Post on 15-Nov-2021
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA SD MATERI MEMBACA
BERBASIS METODE MONTESSORI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Elena Mahanani Wicaksono
Nim : 111134237
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA SD MATERI MEMBACA
BERBASIS METODE MONTESSORI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Elena Mahanani Wicaksono
Nim : 111134237
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
SKRIPSI
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA SD MATERI MEMBACA
BERBASIS METODE MONTESSORI
Oleh:
Elena Mahanani Wicaksono
NIM : 111134237
Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd.
Tanggal : 3 Juli 2018
Tanggal : 29 Juni 2018
p:
Disetujui oleh :
~
efB0
Christiyanti Aprinastuti, S.Si.,M.Pd.
Pembimbing II,
Pembimbing I,
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA SD MATERI MEMBACA
BERBASIS METODE MONTESSORI
Dipersiapkan dan ditulis oleh :
Elena Mahanani Wicaksono
Nim : 111134237
Telah dipertahankan di depan panitia penguji
Pada tanggal 31 Juli 2018
Nama Lengkap
: Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd.
: lrine Kumiastuti, S.Psi., M.Psi.
~~~C18a~. 1f~~.
. -).
. ~ .
.......~..~
.. :::..~
Susunan Panitia Penguji
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
.....,;
\\
: Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd.
: Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd.
: Christiyanti' Aprinastuti, S.Si., M.Pd.
Anggota
Anggota
Anggota
Ketua
Sekretaris
Yogyakarta, 31 Juli 2018
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Uni.;,i.ersitas Sanata Dhanna,..;d,~:::-~~~:::::~~t:~~..,;,~:~,;,<';0elR'):iliYi~·~:!""iI.",'v '" ..,." J 11~f! :."/;: r.r'ii;··~~ ,,~, I.
1(:~:,;'::'~~·i~:"':?1~~l\~... "i""~'" ')J\!l i'\.~:"l:" .!
ii:'h';;:-~~''''''''~'' ,I!;~!":""'-:fDr:r"onanes Harsoyo,S.Pd., M.Si.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Halaman Persembahan
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan cintanya yang senantiasa
membimbing dan menuntun dalam segala proses kehidupan ini.
Bapakku Bambang Purwanto dan Ibuku Walni yang dengan
tulus memberikan cinta dan kasih sayang, mendidik, serta
berjuang merawat dan membesarkanku hingga saat ini.
Kakakku Martin dan adikku Kevin atas kasih sayangnya.
Semoga kita menjadi manusia yang sukses rohani dan jasmani.
Almamaterku Universitas Sanata Dharma.
Segala pihak yang telah mendukung dan membantu dalam
kelancaran skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.Tuhan memberkati kita semua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
HALAMAN MOTTO
1 Tesalonika 5:18
“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikendaki Allah di
dalam Yesus Kristus bagi kamu.”
Amsal 23: 18
“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang.”
2 Tawarikh 15: 7
“Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada
upah bagi usahamu.”
Pengkhotbah 9:10
“Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu
sekuat tenaga, karena tidak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan
hikmat dalam dunia orang mati, kemana engkau akan pergi.”
Wahyu 21:4
“Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan
ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratapan tangis, atau dukacita,
sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atas bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 31 Juli 2018
Yang menyatakan,
Elena Mahanani Wicaksono
NIM : 111134237
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Elena Mahanani Wicaksono
Nomor Mahasiswa : 111134237
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
“PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA SD MATERI MEMBACA
BERBASIS METODE MONTESSORI”
Berserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan
kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolahnya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan
secara terbatas, dan kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya
maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 31 Juli 2018
Yang menyatakan,
Elena Mahanani Wicaksono
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRAK
Wicaksono, Elena Mahanani. (2018). “Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran
Bahasa Indonesia SD Materi Membaca Berbasis Metode
Montessori”. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
Kata kunci: penelitian dan pengembangan, metode Montessori, alat peraga
Montessori, alat peraga alfabet dan kartu bergambar, prestasi belajar, membaca,
bahasa Indonesia
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kesulitan siswa kelas I Sekolah Dasar
dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada materi membaca. Untuk mengatasi
permasalahan dalam membaca tersebut peneliti melakukan pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga. Alat peraga yang digunakan diharapkan dapat
membantu siswa berpikir secara konkret dan mengurangi verbalisme dalam proses
pembelajaran. Alat peraga juga dapat membantu siswa dalam merangsang daya
pikir, bernalar, serta melatih kreativitas.
Alat peraga yang peneliti gunakan berbasis metode Montessori. Metode
Montessori menggunakan alat peraga diberbagai bidang pembelajaran. Salah satu
alat peraga yang peneliti gunakan adalah Individual Reading Material (IRM) dan
Small Movable Alphabet (SMA) yang peneliti kembangkan menjadi alat peraga
alfabet dan kartu bergambar berbasis metode Montessori. Alat peraga alfabet dan
kartu bergambar tersebut yang peneliti gunakan dalam penelitian.
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian dan pengembangan
(R&D). Sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan alat peraga
bahasa Indonesia berbasis metode Montessori. Langkah penelitian ini
memodifikasi langkah pengembangan menurut Sugiyono dan Borg and Gall yang
terbagi menjadi 5 tahap penelitian pengembangan yaitu (1) potensi masalah, (2)
perencanaan, (3) pengembangan desain, (4) validasi produk, dan (5) uji coba
lapangan terbatas.
Pengembangan alat peraga berbasis metode montesori tersebut dilakukan
berdasarkan karakteristik alat peraga Montessori yang terdiri dari lima ciri yaitu
(1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto-correction, (4) auto-education, dan (5)
kontekstual. Alat peraga yang telah dikembangkan sudah divalidasi oleh ahli.
Hasil penelitian menggunakan alat peraga alfabet dan kartu bergambar dinyatakan
layak untuk digunakan. Hal tersebut dapat dilihat dalam perbandingan nilai pretest
yaitu 45,67 dan posttest yaitu 90,12. Berdasarkan perbandingan nilai tersebut
terjadi persentase kenaikan sebesar 98%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Wicaksono, Elena Mahanani. (2018). “Developing Learning Aids for Indonesia
Language Lesson for Elementary School Reading Material Based on
Montessori Method”. Thesis. Yogyakarta: Elementary School Teacher
Education Study Program, Sanata Dharma University.
Keywords: research and development, Montessori method, Montessori learning
aid, alphabet and picture card learning aids, learning achievement, reading,
Indonesia language
The background this research is the difficulty of students in Indonesia
language lesson in reading material. In order to cope the problems in the reading,
the researcher conducted study by using learning aid. The learning aids are hoped
to be able to help students to think in concrete way and decrease verbalism in the
learning process. The learning aids can also help students to stimulate their
thinking skill, reasoning skill, and to improve their creativity.
The learning aids, that are used by the researcher, are based on Montessori
method, in which the learning aid is used in various lessons. One of learning aids
used by the researcher is Individual Reading Material (IRM) and Small Movable
Alphabet (SMA). Those learning aids are developed by the researcher into
alphabet and picture card learning aids based on Montessori method. Those
alphabet and picture card learning aids are used in this research.
The type of the research was Research and Development (R&D). The
research aimed to develop learning aids for Indonesia language lesson based on
Montessori method. In conducting the research, the researcher adapted
developmental steps from Sugiyono and Borg & Gall which consists of 5 steps of
developmental research, namely (1) conducting problem analysis, (2) planning,
(3) developing the design, (4) validating the product, and (5) limited field testing.
The development process of those Montessori-based learning aids was
conducted based on five characteristics of Montessori learning aids, namely (1)
interesting, (2) having gradation, (3) auto-correction, (4) auto-education, and (5)
contextual. The developed learning aids have been validated by experts. The
research result showed that alphabet and picture card learning aids are proper to
use. It could be seen in the comparison between the pretest score, which is 45,67,
and posttest, score which is 90,12. Based on the comparison, the percentage of
improvement is 98%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat karunia dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini yang berjudul:
“Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Bahasa Indonesia SD
Materi Membaca Berbasis Metode Montessori”
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis dengan rendah hati menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat
:
1. Dr. Yohanes Harsono,S.Pd.,M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si.,M.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Kintan Limiansih,S.Pd., M.Pd. selaku Wakaprodi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Universitas Sanata Dharma.
4. Dra. Haniek Sri Pratini, M,Pd. dan Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd.
selaku dosen pembimbing skripsi.
5. Mustari Admini, S.PAK Selaku KepalaSekolah SD Bopkri Demangan III
Yogyakarta telah memberikan ijin penelitian di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
6. Ibu Ester Idasih selaku guru kelas I SD Bopkri Demangan III Yogyakarta
yang telah mengijinkan dan membantu peneliti selama penelitian di sekolah.
7. Seluruh siswa kelas I SD Bopkri Demangan III Yogyakarta yang telah
memberikan waktu kepada peneliti untuk bekerjasama selama penelitian
berlangsung.
8. Kedua orang tua saya, Bambang Purwanto dan Walni yang senantiasa
memberikan dukungan, doa, bimbingan dan kasih sayang yang tiada henti.
9. Kakak dan adik saya, Marthin wicaksana dan Kevin surya winata wicaksana
yang telah memberikan dukungan dan doanya.
10. Mak Awo, Bulik Retno dan Budhe Tinuk yang telah memberikan dukungan
dan doanya.
11. Semua saudara dari kedua orang tua saya yang telah memberikan doa serta
dukungannya selama ini.
12. Sahabat-sahabat saya Rindi, Stefy, Riska, Monik, Henny ,Vita, Wulan,
Mbak susan, mbak Yuni, Melyanah, dan Anis yang setia menyemangati
dalam keadaan susah maupun senang.
13. Teman-teman komselku terkhusus kak wuri yang telah menyemangati dan
memanjatkan doa untukku.
14. Terimakasih kepada EXO karena dengan lagu-lagunya dan semangat para
member ketika bekerja telah menghibur dan memotivasi serta
membangkitkan semangat penulis.
15. Dan terimakasih kepada segala pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu atas dukungan dan doanya selamaini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
Dalam kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ada beberapa kendala yang
telah dilalui baik dari factor dalam diri maupun dari luar. Namun Puji syukur saya
panjatkan skripsi inidapat terselesaikan.
Semoga Allah Bapa memberikan balasan yang berlipat ganda kepada seluruh
saudara sekalian yang senantiasa memberi dukungan motivasi dan doa. Penulis
berharap agar skripsi ini dapat bergunadan bermanfaat bagi dunia pendidikan. Oleh
sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Demikian yang dapat penulis sampaikan akhir kata saya sampaikan Trimakasih dan
beribu maaf jika ada kesalahan dalam penulisan.
Penulis, 31 Juli 2018
Elena Mahanani Wicaksono
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................... viii
ABSTRAK ........................................................................................................... ix
ABSTRACK ............................................................................................................ x
KATA PENGANTAR ......................................................................................... xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiv
DAFTAR BAGAN ........................................................................................... xviii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xix
DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xxi
DAFTAR RUMUS ........................................................................................... xxii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xxiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xxiv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ........ ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 8
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 9
1.5 Spesifikasi Produk .......................................................................................... 10
1.6 Definisi Operasional.......... .............................................................................. 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 17
2.1 Kajian Teori ..................... .............................................................................. 17
2.1.1 Belajar dan Pembelajaran .............................................................................. 17
2.1.2 Alat Peraga ................................................................................................... 23
2.1.3 Metode Montessori ..................................................................................... 27
2.1.4 Perkembangan Anak .................................................................................... 31
2.1.5 Bahasa Indonesia ...................... .................................................................. 34
2.1.6 Perkembangan Bahasa Anak ..... .................................................................. 37
2.1.7 Membaca ..................................................................................................... 39
2.1.8 Suku Kata, Kata dan Kalimat ........................................................................ 48
2.2 Penelitian yang Relevan ................................... ............................................... 50
2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................................ 53
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 55
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................ 55
3.2 Setting Penelitian ............................................................................................ 56
3.2.1 Waktu penelitian .......................................................................................... 56
3.2.2 Objek Penelitian ........................................................................................... 56
3.2.3 Subjek Penelitian .......................................................................................... 56
3.2.4 Lokasi Penelitian .......................................................................................... 57
3.3 Rancangan Penelitian ....................................................................................... 57
3.4 Prosedur Penelitian dan Pengembangan ......................................................... 60
3.5 Instrumen Penelitian ........................................................................................ 62
3.5.1 Instrumen Analisis Kebutuhan .................................................................... 62
3.5.2 Instrumen Validasi Produk ........................................................................... 63
3.5.3 Instrumen Uji Coba Lapangan Terbatas ..................................................... 64
3.6 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 65
3.6.1 Wawancara ................................................................................................... 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
3.6.2 Observasi ...................................................................................................... 67
3.6.3 Kuesioner ..................................................................................................... 67
3.6.4 Dokumentasi ................................................................................................ 68
3.6.5 Tringulasi ..................................................................................................... 68
3.7 Validasi Produk ............................................................................................... 69
3.8 Uji Coba Lapangan Terbatas ........................................................................... 69
3.9 Teknik Analisis Data ....................................................................................... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 73
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................... 73
4.1.1 Potensi dan Masalah ...................................................................................... 73
4.1.1.1 Identifikasi Masalah .................................................................................. 73
4.1.1.2 Analisis Kebutuhan .................................................................................. 77
4.1.2 Perencanaan .................................................................................................. 84
4.1.2.1 Instrumen Tes ........................................................................................... 84
4.1.2.2 Kuesioner Kelayakan Produk .................................................................... 85
4.1.3 Pengembangan Desain ................................................................................. 87
4.1.3.1 Konsep Pengembangan Alat Peraga ........................................................ 87
4.1.3.2 Pembuatan Alat Peraga dan Album ......................................................... 91
4.1.4 Validasi Produk ............................................................................................ 94
4.1.4.1 Validasi Alat Peraga ................................................................................. 94
4.1.4.2 Analisis I .................................................................................................... 95
4.1.5 Uji Coba Lapangan Terbatas ........................................................................ 96
4.1.5.1 Pretest ........................................................................................................ 96
4.1.5.2 Posttest ....................................................................................................... 97
4.1.5.3 Analisis II .................................................................................................. 98
4.1.5.4 Revisi Produk .......................................................................................... 101
4.1.5.5 Propotipe Alat Peraga ............................................................................. 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
4.2 Pembahasan ................................................................................................... 105
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 109
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 109
5.2 Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 110
5.3 Saran ............................................................................................................. 110
DAFTAR REFERENSI .................................................................................... 112
LAMPIRAN ...................................................................................................... 117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Literature Map ..................................................................................... 53
Bagan 3.1 Langkah- langkah Penelitian dan Pengembangan menurut Sugiyono . 58
Bagan 3.2 Metode Penelitian dan Pengembangan Borg & Gall ........................... 59
Bagan 3.3 Tahap Penelitian dan Pengembangan alat peraga Alfabet dan Kartu
bergambar ........................................................................................................................ 61
Bagan 3.4 Tringulasi Sumber Data ....................................................................... 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan .............................................. 65
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Validasi Prodek oleh Ahli .................................... 66
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instruemen Tes ...................................................................... 67
Tabel 3.4 Konversi Data (Kategori Skor) ............................................................. 74
Tabel 3.5 Pengkategorian Skor Rerata ................................................................. 75
Tabel 4.1 Kisi-Kisi Pertanyaan Wawancara Kepala Sekolah ............................... 78
Tabel 4.2 Hasil Wawancara Terhadap Kepala Sekolah ....................................... 79
Tabel 4.3 Kisi-Kisi Pertanyaan Wawancara Guru ................................................ 79
Tabel 4.4 Hasil Wawancara terhadap Guru Kelas I .............................................. 80
Tabel 4.5 Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara Siswa Kelas I ................................... 81
Tabel 4.6 Hasil Wawancara Siswa Kelas I ........................................................... 81
Tabel 4.7 Kisi-kisi Observasi ............................................................................... 82
Tabel 4.8 Skor Validasi oleh Ahli Pembelajaran Bahasa Indonesia ..................... 84
Tabel 4.9 Komentar Validasi Analisis Kebutuhan Siswa oleh Bahasa Indonesia 85
Tabel 4.10 Uji Validasi oleh Ahli Bahasa Indonesia ............................................ 86
Tabel 4.11 Rekapitulasi Analisis Kebutuhan Siswa ............................................ 86
Tabel 4.12 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru ......................................... 88
Tabel 4.13 Validasi Instrumen tes oleh Ahli Bahasa Indonesia............................ 91
Tabel 4.14 Validasi Instrumen Tes oleh Guru ...................................................... 91
Tabel 4.15 Hasil Kuesioner Validasi Produk Ahli ............................................... 93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
Tabel 4.16 Jenis Nama-nama pada Kartu Bergambar ........................................... 101
Tabel 4.17 Hasil Validasi Produk oleh Ahli Pembelajaran Montessori................ 102
Tabel 4.18 Hasil Validasi Produk oleh Guru ........................................................ 103
Tabel 4.19 Hasil Rekapitulasi Validasi Produk Ahli dan Guru ............................ 103
Tabel 4.20 Hasil Kenaikan Pretest dan Postest ................................................... 107
Tabel 4.21 Hasil Kelayakan Produk oleh Siswa ................................................... 108
Tabel 4.22 Hasil Uji Kuesioner Kelayakan Produk oleh Guru ............................. 109
Tabel 4.23 Rekapitulasi Uji Kelayakan Produk .................................................... 109
Tabel 4.24 Revisi Produk ...................................................................................... 110
Tabel 4.25 Komponen Propotipe Alat Peraga Pembelajaran Bahasa Indonesia
Materi MembacaBerbasis Metode Montessori ..................................................... 112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Grafik Hasil Pretest ............................................................................. 105
Grafik 4.2 Grafik Hasil Posttest ............................................................................ 106
Grafik 4.3 Grafik Hasil Pretest-Postest ................................................................ 107
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxii
DAFTAR RUMUS
Rumus 3.1 Penentuan Jarak Interval ...................................................................... 74
Rumus 3.2 Nilai pretest dan posttest ..................................................................... 75
Rumus 3.3 Perbedaan nilai pretest dan posttest ..................................................... 76
Rumus 3.4 Rata-rata perbedaan nilai pretest dan posttest ..................................... 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Desain Wadah Kartu Bergambar ....................................................... 11
Gambar 1.3. Desain Sekat Kartu Bergambar, Kartu Bergambar
dan Kartu Koreksi .................................................................................................. 12
Gambar 1.4 Desain Stik Kartu Bergambar ........................................................... 13
Gambar 1.5 Desain Wadah Alat Peraga Small Movable Alfabeth (SMA).............. 14
Gambar 1.6 Desain Huruf Alfabet Small Movable Alfabeth (SMA) ...................... 14
Gambar 4.1 Individual Reading Material (IRM) ................................................... 94
Gambar 4.2 Small Material Alfabeth (SMA) .......................................................... 95
Gambar 4.3 Desain Sekat Kartu Bergambar, Kartu Bergambar,
dan Kartu Koreksi ................................................................................................. 96
Gambar 4.4 Desain Wadah Kartu Bergambar........................................................ 96
Gambar 4.5 Desain Stik Kartu Bergambar ............................................................ 97
Gambar 4.6 Desain Wadah Alfabet ....................................................................... 97
Gambar 4.7 Desain Alfabet .................................................................................... 97
Gambar 4.8 Desain Cover Album Alat Peraga Alfabet dan Kartu Bergambar ..... 98
Gambar 4.9 Alat Peraga Kartu Bergambar .......................................................... 100
Gambar 4.10 Stik Kartu Bergambar..................................................................... 100
Gambar 4.11 Alat Peraga Alfabet ........................................................................ 100
Gambar 4.12 Propotipe Alat Peraga Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi
Membaca Berbasis Metode Montessori ............................................................. 111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. INSTRUMEN IDENTIFIKASI POTENSI MASALAH ...... [1]
Lampiran 1.1 Transkrip Wawancara Dengan Kepala Sekolah
SD Bopkri Demangan III ...................................................................................... [1]
Lampiran 1.2 Transkrip Wawancara Dengan Guru Kelas I
SD Bopkri Demangan III ...................................................................................... [6]
Lampiran 1.3 Transkrip Wawancara Dengan Siswa Kelas I
SD Bopkri Demangan ........................................................................................ [10]
LAMPIRAN 2. INSTRUMEN ANALISIS KEBUTUHAN .......................... [11]
Lampiran 2.1 Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru .................................. [11]
Lampiran 2.2 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru
oleh Ahli….. ........................................................................................................ [15]
Lampiran 2.3 Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa………………………….. .[23]
Lampiran 2.4 Hasil validasi Kuesioner Analisis kebutuhan untuk siswa
oleh Ahli …... ...................................................................................................... [26]
Lampiran 2.5 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan yang Diisi oleh
Guru SD Penelitian ............................................................................................. [33]
Lampiran 2.6 Hasil Analsis Kebutuhan yang Diisi oleh Siswa SD Penelitian ... [37]
LAMPIRAN 3. INSTRUMEN VALIDASI PRODUK ................................. [40]
Lampiran 3.1 Lembar Kelayakan Kuesioner Validasi Produk .......................... [40]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxv
Lampiran 3.2 Instrumen Lembar Penilaian Validasi Soal Evaluasi Tes Hasil
Belajar ................................................................................................................. [43]
Lampiran 3.3 Hasil Lembar Penilaian Kelayakan Produk Alat Peraga Alfabet
dan Kartu Bergambar oleh Siswa ........................................................................ [45]
LAMPIRAN 4. UJI COBA LAPANGAN TERBATAS ................................ [47]
Lampiran 4.1 Uji Validitas Instrumen Soal ........................................................ [47]
Lampiran 4.2 Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas .............................................. [51]
Lampiran 4.3 Hasil Pretest dan Posttest .............................................................. [55]
LAMPIRAN 5. SURAT .................................................................................... [58]
Lampiran 5.1 Surat Ijin Melaksanakan Penelitian .............................................. [58]
Lampiran 5.2 Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian ...................... [59]
LAMPIRAN 6 DOKUMENTASI PENELITIAN ......................................... [60]
LAMPIRAN 7ALBUM ALAT PERAGA ALFABET DAN KARTU
BERGAMBAR .................................................................................................. [61]
LAMPIRAN 8 CURRICULUM VITAE ......................................................... [82]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan dalam skripsi ini akan diuraikan tentang 1) latar belakang
penelitian, 2) rumusan masalah, 3) tujuan penelitian , 4) manfaat penelitian, 5)
spesifikasi produk yang diharapkan, 6) definisi operasional.
1.1 Latar Belakang Penelitian
Fondasi dasar pada keterampilan akademik adalah keterampilan membaca.
Membaca merupakan salah satu fungsi tertinggi dari otak manusia dan dapat
dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca.
Burns (Farida Rahim, 2008: 1) mengemukakan bahwa kemampuan membaca
merupakan sesuatu yang sangat penting dalam suatu masyarakat terpelajar. Burns,
Roe & Ross (dalam Fauzil Adhim, 2015: 25-26) mengatakan bahwa membaca
merupakan suatu proses yang kompleks. Kompleks artinya dalam proses
membaca terlibat faktor internal dan faktor eksternal pembaca. Faktor internal
dapat berupa intelegensi (IQ), minat, sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca, dan
sebagainya. Faktor eksternal dapat dalam membentuk sarana membaca, teks
bacaan (sederhana-berat, mudah-sulit), faktor lingkungan, atau faktor latar
belakang sosial ekonomi, kebiasaan, dan tradisi membaca.
Membaca juga sangat berperan penting dalam kemajuan suatu Negara.
Internasional Education Achievement (Aditama, 2008) mencatat kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
membaca siswa Indonesia paling rendah di kawasan ASEAN. Kesimpulan di atas
diambil dari penelitian yang mendudukkan Indonesia di peringkat ke-38 dari 39
negara. Senada dengan Susanto (2013: 90) di Indonesia minat baca masyarakat
masih rendah, yang otomatis berakibat pada sumber daya manusia yang rendah
pula. Hal tersebut didukung dengan pernyataan dari United Nationals
Development Program (UNDP) yang menjelaskan penempataan Indonesia pada
posisi rendah dalam hal pembangunan sumber daya manusia. Laporan UNDP
yang terangkum dalam Human Development Index (HDI) tahun 2006 (Roza,
2007: 303-304), menyatakan bahwa HDI Negara Indonesia berada pada peringkat
ke 108 dari 177, dan berada jauh di bawah negara-negara di Asia Tenggara
seperti singapura yang berada pada peringkat 25, Brunei Darussalam peringkat 34,
Malaysia peringkat 61, dan Filipina yang berada pada peringkat 84. Fakta tentang
rendahnya mutu manusia di atas didukung oleh suatu survey yang menyatakan
bahwa indeks membaca orang Indonesia masih sangat rendah dibandingkan
negara lain. Hal tersebut menyatakan bahwa membaca merupakan persyaratan
yang sangat penting dan mendasar yang harus dimiliki oleh setiap warga negara
apabila kita ingin menjadi bangsa yang maju. Melalui membaca, mutu pendidikan
dapat ditingkatkan sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas sumber
daya manusia.
Salah satu aspek yang berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia yaitu pendidikan (Ali, 2009: 12). Dewey mendefinisikan (dalam
Hasbullah, 2006: 2) Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan
fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Dengan demikian pendidikan dibutuhkan oleh sebuah negara untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Pelaksanaan pendidikan dalam rangka
pembangunan nasional educational first, prosperity follows, yaitu dengan
membangun sumber daya manusia dahulu maka kesejahteraan rakyat akan
mengikuti. Salah satu program pemerintah Indonesia untuk mencapai
kesejahteraan yaitu mengadakan pendidikan wajib sembilan tahun (Ali, 2009: 12).
Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia yang diatur dalam undang-undang
Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha yang
dilakukan dengan sadar dan terencana untuk menciptakan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan religius, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan memiliki tujuan luhur yaitu
membekali peserta didik dengan pengalaman-pangalaman belajar yang
bermanfaat bagi hidup dimasa depan (Hergernhahn, 2010: 8). Menurut UU No.20
th 2003 (dalam Hasbullah, 2006:4) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Mengingat
pentingnya aspek pendidikan bagi kemajuan sebuah negara maka Pemerintah
Indonesia berupaya meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya yang dilakukan
diantaranya ialah meningkatkan kualitas guru melalui program sertifikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Sertifikasi merupakan perbaikan kompetensi guru dengan harapan supaya dapat
meningkatkan kualitas pendidikan. Program sertifikasi diberikan dengan
memberikan tunjangan fungsional dan tambahan baru yang dapat melipat
gandakan gaji guru (World Bank, 2013: 2-3). Kabar pendidikan dari World Bank,
BOS adalah upaya pemerintah untuk menyediakan pendidikan berkualitas bagi
siswa dari berbagai tingkat kesejahteraan. Sejak tahun 2005, BOS telah
mendistribusikan bantuan hibah ke seluruh sekolah di Indonesia kepada setiap
siswa. BOS merupakan program bantuan pendidikan pemerintah yang terbesar.
Selain program tersebut, The Jakarta Post menyatakan bahwa untuk meningkatkan
kapasitas sumber daya manusia Indonesia, Menteri Keuangan Chatib Basri kini
mengembangkan skema insentif pajak untuk perusahaan-perusahaan yang
menghabiskan dana untuk penelitian dan pengembangan (R & D). Chatib juga
mendirikan Dana Indonesia Endowment for Education (LPDP), sejumlah satu
triliun per tahun program beasiswa diawasi oleh Departemen Keuangan, yang
secara finansial mendukung mahasiswa Indonesia untuk mendapatkan pendidikan
tinggi di luar negeri. Meskipun upaya-upaya tersebut telah dilakukan, ternyata
hasil ujian yang terstandardisasi secara Internasional siswa Indonesia masih dalam
taraf rendah (World Bank, 2011: 15). Hal ini dibuktikan dengan adanya data dari
Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2012
menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-64 dari 65 negara dalam
bidang membaca (OECD, 2013: 19). PISA merupakan badan yang melakukan
penilaian terhadap siswa internasional dalam bidang membaca, matematika dan
sains selama 3 tahun sekali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Selain data dari PISA, peneliti telah mewawancarai salah satu guru kelas I
SD Bopkri Demangan III yang menyatakan bahwa beberapa siswa di kelas I
masih kesulitan dalam membaca sehingga kesulitan dalam mengikuti pelajaran
bahasa maupun mata pelajaran yang memerlukan kegiatan membaca. Peneliti
menemukan bahwa penyebab kesulitan tersebut karena kemampuan siswa dalam
mengenal huruf sangat lambat sehingga untuk membaca suku kata atau kata siswa
lambat, begitu pula dengan membaca kalimat. Hasil wawancara kepada tiga siswa
mendukung pernyataan tersebut, bahwa sebagian besar dari mereka merasa
kesulitan dalam membaca empat sampai lima suku kata, bahkan salah satu dari
siswa belum dapat menyebutkan alfabet dengan baik. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kemampuan dalam kelancaran membaca (Wulan, 2009) adalah
faktor eksternal. Bannatyne, Burns, Roe dan Ross (dalam Wulan, 2009)
menyebutkan bahwa faktor eksternal, seperti pengajaran, fasilitas yang tersedia,
dan keterampilan sosial akan memengaruhi kemampuan dan kelancaran membaca,
termasuk metode atau program yang diberikan kepada siswa dalam membaca.
Gates berpendapat bahwa kemampuan membaca dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu metode pengajaran dan pengaruh lingkungan keluarga (dalam
Kumara, dkk, 2014: 55). Terkait dengan hal ini peneliti menyediakan alat peraga
bahasa Indonesia untuk membantu siswa dalam mengenal suku kata, kata dan
kalimat. Menurut pengalaman peneliti selama peneliti melakukan praktek kerja
lapangan seperti program pengalaman lingkungan (Probaling 1 dan 2) dan
program pengalaman lapangan (PPL) peneliti belum menemukan alat peraga
untuk mata pelajaran bahasa. Menurut Ali (dalam Sundayana, 2014: 7) alat peraga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
adalah segala sesuatu yang digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemauan siswa sehingga menunjang proses belajarnya. Alat peraga
memiliki beberapa fungsi, antara lain belajar dalam meningkatkan keterampilan
dan pengetahuan pembelajar, mengilustrasikan dan memantapkan pesan dan
informasi, menghilangkan ketegangan dan hambatan serta rasa malas siswa
(Asyar, 2012: 11). Oleh sebab itu, siswa membutuhkan alat bantu berupa media
dan alat peraga untuk memperjelas materi yang disampaikan agar dapat dengan
mudah dipahami (Heruman, 2008: 1- 2).
Salah satu metode yang menekankan penggunaan alat peraga adalah
metode Montessori. Montessori adalah tokoh pendidikan yang peduli terhadap
dunia pendidikan anak-anak terutama pada anak yang mengalami gangguan
mental. Beliau telah membuat bahan-bahan yang mendukung kesiapan anak untuk
membaca (Gutek, 2013: 30). Alat peraga yang digunakan di kelas Montessori
memiliki 4 ciri yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, dan auto education
(Montessori, 2002: 171-174). Dengan keempat ciri tersebut diharapkan metode
Montessori mampu memaksimalkan fungsi panca indra anak.
Menurut Montessori, jika alat peraga disiapkan untuk proses
pembelajaran berarti bahwa lingkungan telah dipersiapkan untuk mencapai
kemandirian siswa (Gutek, 2013: 76). Selain Gutek Liliard juga berpendapat
bahwa metode Montessori menciptakan lingkungan pembelajaran yang
mendorong siswa untuk memahami suatu hal yang ingin dipelajari sehingga
kemampuan nalarnya dapat berkembang baik melalui alat peraga (Lillard, 1997:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
80). Oleh sebab itu, untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan baca siswa
diperlukan alat peraga yang mendukung kesuksesan siswa saat belajar.
Metode Montessori ini mendesain lingkungan belajar anak untuk lebih
mandiri, menjadikan proses belajar mengajar lebih efektif. Dalam pembelajaran
permulaan membaca umumnya tidak menggunakan alat peraga dalam bentuk
konkret hanya dengan buku panduan dan papan tulis atau disebut juga dengan
cara tradisional. Menjawab uraian diatas, alat peraga Montessori yang akan
dikembangkan bernama SMA (Small Movable Alphabet) yaitu alat peraga yang
terdiri dari 26 kompartemen, masing-masing berisi satu huruf dari alfabet.
Terdapat dua warna untuk setiap hurufnya, huruf vocal berwarna merah dan
warna biru untuk huruf konsonan. IRM (Individual Reading Learning) adalah alat
peraga yang berisi kartu gambar beserta kartu keterangan kartu bergambar. Alat
peraga tersebut terbuat dari bahan-bahan kayu yang didesain secara aman agar
tidak membahayakan siswa saat menggunakannya. Alat peraga Montessori yang
dikembangkan tersebut diharapkan membantu siswa dalam mengubah konsep
membaca yang abstrak menjadi konkret.
Proses pengembangan alat peraga bahasa berbasis metode Montessori ini
dilakukan dengan subjek tiga siswa kelas I yaitu dilakukan di SD Bopkri
Demangan III Yogyakarta sebagai sampel penelitian. Penelitian ini bertujuan
untuk melakukan inovasi pembelajaran melalui pembuatan alat peraga dengan
judul “Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Materi
Membaca Berbasis Metode Montessori”. Tujuan pengembangan alat peraga ini
adalah untuk memberikan sumbangan ilmu terhadap pendidikan di Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
tentang pengembangan alat yang diuji secara ilmiah guna mengetahui kualitas alat
peraga.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana proses pengembangan alat peraga berbasis metode montessori
pada mata pelajaran bahasa indonesia di kelas 1 SD Bopkri Demangan
III?
1.2.2 Bagaimana kualitas alat peraga berbasis metode Montessori yang
digunakan untuk melatih kemampuan membaca pada siswa kelas 1 SD?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Mendeskripsikan alat peraga berbasis metode Montessori sesuai dengan
kemampuan membaca pada siswa kelas I SD.
1.3.2 Mendeskripsikan kualitas alat peraga berbasis metode Montessori yang
digunakan untuk melatih kemampuan membaca pada siswa kelas I SD.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoristis
Alat peraga ini dapat membantu siswa dalam mempelajari dasar
membaca dengan suasana menyenangkan dan mudah untuk dipahami.
Siswa juga dapat melakukan kegiatan belajar secara mandiri. Dengan
alat peraga kartu gambar siswa dapat mengetahui letak kesalahan
sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Guru
Sebagai referensi bagi guru dalam mengembangkan alat peraga untuk
materi membaca menggunakan bahan yang kontekstual.
1.4.2.2 Bagi Siswa
1.4.2.2.1 Memberikan pengalaman bagi siswa dalam menggunakan alat peraga
yang telah diuji coba secara ilmiah.
1.4.2.2.2 Membantu siswa kelas I SD Bopkri Demangan III Yogyakarta tahun
ajaran 2014/2015 dalam memahami materi.
1.4.2.3 Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan guna menambah
alat peraga materi membaca untuk siswa kelas I SD Bopkri Demangan
III Yogyakarta
1.4.2.4 Bagi Peneliti
1.4.2.4.1 Mendapat pengalaman dalam memvalidasi alat peraga yang telah
dikembangkan dan menguji cobakan alat peraga kepada sekelompok
siswa.
1.4.2.4.2 Mendapatkan pengalaman dalam mengembangkan alat peraga bahasa
berbasis metode Montessori yang diuji coba secara ilmiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
1.5 Spesifikasi Produk
Produk yang dikembangan dalam penelitian ini adalah alat peraga bahasa yang
berbasis Metode Montessori beserta album penggunaannya. Alat peraga
Montessori yang dikembangkan yaitu Individual Reading Material (IRM) dan
Small Movable Alfabet (SMA) yang berupa tempat kartu bergambar, pembatas
kartu bergambar, kartu bergambar, keterangan kartu bergambar, stik kartu
bergambar dan kotak alfabet yang digunakan sebagai alat pendukung.
Alat peraga ini diharapkan mampu membantu anak dalam permulaan
membaca. Adapun indikator materi pembelajaran yang dipelajari menggunakan
alat peraga yang dikembangkan yaitu kognitif; 3.1.1 Menyebutkan isi kartu
gambar dengan lafal yang tepat melalui uraian secara lisan, 3.1.2 Mengeja satu
kata dengan tepat melalui uraian secara lisan, 3.1.3 Membaca satu kata dengan
tepat melalui uraian secara lisan, 3.2.1 Menyusun satu kalimat sederhana dengan
tepat melalui uraian secara lisan, 3.2.2 Membaca satu kalimat sederhana dengan
tepat melalui uraian secara lisan. Afektif ; 3.1.4 Menunjukan huruf yang tersedia
dalam kartu gambar sesuai dengan gambar yang tersedia dengan tepat melalui
uraian secara lisan. Psikomotorik ; 3.1.5 Mencocokan gambar dan huruf dengan
tepat melalui uraian secara lisan, 3.2.3 Membuat kalimat sederhana dengan tepat
melalui uraian secara lisan.
Alat peraga ini dibuat menggunakan bahan kayu. Kayu yang dipilih oleh
peneliti adalah kayu dari pohon pinus. Pohon pinus merupakan bahan mudah
diperoleh di daerah Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Gambar 1. Desain Wadah Kartu Bergambar
Gambar 2. Desain Wadah Kartu Bergambar
Tempat kartu bergambar beserta nama bergambar ini terbuat dari kayu
pinus yang terdiri dari empat tempat beberbentuk persegi panjang untuk
meletakkan kartu bergambar dan nama keterangan gambar. Tempat kartu
bergambar ini memiliki ukuran 25 cm x 25,2 cm dengan ketebalan 0,6 cm. Tinggi
tempat kartu bergambar ini adalah 5,3 cm. lebar dari tempat kartu bergambar
adalah 8 cm sedangkan untuk stik nama keterangan gambar adalah 3 cm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Gambar 3. Desain Pembatas Kartu Bergambar, Kartu Bergambar dan Kartu
Koreksi
Kartu bergambar ini terbuat dari kayu pinus yang dilapisi stiker yang
sudah tersedia gambarnya. Berbentuk persegi dengan ukuran 10 cm x 7,5 cm.
Kartu bergambar ini terdiri dari gambar tentang nama-nama hewan, anggota
keluarga, buah-buahan, sayur-sayuran, alat transportasi, perlengkapan sekolah.
Alat ini juga didukung dengan kata kerja yang melengkapi alat sehingga nama-
nama tersebut dapat terbentuk sebuah kalimat sederhana.
Masing-masing dalam nama-nama tersebut diberi warna berbeda agar
siswa dapat membedakan nama-nama tersebut dengan mudah. Untuk kata kerja
diberi warna ungu, untuk keluarga diberi warna merah jambu, untuk nama buah-
buahan diberi warna jingga, nama-nama peralatan sekolah diberi warna krem,
nama-nama alat transportasi diberi warna merah, nama sayur-sayuran diberi
warna hijau, nama-nama warna diberi warna hitam, nama-nama hewan peliharaan
diberi warna biru, nama-nama hewan liar diberi warna kuning, dan nama-nama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
angka diberi warna putih. Selain warna juga terdapat pembatas kartu bergambar
untuk pemberitahuan sudah berganti warna yang terdapat jenis nama kartu-kartu
tersebut.
Dalam kartu bergambar ini juga terdapat nama keterangan kartu
bergambar yang berukuran 7,5 cm x 2,5 cm. Nama keterangan kartu bergambar
ini berfungsi sebagai kontrol kesalahan pada kartu bergambar. Yang digunakan
setelah siswa dapat membaca 1 kata.
Gambar 4. Desain Stik Kartu Bergambar
Stik kartu bergambar ini terbuat dari kayu pinus yang memiliki ukuran 40
cm x 5 cm x 3,5 cm. Di bagian atas stik kartu dilubangi sedikit sesuai ukuran
ketebalan kartu bergambar yang berguna untuk menyelipkan kartu bergambar.
Kedalaman stik kartu ini sampai 2,5 cm sesuai dengan ketinggian keterangan
nama gambar yang terdapat pada kartu bergambar. Sehingga ketika dimasukkan
kedalam stik kartu bergambar nama keterangan kartu bergambar ini tertutupi agar
siswa dapat menjawab sendiri gambar yang terdapat pada kartu dengan bantuan
menggunakan SMA (Small Movable Alphabeth).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Gambar 5. Desain wadah alat peraga Small Movable Alphabet (SMA)
Gambar 6. Desain Huruf Alfabet Small Movable Alphabet (SMA)
Small movable alphabet atau yang disingkat dengan (SMA) tempatnya
terbuat dari bahan kayu pinus. Small movable alphabet (SMA) ini mempunyai
ukuran 36,5 cm x 40 cm x 3.3 cm pada bagian tutup alat. Untuk bagian tempat
alfabet setiap kolom dari abjad A-Z mempunyai ukuran 5,3 cm kecuali abjad M
dan W yang memiliki ukuran 10,7 cm. Sedangkan ukuran pada setiap alfabet
disesuaikan dengan ukuran alat peraga Small movable alphabet (SMA) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
terdapat dalam ruangan Montessori Universitas Sanata Dharma. Alfabet dibuat
dengan menggunakan bahan fiber dengan ketebalan 0,3 cm. Alat ini digunakan
untuk mengeja dan membantu siswa ketika ingin membentuk sebuah kata.
1.6 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1.6.1 Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu melalui
pengalaman dan interaksi individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang berbeda dari proses sebelum dan sesudah belajar.
1.6.2 Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara pendidik dengan peserta
didik yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan peserta didik
melalui sumber belajar.
1.6.3 Alat peraga adalah suatu alat bantu dalam proses belajar dan mengajar
yang dapat merangsang siswa untuk berfikir, merangsang siswa menjadi
aktif dan merangsang siswa untuk memecahkan masalahnya sendiri.
1.6.4 Alat peraga berbasis metode Montessori adalah alat peraga yang memiliki
5 karakteristik yaitu 1) menarik, 2) bergradasi, 3) auto correction, 4) auto
education, dan 5) kontekstual yang dirancang untuk membantu siswa
dalam memahami materi secara nyata dengan alat peraga yang terdapat di
kelas Montessori sesuai dengan bidangnya.
1.6.5 Metode Montessori adalah sebuah metode pendidikan yang menekankan
anak pada kemandirian, kebebasan dengan batasan tertentu dan
penyesuaian diri dari lingkungan belajar anak dengan tingkat
perkembangannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
1.6.5 Perkembangan anak adalah suatu pertumbuhan dan perluasan secara
bertahap, dimulai dari hal yang sederhana kepada hal yang lebih
kompleks.
1.6.6 Bahasa Indonesia adalah bahasa yang memiliki peran penting dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Di Indonesia terdapat
banyak budaya yang masing-masing memiliki bahasanya sendiri. Sehingga
bahasa Indonesia diperlukan sebagai bahasa kesatuan.
1.6.7 Membaca adalah suatu proses dan aktivitas yang dilakukan untuk
memperoleh informasi dan pengetahuan.
1.6.8 Suku kata adalah bagian terkecil dari sebuah kata yang terdiri dari vokal
dan konsonan.
1.6.9 Kata adalah satuan bebas yang yang dapat diucapkan secara berdikari.
1.6.10 Kalimat adalah susunan kata yang memiliki makna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan membahas tentang landasan teori yang dibagi menjadi
tiga bagian yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir.
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Belajar dan Pembelajaran
2.1.1.1 Belajar
Kegiatan belajar sangat penting bagi setiap kehidupan. Banyak pengertian
yang telah didefinisikan oleh para ahli. Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu
proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki
perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian (Suyono & Haryanto, 2011:9)
senada dengan Witherington (1952) seperti yang dikutip oleh Sukmadinata
(2014:155) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian,
yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Tidak berbeda
dengan pendapat Gagne (1989) yang dikutip dalam (Susanto, 2015:1) belajar
dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah
prilakunya sebagai akibat pengalaman.
Definisi lain tentang belajar adalah suatu aktivitas mental yang
berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relative konstan dan berbekas (W.S
Winkel, 2002) yang dikutip dalam (Susanto, 2015:4). Berdasarkan definisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
beberapa ahli tersebut, belajar dapat diartikan bahwa belajar merupakan suatu
proses usaha yang dilakukan individu melalui pengalaman dan interaksi individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang berbeda dari proses
sebelum dan sesudah belajar.
Dengan belajar secara kodrati jiwa raga anak mengalami perkembangan.
Menurut teori Gestalt, belajar merupakan suatu proses perkembangan.
Perkembangan sendiri memerlukan sesuatu yang baik yang berasal dari diri siswa
sendiri maupun pengaruh dari lingkungannya. Berdasarkan teori ini hasil belajar
siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya. Pertama,
siswa; dalam arti kemampuan berpikir atau tingkah laku intelektual, motivasi,
minat, dan kesiapan siswa, baik jasmani maupun rohani. Kedua, lingkungan; yaitu
sarana dan prasarana, kompetensi guru, kreativitas guru, sumber-sumber belajar,
metode serta dukungan lingkungan, keluarga dan lingkungan. Senada dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Wasliman (2007:158), hasil belajar yang
dicapai peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai factor yang
memengaruhi, baik factor eksternal maupun factor internal. Factor internal
merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik yang
memengaruhi kemampuan belajarnya sedangan factor eksternal yaitu factor yang
berasal dari luar diri peserta didik yang memengaruhi hasil belajar yaitu keluarga,
sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, belajar tumbuh dan berkembang
diperoleh melalui pengalaman yang diperoleh melalui kehidupan keluarga,
sekolah sampai pada penemuan bagaimana peserta didik dapat menempatkan
dirinya kedalam keseluruhan kehidupan dimana ia berada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Untuk menunjang peningkatan belajar siswa, prinsip-prinsip belajar perlu
dimiliki siswa. Dari berbagai prinsip tersebut terdapat beberapa prinsip yang
relative berlaku umum yang dapat dipakai sebagai dasar dalam upaya
pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun
bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip ini berkaitan
dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman,
pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
a) Perhatian dan motivasi
Perhatian memiliki peranan yang penting dalam kegiatan belajar.
Perhatian merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang
tertuju pada suatu objek atau sekumpulan objek. Perhatian siswa dalam
pembelajaran yaitu kegiatan siswa yang dilakukan di dalam kelas yang
tertuju pada pembelajaran yang sedang berlangsung (tidak ada kegiatan
lain yang dilakukan siswa). Dari kajian teori belajar pengolahan
informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi
belajar (Gage dan Berliner, 1984: 335). Apabila bahan pelajaran itu
dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar
lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan
membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.
Motivasi juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar.
Motivasi adalah tenaga yang menggerakan dan mengerahkan aktivitas
seseorang. Motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar. Guru
berharap bahwa siswa tertarik dalam kegiatan intelektual dan estetik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
sampai kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat, motivasi merupakan salah
satu factor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang
dapat memntukan keberhasilan belajar siswa dalm bidang pengetahuan,
nilai-nilai, dan keterampilan.
b) Keaktifan
Jhon Dewey misalnya mengemukakan, bahwa belajar adalah
menyangkut apa yang yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri,
maka inisiatif harus dating dari siswa sendiri. Menurut teori kognitif,
belajar menunjukan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah
informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpan saja tanpa
mengadakan transformasi menurut Gage and Berliner (1984: 276) dalam
Dimyanti,dkk (2013:44). Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif,
konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk
mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang telah
diperolehnya. Dalam proses belajar-mengajar anak mampu
mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta,
menganalisis, menafsirkan, dan manrik kesimpulan.
c) Keterlibatan langsung / pengalaman
Belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah
mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Pentingnya
keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey
dengan “ learning by doing”-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui
perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah
(problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
d) Pengulangan
Menurut teori psikologi daya belajar adalah melatih daya-daya
yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap,
mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir dan sebagainya. Dengan
mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.
Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-
daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan
menjadi sempurna.
e) Tantangan
Dalam situsi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin
dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar,
maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu dengan mempelajari
bahan belajar tersebut.
f) Balikan dan Penguatan
Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan
mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik, akan
merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi
usaha selanjutnya.namun dorongan belajar itu menurut Skinner tidak
saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak
menyenangkan. Atau dengan kata lain dengan penguatan positif maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
negatif dapat memperkuat belajar menurut Gage dan Berliner (1984:272)
dalam Dimyanti,dkk (2013:48).
Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau
penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapatkan nilai yang jelek
pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut
tidak naik kelas ia terdorong untuk belajar lebih giat.
g) Perbedaan individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua
orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan
yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian,
dan sifat-sifatnya.
2.1.1.2 Pembelajaran
Pembelajaran sangat penting dalam proses belajar. Selain pengalaman
siswa dapat dikatakan berhasil apabila siswa tersebut sudah mengalami
pembelajaran. Pembelajaran adalah proses yang secara kreatif menuntut siswa
melakukan sejumlah kegiatan sehingga siswa benar-benar membangun
pengetahuannya secara mandiri dan berkembang pula kreativitasnya (Abidin,
2012: 3). Istilah pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar
menurut undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 dalam
Susanto (2015:19) pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Senada
dengan Trianto (2010:17) pembelajaran merupakan interaksi dua arah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
dilakukan oleh guru dan siswa secara intens dan terarah menuju pada suatu tujuan
yang ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan pengertian oleh para ahli tersebut dapat diartikan
pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan peserta didik melalui sumber
belajar.
2.1.2 Alat Peraga
Dalam sub bab ini akan membahas tentang pengertian alat peraga dan alat
peraga Montessori. Berikut pengertiannya :
2.1.2.1 Alat Peraga
Alat peraga merupakan suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga
dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih efektif
dan efesien (sudjana, 2002: 59). Adapun pendapat dari Rohadi (2013:10) alat
peraga merupakan alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta,
konsep, prinsip, atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata atau konkret. Alat
peraga terdiri atas dua jenis yaitu media pembawa informasi dan media digunakan
sekaligus sebagai alat untuk menambahkan konsep kepada siswa seperti alat-alat
peraga matematika (Suherman, 2003: 138). Menurut Suherman (2003: 243) ada
beberapa keuntungan yang diperoleh apabila menggunakan alat peraga, yaitu
proses belajar mengajar termotivasi dan konsep abstrak seperti misalnya
pelajaran matematika dapat tersaji dalam bentuk konkret, hubungan antara konsep
abstrak dan benda di alam sekitar akan lebih mudah dipahami siswa, merangsang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
siswa untuk berpikir, merangsang siswa menjadi aktif dan merangsang siswa
memecahkan masalahnya sendiri.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa alat peraga
adalah suatu alat bantu dalam proses belajar dan mengajar yang dapat merangsang
siswa untuk berfikir, merangsang siswa menjadi aktif da merangsang siswa untuk
memecahkan masalahnya sendiri.
2.1.2.2 Alat Peraga Montessori
Alat peraga Montessori adalah alat peraga yang dikembangkan oleh maria
Montessori dengan mengacu pada teori Itard dan Seguin. Alat peraga Montessori
adalah alat yang berfungsi untuk menerangkan atau memperagakan suatu mata
pelajaran dalam pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Alat peraga menurut Montessori merupakan kesatuan bahan-bahan yang
dibentuk untuk memenuhi kebutuhan anak secara individu dan mendukung
kemampuannya (Hainstock, 1997:80). Sejalan dengan pendapat Lillard (2013: 11)
Alat peraga Montessori didesain dengan mengembangkan unsur kesederhanaan
dan kemungkinan anak belajar secara kreatif dan belajar dari penemuan, dan
memungkinkan anak dapat memperbaiki kesalahan mereka sendiri.
Selain itu Alat peraga yang digunakan oleh Montessori memiliki empat
ciri-ciri sebagai berikut (Montessori, 2002:171-176).
1) Menarik
Alat peraga Montessori secara spontan menarik perhatian anak ( Montessori,
2002: 174-175). Alat peraga yang menarik dapat dilihat melalui berbagai
bentuk serta keindahan dalam bermacam-macam warna yang lembut dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
cerah. Hal tersebut secara spontan menarik perhatian siswa untuk belajar
menggunakan alat peraga Montessori.
2) Bergradasi
Alat peraga montessori mengandung gradasi atau rangsangan yang rasional
tentang suatu gradasi (Montessori, 2002: 175). Bergradasi yang dimaksudkan
yaitu dapat dilihat dari segi warna dimulai dari warna yang lembut ke cerah
sampai ke gelap. Dari segi bentuk dimulai dari yang terkecil hingga yang
terbesar. Dan dapat dilihat dari tingkat kesulitannya yaitu salah satu alat
peraga yang belajar dari fase mudah sampai ke yang tersulit.
3) Auto correction
Dapat menunjukan sendiri setiap kesalahan (auto-correction) sehingga anak
dapat mengetahu sendiri ketika anak membuat kekeliruan ( Montessori, 2002:
172). Contoh yang diberikan Montessori yaitu tentang model balok yang
berlubang-lubang (papan silinder). Dalam alat peraga tersebut terdapat papan
silider yang wadahnya memiliki lubang-lubang yang mempunyai gradasi dari
lubang terkecil hingga terbesar. Saat anak menggunakan alat peraga tersebut
anak akan merasa antusias untuk menghubungkan silinder dengan lubang dari
yang terkecil dan terbesar sesuai dengan ukuran silinder dan lubangnya.
Ketika anak salah memasukan silinder pada ukuran lubangnya anak dapat
mengetahui kesalahannya sendiri bahwa silinder tersebut tidak cocok dengan
lubang yang dimasukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
4) Auto education
Alat peraga Montessori memungkinkan anak melakukan pendidikan diri
(auto-education). Sehingga pendidikan pengindraan dapat dilakukan anak
sendiri dan campur tangan pendidik semakin diminimalisir (Montessori,
2002: 172). Dalam konsep Montessori tentang peran pengajar memiliki
perbedaan dengan mengajar pada umumnya. Sementara para pengajar di
sekolah-sekolah dasar konvesional menguasai panggung utama kelas sebagai
titik fokus perhatian anak-anak, Montessori mengubah peran tersebut dan
mengubah peran tersebut menjadi direktris. Direktris hanya bertugas untuk
menjadi fasilitator dalam kegiatan belajar mereka.
5) Kontekstual
Alat peraga Montessori memiliki 4 ciri-ciri yang telah disebutkan. Pada
penelitian ini peneliti menambahkan satu ciri yaitu kontekstual. Pendekatan
kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata (Nurhadi dalam pendekatan
kontekstual.Pdf). pendekatan kontekstual atau bisa disebut juga dengan
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang
didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila
mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan
mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa
mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah
mereka miliki sebelumnya (Johnson, 2010: 14). Dalam kelas kontekstual,
tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi
(Krissandi, 2017: 83).
Berdasarkan paparan tersebut alat peraga Montessori adalah alat peraga
yang memiliki 5 karakteristik dirancang untuk membantu siswa dengan siswa
dapat memahami materi secara nyata dengan alat peraga yang terdapat di kelas
Montessori sesuai dengan bidangnya.
2.1.3 Metode Montessori
2.1.3.1 Sejarah Metode Montessori
Metode Montessori diperkenalkan pertama kali oleh Maria Montessori.
Maria Montessori adalah anak tunggal dari Alessandro Montessori dan Renilde
Stoppani. Maria Montessori lahir di Chiaravalle, Ancona, Italia Utara pada
tanggal 31 agustus 1870. Montessori lahir dari keluarga yang terpandang ayahnya
bekerja di perusahaan garam dan tembakau milik Negara sebagai pengawas
sedangakn ibu Montessori adalah wanita nberpendidikan tinggi dengan latar
belakang keluarga yang kaya dan terpandang (Gerarld, 2013: 1). Sebagai
seorang anak yang beruntung, Maria Montessori mendapatkan pendidikan yang
baik saat di negaranya sendiri mengalami keterbelakangan yaitu tingkat buta huruf
yang cukup besar (Magini, 2013: 7-11).
Saat sekolah dasar Montessori bersekolah di Via Di San Nicolo Da
Tolentino. Sekolah dasar tersebut merupakan sekolah paling modern dan terbaik
pada masa itu. Kemudian pada tahun 1883, Montessori yang berusia tiga belas
tahun diterima sebagai murid di sekolah teknik negri yaitu di Regia Secula
Technica Michelangelo Buonarroti. Maria Montessori mengikuti kurikulum tujuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
tahun nasional, yang mencangkup kesusasteraan italia, bahasa prancis, ilmu
matematika, dan ilmu pengetahuan alam. Maria lulus dengan nilai-nilai yang
tinggi dengan nilai kumulatif akhir 137 dari nilai maksimal 150. Setelah
menyelesaikan studinya di Scoula Technica Maria masuk ke Region Instituto
Technico Leonardo Da Vinci, dimana dari 1886 hingga 1890 mengikuti
pelajaran-pelajaran di bidang teknik. Pada tahun 1890, dalam sebuah keputusan
karir yang penting Montessori memutuskan untuk meninggalkan studi teknik dan
berpindah kebidang kedokteran (Gerald, 2013:6). Ketika ingin mendaftar kuliah
jurusan kedokteran Montessori mengalami kesulitan dikarenakan pihak
universitas menolak karena ilmu-ilmu dalam bidang kedokteran hanya boleh
dipelajari oleh kaum laki-laki. Namun Montessori memiliki keinginan yang kuat
sehingga untuk sementara Montessori masuk fakultas IPA yang kemudian masuk
ke fakultas kedokteran setelah mendapat diploma. Montessori adalah perempuan
pertama yang diterima di fakultas kedokteran tersebut dan satu-satunya
perempuan di fakultas kedokteran saat itu (Magini, 2013:14-17).
Saat menempuh pendidikan di Universitas Roma dalam bidang
kedokteran, Montessori melakukan penelitian di klinik psikiatri sebagai assisten
dokter. Penemuan-penemuan terhadap anak ketika mengamati anak yang memiliki
kelemahan dalam berpikir atau feeble-minded children. Disisi melakukan
penelitian Montessori belajar dari tulisan beberapa ahli, diantaranya, Pinel, murid
Pinel yaitu Jean Itard, dan Edward Seguin (Montessori, 2002: 28-35). Edward
Seguin adalah murid yang melakukan penelitian lebih lanjut dari teori Itard
dengan mencetuskan “pedagogiaortofrencia” yaitu pendidikan untuk anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
tunagrahita. Pendidikan yang ditanamkan oleh Seguin menekankan pada kegiatan
fisik yang merangsang saraf-saraf yang lemah, agar dapat berfungsi maksimal
(Magini, 2013: 26-27). Melalui Pinel, Itard dan Seguin Montessori berani
menerapkan metode eksperimennya dengan membangun penampungan anak-anak
miskin yang ditinggal orang tuanya bekerja atas tawaran Insinyur Edorado
Talamo. Tempat tersebut diberi nama Casa dei Bambini (Children’s Houses).
Casa dei Bambini pertama dibangun di Via dei Marsi 58 pada tanggal 6 Januari
1907. Dan yang kedua dibangun di San Lorenzo pada tanggal 7 April 1907.
Keberanian Montessori dalam mewujudkan ilmu yang dipelajarinya dalam
eksperimen telah melahirkan solusi baru bagi anak-anak. Anak dipersiapkan tidak
sekedar berprestasi namun juga dididik sebagai pembelajar yang sesungguhnya.
2.1.3.2 Karakteristik Metode Montessori
Metode Montessori dikenal dengan menyediakan bahan atau materi belajar
yang dibutuhkan anak pada setiap tahap perkembangannya. Salah satu prinsip
pendidikan yang bercangkupan luas dari Montessori adalah bahwa proses belajar
anak-anak paling baik diselenggarakan dalam lingkungan yang tertata dan
tertruktur (Gutek, 2013:25). Ciri-ciri sekolah Montessori ini menekankan siswa
pada kemandirian, kebebasan dengan batasan tertentu, dan menghargai
perkembangan anak sebagai individu yang unik. Sekolah ini dirangkai sedemikian
rupa supaya anak dapat melatih indera anak dan melatih keterampilan-
keterampilan (Gutek, 2013:26). Di sekolah umum kelas 1 biasanya terdiri dari
usia 6 sampai 7 tahun, berbedaa dengan metode Montessori kelas ini mencampur
usia 2 1/2 tahun sampai 6 tahun, sebab anak-anak kecil akan belajar dari anak-anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
yang lebih besar. Anak juga diberi kebebasan dalam memilih kegiatannya sendiri,
yang sudah dirancang untuk usianya. Salah satu cara yang digunakan adalah
memberikan anak kesempatan untuk berekspresi dari hal yang dirasakan, sehingga
anak akan lebih sedikit menerima interverensi dari pendidik. Hal tersebut akan
mengurangi tingkat kekecewaan seorang anak (Lillard, 2005: 15). Dalam metode
Montessori ini seorang direktris atau fasilitator hanya sebagai pengamat saat anak
menggunakan alat peraga, direktris tidak memberi intruksi melainkan akan
menjelaskan sesuatu ketika ditanya anak (Magini, 2013: 48). Kebebasan individu
akan mencapai kedisiplinan anak. Kedisiplinan disini diartikan bahwa seorang
anak dapat menentukan sikapnya sendiri terhadap aturan. Kebebasan seorang anak
bukan berarti tanpa batas. Seorang direktris dapat mengambil sikap tertentu
terhadap anak yang menggangu temannya atau menyakiti temannya (Montessori,
2002: 86-87). Ciri khas yang lain dari metode Montessori adalah adanya
kombinasi usia dalam satu kelas. Artinya, dalam satu kelas dapat dihuni oleh
beberapa usia yang disesuaikan dengan tahap perkembangan, diantaranya, sebagai
berikut 0-3 tahun, 3-6 tahun, 6-9 tahun, dan 9-12 tahun dalam kelas yang sama
(Hainstock, 1997: 10).
Selain itu metode montessori memegang delapan prinsip pembelajaran.
Prinsip yang pertama adalah kebebasan anak dalam melakukan aktivitasnya.
Montessori meyakini bahwa kognisinya akan berkembang seturut dengan aktivitas
yang dilakukan anak. Kedua adalah kebebasan memilih. Ketiga adalah niat belajar
anak. Alat peraga di lingkungan belajar yang menarik membuat anak termotivasi
dalam belajar. Keempat adalah tidak adanya pemberian hadiah. Keberhasilan anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dan penguatan yang diberikan oleh direktris merupakan hadiah yang efektif.
Kelima adalah belajar dengan teman sebaya. Anak belajar dengan temannya
sehingga mereka akan belajar untuk saling menolong. Keenam adalah keelasan
suatu konteks pembelajaran. Ketujuh adalah hubungan antara guru dan anak.
Anak akan lebih berkembang ketika anak menjadi pusat pembelajaran. Kedelapan
adalah keteraturan lingkungan belajar. Lingkungan dipersiapkan agar anak
memperoleh ilmu disetiap kegiatan belajar yang dilakukan (Magini, 2012: 46-55)
Pembelajaran yang menggunakan metode Montessori telah memiliki
tujuan dalam menyiapkan jalan bagi seseorang yang ingin belajar. Belajar yang
dapat memberikan bekal ilmu tanpa memaksa kebebasan seseorang dalam
beraktivitas apabila prinsip-prinsip metode Montessori tetap dilaksanakan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode Montessori
adalah sebuah metode pendidikan yang menekankan anak pada kemandirian,
kebebasan dengan batasan tertentu dan penyesuaian diri dari lingkungan belajar
anak dengan tingkat perkembangannya.
2.1.4 Perkembangan Anak
2.1.4.1 Perkembangan Anak Menurut Jean Piaget
Empat tahap perkembangan kognitif menurut jean piaget dalam
(Santrock,2008: 48).
1) Tahap sensorimotor (dari kelahiran sampai usia 2 tahun)
Bayi membangun pemahaman dunia dengan mengoordinasikan
pengalaman indrawi dan tindakan fisik. Bayi melangkah maju dari
tindakan instingtual dan reflektif saat baru saja lahir ke pemikiran simbolis
menjelang akhir tahap ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
2) Tahap pra-operasional (usia 2 sampai 7 tahun)
Anak mulai meresepresentasikan dunia dengan kata dan gambar. Kata dan
gambar ini merefleksikan peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui
koneksi informasi indrawi dan tindakan fisik.
3) Tahap operasional konkret (usia 7 sampai 11 tahun)
Anak kini bisa bernalar secara logis tentang kejadian-kejadian konkret dan
mampu mengklasifikasi objek ke dalam kelompok yang berbeda-beda.
4) Tahap operasional formal ( usia 11 tahun sampai dewasa)
Remaja berpikir secara abstrak, idealistis, dan logis.
Adapun tahap perkembangan anak menurut Montessori :
2.1.4.2 Perkembangan Anak Menurut Montessori
Montessori membagi perkembangan anak menjadi beberapa tahap
berdasarkan rentang usianya. Holt (2008) dan liliard (2005) menyatakan bahwa
Montessori membagi masa perkembangan anak menjadi tiga kelompok rentang
usia, yaitu :
1) Usia 0-6 tahun
Pada usia ini, anak mengalami periode perkembangan yang berkaitan
dengan periode sensitif (periode peka), periode perkembangan inteligensi,
periode pembelajaran tentang keteraturan, periode pembelajaran bahasa
(menulis dan membaca) pada usia tiga hingga lima tahun, periode
pembelajaran untuk berjalan, bersikap dan bertindak untuk kepentingan
sendiri (egosentrik), memiliki energy untuk fokus pada pengembangan
diri. Periode ini juga disebut dengan periode absorbent mind.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
2) Usia 6-12
Tahap usia anak ini bercirikan memiliki ketertarikan dalam bersosialisasi
dengan teman sebaya, memiliki energy ekstra secara fisik, kondisi fisik
lebih sehat, periode belajar yang mendalam (intellectual period). Periode
belajar mendalam terlihat dari adanya ledakan kemampuan menulis dan
membaca di usia enam tahun.
3) Usia 12-18
Pada tahap ini, anak memiliki kemampuan berpikir abstrak dan
berimajinasi, kemampuan bersikap hormat dengan kelompok, kemampuan
bekerja sama dengan rekan dalam menyelesaikan suatu proyek.
Berdasarkan tahapan perkembangan anak menurut para ahli perkembangan
anak usia sekolah dasar adalah pada usia 6-12 tahun yang berada pada periode
belajar yang mendalam (intellectual period) . Dalam periode ini siswa kelas I
Sekolah Dasar termasuk dalam usia 6 sampai 7 tahun yang berarti masuk dalam
periode belajar yang mendalam (intellectual period,) menguruaikan bahwa siswa
kelas I Sekolah Dasar sudah dapat mendalami pembelajaran dengan kemampuan
menulis dan membacanya. Oleh sebab itu, penelitian pengembangan ini relevan
dilakukan karena membantu anak yang berkesulitan dalam mendalami materi
membaca.
Melalui tahapan-tahapan perkembangan menurut ahli dapat simpulkan
bahwa perkembangan anak adalah suatu pertumbuhan dan perluasan secara
bertahap, dimulai dari hal yang sederhana kepada hal yang lebih kompleks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2.1.5 Bahasa Indonesia
Dalam berbagai Negara di dunia pasti masing-masing Negara memiliki
bahasa yang dipergunakan untuk berinteraksi satu sama lain karena bahasa adalah
bentuk komunikasi, entah itu lisan, tertulis atau tanda, yang didasarkan pada
sistem simbol (Santrock,2008: 67). Senada dengan Widjono (2007 : 14) bahasa
adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh
masyarakat pemakainya. Dapat disimpulkan bahwa bahasa sangat penting
digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Bahasa prancis misalnya
merupakan alat yang penting memungkinkan setiap bangsawan prancis saling
berhubungan. Kita akan melihat bahwa bahasa manapun berubah bersama waktu.
Hal itu pada dasarnya untuk menyesuaikan diri secara paling hemat dengan
pemuasan kebutuhan komunikasi masyarakat penggunanya (Andre Martinet,
1987: 22). Dilihat dari perkembangan jaman saat ini banyak sekali perubahan
bahasa yang terjadi sehingga pembelajaran bahasa di sekolah diperlukan untuk
mendapatkan pengetahuan yang baik dalam mengungkapkan untuk berinterikasi
dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
2.1.5.1 Sejarah Bahasa Indonesia
Berawal dari sumpah pemuda 28 oktober 1928, bahasa Indonesia
mempunyai fungsi majemuk, menjadi bahasa persatuan, bahasa Negara, bahasa
resmi, bahasa penguhubung antar individu, bahasa pergaulan, dan yang tak kalah
penting sebagai bahasa pengantar di semua sekolah di Indonesia. Bahasa
Indonesia dilatarbelakangi oleh beratus-ratus suku bangsa yang masing-masing
mempunyai bahasa daerahnya yang menjadikannya bahasa pertama. Walaupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
masih banyak orang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua,
sekarang makin banyak menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama.
Bahasa kita yang dinamai bahasa Indonesia, berasal dari bahasa melayu,
yaitu salah satu bahasa daerah di bumi nusantara ini. Bahasa Indonesia, digunakan
sebagai salah satu alat yang mempersatukan bangsa yang bersuku-suku, untuk
mengusir penjajahan belanda dan meraih kemerdekaan.
Disisi lain bahasa adalah suatu hal yang diajarkan pertama kali melalui
seorang ibu agar pesan yang disampaikan dapat tercapai. Bahasa memiliki peran
yang vital dalam perkembangan kemampuan sosial, kognitif, dan akademik anak
(nation & snowling, 2004; gierut, 2004; eikeseth, 2003 dalam kumara dkk,
2014:1).
2.1.5.2 Ciri-ciri Bahasa
Dalam Nikelas (1988:5-8) mengemukakan ciri-ciri bahasa :
1) Bahasa sebagai bunyi suara
Bahasa adalah merupakan bunyi yang dikeluarkan melalui alat bicara
manusia dan didengar oleh pembicara yang lainnya.
2) Bahasa adalah sistematis
Bahasa merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat aturan-aturan
yang harus diikuti dan dimengerti oleh si pemakai bahasa .
3) Bahasa itu mngandung arti
Bahasa mengandung makna dan arti dari setiap symbol yang digunakan.
Bahasa dapat merujuk pada beragam objek, kejadian, hubungan antara objek
dan kejadian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
4) Bahasa bersifat universal
Dimanapun negaranya. Setiap bahasa mempunyai bunyi. Setiap bahasa
mempunyai bunyi konsonan dan bunyi vocal.
Selain bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa juga menentukan identitas
kelompok sosial. Bahasa jepang termasuk sistem tulisannya menunjukkan
identitas bahasa jepang. Bahasa Indonesia melambangkan kesatuan dan
kebanggaan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia mengikat seluruh bahasa
Indonesia yang terdiri berbagai suku bangsa menyatu menjadi satu bangsa yang
mempunyai bahasa kesatuan bahasa Indonesia.
Bedasarkan pernyataan tersebut bahasa Indonesia adalah bahasa yang
memiliki peran penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Di Indonesia terdapat banyak budaya yang masing-masing memiliki
bahasanya sendiri. Sehingga bahasa Indonesia diperlukan sebagai bahasa
kesatuan.
2.1.5.3 Pendidikan Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Pendidikan bahasa Indonesia merupakan pendidikan yang sangat penting
diajarkan di sekolah dasar karena bahasa Indonesia adalah wadah untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa sesuai dengan
fungsi bahasa itu, terutama sebagai alat komunikasi. Pembelajaran bahasa
Indonesia di SD dapat memberikan kemampuan dasar berbahasa yang diperlukan
untuk melanjutkan pendidikan di sekolah menengah maupun untuk menyerap
ilmu yang dipelajari lewat bahasa itu. Selain itu pembelajaran bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
juga dapat membentuk sikap berbahasa yang positif serta memberikan dasar untuk
menikmati dan menghargai sastra Indonesia.
Belajar bahasa tidak dapat dipandang sebagai proses yang lansung secara
berhasil dengan sendirinya tanpa diikut sertakan pihak-pihak yang berkaitan
dengannya dalam (Kaseng, 1989: 22). Dalam pembelajaran bahasa Indonesia
perlu diperhatikan pelestarian dan pengembangan nilai-nilai luhur bangsa, serta
pembinaan rasa persatuan nasional. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP,2006:81), standar isi bahasa Indonesia sebagai berikut:” pembelajaran
Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan
manusia Indonesia.”
Tujuan pelajaran Bahasa Indonesia di SD antara lain bertujuan agar siswa
mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan
kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa (Susanto,2013:245). Adapun tujuan khusus pengajaran
bahasa Indonesia, antara lain agar siswa memiliki kegemaran membaca,
meningkatkan karya sastra untuk meningkatkan kepribadian, mempertajam
kepekaan, perasaan, dan memperluas wawasan kehidupannya.
2.1.6 Perkembangan Bahasa Anak
2.1.6.1 Hakikat Perkembangan Bahasa
Anak-anak memperoleh komponen-komponen utama bahasa ibu mereka
dalam waktu yang relative singkat. Ketika mereka mulai sekolah dam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
mempelajari bahasa secara formal, mereka sudah mengetahui cara berbicara untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Mereka sudah mengetahui dan mengucapkan
sejumlah besar kata. Namun, perkembangan bahasa tidak berhenti ketika seorang
anak sudah mulai bersekolah atau ketika dia sudah dewasa.
Bayi mulai memperoleh bahasa ketika berumur kurang dari satu tahun,
sebelum dapat mengucapkan suatu kata. Mereka memperhatikan wajah orang
dewasa dan menanggapi orang dewasa, meskipun tentu saja belum menggunakan
bahasa dalam arti yang sebenarnya (Eimas, melalui Gleason, 1985: 2).
Selanjutnya ketika berumur satu tahun, bayi mulai mengoceh, bermain dengan
bunyi seperti halnya bermain dengan jari-jari tangan dan jari-jari kakinya. Seperti
halnya kemampuan berjalan, kemampuan berbicara anak-anak seluruh dunia
mulai pada umur yang hampir sama dan dengan cara yang hampir sama.
Perkembangan bahasa pada periode ini disebut dengan perkembangan pra
linguistic (Gleason, 1985: 3). Kira-kira ketika anak berumur dua tahun, setelah
mengetahui kurang lebih lima puluh kata, kebanyakan anak mulai memasuki
tahap kombinasi dua kata. Kata-kata yang diucapkan ketika mencapai tahap satu
kata dikombinasikan dalam ucapan-ucapan pendek tanpa kata penunjuk, kata
depan, atau bentuk-brntuk lain yang seharusnya digunakan. Anak mulai dapat
mengucapkan “ma, mimik”, maksudnya “mama, saya minta minum”. Pada tahap
dua kata ini anak mulai mengenal berbagai makna kata tetapi tidak dapat
menggunakan bentuk bahasa yang menunjukan jumlah, jenis kelamin, dan waktu
terjadinya peristiwa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Pada waktu mulai masuk taman kanak-kanak, anak-anak telah memiliki
sejumlah kosa kata. Mereka dapat bergurau, bertengkar dengan teman-temannya
dan berbicara dengan sopan dengan orang tua dan guru mereka.
Selama periode usia sekolah dasar, anak-anak dihadapkan pada tugas
utama mempelajari bahasa tulis. Hal ini hampir tidak mungkin kalau mereka
belum menguasai bahasa lisan. Perkembangan bahasa anak pada usia sekolah
dasar ini meningkat dari bahasa lisan ke bahasa tulis. Kemampuan mereka
menggunakan bahasa berkembang.
Pada masa perkembangan selanjutnya, yakni pada usia remaja, terjadi
perkembangan bahasa yang penting, periode ini menurut gleason merupakan umur
yang sensitive untuk mempelajari bahasa. Remaja menggunakan gaya yang khas
dalam berbahasa, sebagai bagian dari terbentuknya identitas diri (1985: 6).
Akhirnya pada usia dewasa terjadi perbedaan-perbedaan yang besar antara
individu yang satu dan yang lain dalam hal perkembangan bahasanya. Hal ini
bergantung pada tingkat pendidikan, peran dalam masyarakat dan jenis pekerjaan.
2.1.7 Pengertian Membaca
Terambil dari salah satu aspek komunikasi dalam (Susanto, 2013: 216)
membaca (reading), kemampuan membaca merupakan kemampuan yang
kompleks, karena didalamnya terkait aspek mengingat, memahami,
membandingkan, menemukan, menganalisis, mengorganisasikan, dan akhirnya
menerapkan apa yang terkandung dalam bacaan. Membaca pada hakikatnya
adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya melafalkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan
metakognitif dalam (Rahim,2007:2).
Belajar membaca dan membaca untuk belajar merupakan suatu bagian
yang penting dari setiap program membaca karena membaca merupakan salah
satu kunci keberhasilan seseorang dalam meraih ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam (Rahim,2007:130).
Dapat disimpulkan membaca adalah suatu proses dan aktivitas yang
dilakukan untuk memperoleh informasi dan pengetahuan.
2.1.7.1 Tahap Perkembangan Membaca
Membaca pada anak berlangsung pada beberapa tahap. Menurut
Tadkiroatun Musfiroh (2009: 8-9) berdasarkan penelitian yang dilakukan dibarat,
perkembangan membaca anak-anak dapat dikatagorikan ke dalam lima tahap,
yaitu sebagai beriku:
1) Tahap Magic
Pada tahap ini belajar tentang guna buku, mulai berpikir bahwa buku
adalah sesuatu yang penting. Anak melihatlihat buku, membawa-bawa
buku, dan sering memiliki buku favorit.
2) Tahap Konsep Diri
Anak melihat diri sendiri sebagai pembaca, mulai terlihat dalam kegiatan
“pura-pura membaca”, mengambil makna dari gambar, membahasakan
buku walaupun tidak cocok dengan teks yang ada di dalamnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
3) Tahap Membaca Antara
Anak-anak memiliki kesadaran terhadap bahan cetak (print). Mereka
mungkin memilih kata yang sudah dikenal, mencatat kata-kata yang
berkaitan dengan dirinya, dapat membaca ulang cerita yang telah ditulis,
dapat membaca puisi. Anak-anak mungkin mempercayai setiap silabel
sebagai kata dan dapat menjadi frustasi ketika mencoba mencocokkan
bunyi dan tulisan. Pada tahap ini, anak mulai mengenali alfabet.
4) Tahap Lepas Landas
Pada tahap ini anak-anak mulai menggunakan tiga sistem tanda/ciri yakni
grafofonik, semantik, dan sintaksis. Mereka mulai bergairah membaca,
mulai mengenal huruf dari konteks, memperhatikan lingkungan huruf
cetak dan membaca apa pun di sekitarnya, seperti tulisan pada kemasan,
tanda-tanda. Resiko bahasa dari tiap tahap ini adalah jika anak diberikan
terlalu banyak perhatian pada setiap huruf.
5) Tahap Independen
Anak dapat membaca buku yang tidak dikenal secara mandiri,
mengkonstruksikan makna dari huruf dan dari pengalaman sebelumnya
dan isyarat penulis. Anak-anak dapat membuat perkiraan tentang materi
bacaan. Materi berhubungan langsung dengan pengalaman yang paling
mudah untuk dibaca, tetapi anak-anak dapat memahami struktur dan
genre yang dikenal, serta materi ekpositoris yang umum.
Menurut Steinberg (Ahmad Susanto, 2011: 90) bahwa, kemampuan
membaca anak dibagi menjadi empat tahap perkembangan, yaitu sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
1) Tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan
Pada tahap ini, anak mulai belajar menggunakan buku dan menyadari
bahwa buku ini penting, melihat-lihat buku dan membalik-balik buku
kadang-kadang anak membawa buku kemana-mana tempat
kesenangannya.
2) Tahap membaca gambar
Anak usia TK sudah bisa memandang dirinya sebagai pembaca, dan
mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca
buku, memberi makna gambar, membaca buku dengan menggunakan
bahasa buku walaupun tidak cocok dengan tulisannya. Anak TK sudah
menyadari bahwa buku sebuah buku memiliki karakteristik khusus,
seperti judul, halaman, huruf, kata dan kalimat serta tanda baca walaupun
anak belum faham semuanya.
3) Tahap pengenalan bacaan
Pada tahap ini anak TK telah dapat menggunakan tiga sistem bahasa,
seperti fonem (bunyi huruf), semantik (arti kata), dan sintaksis (aturan
kata atau kalimat) secara bersama-sama. Anak yang sudah tertarik pada
bahan bacaan mulai mengingat kembali bentuk huruf dan konteksnya.
Anak mulai mengenal tanda-tanda yang ada pada benda-benda di
lingkungannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
4) Tahap membaca lancar
Pada tahap ini, anak sudah dapat membaca secara lancar berbagai jenis
buku yang berbeda dan bahan-bahan yang langsung berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas tentang tahap membaca
dari dua pendapat diatas sebenarnya hampir sama sehingga dapat
disimpulkan, bahwa ada beberapa tahap membaca yang dapat diterapkan
agar anak dapat membaca yaitu tahap magic, tahap konsep diri, tahap
pembaca antara, tahap lepas landas, tahap independen.
Dalam mengajarkan membaca harus memperhatikan aspek-aspek
perkembangan anak. Menurut Ahmad Rofi’uddin (1998:50) pengajaran membaca
diarahkan pada aspek-aspek:
(1) Pengembangan aspek sosial anak, yaitu : kemampuan bekerja sama,
percaya diri, pengendalan diri, kestabilan emosi, dan rasa tanggung
jawab.
(2) Pengembangan fisik, yaitu pengaturan gerak motorik, koordinasi gerak
mata dan tangan.
(3) Perkembangan kognitif, yaitu membedakan bunyi, huruf,
menghubungkan kata dan makna.
Menurut Rubin (Rofi’uddin, 1998:57-61) yang mengemukakan bahwa
pengajaran membaca yang paling baik adalah pengajaran yang didasarkan pada
kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang telah dikuasai anak. Kegiatan
yang dilakukan dalam pengajaran membaca antara lain sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
(a) Peningkatan Ucapan
Pada kegiatan ini difokuskan pada peningkatan kemampuan anak
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa. Anak yang mengalami kesulitan
dalam mengucapkan bunyi-bunyi tertentu anak menghadapi kesulitan
dalam membaca. Bunyi-bunyi yang sulit diucapkan anak bunyi tersebut
perlu dilatih secara terpisah.
(b) Kesadaran Fonemik ( Bunyi)
Pada kegiatan ini difokuskan untuk menyadarkan anak bahwa kata
dibentuk oleh fonem atau bunyi yang membedakan makna.
(c) Hubungan antara Bunyi-huruf
Syarat utama untuk dapat membaca adalah mengetahui tentang
hubungan bunyi-bunyi. Anak yang mengalami kesulitan dalam hal
hubungan bunyihuruf maka pengajaranya secara terpisah.
(d) Membedakan Bunyi-bunyi
Membedakan bunyi-bunyi merupakan kemampuan yang penting dalam
pemerolehan bahasa, khususnya membaca.
(e) Kemampuan Mengingat
Kemampuan mengingat yang dimaksud lebih mengarah pada
kemampuan untuk menilai apakah dua bunyi atau lebih itu sama atau
berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
(f) Membedakan huruf
Membedakan huruf adalah kemampuan membedakan huruf-huruf
(lambang bunyi). Jika anak masih kesulitan membedakan huruf, maka
anak belum siap membaca.
(g) Orientasi dari Kiri ke Kanan
Anak perlu disadarkan bahwa kegiatan membaca dalam bahasa
Indonesia menggunakan sistem dari kiri kekanan. Kesadaran ini perlu
ditanamkan pada anak “kidal”.
(h) Keterampilan Pemahaman
Anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan kognitifnya juga
mengalami kesulitan dalam membaca, sebab membaca pada dasarnya
merupakan kegiatan berpikir. Perlu disadari bahwa kegiatan
pemahaman tidak harus menunggu sampai lancar membaca.
(i) Penguasaan Kosa Kata
Pengenalan kata merupakan proses yang melibatkan kemampuan
mengidentifikasi simbol tulisan, mengucapkan dan menghubungkan
dengan makna.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan dalam pengajaran membaca kita
harus mengetahui aspek-aspek dasar membaca agar siswa mampu belajar
membaca sesuai tahap perkembangan membaca.
2.1.7.2 Manfaat Membaca
Dalam Hernowo ( 2015: 35) Terdapat manfaat membaca buku yaitu bahwa
orang yang rajin membaca buku dapat terhindar dari kerusakan jaringan otak di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
masa tua. Ini menurut riset mutakhir tentang otak. Bahkan secara tegas, penelitian
itu menyatakan bahwa membaca buku dapat membantu seseorang untuk
menumbuhkan saraf-saraf baru di otak.
Rachmawati (2008: 4) menyebutkan manfaat membaca adalah sebagai
berikut :
a. Meningkatkan kadar intelektual.
b. Memperoleh berbagai pengetahuan hidup.
c. Memiliki cara pandang dan pola pikir yang luas.
d. Memperkaya perbendaharaan kata.
e. Mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi di berbagai belahan dunia.
f. Meningkatkan keimanan.
g. Mendapatkan hiburan.
Berdasarkan pendapat diatas terdapat keterkaitan, bahwa manfaat
membaca adalah dapat membantu otak berpikir lebih mudah melalui pengetahuan-
pengetahuan yang didapat melalui kegiatan membaca.
2.1.7.3 Tujuan Membaca
Secara umum pembelajaran membaca yang dilakukan di sekolah harus
diarahkan agar mencapai beberapa tujuan utama pembelajaran membaca. Dalam
(Yunus, 2012:5) terdapat tiga tujuan membaca dalam pembelajaran membaca
yaitu (1) memungkinkan siswa agar mampu menikmati kegiatan membaca, (2)
mampu membaca dalam hati dengan kecepatan membaca yang fleksibel, (3) serta
memperoleh tingkat pemahaman yang cukup atas isi bacaan. Berdasarkan tujuan
pertama pembelajaran membaca haruslah ditekankan pada upaya mendukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
siswa agar ia mampu menikmati kegiatan membaca yang dilakukannya. Tanpa
rasa nikmat yang dirasakan siswa, pembelajaran membaca bisa saja tidak mampu
mencapai tujuan yang diharapkan. Sebab mencintai membaca adalah model awal
agar siswa bisa membaca dan tetap menjadi pembaca. Tujuan kedua dari
pembelajaran membaca adalah agar siswa mampu membaca dalam hati dengan
kecepatan yang fleksibel guna memperoleh pemahaman yang cukup. Fleksibilitas
membaca dapat diartikan sebagai keterampilan memilih gaya dalam membaca.
Pembaca yang fleksibel bukanlah orang yang membaca seluruh buku, melainkan
pembaca yang mampu menentukan bagian mana dari buku tersebut yang paling
penting untuk dia kuasai. Tujuan pembelajaran yang ketiga adalah agar siswa
memperoleh tingkat pemahaman yang cukup atas isi bacaan. tujuan ini
menyarankan agar pembelajaran membaca secara lebih khusus melatih siswa
menguasai berbagai strategi membaca.
Anderson dalam Dalman (2011: 6) mengemukakan tujuh macam tujuan
membaca, yaitu:
1. membaca untuk memperoleh fakta dan perincian;
2. memperoleh ide-ide utama;
3. mengetahui urutan/susunan struktur karangan;
4. menyimpulkan;
5. mengelompokkan/mengkasifikasikan;
6. menilai, dan mengevaluasi; dan
7. memperbandingkan atau mempertentangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Oleh karna itu, membaca sangat penting diajarkan sejak dini karena
membaca akan terus diperlukan hingga masa depan karena segala informasi dan
pengetahuan terdapat pada kegiatan membaca.
2.1.8 Suku Kata, Kata dan Kalimat
2.1.8.1 Suku Kata
Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Vokal itu
dapat didahului atau diikuti oleh konsonan. Vocal itu pula dapat berdiri sendiri
sebagai satu suku kata ( Rumadi, 1989: 4). Bahasa Indonesia mengenal empat
macam pola umum suku kata seperti tampak dibawah ini.
a. Suku kata yang terdiri dari vokal (V) saja.
Misalnya : i-ni, su-a-ra, u-dang.
b. Suku kata yang terdiri atas urutan vokal + konsonan (VK).
Misalnya: in-dah, an-cam, om-bak.
c. Suku kata yang terdiri atas urutan konsonan + vokal + konsonan (KVK).
Misalnya : pan-tang, ma-las, se-jah-te-ra.
Dapat disimpulkan suku kata adalah bagian terkecil dari sebuah kata yang
terdiri dari vocal dan konsonan.
2.1.8.2 Kata
Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan
perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam bahasa (dalam
KBBI 2006). Menurut Tarigan (1985: 6) kata adalah bentuk bebas yang paling
kecil, yaitu kesatuan terkecil yang dapat diucapkan secara berdikari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Dapat disimpulkan kata merupakan satuan bebas yang yang dapat
diucapkan secara berdikari.
2.1.8.3 Kalimat
Kalimat ialah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang
yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan, 2005: 23). Kalimat umumnya
berwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku (TBBBI,
2003: 35). Kesempurnaan sebuah kalimat sekurang-kurangnya dinyatakan dengan
dua konsep yaitu subyek, predikat, dan boleh dilengkapi dengan obyek maupun
keterangan.
Berdasarkan pengertian tersebut kalimat adalah susunan kata yang
memiliki makna.
Berdasarkan teori-teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
membaca adalah suatu hasil dari pencapaian melalui proses belajar membaca.
Dimulai dari memahami satu huruf menjadi sebuah kata dan berkembang menjadi
sebuah kalimat yang bermakna. Jika siswa sudah bisa membaca, siswa akan
mudah untuk memahami isi bacaan dan lebih banyak mengetahui segala informasi
dan pengetahuan melalui kegiatan membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
2.2 Penelitian yang Relevan
Kajian penelitian yang relevan membahas mengenai penelitian tentang
metode Montessori dan penelitian tentang materi membaca yang dijabarkan
sebagai berikut :
Berikut adalah beberapa penelitian yang berkaitan yang dilakukan oleh Yulinar
(2012), dan Ike Susanti (2012), Wulandari (2016).
Yulinar (2012) melakukan penelitian tentang peningkatan kemampuan
membaca anak melalui permainan kartu bergambar taman kanak-kanak pasaman
barat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca anak
melalui permainan kartu bergambar. Penelitian yang digunakan adalah penelitian
tindakan kelas. Berdasarkan hasil penelitian peningkatan kemampuan membaca
anak melalui permainan kartu bergambar di taman kanak-kanak dharmawanita
tampus ujung gading kecamatan lembah melintang kabupaten pasaman barat dari
hasil yang diperoleh anak pada masing-masing indikator yang telah ditetapkan
maka anak yang mendapatkan nilai sangat baik pada siklus I dengan presentase
31% dan terus mengalami kenaikan menjadi 78% pada akhir siklus II ini
membedakan bahwa dengan permainan kartu bergambar dapat meningkatkan
dapat meningkatkan kemampuan membaca anak.
Ike susanti (2012) melakukan penelitian tentang penerapan metode
Montessori dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak di kelompok
bermain talenta kabupaten bandung yang membahas tentang metode Montessori
yang dikenalkan oleh maria Montessori pada tahun 1907 melalui Case Dei
Bambini atau “Childern House” berkeyakinan bahwa pendidikan dimulai sejak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
lahir, pikiran anak sebagai “absorbent mind” atau pikiran dapat menyerap karena
kemampuanya yang besar dalam belajar dan berasimilasi secara terus menerus
dan tanpa sadar dari dunia yang mengelilinginya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana dampak penerapan metode Montessori terhadap
keterampilan motorik halus. Berdasarkan hasil penelitian metode Montessori
memiliki dampak yang positif dalam hal perkembangan anak terutama dalam hal
memberikan stimulus atau meningkatkan keterampilan motorik anak dan dalam
hal motorik halus.
Wulandari (2016) telah melakukan penelitian dengan judul pengembangan
alat peraga membaca dan menulis permulaan berbasis metode Montessori.
Penelitian ini dilator belakangi oleh permasalahan dalam membaca dan menulis
permulaan pada siswa kelas I. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
dan pengembangan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa alat peraga
membaca dan menulis permulaan yang dikembangkan dari alat peraga Montessori
yaitu Large Movable Alphabet (LMA) memiliki beberapa komponen. Komponen
alat peraga berupa kotak huruf, kartu suku kata, kartu diftong, kartu kata, kartu
bergambar, kotak garis, papan petunjuk penulisan huruf, dan papan tulis.
Berdasarkan hasil uji coba lapangan terhadap penggunaan alat peraga Montessori
yang telah dikembangkan terjadi peningkatan. Perolehan nilai posttest lebih tinggi
daripada nilai pretest. Selisih rerata nilai membaca dalam pretest dan posttest
sebesar 26,2. Sedangkan selisih nilai menulis dalam pretest sebesar 10.
Berdasarkan perolehan tersebut dapat disimpulkan bahwa alat peraga membaca
dan menulis permulaan yeng telah dikembangkan dari alat peraga Montessori,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
memiliki kualitas sangat baik dan dapat membantu siswa dalam membaca dan
menulis.
Menilik dari penelitian yang telah dilakukan tersebut menunjukan
keberhasilan penelitian dengan menggunakan media kartu bergambar dapat
meningkatkan prestasi membaca siswa yang berdampak baik untuk meningkatkan
keaktifan dan pemahaman belajar membaca siswa. Berdasarkan studi literatur
tentang penelitian- penelitian sebelumnya, belum ada penelitian pengembangan
alat peraga bahasa Indonesia berbasis metode Montessori. Saat ini banyak
penelitian menggunakan metode Montessori pada mata pelajaran matematika
yang dapat membantu kesulitan siswa dalam mengatasi belajar matematika maka
peneliti akan mengembangkan alat peraga bahasa Indonesia yaitu kartu bergambar
berbasis metode Montessori yang disebut sebagai Individual Reading Material
(IRM) dan Small Movable Alfabeth (SMA) untuk membantu siswa mengatasi
masalah kesulitan membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
2.2.1.1 Literature map hasil penelitian yang relevan di atas sebagai berikut :
Bagan 2.1 Literature map hasil penelitian yang relevan
2.3 Kerangka berpikir
Membaca merupakan kegiatan yang paling dasar dalam kegiatan
pembelajaran. Jika siswa belum dapat membaca, siswa tersebut akan sulit untuk
mengikuti pelajaran yang lainnya. Oleh karena itu, membaca sangat penting
diajarkan sejak dini, siswa akan lebih mudah memahami pembelajaran lainnya
jika siswa sudah lancar membaca. Dalam proses mengajarkan siswa untuk
membaca seorang guru memiliki konsep tersendiri agar siswa lancar membaca.
Selama peneliti mengikuti kegiatan perkuliahan dalam mata kuliah
Montessori peneliti tertarik untuk mengajarkan siswa membaca menggunakan alat
peraga berbasis metode Montessori. Metode ini mengajarkan untuk belajar
mandiri dan menyenangkan dan peran guru hanya sebagai fasilitator. Jadi siswa
Peningkatan
Kemampuan Membaca
Anak Melalui Permainan
Kartu Bergambar Taman
Kanak-Kanak Pasaman
Barat
Yulinar (2012)
Penerapan Metode
Montessori Dalam
Meningkatkan
Kemampuan Motorik
Halus Anak Di Kelompok
Bermain Talenta
Kabupaten Bandung
Ike susanti (2012)
Pengembangan Alat
Peraga Membaca dan
Menulis Permulaan
Berbasis Metode
Montessori
Wulandari (2016)
Yang diteliti
“Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Bahasa
Indonesia Materi Membaca Berbasis Metode
Montessori”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
akan lebih mudah mengekpresikan diri dan merasa bebas dalam belajar
menggunakan alat peraga Montessori. Dalam metode ini alat peraganya
mengandung ciri- ciri sebagai berikut, yang pertama yaitu menarik. Alat peraga
Montessori ini dibuat semenarik mungkin agar siswa lebih tertarik dalam belajar.
Yang kedua adalah bergradasi, yang melatih indra peraba dan indra penglihatan
anak. Yang ketiga yaitu pengendali kesalahan (auto correction), dalam alat peraga
montessori disiapkan alat pengendali kesalahan agar ketika siswa melakukan
kesalahan ketika sedang menggunakan alat siswa dapat mengkoreksi sendiri
kesalahannya. Yang keempat yaitu memiliki ciri kemandirian (auto- education)
siswa dapat belajar sendiri tanpa bantuan seorang guru, siswa bebas dalam
mengekspresikan cara belajarnya sendiri. Yang kelima yaitu kontekstual ciri ini
adalah dalam pembuatan alat peraga bahan-bahan yang diperlukan mudah
didapatkan di lingkungan sekitar.
Bedasarkan hal tersebut peneliti mengembangkan alat peraga berbasis
Montessori yang tertuju pada mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu membaca
guna untuk membantu siswa dalam mengatasi kesulitan dalam belajar membaca.
Dalam menggunakan alat peraga diharapkan siswa akan lebih menikmati proses
belajarnya. Ditemukan dalam penelitian yang menggunakan alat peraga, kegiatan
belajar ini sangat efektif dilakukan. Karena kegiatan ini membuat suasana belajar
siswa terasa menyenangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini akan menguraikan metode penelitian yang akan digunakan oleh
peneliti, yakni: (1) jenis penelitian, (2) setting penelitian, (3) rancangan penelitian,
(4) prosedur pengembangan, (5) instrumen penelitian, (6) teknik pengumpulan
data, (7) teknik analisis data, (8) jadwal penelitian.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian dan pengembangan
(Research and Development). Metode penelitian dan pengembangan adalah
metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan
menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono 2009: 407). Penelitian dan
pengembangan dapat diperoleh sebuah produk akhir, yang dapat
dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2011: 164). Produk-produk pendidikan
yang dihasilkan dapat berupa kurikulum yang spesifik untuk keperluan
pendidikan tertentu, metode mengajar, media pendidikan, buku ajar, modul,
kompetensi tenaga kependidikan, sistem evaluasi, model uji kompetensi, penataan
ruang kelas untuk model pembelajar tertentu, model unit produksi, model
manajemen, sistem pembinaan pegawai, sistem penggajian dan lain-lain
(Sugiyono, 2009: 412). Dalam Putra (2015) United Nations Conference On Trade
And Development (UNCTAD) (2015: 1) menjelaskan, penelitian dan
pengembangan (R&D) terdiri dari empat jenis kegiatan, yaitu : penelitian dasar,
penelitian terapan, pengembangan produk, dan proses pengembangan. Penelitian
dasar adalah karya eksperimental asli tanpa tujuan komersial tertentu. Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
terapan yang sering dilakukan oleh universitas adalah karya eksperimental asli
dengan tujuan spesifik. Pengembangan produk adalah peningkatan dan perluas
produk yang ada. Proses pengembangan adalah menciptakan proses baru atau
yang ditingkatkan. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa penelitian dan pengembangan merupakan suatu jenis penelitian yang
bertujuan untuk kepentingan pendidikan dengan memperbaiki/memperbaharui dan
mengembangkan produk-produk yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Dalam penelitian ini dilakukan kepada siswa kelas I SD Bopkri Demangan III
untuk membantu siswa memahami materi membaca. Melalui kebutuhan siswa
kelas I dan guru SD tersebut, peneliti mengembangkan produk berupa alat peraga
berbasis metode Montessori untuk materi membaca.
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 10 bulan, mulai bulan September 2015
hingga juni 2016.
3.2.2 Objek penelitian
Objek dalam penelitian ini berupa alat peraga bahasa berbasis metode
Montessori yang berupa alfabet dan kartu bergambar. Alat peraga ini terbuat dari
kayu pinus yang didesain menjadi sebuah alat peraga bertujuan untuk menarik
perhatian anak dalam belajar, menurut struktur metode Montessori. Alat peraga
berbasis metode Montessori yang peneliti buat digunakan untuk mengajarkan
materi membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
3.2.3 Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah sekelompok siswa kelas I. Penelitian ini
dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016. Pemilihan sekelompok
siswa yaitu yang terdiri atas tiga siswa didasarkan oleh rekomendasi guru kelas.
Siswa yang direkomendasikan guru adalah siswa-siswa yang memiliki nilai
dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada pelajaran bahasa Indonesia
terkhusus materi membaca. KKM yang ditetapkan guru adalah 71, siswa yang
memiliki nilai dibawah KKM dipilih dengan alasan siswa tersebut masih kesulitan
belajar membaca sehingga diperlukan pendampingan dalam belajar.
3.2.4 Lokasi Penelitian
Penelitian dan pengembangan ini dilakukan di SD Bopkri Demangan III. SD
Bopkri Demangan III adalah salah satu sekolah swasta di bawah yayasan milik
GKJ Ambarukmo, didirikan pada tahun 1971. SD Bopkri Demangan III ini
terletak di Jl. Ampel No. 4, Demangan, Yogyakarta. Sekolah ini berada ditengah-
tengah perumahan demangan.
Lokasi SD Bopkri III demangan terletak dekat dengan kampus Universitas
Sanata Dharma, hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di
SD Bopkri Demangan III.
3.3 Rancangan Penelitian
Prosedur pengembangan alat peraga dalam penelitian Research and
Development (R&D) ini merupakan adopsi dari sepuluh langkah-langkah
penelitian yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011) dan sebelas langkah –
langkah penelitian Borg dan Gall (1983).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Penelitian Research and Development (R&D) dalam bidang pendidikan
yang dikemukakan Sugiyono berawal dari langkah-langkah diantaranya (1)
mencari potensi masalah (2) pengumpulan data (3) desain produk (4) validasi
desain (5) revisi desain (6) uji coba lapangan (7) revisi produk (8) uji coba
pemakaian (9) revisi produk, (10) produksi massal.
Bagan 3.1 Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono
(2011: 298).
Langkah pertama dalam penelitian berawal dari adanya potensi dan
masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki
nilai tambah seteleh dikembangkan. Langkah kedua yaitu mengumpulkan
informasi berupa data yang dapat digunakan sebagai bahan untuk mengetahui
produk yang dibutuhkan subjek penelitian. Melalui data yang telah didapat akan
direalisasikan kedalam produk yang akan dikembangkan. Desain produk tersebut
kemudian divalidasi lalu direvisi sampai hasil validasi dinyatakan sudah layak
untuk diterapkan. Langkah selanjutnya yaitu uji coba produk yang diujikan
didalam kelompok yang terbatas sehingga didapatkan data hasil pengujian produk
Validasi
desain
Design
produk
Pengumpulan
data
Potensi
masalah
Uji coba
pemakaian
Revisi
produk
Uji coba
produk
Revisi
Desain
Revisi
produk
Produksi
Massal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
untuk revisi akhir. Setelah melakukan revisi akhir produk dapat dipersiapkan
untuk produksi massal.
Langkah pengembangan kedua oleh Borg & Gall (1983: 775-787) adalah
(1) pengumpulan informasi dan penelitian terkait, (2) perencanaan, (3) pembuatan
produk, (4) pengujian lapangan terbatas, (5) revisi inti produk, (6) pengujian
lapangan inti, (7) revisi produk secara operasional, (8) pengujian lapangan secara
operasional, (9) revisi akhir produk, (10) produk akhir, (11) diseminasi dan
implementasi.
Bagan 3.2 Metode penelitian dan pengembangan Borg & Gall (1983: 775)
Langkah pertama dalam melakukan penelitian menurut Borg & Gall yaitu
melakukan penelitian dan pengumpulan data yang berupa studi literatur, observasi
di kelas, dan pertimbangan lainnya. Langkah kedua, adalah perencanaan yang
meliputi penentuan keterampilan yang diperlukan dalam penelitian, menentukan
tujuan yang ingin dicapai, serta menentukan desain penelitian dalam skala kecil.
Langkah ketiga yaitu draft produk yang meliputi bahan pengajaran, buku
pegangan dan alat evaluasi. Langkah keempat yaitu melakukan uji coba lapangan
Pengumpulan
Informasi Perencanaan Pembuatan
Produk
Pengujian
Lapangan
Revisi Inti
Produk
Pengujian
Lapangan Inti
Revisi Produk
Secara
Operasional
Pengujian
Lapangan
Secara
Operasional
Revisi Produk
Akhir Produk
Akhir Diseminasi dan
Implementasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
yang dilakukan dengan cara pengamatan melalui observasi, wawancara dan
penyebaran angket. Langkah kelima yaitu melakukan revisi produk berdasarkan
hasil uji coba lapangan. Langkah keenam yaitu pengujian produk yang dilakukan
pada lima hingga dua belas sekolah dengan 30 siswa disetiap sekolahnya.
Kemudian data yang diperoleh dikumpulkan dan dievaluasi. Langkah ketujuh
adalah uji coba lapangan secara operasional. Langkah kedelapan, uji coba
dilakukan dengan jumlah responden 10 sampai 30 sekolah dengan jumlah siswa
sebanyak 40-200 siswa sebagai subjek. Langkah kesembilan, pengujian ini
dilakukan dengan angket, wawancara dan observasi yang kemudian dianalisis dan
digunakan untuk menjadi bahan revisi yang terakhir. Hasil revisi produk akhir
merupakan produk yang siap digunakan secara luas. Langkah kesepuluh, produk
tersebut masih perlu dideseminasikan sebelum akhirnya akan dipakai atau dijual
pada seluruh sekolah sebagai produk yang valid (Borg & Gall, 1983: 775- 786).
Langkah-langkah yang telah dinyatakan diatas masing-masing memiliki
persamaan dan perbedaan. Pengembangan Sugiyono menekankan potensi atau
masalah yang terjadi sehingga dapat ditindaklanjuti melalui penelitian
pengembangan. Pengembangan Borg and Gall menekankan pada aspek tujuan
yang ingin dicapai oleh peneliti. Peneliti membuat langkah pengembangan dengan
mengkombinasikan kedua pengembangan tersebut.
Model pengembangan yang telah dimodifikasikan dalam penelitian ini
terdiri dari lima tahapan (1) potensi masalah, (2) perencanaan, (3) pengembangan
desain, (4) validasi produk, (5) uji coba lapangan terbatas. Bagan tahapan
pengembangan yang telah dimodifikasi dapat dilihat pada bagan 3.3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
3.4 Prosedur Penelitian dan Pengembangan
Bagan 3.3 Tahap Penelitian dan Pengembangan Alat Peraga Alfabet dan Kartu
Bergambar
TAHAP KELIMA
Uji Coba Lapangan Terbatas
TAHAP KEEMPAT
Validasi Produk
TAHAP KETIGA
Pengembangan Desain
TAHAP KEDUA
Perencanaan
TAHAP PERTAMA
Potensi Masalah
Identifikasi Permasalahan
Wawancara
Observasi
Analisis
kebutuhan
Analisis karateristik alat peraga
montessori
Analisis karakteristik siswa
Pembuatan
kuesioner
analisis
kebutuhan
Analisis
kebutuhan validasi ahli bahasa Revisi Uji keterbacaan siswa Revisi Penyebaran
kuesioner
Instrumen
Tes
Uji validasi ahli
bahasa Revisi Uji keterbacaan Revisi Instrumen
siap
digunakan
Uji validitas ahli pembelajaran
bahasa
Uji validitas ahli guru penelitian
Revisi Uji keterbacaan soal Revisi
Konsep
Desain alat peraga
Desain album alat peraga
Pengumpulan bahan
Pembuatan Alat Peraga dan Album
Validasi alat peraga
Validasi oleh pakar pembelajaran montessori
Validasi oleh pakar pembelajaran bahasa
Validasi oleh guru kelas
Analisis I
Pretest Uji coba lapangan Postest Analisis II Revisi
Propotipe Alat Peraga
Pembelajaran Bahasa
Indonesia Materi Membaca
Berbasis Metode Montessori
Kuesioner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Berdasarkan langkah-langkah penelitian pengembangan yang telah
diungkapkan Sugiyono dan Borg and Gall. Penelitian ini memodifikasi tahap
pengembangan keduanya yang terbagi menjadi lima tahap pengembangan
penelitian yaitu (1) potensi masalah, (2) perencanaan, (3) pengembangan desain
(4) validasi produk, dan (5) uji coba lapangan terbatas sesuai dengan bagan 3.3.
Tahap penelitian yang pertama dilakukan adalah dengan mengidentifikasi
masalah dengan wawancara dan observasi untuk menganalisis kebutuhan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tesebut peneliti menganalisis
kebutuhan yang terdiri dari analisis karakteristik alat peraga Montessori dan
analisis karakteristik siswa. Kedua karakteristik tersebut digunakan untuk
pedoman pembuatan kuesioner analisis kebutuhan. Sebelum kuesioner analisis
kebutuhan disebarkan kepada siswa maka dilakukan pengujian validasi oleh ahli
bahasa dan guru SD Bopkri Demangan III. Lalu melakukan revisi berdasarkan
masukan yang telah diberikan oleh para ahli. Setelah melakukan revisi kuesioner
diuji keterbacaannya kepada siswa. Kemudian melakukan revisi, lalu penyebaran
kuesioner. Penyebaran dilakukan kepada siswa dan guru, maka analisis kebutuhan
diperoleh dari siswa, dan guru serta observasi keadaan sekolah.
Tahap kedua adalah rangkaian perencanaan. Perencanaan merupakan
tahap membuat instrumen penelitian yaitu kuesioner. Instrumen kuesioner
sebelum digunakan dilakukan pengujian. Kuesioner diujikan kepada ahli bahasa
dan guru. Kemudian merevisi instrumen, lalu menguji keterbacaannya kepada
siswa agar dalam penyebarannya, kalimat mudah dimengerti oleh siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tahap ketiga adalah pengembangan desain. Pengembangan desain terdiri
dari konsep pembuataan alat peraga dan desain album alat peraga. Desain alat
peraga mengacu pada hasil analisis kebutuhan siswa dan guru. Setelah desain
selesai maka langkah selanjutnya adalah pengumpulan bahan untuk pembuatan
alat peraga. Kemudian, alat peraga dan album siap dibuat.
Tahap keempat adalah validasi produk. Produk yang telah selesai dalam
langkah pembuatan, lalu diujikan kepada ahli pembelajaran bahasa Indonesia, ahli
pembelajaran bahasa Indonesia dan kepada guru kelas. Hasil uji kepada tiga ahli
tersebut kemudian dianalisis. Hasil analisis merupakan nilai kualitas alat peraga
yang telah diciptakan.
Tahap kelima adalah uji coba lapangan terbatas. Uji coba lapangan
terbatas dilakukan kepada siswa yang menjadi sampel penelitian yaitu, tiga siswa
SD kelas I SD BOPKRI III Demangan. Langkah tahap uji coba lapangan terbatas
dimulai dengan pretest untuk menguji kemampuan awal siswa. Kemudian
dilakukan uji coba lapangan menggunakan alat peraga yang telah diciptakan.
Langkah selanjutnya adalah posttest untuk mengetahui kemampuan siswa setelah
menggunakan alat peraga. Hasil dari pretest, proses ujicoba lapangan, dan hasil
posttest dianalisis. Berdasarkan hasil analisis kemudian merevisi apabila ada yang
kurang tepat. Hasil revisi tersebut merupakan prototipe alat peraga pembelajaran
bahasa Indonesia SD materi membaca berbasis metode Montessori.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian terdiri dari instrumen analisis kebutuhan, validasi
produk, dan uji coba lapangan terbatas. Instrumen analisis kebutuhan terdiri dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
pedoman wawancara, lembar wawancara dan kuesioner. Instrumen validasi terdiri
dari kuesioner validasi produk dan yang terakhir yaitu instrumen uji lapangan
terbatas berupa tes.
3.5.1 Instrumen Analisis Kebutuhan
Instrumen analisis kebutuhan dibuat bertujuan untuk mengetahui
kebutuhan pembuatan alat peraga bahasa Indonesia. Instrumen yang digunakan
dalam analisis kebutuhan ini meliputi pedoman wawancara, lembar wawancara
dan kuesioner. Sebelum digunakan instrumen tersebut dipastikan sudah divalidasi
oleh para ahli untuk mengetahui kelayakan instrumen. Para ahli yang akan
menguji instrumen tersebut adalah ahli pembelajaran bahasa, ahli pembelajaran
Montessori, guru dan siswa. Hasil dari validasi digunakan untuk perbaikan
instrumen. Instrumen yang telah diperbaharui siap dan layak disebarkan. Proses
wawancara yang dilakukan menggunakan teknik wawancara bersifat tak
berstruktur dengan subjek kepala sekolah, guru dan siswa. Pedoman wawancara
digunakan sebagai pedoman peneliti untuk menanyakan garis besar pertanyaan
yang akan digunakan. Kemudian peneliti menyebarkan kuesioner yang telah
divalidasi kepada guru dan siswa.
Kuesioner yang diberikan adalah kuesioner terbuka. Kuesioner diberikan
kepada guru kelas dan seluruh siswa kelas I SD Bopkri Demangan III. Berikut
adalah kisi-kisi instrumen analisis kebutuhan adalah sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan
No Karakteristik alat
peraga Indikator
No
Soal
1 Auto- education a. Belajar secara mandiri
b. Penggunaan alat peraga bahasa indonesia 1,2
2 Menarik a. Alat peraga yang memiliki warna
bervariasi 3,4
3 Bergradasi
a. Dapat digunakan untuk lebih dari satu
kompetensi
b. Warna alat peraga
5,6
4 Auto- correction
a. Membantu menemukan kesalahan sendri
b. Membantu menemukan jawaban yang
benar
7,8
5 Kontekstual a. Mengaitkan materi dengan situasi dunia
nyata 9,10
Instrumen analisis kebutuhan yang digunakan siswa dan guru memiliki isi
yang sama tetapi terdapat perbedaan pada penggunaan bahasanya. Perbedaan
bahasa dikarenakan untuk menyesuaikan bahasa yang digunakan guru lebih
formal sedangkan bahasa yang digunakan siswa lebih sederhana. Sebelum
instrumen digunakan instrumen tersebut terlebih dahulu divalidasi oleh ahli
bahasa, guru dan siswa. Bentuk instrumen analisis kebutuhan ini berupa
kuesioner, pedoman wawancara dan pedoman observasi.
3.5.2 Instrumen Validasi Produk
Instrumen validas produk berupa kuesioner digunakan untuk menguji
kelayakan produk yang telah diciptakan. Kuesioner diberikan kepada ahli
pembelajaran Montessori, ahli pembelajaran bahasa dan guru kelas I SD Bopkri
Demangan III dan siswa penelitian yang berjumlah 3 siswa. Terdapat 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
pertanyaan yang diajukan kepada responden. Berikut adalah kisi-kisi kuesioner
validasi yang terdapat pada tabel 3.2
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Validasi Produk Oleh Ahli
No Karakteristik alat
peraga Indikator Nomor soal
1 Auto-education
a. Siswa belajar secara mandiri
b. Siswa dapat memahami konsep secara
mandiri
1,2
2 Auto-correction
a. Membantu siswa dalam menemukan
kesalahan sendiri
b. Membantu siswa menemukan jawaban
yang benar
7,8
3 Menarik a. Menunjukan warna yang bervariasi
b. Menunjukan bentuk yang menarik 3,4
4 Bergradasi
a. Dapat digunakan untuk berbagai
kompetensi dasar yang berbeda
b. Memiliki rangsangan terhadap beberapa
indera
5,6
5 Kontekstual
a. Bahan yang digunakan dapat ditemukan
dilingkungan sekitar
b. Alat peraga dapat diproduksi oleh
masyarakat sekitar
9,10
Sebelum disebarkan kuesioner kelayakan produk telah divalidasi oleh ahli
bahasa dan guru kelas I SD Bopkri Demangan III. Validasi yang dilakukan
bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan kuesioner tersebut. Kuesioner yang
sudah diuji validasi dengan kategori sangat baik siap untuk disebarkan ke siswa
dan guru.
3.1.3 Instrumen Uji Coba Lapangan Terbatas
Instrumen yang digunakan dalam uji coba lapangan terbatas berupa
kuesioner dan tes. Kuesioner dan tes diberikan kepada subjek yang terdiri dari tiga
siswa. Kuesioner yang diberikan berupa kuesioner validasi produk yang diberikan
kepada siswa sebagai instrumen penilaian kualitas dari produk yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
dikembangkan. Selanjutnya, tes yang diberikan berupa pretest dan posttest.
Pretest diberikan pada awal penelitian untuk mengetahui kondisi awal siswa
sebelum menggunakan alat peraga sedangkan posttest diberikan kepada siswa
setelah menggunakan alat peraga guna untuk mengetahui pengaruh alat peraga
terhadap kemampuan membaca siswa. Berikut ini adalah tabel kisi- kisi instrumen
tes yang akan digunakan dalam penelitian.
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Tes
Standar kompetensi Kompetensi dasar Indikator Soal
Membaca
3. memahami teks
pendek dengan
membaca nyaring
3.1 Membaca
nyaring suku kata
dan kata dengan lafal
yang tepat
3.1.1 Menunjukan huruf
yang tersedia dalam
gambar sesuai dengan
gambar yang tersedia
1,2,3
3.1.2 Mengeja satu kata
dengan tepat 4
3.1.3 Membaca satu kata
dengan tepat
3.2 Membaca
nyaring kalimat
sederhana dengan
lafal dan intonasi
yang tepat
3.2.1 Menyusun satu
kalimat sederhana dengan
tepat 5,6
3.2.2 Membaca satu
kalimat sederhana dengan
tepat
Sebelum digunakan instrumen tersebut sudah divalidasi oleh ahli, guru dan
diuji keterbacaannya oleh siswa.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono,
2012: 224). Adapun pendapat Noor (2011: 138) teknik pengumpulan data adalah
suatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
menjawab rumusan masalah sebuah penelitian.. Kegiatan pengumpulan data
dilakukan pada saat melakukan penelitian (research) untuk menemukan potensi
dan masalah yang akan digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk
(Sugiyono, 2015: 200). Dilihat dari sumbernya teknik pengumpulan data dapat
dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan kuesioner (Sugiyono, 2012:
137). Penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan data berupa
wawancara, observasi, kuesioner dan dokumentasi. Berikut merupakan teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini.
3.6.1 Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Lexy, 2008: 186) senada dengan Esterberg (2002) yang
mendefinisikan wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2015: 231). Wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin menemukan permasalahan dan
potensi yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui pendapat,
keinginan dan hal-hal lain dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil (Sugiyono, 2015: 210).
Muri menjelaskan (2015: 376) walaupun wawancara merupakan
percakapan tatap muka atau wawanmuka, namun kalau ditinjau dari bentuk
pertanyaan yang diajukan maka wawancara dapat dikategorikan atas tiga bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
yaitu a) Wawancara terencana- terstruktur adalah suatu bentuk wawancara
dimana pewawancara dalam hal ini peneliti menyusun secara terperinci dan
sistematis rencana atau pedoman pertanyaan menurut pola tertentu dengan
menggunakan format yang baku. b) Wawancara terencana-tidak terstruktur adalah
apabila peneliti/pewawancara menyusun rencana (schedule) wawancara yang
mantab, tetapi tidak menggunakan format dan urutan yang baku. c) Wawancara
bebas berlangsung secara alami, tidak diikat atau diatur oleh suatu pedoman atau
oleh suatu format yang baku.
Berdasarkan tentang penjelasan diatas, dalam penelitian ini akan
digunakan wawancara tak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah
wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya
(Sugiyono, 2015: 233).
Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah SD Bopkri III Demangan,
guru kelas 1, dan sejumlah siswa untuk memperoleh informasi terkait dengan
keberadaan alat peraga di Sekolah Dasar.
3.6.2 Observasi
Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan
jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung
(Sukmadinata. 2007: 220). Senada dengan Widi (2010: 236) observasi merupakan
suatu cara yang sangat bermanfaat, sistematik dan selektif dalam mengamati dan
mendengarkan interaksi atau fenomena yang terjadi. Sedangkan observasi
menurut Purwanto ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
pencatatan tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok
secara langsung (2009: 149). Schumck dalam Merler mengatakan bahwa
observasi sebagai sarana mengumpulkan data kulitatif, mencakup cermat
memperhatikan dan secara sistematis mencatat apa yang anda lihat dan didengar,
berlangsung dalam seting khusus (2014: 133).
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan observasi adalah suatu
kegiatan pengamatan dan pengumpulan data yang dilakukan pada saat kegiatan
belajar berlangsung. Observasi dilakukan kepada 3 siswa kelas I SD Bopkri
Demangan III.
3.6.3 Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dengan
memberikan beberapa pertanyaan kepada responden secara tertulis untuk dijawab
sesuai keadaan (Widoyoko, 2014: 154). Dengan adanya kontak langsung antara
peneliti dengan responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik,
sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data obyektif dan cepat
(Sugiyono, 2014: 193). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dibagi
menjadi tiga macam kuesioner yaitu kuesioner analisis kebutuhan, kuesioner uji
validitas produk untuk pakar dan guru, dan kuesioner untuk siswa pada uji coba
lapangan terbatas untuk siswa.
3.6.4 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang
(Sugiyono, 2011: 326). Senada dengan Djunaidi dan Fauzan (2014: 199)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Dokumen dapat dipahami sebagai setiap catatan tertulis yang berhubungan dengan
suatu peristiwa masa lalu, baik yang dipersiapkan maupun yang tidak
dipersiapkan untuk suatu penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
gambar dan video sebagai bukti dokumentasi. Bukti tersebut untuk memperkuat
hasil penelitian yang sudah diteliti.
3.6.5 Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, tringulasi digunakan pada saat mengelola
data yang sudah terkumpul melalui analisis kebutuhan. Tringulasi diartikan
sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2012: 241).
Data yang diolah menggunakan teknik tringulasi adalah data yang diperoleh dari
hasil observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Berikut adalah
penampakan bagan dari teknik tringulasi.
Bagan 3.4 Tringulasi Sumber Data
3.7 Validasi Produk
Dalam tahap validasi produk. Produk yang sudah diproduksi akan diuji
validasinya. Uji validitas produk ini menggunakan kuesioner untuk instrumen
Kuesioner
Wawancara
Observasi
Dokumentasi
Sumber data
sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
penilaiannya. Kuesioner yang digunakan akan menjadi panduan para ahli dalam
penilaian dan pemberian masukan terhadap produk yang dihasilkan. Validasi di
yang lakukan untuk mengetahui bahwa produk sudah layak digunakan. Uji
validasi dilakukan sebelum uji coba lapangan terbatas. Validasi dilakukan oleh
ahli pembelajaran Montessori, ahli pembelajaran bahasa, dan guru kelas I SD
Bopkri Demangan III. Hasil penilaian dari validasi produk berupa alat peraga
alfabet dan kartu bergambar menjadi dasar perbaikan. Produk yang sudah
divalidasi dan mengalami perbaikan siap untuk diuji coba lapangan terbatas di
sekolah penelitian.
3.8 Uji Coba Lapangan Terbatas
Uji coba lapangan terbatas dilakukan setelah peneliti melakukan setiap kali
pengamatan (observasi), wawancara, atau pada setiap kegiatan yang ada
hubungannya dengan kegiatan penelitian. Setelah kegiatan penelitian tersebut
tercipta produk yang sudah layak untuk digunakan. Produk tersebut berupa alat
peraga alfabet dan kartu bergambar atau nama montessorinya yaitu Individual
Reading Material (IRM) yang sudah dikembangkan dan Small Movable Alfabeth
(LMA) alat peraga Montessori yang digunakan untuk mendukung alat peraga kartu
bergambar. Produk berupa alat peraga alfabet dan kartu bergambar akan diuji
cobakan kepada sekelompok siswa berjumlah tiga siswa. Tiga siswa tersebut
merupakan siswa perempuan yang direkomendasikan guru dikarenakan nilai
siswa yang belum mencapai nilai kriteria siswa dan belum dapat membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
3.9 Teknik Analisis Data
3.9.1 Teknik Analisis Data Kuesioner
Teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah teknik analisis data
kualitatif. Penelitian dengan pendekatan kualitatif menekankan analisis proses dari
proses berfikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan
antarfenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan metode ilmiah
(Gunawan, 2013: 60). Penelitian kualitatif ditunjukan untuk memahami
fenomena-fenomena sosial dari sudut atau persepektif partisipan (Sukmadinata,
2008: 94). Partisipan adalah orang yang diajak berwawancara, diobservasi,
diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, dan persepsinya. Pemahaman
diperoleh melalui analisis berbagai keterkaitan dari partisipan. Data kualitatif
yang diperoleh berupa masukan para ahli, guru, dan siswa pada waktu validasi
instrumen penelitian sebelum digunakan dan validasi produk untuk mengetahui
kualitas produk. Data yang diperoleh menjadi acuan untuk memperbaiki
kekurangan instrumen penelitian dan produk. Analisis data berupa kuesioner
berisikan mengenai filosofi Montessori, ciri analisis data Montessori,
perkembangan anak. Kuesioner validasi produk dilakukan oleh ahli pembelajaran
Montessori, ahli pembelajaran bahasa Indonesia, guru dan siswa.
Berikut adalah kategori penskoran ditentukan berdasarkan aturan
pemberian skor dan klasifikasi hasil penilaian menurut Widoyoko (2014:144).
1. Skor pernyataan yang negatif kebalikan dari pernyataan yang positif
2. Jumlah skor tertinggi ideal = jumlah pernyataan atau aspek penilaian x
jumlah pilihan.
3. Skor akhir = (
x jumlah kelas interval
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
4. Jumlah kelas interval = skala hasil penilaian. Artinya jika
penilaianmenggunakan skala 4 maka hasil penilaian diklasifikasikan
menjadi 4 kelas interval.
5. Penentuan jarak interval (Ji) diperoleh dengan rumus:
Rumus 3.1 penentuan jarak interval
Keterangan : t = skor tertinggi ideal dalam skala
r = skor tertinggi ideal
Jk= jumlah kelas interval
Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dibuat klasifikasi hasil penelitian
dengan skala 4 sebagai berikut :
a. Skor tertinggi ideal = 4
b. Skor terendah ideal = 1
c. Jarak interval = (4-1) / 4 = 0,75
d. Klasifikasi hasil penilaian =
Tabel 3.4 Konversi data kuantitatif ke kualitatif
Interval skor Klasifikasi
3,25<x 4,00 Sangat baik
2,50<x 3,25 Baik
1,75<x 2,50 Kurang
1,00 x 1,75 Sangat kurang
Konversi skor tersebut menjadi acuan bagi peneliti untuk mengukur
kelayakan instrumen dari analisis kebutuhan, tes, dan penilaian kualitas produk
alat peraga. Konversi skor data untuk penilaian kelayakan instrumen dapat
dijelaskan melalui tabel sebagai berikut.
Ji=(t-r)/Jk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Tabel 3.5 Pengkategorian Skor Rerata Hasil Berdasarkan Hasil Validasi Ahli
Skor Bobot Interval skor Klasifikasi
4 Keseluruhan instrumen
sudah layak digunakan 3,25 <X Sangat baik
3
Keseluruhan instrumen
sudah layak digunakan
namun perlu perbaikan
2,50 <X Baik
2
Keseluruhan instrumen
kurang layak
digunakan
1,75 <X Cukup
1 Keseluruhan instrumen
tidak layak digunakan 1,00<X Kurang
Berdasarkan tabel diatas, instrumen dikatakan valid jika memperoleh hasil
rerata skor lebih besar 2,50 atau pada rentan skor 3 dengan interval skor antara
2,50 sampai 3,25 (kategori baik) yang menyatakan instrumen layak untuk
digunakan.
3.9.2 Teknik Analisis Uji Coba Terbatas
Pada saat melakukan uji coba lapangan peneliti memberikan pretest dan
posttest. Pretest dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi awal kemampua
siswa sedangkan posttest dilakukan untuk mengetahui kondisi akhir siswa setelah
melakukan rangkaian tugas penelitian. Berikut adalah rumus perhitungan pretest
dan posttest
Rumus 3.2 Nilai pretest dan posttest
Nilai tes =
x 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Langkah berikutnya yaitu menghitung perbedaan nilai pretest dan posttest.
Rumus 3.3 Perbedaan nilai pretest dan posttest
Rumus 3.4 Rata-rata perbedaan nilai pretest dan posttest
Perbedaan nilai= (nilai posttest – nilai pretest)
Perbedaan nilai=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan proses persiapan dan pelaksanaan penelitian. Uraian
tersebut meliputi (1) Hasil dan (2) Pembahasan.
4.1 Hasil penelitian
Dalam hasil penelitian ini menguraikan proses penelitian dari persiapan
sampai pelaksanaan. Uraian tersebut meliputi (1) Potensi Masalah (2)
Perencanaan (3) Pengembangan Desain (4) Validasi Produk, dan (5) Uji Coba
Lapangan Terbatas.
4.1.1 Potensi dan Masalah
Potensi masalah dikaji dengan mengidentifikasi masalah yang terjadi di
lapangan.
4.1.1.1 Indentifikasi Masalah
Pada tahap awal peneliti mengidentifikasi permasalahan terkait dengan
kesulitan belajar membaca yang dialami oleh siswa. Peneliti melakukan analisis
kebutuhan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, kuesioner dan
dokumentasi. Pembagian kuesioner dan wawancara dilakukan kepada kepala
sekolah, guru, dan sekelompok siswa. Wawancara dilakukan untuk mengetahui
permasalan yang terjadi di sekolah dengan menggunakan pedoman wawancara.
Observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif, yaitu peneliti hanya sebagai
pengamat dan tidak ikut serta dalam kegiatan pembelajaran. Kuesioner yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
dibuat disusun berdasarkan aspek-aspek yang berkaitan dengan kebutuhan siswa.
Berikut adalah instrumen-instrumen yang akan digunakan.
4.1.1.1.1 Wawancara
Wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara tidak terstruktur.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono, 2011: 140). Dalam wawancara
tidak terstruktur memungkinkan peneliti untuk menggali lebih dalam mengenai
informasi subjek yang diteliti (Sugiyono, 2014: 320). Subjek yang diteliti yaitu
kepala sekolah, guru, dan siswa. Peneliti melakukan wawancara di SD Bopkri
Demangan III kepada kepala sekolah, guru dan siswa. Berikut merupakan kisi-kisi
pertanyaan berupa hasil wawancara yang diajukan dalam wawancara kepala
sekolah, guru kelas I, dan siswa yang dapat dilihat pada tabel 4.1, 4.2, 4.3, 4.4,
4.5, 4.6
Tabel 4.1 Kisi-Kisi Pertanyaan Wawancara Kepala Sekolah
No Topik Pertanyaan
1. Informasi berkaitan dengan sekolah
2. Ketersediaan alat peraga di sekolah antara lain :
a. Alat peraga bahasa Indonesia yang sudah ada di sekolah
b. Pengadaan alat peraga bahasa Indonesia di sekolah
3. Penggunaan alat peraga bahasa Indonesia di sekolah
4. Penelitian yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan alat peraga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Tabel 4.2 Hasil Wawancara Terhadap Kepala Sekolah
No. Topik pertanyaan Hasil
1 Informasi berkaitan dengan
sekolah
Sekolah menyediakan alat peraga
pembelajaran tetapi lebih banyak pada
bidang Matematika dan IPA.
2 Ketersediaan alat peraga di
sekolah antara lain :
a. Alat peraga bahasa
Indonesia yang sudah
ada di sekolah
b. Pengadaan alat
peraga bahasa
Indonesia di sekolah
Alat peraga bahasa Indonesia biasanya
sekolah mengikuti dengan materi
pembelajarannya.
Juga terdapat di dalam materi
pembelajaran kami mengikuti petunjuk
dari buku.
3 Penggunaan alat peraga bahasa
Indonesia di sekolah
Penggunaan alat peraga bahasa
Indonesia digunakan sesuai dengan
kondisi kelas.
4 Penelitian yang pernah dilakukan
di sekolah berkaitan dengan alat
peraga.
Sekolah ini pernah melakukan penelitian
tetapi sejauh ini belum ada yang
meneliti tentang alat peraga.
Hasil wawancara kepada kepala sekolah menunjukan bahwa sekolah
belum mempunyai alat peraga bahasa Indonesia yang lengkap dalam proses
pembelajaran. Alat peraga yang digunakan sekolah masih terbatas untuk
pembelajaran bahasa Indonesia. Alat peraga yang banyak dimiliki sekolah
berkaitan dengan mata pelajaran matematika dan IPA. Penggunaan alat peraga
juga tergantung kepada guru kelas yang mengetahui situasi kebutuhan alat peraga
di kelas.
Tabel 4.3 Kisi-Kisi Pertanyaan Wawancara Guru
No Topik pertanyaan
1 Ketersediaan alat peraga di sekolah antara lain :
a. Alat peraga bahasa Indonesia yang sudah ada di sekolah
b. Pengadaan alat peraga bahasa Indonesia di sekolah
2 Penggunaan alat peraga bahasa Indonesia di sekolah
3 Kesulitan yang dialami guru dalam menyampaikan materi pembelajaran bahasa
Indonesia
4 Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia
5 Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan – kesulitan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Tabel 4.4 Hasil Wawancara Terhadap Guru Kelas I
No. Topik pertanyaan Hasil
1 Ketersediaan alat peraga di sekolah antara
lain :
a. Alat peraga bahasa Indonesia
yang sudah ada di sekolah
b. Pengadaan alat peraga bahasa
Indonesia di sekolah
Alat peraga yang digunakan
sangat terbatas. Alat peraga
yang digunakan hanya
dalam kondisi tertentu.
Misalnya ketika di dalam
mata pelajaran bahasa
Indonesia ada materi yang
menunjukan untuk
membuat sesuatu dan siswa
membuatnya sendiri.
2 Penggunaan alat peraga bahasa Indonesia
di sekolah
Penggunaan alat peraga
bahasa Indonesia digunakan
sesuai dengan kondisi kelas.
3 Kesulitan yang dialami guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran
bahasa Indonesia
Pada saat menjelaskan suatu
materi misalnya pada mata
pembelajaran membaca dan
siswa yang belum dapat
membaca tertinggal
sehingga guru harus
memberikan jam pelajaran
khusus kepada siswa yang
belum bisa membaca
setelah pulang sekolah.
4 Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia
Kesulitan yang dialami
siswa ketika pembelajaran
membaca.
5 Usaha yang dilakukan untuk mengatasi
kesulitan – kesulitan tersebut.
Memberikan jam
pembelajaran khusus untuk
siswa yang belum bisa
membaca
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada guru kelas I telah
memperoleh siswa yang merasa kesulitan dalam materi pembelajaran membaca.
Ketika pembelajaran dikelas, siswa yang belum dapat membaca tidak dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik karena kesulitan dalam mengikuti
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Tabel 4.5 Kisi-Kisi Pertanyaan Wawancara Siswa Kelas I
No Topik pertanyaan
1 Tanggapan terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di kelas.
2 Penggunaan alat peraga yang digunakan untuk pembelajaran bahasa Indonesia
3 Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia
Tabel 4.6 Hasil Wawancara Siswa Kelas I
No. Topik pertanyaan Hasil
1 Tanggapan terhadap pembelajaran
bahasa Indonesia di kelas.
- Beberapa siswa merasa
kesusahan dalam mengikuti
pembelajaran dikarenakan
bingung tidak bisa membaca.
- Ketika menjawab soal siswa
mengatakan bahwa siswa
menyontek jika tidak ketahuan
guru.
2 Penggunaan alat peraga yang
digunakan untuk pembelajaran
bahasa Indonesia
Siswa hanya menyebutkan papan tulis,
penggaris, kapur dan buku
3 Kesulitan belajar yang dialami siswa
dalam pembelajaran bahasa
Indonesia
Membaca
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada siswa kelas I SD Bopkri
Demangan III Yogyakarta beberapa siswa merasa kesulitan dalam mengikuti
pembelajaran. Kesulitan dalam membaca materi maupun soal yang diberikan.
Dalam wawancara kesuluruhan dapat disimpulkan bahwa ketersediaan dan
penggunaan alat peraga di kelas masih terbatas dan pengunaan alat peraga dalam
pembelajaran bahasa Indonesia belum terpenuhi dengan baik. Siswa
membutuhkan pembelajaran yang menarik sehingga memacu minat siswa dalam
belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
4.1.1.1.2 Hasil Observasi
Observasi yang peneliti gunakan adalah observasi nonpartisipan.
Observasi nonpartisipan dalam artian peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai
pengamat idependen (Sugiyono, 2011: 145). Peneliti melakukan observasi pada
saat pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung. Pengamatan dilakukan
berdasarkan pada kisi-kisi observasi sehingga pengumpulan data akan sesuai
dengan kebutuhan. Berikut adalah observasi pembelajaran di kelas.
Tabel 4.7 Kisi-Kisi Observasi
No
Item Kisi-kisi observasi Objek yang diamati
1 Ketersediaan alat peraga
bahasa Indonesia di kelas
Adanya alat peraga yang
didisplay seperti kartu
bergambar untuk membantu
siswa dalam mengenal kata.
2 Penggunaan alat peraga dalam
pembelajaran bahasa
Indonesia di kelas
Pada saat pembelajaran tidak
terdapat alat peraga yang
dipakai.
3 Kesulitan belajar yang dialami
siswa dalam pembelajaran
bahasa Indonesia
Siswa sulit mengikuti
pembelajaran ketika guru
meminta siswa untuk
membaca.
4 Cara penggunaan alat peraga
bahasa di kelas
Pada saat pembelajaran tidak
terdapat alat peraga yang
dipakai.
Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh peneliti memberikan
kesimpulan bahwa siswa masih mengalami kesulitan mengikuti pembelajaran
membaca. Siswa terlihat pasif dan guru lebih dominan dalam proses
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
4.1.1.2 Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan salah satu langkah penelitian yang
mencangkup kebutuhan yang diperlukan dalam suatu penelitian. Analisis
kebutuhan yang diperlukan dikumpulkan melalui teknik wawancara, observasi
dan kuesioner. Pelaksanaan pengumpulan data akan kebutuhan alat peraga
dilakukan pada siswa kelas I SD Bopkri Demangan III Yogyakarta.
4.1.1.2.1 Instrumen Analisis Kebutuhan
Instrumen analisis kebutuhan dibuat berjumlah 10 pertanyaan yang
mencangkup indikator karakteristik alat peraga. Karakteristik alat peraga yaitu
auto-education, auto-correction, kontektual, menarik, dan bergradasi. Instrumen
yang telah dibuat kemudian di uji validasi. Uji validasi dilakukan oleh ahli bahasa.
Setelah diuji validasi instrumen analisis kebutuhan berupa kuesioner dan
wawancara diberikan kepada guru dan siswa SD Bopkri Demangan III
Yogyakarta. Instrumen tersebut diberikan guna untuk mengetahui kebutuhan yang
diperlukan. Kuesioner disusun berdasarkan dua aspek yang berkaitan dengan
desain alat peraga yang akan diproduksi yaitu karakteristik alat peraga Montessori
dan karakteristik siswa. Kuesioner disusun berdasarkan pada kelima karakteristik
alat peraga Montessori dan menghasilkan 10 item kuesioner. Penggunaan bahasa,
tata tulis, dan format penyajian dalam kuesioner disusun berdasarkan analisis
perkembangan siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
4.1.1.2.1.1 Hasil Uji Validasi Instrumen Analisis Kebutuhan
4.1.1.2.1.1.1 Pedoman Wawancara dan Lembar Observasi
Pedoman wawancara dan lembar observasi yang digunakan sebagai alat
pengumpulan data ini diadaptasi melalui penelitian dari Elfrida Fetra (2015).
4.1.1.2.1.2 Uji Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa
4.1.1.2.1.2.1 Hasil Validasi Oleh Ahli Pembelajaran Bahasa Indonesia
Validasi kuesioner analisis kebutuhan siswa dilakukan untuk mengetahui
kelayakan instrumen yang akan disebarkan. Uji validasi dilakukan oleh dua ahli
pembelajaran bahasa yaitu kepada dosen Pendidikan Bahasa Sasrta Indonesia
(PBSI) Universitas Sanata Dharma. Penilaian dan komentar ditunjukan untuk
mengetahui keterbacaan penulisan kalimat pada pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan. Pada setiap item pertanyaan bahasa yang digunakan sesuai dengan
bahasa siswa. Penyesuaian dilakukan untuk mempermudah siswa dalam mengerti
dan menjawab setiap pertanyaan yang telah disediakan sehingga data yang
diinginkan tercapai. Berikut adalah hasil dari validasi kuesioner kebutuhan siswa
yang dilakukan oleh ahli bahasa.
Tabel 4.8 Skor Validasi oleh Ahli Pembelajaran Bahasa Indonesia
Analisis kebutuhan siswa
Ahli
Bahasa
Indonesia
Skor item pernyataan Total Rerata Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 Sangat baik
2 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 38 3,8 Sangat baik
Rerata 3.9 Sangat baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Hasil penilaian oleh para ahli pembelajaran bahasa Indonesia menunjukan
hasil dengan kategori “Sangat baik”. Skor yang telah diperoleh dari dua ahli
bahasa tersebut adalah 4 dan 3,8. Rerata yang diperoleh dari dua ahli memiliki
skor 3,9 dengan kategori “Sangat baik”. Instrumen yang telah diuji oleh ahli
bahasa dengan perolehan kategori “Sangat baik” sudah layak untuk digunakan.
Terdapat komentar yang diberikan oleh ahli guna untuk memperbaiki kekurangan
yang terdapat pada kuesioner analisis kebutuhan. Komentar dapat dilihat di tabel
4.10
Tabel 4.9 Komentar Validasi Analisis Kebutuhan Siswa oleh Bahasa Indonesia
Ahli Nomor
item Komentar perbaikan
Dosen I
5 Pernyataan dan pertanyaan
terlalu bertedensi Tidak ada
perbaikan dalam
kuesioner namun
guru mendampingi
saat mengisi
lembar kuesioner
7
Agak membingungkan jika
diisi oleh siswa, perlu
penjelasan dan tuntutan dalam
mengisi kuesioner
Guru - - -
Hasil komentar yang diberikan oleh dosen ahli menjadi dasar perbaikan
untuk instrumen analisis kebutuhan.
4.1.1.2.1.4 Hasil Uji Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru
Uji validasi instrumen kuesioner analisis kebutuhan guru dilakukan oleh
para ahli bahasa dan guru. Terdapat tiga pakar untuk melakukan uji validasi
tersebut. Berikut adalah hasil uji validasi kuesioner analisis kebutuhan guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Tabel 4.10 Uji Validasi Oleh Ahli Bahasa Indonesia
Analisis kebutuhan guru
Ahli
bahasa
Indonesia
Skor item pertanyaan Total Rerata Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 Sangat baik
2 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 35 3.5 Sangat baik
Rerata 37,5 3,75 Sangat baik
Berdasarkan tabel diatas hasil uji validasi oleh ahli bahasa Indonesia
menunjukan hasil rerata 3,75 dengan kategori “Sangat baik”.
4.1.1.2.2 Hasil Penyebaran Analisis Kebutuhan
4.1.1.2.2.1 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa
Hasil kuesioner analisis kebutuhan digunakan untuk menjadi acuan
pengembangan alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Berikut adalah
hasil rekapitulasi kuesioner analisis kebutuhan siswa.
Tabel 4.11 Rekapitulasi Analisis Kebutuhan Siswa
No Pertanyaan Responden Persentase
1 Apakah bapak/ibu gurumu pernah
menggunakan alat peraga dalam pelajaran
Bahasa? 8 44,4%
(….) Pernah
(….) tidak pernah 10
55,5%
2 Seperti apakah belajar yang kamu suka?
14 77,7% (….)belajar bahasa menggunakan alat
peraga
(…)belajar bahasa tidak menggunakan alat
peraga 4 22,2%
3 Apakah kamu pernah menggunakan benda-
benda yang ada di sekitarmu untuk belajar
bahasa? 13 72,2%
(….) Pernah
(….) tidak pernah 5 27,7%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
4 Manakah bahan pembuatan alat peraga
yang kamu suka?
(...) gambar 8 44,4%
(...) papan tulis 6 33,3%
(...) kayu
4 22,2%
5 Menurutmu apakah pemberian warna pada
alat peraga membuat alat peraga tersebut
lebih menarik? 17 94,4%
(…) Ya
(…) Tidak 1 5,55%
6 Warna yang seperti apa yang kamu suka
untuk alat peraga? 4 22,2%
(...) gelap
(...) cerah 14 77,7%
7 Apakah kamu lebih suka jika alat peraga
yang sama bisa digunakan untuk sub topik
dalam kelas yang sama? 14 77,7%
(…) ya
(…) tidak 4 22,2%
8 Jika dilihat dari beratnya, alat peraga
bahasa manakah yang sesuai kamu
gunakan?
(…) ringan 9 50%
(…) sedang 4 22,2%
(…) berat 5 27,7%
9 Manakah yang lebih kamu suka ketika
belajar bahasa?
(…) saat belajar bahasa saya mengetahui
kesalahan saya sendiri melalui alat peraga
yang saya gunakan.
17 94,4%
(…) saat belajar bahasa menggunakan alat
peraga, saya mengetahui kesalahan saya
karena diberitahu guru atau teman. 1
5,55%
10 Apakah penggunaan alat peraga dapat
membantumu untuk menemukan jawaban
yang benar? 17 94,4%
(…) ya
(…) tidak 1 5,55%
Hasil rekapitulasi analisis kebutuhan siswa yang terdapat dalam tabel 4.15
menunjukan bahwa 44,4% siswa belum pernah menggunakan alat peraga dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Sedangkan sebanyak 77,7% siswa menyukai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
kegiatan belajar menggunakan alat peraga dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Item nomer lima menyatakan sebanyak 94,4% siswa memiliki ketertarikan
terhadap alat peraga yang meiliki warna warni. Hal ini menjadi acuan peneliti
untuk menghasilkan alat peraga yang memiliki warna yang menarik. Didukung
dengan item nomer enam sebanyak 77,7% siswa menyukai alat peraga yang
memiliki warna cerah. Dalam item nomer Sembilan siswa sebanyak 94,4% ingin
mengetahui kesalahan yang diperbuat saat belajar bahasa Indonesia dengan
menggunakan alat peraga bahasa. Rekapitulasi tersebut menjadi dasar untuk
pengembangan alat peraga berbasis metode Montessori. Kesesuaian alat peraga
terhadap kebutuhan siswa akan membantu siswa untuk mengatasi kesulitan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
4.1.1.2.2.2 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru
Hasil kuesioner analisis kebutuhan guru digunakan untuk menjadi acuan
pengembangan alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Berikut adalah
hasil rekapitulasi kuesioner analisis kebutuhan siswa.
Tabel 4.12 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru
No Pertanyaan Responden Persentase
1 Apakah bapak dan ibu pernah
menggunakan alat peraga dalam
pembelajaran bahasa Indonesia?
(…) Pernah 2 100%
(…) Tidak pernah 0 0
2 Apakah pengunaan alat peraga dapat
membantu siswa memahami materi pada
pembelajaran bahasa?
(…) Ya 2 100%
(…) Tidak 0 0
3 Apakah bapak/ibu berniat untuk membuat
alat peraga bahasa sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
memanfaatkan bahan-bahan di lingkungan
sekitar?
(….) berniat. Alasan... 2 100%
(….) tidak berniat. Alasan... 0 0
4 Manakah bahan pembuatan alat peraga
yang bapak/ibu suka?
(….) kayu 0 0
(....) besi 0 0
(…) kertas 2 100%
(….) lainnya, sebutkan...
5
Menurut bapak/ibu apakah pemberian
warna pada alat peraga membuat alat
peraga tersebut lebih menarik?
(….) ya 2 100%
(….) tidak 0 0
6 Warna seperti apa yang bapak/ibu suka
untuk alat peraga?
(….) gelap
Sebutkan contoh warnanya... 0 0
(….) cerah
Sebutkan contoh warnanya... 2
100%
7 Menurut anda bagaimana cakupan fungsi
dari satu alat peraga yang baik?
(….) 1 alat peraga hanya untuk satu materi.
Alasan: ... 0 0
(….) alat peraga untuk lebih dari satu
materi.
Alasan: ...
2 100%
8 Jika dilihat dari beratnya, alat peraga
bahasa manakah yang bapak/ibu suka?
*Pilih salah satu
(….) Ringan (<1,5 kg) 2 100%
(….) Sedang (1,5-3kg) 0 0
(….)Berat (>3kg) 0 0
9 Bagaimana kriteria alat peraga yang
berkualitas?
(….) dapat membantu siswa menyadari
kesalahannya sendiri.
Alasan: ...
2 100%
(….) tidak dapat membantu siswa
menyadari kesalahannya sendiri.
Alasan : ...
0 0
10 Apakah penggunaan alat peraga dapat
membantu siswa untuk lancar membaca?
(….) ya 2 100%
(….) tidak 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Hasil rekapitulasi yang terdapat pada tabel 4.15 pada item pertama
sebanyak 100% guru telah menggunakan alat peraga pada pembelajaran bahasa
Indonesia. Hal ini berbeda dengan analisis kebutuhan siswa sebanyak 55,5% yang
menyatakan guru tidak pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran
bahasa indonesia. Item ketiga sebanyak 100% guru berniat untuk membuat alat
peraga bahasa sesuai dengan memanfaatkan bahan-bahan di lingkungan sekitar.
Hal ini baik dilakukan untuk menambah kreatifitas guru dalam menyampaikan
pembelajaran melalui bahan-bahan di sekitar lingkungan sekolah. Item kelima
sebanyak 100% guru setuju terhadap pemberian warna pada alat peraga. Hasil
rekapitulasi guru menjadi acuan peneliti untuk mengembangkan alat peraga
berbasis metode Montessori sesuai dengan kebutuhan siswa.
4.1.2 Perencanaan
4.1.2.1 Instrumen tes
Instrumen tes dibuat berdasarkan indikator pada materi
membaca.Instrumen tes yang peneliti buat berjumlah 30 soal yang divalidasi oleh
ahli.Tahapan instrumen tes mencangkup tiga tahapan uji validasi oleh ahli bahasa
Indonesia, guru dan uji keterbacaan oleh siswa. Instrumen tes yang sudah
diperbaiki akan digunakan untuk pretest dan posttest.
4.1.2.1.1 Uji Validasi Isi oleh ahli Bahasa Indonesia
Uji validasi isi oleh ahli pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan oleh
dosen pendidikan bahasa sastra Indonesia (PBSI) dan dosen pendidikan guru
sekolah dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma. Masukan yang diberikan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
ahli menjadi dasar perbaikan instrumen agar instrumen siap untuk digunakan.
Berikut adalah hasil uji validasi oleh ahli bahasa Indonesia.
Tabel 4.13 Validasi Instrumen Tes oleh Ahli Bahasa Indonesia
Ahli
Bahasa
Komponen penilaian Total Rerata Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 38 3,8 Sangat baik
2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 39 3,9 Sangat baik
Rerata 3,85 Sangat baik
Berdasarkan hasil validasi ahli oleh ahli bahasa Indonesia menunjukan
bahwa komponen instrumen tes sebesar 3,85masuk dalam kategori “sangat baik”.
Ahli memberikan komentar untuk memperbaiki penggunaan kalimat pada
petunjuk pengerjaan disederhanakan agar siswa dapat mengerti tujuan yang
dilakukan.
4.1.2.1.2 Uji Validasi Isi Oleh Guru
Uji validasi juga dilakukan oleh guru kelas I. guru melakukan penilaian
dengan pedoman skor berdasarkan indikator.Berikut adalah tabel uji validasi oleh
guru.
Tabel 4.14 Validasi Instrumen Tes oleh Guru
Ahli
Bahasa
Komponen penilaian Total Rerata Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39 3,9 Sangat baik
Rerata 3,9 Sangat baik
Berdasarkan hasil validasi instrumen tes oleh guru memperoleh rerata 3,9
dengan kategori “sangat baik”. Komentar yang diberikan oleh guru yaitu
kurangnya pemberian penjelasan terhadap soal tes.Penggunaan soal kata yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
diberikan juga harus diperhatikan.Komentar tersebut menjadi acuan peneliti untuk
memperbaiki soal tes agar layak untuk digunakan.
4.1.2.1.3 Uji Keterbacaan Siswa
Uji keterbacaan siswa dilakukan setelah melakukan validasi instrumen
soal oleh ahli.Uji keterbacaan pada siswa dilakukan untuk mengetahui tingkat
kemudahan dan kesulitan dari bahan bacaan.Uji keterbacaan dilakukan pada siswa
kelas I di SD Bopkri Demangan III Yogyakarta. Uji keterbacaan dilakukan
melalui pemahaman siswa dalam membaca soal yang diberikan.
4.1.2.2 Kuesioner Kelayakan Produk
Pertanyaan dalam instrumen kuesioner mencangkup 10 aspek penilaian
yang berdasarkan pada lima karakteristik alat peraga. Kuesioner kelayakan produk
divalidasi terlebih dahulu oleh para ahli montessori, bahasa Indonesia dan guru
serta diuji keterbacaannya oleh siswa. Sebelum Instrumen kuesioner dibagikan
kepada responden terdapat perbaikan dan saran yang diberikan oleh para
validator.Perbaikan tersebut sebagai acuan kelayakan dalam pengisian kuesioner
kelayakan produk.Setelah kuesioner sudah diperbaiki kuesioner siap untuk
digunakan.
4.1.2.2.1 Hasil Uji Kelayakan Kuesioner Produk Oleh Ahli
Uji validasi produk ahli akan dilakukan oleh ahli bahasa. Pengujian
dilakukan untuk mengetahui kualitas penggunaan bahasa yang digunakan dalam
instrumen kuesioner produk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
4.1.2.2.1.1 Hasil Uji Validasi Produk Oleh Ahli Bahasa
Uji validasi oleh ahli bahasa diperlukan untuk mengetahui kelayakan
kuesioner produk. Kelayakan kuesioner tersebut dimaksudkan dengan kesesuaian
penggunaan bahasa dengan tujuan yang akan dicapai. Berikut adalah hasil uji
validasi produk oleh ahli bahasa.
Tabel 4.15 Hasil Kuesioner Validasi Produk Ahli
Kelayakan kuesioner validasi produk ahli
Ahli
bahasa
Skor item pernyataan Total Rerata Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 37 3,7 Sangat
baik
Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui validasi produk oleh ahli
memiliki rerata sebesar 3,7 dengan kategori sangat baik. Hasil tersebut
menunjukan bahwa kuesioner validasi produk layak untuk digunakan.
4.1.2.2.1.2 Hasil Uji Keterbacaan Produk oleh Siswa
Uji validasi produk dilakukan oleh siswa kelas I SD Bopkri Demangan III.
Uji keterbacaan dilakukan oleh beberapa siswa kelas I SD Bopkri Demangan III
yang memiliki diatas, ditengan dan dibawah nilai kkm. Pengjian ini dilakukan
untuk mengukur kepemahaman siswa dalam memahami penggunaan album
peraga dan penggunaan alat peraga. Penilaian dapat dilihat melalui dokumentasi
yang dilampirkan oleh peniliti. Dari tanggapan siswa yang telah menggunakan
alat peraga Individual Reading Learning (IRM) dan Small Movable Alfabeth
(SMA) dapat disimpulakan,siswa menikmati pembelajaran pada saat
menggunakan alat peraga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
4.1.3 Pengembangan Desain
Pengembangan desain terdiri dari proses pengembangkan alat peraga
montessori beserta album alat peraga Montessori.
4.1.3.1 Konsep Pengembangan Alat Peraga
Alat peraga yang peneliti kembangkandisebut dengan alat peraga alfabet
dan kartu bergambar yang peneliti kembangan melalui alat peraga berbasis
Montessori yaitu alat peraga Individual Reading Material (IRM) dan Small
Material Alfabeth (SMA). Individual Reading Material (IRM) adalah alat peraga
membaca individu yang ideal untuk praktik membaca. Alat peraga ini berisi 100
kartu yang terbuat dari kayu dengan ilustrasi warna warni benda sederhana dengan
stiker untuk membaca dan dicocokkan. Material ini dirancang untuk mengkoreksi
diri sendiri yang memungkinkan pekerjaan mandiri. Disertai dengan baki
beechwood (Nienhuis Catalogue English 2013: 96). Sedangkan alat peraga Small
Material Alfabeth (SMA) yaitu alat peraga yang terdiri dari huruf vokal dan huruf
konsonan. Alat peraga Small Material Alfabeth (SMA) disertakan untuk
membantu siswa dalam menyusun huruf-huruf yang digunakan dalam kartu
bergambar menjadi sebuah kata dan kalimat.
Gambar 4.1 Individual Reading Material (IRM)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Gambar 4.2 Small Material Alfabeth (SMA).
Kedua alat peraga Montessori tersebut peneliti kembangkan menjadi
alat peraga kartu bergambar dan stik kartu bergambar.
4.1.3.1.1 Desain Alat Peraga
Pada tahap awal pengembangan alat peraga Montessori dimulai dengan
membuat desain alat peraga. Pengembangan yang dilakukan dapat dilihat dari
jumlah kartu dan penambahan alat peraga berupa alat peraga Small Movable
Alfabet (SMA) yang digunakan untuk mendukung latihan praktik membaca. Alat
peraga kartu bergambar terdiri dari 147 kartu kayu. Masing-masing kartu kayu
memiliki stiker warna yang membedakan jenis-jenis kegunaan pada kartu
tersebut. Stiker warna tersebut terdiri dari :
1. warna ungu = kata kerja,
2. warna hijau = sayur-sayuran,
3. warna hitam = macam-macam warna,
4. warna kuning = hewan liar,
5. warna merah = transportasi,
6. warna putih = angka,
7. warna merah jambu = keluarga besar,
8. warna jingga = buah-buahan,
9. warna cream = peralatan sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Gambar dibawah ini merupakan desain alat peraga kartu bergambar, stik
kartu bergambar dan alat peraga alfabet.
Gambar 4.3 Desain Sekat Kartu Bergambar, Kartu Bergambar, Dan Kartu Koreksi
Gambar 4.4 Desain Wadah Kartu Bergambar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Gambar 4.5 Desain Stik Kartu Bergambar
Gambar 4.6 Desain Wadah Alfabet
Gambar 4.7 Desain Alfabet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Diatas adalah gambar desain serta ukuran-ukurannya yang terdapat pada
alat peraga. Desain alat peraga dirancang selengkap mungkin untuk
mempermudah pembuatan alat peraga.
4.1.3.1.2 Desain Album Alat Peraga
Desain album alat peraga berisi mengenai garis-garis besar penggunaan
album alat peraga. Terdapat indikator dan empat tahap penggunaan alat peraga
yang pertama, pengenalan alat peraga dengan submateri pengenalan fungsi alat.
Tahap kedua masuk dalam pengantar satu dengan submateri membaca satu kata.
Tahap ketiga yaitu pengantar dua dengansubmateri mengeja satu kata.Tahap
terahkir yaitu pengantar tiga dengan submateri menyusun dan membaca satu kata.
Dibawah ini adalah desain cover album alat peraga.
Gambar 4.8 Desain Cover album alat peraga alfabet dan kartu bergambar .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
4.1.3.2 Pembuatan Alat Peraga dan Album
4.1.3.2.1 Pembuatan Produk
Pembuatan alat peraga dilakukan pada tiga tempat yang berbeda.
Pembuatan wadah alfabet dan kartu bergambar dilakukan di pak muhibat yang
bertempat di daerah bantul.Sedangkan untuk pembentukan alat peraga alfabet
berupa huruf-hurufnya dilakukan di mandiri craf yang bertempat di daerah jalan
parangtritis. Untuk pembuatan stiker pada kartu kayu dilakukan di mangrove
printing di sekitar daerah UNY.
Dalam pembuatan wadah kartu bergambar, wadah alfabet dan stik kartu
bergamabar peneliti melakukan pengecekan pembuatan untuk mengetahui proses
pembuatan sehingga ketika dalam pembuatan alat peraga tersebut merasa ada
kekurangan peneliti dapat memperbaikinya. Begitu pula untuk pembuatan alfabet
yang dilakukan di mandiri craf peneliti pun melakukan pengecekan. Untuk
pembuatan stiker kartu bergambar pertama-tama peneliti mengumpulkan kata-
kata yang akan digunakan untuk membuat kartu bergambar. Setelah semuanya
terkumpul peneliti mendesain kata-kata tersebut menjadi stiker yang dilakukan di
mangrove printing. Berikut adalah wujud alat peraga kartu bergambar dan alfabet
setelah dibuat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Gambar 4.9 Alat peraga kartu bergambar
Gambar 4.10 Stik Kartu Bergambar
Gambar 4.11 Alfabet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Kartu bergambar yang terdiri dari 147 kartu kayu memiliki beberapa jenis
kartu bergambar yang dibedakan oleh warna. Berikut adalah keterangan beberapa
warna tersebut.
Tabel 4.16 Jenis Nama-Nama Pada Kartu Bergambar
Warna Nama pada kartu Jumlah kartu
Ungu Kata kerja 10
Hijau Sayur –sayuran 19
Hitam Warna 10
Kuning Hewan liar 22
Biru muda Hewan peliharaan 10
Merah Transportasi 16
Putih Angka 10
Merah jambu Keluarga 6
Jingga Buah- buahan 28
Cream Peralatan sekolah 13
4.1.3.2.2 Pembuatan Album Alat Peraga
Album alat peraga berisi tentang langkah-langkah penggunaan alat peraga
alfabet dan kartu bergambar. Terdapat empat tahap penggunaan alat peraga yang
pertama, pengenalan alat peraga dengan submateri pengenalan fungsi alat. Tahap
kedua masuk dalam pengantar satu dengan submateri membaca satu kata. Tahap
ketiga yaitu pengantar dua dengan submateri mengeja satu kata. Tahap terahkir
yaitu pengantar tiga dengan submateri menyusun dan membaca satu kata.
4.1.4 Validasi Produk
4.1.4.1 Validasi alat peraga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Setelah pembuatan alat peraga sudah selesai, alat yang sudah jadi
kemudian divalidasi. Validasi alat peraga alfabet dan kartu bergambar dilakukan
oleh ahli pembelajaran bahasa Indonesia yaitu dosen Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia (PBSI) Universitas Sanata Dharma dan guru kelas I SD Bopkri
Demangan III.
4.1.4.1.1 Hasil Validasi Produk oleh Ahli Pembelajaran Montessori
Peneliti memberikan kuesioner kepada ahli pembelajaran Montessori
yang berisi aspek penilaian berdasarkan karakteristik alat peraga untuk divalidasi.
Berikut ini adalah hasil dari validasi produk oleh ahli pembelajaran Montessori.
Tabel 4.17 Hasil Validasi Produk oleh Ahli Pembelajaran Montessori
No Validator Aspek penilaian
Total Rerata Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Dosen 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 3 Baik
Bedasarkan hasil rekapitulasi validasi keseluruhan menunjukan rerata
sebesar 30 dengan kategori “ baik”. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa produk
sudah layak untuk digunakan.
4.1.4.1.1 Hasil Validasi Produk Oleh Guru
Peneliti memberikan kuesioner kepada guru kelas I SD Bopkri Demangan
III yang berisi aspek penilaian berdasarkan karakteristik alat peraga untuk
divalidasi. Berikut ini adalah hasil dari validasi produk oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Table 4.18 Hasil Validasi Produk oleh Guru
No Validator Aspek penilaian
Total Rerata Kategori 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Guru
kelas I 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 38 3,8
Sangat
baik
Bedasarkan hasil validasi keseluruhan menunjukan rerata sebesar 3,8
dengan kategori “sangat baik”. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa produk
sudah layak untuk digunakan.
4.1.4.2 Analisis I
4.1.4.2.1 Hasil Rekapitulasi Validasi Produk Ahli Dan Guru
Hasil rekapitulasi validasi produk yang dilakukan oleh ahli dan guru
dirakum dalam tabel berikut.
Tabel 4.19 Hasil Rekapitulasi Validasi Produk Ahli Dan Guru
N
o Validator
Skor item pertanyaan Total Rerata Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
Ahli
Pembelajaran
Montessori
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 3 baik
2
Guru kelas I
SD Bopkri
Demangan
III
3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 38 3,8 Sangat baik
Rerata 34 3,4 Sangat baik
Hasil rerata yang diperoleh dari validasi produk memiliki skor 3,4 jika
nilai tersebut dikonversikan, maka masuk dalam kategori sangat baik.Dari hasil
tersebut menandakan bahwa alat peraga yang dikembangan sudah layak
digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
4.1.5 Uji Coba Lapangan Terbatas
Uji coba lapangan terbatas dilakukan kepada subjek penelitian yang
berjumlah 3 siswa kelas I SD Bopkri Demangan III. Penelitian dilakukan di
ruang belajar yang berada di deket UKS menjadi tempat untuk melakukan uji
coba. Pertemuan diadakan selama 2 kali seminggu pada saat sepulang sekolah
dengan hari yang ditentukan guru kelas. Kegiatan dilakukan dengan durasi 60
menit atau satu jam pelajaran. Pertemuan pertama peneliti melakukan pretest
dilanjutkan dengan memperkenalkan alat peraga alfabet dan kartu bergambar
dengan siswa menyebutkan lambang bunyi huruf yang membentuk kata: bus, ular,
bapak, semangka, jagung dan kuning yang terdapat pada alat peraga kartu
bergambar.
Pada saat hari pertama peneliti melakukan penelitian terjadi kesalahan
pada huruf kartu bergambar yaitu huruf yang digunakan pada alat peraga kartu
bergambar menggunakan huruf kapital. Di kelas satu siswa masih diajarkan
mengunakan huruf biasa sehingga peneliti merevisi alat peraga tersebut.Setelah
direvisi pertemuan berikutnya peneliti melanjutkan tahap berikutnya yaitu
menggunakan alat peraga dengan memperkenalkan huruf-huruf pada alfabet.
Setelah siswa sudah mampu menguasai semua jenis huruf tersebut peneliti
melanjutkan tahap selanjutnya yaitu membuat satu kata yang diambil melalui alat
peraga kartu bergambar dan siswa diminta menyusun misalnya siswa menganbil
alat peraga kartu bergambar hewan yaitu “panda” dan siswa diminta menyusun
huruf sesuai dengan kartu bergambar menggunakan alat peraga alfabet.
dilanjutkan sampai membuat kalimat. Pertemuan terakhir diakhiri dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
memberikan posttest. Penelitian ini berlangung selama 10 bulan. 10 bulan ini
termasuk dalam revisi alat.
4.1.5.1 Pretest
Kegiatan pembelajaran membaca dilaksanakan selama 60 menit yakni
pada kegiatan inti, kegiatan yang dilakukan yaitu bermain kartu kata bergambar.
Pemberian soal pretest sebelum uji coba lapangan terbatas bertujuan untuk
mengetahui kemampuan siswa sebelum memperkenalkan dan memulai
pembelajaran menggunakan alat peraga alfabet dan kartu bergambar.
Grafik 4.1 Grafik Hasil Pretest
Hasil pretest menunjukan bahwa kemampuan siswa masih dibawah nilai
KKM sehingga hal ini akan menjadi perbandingan dengan hasil nilai posttest.
Dengan demikian dapat terlihat peningkatan kemampuan setelah menggunakan
alat peraga alfabet dan kartu bergambar berbasis metode Montessori.
51,85 44,44 40,74
0
20
40
60
80
100
Yo Lin An
Nila
i
Nama Siswa
Pretest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
4.1.5.2 Posttest
Hasil posttest merupakan perbandingan dari nilai pretest. Posttest
dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan yang dicapai setelah
berakhirnya penyampaian pelajaran. Hasil posttest ini akan dibandingkan dengan
hasil pretest yang telah dilakukan sehingga akan diketahui seberapa jauh efek atau
pengaruh dari penggunaan alat peraga alfabet dan kartu bergambar yang telah
dilakukan. Sekaligus dapat diketahui bagian bagian mana dari bahan pengajaran
yang masih belum dipahami oleh sebagian besar siswa. Berikut ini merupakan
hasil posttest siswa kelas I SD Bopkri Demangan III dengan jumlah III siswa.
Grafik 4.2 Grafik Hasil Posttest
Berdasarkan diagram diatas, tiga siswa mendapatkan nilai diatas KKM
yaitu mendapatkan nilai 92,59, 100 dan 77,77. Hasil posttest ini menjadi
perbandingan nilai pretest untuk mengukur kemampuan siswa setelah
menggunakan alat peraga alfabet dan kartu bergambar berbasis metode
Montessori.
92,59 100
77,77
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Yo Lin An
Nila
i
Nama Siswa
Posttest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
4.1.5.3 Analisis II
4.1.5.3.1 Hasil Pretest Dan Posttest
Hasil yang telah diperoleh peneliti melalui pretest dan posttest, kemudian
diolah untuk mengetahui perbandingan kemampuan siswa. Perbandingan
kemampuan siswa sebelum dan sesudah melakukan uji coba dengan
menggunakan alat peraga alfabet dan kartu bergambar berbasis metode
Montessori.
Tabel 4.20 Hasil Kenaikan Pretest dan Posttest
No Responden Pretest Posttest Selisih Presentase
kenaikan (%)
1 Yo 51,85 92,59 40,74 78,572806172
2 Lin 44,44 100 55,56 125,02250225
3 An 40,74 77,77 37,03 90,89347079
Rerata 45,67667 90,12 44,44333 98,1629264
Berdasarkan presentase kenaikan pada tabel diatas menunjukan bahwa
terjadi peningkatan rerata sebesar 98%. Kenaikan pesat terjadi kepada siswa Lin
dengan peningkatan sebesar lebih dari 100%.
Grafik 4.3 Hasil Pretest dan Posttest
51,85 44,44 40,74
92,59 100
77,77
0
20
40
60
80
100
Yo Lin An
Nil
ai
Nama siswa
Pretest
Posttest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Tabel 4.30 dan Grafik 4.3 Menunjukan peningkatan kemampuan membaca
menggunakan alat peraga alfabet dan kartu bergambar berbasis metode
Montessori. Pada permulaan melakukan penelitian yaitu memberikan pretest
memiliki nilai dengan rerata 45,67667% dan pada akhir penelitian memberikan
posttest kemampuan membaca meningkat menjadi 90,12% sehingga presentase
peningkatan antara pretest dan posttest terjadi peningkatan kemampuan membaca
menjadi yaitu sebesar 98,1629264%.
4.1.5.4.2 Hasil Uji Kuesioner Kelayakan Produk Oleh Siswa
Hasil uji kuesioner kelayakan produk melalui penyebaran kuesionerkepada
siswa kelas I SD Bopkri Demangan III akan di rekap kedalam sebuah tabel.
Ketika melakukan pengisian kuesioner peneliti menjelaskan serta membimbing
siswa agar siswa paham dalam mengisi kuesioner. Berikut adalah hasil
rekapitulasi kelayakan produk oleh siswa.
Tabel 4.21 Hasil Kelayakan Produk oleh Siswa
N
o Siswa
Hasil item pernyataan Total Rerata Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Yo 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 35 3,5 Sangat baik
2 Lin 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 37 3,7 Sangat baik
3 An 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 38 3,8 Sangat baik
Rerata 36.7 3,67 Sangat baik
Berdasarkan hasil rerata kelayakan produk oleh siswa meiliki jumlah 3,67
Dengan kategori sangat baik hal tersebut menunjukan karakteristik alat peraga
sudah terdapat dalam alat peraga alfabet dan kartu bergambar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
4.1.5.4.3 Hasil Uji Kuesioner Kelayakan Produk Oleh Guru
Kuesioner juga dibarikan kepada guru kelas I untuk mendukung kelayakan
produk.Berikut adalah hasil rekapitulasi kelayakan produk pada guru kelas I.
Tabel 4.22 Hasil Uji Kuesioner Kelayakan Produk Oleh Guru
N
o Guru
Hasil item pernyataan Total Rerata Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Ester 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 Sangat
baik
Rerata 40 4 Sangat
baik
Berdasarkan tabel diatas menjunjukan rerata sebesar 4 dengan kategori
“Sangat baik” .Hasil tersebut menjunjukan bahwa alat peraga sudah layak untuk
digunakan.
4.1.5.4.4 Hasil Rekapitulasi Uji Kelayakan Produk
Berikut adalah keseluruhan hasil rekapitulasi uji kelayakan produk yang
dirangkum dalam sebuah tabel.
Tabel 4.23 Rekapitulasi Uji Kelayakan Produk
No Responden Rerata Kategori
1 Guru 40 Sangat baik
2 Yo 3,5 Sangat baik
3 Lin 3,7 Sangat baik
4 An 3,8 Sangat baik
Rerata 12,75 Sangat baik
Hasil keseluruhan uji kelayakan produk menunjukan rerata sebesar 12,75
sehingga produk dapat dikatakan layak digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
4.1.5.5 Revisi Produk
Pada saat pertama kali melakukan uji coba lapangan peneliti menyadari
satu hal akan kesalahan pembuatan alat peraga kartu bergambar. Kesalahan
tersebut terletak pada huruf yang digunakan dalam kartu bergambar yaitu
menggunakan huruf kapital. Dosen ahli menyarankan untuk mengganti huruf
tersebut menjadi huruf kecil dan peneliti melakukan saran tersebut. Setelah
merevisi, peneliti melanjutkan kegiatan penelitian. Dosen pembimbing juga
menyarankan untuk menambahkan alat peraga berupa alat peraga imbuhan untuk
mendukung pembuatan kalimat akan tetapi peneliti tidak melakukannya karena
dikelas satu siswa sudah diajarkan tentang imbuhan. Sehingga siswa dapat
membuat kata yang berimbuhan melalui alat peraga alfabet.
Tabel 4.24 Revisi Produk
N
o
Nama alat
peraga
Jumlah
kartu Sebelum revisi Sesudah revisi
1
Kartu
bergambar 146
Perbaikan Kartu bergambar
menggunakan huruf kapital
Kartu bergambar
menggunakan huruf
kecil
2
Kartu
koreksi
kartu
bergambar
146
Perbaikan Kartu koreksi kartu bergambar
menggunakan huruf kapital
Kartu koreksi kartu
bergambar
menggunakan huruf
kecil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
N
o
Nama alat
peraga
Jumlah
kartu Sebelum revisi Sesudah revisi
3
Pembatas
kartu
bergambar
16
Perbaikan Pembatas kartu bergambar
menggunakan huruf kapital
Pembatas kartu
bergambar
menggunakan huruf
kecil
4
Cover
album alat
peraga
1
Perbaikan
Cover yg digunakan pertama
kali pembuatan tidak cukup
menarik untuk anak kelas I SD
Cover album alat
peraga cukup menarik.
4.1.5.6 Propotipe Alat Peraga
Produk yang sudah direvisi merupakan propotipe alat peraga bahasa
Indonesia yaitu alfabet dan kartu bergambar berbasis metode Montessori.
Gambar 4.12 Propotipe Alat Peraga Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi
Membaca Berbasis Metode Montessori.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Adapun komponen –komponen yang terdapat pada alat peraga alfabet dan
kartu bergambar.
Tabel 4.25 Komponen Propotipe Alat Peraga Pembelajaran Bahasa Indonesia
Materi Membaca Berbasis Metode Montessori.
No Nama Gambar alat peraga
1 Wadah kartu bergambar
2
Kartu bergambar
3 Kartu koreksi
4 Sekat kartu bergambar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
5 Stik kartu bergambar
6
Wadah alfabet
7 Kartu contoh kalimat
8 Tutup Wadah alfabet
9 Alfabet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
4.2 Pembahasan
Tahap penelitian dan pengembangan alfabet dan kartu bergambar yaitu (1)
potensi masalah, (2) perencanaan, (3) pengembangan desain, (4) validasi produk,
dan (5) uji coba lapangan terbatas. Potensi masalah pada pertemuan pertama
menunjukan bahwa kemampuan membaca siswa kelas I SD Bopkri Demangan III
kurang berkembang. Hal tersebut dapat diketahui ketika peneliti melakukan
penilaian dalam kemampuan membaca. Terdapat tiga siswa kurang mampu
meyebutkan lambang bunyi huruf dan membaca kata dengan kriteria baik.
Berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan upaya atau tindakan untuk
meningkatkan kemampuan membaca siswa, sehingga permasalahan yang dikaji
dalam penelitian ini yakni meningkatkan kemampuan membaca menggunakan
alat peraga bahasa Indonesia berbasis metode Montessori pada siswa kelas I SD
Bopkri Demangan III, Demangan baru, Yogyakarta.
Sebelum memulai kegiatan penelitian, tahap pertama dalam
mengidentifikasi masalah adalah dengan melakukan wawancara dan observasi.
Wawancara dan observasi dilakukan untuk mengetahui ketersediaan alat peraga di
sekolah. Peneliti mempersiapkan pedoman wawancara dan observasi terlebih
dahulu lalu pedoman wawancara dan observasi yang digunakan sudah divalidasi
kepada dosen ahli untuk diuji kelayakannya. Wawancara dilakukan kepada kepala
sekolah, guru dan siswa, sedangkan observasi dilakukan kepada siswa SD kelas I
pada saat pembelajaran berlangsung. Wawancara dan observasi digunakan sebagai
dasar penyusunan kuesioner dan menganalisis kebutuhan. Penyusunan
disesuaikan dengan karakteristik siswa dan karakter metode Montessori. Validasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
koesioner dilakukan kepada ahli yang berkaitan dengan bahasa Indonesia,
memahami metode Montessori dan mengetahui karakteristik siswa SD kelas I.
Setelah melakukan beberapa kali revisi sehingga sudah dinyatakan layak untuk
disebarkan. Peneliti melakukan uji keterbacaan kepada siswa dan disebarkan
kepada siswa kelas I SD Bopkri Demangan III. Berdasarkan hasil kuesioner yang
telah disebarkan terdapat siswa yang masih berkesulitan dalam membaca. Pada
saat penyebaran kuesioner terdapat siswa masih kesulitan dalam membaca isi
kuesioner meskipun peneliti sudah mendikte.
Ada beberapa hal yang menyebabkan kemampuan membaca di kelas I
masih rendah, yakni salah satunya faktor kurang tepatnya pemilihan dan
penggunaan metode pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan membaca
siswa. Alat peraga yang digunakan guru dalam mengembangkan kemampuan
membaca hanya menggunakan buku paket dan menulis huruf di papan tulis
kemudian siswa diminta untuk membacanya. Cara seperti ini kurang tepat dan
membuat siswa kurang tertarik dengan kegiatan membaca.
Peneliti merencanakan mendesain alat peraga bahasa Indonesia berbasis
metode Montessori yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran membaca kepada
siswa kelas I. Perlu diperhatikan konsep pembuatan alat peraga alfabet dan kartu
bergambar, karakteristik siswa dan karakteristik alat peraga Montessori agar
sesuai dengan kebutuhan siswa. Terdapat juga propotipe alat peraga pembelajaran
bahasa Indonesia pada materi membaca nyaring berbasis metode Montessori.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Dalam pembuatan alat peraga bahasa Indonesia berbasis metode
Montessori tahap pertama peneliti melakukan observasi ke ruang Montessori yang
terdapat di kampus Universitas Sanata Dharma untuk melihat alat peraga yang
cocok digunakan dalam penelitian ini. Namun alat peraga Montessori yang
dibutuhkan belum terdapat di ruang Montessori tersebut. Kemudian peneliti
mencari di Nienchuis Montessori Catalog yang adalah sebuah katalog yang berisi
alat-alat peraga Montessori dari berbagai bidang. Peneliti menemukan alat peraga
yang cocok dan menarik untuk memecahkan masalah kesulitan membaca yaitu
Individual Reading Material (IRM) dan Small Movable Alfabeth (SMA).
Individual Reading Material (IRM) adalah sebuah alat peraga berbasis metode
Montessori yang memiliki 100 kartu kayu dengan ilustrasi warna warni dari objek
sederhana dengan label untuk membaca dan mencocokan. Sedangkan untuk alat
peraga Small Movable Alfabeth (SMA) yaitu alat peraga yang terdiri dari 26
kompartemen, masing-masing berisi satu huruf dari alfabet. Terdapat dua warna
untuk setiap hurufnya, huruf vocal berwarna merah dan warna biru untuk huruf
konsonan. Alat peraga yang didesain untuk mengkoreksi sendiri, memungkinkan
untuk bekerja mandiri. Alat peraga yang telah dihasilkan terdiri dari delapan
komponen yaitu wadah kartu bergambar, kartu bergambar, kartu koreksi kartu
bergambar, sekat kartu bergambar, alfabet, stik kartu bergambar, wadah alfabet,
kartu soal. Sebelum dilakukan uji lapangan terbatas peneliti telah melakukan
validasi produk yang memperoleh skor rata-rata 3,74 dengan kategori “sangat
baik” dan melakukan uji keterbacaan kepada siswa sehingga alat peraga tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
layak untuk digunakan. Instrumen-instrumen yang digunakan terlebih dahulu
divalidasi oleh ahli.
Setelah alat peraga alfabet dan kartu bergambar berbasis metode
Montessori telah di validasi. Peneliti melakukan uji coba lapangan kepada subjek
sebanyak 3 siswa yang kurang dalam kemampuan membaca. Penelitian dilakukan
selama 10 bulan. Waktu 10 bulan tersebut termasuk dalam revisi alat peraga
alfabet dan kartu bergambar. Sebelum menggunakan alat peraga alfabet dan kartu
bergambar peneliti memberikan soal pretest untuk mengetahui awal kemampuan
siswa. Penelitian dilaksanakan 2 kali dalam seminggu selama 4 bulan. Pertama
peneliti mengenalkan nama-nama pada alat peraga alfabet dan kartu bergambar
selama 3 kali pertemuan. Ketika siswa sudah mengenal nama-nama dalam alat
peraga tersebut peneliti melanjutkan penelitian dengan meminta siswa untuk
mengambil satu kartu bergambar pada alat peraga tersebut. Siswa diminta untuk
menyusun satu kata menggunakan alat peraga alfabet sesuai dengan kartu
bergambar. kekiatan ini memiliki syarat siswa sudah bisa mengenal huruf abjad,
namun saat kegiatan berlangsung siswa masih kesulitan dalam mengurutkan abjad
a sampai z dengan benar. Siswa masih kesulitan dalam mengenal beberapa huruf
misalnya menyebutkan huruf m dengan n, terbalik dalam menyusun w dengan m
atau b dengan d. Sampai siswa dapat mengurtkan dengan benar, kegiatan ini
dilakukan selama 4 kali pertemuan. Kemudian siswa melanjukan kegiatan
selanjutnya dengan diminta untuk mengeja kata tersebut sesuai dengan suku
katanya dan siswa melanjutkan dengan membaca satu kata. Saat pembelajaran
berlangsung direktris memberikan contoh terlebih dahulu kemudian siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
mengikuti. Kegiatan membaca satu kata ini berlangsung selama 8 kali pertemuan
sampai siswa sudah mampu membaca satu kata. Selanjutnya siswa belajar
menyusun 2 kata dan kemudian sampai pada 3 kata bermakna. Kegiatan ini
berlangsung kurang lebih selama 10 kali pertemuan. Saat siswa sudah mampu
membuat kalimat dan membaca kalimat dengan benar tahap terakhir yaitu siswa
diberikan soal posttest. Posttest yang diberikan untuk mengetahui perubahan
dalam kemampuan membaca siswa setelah menggunakan alat peraga alfabet dan
kartu bergambar.
Hasil yang diperoleh pada pretest yaitu sebesar 45,67667 dan posttest
yaitu sebesar 90,12. Dari hasil tersebut peneliti membuktikan bahwa alat peraga
alfabet dan kartu bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa
pada siswa kelas I SD Bopkri Demangan III ,Demangan baru,Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengembangan alat peraga Montessori bahasa
Indonesia dengan materi membaca di SD Bopkri Demangan III Yogyakarta, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan.
1. Pengembangan alat peraga berbasis metode Montessori pada mata pelajaran
bahasa Indonesia di kelas I SD Bopkri demangan III dilakukan berdasarkan
dengan karakteristik alatperaga Montessori yaitu pertama adalah menarik.
Alat peraga ini menarik hal ini dapat dilihat dari bentuk alat peraga
sertabermacam-macam gambar yang dapat dipelajari dalam alat peraga
alfabet dan kartu bergambar tersebut. Alat ini juga menarik karena terdapat
banyak variasi warna yang terdapat dalam sisi-sisi alat peraga kartu
bergambar yang ditunjukan untuk mengetahui berbagai macam isi pada alat
peraga alfabet dan kartu bergambar. Karakteristik yang kedua yaitu
bergradasi. Alat peraga bergradasi terdapat pada alat peragaalfabet atau dalam
montessorinya yaitu alat peraga Small Movable Alfabeth (SMA). Didalam
bidang huruf terdapat tekstur yang kasar hal ini ditunjukan agar siswadapat
meraba tekstur huruf agar siswa mengetahui bentuk huruf yang benar. Hal ini
dilakukan karena pada saat peneliti mengetest siswa ketika diminta untuk
menyebutkan huruf, siswa masih merasa kesulitan dalam membedakan huruf
yang satu dengan yang lain. Misalnya pada huruf m dan n. Dalam hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
siswa masih kesulitan dalam membedakannya. Maka dari itu peneliti
membuat tesktur bergradasi pada bidang huruf yang terdapat pada alfabet.
Karakteristik yang ketiga yaitu auto education. Terdapat auto education pada
alat peraga alfabet dan kartu bergambar karena alat peraga ini melatih dan
mengajarkan siswa untuk belajar secara mandiri. Karateristik yang keempat
yaitu auto correction. Alat ini juga memberikan auto correction yang
membantu siswa untuk memperbaiki kesalahan saat belajar membaca. Yang
terakhir yaitu kontekstual. Hal dapat dilihat dari bahan-bahan yang digunakan
dalam pembuatan alat peraga mudah untuk ditemukan di lingkungan sekitar.
2. Alat peraga alfabet dan kartu bergambar berbasis metode Montessori yang
dikembangkan di SD Bopkri Demangan III ini memiliki kualitas baik hal ini
terbukti ketika peneliti melakukan penelitian pada siswa kelas I yang merasa
senang dan terbantu saat belajar membaca menggunakan alat peraga alfabet
dan kartu bergambar ini.
Berdasarkan hasil uji coba alat peraga alfabet dan kartu bergambar
berbasis metode Montessori dilapangan, dihasilkan produk akhir yang
dikatakan layak dijadikan alat peraga pembelajaran untuk siswa kelas 1 SD
Bopkri Demangan III. Hal ini ditunjukan dengan ketertarikan alat peraga
alfabet dan kartu bergambar bagi siswa dan memudahkan siswa dalam
membaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
5.2 Keterbatasan Penelitian
1. Kurangnya waktu untuk bertatap muka dengan guru kelas. Hal ini disebabkan
dengan kesibukan dan aktivitas guru yang padat, sehingga guru dan peneliti
tidak mempunyai banyak waktu untuk bertemu dan bertukar pikiran.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diajukan saran sebagai berikut :
1. Metode penelitian pengembangan membutuhkan waktu yang relative lama
dan masih jarang digunakan sehingga peneliti merasakan kesulitan dalam hal
proses atau tahapan penelitiannya. Oleh karena itu, sebelum terjun dalam
melaksanakan penelitian dan pengembangan dibutuhkan kesiapan yang
matang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
DAFTAR REFERENSI
Abidin, yunus. (2012). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Refika Aditama
Adhim. (2015). Membuat Anak Gila Membaca. Yogyakarta: Pro-U Media.
Aitchison, Jean. 2008. Linguistics. London : Hodder Headline.
Ali, M. (2009). Pendidikan untuk pembangunan nasional. Bandung: Grasindo.
Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Asyhar, R. (2012). Kreatif mengembangkan media pembelajaran. Jakarta: PT
Referensi.
Beaty, Janice. (2013). Observasi perkembangan anak usia dini. Jakarta: kencana.
Conny & semiawan. (2008). Belajar dan Pembelajaran Pra Sekolah Dan Sekolah
Dasar. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang.
Depdiknas. (2004). Undang-undang tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta:
Balitbang Depdiknas.
Depdiknas.(2005). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Dimyanti,dkk (2013). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta.
Effendi,dkk.( 2015). Tata Bahasa Dasar. Bandung: PT. REMAJA
ROSDAKARYA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Gage. 1984. Educational psychology third edition. USA : Houghton Mifflin
Company.
Gerald, G. L. (2013). Metode Montessori: Panduan Wajib Untuk Guru dan
Orang Tua Didik PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). (A. L. Lazuardi,
Penerj.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hanifah, Ifah. (2013). Pembelajaran Membaca Permulaan Melalui Metode
Analisis Glass Bagi Siswa Berkesulitan Membaca (Reading Difficulties)
(Studi kasus pada siswa kelas III SDN cinembeuy-kuningan, tahun
akademik 2012/2013). Universitas pendidikan Indonesia.
Hainstock, E. G. (1997). The essential Montessori; an introduction to woman, the
writings, the method, and the movement. United States of America:
Penguin Books.
Hasbullah.(1997). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Hernowo. (2015). Quantum reading. Bandung : Kaifalearning.
Hergenhahn, B. R. & Olson, M. H. (2009). Theories of learning (teori belajar).
Jakarta: Kencana.
Heruman. (2008). Model pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya Offset.
Holt, H. (2008). The Absorbent Mind, Pikiran Yang Mudah Menyerap.
(Dariyanto, penerj). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jennings, paul.(2006). Agar Anak Anda Tertular “Virus” Membaca. Bandung:
MLC.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Johnson, Elaine B. 2010. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan
Kegiatan Belajar- Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung:
Kaifa.
Krissandi, A. D. S. (2017). Pembelajaran Bahasa Indonesia Inovatif Di Sekolah
Dasar. Yogyakarta: Penerbit WR.
Kumara. (2014). Kesulitan Berbahasa Pada Anak. Yogyakarta: PT. Kanisius.
Kurniawan, Heru. (2015). Pembelajaran Kreatif Bahasa Indonesia (Kurikulum
2013). Jakarta: Prenadamedia group.
Lillard, P. P. (1997). Montessori in the classroom : A teacher’s account of flow.
New York: Schocken Books.
Magini, A. P. (2013). Sejarah pendekatan Montessori. Yogyakarta: Kanisius.
Martinet, A.(1987). Ilmu Bahasa : Pengantar. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Meggit, Carolyn .(2012). Memahami Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Indeks.
Mursid. (2015). Belajar dan Pembelajaran Paud. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Montessori. (1912). The Montessori Method. New york: Dover publications, inc.
Montessori, M. (2002). The Montessori method. New York: Frederick A. Stokes
Company.
Nienhuis. (2012). Nienhuis Montessori. California: Nienhuis Montessori.
Nikelas, S. (1988). Pengantar Linguistik Untuk Guru Bahasa. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
OECD. (2012). PISA 2012 result: ready to learn students’ engagement, drive and
self-beliefs volume III. Paris: OECD Publishing.
Pranowo. 2015. Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka pelajar
Purwanto. (2009). Evaluasi hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Putra, N. (2015). Research and Development. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Rahayu minto. 2007. Bahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi. Jakarta : PT
Grasindo
Rahim, Farida. (2007). Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Ramlan, M. 2005. Sintaksis. Yogyakarta: karyono.
Roza, prima. (2007). “Pendidikan dan Mutu Manusia”. Jurnal sosioteknologi.
12(6). 303-08
Rumadi, A. (1989). Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia 1 B. Jakarta: PT
Gramedia.
Santrock, J.W. (2007). Psikologi Pendidikan edisi kedua. Jakarta: Salemba,
Rinekka cipta.
Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
.(2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
. (2014). Metode Peneltian Manajemen. Bandung: Alfabeta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2008). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan pembelajaran: teori dan konsep
dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suyono dan Hariyanto. (2015). Implementasi Belajar dan Pembelajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana.
Syahroni,dkk. (2013). Bahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
Aswaja pressindo.
Tarigan, Hendry Guntu. (1986). Menyimak segala suatu keterampilan berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Trianto. (2010). Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif : Konsep
landasan, dan implementasinya pada kurikulum tingkat satuan
pendidikan( KTSP). Jakarta: Kencana.
Widjono.( 2007). Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Di
Perguruan Tinggi. Jakarta : PT grasindo.
Widoyoko, Eko Putro. (2014). Penelitian hasil pembelajaran di sekolah.
Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Widoyoko. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka pelajar.
Wiryodijoyo, Surwayono. (1989). Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
World Bank. (2011). Mentransfer tenaga pendidikan Indonesia: volume ii: dari
pendidikan prajabatan hingga ke masa purnabakti: membangun dan
mempertahankan angkatan kerja yang berkualitas tinggi, efisiensi dan
termotivikasi. Jakarta: Kantor Bank Dunia.
(World Bank dalam The Condition Of Education 2014: 118)
Yamin. (2014). Teori Dan Metode Pembelajaran. Malang: Madani.
Yusuf, Syamsu. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
PT. REMAJA ROSDAKARYA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[1]
LAMPIRAN 1. INSTRUMEN IDENTIFIKASI POTENSI MASALAH
Lampiran 1.1 Transkrip Wawancara dengan Kepala Sekolah SD Bopkri
Demangan III
Selamat pagi buk. Trimakasih untuk waktunya bu.
P : Bagaimana proses belajar mengajar secara umum di SD Bopkri
Demangan III terkait dengan pembelajaran bahasa Indonesia?
G : Prosesnya ya mbak ya, jadi prosesnya untuk bahasa Indonesia itu memang
diawali dari membaca, jadi memang program literasi dari pemerintah itu sangat
bagus. Jadi kalo anak sudah bisa membaca itu bisa benar-benar membantu dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Kalo sudah bisa membaca nanti diarahkan anak bisa
memahami apa yang dibaca itu dan bisa mengungkapkan.
P : Kemudian yang kedua, apa yang telah didapatkan oleh siswa terkait
dengan pelajaran bahasa Indonesia?
G : hmmm dari nilai UN saja ya. Anak-anak sini biarpun secara akademik itu
mereka itu tidak termasuk yang mempunyai iq tinggi tetapi untuk nilai bahasa
Indonesia dua tahun lalu itu rata-rata nilai UN bisa 84 kemudian tahun kemarin
memang menurun dan tahun ini rata-rata 76. Itu tergantung menurut kelasnya. Kalo
kelasnya itu memang dari anak-anak yang suka membaca suka apa ya memperhatikan
dan membaca mading yang kami pasang itu, itu dengan begitu mereka mudah
memahami soal. Tapi kalo mereka males untuk membaca itu ya sudah. Biasanya
kami kalo update soal-soal itu kami suruh menggaris bawahi atau melingkari hal-hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[2]
yang penting jadi ketika ada soal yang panjang anak tidak perlu mengulang dari atas
lagi jadi mereka liat yang penting-penting itu. Jadi nilai UNnya bisa tinggi.
P : Kemudian tentang siswa SD Bopkri disini terkait dengan mata
pelajaran bahasa Indonesia itu sendiri bagaimana buk? Jadi apakah tertarik?
G : Tertarik sekali anak-anak itu tapi hanya ya itu modelnyakan membaca jadi
satu dua anak itu sulit memang sulit untuk diajak rajin membaca. Tetapi ketika
disajikan cerita-cerita yang meraik yang membuat anak-anak penasaran itu memang
anak-anak lebih tertarik seperti itu. Jadi tidak hanya buku yang berbicara tapi ada
cerita disitu apalagi kalo cerita itu atau bacaan itu baru itu anak-anak senang.
P : Kira-kira kesulitan apa saja bu yang dialami siswa, misalkan pada
pelajaran atau kelas berapa?
G : Karena saya pegang kelas atas yaa. Kalau kelas bawah itu pernah kekelas
itu anak-anak kelas bawah masih kesulitan untuk membaca jadi, memang harus
disajikan bacaan-bacaan yang tulisannya besar-besar. Tetapi kalau kelas atas itu
misalnya kelas empat itu ada hal-hal yang baru harus ditekankan disitu ada pelajaran
yang baru adaaa apa ya namanya, ada istilah-istilah yang baru yang anak-anak harus
memahami dikelas empat misalnya pikiran pokok kalo dikelas atas kesulitannya ya
itu. Sekarang itu bacaan tu terlalu panjang jadi anak yang tidak suka membaca
kesulitan membaca. Kemudian anak-anak itu sering ee tidak mau memahami
persoalan yang ada, bacaan yang ada jadi meraba-raba saja. Itu kesulitan anak-anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[3]
Dan sekarang perkembangan bahasa Indonesia itu ada sesuatu yang berubah. Jadi ya
itu. Seperti penulisan-penulisan itu sudah di apa ya selain begitu harus dirubah seperti
ini. Itu ya peralihan itu ya yang membuat kesulitan.
P : Apakah sekolah pernah mengupayakan penggunaan alat peraga dalam
proses pembelajaran.
G : Ya tentu, setiap guru memang diseyogyakan untuk menggunakan alat peraga
karena alat peraga itu membantu sekali. Dengan alat peraga pemahaman anak-anak
belajar lebih mendalam. Jadi diupayakan menggunakan alat peraga, karena akan beda
hasilnya dengan atau tanpa menggunakan alat peraga.. batuk..
P : Kira-kira alat peraga yang pernah digunakan itu seperti apa buk?
Apakah itu beli atau dibuat sendiri? Bahan-bahannya bagaimana buk?
G : hmm yaa. Kalau yang sulit memang beli kami juga mendapat bantuan
berupa tulisan itu. Itu dari pemerintah. Kalau yang sulit itu misalnya matematika
membuat bangun-bangun kubus. Itu memang kami harus membeli. Kalau bikin
sendiri bisa tetapi hanya dari kertas. Tapi kalau beli dari kayu. Jadi harus pesan dulu.
Seperti kalau alat peraga IPS itu harus beli seperti peta harus beli. Seperti IPA
kerangkadan sebagainya itu juga harus beli.
P : Apakah proses pengadaan alat peraga itu juga ditentukan beberapa
faktor atau bagaimana buk?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[4]
G : yaa faktor kebutuhan dari materi.
P : Apakah ada buk pembelajaran menggunakan alat peraga yang
mencirikan menarik, bergradasi, auto koreksi yang anak bisa belajar sendiri
dan mengkoreksi kesalahan sendiri ketika menggunakan alat peraga?
G : ini alat peraga umum juga?
P : ya bu..
G : Anak bisa mengkoreksi kesalahan sendiri. Ya tentu alat-alat yang bisa di anu
di…buat anak itu kalau misalnya matematika anak-anak didalam teorinya itu belajar
tentang jaring-jaring balok misalnya begitu kemudian disuruh membuat alat peraga
sendiri eeehh oh ternyata kok alat peraganya kok seperti ini yaa. Kok beda dengan
ketika dia belajar. Anak menemukan. Oh tenyata jaring-jaring balok itu yang lebar.
Misalnya anak membuka saja seperti bungkus sabun gift kemudian dibuka lemnya itu
itu sudah membentuk jaring-jaring. Oh ternyata seperti ini ya jaring-jaring balok. Jadi
anak tahu sendiri.
P : Apakah di SD Bopkri ini pernah dilaksanakan penelitian yang terkait
dengan alat peraga?
G : Ada tesis dulu tentang loading itu ya. Itu tentang matematika.
P : Bagaimana proses pelaksanaan penelitian tersebut? Jadi apakah
penelitian itu melakukan pembelajaran dikelas atau observasi dulu begitu buk?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[5]
G : iya.
P : Kalau untuk prestasi yang individu mengenai berbagai macam bidang
yang pernah diikuti SD ini apa ya buk?
G : Yang sering itu yang dilombakan itu ya biasanya juara CTA tapi kalo yang
mapel itu belum pernah mendapat prestasi yang bagus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[6]
Lampiran 1.2 Transkrip Wawancara dengan Guru Kelas I SD Bopkri
Demangan III
P : Selamat pagi bu..
P : Pertanyaan yang pertama, bagaimana proses kegiatan belajar
mengajar di kelas I secara umum di SD Bopkri Demangan terkait dengan
pelajaran Bahasa Indonesia?
G : Kalau prosesnya itu kan setiap guru masing-masing beda cara yaa. Terus
kalo yang secara umumnya kalo untuk pelejaran bahasa Indonesia terutama dikelas I
itu masih. Mereka masih belajar tentang menulis membaca gitu. Mereka lebih
ditekankan pada dua hal itu. Jadi kalau misal ada pelajaran bahasa Indonesia berarti
kebanyakan kan dibuku pelajaran itukan ada dongeng itu suruh menjawab
pertanyaanya nah mereka diminta untuk belajar. Difasihkan dulu belajar membacanya
lalu belajar menulis.
P : Untuk prestasi sendiri bu, terutama untuk pelajaran bahasa Indonesia
apakah ada kesulitan yang dialami siswa bu?
G : Kesulitan pastinya ada yaa. Terutama untuk anak yang belum sama sekali
bisa membaca dan menulis. Kan sekarang tk tk itu kan ada yang mengharuskan
mereka sudah bisa membaca dan menulis ada yang tidak. Nah kesulitannya adalah di
anak-anak yang bener-bener yang belum bisa membaca dan menulis jadi ee apa ya.
Anak-anak itu harus lebih ditekankan lagi dalam pelajaran membaca dan menulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[7]
P : Materi apa bu yang menjadi kesulitan siswa?
G : kalau soal materi tergantung dengan mereka bisa kembali lagi ke membaca
dan menulis.. kalau memang mereka sudah lancar dalam membaca dan menulis
materi itu akan mudah gitu untuk dikerjakan.
P : Biasanya siswa mengalami kesulitan pada saat apa bu?
G : Pada saat mereka tidak paham isinya karena belum bisa membaca. Karna
kan bahasa Indonesia sendiri itukan lebih ditekankan pada menulis dan membaca.
Kalau mereka saja dari awalnya saja belum lancar maka kedepannya akan susah.
P : Apakah kalau misalkan menulis itu diharuskan bisa membaca atau
menulis tidak harus bisa membaca dahulu?
G : Kalau menulis itu tergantung situasi sih. Misal gini saya itu termasuk yang
suka mendekte. Tetapi bukan yang mendekte dari buku jadi untuk mengetahui anak
lancar tidaknya dalam menulis itu biasanya misalnya saya memberikan contoh hari
ini jadi mereka menulis. Kalau mereka lancar mereka akan langsung spasi hari ini
kalau yang enggak ya ha ha ha nah itu apa ya oh h a h dan a misalnya gitu. Jadi kalau
misalnya mereka masih belum lancar ya itu akan terkendala disitu makanya anak-
anak yang kesulitan dalam membaca dan menulis di drill jadi waktunya akan lebih
lama dibandingkan anak yang lancar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[8]
P : Jika seperti itu materinya harus disesuaikan juga ya bu? Jadi siswa
harus bisa semua terlebih dahulu lalu baru lanjut ke materi selanjutnya ya bu?
G : iya. He em..
P : Apa yang dilakukan ibu ketika siswa mengalami kesulitan tersebut?
G : Memberikan jam tambahan.
P : Mengapa ibu tidak menggunakan alat peraga pada saat dalam
menyelesaikan kesulitan tersebut?
G : Alat peraga ada tetapi alat peraganya sudah jarang dipakai karena sudah
banyak beberapa bagiannya yang hilang.
P : Alat peraga apa bu yang sering digunakan disekolah? Misalnya dalam
mata pelajaran apa bu?
G : Kalau yang sering itu sebenarnya relatif ya. Misal kaya yang itu membaca
dan menulis menggunakan buku dongeng. Kalau yang menulis sendiri biasanya pake
buku tegak bersambung. Itu mereka yang masih suka kebalik-balik. Kalau
matematika tergantung materinya. Kalau materinya bangun datar sederhana ya kita
pake kertas lipat atau gambar-gambar gitu. Kalau engga ya langsung gambar di papan
tulis. Kalau ipa biasanya yang bagian tubuh itu mereka menggunakan tubuh mereka
sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[9]
P : Apakah alat peraga yang membuat siswa dapat belajar mandiri juga
ibu inginkan?
G : Kalau alat peraga yang membuat dia mandiri misalnya kaya ini buku
bacaan. Aku minta anak-anak untuk membawa satu buku bacaan apapun itu untuk
bisa digunakan untuk membaca sendiri. Supaya mereka fasih gitu lo membacanya.
Kalau yang menulis nanti mereka kan harus apal dulu abcnya nah kalau mereka sudah
apal abcnya tidak kebalik-balik nanti minta tolong orang tua atau kakak itu untuk
mendekte misalnya mereka mau apa mau nulis pohon. Nanti anaknya menulis jadi
ada kerja sama antara orang tua dan anak. Jadi tidak semua itu guru. ini salah satu
teknik maksudnya dalam artian supaya orang tua juga tau perkembangan anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[10]
Lampiran 1.3 Transkrip Wawancara dengan Siswa Kelas I SD Bopkri
Demangan III.
P : Hallo adek namanya siapa?
S : Andini kak
P : Dek kakak boleh tanya? Adek kalo belajar bahasa susah atau gampang
dek?
S : Susah
P : Gak bisanya karna apa dek?
S : Bingung kak. Kalo disuruh baca gak bisa.
P : Kalo disuruh jawab pertanyaan gimana itu?
S : Kalo nggak aku nyontek kak pas ujian. Abisnya bingung gak bisa jawab.
P : Kalo di rumah belajar membaca nggak sama bapak ibu?
S : Diajarin
P : Tapi adek udah hafal huruf A sampai Z kan?
S : Ada yang belum apal aku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[11]
LAMPIRAN 2. INSTRUMEN ANALISIS KEBUTUHAN
Lampiran 2.1 Kuesioner Analisis Kebutuhan Untuk Guru
Nama Lengkap :
Tugas Mengajar :
Nama SD :
Berilah tanda centang ( √) pada pilihan dibawah dan isilah jawaban sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya!
1. Apakah Bapak/ ibu pernah menggunakan alat peraga dalam pembelajaran
Bahasa?
(….) Pernah
Sebut dan Jelaskan !
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………….
(….) Tidak pernah
Alasan !
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Tanda Tangan
……………………..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[12]
…………………………………………………………………………………
………………………………………
2. Apakah penggunaan alat peraga dapat membantu siswa memahami
pembelajaran Bahasa?
(….) ya
(….) tidak
3. Apakah bapak/ ibu berniat untuk membuat alat peraga bahasa sesuai dengan
kebutuhan siswa dengan memanfaatkan bahan-bahan di lingkungan sekitar?
(….) pernah
Sebut dan jelaskan !
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………
(….) tidak pernah
Alasan:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………
4. Manakah bahan pembuatan alat peraga yang Bapak/ Ibu suka?
(....) kayu
(….) besi
(….) kertas
(….) plastic
(….) lainnya.
Sebutkan………………………………………………………………………
…………………………………………………………….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[13]
*jawaban boleh lebih dari satu
5. Menurut Bapak/ Ibu apakah pemberian warna pada alat peraga membuat alat
peraga tersebut lebih menarik?
(….) ya
(….) tidak
6. Warna seperti apa yang Bapak/ Ibu suka untuk alat peraga?
(….) Gelap
Sebutkan contoh warnanya!
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………
(….) Cerah
Sebutkan contoh warnanya!
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………
7. Menurut Bapak/ Ibu bagaimana salah satu kriteria dari sebuah alat peraga
yang baik berdasarkan fungsinya?
(….) 1 Alat peraga hanya untuk satu materi
Alasan :
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………….
(….) 1 Alat peraga untuk lebih dari satu materi
Alasan :
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[14]
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………….
8. Menurut Bapak/ Ibu, jika dilihat dari beratnya, manakah alat peraga Bahasa
yang ideal untuk siswa kelas I gunakan?
(….) Ringan (<1,5 kg)
(….) Sedang(1,5-3 kg)
(….) Berat (>3 kg)
Mengapa?
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………
9. Bagaimana salah satu kriteria alat peraga bahasa yang berkualitas menurut
Bapak/ Ibu?
(….) Dapat membantu siswa menyadari kesalahan sendiri.
Alasan:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
(…..) tidak dapat membantu siswa menyadari kesalahan sendiri.
Alasan:
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
10. Apakah penggunaan alat peraga bahasa dapat membantu siswa untuk lancer
membaca?
(….) Ya
(….) Tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[15]
Lampiran 2.2 Hasil Validasi Koesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru oleh
Ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[16]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[17]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[18]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[19]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[20]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[21]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[22]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[23]
Lampiran 2.3 Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa
KUESIONER ANALISIS KEBUTUHAN SISWA
Nama :
Kelas :
Asal sekolah :
Berilah tanda centang (√) pada pilihan dibawah dan isilah jawaban sesuai dengan
pengalamanmu!
1. Pernahkan gurumu menggunakan alat peraga saat pelajaran bahasa indonesia?
(….) Pernah, sebutkan………………………………………………………
(….) Tidak pernah
2. Seperti apa belajar bahasa Indonesia yang kamu suka?
(….) Belajar bahasa menggunakan alat peraga
(….) Belajar bahasa tida menggunakan alat peraga.
Mengapa? Jelaskan alasanmu!
………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
3. Pernahkah kamu menggunakan benda-benda yang ada di sekitarmu untuk belajar bahasa?
(….) Pernah, pada saat belajar materi…………………………………………………….
Contoh benda yang kamu gunakan………………………………………………….
(….) Tidak pernah
4. Manakah bahan pembuatan alat peraga yang kamu suka?
(….) Papan tulis
Tanda Tangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[24]
(….) Gambar
(….) Kayu
(….)Lainnya, sebutkan………………………………………………………………
*Jawaban boleh lebih dari satu
5. Menurutmu apakah pemberian warna pada alat peraga membuatnya lebih menarik?
(….) Ya
(….) Tidak
6. Warna apa yang kamu suka untuk alat peraga bahasa?
(….) Gelap
Sebutkan contoh warnanya?
………………………………………………………………………………………………
(….) Cerah
………………………………………………………………………………………………
7. Apakah kamu lebih suka jika alat peraga yang sama dapat digunakan untuk berbagai
materi pembelajaran yang berbeda?
(….) Ya
(….) Tidak
Mengapa? Jelaskan!
………………………………………………………………………………………………
8. Jika dilihat dari beratnya, alat peraga bahasa manakah yang sesuai untuk kamu gunakan?
(...) Ringan (kurang dari 1,5 kg)
(…) Sedang ( antara 1,5 sampai 3 kg)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[25]
(….) Berat (lebih dari 3 kg)
Mengapa? Jelaskan!
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
9. Manakah yang lebih kamu suka ketika belajar bahasa ?
(….) saat belajar bahasa menggunakan alat peraga, kamu mengetahui kesalahanmu sendiri
melalui alat peraga yang digunakan.
(….) saat belajar bahasa menggunakan alat peraga, kamu mengetahui kesalahanmu karena
diberitahu guru atau temanmu.
Mengapa? Jelaskan!
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
10. Apakah penggunaan alat peraga dapat membantumu untuk menemukan jawaban yang
benar?
(….) Ya
(.…)Tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[26]
Lampiran 2.4 Hasil Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa oleh Ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[27]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[28]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[29]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[30]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[31]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[32]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[33]
Lampiran 2.5 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan yang diisi oleh Guru SD
Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[34]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[35]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[36]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[37]
2.6 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan yang diisi oleh Siswa SD Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[38]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[39]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[40]
LAMPIRAN 3. INSTRUMEN VALIDASI PRODUK
Lampiran 3.1 Lembar Kelayakan Kuesioner Validasi Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[41]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[42]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[43]
3.2 Instrumen Lembar Penilaian Validasi Soal Evaluasi Tes Hasil Belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[44]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[45]
3.3 Hasil Lembar Penilaian Kelayakan Produk Alat Peraga Kartu
Bergambar Dan Alfabet Oleh Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[46]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[47]
LAMPIRAN 4. UJI COBA LAPANGAN TERBATAS
Lampiran 4.1 Uji Validitas Instrumen Soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[48]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[49]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[50]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[51]
4.2 Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[52]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[53]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[54]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[55]
4.3 Hasil Pretest-Posttest
Pretest-Postest
Kerjakan soal berikut
1. urutkan abjad dari huruf a sampai z
menggunakan alat peraga alfabet
2. ucapkan huruf berikut
a c m o
b p s t
u h I j
3. ucapkan huruf berikut
Bedakan cara pengucapannya
B d m n
I r c t
H k p f
4. ejalah kata berikut
ejalah dengan suara nyaring
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[56]
a n a ini
a na ini
ana ini
kiki k u k u
ki ki ku ku
kiki kuku
p a n d a a y a h
pan da a yah
panda ayah
5. bacalah dengan nyaring
tandai kata yang berbunyi akhir u
kaki kiki kaku
beni beli baju
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[57]
sisi suka susu
baju bayu biru
kuku kaki kakak
6. bacakan cerita
“pengalamanku”
pada hari libur
aku pergi ke rumah nenek
nenek memelihara ayam
ayam nenek jumlahnya banyak
aku memberi makan ayam nenek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[58]
LAMPIRAN 5. SURAT
Lampiran 5.1 Surat Ijin Melaksanakan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[59]
Lampiran 5.2 Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
LAMPIRAN 6. DOKUMEN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[61]
LAMPIRAN 7. ALBUM ALAT PERAGA ALFABET DAN KARTU
BERGAMBAR
ALBUM ALFABET DAN KARTU BERGAMBAR PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA BERBASIS METODE MONTESSORI
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar
Kelas/ Semester : I/I
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Standar Kompetensi : Membaca
3. Memahami teks pendek dengan membaca nyaring
Kompetensi dasar :
3.1 Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat
3.2 Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang
tepat.
Indikator :
Kognitif :
3.1.1 Menyebutkan isi kartu gambar dengan lafal yang tepat melalui
uraian secara lisan.
3.1.2 Mengeja satu kata dengan tepat melalui uraian secara lisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[62]
3.1.3 Membaca satu kata dengan tepat melalui uraian secara lisan.
3.2.1 Menyusun satu kalimat sederhana dengan tepat melalui uraian
secara lisan.
3.2.2 Membaca satu kalimat sederhana dengan tepat melalui uraian
secara lisan.
Afektif :
3.1.4 Menunjukan huruf yang tersedia dalam kartu gambar sesuai
dengan gambar yang tersedia dengan tepat melalui uraian secara lisan.
Psikomotorik :
3.1.5 Mencocokan gambar dan huruf dengan tepat melalui uraian secara
lisan.
3.2.3 Membuat kalimat sederhana dengan tepat melalui uraian secara
lisan.
Tujuan :
Kognitif :
3.1.1 Siswa mampu menyebutkan isi kartu gambar dengan lafal yang
tepat melalui uraian secara lisan.
3.1.2 Siswa mampu mengeja satu kata dengan tepat melalui uraian
secara lisan.
3.1.3 Siswa mampu membaca satu kata dengan tepat melalui uraian
secara lisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[63]
3.2.1 Siswa mampu menyusun satu kalimat sederhana dengan tepat
melalui uraian secara lisan.
3.2.2 Siswa mampu membaca satu kalimat sederhana dengan tepat
melalui uraian secara lisan.
Afektif :
3.1.4 Siswa mampu menunjukan huruf yang tersedia dalam kartu
gambar sesuai dengan gambar yang tersedia dengan tepat melalui
uraian secara lisan.
Psikomotorik :
3.1.5 Siswa mampu mencocokan gambar dan huruf dengan tepat melalui
uraian secara lisan.
3.2.3 Siswa mampu membuat kalimat sederhana dengan tepat melalui
uraian secara lisan.
Keterangan alat :
Sekat ungu : Kata kerja - Sekat putih : Angka
Sekat hijau : Sayur-sayuran - Sekat merah jambu : Keluarga besar
Sekat hitam : Warna - Sekat jingga : Buah- buahan
Sekat kuning : Hewan liar - Sekat cream : Peralatan sekolah
Sekat merah : Transportasi - Biru muda : Hewan peliharaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[64]
Aktivitas I
a. Materi pembelajaran : Pengenalan alat peraga
b. Submateri : Pengenalan fungsi alat
Tujuan
langsung
Mengenal kartu gambar
Tujuan tidak
langsung
-
Syarat -
Usia 6 -7 tahun (kelas 1 SD)
Alat peraga 1. Kartu bergambar
2. Stik kartu
3. Alfabet
4. Lembar kerja
5. Pensil
Pengendali
kesalahan
Kartu jawaban
Presentasi
Awal
1. Direktris menyiapkan tempat kerja.
2. Direktris mengajak anak untuk mengambil
alat peraga dengan berkata, “Mari bantu Ibu
membawa wadah kartu bergambar.”
3. Direktris mengajak siswa dengan berkata,
“Mari bekerja dengan menggunakan kartu
bergambar bersama Ibu.”
4. Direktris meminta siswa duduk di samping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[65]
kirinya.
Presentasi
Inti
5. Direktris mengajak siswa untuk
memperhatikan dengan berkata, “Perhatikan
Ibu.”
6. Direktris mengenalkan kartu bergambar, “Ini
kartu bergambar”
7. Direktris mengenalkan stik kartu bergambar
sebagai tempat meletakkan kartu
bergambar, sambil berkata “Ini stik kartu
bergambar”.
8. Direktris mengenalkan alfabet sebagai
huruf yang dicocokan sesuai gambar kartu
yang menjadi sebuah kata, sambil berkata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[66]
“alfabet”.
9. Direktris meminta siswa untuk
mengembalikan alat peraga dengan berkata,
“Mari bantu Ibu mengembalikan kartu
bergambar beserta alphabet ”.
10. Siswa mengembalikan kartu bergambar
beserta alphabet.
11. Siswa membereskan tempat kerja.
Direktris meminta siswa untuk
mengembalikan alat peraga dengan berkata,
“Mari bantu Ibu mengembalikan kartu
bergambar beserta alphabet”.
12. Siswa mengembalikan kartu bergambar
beserta alphabet.
13. Siswa membereskan tempat kerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[67]
Aktivitas II
a. Materi Pembelajaran : Membaca
b. Submateri : Membaca satu kata
Tujuan
langsung
Membaca satu kata
Tujuan tidak
langsung
Mengetahui bunyi huruf saat membaca.
Syarat Siswa mengenal huruf abjad
Usia 6 -7 tahun (kelas 1 SD)
Alat peraga 1. Kartu
bergambar
2. Stik kartu
3. Alfabet
4. Lembar kerja
5. Pensil
Pengendali
kesalahan
Kartu jawaban
Presentasi
Awal
1. Direktris menyiapkan tempat kerja.
2. Direktris mengajak anak untuk mengambil
alat peraga dengan berkata, “Mari bantu
Ibu membawa wadah kartu bergambar
dan alfabet.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[68]
3. Direktris mengajak siswa dengan
berkata, “Mari bekerja dengan
menggunakan kartu bergambar bersama
Ibu.”
4. Direktris meminta siswa duduk di samping
kirinya.
Presentasi Inti 5. Direktris mengajak siswa untuk
memperhatikan dengan berkata,
“Perhatikan Ibu.”
6. Direktris mengenalkan kata dengan
mengambil satu gambar secara acak dan
meletakkannya di stik kartu dengan
berkata, “gambar apa ini? ”.
7. Direktris bertanya kepada siswa “ apa
huruf pertamanya?”
8. Siswa menjawab dibimbing oleh direktis
“p”.
9. Direktris kembali bertanya “apa huruf
yang kedua?”
10. Siswa menjawab dibimbing oleh direktis
“a”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[69]
11. Direktris kembali bertanya “apa huruf
selanjutnya?”
12. Siswa menjawab dibimbing oleh direktis
“n” .
13. Direktris kembali bertanya “apa huruf
selanjutnya?”
14. Siswa menjawab dibimbing oleh direktis
“d”.
15. Direktris kembali bertanya “apa huruf
selanjutnya?”
16. Siswa menjawab dibimbing oleh direktis
“a”.
17. Siswa mengeja satu persatu huruf
dibimbing direktris “ p-a-n-d-a” dibaca
“panda”
18. Direktris mengambil satu gambar.
19. Kemudian meminta siswa melanjutkan.
“Coba lanjutkan.”
20. Siswa melanjutkan hingga menjadi sebuah
kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[70]
21. Direktris berkata kepada siswa dengan
berkata, “Mana huruf “n”?”
22. Siswa menunjukkan huruf “n”.
23. Direktris berkata kepada siswa dengan
berkata, “Mana huruf “e”?”
24. Siswa menunjukkan huruf “e”.
25. Direktris berkata kepada siswa dengan
berkata, “Mana huruf “n”?”
26. Siswa menunjukkan huruf “n”.
27. Direktris berkata kepada siswa dengan
berkata, “Mana huruf “e”?”
28. Siswa menunjukkan huruf “n”.
29. Direktris berkata kepada siswa dengan
berkata, “Mana huruf “k”?”
30. Siswa menunjukkan huruf “k”.
31. Direktris bertanya kepada siswa
“dibaca?”
32. Kemudian meminta siswa untuk menjawab
“nenek”
33. Direktris kembali bertanya kepada siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[71]
sambil menunjuk gambar, dengan berkata,
“siapa orang ini?”
34. Siswa menyebutkan nama gambar yang
ditunjukkan oleh Direktris.
Presentasi
Penutup
35. Direktris meminta siswa untuk
mengembalikan alat peraga dengan
berkata, “Mari bantu Ibu mengembalikan
kartu bergambar dan alfabet”.
36. Siswa mengembalikan kartu bergambar
dan alfabet.
37. Siswa membereskan tempat kerja.
Direktris meminta siswa untuk
mengembalikan alat peraga dengan
berkata, “Mari bantu Ibu mengembalikan
kartu bergambar dan alfabet”.
38. Siswa mengembalikan kartu bergambar
dan alfabet.
39. Siswa membereskan tempat kerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[72]
Aktivitas III
a. Materi Pembelajaran : Membaca
b. Submateri : Mengeja satu kata
Tujuan
langsung
Mengeja suku kata
Tujuan tidak
langsung
Meningkatkan kemampuan membaca
Syarat Siswa mengenal huruf abjad
Usia 6 -7 tahun (kelas 1 SD)
Alat peraga 1. Kartu
bergambar
2. Stik kartu
3. Alfabet
4. Lembar kerja
5. Pensil
Pengendali
kesalahan
Kartu jawaban
Presentasi
Awal
1. Direktris menyiapkan tempat kerja.
2. Direktris mengajak anak untuk mengambil
alat peraga dengan berkata, “Mari bantu
Ibu membawa wadah kartu bergambar
dan alfabet.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[73]
3. Direktris mengajak siswa dengan
berkata, “Mari bekerja dengan
menggunakan kartu bergambar bersama
Ibu.”
4. Direktris meminta siswa duduk di samping
kirinya.
Presentasi Inti 5. Direktris mengajak siswa untuk
memperhatikan dengan berkata,
“Perhatikan Ibu.”
6. Direktris mengenalkan kata dengan
mengambil satu gambar secara acak dan
meletakkannya di stik kartu dengan
berkata, “gambar apa ini? ”.
7. Direktris bertanya kepada siswa “ apa
huruf pertamanya?”
8. Siswa menjawab dibimbing oleh direktis
“p”.
9. Direktris kembali bertanya “apa huruf
yang kedua?”
10. Siswa menjawab dibimbing oleh direktis
“a”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[74]
11. Direktris kembali bertanya “apa huruf
selanjutnya?”
12. Siswa menjawab dibimbing oleh direktis
“n” .
13. Direktris kembali bertanya “apa huruf
selanjutnya?”
14. Siswa menjawab dibimbing oleh direktis
“d”.
15. Direktris kembali bertanya “apa huruf
selanjutnya?”
16. Siswa menjawab dibimbing oleh direktis
“a”.
17. Siswa mengeja huruf dibimbing direktris
“ p-a-n-d-a” dibaca “pan - da”
18. Direktris meminta siswa untuk
mengelompokan huruf menurut suku
katanya.
19. Direktris bertanya “ coba kelompokan
hurufnya menurut suku katanya?”
20. Siswa dibimbing direktris mengelompokan
huruf menurut suku katanya
21. Direktris mengambil satu gambar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[75]
22. Kemudian meminta siswa melanjutkan.
“Coba lanjutkan.”
23. Siswa melanjutkan hingga menjadi sebuah
kata.
24. Direktris berkata kepada siswa dengan
berkata, “Mana huruf “n”?”
25. Siswa menunjukkan huruf “n”.
26. Direktris berkata kepada siswa dengan
berkata, “Mana huruf “e”?”
27. Siswa menunjukkan huruf “e”.
28. Direktris berkata kepada siswa dengan
berkata, “Mana huruf “n”?”
29. Siswa menunjukkan huruf “n”.
30. Direktris berkata kepada siswa dengan
berkata, “Mana huruf “e”?”
31. Siswa menunjukkan huruf “n”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[76]
32. Direktris berkata kepada siswa dengan
berkata, “Mana huruf “k”?”
33. Siswa menunjukkan huruf “k”.
34. Direktris bertanya kepada siswa
“dibaca?”
35. Kemudian meminta siswa untuk menjawab
“ne-nek”
36. Direktris meminta siswa untuk
mengelompokan huruf sesuai suku
katanya sambil bertanya “ coba
kelompokan menurut suku katanya?”
37. Siswa mengelompokan huruf menurut
suku katanya.
38. Direktris kembali bertanya kepada siswa
sambil menunjuk gambar, dengan berkata,
“siapa orang ini?”
39. Siswa menyebutkan nama gambar yang
ditunjukkan oleh Direktris.
Presentasi
Penutup
40. Direktris meminta siswa untuk
mengembalikan alat peraga dengan
berkata, “Mari bantu Ibu mengembalikan
kartu bergambar dan alfabet”.
41. Siswa mengembalikan kartu bergambar
dan alfabet.
42. Siswa membereskan tempat kerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[77]
Direktris meminta siswa untuk
mengembalikan alat peraga dengan
berkata, “Mari bantu Ibu mengembalikan
kartu bergambar dan alfabet”.
43. Siswa mengembalikan kartu bergambar
dan alfabet.
44. Siswa membereskan tempat kerja.
Aktivitas IV
a. Materi Pembelajaran : Membaca
b. Submateri : Menyusun dan membaca satu kalimat
Tujuan
langsung
Menyusun dan membaca satu kalimat.
Tujuan
tidak
langsung
Mengenal konsep abstrak menyusun kalimat.
Syarat Siswa mengenal huruf abjad.
Usia 6 -7 tahun (kelas 1 SD)
Alat peraga 1. Kartu
bergambar
2. Stik kartu
3. Alfabet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[78]
4. Lembar kerja
5. Pensil
Pengendali
kesalahan
Kartu jawaban
Presentasi
Awal
1. Direktris menyiapkan tempat kerja.
2. Direktris mengajak anak untuk mengambil
alat peraga dengan berkata, “Mari bantu Ibu
membawa wadah kartu bergambar dan
alfabet.”
3. Direktris mengajak siswa dengan berkata,
“Mari bekerja dengan menggunakan kartu
bergambar bersama Ibu.”
4. Direktris meminta siswa duduk di samping
kirinya.
Presentasi
Inti
5. Direktris meminta perhatian siswa,
“Perhatikan Ibu ya!”
6. Direktris mengambil dan menyusun kartu
bergambar yang akan dikerjakan sambil
berkata, “Mari kita selesaikan soal ini.”
7. Direktris mengambil 3 gambar dan
meletakkan di stik kartu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[79]
8. Direktris menunjuk gambar ke-1 dan berkata
“gambar apa ini?”.
9. Direktris dan siswa meletakkan huruf
(alfabet) sesuai dengan gambar yang
disediakan.
10. Direktris menunjuk gambar ke-2 dan berkata
“sedang apa orang digambar itu?”
11. Direktris dan siswa meletakkan huruf
(alfabet) sesuai dengan gambar yang
disediakan.
12. Direktris menunjuk gambar ke-3 dan
berkata “gambar apa ini?”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[80]
13. Direktris dan siswa meletakkan huruf sesuai
dengan gambar yang disediakan.
14. Siswa diminta menunjukkan dan menyebutkan
satu persatu kata yang disusun menjadi
kalimat dan berkata “ ibu-memasak-bayam”
15. Direktris meminta siswa untuk mengulang
kata dengan tepat “ibu memasak bayam”
16. Direktris memberi kesempatan siswa untuk
mencoba dengan berkata, “Kamu mencoba
ya!”.
Presentasi
Penutup
17. Direktris meminta siswa untuk
mengembalikan alat peraga dengan berkata,
“Mari bantu Ibu mengembalikan kartu
bergambar dan alfabet”.
18. Siswa mengembalikan kartu bergambar dan
alfabet.
19. Siswa membereskan tempat kerja. Direktris
meminta siswa untuk mengembalikan alat
peraga dengan berkata, “Mari bantu Ibu
mengembalikan kartu bergambar dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
[81]
alfabet”.
20. Siswa mengembalikan kartu bergambar dan
alfabet.
21. Siswa membereskan tempat kerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
CURRICULUM VITAE
Elena Mahanani Wicaksono merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara lahir di Bandung pada tanggal
6 Agustus 1993. Pendidikan pertama kali diperoleh di TK
Kesuma Bangsa tamat pada tahun 1999. Pendidikan dasar
diperoleh di SD Kesuma Bangsa sampai pada tahun
2004 lalu pindah di SD N Cibodas 3 dan tamat
pendidikan SD pada tahun 2005. Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP N
20 Tangerang, tamat pada tahun 2008. Pendidikan menengah lanjutan diperoleh di
SMK N 1 Tangerang, tamat pada tahun 2011. Pada tahun 2011 peneliti tercatat
sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selama menempuh
pendidikan di PGSD, peneliti mengikuti berbagai macam kegiatan di luar
perkuliahan. Berikut kegiatan yang pernah peneliti ikuti.
1. Sebagai Sie. Publikasi dan Dokumentasi dalam Kegiatan Inisiasi Mahasiswa
Baru Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas
Sanata Dharma pada tahun 2011.
2. Participated On The “ Maria Montessori Workshop: Learning Model
Development For 6-9 Years Old. Focused On Mathematics” pada tahun 2012.
3. A Participant In A Seminar For Studium Generale Entitled “Learning From
The Past For A Better Future: We And The 1965 Tragedy” pada tahun 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
4. Participanted In The “ Public Lecture On Teaching Multiculturalism To Toung
People: Learning From Post- War German Experience” By Dr. Bernd Schaefer
(The Woodrow Wilson Center, Washington D.C., Usa) pada tahun 2013.
5. Peserta Stadium Generale Dengan Tema : “Family Problems And Childern’s
Motivation To Learn” pada tahun 2013.
Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis
skripsi sebagai tugas akhir yang berjudul “Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran
Bahasa Indonesia SD Materi Membaca Berbasis Metode Montessori”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI