkungan Kementerian Negara/Lembagaberdasarkan perikatan, tidak termasuk uang muka belanja,belanja dibayar dimuka, serta pinjaman dan penerusanpinjaman;
c. Piutang PNBP di lingkungan Kementerian Negara/Lembagakarena Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi.
(2) Jurnal standar dan akun-akun yang tercantum dalam Lampiranyang tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur JenderalPerbendaharaan ini meliputi seluruh akun penyisihan piutang taktertagih, termasuk piutang perpajakan dan piutang ataspelaksanaan tugas Menteri Keuangan selaku BUN.
BAB III
AKUNTANSI PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH
Pasal 3
(1) UAKPA melakukan akuntansi penyisihan piutang tak tertagihterhadap piutang yang dimiliki dan/atau dikuasainya.
(2) Penyisihan piutang tak tertagih sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diterapkan terhadap piutang jangka pendek dan piutang jangkapanjang.
(3) Penghitungan penyisihan piutang tak tertagih dijabarkan di dalamKartu Penyisihan Piutang Tak tertagih sesuai dengan Format yangtercantum pada Lampiran I Peraturan Direktur JenderalPerbendaharaan ini.
(4) Nilai penyisihan piutang tak tertagih sebagaimana dimaksud padaayat (1) tidak bersifat akumulatif tetapi ditetapkan setiap semesterdan tahunan sesuai perkembangan kualitas piutang.
(5) Tata cara penetapan kualitas piutang dan besarnya tarifpenyisihan piutang tak tertagih dilaksanakan sesuai denganPeraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai kualitaspiutang Kementerian Negara/Lembaga dan pembentukanpenyisihan piutang tak tertagih sebagaimana Lampiran PeraturanDirektur Jenderal Perbendaharaan ini.
Pasal 4
Untuk mendukung pencatatan akuntansi, UAKPA melakukanpenatausahaan piutang yang mengacu kepada Peraturan DirekturJenderal Perbendaharaan yang mengatur mengenai PetunjukTeknis Penatausahaan Piutang PNBP pada Satuan KerjaKementerian Negara/Lembaga.
Pasal 5
Berdasarkan Kartu Penyisihan Piutang sebagaimana tersebutpada Pasal 3 ayat (3), UAKPA melakukan pencatatan ataspenyisihan piutang tak tertagih di dalam sistem akuntansi yangdibuat setiap semester dan tahunan dengan menggunakanformulir jurnal aset sesuai dengan Format yang diatur dalamLampiran II yang tidak terpisahkan dari Peraturan DirekturJenderal Perbendaharaan ini.
BAB IV
TATA CARA PELAPORAN SERTA PENYAJIAN DANPENGUNGKAPAN
Pasal 6
(1) UAKPA menyajikan penyisihan piutang tak tertagih di dalamneraca setiap semester dan tahunan.
(2) UAKPA mengungkapkan informasi yang lebih rinci tentangpenyisihan piutang tak tertagih di dalam Catatan atas LaporanKeuangan.
(3) UAKPA menyampaikan informasi tentang penyisihan piutang taktertagih melalui laporan keuangan ke UAPPA-W atau UAPPA-E1setiap semester dan tahunan.
Pasal 7
(1) UAPPA-W menyajikan dan mengungkapkan penyisihan piutangtak tertagih di dalam laporan keuangan UAPPA-W setiap semesterdan tahunan berdasarkan laporan keuangan UAKPA.
(2) UAPPA-W mengungkapkan lebih rinci penyisihan piutang taktertagih di dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
(3) UAPPA-W menyampaikan informasi tentang penyisihan piutangtak tertagih melalui laporan keuangan kepada UAPPA-E1 setiapsemester dan tahunan.
Pasal 8
(1) UAPPA-E1 menyajikan penyisihan piutang tak tertagih di dalamlaporan keuangan UAPPA-E1 setiap semester dan tahunanberdasarkan laporan keuangan UAPPA-W/UAKPA.
(2) UAPPA-E1 mengungkapkan lebih rinci penyisihan piutang taktertagih di dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
(3) UAPPA-E1 menyampaikan informasi tentang penyisihan piutangtak tertagih melalui laporan keuangan kepada UAPA setiapsemester dan tahunan.
Pasal 9
(1) UAPA menyajikan penyisihan piutang tak tertagih di dalam neracaUAPA setiap semester dan tahunan berdasarkan laporankeuangan UAPPA-E1.
(2) UAPA mengungkapkan lebih rinci penyisihan piutang tak tertagihdi dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
(3) UAPA menyampaikan informasi tentang penyisihan piutang taktertagih melalui laporan keuangan kepada Menteri Keuangan c.qDitjen Perbendaharaan setiap semester dan tahunan.
BAB V
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 10
Prosedur Akuntansi Penyisihan Piutang Tak tertagih padaKementerian Negara/Lembaga diatur dalam Lampiran PeraturanDirektur Jenderal Perbendaharaan ini.
Pasal 11
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini berlaku sejak tanggalditetapkan dan untuk digunakan mulai penyusunan laporan keuangantahun 2011.
Ditetapkan di Jakartapada tanggal 30 Nopember 2011
DIREKTUR JENDERAL,
AGUS SUPRIJANTONIP 19530814 197507 1 001
Lampiran I Perdirjen No: PER- 82/PB/2011Tanggal: 30 Nopember 2011
Kementerian/Lembaga: (1)
Eselon I: (2)
Wilayah: (3)
Satuan Kerja: (4)
KARTU PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH
PER XX XXXXXXXXXX 20XX (5)
Jenis Piutang : (6)
No. Nama Debitur No & Tanggal SPn Saldo Piutang
(Rp.)
Agunan/Barang Sitaan
KualitasPiutang
Jumlah Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
KeteranganBentukAgunan/Sitaan
NilaiAgunan/
Sitaan
(Rp)
NilaiAgunan/Sitaan
yangdiperhitungkan
(Rp)
SaldoPiutangsetelah
Agunan/Sitaan
(RP)
ProsentasePenyisihan
(%)
JumlahPenyisihan
Piutang(Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9=4-7) (10) (11=9x10) (12)
(7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
JUMLAH (19)
Mengetahui:
KPAPetugas Unit PembukuanPiutang PNBP,
Nama (20) Nama (22)
NIP (21) NIP (23)
PETUNJUK PENGISIANKARTU PENYISIHAN PIUTANG TIDAK TERTAGIH
No. Uraian Isian(1) Diisi dengan kode nama kementerian/lembaga(2) Diisi dengan kode nama unit eselon I(3) Diisi dengan kode dan nama wilayah sesuai setup aplikasi SAKPA(4) Diisi dengan kode dan nama satuan kerja(5) Diisi Per 30 Juni atau 31 Desember Tahun Anggaran berjalan(6) Diisi dengan kode dan jenis piutang negara bukan pajak(7) Diisi dengan nomor urut(8) Diisi dengan nama debitur(9) Diisi dengan nomor dan tanggal SPn
(10) Diisi saldo piutang yang diambil dari Kartu Piutang per posisi tanggal laporan keuangan(Semesteran)
(11) Diisi bentuk agunan sesuai PMK mengenai Kualitas Piutang K/L dan Pembentukan PenyisihanPiutang Tidak Tertagih
(12) Diisi Nilai agunan
(13) Diisi Nilai agunan yang dapat diperhitungkan sesuai PMK mengenai Kualitas Piutang K/L danPembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
(14) Diisi kualitas piutang sesuai PMK mengenai Kualitas Piutang K/L dan Pembentukan PenyisihanPiutang Tidak Tertagih
(15) Diisi dengan saldo piutang setelah dikurangi nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagaipengurang
(16) Diisi prosentase penyisihan piutang berdasarkan jenis piutang sesuai PMK mengenai KualitasPiutang K/L dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tidak Tertagih
(17) Diisi dengan saldo penyisihan piutang tak tertagih, yaitu saldo piutang setelah dikurangi nilaiagunan yang dapat diperhitungkan dikalikan prosentase penyisihan piutang yang ditetapkan
(18) Diisi dengan keterangan, misalnya keputusan penetapan kualitas piutang dan/atau tarif penyisihanpiutang, dan lain-lain yang dianggap penting dan relevan
(19) Diisi dengan hasil penjumlahan penyisihan piutang tak tertagih(20) Diisi dengan nama kuasa pengguna anggaran(21) Diisi dengan NIP kuasa pengguna anggaran(22) Diisi dengan nama petugas unit pembukuan PNBP(23) Diisi dengan NIP petugas unit pembukuan PNBP
DIREKTUR JENDERAL,
AGUS SUPRIJANTONIP 19530814 197507 1 001
Lampiran II Perdirjen No: PER- 82/PB/2011Tanggal: 30 Nopember 2011
FORMULIR JURNAL ASET
Kementerian/Lembaga : (1) No. Doukumen : (5)Eselon I : (2) Tanggal : (6)Wilayah : (3) Tahun Anggaran : (7)Kode Satker : (4)
Jenis Jurnal Aset (8)Kas di Bendaharawan PenerimaKas di bendaharawan PembayarPiutangPersediaanAset TetapAset Lainnya
No(9)
Kode Perkiraan(10)
Uraian Nama Perkiraan(11)
Rupiah (12)Debet Kredit
Dibuat Oleh: (13) Disetujui oleh(14) Direkam oleh: (15)Tanggal : Tanggal : Tanggal :
PETUNJUK PENGISIAN
FORMULIR JURNAL ASETNo Uraian Pengisian1 Kementerian/Lembaga Diisi dengan kode dan nama kementerian/lembaga2 Eselon I Diisi dengan kode dan nama eselon I3 Wilayah Diisi dengan kode dan uraian kantor wilayah4 Kode Satker Diisi dengan kode dan uraian satuan kerja
5
No. Doukumen Diisi dengan nomor dokumen yang ditetapkan untukformulir jurnal aset. Nomor formulir jurnal aset,ditetapkan dengan dengan menggunakan format“BABT00000” dimana BA= 3 digit kode bagiananggaran, B= bulan pembuatan jurnal, T= tahunpembuatan jurnal, 0000= no. urut
6Tanggal Diisi dengan tanggal pembuatan laporan, dengan
format sebagai berikut: HH-BB-TTTT, HH=hari,BB=bulan, TTTT=tahun
7 Tahun Anggaran Diisi dengan tahun anggaran yang dilaporkan8 Jenis Jurnal Aset Diisi dengan 6 pilihan jurnal yang sesuai9 No. Diisi dengan nomor urut transaksi dengan rincian debet
atau kredit10 Kode Perkiraan Diisi dengan 6 digit kode perkiraan11 Uraian Nama Perkiraan Diisi dengan nama perkiraan sesuai dengan kode
perkiraan12 Rupiah Diisi dengan jumlah rupiah yang didebet atau dikredit13 Dibuat oleh Diisi dengan nama dan tanda tangan staf yang
membuat formulir jurnal aset. Tanggal pembuatanformulir jurnal aset ditulis pada tempat yang disediakan
14 Disetujui oleh Diisi dengan nama dan tanda tangan penanggungjawab yang meneliti dan menyetujui formulir jurnal aset.Tanggal pembuatan formulir jurnal aset ditulis padatempat yang disediakan
15 Direkam oleh Diisi dengan nama dan tanda tangan staf yangmerekam formulir jurnal aset. Tanggal pembuatanformulir jurnal aset ditulis pada tempat yang disediakan
DIREKTUR JENDERAL,
AGUS SUPRIJANTONIP 19530814 197507 1 001
BAB IPENDAHULUAN
Paragraph 43 PSAP 01 Lampiran II PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP), menyatakan bahwa neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-
pos yang antara lain adalah piutang pajak dan piutang bukan pajak. Hal ini sejalan dengan
basis akuntansi yang diterapkan pemerintah saat ini sebagaimana diatur di dalam paragraph
39 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan Lampiran II PP 71 Tahun 2010, yaitu
basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Oleh karena itu,
kementerian negara/lembaga yang memiliki piutang baik piutang pajak maupun piutang
bukan pajak wajib menyajikannya di dalam neraca.
Sesuai dengan paragraph 63 PSAP 01 Lampiran II PP 71 Tahun 2010, piutang
dicatat sebesar nilai nominal, artinya sebesar nilai yang tercantum di dalam dokumen
piutang. Namun demikian, untuk menjaga relevansinya terhadap pengambilan keputusan
serta untuk memperhitungkan ada potensi ketidaktertagihan suatu piutang.
Sehubungan dengan hal tersebut, Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP)
telah menerbitkan Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 06 tentang
Piutang yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SAP. Buletin teknis ini
menjabarkan lebih rinci tentang jenis-jenis piutang pemerintah, pengakuan, pengukuran, dan
penyajian serta pengungkapan piutang pemerintah dalam laporan keuangan pemerintah.
Lebih lanjut Buletin Teknis tersebut menguraikan tentang penyajian aset berupa
piutang di neraca harus dijaga agar nilainya sama dengan nilai bersih yang dapat
direalisasikan (net realizable value). Untuk itu, diperlukan metode untuk menyesuaikan nilai
piutang berdasarkan kualitas atau tingkat resiko ketidaktertagihannya. Metode yang lazim
digunakan di dalam akuntansi adalah dengan membentuk penyisihan piutang tak tertagih
berdasarkan kualitas piutang pada setiap tanggal pelaporan.
Untuk memberikan pemahaman yang sama tentang kualitas piutang pada
kementerian negara/lembaga dan tata cara pengukuran penyisihan piutang, pemerintah
telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 201/PMK.06/2010 tanggal 23
November 2010 tentang Kualitas Piutang Kementerian Negara/Lembaga dan Pembentukan
Penyisihan Piutang Tak Tertagih. Ketentuan ini akan diterapkan pada penyusunan Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat dan Laporan Keuangan K/L mulai tahun anggaran 2011.
Mengingat pengakuan, pengukuran dan penyajian piutang pemerintah tersebut
cukup kompleks maka diperlukan petunjuk teknis yang dapat dijadikan acuan bagi setiap
entitas di dalam melakukan proses akuntansi yang meliputi pengakuan, pengukuran, dan
pengungkapan penyisihan piutang tak tertagih di dalam laporan keuangan pemerintah.
Pedoman teknis dimaksud meliputi tata cara penentuan kualitas piutang, penetapan besaran
nilai piutang untuk perhitungan penyisihan, penetapan tarif penyisihan, jurnal standar, dan
akun-akun yang digunakan.
Kementerian negara/lembaga yang tidak melakukan penilaian atas kualitas piutang
yang dimilikinya, tidak melakukan pembentukan Penyisihan Piutang Tak tertagih, dan tidak
melakukan pemantauan dan mengambil langkah-Iangkah yang diperlukan agar hasil
penagihan piutang yang telah disisihkan senantiasa dapat direalisasikan dikenakan sanksi
administratif berupa teguran tertulis oleh Menteri Keuangan
BAB II
TATA CARA PENENTUAN KUALITAS PIUTANG DAN PERSENTASEPENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH
A. PENGGOLONGAN KUALITAS PIUTANG
Penggolongan kualitas piutang merupakan salah satu dasar untuk menentukan
besaran tarif penyisihan piutang. Penilaian kualitas piutang dilakukan dengan
mempertimbangkan jatuh tempo dan perkembangan upaya penagihan yang dilakukan oleh
pemerintah. Kualitas piutang didasarkan pada kondisi piutang pada tanggal pelaporan.
Kualitas piutang ditetapkan dalam 4 (empat) golongan, yaitu: kualitas lancar, kualitas kurang
lancar, kualitas diragukan, dan kualitas macet.
Beberapa jenis piutang pada beberapa unit eselon I Kementerian Keuangan
memiliki karakteristik yang spesifik, sehingga memerlukan pengaturan tersendiri.
Penggolongan piutang pajak dan kualitas piutang di bidang perpajakan diatur dengan
Peraturan Direktur Jenderal Pajak, penggolongan piutang pajak dan kualitas piutang di
bidang kepabeanan dan cukai diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai,
sedangkan piutang lainnya seperti Piutang Penerusan Pinjaman diatur dengan Peraturan
Direktur Jenderal Perbendaharaan. Dengan demikian peraturan ini hanya akan membahas
penggolongan kualitas piutang penerimaan Negara bukan pajak (PNBP) yang berada di
kementerian negara/lembaga. Namun demikian untuk penetapan kode-kode akun
penyisihan piutang tak tertagih tetap mencakup keseluruhan jenis piutang pemerintah.
Penggolangan kualitas piutang PNBP adalah sebagai berikut:
1. Kualitas lancar : Apabila belum dilakukan pelunasan sampai dengan tanggal
jatuh tempo yang ditetapkan.
2. Kualitas Kurang Lancar : Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak
tanggal Surat Tagihan Pertama tidak dilakukan pelunasan
3. Kualitas Diragukan : Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak
tanggal Surat Tagihan Kedua tidak dilakukan pelunasan
4. Kualitas Macet : 1) Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung
sejak tanggal Surat Tagihan Ketiga tidak dilakukan
pelunasan; atau
2) Piutang telah diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang
Negara/Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
B. PEMBENTUKAN PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIHKementerian negara/lembaga wajib membentuk Penyisihan Piutang tak tertagih baik
yang umum maupun yang khusus. Penyisihan piutang tak tertagih ditentukan sebagai
berikut:
1. Penyisihan piutang tak tertagih yang umum ditetapkan paling sedikit 5‰ (lima permil)
dari piutang yang memiliki kualitas lancar.
2. Penyisihan piutang tak tertagih khusus ditetapkan sebagai berikut:
a. 10% (sepuluh persen) dari piutang dengan kualitas kurang lancar setelah
dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan.
b. 50% (lima puluh persen) dari piutang dengan kualitas diragukan setelah
dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan.
c. 100% (seratus persen) dari piutang dengan kualitas macet setelah dikurangi
dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan.
Nilai agunan atau barang sitaan mungkin sama, kurang, atau lebih dari nilai
piutangnya. Agunan atau barang sitaan yang nilainya melebihi saldo piutangnya
diperhitungkan sama dengan sisa piutang. Dengan demikian nilai piutang setelah dikurangi
nilai agunan atau nilai barang sitaan tidak akan minus, paling rendah nol. Hal ini
menunjukkan bahwa piutang yang memiliki nilai agunan atau nilai barang sitaan sama
dengan atau lebih dari nilai piutangnya dianggap terbebas dari risiko tak tertagih.
Prosentase penyisihan piutang tak tertagih ditetapkan berdasarkan kualitas piutang
pada tanggal pelaporan dengan mengabaikan prosentase penyisihan piutang tak tertagih
periode pelaporan sebelumnya. Dengan demikian, penyisihan piutang tak tertagih
ditetapkan setiap semester berdasarkan kondisi kualitas piutang pada saat itu dan tidak
dilakukan akumulasi atas penyisihan piutang sebagaimana diperlakukan dalam penyusutan
aset tetap.
Berikut Bagan Alur Pembentukan Penyisihan Piutang Tak Tertagih
C. NILAI AGUNAN DAN BARANG SITAAN
Nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan
penyisihan piutang tak tertagih adalah sebagai berikut:
1. 100% dari agunan berupa surat berharga yang diterbitkan BI, SBN, garansi bank,
tabungan atau deposito yang diblokir pada bank, emas, dan logam mulia.
2. 80% dari nilai hak tanggungan atas tanah bersertifikat hak milik (SHM) atau hak
guna bangunan (SHGB) berikut bangunan diatasnya
3. 60% dari nilai jual objek pajak atas tanah besertifikat hak milik (SHM), hak guna
bangunan (SHGB) atau hak pakai, berikut bangunan di atasnya yang tidak diikat
dengan hak tanggungan
4. 50 % dari nilai jual objek pajak atas tanah dengan bukti kepemilikan berupa Surat
Girik (letter C) atau bukti kepemilikan non sertifikat lainnya yang dilampiri surat
pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) terakhir
MenilaiKualitas Piutang
Data Piutang
Piutang ygKualitasnyaMenurun?
PENYISIHAN UMUM0,5%
PenyisihanKhusus 10%
PenyisihanKhusus 50%
PenyisihanKhusus 100%
Mulai
PENYISIHAN KHUSUS sesuaiKualitas yang Baru
Kualitas PiutangLANCAR
Kualitas PiutangKURANG LANCAR
Kualitas PiutangDIRAGUKAN
Kualitas PiutangMACET
Peny
isiha
n Pi
utan
g Ti
dak
Tert
agih
Selesai
Ya
Tidak
5. 50% dari nilai hipotik atas pesawat udara dan kapal Iaut dengan isi kotor paling
sedikit 20 meter kubik
6. 50% dari nilai jaminan fidusia atas kendaraan bermotor
7. 50% dari nilai atas pesawat udara, kapal laut, dan kendaraan bermotor yang tidak
diikat sesuai ketentuan yang berlaku dan disertai bukti kepemilikan
8. Agunan selain di atas dapat diperhitungkan sebagai faktor pengurang dalam
pembentukan penyisihan piutang tak tertagih setelah mendapat persetujuan dari
Menteri Keuangan
Nilai barang sitaan yang diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan
penyisihan piutang tak tertagih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3)
ditetapkan sebesar:
100% dari agunan berupa surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, surat
berharga negara, tabungan dan deposito yang diblokir pada bank, emas dan logam
mulia
60% dari nilai jual objek pajak atas tanah bersertifikat hak milik (SHM) , hak guna
bangunan (SHGB), atau hak pakai, berikut bangunan di atasnya
50% dari nilai jual objek pajak atas tanah dengan bukti kepemilikan berupa Surat
Girik (letter C) atau bukti kepemilikan non sertifikat Iainnya yang dilampiri surat
pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) terakhir
50% dari nilai atas pesawat udara, kapal laut, dan kendaraan bermotor yang disertai
bukti kepemilikan.
Barang sitaan selain yang di atas tidak diperhitungkan sebagai pengurang dalam
pembentukan penyisihan piutang tak tertagih.
Nilai agunan atau barang sitaan bersumber dari nilai yang dikeluarkan oleh instansi
yang berwenang. Apabila sumber nilai agunan atau barang sitaan tersebut tidak diperoleh,
agunan atau barang sitaan tidak diperhitungkan sebagai faktor pengurang penyisihan
piutang tak tertagih. Menteri Keuangan cq. DJKN berwenang melakukan penilaian kembali
atas nilai agunan dan/atau barang sitaan yang telah diperhitungkan sebagai pengurang
dalam pembentukan penyisihan piutang tak tertagih apabila kementerian negara/lembaga
tidak memenuhi ketentuan. Ketentuan mengenai penilaian agunan atau barang sitaan yang
diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan penyisihan piutang tak tertagih
dilaksanakan secara bertahap dalam 5 (lima) tahun sejak 2010.
Jadi, untuk piutang yang tidak dalam kategori golongan lancar, nilai piutang yang
akan diperhitungkan untuk membentuk penyisihan piutang tak tertagih adalah setelah
dikurangi dengan nilai agunan atau nilai barang sitaan yang dapat diperhitungkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Untuk mempermudah pembentukan penyisihan piutang tak
tertagih entitas perlu membuat Kartu Penyisihan Piutang tak tertagih (terlampir).
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut ini diberikan ilustrasi sebagai
berikut:
Ilustrasi 1
Satuan kerja ABC memiliki piutang PNBP senilai Rp 75 juta yang sudah menunggak 2 bulan
dan telah diterbitkan surat tagihan pertama pada bulan November 2011. Agunan berupa
tanah dengan bukti kepemilikan berupa Surat Girik (letter C) dengan NJOP Rp 50 juta. Maka
perhitungan pembentukan penyisihan piutang tak tertagih per 31 Desember 2011 adalah
sebagai berikut:
- Nilai piutang yang akan dibuat penyisihannya: 75 juta – (50% x Rp 50 juta) = Rp 50
juta
- Kualitas piutang: kualitas kurang lancar
- Prosentase penyisihan piutang tak tertagih: 10%
- Penyisihan piutang tak tertagih = 10% x Rp 50 juta = Rp 5 juta
Ilustrasi 2
Satuan kerja DEF pada tanggal 31 Desember 2010 memiliki piutang yang sudahdikelompokkan berdasarkan kualitas piutang beserta agunannya seperti berikut ini:
Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet
Nilai Piutang Rp10.000.000,00 Rp1.500.000,00 Rp750.000,00 Rp250.000,00
Agunan Tanah denganhak tanggungan
Honda Astrea Grandtahun 1998
- Tanah tanpa haktanggungan
Nilai Agunan Rp8.000.000,00 Rp2.500.000,00 0 Rp6.000.000,00
Besarnya penyisihan piutang tak tertagih akan dihitung sebagai berikut:
Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet
Nilai Piutang Rp10.000.000,00 Rp1.500.000,00 Rp750.000,00 Rp250.000,00
Agunan Tanah denganhak tanggungan
Honda AstreaGrand tahun 1998
- Tanah tanpahaktanggungan
Nilai Agunan Rp8.000.000,00 Rp2.500.000,00 0 Rp6.000.000,00
Nilai AgunanygDiperhitungkan
0 = 50% X2.500.000,00
= Rp1.250.000,00
0 = 60% X6.000.000,00
=Rp3.600.000,00
Karena >Rp250.000,00
maka =Rp250.000,00
DasarPengenaan
Rp10.000.000,00 Rp250.000,00 Rp750.000,00 0
% Penyisihan 0,5% 10% 50% 100%
Penyisihan(Rp)
Rp50.000,00 Rp25.000,00 375.000,00 0
D. RESTRUKTURISASI PIUTANG
Kementerian negara/lembaga dapat melakukan restrukturisasi piutang terhadap debitor
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dengan pertimbangan debitor mengalami
kesulitan pembayaran dan/atau debitor memiliki prospek usaha yang baik dan diperkirakan
mampu rnemenuhi kewajiban setelah dilakukan restrukturisasi. Cakupan restrukturisasi
meliputi pemberian keringanan hutang,persetujuan angsuran, atau persetujuan penundaan
pembayaran Jadi, restrukturisasi piutang dimaksudkan untuk memaksimalkan potensi
penerimaan negara.
Restrukturisasi piutang dapat menyebabkan peningkatan kualitas piutang. Perubahan
kualitas piutang setelah persetujuan restrukturisasi dapat diubah oleh kementerian negara/
lembaga adalah sebagai berikut:
- setinggi-tingginya kualitas kurang lancar untuk piutang yang sebelum restrukturisasi
memiliki kualitas diragukan atau kualitas macet; dan
- tidak berubah, apabila piutang yang sebelum rmemiliki kualitas kurang lancar.
Apabila kewajiban yang ditentukan dalam restrukturisasi tidak dipenuhi oleh debitor, maka
kualitas piutang yang telah diubah, dinilai kembali seolah-olah tidak terdapat restrukturisasi.
Berikut ini adalah ilustrasi restrukturisasi piutang pada sebuah kementerian dengan berbagaikondisi debitor:
Pada tanggal 30 Juni 2010, Kementerian “B” mempunyai piutang a.n. Tn. “C” sebesar
Rp1.000.000.000,00 dengan kualitas diragukan. Karena mengalami kesulitan kas, Tn. “C”
mengusulkan restrukturisasi berupa pembayaran secara berkala atau angsuran dengan
skema usulan dari Tn. “C” Rp100.000.000,00 per bulan selama 10 (sepuluh) bulan mulai
bulan Juli 2010.
Kualitas Piutang
SebelumRestrukturisasi
SetelahRestrukturisasi
Debitor tidak memenuhi kewajibanrestrukturisasi
Diragukan Diragukan ataudinaikkan menjadiKurang Lancar
Diragukan atau diturunkan menjadi Macet
% PenyisihanPiutang = 50%
% Penyisihan Piutang =50% atau 10%
% Penyisihan Piutang = 50% atau 100%
Dengan pertimbangan tertentu, Kementerian “B” menerbitkan surat persetujuan pembayaran
secara berkala a.n. Tn. “C”, dengan pembayaran sebesar Rp125.000.000,00 per bulan
selama 8 (delapan) bulan mulai bulan Juli 2010.
Apabila patuh
Perubahan kualitas piutang ditetapkan sendiri oleh K/L dengan memperhatikan kepatuhan
membayar kewajiban oleh debitor. Penghitungan penyisihan piutang per 31 Desember 2010
apabila Tn. “C” tertib melakukan pembayaran:
Pembayaran Tn. “C” = 6 x Rp125.000.000,00 = Rp750.000.000,00
Sisa hutang Tn. “C” kepada Kementerian “B” = Rp250.000.000,00
Kualitas Piutang
Tetap Berubah
Diragukan Dinaikkan menjadi Kurang Lancar
% Penyisihan Piutang = 50% % Penyisihan Piutang = 10%
Penyisihan Piutang = Rp125.000.000,00 Penyisihan Piutang = Rp12.500.000,00
Apabila tidak patuh
Perubahan kualitas piutang ditetapkan sendiri oleh K/L dengan memperhatikan kepatuhan
membayar kewajiban oleh debitor.Penghitungan penyisihan piutang per 31 Desember 2010
apabila Tn. “C” hanya membayar 4 (empat) kali sebesar Rp600.000.000,00 sepanjang bulan
Juli s.d. Desember 2010:
Tn. “C” melakukan pembayaran sebanyak 4 (empat) kali = Rp600.000.000,00
Sisa hutang Tn. “C” kepada Kementerian “B” = Rp400.000.000,00
Kualitas Piutang
Tetap Berubah
Diragukan Diturunkan menjadi Macet
% Penyisihan Piutang = 50% % Penyisihan Piutang = 100%
Penyisihan Piutang =Rp300.000.000,00
Penyisihan Piutang = Rp400.000.000,00
Apabila semula patuh, kemudian tidak patuh
Misalkan, Tn. “C” semula tertib melakukan pembayaran selama 6 (enam) bulan berturut-
turut sepanjang bulan Juli s.d. Desember 2010 sehingga hutangnya telah berkurang sebesar
Rp750.000.000,00. Namun, pembayaran lanjutan di tahun 2011 tidak dilakukan.
Apabila per 31 Desember 2010 kualitas piutangnya sudah dinaikkan menjadi Kurang
Lancar, maka per 30 Juni 2011 kualitas piutangnya dikembalikan seolah-olah tidak ada
restrukturisasi, yaitu Kualitas Diragukan.
Selain itu, diperhatikan juga jangka waktu penurunan kualitas piutangnya yang dihitung
sejak kualitas piutangnya menurun menjadi Kualitas Diragukan. Apabila sejak penurunan
kualitas piutang menjadi Diragukan sudah mencapai batas penurunan kualitas selanjutnya,
maka piutang tersebut digolongkan menjadi Macet.
Kualitas Piutang
Tetap Berubah
Diragukan Diturunkan menjadi Macet
% Penyisihan Piutang = 50% % Penyisihan Piutang = 100%
Penyisihan Piutang = Rp125.000.000,00 Penyisihan Piutang = Rp250.000.000,00
BAB IIIAKUN PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH
I. PENYISIHAN PIUTANG JANGKA PENDEKAkun Uraian
116 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Jangka Pendek
1611 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Pajak
11611 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Pajak
116111 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Pajak PPh Migas
116112 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Pajak PPh NonMigas
116113 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Pajak PPN
116114 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Pajak PPnBM
116115 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Pajak PBB danBPHTB
116116 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Cukai dan BeaMaterai
116117 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Pajak Lainnya
116118 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Cukai Lainnya
1162 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Bukan Pajak
11621 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Bukan Pajak
116211 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang PNBP
116212 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Lainnya
11622 Penyisihan Piutang Tak tertagih – PT PPA
116221 Penyisihan Piutang Tak tertagih – PT PPA
11623 Penyisihan Piutang Tak Tertagih – Bagian Lancar PiutangPenerusan Pinjaman
116231 Penyisihan Piutang Tak Tertagih – Bagian Lancar PiutangPenerusan Pinjaman
116232 Penyisihan Piutang Tak Tertagih – Bagian Lancar RDI
116233 Penyisihan Piutang Tak Tertagih – Potensi Tunggakan
Yang Dapat Ditagih
11624 Penyisihan Piutang Tak Tertagih – Bagian Lancar Piutang KreditPemerintah
116241 Penyisihan Piutang Tak Tertagih – Bagian Lancar PiutangKredit Pemerintah Bidang Perkebunan
116242 Penyisihan Piutang Tak Tertagih – Bagian Lancar PiutangKredit Investasi Pemerintah
1163 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Bagian Lancar Tagihan PenjualanAngsuran
11631 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Bagian Lancar TagihanPenjualan Angsuran
116311 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Bagian Lancar TagihanPenjualan Angsuran
1164 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Bagian Lancar Tagihan TuntutanPerbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
11641 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Bagian Lancar TagihanTuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
116411 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Bagian Lancar TagihanTuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
1165 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Bagian Lancar Investasi Permanen
11651 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Bagian Lancar InvestasiPermanen
116511 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Bagian Lancar InvestasiPermanen
1166 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang dari Kegiatan Operasional BLU
11661 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU Penyedia Barangdan Jasa
116611 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PelayananKesehatan
116612 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PelayananPendidikan
116613 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PenunjangKonstruksi
116614 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PenyediaJasa Telekomunikasi
116619 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PenyediaBarang dan Jasa Lainnya
11662 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PengelolaWilayah/Kawasan Tertentu
116621 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PengelolaKawasan Otorita
116622 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PengelolaKasawan Ekonomi Terpadu
116629 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PengelolaKasawan Lainnya
11663 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU Pengelola DanaKhusus Masyarakat
116631 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PengelolaDana Investasi
116632 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PengelolaDana Bergulir
116639 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang BLU PengelolaDana Lainnya
11669 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Operasional LainnyaBLU
116691 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang dari KegiatanOperasional Lainnya BLU
1167 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang dari Kegiatan Non OperasionalBLU
11671 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Sewa BLU
116711 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Sewa TanahBLU
116712 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Sewa GedungBLU
116713 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Sewa RuanganBLU
116714 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Sewa Peralatandan Mesin BLU
116719 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Sewa LainnyaBLU
11672 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang dari Penjualan AsetBLU
116721 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang dari PenjualanAset Tetap BLU
116722 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang dari PenjualanAset Lainnya BLU
11679 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Non OperasionalLainnya BLU
116791 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang dari KegiatanNon Operasional Lainnya BLU
II. PENYISIHAN PIUTANG JANGKA PANJANG/ASET LAINNYA
155 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Piutang Jangka Panjang
1551 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Tagihan Penjualan Angsuran
15511 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Tagihan Penjualan Angsuran
155111 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Tagihan PenjualanAngsuran
1552 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Tagihan TuntutanPerbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
15521 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Tagihan TuntutanPerbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi
155211 Penyisihan Piutang Tak tertagih – TuntutanPerbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi
1553 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Tagihan Penjualan Angsuran BLU
15531 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Tagihan Penjualan AngsuranBLU
155311 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Tagihan PenjualanAngsuran BLU
1554 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Tagihan TuntutanPerbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi BLU
15541 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Tagihan TuntutanPerbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi BLU
155411 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Tagihan TuntutanPerbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi BLU
1555 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Kredit Pemerintah
15551 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Kredit Pemerintah
155511 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Kredit Pemerintah BidangPertanian dan Perkebunan
155512 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Kredit InvestasiPemerintah
1556 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Penerusan Pinjaman
15561 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Penerusan Pinjaman
155611 Penyisihan Piutang Tak tertagih – Penerusan Pinjaman
155612 Penyisihan Piutang Tak tertagih – RDI
BAB IV
JURNAL STANDAR
A. PEMBENTUKAN PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIHJurnal pembentukan penyisihan piutang tak tertagih dilakukan pada setiap tanggal
neraca, yaitu semesteran dan tahunan. Jurnal dibuat berdasarkan hasil perhitungan
penyisihan piutang tak tertagih untuk setiap jenis piutang berdasarkan kondisi nyata kualitas
piutang pada tanggal pelaporan. Jurnal penyisihan piutang tak tertagih dicatat dengan
menggunakan akun sesuai dengan akun piutang terkait.
Jurnal standar pembentukan penyisihan piutang tak tertagih dikelompokkan menurut
jatuh tempo piutang. Untuk piutang jangka pendek pembentukan penyisihan piutang tak
tertagih adalah dengan mendebet ekuitas dana lancar dan mengkredit akun penyisihan
piutang tak tertagih sebagai berikut:
Dr 31131X Cadangan Piutang XXXXX
Cr 116XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Pendek XXXXX
Sedangkan untuk satuan kerja badan layanan umum (BLU) jurnalnya adalah sebagai
berikut:
Dr 31132X Cadangan Piutang BLU XXXXX
Cr 116XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Pendek XXXXX
Untuk piutang jangka panjang pembentukan penyisihan piutang tak tertagih adalah dengan
mendebet akun diinvestasikan dalam asset lainnya dan mengkredit akun penyisihan piutang
tak tertagih sebagai berikut:
Dr 32131X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya XXXXX
Cr 155XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Panjang XXXXX
Sedangkan untuk satuan kerja BLU jurnalnya adalah sebagai berikut:
Dr 32132X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya-BLU XXXXX
Cr 155XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Panjang XXXXX
B. PENYESUAIAN PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIHPada tanggal pelaporan berikutnya K/L melakukan evaluasi terhadap perkembangan
kualitas piutang yang dimilikinya. Apabila kualitas piutang masih sama, maka tidak perlu
dilakukan jurnal penyesuaian cukup diungkapkan di dalam CaLK. Apabila kualitas piutang
menurun, maka dilakukan penambahan terhadap nilai penyisihan piutang tak tertagih
sebesar selisih antara angka yang seharusnya disajikan dalam neraca dengan saldo awal
dengan jurnal sebagai berikut:
1. Jurnal penambahan nilai penyisihan piutang tak tertagih untuk piutang jangka pendek:
Dr 31131X Cadangan Piutang XXXXX
Cr 116XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Pendek XXXXX
Jurnal penambahan nilai penyisihan piutang tak tertagih untuk piutang jangka pendek
satker BLU:
Dr 31132X Cadangan Piutang BLU XXXXX
Cr 116XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Pendek XXXXX
2. Jurnal penambahan nilai penyisihan piutang tak tertagih untuk piutang jangka panjang:
Dr 32131X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya XXXXX
Cr 155XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Panjang XXXXX
Sedangkan untuk satuan kerja BLU jurnalnya adalah sebagai berikut:
Dr 32132X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya-BLU XXXXX
Cr 155XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Panjang XXXXX
Sebaliknya, apabila kualitas piutang meningkat misalnya akibat restrukturisasi, maka
dilakukan pengurangan terhadap nilai penyisihan piutang tak tertagih sebesar selisih antara
angka yang seharusnya disajikan dalam neraca dengan saldo awal dengan jurnal sebagai
berikut:
1. Jurnal pengurangan nilai penyisihan piutang tak tertagih untuk piutang jangka pendek:
Dr 116XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Pendek XXXXX
Cr 31131X Cadangan Piutang XXXXX
Jurnal pengurangan nilai penyisihan piutang tak tertagih untuk piutang jangka pendek
satker BLU:
Dr 116XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Pendek XXXXX
Cr 31132X Cadangan Piutang BLU XXXXX
2. Jurnal pengurangan nilai penyisihan piutang tak tertagih untuk piutang jangka panjang:
Dr 155XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Panjang XXXXX
Cr 32132X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya XXXXX
Sedangkan untuk satuan kerja BLU jurnalnya adalah sebagai berikut:
Dr 155XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Panjang XXXXX
Cr 32132X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya-BLU XXXXX
C. PENGHAPUSBUKUAN PIUTANGBerdasarkan keputusan instansi yang berwenang dapat dilakukan penghapusbukuan
terhadap piutang pemerintah. Penghapusbukuan piutang tidak selalu diikuti oleh
penghapustagihan piutang. Oleh karena itu piutang yang sudah dihapusbukukan tetapi tetap
diupayakan penagihannya perlu ditatausahakan secara ekstrakomptabel dan diungkapkan
di dalam CaLK.
Piutang yang sudah dihapusbukukan harus dieliminasi dari neraca. Perlakuan
akuntansi penghapusan piutang dilakukan dengan cara mengurangi akun Piutang dan akun
Penyisihan Piutang Tak tertagih sebesar jumlah yang tercantum dalam surat keputusan
sebagai berikut:
Dr 116XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Pendek XXXXX
Cr 31131X Cadangan Piutang XXXXX
Dr 31131X Cadangan Piutang XXXXX
Cr 113XXX Piutang XXXXX
Sedangkan jurnal penghapusbukuan untuk satuan kerja BLU:
Dr 116XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Pendek XXXXX
Cr 31132X Cadangan Piutang BLU XXXXX
Dr 31132X Cadangan Piutang BLU XXXXX
Cr 113XXX Piutang XXXXX
Untuk piutang jangka panjang atau aset lainnya jurnalnya adalah sebagai berikut:
Dr 32131X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya XXXXX
Cr 155XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Panjang XXXXX
Dr 32132X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya XXXXX
Cr 155XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Panjang XXXXX
Sedangkan untuk satuan kerja BLU jurnalnya adalah sebagai berikut:
Dr 155XXX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Panjang - BLU XXXXX
Cr 32132X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya-BLU XXXXX
Dr 31132X Diinvestasikan dalam Aset Lainnya BLU XXXXX
Cr 1556XX Aset Lainnya -BLU XXXXX
BAB VILLUSTRASI AKUNTANSI PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH
1. Satker A memiliki piutang TGR sejak 1 Oktober 2011 senilai 24 juta yang akan diangsurRp 1 juta per bulan selama 24 bulan setiap tanggal 1 mulai 1 Oktober 2011. Sampai 31Desember 2011 pegawai yang bersangkutan mengangsur tepat waktu.
Tanggal 1 Oktober 2011 dicatat aset berupa Tagihan Tuntutan Ganti Rugi sebesarRp24.000.000 dengan jurnal sebagai berikut:
Dr 151211 Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 24.000.000
Cr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 24.000.000
Tanggal 31 Desember 2011 perlu dilakukan penyesuaian untuk mengakui beberapaperubahan dalam aset tersebut.
o Mengakui pengurangan Tagihan Tuntutan Ganti Rugi karena pelunasan untukbulan Oktober s.d. Desember 2011
Dr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 3.000.000
Cr 151211 Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 3.000.000
o Mengakui perubahan klasifikasi dari Tagihan Tuntutan Ganti Rugi yangmerupakan kelompok Aset Lainnya menjadi Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugiyang merupakan kelompok Aset Lancar untuk Tagihan TGR yang jatuh tempokurang dari 12 bulan. Reklasifikas tersebut dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Dr 311311 Bagian Lancar TGR 12.000.000
Cr 113411 Cadangan Piutang 12.000.000
Dr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 12.000.000
Cr 151211 Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 12.000.000
o Mengakui adanya kemungkinan piutang yang tidak dapat direalisasikan melaluiakun Penyisihan Piutang Tak tertagih. Dalam ilustrasi ini, piutang yang dimilikisatker pada tanggal pelaporan termasuk dalam kategori kualitas lancar.Penyisihan piutang tak tertagih dihitung sebagai berikuto 5/1000 X Rp21.000.000= Rp105.000, alokasi untuk piutang jangka
pendek dan panjang dihitung secara proporsional. Untuk penyisihanbagian lancar TGR= (12.000.000/21.000.000)*Rp105.000=Rp60.000 dansedangkan untuk aset lainnya adalah(9.000.000/21.000.000)*Rp105.000=Rp45.000. Penyesuaian tersebutdicatat dengan jurnal:
Dr 311311 Cadangan Piutang 60.000
Cr 116611Penyisihan Piutang Tak tertagih- BagianLancar TuntutanPerbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
60.000
Dr 311311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 45.000
Cr 155211 Penyisihan Piutang Tak tertagih-Tagihan Tuntutan Perbendahraan/TGR 45.000
Transaksi-transaksi yang terjadi selama bulan Oktober sampai dengan Desember 2011akan disajikan dalam neraca sebagai berikut:
Neraca per 31 Desember 2011
Aset Lancar KewajibanPiutang pajak 0 Kewajiban jangka Pendek 0Piutang PNBP 0 Kewajiban jangka Panjang 0Bag. lancar Penerusan Pinj. 0Bag. Lancar Piutang TGR 12.000.000Bag. Lancar TPA 0Piutang Lainnya 0Penyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pdk
(60.000)
Piutang jangka pendek neto 11.940.000 Jumlah Kewajiban 0
Aset LainnyaPiutang PenerusanPinjaman
0 Ekuitas Dana
Tagihan TGR 9.000.000 Ekuitas Dana lancarTagihan Penj. Angsuran 0 Cadangan Piutang 11.940.000Aset lain-lain 0 Ekuitas Dana InvestasiPenyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pjg
(45.000) Diinvestasikan dlm aset lainnya 8.955.000
Ekuitas Dana Cadangan 0Aset Lainnya Neto 8.955.000 Jumlah Ekuitas Dana 20.985.000
Jumlah Aset 20.895.000 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana 20.895.000
2. Satker A memiliki piutang TGR sejak 1 Oktober 2011 senilai 24 juta yang akan diangsurRp 1 juta per bulan selama 24 bulan. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2011pegawai yang bersangkutan menunggak cicilan pertama, kedua, dan ketiga. Atastunggakan cicilan tersebut telah diterbitkan surat tagihan kedua pada tanggal 25November 2011.Selanjutnya pada tanggal 05 Juni 2012, piutang tersebut dihapusbukukan berdasarkansurat keputusan penghapusbukuan piutang pemerintah.
Tanggal 1 Oktober 2011 dicatat aset berupa Tagihan Tuntutan Ganti Rugi denganjurnal sebagai berikut:
Dr 151211 Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 24.000.000
Cr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 24.000.000
Pada tanggal 31 Desember 2011 perlu dilakukan penyesuaian untuk mengakuibeberapa perubahan dalam aset tersebut.
o Karena debitor tidak melakukan pembayaran atas utangnya maka tidakdiperlukan jurnal untuk mencatat pengurangan Tagihan Tuntutan Ganti Rugi.
o Mengakui perubahan klasifikasi dari Tagihan Tuntutan Ganti Rugi yangmerupakan kelompok Aset Lainnya menjadi Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugiyang merupakan kelompok Aset Lancar untuk Tagihan TGR yang jatuh tempokurang dari 12 bulan. Dalam ilustrasi ini reklasifikasi sebesar Rp15.000.000berasal dari piutang tahun 2011 (Rp3.000.000) dan 2012 (Rp12.000.000).Reklasifikas tersebut dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Dr 113411 Bagian Lancar TGR 15.000.000
Cr 311311 Cadangan Piutang 15.000.000
Dr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 15.000.000
Cr 151211 Tagihan Tuntutan Ganti Rugi 15.000.000
o Mengakui adanya kemungkinan piutang yang tidak dapat direalisasikan melaluiakun Penyisihan Piutang Tak tertagih. Dalam ilustrasi ini, piutang yang dimilikisatker pada tanggal pelaporan termasuk dalam kategori diragukan. Penyisihanpiutang tak tertagih dihitung sebagai berikuto 50/100 X Rp24.000.000= Rp12.000.000, alokasi untuk piutang jangka
pendek dan panjang dihitung secara proporsional. Untuk penyisihanbagian lancar TGR=(15.000.000/24.000.000)*Rp12.000.000=Rp7.500.000 dan sedangkanuntuk aset lainnya adalah(9.000.000/24.000.000)*Rp12.000.000=Rp4.500.000. Penyesuaiantersebut dicatat dengan jurnal:
Dr 311311 Cadangan Piutang 7.500.000
Cr 116611Penyisihan Piutang Tak tertagih- BagianLancar TuntutanPerbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
7.500.000
Dr 311311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 4.500.000
Cr 155211 Penyisihan Piutang Tak tertagih-Tagihan Tuntutan Perbendahraan/TGR 4.500.000
Transaksi-transaksi yang terjadi selama bulan Oktober sampai dengan Desember 2011akan disajikan dalam neraca sebagai berikut:
Neraca per 31 Desember 2011Aset Lancar Kewajiban
Piutang pajak 0 Kewajiban jangka Pendek 0Piutang PNBP 0 Kewajiban jangka Panjang 0Bag. lancar Penerusan Pinj. 0Bag. Lancar Piutang TGR 15.000.000Bag. Lancar TPA 0Piutang Lainnya 0Penyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pdk
(7.500.000)
Piutang jangka pendek neto 7.500.000 Jumlah Kewajiban 0
Aset LainnyaPiutang PenerusanPinjaman
0 Ekuitas Dana
Tagihan TGR 9.000.000 Ekuitas Dana lancarTagihan Penj. Angsuran 0 Cadangan Piutang 7.500.000Aset lain-lain 0 Ekuitas Dana InvestasiPenyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pjg
(4.500.000) Diinvestasikan dlm aset lainnya 4.500.000
Ekuitas Dana Cadangan 0Aset Lainnya Neto 4.500.000 Jumlah Ekuitas Dana 12.000.000
Jumlah Aset 12.000.000 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana 12.000.000
Pada tanggal 30 Juni 2012, penghapusbukuan piutang pemerintah tersebut akan dicatatsebagai berikut:
Dr 116311 Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Pendek 7.500.000
Cr 311311 Cadangan Piutang 7.500.000
Dr 311311 Cadangan Piutang 15.000.000
Cr 113411 Bagian Lancar TGR 15.000.000
Untuk aset lainnya jurnalnya adalah sebagai berikut:
Dr 1556XX Penyisihan Piutang tak tertagih –Piutang Jangka Panjang 4.500.000
Cr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 4.500.000
Dr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 9.000.000
Cr 1556XX Tuntutan Ganti Rugi 9.000.000
Neraca Per 30 Juni 2012Aset Lancar Kewajiban
Piutang pajak 0 Kewajiban jangka Pendek 0Piutang PNBP 0 Kewajiban jangka Panjang 0Bag. lancar Penerusan Pinj. 0Bag. Lancar Piutang TGR 0Bag. Lancar TPA 0Piutang Lainnya 0Penyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pdk
0
Piutang jangka pendek neto 0 Jumlah Kewajiban 0
Aset LainnyaPiutang PenerusanPinjaman
0 Ekuitas Dana
Tagihan TGR 0 Ekuitas Dana lancarTagihan Penj. Angsuran 0 Cadangan Piutang 0Aset lain-lain 0 Ekuitas Dana InvestasiPenyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pjg
0 Diinvestasikan dlm aset lainnya 0
Ekuitas Dana Cadangan 0Aset Lainnya Neto 0 Jumlah Ekuitas Dana 0
Jumlah Aset 0 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana 0
3. Satker A memiliki piutang TGR sejak 1 Oktober 2011 senilai 24 juta yang akandiangsur Rp 1 juta per bulan selama 24 bulan setiap tanggal 1 mulai tanggal 1 Oktober2011. Jaminan atas penyelesaian kerugian tersebut berupa surat kepemilikankendaraan roda dua dengan nilai yang dapat diperhitungkan Rp 6 juta.
Sampai 31 Desember 2011 pegawai yang bersangkutan ternyata tidak mengangsur danatas tagihan pertama dan ke dua (Oktober dan Nopember 2011) telah diterbitkan surattagihan pertama pada tanggal 25 Nopember 2011.
Selanjutnya pada bulan Maret 2012, diterbitkan surat tagihan ke dua atas tagihan yangbelum dilunasi. Bulan Agustus 2011 pegawai yang bersangkutan membayar Rp 10 jutauntuk angsuran Oktober 2011 sampai dengan Juli 2012. Pembayaran angsuranberikutnya dibayar setiap awal bulan oleh yang bersangkutan.
Tanggal 1 Oktober 2011 dicatat aset berupa Tagihan Tuntutan Ganti Rugi denganjurnal sebagai berikut:
Dr 151211 Tagihan Tuntutan Perbendaraan/GantiRugi 24.000.000
Cr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 24.000.000
Pada tanggal 31 Desember 2011 perlu dilakukan penyesuaian untuk mengakuibeberapa beberapa perubahan dalam aset tersebut.
o Mengakui perubahan klasifikasi dari Tagihan Tuntutan Ganti Rugi yangmerupakan kelompok Aset Lainnya menjadi Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugiyang merupakan kelompok Aset Lancar untuk Tagihan TGR yang jatuh tempokurang dari 12 bulan. Reklasifikasi tersebut dicatat dengan jurnal sebagaiberikut:
Dr 113411 Bagian Lancar TGR 15.000.000
Cr 311311 Cadangan Piutang 15.000.000
Dr 151211 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 15.000.000
Cr 321311 Tagihan TuntutanPerbendaharaan/ Ganti Rugi
15.000.000
o Mengakui adanya kemungkinan piutang yang tidak dapat direalisasikan melaluiakun Penyisihan Piutang Tak tertagih. Dalam ilustrasi ini, piutang yang dimilikisatker pada tanggal pelaporan termasuk dalam kategori kurang lancar.Penyisihan piutang tak tertagih dihitung sebagai berikut
o 10/100 X (24.000.000-6.000.000)= Rp1.800.000, alokasi untuk piutangjangka pendek dan panjang dihitung secara proporsional. Untukpenyisihan bagian lancar TGR=(15.000.000/24.000.000)*Rp1.800.000=Rp1.125.000 dan sedangkanuntuk aset lainnya adalah(9.000.000/24.000.000)*Rp1.800.000=Rp675.000. Penyesuaian tersebutdicatat dengan jurnal:
Dr 311311 Cadangan Piutang 1.125.000
Cr 116611Penyisihan Piutang Tak tertagih- BagianLancar TuntutanPerbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
1.125.000
Dr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 675.000
Cr 155211 Penyisihan Piutang Tak tertagih-Tagihan Tuntutan Perbendahraan/TGR 675.000
Transaksi-transaksi yang terjadi selama bulan Oktober sampai dengan Desember 2011akan disajikan dalam neraca sebagai berikut:
Neraca per 31 Desember 2011Aset Lancar Kewajiban
Piutang pajak 0 Kewajiban jangka Pendek 0Piutang PNBP 0 Kewajiban jangka Panjang 0Bag. lancar Penerusan Pinj. 0 0Bag. Lancar Piutang TGR 15.000.000Bag. Lancar TPA 0Piutang Lainnya 0Penyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pdk
(1.125.000)
Piutang jangka pendek neto 13.875.000 Jumlah Kewajiban 0
Aset LainnyaPiutang PenerusanPinjaman
0 Ekuitas Dana
Tagihan TGR 9.000.000 Ekuitas Dana lancarTagihan Penj. Angsuran 0 Cadangan Piutang 13.875.000Aset lain-lain 0 Ekuitas Dana InvestasiPenyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pjg
(675.000) Diinvestasikan dlm aset lainnya 8.325.000
Ekuitas Dana Cadangan 0Aset Lainnya Neto 8.325.000 Jumlah Ekuitas Dana 22.200.000
Jumlah Aset 22.200.000 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana 22.200.000
o Pada tanggal 30 Juni 2012 perlu diakui penambahan penyisihan piutang tak tertagihdalam akuntansi satuan kerja karena pada bulan Maret 2012 telah diterbitkan surattagihan kedua. Kualitas piutang menurun dari kualitas kurang lancar menjadi diragukandan perhitungan untuk penyisihan piutang yang tak tertagih adalah sebagai berikut:o 50/100 x (24 juta – 6 juta )= 9 juta, alokasi untuk penyisihan piutang jangka
pendek adalah (15.000.000/24.000.000)*9.000.000=Rp5.625.000 dan alokasiuntuk penyisihan piutang jangka panjang adalah(9.000.000/24.000.000)*9.000.000=Rp3.375.000
Pada Neraca per 31 Desember 2011 telah dilaporkan penyisihan piutang taktertagih-jangka pendek sebesar Rp1.125.000 maka agar saldo penyisihanPitang tak tertagih pada tanggal 30 Juni 2012 Rp5.625.000 perlu dibuatpenyisihan Piutang Tak tertagih sebesar Rp4.500.000 (5.625.000-1.125.000).Untuk menyajikan penysisihan piutang tak tertagih-jangka panjang sebesarRp3.375.000, diperlukan penambahan penyisihan piutang jangka panjangadalah sebesar Rp2.700.000 (3.375.000-675.000) dengan jurnal sebagaiberikut:
Dr 311311 Cadangan Piutang 4.500.000
Cr 116611Penyisihan Piutang Tak tertagih- BagianLancar TuntutanPerbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
4.500.000
Dr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 2.700.000
Cr 155211 Penyisihan Piutang Tak tertagih-Tagihan Tuntutan Perbendahraan/TGR 2.700.000
Neraca per 30 Juni 2012 akan tampak sebagai berikut:
Aset Lancar KewajibanPiutang pajak 0 Kewajiban jangka Pendek 0Piutang PNBP 0 Kewajiban jangka Panjang 0Bag. lancar Penerusan Pinj. 0Bag. Lancar Piutang TGR 15.000.000Bag. Lancar TPA 0Piutang Lainnya 0Penyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pdk
(5.625.000)
Piutang jangka pendek neto 9.375.000 Jumlah Kewajiban 0
Aset LainnyaPiutang PenerusanPinjaman
0 Ekuitas Dana
Tagihan TGR 9.000.000 Ekuitas Dana lancarTagihan Penj. Angsuran 0 Cadangan Piutang 9.375.000Aset lain-lain 0 Ekuitas Dana InvestasiPenyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pjg
(3.375.000) Diinvestasikan dlm aset lainnya 5.625.000
Ekuitas Dana Cadangan 0Aset Lainnya Neto 5.625.000 Jumlah Ekuitas Dana 15.000.000
Jumlah Aset 15.000.000 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana 15.000.000
Selanjutnya untuk pengungkapan piutang dalam neraca per 31 Desember 2012, satkerperlu melakukan penyesuaian-penyesuaian sebagai berikut:
o Sampai dengan bulan Desember 2012, debitor telah membayar tunggakansebesar Rp10 juta yang dibayar pada bulan Juli dan mengangsur piutangnyasebesar Rp5.000.000 (Agustus s.d. Desember 2012), transaksi ini dicatatdengan jurnal sebagai berikut:
Dr 311311 Cadangan Piutang 15.000.000
Cr 111411 Bagian Lancar TGR 15.000.000
o Mengakui perubahan klasifikasi dari Tagihan Tuntutan Ganti Rugi yangmerupakan kelompok Aset Lainnya menjadi Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugiyang merupakan kelompok Aset Lancar untuk Tagihan TGR yang jatuh tempokurang dari 12 bulan. Dan juga Penyisihan piutang tak tertagih harusdireklasifikasi karena akun diinvestasikan dalam aset lainnya bersaldo nihil.Reklasifikas tersebut dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Dr 113411 Bagian Lancar TGR 9.000.000
Cr 311311 Cadangan Piutang 9.000.000
Dr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 9.000.000
Cr 151411 Tagihan TuntutanPerbendaharaan/ Ganti Rugi
9.000.000
Dr 155211 Penyisihan Piutang Tak tertagih-Tagihan Tuntutan Perbendahraan/TGR
3.375.000
Cr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya 3.375.000
o Mengakui adanya kemungkinan piutang yang tidak dapat direalisasikan melaluiakun Penyisihan Piutang Tak tertagih. Dalam ilustrasi ini, piutang yang dimilikisatker pada tanggal 31 Desember 2012 Tagihan Tuntutan Ganti Rugi satkerberubah dari kategori macet menjadi lancar sehingga terjadi penurunan padaakun penyisihan piutang tak tertagih. Perhitungan untuk penyisihan piutang taktertagih tersebut adalah 5/1.000 X Rp9.000.000= Rp45.000.
o Saldo penyisihan bagian lancar piutang tak tertagih per 30 Juni 2012 adalahRp5.625.000, dengan demikian selama satu semester terjadi penurunanpenyisihan piutang sebesar Rp5.580.000 (Rp5.625.000-Rp45.000). Untukmencatat transaksi tersebut dilakukan dengan jurnal berikut ini:
Dr 116611 Penyisihan Piutang Tak tertagih- BagianLancar TuntutanPerbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
5.580.000
Cr 311311 Cadangan Piutang 5.580.000
Dengan mencatat transaksi tersebut dalam satker maka neraca per 31 Desember 2012akan nampak seperti dibawah ini:
Neraca per 31 Desember 2012
Aset Lancar KewajibanPiutang pajak 0 Kewajiban jangka Pendek 0Piutang PNBP 0 Kewajiban jangka Panjang 0Bag. lancar Penerusan Pinj. 0Bag. Lancar Piutang TGR 9.000.000Bag. Lancar TPA 0Piutang Lainnya 0Penyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pdk
(45.000)
Piutang jangka pendek neto 8.955.000 Jumlah Kewajiban 0
Aset LainnyaPiutang PenerusanPinjaman
0 Ekuitas Dana
Tagihan TGR 0 Ekuitas Dana lancarTagihan Penj. Angsuran 0 Cadangan Piutang 8.955.000Aset lain-lain 0 Ekuitas Dana InvestasiPenyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pjg
0 Diinvestasikan dlm aset lainnya 0
Ekuitas Dana Cadangan 0Aset Lainnya Neto 0 Jumlah Ekuitas Dana 8.955.000
Jumlah Aset 8.955.000 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana 8.955.000
4. Perguruan Tinggi ABC (Satker BLU) memiliki piutang pendapatan uangpendidikan sejak 1 Desember 2011 senilai 4 juta yang belum dilunasi olehmahasiswa sampai dengan 31 Desember 2011. Atas tunggakan tersebut telahditerbitkan surat tagihan pertama pada tanggal 27 Desember 2011. Piutang tersebutdilunasi pada tanggal 02 April 2012
Tanggal 1 Desember 2011 dicatat aset berupa Piutang Pelayanan Pendidikandengan jurnal sebagai berikut:
Dr 113812 Piutang BLU Pelayanan Pendidikan 4.000.000
Cr 311321 Cadangan Piutang - BLU 4.000.000
o Tanggal 31 Desember 2011, Satker perlu mengakui adanya kemungkinan bahwapiutang tersebut tidak dapat ditagih dengan mengakui penyisihan piutang yang taktertagih, dengan perhitungan sebagai berikut:o Kualitas piutang adalah lancar meskipun sudah dikeluarkan surat teagihan
pertama namun surat tagihan tersebut belum melwati 1 bulan. Dengan demikiantarif penyusutannya sebesar 5 per mil dari piutangRp4.000.000X5/1000= Rp20.000
o Jurnal untuk mencatat penyisihan piutang tak tertagih tersebut adalah
Dr 311321 Cadangan Piutang - BLU 20.000
Cr 116812 Penyisihan Piutang Tak tertagih-Piutang BLU Pelayanan Pendidikan 20.000
Neraca satker per 31 Desember 2011 akan Nampak sebagai berikut:POSISI NERACA 31 DESEMBER 2011
Aset Lancar KewajibanPiutang pajak 0 Kewajiban jangka Pendek 0Piutang dr Keg.Opr. BLU 4.000.000 Kewajiban jangka Panjang 0Bag. lancar Penerusan Pinj. 0Bag. Lancar Piutang TGR 0Bag. Lancar TPA 0Piutang Lainnya 0Penyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pdk
(20.000)
Piutang jangka pendek neto 3.980.000 Jumlah Kewajiban 0
Aset LainnyaPiutang PenerusanPinjaman
0 Ekuitas Dana
Tagihan TGR 0 Ekuitas Dana lancarTagihan Penj. Angsuran 0 Cadangan Piutang 3.980.000Aset lain-lain 0 Ekuitas Dana InvestasiPenyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pjg
0 Diinvestasikan dlm aset lainnya 0
Ekuitas Dana Cadangan 0Aset Lainnya Neto 0 Jumlah Ekuitas Dana 3.980.000
Jumlah Aset 3.980.000 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana 3.980.000
o Tanggal 30 Juni 2012, satker perlu mengakui pelunasan piutang pendapatanpendidikan dan penihilan saldo penyisihan piutang tak tertagih. Jurnal untukmembukukan transaksi tersebut adalah sebagai berikut:
Dr 116812 Penyisihan Piutang Tak tertagih-Piutang BLU Pelayanan pendidikan 20.000
Cr 311321 Cadangan Piutang-BLU 20.000
Dr 311321 Cadangan Piutang-BLU 4.000.000
Cr 113812 Piutang BLU Pelayanan Pendidikan 4.000.000
POSISI NERACA PER 31 DESEMBER 2011
Aset Lancar KewajibanPiutang pajak 0 Kewajiban jangka Pendek 0Piutang PNBP 0 Kewajiban jangka Panjang 0Bag. lancar Penerusan Pinj. 0Bag. Lancar Piutang TGR 0Bag. Lancar TPA 0Piutang Lainnya 0Penyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pdk
0
Piutang jangka pendek neto 0 Jumlah Kewajiban 0
Aset LainnyaPiutang PenerusanPinjaman
0 Ekuitas Dana
Tagihan TGR 0 Ekuitas Dana lancerTagihan Penj. Angsuran 0 Cadangan Piutang 0Aset lain-lain 0 Ekuitas Dana InvestasiPenyisihan Piutang Taktertagih-P.Jk.Pjg
0 Diinvestasikan dlm aset lainnya 0
Ekuitas Dana Cadangan 0Aset Lainnya Neto 0 Jumlah Ekuitas Dana 0
Jumlah Aset 0 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Dana 0
DIREKTUR JENDERAL,
AGUS SUPRIJANTONIP 19530814 197507 1 001