o Rabu • Kamis o ID 10 12 13 14 15 18 19 20 21 22 23 24...

Post on 24-Mar-2019

223 views 0 download

Transcript of o Rabu • Kamis o ID 10 12 13 14 15 18 19 20 21 22 23 24...

I(OMPASo Senin o Selasa o Rabu • Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu

2 3 ID 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1518 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

OPeb oMar OApr OMei OJun OJul OAgs OSep OOkt _Nav ODes

Angklung yang Akan~lJipatenkan~~

_~. WHIl'--_----~---·-·

Ngklungakan dipatenkan oleh UNESCO sebagaiworld heritage articJepada 18November. Tentu, hal. .membanggakan masyarakat Indonesia, khususnya

masyarakat di Jawa Barat

Aksi saling klaim budaya me-mang terjadi beberapa tahun bela-kangan. Hal itu pemah terasa danmungkin saja terulang lagi, sepertidi tengah pasang surutnya hu-bungan Indonesia dengan sebuahnegarajiran.

Unsur seni dan budaya, sepertiangklung, reog, dan pendet, adalahbeberapa yang pemah diangg~diklaim negarajiran tersebut. Ele-men bangsa hingga etnik di Indo-nesia pun dibuatnya kelabakan.Aksi klaim-mengklaim pun takterelakkan. Klaim angklung, ter-utama, cukup mengguncang ele-men masyarakat di Jawa Barat.Alasannya jelas, angklung kadungidentik sebagai alat musik bambukhas atau asli Sunda. Dicarilahpembuktian demi pembuktian un-tuk mematahkan klaim negeri ji-ran tersebut. '

Dalam tradisi .Sunda, bambumemang dikenallekat dengan ke-hidupan orang Sunda sebagai ma-syarakat agraris yang bersumberpada bahan pangan pokok padi(pare). Bambu dalam hal ini adalahpenanda yang erat kaitannya de-ngan mitos kesuburan. Hubung-annya dengan mitos kesuburan ituhidup di daerah yang warganyabertani di mana lahannya ada yang

disisihkan sebagian untuk ditana-mibambu.

Mitos terhadap Nyai Pohaci-lebih dikenal dengan sebutan De-wi Sri-merupakan penanda hi-dupnya mitos kesuburan dalamkebudayaan Sunda Untuk meno-lak bala (nyinglar) hama dalam ke-giatan mengolah lahan pertaniandi sawah dan huma (ladang), orangSunda lama mencipta syair dan la-gu sebagai persembahan terhadapNyai Pohaci. Dalam perkembang-annya, syair-syair itu ditambah de-ngan iringan tumbukan bunyi an-tarbatang bambu yang dipersern-bahkan untuk Nyai Pohaci. Tum-bukan bunyi antarbatang bambuitu dilakukan sebagai ritus panenpadidihuma.

Namun, sebetulnya, instrumenbambu tradisi, seperti angklungyang dikaitkan dengan mitos kesu-buran sejenis di atas, bukan hanyahidup di lingkungan Sunda atau dibelahan wilayah Indonesia padaumumnya.

Asia TenggaraDalam buku Bamboo and Rat-

tan; Traditional and Beliefs, Jac-queline M Piper (1992) menelitibahwa bambu juga adalah "sauda-ra"bagi masyarakatdikawasanAsia

Oleh FADLY RAHMAN

Tenggara DiVietnam hidup keper-cayaan bahwa bambu adalah "sau-dara" mereka Pun di Myanmar,terdapat kisah legenda seorang ga-dis kecil yang berasal dari tangkaibambu. la lalu tumbuh dewasamenjadi seorangperawan cantik.

Mitos sejenis pun ada di Filipi-na, yang mengisahkan asal-usulpenciptaan laki-laki dan wanitapertarna di dunia, Sikalak dan Si-kabay. Mereka lahir dari batangbambu yang ditanam di surga, te-tapi keduanyajatuh cinta lalu me-wujud menjadi manusia, dan ditu-runkan ke bumi,

Begitulah. Seperti halnya dalamtradisi Sunda, mitos-mitos terkaitbambu pun didapati di beberapakawasanAsia Tenggara. Dari mitositu akhimya mengembang secarafisik menjadi alat-alat musik. Ma-ka dari itu, bukan hanya di Sunda,alat musik bambu di Asia Tengga-ra, seperti di Malaysia, Thailand,dan Myanmar, menurut para ahlietnomusikologi, boleh dikatakanjuga memiliki keserupaan ciri danbentuk.

Seperti ditelaah EdwardM Fra-me dalam The Musical Instru-ments of Sabah, Malaysia (Ethno-musicology, 1982), bahwa di Sabahada alat musik bemama tagunggak(atau ditulis tagonggak). Instru-men ini terbuatdari potongan se-batang bambu yang terbuka di ba-gian puncak dan tangkai di bagianbawahnya dibiarkan tertutup ala-mi, Dalam memainkan tagunggak,setiap pemain memainkan nada

berbeda berdasarkan beberapajumlah instrumen yang dimain-kannya

Meski terbayang mirip, instru-men musik bambu dalam kebuda-yaan Sunda mem g memiliki ka-rakter tersendiri yang mernbeda-kannya dengan "saudara-saudara-nya" di kawasan lain. Setidaknyasebutan "angklung" secara terangbanyak didapati dalam sumber-sumber tertulis pada masa abadke-19. Thomas Stamford Raffles(1817) dan John Crawfurd (1820)mula-mula mewartakan bahwaangkloeng (sic) a ah alat musikyang didapati di kawasan pegu-nungan Jawa, terutama di baratPulauJawa

Semula angklung adalah tradisimasyarakat agraris. Dalam evolu-sinya angklung pemahjuga dijadi-kan sebagai instrumen penyema-ngat bagi pasukan perang kerajaanPajajaran. Melihat fungsinya yangdapatmenyulutgerakanjkerusuh-an massa, pada masa abad ke-17sampai abad ke-18 jejak angklung.mengabur dalam balutan mitos.Sulit benar untuk mengetahui ke-dudukannya pada kurun waktutersebut kecuali seputar tabu bagipangangklung yang tersirat darisisindiran sebagaimana dikutipBaron van Hoevell (1845): "ksdu-hungjadi pangangklungj jari paehjadi bayawak."

Sisindiran itu terbilang berim-pit juga dengan larangan permain-an angklung oleh pemerintah ko-lonial. Dibilang dilarang sebab alat

Kliping Humas Unpad 2010

musik bambu tersebut dinilaimengganggu ketertiban umum.Hal itu menjadi alasan palingmungkin mengaburnya alat musikbambu ini hingga akhir abad ke-18.

Namun, melalui sentuhan paraetnomusikolog, angklung pun me-ngembang menjadi bernilai senimodern. J Kunst adalah nama ter-kemuka yang paling produktif da-lam berkarya melalui buku dan tu-lisannya yang tersebar pada paruhpertamaabad ke- 20 dengan mena-ruh perhatian besar terhadap alat-alat musiktradisional di Hindia

Pertemuan Barat-T1murSejarah alat-alat musik dari ma-

terial bambu adalah salah satuyang Kunst telusuri dalam salahsatu kitab terkemukanya Music inJava; Its History, Its Theory andIts Technique (1973, edisi dalambahasa Inggris). Kunst pun mene-gaskan, dalam salah satu tulisan-nya, bahwa sahabatnya, RadenMachjar Angga Koesoemadinata(seorang guru di Sumedang)-lahyang pada paruh pertama abad ke-20 berperan mengembangkan alatmusik Sunda yang disesuaikan de-ngan nada-nada Barat.

Jikadipahami,pertemuanBaratdan Timur (baca: Sunda) sebetul-nya amat terasa dalam evolusi ang-klung. lni bermula dari wujudnyayangtradisi, mengembangrnenjadimodern sebagai kesenian Sundasebagaimana dari masa Koesoema-dinata diteruskan oleh Daeng Soe-tigna lalu Udjo Ngalagena,

Kini persoalan yang dihadapipemerintah hingga elemen masya-rakat adalah menjaga identitasnyasebagai milik Indonesia dan khu-susnya Sunda, Langkah paling me-ngemuka adalah sentuhan poli-,tik/pemerintahan yang dominasi-nya dalam mengurus . masalahklaim dan paten kebudayaan begi-tu terasa Namun, tentu saja, bukandan tidak cukup sekadar pemen-tasan seni, klaim, atau pematenan.

Ikhtiar lain, misalnya, dilaku-kan Satria Yanuar Akbar, DirekturOperasi SaungAngklungUdjo. Ke-tika pada suatu kesempatan berca-kap dengannya, saat "hangatnya" <

aksi klaim angklung dengan nega-ra jiran, ia berkisah tentang misimelanglang-buananya, Yang tersi-ratkan bukan sekadar promosiatau mengklaim, melainkan me-negaskan kedudukan angklung dimata internasional sebagai bagiandari kebudayaan Sunda melaluipembuktian risetnya.

Langkah begini sejatinya se-bentuk kecemerlangan berbudayayang mesti ditanam dan dijalarkanbagi segenap masyarakat melaluistudi, diskursus, dan diskusi buda-ya Pun dengan langkah begini, se-gala polemik kebudayaan bisa di-hadapi dengan kepala dingin danpenuh wibawa; tentu saja bukandengan emosi, hujat, dan bakar.

FADLY RAHMANPengajardi Jurusan

Ilmu Sejarah Unpad;Pemah MenjadiAnggota

Penelitian SejarahAngklung