Post on 07-Mar-2019
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
ATAS (ISPA) TERHADAP PENGETAHUAN IBU DALAM
PENANGANAN PERTAMA ISPA PADA BALITA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Meraih Gelar Sarjana
Saint Terapan Program Studi Diploma IV Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Oleh :
Galih Ariyana Purwandari
R0108053
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN VALIDASI
KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
ATAS (ISPA) TERHADAP PENGETAHUAN IBU DALAM
PENANGANAN PERTAMA ISPA PADA BALITA
Galih Ariyana Purwandari
R0108053
Telah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Diuji di Hadapan Tim Penguji
Pada Tanggal ................................
Pembimbing I
Bambang Widjokongko, dr, PHK, M.Pd.Ked
NIP. 19481231 1976 091001
Pembimbing II
Sri Anggarini P, S.SiT, M.Kes
NIP. 19770621 2010 122001
Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah
Erindra Budi C, S.Kep, Ns, M.Kes
NIP. 19780220 2005 011001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
ATAS (ISPA) TERHADAP PENGETAHUAN IBU DALAM
PENANGANAN PERTAMA ISPA PADA BALITA
Galih Ariyana Purwandari
R0108053
Telah Dipertahankan dan Disetujui TIM Penguji Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Mahasiswa D IV Kebidanan FK UNS
Pada Tanggal ..........................
Pembimbing I
Bambang W, dr, PHK, M.Pd.Ked
NIP. 19481231 197609 1 001
Pembimbing II
Sri Anggarini P, S.SiT, M.Kes
NIP. 19770621 201012 2 001
Penguji 1
Anang Giri Mulya, dr, S.PA
NIP.19730410 200501 1 001
Penguji II
Mujahidatul M, S.Kep,Ns.
NIP. 19820821 200501 2 001
Mengesahkan,
Ketua Prodi DIV Kebidanan FK UNS
H. Tri Budi Wiryanto, dr, Sp.OG(K)
NIP. 19510421 198011 1 002
Mengetahui,
Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah
Erindra Budi C, S.Kep, Ns, M.Kes
NIP. 19780220 2005 011001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Karya tulis ilmiah ini penyusun persembahkan kepada :
1. Pak Nono dan Mama Jujuk tercinta yang selalu memberi
cinta, kasih, dorongan, dan keyakinan yang luar biasa
kepadaku. I love u ^^
2. Mbah Kung dan mbah Uti tersayang, yang selalu mau
mendengarkan keluh kesahku dan mampu menyemangatiku
3. Adik-adik ku tersayang Wahyu dan Satria serta keponakan
perdanaku dhek Wika Chimoet^^, Terima kasih atas aksi
pelepas jenuh yang kalian hadirkan untukku, tanpa kalian
mungkin saya sudah sedikit depresi sekarang ^,^ terima
kasih juga karena sudah mau di mintai tolong mengambil
ini dan itu. I love u All.
4. Spesial untuk pembimbingku tercinta, Bu Rini dan Pak
Kongko, tanpa njenengan berdua saya mungkin belum bisa
menyelesaikan karya tulis ini. Terima kasih ^^
5. Keluarga besar DIV Kebidanan UNS FK UNS. Mulai dari
petinggi, dosen Bu Eka, Bu Ika, mbak-mbak dan mas-mas
admin, sampai pak satpam yang menjaga sepedaku. Terima
kasih
6. Orang-orang yang selalu ada dalam suka maupun dukaku,
tertawa menyambut gembiraku dan setia membangkitkan
semangat hidupku. Mas Wahyu, terima kasih karena mau
ikut ribet membantuku.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan karya
ilmiah ini yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
8. Pembaca budiman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
“Education is an ornament is prosperity and refuge in adversity”
(ANONIM)
”Yang penting bukan dimana kamu mendapatkan pengetahuan tapi
dimana kamu menerapkannya”
( Al Haibara, Detective Conan)
“Terima Hidup secara tak bersyarat. Kebanyakan orang minta
kebahagiaan dengan syarat. Kebahagiaan hanya bisa dirasakan jika kita
tidak menetapkan syarat apapun”
(Arthur Rubenstein)
”Selalu diperlukan keadaan gawat untuk suatu kemajuan. Karena ada
kegelapan, maka di buat lampu. Karena adanya kabut, maka dibuat
kompas. Rasa lapar mendorong kita bereksplorasi. Dan adanya depresi
mengajari kita tentang nilai sebenarnya dari sebuah pekerjaan”
(Victor Hugo)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“PENGARUH PENYULUHAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS
(ISPA) TERHADAP PENGETAHUAN IBU DALAM PENANGANAN
PERTAMA ISPA PADA BALITA” sebagai salah satu persyaratan untuk meraih
gelar Sarjana Saint Terapan Program Studi Diploma IV Kebidanan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, antara lain:
1. H. Tri Budi Wiryanto, dr, SpOG (K), selaku Ketua Program Studi D-IV
Kebidanan UNS.
2. Erindra B.C., S.Kep.Ns, M.Kes selaku Ketua Tim KTI Program Studi D-IV
Kebidanan UNS dan selaku sekretaris penguji KTI
3. Bambang Widjokongdo, dr, PHK, M.Pd.Ked selaku Pembimbing Utama yang
selalu membimbing dan memberikan saran serta ilmunya.
4. Sri Anggarini P, S.SiT, M.Kes selaku Pembimbing Pendamping yang selalu
membimbing dan memberikan masukan serta ilmunya.
5. Seluruh Staf D-IV Kebidanan yang telah membantu administrasi dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
6. BAPPEDA Sukoharjo yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini
di Sukoharjo.
7. Segenap Keluarga Besar D-IV Kebidanan 2008 Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan semangat yang luar biasa dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Kedua orang tuaku, terima kasih atas segala doa, kasih sayang, kesabaran, serta
segala dukungan yang telah diberikan baik secara moril atau materil
9. Adik dan teman-teman terdekat penulis yang selalu memberikan dukungan dan
saran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah
selalu memberikan yang terbaik bagi kita semua.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, masih belum sempurna, oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah selanjutnya menjadi lebih baik. Semoga Karya
Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN VALIDASI .............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................. .......... iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................. v
MOTTO ........................................................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI..................................................................................... ............ x
DAFTAR DIAGRAM......................................................................... .......... xiii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................... .......... xiv
DAFTAR TABEL.............................................................................. ........... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian........................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian...................................................................... 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Tinjauan Pustaka......................................................................... 6
1) Penyuluhan............................................................................ 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
a) Pengertian Penyuluhan...................................................... 6
b) Tujuan Penyuluhan........................................................... 6
c) Ruang Lingkup Penyuluhan.............................................. 7
d) Langkah-langkah............................................................... 8
2) Pengetahuan.......................................................................... 9
a) Pengertian......................................................................... 9
b) Tingkat Pengetahuan........................................................ 10
c) Faktor Yang Mempengaruhi............................................. 12
d) Sumber Pengetahuan......................................................... 13
e) Pembentukan Pengetahuan................................................ 14
f) Pengukuran Pengetahuan................................................... 15
g) Metode Untuk Transfer Pengetahuan............................... 15
3) Infeksi Saluran Pernafasan Atas............................................ 16
a) Pengertian.......................................................................... 16
b) Gejala Umum..................................................................... 16
c) Macam............................................................................... 17
4) Balita...................................................................................... 33
5) Pengaruh Pemberian Penyuluhan........................................... 34
B. Kerangka Konseptual................................................................... 36
C. Hipotesis....................................................................................... 37
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian.......................................................................... 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................... 38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
C. Populasi Penelitian........................................................................ 39
D. Sampel dan Teknik Sampel........................................................... 40
E. Kriteria Retriksi............................................................................. 40
F. Pengalokasian Subyek.................................................................. 41
G. Definisi Operasional...................................................................... 41
H. Intervensi dan Instrumentasi.......................................................... 43
I. Rencana Analisis Data................................................................... 50
BAB IV : HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................................. 54
B. Karakteristik Responden............................................................... 55
C. Data Hasil Penelitian....................................................................... 60
BAB V : PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden................................................................. 64
B. Pengaruh Pemberian Penyuluhan Tentang ISPA............................ 69
BAB VI : PENUTUP
A. Simpulan......................................................................................... 73
B. Saran................................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 2.1 : Kerangka Konseptual................................................ 36
Diagram 3.1 : Rancangan Penelitian................................................ 38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ................................... 55
Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ........................ 56
Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan ......................... 57
Gambar 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan ...................... 58
Gambar 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak ..................... 59
Gambar 4.6 Rata-rata Perolehan Hasil Skor Pre test...................................................... 60
Gambar 4.7 Rata-rata Perolehan Hasil Skor Post test..................................................... 61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal
Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 : Kunci Jawaban
Lampiran 4 : SAP Penyuluhan
Lampiran 5 : Materi Penyuluhan
Lampiran 6 : Lembar Konsultasi Proposal Pembimbing Utama
Lampiran 7 : Lembar Konsultasi Proposal Pembimbing Pendamping
Lampiran 8 : Permohonan Izin Pengambilan Data
Lampiran 9 : Izin Pra Penelitian dari BAPPEDA
Lampiran 10 : Izin Pra Penelitian dari DKK
Lampiran 11 : Uji Validitas
Lampiran 12 : Uji Reabilitas
Lampiran 13 : Entri data Validitas dan Reabilitas
Lampiran 14 : Uji Normalitas
Lampiran 15 : Skor Pengetahuan Ibu Pre Test dan Post Test
Lampiran 16 : Hasil Analisis Data
Lampiran 17 : Karakteristik Responden
Lampiran 18 : Tabel Karakteristik Responden
Lampiran 19 : Lembar Konsultasi KTI Pembimbing Utama
Lampiran 20 : Lembar Konsultasi KTI Pembimbing Pendamping
Lampiran 21 : Leaflet
Lampiran 22 : Tabel Nilai r Product Moment
Lampiran 23 : Lembar Validasi Proposal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Lampiran 24 : Lembar Pengesahan Proposal
Lampiran 25 : Dokumentasi
Lampiran 26 : Kisi-Kisi Kuesioner
Lampiran 27 : Kuesioner Uji Validitas I
Lampiran 28 : Presensi
Lampiran 29 : Analisis Karakteristik Responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 : Patogen Akut Rhinosinusitis............................................... 22
Tabel 3.1 : Kisi-kisi Kuesioner............................................................ 45
Tabel 3.2 : Kisi-kisi Kuesioner setelah validitas dan reabilitas kedua .. 49
Tabel 4.1 : Hasil Pre test – Post Test ................................................... 61
Tabel 4.2 : Uji Normalitas ................................................................... 62
Tabel 4.3 : Hasil Analisis Data ............................................................. 63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Galih Ariyana Purwandari. R0108053. 2012. PENGARUH PENYULUHAN
TENTANG INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA) TERHADAP
PENGETAHUAN IBU DALAM PENANGANAN PERTAMA ISPA PADA
BALITA. Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan
balita di Indonesia. Tingginya angka kematian karena ISPA menyebabkan ISPA
menjadi masalah kesehatan utama. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan
untuk meningkatkan pengetahuan ibu agar ibu mampu memberikan pertolongan
pertama dengan benar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penyuluhan tentang infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) terhadap pengetahuan
ibu dalam penanganan pertama ISPA pada balita.
Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu (quasi eksperimental)
dengan menggunakan desain penelitian One group Pre- and Post-test group
design dengan uji normalitas shapiro-wilk dan analisis data dengan paired t test.
Sampel sebanyak 40 orang dengan tehnik total sampling.
Hasil dari penelitian ini adalah rata-rata pengetahuan ibu sebelum dan sesudah
penyuluhan adalah 20,95 dan 24,95. Hasil analisis di dapat p value atau
signifikansi 2-tailed = 0,000 yang menunjukkan ada perbedaan yang signifikan
antara data sebelum dan sesudah penyuluhan. Hasil korelasi diperoleh 0,925
dengan signifikasi 0,000 ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang
kuat/signifikan antara pretest dan post test (sig <0,05).
Simpulan penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan antara penyuluhan
infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) terhadap pengetahuan ibu dalam
penanganan ISPA pada balita.
Kata Kunci : Penyuluhan, ISPA, Balita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Galih Ariyana Purwandari. R0108053. 2012. THE EFFECT OF EXTENSION
UPPER RESPIRATORY TRACT INFECTION (URTI) TO THE WOMEN’S
KNOWLEDGE ON URTI FIRST HANDLING FOR TODDLER. DIV
Midwifery Study Program of Medical Faculty of Surakarta Sebelas Maret
University.
URTI ranks at the first cause of infant death and young children in Indonesia. The
high mortality rate due to URTI causes upper respiratory infection becomes a
major health problem. Therefore, its needs to make an extension to increase the
women’s knowledge so the women can provide first aid properly. The purpose of
this research is to know the women’s knowledge before and after counseling and
then analyze presence or absence influence of an upper respiratory tract infection
(URTI) of women’s knowledge on the first treatment of respiratory infection for
toddler.
This research uses quasi-experimental design using research designs One group
Pre-and Post-test group design with the Shapiro-Wilk normality test and analysis
of data by paired t test. Sample of 40 people with a total sampling technique.
The results of this research is an average of women’s knowledge before and after
counseling was 20.95 and 24.95. The results of the analysis can be p value or significance 2-tailed = 0.000 which showed there are significant difference between before and after counseling. The results obtained correlation is 0.925 with a significance of 0.000, it’s indicates that there is a strong relationship / significant between pretest and post test (sig <0.05).
The conclusions of this research is found significant effect between the extension
of upper respiratory tract infection (URTI) to the women’s knowledge on URTI
first handling of toddler.
Keywords: Counseling, URTI, Toddler
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
MDGs (Millenium Development Goals) menegaskan bahwa angka
kematian balita harus mampu diturunkan 2/3 hingga tahun 2015, sehingga
tahun 2015 angka kematian balita menjadi 23/1000 kelahiran hidup
(Dinkes, 2009). Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah
satu penyebab kematian tersering pada anak di negara berkembang. WHO
(World Health Organisation) juga memaparkan bahwa insidens
kesakitannya lebih dari 40 per 1000 kelahiran hidup dan sekitar 15%-20%
nya per tahun terjadi pada golongan usia balita (Depkes, 2010).
ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada
kelompok bayi dan balita di Indonesia. ISPA juga sering berada pada
daftar 10 (sepuluh) penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei mortalitas
yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA sebagai
penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30%
dari seluruh kematian balita (Agnesa, 2009).
AKABA (Angka Kematian Balita) di provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2009 sebesar 11,60/1.000 kelahiran hidup, cenderung meningkat
bila dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 10,12/1.000 kelahiran
hidup. ISPA bagian atas dapat mengakibatkan kematian serta sejumlah
kecacatan seperti contohnya otitis media yang menjadi penyebab utama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
ketulian di negara berkembang dan sangat berperan dalam timbulnya
gangguan perkembangan dan gangguan belajar pada anak-anak (Dinkes,
2009).
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan
Kabupaten (DKK) Sukoharjo, pada tahun 2010 tercatat Angka Kematian
Balita (AKABA) sebesar 2,1/1000 kelahiran hidup. Jumlah kematian
tersebut adalah 28, dengan 13 (46,4%) kematian disebabkan oleh Infeksi
Saluran Pernfasan Akut (ISPA) yang merupakan induk dari Infeksi saluran
pernafasan atas (DKK, 2010). Untuk Puskesmas Grogol, tidak ditemukan
kematian balita pada tahun 2010 tetapi tercatat jumlah kunjungan dengan
penyebab ISPA adalah yang terbanyak, yaitu mencapai 27.651 (49%)
kunjungan dari 20 penyakit besar pada tahun 2010 (Puskesmas Grogol,
2010).
Tingginya angka kematian karena ISPA menyebabkan ISPA menjadi
masalah kesehatan utama. Setiap tahunnya 40%-60% dari kunjungan di
Puskesmas ialah penderita penyakit ISPA. Proporsi kematian yang
disebabkan oleh ISPA ini mencapai 20-30% atau sekitar 150.000 balita
meninggal tiap tahun karena ISPA yang disebabkan oleh kesulitan
geografis, budaya dan ekonomi yang dialami penduduk dalam
menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan. Diperkirakan 11-22% balita
yang menderita batuk atau kelainan bernafas tidak dibawa berobat sama
sekali (Agnesa, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya sebuah perilaku. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih berkesinambungan daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Salah satu cara mendapatkan
pengetahuan adalah dengan bertukar informasi, yang menimbulkan
hubungan timbal balik dari kedua belah pihak (Suryani, Mahfoedz, 2006).
Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan untuk meningkatkan
pengetahuan ibu agar ibu mampu memberikan pertolongan pertama
dengan benar, sebab salah satu manfaat penyuluhan adalah berkisar
tentang perubahan pengertian yang mempengaruhi sebuah pengetahuan
(Syafrudin, Fratidina, 2009).
Penelitian mengenai pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan
pernah dilakukan oleh Suparyono (2008) dengan hasil bahwa pemberian
penyuluhan Posyandu pada ibu balita mampu meningkatkan pengetahuan
dan sikap terhadap Posyandu. Penelitian tentang Infeksi saluran
pernafasan pada balita juga pernah dilakukan oleh Djoko Wahyono (2004)
yaitu Pola infeksi saluran pernapasan akut anak usia bawah lima tahun
(balita) rawat jalan di Puskesmas I Purwareja Klampok Kabupaten
Banjarnegara tahun 2004, dengan hasil di Puskesmas Purwareja I,
Klampok, Banjarnegara terdapat 120 kasus infeksi saluran pernafasan akut
pada balita.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengambil
Karya Tulis Ilmiah dengan judul ”Pengaruh Penyuluhan Tentang Infeksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Saluran Pernafasan Atas Terhadap Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan
Pertama Infeksi Saluran Pernafasan Atas Pada Balita” .
B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan masalah dalam kasus tersebut adalah “ Bagaimana Pengaruh
Penyuluhan Tentang Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) Terhadap
Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan Pertama ISPA Pada Balita?”
C Tujuan
Tujuan dilaksanakannya studi kasus ini adalah :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang infeksi saluran
pernafasan atas (ISPA) terhadap pengetahuan ibu dalam penanganan
pertama ISPA pada balita
2. Tujuan Khusus
a Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang Pertolongan Pertama
Infeksi Saluran Pernafasan Atas pada balita sebelum penyuluhan
b Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang Pertolongan Pertama
Infeksi Saluran Pernafasan Atas pada balita setelah penyuluhan
c Untuk menganalisis pengaruh penyuluhan tentang infeksi saluran
pernafasan atas (ISPA) terhadap pengetahuan ibu dalam
penanganan pertama ISPA pada balita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D Manfaat
Penelitian ini dapat memberikan manfaat aplikatif, yaitu:
1. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan acuan untuk mengoptimalkan penatalaksanaan pada
kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas dengan melakukan
penyuluhan kesehatan dan melibatkan partisipasi ibu dalam penanganan
pertama.
2. Bagi Ibu
a. Meningkatkan pengetahuan ibu mengenai Infeksi Saluran Pernafasan
Atas pada balita melalui penyuluhan.
b. Dapat melibatkan peran aktif ibu dalam penanganan pertama
terhadap Infeksi Saluran Pernafasan Atas pada balita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Tinjauan Pustaka
1. Penyuluhan
a. Pengertian Penyuluhan
Penyuluhan adalah upaya bantuan yang diberikan kepada konseli
supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri,
untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya
pada masa yang akan datang. Penyuluhan kesehatan merupakan
bagian integral dari program kesehatan (Machfoedz, Suryani, 2005).
b. Tujuan Penyuluhan
Menurut Syafrudin dan Fratidhina (2009) tujuan penyuluhan
adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong
dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dengan melaksanakan cara
hidup sehat dan dapat berperan aktif dalam upaya kesehatan.
Tujuan penyuluhan jangka pendek adalah peningkatan
pengetahuan sedangkan jangka panjang adalah perubahan perilaku
menjadi lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
c. Ruang Lingkup Penyuluhan
Ruang lingkup penyuluhan menurut Effendy (2010) ada 3 (tiga),
yaitu:
1) Sasaran Penyuluhan
Sasaran penyuluhan di kategorikan menjadi 3 (tiga) macam,
yaitu:
a) Penyuluhan masa yaitu penyuluhan yang ditujukan kepada
semua orang.
b) Penyuluhan kelompok yaitu penyuluhan yang ditujukan
kepada kelompok tertentu melalui ceramah, demonstrasi,
sehingga memungkinkan terjadinya komunikasi 2 (dua) arah
secara timbal balik.
c) Penyuluhan perorangan yaitu penyuluhan yang dilakukan
dengan berhadapan langsung.
2) Materi atau Pesan
Materi yang hendak disampaikan hendaknya sesuai dengan
kebutuhan individu, keluarga, masyarakat. Kriteria materi antara
lain: menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, materi dapat
diterima (tidak terlalu sulit dipahami), penyampaiannya dengan
menggunakan alat peraga agar lebih menarik perhatian sasaran.
3) Metode
Metode dalam penyuluhan hendaknya yang dapat
mengembangkan komunikasi 2 (dua) arah, sehingga diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
tingkat pengetahuan sasaran terhadap pesan yang disampaikan
akan lebih jelas dan mudah dipahami, misalnya dengan
menggunakan metode curah pendapat, demonstrasi, stimulasi, dan
sebagainya.
d. Langkah-langkah Penyuluhan
Langkah-langkah menyusun penyuluhan menurut Machfoedz
dan Suryani (2005) adalah:
1) Perencanaan
Perencanaan adalah serangkaian kegiatan dimana keputusan
yang dibuat dituangkan dalam bentuk tindakan-tindakan.
Perencanaan ini melibatkan pimpinan program, pelaksana
program, petugas latihan, penyuluh, dan masyarakat juga
dilibatkan kalau keadaan memungkinkan. Perencanaan yang baik
hendaknya sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dapat diterima
masyarakat, sesuai dengan kebutuan program, didukung
kebijakan yang ada, dan bersifat praktis situasional.
Langkah-langkah dalam merencanakan penyuluhan antara
lain:
a) Mengenal masalah, masyarakat, dan wilayahnya. Menentukan
prioritas masalah
b) Menentukan tujuan penyuluhan. Apabila perlu dapat dibuat
skema agar mudah dibaca dan dipahami masyarakat luas. Ada
3 (tiga) tujuan yaitu pemahaman pengetahuan, sikap dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
ketrampilan. Penyuluhan harus ditetapkan hendak mencapai
tujuan yang mana.
c) Menentukan sasaran penyuluhan, kelompok kecil atau
kelompok masa.
d) Menentukan isi penyuluhan yang sesuai dengan bahasa yang
mudah dimengerti dan dipahami.
e) Menentukan metode penyuluhan. Tergantung pada tujuan
yang hendak dicapai. Apabila pemahaman pengetahuan saja
maka penyuluhan dapat dilakukan dengan presentasi atau
secara tertulis.
f) Menentukan media penyuluhan, dapat berupa leaflet, poster,
dsb
g) Membuat rencana penilaian sebagai indikator evaluasi.
2) Penyuluhan
Melaksanakan penyuluan kesehatan kepada sasaran sesuai
dengan apa yang telah dilaksanakan.
3) Evaluasi
Untuk mengetahui efektivitas penyuluhan yang dilakukan.
2. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
penglihatan, pendengaran, penciuman, pembau, dan peraba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang/overt behavior (Notoatmodjo,
2003).
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkat, yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu dapat diperhatikan sebagai mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu spesifik dan
seluruh badan yang dipelajari. Oleh karena itu, tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
mendatakan, dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat
mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
terhadap obyek yang dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya
(real). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunaan
hukum-hukum, rumus, prinsip, dan sebagainya dalam konteks ini.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih
dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja, seperti menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
5) Sintesis (syintesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru atau dengan kata lain sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi
yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat
meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu
teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau obyek, penilaian didasarkan
pada kriteria tertentu.
Pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, ekonomi, sosial,
budaya, dan politik. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan isi materi yang diukur dari subyek penelitian (responden).
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan tingkat-tingkat tersebut di atas (Soekanto, 2000).
c. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut
Soekanto (2005) antara lain:
1) Tingkat Pendidikan, menunjukkan korelasi positif dengan
terjadinya perubahan perilaku positif yang meningkat, semakin
tinggi tingkat pendidikan maka pengetahuan juga meningkat.
2) Informasi, seseorang yang mempunyai sumber informasi yang
lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas.
3) Budaya, berhubungan dengan tingkah laku manusia, atau
kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi
sikap dan kepercayaan.
4) Pengalaman, sesuatu yang pernah dialami seseorang akan
menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
5) Sosial Ekonomi, dimana semakin tinggi sosial ekonomi akan
menambah tingkat pengetahuan. Melalui pendidikan yang
semakin tinggi, dan media elektronik, seperti TV, Radio,dan lain-
lain.
d. Sumber Pengetahuan
Menurut Soekanto (2005) sumber pengetahuan dapat berasal dari:
1) Penemuan secara kebetulan
Penemuan yang sifatnya tanpa direncanakan dan
diperhitungkan terlebih dahulu. Dengan demikian datangnya
pengetahuan tidak dapat diperhitungkan secara berencana dan
tidak selalu memberikan gambaran yang sesungguhnya.
2) Penemuan melalui cara percobaan dan kesalahan
Apabila percobaan pertama gagal maka akan dilakukan
percobaan-percobaan berikutnya yang sifatnya memperbaiki
kesalahan yang terjadi pada percobaan terdahulu.
3) Kewibawaan
Berdasarkan penghormatan terhadap pendapat atau penemuan
yang dihasilkan oleh seseorang atau lembaga tertentu yang
dianggap mempunyai kewibawaan atau wewenang.
4) Usaha yang bersifat spekulatif
Dari sekian banyak kemungkinan, dipilihkan salah satu
kemungkinan walaupun pilihan tersebut tidaklah didasarkan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
keyakinan apakah pilihan tersebut merupakan cara yang setepat-
tepatnya.
5) Pengalaman
Berdasarkan pemikiran kritis seseorang, tetapi pegalaman
tersebut hanya untuk dicatat saja karena pengalaman belum tentu
teratur dan bertujuan.
6) Penelitian Ilmiah
Suatu metode yang bertujuan untuk mempelajari satu atau
beberapa gejala dengan jalan analisis dan pemeriksaan mendalam
terhadap fakta masalah yang disoroti, untuk kemudian
mengusahakan pemecahannya.
e. Pembentukan Pengetahuan
Tahap-tahap pembentukan pengetahuan menurut Notoadmodjo
(2007) di mulai dari proses belajar. Proses belajar sendiri di mulai
dari kontak individu dengan dunia luar yang kemudian terjadi proses
transformasi dari masukan (input) yang direduksi, diuraikan,
disimpan, ditemukan kembali dan dimanfaatkan. Transformasi dari
masukan sensoris bersifat aktif melalui proses seleksi untuk
dimasukkan ke dalam ingatan (memory). Memory ini akan melakukan
penelaahannya pada kawasan (domain) pengetahuan. Sifat khas dari
belajar adalah memperoleh sesuatu yang baru, yang dahulu belum ada
sekarang menjadi ada, yang semula belum diketahui menjadi
diketahui, serta yang belum dimengerti menjadi dimengerti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
f. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang
yang bersangkutan mengungkapkan hal-hal yang diketahuinya dalam
bentuk bukti jawaban, baik lisan maupun tulisan. Pertanyaan atau tes
dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan yang secara umum
dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu: pertanyaan subyektif
misalnya pertanyaan uraian, dan pertanyaan obyektif misalnya
pertanyaan pilihan ganda (multiple choice), benar salah, dan
pertanyaan menjodohkan (Soekanto, 2005).
Pengukuran pengetahuan juga dapat dilakukan dengan
memberikan seperangkat alat tes/kuesioner tentang objek
pengetahuan yang akan diukur (Andriyani, 2009).
g. Metode untuk transfer Pengetahuan.
Metode transfer pengetahuan menurut Emilia (2009) ada 3
(tiga), yaitu:
1) Metode seminar, untuk 2-20 peserta. Umpan balik diperoleh dari
pemimpin kelompok yang memiliki pengetahuan lebih banyak.
2) Konferensi, metode ini baik untuk pengembangan profesional.
3) Metode Ceramah disertai Diskusi merupakan metode paling
baik untuk transfer pengetahuan, memotivasi sasaran dalam
kelompok besar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Machfoedz dan Suryani (2005) juga menambahkan, apabila
pemahaman pengetahuan saja maka penyuluhan dapat dilakukan
dengan presentasi atau secara tertulis.
3. Infeksi Saluran Pernafasan Atas
a. Pengertian
Infeksi Saluran Pernafasan Atas adalah Infeksi Saluran
Pernafasan Akut golongan Bukan Pnemonia, seperti penyakit rinitis,
faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya.
Pada balita sering terjadi sindrom klinis yang tumpang tindih yang
menimbulkan tanda dan simptom yang hampir semuanya mirip, baik
virus maupun bakteri. Penyebab lain adalah traktus respiratorius
pada balita yang masih pendek jarak antara saluran pernafasan atas
dan bawah yang tidak terlalu besar serta mempercepat penyebaran
penyakit ke seluruh sistem pernafasan (Short, Gray, Dodge, 2009).
b. Gejala Umum
Menurut Rasmaliah (2004) gejala umum penyakit infeksi saluran
pernafasan dapat berupa: batuk dan pilek, kesulitan bernafas, sakit
tenggorokan, demam, sakit kepala.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c. Macam Infeksi Saluran Pernafasan Atas
Adapun yang tergolong dalam infeksi akut saluran pernafasan
bagian atas antara lain:
1) Rinitis
Rinitis adalah radang/inflamasi pada membran mukosa hidung
(Short, Gray, Dodge, 2009). Naning, Triasih, Setyati (2012)
mengelmpokkan rinitis sebagai istilah konvensional untuk infeksi
saluran pernafasan atas ringan dengan gejala utama hidung buntu,
adanya sekret hidung, bersin, nyeri tenggorokan, dan batuk.
Rinitis mudah menular dan merupakan infeksi saluran
pernafasan atas yang paling sering terjadi. Penularannya melalui
aerosol yang mengandung partikel kecil droplet pada mukosa
hidung atau konjungtiva dan juga dapat menular melalui kontak
tangan dengan sekret yang mengandung virus. Insidensnya dapat
terjadi sepanjang tahun dan dipengaruhi oleh musim. Rinitis
meningkat selama musim dingin. Penyakit ini disebabkan oleh
virus. Virus yang paling sering menyebabkan adalah Rhinovirus,
sedangkan virus lain adalah virus Parinfluenza, Coronavirus,
Adenovirus dan lain-lain (Naning, Triasih, Setyati, 2012).
Gejala lokal/di sekitar alat pernafasan biasanya berupa hidung
tersumbat, mengeluarkan lendir atau ingus, rasa penuh di telinga.
Gejala umumnya dapat berupa gangguan gastrointestinal (seperti
mual, muntah, kembung), gangguan saluran kemih (disuria,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
anuria), gangguan mental (mudah tersinggung/rewel, gelisah),
dan gangguan musculoskeletal (mialgia).
Patologi yang menyebabkan hal ini terjadi adalah karena
terdapat hipersekresi kelenjar serosa pada mukosa hidung
sehingga membran hidung menjadi sembab dan berisi cairan
interstitium. Selain itu infeksi virus ini juga dapat meningkatkan
vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas kapiler, yang pada
balita ini akan menyebabkan hidung tersumbat dan dapat
menyebabkan dispneu. Balita juga rentan muntah dikarenakan
harus mengubah pola bernafas yang pada keadaan normal itu
melalui hidung sedangkan pada kasus ini melalui mulut, sehingga
pada saat balita minum akan banyak udara juga yang terhisap
sehingga menyebabkan tersedak, mual dan akhirnya muntah.
Infeksi mudah menyebar ke sinus-sinus, telinga dan laring (Short,
Gray, Dodge, 2009).
Gejala rinitis muncul setelah masa inkubasi yang sangat
bervariasi, tergantung virus penyebabnya. Virus Rhinovirus
terjadi setelah 10-12 jam, virus Influenza sekitar 1-7 hari.
Biasanya tingkat keparahannya memuncak dalam 2-3 hari dan
setelah itu membaik. Rinitis dapat sembuh sendiri. Penyakit ini
terjadi sekitar 7-14 hari.
Diagnosa Rinitis pada balita umumnya lebih sulit, karena
pada golongan umur tertentu balita belum bisa berbicara dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
menyampaikan keluhannya secara spesifik. Oleh karena itu, perlu
dilakukan anamnesa yang lengkap pada orang tuanya, mengenai
bagaimana perilaku anak, terlihat nyeri atau tidak, sering rewel
atau tidak, apakah memiliki alergi, apakah orangtua
merokok/sering terpapar asap rokok atau tidak, susah menelan
atau tidak. Untuk diagnosa klinis perlu dilihat berapa panasnya,
warna sekret mukosa hidungnya, ada oedama atau tidak disekitar
hidung, ada whezing atau tidak.
Selain anamnesa dan pemeriksaan klinis, terdapat pula
diagnosa secara laboratorium seperti kultur, deteksi antigen dan
PCR (Polimerase Chain Reaction) untuk dapat menentukan
penyebab virus yang sebenarnya sehingga dapat diberikan terapi
yang tepat. Pada dasarnya pemeriksaan ini adalah baku emas
dalam penatalaksanaan rinitis, akan tetapi tidak direkomendasikan
untuk penatalaksanaan pasien sehari-hari, karena serotipe
Rhinovirus sangat banyak serta mengingat biaya yang besar,
sedangkan esensi rinitis dapat sembuh sendiri.
Naning, Triasih, dan Setyati (2012) membedakan terapi
rinitis ini menjadi 2 (dua), yaitu:
a) Terapi Nonmedikamentosa
Terapi ini dapat dilakukan ibu di rumah untuk
mengurangi gejala. Yaitu dengan memberikan cairan/minum
yang banyak untuk mengurangi nyeri/gatal tenggorok dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
mengurangi panas apabila diikuti demam serta melakukan
elevasi kepala saat tidur untuk mengatasi hidung tersumbat,
memotivasi anak untuk istirahat yang cukup, menjaga
kesegaran udara di kamarnya, mengurangi pakaiannya
sebanyak mungkin karena dengan kontak langsung dengan
udara sekitar diharapkan suhu sekitar dapat membantu
menurunkan demam yang dideritanya serta jangan membuat
anak lebih stres.
b) Terapi Medikamentosa
Terapi ini digunakan untuk mengurangi gejala apabila
keluhan terlalu mengganggu. Terapi yang dianjurkan adalah
asetaminofen atau ibuprofen apabila usianya sudah 6 bulan ke
atas untuk mengurangi demam pada hari-hari pertama.
Dapat pula diberi tetes hidung, yaitu larutan efedrin 1 %
untuk mengurangi hidung tersumbat. Sedativum untuk
menenangkan. Ekspektoran untuk mengurangi batuk bila perlu
(Hasan, latief, Alatas, Napitupulu, Pudjiadi, dkk, 2007).
Untuk pencegahan rinitis dapat dilakukan dengan menjaga
higienitas diri dan lingkungan, mengatur pola makan yang sehat
dan bernutrisi, mencuci tangan setelah kontak dengan penderita
rinitis, menjauhkan anak dari penderita rinitis, dan dapat juga
diberikan imunisasi influenza setiap satu tahun sekali (Naning,
Triasih, Setyati, 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Rinosinusitis
Istilah rinitis dan sinusitis sering kali digunakan untuk
mendiagnosa secara bersamaan karena tanda dan gejala yang
muncul hampir sama. Apalagi pada balita yang memiliki traktus
respiratorius yang masih pendek (Daulay, Dalimunthe,
Kaswandani, 2012).
Dalam kamus Dorland (2002) Sinusitis diartikan sebagai
peradangan pada sinus/rongga/kanal, dalam hal ini adalah rongga
sekitar saluran pernafasan yaitu hidung sedangkan rinitis adalah
inflamasi pada rongga hidung, sehingga Rhinosinusitis diartikan
sebagai radang sinus asesorius hidung.
Ada 8 (delapan) sinus paranasal manusia yang terletak pada
masing-masing sisi hidung, yaitu sinus frontal, etmoid, maksila,
dan sfenoid yang masing-masing terdiri dari satu pasang yaitu
disebelah kanan dan sebelah kiri. Seluruh sinus ini dilapisi
mukosa yang merupakan kelanjutan dari mukosa hidung, berisi
udara, dan bermuara ke rongga hidung. Sinus paranasal ini
berfungsi untuk resonansi suara, humidifikasi udara, dan
meringankan kepala, sehingga apabila sinus ini mengalami
gangguan maka akan timbul perubahan suara yang khas yaitu
menjadi besar dan kepala terasa berat.
Sinus Maksila dan Sinus Etmoid sudah terbentuk sejak lahir.
Sinus Stenoid mengalami pneumatisasi pada usia 5 (lima) tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Sinus Frontalis terbentuk pada usia 7 (tujuh) tahun tetapi baru
berkembang pada usia remaja. Ini merupakan faktor predisposisi,
bahwa sinus etmoid dan maksila biasanya akan terlibat dalam
kejadian rinosinositis akut (Short, Gray, Dodge, 2009).
Rhinosinusitis disebabkan oleh bakteri. Etiologi ini berbeda
tiap kategori kejadian akut dan kronis. Berikut adalah penyebab
patogen akut.
Tabel 2.1 Patogen Akut Rhinosinusitis
No Jenis Bakteri Prosentase Penyebab
1 Streptococcus pnemoniae 20-30%
2 Hemophilus influenzae 15-20%
3 Maroxella catharallis 15-20%
4 Streptococcus pyogenes 5%
Sumber: Daulay, Dalimunthe, Kaswandani, 2012
Untuk patogen kronik tidak diketahui secara pasti. Biasanya
disebabkan oleh mikroba. Menurut hasil kultur bakteri biasanya
ditemukan Streptococcus ά- haemolyticus, Staphylococcus aureus,
Staphylococcus koagulase negatif, dan lain-lain (Daulay,
Dalimunthe, Kaswandani, 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Adapun faktor predisposisi rinosinusitis adalah infeksi
respiratorius akut bagian atas oleh virus, rinitis alergik, kelainan
anatomi seperti pada dinding lateral nasal, bula etmoid yang
besar, hipoplasia sinus maksilaris, dan lain-lain. Defisiensi imun
dan asma juga merupakan faktor predisposisinya (Daulay,
Dalimunthe, Kaswandani, 2012).
Pada anak tanda dan gejala yang sering muncul adalah
rinorea, hidung tersumbat, bersin-bersin/gatal, nyeri pada wajah,
ingus purulen, hiposmia/anosmia, demam, sakit kepala, bau
mulut, mudah lelah, batuk, mual dan muntah serta kadang disertai
sakit pada telinga. Rinosinusitis tidak di ikuti batuk berdehem atau
berdahak, sehingga apabila diikuti batuk berdahak itu sudah
mengalami penyebaran ke saluran pernafasan bawah.
Diagnosis dapat diambil dari keluhan klien dan melalui
pemeriksaan penunjang. Adapun pemeriksaan penunjang yang
biasa dilaukan adalah pemeriksaan mikrobiologi yaitu dengan
kultur bakteri. Selain kultur bakteri sebenarnya bisa dilakukan
pemeriksaan radiologis untuk memastikan adanya sinusitis, tetapi
tidak dianjurkan untuk anak balita.
Terapi anjuran untuk rinosinusitis adalah terapi
medikamentosa yang meliputi antibiotik, irigasi nasal dengan
salin, steroid topikal, dan dekongestan. Untuk rinosinusitis akut
biasanya diberikan antibiotik golongan pinisilin, misalnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
amoksilin selama 10-14 hari atau satu minggu setelah perbaikan
gejala. Apabila balita alergi pinisilin dapat diberikan alternatif
sefalosporin generasi kedua atau ketiga.
Selain itu tenaga kesehatan juga perlu memberikan suport
kepada klien untuk menjalani diet, yaitu menghindari kafein,
coklat, dan soda asam, tidak diperbolehkan mengkonsumsi
makanan yang menimbulkan alergi, tidak diperbolekan tidur
setelah makan serta jangan didekatkan dengan asap rokok (Short,
Gray, Dodge, 2009)
3) Faringitis, Tonsilitis dan Tonsilofaringitis Akut
Faringitis adalah radang/inflamasi pada faring, meliputi
semua infeksi akut yang terjadi pada faring termasuk tonsilitis dan
tonsilofaringitis yang berlangsung hingga 14 hari. Faringitis
merupakan peradangan akut pada membran mukosa faring dan
struktur lain di sekitarnya. Karena letaknya yang sangat dekat
dengan tonsil, maka infeksi ini susah dipisahkan.
Faringitis disebabkan oleh virus dan bakteri. Virus
merupakan etiologi terbanyak dari penyakit faringitis ini,
terutama pada balita. Virus penyebab penyakit respiratori seperti
Adenovirus, Rhinovirus, dan Virus Parainfluenza dapat menjadi
penyebab faringitis. Bakteripun yang menjadi penyebab tersering
adalah Streptococcus beta golongan A, yang mencakup 15-30 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
penyebab tonsilitis dari golongan bakteri pada balita (Naning,
Triasih, Setyati, 2012).
Gejala faringitis biasanya tergantung pada jenis bakteri/virus
yang menyebabkan. Misalnya untuk bakteri Streptococcus
biasanya berupa nyeri tenggorokan dengan kejadian mendadak
yang didahului demam tinggi hingga dapat mencapai 40° C.
Urutan gejala yang dikeluhkan oleh balita biasanya nyeri kepala,
nyeri perut, dan muntah. Gejala lain juga mungkin timbul, seperti
faring hiperemis, tonsil bengkak dengan eksudasi, kelenjar getah
bening anterior bengkak dan nyeri, uvula bengkak dan merah,
ekskoriasi hidung, dan petekie palatum mole. Dan faringitis ini
umumnya terjadi pada anak di atas 3 (tiga) tahun (Naning, Triasih,
Setyati, 2012). Pada balita faringitis ini timbul disertai demam
yang tidak jelas penyebabnya, diare, muntah, atau kejang demam.
Pada balita yang lebih dewasa, dapat disertai nyeri perut yang
kemudian akan mempersulit diagnosa banding dengan
apendiksitis (Short, Gray, Dodge, 2009).
Sulit membedakan faringitis oleh virus dan oleh bakteri
Streptococcus. Baku emas yang dipakai biasanya adalah
pemeriksaan kultur yang diambil dari apusan tenggorok. Atau bisa
juga menggunakan uji cepat dengan sensitifitas dan spesifitas
tinggi dalam waktu 10 (sepuluh) menit. Ini membantu dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
pemberian terapi sehingga mengurangi pemberian antibiotik yang
tidak perlu (Naning, Triasih, Setyati, 2012).
Terapi pada faringitis juga tergantung dari jenis etiologinya.
Untuk faringitis akut karena virus tidak perlu diberi antibiotik,
karena tidak dapat mengurangi derajat keparahan dan
mempercepat waktu penyembuhan seperti pada infeksi bakteri.
Upaya meringankan gejala dapat diberikan lozenges (obat hisap)
untuk mengurangi nyeri tenggorok dan gargles (obat kumur)
untuk higienitas mulut dan menekan pertumbuhan bakteri.
Apabila nyeri berlebihan dan disertai demam dapat diberikan
parasetamol atau ibuprofen.
Untuk antibiotik, harus didasarkan pada kultur. Faringitis
yang disebabkan bakteri Streptococcus group A pada balita dapat
diberikan amoksisilin sebagai pengganti pinisilin. Keunggulannya
adalah rasanya lebih enak dan efektivitas sama dengan pinisilin
dengan waktu konsumsi yang lebih pendek, yaitu dengan dosis 50
mg/KgBB/hari dibagi 2 selama 6 hari, dibandingkan dengan
pinisilin yang biasanya diberikan selama 10 hari. Apabila alergi
pinisilin dapat diberikan eritromicin etil suksinat
40mg/KgBB/hari atau eritromicin estolat 20-40 mg/KgBB/hari
dengan pemberian 2-3 atau 4 kali per hari selama 10 hari. Bila
dengan terapi itu hasil kultur masih positif dapat dilanjutkan terapi
untuk alternatif kedua yaitu klindamicin oral 20-30 mg/KgBB/hari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
selama 10 hari atau amoksisilin klavulanat 40mg/KgBB/hari yang
terbagi menjadi 3 (tiga) dosis dan dikonsumsi selama 10 (sepuluh)
hari.
Selain terapi medikamentosa juga dapat diberikan terapi
nonmedikamentosa, yaitu suport untuk mengkonsumsi cairan
yang cukup, istirahat yang cukup, mengurangi mengkonsumsi air
dingin seperti es, dan mengurangi makanan yang mengandung zat
pengawet seperti snak ringan yang dijual bebas (Short, Gray,
Dodge, 2009).
Apabila pada tonsilitis berulang dan adenoid berulang dapat
dilakukan tonsilektomi atau adenoidektomi. Akan tetapi dalam 2
(dua) dekade terakhir terapi ini menurun. Untuk anak usia kurang
dari 3 tahun tonsilektomi sebisa mungkin harus dihindari. Dan
untuk pelaksanaannya apabila sedang terjadi infeksi aktif, harus
ditunda selama 2-3 minggu (Naning, Triasih, Setyati, 2012).
4) Otitis Media
Otitis media merupakan suatu inflamasi telinga tengah yang
berhubungan dengan efusi/telinga tengah. Yang merupakan
penumpukan cairan di telinga tengah (Hasan, Latief, Alatas,
Napitupulu, Pudjiadi, 2007).
Penyebabnya adalah tuba eustachius anak lebih horizontal,
lubang pembukaan tonus tubarius dikelilingi oleh folikel limfoid
yang jumlahnya banyak, tuba juga lebih pendek, sistem imun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
masih rentan. Biasanya juga merupakan lanjutan dari infeksi
saluran pernafasan yang dapat menyumbat tuba eustachius dan
lubang hidung sehingga berperan sebagai fokus infeksi di daerah
tuba. Insidensnya juga banyak yang diawali dengan infeksi
saluran nafas yang berulang (Short, Gray, Dodge, 2009).
Penyebab dari otitis media biasanya adalah kuman, seperti
Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza, dan Moraxella
catharalis.
Otitis media merupakan inflamasi telinga tengah dengan
gejala dan tanda klinis yang cepat, seperti nyeri, demam,
anoreksia, iritabel, mual dan muntah. Beberapa juga ditemukan
efusi telinga tengah yang asimtomatis. Dari pemeriksaan otoskopi
didapatkan gerakan membran timpani yang menurun, dengan
bentuk menjadi cembung, kemerahan dan keruh (Dadiyanto,
2012).
Menurut Dadiyanto (2012) pembagian jenis otitis media ini
nantinya akan mempengaruhi terapi yang diberikan.
Adapun jenis terapi ototis media dikelompokkan menjadi 2
(dua), yaitu:
a) Otitis Media Akut
Infeksi ini sering terjadi pada anak-anak dengan gejala
demam dan membran timpani cembung. Manifestasi klinisnya
diawali dengan infeksi saluran pernafasan yang diikuti dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
keluan nyeri telinga, demam, dan gangguan pendengaran. Pada
bayi dan balita kadang gejala yang muncul tidak begitu khas
sehingga gejala yang muncul seringkali iritabel, diare, muntah,
malas minum dan sering menangis.
Pengobatan harusnya didasarkan pada uji sensitifitas
terlebih dahulu. Tetapi uji ini biasanya memakan waktu,
sehingga pada balita sering diberi amoksisilin oral untuk
pilihan awal dengan dosis 40mg/KgBB/24 jam, 3 (tiga) kali
sehari selama 10 (sepuluh) hari. Apabila resisten dengan
golongan pinisilin bisa diberikan kombinasi dari eritromisin
dan sulfonamid atau sulfisoksazol. Apabila tidak disertai
dengan kompliksi, pemberian antibiotik cukup selama 5 hari.
Terapi yang lain bisa diberikan antipiretik, analgetik, dan
dekongestan. Terapi miringotomi juga bisa dijadikan alternatif
untuk memberikan kelegaan. Dan tak jarang diikuti dengan
insisi yang besar saat melakukan miringotomi untuk
memungkinkan drainase telinga tengah yang cukup.
Apabila setelah terapi antibiotik telah diberikan selama 10-
14 hari , maka dapat dilakukan berbagai alternatif lain, yaitu:
pemberian antimikroba jenis lain dari antibiotik sebelumnya,
dekongestan dan antihistamin, dan atau kortikosteroid sistemik
(Dadiyanto, 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
b) Otitis Media dengan Efusi
Otitis media dengan efusi adalah efusi telinga tengah
dengan tidak diikuti gejala otitis media akut. Otitis media ini
dapat terjadi pasca pengobatan otitis media sebelumnya. Lama
efusi sendiri dapat dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu: akut (kurang
dari tiga minggu), sub akut ( 3 minggu-3 bulan), dan kronis
(lebih dari 3 bulan). Efusi dapat bersifat serosa mukoid dan
purulen.
Manifestasi klinis yang muncul adalah efusi dan membran
timpani yang retraksi. Membran timpani ini biasanya keruh,
mobilitasnya juga terganggu, pendengaran terganggu, telinga
berasa penuh, tinitis dan dapat juga terjadi vertigo.
Otitis media dengan efusi sering sembuh dengan sendirinya
tanpa dilakukan terapi. Tetapi apabila gangguan pendengaran
yang dirasakan berat, maka dapat diberikan terapi medika
mentosa yaitu kombinasi dekongestan dan antihistamin.
Apabila efusi akut dan sub akut dapat dapat diberikan
antibiotik amoksisilin maupun amoksisilin- klavulanat selama
10-30 hari.
Apabila terjadi kejadian berulang pada balita dengan sebab
yang kurang jelas, maka dapat diberikan terapi antibiotik
profilaksis selama beberapa bulan selama musim dingin.
Misalnya adalah amoksisilin dengan dosis 20mg/KgBB/24 jam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
atau sulfonamid dengan dosis 50 mg/24 jam. Bersamaan
dengan terapi antibiotik profilaksis dapat juga dilakukan terapi
miringotomi dan pipa ventilasi yang efektif untuk mengurangi
keluhan, tetapi tidak dapat mencegah terjadinya insiden
berulang serta perlu dilakukan miringotomi dengan
memasukkan pipa timpanostomi, untuk memperbaiki ventilasi
telinga tengah.
5) Epiglottiditis Akut
Epiglottiditis akut merupakan penyakit yang jarang terjadi
dan disebabkan oleh virus Haemophillus influenzae tipe B serta
angka kejadian tertinggi pada usia 3-5 tahun. Dapat berakibat
fatal. Karena akan dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas akut
dan dapat mengakibatkan kematian bila tidak diobati (Short,
Gray, Dodge, 2009).
Epiglottiditis banyak terjadi pada anak berusia 2-7 tahun,
dengan puncak usia 3,5 tahun. Epiglottiditis hampir selalu
disebabkan oleh Haemophilus influenza tipe B. Penyebab yang
lain adalah Staphylococcus aureus, S. peumonie, Candida
albicans, virus dan trauma. Trauma ini dapat terjadi karena 2
(dua) hal yaitu karena asam asetat dan air panas (Yangtjik, Arifin,
2012).
Gambaran klinisnya adalah sakit menelan, dispneu, epiglotis
sangat bengkak dan merah serta diikuti demam. Mula timbulnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
cepat. Penanganannya harus di rumah sakit yang dilengkapi
dengan anestesi untuk membebaskan jalan nafas. Menurut
prosedur pengobatan antibiotik harus segera diberikan (Short,
Gray, Dodge, 2009).
Pada balita biasanya diawali dengan nyeri tenggorok,
disfalgia, lebih suka posisi duduk dengan badan membungkuk ke
depan dengan mulut terbuka dan leher ekstensi.
Diagnosis diperoleh dengan ditemukannya epiglotis yang
besar, bengkak, berwarna merah ceri dengan pemeriksaan
langsung ataupun laringoskopi, dan dapat menyumbat faring.
Kadang disertai radang di sekitarnya. Pemeriksaan yang lain dapat
dilakukan secara radiologis, dengan indikator ditemukannya
gambaran thumb sign.
Apabila anak diduga Epiglottiditis, maka pemeriksaan dengan
spatula harus dihindari karena akan menimbulkan reflek
laringospasme dan obstruksi total akut, aspirasi sekresi, serta
henti kardiorespirasi. Apabila tetap arus dilakukan maka arus
dipersiapkan intubasi dan trakeostomi. Selain itu anak yang
diduga epiglotis tidak diperbolehkan untuk tidur dalam posisi
terlentang karena akan semakin banyak kemungkinan terjadi
agitasi dan terjadi perubahan posisi epiglotis akibat gravitasi yang
akan menambah berat obstruksi/kerusakan jalan nafas (Yangtjik,
Arifin, 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Epiglotis normal bentuknya mirip lidah dan menggantung
pada larinks. Fungsinya adalah untuk mencegah masuknya
makanan ke dalam saluran pernafasan saat menelan. Apabila
mengalami gangguan, maka makanan dapat masuk ke dalam
saluran pernafasan (Dorland, 2002).
Untuk terapi pada penderita Epiglottiditis dapat dilakukan
terapi medikamentosa seperti intubasi atau trakeostomi dan
antibiotik. Untuk melakukan intubasi dan trakeostomi tidak perlu
memandang derajat gawat nafas yang terlihat. Intubasi dapat
menurunkan resiko kematian sebanyak 5% dari yang tidak
diberikan intubasi. Intubasi dilakukan selama 2-3 hari hingga
terlihat perbaikan inflamasi. Untuk antibiotik biasanya diberikan
secara intravena berupa sefalosporin generasi ketiga seperti
cefotaksim atau cefriaxon. Cefotaxim diberikan selama 7-10 hari
dan anak bebas demam 2 (dua) hari, sedangkan ceftriaxon dosis
tunggal dapat diberikan selama 5 (lima) hari.
Prognosis egiglotis adalah pasien meninggal yang disebabkan
obstruksi jalan nafas dan komplikasi trakeostomi (Yangtjik,
Arifin, 2012).
4. Balita
Balita merupakan akronim Bawah Lima Tahun. Balita didefinisikan
sebagai periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang
usia balita dimulai dari 1 (satu) tahun sampai 5 (lima) tahun (Muaris,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2008). Moersintowati (2006) juga memperkuat definisi di atas, bahwa
disebut balita bila berusia antara rentang 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun.
5. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan dalam Penanganan
Pertama ISPA Pada Balita
Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan adalah dengan
penyuluhan karena tujuan dari penyuluhan jangka pendek adalah
peningkatan pengetahuan (Syafrudin dan Fratidhina, 2009). Penyuluhan
merupakan bagian dari pendidikan kesehatan yang di dalamnya terdapat
proses belajar. Proses belajar di mulai dari kontak individu dengan
dunia luar yang kemudian terjadi proses transformasi dari masukan
(input) yang direduksi, diuraikan, disimpan, ditemukan kembali dan
dimanfaatkan. Transformasi dari masukan sensoris bersifat aktif melalui
proses seleksi untuk dimasukkan ke dalam ingatan (memory). Memory
ini akan melakukan penelaahannya pada kawasan (domain)
pengetahuan. Sifat khas dari belajar adalah memperoleh sesuatu yang
baru, yang dahulu belum ada sekarang menjadi ada, yang semula belum
diketahui menjadi diketahui, serta yang belum dimengerti menjadi
dimengerti (Notoadmodjo, 2007).
Pendapat umum menyatakan bahwa adanya pengetahuan yang
cukup akan memotivasi individu untuk berperilaku sehat (Emilia,
2009). Pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai informasi baik lisan
maupun tertulis serta pengalaman seseorang berdasarkan pikiran kritis
(Soekanto, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Pengetahuan yang dimaksud dalam karya tulis ilmiah ini adalah
pengetahuan mengenai pertolongan pertama infeksi saluran pernafasan
atas pada balita. Pertolongan atau penanganan pertama adalah tindakan
pertama yang dilakukan pada seseorang yang mengalami sakit.
Tindakan ini dilakukan sebelum dibawa ke tenaga kesehatan.
Pertolongan pertama ini tujuannya adalah untuk meringankan
gejala/rasa sakit yang dirasakan dan mengurangi komplikasi yang
mungkin timbul dalam arti mencegah keadaan bertambah buruk.
Untuk dapat menjalankan tujuan dari pertolongan pertama tersebut,
maka penolong harus sudah tahu apa yang harus dilakukan. Pemberi
pertolongan seharusnya tidak panik. Dan yang paling penting adalah
mengetahui penyebab sakit yang muncul dan tahu apa yang harus
diberikan (Cho, 2011).
Oleh karena itu, perlu dilakukan penyuluhan untuk meningkatkan
pengetahuan ibu agar ibu mampu memberikan pertolongan pertama
dengan benar (Syafrudin, Fratidina, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
B. Kerangka Konseptual
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, kerangka konseptual untuk penelitian
ini dapat dijelaskan melalui diagram berikut:
Variabel Bebas
Faktor yang mempengaruhi Variabel Terikat
Diagram 2.1 Kerangka Konseptual
Keterangan:
: Variabel yang tidak diteliti
: Variabel yang diteliti
- Pendidikan
- Pengalaman
- Informasi
- Sosial budaya
- Ekonomi
Pengetahuan Ibu Pada Tingkatan Paham Dalam
Memberikan Penanganan Pertama Infeksi
Saluran Pernafasan Atas Pada Balita
Ditemukan kembali (Pencarian kembali informasi)
Disimpan (dimasukkan dalam ingatan)
Dimanfaatkan (Penggunaan informasi)
Penyuluhan Infeksi Saluran Pernafasan Atas
Direduksi (Transfer Informasi)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
C. Hipotesis
”Ada Pengaruh Penyuluhan Tentang Infeksi Saluran Pernafasan Atas
(ISPA) Terhadap Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan Pertama ISPA Pada
Balita”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi
eksperimental) dengan menggunakan desain penelitian One group Pre-
and Pots-test group design, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguji
perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan, tetapi dalam
desain ini tidak ada kelompok pembanding/kontrol (Riyanto, 2010).
Model rancangan pada penelitian ini adalah :
Langsung 15 hari
Sumber: Riyanto (2010)
Diagram 3.1 Rancangan Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun tempat dan waktu penelitian ini adalah:
1. Tempat
Tempat penelitian ini di Desa Parangjoro Grogol Sukoharjo.
Perlakuan
Pre-
test
Post-
test
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2. Waktu
Waktu penelitian adalah bulan Mei-Juni 2012, dengan diskripsi
sebagai berikut:
a. Validitas I dilakukan pada tanggal 2 Mei 2012 di Posyandu Menur
III Parangjoro
b. Validitas II dilakukan pada tanggal 14 Mei 2012 di Posyandu
Menur 1 Parangjoro
c. Penelitian dan Pretest dilakukan pada tanggal 30 Mei 2012 di
Posyandu Menur VI Parangjoro
d. Post test dilakukan pada tanggal 15 Juni-17 Juni 2012 secara door
to door.
C. Populasi Penelitian
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah:
1. Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki
anak balita dan mengikuti Posyandu di Desa Parangjoro.
2. Populasi Aktual
Populasi Aktual dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki
anak balita usia 1-5 tahun, mengikuti posyandu Desa Parangjoro
antara bulan Mei-Juni tahun 2012, dan datang sendiri mengantarkan
balitanya ke posyandu.
Berdasarkan survey pendahuluan, besar populasi adalah 40 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
D. Sampel dan Tehnik Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi target yang akan diteliti
secara langsung yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi (Darmadi
H, 2011).
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita
usia 1-5 tahun, mengikuti posyandu di Desa Parangjoro pada bulan Mei-
Juni tahun 2012 dan datang sendiri bersama balitanya ke posyandu yang
diambil dengan tehnik total sampling dimana semua populasi yang ada
dijadikan sampel yaitu 40 orang. Penulis memilih tehnik ini karena
populasi yang ada terbatas dan untuk menghindari kesan yang tidak etis
(Tafiqurrahman, 2009).
E. Kriteria Restriksi
Meliputi 2 (dua) kriteria, yaitu:
1. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah:
a. Ibu yang memiliki balita umur 1-5 tahun
b. Berdomisili di Desa Parangjoro
c. Mengikuti kegiatan Posyandu
d. Bisa membaca dan menulis
e. Tidak mengalami gangguan jiwa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki
anak balita dan mengikuti posyandu di Desa Parangjoro, yang:
a. Tidak bersedia menjadi obyek penelitian dari awal sampai akhir.
b. Ibu yang tidak mengantar balitanya sendiri ke Posyandu.
F. Pengalokasian Subjek
Pengalokasian subjek pada eksperimen semu tidak
mengelompokkan subjek secara random, hal ini dikarenakan beberapa
alasan seperti tidak etis, dan tidak praktis karena ukuran sampel yang
terlalu kecil (Taufiqurrahman, 2009) sehingga dalam penelitian ini
penulis menggunakan total sampling dengan mengambil semua populasi
yang ada yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai sampel.
Sampelnya sebanyak 40 orang dilakukan pretest untuk mengetahui
pengetahuan awal mengenai infeksi saluran pernafasan atas pada balita.
Kemudian diberikan perlakuan berupa penyuluhan. Setelah 15 hari
dilakukan posttest pada kelompok tersebut untuk mengetahui hasil
pengetahuan yang diketahui dan dipahami responden secara door to
door (Notoatmodjo, 2010).
G. Definisi Operasional
1. Variabel Bebas : Penyuluhan Infeksi Saluran Pernafasan Atas
a. Definisi Operasional : Upaya bantuan yang diberikan kepada
konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri
sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
lakunya pada masa yang akan datang mengenai Infeksi Saluran
Pernafasan Atas yang meliputi definisi, gejala, penyebab,
penularan, dan pertolongan pertama yang dapat diberikan.
b. Alat Ukur : Presensi Kehadiran
c. Skala Pengukuran : -
2. Variabel Terikat : Pengetahuan ibu dalam penanganan pertama
Infeksi Saluran Pernafasan Atas pada balita
a. Definisi Operasional : Hasil tahu dan paham yang terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap Infeksi saluran
pernafasan atas, sehingga dapat memberikan penanganan pada
balitanya bila terjadi Infeksi saluran pernafasan atas meliputi
definisi, gejala, penyebab, penularan, dan pertolongan pertama
yang dapat diberikan. Definisi, gejala, penyebab, dan penularan
hanya digunakan sebagai pengantar sedangkan penekanannya
adalah pada pertolongan pertama yang dapat diberikan.
b. Cara Pengukuran : Kuesioner pengetahuan dalam penanganan
pertama infeksi saluran pernafasan atas pada balita.
c. Skala Pengukuran : Menggunakan skala Interval yaitu dari total
score yang nantinya diperoleh dari interval.
d. Hasil Pengukuran : total score yang didapat dalam mengisi
kuesioner sebelum dan sesudah penyuluhan.
Kemudian hasil score sebelum dan sesudah dibandingkan
(Riyanto, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
H. Intervensi dan Instrumentasi
Cara kerja dalam penelitian ini meliputi:
1. Intervensi
Pada penelitian ini, semua sampel diambil dan diberikan
intervensi. Di mulai dari memberikan pretest pada 40 orang ibu yang
diambil sebagai sampel berupa pertanyaan multiple choice question
untuk mengetahui pengetahuan awal tentang infeksi saluran
pernafasan atas. Pretest dilaksanakan bersamaan dengan program
posyandu bulanan yang telah menjadi agenda rutin yaitu pada tanggal
30 Mei 2012 dilanjutkan dengan memberikan penyuluhan kepada ibu
tentang infeksi saluran pernafasan atas meliputi definisi, gejala,
penyebab, diagnosa, dan penanganan pertama yang diberikan pada
balita apabila terserang infeksi saluran pernafasan atas. Setiap ibu
diberikan waktu 20 menit untuk mengerjakan. Penyuluhan dilakukan
dengan presentasi menggunakan LCD dan diskusi dengan
menggunakan leaflet selama 40 menit. Setelah 15 hari (15 Juli 2012)
sejumlah sampel tadi dilakukan posttest dengan kuesioner yang sama
seperti saat pretest untuk mengetahui pemahaman mengenai infeksi
saluran pernafasan atas pada balita. Post test dilaksanakan secara door
to door ke rumah masing-masing sampel. Kemudian hasil pretest
dianggap sebagai score awal dan hasil post test dianggap sebagai
score akhir yang akan dibandingkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2. Instrumentasi
a. Penyuluhan Infeksi Saluran Pernafasan Atas
1) Alat Ukur : Alat ukur yang digunakan berupa presensi
kehadiran
2) Cara Pengukuran : Cara pengukurannya adalah dengan
mewajibkan semua mengisi presensi sebelum masuk ke
ruangan penyuluhan. Peneliti bekerja sama dengan kader
posyandu.
b. Pengetahuan Mengenai Penanganan Pertama Infeksi Saluran
Pernafasan Atas
1) Alat Penelitian: Alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah
LCD, Laptop, dan leaflet
2) Alat Ukur
Alat ukur atau instrumen penelitian ini adalah kuesioner
tes berupa pertanyaan tertutup dalam bentuk multiple choice
question (MCQ). Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti karena
belum ada standar baku sehingga sebelum digunakan, peneliti
akan melakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu.
Pada kuesioner pengukuran pengetahuan dalam
penanganan infeksi saluran pernafasan atas pada balita adalah
berupa daftar pernyataan, dengan pilihan jawaban A, B, dan C,
dimana skoring untuk penarikan kesimpulan ditentukan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
membandingkan dengan score sebelum dan sesudah (Darmadi,
2010).
Kuesioner untuk pengambilan data yang dibuat sendiri
oleh peneliti karena belum ada kuesioner penelitian yang baku.
Oleh karena itu, kuesioner ini sebelumnya dilakukan uji
validitas dan uji reliabilitas terlebih dahulu kepada sejumlah
populasi yang tidak termasuk dalam sampel.
Adapun kisi-kisi kuesiner yang dipakai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Kisi-kisi kuesioner
Kompetensi
Dasar
No
Indikator
C1 C2 Jumlah
Soal Jumlah Nomor
Soal Jumlah Nomor Soal
Pengetahuan
tentang
penanganan
pertama
infeksi saluran
pernafasan
atas pada
balita
1 Definisi 3 1, 2, 23 3 7, 17, 31 6
2 Gejala
3 5, 24, 33 2 10, 25 5
3 Penyebab
4 4, 6, 8, 37 3 3, 39, 49 7
5 Penularan 2 12, 21
2 9, 20 4
6 Pertolongan
Pertama
9 15, 22, 26, 32,
34, 38, 41, 42,
44
19 11, 13, 14, 16,
18, 19, 27, 28,
29, 30, 35, 36,
40, 43, 45, 46,
47, 48, 50
28
Total 21 29 50
Adapun soal test sebelum diberikan kepada sampel akan
dilakukan uji coba dan dianalisis terlebih dahulu. Uji Validitas dan
reabilitas pada penelitian ini dilakukan pada 2 (dua) tempat yaitu di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Posyandu Menur III pada tanggal 2 Mei 2012 dan Posyandu Menur
I pada tanggal 14 Mei 2012. Uji validitas dan reabilitas pada
penelitian ini diberikan pada 30 responden.
1) Uji Validitas
Sebelum kusioner digunakan maka harus dilakukan uji
validitas terlebih dahulu untuk menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Untuk
mengetahui validitas item digunakan rumus korelasi product
moment (Notoadmodjo, 2002).
Formula dari rumus korelasi product moment ini adalah
sebagai berikut :
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi
N = jumlah responden
X = skor tiap-tiap butir pertanyaan
Y = skor total
Suatu item pertanyaan dinyatakan valid apabila memiliki nilai
korelasi product moment yang positif dan memiliki nilai
signifikansi lebih kecil dari tingkat ketelitian 0,05 (Notoadmodjo,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2002). Sugiyono (2007) juga menegaskan bahwa suatu item
petanyaan dikatakan valid apabila harga rxy (r hitung) lebih besar
dari r tabel. Pengolahan data untuk uji validitas ini menggunakan
program Statistical Package for Social Science (SPSS) 18 for
Windows.
Pada Uji validitas pertama kuesioner penyuluhan tentang
infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) terhadap pengetahuan ibu
dalam penanganan pertama ISPA pada balita didapatkan 24 soal
valid dan 26 yang tidak valid. Setelah di lihat satu per satu
didapatkan bahwa dari 24 soal yang valid terdapat suatu item
pertanyaan yang tidak terwakili sehingga dilakukan uji validitas
yang kedua. Uji validitas ini dilakukan pada kuesioner yang telah
diperbaiki struktur kalimat dan item pertanyaannya. Hasilnya
didapat 30 soal valid dan 20 soal yang tidak valid. Uji validitas
kedua ini semua item pertanyaan dapat terwakili, sehingga
kuesioner yang telah di uji validitas kedua inilah yang digunakan
untuk penelitian. Untuk 20 soal yang tidak valid akan
dihilangkan.
2) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas diperoleh apabila kuesioner dapat dipercaya dan
dapat menunjukkan ketepatan pada hasil kuesioner. Teknik
analisa untuk uji reliabilitas menggunakan formula Cronbach’s
Alpha (Notoadmodjo, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Formula dari cronbach’s alpha adalah sebagai berikut :
(
)(
∑
)
Keterangan :
r11 : reliabilitas instrumen (koefisien Cronbach’s
Alpha)
Vt : varians total atau varians skor total
∑Vi : jumlah keseluruhan varians item
n : jumlah item (yang valid)
Suatu item pertanyaan dikatakan reliabel apabila
memliki nilai alpha minimal 0,7 (Riwidikdo H, 2009).
Pengolahan data untuk uji reabilitas ini menggunakan program
Statistical Package for Social Science (SPSS) 18 for Windows.
Pada uji reabilitas pertama didapatkan 24 soal reliabel
dan 26 soal yang tidak reliabel. Sedangkan pada uji reabilitas
kedua didapatkan 30 soal reliabel dan 20 soal tidak reliabel.
Untuk item yang tidak reliabel akan dihilangkan dari kuesioner
penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Adapun item yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2: Kisi-kisi kuesioner setelah uji validitas dan
reabilitas kedua
3) Cara Pengambilan Data
Cara pengambilan data pada penelitian ini adalah secara
langsung dari responden (data primer) dengan cara mengisi
kuesioner yang diberikan peneliti pada pretest dan posttest.
1) Pretest
Data diambil dengan cara mengisi kuesioner beberapa
hari sebelum penyuluhan. Peneliti dibantu kader posyandu
saat memberikan pretest. Pengambilan data dilakukan di
posyandu bersamaan dengan kegiatan rutin posyandu pada
Kompetensi
Dasar No
Indikator C1 C2
Valid jumlah Tidak
valid jumlah Valid Jumlah
Tidak
valid jumlah
Pengetahuan
tentang
penanganan
pertama
infeksi
saluran
pernafasan
atas pada
balita
1 Definisi 23 1 1, 2,
31 3 17 1 7 1
2 Gejala 24 1 5, 33 2 25 1 10 1
3 Penyebab 4, 6 2 8, 37 2 49 1 3, 39 2
5 Penularan 12 1 21 1 20, 9 2 - -
6 Pertolongan
Pertama
15,22,
26,32,
38,42
6 12, 34,
41, 44 4
11,13,
14,18,
19,27,
29,36,
43,45,
46,47,
48,50
14 16,30,
35,40 4
TOTAL 11 12 19 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
bulan Mei. Pretest dilakukan secara serentak dalam satu
tempat. Ibu diberikan waktu 20 menit untuk mengerjakan
soal tes.
2) Posttest
Posttest dilakukan 15 setelah penyuluhan secara door to
door. Setiap ibu yang telah terdata sebagai responden akan
dikunjungi satu-satu untuk dilakukan posttest. Ibu diberikan
waktu 20 menit untuk mengerjakan kuesioner penelitian.
I. Rencana Analisis Data
1. Pengolahan Data
a. Editing (pemeriksaan data) yaitu memeriksa data yang telah
dikumpulkan baik berupa daftar pertanyaan maupun buku register.
b. Coding (pemberian kode) yaitu mengubah data ke dalam bentuk
yang lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode tertentu untuk
mempermudah pengolahan.
c. Entry (pemasukan data) yaitu memasukkan satu per satu data yang
didapat ke dalam Statistical Package for Social Science (SPSS) 18
for Windows.
d. Tabulating (penyusunan data) yaitu pengorganisasian data dalam
bentuk tabel agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun, ditata,
untuk disajikan dan dianalisis.
(Budiarto, 2002)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada secara
deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi. Variabel yang
dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalah karakteristik
responden yang terlampir dalam kuesioner dan penyuluhan Infeksi
saluran pernafasan akut.
b. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran kemudian dianalisis
untuk mengetahui apakah hasilnya sesuai dengan hipotesis yang
diharapkan atau tidak. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan paired t test (Fajar,2007).
Proses analisis data dibantu dengan menggunakan SPSS 18 for
windows. Adapun tahapannya sebagai berikut:
1) Uji Normalitas Data
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data
menggunakan Uji Shapiro-Wilk karena sampel kurang dari 50
(Agusyana, 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Kriteria yang digunakan dalam uji Shapiro-Wilk dengan
significansi 0,05 menurut Ghozali (2006) adalah sebagai
berikut:
a) Bila nilai p>0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya
data yang akan diuji tidak mempunyai perbedaan yang
signifikan dengan data normal baku. Jadi kesimpulannya
data tersebut berdistribusi normal.
b) Bila nilai p<0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima, artinya
data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan
dengan data normal baku. Jadi kesimpulannya data tersebut
tidak berdistribusi normal.
2) Uji Hipotesis
Jika terbukti berdistribusi normal maka tehnik analisis data
yang digunakan adalah uji-t dependen (dependent t-test) atau
paired t-test karena bertujuan untuk membandingkan hasil tes
yang variasinya sama sebelum dan sesudah penyuluhan (Fajar,
2009). Akan tetapi, bila data tidak berdistribusi normal maka
analisisnya dengan uji Wilcoxon. Data diolah dengan program
SPSS 18 for Windows (Dahlan, 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Kriteria yang digunakan pada paired t test dengan
signifikansi 0,05 menurut Sugiyono (2007) adalah sebagai
berikut:
a) Bila nilai p<0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak, yaitu
terdapat perbedaan yang signifikan antara data sebelum dan
sesudah penyuluhan
b) Bila p>0,05 maka Ha ditolak dan Ho diterima, yaitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara data sebelum dan
sesudah penyuluhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Parangjoro merupakan salah satu desa di Kecamatan Grogol, Kabupaten
Sukoharjo. Wilayah Desa Parangjoro tergolong dataran rendah yang terbagi
menjadi area pemukiman rumah, area pertanian, dan pabrik textil serta mebel.
Desa Parangjoro ini terdiri dari 3 RW. RW I terdiri dari 3 RT, RW II terdiri
dari 3 RT, dan RW III terdiri dari 3 RT.
Penelitian ini dilakukan di RT 1 RW 3 yang memiliki jumlah ibu - balita
sebanyak 62 orang. Responden dalam penelitian ini yang menjadi populasi
aktual adalah sebanyak 40 orang dan semua populasi tersebut diambil sebagai
sampel untuk penelitian. Mayoritas warga bekerja sebagai buruh pabrik dengan
penghasilan rendah. Upah Minimum Regional (UMR) di daerah ini adalah Rp
800.000,00. Penduduk di Desa Parangjoro ini banyak yang memanfaatkan
fasilitas posyandu. Sebagian besar dari mereka akan datang berkunjung ke
posyandu untuk menimbang balitanya. Warga juga sangat antusias dalam
mengikuti kegiatan posyandu yang lain seperti penyuluhan, kunjungan sales
promosi, lomba balita favorit, dan lain sebagainya.
Posyandu biasanya diadakan di rumah Ibu “Bayan” karena pertimbangan
keluasan tempat dan jarak yang tidak terlalu jauh, karena mayoritas dari warga
akan berjalan kaki saat mendatangi posyandu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
B. Karakteristik Responden
Penelitian menggunakan semua sampel yang ada atau secara total sampel,
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu didapatkan sebanyak 40
orang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh gambaran subyek
sebagai berikut:
1. Usia
Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah responden terbesar berada
pada kelompok usia 20-30 tahun yang terdiri dari 24 responden (60%),
sedangkan jumlah responden terkecil berada pada kelompok usia <20
tahun yang terdiri dari 2 responden (5%).
0
10
20
30
< 2020-30
31-40
2
24
14
< 20 20-30 31-40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
2. Pendidikan
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Gambar tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden
menempuh pendidikan terakhir hingga tamat SMP yaitu sebanyak 16
responden (40%). Tidak ditemui responden yang tidak tamat SD (0%).
Tidak tamatSD
Tamat SDTamat SMP
Tamat SMAPerguruan
Tinggi
0
8
16
14
2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Jumlah Responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
3. Pekerjaan
Karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Pekerjaan
Gambar tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak
bekerja yaitu mencapai kelompok tertinggi dengan jumlah 33 responden
(82,5%). Tidak ada yang menjadi pegawai negeri sipil (0%).
Tidak Bekerja Swasta Wiraswasta PNS
33
3 4
0
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Jumlah Responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
4. Pendapatan
Karakteristik responden berdasarkan pendapatan dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendapatan
Gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah responden terbesar atau
21 responden (52,5%) memiliki pendapatan < Rp 500.000,00. Hanya ada
1 (2,5%) responden yang memiliki pendapatan > Rp 2.000.000,00.
0
5
10
15
20
25
Jumlah Responden
21
16
2 0
1
< Rp 500.000,00 Rp 500.000,00-Rp 1.000.000,00
Rp 1.000.000,00-Rp 1.500.000,00 Rp 1.500.000,00-Rp 2.000.000,00
> Rp 2.000.000,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
5. Jumlah Anak
Karakteristik responden berdasarkan jumlah anak dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak
Gambar di atas menunjukkan bahwa jumlah responden terbesar, yaitu
sekitar 24 orang (60%) baru memiliki satu orang anak, dan jumlah
responden yang terkecil, yaitu sekitar 6 orang (15%) memiliki tiga anak.
6. Kunjungan Posyandu
Sebanyak 40 responden (100%) menyatakan selalu mengikuti
posyandu. Hal ini menunjukkan bahwa semua responden rata-rata
memperoleh informasi dengan takaran yang sama dari posyandu.
7. Riwayat ISPA
Sebanyak 40 responden (100%) menyatakan bahwa balitanya pernah
menderita ISPA seperti batuk pilek dan flu. Hal ini menunjukkan bahwa
satudua
tiga
24
10
6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
semua ibu sudah mengetahui gambaran umum awal tentang infeksi saluran
pernafasan atas, sehingga akan memudahkan dalam apersepsi penyuluhan.
C. Data Hasil Penelitian
1. Pengetahuan Ibu sebelum dan sesudah penyuluhan (Pre test dan Post test)
a. Pretest
Hasil yang diperoleh responden sebelum penyuluhan adalah
sebagai berikut:
Gambar 4.6 Rata-rata perolehan hasil pretest responden
Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata perolehan
hasil pretest responden adalah 20,95.
Mean: 20,95
Std. Dev: 1,974
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
b. Post test
Hasil yang diperoleh responden sebelum penyuluhan adalah
sebagai berikut:
Gambar 4.7 Rata-rata perolehan hasil post test responden
Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata perolehan
hasil pretest responden adalah 24,95.
Tabel 4.1 Hasil Pre test – Post Test
Mean
Standar
Deviasi
Skor
Tertinggi
Skor
Terendah
Pre test 20,95 1,974 25 16
Post test 24,95 1,894 29 21
Tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan skor tertinggi maupun
terendah sebelum dilakukan penyuluhan dan sesudah dilakukan penyuluhan.
Mean: 24,95
Std. Dev: 1,894
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
2. Uji Normalitas
Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Shapiro-Wilk.
Hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Uji Normalitas Pre Test dan Post Test
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Pre test 0,959 40 0,158
Post test 0,956 40 0,123
a. Lilliefors Significance Correction
Tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai Sig untuk pre test dan post
test dengan menggunakan Shapiro-Wilk berturut-turut adalah 0,158 dan
0,123. Semuanya menunjukkan p > 0,05, sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa data Pre Test dan data Post Test terdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
3. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Uji t dependen atau
paired t-test karena data berdistribusi normal. Hasilnya adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.3 Hasil Analisis Data
Paired Samples Test
Paired Differences
T df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lowe
r Upper
Pair 1
Pre
Test
-
Post
Test
-4,000 ,751 ,119 -
4,240 -3,760 -33,683 39 ,000
Tabel di atas menunjukkan nilai p (Sig. 2-tailed) adalah 0,000 dimana
nilai p<0,05 (0,000<0,05). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan skor
yang bermakna antara hasil pre test dan post test. Dengan demikian dapat
disimpulkan ada pengaruh yang signifikan antara penyuluhan tentang
infeksi saluran pernafasan atas terhadap pengetahuan ibu dalam
penanganan pertama ISPA pada balita di Desa Parangjoro, Grogol,
Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
BAB V
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
1. Usia
Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden berumur 20-30 tahun. Umur merupakan ciri kedewasaan fisik
dan kematangan kepribadian yang erat hubungannya dengan pengambilan
keputusan dan perilaku tindakan. Semakin dewasa umur maka tingkat
kemampuan, kematangan dalam berfikir dan kemampuan menerima
informasi akan lebih baik jika dibandingkan dengan umur yang masih muda
atau belum dewasa. Mulai umur 20 tahun, taraf berfikir seseorang akan
semakin matang. Dari data yang telah terkumpul dapat diketahui bahwa
dalam penelitian ini mayoritas responden termasuk dalam golongan umur
yang matang sehingga lebih mudah dalam penyampaian informasi dalam
suatu penyuluhan (Mubarak, 2007). Setelah dilakukan analisis terlihat
bahwa peningkatan skor pretest dan post test untuk kelompok usia di bawah
20 tahun tidak terlalu tinggi apabila dibandingkan dengan dengan kelompok
usia di atas 20 tahun. Ini membuktikan adanya kesesuaian dengan teori yang
ada.
2. Pendidikan
Ditinjau dalam hal pendidikan, sebagian besar responden memiliki
ijasah pendidikan terakhir pada jenjang tamat SMP. Tingkat pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
sendiri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik
pula pola pikirnya. Pola pikir yang baik ini nanti akan menyebabkan
seseorang memiliki kemampuan analisis dan sintesis yang baik pula.
Kemampuan analisis dan sintesis sendiri merupakan domain kognitif dari
pengetahuan. Semakin baik kemampuan analisis dan sintesis seseorang
maka akan semakin baik pula tingkat pengetahuan seseorang. Ibu dengan
pendidikan yang tinggi pada umumnya akan lebih memperhatikan kesehatan
daripada ibu dengan pendidikan rendah. Responden dalam penelitian ini
memiliki kemampuan analisis dan sintesis yang cukup baik, sehingga
memudahkan dalam penerimaan informasi saat penyuluhan (Notoadmodjo,
2010). Setelah dilakukan analisis dapat diketahui bahwa semakin tinggi
tingkat tingkat pendidikan responden, rata-rata mengalami peningkatan skor
yang lebih tinggi pula. Ini membuktikan adanya kesesuaian dengan teori
yang ada.
3. Pekerjaan
Data yang terkumpul menunjukkan bahwa sebagian besar responden
tidak bekerja (Ibu rumah tangga). Status pekerjaan ibu dapat berpengaruh
terhadap kesempatan dan waktu yang digunakan untuk meningkatkan
pengetahuan. Ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT) akan
memiliki lebih banyak waktu dan kesempatan yang digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan karena secara otomatis akan memiliki lebih
banyak waktu juga mengakses informasi melalui berbagai macam sumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
informasi seperti mengikuti kegiatan kemasyarakatan misalnya PKK, arisan
RT, Posyandu, dan lain sebagainya dan juga melalui media elektronik
seperti TV, radio, internet, dan lain sebagainya. Dengan mengakses
informasi dari berbagai sumber informasi tersebut akan menambah
pengetahuan dan pengalaman ibu. Dapat disimpulkan bahwa responden
dalam penelitian ini memiliki banyak kesempatan untuk mendapatkan
berbagai macam informasi kesehatan dari berbagai sumber, sehingga
memudahkan dalam penangkapan informasi saat penyuluhan (Soekanto,
2002). Setelah dilakukan analisis, dapat diketahui bahwa ibu yang tidak
bekerja rata-rata mengalami peningkatan skor pengetahuan yang lebih tinggi
daripada ibu tidak bekerja. Kesimpulannya sesuai dengan teori yang ada.
4. Pendapatan
Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diperoleh.
Berdasarkan data yang dikumpulkan dapat diketahui bahwa responden
memiliki pendapatan yang relatif rendah (< Rp 500.000,00). Berdasarkan
data yang di peroleh dari Kelurahan Parangjoro, dapat diketahui bahwa
Upah Minimum Regional (UMR) daerah ini adalah Rp 800.000,00.
Sehingga mayoritas warga berpendapatan di bawah UMR. Pendapatan akan
mempengaruhi pola konsumsi seseorang. Soekanto (2005) menyatakan
dimana semakin tinggi sosial ekonomi akan menambah tingkat pengetahuan
karena kesempatan menempuh pendidikan yang semakin tinggi, dan
kepemilikan serta akses media elektronik yang lebih mudah, seperti TV,
Radio, internet dan lain-lain. Akan tetapi, untuk memperoleh informasi pun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
tidak selalu harus dengan media elektronik yang mahal. Menurut Syafrudin
(2009) informasi yang baik didapat dari media yang tepat. Syafrudin juga
menambahkan bahwa informasi di dunia global dapat sangat mudah sekali
diakses oleh siapapun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak
selalu dibutuhkan media yang mahal untuk mendapatkan informasi, bahkan
melalui koran atau televisi saja sudah bisa menambah informasi tentang
infeksi saluran pernafasan atas. Setelah dilakukan analisis dapat diketahui
bahwa kelompok dengan pendapatan yang rendah (dibawah UMR) rata-rata
mengalami peningkatan skor yang tidak terlalu tinggi. Ini membuktikan
adanya kesesuaian dengan teori yang ada.
5. Jumlah Anak
Berdasarkan data yang terkumpul responden rata-rata memiliki satu
orang anak. Soekanto (2005) memaparkan bahwa jumlah anak akan
mempengaruhi pola pikir dan pengalaman seseorang, terutama dalam
memberikan penanganan pada anak balitanya apabila terjadi suatu masalah.
Mubarak (2007) juga menambahkan bahwa pengetahuan akan semakin baik
apabila diperoleh suatu gambaran atau apersepsi yang baik pula
sebelumnya. Untuk menumbuhkan apersepsi atau pemahaman ini dapat
dilakukan dengan memperoleh pengalaman terlebih dahulu yang dapat
meningkatkan imaginasi dalam kemaknaan selanjutnya. Responden dalam
penelitian ini rata-rata mempunyai 1 (satu) orang anak, sehingga
pengalaman dalam perawatan balita bermasalah juga masih sedikit,
khususnya adalah infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). Ini menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
sasaran sangat tepat untuk diberikan perlakuan dan diamati perubahan
pengetahuannya. Setelah dilakukan analisis, dapat diketahui bahwa ibu yang
memiliki satu jumlah anak rata-rata mengalami peningkatan nilai yang lebih
rendah daripada ibu yang memiliki anak lebih dari satu. Ini membuktikan
adanya kesesuaian dengan teori yang ada.
6. Kunjungan Posyandu
Semua responden selalu datang dalam kegiatan posyandu. Kunjungan
posyandu akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Dengan rutin
datang ke posyandu seorang ibu akan selalu dapat mengetahui
perkembangan yang terjadi di luar sana dari penyuluhan penyuluhan dari
bidan desa, kader posyandu, maupun kunjungan dari luar seperti PLKB,
promosi kesehatan dari mahasiswa PKK, dan lain sebagainya. Secara
otomatis pengetahuannya akan meningkat. Dapat disimpulkan bahwa
responden aktif dalam mengikuti posyandu dan mempunyai sumber
informasi yang banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas sehingga
akan memudahkan saat penyuluhan (Soekanto, 2005).
7. Status ISPA
Semua responden menyatakan bahwa semua balitanya pernah
mengalami Infeksi saluran pernafasan atas, seperti flu, batuk tidak berdahak,
pilek, radang tenggorokan, dan lain sebagainya. Sehingga secara tidak
langsung ibu sudah memiliki gambaran tentang Infeksi saluran pernafasan
atas (ISPA). Ini akan memudahkan dalam melakukan apersepsi dan diskusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
lebih lanjut tentang ISPA pada saat penyuluhan berlangsung (Soekanto,
2005).
B. Pengaruh Penyuluhan Infeksi Saluran Pernafasan Atas Terhadap Pengetahuan
Ibu Dalam Penanganan Pertama Infeksi Saluran Pernafasan Atas Pada Balita
Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita. Masa balita
merupakan periode yang penting dalam tumbuh kembang seorang anak. Pada
masa ini terjadi pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya, seperti perkembangan kemampuan berbahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensi yang berjalan cepat.
Infeksi saluran pernafasan atas merupakan penyakit yang sering terjadi pada
balita. Balita yang terjangkit ISPA akan dapat mengalami gangguan tumbuh
kembang, berat badan turun, nafsu makan berkurang, dan lain sebagainya.
Keadaan yang lebih parah dapat meningkatkan angka morbiditas dan
mortalitas. Penanganan yang tepat dapat meringankan gejala/rasa sakit yang
dirasakan dan mengurangi komplikasi yang mungkin timbul dalam arti
mencegah keadaan bertambah buruk.
Untuk dapat memberikan penanganan yang tepat, seorang ibu harus
terlebih dahulu mengetahui mempunyai pengetahuan tentang penanganan
infeksi saluran pernafasan atas. Salah satu cara untuk meningkatkan
pengetahuan adalah dengan penyuluhan karena tujuan jangka pendek dari
penyuluhan adalah peningkatan pengetahuan (Syafrudin dan Fratidhina, 2009).
Penyuluhan merupakan bagian dari pendidikan kesehatan yang di dalamnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
terdapat proses belajar. Proses belajar di mulai dari kontak individu dengan
dunia luar yang kemudian terjadi proses transformasi dari masukan (input)
yang direduksi, diuraikan, disimpan, ditemukan kembali dan dimanfaatkan.
Transformasi dari masukan sensoris bersifat aktif melalui proses seleksi untuk
dimasukkan ke dalam ingatan (memory). Memory ini akan melakukan
penelaahannya pada kawasan (domain) pengetahuan. Sifat khas dari belajar
adalah memperoleh sesuatu yang baru, yang dahulu belum ada sekarang
menjadi ada, yang semula belum diketahui menjadi diketahui, serta yang belum
dimengerti menjadi dimengerti (Notoadmodjo, 2007).
Pendapat umum menyatakan bahwa adanya pengetahuan yang cukup akan
memotivasi individu untuk berperilaku sehat (Emilia, 2009). Pengetahuan
dapat diperoleh dari berbagai informasi baik lisan maupun tertulis serta
pengalaman seseorang berdasarkan pikiran kritis (Soekanto, 2000).
Penyuluhan mengenai penanganan pertama infeksi pernafasan atas pada
balita dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang infeksi saluran pernafasan
atas pada balita. Proses penyuluhan ini dipengaruhi oleh karakteristik
responden seperti usia, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, pengalaman, dan
kunjungan posyandu. Untuk mengetahui perubahan pengetahuan tentang
penanganan pertama infeksi saluran pernafasan atas pada balita maka
dilakukan pre test dan post test. Pada Pre test rata-rata skor responden
mayoritas di atas rata-rata. Pada Post test rata-rata skor responden mayoritas
juga di atas rata-rata. Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan rata-rata post
test lebih tinggi daripada rata-rata pre test. Peningkatan pengetahuan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
disebabkan ibu memperoleh tambahan informasi dalam penyuluhan. Hal ini
sesuai dengan Mubarak (2007) yang menyatakan bahwa informasi merupakan
salah satu hal yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
Adanya pemberian informasi yang baru tersebut menimbulkan minat yang
tinggi terhadap sesuatu. Dengan memperoleh informasi yang baru dapat
membantu seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. Minat menjadikan
seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam.
Hasil uji hipotesis dengan menggunakan paired t test menunjukkan ada
pengaruh yang signifikan antara penyuluhan infeksi saluran pernafasan atas
terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang penanganan pertama infeksi
saluran pernafasan atas pada balita. Peningkatan pengetahuan ini disebabkan
karena ibu memperoleh penyuluhan. Hal ini sesuai dengan Syafrudin, Fratidina
( 2009) bahwa penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan ibu agar ibu
mampu memberikan pertolongan pertama dengan benar, sebab salah satu
manfaat penyuluhan adalah berkisar tentang perubahan pengertian yang
mempengaruhi sebuah pengetahuan. Hasil penelitian ini didukung pula oleh
penelitian serupa seperti yang dilakukan oleh Suparyono (2008) bahwa
pemberian penyuluhan Posyandu pada ibu balita mampu meningkatkan
pengetahuan dan sikap terhadap Posyandu.
Analisis menggunakan paired t test karena data berdistribusi normal. Hal
ini terbukti dari pengolahan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk (n<50)
didapat p untuk pre test dan post test >0,05.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Secara umum hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan
antara penyuluhan ISPA terhadap pengetahuan ibu tentang penanganan ISPA
pada balita. Namun demikian, penelitian ini masih memiliki keterbatasan.
Keterbatasan tersebut yaitu pada penelitian ini tidak semua variabel luar bisa
dikendalikan seperti: pendidikan, pengalaman, informasi, sosial budaya, dan
ekonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Simpulan dari penelitian pengaruh penyuluhan tentang infeksi saluran
pernafasan atas (ISPA) terhadap pengetahuan ibu dalam penanganan pertama
ISPA pada balita di Desa Parangjoro, Grogol, Sukoharjo adalah sebagai
berikut:
1. Rata-rata skor pengetahuan ibu sebelum penyuluhan adalah 20,95.
2. Rata-rata skor pengetahuan ibu setelah penyuluhan adalah 24,95.
3. Ada pengaruh penyuluhan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) terhadap
peningkatan pengetahuan ibu tentang penanganan ISPA pada balita
(p=0,000< 0,05).
B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan agar tenaga kesehatan, khususnya bidan dapat lebih
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama pada
balita yang tertular ISPA melalui penyuluhan tentang ISPA pada balita
dengan metode presentasi dan leaflet serta senantiasa mendukung dan
memotivasi agar ibu dapat aktif dalam perawatan balitanya.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan bagi masyarakat (khususnya ibu) untuk senantiasa
meningkatkan pengetahuan mengenai bagaimana melakukan penanganan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
pada balita yang tertular ISPA dengan cara mengikuti penyuluhan maupun
melalui media yang lain seperti media elektronik dan media cetak.
3. Bagi Puskesmas
Diharapkan puskesmas dapat secara aktif memberikan kebijakan
kepada setiap posyandu untuk melakukan penyuluhan tentang ISPA pada
balita dengan metode presentasi dan leaflet guna meningkatkan
pengetahuan ibu serta peran aktif ibu dalam penanganan pertama apabila
terjadi ISPA pada balitanya.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan agar peneliti selanjutnya mengembangkan penelitian ini
dengan menambah variabel yang lain seperti sikap, perilaku ibu serta
mempertimbangkan metode penyuluhan yang berbeda seperti pendidikan
intensif individual ataupun kelompok kecil, design yang lain misalnya
dengan menggunakan kontrol, agar ruang lingkup penelitian menjadi lebih
luas, atau dengan menggunakan parameter yang berbeda.