PENGUKURAN TAHANAN JENIS ( ) U NTUK PEMETAAN POTENSI …

Post on 26-Oct-2021

22 views 0 download

Transcript of PENGUKURAN TAHANAN JENIS ( ) U NTUK PEMETAAN POTENSI …

42 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292

Volume 3, No.4, Desember 2017 http://www.untb.ac.id/Desember-2017/

PENGUKURAN TAHANAN JENIS (RESISTIVITY) UNTUK PEMETAAN POTENSI AIRTANAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAYA

Oleh:

SukandiProdi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Nusa Tenggara Barat

Abstrak: Rumah Sakit Umum Daerah Praya merupakan Rumah Sakit milik pemerintah yang memilikifungsi untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat, sehingga perlu fasilitas penunjang yang lengkapterutama dalam hal penyediaan air baku. Pemenuhan pasokan air baku dari PDAM terasa kurang, makaakan dimanfaatkan potensi air tanah. Untuk mengetahui potensi air tanah, dilakukan survey permukaandan bawah permukaan. Salah satu metode survey yang akan dilakukan adalah pendugaan geolistrik.Dengan survey geolistrik dapat diketahui kedalaman lapisan aquifer sehingga dapat ditafsirkan potensi airtanah. Penelitian ini menggunakan metode investigasi langsung di lapangan berupa pengukuran geolistrikdengan menerapkan konsep konfigurasi elektroda Schlumberger vertical electrical sounding untukmemperoleh nilai arus dan potensial. Pengolahan hasil pengukuran di lapangan dengan menggunakanprogram software IP2WIN yang di kombinasikan dengan software Progres 2D. Berdasarkan penyelidikandengan menggunakan metode geolistrik didapatkan nilai resistivity dan ketebalan lapisan yang berbeda-beda setiap titik walaupun masih dalam formasi yang sama. Lapisan ke-1 berupa lanau pasiran dengantahanan jenis 1.24 – 94.77 Ohm-m. Lapisan ke-2 berupa breksi tufaan dengan nilai tahanan jenis 7.68 –80.02 Ohm-m. Lapisan ke-3 berupa tuf pasiran dengan nilai tahanan jenis 3.39 – 9.37 Ohm-m. Lapisan ke-4 berupa tuf pasiran dengan nilai tahanan jenis 2.92 – 6.19 Ohm-m. Dari hasil interpretasi menunjukkanbahwa lapisan muka air tanah (akuifer) berada pada kedalaman 25.0 meter dengan nilai tahanan jenisantara 3.39 – 9.37 Ohm-m yang berada pada lapisan tuf pasiran. Lapisan akuifer yang ada pada daerah initermasuk sebagai akuifer bebas karena berada dalam daerah cekungan air tanah (CAT).Kata Kunci : air tanah, pendugaan geolistrik, software IP2WIN dan Progres 2D

PENDAHULUAN

Rumah Sakit Umum Daerah Prayamerupakan Rumah Sakit milik pemerintah yangmemiliki fungsi untuk pelayanan kesehatan bagimasyarakat. Karena fungsi untuk pelayanan, makaperlu fasilitas penunjang yang lengkap terutamadalam hal penyediaan air baku. Pemenuhan airbaku yang selama ini mengandalkan pasokan dariPDAM terasa kurang, maka direncakan denganmemanfaatkan potensi air tanah bawahpermukaan. Untuk mendapatkan gambaranmengenai kondisi air tanah perlu dilakukan surveypotensi air tanah sebelum dilakukan eksplorasi.Keberadaan air tanah sangatlah bervariasi dantidak menyebar rata, tergantung pada kondisigeologi bawah permukaan atau lapisan pembawaair (aquifer) dan kondisi topografi wilayahsetempat.

Untuk mengetahui potensi air dan kedalamanlapisan air tanah, maka perlu dilakukanpenyelidikan, baik penyelidikan dipermukaanmaupun penyelidikan bawah permukaan.Penyelidikan air tanah pada umumnya didahuluipenyelidikan permukaan, selanjutnya diikuti

bawah permukaan. Penyelidikan permukaan dapatdilakukan dengan bantuan penginderaan jauh,sedangkan penyelidikan bawah permukaan denganmetode geofisika, dalam hal ini geolistrik.

Dalam penelitian ini penyelidikan potensi airtanah digunakan pendugaan geolistrik yangmempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi danmendeteksinya dipermukaan bumi, yang meliputipengukuran arus dan potensial. Jadi, pendugaangeolistrik pada dasarnya untuk mengetahuigambaran penyebaran, kedalaman lapisan danperubahan variasi harga tahanan jenis lapisanbatuan dibawah permukaan tanah pada arah lateralmaupun vertikal dengan mengalirkan arus listrikke dalam tanah melalaui empat buah elektroda,(Sukandi, 2006).

Adanya variasi nilai tahanan jenis (resistivity)yang berbeda–beda disetiap lapisan batuan, makainterpretasi potensi air tanah menyebabkanterjadinya perbedaan antara resistivity dari lapisanporous yang jenuh air dengan lapisan mampat(kompak) yang tidak mengandung air. Perbedaandisini adalah perbedaan reistivity air dengan

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 43

http://www.untb.ac.id/Desember-2017/ Volume 3, No. 4, Desember 2017

resistivity butiran/mineral dari lapisan padat(Sosrodarsono dan Takeda, 1976).

Nilai tahanan jenis yang diperoleh kemudiandikorelasikan dengan kondisi geologi daerahsetempat, sehingga dapat ditafsirkan mengenaijenis batuan dan kemungkinan adanya lapisanbatuan yang dapat bertindak sebagai lapisanpembawa air (akuifer).

Tujuannya adalah untuk mengetahuikedalaman lapisan pembawa air (aquifer) sehinggadapat ditafsirkan potensi air tanah di daerahpenyelidikan.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian adalah area Rumah SakitUmum Daerah Praya Lombok Tengah. Metodeyang digunakan adalah survey lapangan denganpengukuran menggunakan alat geolistrik multichanel. Jumlah titik pengukuran dalam penelitianini sebanyak 3 (tiga) titik dengan arah bentanganutara selatan. Dalam pelaksanaan pengukuran dilapangan menerapkan konsep konfigurasielektroda Schlumberger vertical electricalsounding.

Untuk mengolah hasil pengukuran dilapangan yaitu dengan menggunakan programsoftware IP2WIN yang di kombinasikan dengansoftware Progres 2D.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Interpretasi Geolistrik

Dari hasil pengukuran di lapangan denganmengunakan konfigurasi schlumberger, makaselanjutnya dilakukan pengolahan denganmenggunakan software IPI2Win dan Progressuntuk mendapatkan nilai tahanan jenis yangsebenarnya, kedalaman dan ketebalan lapisanbawah permukaan tanah.

Dari Penampang tahanan jenis G-01 dan G-02 kearah timur – barat (Gambar 4.6 danGambar 4.7), penampang lapisan terdiri dari 4lapisan dengan tahanan jenis yang berbeda,dimana lapisan atas berupa: Lanau pasiran denganketebalan 2.79 – 3.42 m dengan tahanan jenis 2.37– 94.77 ohm-m. Lapisan kedua, dengan ketebalan18.67 – 18.76 meter bertahanan jenis 10.14 –62.30 ohm-m ditafsirkan sebagai lapisan breksitufaan. Lapisan ketiga, bertahanan jenis 3.39 –9.37 ohm-m ditafsirkan sebagai lapisan tuf pasirandengan ketebalan 75.06 – 80.20 meter. Lapisan iniditafsirkan sebagai lapisan akuifer. Lapisanterakhir (empat), lapisan ini dapat berfungsisebagai lapisan akuifer dengan nilai tahanan jenis3.41 – 6.19 ohm-m, namun ketebalan lapisan initidak diketahui.

Gambar 1. Denah titik pengukuran lapangan

Gambar 2. Penampang litologi bawah permukaantitik G-01 dan G-02

Gambar 3. Penampang hidrogeologi bawahpermukaan titik G-01 dan G-02

Gambar 4. Penampang litologi bawah permukaantitik G-03

RSUDPraya

44 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292

Volume 3, No.4, Desember 2017 http://www.untb.ac.id/Desember-2017/

Gambar 5.Penampang hidrogeologi bawahpermukaan titik G-03

Gambar 6. Penampang litologi bawah permukaankorelasi titik G-01 dan G-02

Gambar 7. Penampang hidrogeologi korelasi titikG-01 dan G-02

Korelasi penampang titik G-01 dan G-03 kearahtimur – barat (Gambar 8 dan Gambar 9). Padapenampang ini lapisan ditafsirkan terdiri dari 4(empat) lapisan dengan tahanan jenis yangberbeda, dimana lapisan atas berupa: Lanaupasiran dengan ketebalan 3.31 – 3.42 m dengantahanan jenis 1.24 – 8.07 ohm-m. Lapisan kedua,dengan ketebalan 18.76 – 21.70 meter bertahananjenis 7.68 – 80.02 ohm-m ditafsirkan sebagailapisan breksi tufaan. Lapisan ketiga, bertahananjenis 5.16 – 9.36 ohm-m ditafsirkan sebagailapisan tuf pasiran dengan ketebalan 75.06 – 76.31meter. Lapisan ini ditafsirkan sebagai lapisanakuifer. Lapisan terakhir (empat), lapisan inidapat berfungsi sebagai lapisan akuifer dengannilai tahanan jenis 2.92 – 6.19 ohm-m, namunketebalan lapisan ini tidak diketahui

Gambar 8. Penampang litologi bawah permukaankorelasi titik G-01 dan G-03

Gambar 9. Penampang hidrogeologi korelasi titikG-01 dan G-03

Korelasi penampang tahanan jenis G-02 danG-03 kearah utara – selatan (Gambar 10 danGambar 11). Pada penampang ini lapisanditafsirkan terdiri dari 4 lapisan dengan tahananjenis yang berbeda, dimana lapisan atas berup:Lanau pasiran dengan ketebalan 2.79 – 3.31 mdengan tahanan jenis 1.24 – 94.77 ohm-m.Lapisan kedua, dengan ketebalan 18.67 – 21.67meter bertahanan jenis 7.68 – 80.02 ohm-mditafsirkan sebagai lapisan breksi tufaan. Lapisanketiga, bertahanan jenis 3.39 – 9.37 ohm-mditafsirkan sebagai lapisan tuf pasiran denganketebalan 76.31 – 80.20 meter. Lapisan iniditafsirkan sebagai lapisan akuifer. Lapisanterakhir (empat), lapisan ini dapat berfungsisebagai lapisan akuifer dengan nilai tahanan jenis2.92 – 3.41 ohm-m, namun ketebalan lapisan initidak diketahui.

Gambar 10. Penampang litologi bawahpermukaan korelasi titik G-02 dan G-03

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 45

http://www.untb.ac.id/Desember-2017/ Volume 3, No. 4, Desember 2017

Gambar 11. Penampang hidrogeologi korelasi titikG-02 dan G-03

Gambar 12. Bentuk 3D penampang litologi danhidrogeologi bawah permukaan

Gambar 13. Bentuk 3D penampang litologi danhidrogeologi bawah permukaan

PENUTUP

a. Simpulan

Geomorfologi lokasi peneyelidikanmerupakan morfologi pedataran dengankemiringan lereng kurang dari 3o. Bentuk pedataranmerupakan satuan alluvium yang didominasi olehlanau pasiran, diperkirakan berumur Kuarter.Singkapan batuan dasar tidak terlihat pada daerahpenyelidikan.

Berdasarkan data hasil pendugaan geolistriksebanyak 3 (tiga) titik menunjukkan lapisan bawahpermukaan yaitu:

Lapisan ke-1 berupa lanau pasiran dengan tahananjenis 1.24 – 94.77 Ohm-m. Lapisan ke-2 berupabreksi tufaan dengan nilai tahanan jenis 7.68 –80.02 Ohm-m. Lapisan ke-3 berupa tuf pasirandengan nilai tahanan jenis 3.39 – 9.37 Ohm-m.Lapisan ke-4 berupa tuf pasiran dengan nilaitahanan jenis 2.92 – 6.19 Ohm-m. Dari hasilinterpretasi menunjukkan bahwa lapisan muka airtanah (akuifer) berada pada kedalaman 25.0 meterdengan nilai tahanan jenis antara 3.39 – 9.37 Ohm-m yang berada pada lapisan tuf pasiran. Lapisanakuifer yang ada pada daerah ini termasuk sebagaiakuifer bebas karena berada dalam daerahcekungan air tanah (CAT).

b. Saran

Saran yang diberikan terkait dengan penelitianini adalah: Untuk mendapatkan informasi yanglebih lengkap tentang keberadaan air tanah didaerah penelitian, agar dilanjutkan denganpemboran eksplorasi pada lokasi titik pendugaanatau berada diantara ketiga titik pengukuranlapangan. Jika dilakukan eksplorasi, makakedalaman maksimum pemboran, yaitu 100 meterdi bawah permukaan tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Soemarto, C.D., 1986. Hidrologi Teknik. UsahaNasional, Surabaya.

Sosrodarsono, S., dan Takeda K., 1976. HidrologiUntuk Pengairan. PT. Pradnya Paramita,Jakarta.

Sukandi, 2016, Pengukuran Resistivity Sistem AirTanah Dengan Menggunakan MetodeGeolistrik Pada Formasi Batugamping(Formasi Ekas) di Tanjung Ringgit,Kecamatan Jerowaru Kabupaten LombokTimur, Skripsi, Universitas Mataram.

Telford,W.M. Geldart,L.P.,Sheriff, R.E., Key,D.D.,1976, Apllied Geophysics, edisi1,Cambridge University press, London

Verhoef, P.N.W., ( 1992 ). Geologi Untuk Teknik.Penerbit Erlangga, Surabaya.