Post on 09-Nov-2021
1 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT
SENGAJA DIKOSONGKAN
© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973
ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP
PENYEBAB PERBEDAAN PERSEPSI MASYARAKAT DAN
PEMERINTAH DESA TERHADAP DESA PINTAR
(Studi kasus Desa Hanura)
Fajar Maulana1, Muhammad Irfan Affandi2, Lutfi Setianingrum3
Institut Teknologi Sumatera, Jalan Terusan Ryacudu Desa Way Huwi, Jati Agung, Lampung
Selatan
Email : fajarmaul2898@gmail.com
Abstrak
Desa pintar merupakan suatu konsep yang mengadopsi komponen-komponen atau
indikator dari konsep kota pintar namun dengan skala yang lebih kecil (wilayah desa atau
kelurahan) dengan tujuan untuk terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan yang lebih baik terhadap warganya. Menurut Viswanadham (2010) konsep desa
pintar dibutuhkan agar desa-desa mampu mengetahui permasalahan yang ada di dalamnya,
memahami kondisi permasalahan tersebut dan dapat mengatur berbagai sumber daya yang
ada untuk digunakan secara efektif dan efisien. Provinsi Lampung pada saat ini tengah
merencanakan penerapan desa pintar di beberapa desa salah satunya yakni Desa Hanura.
Maka perlu dilakukan penelitian tentang desa pintar di Desa Hanura karena belum adanya
penelitian sejenis di Provinsi Lampung Khususnya Desa Hanura. Penelitian ini berfokus
pada persepsi masyarakat dan pemerintah desa untuk menemukan penyebab perbedaan
persepsi tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah induktif
kualitatif yang bersifat naturalistik. Hasil analisis menunjukan bahwa proses transfer dan
tingkat pemahaman menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi antara masyarakat dan
pemerintah desa terhadap desa pintar.
Kata Kunci : Persepsi, Desa Pintar, Desa Hanura
Abstract
Smart village is concept contains components or indicators of the concept of smart city,
but on a smaller scale (village) with the aim of creating better governance and services for
its citizens. According to Viswanadham (2010) concept of a smart village is needed so
villages are able to see the problems in it, understand the conditions of these problems and
can manage various existing resources be used effectively and efficiently. Lampung
Province is currently planning to implement a smart village in several villages, one of
which Hanura Village. So necessary research on smart villages in Hanura Village because
there is no similar research in Lampung Province, especially Hanura Village. This
research is the perception of the community and village government to find the causes of
these perceptions. The approach used in this research is qualitative which is naturalistic.
The results of the analysis show that the transfer process and the level of understanding
lead to community and village government perceptions of smart villages.
Keywords : Perception, Smart Village, Hanura Village
2 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT
SENGAJA DIKOSONGKAN
© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973
ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu teknologi
merupakan suatu yang tidak bisa
dihindarkan untuk dapat mengatasi
kesenjangan antara daerah perkotaan
dengan perdesaan, sehingga gagasan
akan desa pintar menjadi suatu hal yang
penting untuk dibahas. Dalam desa pintar
adanya inisiatif berbasis komunitas yang
digagas untuk memanfaatkan teknologi
informasi bagi masyarakat perdesaan.
Inisiatif ini merupakan upaya untuk
mencerahkan dan mengedukasi
masyarakat lokal dengan memobilisasi
kekuatan kolektif komunitas dari
berbagai suku/etnis dan profesi untuk
mendorong pelaksanaan program
pelayanan publik berkualitas yang
diintegrasikan dengan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) agar
memberikan manfaat maksimal bagi
masyarakat desa (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, 2018).
Sedangkan desa pintar merupakan desa
yang mampu memberikan pelayanan
kepada masyarakat secara efektif dan
efisien melalui pendekatan partisipatif
kepada masyarakat (Subekti, 2019)
Sejalan dengan janji kerja Gubernur
Provinsi Lampung periode 2019-2024
yang ingin membangun desa pintar
dengan fokus memasukan internet ke
desa digitalisasi administrasi desa dan e-
participation. Dalam kondisi lapangan
desa pintar merupakan program unggulan
langsung dari Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Provinsi Lampung.
Dalam data Indeks Desa Membangun
2018 yang dikeluarkan oleh Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Provinsi Lampung, Desa Hanura
memiliki indeks tertinggi di Provinsi
Lampung yakni sebesar 0,8486 dan
termasuk dalam desa mandiri.
Kedepannya Desa Hanura menjadi salah
satu tonggak desa pintar yang akan
memulai konsep ini di Provinsi
Lampung. Dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Pesawaran
2011-2031 yang termuat dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Pesawaran Nomor 4
tahun 2012 Desa Hanura merupakan
bagian Pusat Pelayanan Kawasan Teluk
Pandan yang berfungsi sebagai pusat
minapolitan tangkap dan kawasan
penunjang agropolitan. Sedangkan Desa
Hanura diperuntukan sebagai kawasan
permukiman perkotaan untuk Kecamatan
Teluk Pandan yang membuat Desa
Hanura menjadi pusat kegiatan untuk
wilayah disekitarnya. Dilihat dari
kesiapan tersebut baik sumberdaya
manusia maupun sumberdaya alam serta
teknologi infrastruktur yang ada Desa
hanura merupakan desa yang disiapkan
untuk memulai desa pintar di Provinsi
Lampung Oleh Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Provinsi Lampung.
3 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT
SENGAJA DIKOSONGKAN
© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973
ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP
Dalam merumuskan konsep desa
pintar perlunya pelibatan antara pihak-
pihak yang terlibat. Menurut Baru, dkk
(2019) pihak-pihak yang terkait dalam
desa pintar yakni pemerintah,
masyarakat, swasta dan media.
Pemerintah dan masyarakat merupakan
pihak penting yang terlibat secara
langsung, dimana pemerintah sebagai
aktor penggerak utama atau sebagai
pihak yang memiliki wewenang dari
kebijakan yang akan dikeluarkan
sedangkan masyarakat selain sebagai
pengguna atau pihak yang memanfaatkan
juga sebagai akselerator pembangunan
dalam perencanaan desa pintar. Maka
dalam melihat kesiapan sumber daya
yang dimiliki Desa Hanura dalam
merumuskan konsep desa pintar perlu
adanya sebuah persepsi dari masyarakat
dan pemerintah mengenai hal-hal yang
disiapkan dalam desa pintar ini.
Pemerintah dan masyarakat memiliki
beberapa kepentingan yang dapat
berbeda sesuai dengan tingkat masalah
masing-masing. Dimana perbedaan
persepsi ini jika tidak diketahui
penyebabnya maka akan terjadi sebuah
masalah karena tidak menemukan jalan
keluar dari perbedaan tersebut. Perlunya
mengetahui penyebab ini juga yang dapat
membuat konsep desa pintar nantinya
dapat dimanfaatkan dan dapat berguna
oleh semua pihak.
2. Rumusan Masalah dan Tujuan
Penelitian
Kesenjangan antara perkotaan dan
perdesaan setiap waktu memiliki jurang
yang sangat dalam jika tidak diperhatikan
secara serius. Undang-Undang No 6
tahun 2014 tentang Desa telah
mengamanatkan pemerintah desa untuk
mandiri melakukan pembangunan agar
desa dapat swadaya memenuhi
kebutuhannya baik dalam mengelola
sumber daya maupun sumber dana. Desa
pintar dapat menjadi salah satu arus balik
untuk dapat mengatasi kesenjangan
antara daerah perkotaan dan perdesaan.
Desa Hanura dicangangkan sebagai
desa yang akan menerapkan konsep desa
pintar oleh Gubernur Provinsi Lampung
periode 2019-2024. Desa pintar ini tidak
terlepas dari pemerintah desa sebagai
stakeholder yang memiliki wewenang
dan peran aktif masyarakat yang akan
merasakannya, dimana dalam hal ini
adanya sebuah perbedaan persepsi
mengenai desa pintar antara masyarakat
dan pemerintah desa. Maka perlunya
mengetahui perbedaan yang ada dan
penyebabnya agar desa pintar nantinya
dapat terealisasi dengan baik. Penelitian
ini juga perlu dilakukan mengingat
belum adanya penelitian terkait desa
pintar di Provinsi Lampung khususnya
Desa Hanura. Penelitian ini juga dapat
melihat bagaimana persepsi masyarakat
dan pemerintah desa terkait penerapan
desa pintar, agar nantinya desa pintar
4 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT
SENGAJA DIKOSONGKAN
© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973
ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP
yang akan diterapkan dapat sesuai
dengan tujuan dari perencanaan awal.
Berdasarkan rumusan masalah diatas
maka tujuan penelitian ini adalah
menemukan penyebab perbedaan
persepsi desa pintar menurut masyarakat
dan pemerintah desa terhadap desa pintar
di Desa Hanura.
Sumber : Analisis, 2020
Gambar 1 Peta Wilayah Penelitian
3. Teori
a. Konsep Desa Pintar
Desa dalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas wilayah
wilayah yang berwenang untuk megatur
dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (UU No 6 Tahun 2014).
Sedangkan cerdas adalah sempurna
perkembangan akal budinya (untuk
berpikir, mengerti, dan sebagainya) (Web
KBBI). Desa pintar atau smart Village
merupakan suatu konsep desa pintar yang
mengadopsi komponen-komponen atau
indikator dari konsep kota pintar atau
smart city namun dengan skala yang
lebih kecil (wilayah desa atau kelurahan)
dengan tujuan untuk terwujudnya
penyelenggaraan pemerintahan dan
pelayanan yang lebih baik terhadap
warganya. Sebuah konsep desa pintar
bisa dijadikan solusi untuk mengatasi
berbagai permasalahan yang terjadi
dalam penyelenggaraan pemerintah desa.
Dengan mengadopsi komponen kota
pintar, maka bukan hal yang mustahil jika
dari desa akan muncul kekuatan ekonomi
nasional berbasis UMKM, sumber daya
manusia yang unggul, pemerintahan
yang bersih dan transparan, serta
lingkungan sosial yang baik.
Viswanadham dan Vedula dalam
sebuah papernya yang cukup populer,
Design of Smart Village (2010),
5 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT
SENGAJA DIKOSONGKAN
© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973
ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP
mendefinisikan desa pintar sebagai
seperangkat layanan yang diberikan
kepada masyarakat dan kelompok swasta
dengan cara yang lebih efektif dan
efisien. Smart vilage bukan hanya
berfokus pada optimalisasi penggunaan
perangkat IT saja, namun juga fokus pada
penguatan human investment dan modal
sosial masyarakat di samping pemenuhan
investasi fisik (infrastruktur) desa.
Konsep desa pintar dibutuhkan agar
desa-desa mampu mengetahui
permasalahan yang ada di dalamnya,
memahami kondisi permasalahan
tersebut dan dapat mengatur berbagai
sumber daya yang ada untuk digunakan
secara efektif dan efisien. Beberapa
konsep lain menyimpulkan desa pintar
merupakan suatu konsep pengembangan,
penerapan dan implementasi teknologi
yang diterapkan untuk suatu wilayah
(khususnya perdesaan) sebagai sebuah
interaksi yang kompleks diantara
berbagai sistem yang ada di dalamnya.
Berdasarkan kosep ini, pengertian desa
pintar lebih ditekankan kepada penerapan
suatu teknologi pada salah satu aspek
yang ada di desa tersebut (Lembaga
Administrasi Negara, 2018).
b. Persepsi Masyarakat dan
Pemerintah Desa
Persepsi adalah kegiatan berupa
mengenali, menginterpretasi dan
menyusun informasi dalam rangka
memahami atau merepresentasikan
lingkungannya pembentukan persepsi
melibatkan indra manusia seperti
penciuman, sentuhan, pendengaran dan
penglihatan. Namun persepsi itu sendiri
tidak berupa penerimaan pasif dari
signal-signal indra melainkan dibentuk
oleh pembelajaran, ingatan, ekspektasi
dan perhatian (Gregory, 1987 dalam
Ardianto, 2006).
Melalui persepsi individu dapat
menyadari, dapat mengerti tentang
keadaan diri individu yang bersangkutan.
Persepsi itu merupakan aktivitas yang
integrateed, maka seluruh apa yang ada
dalam diri individu seperti perasaan,
pengalaman, kemampuan berpikir,
kerangka acauan dan aspek-aspek lain
yang ada dalam diri individu masyarakat
akan ikut berperan dalam persepsi
tersebut (Walgito dalam Adrianto, 2006).
Faktor-faktor yang berpengaruh pada
persepsi adalah faktor internal: perasaan,
pengalaman, kemampuan berpikir,
motivasi dan kerangka acuan. Sedangkan
faktor eksternal adalah : stimulus itu
sendiri dan keadaan lingkungan dimana
persepsi itu berlangsung. Kejelasan
stimulus akan banyak berpengaruh pada
persepsi. Bila stimulus itu berwujud
benda-benda bukan manusia, maka
ketepatan persepsi lebih terletak pada
individu yang mengadakan persepsi
karena benda-benda yang dipersepsi
tersebut tidak ada usaha untuk
mempengaruhi yang mempersepsi.
6 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT
SENGAJA DIKOSONGKAN
© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973
ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP
Mengenai pengertian masyarakat
dalam kamus bahasa Inggris, masyarakat
disebut society asal katanya socius yang
berarti kawan. Arti yang lebih
khusus,bahwa masyarakat adalah
kesatuan sosial yang mempunyai
kehidupan jiwa seperti adanya ungkapan-
ungkapan jiwa rakyat, kehendak rakyat,
kesadaran masyarakat dan sebaginya.
Sedangkan jiwa masyarakat ini
merupakan potensi yang berasal dari
unsur-unsur masyarakat meliputi pranata,
status dan peranan sosial. Sehingga para
pakar sosiologi seperti Mac Iver, J.L
Gillin memberikan pengertian bahwa
masyarakat adalah kumpulan individu-
individu yang saling bergaul berinteraksi
karena mempunyai nilai-nilai, norma-
norma, cara-cara dan prosedur yang
merupakan kebutuhan bersama berupa
suatu sistem adat istiadat tertentu yang
bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu
identitas bersama (Musadun dalam
Adrianto, 2006). Sedangkan pemerintah
desa menurut UU No 06 tahun 2014
tentang desa dijelaskan sebagai
penyelenggara urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Berdasarkan
penjelasan tersebut maka persepsi
masyarakat dan pemerintah merupakan
rangkaian proses pengenalan, penilaian
atau aktifitas evaluasi emosional
terhadap suatu objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan cara menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan tersebut dengan
menggunakan media pendengaran,
pengelihatan, peraba dan sebagainya.
Metode Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Hanura
Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten
Pesawaran. Waktu penelitian ini berkisar
6 bulan antara Juni – Desember 2020.
Dengan melakukan tahapan pengambilan
data serta analisis data.
2. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian naturalistik
dengan metode induktif kualitatif.
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui penyebab terjadinya
perbedaan persepsi masyarakat dan
pemerintah desa terhadap desa pintar di
Desa Hanura. Penelitian ini dilakukan
dengan mengumpulkan informasi
mengenai pengetahuan desa pintar dan
penerapannya di Desa Hanura. penelitian
induktif merupakan penelitian yang
berdasarkan pada kejadian atau peristiwa
di lapangan yang kemudian dianalisis
untuk membentuk konsep baru. Adapun
tahapan yang dilakukan pada penelitian
ini yaitu: Penjelasan dari tahapan tahapan
penelitian tersebut antara lain:
7 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT
SENGAJA DIKOSONGKAN
© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973
ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP
Sumber : Setianingrum, 2018
Gambar 2 Bagan Tahapan Penelitian
1. Tahapan Grand Tour : bertujuan
untuk mengumpulkan informasi
awal mengenai topik penelitian.
Grand tour, atau pengamatan
menyeluruh bertujuan untuk
menemukan unit-unit keunikan
spasial dari suatu obyek keruangan
yang akan direncanakan
(Sudaryono, 2006).
2. Tahapan debriefing : proses
mengelompokkan informasi-
informasi yang didapatkan dari
grand tour ke dalam tema-tema
tertentu. Tema-tema yang
didapatkan kemudian dilaporkan
kepada eksternal auditor
(Setianingrum, 2018).
3. Tahapan Minitour merupakan
langkah lebih lanjut dari grand tour
untuk melakukan pendalaman pada
setiap unit-unit keunikan yang telah
terbangun (Sudaryono, 2016).
Tujuan dari mini tour adalah untuk
menemukan keunikan informasi dan
mendalami serta memperkaya tema-
tema penelitian yang telah
didapatkan dari tahap debriefing.
4. Tahapan Induksi : bertujuan
menyusun tema-tema berdasarkan
kategori unit-unit informasi.
5. Tahapan Penyusunan Kesimpulan :
Penyusunan kesimpulan dilakukan
setelah terbentuk konsep.
Kesimpulan pada penelitian ini
menyesuaikan pada konsep yang
terbentuk.
6. Tahapan in-member check : tahap
mengkonfirmasi ulang hasil
temuan-temuan penelitian kepada
narasumber yang sudah
diwawancarai sebelumnya.
7. Tahapan Eksternal Audit : berfungsi
untuk membantu peneliti menjaga
agar penelitiannya tetap memenuhi
kredibilitas (memastikan
keterlibatan langsung peneliti
8 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT
SENGAJA DIKOSONGKAN
© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973
ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP
dengan narasumber yang bertujuan
untuk memahami sudut pandang
narasumber dalam menanggapi
suatu peristiwa), dependabilitas,
dan konfirmabilitas (Setianingrum,
2018).
3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data
adalah teknik yang dilakukan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data.
Pengumpulan data dilakukan untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan
dalam rangka mencapai tujuan
penelitian. Dalam penyusunan tugas
akhir ini peneliti mengambil wilayah
penelitian di Desa Hanura, data yang
dibutuhkan merupakan data primer yang
mana pengumpulan data primer ini
diperoleh dengan metode wawancara
mendalam dan observasi.
4. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam
penelitian ini memiiki tiga tahap, yaitu:
1) induksi, 2) in-member check, dan 3)
external audit. Analisis dalam penelitian
ini berikat pada penelitian naturalistik,
dimana metode ilmiah yang mencoba
untuk mengetahui keadaan atau kondisi
yang sebenarnya. Tahap yang akan
ditempuh pada analisis data penelitian ini
adalah analisis induksi. Ada tiga tahap
analisis induksi yang harus dilakukan,
yaitu: 1) Kategorisasi, 2) reduksi eidetic,
3) abstraksi. Secara umum ketiga tahap
ini dilakukan dengan cara bersamaan
Pembahasan
Pada penelitian ini menggunakan tahap
induksi dan tahap induksi ini terbagi
menjadi dua tahap yaitu induksi emprikal
dan induksi intensional. Tahap induksi
empirikal dilakukan dengan cara
mengelompokkan unit unit informasi
yang didapatkan dari proses indepth
interview menjadi tema-tema empiris.
Pada penelitian ini terdapat 15 tema
empiris, yaitu : 1) Pengetahuan tentang
program desa pintar; 2) Peran teknologi
di Desa Hanura; 3) Optimisme Desa
Hanura dalam mewujudkan program
smart village; 4) Peran Masyarakat
Dalam Desa Pintar; 5) Prioritas dalam
menerapkan program smart village; 6)
Pola Pikir Masyarakat Terhadap Program
Desa Pintar; 7) Dukungan Pemerintah
Kepada Masyarakat; 8) Pelayanan Desa
Dalam Desa Pintar; 9) Partisipasi
Masyarakat Desa Hanura; 10) Jaringan
Internet Desa Hanura; 11) Program
Dalam Desa Pintar; 12) Permasalahan
Desa Hanura; 13) Pelatihan Desa
Hanura; 14) Manfaat Desa Pintar Untuk
Ekonomi Desa Hanura; 15) Cara
Pemerintah Desa Memasyarakatkan
Program Desa Pintar.
Tahap induksi selanjutnya yaitu
induksi intensional yang dalam penelitian
ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu
induksi tema menjadi sub-konsep dan
induksi sub konsep menjadi konsep serta
induksi konsep menjadi grand konsep.
Induksi intensional yang pertama
9 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT
SENGAJA DIKOSONGKAN
© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973
ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP
mereduksi 15 tema empiris ke dalam sub
konsep. Sub konsep dalam penelitian ini
terdiri atas 6 sub konsep. 6 sub konsep
hasil induksi intensional tahap pertama
adalah : 1) Deskripsi desa pintar menurut
masyarakat Desa Hanura; 2) Deskripsi
desa pintar menurut Pemerintah Desa
Hanura; 3) Fokus Pemerintah Desa
Hanura dalam merealisasikan desa
pintar; 4) Prioritas menurut masyarakat
Desa Hanura terhadap desa pintar; 5)
Proses perubahan tingkat pemahaman
desa pintar; dan 6) Pengetahuan yang
didapatkan dalam desa pintar. Berikut
merupakan gambar tabel induksi tema
empiris menjadi sub-konsep.
Sumber : Analisis, 2020
Gambar 3 Bagan Induksi Tema Empiris Menjadi Sub-Konsep
Keenam sub konsep yang terbentuk
kemudian direduksi pada analisis induksi
intensional tahap II dan menghasilkan
tiga konsep, yaitu: 1) Perbedaan desa
pintar menurut masyarakat Desa Hanura
dan Pemerintah desa Hanura; 2)
Perbedaan prioritas dalam
merealisasikan desa pintar menurut
masyarakat Desa Hanura dan Pemerintah
Desa Hanura; dan 3) Penyebab
perbedaan masyarakat Desa Hanura dan
Pemerintah Desa Hanura dalam
pandangan mengenai desa pintar. Berikut
merupakan gambar tabel induksi sub-
konsep menjadi konsep.
10 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT
SENGAJA DIKOSONGKAN
© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973
ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP
Sumber : Analisis, 2020
Gambar 4 Bagan Induksi Sub-Konsep Menjadi Konsep
Ketiga konsep yang terbentuk kemudian
kembali direduksi pada anlisis
intensional tahap III dengan
menghasilkan sebuah grand konsep,
yaitu : “Proses dan tingkat
pemahaman menyebabkan perbedaan
pandangan masyarakat Desa Hanura
dan pemeritnah Desa Hanura
terhadap desa pintar”. Berikut
merupakan gambar tabel induksi konsep
menjadi grand konsep.
Sumber : Analisis, 2020
Gambar 5 Bagan Induksi Konsep Menjadi Grand Konsep
Proses transfer perubahan dalam
membentuk pemahaman memang terjadi
pada narsumber, dimana untuk
masyarakat sangat dipengaruhi oleh
kemajuan teknologi dan pemerintah desa.
Teknologi yang dapat memberikan
informasi begitu cepat merubah
pemahaman masyarakat tentang des aitu
sendiri, dimana pengaruh kemajuan
teknologi yang berkembang saat ini
11 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT
SENGAJA DIKOSONGKAN
© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973
ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP
menyebabkan tejadinya perubahan di
Desa Hanura. Perubahan-perubahan ini
berpengaruh pada beberapa lini
kehidupan Desa Hanura baik dalam
pelayanan desa, sosial ekonomi
masyarakat dan transportasi yang ada di
Desa Hanura. Banyak narasumber yang
telah mengalami pengaruh akibat
kemajuan teknologi tersebut, salah satu
contohnya yaitu telah berkembang
sebuah jasa yang berbasis teknologi
informasi menawarkan sebuah jasa pesan
antar makanan di Desa Hanura. Jasa yang
memanfaatkan teknologi informasi ini
dianggap sangat membantu untuk waktu
sekarang karena dapat mempermudah
masyarakat yang sedang dalam kondisi
sibuk atau berhalangan untuk membeli
makanan sendiri.
Selain itu akibat kemajuan
teknologi ini membuat beberapa
pelayanan masyarakat desa bisa diakses
dari rumah dalam hal ini masyarakat
Desa Hanura telah dapat membuat surat
pengantar dan beberapa pelayanan lain
bisa diakses melalui rumah. Kemajuan
teknologi ini diharapkan dapat membuat
pemerintah desa dan masyarakat Desa
Hanura dapat bersinergi untuk kemajuan
Desa. Lebih lanjut perkembangan
teknologi ini juga mempengaruhi
beberapa kegiataan usaha kecil yang ada
di Desa Hanura, dimana masyarakat yang
memiliki usaha kecil ini mendapatkan
beberapa pelatihan dasar baik pelatihan
mengenai usahanya ataupun pelatihan
memanfaatkan teknologi informasi
dalam kegiataan usahanya. Selain itu
teknologi juga berpengaruh pada
pendidikan karena selain mendapatkan
materi dari guru siswa yang sedang
sekolah juga bisa mencari referensi lain
tentang materi yang sedang dipelajari.
Narasumber pada penelitian ini juga
merasakan bahwa teknologi berperan
penting pada informasi yang belum
didapatkan. Teknologi juga berperan
membentuk karakter masyarakat Desa
Hanura yang sebelumnya konsumtif
menjadi produktif, karena telah memiliki
tempat untuk menghasilkan dan tempat
yang bisa dijadikan sebuah hal yang
dapat bermanfaat. Proses perubahan yang
dialami oleh pemerintah desa mengenai
desa pintar juga dipengaruhi oleh
pandangan dari pemerintah Provinsi
Lampung. Dimana provinsi Lampung
dalam hal ini memberikan pemahaman
mengenai desa pintar dan capaian dari
desa pintar tersebuit.
Karena pengaruh dari
pemerintah provinsi tersebut yang
menginginkan Desa Hanura dapat
menjadi daearah perdesaan yang
memiliki sumber daya manusia yang
kreatif dan inovatif maka pemerintah
desa memiliki beberapa fokus yang ingin
diterapkan. fokus pemerintah juga
menyajikan sebuah transparansi tentang
pelayanan desa serta penyajian data desa.
12 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT
SENGAJA DIKOSONGKAN
© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973
ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP
Transparansi ini diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
melihat kinerja aparatur pemerintahan
serta juga untuk mengakses beberapa
data yang diperlukan. Nantinya
penyajian data ini akan selalu diperbarui
dengan menggunakan website yang dapat
menampung lalu lintas yang padat. Selain
itu juga pemerintah ingin meningkatkan
sistem pelayanan desa agar dapat lebih
mudah diakses oleh masyarakat secara
online. Fokus lain seperti penyediaan
fasilitas jaringan internet serta sebuah
program ekonomi yang menyasar para
pelaku usaha bernama enjoyfood hanura.
serta pelatihan kegiataan usaha maupun
pelatihan lain yang menyasar pemuda
desa.
Penjelasan diatas juga
menggambarkan tentang adanya
pembentukan pola pikir masyarakat Desa
Hanura. Masyarakat dapat
memanfaatkan kemjuan teknologi dalam
kegiataan sehari-hari baik sosial maupun
ekonomi. Teknologi sekarang bukan
hanya sebagai sarana hiburan namun
menjadi sebuah kebutuhan karena
dampak yang dihasilkan. Dan juga
manfaat yang dapat dicapai oleh
penggunanya lebih luas. Perubahan ini
diharapkan menjadi sebuah awal untuk
perkembangan desa pintar karena
masyarakat dapat memanfaatkan
teknologi dengan baik diberbagai lini
kehidupan sehingga mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
itu sendiri. Selain itu juga dijelaskan oleh
pemerintah desa bahwa nantinya dengan
adanya desa pintar ini pola pikir
masyarakat dapat berubah ke arah yang
lebih baik lebih kreatif dan menjadi
masyarakat cerdas.
Berdasarkan pandangan
masyarakat sebagai narasumber konsep
desa pintar merupakan desa berbasis
teknologi terutama dalam bidang internet
yang dapat mempermudah dalam
memperoleh informasi dan membuat
desa dapat mandiri dalam memenuhi
kebutuhan masyarakatnya. Sedangkan
menurut pandangan pemerintah desa
desa pintar merupakan desa yang dapat
mengelola dan menyelesaikan masalah
dengan sumber daya yang dimiliki dan
bisa dirasakan oleh masyarakat luas dan
dapat merubah pola pikir lebih maju lagi.
Desa pintar menurut pemerintah desa
menitik beratkan kepada bagaimana desa
dapat memiliki sumber daya manusia
yang cerdas yang memiliki sebuah
pemikiran yang kreatif. Sedangkan
pemerintah sebagai fasilitator yang
menyediakan segala fasilitas mengenai
kebuituhan masyarakatnya, baik
kebutuhan perizinan maupun yang lain.
Proses perubahan dan tingkat
pemahaman yang didapatkan dalam desa
pintar ini memang sangat mempengaruhi
pandangan mereka terhadap desa pintar
itu sendiri.
13 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT
SENGAJA DIKOSONGKAN
© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973
ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP
Kesimpulan
Setelah mengidentifikasi
persepsi dari masyarakat dan Pemerintah
Desa Hanura terdapat beberapa
perbedaan pandangan mengenai desa
pintar tersebut. Didapatkan bahwa
perbedaan ini disebabkan oleh proses dan
pengetahuan yang didapatkan dimana
masyarakat mengalami proses dengan
pengalaman memanfaatkan teknologi
dan dari pemerintah desa itu sendiri
sedangkan pemerintah desa mendapatkan
proses dengan edukasi dari pemerintah
Provinsi Lampung. Kesimpulan dari
penelitian ini yaitu terbentuknya satu
grand konsep mengenai penyebab
perbedaan persepsi tersebut. Grand
konsep yang terbentuk yaitu “Proses
transfer dan tingkat pemahaman yang
didapatkan menimbulkan perbedaan
persepsi masyarakat desa dan
Pemerintah Desa Hanura terhadap
desa pintar”.
Adanya proses transfer ini
karena sosialisasi yang dilakukan
terhadap pemerintah desa dan
masyarakat berbeda, dimana pemerintah
desa mendapatkan sosialisasi secara
langsung dari pemerintah provinsi.
Sedangkan masyarakat desa
mendapatkan sosialisasi dari pemerintah
desa, namun sosialisasi ini menurut
narasumber tidak terlalu maksimal
karena hanya beberapa masyarakat saja
yang mengetahui tentang desa pintar ini.
Proses transfer inilah yang menyebabkan
adanya perbedaan tingkat pemahaman
yang terjadi dilihat dari perbedaan
persepsi antara masyarakat dan
pemerintah desa tentang desa pintar.
Daftar Pustaka
Agusta, I. (2007). Indonesia dalam
Pertautan Budaya Pembangunan
dan Budaya Warga Desa.
WACANA, VOL. 9 NO. 2, 135-
153.
Amri, A (2018). Desa Hanura
Kembangkan UMKM Melalui
Program Dana Gadis at
:https://www.lampost.co/berita-
desa-hanura-kembangkan-
umkm-melalui-program-dana-
gadis.html. Diakses pada tanggal
8 November 2019.
Ardianto, B. (2006). Persepsi dan
Partisipasi Masyarakat Terhadap
Pembangunan Prasarana Dasar
Permukiman Yang Bertumpu
Pada Swadaya Masyarakat di
Kota Magelang (Skripsi).
Semarang : Universitas
Diponegoro.
Aziz, Wibowo (2018), Pengembangan
Sustainable Smart Village di
Desa Loram Wetan. Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia at :
http://ipsk.lipi.go.id/index.php/k
olom-peneliti/kolom-
politik/658pengembanga n-
sustainable-smart-village-di-
14 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT
SENGAJA DIKOSONGKAN
© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973
ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP
desa-loram-wetan Dikases
pada tanggal 1 oktober 2019.
Badan Pusat Statistik Kabupaten
Pesawaran. (2018). Kecamatan
Teluk Pandan Dalam Angka
2018. Pesawaran: BPS
Kabupaten Pesawaran.
Barru, V.P. Junaedi, A. Herwangi. dkk
(2019). Tahap Pengembangan
Smart Kampung di Desa
Ketapang Kabupaten
Banyuwangi. Jurnal Planoeart.
Volume 4 No 2 Hal 68-80
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa Provinsi Lampung. (2018).
Indeks Desa Membangun
Provinsi Lampung 2018. Bandar
Lampung: DPMD Provinsi
Lampung
Eva Nurjanah, T. Y. (2018). Tingkat
Urbanisasi dan Ciri Wilayah
Perkotaan di Kabupaten
Pringsewu. Jurnal Pendidikan,
1-11.
Herdiana, D. (2019). Pengembangan
Konsep Smart Village bagi Desa-
Desa di Indonesia. IPTEK-KOM,
Vol. 21, 1-16.
KIP TIM. (2018). Komisi Informasi
Provinsi Lampung Tunjuk Desa
Hanura Sebagai Desa
Memiliki Keterbukaan Informasi
at:
https://komisiinformasi.lampung
prov.go.id/berita/berita-
kegiatan/komisi informasi-
Provinsi-lampung-tunjuk-desa-
hanura-sebagai-desa-memiliki-
keterbukaan-informasi. Diakses
pada tanggal 11 Desember 2019
Laksanawan, I. (2014). Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat Desa
melalui ICT Berbasis Cloud
System Dengan E-Desa. Jakarta.
McGlynn, D. (2018). EU Rural Review
26 smart village: Revitalising
Rural Services. Diakses dari
https://enrd.ec.europa.eu/sites/en
rd/files/enrd_publications/publi-
enrd-rr26-2018-en.pdf tanggal
14 oktober 2020
Nasution. (2003). Metode Penelitian
Naturalistik Kualitatif. Bandung:
Tarsito.
Pemerintah Indonesia. 2014. Undang-
Undang Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Desa. Lembaran RI Tahun 2014
Nomor 7. Jakarta: Sekertariat
Negara
Pemerintah Indonesia. 2016. Peraturan
Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2016.
Jakarta: Kemendes PDTT
Pemerintah Indonesia. 2017. Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun
2017Tentang Standar Pelayanan
15 JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT
SENGAJA DIKOSONGKAN
© 2017 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973
ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP
Minimal Desa. Jakarta:
Mendagri
Pemerintah Kabupaten Pesawaran. 2012.
Peraturan Daerah Nomor 4
Tahun 2012 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Pesawaran Tahun 2011-2031.
Gedong Tataan: Sekertaris
Daerah Kabupaten Pesawaran
Purwanto, A. Permadi, D. (2019). Desa
Cerdas : Transformasi
Kebijakan dan Pembangunan
Desa Merespon Era Revolusi
Industri 4.0. Yogyakarta: UGM.
Pusat Kajian Desentralisasi dan Otonomi
Daerah Lembaga Administrasi
Negara. (2018). Pengembangan
Model Desa Cerdas. Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara.
Rachmawati, R. (2018). Pengembangan
Smart Village Untuk Penguat
Smart City dan Smart Regency.
Jurnal Sistem Cerdas 2018
Volume 01, 12-18.
Rahadi, D. R. (2016). Model
Pengembangan Kampung
sebagai Desa Inovatif (Studi
Kasus Kota Palembang).
Manajemen Bisnis, 1-9.
S.Wisni Septiarti, W. (2007).
Pengembangan Masyarakat Desa
Tertinggal. Pengembangan
Masyarakat Desa, 1-17.
Setianingrum, L. (2018). Keluarga
Dongkelan Sebagai Kesadaran
Transendental Keberadaan dan
Keberlanjutan Elemen-elemen
Inti Tata Ruang (Tesis).
Yogyakarta: UGM.
Sudaryono. (2006). PARADIGMA
LOKALISME DALAM
PERENCANAAN SPASIAL.
Jurnal Perencanaan Wilayah
dan Kota, 28-38.
Tia Subekti, R. D. (2019). Penerapan
Model Smart Village dalam
Pengembangan Desa Wisata:
Studi pada Desa Wisata Boon
Pring Sanankerto Turen
Kabupaten Malang. Journal of
Public Administration and
Governanc Governance , 18-28.
Viswanadham dan Vedula. (2010).
Design of Smart Villages.
Hyderabad: Indian School of
Business.
_________. (2016). Hanura Raih Juara I
Lomba Desa Tingkat Provinsi
Lampung Tahun 2016 at:
http://www.pesawarankab.go.id/
informasi-159-hanura-raih-
juara-i-l lomba-desa-tingkat-
provinsi-lampung-tahun-
2016.html. Diakses pada 11
Desember 2019