Post on 06-Nov-2020
1
MONITORING BIODIVERSITY
DI WILAYAH KERJA PT. PLN (PERSERO) INDRALAYA
PT. PLN (PERSERO) PEMBANGKITAN SUMBAGSEL
SEKTOR DALKIT KERAMASAN
PUSAT LISTRIK INDRALAYA
2016
2
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Esensi pembangunan nasional di segala bidang dewasa sekarang ini adalah
pembangunan yang seimbang dan berwawasan lingkungan sebagaimana tercantum
dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, mewajibkan semua jenis usaha dan / atau kegiatan melakukan
perlindungan terhadap lingkungan sebagai upaya konservasi terhadap kerusakan yang
ditimbulkan akibat kegiatan yang dilakukan. Salah satu yang dilindungi dalam undang-
undang tersebut adalah keanekaragaman hayati / biodiversitas. Cara yang paling
efektif menjaga keanekaragaman hayati di suatu ekosistem adalah melestarikan
komunitas hayati secara utuh.
Di dalam pengelolaan suatu kawasan secara lestari terjadi pencapaian
keseimbangan antara fungsi, produksi, lingkungan dan sosial, ketiga fungsi tersebut
akan berjalan dengan baik apabila masing-masing fungsi dapat terlaksana secara
sinergis dan berkelanjutan, ketika salah satu dari ketiga jenis tersebut terganggu
maka keseimbangan ekosistemnya akan menjadi terganggu. Dalam konteks ini
konservasi keanekaragaman hayati (biodiversity) merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari pengertian konservasi sumberdaya alam hayati. Selain itu, dengan
ratifikasi konservasi keanekaragaman hayati (Biodiversity Convention) oleh Pemerintah
Indonesia melalui Undang-undang No.5 Tahun 1994, konservasi keanekaragaman
hayati telah menjadi komitmen nasional yang membutuhkan dukungan seluruh lapisan
masyarakat dan pihak perusahaan, sebagai wujud ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
PT PLN (Persero) Indralaya merupakan perusahaan penyedia jasa kelistrikan
yang terletak di Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Sebagai implementasi terkait
kebijakan pembangunan berwawasan lingkungan sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, maka perusahaan wajib melakukan perlindungan terhadap
lingkungan sebagai upaya konservasi di wilayah kerja tempat kegiatan beroperasi.
Salah satu upaya dalam melakukan perlindungan lingkungan hidup, PT. PLN (Persero)
Indralaya adalah melakukan revegetasi pada lahan yang terdapat di dalam wilayah
kegiatan. Area yang telah di revegetasi tersebut disebut sebagai ruang terbuka hijau
(RTH) oleh perusahaan. Adanya ruang tebuka hijau tidak hanya berfungsi untuk
3
mengurangi dampak pencemaran udara tetapi juga dapat menyediakan habitat bagi
satwaliar yang terdapat disekitar wilayah tersebut.
Berkaitan dengan ruang terbuka hijau sebagai habitat bagi satwa, perlu untuk
dilakukan studi terhadap keanekaragaman hayati (Biodiversity) pada area sekitar
wilayah kegiatan tersebut. Studi tentang keanekaragaman satwa di sekitar kawasan
tersebut sangat penting dilakukan sebagai antisipasi dampak dari kegiatan dengan
memonitoring kelangsungan hidup dan keberadaan satwa-satwa terutama satwa yang
dilindungi, hal ini sangat diperlukan sekali dalam hal perlindungan keanekaragaman
hayati. karena kegiatan survey biodiversity merupakan langkah awal untuk
menentukan prioritas konservasi terhadap keanekaragaman hayati dalam suatu
kawasan, oleh karena itu salah satu kegiatan yang perlu dilakukan oleh pihak
perusahaan adalah menginventarisasi dan melakukan pemantauan keberadaan flora
dan fauna di sekitar kawasan yang dikelola atau di kawasan lindung, kegiatan tersebut
sangat dibutuhkan untuk memonitoring kelangsungan hidup dan keberadaan satwa-
satwa terutama satwa yang dilindungi, hal ini sangat diperlukan sekali dalam hal
perlindungan flora dan fauna. Mengacu pada Undang-undang No.5 Tahun 1990
tentang konservasi sumberdaya hayati dan ekosistemnya, kegiatan pengelolaan
kawasan lindung dilakukan untuk :
1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan.
2. Pengawetan keanekaragaman spesies tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya.
3. Pemanfaatan lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
Kondisi biodiversitas suatu daerah merupakan indikator yang bisa dipergunakan
untuk menentukan kualitas suatu lingkungan, kondisi biodiversitas sendiri bisa dilihat
dari keterwakilan spesies-spesies yang ada di lokasi tersebut seperti jenis mamalia,
ikan, burung, herpetofauna, dan jenis-jenis lainnya, Dengan demikian, hasil dari
kegiatan studi ini dapat membantu segala pihak khususnya dalam rekomendasi
mengenai langkah-langkah strategi konservasi dalam upaya pelestarian serta
membantu menyajikan dokumen mengenai profil keanekaragaman hayati suatu
kawasan serta bagi perusahaan memberikan kontribusi nyata dalam hal konservasi
untuk menentukan kebijakan pembangunan dan pengembangan serta pengelolaan di
suatu daerah.
4
1.2. Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan survey ini mencakup upaya inventarisasi flora-fauna, di dalam dan di
sekitar kawasan PT. PLN (persero) sektor Indralaya. Kabupaten Ogan Ilir, Survei
biodiversity meliputi inventarisasi jenis-jenis fauna yang termasuk dalam kelompok
mamalia, aves, nekton, herpetofauna (reptil dan amfibi), dan kelompok serangga
diwakili kupu-kupu dan capung. serta struktur komposisi vegetasi yang dapat
ditemukan di kawasan.
Keseluruhan data yang diperoleh berupa hasil identifikasi fauna dan komposisi
vegetasi tumbuhan di lokasi akan di analisis keanekaragamannya dan status
konservasi, sedangkan untuk flora struktur komposisinya. Inventarisasi melalui
metode-ekologi yang telah ditetapkan mengacu pada pedoman panduan pengumpulan
data keanekaragaman flora dan fauna (LIPI, 2004).
1.3. Tujuan Utama Kegiatan
1. Mengumpulkan data keanekaragaman hayati mengenai komposisi,
keanekaragaman, dan menentukan keberadaan spesies flora-fauna yang berada
dalam kawasan tersebut terutama jenis flora-fauna yang dilindungi di dalam
kawasan.
2. Memberikan rekomendasi terkait hasil studi sehubungan dengan aksi
perlindungan dan pengelolaan keanekaragaman hayati flora dan fauna khususnya
yang terdapat dalam kawasan.
1.4. Manfaat Kegiatan
Studi kajian ini diharapkan menjadi sebagai data dasar (database) dan
informasi ilmiah bagi pihak PT. PLN (Persero) Inderalaya khususnya tentang potensi
keanekaragaman hayati sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan terkait
dengan pengelolaan dan perlindungan keanekaragaman hayati di dalam dan di sekitar
kawasan PT. PLN (Persero) Inderalaya.
5
1.5. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan UnitedNations
Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
mengenai Keanekaragaman Hayati)
3. Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 tahun 2009 tentang
Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati Di Daerah.
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
6. Keppres No. 32 tahun 1990, tentang Pengelolaan kawasan lindung, yang
dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi biogeofisik wilayah yang
mempunyai karakteristik dan keunikan masing-masing.
6
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keadaan Umum Wilayah
a. Letak Geografis dan Luas Wilayah
Kecamatan Indralaya merupakan bagian wilayah dari Kabupaten Ogan Ilir yang
terbentuk melalui Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2003 merupakan hasil pemekaran
dari Kabupaten Ogan Komering Ilir. Secara geografis terletak diantara 3o 02' sampai 30
048' Lintang Selatan dan diantara 1040 20' samp ai 104o48' Bujur Timur, dengan luas
wilayah 52,36 Km2 atau 5,236 Ha dan mempunyai ketinggian tempat rata-rata 8 meter
di atas permukaan laut.
Batas wilayah administrasi Kecamatan Indralaya sebagai berikut:
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Indralaya Utara
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Indralaya Selatan
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Indralaya Utara
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Pemulutan Barat
b. Kondisi Tanah pada Kabupaten Ogan ilir
Jenis tanah didominasi oleh jenis tanah Alluvial dan jenis tanah Podsolik.Jenis
Tanah alluvial terdapat di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ogan yang tersebar di seluruh
wilayah kecamatan dengan warna tanah kelabu atau kecoklatan, keadaan tanahnya
liat, berpasir dan lembab apabila musim kering akan menjadi keras. Tanah alluvial
memiliki susunan humus yang kaya bahan organik yang berasal dari endapan
limpasan air sungai. Tanah podsolik terdapat di daratan yang tidak mengalami
penggenangan pada musim hujan, tingkat kesuburan lebih rendah dibandingkan
dengan jenis tanah alluvial.
Tabel 2.1. Rincian turunan jenis tanah yang ada di beberapa wilayah lokasi.
1. Alluvial Hidromorf Endapan Liat
Meliputi Wilayah Kecamatan Pemulutan, Pemulutan Barat, Pemulutan Selatan, Tanjung Batu, Tanjung Raja, Sungai Pinang, Rantau Panjang, Rantau Alai, kandis, Indralaya, Indralaya Utara dan Kecamatan Indralaya Selatan
2. Assosiasi Gley Humus dan Organosol
meliputi Wilayah Kecamatan Tanjung Raja, Rantau Panjang, Rantau Alai, Kandis, Indralaya, Indralaya Utara dan Kecamatan Indralaya Selatan
7
c. Iklim dan Curah Hujan
Kecamatan Indralaya yang merupakan bagian dari Kabupaten Ogan Ilir adalah
daerah yang mempunyai iklim Tropis Basah (Tipe B) dengan musim kemarau berkisar
antara bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, sedangkan musim hujan berkisar
antara bulan November sampai dengan bulan April. Curah hujan di suatu wilayah
(tempat) dipengaruhi oleh keadaan iklim, geografi, dan perputaran/pertemuan arus
udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun
pengamat. Pada tahun 2006 (dari 3 kecamatan yang memiliki alat pendeteksi hujan),
rata-rata curah hujan per tahun berkisar antara 161,60 mm sampai 201,50 mm dan
rata-rata hari hujan berkisar antara 6,25 sampai 9,75 hari per tahunnya.
d. Topografi
Topografi Kecamatan Indralaya merupakan hamparan dataran rendah berawa
yang luas. Wilayah daratan mencapai 65 % dan rawa 35 %.
e. Hidrologis
Kecamatan Indralaya dialiri oleh anak-anak sungai yang sangat kecil yaitu anak
Sungai Ogan yang mengalir mulai dari Kecamatan Muara Kuang, Tanjung Raja,
Rantau Alai, Indralaya dan Pemulutan, dan bermuara di Sungai Musi di Kertapati,
Palembang yang lebih dikenal dengan muara ogan. Sungai kecil antara lain sungai
Kelekar, sungai Rambang dan sungai Randu, semua sungai kecil ini bermuara di
sungai Ogan serta sungai Keramasan yang bermuara di sungai Musi. (Sumber:
http://www.oganilirkab.go.id).
f. Flora dan Fauna
Flora dan fauna yang terdapat di daerah ini berupa tanaman dan binatang tropis.
Tanaman hutan yang ada antara lain: akasia, terentang, gelam, pelawan dan
petanang. Tanaman perkebunan yang terkenal adalah karet, tebu, jeruk, Disamping itu
terdapat buah-buahan seperti rambutan, nangka, jeruk, semangka, singkong, pepaya,
dan pisang. Tanaman pangan yang terdapat di daerah ini adalah padi, palawija, dan
sayur-sayuran. Hewan peliharaan yang ada adalah sapi, kerbau, kambing, domba,
ayam dan itik. Binatang yang terdapat di daerah ini kebanyakan binatang liar, antara
lain babi hutan, ular, kera macaca, dan biawak.
8
2.2. Tinjauan Umum Keanekaragaman Hayati (Biodiversity)
Sumatera Selatan merupakan wilayah yang memiliki sumberdaya alam hayati
yang tinggi dan tersebar di seluruh pelosok wilayahnya. Di lain sisi, kemajuan
pembangunan nasional terus berlanjut menuju era industrialisasi, sementara itu
pemantauan mutu lingkungan memerlukan perhatian khusus sebagai dampak dari sisi
lain pembangunan nasional, meskipun Indonesia telah menganut azas pemanfaatan
secara lestari namun kerusakan lingkungan akibat pembangunan tidak dapat
dihindarkan.
Sumberdaya alam hayati yang meliputi keanekaragaman flora dan fauna
mempunyai fungsi dan manfaat sebagai unsur pembentuk lingkungan hidup yang
kehadirannya tidak dapat diganti. Mengingat sifatnya yang tidak dapat diganti dan
memiliki kedudukan serta berperan penting bagi kehidupan manusia, maka upaya
konservasi sumberdaya alam hayati flora dan fauna menjadi kewajiban mutlak bagi
setiap generasi. Upaya-upaya konservasi tidak akan mendapatkan hasil seperti yang
diharapkan tanpa dukungan dan peran serta aktif dari segenap lapisan masyarakat.
Oleh karena itu salah satu upaya yang dianggap strategis dan efektif oleh Pemerintah
adalah dengan menetapkan berbagai macam kekayaan sumberdaya alam hayati.
Penyebab utama penurunan keanekaragaman hayati pada suatu bentang alam
adalah kegiatan konversi hutan ke sistem pertanian yang intensif dan cenderung
monokultur. Keanekaragaman hayati memiliki peran yang penting untuk menjaga
keberlangsungan suatu ekosistem, hanya saja tekanan ekonomi seringkali mengurangi
tingkat penghargaan manusia terhadap peran keanekaragaman hayati. Untuk
mengimbangi tersebut, perlu adanya suatu upaya inventarisasi data awal biologi yang
nantinya dapat berkontribusi terhadap konservasi keanekaragaman hayati. Metode
penilaian terhadap keanekaragaman hayati (biodiversity) perlu dilakukan untuk
mengidentifikasi informasi-informasi yang nantinya diperlukan pihak-pihak yang
diuntungkan dari keanekaragaman hayati, Terkadang ketidak tersediaan data
inventarisasi keanekaragaman hayati yang ada di lokasi menjadi kendala utama dalam
rangka monitoring lingkungan di suatu. Kawasan. Ketiadaan data umumnya
disebabkan oleh tidak adanya database mengenai biodiversity suatu wilayah yang
telah dikembangkan menjadi suatu kawasan sehingga untuk itu perlu dilakukan survey
melalui metode-metode ekologi terhadap suatu untuk menginventarisasi potensi
sumberdaya hayati yang ada meliputi flora dan fauna.
9
2.3. Ekosistem Hutan
Menurut Soerianegara & Indrawan (1978) hutan adalah masyarakat tetumbuhan
yang dikuasai atau didominasi oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan
yang berbeda dengan keadaan di luar hutan. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu
yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan
keberadaannya sebagai hutan tetap (Keputusan Menteri Kehutanan RI, No.70/Kpts-
II/2001).
Vegetasi yaitu kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh bersama-
sama pada satu tempat di mana antara individu-individu penyusunnya terdapat
interaksi yang erat, baik di antara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewan-hewan
yang hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut. Dengan kata lain, vegetasi tidak
hanya kumpulan dari individu-individu tumbuhan melainkan membentuk suatu
kesatuan di mana individu-individunya saling tergantung satu sama lain, yang disebut
sebagai suatu komunitas tumbuh-tumbuhan (Soerianegara & Indrawan, 1978).
Semak adalah hutan yang telah terdegrasi karena penebangan, bekas
kebakaran atau bekas perladangan yang telah mengalami suksesi. Tumbuhan yang
dominan adalah tumbuhan rendah, herba, pohon pionir dan tumbuhan berkayu tingkat
rendah lainnya. Tajuk hutan terbuka atau tidak ditemukan pohon yang berdiameter
besar.
Belukar adalah bentuk suksesi hutan sekunder setelah penebangan atau
kerusakan lainnya menjadi komunitas vegetasi yang dominasi oleh pohon-pohon
pionir, jarang ditemukan pohon komersial berukuran besar serta penutupan tajuknya
terbuka (terfragmentasi). Sedangkan perladangan dan sawah adalah areal budidaya
tanaman pangan, sawah dan kebun masyarakat serta pemukiman penduduk (Lubis,
2004).
Pohon-pohon menjadi organisme dominan di hutan tropis, bentuk kehidupan
pohon berpengaruh pada fisiognomi umum, produksi dasar dan lingkaran keseluruhan
dari komunitas. Banyak ciri-ciri pohon tropis berbeda dengan daerah lain mengingat
terdapat ciri-ciri tertentu dan kebiasaan bercabang, dedaunan, buah-buahan dan
sistem akar yang jarang dan tidak pernah dijumpai di bagian bumi lain (Longman &
Jenik, 1987).
Untuk keperluan inventarisasi, pohon dibedakan menjadi stadium seedling,
sapling, pole, dan pohon dewasa. Soerianegara & Indrawan (1978) membedakan
sebagai berikut :
10
a. Seedling (semai) yaitu permudaan mulai kecambah sampai setinggi 1,5 m.
b. Sapling (pancang, sapihan) yaitu permudaan yang tingginya 1,5 m dan lebih
sampai pohon-pohon muda yang berdiameter kurang dari 10 cm.
c. Pole (tiang) yaitu pohon-pohon muda yang berdiameter 10 - 35 cm.
d. Pohon dewasa yaitu pohon yang berdiameter lebih dari 35 cm yang diukur 1,3
meter dari permukaan tanah.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme
kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama
individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga
merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977).
Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena
berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang
dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Analisis vegetasi
adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk
(struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi
adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan
analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan
indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis
vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu
komunitas tumbuhan.
Konversi hutan yang dilakukan akan menghasilkan suatu struktur lanskap baru
bahkan bisa menyebabkan terjadinya fragmentasi habitat. Hal ini tidak saja
menyebabkan berkurang atau hilangnya vegetasi hutan yang diketahui memiliki peran
ekologis yang sangat vital bagi kemaslahatan manusia, seperti sebagai reservoar air,
sebagai paru-paru dunia, sebagai habitat berbagai jenis fauna dan fungsi lainnya,
tetapi juga mengakibatkan berkurang atau hilangnya spesies hewan yang hidup
dihabitat tersebut. Jika laju kehilangan hutan di Indonesia adalah 1,6 juta hektar
pertahun dan diasumsikan bahwa pada setiap pohon ada 10 jenis serangga maka
dapat dibayangkan berapa spesies serangga yang ikut hilang bersamaan dengan
hilangnya hutan yang menjadi habitat mereka.
11
BAB. III. METODE STUDI
3.1. Alat dan bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, GPS (Global Positioning
System), kamera Prosumer dan DLSR (Canon SX 50 HS dan Canon 1100D),
thermometer, teropong binokuler (Nikon 10x25, Busnell 10x20) monokuler infrared,
kompas, klino meter, rol meter, Camera trap, tripod, jangka sorong, parang, gunting
tanaman, alat tulis, blangko pengamatan, buku identifikasi, spidol, sarung tangan
karet, cangkul, hand counter, koran, botol film, tali, kantong plastik, berbagai peralatan
perangkap jebak diantaranya jala kabut (miss net), perangkap tikus, insecting net,
Sasag kayu herbarium, dan alat-alat lainnya. Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah, spesimen beberapa jenis flora dan fauna untuk identifikasi,
alkohol 70%, formalin 10% yang digunakan sebagai pengawet spesimen dari lokasi
studi.
3.2. Lokasi Kegiatan Survei
Survei untuk inventarisasi keanekaragaman hayati flora-fauna telah dilakukan
pada bulan April 2016 di kawasan PT.PLN (Persero) Indralaya, kabupaten Ogan Ilir.
. Wilayah studi yang akan dikaji disesuaikan dengan luas keseluruhan dari ± 5 Ha,
Detail kondisi lokasi dan koordinat titik-titik jalur bisa dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Detail kondisi lokasi dan koordinat titik-titik jalur di lokasi survey
Jalur / Lokasi Koordinat Tipe Vegetasi Pengamatan Jalur 1 / semak belukar Merupakan kawasan yang berupa semak belukar beberapa pohon yang bersifat alami dan didominasi tanaman tingkai semak dan pancang.
LS : 03° 12’22.97” BT: 104°39’27.04”
12
Jalur 2 / RTH berupa beberapa jenis tanaman yang sengaja ditanam (kebun campuran) atau dibudidayakan seperti mahoni dan beberapa jenis tanaman herba.
LS : 03° 12’22.97” BT: 104°39’27.04”
Sumber : Dokumentasi PPLH, Unsri 2016
Gambar 3.1. Peta lokasi pengamatan flora dan fauna di kawasan PT.PLN Indralaya
PETAK 1 PETAK 2
13
3.3. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini pengumpulan data untuk penelitian inventarisasi flora
dan fauna ini dilakukan dua cara yaitu pengumpulan data sekunder dengan
melakukan metode survei yaitu melalui wawancara, dan pengumpulan data
primer tentang inventarisasi flora dan fauna melalui survei langsung di lapangan
dengan melakukan inventarisasi melalui metode ekologi yang telah ditetapkan
yang mengacu pada Pedoman panduan pengumpulan data keanekaragaman
flora dan fauna, (LIPI, 2004), dan Metode Sampling Bioekologi (Fachrul, 2007).
3.3.1. Pengumpulan Vegetasi /Flora
Pengamatan vegetasi dilakukan berdasarkan azas keterwakilan yang ditinjau dari
kondisi tutupan lahan yang ada. Pada lokasi pengamatan akan dibuat minimal 1
titik sampling. Dasar pengambilan sampel di sekitar lokasi kegiatan adalah
keberadaan jenis vegetasi di sekitar kawasan tersebut dan padal okasi tertentu
juga akan dilakukan pengamatan tanpa plot, dimana hanya dilakukan sensus
jenis vegetasi yang ada.
Pengambilan / pengumpulan data vegetasi di areal dengan jumlah jenis serta
tingkat pertumbuhan yang majemuk (heterogen), diperoleh dengan
menggunakan teknik plot kuadrat sampling; dengan ukuran 20 x 20 m (untuk
strata pohon), 10 x 10 m (untuk strata tiang), 5 x 5 m (untuk strata pancang) dan
2 x 2 m (untuk strata semai, tumbuhan bawah dan liana). Bentuk unit contoh
pengamatan vegetasi seperti disajikan pada Gambar 3.2. Adapun penempatan
kuadrat tersebut ditentukan secara sistematik random sampling. Pengamatan
terhadap tanaman budidaya, rumput dan semak belukar dilakukan dengan
inventarisasi (sensus jenis), pengamatan langsung dan wawancara tentang jenis
yang tumbuh liar dan/atau yang dibudidayakan. Hasil wawancara yang didapat
dimaksudkan sebagai data pendukung dari hasil untuk mengetahui nama lokal
dari satwa liar, dan keberadaannya.
14
Gambar 3.2.. Bentuk Unit Contoh Pengamatan Vegetasi; A (petak 2x2 m2),
B (petak 5x5 m2),C. (petak 10x10 m2) dan D petak (20x20 m2).
3.3.2. Pengumpulan Data Fauna
Pengumpulan data satwaliar dengan metode observasi langsung atau
VES (Visual Ecounter Survey). Observasi langsung dengan berjalan secara
perlahan kemudian berhenti di suatu tempat yang dianggap sebagai titik ideal
untuk pengamatan satwa. Berdasarkan jenis vegetasi, pengamatan satwa
dilakukan pada beberapa titik di lokasi pemantauan yang mewakili 2 tipe
vegetasi yaitu: kawasan RTH (Ruang terbuka hijau), dan kawasan semak
belukar. Kawasan RTH merupakan area kerja PT. PLN yang terletak di bagian
dalam kawasan dan memiliki vegetasi berupa tumbuhan yang telah ditanam
sebelumnya oleh perusahaan sebagai penghijauan, sedangkan kawasan semak
belukar merupakan area kerja yang terletak dibagian belakang (luar) dan
memiliki vegetasi hasil suksesi alami (Tabel 3.1.Tipe vegetasi di lokasi
pengamatan). Pengamatan dilaksanakan pada pagi, siang dan malam hari.
Selain itu menggunakan metode VES juga menggunakan metode tidak langsung
seperti melihat jejak atau kotoran, menggunakan perangkap hidup seperti
menggunakan jaring kabut (missnet), perangkap tikus dan camera trap.
Keseluruhan data yang diperoleh dicatat dan ditabulasikan pada lembar/sheet
data yang sudah dipersiapkan/dibuat sebelumnya. Kemudian data yang ada
pada lembar/sheet tersebut dianalisa secara deskriptif kuantitatif.
Arah lintasan
pengamatan A
C
D
B
A
B
C
D
100 m
20 m
10 m
10 m
15
3.4. Analisis Data
3.4.1. Analisis Data Vegetasi / Flora
Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif , Dominansi Relatif (DR) dan
Indek Nilai Penting (INP) dianalisa menggunakan rumus Dumbois – Muller
(1974). Data yang perlu diketahui dari ekosistem hutan untuk mendapatkan
gambaran struktur dan fungsi vegetasi adalah : Indeks Nilai Penting yang
dibatasi sebagai :
INP = KR + FR + DR
Nilai penting suatu jenis berkisar antara 0 dan 300 % nilai penting ini
memberikan suatu gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis
ekosistem dalam komunitas. Indeks Nilai Penting merupakan penjumlahan dari
nilai kerapatan relatif jenis –i (Kri), Frekuensi relatif jenis-i (Fri) dan Dominansi
relatif jenis-i (Dri) yang masing-masing diperoleh dari :
Kerapatan (K) = Jumlah individu suatu jenis
Total luas unit contoh
Kerapatan Relatif (KR)
= Kerapatan suatu jenis
x 100% Kerapatan seluruh jenis
Frekuensi (F) = Jumlah plot ditemukan suatu jenis
Jumlah total unit contoh
Frekuensi Relatif (FR)
= Frekuensi suatu jenis
x 100% Total frekuensi seluruh jenis
Dominansi (D) = Luas bidang dasar suatu jenis
Total luas unit contoh
Dominansi Relatif (DR)
= Dominansi suatu jenis
x 100% Total dominansi seluruh jenis
Selanjutnya akan dihitung besarnya INP (Indek Nilai Penting) setiap strata per
lokasi sampling. Dimana : INP untuk tingkat pohon dan tiang = KR + FR + DR
dan INP untuk tingkat pancang, semai, tumbuhan bawah dan liana = KR + FR.
Indeks keanekaragaman jenis (H’) per lokasi sampling dihitung dengan
menggunakan rumus menurut Shannon – Wiener sebagai berikut :
H’ = - ∑ pi Ln (pi) Dengan catatan : pi = n/N
n = jumlah individu suatu jenis
16
N = jumlah total INP seluruh jenis
Data vegetasi yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif, dan
nilai pentingnya sehingga dapat disimpulkan kualitas lingkungan vegetasi di
lokasi kegiatan dan sekitarnya. Demikian halnya dengan status kelangkaan /
konservasinya.
3.4.2. Analisa Data Fauna
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menelaah
adanya jenis-jenis yang dilindungi, endemisitas atau nilai lain bagi masyarakat
sekitarnya.
Parameter yang ditelaah terdiri dari:
a) Keanekaragaman Jenis dan Indeks Nilai Penting
Untuk mengetahui keanekaragaman jenis satwa liar di lokasi kegiatan dan
sekitarnya, diperlukan pemahaman pengenalan jenis/spesies berdasarkan
hasil identifikasi. Identifikasi jenis satwa liar dapat dibantu dengan buku
identifikasi satwa liar : mamalia, burung dan reptilia dan menghitung jumlah
jenis dan individunya.
b) Status Konservasi dan Kelangkaan
Status konservasi berdasarkan berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 dan
berdasarkan untuk jenis-jenis yang secara global terancam punah mengacu
pada IUCN Red List 2015 of Threatened Jenis www.iucn.org (otoritas daftar
merah IUCN untuk burung). Kategori rangking IUCN didasarkan atas
kemungkinan suatu jenis tersebut punah di alam dalam kurun waktu tertentu.
Adapun kategori tersebut dan dan singkatannya digunakan dalam teks
berikut. Jenis klasifikasi Terancam adalah:
1. Sebuah jenis yang sangat ekstrim atau kritis untuk terancam punah dalam
waktu dekat (Critically Endangered – CR, atau Kritis)
2. Jenis yang memiliki resiko sangat tinggi untuk terancam (Endangered –
EN, atau Terancam)
3. Jenis yang memiliki resiko tinggi terancam punah di alam (Vulnerable –
VU, atau Rentan).
17
Jenis yang memiliki nilai keterancaman yang lebih rendah digolongkan dalam
kategori “mendekati terancam punah” atau Near Threatened (NT). Jenis yang
memiliki data sangat minim tetapi tidak memiliki cukup informasi untuk dinilai
apakah memiliki resiko kepunahan digolongkan dalam kategori “kurang data”
atau Data Deficient (DD).
Selain kriteria menurut IUCN diatas, Daftar jenis yang dilindungi oleh
Pemerintah Republik Indonesia (PI) seperti UU.No.5 Tahun 1990 tentang
konservasi sumber daya alam dan ekosistem dan Peraturan Pemerintah No.7
Tahun 1999 tentang Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa yang mengacu
pada Noerdjito dan Maryanto (2001). Untuk kriteria-kriteria diatas, maka daftar
jenis secara global terancam punah dalam IUCN Redlist.
18
BAB IV. HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN
4.1. Keanekaragaman Hayati Flora
Komponen biologi biota darat terdiri dari flora dan fauna terestrial, salah
satu komponen yang penting untuk dikaji dalam rona awal lingkungan hidup
adalah mengkaji keberadaan keanekaragaman jenis flora dan fauna. Disuatu
wilayah studi. Studi tentang keanekaragaman jenis flora (vegetasi) dapat
menggambarkan stabilitas dari suatu ekosistem yang mendukung kehidupan
satwa liar baik sebagai habitat, tempat berlindung dan berbiak, maupun sumber
makanannya. Vegetasi merupakan kumpulan populasi tumbuhan yang
menempati suatu habitat tertentu. Bentuk vegetasi merupakan hasil interaksi
antara faktor-faktor lingkungan seperti tanah, air, iklim dan genetik. Setiap bentuk
vegetasi umumnya terdiri dari banyak spesies tumbuhan dengan berbagai bentuk
dan struktur serta jumlah populasinya.
4.1.1. Struktur – Komposisi dan keanekaragaman flora
Penentuan lokasi titik sampling di kawasan PT.PLN Indralaya
berdasarkan arah yang masih memiliki tutupan lahan Berdasarkan lokasi
pengamatan, maka dibuat jalur transek berplot (kuadran) berbentuk zig-zag
dengan panjang transek 100 m untuk kawasan yang memiliki tutupan vegetasi
yang masih rapat. Kawasan dipilih dikarenakan masih memiliki tutupan vegetasi
yang baik (dilihat dari citra satelit google earth). Kemudian menurut Manuriet.al.
(2011) menyatakan bahwa pohon dikelompokkan berdasarkan tingkat
pertumbuhannya dan diukur pada sub plot yang berbeda pula. (1) Semai (DBH <
2cm) diukur dalam sub plot A ukuran 2m x 2m. (2) Pancang (2 cm < DBH < 10
cm) diukur dalam sub plot B ukuran 5m x 5 m. (3) Tiang (10 < DBH < 20) diukur
dalam sub plot C ukuran 10m x 10m. (4) Pohon (DBH > 35) diukur dalam sub
plot D ukuran 20m x 20m.
19
Gambar 4.1. Sketsa penempatan petak berplot
Struktur dan komposisi vegetasi sangat diperlukan dalam analisis
vegetasi seperti dapat mengetahui berapa kerapatan tumbuhan per individu,
frekuensi, dominansi, indeks nilai penting serta indeks keanekaragaman (H’)
pada suatu kawasan pengamatan. Menurut Sundarapandian dan Swamy (2000),
indeks nilai penting merupakan salah satu parameter yang dapat memberikan
gambaran tentang peranan jenis yang bersangkutan dalam komunitasnya atau
pada lokasi pengamatan. Berikut indeks nilai penting hasil perhitungan pada tiap-
tiap tingkatan pertumbuhan yang disajikan pada tabel 4.1. berikut ini.
Tabel 4.1. Indeks nilai penting (INP) Kategori Pohon
No Jenis Vegetasi Tingkat Pohon Nama Lokal INP Pohon
Petak 1 Petak 2
1 Acacia auriculiformis Akasia 100,41 -
2 Acacia mangium Akasia mangium 139,54 39,93
3 Alstonia scholaris Pulai 60,06 -
4 Artocarpus communis Sukun - 75,89
5 Cocos nucifera var.eburnea Kelapa gading
79,36
6 Swietenia mahagoni (L.)Jacq. Mahoni - 60,42
7 Leucaena leucocephala (Lam.) Petai cina - 44,40
Σ (Jumlah) 300 300
Data yang didapat menunjukkan struktur dan komposisi tumbuhan yang
nilainya bervariasi pada setiap jenis karena adanya perbedaan karakter masing-
masing pohon. Menurut Kimmins (1987), variasi struktur dan komposisi
tumbuhan dalam suatu komunitas dipengaruhi antara lain oleh fenologi
tumbuhan, dispersal dan natalitas. Keberhasilannya menjadi individu baru
dipengaruhi oleh vertilitas dan fekunditas yang berbeda setiap jenis sehingga
terdapat perbedaan struktur dan komposisi masing-masing jenis.
Indeks nilai penting dari tiap jenis yang terdapat pada Tabel 4.1.
menunjukkan bahwa terdapat variasi yang mencolok mengenai INP dari 7 jenis
pohon yang ditemukan. Pada Petak 1 pohon akasia jelas mendominasi di
kawasan ini terlihat jenis Acacia auriculiformis (akasia daun kecil) dengan nilai
penting 100,41 dan Acacia mangium (akasia daun besar) dengan nilai penting
139,54. Kawasan ini merupakan kawasan rawa yang mengering yang dibiarkan
begitu saja tanpa adanya revegetasi sehingga jenis-jenis pohon yang adaptif bisa
lebih bertahan hidup yang sebagian kawasan masih berupa rawa-rawa yang
mengering terlihat dalam petak 1 hanya ada 1 jenis pohon selain dari akasia
yaitu pohon pulai, beberapa jenis pohon lagi berada diluar petak 1 yaitu jenis
20
pohon gelam (Melaleuca leucadendron). Sehingga jelaslah tidak begitu banyak
jenis yang ditemukan pada kawasan ini kecuali yang bisa beradaptasi dengan
kawasan rawa, salah satunya jenis pohon akasia yang mudah beradaptasi dan
daya adaptasi yang tinggi serta dapat bertahan hidup pada lahan semak belukar
dan kebun budidaya masyarakat.
Petak 2 memiliki 5 jenis pohon dengan nilai INP tertinggi pada jenis
Cocos nucifera var. eburnea (kelapa gading) yaitu 79,36. Tipe vegetasi di
kawasan ini berada di bagian dalam kawasan yang termasuk kebun campuran
dan tanaman budidaya dilihat dari komposisi pohon yang ditemukan beberapa
jenis pohon seperti Artocarpus communis (sukun), Cocos nucifera var. Eburnea
(kelapa gading) dan Swietenia mahagoni (mahoni) yang memang sengaja
ditanam dan dimanfaatkan sebagai tanaman budidaya dan peneduh atau
pelindung.
Tabel 4.2. Indeks nilai penting (INP) Kategori Tiang dan Pancang.
Jenis Vegetasi Nama Lokal INP Tiang
INP Pancang
No Petak1 Petak 2 Petak1 Petak 2
1 Acacia mangium Akasia mangium 236,44 22,08 21,30 -
2 Hibiscus tiliaceus L. Waru 63,56 - - -
3 Mangifera sp. Mangga - 24,62 - -
4 Swietenia mahagoni Mahoni - 219,73 - 100
5 Trema orientalis Anggrung - 33,57 -
6 Clibadium sp. Putihan - - 25,57 -
7 Leucaena leucocephala Petai cina
- 15,35 -
8 Fabaceae (Sp 1) - - - 196,22 -
9 Microcos paniculata Drewak - - 24,64 -
10 Cassia sp. Casia - - 16,93 -
11 Albizia saman Trembesi - - - 108,16
12 Psidium guajava Jambu biji - - - 91,84
Σ (Jumlah) 300 300 300 300
Pada tingkat tiang pada petak 1 didominasi oleh jenis akasia daun lebar
(Acacia mangium), dan waru (Hisbiscus tiliaceus) yang merupakan jenis pionir
di daerah hutan semak belukar serta kebun campuran sedangkan pada petak 2
didominasi oleh jenis tanaman yang sengaja ditanam yaitu mahoni (Sweitenia
mahagoni). Sedangkan pada tingkatan pancang pada petak 1 didominasi oleh
jenis tanaman yang berasal dari famili Fabaceae dengan nilai penting 196,22,
sedangkan jenis lainnya adalah Trema orientalis (Anggrung) dan yang lainnya.
Pada petak 2 di dominasi oleh jenis tanaman budidaya seperti trembesi (Albizia
saman) dan mahoni (Swetenia mahagoni) dengan nilai penting 108,16 dan 100.
21
Tabel 4.3. Indeks nilai penting (INP) Kategori Semai (Tumbuhan Bawah)
No Jenis Vegetasi Nama Lokal INP Semai
Petak 1 Petak 2
1 Dracaera fragrans Sri gading 13,74 -
2 Melastoma affine Seduduk 11,67 -
3 Echinochloa crusgalli (L.) Rumput bebek 4,00 -
4 Echinochloa stagnina Rumput bebek 4,35 -
5 Passiflora foetida (L.) Ceplukan 4,58 -
6 Eupatorium odoratum(L.) Kerinyuh 23,37 -
7 Uraria lagopodioides (L.) Ekor kucing 3,32 -
8 Typhonium trilobatum(L.) Keladi tikus 3,55 -
9 Mikania micrantha Mikania 5,84 -
10 Nephrolepi sfalcata Paku sepat 3,89 -
11 Passiflora edulis Markisah 5,27 -
12 Acacia mangium Akasia mangium 6,17 -
13 Asplenium pellucidum Pakuan 4,46 -
14 Alocasiam acrorrhizavaiegata Talas 3,66 -
15 Aystasia intrusa Rumput gandarusa 8,35 -
16 Cyperus sphacelatus Rerumput 4,23 -
17 Cyperus flavidus Rerumput 5,49 -
18 Cyclosorus gongylodes Paku kadal 12,14 -
19 Mimosa pudica Putri malu 4,23 14,22
20 Piper caducibracteum Sirih hutan 14,20 4,18
21 Imperatacylindrica (L.) Ilalang 43,31 30,70
22 Leucaen aglauca Petai cina 4,92 7,07
23 Mimosa invisa Baret 5,27 18,40
24 Fimbristylis schoenoides Tumbaran/mendong - 24,03
25 Stachytarpheta jamaicensis Pecut kuda - 4,00
26 Digitaria adscendens Ceker Ayam - 14,22
27 Paspalum conjugatum Jukut pahit - 12,00
28 Kyllinga monocephala Rumput kenop - 4,18
29 Stachytarpheta indica Jaronglelaki - 9,96
30 Vernonia cinerea (L.) Sawi langit - 9,37
31 Cyperus difformis (L.) Jebungan - 4,00
32 Cyperus iria (L.) Menderong - 23,96
33 Cyperus polystanchyos Teki-tekian - 4,00
39 Cleome viscose (L.) Mamang - 15,70
Σ (Jumlah) 200 200
Apabila dilihat dari struktur pertumbuhan yang normal pada hutan alam,
indeks keanekaragaman jenis tingkat semai > tingkat pancang > tingkat tiang >
tingkat pohon, sehingga regenerasi jenis tumbuhan dapat berjalan dengan baik.
Bila pertumbuhannya tidak mengikuti pola tersebut atau terjadi gangguan pada
salah satu tingkat, maka hutan tersebut bisa dikatakan sedang mengalami
suksesi (Resosoedarmo, et all.,1992).Jenis-jenis yang mendominasi atau yang
berperan dalamkomunitas di tutupan lahan di loaksi pengamatan (nilai INP ≥
10%), pada tabel diatas (pohon, tiang, dan pancang) menyebabkan tingkat
22
keanekaragaman tumbuhan menurun. Dari tabel dan gambar diatas dapat dilihat
nilai penting tipe vegetasi alami yang dijumpai pada lokasi transek di wilayah
studi sebenarnya juga ditumbuhi oleh jenis-jenis tumbuhan pada tingkat pohon
dan tiang yang merupakan jenis pionir di daerah hutan semak belukar
Sedangkan pada kelompok tingkat pancang yang berukuran DBH ≤10 cm nilai
pentingnya didominasi oleh jenis Mahang (Macaranga spp). Tinjau belukar
(Ixonanthes petiolaris) dan jenis mahoni (Swetenia mahagoni) Jenis tinjau
belukar yang juga merupakan tumbuhan pionir pada ekosistem semak belukar
yang biasanya muncul ketika setelah terjadi kebakaran hutan atau pembukaan
lahan untuk kebun campuran.
Tabel 4.4. Indeks Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Lokasi Pengamatan
No Indekskenakeragaman (H') Petak 1 Petak 2
1 Pohon 1,04 1,57
2 Tiang 0,51 0,95
3 Pancang 1,19 1.21
4 Semai 2,8 2,74
Indeks keanekaragaman (diversity index) merupakan ukuran matematis
bagi keanekaragaman spesies dalam suatu komunitas. Indeks keanekaragaman
memberikan informasi yang lebih baik tentang komposisi komunitas
dibandingkan dengan kekayaan spesies yang dihitung secara sederhana (seperti
jumlah spesies yang ada) serta telah memperhitungkan kelimpahan relative dari
spesies-spesies yang berbeda.Indeks keanekaragaman memadukan kekayaan
dan kemerataan spesies kedalam satu nilai. Keanekaragaman jenis pada tingkat
pohon di sekitar lokasi termasuk kategori diversitas tingkat sedang yaitu H’ =
1,04 sampai 1,57. menunjukkan tingkat pohon di dalam kawasan masih cukup
beragam.
Indeks keanekaragaman pada tingkat tiang termasuk rendah H’<1 yang
berkisar 0,51-0,95 menunjukkan tingkat tiang di dalam kawasan tidak terlalu
beragam. sedangkan pada tingkat pancang indeks keanekaragamannya
termasuk rendah sampai sedang berkisar (1,19 sampai dengan 1,21), sedangkan
pada tingkat semai indeks keanekaragamannya sedang H’ > 1, yaitu berkisar
2,74 – 2,8. Hal ini menandakan pada tingkat semai dilokasi pengamatan di
dominasi oleh tumbuhan bawah yang kondisi komunitasnya masih cukup stabil
terbukti ditemukan setidaknya 39 jenis di dua lokasi petak pengamatan. Pada
tingkat semai / herba nilai pentingnya masih di dominasi oleh jenis alang-alang
23
(Imperata cylindrica), Kerinyuh (Eupatorium odoratum) Mendong (Fimbristylis
schoenoides) dan kelompok rerumputan seperti rumput belulang juga (Cyperus
Iria) mendominasi secara keseluruhan pada lokasi studi untuk tumbuhan
bawahnya di dominasi oleh jenis rerumputan dan ilalang, disebabkan karena
jenis tersebut merupakan habitat yang cocok di lingkungan sekitar lokasi semak
belukar dan bisa beradaptasi dengan baik terhadap faktor lingkungan yang
ekstrim. apalagi tipe vegetasinya ditinjau tingkat kerapatan jenis pohonnya tidak
terlalu tinggi seperti di hutan alami maupun hutan sekunder sehingga intensitas
cahaya matahari mampu langsung menembus ke lantai hutan sehingga
tumbuhan bawah yang bertipe pionir bisa tumbuh dan berkembang dengan
cepat.
Bagaimanapun, keberadaan berbagai jenis tumbuhan di wilayah studi ini
sangat penting. Ditinjau dari aspek ekologis, keberadaan vegetasi ini tidak hanya
sebagai habitat dan sumber makanan bagi satwa liar tetapi juga dapat berperan
sebagai pelindung dari cahaya matahari dan penghasil oksigen. Berbagai jenis
tumbuhan baik yang ditanam di sekitar lokasi kegiatan, maupun vegetasi yang
tumbuh di pekarangan dan vegetasi yang relatif tumbuh alami di lokasi di
sepanjang rencana tapak proyek kegiatam tersebut, masih mampu memberikan
habitat dan sumber makanan bagi beberapa satwa liar seperti berbagai jenis
burung, primata, mamalia, reptil, serta serangga. Untuk itu pengawasan dan
pengelolaan oleh pihak terkait agar kawasan dpat berfungsi sebagai habitat dan
pelindung satwa dapat terjaga dengan baik.
4.1.2. Vegetasi Pekarangan/Budidaya Di luar Petak
Selain menggunakan metode petak berplot (kuadran), pengamatan
lainnya dengan menggunakan metode observasi atau mengamati langsung
kondisi di sekitar jalan menuju masing-masing petak maupun di sekitar petak
dilingkungan pemukiman sekitarmya. Pengamatan ini berguna untuk data
tambahan flora yang tidak termasuk ke dalam petak pengamatan. Data-data
tumbuhan diluar petak pengamatan disajikan pada tabel 4.5. kebanyakan adalah
jenis tanaman yang berfungsi sebgai pelindung atau peneduh dan sebagian lagi
adalah pohon yang sengaja ditanam adalah pohon yang mempunyai buah.
Jenis-jenis tanaman yang banyak di tanam sebagai tanaman budidaya
(perkebunan) dan juga sebagai tanaman pekarangan diantaranya adalah
24
mangga, pepaya, nangka, pinang, rambutan dan singkong. Jenis-jenis vegetasi
budidaya atau pekarangan di wilayah studi dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Jenis-Jenis Tanaman Pekarangan/Budidaya di sekitar Kawasan dan Pemukiman
No. Nama latin Nama Lokal Keterangan
Estimasi perkiraan
1 Cocos nucifera Kelapa ++
2 Mangifera indica Mangga ++
3 Manihot Uttilisma Ubi kayu +++
4 Manikara kauki Sawo +
5 Artocarpus comunnis Sukun ++
6 Nephellium lappaceum Rambutan ++
7 Durio zibethinus Durian
8 Persea americana Alpukat +
9 Swetenia mahagoni Mahoni ++
10 Psidium guajava Jambu biji ++
11 Carica papaya Pepaya ++
12 Mimusops elengi Tanjung ++
13 Zingiber officinale Jahe ++
14 Musa spp. Pisang +++
15 Phyllanthus acidus Ciremai +
16 Bambusa sp. Bambu +
17 Anona muricata Srikaya*) +
18 Areca cathecu Pinang ++
19 Artocarpus integra Nangka ++
20 Artocarpus elastica Terap*) +
21 Hibiscus rosasinensis Bunga sepatu*) +
22 Leucaena glauca Petai cina +
23 Morinda aurantifolia Mengkudu*) +
24 Palmae Palem hias*) +
25 Parkia speciosa Petai besar*) ++
26 Piper nigrum Sirih +
27 Pithecellobium lobatum Jengkol*) +
28 Delonix regia Flamboyan +
29 Hisbiscus tilliaceus Waru ++
30 Ficus elastica Karet*) ++
31 Citrus sp. Jeruk *) +
32 Samanea saman Trembesi +
Sumber: Data Primer Tim Biologi April 2016.. *) = Berdasarkan Informasi
Jenis-jenis tanaman budidaya yang ditemukan di dalam pekarangan
penduduk sekitar wilayah studi menunjukkan keanekaragaman yang rendah
25
sampai sedang Secara umum, jenis-jenis tanaman pekarangan/budidaya
tersebut berfungsi sebagai pelindung dan tanaman hias/estetika, tanaman pagar
dan peneduh, selain itu juga sering ditemukan tanaman hias serta ada juga
beberapa tumbuhan yang dijadikan obat tradisional. Adanya beragam jenis
tanaman di sekitar perkarangan rumah penduduk menunjukkan kepedulian
mereka terhadap pentingnya nilai estetika lingkungan serta pentingnya tanaman
obat untuk kesehatan mereka. Selain itu juga terdapat beberapa jenis tanaman
yang berfungsi sebagai sumber makanan terutama buah-buahan.
Selain menggunakan metode transek, pengamatan lainnya juga dengan
menggunakan metode observasi atau mengamati langsung kondisi disekitaran
jalan menuju masing-masing transek maupun di luar transek. Pengamatan ini
berguna untuk data tambahan flora yang tidak termasuk ke dalam transek.
Data-data tumbuhan diluar transek disajikan dalam bentuk tingkatan famili pada
tabel dibawah berikut ini.
Tabel 4.6. Data jenis tumbuhan berdasarkan tingkat famili diluar transek
No. Nama Famili No Nama Famili
1 Acanthaceae 29 Fagaceae
2 Agavaceae 30 Gleicheniaceae
3 Aloaceae 31 Lamiaceae
4 Amaranthaceae 32 Lauraceae
5 Anacardiaceae 33 Leeaceae
6 Annonaceae 34 Liliaceae
7 Apocynaceae 35 Magnoliaceae
8 Araceae 36 Melastomataceae
9 Araliaceae 37 Meliaceae
10 Arecaceae 38 Moraceae
11 Aspleniaceae 39 Myristicaceae
12 Asteraceae 40 Myrtaceae
13 Bombacaceae 41 Nephrolepidaceae
14 Boraginaceae 42 Oxalidaceae
15 Burseraceae 43 Pandanaceae
16 Cannabaceae 44 Passifloraceae
17 Cannaceae 45 Phyllanthaceae
18 Caricaceae 46 Piperaceae
19 Casuarinaceae 47 Poaceae
20 Clusiaceae 48 Rosaceae
21 Commelinaceae 49 Rubiaceae
22 Cyperaceae 50 Rutaceae
23 Davalliaceae 51 Sapindaceae
24 Dianellaceae 52 Sapotaceae
25 Dilleniaceae 53 Solanaceae
26 Dipterocarpaceae 54 Theaceae
27 Euphorbiaceae 55 Rosaceae
28 Fabaceae 56 Zingiberaceae
26
Dari Tabel 4.6. diatas dapat dilihat bahwa ditemukan paling tidak 56 famili
yang tersebar di dalam kawasan dan di luar sekitar kawasan.. Famili yang paling
banyak ditemui yaitu dari famili pada tingkat tumbuhan bawah seperti
Cyperaceae, Euphobiaceae, Magnoliaceae dan Melastomaceae serta famili
Poaceae. Beberapa dari famili Melastomataceae dan famili lainnya memang
sering dijumpai didaerah tropis baik dari dataran rendah sampai dataran tinggi.
Sedangkan famili yang paling sedikit ditemui yaitu dari famili Acanthaceae,
Agavaceae, Aloaceae, Amaranthaceae, Anacardiaceae, Annonacea,
Apocynaceae dan beberapa famili lainnya.
4.1.3. Daftar Jenis flora Bernilai Guna dan Konservasi Tinggi
Tidak ditemukan jenis-jenis pohon yang dilindungi di dalam maupun diluar
sekitar kawasan berdasarkan Lampiran SK Menteri Pertanian
No.54/Kpts/Um/2/1972 tentang pohon pohon didalam kawasan hutan yang
dilindungi. hal ini disebabkan karena kawasan bukan merupakan kawasan hutan
atau kawasan lindung tetapi berada dilingkungan perkotaan sehingga tidak
ditemui jenis-jenis pohon yang dilindungi, namun beberapa jenis tanaman atau
pohon yang dilindungi bisa untuk dikembangkan dan dikonservasi beberapa jenis
pohon yang dilindungi atau tanaman yang dilindungi yang disarankan adalah
Kayu manis (Cinnamomum burmanii), kayu hitam (Diospyros sp.) dan kemiri
(Aleurites molluccana).
Habitat dari suatu jenis vegetasi tumbuhan serta kondisi pertumbuhannya
dapat memberikan gambaran fungsinya dalam meningkatkan kualitas lingkungan
baik sebagai pelindung, peredam suara dan estetika peningkatan kualitas
lingkungan yang diperankan oleh tumbuhan adalah karena kemampuannya
untuk melakukan proses fotosintesis yang dapat menyerap gas CO2 dan
menghasilkan oksigen (O2) yang bermanfaat bagi manusia, hewan untuk proses
respirasi, selain itu keanekaragaman jenis tumbuhan yang tinggi pada suatu
lokasi akan mendukung keanekaragaman jenis satwa liar, hal ini disebabkan
karena masing-masing satwa liar memiliki relung ekologi (niche) dan kesesuaian
pakan alami yang berbeda pada suatu habitat. Apabila kita tinjau dari sensivitas
ekologinya masih banyak ditemukan jenis burung pemakan buah, maka perlu
memperkaya kawasan dengan jenis-jenis pohon yang berbuah seperti pohon
27
ciremai, tampui serta juga perlu memperkaya kawasan dengan jenis tanaman-
tanaman lokal yang khas seperti duku (Nephelium lappaceum), Jeruk kuek
(Citrus sp.) dan kemang (Mangifera kemanga).
4.3. Keanekaragaman Hayati Fauna
Keanekaragaman fauna sangat penting untuk mendeskripsikan struktur
komunitas pada habitat yang ditempati. Keanekaragaman fauna di suatu
wilayah dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
1. Ukuran luas habitat. Semakin luas habitatnya, cenderung semakin tinggi
keanekaragaman jenis fauna.
2. Struktur dan keanekaan jenis vegetasi. Di daerah yang keanekaragaman
jenis tumbuhannya tinggi maka jenis keanekaan jenis hewannya termasuk
burung tinggi pula.
3. Keanekaragaman dan tingkat kualitas secara umum di suatu lokasi. Semakin
majemuk habitatnya cenderung semakin tinggi keanekaragaman.
4. Pengendali ekosistem yang dominan. Keanekaragaman jenis burung
cenderung rendah dalam ekosistem yang terkendali secara fisik dan
cenderung tinggi dalam ekosistem yang diatur secara biologi.
Jumlah satwa liar pada habitatnya di alam bebas atau dalam suatu
kawasan merupakan salah satu bentuk potensi kekayaan keanekaragaman
sumberdaya alam hayati yang perlu kita lindungi, Untuk dapat mengetahui
keberadaan jumlah kekayaan dan jenis satwa liar tersebut perlu adanya
inventarisasi jenis satwa liar,
Survey dan monitoring fauna sangat penting dilakukan agar habitat alami bagi
fauna tetap terpelihara. Dengan keberadaan habitat alami yang tetap
terpelihara maka spesies fauna asli maupun introduksi lebih dapat terpelihara
populasinya. Khususnya bagi species yang dilindungi peraturan perundangan
nasional Indonesia dan regulasi internasional.
Pengamatan satwaliar di wilayah PLN Indralaya meliputi kelas Aves,
Herpetofauna, Mammalia.serta beberapa jenis yang mewakili kelas Insecta
atau kelompok serangga yaitu kupu-kupu dan capung. Beberapa diantara
satwaliar tersebut termasuk kedalam golongan satwa yang dilindungi
berdasarkan Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999, kemudian dikelompokkan
status konservasinya berdasarkan Redlist IUCN. Adapun hasil yang didapatkan
28
berdasarkan hasil pengamatan adalah seperti yang tersaji pada tabel berikut
ini.
4.2.1. Keanekaragaman Kelas Aves
Berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan didapatkan 21 jenis burung yang
terdapat di lokasi pengamatan. Daftar jenis burung yang teridentifikasi pada
lokasi pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.7.. berikut ini:
Tabel 4.7. Jenis burung di sekitar wilayah kerja PT PLN (Persero) Indralaya
No Nama Indonesia Nama Ilmiah Status
Perlindungan Lokasi Satwa
PP IUCN
1 Cucak Kutilang Pycnonotus aurigaster TD LC RTH & SB
2 Merbah Cerucuk Pycnonotus goiavier TD LC RTH & SB
3 Perkutut Jawa Geopelia striata TD LC RTH & SB
4 Tekukur Biasa Spilopelia chinensis TD LC RTH & SB
5 Burung Madu Kelapa Anthreptes malacensis DL LC RTH
6 Burung Gereja Passer montanus TD LC RTH & SB
7 Bondol Peking Lonchura punctulata TD LC SB
8 Layang – Layang api Hirundo rustica TD LC RTH & SB
9 Cinenen Kelabu Orthotomus ruficeps TD LC SB
10 Kareo Padi Amaurornis phoenicurus TD LC SB
11 Cekakak Sungai Todiramphus chloris DL LC SB
12 Caladi Tilik Dendrocopos moluccensis TD LC SB
13 Cabai Jawa Dicaeum trochileum TD LC RTH
14 Sikatan Bubik Muscicapa dauurica TD LC SB
15 Burung Madu Sriganti Nectarinia jugularis DL LC RTH
16 Bentet Kelabu Lanius schach TD LC RTH & SB
17 Kekep Babi Artamus leucorynchus TD LC RTH & SB
18 Cekakak Belukar Halcyon smyrnensis DL LC SB
19 Cabai Merah Dicaeum cruentatum TD LC RTH
20 Bangau Tong Tong*) Leptoptilos javanicus DL VU SB
21 Perenjak Jawa Prinia familiaris TD LC RTH & SB
21 Jenis Burung Keterangan: PP = Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan
dan Satwa
IUCN = International Union For Conservation Of Nature ; LC= least concern, VU=Vulnerable
RTH = Ruang terbuka hijau PT. PLN Indralaya
SB = Semak Belukar
TD = Tidak Dilindungi
DL = Dilindungi *) = Ditemukan diluar area lokasi / tidak menetap
29
Secara umum jenis burung yang teridentifikasi kebanyakan dan
mendominasi di areal kawasan merupakan jenis burung yang biasa dijumpai di
pekarangan rumah atau areal perkebunan, seperti burung Cucak kutilang, Gereja
erasia, Bondol peking, layang layang. Namun beberapa juga ditemukan burung
yang merupakan jens dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No 7 tahun
1999.
Di lokasi studi setidaknya ditemukan 5 jenis burung yang dilindungi, burung
tersebut yaitu; Burung Madu-kelapa, Burung Madu-sriganti, yang merupakan
jenis burung kelompok Nectarinidae, karena peranannya ebagai penyerbuk dan
penyebar biji maka jenis ini dilindungi oleh PP.No.7 Tahun 1999. Jenis burung
lainnya yang dilindungi yaitu Cekakak Sungai, Cekakak Belukar dan Bangau
Tong-tong. Khusus untuk jenis Bangau tong-tong, selain dilindungi berdasarkan
Peraruran Pemerintah, jenis ini juga termasuk satwa yang rentan (Vulnerable)
berdasarkan International Union For Conservation of Nature (IUCN), namun jenis
ini bukan tipe burung penetap akan tetapi jenis burung migran yang berada di
kawasan perairan, dan kebetulan teramati ketika pengamatan satwa dalam
kawasan PT.PLN Indralaya.
Gambar 4.2. Bangau tong-tong terbang diluar area kawasan
Pada saat pengamatan, bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus) terlihat
terbang jauh di udara di atas semak belukar dan rawa. Mackinnon et al. (2010)
menyatakan jenis ini sering kelihatan melayang-layang di udara dalam kelompok
kecil dengan bangau lain atau malah dengan elang. Bangau tong-tong
(Leptoptilos javanicus) juga memiliki kebiasaan mengunjungi sawah, padang
rumput terbuka, lumpur, dan mangrove).
30
Adanya RTH di wilayah studi sangat berperan dalam menjaga habitat dari
kelompok burung, hal tersebut dapat dilihat berdasarkan analisis data indeks
keanekaragaman jenis burung yang terdapat di 2 tipe vegetasi yaitu RTH dan
semak belukar tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Indeks keanekaragaan
2,33 pada vegetasi RTH berbanding 2,54 pada vegetasi semak belukar.
Perbandingan tersebut tidak cukup signifikan karena berdasarkan nilai indeks
keduanya termasuk dalam kategori sedang (indeks H’ = 1-3). Indeks
keanekaragaman dapat dilihat pada grafik indeks keanekaragaman berikut;
Gambar 4.3. Indeks keanekaragaman jenis burung RTH dan Semak
Belukar
Penanaman jenis tumbuhan berbuah pada RTH di wilayah kerja PT. PLN
Indralaya dapat menarik perhatian bagi jenis burung pemakan buah dan
penghisap nektar. Tanaman seperti buah cheri sangat diminati oleh beberapa
jenis burung termasuk jenis burung Madu-kelapa, dan burung Madu-sriganti yang
merupakan jenis dilindungi. Dengan demikian pengaruh positif adanya RTH
disuatu wilayah dapat menyediakan habitat bagi jenis burung termasuk
menyediakan pakan, tempat bermain dan bersarang.
31
Gambar 4.4. Jenis burung madu sriganti (betina) di RTH PT. PLN Indralaya
4.2.2. Keanekaragaman Kelas Herpetofauna
Herpetofauna merupakan binatang melata memiliki ukuran tubuh yang
bermacam-macam, namun memiliki keseragaman yaitu berdarah dingin /
poikilotermik. Fauna ini menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu
lingkungannya. Kelompok ini diklasifikasikan menjadi 2 kelas yaitu, kelas
amphibia dan reptilia berdasarkan beberapa ciri yang berbeda dan mencolok.
Berdasarkan hasil pangamatan yang telah dilakukan,terdapat 10 jenis
Herpetofauna yang terdapat di lokasi studi, terdiri dari 6 jenis amfibi dan 4 jenis
reptil dan 2 jenisnya dilaporkan berdasarkan dari hasil wawancara dengan para
petugas PT.PLN Indralaya. Daftar jenis Herpetofauna yang teridentifikasi pada
lokasi pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.8.. Berikut ini:
Tabel 4.8. Jenis Herpetofauna di sekitar wilayah kerja PT PLN (Persero)
Indralaya
No Nama Nama Ilmiah Status
perlindungan Lokasi Satwa
PP IUCN
1 Kodok buduk Bufo melanostictus TD LC RTH & SB
2 Katak sawah Fejervarya cancrivora TD LC RTH & SB
3 Katak tegalan Fejervarya limnocharis TD LC RTH & SB
4 Katak Limnonestes sp. TD LC RTH & SB
5 Katak-pohon bergaris Polypedates leucomystax TD LC RTH & SB
6 Kongkang gading Hylarana erythraea TD LC RTH & SB
7 Cicak kayu Hemidactylus frenatus TD LC RTH & SB
8 Kadal kebun Eutrophis multifasciata TD LC RTH & SB
9 10 11
Biawak air asia Kadal rumput
Ular Kobra*)
Varanus salvator Takydromus sexlineatus Naja sumatrana
TD TD TD
LC LC LC
RTH & SB RTH
RTH & SB
32
12 Ular Sawo*) Phyton reticulatus TD LC SB
12 Jenis Herpetofauna Keterangan: PP = Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan
dan Satwa.
IUCN = International Union For Conservation Of Nature ( LC= Least concern)
TD = Tidak Dilindungi
RTH = Ruang terbuka hijau PT. PLN
SB = Semak Belukar *) = wawancara
Jenis-jenis dari kelompok herpetofauna yang di temukan di sekitar wilayah
kerja PT PLN (Persero) Indralaya, merupakan jenis yang umum di jumpai,
dimana jenis-jenis ini hidup tempat terbuka, berada dekat dengan hunian
manusia, dan cenderung bisa menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
Jenis-jenis diatas merupakan jenis herpetofauna generalis. Meskipun demikian,
banyaknya keberadaan herpetofauna di kawasan ini menandakan bahwa
kawasan ini dapat dijadikan sebagai habitat herpetofauna.
Secara umum herpetofauna pada studi ini ditemukan pada vegetasi RTH dan
juga semak belukar. Adapun herpetofauna biasanya ditemukan pada lokasi yang
dekat dengan air, baik di RTH maupun di semak belukar. Pada lokasi RTH
adanya aliran drainase dan rencana kolam ikan menjadi tempat bagi
herpetofauna seperti jenis kodok untuk berkembang biak dengan meletakan
telur-telurnya. dan juga biawak sering mencari sumber makanan dekat aliran air
yang ada di dekat RTH. Pada lokasi semak belukar, adanya rawa yang
tergenang air dimanfaatkan herpetofauna menjadi salah satu tempat habitatnya.
Jenis herpetofauna yang teridentifikasi merupakan jenis yang tidak dilindungi
berdasarkan Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999. Berdasarkan status
perlindungan IUCN, semua jenis yang ada merupakan jenis yang beresiko
rendah (Least Concern). Indeks keanekaragaman jenis herpetofauna di vegetasi
RTH (2,01) dan semak belukar (2,05) keduanya termasuk dalam kategori
sedang.
33
Gambar 4.5. Indeks keanekaragaman herpetofauna di RTH dan semak
belukar
Gambar 4.6. A.Jenis Fejervarya limnocharis,B. Bufo Melanostiscus C. Varanus Salvator di RTH dan D. Eutropis multifasciata di SB
4.2.3. keanekaragaman Kelas Mamalia
A B
C
D
34
Mamalia atau binatang menyusui adalah kelas hewan vertebrata yang
terutama dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan
susu sebagai sumber makan anaknya, adanya rambut, dan tubuh yang endoterm
atau "berdarah panas”.
Berdasarkan hasil pangamatan yang telah dilakukan,terdapat 10 jenis
mamalia yang terdapat di lokasi studi. Kelompok mamalia yang terdapat di
wilayah studi meliputi mamalia kecil dan besar. Adapun sebagian besar mamalia
tersebut bersarang di semak belukar, namun adanya vegetasi RTH sering
dijadikan tempat bermain, mencari makan dan melakukan aktivitas lainnya. Jenis
lutung (Presbytis melalophos) dan kera ekor panjang (Macaca fascicularis),
biasanya datang ke RTH pada waktu sore hari, Sedangkan jenis codot yang aktif
dimalam hari teramati setelah terperangkap pada jaring di sekitar area RTH.
Jenis mamalia seperti babi tidak ditemukan di area RTH, dikarenakan terdapat
pagar pembatas antara RTH dan semak belukar, hal tersebut sengaja dilakukan
karena mamalia jenis ini dikhawatirkan akan merusak tanaman yang terdapat di
RTH, Babi teramati hanya jejaknya di bagian belakang RTH atau tepatnya di
kawasan semak belukar, sedangkan ditemukan 1 jenis yang dilindungi
berdasarkan informasi di sekitar lokasi pernah dijumpai jenis berang-berang
sumatera (Lutra Sumatrana), hal ini dapat dimaklumi karena kawasan bagian
belakang masih memungkinkan untuk menyediakan habitat terkait kondisi
habitat yang di belakang merupakan kawasan rawa yang bisa dijadikan sebagai
tempat habitatnya.
Daftar jenis mamalia yang teridentifikasi pada lokasi pengamatan dapat dilihat
pada tabel 4.9. Berikut ini:
Tabel 4.9. Jenis Mamalia di sekitar wilayah kerja PT PLN (Persero) Indralaya
No Nama Nama Ilmiah Status
Perlindungan Lokasi Satwa
PP IUCN
1 Tikus pohon Rattus tiomanicus TD LC SB
2 Tupai tanah Tupaia tana TD LC SB
3 Berang berang Lutra Sumatrana*) DL EN SB
4 Codot besar Cynopterus titthaecheilus TD LC RTH & SB
5 Codot Cynopterus horsfieldii TD LC RTH & SB
6 Bajing Callosciurus notatus TD LC SB
7 Lutung Presbytis melalophos TD LC RTH & SB
8 9
10
Babi Musang Kera ekor pnjang
Sus Scrofa Paradoxurus hermaphrodites Macaca fascicularis
TD TD TD
LC LC LC
SB RTH SB
35
10 Jenis mamalia Keterangan: PP = Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan
dan Satwa TD = Tidak Dilindungi, DL = Diindungi
IUCN = International Union For Conservation Of Nature (LC= least concern)
E = Endangered)
RTH = Ruang terbuka hijau PT. PLN dan SB = Semak Belukar
*) = Berdasarkan Informasi wawancara atau jejak.
B A
36
Gambar 4.7. A.Jenis Cynopterus horsfieldii,B. Rattus tiomanicus C. Kotoran
Musang di RTH dan D. Presbytis melalophos di SB.
Gambar 4.8. Indeks keanekaragaman mamalia di RTH dan semak belukar
Adapun indeks keanekaragaman mamalia yang terdapat di RTH dan
semak belukar 1,05 – 1,58. Indeks keanekaragaman jenis pada lokasi dengan
vegetasi semak belukar lebih besar dibandingkan dengan indeks
keanekaragaman jenis di lokasi dengan vegetasi RTH. Kategori indeks
keanekaragaman baik di RTH maupun di semak belukar termasuk kategori
sedang (rendah <1; sedang 1-3, tinggi >3). Jenis-jenis dari kelompok mamalia
yang dapat dijumpai secara langsung pada umumnya adalah hewan arboreal
seperti tupai, kera ekor panjang dan lutung.
4.2.4. Informasi keanekaragaman Serangga
a. Jenis-jenis Capung
Serangga merupakan golongan hewan yang dominan di muka bumi.
Jumlahnya melebihi semua hewan daratan lainnya dan terdapat di mana-mana.
C
D
37
salah satu kelompok serangga adalah capung. Capung merupakan salah satu
serangga yang sering kita lihat di tempat-tempat tertentu seperti taman, rawa,
ruang terbuka hijau atau sekitar rumah. Seperti pada kupu-kupu dan lebah,
capung juga mengalami metamorfosis dalam periode kehidupannya. Bedanya,
serangga kupu-kupu mengalami metamorfosis sempurna, sedangkan capung
tidak, atau hanya mengalami metamorfosis tidak sempurna. Di mulai dari telur
kemudian menjadi larva dan akhirnya menjadi capung dewasa yang dapat
terbang indah.
Tabel 4.10. Jenis capung di sekitar wilayah kerja PT PLN (Persero) Indralaya
No Nama Indonesia Nama Ilmiah
Status perlindungan
PP IUCN
1 Capung kuning Crocothemis servilia TD LC
2 Capung tengger biru Diplacodes trivialis TD LC
3 Capung tengger jala tunggal Neurothemis ramburii TD LC
4 Capung sambar hijau Orthetrum sabina TD LC
5 Capung sambar perut putih Pothamarcha congener TD -
6 - Ceriagrion cerinorubellum TD LC
7 - Brachythemis contaminata TD LC 8
9 10
Capung tentara -
Rhyothemis Phyllis Paragomphus capricornis Lathericista asiatica
TD TD TD
LC LC
LC
10 jenis capung
Keterangan: PP = Peraturan Pemerintah No 7 tahun 1999 Tentang Pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa (TD= Tidak Dilindungi)
IUCN = International Union For Conservation of Nature ( LC = Least concern)
Dari hasil survey lapangan di dalam kawasan PT PLN Indralaya,
setidaknya ditemukan 10 jenis capung yang terdapat didalamnya. dan yang
paling banyak ditemukan adalah jenis capung sambar hijau, capung kuning yang
ditemukan diarea bagian belakang di semak belukar, hal ini dikarenakan di
kawasan tersebut masih banyak terdapat perairan rawa yang menjadi sumber
kehidupan dari kelompok capung disini. Jenis capung bereperan sebagai
predator yang membantu populasi kontrol serangga berbahaya, seperti nyamuk,
capung juga dapat dijadikan sebagai bioindikator kualitas lingkungan khususnya
kawasan yang berada di dekat perairan.
38
Gambar 4.9. A. Crocothemis servilia, B. Neurothemis ramburii, C. Pothamarcha
congener, D. Ceriagrion cerinorubellum E. Lathericista asiatica dan F. Orthetrum sabina
b. Jenis Kupu-Kupu
Salah satu dari kelompok serangga lainnya yaitu dari Ordo Lepidoptera
yang paling mudah dikenali diantara jenis serangga lainnya karena memiliki
tampilan warna yang menarik dan indah. Menurut Peggie (2011), Lepidoptera
berasal dari kata Latin, Lepido- (berarti sisik) dan kata Yunani pteron (berarti
A
B
C
D
E
F
39
sayap). Sisik pada sayap inilah yang membuat corak dan tampilan menarik pada
kupu-kupu.
Kupu-kupu memiliki nilai ekonomi karena keindahannya sehingga dapat
dijadikan koleksi dan menjadi inspirasi lukisan dan motif batik industri garmen.
Selain itu, kupu-kupu juga memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga
keseimbangan ekosistem. Dari hasil Survei di dalam kawasan PT.PLN Indralaya
ditemukan setidaknya 21 jenis kupu-kupu, banyak jenis kupu-kupu di dalam
kawasan ini menunjukkan masih banyaknya terdapat tumbuhan inang maupun
sumber nektar bagi fase dewasanya, seperti Lantana camara (Saliara) yang
paling diminati kelompok Papilionidae, Nymphalidae, dan Pieridae serta jenis
tanaman herbaceous lainnya.
Tabel 4.11. Jenis kupu-kupu di sekitar wilayah kerja PT PLN (Persero) Indralaya
No Jenis kupu-kupu Status perlindungan
PP IUCN
1 Amathusia phidippus TD LC 2 Athyma nefte TD LC 3 Appias libhytea TD LC 4 Cupha erymantis TD LC 5 Eurema sari TD LC 6 Eurema hecabe TD LC 7 Graphium agamemnon TD LC 8 Graphium doson TD LC 9 Graphium sarpedon TD LC
10 Hypolimnas bolina TD LC 11 Hypolimnas missipus TD LC 12 Junonia almana TD LC 13 Junonia Iphita TD LC 14 Junonia orithya TD LC 15 Leptosia nina TD LC 16 Mycalesis mineus TD LC 17 Neptis hylas TD LC 18 Ideopsis juventa TD LC 19 Papilio memnon TD LC 20 Papilio polytes TD LC 21 Zizina otis TD LC
21 Jenis kupu-kupu
40
C
D
A
B
41
Gambar.4.10. A. Ideopsis juventa, B. Hypolimnas bolina C. Junonia orithya D. Neptis
hylas E. Eurema hecabe F.Mycalesis mineus G. Leptosia nina dan H.Junonia almana
E
F
G
H
42
Kupu-kupu termasuk dalam keanekaragaman hayati yang harus dijaga
agar tidak mengalami kelangkahan maupun kepunahan dalam keanekaragaman
jenisnya. Keberadaan kupu-kupu dipengaruhi oleh kondisi habitatnya, habitat
dengan vegetasi perdu dan pohon yang berakar kuat, serta adanya area
perairan, seperti sungai, danau, ataupun rawa. Kerusakan alam seperti
berubahnya fungsi areal hutan yang merupakan habitat bagi kupu-kupu, dapat
menyebabkan berkurangnya jumlah maupun jenis kupu-kupu.
Selain mempunyai peranan penting peranan penting dalam
mempertahankan keseimbangan alam dengan bertindak sebagai penyerbuk
(pollinator) pada proses pembuahan bunga bersama hewan penyerbuk
lainnya.kupu-kupu juga dapat digunakan sebagai salah satu indikator lingkungan.
Manfaat lain sebagai koleksi dalam bentuk spesimen, hiasan dinding, tatakan
gelas dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Dari segi konservasi,
pemanfaatan kupu-kupu secara komersial dapat dijadikan sarana pendidikan
bagi masyarakat. Pada dasarnya konservasi tidak saja perlindungan dan
pelestarian tetapi juga pemanfaatan secara berkelanjutan.
4.2.5. Daftar Jenis Fauna Bernilai Konservasi Tinggi
Terdapat 8 jenis yang bernilai konservasi tinggi. Adapun rinciannya
adalah 6 jenis dilindungi oleh Undang-undang Republik Indonesia dan 3 jenis
masuk dalam Appendix II CITES dan 1 jenis masuk dalam Appendix I CITES.
Tabel 4.12. Jenis fauna bernilai konservasi tinggi yang tercatat dalam kawasan
No Nama Ilmiah Nama Indonesia
IUC
N
Go
I
CITES
Rp
/Ex
Mamalia
1. Trachypithecus cristata Lutung kelabu NT PI II
2. Lutra sumatrana Berang sumatra EN PI I Ex
Burung
3 Tyto alba Serak Jawa II
4 Leptoptilos javanicus Bangau tong-tong II
5 Halcyon chloris Cekakak sungai PI
6 Nectarinia jungularis Burung madu sriganti PI
7 Halycon symrnsis Cekakak belukar PI
8 Anthreptes malacensis Burung-madu kelapa PI Keterangan PI : Status perlindungan Indonesia, Apendiks I adalah daftar seluruh spesies
tumbuhan dan satwa liar yang dilarang dalam segala bentuk perdagangan internasional. Apendiks II adalah daftar spesies yang tidak terancam kepunahan, tapi mungkin terancam punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan. Status IUCN: EN (Endangered), NT (Near Threatened).
43
Ada 5 jenis fauna yang dilindungi Undang-undang Republik Indonesia
selama survei berlangsung (lihat tabel 4.12.) yaitu seperti pada kelompok Aves
dari Alcedinidae seperti jenis cekakak sungai (Halcyon chloris), Cekakak belukar
(Halycon symrnsis), serta dari kelompok burung madu terkait fungsinya sebagai
penyerbuk dan pemencar biji sehingga jenis ini merupakan salah satu kelompok
aves yang dilindungi adapun jenisnya adalah burung madu kelapa (Anthreptes
malacensis) dan burung madu sriganti (Nectarinia jungularis). Dari kelompok
mamalia ada jenis yang dilindungi yaitu lutung kelabu (Trachypithecus cristata)
dan berang berang sumatera (Lutra sumatrana) berdasarkan IUCN 2015 status
konservasi kedua jenis ini status konservasinya Near Thereatened dan
Endangered.
Hutan merupakan sumber daya hayati yang dapat diperbaharui.
meskipun demikian tidak berarti bahwa hutan dibiarkan begitu saja tanpa
pengelolaan yang baik. Sebaliknya, hutan harus dikelola dengan baik dengan
memperhatikan aspek-aspek yang ada untuk menuju pada suatu pengelolaan
hutan yang berkelanjutan. Keanekaragaman jenis tumbuhan yang tinggi dengan
berbagai tipe habitat pada suatu lokasi akan mendukung keanekaragaman jenis
satwa liar, hal ini disebabkan karena masing-masing satwa liar memiliki relung
ekologi (niche) dan kesesuaian pakan alami yang berbeda pada suatu habitat.
44
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1.Kesimpulan Hasil Studi
Selama survey di kawasan Wilayah kerja di PT.PLN Indralaya maka
didapatkan beberapa kesimpulan yang terkait dengan studi kegiatan ini yaitu :
1. Untuk keanekaragaman hayati flora, terdapat setidaknya 56 famili, komposisi
nilai penting terutama pada tingkat pohon terutama pada lokasi RTH masih
didominasi oleh pohon mahoni dan untuk jenis vegetasi alaminya dikawasan
semak belukar didominasi oleh pohon akasia dan gelam, serta selebihnya
didominasi oleh tumbuhan bawah. Berdasarkan pengamatan pohon tidak
terlalu beragam dan pola pertumbuhan tanaman mengalami regenerasi yang
kurang baik (terganggu) atau sedang mengalami suksesi.
2. Untuk Keanekaragaman hayati fauna khususnya satwa liar setidaknya
tercatat total 43 jenis yang tergolong kedalam keanekaragaman tingkat
sedang. yang terdiri dari 21 jenis kelas aves dengan indeks
keanekaragaman berkisar 2,33-2,54, 10 jenis kelas mamalia dengan Indeks
Keanekaragaman 1,05-1,58 dan kelompok Herpetofauna terdiri dari 6 jenis
amfibi dan 6 jenis Reptil dengan indeks Keanekaragaman 2,01-2,05.
3. Status keanekaragaman hayati fauna terdapat Terdapat 8 jenis yang bernilai
konservasi tinggi. Adapun rinciannya adalah 6 jenis dilindungi oleh Undang-
undang Republik Indonesia dan berdasarkan status IUCN 2 jenis yang
dilindungi tersebut termasuk status konservasinya Near Thereatened (NT)
dan E (endangered). Jenis tersebut yaitu lutung kelabu (Trachypithecus
cristata) dan berang berang sumatera (lutra sumatrana).dan 3 jenis masuk
dalam Appendix II CITES dan 1 jenis masuk dalam Appendix I CITES.
5.2. Rekomendasi Hasil Studi
45
Berdasarkan atas hasil studi di kawasan wilayah kerja PT.PLN Indralaya
maka dapat direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:
1. Karena masih banyak lahan kosong terutama lahan di bagian belakang
Kawasan konservasi PT.PLN Indralaya maka disarankan penataan
kembali melalui revegetasi yang terencana dengan menambahkan jenis
pohon penghijauan untuk pelindung dan penyerap karbon seperti
trembesi dan pohon yang berbuah sebagai sumber pakan untuk fauna
khususnya burung tampui, cheri dan jambu-jambuan.
2. Lahan yang masih terbuka bisa dimanfatkan untuk membuat taman
keanekaragaman hayati untuk pohon-pohon khas sumatera selatan dan
juga penangkaran kupu-kupu terutama untuk penangkaran jenis kupu-
kupu yang dilindungi mengingat jenis kupu dan sumber pakan banyak
ditemukan di sekitar kawasan PT.PLN Indralaya.
3. Disarankan juga kepada pihak PT.PLN Indralaya, untuk memanfaatkan
lahan sekitar perairan untuk membuat kolam sebagai lokasi konservasi
penangkaran jenis ikan yang dilindungi salah satunya jenis Ikan khas
Sumatera Selatan adalah ikan Belida.
4. Disarankan kepada pihak PT.PLN Indralaya untuk mengadakan
kerjasama dengan intansi lain untuk melakukan monitoring biodiversity
flora-fauna Per semester guna mendapatkan gambaran yang lebih baik
tentang flora-fauna dan perubahan keanekaragamannya di dalam dan
yang ada di sekitar kawasan.
DAFTAR PUSTAKA
46
Alikodra HS. 1990. Pengelolaan satwa liar. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar
Universitas Ilmu Hayat, Jilid I, IPB, Bogor
Birdlife International. 2001. Threatened birds of Asia: The Birdlife International Red Data Book. Cambridge, UK: Birdlife International.
BirdLife International. 2014. Species factsheet. Downloaded from
http://www.birdlife.org visited 7 Oktober 2014
Cox, M.J., van Dijk, P.P. Nabhitabhata, J. & Tirakhupt, K. 2010. A photographic
guide to snakes and other reptiles of Peninsular Malaysia, Singapore and
Thailand. New Holland Publisher, UK.
Das, I. 2012. A naturalist’s guide to the snakes of South-East Asia. John Beaufoy
Publishing, UK.
Das, I. 2010. A field guide to the reptiles of South-East Asia. New Holland
Publisher, UK.
Fachrul, M. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Cetakan Pertama. Bumi Aksara.
Jakarta.
Francis, C.M. 2008. A field guide to the mammals of South-East Asia. New
Holland Publisher, UK.
Fachrul, M. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Cetakan Pertama. Bumi Aksara.
Jakarta.
Holmes, D. & Nash, S. 1999. Burung-burung di Sumatera dan Kalimantan.
Puslitbang Biologi LIPI-Birdlife International Indonesia Programme.
Iskandar, D.T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali. Puslitbang Biologi-LIPI.
Iqbal, M. 2013. Survei avifauna perkebunan kelapa sawit dan pabrik PT Karya
Prima Agro Sejahtera Kecamatan Kongbeng, Kabupaten Kutai Timur,
Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Laporan untuk Daemeter Consulting
(Tidak dipublikasi).
Iqbal, M. 2011. Ikan-ikan di hutan rawa gambut Merang-Kepayang dan
sekitarnya. Merang REDD Pilot Project, Palembang.
Iqbal, M. & Setijono, D. 2011. Burung-burung di hutan rawa gambut Merang-
Kepayang dan sekitarnya. Merang REDD Pilot Project, Palembang.
Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co. Krebs CJ. 1989. Ecology Methodology : The Exprimental Analysis of Distribution
and Abudance. New York: Harper and Row Publishers.
47
Kuncoro SA, van Noordwijk M, Martini E, Saipothong P, Areskoug V, Ekadinata
A, dan O’Connor T. 2006. Rapid Agrobiodiversity Appraisal (RABA) in The
Contex of Environmental Service Rewards. Bogor, Indonesia.
Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia. 2008. Panduan Identifikasi Kawasan
Bernilai Konservasi Tinggi di Indonesia. Tropenbos International Indonesia
Programme, Balikpapan.
Kotellat M and A.J Whitten, S.N. Kartikasari dan S. Wirjoatmodjo. 1993.
Freshwater fishes of western Indonesia and Sulawesi. Singapore: Periplus
Editions Limited. 271 p.
Mackinnon, J., K. Phillips & Balen, B. V. 1998. Burung-burung di Sumatera,
Kalimantan, Jawa dan Bali. Birdlife International Indonesia. Programme
Puslitbang Biologi LIPI, Bogor.
Manuri, S, Putra, C, Saputra, A. 2011. Teknik Pendugaan Cadangan Karbon Hutan, Merang REDD Pilot Project, German International Cooperation-GIZ, Palembang. GIZ. Palembang: viii + 63 hlm.
Mckay, J.L. 2006. Reptil dan Amphibi di Bali. Krieger Publishing Company, Bali.
Noerdjito M. & Maryanto I. 2001. Jenis-jenis Hayati yang Dilindungi Perundang-
undangan Indonesia. Museum Zoologicum Bogoriense, LIPI, The Nature
Conservancy and USAID, Cibinong, Indonesia.
Noerdjito W A dan Maryanto I. 2002. Metode survey dan Pemantauan populasi
satwa. Pusat Penelitian Biologi-LIPI. 30+v hal.
Odum EP. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Tjahjono Samingan, Penerjemah;
Yogyakarta : Edisi Ke-3. Universitas Gadjah Mada. Terjemahan dari :
Fundamental of Ecology
Payne, J, Francis, C. M., Phillips, K. Dan Kartikasari, S N. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak, dan Brunei Darusalam. WCS-International programme.
Prijono, SN, Peggie, D, Mulyadi. 2004. Pedoman Panduan Pengumpulan Data
Keanekaragaman Fauna. Pusat Penelitian Biologi. LIPI. Cibinong, Bogor.
Sheperd, C.R. & Sepherd. L.A. 2012. A naturalist’s guide to the Mammals of
South-East Asia. John Beaufoy Publishing, UK.
. Soerianegara, Ishemat dan Indrawan, Andry. 1980. Ekologi Hutan Indonesia.
Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
48
Sukmantoro, W., M. Irham, W. Novarino, F. Hasudungan, N. Kemp & Muchtar, M.
2007. Daftar Burung Indonesia No. 2. The Indonesian Ornithologist’s
Union/LIPI/OBC Smythies Fund/Gibbon Foundation, Bogor.
Sundarapandian, S.M. and P.S. Swamy. 2000. Forest ecosystem structure and
composition along an altitudinal gradient in the Western Ghats, South India. Journal of Tropical ForestScience 12(1):104-123.
Tilford, T. 2000. A photographic guide to the birds of Java, Sumatra and Bali. New Holland Publishers, UK.
Talvi, T., 2002. Insects as a Tool in Environmental Monitoring in The Vidumae
Natur Reserve, Ectonia. USA.
www.cites.org. Dikunjungi 21 Apilr 2016.
www.iucn.org. Dikunjungi 21 April 2016.
Lampiran 1. Beberapa foto fauna di kawasan PT. PLN. Indralaya.
49
Keterangan : (A). Artamus leucorynchus, (B).Todiramphus chloris. (C) Lonchura
punctulata. (D).Geopelia striata. (E). Dicaeum cruentatum jantan. (F).Anthreptes
malacensis
A
C D
B
E F
50
Keterangan : (G). Pycnonotus goiavier, (H).Lanius schach. (I).Dicaeum
cruentatum betina. (J). Passer montanus. (K). Muscicapa dauurica.(L).Nectarinia
jugularis (M).Pycnonotus aurigaster. (N).Dendrocopos moluccensis.
Lampiran 2. Beberapa foto flora di kawasan PT. PLN. Indralaya.
G H
I J
K L
M N
51
Keterangan : (A). Cococs nucifera var.erbunea (B). Polyalthia longifolia. (C)
Acacia mangium. (D).Hevea brasiliensis (E). Muntingia calabura (F).Bambusa
multiplex
A B
C
F
D
E
52
Keterangan : (G). leucaena leucocephala (H). Eleusine indica (I) paspalum conjugatum (J).Imperata cylindrica
H G
I J
53
LAMPIRAN 3. Foto Aktivitas Kegiatan Survei
Keterangan : (A). Pemasangan Perangkap tikus dan Camera trap (B).Pengambilan data analisis vegetasi, C.Prngamatan Fauna pada malam dan siang hari.
A
B
C