Post on 30-May-2019
Peningkatan Nilai Tukar Petani.....
199
PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI MELALUI
INTENSIFIKASI TANAMAN PADI SAWAH
DI KABUPATEN TOLITOLI
IMPROVED EXCHANGE RATE FARMERS THROUGH RICE FIELD CROP
INTENSIFICATION IN TOLITOLI
Hasia Marto & Nursida K Bantilan,
Email. hasiamarto@ymail.com
Badan Diklat Litbang Kabupaten Tolitoli. Sulawesi Tengah Kode Post 9451
ABSTRACT
Farmer Trade Rate (NTP) is a comparison of the price index received by farmers at the price
paid by farmers, is one indicator measure the welfare of farmers. NTP analysis in general has
been conducted in various regions but the specific NTP Anesthesia of Rice Fields has not
been studied in Indonesia including in Central Sulawesi, which only counts NTP food crops
with the acquisition of NTP <100. The purpose of this study is to know and analyze (a) factor
cost of seed, fertilizer, pesticide, labor wage, clothing, board, health, education, food,
acceptance and use of fertilizer applied to Farmer Farmer Value, (b) Farmer Value of
Farmer by applying intensification system of paddy rice, (c) Differences in NTP of paddy field
of organic and inorganic fertilizer users The type of this research is descriptive quantitative
approach, do in 2015 until 2016. The sample of 234 farmers of the total 4600 rice farmer
population in Tolitoli using Slovenian formula. The results showed that all the factors studied
had significant effect on NTP, except the cost of pesticide and health. The value of NTP by
using organic fertilizer 116.73 so that farmers classified prosperous. Be found significant
difference between the value of NTP using organic fertilizer with an-organic (116.73 >
113.18).
Keywords: Farmers Exchange Rate, Agricultural Intensification, Organic Fertilizer
ABSTRAK
Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan perbadingan indeks harga yang diterima petani dengan
harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator mengukur kesejahteraan petani.
Analisis NTP secara umum telah dilakukan di berbagai daerah namun anasilis NTP khusus
Padi Sawah belum ada yang meneliti di Indonesia termasuk di Sulawesi Tengah, yang ada
hanya menghitung NTP tanaman pangan dengan perolehan NTP < 100. Tujuan penelitian ini,
mengetahui dan menganalisis (a) faktor biaya bibit, pupuk, pestisida, upah kerja, sandang,
papan, kesehatan, pendidikan, pangan, penerimaan dan penggunaan pupuk yang digunakan
terhadap Nilai Tukar Petani (NTP), (b) Besar Nilai Tukar Petani dengan menerapkan sistem
intensifikasi pertanian padi sawah, (c) Perbedaan NTP padi sawah pengguna pupuk organik
dan an-organik. Jenis penelitian ini deskriktif pendekatan kuantitatif, dilakukam pada tahun
2015 sampai 2016. Sampel penelitian 234 orang petani dari total 4600 populasi petani padi
sawah di Kabupaten Tolitoli menggunakan rumus Sloven. Hasil penelitian menunjukkan
Semua faktor yang diteliti berpengaruh nyata dan signifikan terhadap NTP, kecuali biaya
Peningkatan Nilai Tukar Petani.....
200
pestisida dan kesehatan. Besarnya nilai NTP dengan menggunakan pupuk organik 116.73
sehingga petani tergolong sejahtera. Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai NTP
yang menggunakan pupuk organik dengan an-organik (116.73>113.18).
Kata kunci: Nilai Tukar Petani, Intensifikasi Pertanian, Pupuk Organik
PENDAHULUAN
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor atau lapangan usaha pendukung
perekonomian Indonesia. Berdasarkan hasil sensus pertanian (ST) 2013 oleh Badan Pusat
Statistik (BPS: 2013) mencatat bahwa kontribusi sektor pertanian selama sepuluh tahun
terakhir mengalami penurunan dan menempati peringkat ketiga setelah sektor industri
pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Dalam pembangunan nasional
peranan sektor pertanian antara lain sebagai penyedia kebutuhan pangan pokok, pembentuk
devisa (melalui ekspor), dan penampung tenaga kerja khususnya di daerah pedesaan.
Target pembangunan pertanian pusat / nasional, yakni: pencapaian swasembada
pangan dan swasembada berkelanjutan, peningkatan diversifikasi pangan, peningkatan nilai
tambah, daya saing, ekspor, dan peningkatan kesejahteraan petani.
Sektor pertanian padi sawah merupakan sektor yang menentukan perekonomian di
Indonesia demikian halnya di Kabupaten Tolitoli, karena sebagian besar mempunyai mata
pencaharian dengan bercocok tanam (profil daerah Kabupaten Tolitoli, 2014). Kebijakan
pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan petani mempunyai arti yang sangat strategis.
Salah satu alat ukur daya beli petani yang mencerminkan tingkat kesejahteraan petani, telah
dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan diformulasikan dalam bentuk Nilai
Tukar Petani (NTP), indeks NTP merupakan salah satu indikator yang dipakai untuk
mengukur nilai tukar produk yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam
berproduksi dan mengkonsumsi barang dan jasa untuk keperluan rumah tangga. NTP
berdampak ganda (Supriyati et al., 2001) tidak saja dalam peningkatan partisipasi petani dan
produksi dalam menggairahkan perekonomian pedesaan, penciptaan lapangan pekerjaan di
pedesaan dan menumbuhkan permintaan produk nonpertanian, tetapi juga diharapkan akan
mampu mengurangi perbedaan (menciptakan keseimbangan) pembangunan antar daerah
(desa-kota), maupun antar wilayah serta optimalisasi sumber daya nasional. Upaya
peningkatan NTP telah dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yakni
melalui subsidi pupuk, penyuluhan, dan juga pemberian modal. Namun semua itu belum
dapat meningkatkan NTP sesuai yang diharapkan.
Kajian tentang NTP telah dilakukan
Orientasi pembangunan pertanian ke arah perbaikan kesejahteraan petani, maka sangat
relevan untuk mengkaji nilai tukar petani (NTP) sebagai salah satu indikator tingkat
kesejahteraan petani dan keadaan perekonomian pedesaan serta usaha-usaha perbaikan NTP.
(Setiani, et al, 2007). Nilai Tukar Petani (NTP) ditafsirkan sebagai penanda (indikator)
kesejahteraan petani. Konsep pengukuran NTP memang amat sederhana, diukur sebagai rasio
indeks harga yang diterima dan indeks harga yang dibayar petani, sehingga mudah dipahami
masyarakat umum. NTP sama dengan perbandingan indeks harga yang di terima petani
dengan indeks harga yang dibayar petani artinya indeks yang diterima petani (it) dengan
indeks harga yang dibayar petani di daerah pedesaan (ib). Hubungan NTP dengan tingkat
Peningkatan Nilai Tukar Petani.....
201
kesejahteraan petani sebagai produsen secara nyata terlihat pada posisi (it) yang berada pada
pembilang (enumator) dari angka NTP. Apabila harga produk pertanian naik, dengan asumsi
volume produksi tidak berkurang, maka penerimaan atau pendapatan petani dari hasil
panennya juga akan bertambah. Perkembangan harga yang ditunjukan itu merupakan sebuah
indikator tingkat kesejahteraan petani produsen dari sisi pendapatan.
Oleh karena itu untuk melihat tingkat kesejahteraan petani secara utuh perlu juga
dilihat sisi yang lain yaitu perkembangan jumlah pengeluaran/pembelanjaan, baik untuk
kebutuhan konsumsi maupun produksi, petani sebagai produsen dan juga sebagai konsumen
dihadapkan pada pilihan dalam mengalokasikan pendapatannya, yaitu pertama untuk memenuhi
kebutuhan pokok (konsumsi) demi kelangsungan hidup petani beserta keluargannya. Kedua
pengeluaran untuk produksi pertanian yang merupakan ladang penghidupannya yang mencakup
biaya operasional produksi dan investasi dan pembentukan pasar modal. Untuk ini hanya
mungkin dilakukan apabila kebutuhan pokok petani telah terpenuhi, dengan demikian investasi
dan pembentukan barang modal merupakan faktor penentu bagi tingkat kesejahteraan petani
ditinjau dari NTP.
NTP dapat digunakan sebagai: (1) alat ukur kesejahteraan petani, (2) alat ukur daya
beli petani, (3) penentu harga yang diterima dan penentu harga yang dibayarkan petani. Alat
ukur daya beli petani selintas dapat menunjukkan tingkat kesejahteraannya dirumuskan dalam
bentuk Nilai Tukar Petani (NTP) yang terbentuk oleh keterkaitan yang kompleks dari suatu
sistem pembentuk harga, baik yang harga yang diterima maupun harga yang dibayar petani.
Tingkat kesejahteraan petani yang dipublikasikan oleh badan Pusat Statistik (BPS)
diformulasikan dalam bentuk Nilai Tukar Petani (NTP). Istilah nilai tukar sesungguhnya
mempunyai arti yang luas. Secara umum nilai tukar dapat digolongkan dalam empat
kelompok (Ruauw. E 2010 ), yaitu: (a) Nilai tukar Barter (Barter Terms of Trade), (b) Nilai
Tukar Faktorial (Factorial Term of Trade), (c) Nilai Tukar Pendapatan (IncomeTerms of
Trade) dan (d) Nilai Tukar Petani (Farmers Term of Trade). (Setiani, et al, 2007)
Berdasarkan data Dinas tanaman pangan dan holtikulturan kabupaten Tolitoli 2015
NTP bulan Mei 2015 terjadi penurunan untuk sektor tanaman pangan, holtikultura, dan
perkebunan rakyat. NTP tanaman pangan turun sebesar 3,44 persen, penurunan tajam NTP
tanaman pangan dari 100,80 menjadi 97,33 disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima
oleh kelompok petani padi sawah. Selanjutnya dituliskan bahwa periode waktu antara panen
dan musim gadu (kemarau) menjadi periode transisi bagi petani.
Selanjutnya secara khusus NTP tanaman pangan di Kabupaten Tolitoli bulan
Nopember 2014 mencapai 98,71. Angka ini masih digolongkan belum mencapai tingkat
kesejahteraan petani yang dimaksud (BPS, 2014), hal ini sejalan berdasarkan hasil sensus
pertanian (2013) bahwa kontribusi sektor pertanian mengalami penurunan.
Kajian tentang NTP telah banyak dilakukan di daerah lain bahkan di luar negeri,
peningkatan NTP merupakan penanda dari kesejahteraan petani, namun peningkatan NTP
dengan menggunakan pupuk organik belum pernah dilakukan. Sehingga Intensifikasi
pertanian dengan menggunakan pupuk organik dijadikan pilihan guna meningkatkan NTP,
karena sebagian besar masyarakat di kabupaten Tolitoli merupakan masyarakat agraris yang
berbasis pada sektor pertanian. Maka perlu kajian secara mendalam tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi NTP, besarnya kenaikan NTP dengan insentifikasi menggunakan pupuk
organik, dan mengetahui perbedaan NTP pengguna pupuk organik dan an-organik di
Kabupaten Tolitoli.
Peningkatan Nilai Tukar Petani.....
202
METODE
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Tolitoli yang terdiri dari 3 Kecamatan yaitu
Kecamatan Galang, Kecamatan Tolitoli Utara dan Kecamatan Dampal Selatan. Ketiga
kecamatan ini dipilih karena merupakan sentra produksi tanaman padi sawah di kabupaten
Tolitoli, letak geografis ketiga kecamatan tersebut masing-masing, Dampal Selatan berbatasan
dengan Kabupaten Donggala, Tolitoli Utara berbatasan dengan Kabupaten Buol, dan
Kecamatan Galang terletak pada bagian tengah wilayah kabupaten Tolitoli. Penelitian ini
direncanakan akan dilaksanakan pada musim tanam tahun 2015 – 2016 selama 3 kali musim
panen.
Jumlah populasi 4600 petani padi sawah baik yang menggunakan pupuk organik
ataupun non organik. responden yang akan dijadikan sampel sebanyak 117 orang untuk petani
padi sawah (diberi treatment dengan menggunakan pupuk organik) dan 117 orang petani padi
sawah yang menggunakan pupuk an-organik, pengambilan sampel dengan menggunakan
rumus Slovin (Robert Asnawi., 2014), sebagai berikut:
Dimana
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e : batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Dalam pengambilan sampel ini menetapkan batas toleransi kesalahan (error tolerance)
sebesar 0,15 (e =15%) untuk tiap-tiap kecamatan.
Penelitian ini menggunakan data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung
terhadap responden dan skunder data yang di peroleh dari literature pendukung lainnya. Data
dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner, wawancara, observasi/pengamatan dan
dokumentasi serta data sekunder yang ada di kelompok tani. Pengamatan pada proses
produksi digunakan untuk mencocokan kebenaran data yang telah diberikan atau diperoleh
sebelumnya. Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi umum
selama proses produksi sesuai dalam ketentuan sapta usaha tani yang dipilih sebagai sampel.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi data panel.
dengan menggunakan cross section dummy variabel (dummy wilayah) yang menjadi sampel
penelitian untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap NTP. Jika NTP < 100
menurun, NTP = 100 impas, NTP>100 surplus.
Estimasi terhadap hubungan satu variabel dependen dengan dua variabel independen dengan
rumus umum: Y = a + bDi +
Dituliskan kembali dengan belas variable independen sebagai berikut:
Y = ao + b1 X1 + b2 X2 +…+b11 X 11D
Keterangan :
Y : Nilai Tukar Petani
X1 : biaya bibit
X2 : biaya pupuk
X3 : biaya pestisida
X4 : biaya upah kerja
Peningkatan Nilai Tukar Petani.....
203
X5 : biaya sandang
X6 : biaya papan
X7 : biaya kesehatan
X8 : biaya pendidikan
X9 : biaya pangan
X10 : biaya penerimaan petani
X11 : penggunaan pupuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil data skunder, petani di kabupaten Tolitoli dikelompokkan
berdasarkan kemampuan kelompok tani, pembagian kelas kemampuan kelompok tani per 1
Januari 2016 data dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura dari 10 kecamatan.
Pembagian tersebut yakni, pemula sebanyak 948 kelompok, lanjut 232 kelompok, madya 25
kelompok, dan utama tidak ada di kabupaten Tolitoli. Jumlah petani yang ada di kabupaten
Tolitoli sebanyak 26.283 dengan jumlah gapoktan sebanyak 91 kelompok. Berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dokumentasi dan penyebaran angket
kepada subjek penelitian yang terdapat di kecamatan Tolitoli Utara sebanyak 34 orang,
Galang 43 orang, dan Dampal Selatan 40 orang petani dengan jumlah subjek 234 orang, 117
orang menggunakan pupuk organik dan 117 orang pengguna pupuk an-organik. Analisis
faktor yang berpengaruh terhadap kenaikan NTP di kabupaten Tolitoli disajikan dalam tabel
berikut:
No Variabel Symbol Koefisien regresi (b) T hitung Probability (𝜌) 1 Intercept A 146 6.382 003
2 Bibit X1 227 2.240 .016
3 Pupuk X2 244 2.219 .024
4 Pestisida X3 -153 .896 .371
5 Upah kerja X4 388 2.415 .017
6 Sandang X5 427 2.652 .009
7 Papan X6 276 2.706 .007
8 Kesehatan X7 -195 1.093 .276
9 Pendidikan X8 147 2.822 .012
10 Pangan X9 409 5.631 .009
11 Penerimaan X10 3.297 9.746 .000
12 Dummy X11 509 4.188 .000
R = 0.893
R2
= 0.797
F hitung = 22.02
F Tabel =1.8319
T Tabel =1.9707
Hasil analisis diperoleh nilai F hitung sebesar 22.02. sedangkan nilai F Tabel dengan nilai
1.832 dengan derajat kebebasan (df) residual (sisa) 222 dan df regression (perlakuan) 11,
Peningkatan Nilai Tukar Petani.....
204
probability (𝜌) 0.000. Karena F hitung (22.02) > F Tabel (1.832). dengan nilai probability (𝜌) 0.000 < 0.05 itu berarti probabilitas 0.000 < 0.05 maka Ho diTolak dan H1 diterima. Dengan
demikian maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen (Xi) yaitu terdiri dari biaya
bibit (X1), biaya pupuk (X2), biaya pestisida (X3), biaya upah kerja (X4), biaya sandang (X5),
biaya papan (X6), biaya kesehatan (X7), biaya pendidikan (X8), biaya pangan (X9),
penerimaan (X10). Pupuk yang digunakan (X11), berpengaruh nyata terhadap variabel
dependen (Y) yaitu NTP di Kabupaten Tolitoli dengan taraf signifikan 95%. kesimpulannya
model regresi dapat dipakai untuk memprediksi Nilai Tukar Petani (NTP) di Kabupaten
Tolitoli. Estimasi persamaan linear berganda sebagai berikut:
Y = 0.146 + 0.227X1 + 0.224X2 - 153X3 + 0.388X4 + 0.427X5 + 0.276X6 - 0.195 X7 + 0.147
X8 + 0.409 X9 + 3.297 X10 + 0.509X11
Persamaan estimasi besarnya pengaruh variabel independen (Xi) terhadap variabel
dependen (y) yang ditunjukkan oleh besarnya nilai koefisien regresi ada tabel diperoleh nilai
konstanta sebesar 0.146 dari persamaan faktor yang mempengaruhi NTP di Kabupaten
Tolitoli, artinya bahwa bila faktor independen (Xi) tidak mengalami peningkatan atau sama
dengan nol maka produksi padi sawah di Kabupaten Tolitoli sebesar 0.146ton/ha. Hasil
analisis penggunaan pupuk organik tanotec terhadap kenaikan NTP menunjukkan nilai
sebesar 0.509 artinya NTP dapat di tuliskan kembali persamaan regresi linier dengan variabel
dummy sebagai berikut:
Y=0.146 + 0,509D
Keterangan D = 0 diartikan pengguna pupuk an-organik
D = 1 diartikan pengguna pupuk organik tanotec
Hasil analisis menunjukkan NTP tanpa menggunakan pupuk an-organik dipredisi
Y = 0.145 + 0.509(0) = 0.145
jika menggunakan pupuk organik tanotec dapat dituliskan kembali persamaan:
Y = 0,145 + 0.509(1) = 0.664
Rata-rata NTP setiap musim panen adalah: Jika D = 1 maka diprediksi nilai NTP mengalami
kenaikkan sebesar 0.509 diartikan lebih tinggi NTPnya dibanding pengguna pupuk an-organik
di Kabupaten Tolitoli Penelitian ini sejalan hasil penelitian Hendayana (2001) yang
melaporkan bahwa secara umum faktor yang tidak berpengaruh terhadap peningkatan NTP
adalah faktor konsumsi non pangan seperti faktor sandang dan kesehatan, berbeda dengan
Simatupang (2007) bahwa kenaikan NTP sangat di pengaruhi oleh faktor pendapatan riil
petani. Hal ini sejalan hasil penelitian yang dilakukan Faqita (2016) melaporkan dalam
meningkatkan NTP disentra produksi sawah dengan menggunakan pupuk organik, pendapat
berbeda di kemukakan oleh Tirza (2013), menyatakan bahwa kenaikan NTP dapat di tentukan
oleh harga beras dan hasil produksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan NTP melalui sistem sapta usaha dengan penggunaan pupuk
organik di Kabupaten Tolitoli. Tingginya NTP yang di terima petani dengan menerapkan
intensifikasi sapta usaha padi sawah melalui penggunaan pupuk organik tanotec dapat
meningkatkan pendapatan petani.
Hasil peelitian ini juga didukung hasil penelitian May (2013) melaporkan bahwa
secara umum faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan NTP adalah faktor faktor
produksi dan juga faktor harga jual gabah kering yang rendah. Hal ini didukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Budi (2015) yang menyebabkan menurunnya NTP disebabkan
Peningkatan Nilai Tukar Petani.....
205
oleh faktor rendahnya hasil produksi pertanian yang ada di sebagian wilayah Indonesia. Ini
dapat dimaknai bahwa hasil produksi berpengaruh terhadap peningkatan NTP.
Penelitian ini menunjukkan bahwa biaya bibit, pupuk, pestisida, upah kerja, papan,
sandang, kesehatan, pendidikan, pangan, penerimaan petani dan pupuk yang digunakan
berpengaruh terhadap NTP. Penerimaan petani dipengaruhi oleh harga jual. harga jual beras
yang dihasilkan memiliki nilai jual lebih tinggi karena memiliki citra rasa yang baik dan juga
aman dari unsur kimia yang membahayakan tubuh. Hasil empirik ini mendukung teori bahwa
produk organik sehat dan aman di konsumsi karena beberapa atribut yang dimilikinya
misalnya tidak mengandung zat kimia, kualitas rasa, fres, penampilan, nutrisi dan keamanan
(Paul dan Rana, 2012) dan kesehatan (Sandalidou et all, 2003).
selama 3 kali musim panen di Kabupaten Tolitoli perkembangan NTP mengalami
peningkatan. Kenaikan NTP pengguna pupuk organik tanotec sebesar 2.84, dimana panen
sebelumnya pada tahun 2015 perolehan NTP 113.89 (Dinas Tanaman Pangan Tolitoli, 2015)
yang dijadikan harga dasar mengalami kenaikan pada panen berikutnya yakni 116.73.
Kenaikan NTP di Kabupaten Tolitoli tidak terlepas dari kenaikan hasil produksi yang
diperoleh petani setelah menggunakan pupuk organik tanotec, selain itu kenaikan NTP juga di
tunjang dengan kenaikan harga beras organik. Rata-rata harga beras organik Rp.9000/kg jika
dijual langsung dari penggilingan, tetapi jika petani menjual sendiri pada konsumen harga
beras organik dapat mencapai harga Rp 15000/kg, sedangkan harga beras pengguna pupuk an-
organik Rp 6500/kg.
Hal ini sejalan dengan hasil analisis BPS (2013) yang digunakan sebagai RPJMN
2015-2019 yang mendefinisikan dan memberi arti NTP > 100 berarti petani mengalami
surplus, harga produksinya naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsi dan biaya produksi,
pendapatan petani lebih baik dibandingkan tingkat pengeluarannya. Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian yang di lakukan Robet (2014) melaporkan hasil perolehan nilai
NTP 107.76 juga dinyatakan surplus meskipun tanpa menggunakan pupuk organik, namun
demikian jika di bandingkan dengan hasil penelitian ini maka terjadi perbedaan perolehan
NTP petani padi sawah. Kenaikan NTP padi sawah di Kabupaten Tolitoli dengan
menggunakan pupuk organik, sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Heryawan
(2016) yang menyatakan bahwa salah satu usaha pemerintah dalam meningkatkan NTP yakni
melalui pemanfaatan pupuk organik. Hal ini juga di dukung oleh hasil penelitian Syam (2008)
yang melaporkan bahwa pupuk organik ramah lingkungan sekaligus dapat meningkatkan
produksi beras organik. Pendapat yang berbeda dikemukakan Saripto (2015) yang
menyatakan bahwa kenaikan NTP merupakan penanda peningkatan perekonomian petani.
Dari hasil analisis tentang NTP dapat peneliti simpulkan, bahwa penerapan
intensifikasi pertanian dengan menggunakan pupuk organik tanotec merupakan salah satu
strategi pemerintah untuk dapat meningkatkan NTP padi sawah di Kabupaten Tolitoli. Hal ini
mendukung teori yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan produksi beras diperlukan
suatu strategi, Mokuwa, at all (2013). Juga pemilihan bibit, Jhun at all (2016).
Peningkatan Nilai Tukar Petani.....
206
NTP dengan menerapkan intensifikasi pertanian dengan menggunakan pupuk organik
tanotec dikategorikan surplus dan mengalami peningkatan, berdasarkan hasil analisis dari
masing-masing Kecamatan diperoleh NTP 116,73.
Gambaran NTP padi sawah diKabupaten Tolitoli dengan jumlah responden 234 orang
petani yang menyebar di tiga Kecamatan yang ada di Kabupaten Tolitoli, Hal ini didukung
hasil analisis uji hipotesis menunjukkan nilai F hitung 72.57 > FTabel 19.491 dan sig (2Tailed)
0.000 < 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara NTP
pengguna pupuk organik dan NTP pengguna pupuk an-organik di Kabupaten Tolitoli.
berdasarkan data tersebut dapat dimaknai bahwa, menggunakan pupuk organik lebih baik
dibanding dengan penggunaan pupuk an-organik pada tanaman padi sawah di Kabupaten
Tolitoli. Dengan demikian menggunakan pupuk organik tanotec merupakan salah satu strategi
pemerintah untuk meningkatkan produksi padi sawah.
Hasil penelitian ini mendukung teori Jhun (2016), yang melaporkan bahwa salah satu
upaya untuk meningkatkan produksi padi adalah dengan menggunakan strategi yang tepat.
Penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan produksi beras dan sekaligus ramah
lingkungan (Syam 2008), meningkatkan harga jual yang tinggi dalam arti memiliki harga
premium (Owusu dan Anifori, 2013), meningkatkan penerimaan petani (Ruauw 2010).
Selain itu pendapat yang berbeda tentang karakteristik beras organik antara lain
produk yang sehat (Paul dan Rana, 2012; Lea dan Worsley, 2005), cita rasa (Paul dan Rana,
2012; Krystallis dan Cryssohoidis, 2005; Lea dan Worsley, 2005),; aman dikonsumsi (Paul
dan Rana, 2012), diproses secara alami (Chen, 2009; Jhun, 2016), Bebas bahan kimia sintetis
(Mesias Diaz et all, 2012; Owusu dan Anifori, 2013), aroma yang khas (Krystallis dan
Crysshoidis, 2005).
115,81
117,53116,84 116,73
112,96
113,81
112,76113,18
Tolitoli Utara Galang Dampal Selatan Kab. Tolitoli
Perbedaan NTP Organik Dan An-Organik
NTP organik NTP An-organik
Hasil Analisis NTP di Kabupaten Tolitoli
Peningkatan Nilai Tukar Petani.....
207
KESIMPULAN
Semua faktor yang diteliti berpengaruh nyata dan signifikan terhadap NTP, kecuali
biaya pestisida dan kesehatan. Besarnya nilai NTP dengan menggunakan pupuk organik
116.73 sehingga petani tergolong sejahtera Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai
NTP yang menggunakan pupuk organik dengan an-organik (116.73>113.18).
SARAN
Pemerintah daerah Kabupaten Tolitoli: agar kiranya dapat mensosialisasikan tentang
sistem intensifikasi sapta usaha dengan menggunakan pupuk organik tanotec pada para petani
yang ada di Kabupaten Tolitoli. Dinas terkait untuk memberi penyuluhan kepada petani agar
memanfaatkan pupuk organik tanotec karena sudah terbukti dapat meningkatkan NTP di
Kabupaten Tolitoli. Bagi petani, kiranya dapat menerapkan intensifikasi pertanian padi sawah
dengan menggunakan pupuk organik tanotec guna meningkatkan hasil produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, 2010. Peranan Perbankan Nasional Dalam Pembiayaan Sektor Pertanian di
Indonesia. (online), (htpp://litbang.deptan.go.id/ind/pdf), diakses 2 juli 2014
Mohammad Romdhoni Fajri, Sri Marwanti,Wiwit Rahayu. 2016. Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Petani Sebagai Indikator Kesejahteraan Petani Padi
di Kabupaten Sragen. Agrista 4(2): 85-94
Achansi,N.A. 2014. Tantangan Baru Ekonomi Politik Indonesia Menghadapi Problema Lokal
dan Tantangan Global. Orasi Ilmiah Guru Besar IPB, 24 September 2014. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Aulia. 2016. Analisis NTP dan angka harapan Hidup di Sumatera Utara. journal
Agroekonomi,: 16 (1): 78-85
Adhyzal, 2003. Pengertian dan Jenis-Jenis Pasar. Diakses pada tanggal 21 April 2015.
http/www.idshvoong.com/pasar
Asnawi. 2014. Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan Petani Melalui Model Pengelolaan
Tanaman Terpadu Padi sawah di kabupaten Pesawaran lampung. Jurnal Penelitian
Pertanian terapan. 14(1):14-52
Astuti, 2010 Pengaruh Sistem Pengairan Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas
Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza sativa L.). Media Lembaga Penelitian &
Pengembangan Bogor.
Atjo, 2013. Tiga Faktor yang mempengauhi Nilai Tukar Petani. Media Litbang. Palu
Achadyah Parabawati, 2012. Posisi Nilai Tukar Petani Padi Dengan Nilai Tukar Petani
Komoditas Pangan Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur. Jurnal Pertanian. 6(7):
17-28.
Aulia, 2016. Analisis Nilai Tukar Petani dan Harapan Hidup di Sumatera Utara. Andalas
Journal of Public Health. 10(2): 162-171
Badan Pusat Statistik, 1995. Diagram Timbangan Indeks Nilai Tukar Petani. Biro Pusat
Statistik. Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2014. Indikator Pembangunan Ekonomi Daerah Kabupaten Tolitoli.
Biro Pusat Statistik. Palu
Badan Pusat Statistik. 2015. Ekonomi Daerah Sulawesi Provinsi Sulawesi Tengah Dalam
Angka. Biro Pusat Statistic.Palu.
Peningkatan Nilai Tukar Petani.....
208
Budi, 2015. Nilai Tukar Petani, SPI Minta Impor Beras Dihentikan. Berita Bisnis.
Bandung.http bismis.com. diakses 23 April 2015
Burhansyah, 2011. Nilai Tukar Petani dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi di Sentra
Produksi jagung . Kalimantan barat. Jurnal Pembangunan Manusia V (1): 13-21.
Chen, M. F. 2009. Attitude Toward Organic Foods Among Taiwanese as Related to Health
Consciousness, Environmental Attitudes, and The Mediating Effects of Healthy Life
Style. British Food Journal, 111(2): (165-178)
Cepy dan Wangiyana, 2013. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (orixa sativa) di Media
Vertikal dan Entisol pada Berbagai Teknik Pengaturan Air dan Jenis Pupuk (Growth
and Field Rice on Vertisol and Enfisol Media Under Various Irrigation Techniques
and Types of Fertilizers). Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
Damardjati D.S dan Made Oka .A. 1992. Evaluation of Urban Consumer Preferences For Rice
Quality Characteristics in Indonesia. In Consumer Demand For Rice Grain Quality.
Eds. L.J.Unnevehr, B.Duff, dan B.O.Juliano. International Rice Research Institute,
Philippines dan International Development Research Centre, Canada 28(6):.59-73.
Dwidjono, 2007. Ketahanan Pangan berbasis Produksi dan Kesejahteraan Petani. Jurnal Ilmu
Pertanian.12(2): 152-154
Dewa K.S Swastika, J. Wargiono, soejitno, dan A. Hasanuddin 2010. Analisis Kebijakan
Peningkatan Produksi Padi Melalui Efisiensi Pemanfaatan lahan sawah Di Indonesia
Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Pusat penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan Bogor.
Dinas Pertanian Daerah Provinsi Sulawesi Tengah, 2011. Rencana Satuan Kerja Dinas
Pertanian 2011 – 2016. Dinas Peranian Provinsi Sulawesi Tengah. Palu.
Direktorat Pangan Dan Pertanian, 2013. Studi Pendahuluan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Bidang pangan Dan Pertanian 2015-2019.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultur Kab. Tolitoli, 2016. Laporan Akhir Analisis Nilai
Tukar Petani Padi sawah di Kabupaten Tolitoli.: Palu. Dinas Tanaman Pangan Dan
Hortikultura Kab. Tolitoli. Prov Sulawesi Tengah.
Diaz F. , J. M, Pleite, F, M, C. Paz, J. M, M & Garcia, P. G (2012). Consumer Knowledge,
Consumption, and Willingness to Pay For Organic Tomatoes. British food Journal,
114(3): 18-334
Dwidjono H. Darwanto. 2005. Ketahanan Pangan Berbasis Produksi dan Kesejahteraan
Petani. Jurnal Ilmu Pertanian. 12(2): 152-16
Ginting, Rahmanta Ginting, Satia Nagara Lubis, 2013. Faktor-faktor yang Mepengaruhi Nilai
Tukar Petani Ubi Kayu (Studi kasus: Desa Tadukan Raga, Kecamatan Stan Hilir,
Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara). Jurnal Agroteknologi 10(2): 78-
89
Faqita Iqlima Putri. 2016. Nilai Tukar Petani Padi Sawah di Sentra Produksi Padi Sawah
(Studi Kasus: Desa Purwobinangun, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat.
Jurnal Ilmu Pertanian “AGRIUM”. 20(1): 102-111.
Fita Febriana. 2016. Analisis Faktor yang mempengaruhi NTP di Jawa Timur. Jurnal
Agroekonomi .11(1): 45-54
Gujarati, Damodar N. 2003. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta
Peningkatan Nilai Tukar Petani.....
209
Hermawan Ahmad, 2016. Kebijakan pemerintah guna meningkatkan NTP di Jawa Barat.
Journal of Agriculture, Resource, and Environmental Economics. Jarre, 19(1): 27-32
Ikin Sadikin dkk,2008 Kinerja beberapa indikator kesejahteraan petani padi dipedesaan
Kabupaten Kerawang. BPTP Jawa Barat. Jurnal Iptek Tanaman Pangan. 6(4): 101-
109
Jhun Ahn Chun,at all. 2016. Assessing rice productivity and adaptation strategies for
Southeast Asia under climate change through multi-scale crop modeling. Journal.
Agricultural Systems (143): 14-21
Khrisnasamy, Loganathan., Khan, Faisal., Haddara, Mahmoud., 2005, Development of a Risk
Based Maintenance (RBM) Strategy for a Power Generating Plant, Journal of Loss
Prevention in the Process Industries, 18(3):69-81.
Khusniah. 2016. Prediksi Nilai Tukar Petani Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan
Backpropagation. Jurnal Informatika Mulawarman. 3(1): 121-130.
Krystallis, A & Chryssoidis, G. 2005.Consumers willingness to pay for organic food. Factors
that Effect it and Variation per Organic Product Type Brittish Food. Journal, 107(5):
320-343
Larasati s. Wibowo 2012 Analisis Efisiensi Alokatif Faktor-Faktor Produksi Dan Pendapatan
Usaha tani Padi (oryza sativa l.) (Studi Kasus Di Desa Sambirejo, Kecamatan
Saradan, Kabupaten Madiun). Jurnal Pertanian 10(2) : 152-164.
Lea.E & Worsley,T. 2005. Australian Organic Food Beliefs, Demographics and Values.
British Food Journal. 107(11): 35-48
Masyhuri, 2007 Revitalisasi Pertanian Untuk Mensejahterahkan Petani. Makalah pada
Konpernas XV dan Kongres XIV PERHEPI Surakarta. 27 Mei 2007.
Mears Leon A. 1961. Rice Marketing in the Republic of Indonesia. The Institute for
Economic and Sosial Research. Djakarta School of Economics, University of
Indonesia. Special edition for Bulog. P.T.Pembangunan Djakarta. 477-479
May Salina dkk, 2013 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani (studi kasus: Desa
Tadukan Raga, Kecamatan Stin Hilir Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera
Utara). Journal. Agrriekonomika. 3(1): 1-7
Mumu TE, 2014. Faktor Indeks Harga pada Nilai Tukar Petani di Provinsi Sulawesi Utara.
Jurnal kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Sam Ratulangi Manado.
Mesias Diaz, F. J Pleite F, M,-C, Miguel Martinez Paz, J & Gracia, P.G. 2012. Consumer
Knowledge, Consumption and Willingness to Pay For Organic food. British Food
Journal. 114(3): 318-334.
Maleha & Adi Sutanto. 2006. Kajian Konsep Ketahanan Pangan. Jurnal Protein 13(2): 194-
202
Musdalifah, 2011. Analisis Produksi dan Efisiensi Usaha Tani di kabupaten Banjar. Jurnal
Grrobsnis Pedesaan fakultas Pernaian . Universitas Lampung Mangkurat.1(4): 256-
266
Nirmala AR., 2017. Kajian NTP Sebagai Salah Satu Ukuran Menentukan Tingkat
Kesejahteraan Petani. Jurnal Habitat. 2(1):123-131
Owusu, V & Anifori, M, O. 2013. Consumer Willingness to pay Premium for Organic Fruit
and Vegetables in Ghana. International Food Agribusiness Management Review
(IFAMA), 16(1): 152-159
Panglaykim dan Hazil. 1960. Marketing Suatu Pengantar.P.T.Pembangunan. Djakarta.
Peningkatan Nilai Tukar Petani.....
210
Peraturan Menteri Pertanian, 2007. Rekomendasi Pemupukan N, P dan K Pada Padi Sawah
Spesifik Lokasi. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian
Pramono J, 2004. Kajian Penggunaan Bahan Organik Pada Padi Sawah Bogor. Jurnal
Penelitian Pertanian Terapan . 14 (1): 44-52
Paul, J & Rana, J, 2012 Consumer Behavior and Purchase Intention for Organic Food. Journal
of Coustomer Marketing, 29(6): 412-422
Pramonosidhi, 1984 Tingkah Laku Nilai Tukar Komoditi Pertanian pada Tingkat Petani
.Kerjasama Puslit Agroekonomi dan Universitas Satya Wacana Salatiga.
Ruauw. E 2010 Nilai Tukar Petani Sebagai Indikator Kesejahteraan Petani. Jurnal Ase .
6(2):1–-8
Rahmat, Muchjidin. 2000. Analisis Nilai Tukar Petani Indonesia. Jurnal pertanian 7(3): 43-51.
Roosgant, at all, 2000. Peran nilai tukar petani dan nilai tukar komoditas dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan petani (studi kasus: Provinsi Jawa Timur). Journal.
Pertanian Litbang Jawa Timur. 33(3)
Rachmad 2001 Analisis Nilai Tukar Petani Indonesia. Journal Litbang Pertanian Manado.
Rudi. 2011. Nilai tukar petani dan faktor-faktor yang mempengaruhi di sentra produksi
jagung Kalimantan Barat . journal Litbang Kalimantan Barat. 2 (3)
Robet Asnawi, 2014. Peningkatan Produktivitas dan Pendapatan Petani Melalui Penerapan
Model Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah di Kabupaten Pesawaran,
Lampung. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan . 14 (1): 44-52
Riyad Muhammad Ilham . 2015. Analisis Komoditas Tanaman Pangan di Sumatera Utara.
Jurnal Ekonomi Kebijakan Publik. 6(1): 36-45 Sadikin dan Kasdi Subgyono, 2008. Kinerja Beberapa Indikator Kesejahteraan Petani Padi
Dipedesaan Kabupaten Karawang, BPTP Jawa Barat.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Pengembangan (R&D). Alpa
Beta, Jakarta
Suripto, 2015. Analisis Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kalimantan Barat. Jurnal
Curvanomic., 3(4) : 23-31
Setiani, et al, 2007. Kontribusi Teknologi Usaha Tani dan Aprestasi Pasar Terhadap Nilai
Tukar Petani Di Wilayah Miskin
Siagian, N. 2004. Proses Kemiskinan pada Sektor Pertanian: Jumlah Petani Gurem Semakin
Membengkak. http://www.sinarharapan.co.id Tanggal akses 19 Juli 2014
Simatupang dan Mohammad Maulana 2007 kaji ulang Konsep dan Perkembangan nilai tukar
petani Tahun 2003 – 2006 Pusat Analisis Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian,
Departemen Pertanian
Simatupang, P. 1992. Pertumbuhan Ekonomi dan Nilai Tukar Barter Sektor Pertanian. Jurnal
Agroekonomi. 11(1):37-50
Soemartono. 1980. Bercocok Tanam Padi. Yasaguna. Jakarta.
Tirza. 2000. Ekstraksi dan Stabilitas Zat Pewarna dari Katul Beras Ketan Hitam. Buletin
Teknologi dan Industri Pangan,.XI(1):90-108.
Suprijadi, 2002. Pengaruh Pupuk Organik Terhadap Hasil Padi. Dalam. Soejitno et.al. (Eds).
Sistem Produksi Pertanian Ramah Lingkungan. Prosiding Seminar Nasional.
Optimasi Sistem Produksi Pertanian Ramah Lingkungan Mendukung Ketahanan
Pangan dan Agribisnis. Pusat Peneltian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Peningkatan Nilai Tukar Petani.....
211
Sandalidou, E. Grigorodis, E & Siscos, Y. 2003. Organic and Conventional olive oil
consumer a comparative analysis using a customer satisfaction ev aluation approach
marketing trends for organic food in the advent of the 21st century. World Scientific
(to appear). http://www.com.ciheam./pdf tanggal akses 10 Desember 2016.
Supriyati, Saptana, dan Sumedi. 2001. Dinamika Ketenagakerjaan dan Penyerapan Tenaga
Kerja di Pedesaan Jawa (Kasus di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa
Timur). Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian RI.
Supriyati, 2005 Analisis Nilai Tukar Pendapatan Rumah Tangga Petani (Kasus di Jawa
Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan) Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian, Deptan Jakarta
Sri Hastuti, 2015. Dinamika Nilai Tukar Petani tahun 2005-2015. Panel Petani Nasional:
Rekon struksi Agenda Peningkatan Kesejahteraan Petani. prosiding Seminar
Nasional. 2(1): 1-17.
Syam M. 2008. Padi Organik dan Tuntutan Peningkatan Produksi Beras. Jurnal Imtek
Tanaman Pangan (3)1: 56:64
Talpur Mokuwa, at all.,2013 A review on the enhancement of rice production in paddy field
with minimum input of water. Journal African Journal of Agricultural Research.
(6)33: 6776-6779
Tiro Arif 2010. Teknik Analisis Regresi Linear Sederhana. Percetakan Press. UNM Makassar
Tjetjep Nurasa dan Muchjidin Rachmat,2016 . Nilai Tukar Petani di Beberapa Sentra
Produksi Padi di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi. XX (3): 17-23
Unnevehr L.J.,B.O.Juliano, dan C.M.Perez. 1985. Consumers Demand For Rice Grain
Quality in Southheast Asia. In Rice Grain Quality and Marketing. Papers Presented at
the International Rice Research Conference. 1-5 Juni 1985. International Rice
Research Institute. Philippines. pp.15-23. (Accessed 2016-09-15).
Wolf, 1984. http:/www.infoorganik.com/indeks.php? option= com_ content &view=
articcle&id=86: petani penggarap-hambat-aplikasi-petanian-oranik-pola-tanam-
sri&catid=34:padi&itemid=62. (Accessed 2015-04-07).
Zulkifli Zaini,Diah Ws, Dan Mahyuddin Syam. 2004. Petunjuk Lapang Pengelolaan Tanaman
Terpadu (ptt) padi sawah. Meningkatkan Hasil Dan Pendapatan Menjaga Kelestarian
Lingkungan. (bpptp - bptp sumut - bptp ntb) Balai Penelitian Tanaman Padi.
International Rice Research Institute Philippines. 6(3): 1-8
Zuriani,2013. Analisis Produksi dan Produktifitas Padi Sawah di Kabupaten Aceh Utara.
jurnal Ekonomi dan Pembangunan. 4(1): 64-71