Post on 19-Jun-2015
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sakit
2.1.1 Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis profesional yang
terorganisir serta sarana kedokteran yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran,
asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosa serta pengobatan penyakit
yang diderita oleh pasien (American Hospital Association; 1974 dalam Azwar, 1996).
Wolper dan Pena (dalam Azwar, 1996) menyatakan bahwa rumah sakit adalah
tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat
dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan berbagai tenaga
profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Association of Hospital Care (dalam
Azwar, 1996) menjelaskan bahwa rumah sakit adalah suatu pusat dimana pelayanan
kesehatan masyarakat, pendidikan dan penelitian kedokteran diselenggarakan.
2.1.2 Fungsi Rumah Sakit
Fungsi rumah sakit berdasarkan sistem kesehatan nasional dalam Djojodibroto
(1997) adalah:
1. memberikan pelayanan rujukan medik spesialistik dan subspesialis
2. menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
penyembuhan dan pemulihan pasien
3. sarana pendidikan dan pelatihan di bidang kedokteran dan kedokteran gigi jenjang
diploma, dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis konsultan,
magister, doktor dan pendidikan berkelanjutan bidang kedokteran.
5
2.1.3 Karakteristik Rumah Sakit
Djojodibroto (1997) menyatakan bahwa organisasi rumah sakit mempunyai
sejumlah sifat atau karakteristik yang tidak dipunyai organisasi lainnya, antara lain:
1. sebagian besar tenaga kerja rumah sakit adalah tenaga profesional
2. wewenang kepala rumah sakit berbeda dengan wewenang pimpinan perusahaan
3. tugas-tugas kelompok profesional lebih banyak dibandingkan tugas kelompok
manajerial
4. beban kerjanya tidak bisa diatur
5. jumlah pekerjaan dan sifat pekerjaan di unit kerja beragam
6. hampir semua kegiatannya bersifat penting
7. pelayanan rumah sakit sifatnya sangat individualistik. Setiap pasien harus
dipandang sebagai individu yang utuh, aspek fisik, aspek mental, aspek
sosiokultur dan aspek spiritual harus mendapat perhatian penuh
8. pelayanan bersifat pribadi, cepat dan tepat
9. pelayanan berjalan terus menerus selama 24 jam dalam sehari.
2.1.4 Macam Rumah Sakit
Djojodibroto (1997) membagi rumah sakit menjadi beberapa macam, yaitu
menurut:
1. Pemilik
Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu rumah sakit pemerintah
(goverment hospital) dan rumah sakit swasta (privat hospital).
2. Filosofi yang dianut
Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu rumah sakit yang tidak
mencari keuntungan (non-profit hospital) dan rumah sakit yang mencari
keuntungan (profit hospital).
6
3. Jenis pelayanan yang diselenggarakan.
Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu rumah sakit umum (general
hospital) yang menyelenggarakan semua jenis pelayanan kesehatan dan rumah
sakit khusus (specially hospital).
4. Lokasi rumah sakit
Rumah sakit dibedakan atas beberapa macam, tergantung dari pembagian sistem
pemerintah yang dianut, misalnya rumah sakit pusat jika lokasinya di ibukota
negara, rumah sakit propinsi jika lokasinya di ibukota propinsi dan rumah sakit
kabupaten jika lokasinya di ibukota kabupaten.
Azwar(1996) menyatakan bahwa rumah sakit di Indonesia jika ditinjau dari
kemampuan yang dimiliki dibedakan menjadi lima macam, yaitu:
1. Rumah sakit kelas A
Rumah sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis dan subspesialis secara luas. Rumah sakit kelas A ditetapkan
sebagai tempat pelayanan rumah sakit rujukan tertinggi (top referral hospital)
atau rumah sakit pusat.
2. Rumah sakit kelas B
Rumah sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis luas dan subspesialis terbatas. Rumah sakit kelas B didirikan
di setiap ibukoata propinsi (propincial hospital) yang menampung pelayanan
rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk
kelas A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit kelas B.
3. Rumah sakit kelas C
Rumah sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis terbatas, yaitu pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah,
pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kebidanan dan kandungan. Rumah sakit
kelas C akan didirikan di setiap ibukota kabupaten (regency hospital) yang
menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.
7
4. Rumah sakit kelas D
Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit ynag bersifat transisi karena pada satu
saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. Kemampuan rumah sakit
kelas D hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi.
Rumah sakit kelas D juga menampung pelayanan rujukan yang berasal dari
puskemas.
5. Rumah sakit kelas E
Rumah sakit kelas E adalah rumah sakit khusus (spesial hospital) yang
menyelenggarakan satu macam pelayanan kedokteran saja, misalnya rumah sakit
kusta, rumah sakit paru, rumah sakit kanker, rumah sakit jantung, rumah sakit ibu
dan anak, rumah sakit gigi dan mulut dan lain sebagainya.
2.2 Rumah Sakit Gigi Dan Mulut
2.2.1 Pengertian Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Rumah sakit gigi dan mulut adalah rumah sakit khusus yang
memyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, dan merupakan sarana
pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan gigi tingkat (D1, D3 dan S1), pendidikan
(dokter gigi dan dokter spesialis) serta pendidikan magister dan doktoral, S2, spesialis
dan S3 (Departemen Kesehatan RI, 2003).
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomer 1173 tahun 2004
tentang rumah sakit gigi dan mulut menyatakan bahwa Rumah Sakit Gigi dan Mulut
(selanjutnya disingkat RSGM) adalah sarana pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut perorangan untuk pelayanan
pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan pelayanan peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit yang dilaksanakan melalui pelayanan rawat jalan, gawat darurat
dan pelayanan tindakan medis.
RSGM terbagi atas beberapa bagian, yaitu :
1. Laboratorium Periodonsia
2. Laboratorium Oral Medicine (OM)
8
3. Laboratorium Bedah Mulut
4. Laboratorium Prostodonsia
5. Laboratorium Ortodonsia
6. Laboratorium Konservasi
7. Laboratorium Pedodonsia
8. Laboratorium Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat
2.2.2 Fungsi dan Tujuan RSGM
Fungsi RSGM adalah:
1. Pelayanan atau pengabdian kepada masyarakat meliputi;
a. sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut primer, sekunder, dan tersier,
penunjang, rujukan dan gawat darurat kesehatan gigi dan mulut.
b. wadah pengembangan konsep pelayanan kedokteran gigi.
c. pusat unggulan pelayanan kedokteran gigi.
2. Pendidikan
sarana pendidikan dan pelatihan di bidang kedokteran gigi jenjang diploma,
dokter gigi, dokter gigi spesialis, dokter gigi spesialis konsultan, magister, doktor
dan pendidikan berkelanjutan bidang kedokteran gigi.
3. Penelitian
a. pusat penelitian, pengkajian, dan pengembangan ilmu kedokteran gigi,
b. pusat penerapan obat, bahan dan kedokteran gigi
(Depkes RI, 2003).
RSGM berdasarkan Peraturan Pemerintah Menteri Kesehatan nomer 1173
tahun 2004, menurut fungsinya dapat dibagi menjadi dua, yaitu RSGM Pendidikan
dan RSGM non Pendidikan. RSGM Pendidikan adalah RSGM yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, yang juga digunakan sebagai
sarana proses pembelajaran, pendidikan dan penelitian bagi profesi tenaga kesehatan
kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya dan terikat melalui kerjasama dengan
fakultas kedokteran gigi.
9
Tujuan umum RSGM adalah meningkatkan mutu pendidikan, penelitian dan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang berkualitas, profesional, modern dan sesuai
dengan tuntutan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran gigi.
Tujuan khusus RSGM, yaitu:
a. tersedianya sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi masayarakat secara
optimal, meliputi :
1) pelayanan medik gigi primer, yaitu tindakan medik gigi yang merupakan
wewenang dokter gigi umum.
2) pelayanan medik gigi sekunder, yaitu tindakan medik gigi yang merupakan
wewenang dokter gigi spesialis.
3) pelayanan medik gigi tersier, yaitu tindakan medik gigi yang merupakan
wewenang dokter gigi subspesialis/dokter gigi spesialis konsultan.
b. tersedianya sarana pendidikan kedokteran gigi dan tenaga kesehatan gigi lainnya.
c. tersedianya pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya pada kedokteran gigi.
d. tersedianya unit pelayanan sebagai sarana rujukan bagi unit yang lebih rendah.
e. tersedianya unit penunjang program kegiatan medik kedokteran umum (rujukan
secara pelayanan kesehatan lain setingkat/horizontal), kegiatan pelayanan
kesehatan terintegrasi, pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dan penelitian.
Kriteria yang harus dipenuhi oleh RSGM Pendidikan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Menteri Kesehatan No.1173 tahun 2004 adalah:
1. kebutuhan akan proses pendidikan,
2. fasilitas dan peralatan fisik untuk pendidikan,
3. aspek manajemen umum dan mutu pelayanan rumah sakit,
4. aspek keuangan dan sumber dana,
5. memiliki kerjasama dengan Fakultas Kedokteran Gigi dan Kolegium Kedokteran
Gigi.
10
2.2.3 Sasaran RSGM
Sasaran RSGM adalah tercapainya mutu pelayanan kesehatan gigi yang dapat
memberi perlindungan kepada masyarakat melalui pelayanan kesehatan gigi,
pendidikan dan penelitian (Depkes RI, 2003).
2.2.4 Sarana Peralatan RSGM
RSGM harus memenuhi persyaratan bangunan, sarana dan prasarana serta
peralatan sesuai dengan kebutuhan. Persyaratan yang dimaksud adalah :
1. lokasi atau letak bangunan dan prasarana harus sesuai dengan rencana umum tata
ruang
2. bangunan dan prasarana harus memenuhi persyaratan keamanan, keselamatan
kerja dan analisis dampak lingkungan RS dan sarana kesehatan lain
3. peralatan harus memenuhi persyaratan kalibrasi, standar kebutuhan pelayanan,
keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja.
Ketentuan persyaratan minimal peralatan RSGM berdasarkan Peraturan
Pemerintah Menteri Kesehatan nomer 1173 tahun 2004, meliputi:
a. jumlah dental unit 50
b. jumlah dental chair 50 unit
c. jumlah tempat tidur 3 buah
d. peralatan medik, meliputi :
1) 1 unit intra oral camera
2) 1 unit dental X-ray
3) 1 unit panoramic X-ray
4) 1 unit Cephalometri X-ray
5) 1 unit autoclave /7 unit sterilizator
6) 1 camera
7) 1 digital intra oral.
RSGM dapat memiliki peralatan medik khusus lainnya, meliputi :
1. 1 unit laser
11
2. 1 radiografi (Radio Visio Graphi).
Perbandingan standar peralatan RSGM yang disusun oleh Direktorat
Pelayanan Medis Gigi Departemen Kesehatan RI tahun 2003 dengan yang dimiliki
oleh RSGM FKG UNEJ, yaitu:
Tabel 1.
Perbandingan Standar Peralatan RSGM
NO Peralatan Standar DepkesKeadaan di RSGM FKG UNEJ
Jumlah Saat ini
BaikRusak
Ringan Berat1.
2
3.
4.
Jumlah dental unitJumlah dental chairJumlah tempat tidurPeralatan medik lainnya
50 unit
50 unit
3 unit
1 unit laser1 unit intra oral cameraI unit dental foto1unit cephalometri X- ray7 unit sterilisator1 camera1 digital intra oral1 radiografi (Radio Visiograph)
108
108
1
-3
11
13--
-
99
99
-
-2
11
12--
-
-
-
-
--
--
---
-
9
9
-
-1
--
1--
-
Sumber: Laporan Penyelenggaraan RSGM FKG UNEJ 2006
2.2.5 Tenaga Kesehatan
RSGM berdasarkan Peraturan Pemerintah Menteri Kesehatan Nomer 1173
tahun 2004 harus memiliki tenaga yang meliputi :
1. Tenaga medis kedokteran gigi, yang terdiri dari :
a. dokter gigi
b. dokter gigi spesialis, yang meliputi :
12
1) bedah mulut
2) orthodonsia
3) konservasi
4) prostodonsia
5) pedodonsia
6) periodonsia
7) oral medicine
2. Dokter/spesialis lainnya
a. dokter dengan pelatihan PPGD
b. dokter anestesi
c. dokter penyakit dalam
d. dokter spesialis anak
3. Tenaga Keperawatan
a. perawat gigi
b. perawat
4. Tenaga kefarmasian
a. apoteker
b. analis farmasi
c. asisten apoteker
5. Tenaga Keteknisan Medis
a. radiografer
b. teknisi gigi
c. analis kesehatan
d. perekam medis
6. Tenaga Non Kesehatan
a. administrasi
b. kebersihan
RSGM Pendidikan dalam memenuhi kurikulum pendidikan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus menyediakan tujuh dokter gigi
13
spesialis tersebut diatas dan dokter gigi spesialis lainnya, meliputi bidang kesehatan
gigi masyarakat (dental public health), dental material, oral biology dan dental
radiology (Peraturan Pemerintah Menteri Kesehatan Nomer 1173, 2004).
Perbandingan standar tenaga medis RSGM yang disusun oleh Direktorat
Pelayanan Medis Gigi Departemen Kesehatan RI tahun 2003 dengan yang dimiliki
oleh RSGM FKG UNEJ, yaitu:
Tabel 2.
Perbandingan Standar Tenaga Medis RSGM
No
TenagaStandar Depkes
Keadaan di RSGM FKG UNEJ
Jumlah saat ini
Purna waktu Paruh waktu
PNSPNS
DepkesPNS
PNS Depkes
1 Dokter gigi umum 7 orang 57 52+211 - - 32 Dokter gigi ahli
a. Bedah mulutb. Ortodonsiac. Konservasid. Prostodonsiae. Pedodonsiaf. Periodonsiag. Oral Medicine
1 orang1 orang1 orang1 orang1 orang1 orang 1 orang
212+11
1112
112
1111111
-------
-------
11-----
3 Dokter/ahli lainnyaa. Anastesib. Dokter umum/gawat
daruratc. Penyakit dalamd. Anak
1 orang1 orang
1 orang1 orang
11
11
--
--
--
--
--
--
11
11
Jumlah 18 orang 70 61 - - 9
Keterangan:1 : status kontrak kerja2 : sedang menempuh pendidikan
Sumber data: Laporan Penyelenggaraan RSGM FKG UNEJ 2006
14
Tabel 3.
Perbandingan Standar Tenaga Keperawatan dan Tenaga Lain RSGM
No TenagaStandar Depkes
Keadaan di RSGM FKG UNEJ
Jumlah saat ini
Purna waktu Paruh waktu
PNSPNS
DepkesPNS
PNS Depkes
1 Tenaga keperawatana. perawat gigi/teknisi
laboratorium gigi (A.Md)
14 orang 71 4 - - -
b. perawat umum 1 orang 2 2 - - -2 Tenaga kesehatan
lainnyaa. analis laboratorium
(A.Md)- 6 6 - - -
b. Teknisi radiologi (A.Md)
- 2 1 - - -
Jumlah 15 orang 9+81 13 - - -4 Tenaga non kesehatan
a. Rekam medik 1 oarang 21 - - - -b. Teknisi 1 orang 1+11 - - - -c. Kasir 1 orang 21 - - - -d. Adm. Keuangan-
sarana dan prasarana1 orang 2 - - - -
e. Kebersihan 1 orang 31 - - - -Jumlah 5 orang 11
Keterangan:1 : status kontrak kerja2 : sedang menempuh pendidikan
Sumber data: Laporan Penyelenggaraan RSGM FKG UNEJ 2006
2.3 Standar Pelayanan Rumah Sakit
Rumah sakit sebagai sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan kesehatan masyarakat. Rumah sakit dituntut untuk
15
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan
dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat.
Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna
yang dipergunakan sebagai batas penerimaan minimal (Clinical Practice Guideline,
1990 dalam Azwar, 1996).
Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang
mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan (Donabedian, 1980
dalam Azwar, 1996).
Standar adalah spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh
suatu sarana pelayanan agar pemakai jasa dapat memperoleh keuntungan yang
maksimal dari pelayanan yang diselenggarakan (Rowland dan Rowland, 1983 dalam
Azwar, 1996).
Keputusan Menteri Kesehatan no. 228 tahun 2002 menyatakan bahwa standar
adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai patokan dalam
melakukan kegiatan. Standar ini dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan propinsi,
kabupaten/kota sesuai dengan evidence base. Standar pelayanan rumah sakit daerah
adalah penyelenggaraan pelayanan manajemen rumah sakit, pelayanan medik,
pelayanan penunjang dan pelayanan keperawatan, baik rawat inap maupun rawat
jalan yang minimal harus diselenggarakan oleh rumah sakit.
Standar pelayanan dokter/dokter gigi yang harus diatur adalah standar
pelayanan yang diberikan secara langsung oleh dokter kepada pasien, terlepas dari
strata unit pelayanan tempat dia bekerja. Masalah keterbatasan sarana dan teknologi
hanya menjadi pertimbangan ketika kelak terjadi penyimpangan (Mohamad, 2005).
Standar pelayanan yang digunakan harus sesuai dengan standar profesi yang
berlaku dan kode etik kedokteran saat ini. Setiap rumah sakit gigi dan mulut dalam
memberikan pelayanan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan pelayanan sesuai
dengan standar profesi kedokteran gigi yang ditetapkan.
Standar profesi berdasarkan Undang-Undang No.23 Tahun 1992 adalah
pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi
16
secara baik. Tenaga kesehatan yang berhadapan dengan pasien seperti dokter dan
perawat dalam melaksanakan tugasnya harus menghormati hak pasien. Hak pasien
adalah hak informasi, hak untuk memberikan persetujuan, hak atas rahasia
kedokteran dan hak atas pendapat kedua (second opinion) (Nasution, 2005). Setiap
RSGM dalam memberikan pelayanan mempunyai kewajiban-kewajiban, salah
satunya adalah melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan RSGM dan
standar profesi kedokteran gigi yang ditetapkan.
Pelayanan kesehatan adalah suatu sistem lembaga, orang, tekonologi dan
sumber daya yang dirancang untuk meningkatkan status kesehatan suatu populasi,
misalnya pencegahan, promosi, pengobatan dan sebagainya (Adikoesoemo, 1997).
Standar pelayanan yang harus dimiliki oleh rumah sakit menurut Azwar (1996)
adalah sebagai berikut:
a. Pelayanan farmasi harus dilakukan dibawah pengawasan tenaga ahli farmasi yang
baik
b. Rumah sakit harus menyediakan pelayanan laboratorium patologi anatomi dan
patologi klinik
c. Rumah sakit harus menyediakan ruang bedah lengkap dengan fasilitasnya
d. Rumah sakit harus dibangun, dilengkapi dan dipelihara dengan baik untuk
menjamin kesehatan dan keselamatan pasiennya.
Crosby dalam Azwar (1997) menyatakan bahwa mutu adalah kepatuhan
terhadap standar yang telah ditetapkan, sedangkan Aditama (2002) menyatakan
bahwa mutu adalah pelayanan yang mengacu pada kemampuan rumah sakit memberi
pelayanan yang sesuai dengan standar profesi kesehatan dan dapat diterima oleh
pasiennya.
Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila telah dilakukan penilaian-
penilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, wujud, ciri-ciri pelayanan
kesehatan dan kepatuhan terhadap standar pelayanan. Setiap orang mempunyai
kriteria untuk kualitas dan mempunyai cara-cara penilaian yang berbeda. Penyedia
layanan kesehatan tidak dapat mengetahui apakah para pasien yang memberikan
17
pendapat yang positif atau negatif bisa mewakili seluruh populasi yang dilayani
(Kongstvedt, 2000). Perbedaan tersebut dapat diatasi dengan kesepakatan bahwa
mutu suatu pelayanan kesehatan dianggap baik apabila tata cara penyelenggaraannya
sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan (Azwar,
1996).
Kegiatan penilaian secara umum harus meliputi tiga tahap. Tahap pertama
adalah menetapkan standar, kemudian tahap kedua adalah menilai kinerja yang ada
dan membandingkan dengan standar yang sudah disepakati dan tahap ketiga meliputi
upaya memperoleh kinerja yang menyimpang dari standar yang sudah ditetapkan
(Aditama, 2002). Standar ini telah dikembangkan oleh badan usaha, atau badan usaha
dapat menggunakan standar yang dikembangkan oleh organisasi profesional dan
dipublikasikan dalam literatur medis (Kongstvedt, 2000).
Tiga aspek penilaian mutu pelayanan menurut Jonas dan Rosenberg dalam
Aditama (2002), yaitu:
a. Aspek pendekatan
1. Pendekatan secara umum
Pendekatan secara umum dilakukan dengan menilai kemampuan rumah sakit
dan atau petugas dan membandingkannya dengan standar yang ada. Para
petugas dapat dinilai tingkat pendidikannya, pengalaman kerjanya, serta
pengalaman yang dimilikinya. Rumah sakitnya dapat dinilai dalam segi
bangunan fisik, administrasi organisasi dan manajernya, kualifikasi SDM yang
tersedia dan kemampuan memberi pelayanan sesuai standar yang berlaku saat
itu.
2. Pendekatan secara khusus
Pendekatan secara khusus dilakukan dengan menilai hubungan antara pasien
dengan pemberi pelayanan di rumah sakit.
18
b. Aspek teknik
Dilakukan penilaian atas tiga komponen, yaitu:
1. Komponen struktur
Komponen struktur menilai keadaan fasilitas yang ada, keadaan bangunan
fisik, struktur organisasi, kualifikasi staf rumah sakit dan lain-lain.
2. Komponen proses
Komponen proses menilai apa yang terjadi antara pemberi pelayanan dengan
pasiennya.
3. Komponen hasil
Komponen hasil menilai hasil pengobatan (dengan berbagai kekurangannya).
Penilaian dapat dilakukan dengan menilai dampak pengobatan terhadap status
pengobatan dan kepuasan pasiennya.
c. Aspek kriteria
1. Kriteria eksplisit, yaitu kriteria yang nyata tertulis
2. Kriteria implisit ,yaitu kriteria yang tidak tertulis.
2.4 Kepatuhan Prosedur Kerja
Kepatuhan para tenaga medis atau paramedis dalam memberikan pelayanan
mengacu kepada standar dan prosedur sangat mempengaruhi mutu pelayanan
kesehatan terhadap pasien. Pelayanan kesehatan yang baik dimulai dengan
meningkatnya kepatuhan terhadap standar pelayanan medis. Jika petugas kesehatan
mematuhi dan mengikuti standar pelayanan kesehatan yang terbaik, diharapkan
pasien akan mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk sembuh, artinya
kesakitan dan kematian akan menurun (Wijono, Djoko. 1997).
Donabedian dalam Wijono (1997) menyatakan bahwa hasil pekerjaan
(outcome) secara tidak langsung dapat digunakan sebagai pendekatan untuk menilai
pelayanan medis. Diawali dengan tersedianya input atau struktur yang bermutu dalam
pelayanan kesehatan, dan adanya proses pelayanan medis sesuai dengan standar atau
19
kepatuhan terhadap standar pelayanan yang baik, diharapkan hasil pekerjaan
(outcome) pelayanan medis yang bermutu. Hasil pelayanan tidak bermutu apabila
berbeda atau tidak seperti yang diharapkan atau tidak sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
Departemen Kesehatan RI (2000) menyatakan bahwa tahapan prosedur
pelayanan kesehatan gigi dan mulut antara lain:
1. persiapan petugas (dokter gigi atau perawat gigi menggunakan lab jas, masker,
dan sarung tangan)
2. anamnesa dilakukan dengan lengkap dan jelas tentang identitas pasien, keluhan
utama, dan riwayat kesehatan pasien (tentang penyakit jantung, hipertensi, alergi,
dan lain-lain)
3. pemeriksaan ekstraoral dan intraoral
4. menentukan diagnosa
5. persiapan tindakan meliputi rencana perawatan atau pengobatan, informed
consent, sterilisasi alat
6. tindakan medik gigi, misalnya konservasi (tambal sementara atau tambal tetap),
pencabutan (gigi susu, gigi tetap), pembersihan karang gigi (supragingiva,
subgingiva), pengobatan abses dan lain-lain
7. kontrol tindakan atau konseling dapat berupa nasehat-nasehat perawatan tindakan
merujuk dan menerima pasien.
2.4.1 Prosedur Kerja di Laboratorium Bedah Mulut
Prosedur ekstraksi gigi di Laboratorium Bedah Mulut, yaitu:
1. antiseptik
2. anastesi lokal
3. pencabutan
4. periksa kelengkapan gigi dan periksa soket
5. kompresi soket gigi
6. tamponade
20
7. instruksi pasca ekstraksi
8. bila perlu pemberian obat, yaitu antibiotika, analgetika dan
ruborantia.
Peralatan yang digunakan dalam perawatan ekstraksi gigi, yaitu:
1. standar alat diagnostik (kaca mulut, sonde lurus, sonde setengah lingkaran,
ekskavator dan pinset)
2. set alat exodontia [tang rahang bawah (untuk gigi insisivus dan molar), tang
rahang atas (bentuk lurus, huruf S dan bayonet), elevator, chisel dan hammer]
(PDGI, 1999).
2.4.2 Prosedur Kerja di Laboratorium Periodonsia
Prosedur pembersihan karang gigi (scalling) di Laboratorium Periodonsia,
yaitu:
1. DHE meliputi pemberian disclosing agent, teknik dan cara membersihkan gigi
(sikat gigi, flossing), pengendalian plak di rumah, pola makan ( jenis, frekuensi,
komposisi, konsistensi makanan), menghilangkan kebiasaan buruk, anjuran
kunjungan berkala
2. pemberian resep bila diperlukan ( kasus akut, proteksi penyakit jantung)
3. pemolesan
4. scalling supra dan sub gingiva
5. root plannig.
6. koreksi restorasi berlebih
7. menumpat karies servikal
8. penyesuaian oklusi sederhana bila perlu
9. melakukan splint sementara bila perlu
10. pemberian obat kumur
11. pemberian topical anastesi pada kasus hipersensitivitas
12. evaluasi hari ke 5-7.
21
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam perawatan pembersihan gigi
(scalling), yaitu:
1. alat standar, yaitu kaca mulut, sonde, pinset, sonde dan periodontal probe
2. alat penjaga kebersihan mulut, yaitu sikat gigi dan benang gigi
3. alat oral propilaksis, yaitu sikat poles, karet poles dan bahan poles
4. Alat scalling dan root planing konvensional dan elektrik (PDGI, 1999).
2.4.3 Prosedur Kerja di Laboratorium Oral Medicine
Prosedur kerja perawatan ulkus traumatikus di Laboratorium Oral Medicine,
yaitu:
1. eliminasi penyebab,
2. pemakaian obat kumur
3. pemberian benzokaine 4 % dalam borax gliserin
4. obat-obat yang anastetik
5. hindari makanan atau minuman yang merangsang
Peralatan yang digunakan dalam perawatan ulkus traumatikus, yaitu:
1. dental chai,
2. alat-alat dasar pemeriksaan penyakit mulut, yaitu kaca mulut, sonde lurus, sonde
semilunar, ekskavator dan pinset
3. obat- obat topikal untuk penyakit mulut
4. alat dan bahan untuk sterilisasi dan asepsis (PDGI, 1999).
2.4.4 Prosedur Kerja di Laboratorium Konservasi Gigi
Prosedur kerja dalam melakukan perawatan pulpektomi di Laboratorium
Konservasi Gigi, yaitu:
1. anastesi
2. pengukuran panjang kerja
3. preparasi kavitas
4. pembukaan atap pulpa
22
5. pulpotomi pulpa dengan ekskavator tajam
6. perdarahan ditekan dengan kapas steril
7. preparasi ruang pulpa
8. ekstirpasi pulpa
9. pembentukan saluran akar
10. irigasi NaOCl 2,5 %
11. pengeringan saluran akar dengan paper point
12. pengobatan saluran akar dengan ChKM
13. pada kunjungan berikutnya pengisian saluran akar dengan guttap point dan sealer
(tergantung kondisi)
14. tumpatan tetap dengan onlay post core crown, dengan basis ZnOE atau resin
komposit (tergantung sisa / keadaan jaringan keras gigi)
Peralatan yang digunakan dalam perawatan pulpektomi, yaitu:
1. dental unit lengkap (dengan suction dan saliva ejector)
2. alat pemeriksaaan standar, yaitu kaca mulut, sonde lurus, sonde semilunar,
ekskavator dan pinset.
3. alat preparasi kavitas endodontik, yaitu bur intan bulat dan fissure panjang high
speed
4. alat preparasi saluran akar, yaitu jarum miller, jarum ekstirpasi, file, reamer,
irigasi,lampu spiritus, alat pengukur dan stopper karet
5. alat pengisi saluran akar, yaitu jarum lentulo, spreader dan root canal plugger
(PDGI, 1999).
23