Post on 23-Oct-2021
1
Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017
1
PERANCANGAN RENCANA PRODUKSI PADA UMKM ABON IKAN PATIN IBU RATU MENGGUNAKAN METODE GOAL
PROGRAMMING
Tabah Darma1, Fauzia Dianawati2
1,2Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik – Universitas Indonesia, Depok 16424
Tel: (021) 78888805. Fax: (021) 78885656
1tabah.darma@gmail.com, 2fauziadiana23@gmail.com
Abstrak
Kebijakan perencanaan produksi merupakan kegiatan yang berperan penting dalam keberlangsungan suatu perusahaan. Penelitian ini membahas mengenai implementasi metode goal proramming dalam rangka menentukan rencana produksi pada UMKM Abon Ikan Patin Ibu Ratu. Pada metode goal programming, model matematika dibuat berdasarkan data potensi permintaan dan harga pokok produksi. Potensi permintaan tersebut didapatkan dari hasil kuisioner tentang pola konsumsi masyarakat Kota Depok terhadap produk olahan ikan. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa terdapat potensi permintaan produk abon ikan patin untuk ukuran kemasan 50 gram sebanyak 20 pack dan kemasan 100 gram sebanyak 31 pack. Metode perhitungan harga pokok produksi pada penelitian ini adalah metode activity-based costing. Perhitungan harga pokok produksi produk abon ikan patin ukuran kemasan 100 gram adalah Rp 27.991 dan Rp 14.624 untuk ukuran kemasan 50 gram. Dari hasil perhitungan metode goal programming menggunakan software LINGO, diperoleh rencana produksi yang disarankan kepada UMKM adalah memproduksi lima kilogram abon ikan patin dengan variasi jumlah produk pada masing-masing ukuran kemasan sebesar 20 pack untuk ukuran 50 gram dan 40 pack untuk ukuran 100 gram.
Designing Production Plan on UMKM Abon Ikan Patin Ibu Ratu Using Goal Programming Method
Abstract
The policy of production planning is an activity that plays an important role in the sustainability of a company. This study discusses about the implementation of goal programming method in order to determine the production plan at UMKM Abon Ikan Patin Ibu Ratu. In goal programming method, a mathematical model was developed by using data of potential demand and cost of production. The potential demand is obtained from questionnaire about the consumption patterns of people in Depok to processed fish products. The results from questionnaire shows that the potential demand for shredded catfish products with the packing size 50 grams is 20 packs and 100 grams packing size is 31 packs. In this reaearch, activity-based costing method is used to calculating the cost of production. The cost of shredded catfish production from packing size 100 grams is Rp 27.991 and Rp 14.624 for the 50 gram packing size . From the result of calculation goal programming method by using LINGO software, the production plan which recommended for UMKM Ibu Ratu is produce five kilogram shredded catfish product with the amount of each variation pack size is 20 pack for 50 gram and 40 pack for 100 gram.
Keywords: Activity Based Costing; Catfish Shredded; Goal Programming; Potential Demand; Production Plan.
Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017
2
Pendahuluan
Perkembangan dunia industri khususnya di indonesia pada saat ini sangat berkembang
dan penuh dengan persaingan. Sampai saat ini, penggerak perekonomian indonesia masih
didominasi oleh usaha yang dibuat oleh masyarakat berskala kecil hingga menengah. Usaha
miko kecil dan menengah (UMKM) adalah bisnis dengan skala kecil yang cenderung hanya
mengandalkan modal sendiri dan tidak bergantung investor, hal ini membuat UMKM sangat
berpotensi untuk bisa survive atau berkembang secara mandiri. Gambar 1 menunjukkan
bahwa UMKM memiliki peran yang sangat penting bagi produk domestik bruto, serta
penyerapan tenaga kerja di Indonesia.
Gambar 1. Penetrasi dan Kontribusi UMKM di Indonesia
Sumber : Laporan Badan Pusat Statistik (BPS), 2013
Terdapat 15 jenis subsektor ekonomi kreatif yang muncul di Indonesia mulai dari jenis
usaha kerajinan hingga usaha kuliner. Dari sekian banyak jenis subsektor yang ada di
Indonesia, jenis subsektor kuliner memiliki kontribusi terbesar bagi penggerak perekonomian
Indonesia dengan menyumbang PDB sebesar Rp 209 triliun, dilanjutkan oleh subsektor
fesyen dan kerajinan sebesar masing-masing Rp 182 triliun dan Rp 93 triliun. Selain
kontribusi, jenis subsektor kuliner juga merupakan unit usaha terbanyak di Indonesia. Hal ini
menunjukkan tingginya persaingan jenis UMKM kuliner.
Jika ditinjau lebih lanjut pada jenis subsektor kuliner, terdapat sebuah potensi bagi
bisnis olahan ikan di Indonesia. Berdasarkan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional BPS
(2015), tercatat angka konsumsi ikan pada tahun 2015 adalah sebesar 41,11
kg/kap/tahun, melebihi target yang telah ditentukan sebesar 40,90 kg/kap/tahun. Penyediaan
konsumsi ikan untuk konsumsi domestik tahun 2014 mencapai 13,07 juta ton, meningkat
52 54 55 56 57 96 98 101 107 114
1,212 1,282 1,369 1,451 1,536
2009 2010 2011 2012 2013
Unit Usaha (Juta) Tenaga Kerja (Juta) Produk Domestik Bruto (Rp. Triliun)
Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017
3
sebesar 10,01 persen dibandingkan tahun 2013. Hal ini dijelaskan oleh Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya (2014), yang mengatakan salah satu penyebab meningkatnya konsumsi
ikan dikarenakan ikan memiliki kandungan nutrisi berupa sumber protein yang penting bagi
kesehatan.
Peningkatan angka konsumsi ikan di Indonesia juga diikuti dengan peningkatan
produksi rata-rata ikan di Indonesia. Khusus untuk produksi Ikan patin nasional, terjadi
peningkatan rata-rata sebesar 95,57% dari tahun 2010 ke tahun 2013. Produksi ikan patin di
Indonesia pada tahun 2011 berada pada peringkat kedua dunia atau 16,01% dari produksi
dunia. Pada tahun 2013 produksi ikan patin melebihi target produksi hingga mencapai
129,07%. Jika dilihat dari fakta mengenai produksi ikan patin di Indonesia, maka terdapat
peluang yang sangat tinggi bagi produk olahan ikan patin untuk dapat dikembangkan lebih
lanjut.
Peluang bisnis olahan ikan khususnya olahan ikan patin inilah yang menjadi dasar
berdirinya UMKM Abon Ikan Patin Ibu Ratu. UMKM yang beralamat di Jalan Mahakam
No.96 Pancoran Mas, Depok ini adalah usaha pemberdayaan masyarakat yang berencana
memproduksi produk olahan abon ikan patin dalam bentuk kemasan. UMKM ini telah
melakukan tiga kali percobaan produksi dari bulan januari hingga bulan april. Dalam
pelaksanaan produksinya, UMKM ini belum melakukan perencanaan produksi yang optimal.
Dalam sekali melakukan produksi, UMKM ini menggunakan bahan baku sebesar 10 Kg ikan
patin segar. Jumlah produk yang dihasilkan bervariatif tergantung dari kualitas daging ikan
patin yang dibeli yakni berkisar antara 2,5 Kg – 3 Kg abon ikan patin.
Masalah yang terjadi selama pada UMKM Abon Ikan Patin Ibu Ratu adalah harga jual
untuk satu kemasan produk abon ikan patin yang ditawarkan UMKM ini sangat tinggi
dibandingkan dengan harga jual yang ditawarkan oleh kompetitor lain. Selain itu, UMKM
Abon Ikan Patin Ibu Ratu belum pernah melakukan perencanaan produksi sebagai dasar
dalam melakukan proses produksi abon ikan patin. Saat ini UMKM sudah berencana untuk
menjalin kerjasama kepada beberapa distributor besar atau retailer, namun terkendala oleh
harga jual yang tidak sesuai dengan permintaan distributor atau retailer.
Perencanaan produksi merupakan perencanaan tentang produk apa dan berapa yang
akan diproduksi oleh perusahaan dalam satu periode kedepan. Perencanaan produksi
berhubungan dengan penentuan volume, ketepatan waktu penyelesaian, dan utilitas kapasitas.
Dalam keadaan dimana seorang pengambil keputusan dihadapkan pada permasalahan yang
mengandung beberapa tujuan didalamnya, maka dibutuhkan sebuah model matematika yang
dapat menemukan solusi optimalnya. Salah satu model matematika yang dapat digunakan
Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017
4
dalam perencanaan produksi dengan beberapa tujuan adalah goal programing. Model ini
memerlukan berbagai masukan (input) dari sistem produksi yang ada di pabrik untuk
mendukung keputusan yang akan dihasilkan. Adapun masukan yang dibutuhkan antara lain
data harga tiap produk, jumlah permintaan produk, biaya produksi, dan kapasitas mesin.
Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dibahas aplikasi model Goal Programming
optimisasi perencanaan produksi abon ikan patin yang memiliki beberapa fungsi tujuan yang
ingin dicapai perusahaan. Adapun yang menjadi fungsi tujuan dalam penelitian ini adalah
memenuhi permintaan konsumen, memaksimalkan pendapatan, dan meminimalkan biaya
produksi. Selanjutnya, penyelesaian model goal programming akan dibantu dengan sofware
LINGO.
Tinjauan Teoritis
Permintaan merupakan jumlah barang dan jasa yang diminta (mampu dibeli)
seseorang atau individu dalam waktu tertentu pada berbagai tingkat harga (Ahman & Yana,
2009). Permintaan menjadi dasar sebuah perusahaan/industri dalam menjalankan bisnisnya.
Tujuan utama dari sebuah perusahaan yaitu melayani konsumen, dan tujuan akhir dari
perusahaan adalah menjalankan kegiatan usaha agar dapat bertemu dengan kebutuhan
konsumen (Arnold & Chapman, 2004). Permintaan potensial adalah permintaan masyarakat
terhadap suatu barang dan jasa yang sebenarnya memiliki kemampuan untuk membeli, tetapi
belum melaksanakan pembelian barang atau jasa tersebut. Konsumen pada hanya akan
membeli suatu barang apabila menginginkannya. Dalam menentukan permintaan yang
potensial, dibutuhkan beberapa pendekatan seperti penyebaran kuesioner untuk mengetahui
minat masyarakat terhadap sebuah produk dan melakukan peramalan untuk mengetahui
kondisi yang terjadi di masa yang akan datang.
Kuesioner
Kuesioner merupakan sarana yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang
pengetahuan masyarakat, kepercayaan, sikap, dan perilaku (Oppenheim, 1992). Pembuatan
kuesioner yang tidak layak dan kurang teliti berpengaruh terhadap kualitas data menjadi
buruk, kesimpulan yang menyesatkan, dan rekomendasi yang salah (Boynton & Greenhalgh,
2004).
Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017
5
Peramalan (Forecasting)
Peramalan (forecasting) adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa
datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu, dan lokasi yang
dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa (Nasution, 2006).
Peramalan memiliki peranan yang cukup penting bagi suatu perusahaan karena sistem
peramalan berperan dalam perencanaan persediaan, produksi, penjualan, dan peluang strategi
dimasa depan.
Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi merupakan biaya produksi yang berkaitan dengan barang-barang
yang diselesaikan dalam satu periode (Garrison, Eric, & Peter, 2006). Berdasarkan pendapat
tersebut disimpulkan bahwa harga pokok produksi adalah semua biaya produksi yang
digunakan untuk memproses suatu bahan baku hingga menjadi barang jadi dalam suatu
periode waktu tertentu.
Dalam perhitungan sistem tradisional biaya produksi terdiri dari tiga elemen yaitu biaya
bahan baku, biaya benaga berja langsung, biaya overhead pabrik. Sistem tradisional hanya
menggunakan driver-driver aktivitas berlevel unit untuk membuat perhitungan harga pokok
produksi. Sistem tradisional tidak mencerminkan penyebab terjadinya biaya. Cost driver yang
digunakan dalam Sistem tradisional sebagai dasar pembebanan dapat berupa jam kerja
langsung, jam mesin, jam inspeksi dan sebagainya.
Dalam penelitian ini, dilakukan perhitungan harga pokok produksi dengan
menggunakan sistem activity-based costing. Sistem perhitungan ABC dianggap lebih akurat
karena memperhitungkan dengan detail komponen biaya yang dikeluarkan berdasarkan
aktivtas penyebabnya. Activity-based costing system telah dikembangkan pada organisasi
sebagai suatu solusi untuk masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan sistem
tradisional. Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (ABC) adalah metode perhitungan biaya
yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi manajer unttuk keputusan strategis
dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap
(Garrison, Eric, & Peter, 2006, hal. 440).
Tahap-tahap dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan activity-based
costing system adalah sebagai berikut (Supriyono R. A., 2007):
Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017
6
1. Prosedur Tahap Pertama
a. Penggolongan Berbagai Aktivitas
b. Pengasosiasian Berbagai Biaya dengan Berbagai Aktivitas
c. Menentukan Cost Driver yang tepat
d. Penentuan kelompok-kelompok biaya yang homogen (Homogeneous Cost Pool)
e. Penentuan tarif kelompok (Pool Rate)
2. Prosedur Tahap Kedua
Tahap kedua untuk menentukan harga pokok produksi yaitu biaya untuk setiap kelompok
biaya overhead pabrik dilacak ke berbagai jenis produk. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan tarif kelompok yang dikonsumsi oleh setiap produk. Ukuran ini merupakan
penyederhanaan dari kuantitas cost driver yang digunakan oleh setiap produk. Biaya
overhead pabrik ditentukan dari setiap kelompok biaya ke setiap produk dengan rumus
(Supriyono, 1999, hal. 272) sebagai berikut:
BOP dibebankan=Tarif Kelompok x Unit Cost Driver
Activity-based costing system merupakan perhitungan biaya yang menekankan pada
aktivitas-aktivitas yang menggunakan jenis pemicu biaya lebih banyak. Sehingga dapat
mengukur sumber daya yang digunakan oleh produk secara lebih akurat dan dapat
membantu pihak manajemen dalam meningkatkan mutu pengambilan keputusan
perusahaan. Activity-based costing system membebankan biaya aktivitas-aktivitas
berdasarkan besarnya pemakaian sumber daya dan membebankan biaya pada objek biaya,
seperti produk atau pelanggan berdasar biaya pemakaian kegiatan. Activity-based costing
system merupakan sistem akuntansi yang memfokuskan pada aktivitas untuk
memproduksi produk.
Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi merupakan penentuan arah awal dari tindakan yang akan
dilakukan di masa yang akan datang, apa yang harus dilakukan, berapa banyak dan kapan
harus melakukannya. Perencanaan produksi merupakan bagian dari perencanaan operasional
di dalam perusahaan. Dalam penyusunan perencanaan produksi, hal yang perlu
dipertimbangkan adalah adanya optimasi produksi sehingga akan dapat dicapai tingkat biaya
yang paling rendah untuk pelaksanaan proses produksi tersebut (Anis, 2007). Perencanaan
proses produksi meliputi perencanaan dan pengorganisasian orang, bahan baku, mesin,
peralatan serta modal yang diperlukan untuk melakukan proses produksi (Rio, 2006).
Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017
7
Goal Programming
Model goal programming merupakan perluasan dari model pemograman linier yang
dikembangkan oleh A. Charles dan W. M. Cooper pada tahun 1956 sehingga seluruh asumsi,
notasi, formulasi matematika, prosedur perumusan model dan penyelesaian tidak berbeda.
Goal programming (GP) merupakan perluasan dari model liniear programming. Goal
programming adalah salah satu model matematis (empiris) yang dipakai sebagai dasar
pengambilan keputusan. GP digunakan untuk menganalisis dan membuat solusi persoalan
yang melibatkan banyak tujuan sehingga diperoleh alternatif pemecahan masalah yang
optimal (Siswanto, 2007).
Model goal programming berasal dari model pemrograman linier. Beberapa istilah yang
digunakan dalam Goal Programming, yaitu :
1. Variabel Keputusan (VK)
Variabel keputusan adalah variabel yang menguraikan secara lengkap keputusan-
keputusan yang akan dibuat. Penemuan variabel keputusan di dalam proses pemodelan,
terlebih dahulu harus dilakukan sebelum merumuskan fungsi tujuan dan kendala-
kendalanya (Dimyati & Dimyati, 1999)
2. Fungsi Tujuan (FT)
Fungsi tujuan adalah fungsi dari variabel keputusan yang akan diminimumkan atau
dimaksimumkan. Fungsi tujuan dalam goal programming pada umumnya adalah
masalah minimisasi, karena dalam fungsi tujuan terdapat variabel simpangan yang harus
diminimumkan (Siswanto, 2007). Fungsi tujuan dalam goal programming dibuat dalam
bentuk sebagai berikut (Mulyono, 2007) :
Minimumkan Z= di-‐+di+
m
i=1
3. Fungsi Kendala
Fungsi kendala merupakan fungsi matematik yang menyajikan batasan sumber daya
yang tersedia untuk digunakan. Ada enam jenis kendala tujuan yang berlainan. Maksud
setiap jenis kendala itu ditentukan oleh hubungannya dengan fungsi tujuan. Enam jenis
kendala tersebut disajikan pada Tabel 2.8 sebagai berikut (Mulyono, 2007).
Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017
8
Tabel 1. Jenis-jenis Kendala Tujuan
Kendala Tujuan
Variabel
Simpangan dalam
FT
Kemungkinan
Simpangan
Penggunaan
Nilai RHS yang
diinginkan
!!"!! + !!! = !! !!! Negatif = !! !!"!! − !!! = !! !!! Positif = !!
!!"!! + !!! − !!! = !! !!! Neg dan Pos !! atau lebih !!"!! + !!! − !!! = !! !!! Neg dan Pos !!atau kurang !!"!! + !!! − !!! = !! !!! dan !!! Neg dan Pos = !! !!"!! − !!! = !! !!! Tidak ada = !!
Sumber: Mulyono, 2007
4. Model Umum Goal Programming
Secara umum model goal programming dapat dirumuskan sebagai berikut (Siswanto,
2007) :
Min (!!! + !!!)
!
!!!
Dengan kendala tujuan:
!!!!! + !!"!! +⋯+ !!!!! + !!! − !!! = !!
!!"!! + !!!!! +⋯+ !!!!! + !!! − !!! = !!
!!!!! + !!!!! +⋯+ !!"!! + !!! − !!! = !!
Kendala non negatif:
!! ,!!!,!!! ≥ 0
Keterangan:
!!" = koefisien teknologi fungsi kendala tujuan, yaitu berhubungan dengan tujuan
peubah pengambilan keputusan (!!)
!! = peubah pengambilan keputusan atau kegiatan yang kini dinamakan sebagai sub
tujuan
!! = tujuan atau target yang ingin dicapai
!!! = jumlah unit deviasi yang kelebihan (+) terhadap tujuan (!!)
!!! = jumlah unit deviasi yang kekurangan (-) terhadap tujuan (!!)
! = 1,2,3,..., m
! = 1,2,3,..., n
Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017
9
Metode Penelitian
Data yang digunakan dan diolah dalam penelitian ini merupakan data primer dan data
sekunder. Data primer ini dikumpulkan secara langsung untuk keperluan penelitian. Data
diperoleh melalui wawancara, observasi, dan penyebaran kuesioner. Wawancara dilakukan
kepada pemilik UMKM Abon Ikan Patin Ibu Ratu untuk mengetahui latar belakang dan
gambaran umum permasalahan yang terjadi pada UMKM. Selanjutnya, observasi dilakukan
secara langsung ketika UMKM melakukan percobaan produksi untuk mendapatkan data-data
yang berkaitan dengan data biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
Data hasil observasi digunakan untuk menghitung harga pokok produksi yang dikeluarkan
oleh UMKM. Perhitungan harga pokok produksi pada penelitian ini menggunakan metode
Activity Based Costing. Setelah itu, dilakukan penyebaran kuesioner kepada para responden
penelitian, yaitu masyarakat yang bertempat tinggal di Kota Depok. Penyebaran kuesioner ini
bertujuan untuk mengukur pola konsumsi dan tingkat keberrminatan masyarakat Kota Depok
terhadap produk olahan abon ikan patin. Data hasil penyebaran kuesioner digunakan untuk
menghitung potensi permintaan terhadap produk olahan abon ikan patin. Gambar x
menunjukkan prosedur pengumpulan dan pengolahan data dengan menggunakan metode yang
telah disebutkan pada penjelasan di atas.
Gambar 2. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data
Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017
10
Dalam penelitian ini rencana produksi dibuat menggunakan metode goal programming.
Penggunaan metode ini diharapkan akan memberikan alternatif yang lebih baik agar dapat
mengoptimalkan variabel-variabel yang dalam pengambilan keputusan. Formulasi model
matematika yang digunakan dalam perumusan model goal programming adalah sebagai
berikut.
a. Meminimumkan :
!"# ! = (!!! + !!!)+ !!! + !!! + !!! + !!! + !!! + !!! + !!! +
(!!!+!!!)
b. Kendala sasaran memaksimalkan volume produksi
Tujuan memaksimalkan volume produksi dapat diuraikann menjadi berikut:
! + !!! − !!! = 5000
Perusahaan ingin memaksimalkan volume produksi, maka fungsi tujuan menjadi
meminimalkan angka penyimpangan negatif (!!!) yang dapat ditunjukkan sebagai
berikut:
!"# ! = !!! + !!!
c. Kendala sasaran memaksimalkan jumlah produksi untuk memenuhi permintaan
Tujuan memaksimalkan jumlah produksi untuk memenuhi permintaan dapat diuraikann
menjadi berikut:
!! + !!! − !!! = 35
!! + !!! − !!! = 20
100!! + 50!! = !
!! + !! = !!
!! + !!! − !!! = !1
Perusahaan ingin memenuhi setiap permintaan akan produk, maka fungsi tujuan
menjadi meminimalkan angka penyimpangan negatif (!!!) yang dapat ditunjukkan
sebagai berikut:
!"# ! = !!! + !!! + (!!! + !!!)
d. Kendala sasaran memaksimalkan pendapatan penjualan
Perusahaan menginginkan pendapatan yang terbesar dari hasil penjualan produknya, hal
ini dapat diuraikan menjadi berikut:
Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017
11
!"# ! = 22000!! + 12000!!
22000!! + 12000!! + !!! − !!! = F2
!"# ! = !!! + !!!
e. Kendala sasaran meminimumkan biaya produksi
Perusahaan berusaha untuk meminimalkan total biaya produksi agar mendapatkan
keuntungan yang besar. model di bawah ini menunjukkan persamaan untuk
meminimalkan biaya produksi dalam bentuk volume produksi, hal ini dapat diuraikan
menjadi berikut:
!"# ! = 116.73! + 350000 + ! 3000 ∗ 30000 + ! 5000 ∗ 92
116.73! + 350000+ ! 5000 ∗ 30000 + ! 3000 ∗ 92 + !!! −
!!! = 1000000
!"# ! = !!!
Selanjutnya, akan dibuat persamaan yang meminimalkan biaya produksi untuk
menghasilkan jumlah produk. Seperti yang ditunjukkan pada persamaan berikut:
!"# ! = 640!! + 700!! + 300!!
640!! + 700!! + 300!! + !!! − !!! = F3
!"# ! = !!! + !!!
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Data hasil penyebaran kuesioner kepada para responden bisa diolah untuk mendapatkan
potensi permintaan. Dari hasil perhitungan potensi permintaan terhadap produk abon ikan
patin, menunjukkan peningkatan permintaan pada setiap tahunnya dan berbanding lurus
dengan jumlah penduduk yang selalu meningkat. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Rata-rata Permintaan Abon Ikan Patin per Hari
Tahun Rata-rata Permintaan per hari Produk 50 gr (Pack) Produk 100 gr (Pack)
2017 21 32 2018 21 33 2019 22 34 2020 23 35 2021 23 36
Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017
12
Tabel 2 menunjukkan terjadi peningkatan permintaan untuk lima tahun kedepan.
Namun, permintaan terhadap produk abon ikan patin termasuk pada jenis permintaan non
fungsional, dimana produk ini tidak dibeli atau dikonsumsi karena daya gunanya, namun lebih
kepada selera masing-masing konsumen. Produk abon ikan patin ini juga tergolong kepada
produk subtitusional, produk ini dapat dengan mudah digantikan dengan produk olahan ikan
patin lainnya yang lebih diminati oleh masyarakat seperti kerupuk ikan, ikan goreng, ataupun
sayur. Sehingga, hasil perhitungan terhadap potensi permintaan bisa meningkat ataupun
menurun disetiap harinya. Hasil dari perhitungan potensi permintaan akan dijadikan dasar
bagi UMKM dalam menentukan berapa jumlah produk abon yang akan diproduksi untuk
setiap ukuran kemasan produk.
Terjadi perbedaan hasil perhitungan harga pokok produksi pada masing-masing metode
perhitungan yang digunakan. Metode yang digunakan oleh UMKM saat ini adalah metode
perhitungan tradisional. Pada penelitian ini juga digunakan perhitungan harga pokok produksi
dengan menggunakan metode activity-based costing. Perbedaan hasil perhitungan harga
pokok produksi menggunakan metode tradisional dan metode activity-based costing akan
ditunjukkan pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Perbandingan Harga Pokok Produksi
Produk Keterangan Metode Perhitungan
Konvensional ABC
50 gr
Harga Pokok Produksi Rp 14.624 Rp 14.544
Harga Jual Rp 15.000
Keuntungan Rp 376 Rp 456
100 gr
Harga Pokok Produksi Rp 27.991 Rp 28.329
Harga Jual Rp 30.000
Keuntungan Rp 2.009 Rp 1.671
Tabel 3 menunjukkan harga pokok produksi pada produk 50 gr dengan sistem
konvensional sebesar Rp 14.624, sehingga keuntungan produk dengan ukuran kemasan 50 gr
sebesar Rp 376. Harga pokok produksi untuk produk dengan ukuran kemasan 50 gr dengan
sistem konvensional lebih besar daripada sistem activity based costing yaitu selisih sebesar
Rp 76, hal ini menyebabkan keuntungan dengan sistem activity based costing lebih besar
Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017
13
dibandingkan dengan sistem konvensional yaitu sebesar Rp 456. Sementara itu, harga pokok
produksi pada produk 100 gr dengan sistem konvensional sebesar Rp 27.991, sehingga
keuntungan produk dengan ukuran kemasan 100 gr sebesar Rp 2.009. Harga pokok produksi
untuk produk dengan ukuran kemasan 100 gr dengan sistem konvensional lebih kecil daripada
sistem activity based costing yaitu selisih sebesar Rp 338, hal ini menyebabkan keuntungan
dengan sistem activity based costing lebih kecil dibandingkan dengan sistem konvensional
yaitu sebesar Rp 1.671.
Perbedaan hasil perhitungan ini disebabkan karena pembebanan Biaya Overhead
Pabrik (BOP) yang tidak tepat pada sistem konvensional dan tidak sesuai dengan pemicu
biaya dan sumber daya yang dikonsumsi oleh produk abon ikan patin. Penentuan harga pokok
produksi dengan sistem konvensional terutama dalam perhitungan biaya overhead pabrik
(BOP) tidak dihitung secara jelas berdasarkan atas pemicu biaya dan sumber daya yang
dikonsumsi oleh produk abon ikan patin. Harga pokok produksi dengan sistem konvensional
dihitung dengan cara menjumlahkan biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead
pabrik pada produk abon ikan patin dan hal ini akan berdampak pada pembebanan biaya
produksi abon ikan patin yang kurang tepat.
Setelah diketahui harga pokok produksi dan potensi permintaan, dilakukan pembuatan
rencana produksi dengan menggunakan metode goal programming. Pembuatan model
matematika didasarkan atas perhitungan harga pokok produksi dengan metode activity based
costing, dan hasil potensi permintaan yang didapatkan pada bagian pengolahan data. Tabel 4
menunjukkan hasil perhitungan model matematika menggunakan software LINGO versi 13.
Tabel 4. Nilai Variabel Keputusan yang Optimal Berdasarkan Hasil Output LINGO
No Tujuan Detail Sasaran Hasil Keterangan
I Memaksimalkan Volume Produksi
5.000 gr 5.000 gr Tercapai
II Memenuhi Jumlah Permintaan 100 gr 35 pack 40 pack Tercapai
50 gr 20 pack 20 pack Tercapai
III Memaksimalkan Pendapatan
F2 Rp 1.110.000 Tercapai
IV Meminimalkan Biaya Produksi
Rp 1.100.000 Rp 1.026.403 Tercapai
Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017
14
Tabel 4 menunjukkan tujuan memaksimalkan volume produksi menggunakan metode
goal programming tercapai. Saat ini, UMKM hanya memproduksi sebanyak 3000 gram abon
ikan patin, hal ini dikarenakan UMKM belum melakukan perhitungan potensi permintaan
sehingga hanya memproduksi abon ikan patin sesuai dengan permintaan yang didapatkan
secara langsung. Setelah diketahui potensi permintaan produk abon ikan patin, dapat dilihat
kemungkinan terbaik agar UMKM mampu memenuhi potensi permintaan tersebut. Akhirnya,
ditemukan bahwa volume maksimal yang dapat diproduksi UMKM adalah sebesar 5000 gram
abon ikan patin. Penentuan volume produksi sebesar 5000 gram abon ikan patin ini
dikarenakan kapasitas mesin, waktu, dan kemampuan tenaga kerja yang terdapat pada
UMKM hanya mampu melakukan produksi maksimal pada angka tersebut.
Setelah dilakukan perhitungan potensi permintaan abon ikan patin untuk wilayah Kota
Depok, didapatkan rata-rata permintaan abon ikan patin perhari yang harus dipenuhi adalah
35 pack untuk ukuran kemasan 100 gram dan 20 pack untuk ukuran kemasan 50 gram.
Namun, karena produk abon ikan patin merupakan jenis produk yang bersifat subtitusi
sehingga angka permintaan yang didapatkan bisa meningkat maupun menurun.
Hasil perhitungan menunjukkan UMKM harus memproduksi abon ikan patin dengan
ukuran 100 gram dan 50 gram masing masing adalah 40 pack dan 20 pack. Terdapat 5 pack
tambahan untuk produk dengan ukuran 100 gram yang disarankan dari hasil perhitungan
metode goal programming. Hal ini disebabkan karena kombinasi jumlah produk yang
dihasilkan didasarkan atas penentuan volume produksi yang juga disarankan kepada UMKM
yaitu sebesar lima kilogram abon ikan patin. Selain itu, jumlah produk yang disarankan akan
memberikan keuntungan yang lebih besar bagi UMKM.
UMKM sudah berencana untuk bekerja sama dengan distributor dan retailer,sehingga
pada penelitian ini tidak mempermasalahkan mengenai inventory produk yang akan terjadi.
Hal ini dikarenakan dengan mengikuti rencana produksi, harga produk yang ditawarkan oleh
UMKM bisa diterima oleh distibutor atau retailer.
Berdasarkan hasil penjualan jumlah produk menggunakan metode goal programming
memberikan pendapatan sebesar Rp 1.110.000. Terdapat selisih pendapatan sebesar Rp
90.000 dari pendapatan maksimal yang bisa didapatkan, hal ini dikarenakan UMKM menjual
jumlah produk yang sudah disesuaikan dengan volume produksi, dan kombinasi jumlah
produksi untuk memenuhi permintaan. Selain itu, hasil ini sudah mempertimbangkan harga
jual yang terdapat pada masing-masing jenis produk sehingga pendapatan yang diperoleh
adalah pendapatan tertinggi yang bisa didapatkan UMKM.
Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017
15
Pendapatan yang dihasilkan oleh UMKM dapat ditingkatkan apabila
mempertimbangkan harga jual pada masing-masing jenis produk. Pada penelitian ini tidak
diperhitungkan harga jual yang tepat pada masing-masing jenis produk karena harga jual tidak
menjadi fokus dalam penelitian ini. Harga jual yang digunakan hanya mempertimbangkan
harga pokok produksi pada masing-masing jenis produk. Selain itu, harga jual produk yang
digunakan pada penelitian ini juga merupakan harga jual yang ditawarkan oleh produk sejenis
dari kompetitor lain di sekitar wilayah Kota Depok.
Penelitian ini juga tidak memperhitungkan bagaimana cara yang tepat bagi UMKM
dalam memasarkan produknya, hal ini berkaitan dengan batasan masalah dalam penelitian.
Namun disarankan kepada pemilik UMKM untuk bisa menjual produk yang dihasilkan ke
beberapa distributor besar, seperti supermarket. Sehingga produk yang dihasilkan dapat
terjual dengan maksimal.
Biaya produksi yang dihasilkan melalui perhitungan memiliki selisih sebesar Rp 83.597
dari biaya produksi yang ditargetkan. Hasil yang didapatkan melalui perhitungan merupakan
biaya produksi terendah, hal ini dikarenakan UMKM memproduksi sesuai dengan volume
produksi yang sudah ditetapkan yaitu lima kilogram abon ikan patin. Sehingga, untuk
memproduksi lima kilogram abon ikan patin membutuhkan biaya produksi sebesar Rp
968.803. Terdapat biaya lain yang termasuk kedalam biaya produksi, yaitu biaya pengemasan.
Biaya ini disesuaikan dengan jumlah dan jenis produk yang dihasilkan. Biaya pengemasan
terendah yang dihasilkan melalui perhitungan adalah sebesar Rp. 57.600.
Hasil perhitungan menunjukan, biaya produksi pada penelitian ini akan terus meningkat
seiring dengan peningkatan volume produksi yang dihasilkan, hal ini dikarenakan besarnya
komponen biaya yang bersifat variabel pada penelitian ini, seperti biaya bahan baku, dan
biaya penolong. Namun karena adanya keterbatasan berupa kapasitas mesin, waktu, dan
kemampuan tenaga kerja sehingga dapat dibatasi volume produksi adalah sebesar lima
kilogram abon ikan patin.
Kesimpulan
Setelah dilakukan pengolahan data dan analisis, maka diperoleh rencana produksi yang
dapat dilakukan oleh pihak UMKM Abon Ikan Patin Ibu Ratu dalam rangka meningkatkan
keuntungan penjualan berdasarkan tujuan-tujuan yang diinginkan UMKM. Rencana produksi
yang ditawarkan kepada pihak UMKM adalah sebagai berikut :
Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017
16
1. Volume produksi yang harus dihasilkan oleh UMKM Abon Ikan Patin Ibu Ratu adalah
lima kilogram (5 kg) abon ikan patin.
2. Jumlah produk yang harus dihasilkan untuk masing-masing ukuran kemasan produk abon
ikan patin adalah 40 pack ukuran kemasan 100 gram dan 20 pack ukuran kemasan 50
gram.
3. Upah minimal tenaga kerja adalah Rp110.000 per produksi.
Penerapan rencana produksi pada UMKM akan berdampak positif bagi UMKM Abon
Ikan Patin Ibu Ratu dalam rangka memenuhi potensi permintaan, memaksimalkan
pendapatan, dan meminimalkan biaya produksi. Sehingga akan meningkatkan keuntungan
yang didapatkan oleh UMKM Abon Ikan Patin Ibu Ratu.
Saran
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini untuk pengembangan dan perbaikan
penelitian yang dapat dilakukan selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Dalam menentukan potensi permintaan, penelitian ini menggunakan pendekatan
kuesioner dan data sekunder berupa data jumlah penduduk. Oleh karena itu, untuk
penelitian selanjutnya dapat menggunakan pendekatan lain seperti user testing secara
langsung.
2. Dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi, penelitian ini menggunakan
metode perhitungan activity-based costing. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya
dapat menggunakan metode lain seperti metode full costing, variable costing, atau target
costing agar mengetahui metode perhitungan yang lebih cocok digunakan pada penelitian
ini.
3. Penelitian ini hanya memperhitungkan aspek teknis yang berkaitan dengan proses
produksi seperti berapa volume produksi, dan berapa jumlah produk yang harus
dihasilkan. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya dapat memperhitungkan aspek
teknis lainnya, seperti bagaimana cara memasarkan produk yang tepat, dan bagaimana
cara mendapatkan pasar yang potensial.
Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017
17
Daftar Referensi
Ahman, E., & Yana, R. (2009). Teori Ekonomi Mikro. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Anis, M. (2007). Optimasi Perencanaan Produksi dengan Metode Goal Programming. Jurnal
ilmiah Teknik Industri Vol.5 No.3 April, 133-143.
Arnold, J. R., & Chapman, N. S. (2004). Introduction to Material Management. New Jersey:
Prentice-Hall Inc.
Boynton, P. M., & Greenhalgh, T. (2004). Selecting, designing, and developing your
Questioner.
Dimyati, A., & Dimyati, T. (1999). Operation Research : Model-model Pengambilan
Keputusan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Garrison, R. H., Eric, W. N., & Peter, C. B. (2006). Akutansi Manajerial . Jakarta: Salemba
Empat.
Mulyono, S. (2007). Riset Operasi Edisi Revisi 2007. Jakarta: LPFUI.
Nasution, A. H. (2006). Manajemen Industri. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Oppenheim, A. (1992). Questionnaire design, interviewing and attitude measurement.
London: Continuum.
Rio, A. (2006). Penentuan Kapasitas Optimal Produksi CPO (Crude Palm Oi) di Pabrik
Kelapa Sawit PT. Andira Argo dengan Menggunakan Goal Programming. ITB.
Siswanto. (2007). Operations Research. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Slovin, M. (1960). Sampling. New York: Simon and Schuster Inc.
Supriyono. (1999). Manajemen Biaya Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis. Yogyakarta:
BPFE.
Supriyono, R. A. (2007). Manajemen Biaya. Suatu Reformasi Pengelolaan Bisnis.
Yogyakarta: BPFE.
Perancangan Rencana ..., Tabah Darma, FT UI, 2017