Post on 13-Jan-2016
description
SINKRONISASI RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PUSAT DAN DAERAH SERTA ARAHAN KEBIJAKAN UNTUK
RPJMD PROVINSI JAWA BARAT 2013-2018
Oleh:
Menteri PPN/Kepala Bappenas
Disampaikan dalam acara:Musrenbang RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
Bandung, 10 September 2013
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
KERANGKA PAPARAN
RPJMN dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional RPJMN 2015-2019 dalam Kerangka RPJPN 2005-2025 Penyusunan RPJMN dalam kerangka kesinambungan perencanaan
pembangunan
Kerangka Makro Pembangunan Berkelanjutan, 2015-2019
Isu-isu Strategis Jangka Menengah 2015-2019 dalam Kerangka Kesinambungan Perencanaan Pembangunan
Akselerasi Pembangunan Provinsi Jawa Barat, 2013-2018
Penutup
Slide - 2
RPJM DALAM SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Diacu Diperhatikan Diserasikan melalui MUSRENBANG
RKP RPJM Nasional
RPJP Nasional
Renstra KL Renja - KL
RAPBN
RKA-KL
APBN
Rincian APBN
Pedoman Dijabarkan Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Diacu
Pemerintah
Pusat
RPJM Daerah
RPJP Daerah
RKP Daerah
Renstra SKPD
Renja - SKPD
RAPBD
RKA - SKPD
APBD
Rincian APBD
Pedoman
Pedoman
Pedoman Dijabarkan
Pedoman
Pedoman
Diacu
UU SPPN (No.25/2004)
Pemerintah
Daerah
BahanBahan (diserasikan dlm RAKORPUS & Trilateral Meeting)
Bahan Bahan
UU KeuNeg (No.17/2003)
Slide - 4
Visi Pembangunan 2005-2025 INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR
RPJMN 2015-2019 DALAM KERANGKA RPJPN 2005-2025 (UU 17 TAHUN 2007)
Slide - 5
PENYUSUNAN RPJMN DALAM KERANGKA KESINAMBUNGAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Slide - 6
Rancangan Teknokratis
RPJMN 2015-2019
RancanganRPJMN
2015-2019
Rancangan Akhir
RPJMN 2015-2019
Visi – Misi Presiden terpilih
Musrenbang RPJMN dan Sidang Kabinet
Arahan RPJPN 2005-2025
Isu Strategis Jangka Menengah 2015-2019 (background studies)
Evaluasi RPJMN 2010-2014
BAGAN ALUR PENYUSUNAN RPJMN
Agustus 2014 November 2014 Desember 2014 Januari 20152013 Februari 2015
Slide - 7
Saat ini, substansi RPJMN 2015-2019 teknokratik belum bisa disampaikan secara spesifik karena Kementerian PPN/Bappenas sedang pada tahapan penyusunan background studies.
Yang dapat kami sampaikan disini adalah kerangka makro pembangunan berkelanjutan dan isu-isu strategis yang dihadapi dalam jangka menengah 2015-2019 (hasil sementara dari background studies).
Penyusunan RPJMD Jawa Barat 2013-2018 dapat disusun saat ini dengan mempertimbangkan paparan isu strategis jangka menengah nasional, 2015-2019. Pada Januari 2015, dapat dilakukan revisi RPJMD Jawa Barat untuk disinkronisasikan dengan Dokumen Akhir RPJMN 2015-2019.
Penyusunan Background Studies : identifikasi isu-isu strategis jangka menengah 2015-2019
Penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN 2015-2019
Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Rancangan Akhir RPJMN 2015-2019
Januari 2013 – Desember 2013
Januari 2014 – Agustus 2014
mulai November 2014
Januari 2015
AGENDA BESAR PENYUSUNAN RPJMN
Slide - 8
KERANGKA MAKRO PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, 2015-2019
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
KERANGKA MAKRO PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, 2015-2019
Aspek Sosial1.Pemerataan2.Kesehatan3.Pendidikan4.Keamanan 5.Perumahan6.Kependudukan
Aspek Sosial1.Pemerataan2.Kesehatan3.Pendidikan4.Keamanan 5.Perumahan6.Kependudukan
Aspek Ekonomi 1.Struktur Ekonomi2.Pola Konsumsi dan Produksi 3.Ketahanan Pangan4.Ketahanan Energi5.Infrastruktur/ Konektivitas
Aspek Ekonomi 1.Struktur Ekonomi2.Pola Konsumsi dan Produksi 3.Ketahanan Pangan4.Ketahanan Energi5.Infrastruktur/ Konektivitas
Aspek Lingkungan1.Atmosfir2.Tanah3.Pesisir dan Laut4.Air Bersih 5.Keaneka-ragaman Hayati
Aspek Lingkungan1.Atmosfir2.Tanah3.Pesisir dan Laut4.Air Bersih 5.Keaneka-ragaman Hayati
Aspek Kelembagaan1.Kerangka Kelembagaan2.Kapasitas Kelembagaan dan Aparatur
Aspek Kelembagaan1.Kerangka Kelembagaan2.Kapasitas Kelembagaan dan Aparatur
Framework for Construction of Sustainable Development Indicators, September, 2001
MDG dan Post-2015 Development
Agenda
Tata Kelola dan Pemberantasan KorupsiEkonomi Hijau Lingkungan dan
Keanekaragaman Hayati
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Kelemahan 1: aspek lingkungan belum berkembang seperti pilar sosial dan ekonomi ukuran dan indikator Kelemahan 2: valuasi aspek
lingkungan dan internalisasi ke dalam pilar ekonomi dan sosial
Slide - 10
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
ISU-ISU STRATEGIS JANGKA MENENGAH 2015-2019 DALAM KERANGKA KESINAMBUNGAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
ISU-ISU STRATEGIS JANGKA MENENGAH 2015-2019 DALAM KERANGKA KESINAMBUNGAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Pendidikan dan Kesehatan Penanggulangan Kemiskinan dan Implementasi BPJS Ketahanan Pangan Ketahanan Energi Pengembangan Infrastruktur/Konektivitas Inovasi Teknologi Pemberantasan Korupsi
Slide - 12
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PENDIDIKAN:ISU-ISU YANG BELUM TERSELESAIKAN
Kesenjangan akses terhadap pendidikan masih belum sepenuhnya terselesaikan untuk semua jenjang pendidikan.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan belum memberikan hasil sesuai harapan.
Desentralisasi pendidikan dan otonomi pendidikan yang belum berdampak nyata pada peningkatan mutu pendidikan.
Isu inefisiensi pembiayaan pendidikan.
Slide - 14
PENDIDIKAN:ISU STRATEGIS BARU
Perluasan akses pendidikan anak usia dini yang lebih berkualitas untuk memaksimalkan tumbuh kembang anak.
Perluasan pendidikan menengah (Pendidikan Menengah Universal) dan tinggi yang berkualitas untuk meningkatkan supply tenaga kerja (skill formation) yang lebih terdidik dan mencetak pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menangkap peluang mendapatkan bonus demografi.
Percepatan peningkatan mutu pendidikan untuk berkontribusi lebih besar dalam pertumbuhan ekonomi.
Adaptasi pembangunan berkelanjutan di bidang pendidikan melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan siswa untuk melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan lingkungan.
Pembenahan sistem pembiayaan pendidikan yang semakin berat terutama sebagai dampak pelaksanaan UU Guru dan Dosen (fiscal sustainability)
Slide - 15
KESEHATAN
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
CAPAIAN DAN ISU PEMBANGUNAN KESEHATAN
• Pembangunan kesehatan di Indonesia terus menunjukkan kemajuan, misalnya dilihat dari usia harapan hidup, dan persalinan oleh tenaga kesehatan, meningkat penduduk yang mempunyai jaminan pelayanan kesehatan
• Tetapi sebagaian besar indikator kesehatan dalam MDGs seperti kematian bayi, kematian ibu dan kekurangan gizi belum tercapai
INDIKATOR STATUS2009
CAPAIAN2012
TARGET 2014
STATUS
1 Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (%) 84,3 83,1 90
2 Angka kematian ibu melahirkan (per 100.000 kelahiran hidup) 228 259 118
3 Angka kematian bayi (per 1.000 kelahiran hidup) 34 32 24
4 Prevalensi kekurangan gizi pada anak balita (%) 18,4 n.a <15,0
KESEHATAN:ISU-ISU YANG BELUM TERSELESAIKAN
Penurunan kematian ibu dan kematian bayi.
Penurunan kekurangan gizi.
Penurunan TFR (fertilitas).
Penanggulangan penyakit TB, Malaria, HIV/AIDS.
Pembiayaan kesehatan.
Slide - 18
KESEHATAN:ISU-ISU STRATEGIS BARU
Kesiapan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (2014) dan upaya menuju universal health coverage (2019), meliputi kesiapan suplai, kesinambungan fiskal dan pengaturan peran kesehatan publik.
Transisi epidemiologi, yaitu meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular (stroke, cardiovascular, dll).
Kekurangan gizi, terutama stunting pada anak.
Jumlah, distribusi dan kualitas tenaga kesehatan terutama menghadapi JKN, transisi epidemiologi dan perubahan demografi.
Slide - 19
PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN IMPLEMENTASI BPJS
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PROYEKSI TINGKAT KEMISKINAN 2015-2019 (sementara)Diperlukan upaya yang cukup keras untuk dapat mencapai target tingkat kemiskinan yang telah ditetapkan dalam RPJP atau MP3KI
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Pertumbuhan PDB non migas (OPTIMIS) 9 % 9 % 9 % 9 % 9 % 9 %
Pertumbuhan PDB non migas (MODERAT) 6,5 % 6,5 % 6,5 % 6,5 % 6,5 % 6,5 %
Inflasi (OPTIMIS dan MODERAT) 5,3 % 6,1 % 5,2 % 5,2 % 4,2 % 4,2 %
Masih ada gap antara proyeksi dan target
Slide - 21
SKENARIO PERCEPATAN DAN PERLUASAN PENGURANGAN KEMISKINAN DI INDONESIA
Outlook Target Ekonomi dan Kemiskinan
Strategi Penanggulangan
Kemiskinan
2012 2015 2020 2025
PDB/kapita (US$)Tingkat Kemiskinan
4.963
6.097
10.278
14.963
10,5-11,5 %
8-10%
6-7%
4 - 5 %
Program Strategis
Kelompok Sasaran
RTHM, RTM dan RTSM(40 % terbawah PPLS 2011)
30 % terbawah(PPLS 2014/2017)
20 % terbawah(PPLS 2017/2020)
10 % terbawah(PPLS 2023)
PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN EKSISTING
Klaster IBantuan dan Jaminan Sosial
Klaster IIPemberdayaan Masyarakat
Klaster IIIKUMKM
Klaster IVProgram Pro-Rakyat
PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIALJaminan Sosial (Social Security):
Asuransi Kesehatan Jaminan Kematian Jaminan Hari Tua Jaminan Pensiun Jaminan Kecelakaan Kerja
Bantuan Sosial (Social Assistance): Food stamps Temporary shelter Beasiswa miskin
TRANSFORMASI PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL
Catatan:1.PDB/Kapita: target MP3EI2.Tingkat Kemiskinan: target RPJP3.Garis Kemiskinan cenderung meningkat4.Elastisitas tingkat Kemiskinan terhadap Pertumbuhan PDB/Kapita cenderung menurun
Garis Kemiskinan(ribu rupiah)
252318
467
686Elastisitas
0,0450,023
0,083
0,243
PENGEMBANGAN SUSTAINABLE LIVELIHOOD (breakthrough)
Pemberdayaan (Community Empowerment)Akses Berusaha & Kredit (Financial Access)
Pengembangan Kawasan berbasis Potensi Lokal
Slide - 22
STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN Pengembangan penghidupan berkelanjutan sebagai tujuan utama dalamPenanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan
Tidak MiskinTidak Miskin
Hampir MiskinHampir Miskin
MiskinMiskin
Menciptakan sistem perlindungan sosial yang komprehensif
Menciptakan sistem perlindungan sosial yang komprehensif
Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin & rentan *
Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin & rentan *
Menciptakan penghidupan penduduk miskin & rentan yang berkelanjutan (Sustainable Livelihood)
Menciptakan penghidupan penduduk miskin & rentan yang berkelanjutan (Sustainable Livelihood)
Jaminan Sosial
Bantuan Sosial
Asuransi Sukarela
Infrastruktur dan sarana pelayanan publik
Perluasan jangkauan pelayanan publik untuk penduduk miskin dan rentan
• Pendidikan, pelatihan, pendampingan
• Memberdayakan UMKM/Penguatan Kelembagaan
• Akses Keuangan Mikro
• Pendidikan, pelatihan, pendampingan
• Memberdayakan UMKM/Penguatan Kelembagaan
• Akses Keuangan Mikro
Aset Manusia
Aset fisik
Aset SDA
Aset Finansial
Aset Finansial
Aset SosialAset Sosial
Sangat MiskinSangat Miskin
Kriteria Lepas dari KemiskinanKriteria Lepas dari Kemiskinan
Slide - 23
AGENDA TRANSFORMASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN MP3KI 2013-2025 DAN RPJMN 2015-2019
Sistem perlindungan sosial yang komprehensif
Pengembangan penghidupan penduduk miskin & rentan
Peningkatan pelayanan dasar bagi penduduk miskin & rentan
Bantuan & perlindungan sosial
Pemenuhan kebutuhan dasar & program pro rakyat
Pemberdayaan masyarakat dan UMKM
Rekonsiliasi Transformasi & Ekspansi
Sistem jaminan sosialSistem bantuan sosial
Jaminan layanan dasarInfrastruktur dasar terpadu
Kapabilitas & produktivitasPembangunan partisipatif
Keberlanjutan2013-2014 2015-2020 2021-2025
RPJMN 2010 - 2014 RPJMN 2015 - 2019RPJMN 2015 - 2019
Fase
M
P3KI
Klas
ifika
si P
rogr
am d
an K
egia
tan
Slide - 24
PENGEMBANGAN SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
Slide - 25
KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN (Pasal 4 Perpres Jamkes)
PBI BUKAN PBI
Tidak mampu
Fakir miskin
Pekerja Penerima upah
(dan ART)
Pekerja Bukan Penerima upah
(dan ART)
Bukan Pekerja
(dan ART)
• PNS• TNI• Polri• Pejabat negara• Pegawai
Pemerintah non PNS
• Pensiunan• Pegawai Swasta• Pekerja lain yg
menerima upah
• Pekerja diluar hubungan kerja/pekerja mandiri
• Pekerja lain yg tidak menerima upah
• Investor• Pemberi kerja• Penerima Pensiun• Veteran• Perintis
kemerdekaan• Bukan pekerja
lainnya yang mampu membayar iuran
Slide - 26
POTENSI PARTISIPASI DAERAH DALAM PENGEMBANGAN BPJS KESEHATAN
Integrasi Jamkesda ke dalam skema BPJS Kesehatan (paling lambat 2016).
Penguatan kualitas dan peningkatan ketersediaan fasilitas layanan kesehatan di daerah.
Mempercepat tercapainya cakupan semesta (universal coverage) Jaminan Kesehatan melalui: Melaksanakan sosialisasi dan edukasi masyarakat, terutama kepada
pekerja sektor informal non miskin di daerah masing-masing, untuk berpartisipasi menjadi peserta Jaminan Kesehatan.
Menambah cakupan Jaminan Kesehatan untuk masyarakat miskin yang belum tercakup dalam kelompok Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui APBD.
Slide - 27
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
KETAHANAN PANGAN
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
KERANGKA KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN
Slide - 29
KETAHANAN PANGAN:KONDISI UMUM
Kontribusi sektor pertanian dalam PDB rata-rata sebesar 14,3 persen.
Tanaman bahan makanan masih yang terbesar sekitar 49,1 persen; cenderung menurun.
Selama periode 2004-2012 rata-rata pertumbuhan PDB Pertanian sebesar persen 3,5 ; Nasional 5,80 persen.
Produktivitas tenaga kerja Pertanian rata-rata mencapai 7,02 juta rupiah; Nasional 20,43 juta rupiah.
Slide - 30
No Pembangunan Sasaran RPJMN 2010-2014
REALISASI2012
Rata-rata 2010-2012 RKP 2013 RKP 2014
1 PDB Pertanian Tumbuh 3,7-3,9 persen per tahun 3,97 persen 3,44 persen 3,7 persen 3,7 persen
2
Padi Tumbuh 3,6 persen per tahun *) 5,0 persen 2,38 persen 6,25 persen 6,25 persen
Jagung Tumbuh 10,02 persen per tahun 9,8 persen 3,35 persen 8,3 persen 10,03
persen
Kedelai Tumbuh 20,05 persen per tahun 0,04 persen -4,34 persen 18,4 persen 20,05
persen
Gula Tumbuh 12,55 persen per tahun 16,75 persen 2,16 persen 9,2 persen 12,55
persen
Daging Sapi Tumbuh 7,3 persen per tahun 4,2 persen 7,33 persen 9,5 persen 7,30 persen
Perikanan Tumbuh 21,09 persen per tahun
11,8 persen 15,99 persen 21,09 persen 21,09
persen
3 Nilai Tukar Petani
115-120 (Tahun dasar 1993)(105-110 - tahun dasar 2007)
113,6 (Tahun Dasar 1993) 105,2 (Tahun
Dasar 2007)
105,2NTP diatas
105 (Tahun dasar 2007)
NTP diatas 105 (Tahun dasar 2007)
REVIEW PENCAPAIAN SASARAN PRIORITAS KETAHANAN PANGAN
Slide - 31
KETAHANAN PANGAN:TANTANGAN YANG DIHADAPI (1/2)
1. Peningkatan kebutuhan kuantitas konsumsi.
Komponen Satuan 2012 2015 2016 2017 2018 2019
Penduduk Juta 247,21 256,62 259,66 262,64 265,57 268,44
Kebutuhan Beras Juta Ton 38,18 39,98 40,64 41,33 42,05 42,78
Kebutuhan Daging Sapi Ribu Ton 485,50 582,03 620,62 662,28 707,27 755,88
Kebutuhan Daging Unggas Juta Ton 0,89 1,06 1,13 1,21 1,29 1,38
Kebutuhan Kedelai Juta Ton 2,55 2,76 2,86 2,97 3,10 3,23
Slide - 32
2. Peningkatan kebutuhan industri pangan baik final maupun produk antara (industri) – seiring berkembangnya industri pangan – mie instant, bakso dll meningkatkan konsumsi bahan pangan industri.
3. Sementara alih fungsi lahan terutama sawah terus terjadi
4. Pola produksi skala RT tidak dapat mengimbangi dinamika pasar/konsumsi
5. Perubahan pola konsumsi: i. Kepraktisan – bentuk olahanii. Kualitas: jenis dan kualitas tertentuiii. Brand: jaminan konsistensi kualitasiv. Trend konsumen terhadap konsumsi pangan olahan dan protein hewani meningkat
seiring dengan peningkatan pedapatan masyarakat
6. Karakteristik konsumsi tidak dapat secara fleksibel direspon produsen yang mayoritas IRT respon dilakukan oleh pedagang pengumpul, pengolah sehingga nilai tambah hanya dinikmati oleh pedagang
KETAHANAN PANGAN:TANTANGAN YANG DIHADAPI (2/2)
Slide - 33
KETAHANAN PANGAN:ISU STRATEGIS YANG PERLU DIPERHATIKANUNTUK KEBIJAKAN KEDEPAN (1/2)
Menjaga basis/kapasitas produksi dan meningkatkan produktivitas: Wujudkan lahan pertanian (pangan) abadi terutama untuk padi. Revitalisasi sistem perbenihan dan perbibitan. Pengawalan produksi –penyuluhan dan penerapan teknologi tepat dan
ramah lingkungan. Putihkan KUT – agar akses kredit meningkat. Mensinergikan dengan subsidi agar tepat sasaran dan efektif mencapai
target.
Mensinergikan produksi dan pengolahan : Pengembangan supply chain – hulu hilir (produsen-pengumpul-
pengolah) Pengembangan entrepreneurship – pedagang pengumpul untuk
menjembatani permintaan pasar yang semakin heterogen
Slide - 34
Transparansi dan koordinasi kebijakan pangan Sinkronisasi dan transparansi pengambilan keputusan untuk
mempertahankan stabilitas harga yang menjaga kepentingan produsen-pengolah-konsumen (stok, impor, harga dll).
Pengambilan keputusan lintas instansi dirumuskan secara komprehensif dan konsisten oleh Tim yang dilengkapi dengan data dan kemampuan analisa yang mencukupi.
Peningkatan nilai tambah: Penyediaan bahan baku dari dalam negeri. Komoditas ekspor unggulan yang lebih baik.
KETAHANAN PANGAN: ISU STRATEGIS YANG PERLU DIPERHATIKANUNTUK KEBIJAKAN KEDEPAN (2/2)
Slide - 35
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
KETAHANAN ENERGI
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
KERANGKA KEBIJAKAN KETAHANAN ENERGI
PENINGKATAN PRODUKSI DAN CADANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI (INTENSIFIKASI)
PENGANEKARAGAMAN SUMBER DAYA ENERGI
PRIMER (DIVERSIFIKASI)
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN
PEMERATAAN PEMANFAATAN ENERGI (EFISIENSI)
Terpenuhinya kebutuhan bahan bakar dan bahan baku
industri dalam negeri
Mengurangi ketergantungan yang berlebihan terhadap minyak bumi
dan menambah pasokan energi primer melalui pemanfaatan sumber daya energi lainnya
Efisiensi penggunaan energi dan meningkatkan produksi nasional serta penurunan emisi karbon, memperbaiki daya saing dan
mendorong pertumbuhan ekonomi
KETAHANAN DAN KEMANDIRIAN
ENERGI
KETAHANAN DAN KEMANDIRIAN
ENERGI
Didukung:•Ekonomi: fiskal dan moneter• Infrastruktur• IPTEK•Kewilayahan dan Tata Ruang
Slide - 37
Indikator SatuanBaseline
(2009)
CapaianTarget 2014
Status2010 2011 2012
Produksi Minyak Bumi
Ribu Barrel per Hari 949 945 902 860 1.010*)
Kapasitas Pembangkit
Tambahan (MW)
31.959
2.024 5.902 4.1793.000 MW/
TahunTerpasang (Kumulatif MW)
33.983 39.885 44.064
Rasio Elektrifikasi
Persen 65,79 67,15 72,95 76,56 80
Kapasitas PLTP
Terpasang (Kumulatif MW)
1.179 1.189 1.226 1.341 5.000
Pembangunan Jaringan Gas Kota
Kota/Sambungan Rumah
(Kumulatif)
2/6.210
6/ 19.376
9/ 45.576
13/ 57.000 19/ 80.000
Pembangunan SPBG
Unit (Kumulatif) n.a **) FEED***) 4 8 21
MIDTERM REVIEW RPJMN 2010-2014
*) 1,01 juta adalah target Renstra KESDM yang diperkirakan dapat dilaksanakan, sedangkan target kinerja Presiden adalah 1,2 juta**) Belum ada pembangunan melalui APBN;***) Front End Engineering Design
Perlu kerJa KerasSangat sulit tercapai On Track/On TrendSlide - 38
TANTANGAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI
Produksi minyak bumi tersendat, dibawah satu juta barel per hari, karena sebagian besar berasal dari lapangan yang sudah tua (mature fields) – 62% dari total jumlah lapangan migas yang ada saat ini.
Peningkatan produksi dari sumur yang sudah tua (mature) terkendala oleh kemampuan pemanfaatan Teknologi Enhanced Oil Recovery untuk meningkatkan produksi dari secondary/tertiary recovery membutuhkan biaya yang mahal (cost recovery)
BUMN (Pertamina EP) menyumbang sekitar 14-15% dari produksi minyak bumi nasional.
35-40% (350-400 ribu barel/hari) produksi minyak berasal dari lapangan minyak yang dikelola oleh Chevron Pacific Indonesia (CPI) di Sumatra, yakni lapangan Duri dan Minas (SLC -Sumatran Light Crude), yang sudah mulai menurun. Sejak tahun 1985 lapangan Duri sudah menggunakan teknologi EOR injeksi uap untuk meningkatkan produksi minyak (secondary/tertiary recovery).
Eksplorasi lapangan/sumur baru masih terbatas
Slide - 39
SASARAN BAURAN ENERGI PRIMER(Draft KEN)
2030
2010 2025
2050
Gas Bumi BatubaraEBT
Realisasi tahun 2010, Pusdatin, KESDM
Minyak
KEN – mendorong pemanfaatan EBT untuk menggantikan energi fosil, memanfaatkan gas dengan lebih optimal. Ketergantungan terhadap minyak bumi dikurangi seminimum mungkin, mengingat cadangan minyak bumi yang ada terus menurun.
Batubara tetap manjadi andalan sumber energi, mengingat cadanganya yang besar, namun penggunaannya dibatasi mengingat potensi emisi karbon yang tinggi.
Slide - 40
LapanganSumber Daya (MWe) Cadangan (MWe)
Kapasitas Terpasang (MWe)Speculative Hypothetic Probable Possible Proven
Sumatera 4,925 2,076 5,983 15 380 122
Jawa 1,935 1,946 3,415 885 1,815 1,134
Bali-Nusa Tenggara 410 359 973 - 30 5
Sulawesi 1,000 127 992 150 78 80
Maluku 545 43 341 - - -
Kalimantan 45 - - - - -
Papua 70 - - - - -
Total 285 Lapangan 8,935 4,551 11,704 1,050 2,303
Cadangan/Kapasitas Terpasang (MW) 28,543 1,341
PEMANFAATAN PANAS BUMI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK
Pemanfaatan baru 4% dari total potensi panas bumi dan kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) baru mencapai 1.341MW, dari total potensi 28.000 MW.
Lapangan yang sudah menghasilkan listrik adalah lapangan Pertamina, sedangkan yang telah diserahkan ke Pemda (Green Fields) belum ada yang berproduksi – masih dalam proses lelang/tender dan negosiasi (Power Purchase Agreement – PPA) dengan pihak pembeli listrik (PLN)
Dari total potensi 28.000 MW, sebanyak 6.000 MW (21%) diidentifikasi berada di hutan konservasi dan 6.600 MW (23%) berada di hutan lindung. Pengembangan lapangan panas bumi terkendala konflik lahan.
Slide - 41
WILAYAHJUMLAH
KENDARAAN UMUM
SPBG YANG DIBUTUHKAN
ALOKASI GAS (MMSCFD)
PEMBANGUNAN OLEH PEMERINTAH s.d 2014 PARTISIPASI
BADAN USAHA MEMBANGUN
SPBG MULAI 2015SPBG JARINGAN PIPA (km)
KONVERTER KIT
Jabodetabek 77.983 68 23,1 9*) 109,2
20.500**)
59
Jawa Timur (Surabaya, Gresik, Sidoarjo) 10.774 13 10,2 4 - 9
Sumsel (Palembang) 3.101 5 2,2 4 - 1
Kaltim (Balikpapan) 5.775 4 1 4 - -
Jawa Tengah (Semarang) 4.762 4 1 4 35,0 -
Kepri (Batam) 2.976 4 1 4 31,8 -
Total 105.371 98 38,5 29 176,0 69
*) Tahun 2013 dan 2014 disediakan juga 8 Mobile Refueling Unit **) Tahun 2013 dan 2014 ada alokasi 19 ribu konverter kit yang belum diketahui secara pasti pendiistribusiannya ke masing-masing wilayah
PEMANFAATAN BBG UNTUK SEKTOR TRANSPORTASIProgram Konversi BBM ke BBG untuk kendaraan umum – stimulan pemanfaatan BBG di sektor Transportasi
Sampai dengan 2013, telah dibangun 16 SPBG, 22 km jaringan pipa gas, dan konverter kit 7.500 unit. Tahun 2014 akan dibangun 13 SPBG, jaringan pipa sepanjang 153,8 km, dan penyediaan konverter kit 13.000 unit.
Pada tahun 2015, diharapkan badan usaha mulai terlibat didalam penyediaan BBG untuk kendaraan umum, baik dalam membangun jaringan pipa BBG maupun SPBG (60-70 unit), termasuk dalam penyediaan konverter kit (80-85 ribu unit), serta penyediaan BBG di kota-kota lain.
Slide - 42
PEMANFAATAN BATUBARA KALORI RENDAH UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK (PLTU)
Low rank coal mendominasi penggunaan batubara dalam pembangkit listrik (75-80%), atau sekitar 35 juta ton
Sebagain besar batubara berkalori tinggi di ekspor, sehingga hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik
Slide - 43
LOW-GROWTH REGIME HIGH-GROWTH REGIME
PROYEKSI PEMANFAATAN BATUBARA KALORI RENDAH (2001-2020)Dalam akhir tahun 2019/20, penggunaan batubara kalori rendah mencapai 120 juta ton
Juta Tons
PEMANFAATAN BATUBARA KALORI RENDAH UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK (PLTU)
Seiring dengan meningkatnya permintaan listrik, penggunaan Low rank coal akan terus meningkat, dan
dalam akhir tahun 2019/2020, penggunaan batubara jenis ini akan
mencapai 120 juta ton
Slide - 44
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR/KONEKTIVITAS
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
TANTANGAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR (1/2)
Pemenuhan ketersediaan infrastruktur dasar sesuai dengan standar pelayanan minimum;
Pemenuhan infrastuktur untuk mendukung ketahanan pangan dan energi;
Peningkatan pemerataan pembangunan antar wilayah dan mendukung pusat-pusat pertumbuhan ekonomi melalui konektivitas nasional;
Peningkatan koordinasi investasi Pusat, Daerah, BUMN dan Swasta;
Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur serta pengembangan mekanisme pendanaan alternatif (creative financing scheme).
Slide - 46
Aturan perundang-undangan: masih terdapat kelemahan dan disharmoni dalam aturan perundang-undangan antar bidang infrastruktur maupun dengan bidang non-infrastruktur (contoh: kehutanan, otonomi daerah, pertanahan, keuangan)
Kapasitas kelembagaan: belum optimalnya tatakelola (governance), hubungan antar lembaga dan kapasitas SDM
Pembebasan tanah: kesulitan pembebasan tanah untuk kepentingan pembangunan infrastruktur secara tepat waktu dan tepat biaya
Pendanaan: efektifitas alokasi dan keterbatasan dana untuk pembangunan infrastruktur
Prioritisasi: belum sinkron-nya prioritas pembangunan infrastruktur lintas sektor, lintas wilayah maupun antar tingkatan (nasional, propinsi, kabupaten/kota)
TANTANGAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR (2/2)
Slide - 47
KOORDINASI INVESTASI PUSAT, DAERAH, BUMN DAN SWASTA
Peningkatan kualitas proyek KPS yang bankable untuk menjamin kepastian bagi investor melalui pengintegrasian proses KPS dalam mekanisme perencanaan dan penganggaran pada masing-masing sektor infrastruktur.
Menegaskan kriteria dan ruang lingkup penugasan BUMN di dalam pembangunan infrastruktur.
Memperjelas kewenangan antara pusat dan daerah di dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur.
Pengintegrasian proses KPS dan penugasan BUMN ke dalam masing-masing sektor infrastruktur
Slide - 48
SKEMA ALTERNATIF PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
• Infrastructure Bond yang penggunaannya dikhususkan hanya untuk pembiayaan proyek-proyek infrastruktur
• Penugasan BUMN (seperti penugasan Hutama Karya dalam proyek Trans Sumatera Highway) yang didukung melalui penyertaan modal pemerintah dan direct-lending yang dijamin oleh pemerintah
• Private Finance Initiative (PFI) – multi-year contract 15 hingga 30 tahun• Performance-Based Annuity Scheme (PBAS) atau Availability Payment• Pengenaan tariff/biaya akses seperti Electronic Road Pricing (ERP)• Infrastruktur swasta (private infrastructure)• Pembangunan infrastruktur berbasis partisipasi masyarakat (community-
based infrastructure)
Slide - 49
AKSELERASI PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA BARAT, 2013-2018
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PERAN STRATEGIS JAWA BARAT
Secara geografis Provinsi Jawa Barat memiliki lokasi strategis karena berdekatan dengan Ibu Kota Negara
Provinsi Jawa Barat memberikan kontribusi terbesar ketiga terhadap PDB Nasional.
Mempunyai kualitas sumber daya manusia yang mencukupi, khususnya di tingkat pendidikan tinggi karena ditunjang banyaknya perguruan tinggi.
Slide - 51
PERMASALAHAN JAWA BARAT:EKONOMI DAN PEMERATAAN PEMBANGUNAN
Slide - 52
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan dari 4,8 persen (2004) menjadi 6,1 persen (2013 Q2). Namun demikian, PDRB per kapita Jawa Barat tahun 2012 (Rp 21,25 Juta) masih berada di bawah PDRB per kapita nasional tahun 2012 (Rp 33,75 Juta).
Provinsi Jawa Barat telah berhasil menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) secara cepat dari 14,51 % (Feb 2007) ke 8,90 % (Feb 2013). Namun, tingkat pengangguran Provinsi Jawa Barat masih berada di atas TPT Nasional 5,92 % (Feb 2012).
Selama periode 2007-2011, kontribusi ekonomi Jawa Barat terhadap PDB Nasional semakin menurun (14,79 % di tahun 2007 menjadi 14,30 % di tahun 2011).
Peranan sektor industri pengolahan pada PDRB Jawa Barat terus mengalami penurunan yang dapat mengurangi penyerapan tenaga kerja sehingga berdampak terhadap tingkat pengangguran (44,97 % di tahun 2007 menjadi 35,79 % di tahun 2012)
Pembangunan ekonomi Jawa Barat tidak merata. Jawa Barat bagian selatan cenderung tertinggal dan lambat pertumbuhannya.
PERMASALAHAN JAWA BARAT:PENDIDIKAN
Angka Partisipasi Murni (APM) jenjang SMP/MTs sederajat Provinsi Jawa Barat pada tahun 2011/2012 sudah mencapai 74,12%, lebih rendah dari rata-rata nasional (77,7%). Selain itu, kesenjangan APM antarkabupaten/kota juga masih cukup lebar, dari 61,4% di Kab. Sukabumi sampai 98,7% di Kota Banjar (Data Kemdikbud, 2011/2012).
Angka Partisipasi Kasar (APK) jenjang menengah Provinsi Jawa Barat pada tahun 2011/2012 (67,8%) juga masih rendah dibanding rata-rata nasional (76,4%). Sebaran APK antar kab/kota juga cukup lebar, yaitu dari 47,2% di Kab. Bandung Barat sampai lebih dari 100% di berbagai kota seperti Kota Bandung, Kota Sukabumi, Kota Cirebon, dan Kota Bogor (Data Kemdikbud, 2011/2012).
Angka partisipasi sekolah penduduk usia 19-24 tahun Provinsi Jawa Barat tidak banyak meningkat dari tahun 2004 sebesar 9,29% dan pada tahun 2012 sebesar 12,09%. Angka-angka tersebut lebih rendah dari angka nasional periode 2004(12,07%) – 2011 (15,94%) (Data Susenas)
Angka buta aksara penduduk usia 15 tahun keatas di Jawa Barat pada tahun 2012 cukup rendah (3,82%) tetapi angka untuk penduduk usia 45 tahun keatas masih sangat tinggi (10,72%).
Slide - 53
PERMASALAHAN JAWA BARAT:KESEHATAN
Slide - 54Sumber data: 1) SDKI 2012; 2) Riskesdas 2010
Beberapa indikator menunjukkan kesehatan masyarakat di Jawa Barat meningkat dan lebih baik dari rata-rata nasional; misalnya kematian bayi – 30 per 1.000 kelahirah hidup1; kekurangan gizi pada balita-13%2 dan cakupan imunisasi dasar lengkap – 65,6%1
Tetapi banyak indikator yang masih di bawah atau di sekitar rata-rata nasional seperti stunting (anak pendek) karena kurang gizi (33.6%)1, persalinan oleh tenaga kesehatan (80.3%)1 dan anak usia 12-23 bulan dengan imunisasi campak (72.8%)
Kesenjangan antar wilayah masih tinggi. Banyak fasilitas kesehatan yang sistem manajemen dan tenaga kesehatannya cukup baik, tetapi banyak yang masih tertinggal misalnya: kebutuhan akan tenaga dokter, apoteker, dan sanitarian di Puskesmas; kurangnya pelatihan dan refreshing bagi bidan.
Sebagai provinsi ber-penduduk terbesar, pembangunan kesehatan di Jawa Barat akan sangat besar daya ungkit-nya di tingkat nasional.
Kesiapan pelaksanaan SJSN bidang kesehatan perlu di tingkatkan, terutama dari sisi supply side: fasilitas (puskesmas, rumah sakit); tenaga (dokter, bidan dan perawat), dan sistem kesehatan (pelayanan dan sistem rujukan)
AKSELERASI PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA BARAT (1/3)
1. Menciptakan Lingkungan Perkotaan dan Perdesaan yang lebih baik
Pengembangan wilayah WALINI.
Pengembangan Kereta Api, Monorel, Tol dalam kota Bandung (Terusan
Pasteur-Ujung Berung- Cileunyi- Gedebage, dan tol Pasir Koja-Soreang).
Pembangunan permukiman perdesaan.
Pembangunan sarana prasarana lingkungan, termasuk rehabilitasi sungai
Citarum, pembangunan Waduk santosa, the Construction of transfer Water
Interbasin Cibatarua Cilaki Project.
Pembangunan infrastruktur air bersih (Proyek Air Minum Jatiluhur, PAM
Pondok Gede, Bekasi, PAM Bekasi Utara, PAM Jatigede, Sumedang), drainase,
persampahan (Pengelolaan Persampahan Greater Bandung Area, Pengelolaan
Sampah Bogor dan Depok).
Slide - 55
AKSELERASI PEMBANGUNAN EKONOMIPROVINSI JAWA BARAT (2/3)
2. Pembangunan Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru dan Revitalisasi Kawasan Industri
Pembangunan Kawasan Ekonomi Terpadu/Kawasan Industri Subang,
Majalengka, dan Sukabumi. Revitalisasi Kawasan Industri Bekasi, Karawang, Purwakarta. Penyelesaian pembangunan Tol CISUMDAWU; Tol Ciawi-Sukabumi; Tol
Sukabumi-Bandung; Tol Cileunyi-Tasikmalaya; Tol Cikampek-Palimanan. Pengembangan pembangkit panas bumi dan PLTU Pelabuhan Ratu, dan PLTsa
Gedebage. Pengembangan Kawasan Industri Jawa Barat (Ciamis, Cianjur, Sukabumi,
Tasikmalaya) dan penyelesaian jalur Jawa Barat Selatan.
Slide - 56
AKSELERASI PEMBANGUNAN EKONOMIPROVINSI JAWA BARAT (3/3)
3. Membangun Sistem Logistik yang Efisien dan Efektif Pembangunan Pelabuhan Cilamaya di Karawang. Pembangunan Bandara Internasional Kertajati di Majalengka. Pembangunan Tol dan Kereta Api Karawang – Cilamaya. Pembangunan Terminal Gedebage.
4. Peningkatan Teknologi dan Kualitas SDM Pembangunan Pusat Inovasi (NARC) di Bogor dan Majalengka. Pembangunan Pusat Pelatihan di Bekasi, Sukabumi, dan Majalengka. Pembangunan Politeknik/Akademi Komunitas di Bekasi, Sukabumi, dan
Majalengka.
5. Reformasi Birokasi dan Peningkatan Iklim Investasi dan Iklim Usaha Review Perda-Perda yang menghambat iklim investasi dan iklim usaha. Penyederhanaan Perda. Memperlancar dan mempermudah perijinan.
Slide - 57
MENINGKATKAN PERAN AKTIF GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH
Mengefektifkan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan secara sinergis dan partisipatif dengan instansi vertikal, kabupaten/kota, serta koordinasi antar kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Barat;
Meningkatkan koordinasi dalam penyusunan rencana pembangunan, pelaksanaan dan monev baik di tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten/kota;
Meningkatkan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota di wilayah Provinsi Jawa Barat.
Slide - 58
PENUTUP
Sinkronisasi perencanaan menjadi kunci bagi peningkatan sinergi pembangunan antara pusat dan daerah
Perencanaan pembangunan daerah yang baik perlu menjaga kesinambungan pembangunan disertai adaptasi dengan dinamika internal dan eksternal
Keberhasilan pembangunan daerah akan membentuk daya tahan nasional yang tangguh dalam menghadapi perubahan-perubahan di tingkat global yang semakin sulit diprediksi.
Slide - 59
TERIMA KASIH
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
LAMPIRAN I:PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG TRANSPORTASI
PROVINSI JAWA BARAT TA. 2014
KEGIATAN INFRASTRUKTUR TA. 2014 JAWA BARAT
Program Transportasi 2014Sektor Jalan (Provinsi Jawa Barat)
Program Transportasi 2014Sektor Perhubungan Laut, Udara, Perkeretaapian(Provinsi Jawa Barat)
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
LAMPIRAN II:PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG SUMBER DAYA AIR
PROVINSI JAWA BARAT TA. 2014
Program Kegiatan Perhubungan Tahun 2014Sektor Sumber Daya Air
Prov. Jawa Barat
Kegiatan Lokasi Alokasi (Rp juta)
Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya
Kabupaten Garut 91.060,00
Kabupaten Indramayu 24.794,1
Kabupaten Cirebon 76.809,48
Kabupaten Indramayu 91.700,00
Pengelolaan dan Konservasi Waduk, Embung, Situ serta Bangunan Penampung Air Lainnya
Waduk Kuningan 184.500,00
Waduk Jatigede 920.870,00
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
LAMPIRAN III:PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG ENERGI, TELEKOMUNIKASI,
DAN INFORMATIKA - PROVINSI JAWA BARAT TA. 2014
Program Kegiatan Perhubungan Tahun 2014Sektor ETI
Prov. Jawa Barat
Kegiatan Target Fisik Alokasi (Rp juta)
Penyusunan Kebijakan dan Program serta Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan Ketenagalistrikan
261 km 53.199,75
Pembinaan, Pengawasan dan Pengusahaan Aneka
Energi Baru Terbarukan
1250 Tungku; 50 Unit Biogas; Rehabilitasi 1 PLTMH di Sumedang
1.400,00
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
LAMPIRAN IV:PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG KERJASAMA PEMERINTAH DAN
SWASTA - PROPINSI JAWA BARAT TA. 2013
Proyek Kerja Sama Pemerintah dan Swasta
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
LAMPIRAN V:KEGIATAN MP3EI
PROVINSI JAWA BARAT TA.2014
KEGIATAN PRIORITAS MP3EI (1/4)
KEGIATAN PRIORITAS MP3EI (2/4)
KEGIATAN PRIORITAS MP3EI (3/4)
KEGIATAN PRIORITAS MP3EI (4/4)
LAMPIRAN VI: HASIL EVALUASI RPJMN 2010-2014
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
2010 2011 2012
TARGET RPJM REALISASI TARGET
RPJM REALISASI TARGET RPJM
REALISASI
Pertumbuhan Ekonomi 5,5- 5,6 6,2 6,0 - 6,3 6,5 6,4 - 6,9 6,23
Inflasi 4 - 6 7 4,0 - 6,0 3,8 4,0 - 6,0 4,30
Pengangguran 7,6 7,1 7,3 - 7,4 6,6 6,7 - 7,0 6,14 (Agt)
Kemiskinan 12,0 - 13,5 13,33 11,5 - 12,5 12,49 10,5 - 11,5 11,66 (Sept)
HASIL PENCAPAIAN KINERJA RPJMN 2010-2014
2013 2014
STATUSTARGETRPJM
TARGET APBN 2013
TARGETRPJM
TARGET RKP
Pertumbuhan Ekonomi 6,7 - 7,4 5,9 7,0%-7,7% 6,4 – 6,9
Inflasi 3,5 – 5,5 9,2 3,5 – 5,5 3,5 – 5,5
Pengangguran 6,0 - 6,6 5,8 – 6,1 5%-6% 5,0 – 6,0
Kemiskinan 9,5 - 10,5 9,5 – 10,5 8%-10% 8,0 – 10,0
1= Sudah tercapai atau On
Track/on Trend 2 = Perlu Kerja Keras
2
1
1
2
Slide - 77
REKAPITULASI REVIEW RPJMN 2010-2014Beberapa indikator utama pembangunan sudah on track dan bahkan telah tercapai. Namun, beberapa sasaran masih memerlukan perhatian khusus di 2014.
NO PRIORITAS NASIONAL
1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola 4 2 4
2 Pendidikan 6 0 0
3 Kesehatan 3 3 4
4 Penanggulangan Kemiskinan 4 1 0
5 Ketahanan Pangan 3 5 1
6 Infrastruktur 8 2 1
7 Iklim Investasi dan Iklim Usaha 3 3 1
8 Energi 3 1 2
9 Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana 11 0 0
10 Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik 1 3 0
11 Kebudayaan, Kreativitas, dan Inovasi Teknologi 5 0 0
12 Politik, Hukum, dan Keamanan 8 5 0
13 Perekonomian 1 2 0
14 Kesejahteraan Rakyat 6 0 0
JUMLAH 66 27 13
PERSENTASE 62% 26% 12%
= Sangat Sulit tercapai1 2 3= Sudah tercapai atau On Track/on Trend
= Perlu Kerja Keras
321
Slide - 78