Post on 13-Oct-2020
MANAJEMEN PERUBAHAN RSUD ZAINAL ABIDIN PAGAR ALAM
KABUPATEN WAY KANAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN
AKREDITASI PROGRAM KHUSUS
(Skripsi)
Oleh
Ely Nopika Sari
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
ABSTRACT
CHANGE MANAGEMENT OF ZAINAL ABIDIN PAGAR ALAM
REGIONAL HOSPITAL AT WAY KANAN REGENCY IN ORDER TO
IMPLEMENTING SPECIAL PROGRAM ACCREDITION
By
ELY NOPIKA SARI
Hospital accreditation is a necessity that is carried out regularly every three years
in accordance with hospital laws. Special program accreditation is an accreditation
standard that is only carried out by hospitals type C and D, concisting of four
chapters of assessment standards with a first-star graduation rate. The
implementation of accreditation causing changes in the effect fulfillment
accreditation standards, so there is a need for management in change or change
management.
This study aims to describe the process of change management towards an
accredited hospital in Zainal Abidin Pagar Alam Hospital at Way Kanan Regency,
as well as identifying the driving factors in the process. The type of research used
is descriptive research with a qualitative approach. Data collection techniques
using observation, interviews and documentation related to the focus of research.
The results of this study indicate that change management process in Zainal
Abidin Pagar Alam Regional Hospital in order to implementing special program
are in the prologue less well it can be evident from the remedial survey of
accreditation and working less significant cultural change felt by the service users
or society. There are three main stages that are passed through Zainal Abidin
Pagar Alam Regional Hospital in order to implementing special program
accreditation, that is unfreezing, movement, and refreezing, within each of these
stages there are several steps of change carried out in an effort to achieve each
stage. There are two driving factors in the process of change management, that is
external factors consisting of customer/community demands and cooperation
requirements for health BPJSthen the internal factors consisting of support for
human resources, financial resources and managerial behavior.
Keywords: Accredition hospital, Special program accreditation standards,
Change management.
ABSTRAK
MANAJEMEN PERUBAHAN RSUD ZAINAL ABIDIN PAGAR ALAM
KABUPATEN WAY KANAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN
AKREDITASI PROGRAM KHUSUS
Oleh
ELY NOPIKA SARI
Akreditasi rumah sakit merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan
secara berkala setiap tiga tahun sekali sesuai dengan Undang-Undang rumah sakit.
Akreditasi program khusus merupakan standar akreditasi yang hanya dilakukan
oleh rumah sakit tipe C dan D, meliputi empat bab standar penilaian dengan
tingkat kelulusan perdana bintang satu. Pelaksanaan akreditasi menimbulkan
dampak perubahan-perubahan adanya efek pemenuhan standar akreditasi,
sehingga perlu adanya pengelolaan dalam perubahan atau manajemen perubahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses manajemen perubahan
menuju rumah sakit terakreditasi di RSUD Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten
Way Kanan, serta mengindentifikasi faktor pendorong dalam peroses tersebut.
Tipe penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu tipe deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan
dokumentasi yang berkaitan dengan fokus penelitian.
Hasil penelitian ini menggambarkan proses manajemen perubahan di RSUD
Zainal Abidin Pagar Alam dalam rangka pelaksanaan akreditasi program khusus
berada pada kategori kurang baik hal ini dapat terlihat dari adanya remedial
survei akreditasi dan perubahan budaya kerja kurang signifikan dirasakan oleh
pengguna layanan atau masyarakat. Terdapat tiga tahapan utama yang dilewati
RSUD Zainal Abidin Pagar Alam dalam rangka pelaksanaan akreditasi program
khusus yaitu unfreezing, movement, dan refreezing, didalam masing-masing
tahapan tersebut terdapat beberapa langkah perubahan yang dilaksanakan sebagai
upaya pencapaian masing-masing tahap. Kemudian terdapat faktor pendorong
dalam proses manajemen perubahan yaitu faktor eksternal adanya tuntutan
pelanggan/masyarakat dan persyaratan kerja sama terhadap BPJS kesehatan,
faktor internal yaitu dukungan sumber daya manusia, sumber daya keuangan dan
perilaku manajerial.
Kata kunci: Akreditasi rumah sakit, standar akreditasi Program Khusus,
Manajemen Perubahan.
MANAJEMEN PERUBAHAN RSUD ZAINAL ABIDIN PAGAR ALAM
KABUPATEN WAY KANAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN
AKREDITASI PROGRAM PROGRAM KHUSUS
Oleh
Ely Nopika Sari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ADMINISTRASI NEGARA
Pada
Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
RIWAYAT HIDUP
Peneliti bernama Ely Nopika Sari dilahirkan di
Bambu Kuning, Kecamatan Blambangan Umpu
Kabupaten Way Kanan pada Tanggal 14
November 1996. Peneliti merupakan anak ke
dua dari tiga bersaudara, lahir dari pasangan
Bapak Munaji dan Ibu Suparti.
Peneliti memulai Pendidikan Formal di Sekolah Dasar Negeri (SD) 01 Negeri
Bumi Putera tahun 2002 dan tamat pada tahun 2008, setelah tamat dari
pendidikan Sekolah Dasar, peneliti melanjutkan pendidikan ke Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 05 Blambangan Umpu pada tahun 2011-
2014, selanjutnya peneliti menempuh pendidikan di Sekolah Menengah
Atas (SMA) Negeri 01 Blambangan Umpu dan tamat pada tahun 2014. Pada
tahun 2014 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi Publik melalui
jalur Ujian Masuk Lokal (UML) dan tergabung dalam Himpunan Mahasiswa
Administrasi Negara (HIMAGARA). Pada bulan Januari hingga februari 2017
penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Kabupaten
Lampung Tengah tepatnya di Kecamatan Terusan Nunyai Desa Gunung Batin
Baru.
MOTTO
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(QS Al-Insyirah 5-6)
Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku,
dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku.
(Umar bin Khattab)
Saat hidup tidak sesuai harapan, satu-satunya orang
yang dapat merubah keadaan adalah dirimu sendiri.
(Ely Nopika Sari)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap Puji Syukur Kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan
rahmat dan berkah-Nya kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
Kupersembahkan karya ini kepada :
Kedua Orangtuaku
Bapak Munaji dan Ibu Suparti
yang dengan penuh kesabaran dalam mendidik danmerawatku sedari kecil hingga
mengantarkanku ke perguruan tinggi dan meraih cita-cita.
Saudariku tercinta Putri Ramadhani,AMd.Keb dan Aulia Tri Utami
Keluarga besarku, sahabatku, teman-temanku
Para pendidik Tanpa Tanda Jasa yang Ku hormati.
Terimakasihku pada kalian semua yang telah memberikan cinta dan kasihnya,
memberikan semangat, dukungan, serta motivasi. Terimakasih atas keikhlasan dan
ketulusan serta doa yang takhenti-hentinya yang selalu menjadikan kekuatan dan
segala kebaikan yang tak bisa terbalaskan.
Almamater Tercinta,
Universitas Lampung
SANWACANA
Assalamuala’ikum warahmatullahiwabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alaamiin Puji syukur penulis ucapkan atas segala
berkah yang diberikan oleh Allah S.W.T. serta berkat doa dan restu dari
orang tua tercinta sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Manajemen Perubahan RSUD Zainal Abidin Pagar Alam
Kabupaten Way Kanan dalam Rangka Pelaksanaan Akreditasi
Program Khusus”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Ilmu Administrasi Publik, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini
karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki.
Penyusunan skripsi ini tidak dapat terwujud tanpa adanya dukungan berupa
arahan, bimbingan, semangat, kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak
yang turut membantu selama proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini, peneliti ini mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Rahayu Sulistiowati, S.Sos., M.Si. selaku pembimbing pertama
yang bersedia meluangkan waktu. Terima kasih atas bimbingan,
saran, semangat, motivasi serta kesabaran kepada penulis dan
bersedia mendengarkan keluh kesah penulis selama penelitian
sehingga penulis menjadi giat untuk lebih cepat menyelesaikan
skripsi ini. Semoga ibu selalu dilimpahkan kesehatan dan rezeki
oleh Allah SWT.
2. Ibu Ita Prihantika,S.Sos.,M.A. selaku pembimbing kedua. Terima
kasih atas bimbingan, saran, semangat, motivasi serta kesabaran
kepada penulis dari awal proses bimbingan selama penelitian
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Semoga ibu selalu dilimpahkan kesehatan dan rezeki oleh Allah
SWT.
3. Bapak Simon Sumanjoyo Hutagalung, S.AN., M.PA. selaku dosen
pembahas. Terima kasih atas bimbingan, motivasi serta segala
masukan yang membangun dalam penulisan skripsi ini. Semoga
Bapak selalu dilimpahkan kesehatan dan rezeki oleh Allah SWT.
4. Ibu Dewie Brima Atika, S.IP., M.Si selaku dosen pembimbing
akademik, terima kasih telah banyak memberikan dukungan dan
motivasi selama peneliti menjalani proses perkuliahan.
5. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung.
6. Bapak Dr. Noverman Duadji, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu
Administrasi Publik.
7. Ibu Intan Fitri Meutia, S.AN., MA., Ph.D selaku sekretaris jurusan
Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Unuversitas Lampung
8. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Publik FISIP UNILA.
Terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan kepada penulis
selama mengikuti perkuliahan. Semoga apa yang telah penulis
peroleh selama masa perkuliahan dapat menjadi bekal yang berharga
bagi penulis ke depannya.
9. Seluruh Staf Jurusan Ilmu Administrasi Publik FISIP UNILA yang
telah memberikan pelayanan dan kelancaran administrasi sehingga
penulis dapat terbantu dalam menyelesaikan skripsi.
10. Seluruh informan penelitian yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
11. Kedua orangtuaku Bapak Munaji dan Ibu Suparti yang sangat
penulis sayangi. Aku bersyukur memiliki orang tua yang begitu
sabar dan yang selalu memanjatkan doa untukku. Terimakasih untuk
kasih sayang, kerja keras dan pengorbanan untuk masa depanku.
Semoga bapak dan ibu selalu diberikan kesehatan dan rezeki oleh
Allah SWT.
12. Saudariku tercinta Putri Ramadhani,A.Md.Keb dan Aulia Tri Utami.
Terimakasih untuk doa, dukugan dan motivasi selama menulis
skripsi ini.
13. Sahabat-sahabatku, Annisa Yurida, Dwi Septiana, Nurlaila
Septianing Umri, Tuti Puji Lestari dan Meliyana. Terimakasih sudah
menjadi partner terbaik selama masa perkulihan hingga saat ini,
sudah merelakan waktunya untuk mendengarkan keluh kesahku.
Terimakasih untuk doa, bantuan dan motivasinya.
14. Milenia Squad mba sakin, mba Tania, Ise, Diah, Dila, Nanda dan
Lupi. Terima kasih sudah menjadi suadara satu atap, tepat berbagi
cerita suka dan duka. Semoga tetap terjalin hubungan persaudaraan
kita.
15. Tim Kombe Bang Jul, Reza, Toha, Kikay, Agung, Ajiz, Lamria,
Seli, Selma, Arin, Novia, dan Ulima. Terimakasih telah menjadi tim
yang seru dan saling peduli terbaik selama 40 hari KKN di Desa
Gunung Batin Baru dan terimakasih untuk semangat dan
motivasinya.
16. Nur arifah, ni’mah, gusti, oktavia, mutiara, yumas, fatriani, siska,
alvin, ma’ruf, wahyu, andryanto, widi, fery, nabila, nihan, anggi
lestari, maya, heni, oci dan seluruh teman-teman jurusan
administrasi negara angkatan 2014 (GELAS ANTIK) atas doa dan
bantuanya.
17. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun
skripsi, terimakasih atas bantuan, doa dan dukunganya. Semoga
selalu dalam lindungan Allah SWT.
Semoga kita semua dalam lindungan Allah Subhanahuwataala dan
skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik . Kritik dan saran yang
mendukung akan peneliti terima untuk perbaikan kedepannya, untuk
seluruh kebaikan yang telah diberikan oleh berbagai pihak yang telah
membantu peneliti, peneliti mungkin tidak akan mampu membalas semua
kebaikan tersebut dan semoga Allah SWT yang akan membalasnya
aamiin. Jika masih banyak kekurangan, dapat dijadikan evaluasi atau
penelitian lanjutan.
Bandar Lampung, 14 Januari 2020
Penulis,
Ely Nopika Sari
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................................. i
DAFTAR TABEL .................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix
DAFTAR ISTILAH .................................................................................. v
I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 7
A. Tinjauan Tentang Perubahan Organisasi Publik ....................... 7
1. Pengertian Organisasi Publik.................................................. 7
2. Perubahan Organisasi Publik .................................................. 10
3. Jenis Perubahan Organisasi Publik Transisi ........................... 11
B. Tinjauan Tentang Manajemen Perubahan .................................. 11
1. Pengertian Manajemen Perubahan ......................................... 11
2. Model Manajemen Perubahan ................................................ 14
3. Tujuan dan Sasaran Perubahan ............................................... 20
C. Tinjauan Tentang Akreditasi ...................................................... 21
1. Pengertian Akreditasi ............................................................. 21
2. Tujuan Akreditasi ................................................................... 23
3. Akreditasi Program Khusus ................................................... 23
4. Standar Akreditasi Program Khusus ...................................... 27
D. Penelitian Terdahulu .................................................................. 32
E. Kerangka Pikir ............................................................................ 34
III. METODE PENELITIAN ............................................................. 36 A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ................................................. 36
B. Fokus Penelitian ......................................................................... 37
C. Lokasi Penelitian ........................................................................ 39
D. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 40
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 40
F. Teknik Analisis Data................................................................... 43
G. Teknik Keabsahan Data ............................................................. 44
ii
IV. GAMBARAN UMUM, HASIL DAN PEMBAHASAN ............. 47
A. Gambaran Umum ....................................................................... 47
1. Visi dan Misi RSUD ZAPA .................................................. 47
2. Jenis Pelayanan RSUD ZAPA ............................................... 48
3. Sumber Daya Manusia RSUD ZAPA ................................... 49
4. Tugas Pokok dan Fungsi RSUD ZAPA ................................ 49
5. Struktur Organisasi RSUD ZAPA ......................................... 51
B. Hasil Penelitian ........................................................................... 56
1. Proses manajemen RSUD ZAPA dalam Rangka
Pelaksanaan Akreditasi Program Khusus ........................... 56
2. Faktor Pendorong dalam Proses Manajemen Perubahan
RSUD ZAPA dalam Rangka Pelaksanaan Akreditasi
Program Khusus ..................................................................... 85
C. Pembahasan ................................................................................ 90
1. Proses manajemen RSUD ZAPA dalam Rangka
Pelaksanaan Akreditasi Program Khusus ............................. 91
2. Faktor Pendorong dalam Proses Manajemen Perubahan
ZAPA dalam Rangka Pelaksanaan Akreditasi
Program Khusus ..................................................................... 103
V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 105
A. Kesimpulan ................................................................................ 107
B. Saran .......................................................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Standar Kualifikasi Pendidikan Staff (KPS) ...................................... 27
2. Standar Hak Pasien Keluarga (HPK) ................................................. 29
3. Standar Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) ...................................... 30
4. Standar Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI) ............................... 31
5. Matriks Perbandingan Penelitian ....................................................... 32
6. Daftar Informan Penelitian................................................................. 41
7. Daftar Dokumen Penelitian ................................................................ 42
8. Contoh Tabel Triangulasi .................................................................. 46
9. Jumlah Sumber Daya Manusia RSUD ZAPA ................................... 49
10. Indikator Mutu Pelayanan RSUD ZAPA Sebelum Akreditasi. ......... 58
11. Indeks Kepuasan Masyarakat RSUD ZAPA Tahun 2016 ................. 59
12. Pemenuhan Sarana dan Prasarana standar akreditasi ......................... 71
13. Fase unfreezing (Pencairan) ............................................................... 95
14. Fase Movement (Pergerakan) ............................................................. 100
15. Fase Refreezing (Pembekuan Kembali) ............................................. 102
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir ..................................................................................... 35
2. Struktur Organisasi RSUD ZAPA ....................................................... 55
3. SK Tim Akreditasi RSUD ZAPA ........................................................ 61
4. Struktur Oragnisasi Tim Akreditasi RSUD ZAPA .............................. 62
5. Jadwal Rencana Kerja tim akreditasi ................................................... 64
6. Kegiatan mengkomunikasikan perubahan ........................................... 66
7. Workshop Sasaran Keselamatan Pasien .............................................. 68
8. Edukasi cuci tangan kepada keluarga pasien ....................................... 69
9. Ceklis Dokumen Self Assesment Bab Sasaran Keselamatan Pasien .... 70
10. Revisi SPO Pemasangan Gelang Resiko Jatuh .................................... 75
11. Survei Pelaksaan Akreditasi Program Khusus ..................................... 77
12. Sertifikat Akreditasi ............................................................................. 79
13. SPO baru Pemasangan Gelang Indentitas Pasien ................................ 83
14. Tindakan Pemasangan Gelang Indentitas Pasien sesuai Prosedur Baru 84
v
DAFTAR ISTILAH
RSUD ZAPA : Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin Pagar Alam
KARS : Komisi Akreditasi Rumah Sakit
BOR : Bed Occupancy Rate
ALOS : Average Length Of Stay
BTO : Bed Turn Over
TOI : Turn Over Interval
NDR : Net Date Rate
GDR : Gross Date Rate
HPK : Hak Pasien dan Keluarga
KPS : Kualifikasi Pendidikan Staff
SKP : Sasaran Keselamatan Pasien
PPI : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
JCI : Joint Commission International
IGD : Instalasi Gawat Darurat
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
IKM : Indeks Kepuasan Masyarakat
KABAG : Kepala Bagian
POKJA : Kelompok Kerja
TI : Teknologi Informasi
DAK : Dana Alokasi Khusus
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanjan Daerah
SPO : Standar Prosedur Opersional
PERMENKES : Peraturan Menteri Kesehatan
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana tercantum dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945. Mewujudukan cita-cita tersebut, Pemerintah
Indonesia menyelenggarakan pembangunan kesehatan. Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 3 menyatakan bahwa “Pembangunan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia
yang produktif secara sosial dan secara ekonomis”.
Melalui pembangunan kesehatan, kesadaran masyarakat terhadap kesehatan akan
meningkat, yang berakibat pula pada meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan. Oleh karenanya negara, yang dalam hal ini pemerintah
provinsi dan kabupaten/ kota berkewajiban memenuhi tuntutan masyarakat
dengan menyelenggarakan pelayanan publik di bidang kesehatan. Kewajiban
tersebut di tegaskan dalam Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Pasal 28 H, memperoleh pelayanan kesehatan, dan Pasal 34
2
bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
Pada kenyataanya pelayanan publik bidang kesehatan di Indonesia masih sangat
memprihatinkan, dimana pelayanan publik menjadi isu kebijakan yang semakin
strategis karena perbaikan pelayanan publik di Indonesia cenderung jalan di
tempat. Fitriana dan Sahuri (2013:4) penyelenggaraan pelayanan publik masih di
hadapkan pada sistem pemerintahan yang belum efektif dan efisien serta kualitas
sumber daya manusia dan peralatan medis yang belum memadai. Keluhan dalam
pelayanan kesehatan yang di berikan kepada publik muncul mulai dari prosedur
pengurusan layanan yang berbelit-belit sampai sikap aparatur kesehatan yang
tidak menyenangkan. Semakin rendahnya Human Development Index Indonesia
yang berada di urutan ke-110 di dunia, sehingga masyarakat mengalami krisis
kepercayaan terhadap kualitas layanan kesehatan yang di berikan pemerintah
mulai dari kualitas rumah sakit, kualitas dokter, peralatan medis dan non medis
serta obat-obatan yang di sediakan.
Menurut Lystiono (2015:3) kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia masih jauh
di bawah standar, dibanding pelayanan kesehatan yang ada di sejumlah negara
berkembang lainnya. Pelayanan kesehatan harus adil dan tidak boleh
membedakan pasien dari segi agama, suku, ras, golongan dan jumlah penghasilan.
Sementara di Indonesia sendiri, pelayanan kesehatan masih membeda-bedakan
antara pasien yang berpenghasilan dengan pasien yang kurang berpenghasilan
3
Upaya pemerintah dalam menanggapi permasalahan kesehatan yang sangat
kompleks, yaitu dengan mendorong rumah sakit meningkatkan kualitas pelayanan
dan mutu melalui akreditasi rumah sakit. Diamanatkan dalam Undang-undang
nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit bahwa dalam upaya peningkatan mutu
setiap rumah sakit wajib melakukan akreditasi. Akreditasi merupakan bentuk
perlindungan pemerintah terhadap masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu.
Pada era Jaminan Kesehatan Nasional melalui Badan Jaminan Kesehatan Sosial
(BPJS) kesehatan yang berlaku sejak tahun 2014, penyedia layanan kesehatan
kembali menghadapi tekanan terkait akreditasi. Hal ini adanya isu bahwa
akreditasi menjadi persyaratan dalam kerjasama dengan pihak BPJS yang
dituangkan dalam Permenkes Nomor 99 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Permenkers Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan
Kesehatan Nasional. Peraturan tersebut juga memberikan limit waktu lima tahun
sejak peraturan ditetapkan atau pada tahun 2019 (Kontan.co.id, 2016).
Jasa pelayanan kesehatan dalam hal ini adalah rumah sakit, sebagai organisasi
publik yang bergerak dalam jasa pelayanan kesehatan yang bersifat dinamis dan
terbuka tentu harus dapat merespon akan adanya tuntutan perubahan lingkungan
organisasi. Akreditasi rumah sakit kini menjadi sebuah tuntutan rumah sakit yang
tidak dapat dihindari agar dapat tetap beroperasi memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Seluruh rumah sakit kini tengah menghadapi tekanan dan berlomba-
lomba untuk memperbaiki pelayanan melalui akreditasi. Hal ini terlihat dari
4
jumlah rumah sakit yang terakreditasi pada Tahun 2019 mencapai 2.398 unit
rumah sakit dari jumlah keseluruhan rumah sakit 2.820 unit (Kars.or.id, 2019).
RSUD ZAPA sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten
Way Kanan, berdiri dan mulai dioperasionalkan berdasarkan Surat Keputusan
Bupati Nomor 16 Tahun 2005. RSUD ZAPA berstatus rumah sakit tipe C. RSUD
ZAPA merupakan rumah sakit yang baru pertama kali melakukan akreditasi
dengan versi akreditasi 2012 program khusus.
Berdasarkan Keputusan KARS nomor : 1666/KARS/X/2014 tentang Penetapan
Status Akreditasi Rumah Sakit, akreditasi program khusus merupakan
pelaksanaan akreditasi dilakukan pada Rumah Sakit Kelas C dan D dengan jumlah
tempat tidur dibawah 100, dan tidak menyelenggarakan pelayanan subspesialistik.
Kelompok rumah sakit ini diberikan keringanan dengan memenuhi syarat
kelulusan 4 bab yaitu (a). bab Hak Pasien dan Keluarga (HPK); (b). bab
Pencegahan Pengendalian Infeksi; (c). bab Kualifikasi Pendidikan Staff dan (d).
bab Sasaran dan Keselamatan Pasien.
Proses akreditasi akan menimbulkan perubahan-perubahan akibat adanya
pemenuhan standar akreditasi program khusus, maka perlu adanya tahapan
pengelolaan dalam perubahan atau manajemen perubahan. Hal ini disampaikan
oleh Ketua Tim Akreditasi RSUD ZAPA, yakni Ibu Ambar Sumirat, S,Kep.,MM,
ia menyatakan bahwa dalam proses menuju rumah sakit terakreditasi terdapat
beberapa tahapan terstruktur untuk memenuhi indikator standar akreditasi
program khusus. Salah satunya adalah dengan memberikan edukasi kepada
seluruh pegawai terkait pentingnya akreditasi, bekerja dengan memfokuskan pada
5
keselamatan dan kepuasan pasien (hasil wawancara pra riset Tanggal 2 April
2018).
Keberhasilan suatu perubahan sangat ditentukan oleh bagaimana tahapan-tahapan
proses manajemen perubahan tersebut dilakukan untuk dapat mengelola
perubahan dan mengatasi penolakan terhadap perubahan. Menurut Syahansyah
(2016:143) manajemen perubahan sangat penting dalam mendorong organisasi
untuk mencapai tujuan perubahan dalam menjawab tuntutan organisasi, organisasi
perlu membangun strategi yang selaras dengan tujuan organisasi. Menurut Lestari
(2012:73) manajemen perubahan adalah suatu tahapan dalam pengelolaan
perubahan untuk mewujudkan tujuan organisasi dengan mengelolas dampak-
dampak perubahan sehingga dapat mengatasi resistensi dan memperkirakan
keberhasilan perubahan. Menurut Lewwin dalam Wibowo (2016:199)
mengungkapkan bahwa proses manajemen perubahan terdapat tiga tahap model
perubahan terencana yang menjelaskan bagaimana mengambil inisiatif, mengelola
dan menstabilisasi proses perubahan. ketiga tahap tersebut dikenal dengan tahap
unfreezing, movement dan refreezing.
Berdasarkan penjelasan diatas peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut
bagaimana proses penerapan manajemen perubahan menuju rumah sakit
terakreditasi, serta faktor-faktor apa saja yang mendorong keberhasilan RSUD
Zainal Abidin menuju rumah sakit terakreditasi. Sehingga peneliti mengangkat
judul penelitian “manajemen perubahan RSUD Zainal Abidin Pagar Alam
Kabupaten Way Kanan dalam rangka pelaksanaan akreditasi program khusus”
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana proses manajamen perubahan RSUD Zainal Abidin Pagar
Alam Kabupaten Way Kanan dalam rangka pelaksanaan akreditasi
program khusus ?
2. Apa saja faktor-faktor pendorong proses manajamen perubahan RSUD
Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan dalam rangka
pelaksanaan akreditasi program khusus ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan proses manajamen perubahan di RSUD Zainal Abidin
Pagar Alam Kabupaten Way Kanan dalam rangka pelaksanaan akreditasi
program khusus.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong proses manajamen perubahan di
RSUD Zainal Abidin Pagar Alam Kabupaten Way Kanan dalam rangka
akreditasi program khusus.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai
sumbang ilmu Administrasi Negara khususnya mengenai manajemen
perubahan organisasi publik.
7
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah
wawasan mengenai manajemen perubahan menuju akreditasi di RSUD
Zainal Abidin Pagar Alam Kabuaten Way Kanan. serta memberikan
informasi kepada pihak – pihak yang membutuhkan seperti lembaga atau
instansi pemerintah dalam mengelola sebuah perubahan.
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Perubahan Organisasi Publik
1. Pengertian Organisasi Publik
Menurut Kusdi (2009:4) organiasi berasal dari kata yunani organon, yang
berarti “alat”. Kata ini masuk dalam bahasa latin menjadi organization dan
kemudian ke bahasa prancis (abad ke 14) menjadi organization. Pengertian
awalnya tidak merujuk pada benda atau proses melainkan tubuh manusia atau
makhluk biologis lainnya, tidak sama dengan alat mekanis, organon terdiri
dari bagian-bagian yang tersusun dan terkoordinasi hingga mampu
menjalankan fungsi tertentu secara dinamis. Tangan manusia atau seekor kaki
belalang memiliki kesamaan dalam hal fungsi gerak yang dinamis. Jadi
organon merujuk pada keteraturan atau susunan tertentu yang memungkinkan
suatu fungsi yang dijalankan oleh tubuh atau makhluk hidup.
Pengertian ini masih tersisa sampai sekarang. Kata ‘organ tubuh’ organic,
serta organisme biasanya selalu mengacu pada makhluk hidup. Belakangan,
kata ini dipergunakan untuk menggambarkan penyususnan dan pengelolaan
berbagai aktivitas manusia (baik dengan institusi/lembaga maupun tidak),
yang bertujuan menjalankan suatu fungsi atau maksud tertentu. Inilah
‘organisasi’ dalam pengertian modern.
9
Menurut Keban (2008:21), organisasi publik adalah organisasi yang tidak
bertujuan untuk memaksimumkan laba, tetapi pemberian pelayanan publik
(public services), seperti; pendidikan, kesehatan masyarakat, keamanan,
penegakan hukum, transportasi publik dan penyediaan barang kebutuhan
publik (misalnya penyediaan bahan kebutuhan pokok masyarakat). Meskipun
tujuan utama sektor publik adalah pemberian pelayanan publik, tidak berarti
sektor publik sama sekali tidak memiliki tujuan yang finansial. Organisasi
sektor publik juga memiliki tujuan finansial, akan tetapi hal ini berbeda baik
secara filosofis, konseptual, dan operasionalnya dengan tujuan profitabilitas
pada sektor swasta. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, organisasi
publik merupakan sebuah organisasi yang dibentuk oleh pemerintah dengan
tujuan untuk memberikan sebuah produk yang berbentuk barang maupun jasa
serta memberikan pelayanan kepada publik atau masyarakat tanpa mengejar
profit atau keuntungan yang bersifat pribadi.
Organisasi publik menurut Osborne dan Gabler dalam Kusdi (2009:42)
memiliki beberapa ciri-ciri yaitu: (1) Kebijakan-kebijakan pengelola atau
pemimpin organisasi publik (pemerintah) pada dasarnya dimotivasi oleh
keinginan membantu masyarakat dan untuk dipilih kembali, (2) Memperoleh
sebagian besar dana dari para pembayar pajak, (3) Organisasi publik bersifat
demokratis dan terbuka, sehingga memerlukan waktu dalam mengambil suatu
keputusan, dan (4) Misi organisasi publik adalah melakukan kebaikan dengan
memberikan pelayanan tanpa mempertimbangkan untung atau rugi.
10
2. Perubahan Organisasi Publik
Pada masa yang terus berkembang dengan pesat ini, suatu organisasi selalu
dituntut untuk menyesuaikan diri dengan segala perubahan yang terjadi serta
tantangan baru yang beraneka ragam. Untuk menghadapi tantangan baru yang
beraneka ragam, organisasi akan dituntut untuk melakukan perubahan
organisasi dan tidak sekedar melakukan pengembangan organisasi.
Transformasi organisasi yang dimaksud ialah perubahan-perubahan drastis
yang terjadi dalam organisasi yang menyangkut cara organisasi berfungsi dan
berinteraksi dengan lingkungannya.
Menurut Wibowo (2006:348) perubahan adalah pergeseran radikal dari satu
keadaan ke keadaan yang lainnya sehingga signifikan apabila memerlukan
pergeseran budaya, perilaku, dan pola piker untuk melaksanakan dengan
sukses dan berlanjut sepanjang waktu. Menurut Tyagi dalam Wibowo
(2016:419) perubahan organisasi pada dasarnya adalah pengembangan
organisasi. Pengembangan organisasi merupakan usaha terencana, sistematis
terorganisasi dan kolaboratif dimana prinsip pengetahuan tentang perilaku
dan teori organisasi diaplikasikan dengan maksud meningkatkan kualitas
kehidupan yang tercermin dalam meningkatnya kesehatan dan vitalitas
organisasi, meningkatnya individu dan anggota kelompok dalam kompetisi
dan harga diri, serta semakin baiknya masyarakat pada umumnya. Kemudian
dalam hal ini, pengembangan organisasi merupakan proses perbaikan yang
berkesinambungan.
11
organisasi yang bergerak dibidang pemberian pelayanan publik yang
berhubungan langsung dengan berbagai lingkungan, organisasi publik
tentunya selalu mengalami tuntutan perubahan untuk menjaga eksistensi dan
stabilitas organisasi. Organisasi publik tidak hanya dituntut untuk dapat
bersikap fleksibel dan beradaptasi dengan lingkungan yang bergerak sangat
dinamis, namun juga dituntut mampu mengantisipasi berbagai bentuk
perubahan dan secara proaktif menyusun berbagai program perubahan yang
diperlukan. Menurut Torang (2014:120) perubahan organisasi sangat terkait
dengan kondisi lingkungan internal dan eksternal organisasi.perubahan yang
terjadi didalam organisasi seperti: perubahan struktur organisasi, peningkatan
kualitas dan kuantitas pekerjaan, dan penambahan staff. Perubahan yang
disebabkan oleh faktor eksternal merupakan implementasi tuntutan socio-
economic-political role organisasi terhadap lingkunganya.
3. Jenis Perubahan Organisasi Publik Transisi
Perubahan organisasi publik adalah proses perubahan dari kondisi sekarang
menjadi kondisi yang diingikan, dalam masa perubahan terdapat fase
perubahan transisi. Masa trasisi adalah fase peralihan dari suatau keadaan,
tindakan, kondisi, dan sistem dari keadaan lama ke keadaan sekarang akibat
adanya faktor-faktor tuntutan lingkungan organisasi baik dari dalam
organisasi ataupun dari luar organisasi. Menurut Indrijat (2013:6) pada
dasarnya terdapat 3 (tiga) jenis perubahan, masing-masing adalah cyclical,
structural, dan transformational, ketika usaha perubahan menemui
kegagalan, biasanya disebabkan karenakesalahan dalam mengelola fase
12
transisi. Alasan rasionalnya adalah bahwa:transisi memiliki dampak
psikologis terhadap mereka yang terkena akibatperubahan (internal), dimana
jika perubahan tersebut benar-benar terjadi, akan menimbulkan dampak
situasional bagi orang lain yang terkait dengan organisasi (eksternal).
Menjamin terselenggaranya manajemen perubahan yang efektif, dibutuhkan
aktivitas manajemen transisi yang sistematis, terencana, dan termonitor
dengan baik. Proses transisi itu sendiri terdiri dari tiga tahap, masing-masing
adalah:
a. The Ending Phase – tahap yang terkait dengan usaha meninggalkan
sistem lama yang selama ini dipergunakan;
b. The Neutral Zone – tahap yang terkait dengan usaha memperoleh
dukungan dari sebanyak mungkin orang di dalam organisasi untuk
melakukan transisi;
c. The New Beginning Phase – tahap yang terkait dengan penerapan
atauimplementasi sistem baru yang disertai dengan usaha untuk
mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas sistem tersebut.
B. Tinjauan Tentang Manajemen Perubahan
1. Pengertian Manajemen Perubahan
Manajemen sebagaimana dikemukakan oleh Sikula dalam Hasibuan (2011:2)
manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan,
pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian,
komunikas dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi
dengan tujuan untuk mengkoordanisasikan sumber daya yang dimiliki oleh
13
organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dubrin dalam
Wibowo (2016:9) memberikan pengertian bahwa manajemen sebagai suatu
proses menggunakan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi melalui fungsi planning dan decision making, organizing, leading
dan controlling.
Winardi (2005:2) mengungkapkan bahwa perubahan mangandung makna
beralihnya keadaan sebelumnya (the before condition) menjadi keadaan
setelahnya (the after condition). Greenberg dan Baron dalam Wibowo
(2016:105) perubahan tersebut merupakan perubahan organisasional yang
merupakan transformasi secara terencana didalam struktur organisasi,
teknologi dan atau orang. Pendapat lainya menurut Potts dan LaMars dalam
Wibowo (2016:105) melihat bahwa perubahan merupakan pergeseran dari
keadaan sekarang suatu organisasi menuju pada keadaan yang diinginkan di
masa depan. Perubahan dari keadaan sekarang tersebut dilihat dari sudut
struktur, proses, orang dan budaya. Perubahan biasanya dilakukan orang
melalui fokus perubahan keorganisasian (organizational Change). Menurut
Wibowo (2016:104) Organisasi yang berhasil adalah mereka yang
memfokuskan pada mengerjakan apa saja yang menerima perubahan kondisi.
Perubahan sudah merupakan fenomena global yang tidak dapat dibendung.
Beberapa kejadian yang dihadapi organisasi antara lain restrukturisasi,
merger, divestasi dan akuisisi, penurunan kesempatan kerja dan ekspansi
internasional dengan segala konsekuensinya. Manajemen perubahan menurut
Potts dan LaMarsh dalam Wibowo (2016:241) adalah suatu proses secara
sistematis dalam menerapkan pengetahuan, sarana dan sumber daya yang
14
diperlukan untuk mempengaruhi perubahan pada orang yang akan terkena
dampak dari proses tersebut.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 10 Tahun 2011, manajemen perubahan adalah
suatu proses yang sistematis dengan menerapkan pengetahuan, sarana,
prasarana dan sumber daya yang diperlukan organisasi untuk bergeser dari
kondisi sekarang menuju kondisi yang diinginkan, yaitu menuju arah kinerja
yang lebih baik dan untuk mengelola individu yang terkena dampak dari
proses perubahan tersebut
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka peneliti menyimpulkan
bahwa manajemen perubahan merupakan suatu pendekatan untuk mengubah
individu, kelompok dan organisasi dari kondisi sekarang ke kondisi yang di
inginkan melalui pengelolaan sumber daya yang dibutuhkan organisasi serta
mengelola individu yang terkena dampak perubahan.
2. Model Manajemen Perubahan
Model manajemen perubahan beberapa pakar mengungkapkan pengertian
model dengan berbagai cara, ada yang menyebut sebagai model, mengupas
sebagai tahapan, dan terdapat pula yang menyajikan suatu proses perubahan.
a. Model Perubahan Lewin
Lewin dalam dalam Wibowo (2013:199-202) mengembangkan tiga tahap
perubahan terencana yang menjelaskan bagaimana mengambil inisiatif,
mengelola dan menstabilisasi proses perubahan. Proses perubahan tiga
15
langkah dikenal sebagai unfreezing – movement - refreezing. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Unfreezing
Unfreezing atau pencairan merupakan tahapan yang memfokus pada
penciptaan motivasi untuk berubah. Individu didorong untuk mengganti
perilaku dan sikap lama dengan yang diinginkan manajemen. Unfreezing
merupakan sebuah usaha perubahan untuk mengatasi resistensi individual
dan kesesuaian kelompok. Proses pencairan tersebut merupakan adu
kekuatan antara faktor pendorong dan faktor penghalang bagi perubahan
dari status quo. Untuk dapat menerima adanya suatu perubahan,
diperlukan adanya kesiapan atau readnies individu. Pencairan ini
dimaksudkan agar seseorang tidak terbelenggu oleh keinginan
mempertahankan diri dari status quo, dan bersedia membuka diri. Pada
tahap ini melihat tindakan yang dilakukan untuk menyadarkan akan
pentingnya akreditasi
2. Movement
Movement merupakan tahap pembelajaran dimana pekerja diberi
informasi baru, model perilaku baru, atau cara baru dalam melihat
sesuatu. Maksudnya adalah membantu pekerja belajar konsep atau titik
pandang baru. Para pakar merekomendasikan bahwa yang terbaik adalah
untuk menyampaikan gagasan kepada para pekerja bahwa perubahan
adalah suatu proses pembelajaran berkelanjutan dan bukanya kejadian
sesaat. Dengan demikian, perlu dibangun kesadaran bahwa pada pada
16
dasarnya kehidupan adalah suatu proses perubahan terus menerus. Tahap
ini melihat tindakan-tindakan yang dilakukan dalam merubah keadaan
sekarang menjadi keadaan yang diinginkan yaitu menjadi rumah sakit
terakreditasi.
3. Refreezing
Refreezing atau pembekuan kembali merupakan tahapan dimana
perubahan yang terjadi distabilisasi dengan membantu pekerja dengan
mengintegrasikan perilaku dan sikap yang telah berubah kedalam cara
yang normal untuk melakukan sesuatu. Hal ini dilakukan dengan
memberi pekerja kesempatan untuk menunjukan perilaku dan sikap baru.
Sikap dan perilaku yang sudah mapan kembali tersebut dibekukan,
sehingga menjadi norma-norma baru yang diakui keberadaanya. Dengan
telah terbentuknya perilaku dan sikap baru, perlu diperhatikan apakah
masih sesuai dengan perkembangan lingkungan yang terus berlangsung.
Tahap ini melihat tindakan atau cara menstabilisasi keadaan pasca rumah
sakit terakreditasi
b. Model Perubahan Kotter
Menurut Kotter dalam Wibowo (2013:209-210) model perubahan dalam
proses perubahan dianjurkan dilakukan melalui delapan tahapan, model
perubahan Kotter menjelaskan lebih rinci tahapan-tahapan perubahan yang
harus dilakukan sebuah organisasi yaitu sebagai yaitu sebagai berikut:
1. Menumbuhkan Rasa Urgensi
17
Organisasi perlu dicairkan dengan menciptakan alasan mengapa
perubahan perlu dilakukan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi dan
mempelajari situasi internal maupun eksternal yang dihadapi serta
mendiskusikan krisis atau potensi krisis atau peluang besar sehingga
memerlukan perubahan.
2. Menciptakan Tim Pengarah
Pada tahap ini organisasi membentuk kelompok kerja sebagai tim dengan
kekuasaan cukup untuk memimpin perubahan. Kelompok dapat bersifat
lintas fungsi atau lintas tingkatan. Kelompok kerja ini diharapkan dapat
merumuskan kebijakan dan hasilnya menjadi arah bagi jalanya proses
perubahan.
3. Membangun Tujuan dan Strategi
Menciptakan visi untuk mengarahkan usaha perubahan dan
mengembangkan strategi untuk mencapai visi yang telah ditetapkan.
Dengan visi dan strategi yang jelas diharapkan dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
4. Mengkomunikasikan Tujuan Perubahan
Agar dipahami dan mendapat dukungan visi strategi baru tersebut perlu
di komunikasikan terus menerus setiap ada kesempatan. Komunikasi
diperlukan untuk mempengaruhi sikap karyawan agar dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi. Pada tahap ini
melihat proses komunikasi dalam perubahan menuju rumah sakit
terakreditasi.
18
5. Implementasi Perubahan dan Pemberdayaan Pekerja
Rintangan terhadap usaha perusahaan harus dihilangkan. Struktur, sistem
dan mekanisme perlu diubah. Didorong keberanian pekerja untuk
melakukan tindakan kreatif, mengambil resiko dan melakukan tindakan
non-tradisional.
6. Menciptakan Pencapaian Perubahan
Menjelaskan bahwa untuk memberikan keyakinan akan kebenaran visi
dan strategi yang telah ditentukan. oleh karena itu segera direncanakan
perbaikan kinerja untuk menciptakan kemenangan, perlu segera
diberikan bukti keberhasilan.
7. Mengonsolidasi hasil perubahan dan menghasilkan perubahan lebih
lanjut, menggunakan peningkatan kredibilitas mengubah semua sistem,
struktur dan kebijkan yang tidak sesuai dengan perubahan. Merekrut,
mempromosi, dan mengembangkan orang yang dinilai mampu
melaksanakan perubahan visi.
8. Menancapkan Pendekatan Baru dalam Budaya
Menciptakan kinerja lebih baik melalui pelayanan dan orientasi pada
pelanggan dan produktivitas, kepemimpinan yang lebih baik dan
manajemen yang lebih efektif. Memberikan makna hubungan yang lebih
baik antara perilaku baru dan keberhasilan organisasi.
Model manajemen perubahan Kotter menjelaskan tahapan-tahapan perubahan
dengan sangat terperinci. Delapan manajemen perubahan Kotter menjamin
19
keberhasil sebuah perubahan, dan tidak sedikit perusahaan yang telah
melakukan perubahan dengan model perubahan. Manajemen perubahan
Kotter juga merupakan pengembangan teori perubahan yang tidak lepas dari
konsep teori Lewwin.
Berdasarkan penjelasan mengenai model manajemen perubahan, dalam
penelitian ini peneliti mengkombinasikan kedua model manajemen
perubahan. Model manajemen perubahan Lewwin menjadi sebuah acuan
utama dalam proses manajemen perubahan menuju rumah sakit terakreditasi
di RSUD ZAPA, dan model manajemen perubahan Kotter menjadi tahapan
yang memperinci lebih dalam proses perubahan. Dengan demikia delapan
tahapan perubahan Kotter dibawah tiga tahapan utama yaitu unfreezing,
movements dan refreezing. Perpaduan teori tersebut menghasilkan proses
manajemen perubahan sebagai berikut:
a. Unfreezing ( Pencairan)
Tahapan ini meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Menetapkan rasa urgensi
2. Membentuk tim pengarah
b. Movement ( Pergerakan)
Tahapan ini meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Membangun tujuan dan strategi
2. Mengkomunikasi tujuan perubahan
3. Implementasi perubahan dan pemeberdayaan pekerja
4. Menciptakan pencapaian perubahan
c. Refreezing ( Pembekuan kembali)
20
1. Mengkonsolidasi perubahan dan membuat perubahan lebih lanjut
2. Menancapkan pendekatan baru kedalam budaya
3. Tujuan dan Sasaran Perubahan
Organisasi yang melakukan suatu perubahan harus mempunyai arah yang
jelas sehingga menuju pada kondisi yang diharapkan. Oleh karena itu
perubahan perlu mempuyai tujuan dan sasaran yang jelas. Menurut Winardi
(2005:87) perubahan-perubahan yang direncanakan umumnya berupaya
untuk mencapai dua tipe hasil. Pertama, ditujukan kearah memperbaiki
kemampuan organisasi yang bersangkutan untuk menghadapi perubahan-
perubahan yang tidak direncanakan. Kedua, ditujukan kearah mengubah
perilaku karyawan, supaya mereka menjadi contributor yang lebih efektif
dalam mencapai tujuan organisasi.
Sementara itu, sasaran manajemen perubahan berdasarkan Peraturan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 10
Tahun 2011 dalam Nugroho (2013:76), sasaran perubahan manajemen
perubahan dalam organisasi meliputi lima area, atau yang selanjutnya disebut
area hasil utama (key result area), yaitu struktur, proses, orang, pola pikir dan
budaya kerja. Menurut Winardi (2013:88) berpendapat bahwa target-target
keorganisasian untuk perubahan meliputi, teknologi, manusia, pekerjaan dan
arus pekerjaan, struktur keorganisasian, proses, kultur dan manajemen.
Sementara itu, Greeberg dan Baron dalam Wibowo (2016:108) perubahan
organisasi dapat terjadi pada struktur, teknologi, dan orang.
21
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran
perubahan organisasi adalah :
1. Tujuan dan sasaran, berkaitan dengan visi misi sebuah organisasi.
2. Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai bagaimana suatu tugas
secara formal dibagi-bagi, dikelompokkan, dan diorganisasikan, yang
menyangkut uraian pekerjaan, desain keorganisasian, mekanisme
koordinasi, penyebaran otoritas, dan lain-lain.
3. Teknologi, perbaikan teknologi diarahkan pada pekerjaan yang lebih
efisien, perubahan teknologi biasanya menyangkut pengenalan peralan
baru, metode otomatisasi atau komputerisasi serta metode-metode dan
arus pekerjaan.
4. Orang atau manusia, yakni yang berkaitan dengan recruiting,
memberikan program-program pelatihan dan pengembangan
kemampuan. Pada dasarnya setiap orang telah memiliki kebiasaan, sikap
dan perilaku dan budaya yang dirasakan paling sesuai, maka proses
mengubah orang tidak mudah akan tetapi melalui teknik-teknik khusus
untuk mengubahnya.
5. Budaya yang dimaksudkan adalah menyangkut budaya organisasi
misalnya perilaku kerja individu-individu dalam organisasi
C. Tinjauan Tentang Akreditasi Rumah Sakit
1. Pengertian Akreditasi
Menurut Azwar (2010:63) akreditasi adalah bentuk lain dari sertifikasi yang
nilainya dipandang lebih tinggi. Lazimnya akreditasi dilakukan secara
bertingkat, yakni sesuai dengan kemampuan institusi kesehatan atau tenaga
22
pelaksana yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Sedangkan menurut
Permenkes RI Nomor 12 Tahun 2012, menyatakan bahwa akreditasi rumah
sakit adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan oleh lembaga
independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh mentri baik dari
dalam maupun luar negeri, baik pemerintah maupun swasta yanng bersifat
mandiri dalam proses pelaksanaan, pengambilan keputusan, dan penerbitan
sertifikat status akreditasi.
Akreditasi disusun untuk meningkatkan keamanan dan kualitas pelayanan
kesehatan. Kementerian Kesehatan RI khususnya Direktorat Jenderal Bina
Upaya Kesehatan memilih dan menetapkan sistem akreditasi yang mengacu
pada JCI. Dalam hal ini, Kementerian Kesehatan memilih akreditasi dengan
sistem JCI dikarenakan lembaga akreditasi tersebut merupakan badan yang
pertama kali terakreditasi oleh International Standart Quality (ISQua) selaku
penilai lembaga akreditasi. Standar ini akan dievaluasi kembali dan akan
dilakukan perbaikan bila ditemukan hal-hal yang tidak sesuai lagi dengan
kondisi di rumah sakit. Berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1165 A tahun 2004 tentang KARS, akreditasi
Rumah Sakit di Indonesia dilakukan oleh KARS yang merupakan organisasi
penyelenggara akreditasi yang bersifat fungsional, non-struktural, independen
dan bertanggung jawab kepada Menteri. Tugas KARS ialah melakukan
perencanaan, pelaksanaan, pengembangan dan pembinaan di bidang
akreditasi rumah sakit sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
perkembangan akreditasi internasional (Kusbaryanto, 2010. 86).
23
Menurut KARS (2011:6) Akreditasi rumah sakit di Indonesia telah
dilaksanakan sejak Tahun 1995, yang dimulai hanya 5 pelayanan, pada Tahun
1998 berkembang menjadi 12 pelayanan, dan pada Tahun 2002 menjadi 16
pelayanan. Namun rumah sakit dapat memilih akreditasi untuk 5, 12, atau 16
pelayanan, sehingga standar mutu rumah sakit dapat berbeda tergantung
berapa pelayanan akreditasi yang diikuti.
2. Tujuan Akreditasi Rumah Sakit
Menurut KARS (2011:10) tujuan dan manfaat akreditasi bagi rumah sakit
ialah sebagai berikut :
a) meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit menitik
beratkan sasaranya pada keselamatan pasien dan mutu pelayanan.
b) Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan efisien sehingga staf merasa
puas.
c) Mendengarkan pasien dan keluarga mereka, menghormati hak-hak
mereka, dan melibatkan mereka sebagai mitra dalam proses pelayanan.
d) Menciptakan budaya mau belajar dari insiden keselamatan pasien
e) Membangun kepemimpinan yang mengutamakan kerja sama.
Kepemimpinan ini menetapkan prioritas demi terciptanya kepemimpinan
yang berkelanjutan untuk meraih kualitas dan keselamatan pasien pada
semua tingkatan.
3. Akreditasi Program Khusus
Akreditasi program khusus merupakan standar akreditasi yang mengadopsi
dari standar akreditasi rumah sakit versi 2012, dimana standar akreditasi
24
mengacu pada standar akreditasi JCI. Akreditasi program khusus merupakan
kebijakan KARS nomor: 1666/KARS/X/2014 tanggal 1 Oktober 2014,
tentang Penetapan Status Akreditasi Rumah Sakit, dimana terdapat program
khusus dengan sertifikat kelulusan Perdana.
Berdasarkan Peraturan Ketua Eksekutif KARS Nomor:81/KARS/IV/201
bahwa pelaksanaan survei akreditasi program khusus hanya dilakukan oleh
Rumah Sakit Kelas C dan D dengan maksimal jumlah tempat tidur 120 tempat
tidur, dan tidak menyelenggrakan pelayanan subspesialistik sebagai berikut:
1. Pelayanan Bedah :
a. Bedah Digestif sub spesialistik
b. Bedah Vaskuler sub spesialistik
c. Bedah Onkologi sub spesialistik
d. Bedah Kepala Leber sub spesialistik
e. Bedah Orthopedi Tangan sub spesialistik
f. Bedah Orthopedi Pediatri sub spesialistik
g. Bedah Total Knee Replacement (TKR)
h. Bedah Total Hip Replacement (THR)
i. Bedah Tulang Belakang (Spine)
2. Pelayanan Penyakit Dalam :
a. Endoskopi
b. Bronkoskopi
c. Kemoterapi
3. Pelayanan Penyakit Anak :
a. Onkologi Anak
25
4. Pelayanan Kebidanan & Kandungan :
a. Fetomatemal
b. Infertilitas (bayi tabung)
5. Pelayanan Radiologi:
a. Kedokteran Nuklir
b. Radioterapi
c. Radiologi Intervensi
6. Pelayanan Kesehatan mata :
a. LASIK Mata
b. Pelayanan THT-KL
c. Functional Endoscopic Sinus Surgery (FESS)
d. Radical Neck Disection (RND)
e. Implantasi Kohle
Pelaksanaan akreditasi program khusus mempunyai beberapa tahapan yang
harus dijalankan oleh rumah sakit yang melaksanakan survei akreditasi
program khusus sebagai berikut:
a. persiapan akreditasi, pada tahap persiapan rumah sakit yang akan
menjalani proses akreditasi wajib melaksanakan kegiatan penilaian
mandiri (Self Assesment) merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
mengukur kesiapan dan kemampuan rumah sakit dalam pemenuhan
standar akreditasi dalam rangka survey akreditasi dan merupakan alat
ukur lembaga independen penyelenggara akreditasi menilai kemampuan
rumah sakit memenuhi standar akreditasi. Workshop merupakan kegiatan
26
menunjang kegiatan akreditasi, dan bimbingan akreditasi merupakan
proses pembinaan terhadap rumah sakit untuk meningkatkan kinerja
dalam mempersiapkan survei akreditasi, tenaga pembimbing dapat dari
kementerian kesehatan atau rumah sakit yang telah lulus akreditasi.
b. pelaksanaan akreditasi rumah sakit meliputi kegiatan sebagai berikut: (a).
survey simulasi, merupakan survei yang dilakukan untuk melihat
kesiapan rumah sakit dalam menghadapi survei akreditasi; (b). survei
akreditasi merupakan merupakan penilaian untuk mengukur pencapaian
dan cara penerapan standar akreditasi pada rumah sakit. tahap ini adaah
tahap penentuan kelulusan akreditasi. (c). survei remedial merupakan
survei perbaikan pada bab yang dinyatakan tidak lulus, rumah sakit dapat
melaksanakan survei remedial paling lambat 6 bulan setelah survei
akreditasi dilakukan.
c. Pasca akreditasi bertujuan untuk mempertahankan dan/atau
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit sesuai dengan rekomendasi
dari surveyor dilakukan oleh lembaga independen penyelenggara
akreditasi yang telah melakukan penetapan status akreditasi terhadap
rumah sakit. Dalam hal rumah sakit telah mendapatkan penetapan status
akreditasi, namun pada saat survei verifikasi tidak dapat
mempertahankan dan/atau meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan
rekomendasi surveior, lembaga independen penyelenggara akreditasi
yang melakukan penetapan status Akreditasi dapat melakukan
pencabutan penetapan status akreditasinya.
27
Rumah Sakit hanya memiliki kesempatan sekali mengikuti akreditasi
program khusus jika nilai yang dicapai masih belum memenuhi kriteria
kelulusan maka dapat mengajukan survei ulang secepat-cepatnya 3 (tiga)
bulan dan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan. Akreditasi program khusus
hanya dapat dilakukan sekali saja untuk pertama, kemudian selanjutnya wajib
mengikuti pelaksanaan akreditasi reguler.
4. Standar Akrditasi Program Khusus
Penetapan status akreditasi rumah sakit melalui standar akreditasi program
khusus meliputi 4 (empat) bab yaitu Kualifikasi Pendidikan Staff (KPS), Hak
Pasien dan Keluarga (HPK), Sasaran Keselamatan Pasien (SKP), dan
Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI). Nilai kelulusan dari masing-masing
bab tersebut di atas harus mencapai nilai > 80%. Indikator-indikator standar
empat bab pada akreditasi program khusus dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 1. Standar Kaulifikasi Pendidikan Staff (KPS)
KPS 1
KPS 1.1
Rumah sakit menetapkan pendidikan, keterampilan, dan
persyaratan lain bagi seluruh staff.
Taggung jawab setiap staff dideskripsikan/ditetapkan dalam
urian tugas yang mutakhir.
KPS 2 Pimpinan rumah sakit mengembangkan dan
mengimplementasikan proses untuk rekrutmen, evaluasi dan
penetapan staff serta prosedur yang terkait lainya yang
ditetapkan rumah sakit.
KPS 3 Rumah sakit menggunakan proses yang ditetapkan untuk
memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan staff klinis
sesuai dengan kebutuhan pasien.
KPS 4 Rumah sakit menggunakan proses yang ditetapkan untuk
memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan non klinis
konsisten dengan kebutuhan rumah sakit serta persyaratan
jabatan.
KPS 5 Menyediakan informasi kepegawaian yang didokumentasikan
untuk setiap staff.
KPS 6
Rencana susunan kepegawaian rumah sakit dikembangkan
bersama-sama oleh pemimpin, dengan menetapkan jumlah,
28
KPS 6.1
jenis dan kualifikasi staff yang diinginkan.
Rencana kepegawaian direview secara terus menerus atau
diperbaharui sesuai kebutuhan.
KPS 7 Seluruh staff baik klinis maupun non klinis diberikan orientasi
tentang rumah sakit, departemen/unit kerja atau unit dimana
mereka ditugaskan dan tanggungjawab mereka yang spesifik
saat mereka diangkat sebagai staff.
KPS 8
KPS 8.1
KPS 8.2
KPS 8.3
KPS 8.4
Setiap staff memperoleh pendidikan dan pelatihan yang in-
service yang berkelanjutan, maupun yang lain untuk menjaga
atau meningkatkan keterampilan dan pengetahuanya.
Staff yang memberikan asuhan pasien dan staff lain yang
diidentifikasi leh rumah sakit dilatih dan dapat menunjunkan
komptensi yang layak dalam teknis resusitasi.
Rumah sakit menyediakan fasilitas dan waktu untuk pendidikan
dan pelatihan staff.
Pendidikan profesional kesehatan, bila dilakukan didalam
rumah sakit, berpedoman pada parameter yang telah ditetapkan
oleh program akademis yang mensubsidi.
Rumah sakit menyediakan program pelatihan dan keselamatan
staff.
KPS 9
KPS 9.1
Rumah sakit mempunyai proses yang efektif utuk
mengumpulkan, memverfikasi, mengevaluasi, kredensial/bukti
keahlian/kelulusan (izin, lisensi, pendidikan, pelatihan,
kompetensi dan pengalaman) dari staff medis yang di izinkan
memberikan asuhan pasien tanpa supervisi.
Pimpinan membuat keputusan yang di informasikan tentang
pembaharuan izin setiap staff medis dapat melanjutkan
memberikan pelayanan asuhan pasien sekurang-kurangnya
setiap tiga tahun sekali.
KPS 10 Rumah sakit mempunyai tujuan yang terstandar, prosedur
berbasis bukti untuk memberi wewenang kepada semua
anggota staff medis untuk menerima pasien dan memberikan
pelayanan klinis lainya konsisten/ sesuai dengan kualifikasi.
KPS 11 Rumah sakit menggunakan proses yang berkelanjutan,
berstandar, untuk mengevaluasi sesuai kualitas dan keamanan
pelayanan pasien yang diberikan oleh staff medis
KPS 12 Rumah sakit mempunyai proses yang efektif untuk
mengumpulkan, memverifikasi dan mengevaluasi kredensial
staff keperawatan (izin, pendidikan, pelatihan dan pengalaman).
KPS 13 Rumah sakit mempunyai standar prosedur untuk
mengidentifikasi tanggung jawab pekerjaan dan untuk membuat
penugasan kerja klinis berdasarkan kredensial staff perawat dan
peraturan perudangan.
KPS 14 Rumah sakit mempunyai standar prosedur untuk staff
keperawatan berpartisipasi dalam program peningkatan mutu,
termasuk mengevalusi kinerj individu, bila dibutuhkan.
KPS 15 Rumah sakit mempunyai standar prosedur untuk
mengumpulkan, memverifikasi dan mengevaluasi kredensial
29
staff kesehatan profesional (izin, pendidikan, pelatihan dan
pengalaman).
KPS 16 Rumah sakit mempunyai standar prosedur untuk
mengidentifikasi tanggung jawab dan menyusun penugasan
kerja klinis berdasarkanpada kredensial anggota staff
profesional kesehatan lainya dan setiap ketentuan peraturan
perundangan.
KPS 17 Rumah sakit mempunyai proses yang efektif untuk
mengidentifikasi staff profesional kesehatan lain berpartisipasi
dalam kegiatan peningkatan mutu rumah sakit.
Sumber: Dokumen Standar Akreditasi Rumah Sakit KARS 2012
Tabel 2. Standar Hak Pasien Keluarga (HPK)
HPK 1
HPK 1.1
HPK
1.1.1
HPK 1.2
HPK 1.3
HPK 1.4
HPK 1.5
HPK 1.6
Rumah sakit bertanggung jawab memberikan proses yang
mendukung hak pasien dan keluarganya selama dalam
pelayanan
Pelayanan dilaksanakan dengan penuh perhatian da
menghormati nilai-nilai pribadi dan kepercayaan pasien.
Rumah sakit mempunyai proses merespon terhadap permintaan
pasien dan keluarganya untuk pelayanan rohani atau sejesnisnya
berkenaan dengan agama da kepercayaan pasien.
Pelayanan meghormati kebutuhan privasi pasien
Rumah sakit mengambil langkah untuk melindungi barang
milik pasien dari pencurian atau kehilangan
Pasien dilindungi dari kekerasan fisik
Anak-anak, individu yang cacat, lansia yang
beresikomendapatkan perlindungan yang layak.
Informasi tentang pasien adalah rahasia
HPK 2
HPK 2.1
HPK
2.1.1
HPK 2.2
HPK 2.3
HPK 2.4
HPK 2.5
Rumah sakit mendukung hak pasien dan keluarga berpartisipasi
dalam pelayanan
Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarga dengan bahasa
yang mudah dimengerti tentang kondisi pasien dan proses
rencana pelayanan dan pengobatan.
Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarganya tentang hasil
pengobatan, termasuk hasil yang tidak diharapkan
Rumah sakit menjelaskan tentang hak dan tanggung jawab
mereka.
Rumah sakit menghormati keinginan pasien untuk menolak
atau berhenti pengobatan hidup dasar.
Rumah sakit mendukung hak pasien terhadap asesmen dan
manajemen nyeri yang tepat.
Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan
pelayanan yang penuh hormat dan kasih sayang pada akhir
kehidupanya
HPK 3 Rumah sakit memberikan penjelasan jepada pasien dan
keluarganya terkait proses untuk menerima dan bertindak
terhadap keluhan, konflik tentang pelayanan pasien.
30
HPK 4 Staff rumah sakit di didik tentang peran mereka dalam
mengidentifikasi nilai-nilai kepercayaan pasien.
HPK 5 Setiap pasien dijelaskan tentang hak dan taggung jawab dengan
bahasa yang mudah dipahami.
HPK 6
HPK 6.1
HPK 6.2
HPK 6.3
HPK 6.4
HPK
6.4.1
Pernyataan persetujuan dapat melalui suatu proses yang
ditetapkan oleh rumah sakt dan dilaksanakan oleh staff ahli.
Pasien dan keluarganya memperoleh penjelasan tentang
penyakit, saran pengobatan dari para pemberi pelayanan
sehingga mreka dapat mengambil keputusan untuk pelayanan.
Rumah sakit menetapkan suatu proses dalam konteks undang-
undang dan budaya yang ada, tentang orang lain yang dpat
memberikan persetujuan.
Persetujuan umum tentang pengobatan sesuai dengan batasan-
batasanya
Pernyataan persetujuan diperoleh sebelum operasi, anestesi,
penggunaan darah atau produk darah serta produk lain yang
beresiko tinggi.
Rumah sakit membuat daftar jenis pengobatan atau prosedur
yang memerlukan pernyataan persetujuan.
HPK 7
HPK 7.1
Rumah sakit memberikan penjelasan kepada pasien dan
keluarganya tentang bagaimana cara mendapatkan akses
kepenelitian klinis.
Rumah sakit memberikan penjelasan kepada dan keluarganya
tentang bagaimana pasien yang berpartisipasi.
HPK 8 Pernyataan persetujuan diperoleh sebelum pasien berpartisipasi
dalam penelitian klinis
HPK 9 Rumah sakit mempunyai sebuah komite untuk melakukan
pengawasan atas semua penelitian.
HPK 10 Rumah sakit memberikan penjelasan kepada pasien dan
keluarganya tentang bagaimana memilih untuk
menyumbangkan organ dan jaringan tubuh lainya.
HPK 11 Rumah sakit menyediakan pengawasan terhadap pengambilan
transplatasi organ dan jaringan.
Sumber: Dokumen Standar Akreditasi Rumah Sakit KARS 2012
Tabel 3. Standar Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
SKP 1 Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/
meningkatkan ketelitian identifikasi terhadap pasien
SKP 2 Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan
efektifitas komunikasi antar para pemberi pelayanan.
SKP 3 Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
memperbaiki/ meningkatkan kemanan obat-obatan yang perlu
diwaspadai (high-alert)
SKP 4 Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk tepat
lokasi, tepat prosedur, tepat operasi.
SKP 5 Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
mengurangi resiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
31
SKP 6 Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
mengurangi resiko pasien dari cidera karena jatuh.
Sumber: Dokumen Standar Akreditasi Rumah Sakit KARS 2012
Tabel 4. Standar Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI)
PPI 1 Satu atau lebih individu mengawasi seluruh kegiatan
pencegahan dan pengendalian infeksi.
PPI 2 Penetapan mekanisme PPI melibatkan dokter, perawat, tenaga
lainya sesuai kompleksitas rumah sakit
PPI 3 Program PPI berdasakan ilmu pengetahuan terkini sesuai
dengan peraturan perundnag-undangan.
PPI 4 Pimpinan rumah sakit menyediakan sumber daya yang cukup
untuk mendukung program PPI.
PPI 5
PPI 5.1
Rumah sakit menyusun dan menerapkan program PPI terkait
pelayanan kesehatan pasien dan tenaga pelayanan.
Seluruh area pasien, staff dan pengunjung rumah sakit
dimasukan dalam program pencegahan dan pengendalian
infeksi.
PPI 6 Rumah sakit menggunakan pendekatan berdasarkan resiko
dalam menentukan fokus dalam PPI terkait pelayanan
kesehatan.
PPI 7
PPI 7.1
PPI 7.1.1
PPI 7.2
PPI 7.3
PPI 7.4
PPI 7.5
Rumah sakit mengidentifikasi prosedur dan proses terakit
dengan resiko infeksi dan mengimplementasi strategi.
Rumah sakit menurukan resiko dengan menjamin pembersihan
peralatan sterilisasi serta manajemen laundy yang benar.
Ada kebijakan prosedur untuk mengidentifiksi proses
pengelolaan perbekalan yang kadaluarsa.
Rumah sakit menurunkan resiko tinggi dengan pembuangan
sampah yang tepat
Rumah sakit mempunyai prosedur pembuangan benda tajam
dan jarum
Rumah sakit mengurangi resiko infeksi fasilitas yang terkait
dengan kegiatan pelayanan makanan dan pengendalian
mekanik permesinan.
Rumah sakit mengurangi resiko infeksi difasilitas selama
pembongkaran pembangunan dan renovasi
PPI 8 Rumah sakit menyediakan penghalang untuk pencegahan dan
prosedur isolasi yang melindungi pasien, pengunjung dan staff
terhadap penyakit menular.
PPI 9 Sarung tangan, masker, proteksi mata, sabun dan desinfektal
digunakan secara bernar bila diperlukan
PPI 10
PPI 10.1
PPI 10.2
Proses PPI diintegrasikan dengan keseluruhan program rumah
sakit dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien
Rumah sakit menelusuri resiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Peningkatan mutu termasuk indikator yang berhubungan
32
PPI 10.3
PPI 10.4
PPI 10.5
PPI 10.6
dengan masalah infeksi
Rumah sakit menggunakan informasi resiko, angka dan
kecenderungan untuk menyusun proses PPI untuk menurunkan
infeksi pelayanan kesehatan pada level serendah mungkin.
Rumah sakit membandingkan angka kejadian infeksi dengan
rumah sakit lain
Hasil monitoring PPI secara berkala disampaikan kapada
pimpinan dan staff
Rumah sakit melaporkan informasi tentang infeksi ke pihak
luar, kementrian kesehatan/ dinas kesehatan.
PPI 11 Rumah sakit memberikan pendidikan tentang praktik PPI
kepada staff, dokter, pasien,dan keluarga serta pemberi layanan
lainya.
Sumber: Dokumen Standar Akreditasi Rumah Sakit KARS 2012
D. Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil dari
berbagai penemuan sebelumnya merupakan hal yang perlu dan dapat digunakan
sebagai data pendukung, yaitu penelitian terdahulu yang relevan terhadap
permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini focus
penelitian terdahulu yang dijasikan acuan adalah terkait dengan masalah
manajemen perubahan pada organisasi pubik. Oleh krena itu, peneliti melakukan
langkah kajian terhadap beberapa hasil penelitian erdahulu yang dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 5. Matriks Perbandingan Penelitian
Penelitian
Pertama
Penelitian
Kedua
Penelitian
Saat ini
Nama
Peneliti
Ayu Nita Lestari
Yusuf
(Ilmu Administrasi)
Robeth Jabbar
Syahansyah
(Pascasarjana
Manajemen)
Ely Nopika Sari
(Ilmu Administrasi
Negara)
Judul
Penelitian
Manajemen
Perubahan : Studi
Kasus Penerapan E-
Government
pelayanan Publik
pada Kantor
Change
Managemet
Di RSUD
Dr.Soetomo.
Manajemen RSUD
Zainal Abidin Pagar
Alam Kabupaten Way
Kanan dalam Rangka
pelaksanaan akreditasi
program khusus.
33
Pelayanan Perizinan
Satu Atap (SINTAP)
Kota Pare-pare.”
Tujuan
Penelitian
Mengetahui
bagaimana proses
perubahan pelayanan
dan faktor-faktor apa
saja yang
berpengaruh
terhadap penerapan
e-government pada
Kantor Pelayanan
Perizinan SINTAP
Kota Parepare
.
Menggambarkan
Persiapan
manajemen
perubahan
sesuai dengan
standar JCI
Mengetahui proses
manajamen perubahan
RSUD Zainal Abidi
Pagar Alam dalam
rangka pelaksanaan
akreditasi program
khusus. Mengetahui
faktor pendorong dalam
proses manajemen
perubahan menuju
rumah sakit terakredtasi
di RSUD ZAPA.
Hasil
Penelitian
Hasil penelitian ini
bahwa proses
penerapan
E-Government
pelayanan public
yang terjadi di
Kantor Pelayanan
Perizinan Kota
Parepare sudah
berjalan dengan
baik. Terbukti
dengan adanya
tahapan-tahapan
perubahan yang
dilaksanakan hampir
secara sempurna.
Hal ini terlihat dari
hampir seluruh
pegawai
menguasaipengguna
an teknologi
informasi yang ada
di Kantor SINTAP.
Dalam proses
perubahan yang
terjadi di Kantor
SINTAP terdapat
faktor-faktor yang
berpengaruhi
diantaranya adanya
Sumber Daya
Manusia Yang
kompeten,penerimaa
Hasil Penelitian
adalah bahwa
dalam
mempersiapkan
perubahan
RSUD
Dr.Soetomo
kurang
memperhatikan
faktor keras
dalam
perubahan yaitu
duration rivew
terhadap proyek
kurang
dilakukan,
integrity tidak
dikomunikasika
n dengan baik
commitment
oleh pemimpin
dilakukan secara
penuh namun
tidak
disebagaian
staff, Effort staff
dalam
melakukan
proyek
perubahan
proyek standar
yang masih
belum
Hasil penelitian ini
menggambarkan proses
manajemen perubahan
RSUD ZAPA masuk
dalam kategori kurag
baik hal ini dapat dilihat
adanya remedial survei
akreditasi dan dampak
yang kurang dirasakan
oleh pengguna
pelayanan. Terdapat
tiga tahapan utama yang
dilewati RSUD ZAPA
menuju rumah sakit
terakreditasi yaitu
unfreezing, movement,
dan refreezing, di dalam
masing-masing tahapan
tersebut terdapat
beberapa langkah
perubahan yang
dilaksanakan sebagai
upaya pencapaian
masing-masing tahap.
Kemudian terdapat
faktor pendorong dalam
proses manajemen
perubahan yaitu faktor
eksternal adanya
tuntutan
pelanggan/masyarakat
dan persyaratan kerja
sama terhadap BPJS
34
n dari pegawai akan
perubahan yang
terjadi, dan dana
yang cukup
memadai dalam
melakukanpenerapan
E-Government
tersebut
diperhatikan
oleh pimpinan
organisasi.
kesehatan, dan faktor
internal yaitu dukungan
sumber daya manusia,
sumber daya keuangan
dan perilaku manajerial
Sumber: Diolah Peneliti Tahun 2019
E. Kerangka Pikir
Pelayanan kesehatan di Indonesia yang masih jauh dari harapan masyarakat,
dalam hal ini adalah rumah sakit. Keluhan terhadap kurangnya sumber daya
manusia, fasilitas dan sistem pelayanan yang berbelit-belit serta pebedaan
terhadap pasien pengguna jaminan kesehatan. Upaya pemerintah dalam
menanggapi hal tersebut adalah mendorong rumah sakit untuk meningkatkan
kualitas dan mutu pelayanan melalui akreditasi rumah sakit. Dewasa ini jasa
pelayanan kesehatan kembali menghadapi tekanan terkait akreditasi, karena
akreditasi menjadi sebuah persyaratan kerjasama dengan pihak BJPS yang
tecantum dalam dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 99 Tahun 2015
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No 71 Tahun 2013 tentang
Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional. Peraturan tersebut juga
memberikan limit waktu lima tahun sejak peraturan ditetapkan atau pada tahun
2019.
RSUD ZAPA sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten
Way Kanan, berstatus rumah sakit tipe C. RSUD ZAPA merupakan rumah sakit
yang baru pertama kali melakukan akreditasi versi 2012 program khusus dengan
tingkat kelulusan perdana bintang satu. Proses akreditasi menimbulkan dampak
35
perubahan adanya efek pemenuhan standar akreditasi, sehingga perlu dilakukan
persiapan untuk mengatasi dampak perbuhan dengan manajemen perubahan.
Gambar 1. Kerangka pikir Sumber: diolah oleh peneliti Tahun 2019
Kondisi objektif
layanan kesehatan
RSUD ZAPA
Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit
Permenkes No 71/2013 tentang Pelayanan
Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional
1. Proses Manajemen Perubahan RSUD ZAPA:
a. Unfreezing (pencairan)
1. Menetapkan rasa urgensi
2. Membentuk koalisi pengarah
b. Movement (pergerakan)
1. membangun tujuan dan strategi
2. mengkomunikasi tujuan
3. Implementasi perubahan dan pemeberdayaan pekerja
4. menciptakan pencapaian perubahan
c. Refreezing (pembekuan kembali)
1. mengkonsolidasi hasil perubahan
2. menancapkan pendekatan baru kedalam budaya
Faktor pendorng proses manajemen perubahan.
a. Faktor Internal
b. Faktor Eksternal
Permasalahan umum pelayanan kesehatan rumah sakit tidak sesuai harapan
masyarakat:
1. Kurangnya sumber daya manusia yang menunjang pelayanan
2. Kurang memadainya fasilitas rumah sakit
3. Pelayanan yang berbelit-belit
4. Perbedaan tindakan pada pasien pengguna jaminan kesehatan
Terwujudnya RSUD ZAPA menjadi rumah sakit terakreditasi
Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan
Meningkatnya sumber daya manusia penunjang pelayanan
Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman
Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau
berorientasi kepada kepuasan pasien
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe dan Pendekatan Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menurut Sugiyono
(2017:8), adalah metode penelitian yang berlandaskan filsafat post positivisme,
digunakan untuk mengamati pada kondisi obyek yang alamiah. Artinya data yang
dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari
naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan
dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif
ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara
mendalam, rinci dan tuntas. Alasan peneliti mengambil jenis penelitian kualitatif
karena dalam penelitian akan hanya untuk memaparkan dan mengungkapkan
fakta-fakta berupa kata-kata tertulis dan gambar yang diperoleh dari catatan
lapangan, dan dokumen-dokumen lainnya.
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2017:8) metode penelitian
kualitatif adalah metode penelitian naturalistik karena penelitianya dilakukan pada
kondisi yang ilmiah (natural setting). Menurut Moleong (2011:7) penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, tindakan dan
37
lain sebagainya. Penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif, untuk menggambarkan bagaimana proses manajemen
perubahan RSUD ZAPA Kabupaten Way Kanan dalam rangka pelaksanaan
akreditasi program khusus.
B. Fokus Penelitian
Menurut Sugiyono (2017:207) fokus penelitian berfungsi membatasi pembahasan
penelitian agar pembahasan tetap terpusat pada tujuan dari penelitian yang sedang
dilakukan. Penelitian kualitatif tidak akan menetapkan penelitianya hanya
berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang meliputi
aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi
secara sinergis. Pengungkapan fokus penelitian harus secara eksplisit agar hasil
pengamatan penulis lebih terarah. Berdasarkan uraian tersebut, fokus dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Proses manajemen perubahan menuju rumah sakit terakreditasi di RSUD
ZAPA. Menggunakan proses manajemen perubahan oleh Lewwin dalam
Wibowo (2016:199) sebagai berikut:
a. Unfreezing ( Pencairan)
1. Menumbuhkan rasa urgensi, melihat alasan dasar mengapa perubahan
diperlukan atau kondisi yang mendesak RSUD ZAPA melakukan
perubahan menuju rumah sakit terakreditasi.
2. Membentuk tim pengarah, melihat proses pembentukan tim akreditasi
RSUD ZAPA.
38
b. Movement (Pergerakan)
1. Membangun tujuan dan strategi, melihat proses membangun tujuan
perubahan dan strategi atau tindakan-tindakan yang digunakan untuk
melakukan perubahan menuju rumah sakit terakreditasi.
2. Mengkomunikasikan tujuan perubahan, melihat melihat proses
penyampaian informasi perubahan kepada seluruh pegawai diRSUD
ZAPA.
3. Implementasi perubahan dan pemberdayaan pekerja, melihat
implementasi perubahan sesuai dengan strategi atau rencana tim
akreditasi dan cara mengatasi rintangan atau kendala dalam
perubahan.
4. Menciptakan pencapaian perubahan, melihat hasil atau pencapian
perubahan dan sistem reward dalam proses menuju rumah sakit
terkareditasi di RSUD ZAPA.
c. Refreezing (pembekuan kembali)
1. Mengkonsolidasi dan membuat perubahan lebih lanjut, melihat
proses memperkuat hasil perubahan dan perubahan selanjutnya di
RSUD ZAPA.
2. Menancapkan pendekatan baru kedalam budaya, melihat cara
menerapkan perilaku baru menjadi kebiasaan dalam melakukan
tindakan melalui pelayanan dan orientasi pada pelanggan.
2. Faktor pendorong dalam proses manajemen perubahan menuju rumah sakit
terakreditasi di RSUD ZAPA Kabupaten Way Kanan.
39
C. Lokasi Penelitian
Menurut Moleong (2011:128), lokasi penelitian merupakan tempat dimana
peneliti melakukan penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau
peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka
mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Dalam penentuan lokasi penelitian,
cara terbaik yang ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori substantive dan
menjajaki lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan. Selain
diperlukan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian seperti, keterbatasan
geografi dan praktis seperti waktu, biaya serta tenaga.
Penelitian ini dilaksanakan pada RSUD ZAPA Kabupaten Way Kanan. Alasan
peneliti memilih lokasi ini karena RSUD ZAPA merupakan rumah sakit yang
baru pertama kali melaksanakan akreditasi serta perubahan rumah sakit dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang dirasakan oleh pengguna pelayanan.
D. Sumber Data
1. Data primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber
asli (tidak melalui media perantara). Menurut Lofland dan Lofland dalam
Moleong (2011:157), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumendan lain-lain. Pada penelitian ini, data primer yang akan peneliti
dapatkan adalah berasal dari metode wawancara dan hasil observasi
mengenai manajemen perubahan menuju rumah sakit terakreditasi di
RSUD ZAPA Kabupaten Way Kanan.
40
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang
dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Pada penelitian ini, data
sekunder yang akan peneliti dapatkan adalah data-data yang berasal dari
dokumen dalam proses akreditasi rumah sakit RSUD ZAPA berupa
dokumen-dokumen, catatan, laporan historis dan dokumentasi foto-foto
kegiatan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2017:225) mengungkapkan bahwa teknik pengumpulan data
merupakan langkah utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dalam
berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Jika dilihat dari segi cara
atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan
dengan cara pengamatan (observasi), wawancara (interview), dan dokumentasi.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dapat meliputi:
1. Observasi
Catwright & Cartwright dalam Herdiansyah (2010:131), mengatakan
bahwa observasi merupakan suatu proses melihat, mengamati dan
mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan
tertentu. Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat
digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis. Peneliti
41
menggunakan observasi non partisipatif, observasi non partisipatif adalah
penelitii berperan sebagai pengamat selama proses observasi. Penelitian ini
akan mengobservasi jalanya proses manajemen di RSUD ZAPA dalam
rangka pelaksaaan akreditasi program khusus dan faktor pendorong dalam
proses perubahan.
2. Wawancara
Menurut Moleong (2011:186), wawancara merupakan percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan
jawaban atas pertanyaan tersebut. Gorden dalam Herdiansyah (2010:118),
menyatakan bahwa wawancara merupakan percakapan antara dua orang
yang salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan informasi
untuk suatu tujuan tertentu.
Proses wawancara ini, peneliti melakukan wawancara secara langsung dari
narasumber utama atau informan, ataupun fakta dari suatu objek
penelitian. Adapun informan dalam penelitian ini sebagai berikut.
Tabel 6. Daftar Informan Penelitian
No Nama Informan Jabatan Waktu
Wawancara
1 I Ketut Same,SKM.,MM
Kabag TataUsaha &
Ketua Pokja KPS
1 Agustus 2018
2 Ambar Sumirat
Ketua Tim
Akreditasi
1 Agustus 2018
3 Novi Puspita Sari Sekretaris I Tim
Akreditasi
2 Agustus 2018
4 Made Sukadana,SKM.,MM Sekretaris II Tim
Akreditasi
6 Agustus 2018
5 Ibu Asmarani,SKM
Bendahara Tim
Akreditasi
10 Agustus 2018
42
6 Yuli Maya Sari,S.Kep
Kasubag Informasi
& Komunikasi
2 Agustus 2018
7 Imam Mustaqim A,Md. Kep
Karu & Ketua Pokja
HPK
7 Agustus 2018
8 Ns. Gede Eka Chandra
Wijaya,S.Kep
Karu & Ketua Pokja
PPI
7 Agustus 2018
11 Putri Ramadhani,A.Md.Keb
Pegawai ruang
Keperawatan
15 Agustus 2018
12 Dedi Fandra A,Md. Kep Pegawai ruang IGD 8 Agustus 2018
13 Taufik Pengguna layanan /
Masyarakat
13 Agustus 2018
Sumber: Diolah oleh peneliti Tahun 2019
3. Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan salah satu sumberdata sekunder yang
diperlukan dalam sebuah penelitian. Studi dokumentasi adalah setiap
bahan tertulis ataupun film, gambar dan foto–foto yang dipersiapkan
karena adanya permintaan seorang peneliti. Selanjutnya studi dokumentasi
dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data melalui bahan–bahan
tertulis yang diterbitkan oleh lembaga–lembaga yang menjadi objek
penelitian. Baik berupa prosedur, peraturan–peraturan, gambar, laporan
hasil pekerjaan serta berupa foto ataupun dokumen elektronik.
Tabel 7. Daftar Dokumen Penelitian
No Dokumen
1 Permenkes Nomor 99 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Permenkes
Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan
Kesehatan Nasional
2 Keputusan KARS nomor : 1666/KARS/X/2014 tentang Penetapan Status
Akreditasi Rumah Sakit program khusus
3 SK Direktur tentang Tim Akreditasi
4 Dokumen Self Assesment akreditasi
Sumber: Diolah oleh Peneliti Tahun 2019
43
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
data kualitatif dengan cara analisis konteks dari telaah pustaka dan analisis
pernyataan dari hasil wawancara dari informan. Dalam melakukan analisis data
peneliti mengacu pada beberapa tahapan yang dijelaskan Miles dan Huberman
dalam Sugiyono (2017:247) yang terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut.
1. Reduksi data (data reduction)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada
shal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, sehingga data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya dan mencarinya bila
diperlukan. Memilih informasi mana yang dianggap sesuai dengan masalah
yang menjadi pusat penelitian dilapangan.
2. Penyajian data (Data display)
Penyajian Data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif. Menurut Miles dan Huberman dalam
Sugiyono (2017:149) penyajian data akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
Data yang diperoleh dari wawancara yang mendalam dikumpulkan untuk
kemudian diambil kesimpulan sehingga bias disajikan dalambentuk teks
deksriptif.
3. Menarik Kesimpulan (Conclution Drawing)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan.
44
Kesimpulan atau yang mencari arti pola-pola penjelasan, konfigurasi yang
mungkin, alur sebab akibat dan proposisi. Penarikan kesimpulan dilakukan
secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada
catatan-catatan dilapangan sehingga data-data di uji validitasnya. Hasil
wawancara dari informan kemudian ditarik kesimpula sesuai dengan masalah
dan tujuan peneliti.
G. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data merupakan hal yang diperlukan dalam penelitian kualitatif
agar data lapangan dapat diperoleh seobjektif mungkin. Menurut Sugiyono
(2017:270) uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi validitas
interval (credibility), validitas eksternal (transferability), reabilitas
(dependability), dan objektivitas (confirmability). Peneliti menggunakan uji
kredibilitas data yaitu dengan meningkatkan ketekunan dan triangulasi.
a. Kepastian Data
Pengujian kepastian dalam penelitian kualitatif, pengujiannya dilakukan
peneliti dengan mendiskusikannya kepada dosen pembimbing dan dosen
pembahas. Menguji kepastian berarti menguji hasil penelitian yang sudah
dilakukan, apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses
penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi
standar kepastian.
b. Kecukupan Referensi
Kecukupan referensi yaitu mengumpulkan data berupa rekaman-
rekaman, catatan-catatan dalam wawancara dan foto-foto dokumentasi
45
yang digunakan sebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan
analisis dan penafsiran data. Penulis mengumpulkan referensi berupa
foto-foto dokumentasi guna menjadi acuan dalam menganalisis data.
c. Triangulasi
Menurut Wiersma dalam (Sugiyono 2017:273), triangulasi dalam
pengujian kreadibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Terdapat tiga
metode tringulasi sugiyono (2017:274),yaitu sebagai berikut.
1. Triangulasi sumber, dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data dari beberapa
sumber tersebut kemudian dikategorisasikan, mana pandangan
yang sama, yang berbeda dan mana yang spesifik.
2. Triangulasi teknik, untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dari wawancara, lalu
dicek dengan observasi atau dokumentasi.
3. Triangulasi waktu, dalam pengujian kredibilitas data, dapat
dilakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik
lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.
46
Tabel 8. Contoh Tabel Triangulasi
No. Wawancara
Observasi Dokumentasi Kesimpulan Informan Substansi
1. Ambar
Sumirat,S.
Kep.,MM
Mengkomunikasi
kan tujuan
perubahan,
dilakukan
melalui rapat
rutin Direktur
dan tim
akreditasi
minimal satu
minggu sekali.
Kepada seluruh
pegawai
dilakukan setiap
apel pagi di hari
Senin
mengkomunikasikan
tujuan perubahan pada
proses manajemen
perubahan menuju rumah
sakit terakreditasi
diRSUD ZAPA. Proses
mengkomunikasikan
tujuan perubahan
dilakukan melalui rapat
rutin dengan tim
akreditasi minimal satu
minggu sekali. Kemudian
penyampaian kepada
seluruh pegawai dilakukan
satu minggu sekali setiap
apel pagi di hari Senin dan
komunikasi lebih efektif
disampaikan melalui
kepala ruang masing-
masing pada setiap ada
sempatan baik formal atau
non informal. Proses
penyampaian perubahan
berjalan dengan baik dan
tidak adanya penolakan
pegawai terhadap
perubahan
Sumber: Diolah Oleh Peneliti Tahun 2019.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dijabarkan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian manajemen
perubahan RSUD ZAPA Kabupaten Way Kanan adalah sebagai berikut:
1. Proses manajemen RSUD ZAPA Kabupaten Way Kanan dalam rangka
pelaksanaan akreditasi program khusus berada pada kategori kurang baik
hal ini dapat terlihat dari adanya remedial survei akreditasi dan
perubahan budaya kerja kurang signifikan dirasakan oleh pengguna
layanan atau masyarakat. Untuk menjadi rumah sakit terakreditasi RSUD
ZAPA melewati proses manajemen perubahan sebagai berikut:
Unfreezing (pencairan) dilakukan dengan menetapkan makna urgensi
yaitu keluhan pelanggan atau masyarakat dan tuntutan kerja sama
terhadap BPJS kesehatan dengan batas waktu akreditasi paling lambat
2019. Pembentukan tim pengarah, yaitu pembentukan tim akreditasi yang
dibentuk oleh direktur dengan tujuan membantu menggerakan perubahan.
Movement (Pergerakan), membangun tujuan dan strategi perubahan,
mengkomunikasikan tujuan perubahan kepada seluruh pegawai,
mengimplemenasikan perubahan dan pemberdayaan pekerja yaitu
mengubah sumber daya manusia, memperbaiki sarana dan prasaran,
108
memperbaiki SPO, kemudian pelaksanaan survei akreditasi program
khusus dan menciptakan pencapaian perubahan. Proses movement pada
tahap implementasi perubahan terjadi rintangan-rintangan perubahan
yang menghambat pencapaian tujuan seperti kurangya tenaga ahli bidang
TI, kurangnya sarana informasi publik (website), kebiasaan pegawai,
kurangnya kerjasama tim pokja, yang mengakibatkan terjadinya remedial
survei akreditasi. Hal ini menunjukan kurang maksimalnya proses
membangun strategi atau rencana kegiatan dalam melihat kebutuhan akan
akreditasi program khusus dan tidak terjadinya sistem reward kepada tim
akreditasi, tidak dilakukan survei IKM setiap tahun.
Refreezing (Pembekuan Kembali) dilakukan dengan mengkonsolidasi
hasil perubahan dan menciptakan perubahan lebih lanjut dengan
menyampaikan hasil perubahan kepada tim dan pegawai minimal satu
bulan sekali untuk memperkuat perubahan lebih lanjut, perubahan
selanjutnya adalah mempersiapkan akreditasi regular dengan standar 15
bab pada tahun 2021. Selanjutnya menancapkan pendekatan baru
kedalam budaya hal ini dilakukan dengan menerepakan SPO pasca
akreditasi sebagai acuan dalam melakukan tindakan, dan menanamkan
nilai melayani setulus hati.
2. Faktor yang menjadi pendorong dalam proses manajemen perubahan
menuju rumah sakit terakreditasi di RSUD ZAPA terdapat faktor yang
berasal dari lura (eksternal) dan dari faktor dari dalam (internal).
109
Faktor eksternal yaitu tuntutan pelanggan atau masyarakat baik secara
langsung maupun media elektronik, Permenkes Nomor 99 Tahun 2015
tentang Perubahan atas Permenkes No 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional.
Faktor internal yaitu dukungan sumber daya baik sumber daya manusia
atau pegawai cenderung menerima perubahan, dan dukungan sumber daya
keuangan (modal) adanya bantuan dari pemerintah pusat dan daerah.
Perilaku manajerial, sikap pemimpin dalam mengambil keputusan
membangun komunikasi dan memotivasi berjalan dengan baik.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan penjelasan di atas, maka peneliti
memberikan beberapa saran yaitu:
1. RSUD ZAPA sebaiknya lebih memaksimalkan proses merumuskan
strategi perubahan dengan memperhatikan kebutuhan akan akreditasi
yang dilakukan, supaya kedepanya dapat mengurangi rintangan dan
mencapai tujuan sesuai yang diharapkan.
2. RSUD ZAPA perlu membuat membuat sarana informasi kepada publik
yaitu website/laman resmi, sehinga masyarakat dapat mengetahui
informasi-informasi yang lebih up to date mengenai perkembangan
RSUD ZAPA. Disamping itu, dengan adanya laman resmi maka
masyarakat luas dapat memberikan apresiasi/saran/kritikanya secara lebih
terbuka.
3. RSUD ZAPA sebaiknya membangun sistem reward khusus pada tim
akreditasi, menghargai orang-orang yang berkinerja dan mampu
110
membangun keberhasilan perubahan. Supaya dalam akreditasi selanjutnya
tim dapat berkerja sama dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Tangerang: Binarupa
Aksara
Direktorat Jenderal Bina Upaya & Komisi Akreditasi Rumah Sakit .2012. Standar
Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta:Kementerian Kesehatan RI
Hasibuan, Malayu S.P. 2011. Manajemen: Dasar pengertian dan masalah.
Jakarta: Bumi Aksara
Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Selemba
Humanika.
Keban, Yeremias T. 2008. Enam Dimensi Administrasi Publik. Yogyakarta:Gava
Media
Kusdi. 2009. Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba Humanika
Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja.
Rosdakarya
Nugroho, Riant. 2013. Change Management untuk Birokrasi: Stratgi revitalisasi
birokrasi. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo
Siagian, P. Sondang. 2000. Teori Pengembangan Organisasi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabet
Torang, Syamsir. 2014. Organisasi & Manajemen: perilaku,struktur, budaya &
Perubahan Organisasi. Bandung: Alfabeta
Universitas Lampung. 2017. Panduan Pengusulan dan Penyusunan Skripsi.
Bandar Lampung.
Wibowo. 2016. Manajemen Perubahan (edisi ketiga). Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
112
Winardi, J. 2005. Manajemen Perubahan : the management of change. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Skripsi
Lestari, Ayunita (Ilmu Administrasi Negara). 2012. Manajemen Perubahan: Studi
Kasus Penerapan E-Government pelayanan Publik Pada Kantor
Pelayanan Perizinan Satu Atap (SINTAP) Kota Pare-pare. Makasar:
Universitas Hasanudin. http://repository.unhas.ac.id Diakses Tanggal 12
April 2018
Syahansyah, Jabbar Robeth (Pascasarjana Manajemen). 2016. Change
Managemet Di RSUD Dr.Soetomo. Surabaya: Universitas Airlangga.
http://repository.unair.ac.id Diakses Tanggal 12 April 2018
Dokumen
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 99 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Kesehatan No 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional.
Peraturan Direktur Jendral bina upaya kesehatan Nomor 02.02/1.2790.11 Tentang
Satndar Akreditasi Rumah
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah sakit
Jurnal
Kusbaryanto. 2010. Peningkatan Mutu Rumah Sakit dengan Akreditasi. Journal
Kedokteran dan Kesehatan Vol.10 No.1 2010:86-87.
http://journal.umy.ac.id/index.php/mm/article/view/1567/1612
Diakses Tanggal 15 Februari 2018
Lystiono, Agustian Rizki. 2015. Studi Deskriptif Tentang Kuaitas Pelayanan di
Rumah Sakit Umum Dr.Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Pasca
Menjadi Rumah Sakit Tipe B. Journal Manajemen dan Manajemen Publik.
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmp1ad01a2a56full.pdf.
Diakses Tanggal 7 Maret 2019
Website
Fitriana, Adilla & Sahuri, Chalid MS. 2013. Analisis Pelayanan Medik Pada
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Meranti.
https://media.neliti.com/media/publications/31233-ID-analisis-pelayanan-
medik pada-rumah-sakit-umum-daerah-rsud-kabupaten-kepulauan-m.pdf.
113
Diakses Tanggal 7 Maret 2019
Heryanto. 2013. Indikator-Indikator Pelayanan Rumah Sakit.
http://heryant.web.ugm.ac.id/rekam-medis/indikatorindikator-pelayanan-
rumah-sakit-bor-avlos-toi-bto-gdr-ndr/ . Diakses Tangga 8 Maret 2019
Indrijat, Eko Richardus. 2013. Manajemen Transisi dan Perubahan.
https://www.academia.edu/14371840/Manajemen_Transisi_dan_Perubahan.
Diakses Tanggal 19 Januari 2020
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Daftar Rumah Sakit Terakreditasi.
http://akreditasi.kars.or.id/accreditation/report/report_accredited.php .
Diakses Tanggal 18 Juni 2018
Waseso, Ratih. 2016. Menteri Kesehatan Ingatkan Rumah Sakit Segera Kantongi
Akreditasi. https://nasional.kontan.co.id/news/menteri-kesehatan-ingatkan-
rumah-sakit-segera-kantongi-akreditasi. Diakses Tanggal 7 Mare 2019