Post on 07-Mar-2019
1
Naskah Publikasi
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI
PENDEKATAN EKSPLORATORY DISCOVERY
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DEMAKIJO
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Guna mencapai derajat
Sarjana S-1
Ditulis oleh:
Tri Purwaningsih A54B090070
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
2
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI
PENDEKATAN EKSPLORATORY DISCOVERY PADA
SISWA KELAS IV SD NEGERI DEMAKIJO
Ditulis oleh:
Tri Purwaningsih A54B090070
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan pendekatan Eksploratory Discovery.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini mengambil tempat di SD Negeri Demakijo dan subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV. Pada setiap siklus yang dilakukan, terdapat beberapa tahapan yang dilakukan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rencana untuk diterapkan dalam penelitian ini. Dalam tahap pelaksanaan, peneliti menerapkan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Tahap observasi yang dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan, peneliti melakukan pengamatan dan pengumpulan data yang diperlukan. Dan pada tahap refleksi, peneliti melakukan refleksi terhadap hasil evaluasi proses dan hasil belajar siswa.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan Eksploratory Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA karena 80% siswa telah berhasil melampui kriteria ketuntasan minimal (KKM). Pada siklus I, nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran IPA adalah 58, 21 dan nilai tersebut meningkat pada siklus II. nilai rata-rata siswa pada siklus II adalah 76,42. Hal ini menunjukkan bahwa pada akhir siklus jumlah siswa yang mendapatkan nilai kurang dari KKM sebanyak 7 siswa dari 28 siswa. Ini berati 21 siswa atau 80% sudah mendapatkan nilai tuntas atau mencapai KKM. Dengan menerapkan pendekatan Eksploratory Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Demakijo pada mata pelajaran IPA. Kata kunci : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), pendekatan Eksploratory Discovery, hasil belajar siswa
3
4
5
A. Pendahuluan
Dewasa ini pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas, guru
lebih sering menggunakan metode ceramah, di mana siswa hanya duduk,
mendengar, mencatat, dan menghapal teori dan rumus tanpa melakukan aktivitas
pembelajaran, sehingga siswa merasa bosan, jenuh dan kurang bersemangat
dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini berakibat pada kurangnya kemauan siswa
untuk mengetahui, menemukan, memecahkan masalahnya sendiri dan siswa
kurang mempunyai kesempatan untuk lebih memahami konsep yang diberikan
dan menjelaskan hasil yang diperolehnya. Padahal sistem pembelajaran yang
efektif adalah pembelajaran yang mengaktifan siswa untuk belajar dalam proses
pembelajaran.
Pendekatan eksploratory discovery dapat meningkatkan daya keaktifan siswa
dalam belajar. Di samping itu pada hakikatnya siswa adalah makhluk individu.
Dengan melihat faktor tersebut, maka dengan penerapan pendekatan
eksploratory discovery maka siswa akan dapat mengembangkan pengetahuan,
sikap dan ketrampilan sehingga dapat berkembang secara mandiri. Penerapan
pendekatan eksploratory discovery ini pada hakekatnya adalah untuk melatih
siswa agar senantiasa mempersiapkan diri dalam mengikuti kegiatan belajar.
Kemauan dan kreativitas siswa dalam menyesuaikan dan menyelesaikan
kegiatan belajarnya tidak muncul dengan sendirinya. Semua itu muncul karena
direncanakan oleh guru yang memiliki kemampuan untuk memahami serta
memperlakukan siswa secara manusiawi. Atas dasar pertimbangan tersebut di
atas, dalam penelitian ini akan diuji cobakan pendekatan eksploratory discovery
yang dilakukan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Hal ini
dilakukan untuk mencari jawaban dan jalan keluar dalam mengatasi masalah
tersebut. Di dalam penelitian ini akan dibuktikan apakah pendekatan
eksploratory discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya di
bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
6
B. Pendekatan Eksploratory Discovery dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
1. Pendekatan Eksploratory Discovery
Eksploratory berasal dari kata eksplore yang berarti penjelajahan. Sehingga
eksploratory dapat diartikan sebagai metode jelajah alam sekitar (JAS).
Eksploratory adalah pendekatan pembelajaran sains yang memanfaatkan objek
langsung melalui kegiatan pengamatan, diskusi dan pelaporan hasil.
Discovery mempunyai makna penemuan sesuatu yang sebenarnya sesuatu
itu telah ada sebelumnya, tetapi belum diketahui. Secara harfiah to discover
berarti membuka tutup. Artinya sebelum dibuka tutupnya, sesuatu yang ada di
dalamnya belum diketahui orang.
Penggabungan dua buah metode pendekatan dalam suatu pembelajaran,
yakni discovery dan eksploratory melahirkan pendekatan eksploratory discovery
yang di Indonesia dijalankan dengan sistem pembelajaran berbasis CTL
(contextual teaching and learning) atau yang di sebut pembelajaran kontekstual
Pendekatan eksploratory menitikberatkan pada konsep pembelajaran yang
membantu guru mengaitkan materi yang di ajarkan dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat (Depdiknas, 2003: 5).
Tahap-tahap dalam ekploratory adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan masalah
b. Mengamati
c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,
tabel dan karya.
d. Mengkomonikasikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru.
Proses discovery adalah kegiatan bertanya merupakan setrategi penting
bagi siswa dalam proses penemuan. Bertanya di pandang sebagai kegiatan guru
untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi
siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian terpenting dalam melaksanakan
7
pembelajaran berbasis inkuiry yaitu menggali imformasi dan mengarahkannya
pada aspek yang menjadi tujuan pembelajaran. Pendekatan ekploratory
discovery (penemuan) adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan
siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya (Sudirman dkk,
1989:168).
a. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Eksploratory Discovery
Kelebihan Pendekatan Eksploratory Discovery Sudirman (1989:168) adalah
sebagai berikut:
1. Strategi pengajaran menjadi berubah dari teacher centered menjadi
student centered.
2. Proses belajar meliputi semua aspek yang menunjang siswa menuju
kepada pembentukan manusia seutuhnya
3. Menambah tingkat penghargaan siswa.
4. Penggunaan discovery memungkinkan siswa belajar dengan
memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar yang tidak hanya
menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.
5. Dapat mengembangkan bakat/kecakapan individu
6. Dapat menghindarkan cara belajar tradisional (menghafal) dan
memberikan waktu yang memadai bagi siswa untuk mengumpulkan dan
mengelola informasi.
7. Dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga
retensinya (tahan lama dalam ingatan) menjadi lebih baik.
8
Kelemahan Pendekatan Ekploratory Discovery Sudirman (1989:171) adalah
sebagai berikut:
1. Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima
informasi dari guru secara apa adanya.
2. Guru juga dituntut mengubah kebiasaan mengajarnya yang umumnya
sebagai pemberi informasi menjadi sebagai fasilitator, motivator, dan
pembimbing siswa dalam belajar.
3. Banyak memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar, tetapi
kebebasan itu tidak menjamin siswa belajar dengan baik dalam arti
mengerjakannya dengan tekun, dan terarah.
4. Dalam pelaksanaanya memerlukan penyediaan berbagai sumber
belajar dan fasilitas yang memadai yang tidak selalu mudah disediakan.
5. Cara belajar siswa dengan metode eksploratory discovery menuntut
bimbingan guru yang lebih baik.
b. Langkah-Langkah dalam Pengaplikasian Pendekatan Eksploratory
Discovery
Tahap yang harus ditempuh dalam Pendekatan Eksploratory Discovery
menurut Sagala (2009:197) yaitu:
a. Perumusan masalah
b. Penetapan jawaban sementara
c. Peserta didik mencari informasi, data, fakta, yang diperlukan untuk
menjawab atau memecahkan masalah.
d. Menarik kesimpulan dari jawaban
2. Pelajaran Sains (IPA)
a. Pengertian Pelajaran Sains (IPA)
IPA (Sains) merupakan salah satu kumpulan ilmu pengetahuan yang
mempelajari alam semesta, baik ilmu pengetahuan yang mempelajari alam
semesta yang bernyawa ataupun yang tak bernyawa dengan jalan mengamati
9
berbagai jenis dan perangkat lingkungan alam serta lingkungan alam buatan.
Pendidikan Sains di SD bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman
langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa
mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan
Sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat
membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar (Depdiknas 2004:33).
b. Tujuan Pelajaran Sains (IPA)
Tujuan pemberian pelajaran IPA atau sains adalah agar siswa mampu
memahami dan menguasai konsep-konsep IPA serta keterkaitan dengan
kehidupan nyata.
Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program
Pengajaran (GBPP) Sekolah Dasar dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah sebagai berikut:
1. Menanamkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif
terhadap teknologi dan masyarakat.
2. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki
alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat
keputusan.
3. Menanamkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya
sains kehidupan sehari-hari.
5. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam.
6. Menghargai ciptaan Tuhan akan lingkungan alam.
10
c. Fungsi Pelajaran Sains (IPA)
Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar (Depdikbud 1993/1994:97-98). Mata
Pelajaran IPA berfungsi untuk:
1 Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis lingkungan alam dan
lingkungan buatan yang berkaiatan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan
sehari-hari.
2 Mengembangkan keterampilan proses.
3 Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk
meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
4 Mengembangkan kemajuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan
sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat pendidikan
yang lebih tinggi.
d. Kondisi Pembelajaran Sains di SD
Menyadari bahwa pada berbagai masalah dalam pendidikan pada umumya,
pendidikan sains pada khususnya sangat kompleks, karena itu pemikiran-
pemikiran masih terus di sumbangkan untuk mencoba memecahkan permasalahan
itu. Pendidikan sains disekolah dasar dihadapkan pada berbagai masalah seperti
fasilitas buku, media dan dana sehingga dalam penerapannya tampak adanya
kurang pengertian.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di SD Negeri Demakijo, dan yang menjadi
subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
digunakan dalam proses penelitian ini. Penelitian ini dilakukan karena rendahnya
nilai siswa di mata pelajaran IPA yang seringkali di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). Sehingga dengan menggunakan pendekatan Ekploratory
Discovery, diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar mereka terhadap
mata pelajaran IPA.
11
Bagan 1. Kerangka Berpikir
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sehingga dalam prosesnya
penelitian ini mempunyai beberapa siklus yang digambarkan dalam bagan
dibawah ini:
Bagan 2. Bagan Siklus Pembelajaran (Arikunto, 1999:97)
Tindakan
Guru menggunakan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan Eksploratory Discovery
Melalui pendekatan Eksploratory Discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Demakijo
Perencanaan
Pelaksanaan Refleksi
Observasi dan
Evalausi
SIKLUS I
Perencanaan
Pelaksanaan Refleksi
Obsservasi
Dan Evaluasi
SIKLUS II
Kondisi awal
Hasil belajar IPA pada siswa kelas IV masih rendah
Kondisi akhir
12
Dalam prosesnya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
menggunakan tes dan observasi. Tes digunakan untuk mengumpulkan data
kuantitatif hasil belajar siswa. Dan observasi digunakan untuk menilai proses
belajar mengajar menggunakan pendekatan eksploratory discovery.
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil belajar pada siklus I diketahui bahwa tindakan yang
dilakukan guru berupa penerapan pendekatan eksploratory discovery ternyata
dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV dan mengurangi
jumlah siswa yang belum tuntas dalam proses pembelajaran. Dilihat dari hasil
IPA pada siswa kelas IV sudah mengalami peningkatan yaitu dari rata-rata
ulangan sebelum siklus sebesar 58,21 menjadi 68,57. Tetapi rata-rata tersebut
belum menunjukkan peningkatan signifikan karena rata-rata hasil belajar pada
sikus I masih dibawah kriteria ketuntasan minimal yaitu 68,57
Rendahnya pencapaian ketuntasan belajar disebabkan oleh beberapa
hal, antara lain:
a. Guru kurang menguasai kelas.
b. Terbatasnya media dan alat peraga yang ada.
c. Siswa kurang memehami materi yang diberikan guru.
Untuk mengatasi kendala tersebut, peneliti menerapkan beberapa
langkah diantaranya sebagai berikut:
a. Untuk lebih mengusai kelas, guru meminta siswa untuk membuat
kelompok. Selama proses pembelajaran guru juga lebih sering untuk
berkeliling memantau kondisi siswa.
b. Untuk mengatasi terbatasnya media dan alat peraga yang ada, guru
mencoba mengoptimalkan alat peraga yang ada dan menghubungkan
materi dengan kondisi yang sebenarnya.
13
c. Agar materi yang diberikan dapat lebih dipahami siswa, guru
menghubungkan dan mencontohkanny ke kehidupan yang sebenarnya.
Guru juga melakukan pengulangan terhadap materi-materi yang diberikan.
Berdasarkan pengamatan terhadap hasil belajar siswa pada siklus II
menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan peneliti dengan menerapkan
pendekatan eksploratory discovery menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar dalam proses pembelajaran IPA.
Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan
pendekatan eksploratory discovery pada siklus II mengalami peningkatan rata
-rata daripada nilai rata-rata pada siklus I. Hasil belajar yang diperoleh pada
siklus II sudah cukup signifikan karena rata-rata secara klasikal sudah berada
diatas standar ketuntasan minimal yaitu 76,42. Pada pembelajaran siklus II
permasalahan yang muncul tidak begitu berarti artinya hampir semua anak
telah mengikuti pembelajaran dengan baik dalam proses belajar mengajar.
2. Pembahasan
Mariyanti dalam nana Ani (2011: 22), pendekatan eksploratory discovery
didasarkan pada 3 ciri pokok, yaitu:
a. Selalu dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung, tidak langsung,
maupun menggunakan media.
b. Selalu ada kegiatan berupa pengamatan dan penjelasan
c. Ada laporan untuk dikomunikasikan baik secara lisan, tulisan,
gambar, foto, ataupun audio visual.
Dengan didasari 3 hal pokok tersebut, pendekatan ini sangatlah cocok
diterapkan untuk mata pelajaran IPA karena fungsi dan tujuan mata pelajaran
IPA sendiri adalah membangun interaksi siswa dengan alam secara langsung
maupun tidak langsung sesuai yang ada dalam Kurikulum Pendidikan Dasar
(Depdikbud 1993/1994:97-98) bahwa Mata Pelajaran IPA berfungsi untuk:
14
1 Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis lingkungan alam dan
lingkungan buatan yang berkaiatan dengan pemanfaatannya bagi
kehidupan sehari-hari.
2 Mengembangkan keterampilan proses.
3 Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa
untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
4 Mengembangkan kemajuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan
sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat
pendidikan yang lebih tinggi.
Arikunto (2001: 132) mengemukakan bahwa hasil belajr adalah hasil
yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dan merupakan
penilaian yang dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan
pelajaran atau materi yang diajarkan sudah diterima siswa.
Berdasarkan pernyataan tersebut apabila dikaitkan dengan penelitian
yang peneliti lakukan maka hasil yang dicapai siswa setelah melakukan
kegiatan belajar dengan menerapkan pendekatan eksploratory discovery dan
untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang diajarkan
sudah diterima siswa ternyata mengalami peningkatan. Hal ini terbukti
dengan meningkatnya nilai siswa pada saat evaluasi belajar setiap siklus.
Pada kondisi awal dapat kita lihat nilai rata-rata hasil belajar siswa
adalah 58,21. Pada tahap ini masih banyak siswa yang mendapatkan nilai
rendah atau belum mencapai KKM yaitu sebanyak 21 siswa, sedangkan
yang sudah mencapai KKM sebanyak 7 siswa. Hal in menunjukkan proses
belajar mengajar yang dilaksanakan guru belum mencapai maksimal.
Pada siklus I jumlah siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM
sebanyak 13 siswa sedangkan nilai yang sudah mencapai KKM sebanyak 15
15
siswa. Dengan demikian kegiatan pembelajaran belum mencapai hasil yang
memuaskan karena nilai rata-rata kelas baru mencapai 68,57
Pada siklus II nilai rata-rata kelas IV dapat kita lihat adanya
peningkatan jika dibandingkan dengan hasil belajar siklus I. Peningkatan
yang ditunjukkan cukup signifikan. . Hasil belajar yang diperoleh pada siklus
II sudah cukup signifikan karena rata-rata secara klasikal sudah berada diatas
standar ketuntasan minimal yaitu 76,42. Jumlah siswa yang mendapatkan
nilai kurang dari KKM sebanyak 7 siswa dari 28 siswa. Ini berati 21 siswa
sudah mendapatkan nilai tuntas atau mencapai KKM. Hal tersebut
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam materi pembelajaran
mengalami peningkatan pada siklus II.
Dan ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan eksploratory
discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA materi
rangka manusia.
Sehubungan dengan itu maka dapat disimpulkan bahwa tindakan
penelitian dalam materi pelajaran rangka manusia yang telah dijelaskan
dengan menerapkan pendekatan eksploratory discovery pada siswa kelas IV
SD Negeri Demakijo telah meningkatkan hasil belajar.
E. Kesimpulan dan Saran
Telah disampaikan dalam uraian di atas bahwa sangat memungkinkan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan eksploratory
discovery karena hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa
dengan menggunakan pendekatan eksploratory discovery. Hal ini dibuktikan
dengan tercapainya 21 siswa atau 80% dari jumlah siswa telah mencapai kriteria
ketuntasan minimal. Sehingga, hendaknya guru juga menerapkan dan
mengembangkan pendekatan yang ada untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dalam kegiatan pembelajaran sekolah.
16
DAFTAR PUSTAKA
Amien, Moh. 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan
Menggunakan Metode “discovery” dan “inquiry”. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Jakarta.
Aprilia. Achyar, Afifatul. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas 4
(BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Arikunto, Suharsimi .1997. Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta
________________. 1999. Prosedur Penelitian:Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara/
________________. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara
Depdikbud. 1994. Kurikulum SD Kelas IV. Jakarta : Depdikbud.
Depdiknas. 2008. Kurikulum 2008 IPA SD.Jakarta: Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Strategi Pembelajaran,. Surabaya : Usaha Nasional
Hermawati, Nana Ani. 2011. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan
Metode Eksploratory Discovery (Studi di SD N Jatipun Karanganyar).
Surakarta : FKIP UMS
Margono, 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.
Moleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya
Mulyadi, dkk .2010. Penulisan Skripsi FKIP. Surakarta: BP-FKIP UMS.
Nur. Muhamad. Muslimin. 2007. Hakikat Sains. Program Pascasarjana Universitas
Negeri Yogyakarta.
Sabri. Alisuf. 1996. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
___________. 2001. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: CV.
Pedoman Ilmu Jaya.
Sagala, Syaiful. 2009. Komsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
17
Sardiman A.M. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : C.V.
Rajawali, 1990.
___________. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Usman, Samatoa. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.
Depdiknas : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.