Post on 08-Feb-2016
KELOMPOK 2 AK
UN
TAN
SI B
ASSALAMU’ALAIKUM WR. WB.
Azi Fazriansyah 103403064
Muhammad Fajar 103403045
Budi Agung Indra Buana 103403070
Annisa Nurul Falah 103403072
Rizky Dea 103403054
Yayu Raodatul Jannah 103403073
Rikha Khadariah 103403048
Kiki Zakiah 103403049
ANALISIS PEMBIAYAAN SYARIAH BAGI SEKTOR PERTANIAN DENGAN
MENGGUNAKAN AKAD BAI SALAM(Studi Kasus Pada Petani Di Kabupaten
Bogor)
Konsep Pembiayaan
Menurut Drs. Ismail, MBA., Ak mengenai Konsep Pembiayaan Syariah dalam bukunya Perbankan Syariah:
Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana.
Berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998:“Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Di dalam perbankan syariah, pembiayaan yang diberikan kepada pihak pengguna dana berdasarkan pada prinsip syariah. Aturan yang digunakan yaitu sesuai dengan hukum islam.”
PEMBIAYAAN JUAL BELI
PEMBIAYAAN MURABAHAH
PEMBIAYAAN ISTISHNA
PEMBIAYAAN SALAM
Pembiayaan Salam
Dalam pengertian yang sederhana menurut Drs. Ismail, MBA., Ak. , bai` as-salam berarti pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari, sedangakan pembayarannya dilakukan dimuka pada saat akad dan pengiriman barang dilakukan pada saat akhir kontrak.
SALAM PARALELartinya melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara pemesanan pembeli dan penjual serta antara penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya. Hal ini terjadi ketika penjual tidak memilikibarang pesanan dan memesan kepada pihak lainuntuk menyediakan barang pesanan tersebut.
DASAR SYARIAH TENTANG TRANSAKSI SALAM
1. Al-Qur’an “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya dengan benar….” (Q.S 2:282)“Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu….(Q.S 5:1) 2. Al-Hadits “Barang siapa melakukan salam, hendaknya ia melakukannya dengantakaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.” (HR. Bukhari Muslim)
MEKANISME AKAD SALAM
Salam Paralel
HASIL PENELITIAN
ANALISIS PEMBIAYAAN SYARIAH BAGI SEKTOR PERTANIAN DENGAN
MENGGUNAKAN AKAD BAI SALAM(Studi Kasus Pada Petani Di Kabupaten
Bogor)
Objek Penelitian
Objek atau Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani di Kabupaten Bogor, sedangkan sampel yang direncanakan dalam penelitian ini adalah petani dari Kecamatan Tenjo, Kecamatan Parung Panjang, Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Pamijahan.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara membuat kuisioner yang akan dibagikan kepada responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil riset kepustakaan (library research) berupa penelitian terdahulu, buku-buku yang terkait, jurnal dan informasi valid yang diperoleh dari internet.
Untuk mengetahui masalah (pembiayaan dan pemasaran serta produktivitas) yang dihadapi oleh petani pada saat penanaman dan pemanenan, kontribusi lembaga pembiayaan formal dan informal pada sektor pertanian dan metode pembiayaan syariah dengan akad Bai’ Salam dapat digunakan sebagai alternatif untuk pembiayaan sektor pertanian di Kabupaten Bogor, serta profitabilitas yang dihasilkan dari usaha pertanian di Kabupaten Bogor, maka peneliti menggunakan Analisis Deskriptif
Model/Paradigma Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat
SIKAP
NORMA SUBJEKTIF
HARGA DARI AKAD BAI’ SALAM RELATIF
TERHADAP PINJAM MODAL
MODAL HARGA DARI AKAD BAI’
SALAM RELATIF
TERHADAP SISTEM IJON
PENERIMAAN UNTUK
MENGGUNAKAN
AKAD BAI’ SALAM
PERMASALAHAN PETANI BOGOR
(PENELITIAN)
Masalah pembiayaan dan pemasaran
Metode Pengadaan Input Pertanian dan Penjualan Hasil Pertanian
Sumber Pengadaan Input Pertanian (%)
sumber Penjualan Hasil Pertanian (%)
Tunai 30 Tunai (setelah panen) 62
Tunai (sebelum panen) 1 Kredit 4 Kredit 9
Keduanya 66 Keduanya 28 TOTAL 100 100
(Sumber : Data Primer, 2012)
Kesimpulan :Hasil yang diperoleh memberikan informasi bahwa mayoritas petani atau sebanyak 70% responden membutuhkan pembiayaan untuk pengadaan input pertanian, hal ini dikarenakan keterbatasan modal yang dimiliki petani.
Masalah Utama yang Menyebabkan Hasil Panen Rendah
Tabel 4.2
Masalah Utama yang Menyebabkan Hasil Panen Rendah
Masalah Utama (%) Ranking
Kualitas benih, pupuk dan pestisida yang tidak bagus 46 1
Tidak tersedia pengairan yang cukup untuk lahan pertanian 29 2
Hama dan Penyakit tanaman 20 3
Tidak tersedia mesin dan alat pertanian yang dibutuhkan 3 4
Tidak tersedia kendaraan untuk transportasi 2 5
Rendahnya penyuluhan tentang tata cara pertanian yang baik 0 6
Total 100
(Sumber : Data Primer, 2012)
Kesimpulan: sebagian besar petani menggunakan benih dari menyisihkan sebagian dari hasil panen sebelumnya, hal ini mengindikasikan ketiadaan modal petani untuk membeli benih kualitas unggul hasil penelitian terkini.
Masalah Utama yang Dihadapi Ketika Menjual Hasil Panen
Masalah Utama yang Dihadapi Ketika Menjual Hasil Panen
Masalah Utama (%) Ranking
Terpaksa menjual ke tengkulak dengan harga yang rendah, karena
harus segera bayar hutang44 1
Hasil panen rusak karena banjir dan cuaca buruk (kekeringan) 27 2
Tidak ada kendaraan untuk menjualnya ke kota atau ke pasar 12 3
Tidak menerima uang tunai pada waktu penjualan hasil panen 7 4
Pemerintah tidak perduli terhadap hasil panen petani karena membeli
dengan harga yang rendah7 5
Tertipu oleh pembeli 3 6
Total 100
(Sumber : Data Primer, 2012)
Modal untuk membiayai penanaman
29%
24%19%
17%
6% 5%
Modal Pembiayaan Penanaman
Tabungan Sendiri
Meminjam ke Tengkulak
Meminjam Teman/Tetangga
Minjam ke Toko Pertaian
Hasil Panen sebelumnya
Bank atau Koprasi
Kesimpulan : 60 % petani mendapatkan modal dari sumber informal
• Untuk mendapatkan pembiayaan dari sumber formal, seperti Perbankan atau
Koperasi, biasanya diperlukan jaminan (collateral). Ketika responden ditanyakan
mengenai jaminan apa yang akan diserahkan untuk meminjam uang, sebesar 52%
responden menyatakan tidak ada jaminan sama sekali, sedangkan 43% responden
menawarkan jaminan diri pribadi/nama baik dan hanya 5% responden yang
menyatakan memberikan jaminan barang berharga.
• Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa 56% responden membayar pinjaman
mereka setelah panen, sedangkan 17% dan 27% responden membayar pinjaman
mereka setelah mendapatkan uang dari hasil usaha selain pertanian dan sesuai
perjanjian kapan akan dilunasi.
Pendapat tentang cara jual beli salam
Pendapat Petani terhadap Cara Jual Beli Salam
Pendapat terhadap cara jual beli Salam (%)
Bagus
Tidak Bagus
Tidak Tahu
Total
59
12
29
100
(Sumber : Data Primer, 2012)
Kesimpulan: sesuai dengan kebutuhan petani akan modal awal untuk penanaman, maka opini responden terhadap cara jual beli Salam menunjukkan sebanyak 59% responden menyatakan bagus, sisanya sebanyak 29% tidak tahu dan 12% tidak bagus
Persentase margin untuk pembeli hasil panen dengan cara jual beli salam
Persentase Margin untuk Pembeli dengan Cara Jual Beli Salam
Persentase Margin (%)
0% - 3%
4% - 6%
7% - 9%
10% - 12%
13% - 15%
>15%
Total
23
13
16
21
22
5
100
(Sumber : Data Primer, 2012)
Kesimpulan: sebagian besar petani yaitu hampir 50% responden bersedia memberikan harga jual dengan persentase margin untuk pembeli sebesar lebih dari 10%.
Pengukuran terhadap profitabilitas
Rata-rata Biaya Produksi untuk Penanaman dalam Satu Musim
Tipe Biaya (Cost Type)Rata-rata Biaya
(Rupiah)
Persentase
(%)
Beli Benih, pupuk dan pestisida
Bayar sewa mesin dan alat pertanian
Bayar buruh tani (bagi hasil) / buruh angkut
Total Variable Costs (TVC)
Total Fixed Costs (TFC)
Total Costs (TVC+TFC)
1,219,500
689,000
3,138,000
5,046,500
2,780,500
7,827,000
16%
9%
40%
64%
36%
(Sumber : Data Primer, 2012)
Kesimpulan: rata-rata biaya yang dibutuhkan oleh petani untuk penanaman dalam satu musim yaitu sekitar Rp 7.827.000,-. Dengan komposisi struktur biaya untuk variable costs sebesar 64% dan untuk fixed costs sebesar 36%.
Hasil Perhitungan Profitabilitas Petani di Kabupaten Bogor
Variabel Rupiah
Total Cost (TVC+TFC)
Total Revenue (TR)
Gross Margin (TR-TVC)
Net Farm Income (TR-TC)
Net Return on Investment atau Net Farm Income/Total Cost (%)
Profit Margin Ratio atau Net Farm Income/Total Revenue (%)
7,827,000
10,882,500
5,836,000
3,055,500
39%
28%
(Sumber : Data Primer, 2012
Kesimpulan: rata-rata pendapatan kotor (gross margin) yang dapat dihasilkan petani di Kabupaten Bogor adalah Rp 5.836.000,- dan rata-rata pendapatan bersih (net farm income) adalah Rp 3.055.500,-. Net ROI yang diperoleh yaitu 39% atau 0,39, mengindikasikan bahwa setiap Rp 1.000.000,- yang diinvestasikan dalam usaha pertanian dapat menghasilkan imbal hasil (return) sebesar Rp 390.000,-.
PEMBAHASAN
Persentase Margin (untuk Kesejahteraan Petani dan Bank Syariah)
• Persentase margin yang disarankan adalah sebesar 12,5% dengan
maksimal jangka waktu pembiayaan adalah 6 (enam) bulan.
Namun, bila jangka waktu pembiayaan untuk hasil pertanian lebih dari 6
(enam) bulan, maka disarankan dilakukan negosiasi dengan kenaikan
persentase margin sebesar 0,5% setiap bulan. Misalkan, untuk panen hasil
pertanian yang memerlukan waktu 7 (tujuh) bulan, maka persentase margin
yang digunakan adalah sebesar 13%.
• Margin program Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Bank Syariah Mandiri (BSM)
untuk Segmen Ritel yaitu sebesar 14% (syariahmandiri.co.id., 2012).
simulasi cara jual beli Salam dengan persentase margin 12,5% untuk komoditi Gabah Kering
Harga pasar Gabah Kering pada saat akad : Rp 4,000,000/ton
Persentase Margin untuk pembeli sebesar 12,5% : Rp 500,000/ton
Harga beli Salam dengan margin sebesar 12,5% : Rp 3,500,000/ton
Dari simulasi diatas, Perbankan Syariah (sebagai pembeli) akan membayar harga
beli gabah kering dari petani sebesar Rp 3.500.000,- per ton atau lebih rendah
12,5% dari harga pasar gabah kering pada saat akad. Hal ini dimaksudkan agar
kepentingan pihak Perbankan Syariah sebagai pembeli tidak terabaikan. Pada
kondisi ini Perbankan Syariah melakukan pembayaran kepada petani secara tunai
dan penyerahan gabah kering oleh petani akan dilakukan 4 (empat) bulan
kemudian.
Solusi Meminimalkan Resiko gagal serah hasil pertanian
• Pertama, apabila petani hanya mampu menyerahkan setengah (1/2) dari
perjanjian quantity transaksi jual beli Salam, maka petani diharuskan
mengembalikan uang kepada pembeli sejumlah dari setengah quantity hasil
panen yang tidak dapat diserahkan. Misalnya perjanjian quanitity adalah 4 ton
dengan harga Rp 3.500.000,- per ton, pada saat penyerahan hasil panen 4
(empat) bulan kemudian, Petani hanya menyerahkan sebanyak 2 (dua) ton,
maka petani berkewajiban mengembalikannya dalam bentuk uang sebesar 2
(dua) ton dikali Rp 3.500.000,- per ton adalah Rp 7.000.000,-.
• Kedua, petani dapat meminta kepada Perbankan Syariah sebagai pembeli
untuk ditunda penyerahan setengah quantity yang gagal serah tersebut
hingga saat panen berikutnya, dengan syarat bahwa gagal serah
disebabkan gagal panen karena kondisi cuaca (kekeringan atau banjir)
bukan disebabkan karena kelalaian petani dalam melakukan pemeliharaan
tanaman.
• Ketiga, petani sebagai penjual dapat membeli kekurangan setengah
quantity dari petani lain yang kemudian diserahkan kepada Perbankan
Syariah sebagai pembeli
Perbedaan sistem ijon dengan bai’ salam ditinjau dari perhitungan margin
Simulasi Perhitungan Perbandingan Margin Antara Sistem Ijon Dengan Bai’ Salam
Petani (Penjual) Penyedia pembiayaan (Pembeli)
Perhitungan
MarginSistem Ijon Bai' Salam
Perhitungan
MarginSistem Ijon Bai' Salam
Revenue 2.000.000 15.000.000 Revenue 20.000.000 20.000.000
Cost 0 11.000.000 Cost 13.000.000 15.000.000
Margin 2.000.000 4.000.000 Margin 7.000.000 5.000.000
Kesimpulan: manfaat dengan menggunakan akad Bai’ Salam bagi petani adalah petani memperoleh margin yang lebih besar yaitu Rp 4.000.000,- dibandingkan dengan menggunakan sistem ijon yaitu Rp 2.000.000,-.
Keseimbangan (equilibrium) margin antara sistem jual beli ijon dengan jual beli Salam (harga penawaran pada sistem jual beli ijon sebesar Rp 4.000.000)
Equilibrium Margin Sistem Ijon dengan Bai' Salam bagi Petani (Penjual) dan
Penyedia Pembiayaan (Pembeli)
Petani (Penjual) Penyedia pembiayaan (Pembeli)
Perhitungan
MarginSistem Ijon Bai' Salam
Perhitungan
MarginSistem Ijon Bai' Salam
Revenue 4.000.000 15.000.000 Revenue 20.000.000 20.000.000
Cost 0 11.000.000 Cost 15.000.000 15.000.000
Margin4.000.000
4.000.000
Margin 5.000.000 5.000.000
Perbedaan perhitungan margin bagi petani dan penyedia pembiayaan
Simulasi Perhitungan Perbandingan Margin Antara Pinjam Modal Dengan Bai’
Salam
Petani (Penjual) Penyedia pembiayaan (Pembeli)
Perhitungan
Margin
Pinjam
ModalBai' Salam
Perhitungan
Margin
Pinjam
ModalBai' Salam
Revenue 20.000.000 15.000.000 Revenue 2.800.000 20.000.000
Cost 13.800.000 11.000.000 Cost 500.000 15.000.000
Margin 6.200.000 4.000.000 Margin 2.300.000 5.000.000
Kesimpulan: margin pada pembiayaan dengan akad Bai’ Salam lebih kecil dibandingkan dengan margin pada pembiayaan dengan pinjam modal.
KESIMPULAN
• Mayoritas petani atau 70% responden membutuhkan pembiayaan untuk pengadaan input pertanian.
• Untuk pemasaran hasil pertanian, 43% responden menyatakan bahwa tengkulak adalah pembeli yang paling sering membeli hasil panen.
• Masalah produktivitas petani di Kabupaten Bogor, dapat disimpulkan bahwa kualitas benih, pupuk dan pestisida yang tidak bagus merupakan masalah utama yang menyebabkan hasil panen rendah.
• Sebanyak 60% petani mendapatkan modal dari sumber informal
• metode pembiayaan syariah dengan akad Bai’ Salam dapat digunakan sebagai alternatif untuk pembiayaan sektor pertanian di Kabupaten Bogor.
• Rata-rata pendapatan bersih petani (net farm income) adalah Rp 3.055.500,-. Dengan nilai Net Return on Investment (Net ROI) yang diperoleh yaitu 39%, ini menunjukkan nilai yang sangat menarik bagi investor potensial, khususnya perbankan syariah sebagai penyedia pembiayaan syariah.
• Sikap, Norma Subjektif dan Harga dari akad Bai’ Salam relatif terhadap sistem ijon berpengaruh signifikan positif terhadap Penerimaan untuk menggunakan akad Bai’ Salam.
Kesimpulan
WASSALAMU’ALAIKUM WR. WB.
TERIMAKASIH