Post on 18-Jul-2015
MAKALAH
AKUNTANSI MANAJEMEN
(Penentuan Harga Pokok Variabel)
Disusun Oleh:
Ratna Anindia Kusuma W (113342075)
Semester:
VII Manajemen Reguler Pagi
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
LATANSA MASHIRO
2014
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.
makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen
sebagai salah satu penilaian terhadap proses pembelajaran mata kuliah Akuntansi
Manajemen.
Meski dalam penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha dengan maksimal,
namun penulis masih merasa memiliki kekurangan dalam makalah ini, maka dari
itu penulis meminta kritik dan saran pembaca makalah ini. penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat begi penulis pada khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya. Amiin.
Rangkasbitung, 30 Oktober 2014
Penulis,
(Ratna Anindia Kusuma W)
2
DAFTAR ISI
Cover …………………………………………………………………… 1
Kata Pengantar …………………………………………………………. 2
Daftar Isi ……………………………………………………………….. 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
…………
…………
…………
………….
4
1.2 Rumusan
Masalah
…………
…………
…………
………
5
1.3 Tinjauan
Pembuatan
Masalah
…………
…………
…….
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengantar Pembahasan ……………………………...... 6
3
2.2 Perbandingan Harga Pokok Variabel………………….. 6
2.3 Manfaat Informasi yang dihasilkan …………………… 10
2.4 Penentuan Harga Pokok Variabel……………………… 19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………………………………………. 31
3.2 Saran …………………………………………………… 31
Daftar Pustaka …………………………………………………………. 32
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam membebankan harga pokok kepada produk dapat digunakan
salah satu dari dua metode pembebanan harga pokok produk. Yang pertama
yaitu metode penentuan harga pokok penuh (full costing) atau juga sering
disebut dengan metode penentuan harga pokok diserap (absorption costing).
Yang kedua yaitu metode penentuan harga pokok variabel (variable costing)
atau bisa juga disebut dengan metode penentuan harga pokok langsung (direct
costing) atau juga bisa disebut dengan metode penentuan harga pokok batas
(marginal costing). Perusahaan bisa menentukan metode mana yang akan
digunakan, sesuai dengan kepentingan dari manajemen.
4
Metode penentuan harga pokok penuh (full costing) akan membebankan
semua unsur biaya produksi, baik unsur biaya produksi yang bersifat tetap
maupun yang bersifat variabel ke dalam penentuan harga pokok produksi.
Oleh karena itu, unsur biaya produksi pada metode penentuan harga pokok
penuh meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik. Akan tetapi data biaya yang disajikan oleh metode
penentuan harga pokok penuh seringkali tidak relevan untuk tujuan
managerial control di dalam jangka pendek. Misalnya untuk perencanaan
laba, untuk pengambilan keputusan jangka pendek, dan untuk menganalisa
perubahan biaya volume laba jangka pendek, dalam kapasitas produksi
normal yang dimiliki oleh perusahaan diperlukan pendekatan yang
memusatkan perhatian pada unsur biaya variabel, yaitu biaya relevan yang
berubah susuai dengan tingkat volume kegiatan dalam jangka pendek.
Pendekatan yang dimaksud tersebut adalah metode variabel. Yaitu
sebuah metode penghitungan harga pokok produksi yang tidak
memperhitungkan semua biaya produksi sebagai komponen harga pokok
produksi. Metode perhitungan harga pokok produksi ini hanya
memperhitungkan biaya produksi variabel saja di dalam penentuan harga
pokok produksi. Metode variable costing ini akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan manajemen dalam jangka pendek. Seperti perencanaan laba dan
pengambilan keputusan jangka pendek.
1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini memuat rumusan masalah sebagai berikut.
1)Bagaimana perbandingan antara Harga Pokok Variabel dengan Full Costing?
2)Bagaimana manfaat Informasi yang dihasilkan oleh Harga Pokok Variabel?
3)Bagaimana penentuan Harga Pokok Variabel?
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah
Makalah ini memuat tujuan sebagai berikut.
1)Untuk mendeskripsikan bagaimana perbandingan antara Harga Pokok
Variabel dengan Full Costing.
2)Untuk mendeskripsikan manfaat informasi yang dihasilkan oleh Harga Pokok
Variabel.
5
3)Untuk mendeskripsikan bagaimana penentuan Harga Pokok Variabel.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengantar Pembahasan
Penentuan harga pokok produksi dapat dilakukan dengan cara
memasukkan seluruh biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biaya
produksi variabel saja. Oleh karena itu, penentuan harga pokok produksi
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode full costing/Absortion
costing dan Variable costing/direct costing.
Full costing adalah penentuan harga pokok produksi dengan
memperhitungkan semua biaya produksi seperti biaya bahan baku langsung,
biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead variabel dan biaya overhead
tetap. Akan tetapi data biaya yang disajikan oleh metode penentuan harga
pokok penuh seringkali tidak relevan untuk tujuan managerial control di
dalam jangka pendek. Untuk memenuhi kebutuhan managerial maka
diperlukan pendekatan yang memusatkan perhatian pada unsur biaya variabel,
6
yaitu biaya relevan yang berubah susuai dengan tingkat volume kegiatan
dalam jangka pendek. Oleh karena itu managerial biasanya melakukan
pendekatan dengan menggunakan harga pokok variabel (variable costing).
Harga pokok variabel (variable costing) adalah penentuan harga pokok
produksi yang hanya memasukkan biaya produksi variabel sebagai elemen
harga pokok produk. Biaya produksi tetap dianggap sebagai biaya
periodik.Sehingga biaya overhead tetap tidak diperhitungkan sebagai biaya
produksi melainkan diperhitungkan sebagai biaya periode yang akan
dibebankan dalam laporan laba-rugi.
2.2 Perbandingan Harga Pokok Variabel dengan Full Costing
Perbedaan konsep penentuan harga pokok variabel dan full costing
terletak pada tujuan utamanya. Harga pokok variabel memiliki tujuan utama
untuk pelaporan internal, sedangkan full costing bertujuan untuk pelaporan
eksternal. Perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan perlakuan terhadap
biaya produksi tetap yang mempengaruhi:
1. Penentuan Besarnya Harga Pokok Produk
Pada full costing, semua elemen biaya produksi baik tetap maupun
variabel dibebankan ke dalam harga pokok produk. Sehingga, elemen biaya
harga pokok produk pada metode ini meliputi biaya bahan baku (raw
material cost), biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost), biaya
overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap. Sedangkan pada
harga pokok variabel, hanya biaya produksi variabel yang dimasukkan dan
dibebankan ke dalam harga pokok produk. Sehingga, elemen biaya harga
pokok produk pada metode ini meliputi biaya bahan baku (raw material cost),
biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost), dan biaya overhead pabrik
variabel.
Full Costing Harga Pokok VariabelBiaya Bahan Baku Rp 20 Rp 20Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp 10 Rp 10
7
Biaya Overhead variabel
Rp 4 Rp 4
Biaya Overhead Tetap Rp 8 -Biaya Produksi / unit Rp 42 Rp 34
2. Penentuan Besarnya Harga Pokok Persediaan
Pada full costing, biaya overhead pabrik tetap dibebankan pada harga
pokok produk. Hal tersebut mengakibatkan sebagian biaya overhead pabrik
tetap melekat pada harga pokok persediaan apabila ada persediaan yang
masih belum terjual. Sedangkan pada harga pokok variabel tidak
membebankan biaya overhead tetap ke dalam harga pokok produk, tetapi
langsung dibebankan ke laba rugi sebagai biaya periode. Sehingga, produk
dalam persediaan hanya dibebani biaya produksi variabel atau biaya overhead
pabrik tetap tidak melekat pada harga pokok persediaan.
3. Penggolongan dan penyajian dalam laporan laba rugi.Perbedaan penggolongan dan penyajian dalam laporan laba rugi metode
harga pokok variabel dan full costing dapat ditinjau dari segi:
a) Penggolongan biaya dalam laporan laba rugi
Pada full costing, biaya digolongkan menjadi biaya produksi dan biaya
non-produksi. Biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik tetap maupun variabel. Semua harga
biaya produksi diperlakukan sebagai harga pokok produk dan dipertemukan
dengan penghasilan penjualan pada periode di mana produk tersebut laku
dijual dengan cara menentukan besarnya harga pokok penjualan. Biaya non-
produksi pada full costing disebut pula biaya periode, yakni biaya semua
biaya yang tidak termasuk dalam harga pokok produk sehingga harus
dibebankan langsung di laba rugi periode terjadinya, yang meliputi biaya
tetap maupun variabel untuk pemasaran, administrasi dan umum, dan
finansial.
Pada harga pokok variabel, biaya digolongkan menjadi biaya variabel
dan biaya tetap. Biaya variabel meliputi semua biaya yang jumlah totalnya
berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan volume kegiatan, yang
dikelompokkan menjadi biaya variabel produksi (biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik varabel) dan biaya variabel
8
non-produksi (biaya pemasaran variabel, Biaya administrasi & umum
variabel, dan biaya financial variabel). Semua elemen biaya variabel produksi
diperlakukan sebagai harga pokok produk dan akan dipertemukan dengan
penghasilan penjualan sebagai harga pokok penjualan variabel atas produk
yang sudah laku dijual. Biaya tetap meliputi semua biaya yang jumlah
totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan
sampai dengan tingkatan kapasitas tertentu. Pada harga pokok variabel, biaya
tetap disebut juga sebagai biaya periode, yakni semua biaya tetap yang terjadi
dalam rangka penyediaan kapasitas tertentu untuk memproduksi dan
memasarkan produk dan dalam jangka pendek jumlah totalnya tidak
dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan. Biaya tetap pada harga pokok
variabel ini meliputi biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap,
Biaya administrasi & umum tetap, dan biaya finansial tetap. Dalam harga
pokok variabel, selain disebut biaya periode, biaya tetap juga disebut sebagai
biaya kapasitas yang langsung dibebankan ke laba rugi. Konsep harga pokok
variabel berpendapat bahwa menunda biaya tetap yang terjadi pada periode
tertentu pada periode berikutnya tidak memiliki manfaat.
b) Struktur atau susunan penyajian laporan laba rugiKonsep full costing menyajikan biaya sesuai dengan penggolongan
fungsi-fungsi pokok di dalam perusahaan. Penjualan dipertemukan dengan
harga pokok penjualan yang meliputi biaya produksi variabel dan biaya
produksi tetap, selisihnya adalah laba/rugi kotor atas penjualan. Laba/rugi
kotor atas penjualan dipertemukan dengan biaya komersial, selisihnya adalah
laba/rugi bersih usaha. Selanjutnya, laba/rugi berseih usaha dipertemukan
dengan biaya finansial atau biaya bunga, hasilnya adalah laba/rugi bersih.
Sedangkan pada konsep harga pokok variabel, langkah pertama yang
dilakukan dalam penyusunan laba rugi adalah menggolongkan biaya ke dalam
biaya variabel dan biaya tetap. Langkah kedua adalah menggolongkan biaya
variabel dan biaya tetap ke dalam biaya produksi dan biaya non-produksi.
Kemudian, penjualan dipertemukan dengan harga pokok penjualan variabel,
selisihnya adalah batas kontribusi kotor (gross contribution margin). Batas
kontribusi kotor dipertemukan dengan biaya komersial variabel, selisihnya
9
adalah batas kontribusi bersih (net contribution margin). Batas kontribusi
bersih dipertemukan dengan semua biaya tetap atau biaya periode, baik
produksi maupun non-produksi, selisihnya adalah laba bersih
c) Besarnya laba bersihSeperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada full costing, apabila masih
ada persediaan barang yang masih belum terjual, maka dalam harga pokok
persediaan tersebut melekat biaya overhead pabrik tetap. Sedangkan pada
metode harga pokok produk, biaya overhead pabrik tetap tidak melekat pada
harga pokok persediaan. Dengan demikian, penilaian harga pokok persediaan
kedua metode tersebut berbeda. Nilai harga pokok persediaan pada metode
harga pokok variabel menjadi lebih kecil sehingga harga pokok penjualan
sebagai pengurang penjualan menjadi lebih besar dan menghasilkan laba yang
lebih kecil. Hal ini berbanding terbalik dengan metode full costing.
10
PT EL SARILAPORAN LABA RUGI
Yang berakhir pada bulan Januari Full Costing Harga Pokok Variabel
Volume penjualan (unit) 190 Volume penjualan (unit) 190Penjualan Rp 19.000 Penjualan Rp 19.000Harga Pokok Penjualan Harga Pokok PejualanPersediaan awal Rp 1.260 Persediaan awal Rp 1.260Biaya Bahan Baku Rp 4.000 Biaya Bahan Baku Rp 4.000Biaya Tenaga Kerja Rp 2.000 Biaya Tenaga Kerja Rp 2.000Biaya Overhead Pabrik Variabel
Rp 800 Biaya Overhead Pabrik Variabel
Rp 800
Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp 1.600Harga Pokok Produk siap jual Rp 9.660 Harga Pokok Produk siap jual Rp 7.820Persediaan akhir Rp 1.680 Persediaan akhir Rp 1.360Hg.Pk.Penj. sebelum disesuaikan
Rp 7.980 Harga Pokok Penjualan variabel
Rp 6.460
Biaya Overhead Pabrik Kurang dibebankan Rp 100
Biaya Adm. & Umum Variabel
Rp 570
Harga Pokok Penjualan Rp 8.080 Biaya pemasaran Variabel Rp 1.900Total Biaya Variabel Rp 8.930
Laba Bruto Rp 10.920 Laba Kontribusi Rp 10.070Biaya Komersial Biaya tetapBiaya Administrasi & Umum Biaya Overhead Pabrik tetap Rp 1.700
Variabel Rp 570 Biaya Adm & Um. Tetap Rp 400Tetap Rp 400 Biaya pemasaran tetap Rp 1.000
Biaya PemasaranVariabel Rp 1.900Tetap Rp 1.000
Jumlah Biaya Komersial Rp 3.870 Jumlah Biaya tetap Rp 3.100Laba Bersih Rp 7.050 Laba Bersih Rp 6.970
2.3 Manfaat Informasi yang dihasilkan oleh Harga Pokok Variabel
Seperti yang disinggung di awal pembahasan yaitu Harga pokok variabel
digunakan untuk memenuhi kebutuhan managerial seperti perencanaaan laba
dalam jangka pendek, penentuan harga jual produk, pengambilan keputusan
dan pengendalian biaya. Berikut ini akan dibahas lebih lanjut mengenai
manfaat dari variable costing beserta contoh-contohnya.
11
a. Perencanaan laba jangka pendek
Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen
memerlukan informasi biaya yang dipisahkan menurut perilaku biaya yang
berhubungan dengan perubahan volume kegiatan. Dalam jangka pendek,
biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan,
sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen
dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, metode variable costing
menghasilkan laporan laba rugi yang menyajikan informasi biaya variabel
yang terpisah dari informasi biaya tetap yang dapat memenuhi kebutuhan
manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek. Dengan adanya
pemisahan biaya tetap dan biaya variabel dalam laporan laba rugi metode
variable costing memungkinkan manajemen melakukan analisis hubungan
antara biaya, volume, dan laba. Manajemen melakukan analisis melalui
persamaan BEP (Break Event Point) atau hubungan biaya volume laba
Contoh :
Perusahaan “ABC” pada tahun 2010 memiliki kapasitas produksi dan penjualan
maksimal sebesar 10.000 kilogram produk dalam satu tahun. Besarnya anggaran
harga jual satuan adalah Rp 10,00 per kilogram. Anggaran biaya variabel adalah
Rp 6,00 per kilogram, yang terdiri atas biaya produksi variabel Rp 4,00 per
kilogram dan biaya pemasaran Rp 2,00 per kilogram. Anggaran biaya tetap total
adalah sebesar Rp 20.000,00 yang terdiri atas biaya produksi tetap yaitu Rp
10.000,00 dan biaya pemasaran tetap Rp 10.000,00. Dalam tahun 2010
perusahaan merencanakan dapat menjual sebanyak 8.000 kilogram produk.
Diminta:
1) Menghitung tingkat penjualan produk pada break even
2) Menghitung besarnya laba perusahaan pada penjualan dianggarkan
(sebesar 8.000 kilogram)
3) Menghitung tingkat penjualan apabila perusahaan menginginkan laba
sebesar Rp 10.000,00
12
Penyelesaian:
1) Tingkat penjualan pada break even
Penjualan pada break even = Biaya Tetap
(dalam satuan) Harga Jual Satuan – Biaya Variabel/ kilogram
=Rp 20.000 = 5.000 kg
Rp10 − Rp 6
Penjualan pada break even = Biaya Tetap
(dalam rupiah) 1 −Biaya Variabel Satuan
Harga Jual Satuan
= Rp 20.000
1−Rp 6
Rp 10
= Rp 20.000 = Rp 50.000
0,4
Laba = Penjualan − (Biaya Tetap + Biaya Variabel)
Laba = (5000 kg x Rp 10 ) − (Rp 20.000 + (5000 kg x Rp 6) = Rp 0,00
2) Laba perusahaan pada penjualan dianggarkan sebesar 8.000 kilogram
Laba = (8000 X Rp 10) – (Rp 20.000 + (8000 x Rp 6) = Rp 12.000
3) Tingkat penjualan pada laba diinginkan sebesar Rp 10.000,00
Penjualan pada laba diinginkan = Biaya Tetap + Laba Diinginkan
Harga Jual Satuan – Biaya Variabel Satuan
= Rp 20.000 + Rp 10.000
Rp 10 – Rp 6
= 7.500 kg
Atau dalam rupiah = 7.500 x Rp 10
13
= Rp 75.000
b. Penetapan Harga Jual Produk
Dalam pasar yang kompetitif, harga ditentukan oleh interaksi antara
pasokan dan permintaan. Harga yang optimum adalah harga uang
mengahasilkan selisih positif antara total pendapatan dengan total biaya,
volume dimana peningkatan dalam total biaya yang disebabkan oleh
penambahan satu unit setara dengan peningkatan dalam total pendapatan yaitu
titik dimana pendapatan marginal setara dengan biaya marginal. Perhitungan
biaya langsung memberikan estimasi atas biaya marginal produk, yang
merupakan angka yang diperlukan untuk menentukan volume yang
memaksimalkan laba. Informasi itu berguna dalam pengambilan keputusan
penetapan harga jual jangka pendek. Penentuan harga jual jangka pendek
menggunakaan hubungan antara biaya, volume, dan laba.
Contoh:Perusahaan KFC dalam tahun 2009 memiliki anggaran biaya, kuantitas, penjualan
dan laba sebagai berikut:
Total Biaya Tetap Rp 300.000
Biaya Variabel Satuan Rp 25
Kuantitas Penjualan Dianggarkan 40.000 satuan
Laba Dianggarkan Rp 200.000
Diminta:Menghitung besarnya harga jual setiap satuan dianggarkan pada kuantitas
penjualan dianggarkan.
Penyelesaian:
Keterangan:x = kuantitas penjualanp = harga jual satuana = total biaya tetapb = biaya variabel satuanL = laba
40.000 p = Rp 300.000 + (Rp 25 x 40.000) + Rp 200.000
14
x.p = a + bx + L
40.000 p = Rp 1.500.000
P = Rp 1.500.000
40.000
= Rp 37,50
Jadi, harga jual satuan agar diperoleh laba Rp 200.000,00 adalah Rp 37,50 setiap satuan.
Penentuan harga pokok variabel dapat pula dipakai oleh manajemen dalam
rangka menentukan harga jual minimal atas pesanan-pesanan khusus yang
mungkin akan diterima perusahaan dalam jangka pendek, agar perusahaan
tidak memperoleh rugi dari pesanan khusus tersebut.
Syarat-syarat pesanan khusus yang dapat diputuskan dengan penentuan
harga pokok variabel adalah:
1. Kapasitas produksi maupun penjualan perusahaan masih ada yang
menganggur (belum penuh), karena apabila melampaui kapasitas penuh
akan berakibat jumlah biaya tetap akan berubah.
2. Adanya pemisahan pasar antara penjualan biasa dengan penjualan untuk
melayani pesanan khusus, agar harga jual yang biasa di mana umumnya
lebih tinggi, tidak menjadi terpengaruh ikut turun. Misalnya produk
tersebut akan dipakai sendiri oleh pembeli.
Contoh:Perusahaan “PERTAMINI” dalam tahun 2001 memiliki kapasitas produksi
maupun penjualan sebesar 100.000 satuan Anggaran rugi – laba mula-mula dalam
tahun 2001 adalah :
Penjualan ( 80.000 @ Rp 10) = Rp 800.000
Biaya Variabel ( 80.000 @ Rp 6) = Rp 480.000
Biaya Kontribusi 80.000 x (Rp 10 - Rp 6) = Rp 320.000
Biaya Tetap = Rp 120.000
Laba = Rp 200.000
Apabila dalam tahun 2001 di samping penjualan yang biasa diterima pesanan
khusus sebesar 20.000 satuan produk, berapa harga jual minimal dari pesanan
khusus tersebut ?
15
Penyelesaian:Pesanan khusus tersebut akan dilayani apabila harga jual minimalnya setiap
satuan sebesar biaya variabel setiap satuan. Dalam hal ini apabila :
Dari pesanan khusus, perusahaan menderita rugi.
Dari pesanan khusus, perusaha tidak memperoleh laba/ rugi.
Dari pesanan khusus, perusahaan akan memperoleh laba.
Besarnya kenaikan laba dari pesanan khusus adalah sebesar batas kontribusi dari
pesanan khususyang bersangkutan.
Bukti
Misalnya harga jual pesanan khusus sebesar Rp 5,00 per satuan, jadi lebih kecil
dibanding biaya variabel satuan, anggaran rugi laba adalah
Keterangan Awal Pesanan khusus JumlahPenjualanBiaya VariabelBatas KontribusiBiaya TetapLaba Bersih
Rp 800.000Rp 480.000
20.000 x Rp 5 = Rp 100.00020.000 x Rp 6 = Rp 120.000
Rp 900.000Rp 600.000
Rp 320.000Rp 120.000
20.000 x (Rp 5-Rp 6) =(Rp20.000)-
Rp 300.000Rp 120.000
Rp 200.000
= (Rp 20.000) Rp 180.000
Dari contoh tersebut pesanan khusus mengalami kerugian Rp 20.000,00 sehingga
laba total turun menjadi Rp 180.000,00.
Misalnya harga jual pesanan khusus sebesar Rp 6,00 sebuah, atau sebesar biaya
variabel satuan, maka laba perusahaan tetap sama jumlahnya, yaitu :
16
Harga jual satuan < biaya variabel pesanan khusus satuan
Harga jual satuan = biaya variabel pesanan khusus satuan
Harga jual satuan > biaya variabel pesanan khusus satuan
Keterangan Awal Pesanan khusus JumlahPenjualanBiaya VariabelBiaya KontribusiBiaya TetapLaba Bersih
Rp 800.000Rp 480.000
20.000 x Rp 6 = Rp 120.00020.000 x Rp 6 = Rp 120.000
Rp 920.000Rp 600.000
Rp 320.000Rp 120.000
20.000 x (Rp 6 – Rp 6)= 0 -
Rp 320.000Rp 120.000
Rp 200.000 Rp 200.000
Misalnya harga jual pesanan khusus Rp 8 sebuah, atau lebih besar dibanding
biaya variabel satuan, maka laba perusahaan akan lebih besar jumlahnya, yaitu:
Keterangan Awal Pesanan khusus JumlahPenjualanBiaya VariabelBatas KontribusiBiaya TetapLaba Bersih
Rp 800.000Rp 480.000
20.000 x Rp 8 = Rp 160.00020.000 x Rp 6 = Rp 120.000
Rp 960.000Rp 600.000
Rp 320.000Rp 120.000
20.000 x(Rp 8 – Rp 6) = Rp 40.000
Rp 360.000Rp 120.000
Rp 200.000
Rp 40.000 Rp 240.000
c. Pengambilan Keputusan
Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan
keputusan jangka pendek yang menyangkut mengenai perubahan volume
kegiatan, biaya overhead tetap yang tidak relevan karena tidak berubah
dengan adanya perubahan volume kegiatan. Beberapa jenis pengambilan
keputusan yang menggunakan konsep variable costing misalnya:
a. Keputusan membeli atau membuat sendiri suatu bagian produk
b. Keputusan menambah atau memproses lebih lanjut produk tertentu
c. Keputusan menambah jenis produk tertentu yang dihasilkan
d. Keputusan menghentikan produksi jenis produk tertentu
Contoh: keputusan membeli atau membuat sendiri suatu bagian produk
PT “TANI MUNDUR” memproduksi alat pertanian mekanis, dalam tahun 2014
diperkirakan perusahaan akan memerlukan suku cadang “A” untuk keperluan
produksi alat-alat pertanian sebanyak 5.000 buah. Untuk memenuhi kebutuhan
suku cadang “A” perusahaan memiliki dua alternatif untuk memproduksi sendiri
atau membeli dari pihak luar. Taksiran biaya produksi apabila suku cadang “A”
diproduksi sendiri oleh perusahaan adalah:
Unsur Biaya Biaya (Per Buah) Total Biaya (5.000 buah)
17
Bahan baku Rp 10 Rp 50.000
Tenaga kerja langsung Rp 16 Rp 80.000
Overhead pabrik variabel Rp 8 Rp 40.000
Overhead pabrik tetap:
Dapat dihindari Rp 1 Rp 5.000
Tidak dapat dihindari Rp 5 Rp 25.000
Jumlah Rp 40 Rp 200.000
Penawaran yang diterima dari supplier apabila suku cadang “A” dibeli dari pihak
luar dengan harga faktur Rp 36,00 per buah dan biaya pembelian yang
diperkirakan terjadi sebesar Rp 2,00 untuk setiap buah suku cadang “A” yang
dibeli.
Diminta:
Memilih alternatif memproduksi sendiri suku cadang “A” atau membeli dari
supplier.
Penyelesaian:
Dalam memilih alternatif antara memproduksi sendiri atau membeli dari pihak
luar suatu suku cadang adalah perbandingan antara biaya yang dapat dihindarkan
apabila tidak memproduksi dengan biaya yang terjadi apabila dibeli dari supplier.
Biaya yang dapat dihindarkan apabila suku cadang tidak diproduksi adalah
meliputi semua unsur biaya variabel (yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik variabel) dan biaya overhead pabrik tetap
yang dapat dihindari.
Perbandingan biaya yang dapat dihindarkan apabila tidak diproduksi sendiri
dengan biaya yang terjadi apabila dibeli adalah:
Keterangan Biaya satuan Biaya totalBiaya dapat dihindarkan apabila tidak diproduksi sendiri:
Biaya bahan bakuBiaya tenaga kerja langsungBiaya overhead pabrik variabelBiaya overhead pabrik tetap dapat dihindari
Jumlah biaya dapat dihindari
Biaya apabila suku cadang dibeli: Harga faktur suku cadangBiaya pembelian
Rp 10Rp 16Rp 8Rp 1
Rp 50.000Rp 80.000Rp 40.000Rp 5.000
Rp 35 Rp 175.000
Rp 36Rp 2
Rp 180.000Rp 10.000
18
Jumlah biaya apabila membeliSelisih menguntungkan apabila suku cadang diproduksi sendiri
Rp 38 Rp 190.000Rp 3 Rp 15.000
Dari perbandingan biaya tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Biaya yang dihindarkan apabila perusahaan tidak memproduksi besarnya Rp
35,00 per buah atau total Rp 175.000,00, jumlahnya lebih kecil dibandingkan
dengan biaya yang timbul apabila membeli yaitu sebesar Rp 38,00 per buah atau
total Rp 190.000,00. Jadi bagi perusahaan lebih menguntungkan apabila suku
cadang “A” diproduksi sendiri
d. Pengendalian Biaya
Variabel costing menyediakan informasi yang lebih baik untuk
mengendalikan biaya overhead tetap dibandingkan informasi yang dihasilkan
oleh full costing. Dalam full costing, biaya overhead pabrik dibebankan
sebagai unsur biaya produksi. Oleh karena itu manajemen kehilangan
perhatian terhadap biaya overhead tetap. Sedangkan didalam variabel costing,
biaya overhead tetap disajikan secara terpisah dalam laporan laba-rugi
sebagai pengurangan terhadap laba kontribusi.
Biaya tetap dalam variable costing dikelompokkan menjadi dua golongan
yaitu discretionary fixed cost dan committed fixed cost. Discretionary fixed
cost merupakan biaya yang berperilaku tetap karena kebijakan manajemen.
Dalam jangka pendek biaya ini dapat dikendalikan oleh manajemen. Sebagai
contoh adalah biaya iklan yang ditetapkan sebesar Rp 3.000.000/bulan.
Sedangkan committed fixed cost merupakan biaya yang tetap dikeluarkan
yang tidak dapat dikurangi guna mempertahankan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi tujuan jangka panjang perusahaan seperti biaya yang timbul
dari pemilikan pabrik, equipment dan organisasi pokok. Contohnyaseperti
biaya depresiasi, sewa, asuransi, dan gaji karyawan inti. Dalam jangka
pendek biaya tersebut tidak dapat dikendalikan oleh manajemen.Dengan
dipisahkannya biaya tetap dalam kelompok tersendiri dalam laporan rugi-laba
variable costing, manajemen dapat memperoleh informasi directionary fixed
costs terpisah dari commited fixed costs, sehingga pengendalian biaya tetap
dalam jangka pendek dilakukan oleh manajemen.
19
e. Evaluasi Profitabilitas dari multiproduk
Perhitungan biaya langsung didesain untuk memperbaiki kegunaan dari
laporan laba rugi bagi manajemen. Dengan perhitungan full costing, biaya
produksi tetap dialokasikan ke persediaan di neraca dan harga pokok
penjualan di laporan laba-rugi. Dengan demikian, hubungan dalam laporan
laba-ruhi antara biaya dan pendapatan menjadi kabur. Alokasi semacam itu
tidak terjasi dalam perhitungan variable costing.
2.4 Penentuan Harga Pokok Variabel
a) Harga Pokok Produksi Pesanan
Dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi dikumpulkan per
pesanan dengan menggunakan kartu harga pokok, yang merupakan rincian
rekening kontrol barang dalam proses di dalam buku besar. Berdasarkan
biaya produksi variabel yang dikumpulkan dalam kartu harga pokok produk
tersebut, harga pokok produk jadi dan produk dalam proses dihitung dan
dicatat. Rekening kontrol yang digunakan adalah:
a. Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku (Variabel)
b. Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung (Variabel)
c. Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik (Variabel)
d. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya
e. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Variabel
f. Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Tetap
g. Biaya Overhead yang DibebankanVariabel
h. Biaya Pemasaran
i. Biaya Pemasaran Variabel
j. Biaya Pemasaran Tetap
k. Biaya administrasi & umum
l. Biaya administrasi & umum Variabel
m. Biaya administrasi & umum Tetap
Karena harga pokok variabel menghendaki biaya diklasifikasikan
berdasarkan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan, akuntansi biaya produksi dan biaya non-produksi adalah:
20
a. Biaya produksi variabel dicatat langsung pada saat terjadinya dengan mendebit rekening barang dalam proses, dan dicatat ke dalam kartu harga pokok produk pesanan yang bersangkutan.
b. Biaya overhead pabrik variabel dibebankan kepada pesanan tertentu berdasarkan tarif yang ditentukan di muka dengan mendebit rekening barang dalam proses – biaya overhead pabrik, dan dicatat ke dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
c. Biaya overhead pabrik sesungguhnya dicatat pertama kali dengan mendebit rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya. Pada akhir bulan, biaya overhead pabrik sesungguhnya dianalisis termasuk biaya tetap atau variabel. Setelah ditemukan hasilnya, dicatat dengan jurnal:Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Variabel Rp xxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Tetap Rp xxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx
d. Biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan kepada produk selama periode tertentu ditutup ke rekening biaya overhead pabrik variabel sesungguhnya untuk menghitung pembebanan lebih/kurang biaya overhead pabrik variabel.
e. Biaya administrasi & umum dan biaya pemasaran dicatat pertama kali dengan mendebit rekening biaya administrasi & umum dan biaya pemasaran. Pada akhir bulan dianalisis termasuk biaya tetap atau biaya variabel. Kemudian dicatat dengan jurnal:Biaya Pemasaran Variabel Rp xxx
Biaya Pemasaran Tetap Rp xxx
Biaya Pemasaran Rp xxx
Biaya Administrasi & Umum Variabel Rp xxx
Biaya Administrasi & Umum Tetap Rp xxx
Biaya Administrasi & Umum Rp xxx
Contoh penggunaan metode harga pokok variabel adalah sebagai berikut.
PT Eliona melakukan produksi berdasarkan pesanan dari langganan dan harga
pokok produksinya dilakukan dengan metode harga pokok variabel. Pada awal
bulan Januari 20x1, persediaan produk dalam proses Rp 847.500,- dengan rincian
sebagai berikut.
Pesanan Pesanan Pesanan Total #101 #102 #103
Biaya Bahan Baku 150.000 125.000 115.000 365.000Biaya Tenaga Kerja Langsung 130.000 100.000 75.000 330.000Biaya Overhead Pabrik Variabel 65.000 50.000 37.500 152.500
21
Biaya Total 345.000 275.000 227.500 847.500
Transaksi dalam bulan Januari 20x1 sebagai berikut:
1. Pemakaian bahan baku dan penolong untuk menyelesaikan produk dalam proses awal dan pengolahan pesanan #104 adalah:Pesanan #101 Rp 50.000
Pesanan #102 Rp 40.000
Pesanan #103 Rp 20.000
Pesanan #104 Rp130.000
Jumlah Rp240.000
Pemakaian bahan penolong Rp 25.000 berperilaku tetap.
2. Jumlah jam kerjauntukmengerjakanberbagaipesananselamaJanuari 20x1:
Nomor Pesanan Jam TKL Upah Langsung
Pesanan #101 75 jam Rp 75.000
Pesanan #102 30 jam Rp 30.000
Pesanan #103 55 jam Rp 55.000
Pesanan #104 100 jam Rp100.000
Jumlah biaya tenaga kerja langsung 260 jam Rp 260.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung Rp 50.000
Biaya tenaga kerja pemasaran Rp 125.000
Biaya tenaga kerja administrasi & umum Rp 140.000
Jumlah biaya tenaga kerja Rp 575.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung berperilaku tetap. Biaya tenaga kerja
pemasaran dan administrasi & umum dipisahkan menurut perilakunya:
Variabel Tetap
Biaya tenaga kerja pemasaran Rp 75.000 Rp 50.000
Biaya tenaga kerja administrasi &umum 100.000 40.000
Total Biaya Rp175.000 Rp 90.000
22
3. Tarif pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk ditentukan
menurut anggaran sebesar Rp 500 per jam tenaga kerja langsung.
4. Biaya overhead pabrik sesungguhnya (lecuali biaya bahan penolong
sebesar Rp 25.000 dan biaya tenaga kerja tidak langsung pabrik sebesar
Rp 50.000) sebesar Rp 192.000. biaya overhead pabrik variabel Rp
142.000 dan biaya overhead pabrik tetap Rp 50.000.
5. Pesanan no 101, 102 dan 103 selesai diproduksi Januari 20X1. Pesanan no
101 dan 102 diserahkan dengan harga jual:
Pesanan #101 Rp 750.000
Pesanan #102 Rp 650.000
Jumlah Rp 1.400.000
Pesanan no 103 pada akhir bulan Januari 20X1 masih disimpan di gudang
sebagai produk jadi. Pesanan no 104 masih dalam proses pengolahan.
Penyelesaian:
Untuk menentukan biaya produksi dan non-produksi dengan
menggunakan harga pokok variabel adalah sebagai berikut.
1. Pencatatan pemakaian bahan baku dan bahan baku penolongBarang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp 240.000
Persediaan Bahan Rp 240.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 25.000
Persediaan Bahan Rp 25.000
2. Pencatatan biaya tenaga kerja langsung
Barang Dalam Proses – Biaya Tng Kerja LangsungRp 260.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 50.000
Biaya Pemasaran Rp 125.000
Biaya Administrasi dan Umum Rp 140.000
Gaji dan Upah Rp 575.000
3. Pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik variabel kepada produk.Pembebanan dilakukan berdasarkan tarif biaya overhead Rp 500 per
jam tenaga kerja langsung. (260 jam x Rp 500 = Rp 130.000)
23
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 130.000
Biaya Overhead Pabrik Variabel yg Dibebankan Rp 130.000
4. Pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 192.000
Berbagai Rekening Yang Dikredit Rp 192.000
5. Pencatatan pemisahan biaya overhead pabrik sesungguhnya ke dalam biaya variabel dan biaya tetap
Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya Rp 130.000
Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya Rp 125.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 255.000
6. Pencatatan Harga Pokok Produk JadiDari kartu harga pokok produk, dapat diketahui bahwa pesanan yang
diselesaikan memiliki harga pokok produk Rp 1.197.500. Sehingga,
dijurnal sebagai berikut.
Persediaan Produk Jadi Rp 1.197.500
BDP – Biaya Bahan Baku Rp 500.000
BDP– Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 465.000
BDP – Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 232.500
7. Pencatatan penutupan rekening biaya overhead pabrik variabel yang dibebankanPenutupan rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan dicatat
dengan jurnal:
BOPV yang Dibebankan Rp 130.000
Pembebanan Lebih/Kurang BOP Rp 12.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 142.500
24
Pada akhir periode, rekening pembebanan lebih/kurang biaya overhead
pabrik tersebut ditutup ke rekening harga pokok penjualan dengan
jurnal:
Harga Pokok Penjualan Rp 12.000
Pembebanan Lebih/Kurang Biaya Overhead Pabrik Rp 12.000
8. Pencatatan biaya komersialBiaya non-produksi dicatat sebagai berikut:
Biaya Pemasaran Rp 125.000
Biaya Administrasi & Umum Rp 140.000
Berbagai Rekening yang dikredit Rp 265.000
Pemisahan biaya non-produksi menurut perilakunya dicatat dengan
jurnal :
Biaya Pemasarann Variabel Rp 75.000
Biaya Pemasaran Tetap Rp 50.000
Biaya Administrasi & Umum Variabel Rp 100.000
Biaya Administrasi & Umum Tetap Rp 40.000
Biaya Pemasaran Rp 125.000
Biaya Administrasi & Umum Rp 140.000
9. Pencatatan penyerahan produk pada pemesan 102 dan 103
Kas/Piutang Rp 1.400.000
Penjualan Rp 1.400.000
Harga Pokok Penjualan Rp 867.500
Persediaan Produk Jadi Rp 867.500
25
b) Harga Pokok Produksi Proses
PT X memproduksi produknya melalui 2 departemen produksi. Dibawah ini
adalah data produksi, biaya produksi dan biaya non produksi selama bulan
Januari.
Perhitungan Harga Pokok Produksi Variabel dalam Departemen 1
Rumus perhitungan harga pokok produksi variabel/satuan produk pertama.
• BBB/unit = BBB awal + BBB dikeluarkan periode sekarang
Unit ekuivalensi
26
PT XData Produksi, Biaya Produksi, dan Biaya Non Produksi
Bulan Januari 20X1Data Produksi Dep 1 Dep 2Produk dalam proses awal
BBB 100%, BKV 40 % 4.000 kg -BTK 20 %, BOPV 60% - 6.000 kg
Dimasukkan dalam proses periode ini 40.000 kgUnit yang di transfer ke Dep 2/ yang diterima dari Dep 1
35.000 kg 35.000 kg
Produk yang ditransfer ke gudang - 38.000 kgProduk dalam proses akhir
BBB 100 %, BkV 70% 9.000 kg -BTK 40%, BOPV 80% - 3.000 kg
Harga Pokok PDP awalHarga Pokok Produk dari Dept 1 - Rp 11.150.000BBB Rp 1.800.000BTKV Rp 1.200.000 Rp 1.152.000BOPV Rp 1.920.000 Rp 4.140.000Biaya Produksi
BBB Rp 20.200.000 -BTKV Rp 29.775.000 Rp 37.068.000BBOP V Rp 37.315.000 Rp 44.340.000BBOP tetap Rp 22.000.000 Rp 33.000.000
Biaya Non ProduksiBiaya Pemasaran Variabel Rp 10.200.000Biaya Pemasaran tetap Rp 15.000.000Biaya Adm & Umum Variabel Rp 7.000.000Biaya Adm & umum tetap Rp 12.000.000
Data PenjualanJumah Produk yang di jual 30.000 kgPenjualan Rp 240.000.000
• BTKV/unit = BTKV awal + BTKV dikeluarkan periode sekarang
Unit ekuivalensi
• BBOPV/unit = BBOPV awal + BBOPV dikeluarkan periode sekarang
Unit ekuivalensi
Unit Ekuivalensi
Data Produksi Jumlah unit BBB 35.000 + (100% x 9.000) 44.000 BTKV 35.000 + (70% x 9.000) 41.300BBOPV 35.000 + (70% x 9.000) 41.300
Jumlah 126.600Harga Pokok Produksi Variabel/unit
Elemen biaya
Yang melekat pada BDP
awal
Periode sekarang
Total Biaya Unit Ekuivalensi
Biaya/unit
BBB Rp 1.800.000 Rp 20.200.000 Rp 22.000.000 44.000 Rp 500BTKV Rp 1.200.000 Rp 29.775.000 Rp 30.975.000 41.300 Rp 750BBOPV Rp 1.920.000 Rp 37.315.000 Rp 39.235.000 41.300 Rp 950
Jumlah Rp 4.920.000 Rp 87.290.000 Rp 92.210.000 126.600 Rp 2.200Perhitungan Harga Pokok produksi Variabel
Harga Pokok Produk selesai yang ditransfer ke departemen 2 35.000 x Rp 2.200 Rp 77.000.000Harga Pokok BDP akhir
BBB (100% x 9.000x Rp 500) Rp 4.500.000BTKV (70% x 9.000x Rp 750) Rp 4.725.000BBOPV (70%x 9.000x Rp 950) Rp 5.985.000
Rp 15.210.000
Jumlah biaya produksi variabel departemen 1 Rp 92.210.000
Laporan Biaya Produksi Departemen 1
PT X Laporan Baiya Produksi Variabel Departemen 1
Bulan Januari 20X1Data ProduksiProduk dalam proses awal 4.000 kgDimasukkan dalam proses 40.000 kgJumlah produk yang diolah 44.000 kgProduk selesai yang ditransfer ke Dept 2 35.000 kgProduk selesai dalam proses akhir 9.000 kgJumlah produk yang dihasilkan 44.000 kgBiaya yang dibebankan dalam dept 1 Total Per Unit
27
Biaya Bahan Baku Rp 22.000.000 Rp 500Biaya tenaga Kerja Variabel Rp 30.975.000 Rp 750Biaya Overhead pabrik Variabel Rp 39.235.000 Rp 950
Jumlah biaya variabel yang dibebankan dalam dept 1 Rp 92.210.000 Rp 2.200Perhitungan BiayaHarga Pokok Produk selesai yang ditransfer ke departemen 2 35.000 @ Rp 2.200 Rp 77.000.000Harga Pokok BDP akhir
BBB (100% x 9.000x Rp 500) Rp 4.500.000BTKV (70% x 9.000x Rp 750) Rp 4.725.000BBOPV (70%x 9.000x Rp 950) Rp 5.985.000
Rp 15.210.000Perhitungan Harga Pokok Produksi Variabel dalam Departemen 1
Rumus perhitungan biaya produksi variabel per unit
• Harga pokok produk/satuan = HP awal + HP yang ditransfer
dari departemen 1 BDP awal +produk transfer
• BBB/unit = BBB awal + BBB dikeluarkan periode sekarang
Unit ekuivalensi
• BTKV/unit = BTKV awal + BTKV dikeluarkan periode sekarang
Unit ekuivalensi
• BBOPV/unit = BBOPV awal + BBOPV dikeluarkan periode sekarang
Unit ekuivalensi
Unit Ekuivalensi
Data Produksi Jumlah unit HP dari Dept 1 6.000 + 35.000 41.000 BTKV 38.000 + (40% x 3.000) 39.200BBOPV 38.000 + (80% x 3.000) 40.400
Jumlah 12.400Harga Pokok Produksi Variabel/unit
Elemen biaya
Yang melekat pada BDP awal
Periode sekarang
Total Biaya Unit Ekuivalen
si
Biaya/unit
HP dari dept 1
Rp 11.150.000 Rp 77.000.000 Rp 88.150.000 41.000 Rp 2.150
BTKV Rp 1.152.000 Rp 37.068.000 Rp 38.330.000 39200 RP 975BBOPV Rp 4.140.000 Rp 44.340.000 Rp 48.480.000 40.400 Rp 1.200
Jumlah Rp 16.442.000 Rp158.408.000 Rp 174.850.000 120.600 Rp 4.325Perhitungan Harga Pokok produksi Variabel
Harga Pokok Produk selesai yang ditransfer ke gudang
28
38.000 x Rp 4.325 Rp 164.350.000Harga Pokok BDP akhir
HP dari Dept 1 (3.000 x Rp 2.150) Rp 6.450.000BTKV (40% x 3.000x Rp 975) Rp 1.170.000BBOPV(40%x 3.000x Rp 1.200) Rp 2.880.000
Rp 10.500.000Jumlah biaya produksi variabel departemen 2
Rp 174.850.000
Laporan Biaya Produksi Departemen 2
PT X Laporan Baiya Produksi Variabel Departemen 2
Bulan Januari 20X1Data ProduksiProduk dalam proses awal 6.000 kgDiterima dari dept 1 35.000 kgJumlah produk yang diolah 41.000 kgProduk selesai yang ditransfer ke gudang 38.000 kgProduk selesai dalam proses akhir 3.000 kgJumlah produk yang dihasilkan 41.000 kgBiaya yang dibebanlan dalam dept 2 Total Per UnitHP dari dept 1 Rp 88.150.000 Rp 2.150BTKV Rp 38.330.000 RP 975BBOPV Rp 48.480.000 Rp 1.200Jumlah biaya variabel yang dibebankan dalam dept 2
Rp 174.850.000 Rp 4.325
Perhitungan BiayaHarga pokok produk selesai ditransfer ke gudang38.000 @ Rp 4.325 Rp 164.350.000Harga Pokok BDP akhirHP dari Dept 1 Rp 6.450.000BTKV Rp 1.170.000BOPV Rp 2.880.000
Rp 10.500.000Jumlah biaya produksi yang dibebankan departemen 2
Rp 174.850.000
Pencatatan ke dalam Jurnal
1. Pemakaian Bahan Baku
BDP – Biaya Bahan Baku Deept 1 Rp 20.200.000
Persediaan Bahan Baku Rp 20.200.000
2. Mencatat Biaya Tenaga Kerja
BDP – Biaya Tenaga kerja Dept 1 Rp 29.775.000
29
BDP – Biaya Tenaga kerja Dept 2 Rp 37.068.000
Gaji & Upah Rp 66.843.000
3. Mencatat BOP Sesungguhnya
BOP Sesungguhnya Dept 1 Rp 9.315.000
BOP Sesungguhnya Dept 2 Rp 77.340.000
Berbagai rekening kredit Rp 136.655.000
Mencatat pembagian biaya overhead pabrik
BDP – BOPV Dept 1 Rp 37.315.000
BDP – BOP tetap Dept 1 Rp 22.000.000
BOP Sesungguhnya Dept 1 Rp 58.315.000
BDP – BOPV Dept 2 Rp 44.340.000
BDP – BOP tetap Dept 2 Rp 33.000.000
BOP Sesungguhnya Dept 2 Rp 77.340.000
4. Mencatat produk yang selesai diproduksi dept 1
BDP – BBB Dept 2 Rp 77.000.000
BDP-BBB Dept 1 Rp 17.500.000
BDP-BTK Dept 1 Rp 26.250.000
BDP-BOP Variabel Dept 1 Rp 33.250.000
5. Mencatat Harga Pokok Produksi BDP akhir Dept 1
Persediaan BDP – Dep 1 Rp 15.210.000
BDP-BBB Dept 1 Rp 4.500.000
BDP-BTK Dept 1 Rp 4.725.000
BDP-BOP Variabel Dept 1 Rp 5.985.000
6. Mencatat Harga Pokok Produksi Jadi ditransfer ke gudang
Persediaan Barang Jadi Rp 164.350.000
BDP-BBB Dept 2 Rp 81.700.000
BDP-BTK Dept 2 Rp 37.050.000
BDP-BOP Variabel Dept 2 Rp 45.600.000
7. Mencatat Harga Pokok Produksi BDP akhir Dept 2
Persediaan BDP – Dep 2 Rp 10.500.000
BDP-BBB Dept 2 Rp 6.450.000
30
BDP-BTK Dept 2 Rp 1.170.000
BDP-BOP Variabel Dept 2 Rp 2.880.000
8. Mencatat Penjualan
Piutang Dagang Rp 240.000.000
Penjualan Rp 240.000.000
Harga Pokok Penjualan Rp 129.750.000
Persediaan Barang Jadi Rp 129.750.000
9. Pencatatan Biaya Komersial
Biaya pemasaran Rp 25.200.000
Biaya Administrasi & Umum Rp 19.000.000
Berbagai rekening yang dikredit Rp 44.200.000
Biaya Pemasaran Variabel Rp 10.200.000
Biaya Pemasaran tetap Rp 15.000.000
Biaya Adm. & Umum variabel Rp 7.000.000
Biaya Adm. & Umum Tetap Rp 12.000.000
Biaya Pemasaran Rp 25.200.000
Biaya Adm. & Umum Rp 19.000.000
31
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Dari uraian pembahasan makalah di atas, dapat disimpulkan:
a. Harga pokok variabel (variable costing) adalah penentuan harga pokok
produksi yang hanya memasukkan biaya produksi variabel sebagai
elemen harga pokok produk.
b. Pemilihan penggunaan metode full costing dan harga pokok variabel akan
mempengaruhi besarnya harga pokok produk, besarnya harga pokok
persediaan, pelaporan laba rugi, dan besarnya laba bersih yang dihasilkan.
c. Manfaat dari harga pokok variabel antara lain perencanaan laba jangka
pendek, penetapan harga jual produk, pengambilan keputusan,
pengendalian biaya, dan evaluasi profitabilitas dari multiproduk.
d. Penentuan harga pokok produk dengan metode harga pokok variabel bisa
diterapkan pada perusahaan yang menggunakan harga pokok pesanan dan
harga pokok proses.
3.2 Saran
Penerapan Harga Pokok secara umum sudah baik, namun perusahaan harus
dapat menyajikan terlebih dahulu estimasi / taksiran biaya-biaya produksi
yang dikeluarkan untuk pembuatan suatu pesanan agar lebih efektif dalam
membandingka dengan realisasi yang terjadi sesungguhnya, sehingga tercapai
penetapan laba yang maksimal.
32
DAFTAR PUSTAKA
- Charles F Horngren, 2003, George Fork and Srikant M. Datar, Cost
Accounting : A Manajerial Emphasis, Eleventh Edition, Upper Saddle
River New Jersey: Penerbit Prentice-Hall Inc.
- Hansen, Don. R and Mowen, Marryanne. M, 2004, Akuntansi
Manajemen,edisi 7, Jilid 1, Alih Bahasa Dewi F. Deni Arnos K, Jakarta:
Salemba Empat.
- Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta:
Salemba Empat.
- Mulyadi, Akuntansi Biaya, 2000, edisi 6, Yogyakarta: PEnerbit
Universitas Gadjah Mada.
- Sunarto, 2003, Akuntansi Biaya, edisi revisi, Yogyakarta: PEnerbit,
AMUS Yogyakarta dan Maheneko Total Design.
- Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung. Alfabeta
33