Post on 06-Nov-2021
1
PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PASIR SILIKA
MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)
(Studi Pada CV. BUMI SILIKA JAYA)
Oleh:
Feby Zakaria
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
zakariafeby@gmail.com
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Surachman, SE, MSIE
ABSTRAK
Pengendalian persediaan merupakan salah satu kegiatan manajemen yang
penting di dalam perusahaan. Perusahaan diharapkan mampu untuk mengelola
persdiaan bahan baku secara efisien. Perusahaan CV. BUMI SILIKA JAYA
memiliki masalah dalam mengelola persediaan pasir silika dengan baik.
Perusahaan terlalu sering melakukan pemesanan serta terjadinya kekurangan
persediaan di dalam gudang menjadi masalah pada penelitian ini.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui berapa jumlah pemesanan
bahan baku yang tepat, efisiensi biaya persediaan, jumlah persediaan pengamanan
dan titik pemesanan kembali dari persediaan bahan baku di gudang. Teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara dan mengumpulkan beberapa
informasi dokumen terkait persediaan bahan baku pasir silika. Data yang telah
dikumpulkan digunakan untuk menghitung jumlah pemesanan ekonomis bahan
baku pasir silika (Economic Order Quantity), frekuensi pemesanan menurut EOQ,
tingkat persediaan yang tepat untuk melakukan pemesanan ulang bahan baku (Re-
Order Point), dan jumlah persediaan pengamanan (safety stock) untuk
mengantisipasi kekurangan persediaan pasir silika.
Hasil dari penghitungan diketahui bahwa untuk dapat melakukan efisiensi
biaya persediaan jumlah pemesanan ekonomis (EOQ) yang diperoleh sebesar
11.366 ton. Frekuensi pemesanan dilakukan 25 kali. Re-Order Point persediaan
pasir silika adalah 3.398 ton. Tingkat pelayanan yang diberikan perusahaan
sebesar 95%, safety stock yang dibutuhkan adalah 2.452 ton.
Kata Kunci: Economic Order Quantity (EOQ), Frekuensi Pemesanan, Safety
Stock, Re-Order Point (ROP)
2
SILICA SAND RAW MATERIAL INVENTORY CONTROL USING
ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) METHOD
(Study On CV. BUMI SILIKA JAYA)
Feby Zakaria
Faculty of Economics and Business, University of Brawijaya
zakariafeby@gmail.com
Supervisor:
Prof. Dr. Surachman, SE, MSIE
ABSTRACT
Inventory control is one of the pivotal management activities in a
company. Company is expected to be able to manage its raw material inventory
efficiently. CV. BUMI SILIKA JAYA faced a problem in managing its silica sand
inventory. The company frequently made sand orders and often experienced lack
of inventory at their storage.
The aim of this research is to know the proper number of raw material
order to achieve efficient inventory costs, to define the number of safety stock and
repeat order point and raw material inventory in storage unit. Data collection
technique was done through interview and silica sand inventory number
document. The collected data was utilized to calculate economic order quantity of
silica sand raw material, ordering frequency based on EOQ, proper inventory level
to make repeat order, and number of safety stock to anticipate a lack on silica sand
inventory.
The calculation result demonstrated that to achieve efficient and economic
order quantity of the inventory (EOQ), it total order was 11,336 tons. The
ordering frequency was 25 times. Repeat order point of silica sand inventory was
3,398 tons. For service level provided by the company at 95%, the safety stock
required was 2,452 tons.
Keywords: Economic Order Quantity (EOQ), Ordering Frequency, Safety Stock,
Repeat Order Point (ROP)
3
PENDAHULUAN
Pada saat ini perkembangan dunia
usaha mengalami peningkatan yang sangat
signifikan dan terbilang sangat pesat untuk
semua sektor. Perkembangan yang terjadi
secara global memberikan dampak hampir
ke semua negara termasuk negara
Indonesia. Perkembangan yang terjadi
karena adanya peningkatan keberagaman
kebutuhan manusia yang semakin
meningkat dari waktu ke waktu. Banyak
perusahaan dan perseorangan yang jeli
membaca situasi tersebut dan
memanfaatkan peluang untuk membuka
suatu usaha guna memenuhi kebutuhan
dan mendapatkan keuntungan dari keadaan
yang terjadi saat ini.
Salah satu bentuk usaha yang sangat
diminati oleh perusahaan dan
perseorangan adalah usaha yang bergerak
pada bidang pertambangan sumberdaya
alam. Usaha pertambangan meliputi
banyak sumberdaya alam yang diantaranya
seperti minyak, gas alam, batu bara, logam
mulia, pasir dan masih banyak lainnya.
Salah satu usaha pertambangan yang
tengah diminati saat ini adalah pasir silika
yang digunakan sebagai bahan baku untuk
pembuatan batu bata ringan, semen mortar,
kaca dan internit.
Kebutuhan akan pasir silika meningkat
secara signifikan dengan adanya kebijakan
yang menetapkan untuk semua bangun
tinggi di Indonesia menggunakan batu bata
ringan yang memiliki banyak keunggulan
dibandingkan batu bata merah. Peraturan
tersebut tertulis dalam Perpres RI Nomor
70 Tahun 2012.
Dengan semakin meningkatnya
kebutuhan pasir silika, maka perusahaan-
perusahaan yang bergerak dalam jual beli
pasir silika harus mampu untuk
memanajemen dengan baik persediaan
bahan baku. Ketersediaan bahan baku
merupakan hal yang penting di dalam
perusahaan guna untuk tetap menjaga
kelancaran proses produksi perusahaan.
Pengendalian persediaan bahan baku harus
melalui proses koordinasi dan integrasi
kegiatan yang dilakukan secara efektif dan
efisien (Susanto, 2009: 3). Perusahaan
harus mampu untuk menentukan jumlah
persediaan yang disimpan, jumlah
persediaan yang harus dipesan serta kapan
harus melakukan pemesanaan ulang
(Lestari, 2012: 8).
Tujuan diadakan persediaan oleh
perusahaan karena persediaan berguna
untuk menghilangkan resiko keterlambatan
barang atau bahan yang dibutuhkan oleh
perusahaan, menghilangkan resiko kualitas
bahan yang dipesan sehingga bahan
tersebut harus dikembalikan, untuk bisa
menjaga stok bahan-bahan yang bersifat
musiman, mempertahankan stabilitas
operasi perusahaan, mencapai penggunaan
mesin yang optimal, memaksimalkan
pelayanan kepada pelanggan dimana
keinginan pelanggan bisa tetap terpenuhi
(Assauri: 2008).
Salah satu bentuk manajemen
persediaan yang baik adalah dengan
menerapkan Economic Order Quantity di
dalam perusahaan. Menurut Heizer dan
Render (2015: 561), Economic Order
Quantity (EOQ) adalah salah satu teknik
pengendalian persediaan yang sederhana
dimana konsep pengendalian tersebut
mampu untuk menentukan jumlah (Q)
setiap kali melakukan pesanan sehingga
biaya total persediaan dapat diturunkan.
Konsep Economic Order Quantity (EOQ)
memberikan gambaran keputusan yang
dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu
mengenai berapa jumlah bahan baku yang
dipesan berdasarkan kebutuhan dan
kapasitas gudang serta waktu untuk
melakukan pesanan ulang persediaan.
CV. BUMI SILIKA JAYA merupakan
salah satu perusahaan yang bergerak pada
jual beli hasil pertambangan yaitu pasir
silika. Perusahaan tersebut beroperasi di
kecamatan Bancar, kabupaten Tuban. Saat
ini perusahaan CV. BUMI SILIKA JAYA
masih menerapkan metode sederhana
dalam menghitung kebutuhan bahan baku.
4
Perusahaan tersebut belum menerapkan
metode Economic Order Quantity (EOQ)
dalam menganilisis dan menghitung
kebutuhan persediaan bahan baku
sehingga perusahaan pernah mengalami
kehabisan stok bahan baku. Perusahaan
juga cenderung untuk terlalu sering
melakukan pesanan sehingga biaya
pemesanan belum terkendali secara
maksimal.
Dari berbagai penelitian yang telah
dilakukan menunjukkan penerapan metode
Economic Order Quantity (EOQ) dapat
mencegah habisnya stok persediaan di
dalam perusahaan dan mampu untuk
meminimalisir biaya persediaan. Metode
ini mampu menunjukkan kuantitas
pesanan ekonomis, frekuensi pemesanan
ekonomis, dan waktu untuk melakukan
pemesanan ulang Re-Order Point (ROP)
yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
Berdasarkan latar belakang diatas
tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
(1) Mengetahui proses pengendalian
persediaan bahan baku yang dilakukan
oleh perusahaan, (2) berapa kuantitas
pesanan ekonomis yang harus dilakukan
oleh perusahaan berdasarkan metode EOQ,
(3) berapa jumlah frekuensi pemesanan
ekonomis yang dapat dilakukan oleh
perusahaan berdasarkan metode EOQ, (4)
jumlah persediaan pengamanan yang harus
disediakan oleh perusahaan, (5) berapa
kuantitas pemesanan kembali (Re-Order
Point) yang harus dilakukan oleh
perusahaan, dan (6) pengaruh analisis
Economic Order Quantity (EOQ) terhadap
biaya persediaan jika diterapkan pada
pengendalian persediaan pada CV. BUMI
SILIKA JAYA.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Manajemen Operasi
Menurut Roger G. Schroeder (1997: 4)
manajemen operasi merupakan suatu
kajian pengambilan keputusan pada suatu
fungsi operasi di dalam industri atau
organisasi. Manajemen operasi
bertanggung dalam menghasilkan barang
atau jasa di dalam suatu organisasi atau
industri. Manajer operasi mengambil
keputusan yang berkaitan dengan suatu
sistem perubahan dan fungsi operasi yang
digunakan.
Sedangkan menurut Heizer dan Render
(2015: 3) manajemen operasi merupakan
serangkaian kegiatan yang menciptakan
nilai suatu barang dan jasa dengan
mengubah masukan menjadi hasil.
Persediaan
Haming dan Nurnajamudin (2012: 3)
mendefinisikan persedian adalah
sumberdaya ekonomi yang berwujud yang
perlu diadakan dan dipelihara untuk
menunjang proses produksi, meliputi
bahan baku, produk jadi, komponen
rakitan, bahan pembantu dan barang
sedang dalam proses pengerjaan.
Fungsi Persediaan
Heizer dan Render (2015: 553)
menjelaskan empat fungsi persediaan bagi
perusahaan sebagai berikut:
a. Untuk memberikan pilihan barang
untuk dapat memenuhi permintaan
pelanggan yang diantisipasi dan
menghindari perusahaan dari fluktuasi
permintaan.
b. Untuk memisahkan beberapa tahapan
dalam proses produksi.
c. Mengambil keuntungan dari potongan
jumlah pembelian yang besar.
d. Menghindari inflasi harga.
Masalam Umum Persediaan
Nasution dan Prasetyawan (2008:116)
menjelaskan terdapat dua masalah umum
yang dihadapi perusahaan dalam
mengelola persediaan, yaitu:
5
a. Masalah kuantitatif, yaitu masalah yang
berkaitan dengan penentuan
kebijaksanaan persediaan, antara lain:
Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan.
Kapan waktu pemesanan harus
dilakukan.
Berapa jumlah persediaan pengamannya.
Memilih metode pengendalian persediaan yang tepat.
b. Masalah kaulitatif, yaitu hal-hal yang
berkaitan dengan sistem pengoperasian
persediaan yang akan menjamin
kelancaran pengelolaan sistem
persediaan seperti:
Jenis barang apa yang dimiliki.
Letak barang tersebut berada.
Berapa jumlah barang yang dipesan.
Siapa saja yang menjadi pemasok masing-masing item barang.
Manajemen Pesediaan
Dalam melakukan penyimpanan stok
bahan baku akan menimbulkan adanya
waktu tunggu (lead time) yang terjadi di
dalam kegiatan operasional perusahaan
yang dimulai dari waktu tunggu ketika
melakukan pemesanan bahan baku hingga
bahan baku sampai pendistribusian barang
yang siap untuk dijual. Saling padunya
seluruh kegiatan operasional perusahaan
akan menciptakan proses pengendalian
bahan baku yang baik di dalam suatu
perusahaan.
Perlu adanya pengendalian persediaan
bahan baku di dalam penyimpanan.
Menurut Assauri (2008: 176) pengendalian
persediaan merupakan salah satu kegiatan
dalam proses operasi perusahaan sesuai
dengan apa yang direncanakan baik waktu,
jumlah, dan biayanya. Jumlah bahan baku
yang terlalu banyak dapat menimbulkan
biaya yang cukup besar sedangkan apabila
jumlah bahan baku terlalu sedikit maka
akan dapat mengganggu proses produksi di
dalam perusahaan. Oleh sebab itu, jumlah
persediaan perlu diatur dan dianalisis
dengan baik sesuai dengan kapasitas dan
kebutuhan perusahaan.
Jenis Persediaan
Assauri (2008: 171) jenis persediaan
dibedakan sebagai berikut:
1. Raw Material Stock (persediaan bahan
baku).
Persediaan yang digunakan dalam
proses produksi yang diperoleh dari
sumber daya alam atau yang dibeli dari
pemasok yang menghasilkan bahan
baku bagi perusahaan yang
menggunakannya.
2. Purchased Part (persediaan bagian
produk).
Persediaan barang-barang yang terdiri
dari bagian yang diperoleh dari
perusahaan lain yang dapat langsung
dipasangkan dengan bagian lain tanpa
melalui proses produksi.
3. Supplies Stock (persediaan bahan
pembantu atau pelengkap).
Persediaan barang-barang yang
diperlukan dalam proses produksi untuk
membantu keberhasilan produksi tetapi
tidak bukan merupakan bagian atau
komponen dari barang jadi.
4. Work in Process Stock (persediaan
barang setengah jadi).
Persediaan barang-barang yang telah
diolah menjadi suati bentuk tetapi perlu
diproses kembali untuk kemudian
diproses lagi menjadi barang jadi.
5. Finished Good Stock (persediaan
barang jadi).
Persediaan berupa barang-barang yang
telah selesai diproses dan siap untuk
dijual kepada pelanggan atau
perusahaan lain.
Biaya Persediaan
Haming dan Nurnajamudin (2012: 8)
biaya persediaan utamanya terbagi
menjadi dua yaitu:
6
a. Ordering Cost atau biaya pemesanan
Biaya pemesanan meliputi biaya
menuggu pemesanan, biaya
pengiriman, biaya penerimaan dan
biaya pemeriksaan pemesanan. Jika
perusahaan melakukan pemesanan
dalam jumlah yang kecil maka
frekuensi pemesanan akan mejadi
tinggi. Sebaliknya, apabila jumlah
pemesanan besar maka frekuensi
pemesanan akan semakin berkurang.
b. Storage cost / holding cost / carrying
cost atau biaya penyimpanan
Biaya penyimpanan merupakan biaya
persediaan yang muncul akibat adanya
aktivitas penyimpanan persediaan.
Biaya penyimpanan umumnya terdiri
dari biaya sewa, biaya penerangan dan
biaya perawatan.
Sedangkan menurut Siswanto (2007:
122) menjelaskan biaya-biaya persediaan
sebagai berikut:
a. Ordering Cost (Biaya Persediaan)
Biaya yang muncul pada saat proses
pemesanan suatu barang. Biaya-biaya
yang termasuk di dalam biaya
persediaan diantaranya biaya
pembuatan surat, biaya telepon, biaya
fax, dan biaya-biaya overhead lainnya
yang secara proporsional timbul karena
adanya proses pembuatan sebuah
pesanan.
b. Carrying Cost / Holding Cost (Biaya
Simpan)
Biaya yang muncul karena adanya
proses penyimpanan suatu barang.
Biaya-biaya yang termasuk di dalam
biaya simpan diantaranya biaya sewa
gudang, biaya premi asuransi, biaya
keamanan dan biaya overhead lainnya
yang secara proporsional timbul karena
adanya proses penyimpanan suatu
barang.
c. Stockout Cost (Biaya Kehabisan
Persediaan)
Biaya yang muncul pada saat
persediaan habis atau tidak tersedia.
Biaya yang termasuk di dalam biaya
kehabisan stok adalah biaya kerugian
karena mesin atau karyawan yang
berhenti bekerja.
d. Purchase Cost (Biaya Pembelian)
Biaya yang muncul pada saat
pembelian suatu barang yaitu sejumlah
biaya yang harus dikeluarkan untuk
membayar pembelian persediaan.
Economic Order Quantity (EOQ)
Heizer dan Render (2015: 561)
Economic Order Quantity (EOQ) adalah
salah satu teknik pengendalian persediaan
yang sederhana untuk digunakan. Model
persediaan ini untuk permintaan
independen yang artinya permintaan yang
tidak terpengaruh oleh permintaan produk
lain.
Konsep Economic Order Quantity
(EOQ) dalam penggunaannya harus
memperhatikan beberapa asumsi sebagai
berikut:
a. Jumlah permintaan diketahui, cukup
konstan dan independen.
b. Adanya waktu tunggu yang diketahui
dan bersifat konstan.
c. Setiap pesanan segera diterima dan
selesai seluruhnya.
d. Tidak tersedia diskon kuantitas.
e. Biaya variabel hanya biaya untuk
memesan dan biaya menyimpan
persediaan dalam waktu tertentu.
f. Kehabisan persediaan dapat
sepenuhnya dihindari.
Heizer dan Render (2015: 563),
penghitungan Economic Order Quantity
(EOQ) dapat menggunakan rumus sebagai
berikut:
√
Sedangkan untuk total biaya persediaan
bahan baku dapat dirumuskan sebagai berikut:
[
] [
]
7
Keterangan:
D = Jumlah permintaan (per tahun)
S = Biaya pemesanan (per tahun)
H = Biaya penyimpanan (per unit/tahun)
Q = Jumlah unit yang dipesan
= Rata-rata persediaan
= Jumlah pemesanan per tahun
Persediaan Pengamanan (Safety Stock)
Haming dan Nurnajamudin (2012: 17)
persediaan pengamanan adalah unit
persediaan yang harus selalu ada dalam
perusahaan untuk mengantisipasi fluktuasi
permintaan dan menghindari terjadinya
kehabisan stok.
Assauri (2008: 265), untuk menentukan
jumlah persediaan pengamanan digunakan
analisis statistik yaitu dengan standar
deviasi yang bertujuan untuk
mempertimbangkan penyimpangan-
penyimpangan yang telah terjadi antara
perkiraan pemakaian bahan baku dengan
pemakaian bahan baku sebenarnya yang
kemudian ditentukan menggunakan tingkat
pelayanan (service level) yang dapat
diberikan oleh perusahaan. Adapun rumus
standar deviasi adalah sebagai berikut:
√ x
Keterangan:
x = pemakaian bahan baku sesungguhnya
x = perkiraan pemakaian bahan baku
n = jumlah data
Sedangkan rumus yang digunakan
dalam mencari jumlah persediaan
pengamanan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Z = tingkat pelayanan (service level) yang
ditentukan
Re-Order Point (ROP)
Heizer dan Render (2015: 567) titik
pemesanan ulang (Reorder Point) adalah
tingkat persediaan dimana ketika
persediaan mencapai tingkat tersebut maka
harus dilakukan pemesanan kembali.
Rumus untuk menentukan titik
pemesanan ulang (Reorder Point) menurut
Heizer dan Render (2015: 567) sebagai
berikut:
Keterangan:
d = Permintaan per hari L = Waktu tunggu pesanan baru (dalam hari)
Permintaan per hari (d) dihitung
berdasarkan permintaan tahunannya (D)
atas jumlah hari kerja dalam satu tahun,
dapat dirumuskan dengan :
Rumus ROP akan berubah apabila
disertakan persediaan pengamanan.
Berikut adalah rumus ROP dengan
persediaan pengamanan:
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang
menggunakan metode kuantittatif
deskriptif dalam penyelesaiannya sesuai
dengan pendapat Narbuko dan Achmadi
(2013: 44) yang menegaskan bahwa
penelitian deskriptif adalah penelitian yang
berusaha untuk menjelaskan sebuah
penyelesaian masalah dan sifatnya
komparatif berdasarkan data yang
8
dikumpulkan, dianalisis lalu
diinterpretasikan.
Data dan Metode Pengumpulan Data
Data pada penelitian ini adalah primer
dan data sekunder. Data primer, yaitu
sumber data yang berasal dari objek
penelitian yang dikumpulkan oleh peneliti
untuk dianalisis. Data primer yang
dikumpulkan meliputi profil perusahaan,
struktur organisasi perusahaan, data
penggunaan bahan baku perusahaan, data
persediaan bahan baku perusahaan dan
data biaya persediaan bahan baku
perusahaan.
Data sekunder, yaitu sumber data yang
sudah diolah sebelumnya yang berasal dari
objek penelitian maupun dari perantara.
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi
hasil studi literatur pada berbagai sumber
seperti buku, jurnal, dan atau penelitian –
penelitian terdahulu sebagai bahan
reverensi sebagai berikut: biaya
persediaan, Economic Order Quantity
(EOQ), frekuensi pemesanan, standar
deviasi, Persediaan pengamanan (safety
stock), dan Re-Order Point (ROP).
Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa
variabel operasional yang terdiri atas :
1. Penggunaan bahan baku
Dalam penelitian ini digunakan untuk
menghitung rata-rata kuantitas
penggunaan bahan baku dalam satu
periode waktu. Variabel ini dapat
diukur dengan formulasi matematis
sebagai berikut (Heizer dan Render,
2015) :
Keterangan:
t = periode waktu (hari/bulan/tahun).
2. Biaya pemesanan
Biaya pemesanan meliputi biaya
menuggu pemesanan, biaya
pengiriman, biaya penerimaan dan
biaya pemeriksaan pemesanan (Haming
dan Nurnajamudin, 2012: 8).
Pengukuran variabel biaya pemesanan
dilakukan dengan formulasi matematis
sebagai berikut :
Biaya pemesanan = biaya sms dan
telepon + biaya bongkar muat
3. Biaya penyimpanan
Biaya penyimpanan merupakan biaya
persediaan yang muncuk akibat adanya
aktivitas penyimpanan persediaan.
Biaya penyimpanan umumnya terdiri
dari biaya sewa gudang, biaya
penerangan dan biaya keamanan
(Siswanto, 2007: 122). Pengukuran
variabel biaya penyimpanan dilakukan
dengan formulasi sebagai berikut:
Biaya penyimpanan = biaya listrik +
biaya sewa + biaya keamanan
Metode Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini
dilakukan dengan cara menghitung
kuantitas optimum pemesanan berdasarkan
metode EOQ, perhitungan total biaya
persediaan, persediaan pengaman dan
menghitung titik pemesanan ulang bahan
baku pasir silika. Perhitungan tersebut
dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut :
Penghitungan Economic Order Quantity
(EOQ)
√
Total biaya persediaan (total cost / TC)
[
] [
]
9
Frekuensi pembelian optimal
Persediaan pengamanan (safety stock)
√ x x
Untuk menentukan besarnya persediaan
pengamanan dengan rumus sebagai
berikut:
Titik pemesanan ulang (reorder point /
ROP)
Re-Order Point dengan persediaan
pengamanan (safety stock)
PEMBAHASAN
Pengendaliaan Persediaan Bahan Baku
Dengan Metode Aktual Perusahaan
Pengendalian persediaan pasir silika
dilakukan dengan cara penghitungan yang
sederhana, data dan penjualan ditulis
berdasarkan jumlah satuan ritase per truk
dengan jumlah 1 rit sama dengan 10 ton
untuk truk kecil dan 3,5 rit sama dengan
35 ton untuk truk besar. Kapasitas
persediaan gudang sebesar kurang lebih
20.000 ton.
Pada penelitian terdapat dua jenis pasir
yang akan dijumlahkan menurut data
penjualan perusahaan, yaitu pasir cucian
dan pasir non cucian. Konsumen pasir
cucian umumnya adalah perusahaan yang
memproduksi kaca, internit, batu bata
ringan dan lainnya. Sementara untuk
konsumen pasir non cucian adalah
perusahaan semen yang beroperasi di
daerah sekitar seperti perusahaan semen
Holcim dan perusahaan semen Gresik.
Penggunaan Pasir Silika Aktual
Perusahaan
Penggunaan bahan baku pasir silika
oleh perusaahaan dalam kurun waktu satu
tahun terakhir tersaji dalam dalam tabel
berikut:
Tabel 1
Data Penjualan Pasir Silika Tahun
2015-2016
Bulan Penjualan Total
Non
Cucian
Cucian
Mei 17.500 4.550 22.050
Juni 17.700 4.900 22.600
Juli 17.900 2.870 20.770
Agustus 18.700 5.460 24.160
September 17.600 5.670 23..270
Oktober 18.800 5.740 24.540
November 19.400 5.670 25.070
Desember 19.700 5.460 25.160
Januari 20.000 4.900 24.900
Februari 20.900 5.040 25.940
Maret 19.200 5.250 24.450
April 18.400 5.180 23.580
Total 286.490
Sumber: data diolah, 2016.
Rata-rata Penggunaan Bahan Baku per
Bulan
Dari tabel diatas diketahui bahwa
penggunaan pasir silika dalam satu tahun
adalah sebesar 286.490 ton. Rata-rata
penggunaan bahan baku per bulan adalah:
10
Atau dibulatkan menjadi 23.874 ton.
Penggunaan pasir silika diasumsikan sama
dengan rata-rata kebutuhan pasir per
bulan, setiap bulannya perusahaan harus
memenuhi jumlah kebutuhan pasir silika
sebesar angka tersebut.
Biaya Pemesanan
Penghitungan biaya pemesanan
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2
Penghitungan Biaya Pemesanan
Komponen Biaya Jumlah Biaya
Biaya Telepon Rp 1.000
Biaya Bongkar Muat Rp 50.000
Total Rp 51.000
Dari tabel tersebut diketahui bahwa biaya
pemesanan bahan baku yang dikeluarkan
untuk satu kali pemesanan adalah sebesar
Rp 51.000
Biaya Penyimpanan
Penghitungan biaya penyimpanan
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3
Penghitungan Biaya Penyimpanan
Komponen Biaya
Penyimpanan
Jumlah Biaya per
Bulan
Biaya sewa Rp 750.000
Biaya listrik Rp 150.000
Biaya keamanan Rp 4.500.000
Total Rp 5.400.000
Dari tabel tersebut diketahui bahwa
total biaya penyimpanan per bulan sebesar
Rp 5.400.000. Maka besarnya biaya
penyimpanan per tahun adalah Rp
5.400.000 x 12 = Rp 64.800.000.
Total Biaya Persediaan (TIC)
Berdasarkan metode aktual perusahaan
diketahui bahwa permintaan (D) pasir
silika dalam satu tahun 286.490 ton,
jumlah unit tiap pemesanan (Q) 2.000 ton,
biaya pemesanan (S) Rp 51.000 dan biaya
penyimpanan (H) Rp 64.800.000 : 286.490
= Rp 226,186 sehingga dapat dihitung
dalam rumus berikut:
Total biaya persediaan bahan baku pasir
yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
dibulatkan menjadi Rp 7.531.700.
Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Metode Economic Order Quantity
(EOQ)
Analisis pengendalian bahan baku
dengan menggunakan metode EOQ harus
memperhatikan beberapa komponen
terkait yaitu:
Biaya pemesanan (S) = Rp 51.000
Biaya penyimpanan (H) = Rp 64.800.000 : 286.490 = Rp 226,186
Jumlah kebutuhan bahan baku (D) = 286.490 ton.
Rata-rata penjualan per bulan = 286.490
: 12 = 23.874,167 ton.
Waktu tunggu (L) = 1 hari
Economic Order Quantity (EOQ)
√
√
11
Frekuensi Pemesanan menurut
Economic Order Quantity (EOQ)
=
Persediaan pengamanan (Safety Stock)
Tujuan persediaan pengamanan adalah
untuk menjaga ketersediaan bahan baku
agar terhindar dari kehabisan stok.
Langkah pertama dalam menentukan
persediaan pengamanan adalah dengan
menentukan standar deviasi yang
bertujuan mencari penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi selama
pemakaian pasir silika. Penyimpangan
dapat diketahui dengan cara penggunaan
pasir silika sebenarnya dikurangi rata-rata
penggunaan pasir silika per bulan. Berikut
penghitungan standar deviasi:
√ ( x x )
√
Dengan pemakaian asumsi bahwa
perusahaan CV. BUMI SILIKA JAYA
menerapkan persediaan untuk mampu
memenuhi permintaan konsumen (service
level) yaitu sebesar 95% sehingga dapat
diperoleh Z dengan tabel normal sebesar
1,65 deviasi standar diatas dari rata – rata.
Maka besarya persediaan pengamanan
(safety stock) dapat dihitung sebagai
berikut:
SS = SD x Z
SS = 1.486 x 1,65 = 2.451,9 = 2.452 ton.
Persediaan bahan baku yang harus
disediakan oleh perusahaan sebagai
persediaan pengamanan adalah sebesar
2.452 ton.
Titik Pemesanan Ulang (Re-Oder
Point/ROP)
Untuk menentukan besarnya bahan
baku yang digunakan per hari dapat
menggunakan rumus (Heizer dan Render,
2015: 567):
Langkah selanjutnya adalah
menentukan titik pemesanan kembali
(ROP):
Total Biaya Persediaan (TC) menurut
Economic Order Quantity (EOQ)
Besarnya biaya persediaan bahan baku
pasir silika yang harus dikeluarkan
perusahaan setelah menggunakan metode
Economic Order Quantity (EOQ) adalah
sebesar Rp 2.848.200 dengan melakukan
dua puluh lima kali pemesanan dalam satu
tahun.
Perbandingan
Penghitungan biaya persediaan pasir
silika berdasarkan metode aktual dan
metode Economic Order Quantity (EOQ)
menunjukkan hasil yang berbeda.
Perbandingan hasil penghitungan tersebut
disajikan dalam tabel berikut ini:
12
Tabel 4
Perbandingan Metode Aktual dan
Economic Order Quantity (EOQ)
No Uraian Metode
Aktual
Metode
EOQ
1. Unit yang
dipesan 2.000 ton 11.366 ton
2. Total biaya
persediaan Rp 7.531.681 Rp 2.848.174
3. Biaya
pemesanan Rp 7.305.495 Rp 1.285.455
4. Biaya
penyimpanan Rp 226.186 Rp 1.562.719
5. Selisih biaya Rp 4.683.507
6. Frekuensi
pemesanan 143 kali 25 kali
7. Safety Stock - 2.452 ton
8. Re-Order
Point - 3.398 ton
Tabel 4 memberikan informasi bahwa
metode Economic Order Quantity (EOQ)
memberikan hasil yang lebih baik bila
dibandingkan dengan metode aktual
perusahaan. Total biaya persediaan dapat
diminimalisir sebesar Rp 4.683.507.
Kuantitas pesanan pasir silika diperbesar
sehingga biaya pemesanan menjadi lebih
kecil dan biaya penyimpanan menjadi
lebih besar.
KESIMPULAN
1. Proses pengendalian bahan baku pasir
silika yang dilakukan perusahan masih
dilakukan dengan cara sederhana
dengan jumlah biaya persediaan sebesar
Rp 7.531.681. Metode Economic Order
Quantity (EOQ) memberikan hasil
besarnya biaya yang dikeluarkan
sebesar Rp 2.848.174. Dengan
penerapan metode Economic Order
Quantity (EOQ) terjadi penghematan
biaya persediaan sebesar Rp 4.683.507.
2. Kuantitas pesanan yang dilakukan
perusahaan setiap melakukan
berdasarkan metode EOQ memberikan
hasil jumlah unit yang dipesan menjadi
lebih tinggi yaitu sebesar 11.366 ton per
pemesanan.
3. Frekuensi pemesanan yang dilakukan
perusahaan adalah sebanyak 143 kali
dalam satu tahun. Sedangkan apabila
menggunakan metode EOQ frekuensi
pemesanan menjadi 25 kali dalam satu
tahun.
4. Dengan menggunakan metode EOQ,
jumlah persediaan pengamanan yang
dibutuhkan perusahaan untuk
mengantisipasi kekurangan persediaan
pasir silika di gudang adalah sebesar
2.452 ton.
5. Pemesanan kembali harus dilakukan
perusahaan apabila persediaan bahan
baku pasir silika berada pada titik 3.398
ton.
SARAN
1. Perusahaan sebaiknya menggunakan
metode Economic Order Quantity
(EOQ) dalam melakukan pengendalian
persediaan bahan baku agar dapat
melakukan efisiensi biaya persediaan
bahan baku sehingga perusahaan dapat
meminimalisir terjadinya pemborosan
biaya. Metode Economic Order
Quantity (EOQ) juga dapat
meningkatkan laba perusahaan dengan
menghemat biaya persediaan sebesar
62%.
2. Perusahaan sebaiknya meningkatkan
jumlah bahan baku pasir silika dalam
melakukan pemesanan, meningkatkan
jumlah persediaan pengamanan serta
mengetahui pada jumlah berapa bahan
baku pasir harus dilakukan pemesanan
kembali.
3. Semakin meningkatnya jumlah
kuantitas bahan baku yang dipesan,
perusahaan juga diharap untuk mampu
13
membuat bak penampungan pasir guna
menghindari terjadinya material pasir
yang dapat terangkut bersama air ketika
terjadi musim penghujan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Abu., Cholid Narbuko, 2013,
Metodologi Penelitian, Bumi
Aksara, Jakarta.
Adolph, Matz., Milton F. Usry., 1994,
Akuntansi Biaya Perencanaan dan
Pengendalian, Edisi Kedelapan,
Erlangga, Jakarta.
Agarwal, Sachin., 2014, Economic Order
Quantity Model: A Review,
International Journal of Mechanical,
Civil, Automobile and Production
Engineering, Volume IV, e-ISSN
2249-830.
Assauri, Sofjan., 2008, Manajemen
Produksi dan Operasi, Edisi Revisi
2008. Lembaga Penerbit FE-UI,
Jakarta.
Barry Render, Jay Heizer., 2015,
Manajemen Operasi - Manajemen
Keberlangsungan dan Rantai
Pasokan, Salemba Empat, Jakarta.
Budi Susanto., 2009, Analisis
Pengendalian Persediaan Air
Mineral (Studi Kasus pada Agen
Tirta Indah), Skripsi, Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Chita Dwi Lestari., 2012, Analisi
Penerapan Economic Order
Quantity Dalam Manajemen
Persediaan Dan Pengaruhnya
Terhadap Efektivitas, Efisiensi Dan
Likuiditas Perusahaan (Studi Kasus
pada PT X), Skripsi, Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia,
Jakarta.
Fess, Warren Reeve., 2008, Accounting –
Pengantar Akuntansi, Salemba
Empat, Jakarta.
Gonzales, Jose L., Gonzales, Daniel.,
2010, Analysis of an Economic
Order Quantity and Reorder Point
Inventory Control Model for
Company XYZ, California
Polytechnic State University,
California.
Haming, Murfudin. Mahfud
Nurnajamudin., 2012, Manajemen
Produksi Modern Operasi
Manufaktur Dan Jasa, Bumi aksara,
Jakarta.
Handoko, Tani., 1999, Dasar-dasar
Manajemen Operasi dan Produksi,
Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.
Happy Ganadial Stephyna., 2009, Analisis
Kinerja Manajemen Persediaan
Pada Pt. United Tractors, Tbk
Cabang Semarang, Jurnal,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Kulkarni S.M Samak., Rajhans, N.R.,
2013, Determination of Optimum
Inventory Model for Minimizing
Total Inventory Cost, Procedia
Engineering 51, pp 803-809.
Mathew, Aju., et.al., 2013, Demand
Forecasting for Economic Order
Quantity in Inventory Managament,
International Journal of Scientific
and Research Publications, Volume
3, Issue 10, ISSN 2250-3153.
Nasution Arman, Hakim., Prasetyawan,
Yudha., 2008, Perencanaan dan
Pengendalian Produksi, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Republik Indonesia, 2012, Peraturan
Presiden Nomor 70 Tahun 2012,
Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintahan, Jakarta.
14
Roger G. Schroeder. 1997. Manajemen
Operasi “Pengambilan Keputusan
dalam Fungsi Operasi.” Jilid 1 Edisi
Ketiga. Erlangga. Jakarta.
Santoso, Budi., 2009, Manajemen Proyek
Konsep & Implementasi, Edisi
Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Sekaran, Uma., 2006, Research Methods
For business, Salemba Empat,
Jakarta.
Stevenson, William J., Chuong Sum
Chee., 2014, Manajemen Operasi
Perspektif Asia, Salemba Empat,
Jakarta.
Zaidi, Syed A.H et.al., 2012,
Implementation of Inventory
Management System in a Furniture
Company: A Real Case study,
International Journal of Engineering
and Technology. Volume 2 No.8,
ISSN 2049-3444.