Post on 06-Feb-2018
i
PENGARUH LEVEL CAMPURAN RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum) DAN DAUN GAMAL ( Gliricidia sepium)
TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR, KALSIUM, DAN FOSFOR PADA
SILASE HIJAUAN
SKRIPSI
OLEH:
IBNUHADY RAMADHAN I111 12 272
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2016
ii
PENGARUH LEVEL CAMPURAN RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum) DAN DAUN GAMAL ( Gliricidia sepium)
TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR, KALSIUM, DAN FOSFOR PADA
SILASE HIJAUAN
SKRIPSI
OLEH :
IBNUHADY RAMADHAN I 111 12 272
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2016
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ibnuhady Ramadhan
NIM : I111 12 272
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab
Hasil dan Pembahasan, tidak asli alias plagiasi maka saya bersedia
membatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.
Makassar, Oktober 2016
Ibnuhady Ramadhan
iv
v
ABSTRAK
Ibnuhady Ramadhan (I 111 12 272) Pengaruh Level Campuran Rumput Benggala (Panicum Maximum) dan Daun Gamal (Gliricidia Sepium) terhadap Kandungan Protein Kasar, Kalsium, dan Fosfor pada Silase Hijauan. (Dibawah Bimbingan MUHAMMAD RUSDY sebagai Pembibmbing Utama dan SYAMSUDDIN NOMPO sebagai Pembimbing Anggota).
Silase merupakan teknik pengolahan pakan melalui proses fermentasi oleh bakteri asam laktat secara anaerob. Penelitian bertujuan untuk mengetahui level atau persentase campuran yang tepat dari rumpu benggala dan daun gamal ditinjau dari kualitas kimia silase. Materi yang digunakan adalah rumput benggala dan daun gamal. Penelitian dirancang berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan P0 = 100 % rumput benggala segar (tanpa dibuat silase), P1 = 100 % rumput benggala (dibuat silase), P2 = rumput benggala 85% + daun gamal 15% (dibuat silase), P3 = rumput benggala 70% + daun gamal 30% (dibuat silase). Parameter yang diamati adalah kandungan protein kasar, kalsium, dan fosfor pada silase. Hasil penelitian menunjukkan silase campuran rumput benggala dan daun gamal menunjukkan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap kandungan protein kasar, kalsium, dan fosfor. Disimpulkan bahwa level atau persentase campuran yang tepat dari silase rumput benggala dan daun gamal ditinjau dari kualitas kimia silase (Protein, Kalsium, dan Fosfor) adalah pada perlakuan P3 (benggala 70% + gamal 30%). Kata Kunci : Silase, Protein Kasar, Kalsium, Fosfor, Campuran Rumpur Benggala
dan Daun Gamal.
vi
ABSTRACT Ibnuhady Ramadhan (I111 12 272) The Effect of Ensiled Some Levels of Guinea Grass (Panicum maximum) and Gliricidia Leaves (Gliricidia sepium) on Crude Protein, Calcium, and Phosphorus Content. (Under the supervision of MUHAMMAD RUSDY as Main Supervisor and SYAMSUDDIN NOMPO as Co-Supervisor).
Silage is feed processing product obtained through fermentation by lactic
acid bacteria anaerobically.The study aim wasto determine the effect of some levels of ensiled guinea grass and gliricidia mixture on nutritional value of silage. The materials used are guineagrass and gliricidia. The study was designed based on completely randomized design with four treatments and three replications. The treatments were P0 = 100% fresh guinea grass, P1 = ensiled 100% guinea grass, P2 = ensiled guinea grass 85% + gliricidia 15%, P3 = ensiled guinea grass 70% + gliricidia 30%. The observed parameter was crude protein, calcium, and phosphorus content. The results showed that ensiled of mixture of guinea grass and gliricidia resulted in significant effect (p<0.05) on crude protein, calcium, and phosphorus content of silage. It is concluded that the best treatment to obtain the highest level of crude protein, calcium, and phosphorus content of silage was P3 treatment (guinea grass 70% + gliricidia 30%).
Keywords : Silage, Crude Protein, Calsium, Phosphorus, Mixture of guinea grass
and gliricidia.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala,
shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada rasulullah Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beserta keluarganya, sahabat, dan orang-orang yang
mengikuti beliau hingga hari akhir, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Pengaruh Level Campuran Rumput Benggala (Panicum Maximum)
dan Daun Gamal (Gliricidia Sepium) terhadap Kandungan Protein Kasar,
Kalsium, dan Fosfor pada Silase Hijauan.”. Sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.
Limpahan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terima kasih yang tulus
kepada kedua orang tua saya Ayahanda Salam Radjab dan Ibunda Ina Syamsina
serta saudara-saudaraku, yang selama ini banyak memberikan doa, semangat,
kasih sayang, saran dan dorongan kepada penulis.
Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati penulis
juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih banyak Kepada
Pembimbing Akademik , Prof. Dr. Ir. Muhammad Rusdy, M.Agr. yang terus
memberikan arahan, nasihat dan motivasi selama ini.
viii
2. Ucapan terima kasih disampaikan dengan hormat kepada Prof. Dr. Ir.
Muhammad Rusdy, M.Agr selaku pembimbing utama dan Dr. Ir.Syamsuddin
Nompo, MP selaku pembimbing anggota yang penuh ketulusan dan
keikhlasan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat,
arahan, serta koreksi dalam penyusunan skripsi ini.
3. Keluarga Besar “FLOCK MENTALITY” dan “HUMANIKA” kalian
merupakan teman, sahabat bahkan saudara, terima kasih atas indahnya
kebersamaan dalam bingkai kampus ini.
4. Teman-teman KKN Samaenre , Feby, Bowo, Rupi, Nunni, Tuti, Nely, dan
Sita. Kebersamaan kalian akan selalu penulis ingat
5. Teman- teman “SOLKARS” yang selalu membantu dan berjuang bersama-
sama selama menempuh pendidikan di kampus ini. Terkhusus untuk tim
penelitian saya “BRIPTU” terima kasih atas kerja sama dan kerja keras kalian
selama proses pnelitian ini.
Penulis menyadari meskipun dalam penyelesaian tulisan skripsi ini masih
perlu masukan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun agar
penulisan berikutnya senantiasa lebih baik lagi. Akhir kata penulis ucapkan
banyak terima kasih dan menitip harapan semoga tugas akhir ini bermanfaat
bagi kita semua. Amin ya robbal alamin.
Makassar, Oktober 2016
Ibnuhady Ramadhan
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
HALAMAN JUUDUL .................................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................ 1 Rumusan Masalah ................................................................................... 2 Tujuan dan Kegunaan ............................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Silasse ........................................................................ 3 Rumput Benggala .................................................................................... 5 Gambaran Umum Daun Gamal .............................................................. 8 Daun Gamal sebagai Pakan Ternak ........................................................ 8 Protein Kasar ........................................................................................... 10 Mineral (Kalsium dan Fosfor) ................................................................ 11 Hipotesis ................................................................................................. 12
x
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat .................................................................................. 13 Materi Penelitian ..................................................................................... 13 Metode Penelitian ................................................................................... 13
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Protein Kasar ....................................................................... 17 Kandungan Kalsium dan Fosfor ............................................................. 19
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 22
LAMPIRAN ................................................................................................... 26
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
No Halaman Teks
1. Komposisi Kimia Silase beberapa Jenis Rumput .......................................... 4
2. Kandungan Gamal dalam Bentuk Segar, Hay, dan Silase .............................. 9
3. Rata-rata Kandungan Protein Kasar, Kalsium, dan Fosfor pada Silase Campuran Rumput Bengala dan Daun Gamal ............................................... 17
xii
DAFTAR GAMBAR
No Halaman Teks 1. Gambar Rumput Benggala ................................................................ 5 2. Gambar Daun Gamal ……………………………………………………. 8
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman Teks 1. Hasil Analisis Ragam Kandungan Protein Kasar Silase Campuran
Rumput Benggala dan Daun Gamal ……………………………….. 25
2. Hasil Analisis Ragam Kandungan Kalsium Silase Campuran Rumput Benggala dan Daun Gamal .................................................... 29
3. Hasil Analisis Ragam Kandungan Fosfor Silase Campuran Rumput Benggala dan Daun Gamal ..................................................... 31
4. Dokumentasi Penelitian ………………………………………………… 33
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permasalahan yang kerap dihadapi oleh petani- peternak pada musim
kemarau di Indonesia adalah kurangnya dan terbatasnya suplai pakan segar
terutama rerumputan. Musim kemarau menyebabkan tanaman mengalami
kekeringan sehingga tidak dapat tumbuh dengan baik. Kurangnya jumlah rumput
yang dikonsumsi ternak akan mempengaruhi produktivitas ternak itu sendiri.
Untuk itu diperlukan suatu teknik pengolahan pakan yang dapat mengatasi
permasalahan tersebut. Salah satu teknik pengolahan pakan yang sering digunakan
dengan cara mengawetkan hijauan adalah silase
Silase merupakan teknik pengolahan pakan melalui proses fermentasi oleh
bakteri asam laktat secara anaerob. Tujuan pembuatan silase adalah mengawetkan
bahan pakan di dalam silo agar dapat menambah masa simpan pakan sehingga
dapat digunakan pada kondisi- kondisi sulit seperti saat kurangnya ketersediaan
pakan atau rumput pada musim kemarau. Pembuatan silase merupakan salah satu
cara yang sangat berguna untuk tetap menggunakan materi tanaman dengan
kualitas nutrisi yang tinggi sebagai pakan ternak di sepanjang waktu, tidak hanya
untuk musim.
Pada penelitian ini, kombinasi atau campuran rumput benggala dan daun
gamal merupakan bahan utama pembuatan silase. Seperti yang kita ketahui,
Graminae atau rumput memiliki kandungan serat kasar yang tinggi, sedangkan
leguminosa memiliki kandungan protein yang tinggi, sehingga dengan
2
memanfaatkan kedua hijauan pakan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kualitas fisik dan kimia silase.
Untuk mengetahui kualitas sebuah silase dapat kita ketahui dengan
meninjau kualitas fisik dan kimia silase itu sendiri. Kualitas fisik silase antara lain
mencakup warna, bau , rasa , pH, bahan kering. Sementara kualitas kimia seperti
protein kasar, dan mineral. Protein dan mineral merupakan dua unsur yang
penting dan dibutuhkan dalam menunjang pertumbuhan dan produktivitas ternak.
Untuk itu, perlu dilakukan pengamatan mengenai level campuran silase mana
yang terbaik terhadap kandungan protein kasar dan mineral (kalsium, fosfor). Hal
inilah yang melatarbelakangi disusunnya makalah penelitian ini.
Rumusan Masalah
Seberapa besar pengaruh daun gamal apabila dicampur dengan rumput
benggala terhadap kandungan protein kasar, kalsium, dan mineral pada silase ?
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui level atau persentase campuran
yang tepat dari rumput benggala dan daun gamal ditinjau dari kualitas kimia
silase.
Kegunaan penelitian ini yaitu agar dapat dijadikan sebuah parameter
dalam membuat silase dari bahan rumput benggala dan daun gamal, sehingga
dapat diaplikasikan dengan baik di masyarakat.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Silase
Pembuatan silase sudah dikenal lama sekali dan berkembang pesat di
Negara yang beriklim subtropics. Prinsip pembuatan silase adalah fermentasi
hijauan oleh mikroba yang banyak menghasilkan asam laktat. Mikroba yang
paling dominan adalah dari golongan asam laktat yang mampu melakukan
fermentasi dalam keadaan aerob dan anaerob. Asam laktat yang dihasilkan selama
proses fermentasi akan berperan sebagai zat pengawet sehingga dapat
menghindarkan pertumbuhan mikroorganisme pembusuk. Sebelum di fermentasi
hijauan sebaiknya di layukan, kondisi iklim saat pelayuan sangat mempengaruhi
untuk memberikan efek positif pada pola fermentasi silase (Ridwan, 2005).
Silase adalah pakan hasil produk fermentasi hijauan, hasil samping
pertanian dan agroindustri dengan kadar air tinggi yang diawetkan dalam kondisi
anaerob (McDonald dan Woolford dalam Yunus, 2009). Keadaan anaerob ini
harus tetap dipertahankan, sebab udara adalah musuh besar silase (Anonim, 2013).
Proses kimiawi atau fermentasi yang terjadi selama penyimpanan silase disebut
ensilase, sedangkan tempatnya disebut silo (McDonald dan Woolford dalam
Yunus, 2009).
Silase umumnyadibuat dari hijauan, limbah pertanian, limbah rumah
potong/limbah industri, ikon dengan menggunakan proses fermentasi asam laktat.
Beberapa yang dilaporkan seperti silase ikan, silase jeroan, silase onggok dll. Jadi
tidak terbatas pada jenis hijauan saja.Awetan ini merupakan bahan pakan yang
berpotensi tinggi, komposisi kimiawi dan kecernaannya hampir sama dengan
4
bahan aslinya. Walaupun silase tidak akan pernah lebih baik dari hijauan aslinya.
Hal ini disebabkan oleh adanya sejumlah zat makanan tertentu yang akan hilang
selama proses fermentasi dan aroma yang timbul dapat menyebabkan tingkat
konsumsi menurun (Morrison, 1961).Komposisi kimia silase beberapa jenis
rumput terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia Silase Beberapa jenis Rumput Jenis Rumput BK
(%) WSC (%)
pH BAL
Brachiaria humidicola1) 20,85 2,35 5,32 1,26 Penisetum purpureum1) 15,77 9,88 3,96 2,53 Panicum maximum2) 19,35 3,03 4,71 1,84 Pennisetum purputhypoides1) 16,0 7,56 5,90 2,00 Sumber : Aminah dan Santoso dalam Anonim, 2013 Keterangan : WSC (Water Soluble Carbohydrate), BK (Bahan Kering), BAL (Bakteri
Asam Laktat)
Keuntungan dalam pembuatan silase adalah jumlah zat makanan relatif
lebih lama dapat dipertahankan, pembuatannya tidak dipengaruhi cuaca dan
kehilangan zat makanan di lapangan dapat dikurangi. Semua bagian tanaman
dapat dibuat silase dan dapat dimakan oleh ternak. Batang hijauan yang biasanya
dibuang pada pakan segar setelah dibuat silase dapat dimakan ternak. Konsumsi
silase bergantung dari bahan keringnya, palatabilitasnya dan ukuran partikel
(panjang pemotongan) sedangkan daya cernanya berhubungan dengan aktivitas
rumen dan ketersediaan bakteri sellulosa dan hemisellulosa (Cuilison, 1975).
Kartadisastra (1997) berpendapat bahwa silase berkualitas baik yaitu mempunyai
tekstur segar, berwarna kehijau-hijauan, tidak berbau busuk, disukai ternak, tidak
berjamur, dan tidak menggumpal.
Tujuan pembuatan silase adalah untuk mendapatkan bahan pakan yang
masih banyak mengandung air, bermutu tinggi serta tahan lama, untuk dapat
5
dipergunakan pada masa kekurangan makanan hijaun. Silase termasuk pakan
hijauan yang baik untuk ternak ruminansia karena palatabilitasnya masih baik dan
akseptabel serta daya racunnya kecil (Lubis, 1992). Prinsip pembutan silase
adalah mengeluarkan oksigen secepat mungkin sehingga terbentuknya suasana
asam dalam penyimpanan (terbentuk asam laktat), keadaan hampa udara
(anaerob). Untuk mendapatkan suasana anaerob dikerjakan dengan cara ditekan.
Baik dengan menggunakan alat atau diinjak-injak sehingga udara sekecil mungkin
(minimal) baik. Adapun beberapa syarat yang harus diperhatikan misalnya kadar
air, kecepatan dan kesempurnaan mengeluarkan udara selama (Perry, 1980).
Rumput Benggala
Gambar 1 : Rumput Benggala
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016
Rumput benggala (Panicum maximum)atau disebut juga Guinea grass
berasal dari Afrika tropik dan sub tropik. Rumput jenis ini dapat berfungsi sebagai
penutup tanah, penggembalaan, ataupun diolah dalam bentuk hay dan silase
(Reksohadiprodjo, 1994). Ciri tanaman ini adalah tumbuh tegak membentuk
rumpun, tinggi dapat mencapai 1 – 1,8 m, daun lebih halus daripada rumput gajah,
buku dan lidah daun berbuku, banyak membentuk anakan, bunga tersusun dalam
6
malai dan berwarna hijau atau kekuningan, serta akar serabut dalam. Rumput jenis
ini tahan kering tetapi tumbuh baik jika cukup air walaupun tidak tahan genangan.
Panicum maximum juga tahan naungan, responsif terhadap pupuk nitrogen, dan
juga tahan penggembalaan sehingga dapat dijadikan rumput potong ataupun
pastura.
Produksi Panicum maximum yang dihasilkan mencapai 100–150 ton/ha/th
dalam bahan segar. Panen pertama dilakukan setelah 2–3 bulan setelah
penanaman (Sutopo, 1985). Rumput P. maximum atau rumput benggalatelah
tersebar di daerah tropis. Rumput ini tidak diragukan lagi yang terbaik di
AsiaTenggara sebagai rumput pastura atau diintegrasikan dengan karet dan
lamtoro (L.’tmannetje dan Jones, 1992). Horne dan Stur (1995)
merekomendasikan rumput iniuntuk rumput potong maupun rumput gembala.
Hasil penelitian di indonesia jika dibandingkan dengan luar negeri juga
tidak beda jauh seperti yang diperoleh Middleton dan Mc Coskar (1975) produksi
bahan kering rumput benggala sedikit dibawah rumput gajahyaitu 26,85– 60,0 t
ha-1tahun-1, kandungan nitrogen 2,7 – 3,0% pada interval potong 3 minggu dan
1,0 – 1,3% untuk 12 minggu. kemudian Thomas (1976) melaporkan bahwa jenis
ini tidak berbatang sehingga hampir semua bagian tanaman dapat dimanfaatkan
secara maksimal, selain itu memiliki kandungan protein kasar 9,2–18,7% dan
bahan kering per ha 4037 kg dengan kecernaan 58,6–66,3%.
Rumput benggala dapat tumbuh disegala jenis tanah seperti tanah yang
kering, dan meskipun tahan kekerigan, tidak akan bertahan lama apabila terjadi
kekerigan yang sangat parah. Beberapa strain lebih menyukai tanah tergenag air
7
(waterlogging) untuk priode singkat. Tanaman ini dapat tumbuh baik dibawah
pohon karena agak tahan naugan, walaupun pertumbuhannya tidak sama dengan
tempat terbuka (Holm dkk, 1977).
Klasifikasi rumput benggala :
Phylum : Spermatophyte
Subphylum : Angiospenonae
Classic : Monocotyledonae
Ordo : Giumiflora
Familia : Poaceae
Sub Familia : Panicoideae
Genus : Panicum
Spesies : Panicum maximum
Gamal
Gambar 2 : Daun Gamal
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016
Gamal (Gliricidia sepium)adalah tanaman leguminosa yang dapat tumbuh
dengan cepat di daerah kering, yang mempunyai ciri-ciri tanaman berbentuk
pohon, warna batang putih kecoklatan, perakaran kuat dan dalam. Gamal
8
merupakan leguminosa berumur panjang, tanaman ini dapat beradaptasi dengan
baik pada lingkungan dengan temperatur suhu antara 20 – 30oC dengan ketinggian
tempat antara 750 – 1200 m (Tilman dkk, 2005). Tanaman ini mampu hidup di
daerah kering dengan curah hujan 750 mm/thn dan tahan terhadap genangan.
Gamal juga mampu beradaptasi terhadap berbagai kondisi tanah, mudah ditanam,
dan mampu memproduksi biomasa yang cukup besar, selaras dengan kandungan
nutrisi dan protein yang sangat tinggi.
Gamal berasal dari Amerika Tengah dan Brasil yang beriklim kering.
Daun gamal berbentuk elips (oval), ujung daun lancip dan pangkalnya tumpul
(bulat), susunan daun terletak berhadapan seperti daun lamtoro atau turi. Bunga
gamal muncul pada musim kemarau dan berbentuk kupu-kupu terkumpul pada
ujung batang (Natalia dkk,2009). Kandungan nutrisi hijauan gamal (G. sepium)
yaitu kadar protein 25,7%, serat kasar 13,3%, abu 8,4%, dan BETN 4,0% (Hartadi
et al, 1997).
Tabel 2. Kandungan gamal dalam bentuk segar, hay, dan silase Kandungan DM (%) Efisiensi DM (%)
Segar Hay Silase Hay Silase
Rata- rata 25,19b 82,87a 22,33c 93 82
Kandungan OM (%) Efisiensi OM (%)
Rata rata Segar Hay Silase Hay Silase
89,29a 89,27a 88,48b 93 82
Sumber : A. W. Puger (2008).
9
Pemberian gamal pada ternak dapat diberikan dalambentuk segar maupun
silase. Daun gamal cukupbaik jika diawetkan dengan menggunakan metode silase
baik dicampur dengan bahan lain maupun tunggal. Bahan organik gamal dalam
bentuk segar dan haylebih tinggi dibanding setelah dibuat silase. Perbandingan
kandungan dalam bentuk segar, haydan silase dapat dilihat Tabel diatas.
Menurut Siregar dkk (1981) Kesulitan yang timbul dalam memanfaatkan
daun gamal sebagai pakan ternak biasanya dibatasi oleh adanya bau yang khas
dan belum terbiasanya ternak mengkonsumsinya. Bau khas daun gamal dapat
dihilangkan dengan melayukan terlebih dahulu sebelum diberikan pada ternak.
Perlakuan pelayuan daun gamal selama 24 jam mempengaruhi kandungan air
bahan tersebut dan menyebabkan kandungan bahan kering naik dari 18,6%
menjadi 24,87% atau naik sekitar 33,7 %. Kandungan zat-zat makanan lainnya
tidak mengalami perubahan.
Tanaman ini berfungsi pula sebagai pengendali erosi dan gulma terutama
alang-alang. Bunga-bunga gamal merupakan pakan lebah yang baik dan dapat
pula dimakan setelah dimasak. Gamal merupakan sumber kayu api yang baik,
terbakar perlahan dan menghasilkan sedikit asap. Kayu gamal memiliki nilai
kalori sebesar 4.900 kkal/kg. Daun, biji, dan kulit batang gamal mengandung zat
yang bersifat racun bagi manusia dan ternak, kecuali ruminansia. Ramuan bahan-
bahan itu digunakan sebagai pestisida dan rodentisida alami (Jensen, 1999).
Klasifikasi Gamal (Elevitch and John, 2006) :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
10
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Upafamili : Faboideae
Genus : Gliricidia
Spesies : G. sepium
Protein Kasar
Kebutuhan ternak akan protein biasanya disebutkan dalam bentuk protein
kasar (PK). Kebutuhan protein ternak dipengaruhi oleh masa pertumbuhan, umur
fisiologis, ukuran dewasa, kebuntingan, laktasi, kondisi tubuh dan rasio energy
protein. Kondisi tubuh yang normal membutuhkan protein dalam jumlah yang
cukup, defisiensi protein dalam ransum akan memperlambat pengosongan perut
sehingga menurunkan konsumsi (Rangkuti, 2011).
Protein merupakan zat organik yang tersusun dari unsur karbon, nitrogen,
oksigen dan hidrogen. Fungsi protein untuk hidup pokok, pertumbuhan jaringan
baru, memperbaiki jaringan rusak, metabolisme untuk energi dan produksi
(Anggorodi, 1994). Molekul protein adalah sebuah polimer dari asam-asam amino
yang digabung dalam ikatan peptida (Tillman dkk., 2005). Kecernaan protein
kasar tergantung pada kandungan protein di dalam ransum. Ransum yang
kandungan proteinnya rendah, umumnya mempunyai kecernaan yang rendah pula
dan sebaliknya.
11
Tinggi rendahnya kecernaan protein tergantung pada kandunganprotein
bahan pakan dan banyaknya protein yang masuk dalam
saluranpencernaan.Semakin cepat makanan diberikan maka semakin tinggi pula
konsumsi protein. Umumnya pada ternak ruminansia kalau konsumsi energi
termanfaatkan dengan baik maka akan berpengaruh pada konsumsi zat makanan
lainnya sepertiprotein, mineral dan vitamin (Rudiah, 2011).
Mineral (Kalsium dan Fosfor)
Kalsium merupakan mineral yang dalam jumlah tertentu (normal) sangat
diperlukan oleh tubuh untuk aktivitas fisiologis, dan kalsium terdapat dalam darah
berasal dari absorbs melalui usus. Sumber utama darri kalsium bagi keperluan
tubuh adalah pakan. Mineral ini diserap didalam usus dari permukaan mukosa
oleh sel- sel yang terbentuk secara khusus dari sekumpulan microvilli. Kalsium
memasuki sitoplasma sel- sel usus dan kemudian dikeluarkan pada permukaan
lapisan serosa agar dapat memasuki cairan ekstraseluler yang berhubungan
dengan kapiler darah (Djojosoebagio, 1990).
Fungsi fosfor bagi tanaman adalah mempercepat pertumbuhan akar semai,
mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman
dewasa pada umunya, mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, dapat
meningkatkan produksi biji-bijian, sedangkan kalium berperan membantu :
pembentukan protein dan karbohidrat, mengeraskan batang dan bagian kayu dari
tanaman, meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit, meningkatkan
kualitas biji/buah (Sutedjo, 2002).
12
Pakan yang mengandung protein dengan konsentrasi yang cukup, akan
dapat mempermudah penyerapan kalsium. Peranan kalsium diantaranya untuk
mempertahankan permeabilitas dinding sel (membrane sel) dan mempertahankan
agar produksi susu dapat selalu konstan. Menurunnya absorbs kalsium dapat
menyebabkan menurunnya kadar kalsium dalam tubuh, yang berakibat terjadinya
kekejangan otot. Kalsium plasma berada dalam keseimbangan dengan kalsium
tulang, yang siap melakukan penukaran (Ganong, 1980).
Hipotesis
Diduga bahwa dalam proses silase, dapat mengakibatkan kadar protein dan
nutrisi lainnya pada rumput benggala menurun, dengan penambahan daun gamal
diharapkan dapat meningkatkan kadar protein, kalsium dan fosfor pada campuran
rumput benggala dan daun gamal.
13
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Juni - 3 Juli 2016, tahap
pertama dari penelitian ini yaitu pembuatan silase yang bertempat di kebun
rumput Fakultas Peternakan, dan tahap kedua yaitu analisis kimia berupa protein
kasar, kalsium dan fosfor silase di Laboratorium Kimia Makanan Ternak Jurusan
Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
Makassar.
Materi Penelitian
Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah silo yang terbuat
dari pipa plastic dengan tinggi 30 cm dan diameter 8 cm, timbangan, kantong
plastik, parang, gunting, isolasi,labu kjeldahl, labu Erlenmeyer,
spectrophotometer, gelas ukur, tabung reaksi, pipet tetes, buret, corong, pipet
volume, alat destruksi, alat destilasi, alat titrasi dan timbangan analitik.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput benggala, daun
gamal, aquadest, H2SO4, NaOH , H3BO3, larutan ammonium molibdat, larutan
KH2PO4, HCL pekat, HCl 0,1 amonium oxalat 4%, dan NH4OH.
Metode Penelitian
Penelitian ini mengguanakan 4 perlakuan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Setiap perlakuan dilakukan 3 kali ulangan sehingga
menghasilkan 12 unit percobaan. Perlakuan yang diberikan yaitu sebagai berikut:
P0 = 100 % rumput benggala segar (tanpa dibuat silase)
P1 =100 % rumput benggala (dibuat silase)
14
P2 = rumput benggala 85% + daun gamal 15% (dibuat silase)
P3= rumput benggala 70% + daun gamal 30%(dibuat silase)
Pelaksanaan Penelitian
Pembuatan Silase
Langkah awal yaitu menyiapkan bahan utama yaitu rumput benggala dan
daun gamal. Rumput benggala dipotong dan diambil bagian yang letaknya sekitar
80 cm dari permukaan tanah, rumput benggala yang telah diambil dicacah
sepanjang 3 – 5 cm, sementara gamal yang diambil adalah daunnya. Setelah itu
dilayukan bersama selama 1 hari agarkadar airnya menurun.
Bahan- bahan tersebut dicampur dalam silo, kemudian dipress atau ditekan
sedalam mungkin agar tidak ada rongga udara didalamnya. Silo ditutup
menggunakan plastik dan beri isolasi agar silo tertutup rapat, agar udara tidak
keluar sehingga dapat terjadi keadaan anaerob didalam silo. Selanjutnya silo
disimpan ditempat teduh selama 21 hari. Silo yang digunakan memiliki tinggi 30
cm dan diameter 8cm, dan terbuat dari pipa berbahan dasar pelastik.
Setelah disimpan, silo kemudian dibuka dan diambil isinya sebagai sampel
untuk kemudian ditimbang. Setelah itu dioven selama 70 jam dengan suhu 60o C,
lalu kemuddian ditimbang lagi untuk diketahui bahan keringnya. Selanjutnya
bahan silase digiling dan dianalisis kadar protein kasar, kalsium dan fosfornya.
Untuk bahan yang tanpa dbuat silase, potong rumput benggala lalu di cacah
dengan ukuran kurang lebih 3 -5 cm, dan siapkan wadah sebanyak 3 buah, isi
rumput benggala yang telah dicacah ke dalam masing – masing wadah dan
lakukan analisis di Laboratorium.
15
Parameter yang diamati
Parameter yang diamati dalam percobaan ini adalah kadar protein kasar,
kalsium dan fosfor pada silase hijauan.
Protein Kasar
Pengukuran kadar protein kasar dilakukan berdasarkan metode dari
Association of Official Analytical Chemist (AOAC, 2005).
Sampel ditimbang 0,1 g, dimasukkan dalam labu kjedahl (X)Ditambahkan
3 g katalisator dan 1,5 ml, H2SO4 pekat, didestruksi hingga bening. siapkan alat
destilasi, hasil destruksi setelah dingin tuangkan dalam alat destilasi10 ml asam
borat 2-3% dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambah satu tetes indikator
metyl red.Erlenmeyer diletakkan pada selang destilator. hasil destruksi
dimasukkan ke destilator. NaOH 40% sebanyak 10 ml ditambahkan melalui
corong atas destilator.Larutan mulai didestilasi.Destilasi diakhiri bila cairan dalam
Erlenmeyer telah mencapai 60 ml.Setelah didestilasi masuk ke tahap
titrasi.Larutan dititrasi dengan dengan HCl 0,1 hingga warna pink.Volume HCl
0,1N yang digunakan dihitung.
Perhitungan: V x N x 14 x 6,25 x P
Kadar Protein =-------------------------------------- X 100% Sampel Berat sampel (mg)
Keterangan : V = Volume titrasi cantoh
N = Normaliter larutan H2SO4
P = Faktor pengencer
16
Kalsium dan Fosfor
Penentuan analisis kalsium dengan menggunakan metode
Spektrofotometri atom (SSA). Sedangkan penentuan analisis fosfor menggunakan
metode AOAC (2005).
Pengolahan Data
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Gasperz, 1991). Apabila pengaruh perlakuan
berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk
mengetahui perbedaan pengaruh antar perlakuan.Model matematikanya yaitu:
Yij = µ + τі + ԑij
i = 1, 2, 3, 4, 5
j = 1, 2, 3
Keterangan :
Yij = Hasil pengamatan perlakuan ke-i dan dengan ulangan ke-j
µ = Nilai tengah umum
τi = Pengaruh perlakuan ke-i
ԑij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Protein Kasar, Kalsium, dan Fosfor pada Silase
Kandungan protein kasar, kalsium dan fosfor pada silase rumput benggala
yang ditambahkan daun gamal pada masing-masing perlakauan disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata kandungan protein kasar, kalsium, dan fosfor pada silase campuran rumput benggala dan daun gamal.
Keterangan:PK : Protein Kasar, Ca : Kalsium, P : Fosfor. Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh yang nyata (P<0,05).
Protein kasar
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan
pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap kandungan protein kasar. Pada Tabel
3terlihat bahwa kandungan protein pada perlakuan P3 (Benggala 70% + Gamal
30%) lebih tinggi dibandingkan perlakuan P0, P1, dan P2. Hal ini membuktikan
bahwa semakin tinggi persentase pemberian daun gamal maka protein kasarnya
juga akan semakin meningkat. Kandungan protein kasar pada gamal memiliki
nilai yang cukup tinggi, sehingga hal inilah yang membuat kandungan protein
kasar pada silaase campuran rumput benggala dan daun gamal juga mengalami
peningkatan. Pada perlakuan P1 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan kandungan
protein kasar rumput benggala. Menurut Santi (2012), silase yang dibuat tanpa
Perlakuan Parameter
PK(%) Ca (%) P (%)
P0: Benggala Segar 100%
P1 :Benggala 100% dibuat Silase
P2 : Benggala 85% + Gamal 15%
P3 :Benggala 70% + Gamal 30%
7,92b 0,43a 0,19b
5,81a 0,32a 0,16a
8,55c
10,80d
0,46a
0,67b
0,18b
0,19b
18
penambahan akselerator membuat pasokan nutrien untuk bakteri asam laktat lebih
rendah dibandingkan silase yangditambahkan akselerator, diduga kondisianaerob
yang lambat tercapai memungkinkan berkembangnya bakteri yang dapat
mendegradasi protein(proteolitik) menjadi NH3, H2O, dan CO2.
Kandungan protein kasar gamal lebih tinggi dibandingkan kandungan
protein kasar rumput benggala. Menurut Sulastri (1984) kandungan protein kasar
gamal dalam bentuk bahan kering adalah 25,11 %. Persentase protein kasar
rumput benggala dalam bahan kering pada pemotongan 3 minggu sekali sebesar
11.6% dan menurun menjadi 6.4% bila rumput tersebut dipotong 12 minggu
sekali (McIlroy, 1977).Diduga hal inilah yang menyebabkan kandungan protein
kasar pada perlakuan P0 (rumput benggala segar) cukup rendah, karena
pemotongan dilakukan pada umur sekitar 10 – 12 minggu.
Fermentasi juga berperan penting dalam proses peningkatan protein,karena
dalam proses fermentasi terdapat mikroba yang berperan dalammeningkatkan
kandungan protein kasar silase. Hal ini sesuai denganpendapat Zakariah, (2012)
yang menyatakan bahwa fermentasi merupakanproses pemecahan senyawa
organik menjadi sederhana yang melibatkanmikroorganisme.
Menurut Ahmad (2008), kebutuhan protein kasar sapi jantan dengan bobot
badan 300 kg adalah 8,6% - 10,0 %. Berdasarkan data tabel 3, pada perlakuan P3
(benggala 70 % + gamal 30%) memiliki kandungan protein kasar sebesar 10,80
%, hal ini berarti kandungan protein kasar pada perlakuan P3 dapat memenuhi
kebutuhan protein kasar sapi jantan dengan berat 300 kg. Namun, pada perlakuan
19
yang lain (P0, P1, dan P2) belum mampu memenuhi kebetuhan protein kasar sapi
tersebut.
Kalsium dan Fosfor
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan memberikan
pengaruh yangnyata (P<0,05) terhadap kandungan kalsium dan fosfor. Pada tabel
3 terlihat bahwa kandungan kalsium pada perlakuan P3 (Benggala 70% + Gamal
30%) lebih tinggi persentasenya dibandingkan perlakuan P0, P1, dan P2.
Kandungan kalsium yang tingi pada daun gamal menyebabkan kandungan
kalsium silase meningkat sesuai dengan persentase campuran daun gamal pada
silase. Menurut Suharlina (2008) kandungan kalsium gamal adalah 1,45 %.
Sedangkan kandungan kalsium rumput benggala berkisar antara 0,38 – 0,45%
(Fanindi, 2014).
Kandungan fosfor pada silase juga mengalami peningkatan pada perlakuan
P1, P2, dan P3 namun peningkatannya tidak terlalu tinggi sehingga perlakuan P0
dan P3 memiliki nilai yang tidak berbeda nyata (0,19%), hal ini karena kandungan
fosfor pada gamal tidak terlalu tinggi. Kandungan fosfor pada gamal adalah 0,27
% (Suharlina, 2008). Sedangkan menurut Fanindi (2014) kandungan fosfor pada
rumput benggala adalah 0,14 -0,17 %.
Kebutuhan kalsium pada sapi jantan muda dengan bobot badan 200 kg
adalah 0,32 % dengan pertambahan berat badan 0,7 kg, sedangkan pertambahan
berrat badan 1,1 kg membutuhkan kalsium sebesar 0,59 % (NRC, 1995).
Kandungan kalsium pada perlakuan P0, P1, P2, dan P3 pada tabel dapat
memenuhi kebutuhan kalsium sapi jantan muda dengan berat badan 200 kg
20
dengan pertambahan berat badan 0,7 kg. Namun, hanya perlakuan P3 (benggala
70% + gamal 30%) yang dapat memenuhi kebutuhan kalsium sapi jantan muda
dengan berat 200kg dan pertambahan berat badan 1,1 kg.
Kebutuhan fosfor sapi jantan muda tersebut adalah 0,28 dengan
pertambahan berat 0,7 kg dan 0,43 dengan pertambahan berat 1,1 kg (NRC,
1995). Apabila kita membandingkan data nilai fosfor pada tabel maka, semua
perlakuan (P0, P1, P2, dan P3) tidak dapat memenuhi kebutuhan sapi jantan muda
dengan berat 200 kg tersebut. Hal ini disebabkan karena kandungan fosfor pada
silase campurann rumput benggala dan daun gamal tidak terlalu tinggi.
Pada perlakuan P1 (Benggala 100% dibuat silase) nilai kalsium dan
fosfornya mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena kalsium dan fosfor
pada rumpur benggala mengalami penguraian selama proses fermentasi silase.
Pembuatan silase membutuhkan waktu untuk berlangsungnya proses
fermentasiyang akan berdampak pada penguraian atau penambahan nutrien
dalammediafermentasi. Penguraian nutrien terjadi akibat adanya enzim
ekstrasellular yangdihasikan oleh mikroba yang dapat mendegradasi nutrient
(Syahrir, dkk., 2014).Sartini (2003)juga menyatakan bahwa penurunan bahan
kering silase dipengaruhi olehrespirasi dan fermentasi. Respirasi akan
menyebabkan kandungan nutrient banyak yang terurai sehingga akan menurunkan
bahan kering.
21
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa silase
campuran rumput benggala dan daun gamal ditinjau dari kualitas nutrisi (Protein
Kasar, Kalsium, dan Fosfor) yang terbaik adalah silase pada perlakuan P3
(benggala 70% + gamal 30%) karena pada perlakuan tersebut persentase
kandungan protein kasar, kalsium, dan fosfornya yang tertinggi.
Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan penambahanpersentase
daun gamal yang lebih tinggi pada silase campuran rumput benggala dan daun
gamal
22
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, I. 2008. Uji Ransum Berbasis Pelepah Daun Sawit, Jerami Padi dan Jerami Jagung Fermentasi dengan Phanerochaete chrysosporium terhadap Produksi Karkas Sapi Peranakan Ongole. Skripsi. Departemen Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Anggorodi. 1994. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Penerbit PT Gramedia
PustakaUtama, Jakarta. Anonim, 2013. Kualitas Fermentasi dan Kandungan Nutrisi Beberapa Jenis
Rumput.http://repository.ipb.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/47257/D11rya_BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf. Diunduh pada tanggal 15 Februari 2016.
AOAC. 2005. Official Methods of Analysis. The Association of Official
Analytical Chemist. Inc. Washington, DC. Cullison, A.E. 1975. Feeds and Feeding.University of Georgia.Resto Publishing
Company Inc. A. Prentice-Hall-Company Reston: Virginia.
Djojosoebagio, S. 1990. Fisiologi Kelenjar Endokrin. Vol I. departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktoret Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Elevitch,C.R.andK, John. 2006. Gliricidia sepium (Gliricidia) Fabacceae (legume family) Species Profiles For Pacific Island Agrofrorestry.www.traditionaltree.org. Diakses 14 februari 2016, 20.00 WITA.
Fanindi. 2014. Karakter Morfologi Rumput Benggala (Panicum maximum cv
Gatton) yang Ditanam Menggunakan Jenis Benih Berbeda. Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002.
Ganong, W. F. 1980. Fisiologi Kedokteran (Review of medical physiology), Ed,
9. EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Gaspesz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan, Amico. Bandung.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi PakanUntuk Indonesia. Cetakan III. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Holm, Leroy G/ Plucknett, DL/ Pancho, JV/ Herberger, JP. 1977. The world’s worst weeds: distribution and biology. East-West Center/University Press of Hawai.
23
Horne, P. M and W. W. Stur. 1995. Developingforage technologies with smallholder farmers:How to select the best varieties to offerfarmers in southeast Asia. ACIARmonograph. No. 62.
Jensen, M. 1999. Tress Commonly Cultivated in Southeast Asia: an ilustratedfield guide.RAP Publications. http://www.wapedia.org.id/gamal. Diakses 30 Januari 2016, 20.00 WIB.
Kartadisastra, H. R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Kanisius, Yogyakarta.
L.t’mannetje and R. M. Jones., 1992. Forages(Edi). Plant Resource of South-East Asia(PROSEA). No.4. Wageningen, Netherlandsand Bogor Indonesia.
Lubis, D.A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan: Jakarta.
McIlroy, R. J. 1977. Pengantar Budidaya Padang Rumput Tropika. Pradya Pramita, Jakarta.
Middleton, C.H and T.H. Mc Coskar. 1975.Makueni, a new Guinea grass for NorthQueensland. Quennsland. Agric. J. 101: 351 –355.
Morrison, F.B. 1961. Feeds and Feeding, Abridged. 9th. Ed., The Morrison Publishing Co.,Clington, New York.
Natalia, H., D. Nista, dan S. Hindrawati. 2009. Keunggulan Gamal Sebagai Pakan Ternak. BPTU Sembawa, Palembang.
N.R.C, 1995. Nutrien Requiment Of Sheep, National Academy of Science, Washington DC, USA.
Perry, T. W. 1980. Beef Cattle Feeding and Management.5th ed. MacMIIIan Publishing.
Puger, A.W. 2008. Pengaruh Cara Pengawetanterhadap Komposisi Kimia dan Efisiensi dalamBentuk Hay dan Silase pada Daun 16 ProvenanGamal. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak,Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.Denpasar.
Rangkuti, J. H. 2011. Produksi dan kualitas susu kambing peranakan etawah (pe)pada kondisi tatalaksana yang berbeda.departemen ilmu produksidan teknologi peternakan. Fakultas Peternakan. Jurnal Ilmiah.Institut Pertanian Bogor.Vol.3 :7-10.
Reksohadiprodjo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.B.P.F.E. University Gadjah Mada, Yogyakarta.
Ridwan. R and Y. Widyastuti, 2001. Membuat silase: upaya mengawetkan dan mempertahankan nilai nutrisi hijauan pakan ternak. Warta Biotek-LIPI 15 (1): 9-14.
24
R. K. Santi. 2012. Kualitas dan Nilai Kecernaan In Vitro Silase Batang Pisang (Musa paradisiaca) dengan Penambahan Beberapa Akselerator. Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Oktober 2012:15-23 ISSN 2301-9921. Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret.
Rudiah, M. 2011. Respon kambing kacang jantan terhadap waktu pemberianpakan. Media Litbang Sulteng Vol.IV (1) : 67 – 74.
Sartini. 2003. Kecernaan bahan kering dan bahan organik in vitro silase rumputGajah pada umur potong dan level aditif yang berbeda. J.Pengembangan Peternakan Tropis
Siregar, M.E., Armiadi dan A. Djajanegara, 1981. Gliricidia sebagai Makanan Ternak. Majalah Ranch. No : 8/9: 35.
Suharlina. 2008. Kelarutan Mineral Kalsium (Ca) Dan Fosfor (P) dan Fermentabilitas Beberapa Jenis Legume Pohon Secara In Vitro. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Sulastri, S. 1984. Pengaruh Tingkat Pemberian Tepung Daun Gamal dalam RansumTerhadap Komponen Tubuh dan Karkas Ayam Pedaging. Karya Ilmiah.Fakultas Ternakan. Institu Pertanian Bogor. Bogor
Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.
Sutopo, L. 1985. Teknologi Benih. CV. Rajawali, JakartaLubis, D. A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan, Jakarta.
Syahrir, S., S. Rasjid, M. Z. Mide dan Harfiah. 2014. Perubahan Terhadap Kadar Air, BeratSegar Dan Berat Kering Silase Pakan Lengkap Berbahan Dasar Jerami Padi DanBiomassa Murbei. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak, Vol 10 (1). Hal. 19 – 24.
Thomas, D. 1976. Evaluation of cultivar of Panicumon the Lilongwe Plain, Malawi. Trop. Agric.Trinidad Vol 53 (3). p 223 –230.
Tillman, A. D. H. Hartadi. S. Reksohadiprojo. S. Prawiro Kusumo dan S. Lebdosoekodjo. 2005. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University press. Yogyakarta.
Turner dan Bagnara, 1998. Endokrinologi Umum. Edisi ke enam. Airlangga University Press. Ames. pp: 198-228.
Yunus, M. 2009. Pengaruh Pemberian Daun Lantoro (Leucaena leophala) terhadap Kualitas Silase Rumput Gajah (Pennisetum purpereum) yang diberi Molasses. http://www.agripet/vol9/index.pdf. Diunduh pada tanggal 15 februari 2016.
25
Zakariah, M .A, 2012. Fermentasi Asam Laktat Pada Silase. Fakultas Peternakan. Universits Gajah Mada. Yogyakarta.
26
Lampiran 1. Hasil Analisis Kandungan Protein Kasar (PK) Silase Campuran Rumput Benggala dan Daun Gamal
Univariate Analysis of Variance
[DataSet3]
Between-Subjects Factors
Value Label N
Perlakuan 0 P0 3
1 P1 3
2 P2 3
3 P3 3
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Hasil_Protein
Perlakua
n Mean Std. Deviation N
P0 7.9167 .41645 3
P1 5.8067 .14154 3
P2 8.5467 .36638 3
P3 10.8000 .11790 3
Total 8.2675 1.87554 12
27
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Hasil_Protein
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 38.011a 3 12.670 148.364 .000
Intercept 820.219 1 820.219 9.604E3 .000
Perlakuan 38.011 3 12.670 148.364 .000
Error .683 8 .085
Total 858.913 12
Corrected Total 38.694 11
a. R Squared = ,982 (Adjusted R Squared = ,976)
Homogeneous Subsets
Hasil_Protein
Perlakua
n N
Subset
1 2 3 4
Duncana P1 3 5.8067
P0 3 7.9167
P2 3 8.5467
P3 3 10.8000
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
28
Hasil_Protein
Perlakua
n N
Subset
1 2 3 4
Duncana P1 3 5.8067
P0 3 7.9167
P2 3 8.5467
P3 3 10.8000
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,085.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
29
Lampiran 2. Hasil Analisis Kandungan Ca (Kalsium) Silase Campuran Rumput Benggala dan Daun Gamal
Univariate Analysis of Variance
[DataSet3]
Between-Subjects Factors
Value Label N
Perlakuan 0 P0 3
1 P1 3
2 P2 3
3 P3 3
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Hasil_Ca
Perlakua
n Mean Std. Deviation N
P0 .4267 .18717 3
P1 .3167 .03512 3
P2 .4533 .06658 3
P3 .6700 .04359 3
Total .4667 .16013 12
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Hasil_Ca
30
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .197a 3 .066 6.162 .018
Intercept 2.613 1 2.613 245.383 .000
Perlakuan .197 3 .066 6.162 .018
Error .085 8 .011
Total 2.895 12
Corrected Total .282 11
a. R Squared = ,698 (Adjusted R Squared = ,585)
Homogeneous Subsets
Hasil_Ca
Perlakua
n N
Subset
1 2
Duncana P1 3 .3167
P0 3 .4267
P2 3 .4533
P3 3 .6700
Sig. .158 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,011.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
31
Lampiran 3. Hasil Analisis Kandungan P (Fosfor) Silase Campuran Rumput Benggala dan Daun Gamal
Univariate Analysis of Variance
[DataSet3]
Between-Subjects Factors
Value Label N
Perlakuan 0 P0 3
1 P1 3
2 P2 3
3 P3 3
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Hasil_P
Perlakua
n Mean Std. Deviation N
P0 .1833 .00577 3
P1 .1600 .01000 3
P2 .1767 .00577 3
P3 .1833 .00577 3
Total .1758 .01165 12
32
Tests of Between-Subjects
EffectsDependent Variable:Hasil_P
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .001a 3 .000 7.278 .011
Intercept .371 1 .371 7.420E3 .000
Perlakuan .001 3 .000 7.278 .011
Error .000 8 5.000E-5
Total .372 12
Corrected Total .001 11
a. R Squared = ,732 (Adjusted R Squared = ,631)
Homogeneous Subsets
Hasil_P
Perlakua
n N
Subset
1 2
Duncana P1 3 .1600
P2 3 .1767
P0 3 .1833
P3 3 .1833
Sig. 1.000 .300
33
DOKUMENTASI
Gambar 1. Pengeringan daun gamal Gambar 2. Pengeringan rumput benggala
Gambar 4. Pemotongan rumput benggala Gambar 3. Pemotongan gamal
Gambar 6. Pembuatan silase Gambar 6. Pencampuran rumput benggala
dan daun gamal
34
Gambar 7. Penyimpanan sampel silase Gambar 8. Pengambilaan sampel
Gambar 9. Rumput benggala Gambar 10. Daun gamal
35
RIWAYAT HIDUP
Ibnuhady Ramadhan, lahir di Ujung Pandang pada
tanggal 6 Maret 1994, anak pertama dari 3 bersaudara.
Dibesarkan oleh orang tua Salam Radjab (Ayah) dan
Hj. Ina Syamsina (Ibu). Jenjang pendidikan formal
yang pernah ditempuh adalah pendidikan tingkat dasar
di bangku Sekolah Dasar Negeri Cendrawasih (2006), kemudian melanjutkan
pendidikan menengah pertama pada SMP Negeri 18 Makassar (2009). Kemudian
melanjutkan pendidikan menengah atas pada SMA Negeri 3 Makassar (2012).
Setelah itu melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui
jalur tulis SNMPTN Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Hingga akhirnya lulus Pendidikan Sarjana (S1) Program Studi Peternakan,
Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin Makassar pada Tahun 2016.