Post on 12-Aug-2015
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu tanaman yang
berpotensi tinggi untuk dikembangkan secara intensif. Permintaan terhadap
kacang hijau cukup tinggi dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Menurut
Rukmana (1997), tanaman kacang hijanu termasuk tanaman yang multiguna,
yakni sebagai bahan pangan, pakan ternak dan pupuk hijau. Untuk kebutuhan
makanan sehari-hari kacang hijau dikonsumsi sebagai bubur, sayur (tauge) dan
kue-kue.
Tanaman kacang hijau merupakan salah satu tanaman Leguminosae yang
cukup penting di Indonesia. Posisinya menduduki tempat ketiga setelah kedelai
dan kacang tanah. Permintaan terhadap kacang hijau cukup tinggi dan cenderung
meningkat dari tahun ketahun, sementara peningkatan laju luas areal tanamannya
masih dibawah jagung, kedelai dan kacang tanah.
Kacang hijau biasa dikonsumsi dalam bentuk olahan makanan seperti bubur
kacang, selai kacang, kue kering, dan masih banyak lagi, adapun kandungan gizi
yang terdapat dalam 100 gram biji kacang hijau, dapat dilihat pada Tabel 1.
2
Tabel 1. Kandungan Gizi Kacang Hijau (dalam 100 garam bahan)
No.
Jenis Gizi Kandungan
1. Kalori 345,00 kalori
2. Protein 22,20 g
3. Lemak 1,20 g
4. Karbohidrat 62,90 g
5. Kalisium 125,00 mg
6. Fosfor 320,00 mg
7. Besi 6,70 mg
8. Vitamin A 157,00 S1
9. Vitamin B1 0,64 mg
10. Vitamin C 6,00 mg
11. Air 10,00 g
12. Bagian yang dapat dimakan 100,00%
Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan, 1981.
Kacang hijau memiliki kandungan karbonhidrat, protein dan serat yang
lebih baik. Komponen karbonhidrat merupakan bagian terbesar yang terdapat
pada kacang hijau yaitu sebesar 62-63%. Karbonhidrat yang terdapat pada kacang
hijau terdiri dari pati, gula sederhana dan serat (Khalil, 2006). Kandungan pati
pada kacang hijau adalah 28,8% dan ameliopektin 71,2%. Gula yang terdapat di
dalamnya terdiri dari sukrosa, fruktosa, glukosa, rafinosa, stakiosa dan verbaskosa
(Kay, 1979).
Komponen terbesar kedua yang terdapat pada kacang hijau adalah protein.
Kacang hijau merupakan sumber protein dan memiliki kualitas protein yang baik
seperti jenis kacang-kacangan pada umumnya, meskipun kandungan lemaknya
rendah. Komposisi kimia kacang hijau bervariasi tergantung macam tanaman,
3
keadaan cuaca dan cara bercocok tanam. Secara umum, komposisi zat gizi kacang
hijau mentah dapat dilihat pada tabel 1 di atas.
Seperti protein kacang-kacangan pada umumnya, protein kacang hijau
hanya sedikit mengandung asam amino belerang (metionindansistin). Kekurangan
ini dapat dipengaruhi dengan menambahkan protein dari biji-bijian, sehingga
susunan asam amino menjadi seimbang. Menurut Sundari et., al. (2004), beberapa
fungsi asam amino esensial bagi tubuh diantaranya adalah memiliki peranan
penting bagi pertumbuhan fisik dan mental (histidin, isoleusin dan leusin),
merangsang pembentukan neurotransmitter berupa serotonin dan melatonin
(triptofan), membantu proses pembentukan otot pada tubuh (valin), membantu
proses pada pemeliharaan sistem syaraf serta membantu proses produksi enzim
tirosin yang penting bagi pertumbuhan (fenilalanin). Kandungan asam amino
kacang hijau disajikan pada tabel 2 berikut ini :
4
Tabel 2. Kandungan asam amino kacang hijau (per 100% protein)
Komponen Jumlah (%)
Alanin 4,15
Arginin 4,44
Asam aspartat 11,10
Asam glutamat 15,00
Glisin 4,30
Histidin 4,05
Isoleusin* 6,75
Leusin* 11,90
Lisin* 7,92
Metionin* 0,84
Fenilalanin* 5,07
Prolin 4,52
Serin 4,33
Treonin* 4,50
Triptofan* 1,35
Tirosin 2,81
Valin* 7,23
Sumber : Marzuki dan Suprapto 2005
Ket : *asam amino esensial.
Lisin merupakan asam amino esensial yang memiliki banyak fungsi bagi
tubuh. Lisin merupakan prekusor untuk biosintesiskarnitin yang merangsang
proses β-oksidasi asam lemak rantai panjang yang terjadi di mitokondria. Adanya
lisin dapat mengakibatkan kadar lemak dan kolesterol pada tubuh menjadi rendah.
Metionin adalah asam amino yang memiliki komponen belerang. Treonin
berperan pada proses pembentukan kolagen dan elastin, membantu fungsi hati dan
menjaga keseimbangan protein pada tubuh. Sedangkan asam amino esensial yang
5
diperlukan tubuh untuk pembentukan cairan seminal dan memperkuat sistem
imun (sundari et al., 2004).
Dalam beberapa hal, kacang hijau mempunyai kelebihan dibandingkan
dengan kacang-kacangan lain, yaitu kandungan zat anti tripsin yang sangat
rendah, paling mudah dicerna dan paling kecil memberikan pengaruh flatulensi.
Flatulensi terutama disebabkan oleh adanya oligosakarida yang terdapat dalam biji
kacang-kacangan, seperti rafinosa, stakhiosa dan verbakosa (Payumo, 1978).
Perbandingan kandungan gizi kacang hijau dengan kacang kedela dan kacang
tanah dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Kandungan gizi kacang hijau, kedelai dan kacang tanah dalam 100g.
UraianKandungan Gizi
Kacang Hijau Kedelai Kacang tanah
Kalori (kal) 345,00 286,00 452,0
Protein (g) 22,00 30,20 25,30
Lemak (g) 1,20 15,60 42,80
Karbonhidrat (g) 62,90 30,10 21,10
Kalsium (mg) 125,00 196,00 58,00
Fosfor (mg) 320,00 506,00 335,00
Zat Besi (mg) 6,70 6,90 1,30
Vitamin A (SI) 157,00 95,00 -
Vitamin B1 (mg) 0,64 0,93 0,30
Citamin C (mg) 6,00 - 3,00
Air (g) 10,00 20,00 4,00
Sumber : Purwono dan Hartono 2008.
Pemanfaatan kacang hijau sebagai bahan pangan telah banyak dilakukkan.
Pengolahan yang paling banyak dilakukan adalah dengan cara perebusan dengan
6
menambahkan gula dan bumbu-bumbu, sehingga terbentuk bubur. Cara lain
adalah dengan dikecambahkan, kemudian digunakan sebagai sayuran yang disebut
tauge, atau diambil patinya untuk dijadikan tepung hunkue. Kacang hijau juga
dapat digunakan sebagai bahan pengisian kue, keripik dan sebagainya.
Menurut data hasil produksi dan kebutuhan tanaman kacang hijau terhadap
pasar adalah setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari
setiap tahunnya. Disebabkan oleh salah satunya adalah bertambahnya jumlah
penduduk di Indonesia dan kebutuhan tingkat gizi masyarakat yang semaking
meningkat, di lihat dari segi berkembangnya pola pikir dan paragdigma
masyarakat, akan tetapi dengan peningktan jumlah penduduk, dan tingkat
kebutuhan gizi tidak di imbangi dengan laju pertumbuhan produksi kacang hijau,
malahan setiap tahunnya indonesia mengalami penurunan, penurunan paling
rendah yaitu pada tahun 2008 yang sekitar 295.234 ton, sedangkan kebutuhan
pada tahun yang sama adalah 355.076 ton maka melihat kenyataan tersebut negara
Indonesia mengalami defisit 60.193 ton seperti yang tercantum dalam tabel 4 di
bawah.
Penurunan produksi ini salah satunya disebabkan oleh menyempitnya
jumlah lahan yang di akibatkan dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi
sehingga banyak lahan-lahan pertanian di sulap menjadi gedung-gedung dan
perumahan yang cukup mewah. Dan selain itu juga petani dalam menanam
tanaman kacang hijau tidak sebagai tanaman utama akan tetapi sebagai tanaman
seling atau tanaman sisi sehingga hasil dan produktifiyasnya rendah daripada
tanaman kacang hijau yang ditanam secara khusus atau ditanaman sebagai
tanaman utamanya.
7
Tabel 4. Produksi dan Kebutuhan Kacang Hijau 5 Tahun Terakhir Indonesia 2004-2008
Tahun Kebutuhan (Ton) Produksi (Ton) Surplus /Defisit (Ton)
2004 337.653 310.412 (27.241)
2005 343.228 320.963 (22.265)
2006 346.157 316.134 (29.996)
2007 352.915 322.487 (30.745)
2008 355.427 295.234 (60.193)
Rerata 347.076 312.988 (34.088)
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2009
Selain itu juga rendahnya produktifitas kacang hijau disebabkan antara lain
tidak digunakannya varietas unggul, sulitnya mendapatkan benih kacang hijau
untuk dibudidayakan, pemupukan tidak sesuai dengan rekomendasi atau bahkan
tidak menggunakan pupuk sama sekali dan cara bercocoktanam kacang hijau yang
masih bersifat tradisional. Selain itu juga disebabkan tingkat kesuburan tanah
yang rendah yang semakin rendah disebabkan petani sering sekali menggunakan
pupuk anorganik yang residunya dapat menurunkan kadar hara yang terkandung
di dalam tanah. Tanah yang kurang subur ini diasanya ditandai beberapa ciri
yaitu : pH rendah (kemasaman tinggi), kandungan unsur hara N, P, K, Ca dan Mg
rendah, kandungan Al dan Fe yang tinggi dan daya pegang air rendah sehingga
menyebabkan jumlah air yang tersedia bagi tanaman berkurang. Dengan kualitas
tanah yang seperti ini petani memaksakan untuk menanan tanaman misalnya
tanaman kacang hijau, maka tanaman kacang hijau tersebut akan mengalami
penurunan produktifitas dan daya pertumbuhannya pun akan rendah dan ada
beberapa tanaman yang karena lingkungan tempat tumbuhnya tidak sesuai
mengakibatkan kematian pada tanaman tersebut (Kartasapoetra dan Sutedjo,
2002).
8
Salah satu cara untuk memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan
produktifitas lahan adalah dengan melakukan pemupukan. Salah satunya
penggunaan pupuk organik perlu dilakukan untuk memulihkan kondisi tanah,
meningkatkan aktifitas mikroorganisme, selain itu juga meningkatkan
produktifitas lahan dan kesehatan bagi manusianya (Darma Susetya, 2011). Dan
untuk mendapatkan efesiensi pemupukan yang optimal, pemupukan harus
diberikan dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan tanaman dan disesuaikan
dengan jenih tanah (Setyamidjaja, 1986).
Menurut Darma Susetya (2011) dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat
dua kelompok besar pupuk. (1) pupuk organik atau pupuk alami (bahasa inggris:
manure) dan (2) pupuk kimia atau pupuk buatan (bahasa inggris: fertilizer). Pupuk
organik mencangkup semua pupuk yang dibuat dari sisa-sisa metabolisme atau
organ hewan pada tumbuhan, sedangkan pupuk kimia buat melalui proses
pengolahan oleh manusia dari bahan-bahan mineral. Pupuk kimia biasanya lebih
“murni” daripada pupuk organik, dengan kandungan bahan yang dapat
dikalkulasi. Pupuk organik sukar ditentukan isinya, tergantung dari sumbernya
keunggulannya adalah ia dapat memperbaiki kondisi fisik tanah karena membantu
pengikatan air secara intensif. Namaun masyarakat pada umumnya hanya
menginginkan bagaimana tanaman yang ia tanam itu tumbuh dengan subur dan
dengan melukan proses budidaya dan pemupukan yang tidak terlalu rumit, maka
ambilah alternatif untuk meningkatkan produksi dari tanaman tersebut
menggunakan pupuk kimia atau pupuk anorganik.
Dengan semakin seringnya suatu lahan dan tanaman yang dibudidayakan
selalu menggunakan pupuk kimia, maka akan mengakibatkan tanah semakin
9
miskin akan unsur hara sehingga tanah akan pecah-pecah kemasaman tinggi
kandungan Al dan Fe juga akan tingga yang kemudian akan meracuni tanah dan
tanaman yang di tanaman pada tanah tersebut selain itu juga ekosistem yang ada
dalam tanah tersebut akan terganggu sehingga tanah tersebut tidak dapat ditanami
oleh tanaman apapun, bahkan ada yang dapat menyebabkan pemanasan global.
Hasil penelitian Pinem (2002) menunjukan pemberian pupuk trace Nutrient
Fertilizer (TNF) 2,25 ml/liter, memberikan pertumbuhan tertinggi terhadap tinggi
tanaman, total luas daun, bobot kering akar, bobot kering pupus dan jumlah
polong berisi pada tanaman dan kacang hijau. Hasil penelitian Mitratani Maju
Gemilang yang bekerja sama dengan SMKN 1 Kedaung, Sragen, dengan
penyemprotan Plant Catalyst 2006 konsentrasi 0,25% sebanyak lima kali,
produksi kedelai meningkat dari 803 kg/ha menjadi 2.426 kg/ha (PT. Citra Insan
Cemerlang,2002).
Pupuk organik buatan banyak beredar, pada dasarnya semua sama, yaitu
berasal dari bahan organik. Salah satu pupuk organik buatan tersebut adalah
Saponite. Pupuk Saponite merupakan pupuk organik yang mengandung nutrisi
dan mineral yang sesuai kebutuhan tanaman. Saponite tidak menimbulkan residu
atau zat kimia dalam tanah, apabila diaplikasikan dalam tanah mampu
mengaktifkan mikroorganisme dalam tanah, sehingga tanah menjadi gembur dan
subur. Penggunaan pupuk Saponite dapat diterapkan pada semua jenis tanaman.
Pemakaian pupuk Saponite ini dapat dilakukan dengan cara penaburan atau
penyemprotan pada tanaman karena sifatnya muda larut dalam air dan tidak
menimbulkan bau (PT. Dahlia Duta Utama, 2005). Oleh karena itu, dengan
menggunakan pupuk Saponite ini diharapkan dapat memperbaiki struktur tanah
10
sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta memiliki hasil
yang terbaik dari sebelumnya.
Hasil Uji coba Saponite pada tanaman kelapa sawit (PTPN XIV, PKS Unit
Keera Siswa, Kabupaten Wajo, Propinsi Sulawesi Selatan) menunjukan bahwa
tanaman kelapa sawit sangat respon terhadap perlakuan pemupukan dengan
Saponite, pada bulan pertama kedua aplikasi tanaman menunjukan perubahan
yang positif. Selain itu, pemupukan Saponite dapat meningkatkan sex rasio pada
tanaman (PT. Dahlia Duta Utama, 2005).
Pupuk Saponite berbentuk tepung (powder) warna putih yang memiliki
manfaat merangsang pertumbuhan tanaman, mempercepat pembungaan dan
pembuahan, mampu meningkatkan produksi panen kurang lebih 50%
dibandingkan dengan pemakaian pupuk tunggal, mengaktifkan mikroba dalam
tanah dan mengembalikan kesuburan tanah, mengandung unsur hara makro dan
mikro yang sesuai kebutuhan tanaman, m,emulihkan jaringan/sel tanaman yang
rusak, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit serta
mudah larut (PT. Dahlia Duta Utama, 2005).
I.2. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian dari Esrita ini memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Mengetahui bagaimana respons tanaman kacang hijau terhadap pupuk
organik lengkap Saponite.
b. Mengetahui pada dosis berapakah pemberian pupuk organik lengkap
Saponoite yang memberikan hasil yang terbaik.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Kacang Hijau
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek
(kurang lebih 60 hari). Menurut Gembong (2004), tanaman ini disebut juga
mungbean, green gram atau golden gram. Tanaman kacang hijau termasuk suku
(family) leguminosae yang banyak varietasnya. Kedudukan tanaman kacang hijau
dalam taksonomi tumbuhan, menurut Purwono (2005) diklasifikasika sebgai
berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (berbij tertutup)
Kelas : Dicotyledonae (biji berkeoing dua)
Ordo : Rosales
Famili : Leguminosae (Papilonaceae)
Genus : Vigna
Spesies :Vigna radiata L (Wilczek) dan Phaseolus radiatus L
(Roxb)
Menurut Rukmana (1997) kerabat dekat kacang hijau adalah kacang hijau
india (P.mungo), kratok (P. lunatus L.), kacang merah (P. vulgaris L.), kacang
kapri (Pisum sativum L.), dan lain-lain. Di Indonesia, koleksi plasma nutfah
kacang hijau diperkirakan lebih dari 2.000 varietas, tetapi varietas unggul yang
sudah dilepas masih sedikit.
12
2.2 Morfologi Kacang Hijau
Menurut Soeprapto (1993), susunan tubuh tanaman (morfologi) kacang
hijau terdiri atas batang, daun, bunga, buah/polong, biji, dan akar.
1. Batang
Batang tanaman kacang hijau berukuran kecil, berbulu, berwarna hijau
kecoklat-coklatan atau kemerah-merahan. Tanaman kacang hijau berbatang tegak
dengan ketinggian sangat bervariasi, antara 30-60 cm, tergantung varietasnya.
Cabangnya menyamping pada bagian utama, berbentuk bulat dan berbulu. Warna
batang dan cabangnya ada yang hijau ada yang ungu.
2. Daun
Daun kacang hijau berbentuk trifoliate (terdiri dari tiga helaian) dan
letaknya berseling. Helai daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip dan
berwarna hijau muda hingga hijau tua. Tangkai daunnya cukup panjang, lebih
panjang dari daunnya. Warna daunnya hijau muda sampai hiaju tua.
3. Bunga
Bunga kacang hijau berkelamin sempurna (hermaphrodite), berbentuk kupu-
kupu dan berwarna kuning, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta
batang, dan dapat menyerbuk sendiri. Proses penyerbukan terjadi pada malam hari
hingga pada pagi hari bunga akan mekar dan pada sore hari menjadi layu. Bunga
kacang hijau akan muncul dipercabangan pada umur 30 hari (Hartono, 2008).
13
4. Buah
Buah kacang hijau berpolong, polong kacang hijau berebntuk silindris
dengan panjang antara 6-15 cm dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda
polong berwarna hijau dan dan setelah tua berwarna hitam atau coklat. Setiap
polong berisi 10-15 biji.
5. Biji
Biji kacang hijau lebih kecil dibanding biji kacang-kacangan lain. Warna
bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau mengilap, beberapa ada yang berwarna
kuning, cokelat dan hitam. Menurut Rahmat Rukmana (1997), bobot (berat)
kacang hijau tiap butirnya adalah 0,5 mg – 0,8 mg atau berat per 1.000 butirnya
antara 36 g – 78 g.
6. Akar
Sistem perakaran yang dimiliki tanaman kacang hijau dapat dikelompokan
menjadi dua yaitu mesophytes dan xerophytes, mesophytes mempunyai banyak
cabang akar pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar.
Sementara xerophytes mempunyai akar cabang lebih sedikit dan memanjang
kearah bawah (Martono, 2004).
Tanaman kacang hijau berakar tunggang dengan akar cabang pada
perkecambahan selanjutnya akan tumbuh akar sekunder dan akar rambut yang
berfungsi menyerap unsur hara dan air karena tanaman mulai berfotosintesis.
Perakaran kacang hijau membentuk bintil-bintil (nodula) akar. Makin banyak
nodula akar, makin tinggi kandungan nitrogen (N) sehingga dapat menyuburkan
tanah.
14
2.3 Syarat Tumbuh
Dalam membudidayakan tanaman, agar tanaman tersebut dapat tumbuh
dengan baik kita harus mengetahui terlebih dahulu syarat tumbuh tanaman yang
akan dibudidayakan. Menurut Rahmat Rukmana (1997), syarat tumbuh kacang
hijau meliputi keadaan iklim dan keadaan tanah.
1. Keadaan Iklim
Tanaman kacang hijau dapat beradaptasi luas di berbagai daerah yang
beriklim panas (tropik). Di Indonesia, kacang hijau dapat tumbuh dan berproduksi
dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 500 m di atas permukaan laut
(dpl). Di daerah berketinggian 750 m dpl, kacang hijau masih tumbuh baik, tetapi
hasilnya cenderung turun (rendah).
Daerah sentra produsen kacang hijau Indonesia terdapat di Pasuruan,
Probolinggo, Bondowoso, Madura, Mojosari, Jombang, (Jawa Timur),
Pekalongan, Banyumas, Jepara (Jawa Tengah), Cirebon, Subang, dan Banten
(Jawa Barat). Berdasarkan indikator di daerah sentra produsen tersebut, keadaan
iklim yang ideal untuk tanaman kacang hijau adalah daerah yang bersuhu 25°C -
27°C dengan kelembapan udara 50% - 80%, curah huja antara 50 mm – 200 mm
per bulan, dan cukup mendapatkan sinar matahari (tempat terbuka).
Jumlah curah hujan dapat mempengaruhi produksi kacang hijau. Tanaman
ini cocok ditanam pada musim kering (kemarau) yang rata-rata curah hujannya
rendah. Di daerah yang bercurah hujan tinggi, pertanaman kacang hijau
mengalami banyak hambatan atau gangguan. Misalnya mudah rebah dan mudah
15
terserang penyakit. Produksi kacang hijau pada musim hujan umumnya lebih
rendah daripada produksi musim kemarau.
2. Keadaan Tanah
Hampir semua jenis tanah pertanian cocok untuk budidaya tanaman kacang
hijau. Jenis tanah yag dikehendaki tanaman kacang hijau adalah liat berlempung
atau tanah lempung yang banyak mengandung bahan organik, seperti tanah
Podsolik Merah Kuning (PMK) dan latosol.
Hal yang penting diperhatikan dalam pemilihan lokasi kebun kacang hijau
adalah tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organic (humus),
aerasi dan drainasenya baik, serta mempunyai kisaran pH 5,8 – 6,5. Untuk tanah
yang ber-pH kurang dari 5,8 perlu dilakukan pengapuran. Fungsi pengapuran
adalah untuk meningkatkan mineralisasi nitrogen organik dalam sisa-sia tanaman,
membebaskan nitrogen sebagai ion ammonium dan nitrat agar tersedia bagi
tanaman, membantu memperbaiki kegemburan, serta meningkatkan pH mendekati
netral (Rahmat Rukmana, 1997).
Takaran kapur yang dianjurkan amat bervariasi, tergantung pada pH tanah.
kebutuhan kapur pada tanah podsolik merah kuning dan latosol dapat dilihat pada
Tabel 5.
Hasil penelitian Puslitbang Tanaman Pangan menunjukkan bahwa
pemberian kapur 3 ton/hektar pada tanah podsolik merah kuning dapat
meningkatkan hasil kacang hijau varietas Bhakti dari 0,69 ton/hektar menjadi 1,42
ton/hektar. Hasil penelitian lain membuktikan bahwa kapur 3 ton/hektar dapat
16
meningkatkan hasil kacang hijau dari 0,75 – 0,93 ton/hektar menjadi 1,26 – 1,28
ton/hektar.
Tabel 5. Kebutuhan Kapur untuk Menaikkan pH Lapisan Olah Sedalam 18 cm pada Tanah Podsolik Merah Kuning dan Latosol
Tekstur Tanah
Banyaknya bahan kapur (ton/ha)
untuk menaikkan pH dari:
3,4 ke 4,5 4,5 ke 5,5 5,5 ke 6,5
Pasir dan lempung berpasir 0,6 0,6 0,9
Pasir berlempung - 1,1 1,5
Lempung - 1,7 2,2
Lempung berdebu - 2,6 3.2
Lempung berliat - 3,4 4,3
Sumber : Soediyanto, dkk (1979) dalam Rahmat Rukmana (1997).
2.4 Pupuk Organik
Para ahli lingkungan khawatir terhadap pemakaian pupuk mineral yang
berasal dari pabrik karena akan menambah tingkat polusi tanah yang akhirnya
berpengaruh juga terhadap kesehatan tanaman dan manusia. Hal ini terjadi karena
bahan makanan kita adalah hewan yang mengkonsumsi tanaman atau berupa
tanaman yang mengambil hara dari tanah. Pencernaan air tanah juga disebabkan
oleh pemupukan yang berlebihan (Afandi R. danNasig Widya Y., 2002).
Berdasarkan hal tersebut, makin berkembang alasan untuk mengurangi
penggunaan pupuk mineral dan agar pembuatan pabrik-pabrik pupuk di dunia
dikurangi atau dihentikan sama sekali agar manusia terhindar dari petaka polusi.
Upaya membudidayakan tanaman dengan pertanian organik merupakan usaha
untuk mendapatkan bahan makanan tanpa penggunaan pupuk anorganik. Dengan
sistem ini diharapkan tanaman dapat hidup tanpa ada masukan dari luar sehingga
17
kehidupan tanaman terdapat suatu siklus hidup yang tertutup (Afandi R. danNasig
Widya Y., 2002).
Menurut Afandie R. Dan Nasih Widya Y. (2002) banyak sifat baik pupuk
organik terhadap kesuburan tanah antara lain sebagai berikut :
a. Bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara tanaman
yang lengkap (N, P, K, Cs, Mg, S serta hara mikro) dalam jumlah tidak
tentu dan relatif kecil.
b. Bahan organik dapat mempebaiki struktur tanah, menyebabkan tanah
menjadi ringan untuk diolah dan mudah ditembus akar.
c. Bahan organik dapat mempermudah pengolahan tanah-tanah yang berat.
d. Bahan organik meningkatkan daya menahan air (water holding capacity),
sehingga kemampuan tanah untuk menyediakan air menjadi lebih banyak.
Kelangsaan air tanah lebih terjaga.
e. Bahan organik membuat permeabilitas tanah menjadi baik. Menurunkan
permeabelitas pada tanah bertekstur kasar (pasiran) dan meningkatkan
permeabelitasan pada tanah bertekstur sangat lembut (lempungan).
f. Bahan organik meningkatkan KPK (Kapasitas Pertukaran Kation) sehingga
kemampuan mengikat kation menjadi lebih tinggi. Akibatnya jika tanah
yang dipupuk dengan bahan organik dengan dosis tinggi, hara tanaman tidak
mudah tercuci.
g. Bahan organik memperbaiki kehidupan biologi tanah (baik hewan tingkat
tinggi maupun tingkat rendah) menjadi lebih baik karena ketersediaan
makan lebih terjamin.
18
h. Bahan organik dapat meningkatkan daya sangga (buffering capasity)
terhadap goncangan perubahan drastis sifat tanah.
i. Bahan organik mengandung mikribia dalam jumlah cukup yang berperanan
dalam proses dekomposisi bahan organik.
Sedangkan sifat yang kurang baik dari bahan organik terhadap tanah antara
lain sebagai berikut.
a. Bahan organik mempunyai C/N masih tinggi berarti masih mentah. Kompos
yang belum matang (C/N Tinggi) dianggap merugikan karena bila diberikan
langsung ke dalam tanah. Sebab, bahan organik tersebut akan diserang oleh
mikroba (bakteri maupun fungi) untuk memperoleh energi. Dengan
demikian, populasi mikrobia yang tinggi memerlukan juga harah tanaman
untuk tumbuh dan berkembangbiak. Hara yang seharusnya digunakan oleh
tanaman digunakan oleh mikrobia. Dengan kata lain, mikrobia bersaing
dengan tanaman untuk memperebutkan hara yang ada. Hara menjadi tidak
tersedia unvailable) karena berubah dari senyawa anorganik menjadi
senyawa organik jaringan mikrobia yang disebut immobilisasi hara.
Terjadinya immobilisasi hara tanaman sering menimbulkan adanya gejala
defisiensi. Makin banyak bahan organik mentah diberikan ke dalam tanah,
makin tinggi populasi mikrobia yang menyerang sehingga makin banyak
hara yang mengalami immobilisasi. Walaupun demikian, bila mikrobia mati
akan mengalami dekomposisi hara yang immobil dan berubah menjadi
tersedia lagi. Jadi, immobilisasi merupakan pengikatan hara tersedia
menjadi tidak tersedia dalam jangka waktu yang relatif tidak terlalu lama.
19
b. Bahan organik yang berasal dari sampah kota atau limbah industri sering
mengandung mikrobia patogen dan logam berat yang berpengaruh buruk
terhadap tanaman, hewan dan manusia.
1. Pengertian Pupuk
Dalam arti luas yang dimaksud dengan pupuk ialah suatu bahan yang
digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi
lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Dalam pengertian yang khusus pupuk ialah
suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman.
2. Pengertian Secara Lain
Pupuk adalah material tambahan pada media tanam atau tanaman untuk
mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun
non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen tambahan. Pupuk
mengandung bahan baku pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara
suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme.
Ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat ditambahkan sejumlah material
suplemen.
Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tambahan tersebut,
agar tumbuhan tidak mendapatkan terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit
atau terlalu banyak zat makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat
diberikan lewat tanah ataupun disemprotkan ke daun.
2.4.1 Kategori Pupuk
20
Pupuk dapat dibedakan berdasarkan bahan asal, senyawa, fasa, cara
penggunaan, reaksi fisiologi, jumlah dan macam hara yang dikandungnya
berdasarkan asalnya dibedakan :
1. Pupuk alam ialah pupuk yang terdapat di alam atau dibuat dengan bahan
alam tanpa proses yang berarti. Misalnya : pupuk kompos, guano, pupuk
hijau dan pupuk buatan P.
2. Pupuk buatan ialah pupuk yang dibuat oleh pabrik, misalnya : TSP, urea,
rustikadan nitrophoska dan/atau kimia.
Berdasarkan senyawanya dibedakan :
1. Pupuk organik ialah pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan
pupuk alam tergolong pupuk organik (pupuk kandang, kompos, guano).
Pupuk alam yang tidak termasuk pupuk organik misalnya rock phosphat,
umumnya berasal dari batuan sejenis apatit [Ca3(PO4)2].
2. Pupuk anorganik atau minerall merupakan pupuk dari senyawa anorganik.
Hampir semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik.
Berdasakan fasa-nya dibedakan :
1. Pupuk padat. Pupuk padat umumnya mempunyai kelarutan yang beragam
mulai yang mudah larut air sampai sukar larut.
2. Pupuk cair. Pupuk ini berupa cairan, cara penggunaannya dilarutkan dulu
dengan air. Umumnya pupuk ini disemprotkan kedaun. Karena mengandung
banyak hara, baik mikro maupun makro, harganya relatif mahal. Pupuk
amoniak cair merupakan pupuk cair yang kadar N nya sangat tinggi sekitar
83% penggunaannya dapat lewat tanah (injeksi).
21
Berdasarkan cara penggunaannya dibedakan :
1. Pupuk daun ialah pupuk yang cara pemupukannya dilarutkan dalam air dan
disemprotkan pada permukaan daun.
2. Pupuk akar atau pupuk tanah ialah pupuk yang diberikan ke dalam tanah
disekitar akar agar diserap oleh akar tanaman.
Berdasarkan reaksi fisiologisnya dibedakan :
1. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologisnya masam artinya bila pupuk
tersenut diberikan ke dalam tanah ada kecenderungan tanah menjadi lebih
masam (pH menjadi lebih rendah). Misalnya Za dan urea.
2. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologisnya basa ialah pupuk yang bila
diberikan ke dalam tanah menyebabkan pH tanah cenderung naik,
misalnya : pupuk chili salpeter, calnitro, kalsium sianida.
Berdasarkan jumlah hara yang dikandungnya dibedakan :
1. Pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara tanaman saja. Misalnya :
urea hanya mengandung N, TSP hanya dipentingkan P sdaja (Sebetulnya
mengandung Ca).
2. Pupuk majemuk ialah pupuk yang mengandung dua atau lebih dua hara
tanaman. Contohnya : NPK, amophoska, nitriphoska dan rustika.
Berdasarkan macam hara tanaman dibedakan :
1. Pupuk makro ialah pupuk yang mengandung hanya hara makro saja : NPK,
Nitrophoska, Gandasil.
22
2. Pupuk mkro ialah pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja
misalnya : mikrovet, mikroplet, metalik.
3. Campuran mako dan mikro misalnya pupuk gandasil, bayfolan, rustika,
sering juga ke dalam pupuk campuran makro dan mikro ditambahkan juga
zat pengatur tumbuh (hormon tumbuh).
2.4.2 Macam-macam Pupuk Organik
1. Pupuk hijau
Pupuk hijau terbuat dari tanaman atau komponen tanaman yang dibenamkan
ke dalam tanah. Jenis tanaman yang banyak digunakan adalah dari famili
leguminoceae atau kacang-kacangan dan jenis rumput-rumputan (rumput gajah).
Jenis tersebut dapat menghasilkan bahan organik lebih banyak, daya serap
haranya lebih besar dan mempunyai akar yang membantu mengiklat nitrogen dari
udara.
Keuntungan penggunaan pupuk hijau antara lain :
a. Mampu memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta infiltrasi air.
b. Mencegah adanya erosi.
c. Dapat membantu mengendalikan hama dan penyakit yang berasal dari tanah
dan gulma jika ditanam pada waktu tanah bero.
d. Sangat bernanfaat pada daerah-daerah yuang sulit dijangkau untuk suplai
pupuk anorganik.
23
Namun pupuk hijau juga memiliki kekurangan yaitu : Tanaman hijau dapat
sebagai kendala dalam waktu, tenaga, lahan san air pada pola tanam yang
menggunakan rotasi dengan tanaman legume dapat mengundang penyakit dapat
menimbulkan persaingan dengan tanaman pokok dalam hal tempa, air dan hara
pada pertanaman tumpang sari.
2. Kompos
Pupuk kompos merupakan bahan-bahan organik yang telah mengalami
pelapukan, seperti jerami, alang-alang, sekam padi dan lain-lain termasuk kotoran
hewan. Sebenernya pupuk hijau dan seresah dapat dikatakan sebagai pupuk
kompos. Tetapi sekarang sudah banyak spesifikasi mengenai kompos.
Biasanya orang lebih suka menggunakan limbah atau sampah domestik
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan bahan yang dapat diperbaharui yang
tidak tercampur logam dan plastik. Hal ini juga diharapkan dapat menanggulangi
adanya timbunan sampah yang menggunung serta menguranhi polusi pencemaran
di perkotaan.
3. Pupuk Kandang
Para petani terbiasa membuat dan menggunakan pupuk kandang sebagai
pupuk karena murah, mudah pengerjaannya, begitu pula pengaruhnya terhadap
tanaman. Penggunaan pupuk ini merupakan manifestasi penggabungan pertanian
dan peternakan yang sekaligus merupakan syarat mutlak bagi konsep pertanian.
Pupuk kandang mempunyai keuntungan sifat yang lebih baik daripada pupuk
organik lainnya apalagi dari pupuk anorganik, yaitu pupuk kandang merupakan
humus banyak mengandung unsur-unsur organik yang dibutuhkan di dalam tanah.
24
Oleh karena itu dapat mempertahankan struktur tanah sehingga mudah diolah dan
banyak mengandung oksigen.
Penambahan pupuk kandang dapat meningkatkan kesuburan dan produksi
pertanian. Hal ini disebabkan tanah lebih banyak menahan air sehingga unsur hara
akan terlarut dan lebih mudah diserap oleh buluh akar. Sumber hara makro dan
mikro dalam keadaan seimbang yang sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Unsur mikro yang tidak terdapat pada pupuk lainnya bisa
disediakan oleh pupuk kandang, misalnya S, Mn, Co, Br, dan lain-lain. Pupuk
kandang banyak mengandung mikroorganisme yang dapat membanru pembetukan
humus di dalam tanah dan mensintesa senyawa tertentu yang berguna bagi
tanaman, sehingga pupuk kandang merupakan suatu pupuk yang sangat
diperlukan bagi tanah dan tanaman dan keberadaannya dalam tanah tidak dapat
digantikan oleh pupuk lain.
4. Pupuk Seresah
Pupuk seresah merupakan suatu pemanfaatan limbah atau komponen
tanaman yang sudah tidak terpakai. Misal jerami kering, bonggol jerami, rumput
tebasan, tongkol jagung, dan lain-lain. Pupuk seresah sering disebut pupuk
penutup tanah karena pemanfaatannya dapat secara langsung, yaitu ditutupkan
pada permukaan tanah di sekitar tanaman (mulsa). Peranan pupuk ini
diantaranya :
Dapat menjaga kelembaban tanah, mengurangi penguapan, penghematan
pengairan
25
Mencegah erosi, permukaan tanah yang tertutup mulsa tidak mudah larut
dan terbawa air
Menghambat adanya pencucian unsur hara oleh air dan aliran permukaan
Menjaga tekstur tanah tetap remah
Menghindari kontaminasi penyakit akibat percikan air hujan
Memperlancar kegiatan jasad renik tanah sehingga membantu menyuburkan
tanah dan sumber humus.
5. Pupuk Organik Cair
Pupuk organik bukan hanya berbentuk padat dapat berbentuk cair seperti
pupuk anorganik. Pupuk cair sepertinya lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman
karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu
banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa. Bahan baku pupuk cair dapat
berasal dari pupuk padat dengan perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu
dan melalui beberapa perlakuan, air rendaman sudah dapat digunakan sebagai
pupuk cair.
Pupuk organik bukan hanya berbentuk padat dapat berbentuk cair seperti
pupuk anorganik. Pupuk cair sepertinya lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman
karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu
banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa. Bahan baku pupuk cair dapat
berasal dari pupuk padat dengan perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu
dan melalui beberapa perlakuan, air rendaman sudah dapat digunakan sebagai
pupuk cair.
2.4.3 Pupuk Anorganik
26
Secara umum ada dua jenis pupuk anorganik yang tersedia di pasaran :
1. Pupuk Tunggal : Pupuk yang Dibuat dari satu unsur secara domain.
Contoh : Urea yang mengandung N, TSP atau SP-36 dengan P dan KCl
dengan K yang domainan.
2. Pupuk Majemuk : Pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur.
Contoh : Pupuk DAP dan Amofos yang terbuat dari N dan P. Pupuk
majemuk juga bisa tersusun dari 3 unsur. Sebut juga restika yellow dan
mutiara. Kedua pupuk ini dilengkapi dengan kandungan N, P dan K.
Produsen pupuk biasanya juga menambahkan unsur-unsur mikro seperti Fe,
B, Mo, Mn dan Cu.
2.4.4 Unsur Yang Diperlukan Oleh Tumbuhan
1. Unsur Makro
Unsur hara makro berisi hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah
banyak. Namun, tidak berarti jumlah yang diberikan tak terbatas. Ada ambang
tertentu yang ditoleransi tanaman. Meebihi batas itu, tanaman mengalami
keracunan yang bisa berlanjut hingga mati.
2. Macam-macam Unsur Makro
a. Nitrogen (N)
Dibutuhkan untuk menyusun 1-4 % bahan kering (bagian keras) tanaman,
seperti batang, kulit, dan biji.
Diambil dari tanah dalam bentuk nitrat (NO3-) atau amonium (NH4+).
27
Berguna dalam pembentukan sel, jaringan, dan organ tanaman; sebagai
penyusun protein, bahan sintetis klorofil, dan juga ikut berperandalam
sebagian proses pertumbuhan dan pembentukan produksi tanaman, seperti
buah, daun, dan umbi.
Gejala kekurangan : tanaman yang kekurangan nitrogen dikenali dari daun
bagian bawah, daun itu menguningkarena kekurangan klorofil, mengering
dan rontok. Tulang-tulang di bawah permukaan daun mudah tampak pucat.
Pertumbuhan tanaman lambat, kerdil dan lemah. Produksi bunga dan biji
rendah.
Gejala kelebihan : Warna daun terlalu hijau, tanaman rimbun dengan daun.
Proses pembuahan menjadi lama. Adenium bakal bersifat sukulen karena
mengandung banyak air. Hal ini menyebabkan rentan serangan cendawan
dan penyakit, dan mudah roboh. Produksi bunga menurun.
b. Fosfor (P)
Fosfor merupakan komponen penyusun beberapa enzim, protein, ATP,
RNA, dan DNA. ATP penting untuk proses transfer energi, sedangkan RNA
dan DNA menentukan sifat genetik tanaman. Unsur P juga berperan pada
pertumbuhan benih, akar, bunga, dan buah. Dengan membaiknya struktur
perakaran sehingga daya serap nutrisi pun lebih baik. Berfungsi juga dalam
proses fotosintesis dan fisiologi kimiawi tanaman, untuk pembelahan sel.
28
Bila kekurangan daun tua cenderung kelabu. Tepi daun coklat, tulang daun
muda berwarna hijau gelap, hangus, pertumbuhan daun kecil, kerdil,
akhirnya rontok, fase pertumbuhan lambat dan tanaman kerdil.
Bila kelebihan penyerapan unsur seperti besi (Fe), tembaga (Cu), dan seng
(Zn) terganggu. Tetapi gejalanya tidak terlihat secara fisik pada tanaman.
c. Kalium (K)
Kalium berperan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti
fotosintesis, akumulasi, translokasi, transportasi karbohidrat, membuka
menutupnya stomata, atau mengatur distribusi air dalam jaringan sel,
Gejala kekurangn daun menjadi kecil, memutih, kekuningan, atau
kemerahan. Bagian pingggir daun berwarna kuning atau kemerahan,
menjadi coklat, terbakar, dan akhirnya mati.
Gejala kelebihan menyebabkan penyerapan Ca dan Mg terganggu.
Pertumbuhan tanaman terhambat sehingga tanaman mengalami defisiensi.
d. Magnesium (Mg)
Berperan dalam transportasi energi beberapa enzim didalam tanaman. Unsur
ini sangat dominan di daun, terutama untuk ketersediaan klorofil. Unsur ini
juga merupakan komponen inti pembentukan klorofil dan enzim di berbagai
proses sintesis protein.
29
Gejala kekurangn muncul bercak-bercak kuning di permukaan daun tua. Hal
ini terjadi karena Mg diangkut ke daun muda. Daun tua menjadi lemah dan
akhirnya mudah terserang penyakit, terutama embun tepung (powdery
mildew)
Bila kelebihan tidak menimbulkan gejala yang ekstrim
e. Kalsium (Ca)
Berperan dalam pertumbuhan sel, menguatkan dan mengatur daya tembus,
serta merawat dinding sel.
Gejala kekurangan yaitu titik tumbuh lemah, terjadi perubahan bentuk daun,
mengeriting, kecil, dan akhirnya rontok. Kalsium menyebabkan tanaman
tinggi tetapi tidak kekar, karena efek langsung pada titik tumbuh, juga
menyebabkan produksi bunga terhambat, bunga gugur.
Gejala kekurangan tidak berefek banyak, hanya mempengaruhi pH tanah
f. Sulfur (S)
Berperan untuk pertumbuhan tanaman, menyusun protein dan membentuk
klorofil
Bila kekurangan pertumbuhan kerdil, kurus, meninggi, daun menguning
termasuk daun yang baru muncul, terlambat dalam proses pematangan
30
3. Macam-macam Unsur Mikro
a. Boron (B)
Boron berkaitan erat dengan proses pembentukan, pembelahan, dan
diferensiasi, dan pembagian tugas sel. Hal ini terkait dengan perannya
dalam sintesis RNA, bahan dasar pembentukan sel.
Bila kekurangan daun lebih gelap dibanding daun normal, tebal, dan
mengkerut.
Bila kelebihan daun kuning dan mengalami nekrosis
b. Tembaga (Cu)
Berperan sebagai aktivator dan membawa beberapa enzim, membantu
kelancaran proses fotosintesis , pembentukan klorofil, dan berperan dalam
fungsi produksi.
Bila kekurangan daun berwarna hijau kebiruan, tunas daun menguncup dan
tumbuh kecil, pertumbuhan bunga terhambat
Bila kelebihan tanaman tumbuh kerdil, percabangan terbatas, pembentukan
akar terhambat, akar menebal dan berwarna gelap.
c. Seng (Zn)
Berperan dalam aktivator enzim, pembentukan klorofil dan membantu
proses fotosintesis.
31
Kekurangan pertumbuhan lambat, jarak antar buku pendek, daun kerdil,
mengkerut, atau menggulung di satu sisi lalu disusul dengan kerontokan.
Bakal buah menguning terbuka, dan akhirnya gugur. Buahpun akan lebih
lemas dan sehingga buah yang seharusnya lurus membengkok.
Kelebihan unsur seng tidak menunjukkan dampak nyata.
d. Besi (Fe)
Berperan dalam proses pembentukan protein, sebagai katalisator
pembentuka klorofil, pembawa elektron pada proses fotosintesis dan
respirasi. Aktivator beberapa enzim.
Gejala kekurangan klorosis dan daun menguning atau nekrosa. Daun muda
tampak putih, akar rusak.
Bila kelebihan menyebabkan nekrosis yang ditandai dengan munculnya
bintik-bintik hitam pada daun.
e. Molibdenum (Mo)
berperan sebagai pembawa elektron untuk mengubah nitrat menjadi enzim,
berperan juga dalam fiksasi nitrogen.
Kekurangan ditunjukkan dengan munculnya klorosis di daun tua, kemudian
menjalar ke daun muda.
Bila kelebihan tidak menunjukkan gejala yang nyata pada adenium
32
2.4.5 Macam-macam Pupuk Organik Cair
a. Pupuk Organik Cair Yang Mengandung N, P dan K
Dalam pertumbuhannya tanaman memerlukan tiga unsur hara penting, yaitu
nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K). Peranan utama nitrogen (N) adalah untuk
merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, terutama pada fase
vegetatif, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, nitrogen pun berperan
penting dalam pembentukan hijau daun (klorofil) yang sangat berguna dalam
proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai
persenyawaan organik lainnya.
Unsur fosfor (P) bertugas mengedarkan energi keseluruh bagian tanaman,
berguna untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, khususnya akar
benih dan tanaman muda. Selain itu, fosfor juga berfungsi sebagai bahan mentah
untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan
pernapasan, mempercepat pembungaan dan pembuahan, serta mempercepat
pemasakan biji dan buah.
Sedangkan fungsi utama kalium (K) adalah membantu pembentukan
protein, karbohidrat dan gula. Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh
tanaman agar daun, bunga, dan buah tidak mudah gugur. Membantu pengankutan
gula dari daun ke buah atau umbi. Yang tidak bisa dilupakan adalah kalium pun
merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan
serangan penyakit.
33
Bahan-bahan alami yang mengandung unsur nitrogen diantaranya azolla,
kacang-kacangan, jerami atau dedaunan yang berwarna hijau, serta urin dan
kotoran hewan atau manusia. Sementara bahan alami yang mengandung unsur
fosfor dan kalium antara lain ampas tebu, batang pisang, sabut kelapa, dan abu
kayu. Berikut adalah cara pembuatan pupuk organik cair (POC) berdasarkan
kandungan unsur haranya.
b. POC dengan unsur hara N
Nitrogen menjadi sangat penting bagi tanaman pada fase vegetatif.
Kekurangan hara ini akan menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi lambat.
Mula-mula daun menguning dan mengering, lalu rontok. Daun yg menguning
diawali dari daun bagian bawah, lalu disusul daun bagian atas.
Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat POC berunsur hara N adalah
daun salam 1 kg, babadotan 1 kg, air kelapa 1 liter, bintil akar kacang tanah 1
kg, EM TANI100 cc, dan gula pasir 10 sendok. Daun salam, babadotan, dan bintil
akar kacang tanah ditumbuk sampai halus, lalu dimasukan ke dalam ember berisi
air kelapa yang sudah dicampur EM TANI dan gula pasir. Selanjutnya ember
ditutup rapat dan dibiarkan selama tiga minggu. Setelah itu cairan disaring dan
siap untuk digunakan.
c. POC dengan unsur hara P
Gejala yang ditunjukan tanaman akibat kekurangan unsur fosfor adalah
daun bawah berubah warna menjadi tua atau tampak mengkilap merah keunguan.
Kemudian menjadi kuning keabuan dan rontok. Tepi daun, cabang, dan batang
34
berwarna merah keunguan. Batang kerdil dan tidak menghasilkan bunga dan
buah. Jika sudah terlanjur berbuah ukurannya kecil, jelek, dan lekas matang.
Bahan yang diperlukan untuk membuat POC berunsur hara P adalah batang
pisang 1 kg, gula pasir 1 ons, dan air 1 liter. Untuk pembuatannya adalah sebagai
brikut:
Larutkan gula dengan air dalam ember dan iris-iris batang pisang.
Masuka irisan tersebut pada plasitk yang sudah dilubangi sebelumnya atau
dibungkus dengan kain kasa, lalu ikat jangan samapai irisan batang pisang
berceceran.
Masukan plastik atau kain kasa yang berisi irisan batang pisang ke dalam
ember yang berisi larutan gula.
Supaya tenggelam, platik atau kain kasa diberi pemberat.
Tutup ember rapat-rapat.
Setelah dua minggu irisan batang pisang dikeluarkan dari pembungkusnya,
kemudian diremas-remas sampai airnya habis.
Setelah disaring, larutan siap digunakan.
d. POC dengan unsur hara K
Kalium sangat penting bagi tanaman khususnya pada fase generatif,
terutama dalam pembentukan biji, supaya biji tersebut bernas (berisi). Ciri
tanaman yang kekurangan kalium adalah daun mengkerut atau keriting, timbul
bercak-bercak merah kecoklatan lalu kering dan mati. Perkembangan akar lambat.
Buah tumbuh tidak sempurna, kecil, jelek, dan tidak tahan lama.
35
Bahan untuk pembuatan pupuk cair ini adalah sabut kelapa sekitar 5 kg dan
air 100 liter. Sabut kelapa dicacah, lalu dimasukan kedalam drum. Setelah itu,
drum diisi air dan ditutup rapat. Supaya sabut kelapa tidak berantakan, sebaiknya
dimasukan kedalam wadah (seperti irisan batang pisang), diikat dan diberi
pemberat agar tenggelam. Setelah dibiarkan selama dua minggu air akan berubah
warna menjadi coklat kehitaman. Selanjutnya air disaring dan siap untuk
digunakan.
2.4.6 Pupuk Organik Lengkap
1. Saponite
Pupuk Saponite merupakan pupuk alternatif multiguna yang mampu
mengurangi pemakaian pupuk konvisional secara signifikan dan yang lebih
penting adalah Saponite ramah lingkungan terhadap lingkungan. Pupuk Saponite
terbukti memberikan hasil panen yang maksimal dan bermutu tinggi, juga mampu
berfungsi sebagai sumber unsur hara dan sumber energi bagi mikro organisme
penguraian, sehingga tanah akan berfungsi normal kembali.
Saponite juga tidak berbahaya baik bagi tanah, hewan maupun manusia,
berbentuk tepung berwarna putih dan mudah larut dalam air. Saponite tidak
menimbulkan zat kimia dan efek negatif pada tanah, tetapi sebaliknya apabila
diaplikasikan secara kontinyu (terus menerus) dapat menjadikan tanah lebih
gembur, subur dan meningkatkan unsur hara dalam tanan.
Sdaponite merupakan pupuk yang lahir dari proses penelitian selama
pupuhan tahun dan terbukti dapat memaksimalkan hasil panen dan meningkatkan
mutu hasil panen. Bahkan penemu pupuk Saponite telah mendapatkan Piagam
36
Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden Republik Indonesia
atas nama Pemerintah Indonesia pada tanggal 27 Mei 2004.
Penelitian yang berkesinambungan dan menyeluruh telah menghasilkan satu
pupuk alternatif ungulan yang lengkap dan ramah lingkungan yang dapat menjadi
andalan para petan. Kandungan unsur hara berdasarkan hasil analisis laboratorium
BPTP Sulawesi Selatab No. 127 adalah sebagai berikut unsur hara makro dari
pupuk Saponite ini adalah Nitrogen 8,73%, P2O5 13,44%, K2O 19,54% dan
kandungan unsur hara mikronya adalah Ca 0,005%,Mg 0,012%, S 2,48 ppm, Fe
0,016%, Zn 2,52 ppm, Ni 1,82, Pb 2,91 ppm, Cu 3,64 ppm.
Keunggulan pupuk Saponite dibandingkan pupuk konvensional dapat
disimpulkan :
1. Mempunyai kandungan unsur hara yang lengkap yang diperlukan oleh
tanaman.
2. Mengaktifkan kembali jaringan/sel yang telah rusak.
3. Menekan efisiensi biaya pupuk konvensional hingga 75%.
4. Merangsang pertumbuhan akar, batang dan pucuk tanaman secara intensif,
sehingga mempercepat pertumbuha tanaman.
5. Mengaktifkan mikroba dalam tanah sehingga mengembalikan kesuburan
tanah.
6. Meningkatkan hasil produksi panen hingga 50% dan meningkatkan kualitas
hasil panen
7. Meningkatkan daya tahan tanaman dari serangan hama dan penyakit.
8. Ramah terhadap lingkungan dan makhluk hidup.
37
Kenapa tanaman harus dipupuk? Adalah karena setiap memanen tanaman
biagian yang dipanen mengankut unsur hara dari tanah. Sebagai contoh : setiap
ton Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang dipanen unsur hara yang
terambil 28 kg N, 0,5 Kg P2O5, 37 kg K2O dan setiap ton panen padi 20 kg N, 5 kg
P2O5, dan 44 kg K2O. Jika setiap hektar menghasilkan 15 ton TBS selama setahun
dan 8 ton padi sekali panen bisa diperkiraan berepa besar unsur hara terangkut
dari tanah. Pemupukan merupakan upaya memperbaiki kondisi lingkungan
tanaman agar tersedia unsur hara yang cukup dan dalam kondisi mudah diserap
tanaman.
Selama masa pertumbuhan dan produksi usur hara esensial yang dibutuhkan
tanaman sebanyak 16 unsur yang apabila satu atau lebih unsur hara tersebut tidak
tersedia [ertumbuhan tanaman akan terganggu. Umumnya unsur hara dibedakan
ata unsur hara makroo merupakan unsur hara yang banyak dibutuhkan tanaman
dan unsur hara mikro merupakan yang dibutuhkan lengkap dan dengan cara
pemupukan yang baik maka kebutuhan hara tanaman dapat dipennuhi.
Apa penyebab pemupukan bisa berkurang efektif ? yaitu kalau sudah
menyadari pentingnya pemupukan pengusaha dan petani masih sering dihadapkan
pada persoalan tidak efektifnya pemupukan uang menimbulkan kerugian usaha
baik segi ekonomi sosial maupunlingkungan. Pemupukan bisa kurang efektif
antara lain disebabkan oleh : (1) hilang atau tercucinya pupuk karena kondisi
tanah yang kurang ideal )berpasir keasaman terlalu rendah atau tinggi lahan
gambut menipisnya kandungan bahan organik tanah pasang surut dll.) (2)
pertanaman monokultur akan terjadi penyerapan unsur hara yang agresif sehingga
menggangu keseimbangan unsur hara makro dan mikro. (3) hal yang sama juga
38
terjadi pada pemakaian beberapa jenis pupuk tunggal yang berbeda karena saling
mempengaruhi satu sama lain. (4) aplikasi pupuk kimia dalam jangka waktu lama
akan merusak struktur kimia danmikrobiologi tanah serta kapasitas tukar kation.
Dan (5) tidak memberi pupuk K yang cukup padahal unsur K terambil paling
banyak dari tanah karena salah satu unsur penting pembentuh buah.
Berikut ini adalah beberapa keunggulan pupuk Saponite pada berbagai
komoditi tanaman :
a. Kelapa Sawit
Pupuk organik Saponite mampu merontokkan buah jantan pada sawit dan
membuat buah betina muncul dan tumbuh pada pelepah yang sama atau pelepah
yang lain. Saponite mampu membuat tanaman sawit yang steril menjadi produktif
kembali dan meningkatkan banyaknya tandan buah pada tanaman. Penyemprotan
Saponite satu bulan atau dua minggu sebelum panen pada sawit membuat buah
sawit menjadi lebih mengkilap, rendemen lebih tinggi dan buah mencapai ukuran
maksimal.
b. Kakao
Pupuk organik Saponite mampu mencegah dan mengatasi hama pada buah
kakao seperti : penggerek batang, lumut pada batang dan penyakit pengerasan
pada buah kakao (PBK). Saponite mampu membuat buah kakao yang telah dipetik
dan terkena PBK menjadi normal kembali dengan cara direndam pada campuran
Saponite dan air selama 7-10 jam. Penyemprotan Saponite pada buah kakao satu
minggu sebelum pemetikan mencegah adanya penyakit PBK sehingga semua
buah baik yang kecil maupun yang bermasalah dapat dipergunakan.
39
c. Padi
Pupuk organik Saponite meningkatkan kesuburan tanah sawah sehingga
menjadi gembur dan mudah diolah pada musim tanam berikutnya. Mempercepat
pertumbuhan tanaman, meningkatkan peranakan padi, anakan produktif mencapai
35-50 anak per rumpun. Hasil panen (beras) menjadi organik, yaitu tidak
mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
d. Karet
Tanaman karet yang berhenti mengeluarkan getah dapat berproduksi Lateks
(Kadar Karet Kering) kembali, getah karet menetes deras dan kental.
Memperbaiki/memulihkan kulit batang dan bidang sadap (Brown Bast). Kulit
batang yang keras ketika disadap menjadi lunak.
Selain itu untuk tanaman-tanaman tersebut di atas Saponite juga telah
terbukti dapat meningkatkan hasil produksi. Dan masih banyak lagi manfaat yang
didapat dari pemakaian pupuk Saponite secara tepat waktu, tepat dosis dan
berkesinambungan.
2. Agrodyke
Pupuk Agrodyke adalah pupuk organik terlengkap dan serbaguna serta
ramah lingkungan yang berbentuk powder (tepung) berwarna putih dan mudah
larut dalam air. Pupuk ini merupakan merupakan hasil inovasi industri pupuk
yang memadukan fungsi biokimia dari berbagai senyawa dengan siproduksi
dengan teknologi yang memadukan modern mengandung unsur hara makro dan
mikro serta dapat digunakan pada semua jenis tanaman baik tanaman perkebunan
pangan atau kehutanan. Kandungan unsur hara makro : Nitrogen 6,14%, P2O5
15,43%, K2O 5,87% dan unsur hara mikro Ca 0,01 ppm, Mg 0,04 ppm, S 4,96
40
ppm, Fe 0,14%, Zn 69,72 ppm, Ni 0,02%, Co 5,76 ppm, Mn 10,00 ppm, B 16,74
ppm, Mo 4,56 ppm, Cu 44,13 ppm, Si 3,00 ppm dan Al 0,3 ppm.
Pupuk organik Agrodyke ini ditaburkan pada tanah, unsur hara yang
dikandungnya dengan mudah diserap dan mampu melepaskan ion-ion unsur hara
yang terikat oleh mineral liat pada tanah hardpan (tanah sawah jenuh air) dan glay
horizon (tanah tegalan tak jenuh air) dengan proses kimia melalui biometabolisme
oleh mikroorganisme sampai kedalaman 60 cm.
Cara pengaplikasian pupuk ini yaitu dengan disemprotkan ke batang dan
buah tanaman mampu memperbaiki kerusakan sel-sel sehingga lalu lintas unsur
hara dari akar ke daun dan makanan yang diproduksi di daun akan lancar
didistribusikan ke seluruh bagian tanaman. Tanaman menjadi sehat produksi akan
meningkat.
Keunggulan pupuk organik Agrodyke dibandingkan pupuk konvensional
dapat disimpulkan :
1. Mengurangi pemakaian pupuk konvensional 60-75%.
2. Meningkatkan efisiensi biaya dan tenaga kerja sampai 50%.
3. Meningkatkan produksi sampai 40%.
4. Mengaktfkan mikroba dalam tanah dan menambah kesuburan tanah.
5. Memperbaiki dan mengaktifkan jaringan sel tanaman yang rusak dan
mempercepat pertumbuhan.
6. Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit.
7. Mudah didapat tersedia tepat waktu dibutuhkan.
8. Ramah dan tidak merusak lingkungan.
41
III. METODE DAN PEMBAHASAN
3.1 Metode Penelitian
Kajian penelitian ini merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh
Esrita yang dilaksanakan pada bulan Desember 2006 sampai Februari 2007 di
kebun percobaan fakultas pertanian universitas Jambi kampus pinang masak
mendalo darat KM 15, dengan ketinggian tempat 35 mdpl. Jenis tanah Ultisol
dengan pH 5,45.
Bahan yang dibunakan dalam penelitian ini adalah benih varietas unggul
“Kutilang”, tanah bekas tanaman kacang hijau sebagai inokulan, ekstrak daun
sirih sebagai pestisida organi yang ramah lingkungan, pupuk kotoran ayam yang
kaya akan unsur hara dan pupuk saponite itu sendiri.
Penelitian ini disusun dalam rancangan acak kelompok sederhana yang
terdiri lima taraf perlakuan dan lima ulangan. Adapun perlakuan tersebut sebagai
berikut :
S0 : tanpa Penyemprotan Saponite (kontrol)
S1 : penyemprotan Saponite 20g dalam 15 liter air.
S2 : penyemprotan Saponite 40g dalam 15 liter air.
S3 : penyemprotan Saponite 60g dalam 15 liter air.
S4 : penyemprotan Saponite 80g dalam 15 liter air.
Ukuran petak percobaan 2,5 x 2 m, dengan jarak tanam dari pinggir bedengan 15
cm. Jarak antar petakan percobaan 50 cm. Jarak antar ulangan 100 cm dan tinggi
petakan percobaan kurang lebih 25 cm.
42
Variebel yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman kacang
hijau (cm) pada umur 35 HST, bobot kering pupus (g), jumlah polong per
tanaman (butir), bobot 1000 biji (g) dan hasil per tanaman (g). Data dianalisis
menggunakan analisis varians dan uji Duncan pada taraf 5%.
3.2 Pembahasan
Dari hasil analisis menunjukan bahwa pengaruh pupuk saponite terlihat
nyata pada variabel tinggi tanaman dan hasil pertanaman. Sedangkan pupuk
saponite tidak berpengaruh pada jumlah polong per tanaman, bobot 1000 biji,
bobot kering pupus.
Esrita (2007) melaporkan hasil analisisnya yang berupa tinggi tanaman 35
HST terhadap pemberian pupuk organik saponite disajikan dalam tabel 5.
Tabel 7. Data Hasil Analisis Tinggi Tanaman 35 HST
Perlakuan (g Saponite 15 liter-1 air) Tinggi Tanaman (cm)
S0 0 32,45 b
S1 20 31,37 b
S2 40 36,32 a
S3 60 37,78 a
S4 80 37,22 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan.
Melihat data hasil analisis di atas dapat disimpilkan bahwa perlakuan S2 (40
g/15 liter air), S3 ( 60 g/15 liter air) dan S4 (80 g/15 liter air) menghasilkan tinggi
tanaman yang tertinggi serta berbeda nyata terhadap perlakuan S0 (tanpa
43
pemberian pupuk Saponite) dan S1 (20 g/15 liter air). Dari perlakuan yang berbeda
nyata di atas, perlakuan yang memiliki tinggi tanaman tertinggi dari perlakuan
lainnya adalah perlakuan S3 (60 g/15 liter air) dengan tinggi tanaman kacang
hijaunya adalah 37,78 cm. Ini di sebabkan optimalnya tanaman menyerap unsur
hara yang ada di pupuk organik Saponite ini dan juga kebutuhan akan unsur hara
pada dosis 60 g/15 liter ini sangat menunjang untuk proses vegetatif tanaman
karena disebabkan juga dengan kandungan Nitrogen yang ada dalam pupuk
tersebut. Selain itu juga fungsi dari pupuk saponite ini salah satunya merangsang
pertumbuhan akar, batang dan pucuk tanaman secara intensif, sehingga
mempercepat pertumbuhan tanaman (PT. Dahlia Duta Utama).
Menurut Esrita (2007) pertumbuhan tinggi tanaman ditentukan oleh
pertambahan ukuran dan berat kering suatu organisme, hal ini mencerminkan
bertambahnya protoplsama baik ukuran sel maupun jumlahnya. Pada dasarnya
pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan hasil dari aktifitas
metabolisme sel-selnya. Pertumbuhan vegetatif tanaman ditandai degan
perkembangan organ vegetatif seperti tinggi tanaman, berat kering pupus, luas
daun, diameter batang dan lain-lain (Nyakpa, et.al., 1998).
Bertambahnya tinggi tanaman adalah sebagai akibat dari aktifitas jaringan
meristem. Tjirosomo (1983) dalam Pinem (2002) menyatakan bahwa jaringan
meristem yang terdapat pada ujung batang tanaman disebut jaringan meristem
apikal dimana pada jaringan ini sel-selnya aktif dalam pembentukan sel-sel baru
melalui proses pembelaan sel. Ketika proses pembelahan sel berlangsung ujung
batang tanaman akan bergerak ke atas meninggalkan sel-sel yang telah terbentuk
tersebut sehingga batang akan bertambah panjang. Selanjutnya dikatakan bahwa
44
dalam proses pembelahan sel yang terjadi pada jaringan meristem apikal
dibutuhkan karbonhidrat sebagai sumber energi.
Menurut Esrita (2007) Pemberian perlakuan beberapa dosis Saponite
menyebabkan meningkatnya pH tanah. Hasil analisis pH tanah sebelum diberi
perlakuan pupuk organik sebesar 5,54, pH tersebut sudah cocok untuk bididaya
tanaman kacang hijau yang berkisar antara 5,5-6,5. Setelah diberi perlakuan
beberapa dosis Saponite pH tanah tiap petak perlakuan mengalami peningkatan,
dimana berdasarkan hasil analisis tanah pH tanah setelah penelitian mengalami
peningkatan hingga 5,72 yaitu pada perlakuan 80g Saponite 15 L-1 air.
Meningkatnya pH tanah maka ketersediaan unsur hara seimbang sangat
menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini terlihat pada
pemberian Saponite dengan dosis 60 g Saponite 15 L-1 air memberikan tinggi
tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian
Saponite, yang diduga pada dosis tersenut dapat memacu pertumbuhan tanaman
kacang hijau. Hal ini ditegaskan oleh Soepardi (1983) bahwa penambahan unsur
hara kedalam tanah merupakan tmbahan dari unsur hara yang telah ada, sehingga
jumlah keseluruan N, P dan K yang tersedia bagi tanaman berada dalam
perbandingan yang tepat.
Unsur seng, tembaga dan mangan merupakan unsur mikro yang terdapat
dalam pupuk Saponite yang dapat meningkatkan proses pembentukan klorofil
daun, sehingga keberadaan pupuk Saponite tersebut meningkatkan hasil fotosintat
yang dapat menggiatkan pembelahan sel sehingga terjadi pembelahan tinggi
tanaman.
45
Tabel 8. Data Hasil Analisis Berat Kering Pupus Menurut Pemberian Beberapa Dosis Saponite.
Perlakuan (g Saponite 15 liter-1
air)
Berat Kering Pupus (g)
Jumlah Polong Per Tanaman (biji)
Bobot 1000 Biji (g)
S0 0 3,90 a 8,11 a 64,54 a
S1 20 4,80 a 7,80 a 65,76 a
S2 40 4,08 a 8,11 a 66,22 a
S3 60 3,98 a 8,75 a 66,12 a
S4 80 4,06 a 8,47 a 66,04 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% Uji Duncan.
Melihat hasil dari analisis data pemberian berbagai dosis pupuk organik
Saponite semua variabel pertumbuhan dan perkembangan tidak mengalami
perbedaan yang nyata untuk setiap dosis perlakuannya. Baik itu berat pupus
kering, jumlah polong pertanaman dan bobot 1000 biji nya. Idi disebabkan dari
pemberian pupuk dasar yang belum mencukupi dalam kebutuhan tanaman kacang
hijau untuk kegiatan budidaya yang dianjurkan. Pemberian pupuk dasar yang
telah dilakukan pada percobaan tersebut adalah berupa pupuk kotoran ayam
sebanyak 10 ton/ha dan pupuk dasar Saponite 4 kg/ha. Pendapat tersebut
didukung oleh pendapat dari Rukmana (1997) yaitu pemberian pupuk dasar untuk
kegiatan budidaya tanaman kacang hijau adalah 25-50 kg/ Urea, 100 kg TSP dan
25-37,5 kg/ha. Pemberian pupuk tersebut dibagi menjadi dua periode yaitu pada
setengah dosis pada saat tanam dan periode ke-dua diaplikasikan pada saat satu
bulan setelah tanam.
Pemberian Saponite pada dosis yang berbeda tersebut adalah bakteri
rhizobium belum mampu memacu pertumbuhan vegetatif tanaman. Menurut
46
Rukmana (1997) perakaran kacang hijau bercabang banyak dan membentuk bintil
akar dengan baik sehingga dapat memperbaiki tekstur tanah dan kandungan
organik. Makin banyak nodular akar makin tinggi kandungan nitrogen sehingga
menyuburkan tanah.
Dari hasil analisis perlakuan pemberian pupuk organik Saponite tidak
berpengaruh nyata terhadap jumlah polong pertanaman. Ini disebabkan oleh dosis
pupuk Saponite yang diberikan tidak optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kacang hijau. Untuk pertumbuhan kacang hijau unsur
hara yang terdapat dalam tanah yang bersumber dari pupuk Saponite salah satunya
itu dapat dimanfaatkan dengan baik itu terbukti dengan komponen pertumbuhan
tinggi tanaman hasil analisisnya mengalami pengaruh yang berbeda nyata
terhadap pemberian pupuk saphonite S2 (40 g/15 liter air), S3 (60 g/15 liter air) dan
S4 (80 g/15 liter air)
Sedangkan untuk pertumbuhan generatif di pacuh dengan baik dan
memanfaatkan unsur hara untuk pertumbuhan generatif ini dengan optimal. Akan
tetapi tidak membentuk polong secara optimal, terbukti dengan tidak berpengaruh
yang nyata komponen pertumbuhan jumlah polong per tanaman ini. Mungkin
disebabkan dalam proses perkembangan generatif bunga tidak banyak
menghasilkan polong yang begitu banyak dapat di akibatkan oleh kecepatan angin
yang sangat kencang sehingga merontokkan bunga-bunga kacang hijau, kurang
tepatnya waktu pemupukan dan dosis pemupukan yang kurang ideal untuk
pertumbuhan generatif tanaman.
Perlakuan pemberian beberapa dosis Saponite tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah polong pertanaman dan bobot 100 biji, diduga disebabkan
47
kandungan unsur hara pada pupuk dasar yang digunakan belum mencukupi untuk
kebutuhan pertumbuhan tanaman kacang hijau. Sebelum penanaman petak
percobaan diberi pupuk kotoran ayam sebanyak 10 ton/ha dan pupuk dasar
Saponite 4 kg/ha. Pupuk dasar Saponite diberikan dengan cara dilarutkan dalam
15 liter air kemudian disiram keseluruh petak percobaan (25 petak). Diduga pupuk
dasar Saponite 4 kg/ha yang digunakan belum setara dengan dosis anjuran untuk
budidaya kacang hijau, dimana dosis anjuran N, P dan K yang diberik masing-
masing 50 kg Urea, 75 kg TSP dan KCl dengan perhitungan pupuk yang
dibutuhkan yaitu Urea 22,5 kg, SP-36 27 kg dan KCl 25 kg. Didalam pupuk
Saponite terkandung unsur hara makro yaitu N 3,24%, P2O5 15,43% dan K2O
0,235kg. Berdasarkan perhitungan perhitungan tersebut terlihat bahwa unsur-
unsur yang terkandung di dalam Saponite tersebut masih rendah jika
dibandingkan dengan pupuk anjuran untuk kacang hijau sehingga belum
mencukupi untuk pertumbuhan tanaman kacang hijau.
Berdasarkan kandungan pupuk tersebut, unsur P cukup tinggi dibandingkan
dengan unsur lainnya. Hardjowigeno (1995) menyatakan bahwa P berfungsi
dalam pembentukan bunga, buah dan biji serta mempercepat pematangan. Hal ini
diperkuat oleh pernyataan Nyakpa, et.al., (1986) yang mana dikatakan bahwa
fosfor berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dapat
meningkatkan produksi tanaman ataupun bahan kering serta memperbaiki kualitas
hasil. P tersedia akan meningkatkan nukleat dan fosfolid. Ketersediaan kedua
senyawa tersebut sangat penting dalam masa primordio tanaman yang selanjutnya
mendukung fase generatif terutama terbentuk perkembangan kuncup bunga, buah,
biji dan pendewasaan struktur penyimpanan makanan, akar dan batang.
48
Tabel 9. Data Hasil Analisis Hasil per Tanaman (g)
Perlakuan (g Saponite 15 liter-1 air) Hasil per Tanaman (g)
S0 0 3,31 b
S1 20 4,00 a
S2 40 4,43 a
S3 60 4,72 a
S4 80 4,85 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji Duncan.
Esrita (2007) melaporkan hasil penelitianya yang menunjukan bahwa
pemberian beberapa dosis Saponite pada tanaman dapat meningkatkan hasil per
tanaman. Hal ini terihat pada pemberian Saponite dengan dosis 20 g/15 liter air
sudah mampu memberikan hasil terbaik yaitu sebesar 4,00 g, dengan rata-rata
hasil sebesar 0,96 ton. Diduga karena semakin Besar dosis Saponite yang
diberikan maka unsur hara yang disumbangkan ke dalam tanah semakin banyak
pula sehingga terjadi keseimbangan unsur hara yang diserap oleh tanaman yang
menyebabkan meningkatnya hasil tanaman. Penjelasan tersebut juga dapat dilihat
pada pemberian dosis Saponite yang lebih tinggi yaitu 80 g/15 liter air mampu
memberikan hasil tertinggi sebesar 4,85 g, dengan rata-rata hasil sebesar 1,164
ton/ha. Unsur Ca dalam Saponite dapat mencegah terbentuknya polong kosong.
Sedangkan unsur pospor akan merangsang pembentukan bunga, buah dan biji
serta mampu membuat biji menjadi bernas. Unsur K dapat memperbaiki ukuran
dan kualitas biji sehingga hasil yang didapatkan juga akan meningkat (Afandie
dan Nasih Widya Y, 2002).
49
Menurut Hakim (1985) hasil tanaman yang baik dapat dicapai apabila
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan berimbang dan menguntungkan.
Bila salah satu faktor tersebut tidak seimbang dengan faktor lain, dapat menekan
atau menghentikan pertumbuhan tanaman. Prinsip ini dapat disebut sebagai faktor
pembatas, dimana tingkat produksi tidak akan lebih tinggi apa yang dapat dicapai
oleh tanaman yang tumbuh dalam keadaan dengan faktor-faktor yang paling
minimum. Konsep ini sangat penting dan selalu harus diperhitungkan dan
dipertimbangkan, dimana tidak hanya penyediaan hara dengan faktor lain yang
dapat mempengaruhi pertumbuhan (Salibury dan Ross, 1995)
Esrita (2007) melaporkan selama penelitian yang dilakukannya curah hujan
selama penelitian (rata-rata 223,9 mm per bulan) tidak sesuai dengan kebutuhan
kacang hijau dimana curah hujan yang cocok untuk budidaya kacang hijau
berkisar antara 50-200 mm per bulan. Curah hujan yang bervariasi selama
penelitian dapat menyebabkan tanaman kekurangan air dan hanya terpaku pada
saat penyiraman rutin. Lakitan (2000) menyatakan bahwa laju fotosintesis dibatasi
oleh ketersediaan air. Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis,
terutama karena pengaruhnya terhadap turgiditas sel penjaga akan menurun, hal
ini menyebabkan stomata menutup. Penutupan stomata ini akan menghambat
serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis karbonhidrat. CO2 merupakan bahan
baku sintesis karbonhidrat. Kekurangan CO2 akan menyebabkan laju fotosintesis.
Esrita (2007) juga melaporkan selama penelitian kisaran suhu selama
penelitian yaitu 240C-270C cocok bagi tanaman kacang hijau untuk dapat tumbuh
dengan baik. Menurut Salisbury dan Ross (1995) bahwa pengaruh suhu terhadap
fotosintesis tergantung pada spesies, kondisi lingkungan tempat tumbuhnya dan
50
keadaan lingkungan saat pengukuran atau penelitian. Tanaman yang tumbuh baik
pada daerah dataran rendah tropis mempunyai suhu optimum untuk fotosintesis
lebih tinggi dibandingkan tanaman didaerah yang beriklim sejuk. Secara umum
suhu optimum untuk fotosintesis setara dengan suhu siang hari pada asal habitat
tumbuhan tersebut. Peningkatan suhu akan meningkatkan laju fotosintesis sampai
terjadinya denaturasi enzim dan perombakan fotosistem mulai terjadi (Lakitan,
2000).
Suhu tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan jaringan. Selang suhu
tertentu sering menyebabkan fase kritis pada proses pertumbuhan tanaman seperti
perkecambahan biji, awal pembungaan serta induksi atau berakhirnya dormansi
pada tumbuhan tahunan. Respons perkembangan tersebut sering dipengaruhi oleh
faktor lingkungan selain suhu, seperti cahaya, lama penyinaran dan kelembaban
(Salisbury dan Ross 1995)
51
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Esrita (2007) dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pemberian pupuk organik lengkap Saponite dapat memberikan pengaruh
yang nyata terhadap komponen variabel pertumbuha dan perkembangan
tinggi tanaman dan hasil per tanaman. Sedankan untuk variabel
pertumbuhan dan perkembangan berat kering pupus, jumlah polong per
tanaman dan bobot 1000 biji tanaman kacang hijau tidak memberikan
pengaruh yang nyata terhadap beberapa dosis pemberian pupuk organik
lengkap Saponite yang dilakukan telah di aplikasikan.
2. Dosis pemberian pupuk organik lengkap Saponite yang terbaik pada
komponen variabel pertumbuhan dan perkembangan yang memberikan
pengaruh hasil yang nyata terhadap tinggi tanaman adalah pada perlakuan
dosis Saponite adalah pada perlakuan S3 (60g/ 15 liter air) dengan hasil
tertinggi tinggi tanamannya adalah 37,78 cm. Dan komponen variabel
pertumbuhan dan perkembangan hasil per tanaman pada perlakuan dosis
pupuk organik lengkap Saponite adalah pada perlakuan S4 (80g/15 liter air)
dengan memberikan hasil tertinggi hasil per tanaman adalah 4,85g dengan
hasil rata-rata sebesar 1,164 ton/ha. Walaupun menurut Esrita (2007) semua
taraf dosis yang diberikan dalam penelitanya tersebut tidak menunjukan
adanya perbedaan hasil yang signifikan.
52
Daftar Pustaka
Purwono. 2005. Kacang Hijau. Depok : Penebar Swadaya.