Post on 19-Nov-2021
PENERAPAN AKAD-AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT
UGT SIDOGIRI CABANG SAWANGAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
EKO SUPRIYANTO
NIM: 1112046100076
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437H/ 2016
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Hari ini Kamis, 29 Desember 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Eko Supriyanto
2. NIM : 1112046100076
3. Jurusan : Perbankan Syariah
4. Judul Skripsi : Penerapan Akad-akad Pembiayaan Murabahah Pada BMT
UGT Sidogiri Cabang Sawangan
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan atau kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 Desember 2016
PANITIA UJIAN:
1. Ketua : AM. Hasan Ali, M.A (........................................)
NIP. 19751201 200501 1 005
2. Sekretaris : Dr. Abdurrauf, M.A (........................................)
NIP. 19731215 200501 1 002
3. Pembimbing : Dr. Hasanudin, M.Ag. (........................................)
NIP. 19610304 1995031001
4. Penguji I : AM. Hasan Ali, M.A (........................................)
NIP. 19751201 200501 1 005
5. Penguji II : Nurul Handayani, S.Pd, M,Pd (........................................)
NIP. 19710113 199903 2 001
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Eko Supriyanto
NIM : 1112046100076
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Perbankan Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggung jawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa seizin pemilik karya.
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melakukan pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan sanksi yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Jakarta, 26 Desember 2016
Eko Supriyanto
v
ABSTRAK
Eko Supriyanto, NIM 1112046100076 Penerapan Akad-akad Pembiayaan
Murabahah Pada BMT UGT Sidogiri Cabang Sawangan program studi
Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembiayaan akad
murabahah pada BMT UGT Sidogiri Cabang Sawangan dengan fatwa DSN-MUI.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat dekriptif-analisis.
Data dalam penelitian kualitatif diperoleh melalui hasil wawancara dan
dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan akad pembiayaan
murabahah pada BMT UGT Sidogiri Cabang Sawangan telah sesuai dengan fatwa
DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000. Dalam transaksi murabahah di BMT UGT
Sidogiri Cabang Sawangan, setelah pihak BMT menyetujui permohonan dengan
melihat kelengkapan dokumen atau berkas yang menjadi syarat administrasi
kemudian pihak BMT mewakalahkan (memberi kuasa) pembelian barang yang
diinginkan anggota kepada anggota itu sendiri. Setelah barang telah dibeli oleh
anggota maka anggota memberitahukan kepada pihak BMT, by phone, bahwa dia
telah membeli barang tersebut. Pada saat itu barulah terjadi proses penawaran dari
pihak BMT kepada anggota, sehingga akad murabahah dilakukan setelah barang
sudah menjadi milik BMT yang mana pembeliannya diwakalahkan kepada
anggota. Hal ini dibolehkan atau dengan kata lain telah sesuai dengan prinsip
syariah.
Kata kunci: BMT, Murabahah, wakalah, fawa DSN
Pembimbing: Dr. Hasanuddin,M.Ag.
Daftar Pustaka: Tahun 1998 s.d 2015
vi
ABSTRACT
Eko Supriyanto, NIM 1112046100076 Penerapan Akad-akad Pembiayaan
Murabahah Pada BMT UGT Sidogiri Cabang Sawangan Islamic Banking study
program, Faculty of Economics and Business, State Islamic University Syarif
Hidayatullah Jakarta.
This study aims to determine the application of the financing murabaha
contract at BMT UGT Sidogiri Branch Sawangan with DSN-MUI fatwa. This
study is a qualitative research that is descriptive-analysis. Data in qualitative
research obtained through interviews and documentation.
These results indicate that the application of the murabaha financing
agreement on BMT UGT Sidogiri Sawangan Branch has been in accordance with
the DSN-MUI fatwa No. 04 / DSN-MUI / IV / 2000. In a murabaha transaction in
BMT UGT Sidogiri Branch Sawangan, after the BMT approves the application to
see documents or files into the administrative requirements then the BMT
mewakalahkan (authorize) the purchase of the desired goods to members of the
members themselves. Once the goods have been purchased by members of the
members notify the BMT, by phone, that he had bought the goods. At that moment
occurred the bidding process of the BMT to members, so murabahah made after
the goods had belonged BMT which purchase diwakalahkan to members. It is
permissible, or in other words in accordance with Islamic principles.
Keywords : BMT, Murabaha, wakalah, fatwa DSN
Supervisor : Dr. Hasanuddin, M.Ag.
Bibliography : 1998 s.d 2015
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
Nama : Eko Supriyanto
Tempat/Tanggal Lahir : Brebes, 25 September 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl. Mangga RT/RW: 007/002 Kel. Grinting
Kec. Bulakamba Kab. Brebes Jawa Tengah
Telepon : 085642943637
Email : supriyantoeko25@gmail.com
B. Latar Belakang Pendidikan Formal
2000-2006 : MI Ibtidaiyyah Islamiyyah Grinting
2006-2009 : MTs PPM Darunnajat Bumiayu
2009-2012 : MA PPM Darunnajat Bumiayu
C. Keorganisasian
1. Ketua Bagian Keamanan PPM Darunnajat (2010-2011)
2. Ketua Panitia PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) PPM Darunnajat (2011)
3. Kepala Divisi Perekonomian Forum Silaturrahmi Santri Darunnajat (2013-
2014)
4. Anggota bagian Komunikasi dan Informasi DEMA-FSH (2014-2015)
5. Wakil Ketua KKN Piala (2015)
6. Pengurus Harian Galeri Investasi IPOT FSH-UIN Jakarta (2015)
7. Anggota Divisi Kajian dan Riset COINS (2015-2016)
8. Kepala Bagian Pemasaran Sharia Banking Training Center (2016)
9. Anggota GP Ansor Cabang Tangerang Selatan (2016)
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil‟alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya khususnya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Shalawat serta salam senantiasa dipanjatkan kepada Rasulullah, Nabi Muhammad
SAW yang telah mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang
terang benderang ini. Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat
kelulusan Strata (S-1) Konsentrasi Perbankan Syariah Program Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak pihak yang
memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat dan terima kasih atas segala kepedulian
mereka yang telah memberikan bantuan, baik moril, kritik, saran, masukan,
dorongan semangat, doa maupun pemikiran dalam penulisan skripsi ini. Oleh
karena itu, perkenankan penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., selaku dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak A.M Hasan Ali, MA., selaku Ketua Program Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak Dr. Abdurrauf, MA., selaku Sekretaris Program Studi Muamalat
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
ix
4. Bapak Dr. Hasanuddin, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang tidak
hentinya membimbing dan meluangkan waktu untuk penulis demi
terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan sabar memberikan bekal
ilmu yang tak terhingga nilainya.
6. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum, Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan Perpustakaan
Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan fasilitas untuk melakukan studi kepustakaan.
7. Bapak Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA selaku dosen pembimbing
akademik yang telah membimbing, mengarahkan dan memberi saran
konstruktif untuk penulisan skripsi ini.
8. Bapak Muhaimin, SPd.i selaku kepala BMT UGT Sidogiri Cabang
Sawangan yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian
dan seluruh karyawan serta staf BMT UGT Sidogiri Cabang Sawangan.
9. Orang tua penulis, Bapak Dulalim dan Ibu Sri Maryatun serta adik Slamet
Nur Fauzan yang senantiasa tanpa lelah mendorong, mendoakan serta
mendukung penulis dalam segala hal. Kalian motivasi terbesar penulis.
Keluarga Besar Kasan & Sofiyah, bapung, wa katun, kang jirin, kang ali,
kang wawan dan bibi sekaligus teman seperjuangan Siti Mualiyah yang
selalu memberikan dukungan moril maupun materil kepada penulis selama
ini. Matur suwun sanget.
x
10. Terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaik penulis, Rinaldi Vyqri
Karunia, Peni, Tufik Rahman dan Tendi Semoga persahabatan kita tetap
berlanjut sampai kapanpun. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada
Rahmi Azizah, yang telah membantu penulis dalam mengolah data skripsi
dan memberikan masukan, ide serta semangat untuk segera menyelesaikan
skripsi ini.
11. Al-Ustadz Zainal Arifin yang senantisa membimbing penulis selama ini
dan keluarga besar Forum Silaturrahmi Santri Darunnajat Jabodetabek
tempat bertukar ide dan fikir.
12. Kawan-kawan seperjuangan di C.O.I.N.S (Center For Islamic Economy
Studies) yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan di luar bangku
kuliah. Terima kasih untuk ilmu dan pengalaman yang diberikan kepada
penulis.
13. Terima kasih kepada sahabat-sahabat perjuangan, keluarga besar
Perbankan Syariah B 2012, KKN PIALA 2015, yang senantiasa
membantu, memberikan motivasi, dan mendoakan yang terbaik kepada
penulis. Terima kasih untuk semua kenangan yang tak terlupakan. Semoga
silaturahmi kita tetap dapat terjalin.
Akhir kata kepada semua pihak yang telah membantu selesainya
skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga
Allah SWT mencatatnya sebagai amal baik dan membalasnya lebih baik
lagi. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan.
xi
Jakarta, November 2016
Eko Supriyanto
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING..........................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................. iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................................. vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................................ 9
D. Metode Penelitian ......................................................................................... 10
E. Sistematika Penulisan .................................................................................... 13
BAB II ................................................................................................................... 16
LANDASAN TEORI ............................................................................................ 16
A. Baitul Mal wa At-Tamwil ........................................................................... 16
1. Pengertian Baitul Mal wa At-Tamwil.....................................................16
2. Karakteristik Baitul Mal wa At-Tamwil..................................................17
3. Produk-Produk Baitul Mal wa At-Tamwil..............................................18
B. Konsep Akad .............................................................................................. 19
1. Definisi Akad...........................................................................................19
2. Rukun dan Syarat....................................................................................21
3. Masa Berakhirnya Akad..........................................................................23
C. Konsep Murabahah .................................................................................... 24
1. Definisi Murabahah.................................................................................24
xiii
2. Dasar Hukum Murabahah........................................................................25
3. Pokok-Pokok yang Diatur dalam Akad Murabahah................................27
D. Konsep Akad Murabahah............................................................................28
1. Skema Pembiayaan Murabahah..............................................................29
E. Aplikasi Murabahah dalam Lembaga Keuangan Syariah .......................... 31
F. Ketetapan Fatwa DSN-MUI .................................................................. .....34
1. Potongan Harga Dalam Pembiayaan Murabahah....................................34
2. Penyelesaian Piutang Murabahah............................................................34
3. Penjadwalan Kembali tagihan Murabahah..............................................35
G. Kajian Pustaka (Review Terdahulu) ........................................................... 36
BAB III ................................................................................................................. 37
GAMBARAN UMUM ......................................................................................... 37
A. Profil BMT UGT Sidogiri .......................................................................... 37
B. Produk dan Jasa Pembiayaan di BMT UGT Sidogiri : .............................. 41
C. Temuan Penelitian ...................................................................................... 44
BAB IV ................................................................................................................. 58
ANALISA DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 58
1. Aplikasi Pembiayaan Akad Murabahah Pada BMT UGT Sidogiri Cabang
Pembantu Sawangan .......................................................................................... 58
2. Analisis Kesesuaian Pembiayaan Akad Murabahah pada BMT UGT
Sidogiri Cabang Sawangan ................................................................................ 65
BAB V ................................................................................................................... 74
PENUTUP ............................................................................................................. 74
A. Kesimpulan ................................................................................................ 74
B. Saran ........................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 82
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar I. Skema Pembiayaan Murabahah
Gambar II. Struktur Organisasi Kantor Cabang Sawangan
Gambar III. Tabel Analisis Kesesuaian
xv
DAFTAR LAMPIRAN
TRANSKIP WAWANCARA
SURAT PERMOHONAN WAWANCARA/DATA
SURAT KETERANGAN PENELITIAN
FATWA DSN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia perkembangan perbankan sangat pesat, bukan hanya bank
konvensional yang menjalankan operasional dengan prinsip bunga akan tetapi
juga bank syariah yang menjalankan operasionalnya dengan prinsip bagi-hasil.
Perkembangan bank syariah yang pesat ini di tandai dengan semakin banyaknya
bermunculan bank-bank syariah baru di Indonesia. Bank syariah atau bank Islam
merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi perantara
antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan
dana yang dalam menjalankan aktivitas usahanya harus sesuai dengan prinsip-
prinsip Islam.1
Selain perbankan syariah yang akhir-akhir ini mengalami perkembangan
yang sangat pesat, masih banyak pula lembaga-lembaga keuangan syariah non-
bank yang dalam operasionalnya menggunakan prinsip syariah mengalami
perkembangan yang pesat pula. Diantaranya adalah asuransi, koperasi,
pegadaian, bank perkreditan rakyat syariah (BPRS) dan termasuk juga di
dalamnya lembaga keuangan non-bank seperti baitul mal wat tamwil (BMT).
BMT (Baitul Mal Wat Tamwil) adalah balai usaha mandiri terpadu yang
isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan usaha mengembangkan usaha-
1 Muhammad, Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press,
2009)h.4
2
usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi
pengusaha menengah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan
menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu, BMT
juga bisa menerima titipan zakat, infaq, dan sedekah, serta menyalurkannya
sesuai dengan peraturan dan amanatnya.2
BMT (Baitul Mal Wat Tamwil) adalah merupakan salah satu model
lembaga keuangan syariah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di
Indonesia bahkan jumlahnya hingga ribuan yang bergerak di kalangan ekonomi
masyarakat bawah dan berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan
investasi dalam rangka meningkatkan ekonomi bagi pengusaha kecil yang
berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang kemudian disalurkan melalui
pembiayaan-pembiayaan.3
Sedangkan untuk badan hukum yang menaungi operasional BMT sendiri
masih menginduk pada peraturan pemerintah tentang perkoperasian dalam hal ini
peraturan pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan simpan
pinjam oleh koperasi, kemudian di perjelas lagi dalam Peraturan Menteri
Koperasi (PERMENKOP) No. 16/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang pelaksanaan
kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi.
Berdirinya Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti BMT
yang memberikan pembiayaan kepada usaha mikro dan kecil menjadi solusi bagi
2 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Pernada Media Group, 2009)
h.468 3 Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Keuangan Mikro Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2002), h.49
3
pelaku usaha mikro maupun individu perseorangan untuk memenuhi
kebutuhannya (konsumtif). BMT menjadi lembaga keuangan alternatif yang
dapat memberikan solusi pada permasalahan pembiayaan. Posisi BMT sangat
strategis sebagai lembaga yang memberikan layanan bagi para pelaku usaha
maupun individu yang menginginkan jasa layanan syariah. Dengan demikian,
keberadaan BMT memiliki dua fungsi utama, yaitu melakukan kegiatan
pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas
ekonomi dan jasa layanan keuangan syariah terutama dengan mendorong
kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya serta
menerima titipan dana zakat, infak dan sedekah serta mengoptimalkan
distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.
Pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak ke pihak
yang lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan
sendiri maupun lembaga. Salah satu pembiayaan yang seringkali atau dominan
dalam lembaga keuangan saat ini adalah pembiayaan dengan model akad
murabahah. Murabahah yang merupakan salah jenis jual beli yang bersifat
amanah dalam hukum Islam merupakan skema akad yang dominan digunakan
dalam praktik perbankan syariah di Indonesia. Namun dalam praktiknya,
murabahah telah mengalami banyak modifikasi di bandingkan dengan konsep
dasarnya dalam fikih muamalat klasik. Modifikasi ini ada yang tidak
menimbulkan persoalan dari sisi prinsip-prinsip dasar hukum Islam sehingga
ulama tidak merasa keberatan, tetapi tidak sedikit model modifikasi yang
4
menimbulkan perdebatan karena dilakukan semata-mata untuk memenuhi
ketentuan formal yuridis demi pertimbangan efektivitas dan efisiensi
administrasi.4
Fungsi BMT dalam hal pembiayaan murabahah adalah sebagai penjual
barang untuk kepentingan nasabah. BMT membeli barang dan menjualnya
kepada nasabah dengan harga jual yang setara dengan harga beli ditambah
dengan keuntungan. BMT harus memberitahu nasabah dengan jujur harga pokok
barang yang dipesan nasabah dengan disertai biaya yang diperlukan. Selain itu,
BMT juga berkewajiban untuk menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian barang kepada nasabah.
Melihat perkembangan BMT yang cepat dan pesat ini, menjadi fokus
tersendiri dalam penelitian bahwa praktek operasional dalam BMT sampai
sekarang masih di dominasi oleh akad murabahah pada produk penyaluran dana.
Menurut Azharudin, banyaknya lembaga keuangan syariah baik bank ataupun
non-bank menggunakan skema murabahah dikarenakan prinsip kehati-hatian
(prudential) relatif bisa diterapkan dengan ketat dan standar sehingga tingkat
resiko kerugian dari pihak lembaga keuangan syariah sangat kecil. Senada
dengan pendapat sebelumnya, menurut Chudory, dominannya pembiayaan
4 Ah. Azharuddin Lathif, “Konsep dan Aplikasi Akad Murabahah pada Perbankan Syariah”,
Anggota Komite Bidang Advokasi, Penelitian, dan Pengembangan Hukum Ekonomi Syariah
Masyarakat Ekonomi Syariah (MES)
5
dengan akad murabahah terjadi karena pembiayaan ini cenderung memiliki
resiko yang lebih kecil dan lebih mengamankan bagi shareholder.5
Seiring dengan perkembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah
(LKMS) yang sangan cepat dan pesat dengan dominasi akad murabahah sebagai
produk penyaluran dana banyak pula bermunculan kritik-kritik dari para peneliti
terhadap praktik murabahah yang berkembang di LKMS dan lembaga perbankan
syariah di Indonesia. Banyak yang berpendapat bahwasannya akad murabahah
yang berkembang saat ini di lembaga keuangan syariah, baik perbankan syariah
maupun non-bank, sudah banyak mengalami perubahan dari konsep aslinya yaitu
dari konsep fikih muamalat.
Baitul Mal Wat Tamwil Usaha Gabungan Terpadu Sidogiri (BMT UGT
Sidogiri) Cabang Sawangan adalah Koperasi Simpan Pinjam Syariah (KSPS)
dan salah satu lembaga keuangan syariah yang bergerak dalam skala mikro.
BMT yang telah beroperasi sejak tanggal 5 Rabiul Awal 1421 H atau 6 Juni
2000 M. di Surabaya dan kemudian mendapatkan badan Hukum Koperasi dari
Kanwil Dinas Koperasi PK dan M Propinsi Jawa Timur dengan SK Nomor:
09/BH/KWK.13/VII/2000 tertanggal 22 Juli 2000 mempunyai visi dan misi,
salah satu visinya yaitu terbangunnya dan berkembangnya ekonomi umat dengan
5 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 12, (Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 1998)h, 82. Shareholder dalam hal
ini adalah para pemegang saham.
6
landasan syariah dan salah satu misinya adalah meningkatkan umat dan
anggota.6
Adapun BMT Usaha Gabungan Terpadu Sidogiri disingkat (BMT UGT
Sidogiri) Cabang Sawangan7 (yang menjadi tempat penelitian) merupakan
lembaga keuangan mikro syariah yang berperan dalam pemberdayaan ekonomi
umat dengan memberikan pinjaman pembiayaan kepada masyarakat ekonomi
lemah untuk berusaha dalam mensejahterakan kehidupannya. Berdasarkan dari
keterangan yang penulis dapat dari kunjungan pertama sebelum penelitian
dilakukan (pre research) bahwa pembiayaan yang saat ini dilakukan oleh pihak
BMT adalah pembiayaan dengan jenis model murabahah.
Dalam dunia perbankan, murabahah biasanya diaplikasikan pada produk
pembiayaan seperti pembiayaan konsumtif, investasi maupun produktif. Dana
untuk kegiatan murabahah diambil dari simpanan tabungan berjangka seperti
tabungan haji atau tabungan kurban. Dana juga dapat dilakukan dari deposito
biasa dan deposito spesial yang dititipkan nasabah untuk usaha tetentu.8
Dalam pelayanan produk pembiayaan yang ditawarkan di BMT UGT
Sidogiri Cabang Sawangan akad yang sering digunakan hanya akad murabahah,
baik itu pembiayaan untuk keperluan konsumtif, investasi maupun produktif.
Sehingga keperluan pembiayaan untuk kebutuhan modal usaha yang sifatnya
6 Diakses dari http://www.bmtugtsidogiri.co.id/tentang-kami-7.html pada tanggal 26 Mei 2016,
pukul 14:02 wib. 7 Selanjutnya disebut BMT UGT Sidogiri
8 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005), h.184-185
7
produktif pun menggunakan akad murabahah. Dengan adanya fenomena
semacam itu tentunya menjadi suatu hal yang menarik, karena pada dasarnya
pembiayaan modal usaha yang sifatnya produktif idealnya menggunakan akad
mudharabah atau musyarakah. Dalam prakteknya, akad murabahah yang di
terapkan untuk produk Pembiayaan BMT UGT Sidogiri Cabang Sawangan
perlakuanya seperti akad mudharabah. Hal ini terjadi karena adanya tambahan
akad wakalah (perwakilan) pada produk pembiayaan tersebut.
Adapun alasan pemilihan tempat penelitian karena perkembangan BMT
UGT Sidogiri Cabang Sawangan dari tahun ke tahun semakin bagus. Tanggapan
dari masyarakat sekitar terhadap berdirinya BMT tersebut pun sangat bagus,
masyarakat sangat terbantu dengan pelayanan dan produk-produk yang
ditawarkan oleh pihak BMT. Perkembangan dan tanggapan masyarakat yang
cukup bagus tersebut. Pembiayaan dengan akad murabahah di BMT UGT
Sidogiri di dominasi untuk kebutuhan konsumtif, seperti pembelian sepeda
motor dan kebutuhan konsumtif lainnya. Hal ini karena pada umumnya anggota
adalah kalangan menengah kebawah yang membutuhan kendaraan bermotor
untuk menunjang pekerjaannya.9
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan murbahah
merupakan wahana utama bagi lembaga keuangan syariah, terutama bagi BMT,
untuk memobilisasi dana dalam jumlah besar untuk menyediakan fasilitas, antara
9 Wawancara Pribadi dengan Muhaimin (Kepala Cabang BMT UGT Sidogiri Cabang Sawangan).
Depok. 20 juli 2016.
8
lain fasilitas pembiayaan bagi masyarakat khususnya masyarakat ekonomi
lemah. Akan tetapi banyak terjadi perbedaan pendapat terkait dengan konsep
murabahah yang disebut banyak pihak menyimpang dari konsep fikih muamalat
yang berkembang saat ini.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Akad-akad Pembiayaan
Pada BMT UGT Sidogiri Cabang Sawangan (Analisis Akad Murabahah)”
sebagai judul penulisan skripsi ini.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk lebih terarah pembahasan dalam skripsi ini, maka perlu adanya
pembatasan masalah agar tidak terjadi kesalah pahaman. Dilihat dari
pembahasan yang telah diuraikan perlu tenaga ekstra dari penulis untuk
membahasnya, maka dari itu penulis membatasi pada aspek-aspek berikut:
1. Penelitian ini terbatas hanya pada mekanisme pembiayaan murabahah,
modal usaha ataupun untuk pembiayaan konsumtif yang ada di BMT UGT
Sidogiri Cabang Sawangan
2. Setelah mengetahui mekanisme dan alur pembiayaan murabahah modal
usaha di BMT UGT Sidogiri, penelitian ini hanya akan membahas
kesesuaian akad yang dilakukan dengan konsep fikih muamalah.
Rumusan Masalah:
9
1. Bagaimana penerapan pembiayaan akad murabahah pada BMT UGT
Sidogiri Cabang Sawangan?
2. Bagaimana kesesuaian penerapan pembiayaan akad murabahah berdasarkan
fatwa DSN-MUI dan konsep fikih muamalat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian tentang
penyaluran pembiayaan modal usaha dengan akad murabahah. Dimana penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui penerapan pembiayaan murabahah pada BMT UGT Sidogiri
kepada anggotanya.
2. Menganalisis kesesuaian antara akad yang di praktekkan dengan konsep fikih
muamalah dan fatwa DSN-MUI.
Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penulisan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis, sebagai bahan perbandingan antara ilmu yang sudah penulis
peroleh di bangku kuliah dengan praktek di industry lembaga keuangan mikro
di Indonesia.
2. Bagi akademisi, penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan di
Fakultas Syariah dan Hukum, selain itu penelitian ini secara langsung
10
diharapkan berkontribusi positif dalam kajian keilmuan mengenai BMT dan
mekanisme operasional yang ada di dalamnya.
3. Bagi praktisi, diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan profesionalitas
kerja bagi pemerintah ataupun instansi terkait, khususnya bagi pengelola
BMT UGT Sidogiri cabang sawangan agar bisa mengoptimalkan pengelolaan
BMT untuk mensejahterakan ekonomi masyarakat.
4. Bagi masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi dan
pengetahuan masyarakat mengenai penyaluran pembiayaan murabahah modal
usaha kepada masyarakat untuk mengembangkan usahanya.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun kelas
peristiwa pada masa sekarang10
. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
menggambarkan informasi berdasarkan fakta yang diperoleh dilapangan.
2. Pendekatan Penelitian
Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
10
Moh. Nazir Ph. D. “Metode Penelitian”, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h.54
11
menghasilkan deskripsi kata-kata dari fenomena yang yang di teliti atau dari
orang-orang yang berkompeten di bidangnya.11
3. Objek penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah berupa konsep akad
murabahah modal usaha berdasarkan fikih muamalat serta mekanisme dan
prosedur pembiayaan murabahah yang ada di BMT UGT Sidogiri Cabang
Sawangan.
4. Jenis dan Sumber Data
Untuk melakukan suatu penelitian maka diperlukan data-data yang
akurat dan relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Data-data yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu
perseorangan atau organisasi yang diperoleh langsung dari sumber atau objek
penelitiannya. Sedangkan data primer yang penulis gunakan adalah dengan
menggunakan metode wawancara secara langsung dengan pihak BMT UGT
Sidogiri Cabang Sawangan serta menggunakan data pendukung penelitian
berupa klausul kontrak perjanjian dan lain sebagainya yang diperolehh dari
pihak BMT.
Selain data primer penelitian ini juga menggunakan data sekunder
dimana data sekunder ini penulis dapatkan dari studi kepustakaan yang
11 Lexy J. Moelong, “Metode Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001),
h. 3
12
diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan variabel yang akan
digunakan dalam penelitian ini yakni BMT kemudian dari jurnal-jurnal,
fatwa-fatwa DSN MUI, buku-buku yang berkaitan dengan fiqih muamalat,
surat kabar, majalah, artikel dan juga internet. Data sekunder sendiri adalah
data primer yang sudah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak
pengumpul data primer ataupun pihak lain.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
meliputi beberapa hal, yaitu:
a. Penelitian lapangan
Didalam penelitian ini, penulis mengambil data secara langsung
mendatangi pihak BMT UGT Sidogiri untuk meminta data terkait topik
pembahasan yang sedang diteliti oleh penulis.
b. Penelitian pustaka
Kajian pustaka juga dapat dilakukan dengan melalui dua sumber, yaitu
sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer meliputi karangan-
karangan asli yang ditulis oleh orang yang secara langsung mengalami,
melihat atau mengerjakannya. Sedangkan sumber sekunder adalah berupa
tulisan mengenai penelitian orang lain yang disajikan dalam bentuk komentar
atau tinjauan pustaka oleh orang yang tidak secara langsung mengamati atau
13
ikut serta terlibat.12
6. Teknik Analisis Data
Penelitian ini mengumpulkan data kualitatif. Menurut Bogdan dalam
Sugiyono, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain.13
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
analisis data deskriptif, dimana peneliti menggambarkan tentang gambaran
kondisi dan situasi di BMT UGT Sidogiri Cabang Sawangan. Sedangkan
teknik analisis data deskriptif yaitu suatu analisis yang bersifat
mendeskripsikan makna data atau fenomena yang dapat ditangkap oleh
peneliti, dengan menunjukkan bukti-buktinya. Teknik ini digunakan untuk
mendeskripsikan data-data yang peneliti kumpulkan baik data hasil
wawancara, observasi maupun dokumentasi, selama mengadakan penelitian di
BMT UGT Sidogiri Cabang Sawangan.
E. Sistematika Penulisan
Berikut ini adalah sistematika penulisan yang digunakan dalam proses penelitian
ini:
12
Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Gramata
Publishing, 2013), hlm.58 13
13
Lexy J. Moelong, “Metode Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2001), hlm. 5
14
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi
terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan disajikan teori-teori yang akan digunakan dalam penelitian ini,
diantaranya meliputi pembiayaan, modal usaha, fatwa-fatwa DSN-MUI tentang
murabahah, teori murabahah dalam fikih muamalat. Hal ini dimaksudkan untuk
memahami secara utuh atau menyeluruh terkait konsep akad yang meliputi definisi,
syarat dan rukun akad sampai dengan masa berakhirnya akad serta memahami konsep
murabahah, baik secara teori maupun prakteknya.
BAB III: GAMBARAN UMUM
Pada bab ini akan menjelaskan profil BMT UGT Sidogiri Cabang Sawangan,
meliputi sejarah berdirinya, visi dan misi perusahaan, jenis produk dan pelayanan,
landasan operasional, sampai pada struktur organisasi perusahaan. Dalam bab ini juga
dijelaskan seputar pelaksanaan akad murabahah pada produk pembiayaan di BMT
UGT Sidogiri Cabang Sawangan, meliputi ketentuan umum produk pembiayaan
dengan akad murabahah.
BAB IV: ANALISIS PENELITIAN
Pada bab ini akan membahas tentang analisis akad murabahah pada produk
pembiayaan baik untuk keperluan investasi, konsumtif ataupun kegiatan produktif
yang terdapat di BMT UGT Sidogiri Cabang Sawangan.
15
BAB V: PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang sesuai dengan pembahasan dan analisis serta
bab II merupakan jawaban dari rumusan permasalahan yang telah dibahas
sebelumnya. Berdasarkan kesimpulan tersebut akan diajukan saran-saran bagi pihak-
pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Baitul Mal wa At-Tamwil
1. Pengertian Baitul Mal wa At-Tamwil
Baitul Mal Wa At-Tamwil (BMT) merupakan pengembangan dari konsep
ekonomi. Pedirian BMT ini didahuli oleh penelitian yang mendalam oleh
lembaga Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)14
. Istilah BMT adalah
penggabungan dari baitul mal dan baitut tamwil. Baitul mal adalah lembaga
keuangan yang kegiatannya mengelola dan bersifat nirlaba (sosial). Adapun
baitut tamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatannya adalah menghimpun
dan menyalurkan dana masyarakat dan bersifat profit motive15
.
Pengertian BMT menurut Neni Sri Imaniyati dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa BMT merupakan suatu lembaga ekonomi yang memiliki 2
fungsi sekaligus yaitu fungsi sosial dan fungsi komersial16
. Dengan demikian,
BMT merupakan Penggabungan dua kegiatan yang berbeda sifatnya dalam satu
lembaga. Ciri BMT tersebut sama dengan ciri lembaga koperasi yang dicetuskan
oleh para tokoh pembela ekonomi kerakyatan. Hanya saja koperasi tidak
14 Lukman Al-Hakim, “BMT dan Demokrasi Ekonomi: Membumikan Ekonomi Syariah di
Indonesia,” Ulumuna, Vol. XIII, No. 1 (Juni 2009), h. 182. 15
Widodo, Ak. et al., “PAS (Pedoman Akuntansi Syariah): Panduan Praktis Operasional Baitul
Mal Wat Tamwil (BMT)”, (Bandung: Mizan, 1999), h. 81 16
Neni Sri Imaniyati, “Aspek-aspek Hukum Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) dalam Presfektif
Hukum Ekonomi ”, Prosiding SnaPP: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora (2011) , h.130.
17
mengelola dana sosial dalam bentuk zakat, infaq, sadaqah, hibah dan waqaf.
Inilah letak perbedaan utama BMT sebagai lembaga pengumpul harta
masyarakat dan juga lembaga pengembang harta masyarakat17
.
2. Karakteristik Baitul Mal wa At-Tamwil
BMT pada dasarnya memadukan aspek ekonomi, aspek sosial dan aspek
agama berbeda dengan koperasi yang hanya terpaku pada unsur ekonomi dan
unsur sosial18
. BMT merupakan lembaga keuangan yang mempunyai desain
tersendiri dan berbeda dengan lembaga keuangan konvensional19
. BMT memiliki
beberapa karakter yang menjadikannya sebagai lembaga keuangan mikro yang
ideal yaitu sebagai berikut20
:
a. Dalam menyalurkan dana, BMT bersifat luwes, dengan demikian penyaluran
dana dapat menyentuh para pengusaha mikro yang tidak terlayani akses
permodalan oleh bank.
b. BMT memiliki ciri yang sangat melekat, yaitu pelayanan jemput bola, dimana
pera marketing BMT terjun langsung kelapangan menjemput calon nasabah
baik nasabah penabung maupun nasabah pembiayaan.
17
Lukman Al-Hakim, “BMT dan Demokrasi Ekonomi: Membumikan Ekonomi Syariah di
Indonesia,” h. 184. 18
M. Hajar Dewantoro, “Pengembangan BMT Berbasis Masjid: Studi Kasus BMT Al-Azka
Pagerharjo Samigaluh Kulonprogo,” Al-Mawarid, edisi XII (2005), h. 135 19
Ibid,. h. 134 20
M. Nur Utomo, “BMT, Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang Ideal,”
http://www.puskopsyahlampung.com/2013/06/bmt-dan-kapasitasnya-di-masyarakat.html, diakses pada
26 September 2016
18
c. BMT merupakan lembaga keuangan yang menggunakan prinsip syariah
sehingga transaksi yang dilakukan tidak mendzalimi pihak manapun.
d. Meskipun BMT merupakan lembaga keuangan syariah yang mengikuti
prinsip ekonomi Islam, namun dalam transaksinya tidak hanya melayani
masyarakat muslim saja tapi juga melayani seluruh masyarakat termasuk non
muslim.
e. Bidang usaha BMT tidak hanya pada jasa keuangan saja tapi juga dapat
mengembangkan bidang usaha lain.
f. BMT memiliki dua kelembagaan yang berbeda, yaitu bidang Tamwil untuk
orientasi profit ekonomi produktif dan bidang Maal untuk orientasi sosial.
3. Produk-Produk Baitul Mal wa At-Tamwil
Penghimpun dana oleh BMT diperoleh melalui simpanan yaitu dana yang
dipercayakan oleh nasabah kepada BMT yang nantinya oleh BMT akan
disalurkan ke sektor produktif dalam bentuk pembiayaan21
. Jenis simpanan di
BMT bervariasi, seperti simpanan Amanah, simpanan Wadiah, simpanan
Walimah dan simpanan Mudharabah berjangka (Deposito)22
.
Penyaluran dana BMT kepada nasabah terdiri atas 2 jenis: yaitu
pembiayaan dengan sistem bagi hasil dan jual beli dengan pembayaran
21
Widodo, Ak. et al., PAS (Pedoman Akuntansi Syariah): Panduan Praktis Operasional Baitul
Mal Wat Tamwil (BMT), h. 81 22
Endang Retnoningsih, “Sistem Informasi Simpanan dan Pembiayaan pada Baitul Maal Wat
Tamwil (BMT) Al-Multazam Kabupaten Tegal,” IJSE, Vol 1 No 1 (2015), h.2.
19
ditangguhkan23
. Pembiayaan yang dilakukan oleh BMT juga bermacam-macam,
seperti murabahah, ijarah, musyarakah dan mudharabah24
. BMT juga melakukan
kegiatan di sektor riil, yaitu jasa keuangan, jasa sosial atau pengelolaan zakat,
infak, sedekah (ZIS). Dan setiap aktifitas merupakan suatu entitas atau badan
yang terpisah mengingat masing masing memiliki kekhasannya sendiri25
.
B. Konsep Akad
Saat si penawar dan si peminta bertemu, maka akan terjadi interaksi dan
transaksi antara dua belah pihak. Akan tetapi, sebelum terjadinya transaksi ada
tahapan yang harus di penuhi oleh keduanya. Tahapan yang dimaksud adalah
tahapan berupa akad sebelum terjadinya transaksi yang harus dipenuhi untuk
mencapai kepuasan manusia tersebut. Maka dari itu, tidak heran jika akad dalam
sebuah transaksi merupakan salah satu bagian yang terpenting.
1. Definisi Akad
Secara istilah akad berasal dari kata al-„aqdu. Kata al-„aqdu merupakan
bentuk mashdar dari „aqada – ya‟qidu – „aqdan yang berarti menyimpul,
membuhul, mengikat atau mengikat janji26
.
23
Widodo, Ak. et al., PAS (Pedoman Akuntansi Syariah): Panduan Praktis Operasional Baitul
Mal Wat Tamwil (BMT), h. 81 24
Endang Retnoningsih, “Sistem Informasi Simpanan dan Pembiayaan pada Baitul Maal Wat
Tamwil (BMT) Al-Multazam Kabupaten Tegal,” h.2. 25
Widodo, Ak. et al., PAS (Pedoman Akuntansi Syariah): Panduan Praktis Operasional Baitul
Mal Wat Tamwil (BMT), h. 82 26
A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: Gramedia, 2012), h. 129
20
Sedangkan secara terminologi, akad mempunyai arti yang umum (al-
ma‟na al-„am) dan yang khusus (al-ma‟na al-khas)27
. Arti umum yang
dikandung dalam kata akad adalah “segala sesuatu yang dikehendaki seseorang
untuk dikerjakan , baik yang muncul dari kehendaknya sendiri, seperti kehendak
untuk wakaf, membebaskan hutang, thalak, dan sumpah, maupun yang
membutuhkan pada kehendak dua pihak dalam melakukannya, seperti jual beli,
sewa menyewa, perwakilan, dan gadai/jaminan”.
Sedangkan arti akad secara khusus didefinisikan sebagai berikut28
:
“pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan kabul (pernyataan
penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat yang berpengaruh
terhadap objek perikatan”
Menurut Wahbah Zuhaili, akad adalah sebuah ikatan antara dua hal, baik
ikatan secara nyata maupun ikatan secara maknawi, dari satu segi maupun dua
segi. Sedangkan menurut istilah ahli hukum Islam, akad diartikan sebagai
hubungan antara ijab dan kabul sesuai dengan kehendak syariat yang
menetapkan adanya pengaruh (akibat) hukum pada objek perikatan29
.
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas tentang akad dapat
disimpulkan bahwa akad adalah kesepakatan antara para pihak untuk saling
mengikatkan diri dalam suatu perbuatan hukum tertentu sesuai dengan ketentuan
27
Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Press, 2005), h. 60
28 Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
h. 51
29 A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: Gramedia, 2012), h. 129
21
syariat. Terbentuknya sebuah akad karena adanya ijab dan kabul antara pihak-
pihak yang melakukan sebuah kerjasama atau sebuah transaksi. Dengan
melakukan sebuah akad, maka akibat hukum yang ditimbulkan adalah hukum
terhadap objek-objek akad. Jika akad jual beli, maka timbul akibat hukum pada
objek akad sebuah perpindahan hak atas kepemilikan barang.
2. Rukun dan Syarat
Suatu akad harus memenuhi dua hal pokok yaitu, rukun dan syarat.
Rukun merupakan unsur-unsur yang harus ada dan harus dipenuhi saat akad
berlangsung serta merupakan esensi dari akad. Sedangkan syarat adalah sifat-
sifat yang melekat pada setiap akad. Mayoritas ulama berpendapat, bahwa yang
termasuk dalam rukun akad adalah sebagai berikut30
:
a. Shighot (formulasi) ijab dapat diwujudkan dengan sebuah ucapan lisan,
tulisan, isyarat bagi yang tidak mampu berbicara atau menulis, sarana
komunikasi modern, bahkan dengan perbuatan yang menunjukkan kerelaan
kedua belah pihak untuk melakukan suatu akad yang umumnya dikenal dengan
istilah al-mu‟athah.
b. Pelaku yang melakukan akad disyaratkan harus mukallaf („aqil baligh, berakal
sehat dan sudah dewasa atau cakap hukum). Sedangkan batasan umur pelaku
untuk keabsahan suatu akad dikembalikan kepada „urf atau peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan menjamin kemaslahatan para pihak.
30
Saefudin Arif dan Azharudin Lathif, Kontrak Bisnis Syariah, (Jakarta: Fakultas Syariah dan
Hukum, 2011), h. 28
22
c. Objek akad. Syarat yang harus dipenuhi dalam hal objek akad harus
memenuhi 4 (emapat) hal:
1. Ketika akad berlangsung objek akad harus ada secara konkret (terlihat
secara fisik), atau bisa diperkirakan akan ada dimasa yang akan datang
dalam akad-akad tertentu seperti dalam akad salam, istishna.
2. Objek akad harus sah menurut hukum Islam.
3. Objek harus bisa diserahkan ketika terjadi akad, namun tidak harus dapat
diserahkan saat itu juga.
4. Objek akad harus jelas dan mu‟ayyan (dapat ditentukan) dan harus
diketahui oleh para pihak. Selain ada larangan Nabi, ketidakjelasan akad
juga berpotensi menimbulkan perselisihan dan persengketaan dikemudian
hari, hal ini harus dihindari. Sedangkan mengenai penentuan kejelasan
suatu objek akad, adat istiadat mempunyai peranan penting dalam hal ini.
d. Maudhu al-„aqd atau tujuan utama akad. Yang dimaksud dengan Maudhu al-
„aqd adalah tujuan utama untuk apa akad tersebut dilakukan. Menurut hukum
Islam, yang menentukan tujuan hukum akad adalah al-musyarri‟ (yang
menetapkan syariat, yaitu Allah). Dengan kata lain, akibat hukum suatu akad
hanya diketahui melalui syariat dan harus sejalan dengan syariat. Semua bentuk
akad yang tujuannya bertentangan dengan syariat (hukum Islam) adalah tidak
sah, dan akan menimbulkan akibat hukum; misalnya menjual barang yang
diharamkan oleh syariat Islam seperti minuman keras (al-khamr). Menurut
23
hukum Islam, jual beli atas barang yang diharamkan tidak menyebabkan
perpindahan kepemilikan dari penjual kepada pembeli.
3. Masa Berakhirnya Akad
Dalam hukum Islam, perjanjian atau akad yang dibuat oleh para pihak
akan berakhir jika dipenuhi tiga hal sebagai berikut31
:
a. Berakhirnya masa berlaku perjanjian atau akad.
Biasanya dalam sebuah perjanjian telah ditentukan saat kapan suatu
perjanjian atau akad akan berakhir, sehingga dengan berjalannya waktu maka
secara otomatis perjanjian atau akad tersebut akan berakhir, kecuali kemudian
ditentukan lain oleh para pihak (kesepakatan bersama).
b. Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad.
Hal ini biasanya terjadi jika ada salah satu pihak yang melanggar
ketentuan perjanjian, atau salah satu pihak mengetahui jika dalam pembuatan
perjanjian terdapat unsur kekhilafan atau penipuan. Kekhilafan dapat
menyangkut objek perjanjian atau akad (error in object), maupun orangnya
(error in person).
c. Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia.
Hal ini berlaku pada perikatan untuk berbuat sesuatu, yang
membutuhkan adanya kompetensi khas. Sedangkan jika perjanjian dibuat
dalam hal memberikan sesuatu, katakanlah dalam bentuk uang/barang maka
31
Abdullah Jayadi, Beberapa Aspek Tentang Perbankan syariah, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2011), h. 23
24
perjanjian tetap berlaku bagi ahli warisnya. Sebagai contoh, ketika seseorang
membuat perjanjian pinjam uang, kemudian dia meninggal dunia sebelum
mengembalikan pinjamannya maka kewajiban mengembalikan hutang
tersebut ada pada ahli waris.
C. Konsep Murabahah
Dalam khazanah ekonomi syariah terdapat banyak macam transaksi
ekonomi termasuk didalamnya adalah transaksi dengan menggunakan akad
murabahah. Akad murabahah termasuk dalam kategori akad tijari. Akad tijari
adalah sebuah akad yang berorientasi mencari keuntungan akhirat, karena itu
bukan merupakan akad bisnis32
. Dengan alasan tersebut, maka tidak heran jika
saat ini Lembaga Keuangan Syariah banyak menggunakan akad murabahah
sebagai produk unggulan karena dianggap jelas memberikan keuntungan bagi
kedua belah pihak.
1. Definisi Murabahah
Secara etimologi, dalam kamus Al-Muhith kata murabahah berasal dari
kata ar-ribhu yang bermakna kelebihan atau tambahan (keuntungan), yang
berarti suatu penjualan barang dengan harga barang tersebut ditambah dengan
keuntungan yang disepakati33
.
Sedangkan secara terminologi, para ulama klasik terdahulu
32
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Press,
2011), h. 70 33
Isnawati Rais dan Hasanuddin, “Fiqh Muamalat Dan Aplikasinya Pada LKS”, (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah, 2011), h. 87
25
mendefinisikan murabahah dengan jual beli dengan modal ditambah
keuntungan yang diketahui. Menurut Adiwarman A. Karim, murabahah
adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan (marjin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli34
. Dalam
kodifikasi perbankan syariah, akad murabahah adalah transaksi jual beli suatu
barang sebesar harga perolehan barang ditambah dengan marjin yang
disepakati oleh para pihak, dimana penjual menginformasikan terlebih dahulu
harga perolehan kepada pembeli.
Sedangkan dalam undang-undang perbankan syariah dijeaskan bahwa
yang dimaksud dengan akad murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang
dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya
dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang telah disepakati35
.
Sehingga dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
murabahah adalah jual beli suatu barang yang ditegaskan harga perolehan dan
keuntungan (marjin) diawal perjanjian sehingga para pihak mengetahui
seluruh informasi dan disepakati oleh semua pihak
2. Dasar Hukum Murabahah
Dalam fatwa DSN NO: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah,
sebagai landasan syariah murabahah adalah sebagai berikut:
34
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Press,
2011), h. 113 35
Penjelasan Pasal 19 ayat (1) huruf d UU Perbankan Syariah
26
a. Al-Qur‟an
ها يأ يو ي ٱلذ لكم بييكم ب نو
أ كلوا
ل تأ ن تكون ٱلبطل ءانيوا
أ إلذ
ىفسكم إنذ تجرة عو تراض نيكم ول تقتلوا أ ٢٩كن بكم رحيها ٱللذ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (QS. An-Nisa‟: 29)
b. Al-Hadits
Hadis Nabi dari Abu Said al-Khudri: Dari Abu Said Al-Khudri bahwa
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka
sama suka.”(H.R. al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu
Hibban).
c. Ijma‟
Mayoritas ulama tentang kebolehan jual beli dengan cara Murabahah (Ibnu
Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, juz 2, hal. 161;lihat pula al-Kasani, Bada‟i as-
Sana‟i, juz 5 Hal. 220-222).
d. Kaidah fiqh
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada
dalil yang mengharamkannya.”
27
3. Pokok-Pokok yang Diatur dalam Akad Murabahah
Pokok-pokok yang diatur dalam akad murabahah adalah sebagai
berikut36
:
a. Subjek Perjanjian
Dalam hal ini, bank bertindak selaku penjual dan nasabah bertindak
selaku pembeli.
b. Hal spesifik yang harus dipenuhi dalam akad murabahah:
- Barang telah dimiliki oleh penjual dan barang yang diperjual-belikan
tersebut bukan merupakan barang yang diharamkan oleh syariat Islam.
- Keuntungan dan risiko di tangan penjual.
- Harus ada informasi harga dan biaya yang wajar.
- Informasi keuntungan yang jelas.
- Bank maupun nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas
riba.
c. Unsur kesepakatan (ijab qabul)
Dalam akad harus ada pernyataan yang tegas mengenai:
- Harga barang, yang terdiri dari harga beli bank, keuntungan yang
diambil oleh bank, dan harga jual dari bank.
- Cara pembayaran, apakah tunai atau dengan cicilan
36
Irma devita purnamasari dan suswinarno, Panduan Lengkap Hukum Praktis Populer Kiat-Kiat
Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami Masalah Akad Syariah, (Bandung: Kaifa, 2011) h. 48.
28
- Jika dilakukan dengan cicilan, harus diperhitungkan jangka waktu
pembayarannya.
- Apabila terjadi kegagalan pembayaran (event of default), haruslah
ditetapkan mengenai:
a. Apakah yang menyebabkan kegagalan tersebut. Apabila karena force
majeur (kejadian yang tidak bisa diantisipasi atau dikendalikan),
biasanya akan dilakukan penjadwalan ulang untuk melunasinya.
Apabila karena kelalaian nasabah, bank berhak mengenakan penalti
sebagai “hukuman yang mendidik” bagi nasabah bersangkutan.
b. Jika memang sudah macet sepenuhnya, harus ditentukan tata cara
pengembalian modal yang sudah dikeluarkan oleh bank.
D. Konsep Akad Murabahah
Konsep akad murabahah hampir sama seperti konsep jual beli biasa pada
hukum positif. Meski begitu dalam suatu akad murabahah, ada pembatasan yang
tidak diatur dalam hukum positif yaitu37
:
a. Penjual (LKS) harus membelikan barang yang diperlukan oleh pembeli
(nasabah) atas nama penjual sendiri, dan pembelian ini harus bebas dari riba
(bunga). Artinya, kalau bank menjual kembali rumah yang sudah dibelinya
dengan cara mencicil, tidak diperbolehkan adanya penambahan bunga.
37
Irma devita purnamasari dan suswinarno, Panduan Lengkap Hukum Praktis Populer Kiat-Kiat
Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami Masalah Akad Syariah, h. 50
29
b. LKS harus memberi tahu secara jujur tentang harga pokok barang kepada
nasabah berikut biaya yang diperlukan. Jadi, margin keuntungan yang akan
diterima LKS harus dinyatakan di dalam perjanjian.. biasanya hal tersebut
dinyatakan dalam pokok perjanjian dimana dinyatakan berapa LKS membeli
barang tesebut, berapa margin keuntungan LKS, dan berapa total harga
jualnya. Dalam akad biasanya disebutkan bahwa harga tersebut harus
bersifat tetap, tidak berubah dalam kondisi apapun, termasuk oleh adanya
perubahan suku bunga.
c. Nasabah dapat membeli barang atas nama LKS (selaku kuasa dari LKS
dengan menggunakan prinsip wakalah). Setelah dibeli oleh LKS barulah
dilakukan akad murabahahnya.
1. Skema Pembiayaan Murabahah
Berikut ini adalah skema pembiayaan murabahaha yang umumnya
dipraktekkan oleh lembaga keuangan syariah, baik bank maupun non-bank:
Gambar 1. Skema Pembiayaan Murabahah
30
Alur pembiayaan murabahah dari skema diatas adalah sebagai berikut38
:
1. Pertama kali nasabah mengajukan permohonan pembiayaan sesuai
kebutuhan yang selanjutnya diverivikasi oleh LKS dan memberikan
persayaratan pendahuluan.
2. LKS membuat surat persetujuan pencairan pembiayaan (SP3) yang
kemudian dikirim kepada nasabah.
3. LKS melakukan offering letter dengan penerbitan wakalah dari LKS kepada
nasabah dan Tanda Terima Uang Nasabah (TTUN).
4. LKS dan nasabah melakukan akad dengan menandatangani akad didepan
notaris.
5. LKS mencairkan dana ke rekening nasabah untuk pembayaran akad jual beli
antara penjual dan nasabah.
6. Nasabah mulai mencicil pembayaran harga jual beli sesuai dengan
kesepakatan jumlah dan waktu yang disepakati dengan LKS
Dalam akad murabahah, yang paling penting untuk dinegosiasikan
antara nasabah dan LKS adalah harga barang dan jangka waktu cicilan39
. LKS
dapat memberikan potongan apabila nasabah mempercepat pembayaran
cicilan atau melunasi piutang sebelum jatuh tempo40
. Dalam fatwa DSN NO:
04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah jika bank hendak mewakilkan
38
Irma devita purnamasari dan suswinarno, Panduan Lengkap Hukum Praktis Populer Kiat-Kiat
Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami Masalah Akad Syariah, h.56 39
Irma devita purnamasari dan suswinarno, Panduan Lengkap Hukum Praktis Populer Kiat-Kiat
Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami Masalah Akad Syariah, h.39 40
Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan,h. 116
31
kepada nasabah untuk membeli barang pada pihak ketiga, akad jual beli harus
dilakukan setelah barang menjadi milik bank.
E. Aplikasi Murabahah dalam Lembaga Keuangan Syariah
Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada lembaga keuangan syariah
didasarkan pada keputusan Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama
Indonesia (MUI)41
. Dalam keputusan fatwa DSN Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000
ketentuan murabahah pada perbankan syariah adalah sebagai berikut:
a. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
b. Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syari‟ah Islam.
c. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
d. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri,
dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
e. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
f. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan
harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank
harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut
biaya yang diperlukan.
41
Ah. Azharuddin Lathif, “Konsep dan Aplikasi Murabahah bermasalah Pada Perbankan Syariah
Indonesia”http://www.academia.edu/6497439/Konsep_dan_Aplikasi_Akad_Murabahah_pada_Perban
kan_Syariah_di_Indonesia, diakses pada 24 september 2016, h. 11
32
g. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka
waktu tertentu yang telah disepakati.
h. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut,
pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
i. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari
pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara
prinsip, menjadi milik bank.
Menurut Muhammad Taqi Usmani dalam bukunya Introduction to Islamic
Finance, pada dasarnya murabahah merupakan salah satu jenis jual beli dan
bukanlah model pembiayaan sebagaimana yang dipraktikkan dalam perbankan
syariah saat ini. Model pembiayaan yang ideal dalam Islam sebenarnya adalah
mudharabah dan musyarakah. Namun pada praktiknya, kedua metode ini agak
sulit untuk diaplikasikan dalam beberapa bentuk pembiayaan. Berdasarkan
alasan ini, para pakar ekonomi syariah dan ulama kontemporer membolehkan
penggunaan murabahah untuk kegiatan pembiayaan, tapi hanya bersifat
terbatas/sementara selama mudharabah dan musyarakah belum bisa dipraktikan
secara maksimal42
.
Ada beberapa tipe penerapan murabahah dalam perbankan syariah yaitu
42
Abdul Rasyid, “Aplikasi Akad Murabahah dalam Perbankan Syariah,” http://business-
law.binus.ac.id/2016/04/30/aplikasi-akad-murabahah-dalam-perbankan-syariah/, diakses pada 24
september 2015.
33
sebagai berikut43
:
1. Tipe pertama, penerapan murabahah adalah tipe konsisten terhadap fiqih
muamalah. Dalam tipe ini bank membeli dahulu barang yang akan dibeli
oleh nasabah setelah ada perjanjian sebelumnya. Setelah barang dibeli atas
nama bank kemudian dijual ke nasabah dengan harga perolehan ditambah
margin keuntungan sesuai kesepakatan.
2. Tipe kedua, mirip dengan tipe yang pertama, tapi perpindahan kepemilikan
langsung dari supplier kepada nasabah, sedangkan pembayaran dilakukan
bank langsung kepada penjual pertama/supplier. Nasabah selaku pembeli
akhir menerima barang setelah sebelumnya melakukan perjanjian
murabahah dengan bank.
3. Tipe ketiga, Tipe ini yang paling banyak dipraktekkan oleh bank syariah.
Bank melakukan perjajian murabahah dengan nasabah, dan pada saat yang
sama mewakilkan (akad wakalah) kepada nasabah untuk membeli sendiri
barang yang akan dibelinya. Dana lalu dikredit ke rekening nasabah dan
nasabah menandatangi tanda terima uang. Tanda terima uang ini menjadi
dasar bagi bank untuk menghindari klaim bahwa nasabah tidak berhutang
kepada bank karena tidak menerima uang sebagai sarana pinjaman.
43
Ah. Azharuddin Lathif, “Konsep dan Aplikasi Murabahah bermasalah Pada Perbankan
Syariah di Indonesia”, h. 13
34
F. Ketetapan Fatwa DSN-MUI
1. Potongan Harga Dalam Pembiayaan Murabahah
Salah satu prinsip dasar dalam murabahah adalah jual beli dimana LKS
akan memberi barang kepada produsen yang kemudian dijual kembali kepada
nasabah. Pada saat pembelian barang terkadang LKS mendapatkan diskon
atau potongan harga dari produsen, agar tidak terjadi kesalahan, dewan
syariah nasional telah menetapkan fatwa NO: 16/DSN-MUI/IX/2000 tentang
Diskon Dalam Murabahah disebutkan Jika dalam jual beli murabahah LKS
mendapat diskon dari supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon.
Oleh karena itu, diskon adalah hak nasabah. Jika pemberian diskon
terjadi setelah akad, pembagian diskon tersebut dilakukan berdasarkan
perjanjian (per-setujuan) yang dimuat dalam akad. Dalam akad, pembagian
diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan dan ditandatangani.
2. Penyelesaian Piutang Murabahah
Dalam fatwa DSN NO: 84/DSN-MUI/II/2005 Penyelesaian Piutang
Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar. LKS boleh melakukan
penyelesaian (settlement) murabahah bagi nasabah yang tidak bisa
menyelesaikan/melunasi pembiayaannya sesuai jumlah dan waktu yang telah
disepakati, dengan ketentuan:
a) Obyek murabahah atau jaminan lainnya dijual oleh nasabah kepada atau
melalui LKS dengan harga pasar yang disepakati;
b) Nasabah melunasi sisa utangnya kepada LKS dari hasil penjualan;
35
c) Apabila hasil penjualan melebihi sisa utang maka LKS mengembalikan
sisanya kepada nasabah;
d) Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa utang maka sisa utang tetap
menjadi utang nasabah;
e) Apabila nasabah tidak mampu membayar sisa utangnya, maka LKS dapat
membebaskannya;
Selanjutnya, Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau
jika terjadi perselisihan di antara pihak-pihak terkait, maka penyelesaiannya
dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari‟ah Nasional setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.
3. Penjadwalan Kembali tagihan Murabahah
Dalam fatwa DSN NO: 48/DSN-MUI/II/2005 tentang penjadwalan
kembali tagihan murabahah, jika nasabah tidak bisa melunasi tagihan dalam
waktu yang telah disepakati, LKS dapat melakukan rescheduling dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) Tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa
b) Pembebanan biaya dalam proses penjadwalan kembali adalah biaya riil.
c) Perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan kesepakatan kedua
belah pihak.
36
G. Kajian Pustaka (Review Terdahulu)
Sebelum penelitian ini dilakukan penulis juga merujuk pada penelitian-
penelitian sebelumnya berupa jurnal-jurnal ilmiah atau skripsi-skripsi yang
mengangkat topik yang sama untuk membantu penulis dalam melakukan
penelitian ini. Berikut penelitian terdahulu yang menjadi rujukan penelitian ini:
1. Skripsi yang berjudul, “Analisis Penyaluran Pembiayaan Murabahah di BMT
Al-Fath IKMT Pamulang” oleh Andi Hamzah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tahun 2011. Penelitian ini menjelaskan tentang seberapa besar pengaruh
penyaluran pembiayaan murabahah yang dilaksanakan di BMT Al-Fath IKMT
Pamulang. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah pembiayaan dengan akad
murabahah sebaiknya dilakukan hanya pada saat penjual (BMT) telah mengetahui
atau memiliki barang tersebut pada saat negosiasi atau saat melakukan kontrak.
2. Skripsi yang berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap Akad Murabahah
Pada Produk Pembiayaan Modal Kerja di Unit Mega Mitra Syariah (M2S) Bank
Mega Syariah Kaliwungu” oleh Ubaedul Mustofa, Institut Agama Islam Negeri
Walisongo Semarang, tahun 2012. Penelitian membahas tentang pelaksanaan
akad murabahah pada produk pembiayaan modal kerja, serta bagaimana analisis
hukum Islam terhadap akad murabahah pada produk pembiayaan modal kerja.
Adapun hasil dari penelitian ini adalah pelaksanaan pembiayaan murabahah pada
produk pembiayaan modal kerja belum memenuhi ketentuan syariah. Hal ini
dikarenakan dalam pelaksanaannya ada tambahan berupa akad wakalah yang
pelaksanaannya dilakukan secara bersamaan.
37
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil BMT UGT Sidogiri
1. Sejarah BMT Usaha Gabungan Terpadu (UGT) Sidogiri
Koperasi Usaha Gabungan Terpadu disingkat koperasi UGT Sidogiri
mulai beroperasi pada tanggal 5 Rabiul awal 1421 H atau 6 Juni 2000 M di
Surabaya dan kemudian mendapatkan badan hukum Koperasi dari Kanwil
Dinas Koperasi PK dan Propinsi Jawa Timur dengan surat keputusan nomor :
09/BHKWK.13/VII/2000 tertanggal 22 Juli 2000. BMT UGT Sidogiri
didirikan oleh beberapa orang yang berada dalam satu kegiatan Urusan Guru
Tugas Pondok Pesantren Sidogiri (Urusan GT PPS) yang di dalamnya terdapat
orang-orang yang berprofesi sebagai guru dan pimpinan madrasah, alumni
Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan dan para simpatisan yang menyebar di
wilayah Jawa Timur.
Dalam setiap tahun BMT UGT Sidogiri membuka beberapa unit
pelayanan anggota di kabupaten/kota yang dinilai potensial. Pada saat ini
BMT UGT Sidogiri telah berusia 13 tahun dan sudah memiliki 230 Unit
Layanan Baitul Maal wat Tamwil/Jasa Keuangan Syariah dan 1 Unit
Pelayanan Transfer. Pengurus akan terus berusaha melakukan perbaikan dan
pengembangan secara berkesinambungan pada semua bidang baik organisasi
maupun usaha. Untuk menunjang hal tersebut maka anggota koperasi dan
38
penerima amanat perlu memiliki karakter STAF, yaitu Shiddiq (jujur), Tabligh
(Transparan), Amanah (dapat dipercaya) dan Fathanah (Profesional).
Pada tahun 2000 tersebut para pengurus BMT Sidogiri mulai berusaha
mengembangkan misinya ke seluruh Indonesia. Pembukaan cabang pertama
bertempat di Surabaya. Pembukaan BMT Sidogiri cabang Surabaya diberi
nama BMT Usaha Gabungan Terpadu (UGT) Sidogiri. Dan tempat kedua
berada di kota Jember. Usaha pengembangan koperasi yang dilakukan dengan
adanya pembukaan cabang baru tersebut masih tetap berlanjut hingga
sekarang. Sehingga BMT-UGT Sidogiri menjadi sebuah lembaga yang
memiliki asset yang besar.44
Salah satu cabang BMT UGT Sidogiri yang terdapat di provinsi Jawa
Barat yaitu berada di kota Depok. Cabang pembantu yang terdapat di depok
salah satunya adalah di sawangan. BMT UGT Sidogiri Cabang Pembantu
Sawangan yang beralamatkan Jl. Raya Pondok Petir 05/01 Bojongsari mulai
beroperasi pada tahun 2008, tepatnya pada tanggal 08 mei 2008. Di cabang
pembantu sawangan terdiri dari satu pengurus perwakilan, satu kepala cabang
pembantu, satu wakil kepala cabang pembantu satu, satu kasir/teller, satu
Account Officer analisis, satu Account Officer pembiayaan, dan satu Account
Officer Survei Pembiayaan. Jadi jumlah keseluruhan di BMT UGT Sidogiri
Cabang Pembantu Sawangan berjumlah tujuh orang.
44
Sejarah BMT UGT Sidogiri, dalam, http://bmtugtsidogiri.co.id di akses pada Kamis, 29
September 2016
39
2. Visi dan Misi BMT UGT Sidogiri
a. Visi
1) Terbangunnya dan berkembangnya ekonomi umat dengan landasan
syariah Islam.
2) Terwujudnya budaya ta‟awun dalam kebaikan dan ketakwaan di bidang
sosial ekonomi.
b. Misi
1) Menerapkan dan memasyarakatkan syariah Islam dalam aktivitas
ekonomi.
2) Menanamkan pemahaman bahwa sistem syariah di bidang ekonomi
adalah adil, mudah, dan maslahah.
3) Meningkatkan kesejahteraan umat dan anggota.
4) Melakukan aktivitas ekonomi dengan budaya STAF (Shiddiq/ Jujur,
Tabligh/ Komunikatif, Amanah/ Dipercaya, Fatonah/ Profesional).
5) Memberantas riba yang telah menjerat serta mengakar dimasyarakat.45
3. Maksud dan Tujuan
Koperasi ini bermaksud menggalang kerja sama untuk membantu
kepentingan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan bertujuan memajukan
45
Visi dan Misi BMT UGT Sidogiri, dalam, http://bmtugtsidogiri.co.id di akses pada Kamis, 29
September 2016
40
kesejahteraan anggota dan masyarakat serta ikut membangun perekonomian
nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat madani yang berlandaskan
pancasila dan UUD 1945 serta di ridhoi oleh Allah Swt.
4. Struktur Organisasi BMT UGT Sidogiri46
a. Pengurus
Ketua : H. Mahmud Ali Zain
Wakil Ketua I : H. Abdulloh Rahman
Wakil Ketua II : A. Saifulloh Naji
Sekretaris : A. Thoha Putra
Bendahara : A. Saifulloh Muhyiddin
b. Pengawas
Pengawas Syariah : KH. A. Fuad Noer Chasan
Pengawas Manajemen : H. Bashori Alwi
Pengawas Keuangan : H. Sholeh Abd. Haq
c. Pengelola
Direktur Utama : HM. Sholeh Wafie
Direktur Bisnis : Abd. Rokhim
Direktur Keuangan : Ahmad Erfan Afandi
Direktur SDI : H. Abd. Majid Umar
46
Struktur Organisasi BMT UGT Sidogiri, dalam, http://bmtugtsidogiri.co.id di akses pada
Kamis, 29 September 2016
41
Gambar II: Struktur Organisasi Kantor Cabang Sawangan
Sumber : Hasil wawancara dengan Bapak Muhaimin Kepala Cabang
Pembantu Sawangan Depok
B. Produk dan Jasa Pembiayaan di BMT UGT Sidogiri47
:
a) UGT GES (Gadai Emas Syariah)
Adalah Fasilitas pembiayaan dengan agunan berupa emas, ini sebagai
alternatif memperoleh uang tunai dengan cepat dan mudah. Akad
Pembiayaan yang digunakan adalah Akad Rahn Bil Ujrah (akad gadai dengan
upah sebagai biaya pemeliharaan barang yang digadaikan)
47
Produk Pembiayaan BMT UGT Sidogiri, dalam, http://bmtugtsidogiri.co.id di akses pada
Kamis, 29 September 2016
Pengurus Perwakilan
H. Sulton Fatoni,
M.Si
Kepala Cabang
Muhaimin, S.Pd.i
Wakil I
M. Ivan Fani
Teller/kasir
Mursidi,
S.Kom
AO Analisis
Fachrur Razi A
AO
Pembiayaan
Mursalim
Cahyono
AOSP
Nur Jaya
42
b) UGT MUB (Modal Usaha Barokah)
Adalah fasilitas pembiayaan modal kerja bagi anggota yang mempunyai
usaha mikro dan kecil. Akad Pembiayaan yang digunakan adalah akad yang
berbasis bagi hasil (Mudharabah/Musyarakah)48
atau jual beli (Murabahah)
c) UGT MTA (Multi Guna Tanpa Agunan)
Adalah Fasilitas pembiayaan tanpa agunan untuk memenuhi kebutuhan
anggota.
Akad Pembiayaan yang digunakan adalah akad yang berbasis jual beli
(Murabahah) atau berbasis sewa (Ijarah & Kafalah).49
d) UGT KBB (Kendaraan Bermotor Barokah)
Adalah merupakan fasilitas pembiayaan untuk pembelian kendaraan
bermotor.
Akad Pembiayaan yang digunakan adalah akad yang berbasis jual beli
(Murabahah)
e) UGT PBE (Pembelian Barang Elektronik)
Adalah fasilitas pembiayaan yang ditujukan untuk pembelian barang
elektronik.
Jenis barang elektonik yang bisa diajukan adalah:
48
Mudharabah adalah akad kerjasama dimana LKS menanggug penuh dana yang akan dijadikan
modal usaha nasabah/anggota. Sedangkan Musyarakah adalah akad kerjasama dimana LKS dan
nasabah/anggota masing-masing mempunyai porsi modal yang sama/berbeda. 49
Ijarah adalah akad sewa-menyewa atau upah-mengupah. Sedangkan kafalah adalah
mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang
lain sebagai penjamin.
43
1) Barang elektronik yang dijual secara legal (Baru atau bekas)
2) Bergaransi (Pabrik atau Toko)
3) Barangnya marketable seperti Laptop, Komputer, TV, Audio, Kulkas, dan
lain-lain
Akad Pembiayaan yang digunakan adalah akad yang berbasis jual beli
(Murabahah) atau akad Ijarah Muntahiyah Bittamliik.
f) UGT PKH (Pembiayaan Kafalah Haji)
UGT PKH adalah fasilitas pembiayaan konsumtif bagi anggota untuk
memenuhi kebutuhan kekurangan setoran awal Biaya Penyelenggaraan Ibadah
Haji (BPIH) yang ditentukan oleh Kementerian Agama, untuk mendapatkan
nomor seat porsi haji.
Akad Pembiayaan yang digunakan adalah akad Kafalah bil Ujrah dan Wakalah
bil Ujroh.50
g) UGT MJB (Multi Jasa Barokah)
UGT MJB adalah fasilitas pembiayaan yang diberikan kepada anggota
untuk kebutuhan jasa dengan agunan berupa fixed asset atau kendaraan bermotor
selama jasa dimaksud tidak bertentangan dengan undang-undang/hukum yang
berlaku serta tidak termasuk kategori yang diharamkan Syariah Islam.
Akad Pembiayaan :
50
Adalah sebuah akad dimana pihak BMT akan menanggung biaya haji anggota, kemudian
anggota akan melunasi biaya tersebut dengan tambahan upah (ujroh) dari jasa bmt sebagai
penanggung.
44
Akad yang digunakan adalah akad yang berbasis jual beli dan sewa (Bai' al Wafa
atau Ba‟i dan IMBT) atau berbasis sewa (Ijarah atau Rahn Tasjili).
h) UGT MGB (Multi Griya Barokah)
UGT MGB adalah pembiayaan jangka pendek, menengah, atau panjang
untuk membiayai pembelian rumah tinggal (konsumer), baik baru maupun bekas,
di lingkungan developer maupun non developer, atau membangun rumah atau
renovasi rumah.
Akad Pembiayaan yang digunakan adalah akad yang berbasis jual beli
(Murabahah, Bai' Maushuf Fiddhimmah atau Istishna') atau Multi Akad
(Murabahah dan Ijaroh Paralel)
i) UGT MPB (Modal Pertanian Barokah)
UGT MPB adalah fasilitas pembiayaan untuk modal usaha pertanian.
Akad Pembiayaan yang digunakan adalah akad yang berbasis jual beli
(Murabahah) atau multi akad (Murabahah dan Ijarah parallel atau Bai' al Wafa
dan Ijarah).
C. Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara selama penelitian ini
dilaksanakan, akad pembiayaan di dominasi oleh akad murabahah. Akad murabahah
telah dipakai untuk produk pembiayaan di BMT UGT Sidogiri Cabang Pembantu
Sawangan kurang lebih selama tiga tahun dari tahun 2013. Adapun jenis produk
pembiayaan yang sering menggunakan akad murabahah ada dua, yaitu UGT MUB
45
(Modal Usaha Barokah) dan UGT KBB (Kendaraan Bermotor Barokah). Penerapan
akad pembiayaan modal usaha (UGT MUB ) dan juga pembiayaan konsumtif (UGT
KBB) di BMT UGT Sidogiri Cabang Pembantu Sawangan ditentukan berdasarkan
ketentuan dan kebijakan dari BMT. Hasil wawancara aplikasi/penerapan akad
murabahah dalam pembiayaan produktif dan konsumtif di BMT UGT Sidogiri
Cabang Pembantu Sawangan adalah
“Produk yang kita pakai untuk murabahah itu ada produk MUB
(Modal Usaha Barokah) dengan MJB (Multi Jasa Barokah) ini yang
biasa kami pakai. Jadi, multi jasa akadnya kita pakai empat, yaitu:
murabahah, ijarah, ijarah mawazi, dan wakalah. Cuma untuk
murabahah sendiri kita sering pakai MUB, ada murabahah wakalah
umum dan ada murabahah wakalah khusus. Jadi masuk disitu.51
”
Penerapan akad murabahah terdapat dalam berbagai macam produk
pembiayaan di BMT UGT Sidogiri Cabang Pembantu Sawangan. Diantaranya adalah
produk UGT MUB (Modal Usaha Barokah) dan UGT MJB (Multi Jasa Barokah).
Untuk MJB menggunakan empat akad yaitu murabahah, ijarah, ijarah mawazi dan
juga wakalah. Umumnya produk multi jasa ini digunakan untuk anggota yang
mengajukan pembiayaan untuk bermacam keperluan, contohnya untuk biaya sekolah
menggunakan akad ijarah mawazi dimana bmt akan memberikan dana untuk biaya
sekolah anak si anggota kemudian anggota akan melunasinya dengan tambahan upah
dari jasa yang bmt berikan, kemudian membayar hutang dengan menggunakan akad
51
Muhaimin, Wawancara Kepala Cabang Pembantu Sawangan BMT UGT Sidogiri,
(beralamatkan di Sawangan : Kantor BMT UGT Sidogiri Sawangan Depok), Tanggal 04 Oktober
2016.
46
ijarah yaitu bmt membantu melunasi hutang anggota (bukan memberikan hutang)
kemudian setelah lunas anggota akan membayar kembali dengan tambahan upah atas
jasa yang bmt berikan. Sedangkan untuk akad murabahah sendiri lebih sering dipake
untuk produk pembiayaan MUB (Modal Usaha Barokah). Dalam akad murabahah
untuk pembiayaan modal usaha digunakan dua akad wakalah, yaitu wakalah khusus
dan wakalah umum.
Sedangkan penjelasan secara rinci mengenai wakalah umum dan wakalah
khusus yang ditambahkan dalam akad murabahah ini akan dijelaskan sebagaimana
hasil wawancara di BMT UGT Sidogiri Cabang Pembantu Sawangan adalah
“Kita gini, kalau untuk barang kita akan ada istilahnya seperti
produk murabahah tapi dengan pembelian motor murabahah itu
tidak ada sebatas kita beli, bahkan yang sering murabahah itu kita
pakai murabahah wakalah umum dan murabahah wakalah khusus.
Karena kita terbatas waktu juga, akhirnya kita wakalahkan ke
anggota. Sedangkan dalam (menurut) Syafi‟i pun bay‟u nafsihi
linafsihi juga diperbolehkan. Sehingga anggota datang dua orang
(suami dan istri), kita mewakilkan ke suaminya untuk dijual
langsung kepada istrinya. Itu lebih afdhol, atau langsung kita
mewakilkan kepada anggota tersebut kemudian kita mewakilkan
menjual barang tersebut kepada dirinya itu boleh. Sehingga yang
sering kita pakai kita seperti itu (contoh yang kedua). Kecuali kalau
orangnya, seperti barang-barang yang memang (dipesan) jelas ciri-
cirinya jelas, misalnya orang mau beli hape merek apa, tipenya apa,
baru kita cari dulu begitu dapet baru kita kasih. Kalau untuk
pedagang, kaya untuk dipasar mereka kan jualan baju dan lain-lain
kita pakenya wakalah umum. Seperti itu. Kalau motor itu kalau
udah spesifikasinya jelas tergantung orangnya (anggota), apa BMT
yang membelikan atau mau beli sendiri? Kalau dia ingin membeli
sendiri, maka kita wakalahkan kepada dia, wakalah khusus. Jadi
47
kita tinggal minta bukti setelah pembelian dibawa kesini.”52
Penerapan akad murabahah pada produk pembiayaan pembelian motor
menggunakan tambahan akad wakalah khusus. Dari hasil wawancara, wakalah
khusus adalah saat anggota mengajukan pembiayaan untuk pembelian motor dan
pihak BMT menyetujui kemudian untuk transaksi tersebut pihak BMT menggunakan
akad murabahah. Setelah pihak BMT menyetujui dan berserdia memberikan
pembiayaan kepada anggota saat itu juga pihak BMT akan mewakilkan pembelian
motor kepada anggota dan pihak BMT juga mewakilkan penjualan motor tersebut
kepada anggota itu sendiri. Alasan pihak BMT mewakilkan pembelian dan penjualan
sekaligus kepada anggota adalah karena dalam madzhab syafi‟i bay‟u nafsihi
linafsiihi diperbolehkan dan juga karena keterbatasan waktu. Sehingga setelah
anggota mendapatkan motor yang diinginkan maka anggota tidak perlu kembali lagi
menyerahkan motor tersebut kepada pihak BMT kemudian dilanjutkan dengan
penjualan dari pihak BMT kepada anggota.
Sedangkan untuk penerapan akad murabahah dengan tambahan akad wakalah
umum akan dijelaskan sebagaimana hasil wawancara di BMT UGT Sidogiri Cabang
Pembantu Sawangan adalah
“Kalau untuk pedagang, kaya untuk dipasar mereka kan jualan baju
dan lain-lain kita pakenya wakalah umum. Iya, karena kan gini
seperti pedagang baju misalnya, kita kan gak tau mau dibelanjakan
52
Muhaimin, Wawancara Kepala Cabang Pembantu Sawangan BMT UGT Sidogiri,
(beralamatkan di Sawangan : Kantor BMT UGT Sidogiri Sawangan Depok), Tanggal 04 Oktober
2016.
48
untuk ukuran berapa, model apa, sehingga kita pokoknya
gelondongan ini saya wakilkan ini uang lima juta tolong belikan
baju yang diinginkan (anggota). Sehingga ketika dia (anggota)
menerima dengan bilang “iya pak saya bersedia untuk membelikan”
baru kita bilang barang tersebut setelah dibeli kita jual (kepada
pedagang) dengan harga sekian, saya jual kepada bapak. Sehingga
disitu, disamping dia (pedagang) jadi muwakili (orang yg mewakili
pembelian) dia juga menjadi pembeli (musytari).”53
Penerapan akad murabahah dengan tambahan akad wakalah umum terdapat
pada produk pembiayaan modal usaha. Misalnya pedagang baju mengajukan
pembiayaan untuk modal usaha bajunya dan pihak BMT menyetujuinya dengan
menggunakan akad murabahah ditambah dengan akad wakalah umum. Aplikasinya
adalah pihak BMT memberikan modal usaha dengan nominal yang anggota ajukan
kemudian ketika disepakati dengan akad murabahah maka kemudian pihak BMT
mewakilkan pembelian untuk keperluan modal usaha baju tersebut kepada anggota
kemudian saat itu juga pihak BMT berpesan setelah anggota telah membeli dan
mendapatkan barang keperluan usahanya maka BMT menjualnya secara langsung
kepada nasabah dengan harga perolehan ditambah keuntungan untuk pihak BMT
yang telah disepakati diawal akad murabahah. Sehingga anggota tidak perlu kembali
ke BMT menyerahkan barang yang telah dia beli kepada pihak BMT.
53
Muhaimin, Wawancara Kepala Cabang Pembantu Sawangan BMT UGT Sidogiri,
(beralamatkan di Sawangan : Kantor BMT UGT Sidogiri Sawangan Depok), Tanggal 04 Oktober
2016.
49
Penjelasan tentang tidak perlunya anggota menyerahkan barang yang telah
dibeli kepada pihak BMT dijelaskan sebagaimana hasil wawancara di BMT UGT
Sidogiri Cabang Pembantu Sawangan adalah
“Menurut pak Muhaimin, anggota tidak usah menyerahkan ke pihak
BMT, jadi setelah akad wakalah nanti ada jeda waktu sekedar untuk
memisahkan (waktu akad dengan akad selanjutnya) baru kita
jual.54
”
Dari penjelasan berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa
ketika akad murabahah telah disepakati antara anggota yang mengajukan pembiayaan
dengan pihak BMT maka akan ada jeda waktu sebagai pemisah antara akad
murabahah dengan akad wakalah yang akan dilakukan. Sehingga ketika jeda waktu
tersebut sudah dilalui maka pihak BMT mewakilkan pembelian dan penjualan barang
kepada anggota pembiayaan tersebut. Inilah alasan yang mendasari tidak
diperlukannya lagi anggota kembali ke kantor BMT untuk menyerahkan barang yang
dia beli.
Selanjutnya untuk prosedur pengajuan pembiayaan dari anggota kepada pihak
BMT akan dijelaskan sebagaimana hasil wawancara di BMT UGT Sidogiri Cabang
Pembantu Sawangan adalah
“Untuk prosedur sama, yang membedakan itu di akadnya. Jadi kalo
prosedur yang pertama dia harus jadi aggota, syarat utama kan itu.
Karena kita badan hukum koperasi tidak bisa memberikan pinjaman
54
Muhaimin, Wawancara Kepala Cabang Pembantu Sawangan BMT UGT Sidogiri,
(beralamatkan di Sawangan : Kantor BMT UGT Sidogiri Sawangan Depok), Tanggal 04 Oktober
2016.
50
ataupun pelayanan kecuali pada anggota. Kedua, setelah jadi
anggota kita lihat transaksi minimal tiga kali setoran tabungannya.
Setelah itu baru bisa mengajukan, setelah mengajukan nanti kita
kasih formulir. Formulir disitu tertulis penggunaannya untuk apa,
jangka waktunya berapa, pengajuannya berapa dan nanti disitu juga
akan dilengkapi dengan fotokopi KTP, KK, Surat Nikah. Termasuk
kalau untuk murabahah wakalah umum ataupun wakalah khusus
nanti disitu ada jaminan. Tapi kalau yang pembelian dari kita
otomatis jaminan kan kita yang pegang dari dealer kita yang urus,
BPKB langsung masuk kesini (BMT). Tapi kalau yang seperti
pedagang di pasar, kadang jaminan berupa BPKB, setifikat
rumahnya. Prosedurnya sama seperti itu. Dan itupun dari pengajuan
itupun tidak langsung kita ACC, sehingga nanti setelah penerimaan
berkas nanti kita kasih (berkas tersebut) ke AO Analisa. Nanti dia
ngecek kelengkapan berkasnya kalau memang sudah lengkap baru
nanti kita akan survey. Nah, kalau untuk pembelian barang sendiri
PBB (Pembelian Barang Barokah) sifatnya disitu harus ada DP
minimal 25%. Setelah di survey ternyata oke baru kita jadwal
pencairannya. Jadi prosedurnya sama seperti itu.55
”
Prosedur atau mekanisme pembiayaan dengan akad murabahah sama dengan
pembiayaan atau produk dan jasa lainnya, hanya saja yang membedakan adalah akad
yang digunakan. Prosedur yang digunakan mengacu pada peraturan tentang koperasi
dimana pihak BMT tidak akan memberikan pelayanan produk dan jasa kecuali hanya
pada anggota. Yang paling utama dalam pengajuan pembiayaan di BMT UGT
Sidogiri Cabang Pewmbantu Sawangan adalah pertama harus menjadi anggota BMT
terlebih dahulu.
Kemudian yang yang kedua setelah menjadi anggota BMT dilihat dari
transaksinya minimal tiga kali setoran tabungan. Kemudian setelah kedua persyaratan
55
Muhaimin, Wawancara Kepala Cabang Pembantu Sawangan BMT UGT Sidogiri,
(beralamatkan di Sawangan : Kantor BMT UGT Sidogiri Sawangan Depok), Tanggal 04 Oktober
2016.
51
utama tersebut telah terpenuhi maka anggota boleh mengajukan pembiayaan dengan
mengisi formulir yang telah disediakan. Di dalam formulir tersebut tertulis
pennggunaaan dana, nominal yang diajukan serta jangka waktu pembayaran atau
pelunasan dilengkapi dengan berkas identitas diri seperti KTP, KK dan surat nikah.
Termasuk untuk pembiayaan akad murabahah dengan wakalah umum ataupun
wakalah khusus terdapat jaminan yang harus diserahkan oleh anggota kepada pihak
BMT. Untuk jaminan pihak BMT meminta surat-surat berharga seperti BPKB atau
sertifikat rumah tergantung besarnya nominal pembiayaan yang diajukan oleh
anggota. Setelah pihak BMT menerima berkas-berkas persyaratan dari anggota BMT
tidak langsung menyetujui, kelengkapan berkas-berkas persyaratan akan dicek dan di
analisa oleh AO Analisa. Setelah berkas dinyatakan sudah lengkap maka pihak BMT
akan melakukan survey untuk memastikan alasan penggunaan dana tersebut sesuai
dengan perjanjian.
Setelah melakukan survei dan dinyatakan sesuai maka BMT akan
menjadwalkan proses pencairan dana. Untuk pembelian barang, seperti halnya motor
atau barang lainnya pihak BMT mensyaratkan harus sudah ada uang muka dari
anggota sebesar 25% dari harga barang tersebut. Jadi pihak BMT tinggal membayar
yang 75% dari harga barang. Tidak adanya ketentuan dari pihak BMT yang
mengharuskan anggota menyerahkan barang yang sudah dibeli kepada pihak BMT
yang kemudian akan dilanjut dengan transaksi jual beli dengan anggota dijelaskan
sebagaimana hasil wawancara di BMT UGT Sidogiri Cabang Pembantu Sawangan
adalah
52
“Tidak usah. Nah disitu juga kan ada orang yang mempertanyakan
„loh pak, jual beli kan harus ada ba‟i (penjual), mabiy‟ (barang yang
dijual) dan juga musytari (pembeli). Nah yang dipertanyakan
mabiy‟nya (barang yang dijualnya)? Nah justru, mabiy‟ yang sudah
kita sebutkan tadi dengan ciri-ciri seperti itu yang telah disebutkan
kemudian dari anggota mengiyakan (menyetujui) berarti gambaran
barangnya sudah sesuai dengan hal tersebut.56
”
Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa kebijakan pihak BMT dalam
pembiayaan dengan akad murabahah dengan tambahan akad wakalah khusus dalam
pembelian kendaraan motor anggota tidak perlu kembali menyerahkan motor yang
sudah dibeli kepada pihak BMT karena menurut pihak BMT penjelasan anggota
tentang spesifikasi barang yang akan dibeli pada saat sebelum akad dan anggota telah
menyetujui itu sudah sesuai dengan syarat jual beli dimana harus ada mabiy‟ (barang
yang dijual) dan juga musytari. Hal ini yang mendasari bahwa anggota tidak perlu
menyerahkan lagi ke pihak BMT saat barang sudah dibeli dan didapatkan.
Maka kemudian muncul pertanyaan bagaimana jika dari pihak anggota
melakukan kecurangan. Misalnya saja penggunaan dana yang harusnya dibelikan
motor ternyata tidak dibelikan sebagaimana yang telah disepakati antara anggota
dengan pihak BMT. Jawaban pihak BMT terkait kemungkinan kecurangan yang bisa
saja dilakukan anggota akan dijelaskan sebagaimana hasil wawancara di BMT UGT
Sidogiri Cabang Pembantu Sawangan adalah
“Nah yang dikhawatirkan itu kita mewakilkan untuk barang ini
56
Muhaimin, Wawancara Kepala Cabang Pembantu Sawangan BMT UGT Sidogiri,
(beralamatkan di Sawangan : Kantor BMT UGT Sidogiri Sawangan Depok), Tanggal 04 Oktober
2016.
53
(yang telah disetujui) dibelikan nggak (oleh anggota)? Nah itu,
bahasanya jawanya sembrono. Sehingga kalau umpama ada
taqossur/taqsir (kecurangan) dari anggota itu bukan kesalahan kita.
Kesalahan dari dia. Dan itupun, kita nggak mungkin meng-ACC
orang-orang yang menurut kita nggak bisa dipercaya. Karena kita
udah survei, analisa bagus maka kita berani wakalahkan.57
”
Pihak BMT menyebut penyelewengan atau kecurangan yang mungkin
dilakukan oleh anggota dengan istilah taqossur/taqsir. Pihak BMT beranggapan
bahwa kalau terjadi kecurangan yang dilakukan anggota pembiayaan adalah diluar
tanggung jawab BMT, karena BMT hanya memberikan atau menyetujui pembiayaan
yang diajukan anggota berdasarkan survei sebelumnya. Hasil survei dan analisis dari
AOSP (account officer survei pembiayaan) itulah yang mendasari kepercayaan BMT
untuk memberikan atau menyetujui pengajuan pembiayaan anggota.
Dalam hal pemberian pembiayaan pihak BMT dan juga untuk menghindari
taqossur dari anggota, pihak BMT mengutamakan penggunaan dana yang diajukan
anggota. Pihak BMT tidak mengutamakan jaminan, hal ini sebagaimana hasil
wawancara di BMT UGT Sidogiri Cabang Pembantu Sawangan:
“Nah iya, diluar perjanjian. Sehingga kan kita ketika ada orang yang
mengajukan yang kita utamakan dari formulir kita lihat pengunaan
dananya untuk apa. Itu yang jadi garis besar. Kemudian, ketika dia
menulis pengunaan dananya untuk ini baru kita survei. Kalo point
pertama tidak sesuai dengan yang dia tulis itu udah (dibatalkan).
Karena kita dalam jasa keuangan kita lebih pada penggunaannya
bukan pada jaminan, jaminan itu nomer sekian. Kecuali kalau
terlalu ribet baru kita pakai jaminan. Jadi umpama jaminan BPKB
motor, sehingga motornya kita beli. Anggota umpama ngajuin
57
Muhaimin, Wawancara Kepala Cabang Pembantu Sawangan BMT UGT Sidogiri,
(beralamatkan di Sawangan : Kantor BMT UGT Sidogiri Sawangan Depok), Tanggal 04 Oktober
2016.
54
sepuluh (juta) nanti ini motor kita beli yah sepuluh juta, ini
kuncinya. Deal kita beli. Nanti kita nanya, „bapak butuhkan motor
untuk ini (keperluan bapak)?‟ nah sehingga disitulah kita pake
murbahah bil ijarah. Sehingga yang tadi kita beli (motor tadi) kita
ijarahkan ke anggota, „bapak ini saya sewakan motor kepada bapak
perbulan sekian (rupiah), dengan hitungan nanti ketika total yang
kita minta lunas nanti secara penuh kita kasihkan hak milik kepada
bapak. Nah sehingga begitu lunas nanti nggak butuh akad lagi,
karena di awal sudah di katakan pokoknya begitu lunas menjadi hak
milik bapak (anggota).58
”
Menurut pihak BMT ketika anggota mengajukan pembiayaan dan mengisi
formulir, hal yang paling pertama di lihat dalam formulir adalah rencana penggunaan
dana. Sehingga ketika di survei ternyata antara rencana penggunaan dana dengan
fakta di lapangan tidak sesuai maka BMT tidak akan menyetujui permohonan
pembiayaan tersebut. Fakta di lapangan BMT peroleh berupa informasi dari tempat
usaha atau tetangga anggota. Kemudian pihak BMT akan meminta jaminan BPKB
motor anggota untuk dibeli sesuai dengan harga pasar. Misalnya, nominal yang
anggota ajukan sepuluh juta rupiah maka pihak BMT membelinya dengan harga
tersebut kemudian BMT menyewakan motor yang dibeli kepada anggota dengan
harga sewa perbulannya. Sehingga ketika anggota telah melunasi jumlah yang
sepuluh juta rupiah tadi maka motor tadi sudah menjadi hak milik anggota lagi dan
tidak memerlukan akad lagi.
Kemudian setelah pembiayaan di setujui dan di cairkan oleh BMT maka akan
58
Muhaimin, Wawancara Kepala Cabang Pembantu Sawangan BMT UGT Sidogiri,
(beralamatkan di Sawangan : Kantor BMT UGT Sidogiri Sawangan Depok), Tanggal 04 Oktober
2016.
55
ada pengawasan dilapangan. Pengawasan penggunaan dana pembiayaan akan
dijelaskan sebagaimana hasil wawancara di BMT UGT Sidogiri Cabang Pembantu
Sawangan:
“Kadang-kadang ketika angsuran pertama kita cek, kadang temen-
temen sekalian pulang juga mengecek. Misalnya pembelian mobil
atau motor, kok sampe seminggu nggak ada dirumahnya baru kita
konfirmasi „kok gak ada barangnmya ini pak?‟ kita memastikan.
Tapi selama ini alhamdulillah yang pake murabahah wakalah umum
atau khusus sesuai (dengan perjanjian). Sehingga disitu, umpama
beli mobil kok dapetnya motor nah disitu kita konfirmasi „pak dulu
kan akadnya beli mobil kok dapetnya motor?‟ kemudian anggota
menjelaskan alasannya nah disitu kan diluar tangung jawab kita.
Kalau umpamapun seperti itu, kita ngecek ke belakangnya
(angsuran). Bener nggak angsurannya? Ketika seperti itu berarti ada
taqsir di awalnya. Tapi kalau lancar berarti itu bener-bener butuh.
Tapi kalau angsurannya kok agak nyendat-nyendat telat seminggu
atau dua minggu kita lihat ekonominya. Kalau telatnya sampe tiga
bulan berarti orangya nggak bener. Kalau kendala taqsir/taqossur
emang bener ada.59
”
Dalam hal pengawasan penggunaan dana dari BMT kepada anggota
pembiayaan, BMT akan mengawasi dari bulan pertama angsuran. Pihak BMT juga
mengawasi penggunaan dananya dengan memanfaatkan waktu diluar jam kantor
untuk memastikan bahwa penggunaan dananya sesuai dengan perjanjian. Misalkan
pembiayaan untuk pembelian motor, ketika jam pulang kantor ada dari karyawan
BMT yang mengecek kerumah anggota apakah sudah dibelikan motor tersebut.
Ketika di dapati ternyata dalam waktu yang cukup lama belum ada bukti fisik
59
Muhaimin, Wawancara Kepala Cabang Pembantu Sawangan BMT UGT Sidogiri,
(beralamatkan di Sawangan : Kantor BMT UGT Sidogiri Sawangan Depok), Tanggal 04 Oktober
2016.
56
pembelian motor maka pihak BMT akan segera menelfon anggota untuk menanyakan
penggunaan dana yang telah disepakati di awal perjanjian.
Sedangkan dalam hal kendala yang dihadapi pihak BMT dalam menyalurkan
pembiayaan kepada anggota akan dijelaskan sebagaimana hasil wawancara di BMT
UGT Sidogiri Cabang Pembantu Sawangan
“Di lembaga keuangan manapun kendala pasti ada, karena disitu
ada beberapa faktor. Terutama faktor yang sering terjadi itu faktor
ekonomi, itu yang paling sering terjadi. Kedua faktor lingkungan,
apakah itu permaslahan keluarga. Cuman yang paling banyak itu
faktor ekonomi.60
”
Pihak BMT mengakui bahwa setiap lembaga keuangan manapun pasti
mendapati kendala dalam operasional, tidak terkecuali di BMT UGT Sidogiri Cabang
Pembantu Sawangan. Pihak BMT menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang
menjadi kendala dalam hal pembiayaan. Faktor yang paling banyak di temui BMT
adalah faktor ekonomi yang membuat anggota susah melakukan kewajibannya untuk
melunasi angsuran yang telah disepakati di awal.
Sedangkan dari sisi anggota, alasan mereka lebih tertarik bergabung dan
mengajukan pembiayaan di BMT UGT Sidogiri adalah karena proses dan
prosedurnya yang relatif mudah dan gampang serta lokasi BMT yang dekat adalah
alasan mereka memilih bergabung menjadi anggota BMT tersebut. Menurut mereka
jika dibandingkan dengan bank, BMT UGT Sidogiri lebih mudah dalam hal
60
Muhaimin, Wawancara Kepala Cabang Pembantu Sawangan BMT UGT Sidogiri,
(beralamatkan di Sawangan : Kantor BMT UGT Sidogiri Sawangan Depok), Tanggal 04 Oktober
2016.
57
pelayanan dan prosedur pengajuan pembiyaan.
58
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
1. Aplikasi Pembiayaan Akad Murabahah Pada BMT UGT Sidogiri Cabang
Pembantu Sawangan
Salah satu akad dalam fiqih yang populer digunakan dalam lembaga
keuangan syariah di dunia, terutama lembaga keuangan syariah di Indonesia
adalah akad murabahah baik lembaga bank maupun non bank seperti halnya
Baitul Mal Wat Tamwil (BMT). Pembiayaan dengan mengunakan akad
murabahah menjadi produk unggulan di lembaga keuangan syariah di Indonesia.
Termasuk didalamnya adalah BMT UGT Sidogiri Cabang Pembantu Sawangan
di depok.
Produk pembiayaan dengan akad murabahah di BMT UGT Sidogiri
Cabang Pembantu Sawangan masih menjadi pilihan utama dan mempunyai porsi
yang lebih dominan jika dibandingkan dengan pembiayaan dengan akad yang
lain. Menurut pihak BMT, alasan mengapa akad murabahah mempunyai porsi
yang dominan yaitu karena prosesnya yang lebih mudah dan sederhana serta
standar operasionalnya yang lebih mudah di pahami. Berikut ini adalah aplikasi
pembiayaan dengan akad murabahah di BMT UGT Sidogiri Cabang Pembantu
Sawangan:
1) Anggota datang ke BMT UGT Sidogiri Cabang Pembantu Sawangan
mengajukan permohonan pembiayaan pembelian barang.
59
2) Bagi anggota baru disyaratkan melakukan transaksi tabungan minimal tiga
kali setoran dengan nominal minimal persekali transaksi tabungan sebesar
Rp 10.000
3) Dalam kontrak pembiayaan murabahah disebutkan bahwa pihak BMT dan
anggota telah menyetujui untuk menandatangani dan melaksanakan suatu
perjanjian al-murabahah dengan ketentuan dan syarat yang telah ditentukan.
4) Jenis barang yang sering menjadi objek pembiayaan di BMT UGT Sidogiri
Capem Sawangan adalah barang untuk modal usaha seperti pembelian
bahan-bahan untuk warung sembako, toko baju, bahan bangunan untuk
renovasi rumah dan pembelian sepeda motor.61
5) Besarnya jumlah pembiayaan yang diberikan oleh BMT tergantung dari
nilai jual jaminan yang akan dijaminkan, apabila nilai jual barang jaminan
dapat mengcover untuk pembiayaan penuh yang anggota ajukan maka akan
diberikan, kalau tidak mengcover maka akan disesuaikan dengan jaminan
tersebut.
6) Pembiayaan murabahah dilaksanakan dengan wakalah yaitu pelimpahan
kekuasaan dari pihak BMT yang diberikan kepada anggota untuk membeli
barang yang diinginkan.
61
Muhaimin, Wawancara Kepala Cabang Pembantu Sawangan BMT UGT Sidogiri,
(beralamatkan di Sawangan : Kantor BMT UGT Sidogiri Sawangan Depok), Tanggal 04 Oktober
2016.
60
7) Segala sesuatu mengenai pembelian barang oleh anggota diketahui oleh
pihak BMT dengan jelas sesuai dalam perjanjian. Salah satu contohnya
adalah kewajiban anggota menyerahkan kuitansi pembelian barang kepada
pihak BMT.
8) Dalam transaksi dengan akad murabahah BMT UGT Sidogiri Capem
Sawangan tidak bertindak sebagai pembeli pertama atas barang yang
diinginkan anggota dari supplier, melainkan memberi kuasa kepada anggota
untuk membeli barang secara mandiri.
9) Setelah nasabah melakukan pembelian barang, maka barang akan
dikirimkan oleh supplier langsung kepada nasabah.
10) Dalam klausul kontrak disebutkan hutang diberikan untuk jangka waktu
selama XX bulan, terhitung sejak tanggal XX hingga tanggal XX (jatuh
tempo).
11) Pembayaran kembali hutang pokok dan margin anggota kepada pihak BMT
dilakukan setiap bulan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama
oleh keduanya.
12) Akad murabahah dilaksanakan sebelum barang secara prinsip menjadi milik
pihak BMT selaku penjual. Karena anggota sebagai wakil dari BMT diberi
kuasa untuk membeli barang yang diinginkan dan kemudian menjual barang
yang telah dibeli kepada dirinya sendiri. Hal ini dapat di lihat dalam kontrak
pasal 5 tentang transaksi wakalah dan murabahah.
61
13) Dalam hal uang muka hanya untuk pembelian kendaraan motor dan mobil
saja.
14) Anggota pembiayaan murabahah di BMT UGT Sidogiri Cabang Pembantu
Sawangan mendapatkan pembiayaan seseuai dengan modal yang
dibutuhkan anggota tersebut. Kecuali pada pembiayaan motor dan mobil
anggota harus membayar uang muka terlebih dahulu, hal ini untuk
membuktikan kesungguhan anggota.
15) Untuk menjamin kepastian dan ketertiban pembayaran serta pelunasan
kembali seluruh hutang yang wajib dikembalikan oleh anggota kepada pihak
BMT maka anggota memberikan jaminan kepada pihak BMT berupa barang
dengan taksiran harga diatas nominal pembiayaan. Hal ini dapat dilihat di
pasal 2 tentang agunan dan jaminan.
16) Dalam pembiayaan murabahah di BMT UGT Sidogiri Cabang Pembantu
Sawangan anggota selalu memberikan jaminan kepada pihak BMT, barang
tersebut tidak secara langsung dipegang oleh pihak BMT tetapi disimpan
oleh anggota sendiri. Sehingga kewajiban untuk memelihara, pajak dan
segala biaya yang dikeluarkan apabila terjadi kerusakan menjadi tanggung
jawab anggota. Hal ini dijelaskan di pasal 1,2 dan 3 tentag pemeliharaan
barang jaminan.
17) Anggota BMT UGT Sidogiri Cabang Pembantu Sawangan umumnya
memiliki kemampuan untuk tidak menunda pembayaran tiap bulannya
62
karena dalam hal ini pihak BMT selalu memonitoring anggotanya apabila
sudah waktunya membayar angsuran.
18) Apabila pada saat jatuh tanggal pembayaran tiap bulannya anggota belum
membayar, maka pihak BMT akan mengingatkan anggota dengan telepon.
19) Anggota dianggap cidera janji apabila tidak melakukan pembayaran
angsuran (menunggak) selama tiga kali berturut atau berselang. Hal ini
sebagaimana dijelaskan dalam pasal 7 huruf a tentang cidera janji.
20) Apabila anggota dianggap telah cidera janji maka pihak BMT berhak
mengambil alih atau menarik jaminan yang ada pada anggota. Hal ini
sebagaimana dijelaskan dalam pasal 9 ayat 1.
21) Apabila terjadi bencana alam (banjir, gempa bumi) atau huru-hara sehingga
mengakibatkan kerusakan atau barang jaminan menjadi musnah/rusak berat,
maka anggota wajib menggantinya kembali dengan barang lain yang
nilainya minimal sama dengan barang yang dijaminkan sebelumnya.
Dalam praktik dilapangan, BMT UGT Sidogiri Cabang Pembantu
Sawangan melakukan pembiayaan dengan secara langsung melainkan dengan
wakalah. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan sebagaimana hasil wawancara
dengan pihak BMT mengenai tahapan pembiayaan murabahah. Berikut adalah
tahapa-tahapan tersebut:62
1) Harus menjadi anggota BMT UGT Sidogiri Cabang Pembantu Sawangan.
62
Muhaimin, Wawancara Kepala Cabang Pembantu Sawangan BMT UGT Sidogiri,
(beralamatkan di Sawangan : Kantor BMT UGT Sidogiri Sawangan Depok), Tanggal 04 Oktober
2016.
63
2) Melakukan transaksi minimal tiga kali setoran.
3) Mengisi aplikasi/formulir permohonan pengajuan pembiayaan.
4) Anggota menyerahkan persyaratan-persyaratan berupa identitas diri,
fotokopi Kartu Keluarga (KK), fotokopi KTP, Fotokopi Surat Nikah.
5) Baik pembiayaan murabahah dengan wakalah umum ataupun khusus
anggota harus menyerahkan jaminan berupa surat berharga seperti BPKB
atau sertifikat tanah tergantung besarnya pembiayaan yang anggota ajukan.
6) Berkas dan persyaratan-persyaratan akan di cek kelengkapannya oleh
account officer Analisa.
7) Setelah Account Officer Analisa menyatakan sudah lengkap maka Account
Officer Survei akan melakukan survei kerumah, tempat usaha, begitupun
dengan barang jaminan tidak luput dari survei AO Survei.
8) Setelah melakukan survei, kemudian Account Officer Survei melakukan
analisa pembiayaan sesuai dengan data survei yang diperoleh di lapangan.
9) Setelah melakukan analisa kemudian Account Officer Survei memberikan
usula pembiayaan kepada kepala cabang.
10) Setelah disetujui oleh kepala cabang kemudian akan disiapkan akad
pembiayaan dan setelah selesai pembuatan akad maka dilanjutkan dengan
penjadwalan pencairan dana.
11) Anggota datang sesuai jadwal yang ditentukan lalu membawa jaminan
untuk diserahkan ke pihak BMT untuk di cek keaslian jaminan dan apakah
sudah sesuai dengan berkas yang telah diserahkan sebelumnya.
64
12) Anggota melakukan akad pembiayaan (murabahah) dengan pihak BMT,
kemudian setelah akad telah selesai maka akan ada jeda waktu pemisah
untuk melakukan akad selanjutnya yaitu wakalah umum/khusus.
13) Anggota melakukan pembelian barang ke supplier kemudian supllier
menyerahkan barang ke anggota. Setelah menerima barang dari supplier,
anggota tidak berkewajiban menyerahkan barang tersebut kepada BMT
kembali akan tetapi BMT mengizinkan anggota menjual kepada dirinya
sendiri.
14) Anggota menyerahkan semua bukti pembayaran kepada pihak BMT.
15) Anggota membayar cicilan/angsuran setiap bulan sampai jangka waktu yang
telah ditentukan.
Pertama-tama anggota mengajukan permohonan pembiayaan untuk
membeli barang dengan akad murabahah. Setelah diteliti dengan seksama,
kemudian BMT melakukan akad murabahah dengan anggota pembiayaan
tersebut sekaligus dengan pemberian kuasa atau mewakalahkan pembelian
barang secara mandiri kepada anggota.
Setelah anggota membeli dan mendapatkan barang yang diinginkan,
kemudian supplier mengirimkan barang langsung kepada anggota sebagai
pembeli. Kemudian anggota menyerahkan semua kwitansi pembelian barang ke
pihak BMT sebagai bukti pembelian barang telah dilakukan sesuai dengan
kesepakatan kedua belah pihak. Selanjutnya anggota mencicil atau mengangsur
65
pembayaran kepada BMT sesuai dengan jangka waktu yang tertera dalam
kontrak perjanjian.
2. Analisis Kesesuaian Pembiayaan Akad Murabahah pada BMT UGT
Sidogiri Cabang Sawangan
Sebagai sebuah lembaga keuangan syariah yang mana dalam hal
operasionalnya menggunakan prinsip syariah hendaknya setiap kegiatan yang
dilakukan oleh BMT UGT Sidogiri Cabang Sawangan tidak bertentangan dengan
prinsip dan ketentuan syariah dalam hal ini fatwa Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
Dari penjelasan mengenai aplikasi pembiayaan dengan akad murabahah
yang telah dijelaskan sebelumnya, penulis akan melakukan analisa terhadap
aplikasi akad murabahah tersebut. Apakah aplikasi tersebut telah sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dan prinsip syariah sesuai dengan fatwa DSN-MUI.
No Tema/Kete
ntuan
Konsep Fiqih
Muamalah
Fatwa DSN Aplikasi Analisis
Kesesuaia
n
1. Rukun dan
Syarata
Murabaha
h
Rukun:
sighot ijab dan
qabul
pelaku akad
objek akad
tujuan akad
Syarat:
5. Ketika akad
berlangsung objek
Bank dan
nasabah harus
melakukan akad
murabahah yang
bebas riba.
Barang yang
diperjualbelikan
tidak
diharamkan
Anggota
mendatangi
BMT untuk
mengajukan
permohonan
pembiayaan.
Anggota dan
pihak BMT
sepakat untuk
Hal ini telah
sesuai
dengan
ketentuan
syariah,
dimana
syarat dan
rukun dalam
akad
66
akad harus ada
secara konkret
(terlihat secara
fisik).
6. Objek akad harus
sah menurut
hukum Islam.
7. Objek harus bisa
diserahkan ketika
terjadi akad,
namun tidak harus
dapat diserahkan
saat itu juga.
8. Objek akad harus
jelas dan
mu‟ayyan (dapat
ditentukan) dan
harus diketahui
oleh para pihak.
Selain ada
larangan Nabi,
ketidakjelasan
akad juga
berpotensi
menimbulkan
perselisihan dan
persengketaan
dikemudian hari,
hal ini harus
dihindari.
Sedangkan
mengenai
penentuan
kejelasan suatu
objek akad, adat
istiadat
mempunyai
oleh syari‟ah
Islam.
Bank
membiayai
sebagian atau
seluruh harga
pembelian
barang yang
telah disepakati
kualifikasinya.
Bank membeli
barang yang
diperlukan
nasabah atas
nama bank
sendiri, dan
pembelian ini
harus sah dan
bebas riba.
Bank harus
menyampaikan
semua hal yang
berkaitan
dengan
pembelian,
misalnya jika
pembelian
dilakukan
secara utang.
Bank kemudian
menjual barang
tersebut kepada
nasabah
(pemesan)
dengan harga
jual senilai
harga beli plus
melakukan
transaksi
murabahah.
Anggota
mengajukan
pembiayaan
murabahah
untuk
pembelian
sepeda motor.
Anggota
bersedia untuk
membayar
kembali
dengan cara
diangsur
setiap bulan
sampai
dengan jangka
waktu yang
telah
ditentukan.
murabahah
telah
terpenuhi
yaitu: ijab
dan qabul
antara dua
pelaku akad
dalam hal
ini antara
anggota
dengan
pihak BMT.
Objek
dalam akad
ini bukan
termasuk
barang yang
dilarang
oleh syariat
islam serta
jelas dan
sah menurut
hukum
islam.
Objek yang
dimaksudka
n dalam
transaksi ini
adalah
sepeda
motor.
Dalam
transaksi
akad
murabahah
tidak
terdapat
67
peranan penting
dalam hal ini.
keuntungannya.
Dalam kaitan ini
Bank harus
memberitahu
secara jujur
harga pokok
barang kepada
nasabah berikut
biaya yang
diperlukan.
Nasabah
membayar
harga barang
yang telah
disepakati
tersebut pada
jangka waktu
tertentu yang
telah disepakati.
Untuk
mencegah
terjadinya
penyalahgunaan
atau kerusakan
akadtersebut,
pihak bank
dapat
mengadakan
perjanjian
khususdengan
nasabah.
unsur riba,
dimana
BMT
menjalanka
n
operasional
nya
berdasarkan
ketentuan
syariah.
2. Wakalah
dalam
Murabaha
h
Wakalah pada
transaksi murabahah
dalam konsep fiqih
muamalah
dibolehkan karena
Hal ini dibolehkan
Berdasarkan fatwa
DSN-MUI NO:
04/DSN-
MUI/IV/2000
tentang murabahah
bagian pertama,
Pada transaksi
murabahah di
BMT UGT
Sidogiri Cabang
Sawangan,
setelah anggota
Aplikasi
pembiayaa
n
murabahah
telah sesuai
dengan
68
oleh Imam Syafi‟i
yang menyebutnya
dengan istilah ba‟i al-
murabahah lil aamir
bisy-syira, yaitu jual
beli yang dapat
dilakukan secara
pemesanan.
nomor 3 dan 4
disebutkan bahwa:
Bank membiayai
sebagian atau
seluruh harga
pembelian
barang yang
telah disepakati
kualifikasinya.
Bank membeli
barang yang
diperlukan
nasabah atas
nama bank
sendiri, dan
pembelian ini
harus sah dan
bebas riba.
menunjukan
dokumen atau
surat identitas
data diri untuk
syarat
administrasi dan
dinyatakan
memenuhi
syarat
administrasi
oleh pihak BMT
maka BMT
akan
mengabulkan
permohonan
pembiayaan
tersebut.
Kemudian
pihak BMT
mewakalahkan
pembelian
sepeda motor
yang diinginkan
anggota kepada
anggota itu
sendiri. Setelah
barang sudah
dibeli,
kemudian
anggota akan
menelpon pihak
BMT untuk
memberitahuka
n bahwa dia
telah
melaksanakan
amanah untuk
ketentuan
syariah dan
fatwa
DSN-MUI
dimana
akad
wakalah
dalam
transaksi
ini
dilakukan
sebelum
akad
murabahah.
Yang
artinya
bahwa
akad
murabahah
dilakukan
setelah
barang
secara
prinsip
telah
menjadi
milik pihak
BMT yang
pembeliann
ya
diwakalahk
an kepada
anggota.
Hal ini
sebagaiman
a telah
ditulis
69
membeli barang
berupa sepeda
motor. Saat itu
juga antara
anggota dengan
pihak BMT
mengadakan
penawaran
kepada nasabah
yang kemudian
dilanjutkan
dengan akad
murabahah.
dalam
kontrak/kla
usul
perjanjian
akad
murabahah
dengan
wakalah
khusus
pasal 2
tentang
transaksi
wakalah
dan
murabahah
pada di
BMT UGT
Sidogiri
3. Jaminan
dalam
Transaksi
Murabaha
h
Bank atau lembaga
keuangan syariah
dapat atau dibolehkan
meminta nasabah
untuk menyediakan
jaminan yang
dapat dipegang.
Berdasarkan fatwa
DSN-MUI NO:
04/DSN-
MUI/IV/2000
dimana LKS,
dalam hal ini
BMT, boleh
mengadakan
perjanjian khusus
atau meminta
jaminan kepada
anggota agar
anggota serius
dengan
pesananannya.
Dalam transaksi
pembiayaan
akad murabahah
pada BMT UGT
Sidogiri Cabang
Sawangan,
pihak BMT
meminta
jaminan kepada
anggota dimana
nilai
taksirannya
harus lebih
tinggi dari
nominal
pembiayaan
yang diajukan
anggota
tersebut. hal ini
Hal ini
telah sesuai
dengan
konsep
fikih
muamalat
dan juga
fatwa
DSN-MUI
dimana
jaminan
yang
anggota
serahkan
kepada
pihak BMT
bertujuan
agar
anggota
70
sebagaimana
tertulis dalam
klausul kontrak
perjanjian akad
murabahah
wakalah khusus
pasal 5 tentang
agunan atau
jaminan.
serius
tehadap
barang
pesanannya
.
4. Uang Muka
dalam
Transaksi
Murabaha
h
Meminta uang muka
kepada
nasabah/anggota
dalam fiqih muamalat
secara umum
dibolehkan.
Berdasarkan fatwa
DSN-MUI NO:
04/DSN-
MUI/IV/2000
tentang murabahah
bagian kedua
perihal ketentuan
murabahah kepada
nasabah
disebutkan bahwa:
Dalam jual beli ini
bank dibolehkan
meminta nasabah
untuk
membayar uang
muka saat
menandatangani
kesepakatan awal
pemesanan.
Dalam
pembiayaan
murabahah
dengan wakalah
khusus untuk
pembelian
barang, motor
misalnya, pihak
BMT meminta
uang muka 25%
dari harga atau
nominal
pembiayaan
yang anggota
ajukan.
Hal ini
telah sesuai
dengan
syariah
dalam hal
ini fatwa
DSN-MUI
NO:
04/DSN-
MUI/IV/20
00 tentang
murabahah
bagian
kedua
perihal
ketentuan
murabahah
kepada
nasabah.
5. Ta’zir/dend
a
Denda pada transaksi
murabahah tidak
dijelaskan secara
spesifik dalam
konsep fikih
muamalah, akan
tetapi ada ketentuan
yang mengaturnya
sebagaimana tertera
Berdasarkan fatwa
DSN-MUI NO:
04/DSN-
MUI/IV/2000
tentang murabahah
bagian kelima
perihal penundaan
pembayaran dalam
murabahah
Yang menjadi
larangan dalam
transaksi akad
murabahah di
BMT UGT
Sidogiri adalah
anggota
dilarang
melakukan hal-
Hal ini
telah sesuai
dengan
fatwa
DSN-MUI
NO:
04/DSN-
MUI/IV/20
00 tentang
71
pada fatwa DSN-
MUI.
disebutkan bahwa:
Jika nasabah
menunda-nunda
pembayaran
dengan sengaja,
atau
jika salah satu
pihak tidak
menunaikan
kewajibannya,
maka
penyelesaiannya
dilakukan melalui
Badan Arbitrasi
Syari‟ah
setelah tidak
tercapai
kesepakatan
melalui
musyawarah
hal yang dapat
merugikan
pihak BMT
serta dilarang
mengalihkan
(menjual/mengh
ibahkan) barang
jaminan selama
perjanjian
belum berakhir.
Denda atau
sanksi yang
dikenakan
kepada anggota
jika terjadi hal
tersebut adalah
pihak BMT
akan segera
mengakhiri
perjanjian dan
meminta
anggota untuk
melunasi
seluruh
hutangnya. Hal
ini tertulis
dalam klausul
kontrak
perjanjian akad
murabahah
pasal 10 tentang
larangan dan
sanksi.
murabahah
perihal
ketentuan
umum
dimana
dijelaskan
bahwa
untuk
mencegah
terjadinya
penyalahgu
naan atau
kerusakan
akad maka
pihak BMT
(LKS pada
umunya)
dapat
mengadaka
n
perjanjian
khusus
dengan
anggota.
72
Selanjutnya, berdasarkan prosedur pembiayaan murabahah, terutama untuk
pembelian motor dan mobil, di BMT UGT Sidogiri Cabang Sawangan dapat
diketahui bahwa pihak BMT dalam transaksi murabahah ini bertindak sebagai
sebagai penjual. Karena pada penyerahan berkas-berkas permohonan anggota
disetujui oleh kedua pihak barang belum sepenuhnya menjadi milik dan kuasa dari
pihak BMT akan tetapi bisa diperkirakan waktu penyerahannya kepada anggota yang
mengajukan pembiayaan. Apabila kita melihat syarat-syarat yang menjadi prinsip
dari akad murabahah adalah barang yang menjadi objek murabahah harus sepenuhnya
dalam kepemilikan dan kekuasaan dari pihak BMT sebagai penjual, tidak boleh
menjual sesuatu yang belum menjadi milik dan kuasa dalam akad murabahah. Hal ini
sesuai dengan hadits yang berbunyi la tabi‟ ma laisa „indaka (HR. Ahmad dan ashab
as-sunan). Akan tetapi dalam transaksi murabahah di BMT UGT Sidogiri Cabang
Sawangan, setelah pihak BMT menyetujui permohonan dengan melihat kelengkapan
dokumen atau berkas yang menjadi syarat administrasi kemudian pihak BMT
mewakalahkan (memberi kuasa) pembelian barang yang diinginkan anggota kepada
anggota itu sendiri. Setelah barang telah dibeli oleh anggota maka anggota
memberitahukan kepada pihak BMT, biasanya by phone, bahwa dia telah membeli
barang tersebut. Pada saat itu barulah terjadi proses penawaran dari pihak BMT
kepada anggota, sehingga akad murabahah dilakukan setelah barang sudah menjadi
milik BMT yang mana pembeliannya diwakalahkan kepada anggota. Hal ini
dibolehkan atau dengan kata lain telah sesuai dengan prinsip syariah.
73
74
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian penjelasan yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya tentang analisis kesesuaian aplikasi akad murabahah dengan prinsip
syariah pada BMT UGT Sidogiri Cabang Sawangan, maka peneliti dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Penerapan atau aplikasi pembiayaan akad murabahah pada BMT UGT
Sidogiri Cabang Sawangan yaitu anggota mendatangi pihak BMT untuk
mengajukan permohonan pembiayaan pembelian suatu barang tertentu dengan
kriteria serta spesifikasi yang diinginkan. Kemudian anggota dan pihak BMT
sepakat untuk menandatangani atau menyetujui dan melaksanakan perjanjian
jual beli dengan akad murabahah. Barang-barang yang menjadi objek
pembiayaan akad murabahah adalah berupa barang untuk modal usaha seperti
pembelian pakaian untuk toko baju, pembelian sepeda motor dan juga mobil.
Setelah anggota dan pihak BMT menandatangani perjanjian pembiayaan akad
murabahah kemudian ada jeda waktu sebentar sebagai pemisah untuk
melanjutkan akad berikutnya yaitu akad wakalah. Akad wakalah dalam
penerapan pembiayaan akad murabahah di BMT UGT Sidogiri Cabang
Sawangan adalah pihak BMT memberikan kuasa atau mewakilkan kepada
anggota untuk membeli barang yang diinginkan. Kemudian setelah itu pihak
75
BMT meminta persyaratan administratif berupa identitas diri seperti KTP, KK
dan surat nikah. Selanjutnya pihak BMT, melalui Account Officer Analisis,
melakukan pengecekapan terhadap kelengkapan syarat yang diperlukan. Jika
dianggap telah lengkap, kemudian pihak BMT menugaskan Account Officer
Survei Pembiayaan untuk mensurvei ke lapangan (rumah atau tempat usaha
anggota) untuk memastikan pemberian pembiayaan tidak akan disalah-
gunakan. Pada penerapan pembiayaan akad murabahah untuk pembelian
motor dan mobil pihak BMT meminta jaminan berupa surat berharga seperti
BPKB, sertifikat kepemilikan rumah serta ketentuan yang mengharuskan
anggota membayar uang muka 25%. Kecuali pada pembelian barang untuk
modal usaha pihak BMT tidak meminta jaminan dan uang muka. Jaminan dan
uang muka untuk pembiayaan pembelian motor dan mobil bertujuan untuk
memastikan kesungguhan anggota dalam melakukan akad pembiayaannya.
Dalam hal pengawasaan pihak BMT selalu memonitoring history
angsuran/cicilan anggota, sehingga ketika sudah tiba waktunya untuk
membayar angsuran maka BMT akan mengingatkan anggota untuk membayar
kewajiban angsurannya.
2) Aplikasi produk pembiayaan dengan akad murabahah pada BMT UGT
Sidogiri Cabang Sawangan sebagian besar telah sesuai dengan prinsip syariah,
dalam hal ini adalah berdasarkan fatwa DSN-MUI NO: 04/DSN-
MUI/IV/2000 tentang murabahah. Pihak BMT dalam transaksi murabahah ini
bertindak sebagai sebagai penjual, karena pada penyerahan berkas-berkas
76
permohonan anggota disetujui oleh kedua pihak barang belum sepenuhnya
menjadi milik dan kuasa dari pihak BMT akan tetapi bisa diperkirakan waktu
penyerahannya kepada anggota yang mengajukan pembiayaan. Apabila kita
melihat syarat-syarat yang menjadi prinsip dari akad murabahah adalah
barang yang menjadi objek murabahah harus sepenuhnya dalam kepemilikan
dan kekuasaan dari pihak BMT sebagai penjual, tidak boleh menjual sesuatu
yang belum menjadi milik dan kuasa dalam akad murabahah. Hal ini sesuai
dengan hadits yang berbunyi la tabi‟ ma laisa „indaka (HR. Ahmad dan ashab
as-sunan). Akan tetapi dalam transaksi murabahah di BMT UGT Sidogiri
Cabang Sawangan, setelah pihak BMT menyetujui permohonan dengan
melihat kelengkapan dokumen atau berkas yang menjadi syarat administrasi
kemudian pihak BMT mewakalahkan (memberi kuasa) pembelian barang
yang diinginkan anggota kepada anggota itu sendiri. Setelah barang telah
dibeli oleh anggota maka anggota memberitahukan kepada pihak BMT,
biasanya by phone, bahwa dia telah membeli barang tersebut. Pada saat itu
barulah terjadi proses penawaran dari pihak BMT kepada anggota, sehingga
akad murabahah dilakukan setelah barang sudah menjadi milik BMT yang
mana pembeliannya diwakalahkan kepada anggota. Hal ini dibolehkan atau
dengan kata lain telah sesuai dengan prinsip syariah.
B. Saran
Dibagian terakhir penulisan penelitian ini, penulis mencoba memberikan
77
saran konstruktif yang relevan berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini. Hal
ini bertujuan untuk mengingatkan kembali pelaku keuangan syariah untuk
memperbaiki dan memperhatikan kebijakan yang berkaitan dengan produk dan
jasa agar sesuai dengan standar fikih dan fatwa DSN-MUI.
Diantaranya:
1) Akad murabah dengan menggunakan akad wakalah hendaknya tidak
dilakukan secara bersamaan. Akad murabahah dilaksanakan setelah secara
prinsip barang sudah menjadi milik penjual (Lembaga Keuangan Syariah)
2) Memaksimalkan peranan Dewan Pengawas Syariah dalam hal mengontrol
baik secara operasional maupun pelaksanaan dan penyaluran produk
khususnya produk pembiayaan akad murabahah.
3) Khusus bagi Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, kesesuaian antara
konsep syariah dengan penerapannya dalam kegiatan operasional bertujuan
untuk menjaga kemurnian produk berdasarkan syariah yang juga berkaitan
dengan kehalalan produk tersebut.
Inovasi dalam transaksi keuangan syariah tidak bisa dihindarkan, hal ini
karena perkembangan dunia bisnis sangat cepat dan pesat. Akan tetapi,
perkembangan bisnis yang pesat ini bukan menjadi alasan bagi lembaga
keuangan syariah untuk tidak memperhatikan aturan main dalam prinsip syariah
yang berlaku (fatwa DSN).
78
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad. Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syariah. Yogyakarta:
UII Press, 2009
Soemitra, Andri. Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Pernada
Media Group, 2009)
Ilmi, Makhalul. Teori dan Praktek Keuangan Mikro Syariah.Yogyakarta: UII
Press, 2002
Lathif, Ah. Azharuddin. Konsep dan Aplikasi Akad Murabahah pada
Perbankan Syariah. Anggota Komite Bidang Advokasi, Penelitian, dan
Pengembangan Hukum Ekonomi Syariah Masyarakat Ekonomi Syariah (MES)
Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah 12. Bandung: PT. Al-Ma‟arif, 1998
Profil BMT UGT Sidogiri. Diakses dari
http://www.bmtugtsidogiri.co.id/tentang-kami-7.html pada tanggal 26 Mei 2016,
pukul 14:02 wib.
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2005
Wawancara Pribadi dengan Muhaimin (Kepala Cabang BMT UGT Sidogiri
Cabang Sawangan). Depok. 20 juli 2016.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia, 2005
79
J. Moelong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2001
Hendri Tanjung dan Abrista Devi. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam.
Jakarta: Gramata Publishing, 2013
Al-Hakim, Lukman. BMT dan Demokrasi Ekonomi: Membumikan Ekonomi
Syariah di Indonesia. Ulumuna, Vol. XIII, No. 1 Juni 2009
Widodo, Ak. et al. PAS (Pedoman Akuntansi Syariah): Panduan Praktis
Operasional Baitul Mal Wat Tamwil (BMT). Bandung: Mizan, 1999
Imaniyati, Neni Sri. “Aspek-aspek Hukum Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
dalam Presfektif Hukum Ekonomi.” Prosiding SnaPP: Sosial, Ekonomi, dan
Humaniora (2011)
Dewantoro, M. Hajar. “Pengembangan BMT Berbasis Masjid: Studi Kasus
BMT Al-Azka Pagerharjo Samigaluh Kulonprogo” Al-Mawarid, edisi XII (2005)
M. Nur Utomo, “BMT, Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang Ideal,”
http://www.puskopsyahlampung.com/2013/06/bmt-dan-kapasitasnya-di-
masyarakat.html, diakses pada 26 September 2016
Retnoningsih, Endang. “Sistem Informasi Simpanan dan Pembiayaan pada
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Al-Multazam Kabupaten Tegal,” IJSE, Vol 1 No 1
(2015)
A. Wangsawidjaja. Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: Gramedia, 2012
Lathif, Azharudin. Fiqh Muamalat. Jakarta: UIN Press, 2005
80
Abdul Rahman Ghazaly, dkk. Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010
Saefudin Arif dan Azharudin Lathif. Kontrak Bisnis Syariah. Jakarta:
Fakultas Syariah dan Hukum, 2011
Jayadi, Abdullah. Beberapa Aspek Tentang Perbankan syariah. Yogyakarta:
Mitra Pustaka, 2011)
Karim, Adiwarman A. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta:
Rajawali Press, 2011
Isnawati Rais dan Hasanuddin. Fiqh Muamalat Dan Aplikasinya Pada LKS.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011
Irma devita purnamasari dan suswinarno. Panduan Lengkap Hukum Praktis
Populer Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami Masalah Akad Syariah.
Bandung: Kaifa, 2011
Ah. Azharuddin Lathif, “Konsep dan Aplikasi Murabahah bermasalah Pada
Perbankan Syariah di Indonesia”
http://www.academia.edu/6497439/Konsep_dan_Aplikasi_Akad_Murabahah_pada_P
erbankan_Syariah_di_Indonesia, diakses pada 24 september 2016, h. 11
Abdul Rasyid, “Aplikasi Akad Murabahah dalam Perbankan Syariah,”
http://business-law.binus.ac.id/2016/04/30/aplikasi-akad-murabahah-dalam-
perbankan-syariah/, diakses pada 24 september 2015.
Sejarah BMT UGT Sidogiri, dalam, http://bmtugtsidogiri.co.id di akses pada
Kamis, 29 September 2016
81
Visi dan Misi BMT UGT Sidogiri, dalam, http://bmtugtsidogiri.co.id di akses
pada Kamis, 29 September 2016
Struktur Organisasi BMT UGT Sidogiri, dalam, http://bmtugtsidogiri.co.id di
akses pada Kamis, 29 September 2016
Produk Pembiayaan BMT UGT Sidogiri, dalam, http://bmtugtsidogiri.co.id di
akses pada Kamis, 29 September 2016
Muhaimin, Wawancara Kepala Cabang Pembantu Sawangan BMT UGT
Sidogiri, (beralamatkan di Sawangan: Kantor BMT UGT Sidogiri Sawangan Depok),
Tanggal 04 Oktober 2016.
82
LAMPIRAN-LAMPIRAN