Makalah Metanol d2.8

Post on 24-Nov-2015

145 views 8 download

Transcript of Makalah Metanol d2.8

MAKALAH PRAKTIKUM ANALISIS MAKANANPenetapan Kadar Metanol dalam Minuman Beralkohol

Kelompok D2.8Anggota Kelompok :Yuana Adi Setiawan2012210294 ()Yulia Asia Ervina 2012210297 ()Zainirwan Rusman 2012210304 ()Dita Arum K 2013212274 ()Nur Istifaiyah 2013212277 ()

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILAJAKARTA2014KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah praktikum Analisis Makanan. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-quran dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.Makalah ini merupakan salah satu tugas akhir praktikum analisis makanan di Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Yunahara Farida, M.Si., Apt, Dra Setyorini Sugiastuti, M.Si., Apt, dan Dra Diana Serlahwaty, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing praktikum analisis makanan dan kepada teman-teman yang telah membantu selama penulisan makalah ini.Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, Mei 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................2Daftar Isi..............................................................................................3Daftar Tabel .................................................................................................4Daftar Gambar .............................................................................................5Daftar Lampiran............................................................................................6BAB I Pendahuluan .....................................................................................7BAB II Tinjauan Pustaka ............................................................................82.1Karakteristik Metanol ...........................................................82.2Sintesa Metanol .....................................................................82.3Kegunaan Metanol ................................................................92.4Proses Metanol Meracuni Tubuh ..........................................102.5Gejala Keracunan Metanol ...................................................122.6Penangana Keracunan Metanol .............................................132.7Regulasi Minuman Beralkohol .............................................13BAB III Metodologi Penelitian ....................................................................143.1Alat yang digunakan...........................................................143.2Bahan yang digunakan...........................................................153.3Cara Kerja ...............................................................................153.4Interpretasi Hasil .....................................................................17BAB IV Hasil Penelitian ...............................................................................184.1Hasil Penelitian......................................................................184.2Perhitungan ............................................................................20BAB VPembahasan ...................................................................................24Kesimpulan dan Saran ..................................................................................26Daftar Pustaka ..............................................................................................27Lampiran .......................................................................................................28

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1Tabel Hasil Pengamatan Kelompok D2.1 ..................................18Tabel IV.2Tabel Hasil Pengamatan Kelompok D2.2 ..................................18Tabel IV.3Tabel Hasil Pengamatan Kelompok D2.3 .................................19Tabel IV.4Tabel Hasil Pengamatan Kelompok D2.4 ..................................19Tabel IV.5Tabel Hasil Pengamatan Semua Kelompok .............................20

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.1Beaker glass ..........................................................................15Gambar III.2Labu ukur ..............................................................................15Gambar III.3Gelas Ukur ............................................................................15Gambar III.4Water Bath ...........................................................................15Gambar III.5Pipet Skala ...........................................................................15Gambar III.6Kuvet ...................................................................................15Gambar III.7Spektrofotometer .................................................................15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Keracunan Akibat Penyalahgunaan Metanol .......................28Lampiran 2.Pengaruh Pemberian Metanol dan Etanol terhadap kerusakan sel hepar tikus wistar .................................................................29Lampiran 3.Deteksi Etanol Setelah Konsumsi Arak dalam Urin dengan Cromatography gas ...............................................................30

BAB IPENDAHULUAN

Metanol merupakan senyawa kimia yang sangat beracun bila dibandingkan dengan etanol. Metanol sering disalahgunakan sebagai bahan pembuat minuman keras. Metanol digunakan sebagai pengganti etanol karena disamping harganya yang relatif murah juga akibat ketidakpahaman akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh zat tersebut sehingga banyak yang beranggapan bahwa sifat dan fungsi metanol adalah sama dengan etanol. Orang yang sudah kecanduan minuman keras dan kurang memiliki dana untuk membeli minuman keras yang legal cenderung akan membuat atau membeli minuman keras yang ilegal yaitu dengan membeli minuman keras oplosan yang telah dicampur dengan metanol.Di dalam tubuh metanol mudah terabsorbsi dan dengan cepat akan terdistribusi kedalam cairan tubuh. Keracunan metanol dapat menimbulkan gangguan kesadaran (inebriation). Metanol sendiri sebenarnya tidak berbahaya, yang berbahaya adalah metabolitnya yang dapat menyebabkan asidosis metabolik, kebutaan yang permanen serta kematian dapat terjadi setelah periode laten selama 6-30 jam. Dari berbagai kasus keracunan minuman keras yang terjadi pada masyarakat terlihat dari hasil pemeriksaan sisa sampel ataupun otopsi mayat korban, ternyata selain etanol ditemukan metanol didalamnya dan korban dinyatakan oleh dokter mengalami keracunan metanol.Oleh sebab itu kita sebagai farmasis berperan untuk mengawasi produk makanan dan minuman yang beredar di pasaran, dalam hal ini khususnya mengawasi peredaran produk minuman beralkohol di masyarakat agar tidak terjadi lagi hal-hal serupa. Pengawasan produk tersebut dilakukan dengan melakukan uji kebenaran kadar terhadap komposisi yang terkandung dalam label minuman sehingga didapatkan kebenaran yang jelas mengenai kadar komposisinya dan sesuai dengan persyaratan kadar yang telah ditentukan oleh BPOM.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Karakteristik Metanol Metanol adalah senyawa alkohol dengan 1 rantai karbon. Rumus kimiaa CH3OH, dengan berat molekul 32. Titik didih 640-650C (tergantung kemurnian), dan berat jenis 0,7920-0,7930 (tergantung kemurnian). Secara fisik metanol merupakan cairan bening, berbau seperti alkohol, dapat bercampur dengan air, etanol, kloroform dalam perbandingan berapapun, higroskopis, mudah menguap dan mudah terbakar dengan api yang berwarna biru. Metanol lebih racun dari pada alkohol (ethanol) dan dalam jumlah sedikitpun dapat mengakibatkan buta hingga kematian. Ingat belakangan ini, banyak yang mati akibat minum bir oplosan? Setelah di selidiki ternyata mirasnya mengandung metanol yang dalam perdagangan umum sering disebut spiritus. Memang dalam perdagangan umum, metanol sering diberi warna (biru) akibat diberi tambahan senyawa cupri sulphate untuk membedakan metanol teknis dengan alkohol, dan dijual dengan nama spiritus. Metanol atau metil alkohol diproduksi dari distilasi wood atau dengan oksidasi langsung dari hidrokarbon. Saat ini, gas sintesis umumnya dihasilkan dari metana yang merupakan komponen dari gas alam.

2.2Sintesa Metanol Secara teori Metanol dapat dibuat dari proses penyulingan kayu, gasifikasibatu bara muda dan sintesis gas alam. Reaksi pembuatan Methanol dengan sintesis gas alam adalah sebagai berikut: CH4 + H2O 3 H2 + CO CO + 2 H2 CH3OH CO2 + 3 H2 CH3OH + H2ORacun H2S pada Natural Gas ditangkap dengan katalis ZnO, dan racun RSH ditangkap dengan katalis CoMo. Adapun secara ringkas, tahapan proses sintesis metanol adalah sebagai berikut: Prereform: gas alam direaksikan dengan steam superheated, reaksi CnH2n+2 + n H2O CO + (2n+1)H2 -Q CO + 3 H2 CH4 + H2O +Q CO + H2O CO2 + H2 + Q Reforming : merubah CH4 menjadi CO dan H2 dengan bantuan steam, reaksi sebagai berikut, CH4 + H2O 3 H2 + CO Q Autotermal: merubah sisa-sisa CH4 dengan steam dan O2, di mana reaksi partial dan sempurna berlangsung sekaligus, reaksinya sebagai berikut,2 CnH2n+2 + (3+1n)O2 2nCO2 + (2n+2)H2O+Q 2 CnH2n+2 + 3nO2 2CnCO+ 2H2+ 4nH2O+Q CH4 + 2O2 CO2 + 2H2)+ Q CH4 + O2 CO + H2 + H2O+Q Sintesis : gas-gas CO, CO2, dan H2 lalu disintesis dalam reaktor dengan katalis Cu Destilasi : hasil dari sintesis gas di unit reactor kemurniannya masih berkisar 70 %, maka dilakukan tahap akhir yaitu destilasi untuk mendapatkan Metanol dengan kemurnian tinggi.

2.3Kegunaan MetanolMetanol digunakan secara terbatas dalam mesin pembakaran dalam, dikarenakan metanol tidak mudah terbakar dibandingkan dengan bensin. Metanolcampuran merupakan bahan bakar dalam model radio kontrol. Salah satu kelemahan metanol sebagai bahan bakar adalah sifat korosi terhadap beberapa logam, termasuk aluminium. Metanol, merupakan asam lemah, menyerang lapisan oksida yang biasanya melindungi aluminium dari korosi: 6 CH3OH + Al2O3 2 Al(OCH3)3 + 3 H2O Ketika diproduksi dari kayu atau bahan oganik lainnya, metanol organik tersebut merupakan bahan bakar terbarui yang dapat menggantikan hidrokarbon. Namun mobil modern pun masih tidak bisa menggunakan BA100 (100% bioalkohol) sebagai bahan bakar tanpa modifikasi. Metanol juga digunakan sebagai solven dan sebagai antifreeze, dan fluida pencuci kaca depan mobil. Sekitar 40% metanol diubah menjadi formaldehyde, dan dari sana menjadi berbagai macam produk seperti plastik, plywood, cat, peledak, dan tekstil.Dalam beberapa pabrik pengolahan air limbah, sejumlah kecil metanol digunakan ke air limbah sebagai bahan makanan karbon untuk denitrifikasi bakteri, yang mengubah nitrat menjadi nitrogen. Bahan bakar direct-metanol unik karena suhunya yang rendah, operasi pada tekanan atmofser, mengijinkan mereka dibuat kecil. Ditambah lagi dengan penyimpanan dan penanganan yang mudah dan aman membuat metanol dapat digunakan dalam perlengkapan elektronik lainnya.

2.4Proses metanol meracuni tubuhMetanol sangat mudah diserap oleh tubuh melalui berbagai rute pemberian (oral, inhalasi, topikal, dll).Di dalam hati (liver), metanol akan dioksidasi menjadiformaldehid (formalin) dengan bantuan enzimalcohol dehydrogenasedan kemudian kemudian dimetabolisir lebih lanjut menjadiasam formatoleh enzimformaldehid dehidrogenase.Perubahan dari formaldehid menjadi asam format sangat cepat, dengan waktu-paro selama 1-2 menit, sehingga tidak sampai terjadi akumulasi formaldehid dalam tubuh. Asam format selanjutnya dapat diubah menjadi10-formiltetrahidrofolatyang dapat dimetabolisir lebih lanjut menjadikarbon dioksidasebagai upaya detoksifikasi dari tubuh. Kecepatan perubahan asam format menjadi metabolitnya tergantung ketersediaantetrahidrofolatdalam hati. Namun demikian, waktu paruh asam format di dalam tubuh cukup panjang, yaitu sampai 20-24 jam. Asam format inilah yang akan menyebabkan berbagai efek toksik pada tubuh.Ekskresi metanol dari tubuh relatif lambat, dengan waktu paruh(T1/2)selama 24 jam. Manusia lebih sensitif terhadap efek toksik metanol jika dibandingkan dengan hewan non primata. Keparahan toksisitas metanol lebih berkaitan dengan derajat kejadianmetabolik asidosisketimbang konsentrasi metanolnya. Hal ini karena ketoksikan metanol ditentukan oleh kecepatan pembentukan asam format dalam tubuh dan kemampuan hati untuk mendetoksifikasinya. Minum metanol, walaupun dalam jumlah sedikit, dapat berbahaya dan menyebabkan gangguan kesehatan serius, meliputikoma, kejang, dan kebutaan, bahkan kematian. Metanol juga toksik/beracun jika dihirup atau terkena mata, karena dapat merusak penglihatan.

Terdapat variasi signifikan pada manusia mengenai dosis toksik maupun dosis letal (yg menyebabkan kematian) akibat metanol. Sebuah studi menyebutkan bahwa dosis letal minimal adalah berkisar300-1000 mg/kg BB.Ada lagi yang menyebutkan bahwa dosis letal akibat minum metanol adalah sekitar15 ml metanol 40%. Ada lagi yang melaporkan osis letal sebesar500 ml metanol 40%..Di bawah ini dipaparkan fase-faseefek toksik yang bisa terjadi akibat paparan metanol Fase pertama adalahPenekanan sistem saraf pusat.Dapat terjadi dalam 30 menit- 2 jam, intoksikasi dapat terjadi dalam durasi yang lebih pendek daripada intoksikasi oleh etanol Fase kedua adalah fase laten tanpa gejala, mengikuti depresi sistem saraf pusat :Dalam 48 jam setelah diminum, pasien mungkin belum menunjukkan tanda-tanda keracunan, walaupun gejalanya mungkin berbeda secara individual. Fase ketiga terjadi asidosis metabolik berat:pada fase ini metanol telah dimetabolisir menjadiasam formatdan menyebabkan metabolik asidosis (meningkatnya keasaman darah), yang dapat menyebabkan mual, muntah, pusing, dan mungkin sudah mulai ada tanda-tanda gangguan penglihatan. Fase keempat adalah toksisitas pada mata, diikuti dengan kebutaan, koma, dan mungkin kematian:Gangguan visual/penglihatan umumnya terjadi pada 12-48 jam setelah minum, dan range-nya bervariasi, dari mulai tidak tahan cahaya (fotofobia), kabur atau berkabut, sampai kebutaan.

2.5Gejala Keracunan MetanolPada awalnya akan terjadi ganguan pada saluran cerna dengan gejala- gejala sakit perut, mual dan munta-muntah dan selanjutnya terjadi depresi susunan syaraf pusat dan akan terlihat gejala-gejala yang mirip dengan gejala-gejala keracunan alkohol (etanol) : sakit kepala, pusing, sakit otot, lemah, kehilangan kesadaran dan kejang-kejang ini berlangsung selama 12 24 jam. Pada tahap selanjutnya jika korban tidak segera mendapat pertolongan yang tepat akan terjadi kerusakan syaraf optik dengan gejala-gejala dilatasi pupil, penglihatan menjadi kabur dan akhirnya kebutaan yang permanen. Metabolisme asidosis dengan gejala-gejala mual, muntah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat, tekanan darah menurun, syok kemudian koma dan akhirnya meninggal.Keracunan metanol terjadi tidak hanya melalui mulut, dapat juga terjadi bila terhirup / inhalasi dengan gejala-gejala : iritasi selaput lendir, sakit kepala, telinga berdengung, pusing, sukar tidur, bola mata bergerak bolak balik, pelebaran bola mata / dilatasi pupil, penglihatan kabur, mual, muntah, kolik dan sulit buang air besar. Terkena kulit menyebabkan kulit menjadi kering, gatal-gatal dan iritasi. Terkena mata dapat menyebabkan iritasi dan gangguan penglihatan.

2.6Penanganan Keracunan MetanolTindakan yang dapatdilakukan bila terjadi keracunan metanol, yaitu :Bila tertelan segera hubungi dokter terdekat dan jangan dirangsang untuk muntah, jika tidak sadar jangan diberi minuman, jika pasien muntah letakkan posisi kepala lebih rendah dari pinggul untuk mencegah muntahan tidak masuk ke saluran pernapasan, jika korban tidak sadar miringkan kepala korban kesatu sisi, sebelah kiri atau kanan dan segerabawakedokter.Bila terhirup pindahkan korban di tempat udara segar, diistirahatkan jika perlu pasang masker berkatup atau peralatan sejenis untuk memlakukan pernapasan buatan dan segerahubungidokterterdekat.Bila terkena mata, cuci mata dengan air mengalir yang banyak sambil mata dikedip-kedipkan sampai dipastikan terbebas dari metanol dansegeraperiksakankedokter.Bila terkena kulit, segera lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu korban kemudian cuci kulit dengan sabun dan air mengalir yang banyak selama lebih kurang 15 20 menit sampai bersih dari metanol, bila perlu periksakan ke dokter

2.7Regulasi Minuman BeralkoholMenurut Permenkes RI No. 86/Menkes/Per/IV/1997 tentang minuman keras, yang dimaksud dengan minuman keras adalah semua jenis minuman beralkohol, tetapi bukan obat. Penggolongan minuman keras adalah sebagai berikut :a) Minuman beralkohol golongan A adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) 1% (satu persen) sampai dengan 5% (lima persen)b) Minuman beralkohol golongan B adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) lebih dari 5% (lima persen) sampai dengan 20% (dua puluh persen)c) Minuman beralkohol golongan C adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) 20% (dua puluh persen) sampai dengan 55% (lima puluh lima persen).d) Minuman beralkohol golongan B dan golongan C adalah kelompok minuman keras yang diproduksi, pengedaran dan penjualannya ditetapkan sebagai barang dalam pengawasan.% yang di maksud adalah volume / volume pada suhu 20C. Sementara minuman keras yang banyak beredar di pasaran adalah minuman keras Golongan A. Berdasarkan Keputusan Presiden No.3 tahun 1997 tentang Minuman Beralkohol, izin produksi minuman beralkohol diberikan oleh Mentri Perindustrian dan Perdagangan RI, sedangkan untuk izin peredaranya diberikan oleh Mentri Kesehatan (sekarang Badan POM). Adapun larangan larangan terhadap peredaran minuman keras sebagai berikut :a) lokasi penjualan keras seperti restaurant, kedai, bar atau tempat lain untuk diminum di tempat penjualan, tidak boleh berdekatan dengan tempat ibadah, sekolah, dan Rumah Sakit.b) Dilarang memproduksi dan mengimpor minuman keras tanpa ijin Mentric) Dilarang mengedarkan minuman keras yang mengandung Metanol lebih dari 0,1 % dihitung terhadap Etanol.d) Dilarang menjual / menyerahkan minuman keras kepada anak di bawah umur 16 tahun.e) Pada penyerahan minuman keras golongan C kepada konsumen, pengecer minuman keras harus mencatat tanggal penyerahan, nama dan alamat penerima, nomor dan tanggal paspor atau KTP serta jenis dan jumlah minuman keras yang bersangkutan.f) Dilarang mengiklankan minuman keras golongan C.

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.1Alat yang digunakana) Alat destilasib) Labu ukur 50 mlc) Pipet ukur 1 ml, 2 mld) Penangas ese) Penangas air suhu antara 60C 75Cf) Kuvet 1 cmg) Spektrofotometer

Gambar III.3 Gelas ukurGambar III.2 Labu ukurGambar III.1 Beaker glass

Gambar III.5 Pipet skalaGambar III.4 Water Bath

Gambar III.7 SpektrofotometerGambar III.6 Kuvet

3.2Bahan dan Pereaksia) Etanol hasil destilasi praktikum IIIb) Asam sulfat pekatc) Natrium bisulfitd) Larutan kalium permanganat e) Larutan natrium kromatoprat 5%f) Larutan baku metanol dibuat dari metanol 0,025% v/v dalam etanol 5,5% v/v3.3Cara kerjaa) Cara persiapan contoh1) Encerkan contoh hingga kadar alkohol antara 5-6%. 2) Suling 50ml larutan contoh hingga diperoleh 48 ml destilat3) Encerkan dengan air hingga 50 ml. Jika kadar etanol sebelumnya telah ditetapkan, encerkan destilat hingga kadar etanol antara 5-6%.b) Cara penetapan contoh1) Pipet masing-masing 2 ml larutan kalium permanganat kedalam labu ukur 50 ml, dinginkan dalam penangas es2) Tambahkan 1 ml larutan contoh yang telah dipersiapkan, 1 ml larutan baku metanol dan 1 ml etanol 5,5% (v/v) sebagai blanko. Biarkan didalam penangas es selama 30 menit.3) Hilangkan warna larutan dengan sedikit natrium bisulfit4) Tambahkan 1 ml larutan kromatoprat, campur5) Tambahkan 15 ml asam sulfat pekat perlahan-lahan sambil digoyang6) Masukkan kedalam penangas air suhu 60C - 75C selama 15 menit7) Dinginkan hingga suhu kamar dan encerkan dengan air hingga 50 ml, campur8) Ukur serapan larutan contoh dan baku pembanding terhadap blanko dalam kuvet 1 cm pada panjang gelombang 575 nm.c) Cara penetapan blanko1) Cara kerja seperti penetapan contoh 2) 1 ml contoh diganti dengan 1 ml etanol 5,5% v/vd) Cara penetapan baku1) Cara kerja seperti penetapan contoh2) 1 ml contoh diganti dengan 1 ml larutan baku metanol

Pengerjaan persiapan larutan contoh, blanko, dan baku dilakukan secara bersamaan Panjang gelombang maksimal ditentukan dengan cara ukur serapan blanko dan baku pembanding dari panjang gelombang () 650 nm sampai 550 nm kemudian lihat nilai serapan tertinggi pada baku pembanding terletak pada panjang gelombang () berapa maka panjang gelombang () tersebut ditetapkan sebagai panjang gelombang () maksimal.

3.4Interpretasi Hasila) Kadar metanol dalam contoh

A1: Serapan larutan contohA2: Serapan larutan baku metanolF: Faktor yang menyatakan pengenceran contoh0,025: Konsentrasi baku metanolb) Kadar metanol dihitung terhadap kadar etanol dalam contohM : Kadar metanol dalam contoh (% volume)E: Kadar etanol dalam contoh (% volume)BAB IVHASIL PENELITIAN

4.1Hasil Penelitian D2.1Pengambilan contohPengenceran contoh

Contoh 1 : 1 mlPengambilan contoh : 30 ml

Contoh 2 : 1 mlFaktor : 1,67

Baku : 1 ml

Tabel IV.1 Tabel Hasil Pengamatan Kelompok D2.1

= 575 nmSerapan ISerapan IIRata-rata

Blangko0,0000,0000,000

Contoh 10,0050,0070,006

Contoh 20,0100,0190,015

Baku Pembanding0,0320,0220,027

D2.2Pengambilan contohPengenceran contoh

Contoh 1 : 1 mlPengambilan contoh : 30 ml

Contoh 2 : 1 mlFaktor : 1,67

Baku : 1 ml

Tabel IV.2 Tabel Hasil Pengamatan Kelompok D2.2

= 575 nmSerapan ISerapan IIRata-rata

Blangko0,0000,0000,000

Contoh 10,0050,0070,006

Contoh 20,0100,0190,015

Baku Pembanding0,0320,0220,027

D2.3Pengambilan contohPengenceran contoh

Contoh 1 : 1 mlPengambilan contoh : 30 ml

Contoh 2 : 1 mlFaktor : 2,2727

Baku : 1 ml

Tabel IV.3 Tabel Hasil Pengamatan Kelompok D2.3

= 575 nmSerapan ISerapan IIRata-rata

Blangko0,0000,0000,000

Contoh 10,0110,0150,013

Contoh 20,0130,0090,011

Baku Pembanding0,5720,5740,573

D2.4Pengambilan contohPengenceran contoh

Contoh 1 : 1 mlPengambilan contoh : 30 ml

Contoh 2 : 1 mlFaktor : 3,572

Baku : 1 ml

Tabel IV.4 Tabel Hasil Pengamatan Kelompok D2.4

= 575 nmSerapan ISerapan IIRata-rata

Blangko0,0000,0000,000

Contoh 10,0080,0090,0085

Contoh 20,0100,0070,0085

Baku Pembanding0,1820,1840,183

Perhitungan kadar metanol dalam contoh Sampel 1:a. Serapan 1 = b. Serapan 2 = Sampel 2:a. Serapan 1 = b. Serapan 2 = Perhitungan kadar metanol yang dihitung terhadap etanol dalam contohSampel 1:a. Serapan 1 = b. Serapan 2 = Sampel 2:a. Serapan 1 = b. Serapan 2 =

Tabel IV.5 Tabel Hasil Pengamatan Semua Kelompok

= 575 nmKelompok

D2.1D2.2D2.3D2.4

BlangkoSerapan 10,0000,0000,0000,000

Serapan 20,0000,0000,0000,000

Rata-rata0,0000,0000,0000,000

ContohSerapan 10,0050,0050,0130,008

Serapan 20,0070,0070,0090,009

Rata-rata0,0060,0060,0110,0085

BakuPembandingSerapan 10,0320,0320,5720,182

Serapan 20,0220,0220,5740,184

Rata-rata0,0270,0270,5730,183

4.2Perhitungan D2.1Perhitungan kadar metanol dalam contoh Sampel 1:a. Serapan 1= b. Serapan 2 = Sampel 2:a. Serapan 1 = b. Serapan 2 = Perhitungan kadar metanol yang dihitung terhadap etanol dalam contohSampel 1:a. Serapan 1 = b. Serapan 2 = Sampel 2:a. Serapan 1 = b. Serapan 2 = D2.2Perhitungan kadar metanol dalam contoh Sampel 1:a. Serapan1 = b. Serapan 2 = Sampel 2:a. Serapan 1 = b. Serapan 2 = Perhitungan kadar metanol yang dihitung terhadap etanol dalam contohSampel 1:a. Serapan 1 = b. Serapan 2 = Sampel 2:a. Serapan 1 = b. Serapan 2 = D2.3Perhitungan kadar metanol dalam contoh Sampel 1:a.Serapan1=b.Serapan2=Sampel 2:a.Serapan1=b.Serapan2=Perhitungan kadar metanol yang dihitung terhadap etanol dalam contohSampel 1:a.Serapan 1 = b.Serapan 2 = Sampel 2:a.Serapan 1 = b.Serapan 2 =

D2.4Kadar etanol yang diinginkan 5-6%V1 . N1 = V2 . N2V1 . 19,13% = 50 . 5%V1 = 13,068%

V1 . N1 = V1 . N2V1 . 19,13% = 50 . 6%V1 = 15,682%

Yang diambil 14 ml etanol 19,13%, lalu diencerkan dengan aquadest ad 50 mlKadar etanol yang didapatkan :V1 . N1 = V2 . N214 . 19,13% = 50 . N2N2 = 5,356 %Faktor pengenceran = = 3,572

Perhitungan kadar metanol dalam contoh Sampel 1:a.Serapan 1= b.Serapan 2= Sampel 2:a.Serapan 1= b.Serapan 2= Perhitungan kadar metanol yang dihitung terhadap etanol dalam contohSampel 1:a.Serapan 1 = b.Serapan 2 = Sampel 2:a.Serapan 1 = b.Serapan 2 =

BAB VPEMBAHASAN

1.Kadar metanol ditetapkan dengan pengenceran etanol hingga kadar antara 5 - 6%, hal ini dilakukan untuk memperoleh serapan contoh berkisar 0,2 0,8 sesuai hukum Lambert Beer. Jika kadar larutan tinggi pembacaan pada alat tidak baik karena serapan maksimum tidak terbaca, sehingga mempengaruhi hasil akhir. Metanol diukur pada 575 nm.2.Menurut cara yang tercantum dalam SNI 06-2882-1992 prinsip pengujian metanol dengan spektrophotometer dalam minuman beralkohol yaitu oksidasi metanol dengan kalium metanol permanganat menjadi formaldehida. Formaldehida yang terjadi direaksikan dengan asam kromotropat atau garamnya. Warna yang terjadi resapannya di ukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 575 nm.3.Metanol sering terdapat dalam keadaan bercampur dengan etanol karena merupakan hasil sampingan dari etanol dan batas yang diperbolehkan yaitu tidak lebih dari 0,1% dari kadar etanol.4.Penambahan KMnO4 dalam penetapan kadar metanol berfungsi untuk mengoksidasi metanol dalam sampel menjadi formaldehid. Pendinginan KMnO4 didalam penangas es bertujuan untuk mencegah oksidasi KMnO4 yang disebabkan oleh udara karena KMnO4 merupakan oksidator kuat.5.Natrium bisulfit berguna untuk menghilangkan warna dari KMnO4 agar tidak mengganggu pada saat pengukuran serapan. Penambahan natrium bisulfit tidak boleh terlalu banyak karena akan menyebabkan terbentuknya endapan putih dan akan mengganggu proses pengukuran serapan. (Perubahan warna yang terjadi ungu coklat - bening).6.Penambahan natrium kromatoprat bertujuan untuk menghasilkan atau membentuk warna dari larutan uji (warna bening - coklat) sehingga larutan dapat diukur serapannya pada 380-780 nm (panjang gelombang visible).

7.Pereaksi kromatropat ditambahkan pada larutan contoh akan membentuk warna violet. Reaksi :

+

Asam Kromatropat Warna violet

Penambahan asam sulfat pada percobaan ini bertujuan sebagai katalisator yaitu mempercepat jalannya reaksi. Reaksi juga dipercepat dengan pemanasan di atas water bath selama 15 menit setelah ditambahkan asam sulfat. 8.Penambahan asam sulfat pekat bertujuan untuk menarik metanol dalam larutan sehingga metanol terpisah dari senyawa lain dan serapan yang diukur optimal.9.Serapan larutan contoh metanol yang didapatkan dari semua kelompok nilainya berbeda karena menggunakan kadar etanol yang juga berbeda. Tetapi dari hasil perhitungan kelompok D2.4 didapatkan kadar metanol yang dihitung dalam etanol sudah memenuhi persyaratan yaitu tidak melebihi 0,1 % sedangkan untuk kelompok D2.1 dan D2.2 kadarnya tidak memenuhi persyaratan karena melebihi 0,1%. Hal ini dapat disebabkan oleh volume pemipetan yang kurang akurat, penambahan reagen-reagen yang kurang tepat jumlahnya, ketidak akuratan dalam proses pengenceran ataupun waktu pemanasan yang terlalu lama.

KESIMPULAN

Kadar metanol yang terdapat dalam contoh kelompok D2.4 didapatkan 0,0041% dan kadar rata-rata metanol yang dihitung terhadap etanol dalam contoh yaitu 0,0765%. Hal ini memenuhi persyaratan dimana kadar metanol terhadap etanol yang dipersyaratkan tidak melebihi 0,1% dan dapat dikatakan sampel termasuk aman karena sudah memenuhi persyaratan regulasi minuman beralkohol. Sedangkan kadar metanol terhadap etanol pada contoh kelompok D2.1, D2.2 dan D2.3 tidak memenuhi persyaratan.

SARAN : Pada saat pengenceran sampel, volume pemipetan harus benar-benar diperhatikan agar tidak mempengaruhi hasil pengukuran serapan. Pada saat penambahan natrium bisulfit harus dilakukan secara perlahan sambil dikocok agar tidak membentuk endapan putih yang akan mempengaruhi proses pengukuran serapan. Penambahan natrium bisulfit harus dilakukan dalam penangas es karena KMnO4 merupakan oksidator kuat, untuk mencegah terjadinya oksidasi yang disebabkan oleh udara. H2SO4 harus ditambahkan perlahan-lahan melalui dinding tabung sambil dikocok pelan karena reaksi yang dihasilkan bersifat eksotermik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim a. 2009. Keracunan Akibat Penyalah Gunaan Metanol. (Cited: Oct 13, 2010), Available at: http: //www.pom.go.id /public/siker /desc/produk /RacunSalahMeta .pdfPresiden RI.1992. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Tentang: Kesehatan. \Presiden RI.1997. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol. Wirasuta, I.M.A.G. tt. Pengantar Menuju Ilmu Forensik. Bukit Jimbaran : Lembaga Forensik Sains dan Kriminologi, Universitas Udayana

27