Post on 24-Feb-2020
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
147
LAMPIRAN
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
148
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
149
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
150
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
151
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
152
TABEL OBSERVASI PENELITIAN
Tanggal Penelitian : 14 Agustus 2017 – 19 Januari 2018
Waktu Penelitian : -
Tempat Penelitian : DISPARPORA Bangka
NO AKTIVITAS MINGGU KE-
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Menyusun Latar Belakang Penelitian
2 Menyusun Bab II
3 Menyusun Bab III
4 Melakukan Penelitian Lapangan:
Wawancara Key Informan dan Informan
5 Melakukan Penelitian Berdasarkan Data
6 Menyusun Bab IV
7 Menyusun Bab V
8 ACC Skripsi
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
153
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
154
Dokumentasi Peneliti Ketika Wawancara:
Wawancara dengan Indrata Yusaka (Kepala Bidang Promosi Pariwisata Dinas
Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Bangka)
Wawancara dengan Ilham Prisgunanto (Pakar IMC di Perguruan Tinggi Ilmu
Kepolisian)
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
155
Transkrip Wawancara
Key Informan : Indrata Yusaka
Jabatan : Kepala Bagian Promosi Pariwisata
Bangka
Tempat dan Waktu Wawancarara : Kantor DISPARPORA
Sungailiat, BANGKA
Kamis, 30 November 2017
(09.00 WIB – 11.05 WIB)
Keterangan : P (Pewawancara): Merlian Dea G.
N (Narasumber): Indrata Yusaka
P: Selamat pagi pak, saya Merlian Dea Gisela dari Universitas Multimedia
Nusantara ingin mewawancarai Bapak sebagai key informan saya untuk
penelitian saya yang membahas mengenai komunikasi pemasaran pariwisata
yang dilakukan DISPARPORA dalam menarik minat wisatawan. Bisa kita
mulai pak?
N: Iya silahkan.
P: Yang pertama yang ingin saya tanyakan itu perkembangan pariwisata di
Bangka sendiri seperti apa sih pak?
N: Kalo pariwisata di Bangka perkembangannya tidak pesat. Kalau dinilai dari
skala 1-10 mungkin beranjak dari angka enam tujuh enam tujuh seperti itu.
P: Berarti peningkatannya tidak terlalu signifikan ya pak. Baik, selanjutnya yang
saya ingin tanyakan Visi dan Misi dari Dinas Pariwisata Bangka ini sendiri
apa sih pak?
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
156
N: Kalau visi dan misi bahasa formalnya nanti bisa minta langsung ke Pak
Kusmiri ya itu nanti ada di RENSTRA kita. Tapi kalau rohnya, saya pikir visi
dan misi kita itu sederhana, satu menambah jumlah wisatawan yang datang,
yang kedua menambah destinasi wisata yang representatif, destinasi
unggulan. Destinasinya banyak, tapi yang unggulannya so so. Nah baru yang
ketiga, destinasi unggulan itu dan tingkat kunjungan itu harus melibatkan
peran serta masyarakat. Jadi usaha kepariwisataan yang berbasis masyarakat.
Tiga itu saya pikir visi dan misinya itu tercakup disitu.
P: Dari analisis SWOT, Kekuatan seperti apa yang dimiliki pariwisata di
Bangka ini?
N: Yang paling menunjang itu saya pikir adalah jarak eeh gate ya, gate kita kan
pariwisata ini yang paling besar adalah dari bandara di Pangkal Pinang dan
daerah yang paling siap dengan jarak yang paling dekat itu adalah Kabupaten
Bangka khususnya Kota Sungailiat, Bangka Tengah di pelosok, artinya
kekuatan destinasinya di pelosok dan membutuhkan waktu satu sampai dua
jam lebih. Sungailiat itu Cuma empat puluh lima menit apalagi nanti dengan
adanya Lintas Timur mungkin dengan tiga puluh menitan sudah bisa sampai
dari Pangkal Pinang ke Sungailiat. Mentok jauh, Toboali apalagi, lebih jauh
lagi. Saya pikir jarak kita yang jarak tempuh wisatawan dari bandara ke sini
yang di bawah satu jam itu kekuatan utamanya. Karena kalau berbicara
tentang kekuatan alami, seperti katakanlah modal alam yang telah diberikan
Tuhan Yang Maha Esa semua hampir sama. Bangka Barat punya yang bagus,
Bangka Selatan Punya yang bagus, Bangka Induk punya yang bagus. Nah,
pengembangan yang mungkin tidak dimiliki daerah lain yaitu wisata berbasis
resort, resort yang dipinggir pantai. Cuma kita yang punya, Bangka yang lain
tidak punya, di Belitung banyak . Kemudian, akulturasi budaya itu tetep jadi
poin penting di kita kan budaya seperti Tionghoa. Berbagai budaya lah yang
bercampur di sini dan aman, tingkat keamanan itu modal, tingkat toleransi
masyarakatnya tinggi.
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
157
P: Lalu kelemahan atau hambatan dari pariwisata di Bangka ini sendiri apa pak?
N: Klasiknya pasti masalah dana, kalau punya dana besar bisa jor joran, bisa
lebih cepat kelihatan perkembangannya. Saya melihat Malaysia itu
menangnya di promosi, daerahnya sama kok kaya kita, gak ada yang
istimewa istimewa banget, ga ada yang wow banget ga ada juga. Tinggal
penataan kota diperbagus, intinya duit, duit ada pasti bisa. Yang kedua, kita
belum punya icon yang betul-betul mendunia. Belitung itu terbantu dengan
Laskar Pelangi, sehingga pariwisatanya langsung naik, nah kita belum ada,
kita baru ada event buatan lah seperti Sungailiat Triathlon yang itu juga setiap
tahunnya jadi wacana, jadi apa namanya, saya gak bilang itu sebagai
kontradiktri ya, eeh wacana lah kadang ada yang setuju kadang ada yang
enggak gitu kan, itu hal-hal kaya gitu. Kelemahannya juga eh objek wisata
kita itu jarak dari satu pusat objek wisata ke pusat objek wisata lainnya itu
lumayan jauh, kalau semuanya ngumpul di Sungailiat itu enak, tapi kita kan
enggak, ada yang di Belinyu itu bagus-bagus juga, ada juga wisata sejarahnya
di Mendo Barat, perjalanannya dari Sungailiat ke Mendo Barat bisa dua jam,
sehingga yang di Mendo Barat ini terabaikan kaya situs kota kapur, itu kan
sebenernya harusnya sudah masuk warisan budaya gitu karena itu termasuk
yang tertua kedua yang ada di Sumatera, tapi tempatnya jauh di sana, siapa
yang mau dateng, karena ga ada yang dateng akhirnya ya jadi kebun. Eh itu
saya pikir kalau masalah kelemahan sih.
P: Selanjutnya, peluang seperti apa yang dimiliki pariwisata di Bangka ini ?
N: Sederhana saya pikir ya, karena kelebihannya tadi saya bilang kita punya
resort, kita punya kota Sungailiat yang sangat dekat dengan bandara, itu
kekuatannya yang utama kan, tinggal bagaimana membuat paket supaya
strategi pemasaran yang bisa mencakup kedua poin yang penting tadi, gimana
caranya yang digedein itu fokus, fokus dulu deh ke Sungailiat, karena yang
paling deket kan Sungailiat gitu kan. Fokus dulu Sungailiat, kotanya sudah
siap tertata, fasilitas vasum vasos tuh udah siap di kita. Pembangunan
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
158
infrastruktur jalan jalan lintas timur itu sangat membantu. Nah tinggal fokus
dulu di sini gitu loh, jadikan ini kota pariwisata dulu, gedein, baru nanti yang
di pinggir-pinggir tuh nanti akan ikut keangkat. Itu sih yang harus dilakukan.
Yang kedua, saya pikir opportunity yang sangat bagus itu adalah Kota
Pangkal Pinang itu tidak punya objek wisata yang masif, dia menangnya
kuliner dan jasa. Kota Pangkal Pinang itu menang di kuliner dan jasa ya, dia
ga punya pantai yang bagus, dia ga punya objek wisata yang bisa menampung
ribuan orang dan ga bisa menarik ribuan orang seperti Tongaci di Sungailiat,
itu seminggu yang dateng bisa seribu-seribu gitu Pangkal Pinang ga ada, mau
nampung di Pasir Padi? Ga tertarik. Mau ke BBG? Ada titik jenuhnya gitu,
ada titik jenuhnya main ke BBG itu, sisanya kan ga ada, jadi kuliner lah. Itu
artinya dia sebagai kota jasa, kita harus menawarkan diri supaya jasanya tuh
lempar ke sini, jualannya barangnya produknya itu di sini. Biarkan dia jadi
kota jasa, produknya di kita. Itu opportunity yang harus di grab saya pikir.
P: Ancaman seperti apa yang berpengaruh terhadap pariwisata di Bangka?
N: Ancaman? Ancaman kalo dari sisi keamanan engga lah, baik saya pikir.
Fasilitas bertahap lah. Ancaman yang paling besar itu adalah sinkronisasi
antara pengambil kebijakan dengan DPR. DPR ini adalah tipe-tipe orang-
orang dalam pengalaman saya selama dua belas tahun di sini, yang
menginginkan result, dia pengen ngeliat hasil. Sana rame, sini rame, kita kok
ga rame. Pengambil kebijakan itu bergantung pada proses, untuk menuju ini
kita membutuhkan proses, bukan sekali jeblok dana dua miliar satu kegiatan
rame terusa tahun depan ga ada duit lagi, mendingan kita bikin yang lima
ratus juta tapi empat kali kan, setiap tahun beranjak naik. Nah itu ga sinkron
sebetulnya, sehingga tolak ukur penilaian yang dipakai juga berbeda, kita
bilang “We are doing a good job” gitu karena apa yang kita rintis itu jalan
semua. DPR ngeliatnya, kenapa kita ga kaya Belitung, selalu nariknya ke
sana, kenapa kita ga bisa mendatangkan yang lebih banyak lagi, dibanding
siapa saya bilang kan, tolak ukurnya di mana. Kunjungan wisata kita tiap
tahunnya naik kecuali yang sempet krismon atau masalah bom bali itu semua
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
159
ngedrop lah, semua daerah di Indonesia ngedrop. Kita naik terus setiap tahun,
baik, tingkat hunian hotel kita juga baik apalagi yang resort itu, hampir setiap
weekend itu sold out, saya ga pernah denger gitu wah kita sepi weekend ini,
ga ada gitu. Itu sih yang saya pikir, jadi yang dua ini mesti sinkron dulu. Oh
ada satu lagi, dan ini mungkin sekarang belum menjadi ancaman tapi nanti
akan jadi eh isu besar. Saya belum melihat daerah pariwisata yang maju di
manapun di Indonesia di dunia mungkin ya, orang dateng tuh pengen enak,
pengen nyaman, pengen santai, pengen fun, pengen rileks dan sebagainya.
Disitu ada beberapa hal yang mau tidak mau harus ada, alkohol misalnya,
kemudian entertainment, jangan langsung disamakan entertainment dengan
prostitusi, itu tidak sama, entertainment ya entertainment gitu kan, night life,
karaoke. Orang pengen fun, baru orang keluar duit, kalo engga ya duitnya ga
keluar, mau ngapain. Kalau mau cuma tidur di hotel yang enak dia bisa di
rumahnya, pantai yang bagus mungkin dia akan mendingan ke Australi,
tempat-tempat yang crowded gitu ya, ke Afrika aja sekalian lebih eksotis gitu
kan, ke Maldives gitu kan. Kalau di kita, itu jadi masalah nantinya, cari
minum alkohol susah di sini ya, bir lah ga usah jauh-jauh deh, bir deh, susah
itu jadi masalah.
P: Rencana pengembangan apa saja yang menjadi program pariwisata Bangka
untuk ke depannya?
N: Kapasitas saya sebagai Kabid, saya akan jawab seperti ini, kalo rencana
pengembangan, destinasi yang sudah ada itu sudah cukup banyak, tinggal
dinaikkan kelasnya dari destinasi menjadi destinasi unggulan, baik dari segi
fasilitas, aksesibilitasnya, jalannya dibagusin, jenis hiburannya diperbanyak,
kita banyak dari mulai pantai tikus, pantai tikus begitu masuk pantai semua
objek wisata sampai dengan matras, itu sebenernya sudah siap tinggal
bagaimana dari destinasi menjadi destinasi unggulan. Kedua, kita mesti
punya event tahunan jangan cuma satu, mestinya dua atau tiga yang rutin, jadi
orang dateng tuh emang ada tujuannya. Saya sekarang ambil contoh klasik di
Festival Bunga di Tomohon, di Tomohon tuh ga ada kebun bunga, ga ada gitu
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
160
ini juga yang ngomong orang Tomohon sendiri, mereka import bunganya ke
sana, terus di bikin parade, beda dengan Pasadena, mungkin di Pasadena
sekitarnya banyak bunga. Tomohon tuh ga ada, festival bunga tapi ngetop
sekali, nah event buatannya itu yang harus di tambah.
P: Kemarin saya sempet baca di salah satu media online, kalau Gubernur
Bangka Belitung mengajukan beberapa pariwisata di Bangka menjadi KEK
(Kawasan Ekonomi Khusus). Nah itu sekarang seperti apa perkembangannya
pak?
N: KEK itu gini, KEK itu kan sebenernya ada serangkaian, kita pasti berbicara
KEK kan Kawasan Ekonomi Khusus, ada satu kawasan yang berpotensi
untuk dijadikan pusat pengembangan pariwisata dan mungkin di Pulau
Bangka itu memang arahannya mulai dari lintas timur sampai dengan matras,
sisi timur Pulau Bangka lah, kan pantainya banyak, bagus, sebagian sudah
dikelola masyarakat. Permasalahannya antara apa yang ada di persepsi Pak
Gubernur turun ke bawah Pak Gub Pak Bupati Pak Kepala Dinas dan
sebagainya dengan yang ada di kementerian, kementerian yang bisa untuk
melaunching itu menetapkan itu dan mensupport dana. Kementerian
mengarahkan itu untuk partisipasi swasta, jadi bukan kita yang harusnya
gencar, swasta. Nah gimana caranya Pak Gubernur bisa meyakinkan orang
swasta untuk menggagas mengerjakan itu. Belitung itu kan Dharmawangsa
Group yang mengelola, bukan Pemkabnya. Pemkabnya Cuma gedor pintu
kementerian aja, yang ngerjainnya Dharmawangsa Group, karena nantinya itu
akan dijual kaya duper block gitu kan, ini blok ini buat marine areanya, ini
buat golfnya, ini buat apa. Nah ini kan ga mungkin semuanya dibangun oleh
Pemda, mau duit darimana, itu mesti swasta, gimana caranya artinya di kita
tuh katanya udah ada konstruksi. Lagi-lagi masalah duit ya, kita harus
menyiapkan visibilitis tadi sekitar setengah miliar kemudian mereka harus di
encourage, encouragenya itu harus dilakukan oleh Pak Gubernur Pak Bupati
dan seterusnya, itu sih.
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
161
P: Segmentasi dari pariwisata Bangka itu siapa saja?
N: Nah nanti segmen bicara langsung sama dia nih, nanti dia yang pegang data
wisatawannya. Kalo demografi, kita kebanyakan tiga puluh sampai empat
puluh keatas sih wisatawan kita. Masih jarang sih anak-anak muda yang
backpacker tuh masih kurang. Mungkin terbagi dua lah, sekitar empat puluh
persen itu usia tiga puluh sampai empat puluh tahun, sisanya oma opa, yang
sering dibawa itu kan oma opa. Kalau masalah gender kita laki-laki
perempuannya hampir sama saya pikir, SES nya menengah ya. Occasionsnya
mereka biasanya leisure ya, sama insentif ya von ya. Kalau wisatawan
mencanegara biasanya kita kebanyakan Asia, kalau wisatawan nusantaranya
biasanya Palembang dan Jakarta, Bandung masih sedikit, mungkin di kelas
ketiganya itu ada Jawa, Jawa Barat, Jawa Tengah, tapi yang paling besar tuh
Palembang Jakarta.
P: Diferensiasi dari wisata yang ada di Bangka dengan wisata serupa seperti Bali
dan Lombok itu apa sih pak ?
N: Diferensiasi itu harus membandingkan antara Chicken Burger sama Chicken
Burger, ga bisa membandingkan Chicken Burger dengan Chicken Shit, itu
bahasa temen saya itu. Harus dua-duanya jadi burger dulu, nah yang sana
udah jadi burger kita masih indukan ayam. Tapi bisa lah kalau dikatakan
seperti itu bisa. Apa yang membedakan kita katakanlah sekelas dengan Bali
dan Lombok gitu ya, budaya mungkin, saya pikir budaya. Bali itu identik
dengan Hindu, makanya disana bangun pura segala macem, Lombok itu
identik dengan outdoor life kaya main kuda, jalannya sepi, kosong, pantai
yang ga ada orangnya gitu ya, bule bisa jalan-jalan setengah naked, ga ada
manusia soalnya, Lombok, Nusa Tenggara, NTT, NTB. Kita mungkin budaya
yang membedakan, seperti yang saya bilang tadi di sini jumlah mesjid dengan
jumlah kelenteng sama banyak sehingga alamnya indah, background
chinesenya masih kental. Hampir rata lah di setiap jalan yang kamu lewatin
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
162
pasti ada kelenteng, pasti ada kelenteng. Mungkin dari sisi itu sih, dari sisi
budayanya.
P: Selanjutnya, strategi komunikasi pemasaran seperti apa yang dilakukan
DISPARPORA ini dalam menarik minat wisatawan, dan menurut Bapak itu
berhasil atau tidak?
N: Strategi komunikasi pemasaran kita itu selalu tergantung dan dikungkung dan
dikekang oleh anggaran. Kita sebenarnya lima tahun ke belakang sudah mulai
bergeser. Dulunya kita bikin event sebanyak-banyaknya, melibatkan
masyarakat seramai mungkin, Cuma itu mungkin lebih cocok di orde baru
dan orde reformasi di mana kerumunan masa itu semakin banyak dianggap
pemerintahnya semakin berhasil. Event apapun yang semakin ramai
masyarakatnya dianggap pemerintahannya berhasil. Lima tahun terakhir saya
pikir sudah bergeser karena kemajuan pariwisata di suatu daerah itu justru
dinilai dari berapa banyak orang yang datang dan menginap, karena duit
berputar disitu. Bisa aja suatu daerah bikin pasar malem tiap minggu rame
tapi duitnya ga muter, duitnya disitu-situ aja, duit dari luar ga masuk. Nah
kita coba rubah itu sih, lima tahun terakhir ini gimana caranya supaya orang
luar yang dateng. Sehingga eventnya minimal mesti sekelas internasional atau
nasional, regional lah gitu tingkat Asia gitu ya. Berhasil atau tidak kita baru
punya satu event, agak susah bilangnya, Sungailiat Triathlon, tahun ini tahun
yang terakhir berapa negara tuh yang dateng sekitar dua puluh dua sampai
dua puluh tiga negara. Apakah itu keberhasilan dari sisi bahwa brand kota
Sungailiat, Bangka yang ibukotanya Sungailiat itu sangat berhasil saya
bilang. Dulu orang ga kenal Sungailiat, sekarang ada Sungailiat Triathlon,
jadi di depan Triathlon ada kata Sungailiat, sama kaya Bali Triathlon, Bintan
Triathlon. Tiga kota itu ngetopnya karena Triathlon. Bali agak belakangan
karena memang Bali udah hidup duluan baru ada Bali Triathlon. Bintan itu
bareng dia, perkembangan Bintan dengan Bintan Triathlon tuh bareng.
Sungailiat juga demikian. Cuma masalahnya begini, Triathlon itu olehraga
elit, dan ga mungkin Triathlon tuh diikutin lima ribu orang, dia bukan kaya
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
163
Fun Run, bukan kaya lari santai kaya Colour Run, ga bisa gitu ga bisa diukur
dari situ. Mungkin sebagian penilai kebijakan itu dia ngomong ah pesertanya
cuma lima ratus, punya kita lima ribu, ya apa dulu pak, kalo Fun Run yang
diikuti anak SMP mah duitnya ga ada. Kita orangnya lima ratus, satu orang
belanjanya lima juta lain gitu. Anak-anak SD dikumpulin ikut Fun Run itu
bisa ribuan. Cuma apakah itu berkembang dan mengembangkan pariwisata,
ya enggak, saya pikir gitu ya. Jadi kita coba, eventnya kita bikin apa namanya
lebih besar dengan mengcover berbagai destinasi unggulan yang ada di Kota
Sungailiat. Tentunya itu memancing beberapa reaksi, pertama kenapa ga,
kenapa ga, kenapa ga gitu. Ya saya bilang, kalo yang mau dijual itu barang
yang jadi, sama kaya Chicken Shit sama Chicken Burger tadi, ga bisa, kenapa
ga dibawa ke Belinyu, ya objeknya belum siap, vasumnya jauh vasusnya ga
ada gitu, yang ada aja dulu gitu kan, itu dulu yang dijual, baru nanti dia akan
bergeser ke wisata tingkat khusus ke pinggir-pinggir gitu.
P: Jadi di dalam strategi komunikasi pemasaran itu kan ada promotion mix ya
pak, nah promotion mix seperti apa saja yang dilakukan DINPARPORA
dalam melakukan promosi pariwisata Kabupaten Bangka ini?
N: Hampir semua dari semua yang kamu tulis disini itu ada, kalau personal
selling kita di pameran juga ada. Hampir setiap tahun kita ikut pameran yang
ada di Jakarta dan ke beberapa daerah lainnya. di TV lokal dan nasional kita
juga melakukan kegiatan promosi, koran lokal juga. Kemudian promosi
penjualan itu biasanya dari vendornya langsung juga dibantu seperti ada
bulan promo ini bulan promo itu dari berbagai hotel dan tempat daerah, direct
marketing mungkin masih mengandalkan media online yang kita punya
medsos, public relations sendiri kita ada press tour walaupun tidak setiap
tahunnya ada, kita juga punya Famtrip yang mengundang seluruh travel
wisata, itu sih saya pikir.
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
164
P: Lalu apakah promosi tersebut mempengaruhi minat wisatawan?
N: Pasti, cuma sejauh ini kan, gini, saya agak kesulitan dalam meyakinkan orang
bahwa apa yang kita lakukan itu berhasil, karena tolak ukurnya gimana, kalau
misalnya bulan promo katakanlah, hotel tertentu ya, terus kita blast, penuh, eh
belum tentu ternyata ga promo juga penuh juga gitu, artinya bukan karena
bulan promonya, karena emang hotelnya punya nama gitu kan. Eh, atau kita
pameran gitu, pameran ke Jakarta, gimana cara ngukurnya bahwa orang yang
ikut atau liat stand kita itu bakal datang ke Bangka itu ngukurnya gimana,
agak-agak sulit disitu. Tapi kalo dari sisi, eh sisi apa namanya, dari sisi
pengalaman, apapun yang dia lakukan dalam promsi daerah itu pasti ada
impact nya, tinggal tolak ukurnya saja. Nah kalo saya ngambil simplenya dan
itu di accept semua kalangan, ya selama rate pengunjungnya naik berarti
bener “We are doing a good job”. Kecuali kalao misalnya daerah tetangga
kita dari seribu ke seribu dua ratus, kita seribu turun ke lima ratus, berarti ada
something wrong dengan Bangka. Tapi kalau semua naik, dari seribu tahun
kemarin, tahun depan seribu seratus, kita seribu ke seribu tiga ratus, kan we
are doing a good job. Cuma tidak bisa mengharapkan lonjakan yang wah
tanpa sesuatu yang wow juga, mesti wow juga gitu. Kasih saya sepuluh miliar
buat bikin televisi nasional campaign kaya Truly Asia atau Amazing Race,
Amazing Race Asia itu kan sebenarnya menjadi bagian dari program
pemasaran pariwisata, banyak itu di channel TV internasional yang cable,
program-program yang mengangkat pemasaran pariwisata dan dari
internasional malahan. Kaya naik motor keliling dunia kaya Jammie Jamsie
itu, Seek and Ride kalo ga salah nama programnya. Kemudian ada Amazing
Race Asia, ada beberapa inilah gitu kan, ada kuliner keliling dunia, ada
kuliner keliling Indonesia. Nah, hal-hal seperti itu mestinya sudah dari pusat
bukan dari kita lagi, terlalu besar kalau untuk kita bikin seperti itu
P: Proses melakukan kegiatan promosi? Apakah dari Kementerian Pariwisata
yang mengatur dan memberikan perintah atau seperti apa?
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
165
N: Itu dari kita dari dana APBD anggaran lokal, apa yang kita punya itu kita
ajukan ke tim anggaran, tim anggaran dengan berbagai prosesnya sampai
diujungnya mengajukan sepuluh, tiga yang terpilih, nah yang tiga itu kita
kelola. Nah kita tidak bisa bergantung di situ saja, setelah tiga itu kita punya,
baru kita minta dukungan ke Kementerian Pariwisata, Kementerian itu
sederhana, kamu mau bikin apa kamu bikin dulu baru kita dukung, jangan
dibalik dia bilang, baru mau bikin tapi udah minta ke Kementerian ya apa
apaan gitu kan. Kamu bikin dulu deh, kita lihat hasilnya, kita lihat impact
nya. Nah itu, bikin dulu event sukses setahun dua tahun, tahun ketiga itu
sudah lebih gampang ke Kementerian.
P: Selanjutnya, aksesibilitas seperti yang sudah bapak sebutkan tadi, nah itu tuh
pihak DISPARPORA punya kerjasama khusus ga antara travel agent dan
transportasi?
N: On going lah, on going dalam proses menuju kerja sama lah, yang penting
sekarang komunikasinya udah jalan, sekian tahun belakangan ini udah jalan,
itu dulu deh, kita kasih berdasarkan data lapangan kita kasih, kita minta
sesuatu ke airlines, ke travel ngomong eh ini bulan kosong loh bikin dong,
tiketnya turunin dong, jadi itu komunikasinya jalan lah. Cuma belum dalam
bentuk MOU itu belum.
P: Hambatan seperti apa yang dirasakan dalam melakukan komunikasi
pemasaran?
N: Gini, kalo dari sisi saya yang paling sederhan tuh begini, ngurusin pariwisata
tuh besar sebetulnya, sangat sangat besar karena dia multi sektor ga bisa
berdiri sendiri. Harusnya dia dinas yang berdiri sendiri ngurusin pariwisata
tok gitu loh. Di Singapore kan ada Singapore Tourism Board, Malaysia juga
begitu, selain dinas dia punya board sendiri. Nah di kita tuh board nya ga ada,
ada pun ga jalan. Masih bergantung pada anggaran dinas. Nah dengan dinas
kita tuh PARPORA itu bayangkan bebannya gimana luar biasanya, ngurusin
pariwisata yang jual prestise. Pariwisata yang jual kan prestise kan. Kita kan
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
166
tidak menjual sesuatu yang, intinya kita menjual sesuatu yang bikin wow
orang pengen dateng, itu prestise. PORA itu ngurusin prestasi, jadi dua hal
yang berbeda gitu loh, nah DISPARPORA kebingungan akhirnya, yang
artinya bidang PAR jalan sendiri PORA jalan sendiri. Itu sih intinya, PAR
nya harus punya kewenangan yang lebih besar, anggaran itu nyusul lah gitu
kan, kan bisa diikuti anggaran, yang diurusinnya banyak mau ga mau
anggarannya mesti lebih. Tapi saya ngerasa dengan PARPORA itu agak-agak
apa ya, agak dikebiri gitu loh. BUD nya disana, padahal susah sekali
memisahkan BUD sama PAR, gimana caranya. Nah sekarang BUD nya
masuk ke DIKBUD, muatannya beda, orientasinya beda, PAR nya gabung
sama PORA.
P: Selanjutnya yang ingin saya tanyakan adalah mengenai brand destinasi yang
digunakan dalam mempromosikan pariwisata di Bangka ini seperti apa?
Seperti logo dan taglinenya?
N: Untuk brand destinasi sendiri kita menggunakan Come and Explore Bangka
Belitung Archipelago.
P: Yang terakhir yang saya ingin tanyakan, saran Bapak untuk pariwisata
Kabupaten Bangka ini kedepannya seperti apa?
N: Balik ke awal tadi bahwa pengambil kebijakannya dengan pendukung
kebijakannya, penentu kebijakan itu kan DPR ya, itu mesti satu sinkron dulu,
yang mau dikejar apa dulu nih, kita mau kejar eventnya dibanyakin apa
destinasinya, ya sudah jangan ngarepin event, destinasinya dulu bagusin, lalu
kita jualan, atau kita jualan sambil menata, bisa dua-duanya kan. Atau kita
jualan dulu, dateng kesini, destinasinya jelek nanti orang ga bail lagi, gapapa
nanti jualan lagi, nah kan mereka mesti sepakat dulu disitu, baru yang bawah
lebih jelas, kebijakan-kebijakan itu maunya kaya gimana. Kemudian yang
kedua, kewenangannya. Yang ngurusin pariwisata ini kan sekarang sekelas
eselon tiga. Agak sulit gitu untuk menggerakkan dinas lain. Kalau Dinas
Pariwisata itu berdiri sendiri dia enak ngomong sama Dinas PU, eh jalan
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
167
tolong bikin ya gue mau ngembangin daerah ini, tolong dalam dua tahun
kedepan programkan bikin jalan ke daerah ini, itu ada pantai luar biasa bagus
sekali. Nah ini kita susah karena kewenangannya terbatas. Kemudian
segmentasi itu paling penting, saya pikir dengan duitnya sedikit gitu kan
pengennya dapetnya banyak harusnya sudah ada prioritas lah, segmenting
yang prioritas. Kita mau ngejer apa dulu nih, msu ngejer insentif, MICE, atau
backpacker gitu kan. Dari segmen market yang ada kan existing itu sudah
bisa dibuat. Oh orang banyak bikin outbond disini atau insentif perusahaan di
sini. Yaudah kita arahin ke sana gitu, kalau ini masih ngacak saya bilang
pembangunan destinasi yang dilakukan saat ini di Kabupaten Bangka eh
Pulau Bangka pada umumnya untuk memfasilitas publik, bukan wisatawan.
Jadi yang dibanyakin tuh fasilitas seperti WC sama lapangan parkir. Padahal
wisatawan itu ga butuh banyak-banyak, dua cukup WC tapi bagus. Ya kan,
dia ga perlu banyak-banyak. Dua tiga bagus, ada kamar bilas yang bagus. Ini
engga tiga empat biji kamar bilasnya tapi dari karung gitu kan, terus liat di
sepanjang pantai itu saungnya banyak ada lima puluh enam puluh biji
saungnya sepanjang pantai di bikin pondok, jelek. Mau bule nongkrong
disitu? Gamau. Bikin lima biji gitu kan tapi representatif, itu jadi ada dua hal
yang berbeda, satu orientasinya ke publik, karena tuntutat ya masyarakat kan.
Ini juga hal berbeda, membangun destinasi untuk wisatawan dan membangun
destinasi untuk publik itu dua hal yang berbeda. Orientasinya berbeda, ciri
bangunannya berbeda, tipe fasilitasnya berbeda. Nah kita segmentingnya
mesti jelas tuh disitu, bisa jalan dua-duanya lah kalo begitu, misal ini pantai
publik khusus untuk masyarakat, yaudah masyarakat kita kan ga butuh yang
bagus-bagus, yang penting ada WC, ada air bersih. Oh ini buat bule, buat opa
oma yang duitnya banyak, ya dipermudah gitu, jalannya jangan terlalu
menanjak menurun, dia mau jalan yang landai-landai saja. Mereka udah pasti
opa oma itu ga bakal berenang di laut dia, ya kan? Mereka duduk di pinggir
pantai, nah siapkanlah tempat duduk yang enak, yang nyaman gitu kan,
masyarakat kita ke laut berenang, opa oma yang dari Palembang itu ga
berenang mereka, mereka duduk di pinggir, maunya mereka tuh duduk di
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
168
tempat yang laut deket terus bisa kelapa dua, pijit kaki, pijit kepala, itu
maunya. Kita enggak, kita semua disamain, pembangunan destinasi kita
disamaratakan. Segmentingnya lah, baru prioritas. Nah itu memungkinkan
dengan dana yang apa adanya, segmentingnya jelas, lima tahun ke depan
kelihatan gitu.
P: Baik pak, itu saja yang saya ingin tanyakan, sebelumnya terima kasih karena
sudah mau diganggu waktunya dan memberikan waktu saya untuk saya bisa
wawancara. Terima kasih banyak ya pak.
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
169
Transkrip Wawancara
Informan : Dr. Ilham Prisgunanto, S.S., M.Si.
: Informan (Dosen IMC)
Tempat dan Waktu Wawancarara : Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian-
PTIK
Jakarta
Kamis, 11 Januari 2018
(13.00 WIB – 13.30. WIB)
Keterangan : P (Pewawancara): Merlian Dea G.
N (Narasumber): Ilham Prisgunanto
P: Selamat sore, pak. Saya Merlian Dea Gisela dari Universitas Multimedia
Nusantara ingin mewawancarai Bapak sebagai salah satu informan saya. Bisa kita
mulai pak?
N: Ya boleh-boleh.
P: Jadi pak, yang pertama itu saya ingin menanyakan menurut Bapak, bentuk
komunikasi pemasaran seperti apa yang cocok digunakan dalam memasarkan
produk pariwisata yang ada di Indonesia?
N: Jadi gini ya, kalo kita ngomongin komunikasi pemasaran untuk pariwisata di
Indonesia, eh memang ya kenapa sih negara Indonesia itu dijajah, negara
Indonesia itu dijajah karena keindahan alamnya sebenarnya ya, tapi kan
dipelesetkan dengan rempah-rempah. Nah, kenapa sih luar negeri itu tertarik
dengan Indonesia? Ini nanti berkaitan dengan komunikasi pemasaran ya, karena
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
170
begitu eksotiknya Indonesia, nah apa eksotiknya itu? Keaslian Indonesianya, jadi
kalau anda bilang komunikasi pemasaran apa pak yang bagus untuk Indonesia, ini
kan komunikasi pemasaran termasuk tagline, termasuk nanti hastag yang dipake
ya, termasuk logo. Artinya ya gunakanlah keaslian dari Indonesia. Misalnya,
menggunakkan istilah-istilah Indonesia banget gitu loh, jangan menggunakan
istilah-istilah asing. Banyak kita menggunakan tagline dan hastag itu
menggunakan punya orang lain gitu loh, ya misalnya bebas narkoba, itu kan free
drugs, itu kan istilah-istilah asing. Maksud saya ya gunakanlah yang Indonesia
banget gitu. Kalo perlu ya kayak Malaysia yang berani ngomong Truly Asia. Jadi,
kalo menurut saya kalau anda mengatakan komunikasi pemasaran apa yang
cocok, gunakan local genius seperti itu.
P: Baik pak, jadi selanjutnya disini kan saya meneliti mengenai salah satu Dinas
Pariwisata di daerah yaitu di Bangka, bagaimana menurut Bapak sebaiknya suatu
institusi DISPARPORA Bangka ini sebaiknya melakukan komunikasi
pemasarannya?
N: Gini, kalo kita ngomong komunikasi pemasaran, kita ga akan berbeda dan lari
dari komunikasi organisasi. Artinya apa? Organisasinya bagusin dulu. Kalau anda
mengatakan bagaimana komunikasi Dinas Pariwisata di daerah. Kebanyakan
Dinas Pariwisata itu, modelnya masih “Gue ngomong, terserah lu mau terima atau
engga.” Jadi modelnya kaya orde baru banget gitu. Misalnya saya buat logo,
logonya misalnya badak, badaknya tapi badak anime yang di Jepang, nah itu ga
menarik. Kaya saya di kepolisian ya, polisi buat anime, anime Jepang banget gitu.
Nah tau film Juki kan? Juki itu kan Indonesia banget, itu kan modelnya ga kaya
gitu, gitu loh. Jadi menurut saya, kalau anda megatakan bagaimana ya Dinas ini,
ya ubah paradigmanya dulu deh. Kita paham loh komunikasi pemasaran yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga plat merah rata-rata kan asal jadi, ya gitu kan,
mereka ga mau dengerin bottom up-nya masyarakat maunya apa, atau yang
namanya konsumen maunya apa, dia ga tau. Bagaimana mereka dapat menarik
wisatawan domestik atau wisatawan asing itu dateng, kan mereka harus tau
tentang keluhannya mereka apa. Anda percaya ga di Singapore itu, ketika mereka
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
171
mengatakan salah satu destinasi wisata mereka bener-bener loh, ketika mereka
complain soal sampah, sampah diabisin. Ketika mereka complain soal muka asem
langsung berubah. Di kita, maksud saya gini loh, kalau anda mengatakan, apa ya,
pertama Indonesia itu miskin dengan information, sangat miskin informasinya.
Jadi, kalau anda mengatakan, kenapa sih pak Belitung dengan Bangka lebih orang
kenal Belitung, kenapa? Ya karena, boomingnya laskar pelangi, ketika itu
booming orang terkaget-kaget, ada yah pantai itu di Indonesia, oh ada ya begini
begini begini. Dimasukinlah ke instagram, mereka menggunakanlah hastag Laskar
Pelangi, orang dateng, mereka gak akan ngomong soal Babelnya, mereka
ngomongnya Belitungnya, bahkan Laskar Pelangi ya kan, dikatakan oh yang ini
saya udah pernah tuh yang ada adegan di laskar pelangi dan ini akan terjadi. Saya
takutnya, Bangka Belitung itu, Belitung terutama itu seperti Bali nantinya, orang
luar negeri tau Bali tapi ga tau Indonesia, ini jadi masalah menurut saya. Jadi kalo
anda mengatakan, apa yang harus dilakukan Dinas Pariwisata? Pertama, ubah
mindset mereka melayani dan mereka harus local genius. Yang kedua, sumber
dayanya dibagusin dulu. Masa orang-orang Dinas Pariwisata itu yang dateng dan
masuk kesana itu bukan orang communication misalnya. Yang ga tau tentang
strategi apa yang ada di komunikasi pemasaran, lalu berkaitan dengan gaptek.
Mana? Kita ga pernah tuh dengen tentang sosialisasi campaign yang dilakukan
Dinas Dinas itu ga nyampe. Kebanyakan hastag-nya malah dari orang lain.
instagramnya juga dari instagram orang lain, dari traveler yang dibuat wadah gitu
kan? Ini aja jadi masalah menurut saya, akhirnya apa? Mereka punya follower
banyak, ketika orang ngomong itu ngikut semua. Ini jadi masalah, tidak ada
counter, itu ga sembarangan, itu komunikasi pemasaran loh dan itu ada rancangan
besarnya. Lu mau bawa kemana nih? Misalnya saya mau ngomong soal mulai
masuknya timah ke Belitung, jadi semua orang pada ngeliat semua kan, kan
menarik sebenernya, tapi dimainkan. Belitung tuh kaya nyerah gitu aja. Jadi,
kalau anda mengatakan pak komunikasi pemasaran apa yang bagus, yang bagus
menurut saya mainnya di digital, kalau seperti yang saya bilang IMC yang
berkatan dengan model-model pemasaran digital, itu udah ga bisa dibohongin
lagi. Ga bisa. Anda pengen pake apa? Pengen pake advertising gitu? Pasang
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
172
baliho gede gede, misalnya di mana, lu orang jadul amat, ga bakal kena, ga bakal
kena. Word of mouthnya mana? Ga ada. Istri saya maksa maksa mau ke Belitung,
saya bilang sama istri saya, saya udah pernah ke Belitung dan anda kalo ke
Belitung jangan gambarkan dia seperti Bali, fasilitasnya jauh, hotel-hotelnya
bagus sih, tapi sendalnya beli, bener gak? Saya udah pernah kesana, dan apa ya?
Kayanya sih infrastrukturnya bagus, jadi apa masyarakatnya yang belum mau
nerima gitu ya, kurang terbuka, kalo Bali kan terbuka itu yang membuat mereka
akhirnya seneng kesana. Maaf ya, biasanya kan kalo di Bali orang di pantai bisa
mabok, orang Bali nganggepnya it’s okay, tapi kalo disana ga bisa, orang
mesjidnya ada di mana-mana. Ya itu kalo menurut saya, terus apa lagi?
P: Kemarin kan saya juga sudah melakukan penelitian langsung juga kesana ke
DISPARPORA-nya. Mereka juga bilang mereka sudah melakukan komunikasi
pemasaran melalui iklan di media cetak, media elektronik, dan new media,
kemudian melakukan promosi penjualan juga, hubungan masyarakat juga, event
internasional, personal selling juga ketika ada pameran yang diselenggarakan oleh
KEMENPAR secara nasional, dan ia juga melakukan internet marketing melalui
website dan sosial media. Tetapi tingkat awareness mereka sendiri masih rendah.
Nah itu menurut Bapak bagaimana?
N: Karena ga tepat sasaran. Kalo menurut saya gini non. Kalo anda orang PR,
kalo saya kan memang kekhususannya itu komunikasi organisasi, PR dan IMC
Marcomm ya. Harus dipahami ketika dia membuat advertising, ketika dia
booming promotion, ketika dia melakukan sosialisasi campaign, apa pun, harus
ditentukan dulu yang namanya STP-nya, segmentation, targeting dan positioning.
Gimana? Jadi ga membabi buta. Sekarang you mau main apa, segmented-nya
siapa? Segmented ga bisa sembarangan, oh kita mau eksekutif muda. Ya incer
eksekutif muda. Oh saya pengen golongan menengah, mainkan disitu. Jadi artinya
tidak membabi buta. Ini karena tidak paham gitu loh, Bali itu dia menggunakan
sangan segmented, terutama yang dikejar sama Bali adalah mereka-mereka yang
muda, makanya ada pray, eat, and love. Itu di supply oleh pemerintah dari Bali
untuk menulis itu. Jadi apa? Jadi semua orang yang jatuh cinta itu datang ke Bali.
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
173
Itu Bali tu hajar habis-habisan itu, dimana ada kegiatan-kegiatan anak muda,
seperti misalnya ada wedding exhibition, langsung Bali. Nah orang luar negeri
taunya itu. Makanya kan sekarang orang kalo prewedd di Bali, bulan madu ke
Bali itu dibuat, jadi Bali itu khusus untuk itu kena sasarannya. Nah itu ya
segmentation targeting and positioning, kalo ga gitu ga akan kena non, kalau
dikatakan kenapa ya ga kena. Karena tidak distrategikan dan kalau menurut saya
kalau anda orang Bangka ya anda harus ngomong, ini babi buta nih, kalau masarin
begini aja semua orang juga bisa. Gimana kita mau masarin tas ini? Apa yang
anda lihat keunikan dari tas ini, itu kan brand. Apa brand anda yang dimainkan,
pokoknya harus tas ini, ya susah orang ga akan melihat seperti itu. Terus apa lagi?
P: Jadi yang terakhir saya mau nanya, saran Bapak sendiri untuk komunikasi
pemasaran seperti apa yang harus dilakukan DISPARPORA agar orang dapat
lebih tertarik lagi untuk datang dan berwisata ke Bangka?
N: Kalau menurut saya ya, bisa gak dalam komunikasi pemasaran ya dirancang
khusus, dirancang, dibuat template supaya semua orang itu ngelihat ke suatu
daerah itu semua. Itu gampangnya. Bom Marriot. Bom Kuningan. Dulu kuningan
sebelum om itu ada ga ada yang melirik, siapa sih yang kenal dengan Marriot? Ga
ada. Hotel marriot kan hotel gembel, saya fair-fair-an aja ya. Ketika di bom,
semua mata kesitu, bermainlah polisi, wah langsung ditutup segala macem,
politisi ngomongin apa, itu semua mata kesitu.ketika semua mata kesitu, itu
mudah sekali. Jadi buatlah sesuatu yang dirancang khusus. Ketika dirancang
khusus, kena ga? Kalau tanpa itu ga bakal ada. Apakah perancangan tersebut
dapat kita buat dalam konteks yang aneh-aneh gitu, yang ga aneh-aneh juga bisa.
Seperti mengadakan, misalnya Rolling Stone panggil, konser disana. Atau
misalnya Justin Bieber panggil konser kesana, itu akan booming, semua mata
akan kesitu. Ketika semua mata kesitu, mainkan. Apa yang unik dari Bangka.
yang menarik di Bangka misalnya makanannya, berani ga Bangka mengalahkan
Palembang dalam bentuk makanan seperti itu. Itu misalnya seperti tradisi Ceng
Beng. Itu ga ada loh, Cuma di Bangka ada. Ceng Beng kan biasa aja, daripada
arwah dateng ke rumah mendingan kita dateng ke sana kan, pesta disana. Cba
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
174
ketika itu dilaksanakan ada ga booming? Ga ada. Padahal orang Bangka ketika
Ceng Beng pada pulang semua. Begitu. Kenapa sih ga diadain pesta? Sekalian aja
seluruh Indonesia seluruh dunia ingin nonton Ceng Beng itu silahkan. Kalau perlu
dibikin hotel di pinggir kuburan. Ya gak papa. Tradisi kuburan loh. Karena di
dunia tuh Cuma di bangka yang ada. Kenapa Bangka kalah? Bangka dulunya
adalah budak, budak yang disuruh ngambil timah. Kenapa itu ga diambil?
Dijadikan keunikan dan memanfaatkan kesempatan. Bangka itu sebenernya
banyak wisatanya. Jadi yang harus dihancurkan tentang Bangka Belitung adalah
cap bahwa mereka adalah Bangko loh, wong bangko kok. Bangko itu apa? Pelit.
Dia leih pelit daripada Palembang. Lebih kejam daripada Palembang. Dulu orang
ga ada yang mau ke Bangka, orang takut. Sekarang ketika Belitung rame, pada
lari ke Belitung bukan ke Bangka. bisa ga dihancurkan itu? PR keras itu untuk
Bangka. Sekarang kan mulai ada Aston, udah mulai aman. Ketika infrastruktur
udah ada, tinggal pemerintah daerahnya memainkan itu. Jadi memang berat,
jangankan bangka ya, Thailand itu sendiri tuh berat. Thailand itu pernah loh, jadi
dia timah semua, sekarang sudah berubah menjadi tempat wisata, itu perlu
bertahun-tahun. Komunikasi pemasarannya ya itulah, beradu antara pemain timah
dan pemain pariwisata. Menghilangkan citra buruk Bangka itu menurut saya
sangat penting dan ga bisa setengah-setengah. Dan yang lebih penting lagi non,
orang Bangka kalo udah sukses diluar ga mau balik lagi ke Bangka. Seharusnya
mereka kembali ke Bangka dan mengembangkan daerahnya. Generasi-generasi
seperti anda ini kan sebenarnya berpotensi dalam mengembangkan pariwisata.
Artinya apa? Jadi buatlah program U turn, kembali ke daerahnya dan membangun
daerahnya. Jadi gitu ya, kalo ngomongin komunikasi pemasaran, pertama itu
harus distrategikan dulu, saya yakin seyakin-yakinnya Bangka tidak bermain.
Kemudian, proud orang Bangka dinaikkan, dan merangkul paguyuban-paguyuban
orang Bangka yang ada di luar Bangka di dalam dan di luar negeri. Tanya kepada
mereka, apa sih yang menjadi kekurangan dari pariwisata di Bangka, atau
misanya ada orang di luar negeri, mana sih yang berpotensi untuk datang ke
Bangka. Nah masukkan-masukkan dari mereka itu harus diambil gitu loh. Jadi
bottom up. Ngambil yang di bawah apa maunya. Jadi menurut saya, kepala dinas
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
175
pariwisata di Bangka itu seharusnya anak muda dan tidak berorientasi pada
politik, yang ebrdasarkan kecintaan dia gitu loh. Karena disana permainannya
politik semua. Nah itu menurut saya, potensi yang dimiliki Bangka ini luar biasa.
Nah, gitu.
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
176
Transkrip Wawancara
Informan : Utari Zulmy
: Informan (Wisatawan)
Tempat dan Waktu Wawancarara : Pantai Parai Tenggiri
Sungailiat, Bangka
Selasa, 26 Desember 2017
(15.00 WIB – 15.20 WIB)
Keterangan : P (Pewawancara): Merlian Dea G.
N (Narasumber): Utari Zulmy
P: Selamat siang mba, saya boleh tanya-tanya sedikit tentang pariwisata yang ada
di Bangka?
N: Oh iya boleh silahkan
P: Sebelumnya, asal mba ini darimana?
N: Saya dari Palembang.
P: Oh dari Palembang, kalau saya boleh tau mba kesini untuk liburan atau untuk
bussines trip?
N: Saya liburan sih disini bareng sama keluarga.
P: Oh begitu, saya boleh nanya-nanya sedikit ya mba. Sebelumnya mba tau
tentang pariwisata di Bangka ini darimana sih?
N: Saya tau tentang Bangka, pertama saya liat di sosial media sih khususnya
instagram, disitu saya liat banyak wisata yang ada di Bangka yang buat saya
tertarik untuk berwisata kesini.
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
177
P: Destinasi wisata seperti apa saja yang mba ketahui ?
N: Ada beberapa yang saya lihat di instagram itu seperti pantainya, budayanya,
bangunan seperti puri tri agung dan makanannya juga banyak.
P: Mba mendapatkan informasi mengenai pariwisata di Bangka ini melalui media
apa saja sih? Apakah lewat iklan, baliho, sosial media, atau melalui media
lainnya?
N: Sejauh ini saya melihatnya kebanyakan sih di sosial media instagram ya, dari
upload-an temen-temen saya yang berlibur kesini, kemudian sebelum berangkat
kesini saya juga mencari tempat-tempat apa saja yang dapat dikunjungi melalui
website Bangka dan kemaren saya juga sempet lihat tuh instagramnya si explore
Bangka, disana kan banyak foto-foto tentang wisata alam yang ada di Bangka ya,
nah kira-kira dari situ sih. Oh kalo baliho di bandara palembang saya pernah
melihat baliho yang terpasang tentang pariwisata di Bangka. Hm, itu sih sejauh ini
yang saya tau.
P: Baik mba, oh iya mba saya boleh minta sarannya mba untuk DISPARPORA
yang mengurus pariwisata di Bangka ini, sebaiknya melakukan
pengkomunikasian pariwisatanya harus bagaimana, boleh mba?
N: Hm, gini ya. Karena Bangka ini kan punya potensi pariwisata yang menurut
saya baik ya, tetapi kan komunikasinya ke masyarakat itu masih kurang karena
yang orang tahu kan selama ini Bangka Belitung itu lebih ke pariwisata yang ada
di Belitungnya. Ada baiknya, pemerintah juga tidak lupa bahwa Bangka juga
memiliki potensi pariwisata yang sama dengan yang ada di Belitung. Contohnya
saja seperti pantai parai ini kan tidak kalah dengan pantai yang ada di Belitung,
fasilitas yang ditawarkan juga saya rasa juga baik, jadi ya pemerintah harusnya
juga gencar melakukan pariwisata yang ada di Bangka selain yang ada di
Belitung. Itu sih menurut saya.
P: Media seperti apa yang menurut mba dapat menarik minat orang untuk dapat
berwisata ke Bangka ini mba?
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
178
N: Melalui sosial media ya, karena kan sekarang ini kita sudah memasuki era
yang dimana-mana orang sudah menggunakan internet. Nah internet ini menurut
saya bisa menjadi media yang seharusnya digunakan dalam melakukan
pemasaran. Gitu sih.
P: Baiklah mba, terima kasih atas waktunya ya.
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
179
Transkrip Wawancara
Informan : Irania Ramadhani
: Informan (Calon Wisatawan)
Tempat dan Waktu Wawancarara : -
Keterangan : P (Pewawancara): Merlian Dea G.
N (Narasumber): Dhana Rachmatika
P: Selamat siang mba, saya boleh tanya-tanya sedikit mengenai pariwisata di
Bangka?
N: Iya silahkan
P: Sebelumnya saya boleh bertanya, asal mba darimana?
N: Oh saya dari Cirebon.
P: Baik mba, kan saya lihat mba mengikuti salah satu instagram jasa tour and
travel yang menyediakan jasa untuk berlibur ke Bangka. Apakah mba mengikuti
akun tersebut karena tertarik untuk berwisata ke Bangka atau bagaimana mba?
N: Oh itu, saya kemarin sempet lihat temen saya berlibur ke Bangka dan saya juga
tertarik untuk berwisata ke Bangka bersama keluarga saya makanya saya mencari
tahu tentang jasa travel yang menawarkan paket liburan disana.
P: Apakah mba sudah tau akan berwisata ke wisata seperti apa saja di Bangka?
N: Pantai sih yang pasti ya karena kan saya lihat di foto-foto itu pantainya bagus-
bagus.
P: Setelah dari Bangka apakah mba juga akan pergi ke Belitung?
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
180
N: Rencananya sih begitu, nanti kan setelah dari Bangka rencananya kita mau
langsung nyebrang ke Belitungnya.
P: Mba sendiri mendapatkan informasi mengenai Bangka ini tuh darimana mba?
N: Saya sih taunya dari televisi, website dan sosial media ya.
P: Berarti Cuma melalui televisi, website dan sosial media aja ya mba?
N: Hm iya
P: Mba boleh saya minta sarannya untuk pariwisata dan pemasarannya sebaiknya
seperti apa?
N: Menurut saya mungkin lebih banyak juga mengiklankan pariwisatanya agar
orang lebih tau apa saja yang ditawarkan Bangka kalo kita datang kesana. Kadang
juga kan masih banyak yang bingung pariwisata di Bangka dan Belitung.
P: Baik mba terima kasih sudah mau diganggu waktunya.
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
181
Transkrip Wawancara
Informan : Ivone
: Informan (Staff Promosi Pariwisata)
Tempat dan Waktu Wawancarara :
Keterangan : P (Pewawancara): Merlian Dea G.
N (Narasumber): Ivone
P: Siang, bu Ivone.
N: Iya siang.
P: Bu saya boleh tanya-tanya sedikit mengenai promosi pariwisata di Bangka ini?
N: Ya boleh silahkan.
P: Menurut ibu kegiatan komunikasi seperti apa sih yang bisa memengaruhi
wisatawan untuk datang ke Bangka?
N: Hmm, begini. Kegiatan komunikasi kita yang saat ini yang paling
memengaruhi datangnya wisatawan itu melalui event. Seperti yang kemarin kita
selenggarakan itu ada Sungailiat Triathlon. Nah, Sungailiat Triathlon ini kan
merupakan salah satu ajang bergengsi ya. Ini juga yang dateng dari luar negeri
banyak. Otomatis dengan diadakannya event ini kita bisa melakukan komunikasi
pariwisata kita ke mereka. Karena kan event itu dilakukannya di Sungailiat. Kita
adakan dekat dengan objek-objek wisata yang ada di Sungailiat. Seperti
contohnya yang dekat dengan pantai Parai. Seperti itu.
P: Ibu Ivone ini sendiri tugasnya disini sebagai apa?
N: Saya disini yang membantu Pak Indrata, dan di sini saya banyak memegang
website dan sosial medianya.
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018
182
P: Oh iya, sosial media yang digunakan oleh DISPARPORA Bangka ini seperti
apa dan informasi yang disampaikan tuh apa aja bu?
N: Kita disini pakai website sama facebook, kita juga di bantu oleh salah satu
akun instagram yang dikelola oleh anak muda Bangka yaitu seperti explore
Bangka. Untuk informasi yang disampaikan sih kita menggunakan website itu
untuk event Sungailiat Triathlon. Jadi sudah pasti informasi yang disampaikan
seputar itu dan website itu juga kita memasukan tentang pariwisata Bangka. ini
website kan dilihat oleh orang yang akan mendaftar Sungailiat Triathlon, jadi
tidak ada salahnya kita manfaatkan juga sebagai media untuk memasarkan
pariwisata. Seperti itu. Kalau yang lainnya sih kita lebih ke informasi tentang
kegiatan pariwisata apa saja yang ada di Bangka. gitu.
P: Jadi, pembuatan website dan sosial media ini lebih ke untuk menyampaikan
informasi kepada calon wisatawan ya dibandingkan mengajak mereka untuk
datang?
N: Hm iya, kita lebih menginformasikan kepada mereka, event atau kegiatan apa
yang sedang kita lakukan.
P: Menurut ibu, apakah efektif melakukan komunikasi pemasaran melalui website
seperti itu?
N: Sampai saat ini sih efektif ya karena pengunjung website itu sendiri bisa
puluhan perharinya. Berarti kan mereka pasti buka dan mencari tahu, ada apa sih
di Bangka ini?
P: Baik bu, terima kasih ya bu sudah mau diganggu waktunya.
N: Ya gapapa. Iya sama sama.
Strategi Perencanaan Komunikasi..., Merlian Dea Gisela, FIKOM UMN, 2018