Post on 04-Jan-2022
MAKNA METAFORA DAN PERUMPAMAAN
DALAM SYAIR NYAMUK DAN LALAT
ARTIKEL E-JOURNAL
Oleh
ADY PUTRA NIM 080320717004
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2013
STIRAT PERTTYATAAI\I:
Yang bertandatangan di bawah ini :
nama
NIM
kelas
tahun akademik / angkatan
judul skripsi
DALAM SYAIRI\TYAMUK DAN LALAT
Dengan ini menyatakan bahwa:
l. Karya tulis saya ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar akademik Sarjana baik di Universitas Maritim Raja Ali Haji maupun di
perguruan tinggi lain;
2. Karyatulis ini murni gagasan, dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak
lain, kecuali arahan dari Tim Pembimbing;
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat oftmg lain yang telah
ditulis atau dipublikasikar; kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftff pustaka;
4. Pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabiladi kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi laiflnya sesuai dengan nonna yang berlaku di
perguruan tinggi ini, dan sesuai dengan perafuran perundangan-perundangan yang
berlaku.
Tanjunpinang, 31 Januari 2013
ADY PUTRA
080320717004
A2
2008lII @ua)
MAKNA METAFORA DAN PERUMPAMAAN
ATAAI\I TIDAK PLAGIAT
Y PT]TRA
PERSETUruA}.I PENERBITA}I ARTIKEL E-JOUKNAL
Judul Artikel
NamaPenyusun
NIM
Jurusan
Tanggal Lulus Ujian Skripsi
Telatr memenuhi syarat untuk diunggatr ke e-jourrul.
Drs. Abdul Mat*, M.Pd.NIP 19580409198601 1002
Malxra Metafora dan Penrmpamaan dalam Syair Nyamuk
dan Lalat
Ady Futra
080320717004
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
31 Januari2013
Tanjun$rinang, Juli2013
Pembimbing ?
MEka Rihan. K, S.Pd., M.Pd
Mengetahui,
Ketua Junrsan Pendidikan Bahasa dan Sasna Indonesia,
Pembimbing I,
S.Pd., M.Hrmr.
PENGESAHAN I}OSEN PENGUJI
Mahasiswa yang bersangkutan telatr selesai diuji
hari : Kamis
tanggal : 3l Januari 2013
PANITIA PENGUJI
: Drs. H. Said Barakbah Ali
Sekretaris : Mini Andriani, S. Pd., M. Hum.
: 1. Drs. Abdul Malilq M. Pd.
2. Eka Rihan. K S.Pd., M.Pd"
3. Dra. Hj.Isanaini Leo Shanty, M.Pd.
4 Erwin Pohan, M.Pd.
Tanjunpinang Febnrari2013
FAKULTAS KEGTJRUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
M. Pd
Makna Metafora dan Perumpamaan dalam Syair Nyamuk dan Lalat. Ady Putra. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.Panduan dosen pembimbing 1,Drs. Abdul Malik, M.Pd. dan pembimbing 2, Eka Rihan. K, S.Pd.,M.Pd. Ady.putra84@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna metafora dan perumpamaan dalam
Syair Nyamuk dan Lalat. Objek dari penelitian ini adalah Syair Nyamuk dan Lalat yang
terdapat dalam buku Antologi Syair Simbolik dalam Sastra Lama Indonesia terbitan Direktur
Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, bertujuan untuk menguraikan
bait-bait syair yang mempunyai makna metafora dan perumpamaan dalam Syair Nyamuk dan
Lalat. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi atau kepustakaan
dalam menganalisis teks syair. Bait-bait syair dibaca, dipahami, ditelaah secara cermat
sehingga memperoleh data penelitian yang berhubungan dengan metafora dan perumpamaan
berdasarkan teori dan pendapat ahli. Dari analisis yang telah dilakukan, maka ditemukan
makna metafora berjumlah 21 bait sedangkan makna perumpamaan berjumlah 20 bait syair.
Kata Kunci : Makna, Metafora, Perumpamaan, Syair
Abstrac
This studyaims to determinethe meaning of metaphorsand parables. In mosquito and
flies poetry. The object of this study is the mousquito and flies poetry that be found in the
book of symbolic poetry anthology in old Indonesian Literature published by the Director
General of the Education Departement Culture and the Culture Republic of Indonesia. The
method that used in this study is descpritive method. It is for decipher theverses of poetry that
has meaning of methapor and parable in mosquito and flies poetry. The teqhnique to collect
dataoby documentation. Verses of poetry to be read, be understood, analyzed carefully so get
data of study that related to by the metaphor and parable based on the teory and notion of
expert. From the analisist that be found the metaphor are 21decipher and parable are 20
decipher theverses of poetry.
1.Pendahuluan
Syair Nyamuk dan Lalat ini merupakan salah satu hasil cipta sastra yang dapat dikaji mengenai bagaimana mengungkapkan makna metafora dan perumpamaan yang sesuai dengan maksud pengarangnya agar dapat memberikan maksud dan pesan kepada pendengar atau penikmat Syair Nyamuk dan Lalat, melalui pengkajian salah satu bahasa kias khususnya metafora dan perumpamaan sebagai salah satu gejala kebahasaan, selain itu, saat ini banyak penyair akan tetapi jumlah penikmat syair tidak begitu banyak. Terbatasnya pengetahuan pembaca akan makna dan pesan yang disampaikan pengarang dalam syair. Pada dasarnya begitu banyak hal yang dapat dikaji dalam teks syair, misalnya bahasa yang digunakan pada syair, peranan syair bagi masyarakat Melayu, makna syair yang berhubungan dengan nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam syair misalnya nilai moral, nilai sosial, nilai agama, nilai pendidikan, dan nilai estetika. Selain itu, di dalam karya sastra (baik puisi lama maupun baru) akan ditemukan bahasa kiasan. Bahasa kiasan sering dipandang sebagai ciri khas bagi jenis satra yang disebut puisi. Sekalipun ada puisi yang tidak menampilkan kiasan-kiasan, tetapi dalam banyak karya sastra, kiasan itu penting bagi susunan makna. Begitu pula yang terjadi pada syair, untuk itu dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana makna metaforan dan makna perumpamaan yang terkandung dalam Syair Nyamuk dan Lalat.
2.Pembahasan
1.Pengertian Metafora Salah satu bahasa kiasan adalah metafora. Metafora berasal dari bahasa Yunani
metaphora yang berarti mentransfer, mengalihkan, memindahkan, membawa dari satu tempat ke tempat lain (Ratna, 2009:253). Keberadaan metafora ini sangat penting untuk menyampaikan suatu maksud dalam bahasa sastra karena mengandung arti yang prinsip guna mengalihkan makna kata kepada sesuatu yang lain sehingga makna kata yang bersifat abstrak dapat dikongkretkan dengan menggunakan kata yang maknanya dapat mendekatkan para pembaca atau pendengar kepada sesuatu yang benar (Darmawi,2003:60). Metafora membuat perbandingan antara dua hal atau benda untuk menciptakan suatu kesan mental yang hidup walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit dengan penggunaan kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, serupa seperti pada perumpamaan Dale (dalam Tarigan,1985:15).
Berikut dipaparkan hasil-hasil penelitian dan juga pembahasannya berupa makna metafora dalam Syair Nyamuk dan Lalat :
Teks pada bait 6 mempergunakan metafora pada baris 4 “Parasnya Nyamuk dimata-mata”. Metafora tersebut mempunyai makna wajah Nyamuk selalu membayangi Lalat.
Teks pada bait 11 mempergunakan metafora pada baris 3 “Kilat sejari kerlingan mata”. Pengarang menyamakan antara kerlingan mata dengan kilat.
Teks pada bait mempergunakan metafora pada baris 2 “Bibirnya merah madu segara”. Pengarang menyamkan bibir yang merah sama seperti madu segara.
Teks pada bait 27 mempergunakan metafora pada baris 3 “Bertambah manis rupa kelakuan”. Pengarang menyamakan bertambah manis rupa kelakuan sama makna dengan bertambahnya perbuatan yang baik.
Teks pada bait 33 mempergunakan metafora pada baris 4 “Memberi hati bimbang dan rawan”. Pengarang menyamakan antara hati yang diberi itu dengan rasa bimbang dan sedih.
Teks pada bait 45 mempergunakan metafora pada baris 3 “Manis tertawa si Bari-bari”. Pengarang mempunyai maksud kegembiraan hati Bari-bari.
Teks pada bait 53 mempergunakan metafora pada baris 1 “Hancurlah luluh rasa anggotanya”. Pengarang bermaksud menggambarkan hancur remuk seluruh badan.
Teks pada bait 63 mempergunakan metafora pada baris 1 “Dengan manis Lalat berperi”. Pengarang menggambarkan si Lalat dengan baiknya memberikan nasehat atau suatu hal sambil memandang si Bari-bari.
Teks pada bait 64 mempergunakan metafora pada baris 4 bermaksud menduga sesuatu yang belum tentu kebenarannya. Pengarang menuliskan dengan “Supaya jangan sayak si cita”.
Teks pada bait 65 mempergunakan metafora pada baris 2 “Segala badan mata terkarat”. Makna metaforanya adalah pengarang menyamakan antara mata terkarat dengan rasa seluruh badan yang tak kuasa.
Teks syair pada bait 76 mempergunakan metafora pada baris 1 “Jangalah tuan berkecil hati” pengarang memaknai dengan janganlah tuan kecewa atau marah.
Teks syair pada bait 78 mempergunakan metafora pada baris 2 “Janganlah lagi berura-ura” pengarang memaknai dengan janganlah berpura-pura dengan apa yang ingin dikatakan.
Teks syair pada bait 81 mempergunakan metafora pada baris 3 “Durganya manis berseri-seri” pengarang memaknai dengan senyum Nyamuk yang manis berseri-seri.
Teks syair pada bait 87 mempergunakan metafora pada baris 3 dan 4 yaitu “Lemah lembut barang lakunya” dan “Halus manis bunyi suaranya”. Metafora tersebut mempunyai makna kerendahan hati yang dimiliki oleh Nyamuk.
Teks syair pada bait 91 mempergunakan metafora pada baris 3 “Hatinya Lalat terlalu rawan” pengarang menyamakan hati Lalat yang penakut atau tidak berani mengambil resiko.
Teks syair pada bait 112 baris 3 mempergunakan metafora yaitu “Lalat tuh jangan berkecil cita” pengarang menyamakan berkecil cita dengan kecil harapan Lalat.
Teks syair pada bait 116 mempergunakan metafora pada baris 4 yaitu “Janganlah bersusah dua kali” pengarang memaknai jangan sampai merepotkan diri.
Teks syair pada bait 136 pada baris 1 mempergunakan metafora yaitu “Inilah balas surat mahkota” pengarang memaknainya surat mahkota merupakan surat balas dari si Lalat.
Teks syair pada bait 150 mempergunakan metafora pada baris 3 “Supaya hatinya sangat gairat” pengarang memaknai agar hati jangan sampai terpengaruh dengan hal-hal yang merugikan.
Teks syair pada bait 151 mempergunakan metafora pada baris 4 “Tidak bersiramkan air mata” makna metaforanya rasa cinta Lalat tidak dibalas dengan tangisan.
Teks syair pada bait 211 mempergunakan metafora pada baris 3 “menurutkan hati gundah gulana” pengarang memaknai hati gundah gulana sama dengan perasaan yang dilema.
Teks syair pada bait 234 mempergunakan metafora pada baris 1 “Lalat nin tidak mendua hati” pengarang menceritakan Lalat yang setia kepada Nyamuk dan tidak akan menduakan Nyamuk.
2.Pengertian Perumpamaan
Sama halnya dengan metafora, perumpamaan juga termasuk bahasa kiasan yang mengandung arti tidak sebenarnya. Tarigan (1985 : 9) mengemukakan “Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan tetapi sengaja dianggap sama. Perbandingan ini menggunakan kata-kata perbandingan seperti: sebagai, ibarat, bak, laksana, bagaikan, seperti, umpama dan lain-lain.” Perumpamaan menurut Hamidy (1994:34) “Perumpamaan merupakan suatu bentuk pemakaian bahasa yang melihat adanya persamaan pola antara sesuatu dengan yang lain”. Jika dibandingkan antara metafora dan perumpamaan, maka unsur metafora dalam suatu kalimat lebih menekankan pada aspek kandungan makna kalimat itu sendiri, sedangkan perumpamaan selain pada bentuk kata juga padaa makna kata.
Berikut dipaparkan hasil-hasil penelitian dan pembahasan makna perumpamaan yang terdapat dalam Syair Nyamuk Dan Lalat yaitu:
Teks syair bait 15 baris 2 dan baris 3 menggambarkan keindahan betis Nyamuk yang tiada bandingannya, sungguh suatu keindahan yang mempesona sehingga pengarang mengumpamakan dengan “Betisnya laksana batang padi” dan “Seperti intan sudah diserudi”.
Teks syair bait 16 baris 2 dan baris 4 menggambarkan keindahan tumit dan paras Nyamuk sehingga mampu menarik hati bagi siapa saja yang melihatnya. Pengarang mengumpamakan dengan “Tumitnya seperti kilat permata” dan “ Memandang paras bagai dipeta”.
Teks syair bait 20 baris 3 menggambarkan keindahan bibir Nyamuk sungguh suatu keindahan yang mempesona sehingga pengarang mengumpamakan dengan “Bibirnya seperti karang mutiara”.
Teks syair bait 53 baris 2 menggambarkan dendam yang membara tak dapat ditahan lagi. Pengarang mengumpamakan dendam tersebut dengan “Laksana ikan di dalam kubak”.
Teks syair bait 58 baris 1 dan baris 3 menggambarkan kekuatan akan kecantikan Nyamuk yang mempesona yang mampu menarik bagi siapa saja yang melihat, pengarang mengumpamakan dengan “Laksana raja patani” dan “Tuan laksana ular yang seni”.
Teks syair bait 78 baris 4 menggambarkan tentang dua kerajaan yang telah dibina penuh dengan rasa kekeluargaan. Pengarang mengumpamakan dengan “Samalah seperti sanak saudara”.
Teks syair pada bait 106 baris 1 menggambarkan keharuman dan kecantikan Nyamuk yang mampu mempesona siapa saja. Pengarang mengumpamakan dengan “Hamba laksana bunga selasih”
Teks syair pada bait 109 baris 4 menggambarkan keberhasilan Nyamuk di pelosok kerajaan yang menjadi perbincangan oleh rakyatnya. Pengarang mengumpamakan dengan “Seperti si cebol mencapai bulan”
Teks syair pada bait 174 baris 2 menggambarkan perasaan Nyamuk yang tak berdaya dan tidak tertahankan lagi terhadap Lalat. Pengarang mengumpamaakan dengan “Seperti orang dipatuk pari”.
Teks syair pada bait 228 baris 1 menggambarkan betapa sulitnya Lalat untuk mendapatkan cinta Nyamuk seperti yang diungkapakan dengan “Sakitnya bagaikan kena seligi”
Teks syair pada bait 242 baris 2 dan baris 4 menggambarkan keadaan perasaan Lalat yang sudah tidak dapat ditahan lagi birahinya kepada Nyamuk, tetapi Nyamuk menolaknya. Pengarang mengungpamakan dengan “Gila merajuk seperti mumuk”. Selanjutnya perasaan tersebut terus menghantuinya sehingga pengarang mengumpamakan dengan “Seperti digoda dewa dan peri”.
Teks syair pada bait 272 baris 1 dan baris 2 menggambarkan rasa rindu Lalat yang sangat dalam, dan si Nyamuklah yang mampu menghilangkan rasa rindu itu. pengarang mengumpamakan dengan “Adinda laksana sunting dan tajuk” dan “Kakanda laksana penawar yang sejuk”.
Teks syair pada bait 279 baris 3 menggambarkan keutuhan perasaan cinta Lalat terhadap Nyamuk penuh kemesraan. Pengarang mengumpamakan dengan “ Laksana sepohon kayu bidara”.
Teks syair pada bait 287 baris 3 menggambarkan hasrta perasaan Lalat terhadap Nyamuk yang kini sudah tersalurkan, betapa besar keinginan Lalat untuk terus bersama Nyamuk. Sehingga pengarang mengumpamakan dengan “Tuan laksana kain dan kapan”.
Dari Analisis yang telah dilakukan, maka ditemukan makna metafora berjumlah 21 bait sedangkan makna perumpamaan berjumlah 20 bait syair.
3. Simpulan dan Rekomendasi
Simpulan dari penelitian Syair Nyamuk dan Lalat jika dilihat dari struktur, terdiri atas 306 bait syair. Setelah dianalisis dari 306 bait syair tersebut, telah diketahui bait-bait yang mempunyai makna metafora dan perumpamaan sebagai objek penelitian.
Bait bermakna metafora yang terdapat dalam Syair Nyamuk dan Lalat yang berjumlah 21 yaitu pada bait 6, 11, 20, 27, 33, 45, 53, 63, 64, 65, 76, 78, 81, 91, 112, 116, 136, 150, 151, 211, dan 234, sedangkan yang bermakna perumpamaan pada Syair Nyamuk dan Lalat berjumlah 20 yaitu bait 15, 15, 16, 16, 20, 53, 58, 58, 78, 106, 109, 174, 226, 228, 242, 242, 272, 272, 279, dan 287. Jadi, jumlah keseluruhan bait yang mempunyai makna metafora dan perumpamaan dalam Syair Nyamuk dan Lalat adalah 41 bait syair.
Dapat diketahui pula bahwa pada syair, penggunaan kata-kata pembanding pada
perumpamaan hanya meliputi kata-kata seperti: laksana, bagai, seperti, dan bagaikan. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan tiga saran sebagai berikut:
1. Sebaiknya syair dijadikan bahan ajar dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya mengenai makna metafora dan perumpamaan yang terdapat dalam teks syair.
2. Melalui pengungkapan makna metafora dan perumpamaan dalam syair, hendaknya pesan atau nasihat yang disampaikan dapat dijadikan pedoman hidup bagi masa sekarang maupun yang akan datang.
3. Sebaiknya generasi muda terus meningkatkan dan melestarikan hasil karya sastra khususnya syair sebagai salah satu karya sastra lama.
Daftar Pustaka
A. Hamid, Rogayah dan Wahyuna ABD. Gani. 2005. Pandangan Semesta Melayu Syair. Selangor Darul Ehsan: Dawana Sdn.Bhd
Daraini, Saadatud. 2009. Analisis Gaya Bahasa Personifikasi pada Kumpulan Cerpen
Insomnia Karya Anton Kurnia. Surakarta: FKIP Universitas Muhammadiyah (Skripsi) Darmawi, Ade. 2003. Ibrahkeagamaan dalam Syair Ibarat dan Khabar Kiamat Karya Syekh
Abdurrahman Shidiq al-Banjari. Pekanbaru: Alaf Riau Hamidy, UU. 1994. Bahasa Melayu dan Kreativitas Sastra di Daerah Riau. Pekanbaru: Unri
Press Ratna, Nyoman Kutha. 2006. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar ---------. 2009. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Rumadi, Hadi. 2007. Makna Metafora dan Perumpamaan dalam Teks Syair Simbolik Syair
Nyamuk dan Lalat. Pekanbaru: FKIP Unri (Skripsi) Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa
Tim Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional
Waridah, Ernawati. 2008. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta: Kawan Pustaka