Post on 30-Dec-2015
description
Pengelolaan Sumber Daya Alam
Perancangan SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu : Solusi Peningkatan Efektifitas
Produksi Gula - Studi Kasus PTPN IX Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar
Diajukan untuk Mengikuti Kompetisi
MITI Paper Challenge (MPC) 2012
Oleh :
Nurcahya Pradana T.P
Lutvi Satriyo Putro
Ferry Andriyanto
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS
Naskah jurnal ini adalah hasil karya saya/kami sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk
telah saya/kami nyatakan dengan benar.
Nama : Nurcahya Pradana Taufik Prakisya
Universitas : Universitas Sebelas Maret Surakarta
Tanggal : 20 September 2012
ii
Perancangan SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu : Solusi Peningkatan Efektifitas
Produksi Gula - Studi Kasus PTP Nusantara IX Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar
Nurcahya Pradana Taufik Prakisya, Lutvi Satriyo Putro, Ferry Andriyanto
Universitas Sebelas Maret
ABSTRAK
Pengolahan tebu mulai dari lahan pertanian hingga menjadi gula mengalami berbagai
proses yang cukup panjang. Proses pengolahan tersebut seringkali mengalami kendala, baik
dari pihak petani maupun Pabrik Gula (PG). Salah satu masalah yang kerap dihadapi PG
adalah menumpuknya permintaan penggilingan tebu oleh para petani dalam periode tertentu.
Padahal jangka waktu tebang tebu sampai penggilingan kurang dari 36 jam karena jika
melebihi batas waktu tersebut, maka persentase perbandingan antara gula yang dihasilkan
dengan jumlah tebu yang digiling akan menurun. Terutama jika tebu tersebut terbakar, maka
jangka waktu penggilingan kurang dari 24 jam. Lebih dari waktu tersebut, gula di dalam tebu
akan hilang. Oleh karena itu, dibangunlah sebuah sistem penunjang keputusan dengan
menggunakan AHP yang dapat membantu pabrik gula menentukan tingkat prioritas
penggilingan tebu yang kemudian akan menjadikan tebu tepat tebang sesuai dengan
kondisinya. Sistem yang dirancang diharapkan dapat mampu meningkatkan perekonomian
Indonesia terutama para petani tebu karena tidak akan ada tebu yang terbuang sia-sia. Prinsip
dasar kerja sistem ini didasarkan pada sirkulasi waktu panen tebu di areal perkebunan
Kabupaten Karanganyar yang kemudian diterapkan pada PTP Nusantara IX Pabrik Gula
Tasikmadu, Karanganyar. Dari hasil tersebut,dapat disimpulkan bahwa komoditas tebu sangat
menjanjikan untuk peningkatan perekonomian Indonesia pada umumnya dan masyarakat
petani tebu Karanganyar pada khususnya.
Kata kunci: pabrik gula, rendemen, SPK, tebu, waktu tebang angkut.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Ar-Rahman, Ar-Rahhim karena
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini yang
berjudul ”Perancangan SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu : Solusi Peningkatan
Efektifitas Produksi Gula - Studi Kasus PTP Nusantara IX Pabrik Gula Tasikmadu
Karanganyar” ini.
Tujuan dari disusunnya karya tulis ini adalah untuk mengikuti MITI Paper Challenge
yang akan dilombakan pada bulan Oktober 2012. Penyusunan karya tulis ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Sari Widya Sihwi, S.Kom, M.TI selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan dan pengarahan dalam proses penulisan karya tulis.
2. Petugas Dinas Pertanian Karanganyar, Pabrik Gula PTPN IX Tasikmadu, dan para
petani tebu Karanganyar yang telah bersedia membantu dalam proses pengumpulan
data.
3. Kedua orang tua dan keluarga kami yang senantiasa mendoakan dan memberi
dukungan kepada kami.
4. Teman – teman Jurusan Informatika Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
banyak membantu dan memberikan semangat pada kami.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini isinya sangat sederhana bahkan
dapat dikatakan jauh dari sempurna untuk disebut sebagai tulisan yang berbobot ilmiah.
Namun hal itu bagi penulis sudah merupakan pengerahan tenaga dan pikiran semaksimal
mungkin. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari semua pihak demi kemajuan karya tulis ini.
Dengan terselesaikannya karya ilmiah ini semoga dapat memberikan ilmu
pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Surakarta, 20 September 2012
Penulis
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia kaya akan hasil bumi, terutama pada lahan pertanian dan perkebunan.
Salah satu hasil perkebunan yang cukup menunjang perekonomian Indonesia adalah
tebu. Hasil pengolahan tebu, yakni gula pasir, merupakan komoditas pekebunan yang
sering digunakan dalam kehidupan sehari – hari. Namun demikian, proses pengolahan
tebu yang tidak tepat giling akan menimbulkan masalah tersendiri dalam hasil produksi
gula. Tingkat kualitas gula yang dihasilkan akan jauh menurun karena kadar kemanisan
yang hilang. Jika hal ini dibiarkan, maka program Swasembada Gula pemerintah tahun
2014 akan jauh dari sempurna yang kemudian berdampak pada impor gula dan
mematikan perekonomian di sektor tebu Indonesia.
Mulyadi, M. dkk (2009) menyatakan bahwa dewasa ini kita ketahui jumlah
populasi penduduk Indonesia semakin meningkat yang sebanding dengan jumlah
kebutuhan gula. Di tahun 2009 dengan populasi 225 juta jiwa, rata-rata konsumsi gula
penduduk Indonesia mencapai 12 kg per kapita, kebutuhan gula untuk konsumsi
langsung mencapai 2,7 juta ton dan konsumsi tidak langsung 1,1 juta ton. Tingkat
konsumsi gula dewasa ini masih jauh di bawah saturation level yang biasanya dicapai
negara-negara maju (30-55 kg/kapita/tahun). Sedangkan di tahun 2010 kebutuhan gula
Indonesia mencapai 4,15 juta ton atau naik rata-rata 3,87 % per tahun
Kesenjangan antara kebutuhan dan produksi gula lokal pada saat ini sekitar 32%
dan diatasi dengan impor gula. (Soemarno, 2011). Dalam kondisi keterbatasan devisa
dan kecenderungan harga gula dunia yang meningkat, impor gula akan menimbulkan
beban berat bagi perekonomian nasional di masa depan. Oleh karena itu, upaya
peningkatan produksi gula dalam negeri menjadi pilihan kebijakan yang paling tepat
sejauh upaya itu dapat dipertanggungjawabkan dari segi efisiensi penggunaan
sumberdaya. Dengan demikian, semua pihak wajib mendukung adanya kebijakan
tersebut, seperti para petani tebu dan pabrik gula.
Jumlah petani tebu yang cukup banyak di wilayah Kabupaten Karanganyar dapat
memberikan angin segar dalam hal kebutuhan tenaga kerja penggarap lahan tebu. Namun
demikian jumlah yang besar tersebut tidak didukung dengan semangat kerja petani
dikarenakan beberapa faktor, seperti mesin giling tebu yang ada di pabrik gula yang
sering mengalami kerusakan apabila terdapat overload beban giling tebu. Padahal tebu
1
tidak dapat bertahan lebih dari 36 jam setelah panen. Dengan demikian perlu diterapkan
sirkulasi penggilingan tebu yang disesuaikan dengan masa tebang angkut atau keadaan
darurat seperti tebu yang terbakar. Upaya yang dilakukan dengan pemanfaatan sistem
penunjang keputusan ini diharapkan dapat mengatur kondisi tersebut. Selanjutnya sistem
penunjang keputusan ini dibangun dengan tujuan akhir peningkatan efektifitas
penggilingan tebu di pabrik gula yang mampu meningkatkan kualitas gula dan dapat
menggerakkan perekonomian bangsa dalam bidang pangan.
B. Rumusan Masalah
Pengendalian waktu tebang angkut tebu yang kurang efektif dan penanganan
kondisi darurat untuk menentukan prioritas penggilingan tebu melalui sebuah sistem
penunjang keputusan. Usaha ini merupakan perancangan dan pembangunan sistem pada
pabrik gula untuk meningkatkan kualitas gula dalam negeri, perekonomian para petani
gula dan pada akhirnya keberhasilan Program Swasembada Gula 2014.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Membuat sebuah sistem penunjang keputusan pada PTP Nusantara IX Pabrik
Gula Tasikmadu untuk meningkatkan efektifitas proses muat tebang angkut
hingga penggilingan tebu demi memaksimalkan produksi gula.
2. Tujuan khusus
a. Meningkatkan efisiensi kinerja sumber daya giling tebu pada PTP Nusantara
IX Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar.
b. Meningkatkan perekonomian masyarakat petani tebu Kabupaten Karanganyar
melalui sirkulasi waktu tepat giling panen tebu.
D. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Kegiatan ini sebagai upaya pengembangan kreativitas dan mental mahasiswa
dalam bidang peningkatan perekonomian Indonesia melalui bidang pangan.
2. Bagi Masyarakat
Kegiatan ini dapat meningkatkan semangat bercocok tanam dan perekonomian
petani tebu serta menciptakan persaingan antarpetani tebu di kawasan Kabupaten
Karanganyar yang sehat.
3. Bagi Pemerintah
Karya ini sebagai wujud dukungan terhadap program Swasembada Gula 2014
dengan meningkatkan kualitas produksi gula Indonesia.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sistem Penunjang Keputusan
1. Definisi Sistem Penunjang Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau yang sering disebut dengan Decision
Support Sistem (DSS) muncul dan diperkenalkan pertama kali pada awal tahun
1970-an oleh Michael S. Scott Morton dengan istilah Management Decision Sistem.
Sistem tersebut adalah suatu sistem yang berbasis komputer yang ditujukan untuk
membantu pengambil keputusan dengan memanfaatkan data dan model tertentu
untuk memecahkan berbagai persoalan yang tidak terstruktur. Istilah SPK mengacu
pada suatu sistem yang memanfaatkan dukungan komputer dalam proses
pengambilan keputusan. Tahap – tahap pengambilan keputusan dalam SPK
meliputi : kegiatan inteligen (pengenalan masalah), kegiatan desain (perancanngan
alternative), dan kegiatan memilih dan menelaah, yaitu pemilihan dari beberapa
alternative yang ada.(Melwin,2010).
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam membangun sebuah SPK adalah
metode AHP. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli
matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan
efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat
proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam
bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki,
memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel
dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana
yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada
situasi tersebut.
2. Sistem Penunjang Keputusan berbasis web
Sistem Penunjang Keputusan (SPK) berbasis web adalah penggabungan antara
aplikasi SPK dengan layanan web service, sehingga mempermudah pengumpulan
data baik secara internal maupun eksternal. Arsitektur aplikasi SPK berbasis web
seperti pada Gambar 1.
3
Gambar 1. Arsitektur Aplikasi SPK Berbasis Web
B. Rendemen
Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang
dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10 %,artinya ialah bahwa dari
100 kg tebu yang digilingkan di Pabrik Gula akan diperoleh gula sebanyak 10 kg.
Berdasarkan waktu dan bahan ujinya, rendemen dapat dibagi menjadi rendemen efektif,
rendemen sementara, dan rendemen contoh. (Rifki, 2012)
C. Tebu
Tebu merupakan tanaman tropis yang merupakan bahan baku untuk pengolahan
gula putih, dimana yang dipakai adalah batang dari tanaman tebu ini. Tebu memiliki
beberapa jenis jika dilihat dari masa panennya atau masa penebangan serta penggilingan
yang tepat, yaitu :
1. Tebu masa tebang awal
Varietas tebu yang termasuk tebu masa tebang awal ini misalnya : PS 861 dan
PS 862. Tanaman tebu yang termasuk dalam jenis ini biasanya dapat dipanen pada
bulan ke-5 hingga bulan ke-8.
2. Tebu masa tebang tengah-akhir
Varietas tebu yang termasuk tebu masa tebang tengah hingga akhir ini misalnya
PS 864 dan Triton. Tanaman tebu yang termasuk dalam jenis ini walaupun sudah
tidak ada daunnya namun batangnya masih segar, sehingga masih bisa dipanen di
akhir tahun.
4
BAB III
METODOLOGI
A. Pendekatan
Pendekatan dilakukan kepada tiga pihak, yaitu kepada dinas perkebunan
kabupaten Karanganyar, petani tebu di Karanganyar dan perusahaan gula Tasikmadu.
Pendekatan ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang alur pembuatan gula, dari
penanaman sampai penggilingan tebu. Data ini akan dipakai sebagai dasar pembuatan
SPK ini.
B. Sumber
Dalam sistem ini, sumber yang dibutuhkan hanyalah data yang diberikan oleh
ketiga belah pihak. Data yang dibutuhakan adalah alur proses pembuatan tebu dan petani
tebu yang penggilingan tebunya dilakukan oleh pabrik gula Tasikmadu.
C. Sasaran
Sasaran umum dari sistem ini adalah perusahaan gula Tasikmadu. Sasaran khusus
dari program ini adalah petani tebu, yang tebunya digiling oleh pabrik tebu Tasikmadu
dan ekonomi Indonesia sebagai salah satu pendukung swasembada gula.
D. Tahapan
1. Wawancara dan pengumpulan data
Wawancara dan pengumpulan data dilakukan oleh pihak akademik, yaitu
mahasiswa sebagai perencana SPK. Pihak yang diwawancarai dan diambil datanya
adalah dinas perkebunan kabupaten Karanganyar, salah satu petani tebu
Karanganyar dan pabrik gula Tasikmadu Karanganyar.
2. Pembuatan sistem
Pembuatan program dilakukan oleh pihak akademis, yaitu mahasiswa sebagai
pemilik ide. Sistem dibuat berdasarkan metode SPK AHP.
3. Pelatihan pemakaian sistem
Pegawai pabrik gula yang ditunjuk oleh pabrik gula sebagai admin dan user
dari program ini akan dilatih cara pemakaian program ini. Pelatih untuk petugas itu
tidak lain adalah kami, sebagai mahasiswa pemilik ide.
4. Penerapan sistem
Sistem yang sudah dibuat, akan diterapkan sebagai salah satu pendukung
pabrik gula Tasikmadu dalam menentukan perkebunan yang akan ditebang tebunya
dan digiling.
5
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Uraian Hasil Kajian
Dari survei dan wawancara kepada Pabrik Gula Tasikmadu, dinas perkebunan
Kabupaten Karanganyar dan salah satu petani tebu Karanganyar, beberapa kajian yang
diperoleh
- Bapak Azhari, sebagai Kepala Bidang Tebang Angkut (CT) memperoleh
informasi dari Bidang Pengolahan untuk kapasitas giling. Informsi ini dibawa ke
forum antara pabrik gula dengan petani tebu.
- Dari forum ini, CT memberikan SPTA (Surat Perintah Tebang Angkut) kepada
petani sesuai jumlah SPTA yang tersedia untuk setiap wilayah.
- Banyaknya SPTA yang diberikan, mengacu pada kapasitas giling tebu saat itu,
- Petani yang mendapat SPTA, tebu miliknya akan ditebang keesokan harinya.
Supir dari pabrik yang mengangkut tebu akan diberikan SPTA dari petani sebagai
tanda tebu ini telah siap giling.
- Untuk tebu yang terbakar, angkut dan tebangnya diprioritaskan, karena tebu yang
terbakar akan hilang kadar gulanya dalam waktu kurang dari 24 jam.
- Untuk tebu yang tidak terbakar, atau disebut tebu segar, maksimal giling adalah
36 jam.
- Masa penebangan tebu dibagi menjadi 2, antara tanggal 1 sampai 15 dan 16
sampai 30.
B. Temuan
Berdasarkan kajian yang diperoleh, ternyata SPTA yang dikeluarkan oleh CT
kepada petani, harganya cukup mahal. Pemberian SPTA yang tepat sangat diperlukan,
agar proses penebangan dan pengangkutan tebu dapat berjalan dengan adil dan efektif.
C. Ide Sistem
Sistem Penunjang Keputusan Tepat Waktu Tebang Angkut ini akan menjadi
dasar baru dalam penentuan petani yang akan diberika SPTA. Metode SPK yang dipakai
adalah AHP. SPK metode AHP adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan
dengan memcahkan persoalan tersbut ke dalam bagian-bagiannya, menata bagian atau
variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan
subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensisntesis berbagai pertimbangan ini
6
untuk menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak
untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Gambar 2. Diagram Alir Sistem
Pada sistem yang akan dirancang ini user (SKW) harus memasukkan inputan
dalam 2 tahap. Tahap pertama adalah inputan berupa jumlah SPTA yang dikeluarkan
untuk petani di wilayahnya, jumlah petani dan kemudian rata-rata kapasitas truk. Setelah
semua inputan tahap pertama terisi maka inputan tahap kedua dimulai yaitu inputan
nama petani dan inputan-inputan yang berguna sebagai komparasi, penentuan pemberian
SPTA untuk lahan tebu yang tepat. Inputan - inputan itu adalah :
- Kondisi tebu, terbakar atau tidak.
- Tingkat kematangan tebu.
- Jenis tebu yang akan dipanen.
- Luasan lahan
- Status lahan
Kriteria paling prioritas adalah kondisi tebu. Jika tebu terbakar, maka lahan tebu
harus segera diberikan SPTA untuk segera ditebang dan kemudian bisa digiling, agar
kadar gulanya tidak mengalami penurunan terlalu drastis. Jika semua lahan tebunya tidak
terbakar, kriteria yang akan dilihat adalah tingkat kematangan dan jenis tebu yang
dipanen. Jika ketiga kriteria ini memenuhi, maka prioritas selanjutnya adalah luasan
lahan. Luasan lahan ini terbagi atas 3 kriteria, lahan kecil(kapasitasnya sama dengan 1
SPTA), lahan sedang(kapasitasnya lebih sedikit dari 1 SPTA) dan lahan
besar(kapasitasnya lebih dari 1 SPTA). Prioritas untuk tebang adalah lahan kecil, sedang
dan besar. Untuk kriteria status lahan, digunakan jika penebangan lahan besar tidak
7
selesai / sudah cukup kuota SPTAnya, lahan ini akan lebih diprioritaskan untuk
penebangan selanjutnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat kita tarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Waktu tebang angkut dan penggilingan tebu dapat mempengaruhi rendemen
atau perbandingan jumlah gula yang dihasilkan dengan tebu yang digiling.
2. SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu diharapkan dapat membantu
penentuan prioritas lahan tebu yang tepat yang harus ditebang terlebih dahulu
oleh PTP Nusantara IX Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar.
3. SPK Waktu Tepat Tebang Angkut Tebu diharapkan dapat mengefektifkan
waktu tebang tebu sehingga jumlah upah petani meningkat yang dihitung
berdasarkan rendemen tebu dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan
petani.
4. Sirkulasi waktu penebangan yang tepat sesuai kapasitas giling Pabrik Gula,
dapat meningkatkan efektifitas kerja pabrik, efisiensi SPTA yang harus dibuat,
dan jumlah produksi gula.
5. Produksi gula domestik yang meningkat nantinya akan membantu program
Swasembada Gula pemerintah dan menurunkan tingkat impor gula sehingga
perekonomian Indonesia semakin maju melalui komoditas hasil bumi sendiri.
B. Saran
Dengan adanya rancangan sistem ini, maka kami menyarankan sebagai berikut :
1. Rancangan sistem yang sudah disampaikan di atas hendaknya dapat
diimplementasikan dan terus dikembangkan oleh PTP Nusantara IX Pabrik
Gula Tasikmadu Karanganyar untuk meningkatkan efektifitas tebang-angkut-
giling tebu.
2. Pengembangan rancangan sistem ini sangat dimungkinkan mengingat
permasalahan yang terdapat di dalam pabrik gula tidak hanya pada tebang
angkut dan penggilingan tebu.
8
DAFTAR PUSTAKA
Adi Kusumo,W., Yuliana Setiowati, Kholid Fathoni. (2010). Rancang Bangun Sistem
Informasi Penggilingan Tebu Pada Perusahaan GulaStudi Kasus Pabrik Gula
Pesantren Baru – Kediri. Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika. Politeknik
Elektronika Negeri Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember ,Kampus ITS,
Surabaya 60111
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. (2007). Proses dan
Arah Perkembangan Agrobisnis Tebu Edisi Kedua
Mulyadi,M., Aris Toharisman dan Mirzawan, PDN.(2009).Identifikasi Potensi Lahan Untuk
MendukungPengembangan Agribisnis Tebu Di Wilayah TimurIndonesia, Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia.Jln. Pahlawan 25. Pasuruan
Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), (2008), Konsep Peningkatan Rendemen
Untuk MendukungProgram Akselerasi Industri Gula Nasional. isri@telkom.net
Rahmatullah, Rifki.(2012).Pengaruh Pemupukan N dan P Terhadap Keragaan dan Hasil
Tebu Transgenik IPB 1 di PG Djatiroto, Jawa Timur.Institut Pertanian Bogor.Bogor
Soemarno, 2011, Model Pengembangan Kawasan Agribisnis Tebu. Bahan Kajian MK.
Metode Perencanaan Pengembangan Wilayah. Diabstraksikan oleh PMPSLP PPSUB
Syafrizal,Melwin.(2010). Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System).STMIK
Amikom.Yogyakarta
9