NASKAH PUBLIKASI

Post on 26-Sep-2015

222 views 4 download

description

ayu

Transcript of NASKAH PUBLIKASI

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP TINDAKAN 3M ( MENGURAS, MENUTUP, MENGUBUR ) UNTUK MENCEGAH PENYAKITDEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN TATURA UTARA TAHUN 2013

Agung Ayu Widhyantari*, Muh.Ardi Munir**, Vera Diana Towidjojo***

* Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako** Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako*** Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Tadulako

ABSTRAK

Background: Indonesia is an endemic area of dengue hemorrhagic fever. dengue fever influenced by environmental conditions, population mobility, and community behavior. One of the preventive measures of dengue is 3M (drain, close, bury). This research aims to find out the level of knowledge and the public about the actions of 3 m to prevent dengue fever. The research was conducted in the Village of North Tatura in 2013.Methods: This study is a descriptive survey study with a large sample of 98 people who are heads of household or village housewife in North Tatura. Proportional sampling using cluster random sampling technique. research instrument was a questionnaire containing 10 questions for knowledge, and 7 questions for attitude.Results: the results of this study indicate that most respondents have a good level of knowledge (82.7%), while those with sufficient levels of knowledge (13.3%) and lack of knowledge (4.1%). For the assessment of attitudes, the majority of respondents have a good attitude (96.6%) of the 3M action, and only a small percentage have enough knowledge level (3.1%).Conclusion: it can be concluded that the level of public knowledge of the 3M actions to prevent dengue disease in the Village of North Tatura be in either category. their attitudes are also within either category.

Keywords: knowledge, attitude, 3 m, dengue hemorrhagic fever

ABSTRAK

Latar Belakang: Indonesia merupakan wilayah endemis Demam Berdarah Dengue. Penyakit DBD dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, mobilitas penduduk, dan perilaku masyarakat. Salah satu tindakan pencegahan DBD adalah 3M (menguras, menutup, mengubur). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan masyarakat tentang tindakan 3M untuk mencegah penyakit DBD. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tatura Utara tahun 2013.Metode: penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif dengan besar sampel 98 orang yang merupakan kepala keluarga atau ibu rumah tangga di Kelurahan Tatura Utara. Pengambilan sampel menggunakan tekhnik proportional cluster random sampling. instrumen penelitiannya adalah kuisioner yang berisi 10 pertanyaan untuk pengetahuan dan 7 pertanyaan untuk sikap.Hasil: hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan baik (82,7%), sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan cukup (13,3%) dan pengetahuan kurang (4,1%). Untuk penilaian sikap, sebagian responden memiliki sikap baik (96,6%) terhadap tindakan 3M, dan hanya sebagian kecil yang memiliki tingkat pengetahuan cukup (3,1%).Kesimpulan: dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat terhadap tindakan 3M untuk mencegah penyakit DBD di Kelurahan Tatura Utara berada dalam kategori baik. sikap mereka juga berada dalam kategori baik.Kata Kunci: pengetahuan, sikap, 3M, Demam berdarah dengue

PENDAHULUAN Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Insiden terjadinya DBD di Indonesia antara 6 sampai 15 per 100.00 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999.[1] Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota diperoleh jumlah kasus DBD selama tahun 2011 sebesar 2.037 kasus yang terjadi di 11 Kabupaten/Kota se- Sulawesi Tengah. Kasus yang terbanyak terjadi di kota Palu yaitu 1.061 kasus. Dan yang terendah di Kabupaten Banggai Kepulauan yaitu 0 kasus. [2] Kasus DBD di Sulawesi Tengah selama lima tahun terakhir cenderung meningkat, hal tersebut disebabkan mobilitas penduduk dan arus urbanisasi yang tak terkendali, perubahan iklim yang cenderung menambah jumlah habitat vektor, serta kurangnya peran serta masyarakat dalam pengendalian Demam Berdarah Dengue. [2] Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Palu, kasus DBD yang terbanyak terjadi di wilayah kerja Puskesmas Mabelo pura, dengan angka kejadian tertinggi pertama pada kelurahan Tatura Utara sebanyak 60 kasus. Di ikuti Kelurahan Tatura Selatan sebanyak 50 kasus, Kelurahan Pengau 35 kasus, Palupi 30 kasus, dan terendah pada kelurahan Tavanjuka yaitu sebanyak 13 kasus. [3] Peneliti memilih Kelurahan Tatura Utara sebagai tempat penelitian karena sesuai data, Kelurahan ini merupakan kelurahan yang memiliki kasus DBD tertinggi sepanjang tahun 2011.

METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey descriptive yaitu penelitian yang menggambarkan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat mengenai tindakan 3M di Kelurahan Tatura Utara. Dan tekhnik pengambilan sampel dilakukan dengan cara menggunakan metode proportional cluster random sampling dimana pengambilan sampel dilakukan secara acak pada kelompok individu dalam populasi, misalnya berdasarkan wilayah (kodya, kecamatan, dan kelurahan). Selanjutnya, sampel ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan eklusi dalam hal ini tekhnik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling atau pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan (kriteria inklusi dan eksklusi). Instrumen penelitian yang digunakan adalah berupa kuisioner yang terdiri dari 17 soal yang dimana 10 pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan merupakan pilihan jawaban (multiple choice). Dan 7 pertanyaan untuk mengetahui sikap masyarakat yang memiliki 5 item jawaban yang tersedia. Olahan data ini dilakukan dengan cara editing, coding, entry dan tabulating serta dianalisa data disesuaikan dengan variabel yang akan diuji. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputerisasi statistik atau dengan program Statistic Package for Social Science (SPSS) versi 17.0.

HASILTabel 4.1: Karakteristik Responden berdasarkan usiaUsiaFrekuensi (N)Persentasi (%)

22-33 tahun2525,5

34-45 tahun3838,8

46-56 tahun3535,7

Total 98100

Berdasarkan data diatas terlihat bahwa kelompok usia terbesar yang bersedia menjadi responden pada penelitian ini adalah kelompok yang berusia 34-45 tahun yaitu sebanyak 38 (38,8%) orang dan yang terendah pada kelompok usia 46-56 tahun yaitu 25 (25,5%) orang .Tabel 2: Karakteristik Responden Berdasarkan PendidikanPendidikanFrekuensi (N)Persentasi (%)

Tidak tamat SD--

SD33,1

SMP2020,4

SMA2727,6

Dll(D3/sarjana)4849,0

Total98100

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan D3 atau sarjana yaitu sebanyak 48 (49,0%) orang. Dan hanya sebagian kecil responden yang memiliki tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 3 (3,1%) orang. Dan tidak ada ressponden yang memiliki pendidikan terakhir tidak tamat SD.Tabel 3:Karakteristik Responden Berdasarkan PekerjaanPekerjaanFrekuensi (N)Persentasi (%)

PNS3939,8

Swasta3636,7

Wiraswasta2323,5

Total98100

Tabel diatas dapat menunjukan bahwa responden yang mepunyai jumlah paling banyak adalah yang bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 39 (39,8). Sedangkan yang paling sedikit adalahwiraswasta yaitu sebanyak 23 (23,5).Tabel 4: Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat PengetahuanTingkat PengetahuanFrekuensi (N)Persentasi (%)

Baik8182,7

Cukup1313,3

Kurang44,1

Total98100

Tabel 4 menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 88 (82,7%). Ada sebanyak 13 (13,3%) yang memiliki tingkat pengetahuan cukup. Dan sangat kecil yang memiliki tingkat pengetahun kurang yaitu 4 (4,1%).

Tabel 5: Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan UmurUsiaPengetahuanTotal

BaikCukupKurang

n % n % n % n %

22 - 33 28 80,0 6 17,1 1 2,9 35 100

34 - 45 32 84,2 4 10,5 2 5,3 38 100

46 - 56 21 84,0 3 12,0 1 4,0 25 100

Total 81 82,7 13 13,3 4 4,198 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa masyarakat yang berada pada kelompok umur 22-33 tahun mempunyai pengetahuan baik sebanyak 28 (80%), pengetahuan cukup sebanyak 6 (17,1%), dan pengetahuan kurang sebanyak 1 (2,9%). Pada kelompok umur 34-45 tahun, responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 32 (84,2%), yang berpengetahuan cukup sebanyak 4 (10, 5%), dan yang berpengetahuan kurang sebanyak 2 (5,3%). Sedangkan pada kelompok umur 46-56 tahun, responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 21 (84%), yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 3 (12%), dan yang memiliki pengetauan kurang sebanyak 1 (4,0%).Tabel 6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Kelompok Pendidikan TerakhirPendidikanTerakhirPengetahuanTotal

baikcukup kurang

n % n % n % n %

Tidak tamat SD - - - - - - - -

SD - - - - 3 100 3 100

SMP11 55,0 8 40,0 1 5,0 20 100

SMA24 89,9 3 11,1 - - 27 100

D3/Sarjana 46 95,8 2 4,2 - - 48 100

Total 81 82,7 13 13,3 4 4,1 98 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian responden yang berpengetahuan baik terdapat pada kelompok dengan tingkat pendidikan terakhir D3 ataupun sarjana yaitu 46 (95,8%). Sedangkan yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 2 (4,2%). Pada kelompok tingkat pendidikan terakhir SMA, yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 24 (89,9%), yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 3 (11,1%). Pada kelompok tingkat pendidikan terakhir SMP, responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 11 (55%), pengetahuan cukup sebanyak 8 (40%), dan pengetahuan kurang sebanyak 1 (5%). Pada kelompok tingkat pendidikan terakhir SD terdapat 3 (100%) yang memiliki tingkat pengetahuan kurang

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan PekerjaanPekerjaanPengetahuanTotal

baikcukup kurang

n % n % n % n %

PNS 33 84,6 5 12,8 1 2,6 39 100

Swasta 28 77,8 7 19,4 1 2,8 36 100

Wiraswasta 20 82,7 1 4,3 2 8,7 23 100

Total 81 82,7 13 13,3 4 4,1 98 100

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki status pekerjaan sebagai PNS adalah sebanyak 39.dan responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 33 (84,6%), yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 5 (12%), dan yang pengetahuan kurang sebanyak 1 (2,6%). Pada kelompok responden dengan status pekerjaan sebagai pegawai swasta, yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 28 (77,8%), yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 7 (19,4), dan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 1 (2,8%). Sedangkan pada responden yang memiliki status pekerjaan wiraswasta terdapat 20 (82,7%) yang memiliki pengetahuan baik, 1 (4,3%) yang memiliki pengetahuan cukup, dan 2 (8,7%) yang memiliki tingkat pengetahuan kurang.

Tabel 8: Distribusi Frekuensi Responden Menurut SikapSikapFrekuensi (N)Persentasi (%)

Baik9596,9

Cukup33,1

Kurang--

Total98100

Tabel 4.8 menggambarkan bahwa hampir semua responden memiliki sikap yang baik terhadap tindakan 3M yaitu 95 (96,9%). Sedangkan yang memiliki sikap cukup hanya 3 (3,1%). Dan tak ada responden yang memiliki sikap kurang terhadap tindakan 3M.

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan UmurUsia(Tahun)SikapTotal

baikcukup kurang

n % n % n % n %

22 - 33 35 100 - - - - 35 100

34 - 45 37 97,4 1 2,6 - - 38 100

46 - 56 23 92,0 2 8,0 - - 25 100

Total 95 96,9 3 3,1 - - 98 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berada pada kelompok umur 22-33 tahun memiliki sikap yang baik sebanyak 35 (100%) dan tak ada responden yang memiliki sikap cukup dan kurang terhadap tindakan 3M. Pada kelompok umur 34-45 tahun yang memiliki sikap baik adalah sebanyak 47 (97,4%), yang memiliki sikap cukup sebanyak 1 (2,6%) dan tidak ada yang memiliki sikapkurang terhadap tindakan 3M. Sedangkan pada kelompok umur 46-56 tahun terdapat 23 (92%) yang memiliki sikap baik, dan 2 (8%) yang memiliki sikap cukup terhadap tindakan 3M.

Tabel 10 Distribusi Frekuensi sikap Berdasarkan Kelompok Pendidikan TerakhirPendidikanTerakhirSikapTotal

baikcukup kurang

n % n % n % n %

Tidak tamat SD - - - - - - - -

SD 2 66,7 1 33,3 - - 3 100

SMP 18 90,0 2 10,0 - - 20 100

SMA 27 100 - - - - 27 100

D3/Sarjana 48 100 - - - - 48 100

Total 95 96,9 3 3,1 - - 98 100

Tabel diatas menunjukan bahwa pada kelompok responden yang tingkat pendidikannya D3 ataupun sarjana, terdapat 48 (100%) yang memiliki sikap baik terhadap tindakan 3M, dan tak ada responden yang memiliki sikap cukup ataupun kurang. Pada kelompok yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA terdapat 27 (100%) yang memiliki sikap baik terhadap tindakan 3M. Pada responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMP, terdapat 18 (90%) yang memiliki sikap baik dan 2 (10%) yang memiliki sikap cukup. Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan terakhir SD, terdapat 2 (66,7%) yang memiliki sikap baik dan 1 (33,3%) yang memiliki sikap cukup terhadap tindakan 3M.Tabel 11 Distribusi Frekuensi Sikap Berdasarkan Kelompok PekerjaanPekerjaanPengetahuanTotal

baikcukup kurang

n % n % n % n %

PNS 38 97,4 1 2,6 - - 39 100

Swasta 34 94,4 2 5,6 - - 36 100

Wiraswasta 23 100 - - - - 23 100

Total 95 96,9 3 3,1 - - 98 100

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa padaresponden yang bekerja sebagai PNS, terdapat 37 (97,4%) yang memiliki sikap baik dan 1 (2,6%) yang memiliki sikap cukup terhadap tindakan 3M. Pada kelompok responden dengan status pekerjaan sebagai pegawai swasta, terdapat 34 (94.4%) yang memiliki sikap baik terhadap 3M, sedangkan yang memiliki sikap cukup sebanyak 2 (5,6%). Dan responden dengan status pekerjaan wiraswasta, terdapat 23 (100%) yang memiliki sikap baik terhadap 3M.

PEMBAHASAN Dari hasil penelitian di Kelurahan Tatura Utara, didapatkan dari 98 responden sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 81 (82,7%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 13 (13,3%), sedangkan hanya sebagian kecil yang memiliki tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 4 (4,1%). Penelitian oleh Try Gerani Pretalia (2012)[4] yang dilakukan di kelurahan Birobuli Utara meneunjukan bahwa sebagian besar tingkat pengetauan responden adalah cukup (63%) sedangkan untuk tingkat pengetahuan baik (33%) dan tingkat pengetahuan kurang hanya sebagian kecil (4%). Hasil yang berbeda ini dapat di karenakan oleh beberapa faktor yaitu tingkat pendidikan, pekerjaan dan umur responden. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003)[5] yang menyatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh faktor internal yaitu pendidikan, pekerjaan, umur. Dan faktor external yang mencakup lingkungan dan sosial budaya.Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan masyarakat di Kelurahan Tatura Utara mengenai tindakan 3M berdasarkan karakteristik usia, diperoleh bahwa responden yang mempunyai pengetahuan baik mengenai tindakan 3M banyak pada rentan usia 34-45 tahun yaitu 32 (84,2%), pada rentan usia 22-33 tahun sebanyak 28 (80,0%) dan sedikit pada rentan usia 46-56 tahun yaitu 21 (84%). Sedangkan tingkat pengetahuan dengan kategori cukup, terbanyak pada rentan usia 22-33 tahun yaitu 6 (17,1%), pada rentan usia 34-45 tahun sebanyak 4 orang (10,5%), dan paling sedikit pada rentan usia 46-56 tahun yaitu 3 (12,0%). Pada tingkat pengetahuan dengan kategori kurang, terbanyak pada rentan usia 46-56 tahun yaitu 4 (4,1%), pada rentan usia 34-45 tahun terdapat 2 (5,3%), dan paling sedikit pada rentan usia 22-33 tahun yaitu 1 orang. Hal ini tidak sejalan dengan pernyataan Notoadmodjo (2010)[6] yang mengungkapkan bahwa usia juga mempengaruhi pengetahuan seseorang karena dengan bertambahnya usia maka akan bertambah pula intelektualnya. Hal ini juga dapat disebabkan oleh kurang aktifnya rentan usia 22-33 tahun dan 46-56 tahun dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang bertemakan kesehatan atau bahkan kurangnya mereka mendapat paparan informasi mengenai tindakan 3M baik dari media elektronik, media massa, maupun dari sumber informasi lainnya.Jika dilihat dari segi pendidikan terakhir didapatkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik adalah pada responden yang pendidikan terakhirnya D3 ataupun sarjana yaitu 46 (95,8%), dan hanya 2 orang (4,2%) yang memiliki pengetahuan cukup terhadap tindakan 3M sebagai tindakan pencegahan penyakit DBD. Untuk responden yang pendidikan terakhirnya SMA, terdapat 24 (89,9%) yang memiliki tingkat pengetahuan baik, dan 3 (11,1%) yang memiliki tingkat pengetahuan cukup. Pada responden dengan pendidikan terakhir SMP terdapat 11 (55,0%) yang memiliki tingkat pengetahuan baik, 8 (40,0%) memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 1 (5,0%) dengan tingkat pengetahuan kurang. Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan terakhir SD memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 3 (100%). Hasil ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Notoatmodjo (2007)[7] bahwa pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu salah satunya pendidikan. Dengan meningkatnya tingkat pendidikan seseorang maka meningkat pula tingkat pengetahuannya. Hal ini dapat terjadi karena dengan meningkatnya pendidikan seseorang maka akan lebih banyak informasi dan pengetahuan yang didapatkan.Jika ditinjau berdasarkan status pekerjaan, tingkat pengetahuan kategori baik terdapat paling banyak pada responden yang memiliki status pekerjaan sebagai PNS yaitu 33 (84,6%), dan paling sedikit pada responden yang memiliki status pekerjaan sebagai wiraswasta yaitu 20 (82,7%). Tingkat pengetahuan seseorang juga dapat di pengaruhi oleh faktor lingkungan seperti yang diungkapkan oleh Notoadmodjo (2003).[5] Menurut Notoadmodjo (2010)[6], sikap merupakan sikap tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat, dan emosi yang bersangkutan.baik itu reaksi positif ataupun reaksi negatif. Sikap memiliki 3 komponen pokok yaitu kepercayaan atau keyakinan seseorang terhadap objek, kehidupan atau evaluasi seseorang terhadap objek, dan kecendrungan untuk bertindak. Distribusi frekuensi sikap masyarakat di Kelurahan Tatura Utara mengenai tindakan 3M berdasarkan karakteristik usia, diperoleh bahwa responden yang mempunyai sikap baik mengenai tindakan 3M banyak pada rentan usia 34-45 tahun yaitu 37 (97,4%), pada rentan usia 22-33 tahun sebanyak orang 35 (100%) dan sedikit pada rentan usia 46-56 tahun yaitu 23 orang (92,0%). Sedangkan tingkat pengetahuan dengan kategori cukup hanya sebagian kecil saja yaitu ,pada rentan usia 46-56 tahun yaitu 2 (8,0%) responden, pada rentan usia 34-45 tahun sebanyak 1 (2,6%), dan tidak ada responden yang memiliki sikap dengan kategori kurang.Jika dilihat dari segi pendidikan terakhir didapatkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki sikap dengan kategori baik adalah pada responden yang pendidikan terakhirnya D3 ataupun sarjana yaitu 48 (100%). Untuk responden yang pendidikan terakhirnya SMA, terdapat 27 (89,9%) responden yang memiliki sikap baik. Pada responden dengan pendidikan terakhir SMP terdapat 18 (90.0%) responden yang memiliki sikap baik, dan 2 (20,0%) memiliki sikap cukup. Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan terakhir SD memiliki sikap baik sebanyak 2 (66,7%) dean yang memiliki sikap cukup sebanyak 1 (33,3%) responden.Jika ditinjau berdasarkan status pekerjaan, sikap dengan kategori baik terdapat paling banyak pada responden yang memiliki status pekerjaan sebagai PNS yaitu 38 (97,4%) dan yang memiliki sikap dengan kategori cukup sebanyak 1 (2,6%) responden. Responden yang memiliki status pekerjaan swasta terdapat sebanyak 34 (94,4%) yang memiliki sikap baik dan 2 (5,6%) responden yang memiliki sikap cukup terhadap 3M. Sedangkan responden yang memiliki status pekerjaan sebagai wiraswasta terdapat 23 (100%) responden yang memiliki sikap baik terhadap 3M.Hasil keseluruhan yang didapatkan dari responden mengenai sikap mereka terhadap tindakan 3M pada umumnya baik yaitu dari 98 responden terdapat 95 (96,9%) responden yang memiliki sikap baik. Dan hanya sebagian kecil yang memiliki sikap cukup terhadap tindakan 3M yaitu 3 (3,1%) responden. Pada penelitian yang dilakukan oleh Tri Gerani Pretalia (2012)[4] di Kelurahan Birobuli Utara, didapatkan hasil responden sebagian besar memiliki sifat cukup (50,0%) terhadap 3M. Hasil yang berbeda ini dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengalaman pribadi,lembaga pendidikan, dan kebudayaan seperti yang dikemukakan oleh Anzwar (2005)[8] yaitu pembentukan sikap juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, kebudayaan, media masa, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, dan faktor emosi dalam individu. Tingginya angka kejadian DBD di Kelurahan Tatura Utara kemungkinan karena sikap belum merupakan suatu tindakan tetapi merupakan predisposisi tindakan dan sesuatu yang belum tentu akan dikerjakan jika tidak mendapatkan dukungan dari masyarakat dan lingkungan sekitar, dan dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang memungkinkan keluarga untuk melakukan praktek pencegahan DBD. Karena berdasarkan data ABJ (angka bebas jentik) di peroleh bahwa masihlah sangat rendah presentasi ABJ yaitu 15,04% pada tahun 2012. Terdapat kelemahan pada penelitian ini yaitu desain yang digunakan merupakan kuantitatif, sehingga hanya dapat menggambarkan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat tentang pencegahan DBD.

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap tindakan 3M untuk mencegah terjadinya penyakit DBD di Kelurahan Tatura Utara tahun 2013 termasuk dalam kategori baik (82,7%). Tingkat sikap masyarakat terhadap tindakan 3M untuk mencegah terjadinya penyakit DBD di Kelurahan Tatura Utara tahun 2013 termasuk dalam kategori baik (96,9%). Saran bagi Petugas kesehatan diharapkan lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas penyuluhan-penyuluhan mengenai Demam Berdarah Dengue agar dapat meningkatkan pengetahuan keluarga. Bagi masyarakat Diharapkan agar masyarakat dapat berpartisipasi untuk untuk saling mengingatkan dan mengajak melakukan tindakan 3M untuk mencegah terjadinya penyakit Demam Berdarah Dengue. Dan untuk peneliti selanjutnya diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan penelitian dengan jenis kualitatif agar dapat menggali lebih dalam penyebab terjadinya kejadian DBD didalam keluarga dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA1. Sudoyo AW, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, Setiati, 2010, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I , ed 5, FKUI, Jakarta2. Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah, 2011, Profil Kesehatan Sulawesi Tengah Tahun 2011, Palu3. Dinas Kesehatan Kota Palu, 2012, Profil DBD Tahun 2012, Palu4. Pretalia, 2012, Gambaran Perilaku Pencegahan DBD (3M) Pada Keluarga di Kelurahan Birobuli Utara Kecamatan Palu Selatan Tahun 2012, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Palu5. Notoatmodjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta6. Notoatmodjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta7. Notoatmodjo, 2007, Kesehatan masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta8. Azwar S, 2005, Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta1