Post on 06-Feb-2018
Penggilingan Padi
Menggunakan
Rice Milling Unit
Penggilingan Padi
Menggunakan
Rice Milling Unit
Buku saku ini merupakan ringkasan dari
Laporan Tugas Akhir Politeknik
Agroindustri yang berjudul “Evaluasi
Ekonomi Penggilingan Padi
Menggunakan Rice Milling Unit di
PT.Mertju Buana Sumedang”. Buku ini
ditujukan untuk peserta sidang Tugas
Akhir agar dapat berbagi ilmu
pengetahuan. Penulis menyadari terdapat
banyak kekurangan dalam tulisan ini oleh
karena itu dengan kerendahan hati penulis
memohon maaf dan berterima kasih
kepada pihak yang mendukung tulisan ini.
Semoga bermanfaat.
Terima kasih saya kepada :
Penggilingan Padi
Menggunakan
Rice Milling Unit
Penggilingan Padi
Menggunakan
Rice Milling Unit
Buku saku ini merupakan ringkasan dari
Laporan Tugas Akhir Politeknik
Agroindustri yang berjudul “Evaluasi
Ekonomi Penggilingan Padi
Menggunakan Rice Milling Unit di
PT.Mertju Buana Sumedang”. Buku ini
ditujukan untuk peserta sidang Tugas
Akhir agar dapat berbagi ilmu
pengetahuan. Penulis menyadari terdapat
banyak kekurangan dalam tulisan ini oleh
karena itu dengan kerendahan hati penulis
memohon maaf dan berterima kasih
kepada pihak yang mendukung tulisan ini.
Semoga bermanfaat.
Terima kasih saya kepada :
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pengadaan bahan pangan terutama beras,
banyak ditemui problematika yang kerap kali menjadi
masalah. Pertumbuhan penduduk Indonesia sangat
tinggi yaitu 2% per tahun dan penyusutan lahan
pertanian akibat adanya alih fungsi lahan. Dan tingkat
konsumsi beras masyarakat Indonesia yang terus
meningkat. Oleh karenanya pemerintah Indonesia
mengambil kebijakan dengan cara mengimpor beras
untuk mengatasinya.
Semakin maraknya beras impor di pasar-pasar
domestik, ternyata produksi beras dalam negeri
mempunyai daya saing yang rendah. Oleh karena itu,
agar beras produksi dalam negeri mampu bersaing di
pasar global, maka mutu dan efisiensi proses
pengolahannya harus ditingkatkan.
Untuk meningkatkan mutu beras dalam negeri,
banyak hal yang harus kita perbaiki, diantaranya
meminimalisir tingkat kehilangan gabah baik saat
pemanenan, perontokan, maupun saat penggilingan.
Adapun faktor-faktor lain yang memengaruhi mutu
beras yang dihasilkan antara lain adalah (1) mutu
gabah sebagai bahan baku, (2) teknik pengeringan,
(3) teknik penggilingan, dan (4) sumber daya
manusia.
1.2. Kerangka Pemikiran
Penggilingan padi merupakan kegiatan
terakhir dari seluruh tahapan budidaya padi yang
dimulai dari penanaman di lapangan, perawatan
tanaman, panen, dan pascapanen. Tahapan-tahapan
penggilingan meliputi pengadaan bahan baku,
pengeringan, pemecah kulit, penyosohan,
pengayakan, pemutihan, pengepakan, penyimpanan,
distribusi dan pemasaran.
Selain mutu tinggi, ada hal yang harus
diperhatikan, yaitu analisis ekonomi dari proses
produksi tersebut. Harga penjualan sangat
dipengaruhi oleh harga bahan baku dan biaya proses
penggilingan. Masalah terbesar saat ini adalah
sulitnya bahan baku (gabah) yang sesuai dengan
kepentingan pabrik karena bahan baku tersebut
bersifat musiman sedangkan operasional pabrik
harus kontinyu dan kebutuhan akan beras terus
diperlukan.
Melalui masalah inilah penulis ingin
membandingkan antara mutu yang dihasilkan pabrik
dengan mutu berdasarkan SNI 6128:2008. Selain itu,
penulis juga ingin mengetahui metode mengatasi
masalah pengadaan bahan baku sehingga
kontinyuitas produksi penggilingan tetap lancar dan
terjaga.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang
tak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir yang berjudul ”Evaluasi Ekonomi
Penggilingan Padi Menggunakan Rice Milling Unit di PT.
Mertjubuana Kec. Tomo, Kab. Sumedang,, Jawa Barat.
Selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini
penulis tak lepas dari hambatan, rintangan dan
kesulitan, oleh karena itu penulis banyak mendapat
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang
mendukung hingga selesainya penulisan Laporan Tugas
Akhir ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini.
Selain karena masalah teknis, juga masalah
keterbatasan informasi yang diperlukan hingga banyak
hal dalam Laporan ini belum dapat diuraikan secara
lengkap.
Untuk lebih meningkatkan mutu penulisan dan
materi pengetahuan yang disampaikan, dengan rendah
hati penulis memohon saran dan kritik pembaca yang
bersifat membangun
Sukamandi, 12 Oktober 2011
Penulis
RINGKASAN
Beras adalah sumber karbohidrat utama bagi
sebagian penduduk Asia, untuk mendapatkan beras tersebut harus melalui tahapan-tahapan yang sistematis sehingga memperoleh hasil yang optimal. Pengamatan dilakukan pada pabrik penggilingan padi di Kecamatan Tomo, Sumedang, Jawa Barat dengan tujuan untuk menganalisis kelayakan usaha suatu pabrik penggilingan padi menggunakan metode analisa usaha. Dari hasil praktek didapatkan hasil perhitungan evaluasi ekonomi antara lain POT (Pay Out Time) 4 tahun yakni dalam jangka waktu 4 tahun modal sudah dapat dikembalikan, ROI (Return Of Investment) 23%/tahun, BEP (Break Even Point) harga yaitu pada Rp 7.371 sedangkan BEP produksi yaitu pada 51.421 kg beras kepala, dan BCR (Benefit Cost Ratio) yaitu 1,23 yakni usaha ini layak untuk dikembangkan. Selain dari hal tersebut, penulis juga melakukan analisis terhadap mutu dari hasil penggilingan dan membandingkannya dengan standar mutu yang telah ditetapkan oleh BSN (Badan Standarisasi Nasional) yaitu SNI 6128:2008 tentang mutu beras. Dari hasil praktek saya dapatkan bahwa mutu beras yang dihasilkan oleh PT.Mertju Buana mendekati mutu I dalam Standar Nasional Indonesia. Ini semua bertujuan untuk memperbaiki mutu beras yang dihasilkan pabrik penggilingan sehingga dapat lebih mensejahterakan kehidupan pengusaha dan petani di sekitarnya.
2.2. Penanganan Pascapanen
Pascapanen hasil pertanian adalah tahapan
kegiatan yang dimulai sejak pemungutan
(pemanenan) hasil pertanian yang meliputi hasil
tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan,
dan perkebunan sampai hasil tersebut sampai siap
untuk dipasarkan (Anonim 1986). Sesuai dengan
pengertian tersebut untuk komoditas padi khususnya,
tahapan dalam pascapanen padi meliputi
pemanenan, perontokan, perawatan, pengeringan,
penggilingan, penyimpanan, pengolahan,
transportasi, standarisasi mutu, dan penanganan
produk sisa (limbah).
Gambar : Diagram alir pascapanen padi
Pemanenan
Penetapan waktu panen padi yang paling mudah
adalah melalui metode optimalisasi. Dengan metode
ini padi dipanen pada saat malai berumur 30-35 hari,
terhitung sejak hari sesudah berbunga. Tanda-
tandanya adalah 95% malai tampak menguning dan
kadar air gabah berkisar antara 21-26%, butir hijau
rendah, dan mutu gabah relative tinggi Proses panen
umumnya meliputi proses pemotongan,
pengumpulan, pengangkutan, perontokan, dan
pembersihan.
Perontokan Gabah
Perontokan padi bertujuan untuk melepaskan
bulir gabah dari malainya dengan prinsip memberikan
pukulan terhadap malai tersebut. Perontokan padi
dapat dilakukan dengan cara diinjak-injak,
pukul/geding, banting/gebot, menggunakan pedal
thresher dan mesin perontok. Penggunaan alat dan
mesin pertanian (alsintan) panen seperti Reaper,
Thresher, Stripper, atau Combine Harvester dan alat
perontokan lebih efisien dan efektif karena kapasitas
kerja mesin panen lebih tinggi dibandingkan dengan
cara panen tradisional secara manual, namun untuk
dapat menggunakan alat tersebut harus memenuhi
syarat dan ketentuan tertentu.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Padi (Oryza sativa L.)
Klasifikasi tanaman padi dalam dunia tumbuh-
tumbuhan adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Devisio : Spermatophyta
Sub devisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Graminales
Famili : Gramineae
Sub Family : Poaceae
Genus : Oryza
Species : Oryza sativa L.
Dari 20 spesies anggota genus Oryza terdapat
dua jenis padi yang sering dibudidayakan orang yaitu
Oryza sativa dan Oryza glabemma Steund
(Suparyono dan Setyono 1996). Padi merupakan
tanaman pertanian kuno yang sampai sekarang
menjadi tanaman utama dunia. Bukti sejarah di
Propinsi Zheijiang, Cina Selatan, menunjukkan bahwa
penanaman padi di Asia sudah dimulai 7.000 tahun
yang lalu.Tahapan budidaya tanaman padi hampir
sama dengan budidaya tanaman lain pada umumnya,
yaitu dimulai dari persiapan benih, persemaian,
penanaman, perawatan tanaman, dan pemanenan.
1.3. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari praktek magang yang
penulis lakukan adalah :
1. Untuk mempelajari sistem penggilingan padi
yang efektif dan efisien agar mendapatkan mutu
beras giling berkualitas baik.
2. Membekali ilmu kepada penulis agar dapat
mengembangkan penggilingan padi di kampung
halaman kelak.
Adapun tujuan dari praktek magang yang penulis
lakukan adalah :
1. Mengevaluasi nilai ekonomi sistem usaha
penggilingan padi menengah.
2. Mengevaluasi mutu beras giling pada pabrik
penggilingan padi dan membandingkan dengan
standar mutu beras giling SNI.
Profil Perusahaan
PT. Mertju Buana Rice Milling Unit Sumedang
merupakan perusahaan yang melakukan produksi
beras dengan dua kegiatan utama, yaitu penggilingan
beras dan budidaya padi. PT. Mertju Buana Rice
Milling Unit Sumedang beralamat di Jalan Raya
Sumedang Majalengka Desa Tolengas Kecamatan
Tomo Kabupaten Sumedang.
Perusahaan didukung dengan penggunaan
mesin rice milling modern yang berkemampuan 6
ton/jam Gabah Kering Giling (GKG) dari padi pilihan
baik yang dikelola melalui kerjasama kemitraan
petani. Selain penggilingan beras PT. Mertju Buana
Rice Milling Unit Sumedang juga membudidayakan
padi dengan menggunakan pupuk semi organik. PT.
Mertju Buana Cabang Sumedang hingga saat ini
telah menjadi perusahaan percontohan bagi
beberapa perusahaan lain yang bergerak di bidang
produksi beras. Berikut ini adalah gambaran
PT.Mertju Buana.
Proses Produksi
Pengadaan Gabah
Gabah yang diterima oleh PT. Mertju Buana
Rice Milling Unit Sumedang berasal dari dua sumber
yaitu : petani perorangan dan petani mitra. Gabah
yang berasal dari petani perorangan dan petani mitra
diperoleh oleh perusahaan dengan cara mencari
gabah ke petani dan petani mitra. Dalam kegiatan
pencarian gabah, tim pengadaan dibantu oleh
karyawan atau pegawai lain.
PT. Mertju Buana Rice Milling Unit Sumedang
menerima dua macam gabah yaitu gabah kering
panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG). Gabah
kering panen (GKP) adalah gabah kering hasil
langsung dari panen tanpa proses pengeringan lebih
lanjut. Sedangkan gabah kering giling (GKG) adalah
gabah yang siap untuk langsung digiling. Penentuan
harga pada saat pembelian gabah antara pihak PT.
Mertju Buana Rice Milling Unit Sumedang dan pihak
petani adalah dengan cara kesepakatan atas dasar
kualitas gabah. Kualitas gabah yang diterima oleh PT.
Mertju Buana Rice Milling Unit Sumedang memiliki
klasifikasi standar yang jelas.
Standar Mutu Beras Nasional
Untuk melindungi produsen dalam negeri dan
komsumen beras, maka perlu diterapkan standar
mutu beras yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi
Nasional (BSN) dalam bentuk Standar Nasional
Indonesia (SNI) nomor 6128:2008.
Persyaratan Umum
- Bebas hama dan Penyakit yang hidup
- Bebas bau apek, asam atau bau-bau asing
lainnya.
- Bersih dari campuran dedak katul
- Bebas dari tanda-tanda adanya bahan kima yang
membahayakan baik secara visual maupun
secara organik.
Persyaratan Khusus
No Komponen
mutu Satuan
Mutu
I
Mutu
II
Mutu
III
Mutu
IV
Mutu
V
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Derajat sosoh
Kadar air
Butir kepala
Butir patah
Butir menir
Butir merah
Butir kuning
Mengapur
Benda asing
Butir gabah
CVL
Min (%)
Maks (%)
Maks (%)
Maks (%)
Maks (%)
Maks (%)
Maks (%)
Maks (%)
Maks (%)
(Maks)
Butir/100g
Maks (%)
100
14
95
5
0
0
0
0
0
0
0
100
14
89
10
1
1
1
1
0,02
1
3
95
14
78
20
2
2
2
2
0,02
1
5
95
14
73
25
2
3
3
3
0,05
2
5
85
15
60
35
5
3
5
5
0,20
3
6
Daya Guna Hasil Padi
Dalam proses pengolahan hasil pertanian akan
dihasilkan produk utama (product), Produk Samping
(by product) dan produk sisa atau limbah (waste).
Pada agroindustri padi dengan bahan baku gabah,
sebagai produk utamanya adalah beras giling dan
benih, sedangkan produk samping berupa menir dan
bekatul, serta sebagai produk sisa atau limbah adalah
jerami dan sekam
Pemanfaatan produk samping dan produk sisa
bertujuan meningkatkan keuntungan bagi
perusahaan, menekan biaya produksi, membuka
lapangan kerja baru, dan meingkatkan perekonomian
masyarakat sekitar
Gambar 10. Skema Daya Guna Hasil Padi
Penggilingan
Penggilingan merupakan tahapan paling penting
dari proses ini. PT. Mertju Buana menggunakan Rice
Miling Unit dengan menggunakan sistem kontinyu.
Mesin penggilingan yang digunakan adalah CRM
Buivanngo berkapasitas 6 ton/jam.
Pre cleaner (Pembersihan)
Proses penggilingan diawali
dengan penimbangan gabah sebelum
dimasukkan ke dalam in late pertama.
Dari in late tersebut gabah diangkat
oleh elevator menuju mesin pertama
yaitu pre cleaner.
Pre cleaner adalah alat yang digunakan untuk
membersihkan gabah dari kotoran yang masih tersisa
dari ayakan pertama. Gabah utuh akan diangkat
kembali oleh elevator menuju timbangan automatis.
4.3.4.1. Timbangan
Timbangan beroperasi
berdasarkan prinsip load-cell. Panel
kontrol dihubungkan dengan sebuah
komputer dan akan mencetak laporan
berat setiap kali bahan baku melewati
timbangan.
Husker
Setelah gabah kering giling
tersebut ditimbang, lalu gabah tersebut
langsung dicurahkan ke hopper mesin
pecah kulit (husker). Husker adalah
mesin pemecah kulit gabah agar beras
terpisah dari kulitnya.
PT. Mertju Buana memiliki 2 unit Husker
untuk mempercepat kinerja penggilingan. Mesin ini
menghasilkan beras pecah kulit (BPK). Kulit gabah
dipecahkan dengan menggunakan dua Rubber Roll
yang berputar searah dengan kecepatan putaran
yang berbeda.
Aspirator Setelah keluar dari husker,
maka beras pecah kulit dan sekam
masih bercampur. Oleh karena itu,
RMU dilengkapi dengan aspirator
yaitu mesin pemisah antara beras
pecah kuit dengan sekam.
Husk Aspirator menggunakan tenaga angin
untuk meniup aliran bahan baku yang jatuh dari tahap
paddy husker menjadi tiga bagian material yaitu beras
pecah kulit, butiran-butiran yang belum matang dan
sekam. Bagian-bagian tersebut di keluarkan dengan
menggunakan Screws Conveyor.
4.3.1. Pengeringan
Sebelum gabah dikeringkan, ada beberapa tahapan
yang harus dilalui oleh gabah. Gabah yang baru datang dari
lapangan langsung ditimbang dan dilakukan pengambilan
sampel untuk kebutuhan analisis mutu. Apabila spesifikasi
gabah telah sesuai dengan surat keterangan dari lapangan,
maka akan dilakukan proses pengayakan gabah.
Pengayakan bertujuan untuk mengurangi kotoran yang ikut
terbawa dari lapangan seperti jerami, daun, kertas, dan lain
lain. Dari hasil ayakan kedua, gabah diangkat lagi
menggunakan elevator menuju silo pengering (dryer).
Drayer diisi sampai kapasitas maksimal yaitu 27
ton/dryer. PT. Mertju Buana memiliki 5 unit mesin
pengering. Pengeringan dilakukan pada suhu 700C dengan
kenaikan suhu yang bertahap hingga memperoleh suhu
tersebut. Suhu panas tersebut diperoleh dari tungku
pemanas berbahan bakar sekam.
Setelah mendapakan kadar air yang diharapkan,
gabah lalu dikeluarkan dari dryer dan dicurahkan ke dalam
silo penampung menggunakan elevator. Pencurahan dalam
silo ini bertujuan untuk mendinginkan gabah setelah diberi
suhu panas melalui proses, yang disebut tempering time.
Tempering
time ini
berlansung
1-2 hari.
Penyimpanan Gabah
Setelah pengeringan, gabah disimpan terlebih
dahulu untuk sementara sebelum diproses lebih
lanjut. Penyimpanan ini bertujuan untuk menyediakan
stok gabah yang kontinyu. Ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan dalam penyimpanan gabah ini
agar gabah tetap berada dalam keadaan baik dalam
jangka waktu simpan tertentu yaitu : (1) kondisi gabah
sebelum disimpan, (2) kadar air gabah, (3) wadah
penyimpan, dan (4) ruang penyimpanan.
Penyimpanan gabah yang dilakukan di PT.
Mertju Buana menggunakan karung dengan
kapasitas 45 kg/karung. Karung tersebut ditempatkan
diatas palet kayu agar ada jarak antar lantai dengan
karung.
Untuk menjaga mutu gabah, dilakukan
monitoring terhadap gabah secara berkala. Pada
umumnya monitoring dilakukan setiap 1 bulan sekali
dengan pengambilan sampel. Apabila terlihat adanya
gangguan terutama dari hama gudang maka
dilakukan tindakan fumigasi untuk mengendalikan
hama tersebut. Adapun ambang kendali dari pada
hama gudang yaitu maksimal 3 hama/3 kg sampel.
Bila hama mencapai bahkan lebih dari angka
tersebut, maka harus segera dilakukan tindakan
fumigasi untuk mengendalikannya.
Rice Cooler Angin ditiup dari arah bawah ke atas masuk ke
dalam cooler lewat serangkaian inverted Vee. Sebuah
rotary valve pada bagian bahan keluar berfungsi
mencegah angin keluar pada bagian bawah cooler.
Proses pendinginan berlangsung selama 2 jam untuk
menghindar beras dapat mengeras dan pecah.
Rotary Shifter
Rotary Shifter digunakan untuk
memisahkan beras pecah yang
masih tercampur dalam beras
dengan menggunakan beberapa
buah screen stainless steel yang
memiliki permukaan bergelombang
dan lubang-lubang berbentuk
square (kotak).
Length Grader
Length Grader digunakan untuk memisahkan
beras pecah yang masih tercampur di dalam beras.
Sebuah drum dari stainless steel yang berbentuk
slinder.
Di permukaan dalam
drum memiliki lekukan- lekukan
dengan ukuran yang berbeda
sehingga dapat mengeluarkan
berbagai ukuran beras pecah.
Tangki
Thickness Grader digunakan
untuk memisahkan beras/material lain
yang berukuran tipis keluar dari
bagian beras utuh (produck akhir).
Control Feeder
Control Feeder adalah mesin
untuk mengontrol sejumlah material
melewati dia dalam sekian waktu
yang ditentukan. Biasanya
ditempatkan pada tangki output
material. Digunakan secara
bersamaan untuk mengontrol
persentase campuran semua ukuran
beras.
Timbangan
Shutter Scale digunakan untuk
menimbang output product dari mesin
giling (CRM) seperti gabah, jagung,
kacang, dll. Timbangan beroperasi
berdasarkan prinsip load-cell. Panel
kontrol terhubungkan dengan sebuah
komputer dan akan mencetak laporan
berat setiap kali melewati timbangan.
Separator
Proses selanjutnya adalah gabah
masuk ke dalam mesin separator.
Separator adalah mesin pemisah
antara beras pecah kulit dengan
gabah. Beras pecah kulit akan
menuju ke mesin selanjutnya yaitu
de stoner yang berada tepat di bawah separator
sedangkan bulir gabah kembali ke husker untuk
proses pemecahan kulit kembali. Paddy Separator
digunakan untuk memisahkan gabah yang masih
tercampur dengan beras pecah kulit.
De-Stoner
De stoner adalah mesin
pemisah batu dari beras pecah kulit.
Mesin ini memiliki tujuan
memperkecil persentase benda
asing terutama batu dan logam
lainnya.
Destoner dirangcang berdasarkan perbedaan
density bebatuan dan density beras/gabah dengan
menggunakan saringan maju-mundur bersamaan
dengan tenaga dorong angin yang lewat lubang-
lubang saringan untuk memisahkan pebatuan dan
beras/gabah.
Whitening
Whitening adalah mesin pemutih
beras. Mesin ini berfungsi mengikis lapisan
aleuron dari BPK sehingga lapisan aleuron
dan perikap terpisahkan dari beras
sehingga tampak lebih putih.
Proses pemutihan ini dilakukan dua kali dengan
metode yang sama namun mesin yang berbeda.
Mesin ini akan menghasilkan beras putih dan dedak
kasar. Setelah melalui mesin ini, beras akan terlihat
putih namun masih agak kusam.
Beras diasah di antara permukaan sebuah batu
Emery dan batang-batang karet (Rubber bar). Angin
ditiup masuk lewat lubang-lubang deket rubber bar
untuk menurunkan suhu panas dan untuk
mengeluarkan dedak.
Polisher
Polisher ini adalah proses pengikisan lapisan
aleuron yang lebih dalam lagi dari beras tersebut
sehingga menghasilkan dedak halus.
Proses ini dilakukan dua kali dengan
dua mesin berbeda dan metode yang
sama. Pada proses ini, digunakan air
untuk membersihkan beras sehingga
beras benar-benar putih.
Analisis Mutu
Dari contoh kerja, diambillan contoh analisa yaitu
100 g. contoh analisa tersebut dipisahkan antara bulir
utuh, bulir hijau, bulir hampa, dll. Setelah bulir-bulir
tersebut dipisahkan lalu ditimbang untuk
mendapatkan persentase dari setiap bagian tersebut.
No Komponen mutu Satuan PT.
MB
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Derajat sosoh
Kadar air
Butir kepala
Butir patah
Butir menir
Butir merah
Butir kuning / rusak
Butir mengapur
Benda asing
Butir gabah
Campuran varietas lain
Min (%)
Maks (%)
Maks (%)
Maks (%)
Maks (%)
Maks (%)
Maks (%)
Maks (%)
Maks (%)
(Maks) Butir/100g
Maks (%)
100
14,8
82,2
16,2
1,6
0
0,1
0,5
0
0
0
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa 10
dari 11 katagori sudah memenuhi syarat mutu SNI
pada mutu I, namun persyaratan kadar air masih lebih
tinggi dari ketentuan. Kadar air beras yang dihasilkan
PT. Mertjubuana adalah 14,8% sedangkan untuk
mencapai standar mutu SNI harus mencapai 14,0%.
Rendemen beras kepala yang dihasilkan oleh
penggilingan modern sangat tinggi yaitu dapat dilihat
pada diagram berikut :
Dari hasil analisis rendemen beras kepala
didapatkan 57% yang dihitung dari keseluruhan padi
dan 82,2% bila dihitung dari beras yang telah digiling.
Hal ini menunjukkan bahwa beras yang dihasilkan
PT. Mertju Buana mempunyai rendemen yang tinggi.
Pengemasan Dari tabung penyimpanan sementara, beras
dibawa oleh konveyor dan elevator menuju timbangan
otomatis.
Namun, untuk menambah
keakuratan timbangan,
selain timbangan otomatis
digunakan juga timbangan
manual. Setelah proses
timbangan selesai, apabila
pengemas berupa karung
maka langsung dijahit sedangkan bila kemasan
berupa kantong plastik maka digunakan mesin pres
listik untuk merekatkan plastik tersebut.
Pemasaran
Untuk memasarkan
beras, PT. Mertju Buana
mencari pelanggan tetap
sehingga ada pasar yang
kontinyu. Pada umumnya,
beras dipasarkan ke pasar
modern seperti super market. Untuk menjaga
kepercayaan pasar dan konsumen, PT. Mertju Buana
harus tetap menjaga mutu agar terus berkualitas.
Pengendalian Hama Gudang
Ada beberapa jenis hama gudang yang
sering menyerang pada pabrik penggilingan beras.
Hama umumnya berupa serangga yang menyerang
gabah dan beras.
1. Kumbang Bubuk Beras Sitophilus orizae
Kumbang bubuk beras tergolong
hama primer dan paling dominan
menimbulkan kerusakan pada beras
dalam penyimpanan. Spesies tersebut
bersifat kosmopolit, dengan penyebaran
di daerah tropis dan subtropis produsen
padi. Serangga dewasa dapat hidup antara 3 – 5
bulan. Suhu udara optimum bagi perkembangan
serangga adalah 27oC – 30
oC dan kelembaban 75% -
15%.
2. Ngengat Beras Corcyra cephalonica
Stadia larva merupakan hama primer beras dan kerusakan diperparah oleh aktifitas bersarangnya yang membentuk ruangan-ruangan kecil sebagai tempat tinggal. Secara morfologi, ngengat tersebut berwarna coklat pucat, panjang tubuh 12-15 mm, rentang sayap depan 15-25 mm, antena sedang, kepala memiliki dua tonjolan kecil sehingga sekilas menyerupai bangunan segitiga.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Penggilingan padi yang dilaksanakan di
PT.Metjubuana sudah sangat kompleks dengan
menggunakan mesin moderen, mulai dari mesin
pengering berbahan bakar sekam dan Rice Millling
Unit. Perusahaan ini baru dibangun pada tahun 2007.
Oleh karena itu, perusahaan masih dalam keadaan
membangun baik sarana prasarana dan managemen.
2. Mutu beras yang dihasilkan PT. Mertju Buana
mendekati dalam kelas I yaitu beras premium yang
dihasikan sangat berkwalitas dengan beras patah
yang relatif rendah.
3. Berdasarkan hasil evaluasi ekonomi, menunjukkan
bahwa PT. Mertju Buana layak mengembangkan
usahanya dengan BCR 1,23.
5.2. Saran
1. Pola kerjasama (mitra) yang sebelumnya telah
dirancang agar dapat dilaksanakan dan di tingkatkan
untuk memenuhi kebutuhan bahan baku berupa
gabah.
2. Metode penyimpanan gabah harus diperbaiki,
sebaiknya menggunakan metode FIFO (First In Ferst
Out) sehingga kwalitas dari gabah dapat terjaga dan
serangan hama gudang dapat diminimalisir.
Elradhie Nour Ambiya, lahir di Banda
Aceh 10 Maret 1991, dibesarkan di Saree
oleh orang tua bernama Suardi Ishak dan
almh. Mushallina. Oleh karena konflik
berkepanjangan, kami memilih pulang ke
Banda saat saya kelas 5 SD. Saya
melanjutkan sekolah dasar di Darussalam
hingga hampir tamat MTsN. Oleh karena
Tsunami yang menerjang Banda Aceh, selepas tamat
MTsN 4 Rukoh saya memilih kembali ke Saree di SPP-
SPMA Saree-Aceh. Setamat di SPMA saya mendaptkan
beasiswa kuliah di Politeknik Agroidustri hingga sekarang.
Untuk menyelesaikan pendidikan, saya harus melakukan
praktikum. Dengan dibantu oleh beberapa pihak, akhirnya
saya dapat melaksanakan praktikum di PT.Mertju Buana
Sumedang selama satu bulan. Sepulang dari praktek
tersebut saya menyusun laporan dan meringkasnya dalam
buku ini. Semoga Bermanfaat.
𝑲𝒆𝒖𝒏𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 = 𝒐𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕− 𝒊𝒏𝒑𝒖𝒕
𝑷𝑶𝑻 =𝑰𝒏𝒑𝒖𝒕
𝑲𝒆𝒖𝒏𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏=
Rp 437.080.823
Rp 102.833.155= 𝟒 𝒃𝒖𝒍𝒂𝒏
Evaluasi Ekonomi Input
Output
Keuntungan
= Rp 539.913.978 – Rp 437.080.823
= Rp 102.833.155
POT (Pay Out Time)
𝑹𝑶𝑰 = 𝑲𝒆𝒖𝒏𝒕𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏
𝑰𝒏𝒑𝒖𝒕 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑹𝑶𝑰 = Rp 102.833.155
Rp 437.080.823 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑹𝑶𝑰 = 23 %/bulan
𝐵𝐸𝑃 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖=
Rp 437.080.823
59296 𝑘𝑔= 𝑅𝑝 7.371
𝐵𝐸𝑃 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐽𝑢𝑎𝑙=
Rp 437.080.823
𝑅𝑝 8.500= 51.421 𝑘𝑔
𝑩𝑪𝑹 = 𝑶𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕
𝑰𝒏𝒑𝒖𝒕=
Rp 539.913.978
Rp 437.080.823 = 𝟏,𝟐𝟑
ROI (Return on Investment)
BEP (Break Even Point)
BEP Harga
BEP Produksi
BCR (Benefit Cost Ratio)
Dari hasil analisis usaha yang didapatkan, dapat
diketahui bahwa usaha tersebut layak untuk
dikembangkan dikarenakan angka BCR 1,23 yakni
apabila modal yang dikeluarkan Rp 1,- maka total
pendapatan adalalh Rp 1,23,-. Keseluruhan modal
tersebut akan dapat dikembalikan selama 23 tahun
sesuai dengan perhitungan POT yang dilakukan.