Post on 02-Mar-2019
PENYUSUN MODUL :
Laboratorium Keterampilan Medik FK. UISU
PakarIlmuTerkait
EDITOR :
TIM MEU FK. UISU
i
KATA PENGANTAR DEKAN
Assalamu’alaikum .wr.wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua. Saya ucapkan selamat kepada tim penyusun yang berkat kerja keras
dengan petunjuk dan ridha-Nya telah berhasil menyelesaikan Penuntun Praktikum
Modul HatidanSaluranEmpedu, HormondanMetabolisme, DarahdanKeganasan,
danPenyakitTropisdanInfeksi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara.
Standard Pendidikan Profesi Dokter menuntut dunia pendidikan kedokteran
menghasilkan lulusan dokter dengan Standard Kompetensi Dokter sesuai SK-
Mendiknas No.045/U/2002 tentang Kurikulum Pendidikan Tinggi yang berbasis
Kompetensi, sehingga diharapkan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera
Utaraakan menghasilkan lulusan dokter muslim yang berakhlakul karimah dan dokter
yang berkompeten.
Konsil Kedokteran Indonesia dengan keputusan No. 21A/KKI/KEP/IX/2006 dan revisi
SKDI no 11 tahun 2012 telah mensahkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia 2012,
sesuai amanah Undang – Undang RI No.29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.
Berdasarkan hal tersebut, berpedoman pada Kurikulum Berbasis Kompetensi Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utarayang disesuaikan dengan visi dan misi
Universitas Islam Sumatera Utara maka tersusunlah Penuntun Praktikum Semester II ini
dengan segala ketidaksempurnaannya sehingga tetap terbuka untuk perbaikan di masa
depan.
Insya Allah, kita dapat melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi di Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara sesuai dengan jadwal yang dikeluarkan
Dirjen Dikti RI dengan harapan berjalan sebagaimana mestinya.
Semoga Penuntun Praktikum Semester III ini bermanfaat buat kita semua sehingga
tercapai tujuan visi dan misi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utaradi
masa depan. Amin.
Medan, September 2017
Dekan
dr.Abd. Harris Pane, Sp.OG
ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Mahasiswa harus hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai, Tidak
diizinkan mengikuti kegiatan bila terlambat lebih dari 15 menit
2. Mahasiswa harus mempersiapkan diri mengenai kegiatan yang akan
dilakukan
3. Bagi mahasiswa yang tidak mempersiapkan diri tidak akan diperbolehkan
mengikuti kegiatan
4. Mahasiswa harus membuat laporan kegiatan (Jurnal) dan mengumpulkan
setiap minggu berikutnya
5. Mahasiswa harus memakai baju lab (putih lengan panjang dengan Lambang
UISU) dan papan nama mulai dari awal kegiatan sampai selesai
6. Mahasiswa tidak dibenarkan memakai sandal, kaos oblong dan celana jeans
(dianggap tidak hadir pada perpratikuman itu), kuku tangan tidak boleh
panjang
7. Tidak mengaktifkan HP
8. Kehadiran praktikum adalah 100% (wajib hadir)
9. Setiap mahasiswa harus membawa perlengkapan/ bahan yang sudah
diumumkan sebelum kegiatan
10. Setiap mahasiswa harus membawa kain lap dan kain planel di setiap
kegiatan
11. Mahasiswa harus menjaga ketertiban selama kegiatan
12. Peralatan yang rusak / hilang harus dilaporkan dan diganti oleh mahasiswa
per kelompok
13. Mahasiswa tidak diperkenankan makan, minum atau merokok selama
praktikum
14. Tidak dibenarkan keluar dari ruangan kegiatan tanpa seizin Instruktur
iii
PENILAIAN PRAKTIKUM
LULUS (L)
1. Telah mengikuti keseluruhan jadwal kegiatan praktikum
2. Lulus praktikum
Tunda
1. Bila tidak mengikuti seluruh jadwal kegiatan praktikum
2. Mengikuti seluruh jadwal kegiatan praktikum tetapi tidak mengikuti Ujian
Tengah Semester (UTS)/ Ujian Akhir Semester (UAS)
3. Tidak wajib mengulang proses kegiatan praktikum tetapi hanya mengikuti Ujian
Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) sesuai KRS yang
diambil
Ujian Tengah Semester (UTS)/ Ujian Akhir Semester (UAS)
1. Hanya boleh diikuti oleh mahasiswa yang telah mengikuti seluruh jadwal
kegiatan praktikum100% (wajib hadir)
2. Mahasiswa yang memiliki absen ≤ 4 dan telah mengikuti kegiatan remedial
absen praktikum dapat mengikuti ujian.
3. Apabila mahasiswa telah memiliki absen ≥5 (dengan alasan apapun) maka UTS
dianggap batal dan nilai tersebut batal, mahasiswa tersebut Gagal Praktikum
dan harus mengikuti proses kegiatan praktikum kembali.
4. Mahasiswa yang memiliki absen ≥5 (dengan alasan apapun) tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan remedial absen praktikum dan ujian UTS/
UAS, mahasiswa tersebut Gagal Praktikum dan harus mengikuti proses
kegiatan praktikum kembali.
Remedial Ujian Akhir Semester (UAS) Praktikum
1. Mahasiswa yang mendapat nilai C+ sampai T, mahasiswa yang mengikuti ujian
UAS
2. Mahasiswa sudah mendaftarkan diri untuk mengikuti remedial
Ulangan Proses (Remedial Absen Praktikum)
1. Mahasiswa yang memiliki absen ≤4 selama 1 semester
2. Mahasiswa yang telah mendaftar pada waktu yang telah ditentukan.
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................... ii
Tata TertibPraktikum ................................................................................................. iii
PenilaianPraktikum .................................................................................................... iv
Daftar Isi ................................................................................................................... v
Praktikum I. Anatomi Hati dan Saluran Empedu ...................................................... 2
Praktikum II. Histologi Hati dan Saluran Empedu .................................................... 6
Praktikum III.Histopatologi Hati dan Empedu .......................................................... 8
Praktikum IV.Zat Warna dalam Urin ........................................................................ 13
Praktikum V.Anatomi Endokrin ................................................................................ 18
Praktikum VI.Histologi Sistem Endokrin .................................................................. 24
Praktikum VII.Histopatologi Endokrin ...................................................................... 35
Praktikum VIII.Histopatologi Jaringan ...................................................................... 37
Praktikum IX.Enzim .................................................................................................. 39
PraktikumX.Penatalaksanaan DM Tanpa Komplikasi .............................................. 42
Praktikum XI.Pemeriksaan SHDdan Difftel
MembuatSediaanHapusDarah Tepi ................................................... 55
Praktikum XII.Laju Endap Darah (LED) .................................................................. 58
Praktikum XIII.Penentuan Golongan Darahdan Cross Matching Test ...................... 61
Praktikum XIV.Bleeding Time .................................................................................. 66
Praktikum XV.Parasit pada Hati dan Saluran Empedu ............................................. 70
Praktikum XVI.Direct Smear Mycology, Mycology ................................................. 75
v
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
MODUL
HATI DAN SALURAN EMPEDU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Buku Panduan Praktikum Semester III 1
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
PRAKTIKUM I
ANATOMI HATI DAN SALURAN EMPEDU
Hepar
Lokasi : regio hypochondrium kanan dan meluas ke regio epigastrium dan hypochondrium
kiri.
Bentuk: seperti pyramid.
Facies superior : diaphragma memisahkan facies superior ini dari basis pleura di sebelah
kanan dan kiri, dan dari pericardium fibrosa di tengah-tengah.
Facies lateral kanan: basis pyramid, berbentuk segiempat, setentang iga 7-11 pada linea
axillaris media. Biopsy hepar harus menjauhi batas bawah pleura (di
bawah iga 10).
Margo inferior: tidak melewati pinggir bawah iga, kecuali pada region epigastrium
Facies anterior : terletak diantara facies superior dan margo inferior. Pada sisi kanan
diaphragma memisahkan facies ini dari iga 5-10, sedangkan pada sisi kiri
dari rawan iga 7-8
Facies posterior : bentuk segi tiga dari kiri ke kanan terdapat berturut-turut
- Impression oesophagea (tempat pars abdominalis oesophagus)
- Fissure ligamentum venosi (tempat ligamentum venosum)
- Lobus caudatus
- Fossa venae cavae (tempat vena cava inferior)
- ‘’Bare area of the liver’’ yaitu bagian hepar yang tidak tertutup peritoneum dan
berhubungan langsung dengan diaphragma
Facies inferior (visceralis) : gambaran huruf H dan lekukan-2 oleh organ sekitarnya
Facies visceralis hepar
Terdapat gambaran huruf H:
Kaki kiri H
- fissura lig. teres hepatis (anterior)
- fissura lig. Venosi (posterior)
Buku Panduan Praktikum Semester III 2
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Kaki kanan H
- fossa vesicae fellea (anterior)
- fossa venae cavae (posterior)
Garis lintang H : porta hepatis
Lobus hepatis
Secara anatomi terdiri dari:
1. lobus dexter
2. lobus sinister
3. lobus quadrates
4. lobus caudatus
Apparatus extrahepatis, terdiri dari:
1. ductus hepaticus communis
2. vesica fellea dan ductus cysticus
3. ductus choledochus (common bile duct)
Gambar Hati (Hepar)
Dipisahkan oleh fissure lig.Teres hepatic dan lig.venosi Lobus dexter dipisahkan oleh fossa venae cavae dan fossa vesicae fellea
Dipisahkan oleh porta hepatis
Buku Panduan Praktikum Semester III 3
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Gambar Hati, Hepar, Porta Hepatis
Ductus hepaticus communis
Bilus (empedu) yang dihasilkan oleh sel-sel hati disalurkan oleh canaliculi yang terdapat
disekeliling sel-sel tersebut. Dari canaliculi ini diteruskan ke ductuli kecil dan seterusnya
hingga kedalam ductus hepaticus sinister dan dexter dari masing-masing lobus hepatis
fungsionil. Pada porta hepatis, kedua ductus hepaticus kiri dan kanan bersatu membentuk
ductus hepaticus communis. Ductus hepaticus communis panjangnya 3-4 cm dan berjalan
menurun dalam pinggir bebasomentum minus, kemudian bersatu dengan ductus cysticus
yang berasal dari kandung empedu untuk membentuk ductus choledochus.
Vesica fellea (kandung empedu)
Terletak di dalam fossa vesicae fellea lobus hepatis dexter. Terdiri dari fundus, corpus,
infundibullum dsn collum. Ukurannya 9 x 3 cm dan kapasitasnya 50 ml.
- Fundus adalah bagian yang terletak di luar pinggir anterior hepar. Biasanya terletak
pada sudut antara batas lateral m. rectus abdominis dengan rawan iga-9 kanan.
- Corpus terletak di dalam fossa vesica fellea dan tertutup oleh peritoneum dari sebelah
inferior dimana ia berhubungan dengan colon transversum dan pars superior duodeni
dan pars descendens duodeni
Buku Panduan Praktikum Semester III 4
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
- Infundibulum adalah bagian yang menjadi lebih pipih secara perlahan sesudah corpus.
Melekat pada pars superior duodeni dengan perantaraan suatu lipatan peritoneum
bernama ligamentum cholecystoduodenalis.
- Collum vesicae adalah bagian yang tiba-tiba mengecil dan melengkung membentuk
huruf S. panjangnya 5-7 mm dan berlanjut ke ductus cysticus.
Kantong Hartmann adalah suatu penonjolon pada permukaan inferior infundibulum. Kantong
ini terletak dekat dengan collum. Dalam kantong Hartmann ini sering dijumpai batu empedu.
Ductus cysticus
Panjangnya 2,5 cm, berjalan ke inferior dan bersatu dengan ductus hepaticus communis
membentuk ductus choledochus
Ductus choledochus
Panjangnya 7,5 cm.
Secara topografi dapat dibagi atas 4 bagian:
1. Bagian supraduodenal
2. Bagian retroduodenal
3. Bagian infraduodenal (pancreatik)
4. Bagian intramural
Gambar Kandung empedu,
Vesica biliaris (fellea), saluran empedu
Buku Panduan Praktikum Semester III 5
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
PRAKTIKUM II
HISTOLOGI HATI DAN SALURAN EMPEDU
Lobulus hati (Hepatic lobulus)
Pada sediaan dari pada lobulus hati (lobuli hepatis) dengan objektif 10x, gambaran bagian-
bagiannya sebagai berikut:
1. Vena sentralis, berada ditengah-tengah suatu lobules hati
2. Lempengan hati yang dibangun oleh sel hati
3. Area portal dengan bentuk polygonal dan dijumpai segitiga hati, (trigonum hepatis) yang
terdiri dari : arteri, vena dan saluran empedu (duktus biliaris, bile duct) yang dibagun
oleh epitel kubus yang pucat.
4. Septa interlobular yang disusun oleh jaringan ikat
Gambar Lobulus Hati
Dengan objektif 45x pelajari sifat/ strukturnya dan hubungan sel-sel pembangun dari
lempengan hati, yaitu:
1. Vena sentralis, pembuluh darah yang berada di tengah-tengah lobulus hati
2. Sel hati, bentuk heksagonal dengan inti berada di tengah
3. Sinusoid, berada celah-celah diantara barisan susunan sel hati
4. Saluran empedu (ductus bilaris/ bile duct) terlihat berupa saluran yang dibentuk oleh
epitel kubus yang pucat
5. Vena interlobular, dijumpai pada septa interlobular
6. Septa interlobular dibentuk oleh suatu jaringan ikat
7. Arteri interlobular, dijumpai pada septa interlobular
Buku Panduan Praktikum Semester III 6
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Kandung empedu (Vesica fellea)
Secara makroskopis tampak suatu saluran yang merupakan potongan melintang dari kandung
empedu.
Dinding organ ini disusun oleh:
1. Tunika mukosa yang mempunyai lipatan-lipatan (bedakan dengan jonjot usus) dan
terkadang membentuk lekukan(Divertikulum crypti mucosae)
a. Lapisan epitel disusun oleh epitel selapis silindris tinggi dengan inti yang terletak di
daerah basal.
b. Lapisan propria yang dibangun oleh jaringan ikat areolar dan dijumpai sinus
rokitansky aschoof
2. Tunika muskularis yang dibangun oleh serabut otot elastic,.
3. Tunika adventisia dibangun oleh jaringan ikat padat dan berlanjut menjadi kapsula
interlobular dari hati.
Gambar Lempeng Hati (Hepatic Plates) Gambar Vesica fellea
Buku Panduan Praktikum Semester III 7
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
PRAKTIKUM III
HISTOPATOLOGI HATI DAN EMPEDU
ETIOLOGI
• Terminal dari alcoholic liver disease
• Viral hepatitis
• InfeksibeberapaparasitsepertiSchistosomiasis
• Gangguanmetabolismeseperti Wilsons Disease
• Keracunanbahankimia
• Keadaan yang tidakdiketahui
Buku Panduan Praktikum Semester III 8
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Pendahuluan
Cirrhosis penyakithatidifus yang ditandai proses nekrosis / fibrosis yang menghu-
bungkan portal dan portal, portal dansentral, dansentral – sentral.
Perubahanarsitekturdanvaskularisasihati
Biopsi Hatimelihat adanya perubahan pada struktur hati dan derajat kerusakan pada hati
Staging & grading
Terapi
Prognosis
Buku Panduan Praktikum Semester III 9
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
MAKROSKOPIS
2 bentuk :
- Makronodular
• Nodule> 3 mm
• Tampak kerusakan hepar ditandai adanya nekrosis diikutifibrosis
danregenerasihepatosit.
• Umummnyadisebabkan virus
- Mikronodular
• Umummnyadisebabkanalkohol
• Mixed
• Padapemotongan ,tampakkarekteristiknyapucatpadadaerahparut.
• Beratdarihatitidaklebih 1 kg ( menyusut ) padakasus yangberat.
Buku Panduan Praktikum Semester III 10
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Buku Panduan Praktikum Semester III 11
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Buku Panduan Praktikum Semester III 12
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
PRAKTIKUM IV
ZAT WARNA DALAM URIN
Pada dewasa normal,sebanyak 1-2 x 108 eritrosit dihancurkan setiap jamnya. Bagian
porphirin dari HEME mengalami degradasi yang berlangsung terutama didalam sel-sel RES
(Reticuloendothelial system) dari hepar,lien dan sumsum tulang.
Katabolisme heme berlangsung didalam mikrosom sel-sel RES oleh suatu kompleks enzim
yang dinamakan Heme oksigenase. Setelah mengalami proses oksidasi-reduksi, hemediubah
menjadi Biliverdin IXα.Pada burung dan amphibia,biliverdin IX-α langsung diekskresi
kedunia luar,tetapi pada mammalia,senyawa ini diubah menjadi bilirubin IX-α dengan
bantuan enzim bilirubin reduktase. Kira-kira 1 gram hemoglobin menghasilkan 35 mg
bilirubin.Dalam seharinya terbentukj 250-350 mg bilirubin.
Metabolisme bilirubin terutama berlangsung di hepar dan terbagi atas 3 proses :
1. uptake bilirubin oleh sel parenkhim hepar.
2. konyugasi bilirubin didalam smooth endoplasmic reticulum sel hati.
3. sekresi bilirubin kedalam cairan empedu.
Bilirubin yang berasal dari sel-sel RES berada dalam bentuk unconjugated yang tidak larut
dalam air (disebut juga indirect bilirubin) ditangkap oleh sel hati Setelah dikonyugasi dengan
2 gugus glukuronat,terbentuk bilirubin diglukuronat yang larut dalam air (direct bilirubin).
Asam glukuronat dapat disintesa dari glukosa dalam lintasan asam uronat dari metabolisme
KH (Uronic acid pathway).
Bilirubin direk disekresikan kedalam cairan empedu dan dialirkan kedalam duodenum.
Didalam ileum terminalis dan kolon, glukuronat dilepaskan dengan bantuan enzim spesifik β-
glukuronidase yang dihasilkan oleh bakteri usus.Selanjutnya pigmen ini direduksi menjadi
urobilinogen yang tidak berwarna.Didalam ileum terminalis dan kolon,sebagian urobilinogen
direabsorpsi dan re-ekskresi melalui hati kedalam duodenum (Siklus Enterohepatis).Sebagian
besar urobilinogen dikeluarkan bersama feses dan dioksidasi menjadi urobilin yang berwarna
gelap.
Buku Panduan Praktikum Semester III 13
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Sebagian bilirubin terkonyugasi yang berada didalam sirkulasi akan menyebar dan
dikeluarkan bersama urin.
Hiperbilirubinemia : Bila kadar bilirubin melebihi 1 mg/dL.
Penyebab hiperbilirubinemia :
a. produksi melebihi kemampuan ekskresi oleh hepar.
b. kerusakan hepar sehingga gagal mengekskresi seluruh bilirubin walaupun produksi
normal.
c. obstruksi pada saluran ekskresi hati.
Dalam keadaan demikian,bilirubin menumpuk didalam darah,pada kadar tertentu ( > 2-2,5
mg/dL),akan berdiffusi kedalam jaringan sehingga kulit dan sklera mata tampak berwarna
kuning,keadaan yang disebut icterus/jaundice.
Beberapa kelainan penyebab ikterus/jaundice adalah :
a. Pada uptake : Gilbert’s disease.
b. Pada tahap kunyugasi : Neonatal Jaundice,Toxic jaundice,Crigler-Najjar
Syndrome dan Gilbert’s disease.
c. Pada tahap sekresi : Dubin-Johnson syndrome dan Rotor’s syndrome.
Pemeriksaan Zat - Zat Warna dalam Urin
1.Pemeriksaan Urobilinogen dan Urobilin dalam Urin
Urin yang baru keluar hanya mengandung urobilinogen. Bila urin dibiarkan lama dalam
udara, maka urobilinogen ini akan dioksidasi oleh oksigen dari udara sehingga terbentuk
urobilin.
1.Reaksi Erlich
Cara kerja :
Ke dalam 10 ml urin dicampurkan 1 ml reagensia Erlich (terdiri dari 2gr para metil
amino benzaldehida di dalam 100 ml HCL 20%) dibiarkan selama 3 - 5 menit.
Interpretasi:
Bila terjadi warna merah muda, berarti reaksi positip. menunjukkan adanya
urobilinogen dalam urin.
Buku Panduan Praktikum Semester III 14
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
2. Reaksi Schlesinger
Reagensia :
- Larutan jenuh Zn asetat dalam alkohol 96 % (sebelum dipakai dikocok)
- Larutan Jodium 1 % dalam alkohol.
Cara kerja :
10 ml urin dicampur dengan 1/2 ml NH4OH dan 10 ml reagensia Schlesinger, lalu
dikocok, saring dengan kertas saring. Filtratnya yang jernih kemudian ditetesi dengan
1 tetes larutan Jodium 1 % dalam alkohol.
Interpretasi :
Jika ada urobilin dalam urin, maka anak terlihat fluoresensi hijau yang dapat dilihat
dengan dasar hitam.
2. Pemeriksaan Bilirubin
Urin untuk pemeriksaan ini tidak boleh disaring, karena bila disaring bilirubinnya
akan tertinggal pada kertas saring.
2.1. Reaksi cincin dengan Jodium
Cara kerja :
Pada 5 ml urin ditambahkan 1 ml Jodium tinctur ( Jodium 1 % dalam alkohol )
dengan hati - hati melalui dinding tabung reaksi.
Interpretasi :
Reaksi positip bila dijumpai cincin hijau pada garis pemisah anta ra kedua cincin.
Berarti dijumpai bilirubin di dalam urin yang diperiksa.
2.2. Reaksi Huppert Salkowsky - Steensma
Cara kerja :
10 ml urin yang tidak disaring dan bersifat asam ditambah 10 tetes Na2CO3 20 %
dan 20 tetes CaCL2 20 % . Endapan yang terjadi disaring dan dicuci beberapa kali
dengan air.
Buku Panduan Praktikum Semester III 15
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Interpretasi :
• Jika endapan tidak berwarna, maka bilirubin tidak dijumpai dalam urin.
• Jika endapan berwarna kuning, maka endapan ini dilarut dalam 1 atau 3 ml Hcl
dalama alkohol. Kemudian pada larutan ini diteteskan 1 tetes NaNO3 0,5 %.
Maka bila terjadi warna hijau berarti dalam urin yang diperiksa mengandung
bilirubin.
2.3. Reaksi Fouchet
Cara Kerja :
5 ml urin diberi beberapa ml BaCL2 10 %. Endapan yang terjadi disaring
dengan kertas saring. Lalu endapan dipindahkan pada kertas saring yang lain.
Kemudian ditetesi dengan beberapa tetes reagensia Fouchet ( 25 gr
Trikloroasetil acid dilarutkan dalam 100 ml aquadest dan dicampur dengan 10
ml larutan FeCL3 ).
Interpretasi :
Jika terbentuk warna hijau berarti terdapat bilirubin di dalam urin yang
diperiksa.
Buku Panduan Praktikum Semester III 16
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
MODUL
HORMON DAN METABOLISME
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Buku Panduan Praktikum Semester III 17
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
PRAKTIKUM V
ANATOMI ENDOKRIN
Kelenjar endokrin terdiri atas:
- Hipofisa → Hipofisa anterior, medulla, posterior
- Thyroid
- Parathyroid
- Adrenal → korteks & medulla
- Pankreas → Sel Alpha, Sel Beta, Sel Delta, Sel F
- Ovarium
- Testis
- Thymus
Gambar Organ-Organ Endokrin
Buku Panduan Praktikum Semester III 18
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Kelenjar Hipofisa (Pituitari)
- Terdiri dari hipofisa anterior (depan), Medulla (tengah) & posterior (belakang).
- Anterior & Medulla → Adenohipofisa
- Posterior → Neurohipofisa → ada sinyal syaraf baru disekresikan
- Kelenjar Hipofisa → Master Gland → karena dapat menghasilkan hormone yang
dihasilkan dapat merangsang kelenjar lain untuk menghasilkan hormon lain → hipofisa
anterior → TSH = tyrosomatotropic hormone → merangsang kelenjar tyroid → untuk
menghasilkan thyroksin → thyroksin digunakan untuk metabolisme tubuh (karbohidrat,
protein, lipid) → berarti jalan menuju hipofisa anterior akan terhambat dst.
Kelenjar Thyroid
- Ada 2 lobi dan 1 lobus tambahan
- Letak → di kiri-kanan trakea atas dan di faring bagian bawah.
- Hormon tiroksin
- Mempengaruhi metabolisme sel, pertumbuhan dan perkembangan, diferensiasi jaringan
tubuh.
Gambar Kelenjar Thyroid
Buku Panduan Praktikum Semester III 19
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Kelenjar Paratyroid
- Terdiri dari 4 struktur kecil
- Letak di sebelah dorsal kelenjar tyroid
- Hormonnya parahormon
- Parahormon untuk mempertahankan kadar Ca dan P di dalam darah
Kelenjar Adrenal
Terletak polus superior ren (aspek superomedial), kiri dan kanan dari truncus coeliacus. Yang
kanan berbentuk pyramis, yang kiri berbentuk semilunaris.
Gambar Glandula Suprarenalis
Buku Panduan Praktikum Semester III 20
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Pankreas
Kelenjar yang berbentuk martil dan terletak di dalam epigastrium dan meluas ke
hypochondrium kiri dimana sumbu panjang organ ini kira-kira terletak pada bidang
transpilorik. Letaknya retroperitoneal di dalam cekungan duodenum berbentuk huruf c dan
meluas ke lateral kiri hingga mencapai hilus renalis.
Kelenjar ini memiliki 2 fungsi:
- Kelenjar eksokrin menghasilkan enzim-enzim pencernaan
- Kelenjar endokrin menghasilkan insulin oleh sel Beta dan glukagon oleh sel alpha untuk
metabolisme karbohidrat.
Organ ini terdiri dari caput, collum, corpus, dan cauda
Gambar Pankreas
Ovarium
Ovarium berfungsi mengeluarkan hormone steroid dan peptide seperti estrogen dan
progesterone. Kedua hormone ini penting dalam proses pubertas wanita dan ciri-ciri seks
sekunder. Estrogen dan progesteron berperan dalam persiapan dinding rahim untuk
implantasi telur yang telah dibuahi. Selain itu juga berperan dalam memberikan sinyal
kepada hipotalamus dan pituitari dalam mengatur siklus menstruasi.
Buku Panduan Praktikum Semester III 21
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Testis
Testis berperan pada system reproduksi dan system endokrin
Fungsi testis:
- Memproduksi sperma (spermatozoa)
- Memproduksi hormone seks pria seperti testosterone
Testis dibungkus oleh lapisan fibrosa yang tunika albuginea. Di dalam testis terdapat banyak
saluran yang disebut Tubulus seminiferus. Tubulus ini dipenuhi oleh lapisan sel sperma yang
sudah atau tengah berkembang.
Gambar Testis
Buku Panduan Praktikum Semester III 22
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Thymus
Terletak di rongga dada bagian medastinum superior, yakni dalam lingkup cakra jantung.
Terbagi menjadi lobus dextra dan sinistra. Kelenjar ini memegang peranan yang penting pada
perkembangan sex seorang anak. Sesudah masa remaja kelenjar ini seharusnya berhenti
bekerja, bilamana tidak demikian, maka anak itu kan berkurang bertanggung jawab, mudah
marah dan tidak mengindahkan kebenaran. Fungsi thymus yang paling utama adalah
pertukaran zat-zat mineral terutama kapur dan fosfor.
Gambar Tymus pada Seorang Remaja
Buku Panduan Praktikum Semester III 23
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
PRAKTIKUM VI
HISTOLOGI SISTEM ENDOKRIN
Tujuan Instruksi Umum :
• Mengenal susunan dan mikroskop kelenjar tiroid, paratiroid, suprarenal dan kelenjar
hipofisis.
Tujuan Instruktur Khusus :
• Menetapkan dengan mikroskopis kelenjar tiroid, paratiroid, suprarenal, adenohipofisis
dan neurohipofisis.
Sistem Kelenjar Endokrin
Pengantar
Sistem endokrin terdiri dari sel-sel, jaringan dan organ yang mensintesis dan mensekresi
hormon langsung ke dalam pembuluh kapiler darah dan limfe. Akibatnya kelenjar/organ
endokrin tidak memiliki saluran keluar.
Hormon yang merupakan hasil sekresi dari kelenjar endokrin akan berperan terhadap organ
lain dalam pelaksanaan kerjanya. Gangguan keseimbangan dalam produksi hormon ini oleh
kelenjar akan dapat mengakibatkan hipofungsi maupun hiperfungsi. Kejadian ini merupakan
manefestasi beberapa penyakit.
Kelompok kelenjar ini disusun oleh jaringan epitel yang berbeda dan tidak mempunyai
permukaan bebas. Kejadian ini merupakan manesfestasi beberapa penyakit.
Kelompok kelenjar ini disusun oleh jaringan epitel yang berbeda dan tidak mempunyai
permukaan bebas. Kelenjar ini terdiri dari deretan sel (cords), lempengan atau gumpalan sel
disokong oleh jaringan ikat yang halus. Kelenjar ini mempunyai saluran, bahan sekresi
berupa hormon yang ditumpahkan langsung ke pembuluh darah. Dengan kejadian seperti ini
maka sekitar sel sekresi banyak ditemukan jaringan epitel.
Buku Panduan Praktikum Semester III 24
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Hormon yang merupakan hasil sekresi dari kelenjar endokrin akan berperan terhadap organ
lain dalam pelaksanaan kerjanya.
Kelenjar endokrin ini dapat ditemukan berupa :
• Berkelompok dan tersusun secara tersendiri.
• Dapat bercampur dengan kelenjar eksokrin lainnya.
• Kelompok sel yang tersebar, jadi tidaklah merupakan sebagai suatu organ.
Gangguan keseimbangan dalam produksi hormon ini oleh kelenjar-kelenjar akan dapat
mengakibatkan hipofungsi maupun hiperfungsi. Kejadian ini terutama merupakan manifestasi
beberapa penyakit.
Dengan kemajuan teknologi kimia pada akhir ini telah dapat dilakukan sintesa hormon-
hormon, dan hal ini sangat membantu dalam pengobatan berbagai penyakit.
Pada beberapa kelenjar endokrin, bahan sekresi akan ditumpukkan diluar sel dan berada
dalam suatu kantongan atau folikel, tetapi pada beberapa jenis kelenjar endokrin yang lain
bahan sekresi tetap berada didalam sel sekresinya, ataupun masih berada dalam fase butir-
butir sekresi.
Terdapat juga banyak eksokrin yang terkait dengan dsel-sel endokrin atau jaringan endokrin.
Organ campuran (endokrin-eksokrin) seperti itu adalah pankreas, ginjal, organ reproduksi,
plasenta dan saluran cerna. Juga terdapat organ endokrin tersendiri pada tubuh yaitu hipofisis
atau kelenjar pituitaria, kelenjar tiroid/paratiroid dan kelenjar adrenal.
Kelenjar Tiroid (Glandula Thyroidea)
Secara keseluruhan elenjar ini dibungkus oleh kapsul dan akan mencuat ke dalam masa
kelenjar membentuk septa untuk membungkus lobulus. Massa kelenjar ini berupa kantongan
epitel yang disebut folikel dan mengandung koloid, antara folikel dipisahkan oleh jaringan
ikat yang disebut stroma. Folikel biasanya dilapisi epitel selapis kubus yang terdiri atas sel-
sel folikel atau sel prinsipal. Selain sel-sel folikel kelenjar tiroid juga mengandung sel
Buku Panduan Praktikum Semester III 25
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
sekretoris jenis lain yaitu sel parafolikel. Sel ini terdapat berkelompok atau tunggal ditepi
folikel. Septa jaringan ikat simpai kelenjat tiroid meluas kebagian dalam tiroid dan membagi
kelenjar tiroid dalam lobuli. Didalam septa jaringan ikat dan sekitar setiap folikel terdapat
banyak pembuluh darah arterior, venul, kapiler.
Dengan lensa objektif 10x tampak bangunan-bangunan bulat dengan susunan sebagai berikut:
A. Parenkim (folikel) dengan bagian-bagiannya :
1. Epitel vesikuler yaitu berupa epitel selapis kubis/epitel silindris rendah yang melapisi
folikel.
2. Membrane basalis
3. Koloid yaitu cairan yang homogen dan berwarna kuning sampai merah dan dapat
mengalami pengerutan.
4. Koloid retraksi dan terbentuklah vakuola.
B. Stroma yang dibangun oleh :
1. Jarngan ikat
2. Sel Interfolikular
3. Pembuluh darah
Gambar Kelenjar Tiroid
Buku Panduan Praktikum Semester III 26
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Kelenjar Paratiroid (Glandula Parathyroidea)
Kelenjar paratiroid berhubungan erat dengan kelenjar tiroid. Kelenjar ini dibungkus oleh
kapsul dan selanjutnya akan mencuat menjadi septa. Sedangkan parenkim membentuk massa
yang padat atau pita-pita sel yang irreguler. Sel-sel di dalam paratiroid tersusun dalam
deretan yang saling beranastomosis dan berkelompok, bukan sebagai folikel dengan koloid
seperti pada kelenjar tiroid. Kelenjar paratiroid mengandung 2 jenis sel yaitu sel utama/
prinsipal (chief cell) dan iksifit (oxyphil cell).
Dengan objektif 10x mirip sebagai suatu organ limfoid dan strukturnya homogen disebabkan
oleh karena sel-sel kelenjar yang bulat-bulat dan sama besarnya. Dengan objektif 45x dapat
diteliti:
a. Parenkim yang yang disusun oleh:
1. Sel principal (principal cell, chief cell) ditemukan lebih banyak, inti ditengah pucat,
berada dalam susunan massa ataupun barisan-barisan.
2. Sel oksifil (oxyphilic cell, acidophilic cell) sel ini terletak soliter, lebih besar,
protlasma mengandung granula-granula yang merah (homogen) inti lebih kecil dan
lebih padat, normal tidak ditemukan pada anak-anak.
b. Stroma yang dibangun oleh;
1. Jaringan ikat
2. Pembuluh darah.
Buku Panduan Praktikum Semester III 27
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
;
Gambar Kelenjar Paratiroid
Gambar Kelenjar Paratiroid
Buku Panduan Praktikum Semester III 28
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Kelenjar Hipofise (Hypophyse Cerebri)
Kelenjar ini berbentuk ovoid dengan besar 1,5 cm x 2,5 cm x 0,5-0,75 cm dan bertambah
besarnya pada saat kehamilan. Kelenjar ini berada pada sella tursica.
Kelenjar ini terdiri atas 2 sub divisi utama, yaitu adenohipofisis dan neurohipofisis.
Adenohipofisis dibagi menjadi pars distalis (lobus) anterior, pars tuberalis, pars intermedia.
Neurohipofisis dibagi menjadi pars nervosa atau prossesus infundibularis, tangkai
infundibulum (neural).
Dengan lensa objektif 10x tampak kelenjar yang terdiri dari dua macam yaitu:
A. Pars anterior berupa jaringan klenjar yang disusun oleh:
1. Parenkim disusun oleh sel-sel secara trabekular (column) dan dengan objektif 45x
dapat dibedakan atas:
a. Sel kromofob (principal cell, chief cell) berjumlah 50% dengan sifat sel yang
pucat, sitoplasma homogen, inti oval/ sferis lebih kecil dari.
b. Sel kromofil berjumlah 50% dan terdiri dari:
-Sel alfa (asidofilik) yang berwarna mrah dengan hematoksillin eosin, lebih
besar dan bergranul.
- Sel beta (basofilik) yang berwarna biru ungu (violet) dengan hematoksillin
eosin, lebih kecil dari sel alfa.
2.Sinusoiddiantara kelompok-kelompok sel kelenjar dan dilapisi oleh sel
retikuloendotel.
B. Pars Posterior berupa jaringan saraf yang terdiri atas:
1. Pars nervosa pada bagian ini diperhatikan adanya pembuluh darah, pituisit dan
serabut saraf yang dominan.
2. Pars intermedia, pada bagian ini terdapat sisa celah dari kantong Rathke dijumpai
adanya koloid.
C. Koloid dalam vesikula yang dilapisi oleh epitel silindris rendah.
Buku Panduan Praktikum Semester III 29
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Gambar Kelenjar Hipofise
Gambar Kelenjar Hipofise
Buku Panduan Praktikum Semester III 30
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Kelenjar Anak Ginjal (Glandula Supra Renalis)
Kelenjar adrenal (suprarenal) terdiri dari kortex dan medulla. Kelenjar dikelilingi kapsula
jaringan ikat yang mengandung cabang-cabang arteri dan vena adrenal utama, saraf dan
pembuluh limf. Trabekula jaringan ikat dari simpai menyusup ke dalam korteks kelenjar dan
sampai ke medulla. Kapiler sinusoid terdapat di seluruh korteks dan medulla.
Korteks adrenal dibagi dalam 3 zona konsentris yang batasnya tidak jelas. Tepat di bawah
simpai jaringan ikat terdapat lapisan pertama korteks yaitu zona glomerulosa, sel sel di dalam
zona ini tersusun dalam kelompokan seperti telur. Lapisan tengah adalah zona fasikulata yang
sel-selnya tersusun berderetan atau berupa lempengan yang berjalan radial. Lapisan sel ketiga
zona retikularis berbatasan dengan medulla adrenal.Sel-sel lapisan ini membentuk deretan
yang saling berhubungan dan sering terpulas gelap.Batas medulla dengan korteks tidak tegas,
sebagian besar sel medulla tersusun berkelompok.Sitoplasma sel-sel medulla kelenjar adrenal
tampak bening, namun setelah difiksasi dengan K-bikromat terdapat granul halus coklat di
dalam sel medulla itu.
Dengan objektif 10x terlihat bahwa kelenjar ini diliputi oleh suatu kapsula fibrus, serta
adanya septa yang berjalan radial dan sebelah paling luar di kelilingi oleh kapsula adipose.
Parenkim dari kelenjar ini terbagi atas dua bagian besar:
A. Korteks dengan objektif 45% bagian ini disusun oleh:
1. Zona glomerulosa, merupakan yang paling luar dari korteks dan disusun oleh sel-sel
dengan inti kecil, gelap dan sitoplasma mengandung butiran-butiran lipoid sehingga
dengan begini kelihatan berupa vakuola. Di daerah ini kapiler-kapiler membentuk
sinusoid.
2. Zona fasikulata, disusun oleh sel-sel membentuk colum dan mempunyai banyak
vakuola nyata, ini disebabkan oleh karena steroid yang tadinya ada di situ kemudian
terlarut pada proses pewarnaan, sehingga disebut spongiosit. Di daerah ini kapiler
tersusun dalam bentuk memanjang (rectilinear). Pada sel-sel yang ditemui pada
bagian dalam zona ini mulai mengandung butir-butir pigmen.
3. Zona retikularis, bagian ini sel-selnya tersusun membentuk barisan (cords) yang
berjalan ke segala arah dan saling beranastomose. Pada zona ini sel-sel mengandung
pigmen kuning, sedangkan kapiler tersusun irregular.
Buku Panduan Praktikum Semester III 31
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
B. Medulla
Terdiri dari sejenis sel dan sering berkelompok-kelompok dengan sitoplasma lebih
jernih dan bersifat basofilik dan ditemukan juga sel simpatetik ganglion.
Gambar kelenjar Suprarenal
Buku Panduan Praktikum Semester III 32
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Kelenjar Suprarenal
Pankreas (Pancreas)
Pankreas memiliki unsur eksorkin maupun endrokin yang menempati sebagian besar
kelenjar.Pancreas eksorkin yang merupakan bagian terbesar dari kelenjar, terdiri atas asini
serosa yang berhimpitan, tersusun dalam banyak lobules kecil.Lobuli dikelilingi septa intra
dan interlobular, dengan pembuluh darah, duktus, saraf, dan kadang kadang badan pacini.Di
dalam masa asini serosa, terdapat pulau lengerhans yang terisolasi.Pulau ini adalah bagian
endrokin pancreas dan merupakan cirri khas pancreas.
Pulau langerhans adalah massa sel endrokin berbentuk bulat dengan berbagai ukuran yang
dipisahkan dari asini eksokrin disekelilingnya oleh selapis serat reticular halus. Pulau
langerhans biasanya lebih besar dari asini dan tampak sebagai kelompok padat sel-sel
epithelial yang ditembus oleh banyak kapiler.
Buku Panduan Praktikum Semester III 33
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Secara makroskopis tampak bahwa organ tersebut terbagi dalam belahan-belahan yang
disebut labolus/laboli. Dengan objektif 10x kelihatan gambaran kelenjar dengan beberapa
kelompok dari pada sel-sel pucat, dengan bagian-bagiannya sebagai berikut :
a) Acini pancreas (pancreatic acinus) yang terdiri dari sel sekresi (dominan serus), sel
sentro aciner dan sel keranjang
b) Saluran intralobular (doctus intralobularis)
c) Saluran interlobular ( doctus interlobularis)
d) Pulau langerhan (insula langerhani = island of langerhan)
e) Septa interlobular
f) Badan pacini
Gambar Pankreas
Buku Panduan Praktikum Semester III 34
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
PRAKTIKUM VII
HISTOPATOLOGI ENDOKRIN
Tujuan Instruksional Umum:
- Mahasiswa mengetahui kelainan makroskopis dan mikroskopis pada system endokrin.
Tujuan Instruksional Khusus:
- Mahasiswa mengetahui kelainan makroskopis dan mikroskopis proses radang pada
system endokrin
- Mahasiswa mengetahui kelainan makroskopis dan mikroskopis neoplasma jinak dan
ganas pada system endokrin
Pelaksanaan Praktikum
Sediaan :
1. Goiter
2. Karsinoma papilari tiroid
Penjelasan
1. Goiter
Terjadinya pembesaran kelenjar tiroid, apakah nodular atau difus, dan dibagi atas toksik
dan non-toksik. Kelainan ini terutama ditemukan pada wanita (8 : 1). Goiter difus sering
ditemukan pada usia dewasa dan selama kehamilan, dan merupakan lesi akut dari kelainan
ini. Sedangkan tipe multinodular terutama ditemukan pada usia > 50 tahun dan merupakan
lesi yang kronis. Makroskopis, tampak kelenjar membesar membentuk nodul-nodul; pada
pemotongan tampak massa colloid yang lunak, licin dan kemerahan. Mikroskopis terdiri
dari kelenjar yang dilapisi sel epitel bentuk pipih sampai kubus, bentuk dan ukuran
kelenjar bervariasi dan sebagian berisi massa colloid.
Buku Panduan Praktikum Semester III 35
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
2. Karsinoma papilari tiroid
Merupakan keganasan tiroid yang paling sering ditemukan (60%), dapat mengenai segala
usia antara 20-50 tahun dan terutama pada wanita. Sebanyak 25.000 kasus baru setiap
tahunnya didiagnosa sebagai tumor ganas tiroid. Kesulitan membedakan antara lesi non-
neoplastik, tumor jinak dan tumor ganas tiroid secara klinis menjadi perhatian utama dari
para klinisi dan patologis. Penyebab pasti untuk terjadinya keganasan ini belum jelas,
tetapi adanya faktor risiko yang berperan seperti kekurangan/ kelebihan yodium, riwayat
radiasi, faktor genetik, atau adanya mutasi gen.
Buku Panduan Praktikum Semester III 36
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
PRAKTIKUM VIII
HISTOPATOLOGI JARINGAN
Sediaan Mikroskopis :
1. Limfadenitis
2. Limfoma
• Deskripsi dan diskusikan kelainan yang tampak pada sediaan.
• Gambrkan sediaan pada jurnal pelaporan praktikum disertai dengan keterangan gambar.
Penjelasan :
1. Limfadenitis
Kelenjar limfe dapat mengalami peradangan atau reaktif karena adanya proses radang
pada tempat lain. Limfadenitis akut atau kronik ditandai dengan sebukan sel radang
polimorfonukleus yang dapat berlanjut menjadi abses pada kelenjar limfe atau sebukan
sel mononukleus disertai dengan adanya reaksi folikel atau sinus limfoid. Kelenjar limfe
yang terkena bergantung kepada lokalisasi infeksi, jenis dan virulensi mikroorganisme
penyebab.
2. Limfoma
Lymfoma (lymphoma malignanum) merupakan tumor primer jaringan limfoid; dapat
berasal dari kedua jenis sel yang membentuk kelenjar limfe yaitu limfosit/limfoblast dan
sel retikulum. Awalnya mengenai satu atau sekelompok kelenjar limfe, tetapi kemudian
mengenai kelenjar limfe pada bagian tubuh lain dan akhirnya menyebuk ke limfa dan
jaringan limfoid pada alat tubuh lainnya.
3. Cutaneus (Discoid) Lupus Eythematosus
Merupakan lesi kulit kronik berupa bercak-bercak terutama ditemukan di daerah wajah,
kepala, dan telinga. Penyakit kronik ini secara akut atau sub-akut dapat menjadi sistemik,
disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Mikroskopis, tampak sebukan sel-
sel radang limfosit pada papilari dan adventisia dermis serta diikuti dengan pembentukan
jaringan parut.
Buku Panduan Praktikum Semester III 37
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Buku Panduan Praktikum Semester III 38
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
PRAKTIKUM IX
ENZIM
Percobaan Dengan Enzim Ptialin
Encerkan ludah saudara dalam sebuah gelas beker dengan perbandingan 1 : 250. Tandai
dengan angka 1,2,3 dan seterusnya pada plat penetes, selanjutnya teteskan 1 tetes larutan J2 -
KJ pada setiap plat penetes diatas. Kemudian teteskan 1 tetes larutan amilum pada plat
penetes no.1 sebagai kontrol terhadap warna biru.
Percobaan:
l. Penentuan Adanya Aktifitas Ptialin Terhadap Amilum
Air liur disekresi oleh 3 pasang kelenjar air liur, yaitu parotis, dan submaxillaris.
Komposisi air liur :
Air : 99,5 %
Benda padat : 0,5 %
2/3 dari benda padat ini merupakan zat organik, terutama ptialin dan musin. Sisanya adalah
ion-ion anorganik : SO4=, PO4
=, HCO3-, Cl-, Ca++, Mg++, Na+, K+
pH air ludah kira - kira 6,8
Fungsi musin : - pelincir dalam rongga mulut
- membasahi makanan sehingga mudah ditelan
Ptialin : - adalah enzim amilase
- memecah pati menjadidekatrin dan maltosa
Hasil akhir hidrolisa amilum dengan enzim amilase adalah maltosa. Sedangkan hidrolisa
dengan asam akan menghasilkan glukosa.
Buku Panduan Praktikum Semester III 39
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Hidrolisa pati Hasil reaksi dengan jodium
Amiium Biru
Amilodekstrin + maltosa Biru
Eritrodekstrin + maltosa Merah
Akrodekstrin + maltosa Tak berwarna
Maltosa Tak berwarna
Cara Kerja :
Ke dalam sebuah tabung reaksi yang sudah berisi 2 ml buffer fosfat (pH =
6,8)ditambahkan 1 ml larutan amilum 0,5%, campurkan hingga homogen. Masukkan
tabung tersebut ke dalam woterboth dengan temperatur 37oC. 5 menit kemudian, ke dalam
tabung di atas dimasukkan 2 ml zat yang akan diperiksa (air ludah yang sudah diencerkan
tadi), campurkan hingga rata dan bersamaan dengan ini tekan stopwatch dan masukkan
kembali tabung tadi ke dalam waterbath (37o C). Pada plat penetes yang sudah
mengandung J2-KJ diteteskan l tetes larutan tadi setiap 60 detik.
Untuk setiap penetesan, pipet harus dibilas dengan aquadest. Perbuatlah hal yang sama
sampai campuran di dalam tabung reaksi tidak memberikan warna lagi dengan J2 – KJ
yang ada pada setiap plat penetas.
Pada menit keberapa hal itu terjadi ?
2. Penentuan Temperatur Optimum pada pH 6,8
Umumnya suhu yang mendekati titik beku air tidak merusak enzim, pada suhudimana
enzim masih aktif, keaktifan enzim adalah 2 kali lebih besar pada setiap kenaikan
temperatur 10oC. Reaksi berjalan paling cepat pada suhu optimum. Bila suhu dinaikkan
terus, keaktifan enzim, berkurang karena mengalami denaturasi. Suhu optimum enzim
dalam tubuh adalah ± 37oC.
Sebagian besar enzim menjadi tidak aktif pada temperatur sekitar 80oC.Beberapa enzim
dapat aktif kembali setelah didinginkan. lni disebabkan karena proses denaturasi yang
reversibel. Untuk mendapatkan larutan yang bertemperatur OoC tabung reaksinya
Buku Panduan Praktikum Semester III 40
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
dimasukkan ke dalam beker gelas yang berisi es. Larutan dengan temperatur kamar
dibiarkan pada rak. Larutan - larutan dengan temperatur 50o C dan 70o C diperoleh dengan
memasukkannya ke dalam waterbath.
Cara Kerja :
1. Ambil 4 tabung reaksi dan tandai pada masing - masing tabung : Oo C, TK(temperatur
kamar), 50oC dan 70oC. Pada setiap tabung dimasukkan 1 ml larutan amilum dan 2 ml
buffer fosfat (pH 6,8).
2. Setelah 5 menit, yaitu setelah masing - masing larutan memperoleh temperatur yang
sesuai ke dalam setiap tabung itu ditambah 2 ml larutan yang akan diperiksa(air ludah
yang sudah diencerkan) dan campurlah hingga merata, bersamaan dengan itu tekan
stopwatch. Setiap menit ambil l tetes dari setiap tabung di atasdan teteskan pada plat
penetes yang sudah berisi tetesan J2 – KJ.
3. Tentukan waktu dimana setiap tabung mulai tidak menunjukkan warna biru
lagi.Percobaan dihentikan bila warna biru masih kelihatan sesudah 30 menit.
4. Buatlahgrafik temperatur waktu untuk setiap suhu diatas dan tunjukkan suhu
optimumnya.
Buku Panduan Praktikum Semester III 41
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
PRAKTIKUM X
PENATALAKSANAAN DM TANPA KOMPLIKASI
DIABETES MELITUS
• Adalah sekelompok sindrom yang ditandai dengan hiperglikemia, perubahan
metabolisme lipid, karbohidrat, protein dan peningkatan resiko komplikasi penyakit
pembuluh darah sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin.
• Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi
insulin oleh sel-sel beta Langerhans atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel
tubuh terhadap insulin.
• Insulin di sintesa di pankreas, di pankreas terdapat Sel-sel pulau langerhans dipersarafi
oleh saraf adrenergik dan kolinergik. Stimulasi reseptor α2 adrenergik akan menghambat
sekresi insulin. Sebaliknya stimulasi reseptor β2 adrenergik agonis dan stimulasi saraf
vagus akan merangsang sekresi insulin.
Buku Panduan Praktikum Semester III 42
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
DM TIPE I
• Umumnya menyerang anak – anak, tetapi dapat juga terjadi pada orang dewasa.
• Penderita DM tipe I sebagian besar mempunyai antibodi yang menunjukkan adanya
proses autoimun
• Ditandai dengan defisiensi insulin absolut yang disebabkan oleh lesi atau nekrosis sel β
berat.
• Akibat dari rusaknya sel β, pankreas sangat sedikit memproduksi dan mensekresi insulin,
sehingga tidak bisa mengimbangi glukosa yang masuk glukosa menumpuk di dalam
darah
• DM tipe ini memerlukan insulin eksogen untuk menghindari hiperglikemia dan
ketoasidosis
INSULIN
• Menurunkan konsentrasi glukosa dalam darah dengan cara menghambat produksi
glukosa di hati dan menstimulasi ambilan dan metabolisme glukosa oleh otot dan
jaringan adiposa.
• Maka pada DM terjadi peningkatan produksi glukosa di hati, penurunan ambilan glukosa
di perifer dan berkurangnya konversi glukosa menjadi glikogen di hati
MEKANISME KERJA INSULIN
• Insulin terikat ke receptor insulin di sel membran di target sel di hati, otot dan adipose
• Hati : menghambat produksi glukosa, stimulasi pembentukan dan penyimpanan
glikogen.
• Otot : stimulasi ambilan dan penggunaan glukosa di otot.
• Adipose : stimulasi ambilan glukosa dan supresi lipolisis.
3 Tipe Insulin :
1. Basal insulin
2. Pre-mix insulin
3. Fast-acting insulin
Buku Panduan Praktikum Semester III 43
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
BASAL INSULIN
• Menjaga konsentrasi insulin di darah selama 24 jam.
• Dosis 10 IU per hari pada malam hari sebelum tidur atau pagi hari saat makan.
• Co : - Insulin Detemir (Lantus)
- Insulin Glargin (Levemir)
- Lily
Pre-mix insulin
• Gabungan rapid dan intermediate insulin untuk mengcover peningkatan kebutuhan
insulin basal dan post prandial.
• Injeksi SC 2 kkali sehari
• Co : - Inslu aspart (Novomix)
- Insulin NPL (Humalog)
- Mixtard
- Humulin Mix
• Dosis malam hari berdasarkan KGD PUASA
• Dosis pagi hari berdasar dosis sebelum makan malam
• Penyesuaian dosis paling cepat 3 hari
Fast acting insulin :
• Cepat diserap ke dalam darah.
• Mulai dengan dosis 4 IU tingkatkan dosis 2 IU setiap hari sampai target tercapai.
• Co : - insulin aspart (Novorapid)
- insulin Lispro (Humalog)
- insulin Gluisine (Apidra)
- actrapid
- Humulin R
• Ketika menggunakan fast act insulin , pemberian secretagog harus dihentikan.
Buku Panduan Praktikum Semester III 44
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Cara Pakai :
• Jika KGD puasa meningkat mulai dengan basal insulin
• Jika KGD puasa dan KGD 2 jam PP meningkat mulai dengan premix insulin
basal insulin + OAD
Basal /bolus terapi
Buku Panduan Praktikum Semester III 45
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Sediaan Insulin
1. Actrapid HM : monoterapi 3x/>/hari
SC, IV, IM
Onset 30 mnt, puncak 1-3jam
sediaan : vial 40IU/ml
100IU/ml
2. Insulin lispro : dosis individual
diberikan 15 mnit sebelum makan.
sediaan : 100 IU/ml
DM TIPE II
• Pada DM tipe II, pancreas masih mempunyai beberapa fungsi sel β, yang
menyebabkan kadar insulin bervariasi atau kadar insulin menurun atau rendah,
tetapi tetap tidak mencukupi untuk memelihara homeostasis glukosa.
• Selain itu juga sering dihubungkan dengan menurunnya respon jaringan perifer
terhadap insulin (resistensi insulin).
Buku Panduan Praktikum Semester III 46
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
ORAL ANTI DIABETIK (OAD)
• OAD ini sangat membantu pada DM tipe2 dengan pankreas yang masih mampu
mensekresi insulin yang tidak dapat diperbaiki hanya dengan diet dan olahraga.
• Pasien yang sudah lama menderita diabetes mungkin
memerlukan kombinasi ADO dengan insulin untuk
mengontrol hipoglikemianya
Obat Hipoglikemik Oral
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan:
A. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinid
B. Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformin dan tiazolidindion
C. Penghambat glukoneogenesis (metformin)
D. Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa.
E. DPPIV inhibitor
Sulfonil Urea
• Merupakan obat yang mempunyai efek hipoglikemiksehingga disebut juga sebagai obat
hipoglikemik oral (OHO).
• Obat golongan ini bekerja merangsang sekresiinsulin di pankreas, sehingga hanya efektif
bila sel b-pankreas masih dapat berproduksi.
• Merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang,namun
masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih.
Klasifikasi Sulfonil Urea
1. Generasi I : asetoheksamid, klorpropamid, talazamid, tolbutamid
2. Generasi II : glipizid, glicazid, glibenklamid dan glimepirid
Buku Panduan Praktikum Semester III 47
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Sediaan Sulfonil Urea
1. Glipizide (Aldiab) : 5 mg, 30’ sblm makan pagi
lansia dan penyakit hati 2,5mg
maksimum 15mg/hari
sediaan : 5 mg
2. Glimepiride (Amaryl) : 1mg/hari segera sblm makan
maks 8mg/hari
sediaan ; 1,2,3, 4 mg
3. Glibenklamid : dosis awal 2,5-5 mg/hari
sebelum makan pagi
sediaan : 5 mg
4. Glicazid (diamicron) : 1-4 tab/hari dosis tunggal
sediaan :80 mg
Buku Panduan Praktikum Semester III 48
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Farmakodinamik Sulfonil Urea
• Meningkatkan rilis nsulin dari pankreas.
• Mempunyai efek regulasi terhadap reseptor-reseptor insulin diberbagai sel-sel jaringan
(sehingga memperbesar kepekaan jaringan terhadap insulin; dan menurunkan kadar
glukagon serum tetapi kemaknaan klinisnya masih dipertanyakan
Farmakokinetik
• Semua golongan sulfonilurea diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral. Dapat
diminum bersama makanan kecuali glipizid. Tolbutamid, gliburid, glipizid lebih efektif
diminum 30 menit sebelum makan. Generasi I lebih mudah lepas ikatan proteinnya jika
digunakan bersama dengan obat yang terikat pada protein yang sama (warfarin).
Metabolisme di hati dan metabolitnya diekskresikan di dalam urin.
Efek Samping Sulfonil Urea
• Hipoglikemia
• Koma lansia dgn gangguan fungsi hati dan ginjal
• Makin panjang waktu paruh makin besar kemungkinan hipoglikemia
• Mual muntah
• Ikterus kolestatis
• Agranulositosis
Buku Panduan Praktikum Semester III 49
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Metformin
• Obat ini tidak menyebabkan hipoglikemia
• Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati (glukoneogenesis)
dan meningkatkan kerja insulin di otot dan lemak
• paling sering digunakan pada sindroma resistensi insulin
• Terutama dipakai pada diabetisi gemuk
• Dosis : 500 mg, 3x/hari atau 850mg, 2x/hari
• Sediaan : 500 mg , 850 mg
• Harian maksimum yang direkomendasikan adalah 2,5 g terbagi dalam tiga dosis bersama
makanan
• Kontraindikasi: pasien dengan gangguan fungsi ginjal
• (kreatinin serum > 1,5) dan hati, serta pasien – pasien
• dengan kecenderungan hipoksemia (misal penyakit
• serebrovaskuler, sepsis, syok, gagal jantung).
Farmakokinetik Metformin
• Absorpsi di usus kecil
• Obat ini stabil
• Tidak berikatan dengan protein plasma
• Diekskresi dalam bentuk tidak berubah di urin
• Waktu paruh 2 jam
• Dosis maksimum harian 2,5 gr
• Diminum dalam 3 dosis bersama makanan.
Efek samping Metformin :
1. Diare, mual, perut terasa tidak enak, anoreksia
2. Rasa metalik,
3. Gangguan absorpsi vitB12 dan Folat (pernah dilaporkan sampai terjadi anemia), dan
4. AAL (Acidosis Asam Laktat); usus adalah sumber utama laktat yang akan diperbesar
oleh hepar bila ambilan glukosa di hepar meningkat sesudah makan
Buku Panduan Praktikum Semester III 50
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Tiazolidindion
• Tiazolidindion (pioglitazon) berikatan pada Peroxisome Proliferator Activated Receptor
Gamma (PPARg), suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak.
• Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan
jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di perifer.
• Tiazolidindion dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung kelas I-IV karena
dapat memperberat edema/retensi cairan dan juga pada gangguan faal hati.
• Pada pasien yang menggunakan tiazolidindion perlu dilakukan pemantauan faal hati
secara berkala.
• Bekerja dengan meningkatkan sensitivitas insulin pada jaringan perifer sehingga hanya
efektif jika ada insulin-tetapi juga dapat menurunkan produksi glukosa hepatik
• Hepatotoksisitas dapat terjadi beberapa bulan setelah pemberian obat dimulai
• Pioglitazon dan rosiglitazon jarang menimbulkan hepatotoksisitas
• Efek samping lain: anemia, kenaikan BB, edema, dan peningkatan volume plasma.
• Edema sering terjadi ketika konsumsi obat dikombinasi dengan insulin
• Tidak boleh digunakan pada pasien dengan gagal jantung
Penghambat Glukoksidase alfa
• Obat ini bekerja mengurangi absorbsi glukosa intestinal : pati, dekstrin, dan disakarida
dengan menghambat kerja α-glukosidase pada brush border intestinal di usus
halussehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan.
• Acarbose tidak menimbulkan efek samping hipoglikemia.
• Efek samping yang paling sering ditemukan ialah keluhan kembung dan flatulen.
• Acarbose dapat digunakan bersama dengan insulin, metformin, glitazone atau
sulfonylurea. Untuk mendapat efek maksimal, obat ini harus diberikan segera pada saat
makanan utama. Hal ini perlu karena merupakan penghambat kompetitif dan sudah harus
ada pada saat kerja ensimatik pada saat yang sama karbohidrat berada di usus halus.
Dengan memberikannya 15 menit sebelum atau sesudah makan akan mengurangi
dampak pengobatan terhadap glukosa postprandial.
Buku Panduan Praktikum Semester III 51
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Acarbose dan miglitol merupakan penghambat kompetitif glukosidase-a usus danmemodulasi
pencernaan pasca-parandial dan absorpsi zat tepung dan disakarida.Secara strukrural miglitol
berbeda dengan acarbose.miglitol enam kali lebih kuat dalam menghambat sucrase.Akibat
klinis pada hambatan enzim adalah untuk meminimalkan pencernaan pada usus bagian atas
dan menunda pencernaan (dan juga absorpsi) zat tepung dan disakarida yang masuk pada
usus kecil shg menurunkanglikemik setelah makan sebanyak 45-60mg/dl.
Acarbose & Miglitol
• Merupakan penghambat kompetitif glukosidase usus dan memodulasi pencernaan pasca
prandial dan absorpsi disakarida.
• Akibat klinis pada hambatan enzim meminimalkan pencernaan pada usus bagian atas
dan menunda pencernaan (juga absorpsi) disakarida yang masuk pada usus kecil bagian
distal sehingga menurunkan glikemik setelah makan sebanyak 45 -60 mg/dl, dan
menciptakan suatu efek hemat insulin
• Efek samping yang paling sering ditemukan ialah kembung dan fltulens.
Acarbose dan miglitol diberikan dalam dosis 25-100mgsegera sebelum suapan pertama
setiap waktu makan, tetapi seyogyanya dimulai dengan dosis paling rendahdan ditingkatkan
secara perlahan.Efek tidak diinginkan flatulansi, diare dan rasa nyeriabdominal akibat
karbohidrat yang tidak diserap dalamkolon yang kemudian difermentasi menjadi asam
lemakrantai pendek, dengan merilis gas.Efek samping cenderung berkurang pada
penggunaankronis.
Paparan kronis pada karbohidrat menginduksi ekspresi glukosidase-a dalam yeyunum dan
ileum, sehingga meningkatkan absorpsi glukosa di usus kecil distal dan mengurangi
perjalanan karbohidrat ke kolon.
Dapat terjadi hipoglikemia pada terapi kombinasi dgn sulfonylurea secara
bersamaan.Hipoglikemia diatasi dengan pemberian glukosa (dekstrosa) dan bukan
dgnsukrosa yang pemecahannya kemungkinan disakat.
Buku Panduan Praktikum Semester III 52
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
DPP-IV inhibitor
• Glucagon-like peptide-1 (GLP1) merupakan suatu hormon peptida yang dihasilkan oleh
sel L di mukosa usus.
• Peptida ini disekresi oleh sel mukosa usus bila ada makanan yang masuk ke dalam
saluran pencernaan.
• GLP1 merupakan perangsang kuat penglepasan insulin dan sekaligus sebagai
penghambat sekresi glukagon.
• Secara cepat GLP1 diubah oleh enzim dipeptidyl peptidase-4 (DPP4), menjadi metabolit
GLP1 (9,36)amide yang tidak aktif.
• Sekresi GLP1 menurun pada DM tipe 2
Buku Panduan Praktikum Semester III 53
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
MODUL
DARAH DAN KEGANASAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Buku Panduan Praktikum Semester III 54
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
PRAKTIKUM XI
PEMERIKSAAN SHD DAN DIFFTEL
MEMBUAT SEDIAAN HAPUS DARAH TEPI
1. Morfologi sel
2. Hitung jenis leukosit
3. Cara kerja
a. Teteskan setetes kecil darah tanpa menyentuh kulit di permukaan kaca objek pada
bagian kanan kaca tersebut dan letakkan di meja
b. Pegang kaca objek, kaca penutup/deck glass penggeser pada tangan kanan dan
letakkan sisi pendeknya sebelah kiri dari tetesan darah tadi.
c. Sentuhkan tetesan darah tadi dengan ujung kaca penggeser dengan sudut 30°-45° dan
biarkan sesaat tetesan darah tadi menyebar pada sisi kaca penggeser dan geserkan
kaca penggeser tersebut ke arah kiri kaca objek dengan pelan tetapi tidak terputus dan
tangan kiri menahan sisi kaca objek tersebut.
d. Biarkan sediaan kering di udara (hindarkan pencemaran)
e. Sesudah sediaan kering fiksasi dengan alkohol 96% (alkohol absolut) 15-20 menit
atau metil alkohol selama 5-7 menit
f. Setelah itu alkohol dibuang dan dikeringkan di udara terbuka, lalu dibubuhi larutan
kerja Giemsa selama 20 menit.
g. Selanjutnya buang zat warna dan bilas dengan air kran
h. Keringkan di udara sampai betul-betul kering
i. Lihat di bawah mikroskop 100x dengan memakai minyak emersi.
catatan:
- Dengan pulasan Giemsa, morfologi Basofil sulit untuk dikenal lagi sebab granul-
granul Basofil larut dengan Giemsa dan juga eritrosit-eritrosit lebih kelabu warnanya.
- Untuk mempelajari parasit-parasit darah sebaiknya sediaan dipulas dengan Giemsa,
dengan pH larutan pengencer (larutan bufer) = 6,4
- Pulasan Giemsa ini sama baiknya dengan pulasan Wright bila kelainan morfologi
darah tidak banyak dijumpai.
Buku Panduan Praktikum Semester III 55
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
- Sediaan hapus darah yang banyak mengandung sel-sel muda dan sediaan hapus
sumsum tulang sebaiknya dipulas dengan Wright sebab struktur plasma dan inti jelas
terlihat
- Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, sering dilakukan kombinasi pulasan Wright
dan Giemsa dalam satu sediaan hapus darah, dengan cara yaitu mulailah
memulassecara Wright dan sebagai pengganti Buffer dipakai larutan kerja Giemsa.
MENGHITUNG JENIS LEUKOSIT
Menetapkan persentase dari tiap-tiap macam leukosit di dalam darah dikatakan hitung jenis
leukosit.Hitungan ini baik dilakukan pada sediaan yang dipulas dengan Giemsa atau Wright
atau pulasan yang serupa dengan itu.
Cara Kerja :
1 Periksalah sediaan hapus darah yang telah diwarnai dibawah mikroskop dengan
pembesaran 10x. cari gambaran eritrosit tersebar berdampingan dan tidak bergumpal-
gumpal. Biasanya terletak dibagian yang tipis di ujung sediaan tersebut.
2 Kemudian objektif diganti dengan pembesaran 100x dengan memakai minyak immersi.
Periksa hapusan darah tersebut dari kanan ke kiri atau sebaliknya dan dari atas ke
bawah atau sebaliknya. Hati-hatilah jangan sampai menghitung satu lapisan lebih dari
satu kali
3 Hitunglah 100 sel. Bila ada eritrosit berinti, laporkanlah jumlahnya disamping 100
leukosit yang dihitung jangan diikut sertakan dalam hitung jenis. Sel yang tidak dikenal
laporkan jumlahnya dalam 100 leukosit
cara memeriksa sedian hapusan darah
Buku Panduan Praktikum Semester III 56
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Catatan
A. Yang perlu dilihat dan dinilai pada sediaan hapus darah yang telah dicat adalah :
1. Keadaan leukosit
• Hitung jenia leukosit
a. Basofil (N=0-1%)
b. Eosinofil (N=1- 3%)
c. Neutrofil batang(N= 2 - 6%)
d. Neutrifil segmen (N= 50 - 70%)
e. Limfosit (N=20 - 40%)
f. Monosit (N= 2 - 8%)
• Menilai morfologi leukosit
a. Apakah bentuknya normal atau abnormal
b. Bila jumlahnya banyak, maka hati-hati terhadap diagnosa hematologi dan
dilakukan juga pemeriksaan sediaan hapus sumsum tulang belakang
2. Keadaan eritrosit
- Perhatikan 3S (Size, Shape, Staining characteristic)
3. Keadaan trombosit
- Pada sediaan hapus ini dapat juga dihitung jumlah trombosit dalam 10 lapangan
pandang dan dapat digunakan sebagai pemeriksaan penyaring terhadap jumlah
trombosit dengan memakai kamar hitung. Dalam keadaan normal dengan
pembesaran 10 x, 45 x setiap lapangan pandang dijumpai 3- 8/ 100 eritrosit. Jika
ukuran trombosit lebih besar dari setengah ukuran eritrosit disebut giant
trombosit.
- Jadi dalam laporan dapat menyatakan jumlah trombosit cukup atau kurang. Juga
laporkan keadaan morfologinya apakah normal atau abnormal.
4. Perhatikan apakah ada parasit
- Misalnya malaria, filaria dan lain lain
- Bila ada laporkan pada hasil pemeriksaan
B. Dalam melaporkan hasil hitung jenis lekosit harus mengikuti urutan hasil pemeriksaan
sebagai berikut : BASOFIL – EOSINOFIL – NETROFIL BATANG – NETROFIL
SEGMEN – LIMFOSIT – MONOSIT disebut juga DIFFTEL (Differential Telling)
C. Jadi nilai normal diffel : 0-1 / 1-3 / 2-6 / 50-70 / 20-40 / 2-8
Buku Panduan Praktikum Semester III 57
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
PRAKTIKUM XII
LAJU ENDAP DARAH (LED)
Untuk percobaan ini diperlukan darah yang tidak membeku, maka diperlukan darah yang
diberi antikoagulan.
AZAS:
Darah antikoagulan dimasukkan ke dalam pipet atau tabung khusus yang diletakkan tegak
lurus. Setelah 1 jam dibaca kecepatan mengendapnya sel-sel darah terutama eritrosit. Ada 2
macam percobaan yaitu:
a. Cara Westergen
b. Cara Wintrobe
a. Cara Westergen
Cara ini lebih popular dan banyak dipakai di Indonesia
Cara Kerja :
1. Ke dalam botol penampung masukkan 0,4 ml Na.Citrat 3,8%
2. Isap darah vena sebanyak 1,6 ml dan campurkan pada botol penampung yang berisi
Na. Citrat 3,8% tadi dan campurkan baik-baik.
3. Isap darah citrat tadi dengan tabung Westergen sampai garis bertanda 0 (nol) dan
letakkan tegak lurus pada rak Westergen selama 1 jam
4. Bacalah lapisan plasma dalam mililiter dan laporkan angka tersebut sebagai LED/
1 jam
Nilai normal dewasa: - Laki-laki = <10 mm/jam
- Wanita = <15 mm/jam
b. Cara Wintrobe
Cara Kerja
1. Isap darah Oxalat dengan tabung Wintrobe setinggi garis tanda 0 mm jagalah jangan
sampai terjadi geembung udara atau busa
2. Biarkan tabung Wintrobe itu dalam sikap tegak lurus pada satu tempat yang tidak
banyak angin selama 1 jam.
Buku Panduan Praktikum Semester III 58
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
3. Bacalah tingginya lapisan plasma dengan mililiter dan laporkan angka itu sebagai
LED/ 1 jam
Nilai normal dewasa: - Laki-laki = <10 mm/jam
-Wanita =<20 mm/jam
Catatan :
Untuk pengendapan eritrosit ini pada proses LED mempunyai 3 stadium yaitu sebagai
berikut:
1. Periode agregasi:
- Pada periode ini terjadi penumpukan eritrosit untuk membentuk Rouleaux dan
pengendapan terjadi secara relatif lambat.
- Phase ini berlangsung selama 10 menit dari percobaan dimulai.
2. Periode terjadinya proses pengendapan yang cepat:
- Pada phase ini pengendapan berjalan konstan rata-rata dan berjalan selama 40 menit
3. Periode terakhir
- Pada phase terakhir ini terjadi pengendapan yang menetap dan tak berubah dalam
waktu yang lama, setelah percobaan berakhir.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi LED yaitu:
1. Plasma darah
Meningkatkan pembentukan Rouleaux sehingga pengendapan lebih cepat sebab beratnya
Rouleaux sangat tak sebanding dengan 1 buah sel eritrosit. Yang memegang peranan
penting disini adalah Fibrinogen dan Globulin dimana daya fibrinogen lebih kuat
daripada globulin. Alfa dan Beta globulin lebih efektif daripada Gamma globulin dan
albumin memperlambat LED. Bertambahnya viskositas darah/ plasma, hal ini
memperlambat LED dengan meniadakan/ menetralkan efek protein darah/ plasma pada
pembentukan Rouleaux. Kolesterol mempercepat dan lecithin memperlambat LED.
2. Eritrosit
Anemia mempercepat LED. Percobaan ratio eritrosit dengan plasma memudahkan
pembentukan Rouleaux. Microcyte (ukuran eritrosit lebih kecil dari normal)
memperlambat LED sedangkan Macrocyte lebih cepat daripada normacyte.
Buku Panduan Praktikum Semester III 59
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
3. Anti Coagulansia
Na.Citrat ataupun EDTA tidak mempengaruhi LED, sedangkan Oxalat dan Heparin
mempengaruhi.
Kesimpulan:
Faktor-faktor yang mempercepat LED
a. Pembentukan Rouleaux
b. Peninggian kadar Globulin dan Fibrinogen
c. Eritrosit besar (macrocyte)
Buku Panduan Praktikum Semester III 60
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
PRAKTIKUM XIII
PENENTUAN GOLONGAN DARAHDAN CROSS MATCHING TEST
Tujuan Pembelajaran
- Mahasiwa mampu melakukan penentuan golongan darah (system ABO), Rhesus system
dan cross matching dengan benar
- Mahasiswa mampu memahami adanya reaksi antigen dan antibody pada penentuan
golongan darah
- Mahasiswa mampu mengetahui dasar-dasar transfuse darah
- Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme terjadinya Rhesus incomptability
Alat dan Bahan:
1. Anti serum golongan darah
2. Suspensi eritrosit (mempunyai
Ht = 2%)
3. Suspensi eritrosit (mempunyai
Ht = 4%)
4. Larutan NaCl 0,9%
5. Kapas alkohol
6. Hemolet
7. Tabung reaksi
8. Tabung centrifuge
9. Centrifuge apparate
10. Objek glass
11. Mikroskop
12. Rak tabung
13. Batang pengaduk
14. Spuit diposible 3 ml
Waktu : 100 menit
Penentuan golongan darah ada 2 cara (pada system ABO)
Ada 2 cara:
a. cara dengan kaca objek
b. cara dengan tabung
Buku Panduan Praktikum Semester III 61
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Cara Kerja:
A.Cara dengan Kaca Objek
Azas :
Yang diperiksa adalah antigen dalam eritrosit dicampur dengan antibody berupa serum yaitu:
- anti A…………..warna hijau atau biru
- anti B…………..warna kuning
- anti AB…………warna putih
Adanya aglutinasi member petunjuk tentang reaksi antigen-antibodi.
1. Ambil kaca objek yang bersih dan letakkan setetes serum anti A di sisi kiri dan setetes
serum anti B di sisi kanan kaca objek
2. Letakan setetes kecil darah dekat tetesan serum anti A dan anti B, kemudian campur
dengan kaca pengaduk
3. Goyangkan kaca objek tersebut dengan membuat gerakan melingkar
4. Perhatikan apakah terjadi aglutinasi.
Adanya aglutinasi dapat ditetapakan dengan mata belaka (makroskopis), tetapi
sebaliknya dibenarkan dengan lensa lup atau mikroskop untuk menentukan golongan
darah, lihtalah table dibawah ini
Anti A Anti B Anti AB Gol Darah -
+
-
+
-
-
+
+
-
+
+
+
O
A
B
AB
Keterangan : - : tidak terjadi aglutinasi
+ : terjadi aglutinasi
b. Cara Kerja dengan Tabung
1. Buatlah suspensi sel darah dengan Nacl 0,9% yang mempunyai nilai Ht=2% yaitu
ambil 2 tetes darah yang mempunyai Ht normal, campur dengan 3 ml Nacl 0,9%
2. Ambil 2 tabung kecil yang bersih diameter 7-9 mm, letakan pada rak tabung dan
teteskan setetes serum anti A pada tabung kiri dan serum anti B pada tabung kanan
(kalau memakai serum anti Ab harus pakai 3 tabung)
Buku Panduan Praktikum Semester III 62
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
3. Masukan setetes suspense darah tadi kedalam masing-msing tabung dab aduk supaya
bercampur
4. Centrifuse selama 1 menit dengan kecepatan 1000 rpm
5. Goyang tabung tersebut dengan hati-hati dan perhatikan aglutinasi yang terjadi
6. Bila kurang jelas gunakan mikroskop dengan meneteskan campuran tadi ke atas kaca
objek
7. Penilian sama seperti cara kaca ojek
CROSS MATCHING TEST (REAKSI SILANG)
Cross matching dalam larutan garam
Terdiri dari 2 percobaan:
1. Major Cross match
Azas : eritrosit donor dicampur dengan serum penerima/ resipien, perhatikan apakah
terjadi aglutinasi
2. Minor Cross match
Azas: eritrosit penerima/ resipien dicampur dengan serum donor, perhatikan apakah ada
aglutinasi
Cara Kerja :
- Buatlah terlebih dahulu
a. Dari donor:
- Ambillah darah donor melalui vena mediana cubiti sebanyak 3 ml
- Masukkan ke dalam tabung I (diameter 7-8mm) 0,2 ml darah + 1,8 ml NaCl 0,9%
sehingga Ht = 4%, yang dipakai untuk percobaan major cross match
- Sisanya masukkam ke dalam tabung II (tabung centrifuge) dan pusing selama 5
menit dengan kecepatan 1500 rpm sehingga terbentuk cairan serum, yang dipakai
untuk percobaan Minor cross match.
b. Dari resipien/ penerima
- Ambillah darah resipien melalui vena mediana cubiti sebanyak 3 ml
Buku Panduan Praktikum Semester III 63
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
- Masukkan ke dalam tabung I (diameter7-9 mm) 0,2 ml darah + 1,8 ml NaCl 0,9%
sehingga Ht=4%, yang dipakai untuk percobaan Major cross match.
- Sisanya masukkam ke dalam tabung II (tabung centrifuge) dan pusing selama 5
menit dengan kecepatan 1500 rpm sehingga terbentuk cairan serum, yang dipakai
untuk percobaan Minor cross match.
Cara Kerja
A. Kaca Objek
Cara kerja kaca objek
1. Ambil sebuah kaca objek yang bersih dan letakan pada bagian sisi kiri kaca objek 1 tetes
serum resipien dan 1 tetes suspense eritrosit donor dengan HT = 4%. Campur dengan
pengaduk kaca( untuk major cross match)
2. Pada bagian sisi kanan kaca objek letakan pula 1 tetes serum donor dan 1 tetes suspense
eritrosit resipien dengan HT = 4% campur dengan pengaduk kaca (untuk minor cross
match)
3. Biarkan beberapa menit dan lihat apakah terjadi aglutinasi (kalau ragu lihat dibawah
mikroskop dengan pembesaran objektis 40x)
Cara Kerja Tabung
1. Sediakan 2 tabung diameter 7-8 mm pada rak tabung ; yang sebelah kiri untuk major
cross match dan yang sebelah kanan untuk minor cross match
2. Tabung kiri diisi dengan 1 tetes serum resipien dan 1 tetes seupensi eritrosit donor
dengan Ht= 4%
3. Tabung kanan diisi dengan 1 tetes serum donor dan 1 tetes suspense eritrosit resipien
denga Ht=4%
4. Campur isi tabung dan pusing selama 1 menit dengan kecepatan 1000 rpm
5. Goyang dengan hati-hati tabung-tabung itu dan periksalah apakah ada aglutinasi.
Catatan :
- Tindakan cross match diperlukan sebelum melakukan transfuse darah untuk melihat
apakah darah resipien sesuai dengan darah donor
Buku Panduan Praktikum Semester III 64
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
- Jika golongan darah (sistem ABO) penerima dan donor sama, baik major maupun minor
cross match tidak ada aglutinasi, jika golongan darah penerima dan donor berlainan
misalnya donor golongan darah O dan penerima golongan darah A, maka akan terjadi
aglutinasi pada test minor
- Jadi major cross match merupakan tindakan terakhir untuk melindungi keselamatan
penerima darah/ resipien dan sebaliknya dilakukan demikian sehingga baik anti zat
lengkap (complete antibodies) maupun yang tak lengkap (incomplete antibodies) dapat
ditemukan. Kerena itu dianjurkan agar cross match dilakukan dengan cara tabung saja,
cara yang menggunakan kaca objek kurang menjamin hasil percobaan.
LAPORAN LATIHAN
PENENTUAN GOLONGAN DARAH DAN COSS MATCHING
Nama / Nim : ……………………………
Group / Meja : ……………………………
Tanggal : …………………….........
1. Hasil yang diperoleh
Diuji Dengan serum Anti
A
Dengan serum
Anti B
Dengan serum
Anti A dan Anti B Larutan Kontrol
O.P
Keterangan : (+) : Ada aglutinasi
(-) : tidak ada aglutinasi
Hasil percobaan : ……………………
2. Cross Matching
Nama donor : Golongan darah :
Nama recepien : Golongan darah :
Cara Eritrosit donor
+ Serum resipien
Serum donor +
Entrosit resipien Kaca Objek
Tabung Reaksi
Kesimpulan :
Buku Panduan Praktikum Semester III 65
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
PRAKTIKUM XIV
BLEEDING TIME
Azas :
Menilai trombosit dan reaksi pembuluhdarah terhadap luka yaitu kemampuan membentuk
sumbat trombosit yang efektif .
Cara Kerja :
Ada dua cara, yaitu :
a. Cara Ivy
1. Lengan bawah bagian volar kira-kira 3-4 hari lipat situ dibersihkan dengan alcohol
70-96%
2. Pasang tensi meter dengan tekanan 40 mmHg
3. Tusuk lengan bagian bawah tadi dengan hermolet sedalam 3 mm pasa saat darah
mengalir keluar, stopwatch, dijalankan
4. Tiap ½ meint darah dihisap dengan kertas saring, tanpa dotekan, catat waktu sejak
dari darah mengalir sampai berhenti dimaana warna darah tidak lagi menembus
kertas saring
5. Lepas tensimeter dan plester luka tusukan tersebut
Nilai normal : 1-6 menit
b. Cara Duke
1. Daerah yang ditusuk adalah anak daun telinga
2. Kurang sensitive diabanding dengan cara Ivy
Nilai normal : 1-5 menit
Catatan :
- Maka perdarahan cara ivy diatas 10 menit, menunjukan kelainan mekanisme hemotasi :
mala perlu dicari lebih lanjut dengan test-test lain dimana letak kelainan haemostasis
- Tapi perlu juga dipikirkan apakah yang tertusuk adalah vena, sebab keadaan ini
menyebutkan juga memanjangnya masa perdarahan dan ulangi percobaan ini pada
lengan lain
Buku Panduan Praktikum Semester III 66
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
- Percobaan juga batal bila penusukan tidak dalam atau masa perdarahan lebih kecil dari 1
menit
- Cara duke kurang dapat dipercayaa sebab tidak diadakan pembendungan terutama pada
orang dewasa. Car duke ini sebaiknya dipakai pada bayi atau anak kecil sebab tensimeter
sukar dipasang lengannya
- Sebenarnya kedua percobaan ini sering kurang memuaskan, karena korelasi antara hasil
dan keadaan klinik tidak begitu baik.
CLOTHING TIME ( MASA PEMBEKUAN )
azas :
Menentukan lamanya waktu yang diperlukan darah untuk membeku, hasilnya
merupakanaktifitasnya faktor-faktor pembekuan darah, teutama faktor yang membentuk
tromboplastin dan faktor yang berasal dari trombosit serta kadar fibrinogen juga berpengaruh.
Cara Kerja :
I. Cara dengan tabung (Lee and white)
1. Sediakan 4 tabung dengan diameter 7-8 mm, dalam rak tabung yang tersedia
2. Lakukan vena punksi sebanyak 4 ml pada saat darah Nampak pada semprit,
stopwatch dijalankan
3. Buang jarum dari semprit dan masukan darah tadi 1 ml kedalam setiap tabung secara
perlahan-lahan dengan memiringkan tabung
4. Tabung I diangkat dari rak dan miringkan setiap 30 detik sampai terjadi pembekuan,
catat waktunya tanpa mematikan stopwatch
5. Kemudian lakukan juga pada tabung II, III, IV catatn waktunya untuk setiap lubang.
6. Kemudianbagi rata-rata waktu dari tabung II + III + IV, bagi tiga hasilnya untuk
taung I tidak diperhitungkan lagi (nilai normal : 9 – 15 menit)
II. Cara tabung kapiler (menurut duke)
1. Dilakukan dengan tabung kapiler yang berdiameter 1-2 mm
2. Cara ini kurang dapat dipercaya sebab selalu rekatuf banyak cairan jaringan berisi
tromboplastin jaringan bercampur dengan darah yang keluar.
Nilai normal : 2-6 menit
Buku Panduan Praktikum Semester III 67
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Catatan :
• Diantara kedua cara ini yang dapat dipercaya adalah cara Lee dan White, walaupun
sebenarnya suatu test yang kasar saja.
• Bila masa pembekuan Lee dan White lebih besar dari 20 menit, keadaan ini dianggap
abnormal
• Masa pembekuan ini dibawah 9 menit, ini tidak mempunyai arti apa-apa dan mungkin
disebabkan oleh kesalahan-kesalahan :
1. Percampuran darah dengan tromboplastin jaringan
2. Punksi vena yang tidak berhasil dengan baik
3. Terjadi busa dalam semprit atau tebung
4. Menggoyang-goyangkan tabung yang tidak sedang diperiksa
5. Semprit dan tabung kotor
6. Diameter tabung yang dipakai semakin lebar diameter tabung semakin lama masa
pembekuan.
Buku Panduan Praktikum Semester III 68
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
MODUL
PENYAKIT TROPIS DAN INFEKSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Buku Panduan Praktikum Semester III 69
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
PRAKTIKUM XV
PARASIT PADA HATI DAN SALURAN EMPEDU
Parasit yang sering menimbulkan masalah kesehatan yang hidup pada hati dan saluran
empedu antara lain:
1. Golongan cacing, termasuk Trematoda hati, antara lain:
- Clonorchis sinensis
- Fasciola hepatica
- Opisthorchis viverini
- Opisthorchis felineus
2. Golongan Protozoa, seperti Entamoeba histolytica
Untuk mengetahui adanya parasit pada tubuh manusia, maka diperlukan :
1. Pemeriksaan tinja, cairan duodenum
2. Pemeriksaan Biopsi hati
3. Liver punctie abses hati
Pemeriksaan tinja
Dari hasil pemeriksaan tinja kita dapat menemukan : telur cacing
Untuk menemukan adanya infestasi cacing dalam saluran empedu dapat dilakukan
pemeriksaan tinja dengan dua cara:
Direct (langsung)
Dengan pemeriksaan ini tinja yang kita terima langsung kita lakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan secara direct(langsung) dapat dilakukan dengan dua cara:
A. Tehnik sediaan tipis
- tinja yang digunakan sekitar 1 – 2 mg
- zat warna/larutan yang dapat digunakan:
1. Eosin
2. Lugol
3. NaCl 0,9%
Buku Panduan Praktikum Semester III 70
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Bahan yang diperlukan:
1. Lidi sepanjang + 5 cm
2. Kaca benda(objectglass)
3. Kaca penutup(deckglass)
4. Zat warna
5. Tinja
Cara kerja :
1. Letakkan setetes zat warna diatas kaca benda
2. Dengan lidi diambil tinja ± 1 − 2 𝑚𝑚𝑚𝑚
3. Hancurkan/larutkan tinja diatas kaca benda hingga terdapat suspensi yang homogen.
Keluarkan dan buang bhan yang kasar (sisa makanan)
4. Tutuplah sediaan dengan kca penutup
5. Periksa dibawah mikroskopdengan pembearab 10 x 10
B. Tehnik sediaan tebal/tehnik Kato ( Cellophane Covered Thick Smear Technic)
Pada cara ini kita menggunakan cellophane tape sebagai pengganti kaca penutup.
Kemungkinan kita untuk menemukan telur cacing lebih besar oleh karena kita
menggunakan tinja lebih banyak.
Tinja yang digunakan ± 100 − 200 mg.
Larutan yang kita gunakan adalah larutan Kato yang terdiri dari:
- Malachit green 3 % 1 bagian
- Phenol 100 bagian
- Glycerin 100 bagian
- Formalin
Bahan pemeriksaan yang diperlukan:
1. Cellophane tape yang telah direndam dengan larutan Kato selama 18 – 24 jam
2. Kertas saring
3. Kaca benda
4. Potongan bambu/lidi
5. Tinja yang akan diperiksatutup botol dari karet
Buku Panduan Praktikum Semester III 71
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Cara kerja:
1. Ambil tinja yang akan diperiksa dengan lidi dan letakkan diatas kaca benda
2. Letakkan cellophane tape diatas tinja
3. Dengan menggunakan tutup botol karet atau kaca benda lain kita ratakan tinja
dibawah cellophane tape
4. Letakkan sediaan secara terbalik diatas kertas saring, dan biarkan sediaan selama 20 –
30 menit
5. Periksa sediaan di bawah mikroskop dengan pembesaran 10 x 10
Entamoeba histolytica Morfologi
1. Bentuk trofozoit (bentuk histolytica)
Bentuk amoeboit
Diameter : ............................ mikron
Inti : .............buah, dengan central karyosome
Ectoplasma : ....................................
Endoplasma : ...........................................
2. Bentuk minuta
Bentuk amoeboit
Diameter : ............................ mikron
Inti : .............buah, central karyosome
Ectoplasma : ....................................
Endoplasma : ...........................................
3. Bentuk kista
Bentuk amoeboit
Diameter : ............................ mikron
Inti : .............buah, central karyosome
Ectoplasma : ....................................
Endoplasma : ...........................................
Buku Panduan Praktikum Semester III 72
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Fasciola hepatica Cacing dewasa
Bentuk pipih seperti daun
Ukuran : ……………………………………..
Bagian anterior bentuk kerucut/segitiga
Testis bercabang, letak anterior-posterior
Telur
Bentuk lonjong
Ukuran : ……………………………………..
Mempunyai operculum/penutup telur pada satu kutub
Clonorchis sinensis Cacing dewasa
Bentuk pipih seperti daun
Ukuran : ……………………………………..
Testis bercabang, letak anterior-posterior
Telur
Bentuk lonjong
Ukuran : ……………………………………..
Mempunyai operculum/penutup telur pada satu kutub
Opisthorchis viverini Cacing dewasa
Bentuk pipih seperti daun
Ukuran : ……………………………………..
Testis berlobus, letak obliq/miring
Telur
Bentuk lonjong
Ukuran : ……………………………………..
Mempunyai operculum/penutup telur pada satu kutub
Telur mirip dengan telur Clonorchis sinensis
Buku Panduan Praktikum Semester III 73
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Opisthorchis felineus Cacing dewasa
Bentuk pipih seperti daun/lanset
Ukuran : ……………………………………..
Testis berlobus, letak obliq/miring
Telur
Bentuk lonjong
Ukuran : ……………………………………..
Mempunyai operculum/penutup telur pada satu kutub
Telur mirip dengan telur Clonorchis sinensis
Buku Panduan Praktikum Semester III 74
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
PRAKTIKUM XVI
DIRECT SMEAR MYCOLOGY
MYCOLOGY
Pendahuluan
Berbeda dengan bakteri, diagnosa suatu jamur sebagian besar telah dapat ditetapkan
berdasarkan sifat-sifat morfologik koloni dan struktur bagian-bagiannya. Oleh karena itu,
pada praktikum ini akan dipelajari teknik-teknik diagnosa untuk mengenal morfologi
tersebut.
Mempelajari sifat-sifat morfologi :
Secara kasar koloni jamur dapat dipelajari dengan mengamati pertumbuhannya pada lempng
agar Sabouraut secara biakan biasa atau bikan raksasa (giant culture) dengan mempergunakan
mata telanjang.
Pengamatan lebih mendetail dapat dilakukan dengan mempergunakan loupe atau mikroskop
perbesaran kecil.
Yang harus diperhatikan antara lain :
1. Bentuk koloni (Filamentous), Yeast form, Yeastlole fprm, Domorphic)
2. Ukuran koloni
3. Konsistensinya
4. Pembentukan figment
5. Dan yang lain-lain
Pengamatan selanjutnya dapat dilakukan dengan meneteskan alkohol ditempat yang kita
kehendaki. Dengan hati-hati ditutup dengan sebuah gelas penutup (deck glass), baru dilihat
dengan mikroskop, dengan cara ini spora seperti (conidia, sporangiospora, dll) akan tetap
berada ditempatnya.
Dengan slide culture(moist chamber) pengamatan mikroskop lebih mudah dengan cara yang
bermacam-macam.
Buku Panduan Praktikum Semester III 75
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Salah satu cara yang paling mudah dan sederhana seperti yang disebut di bawah ini :
1. Sebuah piring yang mengandung kertas saring disterilkan, dimana kertas saring harus
menutupi dasar piring petri tersebut seluruhnya.
2. Celupkan sebuah glass object yang bersih ke dalam alkohol, lalu dibakar sehingga
seluruh alkohol menguap, lalu letakkan gelas di atas kertas saring secara septis, dan
dinginkan.
3. Dengan mempergunakan pipet steril, pindahkan secara aseptis Agar Sabouraud meleleh
ke permukaan gelas objek dan biarkan sampai memadat.
4. Buang satu segmen agar itu dengan sengkelit (OSE) yang steril sehingga diperoleh satu
pinggir yang rata.
5. Tanamkan pada permukaan yang rata tadi jamur yang akan diperiksa dengan memakai
sengkelit.
6. Tutup dengan satu gelas penutup (deck glass) yang steril.
7. Lalu rekatkan dengan parafin atau paselin di tiga sisi gelas penutup, dimana sisi yang
menghadap pada sisi yang rata tadi dibiarkan terbuka.
8. Teteskan 1-2 cc aquadest steril di kertas saring agar suasananya tetap lembab selama
dilakukan pengeraman, bahan ini dieramkan di dalam inkubator selama beberapa hari
dengan temperatur 25o C. setiap hari harus diteteskan aquadest agar suasana senantiasa
menjadi lembab, dimana aquadest ini diteteskan pada kertas saring yang ada.
Buku Panduan Praktikum Semester III 76
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Buku Panduan Praktikum Semester III 77
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
MEMPELAJARI JAMUR DENGAN SEDIAAN
Ini dapat dilakukan secara kering atau secara basah. Secara kering yaitu sama seperti
pembuatan sediaan kering unutk bakteri, lalu diwarnai dengan cara Gram atau dengan Biri
metilen.
Dengan sediaan basah caranya ialah dengan merendam incculum (mounting) dalam satu
cairan, lalu diperiksa di bawah mikros cairan yang biasanya dipakai adalah ; aquadest, NaOH
atau KOH 10-20%, larutan lactophenol cotton-blue.
Yang harus diingat dalam melakukan pemeriksaan secara basah ini antara lain adalah :
1. Zat warna tidaklah begitu penting seperti padaa pemeriksaan bakteri, oleh karena tanpa
zat warnapun banyak sel-sel jamur sudah dapat dibedakan dari sekitarnya dan dikenali
struktur morfologinya.
2. KOH dan NaOH 10-20% baik sekali dipergunakan untuk speciment yang berasal dari
nanah atau jaringan, karena alkali dapat melarutkan sel-sel jaringan dan kotoran-kotran,
sehingga sediaan dapat kelihatan bersih dan jelas.
3. Dalam melakukan penutupan dengan deck glass dijaga agar jangan terlalu banyak
gelembung udara, bila hendak memeriksanya sebaiknya sediaan dipanaskan si atas nyala
api.
4. Bahan yang akan diperiksa sebaiknya dari mulai dasarnya agar dapat diamati struktur
vegetatifnya.
Cara kerja :
1. Ambil satu buah gelas objek, tetesi dengan larutan naOH atau KOH 10-20% lalu
diletakkan bahan jamur yang akan diperiksa lalu ditutup dengan gelas penutup.
2. Ambil satu buah gelas objek, tetesi dengan larutan Lactophenol-cotton-blue lalu
letakkan bahan yang akan diperiksa, dan tutup dengan deck glass.
3. Setelah keduanya tertutup lihatlah di bawah mikroskop.
Buku Panduan Praktikum Semester III 78
Laboratorium Keterampilan Medik FAKULTAS KEDOKTERAN Universitas Islam Sumatera Utara
Bahan yang Disediakan :
1. Sediaan dari kultur jamur yang ada
2. Sputum penderita
3. Kerokan kulit yang disangkakan menderita penyakit jamur
4. Buat laporan dan gambarkan apa yang saudara lihat pada sediaan yang dikerjakan
Tugas :
1. Sebutkan medium khusus untuk pembenihan jamur
2. Sebutkan jamur-jamur yang dapat menyebabkan pada organ-organ tubuh
3. Sebutkan jamur-jamur yang menyebabkan infeksi pada sub-kutan.
Buku Panduan Praktikum Semester III 79