Post on 13-Feb-2017
MEMOTRET KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI RAKYAT THD DAMPAK PENYALAHGUNAAN
MATERIAL TERLARANG DALAM MAKANAN
SUTANTOUNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2015
“DARI PADA WARGA DKI KENA KANKER, LEBIH BAIK DIMARAHI PEDAGANG”, Kata AHOK
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Gubernur DKI Jakarta memilih PKL marah ketimbang akibat makanan yang dijajakannya banyak warga DKI Jakarta yang mengalami sakit kanker., dlm inspeksi mendadak terhadap makanan dan minuman yang dijajakan para PKL di sentra jajanan khas Ramadan di Bendungan Hilir (Benhil) Jakarta Pusat.
"Kita harus berani, orang mau marah yah terserah yang penting warga DKI jangan sampai kanker," ucap Ahok di Benhil, Jakarta Pusat, Sabtu (27/6/2015). Dirinya lebih baik menyarankan agar warga DKI tidak mengkonsumsi kerupuk yang berwarna karena setelah diuji laboratorium, kerupuk berwarna merah ternyata mengandung zat kimia berbahaya yang bisa menyebabkan kanker.
"Itu karena banyak makan produk seperti ini nih, merah-merah zat pewarna. Kita harus tegas. Kita mulai jajanan PKL yang kita dorong masuk ke balai Kota saja kalau tidak ada tes dari BPOM jangan disajikan deh kasian tamu," ungkapnya.
PENDAHULUAN Menurut UU RI No 18 tahun 2012 tentang pangan, menjelaskan
bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Berdasarkan hal itu pemerintah wajib mengatur bahan pangan yang bermutu baik dan memenuhi gizi. Untuk mencapai tujuan pemenuhan mutu dan gizi yang baik dalam bahan makanan pemerintah menteri kesehatan mengatur bahan tambahan pangan (BPT) yang diperbolehkan untuk penggunaannya pada PERMENKES RI Nomor 33 Tahun 2012.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2012 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan pewarna
Batas maksimum Penggunaan bahan Pewarna, pengawet, pemanis dan penguat rasa telah diatur pada Peraturan KBPOM secara berurut yaitu:◦ PKBPOM Nomor 37 tahun 2013 tentang batas maksimum
penggunaan bahan tambahan pangan pewarna, ◦ PKBPOM Nomor 36 tahun 2013 Tentang Batas maksimum
penggunaan Bahan tambahan pangan pengawet, ◦ PKBPOM Nomor 23 tahun 2013 Tentang Batas maksimum
penggunaan Bahan tambahan pangan penguat rasa, dan ◦ PKBPOM nomor 4 tahun 2014 tentang batas maksimum
penggunaan bahan tambahan pangan pemanis.
Pengawasan penggelolaan dan pendistribusianPemerintah mengawasi pengadaan dan
pendistribusian penyalahgunaan zat berbahaya yang digunakan sebagai BTP zat berbahaya pada:◦Peraturan Menteri Perdagangan Republik
Indonesia Nomor 75 tahun 2014 mengenai pengadaan, distribusi dan pengawasan bahan berbahaya dan Peraturan Bersama dalam Negeri Republik Indonesia dan
◦Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 43 dan 02 tahun 2013 tentang pengawasan bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan.
FAKTOR PENYEBAB PENGGUNAAN BAHAN BERBAHAYA
Faktor-faktor yang menyebabkan banyaknya pengelola makanan menggunakan zat berbahaya pada makanan tersebut diantaranya:
◦ Mudahnya mendapatkan bahan tersebut, ◦ Harga yang lebih murah, ◦ Warna yang lebih menarik dibandingkan menggunakan zat pewarna
makanan alami. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pemerintah sudah mengatur
bahan pewarna makananan yang diperbolehkan dengan Peraturan Kepala badan Pengawas Obat dan makanan Republik Indonesia no. 37 Tahun 2013 tentang Batas maksimum Penggunaan bahan Tambahan Pangan Pewarna, bahan pewarna berbahaya, hak konsumen, dan
Kewajiban BPOM dalam mempublikasikan zat makanan yang tidak berbahaya secara berkala.
Sesuai Permen di atas Bahan Berbahaya (B2) di distribusi oleh distributor yang telah mendapatkan izin usaha perdagangan khusus dari Dirjen PDN untuk menyalurkan B2 kepada Pengecer Terdaftar B2 (PT-B2). PT-B2 mendapat izin usaha perdagangan khusus B2 dari Gubernur dalam hal ini Kepala Dinas Provinsi untuk menjual ke pengguna akhir B2 (PA-B2).
PA-B2 adalah perusahaan industri yang menggunakan B2 sebahai bahan baku/penolong yang diproses secaa fisika dan kimia serta memperoleh nilai tambah ekonomi yang telah memiliki izin dari instansi yang berwenang yaitu Surat Izin Usha Perdagangan Bahan Berbahaya (SIUP-B2).
Pengawasan dalam pendistribusian B2 adalah tanggung jawab dari Kepala Dinas Provinsi bidang perdagangan, Kepala Dinas Kab/Kota bidang perdagangan, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dan Menteri perdagangan.
BPOM mengatur penggunaan BTP Pewarna yaitu dibuktikan dengan sertifikat analisis kuantitatif, batas maksimum CPPB (jumlah BTP yang diizinkan terdapat pada pangan dalam jumlah secukupnya yang diperlukan untuk menghasilkan efek yang diinginkan) dibuktikan dengan sertifikat analisis kualitatif, dan Jenis BTP Pewarna yang tidak dapat dianalisis, Batas Maksimum dihitung berdasarkan penambahan BTP Pewarna yang digunakan dalam pangan.
Pengawasan keamanan, mutu dan gizi pangan, setiap pangan olahan baik yang diproduksi di dalam negeri atau yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran diatur di PP No 28 th 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan bahwa bahwa pangan yang aman, bermutu dan bergizi sangat penting peranannya bagi pertumbuhan, pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan serta peningkatan kecerdasan masyarakat
UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMENUpaya untuk melindungi konsumen
diantaranya adalah:◦Produsen wajib memberikan informasi
dari bahan bahan apa saja yang digunakan dalam pembuatan akanan tersebut,
◦Mengawasi penggunaan bahan berbahaya sebagai bahan tambahan pangan, badan POM melakukan sosialisasi makanan yang sehat dan melakukan pengawasan penjualan zat berbahaya
Upaya keterbukaan informasi mengenai bahan apa saja dalam penggolahan makanan dan dasar perlindungan konsumen pun diatur di dalam PP Nomor 61 Tahun 2010 dan perlindungan Konsumen Nomor 8 tahun 1999.
Pada PP RI No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, menyebutkan bahwa untuk meningkatkan harkat dan martabat konsumen perlu meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi dirinya serta menumbuhkembangkan sikap perilaku usaha yang bertanggung jawab.
Berdasarkan UU tersebut konsumen diwajibkan untuk memiliki pengetahuan tentang bahan penyusunan makanan yang akan dikonsumsi serta pelaku usaha wajib mencantumkan label sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.
BPOM harus melaksanakan pelayanan informasi publik, wajib mengumumkan hasil pengawasan obat dan makanan secara berkala, dan menerima pengaduan sesuai Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik indonesia Nomor HK.04.1.23.08.11.07457 tahun 2011 Tentang Pejabat pengelola informasi dan dokumentasi yaitu di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Sehingga masyarakat wajib mengetahui apa saja BPT yang tidak berbahaya untuk dikonsumsi
PENDISTRIBUSIAN Pendistribusiannya hanya boleh didistribusi oleh perusahaan
yang telah diakui oleh Dirjen Daglu, kemudian dipasarkan langsung kepada Pengguna Akhir bahan berbahaya yang telah memiliki surat khusus B2 yaitu surat izin usaha perdagangan bahan berbahaya. Hal-hal yang harus dilakukan sehubungan dengan pemeriksaan atas kebenaran legalitas perusahaan :◦ Keberadaan fisik tempat penyimpanan.◦ Adanya fasilitas packing ulang (repacking) dan alat
transportasi yang digunakan oleh tim pemeriksa.◦ Harus ada Nomor CAS (Chemical Abstract Service)
dimana sitem indeks ini mempermudah dalam proses pengidentifikasian senyawa kimia secara spesifik,
◦ Harus ada lembar data keamanan (LDK)/ Safety Data Sheet (SDS) berisi tentang informasi fisika, kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan, dan tindakan khusus dalam keadaan darurat penggunaan B2 ini.
◦ Harus ada label pada kemasan yang mewadahi B2.
Orang yang bertanggung jawab atas pendistribusian bahan berbahaya ini adalah Kepala Dinas Provinsi bidang perdagangan, Kepala Dinas Kabupaten/Kota bidang perdagangan, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dan Menteri perdagangan.
Untuk para pelanggar peraturan, pada pasal 17 KBPOM Nomor 37 tahun 2013 sudah ada ketentuan mengenai hukuman bagi pelanggar dimana kepala badan POM dapat mengenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis, larangan mengedar sementara waktu atau penarikan kembali produk, pemusnahan sampai pencabutan izin edar
Beberapa faktor para produsen atau pedagang makanan lebih menggunakan bahan berbahaya dibandingkan BTP aman diantaranya adalah:◦ Harganya Lebih Murah , MUDAH DIDAPAT, WARNA LEBIH MENARIK
SOLUSI PENGGUNAAN MENGENAI BTP DARIPEWARNA (COLOUR), PENGAWET (PRESERVATIVE), PEMANIS
(SWEETENER) PENGUAT RASA (FLAVOUR ENHANCER) YANG LAYAK GUNA
PEMERINTAHPRODUSENDISTRIBUTORKONSUMEN
1. Pemerintah Pemerintah harus tetap melakukan kontrol terhadap zat pewarna berbahaya yang beredar
dengan bebas dipasaran serta selalu update dengan teknologi yang ada.◦ Contohnya : Tartrazin, KBPOM No 37 tahun 2013 menyatakan bahwa senyawa ini cukup aman untuk
dikonsumsi. Bahan ini memberikan warna kuning pada makanan dan minuman. Dan sering dikombinasikan dengan Brilliant Blue FCF untuk memberikan warna hijau.
◦ Pada jumlah yang tinggi ternyata dapat menyebabkan sejumlah alergi dan intoleran terhadap aspirin atau penderita asma. Gejalanya adalah sesak nafas, pusing, migrain, pandangan kabur dan sulit tidur.
◦ Menurut The American Academic of Pediastrics Commitee on Drugs, Tartrazin dapat menyebabkan gangguan kesehatan, diantaranya adalah tumor kelenjar tiroid, serta kerusakan kromosom, sehingga di beberapa tempat seperti Austria, Norwegia dan Jerman, penggunaannya sudah dihentikan. Dan digantikan dengan beta karoten.
Pemerintah harus bertindak tegas kepada produsen untuk mencantumkan bahan yang digunakan pada makanan secara jelas.
Dilakukan sosialisasi kepada masyarakat umum terutama para orangtua yang mempunyai anak yang masih bersekolah untuk menjaga dan mengontrol makanannya agar dapat terhindar dari bahaya yang dapat merusak kesehatan. d) BPOM wajib mengeluarkan informasi mengenai Bahan Tambahan Pangan (BPT) secara berkala.
Setiap bidang pemerintah yang bertanggung jawab dalam pendistribusian bahan makanan yang berbahaya harus menegaskan sanksi dalam penyalahgunaan bahan berbahaya tersebut.
PRODUSEN Produsen wajib bekerjasama dengan memberikan data-
data real mengenai bahan – bahan yang digunakan dalam produknya.
Produsen harus bersifat update terhadap perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dan melakukan penggantian untuk bahan-bahan yang berbahaya.
Mau bekerjasama dengan BPOM untuk kepentingan bersama.
Produsen selektif dalam memilih distributor produknya sehingga penggunaan sesuai dengan fungsinya.
DISTRIBUTORDistributor wajib bekerjasama dengan tidak
menutup-nutupin data-data real mengenai bahan – bahan yang digunakan dalam produk.
Distributor harus bersifat update terhadap perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dan melakukan upaya pelaporan terhadap bahan-bahan yang yang berbahaya yang ada dalam produk.
Mau bekerjasama dengan BPOM untuk kepentingan bersama.
Distributor selektif dalam menjual produknya sehingga penggunaan sesuai dengan fungsinya
KONSUMEN
Konsumen harus lebih cerdas dan selektif dalam melihat bahan – bahan yang digunakan dalam produk.
Konsumen harus bersifat update terhadap perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dan melakukan upaya pelaporan terhadap bahan-bahan yang yang berbahaya yang ada dalam produk.
Tidak semata-mata terpukau dengan tampilan dan harga yang menarik
KESIMPULAN
Banyaknya zat berbahaya yang beredar di masyarakat harus diiringi dengan pengetahuan mengenai zat-zat tersebut oleh semua pihak.
Namun pada sisi lain produsen harus berusaha dengan fair dan tidak mengesampingkan hak konsumen untuk hidup sehat, begitu juga dengan konsumen yang harus mengetahui informasi mengenai dampak penggunaan zat yang aman untuk dikonsumsi.
Pemerintah yang menjadi badan tertinggi penyelenggaraan negara juga memiliki kewajiban yang besar untuk mengontrol peredaran zat berbahaya ini.
Etika moral untuk penggunaan Bahan Tambahan Pangan yang telah diatur seharusnya menggutamakan kepentingan kesehatan manusia diatas kepentingan peningkatan ekonom.
Penggunaan bahan berbahaya sebagai bahan tambahan pangan tentu tidak sesuai dengan etika, karena menyebabkan penyakit berbahaya yang mampu merenggut nyawa seseorang.
Badan pengawas obat dan makanan pemerintah harus memberikan informasi secara profesional tentang bahan makanan yang layak konsumsi kepada masyarakat dan sanksi yang tegas., sehingga mampu meminimalisir penyalahgunaan bahan berbahaya.
Selain itu pendistribusian bahan berbahaya harus diperketat agar tepat penggunaan dan tepat sasaran.
PERTANYAAN
Apa regulasi yang mengatur sanksi dari pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penggunaan Bahan Tambahan Pangan?
Apa saja sanksi administrasi yang dapat dikenakan kepada para pelanggaran regulasi tersebut?
PERUMUSAN RANCANGAN KEBIJAKAN
SOSIALISASI RANCANGAN KEBIJAKAN
EVALUASI RANCANGAN KEBIJAKAN
PENETAPAN KEBIJAKAN
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
MEKANISME PERUMUSAN KEBIJAKAN PARTISIPASIF
PERUMUSAN RANCANGAN KEBIJAKAN PUBLIK
PERUMUSAN
KEBIJAKAN
KEBIJAKAN TERDAHULU
MASUKAN DARI PEMANGKU
KEPENTINGAN
PENGARUH LINGKUNGAN STRATEGIK
RENCANA PROGRAM
KERJA PEMERINTAH
SOSIALISASI RANCANGAN KEBIJAKAN
ANGGARAN
SDM
RESPONSIBILITY
MASYARAKAT
KEPEMIMPINAN
SARANA PRASARANA PENDUKUNG
PENGORGANISASIAN
EVALUASI RANCANGAN KEBIJAKAN
EVALUASI RANCANGAN KEBIJAKAN
PENETAPAN KEBIJAKAN PUBLIKPEMERINTAH
YUDIKATIF
DPR/DPRD
IMPLEMENTASI KEBIJAKANANGGARAN
PENGORGANISASIA
N
SDM
LEADERSHIPSARANA
PRASARANA PENDUKUNG
RESPONSIBILITY
MASYARAKAT
PENEGAKAN
HUKUM
TERIMAKASIH