Post on 26-Apr-2019
Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media
Pembelajaran Sejarah Asal-Usul Tradisi Pasola
Artikel Ilmiah
Andryan Goodlife Irsan Konda (692016701)
Birmanti Setia Utami, M.Sn.
Adriyanto J. Gundo, S.Si., M.Pd.
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Januari 2018
Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media
Pembelajaran Sejarah Asal-Usul Tradisi Pasola
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain
Peneliti :
Andryan Goodlife Irsan Konda (692016701)
Birmanti Setia Utami, M.Sn.
Adriyanto J. Gundo, S.Si., M.Pd.
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Januari 2018
1
1. Pendahuluan
Sejarah adalah kisah atau cerita yang berhubungan dengan kejadian masa lalu atau yang sudah
pernah terjadi sebelumnya [1], sehingga Pasola tidak sekedar menjadi bentuk keramaian, tetapi
menjadi salah satu bentuk pengabdian dan aklamasi ketaatan kepada sang leluhur.
Pasola
merupakan kultur religius yang mengungkapkan inti religiositas agama Marapu. Pasola menjadi
perekat jalinan persaudaraan antara dua kelompok yang turut dalam pasola dan bagi masyarakat
umum. Pasola menggambarkan rasa syukur dan ekspresi kegembiraan masyarakat setempat, karena
hasil panen yang melimpah. Melalui sejarah asal-usul tradisi Pasola terdapat pesan moral yang
dapat mengajarkan anak-anak mengenai hal selalu taat pada yang Mahakuasa, bersyukur atas
jalinan persaudaraan yang selama ini masih dijaga oleh para leluhur terdahulu, selalu bersyukur
atas berkat yang diberikan Tuhan, mengenal kepercayaan asli orang Sumba yaitu Marapu, sekali
gus tidak melupakan sejarah asal-usul tradisi lokal yang ada di Sumba Barat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak Sekolah Dasar Negeri Tabulo Dara, 96% dari 92
orang siswa belum mengetahui tentang sejarah asal-usul tradisi Pasola. Hal ini dikarenakan belum
adanya media pembelajaran yang mengenalkan tentang sejarah asal-usul Pasola, selain itu juga
dikarenakan kurangnya perhatian orang tua untuk menceritakan atau mengenalkan sejarah asal-usul
Pasola kepada anak dan dari pihak Dinas Pendidikan belum membuat media pembelajaran tentang
sejarah asal-usul Pasola. Dalam penelitian ini tradisi lokal yang diangkat adalah sejarah asal-usul
Pasola karena siswa tertarik untuk belajar sejarah asal-usul Pasola dalam bentuk buku cerita
bergambar. Dari fenomena tersebut, diperlukan media yang efektif dan menarik sehingga mampu
meningkatkan kembali minat baca anak-anak terhadap cerita rakyat sehingga anak-anak tidak
melupakan sejarah lokal yang ada di daerah Sumba Barat. Penggunaan media pembelajaran melalui
buku cerita bergambar pada dasarnya selain bertujuan untuk mengembangkan wawasan anak, buku
cerita bergambar secara khusus dapat membantu anak-anak dalam menumbuhkan minat membaca
dan belajar siswa. Gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk
dua dimensi sebagai hasil perasaan dan pikiran. Gambar dapat dipergunakan sebagai media dalam
penyelenggaraan proses pendidikan sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar-mengajar.
Tarigan (1995:209) mengemukakan bahwa pemilihan gambar haruslah tepat, menarik dan dapat
merangsang siswa untuk belajar. Media gambar yang menarik, akan menarik perhatian siswa dan
menjadikan siswa memberikan respon awal terhadap proses pembelajaran. Media gambar yang
digunakan dalam pembelajaran akan diingat lebih lama oleh siswa karena bentuknya yang konkrit
dan tidak bersifat abstrak [2].
Berkaitan dengan itu, menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut mengenai perancangan media
buku cerita bergambar sejarah asal-usul tradisi Pasola untuk menyelesaikan permasalahan pada
pembelajaran tradisi lokal untuk anak sekolah dasar di Sumba Barat. Dengan demikian, penelitian
ini memfokuskan pada perancangan buku cerita bergambar sebagai media pembelajaran sejarah
2
asal-usul tradisi Pasola. Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini secara praktis adalah
melalui buku cerita bergambar Sejarah Asal Usul Pasola, anak-anak lebih mengenal, mengetahui
dan tidak melupakan sejarah taradisi lokal yang ada di Sumba Barat.
II. Tinjauan Pustaka
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dian Ratri Wijayanti, Universitas Negeri Malang
pada tahun 2013 yang berjudul Perancangan Buku Cerita Bergambar Legenda Gunung Arjuna
Untuk Anak Sekolah Dasar. Peneliti menggunakan buku cerita bergambar dengan tujuan anak-anak
suka melihat dan membaca sehingga mengenal budaya sendiri. Cerita bergambar ini harus
memiliki unsur gambar yang ada dalam cerita bergambar, yaitu tokoh karakter, background, narasi
atau cerita atau dialog, serta gambar pendukung lain sesuai dengan konsep Legenda Gunung
Arjuna. Hasil dari penelitian tersebut adalah Buku Cerita Bergambar Legenda Gunung Arjuna yang
digunakan untuk anak sekolah dasar [3]. Nendari Elmaiya, Universitas Dian Nuswantoro tahun
2014, Perancangan Buku Cerita Bergambar Kedatangan CHENG HO ke Semarang. Dengan tujuan
memberikan informasi mengenai “Kedatangan Cheng Ho ke Semarang” dikemas dalam sebuah
cerita bergambar. Hasil dari penelitian tersebut adalah buku cerita bergambar Kedatangan Cheng
Ho ke Semarang [4]. Persamaan dengan penelitian ini adalah penggunaan media yaitu buku cerita
bergambar yang mengangkat sejarah cerita lokal, sedangkan perbedaannya penelitian ini yang lebih
fokus pada perancangan media pembelajaran melalui buku cerita bergambar, sebagai media
pembelajaran sejarah asal-usul tradisi Pasola di Kabupaten Sumba Barat, teknik penceritaan pada
buku cerita ini ada halaman-halaman tertentu yang diberi penegasan pesan moral dari kata-kata
yang ada dalam buku, gaya ilustrasi yang digunakan gaya realis, bahasa yang digunakan yaitu
bahasa Indonesia.
Media pembelajaran adalah alat pengantar informasi pembelajaran. Media pembelajaran juga
sebagai penyalur pesan pembelajaran. Karakteristik paling jelas dari penyaluran pesan pembe
lajaran adalah transfer teknologi. Media pembelajaran adalah suatu cara, alat, atau proses yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan yang
berlangsung dalam proses pendidikan [5]. Penggunaan media dalam pembelajaran atau disebut juga
pembelajaran bermedia dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat
yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-
pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi
pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan serta
isi pelajaran [6].
Cerita Bergambar Sebagai Media Pembelajaran dalam pembelajaran membaca permulaan
terbukti efektif. Efektivitas tersebut terlihat pada, pemanfaatan buku cerita bergambar dapat
memotivasi siswa untuk belajar dengan gembira, bebas, aktif, dan produktif, sehingga kendala
psikologis yang sering menghambat siswa seperti rasa enggan, takut, malu dapat teratasi (Mayske
3
Liando, 2008) [7]. Cerita bergambar sebagai media grafis yang dipergunakan dalam proses
pembelajaran, memiliki pengertian praktis, yaitu dapat mengkomunikasikan fakta-fakta dan
gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara pengungkapan kata-kata dan
gambar. Menurut Mitchell (dalam Faizah, 2009; 249-256) [8], buku cerita bergambar adalah buku
yang di dalamnya terdapat gambar dan kata-kata, gambar dan kata-kata tersebut tidak berdiri
sendiri-sendiri, melainkan saling bergantung agar menjadi sebuah kesatuan cerita.
Beberapa karakteristik buku cerita bergambar menurut Sutherland (Faizah, 2009; 249-256)
antara lain adalah buku cerita bergambar bersifat ringkas dan langsung, buku cerita bergambar
berisi konsep-konsep penting, konsep yang ditulis dapat difahami oleh anak-anak, gaya penulisan
nya sederhana, terdapat ilustrasi yang melengkapi teks.
Wibowo dan Farida (2001:42) [9] mengatakan bahwa gambar media visual dalam proses
belajar mengajar dapat berfungsi untuk pengembangan kemampuan visual, membantu imajinasi
anak, membantu meningkatkan penguasaan anak terhadap hal-hal yang abstrak, atau peristiwa yang
tidak mungkin dihadirkan di dalam kelas, mengembangkan kreativitas anak
Sedangkan menurut Sri Anitah (2009:9) [10] menyatakan bahwa manfaat gambar sebagai
media visual, yaitu, menimbulkan daya tarik bagi pembelajar. Gambar dengan berbagai warna akan
lebih menarik dan membangkitkan minat serta perhatian pebelajar. Mempermudah pengertian bagi
pembelajar. Suatu penjelasan yang sifatnya abstrak dapat dibantu dengan gambar sehingga
pembelajar lebih mudah memahami apa yang dimaksud. Memperjelas bagian-bagian yang penting.
Melalui gambar, dapat diperbesar bagian-bagian yang penting atau yang kecil sehingga dapat
diamati lebih jelas. Menyingkat suatu uraian panjang. Uraian tersebut mungkin dapat ditunjukkan
dengan sebuah gambar saja.
Buku cerita bergambar memuat pesan melalui ilustrasi dan teks tertulis. Kedua elemen ini
merupakan elemen penting pada cerita. Buku cerita bergambar memuat berbagai tema yang sering
didasarkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari. Karakter dalam buku cerita bergambar dapat
berupa manusia atau binatang. Buku cerita yang diilustrasikan dan ditulis dengan baik akan
memberikan kontribusi pada perkembangan sastra anak. Buku cerita bergambar yang baik memuat
elemen intristik sastra, seperti alur, struktur yang baik, karakter yang baik, perubahan gaya, latar,
dan tema yang menarik [11].
Cover mewakili keseluruhan cerita yang ada dalam buku cerita bergambar. Ilustrasi dalam
cover buku harus mengarahkan pembaca untuk mengetahui garis besar tema cerita tanpa terlebih
dahulu melihat isinya. Cover harus tampil menarik baik sebagai representasi dari isi maupun
penunjang daya saing dari buku-buku lain. Unsur yang ada dalam cover adalah cerita bergambar,
ilustrasi, nama pengarang atau penerbit [12].
Layout merupakan visualisasi dengan sketsa berdasarkan storyboard yang telah dibuat.
Deskripsi verbal tiap halaman divisualisasikan dengan ilustrasi lengkap beserta teks [13].
4
Warna dalam cergam dapat mengungkap subjek secara objektif, pembaca dapat lebih
menyadari bentuk fisik suatu objek yang berwarna daripada hitam putih [4].
Efek visual merupakan kesan yang digambarkan untuk menekankan penggambaran emosi,
karakter, suasana, dan gerak dari tokoh dalam cergam. Narasi Biasanya digunakan untuk
menerangkan tentang waktu, tempat, dan situasi.
Ilustrasi merupakan gambaran pesan yang tak terbaca yang dapat menguraikan cerita, berupa
gambar dan tulisan, yaitu bentuk grafis informasi yang memika sehingga dapat menjelaskan makna
yang terkandung di dalam pesan tersembunyi [13]. Ilustrasi yang ditampilkan pada perancangan ini
menggunakan gaya gambar realis yang digemari anak-anak.
Target audience dari buku cerita bergambar yang akan dirancang adalah anak-anak usia 9-12
tahun. Usia 9–12 tahun, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial usia siswa
pada kelompok kelas atas sekitar 9 atau 10 tahun sampai 12 tahun. Menurut Witherington (1952)
yang dikemukakan Makmun (1995:50) bahwa usia 9-12 tahun memiliki ciri perkembangan sikap
individualis sebagai tahap lanjut dari usia 6-9 tahun dengan ciri perkembangan sosial yang pesat.
Pada tahapan ini anak/siswa berupaya semakin ingin mengenal siapa dirinya dengan
membandingkan dirinya dengan teman sebayanya. [14]. Dalam buku “The Art of Game Design”
karya Jesse Schell, dituliskan bahwa anak-anak dengan usia antara 9-12 (usia menjelang remaja),
sudah mampu berpikir dan mengatasi berbagai masalah ringan [7]. Dalam hal ini, mereka semakin
tertarik dengan berbagai bentuk permainan dan sudah mengerti jenis permainan apa yang mereka
sukai. Dalam proses membaca, siswa menjadi bagian penting dalam menunjang proses
pembelajaran. Syafi’ie menyatakan siswa dapat memperoleh informasi dan tanggapan yang tepat
atas berbagai hal, mencari simbol, menyimpulkan, menyaring dan menyerap informasi dari bacaan,
mampu mendalami, menghayati, menikmati, dan menarik manfaat dari bacaan [15]. Anak-anak
usia 9-12 tahun di Sumba tidak terlalu gemar membaca buku yang hanya berupa teks, dalam
kehidupan sehari-hari biasanya anak-anak lebih cenderung banyak membaca buku cerita yang
bergambar. Dalam proses belajar di sekolah terkadang pada saat pelajaran berlangsung siswa-siswi
lebih tertarik mebaca buku cerita yang bergambar karena tidak membosankan.
Pasola berawal dari seorang janda cantik bernama Rabu Kaba di Kampung Waiwuang. Rabu
Kaba mempunyai seorang suami yang bernama Ubu Dulla, salah satu pemimpin di kampung
Waiwuang. Selain Ubu Dulla, ada dua orang pemimpin lainnya yang bernama Ngongo Tau Masusu
dan Bayang Amahu. Suatu saat, ketiga pemimpin ini memberitahu warga Waiwuang bahwa mereka
akan melaut. Tetapi ketiga pemimpin tersebut pergi ke selatan pantai Sumba Barat untuk
mengambil padi. Warga menanti tiga orang pemimpin tersebut dalam waktu yang lama, namun
mereka belum pulang juga ke kampungnya. Warga menyangka ketiga pemimpin mereka telah
meninggal dunia, sehingga warga pun mengadakan perkabungan. Dalam kedukaan itu, janda cantik
5
dari almarhum Umbu Dula, Rabu Kaba terjerat asmara dengan Teda Gaiparona yang berasal
dari Kampung Kodi.
Namun keluarga dari Rabu Kaba dan Teda Gaiparona tidak menyetujui perkawinan Rabu Kaba
dan Teda Gaiparona, sehingga Rabu Kaba dan Teda Gaiparona mengadakan kawin lari. Teda
Gaiparona membawa janda tersebut ke kampung halamannya. Beberapa waktu berselang, ketiga
pemimpin warga Waiwuang (Ngongo Tau Masusu, Bayang Amahu dan Ubu Dulla) yang
sebelumnya telah dianggap meninggal, muncul kembali di kampung halaman nya. Ubu Dulla
mencari isterinya yang telah dibawa oleh Teda Gaiparono. Ubu Dulla bersama bersawa Wunang
(juru bicara adat) pergi mencari Rabu Kabba ke Kodi. Dalam perjalanan Ubu Dulla dan Wunang
mampir di Lamboya untuk menanyakan tentang sebuah perahu yang lewat menuju ke arah Kodi,
orang Lamboya memberitahukan bahwa tidak ada perahu yang mampir di Lamboya, namun
mereka melihat ada perahu yang lewat, begitupun sesampainya di Gaura. Ubu Dulla dan Wunang
melanjutkan perjalanan mereka, sesampainya di Tosi/ Kodi mereka melihat banyak kerumunan
orang yang sedang berceritra tentang seorang gadis yang berasal dari Wanukaka. Orang Kodi
bertanya kepada Ubu Dulla dan Wunang (juru bicara adat) apa maksud kedatangan mereka dan
mereka pun menjelaskan maksud dan tujuan mereka. Walaupun berhasil ditemukan, Rabu Kaba
yang telah memendam asmara dengan Teda Gaiparona tidak ingin kembali. Kemudian Ubu Dulla
meminta pertanggungjawaban Teda Gaiparona untuk meng ganti belis yang diterima dari keluarga
Umbu Dulla. Belis merupakan banyaknya nilai peng hargaan pihak pengambil isteri kepada calon
isterinya, seperti pemberian kuda, sapi, kerbau, dan barang-barang berharga lainnya. Pihak Ubu
Dulla meminta belis 100 ekor hewan, marangga, tombak dan 1 ekor anjing. Selama proses
pembicaraan adat berlangsung pihak dari Teda Gaiparona memasak makan malam untuk Ubu
Dulla dan Wunang(juru bicara adat), Ubu Dulla pun menghirup bau harum makan yang dimasak
dan bertanya kepada Teda Gaiparona masakan apakah itu, dan Teda Gaiparona pun menjawab yang
dimasak itu adalah Nyale. Karena merasa makanan tersebut enak Ubu Dulla pun meminta kepada
pihak Kodi untuk mengganti belis dengan Nyale untuk mengurangi belis yang hewan yang
berjumlah 100 ekor.
Teda Gaiparona lalu menyanggupinya dan membayar belis pengganti. Setelah seluruh belis
dilunasi diadakanlah upacara perkawinan pasangan Rabu Kaba dengan Teda Gaiparona. Pada akhir
pesta pernikahan, keluarga Umbu Dulla berpesan kepada warga Waiwuang agar mengadakan pesta
nyale dalam wujud pasola untuk melupakan kesedihan mereka karena kehilangan janda cantik,
Rabu Kaba [16].
Pasola dimaknai orang Sumba sebagai perang damai dalam sebuah ritual adat bukan perang-
perangan. Meskipun seringkali kali memakan korban, pasola tetap berpacu di tanah Sumba sebagai
permainan penawar duka, duka seorang leluhur atas hilangnya belahan jiwa. Pasola tidak sekadar
6
menjadi bentuk keramaian, tetapi menjadi salah satu bentuk pengabdian dan aklamasi ketaatan
kepada sang leluhur.
Pasola merupakan kultur religius yang mengungkapkan inti religiositas agama Marapu. Pasola
menjadi perekat jalinan persaudaraan antara dua kelompok yang turut dalam pasola dan seiringnya
waktu melalui upacara adat yang dilangsungkan sebelum acara Pasola bagi masyarakat
umum. Pasola sekaligus menggambarkan rasa syukur dan ekspresi kegembiraan masyarakat
setempat, karena hasil panen yang melimpah apa bila mendapatkan Nyale (cacing laut) pada saat
para ketua adat pergi ke laut untuk melakukan upacara adat.
Melalui sejarah asal-usul tradisi Pasola terdapat pesan moral yang dapat mengajarkan anak-
anak mengenai hal selalu taat pada yang Mahakuasa, bersyukur atas jalinan persaudaraan yang
selama ini masih dijaga oleh para leluhur terdahulu, selalu bersyukur atas berkat yang diberikan
Tuhan, mengenal kepercayaan asli orang Sumba, sekaligus tidak melupakan sejarah asal-usul
tradisi Pasola.
III. Metode Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ialah pendekatan kualitatif dan pendekatan
kuantitatif, karena dalam pengambilan data diperlukan wawancara ke narasumber dan diperlukan
pengambilan kesimpulan melalui kuesioner. Metode campuran (mixed methods) ini diartikan
sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada [17], sedangkan strategi yang dipakai dalam
penelitian perancangan buku ini adalah Linear Strategy. Linear Strategy sesuai dengan tipe
perancangan yang telah berulangkali dilaksanakan, misalnya desain bangunan rumah tinggal. Suatu
tahap dimulai setelah tahap sebelumnya diselesaikan, demikian seterusnya [18]
Tahapan penelitian mengenai proses perancangan buku cerita bergambar sejarah asal-usul
Pasola dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Skema Tahapan Penelitian
Sebelum melakukan tahap perancangan desain, terlebih dahulu dilakukan tahapan penelitian
awal. Tujuan dari penelitian awal ini adalah agar supaya dapat menarik kesimpulan yang
membantu dalam proses perancangan buku cerita bergambar tentang sejarah asal-usul Pasola.
Penelitian awal dilakukan dengan cara wawancara kepada target primer. Target sekunder di dalam
adalah pihak pendidik, baik orang tua maupun guru.
Penelitian ini dibagi ke dalam dua sub kategori target kelompok responden yaitu primer dan
sekunder. Kelompok A adalah target primer penelitian yaitu anak-anak usia 9-12, sedangkan
kelompok B adalah target sekunder yaitu pihak pendidik. Responden A berjumlah 92 orang dan
Tahap 1
Pengumpulan
data
Tahap 2
Analisis
data
Tahap 3
Perancangan
Produk
Tahap 4
Pengujian
7
kelompok B berjumlah 2 orang. Melalui wawancara awal ditemukan hasil penelitian terhadap
responden kelompok A dan B dengan analisis hasil antara lain :
1. Sebagian besar responden tidak mengetahui tentang sejarah asal-usul Pasola.
2. Sebagian besar responden tertarik untuk mengenal sejarah asal-usul Pasola.
3. Buku cerita sejarah asal-usul Pasola belum ada.
4. Responden lebih tertarik membaca buku dengan gambar-gambar yang menarik.
5. Responden senang jika ada buku yang mengenalkan sejarah tradisi lokal seperti sejarah
asal-usul Pasola.
Melalui wawancara penelitian terhadap responden kelompok B, hasil analisisnya sebagai berikut:
1 Materi di sekolah hanya mengajarkan pembagian sejarah nasional.
2 Belum banyak yang mengetahui tentang sejarah tradisi lokal yang ada.
3 Buku masih menjadi media informasi utama disekolah
4 Minat baca anak terhadap buku masih tinggi apalagi jika buku yang diberikan berupa
buku bergambar.
5 Anak-anak memiliki inisiatif yang tinggi untuk mengenal dan peduli terhadap hal-hal
baru yang berhubungan dengan sosial dan budaya.
6 Perlu adanya perancangan media yang menarik mengenai pengenalan sejarah tradisi
lokal.
Sesuai dengan penelitian awal, media buku cerita bergambar tentang sejarah asal-usul tradisi
Pasola dapat menjadi alternantif yang menarik minat anak untuk mempelajari sejarah Pasola.
Media ini berupa buku cerita bergambar yang didukung oleh gambar dan warna yang menarik.
Buku dipilih sebagai media penganalan karena sesuai hasil penelitian awal menyimpulkan bahwa
buku masih diminati oleh anak apalagi jika ditambah dengan gambar di dalamnya membuat anak
lebih tertarik untuk membacanya. Langkah selanjutnya dalam penelitian adalah perancangan
produk. Dalam tahapan ini dilakukan proses secara runtut, dimaksudkan agar hasil perancangan
sesuai dengan konsep yang diharapkan dan sesuai dengan analisa data yang ada. Tahapan
perancangan produk buku ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Skema Tahapan Perancangan
Proses perancangan ini diawali dengan membuat konsep dari buku yang akan dibuat. Konsep
dari buku yang akan dibuat adalah sederhana dan menarik, buku akan dibuat sederhana namun
menarik perhatian siswa agar mau membaca. Buku cerita bergambar ini akan dibuat dengan
Konsep Karakter Thumbnailing Digital Layout Cetak
8
dimensi ukuran panjang 25 cm dan lebar 17,6 cm. Gaya ilustrasi yang digunakan pada perancangan
buku adalah gaya realis, gambar dibuat sesuai dengan keadaan yang nyata atau yang sebenarnya.
Buku dibuat dengan ukuran yang tidak terlalu kecil maupun tidak terlalu besar, dimaksudkan agar
buku praktis dan mudah dibawa, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Warna yang
digunakan lebih dominan pada warna sejuk dengan tujuan agar tercipta suasana nyaman pada saat
anak-anak membaca.
Kemudian pada tahap kedua dilanjutkan pada konsep cerita yaitu dimana narasi yang
digunakan adalah narasi informatif. Narasi informatif adalah narasi yang memiliki sasaran
penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas
pengetahuan orang tentang kisah seseorang [19]. Gaya bahasa yang digunakan naratif dengan
bahasa sehari-hari agar mudah dipahami oleh anak. Gaya bercerita yang digunakan menampilkan
cerita melalui visualisasi gambar dengan menggabungkan narasi atau alur cerita yang tidak begitu
panjang yang mana unsur ilustrasinya lebih dominan. Setelah konsep siap maka akan dilanjutkan
pada pembuatan sketsa dan perancangan karakter. Karakter yang terdapat didalam buku adalah
empat orang laki-laki dan satu orang perempuan yaitu Ubu Dulla, Ngongo tau Masusu, Yagi Wai
Kareri, Teda Gaiparona, dan Rabu Kabba. Setiap karakter menggunakan pakaian adat sumba, yang
laki-laki menggunakan Kapouta (ikat kepala), kain, parang, Kaleku (tempat sirih pinang) dan
perempuan menggunakan sarung, Tabelo (hiasan diatas kepala), rantai mamuli, gading di tangan.
Sketsa dan perancangan karkater dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Sketsa dan perancangan karkater
Tumbnailing dari karakter, latar tempat dan waktu disesuaikan berdasarkan situasi dan kondisi
di tempat kejadian. Thumbnailing dapat dilihat pada Gambar 4.
9
Gambar 4. Thumbnailing
Desain sampul buku pada halaman depan mengunakan ilustrasi dua orang lelaki yang sedang
menunggang kuda sambil memegang lembing yang melambangkan tradisi Pasola. Pada sampul
depan buku terdapat informasi judul buku Sejarah Asal Usul Pasola dan pada kata Pasola
ukurannya lebih besar dengan tujuan agar lebih mempertegas dan mewakili isi dari buku. Nama
penulis juga di cantumkan pada halaman depan. Pada bagian punggung buku berisi judul buku dan
penulis buku. Pada sampul bagian belakang terdapat kalimat yang mengajak untuk belajar sejarah
asal-usu tradisi Pasola dan kalimat yang meberitahukan bahawa buku cerita tersebut adalah buku
yang meberikan informasi tentang sejarah asal-usul tradisi Pasola dan gambar rumah adat Sumba
yang melambangkan Pasola hanya ada di Sumba. Berikut adalah sketsa dan perancangan sampul
depan dan belakang buku yang dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Sketsa dan perancangan cover buku Sejarah Asal-Usul Pasola
10
Layout dengan tujuan memperkirakan letak elemen-elemen layout pada suatu halaman tunggal,
juga urutan-urutan pengaturan halaman desain publikasi yang kompleks, proporsi dan kontras.
Layout dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Layout
Pada perancangan buku ini font yang digunakan adalah Myriad Pro Bold. Myriad Pro Bold
merupakan jenis huruf san-serif yang memiliki ketebalan huruf yang cukup besar dan cocok
digunakan untuk menekankan suatu kata atau kalimat agar menjadi fokus utama. Font ini cocok
digunakan untuk teks di dalam buku karena kejelasannya mudah terlihat, sehingga tidak
menyulitkan anak dalam membaca, tidak membuat mata lelah, serta dapat mendukung kesatuan
antara huruf dan visualisasi didalam buku.
Gambar 7.Tipografi
Setelah sketsa, thumbnailing, layout, dan proses pewarnaan sketsa dengan software digital
dilanjutkan pada proses pencetakan buku.
IV. Hasil dan Pembahasan
Berikut adalah hasil desain media buku cerita bergambar sebagai media pembelajaran sejarah
asal-usul tradisi Pasola
11
Sampul buku merupakan tampilan awal yang berpengaruh terhadap minat baca seseorang.
Pada sampul depan bertuliskan “Sejarah Asal-Usul Pasola” sebagai judul buku yang sekaligus
menjelaskan tujuan buku untuk mengajak, mengenal sejarah asal-usul pasola. Pada bagian
belakang sampul buku bertuliskan kalimat sebagai berikut “Buku cerita ini adalah buku cerita
yang memberikan informasi tentang sejarah asal-usul tradisi Pasola, “Ayo belajar karena
kesuksesan bisa diraih dengan semangat yang tinggi tanpa ada kata putus asa dan selalu mau
belajar”. Berikut adalah sampul depan dan belakang buku yang dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Sampul depan dan belakang buku “ Sejarah Asal Usul Pasola “
Halaman isi buku terdiri dari 40 halaman yang bercerita tentang awal sampai terjadinya
Pasola. Berikut adalah isi halaman buku yang dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Isi buku cerita “ Sejarah Asal-Usul Pasola ”
Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian secara kuantitatif. Pengujian kuantitatif dilakukan
dengan proses pengisian kuesioner. Perhitungan kuesioner dilakukan menggunakan skala likert.
Skala likert ialah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan [20]. Maka
penilaian interpretasi responden terhadap keberhasilan buku adalah hasil nilai yang dihasilkan
dengan menggunakan rumus Index %. Rumus index % = Total Skor / Y x 100. Sebelum
12
menyelesaikan, interval (rentang jarak) harus diketahui dan interpretasi persen agar mengetahui
penilaian dengan metode mencari Interval skor persen (I) [21].
Rumus Interval
I = 100 / Jumlah Skor (Likert)
Maka = 100 / 5 = 20
Hasil (I) = 20
(Intervalnya jarak dari terendah 0 % hingga tertinggi 100%)
Berikut kriteria interpretasi skornya berdasarkan interval:
Angka 0% – 19,99% = Sangat (tidak setuju/buruk/kurang sekali)
Angka 20% – 39,99% = Tidak setuju / Kurang baik)
Angka 40% – 59,99% = Cukup / Netral
Angka 60% – 79,99% = (Setuju/Baik/suka)
Angka 80% – 100% = Sangat (setuju/Baik/Suka)
Pernyataan yang dipakai di dalam kuesioner berupa pernyataan positif dengan pembagian
kategori sangat tidak setuju (STS) skor 1, tidak setuju (TS) skor 2, netral (N) skor 3, setuju (S)
skor 4 dan sangat setuju (SS) skor 5. Responden yang dilibatkan adalah 39 orang siswa sekolah
dasar pada daerah perkotaan dan 11 guru yang mengajar di sekolah tersebut. Pengisian kuesioner
dilakukan dengan menunjukan hasil perancangan Buku “Sejarah Asal-Usul Tradisi Pasola”.
Kuesioner diberikan untuk menilai tanggapan responden terhadap media pembelajaran sejarah
asal-usul tradisi Pasola yang telah dibuat. Hasil penilainan kuesioner yang telah diisi oleh
responden siswa, dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Kuesioner Pengujian Siswa
Indikator No. Pernyataan STS
(1)
TS
(2)
N
(3)
S
(4)
SS
(5)
Cover
Buku
1 Judul buku cerita menarik bagi siswa untuk
membaca
0 0 1 12 26
2 Desain cover menarik siswa untuk membaca 0 0 2 16 21
Isi Buku 3 Isi buku cerita mudah dipahami oleh siswa 0 0 3 23 13
4 Isi buku cerita memiliki gambar dan teks yang
sesuai
0 0 1 11 27
5 Isi buku cerita lebih banyak gambar dari pada 0 0 8 8 23
13
teks
6 Gambar buku cerita jelas 0 0 0 9 30
7 Isi buku cerita menarik siswa untuk terus
mengikuti jalan cerita
0 0 4 12 23
Anatomi
Buku
8 Halaman buku tertata dengan baik 0 0 1 10 28
9 Jenis huruf yang digunakan menarik perhatian
siswa
0 0 4 13 22
10 Jenis huruf yang digunakan mudah dibaca bagi
siswa
0 0 1 8 30
11 Jenis huruf yang digunakan mudah dibaca bagi
siswa
0 0 1 12 26
Jumlah Poin 0 0 26 134 269
Total Poin Keseluruhan 0+ 0 + 26+ 134+269 = 429
Jadi hasil perhitungan akhirnya ialah
= Total skor / Y x 100
= 2053 / 2140 x 100
= 95.93% (masuk interval “sangat setuju”)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anak-anak sangat menyukai desain sampul buku,
gambar, sangat setuju jika ilustrasi, teks dan huruf sudah terlihat dengan jelas serta anak-anak
paham terhadap informasi yang disampaikan di dalam isi buku dengan hasil presentase perhitu
ngan 95.93%.
Hasil penilaian yang telah diisi oleh guru dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Kuesioner Pengujian Guru
Indikator No. Pernyataan STS
(1)
TS
(2)
N
(3)
S
(4)
SS
(5)
Rumus index % = Total Skor / Y x 100
14
Cover
Buku
1 Judul buku cerita mewakili
keseluruhan isi dari cerita
0 0 0 0 11
2 Judul buku cerita menarik minat siswa
untuk membaca lebih lanjut
0 0 0 1 10
3 Judul cover buku membawa pesan
yang akan disampaikan
0 0 1 4 6
4 Warna cover buku cerita menarik
siswa untuk membaca
0 0 0 2 9
Isi Buku 5 Isi buku cerita mudah dipahami oleh
siswa.
0 0 0 8 3
6 Isi buku cerita menggunakan bahasa
yang sederhana sehingga mudah
dibaca dan dipahami oleh siswa
0 0 0 8 3
7 Isi buku cerita memiliki teks dan
gambar yang saling berkaitan.
0 0 0 0 11
8 Tampilan buku cerita lebih dominan
gambar daripada teks
0 0 0 1 10
9 Gaya dan ketepatan bahasa cocok
untuk siswa.
0 0 1 9 1
Anatomi
Buku
10 Isi buku cerita menarik siswa untuk
terus mengikuti alur cerita
0 0 1 5 5
11 Ilustrasi cerita memperjelas latar,
ragkaian cerita, penjiwaan dan
karakter
0 0 4 6 1
12 Rancangan buku cerita tertata dengan
baik
0 0 1 3 7
13 Jenis huruh mempunyai tingkat
kemudahan untuk dibaca oleh siswa
0 0 0 4 7
15
14 Tata letak/sistematika penulisan tidak
terlalu sempit memudahkan siswa
untuk membaca
0 0 4 6 1
Jumlah Poin 0 0 12 57 85
Total poin keseluruhan 0+0+12+57+85=154
Jadi hasil perhitungan akhirnya ialah
= Total skor / Y x 100
= 664 / 770 x 100
= 86.23 (masuk interval “ sangat setuju ”)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru sangat menyukai desain sampul buku,
gambar, setuju jika ilustrasi, teks dan huruf sudah terlihat dengan jelas serta anak-anak paham
terhadap informasi yang disampaikan di dalam isi buku serta pesan yang disampaikan melalui
cerita Pasola yaitu tetep menjaga jalina persaudaraan antara kedua suku yang sudah dijaga dari
para leluhur, selalu bersyukur atas berkat yang diberikan Tuhan, berani bertanggung jawab, dan
jangan terlalu cepat mengambil keputusan dengan hasil presentase perhitungan 86.23%.
Dari hasil kuesioner pengujian antara siswa dan guru akan digabung untuk mendapatkan hasil
akhir dari pengujian buku cerita bergambar Sejarah Asal- Usul Pasola yang diambil dari beberapa
pertanyaan yang sama bahwa siswa dan guru sangat menyukai, desain sampul buku, judul buku,
sangat setuju jika ilustrasi, halaman buku, isi buku mudah dipahami, teks dan huruf sudah terlihat
dengan jelas serta anak-anak paham terhadap informasi yang disampaikan di dalam isi buku
cerita Sejarah Asal-Usul Pasola.
V. Simpulan
Sesuai dari data yang diperoleh dilihat dari hasil pengujian secara kualitatif dan kuantitatif
yang meliputi beberapa aspek penilaian sesuai ketertarikan anak terhadap desain buku, konten
buku yang menarik, informasi yang disajikan, kesesuaian buku dan target konsumen, pencapaian
manfaat dan tujuan buku serta perlu tidaknya buku tersebut untuk digunakan, maka dapat
disimpulkan bahwa perancangan buku cerita bergambar Sejarah Asal-Usul Pasola bagi anak usia
9-12 tahun sudah berhasil sebagai media pembelajaran yang menarik dalam mengenalkan sejarah
asal-usul Pasola bagi anak usia 9-12 tahun.
Rumus index % = Total Skor / Y x 100
16
VI. Daftar Pustaka
1. Achmad Maulidi. 2107. Pengetian sejarah secara Umum.
https://www.kanalinfo.web.id/2017/08/pengertian-sejarah-secara-umum.html. Diakses tanggal
15 september 2017.
2. Mey Melisa, Endang Herlina, Diah Syafitri, Riska Bella, Hartono. 2015. Meida Si Odik
Stocopic Untuk Mengurangi Budaya Menghafal Unsur Kimia Sistem Periodik. Universitas
Sriwijaya. Hal 2.
3. Pradana Essa Havier. 2012. Perancangan Buku Cerita Bergambar Sebagai Media Pengenalan
Cerita Rakyat Asal Gunung Kidul “Jaka Umbaran”. Jurnal Ilmu Komputer. Universitas Dian
Nuswantoro.
4. Elmari Endaiya. 2014. Perancangan Buku Cerita Bergambar Kedatangan Cheng Ho ke
Semarang. Jurnal Fakultas Ilmu Komputer. Universitas Dian Nuswantoro. Hal 4-6.
5. Burden, Paul R. dan Byrden, David M. (1999).Methods for Effective Teaching. USA: Allyn
and Bacon Press.
6. Angkowo R., A. Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grasindo.
7. Liando, Mayske. (2008). Pemanfaatan Buku Cerita Bergambar Untuk Meningkatkan Minat
dan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas 1 SD Negeri Sumbersari II Malang.
Universitas Negeri Malang.
8. Faizah, Umi. Keefektifan Cerita Bergambar untuk Pendidikan Nilai dan. Keterampilan
Berbahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Cakrawala Pendidikan, Jurnal Ilmiah
Pendidikan. Vol 3/No 3/Th XXVII. November 2009. Universitas Negeri Yogyakarta. Hal 249-
256).
9. Wibowo, Basuki., Farida Mukti. 2001. Media Pengajaran. Bandung: Maulana.
10. Anitah, Sri. 2009. Metode Pembelajaran. Surakarta: UNS Press.
11. Dhanumurti Adyogi. 2009. Buku Cerita Mengangkat Permainan Tradisional Sunda. Institut
Negeri Bandung. https://digilib.itb.ac.id. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2017.
12. Grace Marina Yudistira, 2016, Perancangan Buku Cerita Fiktif Bergambar Dwibahasa
Bertema Petualangan „ Make Own Your Story‟ Universitas Kristen Petra.
17
13. Petrus Jordi Joseph. 2015. Perancangan Buku Interaktif Pengenalan Satwa Langka Endemik
Indonesia Bagi Anak Usia 7-11 Tahun, September 2015. Universitas Kristen Satya Wacana. Hal
4.
14. Muid. 2012. Upaya Menigkatkan Hasil Belajar Lari Beregu Melalui Penerapan Metode
Bermain Bendera Kemenangan Mata Pelajaran Penjasorkes Pada Siswa Kelas IV Semester 2
SDN 1 Raguklampitan Jepara. Universitas Negeri Semarang.
15. Academia. 2017.Khairul Jalil, Upaya meningkatkan Minat Baca Anak Sekolah Dasar.
http://www.academia.edu/6252144/Khairul_Jalil. Diakses tanggal 17 Juni 2017.
16. Wawancara dengan Rato Jewu Lango, Ubu Bewi, Mauhappu. Tanggal 23-25 November 2016.
17. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
18. Sarwono, Jonathan, dan Hary Lubis. 2007. Metode Riset Untuk Desain Komunikasi Visual.
Bandung: C.V Andi Offset.
19. Dudung. 2015. Pengertian Deskripsi, Narasi Dan Eksposisi Menurut Ahli Sastra.
http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-deskripsi-narasi-dan-eksposisi-menurut-ahli-
sastra/. Diakses pada tanggal 15 oktober 2017
20. Djaali dan Muljono. 2008. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT.Grasindo.
21. Choizes. April 11, 2017. Pengertian Skala Likert dan Contoh Cara Hitung Kuesionernya.
https://www.diedit.com/skala-likert/. Diakses tanggal 27 oktober 2017