Post on 31-Jan-2020
86 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLAK UKUR
DALAM PENGUKURAN KINERJA KARYAWAN
PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE
WAY JEPARA LAMPUNG TIMUR
Sugiono
Mail : goldhunter007@gmail.com
STIE Lampung Timur
ABSTRAK
The balanced scorecard is a framework, a language that communicates vision,
mission, and strategy to all employees about the key determinants of success now
and in the future. In addition, the Balanced Scorecard also emphasizes that the
measurement of financial and non-financial performance of this study uses
descriptive techniques with a qualitative approach.
The purpose of this study is to find out how the performance of PT. FIF reviewed
the perspective of the balanced scorecard as a benchmark in measuring employee
performance.
In the financial aspect, the results were quite satisfactory, namely an increase of
3% - 5.7%, this was caused by the measurement technique using the balanced
scorecard method which was quite reliable.
Non-financial aspects, experience a good increase because in each foreign
perspective and presence get positive results so that the profitability of up to 4% -
8.7%, it means that the performance of employees in the good category
Performance measurement on the financial perspective on profitability ratios is
considered quite good because ROE in December 2018 has decreased while ROI
and Profit margins are considered stable.
Key Word: Balanced Scorecard, ROE and ROI.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Didalam sistem pengendalian
manajemen pada suatu organisasi
bisnis, pengukuran kinerja
merupakan usaha yang dilakukan
pihak manajemen untuk
mengevaluasi hasil-hasil kegiatan
yang telah dilaksanakan oleh pusat
dibandingkan dengan tolak ukur
yang telah ditetapkan. Pengukuran
kinerja merupakan salah satu faktor
yang sangat penting bagi perusahaan
karena pengukuran kinerja
merupakan usaha memetakan
strategi
kedalam tindakan pencapaian target
tertentu. Sistem pengukuran kinerja
87 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
dapat dijadikan sebagai alat
pengendalian organisasi, karena
pengukuran kinerja diperkuat dengan
menetapkan reward dan punishment
system .
Sistem pengukuran kinerja
dalam manajemen tradisional
ditekankan pada aspek keuangan,
karena ukuran keuangan ini mudah
dilakukan sehingga kinerja personal
yang diukur hanya berkaitan dengan
aspek keuangan. Sistem pengukuran
yang dilakukan terhadap karyawan
FIF Way Jepara menitikberatkan
pada kinerja terhadap para
karyawan/pegawai lembaga
keuangan tersebut. Pada aspek
keuangan memang umum dilakukan,
ada beberapa kelebihan dan
kelemahan dalam sistem pengukuran
tradisional yang menitikberatkan
pada aspek keuangan. Kelebihannya
adalah orientasinya pada keuntungan
jangka pendek dan hal ini akan
mendorong manajer lebih banyak
memperbaiki kinerja perusahaan
jangka pendek. Sedangkan
kelemahannya adalah terbatas
dengan waktu, mengungkapkan
prestasi keuangan yang nyata tanpa
dengan adanya suatu pengharapan
yang dapat dilihat dari faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya
prestasi itu sendiri, dan
ketidakmampuan dalam mengukur
kinerja harta tak tampak (intangible
asset) dan harta intelektual
(sumberdaya manusia) perusahaan.
Oleh karena adanya beberapa
kelemahan tersebut, maka muncul
ide untuk mengukur kinerja non
keuangan. Penilaian kinerja dengan
menggunakan data non keuangan,
antara lain meliputi: besarnya pangsa
pasar dan tingkat pertumbuhannya,
kemampuan perusahaan
menghasilkan produk yang digemari
oleh konsumen, pengembangan dan
penilaian karyawan termasuk tingkat
perputaran karyawan, citra
perusahaan di mata masyarakat,
tingkat ketepatan waktu perusahaan
untuk menepati jadwal yang telah
ditetapkan, persentase barang/jasa
rusak selama produksi, banyaknya
keluhan pelanggan dan pemberian
garansi bagi pelanggan. Hal ini
mendorong Kaplan dan Norton untuk
merancang suatu system pengukuran
kinerja yang lebih komprehensif
yang disebut dengan Balanced
Scorecard.
88 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
Kinerja karyawan merupakan
suatu fungsi dari motivasi dan
kemampuan untuk menyelesaikan
beban tugas atau pekerjaan setiap
karyawan/pegawai dalam sebuah
perusahaan. Suatu perusahaan dalam
mencapai tujuannya tentunya harus
memiliki jalur melalui sarana
organisasi yang terdiri dari sumber
daya yang berperan aktif sehingga
perusahaan akan terpenuhi dalam
pencapaian target dalam
menjalankan usahanya, sesuai
dengan job dan bidang sebagai
lembaga pembiayaan. Sedangkan
pendapat lain Kinerja karyawan
merupakan hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya. Dengan
demikian kinerja karyawan adalah
kadar pencapaian tugas-tugas yang
membentuk pekerjaan karyawan
sehingga seberapa baik karyawan
memenuhi persyaratan sebuah
pekerjaan.
Balanced Scorecard dinilai
cocok untuk organisasi sektor publik
karena tidak hanya menekankan pada
aspek kuantitatif-finansial, tetapi
juga aspek kualitatif dan
nonfinansial. Hal tersebut sejalan
dengan sector publik yang
menempatkan laba bukan hanya
sebagai ukuran kinerja utama, namun
pelayanan yang cenderung bersifat
kualitatif dan nonkeuangan. .
Bentuk usaha kongkrit
(nyata) guna mendorong peningkatan
kinerja karyawan dengan cara
peningkatan kemampuan kerja,
sehingga karyawan mampu
melaksanakan tugas pekerjaannya
dengan baik dan penuh
tanggungjawab. Pekerjaan yang
dilakukan dengan baik, dengan
kemampuan kerja dan sesuai dengan
jenis pekerjaan yang dibebankan
oleh perusahaan. Berkaitan dengan
karakter individu karyawan itu
sendiri, tentunya memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda-beda,
diantaranya : pengetahuan,
pengalaman, keterampilan, bakat,
kepribadian dan pendidikan. Oleh
karena itu, perlu penyesuaian antara
kemampuan individu dengan
pekerjaan yang diberikan oleh
perusahaan sehingga akan
meningkatkan kinerja individual
yang berkualitas.
89 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
Terlepas dari bidang kinerja
sebuah perusahaan maupun
karyawan, lembaga ini juga bergerak
dibidang pembiayaan baik berupa
barang elektronik, otomotif,
pembiayaan modal usaha bahkan
sampai dengan jenis barang komoditi
lainnya. Adapun PT. FIF Way Jepara
merupakan sebuah lembaga non
bank, akan tetapi lembaga ini tetap
berhubungan dengan sistem
perbankan atau pada sebuah lembaga
asuransi lainnya sehingga dalam
menjalankan usahanya lembaga ini
tetap memiliki izin operasional dan
badan hukum yang jelas, sehingga
dalam aktivitasnya baik perusahaan,
staf/karyawan dan pelanggan
mendapatkan jaminan asuransi sesuai
dengan kesepakatan kedua belah
pihak.
PT Federal Internasional
Finance (FIF) Way Jepara Lampung
Timur adalah perusahaan
pembiayaan yaitu badan usaha di
luar bank dan lembaga keuangan
bukan bank yang khusus didirikan
untuk melakukan kegiatan yang
termasuk dalam bidang usaha
lembaga pembiayaan. Berikut adalah
aktivitas karyawan sebagai proses
dalam pengukuran kinerja karyawan
PT Federal International Finance
(FIF) Way Jepara Tahun 2018.
Efektivitas kerja karyawan
dikatakan baik apabila volume
kehadiran staf dan karyawan
mencapai mencapai rata-rata diatas
90%, dengan berbagai macam
kriteria dan alasan tidak hadir dari
masing-masing individu terdapat
ketidakhadiran tersebut yaitu : tidak
hadir karena sakit, kepentingan
keluarga, acara keluarga, acara
keagamaan dan tidak hadir tanpa
keterangan.
Selain pengukurannya pada
tingkat kehadiran, banaced scorecard
juga memiliki peranan yang sangat
penting untuk mengukur tingkat
kinerja perusahaan karena dengan
sistem balancedscorecard tingkat
pengukuran dapat dilakukan lebih
efektif dan telah banyak beberapa
perusahaan menggunakan sistem ini.
Teknik pengukuran tersebut bukan
hanya pada sistem kinerja saja
melainkan dapat dilakukan untuk
pengukuran pada bidang keuangan,
keuntungan, laba perusahaan, tingkat
retensi karyawan, retensi pelanggan,
bidang bisnis serta tidak terlepas
90 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
dengan sistem perspekti
pertumbuhan dan pembelajaran.
Dengan demikian bahwa
tingkat kehadiran karyawan
merupakan bagian yang sangat
penting dalam aktivitas perusahaan,
sehingga dengan kehadiran yang
tinggi dapat dikatakan pada nilai
positif bagi masing-masing karyawan
sebagai bentuk disiplin dalam
bekerja dan akan menghasilkan
output (kinerja) yang baik.
Berdasarkan uraian latar
belakang, maka dalam penelitian ini
penulis tertarik untuk mengambil
judul : “Penerapan Balanced
Scorecard Sebagai Tolak Ukur
Dalam Pengukuran Kinerja
Karyawan PT Federal International
Finance (FIF) Way Jepara Lampung
Timur”.
TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja
Mangkunegara (2009:18).
Tingkat keberhasilan suatu kinerja
meliputi aspek kuantitatif dan
kualitatif dengan memberikan
pengertian bahwa kinerja atau
prestasi kerja adalah hasil atau
tingkat keberhasilan seseorang secara
keseluruhan selama periode tertentu
di dalam melaksanakan tugas
dibandingkan dengan berbagai
kemungkinan, seperti standar hasil
kerja, target atau sasaran atau kriteria
yang telah ditentukan terlebih dahulu
dan disepakati bersama. Pengertian
kinerja adalah hasil evaluasi terhadap
pekerjaan yang dilakukan oleh
karyawan dibandingkan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya, yaitu
keberhasilan organisasi dalam
menjalankan misi yang dimilikinya
yang dapat diukur dari tingkat
produktivitas, kualitas layanan,
responsivitas, responsibilitas, dan
akuntabilitas.
Menurut Wibowo (2009:77)
menyebutkan bahwa kinerja berasal
dari kata performance yang berarti
hasil pekerjaan atau prestasi kerja.
Namun perlu dipahami bahwa
kinerja itu bukan sekedar hasil
pekerjaan atau prestasi kerja, tetapi
juga mencakup bagaimana proses
pekerjaan itu berlangsung dengan
mengkaji bahwa kinerja merupakan
singkatan dari kinetika energi kerja
yang persamaannya dalam Bahasa
Inggris adalah performance. Kinerja
adalah keluaran yang dihasilkan oleh
fungsi-fu ngsi atau indikator-
91 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
indikator suatu pekerjaan atau suatu
profesi dalam waktu tertentu.
Berdasarkan pengertian
kinerja dari beberapa pendapat para
ahli tersebut, dapat ditafsirkan bahwa
kinerja karyawan erat kaitannya
dengan hasil pekerjaan seseorang
dalam suatu organisasi, hasil
pekerjaan tersebut dapat menyangkut
kualitas, kuantitas dan ketepatan
waktu.
Standar Kinerja Menurut Wibowo
(2009:77) antara lain :
1. Standar Kinerja Standar kinerja
merupakan tingkat kinerja yang
diharapkan dalam suatu
organisasi, dan merupakan
pembanding (benchmark) atau
tujuan atau target tergantung
pada pendekatan yang diambil.
Standar kerja yang baik harus
realistis, dapat diukur dan
mudah dipahami dengan jelas
sehingga bermanfaat baik bagi
organisasi maupun para
karyawan (Abdullah,
2014:114)Standar kinerja
menurut Wilson (dalam Da
Silva, 2012:53) adalah tingkat
yang diharapkan suatu pekerjaan
tertentu untuk dapat
diselesaikan, dan merupakan
pembanding (benchmark) atas
tujuan atau target yang ingin
dicapai, sedangkan hasil
pekerjaan merupakan hasil yang
diperoleh seorang karyawan
dalam mengerjakan pekerjaan
sesuai persyaratan pekerjaan
atau standar kinerja.
2. Fungsi Standar Kinerja Standar
kinerja memilikii fungsi antara
lain:
a. Sebagai tolok ukur
(benchmark) untuk
menentukan keberhasilan dan
ketidakberhasilan kinerja
ternilai
b. Memotivasi karyawan agar
bekerja lebih keras untuk
mencapai standar. Untuk
menjadikan standar kinerja
yang benar-benar dapat
memotivasi karyawan perlu
dikaitkan dengan reward atau
imbalan dalam sistem
kompensasi.
c. Memberikan arah
pelaksanaan pekerjaan yang
harus dicapai, baik kuantitas
maupun kualitas.
92 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
d. Memberikan pedoman
kepada karyawan berkenaan
dengan proses pelaksanaan
pekerjaan guna mencapai
standar kinerja yang
ditetapkan.
3. Persyaratan Standar Kinerja agar
dapat digunakan sebagai tolok
ukur (benchmark), yaitu :
a. Terdapat hubungan yang
relevan dengan strategi
organisasi.
b. Mencerminkan keseluruhan
tanggung jawab karyawan
dalam melaksanakan
pekerjaannya.
c. Memperhatikan pengaruh
faktor-faktor di luar kontrol
karyawan.
d. Memperhatikan teknologi dan
proses produksi.
e. Sensitif, dapat membedakan
antara kinerja yang dapat
diterima dan yang tidak dapat
diterima.
f. Memberikan tantangan
kepada karyawan.
g. Realistis, dapat dicapai oleh
karyawan
h. Berhubungan dengan waktu
pencapaian standar.
i. Dapat diukur dan ada alat
ukur untuk mengukur
pencapaian standar.
4. Penilaian Kinerja Terdapat 2
(dua) syarat utama yaitu :
- Adanya kriteria kinerja yang
dapat diukur secara objektif
- Adanya objektivitas dalam
proses evaluasi.
Menurut Sondang Siagian
(2012:211) menjelaskan bahwa bagi
individu penilaian kinerja berperan
sebagai umpan balik tentang
berbagai hal seperti kemampuan,
keletihan, kekurangan dan
potensinya yang pada gilirannya
bermanfaat untuk menentukan
tujuan, jalur, rencana dan
pengembangan karirnya. Sedangkan
bagi organisasi, hasil penilaian
kinerja sangat penting dalam
kaitannya dengan pengambilan
keputusan tentang berbagai hal
seperti identifikasi kebutuhan
program pendidikan dan pelatihan,
rekrutmen, seleksi, program
pengenalan, penempatan, promosi,
sistem balas jasa, serta berbagai
93 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
aspek lain dalam proses manajemen
SDM.
Berdasarkan kegunaan tersebut,
maka penilaian yang baik harus
dilakukan secara formal berdasarkan
serangkaian kriteria yang ditetapkan
secara rasional serta diterapkan
secara objektif serta
didokumentasikan secara sistematik.
Dengan demikian, dalam melakukan
penilaian atas prestasi kerja para
pegawai harus terdapat interaksi
positif dan kontinyu antara para
pejabat pimpinan dan bagian
kepegawaian. Untuk mempertegas
dan memperjelas bagaimana
penilaian kinerja dalam suatu
organisasi dapat menghasilkan
individu-individu yang berkualitas.
Sedangkan menurut Sondang
(2009;69) Pengukuran kinerja
merupakan salah satu faktor yang
sangat penting bagi perusahaan,
karena pengukuran tersebut
digunakan sebagai dasar untuk
menyusun sistem anggaran terhadap
jasa bagi karyawannya. Pengukuran
kinerja merupakan proses dalam
mengukur kemampuan seseorang
yang bukan hanya pada sektor
keuangan semata, melainkan pada
faktor-faktor yang berhubungan pada
perusahaan tersebut. Menurut
Mangkunegara (2009;87)
Kinerja karyawan merupakan hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang karyawan
dalam melaksanakan tugasnya.
Dipertegas oleh Simamora
(2010:239), kinerja adalah kadar
pencapaian tugas-tugas yang
membentuk pekerjaan karyawan
sehingga seberapa baik karyawan
memenuhi persyaratan sebuah
pekerjaan.
Berikut Karakteristik karyawan yang
mempunyai kinerja tinggi antara lain
:
1. Berorientasi pada prestasi,
karyawan yang kinerjanya
tinggi memiliki keinginan yang
kuat membangun sebuah
mimpi tentang apa yang
mereka inginkan tentang
dirinya.
2. Percaya diri, karyawan yang
memiliki kinerja yang tinggi
memiliki sikap mental positif
yang mengarahkan untuk
bertindak dengan tingkat
percaya diri yang tinggi.
94 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
3. Pengendalian diri, karyawan
yang kinerjanya tinggi
mempunyai rasa disiplin diri
yang tinggi.
4. Kompetensi, karyawan yang
kinerjanya tinggi telah
mengembangkan kemampuan
spesifik atau kompensasi
berprestasi dalam daerah
pemilihan mereka.
Dari beberapa pendapat diatas,
bahwa pengukuran kinerja
merupakan suatu proses penilaian
dalam kemajuan pencapaian tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan
oleh organisasi atau lebaga
perusahaan guna mendukung
pencapaian misi organisasi atau
perusahaan termasuk dalam menilai
efisiensi dan efektifitas dari aktivitas
yang dilakukan oleh perusahaan
dengan memperhatikan dari berbagai
aspek kemampuan yang dimiliki oleh
individu karyawan itu sendiri.
Sedangkan pada sektor finansial
secara umum proses manajemen
keuangan juga akan memiliki hal
yang sangat penting, sehingga
pengukuran kinerja tersebut lebih
efektif dan efisien.
Sistem Pengukuran Kinerja Sektor
Publik
Sistem pengukuran kinerja
sektor publik adalah suatu sistem
yang bertujuan untuk membantu
manajer publik menilai pencapaian
suatu strategi melalui alat ukur
finansial dan non finansial. Sistem
pengukuran kinerja dapat dijadikan
sebagai alat pengendalian organisasi,
karena pengukuran kinerja dapat
diperkuat dengan menetapkan
reward and punishment. Mardiasmo
(2010:291). Pengukuran kinerja
sektor publik dilakukan untuk
memenuhi pengukuran kinerja sektor
publik dimaksudkan untuk
memperbaiki kinerja karyawan untuk
dapat membantu pemerintah
berfokus pada tujuan dan sasaran
program unit kerja. Hal ini pada
akhirnya akan meningkatkan
efisiensi dan efektifitas organisasi
sektor publik.
Manfaat Pengukuran Kinerja
Sektor Publik
Menurut Lynch dan Cross
(2009;85), manfaat sistem
pengukuran kinerja yang baik adalah
sebagai berikut:
95 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
1. Menelusuri kinerja terhadap
harapan pelanggan sehingga akan
membawa perusahaan lebih dekat
kepada pelanggannya dan
membuat seluruh orang dalam
organisasi terlibat dalam upaya
memberi kepuasan kepada
pelanggan.
2. Memotivasi pegawai untuk
melakukan pelayanan sebagai
bagian dari mata rantai
pelanggan dan pemasok internal.
3. Mengidentifikasi berbagai
pemborosan sekaligus
mendorong upaya-upaya
pengurangan terhadap
pemborosan tersebut (reduction
of waste).
4. Membuat suatu tujuan strategis
yang biasanya masih kabur
menjadi lebih konkrit sehingga
mempercepat proses
pembelajaran.
Konsep Pengukuran Kinerja
Tradisional
Konsep tradisional
merupakan konsep pengukuran
kinerja yang sering sekali digunakan
perusahaan karena mudah dalam
melakukan penilaiannya Menurut
Mulyadi dan Jhoni Setiawan
(2009;119), ukuran keuangan tidak
dapat menggambarkan kondisi riil
perusahaan di masa lalu dan tidak
mampu menuntun sepenuhnya
perusahaan kearah yang lebih baik,
serta hanya berorientasi jangka
pendek. Namun sistem pengukuran
tradisional yang digunakan selama
ini kurang menyediakan informasi
yang dibutuhkan untuk mengukur
dan mengelola semua
kompetensi yang memicu
keunggulan kompetitif organisasi
bisnis. Giri (2009;143). Hal ini
menyebabkan manajer tidak
mengetahui sampai seberapa jauh
pengaruh yang ditimbulkan akibat
strategi yang telah diterapkan.
Balanced Scorecar
Konsep Balanced Scorecard
Balanced scorecard
merupakan suatu kerangka kerja,
suatu bahasa yang
mengkomunikasikan visi, misi, dan
strategi kepada seluruh karyawan
tentang kunci penentu sukses saat ini
dan masa datang. Selain itu,
Balanced Scorecard juga
menekankan bahwa pengukuran
kinerja keuangan maupun non
keuangan tersebut haruslah
96 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
merupakan bagian dari sistem
informasi seluruh karyawan baik
manajemen tingkat atas maupun
tingkat bawah. Balanced scorecard
menekankan bahwa semua ukuran
finansial dan non finansial harus
menjadi bagian system informasi
untuk para pekerja di semua tingkat
perusahaan. Balanced scorecard
berbeda dengan sistem pengukuran
kinerja tradisional yang hanya
bertumpu pada ukuran kinerja
semata.
MenurutYuwono (2010;218)
Balanced scorecard adalah suatu
pendekatan untuk mengukur kinerja
yang akan menilai kinerja keuangan
dan kinerja bukan keuangan.
Pemikiran dari Balanced Scorecard
adalah mengukur kinerja serta target
perusahaan dari sudut pandang yang
berbeda. Pada konsep Balanced
scorecard tidak hanya aspek
keuangan (finance) saja yang
menjadi tolak ukur inerja
perusahaan, ada tiga sudut
pengukuran lain yang juga
diperhitungkan aspek tersebut yaitu,
Customer, Internal Business Process
dan Learning & Growth.
Menurut Kaplan dan Norton
(2010;102) Balanced Scorecard
terdiri dari 2 kata, yaitu Scorecard
dan Balanced
Scorecard.
Yaitu kartu yang digunakan
untuk mencatat skor hasil kinerja
seseorang yang nantinya digunakan
untuk membandingkan dengan hasil
kinerja yang sesungguhnya.
Balanced.
Yaitu menunjukkan bahwa
kinerja personel atau karyawan
diukur secara seimbang dan
dipandang dari 2 aspek yaitu
keuangan dan non keuangan, jangka
pendek dan jangka panjang dan dari
segi intern maupun ekstern.
Dari definisi tersebut
pengertian sederhana dari Balanced
Scorecard adalah kartu skor yang
digunakan untuk mengukur kinerja
dengan memperhatikan
keseimbangan antara sisi keuangan
dan non keuangan, jangka panjang
dan jangka
pendek.
Balanced Scorecard.
Perkembangan di dalam dunia bisnis
saat ini semakin kompetitif sehingga
menyebabkan persaingan yang luar
97 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
biasa. Selain itu juga membuat
perubahan dalam hal lainnya seperti
produksi, pemasaran, pengelolaan
sumber daya manusia (SDM) serta
bagaimana cara penanganan suatu
transaksi pada suatu perusahaan
dengan para pelanggan atau antara
perusahaan dengan perusahaan yang
lainnya.
Akibat dari permasalahan
tersebut maka manajemen harus bisa
mengkaji ulang pedoman yang
selama ini telah di gunakan supaya
dapat bertahan serta bisa terus
mengembangkan usahanya di dalam
persaingan yang semakin ketat ini.
Akibatnya pengukuran atau penilaian
suatu kinerja adalah salah satu faktor
yang penting di dalam suatu
perusahaan.
Sejak awal, pemahaman
mengenai pengukuran kinerja pada
suatu organisasi merupakan hal yang
sangat penting dan vital. Dengan
hasil pengukuran kinerja yang baik
maka akan menciptakan sebuah
informasi mengenai keberadaan
bisnis tersebut serta bagaimana hal
tersebut dilakukan dan dimana itu
terjadi.
Singkatnya pengukuran kinerja
merupakan kartu laporan bagi sebuah
perusahaan. Untuk mengukur kinerja
tersebut, salah satu alat pengukuran
kinerja yang baik adalah Balanced
Scorecard.
Balanced Scorecard atau
BSC merupakan suatu sistem
manajemen strategi (Strategic Based
Responsibility Accounting System)
yang menjelaskan mengenai misi
serta strategi dari suatu perusahaan
ke dalam tujuan operasional dan
tolok ukur kinerja perusahaan
tersebut.
Scorecard sendiri memiliki
makna kartu skor. Maksudnya yaitu
kartu skor yang akan di gunakan
dalam merencanakan skor yang di
wujudkan pada masa yang akan
datang. Sedangkan balanced
memiliki makna berimbang, yang
artinya dalam mengukur kinerja
seseorang atau suatu organisasi harus
di ukur secara seimbang dari dua
sudut pandang seperti keuangan dan
non keuangan, jangka panjang dan
jangka pendek, intern dan ekstern.
Balanced Scorecard
merupakan suatu mekanisme pada
sistem manajemen yang mampu
98 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
menerjemahkan visi serta strategi
organisasi ke dalam suatu tindakan
yang nyata di lapangan. Sehingga
balanced scorecard menjadi salah
satu alat manajemen yang terbukti
membantu banyak perusahaan dalam
mengimplementasikan strategi
bisnisnya.
Gambar 1 : Balanced Scorecard Sebagai Kerangka Kerja
Sumber : Kaplan (2009)
Dari keterangan gambar
diatas dapat disimpulkan, bahwa
Balanced Scorecard
diimplementasikan sebagai bentuk
bangunan sebuah fondasi dalam
merancang suatu visi perusahaan dan
mengkomunikasikannya terhadap
para karyawan dalam bentuk kinerja,
sehingga dalam menetuikan dan
perencanaannya dapat dijadikan
suatu pembelajaran yang akan
menghasilkan suatu umpan balik dari
dari perusahaan terhadap kinerja
karyawan, sehingga akan dapat
membuat suatu perencanaan yang
matang sesuai dengan sasaran dan
tujuan perusahaan, serta proses
pengukuran akan dapat dilakukan
secara keseimbangan dalam
menmghasilkan kinerja yang baik.
Teknik Pengukuran Balanced
Scorecard
Mulyadi (2009;185) bahwa
sasaran strategic dirumuskan untuk
mencapai visi dan tujuan organisasi
melalui strategi yang telah dipilih
perlu ditetapkan ukuran dalam
pencapaiannya. Terdapat 2 (dua)
ukuran dalam mengukur
99 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
keberhasilan pencapaian sasaran
strategic yaitu :
1. Ukuran Hasil.
Ukuran yang menunjukkan
tingkat keberhasilan pencapaian
sasaran strategic
2. Ukuran Pemacu
Ukuran pemacu kerja merupakan
ukuran yang disebabkan hasil
yang telah dicapai.
Teknik pengukuran Balanced
Scorecard adalah mengukur secara
seimbang antara perspektif yang satu
dengan yang lainnya dengan tolok
ukur masing-masing perspektif.
Digunakan, sejauhmana sasaran
strategic dapat seimbang disemua
perspektif..
Pemberian Skor pada table
keseimbangan adalah skor standar,
jika aspek dalam kinerja adalah
“baik”
Tabel : Ratting Scale
Skor Nilai
-1 Kurang
0 Cukup
1 Baik
Sumber : Mulyadi (2009)
Berikut digambarkan tabel kriteria keseimbangan
Tabel : Kriteria Keseimbangan
Perspektif Sasaran Strategik Ukuran Hasil Ukuran Pemicu
Kinerja
Score
Perspektif
Keuangan
Pertumbuhan Pendapatan
perubahan biaya
Pertumbuhan Biaya
Penurunan Biaya
Revenue Mix
Cycle efecvenes
1
1
Perspektif
Pelanggan
Brand Equity
Meningkatnya kualitas
layanan costumer
Costumeracquisition
Costumer retention
Costumer satisfaction
Bertambahnya
nasabah baru
Depth of relation
ship
Berkurangnya
jumlah keluhan
1
1
1
Perspektif
Bisnis
Internal
Peningkatan Kualitas
Proses layanan pelanggan
Jumlah penanganan
keluhan
Peningktanan
pendapatan
Respons time
Semakin
sedikitnya
keluhan nasabah
1
1
1
Perspektif
Pembelajaran
dan
Pertumbuhan
Meningkatnya komitmen
karyawan
Meningkatnya kapabilitas
karyawan
Retensi karyawan
Pelatihan karyawan
Berkurangnya
jml karyawan
keluar selama
mengikuti
pelatihan
1
1
Total skor 10
Sumber : Mulyadi (2009)
100 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
Aspek-Aspek yang diukur Dalam
balancedscorecard
1. Perspektif Keuangan
Secara tradisonal yaitu laporan
keuangan merupakan indikator
tang merefleksikan akibat dari
implementasi dan eksekusi
strategi dalam satu periode.
a. Ukuran Kinerja
Ukuran kinerja Finansial
memberikan petunjuk,
apakah strategi perusahaan
implementasi dan
pelaksanaannya memberikan
kontribusi atau tidak terhadap
peningkatan laba perusahaan
b. Growt (Bertumbuh)
Tahapan awal siklus
kehidupan perusahaan,
dimana perusahaan memiliki
produk atau jasa secara
signifikan memiliki potensi
pertumbuhan yang baik
c. Sustain (Bertahan)
Tahap kedua dimana
perusahaan masih melakukan
investasi dengan
mengisyaratkan tingkat
pengembalian terbaik
2. Perspektif Pelanggan
a. Employee Capabilities
:Bagaimana para pegawai
menyumbangkan tenaganya
untuk perusahaan
b. Information system
capabilities : Dengan
kemampuan sistem yang
memadai kebutuhan seluruh
tingkat manajemen dan
pegawai yang akurat dan
tepat waktu dengan baik.
c. Motivation, Empowerment :
menjamin proses yang
berkesinambungan terhadap
upaya pemberian motivasi
dan inisiatif yang sebesar-
besarnya.
3. Perspektif Busines Internal :
a. Proses Inovasi : Unit Bisnis
meneliti kebutuhan
pelanggan yang sedang
berkembang dan menciptakan
produk jasa yang memenuhi
kebutuhan tersebut.
b. Proses Operasi : proses untuk
membuat produk/jasa
aktivitas dalam proses terbagi
menjadi 2 bagian yaitu :
pembuatan produk dan
101 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
[enyampaian produk kepada
peanggan
c. Proses Pelayanan Purna Jual :
Jasa pelayanan terhadap
pelanggan setelah penjualan
produk/jasa tersebut
dilakukan.
4. Perspektif Pembelajaran dan
pertumbuhan
Kaplan (2009)
mengungkapkan, bahwa betapa
pentingnya organisasi bisnis untuk
terus mempertahankan karyawannya,
memantau kesejahteraan, dan
meningkatkan pengetahuannya.
Adapun perspektif ini terdapat 3
(tiga) konsep yaitu :
a. Komprohensif. Yaitu dimana
proses konsep yang beranggapan
bahwa perusahaan menganggap
perspektif keuangan adalah
perspektif yang tepat untuk
mengukur kinerja perusahaan
b. Koheren. Yaitu mewajibkan
personal membangun hubungan
sebab akibat diantara sasaran
yang dihasilkan dalam
perencanaan strategik.
c. Seimbang. Yakni keseimbangan
sasaran strategik yang dihasilkan
dari empat perspektif yang
meliputi jangka pendek dan
jangka panjang pada faktor
internal dan eksternal
Disimpulkan, bahwa dalam
proses pengukuran
balancedscorecard harus selalu
memperhatikan unsur-unsur dan
persepktif dalam penentuan tingkat
dalam pengukuran, sehingga tidak
terlepas dari keempat proses sebagai
kerangka konsep kerja
balancedscorecard.
Kerangka Fikir
102 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
METODE PENELITIAN
Bentuk dan jenis yang digunakan
penulis dalam penelitian ini
menggunakan teknik deskriptif
dengan sistem pendekatan kualitatif
sebagaimana dikatakan Nawawi
(2008:96) dengan memusatkan
perhatian terhadap masalah atau
fenomena sesuai dengan fakta
bertujuan untuk mengetahui
bagaimana penerapan balanced
scorecard sebagai tolak ukur dalam
pengukuran kinerja karyawan PT.
Federal International Finance (FIF)
Way Jepara lampung Timur.
Populasi, Sampel dan Teknik
Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh karyawan PT. FIF. Way
Jepara yang berjumlah 18 karyawan.
Karena jumlah populasinya kurang
dari 100 maka seluruh populasi di
jadikan sampel penelitian dengan
teknik sampling Jenuh.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara dan dokumentasi
untuk mendapatkan data yang
relevan dengan penelitian yang
dilakukan peneliti berkenaan dengan
perspective balanced scorecard.
Teknik Analisa Data
Sedangkan untuk
mengetahui biaya anggaran dan
margin pembiayaan digunakan alat
analisis biaya dan margin
pengukuran (cost marjin analysis)
yaitu dengan menghitung besarnya
biaya, keuntungan dan target
persahaan dan didistribusikan kepada
masyarakat sebagai nasabah /
pelanggan.
Kaplan (2009:88)
mengungkapkan bahwa pengukuran
kinerja sebuah perusahaan bila
ditinjau dari beberapa perspektif
keuangan, perspektif pelanggan,
perspektif bisnis internal, dan
perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran mampu mengukur
kinerja pada suatu perusahaan.
Berikut sistem pengukuran
kepercayaan tehadap suatu
perusahaan :.
1. Perspektif Keuangan
Return On Investment
Laba Bersih
ROI = ----------------- x 100%
Total Aktiva
103 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
Return On Equity
Laba Bersih
ROI = ----------------- x 100%
Modal sendiri
Profit Margin
Laba Bersih
Profit margin = ----------------
- x 100%
Penjualan
2. Perspektif Pelanggan
Jml.
keluhan
Retensi Pelanggan = ----------
------------ x 100%
Jml.
Pelanggan
3. Perspektif Bisnis Internal
Jml.
karyawan
Tingkat LTO = -----------------
-------------- x 100%
Jml. Rata-
rata karyawan
4. Perspektif Pembelajaran dan
Pertumbuhan
Proses penilaian kinerja ditinjau dari
aspek proses (melalui kepentingan
dan kepuasan) meliputi data interval
yang diukur dengan skala likert yaitu
1 – 5
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Penilaian Kinerja Karyawan FIF
Way Jepara
PT. FIF Way Jepara
merupakan lembaga pembiayaan
bukan bank yang bergerak dibidang
keuangan baik secara kredit barang
maupun membiayai kebuthan
masyarakat dalam memiliki sebuah
produk barang dan jasa. FIF Way
jepara selama ini menyusun dan
melaporkan sebuah laporan kinerja
dalam bentuk akuntabilitas yang
disampaikan lembaga pusat
pembiayaan (FIF) Pusat.
Pengukuran kinerja sebagai
lembaga keuangan ini menggunakan
standar pengukuran yang disusun
setiap bulan selanjutnya
direkapitulasi selama setahun untuk
disampaikan dan dilaporkan ke pusat
pembiayaan sebagai induk
merupakan pencapaian target dari
jumlah nasabah yang menggunakan
jasa pelayanan pembiayaan.
Tabel : Ukuran Hasil dan ukuran Pemacu Kinerja Karyawan FIF Way Jepara
Perspektif Sasaran strategik Ukuran Hasil Ukuran Pemacu
Kinerja Skor
Perspektif
Keuangan
Pertumbuhan
Pendapatan
Perubahan Biaya
Pertumbuhan
Pendapatan
Penurunan Biaya
Revenue mix
Cycle
effectiveness
1
1
Perspektif
Pelanggan
Brand Equity
Meningkatnya kualitas
layanan
Costumer
Costumer aquisition
Costumer retention
Satisfaction
Bertambahnya
nasabah baru
Defth of
relationship
1
1
104 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
Perspektif Sasaran strategik Ukuran Hasil Ukuran Pemacu
Kinerja Skor
Berkurang jumlah
keluhan
1
Perspektif Bisnis
Internal
Peningkatan
Kualitas Proses
layanan nasabah
Jml penanganan
keluhan
Pendapatan dari
nasabah respon times
Semakin
sedikitnya jml
kelihan
Ketepayan
melayani
1
1
1
Perspektif
Pembelajaran dan
Pertumbuhan
Meningkatnya
komitmen karyawan
Meningkatnya
kapabiliyas karyawan
Retensi karyawan
Pelatihan karyawan
Berkurangnya jml
karyawan keluar
Mengikuti
pelatihan
1
1
Jumlah Skor 10
Sumber : Kaplan, 2009
Penilaian kinerja ini
dilakukan dengan membandingkan
ratio dari bulan kebulan yang
mecapai nilai ideal meskipun hanya
pada tingkat rata-rata 77.43%, maka
nilai tersebut diberi nilai 1 karena
dalam kategori nilai baik.
Aspek Keuangan
Pembobotan perspektif balanced
scorecard, merupakan pengukuran
kinerja komprehensif yang meliputi
aspek keuangan dan non keuangan:
1. Aspek Keuangan
Langkah awal dengan
menentukan bobot masing-masing
perspektif untuk mencapai tujuan
utama yang ditetapkan dengan
memberikan bobot pada
perspektif keuangan dab
perspektif pelanggan sebesar 30%
2, Aspek Non Keuangan
Yaitu dengan menentukan
pembobotan terhadap perspektif
bisnis internal dan perspekti
pertumbuhan dan pembelajaran
dengan nilai 20 % dengan
dukungan dengan pengembangan
produk dan promosi.
Adapun penilaian aspek keuangan
dan perspektif pelanggan yang
diperoleh dari responden :
Tabel : Current asset FIF Way Jepara
Januari Februari Maret
Aktiva 125.000.000 125.000.000 125.000.000
Laba Bersih 35.000.000 35.000.000 35.000.000
% CR 4.83 5..17% 8.56%
Rata-rata 3.81.611 5.39% 8.13 %
Sumber : Data diolah
102 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
Dari hasil tabel aspek keuangan diperoleh dengan hasil pada setiap bulannya yaitu
per 3 bulan dengan meliputi as[rl lruangan yaitu perspektif pelanggan, setelah
nenetapkan jumlah keuangan maka dihitung dengan menggunakan teknik
perhitungan sebagai berikut :
Perspektif Keuangan
Laporan pada Bulan Januari – Maret 2018, diperoleh hasil sebagai berikut :
Laba Bersih Rp 35.000.000
ROI = ------------------------ x 100% = ----------------------x 100% = 28%
Total Aktiva Rp 125.000.000
Laba Bersih Rp 35.000.000
ROE = ----------------------- x 100% = ----------------------x100%= 36.45%
Modal sendiri Rp 96.000.000
Laba bersih Rp 35.000.000
Profit margin = -------------------x 100% = ----------------------x100% = 4.48%
Penjualan = Rp 78.000.000
Tabel .Rekapitulasi Perspektif
Keuangan PT. FIF Way Jepara
Periode Bulan
Januari – Maret 2018
No Keterangan Rata-rata
Hasil
1 ROI 28%
2 ROE 36.45%
3 Profit Margin 4.48%
Data diolah 2019
Dari tabel diatas diperoleh
bahwa penggunaan Balanced
Scorecard yang ditunjukkan oleh
time series, angka yang dihasilkan
menunjukkan hasil yang positif. Pada
perspektif keuangan dimana tiga
indikator yaitu ROI, ROE, dan
Profit Margin dari bulan Januari –
Maret 2018 mengalami kenaikan
yang cukup stabil.
Pada tingkat ROI (Return On
Investmen) PT. FIF mengalami
peningkatan yang cukup stabil pada
kisaran 5% dan prosentase tersebut
menjelaskan pengembalian pada
perusahaan dikatakan baik. Tingkat
ekuitas ROE (Return On Equity) dari
bulan Januari – Maret 2018
mengalami peningkatan yang cukup
baik yaitu pada laba bersih hingga
mencapai diatas 3% dari 3 (tiga)
bulan sebelumnya. Sedangkan pada
tingkat Profit margin. Dari bulan
105
103 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
Januari sampai dengan Maret 2018
sama mengalami peningkatan, hal ini
disebabkan tingkat permintaan
nasabah meningkat dan secara
otomatis laba perusahaanpun akan
meningkat.
Perspektif Pelanggan
Pada perspetif pelanggan ini pada
setiap bulannya mengalami jumlah
yang berbeda :
a. Pada bulan Januari jumlah
pelanggan mencapai 136 orang
dan jumlah keluhan sekitar 17
orang.
b. Bulan Februari jumlah
pelanggan menurun diangka 124
dengan jumlah keluhan
sebanyak 21 orang
c. Bulan Maret mengalami
kenaikan jumlah pelanggan
mencapai 178 orang dengan
jumlah keluhan 15 orang
Dari data yang diperoleh, jumlah
pelanggan dalam waktu 3 (tiga)
bulan mencapai 438 dan jumlah
keluhan sebanyak 53 keluhan.
Sehingga hasil rata-rata diperoleh
yaitu :
Jml. Keluhan 18
Retensi pelanggan = --------------------- x 100% ------------x 100% = 12.32%
Jml. Pelanggan 146
Jml.Pelanggan 146
Akuisisi pelanggan= ----------------------x100% ----------- x 100% = 82%
Bulan Terakhir 178
Jml. Keluhan 18
Kepuasan pelanggan=--------------------- x 100% -----------x 100% = 4.19%
Jml. Total 438
Laba bersih Rp 35.000.000,-
Profitabilitas = ------------------- = ---------------------- = Rp 11.666.666
3 Bulan 3
2.Aspek Non Kruangan
Pada aspek non keuangan,
pengukuran dengan bukan hanya
pada bidang keuangan saja, akan
tetapi harus tetap
mempertimbangkan dari beberapa
perspektif lagi yakni perspektif
bisnis internal, perspektif
106
104 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
pertumbuhan dan pembelajaran, serta
dengan tingkat kehadiran karyawan
dalam menganalisis validasi jawaban
responden.
Tabel . Rekapitulasi Perspektif
Pelanggan PT. FIF Way Jepara
Periode Bulan
Januari – Maret 2018
No Keterangan Rata-rata
Hasil
1 Retensi Pelanggan 12.32%
2 Akuisisi Pelanggan 82%
3 Kepuasan
Pelanggan
4.19%
4 Profitabilitas
Pelanggan (Rp)
11.666.666
Data diolah 2019
Dari tabel diatas pada
persepektif pelanggan pertumbuhan
retensi pelanggan dari bulan Januari
sampai Maret 2018 mengalami
peningkatan yang stabil, peningkatan
rata-rata sampai dengan 7 %, hal ini
disebabkan pelanggan yaitu nasabah
yang terus bertambah dari setiap
bulannya.
Pada tingkat akuisisi
pelanggan meningkat hingga 9% dan
pada bulan berikutnya yaitu Februari
mengalami penurunan hanya
meningkat diangka 3%. Sedangkan
pada kepuasan pelanggan
menghasilkan hasil yang stabil,
dimana setiap bulannya meningkat
1.74% disebabkan jumlah pelanggan
bertambah meskipun jumlah keluhan
mengikuti kenaikan juga.
Selanjutnya profitabilitas pelanggan
mengalami pertumbuhan fluktuatif
yang disebabkan menurunnya pada
bulan Februari dibandingkan dengan
pertumbuhan pada bulan Maret akan
tetapi hal tersebut tetap pada posisi
yang cukup baik.
Perspektif Bisnis Internal
Perspektif ini menjelaskan tentang
bagaimana sistem produktivitas yang
dilakukan oleh masing-masing
karyawan dalam mencapai tujuan
perusahaan. Adapun dalam
memperoleh hasil tersebut yaitu laba
bersih pada waktu 3 bulan dibagi
jumlah karyawan yaitu Rp
35.000.000/18 = Rp 1.944.444,-
angka ini dalam hitungan
kenaikan/penurunan setiap bulannya
Tabel. Rekapitulasi Balanced
Scorecard PT. FIF Way
Jepara Bulan Januari -
Maret 2018
No Keterangan Rata-rata Hasil
1 Produktivitas
(Rp)
1.944.444
Data diolah 2019
Pada perspektif ini hasil
produktivitas yang dilakukan pada
periode Januari sampai Maret
107
105 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
mengalami pertumbuhan yang
kurang maksimal, hal ini disebabkan
terjadinya peningkatan beban biaya
tinggi sementara biaya yang
dikeluarkan tetap berjalan, hal
demikian penurunan timbul akibat
jumlah pelanggan menurun pada
bulan Maret.
Perspektif Pertumbuhan dan
pembelajaran
Tabel. Rekapitulasi Balanced
Scorecard PT. FIF Way Jepara
Periode Bulan
Januari – Maret 2018
N
o Keterangan
Bulan
Jan.
2018
Feb.
2018
Mar.
2018
1 Kepuasan
Karyawan
1.72% 1.74% 1.68%
2 Retensi
Karyawan
8 8.66 11.45
3 Produktivit
as
Karyawan
(Rp)
24.672
.673
26.236
.175
28.614
.454
Data diolah 2019
Dari hasil rekapitulasi
perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran, bahwa retensi
karyawan, kepuasan kerja, dan
produktivitas kerja, mengalami
peningkatan sebesar 0.66%,
sementara pada bulan Maret tingkat
retensi mecapai 2.79% hal demikian
terjadinya karyawan yang keluar.
Sementara tingkat kinerja karyawan
diukur dengan absensi dapat
dikatakan cukup baik. Absensi sejak
Januari-Maret 2018 mengalami
fluktuatif, sehingga dapat dikatakan
kinerja karyawan pada PT. FIF
dikategorikan baik.
Sedangkan tingkat
produktivitas kinerja dapat dikatakan
baik hinga mencapai Rp 26.507.768
dimulain dari bulan Januari hingga
Maret. Sedangkan puncak laba bersih
terjadi pada Bulan Maret hingga
mencapai Rp 28.614.454, sehingga
peningkatan tersebut dikategorikan
baik.
Interprestasi Hasil Penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian
dari 4 (empat) perspektif dalam
pengukuran kinerja dengan Balanced
Scorecard diperoleh peningkatan
hasil yang baik, sehingga
pengukuran dengan metode tersebut
dapat dilakukan secara efektif dan
efisien baik dari segi keuangan,
pelanggan, bisnis maupun dari segi
pertumbuhan dan pembelajaran
secara keseluruhan menunjukkan
hasil yang meningkat serta dalam
ketegori baik.
108
106 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1 Penerapan Balanced
Scorecard memberikan
informasi kinerja FIF Way
Jepara yang tidak meliputi
perspektif keuangan saja,
melainkan pada non
keuangan juga seperti
perspektif pelanggan,
perspektif bisnis internal,
perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan.
2 Pada aspek keuangan
diperoleh hasil yang cukup
memuaskan yakni dengan
peningkatan mencapai 3% -
5.7% hal ini disebabkan oleh
tehnik pengukuran dengan
metode balanced scorecard
cukup diandalkan.
3 Aspek non keuangan,
menglami penigkatan yang
baik karena pada asing-
masing perspektif dan
kehadiran memperoleh hasil
yang positif sehingga pada
profitabilitas hingga
mencapai 4% - 8.7%, maka
mengandung arti kinerja
karyawan dalam kategori
baik
4 Pengukuran kinerja pada
perspektif keuangan pada
rasio profitabilitas dinilai
cukup baik dikarenakan ROE
bulan Maret 2018 mengalami
penurunan sedangkan ROI
dan Profit margin dinilai
stabil
Saran-saran
1. PT. FIF sebaiknya tetap
menerapkan metode
balanced scorecard,
sehingga akan dapat
dijadikan sebagai alat dalam
pengukuran kinerja
perusahaan sehingga
diperoleh hasil yang
komprehensif untuk semua
perspektif.
2. dalam pengambilan
keputusan sebaiknya
manajemen puncak
memperhatikan pada hasi
analisis kinerja berbasis
balanced scorecard yang
telah di lakukan.
109
107 Jurnal DINAMIKA Vol. 5 No. 2 – Desember2019 | ISSN:2460-3643
DAFTAR PUSTAKA
Giri, 2009. Konsep dan Teknik
Kinerja Potensial. Gafika
Artendo. Jakarta.
Husen Umar, 2008. Penerapan
Teknik Dalam Menganalisa
Budaya Masyarakat. Rieneka
Cipta jakarta
J. Setiawan, 2009. Bentuk dan
Strategi Berorganisasi
Displan. Arto Media
Semarang
Kaplan. 2007. Balanced scorecard,
Menerapkan Strategi
Menjadi Aksi , Erlangga,
Jakarta.
--------- 2008. Putting the Balanced
Scorecard Menerapkan
Strategi Menjadi Aksi.
Erlangga Jakarta.
Linch and Cross. 2009. The building
of trading. Us the perfect
Unicom
Mangkunegara, 2009. Kapasitas
Kinerja Dalam
Berorganisasi. Rieneka
Jakarta
Mardiasmo, 2007. Akuntansi Sektor
Publik. UPP STIM, YKPM
Yogyakarta
Mulyadi. 2009, Strategic
Manajement System dengan
Pendekatan Balanced
Scorecard , Majalah
Usahawan, Jakarta.
---------. 2009. Balanced Scorecard ,
Alat Manajemen
Kontemporer Untuk Pelipat
Ganda Kinerja Keuangan
Perusahaan. Salemba Empat,
Jakarta
Nawawi, 2008. Metode
Penyampaian Teknik
Kualitatif/Kuantitatif Dalam
Hubungannya. Ghalia media
Jakarta.
Rivai. 2009. Kualitas dan pelayanan
Kinerja Perusahaan. Rieneka
Cipta Jakarta.
--------- 2009. Psikologi
Komunikasi. Bandung
Rosdakarya.
Singarimbun, 2010. Konsep Dan
Pemahaman Dalam
Berorganisasi. Balai Pustaka
Jakarta
Soemarso, 2007. Pengukuran
Tingkat Kepuasan
Pelanggan. Rieneka Cipta
Jakarta
Sondang, 2009. Toleransi Kinerja
Dan Kelembagaan, Erlangga
Jakarta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Administrasi, Alfabeta.
Bandung.
----------. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R
& D. Alfabeta. Bandung.
Widayanto, 2009. Terobosan Dalam
Pengukuran Kinerja
Perusahaan. “Usahawan No.
12 Jakarta
Yuwono, 2009. Teknik Pengukuran
Balanced scorecard disable.
Media Antariksa, Jakarta
110