Post on 24-Jan-2017
1
PENGEMBANGAN PARIWISATA OBYEK WISATA PANTAI
SIGANDU KABUPATEN BATANG Dewi Kusuma Sari C2B606016
Dosen Pembimbing: Prof. Dra. Hj. Indah Susilowati, MSc. Ph.D
ABSTRAK
Obyek wisata Pantai Sigandu, Kabupaten Batang memiliki potensi besar
untuk dikembangkan. Namun potensi yang tinggi tersebut masih kurang didukung
oleh kemudahan akses untuk mencapai lokasi wisata tersebut, dimana jumlah dan
frekuensi keberangkatan transportasi umum menuju obyek wisata Pantai Sigandu
adalah rendah dan belum optimalnya pengembangan obyek wisata baik sarana
maupun prasarana.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor yang
mempengaruhi permintaan pengunjung obyek wisata Pantai Sigandu,
mengestimasi besarnya nilai ekonomi yang diperoleh pengunjung obyek wisata
Pantai Sigandu, menentukan strategi upaya pengembangan obyek wisata Pantai
Sigandu.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data primer dengan
menggunakan metode purposive sampling. Untuk data sekunder, telah digunakan
metode dokumentasi dari pihak-pihak terkait. Penelitian ini mengambil sampel
sebanyak 100 responden dan 10 responden key persons. Pendekatan kuantitatif
yang digunakan adalah travel cost method yang diolah menggunakan perangkat
ekonometrika Eviews 4.1, lalu untuk menghitung nilai valuasi ekonomi
menggunakan pendekatan surplus konsumen. Sedangkan untuk statistik deskriptif,
digunakan Analisis Hierarki Proses (AHP) dengan perangkat Expert Choice Versi
9.0.
Dengan travel cost method menunjukkan bahwa dari enam variabel dalam
penelitian yaitu biaya perjalanan Pantai Sigandu, biaya perjalanan obyek wisata
lain (Pantai Widuri), penghasilan, pendidikan, umur, dan jarak, yang berpengaruh
secara signifikan pada frekuensi kunjungan ke Pantai Sigandu ialah variabel biaya
perjalanan Pantai Sigandu, biaya perjalanan obyek wisata lain (Pantai Widuri),
penghasilan, dan jarak pada tingkat signifikansi 5%. Valuasi ekonomi untuk
Pantai Sigandu ialah Rp 26.739.188.00 dengan nilai surplus konsumennya per
tahun ialah Rp. 353.838,07Sedangkan pada pendekatan AHP, menunjukkan
bahwa alternatif yang diambil dalam Pengembangan Pantai Sigandu secara overall
adalah pengembangan Pantai Sigandu sebagai obyek wisata primadona Kabupaten
Batang dengan nilai bobot 0,128, Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Pesisir (PEMP) dengan nilai bobot 1,108, dan memberikan sarana dan fasilitas
pada investor dengan nilai bobot 0,103.
Kata Kunci: Pariwisata, Pantai Sigandu, Batang, Travel Cost, Surplus Konsumen,
AHP
2
PENDAHULUAN
Pengembangan dan pendayagunaan pariwisata secara optimal mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mempertimbangkan hal tersebut maka
penanganan yang baik sangat diperlukan dalam upaya pengembangan obyek-
obyek wisata di Indonesia. Dunia kepariwisataan harus mulai meninggalkan
tentang perencanaan jangka pendek dan harus mampu melihat dalam prespektif
jangka panjang dengan memperhitungkan segala pengaruh yang mungkin akan
timbul dan berpengaruh terhadap dunia kepariwisataan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai permintaan yang
dikandung oleh obyek wisata Pantai Sigandu, menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kunjungan di obyek wisata Pantai Sigandu serta mengukur
nilai sumber daya alam dan lingkungan alam khususnya ukuran nilai ekonomi dari
suatu obyek wisata alam, dengan menggunakan valuasi ekonomi yang bertujuan
untuk mengetahui nilai total ekonomi (total economic value) suatu kawasan
wisata alam. Penilaian individu pada barang dan jasa tidak lain adalah selisih
antara keinginan membayar, dengan biaya untuk mensuplai barang dan jasa
tersebut (Surplus Konsumen). Pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan
untuk meningkatkan permintaan pariwisata di suatu obyek wisata. Namun tidak
serta merta pemanfaatan sumber daya alam yang bertujuan untuk pembangunan di
kawasan obyek wisata dilakukan tanpa mengindahkan kelestarian sumber daya
alam di suatu obyek wisata tertentu. Karena dengan rusaknya sumber daya alam
pada obyek wisata tertentu akan sangat berpengaruh pada kemauan wisatawan
untuk membayar (willingness to pay) pada obyek wisata tersebut. Berdasar hal
tersebut, maka perlu diketahui nilai ekonomi yang dikandung obyek wisata Pantai
Sigandu serta keinginan wisatawan untuk membayar obyek wisata Pantai Sigandu
dan surplus konsumen yang didapat oleh pengunjung serta menentukan
prioritaskan strategi pengembangan Pantai Sigandu Kabupaten Batang.
Obyek wisata Pantai Sigandu, Kabupaten Batang memiliki potensi untuk
dikembangkan. Hal tersebut dapat dilihat melalui keindahan panorama alamnya.
Namun potensi yang tersebut masih kurang didukung oleh kemudahan akses
3
untuk mencapai lokasi wisata tersebut, di mana jumlah dan frekuensi
keberangkatan transportasi umum menuju obyek wisata Pantai Sigandu adalah
rendah dan cukup jauh dari jalan utama pantura, belum optimalnya pengembangan
obyek wisata baik sarana maupun prasarana (seperti panggung kesenian dan kapal
fery yang tidak dioperasionalkan, tidak ada lokasi parkir khusus, tidak ada
permainan air, dan lain sebagainya), belum adanya TIC (Tourist Information
Center) yang dapat berperan sebagai ujung tombak pemasaran pariwisata, belum
adanya program penanaman mangrove area untuk mengantisipasi kerusakan
lingkungan pantai. Oleh karena itu perlu adanya penerapan sistem pengelolaan
yang lebih baik dan menentukan prioritas strategi pengembangan obyek wisata
tersebut atas dasar mengetahui faktor-faktor permintaan dan prioritas strategi yang
perlu dilakukan untuk pengelolaan di kawasan obyek wisata Pantai Sigandu
menjadi lebih baik dan menarik.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Permintaan Pariwisata
Hukum permintaan menyatakan bahwa jumlah barang yang diminta dalam
suatu periode waktu tertentu berubah berlawanan dengan harganya, jika hal lain di
asumsikan tetap (Samuelson dan Nordhaus,1998). Semakin tinggi harganya
semakin kecil jumlah barang yang diminta atau sebaliknya semakin kecil
harganya maka semakin tinggi jumlah barang yang diminta (Mc. Eachern, 2000).
Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,
pendapatan, tarif hidup, dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam
negara penerima wisatawan.
Permintaan pariwisata berpengaruh terhadap semua sektor perekonomian
yaitu lain perorangan (individu), usaha kecil menengah, perusahaan swasta, dan
sektor pemerintah (Sinclair and Stabler, 1997).
Valuasi Ekonomi
Valuasi ekonomi merupakan suatu satu cara untuk memberikan nilai
kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan
lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar (market value) tersedia atau tidak.
Tujuan dari studi valuasi adalah untuk menentukan besarnya Total
Economic Value (TEV) pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan. Dimana
nilai TEV, merupakan jumlah dari Nilai Guna (Use Value), yaitu nilai yang
diperoleh dari pemakaian langsung atau yang berkaitan dengan sumberdaya alam
dan lingkungan yang dikaji atau diteliti.
Surplus konsumen merupakan perbedaan antara jumlah yang dibayarkan
oleh pembeli untuk suatu produk dan kesediaan untuk membayar. Surplus
konsumen timbul karena konsumen menerima lebih dari yang dibayarkan dan
bonus ini berakar pada hukum utilitas marginal yang semakin menurun. Sebab
munculnya surplus konsumen karena konsumen membayar untuk tiap unit
berdasarkan nilai unit terakhir.
5
Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)
Pendekatan ini mencerminkan kesediaan masyarakat untuk membayar
barang dan jasa yang diberikan lingkungan dibanding dengan jasa lingkungan
dimana mereka berada pada saat tersebut. Dalam memperkirakan nilai tempat
wisata tersebut tentu menyangkut waktu dan biaya yang dikorbankan oleh para
wisatawan dalam menuju dan meninggalkan tempat wisata tersebut. Semakin jauh
jarak wisatawan ke tempat wisata tersebut, akan semakin rendah permintaannya
terhadap tempat wisata tersebut. Permintaan yang dimaksud tersebut adalah
permintaan efektifnya yang dibarengi dengan kemampuan untuk membeli.
Konsep dasar dari metode travel cost adalah waktu dan pengeluaran biaya
perjalanan (travel cost expenses) yang harus dibayarkan oleh para pengunjung
untuk mengunjungi tempat wisata tersebut yang merupakan harga untuk akses ke
tempat wisata (Garrod dan Willis, 1999 dalam Salma dan Susilowati, 2004).
Itulah yang disebut dengan willingness to pay (WTP) yang diukur berdasarkan
perbedaan biaya perjalanan.
Analisis Hirarki Proses ( AHP )
AHP pada dasarnya didesain untuk menangkap secara rasional presepsi
orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui
prosedur yang didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi diantara
berbagai set alternatif. Analisis ini ditunjukkan untuk membuat suatu model
permasalahan yang tidak mempunyai struktur, biasanya ditetapkan untuk
memecahkan masalah yang terukur (kuantitatif), masalah yang memerlukan
pendapat (judgement) maupun pada situasi yang kompleks atau tidak terkerangka,
pada situasi dimana data, informasi statistik sangat minim atau tidak ada sama
sekali dan hanya bersifat kualitatif yang didasari oleh presepsi, pengalaman
ataupun intuisi.
6
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dependen
variabel dan independen variabel. Dependen variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah frekuensi kunjungan obyek wisata Pantai Sigandu di
Kabupaten Batang sedangkan independen variablenya adalah biaya perjalanan
tempat wisata Pantai Sigandu di Kabupaten Batang yang mencakup biaya
transportasi, biaya konsumsi, karcis masuk, biaya parkir dan biaya lain-lain,
variabel biaya perjalanan menuju obyek wisata lain, variabel umur pengunjung,
variabel pendidikan para pengunjung, variabel penghasilan atau uang saku rata-
rata per bulan para pengunjung, dan variabel jarak.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah wisatawan yang berkunjung ke obyek
wisata Pantai Sigandu Kabupaten Batang.
Sampel
Untuk sampel responden ditentukan dengan quota sampling dalam
menentukan jumlah sampel sebesar 100 responden pengunjung obyek wisata
Pantai Sigandu Kabupaten Batang. Jumlah sampel yang mendekati 100
diharapkan dapat memenuhi distribusi normal (Hair et al, 1998). Untuk sampel
keyperson ditentukan secara judgment sampling sebanyak 10 responden untuk
menentukan prioritas pengembangan obyek wisata Pantai Sigandu dengan
Analisis Hierarki Proses (AHP).
Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Dalam penelitian ini data diperoleh dari jawaban responden yang ada di
obyek wisata Pantai Sigandu terhadap wawancara pengisian kuesioner yang
disampaikan langsung oleh peneliti.
2. Data Sekunder
7
Data dekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain (Indriantoro dan Supomo, 1999).
Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Metode observasi adalah menjaring partisipan keterangan-keterangan
empiris yang detail dan aktual dari unit analisis penelitian.
2. Dokumentasi
Metode dokumentasi bertujuan untuk mendapatkan data terkait baik
menggunakan media tulis maupun elektronik sebagai bukti atau dokumentasi
telah melakukan penelitian.
3. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai.
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Diskripsi Obyek Penelitian
Kabupaten Batang terletak pada 6o
51' 46" sampai 7o
11' 47" Lintang
Selatan dan antara 109o
40' 19" sampai 110o
03' 06" Bujur Timur di pantai utara
Jawa Tengah dan berada pada jalur utama yang menghubungkan Jakarta-
Surabaya. Luas daerah 78.864,16 Ha. Batas-batas wilayahnya sebelah utara Laut
Jawa, sebelah timur Kabupaten Kendal, sebelah selatan Kabupaten Wonosobo dan
Kabupaten Banjarnegara, sebelah barat Kota dan Kabupaten Pekalongan.
Analisis Data dan Pembahasan
Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan interpretasi terhadap hasil regresi dari model yang
digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap asumsi klasik,
guna mengetahui apakah model tersebut dianggap relevan atau tidak.
Uji Heterokedastisitas dan Uji Autokorelasi
Tabel
Uji F-statistic Probability Obs*R-
squared
Probability
White Heteroskedasticity
Test
1, 640 0,050 38, 090 0, 076
Breusch-Godfrey Serial
Correlation LM Test
0, 269 0, 605 0, 291 0, 589
Sumber : Output (Lampiran C)
Dari perhitungan Eviews 4.1 (dalam lampiran C) diperoleh hasil bahwa
nilai Obs*R-Squared sebesar 38,090 dan probability sebesar 0,0764 yang berarti
lebih besar dari (0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari
heterokedastisitas.
Pada hasil uji LM di atas diketahui bahwa nilai Probabilitas Obs*R-
Squarednya adalah sebesar 0,589 > α. Dimana α = 5% atau 0,05
Uji Multikolinearitas
9
Multikolinearitas menunjukkan adanya hubungan linear (korelasi) yang
sempurna atau pasti, di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan
dari model regresi. Berdasarkan korelasi pairwise yang dilakukan dengan
pengolahan menggunakan Eviews 4.1, maka dari matriks korelasi pairwise
tersebut tidak ada hubungan multikolineartitas yang sempura. Hal ini dapat dilihat
bahwa dari matriks korelasi pairwise tersebut tidak ada yang bernilai diatas 0,85
yang menunjukkan adanya perfect multicollinearity. Hal ini juga menunjukkan
bahwa tidak ada multikolinearitas yang cukup serius pada persamaan tersebut.
Tabel
Hasil Uji Pairwise Correlation
Variabel Visit TC01 TC02 Inc Edu Age Dis
Visit 1.000 -0.361 -0.010 0.149 -0.065 0.053 -0.648
TC01 -0.361 1.000 0.700 0.535 0.399 0.455 0.661
TC02 -0.010 0.700 1.000 0.589 0.445 0.462 0.276
Inc 0.149 0.535 0.589 1.000 0.674 0.676 0.142
Edu -0.065 0.399 0.445 0.674 1.000 0.484 0.181
Age 0.053 0.455 0.462 0.676 0.484 1.000 0.157
Dis -0.648 0.661 0.276 0.142 0.181 0.157 1.000
Sumber : Output (Lampiran C)
Analisis Regresi dengan Travel Cost
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
biaya pengunjung Pantai Sigandu, biaya pengunjung ke obyek wisata lain (Pantai
Widuri), Tingkat Pendidikan, Umur, Penghasilan Per Bulan, dan Jarak terhadap
jumlah kunjungan wisata di Pantai Sigandu.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan Program
Eviews 4.1 maka didapat hasil sebagai berikut :
10
Tabel
Ringkasan Hasil Regresi
Jumlah Kunjungan Wisatawan Pantai Sigandu
Dependen Variabel : Jumlah Kunjungan (VISIT)
Variabel Independent Koefisien t hitung Prob.
Konstanta
LOG(TC01)
LOG(TC02)
LOG(INC)
LOG(EDU)
LOG(AGE)
LOG(DIS)
0,633
-0,400
0,353
0,271
-0,596
0,036
-0,499
0,504
-2,362
2,889
2,148
-1,984
0,165
-4,683
0,614
0,020 **
0,004***
0,034 **
0,050 *
0,869
0,000***
R Square 0,514
Adjusted R Square 0,483
F hitung 16,43
Sig F 0,000
Sumber : Output (Lampiran C)
Keterangan :
TC01 = Biaya perjalanan tempat wisata berupa biaya transportasi, biaya
konsumsi, karcis masuk, biaya parkir, dan biaya lain-lain ke
Pantai Sigandu
TC02 = Biaya perjalanan ke obyek wisata lain (Pantai Widuri)
INC = Penghasilan rata – rata per bulan pengunjung Pantai Sigandu
EDU = Lama pendidikan yang ditempuh pengujung Pantai Sigandu
AGE = Umur pengunjung Pantai Sigandu
DIS = Jarak tempat tinggal pengunjung dengan Pantai Sigandu
*** = Signifikan sampai dengan α 1%
** = Signifikan sampai dengan α 5%
* = Signifikan sampai dengan α 10%
11
Pengujian Hipotesis
Uji Simultan (Uji F)
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel independen
terhadap variabel dependen secara bersama–sama (simultan) digunakan uji F.
Dengan degree of freedom for denominator sebesar 94. Dimana (n – k) =
(100 – 6 = 94), dan degree of freedom for nominator sebesar 5 (k – 1 = 6
– 1 = 5), maka diperoleh F-tabel sebesar 2,31. Dengan menggunakan
angka signifikansi
Apabila angka signifikansi > 0,05 maka Ho diterima dan H1
ditolak.
Apabila angka signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan H1
diterima.
Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Berdasarkan pada tabel
4.13 diperoleh nilai koefisien determinasi atau R-Square (R²) sebesar 0,514 yang
berarti 51,4 persen jumlah kunjungan wisatawan di obyek wisata Pantai Sigandu
secara bersama – sama dapat dijelaskan oleh variasi dari keenam variabel
independen yaitu biaya perjalanan ke Pantai Sigandu, biaya perjalanan ke obyek
wisata lain (Pantai Widuri), Penghasilan rata-rata per bulan, Tingkat Pendidikan,
Umur, dan Jarak. Sedangkan sisanya 48,6 persen dijelaskan oleh variabel lain di
luar model yang tidak termasuk dalam penelitian.
Uji t (Uji Secara Parsial)
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari masing – masing variabel
independen secara individu maka digunakan uji t.
Dengan angka signifikan 5 % (α = 0,05) dan nilai df (degree of freedom)
(n-k-1) = ( 100 – 6 ) = 94, maka dapat diketahui nilai t tabel sebesar
1,986.
a. Dengan menggunakan angka signifikansi
12
Apabila angka signifikansi > 0,05, maka H0 diterima dan H1
ditolak.
Apabila angka signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak atau H1
diterima.
Dari kriteria di atas, akan dijelaskan masing-masing pengaruh variabel
independen terhadap dependen.
1. Pengaruh Variabel biaya pengunjung Pantai Sigandu (TC01) terhadap
jumlah kunjungan wisatawan (VISIT)
Hipotesis pertama menyatakan bahwa biaya pengunjung Pantai
Sigandu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan
wisata Pantai Sigandu. Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui nilai t hitung
sebesar -2.362 atau lebih besar dari t-tabel (1,986) dan nilai probabilitas
sebesar 0.020 lebih kecil dari 0,05 (taraf nyata = 5 persen) yang berarti
H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa bila semakin tinggi
biaya yang dikeluarkan untuk ke obyek wisata maka akan menurunkan
minat pengunjung untuk berwisata. Dengan demikian hipotesis pertama
yang menyatakan bahwa biaya pengunjung Pantai Sigandu berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisata Pantai
Sigandu diterima.
2. Pengaruh Variabel biaya pengunjung ke Obyek Wisata Pantai Widuri
(TC02) terhadap jumlah kunjungan wisatawan (VISIT)
Hipotesis kedua menyatakan bahwa biaya pengunjung Obyek
Wisata Pantai Widuri berpengaruh positif dan signifikan terhadap
jumlah kunjungan wisata Pantai Sigandu berdasarkan Tabel 4.13
diketahui nilai t hitung sebesar 2.889 atau lebih besar dari t-tabel
(1,986) dan nilai probabilitas sebesar 0,004 lebih kecil dari 0,05 (taraf
nyata = 5 persen) yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini
berarti jika penurunan harga barang Y (Pantai Widuri) menyebabkan
penurunan permintaan akan barang X (Pantai Sigandu) dan sebaliknya.
Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa biaya
13
pengunjung pengunjung Obyek Wisata Pantai Widuri berpengaruh
positif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisata Pantai Sigandu
diterima.
3. Pengaruh Variabel Penghasilan Pengunjung (INC) terhadap jumlah
kunjungan wisatawan (VISIT)
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa penghasilan rata-rata per
bulan dari para pengunjung berpengaruh positif dan signifikan terhadap
jumlah kunjungan wisata Pantai Sigandu. Berdasarkan Tabel 4.13
diketahui nilai t hitung 2.148 lebih besar dari t-tabel (1,986) dan nilai
probabilitas sebesar 0,034 lebih kecil dari 0,05 (taraf nyata = 5 persen)
yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti bahwa semakin
tinggi pendapatan seseorang maka semakin tinggi jumlah kunjungan ke
obyek wisata Pantai Sigandu sebagaimana hubungan antara jumlah
permintaan dan pendapatan dalam teori permintaan. Dengan demikian
hipotesis keempat yang menyatakan bahwa penghasilan rata-rata per
bulan dari para pengunjung berpengaruh positif dan signifikan terhadap
jumlah kunjungan wisata Pantai Sigandu diterima.
4. Pengaruh Variabel Tingkat Pendidikan Pengunjung (EDU) terhadap
jumlah kunjungan wisatawan (VISIT)
Hipotesis keempat menyatakan bahwa tingkat pendidikan
pengunjung berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah
kunjungan wisata Pantai Sigandu. Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui
nilai t hitung -1.984, lebih kecil dari t-tabel (1,986) dan nilai probabilitas
sebesar 0,050 lebih kecil dari 0,05 (taraf nyata = 5 persen) yang berarti
H0 diterima dan H1 ditolak Hubungan yang negatif dan tidak signifikan
ini menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidkan
responden dengan jumlah kunjungan wisata ke Pantai Sigandu. Hal ini
berarti bahwa bila semakin tinggi pendidikan seseorang, mereka akan
mencari obyek wisata lain yang mungkin memiliki nilai pengetahuan
yang lebih tinggi, tetapi penurunan tersebut tidak signifikan berpengaruh
terhadap permintaan pariwisata Pantai Sigandu. Dengan demikian
14
hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa umur pengunjung berpengaruh
positif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisata Pantai Sigandu
ditolak.
5. Pengaruh Variabel Umur Pengunjung (AGE) terhadap jumlah
kunjungan wisatawan (VISIT)
Hipotesis kelima menyatakan bahwa umur pengunjung
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisata
Pantai Sigandu. Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui nilai t hitung 0.165
atau kurang dari dari t-tabel (1,986) dan nilai probabilitas sebesar 0,869,
lebih besar dari 0,05 (taraf nyata = 5 persen) yang berarti H0 diterima
dan H1 ditolak. Hubungan yang tidak signifikan ini menjelaskan bahwa
tidak ada hubungan antara umur responden dengan jumlah kunjungan
wisata ke Pantai Sigandu. Hal ini membuktikan bahwa aktifitas wisata
tidak memandang umur karena setiap individu memerlukan aktifitas
wisata untuk sejenak melupakan rutinitas sehari-hari dan menyegarkan
pikiran kembali setelah bekerja. Dengan demikian hipotesis ketiga yang
menyatakan bahwa umur pengunjung berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap jumlah kunjungan wisata Pantai Sigandu ditolak.
6. Pengaruh Variabel Jarak (DIS) terhadap jumlah kunjungan wisatawan
(VISIT)
Hipotesis keenam menyatakan bahwa Jarak berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap jumlah kunjungan wisata Pantai Sigandu.
Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui nilai t hitung -4.683 atau lebih dari
dari t-tabel (1,986) dan nilai probabilitas sebesar 0,000, lebih kecil dari
0,05 (taraf nyata = 5 persen) yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa jarak menjadi pertimbangan dari
wisatawan untuk berkunjung di Pantai Sigandu.
Pembahasan Apresiasi Atas Nilai Obyek Wisata
Persamaan regres:
Dxy = Qx = 4, 648 – 0,0000241 Py …………………………………(4.2)
15
P
192863
P1 = 150.000
P0 = 15.000
0 Q1 = 1,032 Q0 = 4,28
D0 (P0,Q0)
D1 (P1,Q1)
353.838,07
Q
Dari persamaan (4.2) Q = f (P), diubah ke dalam bentuk persamaan P = f (Q)
sehingga diperoleh persamaan yang baru (4.3) :
Dxy = Px = 192863 – 41493 Qy ……………………………….(4.3)
Dari data diperoleh bahwa biaya perjalanan tertinggi adalah Rp 150.000,-
dan terendah adalah Rp 15.000,-. Dengan rata-rata pertahun kunjungan 3 kali.
Dari perhitungan luas segitiga, diperoleh surplus konsumen per individu
per tahun adalah Rp 353.838, 07 per tahun atau Rp 117. 946, 02 per kunjungan.
Kemudian untuk memperoleh nilai total ekonomi, maka nilai surplus konsumen
per individu per tahun dikalikan dengan jumlah pengunjung tahun 2009 yaitu
sebesar 226. 707 pengunjung, sehingga diperoleh total nilai ekonomi obyek wisata
Pantai Sigandu adalah Rp 26. 739.188.000,-
Gambar
Surplus Konsumen Obyek Wisata Pantai Sigandu
Gambar menunjukkan bahwa harga yang dibayarkan oleh pengunjung
Pantai Sigandu Kabupaten Batang 1 kali kunjungan adalah Rp. 117. 946,
02. Karena tidak mungkin untuk mengenakan harga yang berbeda pada setiap
individu yang berkunjung, maka P* menjadi harga yang dibayar bagi setiap
pengunjung. Akan tetapi setiap individu memiliki willingness to pay (kerelaan
untuk membayar) yang berbeda, bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari itu.
Individu-individu yang mau membayar lebih tinggi akan menerima surplus
konsumen Rp. 353.838, 07 untuk satu kali kunjungan. Total keuntungan yang
16
diperoleh berada di daerah di bawah kurva permintaan yaitu daerah PP1P0Q.
Daerah segitiga POP1DOD1 merupakan surplus konsumen.
Pembahasan Analisis Hierarki Proses
Strategi pengembangan Pantai Sigandu dirumuskan dengan menggunakan
metode AHP (Analysis Hierarchy Process). Tujuan, alternatif dan kriteria yang
digunakan dalam AHP dirumuskan dari hasil pra survey dan diskusi terhadap key
person yang berkompeten terhadap pengembangan Pantai Sigandu Kabupaten
Batang.
Landasan Aspek dan Kriteria yang Menjadi Bahan Pertimbangan
Penentuan Program Pengembangan Pantai Sigandu di Kabupaten Batang
Program pengembangan Pantai Sigandu sangat terkait dengan beberapa
aspek utama antara lain : aspek politik, aspek ekonomi, aspek sosial budaya, dan
aspek ekologi lingkungan. Setiap aspek yang dipertimbangkan dalam program
pengembangan Pantai Sigandu di Kabupaten Batang beserta nilai bobotnya
disajikan dalam Gambar
Gambar
Kriteria Pengembangan Obyek Wisata Pantai Sigandu
Ket: Politik = Aspek Politik
Ekonomi = Aspek Ekonomi
SOSBUD = Aspek Sosial Budaya
EKOLING = Aspek Ekologi (Lingkungan)
17
A. Penentuan Skala Prioritas Pengembangan Pantai Sigandu Kabupaten
Batang Berdasarkan Setiap Aspek dan Kriteria
Aspek ekonomi dilakukan melalui pengembangan Pantai Sigandu sebagai
obyek wisata primadona, memberikan sarana dan fasilitas bagi investor, dan
mengembangkan potensi Pantai Sigandu oleh masyarakat. Nilai inconsistensi
ratio 0,0 < 0,1 (batas maksimum) yang berarti hasil analisis tersebut dapat
diterima. Setiap aspek yang dipertimbangkan dalam pengembangan Pantai
Sigandu di Kabupaten Batang beserta nilai bobotnya disajikan pada gambar
berikut:
Gambar
Alternatif Aspek Ekonomi dalam Pengembangan Obyek Wisata
Pantai Sigandu
Ket: A4 = pengembangan Pantai Sigandu sebagai obyek wisata primadona
A5 = memberikan sarana dan fasilitas bagi investor
A6 = mengembangkan potensi Pantai Sigandu oleh masyarakat
Aspek politik antara lain melalui Program Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Pesisir (PEMP), penetapan peraturan daerah mengenai pengembangan
Pantai Sigandu, pemberian hak pengembangan Pantai Sigandu kepada
masyarakat. Dalam aspek politik, kriteria yang menjadi prioritas utama adalah
Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) (nilai bobot 0,594).
Nilai inconsistency ratio 0,01 < 0,1 (batas maksimum) yang berarti hasil analisis
tersebut dapat diterima. Setiap aspek yang dipertimbangkan dalam program
18
pengembangan Pantai Sigandu Kabupaten Batang beserta nilai bobotnya disajikan
pada Gambar 4.9 berikut:
Gambar
Alternatif Aspek Politik dalam Pengembangan Obyek Wisata Pantai Sigandu
Ket: A1 = Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)
A2 = Penetapan peraturan daerah mengenai pengembangan Pantai Sigandu
A3 = Pemberian hak pengembangan Pantai Sigandu kepada masyarakat
Aspek Ekologi (Lingkungan). Aspek Ekologi melalui kegiatan melakukan
rutinitas membersihkan lingkungan Pantai, melakukan penanaman mangrove,
menjaga Pantai Sigandu dari limbah masyarakat maupun pabrik. Nilai
inconsistency ratio 0,02 < 0,1 (batas maksimum) yang berarti hasil analisis
tersebut dapat diterima. Setiap aspek yang dipertimbangkan dalam program
pengembangan Pantai Sigandu beserta nilai bobotnya disajikan pada gambar
berikut:
Gambar
Alternatif Aspek Ekologi dalam Pengembangan Obyek Wisata
Pantai Sigandu
19
Ket: A11 = Melakukan rutinitas membersihkan lingkungan Pantai
A12 = Melakukan penanaman mangrove
A13 = Menjaga Pantai Sigandu dari limbah masyarakat maupun pabrik
Aspek sosial budaya melalui sosialisasi dan pengawasan bersama Pantai
Sigandu, penyuluhan fungsi pantai pada masyarakat, pengadaan panggung
kesenian serba guna, pengadaan kegiatan kebudayaan tradisional. Nilai
inconsistency ratio 0,02 < 0,1 (batas maksimum) yang berarti hasil analisis
tersebut dapat diterima. Nilai bobot setiap kriteria dalam aspek sosial budaya
dapat dilihat pada Gambar
Gambar
Alternatif Aspek Sosial Budaya dalam Pengembangan
Pantai Sigandu
Ket: A7 = Sosialisasi dan pengawasan bersama Pantai Sigandu
A8 = Penyuluhan fungsi pantai pada masyarakat
A9 = Pengadaan panggung kesenian serba guna
A10 = Pengadaan kegiatan kebudayaan tradisional
20
Penentuan Sintesa Umum Terhadap Sasaran Pengembangan Pantai
Sigandu Kabupaten Batang
Hasil analisis secara keseluruhan (overall) menunjukkan bahwa skala
prioritas kriteria dan alternatif pengelolaan Pantai Sigandu Kabupaten Batang
dengan Analysis Hierarchy Process (AHP) dapat dilihat pada Gambar
Gambar
Prioritas Kriteria dan Alternatif Pengembangan Obyek Wisata Pantai
Sigandu Kabupaten Batang
Ket: A1 = Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)
A2 = Penetapan peraturan daerah mengenai pengembangan Pantai Sigandu
A3 = Pemberian hak pengembangan Pantai Sigandu kepada masyarakat
A4 = Pengembangan Pantai Sigandu sebagai obyek wisata primadona
A5 = Memberikan sarana dan fasilitas bagi investor
A6 = Mengembangkan potensi Pantai Sigandu oleh masyarakat
A7 = Sosialisasi dan pengawasan bersama Pantai Sigandu
A8 = Penyuluhan fungsi pantai pada masyarakat
A9 = Pengadaan panggung kesenian serba guna
21
A10 = Pengadaan kegiatan kebudayaan tradisional
A11 = Melakukan rutinitas membersihkan lingkungan Pantai
A12 = Melakukan penanaman mangrove
A13 = Menjaga Pantai Sigandu dari limbah masyarakat maupun pabrik
22
PENUTUP
Kesimpulan
1. Variabel yang signifikan adalah biaya perjalanan ke Pantai Sigandu,
variabel biaya perjalanan ke obyek wisata lain (Pantai Widuri),
variabel Penghasilan per Bulan, variabel Tingkat Pendidikan
Pengunjung, dan variabel Jarak. Sedangkan variabel Umur Pengunjung
tidak signifikan terhadap jumlah kunjungan ke Pantai Sigandu
Kabupaten Batang.
2. Surplus konsumen per tahun adalah Rp. 353.838,07 dimana
pengunjung yang datang ke Pantai Sigandu Kabupaten Batang rata-rata
telah tiga kali melakukan kunjungan wisata ke tempat tersebut.
Sehingga diketahui bahwa kelebihan (surplus) yang dinikmati
konsumen karena kemampuannya untuk membayar melebihi
permintaan aktualnya dimana nilai aktual tersebut besarnya Rp.
117.946,02 per kunjungan. Dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi
atas pemanfaatan obyek wisata, yaitu Rp26. 739.188.000,00.
3. Berdasar hasil analisis yang dilakukan dengan AHP menggunakan
Expert Choice 9.0, maka faktor ekonomi mendapat prioritas dengan
pengembangan Pantai Sigandu sebagai obyek wisata primadona Kabupaten
Batang sebagai alternatif pengembangan Pantai Sigandu Kabupaten
Batang nilai bobot 0,128, Program Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Pesisir (PEMP) dengan nilai bobot 1,108, dan memberikan
sarana dan fasilitas pada investor dengan nilai bobot 0,103.
23
Saran
Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan pariwisata pada kawasan
Pantai Sigandu, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut :
1. Perlu adanya penambahan variabel penelitian selain yang sudah ditulis
dalam penelitian ini, sehingga dapat diketahui faktor mana yang paling
berpengaruh terhadap jumlah kunjungan Pantai Sigandu.
2. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengetahui realisai pembangunan
dan pengembangan obyek wisata Pantai Sigandu untuk menjadi lebih baik,
karena agenda pengembangan sudah ada tetapi belum sepenuhnya
dijalankan oleh pihak pengelola. Sehingga perlu diteliti kembali strategi
yang tepat dalam pengembangan obyek wisata Pantai Sigandu.
24
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hafif, 2009, Analisis Strategi Pengembangan Obyek Wisata Air Terjun
Kalipancur Desa Nogosaren Dengan Pendekatan Co-Management Dan
Analisis Hierarchy Process (AHP), Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro
Aprilliani, R. 2004. Keterkaitan Pengembangan Pariwisata Dengan Lingkungan
Hidup. GEMAWISATA, Vol. 2 No.3, Hal 185-194.
BPS Provinsi Jawa Tengah. 2008. Kabupaten Batang Dalam Angka 2008.
Badan Pusat Statistik
Budi Badrudin, 2001, “Menggali Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) DIY
Melalui Pengembangan Industri Pariwisata,” Jurnal Kompak, No. 3,
September 2001, hal 384-403
Burhan Bungin, 2005. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT RajaGrfindo.
Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional Universitas Diponegoro. 2008. Pedoman
Penyusunan Skripsi dan Ujian Akhir Program Sarjana (Strata Satu)
Fakultas Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Semarang.
Dewi Ayu, 2009, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Wisata
Umbul Sidomukti di Kabupaten Semarang, Skripsi, Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro
Dinas Perhubungan Dan Pariwisata Kabupaten Batang, 2010
Djijono. 2002. Valuasi Ekonomi Menggunakan Metode Travel Cost Taman
Wisata Hutan di Taman Wan Abdul Rachman, Propinsi Lampung.
Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702)
25
Djoko Sudantoko. 2009. Model Pemberdayaan Industri Batik Skala Kecil Di Jawa
Tengah (Studi Kasus di Pekalongan), Disertasi, Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro
Epi Syahadat. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan
Wisatawan di Taman Nasional Gede Pangrango (TGNP). Bogor
Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics, Mc Graw Hill, New York
Hendarto, KA. 2004. The Potential Demand For Nature Tourism in Protection
Area Case Study: Ecoturism in the Baluran National Park. Wahana.
Februari 2004. Vol. 7, No. 1
Kusmayadi dan Evrina Taviprawati. 1999. Aspek Masyarakat Dan Faktor
Lingkungan Dalam Pengembangan Daerah Tujuan Wisata Alam Dan
Ekologi. Jurnal Ilmu Pariwisata. Vol. 4 No.1
Indriantoro dan Supomo, 1999, Metodologi Untuk Akuntansi Dan Bisnis,
BPFE, Yogyakarta
Latifah, S. 2005. Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process. e-USU
Reposritory. Universitas Sumatra Utara
Lindawati dan Johny Jermias. 2009. Performance Implications of Environment-
Strategy-Governance Misfit. Gadjah Mada International Jurnal of
Bussines. Januari-April.2009, Vol. 11, No. 1, pp. 1-20
Mc. Eachern, William. 2001. Ekonomi Mikro, Salemba Empat, Jakarta,
Terjemahan Sigit Triandaru
Muhammad Tahwin. 2003. “Pengembangan Obyek Wisata Sebagai Sebuah
Industri Studi Kasus Kabupaten Rembang,” Jurnal Gemawisata, Vol. 1,
No.3/November 2003, hal 236-249
Nazir, M. 1988. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta. Rajawali Press
26
Paolo Rosato dan Edi Defrancesco. 2002. Individual Travel Cost Method and
Flow Fixed Cost. University of Trieste, Piazzale Europa
Purnamasari, Q. 2005. Kajian Pengembangan Produk Wisata Alam Berbasis
Ekologi di Wilayah Wana Wisata Curug Cilember (WWCC), Kabupaten
Bogor. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XI No. 1:14-30
Putik Asriani, 2008, Analisis Permintaan Obyek Wisata Air Panas Guci,
Kabupaten Tegal Dengan Pendekatan Travel Cost, Skripsi, Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro
Salah Wahab, 1989, Manajemen Kepariwisataan, PT. Pradnya Paramita, Jakarta
Salma & Susilowati, 2004, Analisis Permintaan Obyek Wisata Alam Curug Sewu,
Kabupaten Kendal Dengan Pendekatan Travel Cost, Jurnal Dinamika
Pembangunan Vol.1 No.2/Desember 2004, hal 153-165
Salvatore, Dominick. 1993. Teori Mikroekonomi, Erlangga, Jakarta. Terjemahan
: Rudy Sitompul
Samuelson, Nordhaus. 1998. Economic, Mc. Graw Hill
Sekaran. 2005. Research Methods for Bussines, Salemba Empat, Jakarta.
Terjemahan : Kwan Men Yon
Sinclair, M. Thea dan Stabler, Mike, 1997, Economics of Tourism, Routledge,
London
Soeratno dan Arsyad. 2003. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis,
UP AMP YKPN, Yogyakarta
Suparmoko, M. 1997. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan : Suatu
Pendekatan Teoritis, BPFE, Yogyakarta
Suparmoko, M. 2000. Ekonomika Lingkungan, BPFE-Yogyakarta, Edisi
Pertama
27
Spillane, J. 1987. Ekonomi Pariwisata Sejarah Dan Prospeknya. Yogyakarta.
Kanisius
Widodo, T. 2006. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer [Era
Otonomi Daerah]. Yogyakarta. UPP STIM YKPN
Wing Wahyu Winarno, 2009, Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
alEViews, UPP STIM YKPN, Yogyakarta