Post on 27-Oct-2015
description
Polusi Udara
Home Group 2
Andrea Arimurti
Alisya Anindita Febriani
Hiyal Ulya Fillah
Natasya Nurul Amalia
Stephanie Pretty Rizka Juwana
Zulfadli
MPKT B - 6
Fakultas Hukum
Universitas Indonesia
Depok , 2013
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dan tanpa
hambatan yang berarti. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas terakhir
kami di MPKT-B pada semester dua serta memberikan wawasan bagi kami tentang
polusi di Jakarta serta beberapa solusi yang ditawarkan mengenai masalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami hanya menemui sedikit hambatan. Namun,
hambatan tersebut tidak menjadi berat karena bantuan dari berbagai pihak sehingga
makalah kami dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Fadillah, selaku fasilitator kami yang sangat baik membantu memberikan
arahan dalam penyusunan makalah ini.
2. Orang tua penulis yang senantiasa memberikan dukungan.
3. Serta semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu.
Selain itu kami juga menyadari bahwa baik dalam segi sistematika penyusunan
maupun materi yang dipaparkan masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itum
kami berharap agar adanya kritik dan saran yang sekiranya dapat membantu kami untuk
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini bisa bermanfaat.
Depok, 20 Mei 2013
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 1
1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................................... 2
1.5 Metode Penulisan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
2.1 Polusi ......................................................................................................... 3
2.2 Gaya Hidup Masyarakat ................................................................................ 3
2.3 Teknologi, Informasi, dan Komunikasi ...................................................... 5
2.4 Tata Ruang Kota......................................................................................... 7
2.5 Kebijakan Pemda ....................................................................................... 9
2.6 Inovasi Untuk Mengatasi Polusi ................................................................. 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 10
3.2 Saran ........................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 11
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerusakan lingkungan adalah suatu fenomena yang sedang marak dibicarakan
dimana-mana, salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan
adalah polusi. Menurut UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982,
pencemaran lingkungan atau polusi merupakan masuknya atau dimasukkannya makluk
hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lngkungan atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Polusi ada bermacam-macam jenisnya, yaitu polusi udara, polusi air, polusi tanah dan
polusi suara. Pencemaran lingkungan ini dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu karena ulah
manusia maupun disebabkan oleh alam. Tetapi, yang faktor penyebab polusi yang lebih
sering dibahas adalah polusi yag diakibatkan oleh ulah manusia. Tidak hanya gaya hidup
masyarakat yang dapat diubah demi mengurangi serta menanggulangi terjadinya polusi,
ada beberapa aspek yang dapat turut serta membantu untuk penanggulangan pencemaran
lingkungan tersebut seperti; tata kota yang baik, peran teknologi, informasi dan
komunikasi, peran pemerintah juga inovasi-inovasi baru yang dapat digunakan demi
penanggulangan polusi itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Berkaitan dengan subpokok-subpokok yang akan dikaitkan dengan topik pemicu, yaitu
artikel “Polusi di Jakarta: Perlukah kita berfikir ulang untuk tinggal di Jakarta?”, maka
rumusan masalah dari makalah ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Apakah itu polusi?
2. Bagaimana hubungan antara gaya hidup masyarakat kota dengan polusi?
3. Apakah keterkaitan antara tata ruang kota dengan polusi?
4. Bagaimana peran teknologi, informasi dan komunikasi terhadap penanggulangan
polusi?
5. Bagaimana peran PEMDA dalam menanggulangi polusi?
6. Apa saja inovasi yang ditemukan dalam menanggulangi polusi?
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas MPKT-B dan diharapkan
dapat menemukan keterkaitan antara artikel ” Polusi di Jakarta: Perlukah kita berfikir
ulang untuk tinggal di Jakarta?” dengan subtopik-subtopik yang telah dikuasai oleh
masing-masing individu dalam kelompok.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memperkaya wawasan pembaca
mengenai polusi serta hubungannya dengan beberapa subtopik yang saling berkaitan.
Pembaca diharapkan dapat peduli dan turut mencoba memecahkan permasalah-
permasalahan yang timbul akibat isu polusi.
1.5 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode
kepustakaan dan literatur. Referensi yang didapatkan tidak hanya berasal dari buku
MPKT-B serta beberapa slide, tetapi juga dari media-media lain seperti internet.
1.6 Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara sistematis melalui pembagian bab yang berjumlah tiga buah,
yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, dan bab penutup. Adapun bab pendahuluan
terdiri atas: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi
berdasarkan subpokok-subpokok yang akan dikaitkan dengan pemicu. Bab penutup terdiri
atas kesimpulan dan saran.
BAB II
ISI
2.1 Polusi
Menurut UU No. 23 tahun 1997, polusi atau pencemaran adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan
oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan tidak dapat berfungsi sesuai peruntukan nya. Di dalam polusi
selalu terdapat istilah polutan, yakni zat atau bahan yang dapat menyebabkan pencemaran
atau polusi.
Polusi dapat dibagi menjadi 4 jenis, diantaranya adalah:
1. Polusi udara adalah kehadiran satu atau substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer
dalam jumlah yang dapat membahayakan kegiatan makhluk hidup, menganggu estetika,
kenyamanan, dan merusak property
2. Polusi air adalah polusi yang terjadi didalam air, contoh polutan nya: limbah industri,
insektisida, Pb, Hg, Zn, CO, dan lain-lain.
3. Polusi Tanah polusi yang terjadi didalam tanah, contoh polutan nya adalah: Sampah
plastik, botol, kaleng, karet, detergen yang dibuang di tanah, insektisida yang dibuang di
tanah, dan lain-lain.
4. Polusi suara biasanya disebabkan oleh suara bising dari mesin kendaraan. suara deru
mesin pabrik, speaker, dan semua suara yang mengganggu pendengaran (pada
umumnya suara keras).
Polusi udara disebabkan oleh beberapa jenis polutan. Polutan adalah bahan atau benda
yang dapat menyebabkan pencemaran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Jenis-
jenis polutan udara antara lain adalah:
1. Karbon Monoksida (CO), merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan bersifat
racun. Dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil, misalnya gas
buangan kendaraan bermot
2. Nitrogen Dioksida (NO2), Gas yang paling beracun. Dihasilkan dari pembakaran batu
bara di pabrik, pembangkit energi listrik dan knalpot kendaraan bermotor.
3. Sulfur Dioksida (SO2), Gas yang berbau tajam, tidak berwarna dan tidak bersifat korosi.
Dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang mengandung sulfur terutama batubara.
Batubara ini biasanya digunakan sebagai bahan bakar pabrik dan pembangkit tenaga
listrik.
4. Partikulat (Asap/Jelaga)
Polutan udara yang paling jelas terlihat dan paling berbahaya. Dihasilkan dari cerobong
pabrik berupa asap hitam tebal.
Macam-macam partikel, yaitu :
a. Aerosol : partikel yang terhambur dan melayang di
udara/td>
b. Fog (kabut) : aerosol yang berupa butiran-butiran air dan
berada di udara
c. Smoke (asap) : aerosol yang berupa campuran antara butir
padat dan cair dan melayang berhamburan di
udara
d. Dust (debu) : aerosol yang berupa butiran padat dan
melayang-layang di udara
5. Hidrokarbon (HC), Uap bensin yang tidak terbakar. Dihasilkan dari pembakaran bahan
bakar yang tidak sempurna.
6. Chlorofluorocarbon (CFC), Gas yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon yang
ada di atmosfer bumi. Dihasilkan dari berbagai alat rumah tangga seperti kulkas, AC, alat
pemadam kebakaran, pelarut, pestisida, alat penyemprot (aerosol) pada parfum dan
hair spray.
7. Timbal (Pb), Logam berat yang digunakan manusia untuk meningkatkan pembakaran
pada kendaraan bermotor. Hasil pembakaran tersebut menghasilkan timbal oksida yang
berbentuk debu atau partikulat yang dapat terhirup oleh manusia.
8. Karbon Dioksida (CO2), Gas yang dihasilkan dari pembakaran sempurna bahan bakar
kendaraan bermotor dan pabrik serta gas hasil kebakaran hutan.
2.2 Keterkaitan antara Polusi Udara dengan Gaya Hidup
Masyarakat Kota
Polusi atau pencemaran lingkungan merupakan suatu fenomena yang sering terjadi di
muka bumi. Polusi sendiri dalam Undang-Undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
Nomor 4 Tahun 1982 diartikan sebagai masuknya atau dimasukkanya makhluk hidup, zat
energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses
alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Jenis polusi dapat dibedakan berdasarkan pada tempat terjadinya, jenis bahan
pencemarnya, dan tingkat pencemarnya. Menurut tempat terjadinya, polusi dapat dipagi
menjadi tiga jenis, yaitu polusi udara, air, dan tanah. Berdasarkan polutan, polusi terbagi
menjadi polusi kimiawi, biologi, dan fisik.
Bila dilihat dari daerahnya, jelas terlihat perbedaan kondisi lingkungan antara
pedesaan dan perkotaan. Udara, air dan juga komponen abiotik lainnya di daerah pedesaan
masih sangat bersih. Sebaliknya, di daerah perkotaan, udara, air dan komponen abiotik
lainnya sudah sangat tercemar. Salah satu penyebab terbesar terjadinya polusi di daerah
perkotaan adalah gaya hidup masyarakat yang tinggal didalamnya.
Gaya hidup merupakan perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat
dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya.
Dalam hal polusi, aktivitas manusia lah yang merupakan salah satu sumbernya. Aktivitas
manusia tersebut antara lain:
1. Pembakaran bahan bakar fosil (Polusi Udara)
2. Asap dari kendaraan bermotor (Polusi Udara)
3. Pembakaran bahan bakar untuk memasak dan pembakaran sampah (Polusi Udara)
4. Pembuangan limbah rumah tangga seperti detergen (Polusi Air & Tanah)
5. Pembuangan limbah industri (Polusi Air)
6. Limbah pertanian seperti pemakaian pupuk dan insektisida secara tidak tepat (Polusi
Air & Tanah)
7. Pembuangan sampah yang sukar hancur (Polusi Tanah)
8. Suara bising kendaraan bermotor (Polusi Suara)
Dari aktivitas-aktivitas diatas, dapat diketahuilah bahwa gaya hidup manusia dapat
menyebabkan polusi. Maka, seharusnya masyarakat perkotaan lebih peduli dengan
lingkungannya sehingga terjadinya polusi dapat berkurang.
2.3 Keterkaitan antara Polusi Udara dengan Teknologi Informasi
dan Komunikasi
Sebagai ibukota negara Indonesia, Jakarta adalah kota paling penting dan paling padat
penduduknya. Namun bertambah padatnya penduduk di Jakarta tidak diseimbangi dengan
peningkatan sarana dan prasarana di Jakarta, khususnya transportasi. Banyak penduduk di
Jakarta yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dibanding dengan kendaraan
umum. Setiap hari terjadi transaksi pembelian kendaraan pribadi yang mengakibatkan polusi
di Jakarta semakin parah. Indonesia pun ditetapkan sebagai negara nomer 3 yang memiliki
tingkat polusi udara tertinggi setelah Meksiko dan Thailand.
Menurut kelompok kami masalah utama yang membuat Jakarta menjadi salah satu
kota yang paling berpolusi ialah kesadaran masyarakat sendiri. Kurangnya kesadaran
masyarakat ini di realisasikan dengan penggunaan transportasi pribadi yang tidak bijak. Kita
sebagai warba Jakarta seharusnya dapat memanfaatkan sarana-sarana umum yang sudah
ditawarkan. Memang tidak semua transportasi umum di Jakarta memiliki kondisi yang baik,
namun transportasi seperti busway seharusnya dapat digunakan lebih maksimal. Masalah
yang dapat timbul dari penggunaan transportasi pribadi secara tidak bijak selain
mengakibatkan polusi yaitu seperti semakin macetnya jalan-jalan di Jakarta. Sudah tidak bisa
dipungkiri macet di Jakarta sudah masuk ke tingkat sangat buruk. Faktor utamanya ialah
semakin banyaknya kendaraan tidak diikuti dengan panjangnya/lebarnya jalan. Macet ini
akan berimplikasi dengan semakin rusaknya jalan dan sentralisasi polusi di satu tempat. Jika
setiap hari setidaknya ada 20 titik kemacetan di Jakarta, kita bisa membayangkan seberapa
banyak kepulan asap yang membahayakan bumi di Jakarta setiap harinya.
Maka dari itu terdapat kami memberikan beberapa solusi mengenai polusi udara di
Jakarta berkaitan dengan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi. Solusi tersebut antara lain:
1. Pengadaan alat pendeteksi kadar udara. Di jakarta sendiri telah terdapat dua alat
untuk mengukur ini yaitu Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) dan Stasiun
Pemantau Kualitas Udara Tepi Jalan. Jakarta sudah memiliki beberapa alat ISPU.
Alat ini berfungsi memberikan informasi ambang kadar udara yang berada di
lingkungan setempat. Masyarakat Jakarta sangat memerlukan alat ini guna
mengetahui seberapa layak udara yang mereka hirup setiap harinya. Pada
pengukur ini tertera level udara yang baik, sedang, tidak sehat, dan berbahaya.
Alat ini juga dijadikan sebagai peringatan agar Pemda dan masyarakat dapat
bekerjasama untuk mengontrol kondisi udara. Namun yang disayangkan adalah
alat ini sudah tidak berfungsi dengan baik, contohnya ialah ISPU yang berada di
kawasan Gambir.1 Lalu pada tahun 2009, Gubernur Fauzi Bowo meresmikan
Stasiun Pemantau Kualitas Udara Tepi Jalan di daerah Bundaran HI. Alat ini
berguna untuk menunjukan kualitas udara di Jakarta, khususnya daerah Thamrin
sebagai kawasan jalanan simpul berbagai kendaraan di Jakarta.2
2. Teknologi Bahan Bakar Biofuel. Biofuel adalah cairan yang berasal dari
biomassa, terutama dari bahan nabati. Bentuk biofuel yang paling populer ialah
biodiesel dan bioetanol. Bahan bakar ini terkenal karena lebih ramah lingkungan
dibandingkan bahan bakar fosil, karena secara signifikan mengurangi emisi gas
rumah kaca dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Selain itu kelebihan dari
biofuel ini adalah kemanan pasokan. Pasokan biofuel ini konstan karena bahan
bakunya dapat tumbuh dan diproduksi dalam negeri, tanpa perlu diimpor. Hal ini
tentu menguntungkan untuk Indonesia sebagai negara berkembang, khususnya
Jakarta sebagi ibukotanya. Karena dengan adanya biofuel ini dapat memecahkan
masalah energi negara berkembang yang sebagian besar negara tersebut beralih ke
batubara untuk memacu pertumbuhan ekonomi mereka. Batubara merupakan
sumber energi yang paling murah tetapi batubara juga merupakan sumber energi
paling kotor, dan produksi biofuel dalam negeri di negara berkembang berari
menurunkan tingkat polusi pembangkit listrik batu bara dan mengurangi
dampaknya terhadap perubahan iklim. Hal ini memang tidak berpengaruh secara
langsung di Jakarta, namun dengan penggunaan teknologi biofuel ini berarti
secara tidak langsung masyarakat berpartisipasi mengurangi polusi di Indonesia.
Karena penggunaan bahan bakar terbanyak memang terpusat di daerah kota,
khususnya daerah Jakarta. Karena biofuel lebih ramah lingkungan maka substansi
pengeluarannya pun tidak akan separah bahan bakar fosil.3
1
2
3
2.4 Keterkaitan antara Polusi Udara dengan Tata Ruang Kota
Kawasan perkotaan sebagai tempat hidup manusia mulai menunjukkan penurunan
daya dukung lingkungan. Hal ini dapat dilihat dengan tingginya tingkat polusi yang
dihasilkan suatu daerah perkotaan. Salah satu solusi alternatif permasalahan ini adalah
pengembangan kawasan hijau (green belt area). Kawasan Hijau (green belt) adalah pemisah
fisik daerah perkotaan dan pedesaan yang berupa zona bebas bangunan atau ruang terbuka
hijau yang berada di sekeliling luar daerah perkotaan. Kawasan hijau (green belt) dapat
menjadi kontrol polusi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan.
Kawasan Hijau (Green belt) memiliki manfaat yaitu:
1. Sebagai pengontrol tingkat polusi udara
2. Sebagai paru-paru kota
3. Peneduh
4. Sebagai kontrol suhu
5. Penahan partikel debu
6. Keindahan Kota
Perkotaan merupakan sebuah pusat aktivitas manusia yang kepadatannya cenderung
tinggi dari wilayah lainnya yang fungsinya selain sebagai tempat hidup juga sebagai tempat
untuk menghasilkan barang dan jasa. Aktivitas manusia sekecil apapun akan menghasilkan
dampak lingkungan. Isu aktivitas perkotaan yang ada dewasa ini adalah tingginya tingkat
urbanisasi, tingginya kebutuhan transportasi dan tingginya limbah yang dihasilkan kota
akibat kegiatan tersebut. Salah satu dampak lingkungan yang paling kompleks dan
berimplikasi luas untuk aktivitas perkotaan adalah polusi udara yang dialami hampir di setiap
kota besar.
Penyebab kurangnya daerah kawasan hijau di kota-kota besar secara general adalah:
1) Industrialisasi,
2) Urbanisasi.
3) Pembangunan ekonomi yang tidak terencana dengan baik.
4) Tidak adanya mekanisme kontrol yang baik untuk mempertahankan kawasan hijau.
5) Daya dukung lingkungan yang sudah berkurang memperburuk kondisi perkotaan.
6) Perencanaan yang buruk dalam hal Tata Kota sehingga terjadinya disintegrasi dalam
pembangunan di perkotaan
Solusi untuk menurunkan tingkat polusi udara adalah dengan cara Green Belt
Development, terdapat 2 cara yang digunakan dalam hal ini yaitu dengan cara parameter
biofisik dan parameter sosial ekonomi. Parameter biofisik yang dimaksud di sini adalah
bagaimana pengembangan kawasan hijau yang ideal dan bermanfaat optimum untuk suatu
kota dari segi spesies tanaman, tinggi tanaman, lebar kawasan hijau dan jarak kawasan hijau
dari pusat pencemar. Terdapat beberapa tanaman yang efektif dan efisien untuk
dikembangkan dan ditanam di kawasan hijau yaitu Mangivera indica, Cassia renigera , dan
Ailanthus excelsea . Telah dievaluasi 30 jenis tanaman, dan 3 tanaman tersebut mempunyai
nilai APTI ( Air Pollution Tolerance Index ) paling tinggi yaitu mempunyai nilai toleransi
terhadap polusi udara tinggi sehingga tanaman tersebut dapat bertahan pada tingkat polusi
tinggi dan dapat mengurangi polutan dengan menyerapnya dan melepaskan oksigen di udara.
Faktor biofisik yang perlu diperhatikan adalah kualitas tanah, curah hujan, dan suhu.
Parameter berikutnya adalah parameter sosial - ekonomi, yaitu pertimbangan
keefektifan biaya yang dikeluarkan, kegunaan jangka panjang, keberlanjutan, dan kelayakan
teknologi serta interaksi dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan hijau.
2.5 Keterkaitan antara Polusi Udara dengan Kebijakan
Pemerintah Daerah Provinsi Jakarta.
Cara yang paling sederhana mengurangi polusi adalah mengurangi penggunaan
kendaraan bermotor pribadi dan beralih ke berjalan kaki, bersepeda, atau naik angkutan
umum. Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta Peni Susanti
mengatakan, hasil pengukuran kualitas udara stasiun pemantau saat ini sangat akurat
sehingga dapat dijadikan landasan untuk langkah penurunan polusi udara di suatu kawasan.
Beberapa stasiun pemantau kualitas udara akan ditempatkan di kawasan-kawasan padat
kendaraan..
Berdasarkan hal tersebut sudah terlihat jelas bahwa Pemprov DKI Jakarta mulai
menyadari bahwa polusi di DKI Jakarta sudah melebihi ambang batas sehingga muncul
gerakan-gerakan yang dimunculkan agar polusi yang ada di Jakarta berkurang. Stasiun-
stasiun pemantau polusi yang berada di Jakarta memang sudah sepatutnya diperbaharui agar
lebih akurat dalam memberikan data mengenai polusi yang ada di Jakarta. Stasiun pemantau
polusi ini juga seharusnya dipasang di ruas-ruas jalan protokol di Ibukota karena ruas-ruas
jalan itulah yang cukup berpengaruh menyumbang polusi di Jakarta. Stasiun Pemantau Polusi
ini dapat menampilkan kadar partikel di udara secara rata-rata selama tiga jam. Polusi paling
tinggi terjadi pada hari Kamis (26/11), atau sehari sebelum akhir pekan yang panjang, tetapi
kadarnya baru mencapai 110 mikron-gram per meter kubik.
Selain memasang stasiun pemantau polusi, banyak pula peran pemerintah dalam
mengurangi polusi di Jakarta. Misalnya saja Car Free Day yang dilaksanakan setiap hari
Minggu pagi. Program ini bertujuan untuk mengurangi polusi di Jakarta dengan tidak
menggunakan kendaraan bermotor di sejumlah ruas jalan protokol di Ibukota. Program ini
terbukti ampuh dalam mengurangi jumlah polusi di Jakarta karena grafik menunjukkan
bahwa polusi yang terdapat di Ibukota pada hari kerja dan pada hari Minggu saat Car Free
Day dilaksanakan sangat jauh berbeda.
Selain Car Free Day, Pemprov DKI Jakarta juga sebelumnya sudah menciptakan
Undang-undang mengenai pembatasan emisi yang boleh dikeluarkan oleh kendaraan
bermotor. Hal ini juga mulai berkembang karena sudah banyak kendaraan bermotor terutama
mobil yang memeriksa emisi yang dikeluarkan. Tempat-tempat uji emisi yang berada di
Jakarta juga sudah mulai banyak dibangun oleh pemprov dan beberapa tempat uji emisi
dibangun oleh bengkel-bengkel yang ada di Jakarta. Untuk mendorong warga menguji emisi
kendaraan mereka, Pemprov DKI hanya membolehkan mobil berstiker lolos uji emisi untuk
parkir di IRTI Monas, Jalan Medan Merdeka Selatan. Secara bertahap, kewajiban tersebut
akan dilanjutkan di Balaikota DKI dan balaikota di lima kota se-Jakarta.
Akhir-akhir ini gerakan “Bike to Work” juga banyak dilakukan oleh para pekerja
kantoran yang berada di pusat kota. Hal ini juga dibantu oleh pemerintah dengan membuat
jalur khusus sepeda yang ada di ruas-ruas jalan di ibukota meskipun belum semua ruas jalan
diberikan jalur khusus sepeda.
Transportasi di DKI Jakarta masih terbilang jauh dari layak karena emisi yang
dikeluarkan masih cukup buruk karena kurangnya filterisasi dalam kendaraan tersebut. Selain
itu, kendaraan-kendaraan transportasi di Jakarta masih jarang di uji emisi nya. Hal ini cukup
berpengaruh terhadap tingkat polusi di Jakarta. Maka dari itu, pemerintah mulai sibuk
berbenah mengenai polusi yang timbul dari kendaraan-kendaraan umum di Jakarta dengan
mengganti bahan bakar minyak menjadi bahan bakar gas. TransJakarta juga hampir semua
menggunakan bahan bakar gas. Beberapa angkutan umum mulai mengganti mesin agar dapat
menggunakan bahan bakar gas. Karena selain lebih murah, bahan bakar gas juga lebih ramah
lingkungan bila dibandingkan dengan bahan bakar minyak.
2.6 Inovasi Baru dalam Mengurangi Polusi
Dalam makalah ini penulis akan memaparkan tiga inovasi baru yang sudah berhasil
dijalankan di beberapa tempat. Inovasi yang pertama adalah Straddilng Bus, yaitu inovasi untuk
mengurangi polusi dalam bidang transportasi. Straddling Bus adalah sebuah alat transportasi umum
yang diciptakan oleh Cina dengan tujuan untuk mengurangi polusi sekaligus mencegah kemacetan.
Bus ini dapat menampung sampai 1200-1500 penumpang, sehingga dapat mengatasi kemacetan
apalagi Straddling Bus tidak mengambil jalur kendaraan lain. Bus ini sangat ramah lingkungan karena
dijalankan dengan listrik dan energi matahari. Selama ini Jakarta mendamba-dambakan adanya
monorail untuk mencegah kemacetan dan polusi. Sebenarnya akan lebih diuntungkan jika Jakarta
tidak membuat monorail, melainkan Straddling Bus karena pembuatannya hanya sebesar 10% dari
keseluruhan biaya pembuatan monorail ataupun subway.
Inovasi yang kedua adalah inovasi dalam bidang lingkungan, yang bernama MODUL
SIKIPAS. Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta
Karya, Kementerian Pekerjaan Umum, saat ini sedang mengembangkan inovasi baru untuk mengolah
sampah organik secara anaerobik. Inovasi ini diberi nama modul SIKIPAS (SIstem Komunal Instalasi
Pengolahan Anaerobik Sampah). Sampah organic dan aorganik akan dipilah. Selanjutnya sampah
organic dikonversi secara alami menjadi kompos padat sedangkan sampah anorganik dijual ke
pengempul. MODUL SIKIPAS ini dapat mempercepat pengolahan sampah.
Inovasi yang terakhir adalah pembangunan rumah hijau. Rumah ini tidak menggunakan kayu,
melainkan baja agar menghindari penebangan pohon-pohon. Sehingga pepohonan tetap dapat
menjaga udara dari pencemaran. Selain itu, rumah ini juga menggunakan aluminium karena
aluminium lebih ramah lingkungan. Batu bata yang digunakan pun batu bata alami yang lebih bisa
menyerap panas matahari dengan baik. Septic tank yang digunakan adalah yang memiliki penyaring
biologis. Yang terakhir, rumah ini menggunakan panel sel surya karena lebih bebas polusi dan hemat
listrik.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan Pencemaran udara yang terjadi di Indonesia khususnya di Jakarta disebabkan oleh
gaya hidup masyarakat kota, tata ruang kota, dan kendaraan pribadi yang mulai
tidak terarah jumlahnya.
Solusi yang dapat ditawarkan antara lain dari Teknologi Informasi dan
Komunikasi, lalu dari Pemerintah Daerah Jakarta serta inovasi lain yang
berkembang di masyarakat. Hal ini harus diikuti dengan kesadaran masyarakat
yang harus lebih ditingkatkan.
3.2 SaranUntuk mencegah terjadinya pencemaran udara yang lebih lanjut hendaknya kita
semua ikut menjaga kebersihan udara dan meminimalkan pencemaran udara,
misalnya tidak memakai kendaraan bermotor yang sudah tua, tidak membuang gas
yang berbahaya secara sembarangan terutama bagi kegiatan industri, dan lain
sebagainya agar kebersihan udara tetap terjaga.