Transcript of Naskah Drama Musikal.docx
Become Your Destiny
Karya : Muhammad Arif Ali Wasi
Pemeran :
6. Pembaca Puisi 7. Penyanyi putra dan Putri
8. Di dukung pemeran figuran dan penari latar, serta musisi
panggung.
Pembukaan :
(Lagu “Mengejar Matahari”, dengan musik gendang, suling, piano,dll
di kolaborasi. Lagu
diiringi dengan tarian dan dua penyanyi yang terdiri dari 1 putra
dan 1 putri. Selesai, masuk ke
puisi dengan diiringi relaxing piano music. Panggung hanya
ada sebuah bangku memanjang dan
terdapat satu orang yang duduk terpaku dengan secarik kertas dan
pulpen yang dipegangnya. Ia terlihat sangat ambisius dengan kertas
yang dipegangnya. Sedangkan banyak orang yang berlalu
lalang di hadapannya. Ada sang penjual, pengemis, anak kecil
menangis, anak-anak bermain.
Panggung dijadikan suasana hidup
Pembacaan puisi menjadi pusat sentral di tengah panggung,
menceritakan kehidupan desa yang
aman, damai, sejahtera, dan sang puisi menunjukan seorang anak muda
yang duduk ambisius dengan secarik kertas. Anak muda itu sedang
merancang masa depan, dengan membuat cita-cita
yang ia tuliskan di selembar kertas itu. Pembacaan puisi
selesai)*
Seorang wanita berpenampilan anggun melewati depan pemuda itu,
semua mata laki-laki yang di
dalam panggung itu melihat dirinya (ada istrinya yang sentil kuping
suaminya yang menatap
wanita lewat tersebut) kecuali dengan pemuda yang dari tadi
ambisius dengan kertasnya. Wanita
itu heran dengan pemuda, kenapa semua pria melihat dirinya tetapi
hanya pemuda itu yang tak tertarik. Sang wanita mendekati pemuda
tersebut, dengan mengibaskan rok panjangnya ketika
berjalan, dll bertujuan untuk mencari perhatian. Efek musik
jail. Belum berhasil, akhirnya wanita
itu berhenti dan berada di sampingnya dengan mengeluarkan suara
batuk pelan, tidak berhasil suara batuk medium, tidak berhasil, dan
akhirnya suara batuk keras, berhasil. Pemuda itu melihat
wanita yang berada di samping dengan heran, wanita itu salah
tingkah dan tebar pesona.)
W : “Apa yang sedang kamu perbuat wahai pemuda yang belum ku
ketahui namanya.”
(tersipu malu)
W : “Iya, kamu kok tau?”
P : “Siapa yang tidak mengenal dirimu? Kau seorang wanita baik dan
pintar dari anak seorang pemimpin di desa ini, Banyak orang yang
menyukaimu, teman-temanku juga. Kau
bahkan berpendidikan tinggi dibanding kami. Pantaslah jika
semua orang mengagumimu?”
Wanita itu tak bisa berkata apa-apa ia terharu bahagia dan sangat
senang dipuji oleh pemuda itu.
W : “Jadi, apakah kamu juga mengagumiku?”
P : “Jelas.” (Wanita itu tersipu malu). “Jelas tidak. Aku sudah
memiliki seorang kekasih
idaman hati.”
Dari muka yang tersipu malu, wanita itu kaget setengah mati.
Seakan-akan cintanya ditolak mentah-mentah.
P : (pemuda heran dengan perilaku wanita tersebut) “Kamu
kenapa?”
W : “Oh. Gak pa-pa. Oh ya, saya perhatikan daritadi kamu duduk
disini terus? Apa yang
kamu perbuat?
P : “Oh ini.” (ia menunjukan lembaran kertas) “Aku sedang merancang
masa depan, aku
ukir di lembaran ini dan akan kupajang di tempat yang selalu aku
melihatnya. Aku yakin, akan menimbulkan suatu semangat di setiap
usahaku untuk meraih itu semua.
Wanita itu melihat lembaran kertas dengan mengambilnya tiba-tiba
dari tangan pemuda itu, pemuda itu sedikit tidak ikhlas saat
diambil kertasnya.
W : “Target semester ini, mengumpulkan uang sebanyak mungkin.
Target semester depan
masuk sekolah menyelesaikan semester akhir di SMA yang sempat
berhenti dan lulus SMA.
Target selanjutnya masuk Sekolah Tinggi Sandi Negara. (kertas
diambil dari tangan wanita oleh pemuda) Kamu
bermimpi?”
P : “Iya, ada yang salah?”
W : “Saranku, berpikirlah realitas dan lakukanlah yang terbaik hari
ini. Cukup.”
P : (diiringi piano, lagi Nidji-Laskar Pelangi) “Mimpi adalah
kunci, untuk kita
menaklukan dunia. Berlarilah, tanpa lelah sampai engkau
meraihnya.”
(Suara drum masuk, lanjut lagu Laskar pelangi diiringi musik dan
penari yang membuat suasana
panggung hidup. Saat lagu berlanjut dilanjutkan dengan
membuat setting baru dan persiapan
scane baru. Setting sebuah ruangan pemimpin desa atau ayahnya W.
Terdapat pot bunga, meja kantor, kursi pejabat, ruang tamu dengan
meja bagus serta kursi sofa.)
Musik berganti dengan intro lagu Bento-Iwan Fals. Di dalam panggung
terdapat sang Ayah dengan baju Jas dan dua orang pembantu laki-laki
(Babu1) dan perempuan (Babu2) yang sedang
merapihkan ruangan ayah dan ruang tamu dalam satu panggung.
Ayah : “ Namaku Bento (ganti nama asli) rumahku mewah.
Mobilku banyak, istripun banyak.
Orang memanggilku, pemimpin hebat. Tokoh yang terhormat, hormat
semuanya. Asik!
Si wanita atau sang anak ayah masuk ruangan ayah dengan merenung.
Ayahnya bingung dan
menghampiri wanita itu yang terduduk lesu di ruang tamu.
Ayah : “Kamu kenapa anakku? Kok murung entar dipatok burung,
loh.”
Babu1 : (langsung nyahut) “Ih tuan, pikirannya.”
Ayah : “Sstt! Coba kamu ceritakan sama Papa. Papa akan mengabulkan
semua permintaanmu tanpa terkecuali.”
Babu1 : “Kayak jin-nya Aladin aja, Tuan.” (nyeletuk)
Ayah melirik tajam ke Babu1 tanpa bersuara, si Babu1 mangut dan
mengerjakan pekerjaan
rumah kembali.
Wanita : “Ayah, aku sedang jatuh cinta Ayah. Tetapi sayangnya pria
itu sudah punya wanita lain.
Ayah pernah merasakan jatuh cinta?” (tanya dengan lugu)
Babu1 : “YA IYALAH, ISTRINYA BUANYAK. Setiap waktu, pasti jatuh
cinta. Ups.” (Langsung diam, dan dengan tampang tak berdosa kembali
ke aktifitasnya)
Ayahnya langsung melihat tajam ke arah Babu1, setelahnya mau bicara
dengan si wanita tetapi disela oleh wanita.
Wanita : “Oh iya-ya.”
Ayah : “Kamu sedang jatuh cinta dengan putra dari keluarga
terpandang yang mana, anakku?
Papah pasti mengizinkanmu.
Wanita : “Bukan, bukan Ayah. Aku sedang jatuh cinta dengan pemuda
desa. Ia pemuda yang
baik hati, teguh, kuat, dan mempunyai mimpi yang
hebat.”
Ayah diam tanpa ekspresi, kemudian Babu2 (perempuan) datang
membawakan cangkir berisi air
untuk Ayah dan wanita tersebut. Kemudian pergi. Si Ayah yang tanpa
ekspresi, minum air
tersebut.
Ayah : “APAAA?!!!!!!” (memuncratkan air di dalam mulutnya, seketika
wanita kabur dari
kursinya dan si Babu1 kaget langsung menghentikan
aktifitasnya)
Wanita : (sambil berdiri, shock lihat ayahnya kaget) “Kenapa
papah?”
Ayah : “Kamu bisa jatuh cinta dengan pemuda desa yang tidak
berpendidikan? Apa kata
pejabat?” (logat Apa Kata dunia)
Wanita : “Iya Ayah, aku sudah mantap, jika harus menikahinya walau
umur kita masih remaja.”
Babu1 yang berada dekat dengan wanita maju mendekatinya.
Babu1 : “Saya siap nyonya.” (tawar dengan pesona)
Wanita jijik dengan babu1. Ayah mendekati wanita dan mendorong jauh
si babu1 ke belakang.
Ayah : “Anakku, kita dari keluarga yang terpandang. Bisakah kamu
mencari jodoh dari
keluarga yang terpandang juga? Yang selevel gitu?”
Wanita : “ Dia istimewa, dia mempesona, semuanya jadi indah,
Bila didekatnya.” (pakai nada
diiringi piano)
Ayah : “Baiklah, jika itu maumu. Coba kamu bawakan pemuda itu ke
hadapan papah.”
(suara petir dan musik tegangpun berbunyi. Wanita tersebut pergi
mencari pemuda, panggung
remang terlihat hanya aktifitas si ayah yang tidak tenang menunggu
kehadiran putrinya dan
pemuda yang akan dibawanya. Di dalam panggung hanya ada Ayah
yang galau dikursinya, dan Babu1 yang masih merapikan
ruangan.)
Si wanita datang membawa pemuda, lampu kembali terang. Si Ayah
beranjak berdiri dari kursi
pejabatnya lalu menghampiri wanita dan pemuda di tengah
panggung.
Wanita : “Papah, inilah pemuda yang kumaksud.”
Ayah : “Sepatu robek, celana kumuh, baju serampangan, ram but
sedikit botak, ini levelmu wahai anakku? Oh Em Ji.
Wanita : “Papah, jangan melihat dari penampilan luarnya. Lihatlah
dari dalamnya!” (merengek)
Babu1 : “IH WAW!!!”
Ayah : “Apa kamu bilang? Kamu suruh papa menilai dalamnya?” (kaget
dan mengernyitk an
muka)
Ayah : (kembali menjaga wibawa) “ Oh, itu.”
Wanita : “Iya Papah. Tolong beri ia harapan.”
Si Pemuda masih terdiam bingung melihat apa yang ada di
hadapannya.
Ayah : “Baiklah, kalian duduk dulu.”
Si wanita mengajak pemuda duduk di ruang tamu. Sedangkan Ayah
bingung mondar-mandir di
depan kursi.
Ayah : “Inem! Tolong bawakan minum buat tamu ini.” (meneriaki
samping panggung)
Ayah beranjak duduk di bangku ruang tamu.
Ayah : “Jadi wahai pemuda, apa motivasimu menyukai anakku?” (tanya
serius oleh Ayah)
P : “Heh? (salah tingkah, menjaga sikap) Maaf, Pak. Sepertinya
Bapak salah paham, coba
tolong kamu jelaskan kepada bapakmu.” (meminta si
wanita)
W : “Iya Papah, kami saling menyukai tolong restui kami.” (pegang
tangan si pemuda)
P : “Wus ngawur kamu. Bukannya kamu ngajak saya, karena kamu
menawarkan
pendidikan gratis untuk saya lulus SMA? Kok jadi
gini?”
W : “Jika kamu menerima aku, kamu akan sekolah gratis hingga kamu
jadi orang. Papah sanggup biayai kamu.”
Ayah kaget, mau bicara tapi disela sama pembicaraan
selanjutnya.
P : (berdiri) “Hei, ingat yah. Saya tidak akan menggapai mimpi
dengan menghalalkan
berbagai cara. Ngapain saya harus berbuat yang tak wajar
untuk menggapai tujuan saya.”
W : (berdiri) ”Yang kamu butuhkan sekarang hanya uang untuk biaya
sekolah kan? Masa
Cuma gini saja, gak mau! Sok suci kamu!”
P : “Ungkapanmu itu sama saja, menghalalkan mencuri untuk
kekayaanmu. Atau sama
saja, membodohi semua orang untuk mendapatkan sanapati cendikia!
Huh.
Ayah : “Cukup, kenapa kalian jadi bertengkar!”
W & P : “Berisik!”
Ayah kaget dengan berekspresi ketakutan tetapi terlihat lucu. Babu2
masuk ke dalam panggung memecah kesunyian dengan membawakan rantang
berisi teko air, dan gelas. Si Pemuda terdiam
melihat Babu2, Babu2 tidak menyadari pemuda memandanginya. Yang
Babu2 perbuat hanya
menunduk dan membawakan rantang itu serta membereskannya di atas
meja ruang tamu. Si Wanita melihat pemuda yang sedang menatap
babu2, si wanita itu ikut-ikutan melihat babu2.
Dan si Ayah heran melihat pemuda dan wanita yang saling bertatapan
melihat si Babu2.
P : “Inem?”
Ayah : “Pemuda, kamu kenal wanita bisu itu?”
W : “Jangan- jangan….”
P : (menarik tangan Inem ke ujung panggung) “Inem, abang dan
keluarga abang semua
mencarimu, ternyata kamu ada di rumah ini. Kenapa kamu tidak pamit
dulu sama kami.
Sekarang kamu ikut abang pulang, yah.” (menarik keluar
panggung)
Ayah : “Hei, jangan sembarangan kamu! Si Inem sudah saya kontrak
sebagai pembantu saya
selama satu tahun. Kalau kamu ajak dia pergi otomatis gaji selama
ia bekerja tidak akan kubayar.”
W : “Kamu lebih memilih dia daripada aku?” (ekspresi
lebay)
Babu1 : “Tenang neng, masih ada abang disini.”
(nyeleneh)
W : “DIAM KAMU!”
P : “Kalau iya, kamu anggukan kepala.” (bicara dengan
Inem)
Si Inem menggelengkan kepala.
P : “Inem, percaya sama abang. Abang akan berusaha keras untuk Inem
dan keluarga abang. Untuk cari uang, buat abang sekolah sampai
lulus, tembus kuliah di STSN, dan punya
penghasilan lebih buat Inem dan keluarga. Abang yakin. Jika
sekarang pilihan Inem untuk
bekerja, abang harap Inem jangan memaksakan diri.
Satu persatu lampu gelap, diiringi musik syahdu setelah dialog
akhir pemuda. Panggung di
setting polos dengan ditutupi selimut hitam. Lilin yang mengitari
panggung dinyalakan dan
hanya lampu kuning yang menyala.
Slide Show di proyektor.
Inem adalah seorang gadis bisu yatim piatu yang diasuh oleh
keluarga sang pemuda desa.
Seiring dengan berjalannya waktu, Inem merasa menjadi beban
keluarga sang pemuda, hingga
membuat pemuda tersebut putus sekolah. Ia merasa bersalah dan
akhirnya memilih bekerja sebagai pembantu di rumah sang
pemimpin desa tanpa izin dari pemuda dan keluarganya.
Setelah bertemunya dua insan tersebut, sang pemuda perlahan-lahan
meraih impiannnya yang ia ukir di selembar kertas.
Yaitu…
Bekerja untuk biaya sekolah
Ia akhirnya bekerja sebagai penjaga toko baju di pasar, serta
diluar itu ia menawarkan jasa
angkutan barang di pasar. Penghasilannyapun terbilang cukup, ia
tabung untuk biaya sekolah selama satu semester kedepan. Dan
akhirnya semester selanjutnya ia berhasil masuk sekolah
dan menyelesaikan pendidikan SMA nya. Dapat diambil satu hikmah,
mimpi itu butuh
perjuangan.
Masuk Sekolah Tinggi Sandi Negara
Banyak orang yang membicarakan Sekolah Tinggi Sandi Negara
adalah sekolah gratis dalam
biaya hidup dan kuliah. Bahkan lulusannya terbilang memiliki
penghasilan yang lebih dari
cukup. Itu menjadi semangat juang bagi sang pemuda untuk
melanjutkan pendidikannya, dengan biaya gratis.
Lihatlah pendidikan di luar sana, biaya masuk hingga puluhan
juta, Biaya per semester, Biaya Makan, Biaya tempat tinggal,
Biaya ini dan itu. Masih kurang bersyukurkah orang yang
menempuh kuliah di STSN?
Ya, inilah motivasi sang pemuda untuk masuk ke sekolah
tersebut.
Mempelajari dan mendalami ilmu kriptografi, mengabdi kepada
nusa dan bangsa, bla.. bla.. bla..
Bukan itu tujuan utama, melainkan…
Meringankan beban keluarga.
Lihatlah takdir yang berjalan, semua akan indah pada
waktunya. Jika kalian punya tujuan yang
suci.
(Setting baru dengan panggung kosong dan slide pemandangan
pedesaan. Di tengah panggung
sudah berdiri sang pemuda dengan seragam STSN. Intro lagu Bintang
yang bersinar-Debo mulai.
Suasana desa kembali tergambarkan)
P : “Aku pernah bermimpi, menjadi bintang yang paling bersinar, ku
tak menyangka ini
tejadi
Kegagalan yang pernah ku alami, menjadikanku semakin kuat,
aku bersyukur jadi
seperti ini
Kebahagiaan ini janganlah cepat berlalu, karna tak mudah
untuk menggapainya, ku
berjanji akan menjaga semua
Terimakasih Tuhan, atas sgala anugrah yang Kau beri kepadaku.
Semoga „kan tetap
abadi”
Monolog oleh sang pemuda, diiringi musik Tanah air dengan tempo
yang diperlambat.
P : “Hidup tanpa impian serta tujuan, bagai mayat yang berjalan
tanpa ada maksud.
Dengan mimpi, dapat mengubah kemiskinan menjadi kekayaan. Berawal
dari mimpi, mengubahku dari pemuda desa, menjadi seorang gagah yang
mengabdi pada negara.
(menunjukan baju STSN yang dikenakan) Dari sebuah mimpi, dapat
mengubah kesulitan menjadi kemudahan.
Mahatma Gandhi said
Your Values Become Your Destiny (tampilkan di slide)
Keyakinanmu akan menjadi pikiranmu..
Pikiranmu akan menjadi perkataanmu…
Perkataanmu akan menjadi tindakanmu…
Nilaimu akan menjadi takdirmu…
Ya, dari sebuah kepercayaan akan menggapai kita ke dalam sebuah
tujuan melalui rangkaian perjalanan hidup.”