Post on 06-Nov-2021
PENGARUH KARATERISTIK DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK: STUDI PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR DI INDONESIA
Adela Sharfina Hadrini, Viska Anggraita
Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia
Email: sharfina.adela@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh karakteristik komisaris dan direksi terhadap penghindaran pajak. Karateristik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keahlian pajak dewan direksi, keahlian pajak dewan komisaris, afiliasi pajak dewan direksi, afiliasi pajak dewan komisaris, dan independensi dewan komisaris. Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015. Hasil penelitian menunjukkan keahlian pajak dewan direksi berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak, sedangkan afiliasi pajak dewan direksi berpengaruh negatif terhadap praktik penghindaran pajak perusahaan. Sedangkan untuk dewan komisaris, hanya independensi dewan komisaris yang berpengaruh positif terhadap praktik penghindaran pajak.
The Effect of Board of Commissioners and Board of Director’sCharacteristics on Tax Avoidance: Study on Manufacturing Companies in Indonesia
Abstract
This study aim to test the effect of board of director and board of comissioner’s characteristics on tax avoidance. Characteristics mentioned in this study are board of director’s tax expertise, board of commissioner’s tax expertise, board of director’s tax affiliation, board of commissioner’s tax afiliation, and board of commissioner’s independency The samples used for this study are manufacturing companies listed in Indonesian Stock Exchange for period 2013-2015. The result shows that board of director’s tax expertise has positive effect on tax avoidance, board of director’s tax affiliation has negative effect on tax avoidance. For board of commissioners, board of commissioner’s independency has positive effect on tax avoidance
Keywords: tax expertise, tax affiliation, board of director’s characteristics, board of commissioner’s independency, tax avoidance
1 Pendahuluan
Pajak merupakan salah satu sumber utama dari penerimaan negara. Sebagai salah satu
instrumen dari penerimaan negara, pajak yang dikumpulkan dari masyarakat berperan penting
untuk mewujudkan pembangunan yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa.
Pengaruh karateristik ..., Adela Sharfina Hadrini, FEB UI, 2018
Pembangunan terebut berkaitan dengan tujuan berdirinya negara RI sebagaimana tertulis
dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Untuk tujuan tersebut, pemerintah
mewajibkan masyarakat untuk berkontribusi kepada negara melalui pajak.
Salah satu badan yang diwajibkan untuk membayar pajak adalah Perseroan Terbatas.
Dalam usahanya mematuhi otoritas pajak, maka perseroan terbatas, akan memiliki kewajiban
pajak (tax liabilities). Adanya kewajiban pajak menyebabkan berkurangnya laba perusahaan.
Disisi lain, perseroan terbatas juga perlu melaksanakan program-programnya agar tujuan
berdirinya perusahaan tercapai.
Sebagai perusahaan yang didirikan oleh lebih dari dua orang, Perseroan Terbatas
memiliki eksekutif utama yang berbeda dari perusahaan biasa. Fungsi pelaksana dari
operasional perseroan terbatas adalah dewan direksi. Direksi sebagai pelaksana kunci dari
perusahaan diawasi oleh dewan komisaris. Dewan komisaris juga bisa memberikan nasihat
dan masukan tentang strategi perusahaan kepada dewan direksi, termasuk tentang kebijakan
pajak perusahaan. Dalam dewan komisaris, terdapat komisaris independen, yaitu anggota
komisaris yang berasal dari luar perusahaan. Adanya Direksi, Dewan Komisaris, dan
Komisaris Independen dalam perusahaan adalah agar tata kelola dalam perusahaan terlaksana
sebagaimana mestinya.
Sebagai organ utama perusahaan dewan komisaris dan direksi memiliki pengaruh yang
besar terhadap kebijakan perencanaan pajak perusahaan. Penelitian Graham dan Tucker
(2006) menunjukkan bahwa aktivitas tax sheltering berhubungan positif dengan profitabilitas
perusahaan. Dalam hal ini, untuk meningkatkan nilai after-tax perusahaan, shareholder bisa
mendorong perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak. Sebagai badan yang bertugas
untuk mengawasi kinerja perusahaan, dewan komisaris bisa memiliki kecenderungan untuk
mendorong perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak agar meningkatkan nilai
perusahaan. Hal ini sesuai dengan pandangan tradisional bahwa penghindaran pajak
meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian Taylor dan Richardson (2014) menemukan bahwa
keahlian pajak board of directors berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak.
Disisi lain, dewan komisaris adalah badan yang merupakan proxy dari stakeholder lain
sehingga dewan komisaris perlu memperhatikan standar lingkungan dan sosial dalam
melakukan tata kelola dalam perusahaan. Menurut Desai dan Dharmapala (2009) walaupun
tingkat penghindaran pajak berpengaruh positif terhadap nilai after-tax perusahaan, efek ini
ter-offset karena adanya efek rent diversion. Disamping itu, Kim et al. (2011) menemukan
bahwa penghindaran pajak berhubungan positif dengan resiko stock price crash. Perusahaan
juga harus memastikan bahwa strategi pajak mereka tidak mencemarkan reputasi perusahaan
Pengaruh karateristik ..., Adela Sharfina Hadrini, FEB UI, 2018
(Hanlon dan Slemrod, 2009). Karena itu dewan komisaris bisa menunjukkan kecenderungan
untuk mendorong perusahaan untuk menghindari penghindaran pajak. Penelitian Taylor dan
Richardson (2014) menemukan bahwa board of directors yang memiliki afiliasi dengan
badan pajak berpengaruh negatif terhadap tingkat penghindaran pajak.
Board of director merupakan pusat dari kontrol dalam pengambilan keputusan di
perusahaan (Fama dan Jensen 1983). Hal ini termasuk terkait dengan kebijakan pajak
perusahaan. Menurut Dyreng et al (2010) menunjukkan bahwa seorang CEO, walaupun
biasanya tidak memiliki keahlian pajak bisa mempengaruhi praktik penghindaran pajak
dengan cara menentukan tone at the top terkait aktivitas pajak perusahaan. Ketika anggota
dewan direksi memiliki preferensi untuk melakukan perencanaan pajak yang bersifat agresif,
maka perusahaan cenderung melakukan pratik penghindaran pajak. Hal ini bisa terlihat pada
kasus Wal-mart, dimana strategi pajak perusahaan berubah setelah adanya penggantian
direksi. Hal ini sesuai dengan penelitian Taylor dan Richardson (2014) yang menemukan
bahwa board of directors yang memiliki keahlian pajak berpengaruh positif terhadap tingkat
penghindaran pajak perusahaan
Dewan komisaris memegang peranan penting dalam jalannya corporate governance
dalam perusahaan. Dalam OECD (2015) disebutkan bahwa board harus bisa memberikan
judgement yang independen dalam corporate affairs. Hal ini mensyaratkan adanya sejumlah
anggota board yang independen dari manajemen perusahaan. Board ini juga berfungsi untuk
memberikan nasihat ketika ada conflict of interest di dalam perusahaan. Misalnya meyakinkan
integritas dari financial dan non-financial reporting, nominasi anggota board dan eksekutif
kunci perusahaan, dan review dari related party transantion serta board remuneration.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keahlian pajak direksi,
keahlian pajak dewan komisari, afiliasi pajak dewan direksi, afiliasi pajak dewan komisaris,
dan independensi dewan komisaris terhadap penghindaran pajak. Penelitian ini merupakan
replikasi dari penelitian Taylor dan Richardson (2014). Taylor dan Richardson (2014)
meneliti efek ketidakpastian pajak, keahlian pajak board of directors, afiliasi pajak board of
directors terhadap penghindaran pajak.
Ada beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan Taylor dan Richardson
(2014). Peneltitian Taylor dan Richardson menggunakan sample perusahaan di Australia yang
menggunakan struktur one-tier, dimana fungsi komisaris dan direksi ada dalam board of
directors. Sedangkan di Indonesia, struktur board of director mengikuti struktur two-tier,
dimana dewan direksi dan dewan komisaris merupakan badan yang terpisah. Untuk
membedakan fungsi pelaksana dan fungi pengawasan, maka keahlian pajak dan afiliasi pajak
Pengaruh karateristik ..., Adela Sharfina Hadrini, FEB UI, 2018
dalam penelitian ini, direksi dan komisaris dipisahkan agar bisa dilihat masing-masing
pengaruh terhadap penghindaran pajak. Selain itu, penelitian ini menambahkan variabel
independensi dewan komisaris dengan pengukuran independensi menggunakan pengukuran
Hermawan (2009). Pada penelitian Taylor dan Richardson (2014), objek penelitian yang
digunakan adalah 200 perusahaan terbesar di Australia pada tahun 2006-2010, sementara
penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Indonesia tahun 2103-
2015 Pengukuran penghindaran pajak yang digunakan dalam Taylor dan Richardson (2014)
adalah book-tax difference, residual book-tax difference menggunakan metode Desai dan
Dharmapala (2006), effective tax rate, dan Cash Effective Tax Rate, sementara penelitian ini
menggunakan dua pengukuran penghindaran pajak, yaitu cash effective tax rate dan residual
book-tax difference menggunakan metode Desai dan Dharmapala (2009). Variabel kontrol
board of director independence dalam penelitian Taylor dan Richardson (2014) tidak
dimasukkan seabgai variabel kontrol dalam penelitian ini karena sudah ada pengukuran
Hermawan (2009) yang memasukkan proporsi komisaris independen sebagai salah satu
kriteria independensi dewan komisaris. Selain itu, variabel kontrol R&D intensity tidak
dimasukkan karena perusahaan industri yang digunakan adalah industri manufaktur yang
tidak berfokus pada biaya Research and Development sehingga variabel ini diabaikan.
Variabel industry-sector dalam penelitian Taylor dan Richardson (2014) disesuaikan dengan
industri di Indonesia.
2 Tinjauan Teoritis dan Pengembangan Hipotesis
2.1 Teori Keagenan
Dalam teori agensi dikenal dua pihak yang memiliki kepentingan berbeda di dalam
perusahaan, yaitu owner selaku pihak yang mempunyai kepemilikan di dalam perusahaan dan
manager selaku pihak yang mengelola perusahaan. Di perseroan, struktur pemilik dan
manager lebih rumit daripada perusahaan non-perseroan. Hal ini menyebabkan adanya konflik
agensi. Dalam kondisi ini, dewan komisaris berperan sebagai mekanisme perantara antara
owner atau principal dan manajer selaku agen.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Desai dan Dharmapala (2009). Ada dua
pandangan mengenai penghindaran pajak perusahaan. Dalam pandangan klasik, penghindaran
pajak perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Disisi lain, Desai dan Dharmapala
(2009) berargumen bahwa walaupun penghindaran pajak bisa meningkatkan nilai setelah
pajak perusahaan, efek tersebut ter-offset terutama di perusahaan yang memiliki governance
yang buruk, akibat adanya kesempatan untuk melakukan rent diversion. Desai dan
Pengaruh karateristik ..., Adela Sharfina Hadrini, FEB UI, 2018
Dharmapala (2009) juga memberi contoh adanya interaksi antara dan managerial
opportunism, bahwa menipulasi pendapatan dengan cara yang halus bisa difasilitasi ketika
manajer memiliki kecenderungan untuk penghindaran pajak.
Dari penelitian-penelitian tersebut, dewan komisaris bisa memiliki kecenderungan
untuk mendorong penghindaran pajak dengan tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan
(Graham dan Tucker 2006). Namun, dewan komisaris juga melakukan fungsi monitoring
sebagai kepanjangan shareholder perusahaan yang merupakan principal dengan manager atau
agent dari perusahaan (direksi), sehingga dewan komisaris perlu berhati-hati dalam
melakukan penghindaran pajak.
2.2 Penghindaran Pajak
Secara garis besar, tax avoidance atau penghindaran pajak adalah upaya meminimalisasi
beban pajak perusahaan dengan cara-cara yang legal. Tax avoidance sendiri merupakan
bagian dari tax planning dan management, dimana keduanya mengacu pada usaha perusahaan
untuk meminimalisasi beban pajak dengan memanfaatkan celah-celah yang ada pada
peraturan pajak dan memilih metode reporting tertentu yang menguntungkan perusahaan
Penghindaran pajak bisa diukur dengan menggunakan beberapa parameter yang
berbeda-beda. Lazimnya, Penghindaran pajak diukur dengan Effective Tax Rate dan Book-
Tax Difference/Gap. Menurut Hanlon dan Heitzman (2010), ada dua belas pengukuran
penghindaran pajak, antara lain Accounting ETR/GAAP ETR, Cash ETR, Book-Tax
Difference, Residual BTD, Current ETR, Long-run Cash ETR, ETR Differential, DTAX,
Temporary BTD, Unrecognized Tax Benefit, Tax Shelter Activity, dan Marginal Tax Rate.
Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cash ETR dan Residual BTD.
Kelebihan dari menggunakan Cash ETR adalah beban pajak kas yang dibayar dibandingkan
lebih jelas tercermin dalam unit kas. Item beban kas yang dibayar, yang dalam Indonesia
dikenal dengan income tax expense, ada di dalam laporan laba rugi, dimana jumlah item
tersebut bisa dikurangi menggunakan strategi yang melibatkan peningkatan deductible dan
mengurangi taxable income/income before tax. Namun Cash ETR juga memiliki kelemahan,
yaitu adanya pembayaran kas terkait adanya settlement tertentu dengan otoritas pajak pada
tahun sebelumnya mungkin akan menimbulkan masalah tertentu (Taylor dan Richardson
2014). Adanya tax benefit menyebabkan nilai ETR menjadi minus kemungkinan adanya
mismatch antara numerator dan denominator jika cash tax paid termasuk pajak yang
dibayarkan dari pendapatan di periode yang berbeda karena adanya IRS audit pada tahun
Pengaruh karateristik ..., Adela Sharfina Hadrini, FEB UI, 2018
berjalan, sementara denominator-nya berasal dari pendapatan pada periode berjalan. Dessai
dan Dharmapala (2006) berpendapat bahwa BTD cenderung merefleksikan aktivitas earning
management perusahaan dibandingkan tax avoidance, dimana pendapatan disesuaikan untuk
mengurangi reporting loss, Pengukuran kedua Book-tax difference kedua diukur dengan BTD
residual oleh Dessai dan Dharmapala (2006). karena itu Desai menghapus elemen BTD yang
berkaitan dengan earning management untuk meninggalkan residual value yang dijadikan
ukuran penghindaran pajak
Walaupun elemen earning management dalam penghindaran pajak sudah dikeluarkan,
Residual BTD tetap memiliki kelemahan. Menurut Hanlon dan Heitzman (2010) seperti pada
model akrual yang dibuat oleh Jones, validitas dari regresi yang digunakan untuk memisahkan
regression based partition tergantung pada model yang digunakan sebagai determinan dari
variabel yang ingin diprediksi. Walaupun pajak mempengaruhi keputusan perusahaan, pajak
bukan merupakan first-order drivers sehingga sulit diketahui variabel mana yang termasuk
dalam determinan penghindaran pajak dan mana yang masuk ke dalam residual (Hanlon dan
Heitzman 2010)
2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan acuan dari penelitian yang dilakukan oleh Taylor dan
Richardon (2014). Taylor dan Richardson (2014) meneliti tentang hubungan antara
penghindaran pajak dengan ketidakpastian posisi pajak, keahlian pajak dari board of
directors, afiliasi terhadap badan pajak dari board of directors, dan remunerasi berbasis
kinerja. Data yang dijadikan sampel adalah 200 perusahaan terbuka di Australia selama tahun
2006-2010. Sampel tersebut tidak memasukkan beberapa perusahaan yaitu perusahaan
keuangan, asuransi, perusahaan dengan metode pelaporan dengan US GAAP, property
partnership atau trust entities, dan perusahaan yang tidak menyerahkan laporan selama tahun
2006-2010.
Dari analisis yang sudah dilakukan Taylor dan Richardson (2014) mereka
menyimpulkan bahwa ketidakpastian pajak, keahlian pajak direktur, dan remunerasi berbasis
kinerja untuk key management personnel secara signifikan berpengaruh positif terhadap
penghindaran pajak perusahaan. Selain itu, perusahaan dengan anggota board yang memiliki
afiliasi dengan setidaknya satu badan pajak, menunjukkan hubungan yang negatif dengan
penghindaran pajak
Dyreng et al. (2010) meneliti tentang apakah individu pada eksekutif level atas memiliki
efek terhadap penghindaran pajak yang tidak bisa dijelaskan oleh karakteristik perusahaan.
Untuk mengidentifikasi hal ini, Dyreng et al. (2010) mengambil data eksekutif perusahaan
Pengaruh karateristik ..., Adela Sharfina Hadrini, FEB UI, 2018
dari ExecuComp database dari tahun 1992 sampai tahun 2006. Dari data tersebut, bisa dilacak
pergerakan eksektuif perusahaan dan dikumpulkan data eksekutif yang bekerja minimal 3
tahun di masing-masing paling sedikit dua perusahaan. Data yang terkumpul adalah 12958
tahun-perusahaan, terdiri dari 1138 perusahaan dan 908 eksekutif. Penghindaran pajak
dihitung dengan menggunakan ETR, yang terdiri dari current dan deferred tax, dan Cash ETR
yang dukur dari current tax. Hasilnya adalah individual executive memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap menentukan level penghindaran pajak perusahaan.
Desai dan Dharmapala (2009) meneliti tentang penghindaran pajak perusahan dengan
nilai perusahaan. Lebih spesifik lagi Desai dan Dharmapala meneliti tingkat dimana
penghindaran pajak perusahaan memiliki nilai bagi investor. Sampel yang digunakan adalah
4492 observasi dengan 862 perusahaan tahun 1993-2001. Data ini diambil dari database
Compustat dan Execucomp digabung dengan data dari kepemilikan perusahaan dari Spectrum
database. Hasil penelitian menunjukkan bahwa padaperusahaan yang memiliki level
institutional ownership yang tinggi, dalam hal ini perusahaan yang kinerjanya dipantau secara
agresif oleh owner , maka level penghindaran pajak berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Sementara itu, pada perusahaan dengan tata kelola yang buruk, efek postitif
penghindaran pajak terhadap nilai perusahaan ter-offset oleh adanya rent diversion
Penelitian oleh Lanis dan Richardson (2011) meneliti tentang efek komposisi board of
directors terhadap tax agressiveness. Data yang digunakan berasal dari 32 perusahaan di US
yang terdiri dari 16 perusahaan yang tax agressive dan 16 perusahaan non-tax agressive
selama tahun 2001-2006. Sampel akhir terdiri dari data cross-section 401 perusahaan di
Australian Stock Exchange selama tahun yang dianalisis dengan ordinary least square. Lanis
dan Richardson (201) membuat hipotesis bahwa semakin tinggi komposisi outside directors,
maka semakin rendah level penghindaran pajak. Hasilnya, Lanis dan Richardson menemukan
adanya hubungan negatif antara anggota outside directors dan tax agressiveness. Hasil ini
menunjukkan bahwa outside director memiliki preferensi untuk menghindari tax
agressiveness melalui tata kelola yang baik.
2.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan landasa teori terkait pengaruh variabel independen
dan variabel kontrol terhadap variabel dependen, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
Dewan direksi merupakan pusat kendali perusahaan. Apabila ada anggota dewan direksi
yang memiliki pengelaman dalam bidang perpajakan, maka mereka bisa berkontribusi untuk
membuat perencanaan pajak dengan mengurangi kewajiban pajak perusahaan Frank et al.,
Pengaruh karateristik ..., Adela Sharfina Hadrini, FEB UI, 2018
(2009) menunjukkan bahwa tax planning yang agresif berhubungan dengan oportunisme dan
kemampuan manajerial. Carter et al., (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Board
members yang memiliki tax expertise memiliki keahlian profesional mereka untuk mengawasi
dan memberikan informasi kepada manajer. Kedua hal diatas mungkin terjadi karena direktur,
walaupun tidak memiliki latar belakang pajak, tetap memiliki peran penting dalam tax policy,
yaitu menetapkan tone at the top perusahaan (Dyreng et al. 2010). Karena itu, hipotesis
pertama yang dikembangkan adalah sebagai berikut
H1 : Keahlian perpajakan Direksi berpengaruh positif terhadap praktik penghindaran
pajak.
Dewan komisaris sebagai badan yang mengawasi kinerja perusahaan perlu memastikan
bahwa perusahaan memiliki nilai yang baik dimata shareholder. Dalam hal ini, dewan
komisaris sebagai pihak yang mengawasi kinerja perusahaan bisa mendorong manajemen
untuk melakukan penghindaran pajak, sehingga nilai setelah pajak perusahaan menjadi baik
dan tujuan shareholder perusahaan untuk mendapatkan return yang tinggi tercapai. Hal ini
sesuai dengan pandangan tradisional bahwa penghindaran pajak berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan (Desai dan Dharmapala 2009). Dewan komisaris yang memiliki keahlian
perpajakan bisa berkontribusi lebih untuk mendorong manajemen perusahaan untuk
melakukan penghindaran pajak. Penelitian oleh Taylor dan Richardson (2014) menunjukkan
bahwa board of directors yang memiliki keahlian pajak berhubungan positif dengan
penghindaran pajak. Berdasarkan kondisi tersebut, maka hipotesis kedua adalah sebagai
berikut.
H2 : Keahlian perpajakan Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap praktik
penghindaran pajak.
Ketika anggota dari key executive memiliki afiliasi dengan badan yang berhubungan
dengan pajak, maka ada kemungkinan anggota tersebut akan memastikan bahwa perpajakan
perusahaan sudah sesuai dengan ketentuan hukum. Hal ini terjadi karena ketika perusahaan
yang menurut publik memiliki kemungkinan melakukan penghindaran pajak yang agresif,
maka perusahaan dan direkturnya akan mendapat reputasi yang buruk (Taylor dan Richardson
2014). Reputasi perusahaan yang buruk bisa mempengaruhi kinerja perusahaan, seperti yang
ada di beberapa kasus di Australia dan Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa
pengawasan oleh publik dan komentar di media mempengaruhi sentimen investor dan pada
Pengaruh karateristik ..., Adela Sharfina Hadrini, FEB UI, 2018
akhirnya mempengaruhi nilai perusahaan (Hanlon dan Slemrod 2009). Karena itu, hipotesis
ketiga penelitian ini adalah sebagai berikut.
H3 : Perusahaan dengan Direksi yang memiliki afiliasi dengan badan pajak
berpengaruh negatif terhadap praktik penghindaran pajak.
Ketika anggota dari key executive memiliki afiliasi dengan badan yang berhubungan
dengan pajak, maka ada kecenderungan bahwa mereka akan memastikan bahwa pajak
perusahaan sudah sesuai dengan ketentuan hukum. Dalam hal ini, dewan komisaris sebagai
pihak yang menjalankan fungsi pengawasan perlu mendorong perusahaan agar memiliki nilai
yang baik dimata shareholder. Penelitian oleh Desai dan Dharmapala menunjukkan bahwa
walaupun penghindaran pajak memiliki efek positif terhadap nilai perusahaan setelah pajak,
efek ini ter-offset oleh rent diversion pada perusahaan dengan tata kelola yang buruk.
Disamping itu, Kim et al. (2011) menunjukkan bahwa penghindaran pajak berhubungan
positif dengan resiko stock price crash. Penelitian oleh Taylor dan Richardson (2014)
menunjukkan bahwa afiliasi pajak board of directors memiliki pengaruh negatif terhadap
penghindaran pajak. Hal ini disebabkan karena perusahaan perlu menjaga reputasi dewan
komisaris dan perusahaan itu sendiri. Dari penelitian-penelitian tersebut, maka dirumuskan
hipotesis ke-empat
H4 : Perusahaan dengan Dewan Komisaris yang memiliki afiliasi dengan badan pajak
berpengaruh negatif terhadap praktik penghindaran pajak
Penelitian oleh Lanis dan Richardson (2011) menemukan adanya hubungan negatif
antara outside board independence dan corporate tax agressiveness. Hal ini disebabkan
karena outside directors peran sebagai direktur atau komite dari perusahaan lain dan
mempunyai tanggung jawab untuk menjaga reputasi, sehingga ia memiliki kecenderungan
untuk meminimalisir praktek penghindaran pajak. Selain itu, penelitian oleh Richardson et al
(2013) menunjukkan bahwa interaksi antara komposisi board of directors dengan effective
risk management dan internal control mengurangi kecenderungan praktik tax avoidance,
Karena itu, penulis berdasarkan penelitian tersebut, penulis merumuskan hipotesis sebagai
berikut
H5 : Independensi dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap praktik
penghindaran pajak
Pengaruh karateristik ..., Adela Sharfina Hadrini, FEB UI, 2018
3 Metode Penelitian
Regresi yang digunakan untuk model penelitian ini adalah model feasible generalized
least square. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini hanya mengambil sample industri
manufaktur agar bisa diketahui bagaimana karakteristik industri manufaktur mempengaruhi
penghindaran pajak pada perusahaan. Selain itu, tahun 2013, 2014, dan 2015 dipilih sebagai
periode penelitian karena data yang diperoleh pada periode 2013-2015 merupakan data yang
terbaru. Metode sampling yang digunakan adalah metode purposive sampling. Dalam metode
ini ada kriteria tertentu yang menjadi acuan pemilihan sampel. Kriteria sampel penelitian ini
antara lain:
1) Merupakan perusahaan manufaktur
2) Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013, 2014, dan 2015
3) Memiliki Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan yang diaudit pada tahun 2013,
2014, dan 2015
4) Memiliki data yang lengkap untuk semua variabel
3.1 Model Penelitian
CTAit = α + β1TAXEXPDIRit + β2TAXEXPCOMit + β3TAXAFFDIRit +
β4TAXAFFCOMit + β5BOARDSCOREit + β6SIZEit + β7LEVit + β8INVINTit +
β9CINTit + β10MKBTKit + β11ROAit + β12THAVit + β13AUD + β14CEOit +
β15CFTLit + β16BASICINDUSit + β17MISCINDUSit + ε
CTAit = penghindaran pajak perusahaan i tahun ke t
TAXEXPDIRit = dummy variable diberi nilai 1 apabila perusahaan
memiliki keahlian dewan direksi dengan keahlian pajak,
diberi nilai 0 apabila perusahaan tidak memiliki dewan
direksi dengan keahlian pajak
TAXEXPCOMit = dummy variable diberi nilai 1 apabila perusahaan
memiliki dewan komisaris dengan keahlian pajak,
diberi nilai 0 apabila perusahaan tidak memiliki dewan
komisaris dengan keahlian pajak
TAXAFFDIRit = dummy variable diberi nilai 1 apabila perusahaan
memiliki dewan direksi dengan afiliasi pajak , diberi nilai
Pengaruh karateristik ..., Adela Sharfina Hadrini, FEB UI, 2018
0 apabila apabila perusahaan tidak memiliki dewan
direksi dengan afiliasi pajak
TAXAFFCOMit = dummy variable diberi nilai 1 apabila perusahaan
memiliki dewan komisaris dengan afiliasi pajak , diberi
nilai 0 apabila apabila perusahaan tidak memiliki dewan
komisaris dengan afiliasi pajak
BOARDSCOREit = Independensi dewan komisaris perusahaan i tahun t
SIZEit = ukuran perusahaan i tahun t
LEVit = Leverage perusahaan i tahun t
INVINTit = intensitas persediaan perusahaan i tahun t
CINTit = intensitas modal perusahaan i tahun t
MKBTKit = market to book value perusahaan i tahun t
ROAit = Return on assets perusahaan i tahun t
THAVit = dummy variable diberi nilai 1 apabila perusahaan
memiliki anak yang beroperasi di negara tax heaven,
diberi nilai 0 apabila perusahaan tidak memiliki anak
yang beroperasi di negara tax heaven
AUDit = dummy variable diberi nilai 1 apabila diaudit oleh big 4
audit firm, 0 apabila tidak diaudit oleh big 4 audit firm
CEOit = lama jabatan CEO perusahaan i tahun t
CFTLit = dummy variable diberi nilai 1 apabila perusahaan
memiliki carry forward tax loss diberi nilai 0 apabila
perusahaan tidak memiliki carry forward tax losses
BASICINDUSit = dummy variable diberi nilai 1 apabila perusahaan
termasuk sektor industri dasar dan kimia, 0 apabila tidak
termasuk sektor industri dasar dan kimia
MISCINDUSit = dummy variable diberi nilai 1 apabila perusahaan
perusahaan termasuk sektor aneka industri, 0 apabila
tidak termasuk sektor aneka industri
εit = error
Variabel dependen dari penelitian ini adalah penghindaran pajak (tax avoidance), sesuai
dengan penelitian yang dijadikan acuan oleh penulis, yaitu penelitian Taylor dan Richardson
(2014). Dalam penelitian Taylor dan Richardson (2014), ada empat proxy yang dijadikan
Pengaruh karateristik ..., Adela Sharfina Hadrini, FEB UI, 2018
variabel dependen, yaitu ETR, Cash ETR, BTD, dan residual BTD. Dari ke-empat proksi
tersebut, proksi yang dipilih oleh penulis adalah cash ETR dan residual BTD
Cash ETR dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Cash ETR = cash taxes paid
Pretax accounting income
Proksi kedua yang digunakan penulis adalah penghindaran pajak dengan menggunakan
formula yang dikembangkan oleh Desai dan Dharmapala (2006) dengan menggunakan data
panel sebagai berikut:
BTDit = βTAit + µi + ε
Dimana:
BTDit = book-tax difference i tahun ke-t dibagi lagged total assets
TAit = total akrual perusahaan i tahun ke-t dibagi dengan lagged total
assets
µi = nilai rata-rata residual perusahaan i tahun t
εit = error term
BTDit dihitung dengan cara mencari selisih antara book income yang didapatkan dari
pre-tax accounting income perusahaan dengan taxable income perusahaan i tahun t dibagi
dengan lagged total assets
BTDit = AIit – TIit
Untuk menghitung total akrual, dihitung dengan dihitung dengan rumus selisih pre-tax
accounting income perusahaan dikurangi netoperating cash flow dibagi dengan lagged total
asset
TAit = AIit - CFOit
Hasil penjumlahan dari hasil regresi persamaan pertama dijadikan proksi dari
pengukuran model penghindaran pajak, sebagaimana pada persamaan dibawah ini.
TABTDit = µit + εit
Sesuai dengan penelitian oleh Dessai dan Dharmapala (2006), penulis meggunakan
tax sheltering sebagai proksi dari variabel dependen aktivitas penghindaran pajak.
Proxy yang digunakan untuk pengukuran variabel penghindaran pajak diambil dari
Datastream dan laporan keuangan perusahaan. Cash taxes paid dan pre-tax accounting
income didapat dari laporan laba rugi perusahaan dan catatan atas laporan keuangan di bagian
perpajakan. Data taxable income di dapatkan dari catatan atas laporan keuangan di bagian
Pengaruh karateristik ..., Adela Sharfina Hadrini, FEB UI, 2018
perpajakan. Sedangkan data mengenai net operating cash flow didapatkan dari laporan arus
kas perusahaan.
Penelitian ini menggunakan 5 variabel independen antara lain:
a) Keahlian pajak dewan direksi
Sesuai dengan penelitian Taylor dan Richardson (2014), keahlian pajak direksi
merupakan variabel dummy, diberi nilai 1 apabila setidaknya satu dari anggota direksi
memiliki setidaknya satu keahlian yang berhubungan dengan perpajakan dan 0 apabila
anggota direksi tidak memiliki keahlian apapun yang berkaitan dengan pajak. Sumber
informasi keahlian pajak direksi diambil dari profil dewan direksi di laporan tahunan
perusahaan
Keahlian pajak dalam penelitian ini antara lain pendiri kantor akuntan publik, pernah
bekerja sebagai akuntan publik, mempunyai pendidikan di bidang pajak dan akuntansi,
pernah menjabat sebagai auditor atau akuntan perusahaan, pernah menjabat sebagai atau
akuntan perusahaan, pernah bekerja di konsultan pajak, pernah bekerja sebagai
karyawan pajak perusahaan.
Dalam penelitian Taylor dan Richardson (2014) keahlian pajak didefinisikan sebagai
mereka yang memiliki keahlian pajak, misalnya tax accounting atau tax-related audit
wotk. Perbedaan dengan penelitian ini adalah keahlian akuntansi dianggap sebagai salah
satu keahlian pajak. Hal ini disebabkan karena bidang akuntansi berkaitan erat dengan
perpajakan, terutama dalam perusahaan Pada pengujian tambahan, akan dimasukkan
keahlian dengan kriteria yang lebih ketat yaitu hanya memiliki latar belakang pajak (tax
auditor, staf/manajer pajak, konsultan pajak)
b) Keahlian pajak dewan komisaris
Sesuai dengan penelitian Taylor dan Richardson (2014), keahlian pajak dewan
komisaris merupakan variabel dummy, diberi nilai 1 apabila setidaknya satu dari
anggota dewan komisaris, termasuk komisaris independen memiliki setidaknya satu
keahlian yang berhubungan dengan perpajakan dan 0 apabila anggota dewan komisaris
tidak memiliki keahlian apapun yang berkaitan dengan pajak. Sumber informasi
keahlian pajak dewan komisaris diambil dari profil dewan komisaris di laporan tahunan
perusahaan. Bentuk keahlian pajak sama seperti yang didefinisikan pada poin a
Dalam penelitian Taylor dan Richardson (2014) keahlian pajak didefinisikan sebagai
mereka yang memiliki keahlian pajak, misalnya tax accounting atau tax-related audit
wotk. Perbedaan dengan penelitian ini adalah keahlian akuntansi dimasukkan sebagai
salah satu keahlian pajak. Hal ini disebabkan karena bidang akuntansi berkaitan erat
Pengaruh karateristik ..., Adela Sharfina Hadrini, FEB UI, 2018
dengan perpajakan. Pada pengujian tambahan, akan dimasukkan keahlian dengan
kriteria yang lebih ketat yaitu hanya memiliki latar belakang pajak (tax auditor,
staf/manajer pajak, konsultan pajak)
c) Afiliasi pajak dewan direksi
Sesuai dengan penelitian Taylor dan Richardson (2014), afiliasi pajak dewan direksi
merupakan variabel dummy, diberi nilai 1 apabila setidaknya satu anggota direksi
memiliki afiliasi setidaknya dengan satu badan pajak dan 0 apabila tidak memiliki
afiliasi dengan badan pajak apapun. Data afiliasi pajak direksi diambil dari profil dewan
direksi di laporan tahunan perusahaan
Contoh bentuk afiliasi dewan direksi misalnya menjadi analis pajak pemerintah,
menjadi tim ahli pemerintah dalam ekonomi maupun perpajakan, pernah menjabat
sebagai ketua asosiasi profesi akuntansi atau perpajakan, pernah menjabat di
Kementrian Keuangan atau Direktorat Jenderal Pajak
Penelitian Taylor dan Richardson (2014) kriteria afiliasi pajak yang digunakan adalah
apabila board of directors memiliki afiliasi dengan setidaknya satu badan pajak
profesional, di Australia misalnya The Board of Taxation atau Institute of Taxation.
Dalam penelitian ini, ada beberapa badan pemerintahan yang dimasukkan sebagai
afiliasi misalnya Direktorat Jenderal Pajak, Kementrian Keuangan. Kriteria ini
dimasukkan dengan pertimbangan dewan direksi yang pernah menjabat di
pemerintahan, misalnya pernah menjadi kepala Kantor Pelayanan Pajak, pernah diberi
tanggungjawab untuk memaksimalkan pajak sebagai instrumen penerimaan negara,
sehingga ketika menjadi dewan direksi, maka anggota dewan direksi tersebut akan
menjaga reputasi dengan berhati-hati dalam mendorong perusahaan melakukan
penghindaran pajak
d) Afiliasi pajak dewan komisaris
Sesuai dengan penelitian Taylor dan Richardson (2014), afiliasi anggota dewan
komisaris dengan badan pajak merupakan variabel dummy, diberi nilai 1 apabila
setidaknya satu anggota dewan komisaris memiliki afiliasi setidaknya dengan satu
badan pajak dan 0 apabila tidak memiliki afiliasi dengan badan pajak apapun saat ia
menduduki jabatannya. Data keahlian pajak dewan komisaris diambil dari profil dewan
komisaris di laporan tahunan perusahaan. Bentuk afiliasi pajak dewan komisaris sama
seperti pada poin c
Penelitian Taylor dan Richardson (2014) kriteria afiliasi pajak yang digunakan adalah
apabila board of directors memiliki afiliasi dengan setidaknya satu badan pajak
Pengaruh karateristik ..., Adela Sharfina Hadrini, FEB UI, 2018
profesional, di Australia misalnya The Board of Taxation atau Institute of Taxation.
Dalam penelitian ini, ada beberapa badan pemerintahan yang dimasukkan sebagai
afiliasi misalnya Direktorat Jenderal Pajak, Kementrian Keuangan. Kriteria ini
dimasukkan dengan pertimbangan dewan direksi yang pernah menjabat di
pemerintahan, misalnya pernah menjadi kepala Kantor Pelayanan Pajak, pernah diberi
tanggungjawab untuk memaksimalkan pajak sebagai instrumen penerimaan negara,
sehingga ketika menjadi dewan komisaris, maka anggota dewan komisaris tersebut akan
menjaga reputasi dengan berhati-hati dalam mendorong perusahaan melakukan
penghindaran pajak.
e) Independensi Dewan Komisaris
Independensi dewan Komisaris diukur dengan pengukuran Hermawan (2009) seperti
pada tabel 2
Penelitian ini menggunakan sepuluh variabel kontrol yang mempengaruhi regresi dalam
penelitian ini. Variabel-variabel ini merupakan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
variabel dependen
Variabel kontrol pertama dari penelitian ini adalah ukuran perusahaan (SIZE) diukur
dengan log total aset perusahaan. Perusahaan yang memiliki total aset yang besar bisa
memanfaatkan penyusutan dan amortisasi untuk mengurangi taxable income. Karena itu,
semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin tinggi peluang untuk untuk melakukan
penghindaran pajak. Selain itu, Rego (2003) menemukan bahwa perusahaan yang lebih besar
dibandingkan perusahaan-perusahaan lain dapat mencapai economics of scale melalui
perencanaan pajak dan memiliki sumber daya dan insentif untuk mengurangi group tax.
Leverage dihitung dengan rumus long-term debt dibagi total aset (Taylor dan
Richardson, 2014). Menurut Rego (2003) Perusahaan yang memiliki Leverage yang lebih
tinggi memiliki ETR yang lebih rendah karena mereka menggunakan debt deductions untuk
mengurangi jumlah corporate tax yang dibayar.
Intensitas modal dihitung dengan rumus net property, plant, and equipment dibagi total
aset. Intensitas Persediaan dihitung dengan rumus Total Inventory dibagi menjadi Total
Assets. Perusahaan yang memiliki net property plant and equipment bisa memanfaatkan
depresiasi berdasarkan umur aset sebagai pengurang pajak, karena itu intensitas modal
berhubungan positif dengan penghindaran pajak (Stickney dan McGee, 1982). Sementara itu,
inventory digunakan sebagai substitusi untuk intensitas modal bagi perusahaan yang
inventory-intensive. Perusahaan yang inventory-intensives memiliki inntensitas pajak yang
Pengaruh karateristik ..., Adela Sharfina Hadrini, FEB UI, 2018
lebih rendah daripada perusahaan. Karena itu intensitas persediaan berhubungan negatif
dengan penghindaran pajak (Stickney dan McGee, 1982).
Tax heaven merupakan variabel dummy. Tax heaven dinilai 1 apabila perusahaan
setidaknya memiliki satu anak perusahaan yang ada di begara tax heaven. Negara tax heaven
yang dimaksud adalah menurut OECD (2006) antara lain negara Anguilla, Antigua and
Barbuda, Bahamas, Bahrain, Bermuda, Belize, British Virgin Islands, Cayman Islands, Cook
Islands, Cyprus, Dominica, Gibraltar, Grenada, Guernsey, Isle of Man, Jersey, Liberia, Malta,
Marshall Islands, Mauritius, Montserrat, Nauru, Netherlands Antilles, New Caledonia,
Panama, Samoa, San Marino, Seychelles, St. Lucia, St. Kitts and Nevis, St. Vincent and the
Grenadines, Turks and Caicos Islands and Vanuatu. Perusahaan bisa mengalihkan kegiatan
bisnisnya ke negara dengan kewajiban pajak yang rendah, sehingga kewajiban pajaknya
berkurang. Studi oleh Desai et al (2006) Desai dan Hines (2002), Sharmapala dan Hines
(2009) dan Taylor dan Richardson (2012) menemukan bahwa penggunaan tax heaven secara
positif berhubungan dengan penghindaran pajak perusahaan.
Return on assets dihitung dengan pre-tax income dibagi Total Asset. Return on assets
dimasukkan ke dalam variabel independen sebagai kontrol bagi operating performance
perusahaan (Gupta dan Newberry, 1997). Tidak ada prediksi angka untuk variabel ROA
karena hasil yang berbeda pada penelitian-penelitian sebelumnya. Hal ini disebabkan semakin
besar ukuran perusahaan, maka semakin besar political cost, disisi lain ada perhatian yang
lebih dari media dan otoritas pajak terhadap perusahaan besar (Zimmerman, 1983).
Big 4 audit firm (AUD) merupakan variabel dummy. Big 4 audit firm diberi nilai 1
apabila perusahaan menugaskan salah satu dari Big 4 audit firm sebagai pemeriksa dan 0
apabila perusahaan menugaskan non-big 4 audit firm sebagai pemeriksanya. Big 4 audit firm
digunakan sebagai kontrol untuk monitoring dan audit quality (Matsumura dan Tucker, 1992;
Rezaee, 2005). Penelitian sebelumnya mengenai big 4 audit firm menunjukkan hasil yang
berbeda sehingga tidak ada prediksi angka untuk variabel big 4 audit firm
Lama masa jabatan CEO dihitung dengan natural log tahun dimana CEO mulai
menjabat sebagaimana ada laporan tahunan dikurangi tahun CEO mulai memegang jabatan.
Lama masa jabatan CEO mencerminkan tingkat kekuatan manajerial dan pengalaman CEO
perusahaan. CEO yang memiliki pengaruh yang kuat memiliki kecenderungan untuk
menerima kompensasi lebih dan memiliki kontrol yang lebih kuat atas manajemen
perusahaan, yang bisa saja memiliki pengaruh terhadap manajemen resiko (Bugeja et al.,
2013). Karena adanya hasil yang berbeda, maka tidak ada prediksi hasil regresi untuk variabel
CEO.
Pengaruh karateristik ..., Adela Sharfina Hadrini, FEB UI, 2018
Carry forward tax losses merupakan dummy variable. CFTL dianggap 1 apabila ada
dan 0 apabila tidak ada. Penelitian oleh Dyreng et al. (2008) menemukan bahwa perusahaan
dengan CFTL memiliki kesempatan untuk menggunakan CFTL-nya di masa depan untuk
meng-offset penerimaan atas capital gain dan secara signifikan mengurangi jumlah pajak
yang mereka bayar. Karena itu, semakin tinggi nilai carry forward tax losses, maka semakin
tinggi tinggi tingkat penghindaran pajak perusahaan. Dalam hal ini, CFTL mencerminkan
aktivitas perencanaan pajak perusahaan, yang mengindikasikan perilaku penghindaran pajak
yang lebih besar (Dyreng et al. 2008).
Market to book value dihitung dengan menggunakan price to book ratio (Gupta dan
Newberry, 1997). Karena adanya hasil yang berbeda-beda berdasrkan beberapa penelitian,
penulis tidak membuat prediksi hasil dari regresi variabel ini.
Variabel kontrol terakhir yang digunakan adalah sektor Industri. Menurut Bursa Efek
Indonesia, perusahaan manufaktur dibagi menjadi tiga sektor industri, antara lain sektor
industri dasar dan kimia (basic industry and chemical), sektor aneka industri (miscellaneous
industry), dan sektor industri barang konsumsi (consumer goods industry). Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sektor industri dasar dan kimia dan sektor aneka
industri. Apabila perusahaan termasuk dalam golongan sektor industri dasar dan kimia, maka
diberi skor 1, apabila tidak termasuk berarti 0.
Apabila perusahaan termasuk dalam golongan sektor aneka industri, diberi nilai 1.
Apabila bukan, maka diberi nilai 0. Karena belum ada penelitian yang menjadi acuan, maka
tidak ada prediksi hasil regresi variabel ini
4 Analisis dan Pembahasan
4.1 Analisis Deskriptif Variabel
Berdasarkan tabel 1 perusahaan yang memiliki direksi dengan keahlian pajak adalah
sebesar 66%. Keahlian pajak tersebut antara lain memiliki latar belakang pendidikan pajak
atau akuntansi, pernah bekerja di Kantor Akuntan Publik, pemilik Kantor Akuntan Publik,
pernah bekerja sebagai akuntan atau auditor di perusahaan, pernah bekerja sebagai staf pajak
perusahaan, pernah menjabat sebagai internal auditor, pernah bekerja sebagai konsultan pajak,
Sementara itu, dewan komisaris yang memiliki keahlian pajak adalah sebesar 51% dari
jumlah observasi. Sebagian besar dari keahlian pajak yang dimiliki direksi dan komisaris
adalah memiliki latar belakang pendidikan pajak atau akuntansi dan pernah bekerja di Kantor
Akuntan Publik.
Dewan direksi yang memiliki afiliasi pajak adalah sebesar 4% dari seluruh sampel.
Afiliasi pajak yang ditemukan antara lain adalah pejabat di Kementrian Keuangan atau
Pengaruh karateristik ..., Adela Sharfina Hadrini, FEB UI, 2018
Direktorat Jenderal Pajak, pernah menjadi komisi pengawas pajak di pemerintahan,
pernah menjabat sebagai ketua IAI, pernah menyusun standar akuntansi pemerintah, menjabat
sebagai ketua ikatan konsultan pajak. Sedangkan untuk dewan komisaris, 12% dari seluruh
sampel memiliki afiliasi pajak, sebagian besar afiliasi yang ditemukan adalah direksi dan
komisaris pernah bekerja di Kementrian Keuangan atau Direktorat Jenderal Pajak.
Variabel ETR memiliki nilai rata-rata sebesar 0,2614. Menurut peraturan di Indonesia,
Tax Rate yang berlaku untuk Perusahaan adalah sebesar 25%. Artinya rata-rata perusahaan di
Indonesia sudah tertib membayar pajaknya. Semakin tinggi nilai ETR maka semakin tinggi
pajak yang dibayar sehingga semakin rendah nilai tax avoidance.Apabila current domestic
income tax memiliki nilai minus,dalam hal ini perusahaan memiliki tax benefit, maka seperti
Tabel 1 Statistik Deskriptif Variabel Utama
Variabel Dependen Min Max Mean Std. Dev ETR 0 3,2850 0,2614 0,3972 TABTD -0,8701 1,0187 0,0588 0,2070 Variabel Independen Min Max Mean Std. Dev BOARDSCORE 0,3333 1 0,5902 0,1202
Variabel Independen
Nilai 0 Nilai 1 Total n % n % N %
TAXEXPDIR 135 34% 264 66% 399 100% TAXEXPCOM 195 49% 204 51% 399 100% TAXAFFDIR 383 96% 16 4% 399 100% TAXAFFCOM 352 88% 47 12% 399 100% Variabel Kontrol n % n % N % THAV 371 93% 28 7% 399 100% AUD 233 58% 166 42% 399 100% CFTL 285 71% 114 29% 399 100% BASICINDUS 225 56% 174 44% 399 100% MISCINDUS 279 70% 120 30% 399 100% Variabel Kontrol Min Max Mean Std. Dev SIZE (In million) 7134 242.392.000 7.964.635 23.457.112 SIZE 9,8534 14,3845 12,2742 0,6944 CEO (Year) 1 45 10,0150 10,3329 CEO 0 1,6532 0,7611 0,4771 LEV 0 0,9899 0,1173 0,1783 INVINT 0 0,6325 0,2113 0,1288 CINT 0,0014 0,9005 0,3926 0,2046 MKBTK -1,2 45,2 2,6692 6,0142 ROA -0,2727 0,5295 0,0576 0,1229
Pengaruh karateristik ..., Adela Sharfina Hadrini, FEB UI, 2018
dalam penelitian Taylor dan Richardson (2014) nilai ETR diubah menjadi 0. Variabel
TABTD memiliki nilai rata-rata sebesar 0,0588. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan
rata-rata TABTD Taylor dan Richardson (2014), yaitu sebesar -0,003. semakin tinggi tingkat
penghindaran pajak perusahaan, maka semakin tinggi TABTD perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa penghindaran pajak di Indonesia lebih tinggi daripada Australia
Independensi dewan komisaris diukur dengan metode yang digunakan oleh Hermawan
(2009). Ada enam pertanyaan yang digunakan untuk mengukur independensi dewan
komisaris. Masing-masing pertanyaan dinilai dengan skor dan presentase. Skor 1 merupakan
skor minimum dengan independensi yang buruk, skor 3 merupakan indikator yang memiliki
skor baik.
Dari tabel 2 bisa dilihat bahwa dari 399 sampel, 85% perusahaan manufaktur sudah
memiliki presentase komisaris independen sebesar 30-50%. Hal ini sesuai dengan POJK no.
33 Tahun 2014, dimana dicantumkan bahwa apabila jumlah dewan komisaris terdiri dari
2(dua) orang, maka salah satunya harus merupakan komisaris independen, dan apabila dewan
komisaris lebih dari 2 (dua) orang, komposisi komisaris independen minimal 30%. Dari tabel
5.2 bisa disimpulkan bahwa sebagian besar perusahaan manufaktur sudah mematuhi peraturan
ini.
Kriteria yang masih perlu diperbaiki oleh perusahaan manufaktur adalah keberadaan komite
nominasi dan remunerasi dalam perusahaan manufaktur. Presentase perusahaan yang
memiliki komite nominasi dan remunerasi masih rendah yaitu sebesar 16%. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan manufaktur di Indonesia masih belum
memiliki komite nominasi dan remunerasi untuk menjalankan fungsi nominasi dan fungsi
remunerasi. Menurut POJK no. 34/POJK. 04/2014, mengenai Komite Nominasi dan
Remunerasi Emiten atau Perusahaan Publik, apabila perusahaan tidak memiliki komite
nominasi dan remunerasi maka fungsi nominasi dan remunerasi wajib dijalankan oleh Dewan
Komisaris. Dari tabel 2 bisa diketahui bahwa sebagian besar perusahaan di Indonesia masih
menggunakan dewan komisaris untuk menjalankan fungsi remunerasi dan nominasi.
Pengaruh karateristik ..., Adela Sharfina Hadrini, FEB UI, 2018