Post on 24-Jul-2015
Masalah Kesehatan Masyarakat serta Kesehatan Gigi dan Mulut di Indonesia
Dr. Haris Budi Widodo
Pengertian Masalah/Problem
Masalah dalam bidang Kesehatan
Masalah terkait dengan derajat kesehatan:1. Morbiditas2. Mortalitas
Masalah terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan:1. Lingkungan2. Perilaku3. Pelayanan kesehatan4. Keturunan
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAPDERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT (KONSEP BLUM)
Masalah Kesehatan & PolaPenyakit berubah, berkait:
Transisi demografi: Perub. StrukturPenduduk
Transisi Kesehatan
Transisi epidemiologi : Perub. Pola Penyakit
TEORI TRANSISI DEMOGRAFI
Teori yang menerangkan proses perubahan penduduk dari tingkat pertumbuhan yang stabil tinggi (angka fertilitas dan mortalitas sama-sama tinggi) ke tingkat pertumbuhan yang rendah (angka fertilitas dan mortalitas sama-sama rendah)
Perubahan tersebut berkaitan dengan pembangunan ekonomi
Factors Impacting onDemographic Transition:
Internal Migration Increased Social-economic Status Employment (Job Opportunities) Food Availability Access to health services, education,
micro finance and small industries Entrepreneurship Poverty – increased number of poor
Demographic Transition: Increasing elderly population Increases below fives (base of
population pyramid) Increased fertility rate Urbanization, etc.
Epidemiological Transition: Move from infectious to chronic
disease & Non communicable disease emerge
Dampak Transisi epidemiologi di Indonesia
Dihadapkan pada dua masalah besar bidang kesehatan:
Jenis/jumlah penyakit masih mirip dengan keadaan negara berkembang: ISPA, TB, Malaria, Dengue, tifoid, dll
Jenis/jumlah penyakit yang mirip dengan situasi negara maju: geriatri, penyk jantung dan pembuluh darah, rematik, hipertensi, DM, stroke, kecelakaan, penyalahgunaan narkoba/drug, obesitas dll
Faktor Determinan: faktor utama atau penentu yang berpengaruh pada kesehatan
Faktor-faktor:1. Biologi manusia
(keturunan/bawaan dll)2. Lingkungan (internal dan eksternal)3. Cara dan gaya hidup (perilaku)4. Kondisi ekonomi5. Pelayanan kesehatan (primer,
sekunder dan tersier)
PERMASALAHAN BIDANG KESEHATAN DI INDONESIA
1. Masih cukup tingginya disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi.
2. Mobilitas penduduk yang cukup tinggi
3. Kondisi kesehatan lingkungan masih rendah
4. Perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah
5. Keterbatasan pelayanan kesehatan
6. Jumlah tenaga kesehatan masih kurang merata, masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya, masih rendahnya kinerja SDM Kesehatan.
7. Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada belum optimal
8. Akses masyarakat untuk mencapai fasilitas kesehatan yang ada belum optimal.
9. Peran lintas sektor dalam bidang kesehatan belum optimal
Masalah Kesehatan di Indonesia
(Berdasarkan Analisis SKN)1. Peran serta masyarakat dan kerjasama
lintas sektoral2. Pendidikan kesehatan masyarakat3. Angka kesakitan dan kematian masih tinggi4. Manajemen dan palaksanaan upaya
kesehatan5. Sumberdaya, terutama tenaga dan dana
yang masih terbatas6. Hal-hal yang dapat menyebabkan cacat fisik
dan gangguan jiwa
MASALAH KESGILUT DI INDONESIA
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKIRT) pada tahun 1995, penyakit gigi dan mulut yang ditemukan di masyarakat masih berkisar penyakit yang menyerang jaringan keras gigi (karies) dan penyakit periodontal, yang menyatakan bahwa 63% penduduk Indonesia menderita kerusakan gigi aktif (kerusakan pada gigi yang belum ditangani).
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menyebutkan bahwa prevalensi karies gigi aktif pada umur 10 tahun ke atas sebesar 52% dan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur hingga mencapai 63% pada golongan umur 45-54 tahun, Khusus pada kelompok umur anak usia sekolah dasar sebesar 66,8%-69,9%
Disebutkan pula bahwa 76,2 persen anak Indonesia pada kelompok usia 12 tahun (kira-kira 8 dari 10 anak) mengalami gigi berlubang
Pengalaman karies perorangan rata-rata (DMF-T = Decay Missing Filling-Teeth) berkisar antara 6,44 dan 7,8 yang berarti telah melebihi indeks DMF-T yang telah ditetapkan oleh WHO ( World Health Organization), yaitu 3.
Adapun untuk prevalensi penyakit periodontal menunjukkan 42,8%.
Masalah tingginya angka penyakit gigi dan mulut saat ini sangat dipengahui oleh beberapa faktor antara lain faktor perilaku masyarakat.
Berdasarkan SKRT 1995 dan Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 1998 dinyatakan bahwa masyarakat belum menyadari pentingnya pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut.
Hal ini terlihat dari 22,8% penduduk Indonesia tidak menyikat gigi dan dari 77,2% yang menyikat gigi hanya 8,1% yang menyikat gigi tepat waktu.
Kesadaran masyarakat untuk datang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan masih rendah.
Hal ini terlihat dari 87% masyarakat yang mengeluh sakit gigi tidak berobat, 12,3% masyarakat yang mengeluh sakit gigi datang berobat ke fasilitas kesehatan gigi sudah dalam keadaan terlambat sehingga dari rata-rata 6,4% gigi yang rusak 4,4% gigi sudah dicabut, dan 0,7% mencari pengobatan tradisional.
Pemilihan pola makan yang salah dan pengaruh gaya hidup modern yang menyebabkan perubahan komsumsi pola makanan dari makanan berserat menjadi makanan tidak berserat diperkirakan dapat mempengaruhi pertumbuhan rahang, sehingga mengakibatkan gigi tetap akan tumbuh berjejal.
Hasil penelitian pada beberapa tempat yang kadar fluornya nol seperti di Kalimantan, Sulawesi, Jambi prevalensi kariesnya tinggi.