Post on 08-Mar-2019
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PELAKSANAAN PERJANJIAN OPERALIH KONSUMEN DI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN WOM FINANCE CABANG PURBALINGGA
Penulisan Hukum
(Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna
Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh
Satrio Adhi Laksono NIM. E0008077
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Satrio Adhi Laksono, E0008077. 2013. PELAKSANAAN PERJANJIAN OPERALIH KONSUMEN DI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN WOM FINANCE CABANG PURBALINGGA. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini didasarkan adanya perkembangan jaman semakin modern dan adanya kebutuhan mobilitas tinggi masyrakat sehingga meningkatnya permintaan sepeda motor setiap tahunnya, namun tidak semua masyarakat mampu untuk membeli, lembaga pembiayaan konsumen dapat membantu masyarakat untuk memiliki sepeda motor dengan pembayaran secara berkala. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk dan isi perjanjian serta pelaksanaan dan permasalahan yang ada dalam pelaksanaan perjanjian operalih konsumen di WOM Finance Cabang Purbalingga dan cara penyelesaiannya. Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum empiris dengan pendekatan kualitatif dan memilih lokasi di WOM Finance Cabang Purbalingga yang beralamat di jalan Jendral Soedirman Nomor 159 Purbalingga. Data diperoleh dari data primer dan sekunder. Data primer bersumber dari keterangan pihak-pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian operalih konsumen, data sekunder berasal dari bahan-bahan pustaka. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Model analisis data kualitatif dengan model interaktif digunakan dengan tiga alur, yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Bentuk perjanjian operalih konsumen di WOM Finance Cabang Purbalingga adalah tertulis dengan akta dibawah tangan dan menggunakan perjanjian baku, isi perjanjian ini telah sesuai atau memenuhi kerangka umum dari suatu kontrak. Pelaksanaan perjanjian operalih konsumen di WOM Finance Cabang Purbalingga telah sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan. Permasalahan-permasalahan yang ada dalam pelaksanaan perjanjian opealih konsumen adalah debitur lama sulit mendapatkan calon debitur baru sementara debitur lama sudah tidak mampu membayar angsuran dan adanya wanprestasi yang dilakukan oleh debitur baru. Cara penyelesaiannya adalah memberikan tenggang waktu selama 40 hari dan menarik sepeda motor, namun sebelumnya mengirimkan surat peringatan secara bertahap kepada debitur baru. Kata Kunci : operalih, pembiayaan konsumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAC
Satrio Adhi Laksono, E0008077. 2013. EXECUTION AGREEMENT OF TAKE OVER CONSUMER FINANCE AT FINANCING COMPANY WOM FINANCE BRANCH OF PURBALINGGA. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta The research is based the existence of an increasingly modern development and the mobility needs of the community so that the high increased demand for motorcycles annually, But not all people can afford to buy it. Consumer finance institutions can help people to have a motorcycle by periodic payment. Intention of this research is to describe the form and content of agreements, implementation and existing problems and the solution in the implementation of the take over consumer finance agreement in WOM Finance Branch Purbalingga. This research is empirical legal research with a qualitative approach and choose a location in WOM Finance Branch Purbalingga at General Sudirman street No. 159 Purbalingga. Data obtained from primary and secondary data. Primary data was sourced from the information the parties relating to the execution of the take over consumer finance agreement, secondary data sourced from library materials. Data collection techniques In this research using research field and library research. Model of qualitative data analysis using interactive models by the three ways, there is data reduction, data presentation, drawing conclusions and verification. The form of take over consumer finance agreement in WOM Finance Branch Purbalingga is written by deed under hand and use the standard contract, contents of this agreement are compliant or meets the general framework of a contract. Implementation agreement of take over consumer finance at financing company WOM Finance Branch Purbalingga accordance with Presidential Decree No. 9 of 2009 on Financing Institutions. The problems that exist in the execution of the take over agreement is old debtor difficulty of getting new debtor while the old debtor is unable to pay installments and default by the new debtor. The solution is to provide a grace period for 40 days and confiscate a motorcycle, But previous efforts have been made, such as warning letters to new debtor. Keywords: take over, consumer finance
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
” Sesungguhnya setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan”
( QS. Al-Insyirah 6 )
” Apapun masalah yang kita hadapi, jika kita membaikan hati, Tuhan akan
membaikan hidup kita ”
( Mario Teguh )
“ Tidak ada suatu usaha yang sia-sia, kesia-siaan hanyalah ketika kita tidak bertindak
dan berusaha ”
( Penulis )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan
kepada:
1. Ayah dan Ibu(Alm) atas segala kesabarannya membesarkan, mendoakan,
membimbing, memberikan dukungan kepadaku sampai aku bisa sampai sekarang
ini.
2. Kakak-kakakku yang selalu memberi bimbingan, dorongan dan bantuan dalam
segala hal.
3. Seluruh teman – temanku Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret dan Kost
Rama Sinta.
4. Seseorang yang terkasih, terima kasih atas doa, dukungan, pengertian dan kasih
sayangnya selama ini.
5. Almamaterku Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT ysng telah memberikan rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini yang
berjudul : “PELAKSANAAN PERJANJIAN OPERALIH KONSUMEN DI
PERUSAHAAN PEMBIAYAAN WOM FINANCE CABANG
PURBALINGGA”.
Tujuan penulisan hukum (skripsi) ini adalah sebagai suatu kelengkapan untuk
memenuhi persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S1 dalam ilmu hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) yang
telah disusun sesuai dengan kemampuan penulis yang terbatas ini masih terdapat
banyak kekurangan. Namun demikian penulis berusaha dengan sebaik mungkin
dengan harapan bahwa dari penulisan hukum (skripsi) ini dapat diambil manfaat
untuk masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya atas segala bimbingan, bantuan, dorongan, saran, nasihat, seta
pengertiannya kepada pihak-pihak yang terkait dengan penulisan hukum (skripsi) ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis berikan
kepada:
1. Allah SWT penguasa alam dengan rahmat, karunia dan ridho-Nya penulisan
hukum (skripsi) ini dapat terselesaikan.
2. Bapak dan Almarhum Ibu, yang selalu memberikan dukungan dan doanya serta
kasih sayang dan jasa-jasanya yang memberikan semangat dalam penulisan
skripsi ini.
3. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin dan kesempatan
kepada penulis untuk menghasilkan sebuah karya kecil melalui penulisan hukum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
4. Ibu Endang Mintorowati, S.H, M.H. selaku Pembimbing I dalam penulisan
hukum (skripsi) ini yang telah meluangkan waktunya dan memberikan petuah
bijak serta dorongan baik moral maupun spiritual dalam penyusunan skripsi ini
dan kerendahan hati beliau yang mau memberikan ilmu yang sangat bermanfaat
bagi kehidupan Penulis sebagai Sarjana Hukum.
5. Ibu Anjar Sri CN, S.H, M.Hum. selaku Pembimbing II dalam penulisan hukum
(skripsi) ini yang telah memberikan bimbingan, memberi masukan, arahan,
pengetahuan sekaligus inspirasi bagi penulis dalam menulis judul skripsi ini serta
dukungan nya sehingga mempermudah penulis untuk menyelesaikan penulisan
hukum ini.
6. Ibu Djuwityastuti, S.H, M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Perdata Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
7. Bapak Krida Prabowo selaku staff credit analyst pada WOM Finance Cabang
Purbalingga yang telah banyak membantu dalam memberikan data-data yang
dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Bapak M.Adnan, S.H., M.Hum., selaku Pembimbing Akademik yang telah
membimbing, memberikan dorongan kepada saya untuk memperbaiki Indeks
Prestasi dan arahan selama penulis kuliah di Fakultas Hukum UNS.
9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberiilmu
pengetahuan dan pengalaman berharga kepada penulis yang dapatdijadikan bekal
dalam penyelesaian skripsi ini serta menghadapi persaingan di lingkungan
masyarakat luas dan dalam dunia kerja kelak.
10. Pengelola Penulisan Hukum (PPH) yang telah membantu dalam mengurus
prosedur-prosedur skripsi mulai dari pengajuan judul, pelaksanaan seminar
proposal sampai pendaftaran ujian skripsi.
11. Semua kerabat, sahabat, kakak senior dan rekan-rekan yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan membantu dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Semoga segala bantuan, bimbingan, dan nasihat yang telah diberikan menjadi
awal kebaikan dan mendapat balasan dari Allah Yang Maha Kuasa yang senantiasa
melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita.
Penulis berharap semoga penulisan hukum (skripsi) ini dapat memberikan
manfaat bagi yang membaca.
Surakarta, Januari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI............................................................ iii HALAMAN PERNYATAAN.............................................................................. iv ABSTRAK............................................................................................................. v ABSTRAC............................................................................................................. vi HALAMAN MOTTO........................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................... viii KATA PENGANTAR........................................................................................... ix DAFTAR ISI......................................................................................................... x DAFTAR TABEL dan GAMBAR....................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………..... 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………....... 6
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………..... 6
D. Manfaat Penelitian............................................................................... 7
E. Metode Penelitian ............................................................................... 7
F. Sistematika Penelitian Hukum............................................................ 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 15
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan tentang Perjanjian............................................................. 15
a. Pengertian Perjanjian.................................................................. 15
b. Asas-Asas Dalam Perjanjian...................................................... 15
c. Syarat Sahnya Perjanjian............................................................ 17
d. Bentuk dan Isi Perjanjian........................................................... 18
e. Berlakunya Perjanjian................................................................ 23
f. Prestasi dan Wanprestasi........................................................... 24
g. Risiko Dalam Hukum Perjanjian............................................... 25
h. Hapusnya Perikatan................................................................... 26
2. Tinjauan tentang Lembaga Pembiayaan......................................... 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
a. Pengertian Lembaga Pembiayaan.............................................. 30
b. Jenis-Jenis Lembaga Pembiayaan............................................. 31
c. Bentuk Hukum Lembaga Pembiayaan...................................... 32
3. Tinjauan tentang Perusahaan Pembiayaan...................................... 33
a. Pengertian Pembiayaan Konsumen............................................ 33
b. Manfaat Pembiayaan Konsumen................................................ 36
4. Tinjauan tentang Operalih Konsumen.............. ............................. 37
a. Pengertian Operalih Konsumen................................................. 37
b. Tujuan Operalih Konsumen....................................................... 39
5. Tinjauan tentang Fidusia................................................................. 39
a. Pengertian Fidusia dan Jaminan Fidusia.................................... 39
b. Obyek dan Subyek Jaminan Fidusia.......................................... 40
c. Pembebanan Jaminan Fidusia.................................................... 40
d. Pengalihan Fidusia..................................................................... 41
e. Hapusnya Jaminan Fidusia............................................................ 41
B. Kerangka Pemikiran............................................................................ 42
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 44
A. HASIL PENELITIAN ........................................................................ 44
1. Deskripsi Lokasi Penelitian................................................................... 44
a. Deskripsi Lokasi WOM Finance Cabang Purbalingga...................... 44
b. Deskripsi Kasus di Wom Finance Cabang Purbalingga.................... 47
2. Bentuk dan Isi Perjanjian Operalih Konsumen .................................... 49
3. Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen dan Permasalahan
yang Ada Pada Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen
di WOM Finance Cabang Purbalingga Serta Cara
Penyelesaiannya................................................................................... 55
a. Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen di WOM Finance
Cabang Purbalingga......................................................................... 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
b. Permasalahan pada pelaksanaan perjanjian operalih konsumen...... 60
c. Upaya-Upaya yang Dilakukan WOM Finance Cabang Purbalingga
dalam Mengatasi Permasalahan yang Terjadi.................................. 62
B. PEMBAHASAN ...................................................................................... 65
1. Bentuk dan Isi Perjanjian Operalih Konsumen di WOM Finance
Cabang Purbalingga.............................................................................. 65
a. Bentuk Perjanjian Operalih Konsumen............................................. 65
b. Isi Perjanjian Operalih Konsumen.................................................... 69
2. Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen dan Permasalahan
yang Ada Pada Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen
di WOM Finance Cabang Purbalingga Serta Cara
Penyelesaiannya..................................................................................... 81
a. Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen di WOM Finance
Cabang Purbalingga.......................................................................... 81
b. Permasalahan pada pelaksanaan perjanjian operalih konsumen....... 85
c. Upaya-Upaya yang Dilakukan WOM Finance Cabang Purbalingga
dalam Mengatasi Permasalahan yang Terjadi.................................. 88
BAB IV PENUTUP................................................................................................. 90
A. Simpulan .................................................................................................. 90
B. Saran ........................................................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 94
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel 1 Daftar Statistik Penjualan Sepeda Motor di Indonesia....................... 1
Gambar 1 Model Analisis Interaktif................................................................... 12
Gambar 2 Jenis-jenis Lembaga Pembiayaan...................................................... 31
Gambar 3 Kerangka Pemikiran.......................................................................... 42
Gambar 4 Struktur Organisasi WOM Finance Cabang Purbalingga................. 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan jaman yang semakin modern membuat kebutuhan
masyarakat semakin tinggi, salah satunya adalah kebutuhan akan mobilitas yang
tinggi dari masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhannya masyarakat terkadang
harus pergi ke suatu tempat tertentu kemudian berpindah lagi ke tempat yang lain.
Hal ini membuat masyarakat membutuhkan suatu alat transportasi yang nyaman
dan cepat serta sesuai dengan keadaan ekonominya.
Gejala meningkatnya tuntutan akan sarana transportasi yang nyaman
tampak terlihat dari makin padatnya jalan-jalan dengan jumlah dan aneka ragam
kendaraan pribadi dan niaga yang kian hari kian bertambah. Salah satu jenis alat
transportasi adalah kendaraan sepeda motor. Sepeda motor dinilai masyarakat
merupakan suatu alat transportasi yang tepat karena harganya yang lebih
terjangkau dan mudah dalam penggunaannya maupun perawatannya.
Kebutuhan masyarakat akan kendaraan bermotor yang terus meningkat,
serta terus munculnya produk-produk baru dari sepeda motor ini membuat
permintaan pasar juga meningkat. Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda
Motor Indonesia (AISI) data penjualan sepeda motor tahun 2011 sebesar
8.043.535, jumlah ini meningkat dari tahun 2010 yang hanya sebesar 7.398.644
(http://www.aisi.or.id/statistic/). Berikut ini adalah daftar statistik penjualan
sepeda motor di Indonesia dalam kurung waktu lima tahun terakhir.
Tabel 1. Daftar Statistik Penjualan Sepeda Motor di Indonesia
Tahun Jumlah
2007 4.688.263
2008 6.215.831
2009 5.881.777
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
2010 7.398.644
2011 8.043.535
Sumber : http://www.aisi.or.id/statistic diakses pada 13 maret 2012
Dari data tersebut di atas membuktikan permintaan masyarakat yang terus
meningkat, namun dalam memenuhi kebutuhan akan sepeda motor ini terdapat
masyarakat yang mampu untuk membeli sepeda motor secara tunai dan
masyarakat yang tidak mampu untuk membeli secara tunai. Bagi masyarakat yang
tidak mampu membeli sepeda motor secara tunai, mereka dapat membelinya
secara kredit baik melalui lembaga perbankan ataupun non perbankan seperti
lembaga pembiayaan konsumen.
Kebutuhan pembiayaan kosumen ini menjadikan peluang bisnis yang besar
bagi perusahaan pembiayaan konsumen di Indonesia. Kehadiran industri
pembiayaan (multi finance) di Indonesia sesungguhnya belumlah terlalu lama
terutama bila dibandingkan dengan di negara-negara maju. Dari beberapa sumber,
diketahui industri ini mulai tumbuh di Indonesia pada 1974. Kelahirannya
didasarkan pada surat keputusan bersama (SKB) tiga menteri, yaitu Menteri
Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan. Setahun setelah
dikeluarkannya SKB tersebut, berdirilah PT Pembangunan Armada Niaga
Nasional pada 1975. Kelak, perusahaan tersebut mengganti namanya menjadi PT
(Persero) PANN Multi Finance. Kemudian melalui Keputusan Presiden (Keppres)
No.61/1988, yang ditindaklanjuti dengan SK Menteri Keuangan No.
1251/KMK.013/1988 pemerintah membuka lebih luas lagi bagi bisnis
pembiayaan, dengan cakupan kegiatan meliputi leasing, factoring, consumer
finance, modal ventura dan kartu kredit. (http://www.ifsa.or.id/history.php).
Lembaga Pembiayaan ini merupakan salah satu sumber pembiayaan
jangka waktu menengah dan panjang termasuk pembiayaan konsumen yang telah
memperkenalkan metode baru untuk memperoleh dan mendapatkan barang modal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
yaitu dengan jalan membayar angsuran tiap bulan kepada perusahaan pembiayaan
koonsumen. Banyaknya perusahaan lembaga pembiayaan konsumen semakin
mempermudah masyarakat untuk memiliki kendaraan bermotor dengan cara
kredit, karena biasanya masyarakat sulit mendapatkan atau mempunyai akses
untuk mendapat kredit bank. Perusahaan Pembiayaan Konsumen lebih mudah
dalam persyaratan pemberian kredit, perusahaan pembiayaan konsumen tidak
mengharuskan penyerahan sesuatu sebagai jaminan melainkan hanya barang yang
dibiayai itulah yang langsung dibebani dengan jaminan fidusia, sehingga
konsumen tetap menguasai obyek pembiayaan dan mengambil manfaat dari
obyek pembiayaan tersebut. Selain itu proses pengurusan kredit juga tidak
memerlukan waktu yang lama sehingga konsumen cenderung memilih
pembiayaan konsumen ini meskipun dengan tingkat suku bunga yang relative
tinggi (Eko Puspita Ningrum.2005:16).
Pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen ini tidak diatur secara rinci
di dalam KUH Perdata, perjanjian pembiayaan konsumen merupakan suatu
perjanjian yang didasarkan pada “asas kebebasan berkontrak” Hal tersebut sebagai
asas pokok dari hukum perjanjian yang diatur dalam Pasal 1338 KUH.
Berdasarkan ketentuan pasal tersebut sepanjang memenuhi syarat yang diatur oleh
perundang-undangan, maka pembiayaan konsumen berlaku dan ketentuan tentang
perikatan seperti yang terdapat dalam buku ketiga KUH Perdata berlaku juga
untuk pembiayaan konsumen.
Dalam prakteknya, bisnis pembiayaan konsumen ini bukanlah tanpa risiko,
salah satu risiko itu adalah timbulnya kredit macet, walaupun sebenarnya
konsumen merasa terbantu oleh pembiayaan ini namun sering kali konsumen tidak
menunjukan itikad baik dengan melaksanakan kewajibannya yaitu melunasi biaya
angsuran yang timbul dari pembelian sepeda motornya. Faktor lain yang
menyebabkan terjadinya kredit macet adalah ketidakmampuan debitur untuk
mengangsur kreditnya karena dipengaruhi oleh faktor ekonomi dari debitur itu
sendiri. Maka akibat adanya kredit bermasalah ini akan menimbulkan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kerugian bagi perusahaan pembiayaan dan perbuatan tersebut juga termasuk
kedalam perbuatan wanprestasi. Namun dewasa ini, debitur mempunyai suatu
solusi atau cara tersendiri untuk menghindari terjadinya perbuatan wanprestasi
yang mungkin akan timbul, cara tersebut yaitu dengan membuat perjanjian
operalih konsumen. Pejanjian operalih ini timbul dilatar belakangi oleh
permasalahan ekonomi yang dihadapi debitur, ketika debitur pada saat mengajukan
pembiayaan konsumen keadaan ekonominya dinilai oleh kreditur cukup baik,
namun pada pelaksanaanya karena sesuatu hal yang membuat perekonomian
debitur memburuk yang berakibat debitur tidak sanggup lagi untuk membayar
angsuran. Hal tersebut bisa terjadi karena debitur yang awalnya bekerja kemudian
di PHK oleh perusahaan tempat dia bekerja, hal lain bisa disebabkan debitur
terkena musibah yang menyebabkan debitur kehilangan harta bendanya.
Perjanjian Operalih yang dimaksud dalam hal ini adalah pengalihan
kewajiban yang berupa pembayaran angsuran kredit kendaraan bermotor atau
debitur mengalihkan hak dan kewajibannya kepada orang lain/pihak ketiga yang
kemudian pihak ketiga ini menjadi debitur baru. Jadi secara prakteknya debitur ini
mengalihkan obyek kreditnya kepada orang lain pada saat debitur tersebut masih
mempunyai kewajiban melunasi angsuran kepada perusahaan pembiayaan
tersebut. Obyek kredit yang dimaksud dalam hal ini adalah kendaraan bermotor,
dalam perjanjian ini tentunya debitur lama dan pihak ketiga (debitur baru) telah
terjadi kesepakatan mengenai sisa angsuran yang masih harus dipenuhi serta
kesepakatan mengenai nilai harga barang dari obyek kredit tersebut. Kemudian
klausul-klausul tersebut dituangkan kedalam suatu perjanjian yang dinamakan
perjanjian Operalih, sehingga akibat dari adanya perjanjian ini adalah kewajiban
untuk melunasi angsuran menjadi beralih dari debitur lama ke pihak ketiga/debitur
baru tersebut. Dalam pelaksanaan perjanjian operalih pembiayaan konsumen juga
tidak selamanya berjalan lancar pasti terdapat permasalahan-permasalahan yang
timbul selama pelaksanaan perjanjian ini, dan kreditur juga telah melakukan
upaya-upaya dalam mengatasi permasalahan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Perusahaan perkreditan yang menjalankan usaha pembiayaan yang
bergerak dalam bidang penyediaan dana untuk sepeda motor di Indonesia sekarang
ini sangat banyak seperti WOM finance, Adira Finance, FIF, BAF, Oto Finance.
Salah satu contohnya adalah PT. Wahana Ottomitra Multiartha (WOM Finance)
Cabang Purbalingga. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1997 ini merupakan
perusahaan pembiayaan di luar bank dan lembaga keuangan bukan bank, yang
khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang bergerak di dalam bidang usaha
penyediaan dana, yang akan digunakan konsumen atau masyarakat dalam
menjalankan usahanya. WOM Finance Cabang Purbalingga menyediakan dana
untuk pembayaran sepeda motor baru ataupun sepeda motor bekas yang akan
dibeli oleh konsumen, khususnya konsumen yang berdomisili di kabupaten
Purbalingga dan sekitarnya. WOM Finance Cabang Purbalingga merupakan
perusahaan pembiayaan konsumen dengan aplikasi konsumen tertinggi di daerah
Purbalingga dan juga tertinggi diantara WOM Finance Cabang kota lain di daerah
jawa tengah (hasil wawancara dengan Bapak Krida Prabowo, 15 September 2012).
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas maka penulis tertarik
untuk melakukan penulisan hukum tentang perjanjian operalih konsumen, maka
penulis termotivasi untuk menulis penelitian hukum dengan judul
“PELAKSANAAN PERJANJIAN OPERALIH KONSUMEN DI
PERUSAHAAN PEMBIAYAAN WOM FINANCE CABANG
PURBALINGGA”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka selanjutnya dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan
sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk dan isi perjanjian operalih konsumen di WOM Finance
cabang Purbalingga ?
2. Bagaimana pelaksanaan dan permasalahan yang ada dalam pelaksanaan
perjanjian operalih konsumen serta cara penyelesaiannya ?
C. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas agar dapat mengenai
sesuatu yang hendak dicapai. Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis antara
lain :
1. Tujuan Obyektif
a. Mengetahui bentuk dan isi perjanjian operalih di WOM Finance cabang
Purbalingga.
b. Mengetahui pelaksanaan dan permasalahan-permasalahan yang ada dalam
pelaksanaan perjanjian operalih serta cara penyelesaiannya di WOM
Finance cabang Purbalingga.
2. Tujuan Subyektif
a. Memperoleh data maupun informasi yang jelas dan lengkap sebagai bahan
penyusunan penulisan hukum (skripsi) sebagai prasyarat guna
menyelesaikan studi dalam meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Manambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis khususnya di bidang
Hukum Perdata terkait dengan perjanjian operalih konsumen pada suatu
perusahaan pembiayaan yang berbentuk Pembiayaan Konsumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
c. Dapat memberikan manfaat baik bagi penulis maupun masyarakat.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan penulis dalam penulisan hukum (skripsi) ini
adalah sebgai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penulis berharap dapat menambah bahan kepustakaan hukum tentang
perjanjian pembiayaan khususnya, yang membahas mengenai pelaksanaan
perjanjian operalih di perusahaan pembiayaan WOM Finance cabang
Purbalingga dan juga dapat menambah pengetahuan dalam bidang hukum,
khususnya mengenai hukum tentang pembiayaan konsumen.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi mereka
yang ingin mendalami masalah-masalah perjanjian pembiayaan konsumen
khususnya perjanjian operalih pada perusahaan pembiayaan konsumen, baik
terhadap praktisi hukum maupun bagi para kreditur dan debitur.
E. Metode Penelitian
Beberapa hal yang menyangkut metode penelitian dalam penelitian hukum
ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian Hukum
Dilihat dari perumusan masalah yang dibuat oleh penulis, maka penelitian
ini termasuk dalam jenis penelitian hukum empiris. Pada penelitian hukum
empiris, maka yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder, kemudian
dilanjutkan pada data primer di lapangan, atau terhadap masyarakat (Soerjono
Soekanto, 2007: 52). Dalam hal ini, penulis akan menguraikan tentang
perjanjian operalih konsumen di perusahaan pembiayaan WOM Finance
cabang Purbalingga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Sifat Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis mempunyai sifat deskriptif, yaitu
penelitian yang menggambarkan atau bersifat sistematis dan menyeluruh
mengenai masalah tentang operalih konsumen pada perusahaan pembiayaan.
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatiannya pada prinsip-
prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada
dalam kehidupan manusia, atau pola-pola yang dianalisis gejala-gejala sosial
budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang
bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai pola-pola yang berlaku.
(Burhan Ashshofa, 2010: 20-21).
4. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di WOM Finance Cabang Purbalingga, yang
beralamat di Jalan Jendral Soedirman Nomor 159 Purbalingga. Penulis
memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian penulisan skripsi ini karena
belakangan ini lembaga pembiayaan konsumen semakin berkembang,
khususnya pembiayaan sepeda motor dan WOM Finance merupakan salah
satu perusahaan pembiayaan sepeda motor yang menyediakan kredit sepeda
mototr baik baru atau bekas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
penulis, bahwa WOM Finance Purbalingga adalah Perusahaan pembiayaan
yang tertinggi omset dengan setiap tahunnya membiayai sekitar 2500
konsumen dan di WOM Purbalingga terdapat banyak kasus operalih
konsumen sepeda motor dengan jumlah rata-rata sekitar 100 debitur per
tahunnya (hasil wawancara dengan Bapak Krida Prabowo, 15 September
2012) .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
5. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Data adalah hasil dari penelitian, baik berupa fakta maupun angka yang
dapat dijadikan bahan untuk dijadikan sumber informasi, dan yang dimaksud
informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian itu antara lain :
1) Data Primer
Data primer merupakan data yang berupa keterangan mengenai
pelaksanaan dan permasalahan-permasalahan dalam perjanjian operalih
pembiayaan konsumen di WOM cabang Purbalingga, keterangan
diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak karyawan WOM cabang
Purbalingga serta debitur lama dan debitur baru.
2) Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan, literatur,
peraturan perundang-undangan, jurnal, artikel, media massa, bahan dari
internet dan sumber lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Penulis menggunakan sumber data sebagai berikut :
1) Sumber Data Primer
Dalam penelitian ini yang memberikan keterangan adalah seseorang yang
dianggap mengetahui permasalahan yang sedang dikaji dalam penelitian
dan bersedia memberikan informasi yang berupa kata-kata pada peneliti,
yaitu Bapak Krida Prabowo staff WOM Finance Purbalingga bagian
credit analyst, Bapak Agus Samino sebagai debitur lama dan Ibu Asih
Yulianti sebagai debitur baru.
2) Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a) Bahan hukum primer yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
(1) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga
Pembiayaan;
(2) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 634/KMK.013/1990 tentang
Pengadaan Barang Modal Berfasilitas Melalui Perusahaan Sewa
Guna Usaha (Perusahaan Leasing);
(3) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang
Kegiatan Sewa Guna Usaha.
b) Bahan hukum sekunder yaitu, bahan yang berisi penjelasan mengenai
bahan hukum primer yang terdiri atas buku, literatur, jurnal, artikel,
karya ilmiah, majalah, makalah, dan lainnya yang berkaitan dengan
penelitian ini.
c) Bahan hukum tersier yaitu, bahan hukum tersier adalah bahan hukum
yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum
lainnya. Bahan hukum yang dipergunakan oleh penulis adalah Kamus
Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan teknik untuk mengumpulkan dari
salah satu atau beberapa sumber data yang ditentukan. Untuk memperoleh
data yang lengkap, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut :
a. Penelitian Lapangan
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan
jalan komunikasi, yaitu melalui kontak atau hubungan pribadi antara
pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden). (Rianto
Adi: 2010 : 72)
Dalam hal ini penulis terjun langsung ke lokasi penelitian untuk
melakukan wawancara terhadap pihak yang berkaitan dan bertanggung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
jawab terhadap pelaksanaan pemberian kredit kepada seorang
Konsumen/Debitur yaitu karyawan bagian Credit Analyst WOM cabang
Purbalingga. Penulis juga melakukan wawancara terhadap pihak debitur
lama dan debitur baru WOM Finance Cabang Purbalingga.
b. Penelitian Kepustakaan
Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan
menghimpun data dari berbagai literatur baik diperpustakaan maupun
ditempat lain. Literature yang digunakan tidak terbatas pada buku-buku
tetapi juga bahan-bahan dokumentasi serta artikel-artikel yang berkaitan
dengan permasalahan yang diteliti.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah mekanisme mengorganisasikan data dan
mengurutkan data kedalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan hipotesis kerja yang diterangkan oleh data (Lexy J
Moleong, 2006 :280). Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan
hukum ini adalah kualitatif, yaitu data yang telah diperoleh disusun secara
sistematis dan dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan data dalam
bentuk skripsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Adapun model analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif model
interaktif yang dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut (Sutopo HB,
2002:35-37) :
Keterangan :
a. Reduksi Data
Merupakan bagian dari proses seleksi, pemfokusan dan
penyerderhanaan dari data-data sedemikian rupa sehingga kesimpulan
akhir penelitian dapat dilakukan.
b. Penyajian Data
Merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk
narasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan.
Sajian data mengacu pada rumusan masalah sehingga dapat menjawab
kesimpulan dan verifikasi.
c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Dalam pengumpulan data penulis harus sudah memahami arti berbagai
hal yang ditemui, dengan melakukan pencatatan-pencatatan,
peraturan-peraturan, pola-pola, pertanyaan-pertanyaan, atau
konfigurasi-konfigurasi yang mungkin , arahan sebab akibat, dan
berbagai proposal kesimpulan yang diverifikasi.
Pengumpulan Data
Reduksi Data Sajisn Data
Penarikan Kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
F. Sistematika Penulisan Hukum
Penulisan hukum ini terdiri dari empat bab, yaitu Pendahuluan, Tinjauan
Pustaka, Pembahasan dan Penutup, yang saling berhubungan serta ditambah
dengan Daftar Pustaka dan Lampiran. Adapun susunannya adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika
penelitian hukum.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Dalam yang bab kedua ini memuat dua sub bab, yaitu kerangka teori
dan kerangka pemikiran. Dalam kerangka teori penulis menguraikan
Tinjauan Umum Tentang Perjanjian, tentang lembaga pembiayaan,
tentang Pembiayaan Konsumen, tentang Operalih konsumen.
BAB III : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang uraian hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh penulis dan pembahasan berkaitan dengan rumusan masalah
yang ada, yaitu :
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
a. Deskripsi Lokasi WOM Finance Cabang Purbalingga
b. Deskripsi Kasus di Wom Finance Cabang Purbalingga
2. Bentuk dan Isi Perjanjian operalih konsumen di WOM Finance
Cabang Purbalingga
3. Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen dan Permasalahan
yang Ada Pada Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen di
WOM Finance Cabang Purbalingga Serta Cara
Penyelesaiannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
a. Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen di WOM
Finance Cabang Purbalingga
b. Permasalahan pada pelaksanaan perjanjian operalih
konsumen
c. Upaya-Upaya yang Dilakukan WOM Finance Cabang
Purbalingga dalam Mengatasi Permasalahan yang Terjadi
B. Pembahasan
1. Bentuk dan Isi Perjanjian operalih konsumen di WOM Finance
Cabang Purbalingga.
2. Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen dan Permasalahan
yang Ada Pada Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen di
WOM Finance Cabang Purbalingga Serta Cara
Penyelesaiannya
a. Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen di WOM
Finance Cabang Purbalingga
b. Permasalahan pada pelaksanaan perjanjian operalih
konsumen
c. Upaya-Upaya yang Dilakukan WOM Finance Cabang
Purbalingga dalam Mengatasi Permasalahan yang Terjadi
.BAB IV : Penutup
Pada bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari hasil penelitian
yang telah dilaksanakan serta memberikan saran berkaitan dengan
penelitian tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan tentang Perjanjian
a. Pengertian Perjanjian
Hukum perjanjian diatur di dalam Buku III KUH Perdata. Berdasarkan
Pasal 1313 KUH Perdata, "Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terliadap satu orang lain
atau lebih". Suatu perjanjian diartikan suatu perbuatan hukum mengenai
harta benda kekayaan antara dua pihak, dalam satu pihak berjanji atau
dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal atau tidak melakukan sesuatu
hal (Wirjono Prodjodikiro, 1997: 12).
Perjanjian akan menimbulkan suatu perikatan. Adapun yang dimaksud
dengan perikatan menurut Riduan Syahrani (2000: 205) adalah "Suatu
hubungan hukum (mengenai kekayaan harta benda) antara dua orang, yang
memberi hak pada yang satu untuk menuntut barang sesuatu dari yang
lainnya, sedangkan orang yang lainnya ini diwajibkan memenuhi tuntutan
itu". Pihak yang berhak menuntut dinamakan pihak berpiutang atau kreditur,
sedangkan pihak yang wajib memenuhi tuntutan disebut pihak yang
berhutang atau debitur.
b. Asas-Asas Dalam Perjanjian
Asas-asas dalam perjanjian merupakan pedoman atau patokan, serta
menjadi batas atau rambu dalam mengatur dan membentuk perjanjian yang
berlaku bagi para pihak. Asas-asas itu sangat banyak macam-macamnya
antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
1) Asas kebebasan berkontrak
Asas ini diatur di dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata. Asas kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan
kebebasan kepada para pihak untuk (Salim HS, 2005 : 9};
a) Membuat atau tidak membuat perjanjian.
b) Mengadakan perjanjian dengan siapapun.
c) Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratan.
d) Menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.
2) Asas konsensualisme
Asas ini terdapat dalam Pasal 1320 KUH Perdata mengenai syarat-
syarat perjanjian, yaitu pada syarat kesepakatan mereka yang
mengikatkan diri. Asas konsensualitas berasal dari kata “consensus”
yang berarti sepakat. Asas konsensualitas hanya berarti bahwa untuk
setiap perjanjian disyaratkan adanya kesepakatan. Arti asas
konsensualitas ialah bahwa pada dasarnya perjanjian dan perikatan yang
timbul karenanya itu sudah dilahirkan sejak tercapainya kata sepakat
antara para pihak. Dengan perkataan lain, perjanjian itu sudah sah
apabila masing-masing pihak sudah sepakat mengenai hal-hal yang
pokok dan tidaklah diperlukan suatu formalitas.(Hari Saheroji, 1980:86)
3) Asas/pacta sunt servanda (kepastian hukum)
Asas ini diatur di dalam Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim
atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh
para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang.
4) Asas itikad baik
Asas ini diatur di dalam Pasat 1338 ayat (3) Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata. Asas ini merupakan asas bahwa para pihak harus
melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan
yang teguh atau kemauan baik dari para pihak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c. Syarat Sahnya Perjanjian
Syarat sahnya suatu perjanjian ada empat macam seperti yang
tercantum di dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu :
1) Sepakat mengikatkan diri
Apabila sudah terjadi kesepakatan antara para pihak, maka
perjanjian itu sudah sah (Subekti dan Tjiptosudibto, 1985: 22). Di
dalamnya terdapat asas konsensualitas, yang artinya dengan
kesepakatan yang dimaksud, bahwa di antara pihak - pihak yang
bersangkutan tercapai suatu persesuaian kehendak.
2) Cakap untuk Membuat Suatu Perjanjian
Pada umumnya setiap orang mempunyai kewenangan hukum,
namun ada golongan orang yang dianggap tidak cakap melaksanakan
sendiri hak dan kewajibannya. Mereka dibagi dalam tiga golongan, yaitu
mereka yang belum cukup umur/dewasa, mereka yang diletakkan di
bawah pengampuan atau pengawasan dan orang-orang yang dilarang
Undang-Undang untuk melakukan perbuatan-perbuatan hukum tertentu.
Hal ini diatur di dalam Pasal 1330 KUH Perdata.
Selama dalam keadaan tidak cakap, mereka diwakili oleh wakil yang
ditentukan oleh undang - undang atau hakim, yang selanjutnya akan
mengurus kepentmgan yang diwakilimya. Suatu perbuatan yang
dilakukan oleh orang yang tidak cakap dapat dibatalkan.
3) Suatu Hal Tertentu
Yang diperjanjikan haruslah suatu hal atau suatu barang yang jelas
atau tertentu. Maksudnya adalah bahwa suatu perjanjian itu harus
jelas/tegas yang dapat melahirkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagt
kedua belah pihak, apabila terjadi suatu perselisihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
4) Suatu Sebab yang Halal
Daiam Pasal 1335 KUHPerdata dikatakan bahwa suatu perjanjian
tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena suatu sebab yang palsu atau
terlarang, tidak mempunyai kekuatan. Pasal 1337 KUHPerdata
menentukan bahwa sebab dalam perjanjian tidak boleh bertentangan
dengan undang - undang, kesusilaan, dan ketertiban umum.
Syarat a dan syarat b dinamakan syarat-syarat subyektif karena
mengenai subyek yang mengadakan perjanjian, sedangkan syarat yang ke- c
dan d merupakan syarat-syarat obyektif. Syarat subyektif apabila tidak
dipenuhi maka perjanjiannya dapat dibatalkan oleh hakim atas permintaan
pihak ynag tidak cakap atau pihak-pihak lain yang merasa dirugikan
(Riduan Syahrani, 2000: 222), sedangkan apabila syarat obyektif tidak
dipenuhi maka perjanjiannya batal demi hukum atau tidak pernah ada
perikatan.
d. Bentuk dan Isi perjanjian
Dilihat dari bentuk perjanjian dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu
(Salim H.S, 2004: 19) :
1) Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat dalam bentuk tulisan
2) Perjanjian lisan adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya
dalam wujud lisan (cukup kata sepakat para pihak).
Perjanjian secara tertulis juga dibagi menjadi dua macam, yaitu dalam
bentuk akta dibawah tangan dan akta otentik. Akta dibawah tangan kontrak
yang dibuat tanpa campur tangan notaris, sedangkan akta otentik adalah akta
yang dibuat oleh notaris. Secara umum dapat dikatakan bahwa undang-
undang tidak mensyaratkan suatu kontrak harus tertulis untuk sahnya suatu
kontrak sehingga kontrak lisan dengan kontrak isyarat saja sudah dianggap
sah secara yuridis(Munir Fuady, 2001:83). Perjanjian secara tertulis atau
secara lisan tidak menentukan sah atau tidaknya perjanjian itu karena pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dasarnya yang menentukan sah atau tidaknya adalah syarat sahnya perjanjian
yang tercantum dalam Pasal 1320 KUHPdt.
Selain itu dikenal juga perjanjian standar/baku yaitu perjanjian yang
dibuat hanya oleh salah satu pihak saja, bahkan sering kali kontrak tersebut
sudah tercetak dalam bentuk formulir (Munir Fuady, 2003:76). . Kontrak baku
memiliki kelebihan yaitu lebih efisien, dapat membuat praktek bisnis menjadi
lebih simpel serta dapat ditandatangani seketika oleh para pihak. Kontrak
baku juga sebenarnya mempunyai kelemahan yaitu kurangnya kesempatan
bagi pihak lawan untuk menegosiasikan atau mengubah klausula-klausula
dalam kontrak yang bersangkutan, sehingga kontrak baku tersebut sangat
berpotensi untuk terjadi klausula yang berat sebelah.
Dalam menentukan isi dari perjanjian yang dibuat para pihak, sesuai
dengan asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam Pasal 1338 KUHPdt
para pihak bebas dalam menentukan isi dari perjanjian yang akan mereka
buat, sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yaitu suatu asas yang
memberikan kebebasan kepada para pihak untuk (Salim HS. 2004: 18):
1) Kebebasan membuat atau tidak membuat perjanjian;
2) Kebebasan memilih dengan siapa akan melakukan suatu perjanjian;
3) Kebebasan menentukan bentuk perjanjian yaitu tertulis atau lisan;
4) Kebebasan menentukan isi perjanjian.
Menurut Hasanuddin Rahman (2003:93) terdapat kerangka umum dari
suatu kontrak yaitu :
1) Judul kontrak
Judul tidak merupakan syarat sahnya suatu kontrak atau dengan kata lain
tidak mempengaruhi keabsahan suatu kontrak namun demikian sebagai
identitas suatu kontrak, judul suatu perjanjian harus selaras dengan isi
perjanjian dan judul perjanjian akan menentukan ketentuan peraturan
hukum mana yang mengatur perjanjian tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2) Bagian pembukaan
a) Tempat dan waktu kontrak diadakan
Tempat dan waktu kontrak diadakan masih sering dijumpai dalam 2
(dua) bagian dalam kontrak yaitu pada bagian pembukaan atau
penutup.
b) Komparisi
Komparisi adalah bagian pendahuluan kontrak yang memuat keterangan
tentang orang/pihak yang bertindak mengadakan perbuatan hukum.
Penuangannya adalah berupa :
(1) uraian terperinci tentang identitas, yang meliputi nama, pekerjaan
dan domisili para pihak;
(2) dasar hukum yang memberi kewenangan yuridis untuk bertindak dari
para pihak (khususnya untuk badan usaha);
(3) kedudukan para pihak yang sering ditulis dengan sebutan, misalnya
“selanjutnya dalam perjanjian ini disebut BANK”
c) Recitals
adalah penjelasan resmi atau merupakan latar belakang sesuatu keadaan
dalam suatu perjanjian/kontrak untuk menjelaskan mengapa terjadi
perikatan
3) Isi
a) Ketentuan umum
Ketentuan umum memuat pembatasan istilah dan pengertian yang
digunakan di dalam seluruh kontrak, artinya di dalam ketentuan ini
dirumuskan definisi-definisi atau pembatasan pengertian dari istilah-
istilah yang dianggap penting dan sering digunakan dalam kontrak.
b) Ketentuan pokok
(1) Klausula transaksional yaitu klausula yang berisi tentang hal yang
disepakati oleh para pihak, tentang objek dan tata cara pemenuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
prestasi dan kontra-prestasi oleh masing-masing pihak yang menjadi
kewajibannya.
(2) Klausula spesifik yaitu berisi tentang hal-hal khusus sesuai dengan
karakteristik jenis perikatan atau bisnisnya masing-masing.
(3) Klausula antisipatif yaitu klausula yang berisi tentang hal-hal yang
menyangkut kemungkinan-kemungkinan yang terjadi selama
berlangsungnya konrak.
c) Ketentuan penunjang
(1) Klausula tentang condition presedent yaitu klausula yang memuat
tentang syarat-syarat tangguh yang harus dipenuhi terlebih dahulu
oleh salah satu pihak sebelum pihak lainnya memenuhi
kewajibannya.
(2) Klausula tentang negative covenants yaitu klausula yang memuat
tentang janji-janji para pihak untuk tidak melakukan hal-hal tertentu
selama perjanjian berlangsung.
4) Bagian penutup
Setidaknya ada 4 (empat) hal yang perlu diingat pada bagian ini, yaitu :
a) sebagai suatu penekanan bahwa kontrak ini adalah alat bukti;
b)sebagai bagian yang menyebutkan tempat pembuatan dan
penandatanganan;
c) sebagai ruang untuk menyebutkan saksi-saksi dalam kontrak, dan
d) sebagai ruang untuk menempatkan tanda tangan para pihak yang
berkontrak.
5) Lampiran-lampiran (bila ada)
Yang perlu diketahui mengenai lampiran ini, antara lain adalah:
a) tidak semua atau tidak selalu kontrak memiliki lampiran;
b) diperlukannya lampiran dalam kontrak adalah karena terdapat bagian-
bagian yang memerlukan penjelasan yang apabila dimasukan dalam
kontrak akan sangat panjang;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
c) lampiran merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan dengan
perjanjian yang melampirkannya.
Syarat –syarat yang lazim diperjanjikan dalam kontrak/perjanjian pembiayaan
kosumen pada prakteknya tidak jauh berbeda dengan kontrak perjanjian kredit
atau perjanjian leasing, syarat-syarat tersebut antara lain (Hasanuddin
Rahman, 2003:60) :
a) suku bunga kredit;
b) jangka waktu pembiayaan;
c) cara-cara pembayaran;
d) besaran pembayaran tiap-tiap bulan/tiap-tiap periode;
e) biaya provisi dan administrasi yang harus dibayar.
Perjanjian berisi tentang apa yang harus dilakukan oleh kedua belah
pihak atau berisi hak dan kewajiban para pihak yang mengadakan perjanjian,
tetapi kebebasan para pihak dalam menentukan isi perjanjian dibatasi oleh
syarat sahnya perjanjian yaitu syarat suatu sebab yang halal. “sebab” dalam
arti isi perjanjian yang menggambarkan tujuan yang hendak dicapai para
pihak dalam perjanjian dikatakan halal apabila tidak dilarang oleh Undang-
Undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan. Jadi para
pihak bebas menentukan isi dari perjanjian yang tidak bertentangan dengan
Undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.
Akibat hukum perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen (Pasal
1338 ayat (1) KUHPdt). Hal ini menimbulkan konsekuensi yuridis yaitu
perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik dan tidak dapat dibatalkan
secara sepihak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
e. Berlakunya Perjanjian
Berlakunya perjanjian berarti perjanjian yang dibuat oleh para pihak
telah sah dan berlaku melahirkan hak dan kewajiban yang mengikat para
pihaknya. Ketentuan mengenai berlakunya perjanjian dapat dilihat dari jenis
perjanjiannya karena setiap perjanjian mempunyai ketentuan yang berbeda-
beda. Jenis-jenis perjanjian tersebut antara lain :
a) Perjanjian Konsensual
Yaitu perjanjian yang dianggap sah apabila ada kata sepakat antara
kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian tersebut (Salim H.S,
2004:19), jadi dengan adanya kata sepakat dari kedua belah pihak
perjanjian telah berlaku dan mengikat para pihak yang membuat
perjanjian.
b) Perjanjian Formil
Yaitu perjanjian yang harus dilakukan dengan suatu bentuk tertentu
yaitu dengan cara tertulis. Berdasarkan Pasal 1851 KUHPdt perjanjian
harus diadakan secara tertulis kalau tidak secara tertulis perjanjian ini
dianggap tidak sah, jadi perjanjian formil ini baru dikatakan berlaku
apabila perjanjian tersebut telah dibuat secara tertulis sehingga tidak
cukup hanya dengan kata sepakat dari para pihaknya saja.
c) Perjanjian Riil
Yaitu suatu perjanjian yang tidak cukup dengan hanya adanya kata
sepakat saja tetapi disamping itu diperlukan suatu perbuatan yang nyata
(Salim H.S, 2004:19). Sebagai contoh perbuatan nyata disini adalah
misalkan pada perjanjian jual beli, penjual harus menyerahkan barang
dan pembeli harus menyerahkan uang untuk pembayaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
f. Prestasi dan Wanprestasi
Barang sesuatu yang dapat dituntut oleh seorang kreditur terhadap
debiturnya disebut sebagai prestasi. Menurut Pasal 1234 KUH Perdata,
prestasi dapat berupa
1) Memberikan sesuatu;
2) Berbuat sesuatu;
3) Tidak berbuat sesuatu.
Pasal 1238 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatakan bahwa
seseorang dikatakan wanprestasi, yaitu :
"Si berutang adalah lalai apabila ia dengan surat perintah atau dengan
sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya
sendiri, ialah jika ia menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap
lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan ".
Bentuk dari wanprestasi, antara lain (Riduan Syahrani, 2000: 228):
a) Sama sekali tidak memenuhi prestasi
b) Tidak tunai memenuhi prestasi
c) Terlambat memenuhi prestasi
d) Keliru memenuhi prestasi
Dari kelalaiannya, maka pihak debitur akan diberikan sanksi atau hukuman,
yaitu (Riduan Syahrani, 2000: 230):
a) Pemenuhan perikatan;
b) Pemenuhan perikatan dengan ganti kerugian;
c) Ganti kerugian;
d) Pembatalan pembayaran;
e) Pembatalan dengan ganti kerugian.
Suatu kelalaian harus dinyatakan secara resmi, yaitu dengan memberi
peringatan pada si berhutang dengan memberikan jangka waktu tertentu.
Berdasarkan Abdulkadir Muhammad (2010: 241) tindakan wanprestasi ini
dapat terjadi karena suatu alasan antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
a) Kesalahan Debitur baik karena kesengajaan maupun kelalaian;
b) Karena keadaan memaksa (force majeure) dilura kemampuan
debitur.
g. Risiko dalam hukum Perjanjian Pengertian Resiko dalam hukum perjanjian menurut Prof. Subekti
,S.H.,(1987:59) Resiko ialah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan
karena suatu kejadian diluar kesalahan salah satu pihak. Pemahaman lebih
lanjut mengenai Resiko dalam hukum perjanjian dapat ditemukan pada Bab
III KUHPer Pasal 1237, yang berbunyi :
"Dalam hal adanya perikatan untuk memberikan sesuatu barang tertentu,
maka barang itu semenjak perikatan dilahirkan, adalah atas tanggungan si
berpiutang".
Jenis-jenis risiko dapat digolongkan menjadi dua kategori, yakni risiko dalam
perjanjian sepihak dan risiko dalam perjanjian timbal balik:
a) Risiko dalam perjanjian sepihak
Risiko dalam perjanjian sepihak diatur dalam Pasal 1237 KUH Perdata,
yakni risiko ditanggung oleh kreditur;
b) Risiko dalam perjanjian timbal balik
Risiko dalam perjanjian timbal balik terbagi menjadi tiga kategori, yakni
risiko dalam jual beli, risiko dalam tukar-menukar, dan risiko dalam sewa
menyewa.
(1) Risiko dalam jual beli diatur dalam Pasal 1460-1462 KUH Perdata,
yakni risiko yang ditanggung oleh pembeli;
(2) Risiko dalam tukar menukar diatur dalam Pasal 1545 KUH Perdata,
yakni risiko yang ditanggung oleh pemilik barang;
(3) Risiko dalam sewa menyewa, diatur dalam Pasal 1553, yakni risiko
yang ditanggung oleh pemilik barang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Pasal-pasal BW tersebut di atas sudah mengatur tentang risiko secara adil,
kecuali Pasal 1460 BW yang berdasarkan isinya yaitu “jika kebendaan
yang dijual itu berupa barang yang sudah ditentukan, maka barang ini
sejak pembelian adalah atas tanggungan si pembeli, meskipun
penyerahanya belum dilakukan dan si penjual berhak menuntut harganya”.
Ketentuan Pasal tersebut tidak adil karena pembeli belumlah resmi sebagai
pemilik dari barang tersebut akan tetapi ia sudah dibebankan untuk
menanggung risiko terhadap barang tersebut. Pembeli dapat resmi sebagai
pemilik apabila telah dilakukan penyerahan terhadap si pembeli dan
menanggung risiko terhadap barang yang telah diserahkan kepadanya.
Mahkamah Agung dengan Surat Edarannya No. 3 Tahun 1963
menyatakan Pasal 1460 tersebut tidak berlaku lagi (Riduan Syahrani,
2000: 253):.
h. Hapusnya Perikatan
Berdasarkan Pasal 1381 KUHper, Hal-hal yang mengakibatkan
hapusnya perikatan antara lain (Riduan syahrani, 2000: 282) :
1) Pembayaran
Pembayaran dalam hukum perikatan adalah setiap pemenuhan prestasi
secara sukarela. Dengan dipenuhinya prestasi itu perikatan menjadi
hapus. Pembayaran merupakan pelaksanaan perikatan dalam arti yang
sebenarnya, dimana dengan dilakukannya pembayaran ini tercapailah
tujuan perikatan/perjanjian yang diadakan.
2) Penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau
penititpan
Jika kreditur menolak pembayaran, maka debetur dapat melakukan
penawaran pembayaran tunai atas apa yang harus dibayarnya, dan jika
kreditur juga menolaknya,, maka debitur dapat menitipkan uang atau
barangnya kepada Pengadilan. Penawaran demikian, yang diikuti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dengan penitipan, membebaskan debitur dan berlaku baginya sebagai
pembayaran, sedangkan apa yang dititipkan secara demikian adalah
atas tanggungan kreditur.
3) Pembaharuan hutang atau Novasi;
Novasi adalah suatu proses pergantian kontrak lama oleh suatu
kontrak baru, yang menyebabkan kontrak lama hapus sehingga yang
berlaku selanjutnya adalah kontrak baru dengan perubahan terhadap
syarat dan kondisinya, dan atau dengan perubahan terhadap para pihak
dalam kontrak tersebut.
Dalam hukum dikenal beberapa model novasi, yaitu sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 1413 KUHPdt, yaitu :
a) Novasi Objektif, adalah pembaharuan hutang dengan mana debitur
membuat suatu kontrak hutang yang baru untuk menggantikan
hutangnya yang lama. Jadi dalam hal ini yang diganti dengan
kontrak baru semata-mata adalah hutangnya dan tidak ada
perubahan pihak debitur ataupun kreditur.
b) Novasi Subjektif Pasif, adalah adanya pergantian debitur lama
dengan debitur baru, dan kreditur setuju bahwa debitur lama
dibebaskan kewajibannya. akibatnya debitur lama dengan kreditur
tidak lagi mempunyai kontrak utang piutang. Dalam hal ini
dikatakan novasi subjektif karena yang berubah/berganti addalah
subjeknya.
c) Novasi Subjektif Aktif, adalah adanya pergantian kreditur lama
dengan kreditur baru. akibatnya antara debitur dengan kreditur lama
tidak lagi mempunyai kontrak hutang piutang.
4) Perjumpaan utang atau kompensasi
Perjumpaan utang atau kompensasi adalah salah satu cara hapusnya
perikatan yang disebabkan oleh keadaan dimana dua orang saling
mempunyai utang satu terhadap yang lain, dengan mana utang-utang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
antara kedua orang tersebut dihapuskan. Misalnya, A mempunyai utang
kepada B Rp. 100.000,-B mempunyai utang kepada A Rp 50.000,-, di
antara keduanya terjadi kompensasi, sehingga A hanya mempunyai
utang kepada B sebesar Rp. 50.000,-
5) Percampuran utang
Percampuran utang terjadi karena kedudukan kreditur dan debitur
bersatu pada satu orang. Misalnya, kreditur meninggal dunia sedangkan
debitur merupakan satu-satnya ahli waris. Atau debitur kawin dengan
kreditur dalam persatuan harta perkawinan. Hapusnya perikatan karena
percampuran utang ini adalah demi hukum artinya secara otomatis
(Pasal 1436).
6) Pembebasan utang
Pembebasan utang adalah perbuatan hukum dimana kreditur
melepaskan haknya untuk menagih piutangnya kepada debitur.
Pembebasan utang tidak boleh dipersangkakan tetapi harus dibuktikan
(Pasal 1438).
7) Musnahnya barang yang terutang
Jika barang tertentu yang menjadi obyek perjanjian musnah, tidak
lagi dapat diperdagangkan, atau hilang, hingga samasekali tidak
diketahui apakah barang itu masih ada, perikatan menjadi hapus asal
saja musnahnya atau hilangnya barang itu bukan karena kesalahan
debitur dan sebelum ia lalai menyerahkannya. Bahkan, sekalipun
debitur lalai menyerahkan barang itu, misalnya terlambat, perikatan
juga hapus jika debitur dapat membuktikan bahwa musnahnya barang
itu disebabkan oleh suatu kejadian yang merupakan keadaan memaksa
dan barang tersebut akan mengalami nasib yang sama meskipun sudah
berada di tangan kreditur (Pasal 1444).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
8) Pembatalan Perjanjian
Kalau suatu perjanjian batal demi hukum, tidak ada perikatan
hukum yang lahir karenanya. Oleh karena itu, tidak ada perikatan
hukum yang hapus. Perjanjian yang tidak memenuhi syarat subyektif
yaitu tidak ada kesepakatan atau tidak ada kecakapan mereka yang
membuatnya dapat dibatalkan (Pasal 1446 jo 1320).
Kreditur dapat menuntut pembatalan perjanjian bilamana debitur
melakukan wanprestasi (Pasal 1266) sebagaimana telah diuraikan.
Apabila suatu perjanjian dibatalkan, akibat-akibat yang timbul dari
perjanjian itu dikembalikan kepada keadaan semula (Pasal 1451 dan
1452). Pihak yang menuntut pembatalan dapat pula menuntut ganti
rugi.
9) Berlakunya suatu syarat batal
Dalam uraian tentang perikatan bersyarat telah dijelaskan bahwa
perikatan bersyarat adalah perikatan yang lahirnya maupun berakhirnya
(batalnya) digantungkan pada suatu peristiwa yang belum dan tidak
akan terjadi. Apabila suatu perikatan yang lahirnya digantungkan
kepada terjadinya peristiwa itu dinamakan perikatan dengan syarat
tangguh. Sedangkan apabila suatu perikatan yang sudah ada yang
berakhirnya digantungkan kepada peristiwa itu, perikatan tersebut
dinamakan perikatan dengan syarat batal.
10) Daluwarsa
Lewat waktu (daluwarsa) menurut Pasal 1946 BW adalah suatu
sarana untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu
perikatan dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syaratsyarat
yang ditentukan oleh undang-undang. Dalam Pasal 1967 B W
ditentukan bahwa segala tuntutan hukum baik yang bersifat kebendaan
maupun yang bersifat pereorangan, hapus karena daluwarsa dengan
lewatnya waktu 30 Tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2. Tinjauan tentang Lembaga Pembiayaan
a. Pengertian Lembaga Pembiayaan
Awal mulanya lembaga pembiayaan diatur di dalam Keppres Nomor
61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan. Namun saat ini sudah ada
peraturan baru yang mengatur lembaga pembiayaan, yaitu Peraturan
Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembiayaan berasal dari kata biaya yang
mengandung makna uang yang dikeluarkan untuk mengadakan
(mcndirikan, melakukan, dan sebagainya), sesuatu, ongkos, belanja, yang
mendapatkan tambuhan pendanan yang berarti perbuatan (hal, dan
sebagainya) membiayai atau membiayakan (http://leasing-sewa-guna-
usaha-pengertian--titm). Berdasarkan Pasal 1 angka (1) Peraturan Presiden
Nomor 9 Tahun 2009 yang dimaksud dengan lembaga pembiayaan adalah
badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan dana dan baramg modal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
b. Jenis-Jenis Lembaga Pembiayaan
Gambar 2. Jenis-jenis Lembaga Pembiayaan
Sumber : Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang
Lembaga Pembiayaan
Lembaga pembiayaan berdasarkan Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor
9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan meliputi :
a) Perusahaan pembiayaan, yaitu badan usaha yang khusus didirikan
untuk melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan
konsumen, dan/atau usaha kartu kredit.
b) Perusahaan modal ventura, yaitu badan usaha yang melakukan usaha
pembiayaan/penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan yang
menerima bantuan pembiayaan untuk jangka waktu tertentu dalam
bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui pembelian obligasi.
Lembaga Pembiayaan
Perusahaan Pembiayaan
Sewa Guna Usaha
Anjak Piutang
Usaha Kartu Kredit
Pembiayaan Konsumen
Perusahaan Modal Ventura
Penyertaan Saham
Penyertaan Obligasi Konversi
Pembiayaan Atas Hasil
Usaha
Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur
direct lending
Refinancing
Subordinated Loans
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
c) konversi, dan/atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil
usaha.
d) Perusahaan pembiayaan infrastruktur, yaitu badan usaha yang didirikan
khusus untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana
pada proyek infrastruktur
Kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan berdasarkan Pasal 3 Peraturan
Presiden Nomor 9 Tahun 2009 meliputi:
a) Sewa Guna Usalia.
b) Anjak Piutang.
c) Usaha Kartu Kredit.
d) Pembiayaan Konsunnen.
Kegiatan usaha Perusahaan Modal Ventura berdasarkan Pasal 4 meliputi:
a) Penyertaan Saham (equity participation).
b) Penyertaan melalui pembelian obligasi konversi (quasi equity
partcipation).
c) Pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha
(profit/revenuesharing).
Kegiatan usaha perusahaan pembiayaan infra struktur berdasarkan Pasal 5
meliputi:
a) Pemberian pinjaman langsung (direct lending) untuk pembiayaan
infrastruktur.
b) Refinancing atas infrastuktur yang telah dibiayai pihak lain.
c) Pemberian pinjaman subordinansi (subordinated loans) yang berkaitan
dengan pembiayaan infrastruktur.
c. Bentuk Hukum Lembaga Pembiayaan
Lembaga pembiayaan yang terdiri dari perusahaan pembiayaan,
perusahaan modal ventura, dan perusahaan pembiayaan infrastuktur
beerdasarkan Pasal 6 Perpres Nomor 9 Tahun 2009 merupakan lembaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
berbentuk perseroan terbatas atau koperasi. Saham ini dapat dimiliki oleh
WNI dan/atau Badan Hukum Indonesia, Badan Usaha Asing dan WNI atau
Badan Hukum Indonesia (usaha patungan). Pemilikan saham oleh Badan
Usaha Asing tersebut ditentukan sebesar-besarnya 85% (delapan puluh
lima persen) dari modal disetor, modal disetor adalah Modal Ditempatkan
yang telah disetorkan oleh para pemegang saham pada kas perseroan, baik
penuh maupun sebagian (Nindyo Pramono, 1997: 89).. Paling sedikit 25%
dari Modal Dasar harus sudah ditempatkan dan disetor penuh ke dalam
Perseroan. Lembaga pembiayaan dilarang menarik dana secara langsung
dari masyarakat dalam bentuk Giro, Dcposito, Tabungan, Surat Sanggup
Bayar (Promissory Note), tetapi dapat menerbitkan Surat Sanggup Bayar
hanya sebagai jaminan atas hutang kepada Bank yang menjadi krediturnya
(Pasal 10 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga
Pembiayaan).
3. Tinjauan tentang Perusahaan Pembiayaan
Pengertian Perusahaan pembiayaan menurut ketentuan yang di atur dalam
Pasal 1 ayat (5) Keppres Nomor 61 Tahun 1988 juncto Pasal 1 angka (c)
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan menjelaskan bahwa
perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar bank dan lembaga
keuangan bukan bank, yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang
termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan. Salah satu bentuk usaha
dari perusahaan pembiayaan adalah pembiayaan konsumen.
a. Pengertian Pembiayaan Konsumen
Pembiayaan konsumen dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah
consumer finance. Pembiayaan konsumen ini pada hakikatnya sama saja
dengan kredit konsumen (consumer credit). Bedanya hanya terletak pada
lembaga yang membiayainya. Pembiayaan konsumen biaya diberikan oleh
perusahaan pembiayaan (financing company). Sedangkan kredit konsumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
(consumer credit) biayanya diberikan oleh bank. Secara substansial,
pengertian pembiayaan konsumen pada dasarnya tidak berbeda dengan kredit
konsumen (Sunaryo, 2008:95).
Menurut A. Abdurrahman sebagaimana dilansir oleh Munir Fuady bahwa
“kredit konsumen adalah kredit yang diberikan kepada konsumen guna
pembelian barang konsumsi dan jasa seperti yang dibedakan dari pinjaman
yang digunakan untuk tujuan produktif atau dagang”. Kredit yang demikian
itu dapat mengandung resiko yang lebih besar dari kredit dagang biasa, maka
dari itu, biasanya kredit ini diberikan dengan tingkat bunga yang lebih tinggi
(Munir Fuady, 1995:205).
Adapun yang dimaksud dengan pembiayaan konsumen menurut
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga
Pembiayaan maka “Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) adalah
kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan
konsumen dengan pembayaran secara angsuran”. Berdasarkan defenisi
tersebut, Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati telah merinci unsur-
unsur yang terkandung dalam pengertian pembiayaan konsumen yaitu sebagai
berikut (Budi Rachmat, 2002:137) :
1) Subjek adalah pihak-pihak yang terkait dalam hubungan hukum
pembiayaan konsumen, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen
(kreditur), konsumen (debitur) dan penyedia barang (pemasok/supplier);
2) Objek adalah barang bergerak keperluan konsumen yang akan dipakai
untuk keperluan hidup atau keperluan rumah tangga, misalnya televisi,
kulkas, mesin cuci, alat-alat dapur, perabot rumah tangga dan kendaraan;
3) Perjanjian, yaitu perbuatan persetujuan pembiayaan yang diadakan
antara perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, serta jual beli
antara pemasok dan konsumen, perjanjian ini didukung oleh
dokumendokumen;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
4) Hubungan hak dan kewajiban, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen
wajib membiayai harga pembelian barang yang diperlukan konsumen
dan membayarnya secara tunai kepada pemasok. Konsumen wajib
membayar secara angsuran kepada perusahaan pembiayaan konsumen,
dan pemasok wajib menyerahkan barang kepada konsumen ;
5) Jaminan, yaitu terdiri atas jaminan utama, jaminan pokok dan jaminan
tambahan. Jaminan utama berupa kepercayaan terhadap konsumen
(debitur) bahwa konsumen dapat dipercaya untuk membayar
angsurannya sampai selesai. Jaminan pokok secara fidusia berupa
barang yang dibiayai oleh perusahaan pembiayaan konsumen dan semua
dokumen kepemilikan barang dikuasai oleh perusahaan pembiayaan
konsumen (fiduciary transfer of ownership) sampai angsuran terakhir
dilunasi. Adapun jaminan tambahan berupa pengakuan utang
(promissory notes) dari konsumen.
Adapun perbedaan pembiayaan konsumen dengan sewa guna usaha,
khususnya yang dengan hak opsi (finance lease) menurut Budi Rachmad
adalah sebagai berikut :
1) Pada pembiayaan konsumen, pemilikan barang / objek pembiayaan
berada pada konsumen yang kemudian diserahkan secara fidusia
kepada perusahaan pembiayaan konsumen. Adapun pada sewa guna
usaha, pemilikan barang / objek pembiayaan berada pada lessor ;
2) Pada pembiayaan konsumen, tidak ada batasan waktu pembiayaan
dalam arti disesuaikan dengan unsur ekonomis barang / objek
pembiayaan. Adapun pada sewa guna usaha jangka waktu diatur
sesuai dengan umur ekonomis objek / barang modal yang dibiayai oleh
lessor;
3) Pada pembiayaan konsumen tidak membatasi pembiayaan kepada
calon konsumen yang telah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) mempunyai kegiatan usaha dan atau pekerjaan bebas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Adapun pada sewa guna usaha calon lessee diharuskan ada atau
memiliki syarat-syarat di atas.
b. Manfaat Pembiayaan Konsumen
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh para pihak yang melakukan
perjanjian pembiayaan konsumen antara lain adalah :
1) Bagi supplier
Manfaat yang utama bagi supplier dangan adanya perusahaan
pembiayaan konsumen adalah adanya peningkatan penjualan. Daya
beli dan kemampuan arus kas dari calon konsumen akan membeli
barang pada supplier sangat beragam. Konsumen tertentu mempunyai
kemampuan untuk membayar secara tunai dan mempunyai niat untuk
membeli barang pada supplier yang bersangkutan. Di samping itu,
dalam kenyataannya terdapat juga konsumen yang mempunyai niat
untuk membeli barang dari supplier tersebut, namun tidak cukup
mempunyai uang tunai. Perusahaan pembiayaan konsumen
menjembatani kepentingan konsumen semacam ini, sehingga
penjualan barang oleh supplier tidak hanya dapat dilakukan pada
konsumen yang mempunyai cukup dana tunai, melainkan juga pada
konsumen yang memiliki keterbatasan dana tunai. Manfaaat di atas
yang dapat ditinjau dengan pendekatan lain yaitu, apabila supplier
melakukan penjualan dengan cara kredit maka dana tunai akan
diterima secara bertahap dan setelah jangka waktu yang tertentu.
Dengan adanya perusahaan pembiayaan konsumen, maka supplier
dapat memperoleh pembayaran secara tunai dan angsuran konsumen
dialihkan pada perusahaan pembiayaan konsumen. Risiko tidak
terbayarnya kredit konsumen yang semula ditanggung oleh supplier
juga dapat dialihkan kepada perusahaan pembiayaan konsumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2) Bagi Konsumen
Manfaat utama yang diperoleh konsumen adalah kesempatan untuk
membeli atau memiliki barang meskipun dana yang tersedia saat ini
belum cukup untuk menutup seluruh harga barang dan jasa.
Singkatnya konsumen tidak harus membeli tunai atau dapat membeli
secara kredit.
3) Bagi Perusahaan Pembiayaan Konsumen
Manfaat utama yang dapat diperoleh perusahaan pembiayaan
konsumen adalah penerimaan harga dan biaya administrasi yang
dibayarkan oleh konsumen. Tingkat harga yang ditetapkan perusahaan
pembiayaan konsumen biasanya lebih tinggi daripada tingkat harga
kredit bank. Hal ini sebagai konsekuensi / kompensasi dari besarnya
risiko yang relatif besar daripada penyaluran dana bank dalam bentuk
kredit pada debiturnya. Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat
akan pembiayaan konsumen atas barang yang mereka inginkan maka
ini akan memberikan manfaat kepada perusahaan untuk
mengembangkan dan meningkatkan pelayanan kepada debitur bahwa
debitur percaya dengan perusahaan mereka.
4. Tinjauan tentang Operalih Konsumen
a. Pengertian Operalih Konsumen
Pengertian operalih konsumen sama dengan pengertian pembaharuan
hutang atau novasi, Pembaharuan utang (novasi) adalah suatu perjanjian
yang menghapuskan perikatan lama, tetapi pada saat yang sama
menimbulkan perikatan baru yang menggantikan perikatan lama (Riduan
Syahrani, 2000:239). Operalih konsumen adalah pengalihan kewajiban
debitur lama kepada debitur baru, yaitu kewajiban melunasi biaya
pembiayaan dengan cara angsuran kepada kreditur, akibat dari operalih ini
adalah kewajiban melunasi hutang jatuh kepada debitur baru sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
operalih ini menimbulkan perikatan baru yaitu antara kreditur dengan
debitur baru menggantikan perikatan kreditur dengan debitur lama. Jadi
operalih konsumen termasuk dalam pembaharuan hutang/novasi. Dalam
KUH Perdata, secara umum dikenal 2 (dua) macam cara untuk melakukan
pengalihan suatu hutang dari debitur lama kepada debitur baru, yaitu
1) Perpindahan melalui cara Delegasi (pemindahan)
Delegasi secara umum adalah pemindahan hutang dari debitur lama
kepada debitur baru yang ditegaskan dalam suatu akta delegasi, namun
pihak debitur lama masih terikat untuk menjamin pelunasan utang yang
dialihkan kepada debitur baru tersebut. Sedangkan dari pihak kreditur
tidak secara tegas menyatakan membebaskan pihak debitur lama dari
kewajiban pembayaran hutang yang dialihkan tersebut.
Pasal 1417 KUH Perdata :
”Delegasi atau pemindahan, dengan mana seorang berutang memberikan kepada orang yang mengutangkan padanya seorang berutang baru mengikatkan dirinya kepada si berpiutang, tidak menerbitkan suatu pembaharuan utang, jika si berpiutang tidak secara tegas menyatakan bahwa ia bermaksud membebaskan orang berutang yang melakukan pemindahan itu, dari perikatannya. ” Jadi delegasi tidak menyebabkan pihak debitur lama dibebaskan dari
kewajibannya, kecuali jika pihak kreditur membenarkan delegasi tanpa
hak regress, sehingga dalam hal yang demikian yang sebenarnya terjadi
adalah pergantian debitur (novasi). Dalam suatu delegasi yang normal
hak regress terhadap pihak debitur asal tetap ada dan pihak debitur lama
dibebaskan dari kewajibannya setelah pihak debitur baru melunasi
seluruh tagihannya. (Munir Fuady. 2003: 174)
2) Perpindahan melalui cara Novasi Subyektif Pasif (pembaharuan utang)
Novasi subjektif pasif adalah adanya pergantian debitur lama dengan
debitur baru dan kreditur setuju bahwa debitur lama dibebaskan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
kewajibannya. Akibatnya antara debitur lama dengan kreditur tidak lagi
mempunyai kontrak utang piutang. Dalam hal ini dikatakan novasi
subjektif karena yang berganti adalah subjeknya yaitu debitur sehingga
terjadi kontrak yang baru menggantikan kontrak yang lama, apabila
perggantian debitur dilakukan atas inisiatif dari pihak kreditur maka
novasi seperti ini sering disebut dengan istilah expromissio. (Munir
Fuady.2003:189)
b. Tujuan Operalih Konsumen
Operalih konsumen yang sering dilakukan oleh debitur adalah untuk
mengalihkan hutangnya, dalam hal ini hutang yang berupa angsuran/cicilan
kredit kendaraan bermotor, hal ini dilakukan dengan tujuan agar tidak
terjadinya kredit macet. Suatu kredit digolongkan kredit macet sejak tidak
ditepatinya atau dipenuhinya ketentuan yang tercantum dalam perjanjian
kredit, yaitu apabila debitur selama tiga kali berturut-turut tidak membayar
angsuran dan bunga kredit. Akibat dari kredit macet itu kendaraan bermotor
yang menjadi objek kredit akan ditarik/dicabut oleh pihak kreditor, sebelum
hal itu terjadi debitur akan berusaha menyelamatkan uang yang telah
dibayarkan kepada pihak kreditur dengan jalan menjual kembali atau
megalihkan kredit tersebut kepada pihak lain, dalam hal ini adalah debitur
baru, sehingga angsuran tersebut akan diteruskan oleh debitur baru tersebut
dan pembayaran kepada debitur lama diperhitungkan dengan uang yang
telah dibayarkan kepada pihak kreditur.
5. Tinjauan tentang Fidusia
a. Pengertian Fidusia dan Jaminan Fidusia
Pengertian fidusia terdapat di dalam Undang-undang Nomor 42 Tahun
1999 pada Pasal 1menyebutkan bahwa Fidusia yaitu “Pengalihan hak
kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa
benda yang hak kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
benda”. Sedangkan pengertian jaminan fidusia dalam Pasal 1 angka 2
Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia yaitu
“hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak
berwujud, dan tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat
dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam UU. No. 4 Tahun
1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan
Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia
terhadap kreditur lainnya”.
b. Obyek dan Subyek Jaminan Fidusia
Berlakunya Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia, obyek jaminan fidusia ada 2 (dua) :
1) Benda bergerak, baik yang berwujud maupun tidak berwujud;
2) Benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dibebani hak
tanggungan.
Sedangkan yang menjadi subyek jaminan fidusia adalah pemberi dan
penerima fidusia. Pemberi fidusia adalah orang perorangan atau korporasi
pemilik obyek jaminan fidusia, sedangkan penerima fidusia adalah orang
perorangan atau korporasi yang mempunyai piutang yang pembayarannya
dijamin dengan jaminan fidusia.
c. Pembebanan Jaminan Fidusia
Pembebanan kebendaan dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta
notaris dalam bahasa Indonesia yang merupakan akta jaminan fidusia
(Pasal 5 ayat (1) UU No. 42 Tahun 1999). Akta jaminan fiduasia memuat
identitas pemberi dan penerima fidusia,perjanjian pokok, uraian mengenai
benda yang menjadi obyek, nilai penjaminan dan nilai benda yang menjadi
obyek fidusia. Adapun utang yang pelunasannya dijamin dengan fidusia
dapat berupa utang yang telah ada, utang yang akan timbul, utang yang
pada saat eksekusi ditentukan jumlahnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Jaminan Fidusia harus didaftarkan dengan tujuan untuk melahirkan
jaminan fidusia bagi penerima fidusia, memberi kepastian kepada kreditor
lain mengenai benda yang telah dibebani Jaminan Fidusia dan memberikan
hak yang didahulukan terhadap kreditor serta untuk memenuhi asas
spesialitas.
d. Pengalihan Fidusia
Pengalihan hak atas utang dengan jaminan fidusia dapat dialihkan oleh
penerima fidusia kepada penerima fidusia baru (Kreditur baru). kreditur
baru ini yang melakukan pendaftaran tentang beralihnya jaminan fidusia
pada kantor pendaftaran fidusia(H. Salim, 2004:87). Berdasarkan Pasal 23
ayat (2) Undang-Undang Fidusia bahwa pemberi fidusia dilarang
mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan kepada pihak lain, kecuali
dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari penerima fidusia.
e. Hapusnya Jaminan Fidusia Jaminan fidusia hapus karena hal-hal sebagai berikut :
1) Hapusnya utang yang dijamin fidusia;
2) Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia
3) Musnahnya benda yang menjadi obyek jaminan fidusia;
Dalam hal jaminan fidusia hapus maka penerima fidusia
memberitahukan kepada Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia dengan
melampirkan pernyataan mengenai hapusnya utang, pelepasan hak atau
musnahnya benda yang menjadi obyek jaminan fidusia, dan Kantor
Pendaftaran Fidusia mencoret pencatatan Jaminan Fidusia dari Buku Daftar
Fidusia, dan menerbitkan Surat Keterangan yang menyatakan Bukti
Pendaftaran Fidusia tidak berlaku lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Kerangka Pemikiran
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Perpres No 9 Tahun 2009
Perusahaan Pembiayaan
Pembiayaan Konsumen
WOM Finance
(Kreditur)
Kontrak Pembiayaan Konsumen
Debitur
Lama
Debitur Baru
Perjanjian Operalih
Bentuk dan Isi
Pelaksanaan Perjanjian
Permasalahan yang timbul
Cara Penyelesaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Keterangan :
Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 mengatur tentang lembaga
pembiayaan, salah satu bentuk dari bentuk dari lembaga pembiayaan adalah
perusahaan pembiayaan. Perusahaan pembiayaan melakukan kegiatan usaha
dalam hal pembiayaan salah satunya bentuk usahanya adalah pembiayaan
konsumen. Dalam pembiayaan konsumen terdapat dua pihak yaitu perusahaan
pembiayaan konsumen/kreditur dalam penelitian ini adalah WOM Finance
Cabang Purbalingga dan konsumen/debitur, diantara dua pihak tersebut
muncul hubungan hukum berupa kontrak pembiayaan konsumen yang
didalamnya terdapat hak dan kewajiban yang mengikat kedua pihak tersebut..
Debitur yang tidak sanggup melanjutkan membayar angsuran dapat
melakukan operalih atau pengalihan pembiayaan konsumen kepada pihak
ketiga/debitur baru, perjanjian operalih ini dibuat atas sepengetahuan dan
persetujuan dari perusahaan pembiayaan konsumen yaitu WOM Finance
Cabang Purbalingga, sehingga di dalam perjanjian operalih pembiayaan
konsumen terdapat tiga pihak yaitu debitur lama, debitur baru, dan perusahaan
pembiayaan konsumen. Dalam penulisan hukum ini akan menganalisa
mengenai bentuk dan isi perjanjian operalih serta pelaksanaan perjanjian
operalih konsumen. Perjanjian operalih konsumen dalam pelaksanaannya
mungkin terdapat permasalahan-permasalahan yang muncul yang dihadapi
oleh para pihak dan upaya-upaya apa saja yang mungkin dilakukan dalam
mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Dari permasalahan dan cara
penyelesaian yang ada apakah akan mempengaruhi tujuan dari pembiayaan
konsumen itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
a. Deskripsi Lokasi WOM Finance Cabang Purbalingga
WOM Finance didirikan pertama kali pada tahun 1992 dengan nama PT.
Jakarta Tokyo Leasing Finance, kemudian tahun 1997, menjadi PT Wahana
Ometraco Multiartha yang diakuisisi oleh PT Fuji Semeru Leasing. Mulai tahun
2000, nama perusahaan menjadi PT. Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk. WOM
Finance Cabang Purbalingga adalah salah satu dari sekian banyak lembaga
pembiayaan konsumen yang mengkhususkan pada pembiayaan konsumen
kendaraan bermotor di Purbalingga. Kantor cabang di Purbalingga ini merupakan
salah satu dari 232 kantor cabang yang dimiliki oleh Wom Finance yang tersebar
di seluruh wilayah Indonesia(http://www.wom.co.id/womprofile/womhist.html).
WOM Finance Purbalingga yang berkantor di Jl. Jend. Sudirman 179 RT 03 /
03 Purbalingga melaksanakan bisnis pembiayaan konsumen khususnya
pembiayaan kendaraan bermotor roda dua dari segala merk yang diperjual-belikan
di Indonesia seperti merk Honda, Yamaha, Kawasaki, Suzuki, Bajaj. WOM
Finance tidak hanya memberikan pembiayaan konsumen terhadap kendaraan baru
saja tetapi juga kendaraan bekas yang diinginkan konsumen. WOM finance
Cabang Purbalingga melayani konsumen yang berdomisili di seluruh wilayah
kabupaten Purbalingga.(Hasil wawancara dengan Bapak Krida Prabowo, 15
September 2012).
Sama halnya dengan perusahaan-perusahaan lain pada umumnya, WOM
Finance Purbalingga juga memiliki struktur orgamisasi dalam menjalankan
usahanya. Struktur organisasi dari WOM Finance Purbalingga adalah sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
KAPOS HEAD (T)
MANAGEMENT CREDIT COLLECTOR OPERATION HEAD (1 orang) (T) HEAD (1 orang) (T) HEAD (1 orang) (T) HEAD (T) (1 orang) ADM ADM CREDIT SPV COLLECTION SPV MARKETING (1 orang) (T) (1 orang) (T) OPERATION (1 orang) (T) (1 orang) (T) HEAD CREDIT ANALYSTT ADM COLLECTION TELLER SURVEYOR (1 orang) (T) (1 orang) (O) (1 orang) (T) (1 orang) (T) SURVEYOR COLLECTOR SATPAM (9 orang) (O) (10 orang) (K) (1 orang) (O)
Office Boy (1 orang) (O)
MESSENGER (1 orang) (O)
Struktur Organisasi WOM Finance Cabang Purbalingga Per 01 September 2012
.(Hasil wawancara dengan Bapak Krida Prabowo, 15 September 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Keterangan : Berdasarkan struktur organisasi di atas , jumlah karyawan WOM Finance Cabang
Purbalingga per 01 September 2012 adalah sebanyak 35 ( tiga puluh lima ) orang,
yang terdiri dari :
1) Karyawan Tetap (T) sebanyak 12 (dua belas) orang terpusat di :
a) Kapos Head (Kepala Pos/Kepala Cabang);
b) Divisi Marketing tersebar di Management Head, Administration Marketing,
Head Surveyor;
c) Divisi Credit tersebar di Credit Head, Administration Credit, Credit Analyst;
d) Divisi Collection tersebar di Collector Head; Supervisor Collection;
e) Divisi Operation tersebar di Operation Head, Supervisor Operation, Teller;
2) Karyawan Kontrak (K) sebanyak 10 (sepuluh) orang terpusat di Divisi Collection
tersebar di Collector
3) Karyawan Outsourcing (O) sebanyak 13 (tiga belas) orang terpusat di :
a) Divisi Marketing tersebar di Surveyor;
b) Divisi Collection tersebar di Administration Collection;
c) Divisi Operation tersebar di Satpam, Office Boy, Messenger.
Kapos Head merupakan pimpinan tertinggi di kantor WOM Finance Cabang
Purbalingga yang membawahi 4 (empat) divisi yaitu marketing, credit, collection
dan operation . Tugas-tugas dari divisi-divisi tersebut secara umum antara lain
sebagai berikut :
1) Divisi Marketing bertugas mencari aplikasi konsumen baru serta menjalin dan
menjaga hubungan kerjasama dengan pihak supplier/dealer kendaraan bermotor;
2) Divisi Credit bertugas menganalisa dan merekomendasikan calon konsumen baru
layak atau tidak diberi fasilitas pembiayaan,
3) Divisi Collection secara umum bertugas mengelola asset perusahaan seperti jumlah
konsumen yang mengalami keterlambatan angsuran;
4) Divisi Operation secara umum bertugas menjalankan kegiatan administrative
kantor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
b. Deskripsi Kasus di WOM Finance Cabang Purbalingga
Perjanjian operalih pembiayaan konsumen yang penulis lampirkan dalam
penulisan hukum ini adalah menggunakan identitas para pihak yang telah penulis
samarkan dikarenakan hal tersebut berkaitan dengan kerahasiaan perusahaan.
Bahwa perjanjian yang dilampirkan oleh penulis telah mendapatkan izin dari pihak
WOM Finance Cabang Purbalingga. Dalam perjanjian yang penulis lampirkan
para pihaknya yaitu :
1) Krisna Suparyo dalam perjanjian ini mewakili perusahaan WOM Finance
Cabang Purbalingga sebagai kreditur;
2) Agus Samino sebagai debitur lama;
3) Asih Yulianti sebagai debitur baru/penerima hak;
Bahwa debitur yang bernama Agus Samino mengajukan permohonan fasilitas
pembiayaan konsumen kepada WOM Finance Cabang Purbalingga atas pembelian
sebuah sepeda motor baru dengan merk Yamaha Jupiter Z No.Polisi R-2367-YC,
kemudian debitur dan kreditur membuat perjanjian pembiayaan konsumen Nomor
5440000123 tertanggal 7 Mei 2010 dengan jangka waktu 36 bulan atau 36 kali
angsuran. Pada mulanya debitur Agus samino lancar dalam membayar angsuran
setiap bulan, tetapi setelah angsuran ke 12 debitur mulai mengalami kesulitan
ekonomi dikarenakan debitur sudah tidak bekerja lagi karena di PHK oleh
perusahaan tempat dia bekerja, hal ini membuat pendapatan debitur perbulan
menjadi tidak tetap sehingga debitur tidak mampu membayar angsuran pada bulan
berikutnya yaitu angsuran ke 13 yang sudah melewati tanggal jatuh tempo
pembayaran. Selama pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen debitur telah
mengangsur sebanyak 12 kali angsuran dari 36 kali angsuran yang menjadi
kewajibannya, sehingga debitur masih mempunyai kewajiban 24 kali angsuran
yang harus dibayarkan, oleh karena alasan tersebut debitur mengajukan operalih
konsumen atau operalih pembiayaan konsumen. Dalam mengajukan operalih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
konsumen debitur wajib untuk mencari sendiri pihak ketiga yang bersedia
menerima operalih hak dan kewajiban atas fasilitas pembiayaan konsumen
tersebut.
Debitur tidak mudah dalam mencari pihak ketiga, debitur harus mencari
seseorang yang bersedia membeli sepeda motornya tersebut secara operalih
pembiayaan konsumen. Permasalahan yang dihadapi oleh debitur yaitu debitur
kesulitan mencari pihak ketiga yang cocok dengan kondisi kendaraan dan bersedia
membayar sejumlah uang yang diminta oleh debitur, dan pada kasus ini debitur
menetapkan jumlah uang yang harus dibayarkan pihak ketiga kepada debitur yaitu
Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), jadi jumlah uang tersebut apabila digabungkan
dengan sisa hutang pokok nilainya akan sama dengan nilai harga jual kendaraan
dipasaran. Permasalahan lain yaitu debitur pernah mengajukan seorang pihak
ketiga/penerima hak kepada kreditur tetapi setelah prosedur dan persyaratan yang
ditetapkan oleh kreditur pihak ketiga ini ditolak, dan akhirnya debitur harus
mencari lagi pihak ketiga yang lain. Setelah debitur mendapatkan pihak ketiga
sebagai penerima hak dan nantinya menjadi debitur baru yaitu Asih Yulianti,
debitur dan pihak ketiga/penerima hak datang ke kantor WOM Finance Cabang
Purbalingga untuk mengajukan permohonan operalih. Setelah permohonan
operalih disetujui, debitur, penerima hak/debitur baru dan kreditur membuat
perjanjian operalih pembiayaan konsumen, terdapat dua form yaitu form surat
pernyataan dan form perjanjian pembiayaan konsumen. Form surat pernyataan
adalah sebagai bukti bahwa debitur telah menyerahkan hak dan kewajibannya atas
fasilitas pembiayaan konsumen, sedangkan form perjanjian pembiayaan konsumen
adalah sebagai pengganti perjanjian pembiayaan konsumen yang lama yaitu
Nomor 5440000123 tertanggal 7 Mei 2010, perjanjian pembiayaan konsumen yang
baru Nomor 5440000233 tertanggal 16 Juni 2011. Dalam perjanjian pembiayaan
konsumen yang baru pihak debitur baru memiliki kewajiban meneruskan sisa
angsuran yaitu sebanyak 23 kali angsuran dengan nilai angsuran perbulan yaitu
Rp. 420.000,00 (empat ratus dua puluh ribu rupiah), dalam pelaksanaanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
perjanjian operalih ini berjalan lancar, debitur baru telah membayar angsuran
sebanyak 18 kali dan tersisa 5 kali angsuran maka hutang pokok debitur baru akan
lunas dan debitur baru dapat mengambil BPKB sepeda motor yang dipegang oleh
kreditur.
2. Bentuk dan Isi Perjanjian Operalih Konsumen
Perjanjian operalih konsumen atas pembiayaan kendaraan bermotor ini terjadi
dalam jangka waktu kredit masih belum berakhir atau belum ada pelunasan dari
debitur lama. Novasi dimungkinkan terjadi manakala penerima kredit (debitor)
tidak lagi dapat memenuhi kewajiban melakukan pembayaran angsuran kepada
kreditor (kredit macet) (Sudiman Sidabukke, 2008:1). Pada pelaksanaan operalih
terjadi dengan adanya kesepakatan antara debitur lama dengan debitur baru,
debitur lama akan mengalihkan hak dan kewajibannya kepada debitur baru dan
debitur baru bersedia melanjutkan sisa angsuran kepada WOM Finance Cabang
Purbalingga, setelah terlebih dahulu adanya persetujuan dari WOM Finance
Cabang Purbalingga.
Bentuk perjanjian operalih pembiayaan konsumen di WOM Finance cabang
Purbalingga merupakan perjanjian tertulis yang dibuat oleh pihak debitur lama
dengan debitur baru atas sepengetahuan kreditur/WOM Finance Cabang
Purbalingga, kontrak ini merupakan akta dibawah tangan atau bukan merupakan
suatu akta otentik, perjanjian operalih pembiayaaan konsumen ini disebut sebagai
akta dibawah tangan karena akta perjanjian ini dibuat dan ditandatangani bukan
dihadapan notaris, akta perjanjian tersebut kemudian diregister (waarmerking) ke
notaris . Perjanjian operalih ini termasuk dalam bentuk novasi subjektif pasif
yaitu perjanjian pengalihan hutang antara debitur lama dengan debitur baru atas
sepengetahuan dan persetujuan kreditur. Perjanjian ini dibuat menggunakan
bentuk perjanjian baku. Perjanjian operalih ini berbentuk baku yang dituangkan
dalam bentuk formulir-formulir. Yang isi dari perjanjian tersebut telah
dipersiapkan dahulu oleh pihak kreditur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Dalam perjanjian operalih ini terdiri dari dua form antara lain:
a) Form Surat Pernyataan
Form surat pernyataan ini berisi antara lain :
(1) Identitas pihak debitur lama yang berisi :
(a) Nama;
(b) Alamat;
(c) No.KTP;
(d) Telepon.
(2) Alasan debitur lama mengajukan operalih, alasan-alasan paling banyak
debitur mengajukan operalih ini adalah karena faktor kesulitan ekonomi
dan alasan lain adalah karena pihak debitur berpindah domisili karena
alasan tertentu yang menimbulkan kesulitan dalam membayar angsuran.
(3) Spesifikasi kendaraan bermotor yang berisi :
(a) Jenis kendaraan;
(b) Warna kendaraan;
(c) Tahun pembuatan;
(d) No. Polisi, No. Mesin, No. BPKB;
(e) Atas nama
(4) Bukti pembayaran dari debitur baru kepada debitur lama yang berbentuk
kwitansi pembayaran ;
(5) Pernyataan debitur lama bahwa telah melepaskan hak dan kewajiban atas
fasilitas pembiayaan konsumen untuk dialihkan kepada pihak penerima
yaitu debitur baru.
Form ini kemudian ditanda tangani oleh debitur , debitur baru/pihak penerima ,
dan pihak kreditur WOM Finance Cabang Purbalingga. Pihak debitur
baru/pihak penerima dengan menandatangani form ini maka debitur baru
dianggap setuju menerima peralihan hak dan kewajiban atas fasilitas
pembiayaan konsumen dan bersedia melaksanakan kewajibannya kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
kreditur. Kreditur juga menandatangani form ini dengan demikian kreditur
menyetujui terjadinya operalih pembiayaan konsumen.
b) Form Perjanjian Pembiayaan Konsumen
Memuat tentang perjanjian pembiayaan konsumen antara kreditur yaitu
WOM Finance dengan pihak debitur baru. Perjanjian pembiayaan konsumen
ini adalah merupakan suatu kontrak baru yang menggantikan kontrak
pembiayaan konsumen yang lama yaitu antara kreditur dengan debitur lama.
Di dalam kontrak ini memuat klausul-klausul antara lain :
(1) Identitas kreditur dan debitur baru, yang meliputi :
(a) Identitas kreditur :
(i) Nama;
(ii) Jabatan;
(iii) No. Surat Kuasa, kuasa dari Direksi PT.Wahana Ottomitra
Multhiarta tbk
(b) Identitas debitur baru :
(i) Nama;
(ii) Alamat;
(iii) No.KTP;
(iv) Nama (istri/suami bila ada) sebagai pihak yang menyetujui debitur
mengajukan fasilitas pembiayaan konsumen.
(2) Spesifikasi kendaraan bermotor yang meliputi :
(a) Jenis kendaraan;
(b) Warna kendaraan;
(c) Tahun pembuatan;
(d) No. Polisi, No. Mesin, No. BPKB;
(e) Atas nama.
(3) Jumlah angsuran yang harus dibayar oleh debitur baru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
jumlah angsuran perbulan yang harus dibayar oleh debitur baru adalah
sama nilainya dengan jumlah angsuran perbulan yang dibayarkan oleh
debitur lama, tetapi kreditur memberikan kesempatan untuk menegosiasi
ulang jumlah angsuran apabila pihak debitur baru merasa tidak sesuai
dengan nilai jumlah angsuran yang sama dengan yang dibayarkan debitur
lama;
(4) Jangka waktu perjanjian
Perjanjian operalih pembiayan konsumen ini secara sifatnya adalah
melanjutkan perjanjian pembiayan konsumen yang telah dialihkan, jadi
jangka waktu dalam perjanjian operalih ini adalah sisa waktu dari
perjanjian pembiayaan konsumen yang dioperalih, misalkan perjanjian
pembiayaan konsumen jangka waktunya adalah 36 bulan, dan pihak
debitur lama sudah membayar angsuran selama 10 bulan sehingga masih
tersisa 26 bulan, jika dioperalih maka jangka waktu perjanjian operalih
pembiayaan konsumen ini adalah 26 bulan. Namun sama dengan nilai
jumlah angsuran perbulan , jangka waktu perjanjian ini pun bisa
dinegosiasi ulang tergantung kesepakatan pihak kreditur dengan debitur
baru.
(5) Besarnya bunga serta tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran
Besarnya bunga dan tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran
perbulannya juga berdasarkan kesepakatan antara kreditur dengan debitur
baru atau debitur baru menginginkan nilai yang sama dengan perjanjian
pembiayan konsumen debitur lama. Penghitungan besarnya bunga
didasarkan pada perhitungan jumlah hutang pokok, jangka waktu
perjanjian dan besarnya angsuran perbulan.
(6) Ketentuan mengenai cara-cara pembayaran
Pada perjanjian ini terdapat ketentuan yang mengatur mengenai cara-cara
pembayaran angsuran/hutang, yang pertama adalah pembayaran angsuran
lebih awal, maksud lebih awal disini membayar sebelum jatuh tempo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
bahwa dikatakan dengan pembayaran angsuran lebih awal, debitur tidak
akan dikenakan bunga tertunggak dan denda. Yang kedua adalah debitur
dapat melunasi seluruh hutang dengan ketentuan dikenakan biaya 3% dari
pokok hutang dan dilakukan dalam waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal
perjanjian pembiayaan ini,jadi pihak debitur dapat melunasi seluruh
hutang kepada debitur tetapi dibatasi hanya dalam waktu 6 (enam) bulan.
(7) Ketentuan mengenai cara penyerahan kendaraan/sepeda motor
Pada perjanjian ini diuraikan mengenai cara penyerahan kendaraan yaitu
dengan adanya perjanjian pembiayaan ini sebagai tanda bukti sah
penerimaan kendaraan oleh debitur, bahwa penyerahan atas kendaraan
tersebut dilakukan oleh debitur lama kepada debitu baru dengan
persetujuan/sepengetahuan kreditur.
(8) Ketentuan mengenai kelalaian
Pada perjanjian operalih pembiayaan konssumen ini kelalaian yang
umumnya biasa terjadi adalah keterlambatan atau kelalaian dalam
pembayaran angsuran, sehingga terhadap tindakan-tindakan tersebut
kreditur akan memberikan denda kepada debitur sebesar 0,5% (nol koma
lima persen) per hari denda dihitung sejak tanggal jatuh tempo.
(9) Ketentuan mengenai jaminan
Perjanjian operalih pembiayaan konsumen ini adalah dengan jaminan
secara fidusia, dalam perjanjian ini debitur menyetujui kreditur untuk
menjaminkan atau mengalihkan hak piutang kepada pihak lainnya
termasuk bank maupun lembaga bukan bank baik dalam negeri maupun
luar negeri.
Perjanjian operalih ini harus atas sepengetahuan dari pihak WOM Finance
Cabang Purbalingga sebagai kreditur karena dalam perjanjian operalih ini pihak
WOM Finance Cabang Purbalingga harus membebaskan debitur lama dari
kewajiban-kewajibannya atas fasilias pembiayaan konsumen yang telah diberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
oleh WOM Finance Cabang Purbalingga. Selain itu pihak WOM Finance Cabang
Purbalingga juga berwenang untuk memeriksa pihak ketiga/calon debitur baru ini
apakah memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan oleh pihak
WOM Finance Cabang Purbalingga dan dianggap layak untuk melaksanakan
kewajiban yang telah dialihkan kepadanya.
Dibebaskannya debitur lama dari kewajiban-kewajibannya dan beralihnya
kewajiban tersebut kepada debitur baru maka perjanjian pembiayaan konsumen
antara pihak WOM Finance Cabang Purbalingga dengan pihak debitur lama
sudah tidak berlaku lagi sehingga dibuat perjanjian pembiayaan konsumen baru
yang pihaknya yaitu WOM Finance Cabang Purbalingga dengan debitur baru,
perjanjian pembiayaan konsumen baru ini sifatnya adalah menggantikan
perjanjian pembiayaan konsumen sebelumnya antara WOM Finance Cabang
Purbalingga dengan debitur lama. Perjanjian pembiayaan konsumen baru ini
merupakan perjanjian pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia.
Pihak WOM Finance melarang konsumen/debiturnya membuat perjanjian
operalih pembiayaan konsumen yang dibuat secara sepihak oleh debiturnya tanpa
sepengetahuan kreditur/WOM Finance Cabang Purbalingga. Perjanjian operalih
yang dibuat secara sepihak ini tidak dianggap sah oleh pihak kreditur, sehingga
hak dan kewajiban atas pembiayaan konsumen tetap di pihak debitur lama
walaupun debitur lama telah mengalihkan hak dan kewajibannya kepada pihak
ketiga yang menerima hak dan kewajiban atas pembiayaan konsumen tersebut.
Apabila disuatu hari pihak ketiga melakukan wanprestasi, maka pihak kreditur
akan tetap menuntut pertanggung jawaban kepada pihak debitur lama. Resiko ini
yang akan dihadapi oleh debitur lama apabila membuat perjanjian operalih secara
sepihak tanpa melibatkan pihak kreditur/WOM Finance Cabang Purbalingga
(Hasil wawancara dengan Bapak Krida Prabowo, 15 September 2012).
Perjanjian operalih pembiayaan konsumen ini didalamnya terdapat 3 (tiga)
pihak, antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
1) Debitur Lama
Debitur lama adalah pihak yang memiliki hak dan kewajiban atas
pembiayaan konsumen dan dalam perjanjian operalih ini pihak debitur lama
mengalihkan hak dan kewajiban atas pembiayaan konsumen kepada pihak
penerima atau debitur baru. Pihak debitur lama mempunyai hak dalam memilih
debitur baru.
2) Debitur Baru
Debitur baru adalah sebagai pihak ketiga penerima hak dan kewajiban atas
pembiayaan konsumen yang dialihkan oleh pihak debitur lama. Debitur baru
ini dipilih oleh debitur lama dan disetujui oleh kreditur.
3) Kreditur
Kreditur adalah perusahaan pembiayaan konsumen yang memberikan
fasilitas pembiayaan kepada konsumen/debitur, dalam hal ini kreditur adalah
WOM Finance cabang Purbalingga. Pihak kreditur dalam perjanjian operalih
ini berwenang dalam memutuskan pihak ketiga/debitur baru. Serta
berkewajiban membebaskan pihak debitur lama atas hak dan kewajibannya
setelah dialihkan kepada debitur baru.
3. Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen dan Permasalahan yang Ada
Pada Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen di WOM Finance Cabang
Purbalingga Serta Cara Penyelesaiannya
a. Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen di WOM Finance Cabang
Purbalingga
Pelaksanaan operalih pembiayaan konsumen ini diawali dengan adanya
kesepakatan antara debitur lama sebagai penjual sepeda motor dengan calon
debitur baru sebagai pihak pembeli sepeda motor tersebut, jual beli yang
dilakukan adalah jual beli secara operalih pembiayaan konsumen. Setelah kedua
pihak sepakat dengan jual beli sepeda motor tersebut, kemudian proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
selanjutnya adalah datang ke kantor WOM Finance Cabang Purbalingga untuk
melanjutkan ke proses selanjutnya.
Tahapan-tahapan yang ditentukan oleh WOM Finance Cabang Purbalingga
adalah sebagai berikut (Hasil wawancara dengan Bapak Krida Prabowo, 15
September 2012):
1) Permohonan Operalih
Kewajiban debitur adalah membayar angsuran setiap bulannya dengan
tepat waktu, kesulitan ekonomi yang dihadapi oleh debitur menjadi salah satu
faktor penghambat pemenuhan prestasi tersebut. Hal ini dapat menyebabkan
timbulnya suatau wanprestasi oleh debitur. Debitur dapat mengajukan
permohonan operalih atas pembiayaan konsumennya apabila debitur sudah
merasa tidak mampu lagi untuk melaksanakan prestasinya yaitu membayar
angsuran hingga lunas. Operalih pembiayaan konsumen bisa atas dasar
kemauan/inisiatif dari debiturnya sendiri atau atas saran dari collector WOM
finance Cabang Purbalingga.
Debitur berkewajiban mencari pihak ketiga sebagai calon debitur baru,
pihak WOM Finance Cabang Purbalingga tidak berkewajiban untuk mencari
debitur baru, pihak kreditur wajib menyurvei calon debitur baru dan
berdasarkan dari hasil survey dan analisa kredit pihak kreditur dapat
menerima atau menolak pihak ketiga tersebut sebagai debitur baru. Setelah
debitur lama mendapatkan calon debitur baru , debitur lama dan calon
debitur baru bersama-sama datang ke kantor WOM Finance Cabang
Purbalingga dengan membawa persyaratan sebagai berikut :
a) Persyaratan yang harus di bawa debitur lama :
(1) Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP);
(2) Fotocopy STNK kendaraan bermotor yang menjadi obyek perjanjian;
(3) Bukti rangka dan nomor mesin kendaraan bermotor.
b) Persyaratan yang harus dibawa calon debitur baru :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
(1) Fotocopy Katu Tanda Penduduk (KTP);
(2) Fotocopy Kartu Keluarga;
(3) Rekening Listrik;
(4) Slip gaju atau fotocopy rekening tabungan.
Setelah membawa persyaratan secara lengkap, debitur lama dan calon debitur
baru mengisi dan menandatanagani formulir Pengajuan Operalih yang
diberikan oleh pihak kreditur yaitu WOM Finance Cabang Purbalingga.
Proses selanjutnya pihak WOM Finance Cabang Purbalingga akan
mempelajari data-data dari calon debiur baru.
2) Survey
Survey dilakukan oleh surveyor dari WOM Finance Cabang
Purbalingga dengan mendatangi rumah calon debitur baru untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan calon debiitur baru tersebut secara financial,
bagaimanakah lingkungan tempat tinggal calon debitur baru apakah
mendukung debitur baru untuk melakukan kecuranga atau wanprestasi
dikemudian hari. Surveyor juga melakukan interaksi langsung dengan
masyarakat yang tinggal disekitar tempat tinggal calon debitur baru hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan profil calon debitur baru sebanyak-
banyaknya. Apabila dari hasil survey tempat tinggal tersebut dan seluruh
persyaratan administrasi dipandang layak untuk menerima fasilitas
pembiayaan maka WOM Finance Cabang Purbalingga akan melanjutkan
alikasi pembiayaan tersebut.
3) Analisis Kredit
Bagian analisa kredit ini akan menganalisa data-data calon debitur
baru dari hasil survey (terutama data keuangan), dengan hasil perhitungan
besarmya angsuran tiap bulannya yang akan dibebankan kepada calon
debitur baru. Hal ini bertujuan untuk mengukur kemampuan calon debitur
baru dalam membayar kewajibannya di masa yang akan datang setelah
operalih dari pihak debitur lama. Setelah selesai di analisis, data-data calon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
debitur baru dikirim ke kepala bagian kredit dengan memberikan catatan
pada berkas yang berisi data-data calon debitur untuk proses lebih lanjut.
4) Keputusan atas Pengajuan Operalih
Keputusan yang dikeluarkan adalah sebagai berikut :
a) Operalih disetujui
Permohonan operalih yang diajukan oleh debitur lama akan disetujui
setelah calon debitur baru yang diajukan oleh debitur lama telah
memenuhi seluruh persyaratan yang telah ditetapkan oleh WOM Finance
Cabang Purbalingga dan dianggap mampu untuk meneruskan kewajiban
yang telah dialihkan kepadanya yaitu membayar angsuran kepada WOM
Finance Cabang Purbalingga. Keputusan persetujuan ini didasarkan pada
analisis kredit yang sebelumnya telah dilakukan oleh pihak WOM Finance
Cabang Purbalingga.
b) Operalih ditolak
Pengajuan permohonan operalih ditolak dapat disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya adalah data calon debitur baru kurang lengkap,
persyaratan yang telah ditetapkan tidak dilengkapi, dan kurangnya
kemampuan calon debitur untuk membayar kewajibannya. Apabila
permohonan operalih ditolak dikarenakan calon debitur baru dianggap
tidak mempunyai kemampuan untuk membayar kewajibannya maka
debitur lama wajib untuk mencari calon debitur baru lainnya yang sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan WOM Finance Cabang Purbalingga.
Setelah pengajuan operalih disetujui, maka semua dokumen yang
diperlukan akan dibuat oleh bagian credit analyst, dokumen-dokumen
tersebut antara lain :
(1) Dokumen perjanjian operalih Pembiayaan Konsumen;
(2)Syarat dan ketentuan umum perjanjian operalih pembiayaan konsumen;
(3) Surat Kuasa;
(4) Surat pengakuan hutang;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
(5)Document Checlist (dokumen yang berisi pemeriksaan atas
kelengkapan data calon debitur baru);
(6) Order Survey;
(7) Surat persetujuan suami/istri (jika ada).
5) Penandatanganan Perjanjian Operalih Pembiayaan Konsumen
Setelah seluruh persyaratan dipenuhi oleh debitur lama dan debitur baru
maka proses terakhir adalah penandatanganan kontrak perjanjian operalih
pembiayaan konsumen. Perjanjian ini memuat hak dan kewajiban para pihak
serta syarat-syarat atau klausul-klausul yang harus dipenuhi para pihak.
Setelah perjanjian ini ditandatangani maka sepeda motor yang menjadi obyek
perjanjian diserahkan oleh debitur lama kepada debitur baru untuk kemudian
menjadi hak milik debitur baru.
Pelaksanaan perjanjian operalih pembiayaan konsumen pada WOM
Finance Cabang Purbalingga ini didaftarkan/diregister (Waarmerking) pada
Notaris yang telah ditunjuk oleh perusahaan untuk diterbitkan akta jaminan
fidusia, selanjutnya didaftarkan pada Departemen Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Kantor Wilayah Jawa Tengah untuk diterbitkan
sertifikat jaminan fidusia. Setelah perjanjian sah ditandatangani oleh para pihak,
debitur lama menyerahkan sepeda motor beserta STNK, sedangkan BPKB
sepeda motor tersebut tetap dipegang oleh kreditur hingga pinjaman lunas.
Dengan adanya perjanjian operalih pembiayaan konsumen ini hak dan
kewajiban atas fasilitas pembiayaan debitur lama sudah hilang karena telah
dialihkan kepada debitur baru, sehingga debitur lama telah terbebas dari hak dan
kewajiban atas fasilitas pembiayaan konsumen tersebut. Debitur baru
berkewajiban membayar sisa angsuran sampai lunas, pembayaran angsuran
sesuai dengan tanggal jatuh tempo pada bulan yang bersangkutan.
b. Permasalahan pada pelaksanaan perjanjian operalih konsumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Pelaksanaan perjanjian operalih pembiayaan konsumen di WOM Finance
Cabang Purbalingga secara prakteknya bukan tanpa masalah, tetap saja terdapat
permaslahan–permasalahan yang timbul dan menghambat kelancaran
pelaksanaan perjanjian operalih tersebut. Permasalahan-permalahan tersebut
antara lain (Hasil wawancara dengan Bapak Krida Prabowo, 15 September
2012) :
1) Debitur Lama Sulit mendapatkan pihak ketiga sebagai calon debitur baru,
sementara pihak debitur lama sudah tidak mampu lagi untuk membayar
angsuran
Pihak yang berkewajiban mencari pihak ketiga yang akan menjadi calon
debitur baru adalah pihak debitur lama. Pihak ketiga ini adalah pembeli sepeda
motor secara operalih pembiayaan konsumen. Namun terkadang permasalahan
yang sering muncul adalah sulitnya mencari pihak ketiga untuk membeli
sepeda motor tersebut secara operalih pembiayaan konsumen. Faktor yang
paling mempengaruhi adalah tidak tercapainya kesepakatan harga sepeda
motor tersebut antara pihak ketiga dengan pihak debitur lama, dalam hal ini
debitur lama menetapkan harga kepada pihak ketiga sebagai uang pengganti
atas nilai angsuran yang telah dibayarkan selama pelaksanaaan perjanjian
konsumen, tentunya setiap debitur menetapkan harga yang berbeda-beda
tergantung dari nilai angsuran yang telah debitur bayarkan. Debitur lama yang
mengalami kesulitan mendapatkan pihak ketiga ini lebih sering disebabkan
karena debitur lama tidak mau menerima kerugian terlalu banyak sehingga
mereka mematok harga yang terlalu tinggi (Hasil wawancara dengan Bapak
Agus Samino, 27 Oktober 2012).
Permasalahan lain adalah ketika debitur lama telah mencapai kesepakatan
jual beli sepeda motor secara operalih pembiayaan konsumen dengan pihak
ketiga, kemudian pihak debitur mengajukan permohonan operalih kepada
kreditur. Namun permohonan operalih ditolak karena pihak ketiga yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
diajukan oleh debitur tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh
kreditur, sehingga debitur lama harus mencari pihak ketiga lain.
Selama belum terjadinya operalih pembiayaan konsumen pihak debitur
lama tetap berkewajiban memenuhi kewajibannya yaitu membayar angsuran
setiap bulannya. Pihak debitur lama apabila sudah tidak mampu lagi untuk
membayar angsuran, sementara telah jatuh tempo waktu untuk mengangsur
dan pihak debitur sudah tidak membayar angsuran hal ini akan menimbulkan
permasalahan baru yaitu pihak debitur akan dianggap melakukan wanprestasi.
WOM Finance Cabang Purbalingga menyatakan bahwa debitur telah
wanprestasi yaitu salah satunya apabila debitur lalai membayar salah satu
angsuran atau angsuran-angsurannya.
2) Wanprestasi dari Debitur Baru
Perjanjian operalih pembiayaan konsumen ini sebenarnya bertujuan untuk
menghindari terjadinya perbuatan wanprestasi dari debitur lama, namun telah
dialihkannya hak dan kewajiban atas fasilitas pembiayaan konsumen dari
debitur lama kepada debitur baru tidak menjamin bahwa debitur baru ini tidak
akan melakukan wanprestasi. bentuk wanprestasi yang sering dilakukan oleh
debitur baru adalah debitur baru lalai atau tidak membayar angsuran yang
diperjanjikan yang telah melewati jatuh tempo. Bentuk wanprestasi ini adalah
yang paling sering terjadi pada WOM Finance Cabang Purbalingga, debitur
berkewajiban membayar angsuran sebelum waktu jatuh tempo, tanggal jatuh
tempo telah ditentukan di dalam perjanjian yang merupakan kesepakatan
antara debitur baru dengan kreditur. Debitur yang terlambat membayar
angsuran berkewajiban membayar denda keterlambatan sebesar 0,5% (nol
koma lima persen) per hari dari keseluruhan jumlah kewajiban debitur yang
telah jatuh tempo. Debitur baru lalai atau tidak membayar angsuran yang telah
lewat jatuh tempo dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
a) Debitur mengisi dengan data palsu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Dalam hal ini pihak debitur tidak berterus terang pada saat mengisi formulir
permohonan kredit terutama dalam hal penghasilan debitur perbulan, ketika
pendapatan debitur sedang menurun dan tidak mencukupi untuk membayar
angsuran sehingga menimbulkan tersendatnya pembayaran angsuran.
b) Barang berpindah tangan
Masalah ini sering timbul karena pihak kreditur menggadaikan barang yang
menjadi obyek pembiayaan sehingga beban pembayaran angsuran berpindah
kepada orang lain, pembayaran tersendat karena yang menguasai barang
memang tidak mampu membayar angsuran.
c. Upaya-Upaya yang Dilakukan WOM Finance Cabang Purbalingga dalam
Mengatasi Permasalahan yang Terjadi
Upaya yang dilakukan WOM Finance Cabang Purbalingga adalah
memberikan tenggang waktu terutama terhadap pihak debitur lama yang
mengajukan permohonan operalih khususnya debitur yang sudah tidak mampu
lagi untuk membayar angsuran yang sudah jatuh tempo. Pihak WOM Finance
Cabang Purbalingga akan memberikan jangka waktu kurang lebih selama 40
(empat puluh) hari dihitung sejak tanggal keterlambatan pembayaran angsuran.
Selama jangka waktu yang diberikan oleh kreditur, debitur lama haru
memanfaatkan waktu tersebut dengan baik sehingga cepat mendapatkan pihak
ketiga/calon debitur baru.
Pihak WOM Finance Cabang Purbalingga tidak dapat membantu debitur
lama dalam mencari pihak ketiga sebagai calon debitur baru dalam operalih
pembiayaan konsumen, pihak WOM Finance Cabang Purbalingga hanya dapat
memberikan tenggang waktu selama 40 (empat puluh) hari kepada debitur
untuk segera mencari pihak ketiga yang bersedia menerima operalih
pembiayaan konsumen ini. Terutama kepada pihak debitur lama yang sudah
tidak mampu lagi untuk membayar angsuran. Terhadap debitur lama yang
mengajukan operalih yang masih mampu untuk membayar agsuran atau masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
melaksanakan kewajiban membayar angsuran setiap bulannya tidak perlu
diberikan tenggang waktu, karena debitur tersebut masih melaksanakan
kewajibannya.
Debitur baru apabila dalam pelaksanaan perjanjian operalih pembiayaan
konsumen lalai atau tidak membayar angsuran yang telah jatuh tempo, maka
pihak kreditur akan mengirimkan surat peringatan yang dikirim secara bertahap,
surat peringatan tersebut terdiri dari (Hasil wawancara dengan Bapak Krida
Prabowo, 15 September 2012).
1) Surat Peringatan I
Berisi penjelasan mengenai keterlambatan yang dilakukan debitur dengan
menyebutkan nomor perjanjian, dan tanggal jatuh tempo pembayaran. Surat
peringatan ini dikirimkan ke debitur apabila debitur telah terlambat membayar
angsuran selama 4 hari, di dalam surat ini menjelaskan mengenai jatuh tempo
pembayaran serta mengingatkan debitur untuk segera membayar angsuran serta
memberitahukan sanksi-sanksi yang dijatuhkan kepada debitur yang terlambat
membayar angsuran Dengan diterimanya surat pemberutahuan ini debitur
diberi waktu selama 7 (tujuh) hari untuk segera membayar angsuran.
2) Surat Teguran
Merupakan kelanjutan dari surat peringatan I apabila belum ada tanggapan dari
debitur atau debitur belum juga membayar angsuran yang telah jatuh tempo.
Dikirim setelah 7 (tujuh) hari surat peringatan I, surat teguran ini akan dikirim
langsung oleh collector, dan collector akan melakukan cross check apakah
obyek pembiayaan masih ada pada debitur atau tidak, di pakai oleh siapa,
dimana keberadaanya, apakah ada pengalihan kepada pihak lain atau tidak
serta mengingatkan kepada debitur untuk segera memenuhi kewajibannya.
Dalam surat teguran ini pihak debitur diberi tenggang waktu 15 (lima belas)
hari untuk segera membayar angsuran yang telah jatuh tempo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
3) Surat Peringatan Terakhir
Merupakan surat kelanjutan dari surat teguran apabila belum ada tanggapan
dari pihak debitur atau debitur belum juga membayar angsuran yang telah jatuh
tempo. Dalam surat peringatan terakhir debitur kembali diberi tengang waktu
15 hari untuk segera membayar angsuran. Apabila setelah habis tenggang
waktu yang diberikan WOM Finance Cabang Purbalingga kepada debitur dan
pihak debitur belum juga mambayar angsuran maka pihak WOM Finance
Cabang Purbalingga akan menarik sepeda motor yang menjadi obyek
pembiayaan konsumen.
Pihak kreditur selalu memberi peringatan terlebih dahulu kepada debitur sebelum
melakukan langkah-langkah selanjutnya yaitu penarikan barang/sepeda motor.
Penarikan obyek pembiayaan konsumen dilakukan oleh collector, dalam proses
penarikan collector apabila diperlukan dapat melibatkan aparat desa seperti Ketua
RT/RW atau kepala desa setempat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
B. PEMBAHASAN
1. Bentuk dan Isi Perjanjian Operalih Konsumen di WOM Finance Cabang
Purbalingga
a. Bentuk Perjanjian Operalih Konsumen
Bentuk perjnajian operalih pembiayaan konsumen di WOM Finance Cabang
Purbalingga merupakan perjanjian tertulis dan menggunakan bentuk kontrak
baku. Secara umum dapat dikatakan bahwa undang-undang tidak mensyaratkan
suatu kontrak harus tertulis untuk sahnya suatu kontrak sehingga kontrak lisan
dengan kontrak isyarat saja sudah dianggap sah secara yuridis (Munir Fuady,
2001:83). Perjanjian secara tertulis atau secara lisan tidak menentukan sah atau
tidaknya perjanjian itu karena pada dasarnya yang menentukan sah atau tidaknya
adalah syarat sahnya perjanjian yang tercantum dalam Pasal 1320 KUHPdt.
Perjanjian operalih pembiayaan konsumen di WOM Finance Cabang Purbalingga
dibuat secara tertulis adalah dengan tujuan untuk memberikan kepastian hukum
kepada para pihak , Namun perjanjian operalih pembiayaan ini menggunakan akta
dibawah tangan yang kemudian diregister (waarmerking) oleh notaris, Kontrak
yang diregister (waarmerking) ini didaftar dalam buku khusus yang dibuat oleh
notaris, namun dalam segi kekuatan hukum pembuktiannya masih lebih kuat akta
otentik. Dalam segi kekuatan hukum akta otentik merupakan akta dengan
pembuktian paling sempurna, sedangkan akta dibawah tangan baru mempunyai
kekuatan pembuktian jika pihak yang menandatangani akta tersebut mengakui
tanda tangannya dalam akta tersebut. Apabila suatu hari terjadi sengketa
mengenai isi dari perjanjian ini, pihak yang bersangkutan dapat melihat akta yang
sudah diregister (waarmerking) dalam buku khusus di notaris.
Kontrak baku menurut Munir Fuady (2003: 76) adalah suatu kontrak
tertulis yang dibuat hanya oleh salah satu pihak saja dalam kontrak tersebut,
bahkan seringkali kontrak tersebut sudah tercetak dalam bentuk formulir-formulir
tertentu dan pihak lain tidak mempunyai atau hanya sedikit kesempatan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
mengubah klausula-klausula yang sudah ditetapkan, Sebenarnya dalam perjanjian
baku pihak debitur hanya mempunyai kesempatan untuk bernegosiasi dan hanya
berada pada pilihan take it or leave it, sehingga hukum meragukan apakah benar
ada elemen “kata sepakat” yang merupakan syarat sahnya kontrak dalam kontrak
baku tersebut. Tetapi dengan diberikan hak untuk memilih menolak atau
menerima maka apabila debitur menerima maka debitur dianggap sepakat dengan
klausul yang ditawarkan oleh kreditur dan perjanjian tetap akan dianggap sah.
Kontrak baku memiliki kelebihan yaitu lebih efisien, dapat membuat praktek
bisnis menjadi lebih simpel serta dapat ditandatangani seketika oleh para pihak.
Kontrak baku juga sebenarnya mempunyai kelemahan yaitu kurangnya
kesempatan bagi pihak lawan untuk menegosiasikan atau mengubah klausula-
klausula dalam kontrak yang bersangkutan, sehingga kontrak baku tersebut sangat
berpotensi untuk terjadi klausula yang berat sebelah. Perjanjian operalih di WOM
Finance cabang Purbalingga termasuk dalam kontrak baku karena perjanjian
tersbut memang sudah terbentuk dalam formulir-formulir yaitu form surat
pernyataan dan form pembiayaan konsumen.
Pasal 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen menyatakan bahwa dalam suatu kontrak baku dilarang dengan
ancaman batal demi hukum terhadap hal-hal antara lain sebagai berikut :
1) Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;
2) Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang
yang dibeli konnsumen;
3) Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha, baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak
yang berkaitan dengan barang yang dibeli konsumen;
4) Mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau
tidak dapat terbaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Perjanjian operalih konsumen dalam KUH Perdata secara umum dikenal 2
(dua) macam cara untuk melakukan pengalihan suatu hutang atau operalih
pembiayaan konsumen ini dari debitur lama kepada debitur baru, yaitu :
1) Perpindahan melalui cara Delegasi (pemindahan)
Delegasi secara umum adalah pemindahan hutang dari debitur lama
kepada debitur baru yang ditegaskan dalam suatu akta delegasi, namun
pihak debitur lama masih terikat untuk menjamin pelunasan utang yang
dialihkan kepada debitur baru tersebut. Sedangkan dari pihak kreditur tidak
secara tegas menyatakan membebaskan pihak debitur lama dari kewajiban
pembayaran hutang yang dialihkan tersebut.
Pasal 1417 KUH Perdata :
”Delegasi atau pemindahan, dengan mana seorang berutang memberikan kepada orang yang mengutangkan padanya seorang berutang baru mengikatkan dirinya kepada si berpiutang, tidak menerbitkan suatu pembaharuan utang, jika si berpiutang tidak secara tegas menyatakan bahwa ia bermaksud membebaskan orang berutang yang melakukan pemindahan itu, dari perikatannya. ” Jadi delegasi tidak menyebabkan pihak debitur lama dibebaskan dari
kewajibannya, kecuali jika pihak kreditur membenarkan delegasi tanpa hak
regress, sehingga dalam hal yang demikian yang sebenarnya terjadi adalah
pergantian debitur secara novasi. Dalam suatu delegasi yang normal hak
regress terhadap pihak debitur asal tetap ada dan pihak debitur lama
dibebaskan dari kewajibannya setelah pihak debitur baru melunasi seluruh
tagihannya. (Munir Fuady. 2003: 174)
Seperti yang telah dikutip dalam sebuah jurnal yaitu “Under the
theories of delegation and assignment, when the obligor in a contract
assigns his obligation to a third party, the original obligor retains the
obligation, as a surety or guarantor. The original obligor is relieved of the
obligation only if the obligee agrees to release the original obligor and
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
substitute the second” (Rosina B. Barker and Kevin P. O’Brien, 2003:2).
Dapat diterjemahkan sebagai berikut “ Berdasarkan teori delegasi, saat
debitur asli/pertama dalam kontrak tersebut memberikan/mengalihkan
kewajibannya kepada pihak ketiga, debitur asli tetap memiliki kewajiban
yaitu sebagai penjamin. Debitur asli bebas dari kewajibannya jika kreditur
setuju untuk membebaskan debitur asli/pertama dan digantikan oleh debitur
pengganti/baru”.
2) Perpindahan melalui cara Novasi Subyektif Pasif (pembaharuan utang)
Novasi subjektif pasif adalah adanya pergantian debitur lama dengan
debitur baru dan kreditur setuju bahwa debitur lama dibebaskan dari
kewajibannya, akibatnya antara debitur lama dengan kreditur tidak lagi
mempunyai kontrak utang piutang. Dalam hal ini dikatakan novasi
subjektif karena yang berganti adalah subjeknya yaitu debitur, apabila
pergantian debitur dilakukan atas inisiatif dari pihak kreditur maka novasi
seperti ini sering disebut dengan istilah expromissio.
(Fuady,Munir.2003:189)
Seperti yang telah dikutip dalam sebuah jurnal yaitu “A novation is the
substitution of a new obligation for an existing one, whereby the existing
obligation is extinguished A novation discharges the original debt. The
original obligors would not be bound to the new obligation absent their
agreement to liability on the new agreement” (Linda J Rusch, 2011:3).
Dapat diterjemahkan sebagai berikut “ Novasi adalah kewajiban baru yang
menggantikan kewajiban yang sudah ada, novasi membebaskan hutang
yang asli/lama. Debitur asli/lama tidak akan terikat dengan kewajiban baru
yang ada didalam perjanjian baru”. jadi didalam novasi pihak debitur
asli/lama bebas dari kewajiban-kewajibannya dan berpindah kepada debitur
baru sebagai penerima kewajiban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Perjanjian operalih konsumen yang dilaksanakan di WOM Finance
Cabang Purbalingga adalah melalui cara Novasi Subyektif Pasif, karena dalam
perjanjian operalih ini dibuat oleh debitur lama dan debitur baru dengan
sepengetahuan pihak kreditur. Dalam perjanjian operalih ini debitur menyatakan
membebaskan hak dan kewajibannya dan mengalihkanmkepada debitur baru.
Pembebasan hak dan kewajiban debitur lama atas fasilitas pembiayaan
konsumen mengakibatkan perjanjian pembiayaan konsumen antara kreditur
dengan debitur lama sudah tidak berlaku lagi. Perjanjian pembiayaan konsumen
tersebut kemudian diganti dengan perjanjian pembiayaan konsumen baru yaitu
antara kreditur dengan debitur baru.
b. Isi Perjanjian Operalih Konsumen
Para pihak diberi kebebasan oleh Undang-Undang dalam menentukan isi
dari perjanjian yang akan mereka buat, sesuai dengan asas kebebasan
berkontrak yaitu suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak
untuk (Salim HS. 2004: 18):
1) Kebebasan membuat atau tidak membuat perjanjian;
2) Kebebasan memilih dengan siapa akan melakukan suatu perjanjian;
3) Kebebasan menentukan bentuk perjanjian yaitu tertulis atau lisan;
4) Kebebasan menentukan isi perjanjian.
Namun kebebasan berkontrak tersebut tetap dibatasi oleh tiga hal yaitu :
1) Tidak dilarang oleh undang-undang;
2) Tidak bertentangan dengan kesusilaan;
3) tidak bertentangan dengan ketertiban umum
Ketiga hal tersebut diatas terkandung dalam salah satu syarat sahnya
perjanjian yaitu suatu sebab yang halal. Namun dilihat dari perjanjian operalih
pembiayaan konsumen yang berbentuk baku menyebabkan asas kebebasan
berkontrak kurang atau tidak dapat diwujudkan karena dari 4 (empat) unsur di
atas hanya 2 (dua) yang dapat diwujudkan yaitu kebebasan untuk membuat atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
tidak membuat perjanjian dan kebebasan untuk memilih dengan siapa ia akan
membuat perjanjian.
Sebagai suatu bentuk perjanjian maka perjanjian operalih pembiayaan
konsumen pada WOM Finance Cabang Purbalingga, harus didasarkan pada
ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sebagai syarat
bahwa perrjanjian operalih pembiayaan konsumen tersebut adalah sah di muka
hukum. Perjanjian operalih pembiayaan konsumen di WOM Finance Cabang
Purbalingga telah memenuhi syarat-syarat sahnya dari suatu perjanjian
berdasarkan pada Pasal 1320 KUHPdt sehingga perjanjian ini berlaku dan
mengikat sebagai undang-undang bagi para pihak dalam melaksanakan
perjanjian tersebut.
Sebagai suatu bentuk perjanjian, maka perjanjian operalih pembiayaan
konsumen si WOM Finance Cabang Purbalingga harus memenuhi kerangka
umum dari suatu kontrak yaitu :
1) Judul kontrak
Dalam perjanjian operalih konsumen di WOM Finance cabang
Purbalingga, perjanjianya adalah dengan judul “Perjanjian Operalih
Konsumen”. Menurut penulis judul dari perjanjian ini adalah sudah sesuai,
kata operalih adalah berasal dari kata “oper” yang bisa berarti mengambil
alih, menggantikan. Sedangkan kata “alih” berarti pindah, tukar.
Sedangkan konsumen disini adalah seorang pemakai/pengguna fasilitas
pembiayaan konsumen, tetapi dalam perjanjian ini konsumen juga disebut
sebagai debitur, Sehingga dari definisi-definisi tersebut dapat diartikan
yaitu suatu perjanjian penggantian/perpindahan konsumen/debitur yang isi
dari perjanjian tersebut adalah pergantian debitur yang berakibat
berpindahnya hak dan kewajiban dari debitur lama ke debitur baru, jadi
judul telah sesuai dengan isi dari perjanjian.
2) Bagian pembukaan
a) Tempat dan waktu kontrak diadakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Dalam perjanjian operalih konsumen ini pada form pertama yaitu form
surat pernyataan tidak terdapat keterangan mengenai tempat dan waktu,
tetapi pada form kedua yaitu form perjanjian pembiayan konsumen
hanya terdapat keterangan tentang waktu diadakannya kontrak
sedangkan keterangan tempat juga tidak disebutkan dalam form kedua
ini. Seharusnya di dalam surat pernyataan terdapat keterangan tempat
dan waktu dan pada form kedua jugq perlu ditambahkan keterangan
tempat kontrak itu dibuat. Tempat dan waktu pembuatan kontrak
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dicantumkan di dalam
suatu kontrak, karena hal ini nantinya sebagai bukti telah dilaksanakan
di suatu tempat dan pada waktu yang ditentukan, hal ini juga
mengurangi risiko adanya sangkalan dari salah satu pihak, bahwa ia
pada tanggal tersebut dalam kontrak tidak berada ditempat sebagaimana
yang dituangkan dalam kontrak tersebut (Hasanuddin Rahman, 2003:
96).
b) Komparisi
Dalam perjanjian operalih konsumen ini memuat uraian terperinci
mengenai identitas debitur yang meliputi Nama, Pekerjaan,
alamat/domisili serta Nomor KTP (Kartu Tanda Penduduk) disebutkan
pula nomor perjanjian pembiayaan konsumen yang akan dioperalihkan..
Kemudian mengenai identitas kreditur meliputi Nama, Jabatan,
kemudian Nomor surat kuasa dari Direksi PT.Wahana Ottomitra
Multiartha, Tbk. Dalam perjanjian ini disebutkan pula mengenai
kedudukan para pihak yang di jelaskan secara tegas di dalam perjanjian
ini, seperti WOM Finance untuk selanjutnya disebut sebagai
“KREDITUR”, pada form pertama surat pernyataan debitur lama
berkedudukan sebagai debitur sedangkan debitur baru disebutkan
berkedudukan .sebagai penerima hak, sedangkan pada form kedua yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
form pembiayaan konsumen debitur baru disebutkan berkedudukan
sebagai “DEBITUR atau KONSUMEN”..
c) Recitals
adalah penjelasan resmi atau merupakan latar belakang sesuatu keadaan
dalam suatu perjanjian/kontrak untuk menjelaskan mengapa terjadi
perikatan. Dalam perjanjian operalih pembiayaan konsumen, recital ini
terdapat pada form pertama nomor 2 (dua), bahwa sebab debitur lama
mengalihkan perjanjian pembiayaan konsumen karena mengalami
kesulitan dalam membayar/melunasi angsuran. Kesulitan yang dihadapi
debitur lama biasanya adalah karena kesulitan faktor ekonomi. Kesulitan
dalam faktor ekonomi ini bisa saja terjadi karena pihak debitur lama
usahanya sedang menurun, yang dahulunya bekerja sekarang sedang
tidak bekerja sehingga tidak mendapatkan penghasilan atau karena hal
lain seperti terbebani biaya kesehatan keluarganya yang besar atau
kebutuhan-kebutuhan lain yang bersifat mendesak. Hal-hal itu yang
mempengaruhi faktor ekonomi seseorang, alasan lain adalah adanya
suatu keadaan yaitu debitur harus berpindah domisli ke suatu tempat
yang berakibat debitur sulit untuk melanjutkan membayar angsuran dan
kesulitan dalam merawat sepeda motor tersebut, sehingga hal itu
mendorong debitur untuk mengajukan operalih pembiayaan konsumen.
3) Isi
a) Ketentuan umum
Dalam perjanjian operalih pembiayaan konsumen ini tidak terdapat
suatu klausul yang menguraikan mengenai ketentuan umum, memang
secara umum dilihat dari isi perjanjian ini, ketentuan umum memang
tidak terlalu diperlukan karena istilah-istilah di dalam perjanjian ini
sangat sederhana dan mudah bagi siapa saja untuk menafsirkan isi
perjanjian tersebut, seperti contohnya istilah kreditur atau debitur sudah
secara tegas dalam komparisi menjelaskan kedudukan kreditur dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
debitur. Namun untuk menghindari timbulnya perselisihan karena
perbedaan pengertian atau penafsiran diantara para pihak, ketentuan
umum ini perlu ditambahkan di dalam isi perjanjian, contohnya istilah
mengenai :
(1) Bunga tertunggak;
(2) Hutang pokok fasilitas pembiayaan konsumen tertunggak;
(3) Bunga berjalan;
(4) sisa hutang pokok fasilitas pembiayaan konsumen;
(5) denda
Istilah-istilah tersebut perlu ditambahkan pada ketentuan umum untuk
menjelaskan lebih jelas kepada debitur.
b) Ketentuan pokok
(1) Klausula transaksional
Pada perjanjian operalih pembiayaan konsumen ini dalam form
pertama memuat mengenai prestasi dan kontra-prestasi antara
debitur lama dengan debitur baru, yaitu debitur lama mengalihkan
sepeda motor yang menjadi obyek perjanjian dan mengalihkan
kewajiban-kewajibannya kepada penerima hak/debitur baru,
sedangkan debitur baru memberikan sejumlah uang kepada debitur
lama sesuai kesepakatan. Pada form pertama yaitu surat pernyataan,
menurut penulis terdapat kekurangan yaitu mengenai suatu
keterangan yang menerangkan bahwa pihak penerima hak/debitur
baru telah menerima dan bertanggung jawab atas hak dan kewajiban
yang telah dialihkan kepada dirinya. Kemudian perlunya keterangan
dari kreditur bahwa kreditur telah mebebaskan pihak debitur lama
dari segala hak dan kewajiban atas fasilitas pembiayaan konsumen
yang tepah dialihkan kepada debitur baru. Pada form kedua memuat
mengenai prestasi dan kontra-prestasi antara pihak kreditur dengan
debitur baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
(2) Klausula spesifik
Pada perjanian operalih pembiayaan konsumen ini yang termasuk
kedalam klausula spesifik yaitu pada form kedua Pasal 3 (tiga)
nomor 5 (lima) yaitu mengenai perjanjian jaminan secara fidusia.
Jaminan fidusia beradasarkan Pasal 1 Undang-Undang No. 42 Tahun
1999 tentang Jaminan Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan
suatu benda atas dasar kepercayaan, dengan ketentuan bahwa benda
yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut masih dalam
penguasaan pemilik benda
(3) Klausula antisipatif
Pada perjanjian operalih pembiayaan konsumen ini klausula
antisipatif terdapat pada form kedua pasal 3 (tiga) nomor 7 (tujuh).
Yaitu debitur memilih tempat domisili yang tetap atas segala akibat
yang timbul dari perjanjian operalih pembiayaan konsumen ini,
akibat-akibat yang dimaksud adalah seperti alamat surat-menyurat,
penyelesaian sengketa, kewajiban salah satu pihak.
c) Ketentuan penunjang
(1) Klausula tentang condition presedent
Pada perjanjian operalih pembiayaan konsumen ini klausula tentang
condition presedent adalah pada Pasal 3 (tiga) nomor 4 (empat).
Dalam ketentuan tersebut kreditur akan melaksanakan kewajibannya
yaitu mencairkan pokok fasilitas pembiayaan konsumen jika pihak
debitur telah melengkapi dokumen yang telah ditentukan oleh
kreditur, dokumen-dokumen tersebut antara lain :
(a) Foto copy KTP, STNK, dan Kartu Keluarga;
(b) Bukti rangka dan nomor mesin sepeda motor;
(c) rekening listrik dan slip gaji.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
(2) Klausula tentang affirmative covenants
Pada perjanjian operalih pembiayaan konsumen ini yang termasuk
dalam bentuk klausul affirmative covenants adalah terdapat pada
pasal 3 (tiga) nomor 6 (enam), yang menyebutkan bahwa “debitur
tunduk pada ketentuan dan syarat-syarat pembiayaan” berdasarkan
klausul tersebut debitur untuk melakukan hal-hal tertentu yang telah
menjadi kewajibannya selama perjanjian ini masih berlangsung.
Tindakan-tindakan yang wajib dilakukan oleh debitur adalah seperti
membayar angsuran, merawat sepeda motor obyek perjanjian.
(3) Klausula tentang negative covenants
Pada perjanian operalih pembiayaan konsumen klausula tentang
negative covenants terdapat pada Pasal 3 (tiga) nomor 3 (tiga) yang
menyebutkan “apabila debitur terlambat atau lalai untuk membayar
angsuran pokok, bunga maupun biaya lainnya (jika ada) , maka
debitur wajib membayar sepenuhnya berikut denda keterlambatan”,
dari kutipan klausul tersebut dapat ditafsirkan bahwa debitur tidak
diperbolehkan untuk lalai dalam membayar angsuran, ketentuan
teraebut sudah sesuai dengan klausul negative covenants, karena
terdapat suatu janji-janji para pihak tidak melakukan hal-hal tertentu
selama perjanjian berlangsung yaitu dengan tidak terlamabat atau
lalai membayar angsuran. Sesuatu hal yang tidak boleh dilakukan
oleh para piha hal itu memang penting dicantumkan untuk menjaga
pelaksanaan perjanjian ini dengan itikad baik.
4) Bagian penutup
Pada perjanjian operalih pembiayaan konsumen ini hanya terdapat tanda
tangan para pihak yaitu kreditur , debitur lama dan debitur baru serta tanda
tangan suami/istri/komisaris/penjamin. Dalam bagian penutup ini tidak
disebutkan tempat dimana perjanjian ini dibuat dan tidak terdapat tanda
tangan bagi para saksi-saksi, jadi secara faktanya perjanjian operalih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
pembiayaan ini dibuat dengan tidak melibatkan saksi-saksi. Adanya saksi-
saksi dalam pembuatan perjanjian adalah penting karena saksi-saksi juga
merupakan suatu alat bukti apabila terjadi sengketa dipengadilan, menurut
Pasal 1866 KUHPdt alat-alat bukti dalam perkara perdata terdiri atas :
a) bukti tulisan;
b) bukti dengan saksi-saksi;
c) persangkaan-persangkaan;
d) pengakuan; dan
e) sumpah.
Hal ini berarti dalam perkara perdata, saksi-saksi merupakan alat bukti
yang kedua setelah bukti tulisan, seharusnya perusahaan pembiayaan dalam
hal ini adalah WOM Finance Cabang Purbalingga perlu memperhatikan
pentingnya saksi-saksi ini sebagai alat bukti, sehingga dalam perjanjian-
perjanjian baik operalih konsumen perlu dicantumkan saksi-saksi baik
nama dan tanda tangan pada bagian penutup.
5) Lampiran-lampiran
Bahwa lampiran-lampiran dalam perjanian operalih pembiayaan konsumen
adalah berupa dokumen syarat-syarat permohonan operalih pembiayaan
kosnumen, dokumen-dokumen tersebut antara lain :
a) Syarat dan ketentuan umum perjanjian operalih pembiayaan konsumen,
yaitu :
(1) Foto copy KTP, STNK, dan Kartu Keluarga;
(2) Bukti rangka dan nomor mesin sepeda motor;
(3) rekening listrik dan slip gaji;
b) Surat kuasa, surat kuasa ini adalah kuasa yang diberikan dari debitur
kepada kreditur untuk melakukan pembayaran kendaraan kepada
penjual/denitur lama;
c) Document Checlist, dokumen yang berisi pemeriksaan atas
kelengkapan data calon debitur baru;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
d) Order survey, dokumen yang berisi mengenai hasil survey lapangan
di rumah debitur baru, atau tempat kerja debitur baru;
e) Surat persetujuan suami/istri (jika ada) yaitu suatu surat persetujuan
dari suami/istri yang pada intinya mamberikan persetujuan kepada
debitur untuk mengadakan perjanjian operalih pembiayaan
konsumen. Bagi debitur yang masih single atau belum menikah,
dapat dimintai surat persetujuan dari orang tua debitur.
Syarat-syarat yang lazim diperjanjiakan dalam kontrak/perjanjian
pembiayaan konsumen , prakteknya tidak jauh berbeda dengan kontrak
perjanjian leasing atau perjanjian kredit bank. Secara prakteknya syarat-syarat
yang lazim adalah antara lain (Hasanuddin Rahman, 2003:60):
1) Suku bunga/besarnya bunga
Pada perjanjian operalih pembiayaan konsumen ini jumlahnya bunga adalah
ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak,tetapi sebenarnya didasarkan
pada perhitungan dari besarnya jumlah pokok hutang dan jangka waktu
fasilitas pembiayaan.
2) Jangka waktu
Pada perjanjian operalih pembiayaan konsumen ini jangka waktu pemberian
fasilitas pembiayaan konsumen adalah sesuai dengan jangka waktu
perjanjian konsumen sebelumnya antara kreditur dengan debitur lama,
misalkan kreditur dengan debitur lama dalam perjanjiannya fasilitas
pembiayan konsumen adalah 36 bulan dan baru 10 bulan sudah di operalih
ke debitur baru, maka jangka waktu tidak berubah debitur baru hanya
melanjutkan pembayaran angsuran pada bulan ke-11 sampai dengan bulan
ke-36.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
3) Cara-cara pembayaran
Pada perjanjian operalih pembiayaan konsumen ini cara pembayaran adalah
debitur membayar angsuran sesuai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran
yang telah disepakati oleh para pihak, pihak debitur juga dapat membayar
lunas seluruh sisa hutang pokok secara langsung
4) Besaran pembayaran tiap-tiap bulan
Pada perjanjian ini besarnya angsuran tiap bulan adalah ditentukan dengan
perhitungan dari besarnya jumlah pokok hutang dan jangka waktu fasilitas
pembiayaan kemudian ditambahkan bunga.
5) Biaya provisi dan administrasi yang harus dibayar
Biaya provisi dan biaya administrasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh
kreditur untuk membiayai segala sesuatu berkenaan dengan pembeerian
fasilitas pembiayaan konsumen seperti fotocopy, materai,dll. Biaya tersebut
dibebankan kepada debitur.
Perjanjian operalih pembiayaan konsumen ini terdiri dari 2 (dua) form
yaitu form surat pernyataan dan form perjanjian pembiayaan konsumen. Dalam
form pernyataan ini sebenarnya hanya pernyataan dari debitur lama bahwa
debitur telah mengalihkan hak dan kewajiban atas fasilitas pembiayaan
konsumen. Terdapat sesuatu yang kurang dalam form ini yaitu adalah
pernyataan dari kreditur bahwa dengan perjanjian operalih ini kreditur
membebaskan debitur lama dari hak dan kewajibannya atas fasilitas
pembiayaan konsumen, hal ini sangat penting karena dengan dibebaskannya
debitur lama maka debitur lama sudah tidak memiliki kewajiban kepada
kreditur dan tidak dapat dimintai pertanggung jawaban apabila disuatu hari
terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh debitur baru. Dalam form ini terdapat
pernyataan bahwa debitur lama melepaskan seluruh hak-haknya dan
kewajibannya beralih sepenuhnya kepada pihak penerima, pernyataan debitur
lama tersebut akankah dapat memberikan jaminan bahwa debitur lama telah
bebas dari kewajibannya sehingga tidak akan diminta pertanggung jawaban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
apabila terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh debitur baru, karena tidak ada
pernyataan dari kreditur yang secara jelas membebaskan debitur lama dari hak
dan kewajibannya. Menurut Munir Fuady (2003: 186) salah satu konsekuensi
hukum dari novasi adalah bila debitur yang berganti, debitur lama terbebas dari
kewajibannya dan kreditur tidak dapat lagi menagih kepada debitur lama
kecuali jika ada semacam kontrak garansi dari pihak debitur lama. Jika
pembebasan debitur lama oleh kreditur tidak dilakukan maka yang terjadi
bukanlah hukum novasi tetapi merupakan tindakan hukum delegasi atau “novasi
yang tidak selesai” (onvollendige novatie).
Form yang kedua adalah Form perjanjian pembiayaan konsumen yaitu
perjanjian antara kreditur dengan debitur baru, perjanjian ini akan
menggantikan perjanjian pembiayaan konsumen lama. Di dalam form ini
memuat mengenai hak dan kewajiban para pihak serta didalamnya mengatur
mengenai sanksi apabila debitur melakukan wanprestasi. Perjanjian pembiayaan
konsumen ini merupakan perjanjian pembiayaan dengan jaminan fidusia.
Jaminan fidusia beradasarkan Pasal 1 Undang-Undang No. 42 Tahun 1999
tentang Jaminan Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas
dasar kepercayaan, dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya
dialihkan tersebut masih dalam penguasaan pemilik benda. Jaminan fidusia
dalam perjanjian operalih pembiayaan konsumen ini merupakan perjanjian
accesoir(tambahan), karena timbulnya perjanjian fidusia harus didahului oleh
perjanjian pokoknya yaitu perjanjian yang melahirkan utang piutang antara
kreditur dengan debitur yang mana utang tersebut kemudian dijaminkan
pelunasannya dengan jaminan fidusia tersebut, fungsinya adalah keamanan
kreditur yaitu memberikan kepastian hukum mengenai terjadinya sengketa
kepemilikan,peralihan kendaraan dari debitur kepada pihak lain dan dalam hal
adanya sengketa di pengadilan. Obyek jaminan adalah kendaraan bermotor
yang menjadi obyek perjanjian, sementara subjek dari jaminan fidusia adalah
debitur baru sebagai pemberi jaminan dan kreditur sebagai penerima jaminan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
fidusia. Dengan adanya perjanjian pembiayaan konsumen yang baru ini
mengakibatkan perjanjian yang lama sudah tidak berlaku.
Perjanjian operalih ini terdapat tiga pihak yaitu kreditur WOM Finance
Cabang Purbalingga, debitur lama dan debitur baru yang dalam perjanjian
operalih ini terdapat tiga hubungan hukum, yaitu :
1) Hubungan hukum antara debitur lama dengan debitur baru
Pada hubungan ini pihak debitur lama mengalihkan hak dan kewajibannya
atas fasilitas pembiayaan konsumen kepada debitur baru sebagai pihak yang
menerima hak dan kewajiban atas fasilitas pembiayaan konsumen. Sebelum
adanya operalih antara debitur lama dengan debitur baru terjadi jual beli
yaitu jual beli secara operalih pembiayaan konsumen, debitur lama sebagai
penjual dan debitur baru sebagai pembeli. Tetapi jual beli ini adalah jual beli
bersyarat yaitu jual beli dengan operalih pembiayaan konsumen. Mengenai
perjanjian jual beli ini pihak kreditur tidak ikut terlibat.
2) Hubungan hukum antara kreditur dengan debitur lama
Dalam perjanjian ini pihak kreditur membebaskan debitur lama dari hak dan
kewajibannya atas fasilitas pembiayaan konsumen, dan dengan perjanjian
operalih ini debitur lama sudah tidak memiliki hak dan kewajiban lagi atas
fasilitas pembiayaan konsumen karena hak dan kewajibannya telah beralih ke
debitur baru.
3) Hubungan hukum antara kreditur dengan debitur baru
kreditur dan debitur baru membuat suatu kontrak pembiayaan konsumen
yang baru menggantikan kontrak lama. Dengan kontrak baru tersebut para
pihak sudah terikat dan harus melaksanakan kewajibannya. Debitur baru
harus melaksanakan kewajiban-kewajibannya kepada kreditur, begitu pula
kreditur harus memberikan hak-hak atas fasilitas pembiayaan konsumen
kepada debitur baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Berdasarkan asas pacta sun servanda yaitu semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya,
Perjanjian operalih ini menimbulkan suatu akibat hukum yaitu debitur lama
mengalihkan seluruh hak dan kewajiban atas fasilitas pembiayaan konsumen yang
dia peroleh untuk dialihkan kepada pihak ketiga, setelah pihak ketiga menerima
pengalihan hak dan kewajiban dari pihak debitur lama maka pihak ketiga ini akan
menjadi debitur baru dan harus melaksanakan kewajiban-kewajibannya sesuai
dengan ketentuan yang termuat didalam perjanjian pembiayaan konsumen.
Sesuai dengan Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt suatu kontrak haruslah dilaksanakan
dengan itikad baik.
2. Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen dan Permasalahan yang Ada
Pada Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen di WOM Finance Cabang
Purbalingga Serta Cara Penyelesaiannya
a. Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen di WOM Finance Cabang
Purbalingga
Pada pelaksanaan perjanjian operalih pembiayaan konsumen di WOM
Finance Cabang Purbalingga, kreditur menetapkan prosedur-prosedur yang harus
dilalui para pihak. Tahapan-tahapan yang ditentukan oleh WOM Finance Cabang
Purbalingga antara lain sebagai berikut :
1) Permohonan operalih
Permohonan operalih di ajukan oleh debitur lama bersama debitur baru dengan
membawa persyratan yang telah ditentukan WOM Finance Cabang
Purbalingga. Pihak kreditur akan memeriksa pihak ketiga/calon debitur baru
untuk memastikan apakah dia mampu untuk melaksanakan kewajibannya dalam
pelaksanaan pembiayaan konsumen. Proses tahapan-tahapan dalam pengajuan
operalih ini prosesnya sama dengan proses saat pengajuan pembiayaan
konsumen, kreditur harus memeriksa terlebih dahulu kelayakan calon debitur
baru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
2) Survey
Survey ini dilakukan oleh pihak surveyor dari perusahaan pembiayaan
dimaksudkan untuk membandingkan data yang diberikan ketika mengajukan
permohonan dengan keadaan keuangan yang sebenarnya dari calon debitur
baru. Survey ini juga untuk menghindari terjadinya pemalsuan data-data yang
diberikan oleh calon debitur baru. Apabila dari hasil survey tempat tinggal
tersebut dan seluruh persyaratan administrasi dipandang layak untuk menerima
fasilitas pembiayaan maka kreditur akan melanjutkan alikasi pembiayaan
tersebut.
3) Analisis kredit
Setiap permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur harus segera
diproses melalui penilaian dan selanjutnya diberikan keputusannya. Penilaian
diwujudkan dalam bentuk pembuatan analisis kredit. Semua pemberian kredit
harus disertai dengan analisis kreddit yang memuat aspek yang diberkaitan
dengan calon debitur (M. Bahsan, 2007:99).
Penilaian terhadap debitur baru tidak hanya mengenai kemampuan financial
debitur tetapi juga memperhatikan prinsip penilaian kredit yang dikenal dengan
istilah 5C yaitu
a) Character (watak)
character atau watak dari konsumen/debitur perlu diperhatikan dengan baik
oleh kreditur, sehingga dalam berlangsungnya perjanjian dapat
menyelesaikan pembayaran tepat waktu.
b) Capacity (kemampuan)
Segi capacity untuk mengetahui kemampuan konsumen yang dipadukan
dengan penghasilan konsumen tiap bulan kira-kira dapat mencukupi atau
tidak untuk melakukan pembayaran angsurannya.
c) Capital (modal)
Segi capital adalah untuk mengetahui harta kekayaan atau asset yang
dimiliki dari pihak konsumen tersebut maupun harga benda lainnya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
menjadi kepunyaan konsumen, sehingga konsumen mampu melakukan
pembayaran terhadap kewajibannya.
d) Collateral (jaminan)
untuk menjaga pihak konsumen yang memiliki karakter baik tapi
kemampuan masih kurang maka perlu dimintakan tambahan berupa jaminan
minimal sebanding dengan pembiayaan.
e) Condition of economy (keadaan ekonomi)
untuk mengetahuikeadaan perekonomian di pihak konsumen jangka panjang.
Apakah mampu menyelesaikan pembayaran angsuran dalam jangka waktu
beberapa tahun mendatang dan prospek ke depan bidang usahanya.
Penilaian-penilaian terhadap debitur dimaksudkan apakah debitur tersebut
layak untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan dilihat dari kemampuan debitur
tersebut.
4) Keputusan atas pengajuan operalih
Ada dua macam keputusan yang dikeluarkan oleh kreditur, yaitu :
a) Operalih disetujui, apabila semua persyaratan yang diajukan kreditur telah
dipenuhi baik oleh debitur lama ataupun debitur baru yaitu syarat
administrasi ataupun syarat kelayakan yang telah dipenuhi oleh debitur baru.
setelah disetujuinya operalih ini kemudian kreditur dan debitur baru
mempersiapkan perjanjian pembiayaan konsumen yang baru sebagai
pengganti kontrak pembiayaan konsumen yang lama antara kreditur dengan
debitur lama. Bagian credit analyst akan mempersiapkan seluruh dokumen
yang diperlukan dalam membuat perjanjian operalih pembiayaan konsumen,
b) Operalih ditolak, apabila ada beberapa hal yang belum dipenuhi oleh debitur
lama atau debitur baru terhadap kreditur, yang sering terjadi operalih ini
ditolak adalah Karena syarat kelayakan tidak dipenuhi oleh calon debitur
baru. Setelah dilakukan survey dan analisis oleh bagian credit analyst dan
hasilnya adalah calon debitur dianggap tidak layak maka permohonan
operalih akan ditolak dan debitur lama harus mencari pihak lain yang sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
dengan persyaratan dari kreditur. Kreditur melakukan analisis yang ketat
dengan tujuan tidak terjadi lagi permasalahan debitur tidak mampu
melanjutkan pembayaran angsuran dikemudian hari.
5) Penandatanganan Perjanjian Operalih Pembiayaan Konsumen
Sebelum perjanjian ditanda tangani sebaiknya para pihak terutama debitur lama
dan debitur baru membaca dan memahami isi dari perjanjian ini, jangan sampai
para pihak menandatangani suatu perjanjian yang isi serta ketentuanya tidak di
mengerti oleh salah satu pihak. Hal ini untuk menghindari terjadinya
kesalahpahaman yang nantinya akan mengakibatkan salah satu pihak merasa
dirugikan, dengan ditandatanganinya perjanjian ini oleh para pihak menjadikan
perjanjian ini sah dan berlaku,
Berdasarkan uraian penjelasan mengenai prosedur pelaksanaan di atas,
maka dapat dilihat bahwa pelaksanaanya sudah sesuai dengan Peraturan Presiden
Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan. Dalam Pasal 1 angka (7)
Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 telah disebutkan mengenai pengertian
Pembiayaan Konsumen, dan hal ini telah sesuai dengan perusahaan pembiayaan
konsumen WOM Finance Cabang Purbalingga yang mengadakan kegiatan usaha
dalam bidang penyediaan dana untuk pengadaan sepeda motor dengan
pembayaran secara angsuran. Ketentuan Pasal 9 yang menyebutkan bahwa
lembaga pembiayaan dilarang menarik dana secara langsung dari masyarakat
dalam bentuk Giro, Deposito dan Tabungan, sama halnya dengan WOM Finance
Cabang Purbalingga yang berkedudukan sebagai Lembaga Pembiayaan,
perusahaan tersebut tidak menarik dana dalam bentuk tersebut di atas, WOM
Finance Cabang Purbalingga hanya menyediakan dana untuk pembiayaan sepeda
motor baik baru atau bekas kepada calon konsumen/debitur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
b. Permasalahan pada pelaksanaan perjanjian operalih konsumen
Permasalahan yang dihadapi oleh debitur lama adalah sulitnya dalam
mecari pihak ketiga yang mau membeli sepeda motornya secara operalih
pembiayaan konsumen. Disamping itu kreditur tidak dapat membantu debitur
dalam mencari pihak ketiga sebagai calon debitur, sehingga debitur lama harus
mencari pihak ketiga yang mau membeli sepeda motornya secara operaliih
pembiayaan konsumen. Tujuan debitur lama dengan menjual sepeda motor
secara operalih pembiayaan adalah mengurangi kerugian yang diderita debitur
lama, dengan menjual secara operalih pihak debitur akan tetap mendapatkan
sejumlah uamg sesuai dengan kesepakatan dengan pihak pembeli, apabila
sepeda motor harus ditarik kreditur dan kemudian dilelang, debitur tidak akan
mendapatkan sedikitpun dari hasil lelang tersebut. Sebenarnya di dalam
prakteknya banyak masyarakat yang mencari kendaraan bermotor dari operalih
pembiayaan konsumen ini mereka menilai membeli sepeda motor secara
operalih lebih murah karena harganya yang dibawah harga pasar, namun
terkadang terdapat debitur lama yang mematok harga terlalu tinggi sehingga
debitur tersebut sulit dalam mencari pihak ketiga/calon debitur baru (Hasil
wawancara dengan Ibu Asih Yulianti, 27 Oktober 2012).
Setelah debitur lama mendapatkan pihak ketiga/calon debitur baru kemudian
diajukan ke kereditur, sebelum permohonan operalih diterima kreditur terlebih
dahulu memeriksa kelayakan dari calon debitur baru. Pada umumnya
perusahaan pembiayaan konsumen sebelum memberikan persetujuan operalih
pembiayaan konsumen melalui beberapa tahapan yang betujuan untuk
mendapatkan debitur/konsumen yang dapat menyelesaikan kreditnya sampai
dengan pelunasan. Kreditur menggunakan prinsip 5C dalam menganalisa calon
debiturnya 5C tersebut yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital
(modal), collateral (jaminan), condition of economy (keadaan ekonomi). Saat
seluruh persyaratan dipenuhi oleh calon debitur baru maka perjanjian operalih
pembiayaan konsumen dapat langsung dibuat dan dilaksanakan, tetapi apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
calon debitur tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh kreditur maka debitur
lama harus mencari calon debitur yang lain. Hal ini akan menghambat proses
perjanjian operalih pembiayaan konsumen karena debitur lama harus mencari
calon debitur baru lain sementara permasalahan lain yang terjadi adalah debitur
kesulitan dalam mencari calon debitur baru yang sesuai sengan persyaratan
yang ditetapkan oleh kreditur.
Dalam pelaksanaan perjanjian operalih pembiayaan konsumen, tidak
menjamin kalau debitur baru ini tidak akan melakukan suatu wanprestasi.
Wanprestasi merupakan tidak dilaksanakannya prestasi atau kewajiban
sebagaimana semestinya yang dibebankan oleh kontrak terhadap pihak-pihak
tertentu seperti yang disebutkan dalam kontrak yang bersangkutan (Munir
Fuadi, 2011:87). Pasal 1238 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
mengatakan bahwa seseorang dikatakan wanprestasi, yaitu :
"Si berutang adalah lalai apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah
akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika
ia menetapkan, bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu
yang ditentukan ".
Menurut Abdulkadir Muhammad (2010: 241) tindakan wanprestasi ini dapat
terjadi karena suatu alasan antara lain :
1) Kesalahan Debitur baik karena kesengajaan maupun kelalaian;
2) Karena keadaan memaksa (force majeure) dilura kemampuan debitur.
Debitur baru yang lalai atau tidak membayar angsuran yang telah lewat jatuh
tempo, perbuatan tersebut termasuk kedalam wanprestasi
Tindakan debitur baru yang mengalihkan barang jaminan kepada pihak ketiga
tanpa sepengetahuan kreditur adalah merupakan suatu tindakan wanprestasi,
perjanjian operalih pembiayaan konsumen antara kreditur dengan debitur lama
adalah dengan jaminan fidusia. Jaminan fidusia beradasarkan Pasal 1 Undang-
Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia adalah pengalihan hak
kepemilikan suatu benda atas dasark kepercayaan, dengan ketentuan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut masih dalam penguasaan
pemilik benda. Pengalihan hak kepemilikan adalah pemindahan hak
kepemilikan dari pemberi fidusia kepada penerima fidusia atas dasar
kepercayaan dengan benda berada ditangan pemberi fidusia.
Kreditur dalam pemberian fasilitas pembiayaan konsumen mempercayakan
debitur untuk tetap memakai kendaraan bermotor tersebut yang menjadi objek
jaminan, selama menggunakan kendaraan bemotor tersebut debitur diwajibkan
memelihara kendaraan bermotor tersebut dengan sebaik-baiknya. Selain itu
debitur dilarang untuk mengalihkan kendaraan bermotor tersebut dengan cara
apapun tanpa sepengetahuan pihak kreditur karena sesuai dengan ketentuan
Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang fidusia menyatakan bahwa :
“Pemberi Fidusia dilarang mengalihkan, menggadaikan atau menyewakan
kepada pihak lain, benda yang menjadi objek jaminan Fidusia yang tidak
merupakan benda persediaan, kecuali dengan persetujuan tertulis terlebih
dahulu dari penerima Fidusia”.
Konsekuensi dari penyerahan barang jaminan secara fidusia adalah bahwa
yang menjadi pemilik atas barang jaminan tersebut adalah kreditur selama
hutang belum lunas, debitur diberi hak untuk menguasai barang jaminan.
Sehingga debitur dilarang untuk mengalihkan objek jaminan kecuali telah ada
sebelumnya persetujuan tertulis dari penerima Fidusia yaitu pihak kreditur.
Perbuatan debitur yang mengalihkan barang jaminan kepada pihak ketiga tanpa
sepengetahuan kreditur, tindakan ini dapat dianggap penggelapan barang milik
orang lain, yang dapat diancam dengan tuntutan pidana penggelapan Pasal 372
KUHP dengan ancaman penjara selama-lamanya 4 (empat) tahun penjara.
Ketentuan lain yaitu Pasal 36 Undang-Undang Fidusia, pemberi fidusia/debitur
baru dapat dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
c. Upaya-Upaya yang Dilakukan WOM Finance Cabang Purbalingga dalam
Mengatasi Permasalahan yang Terjadi
Operalih pembiayaan ini merupakan suatu inisiatif dari debitur itu sendiri
atau merupakan rekomendasi yang diberikan oleh kreditur didasarkan pada
kondisi debitur yang tidak mampu lagi untuk meneruskan pembayaran
angsuran. Rekomendasi operalih pembiayaan konsumen dengan bergantinya
debitur lama digantikan oleh debitur baru adalah dengan tujuan untuk
menghindari terjadinya wanprestasi yang mungkin akan timbul oleh debitur
karena kondisi keauangan dari debitur yang tidak mampu lagi untuk
meneruskan angsuran.
Debitur yang mengajukan operalih pembiayaan konsumen selama belum ada
pihak ketiga sebagai debitur baru dan belum disahkannya perjanjian operalih
tersebut maka debitur tetap harus melaksanakan kewajibannya, salah satunya
adalah kewajiban membayar angsuran setiap bulannya. Jadi selama dalam masa
pencarian calon debitur baru maka debitur harus tetap membayar angsuran tepat
waktu. Permasalahannya adalah bagi debitur yang sudah tidak mampu lagi
untuk membayar angsuran berikutnya, selama debitur belum menemukan pihak
ketiga debitur tersebut tidak mampu untuk membayar angsuran. Pihak kreditur
dalam masalah ini membantu debitur dengan meberikan kelonggaran waktu
selama 40 (empat puluh) hari dihitung sejak tanggal jatuh tempo. Waktu
tersebut harus digunakan oleh debitur sebaik-baiknya dan diharapkan sebelum
jangka waktu tersebut debitur telah mengajukan calon debitur baru kepada
kreditur. Jangka waktu yang diberikan oleh debitur ini merupakan suatu bentuk
upaya kreditur dalam membantu permasalahan yang dihadapi oleh debiturnya.
Debitur seharusnya juga pintar dalam mencari dan memilih pihak ketiga
yang akan menerima pengalihan hak dan kewajiban atas fasilitas pembiayaan
konsumen, debitur sebelum memilih pihak yang mau membeli sepeda motor
secara operalih pembiayaan konsumen sebaiknya melihat dan meneliti
mengenai keadaan keuangan dan karakter dari pihak ketiga tersebut. Ketepatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
dalam mencari dan memilih pihak ketiga yang sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan kreditur akan mempermudah terlaksananya perjanjian operalih,
karena setelah kreditur memeriksa dan meneliti pihak ketiga tersebut dan sesuai
dengan persyaratan maka permohonan operalih pasti akan disetujui dan debitur
lama tidak perlu kehilangan waktu lagi untuk mencari pihak ketiga lain
seandainya permohonan ditolak karena tidak memenuhi syarat dari pihak
ketiga/calon debitur baru. Diterimanya pihak ketiga sebagai debitur baru maka
perjanjian operalih dapat dilaksanakan sehingga debitur lama dapat dibebaskan
dari hak dan kewajiban atas fasilitas pembiayaan konsumen.
Kreditur memberikan surat peringatan yang dikirim secara bertahap kepada
debitur baru yang lalai atau tidak membayar angsuran yang telah jatuh tempo,
kreditur memberikan waktu kepada debitur baru untuk segera melunasi
angsuran beserta denda keterlambatan. Jika debitur baru telah menerima surat
peringatan terakhir dan debitur baru tetap tidak melaksanakan kewajibannya
maka kreditur akan menarik sepeda motor yang menjadi obyek jaminan.
Penarikan obyek pembiayaan konsumen dilakukan oleh collector, dalam proses
penarikan collector apabila diperlukan dapat melibatkan aparat desa seperti
Ketua RT/RW atau kepala desa setempat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dari uraian pembahasan Bab III di atas, maka penulis menarik simpulan sebagai
berikut :
1. Bentuk dan Isi Perjanjian Operalih Konsumen di WOM Finance Cabang
Purbalingga
Bentuk Perjanjian operalih konsumen di WOM Finance Cabang
Purbalingga merupakan perjanjian tertulis yang dituangkan dalam akta dibawah
tangan yang diregiter (waarmerking) ke notaris, perjanjian operalih konsumen
menggunakan bentuk perjanjian baku/perjanjian standar yang dituangkan dalam
bentuk formulir-formulir yaitu pertama Form surat pernyataan para pihak dan yang
kedua adalah form perjanjian pembiayaan konsumen. isi perjanjian ini telah sesuai
atau memenuhi kerangka umum dari suatu kontrak. Kerangka-kerangka umum
dari suatu kontrak yaitu :
a. Judul
Bahwa judul pada perjanjian operalih pembiayaan konsumen ini telah selaras
dengan isi perjanjian ini.
b. Bagian Pembukaan
Bahwa dalam bagian pembukaan ini masih terdapat suatu kekurangan yaitu
mengenai waktu dan tempat pembuatan kontrak, yang terdapat pada form
pertama yaitu form surat pernyataan tidak terdapat keterangan waktu dan
tempat, pada form kedua yaitu form perjanjian pembiayaan konsumen tidak
dituangkan keterangan tempat pembuatan kontrak. Selain itu mengenai
komparisi dan reticals pada perjanjian ini adalah telah sesuai.
c. Isi
Bahwa dalam bagian isi pada perjanjian operalih pembiayaan konsumen ini
tidak tercantum mengenai ketentuan umum, kemudian mengenai ketentuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
pokok secara keseluruhan telah diuraikan secara jelas, namun juga terdapat
kekurangan yaitu belum adanya suatu pernyataan dari kreditur telah
membebaskan debitur lama dari hak dan kewajiban atas fasilitas pembiayaan
konsumen. Selanjutnya mengenai ketentuan penunjang juga telah diuraikan
secara jelas.
d. Penutup
Bahwa pada bagian penutup ini juga terdapat kekeurangan, yaitu mengenai
tempat dimana kontrak itu dibuat, kemudian juga tidak tercantum keterangan
saksi-saksi dan tanda tangan saksi-saksi,
e. Lampiran-lampiran
Bahwa lampiran-lampiran dalam perjanian operalih pembiayaan konsumen
adalah berupa dokumen-dokumen syarat-syarat permohonan operalih
pembiayaan kosnumen di WOM Finance Cabang Purbalingga
2. Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen dan Permasalahan yang Ada
Pada Pelaksanaan Perjanjian Operalih Konsumen di WOM Finance Cabang
Purbalingga Serta Cara Penyelesaiannya
Pada pelaksanaan perjanjian operalih konsumen di WOM Finance Cabang
Purbalingga, kreditur menetapkan prosedur-prosedur yang harus dilalui para pihak
antara lain adalah Permohonan operalih, survey, analisis kredit, keputusan atas
pengajuan operalih, dan penandatanganan perjanjian operalih. Pelaksanaan
perjanjian operalih pembiayaan konsumen di WOM Finance Cabang Purbalingga
sudah sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga
Pembiayaan, khususnya Pasal 1 angka (7), dan Pasal 9. Adanya perjanjian operalih
konsumen maka hak dan kewajiban debitur lama atas fasilitas pembiayaan
konsumen menjadi beralih kepada debitur baru, dan kreditur membebaskan debitur
lama dari hak dan kewajiban atas fasilitas pembiayaan konsumen.
Dalam pelaksanaan perjanjian operalih konsumen tentunya ada permasalahan-
permasalahan yang terjadi, diantaranya adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
a. Debitur lama sulit mendapatkan pihak ketiga sebagai calon debitur baru,
sementara pihak debitur sudah tidak mampu lagi untuk membayar angsuran
Debitur lama yang sudah tidak mampu lagi untuk membayar angsuran dan dia
belum juga mendapatkan calon debitur baru, maka kreditur memberi waktu
selama 40 (empat puluh) hari sejak jatuh tempo untuk debitur membayar
angsuran atau mengajukan calon debitur baru yang sesuai dengan ketentuan
dari kreditur; Calon debitur baru yang tidak memenuhi syarat dan ditolak
kreditur, pihak debitur lama diberi kesempatan untuk mencari kembali calon
debitur baru yang sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh
kreditur;
b. Wanprestasi dari debitur baru
Perbuatan wanprestasi yang paling sering dilakukan debitur baru dalam
pelaksanaan perjanjian operalih konsumen di WOM Finance Cabang
Purabalingga adalah debitur baru lalai atau tidak membayar angsuran yang
telah diperjanjikan padahal telah melewati jatuh tempo, cara penyelesaiannya
yaitu Krediur akan memperingatkan debitur yang terlambat membayar
angsuran dengan mengirim surat peringatan secara bertahap. Jika sampai
dengan surat peringatan terakhir kewajiban debitur baru tidak dipenuhi maka
sepeda motor akan ditarik oleh kreditur.
B. Saran
Dari uraian kesimpulan tersebut, penulis dapat memberikan saran yang
diharapkan dapat memberikan masukan ataupun pengetahuan antara lain sebagai
berikut :
1. Kepada kreditur hendaknya perjanjian pembiayaan konsumen dan perjanjian
operalih pembiayaan konsumen dibuat dalam bentuk akta otentik karena akta
otentik kekuatan hukum pembuktiannya adalah sempurna, sehingga dapat
memberikan perlindungan hukum bagi para pihak dalam perjanjian operalih
pembiayaan konsumen. Dalam isi perjanjian operalih konsumen perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
ditambahkan pernyataan kreditur telah membebaskan debitur lama dari hak
dan kewajiban debitur lama atas fasilitas pembiayaan konsumen. Hal ini
untuk memberikan kepastian hukum kepada debitur lama.
2. Permasalahan-permasalahan yang ada dalam pelaksanaan perjanjian operalih
konsumen sebaiknya dilakukan upaya-upaya penyelesaian secara damai yaitu
dengan cara kekeluargaan. Kreditur sebaiknya lebih berhati-hati dalam
menentukan calon konsumennya dengan menganalisa calon konsumen lebih
teliti berdasarkan prinsip 5C ( character, capacity, capital, collateral,
condition of economic).