Post on 25-Jun-2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Proses belajar pada hakikatnya sudah berlangsung sejak manusia lahir,
hanya saja, tanpa didasari kesadaran dan faktor kesengajaan. Proses belajar
tersebut disebut belajar non formal, karena membutuhkan pengalaman dan
kebiasaan hidup sehari-hari, sehingga seseorang akan memiliki banyak
keterampilan. Menurut Neno Warisman dalam Acara Intelegensi Anak di
TVRI (Ahad, 22 April 2009 pukul 08.00 WIB)” mengatakan bahwa anak
usia dini akan mudah menyerap ilmunya melalui mendengar dan melihat,
kemudian berdasarkan pengalaman tersebut anak-anak mampu
menirukannya. Dalam masa ini merupakan masa transisi, diharapkan setiap
orang tua memberikan perhatian kepada anaknya lebih optimal, karena
pengalaman awal akan menjadi fondasi bagi proses perkembangan
pendidikan selanjutnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Fernie (dalam
Solehuddin 200 : 3) meyakini bahwa “pengalaman belajar awal tidak akan
pernah bisa diganti oleh pengalaman selanjutnya”. Oleh karena itu,
pendidikan prasekolah merupakan hal yang sangat penting bagi
perkembangan dan proses pendidikan anak.
Dalam undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidkan
nasional menyatakan bahwa : “Pendidikan anak usia dini adalah upaya
2
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6
tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut” (Standar
nasional, 2006 : 239).
Fungsi Taman Kanak-Kanak adalah merupakan persiapan untuk menuju
jenjang Sekolah Dasar, karena ketika belajar ditingkat taman kanak-kanak
telah diajarkan bidang pengetahuan dasar seperti membaca, menulis, dan
berhitung permulaan atau biasa dikenal dengan sebutan pendidikan Skolastik.
Pendidikan skolastik merupakan pengembangan daya berpikir dengan cara
konkrit menuju pemikiran abstrak.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang pendidikan
usia dini yaitu: ”Pendidikan usia dini diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar”. Maksudnya agar seorang guru dalam memberikan
pelajaran permulaan kepada anak usia prasekolah, dengan menggunakan
teknik yang kreatif dan menarik, baik permulaan membaca, menulis, dan
berhitung. Salah satu teknik pembelajaran yang menarik adalah melalui
permainan, sehingga pelajaran permulaan dengan mudah diterima oleh anak-
anak usia prasekolah yaitu antara umur 3 tahun sampai umur 6 tahun. Pada
anak usia prasekolah perkembangan dan kecerdasannya masih sangat
3
sederhana, karena belum dapat membedakan dengan jelas antara fantasi
dengan realita.
Perkembangan yang tampak pada diri anak usia prasekolah yaitu ditandai
dengan sifat-sifat ingin bertanya, misalnya kalimat tanya : Apa ini ? apa itu ?
dan diiringi dengan keinginan bermain untuk memenuhi imajinatif anak.
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Sheridan (Musfiroh, 2008 : 11).
Pada saat memasuki Taman Kanak-Kanak, anak-anak sudah mahir bermain
bebas di luar ruangan. Mereka yang telah mampu bermain konstruktif dengan
balok-balok, puzzle dan lego untuk membuat mobil-mobilan, pesawat
terbang, dan bentuk-bentuk lain yang membutuhkan aktifitas imajinatif
(Musfiroh, 2008 : 11)”.
Belajar sambil bermain dapat mengembangkan daya imajinatif anak, yaitu
mengikuti peraturan, tata tertib dan kedisiplinan. Pada umumnya anak yang
baru masuk Taman Kanak-Kanak sudah mempunyai kemampuan menghitung
walaupun masih bersifat sederhana yaitu sekedar hafalan. Apabila
pembelajaran berhitung dalam Taman Kanak-kanak diberikan dengan cara
menghafal tentunya akan membuat bosan karena pembelajarannya sama yang
dilakukan oleh orang tuanya ketika di rumahnya masing-masing.
Selain itu guru dalam menyajikan pelajaran tersebut, harus memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan. Drs. Yazir
4
Burhan mengungkapkan, bahwa kegagalan pelaksanaan pengajaran untuk
anak-anak usia prasekolah disebabkan oleh :
1.1.1 Kondisi kelas yang kurang baik.
1.1.2 Teks book yang dipergunakan kurang memadai.
1.1.3 Metode yang dipakai kurang serasi.
1.1.4 Guru yang mengajarkan itu kurang terlatih dan belum dipersipakan
dengan baik (1971 : 51).
Selanjutnya Burhan menambahkan bahwa yang terpenting di antara keempat
faktor tersebut ialah faktor guru yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan
pengajaran (1971 : 51). Berdasarkan pendapat tersebut, penulis
menyimpulkan bahwa semakin maju perkembangan zaman dan teknologi
siswa membutuhkan guru yang meguasai berbagai teknik, sehingga siswa
lebih senang dan mudah menerima pelajaran khususnya berhitung permulaan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis mengangkat judul “PERAN GURU
DALAM MENGEMBANGKAN KREATIFITAS BERHITUNG
PERMULAAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH”.
1.2 Identifikasi Masalah
1.2.1 Sejalan dengan ungkapan Burhan, bahwa kegagalan pelaksanaan
pengajaran untuk anak-anak usia prasekolah disebabkan oleh kondisi
kelas yang kurang baik, teks book yang dipergunakan kurang memadai,
metode yang dipakai kurang serasi, guru yang mengajarkan itu kurang
5
terlatih dan belum dipersipakan dengan baik (1971 : 51). Selain itu
dalam proses belajar mengajar peran guru hanyalah sebagai fasilitator
dan siswa yang lebih aktif, sehingga siswa dapat menemukan
pengalaman-pengalaman sendiri. Untuk menghadapi permasalahan
tersebut tentunya guru harus mampu mengubah teknik dalam
pembelajaran misalnya bermain pola, bermain klasifikasi bilangan,
bermain ukuran, bermain geometri, bermain estimasi, bermain
statistika. Dengan demikian, proses pembelajaran dalam
“Mengembangkan Kreatifitas Berhitung Permulaan Pada Anak Usia Pra
Sekolah” dapat tercapai dengan baik dan terstruktur.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis uraikan, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Mengembangkan
Kreatifitas Berhitung Permulaan Pada Anak Usia Pra Sekolah ?”.
1.4 Pemecahan Masalah
Untuk menghadapi permasalahan tersebut di atas, ada beberapa langkah
pemecahan masalah yaitu sebagai berikut :
1.4.1 Bermain pola, bermain klasifikasi bilangan, bermain ukuran.
1.4.2 Bermain geometri, bermain estimasi, bermain statistika
6
Agar upaya pengembangan kreatifitas berhitung permulaan pada anak usia
pra sekolah berlangsung efektif, maka dari keenam langkah di atas penulis
memilih menggunakan pemecahan masalah melalui bermain estimasi.
Adapun manfaat menggunakan langkah bermain estimasi sebagai berikut :
Dapat mengenal benda-benda disekitarnya (magnet, warna, bentuk,
ukuran, jenis dan lain-lain).
Dapat memperkirakan jumlah benda tanpa menghitung lebih dulu.
Dapat menghitung benda untuk membuktikan kebenaran jumlah yang
diperkirakan.
Dapat membedakan jenis-jenis benda yang telah diperkirakan dan
dibuktikan.
Dapat mengembangkan keterampilan motorik dan kognitif anak.
1.5 Tujuan Penyusunan Makalah
Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah :
1.5.1 Untuk mengetahui kemampuan berhitung anak.
1.5.2 Untuk mengetahui bakat dan minat khususnya menghitung permulaan.
1.5.3 Mengajarkan anak prasekolah kemandirian melalui eksperimen dan
perkiraan.
1.5.4 Menghilangkan kejenuhan anak ketika proses pembelajaran.
1.5.5 Meningkatkan motivasi belajar bagi siswa yang kurang mampu dalam
menghitung.
7
1.5.6 Untuk mengetahui apakah melalui bermain estimasi dapat
mengembangkan kreatifitas anak dalam menghitung permulaan.
1.6 Manfaat Disusunnya Makalah
Sesuai dengan tujuan di atas, diharapkan makalah ini diharapkan berguna :
1.6.1 Meningkatkan kemampuan berhitung anak.
1.6.2 Memberikan motivari belajar bagi anak usia prasekolah.
1.6.3 Menghilangkan kejenuhan ketika proses belajar berlangsung.
1.6.4 Mengembangkan kemampuan kognitif dan motorik.
1.6.5 Sebagai sumbangsih pemikiran bagi guru-guru TK, agar lebih
meningkatkan kualiatas mengajar guna mengembangkan kreatifitas
anak khususnya berhitung permulaan.
1.6.6 Sebagai motivasi guru-guru TK, agar turut berperan dan membimbing
peserta didiknya ketika proses bermain estimasi berlangsung.
1.6.7 Memberikan motivasi kepada orang tua agar senantiasa berperan aktif,
membimbing dan menfasilitasi setiap kegiatan belajar khususnya
pembelajaran berhitung permulaan.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Mengembangkan Keterampilan Berhitung Permulaan
Taman Kanak-kanak (TK) merupakan lembaga pendidikan formal sebelum
anak memasuki Sekolah Dasar. Lembaga ini dianggap penting karena anak
usia ini, merupakan Golden Age (usia emas) yang di dalamnya terdapat “masa
peka”. Masa peka adalah suatu masa yang menuntut perkembangan anak dan
perlu dikembangkan secara optimal. Penelitian menunjukkan bahwa 80%
perkembangan mental dan kecerdasan anak berlangsung pada usia antara
umur 3 tahun sampai umur 6 tahun, dengan demikian orang tua harus tanggap
dengan keadaan anaknya. Kenyataan di lapangan anak yang tinggal kelas,
drop out, disebabkan anak yang bersangkutan tidak melalui pendidikan
tingkat Taman Kanak-Kanak (TK).
Taman Kanak-Kanak adalah bidang pengembangan kognitif, untuk menyusun
model pembelajaran kognitif, guru diharapkan mengacu kepada pedoman
pembelajaran secara maksimal. Keterampilan berhitung permulaan
merupakan pengembangan daya pikir, bakat dan kecerdasan secara ilmiah
yaitu mengembangkan kemampuan kemampuan berpikir secara konkrit
menuju pemikiran abstrak. Langkah menuju abstraksi matematika, harus
dikembangkan melalui kegiatan bermain, dimana anak-anak secara langsung
berpartisipasi dan aktif dalam kegiatan tersebut. Selain itu, dengan bermain
9
akan melibatkan semua indranya sehingga tertanamlah kesan-kesan bahwa
belajar matematika sangat mudah, menyenangkan dan tidak membosankan.
Dengan demikian, motivasi belajar anak-anak terbangun dengan maksimal
dan tepat. Lebih jelasnya penulis uraikan strategi mengembangkan
keterampilan berhitung permulaan yaitu sebagai berikut :
2.1.1 Pengertian Mengembangkan
Pengertian mengembangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI, 1997 : 473) adalah (1) membuka lebar-lebar, (2) menjadi besar
(luas, merata,menyeluruh), (3) menjadikan maju (baik dan sempurna).
Sedangkan menurut Pieget pengembangan adalah kegiatan yang
bertujuan ke arah yang lebih maju, dan prosesnya membutuhkan
aktifitas yang baik fisik maupun psikis sehingga mental anak mudah
peka (www.wikipedia.com).
Mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak usia pra
sekolah sebaiknya dilakukan secara bertahap dan menggunakan metode
yang relevan dengan tujuan yang akan dicapai, misalnya diawali dengan
ceramah, bercakap-cakap, tanya jawab, dan pemberian tugas,
demonstrasi dan eksperimen. Dengan demikian upaya mengembangkan
kreatifitas berhitung permulaan pada anak usia pra sekolah dapat
tercapai sesuiai yang diharapkan.
10
2.1.2 Mengembangkan Kreatifitas Berhitung Permulaan
Kreatifitas adalah kemampuan untuk menciptakan daya cipta, bersifat
(mengandung), menghendaki kecerdasan dan imajinasi (KBBI,
1999:340).
Berhitung merupakan kecerdasan logika matematik yang berkaitan
dengan kemampuan mengolah angka dan kemahiran menggunakan
logika, (Musfiroh, 2005 :60). Beberapa pendapat di atas memperjelas
bahwa anak usia pra sekolah memiliki kemampuan berhitung walaupun
masuh bersifat permulaan. Kecerdasan anak dapat terbentuk dengan
baik jika mendapatkan bimbingan dari orangtua maupun guru di
sekolah. Tentunya agar anak-anak senang belajar berhitung permulaan,
guru memiliki metode yang tepat dalam menyampaikannya seperti
permainan. Sehingga diharapkan kreatifitas anak berkembang dan
cenderung lebih mandiri. Peran guru adalah sebagai fasilitator dan
motivator sedangkan murid berjalan sesuai kemampuan dan kreatif
mengerjakannya sendiri.
2.1.3 Bermain Anak Usia Pra sekolah
2.1.3.1 Pengertian Bermain
Bermain bagi anak-anak adalah upaya pencarian ilmu, yang
berupa pengalaman-pengalaman. Menurut para ahli bermain
mengandung berbagai arti bagi kehidupan anak, seperti
11
dijelaskan Frobel (dalam Prianto, 2003 : 48) bahwa bermain
merupakan sarana untuk belajar. Ketika proses bermain
berlangsung, perhatian anak terhadap pelajaran lebih besar.
Menurut KBBI (1997 : 614), bermain diartikan “melakukan
sesuatu untuk bersenang-senang, berbuat sesuatu dengan
senang-senang saja. Tujuan kegiatan bermain adalah untuk
memperoleh kesenangan, motivasi, menghilangkan kejenuhan
dan meningkatkan kreatifitas.
Berdasarkan uaraian di atas dapat penulis dapat menyimpulkan
bahwa bermain merupakan metode yang tepat untuk
menyampaikan pelajaran, khususnya belajar berhitung
permulaan bagi anak usia pra sekolah.
2.1.3.2 Fungsi Bermain
Menurut Hartley, Frank dan Goldenson (dalam Moeslichatoen,
2004: 33) fungsi bermain bagi anak yaitu :
Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa.
Untuk menirukan berbagai peran yang ada di dalam
kehidupan nyata seperti guru mengajar dan sebagainya.
Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan
pengalaman hidup yang nyata.
12
Untuk menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul-
mukul kaleng.
Untuk melepaskan dorongan yang tidak dapat diterima
(berperan seperti anak nakal)
Untuk kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan(gosok
gigi, sarapan).
Mencerminkan pertumbuhan (semakin gemuk badannya).
Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai
penyelesaian masalah seperti menyiapkan pesta. (Hartley,
Frank dan Goldenson (dalam Moeslichatoen, 2004 : 33).
Sedangkan menurut Muslishatoen (2004 : 34), bahwa fungsi
bermain tidak saja dapat meningkatkan perkembangan kognitif
dan sosial, tetapi juga perkembangan bahasa, disiplin, kreatif,
dan perkembangan fisik anak.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa
kegiatam belajar berhitung permulaan dengan metode bermain
dapat mengembangkan kreatifitas anak usia pra sekolah.
2.1.3.3 Manfaat Bermain
Menurut Wiryasumarta (dalam Prianto, 2003 : 51) manfaat
bermain sebagai berikut :
13
Merupakan sumber belajar, lewat bermain anak bisa melatih
keterampilannya, menambah pengetahuan tentang konsep-
konsep dasar danhal-hal yang ada dilingkungan anak, serta
mengembangkan daya cipta.
Meningkatkan komunikasi, semakin mendekatkan antara
anak dengan teman-temannya, orang tua dan gurunya.
Melihat bermasyarakat, lewat bermain anak dalam berlatih
melaksanakan tata tertib dan peraturan yang ada, serta
melakukan hak dan kewajiban.
Mencegah dan menyembuhkan tekanan batin. Dengan
bermain anak mendapatkan kesempatan yang luas untuk
melampiaskan kekesalan, meluapkan kekecewaan dan
mendapatkan kembali ketenangan dirinya.
Mengenal lingkungan sedini mungkin.
Mengembangkan kepribadian, melalui sikap jujur, kerja sama
dan moral.
Memperkuat fisik (otot) lewat gerakan-gerakan otot, anak
umur 4-6 tahun kadang-kadang tidak mengenal lelah. Anak
selalu gembira, kegembiraan itu diekspresikan dengan
berlari-lari, melompat dan sebagainya. Lewat berbagai
mainan itu otot-ototnya dapat tumbuh dan berkembang secara
wajar. Wiryasumarta (Dalam Prianto, 2003 : 51)
14
Sedangkan menurut Muslishatoen (2004 : 34), bahwa fungsi
bermain tidak saja dapat meningkatkan perkembangan kognitif
untuk memecahkan masalah seperti kegiatan mengukur isi
mengukur berat, dan membandingkan.
2.2 Jenis Bermain dan Mengembangkan Keterampilan Berhitung
2.2.1 Jenis-Jenis Bermain
Menurut Moeslichatoen (2004 : 38) ada beberapa penggolongan
kegiatan bermain sesuai dengan usia anak prasekolah, yaitu :
Bermain bebas spontan, merupakan bermain yang tidak memiliki
peraturan dan aturan main.
Bermain dengan cara membangun atau menyususn, bermain
dengan cara membangun akan mengembangkan kreatifitas anak.
Bermain pura-pura yaitu bermain yang menggunakan daya khayal
yaitu dengan memakai bahasa atau berpura-pura tingkah laku
seperti orang tertentu, binatang tertentu.
Bertanding atau berolah raga, anak TK tertarik bermain dengan
anak lain, misalnya bermain petak umpet dan lain-lain.
Sedangkan menurut Gordon dan Browne (dalam Moeschatoen, 2004 :
37), menyatakan bahwa penggolongan kegiatan bermain sesuai dengan
dimensi perkembangan sosial anak dalam 4 bentuk, yaitu :
15
Bermain Soliter, yaitu bermain sendiri atau dapat juga dibantu oleh
guru.
Bermain paralel, yaitu bermain sendiri-sendiri secara
berdampingan. Jadi tidak ada intetarksi anak satu dengan yang lain.
Bermain asosiatif, terjadi bila anak bermain bersama dalam
kelompoknya.
Bermain kooperatif, terjadi bila anak secara aktif menggalang
hubungan dengan anak-anak lain membicarakan, merencanakan
dan melaksanakan kegiatan bermain. Gordon dan Browne (dalam
Moeslikhatoen, 2004 : 37)
Berdasarkan uraian di atas, dari beberapa jenis permainan maka
yang paling tepat kaitannya dengan kegiatan berhitung permulaan
adalah bermain kooperatif. pengajaran berhitung permulaan dengan
menggunakan metode bermain estimasi, sangat erat kaitannya
dengan bermain kooperatif karena bermain estimasi menuntut anak
untuk belajar mandiri dan mampu memecahkan masalah bersama
teman-temannya.
2.2.2.Bermain Estimasi (Memperkirakan)
Dalam kehidupan sehari-hari dapat dijumpai anak usia tahun, mampu
mengucapkan angka dari 1 sampai dengan 10 dengan baik dan benar.
Sejalan dengan berkembangnya daya pikir seorang anak, seorang guru
16
harus mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
Terkait dengan hal tersebut, penulis mencoba menerapkan teknik
bermain estimasi (Memperkirakan).
Bermain estimasi merupakan permainan yang dilakukan melalui
analisis dan perkiraan, kemudian dibuktikan melaui riset mandiri atau
kelompok, kemudian dilanjutkan dengan penilaian (KBBI, 1997 : 308).
17
BAB III
PEMBAHASAN
Berhitung merupakan kecerdasan logika matematika berkaitan dengan
kemampuan mengolah angka atau kemahiran menggunakan logika (Musfiroh,
2005 : 60). Kreatifitas adalah kemampuan untuk menciptakan daya cipta, bersifat
(mengandung), menghendaki kecerdasan dan imajinasi (KBBI, 1999 : 340).
Estimasi adalah analisis yang dilakukan dengan melalui perkiraan, kemudian
dibuktikan secara mandiri, dan dilanjutkan dengan penilaian (KBBI, 1997 : 308).
Berdasarkan uraian di atas, dapat di simpulkan bahwa keterampilan berhitung
permulaan bagi anak usia prasekolah, dapat diajarkan melalui bermain estimasi.
Karena dengan bermain estimasi, motivasi dan kretifitas belajar anak-anak akan
terbangun. Selain itu, berdasarkan estimasinya anak-anak akan mencoba
menemukan sendiri jawaban.
Langkah-Langkah Pembahasan
3.1 Pendahuluan
Ketika proses pembelajaran berhitung permulaan berlangsung maka perlu
diperhatikan faktor-faktor pendukung seperti kesiapan guru, keadaan fasilitas,
media, keadaan siswa, sumber belajar.
18
3.2 Penyusun Perencanaan
3.2.1 Secara tidak tertulis
3.2.1.1 Mempersiapan kompetensi Guru.
3.2.1.2 Kesiapan materi
3.2.2 Secara tertulis
3.2.2.1 Memilih materi
3.2.2.2 Membuat indikator-indikator pembelajaran
3.2.2.3 Mempersiapkan alat permainan edukatif
3.2.2.4 Menentukan metode pembelajaran
3.2.2.5 Mempersiapkan ruangan
3.2.2.6 Menentukan waktu
3.2.2.7 Merurumuskan tujuan
3.2.2.8 Menyusun langkah-langkah pembelajaran
3.2.2.9 Merencanakan ruangan
3.3 Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang
telah disusun yaitu sebagai berikut :
3.3.1 Pembukaan
3.3.1.1 Salam
3.3.1.2 Mengabsen siswa
19
3.3.1.3 Mengenalkan benda yang dibawa oleh guru, misalnya
aquarium, dan ikan-ikan plastik bermacam-macam jenis.
3.3.2 Inti
3.3.2.1 Menjelaskan dan menunjukan contoh-contoh kegiatan
pembelajaran
3.3.2.2 Guru menyediakan aquarium yang terbuat dari kaleng plastik,
dan di isi air.
3.3.2.3 Membagikan aquarium pada setiap anak yang sudah di isi air.
3.3.2.4 Guru memasukan ikan-ikan plastik ke dalam aquarium.
3.3.2.5 Guru menyuruh siswa memperkirakan berapa jumlah ikan yang
ada di aquariumnya masing-masing.
3.3.2.6 Guru menunjuk siswa satu per satu, untuk menjawabnya.
3.3.2.7 Guru menyuruh siswa menghitung sendiri ikan-ikan yang ada di
dalam aquariumnya masing-masing guna menemukan
jawabanya sendiri.
3.3.2.8 Memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan
permainan estimasi sendiri dengan teman-temannya.
3.3.3 Penutup
Tanya jawab tentang kegiatan yang sudah berlangsung atau hasil
kegiatan.
20
3.4 Observasi dan Evaluasi
Observasi dan evaluasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Dalam kegiatan ini guru berusaha merekam semua kegiatan, baik kegiatan
siswa maupun kegiatan guru. Kemudian hasilnya dijadikan bahan
pertimbangan untuk menyempurnakan kegiatan berikutnya.
Aspek yang dimonitor adalah :
3.4.1 Ketepatan rencana
3.4.2 Kesesuaian kegiatan rencana
3.4.3 Keterlaksanaan kegiatan guru
3.4.4 Keterlaksanaan kegiatan siswa
3.4.5 Hasil belajar.
21
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, melalui penerapan
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM)
penulis dapat menyimpulkan bahwa pembahasan makalah yang berjudul “Peran
Guru Dalam Mengembangkan Kreatifitas Berhitung Permulaan Pada anak Usia
Pra Sekolah “ adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan media yang tepat dalam belajar berhitung permulaan, dapat
meningkatkan kreativitas anak usia pra sekolah.
2. Pemilihan indikator-indikator dan skenario yang tepat, pembelajaran dapat
berjalan lancar.
3. Melalui bermain estimasi, anak-anak akan bereksperimen dengan dasar
pikirannya sendiri yaitu membuat kasus, memperkirakan jawaban kemudian
menemukan jawabannya sendiri.
4. Melalui bermain estimasi kegiatan berhitung anak menjadi lebih
menyenangkan, dan tidak menimbulkan kejenuhan.
5. Bimbingan yang dilakukan guru, secara individu mempermudah anak-anak
menerima pembelajaran menghitung permulaan. Karena dengan demikian
anak merasa dihargai dan mendapat motivasi.
22
Saran
1. Sebelum melaksanakan pembelajaran, sebaiknya alat, media dan langkah-
langkah pengajaran dipersiapkan dengan maksimal. Sehingga proses
pembelajaran berjalan tanpa hambatan.
2. Hendaknya pembelajaran berhitung permulaan di taman kanak-kanak,
dilakukan dengan menggunakan metode yang kreatif dan menyenangkan.
3. Sebaiknya guru dalam memberikan pembelajaran berhitung permulaan,
hanya bersifat membimbing, menfasilitasi, dan memotivasi tujuannya
adalah guna mengembangkan kreativitas dan menumbuhkan kemandirian
pada diri siswa.