Post on 01-Apr-2019
i
PENGARUH KONSEP DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEMANDIRIAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh :
SHOVIA LINTINA
NIM: 1110070000138
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
ii
PENGARUH KONSEP DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP
KEMANDIRIAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh :
Shovia Lintina NIM : 1110070000138
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1436/2015
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PENGARUH KONSEP DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEMANDIRIAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA” telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada Februari 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 22 Februari 2015
Sidang Munaqosyah
iv
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Email : shovia.lintina@gmail.com
v
MOTTO & PERSEMBAHAN
ر وإن كان حدثا ر وإن كان شيخا # العامل كبيـ واجلاهل صغيـ
# تـعلم فـليس املرء يـولد عالماو علم كمن هو جاهل وليس أخ ر القوم العلم عنده ر إذا التـفت عليه املحافل # وإن كبيـ صغيـ
(Mahfudzot)
“Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka
Allah akan memudahkan jalan baginya menuju surga” (HR. Muslim)
Karya tulis ini penulis
dedikasikan kepada kedua orang tua,
saudara-saudara, dosen-dosen, para sahabat
serta para pejuang penuntut ilmu
di seluruh tanah air …
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta B) 22Februari 2015 C) ShoviaLintina D) XV + 124Halaman + Lampiran E) Pengaruh Konsep Diri Dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian
Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta F) Penelitian inibertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dimensi
konsep diri (identity self, behavioral self, judging self, physical self, moral-ethical self, personal self, family self, social self) dan dimensi pola asuh orang tua (permissive, authoritarian, dan authoritative) terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sampel pada penelitian ini sebanyak 236 mahasiswa/i Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berusia 17-24 tahun. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari dimensi konsep diri dan dimensi pola asuh orang tua terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (r square = 35.9 %, sig = 0.000).
G) Daftar bacaan: Buku; 21 + jurnal; 27 + internet; 6
vii
ABSTRACK
A) Faculty of Psychology B) Februari 2015 C) Shovia Lintina D) xvi + 122 pages + appendix E) Effects of Self Concept and Parenting Style Among Students Autonomyat
Faculty of Psychology UIN Syarif Hidayatullah Jakarta F) This research was conducted to examine the dimensions of self concept
(self identity, behavioral self, judging self, physical self, moral-ethical self, personal self, family self, social self) and the dimensions of parenting style (permissive, authoritarian , and authoritative) among students autonomy at Faculty of Psychology UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. The participants in this research are 236 students of Psychology UIN Syarif Hidayatullah Jakarta(17-24 year old). The method is multiple regression analysis. The results of this researchshows that self-concept dimensions and parenting style dimensionsamong studentsautonomy at the Faculty of Psychology UIN Syarif Hidayatullah Jakarta have significant (R square = 35.9%, sig = 0.000). Based on these result, the students need to improve the identity self, physical self and family self as the factor that increasing students autonomy.
G) Reading materials :21 Books + 27 journals + 6 articles
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah, serta
inayah kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Konsep Diri dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemandirian
Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” Shalawat serta
salam senantiasa penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW. beserta
keluarga dan sahabat.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini tentunya penulis dibantu oleh berbagai pihak
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, peneliti
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M. Ag., M.Si., Dekan Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Abdul Rahman Saleh, M.Si.,
Wakil Dekan Bidang Akademik, Bapak Ikwan Luthfi, M.Si, Wakil Dekan
Bidang Administrasi Umum, dan Ibu Dra. Diana Mutiah, M.Si, Wakil
Dekan Bidang Kemahasiswaan, yang telah memberikan penulis
kesempatan untuk belajar selama 4 tahun di Fakultas Psikologi.
2. Bapak Bambang Suryadi, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi, Ibu Dra.
Diana Mutiah, M. Si dan Ibu Nia Tresniasari, M.Si selaku dosen penguji
skripsi. Penulis ucapkan terima kasih atas segala bimbingan, masukan,
kritikan, dan nasihat selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
ix
3. Ibu Zulfa Indria Wahyuni, Psi., selaku Dosen Pembimbing Akademik
Kelas D 2010. Penulis ucapkan terima kasih atas segala bimbingan dan
arahan selama perkuliahan.
4. Seluruh dosen dan staff Fakutas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah banyak membantu penulis dalam menjalani perkuliahan dan
menyelesaikan skripsi ini.
5. Kedua orang tua tercinta,Papa Dr.Bukhari M.Ag dan MamaSabriati S.Pdi
serta adik-adikku Zuashviaylina, Taufik Rahman, dan Muharramainil Fajri
Busti, terimakasih atas semua doa, kasih sayang, dukungan, nasihat,
motivasi dan sumber inspirasi serta semangat luar biasa yang telah kalian
berikan kepada penulis untuk selalu meneruskan perjuangan ini agar
mencapai hasil yang terbaik.
6. Keluarga besar terhormat dan yang sangat penulis cintai,Ibu,Mak Dang,
Mak Uncu, Etek Kamba, Tek Tanti, Pak Angah,Amak, Tek Lani, Tek
Syamsyi Dan Pak Etek kasadonyo, Saudara serta adiak-adiak sepupu baik
di Padang, Karawang dll, terima kasih atas doa dan dukungan yang tulus
selama masa kuliah hingga selesai.
7. Sahabat perjuangan tiada tara, 7 Wonder (Ani, Dian, Jule, Meida, Siska,
Wowo), dan teman-teman tercinta Kak Ncuz, kak Korri, kak Imeng, teh
Lanny, kak Mitha, Indah, Anggi, Sarinah, Fiduik, Nicup, Astroi, Nintuik,
Ziuik, Tya, Ginuik, teh Idha, Putri, Iki, Rava, Bedil, serta sahabat-
sahabatdi Padang dan alumni Gontor yang tidak dapat penulis sebutkan
x
namanya satu per satu. Terima kasih atas segala sharing ilmu dan
pengalaman, doa serta dukungannya selama ini.
8. Seluruh mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang menjadi responden dan telah membantu mengisi angket penelitian
yang penulis berikan. Tanpa kalian, skripsi ini tidak akanpernah ada.
9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
untuk segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan dalam membantu
penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini ada dari segala
keterbatasan dan jauh dari sempurna, maka penulis mohon maaf apabila
ada kekurangan. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat
bermanfaat .
Jakarta,22Februari2015
Penulis
Shovia Lintina
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMANPERSETUJUAN .............................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v ABSTRAK ............................................................................................................ vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI ........................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv BAB 1PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................. 6
1.2.1 Pembatasanmasalah ................................................................. 6 1.2.2 Perumusan masalah ................................................................. 7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 9 1.3.1 Tujuan ...................................................................................... 9 1.3.2 Manfaat .................................................................................. 10
1.4 Sistematika Penulisan ...................................................................... 10 BAB 2LANDASAN TEORI ............................................................................... 12
2.1 Kemandirian ..................................................................................... 12 2.1.1 Definisi kemandirian ............................................................. 12 2.1.2 Proses perkembangan dan aspek-aspek kemandirian ............ 13 2.1.3 Pengukuran kemandirian ....................................................... 17 2.1.4 Faktor yang mempengaruhi kemandirian .............................. 18
2.2 Konsep Diri ...................................................................................... 20 2.2.1 Definisi konsep diri ............................................................... 20 2.2.2 Jenis-jenis konsep diri ........................................................... 22 2.2.3 Dimensi konsep diri ............................................................... 23 2.2.4 Pengukuran konsep diri ......................................................... 25
2.3 Pola Asuh ......................................................................................... 26 2.3.1 Definisi pola asuh .................................................................. 26 2.3.2 Jenis-jenis pola asuh .............................................................. 27 2.3.3 Dimensi pola asuh ................................................................. 30 2.3.4 Pengukuran pola asuh ............................................................ 32
2.4 Kerangka Berfikir............................................................................. 34 2.5 Hipotesis Penelitian .......................................................................... 36
BAB 3METODE PENELITIAN ........................................................................ 40 3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ........................ 40 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................. 41
3.2.1 Variabel penelitian ................................................................. 41 3.2.2 Definisi operasional variabel ................................................. 42
xii
3.3 Pengumpulan Data ........................................................................... 45 3.3.1 Instrumen pengumpulan data................................................. 45
3.4 Pengujian Validitas Alat Ukur ......................................................... 49 3.4.1 Uji validitas skala kemandirian ............................................. 52 3.4.2 Uji validitas skala identity self ............................................... 54 3.4.3 Uji validitas skala behavioral self ......................................... 55 3.4.4 Uji validitas skala judging self............................................... 57 3.4.5 Uji validitas skala physical self ............................................. 58 3.4.6 Uji validitas skala moral-ethical self ..................................... 59 3.4.7 Uji validitas skala personal self ............................................. 61 3.4.8 Uji validitas skala family self ................................................. 62 3.4.9 Uji validitas skala social self ................................................. 64 3.4.10 Uji validitas skala permissive ................................................ 65 3.4.11 Uji validitas skala authoritarian ............................................ 67 3.4.12 Uji validitas skala authoritative ............................................. 68
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................ 70 3.6 Prosedur Penelitian........................................................................... 73
BAB 4HASIL PENELITIAN ............................................................................. 75 4.1 Gambaran Subjek Penelitian ............................................................ 75 4.2 Hasil Analisis Deskriptif .................................................................. 76
4.2.1 Kategorisasi skor variabel ..................................................... 77 4.3 Uji Hipotesis Penelitian ................................................................... 80
4.3.1 Pengujian proposi varians independent variable ................... 87 BAB 5KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ............................................. 91
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 91 5.2 Diskusi ............................................................................................. 91 5.3 Saran ................................................................................................. 99
5.3.1 Saran metodologis ............................................................... 100 5.3.2 Saran praktis ........................................................................ 101
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 102
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 BluePrintSkalaKemandirian…………………………….. 46 Tabel 3.2 Blue Print Skala Konsep Diri……………………………... 47 Tabel 3.3 Blue Print Skala Pola Asuh ……………………………….. 48 Tabel 3.4 Muatan Faktor Kemandirian ……………………………… 53 Tabel 3.5 Muatan Faktor Identity Self…………………………………… 55 Tabel 3.6 Muatan Faktor Behavioral Self ………………………………. 56 Tabel 3.7 Muatan Faktor Judging Self …………………………………… 58 Tabel 3.8 Muatan Faktor Physical Self ………………………………… 59 Tabel 3.9 Muatan Faktor Moral-Ethical Self …………………………… 60 Tabel 3.10 Muatan Faktor Personal Self………………………………… 62 Tabel 3.11 Muatan Faktor Family Self …………………………………… 63 Tabel 3.12 Muatan Faktor Social Self…………………………………… 65 Tabel 3.13 Muatan Faktor Permissive …………………………………… 66 Tabel 3.14 Muatan Faktor Authoritarian …………………………………. 68 Tabel 3.15 Muatan Faktor Authoritative ………………………………… 70 Tabel 4.1 Karakteristik Responden ……….. ………………………... 75 Tabel 4.2 Analisis Deskriptif ………………………………………… 76 Tabel 4.3 Pedoman Kategorisasi Skor ………………………………. 77 Tabel 4.4 Kategorisasi Skor …………………………………………. 78 Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi ………………………… 81 Tabel 4.6 Anova Pengaruh Keseluruhan IV Terhadap DV ………..... 81 Tabel 4.7 Koefisien Regresi …………………………………………. 82 Tabel 4.8 Proposi Varians Tiap IV Terhadap DV……………………. 87
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ………………………………... 36 Gambar 3.1 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Kemandirian ……… 52 Gambar 3.2 Hasil Analisis Faktor KonfirmatorikIdentity Self ………… 54 Gambar 3.3 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Behavioral Self …….. 56 Gambar 3.4 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Judging Self ……….. 57 Gambar 3.5 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Physical Self ……….. 58 Gambar 3.6 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Moral-Ethical Self … 60 Gambar 3.7 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Personal Self ………. 61 Gambar 3.8 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Family Self …………. 63 Gambar 3.9 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Social Self ………… 64 Gambar 3.10 Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Permissive ………….. 66 Gambar Gambar
3.11 3.12
Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Authoritative ……….. Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik Authoritarian ……….
67
69
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner Lampiran 2. Contoh Syntax Analisis Faktor Konfirmatori Lampiran 3. Contoh Output Analisis Faktor Konfirmatori
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang penelitian yang berkaitan
dengan kemandirian, tujuan dan manfaat penelitian pembatasan masalah serta
sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemandirian merupakan isu psikososial yang muncul dan muncul
kembali dalam seluruh siklus kehidupan individu (Steinberg, 2002). Isu
ini muncul di setiap situasi yang membuat individu untuk mengandalkan
dan bergantung kepada dirinya sendiri, Pada masa dewasa muda,
kemandirian banyak menjadi perhatian para ahli. Mereka memiliki peran
dan aktivitas yang lebih banyak dibandingkan pada masa-masa
sebelumnya (Hurlock, 1991). Peran dan aktivitas yang menuntutnya
untuk menjadi seseorang yang mampu bertindak dan memutuskan
sesuatu berdasarkan pertimbangan nilai yang dimilikinya, atau dengan
kata lain untuk menjadi pribadi yang mandiri.
Pada masa ini, individu berusaha membangun dirinya di dunia
orang dewasa. Ia mencoba menciptakan struktur kehidupan yang stabil
dengan tetap terbuka terhadap sebanyak mungkin kemungkinan. Aspirasi
hidupnya mulai terbentuk dan ia mulai membuat sebuah impian.
Kemandirian yang sudah dimilikinya di masa remaja akan memudahkan
individu dewasa muda untuk menghadapi tuntutan kemandirian di masa
ini. Dengan kata lain, individu yang cukup mandiri di masa remaja dapat
1
2
diramalkan akan menjadi individu yang cukup mandiri juga di masa
dewasa muda. Mereka akan menunjukkan ciri-ciri mandiri dan
menerima tanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukannya
(Lemme, 1995).
Berdasarkan hasil studi Arnett (dalam Santrock, 2006) ditemukan
bahwa individu dewasa muda meyadari bahwa menjadi orang dewasa
berarti menerima tanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukannya,
menentukan kepercayaan dan nilainya sendiri mengenai yang ingin
dianut, dan membangun hubungan sejajar dengan orang tua. Mereka
sebisa mungkin akan mengatasi masalahnya tanpa bantuan orang lain
termasuk orang tua.
Dewasa muda berada pada rentang usia 20 sampai 40 tahun
(Papalia, Sterns, Feldman & Camp, 2007). Masa ini diawali dengan
masa transisi dari masa remaja menuju masa dewasa, atau yang disebut
sebagai emerging adulthood (Santrock, 2007). Pada masa transisi ini,
individu “meninggalkan rumah” secara psikologis. Ia diminta
menyelesaikan tugas perkembangan di masa remaja, membangun
identitas awal orang dewasa, mulai membuat pilihan dan komitmen yang
diharapkan oleh orang dewasa di masyarakatnya (Lemme, 1995).
Menurut Patriana (2007), masa dewasa muda berperan sebagai
generasi muda penerus cita-cita bangsa. Mereka dituntut untuk
mengembangkan diri secara optimal serta mampu melakukan
penguasaan ilmu pengetahuan agar kelak di masa mendatang mereka
3
dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan dan menjadi sumber daya
manusia yang berguna bagi bangsa dan Negara. Terbentuknya individu
yang berkualitas salah satunya dapat dicapai melalui banyaknya proses
belajar yang dijalani, serta kualitas pembelajaran yang pernah ia peroleh
dan di dukung dengan pola asuh orang tua.
Kini pendidikan khususnya pendidikan perguruan tinggi
merupakan alasan utama para generasi muda untuk meningkatkan
kualitas diri. Perwujudan pendidikan yang lebih baik diinginkan oleh
setiap individu yang baru menyelesaikan pendidikan di bangku SMA.
Menjadi pelajar atau mahasiswa mandiri sangat diperlukan dalam
menghadapi lingkungan baru dengan banyak tantangan yang harus
dihadapi untuk meraih kesuksesan melalui kualitas pendidikan yang
lebih baik pada bidang yang diinginkan.
Kajian mengenai kemandirian mahasiswa ini akan sangat
menarik terutama pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatulla Jakarta yang akan menjadi seorang psikolog yang handal
dan berkualitas, baik dari segi akademis maupun akhlaq dan kepribadian
yang baik. Mahasiswa psikologi sangat dituntut untuk bertindak secara
bijaksana, ramah, bisa menghargai, dan memeriksa keadaan orang lain,
serta berkepribadian baik karena akan berhubungan dengan individu
ataupun kelompok, baik dalam menghadapi berbagai permasalahan
maupun dalam hal lainnya.
4
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan kepada beberapa
mahasiswa psikologi yang menunjukkan bahwa individu masih belum
dapat memahami diri sendiri, belum yakin dengan kemampuan yang
dimiliki dan belum mampu bertanggung jawab dengan apa yang
dilakukannya, peneliti sendiri juga bagian dari mahasiswa psikologi
yang sering menemukan masalah yang berkaitan dengan kemandirian
pada mahasiswa psikologi.
Penelitian ini tidak hanya fokus kepada mahasiswa yang jauh
dari orang tua saja, akan tetapi juga pada mahasiswa yang tinggal masih
dengan keluarga atau orang tua masing-masing. Mahasiswa dalam
proses perkembangan kemandirian ini akan mendekati masa dewasa
yang matang, jadi mereka harus bersikap hati-hati dalam berperilaku,
memahami kemapuan dan kelemahan dirinya, meneliti dan mengkaji
makna, tujuan dan keputusan tentang jenis manusia apa yang mereka
inginkan, memperhatikan etika masyarakat, keinginan orang tua dan
sikap teman-temannya serta mengembangkan sifat-sifat pribadi yang
diinginkannya. (Yusuf, 2009)
Ternyata, selama 23 tahun terakhir ini train kemandirian telah
dikaitkan dengan banyak faktor. Lerner dan Spanier (1980)
menyebutkan bahwa kemandirian dipengaruhi oleh dua faktor utama
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal atau kondisi
diri, seperti: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, konsep diri, self
esteem, serta gaya berinteraksi dengan orang lain, sedangkan faktor
5
eksternal atau lingkungan, seperti: keluarga, kegiatan atau pekerjaan,
hubungan dengan orang tua, teman sebaya, guru dan latar belakang
budaya.
Dari berbagi faktor diatas, peneliti tertarik pada dua faktor yang
mempengaruhi kemandirian, yaitu berdasarkan faktor internal dan
eksternal. Faktor konsep diri sebagai faktor internal dan faktor pola asuh
orang tua sebagai faktor eksternal. Konsep diri yang positif
menunjukkan penerimaan yang mengarahkan individu ke arah sifat yang
rendah hati, dermawan, tidak egois yang dapat menjadikan remaja
beperilaku dan mempunyai sikap mandiri, sebaliknya jika konsep
dirinya negatif, maka individu tidak akan mampu menyesuaikan dirinya
serta tidak memiliki kestabilan dan keutuhan diri. (Calhoun & Acocella,
1990).
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti merasa penting untuk
meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian pada mahasiswa
tersebut, yakni dari faktor internal (konsep diri) dan faktor eksternal
(pola asuh orang tua). Untuk itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Pengaruh Konsep Diri dan Pola Asuh Orang
Tua Terhadap Kemandirian Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”. Penelitian ini
dilakukan kepada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
6
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasanmasalah
Banyak faktor yang mempengaruhi kemandirian remaja. Faktor-faktor
tersebut terdiri dari faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik
seperti: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, konsep diri, dan self
esteem, dan faktor ekstrinsik atau lingkungan, seperti: keluarga, kegiatan
atau pekerjaan, latar belakang budaya, hubungan remaja dengan orang
tua/teman sebaya/guru, interaksi dan gaya berinteraksi, namun dalam
penelitian ini faktor-faktor tersebut fokus pada faktor intrinsik yaitu
dengan konsep diri dan faktor ekstrinsik dengan pola asuh orang tua.
Adapun pengertian kemandirian, konsep diri dan pola asuh adalah
sebagai berikut :
1. Kemandirian. Kemandirian dalam penelitian ini dibatasi pada
kebebasan, kesiapan dan kemampuan mahasiswa sebagai individu
baik secara fisik maupun emosi untuk mengatur, menguasai, dan
melakukan aktivitas hidupnya atas tanggung jawab sendiri tanpa
banyak tergantung pada orang lain, khususnya orang tua,
berdasarkan 3 aspek pokok yang merujuk pada teori Steinberg
(2002), yaitu emotional autonomy, behavioral autonomy dan value
autonomy.
2. Konsep diri. Konsep diri pada penelitian ini dibatasi pada
pandangan mahasiswa terhadap dirinya sendiri dan evaluasi
7
tentang karakteristik yang ada pada diri mereka, peran-peran
mereka, kemampuan mereka dan hubungan sosial mereka.
Pembatasan konsep diri ini merujuk pada teori Fitts (1971) yang
meliputi 2 dimensi pokok, yaitu dimensi internal dan dimensi
eksternal. Dimensi-dimensi tersebut adalah identity self, behavioral
self, judging self, physical self, moral-ethical self, personal self,
family self dan social self .
3. Pola asuh. Pola asuh dalam penelitian ini dibatasi pada interaksi
orang tua di berbagai situasi atau keadaan yang berupa aturan-
aturan orang tua yang di curahkan dengan kasih sayang dan
hukuman kepada anaknya untuk menjadi individu yang lebih baik.
Pola asuh dalam penelitian ini mengacu pada teori Diana Baumrind
(1991), yang meliputi 3 jenis pola asuh yaitu permissive,
authoritarian dan authoritative.
4. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa yang dibatasi pada
mahasiswa/i Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan usia 17-24 tahun.
1.2.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
rumusan penelitian ini adalah mengenai pengaruh variabel konsep diri dan
pola asuh orang tua terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berdasarkan rumusan masalah diatas,
peneliti mengajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut;
8
1. Apakah dimensi konsep diri (identity self, behavioral self, judging
self, physical self, moral-ethical self, personal self, social self, dan
family self)dan dimensi pola asuh (permissive, authoritarian dan
authoritative) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta?
2. Apakah dimensi identity self pada variabel konsep diri memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ?
3. Apakah dimensi behavioral self pada variabel konsep diri memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
4. Apakah dimensi judging self pada variabel konsep diri memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ?
5. Apakah dimensi physical self pada variabel konsep diri memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ?
6. Apakah dimensi moral-ethical self pada variabel konsep diri
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian
mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ?
9
7. Apakah dimensi personal self pada variabel konsep diri memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ?
8. Apakah dimensi social self pada variabel konsep diri memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ?
9. Apakah dimensi family self pada variabel konsep diri memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ?
10. Apakah dimensi permissive pada variabel pola asuh memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ?
11. Apakah dimensi authoritarian pada variabel pola asuhmemiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ?
12. Apakah dimensi authoritative pada variabel pola asuh memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikan atau tidaknya
pengaruh dimensikonsep diri (identity self, behavioral self, judging self,
physical self, moral-ethical self, personal self, social self, dan family self)
10
dan dimensi pola asuh (permissive, authoritarian dan authoritative)
terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
1.3.2 Manfaat
Manfaat penelitian ini terdiri atas manfaat teoritis dan praktis yang
diperoleh melalui hasil penelitian. Secara teoritis penelitian ini
memberikan kontribusi pada khazanah keilmuan terkait psikologi
perkembangan yang fokus kepada perilaku kemandirian remaja. Secara
praktis, penelitian ini memberikan manfaat dan menjadi bahan informasi
serta intropeksi kepada para pendidik dan orang tua mengenai pengaruh
konsep diri dan pola asuh yang dapat membentuk perilaku kemandirian
anak dan remaja. Diharapkan pula penelitian ini dapat memberikan
referensi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian yang
peneliti lakukan.
1.4 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan hasil penelitian ini, peneliti menggunakan kaidah
penulisan American Psychology Asosiation (APA) Style yang mengacu
pada pedoman penulisan skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan ini dibagi menjadi beberapa
bagian bahasan yaitu:
11
BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini dibahas mengenai latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian baik yang
bersifat teoritis maupun yang praktis, dan sistematika penelitian.
BAB 2 : LANDASAN TEORI
Dalam bab landasan teori ini dipaparkan mengenai variabel kemandirian,
variabel konsep diri dan variabel pola asuh beserta dimensi-dimensinya,
kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
BAB 3 : METODE PENELITIAN
Dalam bab metode penelitian ini dibahas mengenai populasi dan sampel,
variabel penelitian, instrument pengumpulan data, prosedur pengumpulan
data, dan metode analisis data.
BAB 4 : HASIL PENELITIAN
Dalam bab analisis hasil penelitian ini peneliti membahas mengenai hasil
penelitian meliputi, pengolahan statistik dan analisis terhadap data.
BAB 5 : KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan
menyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga dimuat diskusi dan
saran.
12
BAB 2
LANDASAN TEORI
Bab ini berisi penjelasan tentang kemandirian remaja, konsep diri, dan pola asuh
beserta dimensi-dimensinya, kerangka berfikir penelitian dan hipotesis
penelitian.
2.1 Kemandirian
2.1.1 Definisi kemandirian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990) dapat diketahui bahwa
pembentukan kata kemandirian berasal dari kata sifat “mandiri” yang
memiliki arti dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain.
Beberapa ahlijuga memiliki pengertian yang berbeda-beda terhadap
kemandirian sebab mereka memandang dari segi hal yang berbeda,
meskipun pada dasarnya memiliki muara dan fokus yang sama.
Menurut Steiberg (1995) remaja memperoleh kemandirian adalah
remaja yang memiliki kemampuan untuk mengatur diri sendiri secara
bertanggung jawab, meskipun tidak ada pengawasan dari orang tua
ataupun orang lain. Hill dan Holmbeck (1991) menjelaskan individu yang
mandiri dalam perilaku adalah mereka yang mampu untuk memilah
nasehat dari orang lain, memilih mana yang lebih sesuai, serta
mempertimbangkan suatu tindakan berdasarkan pada pendapatnya sendiri
dan saran orang lain, dan kemudian mengambil kesimpulan terhadap hal
tersebut.
12
13
Menurut perspektif self determination theory, kemandirian adalah
pertahanan yang sangat bermanfaat pada suatu individu dalam hidup
bermasyarakat, termasuk dalam mengambil keputusan dan berperilaku
independen dari sekian banyak pengaruh dari luar (Bandura, 1989; Markus
& Kitayama, 1991; Rothbaum & Trommsdroff, 2007; Schwartz, 2000,
2006; Deci & Ryan, 2002 dalam Chen et al., 2013). Sedangkan Wilfrid dan
Keith (2013) menjelaskan kemandirian berasal dari kata Yunani,autonomi,
yaitu autós (“self”) dan nomos (“aturan”), jadi “ autonomy” pertama kali
digunakan untuk menjelaskan peraturan-peraturan yang ada.
Berdasarkan pengertian kemandirian dari beberapa pendapat para
ahli diatas, maka menurut peneliti definisiyang digunakan dalam penelitian
ini adalah definisi menurut Steinberg (1995) yaitu individu yang
memperoleh kemandirian adalah individu yang memiliki kemampuan
untuk mengatur diri sendiri secara bertanggung jawab, meskipun tidak ada
pengawasan dari orang tua ataupun orang lain.
2.1.2 Proses perkembangan dan aspek-aspek kemandirian
Perkembangan kemandirian remaja menurut Steinberg (2002) adalah dari
keadaan rumah tangga, transformasi dan perlakuan kemanusiaan orang tua.
Menurut Donvan and Adelson (1966) perkembangan kemandirian yaitu
mengurangi ikatan emosional dengan orang tua, mampu untuk mengambil
keputusan secara mandiri, dan membentuk “tanda personal” dari nilai dan
moral. Emil Durkheim melihat perkembangan kemandirian karena dua
faktor, yaitu disiplin dan komitmen terhadap kelompok (Ali, 2012).
14
Dari beberapa keterangan di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa proses perkembangan kemandirian didapat melalui keadaan
seseorang terhadap lingkungannya baik keluarga maupun diluar keluarga.
Robert Havighurst (1955) membagi kemandirian menjadi beberapa
aspek, yaitu:
1. Emosi, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi
dan tidak tergantung pada kebutuhan emosi dan orang tua.
2. Ekonomi, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan mengatur
ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua.
3. Intelektual, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi
berbagai masalah yang dihadapi.
4. Sosial, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan
interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi
dari orang lain.
Menurut Douvan (1966) kemandirian terdiri dari tiga aspek
perkembangan, yaitu:
1. Kemandirian aspek emosi, yaitu ditandai oleh kemampuan remaja
memecahkan ketergantungannya (sifat kekanak-kanakannya) dari
orang tua dan mereka dapat memuaskan kebutuhan kasih sayang dan
keakraban di luar rumahnya.
2. Kemandirian aspek perilaku. Kemandirian berperilaku merupakan
kemampuan remaja untuk mengambil keputusan tentang tingkah laku
15
pribadinya, seperti dalam memilih pakaian, sekolah/pendidikan, dan
pekerjaan.
3. Kemandirian aspek nilai. Kemandirian nilai ditunjukkan remaja
dengan dimilikinya seperangkat nilai-nilai yang dikonstruksikan
sendiri oleh remaja, menyangkut baik-buruk, benar-salah, atau
komitmennya terhadap nilai-nilai agama.
Steinberg (1987) juga mengemukakan bahwa aspek-aspek
kemandirian remaja meliputi :
1. Kemandirian emosi (Emotional autonomy)
Aspek emosional mengarah pada kemampuan remaja untuk mulai
melepaskan diri secara emosi dengan orang tua dan mengalihkannya
pada hubungan dengan teman sebaya. Tetapi bukan memutuskan
hubungan dengan orang tua. Remaja yang mandiri secara emosional
tidak membebankan pikiran orang tua meski dalam masalah. Remaja
yang mandiri secara emosional tidak melihat orang tua mereka sebagai
orang yang tahu atau menguasai segalanya.
Remaja yang mandiri secara emosi dapat melihat serta
berinteraksi dengan orang tua mereka sebagai orang-orang yang dapat
mereka ajak untuk bertukar pikiran. Nilai dari kemandirian disini
mengacu pada sikap yang tidak bergantung, pengambilan keputusan
baik dalam bidang politik, agama, akademik maupun moral.
16
2. Kemandirian perilaku (Behavioral autonomy).
Aspek kemandirian perilaku merupakan kemampuan remaja untuk
mandiri dalam membuat keputusannya sendiri dengan
mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Mereka mengetahui
kepada siapa harus meminta nasehat dalam situasi yang berbeda-beda.
Remaja mandiri tidak mudah dipengaruhi dan mampu
mempertimbangkan terlebih dahulu nasehat yang diterima. Remaja
yang mandiri secara perilaku akan terlihat lebih percaya diri dan
memiliki harga diri yang lebih baik. Mereka yang mandiri secara
perilaku tidak akan menunjukkan perilaku yang buruk atau semena-
mena yang dapat menjatuhkan harga diri mereka.
3. Kemandirian nilai (Value autonomy)
Remaja yang mandiri dalam nilai akan mampu berpikir lebih abstrak
mengenai masalah yang terkait dengan isu moral, politik, dan agama
untuk menyatakan benar atau salah berdasarkan keyakinan-keyakinan
yang dimilikinya. Remaja dapat memberi penilaian benar atau salah
berdasarkan keyakinannya dan tidak dipengaruhi aturan yang ada pada
masyarakat. Remaja yang mandiri dalam nilai akan lebih berprinsip.
Prinsip yang terkait dengan hak seseorang dalam kebebasan untuk
berpendapat atau persamaan sosial.
Berdasarkan aspek-aspek kemandirian yang telah dikemukakan di
atas, maka yang dianggap paling sesuai oleh peneliti adalah aspek
kemandirian menurut Steinberg (2002). Hal ini dikarenakan aspek-aspek
17
kemandirian dari Steinberg tersebut lebih mewakili dalam mengukur
kemandirian pada mahasiswa UIN Jakarta. Aspek-aspek tersebut antara
lain aspek emotional autonomy, aspek behavioral autonomy, dan aspek
value autonomy.
2.1.3 Pengukuran kemandirian
Alat ukur kemandirian yang ditemukan peneliti adalah sebagai berikut:
1. The Autonomy Scale
The Autonomy Scale adalah alat ukur kemandirian dari perkembangan
alat ukur The Autonomy-Connectedness Scale (ACS-30) yang valid
dan reliable (Bekker 1993; dan Bekker, Hens, & Nijssen, 2001).
Menurut Bekker, alat ukur ini berkaitan dengan perbedaan gender dan
kondisi fisik yang menghasilkan proses individu berperilaku (dalam
Bekker dan Assen, 2006). Teori ini mengacu pada kombinasi konsep
feminist, neo analitycal object dan teori kelekatan. Skala ini
menggunakan 30 item dengan 3 subskala yaitu self awareness,
sensitivity to others, dan kapasitas dalam mengatur situasi baru.
2. Behaviors of Autonomy Scale
Skala ini merujuk pada teori Steinberg & Silverberg (1999) yang
berfokus pada korelasi antara otonomi dan parameter lainnya yang
mengabaikan aturan dari modifikasi otonomy sendiri. Biasanya
dilakukan pada remaja awal (usia 12-13 tahun) hingga (18-19 tahun).
Skala ini terdiri dari 11 item.
18
3. Skala Kemandirian
Skala ini juga merujuk pada teori Steinberg (2002) yang diungkap
berdasarkan 3 aspek kemandirian yaitu aspek emotionaly autonomy,
aspek behavioral autonomy, dan aspek value autonomy yang terdiri
dari 30 item. Biasanya penelitian ini digunakan pada remaja dengan
menggunakan skala likert empat alternatif jawaban (sangat sesuai,
sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai).
Dari ketiga alat ukur kemandirian diatas, variabel kemandirian
dalam penelitian ini diukur dengan skala yang dibuat sendiri oleh peneliti
dengan mengacu pada aspek-aspek skala kemandirian dari Steinberg
(2002) yaitu emotional autonomy, behavioral autonomy, value autonomy
karena peneliti tidak menemukan item-item pada skala baku tersebut.
Skala kemandirian dalam penelitian ini terdiri 13 item pernyataan dengan
skor skala likert yang menyediakan empat alternatif respon jawaban
(sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai).
2.1.4 Faktor yang mempengaruhi kemandirian
Kemandirian remaja tidak terbentuk begitu saja akan tetapi berkembang
karena pengaruh dari beberapa faktor. Lerner dan Spanier (1980)
menyebutkan bahwa kemandirian dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu:
1. Faktor internal atau kondisi diri, seperti: usia, jenis kelamin dan
tingkat pendidikan, self esteem dan konsep diri
2. Faktor eksternal atau lingkungan, seperti: keluarga, kegiatan atau
pekerjaan dan latar belakang budaya.
19
Menurut Hurlock (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan kemandirian adalah :
1. Pola asuh orang tua
Orang tua yang memiliki nilai budaya yang terbaik dalam
memperlakukan anaknya adalah dengan cara yang demokratis
(authoritative), karena pola ini orang tua memiliki peran sebagai
pembimbing yang memperhatikan setiap aktivitas dan kebutuhan
anaknya, terutama sekali yang berhubungan dengan studi dan
pergaulan, baik itu dalam lingkungan keluarga maupun dalam
lingkungan sekolah.
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin membedakan antara anak laki-laki dan perempuan,
dimana perbedaan ini mengunggulkan pria karena pria dituntut
untuk berkepribadian maskulin, dominan, agresif dan aktif
dibandingkan pada anak perempuan yang memiliki ciri kepribadian
yang khas yaitu pola kepribadian yang feminis, pasif dan
kepatuhan serta ketergantungan.
3. Urutan kelahiran dalam keluarga
Anak sulung biasanya lebih berorientasi pada orang dewasa, pandai
mengendalikan diri, cemas, takut gagal dan pasif, jika
dibandingkan dengan saudaranya, anak tengah lebih ekstrovert dan
kurang mempunyai dorongan, akan tetapi mereka memiliki
20
pendirian, sedangkan anak bungsu adalah anak yang sangat di
sayang orang tua.
4. Ukuran keluarga
Pada setiap keluarga dapat dijumpai ukuran keluarga yang berbeda-
beda. Ada keluarga besar dengan jumlah anak lebih dari enam
orang, keluarga ukuran sedang dengan jumlah anak empat sampai
lima orang dan keluarga kecil dengan jumlah anak satu sampai tiga
orang anak. Adanya perbedaan ukuran keluarga ini dapat
memberikan dampak yang positif maupun negatif pada hubungan
anak dengan orang tua maupun hubungan anak dengan saudaranya.
Biasanya dampak negatif paling banyak dirasakan oleh keluarga
yang mempunyai ukuran besar karena dengan keluarga yang besar
berarti orang tua harus membagi perhatiannya pada setiap anak
degan adil yang terkadang anak sering terabaikan.
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa faktor yang berpengaruh
terhadap perkembangan kemandirian tidak hanya pada diri individu itu
sendiri namun juga pada perkembangan kemandirian individu tersebut
yang dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.
2.2 Konsep Diri
2.2.1 Definisi konsep diri
William H. Fitts (1971) mengemukakan bahwa konsep diri adalah sebagai
suatu keseluruhan kesadaran atau persepsi mengenai diri yang diobservasi,
dialami, dan dinilai oleh seorang individu. Secara fenomenologis ia
21
menjelaskan bahwa ketika individu mempersepsikan dirinya, bereaksi
terhadap dirinya, berarti ia menunjukkan suatu kesadaran diri (self
awareness) dan kemampuan untuk keluar dari dirinya sendiri untuk
melihat dirinya seperti yang ia lakukan terhadap dunia di luar dirinya.
Pendapat Fitts sejalan dengan pendapat Burns (1993) yang mengemukakan
bahwa pada dasarnya konsep diri merupakan sikap terhadap diri sendiri
dari seorang individu.Sedangkan Cawagas (dalam Pudjijogyanti, 1988)
menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu
akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya,
kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan
sebagainya.
William D. Brooks (dalam Jalaluddin Rahmat, 2005) menyatakan
bahwa konsep diri adalah penilaian mengenai totalitas psikis, sosial dan
fisik berkaitan dengan dirinya yang berasal dari pengalaman-pengalaman
dan interaksinya dengan orang lain. Atwater (1997) juga menyebutkan
bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi
persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-
nilai yang berhubungan dengan dirinya. Selain itu, Stuart (2001)
mendefinisikan konsep diri sebagai semua ide, pikiran, kepercayaan dan
pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi
individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Dari beberapa penjelasan diatas peneliti mengambil definisi konsep
diri berdasarkan teori fitts (1971) yang mengemukakan bahwa konsep diri
22
adalah sebagai suatu keseluruhan kesadaran atau persepsi mengenai diri
yang diobservasi, dialami, dan dinilai oleh seorang individu.
2.2.2 Jenis-jenis konsep diri
Calhoun dan Acocella (1990) membagi konsep diri menjadi dua jenis,
yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif dengan penjelasan sebagai
berikut:
1. Konsep diri positif. Ciri sikap konsep diri yang positif adalah yakin
terhadap kemampuan dirinya sendiri dalam mengatasi masalah, merasa
sejajar dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, sadar
bahwa setiap orang mempunyai keragaman perasaan, hasrat, dan
perilaku yang tidak disetujui oleh masyarakat serta mampu
mengembangkan diri karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian yang buruk dan berupaya untuk mengubahnya. Konsep
diri yang positif adalah penerimaan yang mengarahkan individu ke
arah sifat yang rendah hati, dermawan, dan tidak egois.
2. Konsep diri negatif. Ciri konsep diri negatif adalah peka terhadap
kritik, responsif terhadap pujian, mempunyai sikap hiperkritis,
cenderung merasa tidak disukai orang lain, dan pesimistis terhadap
kompetisi. Lebih jauh lagi, Calhoun dan Acocella (1990) membagi
konsep diri negatif menjadi dua, yaitu:
a Pandangan seseorang terhadap dirinya tidak teratur, tidak memiliki
kestabilan dan keutuhan diri. Kondisi seperti ini acapkali terjadi
pada remaja. Namun, tidak menutup kemungkinan terjadi pada
23
orang dewasa. Pada orang dewasa Hal ini dapat terjadi karena
ketidakmampuan menyesuaikan diri.
b Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini
disebabkan karena pola asuh dan didikan yang sangat keras,
sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya
penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya
merupakan cara hidup yang tepat.
2.2.3 Dimensi konsep diri
Fitts (1971) membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok, yaitu sebagai
berikut :
1. Dimensi internal
Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal
(internal frame of reference) adalah penilaian yang dilakukan individu
yakni penilaian yang dilakukan terhadap dirinya sendiri berdasarkan
dunia di dalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk :
a. Diri identitas (identity self). Dimensi ini mengacu pada pertanyaan
“siapakah saya?” Dalam pertanyaan tersebut tercakup label-label
atau simbol-simbol yang diberikan pada diri (self) oleh individu
untuk menggambarkan dirinya dan membangun identitasnya.
b. Diri perilaku (behavioral self).Dimensi ini merupakan persepsi
individu mengenai tingkah lakunya dan berisikan seluruh
kesadaran mengenai “apa yang diri lakukan”.
24
c. Diri penilai (judging self). Diri penilai berfungsi mengamati,
menentukan standar, dan mengevaluasi. Diri penilai ini pula yang
menentukan kepuasan seseorang akan dirinya atau seberapa jauh
seseorang menerima dirinya.
2. Dimensi eksternal
Pada dimensi ini, individu menilai dirinya melalui hubungan dan
aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta Hal-Hal lain diluar
dirinya.
a. Diri fisik (physical self)
Merupakan persepsi individu terhadap keadaan dirinya secara fisik,
seperti kesehatan, penampilan dan keadaan tubuh.
b. Diri moral etik (moral-ethical self)
Merupakan persepsi individu terhadap keadaan dirinya dilihat dari
standar pertimbangan nilai moral dan etika.
c. Diri pribadi (personal self)
Merupakam persepsi individu terhadap keadaan pribadinya, yang
berhubungan dengan sejauh mana ia merasa puas terhadap
pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang
tepat.
d. Diri keluarga (family self)
Menunjukkan persepsi individu yang berhubungan dengan
kedudukannya sebagai anggota keluarga.
25
e. Sosial diri (social self)
Merupakan persepsi individu terhadap interaksi dirinya dengan
orang lain atau lingkungan di sekitarnya.
2.2.4 Pengukuran konsep diri
Dari berbagai literatur mengenai konsep diri, peneliti hanya menemukan
satu alat ukur, yaitu alat ukur konsep diri Tennesse Self Concept Scale
(TSCS). Alat ukur ini menggunakan dua dimensi konsep diri dari Fitts
(1971) yaitu ;
1. Dimensi Internal yang terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu
komponen identitas diri, komponen perilaku dan komponen penilaian.
2. Dimensi Eksternal yang terdiri dari lima komponen pokok, yaitu
komponen fisik, komponen moral etis, komponen diri personal,
komponen diri keluarga, komponen diri sosial.
Skala TSCS berjumlah 100 item pertanyaan dari 8 dimensi yang
terdiri dari Identity self, behavioral self, judging self, physical self, moral-
ethical self, personal self, family self, dan social self. Model skala yang
akan digunakan adalah jenis skala likert yaitu dengan menggunakan empat
alternatif jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS),
sangat tidak setuju (STS).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur konsep diri
yang dibuat oleh Fitts (1971) ini dan telah dimodifikasi kedalam alat ukur
yang menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan latar belakang objek
26
penelitian. Peneliti menggunakan alat ukur ini karena dimensi-dimensinya
dirasa dapat mewakilkan variabel yang hendak diteliti dengan baik.
Peneliti juga mengurangi jumlah item yang seharusnya 100 dari 8
dimensi, menjadi 32 item. Dengan tujuan menghindari kejenuhan pada
responden penelitian saat mengisi angket. Proses modifikasi skala ini
diawali dengan menerjemahkan item-item yang bermula berbahasa inggris
menjadi bahasa Indonesia, kemudian peneliti melakukan pengurangan
item dengan mempertimbangkan item mana yang dipilih untuk mengukur
konsep diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
2.3 Pola Asuh
2.3.1 Definisi pola asuh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata “pola” berarti
sistem, cara kerja, bentuk atau struktur yang tetap, sedangkan “asuh”
berarti menjaga, merawat, mendidik, membimbing, dan membantu.
Menurut Bee (1981), pola asuh adalah kombinasi dari perilaku orang tua
saat mengasuh anak yang terdiri dari tingkat kontrol yang diberikan,
keterbukaan dan berkomunikasi, tuntutan terhadap kedewasaan dan
kehangatan dalam pengasuhan.
Baumrind (1991) menjelaskan bahwa pola asuh adalah sikap orang
tua terhadap anak dengan mengembangkan aturan-aturan dan
mencurahkan kasih sayang terhadap anak.Darling (1999) juga menjelaskan
pengasuhan adalah sebuah aktivitas kompleks yang di dalamnya terdapat
beberapa perilaku spesifik yang dilakukan secara individu maupun
27
bersama-sama yang bertujuan untuk mempengaruhi perilaku anak. Dalam
penerapan praktek pengasuhan, setiap orang tua memiliki variasi pola
pengasuhan yang berbeda-beda dengan orang tua yang lainnya sebagai
upaya untuk mengontrol dan bersosialisasi dengan anak mereka.
Sedangkan Mize dan Pettit yang mengutip Hart et. al. (dalam
Cramer, 2002) mendefinisikan gaya pengasuhan sebagai "kelompok
kehidupan atau konstelasi perilaku yang menggambarkan interaksi orang
tua-anak melalui berbagai situasi dan yang dianggap menciptakan iklim
interaksional meluas”.
Dari beberapa definisi tentang pola asuh diatas, peneliti cenderung
setuju dengan definisi yang diemukakan oleh Baumrind (1991) yang
mendefinisikan bahwa pola asuh merupakan sikap orang tua terhadap anak
dengan mengambangkan aturan-aturan dan mencurahkan kasih sayang
terhadap anak.
2.3.2 Jenis-jenis pola asuh
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Diana Baumrind dan
Baumrind & Black (dalam Papalia, et.al., 2007) pada sejumlah keluarga
yang memiliki anak prasekolah, didapatkan tiga macam pola asuh,
sedangkan dalam Santrock (2007) Diana Baumrind menjelaskan empat
pola asuh orang tua, yaitu :
1. Pengasuhan otoriter (Authoritarian parenting),
Authoritarian yaitu suatu tipe yang membatasi dan menghukum yang
menuntut anak untuk mengikuti perintah–perintah orang tua dan
28
menghormati pekerjaan dan usaha orang tua. Orang tua yang
authoritarian menerapkan batas dan kendali yang tegas pada anak dan
meminimalisir diskusi atau musyawarah.
Hart (dalam Santrock, 2007) menjelaskan bahwa dengan
pengasuhan authoritarian anak seringkali tidak bahagia, ketakutan,
minder ketika membandingkan dengan orang lain, tidak mampu
memulai aktivitas serta memiliki kemampuan komunikasi yang lemah
serta mungkin berperilaku agresif.
2. Pengasuhan authoritative,
Authoritative yaitu pola asuh yang mendorong anak untuk mandiri
namun masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka.
Masih melakukan diskusi, serta orang tua bersikap hangat dan
penyayang terhadap anak. Orang tua yang authoritative menunjukkan
kesenangan dan dukungan sebagai respon terhadap perilaku konstruktif
anak.
Mereka juga mengharapkan perilaku anak yang dewasa,
mandiri, dan sesuai dengan usianya. Anak yang memiliki orang tua
authoritative sering kali ceria, bisa mengendalikan diri dan mandiri,
dan berorientasi pada prestasi; mereka cenderung mempertahankan
hubungan yang ramah dengan teman sebaya, bekerja sama dengan
orang dewasa, dan bisa mengatasi stress dengan baik.
3. Pengasuhan yang diabaikan (permissive indifferent), yaitu gaya
pengasuhan dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan
29
anak. Anak yang memiliki orang tua yang mengabaikan merasa bahwa
aspek lain kehidupan orang tua lebih penting dari pada mereka. Anak
ini cenderung tidak memiliki kemampuan sosial. Banyak diantaranya
memiliki pengendalian diri yang buruk dan tidak mandiri. Mereka
sering kali memiliki harga diri yang rendah, tidak dewasa, dan
mungkin terasing dari keluarga. Dalam masa remaja mungkin
menunjukkan sikap suka membolos dan nakal.
4. Pengasuhan yang menuruti atau memanjakan (permissive indulgent),
yaitu gaya pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dengan anak,
namun tidak terlalu menuntut atau mengontrol mereka. Orang tua
macam ini membiarkan anak melakukan apa yang ia inginkan.
Hasilnya, anak tidak pernah belajar mengendalikan perilakunya sendiri
dan selalu berharap mendapatkan keinginannya.
Lain Halnya dengan penjelasan diatas, Olson & DeFrance (2006)
melihat dari Couple and Family Map juga menambahkan dua pola asuh
lainnya disamping empat pola asuh yang telah dijelaskan diatas, yaitu
rejecting style dan uninvolved style, dimana pengertiannya adalah sebagai
berikut:
1. Rejecting style
Orang tua tidak memberi banyak perhatian pada kebutuhan anak dan
jarang memberikan pengharapan terhadap perilaku apa yang
seharusnya dilakukan anak.
30
2. Uninvolved style
Orang tua seringkali menghiraukan anak, membiarkan anak melakukan
kesalahan selama berbagai kesalahan itu tidak berkaitan dengan
kegiatan orang tuanya.
Dalam konteks bimbingan orang tua terhadap remaja, Hoffman
(dalam Ali, 2012) mengemukakan tiga jenis pola asuh orang tua, yaitu
1. Pola asuh bina kasih (induction)
2. Pola asuh unjuk kuasa (power assertion)
3. Pola asuh lepas kasih (love withdrawal)
Dalam penelitian ini, jenis pola asuh yang dirasa sesuai dengan
peneliti adalah adalah jenis-jenis pola asuh yang dijelaskan Diana
Baumrind (1991) yaitu pola asuh authoritarian, pola asuh authoritative
dan pola asuh permissive.
2.3.3 Dimensi pola asuh
Baumrind (1991) mengidentifikasikan adanya empat aspek dalam pola
asuh orang tua, yaitu :
1. Kehangatan, yaitu orang tua menunjukkan ekspresi-ekspresi
kehangatan dan kasih sayang terhadap anak dan menunjukkan rasa
banggga akan prestasi yang diperoleh anaknya.
2. Kejelasan dan konsistensi peraturan, yaitu orang tua berusaha untuk
mengontrol kebebasan, inisiatif, dan tingkah laku anaknya.
3. Tingkat pengharapan, yaitu orang tua menekankan pada anak untuk
mengoptimalkan kemampuan agar lebih dewasa dalam segala Hal.
31
4. Komunikasi antara orang tua dan anak, yaitu orang tua meminta
pendapat anak disertai dengan alasan yang jelas ketika anak menuntut
pemenuhan kebutuhannya.
Sementara itu, Mussen (1994) juga menyatakan bahwa terdapat
empat aspek penting dalam mengasuh anak, yaitu :
1. Aspek kontrol
Merupakan usaha yang dilakukan orang tua untuk mempengaruhi
aktivitas anak untuk mencapai tujuan, memodifikasi ekspresi
ketergantungan, agresivitas, tingkah laku dan bermain anak. Namun
orang tua yang senantiasa menjaga keselamatan anak-anak (over
protection) dan mengambil tindakan-tindakan yang berlebihan agar
anak-anaknya terhindar dari bermacam-macam bahaya akan
menghasilkan perkembangan anak dengan ciri-ciri sangat tergantung
kepada orang tuanya dalam bertingkah laku.
2. Aspek tuntutan kedewasaan
Orang tua menekankan kepada anak untuk mencapai suatu tingkat
kemampuan secara intelektual, sosial dan emosional. Orang tua
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengalami pehit getirnya
kehidupan, menghadapi dan mengatasi berbagai masalah yang
dihadapi anak dengan harapan agar anak dapat belajar dari pengalaman
dan menjadi dewasa. Namun orang tua tetap tidak mengubah dan
mengarahkan proses-proses perkembangan pada seluruh aspek
32
kepribadian anak sebagai upaya dalam mempersiapkan anak
menghadapi masa remaja.
3. Aspek komunikasi anak dan orang tua
Aspek ini meliputi penggunaan nalar dalam memecahkan masalah,
menanyakan begaimana pendapat dan perasaan anak.
4. Aspek kasih sayang
Aspek ini meliputi penghargaan dan pujian terhadap prestasi anak.
Komunikasi keluarga dapat dilakukan dengan gerakan, sentuhan,
belaian, senyuman, mimik wajah dan ungkapan kata. Melalui pola
komunikasi keluarga yang demikian dapat meningkatkan keakraban,
keintiman, saling memiliki, rasa melindungi anak oleh orang tuanya
menjadi semakin besar.
Dalam penelitian ini peneliti setuju dengan dimensi pola asuh yang
dijelaskan Baumrind (1991) karena dirasa lebih sesuai dengan objek
penelitian dan alat ukur yang akan peneliti gunakan.
2.3.4 Pengukuran pola asuh
Banyaknya kajian dan literatur mengenai pola asuh telah melahirkan
beberapa alat ukur, beberapa alat ukur yang peneliti temukan adalah
sebagai berikut:
1. Skala Pola Asuh Anak (PAA)
Pada tahun 1988, Yuniarti (dalam Azwar, 2006) membuat suatu alat
ukur parenting style yang disebut dengan skala Pola Asuh Anak (Skala
P-A-A). Skala ini terdiri dari 68 item berbentuk pilihan ganda
33
(multiple choice) dengan lima pilihan jawaban. Setiap pilihan ganda
menunjuk pada tipe pola asuh tertentu. Alat ukur ini disusun untuk
mengetahui tipe atau jenis pola asuh yang diterapkan oleh orang tua
berdasarkan sudut pandang anak.
Penelitian ini dilakukan terhadap anak usia 3 sampai 5 tahun,
yang terdiri dari 30 item pernyataan dengan tiga pilihan jawaban yang
menunjuk pada pola asuh authoritarian, authoritative, dan pola asuh
permissive berdasarkan sudut pandang ibu.
2. Parental Authority Questionnare (PAQ)
Pola asuh orang tua di ukur dengan Parental Authority Questionnare
(PAQ) yang dikembangkan oleh Buri (1991) . Skala PAQ ini mengacu
pada teori Baumrind (1991). Skala ini terdiri dari 30 item yang
mengukur 3 aspek yaitu permissive, authoritarian, dan authoritative.
Reliabilitas dari PAQ adalah 0.77 sampai 0.91 sedangkan validitas dari
skala ini adalah 0.74 sampai 0.87.
3. Parenting Style & Dimensions Questionnaire (PSDQ).
Alat ukur PSDQ ini dikembangkan oleh Robinson dan Mandleco
(1995). Skala pengukuran tersebut juga mengacu pada 3 dimensi gaya
pengasuhan dari Baumrind yang dibagi menjadi 11 faktor. Skala ini
terdiri dari 62 item dengan tipe skala likert. Nilai reliabilitas dari setiap
sub-skala 0.626-0.866 dan validitas 0.732-0.951.
Dalam penelitian ini, peneliti membuat alat ukur pola asuh sendiri
dengan mengacu pada teori Baumrind (1991). Alat ukur pola asuh ini
34
disusun berdasarkan komponen-komponen pola asuh yang di jelaskan
Baumrind (permissive, authoritarian, dan authoritative) dan terdiri dari 24
item pernyataan dengan menggunakan skor skala likert yang menyediakan
empat alternatif respon jawaban (sangat sesuai, sesuai, tidak sesuai, dan
sangat tidak sesuai).
2.4 Kerangka Berfikir
Kemandirian adalah suatu keadaan pada seorang individu yang telah
mengenali identitas dirinya, mampu melakukan suatu hal untuk dirinya
sendiri, memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya,
mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang
dihadapi, memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya,
merasa puas dengan hasil usahanya, dan mampu bertanggungjawab
terhadap apa yang dilakukannya.
Konsep diri merupakan suatu pola yang terorganisir dan struktur
kepribadian. Pola terbentuknya konsep diri pada seorang individu bukan
merupakan bawaan dari lahir, tetapi terbentuk melalui proses. Remaja
yang memiliki konsep diri yang tinggi akan dapat melakukan perbuatan
positif yang diharapkan oleh masyarakat, sehingga akan menjadikan
seseorang lebih mandiri, dan sebaliknya remaja yang memiliki konsep diri
yang rendah, seringkali tidak dapat mengatur kehidupan dan tergantung
pada orang lain, sehingga menjadikan seseorang itu tidak mandiri dalam
kehidupannya.
35
Pola asuh adalah suatu gaya pengasuhan yang diterapkan dalam
keluarga, yang menjadikan acuan individu dalam berperilaku. Keluarga
yang gaya pengasuhannya secara authoritarian lebih banyak memberi
penekanan terhadap anak, membatasi dan menghukum yang menuntut
anak untuk mengikuti perintah–perintah orang tua dan menghormati
pekerjaan dan usaha orang tua. Dengan pengasuhan authoritarian anak
seringkali tidak bahagia, katekutan, minder ketika membandingkan dengan
oranglain, tidak mampu memulai aktivitas serta memiliki kemampuan
komunikasi yang lemah serta mungkin berperilaku agresif, sehingga ia
tidak mampu untuk besikap secara mandiri karena ketakutan-ketakutan
yang dimilikinya.
Sedangkan dengan pengasuhan authoritative, yang mendorong
anak untuk mandiri namun masih menerapkan batas dan kendali pada
tindakan mereka. Anak yang memiliki orang tua authoritative sering kali
ceria, bisa mengendalikan diri dan mandiri, dan berorientasi pada prestasi;
mereka cenderung mempertahankan hubungan yang ramah dengan teman
sebaya, bekerja sama dengan orang dewasa, dan bisa mengatasi stress
dengan baik. Sedangkan pengasuhan yang diabaikan (permissive), yaitu
gaya pengasuhan dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan
anak. Anak yang memiliki orang tua yang mengabaikan merasa bahwa
aspek lain kehidupan orang tua lebih penting dari pada mereka. Anak ini
cenderung tidak memiliki kemampuan sosial. Banyak diantaranya
memiliki pengendalian diri yang buruk dan tidak mandiri. Sehingga tidak
36
mempunyai rasa tanggung jawab yang berpengaruh terhadap
kemandiriannya.
Pada penelitian ini, faktor konsep diri dan pola asuh dipilih untuk
memprediksi seberapa besar pengaruh konsep diri dan pola asuh terhadap
kemandirian remaja yang dalam penelitian ini partisipannya adalah
mahasiswa. Secara singkat, kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat di
ilustrasikan dalam gambar berikut.
Gambar 2.1Kerangka Berfikir
2.5 Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh independent variable
yang diketahui terhadap dependent variable. Dalam penelitian ini
dependent variable adalah kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi
Pola Asuh
Identity Self
Beavioral Self
Judging Self
Physical Self
Moral-Ethical Self
Personal Self
Family Self
Social Self
Authoritative
Authoritarian
Permissive
Kemandirian
Konsep Diri
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedangkan variabel yang di teorikan
peneliti sebagai independent variable berdasarkan teori dan penelitian
sebelumnya adalah konsep diri dengan 8 dimensi (identity self, behavioral
self, judging self, physical self, moral-ethical self, personal self, family self
dan social Self) dan pola asuh orang tua dengan 3 dimensi
(permissive,authoritariandan authoritative).
Bunyi hipotesis mayor penelitian ini adalah: “Ada pengaruh yang
signifikan dari dimensi konsep diri(identity self, behavioral self,
judging self, physical self, moral-ethical self, personal self, family self
dan social Self)dan dimensi pola asuh orang tua (permissive,
authoritarian dan authoritative)terhadap kemandirian mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Selanjutnya
hipotesis minor penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha1 Dimensi identity self pada konsep diri memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ha2 Dimensi behavioral self pada konsep diri memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ha3 Dimensi judging self pada konsep diri memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
38
Ha4 Dimensi physical self pada konsep diri memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ha5 Dimensi moral-ethical self pada konsep diri memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ha6 Dimensi personal self pada konsep diri memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ha7 Dimensi family self pada konsep diri memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ha8 Dimensi social self pada konsep diri memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ha9 Dimensi permissive dari pola asuh memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ha10 Dimensi authoritarian dari pola asuh memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
39
Ha11 Dimensi authoritative dari pola asuh memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
40
BAB 3
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini, dipaparkan tentang populasi dan sampel, variabel penelitian,
definisi operasional, instrumen pengumpulan data, teknik analisis data dan
prosedur penelitian.
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa/i Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun akademik 2013-2014 yang berjumlah
646 orang mahasiswa dengan rentang usia 17-24 tahun. Mahasiswa
tersebut terbagi dalam empat angkatan dimana setiap angkatan terdiri atas
empat kelas dan pada masing-masing kelas terdapat 40 orang mahasiswa.
Adapun rincian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun akademik 2013-2014 pada setiap angkatan adalah sebagai
berikut;
a. Angkatan 2011 (171 mahasiswa)
b. Angkatan 2012 (149 mahasiswa)
c. Angkatan 2013 (148 mahasiswa)
d. Angkatan 2014 (178 mahasiswa)
Jumlah mahasiswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah sebanyak 236 mahasiswa. Selanjutnya pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan teknik probability sampling melalui cara
stratified random sampling, dimana peluang setiap individu dalam
populasi bisa dihitung.Adapun penetapan anggota populasi yang
40
41
dijadikan sampel ditentukan sesuai dengan proporsi masing-masing
kelas, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Proporsi perkelas = populasi setiap kelas x kuota sampel yang ditentukan populasi seluruh kelas
Mengacu pada rumus diatas, maka jumlah sampel pada masing-
masing kelas adalah sebagai berikut:
Proporsi Kelas: 40/646 x 236 = 15
Setelah dilakukan penentuan jumlah sampel pada masing-masing
kelas, dilakukan pengambilan sampel secara random dari masing-masing
kelas dengan cara memberi penomeran pada data sesuai dengan jumlah
populasi yang diikutkan. Selanjutnya, dilakukan proses random untuk
menentukan sampel dengan menggunakan software SPSS 22.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kemandirian
2. Identity self
3. Behavioral self
4. Judging self
5. Physical self
6. Moral-ethical self
7. Personal self
8. Family self
9. Social self
42
10. Permissive
11. Authoritarian
12. Authoritative
Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah
kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, sedangkan variabel lainnya merupakan variabel bebas
(independent variable).
3.2.2 Definisi operasional variabel
Definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kemandirian
Kemandirian mahasiswa adalah kebebasan, kesiapan dan kemampuan
remaja sebagai individu baik secara fisik maupun emosi untuk
mengatur, menguasai, dan melakukan aktivitas hidupnya atas tanggung
jawab sendiri tanpa banyak tergantung pada orang lain, khususnya
orang tua berdasarkan tiga aspek (Steinberg, 2002) yaitu :
a. Aspek emotional autonomy. Aspek kemandirian emosional ini
adalah aspek kemandirian yang berkaitan dengan perubahan
hubungan individu, terutama dengan orang tua. Ada tiga Hal yang
penting dalam perkembangan kemandirian aspek emosional, yaitu
ditunjukkan dengan tidak bergantung secara emosional dengan
orang tua namun tetap mendapat pengaruh dari orang tua, memiliki
keinginan untuk berdiri sendiri, dan mampu menjaga emosi
didepan orang tuanya.
43
b. Aspek behavioral autonomy. Aspek kemandirian bertingkahlaku
adalah kemampuan untuk membuat suatu keputusan sendiri dan
menjalankan keputusan tersebut. Ada tiga Hal yang penting dalam
perkembangan kemandirian aspek behavioral, yaitu ditunjukkan
dengan perubahan kemampuan dalam membuat keputusan dan
pilihan, perubahan dalam penerimaan akan pengaruh orang lain,
dan perubahan dalam merasakan pengandalan pada dirinya sendiri
(self-reliance).
c. Aspek value autonomy. Aspek kemandirian nilai adalah bahwa
individu telah memiliki seperangkat prinsip-prinsip tentang mana
yang benar dan mana yang salah serta mengenai mana yang
penting dan mana yang tidak penting.
2. Konsep diri.
Konsep diri adalah pandangan mahasiswa terhadap dirinya sendiri dan
evaluasi tentang karakteristik yang ada pada diri mereka, peran-peran
mereka, kemampuan mereka dan hubungan sosial mereka yang diukur
menggunakan skala likert yang meliputi aspek-aspek berikut :
a. Identity self adalah memberikan label untuk membangun identitas
diri.
b. Behavioral self adalah persepsi individu tentang tingkah lakunya.
c. Judging self adalah meliputi evaluasi diri dan menilai diri sendiri.
d. Physical self yang berupa persepi individu terhadap keadaan
dirinya.
44
e. Moral-ethical selfyaitu membatasi tingkah laku yang sesuai dengan
nilai moral dan etika yang berlaku.
f. Personal selfyaitu meliputi peran sebagai anggota keluarga dan
fungsi yang dijalankan sebagai anggota keluarga.
g. Family self yaitu persepsi individu yang berhubungan dengan
kedudukannya sebagai anggota keluarga.
h. Social self yaitu berupa penilaian terhadap interaksi dirinya dengan
orang lain dan lingkungannya.
3. Pola asuh
Pola asuh (Parenting style) adalah gaya pengasuhan di mana orang tua
membesarkan anak-anak mereka (Baumrind, 1991). Gaya pengasuhan
ini telah ditandai dengan tiga gaya pola asuh yaitu:
a. Permissive parenting style adalah pola asuh dimana orang tua
hanya membuat sedikit peraturan dan membiarkan anak memantau
aktivitas mereka sendiri sedapat mungkin serta tidak adanya
tutntutan dan sedikit melakukan kontrol.
b. Authoritarian parenting style adalah suatu gaya pengasuhan yang
membatasi, menghukum dan menuntut anak untuk mengikuti
perintah-perintah orang tua serta menghormati pekerjaan dan
usahanya.
c. Authoritative parenting style adalah gaya pengasuhan yang
menghargai individualitas anak tetapi juga menekankan batasan-
batasan sosial, tetap memberikan arahan kepada anak dan
45
menghargai keputusan anak, minat serta kepribadiannya. Gaya
pengasuhan ini memiliki kontrol untuk membentuk anak-anak
mereka namun tidak merugikan anak-anak melalui penjelasan
orang tua kepada anak.
3.3 Pengumpulan Data
3.3.1 Instrumen pengumpulan data
Instrumen dalam penelitian ini terdiri dua bagian. Bagian pertama berupa
pertanyaan demografi yang mencangkup atas jenis kelamin dan usia saat
ini. Bagian kedua, berisi skala yang merupakan alat ukur dari kemandirian,
konsep diri dan pola asuh. Model skala likert pada ketiga alat ukur ini
berupa pernyataan positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable)
serta telah dimodifikasi menjadi empat kategori jawaban yaitu SS (Sangat
Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju).
Pada item favorable, jawaban SS (sangat setuju) diberi skor 4, S
diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1. sedangkan pada
item unfavorable diberi skor dengan urutan sebaliknya yaitu jawaban SS
diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 3, dan STS diberi skor 4.
1. Kemandirian
Untuk mengukur kemandirian, peneliti menggunakan skala
kemandirian yang dikembangkan sendiri. Dalam mengembangkan
skala tersebut, peneliti menggunakan konsep Steinberg (2002) dengan
3 aspek kemandirian yaitu emotional autonomy, behavioral autonomy
dan value autonomy.
46
Pada alat ukur ini terdapat 13 item pernyataan yang terdiri dari 9 item
favorable dan 4 item unfavorable. Skala ini menggunakan sistem penilaian skala
likert dengan rentang skala empat poin yaitu dari “4” (Sangat Setuju), “3”
(Setuju), “2” (Tidak Setuju) dan “1” (Sangat Tidak Setuju).
Hal tersebut bertujuan agar dalam penelitian ini mendapatkan respon
jawaban yang lebih bervariasi. Adapun pembagian item-item tiap dimensi dapat
dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini.
Tabel 3.1 BluePrintSkalaKemandirian
No Aspek Indikator Item Jumlah F U F
1 Aspek emotionalautonomy
a. Mampu mandiri secara emosional dari orang tua maupun orang dewasa lain.
b. Memiliki keinginan untuk berdiri sendiri.
c. Mampu menjaga emosi didepan orang tua dan orang lain.
3
2
1
4
1 2 1
2 Aspek behavior-ralautonomy
a. Mampu membuat keputusan dan pilihan.
b. Dapat memilih dan menerima pengaruh orang lain yang sesuai bagi dirinya.
c. Dapat mengandalkan diri sendiri (self reliance)
5
6, 8
7
9
1 2 2
3 Aspek valueautonomy
a. Mampu berpikir secara abstrak mengenai permasalahan yang dihadapi.
b. Memiliki kepercayaan yang meningkat pada prinsip-prinsip umum yang memiliki dasar idelologi.
c. Memiliki kepercayaan yang meningkat saat menemukan nilai-nilainya sendiri dimana bukan nilai yang berasal dari figure orang tua atau figur orang penting lainnya.
10
12
11, 13
1 1 2
Jumlahitem 9 4 13
47
2. Konsep diri
Untuk mengukur konsep diri, bentuk skala yang digunakan peneliti adalah
modifikasi dari skala Tennesse Self Concept Scale (TSCS) edisi pertama yang
dibuat oleh Fitts (1971) dan telah diadaptasi kedalam bahasa Indonesia.
Aspek-aspek yang digunakan dalam alat ukur ini adalah identity self,
behavioral self, judging self, physical self, moral-ethical self, personal self,
family self dan social self.
Pada awalnya alat ukur tersebut berjumlah 100 item, namun peneliti
mengurangi beberapa item dalam setiap dimensi menjadi 32 item pernyataan,
yang terdiri dari 21 item favorable dan 11 item unfavorable. Pengurangan ini
dilakukan agar partisipan tidak merasa letih dan bosan pada saat mengerjakan
kuesioner. Adapun pembagian item-item tiap dimensi dapat dilihat pada table
3.2 dibawah ini.
Tabel 3.2 Blue Print Skala Konsep Diri
Dimensi Indikator No. Item Jumlah F UN
Identity self a. Mengenal diri b. Mengenal lingkungan
1, 2 3
22
2 2
Behavioral self
a. Berperilaku sesuai identitas diri b. Menerima diri dengan senang hati
4, 5 6
23
2 2
Judging self a. Menerima diri b. Menilai diri
7 8, 9
24 2 2
Physical self a. Menerima keadaan fisik b. Mengetahui keadaan fisik
25 11, 12
10 2 2
Moral-ethical self
a. Mengaplikasikan ajaran agama b. Berperilaku baik kepada sesame
26 14
13 27
2 2
Personal self a. Merasa puas dengan keadaan diri b. Menilai kesuksesan diri
30 18
17 31
2 2
Family self a. Melakukan tugas rumah tangga b. Mempersepsikan lingkungan keluarga
28 16
15 29
2 2
Social self a. Berinteraksi dengan orang lain b. Menjaga hubungan baik dengan orang
lain
19 20, 21
32 2
2 Total item 21 11 32
48
3. Pola asuh
Skala pola asuh diukur dengan pernyataan yang dibuat sendiri oleh peneliti
dengan memuat indikator-indikator tertentu yang berkaitan dengan pola asuh
dan mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Baumrind (1991). Tipe pola
asuh yang digunakan adalah sebagai berikut: pola asuh permissive, pola asuh
authoritarian, pola asuh authoritative. Pada alat ukur ini terdapat 24 item
pernyataan yang terdiri dari 18 item favorable dan 6 item unfavorable.
Adapun pembagian item-item tiap dimensi dapat dilihat pada table 3.3
dibawah ini.
Tabel 3.3 Blue Print Skala Pola Asuh
Dimensi Indikator No item Jml F UF Polaasuh permissive
a. Tidak ada hukuman untuk anak b. Selalu menerima apapun tindakan
anak c. Selalu memberikan apapun
keinginan anak d. orang tua sangat tidak terlibat
dalam kehidupan anak
3, 11, 15
19, 23
24
7
20, 22
2 2
4
1
Pola asuh authoritarian
a. Perintah yang harus ditaati b. Selalu menuntut c. Tingkat kontrol yang tinggi tetapi
tidak responsive
2, 6, 10,
4, 14, 17,
8
2 2 3
Pola asuh authoritative
a. Memantau dan mengarahkan anak b. Bersikap tegas c. Bertanggung jawab
1, 5,
13 9, 12, 21
16, 18 4
1 3
Jumlah Item 18 6 24
49
3.4 Pengujian Validitas Alat Ukur
Peneliti melakukan uji instrumen dengan 69 item dari 3 skala, yaitu
kemandirian, konsep diri dan pola asuh. Untuk menguji validitas alat ukur
yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Confirmatory
Factor Analisys (CFA). Adapun prosedur uji validitas konstrak dengan
CFA adalah sebagai berikut (Umar, 2012):
1. Dibuat suatu definisi operasional tentang konsep atau trait yang
hendak diukur. Untuk mengukur trait atau faktor tersebut diperlukan
item (stimulus) sebagai indikatornya.
2. Disusun hipotesis/teori bahwa seluruh item yang dibuat adalah valid
mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain di teorikan
(hipotesis) bahwa hanya ada 1 faktor yang diukur, yaitu konstruk yang
di definisikan (model unidimensional).
3. Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dihitung matriks korelasi
antar item, yang disebut matriks S.
4. Matriks korelasi tersebut dipergunakan untuk mengintimasi matriks
korelasi yang seharusnya terjadi menurut teori yang ditetapkan. Jika
teori/hipotesis pada butir 2 adalah benar, maka semestinya semua item
hanya mengukur satu faktor saja (unidimensional).
5. Adapun langkah-langkahnya adalah:
a. Dihitung (diestimate) parameter dari model/teori yang diuji yang
dalam Hal ini terdiri dari koefisien muatan faktor dan varian
kesalahan pengukuran (residual).
50
b. Setelah nilai parameter diperoleh kemudian diestimate (dihitung)
korelasi antar setiap item sehingga diperoleh matriks antar item
berdasarkan hipotesis/teori yang diuji, matriks korelasi ini disebut
sigma (∑).
6. Uji validitas konstruk dilakukan dengan menguji hipotesis bahwa S =
∑ atau dapat dituliskan Ho : S - ∑ = 0. Uji hipotesis ini misalnya
dilakukan menggunakan uji chi square, dimana jika chi Square tidak
signifikan ( p >0.05 ) maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil
(Ho) diterima. Artinya, teori yang mengatakan bahwa semua itemnya
hanya mengukur satu konstruk saja terbukti sesuai (fit) dengan data.
7. Jika telah terbukti model unidimensional (satu faktor) fit dengan data
maka dapat dilakukan seleksi terhadap item dengan menggunakan 3
kriteria, yaitu:
a. Item yang muatan faktornya tidak signifikan di drop karena tidak
memberikan informasi yang secara statistik bermakna.
b. Item yang memiliki koefisien muatan faktor negatif juga di drop
karena mengukur Hal yang berlawanan dengan konsep yang
didefinisikan. Namun demikian, harus diperiksa dahulu apakah
item yang pernyataannya unfavorable atau negatif sudah
disesuaikan kondisinya sehingga menjadi positif. Hal ini berlaku
khusus untuk item dimana tidak ada jawaban yang benar atau salah
(misalnya, alat ukur pola asuh, dsb).
51
c. Item dapat juga di drop apabila residualnya (kesalahan
pengukurannya) berkorelasi dengan banyak residual item yang
lainnya. Karena ini berati bahwa item tersebut mengukur juga Hal
lain selain konstruk yang hendak diukur.
Jika langkah-langkah diatas telah dilakukan, maka diperoleh item-
item yang valid untuk mengukur apa yang hendak diukur. Dalam
penelitian ini, penulis tidak menggunakan raw score/skor mentah (hasil
menjumlahkan skor item). Item-item inilah yang diolah untuk
mendapatkan faktor skor pada tiap skala.
Dengan demikian perbedaan kemampuan masing-masing item
dalam mengukur apa yang hendak diukur ikut menentukan dalam
menghitung faktor skor (True score). True score inilah yang dianalisis
dalam penelitian ini. Agar mudah didalam penafsiran hasil analisis maka
penulis mentransformasikan faktor skor yang diukur dalam skala baku (Z
score) menjadi T score yang memiliki mean=50 dan standar deviasi
(SD)=10 sehingga tidak ada responden yang mendapat skor negatif.
Adapun rumus T score adalah sebagai berikut:
T score = (10 x skor faktor) + 50
Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan Confirmatory Factor Analisys (CFA) dengan
software LISREL 8.80. Uji validitas tiap alat ukur diapaparkan dalam sub
bab berikut.
52
3.4.1 Uji validitas skala kemandirian
Peneliti menguji apakah ke 13 item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur skala kemandirian. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
square =280.19, df = 65, P-value = 0.000000, RMSEA = 0.119. Oleh
sebab itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana
kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu
sama yang lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 68.25,
df = 52, P-value = 0.06475, RMSEA = 0.036. Setelah nilai Chi–Square
menghasilkan P-value > 0.05, artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima, di mana seluruh item mengukur satu
faktor saja yaitu kemandirian. Seperti pada gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1
53
Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di drop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.4
dibawah ini:
Tabel 3.4 Muatan Faktor Kemandirian
No Lambda Standard Error
t-value Korelasi kesalahan
Kesimpulan
1 0.41 0.07 6.08 1 √ 2 0.42 0.07 6.16 4 X 3 0.00 0.07 0.06 3 X 4 0.34 0.07 4.95 1 √ 5 0.50 0.07 7.59 2 √ 6 0.55 0.07 8.51 2 √ 7 0.71 0.06 11.49 1 √ 8 0.85 0.06 14.68 1 √ 9 -0.07 0.07 -0.95 4 X
10 0.15 0.07 2.19 1 √ 11 0.48 0.07 7.18 1 √ 12 -0.46 0.07 -6.95 1 X 13 -0.07 0.07 -0.99 4 X
Berdasarkan tabel 3.4, dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan
pengujian CFA, total item yang di drop yaitu item 2, 3, 9, 12 dan 13
dikarenakan nilai t bagi koefisien muatan faktor item tersebut memiliki
nilai negatif dan jumlah korelasi kesalahan pengukuran pada item tersebut
ada yang berjumlah lebih dari 3. Artinya, yang merupakan item valid
untuk mengukur kemandirian berdasarkan tiga kriteria yang telah
dijelaskan sebelumnya yaitu muatan faktor tidak boleh memiliki nilai
negatif, t value > 1.96 atau t < -1.96 dan korelasi kesalahan antar item
tidak berjumlah lebih dari tiga adalah item 1, 4, 5, 6, 7, 8, 10, dan 11.
54
3.4.2 Uji validitas skala identity self
Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur skala identity self. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
square= 6.22, df=2, P-value=0.04463, RMSEA=0.095. Oleh sebab itu,
penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama yang
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square=0.28, df=1, P-
value=0.59407, RMSEA=0.000. Setelah di dapat nilai P-value > 0.05,
maka dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor adalah fit atau
dapat diterima, artinya seluruh item hanya mengukur faktor identity self
saja. Seperti gambar 3.2 berikut
Gambar 3.2
Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah
item tersebut perlu di drop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan
55
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.5dibawah
ini:
Tabel 3.5 Muatan Faktor Identity Self
No Lambda Standard Error
t-value Korelasi kesalahan
Kesimpulan
1 0.95 0.06 16.26 1 √ 2 0.80 0.06 13.41 0 √ 3 0.68 0.07 10.00 1 √ 4 0.61 0.06 9.77 0 √
Berdasarkan tabel 3.5, dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan
pengujian CFA, tidak ada item yang di drop dikarenakan nilai t bagi
koefisien muatan faktor item tersebut tidak memiliki nilai negatif dan
jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item tidak ada yang lebih dari
3. Artinya, keempat item merupakan item yang valid untuk mengukur
identity self berdasarkan tiga kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya.
3.4.3 Uji validitas skala behavioral self
Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur skala behavioral self. Dari hasil analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan
Chi-square = 16.81, df=2, P-value=0.00022, RMSEA=0.178. Oleh sebab
itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama yang
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square=0.00, df=0, P-
value=1.000, RMSEA=0.0000.
56
Gambar 3.3
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05, maka dapat dinyatakan
bahwa model dengan satu faktor adalah fit atau dapat diterima, artinya
seluruh item hanya mengukur faktor behavioral self saja. Kemudian
penulis melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur
secara signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di
drop atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.6 dibawah ini:
Tabel 3.6 Muatan Faktor Behavioral Self
No Lambda Standard Error
t-value Korelasi kesalahan
Kesimpulan
5 0.36 0.08 4.96 1 √ 6 0.68 0.10 6.77 1 √ 7 -0.03 0.09 -0.39 2 X 8 0.75 0.11 7.06 0 √
Berdasarkan tabel 3.6 dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan
pengujian CFA, terdapat satu item yang di drop dikarenakan nilai t bagi
koefisien muatan faktor item tersebut memiliki nilai negatif. Artinya, yang
merupakan item valid untuk mengukur behavioral self berdasarkan tiga
kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya adalah item 1, 2 dan 4.
57
3.4.4 Uji validitas skala judging self
Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur skala judging self. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi-
square = 24.83, df = 2, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.220. Oleh sebab
itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama yang
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square = 0.000, df = 0, P-
value = 1.000, RMSEA = 0.000.
Gambar 3.4
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05, maka dapat dinyatakan
bahwa model dengan satu faktor adalah fit atau dapat diterima, artinya
seluruh item hanya mengukur faktor judging self saja. Kemudian penulis
melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara
signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop
atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.7 dibawah ini:
58
Tabel 3.7 Muatan Faktor Judging Self
No Lambda Standard Error
t-value Korelasi kesalahan
Kesimpulan
9 0.79 0.08 9.31 1 √ 10 0.60 0.08 7.79 0 √ 11 0.56 0.08 7.40 1 √ 12 0.60 0.10 6.04 2 √
Berdasarkan tabel 3.7, dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan
pengujian CFA, tidak ada item yang di drop dikarenakan nilai t bagi
koefisien muatan faktor item tersebut tidak memiliki nilai negatif dan
jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item tidak ada yang berjumlah
lebih dari 3. Artinya, keempat item merupakan item yang valid untuk
mengukur judging self berdasarkan tiga kriteria yang telah dijelaskan
sebelumnya.
3.4.5 Uji validitas skala physical self
Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur skala physical self. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata fit, dengan Chi-square
=3.12, df=2, P-value=0.21013, RMSEA=0.049.
Gambar 3.5
59
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05, maka dapat dinyatakan
bahwa model dengan satu faktor adalah fit atau dapat diterima, artinya
seluruh item hanya mengukur faktor physical self saja. Kemudian penulis
melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara
signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop
atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.8 dibawah ini:
Tabel 3.8 Muatan Faktor Physical Self
No Lambda Standard Error
t-value Korelasi kesalahan
Kesimpulan
1 0.69 0.08 8.52 0 √ 2 -0.28 0.08 -3.59 0 X 3 0.63 0.08 8.05 0 √ 4 0.55 0.08 7.23 0 √
Berdasarkan tabel 3.8, dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan
pengujian CFA, item kedua di drop dikarenakan nilai lambda bagi
koefisien muatan faktor item tersebut memiliki nilai negatif. Artinya, yang
merupakan item valid untuk mengukur physical self berdasarkan tiga
kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya adalah item 1, 3 dan 4.
3.4.6 Uji validitas skala moral-ethical self
Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur skala moral-ethical self. Dari hasil analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata fit, dengan Chi-
square =2.27, df=2, P-value=0.32120, RMSEA=0.024.
60
Gambar 3.6
Maka dapat dinyatakan bahwa model dengan satu faktor adalah fit
atau dapat diterima, artinya seluruh item hanya mengukur faktor moral-
ethical self saja. Kemudian penulis melihat apakah item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur secara signifikan dan sekaligus menentukan
apakah item tersebut perlu di drop atau tidak, pengujiannya dilakukan
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.9
dibawah ini:
Tabel 3.9 Muatan Faktor Moral-Ethical Self
No Lambda Standard Error
t-value Korelasi kesalahan
Kesimpulan
17 0.67 0.08 8.40 0 √ 18 0.63 0.08 7.98 0 √ 19 0.34 0.08 4.33 0 √ 20 0.55 0.08 7.14 0 √
Berdasarkan tabel 3.9, dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan
pengujian CFA, tidak ada item yang di drop dikarenakan nilai t bagi
koefisien muatan faktor item tersebut tidak memiliki nilai negatif dan
jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item tidak ada yang berjumlah
lebih dari 3. Artinya, keempat item merupakan item yang valid untuk
61
mengukur moral-ethical self berdasarkan tiga kriteria yang telah dijelaskan
sebelumnya.
3.4.7 Uji validitas skala personal self
Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur skala personal self. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
square = 19.51, df=2, P-value=0.00006, RMSEA=0.193. Oleh sebab itu,
penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama yang
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square= 0.00, df= 0, P-
value=1.0000, RMSEA=0.000.
Gambar 3.7
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05, maka dapat dinyatakan
bahwa model dengan satu faktor adalah fit atau dapat diterima, artinya
seluruh item hanya mengukur faktor personal self saja. Kemudian penulis
melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara
62
signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop
atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.10 dibawah ini:
Tabel 3.10 Muatan Faktor Personal Self
No Lambda Standard Error
t-value Korelasi kesalahan
Kesimpulan
21 0.84 0.09 8.96 1 √ 22 0.58 0.08 7.29 0 √ 23 0.50 0.08 6.53 1 √ 24 0.75 0.10 7.17 2 √
Berdasarkan tabel 3.10, dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan
pengujian CFA, tidak ada item yang di drop dikarenakan nilai t bagi
koefisien muatan faktor item tersebut tidak memiliki nilai negatif dan
jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item tidak ada yang berjumlah
lebih dari 3. Artinya, keempat item merupakan item yang valid untuk
mengukur personal self berdasarkan tiga kriteria yang telah dijelaskan
sebelumnya.
3.4.8 Uji validitas skala family self
Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur skala family self. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
square = 8.37, df = 2, P-value = 0.01520, RMSEA = 0.116. Oleh sebab
itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama yang
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square= 1.64, df= 1, P-
value=0.20095, RMSEA=0.052.
63
Gambar 3.8
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05, maka dapat dinyatakan
bahwa model dengan satu faktor adalah fit atau dapat diterima, artinya
seluruh item hanya mengukur faktor family self saja. Kemudian penulis
melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara
signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop
atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.11 dibawah ini:
Tabel 3.11 Muatan Faktor Family Self
No Lambda Standard Error
t-value Korelasi kesalahan
Kesimpulan
25 0.56 0.08 7.33 1 √ 26 0.82 0.08 9.68 0 √ 27 0.47 0.08 6.08 1 √ 28 0.54 0.07 7.23 0 √
Berdasarkan tabel 3.11, dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan
pengujian CFA, tidak ada item yang di drop dikarenakan nilai t bagi
koefisien muatan faktor item tersebut tidak memiliki nilai negatif dan
jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item tidak ada yang berjumlah
lebih dari 3. Artinya, keempat item merupakan item yang valid untuk
64
mengukur family selfberdasarkan tiga kriteria yang telah dijelaskan
sebelumnya.
3.4.9 Uji validitas skala social self
Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur skala social self. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
square =6.21 , df=2, P-value=0.04490, RMSEA=0.095. Oleh sebab itu,
penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama yang
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square= 1.25, df=1, P-
value=0.26380, RMSEA=0.033.
Gambar 3.9
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05, maka dapat dinyatakan
bahwa model dengan satu faktor adalah fit atau dapat diterima, artinya
seluruh item hanya mengukur faktor social self saja. Kemudian penulis
melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara
65
signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop
atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.12 dibawah ini:
Tabel 3.12 Muatan Faktor Social Self
No Lambda Standard Error
t-value Korelasi kesalahan
Kesimpulan
1 0.65 0.10 6.41 1 √ 2 0.36 0.07 5.01 0 √ 3 0.95 0.11 8.89 1 √ 4 0.65 0.09 7.54 0 √
Berdasarkan tabel 3.12, dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan
pengujian CFA, tidak ada item yang di drop dikarenakan nilai t bagi
koefisien muatan faktor item tersebut tidak memiliki nilai negatif dan
jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item tidak ada yang berjumlah
lebih dari 3. Artinya, keempat item merupakan item yang valid untuk
mengukur social self berdasarkan tiga kriteria yang telah dijelaskan
sebelumnya.
3.4.10 Uji validitas skala permissive
Peneliti menguji apakah ke 9 item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur skala permissive. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
square =237.46 , df=27, P-value=0.0000, RMSEA=0.182. Oleh sebab itu,
penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama yang
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square=28.73, df=21, P-
value=0.12067, RMSEA=0.040
66
Gambar 3.10
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05, maka dapat dinyatakan
bahwa model dengan satu faktor adalah fit atau dapat diterima, artinya
seluruh item hanya mengukur faktor permissive saja. Kemudian penulis
melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara
signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop
atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.13 dibawah ini:
Tabel 3.13 Muatan Faktor Permissive
No Lambda Standard Error
t-value Korelasi kesalahan
Kesimpulan
1 0.34 0.07 4.95 3 √ 2 0.17 0.07 2.43 1 √ 3 -0.22 0.07 -3.23 1 X 4 0.09 0.07 1.31 1 √ 5 -0.22 0.07 -3.16 3 X 6 -0.26 0.07 -3.79 2 X 7 -0.93 0.07 -14.18 0 X 8 -0.59 0.07 -8.84 1 X 9 0.56 0.07 8.51 0 √
67
Berdasarkan tabel 3.13, dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan
pengujian CFA, item 3, 5, 6, 7, dan 8 di drop dikarenakan nilai lambda
bagi koefisien muatan faktor item tersebut memiliki nilai negatif. Artinya,
yang merupakan item valid untuk mengukur skala permissive berdasarkan
tiga kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya adalah item 1, 2, 4, dan 9.
3.4.11 Uji validitas skala authoritarian
Peneliti menguji apakah ketujuh item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur skala authoritarian. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
square =195.67, df=14, P-value=0.000, RMSEA=0.235. Oleh sebab itu,
penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama yang
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square=5.88, df=6, P-
value=0.43686, RMSEA=0.000.
Gambar 3.11
68
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05, maka dapat dinyatakan
bahwa model dengan satu faktor adalah fit atau dapat diterima, artinya
seluruh item hanya mengukur faktor authoritarian saja. Kemudian penulis
melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara
signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop
atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.14 dibawah ini:
Tabel 3.14 Muatan Faktor Authoritarian
No Lambda Standard Error
t-value Korelasi kesalahan
Kesimpulan
10 -0.14 0.18 -0.07 4 X 11 0.38 0.08 5.03 1 √ 12 0.45 0.08 5.75 2 √ 13 0.15 0.07 2.15 2 √ 14 0.33 0.08 4.38 1 √ 15 0.87 0.11 7.63 2 √ 16 -0.07 0.11 -0.63 4 X
Berdasarkan tabel 3.14, dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan
pengujian CFA, item 1 dan 7 di drop karena memiliki nilai lambda negatif
dan korelasi kesalahan pengukuran pada item tersebut berjumlah lebih dari
3. Artinya, yang merupakan item valid untuk mengukur skala
authoritarian berdasarkan tiga kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya
adalah item ke 2, 3, 4, 5, dan 6.
3.4.12 Uji validitas skala authoritative
Peneliti menguji apakah keempat item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur skala authoritative. Dari hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-
square =193.97, df=20, P-value=0.00000, RMSEA=0.192. Oleh sebab itu,
69
penulis melakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama yang
lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-square=20.92, df=13, P-
value=0.07449, RMSEA=0.051.
Gambar 3.12
Setelah di dapat nilai P-value > 0.05, maka dapat dinyatakan
bahwa model dengan satu faktor adalah fit atau dapat diterima, artinya
seluruh item hanya mengukur faktor autoratif saja. Kemudian penulis
melihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara
signifikan dan sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop
atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, seperti tabel 3.15 dibawah ini:
70
Tabel 3.15 Muatan Faktor Authoritative
No Lambda Standard Error
t-value Korelasi kesalahan
Kesimpulan
17 0.83 0.06 14.92 0 √ 18 0.71 0.06 11.97 1 √ 19 0.45 0.07 6.80 1 √ 20 0.63 0.06 10.10 2 √ 21 0.45 0.07 6.81 3 √ 22 0.65 0.06 10.63 2 √ 23 0.83 0.06 14.61 3 √ 24 0.80 0.06 13.90 2 √
Berdasarkan tabel 3.15, dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan
pengujian CFA, tidak ada item yang di drop dikarenakan nilai t bagi
koefisien muatan faktor item tersebut tidak memiliki nilai negatif dan
jumlah korelasi kesalahan pengukuran tiap item tidak ada yang berjumlah
lebih dari 3. Artinya, keempat item merupakan item yang valid untuk
mengukur authoritative berdasarkan tiga kriteria yang telah dijelaskan
sebelumnya.
3.5 Teknik Analisis Data
Sebelum melakukan analisis data, digunakan Confirmatory Factor
Analisys (CFA) untuk melihat validitas konstrak setiap item serta menguji
struktur faktor yang diturunkan secara teoritis. Analisis faktor adalah
metode analisis statistic yang digunakan untuk mereduksi faktor-faktor
yang mempengaruhi suatu variabel menjadi beberapa set indikator saja
tanpa kehilangan informasi yang berarti. Melalui analisis faktor akan
didapatkan data variabel konstrak (skor faktor) sebagai data input analisis
lebih lanjut atau sebagai data penelitian.
Dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian hipotesis dengan
analisis statistik, maka hipotesis penelitian yang diubah menjadi hipotesis
71
nihil. Hipotesis nihil inilah yang akan diuji dalam analisis statistik
nantinya. Pada penelitian ini digunakan multiple regression analysis di
mana terdapat lebih dari satu independent variable untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap dependent variable. Pada penelitian ini terdapat
sebelas independent variable dan satu dependent variable. Dengan
menggunakan rumus persamaan garis regresi, yaitu:
Y = a + b¹X¹ + b²X² + b³X³ + ……. + b¹¹X¹¹ + e
Keterangan:
Y = Kemandirian (DV)
a = Intercept (Konstan)
b = Koefisien regresi yang distandarisasikan untuk masing-masing X
X¹ = identity self
X²= behavioral self
X³= judging self
X4= physical self
X5= moral-ethical self
X6= personal self
X7= family self
X8= social self
X9= permissive
X10=authoritarian
X11= authoritative
e = Residual
72
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien
korelasi berganda antara kemandirian (DV) dengan konsep diri dan pola
asuh (IV). Besarnya kemandirian yang disebabkan faktor-faktor yang telah
disebutkan ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R².
R² menunjukkan variasi atau perubahan dependent variable (Y)
disebabkan independent variable (X) atau digunakan untuk mengetahui
besarnya pengaruh independent variable (X) terhadap dependent variable
(Y) atau merupakan perkiraan proposi varians dari kemandirian yang
dijalaskan oleh konsep diri dan pola asuh. Untuk mendapatkan nilai R2
digunakan rumus sebagai berikut:
R2 = SSreg
SSy
Keterangan :
R2 = Proposi varians
SSreg = Sum of Square Regression (jumlah kuadrat regresi)
SSy = Sum of Square Y (Jumlah kuadrat Y)
Selanjutnya, untuk membuktikan apakah regresi Y dan X
signifikan atau tidak, maka digunakanlah uji F untuk membuktikan Hal
tersebut menggunakan rumus:
Dimana pembilang disini adalah R2 dengan df-nya (dilambangkan
k), yaitu sejumlah IV yang dianalisis, sedangkan penyebutnya (1 – R2)
73
dibagi dengan dfnya N – k – 1 dimana N adalah jumlah sampel. Dari hasil
uji F yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah IV yang diujikan
memiliki pengaruh terhadap DV.
Kemudian peneliti melakukan uji T dari tiap-tiap IV yang
dianalisis. Maksud uji T adalah melihat apakah signifikan dampak dari tiap
IV terhadap DV. Uji T dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standar error dari
b. Hasil uji T ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan
oleh peneliti nantinya. Dalam penelitian ini, penghitungan statistik
dilakukan dengan menggunakan sistem komputerisasi program SPSS versi
22.
3.6 Prosedur Penelitian
Dalam melaksanakan proses pengumpulan data, peneliti melakukan
beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Sebelum turun ke lapangan, peneliti merumuskan masalah yang akan
diteliti kemudian menentukan variabel yang akan diteliti yaitu
kemandirian, konsep diri, dan pola asuh. Setelah itu mengadakan studi
pustaka untuk melihat masalah tersebut dari sudut pandang teoritis.
Setelah mendapatkan teori-teori secara lengkap kemudian peneliti
menyiapkan, membuat dan menyusun alat ukur yang akan digunakan
74
dalam penelitian ini yaitu skala kemandirian yang dibuat berdasarkan
teori Steinberg (2002) dengan bentuk skala likert, alat ukur konsep
diri berdasarkan skala baku yang dimodifikasi dari Fitts (1971) dengan
bentuk skala likert, dan alat ukur pola asuh yang buat berdasarkan teori
Diana Baumrind (1991).
2. Menentukan sampel penelitian yaitu kemandirian mahasiswa Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Setelah mendapatkan
persetujuan dari pihak sekolah, selanjutnya peneliti membuat surat izin
penelitian kepada pihak Fakultas Psikologi dengan melampirkan surat
persetujuan pembimbing dan alat ukur penelitian untuk keperluan izin
penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
dispropotionat stratified random sampling dan angket disebarkan
secara offline yaitu, memberikan angket secara langsung kepada
responden yang bersangkutan.
3. Langkah terakhir setelah mendapatkan data yang diinginkan, peneliti
melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah terkumpul, untuk
selanjutnya dilakukan pengolahan data dan pengujian dari hasil skala
yang sudah didapatkan untuk dianalisis datanya dengan menggunakan
software Lisrel 8.80.
75
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini, dipaparkan mengenai gambaran subjek penelitian, hasil analisis
deskriptif, kategorisasi skor variabel penelitian, hasil pengujian hipotesis dari
pembahasan hasil pengujian hipotesis dan proposi varians.
4.1 Gambaran Subjek Penelitian
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 236 orang mahasiswa. Untuk
mendapatkan gambaran umum mengenai latar belakang subjek penelitian,
maka pada sub ini ditampilkan gambaran banyaknya subjek penelitian
berdasarkan usia dan jenis kelamin. Berikut ini adalah daftar sampel yang
menjadi subjek dalam penelitian ini.
Tabel. 4.1 Karakteristik Responden
Jumlah Presentase Usia
17 Tahun 18 Tahun 19 Tahun 20 Tahun 21 Tahun
Total
9
57 72 61 37
236
4 %
24 % 30 % 26 % 16 %
100 % Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan
Total
77
159 236
33 % 67 % 100%
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari jumlah sampel
sebanyak 236 orang, terdapat sampel dengan jenis kelamin laki-laki
sesbanyak 77 mahasiswa atau 33% dan sampel perempuan sebanyak 159
mahasiswa atau 67%. Lalu berdasarkan usia sampel, terdapat sampel
berusia 17 tahun sebanyak 9 mahasiswa atau 4%, usia 18 tahun sebanyak
57 mahasiswa atau 24%, usia 19 tahun sebanyak 72 mahasiswa atau 30%,
75
76
usia 20 tahun sebanyak 61 mahasiswa atau 26%, dan usia 21 tahun
sebanyak 37 mahasiswa atau 16%.
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Hasil analisis deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran data
penelitian. Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan nilai
minimum, maksimum, mean dan standar deviasi variabel serta kategorisasi
tinggi rendahnya skor variabel penelitian. Gambaran hasil analisis
deskriptif ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif Mean Std. Deviation N Kemandirian 50.00 8.814 236 Identity_self 50.03 8.994 236 behavioral_self 49.97 8.513 236 Judging_Self 49.98 8.161 236 Physical_Self 50.03 7.551 236 Moral_ethical_Self 50.00 7.656 236 Personal_Self 49.94 8.140 236 Family_Self 49.96 8.166 236 Social_Self 50.01 8.337 236 Permissive 49.95 8.291 236 Authoritarian 50.00 8.055 236 Authoritative 50.00 9.312 236
Berdasarkan data pada tabel 4.2 di atas dapat diketahui pertama
bahwa variabel kemandirian memiliki mean = 50 dan SD = 8.7952,
identity self memiliki nilai mean = 50 dan SD = 8.994, behavior self
memiliki mean = 49.97 dan SD = 8.513, judging self memiliki mean =
49.98 dan SD = 8.161, physical self memiliki mean = 50.03 dan SD =
7.551. Keenam, moral-ethical self memiliki mean = 50 dan SD = 7.656,
personal self memiliki mean = 49.94 dan SD = 8.140, family self memiliki
mean = 49.96 dan SD = 8.166, social selfmemiliki mean = 50.01 dan SD =
77
8.337, pola asuh permissive memiliki mean = 49.95 dan SD = 8.291, pola
asuh authoritarian memiliki mean = 49.95 dan SD = 8.055 dan pola asuh
authoritative memiliki mean = 50 dan SD = 9.312.
4.2.1 Kategorisasi skor variabel
Berdasarkan pada alat ukur yang digunakan, kategorisasi skor dalam
penelitian ini dibuat menjadi dua kategori yaitu, tinggi dan rendah. Hal ini
diketahui dari informasi yang tertera pada alat ukur yang digunakan bahwa
kategorisasi skor menggunakan raw score dibagi menjadi dua kategorisasi
yaitu tinggi dan rendah.
Selanjutnya peneliti menggunakan informasi tersebut sebagai
acuan untuk membuat norma, data kategorisasi dalam penelitian ini bukan
menggunakan raw score tetapi merupakan true score yang skalanya telah
dipindah menggunakan rumus T score yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, pedoman interpretasi skor adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Pedoman Kategorisasi Skor
Kategori Rumus Tinggi X > Mean Rendah X ≤ Mean
Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan
tinggi dan rendahnya tiap variabel terdapat pada tabel 4.4 di bawah ini.
78
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Frequency Percent Cumulative
Percent Kemandirian Rendah 114 48 48
Tinggi 122 52 100,0 Identity self Rendah 114 48 48
Tinggi 122 52 100,0 Behavioral self Rendah 65 27 27
Tinggi 171 73 100,0 Judging self Rendah 92 39 39
Tinggi 144 61 100,0 Moral-ethical self Rendah 92 39 39 Tinggi 144 61 100,0 Personal self Rendah 129 55 55 Tinggi 107 45 100,0 Family self Rendah 128 54 54
Tinggi 108 46 100,0 Social self Rendah 87 37 37 Tinggi 149 63 100,0 Permissive Rendah 108 45 45 Tinggi 128 55 100,0 Authoritarian Rendah 107 45 45 Tinggi 129 55 100,0 Authoritative Rendah 95 40 40 Tinggi 141 60 100,0
Berdasarkan data pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa 48% atau 114
mahasiswa memiliki kemandirian yang rendah. Sedangkan mahasiswa
yang memiliki kemandirian tinggi jumlahnya lebih banyak, yaitu 52% atau
122 mahasiswa. Sebanyak 38% atau 91 mahasiswa memiliki identity self
yang rendah. Sedangkan mahasiswa yang memiliki identity self tinggi
jumlahnya lebih banyak, yaitu 62% atau 145 mahasiswa. Sebanyak 27%
atau 65 mahasiswa memiliki behavioral self yang rendah. Sedangkan
mahasiswa yang memiliki behavioral self tinggi jumlahnya lebih banyak,
yaitu 73% atau 171 mahasiswa. Sebanyak 39% atau 92 mahasiswa
memiliki judging self yang rendah. Sedangkan mahasiswa yang memiliki
judging self tinggi jumlahnya lebih banyak, yaitu 61% atau 144
79
mahasiswa. Sebanyak 56% atau 133 mahasiswa memiliki physical self
yang rendah. Sedangkan mahasiswa yang memiliki physical self tinggi
jumlahnya lebih sedikit, yaitu 43% atau 103 mahasiswa. Sebanyak 39%
atau 92 mahasiswa memiliki moral-ethical self yang rendah. Sedangkan
mahasiswa yang memiliki moral-ethical self tinggi jumlahnya lebih
banyak, yaitu 61% atau 144 mahasiswa. Sebanyak 55% atau 129
mahasiswa memiliki personal self yang rendah. Sedangkan mahasiswa
yang memiliki personal self tinggi jumlahnya lebih sedikit, yaitu 45% atau
107 mahasiswa. Sebanyak 54% atau 128 mahasiswa memiliki family self
yang rendah. Sedangkan mahasiswa yang memiliki family self tinggi
jumlahnya lebih sedikit, yaitu 46% atau 108 mahasiswa. Sebanyak 37%
atau 87 mahasiswa memiliki social self yang rendah. Sedangkan
mahasiswa yang memiliki social self tinggi jumlahnya lebih banyak, yaitu
63% atau 149 mahasiswa. Sebanyak 45% atau 108 mahasiswa memiliki
permissive yang rendah. Sedangkan mahasiswa yang memiliki permissive
tinggi jumlahnya lebih banyak, yaitu 55% atau 128 mahasiswa. Sebanyak
45% atau 107 mahasiswa memiliki authoritarian yang rendah. Sedangkan
mahasiswa yang memiliki authoritarian tinggi jumlahnya lebih banyak,
yaitu 55% atau 129 mahasiswa. Sebanyak 40% atau 95 mahasiswa
memiliki authoritative yang rendah. Sedangkan mahasiswa yang memiliki
authoritative tinggi jumlahnya lebih banyak, yaitu 60% atau 141
mahasiswa.
80
4.3 Uji Hipotesis Penelitian
Selanjutnya, uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-
masing IV terhadap DV dalam penelitian ini, analisisnya dilakukan dengan
teknik multiple regression analysis. Data yang dianalisis ialah faktor skor
atau true score yang diperoleh dari hasil analisis faktor. Lalu peneliti
memindahkan skala faktor skor tersebut menjadi T score dengan
menggunakan rumus berdasarkan rumus 3.1 yang telah dipaparkan
sebelumnya. Alasan penulis menggunakan T score ini ialah untuk
menghindari dampak negatif dari kesalahan pengukuran dan juga agar
tidak ada responden yang mendapatkan nilai negatif.
Pada tahapan ini, peneliti menguji hipotesis dengan multiple
regression analysis dengan menggunakan software IBM SPSS 20. Dalam
melakukan analisis regresi ada 3 Hal yang dilihat, yaitu dengan melihat
besaran R square untuk mengetahui berapa persen varians DV yang
dijelaskan oleh IV, kedua apakah secara keseluruhan IV berpengaruh
secara signifikan terhadap DV, kemudian terakhir melihat signifikan atau
tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan beberapa tahapan. Langkah
pertama, peneliti melihat besaran R² untuk mengetahui beberapa persen
varians DV yang dijelaskan oleh IV. Selanjutnya untuk tabel yang berisi
R², dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:
81
Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate 1 .599a .359 .327 7.21280
Berdasarkan data pada tabel 4.5 dapat kita lihat bahwa perolehan
R² sebesar 0.359 atau 35.9%. Artinya proposi varians dari kemandirian
yang dijelaskan oleh dimensi konsep diri dan dimensi pola asuh orang tua
dalam penelitian ini adalah sebesar 35.9% sedangkan 64.1% lainnya
dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Langkah kedua,
peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent variable terhadap
kemandirian. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 6525.207 11 593.201 11.402 .000a
Residual 11653.482 224 52.024 Total 18178.689 235
Berdasarkan pada tabel 4.6, diketahui bahwa nilai Sig. pada kolom
paling kanan adalah sebesar 0.000. Dengan demikian diketahui bahwa
nilai Sig. kurang dari 0.05, maka hipotesis nol (nihil) yang menyatakan
tidak ada pengaruh yang signifikan dari dimensi konsep diri (identity self,
behavioral self, judging self, physical self, moral-ethical self, personal
self, family self, social self) dan pola asuh (permissive, authoritarian,
authoritative) terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan
dari dimensi konsep diri (identity self, behavioral self, judging self,
82
physical self, moral-ethical self, personal self, family self, social self) dan
dimensi pola asuh (permissive, authoritarian, authoritative) terhadap
kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi dari masing-
masing IV untuk mengetahui signifikan atau tidaknya koefisien regresi
yang dihasilkan. Ini dapat dilihat melalui kolom Sig. (Kolom keenam).
Jika Sig. kurang dari 0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan
signifikan pengaruhnya terhadap kemandirian. begitupun sebaliknya.
Adapun besarnya koefisien regresi dari masing-masing IV terhadap
kemandirian dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7 Koefisien Regresi
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 15.266 5.238 2.914 .004
identity_self .263 .075 .268 3.492 .001 behavioral_self .139 .072 .135 1.926 .055 judging_self .035 .088 .032 .394 .694 physical_self .212 .079 .182 2.683 .008 moralethical_self .022 .081 .019 .265 .792 Personal_Self -.015 .085 -.014 -.177 .860 Family_self .198 .083 .184 2.377 .018 sosial_self -.026 .071 -.025 -.369 .712 Permissive -.131 .075 -.124 -1.740 .083 Authoritarian -.044 .060 -.041 -.736 .463 authoritative .043 .073 .046 .598 .550
a. Dependent Variable: Kemandirian
Berdasarkan tabel 4.7 tersebut dapat diketahui persamaan regresi
sebagai berikut:
83
Kemandirian = 15.266 +0.263 (Identity self) + 0.139 (Behavioral self) +
0.035 (Judging self) + 0.212 (Physical self) + 0.022 (Moral-ethical self) -
0.015 (Personal self) + 0.198 (Family self) - 0.026 (Social self) - 0.131
(Permissive) - 0.044 (Authoritarian) + 0.043 (Authoritative)
Dari persamaan regresi di atas, dapat dijelaskan bahwa dari sebelas
variabel independen, hanya tiga variabel yang signifikan, yaitu identity
self, physical self dan family self. Penjelasan dari nilai koefisien regresi
yang diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut:
1. Variabel identity self memperoleh koefisien regresi sebesar 0.263
dengan Sig. sebesar 0.001 (Sig. < 0.05), dengan demikian Ho1 yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari identity self
terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta ditolak. Artinya, identity self memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan arah positif menunjukkan
semakin tinggi identity self seseorang, maka akan semakin tinggi
tingkat kemandiriannya.
2. Variabel behavioral self memperoleh koefisien regresi sebesar
0.139dengan Sig. sebesar 0.055 (Sig. > 0.05) dengan demikian Ho2
yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari behavioral
self terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta diterima. Artinya, behavioral self tidak memiliki
84
pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Variabel judging self memperoleh koefisien regresi sebesar 0.035
dengan Sig. sebesar 0.694 (Sig. > 0.05) dengan demikian Ho3 yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari judging self
terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta diterima. Artinya, judging self tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Variabel physical self memperoleh koefisien regresi sebesar 0.212
dengan Sig. sebesar 0.008 (Sig. < 0.05) dengan demikian Ho4 yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari physical self
terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta ditolak. Artinya, physical self memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan arah positif menunjukkan
semakin tinggi physical self seseorang, maka akan semakin tinggi
tingkat kemandiriannya.
5. Variabel moral-ethical self memperoleh koefisien regresi sebesar 0.022
dengan Sig. sebesar 0.792 (Sig. > 0.05) dengan demikian Ho5 yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari moral-ethical self
terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta diterima. Artinya, moral-ethical self tidak
85
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Variabel personal self memperoleh koefisien regresi sebesar -0.015
dengan Sig. sebesar 0.860 (Sig. > 0.05) dengan demikian Ho6 yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari personal self
terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta diterima. Artinya, personal self tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Variabel family self memperoleh koefisien regresi sebesar 0.198
dengan Sig. sebesar 0.018 (Sig. < 0.05) dengan demikian Ho7 yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari family self
terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta ditolak. Artinya, family self memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan arah positif menunjukkan
semakin tinggi family self seseorang, maka akan semakin tinggi tingkat
kemandiriannya.
8. Variabel social self memperoleh koefisien regresi sebesar -0.026
dengan Sig. sebesar 0.712 (Sig. > 0.05) dengan demikian Ho8 yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari social self
terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta diterima. Artinya, social self tidak memiliki
86
pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Variabel pola asuh permissive memperoleh koefisien regresi sebesar
-0.131 dengan Sig. sebesar 0.083 (Sig. > 0.05) dengan demikian Ho9
yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari pola asuh
permissive terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta diterima. Artinya, pola asuh permissive
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian
mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Variabel pola asuh authoritarian memperoleh koefisien regresi sebesar
-0.044 dengan Sig. sebesar 0.463 (Sig. > 0.05) dengan demikian Ho10
yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari pola asuh
authoritarian terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diterima. Artinya, pola asuh
authoritarian tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
11. Variabel pola asuh authoritative memperoleh koefisien regresi sebesar
0.043 dengan Sig. sebesar 0.550 (Sig. > 0.05) dengan demikian Ho11
yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari pola asuh
authoritative terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta diterima. Artinya, pola asuh authoritative
87
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian
mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.3.1 Pengujian proposi varians independent variable
Selanjutnya. peneliti ingin mengetahui bagaimana sumbangan varians dari
masing-masing independent variable terhadap kemandirian mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berikut ini akan
disajikan tabel, dimana dalam tabel tersebut terdiri atas beberapa kolom.
Kolom pertama (model) adalah IV yang dianalisis satu persatu, kolom
ketiga (R Square) merupakan pertambahan varians DV dari tiap IV yang
dianalisis satu persatu tersebut. Kolom keenam (R Square change)
merupakan nilai murni varians DV dari tiap IV yang dianalisis satu persatu,
kolom ketujuh (F change) adalah nilai F hitung bagi tiap IV yang
bersangkutan, kemudian df terdiri atas numerator dan denumerator, yang
terakhir adalah kolom signifikansi (Sig. F Change). Besarnya proposi
varians pada orientasi masa depan dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.8 Proposi Varians Tiap IV terhadap DV
Model R R
Square Adjusted R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics R
Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .514a .264 .261 7.56194 .264 83.904 1 234 .000 2 .543b .294 .288 7.42003 .030 10.036 1 233 .002 3 .559c .313 .304 7.33685 .019 6.313 1 232 .013 4 .577d .333 .321 7.24720 .020 6.776 1 231 .010 5 .577e .333 .318 7.26287 .000 .004 1 230 .950 6 .577f .333 .315 7.27871 .000 .000 1 229 .983 7 .590g .349 .329 7.20654 .016 5.610 1 228 .019 8 .591h .349 .327 7.21770 .001 .295 1 227 .588 9 10 11
.597i
.598j
.599k
.357
.358
.359
.331
.329
.327
7.19432 7.20250 7.21280
.007
.001
.001
2.478 .487 .358
1 1 1
226 225 224
.117
.486
.550 a Predictors: (Constant). identity_self
88
b Predictors: (Constant). identity_self. behavioral_self c Predictors: (Constant). identity_self. behavioral_self. judging_self d Predictors: (Constant). identity_self. behavioral_self. judging_self. physical_self e Predictors: (Constant). identity_self. behavioral_self. judging_self. physical_self. moralethical_self f Predictors: (Constant). identity_self. behavioral_self. judging_self. physical_self. moralethical_self.
Personal_Self g Predictors: (Constant). identity_self. behavioral_self. judging_self. physical_self. moralethical_self.
Personal_Self. Family_self h Predictors: (Constant). identity_self. behavioral_self. judging_self. physical_self. moralethical_self.
Personal_Self. Family_self. sosial_self1 i Predictors: (Constant). identity_self. behavioral_self. judging_self. physical_self. moralethical_self.
Personal_Self. Family_self. sosial_self. permissive j Predictors: (Constant). permissive. judging_self. sosial_self. moralethical_self. physical_self.
behavioral_self. Family_self. identity_self. Personal_Self. authoritarian k Predictors: (Constant). permissive. judging_self. sosial_self. moralethical_self. physical_self.
behavioral_self. Family_self. identity_self. Personal_Self. authoritarian. authoritative
Berdasarkan data pada tabel 4.8 dapat disampaikan informasi
sebagai berikut:
1. Variabel identity self memberikan sumbangan sebesar 26.4% terhadap
varians kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Sumbangan tersebut signifikan dengan F change
= 83.904 dan df1 = 1 dan df2 = 234 dengan Sig. F change = 0.000
(Sig. F change < 0.05).
2. Variabel behavioral self memberikan sumbangan sebesar 3% terhadap
varians kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Sumbangan tersebut signifikan dengan F change
= 10.036 dan df1 = 1 dan df2 = 233 dengan Sig. F change = 0.02 (Sig.
F change < 0.05).
3. Variabel judging self memberikan sumbangan sebesar 1.9% terhadap
varians kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Sumbangan tersebut signifikan dengan F change
= 6.313 dan df1 = 1 dan df2 = 232 dengan Sig. F change = 0.013 (Sig.
F change < 0.05).
89
4. Variabel physical self memberikan sumbangan sebesar 2% terhadap
varians kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Sumbangan tersebut signifikan dengan F change
= 6.776 dan df1 = 1 dan df2 = 231 dengan Sig. F change = 0.010 (Sig.
F change < 0.05).
5. Variabel moral-ethical self memberikan sumbangan sebesar 0%
terhadap varians kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Sumbangan tersebut tidak signifikan
dengan F change = 0.004 dan df1 = 1 dan df2 = 230 dengan Sig. F
change = 0.950 (Sig. F change > 0.05).
6. Variabel personal self memberikan sumbangan sebesar 0% terhadap
varians kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F
change = 0.000 dan df1 = 1 dan df2 = 229 dengan Sig. F change =
0.983 (Sig. F change > 0.05).
7. Variabel family self memberikan sumbangan sebesar 1.6% terhadap
varians kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Sumbangan tersebut signifikan dengan F change
= 5.610 dan df1 = 1 dan df2 = 228 dengan Sig. F change = 0.019 (Sig.
F change < 0.05).
8. Variabel social self memberikan sumbangan sebesar 0.1% terhadap
varians kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F
90
change = 0.295 dan df1 = 1 dan df2 = 227 dengan Sig. F change =
0.588 (Sig. F change > 0.05).
9. Variabel permissive memberikan sumbangan sebesar 0.7% terhadap
varians kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Sumbangan tersebut signifikan dengan F change
= 2.478 dan df1 = 1 dan df2 = 226 dengan Sig. F change = 0.117 (Sig.
F change > 0.05).
10. Variabel authoritarian memberikan sumbangan sebesar 0.1% terhadap
varians kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F
change = 0.487 dan df1 = 1 dan df2 = 225 dengan Sig. F change =
0.486 (Sig. F change > 0.05).
11. Variabel authoritativememberikan sumbangan sebesar 0.1% terhadap
varians kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F
change = 0.358 dan df1 = 1 dan df2 = 224 dengan Sig. F change =
0.550 (Sig. F change > 0.05).
Berdasarkan penjelasan di atas. dapat disimpulkan bahwa dari 11
hipotesis minor terdapat 5 variabel, yaitu identity self, behavioral self,
judging self, physical self dan family self yang memberikan sumbangan
terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta secara signifikan jika dilihat dari besarnya R² yang
dihasilkan.
91
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab lima, peneliti memaparkan lebih lanjut hasil dari penelitian yang telah
dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan, diskusi dan saran.
5.1 Kesimpulan
Dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa ada pengaruh dari
dimensi konsep diri (identity self, behavioral self, judging self, physical
self, moral-ethical self, personal self, family self, social self) dan pola asuh
(permissive, authoritarian, authoritative) terhadap kemandirian
mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diterima.
Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis yang telah dilakukan pada
bab 4, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat 3 variabel independen dari
sebelas variabel independen yang signifikan mempengaruhi kemandirian
mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu
identity self, physical self dan family self. Sedangkan variabel independen
yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen adalah behavioral
self, judging self, moral-ethical self, personal self, social self, pola asuh
permissive, pola asuh authoritarian dan pola asuh authoritative.
5.2 Diskusi
Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, didapatkan bahwa dimensi
identity self, physical self dan family self dari variabel konsep diri memberi
pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas
91
92
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan nilai signifikansi
koefisien regresi kurang dari 0.05. Hurlock (1991) menjelaskan bahwa
keberhasilan seseorang untuk mandiri adalah harus memiliki konsep diri
yang stabil karena konsep diri yang stabil dapat membantu seseorang
memandang dirinya dengan cara yang lebih konsisten dan akhirnya dapat
meningkatkan kemandirian dan memperkecil rasa ketidakmampuan.
Artinya, konsep diri adalah suatu hal yang penting dalam meningkatkan
kemandirian mahasiswa, karena konsep diri adalah sesuatu yang dirasa
dan diyakini benar oleh seseorang mengenai dirinya.
Selanjutnya peneliti membahas 3 dimensi yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap kemandirian. yaitu identity self, physical self dan
family self. Dimensi identity self pada konsep diri memiliki koefisien
regresi (0.001 < 0.05) yang berpengaruh positif terhadap kemandirian.
Dari hasil analisis data, mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta yang
memiliki identity self tinggi yaitu sebanyak 122 mahasiswa atau 52%. Ini
berarti mahasiswa tersebut dapat mengenal diri dan mengenal
lingkungannya dengan baik. Erikson (dalam Santrock, 2007)
mengemukakan bahwa seseorang yang sedang mencari identitas diri akan
berusaha “menjadi seseorang”, yang berarti berusaha mengalami diri
sendiri sebagai “AKU” yang bersifat sentral, mandiri, unik, dan
mempunyai suatu kesadaran akan kesatuan batinnya, serta menjadi
“seseorang” yang diterima dan diakui oleh orang banyak. Kemudian
Mu’tadin (2002) menegaskan bahwa kemandirian remaja dapat tercapai
93
apabila remaja mampu mengambil sikap dan langkah yang tepat dalam
rangkaian proses pembentukan identitas dirinya. Proses yang benar akan
membawa pada hasil yang maksimal. Berdasarkan penjelasan diatas,
peneliti menyimpulkan bahwa semakin tinggi identity self, maka semakin
tinggi tingkat kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta.
Hasil analisis data juga membuktikan bahwa dimensi physical self
dari konsep diri berpengaruh secara signifikan terhadap kemandirian
mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Menurut Fitts (dalam
Agustiani, 2006) physical self adalah persepsi individu terhadap keadaan
dirinya secara fisik, seperti kesehatan, penampilan dan keadaan tubuh.
Physical self juga berkaitan dengan identity self, jika identity self baik
maka physical self biasanya juga baik. Cara individu memandang diri
mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Artinya,
mahasiswa yang mempunyai pandangan yang positif terhadap diri,
menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman, terhindar
dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri sehingga mahasiswa tersebut
dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Mahasiswa yang mandiri adalah mahasiswa yang berperilaku sesuai
dengan kemampuan dirinya.
Dimensi selanjutnya adalah family self. Dalam penelitian ini
dimensi family self juga signifikan.Menurut Fitts (dalam Agustiani, 2006)
family self adalah persepsi individu yang berhubungan dengan
kedudukannya sebagai anggota keluarga. Ali (2012) juga menjelaskan
94
bahwa upaya pengembangan kemandirian remaja adalah dengan
penciptaan partisipasi dan keterlibatan dalam keluarga, penciptaan
keterbukaan, penciptaan dan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan
serta penciptaan kehangatan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian,
family self dalam penelitian ini berpengaruh secara signifikan terhadap
kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Selanjutnya, dimensi-dimensi yang tidak signifikan terhadap
kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta adalah dimensi behavioral self, judging self, moral-ethical self,
personal self, social self, pola asuh permissive, pola asuh authoritarian
dan pola asuh authoritative. Dimensi-dimensi tersebut memiliki nilai
koefisien regresi dengan Sig. > 0.05, artinya tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dimensi behavioral self pada penelitian ini memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan kategorisasi
behavioral self yang tinggi, yaitu sebanyak 171 mahasiwa atau 73%. Ini
berarti mahasiwa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
berperilaku sesuai identitas diri dan menerima diri dengan senang hati.
Menurut peneliti, perilaku pada mahasiswa yang mempunyai behavioral
self yang tinggi, sehingga puas dengan keadaan diri dan tidak
95
berusahaserta termotivasi untuk menjadi individu yang lebih baik lagi.
Mahasiswa initerlihat lebih percaya diri dan memiliki harga diri yang lebih
baik. Sedangkan individu yang mandiri adalah individu yang
menunjukkan perilaku untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Dimensi judging self tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas PsikologiUIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Menurut Fitts (dalam Agustiani, 2006) judging self
adalah bagaimana diri sendiri mengamati, menentukan standar, dan
mengevaluasi. Judging self ini pula yang menentukan kepuasan seseorang
akan dirinya atau seberapa jauh seseorang menerima dirinya. Jika dilihat
dari skor kategorisasi, mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta memilki
judging self yang tinggi dengan jumlah 144 mahasiswa atau 61%. Ini
berarti mahasiswa tersebut memiliki judging self yang tinggi, sehingga
pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Menurut
Calhoun dan Acocella (1990), hal ini disebabkan karena pola asuh dan
didikan yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak
mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam
pikirannya merupakan cara hidup yang tepat. Menurut peneliti, dengan
judging self mahasiswa yang tinggi, mahasiswa tersebut merasa aman dan
tidak berusaha untuk mencapai pribadi yang lebih baik. Hal tersebut
bertentangan dengan ciri kemandirian, yaitu berusaha menjadi pribadi
yang lebih baik.
96
Dimensi yang tidak signifikan berikutnya adalah dimensi moral-
ethical self. Menurut Fitts (dalam Agustiani, 2006) moral-ethical self
adalah persepsi individu terhadap keadaan dirinya dilihat dari standar
pertimbangan nilai moral dan etika. Pada penelitian ini, skor kategorisasi
moral-ethical self mahasiswa terhadap moral dominan tinggi yaitu
sebanyak 144 mahasiswa atau 61%. Ini berarti mahasiswa Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki moral-ethical self
yang baik. Berdasarkan pengertian moral-ethical self yang telah
dijelaskan, mahasiswa tersebut meyakini semua perilakunya baik,
walaupun standar perilaku baik dan buruk itu berbeda dengan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan di Universitas. Namun pada kenyataannya
masih banyak mahasiswa yang mengabaikan dan melanggar ketentuan dan
peraturan-peraturan yang telah ditentukan. Baik dalam hal penampilan,
maupun perilaku dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. Oleh karena itu.
peneliti menyimpulkan bahwa dimensi ini tidak mempunyai pengaruh
terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Berikutnya adalah dimensi personal self dari konsep diri. Pada
penelitian ini, personal self juga tidak memiliki koefisien regresi yang
tidak berpengaruh terhadap kemandirian. Menurut Fitts (dalam Agustiani,
2006) personal self adalah perasaan atau persepsi seseorang tentang
keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau
hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu
97
merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya
sebagai pribadi yang tepat. Jika dilihat dari kategori skor, maka personal
self mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah
rendah yaitu sebanyak 129 mahasiswa atau 55%. Artinya mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tidak merasa puas
dengan keadaan pribadinya. Seseorang yang tidak merasa puas akan
keadaan dirinya akan menjadikan seseorang rendah diri. Sedangkan
individu dikatakan mandiri apabila merasa puas terhadap keadaan dirinya
dan berusaha menjadi individu yang lebih baik. Sehingga peneliti
menyimpulkan bahwa apabila mahasiswa mempunyai personal self
rendah, maka akan semakin rendah tingkat kemandiriannya.
Dimensi yang tidak signifikan berikutnya adalah social self dari
konsep diri. Menurut Fitts (dalam Agustiani, 2006) social self adalah
persepsi individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain atau
lingkungan di sekitarnya. Jika dilihat dari skor kategorisasi, mahasiswa
Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki social self
yang tinggi sebanyak 149 orang atau 63%. Mahasiswa yang memiliki
persepsi yang baik terhadap interaksinya dengan orang lain atau
lingkungannya akan lebih mudah dalam menjalani berbagai permasalahan
yang ada. Sehingga menurut peneliti, dimensi social self dapat
berpengaruh secara signifikan terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
98
Lain halnya dengan konsep diri, masing-masing dimensi pola asuh
orang tua dalam penelitian ini justru tidak ada yang signifikan. Dimensi
tersebut adalah pola asuh permissive, authoritarian dan authoritative.
Hasil penelitian ini berbeda dengan asumsi peneliti sebelumnya bahwa
pola asuh dapat berpengaruh terhadap kemandirian mahasiswa Fakultas
Piskologi UIN Jakarta. Penelitian sebelumnya juga membuktikan bahwa
pola asuh memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian
(Astuti. 2005; Umayi. 2006; Nurwahyuni, 2013). Hal ini juga tidak sejalan
dengan penelitian Nurhayati (2013) yang menyatakan bahwa salah satu
faktor yang dapat memberikan kontribusi terhadap kemandirian siswa
adalah konsep diri dan pola asuh orang tua. Begitu juga dengan pernyataan
Hurlock (1999) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan kepribadian adalah pola asuh orang tua.
Selain dari penjalasan diatas, faktor-faktor yang mempengaruhi
variabel tersebut tidak signifikan berasal dari kelemahan dan kekurangan
peneliti dalam proses penelitian. Kekurangan dan kelemahan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Pada alat ukur dimensi konsep diri, peneliti masih menggunakan
adaptasi skala dari Tennesse Self Concept Scale (TSCS) edisi pertama
dikarenakan keterbatasan untuk mendapatkan TSCS edisi kedua.
2. Peneliti tidak menggunakan dimensi Skor Kritik Diri (Self Critism
Score) yang seharusnya digunakan pada alat ukur TSCS. Hal ini
berguna untuk menggambarkan sikap defensif dalam menggambarkan
99
diri pribadi dan mendeteksi data yang bisa atau tidak bisa digunakan
dalam penelitian.
3. Adanya faking good dan mood mahasiswa saat pengisian kuisioner
yang mampu mempengaruhi signifikan dan tidaknya beberapa dimensi
pada penelitian ini.
4. Selain itu, tidak seimbangnya jumlah sampel antara laki-laki dan
perempuan pada penelitian ini, yaitu 77 orang mahasiswa atau 33%
dan 159 mahasiswi atau 67%.
5. Kekurangan lain yang mungkin dapat mempengaruhi hasil dari
penelitian ini adalah dengan adanya bias budaya, bahasa dalam
pembuatan item yang kurang tepat yang dapat menjadikan dimensi-
dimensi tersebut tidak signifikan.
5.3 Saran
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini.
Oleh karena itu penulis membagi saran menjadi dua yaitu saran
metodologis dan saran praktis. Saran metodologis sebagai bahan
pertimbangan bagi penelitian lain yang akan meneliti dependent variable
yang sama dan saran praktis sebagai bagian dari kesimpulan dan masukan
bagi individu-individu, baik secara lansung terkait dengan penelitian ini
maupun individu atau pihak yang dapat menarik manfaat dari penelitian
ini.
100
5.3.1 Saran metodologis
1. Pada penelitian ini, alat ukur konsep diri yang digunakan adalah
adaptasi skala Tennessee Self-Concept Scale (TSCS) edisi pertama,
peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan alat ukur konsep
diri versi terbaru, yaitu TSCS edisi 2.
2. Peneliti selanjutnya disarankan menggunakan dimensi Skor Kritik Diri
(Self Critism Score) yang seharusnya digunakan pada alat ukur TSCS.
Hal ini berguna untuk menggambarkan sikap defensif dalam
menggambarkan diri pribadi dan mendeteksi data yang bisa atau tidak
bisa digunakan dalam penelitian.
3. Pada penelitian selanjutnya, sebaiknya peneliti menambah jumlah
partisipan agar hasil penelitian benar-benar dapat menggambarkan
konsep diri pada partisipan dalam penelitian.
4. Untuk peneliti selanjutnya, juga disarankan untuk memperhatikan
jumlah sampel antara laki-laki dan perempuan. Karena dengan
perbandingan sampel yang seimbang dari segi jenis kelamin
diharapkan hasil yang diperoleh dapat lebih akurat.
5. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dengan menggunakan data
tambahan seperti observasi dan wawancara terhadap beberapa orang
partisipan, karena tidak semua hal dapat diungkap dengan skala,
terutama dalam melihat konsep diri.
101
5.3.2 Saran praktis
Pada penelitian ini ditemukan bahwa dimensi yang berpengaruh signifikan
dan positif dalam menjadikan individu mandiri adalah identity self,
physical self dan family self.
Banyak cara yang dapat dilakukan bagi mahasiswa untuk dapat
meingkatkan identity self dan physical self agar menjadi individu yang
mandiri, yaitu dengan membuka diri karena pengetahuan akan diri
meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi
dengan orang lain akan meningkatkan pengetahuan tentang diri. Mencintai
dan menyayangi diri sendiri dengan segala kekurangan dan kelebihan diri
yang bisa dilakukan dengan mensyukuri kelebihan yang ada. Percaya diri
dengan mengikuti berbagai kegiatan dan organisasi serta aktif melakukan
diskusi baik dilingkungan kampus maupun diluar kampus serta
mengembangkan pikiran positif yang akan mendorong kita untuk tetap
optimis, pantang menyerahdan berani menghadapi resiko dan tantangan.
Untuk meningkatkan family self dapat dilakukan dengan
memperbaiki kualitas hubungan dengan keluarga dan meluangkan waktu
bersama serta melakukan tugas keluarga tanpa bantuan orang lain, sehingga
setiap individu mengetahui kondisi keluarga dan tugas rumah tangga
dengan baik.
102
DAFTAR PUSTAKA Agustiani. H. (2006). Psikologi perkembangan pendekatan ekologi kaitannya
dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja. Bandung : PT Refika Aditama
Ali. M. (2012). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta : PT Bumi
Aksara Astuti. R. D. (2005). Pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian siswa
dalam belajar pada siswa kelas xi sma negeri sumpuh kabupaten banyumas tahun pelajaran 2005/2006. Skripsi: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Atwater & Yammarino. (1997). Self-other rating agreement: A review and model.
Research in personnel and human resource management,15, 121-174. Azwar. S. (2006). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baumrind. D. (1991). The influence of parenting style on adolescent competence
and substance use. The journal of early adolescence February, 1(1), 56-95. Binham. R. (2012). Membangun konsep diri positif. Di unduh pada 18 Februari
2015 dari http://cafemotivasi.com/membangun-konsep-diri-positif/ Bee. H. (1981). The developing child. Third edition. New York: Harper
International. Buri. J. R. (1991). Parental authority questionnaire. Journal of Personality
Assessment, 57(1), 110-119. Burns. R. B. (1993). Konsep diri, teori, pengukuran, perkembangan dan perilaku.
Jakarta: Arcan. Calhoun. F. J & Acocella. J. R. (1990). Psychology of adjustment and human
relationship. New York: McRraw-Hill. Inc. Chen. B., Vansteenkiste. M., Bayers. W., Soenens. B. & Petegem. V. S. (2013).
Autonomy in family decision making for chinese adolescent: disentangling the dual meaning of autonomy. Journal of Cross-cultural Psychology, 44, 1184-1208.
Cramer. K. E. (2002). The influences of parenting style on children’s classroom
motivation. Thesis: Louisiana State University and Agricultural and Mechanical College.
102
103
Darling. N. (1999). Parenting style and its correlates. Diunduh pada 18 Agustus
2014 dari https://www.athelath.com/Practitioner/ceduc/parentingstyles.html Douvan. E. & Adelson. J. (1966). The adolescent experience. Nueva York: Wiley. Fitts. W. H. (1971). The self concept and self actualization. Los Angeles:
California. Western Psychological Services A Division of Manson Western Corporation.
Fleming. M. (2005). Adolescent autonomy: Desire, achievement and disobeying
parents between early and late adolescent. Australian Journal of Education and Development Psychology, 5, 1-16.
Harsojo. A. (2014). Pengertian konsep diri. Diunduh tanggal 18 Agustus 2014
dari https://dpdldiisumenep.wordpress.com/berita/pengertian-konsep-diri/ Havighurst. R.J., Stivers, Eguene, & Dehaan. R. F.(1955). American indian and
white childern: a sociopsychological investigation. Chicago: University of Chicago Press.
Holmbeck. G. N. & Hill. J. P. (1991). Conflictive engagement, positive affect, and
menarche in families with seventh-grade girls. Child Development, 62, 1030-1048
Honesss. T. M. & Lintern F. (1990) Relational and systems methodologies for
analysing parent-child relationships: an exploration of conflict, support and independence in adolescence and post-adolescence. Br J Soc Psychol, 29, 331-47.
Hurlock. E. B. developmental psychology. Psikologi perkembangan. Tjandra. M.
& Zarkasih. M. (terj). 1991. Jakarta: Erlangga. Hurlock. E. B. developmental psychology. Psikologi Perkembangan: suatu
pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Istiwidayati & Zarkasih. (trej). 1999. Jakarta: Erlangga.
Irene. L. (2013). Perbedaan tingkat kemandirian dan penyesuaian diri mahasiswa
perantauan suku batak ditinjau dari jenis kelamin. Jurnal Psikologi, 1, 1-12. Kordi. A. (2010). Parenting attitude and style and its effect on childern’s school
achievements. International Journal of Psychological Studies, 2(2). Kumojoyo. A. (2011). Pengaruh pola asuh orang tua terhadap kecerdasan
majemuk siswa SD. Skripsi: Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
104
Lemme. B. H. (1995). Development in adulthood. USA: Allyn & Bacon. Lerner. R. M., & Spanier. G.B. (1980). A dynamic interactional view of child and
family development. In R. M. Lerner & G. B. Spanier (Ed). Child Influensces on Marital and Family Interaction: A Life-Span Perspective (1-20). New York: Academic.
Lukman. M. (2000). Kemandirian anak asuh di panti asuhan yatim islam ditinjau
dari konsep diri dan kompetensi interpersonal. Jurnal Psikologika, 10, 57-74.
Marrie H. J. B. & Marcel A. L. M. (2006). A short form of the autonomy scale:
properties of the autonomy–connectedness scale (ACS–30). Journal of Personality Assessment, 86(1), 51–60.
Mu`tadin. Z. (2002). Kemandirian sebagai kebutuhan psikologi pada remaja.
Diunduh tanggal 3 November 2014 dari http://www.e-psikologi.com/artikel/individual/kemandirian-sbg-kebutuhan-psikologis-pada-remaja.
Mussen. P. H. The development and child’s personality. Perkembangan dan
kepribadian anak. 1994. Meitasari Tjandrasa (terj). Jakarta: Erlangga Najah. (2007). Hubungan antara persepsi anak terhadap pola asuh orang tua
dengan motivasi belajar. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta Nurwahyuni. (2013). Pengaruh konsep diri dan pola asuh orang tua terhadap
kemandirian belajar siswa smp di palu sulawesi tengah. Tri Sentra Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(4), 1-12.
Olson. D. H.& DeFrain. J. (2006). Marriages & families: intimacy. Diversity, And
strengths (5th ed). Boston: McGraw-Hill. Papalia. D. E., Olds. S. W. & Feldman. R. D. (2007). Human development (10th
ed). New York: The McGraw-Hill Companies. Inc. Patriana. P. (2007). Hubungan antara kemandirian dengan motivasi bekerja
sebagai pengajar les privat pada mahasiswa Di Semarang. Skripsi: Universitas Diponegoro.
Pudjijogyanti. (1988). Konsep diri dalam Pendidikan. Jakarta: Arcan. Rakhmat. J. (2005). Psikologi komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.
105
Robinson. C.C., Mandleco. B., Olsen. S.F. & Hart. C.H. (1995). Authoritative, authoritarian. and permissive parenting style practices. Journal of Psychological Reports, 77(3), 819-830.
Stuart. G. W. & Laraia. M. T. (2001). Principles and practice of physchiatric
nursing (7th ed). St. Louism. MO: Mosby. Santrock. J.W. (2007). Adolescent(11th ed). United States of America: McGraw-
Hill. Santrock. J. W. Live span development. Perkembangan masa hidup. Edisi 5.
Chausairi. A. (terj). 2003. Jakarta : Erlangga. Sobur. A. (2003). Psikologi umum. Bandung: Pustaka Setia. Sopyan. A. (2010). Teori aktualisasi diri abraham maslow. Diunduh tanggal 12
Januari 2015 dari http://asepsopyan.com/2010/05/26/teori-aktualisasi-diri-abraham-maslow/
Steinberg. L. (1993). Adolescence (3rd ed). New York : McGraw-Hill. Inc. Steinberg. L. (1995). Adolescence. Sanfrancisco : McGraw-Hill. Inc. Steinberg. L. (2002). Adolescence (6th ed). New York: McGraw-Hill. Silverberg. S. B.& Steinberg. L. (1987). Adolescent autonomy. parent-adolescent
conflict and parental well-being. Journal of Youth and Adolescence, 3, 293-312.
Sutataminingsih. R. (2009). Konsep diri. Di unduh pada 18 Agustus 2014 dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3622/3/09E01769.pdf.txt Syaiful. B. (2008). Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Turner. E. A., Chandler. M. & Heffer. R. W. (2009). The influence of parenting
style, achievement motivation, and self-efficacy on academic performance in college student. Journal of College Student Development. 50(3), 337-346
Umar. J. (2010). Bahan pelatihan statistika untuk mentor akademis Fakultas
Psikologi UIN Jakarta. Tidak untuk dipublikasikan. Umayi. D. (2006). Pengaruh pola asuh dan interaksi sosial terhadap kemandirian
siswa sma dan bosko semarang. Skripsi: Universitas Negeri Semarang.
106
Yusuf. S. LN. (2004). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung : Remaja Rosdakarya.
107
LAMPIRAN
108
INFORMED CONSENT
Assalammualaikum Wr, Wb.
Dengan hormat,
Saya Shovia Lintina, mahasiswa tingkat akhir FakultasPsikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian untuk
tugas akhir. Saya membutuhkan bantuan anda untuk menjadi responden dalam
penelitian saya dengan mengisi kuesioner. Jawaban anda TIDAK DILIHAT
BENAR dan SALAHNYA, jadi jawablah sesuai dengan keadaan diri anda yang
sebenarnya. Jawaban yang anda berikan DIJAMIN KERAHASIAANNYA dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian,
Atas kesediaan anda mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terimakasih.
Wassalammualaikum Wr, Wb.
DATA RESPONDEN Nama : Usia : Jenis kelamin* : Perempuan / Laki-laki Ket : *(Coret yang tidak perlu)
Jakarta, 20 November 2014
Responden
109
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan, bacalah dengan teliti, lalu berilah
ceklis (√) pada kolom yang paling sesuai dengan keadaan diri Anda saat ini
pada masing-masing pernyataan yang ada.
Contoh :
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya adalah orang yang sanngat tampan / cantik √ 2. Saya adalah orang yang jujur √ Keterangan : SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
Skala 1 No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya dapat mengatur emosi Saya sehingga tidak menyinggung orang lain
2 Saya tidak cepat terpengaruh oleh pendapat orang lain 3 Setiap masalah yang Saya hadapi, selalu Saya pikirkan
sendiri solusinya
4 Saya selalu membutuhkan dukungan emosional orang lain 5 Saya mampu mengambil keputusan dengan cepat 6 Saya mampu menyadari setiap konsekuensi yang akan
Saya terima
7 Saya percaya diri saat Saya membuat suatu keputusan 8 Saya tidak ragu-ragu ketika Saya membuat suatu
keputusan
9 Sebelum memutuskan sesuatu Saya selalu meminta pendapat orang lain
10 Saya akan menolak tekanan atau tuntutan orang lain 11 Saya mengetahui mana yang benar dan mana yang salah
dari orang tua atau orang-orang terdekat Saya
12 Saya mempunyai prinsip hidup yang kuat 13 Setiap keputusan yang Saya ambil selalu Saya bandingkan
dengan orang lain
110
Skala 2 No Pernyataan SS S ST STS 1. Saya mengetahui kelebihan diri Saya 2 Saya mengerti diri Saya 3 Saya tahu keadaan lingkungan Saya 4 Saya bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan baru 5 Saya bersikap apa adanya 6 Saya tidak akan merubah diri 7 Saat ini Saya menerima diri Saya seperti ini 8 Saya orang yang baik 9 Saya dapat mengatur diri sendiri 10 Saya ingin memiliki tubuh yang indah 11 Saya tahu cara mengatasi kekurangan fisik yang saya
miliki
12 Saya dapat merasakan perubahan yang terjadi pada diri Saya
13 Saya suka berbohong 14 Saya membantu orang lain walaupun tidak mengenalinya 15 Saya tidak suka membantu melakukan tugas rumah
tangga
16 Saya orang yang berharga di dalam keluarga 17 Saya kecewa dengan diri Saya sendiri 18 Saya mengatasi masalah Saya dengan mudah 19 Saya mencoba aktif dalam kegiatan sosial 20 Saya sering berkumpul dengan teman-teman 21 Saya menyapa orang disekitar lingkungan 22 Saya tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan 23 Saya benci pada diri Saya sendiri 24 Saya tidak puas dengan keadaan diri Saya saat ini 25 Saya berpenampilan menarik 26 Saya menuruti nasehat orang tua 27 Saya mengabaikan apapun yang terjadi disekitar
lingkungan
28 Saya rajin membantu orang tua 29 Saya tidak disukai oleh anggota keluarga 30 Saya nyaman dengan semua yang terjadi dengan diri Saya 31 Saya kecewa dengan prestasi Saya yang sedikit 32 Saya tidak tertarik berhubungan dengan orang lain.
111
Skala 3 No Pernyataan SS S TS STS
1 Orang tua Saya mengetahui kondisi akademis Saya 2 Saya harus mematuhi segala perintah orang tua Saya 3 Saya tidak pernah dihukum oleh orang tua Saya
walaupun Saya salah
4 Orang tua Saya tidak menerima alasan apapun ketika Saya berbuat salah
5 Orang tua Saya dapat mengarahkan kegiatanSaya dengan baik
6 Meskipun tidak suka, Saya harus mematuhi perintah orang tua Saya
7 Saya dihukum jika melanggar peraturan yang dibuat orang tua Saya
8 Orang tua Saya tidak menuntut apapun kepada Saya 9 Ketika Saya mempunyai masalah, orang tua Saya
membantu menyelesaikan masalah tersebut.
10 Orang tua Saya menuntut Saya untuk berprestasi 11 Orang tua Saya memaklumi jika Saya terlambat pulang 12 Orang tua Saya peduli dengan apa yang Saya lakukan 13 Orang tua Saya bersikap tegas 14 Peraturan yang dibuat orang tua Saya sangat ketat 15 Orang tua Saya memaklumi jika Saya mendapatkan nilai
jelek
16 Orang tua Saya tidak pernah mengetahui kegiatan Saya 17 Orang tua Saya mengatur sesuka hati tanpa peduli
perasaan Saya
18 Saya merasa orang tua Saya tidak tanggap kepada Saya 19 Semua keinginan Saya dipenuhi oleh orang tua Saya 20 Saya merasa kebutuhan Saya tidak dipenuhi orang tua
Saya
21 Orang tua Saya mau mendengarkan segala keluh kesah Saya
22 Keinginan saya dilarang oleh orang tua saya 23 Ketika Saya minta dibelikan barang dengan harga
mahal, orang tua Saya akan membelikannya.
24 Saya merasa orang tua Saya sibuk dengan urusannya sendiri
-Terima Kasih-
112
LAMPIRAN 2 Contoh Syntax Analisys Faktor Konfirmatori uji validitas kemandirian da ni=13 no=236 ma=pm la x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 pm sy fi=DV.COR se 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13/ mo nx=13 nk=1 lx=fr ph=st td=sy lk identity self fr lx 1 1 - lx 4 1 fr td 1 9 TD 2 5 TD td 2 6 td 2 9 td 2 3 td 3 2 td 3 13 td 3 9 fr td 4 9 td 5 12 td 6 11 td 7 8 td 9 13 td 10 13 td pd ou ss tv mi LAMPIRAN 3 Output SPSS Analisis Regresi Berganda (Multiple Regression) Mean Std. Deviation N
Kemandirian 50.00 8.814 236
Identity_self 50.03 8.994 236
behavioral_self 49.97 8.513 236
Judging_Self 49.98 8.161 236
Physical_Self 50.03 7.551 236
Moral_ethical_Self 50.00 7.656 236
Personal_Self 49.94 8.140 236
Family_Self 49.96 8.166 236
Social_Self 50.01 8.337 236
Permissive 49.95 8.291 236
Authoritarian 50.00 8.055 236
Authoritative 50.00 9.312 236
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .599a .359 .327 7.21280
113
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 6525.207 11 593.201 11.402 .000a
Residual 11653.482 224 52.024
Total 18178.689 235
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 15.266 5.238 2.914 .004
identity_self .263 .075 .268 3.492 .001
behavioral_self .139 .072 .135 1.926 .055
judging_self .035 .088 .032 .394 .694
physical_self .212 .079 .182 2.683 .008
moralethical_self .022 .081 .019 .265 .792
Personal_Self -.015 .085 -.014 -.177 .860
Family_self .198 .083 .184 2.377 .018
sosial_self -.026 .071 -.025 -.369 .712
Permissive -.131 .075 -.124 -1.740 .083
Authoritarian -.044 .060 -.041 -.736 .463
authoritative .043 .073 .046 .598 .550
a. Dependent Variable: Kemandirian