Post on 22-Mar-2019
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang khusus ditanam untuk
melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi. Selain itu, tanaman penutup
tanah juga digunakan untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah baik pada
sistem pergiliran tanaman maupun dalam sistem rehabilitasi lahan kritis. Menurut
Kartasapoetra (1989), terdapat beberapa syarat penggunaan tumbuhan sebagai
tanaman penutup tanah dan dipergunakan dalam sistem pergiliran tanaman, yaitu:
tidak menjadi kompetitor bagi tanaman utama dalam pemanfaatan
sumberdaya alam;
pertumbuhan cepat, rapat dan rimbun;
mampu bersaing dengan gulma;
tidak menjadi inang bagi hama dan penyakit yang dapat menyerang
tanaman utama.
Menurut Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan (1986), beberapa
peran tanaman penutup tanah adalah menahan atau mengurangi kerusakan akibat
butiran hujan dan aliran air di permukaan tanah; menambah bahan organik tanah;
dan melakukan transpirasi yang mengurangi kadar air tanah saat kadar air tanah
tinggi. Menurut Arsyad (2000), peningkatan kandungan bahan organik tanah
akibat adanya tanaman penutup tanah dapat memperbaiki sifat tanah, seperti
meningkatkan ketahanan struktur tanah, memperbesar kemampuan tanah untuk
menyerap dan menahan air hujan yang jatuh, serta menambah unsur hara.
Osche et al. dalam Arsyad (2000) mengelompokkan tanaman penutup tanah
menjadi lima bagian berdasarkan bentuknya, yaitu :
Tanaman penutup tanah rendah (rumput, tanaman menjalar dan tanaman
merambat),
Tanaman penutup tanah sedang (berupa semak),
Tanaman penutup tanah tinggi (pohon-pohonan),
Tumbuhan rendah alami, dan
Rumput penggangu.
4
Menurut Arsyad (2000), tanaman dari genus leguminosa lebih sesuai
dijadikan sebagai tanaman penutup tanah karena dapat bersimbiosis dengan
bakteri Rhizobium sp. untuk menambat nitrogen dalam tanah. Menurut Nugroho
(2008), Secara umum legum mempunyai ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai bintil akar yang dapat berfungsi sebagai penyubur tanah.
b. Daunnya berbentuk kecil-kecil dan bersirip tunggal.
c. Buahnya termasuk buah polong.
d. Bunganya berbentuk kupu-kupu.
e. Pada legum spesies pohon biasanya berakar tunggang, sedangkan legum
yang bukan spesies pohon berakar serabut.
f. Mampu mengikat nitrogen bebas dari udara.
g. Legum tropik biasanya bersifat perennial (hidup lebih dari satu tahun).
h. Sifat tumbuhnya merayap dan membelit batang-batang dapat
mengeluarkan akar dari tiap ruas batangnya. Ada juga spesies legum yang
tumbuh tegak.
Beberapa spesies legum yang biasa digunakan sebagai penutup tanah
diantaranya adalah Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides, Pueraria
javanica, Crotalaria juncea, dan Crotalaria usaramoensis.
Centrosema pubescens (Benth.)
Centrosema pubescens merupakan tanaman perdu yang berasal dari
Amerika selatan. Tanaman ini mempunyai tulang daun yang menyirip, helai daun
berjumlah 3 buah, memiliki bunga yang berwarna ungu. Polong Centrosema
pubescens berwaran hijau dengan panjang 9-17 cm. Setiap polong umumnya
menghasilkan 12-20 biji yang berwarna coklat (Gambar 1.)
Centrosema pubescens tahan terhadap naungan dan sangat cocok dijadikan
sebagai tanaman sela di perkebunan, serta dapat tumbuh dengan baik pada daerah
dengan iklim tropis maupun subtropis. Tanaman ini juga dapat tumbuh subur pada
tanah yang miskin hara serta resisten terhadap kekeringan, namun
pertumbuhannya terhambat pada keadaan tergenang (Skerman, 1977).
Centrosema pubescens hidup pada daerah yang mempunyai ketinggian
kurang dari 250 m dpl dengan curah hujan tahunan lebih dari 1.270 mm dan dapat
5
tumbuh dengan baik pada tanah yang mempunyai struktur ringan sampai sedang.
Keunggulan tanaman ini adalah dapat di tanam pada tanah yang kurus dan masam
tanpa menggunakan pupuk buatan, dapat menghasilkan daun yang banyak dan
batangnya tidak membentuk kayu walaupun umur tanaman sudah mencapai 18
bulan (Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan, 1986).
Gambar 1. Centrocema pubescens Benth. : (a) Daun, (b)Bunga, (c) Polong,
(d) Benih
Berdasarkan hasil penelitian dari Sutedi et al. (2005), Centrosema
pubescens dapat tumbuh dengan baik pada musim kemarau maupun musim hujan
dibandingkan dengan spesies Centrosema lainnya. Hal tersebut ditunjukkan
berdasarkan penampakan warna daun, pembungaan, dan pembentukan biji.
Calopogonium mucunoides (Desv.)
Calopogonium mucunoides merupakan tanaman yang merambat, menjalar
dengan batang ditutupi bulu-bulu halus, tumbuh dengan cara membelit atau
memanjat. Calopogonium mucunoides dapat tumbuh sepanjang tahun, namun
tidak tahan terhadap kemarau panjang dan genangan air. Curah hujan tahunan
1125 mm atau lebih merupakan curah hujan yang baik untuk pertumbuhan
Calopogonium mucunoides (Skerman, 1977).
Calopogonium mucunoides mempunyai daun yang membulat dengan helai
daun berjumlah tiga helai dan mempunyai bunga yang berwarna ungu. Polong
Calopogonium mucunoides berwarna kuning kecoklatan dengan bentuk pipih dan
pendek berukuran sekitar 3-4 cm. Setiap polong berisi 4-8 biji berwarna coklat
muda atau coklat tua (Gambar 2).
Calopogonium mucunoides dapat membentuk hamparan dengan
ketinggian sekitar 45 cm (Rukmana, 2005). Dalam satu tahun, daun yang jatuh
6
dari tanaman ini dapat mencapai 7 ton/ha, sedangkan total produksi hijauannya
dapat mencapai 10 ton/ha, bahkan dapat meningkat hingga 15 ton/ha pada puncak
produksi (Fanindi dan Prawiradiputra, 2003).
Gambar 2. Calopogonium mucunoides Desv. : (a) Daun, (b) Bunga, (c) Polong,
(d) Benih
Hasil penelitian dari Hidayati et al. (2006), menunjukkan adanya potensi
dari Calopogonium mucunoides, dalam membersihkan logam kontaminan pada
limbah penambangan emas. Berdasarkan penelitian tersebut, Calopogonium
mucunoides mampu menyerap logam dengan konsentrasi tinggi, namun tidak
dapat memproduksi biomassa dengan tinggi pada limbah penambangan emas.
Menurut Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan (1986),
keunggulan Calopogonium mucunoides diantaranya adalah:
Menghasilkan bahan organik yang tinggi karena produksi daunnya yang
tinggi (dalam waktu enam bulan mampu membentuk hamparan setebal
±60 cm).
Membentuk akar-akar yang keluar dari setiap buku batang, sehingga baik
untuk penutup tanah dan pencegah erosi.
Dapat mencegah pertumbuhan alang-alang dan semak-semak liar.
Pueraria javanica (Benth.)
Pueraria javanica merupakan tanaman penutup tanah dengan batang
melilit atau merambat. Tanaman ini menpunyai panjang sulur sekitar 1-3 m,
membentuk akar yang dalam pada tiap bukunya bila tumbuh menjalar, dapat
tumbuh pada tanah yang miskin hara dan tahan terhadap naungan yang ringan
maupun penyinaran penuh (Skerman, 1977).
7
Menurut Rukmana (2005), setiap buku dari Pueraria javanica dapat
memiliki banyak cabang dan dapat membentuk hamparan dengan ketinggian
mencapai 60-75 cm. Pueraria javanica mempunyai daun majemuk dengan tiga
helai anak daun per tangkai. Daun muda dari tanaman ini ditutupi bulu berwarna
cokelat. Tanaman ini memiliki bunga seperti kupu-kupu berwarna ungu kebiru-
biruan. Polong tanaman ini pipih sedikit melengkung dengan panjang kurang dari
10 cm. Produksi hijauan bahan kering dari Pueraria javanica berkisar antara 5-10
ton per hektar. Bagian-bagian tanaman Pueraria javanica dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3. Pueraria javanica Benth.: (a) Daun, (b) Bunga, (c) Polong,
(d) Benih
Crotalaria juncea L.
Crotalaria juncea merupakan tanaman perdu dengan tinggi 1-2 meter.
Tanaman ini memiliki cabang, namun tidak banyak menghasilkan daun,
batangnya tidak keras dan mempunyai sifat yang cepat melapuk. Crotalaria
juncea tahan terhadap pemangkasan dan dapat tumbuh pada tanah kritis terutama
pada daerah dataran rendah (Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan,
1992).
Pada Gambar 4 dapat dilihat bentuk tanaman, bunga, polong, serta biji
Crotalaria juncea. Bunga tanaman ini berwarna kuning dan muncul berkelompok
pada ujung batang. Crotalaria juncea memiliki polong yang bulat berwarna hijau
ketika masih muda dan berubah menjadi coklat ketika sudah masak. Setiap polong
terdiri dari 10-12 biji yang pipih dan membentuk huruf C berwarna coklat
kehitaman.
8
Gambar 4. Crotalaria juncea L. : (a) Tanaman, (b) Bunga, (c) Polong,
(d) Benih
Selain digunakan sebagai tanaman penutup tanah, Crotalaria juncea juga
berpotensi sebagai pupuk hijau. Hasil penelitian Sugiyanta (2007), menunjukkan
bahwa pada bulan ketiga Crotalaria juncea yang dijadikan sebagai pupuk hijau
pada pertanaman padi telah melapuk 63.5% dan melepas 84% N, 87 % P, dan
83% K.
Menurut Cook dan White (1996), saat ini Crotalaria juncea banyak
digunakan sebagai bahan pembuatan kertas dan media tanam untuk penanaman di
dalam pot. Selain itu, Crotalaria juncea juga digunakan sebagai pupuk hijau
untuk memperbaiki sifat tanah dan mengurangi serangan nematoda pada akar.
Crotalaria usaramoensis (Baker F.)
Crotalaria usaramoensis umumnya mempunyai tinggi 1-1,5 meter.
Tanaman ini mempunyai banyak cabang, daunnya merupakan daun trifoliet,
bunganya berwarna kuning dan muncul berkelompok pada ujung batang, seperti
bunga pada Crotalaria juncea. Polong Crotalaria usaramoensis memiliki ukuran
3-4 cm dengan bentuk yang membulat pada ujung polong (Gambar 5).
Gambar 5. Crotalaria usaramoensis Baker F. (a) Tanaman, (b) Bunga,
(c) Polong
9
Menurut Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan (1992),
Crotalaria usaramoensis dapat tumbuh pada dataran tinggi yang tandus atau
kritis, dimana tanaman pupuk hijau lainnya tidak dapat tumbuh. Tanaman ini juga
tahan terhadap kekeringan dan tahan terhadap hujan yang berkepanjangan. Pada
musim kemarau, batang Crotalaria usaramoensis mengering, tetapi kuncup baru
segera muncul pada permulaan musim hujan berikutnya.
Soil-Sement
Soil-Sement merupakan emulsi polimer berwarna putih pekat dan kental.
Menurut PM10 (2007), Soil-Sement biasa digunakan dalam pengendalian erosi
dan stabilisasi tanah. Soil-Sement dapat membentuk ikatan yang sangat baik
dengan permukaan tanah dan mempunyai fleksibilitas yang baik. Hal tersebut
disebabkan oleh fomulasi yang terdapat dalam Soil-Sement merupakan formulasi
polimer molekul yang tersusun dari molekul-molekul yang menempel pada rantai
yang relatif lurus dan saling berikatan di antara rantai lain, sehingga panjangnya
dapat mencapai 1.000.000 molekul. Umumnya struktur molekul minyak, kalsium,
resin dan aspal hanya berkisar antar 100 sampai 10.000 molekul. Hal tersebut
mengakibatkan soil-sement dapat memiliki sifat yang kuat sepeti baja namun
lentur seperti karet.
Gambar 6. Soil Sement
Beberapa keunggulan Soil-Sement diantaranya adalah :
Tidak mengandung bahan organik terdeteksi polisiklik (POM) yang meliputi
hidrokarbon aromatik polynuclear (PAH).
Aman bagi lingkungan, tidak beracun, tidak korosif, tidak mudah terbakar
dan tidak mencemari air tanah.
10
Memiliki efek kumulatif dan menciptakan kestabilan permukaan.
Meningkatkan kekuatan dukung beban semua spesies tanah dan permukaan.
Mencegah perembesan air dari permukaan.
Menurut Midwest Industrial Supply (2006), beberapa karakter fisik dan
kimia dari Soil-Sement adalah sebagai berikut :
Formula: Aqueous Acrylic Vinyl Acetate Polymer Emulsion
Titik lebur pada tekanan 760 mm Hg : 212 ° F
Tekanan uap pada suhu 20 ° C : 17 mmHg
Gravitasi Spesifik atau Kerapatan Bulk: 1,01-1,15
Tampilan : Larutan berwana putih susu
Aroma : Karakteristik Acrylic
pH: 4.0-9.5
Stabilitas: Stabil