Post on 12-Jun-2018
MANAJEMEN PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN PANIMBANG DI
KABUPATEN PANDEGLANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh:
DONI WINARNO
6661091421
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG JUNI 2015
“Kesulitan itu sementara
seperti semua yang sebelumnya pernah terrjadi”
“Kebaikan tidak bernilai selama diucapkan
tetapi bernilai sesudah dikerjakan”
Skripsi ini kupersembahkan:
kepada kedua orang tuaku
yang telah membesarkan,
mendidik dan membuatku
mampu menyelesaikan skripsi ini
ABSTRAK
Doni Winarno. NIM 6661091421. 2015. Skripsi. Manajemen Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Panimbang di Kabupaten Pandeglang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing 1: Drs. Oman Spriyadi, M.Si dan Pembimbing 2: Ipah Ema Jumiati, S.Ip, M.Si.
Latar belakang masalah penelitian yaitu tidak adanya standar operasional prosedur (SOP) yang secara spesifik mengelola TPI, sarana yang buruk dan tidak adanya anggaran untuk TPI, sulit tercapainya target retribusi, kurangnya upaya pemerintah daerah untuk menertibkan TPI ilegal dan kurangnya upaya memberikan sanksi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana manajemen pengelolaan TPI Panimbang di Kabupaten Pandeglang. Penelitian ini menggunakan teori Fungsi Manajemen dari G.R Terry terdiri dari Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan dan Pengawasan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dari Miles dan Huberman, meliputi reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen pengelolaan TPI Panimbang di Kabupaten Pandeglang belum berjalan dengan baik. Kesimpulan penelitian tidak adanya SOP yang matang, kurangnya kerja sama antar lini dan sarana yang masih belum memadai, tidak tercapainya target retribusi dan lemahnya pengawasan serta tidak ada sanksi tegas kepada TPI ilegal. Saran peneliti TPI harus membuat SOP yang baik, perbaikan sarana dan prasarana harus ditingkatkan, TPI harus bekerjasama dengan instansi terkait Satpol PP dan Ditpolair untuk menutup TPI ilegal, serta perlu adanya sanksi tegas kepada TPI ilegal.
Kata kunci: Manajemen, TPI.
ABSTRACT
Doni Winarno. NIM 6661091421. 2015. Thesis. Management of Fish Auction Place (TPI) Panimbang in Pandeglang. Study of Public Administration. Faculty of Social Science and Political Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa. 1st Advisor: Drs. Oman Spriyadi, M.Si and 2nd Advis0r: Ipah Ema Jumiati, S.Ip, M.Si.
Background research problem is the lack of standard operating procedures (SOP), which specifically manage TPI, poor facilities and lack of budget for TPI, it is difficult to achieve the target of retribution, lack of local government efforts to curb illegal TPI and the lack of efforts to impose sanctions. The purpose of this study to determine how the management of TPI Panimbang in Pandeglang. This study uses the theory of GR Terry management function consists of Planning, Organizing, Actuating and Controlling. The method used is descriptive method with qualitative approach. Analysis of the data used in this study of Miles and Huberman, including data reduction, data display, conclusion and verification. The results showed that the management of TPI Panimbang in Pandeglang not run well. Research conclusions absence SOP mature, the lack of cooperation between lines and facilities are not sufficient, not achieving the target of retribution and a lack of oversight and there is no strict punishment to illegal TPI. Suggestions TPI researchers must make a good SOP, repair facilities and infrastructure should be improved, TPI must cooperate with relevant agencies as Satpol PP and Ditpolair to close illegal TPI, as well as the need for strict punishment to illegal TPI.
Keywords: Management, TPI.
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Dengan mengucap syukur Alhamdulillahirobbil’alamin peneliti panjatkan
kehadirat ALLAH SWT, serta shalawat serta salam selalu tercurahkan untuk Nabi
Muhammad SAW, sahabat beserta keluarganya, karena dengan ridho, rahmat,
karunia dan kasih sayang-Nya yang berlimpah sehingga akhirnya peneliti dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Manajemen Pengelolaan Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang di Kabupaten Pandeglang".
Dengan selesainya skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak yang senantiasa selalu mendukung peneliti. Maka
peneliti ingin mengucapkan terima kasihkepada:
1. Prof. Drs. Sholeh Hidayat, M.Pd Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, S.Sos, M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus
dosen pembimbing akademik, terimakasih atas kesabaran dan nasehat-
nasehatnya selama ini.
4. Mia Dwianna M, S.Sos, M.I.Kom Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
i
5. Ismanto, S.Sos, MM Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Rahmawati, S.Sos, M.Si Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
7. Ipah Ema Jumiati, S.Ip, M.Si Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa sekaligus Dosen Pembimbing II atas kebaikan dan waktu
yang telah diberikan kepada penulis dalam memberikan arahan dan
bimbingan untuk menyelesaikan SKRIPSI ini.
8. Drs. Oman Spriyadi, M.Si dosen pembimbing I atas kebaikan dan
waktu yang telah diberikan kepada penulis dalam memberikan arahan
dan bimbingan untuk menyelesaikan SKRIPSI ini.
9. Semua Dosen dan Staf Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang
membekali peneliti dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
10. Ibunda Sugiyah dan almarhum ayahanda Waluyo Sutopo, atas cinta
kasih yang tulus tak terhingga dan sekaligus merupakan motivator
terbesar dalam menyelasaikan SKRIPSI ini.
11. Tempat pelelangaan ikan Panimbang yang telah membantu serta
memberikan data untuk pengerjaan dan kelengkapan SKRIPSI ini.
12. Teman-teman satu kelas ANE C 2009, Ari Hardiawan, Bagus Pratama,
Elisa Tanini, Lutfi Hardiyansyah, M. Irsyad Mahdi, Rizki Panji
i
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ……………………………………………….. ........ 17
1.3 Batasan Masalah……………………………………................................ 17
1.4 Rumusan Masalah ..................................................................................... 18
1.5 Tujuan Penelitian ………………………………………………….. ....... 18
1.6 Manfaat Penelitian…………………………………………………. ....... 18
1.6.1 Secara Teoritis ................................................................................... 18
1.6.2 Secara Praktis .................................................................................... 19
iii
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 20
2.1.1 Definisi Manajemen .......................................................................... 20
2.1.2 Tujuan Manajemen............................................................................ 23
2.1.3 Fungsi-fungsi Manajemen ................................................................ 27
2.1.4 Definisi Pengelolaan…………………………………. .................... 33
2.1.5 Definisi Nelayan……………………………………………............ 35
2.1.6 Pengertian Tempat Pelelangan Ikan .................................................. 37
2.2 Penelitian Terdahulu ……………………………………………….. ......... 38
2.3 Kerangka Berfikir ………………………………………………….. ......... 41
2.4 Asumsi Dasar Penelitian .............................................................................. 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian .............................................................. 44
3.2 Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………… ......... 46
3.3 Lokasi Penelitian ………………………………………………. .............. 47
3.4 Variabel Penelitian …………………………………………. ................... 48
3.4.1Definisi Konsep…………………………………………… .............. 48
3.4.2 Definisi Oprasional………………………………………… ........... 50
3.5 Instrumen Penelitian……………………………………………....... ......... 51
3.6 Informan Penelitian .................................................................................... 53
iii
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 55
3.7.1 Teknik Pengolahan Data…………………………………… ........... 55
3.7.2 Teknik Analisis Data ……………………………………… ............ 61
3.7.3 Uji Keabsahan Data .......................................................................... 64
3.7.3.1 Trriangulasi .............................................................................. 65
3.7.3.2 Member Check ......................................................................... 67
3.8 Jadwal Penelitian ......................................................................................... 68
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian .......................................................................... 70
4.1.1 Deskripsi Kabupaten Pandeglang ..................................................... 70
4.1.2 Deskripsi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang .... 72
4.1.3 Potensi Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Pandeglang .............. 74
4.1.4 Visi dan Misi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang 75
4.1.5 Gambaran Umum UPT Pangkalan Pendaratan Ikan dan Tempat
Pelelangan Ikan (PPI dan TPI) Kecamatan Labuan ............................. 76
4.1.5.1 Kedudukan Tugas Fungsi dan Rincian Tugas UPT Pangkalan
Pendaratan Ikan dan Tempat Pelelangan Ikan (PPI dan TPI)
Kecamatan Labuan ................................................................... 76
4.1.5.2 Susunan Organisasi UPT Pangkalan Pendaratan Ikan dan Tempat
Pelelangan Ikan (PPI dan TPI) Kecamatan Labuan ................. 81
4.1.6 Gambaran Umum Tempat Pelelangan Ikan Panimbang .................. 82
iii
4.2 Deskripsi Data ............................................................................................. 84
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian .................................................................. 84
4.2.2 Data Informan Penelitian ................................................................. 87
4.3 Pembahasan ................................................................................................ 89
4.3.1 Planning (Perencanaan) .................................................................. 89
4.3.2 Organizing (Pengorganisasian) ......................................................... 102
4.3.3 Actuating (Pelaksanaan) .................................................................. 111
4.3.4 Controlling (Pengawasan) ............................................................... 127
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 152
5.2 Saran ........................................................................................................... 154
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
iv
DAFTAR TABEL
1.1 Luas Perairan Laut Banten ........................................................................... 4
1.2 Tempat Pelelangan ikan di banten ............................................................... 8
1.3 Laporan Penerimaan dan Penyetoran Pungutan Tempat Pelelangan
Ikan Panimbang 2014 ......................................................................... 14
1.4 Laporan Penerimaan dan Penyetoran Pungutan Tempat Pelelangan
Ikan Panimbang 2015 ......................................................................... 15
2.1 Fungsi-Fungsi Manajemen ........................................................................... 27
3.1 Daftar Informan Penelitian ........................................................................... 52
3.2 Jadwal Penelitian ......................................................................................... 67
4.1 Kecamatan, Desa Pantai dan Panjang Pantai ................................................ 72
4.2 Jenis Kapal berdasarkan Gross Tonase (GT) ............................................... 82
4.3 Daftar Informan ............................................................................................ 87
4.4 Target Retribusi TPI Panimbang Januari s/d Desember 2014 ...................... 112
4.5 Target Retribusi TPI Panimbang Januari s/d Juni 2015 ................................ 113
4.6 Temuan Lapangan ........................................................................................ 149
v
DAFTAR GAMBAR
3.1 Kerangka Berpikir ` ..................................................................................... 42
4.1 Peta Kabupaten Pandeglang ....................................................................... 69
4.2 Struktur Organisasi UPT Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan Ikan
Kecamatan Labuan ...................................................................... 80
4.3 Struktur Organisasi TPI Panimbang ............................................................ 82
vi
DAFTAR LAMPIRAN
1 Pedoman Wawancara
2 Dokumentasi Poto Hasil Penelitian
3 Matrix Wawancara
4 Catatan Lapangan
5 Member Check
6 Surat Izin Penelitian
7 Laporan Penyelenggaraan Pelelangan Ikan Januari s/d September
8 Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang No 11 Tahun 2011 Tentang Retribusi
Jasa Usaha
9 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dari 34 Provinsi yang ada di Indonesia, Banten adalah salah satu Provinsi
yang relatif masih muda. Provinsi ini dulunya merupakan bagian dari Provinsi
Jawa Barat, namun di pisahkan sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Banten. Pusat
pemerintahannya berada di Kota Serang. Sebagai Provinsi baru, Provinsi Banten
akan menghadapi tantangan ketertinggalan dan permasalahan. Tetapi Provinsi
Banten memiliki potensi yang dapat didayagunakan dan dimanfaatkan secara
optimal untuk di jadikan modal dalam mengatasinya.
Potensi yang dimiliki Provinsi Banten salah satunya adalah sumber daya
kelautan yang melimpah diantaranya terumbu karang, rumput laut dan ikan laut.
Ada juga yang disebut padang lamun, yaitu sejenis rerumputan laut yang amat
penting sebagai habitat ikan-ikan laut. Terumbu karang sebagai sumber daya alam
hayati kelautan merupakan suatu hasil proses pertumbuhan dari koral yang masih
berlangsung di bawah permukaan air laut dengan temperatur sekitar 250oc dan
kandungan kegaraman sekitar 35,300/00 (persen permil) dengan kedalaman laut
sekitar 25 meter dari permukaan air laut. Kegunaan terumbu karang ini ialah
sebagai tempat yang sangat baik dan strategis bagi pertumbuhan dan
2
perkembangbiakan ikan laut. Karena itu pula, padang terumbu karang bisa di
jadikan tempat wisata laut (penyelaman), atau menggunakan perahu beralas kaca,
untuk menyaksikan keindahan dan keragaman ikan laut serta terumbu karangnya
sendiri. Terumbu karang dengan kondisi alam yang sangat baik dengan ukuran
yang relatif luas, di provinsi Banten terdapat beberapa daerah yaitu di pantai
Labuan, Panimbang, di Selat Pulau Panaitan dan Pantai Selatan Pulau Jawa
(Banten). Pemanfaatan lahan ini menuntut pengelolaan yang intensif dengan
mempertimbangkan antara pengelola sektor pariwisata dengan sektor kelautan dan
perikanan.
Sumber daya kelautan lain yang terdapat di laut Banten ialah rumput laut.
Rumput laut ini merupakan tumbuhan laut yang hidup di dasar laut. Tingkat
kedalaman laut yang di tumbuhi atau untuk pengembangan rumput laut berkisar
antara 3 sampai dengan 50 meter dari permukaan air laut. Di laut batas secara
alami dengan kondisi yang amat baik terdapat di daerah pantai Labuan,
Panimbang, daerah Teluk Lada dan daerah-daerah pantai Selatan. Kondisi
lingkungan laut Banten ternyata cocok untuk pengembangan rumput laut. Potensi
ini harus di manfaatkan karena rumput laut mempunyai nilai ekonomi yang bagus.
Kegunaan rumput laut ini ialah sebagai bahan dasar keperluan kosmetik dan
makanan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi. Kemudian secara langsung juga,
rumput laut itu merupakan sumber nutrisi bagi kehidupan ikan dan biota laut.
Lingkungan laut yang cocok dengan pengembangan rumput laut, dapat juga di
lakukan budidaya yang secara ekonomis menghasilkan devisa. Karena itu perlu
kemampuan yang memadai, cerdas dan kreatif. Tumbuhan laut yang kegunaannya
3
bagi pembiakan ikan laut ialah rumput lama yang karena luasnya biasa dsebut
padang lama. Tumbuhan ini banyak di dapati terutama di sepanjang pantai utara
Banten, misalnya di teluk Banten.
Sumber daya kelautan berikutnya yang ada di laut Banten yang tidak kalah
penting ialah ikan laut. Sumber daya hayati ikan laut merupakan makanan dengan
nilai gizi dan protein amat tinggi. Seluruh kawasan laut dari bagian utara, barat
dan selatan Banten mempunyai potensi ikan laut yang cukup besar. Jenis-jenis
ikan yang banyak di dapati hidup di laut Banten ialah ikan layang, ikan kerapu,
bawal putih dan kakap putih. Jenis-jenis lain juga banyak didapati misalnya cumi,
teri dan lain-lain, yang jumlahnya tidak sebesar ikan-ikan tersebut di atas. Daerah
hidup dan tangkap ikan yang amat potensial ialah di daerah-daerah pantai Labuan,
Panimbang dan Pantai Selatan Pulau Jawa.
Potensi kelautan yang besar di Provinsi Banten ini dipengaruhi karena
Provinsi Banten memiliki perairan laut yang sangat luas yang tersebar di beberapa
kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Banten, selain luas perairan di Provinsi
Banten yang sangat luas Provinsi Banten di untungkan oleh letak geografis yang
sangat strategis, letak geografis laut Banten berada diantara samudera indonesia
dan selat sunda. Karena memiliki perairan laut yang luas juga di untungkan oleh
letak geografis maka menjadi penting untuk memanfatkan dan mengelola potensi
kelautan diantaranya adalah dari sektor perikanan.Pada tabel 1.1 ini peneliti
mendeskripsikan luasnya perairan laut yang ada di Provinsi Banten;
4
Tabel 1.1
Luas Perairan Laut Banten
No Kabupaten/Kota
Luas Perairan (Km2)
Samudera
Indonesia
Laut
Jawa
Selat
Sunda Total
1 Kab. Lebak 676,51 - - 676,51
2 Kab. Pandeglang 349,28 - 1.352,72 1.702,00
3 Kab. Serang - 487,66 193,14 680,80
4 Kab. Tangerang - 377,40 - 377,40
5 Kota Tangerang - - - -
6 Kota Cilegon - - 185,00 185,00
7 Kota Serang - 18,75 - 74,00
8 Kota Tangerang Selatan - - - -
Provinsi 3.077,36 2.797,20 5.612,16 11.486,72
(Sumber: BPS, 2013)
Melihat potensi kelautan yang sangat besar ini maka penting untuk
mengelola seluruh hasil laut yang besar untuk menjadikannya sebagai salah satu
sumber pendapatan daerah juga sebagai salah satu penghidupan bagi masyarakat
sekitar. Untuk mendukung optimalisasi potensi kelautan maka di sediakan sarana
dan prasarana laut, seperti pangkalan pendaratan dan pelelangan ikan. Hal ini
guna mempermudah para nelayan untuk mendaratkan perahu serta menjual hasil
tangkapannya. Pengelolaan fasilitas yang tidak baik dapat mengakibatkan ketidak
efektifannya proses pengoptimalisasian dari hasil potensi kelautan sehingga dapat
5
menjadi penyebab kurang terserapnya semua hasil potensi kelautan yang dimiliki
dan menyebabkan kerugian bagi pihak pengelola maupun daerah tersebut.
Tempat pelelangan ikan memegang peranan penting dalam suatu
pelabuhan perikanan dan perlu dikelola dengan sebaik-baiknya agar tercapai
manfaat secara optimal. Tempat pelelangan ikan merupakan salah satu fungsi
utama dalam kegiatan perikanan dan juga merupakan salah satu faktor yang
menggerakan dan meningkatkan usaha dan kesejahteraan nelayan, tujuan
didirikanya tempat pelelangan ikan adalah untuk membantu memasarkan hasil
tangkapan ikan secara cepat untuk menjaga kualitas ikan, serta melindungi
nelayan dari permainan harga dari tengkulak, membantu nelayan mendapatkan
harga ikan yang layak. Selain membantu nelayan memasarkan hasil tangkapannya
tempat pelelangan ikan didirikan juga untuk menjadi sarana pemungutan retribusi
oleh pemerintah daerah setempat.
Pengelolaan perikanan diatur oleh Undang-undang, yaitu Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Undang-undang
Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, bahwa pengelolaan perikanan adalah
semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi,
analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya
ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-
undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain
yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktifitas sumber daya hayati
perairan dan tujuan yang telah disepakati. Pengelolaan perikanan didasarkan atas
6
asas manfaat, keadilan, kebersamaan, kemitraan, kemandirian, pemerataan,
keterpaduan, keterbukaan, efesiensi, kelestarian, dan pembangunan yang
berkelanjutan.
Manajemen pengelolaan yang baik menjadi penting untuk di
implementasikan, hal ini karena manajemen pengelolaan yang baik di perlukan
untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sehingga potensi kelautan yang
dimiliki dapat terkelola dengan baik dan bermanfaat untuk semua. Manajemen
adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian dan pengontrolan manusia dan sumber daya alam untuk
mencapai tujuan yang telah di tetapkan, sedangkan mengelola pada dasarnya
adalah pengendalian dan pemanfaatan semua sumber daya yang menurut suatu
perencanaan di perlukan untuk atau penyelesaian suatu tujuan tertentu. Dalam
konsep manajemen ada enam unsur manajemen yang biasa digunakan untuk
menentukan arah kebijakan organisasi yaitu;
1. Men, tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja eksekutif maupun operatif;
2. Money, uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan;
3. Method, cara-cara yang dipergunakan dalam usaha untuk menapai tujuan;
4. Materials, bahan-bahan yang diperuntukan untuk mencapai tujuan;
5. Machines, mesin-mesin atau alat-alat yang diperlukan guna mencapai tujuan;
6. Market, pasar untuk menjual output dan jasa-jasa yang dihasilkan (Hasibuan,
2008.1)
7
Dari paparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen atau
pengelolaan adalah suatu seni untuk mengatur atau mengelola seluruh sumber
daya yang dimiliki oleh organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi
secara bersama-sama. Dalam hal ini, organisasi yang dimaksud merupakan
pemerintah sebagai penanggung jawab dalam mengelola potensi kelautan.
Pemerintah bertanggung jawab juga memberdayakan nelayan kecil dan
pembudidayaan ikan serta pengembangan SDM dengan adanya pembangunan
Pelabuhan Perikanan, juga Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sebagai tempat
pemasaran ikan. Seperti tertera pada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor Per. 16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan, bahwa Pelabuhan
Perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan
sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan
bersandar, berlabuh dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan lainnya.
Tempat pelelangan ikan sebagai bagian dari pembangunan fasilitas
perikanan ini diharapkan akan dapat meningkatkan nelayan dalam melaksanakan
aktivitas produktifnya, baik dalam hal pendaratan ikan, pelelangan, pengolahan,
maupun proses pemasarannya, serta diharapkan mengurangi kebocoran hasil
tangkapan. Provinsi Banten memiliki sejumlah Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
yang tersebar di beberapa kabupaten atau kota, Provinsi Banten memiliki 33
tempat pelelangan ikan (TPI), seperti pada tabel 1.2 dibawah;
8
Tabel 1.2
Tempat Pelelangan ikan di Banten
No Kabupaten/Kota Nama TPI 1 Kabupaten Lebak 1. Binuangeun
2. Tanjung Panto 3. Sukahujan 4. Cipunaga 5. Panyungan 6. Situregen 7. Bayah 8. Sawarna 9. Cibareno
2 Kabupaten Pandeglang 1. Labuan 1 2. Labuan 2 3. Labuan 3 4. Sidamukti 5. Sumur 6. Carita 7. Citeureup 8. Tamanjaya 9. Panimbang 10. Cikeusik 11. Banyuasih 12. Sukanegara 13. Rancacecet
3 Kabupaten Serang 1. Pulomanuk 2. Bojonegara
4 Kota Serang 1. Karangantu 2. Banten Lama 3. Pulokali 4. Tenjo Ayu 5. Lontar Tirtayasa
5 Kabupaten Tangerang 1. Kronjo 2. Tanjung Pasir 3. Tanjung Kait 4. Dadap
(Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang 2014)
9
Dari tabel 1.2 diatas dapat diketahui nama dan lokasi tempat pelelangan
ikan yang ada di Provinsi Banten. Pada tabel diatas dapat diketahui Kabupaten
yang memiliki tempat pelelangan ikan terbanyak berada di Kabupaten
Pandeglang, banyaknya jumlah tempat pelelangan ikan ini diharapkan mampu
memberi sumbangan besar bagi pemerintah daerah dalam menghasilkan PAD.
Kabupaten Pandeglang dipilih peneliti sebagai lokasi penelitian ini karena
memiliki luas perairan laut terbesar di Banten yaitu 1.702,00 km², karena
memiliki perairan laut yang luas potensi perikanan di Kabupaten Pandeglang
sangat besar, potensi ini dapat dijadikan menjadi salah satu sumber pendapatan
asli daerah yang besar apabila dikelola dengan baik. Salah cara untuk mengelola
hasil kelautan itu Kabupaten Pandeglang mendirikan TPI untuk mengelola hasil
ikan tangkap. Salah satu TPI yang berada di Pandeglang ialah TPI Panimbang
yang berada dibawah UPT Kecamatan Labuan seperti tercantum dalam Peraturan
Bupati Pandeglang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pembentukan Unit Pelaksana
Teknis Dinas pada Dinas Daerah Kabupaten Pandeglang mengatakan bahwa UPT
Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan Ikan Kecamatan Labuan yang wilayah
kerjanya meliputi Kecamatan Labuan, Sidamukti, Panimbang, Citeurep, Carita,
Sumur, Taman Jaya dan Cikeusik, Banyuasih, Sukanegara, Rancacecet.
Tempat pelelangan ikan adalah pasar yang biasanya terletak di dalam
pelabuhan atau pangkalan pendaratan ikan dan di tempat tersebut terjadi transaksi
penjualan ikan hasil laut secara lelang (tidak termasuk TPI yang menjual atau
melelang ikan darat). Biasanya Tempat pelelangan ikan ini di koordinasi oleh
10
Dinas Perikanan atau Pemerintahan Daerah. Tempat Pelelangan Ikan tersebut
harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Tempat tetap (tidak berpindah-pindah);
2. Mempunyai bangunan tempat transaksi penjualan ikan;
3. Ada yang mengkoordinasi prosedur lelang atau penjualan;
4. Mendapat izin dari instansi yang berwenang (Dinas Perikanan atau Pemerintah
Daerah) (http://id.wikipedia.org/wiki/Tempat_Pelelangan_Ikan).
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan pusat dari seluruh kegiatan
perikanan yang mengumpulkan semua hasil tangkapan untuk dijual melalui sistem
lelang. Secara umum pelelangan ikan diartikan sebagai suatu metode transaksi di
pusat produksi yang di selenggarakan di TPI antara nelayan dan bakul dengan
tujuan agar dapat diperoleh harga yang wajar serta pembayaran secara tunai
kepada nelayan.
Aktivitas pelelangan ikan di TPI merupakan salah satu aktivitas di suatu
pelabuhan perikanan yang termasuk dalam kelompok aktivitas yang berhubungan
dengan pendaratan dan pemasaran ikan. Pelelangan ikan memiliki peran yang
cukup penting untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam pemasaran
ikan. Pelelangan ikan adalah suatu kegiatan di tempat pelelangan ikan guna
mempertemukan penjual dan pembeli sehingga terjadi tawar-menawar harga ikan
yang disepakati bersama. Pelelangan ikan adalah salah satu mata rantai tata niaga
ikan.
11
Pada dasarnya sistem dari TPI adalah suatu pasar dengan sistem perantara
(dalam hal ini adalah tukang tawar) melalui penawaran umum dan yang berhak
mendapatkan ikan yang dilelang tersebut adalah penawar tertinggi. Tujuan
pendirian TPI yang semula didirikan semata-mata hanya untuk kepentingan
nelayan dan koperasi perikanan dengan tujuan untuk melepaskan dari kemiskinan,
semakin berkembang menjadi sarana untuk memungut retribusi oleh Pemda
Tingkat I, Tingkat II dan sebagainya. TPI sebagai salah satu unit kegiatan
ekonomi yang potensial dalam menunjang PAD melalui sumbangan retribusinya.
Besaran nilai retribusi tempat pelelangan ikan di atur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Pandeglang Nomor 11 tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Usaha
sebesar 4 % (empat perseratus) dari nilai transaksi lelang.
Setelah melakukan observasi awal di tempat pelelangan ikan Panimbang,
peneliti menemukan berbagai masalah terkait dengan manajemen pengelolaan
tempat pelelangan ikan di Panimbang. Pertama, dari segi teknis perencanaan
belum adanya standar operasional prosedur (SOP) yang secara spesifik mengatur
teknis pengelolaan tempat pelelangan ikan, oleh karena itu penarikan retribusi
dalam pelaksanaanya tidak sesuai dengan peraturan daerah yang telah ada. Jika
dalam Perda retribusi dipungut sebesar 4% namun dalam pelaksanaannya di
sejumlah tempat pelelangan ikan berbeda. Hal ini dipertegas oleh Manajer tempat
pelelangan ikan Panimbang dalam wawancara peneliti pada selasa 7 Oktober 2014
pukul 09:25 menyatakan: Retribusi di tempat pelelangan ikan Panimbang sebesar
6%, 4 % disetorkan ke pemerintah daerah Kabupaten, sedangkan 2% digunakan
untuk kegiatan operasional tempat pelelangan ikan, Sedangkan menurut Kepala
12
UPT Dinas Kelautan dan Perikanan Labuan dalam wawancara peneliti pada hari
Jum’at 10 Oktober 2014, pukul 14:00 yang menyatakan: untuk penarikan retribusi
di Tempat Pelelangan Ikan sesuai dengan kesepakatan bersama antara tempat
pelelangan ikan, nelayan dan bakul ikan. Ditempat pelelangan ikan Labuan 2
jumlah retribusi yang diambil sebesar 8 %, 4% di setorkan ke pemerintah daerah,
2% untuk operasional pegawai tempat pelelangan dan 2% untuk dana simpanan
nelayan.
Kedua, dari segi pengorganisasian tempat pelelangan ikan Panimbang
terkendala dengan sarana prasarana yang ada, sarana prasarana yang dimaksud
adalah dangkalnya muara sungai Ciliman. Dangkalnya muara sungai Ciliman ini
mengakibatkan nelayan tidak bisa menyandarkan perahu, terlebih perahu-perahu
besar, hal ini dijelaskan oleh Manajer tempat pelelangan ikan Panimbang dalam
wawancara peneliti pada selasa 7 Oktober 2014, pukul 09:25 yang menyatakan:
Muara ditempat pelelangan ikan Panimbang mengalami pendangkalan, jadi
nelayan sulit melakukan aktifitas melaut dan mendaratkan perahunya, kalau air
laut mulai surut muaranya bisa dipakai bermain bola, jika laut pasang baru bisa
digunakan aktifitas perahu. Selain terkendala dengan sarana dan prasarana Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang (TPI) juga terkendala oleh anggaran, anggaran adalah
sejumlah uang yang digunakan untuk melaksanakan suatu program yang akan
dilaksanakan. Dalam manajemen pengelolaan tempat pelelangan ikan anggaran
bersifat sangat penting, anggaran ini digunakaan untuk modal membeli ikan ke
nelayan atau juragan ikan juga sebagai dana operasional tempat pelelangan ikan
(gaji pegawai tempat pelelangan ikan, perawatan fasilitas). Dalam hal ini yang
13
menjadi masalah adalah pemerintah daerah tidak memberikan anggaran untuk
kegiatan pelelangan ikan, tempat pelelangan ikan mencari sendiri anggaran yang
akan digunakan sebagai modal membeli ikan juga biaya operasional tempat
pelelangan ikan. Anggaran tempat pelelangan ikan didapat dari pemungutan
retribusi pelelangan ikan sebesar 2%.
Ketiga, pelaksanaan juga menjadi masalah yang peneliti temukan dari
observasi yang peneliti lakukan, pelaksanaan disini terkait pada target
pengumpulan atau penarikan retribusi. Pada tahun 2014 ini tempat pelelangaan
ikan memiliki target retribusi sebesar Rp. 115,775,000 Target ini ditentukan oleh
pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang, namun pengumpulan atau penarikan
retribusi di tempat pelelangan ikan panimbang masih jauh dari target yang
ditentukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang. Hal ini dijelaskan oleh
Manajer tempat pelelangan ikan Panimbang dalam wawancara peneliti pada selasa
7 Oktober 2014, pukul 09:25 yang menyatakan: Target yang diberikan oleh
pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang ke tempat pelelangan ikan panimbang
adalah sebesar Rp. 115,775,000 tapi dalam pelaksanaannya tempat pelelangan
ikan panimbang belum bisa memenuhi target yang diberikan, pada tahun 2014
tempat pelelangan ikan panimbang hanya mengumpulkan retribusi sebesar Rp.
41.127.016 dan pada tahun 2015 (Januari-Juni) tempat pelelangan ikan panimbang
baru mengumpulkan retribusi sebesar Rp. 12.053.166. Berikut laporan
penerimaan dan penyetoran pungutan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Panimbang
disajikan pada tabel 1.3 dan 1.4 berikut;
14
Tabel 1.3
Laporan Penerimaan dan Penyetoran Pungutan
TPI Panimbang 2014
No Bulan Produksi (kg) Raman (Rp)
Penerimaan Retribusi 4%
(Rp) BOP 2%
(Rp) 1 Januari 10.241,5 50.583.000 2.023.320 1.011.660 2 Februari 10.377,8 68.266.700 2.730.668 1.365.334 3 Maret 31.500 175.000.000 7.000.000 3.500.000 4 April 29.932,6 114.898.900 4.595.956 2.297.978 5 Mei 29.811,8 150.042.800 6.001.712 3.000.856 6 Juni 25.740,6 150.861.440 6.354.440 3.177.220 7 Juli 14.073,3 64.060.000 2.562.400 1.281.200 8 Agustus 21.940 73.960.000 2.958.400 1.479.200 9 September 17.661,3 76.642.000 3.065.680 1.532.840 10 Oktober 10.399 42.899.000 1.715.960 857.980 11 November 12.374 36.074.000 1.442.960 721.480 12 Desember 4.413 16.913.000 675.520 338.260
Jumlah 218.478,6 836.872.800 41.127.016 20.564.008 (Sumber: laporan penyelenggaraan pelelangan ikan panimbang 2014)
Dari tabel 1.3 diatas dapat diketahui rincian penerimaan pungutan retribusi
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Panimbang dari bulan Januari sampai dengan bulan
Desember 2014. Penerimaan pungutan retribusi masih jauh dari target yang di
tetapkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang yakni sebesar Rp.
115,775,000 sedangkan penerimaan retribusi di Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Panimbang hanya mencapai Rp. 41.127.016.
15
Tabel 1.4
Laporan Penerimaan dan Penyetoran Pungutan
TPI Panimbang 2015
No Bulan Produksi (kg) Raman (Rp)
Penerimaan Retribusi 4%
(Rp) BOP 2%
(Rp) 1 Januari - - - - 2 Februari 6.316 41.665.000 1.665.600 833.300 3 Maret 11.718,3 83.072.450 3.322.900 1.661.450 4 April 4.307 33.410.500 1.336.426 668.213 5 Mei 11.988 63.732.000 2.509.280 1.254.640 6 Juni 22.316 80.474.000 3.218.960 1.609.480
Jumlah 56.645,3 302.353.950 12.053.166 6.027.083 (Sumber: laporan penyelenggaraan pelelangan ikan panimbang 2015)
Dari tabel 1.4 diatas dapat diketahui rincian penerimaan pungutan retribusi
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Panimbang dari bulan Januari sampai dengan bulan
juni 2015. Pemungutn retribusi tempat pelelangan ikan panimbang pada bulan
Januari sampai dengan Juli 2015 masih jauh dari target yang telah diberikan oleh
pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang, penerimaan retribusi tempat
pelelangan ikan penimbang baru mencapai Rp. 12.053.166 sedangkan target
retribusi tempat pelelangan ikan Panimbang Rp. 115,775,000.
Keempat, terkait fungsi pengendalian, di Panimbang ada tempat
pelelangan ikan yang di bangun oleh pemerintah daerah (resmi) ada juga tempat
pelelangan ikan yang dibangun oleh juragan nelayan (pelelangan ilegal),
pelelangan ilegal ini mengalihkan sebagian besar proses lelang ikan yang
harusnya dilakukan pada tempat pelelangan ikan panimbang yang dibangun oleh
pemerintah daerah. Hal ini mengakibatkan kerugian bagi pemerintah daerah,
16
karena nelayan tidak melakukan kewajiban membayar retribusi sesuai yang telah
ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 4% dari hasil raman (=nilai transaksi
lelang) melainkan hanya Rp.150.000 per sekali bongkar ikan. Nilai Rp.150.000
muncul dari proses musyawarah antara juragan nelayan dengan pihak pengelola
tempat pelelangan ikan yang resmi. Hal ini di jelaskan oleh Kepala UPT Dinas
Kelautan dan Perikanan Labuan dalam wawancara peneliti pada hari Jum’at 10
Oktober 20014, pukul 14:00 yang menyatakan: Retribusi ditentukan dari
kesepakatan bersama antara tempat pelelangan ikan bersama juragan nelayan,
nelayan dan bakul ikan. Dalam hal ini pemerintah daerah kurang berupaya untuk
menertibkan tempat pelelangan ikan yang dibangun oleh juragan nelayan (ilegal)
atau memberikan sanksi kepada nelayan yang tidak membayar kewajiban
retribusinya.
Sebagai acuan yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 11
Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Usaha, maka sanksi dalam hal wajib retribusi
tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi
administratif berupa bunga sebesar 2% setiap bulan yang terutang atau kurang
bayar. Dalam prakteknya Dinas Kelautan dan Perikanan yang berperan sebagai
fungsi kontrol kurang berupaya melakukan fungsinya, hal ini dapat di ketahui dari
penarikan retribusi yang belum maksimal dari target yang telah di tetapkan dan
masih banyak berdirinya bangunan tempat pelelangan ikan ilegal.
17
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di
tempat pelelangn ikan panimbang yang berjudul “Manajemen Pengelolaan
Tempat Pelelangan Ikan Panimbang Kabupaten Pandeglang”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, penelitian ini perlu adanya
identifikasi masalah, dari hasil studi pendahuluan peneliti mengidentifikasi
masalah-masalah penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Tidak adanya standar operasional prosedur (SOP) yang secara spesifik
mengelola tempat pelelangan ikan;
2. Sarana dan prasarana yang buruk, tidak adanya anggaran untuk tempat
pelelangan ikan dari pemerintah setempat;
3. Sulit tercapainya target retribusi yang ditetapkan;
4. Kurangnya upaya pemerintah daerah untuk menertibkan TPI yang tidak
resmi dan kurangnya upaya memberikan sanksi.
1.3 Batasan Masalah
Dari uraian-uraian yang ada dalam latar belakang dan identifikasi masalah,
maka peneliti mencoba membatasi masalah penelitiannya. Dalam penelitian ini,
peneliti membatasi masalah yang akan diteliti yaitu mengenai manajemen
pengelolaan tempat pelelangan ikan Panimbang Kabupaten Pandeglang.
18
1.4 Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang penelitian yang telah dipaparkan di atas,
maka sebagai rumusan masalah yang akan dikaji sebagai berikut “Bagaimana
Manajemen Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang Kabupaten
Pandeglang?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana manajemen pengelolaan tempat pelelangan ikan
panimbang Kabupaten Pandeglang.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat memberikan saran untuk:
1.6.1 Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan Ilmu Administrasi dan pemecahan permasalahan
administrasi khususnya mengenai “Manajemen Pengelolaan Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang di Kabupaten Pandeglang” dan dapat
digunakan sebagai dasar atau referensi dalam melakukan penelitian
sejenis atau penelitian selanjutnya dibidang Manajemen Publik.
19
1.6.2 Secara praktis:
1) Bagi Peneliti
Seluruh rangkaian kegiatan dari hasil penelitian diharapkan dapat
lebih memantapkan penguasaan fungsi keilmuan yang dipelajari
selama mengikuti program perkuliahan Ilmu Administrasi Negara
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2) Bagi Perguruan Tinggi
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang
berguna untuk dijadikan sebagai acuan bagi civitas akademika.
3) Bagi Pengelola Tempat Pelelangan Ikan Panimbang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna
untuk meningkatkan kinerja aparatur dan fasilitas tempat pelelangan
ikan sehingga menjadikan tempat pelelangan tersebut kembali
optimal.
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung
masalah dalam penelitian ini, di mana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi
panduan dalam penelitian. Teori yang akan digunakan adalah beberapa teori yang
mendukung masalah penelitian mengenai Manajemen Pengelolaan Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang, Pandeglang diantaranya adalah teori manajemen,
pengelolaan dan yang berhubungan dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
2.1.1 Definisi Manajemen
Secara etimologi, management (di Indonesia diterjemahkan sebagai
“manajemen”) berasal dari kata manus (tangan) dan agree (melakukan), yang
setelah digabung menjadi kata manage (bahasa Inggris) berarti mengurus atau
managiere (bahasa latin) yang berarti melatih. Sedangkan menurut Hasibuan
(2011:1), manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.
Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-
fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk
mewujudkan tujuan yang diinginkan.
21
Menurut Stoner dalam Handoko (2003:2), manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya
agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sedangkan Terry
(2008:85) mendefinisikan manajemen sebagai suatu proses yang khas yang
terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan sasaran-sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber
lainnya. Sementara menurut Koontz dan O’Donnel dalam Amirullah (2004:7)
sebagai berikut:
“Management is getting things done through people. In bringing about this coordinating of group activity, the manager, as a manager plans, organizes, staffs, direct and control the activities other people” yang dapat diterjemahkan bahwa manajemen adalah usaha mencapai tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atau sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian.
Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas (fisik, pengetahuan, waktu
dan perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas. Usaha untuk memenuhi
kebutuhan dan terbatasnya kemampuan dalam melakukan pekerjaan mendorong
manusia membagi pekerjaan, tugas dan tanggung jawab ini maka terbentuklah
kerjasama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi. Dalam organisasi maka
pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan dengan baik serta tujuan yang
diinginkan tercapai.
22
Siagian (2007:1) mendefinisikan manajemen dari dua sudut pandang
berbeda, yaitu; ”sebagai proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rangka
penerapan tujuan dan sebagai kemampuan atau keterampilan orang yang
menduduki jabatan manajerial untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka
pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain”. Penekanan yang
disampaikan Sondang lebih menekankan pada bagaimana seorang manajemen
merupakan inti dari administrasi karena memang manajemen merupakan alat
pelaksana utama administrasi.
Dari pengertian di atas maka penekanan pengertian manajemen adalah
pada dua kategori yaitu ilmu dan seni dalam mengatur berbagai macam
sumberdaya sehingga dapat di manfaatkan secara efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan. Model penerapan ilmu dan seni dalam manajemen merupakan
suatu model yang menyangkut bagaimana seorang pemimpin dapat
mengoptimalkan kemampuan mengelolanya.
Dari beberapa pengertian tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa manajemen adalah suatu proses pemanfaatan sumber daya yang ada
melalui tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan
pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan yang dapat di uraikan
menjadi beberapa unsur pokok yaitu:
1. Bahwa manajemen selalu diterapkan pada suatu kelompok atau organisasi
formal, dimana di dalamnya terdapat orang-orang yang saling
mengikatkan diri;
23
2. Bahwa manajemen senantiasa memanfaatkan segenap sumber-sumber
yang ada dalam proses kegiatannya;
3. Bahwa manajemen terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan;
4. Bahwa di dalam manajemen senantiasa terdapat adanya tujuan yang ingin
dicapai atau diwujudkan.
2.1.2 Tujuan Manajemen
Pada dasarnya setiap aktivitas atau kegiatan selalu mempunyai tujuan yang
ingin dicapai (Hasibuan, 2011:17-20). Tujuan individu adalah untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya berupa materi dan non materi dari hasl kerjanya. Tujuan
organisasi adalah mendapatkan laba (business organization) atau
pelayanan/pengabdian (public organization) melalui proses manajemen itu.
Tujuan yang ingin dicapai selalu ditetapkan dalam suatu rencana (plan), karena itu
hendaknya ditetapkan “jelas, realistis dan cukup menantang” untuk di
perjuangkan berdasarkan potensi yang dimiliki. Jika tujuannya jelas, realistis dan
cukup menantang maka usaha-usaha untuk mencapainya cukup besar. Sebaliknya,
jika tujuan ditetapkan terlalu mudah atau terlalu muluk maka motivasi untuk
mencapainya rendah. Jadi, semangat kerja karyawan akan termotivasi, kalau
tujuan ditetapkan jelas, realistis dan cukup menantang untuk dicapainya.
Dalam menetapkan tujuan ini harus didasarkan pada analisis “data,
informasi dan potensi” yang dimiliki serta memilihnya dari alternatif-alternatif
yang ada. Tujuan organisasi dapat diketahui dalam Anggaran Dasar (AD) dan
24
Anggaran Rumah Tangga (ART)-nya. Tujuan-tujuan ini dapat kita kaji dari fungsi
beberapa sudut dan dibedakan sebagai berikut:
1. Menurut tipenya, tujuan dibagi atas:
a. Profit objectives, bertujuan untuk mendapatkan laba bagi pemiliknya;
b. Service objective, bertujuan untuk memberikan pelayanan yang baik
bagi konsumen dengan mempertinggi nilai barang dan jasa yang
ditawarkan kepada konsumen;
c. Social objective, bertujuan meningkatkan nilai guna yang diciptakan
perusahaan untuk kesejahteraan masyarakat;
d. Personal objective, bertujuan agar para karyawan secara individual
economic, social psychological mendapatkan kepuasan di bidang
pekerjaannya dalam perusahaan.
2. Menurut prioritasnya, tujuan dibagi atas:
a. Tujuan primer;
b. Tujuan sekunder;
c. Tujuan individual, dan;
d. Tujuan sosial.
3. Menurut jangka waktunya, tujuan dibagi atas:
a. Tujuan jangka panjang;
b. Tujuan jangka menengah, dan;
c. Tujuan jangka pendek.
4. Menurut sifatnya, tujuan dibagi atas:
25
a. Management objective, tujuan dari segi efektif yang harus ditimbulkan
oleh manajer;
b. Managerial objectives, tujuan yang harus dicapai daya upaya atau
kreativitas-kreativitas yang bersifat manajerial;
c. Administrative objectives, tujuan-tujuan yang pencapaiannya
memenuhi administrasi;
d. Economic objectives, tujuan-tujuan yang bermaksud memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dan memerlukan efisiensi untuk pencapaiannya;
e. Social objectives, tujuan suatu tanggung jawab , terutama tanggung
jawab moral;
f. Technical objectives, tujuan berupa detail teknis, detail kerja, dan
detail karya;
g. Work objectives, yaitu tujuan-tujuan yang merupakan kondisi
kerampungan suatu pekerjaan.
5. Menurut tingkatnya, tujuan dibagi atas:
a. Overall enterprise objectives, adalah tujuan semesta (generalis) yang
harus dicapai oleh badan usaha secara keseluruhan;
b. Divisional objectives, adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap
divisi;
c. Departemental objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai
oleh setiap masing-masing bagian;
d. Sectional objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicaoai oleh
setiap seksi;
26
e. Group objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh setiap
kelompok urusan;
f. Individual objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai oleh
masing-masing individu.
6. Menurut bidangnya, tujuan dibagi atas:
a. Top level objectives, adalah tujuan-tujuan umum, menyeluruh dan
menyangkut berbagai bidang sekaligus;
b. Finance objectives, adalah tujuan-tujuan tentang modal;
c. Production objectives, adalah tujuan-tujuan tentang produksi;
d. Marketing objectives, adalah tujuan-tujuan mengenai bidang
pemasaran barang dan jasa-jasa;
e. Office objectives, adalah tujuan-tujuan mengenai bidang
ketatausahaan dan administrasinya.
7. Menurut motifnya, tujuan dibagi atas:
a. Public objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai
berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang Negara;
b. Organizational objectives, adalah tujuan-tujuan yang harus dicapai
berdasarkan ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga dan status organisasi yang bersifat nyata dan impersonal
(tidak boleh berdasarkan pertimbangan perasaan atau selera pribadi)
daam upaya pencapaiannya;
c. Personal objectives, adalah tujuan pribadi atau individual (walaupun
mungkin berhubungan dengan organisasi) yang dalam usaha
27
pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh selera ataupun pandangan
pribadi.
Dari hal-hal diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan merupakan hal
terjadinya proses manajemen dan aktivitas kerja, tujuan beraneka macam tetapi
harus ditetapkan secara jelas, realistis dan cukup menantang berdasarkan analisis
data, informasi dan pemilihan alternatif-alternatif yang ada. Kecakapan manajer
dalam menetapkan tujuan dan kemampuannya memanfaatkan peluang,
mencerminkan tingkat hasil yang dapat dicapainya.
2.1.3 Fungsi-fungsi Manajemen
Hasibuan (2001:37) Manajemen oleh para penulis dibagi atas beberapa
fungsi. Pembagian fungsi-fungsi manajemen ini tujuannya adalah:
a. Supaya sistematika urutan pembahasannya lebih teratur;
b. Agar analisis pembahasannya lebih mudah dan lebih mendalam;
c. Untuk menjadi pedoman pelaksanaan proses manajemen bagi manajer.
Fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan para penulis tidak sama. Hal
ini disebabkan latar belakang penulis, pendekatan yang dilakukan tidak sama.
Untuk bahan perbandingan fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan para ahli,
penulis mengutip beberapa fungsi manajemen menurut para ahli, berikut fungsi-
fungsi manajemen peneliti sajikan pada tabel 2.3:
28
Tabel 2.1
Fungsi-fungsi Manajemen Menurut Para Ahli
G. R. TERRY 1. Planning 2. Organizing 3. Actuating 4. Controlling
JOHN F. MEE 1. Planning 2. Organizing 3. Motivating 4. Controlling
LOUIS A. ALLEN 1. Leading 2. Planning 3. Organizing 4. Controlling
MC NAMARA 1. Planning 2. Programming 3. Budgeting 4. System
HENRY FAYOL 1. Planning 2. Organizing 3. Commanding 4. Coordinatin 5. Controlling
HAROLD KOONTS & CYRIL O’DONNEL 1. Planning 2. Organizing 3. Staffing 4. Directing 5. Controlling
DR. P. SIAGIAN 1. Planning 2. Organizing 3. Motivating 4. Controling 5. Evaluating
PROF. DRS. OEY LIANG LEE 1. Perencanaan 2. Pengorganisasian 3. Pengarahan 4. Pengkoordinasian 5. Pengontrolan
W. H. NEWMAN 1. Planning 2. Organizing 3. Assembling 4. Resources 5. Directing 6. Controlling 7. --------------
LUTHER GULLICK 1. Planning 2. Organizing 3. Staffing 4. Directing 5. Coordinating 6. Reporting 7. Budgeting
LYNDALL F. URWICK 1. Forecasting 2. Planning 3. Organizing 4. Commanding 5. Coordinatig 6. Controlling 7. --------------
JOHN D. MILLET 1. Directing 2. Facilitating
Sumber: (Hasibuan, 2001:38)
Berikut adalah pengertian fungsi-fungsi Manajemen menurut para ahli :
Planning (perencanaan) ialah menetapkan pekerjaan yang harus
dilaksanakan untuk mencapi tujuan yang digariskan, planning mencakup kegiatan
pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan alternatif-alternatif
keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat
kedepan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan untuk masa
mendatang (Terry, 2008:17). Planning merupakan pemilihan dan menghubungkan
fakta, menggunakan asumsi-asumsi tentang masa depan dalam membuat
visualisasi dan perumusan kegiatan yang di usulkan dan memang perlu dilakukan
untuk mencapai hasil yang diinginkan (Terry, 2008:46).
29
Organizing (pengorganisasian) merupakan kegiatan dasar dari manajemen
dilaksanakan untuk dan mengatur seluruh komponen-komponen yang dibutuhkan
termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan sukses.
Manusia merupakan unsur yang terpenting melalui pengorganisasian manusia
dapat di dalam tugas-tugas yang saling berhubungan (Terry, 2008:73). Organizing
mencakup: membagi komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan ke dalam kelompok-kelompok, membagi tugas kepada seorang
manajer untuk mengadakan pengelompokan tersebut dan menetapkan wewenang
diantara kelompok atau unit-unit organisasi. Pengorganisasian berhubungan erat
dengan manusia, sehingga pencaharian dan penugasannya ke dalam unit-unit
organisasis dimasukan sebagai bagian dari unsur organizing. Ada yang tidak
berpendapat demikian, dan memasukan staffing sebagai fungsi utama. Di dalam
setiap kejadian, pengorganisasian melahirkan peranan kerja dalam struktur formal
dan dirancang untuk memungkinkan manusia bekerja sama secara efektif guna
mencapai tujuan bersama (Terry, 2008:17).
Actuating, atau disebut juga “gerakan aksi” mencakup kegiatan yang
dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang
ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar ujuan-tujuan dapat
tercapai. Actuating mencakup penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari
pegawai-pegawainya, memberi penghargaan, memimpin, mengembangkan dan
memberi komponsasi kepada mereka (Terry, 2008:17). Pengarahan merupakan
suatu kegiatan untuk mengintergasikan usaha-usaha angota-anggota dari suatu
kelompok, sehingga melalui ugas-tugas mereka dapat terpenuhi tujuan pribadi
30
dan kelompoknya. Semua usaha kelompok menghendaki pengarahan apabila ingin
secara sukses mencapai tujuan akhir kelompok tersebut (Terry, 2008:138).
Controlling (Pengendalian) ialah suatu usaha untuk meneiliti kegiatan-
kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan. Pengendalian berorientasi pada objek
yang dituju dan merupakan alat untuk menyuruh orang-orang bekerja menuju
sasaran yang ingin dicapai (Terry, 2008:18). Controlling mencakup kelanjutan
tugas untuk melihat apakah kegiatan-kegiatan dilaksanakan sesuai rencana.
Pelaksanaan kegiatan di evaluasi dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak di
inginkan diperbaiki supaya tujuan-tujuan dapat tercapai dengan baik. Ada
berbagai cara untuk mengadakan perbaikan, termasuk merubah rencana dan
bahkan tujuannya, mengatur kembali tugas-tugas dan wewenang, tetapi seluruh
perubahan dilakukan melalui manusianya. Orang yang bertanggung jawab atas
penyimpangan yang tidak di inginkan itu harus dicari dan mengambil langkah-
langkah perbaikan terhadap hal-hal yang sudah atau akan dilaksanakan (Terry,
2008:166).
Staffing atau Assembling resources adalah fungsi manajemen yang
berkenaan dengan penarikan, penempatan, pemberian latihan dan pengembangan
anggota-anggota organisasi (Handoko, 2003:233). Staffing merupakan kegiatan
merekrut, memilih, mempromosikan, memindahkan dan pengunduran diri dari
para anggota manajemen. Pendekatan tersebut mengemukakan hal-hal yang
penting dalam mengisi tugas-tugas manajerial dengan orang-orang yang tepat
(Terry, 2008:112).
31
Motivating (Motivasi) berasal dari bahasa latin, Mavare yang berarti
dorongan atau daya penggerak. Motivasi ini hanya di berikan kepada manusia,
khususnya di berikan kepada bawahan atau pengikut. Menurut Hasibuan dalam
(Hasibuan, 2001:219) motivasi adalah pemberian daya penggerak yang
menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja
efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan
Budgeting (Anggaran) adalah laporan-laporan formal sumber daya
keuangan yang disisihkan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu selama
periode waktu yang ditetapkan. Anggaran menunjukkan pengeluaran, penerimaan,
atau laba yang direncanakan di waktu yang akan datang. Anggaran mencerminkan
sasaran, rencana dan program-program organisasi yang dinyatakan dalam bentuk
bilangan. Angka-angka perencanaan ini menjadi standar dimana pelaksanaan di
waktu yang akan datang diukur (Handoko, 2003:377).
System (sistem) menurut Davis dalam Hasibuan (2001:253) adalah sebagai
berikut:
“System can be abstract or physical. An abstract system is an orderly arrangement of interdependent ideas or constructs. For example, a system of theology is an orderly arrangement of ideas about God, man, etc. A physical system is a set of elements which operate together to accomplish an objective”. Artinya: sistem dapat abstrak atau fisis. Sistem yang abstrak adalah susunan yang teratur dari gagasan-gagasan atau konsepsi-konsepsi yang saling bergantungan. Misalnya, sistem teologi adalah sistem yang teratur dari gagasan-gagasan tentang Tuhan, manusia dan sebagainya. Sistem yang bersifat fisis adalah serangkaian unsur yang bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Coordinating (Koordinasi) adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan
dan mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen (6M) dan pekerjaan-pekerjaan
para bawahan dalam mencapai tujuan organisasi (Hasibuan, 2001:85). Terry
32
dalam (Hasibuan, 2001:96) Koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan
teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan
pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada
sasaran yang telah ditentukan. Definisi Terry ini berarti bahwa koordinasi adalah
pernyataan usaha dan meliputi ciri-ciri sebagai berikut:
1. Jumlah usaha, baik secara kuantitatif maupun kualitatif;
2. Waktu yang tepat dari usaha-usaha ini;
3. Pengarahan usaha-usaha ini.
Evaluating (Penilaian) adalah proses pengukuran dan perbandingan hasil-
hasil pekerjaan yang nyatanya dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai.
Penilaian itu sendiri mengandung tujuan-tujuan motivatif. Apabila para manajer
mengevaluasikan hasil-hasil pekerjaan dan potensi bawahan mereka, maka
mereka mengetahui hal-hal yang telah dikerjakan oleh bawahan dan mereka
sendiri juga harus meningkatkan keterampilan dan kemampuan mereka (Terry,
2008:160).
Reporting (Laporan), Pelaporan adalah kegiatan berhubungan dengan
laporan dari setiap kejadian, lancar tidaknya aktivitas, apakah ada kemajuan atau
tidak. Ini kebalikan dari directing yang datang dari atasan ke bawahan sedang ini
dari bawah keatas. Disini terjadi “two-way traffic”. Kegiatan eksekutif
menyampaikan informasi tentang apa yang sedang terjadi kepada atasannya,
termasuk menjaga agar dirinya dan bawahannya tetap mengetahui informasi lewat
laporan-laporan, penelitian dan inspeksi.
33
Forecasting (Peramalan) merupakan usaha untuk meramal melalui studi dan
analisa terhadap data yang tersedia, potensi operasional dan kondisi kondisi
dimasa yang akan datang. Forecasting juga mencoba untuk mengetahui lebih
dahulu situasi dari lingkungan sosial di masa yang akan datang dimana
perusahaan akan melakukan kegiatannya (Terry, 2008:52).
Facilitating, fungsi fasilitas meliputi pemberian fasilitas dalam arti luas
yakni memberikan kesempatan kepada anak buah agar dapat berkembang ide-ide
dari bawahan diakomodir dan kalau memungkinkan dikembangkan dan diberi
ruang untuk dapat dilaksanakan.
2.1.4 Definisi Pengelolaan
Pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal dari kata “kelola”
mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk menggali dan
memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna
mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya. Pengelolaan
adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian,
pengerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha
yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam
mencapai tujan tertentu.
Definisi pengelolaan oleh para ahli terdapat perbedaan–perbedaan hal ini
disebabkan karena para ahli meninjau pengertian dari sudut yang berbeda-beda.
Ada yang meninjau pengelolaan dari segi fungsi, benda, kelembagaan dan yang
meninjau pengelolaan sebagai suatu kesatuan. Namun jika di pelajari pada
34
prinsipnya definisi-definisi tersebut mengandung pengertian dan tujuan yang sama
(http://ado1esen.blogspot.com/2014/02/menurut-para-ahli.html).
Definisi dan pengertian pengelolaan menggunakan beberapa pemahaman,
yaitu: Proses mempertimbangkan hubungan timbal balik antara kegiatan
pembangunan yang secara potensial terkena dampak kegiatan-kegiatan tersebut.
Dapat juga diartikan sebagai suatu proses penyusunan dan pengambilan keputusan
secara rasional tentang pemanfaatan segenap sumber daya alam yang terkandung
di dalamnya secara berkelanjutan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan,)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengelolaan adalah (1) proses,
cara, perbuatan mengelola; (2) proses melakukan kegiatan tertentu dengan
menggerakkan tenaga orang lain; (3) proses yang membantu merumuskan
kebijaksanaan dan tujuan organisasi; (4) proses yang memberikan pengawasan
pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian
tujuan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Pengelolaan perikanan menurut Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009
Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan
adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan
informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi
sumber daya ikan dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan
perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau
otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber
daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati.
35
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang bertujuan menggali dan
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara efektif untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditentukan.
2.1.5 Definisi Nelayan
Nelayan menurut Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan, nelayan
adalah orang yang mata pencaharianya melakukan penangkapan ikan. Nelayan
kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang menggunakan kapal
perikanan berukuran paling besar 5 (lima) gross ton (GT).
Nelayan adalah istilah bagi orang-orang yang sehari-harinya bekerja
menangkap ikan atau biota lainnya yang hidup di dasar, kolom maupun
permukaan perairan. Perairan yang menjadi daerah aktivitas nelayan ini dapat
merupakan perairan tawar, payau maupun laut. Di negara-negara berkembang
seperti di Asia Tenggara atau di Afrika, masih banyak nelayan yang
menggunakan peralatan yang sederhana dalam menangkap ikan. Nelayan di
negara-negara maju biasanya menggunakan peralatan modern dan kapal yang
besar yang dilengkapi teknologi canggih (http://id.wikipedia.org/wiki/Nelayan).
Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya
tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan
36
ataupun budi daya. Mereka pada umumnya bermukim di pinggir pantai, sebuah
lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya (Imron, 2003:68).
Sesungguhnya, nelayan bukanlah suatu entitas tunggal, mereka terdiri dari
beberapa kelompok. Dilihat dari segi pemilihan alat tangkap, nelayan dapat
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan
nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat
tangkap milik orang lain. Sebaliknya, nelayan juragan adalah adalah nelayan yang
memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Adapun nelayan
perorangan adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri dan dalam
pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain (Mulyadi, 2005:7).
Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam
operasi penangkapan ikan. Orang yang hanya melakukan pekerjaan seperti
membuat jaring, mengangkut alat-alat perlengkapan ke dalam perahu atau kapal,
tidak dimasukan sebagai nelayan, tetapi ahli mesin dan juru masak yang bekerja di
atas kapal penangkapan dikatakan sebagai nelayan, walaupun mereka tidak secara
langsung melakukan penangkapan. Berdasarkan waktu yang digunakan untuk
melakukan pekerjaan operasi penangkapan, nelayan diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Nelayan penuh, yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan
untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan;
2. Nelayan sambilan utama, yaitu nelayan yang sebagian besar waktu
kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan.
37
Disamping melakukan pekerjaan penangkapan, nelayan kategori ini dapat
pula mempunyai pekerjaan lain;
3. Nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan yang sebagian besar waktu
kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan,
pemeliharaan ikan, binatang lainnya dan tanaman air (DKP Provinsi
Banten, 2012).
2.1.6 Pengertian Tempat Pelelangan Ikan
Tempat pelelangan ikan atau yang sering disingkat TPI yaitu pasar yang
biasanya terletak di dalam pelabuhan atau pengkalan pendaratan ikan dan di
tempat tersebut terjadi transaksi penjualan ikan hasil laut baik secara lelang atau
tidak. Biasanya TPI ini dikordinasi oleh dinas perikanan, koperasi atau pemerintah
daerah. TPI tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut; memiliki tempat
tetap (tidak berpindah-pindah), mempunyai bangunan tempat transaksi jual beli
ikan, ada yang mengkoordinasi prosedur lelang dan mendapat izin dari instansi
yang berwenang (Dinas Perikanan/Pemerintah Daerah)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Tempat_Pelelangan_Ikan).
TPI kalau di tinjau dari manajemen operasi, maka TPI merupakan tempat
penjual jasa pelayanan antara lain sebagai tempat pelelangan, tempat perbaikan
jaring, tempat perbaikan mesin dan lain sebagainya. Disamping itu TPI
merupakan tempat berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau
pembeli ikan dalam rangka mengadakan transaksi jual beli ikan. Nelayan ingin
menjual hasil tangkapan ikanya dengan harga sebaik mungkin, sedangkan pembeli
38
ingin membeli dengan harga serendah mungkin. Untuk mempertemukan
penawaran dan permintaan itu, diselenggarakan pelelangan ikan agar tercapai
harga yang sesuai, sehingga masing-masing pihak tidak merasa dirugikan.
Pelelangan ikan merupakan suatu kegiatan dimana penjual dan pembeli
bertemu dalam satu tempat (gedung TPI), didalamnya terjadi proses tawar-
menawar harga ikan sehingga diperoleh harga yang mereka sepakati bersama.
Dalam proses tawar menawar ini, kualitas ikan akan memegang peranan penting
dalam penentuan harga. Pembeli akan memberikan penawaran yang lebih tinggi
terhadap ikan yang memiliki kualitas lebih baik. Meskipun pada awalnya nelayan
yang akan mengajukan harga terlebih dahulu “melalui” petugas lelang.
Aktivitas pelelangan ikan di TPI merupakan salah satu aktivitas di suatu
pelabuhan perikanan yang termasuk dalam kelompok aktivitas yang berhubungan
dengan pendaratan dan pemasaran ikan. Pelelangan ikan memiliki peran yang
cukup penting untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam pemasaran
ikan. Pelelangan ikan adalah suatu kegiatan di tempat pelelangan ikan guna
mempertemukan penjual dan pembeli sehingga terjadi tawar-menawar harga ikan
yang disepakati bersama. Pelelangan ikan adalah salah satu mata rantai tata niaga
ikan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan
beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis
baca diantaranya :
39
1. Jurnal Ilmu Pemerintahan Volume D2B Nomor 088 122 Fisip Universitas
Diponegoro yang ditulis oleh Sandi Hertanto, Kushandayani, Puji Astuti,
Reni Windiani Tahun 2013, dengan judul Peran Pemerintah Daerah Dalam
Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan di Kabupaten Jepara, pada penelitian
tersebut peneliti menggunakan Teori Fungsi Manajemen POAC G.R. Terry
sebagai pedoman dalam melakukan penelitiannya. Indikator penelitian
terdiri dari; Planning, Organizing, Actuating, Controlling. Metodelogi
dalam penelitian ini menggunakan Metode Kualitatif Deskriptif. Adapun
hasil dari penelitian Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Tempat
Pelelangan Ikan di Kabupaten Jepara menunjukan bahwa peran pemerintah
daerah dalam pengelolaan tempat pelelangan ikan di Kabupaten Jepara
belum dapat dikatakan optimal karena masih terdapat beberapa kendala dan
permasalahan, sehingga perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah
daerah untuk meminimalisir keadaan tersebut. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian yang sedang peneliti lakukan adalah fokus penelitian
adalah tempat pelelangan ikan, juga metode yang digunakan dalam
penelitian, yaitu penelitian dengan menggunakan metode kualitatif
deskriptif, teori yang digunakan juga sama yaitu teori fungsi manajemen
dari G.R. Terry POAC (planning, organizing, actuating, controlling).
Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang sedang peneliti
lakukan adalah locus penelitian, jurnal ilmiah ini dilakukan di Kabupaten
Jepara sedangkan peneliti melakukan penelitian di Kabupaten Pandeglang,
40
selanjutnya pada jurnal ilmiah ini tidak ada uji keabsahan data sedangkan
peneliti menggunakan uji keabsahan data (triangulasi dan member chek).
2. SKRIPSI Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Periknan Fakultas Perikanan Dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor ditulis oleh Resti, Fifi Dewi tahun
2012, dengan judul Pengukuran Kinerja Pengelolaan Tempat Pelelangan
Ikan di PPI Muara Angke. Pada penelitian tersebut peneliti menggunakan
teori pengukuran kinerja metode value for money, pengukuran kepuasan
dengan metode infortance performance analysis (skala likert) dan
pengukuran tingkat kepuasan pengguna pelelangan dengan menggunakan
metode infortance and performance analysis (IPA). Adapun hasil penelitian
dari penelitian pengukuran kinerja pengelolaan tempat pelelangan ikan di
PPI muara angke menunjukan bahwa aktivitas di tempat pelelangan ikan PPI
Muara Angke sudah berjalan dan dikelola oleh seksi pelelangan serta
koperasi. Berdasarkan pengukuran kepuasan pengguna pelelangan diketahui
bahwa kepuasan pengguna pelelangan masih berada di bawah kriteria puas
yaitu agen merasa cukup puas terhadap pengelolaan yang terdapat di TPI
sedangkan pedagang merasa kurang puas terhadap pengelolaan yang
terdapat di TPI PPI Muara Angke tersebut. Adapun untuk kinerja TPI dinilai
tidak ekonomis dari segi input karena memiliki nilai rataan sebesar 33% dan
kinerja dinilai cukup efisien dengan nilai rataan sebesar 100%. Nilai tersebut
dapat digunakan oleh pengelola TPI PPI Muara Angke sebagai dasar untuk
memperbaiki kinerja TPI, agar dapat mencapai tujuan awal
41
pembangunannya serta meningkatkan kepuasan pengguna pelelangan.
Penelitian ini memiliki tujuan yang sama dengan penelitian yang sedang
peneliti lakukan yaitu ingin mengetahui atau mendeskripsikan pengeloalaan
tempat pelelangan ikan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang
sedang peneliti lakukan adalah pada teori, pada penelitian yang dilakukan
oleh Fifi Dewi Resti ada tiga teori yang digunakan dalam penelitiannya
(menggabungkan beberapa teori) sedangkan penelitian yang sedang peneliti
lakukan hanya menggunakan satu teori saja yaitu teori fungsi manajemen
POAC (planning, organizing, actuating, controlling) dari G.R. Terry.
2.3 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dari penelitian ini tentang Manajemen Pengelolaan
Hasil Tangkapan Nelayan Pada Tempat Pelelangan Ikan Panimbang Kabupaten
Pandeglang. Tempat pelelangan ikan (TPI), selain merupakan pintu gerbang
nelayan dalam memasarkan hasil tangkapan ikannya, juga menjadi tempat untuk
memperbaiki jaring, motor, serta kapal dalam persiapan operasi penangkapan
ikan. Tujuan utama didirikannya TPI adalah untuk menarik sejumlah pembeli,
sehingga nelayan dapat menjual hasil tangkapannya sesegera mungkin dengan
harga yang baik serta dapat menciptakan perasaan yang sehat melalui lelang
murni. Disamping itu secara fungsional, sasaran yang diharapkan oleh TPI adalah
tersedianya ikan bagi kebutuhan penduduk sekitarnya dengan kualitas yang baik
serta harga yang wajar. Perbaikan manajemen pengelolaan dalam tempat
42
pelelangan ikan diharapkan mampu mensejahterakan nelayan serta menjadikan
tempat pelelangan ikan sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah.
Untuk mengetahui sejauh mana manajemen pengelolaan tempat
pelelangan ikan panimbang Kabupaten Pandeglang peneliti menggunakan teori
POAC G.R. Terry dalam Terry (2008:17): Planning, Organizing, Actuating,
Controlling.
Karena untuk menjadikan sebuah tempat pelelangan ikan yang ideal
diperlukan Planning (rencana) yang baik untuk dijadikan penentuan tujuan dan
pedoman pelaksanaan dengan memilih yang teraik dari alternatif-alternatif yang
ada. Kemudian Organizing (pengorganisasian) menentukan, mengelompokan, dan
mengatur bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan,
menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang
diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada
setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Actuating
(pengarahan) mengarahkan semua bawahan, agar mau bekerja sama dalam
mengelola tempat pelelangan ikan dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan.
Controlling (pengendalian) pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja
bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan
dapat terselenggara Maka untuk mempermudah memahami alur berpikir peneliti
menggambarkan kerangka berpikirnya sebagai berikut seperti pada gambar 2.1
dibawah:
43
Gambar 2.1
Alur Kerangka Berpikir
2.4 Asumsi Dasar Penelitian
Asumsi dasar merupakan hasil dari refleksi penelitian berdasarkan kajian
pustaka dan kajian teori yang digunakan sebagai dasar argumentasi. Berdasarkan
pada kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, peneliti telah
melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Maka peneliti berasumsi
bahwa penelitian tentang Manajemen Pengelolaan Hasil Pada Tempat Pelelangan
Ikan Panimbang Pandeglang belum berjalan dengan baik.
Permasalahan:
1. Tidak adanya standar operasional prosedur (SOP) yang secara spesifik mengelola tempat pelelangan ikan;
2. Mendangkalnya muara sungai Ciliman menyebabkan akses menuju TPI menjadi terhambat dan tidak adanya anggaraan untuk tempat pelelangan ikan dari pemerintah setempat.
3. Sulit tercapainya target
retribusi yang diharapkan; 4. Tidak ada sanksi tegas untuk
tempat pelelangan ilegal.
G.R. Terry dalam Hasibuan (2001:38)
1. Planning 2. Organizing 3. Actuating 4. cotrolling
Perbaikan manajemen pengelolaan tempat pelelangan
ikan Panimbang
Tempat pelelangan menjadi pusat kegiatan lelang dari hasil tangkapan nelayan panimbang.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Metodologi penelitan merupakan studi yang logis dan sistematis tentang
prinsip-prinsip dasar yang mengarahkan penelitian. Menurut Arikunto (2002:136)
metode penelitian adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data
penelitiannya. Dalam arti umum dan awam, metodologi biasa digunakan dalam
konteks apa saja, misalnya berpikir, metodologi pendidikan, atau metodologi
pengajaran. Menurut Garna (2009:21) Metoda penelitian ialah suatu upaya untuk
memperoleh tambahan pemahaman tentang gejala-gejala melalui (1)
mendefinisikan masalah sebagai cara membentuk pengetahuan yang ada; (2)
memperoleh informasi penting berkenaan dengan masalah atau gejala itu; (3)
analisis dan interpretasi data yang jelas dalam kaitan dengan masalah yang
didentifikasi; dan (4) melakukan komunikasi hasil upaya itu kepada yang lain.
Dengan demikian yang dimaksud dengan metode ilmiah yaitu: a way of
collceting, processing, and communicating information, based on activities
designed to increase existing information, maka metoda itu diberi batasan secara
pragmatik, yang artinya cara yang digunakan melalui efektivitas perolehan
pemahaman berfaedah bagi individu dan masyarakat.
45
Dalam penelitian sosial, masalah penelitian, tema, topik, dan judul
penelitian berbeda secara kuantitatif maupun kualitatif. Baik substansial maupun
materiil kedua penelitian itu berbeda berdasarkan filosofis dan metodologis.
Masalah kuantitatif lebih umum memiliki wilayah yang luas, tingkat variasi yang
kompleks namun berlokasi dipermukaan. Akan tetapi masalah-masalah kualitatif
berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun
memiliki kedalaman bahasan yang tidak terbatas. Dalam penelitian mengenai
Manajemen Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang Kabupaten
Pandeglang, berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian
ini menggunakan metode penelitian deskriptif, sedangkan bentuknya yaitu
dengan menggunakan penelitian kualitatif. Deskriptif kualitatif merupakan
metode yang bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu,
keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau
penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu anatara suatu
gejala dan gejala lainya dalam masyarakat. Itulah alasan mengapa peneliti
mengambil penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif kualitatif ini berusaha untuk mencari atau menggali
informasi mengenai permasalahan yang ada dalam kaitannya dengan Manajemen
Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang Kabupaten Pandeglang.
Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2006:4) mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Pendekatan ini di arahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh).
46
Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller dalam Moleong (2006:4)
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada
manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Selanjutnya
menurut Denzin dan Lincoln dalam Moleong (2006:5) menyatakan penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan
berbagai metode yang ada.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, Moleong dalam bukunya
Metodologi Penelitian Kualitatif (2006:6) mendefinisiskan bahwa Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan
tindakan yang secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah.
3.2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian menjelaskan substansi materi kajian penelitian
yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian adalah
manajemen pengelolaan tempat pelelangan ikan panimbang Kabupaten
Pandeglang.
47
3.3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian menjelaskan tempat (locus) penelitian, serta alasan
memilih lokasi penelitian tersebut. Lokasi Penelitian mengenai Manajemen
Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Lelang Panimbang Kabupaten Pandeglang
berada di Desa Panimbangjaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang,
Provinsi Banten. Kabupaten Pandeglang dipilih peneliti sebagai lokasi penelitian
ini karena memiliki luas perairan laut terbesar di Banten yaitu 1.702,00 km²,
karena memiliki perairan laut yang luas potensi perikanan di Kabupaten
Pandeglang sangat besar, potensi ini dapat dijadikan menjadi salah satu sumber
pendapatan asli daerah yang besar apabila dikelola dengan baik. Salah cara untuk
mengelola hasil kelautan itu Kabupaten Pandeglang mendirikan TPI untuk
mengelola hasil ikan tangkap. Salah satu TPI yang berada di Pandeglang ialah TPI
Panimbang yang berada dibawah UPT Kecamatan Labuan seperti tercantum
dalam Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Daerah Kabupaten Pandeglang
mengatakan bahwa UPT Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan Ikan Kecamatan
Labuan yang wilayah kerjanya meliputi Kecamatan Labuan, Sidamukti,
Panimbang, Citeurep, Carita, Sumur, Taman Jaya dan Cikeusik, Banyuasih,
Sukanegara, Rancacecet. Selain karena memiliki luas perairan laut terbesar di
Provinsi Banten, lokasi penelitian dipilih karena dekat dekat dengan tempat
tinggal peneliti guna mempersingkat waktu peneliti untuk mencapai lokasi
penelitian serta peneliti ingin mengungkap masalah yang terjadi di daerah peneliti
48
guna memberi solusi yang berguna untuk perbaikan mutu pengelolaan tempat
pelelangan ikan di daerah peneliti yaitu di Panimbang.
3.4. Variabel Penelitian
3.4.1. Definisi Konsep
Definisi konseptual memberikan penjelasan tentang konsep dari
variabel yang akan diteliti berdasarkan kerangka teori yang digunakan.
Pada peneitian ini variabelnya adalah Manajemen Pengelolaan Tempat
Pelelangan Ikan yang akan diteliti menggunakan teori fungsi manajemen
POAC (Planning, Organizing, Actuating,Controlling) dari G.R. Terry.
1. Planning ialah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk
mencapi tujuan yang digariskan, planning mencakup kegiatan
pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan laternatif-
alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan
visualisasi dan melihat kedepan guna merumuskan suatu pola dari
himpunan tindakan untuk masa mendatang (Terry, 2008:17). Planning
merupakan pemilihan dan menghubungkan fakta, menggunaka asumsi-
asumsi tentang masa depan dalam membuat visualisasi dan perumusan
kegiatan yang diuslukan dan memang perlu dilakukan untuk mencapai
hasil yang diinginkan (Terry, 2008:46).
2. Organizing merupakan kegiatan dasar dari manajemen dilaksanakan
untuk dan mengatur seluruh komponen-komponen yang dibutuhkan
termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan
49
dengan sukses. Manusia merupakan unsur yang terpenting melalui
pengorganisasian manusia dapat di dalam tugas-tugas yang saling
berhubungan (Terry, 2008:73). Organizing mencakup: membagi
komponen-komponen kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan kedalam kelompok-kelompok, membagi tugas kepada seorang
manajer untuk mengadakan pengelompokan tersebut dan menetapkan
wewenang diantara kelompok atau unit-unit organisasi.
Pengorganisasian berhubungan erat dengan manusia, sehingga
pencaharian dan penugasannya kedalam unit-unit organisasis
dimasukan sebagai bagian dari unsur organizing. Ada yang tidak
berpendapat demikian, dan memasukan stafing sebagai fungsi utama.
Di dalam setiap kejadian, pengorganisasian melahirkan peranan kerja
dalam struktur formal dan dirancang untuk memungkinkan manusia
bekerja sama secara efektif guna mencapai tujuan bersama (Terry,
2008:17).
3. Actuating, atau diseut juga “gerakan aksi” mencakup kegiatan yang
dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan
yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar
ujuan-tujuan dapat tercapai. Actuating mencakup pentapan dan
pemuasan kebutuhan manusiawi dari pegawai-pegawainya, memberi
penghargaan, memimpin, mengembangkan dan memberi komponsasi
kepada mereka (Terry, 2008:17). Pengarahan merupakan suatu kegitan
untuk mengintergasikan usaha-usaha angota-anggota dari suatu
50
kelompok, sehingga melalui ugas-tugas mereka dapat terpenuhi tujuan
pribadi dan kelomponya. Semua usaha kelompok menghendaki
pengarahan apabila ingin secara sukses mencapai tujuan akhir
kelompok tersebut (Terry, 2008:138).
4. Controlling (pengendalian) ialah suatu usaha untuk meneiliti kegiatan-
kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan. Pengendalian berorientasi
pada objek yang dituju dan merupakan alat untuk menyuruh orang-
orang bekerja menuju sasaran yang ingin dicapai (Terry, 2008:18).
Controlling mencakup kelanjutan tugas untuk melihat apakah
kegiatan-kegiatan dilaksanakan sesuai rencana. Pelaksanaan kegiatan
dievaluasi dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak diinginkan
diperbaiki supaya tujuan-tujuan dapat tercapai dengan baik. Ada
berbagai cara untuk mengadakan perbaikan, termasuk merubah
rencana dan bahkan tujuanya, mengatur kembali tugas-tugas dan
wewenang, tetapi seluruh perubahan dilakukan melalui manusianya.
Orang yang bertanggung jawab atas penyimpagan yang tidak
diinginkan itu harus dicari dan mengambil langkah-langkah perbaikan
terhadap hal-hal yang sudah atau akan dilaksanakan (Terry, 2008:166).
3.4.2. Definisi Operasional
Definisi operasinal merupakan penjabaran konsep atau variabel
yang akan diteliti dalam rincian yang terukur. Adapun variabel dalam
penelitian ini ialah manajemen pengelolaan yang bertujuan meningkatkan
51
nilai guna yang diciptakan organisasi untuk kesejahteraan masyarakat,
berhubungan dengan itu masalah yang terjadi dilapangan yakni;
1. Tidak adanya standar oprasional pelayanan (SOP) yang secara spesifik
mengelola tempat pelelangan ikan;
2. Sarana dan prasarana yang buruk, Tidak adanya anggaraan untuk
tempat pelelangan ikan dari pemerintah setempat;
3. Sulit tercapainya target retribusi yang ditetapkan;
4. Kurangnya upaya pemerintah daerah untuk menertibkan TPI yang
tidak resmi dan kurangnya upaya memberikan sanksi tegas.
Permasalahan tersebut dapat terjawab dengan menggunakan teori
Fungsi Manajemen POAC (Planning,Organizing, Actuating, Controlling)
dari G.R. Terry. Yang peneliti simpulkan sementara bahwa proses
manajemen di tempat pelelangan ikan belum berjalan dengan baik.
3.5. Instrumen Penelitian
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2009:60-61), dalam penelitian
kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen
penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatu belum mempunyai
bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang
digunakan,bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan
secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan
sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu,
tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang
52
dapat mencapainya.Peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian
serupa karena memiliki ciri-ciri antara lain:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat beraksi terhadap segala
stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna
atau tidak bagi penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek
keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrument
berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi
kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat
dipahami dengan pengetahuan semata. Jadi, untuk memahaminya
kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan
pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang
diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan
segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest
hipotesis yang timbul seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada pada suatu saat dan
menggunakan dengan segera sebagai balikan untuk memperoleh
penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.
53
7. Dalam manusia sebagai instrumen, responden yang aneh dan
menyimpang diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang
lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi
tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang
diteliti.
Hal ini sejalan dengan pendapat Irawan, bahwa satu-satunya instrumen
terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri (2006:15). Dan
pendapat yang sama juga dikatakan Moleong (2005:19), bahwa pencari tahu
alamiah (peneliti) dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya
sebagai alat pengumpul data. Oleh karena itu, instrument dalam penelitian ini
adalah peneliti sendiri dengan membuat pedoman wawancara dan pedoman
observasi dalam rangka mempermudah proses pengumpulan dan analisis data.
Sehingga peneliti dapat mengumpulkan data secara lebih utuh dan alamiah dalam
rangka memperoleh hasil penelitian yang lebih mendalam.
3.6. Informan Penelitian
Penentuan informan dalam penelitian mengenai manajemen pengelolaan
ini adalah dengan menggunakan teknik Purposive sampling (sampel bertujuan),
yaitu merupakan metode penetapan sampel dengan berdasarkan pada kriteria-
kriteria tertentu disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan.
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini antara lain peneliti muat
dalam tabel 3.1
54
Tabel 3.1
Daftar Informan Penelitian
Kode Informan Informan
I1-1 Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang
I2-1 Kepala UPT pangkalan pendaratan dan pelelangan ikan Kecamatan Labuan
I3-1 Manajer Tempat Pelelangan Ikan Lelang Panimbang
I4-1 Juragan Nelayan
I5-1 Masyarakat Nelayan Panimbang (nelayan buruh dan perorangan)
I6-1 dan I6-2 Instansi terkait (Satpol PP dan Ditpolair Polres Pandeglang)
(Sumber : Peneliti 2014)
Dri tabel 3.1 di atas peneliti akan menjelaskan peran informan pada penelitian
ini:
1. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang adalah
pembuat kebijakan pengelolaan perikanan di Kabupaten Pandeglang.
Dalam tingkat manajemen disebut top mangement (manajemen puncak)
Keahlian yang dimiliki para manajer tinggkat puncak adalah konseptual,
artinya keahlian untuk membuat dan merumuskan konsep untuk
dilaksanakan oleh tingkatan manajer dibawahnya.
2. Kepala UPT pangkalan pendaratan dan pelelangan ikan Kecamatan
Labuan adalah orang yang bertanggung jawab memastikan rencana dan
55
memastikan tercapainya suatu tujuan. Dalam tingkat manajemen disebut
middle management (manajemen menengah) oran yang memiliki keahlian
interpersonal/manusiawi artinya keahlian untuk berkomunikasi, bekerja
sama dan memotivasi orang lain.
3. Manajer Tempat Pelelangan Ikan Lelang Panimbang adalah orang yang
bertanggung jawab menyelesaikan rencana-rencana yng telah ditetapkan
oleh manajer yang lebih tinggi. Dalam tingkat manajemen disebut low
management (manajemen tingkat bawah) pada tingkatan ini manajer
memiliki keahlian di bidang teknis artinya keahlian yang mencakup
prosedur, teknik dan pengetahuan lapangan.
4. Masyarakat Nelayan Panimbang (nelayan buruh dan perorangan) adalah
sasaran dari target rencana manjemen pengelolaan tempat pelelangan ikan.
5. Juragan nelayan adalah orang yang membiayai kegiatan-kegiatan para
nelayan dalam melakuka aktivitas mencari ikan.
6. Instansi terkait adalah instansi yang menurut peneliti memeiliki hubungan
dengan pengelolaan tempat pelelangan ikan Panimbang.
3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Teknik Pengolahan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada
natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik
pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant
observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.
56
C. Marshall, Gretchen B. Rossman, menyatakan bahwa “the fundamental
methods relied on by qualitative researchers for gathering information
are, participation in the setting, direct observation, in–depth interviewing,
document review (Sugiyono, 2009:63)”.
1. Sumber data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya
dan masih bersifat mentah karena belum diolah. Data ini diperoleh
melalui:
A. Pengamatan/Observasi
Observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diteliti. Dalam
penelitian ini peneliti langsung terjun ke lokasi penelitian dan
melakukan pengamatan langsung terhadap obyek-obyek yang diteliti,
kemudian dari pengamatan tersebut melakukan pencatatan-pencatatan
data-data yang di peroleh yang berkaitan dengan aktivitas penelitian.
Selain itu, observasi merupakan kegiatan yang meliputi
pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian perilaku, objek-objek
yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung
penelitian yang sedang dilakukan. Konsep yang dikemukakan oleh
Faisal dalam sugiyono (2009:64) yang mengklasifikasikan observasi,
yaitu:
57
a. Observasi berpartisipasi (participant observation)
b. Observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (overt
observation and convert observation), dan
c. Observasi yang tidak terstruktur (unstructured observation)).
Maka, observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
observasi terang-terangan, dimana peneliti dalam melakukan
pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data,
bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Sehingga mereka yang
diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti.
Dan juga peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari yang menjadi
sumber data penelitian. Sehingga diperlukan data yang akurat lengkap,
tajam dan terpercaya.
B. Wawancara
Esterberg dalam Sugiyono (2009:72) mendefinisikan interview
atau wawancara sebagai berikut.
“a meeting of two person to exchange information and idea through question in respond, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”. Artinya: wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin meneliti studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti
58
mengetahui hal-hal dari responden yang mendalam. Teknik
pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri
sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan
keyakinan pribadi.
Selanjutnya Esterberg dalam Sugiyono (2002:72) menyatakan
bahwa:
“interviewing is at the heartof social research. If you look trough almost any socialogical journal, you will find that much social research is based on interview, either standardized or more in-depth”. Artinya intreview merupakan hatiny peneliti sosial, bila anda lihat jurnal dalam ilmu sosial, maka akan anda temui semua penelitian sosial didasarkan pada interview baik yang standar maupun yangdalam.
Dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik
observasi partisipatif dengan wawancaa mendalam. Selama melakukan
observasi, peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang yang
ada di dalamnya. Esteberg mengemukakan beberapa macam
wawancara yaitu, wawancara terstruktur, semitersturktur dan tidak
terstruktur.
1. Wawancara terstruktur (structured interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh.
59
2. Wawancara semi terstruktur (semistructure interview)
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept
interview, dimana dalam palaksanaannya lebih bebas bila di
bandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari
wawancara jenis ini adalah untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang
diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam
melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara
teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh nforman.
3. Wawancara tak berstruktur (unstructured inerview)
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah tersusun scara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan.
Selanjutnya Lincon and Guba dalam Sugiyono (2009:76),
mengemukakan ada tujuh langkah dalam pengunaan wawancara untuk
mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan
2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadibahan
pembicaraan
60
3. Mengawali atau membuka alur wawancara
4. Melangsungkan alur wawancara
5. Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan
mengakhirinya
6. Menuliskan hasil wawancara kedalam catatan lapangan
7. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah
diperoleh.
2. Sumber data Sekunder
Sumber data sekunder ini merupakan sumber data yang diperoleh
melalui kegiatan studi literatur atau studi kepustakaan dan dokumentasi
mengenai data yang diteliti.
A. Studi Kepustakaan
Pengumpulan data ini diperoleh dari berbagai referensi yang
relevan dengan penelitian yang dijalankan dan teknik ini berdasarkan
text books maupun jurnal ilmiah.
B. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi, yakni pengumpulan data yang bersumber
dari dokumen yang resmi dan relevan dengan penelitian yang sedang
dilakukan.Dokumen yang diperoleh tersebut dapat berupa tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Adapun alat pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini, khususnya dalam melakukan wawancara adalah:
61
a. Buku catatan: untuk mencatat pencatatan dengan sumber data.
b. Recorder: untuk merekam semua percakapan karena jika
hanya menggunakan buku catatan, peneliti sulit untu
mendapatkan informasi yang telah diberikan oleh informan.
c. Handphone camera: untuk memotret/mengambil gambar
semua kegiatan yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan keabsahan dari suatu
penelitian.
Selanjutnya sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini
terbagi atas data primer dan data skunder. Data primer diambil
langsung dari informan penelitian. Dalam hal ini data primer ini
diambil melalui wawancara (interview). Sedangkan data skunder
adalah data yang tidak langsung berasal dari informan. Oleh karena itu
dalam penelitian ini, data skunder diperoleh melalui data-data dan
dokumen-dokumen yang relevan mengenai masalah yang diteliti.
Data-data tersebut merupakan data yang diperlukan dalam
menyelesaikan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
3.7.2. Teknik Analisis Data
Proses analisa data dilakukan secara terus menerus sejak awal
data dikumpulkan sampai dengan penelitian berakhir. Untuk
memberikan makna terhadap data yang telah disimpulkan, dilakukan
analisis data dan interpretasi. Mengingat ini dilaksanakan melalui
62
pendekatan kualitatif, maka analisis dilakukan sejak data pertama
sampai penelitian berakhir.
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.
Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi
data tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data
kualitatif (walaupun tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik
analisis data yang digunakan belum ada polanya yang jelas. Oleh karena
itu sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis. Seperti
dinyatakan oleh Miles and Huberman dalam Sugiyono (2009:87), bahwa
“the most serious and central difficulity in the use ofcentral difficulity in the use of qualitative data is that methods of analysis are not well formulate”. Artinya yang paling serius dan sulit dalam analisis data kualitatif adalah karena, metode analisis belum dirumuskan dengan baik.
Selanjutnya Susan Stainback dalam sugiyono (2009:88) menyatakan:
“the are no guidelines in qualitative research for determining how much data analysis are necessary to support and assertion, conclusion, on theory”. Artinya belum ada panduan dalam penelitian kualitatif untuk menentukn berapa banyak data dan analisis yang diperlukan untuk mendkung kesimpulan atau teori.
Analisis data dalam penelitan kualitatif, dilakukan apabila data
empiris yang diperoleh adalah data kualitatif berua kumpulan berwujud
kata-kata dan bukan rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam
kategori-kategori/struktur klasifikasi. Menurut Miles dan Huberman
63
Kegiatan analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi
bersamaan, yaitu Data Reduksi (Reduksi Data), Data Display (Penyajian
Data), dan Conclusion Drawing (Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi)
(Silalahi 2009:339):
1. Data Reduction (Reduksi data)
Reduksi data merupakan sauatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa hingga
kesimpulan-kesimpulanya dapat ditarik dan di verifikasi. Reduksi
data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian
lapangan, sampai laporan akhir tersusun lengkap.
2. Data Display (penyajian data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data yaitu sebagai
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulandan pengambilan tindakan. Melalui data yang
disajikan, kita melihat dan kan memahami apa yang sedang terjadi dan
apa yang harus di lakukan lebih jauh menganalisis ataukah mengambil
tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-
penyajian tersebut. Penyajian data dapat dilakukan dalam uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Dalam hal ini Miles and Huberman menyatakan “the most frequent
from display data for qualitatif ressearch data in the past has ben
narrative text”. Artinya yang paling sering digunakan untuk
64
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif.
3. Conclusion Drawing and verifikasi
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-
bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam
penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah
dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian
kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
peneliti berada di lapangan.
Kesimpula dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa
deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-
remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa
hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
3.7.3. Uji Keabsahan Data
Yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap
keadaan harus memenuhi: 1) Mendemostrasikan nilai yang benar, 2)
65
Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan 3)
Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi
dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-
keputusannya. (Moleong, 2006:320) isu dasar dari hubungan keabsahan
data pada dasarnya adalah sederhana.Bagaimana peneliti membujuk agar
pesertanya (termasuk dirinya) bahwa temuan-temuan penelitian dapat
dipercaya. Untuk menguji keabsahan data, dapat dilakukan dengan tujuh
teknik, yaitu perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan,
triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus
negatif, pengecekan anggota (member check).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji keabsahan data
dengan teknik triangulasi dan pengecekan anggota (member check).
3.7.3.1 Triangulasi
Moleong (2006 :330) menjelaskan bahwa triangulasi
merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin (Prastowo, 2011 :269)
membedakan teknik ini menjadi 5 macam yaitu :
1. Triangulasi sumber yaitu suatu teknis pengecekan kredibilitas
data yang dilakukan dengan memeriksa data yang didapatkan
melalui beberapa sumber. Triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau
66
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam penelitian kualitatif.
2. Triangulasi teknik yaitu suatu tekhnik pengecekan kredibilitas
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda yaitu melalui wawancara,
observasi dan studi dokumentasi.
3. Triangulasi waktu yaitu suatu teknik pengecekan kredibilitas
dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan
wawancara, observasi atau tekhnik lain dalam waktu atau
situasi yang berbeda.
4. Triangulasi penyidik, suatu teknik pengecekan kredibilitas
dilakukan dengan cara memanfaatkan pengamat lain untuk
pengecekan derajat kepercayaan data.
5. Triangulasi teori, suatu tekhnik pengecekan kredibilitas
dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu teori untuk
memeriksa data temuan penelitian.
Adapun untuk menguji keabsahan data pada penelitian ini
dilakukan melalui teknik Triangulasi Sumber dan Triangulasi Teknik
Menurut Moleong (2005: 330) hal tersebut dapat tercapai dengan cara:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara;
67
2. Membandingkan apa yang di katakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi;
3. Membandingkan apa yang di katakan orang tentang situasi
peneliti dengan apa yang di katakannya sepanjang waktu;
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti masyarakat
biasa, kalangan yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang
pemerintahan;
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.
3.7.3.2 Member Check
Selain itu peneliti pun melakukan member check, yaitu
proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.
Tujuan member check adalah mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang di berikan oleh pemberi data.
Selain itu, member check adalah agar informasi yang diperoleh dan
akan di gunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang
dimaksud sumber data atau informan. Setelah member check
dilakukan, maka pemberi data di mintai tandatangan sebagai bukti
otentik bahwa peneliti telah melakukan member check dalam
Moelong (2005: 276).
68
3.8 Jadwal Penelitian
Pada umumnya penelitian kualitatif memerlukan waktu yang relatif lama,
anatara 6 bulan sampai 24 bulan. Untuk itu perlu direncanakan jadwal
pelaksanaan penelitian. Jadwal penelitian berisi aktivitas yang dilakukan dan
kapan akan dilakukan (Sugiyono, 2009:148). Berikut ini merupakan jadwal
penelitian Manajemen Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Lelang Panimbang
Kabupaten Pandeglang. Jadwal penelitian Manajemen Pengelolaan Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang Kabupaten Pandeglang peneliti sajikan pada Tabel
3.2 dibawah:
69
Tabel 3.2
Jadwal Penelitian
Kegiatan Waktu Pelaksanaan
2014-2015 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
Pengajuan Judul
Observasi Awal
Pengumpula Data
Penyusunan Proposal
Seminar Proposal
Penelitian Lapangan
Reduksi Data
Penyajian Data
Penarikan Kesimpulan Dan Verifikasi
Sidang Skripsi
(Sumber : Peneliti 2015)
Keterangan Nama Bulan:
1: Januari 7: Juli
2: Februari 8: Agustus
3: Maret 9: September
4: April 10: Oktober
5: Mei 11: November
6: Juni 12: Desember
70
BAB IV
HASIL PENELITIIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian yang
meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum
Kabupaten Pandeglang, gambaran umum Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Pandeglang, UPT Pangkalan Pendaratan Ikan dan Tempat Pelelangan
Ikan (PPI dan TPI) Kecamatan Labuan dan gambaran umum Tempat Pelelangan
Ikan Panimbang. Hal tersebut dipaparkan dibawah ini.
4.1.1 Deskripsi Kabupaten Pandeglang
Berdasarkan staatsblad 1874 No. 73 Ordonasi, mulai berlaku
pembagian daerah sejak tanggal 1 April 1874, Kabupaten Pandeglang terdiri
dari Kewedanan Pandeglang, Baros, Ciomas, Kolelet, Cimanuk, Caringin,
Panimbang, Menes dan Cibaliung. Atas dasar inilah disepakati bersama
bahwa tanggal 1 April ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Pandeglang.
Menurut data tersebut di atas, Pandeglang sejak 1 April 1874 telah memiliki
pemerintahan sendiri. Hal ini dipertegas lagi oleh Ordonasi 1877 Nomor 224
tentang batas-batas Keresidenan Banten, termasuk batas-batas Kabupaten
Pandeglang dalam tahun 1925 dengan keputusan Gubernur Jenderal Hindia
Belanda tanggal 14 Agustus 1925 Nomor XI.
Daerah Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak antara 6º21‟-
7º10‟ LS dan 104º48‟ - 106º11‟ BT dengan luas 2.747 km2 (274.689,91
71
ha)atau sebesar 29,98% dari luas Provinsi Banten, dengan panjang garis
pantai termasuk dengan pulau-pulau kecil sepanjang 307 km. Wilayah yang
berada diujung Barat dari Provinsi Banten ini mempunyai batas administrasi
sebagai berikut:
Utara : Kabupaten Serang Selatan : Samudera Indonesia Barat : Selat Sunda Timur : Kabupaten Lebak
Wilayah Administrasi Kabupaten Pandeglang terdiri dari 35 Kecamatan
dan 339 Desa/Kelurahan dengan luas wilayah daerah sebesar 2.747 km2.
Kecamatan Cikeusik merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Pandeglang
dengan luas sekitar 322,76 km2, sedangkan Labuan merupakan Kecamatan
terkecil dengan luas sekitar 15,66 km2.
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Pandeglang
72
4.1.2 Deskripsi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang
Mengacu pada amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, bahwa pemerintah daerah berwenang untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk
memepercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat itu melalui otonomi
luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan
kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Kondisi wilayah geografis Kabupaten Pandeglang yang dikelilingi laut
akan sangat berpengaruh pada pola pembangunan di Kabupaten Pandeglang.
Dengan demikian, perencanaan pembangunan di sektor kelautan dan
perikanan tidak dapat dilepaskan dan harus mampu menjadi leading sektor
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pandeglang.
Sektor kelautan dan perikanan mempunyai karakteristik yang berbeda
dengan sektor lain, khususnya sumberdaya perikanan laut yang pada
hakekatnya tidak dapat dibatasi berdasarkan wilayah administrasi dan bersifat
terbuka dalam pemanfaatannya. Sumberdaya perikanan laut tropis memiliki
banyak spesies yang relatif terbatas.
Disisi lain, pembangunan kelautan dan perikanan di Kabupaten
Pandeglang masih memerlukan perhatian seperti belum optimalnya
eksploitasi dan pemanfaatan perairan ZEE di Samudera Hindia. Untuk
73
menjawab peluang yang dimaksud di atas Pemerintah Kabupaten Pandeglang
menerbitkan Perda Kabupaten Pandeglang Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Pandeglang.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang adalah salah satu
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) milik Pemerintah Kabupaten
Pandeglang yang beralamat di Jalan Raya Labuan Km 5. Dinas ini
mempunyai tugas untuk melaksanakan urusan pemerintah dibidang Kelautan
dan Perikanan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Pada awal tahun pembentukannya, Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Pandeglang bernama Jawatan Perikanan Darat dan Perikanan
Laut, kemudian dirubah menjadi Dinas Perikanan. Pada era Gusdur, Dinas
Perikanan diganti kembali menjadi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Pandeglang.
Semangat untuk menghasilkan kemajuan di bidang kelautan dan
perikanan didorong oleh motivasi yang kuat untuk menggali dan
memanfaatkan potensi kelautan dan perikanan sebagai sumber pertumbuhan
ekonomi. Dinas Kelautan dan Perikanan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya diberi wewenang untuk mengelola, memanfaatkan dan
melestarikan sumber daya kelautan dan perikanan demi kesejahteraan
masyarakat Pandeglang, khususnya masyarakat nelayan, pembudidaya,
pengolah dan pemasar ikan, serta untuk meningkatkan kontribusi bagi
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
74
4.1.3 Potensi Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Pandeglang
Besarnya potensi sumber daya alam kelautan Kabupaten Pandeglang
dapat dilihat dari besarnya luas wilayah perairan dan panjang pantai, yaitu
sebagai berikut:
Tabel 4.1
Kecamatan, Desa Pantai dan Panjang Pantai
No Kecamatan Desa 1 Carita Pejamben
Banjarmasin Carita Sukajadi Sukarame Sukanegara
2 Labuan Caringin Teluk Cigondang Margasana
3 Pagelaran Margagiri Tegal Papak
4 Sukaresmi Sidamukti 5 Panimbang Panimbang Jaya
Mekarsari Citeurep Tanjung Jaya
6 Cigeulis Banyuasih 7 Sumur Sumber Jaya
Kerta jaya Kertamukti Tutidakl Jaya Cigorondong Tamanjaya Ujung Jaya Cihonje
8 Cikeusik Tanjungan Cikiruh wetan
9 Cibitung Citeluk Siding Kerta Kiara Jangkung Kuta karang Cikiruh
10 Cimanggu Rancapinang 11 Cibaliung Citeluk
Siding Kerta Kiara Jangkung Kuta Karang
12 Taman nasional Ujung Kulon (Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang
2013)
75
Kecamatan dan Desa tersebut berhadapan dengan laut:
a. Menghadap Samudera Indonesia : 124 Km2
b. Menghadap Selat Sunda : 106 Km2
4.1.4 Visi dan Misi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Pandeglang
1. Visi Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang merupakan
unsur pelaksana Pemerintah Daerah sesuai dengan Perda Nomor 6 Tahun
2008 yang melaksanakan tugas desentralisasi di bidang Kelautan dan
Perikanan, serta selayaknya visi dan misi Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Pandeglang mendukung pencapaian visi dan misi Pemerintah
Daerah Kabupaten Pandeglang. Berdasarkan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2011,
bahwa visi Kabupaten Pandeglang adalah “Kabupaten Pandeglang
sebagai daerah mandiri dan berkembang agribisnis dan pariwisata
berbasis pembangunan perdesaan”.
Atas dasar visi Kabupaten Pandeglang tersebut, maka visi Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten untuk periode 2011 – 2016
adalah“Melalui pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan
dan perikanan yang berwawasan agribisnis berbasis pembangunan
pedesaan mewujudkan pembangunan sektor kelautan dan
perikanan yang mandiri dan berkembang”.
76
2. Misi Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Pandeglang
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia baik
masyarakat maupun aparatur kelautan dan perikanan;
2. Meningkatkan sarana dan prasarana yang mendukung pengelolaan
pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan;
3. Meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya ikan dan pelaku
usaha kelautan dan perikanan;
4. Mengembangkan usaha agribisnis di bidang kelautan dan
perikanan;
5. Mengawasi dan mengendalikan pengelolaan sumber daya kelautan
dan perikanan.
4.1.5 Gambaran Umum UPT Pangkalan Pendaratan Ikan dan Tempat
Pelelangan Ikan (PPI dan TPI) Kecamatan Labuan
UPT Pangkalan Pendaratan Ikan dan Tempat Pelelangan Ikan (PPI dan
TPI) Kecamatan Labuan adalah yang menaungi PPI/TPI di Kabupaten
Pandeglang yang wilayah kerjanya meliputi Kecamatan Labuan, Kecamatan
Sidamukti, Kecamatan Panimbang, Kecamatan Citeureup, Kecamatan Carita,
Kecamatan Sumur, Kecamatan Tamanjaya dan Kecamatan Cikeusik.
4.1.5.1 Kedudukan, Tugas, Fungsi, Tujuan dan Rincian Tugas UPT
Pangkalan Pendaratan Ikan dan Tempat Pelelangan Ikan
(PPI dan TPI) Kecamatan Labuan
Adapun kedudukan, fungsi dan rincian tugas Tempat Pelelangan
Ikan yaitusesuai dengan Bab X Pasal 63-66 Peraturan Bupati Nomor 20
77
Tahun 2008 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas pada
Dinas Daerah Kabupaten Pandeglang;
1) UPT Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan Ikan Kecamatan
Labuan dipimpin oleh seorang kepala UPT yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Dinas Kelautan
dan Perikanan;
2) UPT Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan Ikan Kecamatan
Labuan mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan
dan pembinaan kegiatan pangkalan pendaratan dan Tempat
Pelelangan Ikan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), UPT Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan Ikan
Kecamatan Labuan melaksanakan fungsi:
a. Penyusunan bahan kebijakan operasional UPT Pangkalan
Pendaratan dan Pelelangan Ikan Kecamatan Labuan;
b. Penyusunan perencanaan operasional UPT Pangkalan
Pendaratan dan Pelelangan Ikan Kecamatan Labuan;
c. Pelaksanaan pembinaan, koordinasi, monitoring dan
evaluasi pelaksanaan kegiatan operasional UPT
Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan Ikan Kecamatan
Labuan.
78
Rincian tugas UPT Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan Ikan
Kecamatan Labuan adalah sebagai berikut:
a. Menyusun rencana kerja UPT Pangkalan Pendaratan dan
Pelelangan Ikan Kecamatan Labuan;
b. Mengelola dan membina kegiatan Pendaratan Ikan (PPI) dan
Tempat Pelelangan Ikan (TPI);
c. Mengoordinasi kegiatan PPI, TPI, pasar ikan dan
kelembagaan usaha perikanan;
d. Melaksanakan pembinaan kepada nelayan dan masyarakat
pesisir;
e. Memelihara sarana dan prasarana perikanan di lingkungan
Unit Pelaksana Teknis;
f. Memonitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
pelelangan, harga ikan dan distribusinya;
g. Melaksanakan pendataan sarana dan prasarana kelautan dan
serta inventarisasi aset-aset milik pemerintah daerah;
h. Melaksanakan pembinaan perizinan usaha perikanan sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
i. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
kegiatan UPT Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan Ikan
Kecamatan Labuan;
j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
79
Rincian tugas UPT Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan Ikan
Kecamatan Labuan adalah sebagai berikut:
a. Menyusun rencana kerja UPT Pangkalan Pendaratan dan
Pelelangan Ikan Kecamatan Labuan;
b. Mengelola dan membina kegiatan Pendaratan Ikan (PPI) dan
Tempat Pelelangan Ikan (TPI);
c. Mengordinasi kegiatan PPI, TPI, Pasar ikan dan kelembagaan
usaha perikanan;
d. Melaksanakan pembinaan kepada nelayan dan masyarakat
pesisir;
e. Memelihara sarana dan prasarana perikanan di lingkungan
Unit Pelaksana Teknis;
f. Memonitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
pelelangan, harga ikan dan distribusinya;
g. Melaksanakan pendataan sarana dan prasarana kelautan dan
serta inventarisasi aset-aset milik pemerintah daerah;
h. Melaksanakan pembinaan perizinan usaha perikanan sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
i. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
kegiatan UPT Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan Ikan
Kecamatan Labuan;
j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
80
Rincian subbagian tata usaha UPT Pangkalan Pendaratan dan
Pelelangan Ikanadalah sebagai berikut;
1) Subbagian Tata Usaha UPT Pangkalan Pendaratan dan
Pelelangan Ikan dipimpin oleh Kepala Subbagian yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala UPT
Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan Ikan;
2) Subbagian Tata Usaha UPT Pangkalan Pendaratan dan
Pelelangan Ikan mempunyai tugas pokok melaksanakan
pengelolaan administrasi perkantoran, kepegawaian dan
keuangan;
3) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Subbagian Tata Usaha UPT Pangkalan
Pendaratan dan Pelelangan Ikan melaksanakan fungsi:
a. Penyusunan rencana kerja UPT Pangkalan Pendaratan dan
Pelelangan Ikan;
b. Pengelolaan Administrasi perkantoran, administrasi
kepegawaian dan administrasi keuangan UPT Pangkalan
Pendaratan dan Pelelangan Ikan;
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan UPT
Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan Ikan.
Rincian tugas Subbagian Tata Usaha UPT Pangkalan Pendaratan
dan Pelelangan Ikan:
81
a. Melaksanakan pengelolaan administrasi perkantoran UPT
Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan Ikan;
b. Melaksanakan pengelolaan adminstrasi kepegawaian UPT
Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan Ikan;
c. Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan UPT
Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan Ikan;
d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
4.1.5.2 Susunan Organisasi UPT Pangkalan Pendaratan dan
Pelelangan Ikan Kecamatan Labuan
(1) Susunan Organisasi UPT Pangkalan Pendaratan dan
Pelelangan Ikan Kecamatan Labuan terdiri dari:
a. Kepala UPT;
b. Kepala Bagian Subbagian Tata Usaha.
(2) Bagan Organisasi UPT Pangkalan Pendaratan dan
Pelelangan Ikan Kecamatan Labuan
82
Gambar 4.2
Struktur Organisasi UPT Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan Ikan
Kecamatan Labuan
(Sumber:Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang,2008)
4.1.6 Gambaran Umum Tempat Pelelangan Ikan Panimbang
Tempat Pelelangan Ikan Panimbang merupakan salah satu dari 13
Tempat Pelelangan Ikan yang berada di Kabupaten Pandeglang. Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang berada dibawah UPT Kecamatan Labuan seperti
tercantum dalam Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Daerah Kabupaten
Pandeglang mengatakan bahwa UPT Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan
Ikan Kecamatan Labuan yang wilayah kerjanya meliputi Kecamatan Labuan,
KEPALA DINAS
KEPALA UPT
KEPALA SUBBAGIAN TATA
USAHA
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
83
Sidamukti, Panimbang, Citeurep, Carita, Sumur, Taman Jaya dan Cikeusik,
Banyuasih, Sukanegara, Rancacecet.
Tempat Pelelangan Ikan Panimbang berada di Kecamatan Panimbang.
Wilayah Kecamatan Panimbang secara geografis terletak pada 06º29‟00”-
06º36‟00” Lintang Selatan dan 105º38‟00” - 104º50‟00” Bujur Timur.
Dengan luas wilayah 97,75 km² atau sebesar 3,56% dari luas Kabupaten
Pandeglang. Kecamatan Panimbang berjarak 60 km dari Kecamatan
Pandeglang sebagai Ibukota Kabupaten Pandeglang dan memiliki batas
administrasi, sebagai berikut:
Utara : Kecamatan Sukaresmi
Selatan : Kecamatan Cigeulis
Barat : Selat Sunda
Timur : Kecamatan Sobang
Tempat Pelelangan Ikan Panimbang merupakan Unit Pelaksana Teknis
dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, tujuan
didirikannya Tempat Pelelangan Ikan Panimbang adalah untuk mengelola
potensi perikanan laut yang ada di wilayah Panimbang, meningkatkan
pendapatan nelayan, pembudidaya ikan dan pelaku usaha kelautan dan
perikanan serta menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk
Kabupaten Pandeglang.
84
Gambar 4.3
Struktur Organisasi TPI Panimbang
(Sumber: Tempat Pelelangan Ikan Panimbang, 2014)
Tabel 4.2
Jenis Kapal Panimbang Berdasarkan Gross Tonase (GT)
No Gross Tonase (GT)
1 0-3 2 4-7 3 8-10 4 11-30
(Sumber: Tempat Pelelangan Ikan Panimbang, 2014)
4.2 Deskripsi data
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapat dari
hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan
teknik analisa data kualitatif. Dalam penelitian mengenai Manajemen
Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang di Kabupaten Pandeglang.
Peneliti menggunakan teori fungsi-fungsi manajemen menurut G.R Terry.
MANAGER
EDI SUHENDI
KASIR
ABDUL AZIS
TU
AYIP
JURU LELANG
ADI AMIN
JURU TAGIH
HADI
KEB/KEAMANAN JURU RESI PENGAWAS DKP
85
Teori tersebut memberikan gambaran atas fungsi-fungsi manajemen yaitu,
Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling.
Kemudian data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata
dan kalimat yang berasal dari hasil wawancara, observasi penelitian, catatan
lapangan atau hasil dokumentasi lainnya yang relevan dengan fokus
penelitian ini. Proses pencarian dan pengumpulan data dilakukan secara
investigasi dimana peneliti melakukan waawancara kepada sejumlah
informan yang berkaitan dengan masalah penelitian sehinggainformasi yang
didapat sesuai dengan apa yang diharapkan. Informan yang adapun sudah
ditentukan dari awal karena peneliti menggunakan teknik purposive.
Selanjutnya karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka
dalam proses menganalisis datanya pun peneliti melakukan analisa secara
bersamaan. Seperti yang telah dipaparkan dalam bab 3 (tiga) sebelumnya,
bahwa dalam prosesnya analisa dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan teknik analisis data menurut Miles dan Huberman.Menurut
Miles dan Huberman kegiatan analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur
kegiatan yang terjadi bersamaan, yaitu Data Reduksi (reduksi data), Data
Display (penyajian data), dan Conclusion Drawing (penarikan
kesimpulan/verifikasi) (Silalahi, 2009:339).
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, merangkum,
memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya. Untuk
mempermudah peneliti dalam melakukan reduksi data, peneliti memberikan
kode pada aspek tertentu, yaitu:
86
1. Kode Q menunjukkan item pertanyaan
2. Kode A menunjukkan item jawaban
3. Kode I1-1 menunjukkan daftar informan dari Kepala Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Pandeglang
4. Kode I2-1 menunjukkan daftar informan dari Kepala UPT PPI/TPI
Labuan
5. Kode I3-1 menunjukkan daftar informan Manajer TPI Panimbang
6. Kode I3-2 menunjukkan daftar informan Kasir TPI Panimbang
7. Kode I4-1, I4-2, I4-3 … menunjukkan daftar informan Juragan Nelayan
Panimbang
8. Kode I5-1, I5-2, I5-3… menunjukkan daftar informan Nelayan
Panimbang.
9. Kode I6-1 dan I6-2 menunjukan daftar informan dari instansi terkait.
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data,
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data yaitu sebagai sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulandan pengambilan tindakan. Melalui data yang disajikan, kita
melihat dan akan memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus
dilakukan lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan
atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut. Penyajian
data dapat dilakukan dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman menyatakan
“the most frequent from display data for qualitatif research data in the past
87
has been narrative text”. Artinya yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif.
Kemudian yang terakhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi
kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuatyang mendukung pada
tahap pengumpulan berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan
pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian
kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena
seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
peneliti berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-
remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa
hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
4.2.2 Data Informan Penelitian
Pada penelitian mengenai Manajemen Pengelolaan Tempat Pelelangan
Ikan Panimbang di Kabupaten Pandeglang, peneliti menggunakan teknik
purposive. Teknik purposive merupakan metode penentuan informan dengan
88
berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu disesuaikan dengan informasi yang
dibutuhkan. Adapun informan yang peneliti tentukan, merupakan orang-
orang yang menurut peneliti memiliki informasi yang peneliti butuhkan
dalam penelitian ini, karena mereka (informan) dalam kesehariannya
senantiasa berurusan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
Informan dalam penelitian ini adalah pengelola Tempat Pelelangan Ikan
Panimbang baik manajer Tempat Pelelangan Ikan dan instansi yang terlibat
dalam pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan serta pihak-pihak lain yang
terkait dalam pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan. Adapun SKPD yang
tersebut diantaranya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang
dan UPT PPI/TPI Labuan. Untuk keabsahan data dan untuk menggali secara
mendalam mengenai penelitian ini maka peneliti pun mengambil informan
dari juragan nelayan Panimbang, serta nelayan-nelayan yang ada di
Panimbang. Adapaun informan yang bersedia diwawancarai adalah:
Tabel 4.3
Daftar Informan
No Kode informan Nama Keterangan Umur Jenis kelamin
(L/P) 1 I1-1 Ir. H. T. Nanzar
Riadi, MM Kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan 57 L
2 I2-1 Asep Kenedi Kepala UPT PPI/TPI 49 L
3 I3-1 Edi Suhandi Manajer TPI 50 L 4 I3-2 Ayip TU TPI 47 L 6 I4-1 Soebah Juragan Nelayan 36 P 7 I4-2 H. Mista Juragan Nelayan 62 L 8 I4-3 Tasbin Juragan Nelayan 54 L 9 I5-1 Muin Nelayan 36 L 10 I5-2 Radi Nelayan 34 L 11 I5-3 Cecep Nelayan 34 L
89
12 I5-4 Aan Nelayan 27 L 13 I5-5 Wasdi Nelayan 25 L 14 I5-6 Wasto Nelayan 51 L 15 I6-1 Tata Miharja Satpol PP 50 L 16 I6-2 Nur Said Ditpolair Polres
Pandeglang 50 L
(Sumber: Peneliti, 2015)
4.2 Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian ini merupakan data dan fakta yang peneliti
dapatkan langsung dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti
gunakan. Untuk mengetahui bagaimana manajemen pengelolaan Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang di Kabupaten Pandeglang, menggunakan teori fungsi
manajemen dari G.R Terry (2008:17) dimana dalam teori ini memberikan tolak
ukur atas komponen-komponen penting yang harus dipertimbangkan dalam
melakukan manajemen pengelolaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu:
1. Planning (perencanaan);
2. Organizing (pengorganisasian);
3. Actuating (pelaksanaan);
4. Controlling (pengawasan).
4.3.1 Planning (perencanaan)
Planning (perencanaan) ialah menetapkan pekerjaan yang harus
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang digariskan, planning mencakup
kegiatan pengambilan keputusan karena termasuk pemilihan alternatif-
alternatif keputusan. Diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi
dan melihat kedepan guna merumuskan suatu pola dari himpunan tindakan
untuk masa mendatang (Terry, 2008:17).
90
Dalam manajemen pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan seharusnya
memiliki perencanan yang matang dan baik karena tujuan utama di
dirikannya Tempat Pelelangan Ikan adalah untuk mengelola seluruh potensi
perikanan laut yang ada di sekitar daerah tempat pelelangan tersebut. Selain
itu, Tempat Pelelangan Ikan di dirikan untuk menaikkan taraf hidup para
nelayan serta tujuan utama yang paling penting didirikannya Tempat
Pelelangan Ikan adalah untuk memungut retribusi dari kegiatan pelelangan
ikan guna memberikan sumbangan untuk Penerimaan Asli Daerah. Dalam
penelitian ini peneliti menanyakan apa rencana yang dibuat untuk mengelola
TPI. Menurut wawancara penelitian dengan kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan (I1-1);
“Untuk mengelolannya memanfaatkan potensi SDM yang ada melalui seleksi pegawai baik tenaga kerja sukarela maupun PNS, di SK-kan oleh Kepala Dinas kemudian dikukuhkan oleh Bupati Pandeglang”
Dari hasil wawancara di atas dapat di analisis rencana yang dibuat oleh
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang adalah menyiapkan
sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dalam hal kelautan dan
perikanan guna menjalankan Tempat Pelelangan Ikan, kemudian pernyataan
ini ditambahkan oleh kepala UPT PPI/TPI Labuan (I2-1) pada wawancara
penelitian;
“Rencana mengelola Tempat Pelelangan Ikan adalah menyiapkan sumber daya manusia (manajer dan staf) melalui penyeleksian yang kemudian di SK-kan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan”
91
Karena tujuan utama didirikannya Tempat Pelelangan Ikan adalah
untuk mengelola seluruh potensi perikanan laut yang ada di sekitar daerah
tempat pelelangan tersebut maka menjadi penting untuk menyiapkan sumber
daya manusia yang memiliki kompetensi tinggi untuk mengatur dan
mengelola Tempat Pelelangan Ikan. Selain sumber daya manusia seharusnya
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang memiliki standar
operasional prosedur (SOP) yang matang untuk mengelola seluruh potensi
kelautan yang ada, standar operasional prosedur adalah serangkaian intruksi
kerja tertulis yang dibakukan (terdokumentasi) mengenai proses
penyelenggaraan administrasi perusahaan, bagaimana dan kapan harus
dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan.
Dilapangan peneliti menemukan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang
memiliki rencana atau program sendiri untuk mengelola Tempat Pelelangan
Ikan hal ini dijelaskan oleh Manajer TPI Panimbang (I3-1) pada wawancara
penelitian;
“Rencana kita ini ingin TPI Panimbang hidup seperti dulu saat saya menjadi karyawan (juru lelang). Dulu saat saya jadi juru lelang TPI disini ramai terus, kegiatan pelelangan ikan dari jam 9 malam sampai jam 9 pagi tidak berhenti, sekarang kondisinya seperti ini, sepi, perahu kecil saja itu juga hanya beberapa”
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa program dari
Tempat Pelelangan Ikan adalah ingin mengembalikan kegiatan pelelangan
ikan menjadi ramai kembali seperti pada awal didirikannya. Kemudian
pernyataan ini diperkuat oleh Kasir TPI Panimbang (I3-2) pada wawancara
penelitian;
92
“Rencana manajer ingin mengembalikan fungsi TPI seperti dulu lagi aktivitas pelelangan ikan di Panimbang itu semuanya dilakukan disini, kalau dari Dinas tidak ada rencana yang diberikan untuk TPI disini”.
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis, dalam hal ini Tempat
Pelelangan Ikan memiliki inisiatif sendiri untuk membuat rencana dalam
mengelola Tempat Pelelangan Ikan, hal ini dikarenakan kondisi pelelangan
ikan yang semakin hari semakin sepi, aktivitas bongkar muat dan lelang ikan
mulai berkurang namun rencana kerja yang dibuat oleh manajer Tempat
Pelelangan Ikan tidak tertulis atau dibakukan (terdokumentasi) sehingga
mengakibatkan rencana yang di buat oleh manajer Tempat Pelelangan Ikan
tidak berjalan sesuai dengan apa yang di inginkan.
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan penelitian di atas
dapat disimpulkan bahwa rencana yang dibuat oleh Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Pandeglang dan UPT PPI/TPI Kecamatan Labuan
adalah menyiapkan sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi tinggi di
bidang kelautan dan perikanan guna menjalankan kegiatan pengelolaan
Tempat Pelelangan Ikan. Namun UPT PPI/TPI Labuan serta Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Pandeglang tidak memiliki standar operasional
(SOP) sehingga mengakibatkan kurang optimalnya proses penyelenggaraan
Tempat Pelelangan Ikan Panimbang. Namun dilapangan peneliti menemukan
program untuk mengelola Tempat Pelelangan Ikan dibuat oleh manajer
Tempat Pelelangan Ikan Panimbang, yaitu: Tempat Pelelangan Ikan
Panimbang ingin mengembalikan aktivitas pelelangan ikan menjadi ramai
kembali seperti pada awal didirikannya, namun program yang dibuat ini tidak
93
tertulis atu dibakukan sehingga program atau rencana yang telah dibuat
menjadi tidak efektiv.
Kemudian peneliti menanyakan kenapa Tempat Pelelangan Ikan
Panimbang sepi tidak ramai seperti dulu, dijelaskan oleh Manajer TPI
Panimbang (I3-1);
“Sudah beberapa tahun belakangan TPI sepi karena nelayan ada yang menjual ikan di tengah laut dan di Panimbang itu banyak TPI-TPI bayangan yang dibangun oleh juragan nelayan, jadi nelayan melelangkan ikannya tidak disini”
Dari wawancara di atas dapat dianalisis bahwa penyebab sepinya
aktivitas pelelangan ikan di Tempat Pelelangan Ikan Panimbang disebabkan
oleh aktivitas jual beli ikan yang dilakukan di tengah laut kemudian banyak
bermunculan Tempat Pelelangan Ikan bayangan di Panimbang yang dibangun
oleh para juragan nelayan Panimbang. Hal ini mengakibatkan kebocoran
penerimaan retribusi yang diterima oleh pemerintah Kabupaten Pandeglang.
Kemudian pernyataan di atas di pertegas oleh Kasir TPI Panimbang (I3-2);
“Sulit untuk melaksanakan program dari manajer karena di Panimbang sendiri nelayannya kurang kesadaran untuk melelangkan hasil tangkapannya di sini, nelayannya tidak mau membayar retribusi kemudian banyak TPI-TPI bayangan di Panimbang”
Dari hasil wawancara di atas dapat di analisis bahwa sepinya aktivitas
lelang ikan di Tempat Pelelangan Ikan Panimbang dipengaruhi oleh tingkat
kesadaran nelayan yang kurang dalam hal membayar retribusi yang
mengakibatkan nelayan enggan untuk melelangkan hasil tangkapannya di
Tempat Pelelangan Ikan Panimbang, hal ini kemudian di perparah oleh
94
munculnya Tempat Pelelangan Ikan bayangan yang dibangun oleh juragan
nelayan Panimbang.
Kemudian peneliti menanyakan apa yang sudah dilakukan untuk
mengembalikan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang agar menjadi ramai
kembali, dijelaskan oleh Manajer TPI Panimbang (I3-1);
“Saya sudah sering mengajak nelayan-nelayan untuk menjual ikannya di TPI Panimbang, himbauan serta arahan untuk membayar retribusi sudah sering saya lakukan tapi sulit nelayannya tidak mau sadar dengan retribusi. Kalau saya mau keras-keras ini sudah bukan zamanya nanti malah pada tidak mau sama sekali, dihalusin juga sama saja seperti ini. Jadi susah juga ini mengembalikan TPI Panimbang seperti dulu lagi kalau hanya saya yang memberi himbauan harusnya pemerintah daerah turun langsung”
Dari wawancara di atas dapat dianalisis bahwa upaya-upaya pemberian
himbauan dan arahan untuk melakukan pelelangan ikan di Tempat Pelelangan
Ikan Panimbang sudah diupayakan oleh manajer Tempat Pelelangan Ikan
Panimbang namun himbauan dan pengarahan yang diberikan tidak membuat
nelayan panimbang tergerak untuk menjual ikannya di Tempat Pelelangan
Ikan Panimbang karena tingkat kesadaran nelayan untuk membayar retribusi
rendah. Kemudian kendala yang di hadapi untuk membuat Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang ramai kembali terkendala karena kurangnya
dukungan dari pemerintah daerah setempat.
Kemudian selain tidak adanya standar operasional prosedur (SOP) yang
dibuat oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang,
pemerintah Kabupaten Pandeglang sendiri pun tidak memiliki peraturan
khusus untuk mengelola atau mengatur Tempat Pelelangan Ikan, dalam hal
95
ini aturan yang ada hanya aturan terkait besaran pemungutan retribusi sedang
peraturan terkait teknis pengelolaan perikanan atau Tempat Pelelangan Ikan
tidak ada, hal ini dijabarkan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (I1-1).
“Diatur oleh PERDA Nomor 11 tahun 2011 tentang Pendapatan Asli Daerah, tentang PAD. Retribusi dipungut 4% dari nelayan kemudian 2% untuk pengelola”.
Namun dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang tentang
Retribusi Jasa Usaha No. 11 tahun 2011 pada Paragraf 3 (tiga) mengenai
struktur dan besarnya tarif retribusi pelelangan ditetapkan sebesar 4% (empat
perseratus) dari nilai transaksi lelang, dalam peraturan daerah ini tidak ada
aturan mengenai penarikan retribusi sebesar 2% untuk pengelola Tempat
Pelelangan Ikan. Kemudian pernyataan berbeda dikemukakan oleh Kepala
UPT PPI/TPI Labuan (I2-1).
“Perda tahun 2011 tentang retribusi jasa usaha untuk disetor ke kas daerah sebesar 4%, kalau diluar itu ada kesepakatan bersama antara nelayan dan bakul ikan yang kemudian dibuat berita acara”.
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa penarikan retribusi
Tempat Pelelangan Ikan sebesar 4% hal ini tertulis pada Peraturan Daerah
Kabupaten Pandeglang No 11 Tahun 2011 tentang Retribusi jasa Usaha.
Namun dalam pelaksanaanya penarikan retribusi bisa mencapai 8% atas
kesepakatan yang dilakukan oleh nelayan, juragan nelayan dan pihak Tempat
Pelelangan Ikan. Kemudian hal ini di perjelas oleh Manajer TPI Panimbang
(I3-1).
96
“Tidak ada, kalau retribusi ada diatur dulu sama Perda tahun 2011, tapi dalam pelaksanaanya bisa berbeda, kalau retribusi sesuai dengan kesapakatan antara bakul ikan dan nelayan, karena kalau tidak seperti itu tempat pelelangan ikan tidak punya biaya operasional”
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa peraturan
mengenai pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan di kabupaten Pandeglang
belum ada. Kabupaten Pandeglang hanya memiliki peraturan mengenai
besarnya tarif retribusi jasa usaha. Hal ini kemudian diperjelas oleh Kasir TPI
Panimbang (I3-2);
“Peraturan retribusi saja paling, perda yang khusus mengatur atau mengelola Tempat Pelelangan Ikan tidak ada”
Dari wawancara di atas,dapat dianalisis seharusnya Pemerintah Daerah
Kabupaten Pandeglang memiliki peraturan khusus yang spesifik mengenai
pengelolaan perikanan laut serta peraturan mengenai Tempat Pelelangan Ikan
dikarenakan oleh luasnya wilayah perairan laut yang ada di Kabupaten
Pandeglang, guna meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat disekitar
laut juga bagi Penerimaan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pandeglang.
Kemudian peneliti menanyakan peraturan yang secara spesifik
mengatur aktivitas jual beli ikan dan pembangunan Tempat Pelelangan
Ikan.menurut Kepala Dinas Kelautan (I1-1) pada wawancara penelitian.
“Ada di peraturan menteri, semua ikan harus dijual di Tempat Pelelangan Ikan yang di bangun oleh pemerintah. TPI harus dibangun di tanah negara dan dibangun oleh pemerintah”
Dari hasil wawancara di atas informan mengemukakan bahwa peraturan
yang secara spesifik mengatur aktivitas jual beli ikan dan pembangunan
97
Tempat Pelelangan Ikan ada dalam Peraturan Menteri Kelautan Dan
Perikanan. Peraturan ini tertulis dalam Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor Per. 16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan pada pasal
bab V Pasal 6 Pembangunan Pelabuhan Perikanan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (1), sekurang-kurangnya wajib memenuhi persyaratan:
a. penetapan lokasi dari Pemerintah Kabupaten/Kota setempat;
b. persetujuan pembangunan dari Menteri.
Pernyataan ini kemudian diperkuat oleh Kepala UPT PPI/TPI Labuan
(I2-1) pada wawancara penelitian:
“Ada misalkan ikan aturannya harus dilelang di TPI, aturannya ada di Peraturan Menteri, nelayan tidak boleh menjual ikannya di tengah laut, kadang-kadang yang namanya di daerah kadang-kadang suka ada yang di plele (= aktivitas jual beli ikan ditengah laut), sebetulnya tidak boleh itu, harus di lelang di TPI tidak boleh jual ikan di laut, kenapa karena pemerintah sudah membangun TPI. Pemerintah membangunkan TPI untuk memudahkan nelayan sebetulnya”
Dari hasil wawancara dianalisis bahwa nelayan di Panimbang masih
ada yang melakukan aktivitas jual beli ikan di tengah laut dalam hal ini
nelayan tidak boleh melakukan aktivitas jual beli ikan di tengah laut karena
ketika melakukan aktivitas jual beli ikan di tengah laut tidak ada retribusi
yang diterima oleh Tempat Pelelangan Ikan, oleh karena itu pemerintah
daerah mengalami kebocoran dalam hal penerimaan retribusi.
Dari beberapa hasil wawancara dengan informan penelitian di atas
dapat disimpulkan seharusnya peraturan mengenai pengelolaan perikanan laut
dan peraturan pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan dibuat oleh pemerintah
daerah Kabupaten Pandeglang atau dibuat Dinas Kelautan dan Perikanan
98
yang mengetahui kondisi alam dan juga armada kelautan yang ada di
wilayahnya tersebut guna mendapatkan hasil yang efektif dan efisien. Jika
pemerintah daerah maupun Dinas Kelautan dan Perikanan memiliki peraturan
yang khusus secara spesifik menegenai pengelolaan perikanan laut juga
pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan bukan tidak mungkin Penerimaan Asli
Daerah akan meningkat juga kesejahteraan nelayan pun akan meningkat
ketaraf hidup yang lebih baik.
Selanjutnya untuk melakukan manajemen pengelolaan Tempat
Pelelangan Ikan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang juga
UPT PPI/TPI Dinas Kelautan dan Perikanan membutuhkan manajer Tempat
Pelelangan Ikan yang baik dan berwawasan luas mengenai kenelayanan dan
ikan guna memperoleh hasil maksimal dalam pengelolaan perikanan laut,
dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang
menjelaskan apa yang dibutuhkan untuk menentukan manajer yang baik dan
berwawasan luas. Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (I1-1) dalam
wawancara penelitian;
“Misalnya ketrampilannya ada keberanian, ada semacam wawasan tentang pengetahuan kenelayanan, kemudian tentang pengetahuan tentang jenis ikan, ini berkaitan dengan jenis ikan yang dijual dan dilelang, jadi manajer harus tau mana ikan yang mahal, mana ikan yang murah”
Menurut hasil wawancara di atas dapat dianalisis yang harus dimiliki
oleh manajer Tempat Pelelangan Ikan adalah mengenai wawasan tentang
jenis-jenis ikan laut, menurut informan penelitian sangatlah penting untuk
99
mengetahui jenis-jenis ikan agar tidak terjadi salah harga ikan juga tidak
merugikan bagi nelayan.
Hal lain untuk mengelola Tempat Pelelangan Ikan kemudian dijelaskan
oleh Kpala UPT PPI/TPI (I2-1) dalam wawancara penelitian;
“Yang diperlukan untuk mengelola TPI itu misalkan karcis lelang (=resi). Surat jalan, yang dimaksudkan ikan yang sudah dilelang ini mau berangkat ke Jakarta harus memakai surat jalan misalkan mau berangkat ke Jakarta berapa blong, ikan apa. Nanti ada petugas yang di Sidamukti ada petugas pemeriksaan hasil laut, nanti yang lewat DISHUB itu ada dipinggir jalan. Sarana prasana lain itu blong (=wadah ikan besar), trais (=wadah ikan), terus timbangan, freezer (=tempat pengawet ikan)kalau ga ada freezer es,cool box (=wadah pendingin ikan) dan kendaraan operasional”
Untuk manajemen pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan manajer yang
berwawasan luas juga mempunyai etos kerja yang tinggi harus dimiliki oleh
Tempat Pelelangan Ikan agar mampu menciptakan manajemen yang baik
juga menciptakan iklim kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan
Tempat Pelelangan Ikan, sarana pendukung lain juga harus disediakan agar
kegiatan pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan dapat berjalan dengan baik,
cepat dan maksimal.
Selain menyediakan manajer yang berwawasan tinggi juga mempunyai
etos kerja yang baik Tempat Pelelangan Ikan juga harus mempunyai
program-program dan standar operasional prosedur yang harus dilakukan
dalam periode tertentu agar tujuan utama di dirikannya Tempat Pelelangan
Ikan dapat tercapai. Dalam hal ini program pengelolaan perikanan maupun
pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan yang menyediakan adalah Dinas
Kelautan dan Perikanan juga UPT PPI/TPI Dinas Kelautan dan Perikanan
100
Labuan karena tugas pokok dan fungsi membuat rencana ada di Dinas
Kelautan dan Perikanan dan UPT PPI/TPI Dinas Kelautan dan Perikanan
Labuan sedangkan Tempat Pelelangan Ikan yang melaksanakan program-
program yang telah ditetapkan tersebut. Program yang telah dibuat oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang dijelaskan oleh Kepala Dinas
Kelautan dan Perikanan (I1-1 ) pada wawancara penelitan;
“Programnya dari DKP sendiri itu membentuk 14 TPI di Kabupaten Pandeglang, memberikan/membagi target retribusi ke masing-masing TPI yang ada di Kabupaten Pandeglang. target retribusinya ditentukan oleh pemerintah daerah”
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa program dari Dinas
Kelautan dan Perikanan adalah membentuk 14 (empat belas) tempat
pelelangan ikan, program pembentukan 14 (empat belas) tempat pelelangan
itu merupakan program pengelolaan sumber daya kelautan, selain
membangun 14 (empat belas) Tempat Pelelangan IkanDinas Kelautan dan
Perikanan juga memeberikan target retribusi kepada masing-masing Tempat
Pelelangan Ikan yang sudah dibangun tersebut. Dari hasil wawancara di atas
juga dapat dianalisis bahwa Dinas Kelautan dan Perikanan tidak memiliki
program yang secara khusus dibuat untuk mengelolaTempat Pelelangan Ikan.
Selanjutnya pernyataan berbeda dinyatakan oleh Kepala UPT PPI/TPI
Labuan (I2-1);
“Kalau sifatnya yang dari UPT program tidak ada, programnya dari Dinas Kelautan. Kalau dari UPT cuma sesuai dengan tupoksi UPT mengevaluasi takut ada terjadinya monopoli harga, selanjutnya monitoring, pembinaan ke nelayan. Kalau program ada di masing-masing bidang. TPI itu ada dibidang perairan tangkap programnya”.
101
Dari wawancara di atas dapat dianalisis bahwa tidak ada program yang
secara spesifik untuk mengatur kegiatan pengelolaan Tempat Pelelangan
Ikan. Sedangkan UPT PPI/TPI Dinas Kelautan dan Perikanan Labuan tidak
mempunyai program kerja untuk kegiatan pengelolaan Tempat Pelelangan
Ikan sedangkan dalam Bab X Pasal 63-66 Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun
2008 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Daerah
Kabupaten Pandeglang UPT PPI/TPI diantaranya mempunyai tugas
Penyusunan bahan kebijakan operasional UPT Pangkalan Pendaratan dan
Pelelangan Ikan Kecamatan Labuan, menyusun rencana kerja UPT Pangkalan
Pendaratan dan Pelelangan Ikan Kecamatan Labuan.
Selanjutnya peneliti menanyakan hal yang serupa kepada pihak
pelelangan ikan Panimbang, adakah program khusus yang diberikan oleh
Dinas Kelautan dan Perikanan maupun UPT PPI/TPI kepada Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang. Dijelaskan oleh Manajer TPI Panimbang (I3-1):
“Programnya itu memberikan target retribusi saja, kalau program yang untuk penegelolaan tidak ada. Mengelola TPI bagaimana kita aja sebagai petugas TPI”.
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa program yang
diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan maupun dari UPT PPI/TPI
hanya memberikan target retribusi sedangkan program-program yang secara
khusus untuk pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan tidak ada. Kemudian
pernyataan di atas ditambahkan oleh Kasir TPI Panimbang (I3-2):
“Tidak ada program khusus yang diberikan oleh Dinas maupun UPT, programnya itu saja ada target retribusi yang diberikan ke TPI. Jadi kita berinisiatif sendiri membuat programnya untuk memenuhi beban retribusi yang sudah diberikan”.
102
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa Dinas Kelautan
dan Perikanan serta UPT PPI/TPI tidak mempunyai program yang secara
khuusus untuk mengelola Tempat Pelelangan Ikan selain memeberikan target
retribusi kepada Tempat Pelelangan Ikan Panimbang, untuk pengelolaanya
Tempat Pelelangan Ikan harus memiliki inisiatif sendiri agar bisa memenuhi
target retribusi yang telah diberikan.
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan penelitian di atas
dapat disimpulkan bahwa program yang diberikan adalah memberikan target
retribusi kepada Tempat Pelelangan Ikan, namun Dinas Kelautan dan
Perikanan serta UPT PPI/TPI tidak memiliki program yang secara khusus
mengatur jalannya pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan agar bisa memenuhi
beban retribusi yang telah diberikan kepada Tempat Pelelangan Ikan
Panimbang sehingga masalah-masalah yang muncul di Tempat Pelelangan
Ikan Panimbang terkait masalah retribusi belum bisa ditanggulangi.
4.3.2 Organizing (pengorganisasian)
Organizing mencakup: membagi komponen-komponen kegiatan yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan kedalam kelompok-kelompok, membagi
tugas kepada seorang manajer untuk mengadakan pengelompokan tersebut
dan menetapkan wewenang diantara kelompok atau unit-unit organisasi.
Pengorganisasian berhubungan erat dengan manusia, sehingga pencaharian
dan penugasannya ke dalam unit-unit organisasi dimasukkan sebagai bagian
dari unsur organizing. Ada yang tidak berpendapat demikian, dan
103
memasukan staffing sebagai fungsi utama. Di dalam setiap kejadian,
pengorganisasian melahirkan peranan kerja dalam struktur formal dan
dirancang untuk memungkinkan manusia bekerja sama secara efektif guna
mencapai tujuan bersama (Terry, 2008:17).
Pada penelitian tahap pengorganisasian juga menjadi tahapan yang
paling penting dalam melakukan manajemen pengelolaan pada Tempat
Pelelangan Ikan, pengorganisasian dalam manajemen pengelolaan pelelangan
ikan salah satunya adalah memberikan arahan-arahan pada manajer dalam
periode waktu tertentu. Seperti yang dijelaskan oleh Kepala Dinas Kelautan
dan Perikanan (I1-1) yaitu;
“Ada setiap satu bulan sekali diadakan rapat evaluasi, pemberdayaan target dan strategi ke manajer”.
Dari wawancara di atas dapat dianalisisbahwa pengarahan yang
dilakukan sudah baik karena dilakukan secara berkelanjutan agar kinerja
manajer Tempat Pelelangan Ikan menjadi lebih membaik.Kemudian
pernyataan di atas ditambahkan oleh Kepala UPT PPI/TPI Labuan (I2-1);
“Kalau pembagian kerja itu terus setiap hari. Ada juga rapat setiap satu bulan sekali dan tiga bulan sekali”
Dalam hal pemberian arahan dinilai cukup bagus karena memiliki
waktu yang cukup banyak dan sering dilakukan, pengarahan disini juga tidak
hanya dari satu unit kerja. Pemeberian arahan dilakukan oleh dua unit kerja
yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan dan juga UPT PPI/TPI Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, pernyataan yang sama juga
dikemukakan kemudian oleh Manajer TPI Panimbang (I3-1);
104
“Ada, satu bulan sekali, kadang-kadang dua bulan sekali ke UPT diadakan rapat ”
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pengarahan yang
dilakukan sudah cukup baik karena dilakukan secara berjenjang dan
berkelanjutan. Pengarahan yang dimaksud adalah pengarahan yang dilakukan
di UPT PPI/TPI maupun pengarahan yang diberikan langsung ke Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang, serta rapat evaluasi pengelolaan Tempat
Pelelangan Ikan, selanjutnya ditambahkan oleh Kasir TPI Panimbang (I3-2);
“Pengarahan ada, sering ada rapat evaluasi dan kunjungan kerja kesini, tapi belum ada perubahan signifikan dari hasil rapat-rapat dan kunjungan kerja, Tempat Pelelangan Ikan disini masih sepi saja”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pengarahan yang
dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan serta UPT PPI/TPI sudah
cukup baik karena dilakukan secara berkala namun menurut informan di atas,
dari hasil rapat-rapat dan kunjungan kerja yang telah dilakukan oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan serta UPT PPI/TPI tidak memberikan perubahan
yang signifikan dalam pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang
aktivitas pelelangan ikan Panimbang masih sepi dari kegiatan pelelangan
ikan.
Kemudian bentuk pengorganisasian yang lain adalah menyiapkan
komponen-komponen yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan
pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan. Komponen-komponen ini diperlukan
unuk menjunjang kegiatan pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang
agar kegiatan pelelangan ikan dapat berjalan dengan baik efektif dan efisien.
105
Menurut hasil wawancara penelitian, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
(I1-1) menjelaskan apa saja yang dibutuhkan dalam pelelangan ikan, yaitu;
“Komponennya pegawai sama bangunan Tempat Pelelangan Ikan serta sarana kelautan seperti dermaga”
Dari wawancara di atas komponen-kompenen yang harus dimiliki oleh
Tempat Pelelangan Ikan adalah pegawai pelelangan ikan, bangunan Tempat
Pelelangan Ikan serta sarana prasarana kelautan seperti dermaga. Komponen-
komponen ini merupakan komponen utama dalam kegiatan pengelolaan
Tempat Pelelangan Ikan di Tempat Pelelangan Ikan Panimbang. Kemudian
ditambahkan oleh Kepala UPT PPI/TPI Labuan (I2-1) pada wawancara
penelitian;
“Manajer, staf, gedung TPI dan dermaga”
Pernyataan serupa pun dinyatakan oleh informan penelitian yang lain,
komponen utama dalam kegiatan pelelangan ikan adalah pegawai Tempat
Pelelangan Ikan (manajer beserta staf), bangunan Tempat Pelelangan Ikan
kemudian sarana prasarana laut seperti dermaga. Namun dalam penelitian ini
muncul masalah dalam komponen pendukung pengelolaan tempat pelelangan
ikan seperti dinyatakan oleh Manajer TPI Panimbang (I3-1);
“Muara komponen utamanya untuk keluar masuk kapal, kapal saya sendiri tenggelam karena muaranya dangkal, terus kemarin juga ada yang kena benturan kayu baling-balingnya patah. Kemudian muncul tantangan untuk pemerintah, nelayan mau membayar retribusi ke TPIkalau muaranya di perbaiki dilakukan pengerukan”
Dari wawancara di atas dapat di ketahui bahwa komponen utama untuk
mendukung kegiatan manajemen pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan
106
memiliki kendala yaitu dangkalnya muara sungai, muara sungai merupakan
komponen utama dalam kegiatan pelelangan ikan karena muara sungai
merupakan satu-satunya akses utama kegiatan pencarian ikan bagi nelayan.
Kemudian ditambahkan oleh Kasir TPI Panimbang (I3-2);
„Pegawai, bangunan TPI yang layak (=luas), sarana penghubung jalur nelayan seperti muara sama lampu mercusuar”
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis komponen yang
dibutuhkan dalam manajemen pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan yaitu
manajer beserta staf, kemudian bangunan Tempat Pelelangan Ikan dan sarana
prasarana laut seperti muara, dermaga serta lampu mercusuar. Komponen-
komponen tersebut berperan sangat penting dalam kegiatan pengelolaan
pelelangan ikan untuk menunjang kegiatan pelelangan ikan juga sebagai
sarana penunjang kegiatan nelayan untuk melaut juga mendaratkan
perahunya. Namun dalam penelitian ini ditemukan bahwa muara sungai di
Panimbang terjadi pendangkalan sehingga menghambat kegiatan nelayan
Panimbang untuk melakukan aktivitas kenelayanannya. Sampai saat ini
belum ada upaya pengerukan kembali muara sungai, pihak pelelangan ikan
sebagai pihak yang mengetahui jelas keadaan muara sungai di Panimbang
sudah berupaya mengajukan pengerukan sungai ke Dinas Kelautan dan
Perikanan namun sampai dengan saat ini belum ada pengerukan muara
sungai.
Kemudian komponen lain yang dibutuhkan Tempat Pelelangan Ikan
dijelaskan oleh Manajer TPI Panimbang (I3-1);
107
“ Komponen penting lainnya adalah pendanaan, nelayan ingin uang cash ketika ikannya dilelangkan, yang jadi kendala tapi TPI tidak punya simpanan untuk menalangi hasil pelelangan ikan”
Dari wawancara di atas dapat di ketahui bahwa masalah yang terjadi
adalah terbatasnya pendanaan untuk Tempat Pelelangan Ikan Panimbang.
Pendanaan yang dimaksud adalah untuk menalangi ikan-ikan hasil lelang
yang dilakukan, menurut wawancara di atas nelayan di Panimbang ketika
melelangkan ikan di Panimbang ingin langsung dilunasi atau dibayar cash
oleh Tempat Pelelangan Ikan Panimbang. Namun dalam hal ini Tempat
Pelelangan Ikan tidak memiliki kewajiban untuk membayar seluruh ikan
hasil lelang yang dilakukan dikarenakan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang
adalah sebagai perantara penjualan ikan antara nelayan dengan bakul agar
tidak terjadi monopoli harga serta guna menjaga kualitas ikan hasil tangkapan
nelayan, Tempat Pelelangan Ikan Panimbang bukan sebagai pembeli ikan
hasil tangkapan nelayan.
Dalam hal ini pihak Dinas Kelautan memberikan jawaban atas
dangkalnya muara sungai seperti yang dikemukakan oleh Kepala Dinas
Kelautan dan Perikanan (I1-1);
“Untuk sementara ini memang dermaga belum bisa dibangun karena anggaran yang belum ada, tapi pengajuan-pengajuan ke instansi lainnya yang terkait sudah diupayakan. Namun belum bisa terealisasikan karena anggaran yang belum ada”
Menurut wawancara di atas dapat dianalisis bahwa Dinas Kelautan dan
Perikanan sudah berupaya untuk melakukan pengerukan dermaga sungai
yang dangkal namun masih terkendala oleh anggaran. Namun menurut
peneliti selain anggaran yang belum tersedia untuk mengeruk dermaga Dinas
108
Kelautan dan Perikanan tidak serius untuk menyediakan salah satu komponen
pendukung pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan tersebut karena
pendangkalan sungai ini sudah terjadi bertahun-tahun. Kemudian
ditambahkan oleh Kepala UPT PPI/TPI Labuan (I2-1);
“Jadi masalah muara itu memang Dinas Kelautan sudah beberapa kali mengajukan ke Dinas Kelautan pusat, sementara ini mungkin kewenangan ada dari Dinas PU sumber daya air, jadi harus harus kerjasama antara Dinas Kelautan dan sumberdaya air, jadi pendanaanya itu belum ada. Pengajuansudah beberapa kali tapi harus kerjasama, jadi dana itu harus kerjasama dari dinas kelautan dengan sumber daya air.Kalau sendiri satu SKPD tidak mungkin karna APBD kecil. Memang bapak Kepala Dinas sudah mengajukan beberapa kali tapi belum terealisasi. Memang itu yang jadi keluhan nelayan Panimbang, muara dangkal”
Dari wawancara di atas sudah ada upaya yang dilakukan namun masih
terkendala dari anggaran yang ada, kemudian respon dari satuan kerja lain
pun belum mendukung pengajuan yang sudah dilakukan oleh Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Pandeglang. Perlu adanya kerjasama antar
beberapa satuan kerja pada dinas pemerintah Kabupaten Pandeglang untuk
mengeruk muara sungai Panimbang yang mengalami pendangkalan.
Selanjutnya selain komponen-kommponen pendukung seperti bangunan
tempat pelelangan, sarana prasarana laut sepeti dermaga dan mercusuar serta
alat-alat pelelangan ikan seperti blong, cool box, timbangan, trais, freezer
serta kendaraan operasional pelelangan ikan dan karcis lelang. Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang juga harus memiliki anggaran untuk membiayai
operasional pegawai Tempat Pelelangan Ikan Panimbang. Dari hasil
penelitian yang dilakukan Tempat Pelelangan Ikan tidak memiliki anggaran
khusus dari Dinas Keluatan dan Perikanan Kabupaten Pandeglangmaupun
109
dari Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang, seperti yang dikemukakan
oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (I1-1);
“Anggaran langsung tidak ada untuk TPI, TPI mencari sendiri anggaran tersebut caranya dengan memungut retribusi dari proses pelelangan, TPI berhak memungut retribusi sebesar 6% (4% untuk pemerintah daerah, 2% untuk biaya operasional TPI)”.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa anggaran untuk
Tempat Pelelangan Ikan tidak disediakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan
maupun oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang, tempat pelelangan
harus bekerja sebaik mungkin untuk mendapat anggaran untuk seluruh biaya
yang dikeluarkan. Artinya Tempat Pelelangan Ikan harus mencari sendiri
anggaranTempat Pelelangan Ikan, anggaran tempat pelelangan dihasilkan dari
hasil penarikan retribusi dari aktivitas pelelangan ikan yang dilakukan yaitu
sebesar 2% (dua perseratus). Selanjutnya pernyataan di atas ditambahkan oleh
Kepala UPT PPI/TPI Labuan (I2-1);
“Tidak ada. Hanya ada bantuan hibah saja, tapi sifatnya bukan ke TPI, hibahnya diberikan ke kelompok nelayan, tapi kelompok nelayan yang menjual ikan ke TPI, mekanismenya kelompok nelyan harus membuat proposal. Kalau TPI itu mengambil dari retribusi 2% untuk biaya operasionalnya”
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Tempat Pelelangan
Ikan tidak mendapatkan anggaran dari Dinas maupun dari pemerintah daerah
Tempat Pelelangan Ikan harus mencari sendiri anggaran yang dibutuhkan
Tempat Pelelangan Ikan dengan menarik retribusi dari kegiatan lelang yang
di lakukan oleh Tempat Pelelangan Ikan yaitu sebesar 2% (dua
perseratus).Kemudian diperjelas oeh Manajer TPI Panimbang (I3-1);
110
“Kita tidak adaanggaran dari pemerintah, kita hanya dari 2% retribusi”
Kemudian ditambahkan oleh Kasir TPI Panimbang (I3-2);
“Tidak ada, anggaran untuk biaya operasional dari retribusi, 4% untuk pemerintah, 2% untuk TPI”.
Dari kedua hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa Tempat
Pelelangan Ikan tidak memiliki anggaran khusus yang diberikan oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan maupun dari UPT PPI/TPI. Dalam anggaran untuk
membiayai seluruh aktivitas kegiatan pelelangan ikan anggaran didapat dari
hasil pemungutan retribusi pelelangan ikan yaitu sebesar 2% ( dua perseratus)
dari hasil kegiatan pelelangan ikan.
Dari hasi wawancara dengan beberapa informan penelitian dapat
dianalisis bahwa anggaran sangat penting dalam kegiatan manajemen,
anggaran dibutuhkan untuk memperlancar semua kegiatan Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang. Untuk mendapatkan hasil yang optimal Tempat
Pelelangan Ikan harus memiliki anggaran yang cukup untuk melakukan
kegiatan manajemen pengelolaan pelelangan ikan. Karena tidak ada anggaran
yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang
maupun Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang, Tempat Pelelangan Ikan
tidak dapat memberikan upah yang pasti kepada pegawainya, upah yang
diberikan kepada pegawai pelelangan ikan Panimbang diberikan berdasarkan
penerimaan retribusi yang diterima Tempat Pelelangan Ikan, apabila tidak ada
retribusi yang masuk pegawai Tempat Pelelangan Ikan tidak mendapatkan
upah.
111
4.3.3 Actuating (pelaksanaan)
Actuating, atau disebut juga “gerakan aksi” mencakup kegiatan yang
dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang
ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan
dapat tercapai. Actuating mencakup penetapan dan pemuasan kebutuhan
manusiawi dari pegawai-pegawainya, memberi penghargaan, memimpin,
mengembangkan dan memberi komponsasi kepada mereka.
Dalam proses manajemen pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan tidak
terlepas dari berbagai masalah pelaksanaan, masalah yang muncul dalam
pelaksanaan pengelolaan tempat pelelangan ikan Panimbang begitu
kompleks, dalam penelitian ini peneliti mencoba mengungkap masalah-
masalah yang muncul dalam manajemen pengelolaan tempat pelelangan ikan
Panimbang.
Setelah memberikan pengarahan-pengarahan khusus Tempat
Pelelangan Ikan juga di berikan target pencapaian retribusi oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang serta UPT PPI/TPI Dinas
Kelautan dan Perikanan Labuan, yang jumlahnya disesuaikan oleh armada
kelautan yang ada serta jumlah nelayan yang ada di wilayah tertentu seperti
dinyatakan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (I1-1);
“Ada, masing-masing TPI memiliki target dalam pemungutan retribusi, TPi diberikan target berdeda-beda, dibagi-bagi menurut keadaan alam dan jumlah armada kelautannya, untuk TPI Panimbang sebesar 115 juta kurang lebih”
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pemberian target
retribusi diukur dari kondisi alam serta jumlah armada kelautan yang ada
112
didaerah tempat pelelangan, di Tempat Pelelangan Ikan Panimbang target
retribusi yang diberikan adalah sebesar 115 juta. Kemudian di tambahkan
oleh Kepala UPT PPI/TPI Labuan (I2-1);
“Ada ada, TPI harus mengumpulkan retribusi yang sudah diberikan oleh Dinas Kelautan. Jumlahnya sesuai denganjumlah nelayan serta perahu. tidak mungkin kalau TPI yang sedikit jumlah nelayannya diberikan target yang besar”
Dari wawancara di atas dapat dianalisis bahwa Tempat Pelelangan Ikan
harus mengumpulkan retribusi sesuai dengan yang sudah ditetapkan oleh
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, target yang diberikan
disesuaikan dengan jumlah nelayan serta jumlah armada kelautan yang ada di
daerah Tempat Pelelangan Ikan. Kemudian diperjelas oleh Manajer TPI
Panimbang (I3-1);
“Ada 115 juta lebih diberikana oleh Dinas Kelautan dan Perikanan, kita harus memenuhi itu dalam satu tahun”
Dari wawancara di atas menurut informan penelitian dapat diketahui
Tempat Pelelangan Ikan Panimbang diberikan target sebesar Rp. 115,775,000
oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang. Selanjutnya
ditambahkan oleh Kasir TPI Panimbang (I3-2);
“Target tinggi 115 juta tapi kondisinya seperti ini susah, tapi jika aktivitas lelang berjalan jangankan 115 juta lebih sanggup, kalau semua aktivitas lelang disini”
Menurut hasil wawancara di atasTempat Pelelangan Ikan Panimbang
memiliki target retribusi sebesar Rp. 115,775,000 namun dalam pelaksanaan
pemungutan retribusi Tempat Pelelangan Ikan kesulitan untuk
mengumpulkannya di karenakan oleh kurangnya kegiatan lelang ikan yang di
113
lakukan di Tempat Pelelangan Ikan Panimbang. Jika melihat jumlah nelayan
beserta armada laut yang ada di wilayah Tempat Pelelangan Ikan Panimbang
target yang diberikan sudah sesuai namun karena aktivitas pelelangan ikan
yang sedikit Tempat Pelelangan Ikan sulit untuk memenuhi target retribusi
tersebut.
Hal terkait retribusi di atas kemudian diperjelas oleh data penarikan
retibusi TPI yang disajikan pada tabel dibawah;
Tabel 4.4
Target Retribusi TPI Januari s/d Desember 2014
2014 Target (Rp)
Realisasi (Rp)
Sisa target (Rp)
Pencapaian target (%)
TPI Panimbang 115,775,000 41.127.016 74.647.984 35,52
(Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang 2014)
Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat target retribusi Tempat Pelelangan
Ikan Panimbang pada tahun 2014 sebesar Rp. 115,775,000. Sementara
realisasi pencapaian target retribusi Tempat Pelelangan Ikan Panimbang pada
tahun 2014 sebesar Rp. 40,363,000, sisa target yang belum terpenuhi sebesar
Rp. 75.412.000. Jadi pencapaian target Tempat Pelelangan Ikan Panimbang
hanya mencapai 35,52% sedangkan target yang dicapai secara keseluruhan
adalah 100% untuk retribusi TPI tersebut.
114
Tabel 4.5
Target Retribusi TPI Januari s/d Desember 2014
2014 Target (Rp)
Realisasi (Rp)
Sisa target (Rp)
Pencapaian target (%)
TPI Panimbang 115,775,000 12.053.166 103.721.834 10,41
(Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang 2015)
Dari tabel 4.5 di atas dapat diketahui target retribusi Tempat Pelelangan
Ikan Panimbang pada tahun 2015 sebesar Rp. 115,775,000. Sementara
realisasi pencapaian target retribusi Tempat Pelelangan Ikan Panimbang pada
tahun 2015 (Januari-Juni) sebesar Rp. 12.053.166, sisa target yang belum
terpenuhi sebesar Rp. 103.721.834. Jadi pencapaian target Tempat Pelelangan
Ikan Panimbang pada tahun 2015 (januari-juni) adalah 10,41% sehingga
target Tempat Pelelangan Ikan Panimbang yang belum terpenui adalah
89,59%.
Kemudian setelah pembagian target retribusi yang telah ditentukan oleh
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang kemudian di berikan
tenggang waktu untuk mencapai atau melunasi beban target yang telah di
tentukan sebelumnya. Peneliti mencoba menanyakan berapa lama tenggang
waktu yang diberikan untuk mencapai target retribusi tersebut, yang
dikemukakan di jawab oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (I1-1);
“Satu tahun. Satu tahun harus tercapai itu target retribusi, kalautidak tercapai ya jadi hutang untuk TPI tersebut”
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa target pencapaian
retribusi Tempat Pelelangan Ikan adalah satu tahun, apabila target retribusi
115
tersebut tidak dapat terpenuhi dalam satu tahun maka akan menjadi beban
hutang yang harus dibayarkan oleh Tempat Pelelangan Ikan dalam tahun
berikutnya. Kemudian ditambahkan oleh Kepala UPT PPI/TPI Labuan (I2-1);
“Target itu satu tahun. Harus tercapai semua,kalautidak nanti kena sanksi hutang untuk TPI, TPI punya hutang ditambah bunganya 2% jikatidak terpenuhi targetnya”
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pencapaian target
retribusi Tempat Pelelangan Ikan adalah dalam satu tahun, apabila tidak
tercapai maka akan menjadi beban hutang untuk Tempat Pelelangan Ikan
kemudian hutang tersebut akan ditambahkan bunga hutang sebesar 2% (dua
perseratus). Selanjutnya pernyataan di atas ditambahkan oleh Manajer TPI
Panimbang (I3-1);
“Satu tahun targetnya harus terpenuhi, kalau tidak terpenuhi nanti jadi hutang untuk TPI”
Kemudian pernyataan di atas di perkuat oleh Kasir TPI Panimbang (I3-
2);
“Satu tahun targetnya harus terpenuhi, kita harus berusaha memenuhi target itu kalau tidak mau kena hutang di tahun depannya”
Dari hasil dua wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa
pencapaian target retribusi Tempat Pelelangan Ikan Panimbang harus
terpenuhi dalam jangka waktu satu tahun. Pencapaian target tersebut harus
terpenuhi 100% apabila tidak terpenuhi 100% maka akan menjadi beban
hutang untuk periode tahun berikutnya dan ditambah bunga sebesar 2%.
Namun dalam pelaksanaan pemungutan retribusi tidak terlepas dari berbagai
116
masalah yang muncul. Kemudian peneliti menanyakan kenapa target retribusi
yang diberikan pemerintah daerah untuk Tempat Pelelangan Ikan sulit tercapai
dalam rentang waktu satu tahun, jika dilihat dari jumlah nelayan dan armada
laut yang ada di wilayah Tempat Pelelangan Ikan Panimbang target yang
diberikan oleh pemerintah daerah seharusnya dapat terpenuhi. Dijelaskan oleh
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (I1-1) hambatan yang terjadi dalam
pemungutan retribusi;
“Kendala utamanya cuaca (musim hujan)”
Menurut hasil wawancara di atas kendala utama yang dihadapi oleh
Tempat Pelelangan Ikan adalah masalah cuaca. Kemudian peneliti
menanyakan kembali, kenapa cuaca berpengaruh dalam pencapaian retribusi.
Dijelaskan oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (I1-1) dalam
wawancara penelitian;
“Mayoritas nelayan Panimbang takut melaut jika kondisi cuaca sedang buruk karena membahayakan para awak kapalnya dan hasil tangkapanya juga tidak banyak jika cuaca sedang buruk”
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa masalah cuaca
berpengaruh kepada penerimaan retribusi karena mayoritas nelayan di
Panimbang tidak berani berlayar mencari ikan karena dalam cuaca yang
buruk ditengah laut sangat beresiko kepada keselamatan parak awak kapal
nelayan tersebut dan juga ketika cuaca sedang buruk tangkapan nelayan
mengalami penurunan. Kemudian pernyataan di atas ditambahkan oleh
Kepala UPT PPI/TPI Labuan (I2-1);
117
“Kendalanya musim cuaca buruk, seperti bulan November Desember nelayan tidak ada kegiatan melaut. Biasanya kerja TPI itu tidak 12 (duabelas) bulan dan tidak 30 (tigapuluh) hari kerjanya 10(sepuluh) bulan yang dua bulan kena cuaca buruk, kadang-kadang hanya 7 (tujuh) bulan kalau musim hujannya panjang”
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis cuaca buruk sangat
berpengaruh terhadap kerja nelayan dalam mencari ikan, pada bulan-bulan
tertentu seperti November dan Desember nelayan tidak ada kegiatan mencari
ikan kemudian apabila cuaca buruk berlangsung lama nelayan bisa
menganggur selama lima bulan, hal ini mengakibatkan penerimaan retribusi
tidak terpenuhi. Kemudian ditambahkan oleh Manajer TPI Panimbang (I3-1);
“Kondisi alam, kalau sedang ombak tinggi nelayan tidak berani melaut”
Menurut wawancara di atas dapat di ketahui bahwa kondisi alam atau
cuaca sedang buruk maka penerimaan retribusi akan menurun drastis
dikarenakan mayoritas nelayan tidak berani untuk berangkat mencari ikan
karena resiko kesalamatan yang terancam. Kemudian peneliti menanyaka
pertanyaan serupa kepada nelayan Panimbang, kemudian dijawab oleh
Juragan Nelayan (I4-1);
“Cuaca, cuaca itu hambatan paling susah karena dari alam, jadi tidak bisa ditloak, nelayannya jadi tidak berani melaut takut terjadi hal buruk ditengah laut”
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa cuaca buruk
merupakan faktor penghambat bagi nelayan Panimbang, karena cuaca buruk
yang datang dari alam yang tidak bisa di hindari nelayan takut untuk
melakukan aktivitas kenalayanannya karena takut terjadi hal buruk ketika
118
berada di laut. Pernyataan ini kemudian ditambahkan oleh Juragan Nelayan
(I4-2);
“Kalau sekarang ini cuaca yang tidak mendukung, susah mau melautnya juga ombaknya besar takut nelayan mau berangkat melautnya”
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa cuaca yang tidak
mendukung menjadi penghambat bagi nelayan dalam mencari ikan, mayoritas
nelayan Panimbang takut melaut pada saat kondisi cuaca sedang tidak baik di
karenakan cuaca yang buruk itu bisa mengancam kesalamatan nelayan ketika
sedang mencari ikan. Kemudian ditambahkan oleh Nelayan Panimbang (I5-2);
“Cuacanya sedang tidak bagus sekarang ini, nelayan di sini sekarang sedang menganggur tidak berani berangkat melaut ombaknya besar sama takut petir kalau cuaca sedang seperti ini, didarat sama dilaut itu beda, lebih bahaya dilaut”.
Dari hasil wawancara di atas dapat di ketahui bahwa cuaca buruk
menjadi kendala nelayan dalam mencari ikan, kondisi laut yang berbahaya
mengakibatkan nelayan Panimbang tidak melaut mencari ikan, pada kondisi
cuaca buruk nelayan di Panimbang menganggur menunggu sampai kondisi
cuaca membaik.Ditambahkan Nelayan Panimbang (I5-4);
“Kalau sedang musim begini mau ngelautnya juga takut, tidak ada yang berani kelaut kalau lagi musim angin barat”
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa cuaca sangat
berperan penting dalam aktivitas kenelayanan, nelayan sangat bergantung
pada kondisi cuaca saat melakukan ikan di laut. Ketika laut dalam kondisi
yang buruk nelayan tidak akan melakukan aktivitas kenelayanannya karena
119
bisa membahayakan jiwa para awak kapal. Ditambahkan Nelayan Panimbang
(I5-5);
“Kalau musim seperti ini cuaca yang menghambat tidak ada yang berani melaut, cuacanya sedang tidak baik, kalau di laut ombaknnya besar-besar itu bisa sampai 15 meter lebih”.
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa kondisi cuaca yang
buruk dapat menghambat nelayan dalam melakukan penangkapan ikan,
nelayan tidak akan berani mencari ikan dalam kondisi cuaca yang buruk
dikarenakan hasil tangkapan yang menurun juga cuaca yang buruk dapat
mengancam keselamatan nelayan tersebut. Ditambahkan Nelayan Panimbang
(I5-6);
“cuaca susah dilawan, tidak bisa kelaut kalau lagi cuaca buruk seperti ini”.
Dari hasil wawancara diatas dapat di ketahui bahwa nelayan tidak bisa
berangkat kelaut dalam kondisi cuaca yang buruk, menurut wawancara di atas
cuaca yang buruk tidak bisa dilawan oleh nelayan karena sangat berbahaya,
nelayan harus menunggu cuaca membaik ketika akan melakukan aktivitas
mencari ikan.
Kemudian peneliti mencoba menanyakan apakah ada masalah lain yang
terjadi terkait tidak terpenuhiinya target retribusi yang diberikan untuk
Tempat Pelelangan Ikan Panimbang. Dijelaskan oleh Kepala UPT PPI/TPI
Labuan (I2-1) dalam wawancara penelitian;
“kerja TPI dipotong oleh bulan purnama, kalau terang bulan nelayan tidak bisa mencari ikan, kerja TPI paling maksimal itu 20 (duapuluh) hari karena terbentur terang bulan”.
120
Dari hasil wawancara di atas dapat di ketahui bahwa bulan purnama
juga menjadi kendala nelayan untuk mencari ikan sehingga mengakibatkan
kerja Tempat Pelelangan Ikan dalam satu bulan kerja itu tidak mencapai 30
(tigapuluh) hari melainkan hanya 20 (duapuluh) hari karena tidak ada
aktivitas mencari ikan yang disebabkan oleh bulan purnama.
Kemudian pernyataan serupa terkait kendala cuaca buruk dan bulan
purnama juga dikemukakan oleh Manajer TPI Panimbang (I3-1);
“Selain cuaca buruk terang bulan (=bulan purnama) juga menjadi salah satu kendala nelayan dalam mencari ikan, terutama nelayan kecil yang kerjanya sehari, terutama nelayan yang mengandalkan cahaya lampu untuk memancing ikan”
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa bulan purnama
menjadi salah satu faktor penghambat bagi nelayan dalam melakukan
aktivitas kenelayanannya, pada saat terang bulan nelayan tidak bisa mencari
ikan terutama nelayan kecil yang mengandalkan cahaya lampu untuk
memancing ikannya. Kemudian peneliti menanyakan kenapa terang bulan
(=bulan purnama) menjadi faktor penghambat nelayan dalam mencari ikan.
Kemudian dijelaskan oleh Juragan Nelayan (I4-1);
“kalau terang bulan ikan tangkapannya sedikit, soalnya laut sudah terang karena cahaya bulan, kitakan menggunakan lampu untuk memancing ikan berkumpul”
Ditambahkan pula oleh Juragan Nelayan (I4-3);
“kalau bulan purnama ikannya susah ditangkap karena lautnya sudah terang, kitakan untuk nyari ikan mengandalkan lampu agar ikannya berkumpul”
121
Dari dua hasil wawancara di atas dapat di ketahui bahwa saat terang
bulan nelayan tidak akan melakukan aktivitas penangkapan ikan dikarenakan
oleh penggunaan cahaya lampu yang tidak akan maksimal dalam memancing
ikan, karena kondisi laut yang sudah diterangi oleh cahaya bulan, dalam
kondisi seperti ini ikan hasil tangkapan akan berkurang sehingga nelayan
tidak berangkat mencari ikan pada saat terang bulan. Ditambahkan Nelayan
Panimbang (I5-3);
“ikan jarang muncul kalau purnama, ikannya bermigrasi ke laut yang lebih dalam untuk menghindari cahaya terang bulan, biasanya kita mamanfaatkan kondisi terang bulan untuk memperbaiki jaring di darat”
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa ketika bulan
purnama hasil tangkapan ikan akan menurun karena ikan bermigrasi ke laut
yang lebih dalam untuk menghindari cahaya bulan purnama, oleh karena hal
tersebut nelayan tidak pergi ke laut untuk mencari ikan, nelayan lebih
memilih untuk memperbaiki jaringnya di darat.
Karena mayoritas nelayan Panimbang adalah nelayan tradisonal, salah
satu cara tradisonal dalam penangkapan ikan adalah penggunaan cahaya
untuk menarik perhatian ikan. Cahaya digunakan untuk menarik perhatian
ikan-ikan yang bersifat fototaksis positif dan akan direspon dengan
berkumpulnnya ikan pada suumber cahaya atau catchable area tertentu
kemudian ditangkap menggunakan jaring maupun alat pancing lainnya.
Penangkapan ikan dengan memanfaatkan cahaya sebagai alat bantu umumnya
disebut dengan light fishing. Persyaratan utama dalam penggunaan cahaya
122
lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan (light fishing) adalah kondisi
lingkungan yang mendukung sehingga peran dan fungsi cahaya menjadi
efisien. Kondisi lingkungan yang baik adalah cahaya lampu yang digunakan
pada malam yang gelap. Fase bulan menjadi faktor yang menentukan gelap
dan terangnya bulan, light fishing hanya akan efektif dilaksanakan pada bulan
gelap, pada saat bulan terang maka penggunaan cahaya sebagai alat bantu
penangkapan menjadi sangat tidak efektif akibat ada cahaya lain yang turut
mempengaruhi behaviour dari ikan-ikan di perairan.
Dapat disimpulkan dari beberapa hasil wawancara dengan informan
penelitian bahwa kendala utama yang dihadapi oleh nelayan untuk melakukan
aktivitas menangkap ikan adalah kendala cuaca buruk dan bulan purnama.
Cuaca buruk adalah keadaan dimana kondisi laut sedang tidak bersahabat
dengan nelayan seperti gelombang ombak yang besar, hujan deras, dan badai
yang ada di tengah perairan laut hal ini membuat nelayan tidak berani untuk
melaut dikarenakan resiko besar yang di hadapi oleh nelayan yaitu resiko
kesalamatan yang terancam di hadapi oleh awak kapal ketika melakukan
aktivitas mencari ikan di tengah laut. Kemudian ketika bulan purnama
nelayan juga tidak bisa melakukan aktivitas penangkapan ikan karena nelayan
Panimbang masih menggunakan cara tradisonal dalam penangkapan ikan
yaitu dengan menggunakan bantuan cahaya lampu (light fishing), penggunaan
cahaya lampu dalam penangkapan ikan sangat bergantung pada fase bulan,
fase bulan gelaplah yang mendukung penggunaan bantuan cahaya lampu ini
sedangkan bila bulan pada fase terang bulan atau bulan purnama maka
123
penangkapan ikan menggunakan bantuan cahaya lampu sangat tidak efektif
dan efisien.
Kemudian peneliti mencari tahu kendala lain yang di hadapai oleh
Tempat Pelelangan Ikan dalam pemungutan retribusi selain karena cuaca
buruk dan bulan purnama yang mengakibatkan nelayan tidak bisa melakukan
aktivitas penangkapan ikan yang berpengaruh pada penerimaan retribusi
Tempat Pelelangan Ikan. Kemudian pertanyaan peneliti dijelaskan oleh
Manajer TPI Panimbang (I3-1) dalam wawancara penelitian;
“Masalah retribusi kita berbenturan dengan nelayan, bakul ikan, dan juragan tidak menjual di TPI, mereka itu bikin tempat sendiri. Masalahnya tadinya dibiarkan membeli dilaut, dibiarkan yang penting masuk retribusi aja ternyata lama kelamaan jadi terus, generasinya lama sudah tidak ada sedangkan generasi yang baru tidak tau peraturan TPI itu seperti apa. Padahal Panimbang potensinya besar saya dulu ketikamenjadi juru lelang melelangkan ikan dari jam 9 malam sampai jam 9 pagi”.
Dari hasil wawancara di atas masalah yang dihadapi oleh Tempat
Pelelangan Ikan adalah karena tidak dijualnya hasil tangkapan ikan di Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang, ikan hasil tangkapan nelayan dijual di tengah
laut dan dijual di Tempat Pelelangan Ikan yang dibangun oleh juragan
nelayan sehingga mengakibatkan penerimaan retribusi kepada Tempat
Pelelangan Ikan tidak ada. Hal ini terjadi karena ada pembiaran dari
pengelola Tempat Pelelangan Ikan yang sebelumnya. Kemudian ditambahkan
pernyataan lain oleh Kasir TPI Panimbang (I3-2);
“Keadaan disini seperti ini pelelangannya tidak hanya satu, ada pelelangan bayangan juga. Kemudian retribusinya tidak sesuai dengan yang ada di PERDA, juragan nelayannya tidak mau membayar retribusi sesuai dengan yang di PERDA, alasanya banyak macam-macam. Ada yang bilang perahu-perahu saya
124
yang modalin saya ngapain saya bayar retribusi, pernah kita diskusi bersama dengan nelayan rapat disini membahas kesepakatan retribusi hasil musyawarah itu sebenarnya 250 ribu per trip, pada saaat itu kesepakatan pemberangkatan itu per trip 7 hari maksimal 10 hari, kemudian disitu ada tantangan untuk pemerintah kalau ada lampu mercusuar mau si nelayan membayar 250 pertrip kalau tidak ada maka 150 ribu. Ya sampai sekarang ini”
Dari hasil wawancara di atas disimpulkan bahwa kendala pencapaian
retribusi terjadi dikarenakan adanya pelelangan-pelelangan ikan bayangan
yang muncul di Panimbang, Tempat Pelelangan Ikan bayangan ini di bangun
oleh juragan nelayan yang memiliki modal besar, oleh karena adanya tempat
pelelangan bayangan inilah Tempat Pelelangan Ikan Panimbang menjadi sepi
dari kegiatan pelelangan ikan sehingga Tempat Pelelangan Ikan Panimbang
tidak mendapatkan retribusi dari kegiatan pelelangan ikan. kemudian
dilapangan ditemukan bahwa pernah terjadi kesepakatan antara Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang dan jurgan nelayan terkait pebayaran retribusi.
Dari musyawarah pembayaran retribusi tersebut muncul hasil kesepakatan
yaitu; pembayaran retribusi sebesar 250 ribu per trip, pemberangkatan per trip
7 hari maksimal 10 hari, kemudian ada tatangan untuk pemerintah jika ada
lampu mercusuar nelayan membayar 250 pertrip kalau tidak ada maka 150
ribu. Hasil kesepakatan inilah yang mengakibatkan ketidaksesuaian
pembayaran retribusi dengan PERDA yang dalam peraturan Daerah
Kabupaten Pandeglang Nomor 11 tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Usaha,
Tempat Pelelangan Ikan dikenakan retribusi sebesar 4% (empat perseratus)
dari nilai transaksi lelang.
125
Kemudian peneliti menyakan kepada nelayan dan juragan nelayan
apakah membayar retribusi sesuai dengan peraturan yang berlaku? Dijelaskan
oleh Juragan Nelayan (I4-1);
“Sesuai kalau retibusi, bayar terus disini, 150 ribu sekali bongkar ikan”
Dari hasil wawancara dengan informan penelitian di atas dapat di
ketahui bahwa nelayan membayar retribusi sebesar Rp. 150.000 per sekali
bongkar ikan, sedangkan menurut peraturan daerah yang berlaku mengenai
besarnya penarikan retribsusi Tempat Pelelangan Ikan adalah 4% (empat
perseratus) dari nilai transaksi lelang. Kemudian ditambahkan oleh Juragan
Nelayan (I4-2);
“Sesuailah pembayaran retibusi kan sudah ada kesepakatan, 150 ribu kalau lagi banyak ikan, kalau lagi sedikit mau bayar gimana ikanya juga tidak ada, tidak dapat uang mau bayar pake apa”
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pembayaran
retribusi yang dibayarkan oleh juragan nelayan pemilik Tempat Pelelangan
Ikan bayangan adalah Rp.150.000 hasil kesepakatan musyawarah
pembayaran retribusi antara juragan nelayan dengan pihak pelelangan ikan.
Ditambahkan oleh Juragan Nelayan (I4-3);
“Sesuailah pembayaran retibusi kan sudah ada kesepakatan, 150 ribu sesuai dengan kesepakatan dulu, kalau permintaan nelayan dipenuhi seperti muara dikeruk sama ada lampu mercusuar lebih dari 150 ribu juga saya bayar, inikan saya ada biaya tambahan lagi kalau muaranya dangkal seperti ini, belum kalau malam tidak ada lampu mercusuar takut kandas perahunya gelap soalnya”
Dari hasil wawancara dengan informan penelitian di atas dapat
diketahui pembayaran retribusi yang di bayarkan oleh nelayan adalah Rp.
126
150.000 per sekali bongkar ikan, nominal Rp. 150.000 tersebut muncul dari
hasil kesepakatan antara nelayan dengan pihak Tempat Pelelangan Ikan
akibat buruknya sarana dan prasarana laut yang menghubungkan muara
sungai tempat hilir mudik kapal nelayan dalam mencari ikan serta tidak
adanya mercusuar penanda daratan Panimbang.
Dari hasil wawancara penelitian dengan beberapa informan penelitian
di atas dapat disimpulkan bahwa Tempat Pelelangan Ikan yang ada di
Panimbang juga memebayar retribusi kepada pemerintah daerah yaitu sebesar
Rp. 150.000 per sekali bongkar ikan, Namun dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Pandeglang No 11 tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Usaha pada
Paragraf 3 mengenai struktur dan besarnya tarif retribusi pelelangan
ditetapkan sebesar 4% (empat perseratus) dari nilai transaksi lelang. Dapat
disimpulkan oleh karena adanya Tempat Pelelangan Ikan illegal ini
mengaakibatkan pemerintah daerah Kabupaten Pandegalang mengalami
kebocoran dalam hal penerimaan retribusi.
Kemudian masalah lain yang dihadapi oleh Tempat Pelelangan Ikan
Panimbang dalam pelaksanaan pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan
dijelaskan oleh Manajer TPI PAnimbang (I3-1);
“Lahan juga sempit terutama ketika ada bangunan pom dengan tembok air untuk mengubah air laut agar bisa diminum langsung tapi orang Panimbang tidak mau, dari pertama dibangun sampai sekarang belum pernah berfungsi tembok itu, dulukan tidak ada harusnya di perlebar agar perahu bisa menyandar 3 sampai 4, sekarang malah jadi sempit”
Dari hasil wawancara di atas kendala lain yang dihadapi oleh Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang dalam pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan
127
adalah menyempitnya lahan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang yang di
akbitkan oleh pembangunan stasiun pengisian bahan bakar nelayan dan
pembangunan tembok pengubah air laut menjadi air minum.
4.3.4 Controlling (pengawasan)
Controlling ialah suatu usaha untu meneiliti kegiatan-kegiatan yang
telah dan akan dilaksanakan. Pengendalian berorientasi pada objek yang
dituju dan merupakan alat untuk menyuruh orang-orang bekerja menuju
sasaran yang ingin dicapai (Terry, 2008:18). Controlling mencakup
kelanjutan tugas untuk melihat apakah kegiatan-kegiatan dilaksanakan sesuai
rencana. Pelaksanaan kegiatan di evaluasi dan penyimpangan-penyimpangan
yang tidak diinginkan diperbaiki supaya tujuan-tujuan dapat tercapai dengan
baik. Ada berbagai cara untuk mengadakan perbaikan, termasuk merubah
rencana dan bahkan tujuanya, mengatur kembali tugas-tugas dan wewenang,
tetapi seluruh perubahan dilakukan melalui manusianya. Orang yang
bertanggung jawab atas penyimpagan yang tidak diinginkan itu harus dicari
dan mengambil langkah-langkah perbaikan terhadap hal-hal yang ssudah atau
akan dilaksanakan (Terry, 2008:166).
Dalam manajemen pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan Paimbang
perlu ada pengawasan yang berkesinambungan agar meminimalisir masalah-
masalah yang ada di Tempat Pelelangan Ikan juga agar Tempat Pelelangan
Ikan dapat beroprasi secara maksimal, ada beberapa cara yang dilakukan
untuk mengontrol Tempat Pelelangan Ikan Panimbang hal ini dijelaskan oleh
128
innforman penelitian. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (I1-1)
menjelaskan bahwa;
“Ada kunjungan kerja dari dinas kelautan, bapak suka keliling ke TPI-TPI”
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa salah satu cara
mengontrol Tempat Pelelangan Ikan adalah dengan melakukan kunjungan
kerja secara mendadak ke Tempat Pelelangan Ikan yang dilakukan oleh
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan secara langsung. Kemudian
ditambahkan Kemudian ditambahkan oleh Manajer TPI Panimbang (I3-1)
“Sering ada dari upt kesini mengontrol dari dinas juga suka ada kesini”
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui cara mengontrol Tempat
Pelelangan Ikan adalah dengan melakukan kujungan kerja ke Tempat
Pelelangan Ikan. Kunjungan kerja dilakukan oleh Dinas Kelautan dan
Perikanan serta oleh UPT PPI/TPI Dinas Kelautan dan Perikakanan Labuan.
Selanjutnya ditambahkan oleh Kasir TPI Panimbang (I3-2);
“Ada dari dinas dan UPT kunjungan kesini, sebenarnya orang dinas juga melihat kalau ada pelelangan bayangan. Pelelangan bayangannya juga terlihat jelas disebelah pelelangan resmi karena hanya berjarak tak lebih dari 100 meter”
Menurut hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi
kontrol yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan dan UPT PPI/TPI
Dinas Kelautan dan Perikanan menggunakan cara kunjungan kerja, namun
dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kunjungan kerja yang
dilakukan tidak efektif karena kunjungan yang dilakukan tiidak memberikan
solusi terkait permasalahan-permasalahan yang muncul, seperti masalah
129
muculnya Tempat Pelelangan Ikan bayangan yang ada di Panimbang.
Pernyataan berbeda kemudian dikemukakan oleh Kepala UPT TPI/PPI
Labuan (I2-1);
“Untuk mengontrol TPI dari karcis lelang, karcis lelangkan ada bonggolnya. Itu harus di hitung berapa habisnya, berapa yang dilaporkan dari jumlah lelang dan jumlah raman, nanti karcis lelang disamakan dengan raman jadi itu kontrolnya, jadi karcis lelang ada tiga, satu untuk juragan, satu untuk bakul, satu untuk TPI. Fungsi kontrolnya dari situ, kemudianbonggolnya harus dilaporkan ke Pandeglang. Misalkan bulan ini habis berapa, berapa buku, nanti disesuaikan dengan laporan bulanan ada kesesuaian atau tidak”
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa cara mengontrol
Tempat Pelelangan Ikan adalah dengan menyesuaikan karcis lelang yang
sudah digunakan oleh Tempat Pelelangan Ikan. Karcis lelang yang sudah
dikeluarkan disesuaikan dengan hasil raman yang diperoleh dari hasil
pelelangan ikan, yang kemudian disetorkan kepada pemerintah daerah.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pengawasan
dilakukan langsung oleh Dinas Kelautan dan Perikanan dan UPT PPI/TPI
yang berkedudukan lebih tinggi dari Tempat Pelelangan Ikan Panimbang,
dinaslah yang melakukan pengawasan juga yang dapat memberikan sanksi,
sedangkan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang hanya sebagai pelaksana
pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan. Kemudian peneliti menanyakan berapa
kali kontrol dilakukan dalam satu tahun. Dijelaskan oleh Kepala Dinas
Kelautan dan Perikanan (I1-1);
“tidak pasti, bapak biasanya mendadak melakukan kontrolnnya, dalam kunjungan kerja biasanya bapak melakukan kontrol, ada juga saat rapat evaluasi bulanan di UPT kontrolnya”
130
Dari hasil wawancara di atas dapat di ketahui bahwa rentang waktu
dalam mengontrol Tempat Pelelangan Ikan tidak memiliki waktu yang pasti,
kontrol dilakukan setiap Kepala Dinas melakukan kunjungan kerja ke Tempat
Pelelangan Ikan, kemudian fungsi kontrol terhadapTempat Pelelangan Ikan
dilakukan juga saat rapat evaluasi yang diakukan di UPT PPI/TPI Labuan.
Kemudian ditambahkan oleh Kepala UPT PPI/TPI Labuan (I2-1);
“kontrol itu dilakukan setiap rapat yang dilakukan di sini (=UPT PPI/TPI Labuan) setiap 1 (satu) bulan sekali, kadang kita kunjungan kerja ke TPI mendadak juga”
Dari hasil wawancara di atas dapat di ketahui bahwa fungsi kontrol
yang dilakukan adalah setiap satu bulan sekali dilakukan setiap rapat di UPT
PPI/TPI Labuan, kemudian dilakukan secara mendadak setiap kunjungan
kerja yang dilakukan oleh UPT PPI/TPI Labuan, jadi fungsi kontrol
dilakukan dengan dua cara yaitu saat rapat dan saat kunjungan kerja.
Kemudian ditambahkan oleh Manajer TPI Panimbang (I3-1);
“kalau kontrol itu dilakukan saat rapat evaluasi satu bulan sekali, disitu di bahas apa saja yang kurang apa saja kendalanya di TPI, kadang-kadang ada kunjungan kerja dari UPT sama Bapak Kepala Dinas juga, tapi tidak pasti kalau kunjungan kerja”
Dari hasil wawancara di atas dapat di ketahui bahwa kontrol yang
dilakukan kepada Tempat Pelelangan Ikan dilakukan satu bulan sekali yang
dilakukan dalam rapat bulanan yang dilaksanakan di UPT PPI/TPI Labuan,
kemudian ada kunjungan kerja yang dilakukan oleh Kepala Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Pandeglang secara mendadak. Kemudian peneliti
menanyakan siapa yang melakukan fungsi kontrol, dijelaskan oleh Kepala
Dinas Kelautan dan Perikanan (I1-1);
131
“fungsi kontrol bapak lakukan sendiri, setelah menerima hasil rapat evaluasi nanti bapak langsung kelapangan melihat langsung laporan yang diberikan kepada bapak”
Dari hasil wawancara di atas dapat di ketahui bahwa yang melakukan
fungsi kontrol dalam manajemen pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan adalah
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, kontrol yang dilakukan oleh Kepala
Dinas Kelautan dan Perikanan dilakukan setelah menerima laporan rapat
evaluasi bulanan yang telah dilakukan di UPT PPI/TPI Labuan. Kemudian
ditamahkan oleh Kepala UPT PPI/TPI Labuan (I2-1);
“Kalau kontrol itu dilakukan oleh kepala dinas langsung, saya juga kadang-kadang ikut mengontrol TPI nanti saya laporkan ke kepala dinas hasilnya”
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa fungsi kontrol yang
dilakukan untuk mengontrol Tempat Pelelangan Ikan dilakukan oleh Kepala
Dinas Kelautan dan Perikanan secara langsung namun tidak hanya Kepala
Dinas saja yang melakukan fungsi kontrol terhadap Tempat Pelelangan Ikan,
kepala UPT PPI/TPI juga ikut melaksanakan fungsi kontrol terhadap Tempat
Pelelangan Ikan, yang kemudian hasil dari kontrol yang dilakukan diserahkan
kepada kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang.
kemudian pernyataan di atas ditambahkan oleh Manajer TPI Panimbang (I3-
1);
“Kalau kontrol untuk TPI Panimbang biasanya dilakukan oleh bapak kepala dinas, kadang-kadang ada dari UPT kesini juga”
Dari hasil wawancara di atas dapat di ketahui bahwa fungsi kontrol
untuk Tempat Pelelangan Ikan Panimbang dilakukan oleh kepala Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang serta oleh Kepala UPT
132
PPI/TPI Labuan secara langsung maupun dilakukan saat rapat evaluasi
bulanan yang dilakukan di UPT PPI/TPI Dinas Kelautan dan Perikanan
Labuan.
Dalam penelitian ini sebelumnya telah membahas masalah yang muncul
adalah munculnya Tempat Pelelangan Ikan bayangan di wilayah Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang.Tempat Pelelangan Ikan adalah tempat untuk
melancarkan semua kegiatan melelangkan ikan untuk meningkatkan taraf
kesejahteraan nelayan, menjaga kualitas ikan serta menghasilkan retribusi
kepada pemerintah daerah. Pada hakekatnya Tempat Pelelangan Ikan tidak
dapat dibangun oleh individu, Tempat Pelelangan Ikan hanya dapat dibangun
oleh pemerintah daerah, seperti dikemukakan oleh Kepla Dinas Kelautan dan
Perikanan (I1-1);
“Syarat didirikanya TPI adalah dibangun di tanah negara dan dibangun oleh pemerintah. Selain itu, tidak ada izin untuk mendirikan TPI apalagi di tanah milik pribadi”
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa TPI memang
tidak boleh didirikan oleh pribadi. Tempat Pelelangan Ikan harus dibangun
oleh pihak pemerintah setempat karena pada hakikatnya TPI dibangun untuk
membantu nelayan dalam menjaga kualitas ikan, mengontrol harga ikan serta
sebagai penghasil retribusi bagi pemerintah daerah setempat. Kemudian
peneliti menanyakan hal yang sama kepada Kepala UPT PPI/TPI Labuan (I2-
1) terkait perizinan pembangunan TPI;
“Tidak ada yang memberikan izin. Tidak boleh membangun tanpa izin dari dinas. TPI seharusnya dibangun di tanah negara dan dibangun oleh pemerintah”
133
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa TPI memang
tidak boleh didirikan oleh perusahaan swasta/pribadi tanpa adanya izin dari
pemerintah. Pembangunan TPI hanya dapat dilakukan oleh pemerintah
setempat di tanah milik negara dan di bangun oleh pemerintah. Kemudian
pertanyaan serupa juga peneliti tanyakan kepada pihak Tempat Pelelangan
Ikan, yang kemudian dijawab oleh Manajer TPI Panimbang (I3-1);
“Saya tidak mengetahui izin tersebut dari siapa. Dia membuat tempat sendiri, membeli tanah di pinggir kali,lalu mendirikan TPI”
Menurut hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa pihak Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang tidak tahu terkait perizinan pembangunan
Tempat Pelelangan Ikan bayangan yang banyak muncul di wilayah
Panimbang. Kemudian ditambahkan oleh Kasir TPI Panimbang (I3-2);
“Mengenai izin saya kurang tahu, saya juga mau menanyakan apakah ada izin untuk pelelangan bayangan itu ke dinas”
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa memang
Tempat Pelelangan Ikan Panimbang tidak tahu izin pendirianTempat
Pelelangan Ikan lain yang ada di Panimbang, karena hal itu pihak Tempat
Pelelangan Ikan akan berupaya menanyakan izin tersebut ke Dinas Kelautan
dan Perikanan.
Ketika berbicara fungsi kontrol Tempat Pelelangan Ikan Panimbang
harus berkoordinasi dengan UPT PPI/TPI Dinas Kelautan dan Perikanan
Labuan Serta Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang agar ada
tindak lanjut untuk mendapat tindak lanjut terkait munculnya tempat
pelelangan bayangan yang ada di wilayah Tempat Pelelangan Ikan
134
Panimbang. Dalam hal ini penelitian mencoba menanyakan kepada Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang terkait pengendalian
munculnya Tempat Pelelangan Ikan bayangan, kemudian dijelaskan oleh
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (I1-1);
“Selama ini belum ada laporan yang masuk dari manajer ataupun UPT”.
Dari hasil wawancara di atas pihak Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Pandeglang mengutarakan bahwa selama ini pengendalian
munculnya Tempat Pelelangan Ikan bayangan belum dilakukan karena belum
ada pelaporan resmi dari Tempat Pelelangan Ikan Panimbang maupun dari
UPT PPI/TPI Labuan terkait munculnya Tempat Pelelangan Ikan bayangan
yang ada diwilayah Panimbang. Kemudian pertanyaan serupa peneliti
tanyakan kepada UPT PPI/TPI Labuan, yang kemudian dijelaskan oleh
Kepala UPT PPI/TPI Labuan (I2-1);
“Selama ini belum ada, laporannya belum ada dari manajer, seharusnya manajer melaporkan ke Dinas”
Menurut hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa UPT PPI/TPI
Labuan belum melakukan pengendalian atau tindakan terkait munculnya
Tempat Pelelangan Ikan bayangan dikarenakan belum menerima laporan
adanyaTempat Pelelangan Ikan bayangan yang ada di panimbang, kemudian
menurut informan penelitian di atas pelaporan tekait munculnya Tempat
Pelelangan Ikan bayangan seharusnya dilaukan oleh manajer Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Pandeglang. kemudian peneliti juga menanyakan hal serupa terkait
135
pengendalian adanya Tempat Pelelangan Ikan bayangan kepada Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang, yang kemudian dijawab oleh Manjer TPI
Panimbang (I3-1);
“Belum ada, saya sudah sering memberi himbauan kalau bisa di TPI semua, sudah saya ajak di TPI mau apa, maunya gimana nelayan. Kalau saya yang menutup tempat pelelangan bayangan bukan wewenang saya”
Menurut hasil wawancara penelitian pihak pelelangan ikan belum
melakukan upaya pengendalian terkait munculnya Tempat Pelelangan Ikan
bayangan, namun Tempat Pelelangan Ikan Panimbang sudah mengupayakan
memberi himbauan kepada Tempat Pelelangan Ikan bayangan agar
melakukan aktivitas pelelangan ikan di Tempat Pelelangan Ikan Panimbang.
Tempat Pelelangan Ikan Panimbang tidak bisa melakukan upaya penindakan
kepada Tempat Pelelangan Ikan bayangan karena bukan wewenang Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang yang bisa melakukan penindakan maupun
pengendalian terkait munculnya Tempat Pelelangan Ikan bayangan, yang bisa
melakukan tindakan adalah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Pandeglang. Kemudian peneliti menanyakan apakah Tempat Pelelangan Ikan
Panimbang berupaya melaporkan adanya Tempat Pelelangan Ikan bayangan
kepada Dinas Kelautan dan Perikanan maupun UPT PPI/TPI Labuan.
Kemudian di jelaskan oleh Manajer TPI Panimbang (I3-1);
”Sudah pernah saya laporkan, bahkan UPT pernah tahu, pernah memeriksa. Pak UPT juga tahu ada TPIbayangan itu, dulu pak UPT pernah jadi manajer disini juga”
Menurut hasil wawancara di atas bahwa pihak Tempat Pelelangan Ikan
Panimbang sudah berupaya melaporkan adanya Tempat Pelelangan Ikan
136
bayangan yang ada di Panimbang, menurut hasil wawancara di atas juga
dapat diketahui bahwa pihak UPT PPI/TPI Labuan mengetahui akan adanya
Tempat Pelelangan Ikan bayangan di Panimbang karena Kepala UPT PPI/TPI
Labuan pernah menjabat menjadi manajer di Tempat Pelelangan Ikan
Panimbang. Kemudian pernyataan di atas ditambahkan oleh Kasir TPI
Panimbang (I3-2);
“Sudah, hanya mungkin dengar tidak dengar saja. Sebenarnya juga bukan tidak tahu, orang dinasnya juga tahu, mereka juga tahu bahwa ada sandaran disitu. Kembali ke fungsi utama awalnya dibangun pelelangan ikan bayangan itu, awalnya tempat packing, tempat sandaran perahu, sama untuk bongkar es, tapi ada jual beli ikan itukan namanya pelelangan ikan, berarti tempat pelelangan ini tidak hanya satu saja”
Menurut hasil wawacara di atas dapat diketahui bahwa Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang sudah berupaya memberikan laporan akan
adanya Tempat Pelelangan Ikan bayanagan, Pihak Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Pandeglang juga mengetahui akan adanya Tempat
Pelelangan Ikan bayangan. Menurut informan penelitian awal munculnya
Tempat Pelelangan Ikan bayangan adalah berubah fungsinya tempat packing,
sandaran perahu dan bongkar es, kemudian ada aktivitas jual beli ikan yang
hingga sekarang dilakukan.
Kemudian peneliti menyakan apakah ada pengawasan yang dilakukan
oleh instansi lain yang seperti Satpol PP dan Ditpolair terkait munculnya
Tempat Pelelangan Ikan ilegal? Dijelaskan oleh Kasir TPI Panimbang (I3-2);
“Sementara ini tidak ada upaya pengawasan yang dilakukan oleh instansi lain, karena fungsi pengawasan ada pada Dinas Kelautan dan Perikanan”
137
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa tidak ada upaya
pengawasan yang dilakukan oleh instansi lain terkait munculnya Tempat
Pelelangan ilegal karna fungsi pengawasan Tempat Pelelangan Ikan ada di
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang. Kemudian peneliti
menanyakan kepada Satpol PP terkait upaya Pengawasan terkait munculnya
tempat pelelangan ilegal, kemudian dijelaskan oleh Satpol PP Panimbang (I6-
1);
“kalau Satpol PP kaitan langsungnya tidak ada dengan TPI, namun jika ada perintah dari Dinas untuk melakukan tindakan terhadap tempat Pelelangan illegal kita akan segera turun kelapangan”
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa upaya penindakan
langsung oleh Satpol PP tidak ada, Satpol PP akan melakukan tindakan tegas
apabila ada perintah dari pihak Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Pandeglang. Kemudian pertanyaan serupa peneliti tanyakan kepada Ditpolair
Polres Pandeglang terkait munculnya tempat pelelangan ilegal, kemudian
dijelaskan oleh Ditpolair Polres Pandeglang (I6-2);
“polair tidak berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelelangan ikan, polair berkaitanya dengan masyarakat pesisir sebagai pelayan, pelindung, pengayom dan penegakan hukum diwilayah perairan laut. Kalau memang diminta baru kita terjun ke TPI”
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa polair polres
Pandeglang tidak berkaitan langsung dengan proses penyelenggaran tempat
pelelangan ikan, polair Polres Pandeglang berkaitanya dengan masyarakat
pesisir sebagai pelayan, pelindung, pengayom dan penegak hukum diwilayah
perairan laut.
138
Terkait masalah munculnya Tempat Pelelangan Ikan bayangan peneliti
mencoba melakukan wawancara kepada juragan nelayan Panimbang. Hal
pertama yang peneliti tanyakan adalah kenapa membangun tempat pelelangan
bayangan. Kemudian dijawab oleh Juragan Nelayan (I4-1);
“Biar mandiri, biar tidak campur sama nelayan yang lain kitakan punya langganan, biar gampang aja jualnya”
Menurut hasil wawancara penelitian dengan juragan nelayan di atas
dapat disimpulkan alasan juragan nelayan membangun Tempat Pelelangan
Ikan adalah agar mandiri tidak campur dengan nelayan lainnya dalam hal
melelangkan ikan, kemudian agar memudahkan langganannya membeli ikan.
Kemudian pertanyaan serupa peneliti tanyakan kepada juragan nelayan
lainnya, kemudian dijawab oleh Juragan Nelayan (I4-2);
“Biar cepat saja dek, biar tidak rebutan dengan yang lain, sayakan jaga kualitas ikan supaya bagus,kalau kelamaan nunggu ikannya takut jelek kualitasnya”
Menurut hasil wawancara dengan juragan nelayan di atas dapat
dianalisis bahwa alasan juragan nelayan membangun Tempat Pelelangan Ikan
adalah untuk memepercepat proses pelelangan ikan supaya tidak berebutan
dengan nelayan lainnya, serta juragan nelayan pun beralasan untuk menjaga
kualitas ikan yang didapatnya. Pertanyaan serupa pun peneliti tanyakan
kepada juragan nelayan yang lain, yang kemudian dijawab oleh Juragan
Nelayan (I4-3);
“Enak kalau disini luas, perahunya bisa banyak yang bongkar ikan sekaligus”
139
Menurut hasil wawancara dengan juragan nelayan di atas dapat di
ketahui bahwa alasan juragan nelayan membangun Tempat Pelelangan Ikan
adalah karena juragan di atas memiliki lahan yang lebih luas dibandingkan
dengan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang yang resmi, karena alasan tempat
yang luas tersebut banyak perahu yang dapat melakukan aktivitas bongkar
ikan sekaligus.
Kemudian peneliti menayakan perizinan pembangunan Tempat
Pelelangan Ikan. Ketika ditanya apakah tempat pelelangan ini bayangan ini
memiliki izin Juragan Nelayan (I4-1) berkata;
“Ada, untuk menyandarkan perahu”
Menurut hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa Tempat
Pelelangan Ikan yang dimiliki oleh juragan nelayan di atas hanya memliki
izin penyandaran untuk perahu, jadi dapat disimpulkan bahwa tempat
pelelangan yang dibangun oleh juragan nelayan tersebut adalah karena hanya
mengantongi izin untuk penyandaran perahu saja bukan izin untuk Tempat
Pelelangan Ikan. Kemudian pertanyaan serupa peneliti tanyakan kepada
Juragan Nelayan (I4-2);
“Izin yah, lupa saya dulu bikin izinnya”
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa juragan nelayan
berdalih lupa ketika peneliti mencoba menanyakan perizinan Tempat
Pelelangan Ikan yang dimilikinya oleh karena itu peneliti menyimpulkan
bahwa Tempat Pelelangan Ikan yang dibangun oleh juragan nelayan di atas
adalah Tempat Pelelangan Ikanbayangan. Kemudian pertanyaan serupa
140
peneliti tanyakan kepada juragan nelayan yang lain, kemudian dijawab oleh
Juragan Nelayan (I4-3);
“Ada izin untuk membangun tempat packing dan depot es”
Menurut hasil wawancara dengan informan penelitian di atas dapat
disimpulkan bahwa Tempat Pelelangan Ikan yang dibangun oleh juragan
nelayan tersebut adalah karena Tempat Pelelangan Ikan tersebut tidak
memiliki izin untuk menjadi Tempat Pelelangan Ikan namun hanya izin untuk
tempat packing ikan dan depot es.
Selanjutnya peneliti menanyakan kenapa tidak menjual ikan di Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang, dijelaskan oleh Juragan Nelayan (I4-1);
“Enak kalau disini tidak campur dengan langgan-langgan orang,kalaulangganan itusudah memberi modal jadi perbekalan apa segala macam untuk nelayan sudah diberikan, jadi nelayannya jual ikan disini, cepat disini jualnya kalau di TPI umum suka campur-campur ya pokoknya biar lebih enak, bisa sambil masak disini, bisa solat disini,kalau di TPI umumkan kan tidak bisa. Terus kalau pagikan rame banyak perahu yang datang terus tempatnya sempit ada SPBN ada tembok jadi enakdisini saja”
Dari hasil wawancara di atas dapat di ketahui bahwa alasan nelayan
tidak menjual ikan di Tempat Pelelangan Ikan yang resmi adalah karena jika
dilakukan di tempat pelelangan yang dibangun secara pribadi aktivitas
pelelangan ikan tidak bercampur dengan orang lain, secara umum juragan
nelayan yang ada di Panimbang sudah memiliki langganan sendiri dalam
menjual ikan hasil tangkapannya, langganan itu sendiri sudah menaruh modal
bagi nelayan untuk melakukan aktivitas penangkapan ikan agar ikan hasil
tangkapan nelayan tidak dijual kepada orang lain. Kemudian selain hal
141
tersebut nelayan beralasan tempat yang dimilikinya lebih luas dibandingkan
dengan Tempat Pelelangan Ikan yang resmi. Kemudian peneliti menanyakan
hal serupa kepada nelayan yang lain yang kemudian dijawab oleh Juragan
Nelayan (I4-2);
“Sempit kalau disana ada SPBN sama tembok, disitu tidak tahu apa fungsinya, tidakbisa buru-buru suka rebutan dengan yang lain, keamanannya juga kurang ya takutnya kan ada ribut-ribut karena rebutan ingin duluan jual ikan, kalau disini aman. Langgan juga sudah hapal jam bongkar ikannya jam berapa jadi gampang jualnya cepat”
Dari hasil wawancara penelitian dengan juragan nelayan di atas dapat di
ketahui bahwa alasan tidak menjual ikan ditempat pelelangan resmi adalah
karena lahan Tempat Pelelangan Ikan Panimbang sempit karena ada
bangunan SPBN (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan) dan tembok
pengubah air laut menjadi air minum, alasan lain yang melatarbelakangi tidak
dijualnya ikan di Tempat Pelelangan Ikan Panimbang adalah karena nelayan
ingin menjual ikannya secara cepat dan nelayan pun beralasan bahwa Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang keamananannya kurang terjaga, nelayan takut
terjadi keributan karena berebutan dalam melakukan pelelangan ikan.
Kemudian pertanyaan serupa peneliti berikan kepada nelayan lain, yang
dijawab oleh Juragan Nelayan (I4-3);
“Enak disini cepat, perahu-perahu saya sendiri modal saya sendiri, solar bekal apalah semua kan saya yang nanggung, narik perahu segala pemerintahkan tidak mau memberikan biaya tarikan perahu sedangkan perahu harus ditarik karena muaranya dangkal tidak di keruk-keruk oleh pemerintah, kita minta lampu mercusuar dari dulu sampe sekarang belum ada aja”
142
Dari hasil wawancara di atas dapat di analisis bahwa alasan nelayan
tidak mau menjual ikanya di Tempat Pelelangan Ikan Panimbang karena jika
dijual diTempat Pelelangan Ikan yang dibangun oleh sendiri aktivitas
pelelangan ikan akan lebih cepat dibandingkan dengan menjual ikan di
Tempat Pelelangan Ikan Panimbang, kemudian karena pemerintah tidak
menuruti apa yang diinginkan nelayan seperti pengerukan muara sungai dan
pembangunan mercusuar nelayan menjadi enggan untuk menjual ikannya di
Tempat Pelelangan Ikan Panimbang dengan beralasan semua biaya
operasional dan kapal penangkapan ikan adalah dengan modal sendiri.
Kemudian pertanyaan yang sama peneliti tanyakan kepada nelayan lain
Nelayan Panimbang (I5-1);
“Sempit, kalau ramai rebutan susah jadinya mau bongkar ikannya”
Ditambahkan oleh Nelayan Panimbang (I5-4);
“Sempit, kemudian dangkal lautnya. Susah mendaratkan perahunya”
Dari dua hasil wawancara penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
alasan nelayan tidak menjual ikannya di Tempat Pelelangan Ikan
Panimbangadalah karena Tempat Pelelangan Ikan Panimbang memiliki lahan
yang sempit dan perairan di sekitar Tempat Pelelangan Ikan juga dangkal.
Kemudian ditambahkan oleh Nelayan Panimbang (I5-2);
“Kan modal sama perahunya punya bos jadi jualnya sama bos”
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa alasan nelayan
tidak menjual ikannya di Tempat Pelelangan Ikan Panimbang adalah karena
143
seluruh permodalan nelayan di beri oleh juragan nelayan sehingga membuat
nelayan tersebut menjual ikannya di Tempat Pelelangan Ikan yang dimiliki
oleh juragan nelayan tersebut, kemudian di tambahkan oleh Nelayan
Panimbang (I5-3);
“Modal melaut dikasih sama bos, jadi jualnya di lapaknya bos aja biar gampang itung-itungan”
Menurut hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa alasan nelayan
tidak menjual ikan di Tempat Pelelangan Ikan Panimbang karena nelayan di
berikan modal oleh juragan nelayan, dengan alasan agar mempermudah
hitung-hitungan modal dan keuntungan nelayan menjual ikannya di Tempat
Pelelangan Ikan bayangan milik juragan nelayan, selanjutnya ditambahkan
oleh Nelayan Panimbang (I5-5);
“Kapalnya punya bos, tidak bisa kalau jual di TPI umum nanti dimarahin bos”
Dari hasil wawancara penelitian dengan informan di atas dapat
dianalisis karena kapal yang digunakan menangkap ikan milik juragan
nelayan, nelayan menjual ikannya ke Tempat Pelelangan Ikan bayangan milik
juragan nelayan tersebut agar nelayan tersebut tidak mendapat masalah
dengan juragan nelayannya tersebut. Kemudian ditambahkan oleh Nelayan
Panimbang (I5-6);
“Langganannya nanti tidak ada kalau di umum kan biasa di lelang tempat bos, modal perahu segala macam kan punya bos susah kalau jual TPI umum”
Dari hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa alasan nelayan
tidak menjual ikannya di Tempat Pelelangan Ikan Panimbang adalah karena
144
permodal nelayan diberi oleh juragan nelayannya masing-masing sehingga
nelayan-nelayan tersebut menjual ikan hasil tangkapannya di Tempat
Pelelangan Ikanbayangan milik juragannya tersebut.
Kemudian ketika ditanya pernahkah mendapat pengarahan dari
pemerintah daerah. Kemudian dijawab oleh Jurgan Nelayan (I4-1);
“Kalau dari TPI sih dulu ada,kalau dari pemerintah tidak ada”
Menurut hasil wawancara penelitian di atas dapat dilihat bahwa jika
pengarahan dari pemerintah daerah terkait penjualan ikan di Tempat
Pelelangan Ikan resmi belum pernah dilakukan namun dari Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang sendiri pernah ada upaya memberikan
pengarahan kepada nelayan agar menjual ikanya ke Tempat Pelelangan Ikan
Panimbang. Kemudian pendapat lain muncul dengan pertanyaan yang sama
yaitu; pernahkah mendapat pengarahan dari pemerintah daerah. Dijelaskan
oleh Juragan Nelayan (I4-2);
“Ada dulu itu musyawarah pembayaran retribusi”
Kemudian ditambahkan oleh Juragan Nelayan (I4-3);
“Tidak ada, dulu saja ketika musyawarah retribusi saja sampai sekarang tidak ada lagi. Kalau ada apa-apa ya liat dari berita saja”
Menurut dua hasil wawancara penelitian dengan informan penelitian di
atas dapat dianalisis bahwa belum ada pengarahan khusus dari pemerintah
daerah kepada nelayan terkait pengarahan penjualan ikan harus dilakukan di
Tempat Pelelangan Ikan yang resmi (Tempat Pelelangan Ikan Panimbang),
pengarahan yang pernah dilakukan adalah musyawarah besaran pembayaran
145
retribusi kepada nelayan yang tidak menjual ikannya di Tempat Pelelangan
Ikan saja.
Kemudian ketika ditanya apakah Tempat Pelelangan Ikan Panimbang
layak sebagai Tempat Pelelangan Ikan, kemudian dijelaskan oleh Nelayan
Panimbang (I5-1) seperti di bawah;
“Layak cuma sempit tempatnya tidak bisa kalau buru-buru ingin bongkar ikan”
Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat di analisis bahwa Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang layak dijadikan sebagai Tempat Pelelangan Ikan,
namun karena tempat pelelangan Panimbang memiliki lahan yang sempit
mengakibatkan aktivitas melelangkan ikan menjadi lamban, alasan inilah
yang mengakibatkan juragan nelayan yang memiliki modal besar membangun
Tempat Pelelangan Ikan sendiri. Kemudian ditambahkan oleh Nelayan
Panimbang (I5-3);
“Layak tapi sempit, paling perahu kecil, kalau perahu besar masuk kasihan yang kecil tidak kebagian tempat”
Dari hasil wawancara di atas dapat di ketahu bahwa Tempat Pelelangan
Ikan Panimbang layak di gunakan sebagai Tempat Pelelangan Ikan, namun
karena luas Tempat Pelelangan Ikan yang sempit mengakibatkan tidak bisa
menyandarnya beberapa perahu besar, hal inilah yang mendorong munculnya
Tempat Pelelangan Ikan bayangan di Panimbang.
Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat di ketahui bahwa Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang layak menjadi Tempat Pelelangan Ikan namun
Tempat Pelelangan Ikan Panimbang memiliki kelemahan dari segi
146
luasTempat Pelelangan Ikan, Tempat Pelelangan Ikan Panimbang sebelum di
bangun stasiun pengisian bahan bakar nelayan memiliki lahan yang cukup
luas, oleh karena tempat yang sempit ini Tempat Pelelangan Ikan menjadi
sepi dari kegiatan pelelangan ikan. Pertanyaan yang sama peneliti berikan
kepada nelayan yang lain, namun muncul jawaban berbeda dari hasil
wawancara penelitian seperti dibawah yang dikemukakan oleh Nelayan
Panimbang (I5-2);
“Layak, hanya bos tidak mau menjual ikan disitu takut langganannya tidak mau, bos sudah punya tempat sendiri”
Dari hasil wawancara di atas dapat di ketahui bahawa Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang layak sebagai Tempat Pelelangan Ikan, namun
karena di Panimbang Tempat Pelelangan Ikan tidak hanya ada satu
mengakibatkan sebagian besar kegiatan pelelangan ikan berpindah, seperti
penyataan di atas dapat diketahui karena juragan nelayan memiliki tempat
pelelangan sendiri dengan alasan takut kehilangan pelanggan makan kegiatan
lelang ikan tidak dilakukan di Tempat Pelelangan Ikan Panimbang. Kemudian
ditambahkan oleh Nelayan Panimbang (I5-5);
“Layak-layak aja tapi tidak ada langganannya kalau di TPI Panimbang”
Dari hasil wawancara di atas dapat di ketahui bahwa Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang layak digunakan sebagai Tempat Pelelangan
Ikan, namun karena takut kehilangan pelanggannya maka nelayan tidak
melelangkan hasil tangkapannya di Tempat Pelelangan Ikan
Panimbang.Kemudian ditambahkan oleh Nelayan Panimbang (I5-6);
147
“Layak hanya bos punya lelang sendiri, langganannya juga ada di tempat bos di tempat pelelangan umum tidak ada langganannya”
Menurut hasil wawancara penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
Tempat Pelelangan Ikan Panimbang layak dijadikan sebagai Tempat
Pelelangan Ikan, namun dikarenakan di Panimbang Tempat Pelelangan Ikan
tidak hanya ada satu ada juga tempat pelelangan nelayan lebih memilih
menjual ikan hasil tangkapannya di tempat juragan nelayan tempat nelayan
tersebut bekerja dengan alasan langgan ikan nelayan tersebut ada di Tempat
Pelelangan Ikan yang dimiliki oleh juragan nelayan tersebut.
Selanjutnya yang terakhir adalah penerapan sanksi, dalam penelitian ini
peneliti ingin mencari tahu sejauh mana penerapan sanksi dilakukan oleh
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang. peneliti mencoba
mewawancara juragan nelayan terkait sanksi. Peneliti menanyakan kepada
pemilik tempat pelelangan pernahkah mendapat teguran atau sanksi. Dari
pemerintah daerah terkait pembangunan TPI, dijawab oleh Juragan Nelayan
(I4-1);
“Tidak ada sih, sampai sekarang belum ada dari Dinas datang kesini”
Dari hasil wawancara di atas dapat di ketahui bahwa upaya teguran atau
penerapan sanksi terkait munculnya Tempat Pelelangan Ikan bayangan belum
diupayakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang,
Tempat Pelelangan Ikanbayangan masih ada di wilayah Panimbang.
Kemudian ditambahkan oleh Juragan Nelayan (I4-2);
“Tidak ada belum pernah ada teguran dari pemerintah”
148
Dari hasil wawancara di atas dapat di ketahui bahwa upaya pemberian
teguran dan sanksi kepada tempat pelelangan bayangan belum pernah
dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang,
sehingga sampai saat ini Tempat Pelelangan Ikan bayangan masih bisa
dijumpai di wilayah Panimbang. Ditambahkan oleh Juragan Nelayan (I4-3);
“Belum pernah ada, aman-aman saja”
Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat dianalisis bahwa belum
pernah ada teguran atau sanksi yang diberikan oleh pemerintah daerah
ataupun dai Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang kepada
tempat pelelangan bayangan yang ada di Panimbang yang dalam hal ini
merugikan pemerintah daerah dalam hal retribusi karena diselenggarakannya
pelelangan ikan di tempat yang tidak resmi ini pemerintah mengalami
kebocoran dalam pendapatan retribusi pelelangan ikan karena tidak sesuainya
besaran pembayaran retribusi Tempat Pelelangan Ikan.
Selanjutnya peneliti menanyakan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Pandeglang terkait pemeberian sanksi kepada tempat pelelangan
bayangan atau tempat pelelangan ilegal, kemudian dijawab oleh Kepala Dinas
Kelautan dan Perikanan (I1-1);
“Ya kalau ada TPI yang tidak resmi harus ditertibkan. Itukan merugikan pemerintah daerah. Nanti yang menertibkan satpol pp atas rekomendasi dari Dinas Kelautan”
Menurut hasil wawancara penelitian dengan informan penelitian di atas
dapat disimpulkan bahwa seharusnya tempat pelelangan ilegal yang ada di
wilayah Panimbang harus ditertibkan, yang data menertibkan adalah satuan
149
polisi pamong praja daeraha Kabupaten Pandeglang atas rekomendasi dari
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang. namun sampai saat ini
belum ada upaya penertiban yang dilakukan. Kemudian peneliti memberikan
pertanyaan serupa kepada UPT PPI/TPI Labuan, kemudian dijawab oleh
Kepala UPT PPI/TPI Labuan (I2-1);
“Kalau masalah sanksi sih tidak ada yang penting dia membayar retribusi ke TPI, karna toh dia‟kan membangun di tanah sendiri yang penting membayar retribusi. Dalam aturan sebetulnya tidak boleh, karena pemerintah sudah menyediakan TPI kenapa dia membangun sendiri harusnya pola pikirnya kesana mengapa nelayan membangun sendiri pusing-pusing pemerintah sudah menyediakan”
Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat dianalisis bahwa menurut
informan penelitian di atas tidak ada sanksi yang diberikan kepada tempat
pelelangan ilegal yang ada di Panimbang dengan catatan tempat pelelangan
yang tidak resmi itu juga harus membayar retribusi pelelangan ikan
sebagaimana telah diatur. Kemudian peneliti menyakan kepada Tempat
Pelelangan Ikan Panimbang terkait pemberian sanksi, kemudian dijawab oleh
Manajer TPI Panimbang (I 3-1);
“Ada sebetulnya sanksinya tapi belum pernah dilaksanakan, yang memberikan sanksi kan bukan saya tapi pemerintah”
Dari hasil wawancara penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
seharusnya ada sanksi yang diberikan kepada Tempat Pelelangan Ikan
bayangan tapi dalam pelaksanaannya belum pernah ada tindakan dari
pemerintah daerah terkait munculnya tempat pelelangan ilegal tersebut,
dalam hal pemberian sanksi ini yang bisa memberikan sanksi adalah Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang.
150
Dari hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa peran Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Pandeglang dalam memberikan sanksi belum
pernah dilakukan menurut Dinas Kelautan dan Perikanan belum ada upaya
pelaporan yang dilakukan oleh Tempat Pelelangan Ikan Panimbang, namun
menurut pernyataan Tempat Pelelangan Ikan Panimbangsudah ada upaya
pelaporan yang dilakukan baik dari manajer terdahulu maupun dari manajer
yang sekarang. Sedangkan menurut UPT PPI/TPI Dinas Kelautan dan
Perikanan Labuan menyatakan bahwa tidak ada sanksi yang harus diberikan
kepada pemilik Tempat Pelelangan Ikan bayangan asalkan pemilik Tempat
Pelelangan Ikan membayar retribusi, sedangkan menurut aturan yang ada
harus ada sanksi yang diberikan kepada pelanggar terlebih lagi sebelumnya
sudah dijelaskan bahwa syarat utama membangun Tempat Pelelangan Ikan
haruslah di atas tanah negara serta yang membangun pemerintah daerah bukan
perorangan ataupun perusahaan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, manajemen pengelolaan
Tempat Pelelangan Ikan Panimbang di Kabupaten Pandeglang belum
terlaksana dengan baik. Gambaran penelitian disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.6
Temuan Lapangan No Kriteria Pembahasan Temuan di lapangan 1. Planning
(perencanaan) Standar oprasional prosedur pengelolaan pelelangan ikan
a. Tidak adanya SOP yang secara spesifik untuk mengelola TPI
b. Tidak adanya peraturan khusus untuk pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan di Kabupaten Pandeglang
2. Organizing (pengorganisasian)
Pemberian arahan dan penyediaan komponen Tempat Pelelangan Ikan
a. adanya rapat evaluasi 1 (satu) bulan satu kali namun tidak memberikan dampak yang
151
signifikan terhadap pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan
b. terjadinya pendangkalan muara sungai Panimbang, serta tidak adanya lampu mercusuar di perairan Panimbang
c. tidak adanya anggaran khusus yang diberikan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan kepada Tempat Pelelangan Ikan Panimbang.
3. Actuating (pelaksanaan)
Pencapaian target retribusi Tempat Pelelangan Ikan Panimbang
a. tidak terpenuhinya target retribusi Tempat Pelelangan Ikan Panimbang karena terjadi ketidaksesuaian pembayaran retribusi Tempat Pelelangan Ikan dengan peraturan retribusi yang ada karena adanya musyawarah antara nelayan dan pihak Tempat Pelelangan Ikan Panimbang sehingga mengakibatkan kebocoran dalam penerimaan retribusi
b. munculnya tempat pelelangan ilegal, yang mengakibatkan ikan hasil tangkapan nelayan tidak di jual ke Tempat Pelelangan Ikan Panimbang.
4. Controlling (pengendalian)
Usaha pengendalian yang dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten pandeglang dalam pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan
a. tidak ada upaya tindak lanjut dari usaha kontrol yang dilakukan
b. adanya upaya pembiaran terkait munculnya Tempat Pelelangan Ikan bayangan oleh UPT PPI/TPI Labuan dan tidak adanya sanksi yang diberikan kepada Tempat Pelelangan Ikan bayangan.
(sumber: peneliti 2015)
152
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan perumusan masalah penelitian, maka peneliti melakukan
penyimpulan terhadap hasil penelitian dan temuan di lapangan. Peneliti
menyimpulkan bahwa Manajemen Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan
Panimbang Kabupaten Pandeglang masih belum berjalan dengan baik.
Pertama pada dimensi perencanaan, tidak adanya Standar Oprasional
Prosedur (SOP) yang matang untuk mengelola potensi tempat pelelangan
ikan sehingga kegiatan pelelangan ikan tidak efektiv baik dari tempat
pelelangan ikan Panimbang, UPT PPI/TPI Labuan dan Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Pandeglang.
Kedua pada dimensi pengorganisasian belum berjalan dengan baik
karena kurangnya kerja sama antara tempat pelelangan ikan Panimbang, UPT
PPI/TPI Labuan dan Dinas Kelautan dan Perikanan dalam menangani dan
mengelola tempat pelelangan ikan panimbang dimana kerja sama yang
mereka lakukan hanya pada sebatas wacana saja tetapi tidak terjadi dalam
pelaksanaannya dan tidak adanya perbaikan yang berarti terhadap kondisi
lingkungan serta sarana prasarana di tempat pelelangan ikan Panimbang.
153
Ketiga dimensi pelaksanaan belum berjalan dengan optimal. Tempat
pelelangan ikan Panimbang masih belum optimal dalam memperbaiki serta
mengelola tempat pelelangan ikan Panimbang menjadi ramai seperti
sebelumnya dan dalam pelaksanaanya tempat pelelangan ikan Panimbang
belum bisa memenuhi target penerimaan retribusi yang telah diberikan oleh
pemerintah Daerah, tempat pelelangan ikan Panimbang dalam hal
pemungatan retribusi masih jauh dari target yang telah diberikan sebelumnya
oleh pemerintah Daerah karena tidak sesuainya pembayaran retribusi dengan
apa yang ada dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang tentang
Retribusi Jasa Usaha No. 11 tahun 2011 dan karena di panimbang ada
tempat pelelangan ikan yang tidak resmi.
Keempat untuk dimensi pengendalian/pengawasan belum berjalan
dengan baik, lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
membuat tempat pelelangan ikan Panimbang semakin terbengkalai
dikarenakan, tidak ada upaya untuk memperbaiki ketidaksesuaian
pembayaran retribusi nelayan Panimbang kepada tempat pelelangan ikan
Panimbang dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang No. 11 tahun
2011 tentang Retribusi Jasa Usaha yang mengakibatkan kebocoran
penerimaan retribusi untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Pandeglang,
kemudian tidak adanya upaya Pemerintah Daerah untuk menindak tegas dan
menertibkan tempat pelelangan ikan bayangan (ilegal) yang ada di daerah
Panimbang.
154
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian diatas maka
peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan masukan bagi
pihak-pihak yang terlibat dalam manajemen pengelolaan Tempat Pelelangan
Ikan Panimbang Kabupaten Pandeglang, yaitu:
1. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, UPT PPI/TPI
Labuan dan tempat pelelangan ikan Panimbang harus membuat Standar
Oprasional Prosedur (SOP) yang baik untuk mengelola tempat pelelangan
ikan Panimbang agar target retrbusi yang telah dibuat dapat terpenuhi.
2. Perlu upaya peningkatan kordinasi antara Tempat pelelangan ikan
Panimbang, UPT PPI/TPI Labuan dan Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Pandeglang untuk melakukan pengelolaan tempat pelelangan
ikan, serta perbaikan sarana prasarana tempat pelelangan ikan dan sarana
penunjang aktivitas nelayan untuk memperlancar kegiatan pelelangan ikan
dan kegiatan kenelayanan.
3. Untuk lebih meningkatkan kegiatan pelelangan ikan, tempat pelelangan
ikan Panimbang harus bekerja sama dengan jajaranya dan instansi terkait
seperti Satpol PP dan Ditpolair untuk menutup tempat pelelangan ikan
ilegal serta melakukan sosialisasi dan pendekatan terhadap juragan dan
nelayan agar menjual ikan di tempat pelelangan ikan Panimbang kembali
guna mencapai target retribusi yang sudah diberikan;
4. Harus ada upaya tegas pemberian sanksi dari Dinas Perikanan dan
Kelautan Kabupaten Pandeglang serta jajaranya kepada juragan nelayan
155
yang membangun tempat pelelangan ikan bayangan (ilegal) untuk
meminimalisir kebocoran penerimaan pendapatan asli daerah dari sektor
retribusi jasa usaha tempat pelelangan ikan
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah dan Budiyono, Haris. 2004. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press.
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten. 2012. Profil Keberhasilan Sektor Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten. Banten: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten.
Garna K. Judistira. 2009. Metoda Penelitian Kualitatif. Bandung: The Judistira Garna Foundation dan Primako Akademika.
Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Hasibuan, H. Malayu S.P 2001. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara.
____________________. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:Bumi Aksara.
Imron, Masyuri. 2003. Pemberdayaan Masyarakat Nelayan. Yogyakarta: Media Pressindo.
Irawan, Prasetya. 2006. Metodelogi Penelitian Administrasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Moleong, Lexy.J. 2006. Metode penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyadi. 2005. Ekonomi Kelautan. RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian kualitatif Dalam Prespektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Grup.
Siagian, Sondang. 2007. Fungsi-fungsi Manajerial. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.
Siswanto, H.B. 2005. Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Terry, Goerge. R. 2008. Prinsip-prinsip Manajemen. PT. Bumi Aksara: Jakarta.
Dokumen
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Banten.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang perikanan.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per. 16/MEN/2006 Tentang Pelabuhan Perikanan.
Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Usaha.
Peraturan Bupati Pandeglang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Daerah Kabupaten Pandeglang.
Laporan Penerimaan dan Penyetoran Pungutan TPI Panimbang 2014.
Laporan Penerimaan dan Penyetoran Pungutan TPI Panimbang 2015.
Sumber lainnya
Mariyam lesens. 2014. Menurut Para Ahli. http://ado1esen.blogspot.com/2014/02/menurut-para-ahli.html. diakses pada tanggal 21 November 2014 pukul 20:09
Wikipedia bahasa Indonesia. 2013. Nelayan. http://id.wikipedia.org/wiki/Nelayan. diakses pada tanggal 21 November 2014 pukul 21.18 WIB
Wikipedia bahasa Indonesia. 2009. Definisi Pengelolaan. http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan. diakses pada tanggal 21 November 2014 pukul 20:20 WIB
Wikipedia bahasa Indonesia. 2014. Tempat Pelelangan Ikan. http://id.wikipedia.org/wiki/Tempat_Pelelangan_Ikan diakses pada tanggal 21 November 2014 pukul 20:30 WIB
Resti, Fifi Dewi. 2012. Pengukuran Kinerja Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan di PPI Muara Angke. http://repository.ipb.ac.id diakses pada tanggal 10 Agustus 2014 pukul 02:15 WIB
Hertanto, Sandi., Kushandajani Nur Astuti, Puji. 2013. Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan. http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=72859. diakses pada tanggal 18 Agustus 2014 pukul pukul 14:50 WIB
PEDOMAN WAWANCARA
1. Pertanyaan untuk kepala dinas kelautan dan perikanan Kabupaten Pandeglang
Planning (perencanaan)
1. Apa rencana yang dibuat untuk mengelola TPI?
2. Adakah peraturan khusus yang mengatur Pengelolaan TPI?
3. Apa yang diperlukan untuk mengelola TPI?
4. Berapa lama waktu pelaksanaan program?
5. Siapa yang melaksanakan?
6. Bagaimana pelaskanaan program?
7. Apa kendala yang dihadapi?
8. Siapa yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program?
Organizing (pengorganisasian)
1. Bagaiamana cara mengorganisasikan TPI?
2. Komponen apa saja yang dibutuhkan?
3. Apa komponen penting dalampengeloaan TPI?
4. Siapa yang menyediakan komponen tersebut?
5. Adakah angaran yang diberikan untuk mengorganisasikan TPI?
6. Darimana sumber angaran tersebut?
Actuating (pengarahan)
1. Adakah pengarah khusus untuk mengelola TPI?
2. Adakah target yang diberikan untuk TPI?
3. Berapa lama pencapai target tersebut harus tercapai?
4. Siapa yang melaksanakan?
Controlling (pengawasan)
1. Apa yang sudah dilakukan untuk mengontrol TPI?
2. Adakah pengendalian terkait munculnya TPI-TPI baru?
3. Apakah ada izin yang diberikan untuk pembangunan TPI?
7. Apa sanksi yang diberikan kepada pelanggar
2. Pertanyaan untuk kepala UPT pangkalan pendaratan dan pelelangan ikan
Kecamatan Labuan
Planning (perencanaan)
1. Apa rencana yang dibuat untuk mengelola TPI?
2. Adakah peraturan khusus yang mengatur Pengelolaan TPI?
3. Apa yang diperlukan untuk mengelola TPI?
4. Berapa lama waktu pelaksanaan program? Bagaimana pelaskanaan
program?
5. Apa kendala yang dihadapi?
6. Siapa yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program?
Organizing (pengorganisasian)
1. Bagaiamana cara mengorganisasikan TPI?
2. Komponen apa saja yang dibutuhkan?
3. Apa komponen penting dalam pengeloaan TPI?
4. Siapa yang menyediakan komponen tersebut?
5. Adakah angaran yang diberikan untuk mengorganisasikan TPI?
6. Darimana sumber angaran tersebut?
Actuating (pengarahan)
1. Adakah pengarah khusus untuk mengelola TPI?
2. Adakah target yang diberikan untuk TPI?
3. Berapa lama pencapai target tersebut harus tercapai?
4. Siapa yang melaksanakan?
Controlling (pengawasan)
1. Apa yang sudah dilakukan untuk mengontrol TPI?
2. Adakah pengendalian terkait munculnya TPI-TPI baru?
3. Apakah ada izin yang diberikan untuk pembangunan TPI?
4. Apa sanksi yang diberikan kepada pelanggar?
3. Pertanyaan untuk manajer tempat pelelangan ikan panimbang
Planning(perencanaan)
1. Apa rencana yang dibuat untuk mengelola TPI?
2. Adakah peraturan khusus yang mengatur Pengelolaan TPI?
3. Apa yang diperlukan untuk mengelola TPI?
4. Berapa lama waktu pelaksanaan program?
5. Bagaimana pelaskanaan program?
6. Apa kendala yang dihadapi?
7. Siapa yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program?
Organizing (pengorganisasian)
1. Komponen apa saja yang dibutuhkan untuk mengelola TPI?
2. Apa komponen penting dalam pengeloaan TPI?
3. Siapa yang menyediakan komponen tersebut?
4. Adakah angaran yang diberikan untuk mengorganisasikan TPI?
5. Darimana sumber angaran tersebut?
Actuating (pengarahan)
1. Adakah pengarah khusus untuk mengelola TPI?
2. Adakah target yang diberikan untuk TPI?
3. Berapa lama pencapai target tersebut harus tercapai?
Controlling (pengawasan)
1. Apa yang sudah dilakukan untuk mengontrol TPI?
2. Adakah pengendalian terkait munculnya TPI-TPI baru?
3. Apakah ada izin yang diberikan untuk pembangunan TPI?
4. Apa sanksi yang diberikan kepada pelanggar?
5. Pertanyaan untuk juragan nelayan
1. Kenapa membangun TPI/PPI disisni?
2. Apa TPI/PPI ini memiliki izin?
3. Siapa yang memberikan izin?
4. Kenapa tidak menjual ikan TPI yang sudah dibangun pemerintah?
5. Apakah pembayara retribusi sesuai dengan peraturan?
6. Berapa besaranya?
7. Pernahkah ada pengarahan dari pemerintah?
8. Pernahkah mendapat teguran atau sanksi dari pemerintah?
5. Pertanyaan untuk nelayan panimbang (nelayan buruh dan perorangan)
1. Dimana anda menjual ikan?
2. Apakah anda tahu TPI disisni (TPI tidak resmi) memiliki izin dari
pemerintah?
3. Kenapa tidak menjual ikan TPI yang sudah dibangun pemerintah?
4. Apakah ada kendala untuk menjual ikan di TPI resmi?
5. Tahukan anda harus membayar retribusi?
6. Menurut anda layak tidak TPI resmi untuk jual beli ikan?Apakah
pembayara retribusi sesuai dengan peraturan?
7. Pernahkah ada pengarahan dari pemerintah?
8. Pernahkah mendapat teguran atau sanksi dari pemerintah?
DOKUMENTASI FOTO PENELITIAN
Wawancara dengan manajer TPI Panimbang
Wawancara dengan tata usaha TPI Panimbang
Wawancara dengan kapala UPT PPI/TPI Labuan
Wawancara dengan Kepala Dinas kelautan dan Perikanan
Kondisi tempat pelelangan ikan panimbang pada siang hari
Kondisi tempat pelelangan ikan panimbang pada siang hari
Kondisi tempat pelelangan ikan panimbang pada siang hari
Tembok pengubah air laut di TPI Panimbang
Kondisi muara sungai Panimbang
Kondisi muara sungai Panimbang
Proses penarikan kapal nelayan karena pendangkalan muara Panimbang
Kondisi tempat pelelangan ikan Panimbang malam hari
Proses packing ikan di tempat pelelangan ikan ilegal
Proses bongkar ikan di tempat pelelangan ikan ilegal
Proses menimbang ikan di tempat pelelangan ikan ilegal
Transaksi pelelangan ikan di tempat pelelangan ilegal
MATRIX WAWANCARA
Q I
Pertanyaan dan Jawaban Koding jawaban
Q Apa rencana yang dibuat untuk mengelola TPI? I1-1 Untuk mengelolanya memanfaatkan potensi SDM
yang ada melalui seleksi pegawai baik tenaga kerja sukarela maupun PNS. Nah kemudia di testing diangkat, di SK kan oleh Kepala dinas kemudian dikukuhkan oleh Bupati Pandeglang
1
12-1 Rencana mengelola tempat pelelangan ikan adalah menyiapkan sumber daya manusia (manajer dan staf) melalui penyeleksian yang kemudian di SK kan oleh kepala dinas kelautan dan perikanan
2
Q Adakah peraturan khusus yang mengatur Pengelolaan TPI?
I1-1 Ada, diatur oleh pemda nomor 12 tahun 2011 tentang pendapatan asli daeah, tentang PAD. Retribusi dipungut 4% dari nelayan kemudian 2% untuk pengelola
3
12-1 Perda no 12 tahun 2001 pemerintah daerah tentang pemungutan retribusi. Ngga ngga Perda tahun 2011 tentang retribusi 4% untuk di setor ke kas daerah sebesar 4%, kalau diluar itu ada kesepakatan bersama antar nelayan dan bakul ikan yang kemudian dibuat berita acara.
4
Q Kalau peraturan yang secara spesifik tentang pelelangan ikan ada nga pak?
I1-1 Ada di perturan mentri, semua ikan harus dijual di tempat pelelangan ikan yang di bangun sama pemerintah. TPI kan harus dibangun di tanah negara dan dibangun oleh pemerintah
5
I2-1 Ada misalkankan gini misalkan kan ikan aturanya harus dilelalang kan di tpi aturan kan semua ikan harus dilelang di TPI, aturanya ada di peraturan mentri, nelayan tidak boleh di ikanya di jual di tengah laut kan kadang kadang yang namanya di daerah kadang kadang suka ada yang di plele itu, sebetulya tidak boleh itu kan harus di lelang di TPI tidak boleh jual ikan di laut, kenapa karena pemerintah sudah membangun TPI itu kan di gedung itu kan disitu. Pemerintah membangunkan untuk memudahkan.
6
Q Apa yang diperlukan untuk mengelola TPI? I1-1 Misalnya ketrampilannya ya ada keberanian, ada
semacam begini, ada semacam wawasan tentang pengetahuan kenelayanan, kan profesi yah. Tentang kenelayanan kemudian tentang pengetahuan tentang jenis ikan, kan inikan berkaitan dengan jenis ikan yang dijual, di lelang, jadi itu harus tau mana yang mahal, mana yang murah
7
I2-1 Yang diperlukan untuk mengelola tpi itu misalkan karcis lelang (resi itukan), surat jalan misalkan yang dimaksudkan ikan yang sudah dilelang kan ini mau berangkat kejakarta pake surat jalan misalkan mau berangkat ke jakarta berapa blong ikan apa?. Nanti ada petugas yang di sidamukti ada petugas pemeriksaan hasil laut, nanti yang lewat dishub itu ada di pinngir jalan di depan onderdil. Sarana prasana lain itu blong, trais (wadah ikan), terus apatuh blong udah yah? terus timbangan, terus fizer kalau ga ada frizer es itukan terus apatuh yang kuning-kuning (cool box) udah seperti itu ya sama kendaraan.
8
Q
Apakah ada program-program yang direncanakan untuk masing-masing TPI?
I1-1 Programnya dari dkp sendiri itu membuat 14 TPI di Kabuupaten Pandeglang, memberikan/membagi target retribusi ke masing-masing TPI yang ada di Kabupaten Pandeglang. target retribusinya ditentukan oleh pemerinta daerah.
9
I2-1 Kalau sifatnya yang dari UPT program mah gak ada kan, programnya dari dinas kelautan. Kalau dari UPT Cuma sesuai dengan tupoksi upt mengevaluasi takut ada terjadinya monopoli harga, terus monitoring, pembinaan ke nelayan. Kalau program ada sih yang nentuin dinas (masing-masing bidang sih) kalau TPI kan bidangnya bidang perairan tangkap. misalnya programnya sih misalkan pengadaan gedung, pembangunan gedung, terus program hibah apatuh hibang jaring, motor, perahu motor, blong. Insyaalah sih tahun ini ada program motor yang 3 gt. Jaring juga yang ramah lingkungan.
10
Q Berapa lama waktu pelaksanaan program?
I1-1 Targetnya harus tercapai setahun, penyetoran dalam 11
peraturan harusnya 1x 24 jam karena ada yang jauh jadi sekarang di setorkanya seminggu sekali
I2-1 Target itukan setahun, yang nentuinn pemerintah daerah
12
Q Siapa yang melaksanakan?
I1-1 Ya masing-massing TPI, masing-masing manajer bertanggung jawab atas target retribusi yang sudah di bebankan
13
I2-1 Yang melaksanakan manajer masing-masing TPI kan sebelumnya apanamanya sebelum diangkat jadi manajer ditanya dulu kan? Sanggup tidak mencapai retribusi yang udah dikasihkan.
14
Q6 Bagaimana pelaksanaan program?
I1-1 Sementara ini sih masih belum tercapai, ada saja TPI yang tidak mencapai targetnya
15
I2-1 Ya gimana ya? Rada (agak) susah sih, ada aja yang macet mah
16
Q Apa kendala yang dihadapi?
I1-1 Kendala utamanya cuaca (musim hujan) 17 I2-1 kendalanya sementara ini kan yang namanya musim
kan cuaca, gabisa di prediksikan ya model gini aja November desember ga ada kegiatan,musim barat. B biasanya kerja tpi itu ngga 12 bulan dan ngga 30 hari kerjaya 10 bulan yang dua bulan kena musim kadang-kadang 7 bulan, terus kerja bulan itu dipotong terang bulan, kalau terang bulan itukan gabisa paling minimal itu 20 hari karena terbentur terang bulan.
18
Q Siapa yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program?
I1-1 Kalau retribusi sih manajer sama TPInya. Kalau keseluruhan saya yang bertanggung jawab
19
I2-1 Kalau dilapangan Itukan manajer, itu tnggung jawaba manajer setiap satu bulan sekalli melaporrkan hasil produksi raman itukan ke upt terus upt ke dinas.
20
Q Bagaimana cara mengorganisasikan TPI? I1-1 Ada setiap satu bulan sekali diadakan rapat evaluasi,
pemberdayaan target dan strategi ke manajer 21
I2-1 Kalau pembagian kerja itu terus setiap hari. Ada juga rapat setiap satu bulan sekali, tiga bulan sekali
22
Q Komponen apa saja yang dibutuhkan? I1-1 Komponennya ya pegawai sama bangunan tempat
pelelangan ikan serta sarana kelautan seperti dermaga 23
I2-1 Manajer sama staf, terus itu gedung TPI, sama apanamanya (dermaga)
24
Q Apa komponen terpenting dalam pelangan ikan? I1-1 Sarana prasarana laut (dermaga) 25 I2-1 Komponen paling pneting itu paling penting itukan
komponen paling penting PAD, karena pemerintah ini darimana kan sedangkan dinas kelautan itu dinas kelautan itu penghasi, karena selama ni kan kepala dinass di tuntut sama bapak bupati. Itu juga dermaga.
26
Q Siapa yang menyediakan komponen tersebut? I1-1 Penyedia komponen ya dinas kelautan dan pemerintah
daerah. Untuk sementara ini memang dermaga belum bisa dibangun karena anggaran yang belum ada, tapi pengajuan pengajuan ke instansi lainya yang terkait sudah di upayakan. Cuma belum bisa terealisasikan karena anggaran yang belum ada.
27
I2-1 Jadi gini yang masalah muara itukan memang dinas kelautan udah beberapa kali mengajukan ke dinas kelautan pusat sementara ini itukan mungkin gimana yah kewenangan itukan dari dinas PU sumber daya air, jadi harus apatuh harus gotong royong anatara dinas kelautan dan sumberdaya air itukan, jadi pendanaanya itu belum ada tuh. Pengajuan mah udah beberapa kali tapi harus keroyokan, jadi dana itu harus keroyokan dari dinas kelautan sama sumber daya air kalau sendirikan satu SKPD ngga mungkin karna APBD kan kecil. Emang pak kepala dinas sudah mengajukan bebarapa kali tapi belum terealisasi. Emang itu sih yang jadi keluhan nelayan panimbang
28
Q Adakah anggaran yang diberikan untuk mengornaisasikan TPI?
I1-1 Anggaran langsung tidak ada untuk TPI, TPI mencari sendiri anggaran tersebut caranya dengan memungut retribusi dari proses pelelangan, TPI berhak memungut retribusi sebesar 6% (4% untuk pemerintah daerah, 2% untuk biaya oprasional TPI).
29
I2-1 Ngga ada. Cuman ada bantuan hibah aja itukan, tapi sifatnya bukan ke TPI hibahnya diberikan ke kelompok nelayan, tapi kelompok nelyan yang
30
menjual ke TPI itukan, mekanismenya kelompok nelyan harus bikin proposal. Kalau TPI itukan mengambil dari retribusi 2% untuk biaya oprasionalnya.
Q Adakah pengarahan khusu untuk mengelola TPI I1-1 Pengarahan diberikan 1 bulan sekali, seperti rapat
evaluasi, pemberdayaan target dan strategi. 31
I2-1 Pengrah yang 3 bulan, yang setiap 1 minggu sekali seperti yng bapak katakana, kitakan langsung kelapangan, upt kan punya jadwal dari senin sampai jumat keliling ke TPI-TPI, orang upt sibuk kalau ada kegiatan di TPI.
32
Q Adakah target yang diberikan untuk TPI? I1-1 Ada, masing-masing TPI memiliki target masing-
masing dalam pemungutan retribusi, TPi diberikan target berdeda-beda, dibagi-bagi menurut keadaan alam sama jumlah armada kelautanya, untuk TPI Panimbang sebesar 115 juta kurang lebih.
33
I2-1 Ada ada, itukan TPI harus mengumpulkan retribusi yang udah dikasih sama Dinas Kelautan. Beda beda jumlahnya sesuai sama jumlah nelayan sama perahu. Itukan ngga mungkin kalau TPI yang sedikit jumlah nelayanya dikasih target yang besar.
34
Q Berapa lama pencapaian target? I1-1 Satu tahun dek. Satu tahun harus tercapai itu target
retribusi, kalau ngga tercapai ya jadi hutang untuk TPI tersebut.
35
I2-1 Target itukan satu tahun. Harus tercapai itukan kalau ngga nanti kena sanksi hutang TPI itukan, TPI punya hutang ditambah bungan 2% itukan.
36
Q Siapa yang melaksanakan? I1-1 Masing-masing TPI. Ada 14 TPI yang harus
memungut retribusi, kan sudah dibentuk 14 TPI sekabupaten pandeglang
37
I2-1 Manajer yang melaksanakan sama bertanggung jawab. 38 Q Apa yang sudah dilakukan untuk mengontrol TPI? I1-1 Ada kunjungan kerja dari dinas kelautan, bapak suka
keliling ke TPI-TPI. 39
I2-1 Untuk mengontrol TPI dari karcis lelang karcis lelangkan ada bonggolnya. Itu harus di hitung Berapa habisnya berapa yang dilaporkan dan jumlah lelang dan jumlah raman, nanti karcis lelang disamakan
40
dengan raman jadi itu kontrolnya, jadi karcis lelang ada tiga, satu untuk juragan, satu untuk bakul, satu untuk TPI. Kalau ga salah kuning, putih, merah kalau gasalah itu. Fungsi kontrolnya dari situ, terus si bonggolnya harus dilaporkan ke pandeglang. Misalnkan bulan ini habis berapa, berapa buku, nanti disesuaikan dengan laporan bulanan ada kesusaian atau tidak.
Q Adakah pengendalian terkait munculnya TPI-TPI baru?
I1-1 Selama ini belum ada laporan yang masuk dari manajer ataupun UPT.
41
I2-1 Selama ini belum ada, laporanya belum ada dari manajer, seharusnya manajer melaporkan melaporkan ke dinas.
42
Q Adakah izin yang diberikan? I1-1 Sarat di dirikanya TPI adalah dibangun di tanah
negara, dan dibangun oleh pemerintah selain itu tidak aja izin untuk mendirikan TPI apalagi di tanah milik pribadi.
43
I2-1 Tidak ada, ngga ada yang memebrikan izin. Tidak boleh membangun tanpa izin dari dinas. TPI kan harus itukan harus dibangun di tanah negara dan dibangun sama pemerintah
44
Q Apa sanksi yang diberikan untu TPI-TPi tidak resmi? I1-1 Ya kalau ada TPI yang tidak resmi harus ditertibkan.
Itukan merugikan pemerintah daerah. Nanti yang menertibkan satpol pp atas rekomendasi dari dinas kelautan
45
I2 Kalau masalah sanksi sih tidak ada yang pnting dia memebayar retribusi ke TPI, karna toh diakan itukan membangun di tanah sendiri yang penting si itukan membayar retribusi. Dalam aturan kan si tidak boleh sih, kenapa pemerintah menyidiakan TPI kenapa dia membangun sendiri harusnya sih pola pikirnya kesana ngapain dia ngebangun sendiri pusing-pusing pemerintah sudah menyediakan.
46
Q Apa rencana yang dibuat untuk mengelola TPI 47 I3-1 Ada ada, rencana kita ini ingin, ingin TPI panimbang
hidup seperti dulu saat saya menjadi karyawan (juru lelang). Dulu saat saya jadi juru lelang TPI disini rame terus, saya melelangkan ikan dari jam 9 malam sampe
48
jam 9 pagi itu ngga berhenit, ya sekarang mah kondisinya kayak gini sepi, paling perahu kecil aja itu juga hanya beberapa.
I3-2 Rencana manejer sih pengen mengembalikan funggsi TPI kaya dulu lagi aktivitas pelelangan ikan di panimbang itu semuanya dilakukan disini, kalau dari dinas mah sih tidak ada rencana yang diberikan untuk TPI disini, kalau target ada.
49
Q Adakah peraturan khusus yang mengatur pengelolaan pelelangan ikan?
I3-1 Ada kalau retribusi kan di atur dulu sama perda tahun 2008, terus sekarang ada selentingan nada sumbang dari mentri retribusi untuk kapal 10 gt kebawah bebas dari retribusi, jadi karyawan saya kalau mungut retribusi banyak yang nolak padahal hanya selentingan.
50
I3-2 Peraturan mah peraturan retribusi aja paling dek, perda tentang retribusi yang khusus mengatur atau menegelola tempat pelelangan ikan mah tidak ada.
51
Q Berapa lama waktu pelaksanaan program? I3-1 Target saya 3 bulan sampai 6 bulan 52 I3-2 Ya pengenya sih secepatnya kurang dari 6 bulan lah,
tapi udah setaun belum kesampaian aja 53
Q Apa kendala yang dihadapi? I3-1 Kita berbenturan aja masalah retribusi dengan nelayan
sama bakul lah, itu tidak jual di tpi mereka itu bikin tempat sendiri, itu yang jadi pemikiran saya bagaimana kita sebagai manajer dan seharusnya memang semua harus kita pikirkan, kalau manajer aja ngga kuat, kalau semuanya ya mungkin bisa. Terutama ya saya minta perizinan, perizinanya kalau di atur dulu jangan senaknya, padahal saya kurang gimana? beh padahal manajer kerja terus. Terus kalau musim gini ya ombak makanya saya minta cepat dibikin dam di muara. Masrakatnya kurang sadar juga, masalahnya tadinya dibiarkan beli dilaut dibiarkan yang penting masuk retribusi aja, ternyata lama kelamaan jadi terus generasinya sudah tidak ada sedangkan generasi yang baru tidak tau peraturan tpi itu gimana. Padahal panimbang beh potensinya besar saya dulu pas jadi juru lelang saya melelangkan ikan dari jam 9 malam sampai jam 9 pagi. Terus lahanya jugga sempit
54
terutama pas ada bangunan-bangunan pom sama tembok air buat ngubah air laut supaya bisa diminum langsung tapi orang panimbang ngga mau, ya dari pertama dibangun sampai sekarang belum pernah berfungsi tembok itu dulukan tidak ada, harunya di perlebar biar perahu bisa menyandar 3, 4 gitu sekarang malah jadi sempit.
I3-2 Kendalanya nelayan tidak mau menjualkan ikanya disini, pada bikin pelelangan ikan masing-masing, terus kendala cuaca yang ngga tentu namanya juga alam. Yang paling penting mah muara sih dek, dangkal muaranya disini mah jadi susah nelayan mau ngelautnya juga perahunya harus ditarik sama perahu yang lain yang lebih kecil buat berangkat atau pulangnya juga.
55
Q Siapa yang bertangggung jawab atas pelaksanaan program?
I3-1 Manajer kalau dibagian wilayah ini, yak lo semuanya kepala dinas
56
I3-2 Kepala dinas untuk keseluruhan mah, kalau di TPI sini ya manajer yang tanggung jawab.
57
Q Komponen apa saja yang dibutuhkan? I3-1 Muara komponen utamanya keluar masuk, kapal saya
sendiri tenggelam ngga kena, kemaren aja ada yang kena benturan kayu baling-balingnya potong. Nelayan mau bayar retribusi ke tpi kalo muaranya di perbaiki nelayan sini mintanya begitu. Ya komponen penting pendanaan, nelayan pengen uang cash itu yang jadi kendalakan tapi tpi ngga punya simpenan.
58
I3-2 Pegawai, banguanan TPI yang layak (luas), sarana penghubung jalur nelayan seperti muara sama lampu mercusuar.
59
Q Tapikan tpi cuma sebagai penyedia jasa aja pak, aktivitas jual beli ikan kan antara nelayan sama bakul?
I3-1 Betul, tapi itukan istilahnya kalau yang membeli langsung, nah tapi kalau yang dilelang ke kita ke tpi kan maunya ditalangin sama TPI, sementara bakul itu tidak langsung membayar langsung semua saat itu juga, kita mau nalangin uang dari mana.
60
Q Siapa yang menyediakan komponen itu? I3-1 Ya pemerintah daerah, ngga mungkin kan kalau tpi
yang membangun muara yag dangkal. 61
I3-2 Pemerintah yang menyediakan harusnya kita mah hanya mengajukan aja, tapi gimana gini-gini aja TPInya, udah berapa kali kita ngajuin pengerukan muara tapi sampai sekarang belum dilaksanakan aja.
62
Q Adakah anggaran yang diberikan untuk TPI? I3-1 Kita tidak ada, kita hanya dari 2% retribusi 63 I3-2 Tidak ada, anggaran buat biaya oprasional mah dari
retribusi, 4% buat pemerintah 2% untuk TPI 64
Q Adakah pengarahan khusus untu pengelolaan TPI? I3-1 Ada, paling itu juga satu buan sekali, kadang-kadang 2
bulan sekali ke upt rapat gitu. 65
I3-2 Pengarahan ada, sering ada ravat evaluasi sama kunjungan kesini ya tapi gitu gada perubahan gini-gini aja.
66
Q Adakah target yang diberikan untuk tpi? I3-1 Ada 120 juta 67 I3-2 Target mah tinggi 120 juta tapi kondisinya gini ya
susah, tapi lelang jalan mah jangankan 120 juta lebih sanggup kalau semua aktivitas lelang disini mah.
68
Q Berapa lama target tesebut harus tercapai? I3-1 Satu tahun, ya tapi gimana alam kan kitakan banyak
ombak aja untuk bulan bulan ini mah? 69
I3-2 Satu tahu targetnya harus terpenuhi tapi gimana keadaan disini kayak gini pelelanganya ngga hanya satu, ada pelelangan bayangan juga. Sama retribusinya ngga sesuai sama di perda juragan nelayannya ngga mau bayar retribusi sesuai sama yang diperda, alasanya banyak macem-macem. Ada yang bilang perahu-perahu saya yang modalin saya ngapain saya bayar retribusi, pernah kita ngobrol bareng (pihak TPI dengan nelayan) rapat disini ngebahas kesepakatan retribusi hasil musyawarah itu sebenarnya 250 ribu per trip, pada saaat itu kespakatan pemberangkatan itu per trip 7 hari maksimal 10 hari, cuma disitu ada tatangan buat pemerintah kalau ada lampu mercusuar mau si nelayan membayar 250 pertrip kalau tidak ada maka 150 ribu. Ya sampai sekarang ini.
70
Q Ada yang sudah dilakukan untuk mengontrol tpi? I3-1 Sering ada dari upt kesini mengontrol dari dinas juga
suka ada kesini. Kalau saya sendiri sudah sering mengajak yang melelangkan ikan di tpi yang lain yuk kita jual di tpi tapi pada ngomong aman ngga, modal-
71
modal sendiri terus saya mau kejam-kejam udah bukan zamanya.
I3-2 Ada dari dinas sama upt kunjungan keisini, liat ko orang dinas juga kalau ada pelelangan bayangan. Pelelangan bayanganya juga kelitan jelas ini disebelah kan ada pelelangan bayangan keliatan dari sisni juga masa ngga lebih dari 50 meter dari sini ngga keliatan.
72
Q Adakah pengendalian terkait munculnya tpi-tpi baru? I3-1 Belum ada, saya sudah sering memberi himbauan
kalau bisa di tpi semua, sudah saya ajak ayo di tpi mau apa mau gimana (wah ngga bisa saya sudah enak disini gitu bilangnya) kalau saya menutup wih bukan wewenang saya.
73
I3-2 Kembali ke fungsi utama awalnya dibangun pelelngan ikan bayangan itu, awalnya tempat paking, tempat sandaran perahu, sama buat bongkar es ya tapi kan ada jual beli ikan itukan namanya pelelangan ikan, berarti kita inni bukan pelelangan satu aja.
74
Q Adakah izin yang dibeikan untuk pembangunan TPI liar?
I3-1 Itu tidak tau saya, mungkin izinya dari siapa dia bikin tempat sendiri beli tanah di pinngir kali bikin sendiri saya tidak tahu izin-izinya.
75
I3-2 Kalau izin saya kurang tau, saya juga mau menanyakan apakah ada izin untuk pelelangan bayangan itu ke dinas.
76
Q Apakah bapak pernah melaporkan ke upt atau dinas? I3-1 Sudah, sudah pernah saya laporkan bahkan upt pernah
tau pernah meriksa. Pak upt juga tau ada tpi itu, dulukan pak upt pernah jadi manajer disini ya tapi ngga tau saya terusnya mah.
77
I3-2 Dulu juga waktu pak beni (manajer sebelumnya), kita ini susah untuk membongkar muat ikan di pelelangan karena mereka ini pada buat pelelangan ikan bayangan. Udah, hanya mungkin dengar tidak dengar istilahnya mah. Sebenrnya juga bukan tidak tahu orang dinasnya juga tau, mereka juga tau bahwa ada sanadaran disitu.
78
Q Apa sanksi yang diberikan kepada pelanggar? 13-1 Ada sebetulnya sanksinya mah tapi belum pernah
dilaksanakan, yang memberikan sanksi kan bukan saya 79
13-2 Yaitulah belum ada, nanti saya juga mau angkat bicara 80
pas rapat evaluasi yang akan datang ini sejauh mana lapak yang dulunya hanya bongkar muat es kenyataan sekarang ini jadi tempat jual beli ikan. Nah nanti sejauh mana tindakan dari pemerintah, nanti saya tanyakan apa tindakan dari pemerintah, kitakan tidak punya wewenang untuk menertibkan. Terus sanksi di perda setelah dirubah yang sekarang kena sanksi TPI kena utang kalau target ngga tercapai sisanya terus kena bunga kalau dulu mah kenelayan apabila nelayannya membandel tidak melelangkan ikan di pelelangan atau tidak membayara retribusi maka akan kena sanksi tipiring (tindak pidana ringan) itu kenelayan dulu mah gitu, sekarang setelah dirubah malah TPI yang kena sanksi.
Q Kenapa membangun TPI disini? I4-1 Biar mandiri, biar ngga campur sama nelayan yang
lain kitakan punya langgan (bakul ikan) biar gampang aja jualnya sih
81
I4-2 Biar cepet aja dek, biar ngga rebutan sama yang lain, sayakan jaga kualitas ikan supaya bagus kalau kelamaan nunggu ikanya takut jelek kualitasnya
82
I4-3 Enak kalau disini luas, perahunya bisa banyak yang bongkar ikan sekaligus
83
Q Apa TPI ini memiliki izin? I4-1 Ada, buat nyandarin perahu 84 I4-2 Izin yah, lupa saya dulu bikin izinya 85 I4-3 Ada izin untuk membangun tempat paking mah 86 Q Siapa yang memberikan izin? I4-1 Dari TPI kalo ngga salah 87 I4-2 Lupa saya izinya dari siapa. Sudah lama soalnya 88 I4-3 Dari pemerintah sih izinya 89 Q Kenapa tidak menjual ikan di TPI yang dibangun oleh
pemerintah?
I4-1 Enak kalau disini ngga campur sama langgan-langgan orang kalau langgan itukan udah ngasih modal jadi perbekalan apa segala macem buat nelayan udah dikasih jadi nelayanya jual ikan disini, cepet disini jualnya kalau di TPI suka campur-campur ya pokoknya biar lebih enak bisa sambil masak disini bisa solat disini kalau di TPI umumkan kan ngga bisa. Terus kalau pagikan rame banyak perahu yang dating terus tempatnya sempit ada pomlah ada tembok lah
90
jadi enakaan disini ajalah. I4-2 Sempit kalau disana ada pom sama tembok apasih itu
disitu ngga tau apa fungsinyaa mah, ngga bisa buru-buru suka rebutan sama yang lain, keamananya juga kurang ya takutnya kan ada rebut-ribut gara-gara rebutan pengen duluan jual ikan, kalau disinikan engga, amanlah disini mah. Langggan juga udah hapal jam bongkar ikanya disini jam berapa jadi gampang jualnya, cepet.
91
I4-3 Enakan disini lah cepet, perahu-perahu saya sendiri modal saya sendiri, solar bekel apalah semua kan saya yang bayarin, narik perahu segala pemerintahkan ngga mau bayarin biaya tarikan perahu sedangkan perahu harus ditarik yak karena muaranya dangkal ngga di keruk-keruk sama itu tuh kita (nelayan) minta lampu mercusuar dari dulu sampe sekarang belum ada aja
92
Q Apakah pembayaran retribusi sesuai dengan peraturan daerah?
I4-1 Sesuai retibusi mah bayar terus disini mah 93 I4-2 Sesuailah pembayaran retibusi mah kan udah ada
kesapakatan 94
I4-3 Sesuai sama kesapakatan yang udah aja bayar retribusi mah
95
Q Berapa besaran retribusi yang dibayarkan? I4-1 150 ribu sekali bongkar ikan 96 I4-2 150 ribu kalau lagi banyak ikan mah, kalau lagi sedikit
mah mau bayar gimana ikanya juga ngga ada kan enggak dapat uang
97
I4-3 150 ribu sesuai sama kespakatan dulu, kalau permintaan nelayan dipenuhi seperti muara dikeruk sama da lampu mercusuar mah lebih dari 150 ribu juga saya bayar, inikan saya ada biaya tambahan lagi kalau muaranya dangkal ginni, belum kalau malem engga ada lampu mercusuar takut kandas perahunya gelap kan soalnya
98
Q Pernahkah ada pengarahan dari penmerintah atau dari TPI?
I4-1 Pengarahan untuk jual ikan di TPI umum? Kalau dari TPI sih dulu ada kalau dari pemerintah ngga ada
99
I4-2 Ada dulu itu musyawarah pembeyaran retribusi 100 I4-3 Ngga ada sih dek, dulu aja pas musyawarah retribusi
aja sampai sekarang ngga ada. Kalau ada apa-apa ya 101
liat dari berita aja Q Pernahkah mendapat teguran atau sanksi dari
pemerintah?
I4-1 Ngga ada sih 102 I4-2 Ngga ada belum pernah 103 I4-3 Belum pernah ada aman-aman aja dek 104 Q Dimana anda menjual hasil tangkapan ikan? I5-1 Di juragan, perahu, modal, sama solar dikasih sama
juragan soalnya 105
I5-2 Di sini di bos jualya, kan perahu punya bos saya cuma kerja aja
106
I5-3 Di Oscar perahunya punya Oscar sih 107 I5-4 Dibawah jembatan panimbang enak disana mah luas
tempatnya, langganya banyak, ambil esnya disana sih. Sekalian beli es disana
108
I5-5 Di Oscar langganya ada di Oscar sih 109 I5-6 Di sibolga, kesini mau berangkat beli solar sama ngisi
es dulu 110
Q Apakah anda tahu TPI disisni (TPI tidak resmi) memiliki izin dari pemerintah?
I5-1 Ngga tau saya anak buah, izin segaala macem mah bos 111 I5-2 Kurang tau ya 112 I5-3 Kurang tau ya 113 I5-4 Ada kayaknya, tapi ngga tau bos yang ngurusin izin 114 I5-5 Ada kayaknya, kalau ngga ada izin ngga bisa ngelaut
soalnya 115
I5-6 Ada sih, yakan izin ngelaut segala macem dari bos kalau ngga ada izin ya ngga bisa ngelaut
116
Q Kenapa tidak menjual ikan di TPI resmi? I5-1 Sempit, kalau rame rebutan susah jadinya 117 I5-2 Kan modal sama perahunya punya bos ya jualnya
sama bos 118
I5-3 Modal ngelaut dikasih sama bos, jual ya di lapaknya bos aja biar gampan itung-itungan
119
I5-4 Sempit, dangkal lautntya. Susah mendaratkan perahunya
120
I5-5 Kapalnya (perahu) punya bos, ngga bisa kalau jual di TPI umum nanti dimarahin bos
121
I5-6 Langganya nanti ngga ada kalau di umum kan biasa di lelang punya bos, modal perahu segala macem kan punya bos susah kalau jual disini mah
123
Q Menurut anda layak tidak TPI resmi untuk jual beli ikan?
I5-1 Layak sih cuma sempit tempatnya ngga bisa kalau buru-buru pengen bongkar
124
I5-2 Layak mah layak, cuma bos ngga mau jual disitu takut langganya ngga mau
125
I5-3 Layak tempat mah paling perahu kecil, kalau yang gede masuk kasian yang kecil ngga kebagian tempat
126
I5-4 Layak sih tempat mah 127 I5-5 Layak-layak saja tapi ngga ada langgangnya disitunya 128 I5-6 Layak sih cuma bos punya lelang sendiri 129 Q Apakah ada kendala untuk menjual ikan di TPI resmi? I5-1 Langganya engga ada kalau disitu, langganya ada di
lelang bos
130
I5-2 Sempit disitunya, rebutan sama perahu kecil juga 131 I5-3 Ngga ada 132 I5-4 Dangkal lautnya, harus nungggu laut pasang ngga bisa
di buru-buru 133
I5-5 Rebutan sama perahu kecil takut jadi masalah, suka ngga kebagian tempat perahu kecilnya takut rebut
134
I5-6 Ngga tau ya, belum pernah jual disitu sih paling beli soalar sama ngisi es saja
135
Q Tahukan anda harus membayar retribusi? I5-1 Urusanya bos retribusi mah 136 I5-2 Tahu, bos aja yang ngurus retribusi mah 137 I5-3 Bos yang bayar retribusi mah, saya ngga ngurusin 138 I5-4 Retribusi sama bos aja 139 I5-5 Tahu, tapi bos yang bayarnya 140 I5-6 Si bos yang bayar retribusi mah 141 Q Pernahkah ada pengarahan dari pemerintah? I5-1 Jarang-jarang 142 I5-2 Belum pernah ikut, ada kayaknya 143 I5-3 Jarang pemerintah mah, dari berita paling 144 I5-4 Ngga ada, paling liat berita sama ngobrol sama bos aja
kalau ada apa apa 145
I5-5 Ngga ada sih kayaknya 146 I5-6 Ngga ada 147 Q Pernahkah mendapat teguran dari pemerintah karena
menjual ikan disini (TPI tidak resmi)?
I5-1 Belum pernah 148 I5-2 Belum, kalau di ajak sama orang TPI pernah 149
I5-3 Belum pernah, tapi tidak tahu juga saya kan hidupnya banyak di laut
150
I5-4 Belum pernah ada 151 I5-5 Belum, paling dari TPI saja 152 I5-6 Belum pernah, orang TPI saja paling yang sering negur 153
CATATAN LAPANGAN PENELITIAN
No Tanggal Waktu Tempat Hasil Informan 1 11-03-
2014 10;00 WIB
Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang
Data tentang PERDA retribusi jasa usaha dan tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Daerah Kabupaten Pandeglang
Ibu Dewi
2 26-03-2014
09;00 WIB
Kantor UPT PPI/TPI Labuan
Wawancara Bapak Asep
3 26-03-2014
11;00 WIB
Tempat pelelangan ikan Panimbang
Wawancara Bapak Edi
4 12-042014
20;10 WIB
Tempat pelelanggan ikan Oscar
Wawancara Ibu soebah
5 06-10-2014
09; 15 WIB
KESBANGPOLINMAS Kabupaten Pandeglang
Kartu rekomendasi penelitian
Bapak Drs. H. Samsudin, MM
6 06-10-2014
13;00 WIB
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang
Wawancara dan surat penerus disposisi
Bapak Ir. H. T. Nanzar Riadi, MM
7 10-10-2014
11:00 WIB
UPT PPI/TPI Labuan Wawancara Asep Kenedi
8 07-10-2014
09:25 WIB
Tempat pelelangan ikan Panimbang
Wawancara Bapak Edi Suhandi
9 07-10-2014
10:00 WIB
Tempat pelelangan ikan Panimbang
Wawancara Bapak Ayip
10 07-10-2014
10:20 WIB
Tempat pelelangan ikan Panimbang
Wawancara Bapak Abul Aziz
11 08-10-2014
21;30 WIB
Diluar tempat pelelangan ikan Panimbang
Wawancara Bapak H. mista
12 16-01-2015
10;22 WIB
KESBANGPOLINMAS Kabupaten Pandeglang
Surat rekomdasi penelitian
Bapak Drs. H. Samsudin, MM
13 20-01-2015
13;15 WIB
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang
Wawancara dan Profil Dinas
Bapak Ir. H. T. Nanzar Riadi, MM
14 26-01-2015
10;37 WIB
UPT PPI/TPI Labuan Wawancara Bapak Asep WIB Kenedi
15 27-01-2015
11;00 WIB
Tempat pelelangan ikan Panimbang
Wawancara Bapa WIB k Edi Suhend WIB i
16 27-01-2015
10;00 WIB
Tempat pelelangan ikan Panimbang
Wawancara Bapak Ayip
17 27-01-2015
12;17 WIB
Tempat pelelangan Oscar
Wawancara Ibuk soebah
18 28-01-2015
20;15 WIB
Diluar tempat pelelangan ikan
Wawancara Bapak H. Mista
19 29-01-2015
08;30 WIB
Diluar tempat pelelangan ikan
Wawancara Bapak tasbin
20 29-01-2015
16;30 WIB
Diluar tempat pelelangan ikan
Wawancara Bapak wasto
21 29-01-2015
20;45 WIB
Diluar tempat pelelangan ikan
Wawancara Bapak muin
22 01-02-2015
20;20 WIB
Diluar tempat pelelangan ikan
Wawancara Bapak radi
23 01-02-2015
22;17 WIB
Diluar tempat pelelangan ikan
Wawancara Bapak asep
24 02-02-2015
21;45 WIB
Diluar tempat pelelangan ikan
Wawancara Bapak aan
25 02-02-2015
22; 15 WIB
Diluar tempat pelelangan ikan
Wawancara Bapak cecep
26 10-06-2015
09; 22 WIB
Kantor kecamatan panimbang
Wawancara Bapak Tata Miharja
27 11-06-2015
19:46 WIB
Kantor Ditpolair Sidamukti
Wawancara Bapak Nur Said
MEMBER CHECK
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ir. H. T. Nanzar Riadi, MM
Pekerjaan/Jabatan : Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang
Usia/Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Menyatakan Benar bahwa dilaksanakan wawancara untuk keperluan penelitian yang
dilakukan oleh nama sebagaimana tersebut dibawah ini :
Nama : DONI WINARNO
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
NIM : 6661091421
Dan saya tidak berkeberatan apabila mana dalam penelitian ini dicantumkan guna
keperluan keabsahan dalam penelitian ini.
Q: Apa rencana yang dibuat untuk mengelola TPI?
A: Untuk mengelolanya memanfaatkan potensi SDM yang ada melalui seleksi pegawai
baik tenaga kerja sukarela maupun PNS. Nah kemudia di testing diangkat, di SK kan
oleh Kepala dinas kemudian dikukuhkan oleh Bupati Pandeglang
Q: Adakah peraturan khusus yang mengatur Pengelolaan TPI?
A: Ada, diatur oleh pemda nomor 12 tahun 2011 tentang pendapatan asli daeah, tentang
PAD. Retribusi dipungut 4% dari nelayan kemudian 2% untuk pengelola
Q: Kalau peraturan yang secara spesifik tentang pelelangan ikan ada nga pak?
A: Ada di perturan mentri, semua ikan harus dijual di tempat pelelangan ikan yang di
bangun oleh pemerintah. TPI kan harus dibangun di tanah negara dan dibangun oleh
pemerintah
Q: Apa yang diperlukan untuk mengelola TPI?
A: Misalnya ketrampilannya ya ada keberanian, ada semacam begini, ada semacam
wawasan tentang pengetahuan kenelayanan, kan profesi yah. Tentang kenelayanan
kemudian tentang pengetahuan tentang jenis ikan, kan inikan berkaitan dengan jenis
ikan yang dijual, di lelang, jadi itu harus tau mana yang mahal, mana yang murah
Q: Apakah ada program-program yang direncanakan untuk masing-masing TPI?
A: Programnya dari DKP sendiri itu membuat 14 TPI di Kabuupaten Pandeglang,
memberikan/membagi target retribusi ke masing-masing TPI yang ada di Kabupaten
Pandeglang. target retribusinya ditentukan oleh pemerinta daerah.
Q: Berapa lama waktu pelaksanaan program?
A: Targetnya harus tercapai setahun, penyetoran dalam peraturan harusnya 1x 24 jam
karena ada yang jauh jadi sekarang di setorkanya seminggu sekali
Q: Siapa yang melaksanakan?
A: Ya masing-massing TPI, masing-masing manajer bertanggung jawab atas target
retribusi yang sudah di bebankan
Q: Bagaimana pelaskanaan program?
A: Sementara ini masih belum tercapai, ada saja TPI yang tidak mencapai targetnya
Q: Apa kendala yang dihadapi?
A: Kendala utamanya cuaca (musim hujan)
Q: Siapa yang bertanggung jawab atas pelaksanaan?
A: Klo retribusi manajer sama TPInya. Klo keseluruhan saya yang bertanggung jawab
Q: Bagaimana cara mengorganisasikan TPI?
A: Ada setiap satu bulan sekali diadakan rapat evaluasi, pemberdayaan target dan strategi
ke manajer
Q: Komponen apa saja yang dibutuhkan?
A: Komponennya ya pegawai sama bangunan tempat pelelangan ikan serta sarana
kelautan seperti dermaga
Q: Apa komponen terpenting dalam pelangan ikan?
A: Sarana prasarana laut (dermaga)
Q: Siapa yang menyediakan komponen tersebut?
A: Penyedia komponen ya dinas kelautan dan pemerintah daerah. Untuk sementara ini
memang dermaga belum bisa dibangun karena anggaran yang belum ada, tapi
pengajuan pengajuan ke instansi lainya yang terkait sudah di upayakan. Cuma belum
bisa terealisasikan karena anggaran yang belum ada
Q: Adakah anggaran yang diberikan untuk mengornaisasikan TPI?
A: Anggaran langsung tidak ada untuk TPI, TPI mencari sendiri anggaran tersebut
caranya dengan memungut retribusi dari proses pelelangan, TPI berhak memungut
retribusi sebesar 6% (4% untuk pemerintah daerah, 2% untuk biaya oprasional TPI).
Q: Adakah pengarahan khusu untuk mengelola TPI
A: Pengarahan diberikan 1 bulan sekali, seperti rapat evaluasi, pemberdayaan target dan
strategi.
Q: Adakah target yang diberikan untuk TPI?
A: Ada, masing-masing TPI memiliki target masing-masing dalam pemungutan retribusi,
TPi diberikan target berdeda-beda, dibagi-bagi menurut keadaan alam sama jumlah
armada kelautanya, untuk TPI Panimbang sebesar 115 juta kurang lebih.
Q: Berapa lama pencapaian target?
MEMBER CHECK
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Asep Kenedi
Pekerjaan/Jabatan : Kepala UPT PPI/TPI Labuan
Usia/Umur : 49 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Menyatakan Benar bahwa dilaksanakan wawancara untuk keperluan penelitian yang
dilakukan oleh nama sebagaimana tersebut dibawah ini :
Nama : DONI WINARNO
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
NIM : 6661091421
Dan saya tidak berkeberatan apabila mana dalam penelitian ini dicantumkan guna
keperluan keabsahan dalam penelitian ini.
Q: Apa rencana yang dibuat untuk mengelola TPI?
A: Rencana mengelola tempat pelelangan ikan adalah menyiapkan sumber daya manusia
(manajer dan staf) melalui penyeleksian yang kemudian di SK kan oleh kepala dinas
kelautan dan perikanan,
Q: Adakah peraturan khusus yang mengatur Pengelolaan TPI?
A: Perda no 12 tahun 2001 pemerintah daerah tentang pemungutan retribusi. Ngga ngga
Perda tahun 2011 tentang retribusi 4% untuk disetor ke kas daerah sebesar 4%, klo
diluar itu ada kesepakatan bersama antar nelayan dan bakul ikan yang kemudian
dibuat berita acara.
Q: Kalau peraturan yang secara spesifik tentang pelelangan ikan ada tidak pak?
A: Ada misalkankan gini misalkan kan ikan aturanya harus dilelalang kan di TPI aturan
kan semua ikan harus dilelang di TPI, aturanya ada di peraturan mentri, nelayan tidak
boleh di ikanya di jual di tengah laut kan kadang kadang yang namanya di daerah
kadang kadang suka ada yang di plele itu, sebetulya tidak boleh itu kan harus di lelang
di TPI tidak boleh jual ikan di laut, kenapa karena pemerintah sudah membangun TPI
itu kan di gedung itu kan disitu. Pemerintah membangunkan untuk memudahkan.
Q: Apa yang diperlukan untuk mengelola TPI?
A: Yang diperlukan untuk mengelola tpi itu misalkan karcis lelang (resi itukan), surat
jalan misalkan yang dimaksudkan ikan yang sudah dilelang kan ini mau berangkat
kejakarta pake surat jalan misalkan mau berangkat ke jakarta berapa blong ikan apa?.
Nanti ada petugas yang di sidamukti ada petugas pemeriksaan hasil laut, nanti yang
lewat dishub itu ada di pinngir jalan di depan bengkel onderdil. Sarana prasana lain itu
blong, trais (wadah ikan), terus apatuh blong udah yah? terus timbangan, terus fizer
kalau ga ada frizer es itukan terus apatuh yang kuning-kuning (cool box) udah seperti
itu ya sama kendaraan.
Q: Apakah ada program-program yang direncanakan untuk masing-masing TPI?
A: Kalau sifatnya yang dari UPT program mah gak ada kan, programnya dari dinas
kelautan. Kalau dari UPT Cuma sesuai dengan tupoksi UPT mengevaluasi takut ada
terjadinya monopoli harga, terus monitoring, pembinaan ke nelayan. Kalau program
ada sih yang nentuin dinas (masing-masing bidang ) kalau TPI kan bidangnya bidang
perairan tangkap. misalnya programnya misalkan pengadaan gedung, pembangunan
gedung, terus program hibah apatuh hibang jaring, motor, perahu motor, blong.
Insyaalah sih tahun ini ada program motor yang 3 gt. Jaring juga yang ramah
lingkungan.
Q: Berapa lama waktu pelaksanaan program?
A: Target itukan setahun, yang menentukan pemerintah daerah.
Q: Siapa yang melaksanakan?
A: Yang melaksanakan manajer masing-masing TPI kan sebelumnya apanamanya
sebelum diangkat jadi manajer ditanya dulu kan? Sanggup tidak mencapai retribusi
yang udah dikasihkan.
Q: Bagaimana pelaksanaan program?
A: Ya gimana ya? Agak susah sih, ada aja yang macet mah
Q: Apa kendala yang dihadapi?
A: kendalanya sementara ini kan yang namanya musim kan cuaca, gabisa di prediksikan
ya model gini aja November desember ga ada kegiatan,musim barat. Biasanya kerja
tpi itu tidak 12 bulan dan tidak 30 hari kerjaya 10 bulan yang dua bulan kena musim
kadang-kadang 7 bulan, terus kerja bulan itu dipotong terang bulan, kalau terang bulan
itukan gabisa paling minimal itu 20 hari karena terbentur terang bulan.
Q: Siapa yang bertanggung jawab atas pelaksanaan program?
A: Kalau dilapangan Itukan manajer, itu tnggung jawaba manajer setiap satu bulan sekali
melaporrkan hasil produksi raman itukan ke upt terus upt ke dinas.
Q: Bagaimana cara mengorganisasikan TPI?
A; Kalau pembagian kerja itu terus setiap hari. Ada juga rapat setiap satu bulan sekali,
tiga bulan sekali
Q: Komponen apa saja yang dibutuhkan?
A: Manajer sama staf, terus itu gedung TPI, sama apanamanya (dermaga)
Q: Apa komponen terpenting dalam pelangan ikan?
A: Komponen paling pneting itu paling penting itukan komponen paling penting PAD,
karena pemerintah ini darimana kan sedangkan dinas kelautan itu dinas kelautan itu
penghasil, karena selama ini kan kepala dinas di tuntut sama bapak bupati. Itu juga
dermaga
Q: Siapa yang menyediakan komponen tersebut?
A: Jadi gini yang masalah muara itukan memang dinas kelautan udah beberapa kali
mengajukan ke dinas kelautan pusat sementara ini itukan mungkin gimana yah
kewenangan itukan dari dinas PU sumber daya air, jadi harus apatuh harus gotong
royong anatara dinas kelautan dan sumberdaya air itukan, jadi pendanaanya itu belum
ada tuh. Pengajuan mah udah beberapa kali tapi harus keroyokan, jadi dana itu harus
keroyokan dari dinas kelautan sama sumber daya air kalau sendirikan satu SKPD ngga
mungkin karna APBD kan kecil. Memang pak kepala dinas sudah mengajukan
bebarapa kali tapi belum terealisasi. Memang itu yang jadi keluhan nelayan
panimbang
Q: Adakah anggaran yang diberikan untuk mengornaisasikan TPI?
A: Tidak ada, hanya ada bantuan hibah saja itukan, tapi sifatnya bukan ke TPI hibahnya
diberikan ke kelompok nelayan, tapi kelompok nelayan yang menjual ke TPI itukan,
mekanismenya kelompok nelyan harus bikin proposal. Kalau TPI itukan mengambil
dari retribusi 2% untuk biaya oprasionalnya.
Q: Adakah pengarahan khusu untuk mengelola TPI?
A: Pengrahan yang 3 bulan, yang setiap 1 minggu sekali seperti yang bapak katakana,
kitakan langsung kelapangan, upt kan punya jadwal dari senin sampai jumat keliling
ke TPI-TPI, orang upt sibuk kalau ada kegiatan di TPI.
Q: Adakah target yang diberikan untuk TPI?
A: Ada ada, itukan TPI harus mengumpulkan retribusi yang udah dikasih sama Dinas
Kelautan. Beda beda jumlahnya sesuai dengan jumlah nelayan sama perahu. Itukan
tidak mungkin kalau TPI yang sedikit jumlah nelayanya dikasih target yang besar.
Q: Berapa lama pencapaian target?
A: Target itukan satu tahun. Harus tercapai itukan kalau ngga nanti kena sanksi hutang
TPI itukan, TPI punya hutang ditambah bungan 2% itukan.
Q: Siapa yang melaksanakan?
A: Manajer yang melaksanakan sama bertanggung jawab.
Q: Apa yang sudah dilakukan untuk mengontrol TPI?
A: Untuk mengontrol TPI dari karcis lelang karcis lelangkan ada bonggolnya. Itu harus di
hitung Berapa habisnya berapa yang dilaporkan dan jumlah lelang dan jumlah raman,
nanti karcis lelang disamakan dengan raman jadi itu kontrolnya, jadi karcis lelang ada
tiga, satu untuk juragan, satu untuk bakul, satu untuk TPI. Kalau ga salah kuning,
putih, merah kalau gasalah itu. Fungsi kontrolnya dari situ, terus si bonggolnya harus
dilaporkan ke Pandeglang. Misalnkan bulan ini habis berapa, berapa buku, nanti
disesuaikan dengan laporan bulanan ada kesusaian atau tidak.
Q: Adakah pengendalian terkait munculnya TPI-TPI baru?
A: Selama ini belum ada, laporanya belum ada dari manajer, seharusnya manajer
melaporkan melaporkan ke dinas.
Q: Adakah izin yang diberikan?
MEMBER CHECK Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Edi Suhendi Pekerjaan/Jabatan : Manajer TPI Panimbang Usia/Umur : 50 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Menyatakan Benar bahwa dilaksanakan wawancara untuk keperluan penelitian yang dilakukan oleh nama sebagaimana tersebut dibawah ini : Nama : DONI WINARNO Pekerjaan : Mahasiswa Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik NIM : 6661091421 Dan saya tidak berkeberatan apabila mana dalam penelitian ini dicantumkan guna keperluan keabsahan dalam penelitian ini. Q: Apa rencana yang dibuat untuk mengelola TPI? A: Ada ada, rencana kita ini ingin, ingin TPI panimbang hidup seperti dulu saat saya menjadi karyawan (juru lelang). Dulu saat saya jadi juru lelang TPI disini ramai terus, saya melelangkan ikan dari jam 9 malam sampe jam 9 pagi itu ngga berhenit, ya sekarang kondisinya seperti ini sepi, paling perahu kecil saja itu juga hanya beberapa. Q: Adakah peraturan khusus yang mengatur pengelolaan pelelangan ikan? A: Ada kalau retribusi kan di atur dulu sama PERDA tahun 2008, kemudian sekarang ada selentingan nada sumbang dari menteri retribusi untuk kapal 10 gt kebawah bebas dari retribusi, jadi saya kalau memungut retribusi banyak yang nolak padahal hanya selentingan Q: Berapa lama waktu pelaksanaan program? A: Target saya 3 bulan sampai 6 bulan Q: Apa kendala yang dihadapi? A: Kita berbenturan saja masalah retribusi dengan nelayan sama bakul lah, itu tidak jual di TPI mereka itu bikin tempat sendiri, itu yang jadi pemikiran saya bagaimana kita sebagai manajer dan seharusnya memang semua harus kita pikirkan, kalau manajer aja tidak kuat, kalau semuanya ya mungkin bisa. Terutama ya saya minta perizinan, perizinanya kalau di atur dulu jangan senaknya, padahal saya kurang gimana? padahal manajer kerja terus. Terus kalau musim gini ya ombak makanya saya minta cepat dibikin dam di muara. Masrakatnya kurang sadar juga, masalahnya tadinya dibiarkan membeli ikan dilaut dibiarkan yang penting masuk retribusi aja, ternyata lama kelamaan jadi terus generasinya sudah tidak ada sedangkan generasi yang baru tidak tau peraturan tpi itu gimana. Padahal panimbang potensinya besar saya dulu pas jadi juru lelang saya melelangkan ikan dari jam 9 malam sampai jam 9 pagi. Terus lahanya juga sempit terutama ketika ada bangunan-bangunan pom sama tembok air buat ngubah air laut
supaya bisa diminum langsung tapi orang panimbang tidak mau, ya dari pertama dibangun sampai sekarang belum pernah berfungsi tembok itu dulukan tidak ada, harusnya di perlebar biar perahu bisa menyandar 3, 4 gitu sekarang malah jadi sempit. Q: Siapa yang bertangggung jawab atas pelaksanaan program? A: Manajer kalau dibagian wilayah ini, yak kalau semuanya kepala dinas Q: Komponen apa saja yang dibutuhkan? A: Muara komponen utamanya keluar masuk, kapal saya sendiri tenggelam tidak kena, kemarin saja ada yang kena benturan kayu baling-balingnya patah. Nelayan mau bayar retribusi ke tpi kalo muaranya di perbaiki nelayan disini mintanya begitu. Ya komponen penting pendanaan, nelayan pengen uang cash itu yang jadi kendalakan tapi TPI tidak punya simpanan. Q: Tapikan tpi cuma sebagai penyedia jasa aja pak, aktivitas jual beli ikan antara nelayan sama bakul? A: Betul, tapi itukan istilahnya kalau yang membeli langsung, nah tapi kalau yang dilelang ke kita ke TPI kan maunya ditalangi sama TPI, sementara bakul itu tidak langsung membayar langsung semua saat itu juga, kita mau nalangi uang dari mana. Q: Siapa yang menyediakan komponen itu? A: Ya pemerintah daerah, tidak mungkin kan kalau TPI yang membangun muara yang dangkal. Q: Adakah anggaran yang diberikan untuk TPI? A: Kita tidak ada, kita hanya dari 2% retribusi Q: Adakah pengarahan khusus untu pengelolaan TPI? A: Ada, paling itu juga satu buan sekali, kadang-kadang 2 bulan sekali ke UPT rapat gitu. Q: Adakah target yang diberikan untuk tpi? A: Ada 120 juta Q: Berapa lama target tesebut harus tercapai? A: Satu tahun, ya tapi gimana alam kan kitakan banyak ombak saja untuk bulan bulan ini mah? Q: Ada yang sudah dilakukan untuk mengontrol TPI? A: Sering ada dari UPT kesini mengontrol dari dinas juga suka ada kesini. Kalau saya sendiri sudah sering mengajak yang melelangkan ikan di TPI yang lain untuk menjual ikan di tpi tapi pada ngomong aman ngga, modal-modal sendiri terus saya mau kejam-kejam udah bukan zamanya. Q: Adakah pengendalian terkait munculnya TPI baru? A: Belum ada, saya sudah sering memberi himbauan kalau bisa di TPI semua, sudah saya ajak ayo di TPI mau apa mau gimana (wah ngga bisa saya sudah enak disini gitu bilangnya) kalau saya menutup bukan wewenang saya. Q: Adakah izin yang dibeikan untuk pembangunan TPI liar? A: Itu tidak tau saya, mungkin izinya dari siapa dia bikin tempat sendiri beli tanah di pinngir sunggai bikin sendiri saya tidak tahu izin-izinya.
MEMBER CHECK
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Ayip
Pekerjaan/Jabatan : Tata Usaha Tempat Pelelangan ikan Panimbang
Usia/Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Menyatakan Benar bahwa dilaksanakan wawancara untuk keperluan penelitian yang
dilakukan oleh nama sebagaimana tersebut dibawah ini :
Nama : DONI WINARNO
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
NIM : 6661091421
Dan saya tidak berkeberatan apabila mana dalam penelitian ini dicantumkan guna
keperluan keabsahan dalam penelitian ini.
Q: Apa rencana yang dibuat untuk mengelola TPI?
A: Rencana manejer ingin mengembalikan funggsi TPI kaya dulu lagi aktivitas
pelelangan ikan di panimbang itu semuanya dilakukan disini, kalau dari dinas tidak
ada rencana yang diberikan untuk TPI disini, kalau target ada
Q: Adakah peraturan khusus yang mengatur pengelolaan pelelangan ikan?
A: Peraturan peraturan retribusi aja paling dek, PRRDA tentang retribusi yang khusus
mengatur atau menegelola tempat pelelangan ikan tidak ada
Q: Berapa lama waktu pelaksanaan program?
A: Ya maunya secepatnya kurang dari 6 bulan, tapi udah setauhn belum kesampaian aja
Q: Apa kendala yang dihadapi?
A: Kendalanya nelayan tidak mau menjualkan ikanya disini, juragannya bikin pelelangan
ikan masing-masing, terus kendala cuaca yang ngga tentu namanya juga alam. Yang
paling penting mah muara, dangkal muaranya disini jadi susah nelayan mau
ngelautnya juga perahunya harus ditarik sama perahu yang lain yang lebih kecil buat
berangkat atau pulangnya juga.
Q: Siapa yang bertangggung jawab atas pelaksanaan program?
A: Kepala dinas untuk keseluruhan, kalau di TPI sini ya manajer yang tanggung jawab.
Q: Komponen apa saja yang dibutuhkan?
A: Pegawai, banguanan TPI yang layak (luas), sarana penghubung jalur nelayan seperti
muara dan lampu mercusuar.
Q: Siapa yang menyediakan komponen itu?
A: Pemerintah yang menyediakan harusnya kita hanya mengajukan aja, tapi gimana gini-
gini aja TPInya, udah berapa kali kita mengajukan pengerukan muara tapi sampai
sekarang belum dilaksanakan saja.
Q: Adakah anggaran yang diberikan untuk TPI?
A: Tidak ada, anggaran buat biaya oprasional dari retribusi, 4% buat pemerintah 2%
untuk TPI,
Q: Adakah pngarahan khusus untu pengelolaan TPI?
A: Pengarahan ada, sering ada rapat evaluasi sama kunjungan kesini ya tapi gitu gada
perubahan gini-gini aja.
Q: Adakah target yang diberikan untuk tpi?
A: Target tinggi 120 juta tapi kondisinya gini ya susah, tapi lelang jalan mah jangankan
120 juta lebih sanggup kalau semua aktivitas lelang disini mah
Q: Berapa lama target tesebut harus tercapai?
A: Satu tahu targetnya harus terpenuhi tapi gimana keadaan disini kayak gini
pelelanganya tidak hanya satu, ada pelelangan bayangan juga. Sama retribusinya tidak
sesuai dengan di PERDA juragan nelayannya tidak mau bayar retribusi sesuai dengan
yang diperda, alasanya banyak macam-macam. Ada yang bilang perahu-perahu saya
yang modalin saya ngapain saya bayar retribusi, pernah kita ngobrol bareng (pihak TPI
dengan nelayan) rapat disini ngebahas kesepakatan retribusi hasil musyawarah itu
sebenarnya 250 ribu per trip, pada saaat itu kespakatan pemberangkatan itu per trip 7
hari maksimal 10 hari, cuma disitu ada tatangan buat pemerintah kalau ada lampu
mercusuar mau si nelayan membayar 250 pertrip kalau tidak ada maka 150 ribu. Ya
sampai sekarang ini
Q: Ada yang sudah dilakukan untuk mengontrol TPI?
A: Ada dari dinas sama upt kunjungan keisini, melihat ko orang dinas juga kalau ada
pelelangan bayangan. Pelelangan bayanganya juga kelitan jelas ini disebelah kan ada
pelelangan bayangan kelihatan dari sisni juga masa kurang lebih dari 50 meter dari sini
tidak keliatan
Q: Adakah pengendalian terkait munculnya TPI baru?
A: Kembali ke fungsi utama awalnya dibangun pelelngan ikan bayangan itu, awalnya
tempat packing, tempat sandaran perahu, sama buat bongkar es ya tapi kan ada jual
beli ikan itukan namanya pelelangan ikan, berarti kita ini bukan pelelangan satu aja.
Q: Adakah izin yang dibeikan untuk pembangunan TPI liar?
A: Kalau izin saya kurang tau, saya juga mau menanyakan apakah ada izin untuk
pelelangan bayangan itu ke dinas
Q: Apakah bapak pernah melaporkan ke upt atau dinas?
MEMBER CHECK
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : H. Mista
Pekerjaan/Jabatan : Juragan nelayan
Usia/Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Menyatakan Benar bahwa dilaksanakan wawancara untuk keperluan penelitian yang
dilakukan oleh nama sebagaimana tersebut dibawah ini :
Nama : DONI WINARNO
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
NIM : 6661091421
Dan saya tidak berkeberatan apabila mana dalam penelitian ini dicantumkan guna keperluan keabsahan dalam penelitian ini.
Q: Kenapa membangun TPI/PPI disisni?
A: Biar cepet aja dek, biar ngga rebutan sama yang lain, sayakan jaga kualitas ikan
supaya bagus kalau kelamaan nunggu ikanya takut jelek kualitasnya
Q: Apa TPI/PPI ini memiliki izin?
A: Izin yah, lupa saya dulu bikin izinya
Q: Siapa yang memberikan izin?
A: Lupa saya izinya dari siapa. Sudah lama soalnya
Q: Kenapa tidak menjual ikan TPI yang sudah dibangun pemerintah?
A: Sempit kalau disana ada pom sama tembok apasih itu disitu ngga tau apa fungsinyaa
mah, ngga bisa buru-buru suka rebutan sama yang lain, keamananya juga kurang ya
takutnya kan ada rebut-ribut gara-gara rebutan pengen duluan jual ikan, kalau
disinikan engga, amanlah disini mah. Langggan juga udah hapal jam bongkar ikanya
disini jam berapa jadi gampang jualnya, cepat
MEMBER CHECK
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Soebah
Pekerjaan/Jabatan : Juragan nelayan
Usia/Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Menyatakan Benar bahwa dilaksanakan wawancara untuk keperluan penelitian yang
dilakukan oleh nama sebagaimana tersebut dibawah ini :
Nama : DONI WINARNO
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
NIM : 6661091421
Dan saya tidak berkeberatan apabila mana dalam penelitian ini dicantumkan guna keperluan keabsahan dalam penelitian ini.
Q: Kenapa membangun TPI/PPI disisni?
A: Biar mandiri, biar ngga campur sama nelayan yang lain kitakan punya langgan (bakul
ikan) biar gampang aja jualnya sih
Q: Apa TPI/PPI ini memiliki izin?
A: Ada, buat nyandarin perahu
Q: Siapa yang memberikan izin?
A: Dari TPI kalo ngga salah
Q: Kenapa tidak menjual ikan TPI yang sudah dibangun pemerintah?
A: Enak kalau disini ngga campur sama langgan-langgan orang kalau langgan itukan udah
ngasih modal jadi perbekalan apa segala macem buat nelayan udah dikasih jadi nelayanya
jual ikan disini, cepet disini jualnya kalau di TPI suka campur-campur ya pokoknya biar
lebih enak bisa sambil masak disini bisa solat disini kalau di TPI umumkan kan ngga
MEMBER CHECK
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Tasbin
Pekerjaan/Jabatan : Juragan nelayan
Usia/Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Menyatakan Benar bahwa dilaksanakan wawancara untuk keperluan penelitian yang
dilakukan oleh nama sebagaimana tersebut dibawah ini :
Nama : DONI WINARNO
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
NIM : 6661091421
Dan saya tidak berkeberatan apabila mana dalam penelitian ini dicantumkan guna keperluan keabsahan dalam penelitian ini.
Q: Kenapa membangun TPI/PPI disisni?
A: Enak kalau disini luas, perahunya bisa banyak yang bongkar ikan sekaligus
Q: Apa TPI/PPI ini memiliki izin?
A: Ada izin untuk membangun tempat paking
Q: Siapa yang memberikan izin?
A: Dari pemerintah sih izinya
Q: Kenapa tidak menjual ikan TPI yang sudah dibangun pemerintah?
A: Enakan disini lah cepet, perahu-perahu saya sendiri modal saya sendiri, solar bekel
apalah semua kan saya yang bayarin, narik perahu segala pemerintahkan ngga mau
bayarin biaya tarikan perahu sedangkan perahu harus ditarik yak karena muaranya
dangkal ngga di keruk-keruk sama itu tuh kita (nelayan) minta lampu mercusuar dari
dulu sampe sekarang belum ada aja
Q: Apakah pembayara retribusi sesuai dengan peraturan?
MEMBER CHECK
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Wasto
Pekerjaan/Jabatan : Nelayan
Usia/Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Menyatakan Benar bahwa dilaksanakan wawancara untuk keperluan penelitian yang
dilakukan oleh nama sebagaimana tersebut dibawah ini :
Nama : DONI WINARNO
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
NIM : 6661091421
Q: Dimana anda menjual ikan?
A: Di sibolga, kesini mau berangkat beli solar sama ngisi es dulu
Q: Apakah anda tahu TPI disisni (TPI tidak resmi) memiliki izin dari pemerintah?
A: Ada sih, yakan izin ngelaut segala macem dari bos kalau ngga ada izin ya ngga bisa
ngelaut
Q: Kenapa tidak menjual ikan TPI yang sudah dibangun pemerintah?
A: Langganya nanti ngga ada kalau di umum kan biasa di lelang punya bos, modal
perahu segala macem kan punya bos susah kalau jual disini mah
Q: Menurut anda layak tidak TPI resmi untuk jual beli ikan?
A: Layak sih cuma bos punya lelang sendiri
MEMBER CHECK
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Aan
Pekerjaan/Jabatan : Nelayan
Usia/Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Menyatakan Benar bahwa dilaksanakan wawancara untuk keperluan penelitian yang
dilakukan oleh nama sebagaimana tersebut dibawah ini :
Nama : DONI WINARNO
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
NIM : 6661091421
Q: Dimana anda menjual ikan?
A: Dibawah jembatan panimbang enak disana mah luas tempatnya, langganya banyak,
ambil esnya disana sih. Sekalian beli es disana
Q: Apakah anda tahu TPI disisni (TPI tidak resmi) memiliki izin dari pemerintah?
A: Ada kayaknya, tapi ngga tau bos yang ngurusin izin
Q: Kenapa tidak menjual ikan TPI yang sudah dibangun pemerintah?
A: Sempit, dangkal lautntya. Susah mendaratkan perahunya
Q: Menurut anda layak tidak TPI resmi untuk jual beli ikan?
A: Layak sih tempat mah
Q: Apakah ada kendala untuk menjual ikan di TPI resmi?
MEMBER CHECK
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Cecep
Pekerjaan/Jabatan : Nelayan
Usia/Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Menyatakan Benar bahwa dilaksanakan wawancara untuk keperluan penelitian yang
dilakukan oleh nama sebagaimana tersebut dibawah ini :
Nama : DONI WINARNO
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
NIM : 6661091421
Q: Dimana anda menjual ikan?
A: Di Oscar perahunya punya Oscar sih
Q: Apakah anda tahu TPI disisni (TPI tidak resmi) memiliki izin dari pemerintah?
A: Kurang tau ya
Q: Kenapa tidak menjual ikan TPI yang sudah dibangun pemerintah?
A: Modal ngelaut dikasih sama bos, jual ya di lapaknya bos aja biar gampan itung-
itungan
Q: Menurut anda layak tidak TPI resmi untuk jual beli ikan?
A: Layak tempat mah paling perahu kecil, kalau yang gede masuk kasian yang kecil ngga
kebagian tempat
MEMBER CHECK
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Muin
Pekerjaan/Jabatan : Nelayan
Usia/Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Menyatakan Benar bahwa dilaksanakan wawancara untuk keperluan penelitian yang
dilakukan oleh nama sebagaimana tersebut dibawah ini :
Nama : DONI WINARNO
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
NIM : 6661091421
Q: Dimana anda menjual ikan?
A: Di juragan, perahu, modal, sama solar dikasih sama juragan soalnya
Q: Apakah anda tahu TPI disisni (TPI tidak resmi) memiliki izin dari pemerintah?
A: Ngga tau saya anak buah, izin segaala macem mah bos
Q: Kenapa tidak menjual ikan TPI yang sudah dibangun pemerintah?
A: Sempit, kalau rame rebutan susah jadinya
Q: Menurut anda layak tidak TPI resmi untuk jual beli ikan?
A: Layak sih cuma sempit tempatnya ngga bisa kalau buru-buru pengen bongkar
Q: Apakah ada kendala untuk menjual ikan di TPI resmi?
A: Langganya engga ada kalau disitu, langganya ada di lelang bos
MEMBER CHECK
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Radi
Pekerjaan/Jabatan : Nelayan
Usia/Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Menyatakan Benar bahwa dilaksanakan wawancara untuk keperluan penelitian yang
dilakukan oleh nama sebagaimana tersebut dibawah ini :
Nama : DONI WINARNO
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
NIM : 6661091421
Q: Dimana anda menjual ikan?
A: Di sini di bos jualya, kan perahu punya bos saya cuma kerja aja
Q: Apakah anda tahu TPI disisni (TPI tidak resmi) memiliki izin dari pemerintah?
A: Kurang tau ya
Q: Kenapa tidak menjual ikan TPI yang sudah dibangun pemerintah?
A: Kan modal sama perahunya punya bos ya jualnya sama bos
Q: Menurut anda layak tidak TPI resmi untuk jual beli ikan?
A: Layak mah layak, cuma bos ngga mau jual disitu takut langganya ngga mau
Q: Apakah ada kendala untuk menjual ikan di TPI resmi?
A: Sempit disitunya, rebutan sama perahu kecil juga
MEMBER CHECK
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Wasdi
Pekerjaan/Jabatan : Nelayan
Usia/Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Menyatakan Benar bahwa dilaksanakan wawancara untuk keperluan penelitian yang
dilakukan oleh nama sebagaimana tersebut dibawah ini :
Nama : DONI WINARNO
Pekerjaan : Mahasiswa
Fakultas/Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
NIM : 6661091421
Q: Dimana anda menjual ikan?
A: Di Oscar langganya ada di Oscar sih
Q: Apakah anda tahu TPI disisni (TPI tidak resmi) memiliki izin dari pemerintah?
A: Ada kayaknya, kalau ngga ada izin ngga bisa ngelaut soalnya
Q: Kenapa tidak menjual ikan TPI yang sudah dibangun pemerintah?
A: Kapalnya (perahu) punya bos, ngga bisa kalau jual di TPI umum nanti dimarahin bos
Q: Menurut anda layak tidak TPI resmi untuk jual beli ikan?
A: Layak-layak saja tapi ngga ada langgangnya disitunya
Q: Apakah ada kendala untuk menjual ikan di TPI resmi?
1
PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG
NOMOR 11 TAHUN 2011
TENTANG
RETRIBUSI JASA USAHA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PANDEGLANG,
Menimbang
: a. bahwa Retribusi Jasa Usaha merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna
membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah;
b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 127 serta Pasal
156 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa
Usaha;
Mengingat
: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2043);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3684);
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4010);
2
6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);
7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
8. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana diubah dengan Undang-
Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang
Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5073);
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
10. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
12. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
13. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015);
14. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
15. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
3
16. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5145);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif
Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);
22. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 4
Tahun 1986 Tentang Penunjukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Yang Melakukan Penyidikan Terhadap
Pelanggaran Peraturan Daerah Yang Memuat Ketentuan Pidana (Lembaran Daerah Kabupaten
Pandeglang Tahun 1986 Nomor 5 Seri D);
23. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 10 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2007 Nomor 10 Seri E.5);
24. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2008 Nomor 1);
4
25. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 6
Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Pandeglang (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2008 Nomor 6) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 4 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor
6 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Pandeglang (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2010 Nomor 4);
26. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pandeglang Tahun 2011-2031 (Lembaran
Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2011 Nomor 3);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG
dan
BUPATI PANDEGLANG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI JASA
USAHA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Pandeglang.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Bupati adalah Bupati Pandeglang.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD,
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pandeglang.
5. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah yang bertanggungjawab dan berwenang dalam
melaksanakan pengelolaan dan pemungutan retribusi daerah.
6. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5
7. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, Badan usaha milik negara (BUMN), atau Badan usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa
pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, organisasi profesi
atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk Badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
8. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan
Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau Badan.
9. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan
yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.
10. Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan
menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
11. Tanah adalah keseluruhan permukaan bumi yang tidak berupa air.
12. Bangunan adalah suatu perwujudan fisik arsitektur yang digunakan
sebagai wadah kegiatan manusia yang ditanam atau dilekatkan atau melayang dalam suatu lingkungan secara tetap sebagian atau seluruhnya pada, di atas atau di bawah permukaan tanah dan atau
perairan yang berupa bangunan.
13. Alat Berat adalah suatu benda/alat yang memiliki kapasitas bagi
pelaksanaan pekerjaan yang bersifat berat dan sulit dilakukan oleh manusia.
14. Alat Angkutan adalah suatu benda/alat yang dipergunakan untuk memindahkan suatu barang dari satu tempat ke tempat yang lain.
15. Alat bor dan penunjang lainnya adalah alat bor baik yang dalam maupun
dangkal dan alat lainnya seperti geolistrik, logging, GPS dan meter air.
16. Alat bor dalam adalah alat pengeboran dengan hasil lubang bor antara 6
inch – 10 inch dan kedalaman pengeboran antara 60 m – 150 m.
17. Alat bor dangkal adalah alat pengeboran dengan hasil lubang bor antara
2 inch – 4 inch dan kedalaman pengeboran sampai dengan 60 m.
18. Geolistrik adalah suatu alat untuk pengukuran tahanan jenis tanah dan batuan.
19. Logging adalah suatu alat untuk mendapatkan formasi batuan pada hasil lubang bor.
20. GPS (Global Position System) adalah suatu alat penentuan titik kordinat.
21. Meter air adalah suatu alat untuk mengukur volume pemakaian air.
22. Laboratorium adalah sarana ruangan atau fasilitas yang dipergunakan sebagai alat penguji hasil suatu pekerjaan.
23. Kamar Kecil adalah suatu tempat atau ruangan yang diperuntukan bagi
keperluan pribadi orang.
24. Pangkalan Pendaratan Ikan yang selanjutnya disingkat PPI adalah
pelabuhan perikanan skala kecil yang merupakan tempat berlabuh atau bertambatnya kapal/perahu perikanan guna mendaratkan hasil
tangkapannya, melakukan persiapan penangkapan ikan termasuk perbekalan kapal, awak kapal, serta sebagai basis kegiatan produksi pemasaran ikan, pengolahan hasil tangkapan, dan pembinaan
masyarakat nelayan.
6
25. Fasilitas PPI adalah sarana dan prasarana yang berfungsi untuk memperlancar kegiatan pelayanan dan pembinaan kenelayanan.
26. Tempat Pelelangan Ikan yang selanjutnya disingkat TPI adalah tempat yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah untuk penjualan ikan secara
lelang dan berada di wilayah kerja pangkalan pendaratan ikan.
27. Penyelenggaraan Pelelangan Ikan adalah kegiatan untuk melaksanakan
pelelangan ikan di TPI mulai dari penerimaan, penimbangan, pelelangan, sampai dengan pembayaran.
28. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan.
29. Bakul adalah mereka yang membeli ikan secara lelang di TPI.
30. Etmal adalah satuan waktu yang digunakan dalam sistem pelayanan yang setara dengan 24 (dua puluh empat) jam.
31. Trays adalah keranjang sebagai alat penyimpanan ikan.
32. Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan
menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan.
33. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor.
34. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap Kendaraan yang digunakan untuk angkutan barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran.
35. Sepeda Motor adalah Kendaraan Bermotor beroda dua dengan atau
tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau Kendaraan Bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah.
36. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara.
37. Berhenti adalah keadaan Kendaraan tidak bergerak untuk sementara dan tidak ditinggalkan pengemudinya.
38. Pengemudi adalah orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di
Jalan yang telah memiliki Surat Izin Mengemudi.
39. Tempat Parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan di lokasi
tertentu baik di tepi jalan umum, gedung parkir, tempat khusus parkir, pelataran parkir, atau bangunan umum di wilayah Kabupaten
Pandeglang yang diperuntukkan sebagai tempat parkir kendaraan.
40. Pelayanan Tempat Parkir Khusus adalah pelayanan penyediaan tempat parkir yang khusus disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah, tidak termasuk yang disediakan dan dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah dan pihak swasta.
41. Sewa Parkir adalah pembayaran atas pemakaian tempat parkir yang diselenggarakan oleh orang atau Badan.
42. Karcis Parkir adalah tanda bukti masuk tempat parkir dan atau bukti pembayaran atas pemakaian tempat parkir.
43. Rumah Potong Hewan adalah suatu bangunan atau komplek bangunan
dengan desain tertentu yang digunakan sebagai tempat memotong hewan selain unggas bagi konsumsi masyarakat luas.
7
44. Hewan adalah semua binatang yang hidup di darat baik yang dipelihara
maupun yang hidup secara liar.
45. Ternak adalah hewan peliharaan yang kehidupannya yakni mengenai
tempat, perkembangbiakannya serta manfaatnya diatur dan diawasi oleh manusia serta dipelihara khusus sebagai penghasil bahan-bahan dan
jasa-jasa yang berguna bagi kepentingan hidup manusia.
46. Rumah Toko yang selanjutnya disebut Ruko adalah bangunan tetap di
dalam pasar berbentuk bangunan berlantai yang dapat digunakan selain untuk tempat berdagang dapat pula digunakan untuk tempat tinggal.
47. Toko adalah bangunan tetap di dalam pasar berbentuk bangunan yang
dipisahkan satu dengan lainnya dengan dinding pemisah mulai dari lantai sampai dengan langit-langit dan digunakan untuk tempat
berdagang.
48. Tempat Grosir dan/atau Pertokoan adalah pasar grosir berbagai jenis
barang dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan, yang disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
49. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan yang menurut
peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi
tertentu.
50. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan
batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah.
51. Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SSRD,
adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke
kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.
52. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD,
adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.
53. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya
disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi
lebih besar daripada retribusi yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
54. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.
55. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dan/atau untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan dan retribusi daerah.
56. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi adalah serangkaian
tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak
pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
57. Kas Umum Daerah adalah Kas Pemerintah Daerah pada Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah.
8
BAB II
RETRIBUSI JASA USAHA
Bagian Kesatu
Jenis dan Golongan Retribusi Jasa Usaha
Paragraf 1
Jenis Retribusi Jasa Usaha
Pasal 2
(1) Jenis Retribusi Jasa Usaha dalam Peraturan Daerah ini meliputi :
a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
b. Retribusi Tempat Pelelangan;
c. Retribusi Terminal;
d. Retribusi Tempat Khusus Parkir;
e. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
f. Retribusi Rumah Potong Hewan;
g. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;
h. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah; dan
i. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan.
(2) Jenis Retribusi Jasa Usaha selain yang diatur dalam Peraturan Daerah ini ditetapkan dengan Peraturan Daerah tersendiri yang berpedoman
pada peraturan perundang-undangan.
Paragraf 2
Golongan Retribusi Jasa Usaha
Pasal 3
Setiap jenis Retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 digolongkan
sebagai Retribusi Jasa Usaha.
Bagian Kedua
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
Paragraf 1
Nama, Objek dan Subjek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
Pasal 4
Dengan nama Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan yang disediakan oleh pemerintah dalam
penggunaan atau pemanfaatan kekayaan Daerah.
9
Pasal 5
(1) Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah pemakaian atas
kekayaan Daerah yang meliputi tanah, bangunan, alat angkutan, alat berat, alat besar, alat bor dan penunjang lainnya, alat dan mesin
pertanian serta alat lainnya, laboratorium/quality control, Klinik Hewan/Puskeswan, kamar kecil, dan kawasan PPI beserta fasilitasnya.
(2) Dikecualikan dari pengertian pemakaian kekayaan Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah tersebut.
Pasal 6
Subjek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa atas pemakaian
kekayaan Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
Pasal 7
Tingkat penggunaan jasa pada Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah diukur berdasarkan jenis, lokasi, dan lamanya pemakaian kekayaan Daerah.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
Pasal 8
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
ditetapkan dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Ketiga
Retribusi Tempat Pelelangan
Paragraf 1
Nama, Objek, dan Subjek Retribusi Tempat Pelelangan
Pasal 9
Dengan nama Retribusi Tempat Pelelangan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan tempat pelelangan yang disediakan
oleh Pemerintah Daerah.
10
Pasal 10
(1) Objek Retribusi Tempat Pelelangan adalah penyediaan tempat pelelangan yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah
untuk melakukan pelelangan ikan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di tempat pelelangan.
(2) Termasuk objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tempat yang dikontrak oleh Pemerintah Daerah dari pihak lain untuk dijadikan sebagai tempat pelelangan.
(3) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tempat pelelangan yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola
oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Pasal 11
Subjek Retribusi Tempat Pelelangan adalah orang pribadi atau Badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan penyediaan tempat pelelangan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Retribusi Tempat Pelelangan
Pasal 12
Tingkat penggunaan jasa pada Retribusi Tempat Pelelangan diukur
berdasarkan nilai transaksi yang dilelang.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif
Retribusi Tempat Pelelangan
Pasal 13
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat Pelelangan ditetapkan sebesar
4 % (empat perseratus) dari nilai transaksi lelang.
Bagian Keempat
Retribusi Terminal
Paragraf 1
Nama, Objek dan Subjek
Retribusi Terminal
Pasal 14
Dengan nama Retribusi Terminal dipungut retribusi sebagai pembayaran
atas pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya di lingkungan
terminal.
11
Pasal 15
(1) Objek Retribusi Terminal adalah pelayanan penyediaan tempat parkir
untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah terminal yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Pasal 16
Subjek Retribusi Terminal adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan penyediaan tempat parkir untuk
kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi Terminal
Pasal 17
Tingkat penggunaan jasa pada Retribusi Terminal diukur berdasarkan jenis
kendaraan yang parkir di terminal dan waktu pemakaian.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Terminal
Pasal 18
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Terminal ditetapkan dengan rincian
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kelima
Retribusi Tempat Khusus Parkir
Paragraf 1
Nama, Objek, dan Subjek
Retribusi Tempat Khusus Parkir
Pasal 19
Dengan nama Retribusi Tempat Khusus Parkir dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan tempat khusus parkir.
Pasal 20
(1) Objek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah pelayanan tempat khusus parkir yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.
12
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan tempat parkir yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Pasal 21
Subjek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan tempat khusus parkir.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi Tempat Khusus Parkir
Pasal 22
Tingkat penggunaan jasa pada Retribusi Tempat Khusus Parkir diukur berdasarkan jenis kendaraan dan lamanya parkir.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif
Retribusi Tempat Khusus Parkir
Pasal 23
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat Khusus Parkir ditetapkan
dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran III dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Keenam
Retribusi Tempat Penginapan/
Pesanggrahan/Villa
Paragraf 1
Nama, Objek, dan Subjek
Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
Pasal 24
Dengan nama Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa dipungut
retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan tempat penginapan/Pesanggrahan/Villa.
Pasal 25
(1) Objek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa adalah
pelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah pelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD,
dan pihak swasta.
13
Pasal 26
Subjek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan tempat
penginapan/Pesanggrahan/Villa.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
Pasal 27
Tingkat penggunaan jasa pada Retribusi Tempat Penginapan / Pesanggrahan /Villa diukur berdasarkan jenis fasilitas, jumlah kamar dan jangka waktu pemakaian penginapan /pesanggrahan/villa.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif
Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
Pasal 28
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat Penginapan / Pesanggrahan /
Villa ditetapkan ditetapkan sebesar Rp. 75.000,- (tujuh puluh lima ribu rupiah) per unit/malam.
Bagian Ketujuh
Retribusi Rumah Potong Hewan
Paragraf 1
Nama, Objek, dan Subjek Retribusi Rumah Potong Hewan
Pasal 29
Dengan nama Retribusi Rumah Potong Hewan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan
ternak.
Pasal 30
(1) Objek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah pelayanan penyediaan
fasilitas rumah pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong, yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
14
Pasal 31
Subjek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi Rumah Potong Hewan
Pasal 32
Tingkat penggunaan jasa pada Retribusi Rumah Potong Hewan berdasarkan jenis pelayanan, jenis hewan ternak, dan jumlah ternak yang akan dipotong.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif
Retribusi Rumah Potong Hewan
Pasal 33
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Rumah Potong Hewan ditetapkan dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedelapan
Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
Paragraf 1
Nama, Objek, dan Subjek
Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
Pasal 34
Dengan nama Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga.
Pasal 35
(1) Objek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah pelayanan
tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD,
dan pihak swasta.
Pasal 36
Subjek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati fasilitas tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga.
15
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
Pasal 37
Tingkat penggunaan jasa pada Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga diukur berdasarkan jenis pengguna, frekuensi pemanfaatan serta jenis tempat rekreasi dan olahraga.
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif
Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
Pasal 38
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga ditetapkan dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran V dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kesembilan
Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
Paragraf 1
Nama, Objek, dan Subjek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
Pasal 39
Dengan nama Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah dipungut
retribusi atas penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah.
Pasal 40
(1) Objek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah penjualan produksi oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Pasal 41
Subjek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan hasil produksi usaha
Pemerintah Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
Pasal 42
Tingkat penggunaan jasa pada Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah diukur berdasarkan jenis komoditi, ukuran, dan volume hasil produksi
usaha daerah yang dijual.
16
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif
Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
Pasal 43
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Penjualan Produksi Daerah ditetapkan
dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kesepuluh
Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan
Paragraf 1
Nama, Objek, dan Subjek
Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
Pasal 44
Dengan nama Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan dipungut retribusi
atas penyediaan fasilitas pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan, yang disediakan/diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah.
Pasal 45
(1) Objek Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan adalah penyediaan
fasilitas pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan, yang disediakan/diselenggarakan
oleh Pemerintah Daerah.
(2) Dikecualikan dari objek Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fasilitas pasar yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh
BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
Pasal 46
Subjek Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/menikmati pelayanan penyediaan fasilitas pasar
grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan, yang disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
Paragraf 2
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan
Pasal 47
Tingkat penggunaan jasa pada Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan diukur berdasarkan luas dan jenis bangunan serta jenis penggunaan fasilitas Pasar Grosir dan/atau Pertokoan.
17
Paragraf 3
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
Pasal 48
Struktur dan besarnya tarif Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan ditetapkan dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB III
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 49
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Jasa Usaha
didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.
(2) Keuntungan yang layak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
BAB IV
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 50
Retribusi Jasa Usaha dipungut di wilayah Daerah.
BAB V
SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 51
Saat Retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau SSRD.
BAB VI
PEMUNGUTAN RETRIBUSI JASA USAHA
Bagian Kesatu
Tata Cara Pemungutan, Tata Cara pembayaran
Sanksi Administratif dan Tata Cara Penagihan
Paragraf 1
Tata Cara Pemungutan
Pasal 52
(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.
18
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan isi SKRD atau dokumen
lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
Paragraf 2
Tata Cara Pembayaran
Pasal 53
(1) Pembayaran retribusi harus dilakukan secara tunai.
(2) Pembayaran retribusi dilakukan di Kas Umum Daerah atau tempat lain
yang ditunjuk sesuai dengan SKRD.
(3) Seluruh hasil penerimaan retribusi disetor ke Kas Umum Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Dalam hal pembayaran dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan Daerah dari retribusi tersebut harus disetor ke Kas
Umum Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemungutan retribusi
termasuk tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran, dan angsuran serta penundaan pembayaran retribusi diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati.
Paragraf 3
Sanksi Administrasi
Pasal 54
Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar
2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang bayar.
Paragraf 4
Tata Cara Penagihan
Pasal 55
(1) Penagihan retribusi terutang yang tidak atau kurang bayar dilakukan dengan menggunakan STRD.
(2) Penagihan retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan Surat Teguran.
(3) Pengeluaran Surat Teguran/Peringatan/Surat lain yang sejenis sebagai
awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 15 (lima belas) hari sejak jatuh tempo pembayaran.
(4) Dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari setelah tanggal Surat Teguran/Peringatan/Surat Lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus
melunasi Retribusinya yang terutang.
(5) Surat Teguran/Peringatan/Surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk.
(6) Tata cara penagihan dan penerbitan surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis diatur dengan Peraturan Bupati.
19
Bagian Kedua
Pemanfaatan
Pasal 56
(1) Pemanfaatan dari penerimaan masing-masing jenis Retribusi
diutamakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan yang bersangkutan.
(2) Ketentuan mengenai alokasi pemanfaatan penerimaan Retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
Bagian Ketiga
Keberatan
Pasal 57
(1) Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi
tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan Wajib Retribusi.
(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.
Pasal 58
(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal
Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk
memberikan kepastian hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Bupati.
(3) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya Retribusi yang
terutang.
(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan
tersebut dianggap dikabulkan.
Pasal 59
(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran Retribusi dikembalikan dengan ditambah
imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.
(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.
20
BAB VII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 60
(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan, sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan
keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) telah
dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pembayaran Retribusi dianggap dikabulkan
dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya, kelebihan
pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang Retribusi
tersebut.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.
(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah
lewat 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan
pembayaran Retribusi.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengembalian kelebihan
pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB VIII
KADALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 61
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi kadaluwarsa setelah melampaui waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat
terutangnya Retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi.
(2) Kadaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh jika:
a. diterbitkan Surat Teguran; atau
b. ada pengakuan utang Retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung maupun tidak langsung.
(3) Dalam hal diterbitkan Surat Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, kadaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya
Surat Teguran tersebut.
(4) Pengakuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
21
(5) Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan
keberatan oleh Wajib Retribusi.
Pasal 62
(1) Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi Daerah yang sudah kadaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penghapusan piutang
Retribusi yang sudah kadaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB IX
PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN
Pasal 63
(1) Bupati berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban Retribusi dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan tentang Retribusi Daerah.
(2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib:
a. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang
berhubungan dengan objek Retribusi yang terutang;
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan
yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan; dan/atau
c. Memberikan keterangan yang diperlukan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan Retribusi diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB X
PENINJAUAN KEMBALI TARIF
RETRIBUSI JASA USAHA
Pasal 64
(1) Tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.
(2) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.
BAB XI
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 65
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi
insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.
22
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian dan pemanfaatan
insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB XII
PENYIDIKAN
Pasal 66
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah, sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat Pegawai
Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi
Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;
d. Memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan
penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;
g. Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung
dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
j. Menghentikan penyidikan; dan/atau
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Dearah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada
Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
23
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 67
Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau
pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.
Pasal 68
Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 merupakan penerimaan Negara.
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 69
Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Retribusi yang masih terutang berdasarkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Usaha masih dapat ditagih selama jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutang.
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 70
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku:
1. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 1 Tahun 2000 tentang
Retribusi Tempat Rekreasi sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2003 tentang Perubahan atas
Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 1 Tahun 2000 Tentang Retribusi Tempat Rekreasi (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2003 Nomor 57 Seri C.1);
2. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 6 Tahun 2000 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten
Pandeglang Tahun 2000 Nomor 8 Seri B.6), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 17
Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 6 Tahun 2000 tentang Retribusi Kekayaan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2007 Nomor 17);
3. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 12 Tahun 2001 tentang Retribusi Pasar Grosir dan atau Pertokoan yang diperuntukan
bagi Penyelenggaraan Pelelangan Ikan (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2001 Nomor 13 Seri B.7);
4. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Pemanfaatan Kepelabuhanan (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2004 Nomor 16 Seri E.2);
5. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Retribusi Jasa Pelayanan Kapal (Lembaran Daerah Kabupaten
Pandeglang Tahun 2004 Nomor 18 Seri C.3);
24
6. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 19 Tahun 2007
tentang Retribusi Terminal (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2007 Nomor 19);
7. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 20 Tahun 2007 tentang Retribusi Parkir (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang
Tahun 2007 Nomor 20);
8. Peraturan Daerah Kabupaten Pandeglang Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Retribusi Rumah Potong Hewan, Pemakaian Kandang, Pemeriksaan Ternak dan Daging (Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang Tahun 2009 Nomor 9);
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 71
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang.
Ditetapkan di Pandeglang pada tanggal 30 Desember 2011
BUPATI PANDEGLANG,
Cap/t.t.d
ERWAN KURTUBI
Diundangkan di Pandeglang pada tanggal 30 Desember 2011
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG,
Cap/t.t.d
DODO DJUANDA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2011 NOMOR 11 Lan. Retribusi Jasa Usaha
25
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG
NOMOR 11 TAHUN 2011
TENTANG
RETRIBUSI JASA USAHA
I. UMUM
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Pemerintah Daerah berhak mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
kepada masyarakat.
Untuk menyelenggarakan pemerintahan di Daerah, Pemerintah Daerah
berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat. Pelaksanaan pemungutan Retribusi Daerah di daerah harus ditetapkan dalam suatu
Peraturan Daerah yang mengacu kepada ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Berbeda dengan Pajak Daerah yang bersifat close list, bagi Retribusi
masih dibuka peluang untuk dapat menambah jenis retribusi selain yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sepanjang memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam Undang-Undang tersebut dan Peraturan Pemerintah
yang merupakan peraturan pelaksanaannya. Adanya peluang untuk menambah jenis Retribusi dengan Peraturan Pemerintah juga dimaksudkan untuk mengantisipasi penyerahan fungsi pelayanan dan
perizinan dari Pemerintah kepada Daerah yang juga diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pemerintah Daerah memiliki hak untuk mengenakan pungutan kepada orang pribadi atau Badan atas jasa usaha tertentu yang disediakan atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.
Dari 11 (sebelas) jenis Retribusi Jasa Usaha dalam Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009, Pemerintah Daerah hanya memungut 9 (sembilan) jenis Retribusi Jasa Usaha yang diatur dalam Peraturan
Daerah ini. Sedangkan 2 (dua) jenis Retribusi Jasa Usaha lainnya yaitu Retribusi Pelayanan kepelabuhanan dan Retribusi Tempat Penyebrangan
di Air belum diatur dalam Peraturan Daerah ini.
Dalam Peraturan Daerah ini, terdapat 1 (satu) jenis retribusi jasa usaha yang baru yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
yaitu Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan.
Semula pengaturan mengenai Retribusi Jasa Usaha masih tersebar
dalam beberapa Peraturan Daerah (satu jenis Retribusi jasa Usaha diatur dalam satu Peraturan Daerah). Saat ini, pengaturan mengenai Retribusi
Jasa Usaha diintegrasikan dalam satu Peraturan Daerah saja yaitu Peraturan Daerah tentang Retribusi Jasa Usaha.
26
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2 Cukup jelas.
Pasal 3 Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “alat lainnya” adalah antara lain
asphalt mixing plant.
Ayat (2) Penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah,
antara lain pemancangan tiang listrik/telepon atau penanaman/pembentangan kabel listrik/telepon di tepi jalan umum.
Pasal 6 Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas. Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9 Cukup jelas.
Pasal 10 Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12 Cukup jelas.
Pasal 13 Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas. Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16 Cukup jelas.
27
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19 Cukup jelas.
Pasal 20 Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas. Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23 Cukup jelas.
Pasal 24 Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26 Cukup jelas.
Pasal 27 Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas. Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30 Cukup jelas.
Pasal 31 Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33 Cukup jelas.
Pasal 34 Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
28
Pasal 36 Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38 Cukup jelas.
Pasal 39 Hasil produksi usaha Pemerintah Daerah, antara lain bibit atau
benih tanaman, bibit ternak, dan bibit atau benih ikan.
Pasal 40 Cukup jelas.
Pasal 41 Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas. Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44 Cukup jelas.
Pasal 45 Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47 Cukup jelas.
Pasal 48 Cukup jelas.
Pasal 49 Cukup jelas.
Pasal 50 Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52 Cukup jelas.
Pasal 53 Cukup jelas.
29
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55 Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas. Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58 Cukup jelas.
Pasal 59 Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61 Cukup jelas.
Pasal 62 Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Ayat (1) Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas. Ayat (3)
Dalam hal besarnya tarif retribusi yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah perlu disesuaikan karena biaya penyediaan
layanan cukup besar dan/atau besarnya tarif tidak efektif lagi untuk mengendalikan permintaan layanan tersebut, Bupati dapat
menyesuaikan tarif retribusi. Pasal 65
Ayat (1) Yang dimaksud dengan “instansi yang melaksanakan pemungutan”
adalah dinas/Badan/lembaga yang tugas pokok dan fungsinya melaksanakan pemungutan Retribusi.
Ayat (2) Pemberian besarnya insentif dilakukan melalui pembahasan yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang membidangi masalah keuangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
30
Pasal 66 Cukup jelas.
Pasal 67 Cukup jelas.
Pasal 68 Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70 Cukup jelas.
Pasal 71 Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Identitas Pribadi:
Nama : DONI WINARNO
Tempat Tanggal Lahir: Pandeglang 15 Maret 1992
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
E-mail : vccawr@gmail.com
Phone : 087809941673
2. Riwayat Pendidikan: SD : SDN Gombong 3 SMP : SMPN 1 Panimbang SMA : SMAN 6 Pandeglang