Post on 28-Jul-2015
PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM
TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI MADRASAH
M A K A L A H
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
" Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam "
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H..Muhaimin, M.A
Disusun Oleh :
AFIFUL IKHWAN2841104002
(PI A – SMT 2)
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) TULUNGAGUNG
Juni 2011
1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.
Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam membuat tugas ini banyak
yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala hormat saya
sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Ketua STAIN Tulungagung
2. Direktur Pascasarjana STAIN Tulungagung
3. Dosen Pamong yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan
tugas ini
4. Seluruh teman-teman atau pihak yang ikut berpartisipasi dalam
penyelesaian tugas ini
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo' a
dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi
amal soleh di sisi Allah SWT.
Dan dalam pembuatan tugas ini saya sadar bahwa masih banyak kekurangan
dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif, sehingga bisa
diperbaiki seperlunya.
Akhirnya saya tetap berharap semoga tugas ini menjadi butir-bitur amalan
saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh pembaca dan
umat manusia. Amin Yaa Robbal 'Alamin.
( PENYUSUN )
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………… i
Kata Pengantar …………………………………………………… ii
Daftar Isi …………………………………………………… iii
Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) di Madrasah
1. Pengertian Kurikulum ……………………………. 1
2. Pengembangan Kurikulum …………….……………… 2
3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ………. 4
a. Pengertian KTSP ……..…………...……….…. 4
b. Implementasi KTSP di Madrasah …….……... 5
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 9
3
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………… i
Kata Pengantar …………………………………………………… ii
Daftar Isi …………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………… 1
B. Rumusan Masalah …………….…………………….. 2
C. Tujuan Masalah …………………………………….. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi Penelitian Ilmiah …………...…………………. 4
B. Sifat dan Ciri Penelitian …………...………………….. 5
C. Pengertian dan Tujuan Proposal Penlitian …………….. 5
D. Defenisi dan Fungsi Proposal Penelitian ……………..... 6
E. Karakteristik dan Konsep Penyusunan Proposal Penelitian 7
F. Isi Proposal ……………………....................................... 9
G. Sistematika dan Format Proposal Penelitian ................... 10
H. Kesimpulan ………………………………...……………. 19
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 21
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh berkembang di
Indonesia adalah pendidikan madrasah. Kendati pun bahwa Madrasah bukan
lembaga pendidikan Islam asli Indonesia, tetapi berasal dari dunia Islam di Timur
Tengah yang berkembang pada abad ke-10 M atau 11 M, namun istilah madrasah
telah diadopsi oleh Umat Islam di Indonesia sebagai lembaga pendidikan Islam yang
berciri khas Indonesia. (Asrohah, 1999;192)
Kehadiran pendidikan madrasah di Indonesia menjadi penting dalam
kerangka perkembangan pendidikan Islam secara umum, sebab, inti kehadiran
madrasah menurut Muhaimin dan Abdul Mujib salah satunya adalah sebagai upaya
untuk menjembatani sistem pendidikan tradisional yang dilakukan oleh pesantren
dan sistem pendidikan modern dari hasil akulturasi dengan sistem pendidikan
Barat(Muhaimin, 1993;135)
Eksistensi pendidikan madrasah di Indonesia semakin kuat, terutama setelah
keluarnya Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Berdasarkan Undang-undang ini pendidikan di Indonesia dilaksanakan
secara semesta, menyeluruh dan terpadu. Semesta dalam arti terbuka bagi seluruh
rakyat dan berlaku di seluruh wilayah negara. Menyeluruh berarti mencakup semua
jalur, jenjang dan jenis pendidikan, dan terpadu berarti adanya saling keterkaitan
antara pendidikan nasional dengan seluruh usaha perkembangan nasional.
Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Melalui
pendidikan, perkembangan dan kelangsungan hidup masyarakat akan terpelihara
dengan baik. Oleh karena itu, pendidikan telah menjadi suatu kebutuhan hidup guna
mencari kehidupan yang diarahkan kepada kemajuan dan perkembangan ke arah
yang lebih baik dari sebelumnya.
Pendidikan Nasional dewasa ini sedang dihadapkan pada berbagai krisis yang
perlu mendapat penanganan secepatnya, di antaranya berkaitan dengan masalah
relevansi, atau kesesuaian antara pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan
5
pembangunan. Dalam kerangka inilah pemerintah menggagas KTSP, sebagai tindak
lanjut kebijakan pendidikan dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi. KTSP
merupakan kurikulum operasional yang pengembangannya diserahkan kepada daerah
dan satuan pendidikan. Dengan demikian, melaui KTSP ini pemerintah berharap
jurang pemisah yang semakin menganga antara pendidikan dan pembangunan, serta
kebutuhan dunia kerja dapat segera teratasi (Mulyasa. E, 2006;19).
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1 dan 2 sebagai
berikut:
1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan
peserta didik.( UU guru dan dosen )
Selain itu KTSP diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan
menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi (SI)
dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang
disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu
pada standar nasional pendidikan dimaksudkan untuk menjamin pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas : standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar
penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar pendidikan nasional tersebut yaitu
Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama
bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. (BSNP, 2006;1).
Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mengisyaratkan
kemampuan manajerial dari pengelola pendidikan untuk menciptakan kondisi yang
6
kondusif bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar yang terfokus pada siswa
sebagai subjek pengajaran.
Keberhasilan proses pendidikan ditentukan oleh indikator-indikator
pencapaian standar prestasi siswa dalam menguasai kemampuan dasar dan
kemampuan kompetensi tertentu. Jenis penilaian yang dilaksanakan dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan terdiri dari lima komponen, yaitu (1)
penilaian kelas (2) tes kemampuan dasar (3) penilaian akhir satuan pendidikan dan
sertifikasi (4) benchmarking, dan (5) penilaian program (BSNP, 2006;1).
Kegiatan utama implementasi kurikulum di sekolah adalah Proses Belajar
Mengajar, sehingga isi kurikulum yang disusun serta tujuan yang ditetapkan dapat
dilaksanakan dengan baik. Dalam menyusun rencana pembelajaran harus mengacu
kepada Standar Ketuntasan Belajar Minimal ( SKBM) , sebagai sebuah acuan
Komptensi minimal yang harus dimiliki siswa. Namun dalam perjalanannya apabila
siswa belum mampu mencapai Kompetensi Minimal tersebut, maka akan diberikan
Remedial, sampai akhirnya kompetensi minimal dapat terpenuhi. Jika hal tersebut
telah dilaksanakan , juga masih ada yang belum mampu mencapai komptensi
minimal, maka siswa tersebut akan mengulang (tinggal kelas).
Siswa-siswa yang telah mampu mencapai SKBM akan terus mengikuti materi
baru atau kelas/ tingkatan berikutnya, sampai pada akhirnya Ujian Nasional (UN).
Ujian Nasional standar kompetensinya ditetapkan oleh pemerintah. Pada ujian
nasional inilah banyak siswa yang masih belum berhasil memenuhi standar yang
ditetapkan pemerintah sehingga tidak lulus, padahal proses kurikulum telah
dilaksanakan di sekolah :
1. Menetapkan SKBM yang sama dengan passing grade yang ditetapkan
pemerintah.
2. Menetapkan Standar Kompetensi dan Standar Kompetensi Lulusan yang
mengacu pada standar pendidikan.
3. Melaksanan Remedial bagi siswa yang belum mencapai SKBM yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
7
dituangkan dalamjudul : ”Pengembangan Model Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) di Madrasah”.
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana pengertian Kurikulum Secara Umum?
2. Bagaimana Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan?
3. Bagaimana Implementasi KTSP di Madrasah?
4. Bagaimana Tanggug Jawab Komponen Madrasah dalam
Pengembangan KTSP?
5. Apa saja faktor pendukung dalam Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) di Madrasah?
C. Pentingnya Kajian
1. Untuk Mengetahui pengertian Kurikulum Secara Umum
2. Untuk Mengetahui Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Implementasi KTSP di Madrasah
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Tanggug Jawab Komponen Madrasah
dalam Pengembangan KTSP
5. Untuk Mengetahui Apa saja faktor pendukung dalam Implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM
TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI MADRASAH
A. Kurikulum Pendidikan
1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum mempunyai banyak tafsiran sebagaimana yang dirumuskan
oleh para pakar pengembangan kurikulum sejak dulu sampai sekarang, tafsiran –
tafsiran itu berbeda-beda sesuai dengan pandangan para pakar itu sendiri. Istilah
kurikulum sendiri berasal dari bahasa latin “ Curriculae” yang artinya jarak yang
harus ditempuh oleh seorang pelari.1
Menurut soetopo dan soemanto kurikulum itu memiliki lima definisi,
yaitu kurikulum sebagai bahan tertulis yang berisi tentang program pendidikan
suatu sekolah yang harus dilaksanakan dari tahun ke tahun, kurikulum juga
merupakan bahan yang dimaksudkan untuk digunakan pengajar dalam
mengajarkan pelajaran kepada murid-muridnya, kurikulum juga suatu usaha
untuk menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri yang penting dari suatu rencana
pendidikan, kurikulum juga sebagai tujuan pengajaran, pengalaman-pengalaman
belajar, alat pelajaran serta cara penilaian, kurikulum itu juga merupakan suatu
program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-
tujuan pendidikan tertentu.2
Menurut Prof. Dr. Hasan Langgulung, kurikulum “adalah sejumlah
pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga dan kesenian yang
disediakan oleh sekolah bagi murid-murid di dalam dan di luar sekolah dengan
maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan
merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan”.3 Dari
1 Muhammad joko susilo, M.Pd, KTSP Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya, Pustaka Pelajar,Yogyakarta, 2007, hal. 77
2 Muhammad joko susilo, M.Pd, KTSP Manajemen Pelaksanaan…, hal. 783 Prof. Dr. Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, al-
Husna Zikra, Jakarta, 1995, hal. 145
9
definisi ini kita bisa mengetahui bahwa dalam kurikulum itu terdapat unsur-unsur
atau aspek-aspek yang utama yang harus dijadikan acuan, yaitu :
1. Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan itu, atau
dengan istilah lain akan dijadikan apa murid yang kita didik itu? ;
2. Pengetahuan (Knowledge), informasi-informasi, aktivitas dan
data serta pengalaman dari mana terbentuknya kurikulum tersebut,
disinilah letak mata pelajaran yang dimasukan dalam silabus nantinya ;
3. Metode dan cara-cara mengajar yang dipakai oleh guru-guru
yang mengajar dan mendorong muridnya agar sesuai dengan tujuan yang
dikehendaki kurikulum ;
4. Metode dan cara penilaian yang digunakkan dalam mengukur
dan menilai serta mengevaluasi kurikulum dan hasil dari proses
pendidikan yang direncanakan dalam kurikulum itu. Singkatnya dalam
kurikulum itu terkandung unsur tujuan, unsur mata pelajaran, unsur
metode dan cara pembelajaran serta unsur metode dan cara evaluasi atau
penilaian.
Kurikulum merupakan langkah awal dalam rangkaian sistem pendidikan,
kurikulum adalah salah satu mesin utama pendorong majunya pendidikan, karena
didalamnya termuat tujuan diadakannya pendidikan yang menjadi mercusuar
penentu arah kapal pembelajaran dan guru sebagai nahkoda nya harus mampu
untuk mengerti dan memahami apa yang di tentukan oleh kurikulum itu,
sehingga bisa membawa para peserta didiknya mencapai apa yang menjadi tujuan
pembelajaran bagi mereka. Dalam hal ini, kurikulum harus benar-benar tersusun
rapi dan transparan sehingga para guru dapat memahami serta melaksanakannya
dengan baik dan bijaksana.
2. Pengembangan Kurikulum
Dalam UU Sisdiknas no. 20 thn 2003 bab X pasal 36 ayat 1 disebutkan
bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kemudian
dalam ayat 2 disebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan
10
pendidikan, potensi daerah dan peserta didik. Sedangkan dalam pasal 38 ayat 2
dijelaskan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan
sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan
komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan
atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan
provinsi untuk pendidikan menengah.
Soetopo dan soemanto berpendapat bahwa landasan pengembangan
kurikulum dapat menjadi titik tolak sekaligus titik sampai, maksud dari titik tolak
itu adalah pengembangan kurikulum dapat didorong oleh pembaruan tertentu
seperti penemuan teori belajar yang baru dan perubahan tuntutan masyarakat
terhadap fungsi sekolah, sedangkan titik sampai berarti kurikulum harus
dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat merealisasi perkembangan
tertentu seperti kemajuan iptek, tuntutan sejarah masa lalu, perbedaan latar
belakang murid, nilai filsafat masyarakat, kultur dan yang lainnya.
Dalam pengembangan kurikulum juga harus memiliki tujuan yang jelas
dan ketentuan-ketentuan yang menjadi syarat utama dalam pengembangan
kurikulum tersebut sehingga meskipun dikembangkan sedemikian rupa tetapi
tidak keluar dari koridor yang telah ditetapkan pihak pemerintahan pusat agar
bisa mencapai tujuan pendidikan nasional dengan baik. Oleh karena itu, ada
beberapa pemikir dan pemerhati pendidikan yang memberikan ide dengan
membuat unsur-unsur atau prinsip-prinsip yang bisa dijadikan acuan atau
pegangan dalam pengembangan kurikulum. Salah satu dari mereka adalah Oemar
Hamalik yang membagi prinsip pengembangan kurikulum menjadi delapan
macam, yaitu :
1) Prinsip berorientasi pada Tuhan
2) Prinsip relevansi (kesesuaian)
3) Prinsip efisiensi dan efektivitas
4) Prinsip fleksibilitas
5) Prinsip keseimbangan
6) Prinsip kontinuitas (berkesinambungan)
7) Prinsip keterpaduan
8) Prinsip mutu
11
B. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) adalah kurikulum operasional
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Satuan
pendidikan yang dimaksud adalah sekolah atau lembaga pendidikan. KTSP muncul
mengikuti adanya pelaksanaan otonomi daerah, dimana daerah mempunyai
kewenangan dalam pemberdayaan dan pengembangan daerahnya masing-masing
agar hidup dari, oleh dan untuk masyarakat di daerah tersebut. Diantara otonomi
yang lebih besar diberikan kepada sekolah/madrasah adalah menyangkut
pengembangan kurikulum, yang kemudian disebut sebagai KTSP. Dalam hal ini,
pemerintah hanya memberikan rambu-rambu yang perlu dirujuk dalam
pengembangan kurikulum, yaitu : UU no. 20/2003 tentang sistem pendidikan
nasional, Peraturan Pemerintah no. 19/2005 tentang standar Nasional Pendidikan,
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 22/2006 tentang standar isi (SI) untuk
Pendidikan Dasar dan Menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
no.23/2006 tentang standar kompetensi lulusan (SKL) untuk satuan pendidikan dasar
dan menengah, peraturan Menteri Pendidikan Nasional no.24/2006 tentang
pelaksanaan dari kedua peraturan menteri pendidikan nasional tersebut, panduan dari
BNSP (Badan Standar Nasional Pendidikan).4
KTSP merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah
untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, dan
efisiensi pendidikan agar dapat memodifikasikan keinginan masyarakat setempat
serta menjalin kerja sama yang erat antara sekkolah, masyarakat, industri dan
pemerintah dalam membentuk pribadi peserta didik. Hal tersebut dilakukan agar
sekolah dapat leluasa mengelola sumber daya dengan mengalokasikan sesuai
prioritas kebutuhan serta tanggap terhadap kebutuhan masyarakat setempat.
Otonomi dalam pengelolaan pendidikan merupakan potensi bagi sekolah
untuk meningkatkan kinerja para staf, menawarkan paritsipasi langsung kepada
kelompok-kelompok terkait dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap
pendidikan. Otonomi ini juga berperan dalam menampung konsensus umum tentang
pemberdayaan sekolah, yang meyakini bahwa untuk meningkatkan kualitas
4 Prof.Dr.H.Muhaimin,MA dkk, Pengembangan Model KTSP pada sekolah dan madrasah, Rajawali Press, Jakarta, 2008, hal. 3
12
pendidikan sedapat mungkin keputusan dan seharusnya dibuat oleh mereka yang
berada di garis depan (line staf) yang bertanggung jawab secara langsung terhadap
pelaksanaan kebijakan dan terkena akibat-akibat dari kebijakan tersebut (guru
maupun kepala sekolah).
KTSP ditujukan, untuk menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas
dalam mengemban identitas budaya dan bangsanya. Kurikulum ini dapat
memberikan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, pengalaman belajar yang
membangun integritas sosial serta membudayakan dan mewujudkan karakter
nasional. Selain itu juga memudahkan guru dalam menyajikan pengalaman belajar
yang sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang mengacu pada empat pilar
pendidikan universal sebagaimana yang telah dicetuskan oleh UNESCO.
(Muhammad Joko Susilo, M, PDKTSP manajemen pelaksanaan dan kesiapan
sekolah,,, hal. 11)
1. Konsep Dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan strategi
pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan
berprestasi. KTSP merupakan paradikma baru pengembangan kurikulum, yang
memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat
dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. Kewenangan
(otonomi) diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan
dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar, dan
mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap
kebutuhan setempat.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dilakukan
oleh guru, kepala sekolah, serta komite sekolah dan dewan pendidikan. Badan ini
merupkan lembaga yang ditetapkan berdasarkan musyawarah dari pejabat daerah
setempat, komisi pendidikan pada daerah perwakilan rakyat, pejabat pendidikan
daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan, perwakilan orang tua peserta didik, dan
tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan segala kebijakan sekolah
berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikan yang berlaku. Selanjutnya
komite sekolah perlu merumuskan dan menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah
dengan berbagai implikasinya terhadap program-program kegiatan operasional untuk
13
mencapai tujuan sekolah. (Mulyasa, 2007: 22). Menurut Nasution (1999), kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan itu meliputi tujuan pendidikan
nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan
pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan
pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan
kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan dalam hal ini merujuk pada undang-undang satuan
pendidikan adalah sekolah (Sutrisno, 2008). Dalam mengembangkan KTSP
dilakukan oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite
sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan/kantor Depag
Kab/Kota untuk Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus.
Penekanan KTSP adalah pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) dan tugas-tugas dengan standar performasi tertentu sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh siswa yang berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetensi tertentu. Perangkat standar program pendidikan ini hendaknya dapat
mengantarkan siswa untuk memiliki kompetensi pengetahuan, dan nilai-nilai yang
digunakan dalam berbagai bidang kehidupan.
Sejatinya, KTSP merupakan kurikulum yang merefleksi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang merujuk kepada konsep pendidikan yang dikemukakan
oleh Bloom, yang pada gilirannya dapat meningkatkan potensi peserta didik secara
optimal. Oleh karenanya, kurikulum yang disusun dapat menumbuhkan proses
pembelajaran di sekolah berorientasi pada penguasaan kompetensi-kompetensi yang
telah ditentukan secara integratif. Prisip pengembangannya adalah mampu
beradaptasi dengan berbagai perubahan (berisi prinsip-prinsip pokok, bersifat
fleksibel sesuai dengan perkembangan zaman) dan pengembangannya melalui proses
akreditasi yang memungkinkan mata pelajaran dapat dimodifikasi sesui dengan
tuntutan yang berkembang. Dengan demikian, kurikulum ini merupakan
pengembangan dari pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat,
untuk melakukan suatu keterampilan atau tugas dalam bentuk kemahiran dan rasa
14
tanggung jawab. Lebih jauh lagi, kurikulum ini merupakan suatu desain kurikulum
yang dikembangkan berdasarkan sejumlah kompetensi tertentu, sehingga setelah
menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu, siswa diharapkan mampu menguasai
serangkaian kompetensi dan menerapkannya dalam kehidupan kelak.
Menurut Beane (1986), diberlakukannya KTSP dalam dunia pendidikan
berimplikasi cukup luas dan kompleks yang berkaitan dengan pembelajaran,
pengalaman belajar, dan sistem penilaian. Bentuk-bentuk pembelajaran yang
disarankan dari KTSP meliputi pembelajaran autentik (authentic instruction),
pembelajaran berbasis inquiri (inquiry based learning), pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning), pembelajaran layanan (service learning),
pembelajaran berbasis kerja (work based learning), dan pembelajaran berbasis
portofolio (fortopolio based learning).
Penerapan KTSP dalam sistem pendidikan Indonesia tidak sekedar pergantian
kurikulum, tetapi menyangkut perubahan secara mendasar dalam sistem pendidikan.
Penerapan KTSP menuntut perubahan paradigma dalam pembelajaran dan
persekolahan, karena dengan penerapan KTSP tidak hanya menyebabkan perubahan
konsep, metode, dan strategi guru dalam mengajar, tetapi juga menyangkut pola
piker, filosofis, komitmen guru, sekolah, dan stakeholder pendidikan.
Dalam KTSP guru ditempatkan sebagai fasilitator dan mediator yang
membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Perhatian utama pada
siswa yang belajar, bukan pada disiplin atau guru yang mengajar. Fungsi fasilitator
atau mediator begitu berarti, yakni: (1) menyediakan pengalaman belajar yang
memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam membuat rancangan dan proses; (2)
menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang meransang keingintahuan
siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya,
menyediakan sarana yang meransang siswa berpikir secara produktif, menyediakan
kesempatan dan pengalaman konflik; (3) memonitor, mengevaluasi, dan
menunjukkan apakah pemikiran siswa jalan atau tidak. Guru menunjukkan dan
mempertanyakan apakah pengetahuan siswa berlaku untuk menghadapi persoalan
baru. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan siswa.
Dalam KTSP guru beserta komponen yang lainnya harus mampu memilih
dan menekankan kompetensi yang menunjang dan bermanfaat bagi peserta didik.
15
Menurut Ashan (1981) ada enam langkah analisis kompetensi, yaitu pertama,
analisis tugas. Analisis ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan tugas-tugas yang
harus dilakukan oleh lulusan ke dalam indikator- indikator kompetensi. Berdasarkan
analisis tugas yang harus dilakukan oleh lulusan, dikembangkan berbagai jenis
pekerjaan menurut peran profesional, selanjutnya ditentukan kompetensi-
kompetensi yang diperlukan (daftar kompetensi). Kedua, pola analisis. Pola ini
dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan baru yang belum ada dalam
pekerjaanpola analisis dilakukan dengan menganalisis setiap pekerjaan yang ada di
masyarakat dengan keterampilan- keterampilan yang dimiliki oleh karyawannya.
Selanjutnya dikembangkan keterampilan- keterampilan baru yang belum dimiliki
oleh para karyawan, yang dipandang lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan.
Ketiga, research (penelitian) dimaksudkan untuk mengembangkan sejumlah
kompetensi berdasarkan hasil-hasil penelitian dan diskusi. Penelitian dan diskusi ini
melibatkan berbagai ahli yang memahami kondisi serta perkembangan masa kini dan
masa yang akan dating. Berdasarkan pemehaman terhadap kondisi serta
perkembangan masa kini dan masa yang akan dating, diidentifikasi sejumlah
kompetensi yang diperlukan untuk dikuasai oleh individu dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman. Keempat, expert judgment.
, expert judgment atau pertimbangan ahli dimaksudkan untuk menganalisis
kompetensi berdasarkan pertimbangan para ahli., expert judgment ini bias dilakukan
dengan teknik delpi, sebagai suatu cara untuk memprediksi masa depan berdasarkan
pandangan dan analisis para pakar ditinjau dari berbagai sudut pandang ilmu.
Kelebihan dari teknik ini adalah yang melakukan analisis dan prediksi masa depan
adalah mereka yang telah memiliki wawasan dan pengetahuan yang andal dalam
bidangnya. Kelima, individual or group interview data. Analisis kompetensi
berdasarkan wawancara, baik secara individu maupun kelompok dimaksudkan untuk
menemukan informasi tentang kegiatan, tugas-tugas, dan pekerjaan yang diketahui
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam bentuk lisan. Dalam komunikasi dua
arah, penggunaan wawancara diharapkan dapat memberi kemudahan dalam
menganalisis kompetensi untuk memperoleh informasi yang diinginkan oleh
pewawancara melalui pertanyaaan- pertanyaaan yang diajukan. Keenam, role play
dimaksudkan untuk melakukan analisis kompetensi berdasarkan pengamatan dan
16
penilaian terhadap sejumlah orang yang melakukan peran tertentu. Melalui kegiatan
ini diharapkan diperoleh sejumlah peran tertentu yang ada di masyarakat, sebagai
bahan untuk mengidentifikasi kompetensi yang perlu dikembangkan dan dimiliki
oleh peserta didik.
Berbagai hasil analisis kompetensi di atas merupakan bahan untuk
merumuskan tujuan pendidikan dan mengembangkan kompetensi dasar dalam setiap
mata pelajaran. Setiap tugas harus dirumuskan dengan jelas agar peserta didik
mengetahui apa yang harus mereka pelajari., dan untuk apa mereka mempelajari hal
tersebut. Berdasarkan kompetensi dan tujuan yang akan dicapai dikembangkan alat
evaluasi untuk mengukur dengan kompetensi yang telah ditetapkan.
Merujuk pada BNSP (2006) dalam mengembangkan KTSP berlandasan
kepada aspek akademis atau filosofis KTSP adalah sebagai berikut: Jhon Dewey:
Peran pendidikan adalah mengajar siswa cara menjalin hubungan antara sejumlah
pengalaman – pengalaman baru melalui pengalaman lama menjadi pengetahuan.
Vygotsky: pengalaman di luar kelas dibawa ke dalam kelas dan pengalaman belajar
siswa sangat penting. Ausubel: Informasi diorganisasikan dalam pikiran dan dalam
struktur kognitif yang berhubungan dengan standar kompetensi, bila siswa diberi
informasi baru, informasi tersebut akan masuk kedalam susunan kognitif dan melekat
pada informasi baru tersebut mempunyai makna bagi siswa, dan struktur kognitif
yang ada bertindak sebagai acvanced organizer.
2. Dasar Kebijakan dan Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)
Berkaitan dengan kurikulum baru untuk menggantikan kurikulum 1994 dan
merevisi kurikulum 2004 (KBK) pemerintah melalui Departemen Pendidikan
Nasional mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Sementara itu,
untuk pelaksanaan kedua Permen di atas pemerintah melalui Depdiknas
mengeluarkan Permen Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permen Diknas
Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006 tersebut di atas.
17
Pengembangan dan penetapan kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan
menengah memperhatikan panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan
dasar dan menengah yang disusun Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Pasal
1 ayat 3 Permen Diknas Nomor 24 Tahun 2006. Satuan pendidikan dasar dan
menengah dapat mengadopsi atau mengadaptasi model kurikulum tingkat satuan
pendidikan dasar dan menengah yang disusun oleh BSNP (Pasal 1 ayat 4 Permen
Diknas Nomor 24 Tahun 2006). Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan
menengah oleh kepala satuan pendidikan dasar dan menengah setelah
memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah atau Komite Madrasah (Pasal 1
ayat 5 Permen Diknas Nomor 24 Tahun 2006).
Satuan pendidikan dasar dan menengah yang belum melaksanakan uji coba
kurikulum 2004, melaksanakan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah secara bertahap
dalam jangka waktu paling lama tiga tahun, dengan berbagai tahapan.
KTSP menekankan pada kemampuan yang harus dicapai, dan dimiliki oleh
lulusan suatu jenjang pendidikan. Kemampuan lulusan yang harus dinyatakan
dengan standar kompetensi, yaitu kemampuan minimal apa yang harus dicapai
lulusan. Standar kompetensi lulusan merupakan modal utama untuk bersaing di
tingkat regional maupun global, karena persaingan sumber daya manusia.
Karateristik kurikulum ini adalah: 1) hasil belajar dinyatakan dengan kemampuan
atau kompetensi yang dapat didemonstrasikan atau ditampilkan; 2) semua peserta
didik harus mencapai ketuntasan belajar, yaitu menguasai semua kompetensi dasar;
3) kecepatan belajar peserta didik tidak sama; 4) penilaian menggunakan acuan
kriteria; 5) ada program remedial, pengayaan, dan percepatan; 6) tenaga pengajar
atau atau pendidik merancang pengalaman belajar peserta didik; 7) tenaga pengajar
sebagai fasilitator; pembelajaran mencakup aspek afektif yang terintegrasi dalam
semua bidang studi.
Sebagai sebuah konsep, sekaligus sebagai sebuah program, KTSP memiliki
karateristik sebagai berikut: 1). KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi
siswa baik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Individual maupun Klasikal.
18
Dalam KTSP peserta didik dibentuk untuk mengembangkan pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat yang pada akhirnya akan
membentuk pribadi yang terampil dan mandiri; 2). KTSP berorientasi pada hasil
belajar (learning outcomes) dan keberagaman; 3). Penyampaian dalam pembelajaran
menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi; 4). Sumber belajar bukan
hanya guru, tetapi sumber belajar lainya yang memenuhi unsure edukatif; 5).
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual haruslah ditandai dengan 1)
proses mengobservasi sesuatu; 2) membuat pertanyaan, menghubungkan sesuatu
yang ditanyakan dan ingin dipahami dengan pengalaman dan pengetahuan
sebelumnya; 3) menempuh kegiatan untuk mendapatkan jawaban pertanyaan melalui
pembahasan dengan orang lain; 4) membahas hasil pemahaman melalui pembahasan
dengan orang lain; dan 5) memikirkan kegiatan yang telah dilakukan dan
pemahaman yang diperoleh, menanggapi, membuat kesimpulan (Budiyanto, 2003).
Standar kompetensi yang diharapkan dicapai peserta didik mencakup aspek berpikir,
keterampilan, dan kepribadian. Tujuan utama dari standar kompetensi adalah untuk
memberi arah kepada pendidik tentang kemampuan dan keterampilan yang menjadi
fokus proses pembelajaran dan penilaian. Jadi, standar kompetensi adalah batas dan
arah kemempuan yang harus dimiliki dan dapat dilakukan peserta didik setelah
mengikuti proses pembelajaran suatu pelajaran tertentu.
3. Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Secara umun tujuan mengimplementasikan kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan
pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan
dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan serta partisipatif
dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah untuk: a) Meningkatkan mutu pendidikan melalui
kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulun, mengelola dan
memperdayakan sumberdaya yang tersedia; b) Meningkatkan kepedulian warga
sekolah dan masyarakat dalam mengembangkan kurikulum melalui pengambilan
19
keputusan bersama; c) Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan
tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.
Menurut Mansur Mukhlich Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
terdiri empat komponen, Yaitu: 1) tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan
dengan tujuan meletakkan dan meningkatkan mencerdaskan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut; 2) struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan
yang meliputi mata pelajaran, muatan lokal, kegiatan pengembangan diri, pengaturan
beban belajar, kenaikan kelas, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan berbasis
keunggulan lokal dan global; 3) kalender pendidikan yang dibuat dengan kebutuhan
daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat; 4) silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran, merupakan penjabaran standar kompetensi dan
kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian. (Mansur, 2007: 15-16). Adapun visi dari
implementasi pendidikan yaitu: 1) mencetak insan terampil, mandiri dan bertaqwa;
2) mencetak insan sehat jasmani dan rohani, berilmu, dan bertanggung jawab; 3)
mencerdaskan bangsa lewat WAJAR; 4) berwawasan kebaharian dangan iman dan
taqwa; 5) unggul dalam IMTAQ dan IMTEK untuk persaingan nasional dan global.
(Susanto, 2007: 82).
4. Landasan Pengembangan dan Penyempurnaan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dilandasi oleh undang-undang
dan peraturan pemerintah sebagai berikut: a) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003
tentang Sikdiknas, dalam hai ini dikemukakan bahwa Standar Nasional Pendidikan
(SNP) terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus
ditingkatkan secara berencana dan berkala, serta memperhatikan peningkatan iman
dan takwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat
peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan
daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, agama, dinamika perkembangan global, persatuan nasional, dan
nilai-nilai kebangsaan; b) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
20
Standar Nasional Pendidikan. Dalam hai ini SNP merupakan kreteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), dan dalam peraturan tersebur dikemukakan bahwa KTSP
merupakan kurikulum opersional yang dikembangkan berdasarkan kompetensi
lulusan (SKL), dan standar isi; c) Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi. Dalam hal ini mengatur tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi, mencakup lingkup materi minimal
dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu; d) Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan, meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan
pendidikan dasar dan menengah, dan standar kompetensi lulusan minimal mata
pelajaran yang bermuara pada kompetensi dasar; e) Permendiknas No. 24 Tahun
2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas No. 22, dan 23.
Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar
sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif. Hal tersebut juga sejalan
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 35 dan 36
yang menekankan perlunya peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan
kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. (Mulyasa, 2007:9). Oleh karena itu, sejak tahun 2001,
Depdiknas melakukan serangkaian kegiatan untuk menyempurnakan kurikulum 1994
dan melakukan rintisan (piloting) secara terbatas untuk validasi dan mendapatkan
masukan impiris. Kurikulum ini di sebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),
karena menggunakan pendekatan kompetensi dan kemampuan minimal yang harus
dicapai oleh peserta didik pada setiap tingkatan kelas dan pada akhir satuan
pendidikan dirumuskan secara eksplisit. Di samping rumusan kompetensi,
dirumuskan pula materi standar untuk mendukung pencapaian kompetensi dan
indikator yang dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk melihat ketercapaian hasil
pembelajaran.
Penyempunaan kurikulum 1945 yang dimulai sejak tahun 2001 dan perintisan
dilakukan pada beberapa sekolah oleh Pusat Kurikulun Balitbang dan Direktorat
Jendral Dikdasmen. Draft kuriklum hasil rintisan tersebut semula akan diberlakukan
penerapannya di sekolah-sekolah tahun ajaran 2004/2005, namun dengan akhirnya
21
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sikdiknas dan PP Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, draft kurikulum tersebut perlu
disesuaikan kembali. Sesuai dengan PP Nomor 19 Tahun 2005, penyempurnaan
kurikulum selanjutnya dilakukan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Penyempurnaan dilaksanakan berdasarkan hasil kajian para pakar pendidikan yang
tergabung di BSNP dan juga masukan dari masyarakat yang terfokus terhadap dua
hal: 1) pengurangan beban belajar kurang lebih 10%; 2) penyederhanaan kerangka
dasar dan struktur kurikulum. Penyempurnaan tersebut mencakup singkronisasi
kompetensi untuk setiap mata pelajaran antar jenjang pendidikan, beban belajar dan
jumlah mata pelajaran serta validasi empirik terhadap setandar kompetensi dan
kompetensi dasar. Oleh sebab itu kurikulum disusun sesuai dengan jenjang
pendidikan dan kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan iman dan takwa; peningkatan akhlak mulia; peningkatan potensi;
kecerdasan, dan minat peserta didik; keragaman potensi daerah dan lingkungan;
tuntutan pembangunan daerah dan nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; agama; dinamika perkembangan global;
persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.(Mulyasa, 2007: 12).
5. Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dideskripsikan sebagai
berikut: a) Pemberian otonomi luas kepada sekolah dan satuan pendidikan, disertai
seperangkat tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan
kondisi setempat; b) Partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik yang tinggi
artinya masyarakat dan orang tua menjalin kerja sama untuk membantu sekolah
sebagai nara sumber pada berbagai kegiatan sekolah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran; c) Kepemimpinan yang demokratis dan profesional; d) Tim kerja yang
kompak dan transparan dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan.(Mulyasa,
2007: 31).
6. Plus Minus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Sebagai kelebihan KTSP adalah: 1) sebagai kurikulum untuk mempertegas
kurikulum sebelumnya sehingga tidak diperlukan lagi uji publik. KTSP akan
diberlakukan kepada sekolah yang sudah siap dan memiliki daya dukung yang
memadai; 2) diberlakukan di sekolah dengan penyesuaian kondisi local; 3)
22
mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan; 4)
mendorong para guru, kepala sekolah dan pihak manajemen sekolah untuk semakin
meningkatkan kreativitasnya dalam menyelenggarakan program pendidikan; 5)
KTSP sangat memungkinkan bagi setiap sekolah menitikberatkan dan
mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptabel bagi kebutuhan siswa.
Disamping itu, KTSP memberi peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus
untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan. Sehingga KTSP
memberi angin segar bagi sekolah-sekolah yang menyebut dirinya sebagai sekolah
berstandar nasional plus.
Adapun sebagai kelemahan KTSP menyangkut: 1) kurangnya SDM yang
memadai yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada setiap satuan pendidikan
yang ada; 2) kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai
kelengkapan dari pelaksanaan KTSP. Disamping itu, masih banyak guru yang belum
memahami KTSP secara utuh, penyusunannya maupun praktiknya dilapangan.
Penerapan KTSP merekomendasikan pengurangan jam pelajaran mentasi ktsp,
elemen-elemen ktsp, profil ktsp di Jambi
Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan
oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan
pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang dikembangkan BSNP. Pengembangan KTSP diserahkan
kepada para pelaksana pendidikan (guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan dewan
pendidik) untuk mengembangkan berbagai kompetensi pendidikan (pengetahuan,
keterampilan, dan sikap) pada setiap satuan pendidikan, di sekolah dan daerah
masing-masing.
Mengingat bahwa penyusunan KTSP diserahkan kepada satuan pendidikan,
sekolah, dan daerah masing-masing, diasumsikan bahwa guru, kepala sekolah,
komite sekolah, dan dewan pendidikan akan sangat bersahabat dengan kurikulum
tersebut, karena terlibat secara langsung dalam proses penyusunan dan yang akan
melaksanakannya dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga memahami betul apa
yang harus dilaksanakan sehubungan dengan kekuatan, kelemahan. Peluang, dan
tantangan, yang dimiliki oleh setiap satuan pendidikan di daerah masing-masing.
23
Keterlibatan guru, kepala sekolah, masyarakat yang tergabung dalam komite
sekolah dan dewan pendidikan dalam mengambil keputusan akan membangkitkan
rasa kepemilikan yang lebih tinggi terhadap kurikulum, sehingga mendorong untuk
mendayagunakan sumber daya yang ada seefisien mingkun untuk mencapai hasil
yang optimal. Konsep ini didasarkan pada Self Determination Theory yang
menyatakan bahwa jika seseorang memiliki kekuasaan dalam mengambil suatu
keputusan, maka akan memiliki tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan
keputusan tersebut. (Mulyasa, 2007: 40-41).
C. Implementasi KTSP di Madrasah
Implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi
dalam suatu tundakan prkatis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan
pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. Dalam Oxford Advance Learner
Dictionary dikemukakan implementasi adalah:”put something into effect”,(penerapan
sesuatu yang memberikan efek atau dampak). Berdasarkan definisi implementasi
tersebut, implementasi kurikulum didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide,
konsep dan kebajikan kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktivitas
pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu,
sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Implementasi kurikulum tertulis (written
curriculum) dalam bentuk pembelajaran.5
Hal itu sejalan dengan yang diungkapkan miller dan seller bahwa :”in some
cases implementation has been identified with instruction…”. Kemudian dijelaskan
lebih lanjut bahwa “implementasi kurikulum merupakan suatu proses penerapan
konsep, ide, program atau tatanan kurikulum ke dalam praktek pembelajaran atau
aktivitas-aktivitas baru, sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang
diharapkan untuk berubah. Mulyasa mengemukakan bahwa implementasi kurikulum
merupakan proses interaksi antara fasilitator sebagai pengembang kurikulum dan
peserta didik sebagai subjek belajar. Sementara Saylor (1981) mengatakan bahwa
“instruction is thus the implementation of curriculum plan, usually, buat not
5 Muhammad Joko Susilo, M.Pd, KTSP Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007, hal. 174
24
necessarily, involving teaching in the sense of student, teaches interaction in an
education setting”.6
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa implementasi
kurikulum adalah operasional konsep kurikulum yang masih bersifat potensial
(tertulis) menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran.
Menurut Hasan seperti yang dikutip Mulyasa, bahwa implementasi kurikulum
adalah hasil terjemahan guru terhadap kurikulum sebagai rencana tertulis yang
sedikitnya dipengaruhi oleh tiga faktor :
1. Karakteristik kurikulum, yang mencakup ruang lingkup ide baru suatu
kurikulum dan kejelasan bagi pengguna di lapangan.
2. Strategi implementasi, yaitu strategi yang digunakan dalam implementasi.
3. Karakteristik pengguna kurikulum, yang meliputi pengetahuan,
keterampilan serta kemampuannya untuk merealisasikan kurikulum
(curriculum planning) dalam pembelajaran.
Tetapi, Mars mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi implementasi
kurikulum yaitu dukungan sekolah, dukungan rekan sejawat guru dan dukungan
internal yang datang dari dalam diri guru sendiri. Dari berbagai faktor tersebut guru
merupakan faktor penentu disamping faktor-faktor lain, dengan kata lain
keberhasilan implementasi kurikulum di sekolah sangat ditentukan oleh guru, karena
bagaimanapun baiknya sarana pendidikan apabila guru tidak melaksanakan tugas
dengan baik, maka hasil implementasi kurikulum tidak akan memuaskan.7
Dalam penerapan KTSP di Madrasah memang masih dalam proses yang
tentunya membutuhkan waktu untuk bisa melihat hasil dari implementasi kurikulum
tersebut, dikarenakan KTSP adalah kurikulum baru yang masih dalam tahap uji coba
dan belum dijadikan kurikulum baku sebagai kurikulum pendidikan nasional. Tetapi
KTSP ini merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya yiatu KBK,
sehingga diharapkan guru maupun sekolah tidak bersikap apriori dalam memandang
KTSP ini agar pelaksanaan pembelajaran dan pendidikan di lembaga pendidikan bisa
tetap berjalan tanpa terbentur oleh keengganan segelintir pihak yang belum mengerti
tentang hakekat dari KTSP tapi sudah mengambil sikap yang justru tidak
6 Muhammad Joko Susilo, M.Pd, KTSP Manajemen Pelaksanaan…, hal. 1757 Muhammad Joko Susilo, M.Pd, KTSP Manajemen Pelaksanaan…, hal. 176
25
menghendaki adanya perubahan dikarenakan keengganannya untuk merubah pola
pendidikan yang sudah ditekuninya. Oleh karena itu, pihak pemerintah yang terkait
dengan pelaksanaan kurikulum yang baru ini, hendaknya terus mengadakan
sosialisasi dan penyuluhan tentang pelaksanaan KTSP ini, sehingga guru-guru dan
kepala sekolah bisa mengerti dan memahami hakekat dari KTSP yang kemudian
akan memudahkan terlaksananya kurikulum yang baru ini.
Untuk memaksimalkan pelaksanaan KTSP hendaknya dikembangkan secara
sinergis antara siswa, guru dan sekolah. Siswa diarahkan secara benar tentang
hakekat belajar yang aktif, kreatif dan inovatif yang tertuang dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran nya. Guru secara konsisten melaksanakan tugasnya mulai
dari menyiapkan perangkat pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran,
program semesteran, mengidentifikasi materi dan pengalaman belajar, merancang
setting pembelajaran, melaksanakan evaluasi dan melaporkan hasil siswa dalam
kerangka dan model KTSP. Guru menerapkan praktek belajar mengajar yang lebih
demokratis disertai evaluasi berkala dengan melibatkan peserta didik, guru dan orang
tua siswa. Ketiga unsur ini diharapkan dapat melakukan komunikasi berkala guna
membahas berbagai hal yang berkaitan dengan praktek belajar mengajar.
Mengikutsertakan siswa, orang tua siswa, dan Komite Sekolah dalam proses evaluasi
terhadap praktek belajar mengajar dan kinerja guru perlu menjadi salah satu
pertimbangan. Hal ini tidak saja dibutuhkan untuk menghargai hak siswa dan orang
tua siswa, melainkan juga sebagai kontrol dan peningkatan kompetensi guru dalam
mengajar.8
D. Tanggug Jawab Komponen Madrasah dalam Pengembangan KTSP
Terjadi perubahan kebijakan dalam pengembangan kurikulum di Indonesia.
Kurikulum yang selama ini diatur terpusat kini diserahkan pengembangannya pada
madrasah. Sebagaimana diatur dalam PP No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Pengembangan kurikulum diserahkan pada tingkat satuan pendidikan.
Pemerintah menetapkan Standar Nasional Pendidikan untuk menjamin pencapaian
8 Prof. Drs. Sutrisno, M.Sc., Ph.D dan Drs. Nuryanto, M.Pd, makalah Profil Pelaksanaan KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Provinsi Jambi (Studi Evaluatif Pelaksanaan KTSP, SD, SMP dan SMA) disampaikan pada symposium tahunan penelitian pendidikan 2008, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional(BALITBANG-DEPDIKNAS)2008 dalam situs http://puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_peserta/ , hal. 28
26
tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas: Standar Isi,
Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar
Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Empat dari delapan standar nasional
pendidikan, yaitu Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar
Proses, dan Standar Penilaian merupakan acuan utama dalam mengembangkan
KTSP.
Pada dasarnya, KTSP ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan setelah
mempertimbangkan masukan dari komite madrasah. Madrasah dan komite
madrasah mengembangkan KTSP berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar
kompetensi lulusan di bawah koordinasi dan supervisi dan kantor Departemen
Agama kabupaten/kota. Tim penyusun KTSP terdiri dari guru, pengawas dan kepala
madrasah sebagai ketua merangkap anggota. Di dalam kegiatan penyusunan KTSP
melibatkan komite madrasah dan narasumber pihak lain yang terkait, termasuk
Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang
berperan dalam penyusunan dokumen 2. Selanjutnya Supervisi dilakukan oleh
kantor Departemen Agama kabupaten/Kota.9
Deskripsi peran dan tanggung-jawab dari Tim Pengembang Kurikulum di tingkat satuan pendidikan disajikan pada tabel 02 sampai dengan 06.
Tabel 02: Peran dan Tanggung Jawab Kepala Madrasah
Tahap Peran dan Tanggung JawabPerencanaan Memimpin penyusunan Rencana Pengembangan
Madrasah dalam bidang akademik dan non akademikMembentuk tim pengembang kurikulum tingkat madrasahMemfasilitasi analisis konteks/ analisis potensi daerah/ potensi madrasahMemimpin penyusunan KTSP dokumen 1 (menetapkan visi, misi, tujuan madrasah, struktur dan muatan kurikulum).Memfinalkan, menetapkan KTSP dan dokumen pendukung dalam Rapat kerja awal tahun ajaranMemfasilitasi guru dalam melakukan analisis Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Penilaian Pendidik dan mengembangkannya
9 Nurman, dalam http://nurmanspd.wordpress.com/2009/10/07/tanggung-jawab-komponen-madrasah-dalam-pengembangan-ktsp/, diakses 01 agst 2011.
27
menjadi silabus dan RPP.Pelaksanaan Menentukan indikator keberhasilan pelaksanaan
kurikulum.Mengadakan pertemuan persiapan dan menetapkan tugas guru dan tenaga kependidikan lainnya (menginformasikan deskripsi tugas dalam pelaksanaan kurikulum secara tegas).Memfasilitasi pengembangan bahan ajar/LKS, media yang sesuai agar RPP mudah dilaksanakan.dalam pembelajaranMemfasilitasi sarana, media, sumber belajar serta pendukung lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pengembangan diriMelakukan kerja sama dengan stakeholder dan instansi terkait untuk memperlancar pelaksanaan kurikulum.Mengendalikan pelaksanaan kurikulum dan menyusun atruran-aturan yang jelas dalam pelaksanaan kurikulumMensosialisasikan KTSP dan memberikan motivasi guru dalam pelaksanaan KTSPMenciptakan iklim yang kondusif dan inovatif dalam pelaksanaan KTSP
Monitoring Merancang kegiatan supervisi kelas dan guru.Melakukan supervisi kelas/kunjungan kelas, supervisi klinis dan observasi kegiatan belajar peserta didikMelakukan supervisi pelaksanaan kegiatan pengembangan diri (rutin/spontan, BK, ekskul)Melakukan supervisi pada pelaksanaan penilaian (remedial)Pertemuan rutin sebulan sekali untuk membahas hasil monitoring dan penentuan perbaikanMembuka dialog /pertemuan agar guru dapat berkonsultasi jika mengalami kesulitan dalam pelaksanaan kurikulum
Evaluasi Menentukan sasaran evaluasi dan indikator pencapaianMengumpulkan data penyusunan dan pelaksanaan KTSPMenganalisishasil penyusunan dan pelaksanaan KTSPMengumpulkan data ketersediaan dan penggunaan sarana, prasarana/ media pembelajaranMenyimpulkan hasil evaluasi dan menyusun laporanMelakukan pembinaan tindak lanjut dan dialog dalam memecahkan problem dengan guru.Memberikan reward dan punishmentMelakukan perbaikan dan pengembangan kurikulum
28
dan tindak lanjut
Tabel 03: Peran dan Tanggung Jawab Tim Pengembang Kurikulum Madrasah
Tahap
Peran dan Tanggung Jawab
Perencanaan Membantu kepala madrasah menganalisis dan mengkaji kebijakan- kebijakan yang berkaitan dengan kurikulum dan implikasinya pada tugas madrasah .Membantu kepala madrasah memfasilitasi pengembangan instrumen dan pelaksanaan analisis konteks (analisis kondisi peserta didik, kondisi madrasah (analisis SWOT), kondisi masyarakat/ harapan masyarakat sekitar, harapan orangtua terhadap anak-anaknya, kebutuhan daerah, dan sebagainya) sebagai dasar penyusunan KTSP dan indikator keberhasilannyaMembantu kepala madrasah memfasilitasi penyusunan KTSP dan lampirannya (merancang workshop dan instrumen-instrumen yang dibutuhkan dalam penyusunan KTSP, menjalin kerja sama dengan komite/ stakeholder lainnya)Menyiapkan pertemuan tim pengembang dan gru-guru lain untuk menyusun dan mengembangkan KTSP menetapkan visi dan misi, tujuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum, (termasuk muatan lokal, pengembangan diri, kecakapan hidup, beban belajar, ketuntasan belajar, kalender pendidikan).Memfasilitasi kepala madrasah, guru dalam melakukan analisis standar isi dan standar kompetensi lulusan, bedah SK/KD dalam upaya penyusunan lampiran dokumen KTSP dokumen II.Membantu finalisasi penyusunan KTSP dan lampirannya untuk disahkan kepala madrasahMemberi masukan dan merancang deskripsi tugas berkaitan dengan kurikulum bagi pelaksanaan pembelajaran, kegiatan pengembangan diri (layanan bimbingan, kegiatan spontan, rutin, dan ekstrakurikuler), evaluasi guru, pembagian tugas, mengajar, wali kelas, piket, pembina peserta didik
Pelaksanaan
Membantu kepala madrasah memfasilitasi pelaksanaan sosialisasi KTSP dan prinsip-prinsip pelaksanaannya sebelum tahun pelajaran baruMensosialisasikan model-model pembelajaran yang sesuai dengan prinsip pelaksanaan kurikulum dengan berbagai cara.Membantu kepala madrasah untuk memfasilitasi guru
29
dalam mengembangkan kompetensinya, melalui pelatihan, workshop, buletin, jurnal, dan media lain agar guru dapat mengimplementasikan kurikulumMemfasilitasi koordinasi pelaksanaan dengan mengadakan pertemuan-pertemuan dan sistem pelaksanaan kurikulum .
Monitoring Merancang jadwal/ teknik pelaksanaan monitoring (baik oleh kepala madrasah, pengawas, maupun komite madrasah.Membantu menyediakan/ mengadministrasikan format-format monitoring dan pengawasan bagi kepala madrasah, pengawas, maupun komite madrasahMerancang jadwal kunjungan kelas, kunjungan BK, dan kunjungan ekstra kurikulerMerancang penilaian kolega (antarguru) untuk saling koreksi meningkatkan kemampuan menyusun dan mengimplementasikan kurikulumPengamatan kinerja guru dalam implementasi kurikulumMemfasilitasi pertemuan rutin dengan guru, komite, dan pengawas untuk memaksimalkan monitoringPertemuan rutin dengan dewan pendidik sebulan sekali untuk membahas hasil monitoring.Menyediakan format catatan hasil dan analisis kunjungan kelas, wawancara dengan peserta didik, observasi kegiatan pengembangan diriMemfasilitasi analisis hasil monitoring untuk dilakukan tindak-lanjut yang sesuai (semacam penelitian dan pengembangan /litbang).Mendorong sistem reflektif (baik melalui penelitian, kajian mendalam untuk memperbaiki
Evaluasi Menyediakan format-format penilaian pencapaian hasil, proses, dan dampak pelaksanaan kurikulumMerancang jadwal pelaksanaan evaluasi secara efektif (baik oleh kepala madrasah, pengawas, maupun komite madrasah .Menganalisis keberhasilan pelaksanaan Kurikulum berdasarkan indikator-indikator yang telah disusunMembantu mengadministrasikan hasil evaluasi kepala madrasah, pengawas, maupun komite madrasah.Memfasilitasi penyebarluasan hasil evaluasi dan untuk dapat ditindak-lanjuti
Tindak Lanjut Melakukan pembinaan tindak lanjut dan dialog dalam memecahkan problem dengan guru.Melakukan perbaikan dan pengembangan kurikulum
Tabel 04: Peran dan Tanggung-jawab Guru
30
Tahap Uraian Kegiatan
Perencanaan Berpartisipasi aktif mengkaji SI, SKL, Standar Proses, Standar Penilaian, serta panduan penyusunan KTSP
Berpartisipasi dalam pengembangan KTSP dokumen 1 (terutama untuk menentukan SKL/tujuan mata pelajaran, KKM mapel
Melakukan analisis SK/KD dan pemetaan KD
Menyusun prota dan prosem
Mengembangkan silabus
Menyusun RPP dan perangkat operasional yang mendukung RPP (LKS, bahan ajar, media yang sesuai)
Pelaksanaan Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan prinsip pelaksanaan KTSP (multistrategi, memanfaatkan berbagai media/sumber belajar, menyenangkan, mendorong peserta didik aktif bereksplorasi, berelaborasi, dan diberi konfirmasi untuk menguatkan kompetensi peserta didik)
Melaksanakan pengembangan diri (guru BK, guru pembina ekskul, koordinator pelaksanaan pengembangan diri rutin/pembiasaan) dalam suasana keakrapan dan berorientasi pada kebutuhan, minat, serta bakat peserta didik.
Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan
Melaksanakan penilaian sesuai dengan karakteristik KD dan prosedur yang ditetapkan dalam tandar penilaian.
Saling mendukung antar guru dalam penyusunan perangkat pembelajaran dan pelaksanaan KTSP
Monitoring Memahami indikator keberhasilan pelaksanaan kurikulum
Merefleksikan pelaksanaan proses pembelajaran dan pengembangan diri yang dilakukan
Berkonsultasi dengan kepala madrasah/pengawas untuk mengatasi kendala
Saling mengkoreksi, memberi masukan kepada teman sejawat dalam melaksanakan pembelajaran/ penilaian
Evaluasi Menentukan jenis dan teknik penilaian hasil belajar
Mengumpulkan data dampak pembelajaran terhadap proses dan hasil belajar
Mengumpulkan data kelancaran proses pembelajaran
Melaksanakan penilaian diri terhadap silabus, RPP, dan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan.
Membantu kepala madrasah mengumpulkan data ketersediaan perangkat pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran/ pengembangan diri (sesuai tugas yang diampu)
Melakukan penelitian tindakan kelas untuk menilai keefektifan pembelajaran
31
Membantu mengumpulkan data-data untuk pencapaian hasil.
Tindak Lanjut Memilah hasil analisis penilaian
Melakukan remedial terhadap peserta didik yang belum memenuhi target kompetensi yang telah ditentukan
Memberikan pengayaan kepada peserta didik yang telah mencapai terget kompetensi
Menyusun laporan hasil pembelajaran
Tabel 05: Peran dan Tanggung-jawab Pengawas
Tahap Uraian Kegiatan
Perencanaan Mendampingi kepala madrasah, guru, dan komite madrasah
dalam menyusun KTSP (Dokumen 1: KKM, Mulok, struktur
Kurikulum, kalender pendidikan, pengembangan diri, dsb.)
Membimbing guru dalam menyusun silabus dan RPP
(Dokumen 2)
Membimbing kepala madrasah dalam menyusun kriteria keberhasilan kurikulum
Pelaksanaan Membimbing kepala madrasah dalam pelaksanaan KTSP.
Membimbing guru dalam proses pembelajaran.
Melakukan kunjungan kelas, observasi kegiatan peserta didik.
Memotivasi dan membimbing guru dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian tindakan kelas.
Monitoring Membuat rencana pelaksanaan supervisi kurikulum.
Memfasilitasi kepala madrasah dalam membuat rencana supervisi dan monitoring pelaksanaan kurikulum.
Melakukan kunjungan madrasah dalam rangka memantau pelaksanaan kurikulum secara periodik (minimal per triwulan)
Mendiskusikan hasil temuan kunjungan kelas dan saran tindak-lanjutnya dengan kepala madrasah dan atau guru.
Menyusun laporan hasil kunjungan kelas.
Mengecek kelengkapan dokumen KTSP.
Memantau pelaksanaan kurikulum dan memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala madrasah dalam
32
mempersiapkan akreditasi madrasah.
Evaluasi Menyusun instrumen evaluasi kinerja kepala madrasah dan atau guru dalam melaksanakan tugas kurikulum.
Melakukan evaluasi terhadap kinerja kepala madrasah dan guru dalam melaksanakan tugas kurikulum.
Memonitor perkembangan hasil belajar peserta didik.
Memantau hasil belajar peserta didik di madrasah binaannya.
Memetakan hasil belajar peserta didik di madrasah binaannya
Menyusun laporan pelaksanaan supervisi kurikulum.
Tabel 06: Peran dan Tanggung Jawab Komite Madrasah/Yayasan
Tahap Uraian Kegiatan
Perencanaan Membantu melakukan analisis harapan masyarakat, potensi daerah, potensi madrasah/yayasan, konteks pendidikan keagamaan
M Memberi pertimbangan arah, visi-misi madrasah sesuai dengan harapan yayasan/pendiri pesantren
Memberikan masukan dalam penyusunan Rencana Anggaran dan Belanja Madrasah .
Berperan serta dalam penyusunan KTSP
Pelaksanaan M Membantu mensosialisasikan program yang telah ditetapkan
M Memfasilitasi sarana/prasana agar pelaksanaan pembelajaran atau pengembangan diri menjadi lancar
MMenjembatani dengan masyarakat untuk menjamin keterlaksanaan pembelajaran dan pengembangan diri secara baik
Memberikan layanan informasi tentang kegiatan madrasah melalui bulletin, open house, ceramah-ceramah agama
Membantu memecahkan masalah dan memberi pertimbangan jika pelaksanaan KTSP mengalami kendala.
Monitoring Memonitor proses pengambilan keputusan dalam penyusunan arah, isi, dan cara penyelenggaraan pendidikan
Memonitor pelaksanaan pembelajaran dan pengembangan diri
Memonitor perencanaan/ penganggaran madrasah untuk memfasilitasi pengembangan kurikulum.
33
Memonitor penggunaan fasilitas/sarana/prasarana dalam pelaksanaan
Memonitor kondisi pemberdayaan guru agar mampu melaksanakan KTSP
Memonitor harapan masyarakat dan respon masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan di madrasah
Evaluasi Membantu kepala madrasah mengumpulkan data tentang pelaksanaan pembelajaran
Membantu kepala madrasah mengumpulkan data tentang pelaksanaan pengembangan diri
Membantu kepala madrasah mengevaluasi dukungan sarana dan pra sarana madrasah
Membantu kepala madrasah mengevaluasi respon masyarakat terhadap penyelenggaraan pembelajaran dan pengembangan diri d madrasah
Tindak Lanjut Memberikan masukan atau pertimbangan pada saat revisi anggaran
Memberikan pertimbangan tindak lanjut sesuai dengan respon dan harapan masyarakat
Menyampaikan hasil pelaksanaan program kepada stakeholder secara periodik
E. Kajian Terdahulu
Berdasarkan yang telah dilakukan peneliti terdahulu berkaitan dengan
implementasi KTSP ini, maka dapat saya cantumkan beberapa karya penelitian yang
telah dilakukan oleh para akademisi di antaranya:
1. Indhyati dalam Penelitian Karya Ilmiah skripsinya
“Profesionalisme Guru dalam Mengembangkan Kurikulum Pendidikan Agama
Islam di SMU”. Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa dalam melaksanakan
kurikulum pendidikan agama Islam di SMU, guru agama dituntut untuk lebih
profesional mengingat tanggung jawab yang diemban oleh seorang guru agama
sangat besar, karena dengan alokasi waktu yang sedikit sedangkan materinya
cukup padat jika tidak diimbangi dengan profesionalisme guru, maka lembaga
pendidikan tersebut tidak akan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Guru
yang profesional adalah guru yang memiliki keahlian guru, memenuhi berbagai
kualifikasi, mempunyai kepribadian yang menarik juga kemampuan mengajar
34
yang baik serta penguasaan spesialisasi dalam disiplin/bidang studi yang menjadi
tanggung jawabnya. Pelaksanaan kurikulum khususnya kurikulum pendidikan
agama Islam, harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan serta daya tangkap
siswa, agar materi yang ada dalam kurikulum dapat di sampaikan secara efektif
dan efisien maka tugas guru harus mengadakan penyusunan strategi dalam
mengimplementasikan kurikulum.
(http://www.zanikan.multiply.com/journal/item/4076, Juni,2009).
Kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa, lebih mengarah kepada kurikulum
pendidikan Agama Islam, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan mengarah
kepada implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), seperti:
penyusunan kurikulum dan penerapan kurikulum.
2. Nanang Nurvianto dalam Penelitian Karya Ilmiah skripsinya
“Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Mata Pelajaran
Seni Budaya di SMP Negeri 2 Wlingin”. Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa
penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam pembelajaran
seni budaya terdiri dari penerapan dalam materi, metode, media, dan sistem
penilaian atau evaluasi.
(http://www.nanang nurvianto.com/journal/ item/4076, juni,2009).
Dari hasil kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa, peneliti lebih
mengarah kepada Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada
Mata Pelajaran Seni Budaya di SMP Negeri 2 Wlingin, sedangkan penelitian
yang saya lakukan mengarah kepada implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) di Madrasah.
3. Zanikan dalam Penelitian Karya Ilmiah skripsinya “Strategi
Guru PAI dalam mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) di SMA Negeri 1 Unggulan Kayuangung”. Dalam Penelitian Karya
Ilmiah skripsinya dijelaskan bahwa strategi pembelajaran harus aktif, inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan yang dapat menggairahkan motifasi belajar
peserta didik, oleh sebab itu guru dalam mengimplementasikan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) harus memiliki persyaratan, yang meliputi: 1)
35
memiliki bakat sebagai guru; 2) memiliki keahlian sebagai guru; 3) memiliki
keahlian yang baik dan terintegrasi; 4) memiliki mental yang sehat; 5) berbadan
sehat; 6) memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas; 7) guru adalah
manusia berjiwa pancasila; guru adalah seorang warga negara yang baik. Guru
harus menguasai berbagai macam strategi dan pendekatan serta model
pembelajaran sehingga proses belajar mengajar berlangsung dalam suasana yang
kondusif dan menyenangkan.
(http://www.zanikan.multiply.com/journal/item/4076, Juni,2009,3).
Berdasarkan hasil kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa, peneliti lebih
mengarah kepada strategi guru PAI dalam mengimplementasikan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) di SMA Negeri 1 Unggulan Kayuangung, sedangkan
penelitian yang saya lakukan mengarah kepada implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) di Madrasah.
Berdasarkan beberapa kajian pustaka yang telah dipaparkan, penulis belum
menemukan penelitian secara khusus membahas tentang Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Madrasah.
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Teknik Pengumpulan Data (Penyelesaian Kajian)
1. Teknik Observasi
Teknik Observasi adalah pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian
seperti implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Madrasah.
2. Teknik Wawancara
Teknik Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya, baik dalam bentuk tulisan ataupun
lisan. Teknik ini untuk mendapatkan informasi tentang sejauh mana proses
perencanaan, penerapan dan implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), Wawancara ini ditunjukkan kepada Kepala sekolah, wakasek kurikulum,
dan siswa Madrasah.
3. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk memperoleh data langsung
dari tempat peneliti, yang digunakan untuk mendapatkan data tentang jumlah
pegawai, jumlah murid, jumlah kelas, keadaan guru, serta sejarah atau latar belakang
berdirinya Madrasah yang diteliti.
B. Analisis Data
Setelah data-data yang dibutuhkan telah terkumpul, maka tugas selanjutnya adalah
membaca dan menelaah data (menganalisa data). Analisis data ini merupakan kerja
penting dalam sebuah penelitian, karena hanya dengan melalui analisis data peneliti
dapat mendeskripsikan, mengambil kesimpulan dan membuktikan sebuah teori atau
hipotesis. Data yang telah terkumpul di klarifikasikan kemudian di analisis secara
deskriptif kualitatif yang pada akhirnya di tarik kesimpulan sebagai akhir proses
37
penelitian ini. Adapun dalam proses analisa data, penulis menggunakan metode
Hubermen dan Miells, yaitu:
1. Reduksi Data
Reduksi Data merupakan proses penyederhanaan dan transformasi data ‘kasar’ yang
mucul dari data penulis di lapanga dengan melalui beberapa tahap yaitu membuat
ringkasan, mengkode, menulis tema, membuat patris, membuat memo.
2. Penyajian Data
Penyajian data yaitu informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3. Verifikasi atau Penarikan Kesimpulan
Verifikasi atau penarikan kesimpulan yaitu makna-makna yang muncul dari data
yang lurus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya yang merupakan
faliditas dari data tersebut. (Hubermen dan Matehew, 1992: 16-18).
C. Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan tekhnik
pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria
tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility),
keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian
(confermability). (Lexi J Moleong, 2008: 324).
Setelah langkah-langkah tersebut dilakukan, langkah selanjutnya adalah
melakukan penyederhanaan data serta diadakan perbaikan dari segi bahasa maupun
sistematikanya agar dalam pelaporan hasil penelitian tidak diragukan lagi
keabsahannya.
D. Tahap-tahap Penelitian
Adapun tahap penelitian yang dilakukan peneliti terdapat 3 tahapan, yaitu:
1. Tahap Pra Lapangan
Dalam tahap pralapangan, peneliti melakukan survey ke Madrasah untuk
mendapatkan data tentang gambaran umum lokasi penelitian dan untuk menemukan
langkah-langkah penyusunan penelitian.
2. Tahap Kegiatan Lapangan
38
Tahap kegiatan lapangan ini difokuskan pada hal-hal yang ingin diteliti, dalam hal ini
peneliti menfokuskan pada Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) di Madrasah.
3. Tahap Analisis Data
Tahap Analisis Data adalah pengecekan data dari informasi, subyek studi maupun
dokumen untuk membuktikan keabsahan data yang telah diperoleh, untuk
penyederhanaan data serta untuk perbaikan data baik dari segi bahasa atau
sistematika.
39
DAFTAR PUSTAKA
Susilo Joko Muhammad, M.Pd, KTSP Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya, Pustaka Pelajar,Yogyakarta, 2007.
Langgulung Hasan, Prof. Dr. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, al-Husna Zikra, Jakarta, 1995.
Muhaimin, Prof.Dr.H.MA dkk, Pengembangan Model KTSP pada sekolah dan madrasah, Rajawali Press, Jakarta, 2008.
Mulyasa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2007.
Muslich, Mansur. Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2007.
____________, Dasar Pemahaman dan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2008.
Sutrisno, Prof. Drs. M.Sc., Ph.D dan Drs. Nuryanto, M.Pd, makalah Profil Pelaksanaan KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Provinsi Jambi (Studi Evaluatif Pelaksanaan KTSP, SD, SMP dan SMA) disampaikan pada symposium tahunan penelitian pendidikan 2008, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional(BALITBANG-DEPDIKNAS)2008 dalam situs http://puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_peserta/
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Pengurus PGRI Kota Surabaya.
Yamin, Martinis. Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta: Gaung Persada Press. 2008
40