Post on 15-Jan-2020
PERANAN DAKWAH USTADZAH PIPIK DIAN IRAWATI
SEBAGAI IBU RUMAH TANGGA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
KHODIJAH AWALIYAH
NIM : 1110051000182
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
PERANAN DAKWAH UST ADZAIJ PIPIK DIAN IRAWATI
SEBAGAI IBU RUMAH TAI{GGA
Skripsi
Diaj ukan Untuk Memenuh i Persyaratan MemperolehGelar Sarjana llmu Komunikasi Islam (S.Kom.l)
Oleh:
KHODIJAH AWALIYAHNIM : I110051000182
DiBawah Bimbingan
JURUSAI\ KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAMFAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKAR.TA
1435 Ht2014 M
NIP :1971081
116I'dINNW ItuN
Eurqurrqure6
100I€0166I rzz0696l'dINffi
\-7'11r[nEue6
'eloEEuy
900I€0z66rsIs0€96I'drN@
:W {eS eloEEuy de>1Euerery"n1e)
qusobeuny4l Euep;g
yIOZ snlsn?V gZ'ep>Ief
'IIIslsI uererr{ue4
u€p r$lllmuo) IPnIS werEor4 eped (r'uro)'S) Iuels1 Ise>lluntuo) euehus ruleE
qeloredrueru lere.& n1€s qel?s teEeqes stulrellp tlulel 1uI Isdpls 7197 snlsnEy
97 pfl?w1 epud ege4e1 qqpp,(eplH JIrefS NIn Ise{lunwo) u€p q"l'r)eo
nurll selln>I€C qesobeunl4l 8ueprs ruel€p ue>lln1p qepns ..u88uu1 quung
nq1 le8uqas pu^aurl uqq r1gd14 quzpulsn qu,ra{€O uuuured" lnpnfteq Isdlqs
r00rt0086r6rr06n6
100zz1600z0190€86l'dIN
eloEEuy de>16uerery slreue{es
NYIfN VIIINYd NYHYSf,CNf,d
LEMBAR PENYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu pernyataan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini sudah saya cantumkan
sesuai dengan keterangan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatulla Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bukan hasil karya asli saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 18 Agustus 2014
Khodijah Awaliyah
i
ABSTRAK
Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga
Ibu adalah sebagai tiang rumah tangga amatlah penting bagi
terselenggaranya rumah tangga yang sakinah. Seorang ibu rumah tangga
mempunyai peranan yang sangat besar di dalam kehidupan keluarganya. Ustadzah
Pipik adalah istri dari da’i Ustadz Jefri Al Buchori memiliki andil dalam
kesuksesan karir suaminya dalam berdakwah. Setelah suaminya meninggal dunia
Ustadzah Pipik di amanah kan empat anak-anaknya dan menjadi orang tua tunggal
yang mengatur serta mengurus rumah tangga serta mengajarkan anak-anaknya
berbagai macam ilmu pengetahuan terutama ilmu agama.
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana peranan
dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati saat mendampingi suami ? Seperti apakah
peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai Ibu rumah tangga setelah
meninggalnya suami?
Kemudian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peranan
Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai ibu rumah tangga dan untuk mengetahui
seperti apakah peranan Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai Ibu rumah tangganya.
Karena dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana
peranan dakwah Ustadzah Pipik sebagai seorang ibu rumah tangga, peneliti disini
ingin mengetahui secara mendalam kegiatan yang dilakukan Ustadzah Pipik.
melalui observasi melihat pada realita yang dilakukan peneliti. Dan juga
menggunakan wawancara langsung terhadap Ustadzah Pipik Dian Irawati. Subjek
penelitian ini adalah keluarganya dari Ustadzah Pipik Dian Irawati. Namun
peneliti ingin memfokuskan pada permasalahan peranan dakwah Ustadzah Pipik
sebagai Ibu rumah tangga.
Menurut Gross Masson dan A. W. Mc Eachern sebagaimana dikutip oleh
David Barry mendefinisikan peran sebagai seperangkat harapan-harapan yang
dikenalkan pada individu yang menempatkan kedudukan sosial tertentu. Si sini
peneliti mengkaitkan metode peranan, karena peneliti ingin mengetahui peranan
ustadzah Pipik sebagai ibu rumah tangga dilihat dari segi kedudukan sosialnya ia
sebagai seorang ibu rumah tangga.
Dari sini peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa Ustadzah Pipik Dian
Irawati sebagai ibu rumah tangga memiliki peranan yang sangat penting dalam
mendampingi suami serta kesuksesan dakwah suaminya. Ustadzah Pipik juga
memiliki peranan yang sangat penting dalam mendakwahi keluarga terutama
anak-anaknya karena seorang ibu merupakan madrasah bagi anak-anaknya.
Kata kunci : Peranan, Ustadzah Pipik Dian Irawati, Ibu rumah tangga,
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat serta hidayahnya
yang telah di berikannya kepada peneliti sehingga peneliti mampu menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai
Ibu Rumah Tangga”. Skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Strata 1 (S1) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada baginda nabi besar kita yang membawa kita kepada peradaban
jahiliyah menuju kepada cahaya terang benderang seperti sekarang ini yaitu nabi
Muhammad SAW, dan para keluarganya, sahabatnya, serta mereka yang
menegakan agama Islam.
Dengan segala kerendahan hati peneliti menyadari bahwa selesainya skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah
peneliti untuk mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan tak terhingga
kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Dr. Suparto M.Ed selaku Pudek I, Drs. H. Jumroni, M.Si selaku
Pudek II, dan Dr. H. Sunandar selaku Pudek III.
2. Rachmat Baihaky, MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam dan Fita Fathurohmah, M.Si Selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
3. Umi Musyarrofah, MA, Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan banyak ilmu dan meluangkan waktunya untuk saya dalam
mengerjakan skripsi, sehingga skripsi dapat terselesaikan.
4. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Pepustakaan Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan kemudahan kepada
peneliti.
5. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan karyawan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan banyak ilmu, mudah-mudahan ilmunya
menjadi bermanfaat.
6. Ayahanda tercinta Bpk. H. Toing, dan Ibundaku tercinta Ibu Hj. Armih yang
selama hidupnya telah banyak memberikan seluruh kasih sayang dan doanya,
serta membantu dalam penulisan skripsi, baik berupa moril maupun materil
yang tak henti-hentinya hingga sampai sekarang.
7. Buat Kakak-kakakku tersayang Aman, S.Pd.I, Aminah, SH.I, Arsiah, Anita
yang telah memberikan dukungan dan partisifasinya dalam penulisan skripsi
dan tidak henti-hentinya selalu mendoakan dan memberikan dukungannya
dalam penulisan skripsi saya.
8. Adik-adikku tersayang Ilham Syah dan Muhammad Afif Fadly yang telah
memberikan motivasi yang tak henti-hentinya selama penulisan skripsi.
9. Buat tersayang Hendrik yang telah memberikan motivasinya dan memberikan
dukungannya berupa moril dan tenaganya dalam penulisan skripsi.
10. Para sahabat-sahabatku yang tercinta, teman-teman seperjuangan KPI F
angkatan 2010/2011 dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya
satu persatu alhamdulilah berkat doa kalian semua dan kalian sudah banyak
iv
memberikan bantuan semangat dan suportnya sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Akhirnya kontribusi saran dan kritik Anda pembaca, semoga menjadi
kebaikan untuk penulis dalam mengembangkan ilmu ke depan, serta menjadi amal
kebaikan di akhirat kelak.
Jakarta, 18 Agustus 2014
Penulis,
Khodijah Awaliyah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................ 4
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ................................ 4
D. TinjauanPustaka ........................................................................ 5
E. Metode Penelitian...................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan................................................................ 11
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Peranan…………………………………………… 12
B. Pengertian Dakwah ................................................................... 14
C. Unsur-unsur Dakwah ............................................................... 16
D. Bentuk-bentuk Dakwah ............................................................ 23
E. Pengertian Ibu ........................................................................... 24
F. Konsep Rumah Tangga Dalam Islam………………………… 27
BAB III : PROFIL USTADZAH PIPIK DIAN IRAWATI
A. Riwayat Hidup Ustadzah Pipik Dian Irawati .......................... 32
B. Gambaran umum tentang Rumah Tangga Ustadzah
Pipik Dian Irawati ..................................................................... 37
vi
BAB IV: ANALISIS DATA
A. Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai
Ibu Rumah Tangga Saat Mendampingi Suami ............................ 41
B. Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai
Ibu Rumah Tangga Setelah Meninggalnya Suami ..................... 48
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 60
B. Saran-saran ................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dakwah1 artinya agama yang selalu mendorong
pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah dengan kata
lain bahwa dakwah menempati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan
agama Islam, tidak dapat dibayangkan apabila kegiatan dakwah mengalami
kelumpuhan yang disebabkan oleh berbagai faktor terlebih pada era
globalisasi sekarang ini. Kegiatan dakwah merupakan aktivitas yang tidak
pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung dan akan terus
melekat dalam situasi dan kondisi apapun bentuk dan coraknya. Tujuan
dakwah Islam adalah mendorong dan mengharapkan potensi fitri manusia agar
eksistensi mereka punya makna di hadapan tuhan dan sejarah. Tugas dakwah
adalah tugas umat secara keseluruhan bukan hanya tugas kelompok tertentu
umat Islam.2
Dakwah pada hakikatnya merupakan upaya untuk mempengaruhi
kepribadian baik secara individual maupun kolektif. Dan dakwah pun dapat
dilakukan dengan bil lisan yang lebih banyak memfokuskan pada penekanan
informasi persuasif dan dakwah bil hal yang lebih menekankan kepada hal-hal
yang bersifat praktis yang mampu merangsang agar mad’unya lebih cepat
melakukan perubahan dalam kegiatan sehari-hari. Salah satu faktornya adalah
penyampaian dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar, mudah
1M. Amin Mansyur, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Jakarta:Al-Amin Press, 1997), h.8
2Syafi’i Ma’rif, Islam dan Politik: Upaya Membingkai Peradapan, (Jakarta: Pustaka
Dinamika, 1999), h.15
2
dipahami dan diserap oleh mad’u dengan tujuan agar dakwah yang
disajikannya tidak menjenuhkan dan hambar yang mudah di abaikan.3
Kegiatan dakwah pun tidak hanya dipahami sebagai proses
penyampaian ajaran Islam melalui mimbar, akan tetapi melahirkan kesadaran
bahwa masyarakat sebagai sasaran atau objek dakwah (mad’u) tidak bersifat
pasif dan dianggap tidak memiliki pemahaman dan harapan terhadap kegiatan
dakwah, yang menyebabkan para pelaku (da’i) merasa bebas menyampaikan
apapun sesuai dengan keyakinan.4
Pria dan wanita merupakan makhluk yang melengkapi satu sama lain
dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya. Adanya perbedaan yang
mendasar dalam peranan dan tujuan mereka, maka dapatlah diketahui bahwa
pria dan wanita mempunyai perbedaan satu sama lain baik dalam watak atau
perangai maupun dalam bentuk tubuh, yang mana masing-masing dilengkapi
dengan apa yang secara semestinya dapat melengkapi peranan penting antara
pria dan wanita. Mereka masing-masing memperoleh bagian dari apa yang
diusahakannya, termasuk di dalamnya mengenai tanggung jawab masing-
masing. Oleh karena itu sebagai manusia yang mengaku beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya, mereka tidak diperbolehkan ada rasa iri satu sama lainnya.
Dalam sebuah rumah tangga, biasanya ada peran-peran yang
dilekatkan pada para anggotanya, seperti seorang suami berperan sebagai
kepala rumah tangga, sedangkan seorang istri berperan sebagai seorang ibu
rumah tangga. peran-peran tersebut muncul biasanya karena ada pembagian
3Djamal Abidin ASS, Komunikasi dan Bahasa Dakwah (Jakarta: Gema Insani Press,
1996), cet. ke-1, h. 1. 4 Enjang AS, dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah (Bandung: Widya Padjadjaran,
2009) cet. ke-1, h. 3.
3
tugas di antara mereka di dalam rumah tangga. seorang suami berperan
sebagai kepala rumah tangga oleh karena ia mendapat bagian tugas yang lebih
berat, yakni mencari nafkah untuk seluruh anggota rumah tangga. disamping
itu, ia sebagai kepala rumah tangga juga diberi tanggung jawab untuk
melindungi dan mengayomi rumah tangganya, sehingga rumah tangga tersebut
dapat berjalan sesuai dengan nilai-nilai Islam.5
Wanita mempunyai peranan tertentu yang berbeda dengan kaum pria,
seperti mengandung, menyusui, yang jelas-jelas memerlukan kelengkapan
emosional sekaligus intelektual tertentu agar membuat wanita siap dan dapat
menjalankan tugasnya yang paling sulit ini.6
Kepemimpinan dan fungsi keluarga itu lebih banyak dilakukan oleh
pihak istri dengan kelembutannya seorang istri sebagai ibu rumah tangga
dapat berperan sebagai faktor penyeimbangan suami dalam kehidupan seperti
mengatur urusan rumah tangga, memasak, mengasuh, mendidik anak-anak,
menyiapkan keperluan suami maupun anak-anaknya dan sebagainya.7
Karena seorang ibu adalah panutan buat anak-anaknya menjadi pribadi
yang lebih baik. Ustadzah Pipik Dian Irawati adalah istri dari seorang da’i
muda Ustadz Jefri Al Buchori. Perannya Ustadzah Pipik saat mendampingi
suami dalam keadaan susah maupun senang dan dalam keadaan apapun selalu
ada untuk suaminya. Setelah suaminya meninggal dunia Ustadzah Pipik Dian
Irawati berperan sebagai kepala rumah tangga. Disamping kesibukannya
sebagai pendakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati tidak melupakan perannya
5 Ratna Batara Munti, Perempuan Sebagai Kepala Rumah Tangga (Jakarta: Lembaga
Kajian Agama, 1999), h. 6. 6 Rafuidin, Menjadi Wanita Idaman (Jakarta: Al-Kautsar Prima, 2010), cet. ke-1 h. 7.
7Hasbi Indra, Potret Wanita Sholeh (Jakarta: Permadani, 2004) cet. ke-3, h. 6.
4
sebagai ibu rumah tangga dalam mengurusi anak-anaknya. Didalam mengatur
rumah tangganya. Tentu ia ada suatu hambatan, apalagi ditambah aktivitas
dakwahnya yang sangat padat.
Melihat latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat
dalam sebuah penelitian yang berjudul “PERANAN DAKWAH
USTADZAH PIPIK DIAN IRAWATI SEBAGAI IBU RUMAH
TANGGA”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas maka peneliti
membuat batasan yang akan diteliti, yaitu peneliti hanya berfokus pada
Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan di atas, maka pokok permasalahannya
dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai ibu
rumah tangga pada saat mendampingi suami?
b. Seperti apakah peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai
ibu rumah tangga setelah meninggal suami?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilakukan sebagai :
1. Untuk mengetahui peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai
ibu rumah pada saat mendampingi suami.
5
2. Untuk mengetahui peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai
ibu rumah tangga setelah meninggalnya suami.
Sedangkan manfaat penelitian ini dilakukan sebagai berikut :
1. Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dibidang
studi Dakwah dan Ilmu Komunikasi mengenai peranan dakwah serta dapat
menjadi referensi atau perbandingan bagi studi-studi yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan praktisi dakwah
dalam melakukan peranan dakwah dan memberikan sumbang saran
kepada praktisi di bidang kelembagaan agama.
D. Tinjauan Pustaka
Sebelum menentukan judul skripsi dan mengadakan penelitian lebih
lanjut, penulis telah melakukan tinjauan pustaka di Perpustakaan Fakultas
Dakwah Dan Ilmu Komunikasi dan di Perpustakaan Utama Universitas Islam
Negeri Jakarta. Maksud dan tujuan pustaka ini antara lain untuk menghindari
kesamaan dalam penelitian.
Walaupun ada beberapa skripsi yang membahas tentang rumah tangga,
tetapi Subjek dan Formatnya berbeda, dan penelitian tidak menemui skripsi
yang membahas tentang skripsi yang peneliti akan tulis skripsi itu antara lain.
1. Leni Widia mahasiswa UIN Jakarta dalam skripsinya yang berjudul
“Peranan Suami Dalam Membina Rumah Tangga Sakinah”.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah suami adalah
rumah tangga pada dirinya terletak responsibilitas yang besar, kewajiban
6
yang bermacam-macam terhadap keluarganya, dirinya dan agamanya
yang ia letakan secara seimbang. Tanggung jawab suami dalam Islam
memiliki cangkupan yang sangat luas meliputi tanggung jawab terhadap
agama, diri, istri, anak, keluarga, harta, ilmunya dan pekerjaan. Seorang
suami yang sholeh pasti tahu peranannya, yang menjadi kewajibannya
dan sangat menentukan akan terwujudnya rumah tangga yang sakinah,
sehingga ia bertanggung jawab terhadap apa yang telah menjadi
tugasnya, maka suami akan memimpin, mendidik dan memberikan
teladan bagi anak-anaknya dalam segala hal.8
2. Ela Yulia Mahasiswa UIN Jakarta dalam skripsinya yang berjudul
“Peranan Istri Dalam Pendidikan Keluarga Sakinah”. Permasalahan yang
dibahas dalam penelitian ini adalah istri adalah pemimpin dalam rumah
tangga. orang yang selalu disorot dalam kehidupan rumah tangga adalah
seorang istri, karena dia memang dianggap sebagai orang yang paling
bertanggung jawab tentang kehidupan didalam rumah tangga. istri dapat
mengerjakan apa yang tidak dapat (sempat) dikerjakan oleh suami,
seperti mengatur rumah tangga, memasak, mengasuh, mendidik anak-
anak, menyiapkan keperluan suami maupun anak-anaknya. keistimewaan
yang dimiliki seorang istri lebih mendukung, tugasnya sebagai pemberi
rasa damai dan tenang kepada suami serta lebih mendukung fungsinya
dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya.9
8Leni Widia, Peranan Suami Dalam Membina Keluarga Sakinah (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2007) 9Ela Yulia, Peranan Istri Dalam Pendidikan Keluarga Sakinah (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah, 2012)
7
3. Lailatul Furqoniyah UIN Jakarta dalam sripsinya yang berjudul “Konsep
Keluarga Sakinah Menurut Keluarga Single Parent (Studi Kasus di Desa
Gumeng Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik)”. Permasalahan yang di
bahas dalam penelitian ini adalah mengulas tentang konsep keluarga
sakinah menurut keluarga single parent di Desa Gumeng Kecamatan
Bungah Kabupaten Gresik berserta hambatan-hambatannya di hadapi
oleh seorang single parent dalam membentuk keluarga sakinah.10
Judul penelitian di atas merupakan beberapa judul tentang “Keluarga”
yang ada di Perpustakaan baik Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta atau Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Semua
judul tersebut membahas tentang Peranan Rumah Tangga, yang membedakan
dengan penelitian ini yaitu terletak pada subjek dan objeknya dan tidak
ditemukan judul skripsi yang membahas tentang peranan dakwah Ustadzah
Pipik Dian Irawati sebagai ibu rumah tangga.
E. Metode Penelitian
Pada penyusunan skripsi ini penulis akan membagi kedalam beberapa bagian
yaitu :
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif analisis, yakni penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik, dan dengan cara
10
Lailatul Furqoniyah, Konsep Keluarga Sakinah Menurut Keluarga Single Parent (Studi
Kasus di Desa Gumeng Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik) (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,
2011)
8
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.11
Dalam buku Metodelogi Penelitian Kualitatif karya Lexy J.
Moelong terhadap pendapat yang dikemukakan oleh Bogdan dan Tylor.
“Metodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati”. 12
Pendekatan yang digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu
bersifat luwes atau fleksibel, tidak terlalu rinci, tidak lazim
mengidentifikasi suatu konsep, serta memberikan kemungkinan
perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar,
menarik, dan unik bermakna dilapangan.13
Pertimbangan penulis menggunakan pendekatan kualitatif, karena
penulis bermaksud meneliti secara mendalam, menyajikan data secara
akurat, dan menggambarkan kondisi sebenarnya secara jelas.
Selain itu, melalui pendekatan kualitatif ini penulis berharap dapat
menggambarkan dan menganalisis Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian
Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga.
2. Sumber Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah semua orang yang terlibat
dalam memberikan informasi baik tentang subjek maupun objek dalam
penelitian ini.
11
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2009), h. 6. 12
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, h. 4. 13
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Grafindo Persada,
2005), h. 39.
9
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Ustadzah Pipik Dian Irawati,
Anaknya Muhammad Abizar Al-Ghifari objek dalam penelitian ini adalah
peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai ibu rumah tangga.
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini mulai dilakukan pada bulan Maret 2014 sampai bulan
Agustus 2014, dari mulai mengurusi perizinan sampai tahap pengumpulan
data yang dilakukan secara insidental (sesuai dengan keperluan dalam
melengkapi data).
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Metode observasi yaitu untuk memperoleh dan mengumpulkan data
dengan melakukan pengamatan dan pencatatan langsung dilapangan
secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang muncul dan
mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena yang
diselidiki.14
Observasi yang dilakukan adalah untuk mendapatkan data
yang berkaitan dengan penelitian dalam pencatatan apa yang bisa
dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, diraba oleh tangan dan
kemudian peneliti tuangkan dalam penelitian ini.
b. Wawancara
Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatap muka antara
14
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi (Jakarta:
LPSP3-UI, 1998), h. 62.
10
pewawancara dengan orang yang diwawancarai.15
Penulis
mengadakan wawancara langsung dengan Ustadzah Pipik Dian
Irawati anaknya bernama Muhammad Abizar Al-Ghifari.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pencarian sumber data berupa catatan-catatan
resmi tentang Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai
Ibu Rumah Tangga yang berupa catatan, transkip, buku dan foto-foto
yang menyangkut dengan penelitian guna mendukung data penelitian.
6. Teknik Analisis Data
Data-data yang terkumpul melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi dikumpulkan dan dianalisis dengan landasan teori
mengenai strategi komunikasi yang akan penulis gunakan. Nantinya
akan digunakan untuk menjadi acuhan pada saat menganalisis data. Fase
ini merupakan proses penyederhanaan bentuk data agar mudah dibaca
dan dipahami. Setelah itu menganalisis data dengan menyusun kata-kata
kedalam tulisan yang lebih luas. Informasi dan keterangan yang
ditemukan dalam penelitian ini adalah menggunakan filed research
(penelitian lapangan) dengan menggunakan deskriptif (menggunakan
data kualitatif).16
7. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku
pedoman akademik yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2010.
15
Moh. Nazim, Metode Penelitian (Bandung: Galia Indonesia, 1999), h. 234. 16
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 1997), h. 245.
11
F. Sistematika Penulisan
Untuk ketertiban pembahasan serta untuk mempermudah analisis materi
dalam penulisan penelitian, maka penulis menjelaskan dalam sistematika
penulisan. Penulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bab, setiap bab
dirinci dalam beberapa sub bab sebagai berikut :
Bab I: Pendahuluan, Yang meliputi: latar belakang masalah, batasan
dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metode penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II: Tinjauan Teoritis tentang pengertian metode yang meliputi
Pengertian peranan, Pengertian dakwah, Unsur-unsur dakwah, Bentuk-bentuk
dakwah, Pengertian ibu, Konsep rumah tangga dalam Islam
Bab III : Pembahasan mengenai profil Riwayat Hidup Ustadzah Pipik
Dian Irawati, Gambaran umum tentang Rumah Tangga Ustadzah Pipik Dian
Irawati.
Bab IV : Pembatasan mengenai Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian
Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga Saat Mendampingi Suami, Peranan
Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah Tangga Setelah
Meninggalnya Suami.
Bab V: Penutup meliputi Kesimpulan Saran, Daftar Pustaka, dan
Lampiran
12
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Peranan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata peranan berarti bagian dari
tugas utama yang harus dilaksanakan.1 Bisa jadi suatu yang jadi bagian atau
memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa.2
Dalam kamus populer, peran diartikan sebagai fungsi, kedudukan atau bagian
dari kedudukan, seseorang dikatakan berperan atau memiliki peranan karena
dia (orang tersebut) mempunyai status dalam masyarakat, walaupun
kedudukannya ini berbeda antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi
masing-masing dirinya berperan sesuai dengan statusnya. Menurut Soejono
Soekanto, “pesan dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.”3
Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan sebuah
perpaduan berbagi teori orientasi maupun disiplin ilmu yang pada dasarnya
tidak bisa dipisahkan dengan status kedudukan, walaupun keduanya berbeda,
akan tetapi saling berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya,
karenanya peranan diibaratkan dua sisi mata uang yang berbeda akan tetapi
kelekatannya sangat terasa sekali.4
1 Muhammad Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia Modern (Jakarta: Pustaka Amani,
2002), h. 304. 2 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 667.
3Soejono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet. ke-1,
h. 667. 4Sarlito Wirawan Saryono, Teori Psikologi Sosial (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2003), cet. ke-8, h. 214.
13
Sedangkan menurut Gross Masson dan A. W. Mc Eachern sebagaimana
dikutip oleh David Barry mendefinisikan peran sebagai seperangkat harapan-
harapan yang dikenalkan pada individu yang menempatkan kedudukan sosial
tertentu.5
Menurut David Berry harapan-harapan tersebut merupakan imbangan-
imbangan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan peranan-
peranan itu ditentukan oleh norma-norma masyarakat. Artinya diwajibkan
untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam
pekerjaannya dan dalam pekerjaan-pekerjaan lainnya.
Sarlito Wirawan juga mengemukakan hal yang sama bahwa “harapan
tentang peran adalah harapan lain pada umumnya tentang perilaku-perilaku
yang pantas yang seyogyanya ditentukan oleh seseorang yang mempunyai
peran tertentu”.6
Dari pengertian di atas dapat dikatakan, apabila seseorang atau kelompok
berperan, telah menjalankan perannya ketika menduduki karakterisasi (posisi)
dalam struktur sosial. Juga dikatakan menjalankan peranan manakala ia
menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan statusnya, seperti peranan
seorang ibu terhadap anaknya, yaitu bagaimana seseorang yang berstatus
sebagai ibu menjalankan hak dan kewajibannya antara lain bagaimana
mengajari, membimbing, dan mengawasi anaknya.
5N. Gross, W. S. Masson, A. W. Mc Eachern. Exploritation In Role Analiysis, dalam
David Barry, Pokok-Pokok Pikiran Sosiologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), cet. ke-3,
h. 99. 6Sarlito Wirawan Sarwono, Teori Psikologi Sosial (Jakarta: CV Rajawali, 1995), cet.
ke-1, h. 235.
14
B. Pengertian Dakwah
Secara umum masyarakat mengartikan dakwah dikaitkan dengan agama
Islam. Kata dakwah tersebut sesuai dengan arti dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, bahwa dakwah berarti penyiaran, propaganda. Penyiaran agama
dikalangan masyarakat dan pengembangannya seruan untuk memeluk dan
mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.7 Dengan demikian dakwah
artinya seruan, ajakan, atau panggilan. Mendakwahkan sesuatu keyakinan
artinya mempropogandakan sesuatu keyakinan. Sedangkan dakwah Islamiyah
artinya menyampaikan umat manusia agar menerima dan mempercayai
keyakinan dan pandangan hidup Islam.8
Dakwah sendiri dapat ditinjau dari dua aspek, dari aspek etimologi dan
aspek terminologis. Secara etimologi dakwah berasal dari bahasa Arab
merupakan bentuk masdar dari kata kerja (fi’il) yaitu : da’a. yad’u, da’watan
yang berarti menyeru, memanggil dan mengajak.9 Kemudian kata jamak yaitu
da’watan yang artinya ajakan, seruan, undangan atau panggilan.10
Kata dakwah juga berarti do’a (al-du’a), yakni harapan, permohonan
kepada Allah SWT atau seruan (al-mid’a). Doa atau seruan pada sesuatu
berarti dorongan atau ajakan untuk mencapai sesuatu itu agar semuanya
tercapai. Dakwah dalam arti do’a ini terbaca jelas dalam ayat ini11
7Departemen Pendidikan dan Budaya, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1998), h. 181. 8Isa Anshary, Mujahid Dakwah (Bandung : CV. Diponegoro, 1991), h. 17.
9Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah
Penafsiran Al-Qura’an, 1990), h. 127. 10
Ahmad Ghulusy, Al- Dakwahal-Islamiyah ( Kairo: Dar Al-Kitab, 1987), h. 9. 11
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta: PT. Penamadani Jakarta,
2008), cet. ke-2, h. 144.
15
Artinya : “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.S Al-
Baqarah : 186)
Secara terminologis (istilah), para pakar memiliki pengertian yang
berbeda-beda dalam mengartikan apa itu dakwah. Namun pada dasarnya
mereka memiliki dasar yang sama yaitu : “Menyerukan agar umat Islam
melakukan perbuatan amar ma’aruf dan menjauhkan yang munkar”.
Menurut M. Nasarudin Latif dalam bukunya Teori dan Praktek Dakwah
Islamiah menyatakan bahwa dakwah : “Berarti sikap usaha atau aktivitas baik
lisan maupun tulisan yang bersikap menyeru, memanggil manusia untuk
mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqidah dan syari’at serta
akhlak Islamiyah”.12
Sementara itu Prof. Dr. Quraisy Syihab mendefinisikan dakwah sebagai
seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau usaha mengubah situasi tertentu
kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun
masyarakat dan dakwah seharusnya berperan dalam pelaksanaan ajaran Islam
secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.13
Ibnu Taimiyah dakwah merupakan suatu proses usaha untuk mengajak
agar orang beriman kepada Allah, percaya dan mentaati apa yang telah
12
Nasarudin Latif, Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah (Jakarta: Firma Dara, 1997),
hal. 11. 13
Quraisy Shihab, Membumikan Al-Qura’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam
Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1998), cet. ke-17, h.194.
16
diberitakan oleh rasul serta mengajak agar dalam menyembah kepada Allah
seakan-akan melihat-Nya.14
Berdasarkan pendapat di atas, maka dakwah Islam dapat diberi
pengertian mengajak umat manusia supaya masuk kejalan Allah SWT (Sistem
Islam) secara menyeluruh baik dengan perbuatan sebagai ikhtiar seorang
muslim dalam mewujudkan ajaran Islam menjadi kenyataan dalam kehidupan
pribadi, keluarga, jama’ah dan umat dalam semua segi kehidupan. Dengan
harapan dapat menyelamatkan dan membahagiakan manusia baik di dunia
maupun di akhirat.15
Sistematis dalam hal ini ditandai dengan interaksi unsur-unsur utama
dakwah yang saling berkaitan satu sama lainnya dan tidak boleh terpisahkan.
Sehingga dakwah bertujuan untuk memberi tahu dan memberi pemahaman
apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang oleh Allah. Tujuan dakwah
tidak hanya terbatas pada penyampaian perintah dan larangan Allah saja,
tetapi juga meliputi segala hal yang dibutuhkan dalam menunaikan dakwah,
misalnya sarana, prasarana, cara penyampaian dakwah dilingkungan
masyarakat.
C. Unsur-unsur Dakwah
Agama Islam dapat bertahan sampai saat ini berkat adanya kegiatan
dakwah. Dakwah merupakan suatu proses, sehingga memerlukan unsur-unsur
dakwah dengan tujuan agar tidak menemui kesalahan dalam pelaksanaannya.
Adapun unsur-unsur dakwah ialah :
14Munir Samsul Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), cet. ke-1, h. 5.
15Munir Samsul Amin, Ilmu Dakwah, h. 6.
17
1. Subyek dakwah atau Da’i
Subjek dakwah (da’i) yaitu orang atau sekelompok orang yang
melaksanakan tugas dakwah, da’i sebagai pelaku dakwah atau pelaksana
dakwah. Juru dakwah menurut A. Hasjmy dalam bukunya Dustur Dakwah
Menurut al-Qur’an adalah penasehat, para pemimpin dan pemberi ingat,
yang memberi nasihat dengan baik, mengarang dan berkhutbah,
memusatkan kegiatan jiwa raganya dalam membicarakan tentang kampung
akhirat untuk melepaskan orang-orang yang karam dalam gelombang
dunia.16
Dengan pendidikan yang khusus tentang penguasaan ilmu agama
yang luas dan dalam seorang da’i juga harus mempunyai ilmu pengetahuan
yang universal yaitu mengenal ilmu-ilmu lain. Dalam abad teknologi
modern ini berkembangnya isu-isu hangat di masyarakat, maka dengan
menguasai teknologi dapat digunakan cara untuk menompang materi
dakwah yang disampaikan supaya tidak kering dan kaku. Selain itu da’i
harus benar-benar mendalami ilmu mengenai ushul (pokok) dan furu’
(cabang) Islam, sehingga apabila ia berdakwah benar-benar memahami
hakikat risalah yang sempurna. Bahwa Islam adalah hubungan dengan
Tuhan yang membimbing mukmin dalam seluruh aspek kehidupannya.
Di dalam pendakwah terletak inti dari gerakan dakwah Islam yang
jiwanya terisi dengan kebenaran, kesadaran, kemauan, keberanian, tegas
dan semangat untuk siap menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dan orang
lain dapat mengambil manfaat darinya. Seorang juru dakwah juga harus
16
Siti Uswatun Hasanah, Berdakwah Dengan Jalan Debat Antara Muslim Dan Non
Muslim (Yogyakarta: Pustaka Pelajar offset, 2007), cet. ke-1, h. 28.
18
bertauhid dengan sempurna artinya mengenal Tuhannya sebagai Sang
Pencipta dengan kekuasaan yang mutlak. Seorang juru dakwah harus
berakhlak karimah, karena merupakan cerminan bagi orang yang di
dakwahi.17
Secara umum dapat dikatakan bahwa da’i adalah pelaksana dalam
berdakwah atau da’i adalah manusia baik laki-laki maupun perempuan
yang mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ajaran Islam ditengah-
tengah kehidupan manusia serta menjadi panutan atau tempat orang
mencontoh cara hidup yang Islami dan menjadi penyejuk di tengah
kehidupan umat, justru itu tidak semua orang (umat Islam) dapat dikatakan
da’i, karena begitu besar tanggung jawabnya.
2. Objek Dakwah atau Mad’u
Mad’u dalam arti isim maf’ul dari da’a berarti orang yang mengajak,
atau dikenakan perbuatan dakwah. Mad’u adalah obyek sekaligus subyek
dalam dakwah yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali. Siapapun mereka,
laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, seorang bayi yang baru
lahir ataupun orang tua menjelang ajalnya, semua adalah mad’u dalam
dakwah Islam.18
Mad’u (objek dakwah) yaitu masyarakat sebagai penerima dakwah.
Masyarakat baik individu maupun kelompok sebagai objek dakwah,
memiliki strata dan tingkatan yang berbeda-beda.19
17
Faizah dan Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah (Jakarta : Kencana, 2006), hal. 197. 18
Cahaya Takariawan, Prinsip-PrinsipDakwah (Yogyakarta: Izzam Pustaka, 2005), cet.
ke-4, h. 25. 19
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzan, 2009), cet. ke-1, h. 15.
19
Mad’u (objek dakwah) adalah manusia, baik seseorang atau lebih
yaitu masyarakat. Pemahaman mengenai masyarakat itu biasa beragam,
tergantung dari cara memandangnya.20
Mad’u dapat disebut sebagai obyek atau sasaran dakwah, yaitu orang-
orang yang di seru, di panggil atau di undang. Maksudnya ialah orang
yang di ajak ke dalam Islam atau sesuai dengan ajaran Islam sebagai
penerima dakwah.21
Menurut Asmani Syukir, menjelaskan bahwa, yang di maksud dengan
objek dakwah adalah masyarakat luas, yang merupakan salah satu unsur
terpenting di dalam sistem dakwah yang tidak kalah penting perannya
dibadingkan dengan unsur-unsur dakwah yang lain.22
Menurut peneliti dari beberapa pendapat tentang pemaparan objek
dakwah adalah setiap seorang da’I wajib mengajak manusia kepada jalan
yang benar yang dapat menyakinkan dan meluruskan agama Islam yang
yang hakiki (sebenar-benarnya).
3. Metode Dakwah
Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan yaitu “meta”
(melalui) dan “hodos” (jalan cara). Dengan demikian dapat diartikan
bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan.23
20
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta: Logos, 1997), cet. ke-1,
h. 35. 21
Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum Dalam Berdakah Di Indonesia
(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. ke-1, h. 34. 22
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983),
h. 66. 23
Munzier Saputra, Harjani Hefni, Metode Dakwah (Jakarta: Kecana, 2003), cet. ke-1,
h. 6.
20
Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya
jalan dan dalam bahasa Arab disebut thariq.24
Metode dakwah merupakan cara-cara penyampaian dakwah, baik
terhadap individu, kelompok atau masyarakat luas agar pesan-pesan
dakwah itu mudah diterima. Metode dakwah harus tepat dan sesuai dengan
situasi dan kondisi mad’u sebagai penerima pesan dakwah, dimana
penerapan metode dakwah harus mendapat perhatian yang utama dari pada
da’i
Sehingga metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan
oleh seorang da’i kepada mad’u yang telah diatur melalui proses
pemikiran untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih
sayang.
4. Media Dakwah
Media berawal dari kata “median” yang berasal dari bahasa latin
yang artinya perantara. Pengertian media secara istilah adalah segala
sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat (perantara) untuk mencapai
tujuan tertentu.25
Media dakwah adalah perantara yang digunakan untuk
menyampaikan atau menyalurkan materi dakwah.26
Dewasa ini, jenis-jenis
media atau sarana dakwah sangat banyak jumlahnya antara lain radio,
televisi, video, rekaman, surat kabar, tabloid, majalah dan bahkan melalui
media internet. Media dakwah merupakan saran untuk menyampaikan
pesan agama dengan mendayagunakan alat-alat temuan teknologi modern
yang ada pada zaman ini. Dengan begitu banyak media dakwah yang
24
Hasanuddin, Hukum Dakwah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet, ke-1, h. 35. 25
Ahmad Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, hal. 165. 26
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, hal. 35.
21
tersedia. Maka seorang da’i memilih salah satu atau beberapa media saja
sesuai dengan tujuannya dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
Media dakwah Islam adalah saran atau prasarana yang membantu
subjek dakwah atau da’i dan da’iyyah dalam memberikan dan
menyampaikan pesan dakwahnya secara efektif dan efisien. Dengan
demikian media dakwah sebagai alat bantu untuk mencapai tujuan dakwah
yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa orang, materi,
tempat kondisi tertentu dan sebagainya.
Fungsi media massa dalam dakwah untuk memberikan informasi,
pendidikan, hiburan dan mempengaruhi para mad’u. Media dakwah juga
merupakan hal yang sangat penting dalam proses dakwah, untuk
menentukan keberhasilan dakwah itu sendiri kepada masyarakat.
5. Tujuan Dakwah
Didalam kehidupan perubahan akan selalu terjadi, pasang surut
kehidupan makanan setiap hari, hidup bagaikan roda yang berputar selalu
berganti demikian juga iman dan taqwa seseorang selalu mengalami naik
turun, adakalahnya iman seseorang dapat mempertahankan kadar
keimanannya.
Wardi Bahtiar mengungkapkan tujuan dakwah adalah mencapai
masyarakat yang adil dan makmur serta ridha Allah SWT.27
Sedangkan
menurut Tarmizi Taher bahwa hakikat tujuan dakwah adalah
mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan
manusia supaya mengakui kebenaran Islam dan mengamalkan ajaran
Islam sehingga menjadi orang baik.28
27
Wardi Bahtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, h. 37. 28
Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher (Jakarta: Grafindo, 2005), h. 98.
22
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa hakikatnya tujuan dakwah
adalah adanya perubahan yang positif pada seseorang dari buruk kearah
yang baik dan dari baik kearah yang lebih baik.
Dakwah yang dilaksanakan harus mempunyai tujuan tertentu.
Tujuan ini dapat dirumuskan sedemikian rupa sehingga jelas apa yang
hendak dicapai. Di dalam proses dakwah, tujuan adalah merupakan salah
satu faktor yang sangat penting. Dengan tujuan itulah dapat di rumuskan
suatu landasan tindakan dalam pelaksanaan dakwah.29
Dakwah merupakan usaha memindahkan umat situasi negatif ke
situasi positif, seperti dari situasi kekufuran kepada keimanan, dari
kemelaratan kepada kemakmuran, dari perpecahan kepada persatuan, dari
kemaksiatan kepada ketaatan untuk mencapai ridho Allah SWT.
Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai
satu diperoleh dari keseluruhan tindakan dakwah. Untuk mencapai tujuan
utama inilah, penyusunan semua rencana dan tindakan dakwah harus
ditunjukan dan diarahkan. Dengan kata lain tujuan dakwah bukan
memperbanyak pengikut tetapi memperbanyak orang yang sadar akan
kebenaran Islam dan mengamalkan amar ma’ruf nahi munkar.
Dan titik tujuan dakwah, yaitu memberi peringatan kepada umat
manusia agar mengambil segala ajaran Allah yang terkandung dalam Al-
Qur’an menjadi jalan hidupnya.30
Pada hakikatnya tujuan dakwah adalah untuk mengajak manusia
berlomba-lomba dalam menunaikan kewajiban dan saling menjaga dan
29
Hasanuddin, Hukum Dakwah (Jakarta: PT Pedoman Ilmu Jaya, 1996), cet. ke-3, h. 3. 30
A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1994), cet.
ke-3, h. 33.
23
menghormati hak sesama sehingga terbentuk keadilan dan kestabilan di
dalam masyarakat. Selain itu juga dakwah Islam memiliki tujuan agar
supaya timbul dalam diri umat manusia suatu pengertian tentang nilai-nilai
ajaran Islam serta pengalaman terhadap agama yang ikhlas.
D. Bentuk-bentuk Dakwah
Menurut para pelaku dakwah, dakwah Islam merupakan operasionalisasi
yang dilakukan, sehingga ada tiga kategori di dalamnya, yaitu:31
1. Bil Lisan
Dakwah bil lisan, adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah
melalui lisan, dapat berupa ceramah, diskusi, khutbah, brain stroming dan
sebagainya.
2. Bil Qolam
Dakwah bil qolam, adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah
melalui tulisan, dapat berupa buku, majalah, surat kabar, sepanduk,
pamphlet, bulletin dakwah dan lain sebagainya.
3. Bil Hal
Dakwah bil hal, adalah dakwah melalui perbuatan yang nyata perilaku atau
sopan santun sesuai dengan ajaran Islam, memelihara lingkungan, mencari
nafkah dengan tekun, sabar, kerja sama dan saling tolong menolong
sesama manusia. Islam memerintahkan manusia agar dapat mencontoh
(teladan) dari para ahlil fikr (orang-orang yang berfikir), ahli kebenaran
dan mereka yang berkaidah lurus.32
31
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, h. 34. 32
Mustafa Mansur, Teladan Di Medan Dakwah (Solo: Era Intermedia, 2000), h. 42.
24
Sebagai da’i dan da’iyyah yang mempunyai misi ajaran kepada Islam
kepada manusia, dan juga berkewajiban meneladani sifat-sifat dan kepribadian
Rasulullah SAW.
Pada dasarnya dakwah inilah yang lebih efektif dan mengena pada
sasaran dibanding dengan bentuk-bentuk dakwah yang lainnya. Tetapi sampai
detik ini umat Islam masih kurang memperhatikan efektivitas dari dakwah bil
hal ini dan masih menganggap bahwa dakwah bil lisan lebih efektif.
E. Pengertian Ibu
Ibu adalah sebagai "tiang rumah tangga" amatlah penting bagi
terselenggaranya rumah tangga yang sakinah yaitu keluarga yang sehat dan
bahagia, karena di atas yang mengatur, membuat rumah tangga menjadi surga
bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi bagi
suaminya. Untuk mencapai ketentraman dan kebahagiaan dalam keluarga
dibutuhkan istri yang shalehah, yang dapat menjaga suami dan anak-anaknya,
serta dapat mengatur keadaan rumah sehingga tempat rapih, menyenangkan,
memikat hati seluruh anggota keluarga.
Menurut Baqir Sharif al-Qarashi bahwa para ibu merupakan sekolah-
sekolah paling utama dalam pembentukan kepribadian anak, serta saran, untuk
memenuhi mereka dengan berbagai sifat mulia, sebagaimana sabda Nabi
Muhammad SAW. yang artinya: "Surga di bawah telapak kaki ibu",
menggambarkan tanggung jawab ibu terhadap masa depan anaknya.
Dari segi kejiwaan dan pendidikan, sabda Nabi di atas ditunjukan kepada
para orang tua khususnya para ibu, harus bekerja keras mendidik anak dan
mengawasi tingkah laku mereka dengan menanamkan dalam benak mereka
25
berbagai perilaku terpuji serta tujuan-tujuan mulia, adapun tugas-tugas para
ibu mendidik anak-anaknya yaitu :
1. Para ibu harus membiasakan perbuatan-perbuatan terpuji pada anak.
2. Para ibu harus memperingatkan anak-anak mereka akan segala kejahatan
dan kebiasaan buruk, perilaku yang tidak sesuai dengan kebiasaan sosial
dan agama.
3. Para ibu harus memiliki kesucian dan moralitas sebagai jalan pendidikan
untuk putra-putri mereka.
4. Para ibu jangan berlebihan dalam memanjakan anak.
5. Para ibu harus menanamkan pada anak rasa hormat pada ayah mereka.
6. Para ibu jangan pernah menentang suami, sebab akan menciptakan aspek
kebencian dengan kedengkian satu sama lain.
7. Para ibu harus memberi tahukan pada kepala keluarga setiap
penyelewengan tingkah laku anak-anak mereka.
8. Para ibu harus melindungi anak dari hal-hal buruk menggoda serta
dorongan-dorongan perilaku anti sosial.
9. Para ibu harus menghilangkan segala ajaran atau metode yang dapat
mencederai kesucian serta kemurnian atau meruntuhkan moral dan etika.
10. Para ibu harus memelihara kesucian dan perilaku terpuji.33
Ibu adalah orang yang telah mengandung anaknya selama 9 bulan,
melahirkan dan merawat anaknya dari bayi sampai benar dan telah
mencurahkan segala kasih sayangnya untuk anaknya. ibu juga yang telah
memberi dorongan untuk melakukan segala hal dan selalu mendoakan
anaknya. ibu juga seseorang yang istimewa yang harus dihormati, dan sayangi.
33
http://www.ranau.16mb.com/index.php?option=com_content&view=article&id=127:per
anan-ibu-dalam-rumah-tangga&catid=31:general&Itemid=146, tanggal 12 Mei 2014 jam 10:26
26
Tentunya tanpa ibu kita tidak akan pernah bisa hidup didunia ini. Teman Nabi
Muhammad pernah bertanya kepada beliau “saya yang pertama harus saya
hormati?” dan Nabi Muhammad menajwab “ibumu” sampai tiga kali ia
bertanya dan jawabannya sama, baru yang ke empatnya Nabi menajwab
“Ayahmu”.
Seorang ibu melahirkan anaknya ke dunia dengan susah payah, rasa sakit
yang luar biasa dan dengan pengorbanan hidupnya. Ketika anaknya lahir ke
dunia. Beliau menyusui bayinya hingga berumur 2 tahun dan memberikan
makanan tambahan, beliau rela mengorbankan waktunya untuk mengajari,
membimbing dan memberikan anaknya bekal untuk masa depannya. Sang ibu
selalu berharap dalam hati agar anaknya bisa hidup dengan baik di dunia dan
menjadi anak berbakti. Peranan ibu lebih dominan dari pada peranan bapak
dalam keluarga, bila dilihat dari sisi pendidikan. Sebab ibu lebih banyak
menyertai anaknya, pengaruhnya telah umum dan luas.
Seorang penyihir pernah berkata “ibu laksana sekolahan. Bila kau
persiapkan, maka kau telah persiapkan satu bangsa yang baik pangkalnya”.34
Islam telah berpesan melalui al-Qur’an dan sunnah tentang kedudukan
orang tua. Terlebih khusus lagi, adanya penekanan untuk senantiasa berbuat
baik kepada ibu. Allah berfirman :
34
Al-Tahir, Al-Hada, Wanita Dalam Syariat dan Masyarakat (Jakarta: Pustaka
Firdaus,1993), h. 40.
27
Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya
atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah"
dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
Perkataan yang mulia.(Q.S. al-Isra :23)35
Ada satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh seorang ibu kapan
pun juga, yaitu ia tetap sebagai seorang istri dari suaminya, baik yang
sebelum maupun setelah memiliki anak. Kehidupan rumah tangga suami
istri memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kejiwaan dan perasaan
emosinal anak-anak.
F. Konsep Rumah Tangga Dalam Islam
Pernikahan salah satu ketentuan Allah yang umum berlaku pada semua
makhluk baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan Allah tidak mau
menjadikan manusia itu seperti makhluk lainnya yang hidup bebas mengikuti
nalurinya dan berhubungan antara jantan dan betinanya secara anarki, dan
tidak ada satu aturan. Akan tetapi, demi menjaga kehormatan dan martabat
kemuliaan manusia. Allah adakan hukum sesuai dengan martabatnya.
Sehingga hubungan laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan
berdasarkan saling ridha meridhai, dihadiri para saksi yang menyaksikan
kedua pasangan laki-laki dan perempuan itu telah saling terikat.36
Perkawinan dan sudut pandang Islam merupakan sistem peraturan dari
Allah SWT yang mengandung karunia yang besar dan hikmah yang agung.
Melalui perkawinan dapat diatur hubungan laki-laki dan wanita (yang secara
fitrahnya saling tertarik) dengan aturan yang khusus. Dari hasil pertemuan ini
35 Adil Fathi Abdullah, Menjadi Ibu Ideal (Jakarta: Pustaka al-Kautsar 2003), h.7.
36M. Thalib, Perkawinan Menurut Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), h.1.
28
juga akan berkembang jenis keturunan sebagai salah satu tujuan dari
perkawinan tersebut. Dari perkawinan itu pulalah terbentuk keluarga yang
diatasnya didirikan peraturan hidup khusus dan sebagai konsekuensi dari
sebuah perkawinan.
Rumah tangga atau keluarga adalah suatu struktur dalam masyarakat
yang bersifat khusus, satu sama lain saling mengikat. Dalam sebuah negara
rumah tangga itu ibarat sebuah bibit tanaman. Jika bibit tanamannya baik dan
sehat akan tumbuh menjadi pohon yang berdaun rindang dan berbuah lebat.
Rumah tangga muslim yang mampu merencanakan sinar Islam. Pastilah anak
melahirkan sebuah negara yang benar-benar adil, makmur, dengan ridha Allah
SWT.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga dapat
diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai
macam pekerjaan rumah tangga, atau dengan pengertian lain ibu rumah tangga
merupakan seorang istri (ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan
dalam rumah tangga (tidak bekerja di kantor).
Islam membangun pondasi rumah tangga yang sakinah, mengikatnya
dengan atas yang kuat dan sangat kokoh sehingga menggapai awan dan
bintang-bintang. Jika bintang-bintang adalah perhiasan langit. Maka rumah
tangga adalah perhiasan sebuah masyarakat, karena pada rumah tangga ada
suatu keindahan, kebanggaan, pertumbuhan yang menyenangkan,
kebersamaan dengan orang-orang tercinta sehingga Allah SWT. Mewariskan
bumi serta isinya. Dari keluargalah kenikmatan abadi yang bisa diperoleh
29
manusia atau sebaliknya dari keluarga juga penderitaan berkepanjangan yang
tiada bertepi yang di ujikan Allah kepadanya.37
Struktur rumah tangga dapat terbangun melalui hubungan darah
ataupun pernikahan. Menurut ajaran Islam, pernikahan itu mengandung
tanggung jawab dan sekaligus ras saling memiliki dan saling berharap.
Disamping terikat menurut hukum Islam, juga terjalin dalam ikatan batin.38
Berhasil atau gagalnya pendidikan keluarga dalam Islam sepanuhnya
bergantung pada kemampuan kita memahami sebagaimana pandangan Islam
terhadap manusia dan nilai kemanusiaannya. 39
Keluarga dalam Islam merupakan komunitas ideal pertama bagi
manusia muslim untuk membentuk masyarakat yang diridhai Allah. Di dalam
Islam, keluarga menempati posisi dasar pembentukan insan yang sempurna.
Bila memandang unsur pengelolaan yang baik dan adil atau amanah yang
harus dijaga dan istri memperlakukan suami sebagai amanah yang harus
dimuliakan serta keduanya melaksanakan amanah untuk membesarkan dan
mengasuh anak-anaknya untuk menjadi hamba-hamba Allah. Rumah tangga
adalah amanah bersama. Titik ini semestinya menjadi acuan awal ketika
menempati masalah rumah tangga sebagai sentral pembinaan umat. Biasanya
masalah-masalah yang timbul dalam keluarga karena masing-masing pihak
tidak bisa memenuhi amanah tersebut.
Menurut konsep Islam pembentukan keluarga dilakukan lembaga
pernikahan. Keluarga dapat diwujudkan apabila fasilitas kehidupan dan
37
Abdul Hamid Kimid, Konsep Rumah Tangga (Bandung: Mizan,1992) h. 20. 38
Anshari Thayib, Struktur Rumah Tangga Muslim (Surabaya: Risalah Gusti, 1992), h.1. 39
Shodiq Ihsan, Keluarga Muslim Dalam Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya. 1994),
h. 119
30
kebutuhan hidup keluarga, baik lahir dan batin dapat terpenuhi secara baik.
Dalam upaya mewujudkan keluarga yang bahagia manusia dapat menempuh
dan mengupayakan melalui usaha lahiriyah dalam bentuk perencanaan yang
matang dan persiapan yang mantap, menempuh prinsip monogami, dan
melalui keluarga berencana. Menurut konsep Islam bekal utama yang harus
dijadikan modal dalam upaya mewujudkan keluarga yang bahagia ialah iman
yang kokoh, akhlak yang mulia dan ketaqwaan yang tinggi.40
Keluarga yang Islami mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Dibentuk lewat akad pernikahan menurut ajaran Islam.
2. Yang dinamakan keluarga sekurang-kurangnya terdiri dari seorang laki-
laki yang berstatus sebagai suami dan seorang perempuan yang berstatus
sebagai istri.. Ini adalah keluarga pokok yang dapat menjadi keluarga inti
jika ditambahi anak-anak.
3. Dalam keluarga Islam, terdapat nilai-nilai dan norma-norma yang dianut.
Nilai dan norma ini bersumber dari ajaran Islam.
4. Setiap anggota keluarga memiliki hak dan kewajiban dengan status dan
kedudukannya, menurut ajaran Islam, tujuan pembentukan keluarga Islam
ialah kebahagiaan dan ketentraman hidup berumah tangga dalam rangka
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Jadi rumah tangga Islam adalah rumah tangga yang didalamnya ditegakan
adab-adab Islam, baik yang menyangkut indvidu maupun keseluruhan anggota
rumah tangga. rumah tangga Islami adalah sebuah rumah tangga yang
didirikan di atas landasan ibadah. Mereka bertemu dan berkumpul karena
40
Ibrahim Husen, Membina Keluarga Bahagia (Jakarta: Pustaka Antara PT (Anggota
IKAPI, 1996), h. 46.
31
Allah saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, serta saling
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Karena
kecintaan mereka kepada Allah serta teladan yang menjadi panutan dan
dambaan umat. Mereka betah tinggal di dalamnya karena kesejukan iman dan
kekayaan rohani.
Rumah tangga Islami adalah rumah yang didalamnya terdapat sakinah,
mawaddah dan warahmah (perasaan cinta dan kasih sayang). Perasaan itu
senantiasa melingkupi suasana rumah tangga setiap harinya. Seluruh anggota
keluarga merasakan suasana surga didalamnya . inilah ciri khas rumah tangga
Islami. Mereka berserikat dalam rumah tangga itu untuk berkhitmat pada
aturan Allah SWT. Mereka bergaul dan bekerja sama didalamnya untuk saling
menguatkan dalam beribadah kepada Allah.41
Tidak dapat diragukan lagi bahwa rumah tangga Islami itu muntiara-
muntiara masyarakat yang baik. Oleh karena itu, haruslah sungguh-sungguh
memelihara syariat yang mengatur soal akad nikah perkawinan menurut Islam
itu, karena betul-betul tidak ada cacat celanya, jauh dari perbuatan sia-sia,
mengukuhkan hubungan kasih sayang dan ketenangan jiwa suami istri dalam
rumah tangga itu, inilah salah satu tanda kesempurnaan kodrat Tuhan.42
41
Cahyadi Takariawan, Pernik-Pernik Rumah Tangga Islam (Jakarta: Intermedia, 2008),
h. 21. 42
Muhammad Alwi Al-Maliki Al-Hasani, Etika Dalam Rumah Tangga (Surabaya: PT
Bungkul Indah, 1992), h. 8.
32
BAB III
PROFIL USTADZAH PIPIK DIAN IRAWATI
A. Profil Ustadzah Pipik Dian Irawati
Ustadzah Pipik memiliki nama lengkap Pipik Dian Irawati. Wanita
kelahiran Semarang 26 November 1977 ini memiliki paras yang begitu cantik
yang dibaluti dengan jilbab semakin membuat ia tampak begitu anggun dan
cantik. Ustadzah Pipik Dian Irawati lebih dikenal dengan sapaan Ummi.
Ustadzah Pipik Dian Irawati merupakan anak bungsu dari enam bersaudara 4
perempuan 2 laki-laki dari pasangan H. Imam Martono bin Mardjani dengan
Hj. Riyanti. Pada usia 12 tahun ibu dari Ustadzah Pipik Dian Irawati
meninggal dunia.1
Pendidikan Ustadzah Pipik Dian Irawati berawal di kota Semarang yaitu
di SD Widosari di Semarang lanjut ke SMP dan SMA Mataram di Semarang.
Sekitar tahun 1996 Ustadzah Pipik melanjutkan kuliah bagian Manajemen
Informasi tetapi tidak sampai setahun karena ada panggilan kerja sebagai
model di salah satu model sampul dimajalah Aneka pada tahun 1995-1996.
Selain belajar di pendidikan formal beliau juga pernah belajar di sekolah
informal yaitu di Pendidikan Mubaligh Al Azhar. Dari pengalaman
pendidikan di PMA inilah beliau mulai belajar menjadi seorang pendakwah. 2
Pada saat Ustadzah Pipik masih menjadi model majalah Aneka Ustadzah
Pipik Dian Irawati mengaku memiliki kebiasaan yang kurang baik. Istri
1Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin 12 Mei
2014. 2Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin 12 Mei
2014.
33
almarhum Uje itu senang keluar masuk dunia malam, diskotik atau dugem.
Kondisi seperti ini dianggapnya sebagai masa kegelapan dalam masa
hidupnya.3
Perubahan hidup Ustadzah Pipik terjadi ketika Uje membawanya
bertemu dengan ibunya, Umi Tatu. Ketika itu Uje menggambarkan soal
keseriusan hubungannya dengan Ustadzah Pipik. Umi Tatu pun memberi restu
kepada mereka berdua untuk menikah. Meski awalnya berat hati, Ustadzah
Pipik mengikuti saran Umi Tatu.
Sebelum menikah Ustadzah Pipik belum mengenakan Hijab setelah
menikah Ustadzah Pipik mulai mengenakan hijab karena tuntutan dari ibunda
Uje yaitu Umi Tatu, karena dilingkungan keluarga suami Ustadzah Pipik
begitu sangat agamis sekali. Dari sinilah Ustadzah Pipik mulai merubah
penampilannya yang biasa mengenakan baju seksi hingga sampai mengenakan
pakaian yang menutupi auratnya sampai sekarang. Ustadzah Pipik mulai
istiqomah untuk terus mengenakan hijabnya sampai sekarang. 4
Pertemuan dengan Ustadz Jefri Al Buchori dengan Ustadzah Pipik Dian
Irawati pertama kali saat sedang menyantap nasi goreng di Menteng tahun
1996-1997. Waktu itu Ustadzah Pipik Dian Irawati bersama Gugun Gondrong
lagi di dalam mobil yang memperkenalkan sebagai adik Gugun Gondrong.
Sebetulnya pada waktu itu Ustadzah Pipik juga ingin berkenalan dengan
Ustadz Jefri Al Buchori, yang dikenalnya sebagai pemain sinetron
“Kerinduan” dan kebetulan Ustadzah Pipik menyukainya. Mungkin karena
3Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin 12 Mei
2014. 4Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Jum’at 04 Juli
2014.
34
Gugun paham dengan tingkah laku Ustadz Jefri Al Buchori, maka Gugun pun
menolak keinginan Ustadzah Pipik. Tetapi karena mungkin sudah jodoh,
Allah kembali mempertemukan Ustadz Jefri Al Buchori dengan Ustadzah
Pipik. Pada saat buka puasa dirumah Pontjo Sutowo, saat itulah perkenalan
antar dua insan itu terjadi, mulai dekat hingga akhirnya bertukar nomor
telepon.5
Pada saat pertama kali keluar bareng, waktu itu Ustadz Jefri Al-Buchori
hanya mengenakan jins dan sepatu boots serta uang Rp. 50 ribu didompet, lalu
mereka naik taksi untuk nonton film. Dan selama dibioskop, mereka hanya
membisu dan menonton sendiri-sendiri. Karena memiliki kesamaan hobi yang
sama yaitu makan dan nonton, akhirnya Ustadz Jefri Al Buchori dan Ustadzah
Pipik sering keluar bareng walau banyak teman-teman Ustadz Jefri Al Buchori
yang mencibir dan tidak habis mengapa Ustadzah Pipik mau-maunya
berpacaran dengan Ustadz Jefri Al Buchori.
Karena keduanya memiliki kesibukan masing-masing, terutama Ustadzah
Pipik yang sibuk untuk keluar kota karena tuntutan profesinya sebagai seorang
model inilah yang membuat mereka jarang bertemu, bahkan sempat putus lalu
pertemukan lagi. Akhirnya, untuk menghindari maksiat Ustadz Jefri Al
Buchori dan Ustadzah Pipik menikah dibawah tangan tahun 1999, lalu mereka
tinggal dirumah ibunda Ustadz Jefri Al Buchori, sekitar 4-5 bulan kemudian
baru mereka menikah secara resmi di Semarang pada tanggal 7 September
1999. Pernikahan keduanya kemudian dikaruniai empat orang anak, Adiba
5Yusuf Mansur, Siapa Penerus Saya ?Memoar Kehidupan Ustadz Jeffry Al Buchori
(Surabaya: Pena Semesta, 2013) h. 32.
35
Khanza Az-Zahra, Muhammad Abidzar Al-Ghifari, Ayla Azuhro dan Attaya
Bilal Rizkillah.6
Awal-awal berat harus mereka lalui dalam menjalani biduk rumah tangga
dan hidup seadanya, Ibunda Ustadz Jefri Al Buchori lah yang membiayai
hidup mereka. Saat itulah Ustadz Jefri Al Buchori pun masih sempat kambuh,
hingga pernah ngebut depan Ustadzah Pipik, sampai pakai Uang Ustadzah
Pipik, untunglah sang istri begitu setia dan selalu mengingatkan Ustadz Jefri
Al Buchori untuk berubah.
Segala cara mereka lakukan berdua untuk bisa menghidupi biduk rumah
tangga yang baru dibangun, termasuk berdagang kue dengan dititipkan ke toko
yang ternyata malah tidak laku. Ustadz Jefri Al Buchori dan Ustadzah Pipik
sama-sama saling belajar menerima kelebihan dan kekurangan satu sama
lain.Pelan-pelan, hidup Ustadz Jefri Al Buchori mulai berubah menjadi lebih
baik, terutama setelah Ustadzah Pipik hamil. Selain itu juga, mungkin karena
Ustadz Jefri Al Buchori sudah capek dengan kehidupan yang seperti itu.
Bahkan Ustadzah Pipik pernah melepas hijabnya demi uang yang akan
diterimanya dan ia menuturkan sempat mendapat cobaan untuk melepas
hijabnya lantaran bayaran yang diterimanya cukup menggiurkan. Tawaran ini
pun diterima Ustadzah Pipik dengan sangat hati-hati karena saat itu sedang
membutuhkan uang untuk melangsungkan pernikahannya dengan Ustadz Jefri
dimana saat itu belum menjadi Ustadz.7
Pada bulan Maret 2010 Ustadzah Pipik membentuk group vocal religi
yang diberi nama Fatimah voice. Group vocal ini terdiri dari Nia Paramitha,
6Yusuf Mansur, Siapa Penerus Saya ?Memoar Kehidupan Ustadz Jeffry Al Buchori, h.
32. 7http:/bluesand-pampuliina.blogspot.com/2014/01/pipik-dian-irawati-tanpa-berhijab.html,
tanggal 13 Juni 2014 jam 11:00
36
Pipik Dian Irawati dan Puput melati. Ketiga personil ini sudah cukup lama
berkecimpung di dunia entertaiment sebelum menggabungkan diri dalam
group vocal bernafaskan dakwah Islamiah. Awalnya membentuk group
Fatimah hanya bertujuan untuk penggalangan dana untuk Palestina. Bersama
Fatimah Voice, Ustadzah Pipik bisa menjalankan dakwahnya sendiri. Setelah
usai dari dunia menyanyi di group Fatimah, Ustadzah Pipik diajak berduet
bersama suaminya dan membentuk sebuah group vokal ini yang diusung oleh
Ustadz Jefri Al Bukhori sendiri. Dan anak-anaknya pun ikut dinobatkan dalam
pembuatan album yang berjudul “sholawat badruh”. Dan pada tahun 2013
Ustadzah Pipik pernah menulis sebuah buku yang berjudul Beauty And
Fabulos Hijab yang berisi tentang cara mengenakan hijab yang bertemakan
kerja, kasual dan formal dan juga menampilkan gaya hijab beach and garden
serta melalui buku terbitan kawan pustaka ini Ustadzah Pipik mengajak para
muslimah untuk tampil cantik, anggun, mengagumkan, dan syar’i dalam
segala suasana dan kegiatan.8
Awal mulainya Ustadzah Pipik merambah dunia bisnis butik tercetus
karena sering menemani sang suami, Ustadz Jefri Al Buchori untuk
berceramah ke berbagai tempat, maka Ustadzah Pipik menjadi terinspirasi
untuk mendesain baju muslim untuk suami tercinta. Karena jika sedang
berkeliling dalam sehari suaminya bisa 3-4 kali ganti baju.
Dalam perkembangannya Ustadzah Pipik tidak hanya mendesainkan
untuk suaminya saja namun Ustadzah Pipik mengelola butik dan toko berlabel
Uje Collection. Awalnya berlokasi di ITC Cempaka Mas, Jakarta Pusat,
Selama dua tahun. Kemudian pindah ke Radio Dalam, Jakarta Selatan selama
8 Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin, 12 Mei 2014
37
dua tahun. Hingga akhirnya kembali pidah ke Mall Tangerang City. Sejak
kontrak di Tangerang City habis, banyak jamaah yang meminta agar Ustadzah
Pipik dapat membuka butiknya di rumah saja karena terlalu jauh di Tangerang
City.9
Walaupun Ustadzah Pipik mempunyai kesibukan menjadi seorang da’i
yang jadwal ceramah yang padat dan juga sering keluar kota, namun tidak
menghilangkan kodratnya sebagai seorang ibu yang mengurusi anak-anaknya
serta dapat membagi waktu antara keluarga dengan ceramahnya.10
B. Gambaran umum tentang Rumah Tangga Ustadzah Pipin Dian Irawati
Wanita (istri) adalah pemimpin dalam urusan rumah tangga, sedangkan
suami adalah pemimpin dalam urusan keluarga, hal ini sesuai dengan hadits
Rasulullah
“Setiap manusia keturunan adam adalah kepala, maka seorang pria
adalah kepala keluarga, sedangkan wanita adalah kepala rumah tangga. (HR.
Abu Hurairah)”
Di dalam kehidupan berumah tangga merupakan amanah dari Allah SWT
yang wajib dipelihara dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Dalam
menjalankan konsep ini dituntut adanya kerjasama yang baik antara suami istri
dan kesadaran akan adanya hak dan kewajiban dalam berumah tangga.
Apabila konsep hak dan kewajiban dapat berjalan dengan baik, niscaya ikatan
perkawinan antara suami istri tersebut akan langgeng dan tercipta keluarga
yang sakinah, mawaddah, warahmah.11
9 Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin, 12 Mei 2014
10Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin, 12 Mei 2014
11Slamet Abidin, Fiqih Munakahat I (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), hal. 157.
38
Dengan berumah tangga akan terwujudlah kerjasama yang bertanggung
jawab serta dilandasi dengan kasih sayang dan juga untuk menutup sebagian
dosa perbuatan maksiat, disamping itu rumah tangga juga merupakan unit atau
kelompok terkecil dari masyarakat. Apabila setiap rumah tangga mampu
membina anggota keluarganya dengan baik, maka terwujudlah masyarakat
yang baik. 12
Tahun 2013 adalah tahun kesedihan bagi Ustadzah Pipik dan keempat
anaknya, karena, tepatnya Jum'at, tanggal 26 April 2013, suaminya tewas
dalam kecelakaan tunggal saat mengendarai motor Kawasaki ER-6n bernomor
polisi B 3590 SGQ yang sedang dikendarai.
Bagaikan hujan disiang bolong Ustadzah Pipik mendapatkan kenyataan
bahwa orang yang di cintainya serta yang telah memberikannya empat orang
anak itu telah pergi meninggalkannya secara mendadak. Ustadz Jefri Al
Buchori meninggal dunia dengan meninggalkan seorang istri Pipik Dian
Irawati serta meninggal 2 orang putra dan 2 orang putriya itu Adiba Khanza
Az-Zahra, Mohammad Abidzar Al-Ghifari, Ayla Azuhro dan Attaya Bilal
Rizkillah.
Setelah suaminya meninggal dunia kehidupan Ustadzah Pipik mulai
rapuh dan sempat sakit sampai dirawat dirumah sakit akibat sakit yang diderita
Ustadzah Pipik diharuskan dibawa kedokter untuk mendapat perawatan
intensif dirumah sakit Pondok Indah diJakarta. Setelah ditinggal oleh suami
tercintanya Ustadzah Pipik memiliki peranan ganda yaitu menjadi seorang ibu
sekaligus bapak buat anak-anaknya.
Setelah Ustadz Jefri Al Buchori wafat, rupanya Allah masih memberikan
12
H. Sidi Nazar Bakry, Kunci Keutuhan Rumah Tangga (keluarga yang sakinah) (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1993) cet. ke-1 h. 2.
39
ujian kepada istri dan anak-anaknya yang ditinggalkan. Pada hari Jum'at, 20
Juni 2014, rumah yang ditinggali keluarga Ustad Jefri Al Buchori kebakaran.
Hal itu bermula ketika jam 03.00 WIB, terdengar sebuah letupan dari ruang
tamu namun tercium bau asap datang dari ruang itu. Api pun cepat menjalar
karena banyaknya sofa serta wallpaper yang mengiasi kediaman Ustadz Jefri
Al Buchori. Pukul 03.30, Ustadzah Pipik terbangun karena alarmnya menyala.
Pada saat itu, Ustadzah Pipik sudah merasakan hawa yang benar-benar panas.
Setelah keluar kamar, ternyata ruang tamunya sudah terbakar. Ia segera
membangunkan anak-anaknya. Karena sudah tidak ada jalan lagi, akhirnya
Ustadzah Pipik beserta keempat anaknya meloncat dari lantai dua rumahnya.
Untungnya, semua selamat. Termasuk Taufik, supir keluarga Uje yang
kebetulan berada di sana lalu membopong Ustadzah Pipik. Tidak ada korban
jiwa, hanya Abidzar yang kakinya terkilir dan membiru. Sedangkan Ustadzah
Pipik mengalami sesak nafas dan kakinya retak sehingga harus dilarikan ke
rumah sakit.13
Menurut Pipik istri mendiang Ustadz Jefri Al Buchori (Uje), berencana
akan menjual rumahnya usai direnovasi nanti. Sebelumnya, rumah yang biasa
ia tempati mengalami kebakaran, Jum’at 20 juli 2014 lalu. Rencana untuk
menjual rumah tersebut diakui oleh Pipik bukan lantaran karena habis
kebakaran, melainkan sudah terpikirkan saat Uje masih hidup.
Nantinya, uang dari penjualan rumah tersebut akan dia gunakan untuk
membangun tempat tinggal khusus untuk menampung anak-anak yatim yang
kurang mampu. Keinginannya untuk menjual rumah tersebut juga disambut
13
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Pipik_Dian_Irawati., tanggal 9 Agustus 2014 jam 10:00
Wib
40
baik oleh anak-anaknya. Pipik dan keempat anaknya bersama anak-anak
yatim, akan tinggal dalam satu atap di istana yatim yang ingin dibuatnya nanti
setelah rumahnya laku terjual.
Bahkan Abizar telah memesan kepada ibunya, kalau nantinya rumah
yatim itu jadi dibuat ia ingin ada beberapa tempat olahraga yang akan
dijadikannya tempat bermain bersama anak-anak yatim. 14
14
http://www.tribunnews.com/seleb/2014/08/19/pipik-dian-irawati-berpikir-akan-
tinggalkan-rumah-kenangan-uje. tanggal 9Agustus 2014 jam 12:00
41
BAB IV
ANALISIS PERANAN DAKWAH USTADZAH PIPIK DIAN IRAWATI
SEBAGAI IBU RUMAH TANGGA
A. Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah
Tangga Saat Mendampingi Suami
Ustadzah Pipik Dian Irawati adalah seorang istri dari seorang penda’i
muda Ustadz Jefri Al Buchori atau yang lebih dikenal di masyarakat sebagai
Ustadz gaul (Uje), Ustadzah Pipik memiliki peranan dalam hal kesuksesan
sang suami.
Peranan Ustadzah Pipik terhadap karier suaminya begitu besar. Berawal
dari permintaan kakak kedua Ustadz Jefri Al Buchori yaitu Ustadz Fathul
Hayat untuk menggantikannya untuk memberikan kutbah Jumat di Mangga
Dua, yang pada waktu itu Ustadz Fathul Hayat harus meninggalkan tanah air
karena diminta menjadi imam besar di sebuah masjid di Singapura.
Awal pertama kali ceramah Ustadz Jefri Al Buchori sempat ragu, namun
dengan dukungan dari istri yang ikut membantu dalam menuliskan teks
ceramah yang harus disampaikan pada saat itu. Hasilnya Ustadz Jefri
mendapatkan honor Rp. 35 ribu. Uang dalam Amplop di serahkan ke
Ustadzah Pipik dan dikatakan kepadanya, ini uang halal yang biasa Ustadz
Jefri berikan kepadanya. Pada Saat itu, Ustadz Fathul Hayat meminta Ustadz
Jefri untuk terus melanjutkan dakwahnya dan memulai menjadi Ustadz.1
Namun jauh sebelum itu, Ustadz Jefri Al Buchori yang pernah terjerumus
dalam kehidupan yang nyaris membawanya ke balik jeruji besi, karena rasa
1Yusuf Mansur, Siapa Penerus Saya ?Memoar Kehidupan Ustadz Jeffry Al Buchori, Pena
Semesta, (Surabaya, 2013) hal. 32
42
sayang Allah SWT kepada Ustadz Jefri Al Buchori akhirnya dikirimkan
seorang yang akan menjadi pendamping hidupnya, dialah Pipik Dian Irawati
seorang gadis asal Semarang yang juga model sampul majalah Aneka tahun
1995.
Ketika itu Ustadz Jefri masih belum menjadi Ustadz, ia tidak tahu bahwa
suaminya adalah seorang pecandu berat sampai ada orang yang bilang beliau
stres, disini ia merawat suaminya karena pada saat itu suaminya merasa butuh
seseorang yang bisa mengobatinya. Hingga akhirnya ia membawa suaminya
ke psikiater. Disinilah peran seorang istri yang selalu mendampingi suaminya
yang sedang sakit, ia juga selalu memberikan nasehat kepada suaminya agar
senantiasa selalu beristigfar dan berdzikir kepada Allah SWT. Ia selalu
meminta agar suaminya cepat sembuh dan bisa menjadi orang yang lebih baik.
Peranan Ustadzah Pipik dalam mendakwahi suaminya dengan melakukan
dakwah melalui:
1. Dakwah Bi lisan
Yaitu dakwah yang dilakukan Ustadzah Pipik dengan menggunakkan
lisannya, seperti: Dengan melalui ceramah, diskusi, berkomunikasi, serta
bertatap muka dengan suami, karena ia menyampaikan dakwahnya kepada
suaminya dengan fastabiqul khoirat. ia juga berusaha untuk
menyampaikan dakwahnya dengan lemah lembut dengan mengajak suami
berdiskusi tentang kehidupan, ataupun dalam hal keluarga, serta ia pun
selalu memberikan motivasi dan nasehat-nasehat yang baik kepada
suaminya.
43
2. Dakwah Bil amal
Yaitu dakwah yang dilakukan dengan perbuatannya, seperti ia
mendakwahi suaminya dengan cara memberikan perhatian disaat beliau
over dosis ia berusaha untuk memberikan kasih sayang serta pengabdian,
penghormatan, serta kepatuhannya terhadap suaminya begitu besar, ia pun
berusaha untuk senantiasa menjadi istri yang shalehah untuk suaminya. 2
Usaha yang dilakukan Ustadzah Pipik membuahkan hasil berkat doa
dan ikhtiarnya kepada Allah untuk bisa merubah suaminya menjadi orang
yang lebih baik lagi. Walaupun suaminya seperti itu ia tetap menerima
suaminya dalam keadaan apapun. Karena tugas seorang istri adalah menjadi
mendamping hidup hingga akhir kelak.
Ia adalah seorang istri yang mempunyai andil dalam merubah dan
memperbaiki kehidupan suaminya. Perannya sebagai seorang istri hanya
mensuport suami, dan mendoakan. Perannya bukan hanya seorang istri namun
juga seorang malaikat yang akan merubahnya menjadi seorang ustadz. Berkat
kesabaran dan ketegaran yang dimiliki hingga kini ia bisa memberikan banyak
sekali nasehat dalam memberikan kehidupan dalam suaminya.
Ia mendakwahi suaminya dan anak-anaknya, karena mendakwahi
keluarganya adalah suatu kewajiban seorang istri sekaligus seorang ibu kepada
keluarganya. Sebelum ia mendakwahi orang lain ia mendakwahi suami dan
anak-anaknya terlebih dahulu, dan selalu memberikan contoh yang baik untuk
keluarganya, serta menjadikan seorang istri yang patuh kepada suami.
Sebelum suaminya meninggal dunia Ustadzah Pipik memang sudah mulai
2 Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Jumat, 29 Agustus
2014
44
melakukan tugasnya sebagai seorang pendakwah, ketertarikannya dalam dunia
berdakwah diawali dari kesadaran bahwa kewajiban menyampaikan ajaran-
ajaran Islam kepada setiap muslim dan muslimah. Sebelum ia mendakwahi
suaminya ia belajar mendakwahi dirinya terlebih dahulu, karena seorang
pendakwah harus bisa membenahi dirinya terlebih dulu, dan ia selalu berusaha
untuk belajar memahami al-Qur’an dan hadits.
Ia selalu berusaha untuk menjadi istri yang sholehah karena seorang
istri adalah pendamping hidup, sekaligus menjadi penolong ketika suami
susah maupun senang, serta ia selalu berusaha untuk saling menyanyangi, dan
memberikan rasa tentram dan kenyamanan antara satu sama lain. ia juga
berusaha untuk selalu menerima kekurangan ataupun kelebihan dari suaminya.
Menjadikan ia penolong dalam kehidupan suaminya. Dan selalu belajar untuk
menjadi istri dan ibu yang sholehah. Seorang ibu juga harus bisa membuat
suasanan di dalam rumah merasa nyaman dan tentram untuk semua
keluarganya.3 Dan selalu menjadi penasehat di dalam keluarganya karena di
dalam ayat Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka”
Dari ayat tersebut bahwa seorang istri wajib mendakwahi keluarganya
baik itu suami ataupun anak-anaknya untuk memberikan keselamatan buat
keluarganya, karena tiket seorang istri dan anak-anaknya berada di tangan
suaminya untuk menuju surga. Oleh sebab itu al-Qur’an sudah sangat
3Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Minggu, 20 Juli 2014
45
menjelaskan secara jelas bahwa kewajiban seorang istri wajib mendakwahi
keluarganya.4
Karena baginya kriteria istri sholehah adalah menyenangkan bila
dipandang. Menjaga kehormatan bila ditinggal suami, dan dapat memegang
amanah. Hambatan dalam mencapai usaha menjadi istri yang sholehah
baginya adalah ujian dari Allah, dan selama ini ia selalu belajar dan iqra,
sehingga ia selalu dapat menjawab ujian itu dengan baik. Menurut kita untuk
menjaga pernikahan tetap langgeng adalah dengan mencontoh keluarga
Rasulullah, saling mencintai, menyayangi, mengingatkan kebenaran satu sama
lainnya dan menerima bahwa satu sama lainnya adalah makluk yang tidak
sempurna.
Karena buatnya membina mahligai rumah tangga atau hidup berkeluarga
merupakan perintah agama bagi setiap muslim dan muslimah. Melalui rumah
tangga yang Islami kehidupan keluarga dibina dan dididik dengan baik, sesuai
dengan prinsip-prinsip ajaran Islam, maka pada akhirnya akan terbentuk
keluarga yang Islami.
Setiap orang pasti ingin mempunyai rumah tangga yang sakinah
mawadah warahmah. Tapi bagaimana kita harus cari tahu artinya dari mana
rumah tangga. Kenapa rumah tangga disebut rumah tangga kenapa bukan
rumah tembok atau rumah kayu karena setiap rumah tangga pasti ada tangga-
tangga yang mesti di naiki untuk menuju rumah tangga yang sakinah
didalamnya terdapat ujian-ujiannya. Lalu naik lagi menuju tangga mawwadah
dengan ujian-ujiannya juga lalu naik lagi menuju tangga warahmah dengan
4 Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Jumat, 29 Agustus
2014
46
ujian-ujiannya juga, lalu sampailah kepada tingkatan yang lebih tinggi yaitu
menuju tangga mutmainnah sampai kepada ketentraman jiwa disitulah
dibutuhkan peran seorang suami istri yang saling menghargai, saling percaya
maka akan terjalinlah hubungan baiti jannati (rumahku surgaku).5
Rumah tangga yang Islami harus dibangun di atas iman dan taqwa
sebagai fondasinya, syariah Islam sebagai bentuk bangunan, akhlak dan budi
pekerti sebagai hiasan. Rumah tangga seperti inilah yang akan tetap kokoh dan
tidak mudah rapuh dalam menghadapi badai kehidupan dahsyat sekalipun.6
Sebagai seorang istri, Islam telah memberikan kedudukan dan tempat
yang mulia kepada mereka. Allah menjadikannya sebagai salah satu tanda
kekuasaan-Nya, dimana pada wanitalah Allah menciptakan rasa tentram, aman
dan kasih sayang, bukan pada selainnya. Oleh karena itulah dibutuhkan
sebuah kunci keutuhan rumah tangga. bagaimana kita menghiasinya dengan
baik. Karena di dalam al-Quran dijelaskan bahwa Allah berfirman:
Artinya : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi kaum yang berfikir.(QS. Ar-Ruum : 21)
Berdasarkan ayat di atas, terdapat 3 kata kunci yang harus dipegang
dalam kehidupan keluarga, yaitu mawaddah, warahmah, dan sakinah.
Mawaddah adalah cinta karena cinta disertai dengan penuh keikhlasan dalam
5Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin 12 Mei 2014
6Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin 12 Mei 2014
47
menerima keburukan dan kekurangan orang yang dicintai. Dengan mawaddah
seseorang akan menerima kelebihan dan kekurangan pasangannya sebagai
bagian dari dirinya dan kehidupannya. Mawaddah dicapai melalui proses
adaptasi, negosiasi, belajar menahan diri, saling memahami, mengurangi egois
untuk sampai pada ketenangan.7
Warahmah merupakan perasaan saling simpati, menghormati,
menghargai antara satu dengan yang lainnya, saling mengagumi, memiliki
kebanggaan pada pasangannya. Rahmah ditandai dengan adanya usaha-usaha
untuk melakukan yang terbaik pada pasangannya sebagaimana Ustadzah Pipik
memperlakukan yang terbaik untuk dirinya untuk suami. Untuk mencapai
tingkatan rahmah ini diperlukan adanya ikhtiar terus menerus hingga tidak ada
satu di antara lainnya mengalami ketinggalan dan ketersaingan dalam
kehidupan keluarga. Keduanya sama-sama mendapatkan akses, partisipasi
pengambilan keputusan dan dalam memperoleh manfaat dalam rumah tangga.
Adapun sakinah merupakan kata kunci yang amat penting, dimana pasangan
suami istri merasakan kebutuhan untuk mendapatkan kedamaian,
keharmonisan, dan ketenangan hidup yang dilandasi oleh keadilan,
keterbukaan, kejujuran, kekompakan dan keserasian, serta berserah diri
kepada Allah. 8
7Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin 12 Mei 2014
8Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin 12 Mei 2014
48
B. Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati Sebagai Ibu Rumah
Tangga Setelah Meninggalnya Suami
Disaat Ustadz Jefri Al Buchori sudah tidak ada. Peran Ustadzah Pipik
sama saja seperti istri-istri lainnya. Ustadzah Pipik tidak membeda-bedakan
bahwa kodratnya sebagai seorang istri sekaligus seorang ibu. Karena peran
seorang ibu adalah mengasuh, dan merawat anak-anaknya. Disamping
perannya sebagai seorang ibu Ustadzah Pipik hanya menjadikan dirinya
sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga buat suami dan anak-anaknya. Hanya
saja yang membuat Ustadzah Pipik berbeda adalah tanggung jawabnya
sebagai seorang ibu dan istri lainnya yaitu Peran Ustadzah Pipik menjadi ada
dua yaitu sebagai ibu sekaligus bapak dari anak-anak almarhum Ustadz Jefri
Al Buchori.9
Sekarang Ustadzah Pipik harus menghidupi ke empat anak-anaknya
dengan seorang diri. Hingga kini Ustadzah Pipik pun harus berjuang sendirian
tanpa seorang suami. Kehidupan yang Ustadzah Pipik jalanipun mulai berubah
setelah suaminya sudah tidak ada. Kini Ustadzah Pipik harus bisa menjadi
seorang ayah sekaligus seorang ibu untuk ke empat anaknya. Tanggung jawab
yang di pikul Ustadzah Pipik kini menjadi berat setelah ditinggal suaminya.
Peranannya sebagai seorang ibu membuatnya harus banting tulang untuk
mencari nafkah untuk ke empat anak-anaknya. Mulai dari mengurusi anak-
anaknya dan mengatur kehidupan rumah tangganya. Semua ini Ustadzah Pipik
lakukan dengan ikhlas dan sabar karena menjadi seorang single parent tidak
membuatnya merasa terbebani, Karena kini ia mencari rizki dengan membuka
butik dirumahnya sebagai menopang hidup dengan anak-anaknya. sekarang
9Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin 12 Mei 2014
49
profesi ia menjadi Ustadzah setelah suaminya sudah tidak ada karena untuk
menggantikan syiar agama yang dulu pernah dilakukan oleh suaminya. Karena
sekarang Ustadzah Pipik sudah menjadi seorang pendakwah baru di dunia
selebritis. Di samping itu juga Ustadzah Pipik mempunyai teman-teman yang
baik yang selalu membantu dalam keadaan susah maupun senang. Inilah yang
membuat Ustadzah Pipik bisa menjalankan kehidupannya. Ia bisa tegar seperti
sekarang ini karena disampingnya selalu ada teman-temannya yang selalu
membantunya dalam kesulitan apapun, Ustadzah Pipik juga memiliki anak-
anak yang hebat yang bisa mengerti keadaannya yang sekarang. Ustadzah
Pipik bisa setegar ini karena dukungan dan moril dari ke empat anaknya.10
Menjadi seorang ibu sekaligus ayah untuk anak-anaknya dalam
mengurus segala keperluannya mulai dari pakaian sekolah, sarapannya,
sampai mereka semua berangkat kesekolah. Ustadzah Pipik mulai melakukan
perannya sebagai seorang ibu mulai membereskan kamar anak-anaknya
sampai semuanya selesai ia mulai melakukan aktivitas untuk memenuhi
kewajibannya untuk berdakwah kemana-mana sampai keluar kota.11
Sebagai single parent Ustadzah Pipik tidak melupakan perannya
sebagai seorang ibu untuk keempat anaknya. Dalam mengatur waktu bersama
anak-anaknya sepulang Ustadzah Pipik berdakwah karena dakwahnya hanya
dari pagi sampai siang. Sorenya ia biasakan untuk tidak mengambil acara
malam. Karena malam ia membiasakan untuk mendakwahi dirinya sendiri dan
mendakwahi anak-anaknya dan membiasakan anaknya untuk sholat berjamaah
bersama-sama. Setelah itu ia mengajarkan anaknya mengaji sejak dari kecil
karena Rasulullah mengajarkan anaknya ketika anaknya sudah mulai bisa
10
Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Minggu 20 Juli 2014 11
Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin 12 Mei 2014
50
membedakan mana tangan kanan mana tangan kirinya. Karena ia ingin
mencontohkan tauladan yang dicontohkan oleh Rasulullah untuk ia terapkan
kepada anak-anaknya.12
Sebagai seorang ibu Ustadzah Pipik merupakan madrasah bagi anak-
anaknya. Madrasah itu sendiri menurutnya adalah sebuah bangunan sekolah,
dimana didalamnya dia berperan sebagai seorang pendidik, yang menjadi guru
serta mengajarkan anak-anaknya tentang ilmu agama serta memberikan
benteng agar anak bisa mengenalkan anak-anaknya agama Islam dari kecil.
Ustadzah Pipik Juga mengajarkan semua mata pelajaran, serta menjadikan
dirinya sebagai penjaga kantin yang membuatnya menjadi pengawas serta
qudwah hasanah untuk anak-anaknya. Sekarang Ustadzah Pipik memiliki
peranannya sebagai seorang ayah yang menjadi pelindung bagi anak-anaknya
serta mencari rezeki untuk ke 4 anak-anaknya.13
Setelah suaminya meninggal Ustadzah Pipik memulai untuk sedikit
melanjutkan dakwah yang selama ini dilakukan oleh suaminya Ustadz Jefri Al
Buchori. Ustadzah Pipik tidak mau dianggap sebagai Ustadzah karena
seorang Ustadzah harus hafal Hadits dan al-Qur’an. Menurut Ustadzah Pipik
ia merasa masih jauh dari paham Hadits dan al-Qur’an. Karena seorang
Ustadzah harus Hafal Hadits dan al-Qur’an dan juga bisa mengamalkan itu
semua. Ustadzah Pipik hanya ingin memposisikan dirinya sebagai seorang
motivator buat orang lain dan khususnya buat dirinya sendiri.14
Sebelum Ustadzah Pipik menyampaikan dakwah kepada masyarakat,
maka Ustadzah Pipik terlebih dahulu menyampaikan pesan-pesan dakwah
12
Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Minggu 20 Juli 2014 13
Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Minggu 20 Juli 2014 14
Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin 12 Mei 2014
51
kepada keluarganya sendiri. Ustadzah Pipik juga mengamalkannya serta
merealisasikan kehidupan didalam rumah tangganya. Karena biasanya
Ustadzah Pipik mendakwahi anak-anaknya dengan cara bercerita seperti
menceritakan kisah para nabi dan rasulserta menceritakan kisah para ulama
terdahulu agar ia kelak meneruskan syiar agama Islam dan meneruskan
dakwah ayahnya sebagai seorang pendakwah. Ia juga mendakwahi anak-
anaknya dengan materi dakwahnya seputar masalah keluarga, cara mendidik
anak-anaknya dengan al-Qur’an dan Hadits.15
Seperti, pertama Memperkenalkan anak-anak kepada Pencipta-Nya
sejak dini, menyampaikan ayat-ayat al-Qur’an. Kedua berdiskusi dengan
anak-anaknya tentang masalah hukum-hukum agama Islam dan masalah
keluarga. Ketiga saling mengingatkan akan kebenaran di dalam lingkungan
keluarga. Ustadzah Pipik juga mendidik dan mengasuh anak-anaknya dengan
mencontohkan keluarga Rasulullah SAW. Walaupun tidak bisa sempurna
seperti keluarga Rasulullah SAW. Ustadzah Pipik juga harus bisa menjadi ibu
yang baik seperti istrinya Rasulullah yaitu Siti Khodijah. Yang bisa menjadi
wanita karir tetapi tetap bisa menjadi istri dan ibu yang sholehah bagi suami
dan anak-anaknya. 16
Menurut Abizar anak kedua Ustadzah Pipik, ia mengatakan bahwa
Perannya sebagai seorang ibu sudah cukup baik dalam mendidik kita semua,
sepulang kita dari sekolah Umi memberikan waktu disiang hari untuk kami
15
Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Jumat, 29 Agustus
2014 16
Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin 12 Mei 2014
52
bermain. Di malam hari untuk kita belajar, mengaji dan menghafalkan ayat-
ayat al-Qur’an. Menurutnya umi adalah sosok ibu yang hebat.17
Ustadzah Pipik selalu memberikan kontribusi dalam mendidik anak-
anaknya dengan cara:
1. Mengajarkan anak-anaknya selalu melakukan perbuatan yang baik
(terpuji) seperti memberikan pertolongan kepada teman disekolahnya jika
temannya sedang kesusahan. Itu selalu yang ia ajarkan kepada anak-
anaknya.
2. Jika anaknya melakukan hal yang tidak baik ia sebagai seorang ibu wajib
memberikan nasehat ataupun teguran kepada anaknya jika memang
anaknya melakukan kesalahan.
3. Ustadzah Pipik selalu menasehati anaknya jangan pernah melakukan hal-
hal yang tidak boleh dilakukan. Seperti ia mencontohkan jika seorang
mencuri maka tangannya akan dipontong.
4. Mengajari anak-anaknya berperilaku sopan santun kepada yang lebih tua,
seperti mematuhi perintah ibu dan bapaknya.
5. Ia juga selalu menanamkan moralitas kepada anak-anaknya seperti
mencontohkan berperilaku yang baik terhadap teman sepermainnya.
6. Ia juga selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk tidak anti sosial
kepada siapapun, baik itu kepada orang pakir miskin maupun orang kaya
semua di mata Allah semuanya sama.
7. Ia juga mengajar akan anak-anaknya selalu berbuat baik kepada teman-
temannya dan tidak boleh melakukan hal yang dilarang oleh agama Islam.
17
Abizar, Wawancara Pribadi Via Telpon, di Rumah Pipik Dian Irawati, Jum’at 16 Mei 2014
53
8. Ia mengajari anak-anaknya untuk selalu patuh kepada ayah dan ibunya
seperti ia mencontohkan hadits tentang mematuhi orang tua, dan patuhilah
kedua orang tuamu dengan cara yang baik.
9. Ia mengajarkan anak-anaknya untuk selalu bersyukur kepada Allah atas
apa yang diberikan hari ini.
10. Ia juga mengajari anak-anaknya belajar ikhlas menerima ketentuan yang
Allah berikan contohnya dengan kepergian ayahnya ia selalu memberikan
motivasi untuk anak-anaknya berusaha untuk tegar bahwa kehilang
seorang ayah bukan berarti kita harus terpuruk dalam kesedihan. Ia
mengajarkan bahwa ia dan anak-anaknya mampu bangkit dari semua
musibah yang ada.
Ia mengajarkan dan mendidik anak-anaknya dengan cara yang hasanah
supaya anaknya kelak bisa menjadi seorang yang memiliki akhlak yang baik
serta tidak melakukan hal-hal yang tidak di perolehkan dalam Islam, karena
seorang ibu harus memberikan tauladan yang baik untuk anak-anaknya.
Menurut Ustadzah Pipik mengasuh anak harus dengan penuh kasih
sayang dan cinta bukan dengan kekerasan. ia membagi tahapan dalam
mendidik anak-anaknya dalam 3 fase :
1. Pada usia 0-7 tahun, merupakan permulaan dalam bersosialisasi pada
tahap ini ia mendidik anaknya dengan cara bermain.
2. Pada usia 7-14 tahun, merupakan tahap pembiasaan, dimana anak-anak
mulai diberikan pendidikan tentang hukum-hukum dan berakhlak yang
baik.
54
3. Pada usia 14 tahun ke atas, merupakan tahap peringatan, pada tahap ini ia
sudah mulai bersahabat dengan anal-anaknya bila perbuatan mereka
melanggar atau tidak mengikuti hukum syari’at Islam.18
Bagi Ustadzah Pipik pendidikan pada usia anak-anak dapat berhasil
bila situasi dan caranya menyenangkan. Untuk itu memilih pola pendidikan
anak harus disesuaikan dengan minat mereka, tetapi pada saat mereka kecil
yang utama adalah memberikan pendidikan agamanya. Dengan urutan sebagai
berikut:
1. Pada masa masuk Sekolah Taman Kanak-kanak (Tk), pada tahapan ini
anak harus masuk TK Islam.
2. Pada saat masuk Sekolah Dasar (SD), pada tahapan ini anak-anak juga
harus masuk Sekolah Dasar yang Islam.
3. Pada saat masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), pada tahapan ini
anak-anak sudah mulai sekolah umum tetapi harus tetap ada unsur ajaran
Islam.
4. Pada saat masuk Sekolah Menengah Atas (SMU) hingga perguruan tinggi.
Pada tahapan ini anak-anak dapat memilih pendidikannya sendiri sesuai
dengan minatnya masing-masing anak.19
Jadi anak-anaknya bisa mencari bakat yang sesuai dengan minatnya
masing-masing. Tetapi Ustadzah Pipik tidak menekankan kepada anak-
anaknya bahwa mereka harus berdakwah dengan profesinya tersebut.
Melainkan dengan kemampuan yang mereka miliki. Komunikasi yang
diterapkan oleh Ustadzah Pipik pada anak-anaknya yang bersifat dialogis
maksudnya sebagai orang tua jangan hanya berbicara saja akan tetapi harus
18
Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Jum’at 04 Juli 2014 19
Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Minggu 20Juli 2014
55
mendengarkan keinginan si anak. Walaupun orang tua memiliki otoritas tetapi
jangan menyelewengkan otoritas tersebut pada anaknya. Setelah itu Ustadzah
Pipik juga menyampaikan informasi kepada anaknya tentang hukum-hukum
agama yang sudah dijelaskan dalam al-Qur’an dan Hadits.
Menurut Ustadzah Pipik ia masih harus banyak belajar dalam
mendidik anak-anaknya serta bisa dapat menjadikan tauladan yang baik
seperti yang dicontohkan Rasulullah kepada anak-anaknya. Ia pun berusaha
untuk tetap menjadi seorang ibu yang baik untuk ke empat anaknya.
Sampai saat ini Ustadzah Pipik masih merasa belum dapat dikatakan
seorang ibu yang sholehah bagi anak-anaknya. karena sampai saat ini ia belum
bisa menerima hasilnya. Baginya seorang ibu bisa dikatakan berhasil jika ia
sudah mendapatkan hasilnya ketika seorang anaknya bisa menjadi orang yang
sukses dunia dan akhirat.
Menurut Ustadzah Pipik dalam memberikan agama Islam dari kecil
merupakan pondasi yang sangat penting kepada anak-anaknya diantaranya
yaitu :
1. Menanamkan kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya di dalam hati
anak-anaknya.
Karena peranan seorang ibu harus mengajarkan bagaimana dasar-dasar
agama yang baik kepada anaknya. dengan begitu anaknya bisa mengenal
siapa yang menciptakan dirinya. Serta ia menjelaskan bagaimana tanda-
tanda kekuasaan Allah serta mengenalkan anaknya kepada rasul-rasulnya.
2. Menumbuhkan akhlak yang baik kepada anak-anaknya sejak dari kecil
karena peranannya sebagai seorang ibu harus bisa menumbuhkan akhlak
56
yang terpuji pada diri anaknya tersebut. Sebab seorang ibu memiliki
waktu banyak untuk mengajari anak-anaknya ketimbang ayahnya.
Contohnya jika seorang ibu memberikan tauladan yang baik dalam setiap
perkataan dan perbuatan baik maka anaknya pun bisa mengikuti hal
tersebut.
Ustadzah Pipik dalam mendakwahi anak-anaknya dengan menggunakan
ketiga metode yang ada dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 125, yaitu :
1. Al-Hikmah
Dalam melakukan dakwah bil lisannya, Ustadzah Pipik selalu
menggunakan metode Al-Hikmah, karena ia ingin menjelaskan kepada
anak-anaknya tentang sebuah agama Islam kepada anak-anaknya. hal
tersebut ia ingin terapkan kepada anak-anaknya dengan argumentasi yang
logis dan bahasa yang komunikatif disini anak diajak untuk berani
mengeluarkan pendapatnya.
Contohnya : Ustadzah Pipik menyampaikan materi tentang hijab
untuk anak perempuannya Adiba, ia menjelaskan pentingnya berjilbab
karena bisa melindungi kita dari panasnya matari disamping itu juga ia
menjelaskan perintah berjilbab merupakan sebuah kewajiban bagi setiap
muslimah. Karena di dalam al-Qur’an dijelaskan dalam surat al-ahzab ayat
59 dan ia pun menjelaskan dengan argumennya yang logis bahwa fungsi
jilbab selain sebagai identitas seorang muslimah, ternyata juga bisa dilihat
dari segi medis dapat melindungi kulit karena pada dasarnya zat melamin
yang ada dalam kulit perempuan lebih tipis dibandingkan dengan laki-laki.
57
2. Mau’idzah hasanah
Ustadzah Pipik juga menggunakan metode ini dalam berdakwah,
karena ia selalu memasukan unsur-unsur bimbingan, pendidikan,
pengajaran, dan peringatan serta pesan-pesan positif kepada anak-anaknya
dengan perkataan yang lemah lembut. agar apa yang disampaikan bisa
dijadikan pedoman dalam kehidupannya.Sehingga ia mendapatkan
keselamatan di dunia maupun diakhirat.
3. Mujadalah bi-al Lati Hiya Ahsan
Metode ini merupakan metode perdebatan, Sehingga Ustadzah
Pipik bisa menggunakan metode ini dalam berdiskusi bersama anak-
anaknya dirumah. Biasanya materi yang diperdebatkan adalah tentang
keluarga, pendidikan, serta gaya hidup yang Islami (agamis).20
Oleh sebab itu setiap metode dakwah harus dimulai dengan metode
pendidikan yang disenangi oleh anak-anak sehingga apa yang disampaikan
membekas didalam diri anaknya. Misalkan jika seorang guru TK
mengajarkan anak SMP maka beda metode yang diajarkan oleh gurunya.
Dan sebaliknya jika seorang guru SMP mengajarkan metode mengajar TK
akan berbeda metode yang diajarkan oleh seorang guru kepada anak
muridnya. Jadi menurut Ustadzah Pipik dengan ketiga metode ini ia bisa
memberikan anak-anaknya sumbangsi dalam melakukan metode-metode
yang ia sampaikan serta bisa menjadi sebuah acuhan untuk keempat
anaknya dalam mempraktikan kehidupannya sehari-hari.
20
Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Jum’at 04 Juli 2014
58
Seiring perkembangan zaman banyak teknologi yang semakin
canggih. Oleh sebabitu Ustadzah Pipik menggunakan media televisi, Tab
sebagai media dakwahnya, karena dengan menggunakan media tersebut
memudahkan Ustadzah Pipik dalam mendakwahi ke 4 anak-anaknya.
Disamping itu juga Ustadzah Pipik beranggapan anak-anaknya sekarang
lebih senang menggandrumi media seperti televisi dan Tab sebagai media
dalam memberikan asumsi kepada anaknya. oleh karenanya ia
menyampaikan dakwahnya melalui media tersebut supaya ia bisa
mengajarkan serta mendakwahi anak-anaknya melalui media tersebut
dengan cara memberikan arahan yang positif.
Disela-sela kesibukannya sebagai seorang ibu. Ustadzah Pipik juga
banyak mengisi acara pada bulan ramadhan Ustadzah Pipik mengisi didua
stasiun televisi diantaranya di IndosiarUstadzah Pipik dinobatkan sebagai
dewan Juri dalam acara “Aksi Junior”, sebuah ajang berdakwah bagi anak-
anak yang diselenggarakan di Indosiar. Dalam hal ini, Ustadzah Pipik
berharap para peserta memilih tema yang ringan dalam menyiarkan ajaran
agama. Ia menyarankan agar para peserta yang masih anak-anak itu
diberikan tema seperti cerita di dalam al-Qur’an atau tentang dunia
binatang. Meskipun begitu, Ustadzah Pipik mengaku sangat senang bisa
menjadi juri di AKSI Junior 2014. dan Ustadzah Pipik juga mengisi acara
di stasiun Globaltv sebagai seorang da’iah yang diusung oleh stasiun
Globaltv dengan tema “curhat bersama Umi Pipik” yang memberikan
saran dan masukan nasehat yang di berikan oleh Ustadzah Pipik ketika
seseorang dalam mengalami kesulitan hidup dalam berumah tangga
59
ataupun dalam kehidupannya. Dengan begitu dakwah Ustadzah mudah dan
bisa diterima oleh masyarakat luas terutama di dalam lingkungan
keluarganya.21
Ustadzah Pipik berdakwah karena Allah yang menuntun Ustadzah
Pipik untuk menjadi seorang pendakwah. Ustadzah Pipik tidak meminta
sama Allah untuk menjadi seorang pendakwah akan tetapi Allah sudah
menuntun Ustadzah Pipik seperti sekarang. Ustadzah Pipik juga tidak
meminta orang-orang untuk Ustadzah Pipik ceramah karena ini semua
sudah menjadi jalannya Allah untuk menjadi seorang mendakwah.
Berdakwah itu bagaimana kita bisa memberikan dan mengajak keluarga
untuk mau melakukan perintah Allah. Karena mendakwahkan keluarga
kita sama halnya kita menaru 1 pahala kebaikan untuk keluarga kita serta
mereka semua mau untuk mendengarkan dakwahnya itu sudah cukup
menjadi jawaban yang sangat indah buatnya Bahwa dakwah Ustadzah
Pipik bisa diterima didalam keluarganya.22
21
Pipik Dian Irawati Wawancara Pribadi, di stasiun televisi Indosiar, rabu 9 Juli 2014 22
Pipik Dian Irawati, Wawancara Pribadi, di Rumah Pipik Dian Irawati, Senin 12 Mei 2014
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penelitian ini dilakukan maka penulis dapat menyimpulkan dari
peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai ibu rumah tangga yang
merujuk pada permasalahan dan tujuan penelitian yang telah diuraikan pada
bab pendahuluan, yaitu :
1. Peran Ustadzah Pipik dalam mendakwahi suaminya dengan cara bil-Lisan,
Bil amal seperti: berdiskusi, komunikasi, serta bertatap muka. Ustadzah
Pipik pada saat itu perannya hanya mendampingi suaminya tugasnya
hanya mensuport, dan mendoakan dan mendampingi beliau disaat beliau
ceramah Ustadzah Pipik tugasnya hanya dibelakang dan memposisikan
dirinya sebagai jamaah, ketika dirumah Ustadzah Pipik tugasnya sama
dengan ibu-ibu lainnya, Ustadzah tidak meninggalkan kodratnya sebagai
seorang ibu sekaligus istri buat suaminya yang perannya mengurus rumah
dan menyiapkan makan dan sebagainya.
2. Peran Ustadzah Pipik dalam mendakwahi anak-anaknya dengan cara 3 Bil
Hikmah, Mau’idzah hasanah, Mujadalah bi-al Lati Hiya Ahsan seperti
bercerita, berdogeng, Setelah tidak ada suaminyaperannya sama saja
sepertiibu rumah tangga lainya. Karena seorang ibu adalah madrasah bagi
anak-anaknya tapi sekarang ini Ustadzah Pipik mendapat peran ganda dari
Allah sebagai seorang ibu juga sebagai seorang ayah bagi anak-anak,
Ustadzah Pipik mengurusi anaknya dari mulai mengurus anak-anak
sekolah sampai keperluan lainya. Dari setelah anak-anaknya berangkat
61
sekolah sampai anaknya pulang sekolah sore hari. Pada malam hari beliau
membiasakan sudah ada dirumah untuk mendakwahi diri sendiri,
mendakwahi anak-anaknya serta memberikan motivasi dan memberikan
ilmu agama kepada anak-anaknya.
B. Saran-saran
Setelah penulis menyimpulkan peranan dakwah yang dilakukan oleh
Ustadzah Pipik Dian Irawat sebagai seorang Ibu rumah tangga, maka penulis
memberikan beberapa saran yang ditunjukan kepada Ustadzah Pipik semoga
saran-saran yang diberikan dapat bermanfaat bagi pengembangan dakwah
Ustadzah Pipik Dian Irawati, yaitu sebagai berikut:
1. Dalam mendampingi suami tidak ada yang sulit dan berat. Berat karena
kita menganggap masalah berumah tangga memang berat. Tapi bagaimana
cara menghadapinya dan selalu bisa menjadikan istri sebagai seorang yang
bisa memberikan ketentraman jiwa untuk suami disinilah letak bagaimana
menjadi seorang wanita sholehah untuk suaminya.
2. Seharusnya media dakwahdi dalam keluarga harus lebih di kembangkan
dan lebih beragam dalammengajarkan ilmu agama serta lebih memahami
tentang kondisi anak-anaknya. Agar dakwah kita bisa membuat anak-anak
kita senang dengan media dakwah yang kita ajarkan. Dengan begitu bisa
menjadi contoh bagi setiap ibu-ibu bahwa dengan cara metode berdakwah
bercerita lebih menyenangkan.
62
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hada, Al-Tahir. Wanita Dalam Syariat dan Masyarakat. Jakarta: Pustaka
Firdaus,1993.
Ali, Muhammad. Kamus Besar Bahasa Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka
Amami, 2002.
Alwi, Muhammad Al-Maliki Al-Hasani. Etika Dalam Rumah Tangga. Surabaya:
PT Bungkul Indah, 1992.
Amin, Munir, Samsul. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2009.
Anshary, Isa. Mujahid Dakwah.Bandung: CV. Diponegoro, 1991.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta, 1997.
AS, Enjang dan Aliyudin. Dasar-Dasar Ilmu Dakwah. Bandung: Widya
Padjadjaran, 2009.
Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos, 1997.
Badruttamam, Nurul. Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher. Jakarta: Grafindo,
2005.
Bakry, Sidi, Nazar. Kunci Keutuhan Rumah Tangga (keluarga yang sakinah),
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993.
Batara, Ratna Munti. Perempuan Sebagai Kepala Rumah Tangga. Jakarta:
Lembaga Kajian Agama, 1999.
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 2007.
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988.
Departeman Pendidikan Nasional. Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 2001.
Faizah, Lalu Muchsin Effendi. Psikologi Dakwah. Jakarta: Kencana, 2006.
Fathi, Abdullah Adil. Menjadi Ibu Ideal. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2003.
Furqoniyah, Lailatul. Konsep Keluarga Sakinah Menurut Keluarga Single Parent
(Studi Kasus di Desa Gumeng Kecamatan Bungah Kabupaten
Gresik). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011.
Ghulusy, Ahmad. Al- Dakwahal-Islamiyah. Kairo: Dar Al-Kitab, 1987.
63
Hasanuddin. Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Hukum Dalam Berdakah Di
Indonesia. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
Hasjmy, Ahmad. Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an. Jakarta: PT Bulan Bintang,
1994.
Husen, Ibrahim. Membina Keluarga Bahagia. Jakarta: Pustaka Antara
PT Anggota IKAPI, 1996.
Indra, Hasbi, dkk. Potret wanita Sholeh. Jakarta: Permadani, 2004.
Ismail, A. Ilyas. Paradigma Dakwah Sayyid Quthub. Jakarta: PT. Penamadani
Jakarta, 2008.
Jamal ASS, Abidin. Komunikaisi dan Bahasa Dakwah. Jakarta: Gema Insani
Press, 1996.
Latif, Nasarudin. Teori dan Praktek Dakwah Islamiyah. Jakarta: Firma Dara, 1997
Mansur, Mustafa. Teladan Di Medan Dakwah. Solo: Era Intermedia, 2000.
Moleong, Lexy J.Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2009.
Nazim, Mohammad. Metode penelitian. Bandung: Galia Indonesia, 1999.
Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta:
LPSP3-UI, 1998.
Rafuidin. Menjadi Wanita Idaman. Jakarta: Al-Kautsar Prima, 2010
Saputra, Munzier dan Hefni, Harjani. Metode Dakwah. Jakarta: Kecana, 2003.
Shihab, M. Quraisy. Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an
Jilid 13. Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Soekamto, Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
Syukir, Asmani. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya : Al-Ikhlas, 1983
Takariawan, Cahaya. Prinsip-prinsipDakwa.Yogyakarta: Izzam Pustaka, 2005.
Takariawan, Cahyadi. Pernik-Pernik Rumah Tangga Islam. Jakarta: Intermedia,
2008.
Thalib, Muhammad. Perkawinan Menurut Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1993.
Uswatun, Hasanah,Siti. Berdakwah Dengan Jalan Debat Antara Muslim Dan Non
Muslim. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2007.
64
Widia, Leni. Peranan Suami Dalam Membina Keluarga Sakinah. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah, 2007.
Wirawan, Saryono, Sarlito. Teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003.
W. S. Masson, A. W. Mc Eachern,N. Gross,. Exploritation In Role Analiysis,
dalam David Barry. Pokok-Pokok Pikiran Sosiologi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1995
Yulia, Ela. Peranan Istri Dalam Pendidikan Keluarga Sakinah. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah, 2012
Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah Penafsiran Al-Qura’an
http://www.ranau.16mb.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1
27:peranan-ibu-dalam-rumah-tangga&catid=31:general&Itemid=146
http:/bluesand-pampuliina.blogspot.com/2014/01/pipik-dian-irawati-tanpa-
berhijab.html.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Pipik_Dian_Irawati.
1http://www.tribunnews.com/seleb/2014/08/19/pipik-dian-irawati-berpikir-akan-
tinggalkan-rumah-kenangan-uje.
LAMPIRAN PERTANYAAN
Nama : Pipik Dian Irawati
Hari/Tanggal : Senin, 12 Mei 2014
Waktu : 13:00
Tempat : Rumah Pipik Dian Irawati
1. Bagaimana pendidikan Ustadzah Pipik Dian Irawati ?
Jawab : Pendidikan ustadzah Pipik Dian Irawati SD di Widosari Semarang
lanjut ke SMA mataram. Tahun 1996 lanjut kuliah bagian
Manajemen Informasi tidak sampai setahun akan tetapi ustadzah
pipik Dian Irawati tidak melanjutkan karena ada panggilan kerja
sebagai model di salah satu model sampul dimajalah remaja pada
tahun 1995, Saya mengikuti PMA di Al azhar (Pendidikan
Mubaligh Al-Azhar) selama 1 tahun.
2. Silsilah keluarga Ustadzah Pipik Dian Irawati ?
Jawab : Ustadzah Pipik Dian Irawati memiliki enam bersaudara 4 perempuan
2 laki-laki ustadzah pipik Dian Irawati anak terakhir dari pasangan
H. Imam Martono dengan Hj. Riyanti. Beliau meninggalkan
Ustadzah pipik pada usia 12 tahun
3. Bagaimana gambaran Umum Rumah tangga Ustadzah dengan Almarhum
Ustadz Jefri Al-Buchori ?
Jawab : Kalau kami itu hampir sama dengan keluarga-keluarga lainnya
bahwa pasti semua orang ingin punya keluarga yang sakinah
mawaddah dan warohmah, tapi bagaimana sakinah mawaddah
warohmah itu harus kita cari artinya, kenapa rumah tangga disebut
rumah tangga bukan rumah ? mangkanya kita lihat berapapun
jumlah tangganya harus kita naiki, saat kita naiki tangga sakinah
kita cari sakinah apa, pasti ada ujian-ujiannya, naik lagi ke tangga
mawaddah beserta ujian-ujiannya, terus ketangga warohma, kasih
sayang kita juga harus sabar dalam ujian-ujiannya. Disini
dibutuhkan peran suami istri satu sama lain saling percaya sehingga
terjalin hubungan yang baik.
4. Bagaimana Peranan Dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati sebagai seorang ibu
rumah tangga saat mendampingi suami ?
Jawab : Kalau dulu saya memposisikan diri saya sebagai dibelakang
mensupport suami, mendoakan lalu mengurus suami, mengurus
anak-anak. Dalam menemani dakwah beliau saya memposisikan diri
sebagai jamaah yang harus mendengar ceramahnya
5. Bagaimana peranan dakwah Ustadzah Pipik Dian Irawati setelah Ustadz Jefri
sudah tidak ada ?
Jawab : ada beliau gak ada beliau hampir sama, seorang ibu adalah madrasah
bagi anak-anaknya tapi sekarang ini saya mendapat peran ganda dari
Allah sebagai seorang ibu juga sebagai seorang ayah bagi anak-anak,
saya dahwah pagi siang mengurus anak-anak sekolah setelah anak-
anak sekolah rumah sepi, sore baru pada pulang nah saya
dakwahnya dari pagi sampai siang sore saya sudah balik kerumah
magrib saya biasakan sholat magrib berjamaah bersama anak-anak
saya dirumah, saya tidak mengambil acara malam, malam saya
mendakwahi diri saya, saya mendakwahi anak-anak saya
mengajarkan dia ngaji, sholat
6. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat Ustadzah Pipik Dian
Irawati untuk menajdi seorang pendakwah?
Jawab : Saat ini kita merasa dakwah kita diterima atau tidak mengamalkan
atau tidak itu menjadi sebuah cobaan kita, sebenarnya tidak ada faktor
penghambat, saya minta kepada Allah supaya Allah menuntun saya
dalam berdakwah saya, menuntun apa yang akan saya sampaikan
dalam berdakwah
7. Selain berdakwah melalui ceramah ustadzah berdakwah melalui apa saja ?
Jawab : dahulu pernah berdakwah malalui lagu yang pada saat itu bergabung
bersama teman-teman saya menbentuk group sholawat Fatimah dan
pernah juga berduet dengan Almarhum uje. Dan pernah membuat
sebuah buku tentang hijab dan sekarang masih membuka butik di
rumah yang sebelumnya pernah buka butik di Mall
Mengetahui
Narasumber Pewawancara
Pipik Dian Irawati Khodijah Awaliyah
LAMPIRAN PERTANYAAN
Nama : Pipik Dian Irawati
Hari/Tanggal : Minggu, 20 Juli 2014
Waktu : 13:00
Tempat : Rumah Pipik Dian Irawati
1. Kapan ustadzah mulai mengajarkan agama kepada anak-anak Ustadzah?
Jawab : saya mengajarkan anak saya dari kecil karena Rasulullah mengajarkan
anaknya ketika anaknya sudah mulai bisa membedakan mana tangan
kanan mana tangan kirinya.
2. Siapa yang menjadi motivasi Ustadzah untuk menjadi seorang pendakwah ?
Jawab : tidak ada yang memotivasi tapi Allah sudah menentukan jalannya
menjadi seorang pendakwah
3. Menurut Ustadzah peran ibu itu apa si?
Jawab: ibu adalah madrasah untuk anak-anaknya. madrasah itu sendiri menurut
saya sebuah bangunan sekolah, dimana didalamnya dia berperan
sebagai seorang pendidik, yang menjadi guru serta mengajarkan anak-
anaknya tentang ilmu agama serta memberikan benteng agar anak bisa
mengenalkan anak-anaknya agama Islam dari kecil.
4. Menurut Ustadzah menjadi istri yang sholehah itu seperti apa ?
Jawab : menurut saya menjadi istri yang itu selalu menjadi pendamping hidup,
sekaligus menjadi penolong ketika suami susah maupun senang, serta
ia selalu berusaha untuk saling menyanyangi, dan memberikan rasa
tentram dan kenyamanan antara satu sama lain. ia juga berusaha untuk
selalu menerima kekurangan ataupun kelebihan dari suaminya.
Menjadikan ia penolong dalam kehidupan suaminya, menyenangkan
bila dipandang. Menjaga kehormatan bila ditinggal suami, dan dapat
memegang amanah. Sebagaimana firman Allah dalam surat At-tahrim
ayat 6
Mengetahui
Narasumber Pewawancara
Pipik Dian Irawati Khodijah Awaliyah
LAMPIRAN PERTANYAAN
Nama : Pipik Dian Irawati
Hari/Tanggal : Jum’at, 04 Juli 2014
Waktu : 13:00
Tempat : Rumah Pipik Dian Irawati
1. Metode apakah yang digunakan ketika mendakwahi anak Ustadzah?
Jawab : saya menggunakan 3 metode dalam mendakwahi anak-anak saya dengan
bil hikmah, mau’idzatil hasanah, Mujadalah bi-al Lati Hiya Ahsan.
dengan memberikan contoh tentang berhijab, dan mencontohkan ank-
anak saya dalam mendakwahinya dengan berdiskusi, serta berdebat
dalam hal agama.
2. Seperti apa peranan yang dilakukan Ustadzah dalam mendidik anaknya?
Jawab: peranan saya dirumah ya sebagai ibu yang mengurus dan mendidik anak-
anak saya, diantaranya memberikan pendidikan pada usia dini dan
memasukan anak-anak saya kesekolah islam.
3. Apa usia berapa Ustadzah mengajarkan anak-anak agama islam?
Jawab: menurut saya Permulaan dalam bersosialisasi pada tahap ini ia
mendidik anaknya dengan cara metode bermain. Pada usia 7-14 tahun,
merupakan tahap pembiasaan, dimana anak-anak mulai diberikan
pendidikan tentang hukum-hukum dan berakhlak yang baik.Pada usia
14 tahun ke atas, merupakan tahap peringatan, pada tahap ini ia sudah
mulai bersahabat dengan anal-anaknya bila perbuatan mereka
melanggar atau tidak mengikuti hukum syari’at Islam.
4. Apakah Ustadzah Pipik pernah mengalami masa suram seperti ustadz Jefri ?
Jawab : Ya, semasa saya masih menjadi model pernah keluar masuk diskotik
5. Kapan umi Pipik mulai berhijab ?
Jawab : Saya pakai jilbab setelah nikah dengan ustadz Jefri karena itu tuntuan
dari ibunya ustadz Jefri karena lingkungan ustadzah Jefri yang agamis
Mengetahui
Narasumber Pewawancara
Pipik Dian Irawati Khodijah Awaliyah
LAMPIRAN PERTANYAAN
Nama : Muhammad Abizar Al Ghifari
Hari/Tanggal : Jum’at, 16 Mei 2014
Waktu : 13:00
1. Bagaimana Sosok Umi didalam rumah tangga setelah Abi tidak ada ?
Jawab : Umi adalah seorang ibu sudah cukup baik dalam mendidik kita
semua, sepulang kita dari sekolah Umi memberikan waktu disiang
hari untuk kami bermain.
2. Apa saja yang Umi ajarkan kepada Abizar ?
Jawab : Belajar Ilmu pengetahuan, mengaji dan menghafalkan ayat-ayat al-
Qur’an
3. Dengan cara apa yang umi ajarakan Agama kepada Abizar ?
Jawab : Dengan cara bercerita atau berdongeng tantang kisah kisah para nabi
dan rasul serta para ulama terdahulu
4. Sejak usia berapa Abizar di ajarakan ilmu Agama oleh umi ?
Jawab : Sejak kecil
Mengetahui
Narasumber Pewawancara
Muhammad Abizar Al Ghifari Khodijah Awaliyah
LAMPIRAN PERTANYAAN
Nama : Pipik Dian Irawati
Hari/Tanggal : Jum’at, 29 Agustus 2014
Waktu : 13:00
Tempat : Rumah Pipik Dian Irawati
1. Bagaimana cara Ustadzah mendakwahi Suami?
Jawab : saya mendakwahi suami saya dengan Dakwah Bi lisan, Dakwah Bil
amal. Karena buat saya mendakwahi suami saya sudah kewajiban saya
sebagai seorang istri.Saya juga menyampaikan dakwah kepada suami
saya dengan fastabikul khairat.
2. Pada saat apa Ustadzah mendakwahi suami Ustadzah?
Jawab : saya mendakwahi beliau pada saat beliau mengalami masa kelam, peran
saya hanya mendampingi beliau, dan memberikan dukungan moril,
menasehati beliau, serta mengajarkan beliau untuk tidak melakukan hal-
hal yang dilarang oleh agama, dan saya selalu mengajarkan beliau
untuk senantiasa selalu beristigfar dan berdzikir kepada Allah.
3. Dengan cara apa Ustadzah mendakwahi anak Ustadzah?
Jawab : saya mendakwahi anak-anak saya dengan cara bercerita ataupun
berdongeng tentang kisah para nabi dan rasul serta para ulama.
Mengetahui
Narasumber Pewawancara
Pipik Dian Irawati Khodijah Awaliyah
LAMPIRAN -LAMPIRAN
Foto Keluarga Ustadzah Pipik Dian Irawati berserta ke empat anaknya
Wawancara Pribadi Di Kediaman Ustadzah Pipik Dian Irawati
pada tanggal 12 Mei 2014
Ustadzah Pipik Dian Irawati
Pada saat mengenang almarhum Ustadz Jefri Al Buchori (Uje) yang ke 1 tahun
bertempat dikediaman beliau Ustadz Jefri Al-Buchori Rempoa, Bukit Mas, Jakarta
Selatan, pada tanggal 26 April 2014 lalu, Ustadzah Pipik banyak menghadirkan
teman-teman beliau. Disamping itu juga ustadzah Pipik sambil mengenang
mendiang suaminya ia pun mengadakan pembagian santunan kepada anak-anak
Yatim Piatu. Serta anak-anak dari Almarhum memberikan single Album terbaru
“Ayah” yang mempersembahkan lagu tersebut untuk mengenang ayah
tercintanya Ustadz Jefri Al Buchori.
Saat memperingati 1 tahun Alhmarhum Ustadz Jefri Al Buchori pada tanggal 26
april 2014 dengan ke empat anak-anaknya Adiba Khanza, Muhammad Abizar Al
Ghifari, Ayla, Azuhro, Attaya Rizkillah dan memberikan santunan anak Yatim
Piatu.